96
ANALISIS MORFOMETRIK KEPALA PADA BEBERAPA SUBSPESIES BURUNG DARA LAUT (Laridae) SKRIPSI KAMARIAH DEPARTEMEN ILMU PRODUKSI DAN TEKNOLOGI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011

ANALISIS MORFOMETRIK KEPALA PADA BEBERAPA

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: ANALISIS MORFOMETRIK KEPALA PADA BEBERAPA

ANALISIS MORFOMETRIK KEPALA PADA BEBERAPA

SUBSPESIES BURUNG DARA LAUT (Laridae)

SKRIPSI

KAMARIAH

DEPARTEMEN ILMU PRODUKSI DAN TEKNOLOGI PETERNAKAN

FAKULTAS PETERNAKAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2011

Page 2: ANALISIS MORFOMETRIK KEPALA PADA BEBERAPA

RINGKASAN

KAMARIAH. D14061680. 2011. Analisis Morfometrik Kepala pada Beberapa

Subspesies Burung Dara Laut (Laridae). Skripsi. Departemen Ilmu Produksi dan

Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor.

Pembimbing Utama : Ir. Rini H. Mulyono, M.Si.

Pembimbing Anggota : Dr. Ir. Dewi M. Prawiradilaga

Ukuran-ukuran linear kepala burung dara laut yang diamati pada penelitian;

dilakukan untuk memperoleh kajian morfometrik ukuran kepala burung. Spesies

burung dara laut yang diamati, meliputi Anous minutus worcesteri, Anous stolidus

pileatus (genus Anous); Chlidonias hybrida javanica (genus Chlidonias); Sterna

albifrons sinensis, Sterna anaethetus anaethetus, Sterna bergii cristatus, Sterna

fuscata nubilosa dan Sterna sumatrana sumatrana (genus Sterna). Status konservasi

spesies-spesies tersebut adalah least concern atau tidak memerlukan perhatian

khusus.

Penelitian ini menggunakan spesimen yang disediakan Laboratorium

Ornitologi Bidang Zoologi Pusat Penelitian Biologi Lembaga Ilmu Pengetahuan

Indonesia di Cibinong. Spesimen yang diamati adalah Anous minutus worcesteri

(camar angguk hitam) yang terdiri atas tujuh spesimen (lima ekor jantan dan dua

ekor betina). Anous stolidus pileatus (camar angguk coklat) yang diamati terdiri atas

sembilan spesimen (lima ekor jantan dan empat ekor betina); Chlidonias hybrida

javanica (dara laut kumis) terdiri atas empat belas spesimen (sembilan ekor jantan

dan lima ekor betina); Sterna albifrons sinensis (dara laut kecil) terdiri atas 13

spesimen (lima ekor jantan dan delapan ekor betina); Sterna anaethetus anaethetus

(dara laut batu) terdiri atas 18 spesimen (11 ekor jantan dan tujuh ekor betina);

Sterna bergii cristatus (dara laut jambul) terdiri atas 54 spesimen (24 ekor jantan dan

30 ekor betina); Sterna fuscata nubilosa (dara laut sayap hitam) terdiri atas 17

spesimen (tujuh ekor jantan dan 10 ekor betina); dan Sterna sumatrana sumatrana

(dara laut tengkuk hitam) terdiri atas 36 spesimen (16 ekor jantan dan 20 ekor

betina). Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh informasi morfometrik dari

burung dara laut yang diamati. T2-Hotelling digunakan untuk membedakan ukuran-

ukuran linear kepala diantara setiap dua spesies burung dara laut yang diamati.

Ketidakserupaan morfometrik kepala dilakukan dengan pendekatan jarak minimum

D2 Mahalanobis. Analisis Komponen Utama digunakan untuk ukuran dan bentuk

kepala burung dara laut yang diamati.

Hasil statistik T2-Hotelling menyatakan bahwa ditemukan perbedaan ukuran-

ukuran linear kepala diantara setiap dua spesies dari delapan spesies burung dara laut

yang diamati (P <0,01). Pendekatan jarak minimum ketidakserupaan morfometrik D2

Mahalanobis memisahkan delapan subspesies menjadi dua kelompok besar pada titik

percabangan 3,6004; yaitu kelompok A dan B. Kelompok A dibagi menjadi dua

kelompok, yaitu A1 dan A2 pada titik percabangan 2,9539; kelompok B dibagi

menjadi dua kelompok, yaitu kelompok B1 dan B2 pada titik percabangan 2,6182.

Kelompok A1 terdiri atas Anous stolidus pileatus, Chlidonias hybrida javanica,

Sterna anaethetus anaethetus dan Sterna fuscata nubilosa; sedangkan kelompok A2

terdiri atas Sterna bergii cristatus. Kelompok B1 adalah Sterna albifrons sinensis;

sedangkan kelompok B2 terdiri atas Anous minutus worcesteri dan Sterna sumatrana

sumatrana.

Page 3: ANALISIS MORFOMETRIK KEPALA PADA BEBERAPA

ii

Hasil Analisis Komponen Utama menyatakan bahwa penciri ukuran pada

delapan subspesies adalah panjang paruh. Vektor eigen penciri ukuran, yaitu panjang

paruh pada Anous minutus worcesteri sebesar 0,975; pada Anous stolidus pileatus

sebesar 0,917; pada Chlidonias hybrida javanica sebesar 0,746; pada Sterna

albifrons sinensis sebesar 0,931; pada Sterna anaethetus anaethetus sebesar 0,983;

pada Sterna bergii cristatus sebesar 0,879; pada Sterna fuscata nubilosa sebesar

0,875; dan pada Sterna sumatrana sumatrana sebesar 0,985. Penciri bentuk pada

Anous stolidus pileatus, Chlidonias hybrida javanica dan Sterna anaethetus

anaethetus adalah lebar kepala dengan vektor eigen masing-masing sebesar 0,882;

0,714 dan 0,975; sedangkan pada Anous minutus worcesteri, Sterna albifrons

sinensis, Sterna bergii cristatus, Sterna fuscata nubilosa dan Sterna sumatrana

sumatrana adalah panjang kepala dengan vektor eigen masing-masing sebesar 0,956;

0,742; 0,757; 0,922 dan 0,728.

Hasil pengelompokan dalam bentuk dendogram berdasarkan jarak minimum

D2 Mahalanobis dan pengelompokan dalam bentuk diagram kerumunan berdasarkan

Analisis Komponen Utama; memperlihatkan kesesuaian hasil terutama yang

berhubungan dengan skor ukuran. Analisis Komponen Utama menyajikan skor

bentuk yang tidak terdapat pada D2 Mahalanobis.

Kata-kata kunci: burung air, T2-Hotelling, jarak minimum ketidakserupaan

morfometrik D2-Mahalanobis, Analisis Komponen Utama, skor

ukuran dan bentuk

Page 4: ANALISIS MORFOMETRIK KEPALA PADA BEBERAPA

ABSTRACT

Head Morphometric Analysis of Several Terns (Laridae) Subspecies

Kamariah, R. H. Mulyono and D. M. Prawiradilaga

This experiment was conducted to determine the size and body shape score of

terns using Principal Component Analysis (PCA). The measurement taken were bill

length, bill width, bill depth, head width and head length. A total of 168 specimen of

terns consisted of 79 specimen males and 89 specimen females were measured.

There were differences in linear bill and head measurements among subspecies of

terns (P<0.01). The discriminator of head size for all subspecies terns being

examined was bill length. The Eigen vectors of the discriminator of head size in

subspecies Anous minutus worcesteri was 0,975; Anous stolidus pileatus was 0,917;

Chlidonias hybrida javanica was 0,746; Sterna albifrons sinensis was 0,931; Sterna

anaethetus anaethetus was 0,983; Sterna bergii cristatus was 0,879; Sterna fuscata

nubilosa was 0,875; and Sterna sumatrana sumatrana was 0,985. The discriminator

of head shape of subspecies A. s. pileatus, C. h. javanica and S. a. anaethetus were

head width, while the subspecies A. m.s worcesteri, S. a. sinensis, S. b. cristatus, S. f.

nubilosa and S. s. sumatrana were head length. The Eigen vectors of the

discriminator of head shape in subspecies A. s. pileatus, C. h. javanica and S. a.

anaethetus were 0,882; 0,714 and 0,975 respectively. The Eigen vectors of the

discriminator of head shape in subspecies A. m. worcesteri, S. a. sinensis, S. b.

cristatus, S. f. nubilosa and S. s. sumatrana were 0,956; 0,742; 0,757; 0,922 and

0,728 respectively. Descriminator of size is influenced by the environment. Bill

length as descriminator of shape indicates that the bill length is affected by

habitat. Head width and head length are influenced by genetics. The Minimum D

Mahalonobis distance showed the classification of terns into two group at the

branching point of 3.6004, group A and B. Group A consisted of A. s. pileatus, C. h.

javanica, S. a. anaethetus, S. f. nubilosa and S. b. cristatus. Group B consisted of S.

a. sinensis, A. m. worcesteri and S. s. sumatrana.

Keywords: water birds, T2-Hotelling, minimum distance D2

Mahalanobis, Principal

Component Analysis, discriminator size and shape

Page 5: ANALISIS MORFOMETRIK KEPALA PADA BEBERAPA

ANALISIS MORFOMETRIK KEPALA PADA BEBERAPA

SUBSPESIES BURUNG DARA LAUT (Laridae)

KAMARIAH

D14061680

Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk

memperoleh gelar Sarjana Peternakan pada

Fakultas Peternakan

Institut Pertanian Bogor

DEPARTEMEN ILMU PRODUKSI DAN TEKNOLOGI PETERNAKAN

FAKULTAS PETERNAKAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2011

Page 6: ANALISIS MORFOMETRIK KEPALA PADA BEBERAPA

Judul : Analisis Morfometrik Kepala pada Beberapa Subspesies Burung Dara Laut

(Laridae)

Nama : Kamariah

NIM : D14061680

Menyetujui,

Pembimbing Utama,

Ir. Rini H. Mulyono, M.Si.

NIP. 19621124 198803 2 002

Pembimbing Anggota,

Dr. Dewi Malia Prawiradilaga

NIP. 19550103 197903 2 002

Mengetahui:

Ketua Departemen,

Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan

Prof. Dr. Ir. Cece Sumantri, M.Agr.Sc.

NIP. 19591212 198603 1 004

Tanggal Ujian: Tanggal Lulus:

Page 7: ANALISIS MORFOMETRIK KEPALA PADA BEBERAPA

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan pada tanggal 8 September 1988 di Kecamatan Muara

Muntai, Kutai Kartanegara. Penulis adalah anak bungsu dari lima bersaudara dari

pasangan Bapak Jarnie (alm) dan Ibu Jahrah.

Penulis menyelesaikan pendidikan dasar di SDN 057 Samarinda pada tahun

2000, pendidikan menengah pertama di SLTPN 1 Muara Muntai diselesaikan pada

tahun 2003 dan pendidikan menegah atas di SMAN 1 Muara Muntai diselesaikan

pada tahun 2006.

Penulis diterima sebagai mahasiswa di Institut Pertanian Bogor pada tahun

2006 melalui jalur Beasiswa Utusan Daerah (BUD) Pemerintah Daerah Kutai

Kartanegara dan diterima di Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan,

Fakultas Peternakan pada tahun 2007. Selama mengikuti pendidikan di Institut

Pertanian Bogor, penulis pernah aktif sebagai anggota Koperasi Mahasiswa

(KOPMA) pada tahun 2007/ 2008. Penulis juga aktif dalam Organisasi Mahasiswa

Daerah (OMDA) Kutai Kartanegara pada tahun 2006 hingga sekarang.

Page 8: ANALISIS MORFOMETRIK KEPALA PADA BEBERAPA

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur senantiasa dipanjatkan kepada Allah SWT atas limpahan

karunia, rahmat dan hidayah-Nya yang tidak terhingga sehingga penulis mampu

menyelesaikan studi di Fakultas Peternakan ini. Shalawat dan salam dicurahkan

kepada Nabi Muhammad SAW sebagai junjungan dan suri tauladan kita.

Skripsi dengan judul Analisis Morfometrik Kepala pada Beberapa Subspesies

Burung Dara Laut (Laridae), disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh

gelar Sarjana Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Penelitian

ini bertujuan untuk memberikan informasi mengenai perbedaan ukuran-ukuran linear

kepala, jarak minimum ketidakserupaan ukuran-ukuran linear kepala kepala dan

mengetahui karakteristik morfometrik kepala burung-burung tersebut. Penulis

berharap agar penelitian ini dapat dilanjutkan ke spesies burung lain yang memiliki

status konservasi terancam.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang membantu

penyusunan skripsi ini, semoga Allah SWT memberikan rahmat kepada kita semua.

Semoga skripsi ini bermanfaat dan dapat digunakan sebaik-baiknya.

Bogor, Januari 2011

Penulis

Page 9: ANALISIS MORFOMETRIK KEPALA PADA BEBERAPA

DAFTAR ISI

Halaman

RINGKASAN ........................................................................................... i

ABSTRACT .............................................................................................. iii

LEMBAR PERNYATAAN ...................................................................... iv

LEMBAR PENGESAHAN ...................................................................... v

RIWAYAT HIDUP .................................................................................. vi

KATA PENGANTAR .............................................................................. vii

DAFTAR ISI ............................................................................................. viii

DAFTAR TABEL ..................................................................................... x

DAFTAR GAMBAR ................................................................................ xi

DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................. xii

PENDAHULUAN .................................................................................... 1

Latar Belakang .............................................................................. 1

Tujuan ........................................................................................... 2

Manfaat ......................................................................................... 2

TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................... 3

Family Laridae .............................................................................. 3

Paruh ............................................................................................. 3

Tengkorak Kepala ......................................................................... 3

Sexual Dimorphism ....................................................................... 4

Anous minutus worcesteri ............................................................. 4

Anous stolidus pileatus.................................................................. 5

Chlidonias hybrida javanica ......................................................... 7

Sterna albifrons sinensis ............................................................... 8

Sterna anaethetus anaethetus........................................................ 9

Sterna bergii cristatus ................................................................... 10

Sterna fuscata nubilosa ................................................................. 12

Sterna sumatrana sumatrana ........................................................ 13

Lahan Basah .................................................................................. 14

Analisis Komponen Utama (AKU) ............................................... 15

Jarak Minimum Ketidakserupaan Morfometrik D2 Mahalanobis . 15

METODE .................................................................................................. 16

Lokasi dan Waktu ......................................................................... 16

Materi ............................................................................................ 16

Burung Air ........................................................................ 16

Peralatan ............................................................................ 16

Peubah yang Akan Diamati ............................................... 17

Prosedur ........................................................................................ 17

Rancangan Statistik ....................................................................... 18

Analisis Deskriptif ............................................................ 18

Page 10: ANALISIS MORFOMETRIK KEPALA PADA BEBERAPA

ix

Statistik T2-Hotelling ........................................................ 18

Jarak Minimum Ketidakserupaan Morfometrik

D2 Mahalanobis ................................................................. 19

Penyajian Dendogram ....................................................... 20

Analisis Komponen Utama ............................................... 20

Diagram Kerumunan ......................................................... 21

HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................................ 22

Hasil Statistik Deskriptif ............................................................... 22

Hasil Statistik T2-Hotelling ........................................................... 25

Hasil Statistik D2 Mahalanobis...................................................... 27

Hasil Analisis Komponen Utama .................................................. 29

Marga Anous ..................................................................... 30

Marga Chlidonias .............................................................. 32

Marga Sterna ..................................................................... 33

KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................ 43

Kesimpulan ................................................................................... 43

Saran.............................................................................................. 44

UCAPAN TERIMA KASIH .................................................................... 45

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................... 46

LAMPIRAN .............................................................................................. 50

Page 11: ANALISIS MORFOMETRIK KEPALA PADA BEBERAPA

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1. Ukuran-ukuran Linear Peubah Kepala Burung Dara Laut

Jantan dan Betina pada Genus Anous ........................................ 22

2. Ukuran-ukuran Linear Peubah Kepala Burung Dara Laut

Jantan dan Betina pada Genus Chlidonias ................................ 23

3. Ukuran-ukuran Linear Peubah Kepala Burung Dara Laut

Jantan dan Betina pada Genus Sterna ....................................... 24

4. Rekapitulasi Hasil Uji Statistik T2-Hotelling antara

Subspesies Burung yang Diamati ............................................. 25

5. Hasil Rekapitulasi Uji Statistik T2-Hotelling antara

Jenis Kelamin pada Setiap Subspesies yang diamati ................ 26

6. Akar dari Jarak Minimum D2 Mahalanobis diantara

Delapan Subspesies Burung Dara Laut yang diamati ............... 27

7. Persamaan Ukuran dan Bentuk Kepala pada Anous minutus

worcesteri berikut Keragaman Total dan Nilai Eigen .............. 30

8. Persamaan Ukuran dan Bentuk Kepala pada Anous stolidus

pileatus berikut Keragaman Total dan Nilai Eigen ................... 30

9. Persamaan Ukuran dan Bentuk Kepala pada Chlidonisas hybrida

javanica berikut Keragaman Total dan Nilai Eigen .................. 32

10. Persamaan Ukuran dan Bentuk Kepala pada Sterna albifrons

sinensis berikut Keragaman Total dan Nilai Eigen ................... 34

11. Persamaan Ukuran dan Bentuk Kepala pada Sterna anaethetus

anaethetus berikut Keragaman Total dan Nilai Eigen .............. 34

12. Persamaan Ukuran dan Bentuk Kepala pada Sterna bergii

cristatus berikut Keragaman Total dan Nilai Eigen .................. 35

13. Persamaan Ukuran dan Bentuk Kepala pada Sterna fuscata

nubilosa berikut Keragaman Total dan Nilai Eigen .................. 35

14. Persamaan Ukuran dan Bentuk Kepala pada Sterna sumatrana

sumatrana berikut Keragaman Total dan Nilai Eigen ............. 36

Page 12: ANALISIS MORFOMETRIK KEPALA PADA BEBERAPA

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

1. Anous minutus worcesteri ............................................................. 5

2. Anous stolidus pileatus.................................................................. 6

3. Chlidonias hybrida javanica ......................................................... 7

4. Sterna albifrons sinensis ............................................................... 8

5. Sterna anaethetus anaethetus........................................................ 10

6. Sterna bergii cristatus ................................................................... 11

7. Sterna fuscata nubilosa ................................................................. 12

8. Sterna sumatrana sumatrana ........................................................ 14

9. Bagan Kepala Burung Dara Laut yang Diamati ........................... 17

10. Dendogram Ketidakserupaan Morfometrik Ukuran-ukuran Linear

Kepala diantara Delapan Subspesies Burung Dara Laut yang

Diamati .......................................................................................... 28

11. Diagram Kerumunan Marga Anous Berdasarkan Skor Ukuran dan

Skor Bentuk Kepala ...................................................................... 31

12. Diagram Kerumunan Marga Chlidonias Berdasarkan Skor

Ukuran dan Skor Bentuk Kepala .................................................. 33

13. Diagram Kerumunan Marga Sterna Berdasarkan Skor Ukuran dan

Skor Bentuk Kepala ...................................................................... 37

14. Diagram Kerumunan Delapan Subspesies Burung Dara Laut

Berdasarkan Skor Ukuran dan Bentuk Kepala ............................. 40

Page 13: ANALISIS MORFOMETRIK KEPALA PADA BEBERAPA

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

1. Perhitungan Manual Rataan, Simpangan Baku dan Koefisien

Keragaman pada Anous minutus worcesteri Betina ...................... 51

2. Perhitungan Manual Uji Statistik T2 Hotelling pada Peubah-

peubah antara Kelompok Subspesies Anous minutus worcesteri

dan Anous stolidus pileatus ........................................................... 53

3. Perhitungan Jarak D2 Mahalanobis anatara Sterna sumatrana

sumatrana, Anous minutus worcesteri dan Sterna albifrons

sinensis .......................................................................................... 56

4. Perhitungan untuk Memperoleh Persamaan Komponen Utama

Pertama.......................................................................................... 60

5. Vektor Eigen, Nilai Eigen, Simpangan Baku Variabel dan

Korelasi antara Skor Ukuran terhadap Peubah-peubah yang

Diamati pada Anous minutus worcesteri ...................................... 63

6. Vektor Eigen, Nilai Eigen, Simpangan Baku Variabel dan

Korelasi antara Skor Ukuran terhadap Peubah-peubah yang

Diamati pada Anous minutus worcesteri ...................................... 63

7. Vektor Eigen, Nilai Eigen, Simpangan Baku Variabel dan

Korelasi antara Skor Ukuran terhadap Peubah-peubah yang

Diamati pada Anous stolidus pileatus ........................................... 64

8. Vektor Eigen, Nilai Eigen, Simpangan Baku Variabel dan

Korelasi antara Skor Ukuran terhadap Peubah-peubah yang

Diamati pada Anous stolidus pileatus .......................................... 64

9. Vektor Eigen, Nilai Eigen, Simpangan Baku Variabel dan

Korelasi antara Skor Ukuran terhadap Peubah-peubah yang

Diamati pada Chlidonias hybrida javanica ................................. 65

10. Vektor Eigen, Nilai Eigen, Simpangan Baku Variabel dan

Korelasi antara Skor Ukuran terhadap Peubah-peubah yang

Diamati pada Chlidonias hybrida javanica ................................. 65

11. Vektor Eigen, Nilai Eigen, Simpangan Baku Variabel dan

Korelasi antara Skor Ukuran terhadap Peubah-peubah yang

Diamati pada Sterna albifrons sinensis ........................................ 66

12. Vektor Eigen, Nilai Eigen, Simpangan Baku Variabel dan

Korelasi antara Skor Ukuran terhadap Peubah-peubah yang

Diamati pada Sterna albifrons sinensis ........................................ 66

13. Vektor Eigen, Nilai Eigen, Simpangan Baku Variabel dan

Korelasi antara Skor Ukuran terhadap Peubah-peubah yang

Diamati pada Sterna anaethetus anaethetus ................................ 67

Page 14: ANALISIS MORFOMETRIK KEPALA PADA BEBERAPA

xiii

14. Vektor Eigen, Nilai Eigen, Simpangan Baku Variabel dan

Korelasi antara Skor Ukuran terhadap Peubah-peubah yang

Diamati pada Sterna anaethetus anaethetus ................................ 67

15. Vektor Eigen, Nilai Eigen, Simpangan Baku Variabel dan

Korelasi antara Skor Ukuran terhadap Peubah-peubah yang

Diamati pada Sterna bergii cristatus ........................................... 68

16. Vektor Eigen, Nilai Eigen, Simpangan Baku Variabel dan

Korelasi antara Skor Ukuran terhadap Peubah-peubah yang

Diamati pada Sterna bergii cristatus ........................................... 68

17. Vektor Eigen, Nilai Eigen, Simpangan Baku Variabel dan

Korelasi antara Skor Ukuran terhadap Peubah-peubah yang

Diamati pada Sterna fuscata nubilosa ......................................... 69

18. Vektor Eigen, Nilai Eigen, Simpangan Baku Variabel dan

Korelasi antara Skor Ukuran terhadap Peubah-peubah yang

Diamati pada Sterna fuscata nubilosa ......................................... 69

19. Vektor Eigen, Nilai Eigen, Simpangan Baku Variabel dan

Korelasi antara Skor Ukuran terhadap Peubah-peubah yang

Diamati pada Sterna sumatrana sumatrana ................................. 70

20. Vektor Eigen, Nilai Eigen, Simpangan Baku Variabel dan

Korelasi antara Skor Ukuran terhadap Peubah-peubah yang

Diamati pada Sterna sumatrana sumatrana ................................. 70

21. Komponen Utama I, II, III, IV dan V, Nilai Eigen (λ),

Keragaman Total (%) dan Keragaman Kumulatif (%) yang

Diturunkan dari Matriks Kovarian Peubah Ukuran Kepala

pada Anous minutus worcesteri..................................................... 71

22. Komponen Utama I, II, III, IV dan V, Nilai Eigen (λ),

Keragaman Total (%) dan Keragaman Kumulatif (%) yang

Diturunkan dari Matriks Kovarian Peubah Ukuran Kepala

pada Anous stolidus pileatus ......................................................... 71

23. Komponen Utama I, II, III, IV dan V, Nilai Eigen (λ),

Keragaman Total (%) dan Keragaman Kumulatif (%) yang

Diturunkan dari Matriks Kovarian Peubah Ukuran Kepala

pada Chlidonias hybrida javanica ................................................ 72

24. Komponen Utama I, II, III, IV dan V, Nilai Eigen (λ),

Keragaman Total (%) dan Keragaman Kumulatif (%) yang

Diturunkan dari Matriks Kovarian Peubah Ukuran Kepala

pada Sterna albifrons sinensis....................................................... 72

25. Komponen Utama I, II, III, IV dan V, Nilai Eigen (λ),

Keragaman Total (%) dan Keragaman Kumulatif (%) yang

Diturunkan dari Matriks Kovarian Peubah Ukuran Kepala

pada Sterna anaethetus anaethetus ............................................... 73

Page 15: ANALISIS MORFOMETRIK KEPALA PADA BEBERAPA

xiv

26. Komponen Utama I, II, III, IV dan V, Nilai Eigen (λ),

Keragaman Total (%) dan Keragaman Kumulatif (%) yang

Diturunkan dari Matriks Kovarian Peubah Ukuran Kepala

pada Sterna bergii cristatus .......................................................... 73

27. Komponen Utama I, II, III, IV dan V, Nilai Eigen (λ),

Keragaman Total (%) dan Keragaman Kumulatif (%) yang

Diturunkan dari Matriks Kovarian Peubah Ukuran Kepala

pada Sterna fuscata nubilosa ........................................................ 74

28. Komponen Utama I, II, III, IV dan V, Nilai Eigen (λ),

Keragaman Total (%) dan Keragaman Kumulatif (%) yang

Diturunkan dari Matriks Kovarian Peubah Ukuran Kepala

pada Sterna sumatrana sumatrana ............................................... 74

29. Penciri Ukuran dan Bentuk Kepala Spesies Burung Air yang

Diamati Berikut Korelasinya terhadap Skor Ukuran dan

Bentuk ........................................................................................... 75

30. Diagram Kerumunan Anous minutus worcesteri Berdasarkan

Skor Ukuran dan Skor Bentuk Kepala ......................................... 75

31. Diagram Kerumunan Anous stolidus pileatus Berdasarkan

Skor Ukuran dan Skor Bentuk Kepala ......................................... 76

32. Diagram Kerumunan Sterna albifrons sinensis Berdasarkan

Skor Ukuran dan Skor Bentuk Kepala ......................................... 76

33. Diagram Kerumunan Sterna anaethetus anaethetus Berdasar

kan Skor Ukuran dan Skor Bentuk Kepala .................................. 77

34. Diagram Kerumunan Sterna bergii cristatus Berdasarkan

Skor Ukuran dan Skor Bentuk Kepala ......................................... 77

35. Diagram Kerumunan Sterna fuscata nubilosa Berdasarkan

Skor Ukuran dan Skor Bentuk Kepala ......................................... 78

36. Diagram Kerumunan Sterna sumatrana sumatrana Berdasarkan

Skor Ukuran dan Skor Bentuk Kepala ......................................... 78

37. Spesimen Anous minutus worcesteri............................................. 79

38. Spesimen Anous stolidus pileatus ................................................. 79

39. Spesimen Chlidonias hybrida javanica ........................................ 79

40. Spesimen Sterna albifrons sinensis............................................... 80

41. Spesimen Sterna anaethetus anaethetus ....................................... 80

42. Spesimen Sterna bergii cristatus .................................................. 80

43. Spesimen Sterna fuscata nubilosa ................................................ 81

44. Spesimen Sterna sumatrana sumatrana ....................................... 81

Page 16: ANALISIS MORFOMETRIK KEPALA PADA BEBERAPA

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Burung air merupakan kelompok burung yang menghuni lahan basah, seperti rawa,

sungai, danau dan pantai. Mereka memiliki fungsi penting dalam lingkungan, karena

merupakan indikator yang baik bagi kerusakan lingkungan dan menjaga

keseimbangan ekosistem lahan basah. Lingkungan yang rusak akan mengancam

kehidupan makhluk hidup termasuk burung air, karena ketersediaan pakan semakin

berkurang. Selain itu ketiadaan burung air dapat menyebabkan peledakan populasi

makhluk hidup lain, karena ketiadaan predator yang berfungsi menjaga

keseimbangan ekosistem. Salah satu suku (family) burung air yang berperan dalam

proses tersebut adalah suku Laridae atau dara laut.

Suku Laridae terdiri atas 12 marga (genus), diantara marga tersebut adalah

Anous, Chlidonias dan Sterna. Ukuran populasi Anous, Chlidonias dan Sterna hingga

tahun 2010 berkisar antara 150 ribu-22 juta individu dewasa; dan digolongkan ke

dalam status konservasi (status keberadaan) Least Concern atau tidak memerlukan

perhatian khusus (BirdLife International, 2011a,b,c,d,e,f,g

). Ukuran populasi yang belum

mengkhawatirkan tersebut, harus tetap mendapatkan perhatian untuk mencegah

kepunahan dan menjaga kelestarian burung air dunia. Salah satu upaya yang dapat

dilakukan adalah penangkaran. Upaya penangkaran memerlukan data spesifik

mengenai burung yang akan ditangkarkan, sehingga sangat membutuhkan informasi

genetik.

Informasi genetik morfometrik ukuran-ukuran kepala burung dara laut

(Laridae) dapat mendukung upaya penangkaran spesies tersebut untuk keperluan

konservasi ex situ, karena memberikan informasi penting mengenai kerakteristik

spesies berdasarkan ukuran-ukuran linear kepala. Penentuan karakteristik tersebut

penting, terutama untuk spesies yang memiliki karakteristik kualitatif yang hampir

sama.

Informasi tersebut dapat diperoleh melalui pengukuran tulang pada bagian-

bagian kepala karena tulang bersifat genetis yang diturunkan dari tetua. Setiap

spesies memiliki perbedaan karakteristik yang spesifik sehingga melalui Analisis

Komponen Utama (AKU) dapat diperoleh penciri ukuran dan bentuk kepala dari

Page 17: ANALISIS MORFOMETRIK KEPALA PADA BEBERAPA

2

masing-masing spesies, setiap penciri berhubungan dengan faktor genetik dan

lingkungan.

Tujuan

Penelitian ini dilakukan untuk memberikan informasi mengenai karakteristik

morfometrik kepala burung dara laut (Laridae), dengan membedakan peubah-peubah

ukuran linear kepala yang diamati pada setiap dua spesies burung air melalui uji

statistik T2-Hotelling. Penelitian ini juga bertujuan untuk memperoleh karakteristik

morfometrik kepala burung melalui pengamatan ukuran dan bentuk kepala; berikut

pencirinya dari masing-masing spesies yang diamati berdasarkan Analisis Komponen

Utama (AKU). Ukuran dan bentuk kepala divisualisasikan ke dalam diagram

kerumunan berdasarkan skor yang diperoleh. Penelitian ini juga bertujuan untuk

menentukan kedekatan hubungan morfometrik kepala berdasarkan ketidakserupaan

morfometrik melalui pendekatan jarak minimum D2-Mahalanobis yang

divisualisasikan dalam bentuk diagram pohon.

Manfaat

Penelitian ini bermanfaat sebagai informasi tambahan mengenai karakteristik

ukuran dan bentuk kepala burung air yang diamati, yaitu Anous minutus worcesteri

(camar angguk hitam), Anous stolidus pileatus (camar angguk coklat), Chlidonias

hybrida javanica (dara laut kumis), Sterna albifrons sinensis (dara laut kecil), Sterna

anaethetus anaethetus (dara laut batu), Sterna bergii cristatus (dara laut jambul),

Sterna fuscata nubilosa (dara laut sayap hitam), dan Sterna sumatrana sumatrana

(dara laut tengkuk hitam) yang dapat digunakan sebagai acuan konservasi bagi

spesies burung untuk mempertahankan keanekaragaman satwa, terutama burung air

dunia. Ilmu genetika yang mendasari pengelompokan berdasarkan ukuran dan bentuk

kepala, memberikan manfaat yang berharga bagi keberlanjutan eksistensi spesies-

spesies burung air dalam upaya penangkaran.

Page 18: ANALISIS MORFOMETRIK KEPALA PADA BEBERAPA

TINJAUAN PUSTAKA

Suku Laridae

Suku Laridae memiliki karakteristik kaki pendek, sayap panjang, dan

runcing, ekor menggarpu, dan paruh yang halus serta runcing (MacKinnon, 1996).

Storer (1960) menjelaskan bahwa suku Laridae memiliki karakteristik ukuran tubuh

yang kecil hingga sedang dengan sayap yang panjang, dan jari kaki berselaput.

MacKinnon (1996) memisahkan suku Laridae ke dalam anak suku Sterninae. Suku

Laridae terdiri atas beberapa marga, diantaranya marga Anous, Chlidonias, dan

Sterna. Marga Anous terdiri atas Anous stolidus pileatus dan Anous minutus

worcesteri serta Anous tenuirostris. Marga Chlidonias terdiri atas Chlidonias hybrida

javanica, Chlidonias niger, Chlidonias leucopterus dan Chlidonias albostriatus; dan

marga Sterna terdiri atas 20 spesies, diantaranya Sterna albifrons sinensis, Sterna

anaethetus anaethetus, Sterna bergii cristatus, Sterna fuscata nubilosa dan Sterna

sumatrana sumatrana (Bridge et al., 2005).

Baskoro (2009) menyatakan bahwa spesies burung dalam marga Anous,

Chlidonias dan Sterna memiliki jumlah telur 1-2 atau 2-3 butir setiap periode dan

berbiak pada bulan Mei sampai Juni.

Paruh

Paruh merupakan salah ciri morfologi yang dapat mengidentifikasi jenis

burung berdasarkan pakan dan cara burung mengambil pakan (Pough et al., 2006).

Paruh pada burung memiliki fungsi yang hampir sama dengan tangan, dan mulut;

serta mengindikasikan kebiasaan makan burung (Storer et al., 1968). Ukuran paruh

yang ditunjukkan pada panjang, lebar dan dalam paruh; dapat menyumbang

informasi pada skor ukuran berdasarkan Analisis Komponen Utama, tetapi informasi

ekologi lebih dapat memberikan variasi pada ukuran dan bentuk paruh sebagai akibat

dari jenis pakan yang dikonsumsi (Sutherland et al., 2008).

Tengkorak Kepala

Tengkorak kepala merupakan informasi penting untuk mengidentifikasi

perkembangan dan mengetahui hubungan genetik antara jenis yang berbeda. Bangsa

berpengaruh terhadap ukuran tengkorak kepala (Saparto, 2004). Pengukuran kepala

dilakukan dari pangkal paruh hingga tengkorak kepala belakang (Sutherland et al.,

Page 19: ANALISIS MORFOMETRIK KEPALA PADA BEBERAPA

4

2008). Tengkorak kepala terdiri atas ruang otak (cranium) serta rahang atas dan

bawah (maxilla dan mandibula). Pada umumnya, tulang pada cranium akan menjadi

bentuk yang sempurna pada saat burung dewasa (Tyne dan Berger, 1976). Warwick

et al. (1995) menyatakan bahwa ukuran-ukuran tubuh termasuk ukuran-ukuran

kepala berguna untuk menelusuri asal-usul dan hubungan filogenetik antar hewan

yang diamati.

Sexual Dimorphism

Sexual dimorphism adalah perbedaan morfologi antara jenis kelamin jantan

dan betina dalam satu spesies yang sama. Perbedaan tersebut dapat ditunjukkan pada

ukuran tubuh, warna dan struktur tubuh antara jenis kelamin (Owen dan Hartley,

1998). Sexual dimorphism dalam beberapa spesies berbeda-beda secara geografis.

Pada beberapa spesies burung, jantan memiliki warna yang lebih cerah dibandingkan

betina. Sexual dimorphism pada burung juga dapat ditemukan pada ukuran tubuh

keseluruhan, ukuran paruh dan panjang ekor (Tyne dan Berger, 1976; dan Owen dan

Hartley, 1998).

Perbedaan ukuran tubuh berhubungan dengan variasi dalam sistem

perkembangbiakan dan perbedaan jenis kelamin dalam perawatan anakan yang

ditunjukkan dalam persaingan antar jenis kelamin (Owens dan Hartley, 1998).

Sutherland et al. (2008) menjelaskan bahwa perbedaan jenis kelamin pada burung

bisa dilihat dari warna dan ukuran tubuh. Biasanya ukuran tubuh jantan lebih besar

dibandingkan betina, kecuali pada burung elang terjadi sebaliknya.

Anous minutus worcesteri

Anous minutus worcesteri atau burung camar angguk hitam, diklasifikasikan

ke dalam kerajaan Animalia; filum Chordata; kelas Aves; bangsa Charadriiformes;

suku Laridae dan marga Anous (ZipcodeZoo, 2010a). Anous minutus worcesteri

memiliki karakteristik yang hampir sama dengan Anous stolidus pileatus, tetapi

ukuran jenis burung ini lebih kecil dibandingkan Anous stolidus pileatus. Burung ini

memiliki karakteristik panjang tubuh 33 cm (MacKinnon, 1996). Karakterisik lain

yang membedakan adalah bulu yang berwarna hitam, kecuali pada bagian tengkuk

berwarna abu-abu tua dan dahi berwarna putih (del Hoyo et al., 1996).

Anous minutus worcesteri memiliki habitat yang serupa dengan burung air

lain, seperti pantai berpasir, karang, bebatuan dan laut (del Hoyo et al., 1996).

Page 20: ANALISIS MORFOMETRIK KEPALA PADA BEBERAPA

5

Tempat tersebut merupakan tempat tinggal sekaligus tempat untuk mencari makan.

Makanan utama yang didapat di daerah tersebut adalah ikan-ikan kecil, cumi-cumi,

serangga dan krustasia (MacKinnon, 1996; dan del Hoyo et al., 1996). Gambar 1

menyajikan Anous minutus worcesteri yang sedang bertengger di ranting pohon.

Gambar 1. Anous minutus worcesteri Sumber: Worldbirds (2010

a)

Populasi Anous minutus worcesteri sampai tahun 2010 diperkirakan

berjumlah antara 160 ribu-1,1 juta individu dewasa (BirdLife International, 2011a).

Ukuran tersebut masih di luar ambang batas kepunahan, sehingga status konservasi

(status keberadaan) bagi jenis burung ini adalah Least Concern atau tidak

memerlukan perhatian khusus. Subspesies ini memiliki ancaman predator, yang

terdiri atas kucing, ular Boiga irregularis dan manusia yang memanfaatkan telur,

anakan dan individu dewasa untuk dikonsumsi (BirdLife International, 2011a). Jenis

burung ini menyebar hampir di seluruh dunia, diantaranya Samudera Hindia, Karibea

dan Samudera Atlantik (Guager, 1999). MacKinnon (1996) menjelaskan bahwa

Anous minutus worcesteri merupakan pengembara yang jarang dan kadang dapat

ditemui di sepanjang tepi pantai utara di Jawa dan Bali.

Anous stolidus pileatus

Anous stolidus pileatus atau burung camar angguk coklat, diklasifikasikan ke

dalam kerajaan Animalia; filum Chordata; kelas Aves; bangsa Charadriiformes; suku

Laridae dan marga Anous (ZipcodeZoo, 2010b). Anous stolidus pileatus merupakan

dara laut yang berukuran besar. Anous stolidus pileatus memiliki karakteristik yang

hampir sama dengan Anous minutus worcesteri, baik dari ukuran maupun warna

Page 21: ANALISIS MORFOMETRIK KEPALA PADA BEBERAPA

6

bulu. Anous stolidus pileatus memiliki warna coklat gelap dan ukuran yang lebih

besar dibandingkan Anous minutus worcesteri (del Hoyo et al., 1996). Burung ini

memiliki karakteristik panjang tubuh 39 cm (MacKinnon, 1996)

del Hoyo et al. (1996) menjelaskan bahwa jenis burung ini dapat ditemukan

di dekat pantai, pulau, batu karang, pasir kerikil dan lepas pantai. Anous stolidus

pileatus sering mencari makan di sekitar pantai sampai sejauh 50 km. Makanan

utama jenis burung ini adalah cumi-cumi, moluska, serangga dan ikan kecil (del

Hoyo et al., 1996; dan MacKinnon, 1996). Gambar 2 menyajikan Anous stolidus

pileatus yang sedang bertengger di ranting pohon.

Gambar 2. Anous stolidus pileatus Sumber: Worldbirds (2010

b)

Ukuran populasi Anous stolidus pileatus sampai dengan 2010 diperkirakan

antara 180 ribu-1,1 juta individu dewasa (BirdLife International, 2011b). Jumlah

tersebut belum mengkhawatirkan sehingga jenis burung ini dikatagorikan dalam

status konservasi (status keberadaan) Least Concern atau tidak memerlukan

perhatian khusus. Anous stolidus pileatus merupakan dara laut tropis yang menyebar

di seluruh dunia. Ancaman bagi ukuran populasi subspesies ini adalah predator

kucing, tikus, ular Boiga irregularis dan manusia (memanfaatkan telur, anakan serta

individu dewasa untuk dikonsumsi) (BirdLife International, 2011b). Daerah sebaran

spesies ini meliputi Hawai, Kepulauan Tuamuto, Australia, Samudera Hindia,

Amerika, Laut Merah sampai dengan Asia Tenggara (del Hoyo et al., 1996).

MacKinnon (1996) menjelaskan bahwa Anous stolidus pileatus banyak bersarang di

kepulauan Karimun Jawa.

Page 22: ANALISIS MORFOMETRIK KEPALA PADA BEBERAPA

7

Chlidonias hybrida javanica

Chlidonias hybrida javanica atau burung dara laut kumis, diklasifikasikan ke

dalam kerajaan Animalia; filum Chordata; kelas Aves; bangsa Charadriiformes;

suku Laridae dan marga Chlidonias (ZipcodeZoo, 2010c). Spesies ini memiliki

karakteristik yang cukup unik karena memiliki tutupan seperti kumis berwarna hitam

pada bagian atas paruh. Paruh yang kuat dengan panjang 29-34 mm ditemukan pada

jantan dan 25-27 mm pada betina. Burung dewasa pada musim panas memiliki paruh

dan kaki yang berwarna kemerahan. Sisi bagian leher berwarna putih, bahkan putih

sampai dengan ke bagian tengkuk. Bulu belakang sampai dengan bagian scapula

berwarna coklat gelap dan memiliki kerakteristik panjang tubuh 33 cm (MacKinnon,

1996).

Spesies ini memiliki berbagai habitat lahan basah, tetapi sering ditemukan

pada tanah berawa air tawar dengan perairan yang luas, terutama daerah yang

ditumbuhi tanaman pakan sapi atau kuda. Habitat lain dari spesies burung ini adalah

sungai, pulau, empang dengan tumbuhan teratai, muara, daratan pantai, pinggiran

pantai dan bakau (del Hoyo et al., 1996; dan Snow dan Perrins, 1998). Gambar 3

menyajikan Chlidonias hybrida javanica yang sedang bertengger pada batu.

Gambar 3. Chlidonias hybrida javanica Sumber: Worldbirds (2010

c)

Makanan utama spesies ini menurut del Hoyo et al. (1996) meliputi serangga

darat dan serangga air (misalnya: Dytiscidae, Odonata baik larva maupun dewasa,

Orthoptera, laba-laba, katak, kepiting kecil dan semut terbang). Makanan lain spesies

ini adalah serangga terutama capung (MacKinnon, 1996). Populasi spesies ini sampai

Page 23: ANALISIS MORFOMETRIK KEPALA PADA BEBERAPA

8

dengan tahun 2010 diperkirakan berkisar antara 300 ribu-1,5 juta individu dewasa

(BirdLife International, 2011c). Ukuran populasi tersebut belum mendekati ambang

batas kepunahan, meskipun demikian masih tetap diperlukan konservasi untuk

menjaga kelestarian spesies tersebut. Status konservasi (status keberadaan) spesies

ini adalah Least Concern atau tidak memerlukan perhatian khusus. Ancaman bagi

ukuran populasi subspesies ini adalah kerusakan sarang akibat gangguan binatang

pengerat dan sejumlah telur diambil oleh penduduk lokal untuk dikonsumsi atau

dijual (BirdLife International, 2011c). Chlidonias hybrida merupakan burung air

migran, tetapi khusus pada Chlidonias hybrida javanica, menyebar hanya di sekitar

pulau Jawa dan Australia (MacKinnon dan Phillips, 1993).

Sterna albifrons sinensis

Sterna albifrons sinensis atau burung dara laut kecil, diklasifikasikan ke

dalam kerajaan Animalia; filum Chordata; kelas Aves; bangsa Charadriiformes;

suku Laridae dan marga Sterna (ZipcodeZoo, 2010d). Spesies ini merupakan burung

dara laut yang berukuran kecil dengan warna kaki dan paruh berwarna kuning serta

warna putih pada dahi. Pada musim dingin, warna putih pada dahi akan semakin

luas, paruh berwarna hitam dan warna hitam pudar pada kaki (del Hoyo et al., 1996).

Burung ini memiliki karakteristik panjang tubuh 25 cm (MacKinnon, 1996). Gambar

4 menyajikan Sterna albifrons sinensis yang sedang mencari makan di antara pasir.

Gambar 4. Sterna albifrons sinensis Sumber: Viana (2010)

Habitat Sterna albifrons sinensis ditemukan pada daerah pantai tandus, pulau

dan tepi pantai, kerikil, bukit karang lepas pantai, sungai, muara, bendungan serta

sering ditemukan bersarang pada daerah rumput kering (del Hoyo et al., 1996).

Page 24: ANALISIS MORFOMETRIK KEPALA PADA BEBERAPA

9

Makanan spesies ini sebagian besar adalah ikan kecil (misalnya: Ammodytes spp.,

Rutilus rutilus, Scardinius erythrophthalmus, Cyprinus carpio dan Perca fluviatilis)

dan binatang berkulit keras dengan ukuran 3-6 cm seperti serangga serta cacing, siput

dan udang (del Hoyo et al., 1996 dan MacKinnon, 1996).

Ukuran populasi Sterna albifrons sinensis sampai dengan tahun 2010 dicatat

sebanyak 190-410 ribu individu dewasa (BirdLife International, 2011d). Spesies ini

dikategorikan ke dalam status konservasi (status keberadaan) Least Concern atau

tidak memerlukan perhatian khusus, karena berjumlah cukup besar dan sedikit

mengalami penurunan ukuran populasi. Ancaman bagi ukuran populasi subspesies

ini adalah kerusakan habitat untuk pengembangan industri, polusi pestisida dan

pengumpulan telur untuk konsumsi manusia (BirdLife International, 2011d). Kondisi

ini tetap membutuhkan perhatian untuk keberlangsungan populasi burung air ini.

Penyebaran Sterna albifrons sinensis menetap di sepanjang pantai daerah

sedang dan tropika. MacKinnon menjelaskan bahwa terdapat populasi kecil Sterna

albifrons sinensis di Jawa dan Bali. del Hoyo et al. (1996) menambahkan bahwa

spesies ini juga dapat ditemukan di Eropa, menyebar di sepanjang pantai di bagian

Afrika serta Asia Timur, Asia Barat, Arab, New Zealand hingga sesekali dapat

ditemukan di Hawai. Hampir semua jenis burung dara laut kecil menyebar luas di

seluruh dunia.

Sterna anaethetus anaethetus

Sterna anaethetus anaethetus atau burung dara laut batu, diklasifikasikan ke

dalam kerajaan Animalia; filum Chordata; kelas Aves; bangsa Charadriiformes;

suku Laridae dan marga Sterna (ZipcodeZoo, 2010e). Jenis burung ini merupakan

dara laut yang berukuran sedang. Karakteristik yang dimiliki adalah panjang tubuh

37 cm, sayap dan ekor berwarna abu-abu gelap pada bagian atas, sedangkan pada

bagian bawah berwarna putih (MacKinnon, 1996). Karakteristik lain yang dimiliki

adalah dahi dan alis berwarna putih, kaki serta paruh yang berwarna hitam (Bridge et

al., 2005).

Jenis burung ini ditemukan pada daerah lepas pantai laut tropis dan subtropis,

yang meliputi daerah tumbuhan pantai, karang, batuan pulau, daerah pelagis hingga

sampah apung yang digunakan untuk menangkap ikan-ikan kecil (del Hoyo et al.,

1996). Makanan utama jenis burung ini menurut del Hoyo et al. (1996) dan

Page 25: ANALISIS MORFOMETRIK KEPALA PADA BEBERAPA

10

MacKinnon (1996) adalah cumi-cumi dan ikan permukaan yang berukuran kurang

dari enam cm, selain itu juga memakan krustasia, serangga air, semut terbang,

kumbang, kutu busuk dan moluska. Gambar 5 menyajikan Sterna anaethetus

anaethetus yang sedang bertengger.

Gambar 5. Sterna anaethetus anaethetus Sumber: Worldbirds (2010

d)

Ukuran populasi Sterna albifrons anaethetus sampai dengan 2010, menurut

BirdLife International (2011e) berkisar antara 610 ribu-1,5 juta individu dewasa.

Jumlah ini belum mendekati ambang batas bawah bagi populasi yang mendekati

kepunahan, sehingga Sterna albifrons anaethetus dikatagorikan ke dalam status

konservasi (status keberadaan) Least Concern yang berarti tidak memerlukan

perhatian khusus. Ancaman bagi ukuran populasi subspesies ini adalah kucing,

aktivitas manusia di sekitar habitat serta pemanfaatan telur dan anakan oleh manusia

untuk dikonsumsi (BirdLife International, 2011e). Kondisi tersebut harus mendapat

perhatian untuk menghindari kepunahan burung air. Wilayah sebaran spesies ini

meliputi Samudera Pasifik dan Atlantik termasuk Karibia, Afrika timur hingga

selatan, Arab, India, Asia Tenggara, New Zealand dan Australia (de Hoyo et al.,

1996). MacKinnon (1996) menjelaskan bahwa Sterna albifrons anaethetus

merupakan penghuni tetap di lepas pantai di Jawa dan Bali.

Sterna bergii cristatus

Sterna bergii cristatus atau burung dara laut jambul, diklasifikasikan ke

dalam kerajaan Animalia; filum Chordata; kelas Aves; bangsa Charadriiformes;

suku Laridae dan marga Sterna (ZipcodeZoo, 2010f). Sterna bergii cristatus

Page 26: ANALISIS MORFOMETRIK KEPALA PADA BEBERAPA

11

merupakan salah satu burung dara laut dengan ukuran yang cukup besar.

Karakteristik yang dimiliki burung ini adalah panjang tubuh yang berkisar antara 46-

49 cm (Cooper, 2006). Dahi dan bagian bawah tubuh berwarna putih, bagian

belakang dan sayap bawah berwarna abu-abu kehitaman (Snow dan Perrins, 1998).

Sterna bergii cristatus mendiami daerah garis pantai tropis dan subtropis,

mencari makan pada daerah perairan dangkal, danau dan pinggiran laut, batu karang,

muara, teluk, daerah berpasir, berbatu hingga di perairan payau (del Hoyo et al.,

1996). Habitat tersebut merupakan tempat burung ini tinggal dan mencari makan.

Makanan utama meliputi ikan dengan panjang 10-50 cm, cumi-cumi, serangga,

binatang berkulit keras seperti kepiting dan kerang (del Hoyo et al., 1996). Ukuran

populasi Sterna bergii cristatus sampai dengan tahun 2010 diperkirakan sebanyak

150 ribu-1,1 juta individu dewasa. Populasi spesies ini cukup tinggi dibandingkan

dengan penurunan populasi sehingga BirdLife International (2011f) mengkategorikan

dalam status konservasi (status keberadaan) Least Corcern atau tidak memerlukan

perhatian khusus. Ancaman bagi ukuran populasi subspesies ini adalah gangguan

aktivitas manusia pada koloni yang sedang berkembang biak yang dapat

menyebabkan kegagalan reproduksi; selain itu peningkatan pemangsa burung ibis

terhadap telur dan kandang (BirdLife International, 2011f). Kondisi tersebut

memerlukan upaya konservasi untuk menjamin keberlanjutan generasi. Gambar 6

menyajikan Sterna bergii cristatus yang sedang mencari makan di pinggiran pantai.

Gambar 6. Sterna bergii cristatus Sumber: Grosset (2010)

Page 27: ANALISIS MORFOMETRIK KEPALA PADA BEBERAPA

12

Sterna bergii cristatus termasuk burung yang sering ditemukan bersarang di

perairan dekat pantai dan pulau-pulau kecil di Jawa dan Bali (MacKinnon, 1996).

Daerah penyebaran Sterna bergii cristatus, meliputi Atlantik, Afrika Selatan, Asia,

Australia, sebelah barat samudera Hindia, samudera Pasifik dan dapat juga

ditemukan di Madagaskar (del Hoyo et al., 1996). Pratt et al. (1987) menyatakan

bahwa spesies ini juga ditemukan di Aldabra dan Etoile yang merupakan bagian dari

samudera Hindia, Samudera Pasifik yang meliputi Kiribati, Fiji dan Tonga.

Penyebaran yang luas menyebabkan spesies tersebut dapat ditemukan di berbagai

bagian dunia.

Sterna fuscata nubilosa

Sterna fuscata nubilosa atau burung dara laut sayap hitam diklasifikasikan ke

dalam kerajaan Animalia; filum Chordata; kelas Aves; bangsa Charadriiformes;

suku Laridae dan marga Sterna (ZipcodeZoo, 2010g). Spesies ini memiliki

karakteristik ukuran tubuh yang cukup besar dengan panjang 43 cm (MacKinnon,

1996). Sterna fuscata nubilosa memiliki warna bulu abu-abu gelap pada bagian atas

tubuh dan warna putih pada bagian bawah tubuh. Paruh dan kaki berwarna hitam,

memiliki warna putih yang cukup besar pada dahi serta tidak memiliki garis pada

leher (Tregear, 1981). Gambar 7 menyajikan Sterna fuscata nubilosa yang sedang

berdiri di atas pasir.

Gambar 7. Sterna fuscata nubilosa Sumber: Deng (2010)s

Sterna fuscata nubilosa memiliki habitat di sekitar dataran terbuka atau

daerah dengan tumbuhan yang cukup jarang, dekat laut atau pulau berpasir, batu

Page 28: ANALISIS MORFOMETRIK KEPALA PADA BEBERAPA

13

karang serta perairan lepas pantai yang kaya akan plankton, ikan dan cumi-cumi

sebagai makanannya (del Hoyo et al., 1996). Makanan utama dari burung ini adalah

ikan yang berukuran 6-8 cm hingga dapat memangsa ikan berukuran 18 cm (del

Hoyo et al., 1996). Makanan lainnya meliputi cumi-cumi, serangga dan makanan lain

di atas permukaan air.

Ukuran populasi Sterna fuscata nubilosa yang dicatat BirdLife International

(2011g) sekitar 21-22 juta ekor individu dewasa. Sterna fuscata nubilosa merupakan

burung yang hidup berkoloni dengan jumlah yang cukup besar. Ancaman bagi

ukuran populasi subspesies ini adalah predator kucing, tikus, semut invasif.

Subspesies ini juga terancam punah akibat cemaran minyak dari kapal dan

pemanfaatan telur untuk dikonsumsi manusia (BirdLife International, 2011g). Ukuran

populasi yang cukup besar dan hingga sekarang belum mendekati ambang batas

bawah populasi, sehingga burung ini berada pada status konservasi (status

keberadaan) Least Concern (tidak memerlukan perhatian khusus) dan tetap

diperlukan penangkaran untuk menjaga kelangsungan populasi burung air dunia.

Sterna fuscata nubilosa ditemukan pada kepulauan Krakatau di antara Jawa dan

Sumatera (MacKinnon, 1996). Pada musim dingin, jenis burung ini lebih banyak

ditemukan pada perairan tropis, hal ini merupakan kebiasaan dari burung laut.

Collinson (2006) menerangkan bahwa Sterna fuscata nubilosa ditemukan di Laut

Merah, Samudera Hindia hingga Samudera Pasifik.

Sterna sumatrana sumatrana

Sterna sumatrana sumatrana atau burung dara laut tengkuk hitam,

diklasifikasikan ke dalam kerajaan Animalia; filum Chordata; kelas Aves; bangsa

Charadriiformes; suku Laridae dan marga Sterna (ZipcodeZoo, 2010h). Sterna

sumatrana sumatrana memiliki karakteristik panjang tubuh 35 cm (MacKinnon,

1996). Paruh dan kaki berwarna hitam. Jenis burung ini memiliki warna putih pada

bagian muka dan bagian dada dengan warna putih keabu-abuan (del Hoyo et al.,

1996).

Jenis burung air ini memiliki habitat yang tidak berbeda dengan burung air

lain. Mereka dapat ditemukan pada pulau kecil, pulau lepas pantai, padang alang-

alang, pinggiran pantai sampai laut. Makanan utama dari jenis burung ini adalah

Page 29: ANALISIS MORFOMETRIK KEPALA PADA BEBERAPA

14

ikan-ikan kecil dan binatang kecil lain seperti serangga (del Hoyo et al., 1996).

Gambar 8 menyajikan Sterna sumatrana sumatrana yang sedang berdiri di atas batu.

Gambar 8. Sterna sumatrana sumatrana Sumber: Tarrant (2010)

Jenis burung ini berdasarkan BirdLife International (2011h) dikatagorikan ke

dalam status konservasi (status keberadaan) Least Concern atau tidak memerlukan

perhatian khusus. Ancaman bagi ukuran populasi subspesies ini adalah predator

kucing, perubahan iklim sekitar habitat dan pemanfaatan telur untuk dikonsumsi

manusia (BirdLife International, 2011h). Kondisi ini menunjukkan bahwa jumlah

spesies tersebut belum mendekati ambang kepunahan, tetapi masih diperlukan

konservasi untuk menjaga kelestarian unggas air dunia. Jenis burung ini menyebar

pada daerah tropis dan subtropis. Jangkauan sebaran dari Samudera Hindia hingga

bagian timur Samudera Pasifik (del Hoyo et al., 1996). Sterna sumatrana sumatrana

termasuk burung dara laut yang paling umum ditemukan dan berbiak di pantai

karang dan pulau-pulau kecil lepas pantai di Jawa dan Bali (MacKinnon, 1996).

Lahan Basah

Davies et al. (1995) menyatakan lahan basah memiliki dua pengertian yaitu

secara sempit dan luas. Definisi sempit menerangkan bahwa lahan basah adalah

sebuah ekoton (suatu daerah peralihan antara daratan dan perairan yang

menyebabkan beberapa bagian daratan tergenang air), sedangkan definisi secara luas

menerangkan bahwa lahan basah yaitu daerah-daerah rawa, payau, lahan gambut,

dan perairan. Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam (2007)

menjelaskan bahwa lahan basah adalah daerah-daerah payau, tanah gambut atau

Page 30: ANALISIS MORFOMETRIK KEPALA PADA BEBERAPA

15

perairan yang bersifat alami maupun buatan, tetap ataupun sementara, dengan

perairan tergenang atau mengalir, tawar, agak asin ataupun asin, termasuk daerah-

daerah perairan laut yang dengan kedalaman tidak lebih dari enam meter pada waktu

surut.

Analisis Komponen Utama (AKU)

Gaspersz (1992) menerangkan bahwa Analisis Komponen Utama (AKU)

merupakan struktur varian-kovarian melalui kombinasi linear dari peubah-peubah

tertentu. Penggunaan AKU ditujukan untuk mereduksi data dan bisa menginter-

pretasikan dalam bentuk diagram kerumunan. Wiley (1981) menjelaskan bahwa

AKU adalah suatu teknik multivariat yang digunakan untuk menemukan hubungan

struktural antara dua peubah bebas yang disebut komponen utama. Komponen utama

pertama terdiri atas peubah dengan keragaman total yang tertinggi, sedangkan

komponen utama kedua meliputi peubah dengan keragaman total terbesar setelah

komponen utama pertama (Hayashi et al., 1982).

Penggunaan metode AKU dalam analisis morfometrik menerangkan bahwa

komponen utama pertama mengindikasikan ukuran (size) sebagai vektor ukuran dan

komponen utama kedua mengindikasikan bentuk (shape) sebagai vektor bentuk dari

hewan yang diteliti (Everitt dan Dunn, 1998). Komponen utama digunakan untuk

membentuk diagram sebaran. Nishida et al. (1982) menjelaskan bahwa diagram

kerumunan tersebut dibuat berdasarkan skor ukuran dan skor bentuk yang ditentukan

oleh persamaan bentuk dan ukuran setelah dianalisis menggunakan metode AKU.

Sumbu X menunjukkan ukuran dan sumbu Y menunjukkan bentuk dari data yang

diamati (Hayashi et al., 1982).

Jarak Minimum Ketidakserupaan Morfometrik D2 Mahalanobis

Jarak minimum ketidakserupaan morfometrik D2 Mahalanobis digunakan

untuk membentuk diagram pohon (dendogram) berdasarkan pengamatan morfo-

metrik terhadap spesies yang diamati. Jarak minimum D2 Mahalanobis disajikan

dalam bentuk matriks yang dipergunakan untuk menghasilkan dendogram (Gaspersz,

1992). Pembuatan dendogram dilakukan dengan asumsi bahwa laju evolusi antara

kelompok hewan yang diamati adalah sama (Nei, 1987).

Page 31: ANALISIS MORFOMETRIK KEPALA PADA BEBERAPA

METODE

Lokasi dan Waktu

Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Ornitologi Bidang Zoologi Pusat

Penelitian Biologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia di Cibinong. Penelitian ini

dilaksanakan selama enam bulan yaitu dari bulan Mei 2010 sampai Oktober 2010.

Materi

Burung Air

Penelitian ini menggunakan 168 spesimen burung dewasa dari suku Laridae.

Subspesies yang diamati adalah Anous minutus worcesteri (camar angguk hitam)

yang terdiri atas tujuh spesimen (lima ekor jantan dan dua ekor betina); Anous

stolidus pileatus (camar angguk coklat) terdiri atas sembilan spesimen (lima ekor

jantan dan empat ekor betina); Chlidonias hybrida javanica (dara laut kumis) terdiri

atas 14 spesimen (sembilan ekor jantan dan lima ekor betina); Sterna albifrons

sinensis (dara laut kecil) terdiri atas 13 spesimen (lima ekor jantan dan delapan ekor

betina); Sterna anaethetus anaethetus (dara laut batu) terdiri atas 18 spesimen (11

ekor jantan dan tujuh ekor betina); Sterna bergii cristatus (dara laut jambul) terdiri

atas 54 spesimen (24 ekor jantan dan 30 ekor betina); Sterna fuscata nubilosa (dara

laut sayap hitam) terdiri atas 17 spesimen (tujuh ekor jantan dan 10 ekor betina); dan

Sterna sumatrana sumatrana (dara laut tengkuk hitam) terdiri atas 36 spesimen (16

ekor jantan dan 20 ekor betina). Sterna fuscata nubilosa, Sterna albifrons sinensis,

Sterna bergii cristatus, Sterna sumatrana sumatrana, dan Sterna anaethetus

anaethetus digolongkan dalam marga Sterna. Anous stolidus pileatus, dan Anous

minutus worcesteri digolongkan dalam marga Anous; sedangkan Chlidonias hybrida

javanica digolongkan dalam marga Chlidonias.

Peralatan

Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah alat ukur berupa jangka

sorong, lembar data, alat tulis, dan kamera digital. Perangkat lunak Mega 4.1 Beta

(Molecular Evolutionary Genetics Analysis) digunakan untuk menyajikan

dendogram jarak minimum ketidakserupaan morfometrik D2

Mahalanobis. Perangkat

lunak MINITAB® Release 14.12.0 digunakan untuk membantu mengolah data.

Page 32: ANALISIS MORFOMETRIK KEPALA PADA BEBERAPA

17

Peubah yang Diamati

Peubah yang diamati dalam penelitian ini adalah bagian kepala dan paruh.

Bagian paruh yang diukur meliputi panjang, lebar, dan tinggi; sedangkan bagian

kepala yang diukur meliputi lebar dan panjang.

Prosedur

Pengamatan dilakukan pada ukuran-ukuran linear pada kepala, yang meliputi

panjang paruh (X1), lebar paruh (X2), tinggi paruh (X3), lebar kepala (X4) dan

panjang kepala (X5). Ukuran-ukuran linear kepala yang diamati disajikan pada

Gambar 9. Prosedur pengamatan yang dilakukan adalah sebagai berikut.

1. Panjang paruh (cm) : pengukuran dilakukan dari pangkal paruh hingga ujung

paruh.

2. Lebar paruh (cm) : pengukuran dilakukan dari bagian pangkal paruh bagian

atas hingga pangkal paruh bagian bawah.

3. Tinggi paruh (cm) : pengukuran dilakukan dari bagian pangkal paruh bagian

atas hingga pangkal paruh bagian bawah secara vertikal.

4. Lebar kepala (cm) : pengukuran dilakukan pada daerah belakang mata pada

bagian tengkorak.

5. Panjang kepala (cm) : pengukuran dilakukan dari bagian tengah tulang teng-

korak kepala hingga bagian bawah paruh.

Keterangan: X1 = panjang paruh (cm); X2 = lebar paruh (cm); X3 = tinggi paruh (cm); X4 = lebar

kepala (cm); X5 = panjang kepala (cm)

Gambar 9. Bagan Kepala Burung Dara Laut yang Diamati

X5

X4

X3

X2

X1

Page 33: ANALISIS MORFOMETRIK KEPALA PADA BEBERAPA

18

Rancangan Statistik

Statistik Deskriptif

Statistik deskriptif meliputi rataan, simpangan baku, dan koefisien keragaman

yang dihitung berdasarkan rumus Standsfield (1983), sebagai berikut:

Keterangan:

: nilai rataan

: jumlah seluruh sampel pengamatan

: data ke-i

Keterangan:

: simpangan baku

: data ke-i

: rataan data pengamatan

: jumlah seluruh sampel pengamatan

Keterangan:

: koefisien keragaman (%)

: simpangan baku

: rataan data pengamatan

Statistik T2-Hotelling

Uji statistik T2-Hotelling digunakan untuk membandingkan peubah-peubah

antara setiap dua spesies dari delapan spesies burung air yang diamati. Statistik T2-

Hotelling yang digunakan berdasarkan rumus Gaspersz (1992), sebagai berikut:

: vektor rataan peubah-peubah dari spesies ke-1 sama dengan spesies

ke-2

Page 34: ANALISIS MORFOMETRIK KEPALA PADA BEBERAPA

19

: vektor rataan peubah-peubah dari spesies ke-1 berbeda dengan

spesies ke-2

Uji hipotesis yang dianjurkan menurut Gaspersz (1992) adalah sebagai

berikut:

Selanjutnya besaran:

Akan berdistribusi F dengan derajat bebas V1 = p, dan V2 = n1 + n2 – p – 1

Keterangan:

: nilai T2-Hotelling

: nilai hitung T2-Hotelling

: jumlah data pengamatan pada spesies ke-1

: jumlah pengamatan pada spesies ke-2

: vektor rataan peubah-peubah spesies ke-1

: vektor rataan peubah-peubah spesies ke-2

: matriks gabungan spesies ke-1 dan spesies ke-2

: invers matiks gabungan (invers dari matriks SG)

p : jumlah peubah yang diukur

Jarak Minimum Ketidakserupaan Morfometrik D2 Mahalanobis

Jarak Minimum ketidakserupaan morfometrik D2 Mahalanobis digunakan

untuk membentuk diagram pohon (dendogram) berdasarkan pengamatan ukuran-

ukuran kepala burung dara laut. Jarak Minimum ketidakserupaan morfometrik D2

Mahalanobis dihitung berdasarkan Nei (1987), sebagai berikut:

Keterangan:

: nilai statistik Mahalanobis sebagai ukuran jarak kuadrat

Mahalanobis ketidakserupaan morfometrik antara dua spesies yang

diamati

: matriks gabungan spesies ke-1 dan spesies ke-2

: invers matrik gabungan (invers dari matriks SG)

Page 35: ANALISIS MORFOMETRIK KEPALA PADA BEBERAPA

20

: vektor nilai rataan peubah-peubah acak dari spesies ke-1

: vektor nilai rataan peubah-peubah acak dari spesies ke-2

Penyajian Dendogram

Penyajian dendogram dilakukan berdasarkan nilai jarak minimum

ketidakserupaan morfometrik D2 Mahalanobis dari ukuran-ukuran linear kepala

burung setelah diakarkan. Pengelompokan spesies burung dara laut dilakukan

berdasarkan percabangan dendogram menggunakan metode Unweighted Pair Group

Method with Arithmetic (UPGMA) dengan asumsi bahwa laju evolusi antar

subspesies adalah sama.

Analisis Komponen Utama

Analisis Komponen Utama (AKU) yang digunakan dalam pengolahan data

ini berguna untuk membuat kerumunan data spesies burung yang telah diamati

berdasarkan skor ukuran dan bentuk. Skor ukuran dan skor bentuk kepala masing-

masing diperoleh berdasarkan persamaan ukuran dan persamaan bentuk kepala.

Persamaan ukuran dan bentuk kepala diturunkan berdasarkan matriks kovarian. AKU

yang digunakan berdasarkan Gaspersz (1992). Persamaan ukuran diperoleh

berdasarkan model statistik sebagai berikut:

Keterangan:

: skor ukuran

: panjang paruh

: lebar paruh

: tinggi paruh

: lebar kepala

: tinggi kepala

Persamaan bentuk diperoleh berdasarkan model statistik sebagai berikut:

Keterangan:

: skor bentuk

: panjang paruh

: lebar paruh

: tinggi paruh

Page 36: ANALISIS MORFOMETRIK KEPALA PADA BEBERAPA

21

: lebar kepala

: tinggi kepala

Sumbu X mewakili skor ukuran yang merupakan skor komponen utama

pertama dan sumbu Y mewakili skor bentuk yang merupakan skor komponen utama

kedua (Nishida et al., 1980). Korelasi antara ukuran dan bentuk tubuh burung

diperoleh dari perkalian antara vektor eigen dan akar dari nilai eigen masing-masing

dan dibagi dengan simpangan baku dari masing-masing peubah (Gaspersz, 1992).

Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut:

Keterangan:

: koefisien korelasi peubah ke-i (1, 2, 3,..., i) dan skor ke-j (1,2)

: vektor eigen peubah ke-i (1, 2, 3,..., i) dan komponen ke-j (1,2)

: nilai eigen (akar ciri) pada komponen ke-j (1,2)

: simpangan baku peubah ke-i (1, 2, 3,..., i)

Diagram Kerumunan

Diagram kerumunan dibuat berdasarkan skor ukuran dan skor bentuk yang

diperoleh dari persamaan ukuran dan persamaan bentuk. Ukuran disetarakan dengan

sumbu X dan bentuk disetarakan dengan sumbu Y. Setiap plot pada diagram

kerumunan mencerminkan skor ukuran dan skor bentuk pada setiap data individu.

Pengerumunan dilakukan berdasarkan spesies yang diamati. Persamaan dan

perbedaan ukuran dan bentuk dapat dilihat berdasarkan kerumunan data masing-

masing spesies pada diagram kerumunan.

Page 37: ANALISIS MORFOMETRIK KEPALA PADA BEBERAPA

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pengamatan morfometrik kepala burung dara laut pada penelitian ini dimulai

dengan perhitungan statistik deskriptif yang kemudian dilanjutkan dengan statistik

T2-Hotelling. Berdasarkan hasil statistik T

2-Hotelling pengamatan perbedaan ukuran

dan bentuk kepala dilakukan melalui Analisis Komponen Utama. Diagram

kerumunan dibentuk berdasarkan perhitungan skor ukuran dan bentuk kepala,

sehingga dapat dibandingkan antara subspesies burung dara laut yang diamati. Jarak

ketidakserupaan morfometrik ukuran-ukuran kepala diamati untuk mendukung

diagram kerumunan ukuran dan bentuk kepala pada burung dara laut tersebut.

Hasil Statistik Deskriptif

Tabel 1 menyajikan ukuran-ukuran linear peubah kepala pada subspesies

Anous minutus worcesteri dan Anous stolidus pileatus. Tabel tersebut menyampaikan

nilai rataan, simpangan baku dan koefisien keragaman pada masing-masing peubah

yang diamati.

Tabel 1. Ukuran-ukuran Linear Peubah Kepala Burung Dara Laut Jantan dan

Betina pada Marga Anous

Subspesies Jenis

Kelamin

Panjang

Paruh

Lebar

Paruh

Tinggi

Paruh

Lebar

Kepala

Panjang

Kepala

---------------------------------------(cm)--------------------------------------

Anous

minutus

worcesteri

(n=7)

(2) 4,31 ± 0,90

(20,86%)

0,49 ± 0,01

(2,89%)

0,67 ± 0,03

(4,22%)

2,25 ± 0,01

(0,31%)

3,14 ± 0,16

(5,19%)

(5) 4,26 ± 0,28

(6,68%)

0,50 ± 0,03

(4,98%)

0,65 ± 0,05

(8,90%)

2,16 ± 0,15

(6,97%)

2,88 ± 0,14

(4,86%)

Anous

stolidus

pileatus

(n=9)

(5) 4,33 ± 0,36

(8,39%)

0,63 ± 0,10

(15,68%)

0,83 ± 0,16

(19,04%)

2,66 ± 0,12

(4,33%)

3,69 ± 0,12

(3,30%)

(4) 4,51 ± 0,194

(4,30%)

0,67 ± 0,04

(6,33%)

0,87 ± 0,03

(3,79%)

2,60 ± 0,15

(5,67%)

3,63 ± 0,08

(2,12%)

Keterangan: Persen dalam tanda kurung menunjukkan koefisien keragaman; n=jumlah sampel yang

diamati

Koefisien keragaman peubah-peubah ukuran linear kepala yang berkisar

antara 0,31%-20,86% pada jantan dan betina Anous stolidus pileatus dan Anous

minutus worcesteri. Koefisien keragaman yang ditunjukkan tersebut mencapai lebih

dari 20% dan merupakan koefisien keragaman yang tinggi (Syahid, 2009). Koefisien

keragaman yang tinggi mengindikasikan bahwa kedua subspesies burung dara laut

Page 38: ANALISIS MORFOMETRIK KEPALA PADA BEBERAPA

23

ini memiliki status konservasi yang masih dapat dipertahankan. Status konservasi

subspesies ini adalah Least Concern atau tidak memerlukan perhatian khusus

(BirdLife International, 2011a). Rataan ukuran-ukuran linear kepala pada Anous

stolidus pileatus ditemukan lebih besar dibandingkan dengan Anous minutus

worcesteri. Hasil penelitian tersebut sesuai dengan pernyataan del Hoyo et al. (1996)

yang menyatakan bahwa Anous minutus worcesteri memiliki karakteristik yang

hampir sama dengan Anous stolidus pileatus, tetapi ukuran jenis Anous stolidus

pileatus lebih besar dibandingkan Anous minutus worcesteri. Karakter lain yang

membedakan adalah bulu yang berwarna hitam, kecuali pada bagian tengkuk

berwarna abu-abu tua dan dahi berwarna putih.

Tabel 2 menyajikan ukuran linear peubah kepala pada subspesies Chlidonias

hybrida javanica. Koefisien keragaman ukuran-ukuran linear kepala pada subspesies

ini berkisar antara 5,89%-14,58%. Koefisien keragaman yang dihasilkan

digolongkan dalam koefisien keragaman yang sedang, karena mencapai kisaran

antara 10%-20% (Syahid, 2009). Keragaman ukuran-ukuran linear kepala yang tidak

rendah tersebut menunjukkan bahwa subspesies ini belum terancam punah (Docstoc,

2010). Chlidonias hybrida javanica memiliki status konservasi Least Concern atau

tidak memerlukan perhatian khusus (BirdLife International, 2011c).

Tabel 2. Ukuran-ukuran Linear Peubah Kepala Burung Dara Laut Jantan dan Betina

pada Marga Chlidonias

Subspesies Jenis

Kelamin

Panjang

Paruh

Lebar

Paruh

Tinggi

Paruh

Lebar

Kepala

Panjang

Kepala

---------------------------------------(cm)------------------------------------------

Chlidonias

hybrida

javanica

(n=14)

(9)

3,42 ± 0,20

( 5,89%)

0,50 ± 0,04

(7,76%)

0,76 ± 0,06

(8,34%)

2,32 ± 0,33

(14,29%)

3,25 ± 0,26

(7,99%)

(5)

2,91 ± 0,42

(14,58%)

0,48 ± 0,04

(8,72%)

0,69 ± 0,07

(9,67%)

2,27 ± 0,13

(10,30%)

3,06 ± 0,24

(7,84%)

Keterangan: Persen dalam tanda kurung menunjukkan koefisien keragaman; n=jumlah sampel yang

diamati

Tabel 3 menyajikan ukuran-ukuran linear kepala pada marga Sterna, yang

meliputi Sterna anaethetus anaethetus, Sterna bergii cristatus, Sterna fuscata

nubilosa, Sterna sumatrana sumatrana dan Sterna albifrons sinensis. Koefisien

keragaman ukuran-ukuran linear kepala pada marga ini berkisar antara 1,84%-

15,89%. Sterna anaethetus anaethetus memiliki koefisien keragaman ukuran-ukuran

linear kepala yang lebih tinggi dibandingkan dengan subspesies lain yang diamati

Page 39: ANALISIS MORFOMETRIK KEPALA PADA BEBERAPA

24

pada marga Sterna. Koefisien keragaman ukuran-ukuran linear kepala terendah

dimiliki subspesies Sterna albifrons sinensis berkisar antara 2,78%-7,04% dan

koefisien keragaman yang paling tinggi ditunjukkan pada subspesies Sterna

anaethetus anaethetus yang berkisar antara 3,22%-15,89%.

Tabel 3. Ukuran-ukuran Linear Peubah Kepala Burung Dara Laut Jantan dan

Betina pada Marga Sterna

Subspesies Jenis

Kelamin

Panjang

Paruh Lebar Paruh

Tinggi

Paruh

Lebar

Kepala

Panjang

Kepala

------------------------------------------(cm)----------------------------------------

Sterna

albifrons

sinensis

(n=13)

(5)

3,40 ± 0,19

(5,45%)

0,44 ± 0,01

(2,78%)

0,69 ± 0,05

(7,04%)

1,93 ± 0,12

(6,37%)

2,68 ± 0,08

(2,84%)

(8)

3,12 ± 0,19

(6,04%)

0,43 ± 0,03

(6,53%)

0,64 ± 0,03

(4,50%)

1,86 ± 0,11

(5,68%)

2,69 ± 0,09

(3,44%)

Sterna

anaethetus

anaethetus

(n=18)

(11)

4,10 ± 0,65

(15,89%)

0,59 ± 0,09

(14,91%)

0,80 ± 0,10

(11,96%)

2,71 ± 0,21

(7,79%)

3,37 ± 0,11

(3,22%)

(7)

4,21 ± 0,45

(10,71%)

0,57 ± 0,08

(14,38%)

0,79 ± 0,06

(7,32%)

2,57 ± 0,24

(9,50%)

3,24 ± 0,11

(3,43%)

Sterna

Bergii

cristatus

(n=54)

(24)

6,60 ± 0,52

(7,89%)

0,85 ± 0,07

(8,52%)

1,35 ± 0,11

(8,32%)

3,13 ± 0,26

(8,40%)

4,55 ± 0,30

(6,55%)

(30)

6,26 ± 0,36

(5,82%)

0,82 ± 0,36

(5,82%)

1,29 ± 0,08

(6,46%)

3,06 ± 0,22

(7,13%)

4,39 ± 0,29

(6,52%)

Sterna

fuscata

nubilosa

(n=17)

(7)

4,48 ± 0,30

(6,73%)

0,66 ± 0,09

(13,30%)

0,86 ± 0,08

(9,30%)

2,71 ± 0,19

(6,99%)

3,66 ± 0,16

(4,25%)

(10)

4,33 ± 0,27

(6,29%)

0,64 ± 0,06

(8,90%)

0,85 ± 0,07

(7,92%)

2,69 ± 0,13

(4,77%)

3,59 ± 0,07

(1,84%)

Sterna

sumatrana

sumatrana

(n=36)

(16)

3,84 ± 0,24

(6,35%)

0,45 ± 0,03

(5,97%)

0,66 ± 0,05

(6,88%)

2,21 ± 0,12

(5,54%)

3,20 ± 0,11

(3,53%)

(20)

3,68 ± 0,18

(4,78%)

0,43 ± 0,03

(5,94%)

0,66 ± 0,04

(5,72%)

2,13 ± 0,14

(6,34%)

3,16 ± 0,15

(4,80%)

Keterangan: Persen dalam tanda kurung menunjukkan koefisien keragaman; n=jumlah sampel yang

diamati

Status konservasi subspesies yang diamati pada marga Sterna adalah Least

Concern atau tidak memerlukan perhatian khusus (BirdLife International,

2011d,e,f,g,h

). Koefisien keragaman yang cukup tinggi pada semua subspesies

menunjukkan bahwa kemungkinan punah masih kecil. Hal tersebut sesuai dengan

Docstoc (2010) yang menyatakan bahwa semakin besar ukuran populasi suatu

subspesies, maka semakin besar keragaman genetik, sehingga semakin kecil

kemungkinan populasi tersebut mengalami kepunahan.

Page 40: ANALISIS MORFOMETRIK KEPALA PADA BEBERAPA

25

Keragaman fenotipik pada setiap individu ditentukan faktor genetik dan

lingkungan dan interaksi antara faktor genetik dan lingkungan. Koefisien keragaman

pada burung dara laut yang diamati, menunjukkan keragaman pada ukuran-ukuran

linear kepala. Koefisien keragaman yang dihasilkan dipengaruhi heterogenitas dan

selang perlakuan. Heterogenitas tersebut terdiri atas heterogenitas alat, bahan, media,

dan lingkungan percobaan; sedangkan selang perlakuan yang semakin lebar akan

memperbesar nilai koefisien keragaman yang dihasilkan (Syahid, 2009). Koefisien

keragaman yang tinggi mengindikasikan keragaman yang tinggi dan sebaliknya.

Salamena et al. (2007) menjelaskan bahwa keragaman dalam suatu populasi dapat

menurun karena adanya seleksi, terjadi silang dalam dan kematian. Hal tersebut

dapat mengurangi jumlah populasi, sehingga keragaman genetik rendah dan

menunjukkan semakin besar kemungkinan spesies tersebut punah.

Hasil Statistik T2-Hotelling

Hasil statistik T2-Hotelling menjelaskan perbedaan ukuran-ukuran linear

kepala antara dua subspesies yang diamati secara serempak. Tabel 4 menyajikan

rekapitulasi hasil uji statistik T2-Hotelling antara setiap dua subspesies semua

subspesies burung dara laut yang diamati.

Tabel 4. Rekapitulasi Hasil Uji Statistik T2-Hotelling antara Subspesies Burung yang

Diamati

Subspesies 1 2 3 4 5 6 7

2 **

3 ** **

4 ** ** **

5 ** ** ** **

6 ** ** ** ** **

7 ** ** ** ** ** **

8 ** ** ** ** ** ** **

Keterangan: 1= Anous minutus worcesteri; 2= Anous stolidus pileatus; 3= Chlidonias hybrida

javanica; 4= Sterna albifrons sinensis; 5= Sterna anaethetus anaethetus; 6= Sterna

bergii cristatus; 7= Sterna fuscata nubilosa; 8=Sterna sumatrana sumatrana;

**=berbeda sangat nyata (p <0,01)

Berdasarkan Tabel 4, ditemukan perbedaan ukuran-ukuran linear kepala

antara subspesies-subspesies burung dara laut yang diamati, yang sangat nyata

Page 41: ANALISIS MORFOMETRIK KEPALA PADA BEBERAPA

26

(P<0,01). Hal ini disebabkan setiap subspesies memiliki karakteristik yang berbeda

dan spesifik. MacKinnon (1996) menyatakan bahwa ukuran subspesies-subspesies

yang diamati pada penelitian ini spesifik. Dijelaskan bahwa Sterna bergii cristatus

merupakan subspesies dengan ukuran tubuh terbesar dan Sterna albifrons sinensis

merupakan subspesies terkecil pada marga Sterna. MacKinnon (1996) juga

menjelaskan bahwa urutan subspesies dari yang berukuran tubuh paling besar ke

paling kecil adalah Sterna bergii cristatus, kemudian Sterna fuscata nubilosa, Anous

stolidus pileatus, Sterna anaethetus anaethetus, Sterna sumatrana sumatrana, Anous

minutus worcesteri, Chlidonias hybrida javanica dan Sterna albifrons sinensis. Tabel

5 menyajikan hasil rekapitulasi uji statistik T2-Hotelling antara jenis kelamin pada

setiap subspesies yang diamati.

Tabel 5. Hasil Rekapitulasi Uji Statistik T2-Hotelling antara Jenis Kelamin pada

Setiap Subspesies yang diamati

No Subspesies Jantan dan Betina

1 Anous minutus worcesteri tn

2 Anous stolidus pileatus tn

3 Chlidonias hybrida javanica tn

4 Sterna albifrons sinensis tn

5 Sterna anaethetus anaethetus tn

6 Sterna bergii cristatus tn

7 Sterna fuscata nubilosa tn

8 Sterna sumatrana sumatrana **

Keterangan: **=berbeda sangat nyata (p<0,01); tn=tidak berbeda nyata (p>0,05)

Hasil statistik T2-Hotelling antara jantan dan betina pada setiap jenis burung

dara laut yang diamati memperlihatkan kesamaan ukuran-ukuran linear kepala

(P>0,05) kecuali pada subspesies Sterna sumatrana sumatrana (P<0,01). Perbedaan

ukuran-ukuran linear kepala jantan dan betina menunjukkan bahwa subspesies

tersebut memiliki sexual dimorphism yang menurut Sutherland et al. (2008) jantan

berukuran tubuh lebih besar dari betina atau sebaliknya. Pada penelitian ini rataan

ukuran-ukuran linear peubah kepala pada Sterna sumatrana sumatrana jantan lebih

besar dibandingkan betina.

Page 42: ANALISIS MORFOMETRIK KEPALA PADA BEBERAPA

27

Hasil Statistik D2 Mahalanobis

Jarak ketidakserupaan morfometrik ukuran-ukuran kepala burung dara laut

antara setiap dua subspesies burung dara laut yang diamati, diperoleh berdasarkan

hasil statistik D2 Mahalanobis yang diakarkan. Tabel 6 menyajikan akar dari jarak

minimum D2 Mahalanobis diantara setiap dua subspesies dari delapan subspesies

burung dara laut yang diamati.

Jarak ketidakserupaan morfometrik ukuran-ukuran linear kepala terdekat

yang ditemukan pada penelitian ini adalah Sterna fuscata nubilosa terhadap Anous

stolidus pileatus sehingga kedua subspesies tersebut pada dendogram ketidak-

serupaan (Gambar 10) digolongkan ke dalam satu kelompok. Jarak minimum

terdekat antara kelompok tersebut terhadap kelompok subspesies-subspesies lain

ditentukan kemudian. Berdasarkan perhitungan Jarak Minimum D2 Mahalanobis,

diperoleh dendogram pada Gambar 10 yang membagi ke delapan subspesies burung

dara laut menjadi kelompok-kelompok.

Tabel 6. Akar dari Jarak Minimum D2 Mahalanobis diantara Delapan Subspesies

Burung Dara Laut yang diamati

Subspesies 1 2 3 4 5 6 7

2 8,290

3 4,939 4,861

4 5,435 14,477 3,157

5 4,201 2,989 2,527 6,976

6 7,938 5,008 7,240 8,965 5,967

7 7,939 1,032 4,666 11,630 2,591 5,416

8 3,736 6,722 3,990 5,038 4,022 8,929 5,838

Keterangan: 1= Anous minutus worcesteri; 2= Anous stolidus pileatus; 3= Chlidonias hybrida

javanica; 4= Sterna albifrons sinensis; 5= Sterna anaethetus anaethetus; 6= Sterna

bergii cristatus; 7= Sterna fuscata nubilosa; 8=Sterna sumatrana sumatrana

Warwick et al. (1995) menyatakan bahwa ukuran-ukuran tubuh termasuk

ukuran-ukuran kepala berguna untuk menelusuri asal-usul dan hubungan filogenetik

antar hewan yang diamati. Hubungan kekerabatan dari delapan subspesies yang

diamati tergantung dari nilai akar dari jarak minimum D2 Mahalanobis yang

diperoleh berdasarkan ukuran-ukuran linear kepala burung dara laut. Gambar 10

Page 43: ANALISIS MORFOMETRIK KEPALA PADA BEBERAPA

28

menyajikan dendogram ketidakserupaan morfometrik ukuran-ukuran linear kepala

pada delapan subspesies burung dara laut yang diamati.

C.h.javanica

S.a.anaethetus

A.s.pileatus

S.f.nubilosa

S.b.cristatus

S.a.sinensis

S.s.sumatrana

A.m.worcesteri

Gambar 10. Dendogram Ketidakserupaan Morfometrik Ukuran-ukuran Linear

Kepala pada Delapan Subspesies Burung Dara Laut yang Diamati

Pada gambar 10, titik percabangan 3,6004 (1,8680+0,7502+0,9822) membagi

burung dara laut menjadi dua kelompok besar yaitu kelompok A dan B. Pada

kelompok A titik percabangan 2,9539 membagi burung dara laut menjadi dua

kelompok, yaitu A1 dan A2. Pada kelompok A1, titik percabangan 1,8884 membagi

burung dara laut menjadi dua kelompok, yaitu A11 dan A12. Pada kelompok A11, titik

percabangan 1,2635 membagi burung dara laut menjadi dua kelompok, yaitu A111

dan A112. Pada kelompok A12, titik percabangan 0,5160 membagi burung dara laut

menjadi dua kelompok, yaitu A121 dan A122. Kelompok A11 terdiri atas Chlidonias

hybrida javanica dan Sterna anaethetus anaethetus. Kelompok A12 terdiri atas Anous

stolidus pileatus dan Sterna fuscata nubilosa. Kelompok A2 hanya terdiri atas satu

subspesies, yaitu Sterna bergii cristatus.

Titik percabangan 2,6182 pada kelompok B membagi burung dara laut

menjadi dua kelompok, yaitu B1 dan B2. Pada kelompok B2, titik percabangan 1,8680

membagi burung dara laut menjadi dua kelompok yaitu B21 dan B22. Kelompok B1

hanya terdiri atas satu subspesies, yaitu Sterna albifrons sinensis, sedangkan

kelompok B2 terdiri atas Sterna sumatrana sumatrana dan Anous minutus worcesteri.

Pengelompokan subspesies-subspesies burung dara laut yang diamati berbeda

dengan pengelompokan berdasarkan marga. Pengelompokan berdasarkan marga

dilakukan dengan mempertimbangkan kesamaan ciri dan karakter morfologi, seperti

S. a. anaethetus

C. h. javanica

A. m. worcesteri

S. f. nubilosa

S. s. sumatrana

S. b. cristatus

S. a. sinensis

A. s. pileatus

Page 44: ANALISIS MORFOMETRIK KEPALA PADA BEBERAPA

29

bentuk sayap, paruh dan kaki (Hickman et al., 2007). Pengelompokan hanya delapan

subspesies burung dara laut yang diamati pada penelitian ini berdasarkan ukuran-

ukuran linear kepala, memberikan hasil yang agak berbeda. Pengelompokkan

tersebut terlihat mengelompok berdasarkan juga pada kesamaan lain; tidak hanya

pada kesamaan ciri dan karakter morfologi, sehingga marga yang sama tidak

mengelompok pada satu kelompok yang sama. Sibuea et al. (1995) menyatakan

bahwa persamaan karakteristik dapat disebabkan habitat yang berkaitan dengan

makanan dan tingkah laku makan di lahan basah.

Jarak ketidakserupaan antara Anous stolidus pileatus dan Sterna fuscata

nubilosa adalah 0,5160 yang merupakan ukuran jarak ketidakserupaan morfometrik

ukuran kepala yang paling kecil. Hal itu mengindikasikan bahwa ukuran kepala pada

Anous stolidus pileatus dan Sterna fuscata nubilosa paling mirip dengan keserupaan

morfometrik tinggi. Jarak ketidakserupaan antara Sterna sumatrana sumatrana dan

Anous minutus worcesteri adalah 1,8680 yang merupakan ukuran jarak

ketidakserupaan morfometrik ukuran kepala yang paling besar. Hal ini

mengindikasikan bahwa ukuran kepala pada Sterna sumatrana sumatrana dan Anous

minutus worcesteri sangat berbeda dengan ketidakserupaan morfometrik yang tinggi.

Pengelompokan menjadi kelompok besar dan kelompok kecil mengindi-

kasikan ketidakserupaan morfometrik ukuran-ukuran linear kepala. Titik

percabangan yang membedakan subspesies-subspesies burung dara laut yang diamati

menjadi kelompok-kelompok besar, mengindikasikan bahwa kedua kelompok besar

tersebut memiliki ketidakserupaan morfometrik ukuran-ukuran linear kepala yang

tinggi; demikian pula sebaliknya.

Hasil Analisis Komponen Utama (AKU)

Hasil Analisis Komponen Utama (AKU) pada setiap subspesies burung dara

laut yang diamati; diuraikan di bawah ini berdasarkan marga. Berdasarkan AKU

diperoleh penciri ukuran dan bentuk kepala pada masing-masing subspesies burung

dara laut yang diamati; serta diagram kerumunan berdasarkan skor ukuran dan

bentuk yang diperoleh. Korelasi antara penciri ukuran dan skor ukuran serta antara

penciri bentuk dan skor bentuk; juga akan diuraikan di bawah ini. Uraian

pembahasan disajikan setelah uraian hasil AKU dan diagram kerumunan.

Page 45: ANALISIS MORFOMETRIK KEPALA PADA BEBERAPA

30

Marga Anous

Marga Anous yang diamati terdiri atas Anous minutus worcesteri dan Anous

stolidus pileatus. Tabel 7 menyajikan persamaan ukuran dan bentuk kepala pada

subspesies Anous minutus worcesteri.

Tabel 7. Persamaan Ukuran dan Bentuk Kepala pada Anous minutus worcesteri

berikut Keragaman Total dan Nilai Eigen

Persamaan Keragaman

Total (%)

Nilai

Eigen

Ukuran= 0,975X1+0,009X2+0,077X3─0,088X4+0,191X5 81,90 0,198

Bentuk= ─0,202X1─0,039X2─0,044X3─0,204X4+0,956X5 11,20 0,027

Keterangan: X1 = Panjang Paruh; X2 = Lebar Paruh; X3 = Tinggi Paruh; X4 = Lebar Kepala dan X5 =

Panjang Kepala

Penciri ukuran kepala pada Anous minutus worcesteri adalah panjang paruh

(X1) yang memiliki vektor eigen sebesar 0,975 (Tabel 7) dengan nilai korelasi antara

panjang paruh dan skor ukuran kepala sebesar 0,997; sedangkan penciri bentuk

kepala adalah panjang kepala (X5) yang memiliki vektor eigen sebesar 0,956 dengan

nilai korelasi antara panjang kepala dan skor bentuk kepala sebesar 0,872. Hal

tersebut menunjukkan bahwa semakin besar panjang paruh pada subspesies Anous

minutus worcesteri maka skor ukuran kepala yang dihasilkan juga semakin besar;

begitu juga pada skor bentuk. Semakin besar panjang kepala pada Anous minutus

worcesteri maka skor bentuk yang dihasilkan juga akan semakin besar. Tabel 8

menyajikan persamaan ukuran dan bentuk kepala pada subspesies Anous stolidus

pileatus.

Tabel 8. Persamaan Ukuran dan Bentuk Kepala pada Anous stolidus pileatus

berikut Keragaman Total dan Nilai Eigen

Persamaan Keragaman

Total (%)

Nilai

Eigen

Ukuran = 0,917X1+0,217X2+0,328X3+0,068X4+0,018X5 78,50 0,106

Bentuk = 0,035X1─0,125X2─0,177X3+0,882X4─0,416X5 13,10 0,018

Keterangan: X1 = Panjang Paruh; X2 = Lebar Paruh; X3 = Tinggi Paruh; X4 = Lebar Kepala dan X5 =

Panjang Kepala

Penciri ukuran kepala pada Anous stolidus pileatus adalah panjang paruh (X1)

yang memiliki vektor eigen sebesar 0,917 dengan nilai korelasi antara panjang paruh

Page 46: ANALISIS MORFOMETRIK KEPALA PADA BEBERAPA

31

dan skor ukuran kepala sebesar 0,999; sedangkan penciri bentuk kepala adalah lebar

kepala (X4) yang memiliki vektor eigen sebesar 0,882 dengan nilai korelasi antara

lebar kepala dan skor bentuk sebesar 0,939. Hal tersebut menunjukkan bahwa

semakin besar panjang paruh pada Anous stolidus pileatus maka skor ukuran kepala

yang dihasilkan akan semakin besar; begitu juga pada skor bentuk. Semakin besar

lebar kepala maka skor bentuk kepala yang dihasilkan akan semakin besar. Gambar

11 menyajikan diagram kerumunan pada marga Anous berdasarkan skor ukuran dan

skor bentuk kepala.

Keterangan: ■= jantan Anous minutus worcesteri; ○= betina Anous minutus worcesteri; ■= jantan

Anous stolidus pileatus; ○= betina Anous stolidus pileatus

Gambar 11. Diagram Kerumunan Marga Anous Berdasarkan Skor Ukuran dan Skor

Bentuk Kepala

Gambar 11 menunjukkan bahwa antara Anous minutus worcesteri dan Anous

stolidus pileatus memiliki kisaran skor ukuran yang hampir sama. Kisaran skor

ukuran kepala pada Anous minutus worcesteri sebesar 4,323-5,297 dan kisaran skor

ukuran kepala pada Anous stolidus pileatus sebesar 4,159-5,035 dengan penciri

ukuran adalah panjang paruh. Berdasarkan bentuk kepala antara Anous minutus

worcesteri dan Anous stolidus pileatus ditemukan perbedaan yang cukup besar. Skor

bentuk Anous minutus worcesteri yang dicirikan pada panjang kepala, berkisar antara

1,194-1,639; sedangkan skor bentuk Anous stolidus pileatus yang dicirikan pada

lebar kepala, berkisar antara 0,517-0,882, sehingga pada Gambar 11 Anous minutus

Page 47: ANALISIS MORFOMETRIK KEPALA PADA BEBERAPA

32

worcesteri berada pada bagian atas dibandingkan Anous stolidus pileatus. Penciri

bentuk kepala Anous minutus worcesteri dan Anous stolidus pileatus berbeda. Everit

dan Dunn (1998) menyatakan bahwa bentuk merupakan faktor yang menarik untuk

diamati bagi ahli taksonomi. Dijelaskan oleh Niraldy (2010) bahwa bentuk kepala

burung bayan-bayanan lebih banyak dipengaruhi faktor genetik daripada lingkungan.

Marga Chlidonias

Marga Chlidonias yang diamati hanya terdiri atas satu subspesies, yaitu

Chlidonias hybrida javanica. Tabel 9 menyajikan persamaan ukuran dan bentuk

kepala pada subspesies Chlidonias hybrida javanica, berikut keragaman total dan

nilai eigen.

Tabel 9. Persamaan Ukuran dan Bentuk Kepala pada Chlidonias hybrida javanica

berikut Keragaman Total dan Nilai Eigen

Persamaan Keragaman

Total (%)

Nilai

Eigen

Ukuran = 0,746X1+0,043X2+0,109X3+0,434X4+0,492X5 67,10 0,205

Bentuk = ─0,621X1─0,004X2─0,038X3+0,714X4+0,321X5 26,20 0,081

Keterangan: X1 = Panjang Paruh; X2 = Lebar Paruh; X3 = Tinggi Paruh; X4 = Lebar Kepala dan X5 =

Panjang Kepala

Penciri ukuran kepala pada Chlidonias hybrida javanica adalah panjang

paruh (X1) yang memiliki vektor eigen sebesar 0,746 dengan nilai korelasi antara

panjang paruh dan skor ukuran sebesar 0,884; sedangkan penciri bentuk adalah lebar

kepala (X4) yang memiliki vektor eigen sebesar 0,714 dengan nilai korelasi antara

lebar kepala dan skor bentuk sebesar 0,698. Hal tersebut menunjukkan bahwa

semakin besar panjang paruh pada Chlidonias hybrida javanica, maka skor ukuran

yang dihasilkan akan semakin besar; begitu juga pada skor bentuk. Gambar 12

menyajikan diagram kerumunan marga Chlidonias berdasarkan skor ukuran dan skor

bentuk kepala.

Page 48: ANALISIS MORFOMETRIK KEPALA PADA BEBERAPA

33

Keterangan: ■= jantan Chlidonias hybrida javanica; ○= betina Chlidonias hybrida javanica

Gambar 12. Diagram Kerumunan Marga Chlidonias Berdasarkan Skor Ukuran dan

Skor Bentuk Kepala

Semakin besar lebar kepala, maka skor bentuk yang dihasilkan akan semakin

besar. Persamaan ukuran dan bentuk pada Chlidonias hybrida javanica disajikan

dalam diagram kerumunan berdasarkan skor ukuran dan bentuk kepala yang

diperoleh. Gambar 12 menunjukkan skor ukuran pada Chlidonias hybrida javanica

berkisar antara 4,031-5,590 dengan penciri ukuran adalah panjang paruh; sedangkan

kisaran skor bentuk pada Chlidonias hybrida javanica sebesar 0,213-1,020 dengan

penciri bentuk adalah lebar kepala. Berdasarkan skor ukuran, betina lebih kecil

dibandingkan jantan. Pada diagram kerumunan data individu-individu betina berada

pada sebelah kiri. Pada Tabel 2, penciri ukuran yaitu panjang paruh menunjukkan

bahwa jantan lebih besar dibandingkan betina pada Chlidonias hybrida javanica.

Marga Sterna

Marga Sterna yang diamati terdiri atas lima subspesies, yaitu Sterna albifrons

sinensis, Sterna anaethetus anaethetus, Sterna bergii cristatus, Sterna fuscata

nubilosa dan Sterna sumatrana sumatrana. Tabel 10 menyajikan persamaan ukuran

dan bentuk pada subspesies Sterna albifrons sinensis berikut keragaman total dan

nilai eigen.

Page 49: ANALISIS MORFOMETRIK KEPALA PADA BEBERAPA

34

Tabel 10. Persamaan Ukuran dan Bentuk Kepala pada Sterna albifrons sinensis

berikut Keragaman Total dan Nilai Eigen

Persamaan Keragaman

Total (%)

Nilai

Eigen

Ukuran = 0,931X1+0,030X2+0,089X3+0,353X4─0,017X5 79,60 0,059

Bentuk = 0,241X1+0,142X2─0,012X3─0,609X4+0,742X5 12,40 0,009

Keterangan: X1 = Panjang Paruh; X2 = Lebar Paruh; X3 = Tinggi Paruh; X4 = Lebar Kepala dan X5 =

Panjang Kepala

Tabel 10 menunjukkan bahwa penciri ukuran kepala pada Sterna albifrons

sinensis adalah panjang paruh (X1) yang memiliki vektor eigen sebesar 0,931 dengan

nilai korelasi antara panjang paruh dan skor ukuran kepala sebesar 0,988; sedangkan

penciri bentuk kepala adalah panjang kepala (X5) yang memiliki vektor eigen sebesar

0,742 dengan nilai korelasi antara panjang kepala dan skor bentuk kepala sebesar

0,848. Hal tersebut menunjukkan bahwa semakin besar panjang paruh maka skor

ukuran yang dihasilkan akan semakin besar; begitu juga pada skor bentuk. Semakin

besar panjang kepala, maka skor bentuk yang dihasilkan juga akan semakin besar.

Tabel 11 menyajikan persamaan ukuran dan bentuk kepala pada subspesies Sterna

anaethetus anaethetus berikut keragaman total dan nilai eigen.

Tabel 11. Persamaan Ukuran dan Bentuk Kepala pada Sterna anaethetus anaethetus

berikut Keragaman Total dan Nilai Eigen

Persamaan Keragaman

Total (%)

Nilai

Eigen

Ukuran = 0,983X1+0,127X2+0,117X3+0,045X4+0,043X5 82,60 0,335

Bentuk = ─0,072X1+0,051X2+0,120X3+0,975X4+0,165X5 13,20 0,054

Keterangan: X1 = Panjang Paruh; X2 = Lebar Paruh; X3 = Tinggi Paruh; X4 = Lebar Kepala dan X5 =

Panjang Kepala

Tabel 11 menunjukkan bahwa penciri ukuran kepala pada Sterna anaethetus

anaethetus adalah panjang paruh (X1) yang memiliki vektor eigen sebesar 0,983

dengan nilai korelasi antara panjang paruh dan skor ukuran sebesar 0,995; sedangkan

penciri bentuk adalah lebar kepala (X4) yang memiliki vektor eigen sebesar 0,975

dengan nilai korelasi antara panjang paruh dan skor bentuk sebesar 0,989. Hal

tersebut menunjukkan bahwa semakin besar panjang paruh, maka skor ukuran yang

dihasilkan semakin besar; begitu juga pada skor bentuk. Semakin besar lebar kepala,

maka skor bentuk yang dihasilkan semakin besar. Tabel 12 menyajikan persamaan

Page 50: ANALISIS MORFOMETRIK KEPALA PADA BEBERAPA

35

ukuran dan bentuk kepala pada subspesies Sterna bergii cristatus berikut keragaman

total dan nilai eigen.

Tabel 12. Persamaan Ukuran dan Bentuk Kepala pada Sterna bergii cristatus

berikut Keragaman Total dan Nilai Eigen

Persamaan Keragaman

Total (%)

Nilai

Eigen

Ukuran = 0,879X1+0,084X2+0,152X3+0,204X4+0,394X5 71,60 0,271

Bentuk = ─0,180X1+0,004X2─0,092X3─0,621X4+0,757X5 17,30 0,066

Keterangan: X1 = Panjang Paruh; X2 = Lebar Paruh; X3 = Tinggi Paruh; X4 = Lebar Kepala dan X5 =

Panjang Kepala

Tabel 12 menunjukkan bahwa penciri ukuran kepala pada subspesies Sterna

bergii cristatus adalah panjang paruh (X1) yang memiliki vektor eigen sebesar 0,879

dengan korelasi antara panjang paruh dan skor ukuran sebesar 0,980; sedangkan

penciri bentuk kepala adalah panjang kepala (X5) yang memiliki vektor eigen sebesar

0,757 dengan korelasi antara panjang kepala dan skor bentuk sebesar 0,648. Hal

tersebut menunjukkan bahwa semakin besar panjang paruh, maka skor ukuran yang

dihasilkan semakin besar; begitu juga pada skor bentuk. Semakin besar panjang

kepala, maka skor bentuk yang dihasilkan semakin besar. Tabel 13 menyajikan

persamaan ukuran dan bentuk kepala pada subspesies Sterna fuscata nubilosa berikut

keragaman total dan nilai eigen.

Tabel 13. Persamaan Ukuran dan Bentuk Kepala pada Sterna fuscata nubilosa

Berikut Keragaman Total dan Nilai Eigen.

Persamaan Keragaman

Total (%)

Nilai

Eigen

Ukuran = 0,875X1+0,181X2+0,191X3+0,400X4+0,078X5 82,90 0,105

Bentuk = 0,065X1+0,004X2+0,097X3─0,369X4+0,922X5 10,30 0,013

Keterangan: X1 = Panjang Paruh; X2 = Lebar Paruh; X3 = Tinggi Paruh; X4 = Lebar Kepala dan X5 =

Panjang Kepala

Tabel 13 menunjukkan bahwa penciri ukuran pada subspesies Sterna fuscata

nubilosa adalah panjang paruh (X1) yang memiliki vektor eigen sebesar 0,875

dengan korelasi antara panjang paruh dan skor ukuran sebesar 0,995; sedangkan

penciri bentuk adalah panjang kepala (X5) yang memiliki vektor eigen sebesar 0,922

dengan korelasi antara panjang kepala dan skor bentuk sebesar 0,930. Hal tersebut

menunjukkan bahwa semakin besar panjang paruh, maka skor ukuran kepala yang

Page 51: ANALISIS MORFOMETRIK KEPALA PADA BEBERAPA

36

dihasilkan semakin besar; begitu juga pada skor bentuk. Semakin besar panjang

kepala, maka skor bentuk yang dihasilkan semakin besar. Tabel 14 menyajikan

persamaan ukuran dan bentuk kepala pada subspesies Sterna sumatrana sumatrana

berikut keragaman total dan nilai eigen dan gambar 13 menyajikan diagram

kerumunan pada marga Sterna yang diamati.

Tabel 14. Persamaan Ukuran dan Bentuk Kepala pada Sterna sumatrana sumatrana

berikut Keragaman Total dan Nilai Eigen

Persamaan Keragaman

Total (%)

Nilai

Eigen

Ukuran = 0,985X1+0,030X2+0,046X3─0,151X4─0,057X5 57,00 0,050

Bentuk = 0,141X1+0,013X2+0,052X3+0,669X4+0,728X5 29,10 0,026

Keterangan: X1 = Panjang Paruh; X2 = Lebar Paruh; X3 = Tinggi Paruh; X4 = Lebar Kepala dan X5 =

Panjang Kepala

Tabel 14 menunjukkan bahwa penciri ukuran kepala pada subspesies Sterna

sumatrana sumatrana adalah panjang paruh (X1) yang memiliki vektor eigen sebesar

0,985 dengan nilai korelasi antara panjang paruh dan skor ukuran sebesar 0,992;

sedangkan penciri bentuk adalah panjang kepala (X5) yang memiliki vektor eigen

sebesar 0,728 dengan nilai korelasi antara panjang kepala dan skor bentuk sebesar

0,870. Hal tersebut menunjukkan bahwa semakin besar panjang paruh, maka skor

ukuran yang dihasilkan akan semakin besar; begitu juga pada skor bentuk. Semakin

besar panjang kepala, maka semakin besar skor bentuk yang dihasilkan.

Pada marga Sterna, penciri ukuran kepala ditemukan sama pada penelitian

ini. Baik Sterna albifrons sinensis, Sterna anaethetus anaethetus, Sterna bergii

cristatus, Sterna fuscata nubilosa, maupun Sterna sumatrana sumatrana memiliki

penciri ukuran kepala yang sama, yaitu panjang paruh. Pada marga Sterna, penciri

bentuk kepala dibedakan menjadi dua kelompok. Kelompok marga Sterna yang

memiliki penciri bentuk panjang kepala adalah Sterna albifrons sinensis, Sterna

bergii cristatus, Sterna fuscata nubilosa dan Sterna sumatrana sumatrana;

sedangkan yang memiliki penciri bentuk lebar kepala adalah Sterna anaethetus

anaethetus. Gambar 13 menyajikan diagram kerumunan marga Sterna berdasarkan

skor ukuran dan skor bentuk kepala.

Gambar 13 menunjukkan Sterna anaethetus anaethetus berhimpit dengan

Sterna fuscata nubilosa pada skor bentuk (sumbu Y). Kedua subspesies ini memiliki

Page 52: ANALISIS MORFOMETRIK KEPALA PADA BEBERAPA

37

penciri bentuk yang berbeda. Skor ukuran kepala pada Sterna anaethetus anaethetus

berkisar antara 3,290-5,131 dan skor bentuk kepala berkisar antara 2,360-3,325;

sedangkan skor ukuran kepala pada Sterna fuscata nubilosa berkisar antara 4,809-

5,935 dan skor bentuk kepala berkisar antara 2,517-3,057. Skor ukuran kepala Sterna

fuscata nubilosa lebih besar dibandingkan skor ukuran kepala Sterna anaethetus

anaethetus. Kedua subspesies ini memiliki kesamaan penciri ukuran kepala, yaitu

panjang paruh. MacKinnon (1996) menyatakan bahwa ukuran Sterna fuscata

nubilosa lebih besar dari Sterna anaethetus anaethetus, yaitu 43 cm dan 37 cm. Data

skor bentuk kepala kedua subspesies tersebut dalam diagram berhimpitan. Penciri

bentuk kepala kedua subspesies tersebut berbeda. Sterna anaethetus anaethetus

memiliki penciri bentuk kepala adalah lebar kepala; sedangkan Sterna fuscata

nubilosa adalah panjang kepala.

Keterangan: ■= jantan Sterna albifrons sinensis; ○= betina Sterna albifrons sinensis; ■= jantan

Sterna anaethetus anaethetus; ○= betina Sterna anaethetus anaethetus; ■= jantan

Sterna bergii cristatus; ○= betina Sterna bergii cristatus; ■= jantan Sterna fuscata

nubilosa; ○= betina Sterna fuscata nubilosa; ■= jantan Sterna sumatrana sumatrana;

○= betina Sterna sumatrana sumatrana

Gambar 13. Diagram Kerumunan marga Sterna Berdasarkan Skor Ukuran dan Skor

Bentuk Kepala

Kedekatan kerumunan data Sterna fuscata nubilosa dan Sterna anaethetus

anaethetus ditunjukkan pada dendogram jarak minimum D2 Mahalanobis yang

mengelompokkan kedua subspesies dalam satu kelompok, yaitu kelompok A1. Pada

Page 53: ANALISIS MORFOMETRIK KEPALA PADA BEBERAPA

38

diagram kerumunan data individu-individu Sterna fuscata nubilosa berada di sebelah

kanan Sterna anaethetus anaethetus.

Pada Gambar 13, Sterna bergii cristatus berada pada diagram kanan bawah;

sedangkan Sterna sumatrana sumatrana berada pada kiri atas. Kerumunan data

kedua subspesies tersebut terpisah jauh. Kisaran skor ukuran dan skor bentuk kepala

Sterna bergii cristatus masing-masing sebesar 7,369-9,238 dan 0,049-0,930;

sedangkan kisaran skor ukuran dan skor bentuk kepala Sterna sumatrana sumatrana

masing-masing sebesar 2,667-3,829 dan 3,938-4,605. Kedua subspesies ini memiliki

penciri ukuran kepala dan penciri bentuk kepala yang sama, yaitu masing-masing

panjang paruh dan panjang kepala. Panjang paruh Sterna bergii cristatus lebih besar

dibandingkan panjang paruh Sterna sumatrana sumatrana masing-masing sebesar

6,60 cm pada jantan dan 6,26 cm pada betina; 3,84 cm pada jantan dan 3,68 cm pada

betina (Tabel 3). MacKinnon (1996) menyatakan bahwa ukuran tubuh Sterna bergii

cristatus lebih besar dibandingkan Sterna sumatrana sumatrana, yaitu 47 cm dan 35

cm.

Panjang kepala Sterna bergii cristatus lebih kecil dibandingkan panjang

kepala Sterna sumatrana sumatrana masing-masing sebesar 4,55 cm pada jantan dan

4,39 cm pada betina; 3,20 cm pada jantan dan 3,16 cm pada betina. Hal tersebut

diperlihatkan dengan skor bentuk kepala yang lebih besar ditemukan pada Sterna

sumatrana sumatrana. Hasil penelitian ini mengindikasikan bahwa ukuran penciri

bentuk yang besar, tidak selalu menunjukkan skor bentuk yang besar. Hal ini

tergantung pada vektor eigen peubah-peubah pada persamaan bentuk. Burung

berukuran besar belum tentu memiliki skor bentuk yang besar pula, tetapi pasti

memiliki skor ukuran yang besar. Bentuk bersifat tipikal untuk setiap subspesies

burung yang diamati. Hal tersebut bersesuaian dengan Everit dan Dunn (1998)

menyatakan bahwa komponen utama kedua yang disetarakan dengan bentuk

merupakan hal yang diminati ahli taksonomi karena lebih bersifat diwariskan

(genetik).

Sterna albifrons sinensis memiliki penciri ukuran yang sama dengan

subspesies yang lain, yaitu panjang paruh dengan kisaran skor ukuran kepala sebesar

3,347-4,043 dan kisaran skor bentuk kepala yang dicirikan pada panjang kepala

adalah sebesar 1,513-1,847. Sterna albifrons sinensis memiliki skor ukuran yang

Page 54: ANALISIS MORFOMETRIK KEPALA PADA BEBERAPA

39

hampir sama pada sebagian individu dari Sterna sumatrana sumatrana. Hal ini

mengindikasikan bahwa sebagian individu Sterna sumatrana sumatrana memiliki

data panjang paruh yang sama dengan Sterna albifrons sinensis. Hasil ini sedikit

berbeda dengan yang dinyatakan oleh MacKinnon (1996) bahwa Sterna albifrons

sinensis merupakan subspesies yang paling kecil dalam marga Sterna.

Pengerumunan data Sterna albifrons sinensis dan Sterna sumatrana sumatrana pada

penelitian ini sangat tergantung pada persamaan ukuran dan bentuk, sehingga

menghasilkan kerumunan data yang mengindikasikan ukuran Sterna sumatrana

sumatrana lebih kecil, walaupun data deskriptif pada Tabel 3 memperlihatkan secara

keseluruhan ukuran-ukuran linear peubah-peubah kepala Sterna albifrons sinensis

lebih kecil.

Kesamaan penciri ukuran dan bentuk ditunjukkan pada dendogram jarak

minimum D2 Mahalanobis yang mengelompokkan Sterna albifrons sinensis dan

Sterna sumatrana sumatrana dalam satu kelompok, yaitu kelompok B. Semakin

besar skor ukuran, maka kerumunan akan berada pada bagian kanan (sumbu X);

demikian pula pada skor bentuk. Skor bentuk yang semakin besar akan menyebabkan

kerumunan pada bagian atas (sumbu Y). Diagram kerumunan menunjukkan bahwa

data individu-individu betina berada pada sebelah kiri (sumbu X). Berdasarkan skor

ukuran kepala, betina lebih kecil dibandingkan skor ukuran kepala jantan. Hal ini

sesuai dengan Sutherland et al. (2008) yang menyatakan bahwa sex dimorphism pada

sebagian besar subspesies burung secara umum ditunjukkan pada ukuran jantan yang

lebih besar dibandingkan betina. Gambar 14 menyajikan diagram kerumunan

delapan subspesies burung dara laut berdasarkan skor ukuran dan skor bentuk kepala.

Berdasarkan Gambar 14, ditunjukkan bahwa kerumunan kelompok marga

Anous dan marga Chlidonias berada pada posisi berdekatan. Hal ini disebabkan

subspesies Anous minutus worcesteri, Anous stolidus pileatus dan Chlidonias

hybrida javanica kisaran skor ukuran yang hampir sama. Penciri ukuran pada ketiga

subspesies ini adalah panjang paruh. Kisaran skor ukuran kepala pada Anous minutus

worcesteri adalah 4,323-5,297. Kisaran skor ukuran kepala pada Anous stolidus

pileatus adalah 4,215-5,035; dan kisaran skor ukuran kepala pada Chlidonias hybrida

javanica adalah 4,031-5,590. Anous stolidus pileatus memiliki penciri bentuk yang

sama dengan Chlidonias hybrida javanica, yaitu lebar kepala. Kisaran skor bentuk

Page 55: ANALISIS MORFOMETRIK KEPALA PADA BEBERAPA

40

Anous stolidus pileatus (0,514-0,882) berhimpit dengan Chlidonias hybrida javanica

(0,213-1,020). Kedua subspesies tersebut membentuk kerumunan yang berpotongan

satu sama lain, hal ini mengindikasikan bahwa beberapa data individu dari kedua

subspesies tersebut memiliki bentuk kepala yang serupa. Kedekatan ini juga

ditunjukkan pada dendogram jarak minimum ketidakserupaan D2 Mahalanobis yang

mengelompokkan Chlidonias hybrida javanica dan Anous stolidus pileatus dalam

satu kelompok, yaitu kelompok A1.

Keterangan: ■= jantan Anous minutus worcesteri; ○= betina Anous minutus worcesteri; ■= jantan

Anous stolidus pileatus; ○= betina Anous stolidus pileatus; ■= jantan Chlidonias

hybrida javanica; ○= betina Chlidonias hybrida javanica; ■= jantan Sterna albifrons

sinensis; ○= betina Sterna albifrons sinensis; ■= jantan Sterna anaethetus anaethetus;

○= betina Sterna anaethetus anaethetus; ■= jantan Sterna bergii cristatus; ○= betina

Sterna bergii cristatus; ■= jantan Sterna fuscata nubilosa; ○= betina Sterna fuscata

nubilosa; ■= jantan Sterna sumatrana sumatrana; ○= betina Sterna sumatrana

sumatrana

Gambar 14. Diagram Kerumunan Delapan Subspesies Burung Dara Laut

Berdasarkan Skor Ukuran dan Bentuk Kepala

Kesamaan pengelompokan berdasarkan jarak minimum D2 Mahalanobis dan

skor ukuran dari AKU disebabkan kesamaan pakan antara subspesies yang diamati.

Jenis pakan yang sama, seperti ikan dan serangga (MacKinnon, 1996; dan del Hoyo

et al., 1996), dipengaruhi panjang paruh yang merupakan penciri ukuran pada Sterna

sumatrana sumatrana dan Anous minutus worcesteri. Kedua subspesies ini pada

dendogram jarak minimum ketidakserupaan morfometrik kepala (Gambar 10),

membentuk B2 dengan jarak ketidakserupaan 1,868. Sterna sumatrana sumatrana

Page 56: ANALISIS MORFOMETRIK KEPALA PADA BEBERAPA

41

dan Anous minutus worcesteri bersama dengan Sterna albifrons sinensis membentuk

kelompok B, tetapi sterna albifrons sinensis tidak mengkonsumsi serangga, sehingga

jarak minimum ketidakserupaan morfometrik kepala lebih besar, yaitu 2,6182.

Jenis pakan cumi-cumi dikonsumsi subspesies pada kelompok A (Gambar

10), kecuali pada Chlidonias hybrida javanica (MacKinnon, 1996). Kesamaan pakan

yang dikonsumsi kelompok A adalah serangga. Ikan dan cumi-cumi tidak

dikonsumsi Chlidonias hybrida javanica (MacKinnon, 1996). Kesamaan pakan

serangga, ikan dan cumi-cumi ditemukan pada Anous stolidus pileatus dan Sterna

fuscata nubilosa (MacKinnon, 1996; dan del Hoyo et al., 1996) yang memiliki jarak

minimum ketidakserupaan morfometrik kepala sebesar 0,5160 yang membentuk

kelompok A12. Kesamaan pakan tersebut, meliputi serangga, ikan dan cumi-cumi

juga ditemukan pada Sterna anaethetus anaethetus (MacKinnon, 1996; dan del Hoyo

et al., 1996) yang membentuk kelompok berbeda, yakni kelompok A11 dan memiliki

jarak minimum ketidakserupaan morfometrik kepala yang lebih besar, yaitu 1,3724.

Jarak minimum ketidakserupaan morfometrik kepala antara Sterna anaethetus

anaethetus dan Chlidonias hybrida javanica ditemukan lebih besar meskipun dalam

satu kelompok. Hal ini karena kesamaan pakan kedua subspesies tersebut hanya satu

jenis, yaitu serangga (MacKinnon, 1996)

Kesamaan pakan, yaitu serangga, ikan dan cumi-cumi pada Sterna bergii

cristatus terhadap Anous stolidus pileatus dan Sterna fuscata nubilosa (MacKinnon,

1996; dan del Hoyo et al., 1996) tidak memberikan jarak minimum ketidakserupaan

yang rendah, karena Sterna bergii cristatus juga mengonsumsi kepiting dan

krustasia. Kesamaan marga tidak selalu menunjukkan bentuk yang sama. Hal ini

dikarenakan perbedaan subspesies dan masing-masing subspesies memiliki

karakteristik yang spesifik.

Hasil Analisis Komponen Utama (AKU) menunjukkan bahwa panjang paruh

dipengaruhi oleh lingkungan. Hal tersebut bersesuaian dengan Sibuea et al. (1995)

yang menyatakan bahwa persamaan karakteristik dapat disebabkan habitat yang

berkaitan dengan makanan dan tingkah laku makan di lahan basah, sehingga panjang

paruh sangat tergantung pada makanan dan tingkah laku makan. Everit dan Dunn

(1998) menyatakan bahwa komponen utama kedua yang disetarakan dengan bentuk

merupakan hal yang diminati ahli taksonomi karena lebih bersifat diwariskan

Page 57: ANALISIS MORFOMETRIK KEPALA PADA BEBERAPA

42

(genetik), sehingga penciri bentuk yang ditunjukkan pada panjang kepala dan lebar

kepala lebih banyak dipengaruhi genetik. Saparto (2004) menjelaskan bahwa ukuran

tengkorak kepala dipengaruhi bangsa. Hal tersebut menunjukkan bahwa pengaruh

genetik lebih besar pada bentuk kepala. Niraldy (2010) juga menyatakan bahwa

bentuk kepala burung bayan-bayanan lebih banyak dipengaruhi faktor genetik

daripada lingkungan.

Page 58: ANALISIS MORFOMETRIK KEPALA PADA BEBERAPA

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Koefisien keragaman ukuran-ukuran linear kepala burung dara laut yang

ditemukan pada Anous minutus worcesteri, Anous stolidus pileatus, Chlidonias

hybrida javanica, Sterna bergii cristatus, Sterna albifrons sinensis, Sterna

anaethetus anaethetus, Sterna fuscata nubilosa dan Sterna sumatrana sumatrana

cukup tinggi dengan ukuran populasi yang masih cukup banyak. Seluruh subspesies

burung dara laut yang diamati menunjukkan perbedaan ukuran-ukuran kepala yang

sangat nyata diantara setiap dua subspesies.

Subspesies burung dara laut yang diamati dibedakan menjadi dua kelompok

besar, yaitu kelompok A dan B. Kelompok A dibagi menjadi dua kelompok, yaitu A1

dan A2; kelompok B dibagi menjadi dua kelompok, yaitu kelompok B1 dan B2.

Kelompok A1 terdiri atas Anous stolidus pileatus, Chlidonias hybrida javanica,

Sterna anaethetus anaethetus dan Sterna fuscata nubilosa; sedangkan kelompok A2

terdiri atas Sterna bergii cristatus. Kelompok B1 adalah Sterna albifrons sinensis;

sedangkan kelompok B2 terdiri atas Anous minutus worcesteri dan Sterna sumatrana

sumatrana.

Panjang paruh merupakan penciri ukuran pada delapan subspesies burung

dara laut yang diamati. Penciri bentuk lebar kepala ditemukan pada Anous stolidus

pileatus, Chlidonias hybrida javanica dan Sterna anaethetus anaethetus. Penciri

bentuk panjang kepala ditemukan pada Anous minutus worcesteri, Sterna albifrons

sinensis, Sterna bergii cristatus, Sterna fuscata nubilosa dan Sterna sumatrana

sumatrana.

Pengelompokan berdasarkan jarak minimum ketidakserupaan morfometrik D2

Mahalanobis lebih bersesuaian dengan skor ukuran dari Analisis Komponen Utama

yang kemungkinan dipengaruhi kesamaan jenis pakan. Kesamaan marga pada

subspesies burung dara laut yang diamati, tidak selalu menunjukkan skor bentuk

yang sama, karena masing-masing subspesies memiliki karakteristik yang spesifik.

Saran

Pengamatan ukuran dan bentuk kepala pada seluruh spesies dalam marga

Anous, Chlidonias dan Sterna perlu dilakukan. Ukuran-ukuran linear kepala burung

Page 59: ANALISIS MORFOMETRIK KEPALA PADA BEBERAPA

44

yang diamati perlu dilengkapi, sehingga memberikan hasil yang lebih memuaskan.

Pengamatan ukuran dan bentuk tubuh pada seluruh spesies dalam marga Anous,

Chlidonias dan Sterna; juga perlu dilakukan untuk melengkapi informasi

morfometrik.

Page 60: ANALISIS MORFOMETRIK KEPALA PADA BEBERAPA

UCAPAN TERIMA KASIH

Puji syukur Penulis ucapkan kehadirat Allah SWT atas berkat, rahmat,

hidayah, dan petunjukNya Penulis dapat menyelesaikan studi, seminar, penelitian,

dan skripsi ini. Shalawat serta salam senantiasa dicurahkan kepada junjungan nabi

besar Muhammad SAW beserta para keluarga, sahabat serta umat hingga akhir

zaman.

Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Ir. Rini.

Herlina Mulyono, M.Si. sebagai Dosen Pembimbing Utama dan Dr. Dewi Malia

Prawiradilaga sebagai Dosen Pembimbing Anggota, karena kesabaran, bimbingan,

dan pengarahan kepada penulis. Penulis mengucapkan terima kasih kepada Ir. Sri

Darwati, M.Si. dan Dr. Ir. Rita Meutia, M.Agr. sebagai Dosen Penguji Sidang

Skripsi atas kesediaan dan saran-saran untuk penyelesaian tugas akhir ini. Penulis

mengucapkan terima kasih kepada Dinas Pendidikan Kutai Kartanegara dan

Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia atas dukungan sehingga Penulis bisa

menyelesaikan tugas akhir di Institut Pertanian Bogor. Penulis mengucapkan terima

kasih kepada Maria Ulfah, S. Pt., MSc. Agr. sebagai Dosen Pembimbing Akademik

yang dengan sabar memberikan bimbingan, saran dan masukan kepada Penulis

Penulis mengucapkan terima kasih kepada keluarga tercinta, Ayah Jarnie

(Alm), Ibu Jaharah, kakak-kakak (Ismail, Udin, Taufiq, Ambi dan Sabraniti) serta

keponakan-keponakan tersayang yang senantiasa memberikan kasih sayang,

semangat dan doa untuk kebaikan Penulis. Penulis juga mengucapkan terima kasih

kepada Pak Irham dan seluruh Staff Laboratorium Zoologi yang telah membantu

dalam pelaksanaan penelitian. Penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Sri

Winarti, Widy, Dwi, Siti Badriah, Dewi Sumarni, Sofi Mulya, Isna Zakiah, Ria,

Dewi Sunaryo, Ridha, Yori, Yandhi, Desma, Arie, Nina, Mbak Neneng, Mbak

Wiwin dan teman-teman angkatan IPTP 43, serta teman-teman Forum Mahasiswa

Kutai Kartanegara yang telah membantu dalam kelancaran penelitian, seminar dan

penulisan skripsi ini.

Bogor, Januari 2011

Penulis

Page 61: ANALISIS MORFOMETRIK KEPALA PADA BEBERAPA

DAFTAR PUSTAKA

Baskoro, K. 2009. Spesies dara laut. Retrieved from: http://www.bio.undip.ac.id.

Last modified in 2009. [February 9, 2011].

BirdLife International. 2011a. Species factsheet: Anous minutus. Retrieved from:

http://www.birdlife.org. Last modified in 2011. [February 6, 2011].

BirdLife International. 2011b. Species factsheet: Anous stolidus. Retrieved from:

http://www. birdlife.org. Last modified in 2011. [February 6, 2011].

BirdLife International. 2011c. Species factsheet: Chlidonias hybrida. Retrieved from:

http://www. birdlife.org. Last modified in 2011. [February 6, 2011].

BirdLife International. 2011d. Species factsheet: Sterna albifrons. Retrieved from:

http://www. birdlife.org. Last modified in 2011. [February 6, 2011].

BirdLife International. 2011e. Species factsheet: Sterna anaethetus. Retrieved from:

http://www. birdlife.org. Last modified in 2011. [February 6, 2011].

BirdLife International. 2011f. Species factsheet: Sterna bergii. Retrieved from:

http://www. birdlife.org. Last modified in 2011. [February 6, 2011].

BirdLife International. 2011g. Species factsheet: Sterna fuscata. Retrieved from:

http://www. birdlife.org. Last modified in 2011. [February 6, 2011].

BirdLife International. 2011h. Species factsheet: Sterna sumatrana. Retrieved from:

http://www. birdlife.org. Last modified in 2011. [February 6, 2011].

Bridge, E. S., A. W. Jones, & A. J. Baker. 2005. A phylogenetic framework for the

terns (Sternini) inferred from mtDNA sequences: implications for taxonomy

and plumage evolution. Molecular Phylogenetics and Evolution 35: 459–469.

Collinson, M. 2006. Splitting headaches. Recent taxonomic changes affecting the

British and Western Palaearctic lists. British Birds 99(6): 306-323.

Cooper, J. 2006. Potential impacts of marine fisheries on migratory waterbirds of the

Afrotropical Region: a study in progress. In: C.A. Boere, G.C. Galbraith, &

D.A. Stroud (Eds.). Waterbirds around the world. The Stationery Office,

Edinburgh.

Davies, J., G. Claridge, & C. H. E. Niranita. 1995. Manfaat Lahan Basah: Potensi

Lahan Basah dalam Mendukung dan Memelihara Pembangunan. Asian

Wetland Bureau, Bogor.

del Hoyo, J., A. Elliott, & J. Sargatal. 1996. Handbook of the birds of the world. 3rd

Edit. Lynx Edicions, Barcelona.

Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam. 2007. Konservasi

mengenai Lahan Basah Dipandang dari Kepentingan Internasional Khususnya

sebagai Habitat Burung Air Ramsar. In: Agusfin, E., et al., (Eds.). 2007.

Buletin Konservasi Alam. Vol 7. Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan

Konservasi Alam, Bogor.

Page 62: ANALISIS MORFOMETRIK KEPALA PADA BEBERAPA

47

Docstoc. 2010. Koservasi keanekaragaman hayati. Retrieved from:

http://www.docstoc.com/docs/21605712/Konservasi-Keanekaragaman-hayati

-Keanekaragaman-Hayati.htm. Last modified in 2010. [October 5, 2010]

Everitt, B. S. & G. Dunn. 1998. Applied Multivariate Data Analysis. Halsted Press,

New York.

Gaspersz, V. 1992. Teknik Analisis dalam Penelitian Percobaan. Jilid 2. Tarsito,

Bandung.

Grosset, A. 2010. Sterna bergii cristatus. Retrieved from: http://www.

worldbirds.eu/abcg/great_ crestedtern.htm. Last modified in 2010. [May 23,

2010].

Guager, V. H. 1999. Black Noddy Anous minutus. In: A. Poole & F. Gill (Eds.).

1999. The Birds of North America. The Academy of Natural Sciences,

Philadelphia.

Hayashi, Y., J. Otsuka, T. Nishida & H. Martojo. 1982. Multivariate Craniometrics

of Wild Banteng, Bosa Banteng and Five Types of Native Cattle in Eastern

Asia. In: the Origin and Phylogeny of Indonesian Livestock Investigation in

the Cattle, Fowl and Their Forms. The Research Group of Overseas Scientific

Survey. Page 4-11.

Hickman, C. P., L. S.Roberts, S. L. Keen, A. Larson, & D. J. Eisenhour. 2007.

Animal Diversity. 4th

Edit. The McGraw-Hill Companies, New York.

MacKinnon, J. & Phillips. 1993. A Field Guide Birds of Borneo, Sumatra, Java and

Bali. Oxford University Press, Oxford, New York.

MacKinnon, J. 1996. Panduan Lapangan Pengenalan Burung-burung di Jawa dan

Bali. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.

Nei, M. 1987. Molecular Evolutionary Genetics. Columbia University Press, New

York.

Nishida, T., K. Nozawa, Y. Hayashi, T. Hashiguchi & S. S. Mansjoer. 1982. Body

measurement and analysis of external genetics characters of Indonesian native

fowl. The Origin and Phylogeny of Indonesia Native Livestock. The Research

Group of Overseas Scientific Survey. Page 73-83.

Niraldy, F. 2010. Karakteristik ukuran dan bentuk kepala burung bayan-bayanan

(Psittacidae) di Indonesia. Skripsi. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian

Bogor, Bogor.

Owens, I. P. F., & I. R. Hartley. 1998. Sexual dimorphism in birds: why are there so

many different forms of dimorphism? Proc. Royal Society, London. B. 265:

397-407.

Pratt, H. D., P. Bruner, & D. Berrett. 1987. The Birds of Hawaii and the Tropical

Pacific. Princeton University Press, Princeton.

Pough, F. H., C. M. Janis, & J. B. Heiser. 2006. Vertebrate Life. 7th

Edit. Pearson

Prentice Hall, New Jersey.

Deng, R. 2010. Sooty Tern. Retrieved from: http://worldbirds.eu/abcb/sooty

_tern.htm. Last modified in 2010. [May 23, 2010].

Page 63: ANALISIS MORFOMETRIK KEPALA PADA BEBERAPA

48

Salamena, J. F., R. R. Noor, C. Sumantri, & I. Inounu. 2007. Hubungan genetik,

ukuran populasi efektif dan laju silang dalam per generasi populasi domba di

Pulau Kisar. J. Indon. Trop. Anim. Agric. 32 [2]. Hal 71-75.

Saparto, S. 2004. Studi kraniometrik sapi jawa dan sapi potong beberapa bangsa

Indonesia di Institut Teknik Bandung. Tesis. Program Pascasarjana,

Universitas Diponegoro, Semarang.

Sibuea, T. T., Y. R. Noor, M. J. Silvius, & A. Susmianto. 1995. Burung Bangau,

Pelatuk Besi dan Paruh Sendok di Indonesia. Panduan untuk Jaringan Kerja.

Perlindungan Hutan dan Pengawetan Alam dan Wetlands International-

Indonesia Programme, Jakarta.

Snow, D. W., & C. M. Perrins. 1998. The Birds of the Western Palearctic (BWP).

Concise Edition. Volume 2. Passerines. Oxford University Press, Oxford.

Standsfield, W. D. 1983. Theory and Problems of Genetics. 2nd

Edit. Departement of

Biological Science California Polytechnic State University at San Luis

Obispo. McGraw-Hill Book Company, United State of America.

Storer, R. W. 1960. The Classification of Bird. In: Marshall, A. J. (Ed.). 1960.

Biology and Comparative Physiology of Bird. 1st Vol. Monash University

Victoria, Canberra.

Storer, T. I., R. L. Usinger & J. W. Nybakken. 1968. Element of Zoology. MacGraw-

Hill Book Company, New York.

Sukmantoro. M. 2001. Panduan Lapangan Identifikasi Raptor Migran Asia. Raptor

Indonesia, Bogor.

Sutherland, W. J., I. Newton, & R. E. Green. 2008. Bird Ecology and Conservation.

A Handbook of Techniques. Oxford University Press, Oxford.

Syahid, A. 2009. Koefisien keragaman (KK). Retrieved from: http://www.

abdulsyahid-forum.com/2009/04/koefisien-keragaman-kk.html. Last modified

in 2009. [February 6, 2011].

Tarrant, T. 2010. Black-naped Tern (Sterna sumatrana). Retrieved from:

http://www.flickr.com /people/19212060@N00/. Last modified in 2010.

[October 23, 2010].

Tyne, J. V., & A. J. Berger. 1976. Fundamentals of Ornithology. 2nd

Edit. A Wiley-

Interscience Publication, John Wiley & Sons, New York.

Tregear, E. 1981. Maori-Polynesian Comparative Dictionary. Lyon and Blair,

Wellington.

Viana, J. 2010. Little Tern. Retrieved from: http://www.worldbirds.eu/abcl/little

_tern.htm. Last modified in 2010. [May 22, 2010].

Warwick, E. J., J. M. Astuti & W. Hardjosubroto. 1995. Pemuliaan Ternak. Gadjah

Mada University Press, Yogyakarta.

Wiley, E. O. 1981. Phylogenetics, The Theory and Practice of Phylogenetics

Systematics. University of Kansas, Lawrence.

Page 64: ANALISIS MORFOMETRIK KEPALA PADA BEBERAPA

49

WorldBird. 2010a. Anous minutus worcesteri. Retrieved from: http://worldbirds.eu/

abcl/anous_minutus_worcesteri.htm. Last modified in 2010. [May 23, 2010].

WorldBird. 2010b. Anous stolidus pileatus. Retrieved from: http://worldbirds.eu/

abcl/anous_stolidus_pileatus.htm. Last modified in 2010. [May 23, 2010].

WorldBird. 2010c. Chlidonias hybrida javanica. Retrieved from: http://worldbirds.eu

/abcl/chlidonias_hybrida_javanica.htm. Last modified in 2010. [May 23,

2010].

WorldBird. 2010d. Sterna anaethetus anaethetus. Retrieved from: http://worldbirds.

eu/abcl/sterna_anaethetus_anaethetus.htm. Last modified in 2010 [May 23,

2010].

ZipcodeZoo. 2010a. Anous minutus worcesteri. Retrieved from: http://zipcodezoo

.com/ anous_minutus_worcesteri/htm. Last modified in 2010. [May 23,

2010].

ZipcodeZoo. 2010b. Anous stolidus pileatus. Retrieved from: http://zipcodezoo.com/

anous_stolidus_pileatus/htm. Last modified in 2010. [May 23, 2010].

ZipcodeZoo. 2010c. Chlidonias hybrida javanica. Retrieved from: http://zipcodezoo

.com/ chlidonias_hybrida_javanica/htm. Last modified in 2010. [May 23,

2010].

ZipcodeZoo. 2010d. Sterna albifrons sinensis. Retrieved from: http://zipcodezoo

.com/ sterna_albifrons_sinensis/htm. Last modified in 2010. [May 23, 2010].

ZipcodeZoo. 2010e. Sterna anaethetus anaethetus. Retrieved from: http://zipcodezoo

.com/ sterna_anaethetus_anaethetus/htm. Last modified in 2010. [May 23,

2010].

ZipcodeZoo. 2010f. Sterna bergii cristatus. Retrieved from: http://zipcodezoo.com/

sterna_bergii_cristatus/htm. Last modified in 2010. [May 23, 2010].

ZipcodeZoo. 2010g. Sterna fuscata nubilosa. Retrieved from: http://zipcodezoo.com/

sterna_fuscata_nubilosa/htm. Last modified in 2010. [May 23, 2010].

ZipcodeZoo. 2010h. Sterna sumatrana sumatrana. Retrieved from:

http://zipcodezoo.com/ sterna_sumatrana_sumatrana/htm. Last modified in

2010. [May 23, 2010].

Page 65: ANALISIS MORFOMETRIK KEPALA PADA BEBERAPA

Lampiran 1. Perhitungan Manual Rataan, Simpangan Baku dan Koefisien

Keragaman pada Anous minutus worcesteri Betina

Perhitungan ini memerlukan data rataan peubah ukuran linear kepala pada Anous

minutus worcesteri; sebagai berikut:

No Jenis

Kelamin

Panjang

Paruh

(X1)

Lebar

Paruh

(X2)

Tinggi

Paruh

(X3)

Lebar

Kepala

(X4)

Panjang

Kepala

(X5)

1 Betina 4,030 0,540 0,600 2,150 2,900

2 Betina 4,520 0,510 0,710 1,930 2,980

3 Betina 4,050 0,470 0,590 2,190 3,020

4 Betina 4,610 0,500 0,710 2,190 2,860

5 Betina 4,070 0,500 0,640 2,350 2,660

Jumlah

21,280 2,520 3,250 10,810 14,420

Rataan

4,256 0,504 0,650 2,162 2,884

Hasil pengurangan masing-masing peubah dan rataan sebagai berikut:

No Jenis

Kelamin

X1─ X2─ X3─ X4─ X5─

1 Betina ─ 0,226 0,036 ─ 0,050 ─ 0,012 0,016

2 Betina 0,264 0,006 0,060 ─ 0,232 0,096

3 Betina ─ 0,206 ─ 0,034 ─ 0,060 0,028 0,136

4 Betina 0,354 ─ 0,004 0,060 0,028 ─ 0,024

5 Betina ─ 0,186 ─ 0,004 ─ 0,010 0,188 ─ 0,224

Hasil pengurangan masing-masing peubah dan rataan kemudian dikuadratkan

sebagai berikut:

No Jenis

Kelamin (X1─ )

2 (X2─ )

2 (X3─ )

2 (X4─ )

2 (X5─ )

2

1 Betina 0,051 0,001 0,003 0,000 0,000

2 Betina 0,070 0,000 0,004 0,054 0,009

3 Betina 0,042 0,001 0,004 0,001 0,018

4 Betina 0,125 0,000 0,004 0,001 0,001

5 Betina 0,035 0,000 0,000 0,035 0,050

Jumlah 0,323 0,003 0,013 0,091 0,079

Page 66: ANALISIS MORFOMETRIK KEPALA PADA BEBERAPA

51

Untuk mencari simpangan baku, digunakan persamaan sebagai berikut:

Simpangan baku untuk X1 (panjang paruh), adalah sebagai berikut:

Simpangan baku untuk X2 (lebar paruh), adalah sebagai berikut:

Simpangan baku untuk X3 (tinggi paruh), adalah sebagai berikut:

Simpangan baku untuk X4 (lebar kepala), adalah sebagai berikut:

Simpangan baku untuk X5 (panjang kepala), adalah sebagai berikut:

Setelah diperoleh simpangan baku setiap peubah, maka bisa dicari koefisien

keragaman menggunakan persamaan sebagai berikut:

Page 67: ANALISIS MORFOMETRIK KEPALA PADA BEBERAPA

52

Koefisien keragaman untuk X1 (panjang paruh), adalah sebagai berikut:

Koefisien keragaman untuk X2 (lebar paruh), adalah sebagai berikut:

Koefisien keragaman untuk X3 (tinggi paruh), adalah sebagai berikut:

Koefisien keragaman untuk X4 (lebar kepala), adalah sebagai berikut:

Koefisien keragaman untuk X5 (panjang kepala), adalah sebagai berikut:

Page 68: ANALISIS MORFOMETRIK KEPALA PADA BEBERAPA

53

Lampiran 2. Perhitungan Manual Uji Statistik T2-Hotelling pada Peubah-peubah

antara kelompok Subspesies Anous minutus worcesteri dan Anous

stolidus pileatus

Rumus:

Selanjutnya besaran:

akan berdistribusi F dengan derajat bebas V1 = P dan V2 = n1 + n2 – P – 1

n1 = jumlah data pengamatan pada kelompok subspesies Anous minutus worcesteri=7

n2 = jumlah data pengamatan pada kelompok subspesies Anous stolidus pileatus= 9

H0 : U1 = U2 artinya vektor nilai rata-rata dari kelompok subspesies pertama

sama dengan kelompok subspesies kedua

H1 : U1 U2 artinya vektor nilai rata-rata itu berbeda

Langkah 1

Matriks Kovarian Kelompok Subspesies Anous minutus worcesteri (S1)

S1=

Matriks Kovarian Kelompok Subspesies Anous stolidus pileatus (S2)

S2 =

0,189 0,002 0,015 ─ 0,015 0,032

0,002 0,001 0,000 ─ 0,001 ─ 0,001

0,015 0,000 0,002 ─ 0,002 0,002

─ 0,015 ─ 0,001 ─ 0,002 0,017 ─ 0,005

0,032 ─ 0,001 0,002 ─ 0,005 0,033

0,089 0,021 0,031 0,007 0,001

0,021 0,006 0,008 0,000 0,002

0,031 0,008 0,013 ─ 0,001 0,001

0,007 0,000 ─ 0,001 0,016 ─ 0,003

0,001 0,002 0,001 ─ 0,003 0,011

)XX(S')XX(nn

nnT 21

1

G21

21

212

2

21

21 T2)Pn(n

1pnnF

Page 69: ANALISIS MORFOMETRIK KEPALA PADA BEBERAPA

54

Langkah 2

Hasil matriks diatas dimasukkan ke dalam matriks S gabungan, yaitu:

sehingga diperoleh hasil berupa matriks SG, yaitu:

0,059 0,001 0,005 ─ 0,005 0,010

0,014 0,000 0,001 ─ 0,001 0,002

0,021 0,000 0,002 ─ 0,002 0,004

0,003 0,000 0,000 0,001 0,000

0,002 0,000 0,000 0,000 0,001

Langkah 3

Menghitung matriks rataan dari kelompok subspesies Anous minutus worcesteri dan

subspesies Anous stolidus pileatus

1X

2X

Langkah 4

Hasil dari matriks gabungan (SG) digunakan untuk menghitung rumus T2- Hotelling,

yaitu:

4,281

0,497

0,660

2,204

3,010

4,419

0,651

0,849

2,628

3,661

2)n(n

1)S(n1)S(nS

21

2211G

)XX(S')XX(nn

nnT 21

1

G21

21

212

Page 70: ANALISIS MORFOMETRIK KEPALA PADA BEBERAPA

55

2T = 6330,1815

sehingga diperoleh hasil sebesar 143.050

Langkah 5

Berdasarkan hipotesis perlu menentukan

Fα : v1,v2 , dimana v1 = p = 5 (banyaknya peubah X)

Sedangkan v2 = n1 + n2 – p – 1

= 7 + 9 – 5 – 1

= 10

Apabila dipilih taraf nyata α = 0,05, maka dari tabel 4istribusi F diperoleh:

F0,05 : 5; 10 = 3,33

Dengan demikian besaran:

= 0,476

Tolak H0 jika F hitung > F tabel

143.050 > 0,476

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kelompok subspesies Anous minutus

worcesteri berbeda dengan subspesies Anous stolidus pileatus.

Page 71: ANALISIS MORFOMETRIK KEPALA PADA BEBERAPA

56

Lampiran 3. Perhitungan Jarak D2

Mahalanobis antara Sterna sumatrana sumatrana,

Anous minutus worcesteri dan Sterna albifrons sinensis

1. Sterna sumatrana sumatrana vs Anous minutus worcesteri

Sehingga

= =

=

=

Maka,

D2

= 13,957696

D =

= 3,736

3,760

0,440

0,660

2,170

3,180

4,285

0,495

0,660

2,205

3,010

−0,525

−0,055

0,000

−0,035

0,170

−0,525 −0,055 0,000 −0,035 0,170

0,070 0,002 0,004 −0,006 0,004

0,002 0,001 0,000 0,000 0,000

0,004 0,000 0,002 0,000 0,001

−0,006 0,000 0,000 0,018 0,006

0,005 0,000 0,001 0,007 0,015

Page 72: ANALISIS MORFOMETRIK KEPALA PADA BEBERAPA

57

2. Anous minutus worcesteri vs Sterna albifrons sinensis

=

=

=

=

Maka,

D2

= 29,539225

D =

= 5,435

3. Sterna sumatrana sumatrana vs Sterna albifrons sinensis

= =

3,260

0,435

0,665

1,895

2,685

4,285

0,495

0,660

2,205

3,010

−1,025

−0,060

0,005

−0,310

−0,325

−1,025 −0,060 0,005 −0,310 −0,325

0,098 0,002 0,008 0,007 0,011

0,002 0,001 0,000 0,000 0,000

0,008 0,000 0,002 0,000 0,000

0,007 0,000 0,000 0,014 −0,004

0,013 0,000 0,000 −0,001 0,003

3,760

0,440

0,660

2,170

3,180

4,285

0,495

0,660

2,205

3,010

0,500

0,005

−0,005

0,275

0,495

Page 73: ANALISIS MORFOMETRIK KEPALA PADA BEBERAPA

58

=

=

Maka,

D2

= 25,381444

D =

= 5,038

Maka:

1. Jarak antara S. s. sumatrana─A. m. worcesteri = 3,736/ 2 = 1,868

2. S. s. sumatrana─A. m. worcesteri─S. a. sinensis = 5,038+5,435/ 4 = 2,618

Sehingga jarak antara S. s. sumatrana─A. m. worcesteri terhadap S. a. sinensis

adalah 2,618─1,868 = 0,750

Sterna sumatrana sumatrana

Anous minutus worcesteri

Sterna albifrons sinensis

Perhitungan Manual Jarak Minimum Ketidakserupaan Morfometrik D2 Mahalanobis

1. S. f. nubilosa ─A. s. pileatus = 1,032/ 2 = 0,516

2. S. f. nubilosa─A. s. pileatus─C. h. javanica = 4,666+4,861/ 4 = 2,382

S. f. nubilosa─A. s. pileatus─S. s. sumatrana = 5,838+6,722/ 4 = 3,140

S. f. nubilosa─A. s. pileatus─S. a. anaethetus = 2,591+2,989/ 4 = 1,395

S. f. nubilosa─A. s. pileatus─A. m. worcesteri = 7,939+8,290/ 4 = 4,057

S. f. nubilosa─A. s. pileatus─S. a. sinensis = 11,630+14,477/ 4 = 6,527

0,500 0,005 −0,005 0,275 0,495

0,051 0,002 0,003 0,001 0,000

0,002 0,001 0,000 0,000 0,001

0,003 0,000 0,002 0,001 0,000

0,001 0,000 0,001 0,017 0,005

0,000 0,001 0,000 0,005 0,016

Page 74: ANALISIS MORFOMETRIK KEPALA PADA BEBERAPA

59

S. f. nubilosa─A. s. pileatus─S. b. cristatus = 5,416+5,008/ 4 = 2,606

3. S. a. anaethetus─C. h. javanica = 2,527/ 2 = 0,264

S. f. nubilosa ─A. s. pileatus→ S. a. anaethetus─C. h. javanica 1,395+2,382/ 2 =

1,888

Sehingga jarak pada S. f. nubilosa ─A. s. pileatus = 1,888─0,516 = 1,372, dan

Jarak pada S. a. anaethetus─C. h. javanica = 1,888─1,264 = 0,624

4. S. f. nubilosa─A. s. pileatus─S. a. anaethetus─C. h. javanica─S. b. cristatus

= 5,416+5,008+5,967+7,240/ 8 = 2,954

Sehingga jarak antara S. f. nubilosa─A. s. pileatus─S. a. anaethetus─C. h.

javanica = 2,954─1,888 = 1,066

5. S. s. sumatrana─A. m. worcesteri = 3,736/ 2 = 1,868

6. S. s. sumatrana─A. m. worcesteri─S. a. sinensis = 5,038+5,435/ 4 = 2,618

Sehingga jarak antara S. s. sumatrana─A. m. worcesteri terhadap S. a. sinensis

adalah 2,618─1,868 = 0,750

Page 75: ANALISIS MORFOMETRIK KEPALA PADA BEBERAPA

60

Lampiran 4. Perhitungan untuk Memperoleh Persamaan Komponen Utama Pertama,

Nilai Eigen dan Keragaman Total

Langkah 1

Perhitungan matriks kovarian dari ukuran-ukuran subspesies Anous minutus

worcesteri

Pembulatan matriks kovarian dua angka di belakang koma, begitu pula

dengan perhitungan matriks selanjutnya.

Langkah 2

Penggandaan matriks kovarian menjadi K2

K2 =

Langkah 3

Penggandaan vektor awal ( '

0a ) berupa matriks dengan K2

'

0a =

Sehingga menjadi vektor '

0a K2, yaitu:

'

0a K2

=

Langkah 4

Iterasi pertama diperoleh melalui '

0a K2 / 0,051 yang merupakan elemen

terbesar dari vektor '

0a K2, yaitu:

0,189 0,002 0,015 ─ 0,015 0,032

0,002 0,001 0,000 ─ 0,001 ─ 0,001

0,015 0,000 0,002 ─ 0,002 0,002

─ 0,015 ─ 0,001 ─ 0,002 0,017 ─ 0,005

0,032 ─ 0,001 0,002 ─ 0,005 0,032

0,037 0,000 0,003 ─ 0,003 0,007

0,000 0,000 0,000 0,000 0,000

0,003 0,000 0,000 0,000 0,001

─ 0,003 0,000 0,000 0,001 ─ 0,001

0,007 0,000 0,001 ─ 0,001 0,002

0,051 0,000 0,004 ─ 0,005 0,011

1,000 0,009 0,079 ─ 0,096 0,208

Page 76: ANALISIS MORFOMETRIK KEPALA PADA BEBERAPA

61

Langkah 5

Penggandaan kembali matriks K2 menjadi K

4, kemudian dilakukan

perhitungan matriks seperti tahap 3, sehingga diperoleh hasil iterasi kedua yaitu:

'

0a K4/ 0,002 =

Langkah 6

Penggandaan kembali matriks K4 menjadi K

8, kemudian dilakukan

perhitungan matriks seperti pada tahap 3 dan 5, sehingga diperoleh hasil iterasi

ketiga, yaitu:

'

0a K8 / 3,10

─ 6 =

Langkah 7

Hasil iterasi ketiga telah sama dengan kedua, sehingga iterasi dihentikan dan

perlu dinormalkan agar berlaku '

1a a1 = 1

Vektor normal '

1a ditentukan sebagai berikut :

= 0,975

= 0,009

= 0,077

= ─ 0,088

= 0,191

Sehingga diperoleh vektor normal a’1, yaitu :

'

1a =

1,000 0,009 0,079 ─ 0,090 0,196

1,000 0,009 0,079 ─ 0,090 0,196

0,975 0,009 0,077 ─ 0,088 0,191

Page 77: ANALISIS MORFOMETRIK KEPALA PADA BEBERAPA

62

Langkah 8

Vektor ciri yang telah normal harus memenuhi persamaan sebagai berikut

untuk memperoleh nilai eigen )( 1 , yaitu:

0,975(K11─ 1 ) + 0,009 K12 + 0,077 K13 – 0,088 K14 + 0,191 K15 = 0

0,975 1 = 0,975 (0,189) + 0,009 (0,002) + 0,077 (0,015) – 0,088 (–0,015) +

0,191 (0,032)

0,975 1 = 0,184 + 0,000 + 0,001 + 0,001 + 0,006

0,975 1 = 0,193

1 = 0,198

Sehingga diperoleh nilai eigen pada komponen utama pertama ( 1 ) = 0,198

Persamaan komponen utama kesatu yaitu:

Y1 = 0,975X1+0,009 X2+0,077 X3–0,088 X4+0,191 X5

Keragaman Total yang diturunkan dari matriks kovarian:

1. Jumlahkan nilai kovarian pada matriks diagonal Matriks Kovarian, Dalam hal

ini: 0,189+ 0,001+0,002+0,017+0,032 = 0,241

2. Hasil jumlah dibagi jumlah peubah merupakan nilai eigen tertinggi yaitu pada

posisi plot data yang sebenarnya 100% bersesuaian dengan model persamaan,

Dalam hal ini: 0,241/5 = 0,048

3. Nilai eigen yang diperoleh dibagi jumlah peubah, Dalam hal ini:

0,198/5=0,040

4. Hasil no 3 dibagi dengan hasil no 2 dan dikalikan dengan 100%, maka

diperoleh keragaman total; 0,040/ 0,048 x 100% = 82,034 %

Page 78: ANALISIS MORFOMETRIK KEPALA PADA BEBERAPA

63

Lampiran 5. Vektor Eigen, Nilai Eigen, Simpangan Baku Peubah dan Korelasi antara

Skor Ukuran terhadap Peubah-peubah yang Diamati pada Anous

minutus worcesteri

Peubah

yang

Diamati

Vektor Eigen Nilai

Eigen

Simpangan

Baku

Peubah

Korelasi antara

Ukuran dan Peubah-

peubah

X1 0,975 0,198 0,435 0,997

X2 0,009 0,198 0,022 0,182

X3 0,077 0,198 0,050 0,685

X4 ─0,088 0,198 0,130 ─0,301

X5 0,190 0,198 0,180 0,470

Keterangan: X1 = Panjang Paruh; X2 = Lebar Paruh; X3 = Tinggi Paruh; X4 = Lebar Kepala dan X5 =

Panjang Kepala

Lampiran 6. Vektor Eigen, Nilai Eigen, Simpangan Baku Peubah dan Korelasi antara

Skor Bentuk terhadap Peubah-peubah yang Diamati Anous minutus

worcesteri

Peubah

yang

Diamati

Vektor Eigen Nilai

Eigen

Simpangan

Baku

Peubah

Korelasi antara

Bentuk dan Peubah-

peubah

X1 ─0,202 0,027 0,435 ─0,076

X2 ─0,039 0,027 0,022 ─0,291

X3 ─0,044 0,027 0,050 ─0,145

X4 ─0,204 0,027 0,130 ─0,258

X5 0,956 0,027 0,180 0,872

Keterangan: X1 = Panjang Paruh; X2 = Lebar Paruh; X3 = Tinggi Paruh; X4 = Lebar Kepala dan X5 =

Panjang Kepala

Page 79: ANALISIS MORFOMETRIK KEPALA PADA BEBERAPA

64

Lampiran 7. Vektor Eigen, Nilai Eigen, Simpangan Baku Peubah dan Korelasi antara

Skor Ukuran terhadap Peubah-peubah yang Diamati pada Anous

stolidus pileatus

Peubah

yang

Diamati

Vektor Eigen Nilai

Eigen

Simpangan

Baku

Peubah

Korelasi antara

Ukuran dan Peubah-

peubah

X1 0,917 0,106 0,299 0,999

X2 0,217 0,106 0,078 0,906

X3 0,328 0,106 0,116 0,921

X4 0,068 0,106 0,126 0,176

X5 0,018 0,106 0,103 0,057

Keterangan: X1 = Panjang Paruh; X2 = Lebar Paruh; X3 = Tinggi Paruh; X4 = Lebar Kepala dan X5 =

Panjang Kepala

Lampiran 8. Vektor Eigen, Nilai Eigen, Simpangan Baku Peubah dan Korelasi antara

Skor Bentuk terhadap Peubah-peubah yang Diamati pada Anous

stolidus pileatus

Peubah

yang

Diamati

Vektor Eigen Nilai

Eigen

Simpangan

Baku

Peubah

Korelasi antara

Bentuk dan Peubah-

peubah

X1 0,035 0,018 0,299 0,016

X2 ─0,125 0,018 0,078 ─0,215

X3 ─0,177 0,018 0,116 ─0,205

X4 0,882 0,018 0,126 0,939

X5 ─0,416 0,018 0,103 ─0,542

Keterangan: X1 = Panjang Paruh; X2 = Lebar Paruh; X3 = Tinggi Paruh; X4 = Lebar Kepala dan X5 =

Panjang Kepala

Page 80: ANALISIS MORFOMETRIK KEPALA PADA BEBERAPA

65

Lampiran 9. Vektor Eigen, Nilai Eigen, Simpangan Baku Peubah dan Korelasi antara

Skor Ukuran terhadap Peubah-peubah yang Diamati pada Chlidonias

hybrida javanica

Peubah

yang

Diamati

Vektor Eigen Nilai

Eigen

Simpangan

Baku

Peubah

Korelasi antara

Ukuran dan Peubah-

peubah

X1 0,746 0,205 0,382 0,884

X2 0,043 0,205 0,040 0,487

X3 0,109 0,205 0,070 0,705

X4 0,434 0,205 0,291 0,675

X5 0,492 0,205 0,263 0,847

Keterangan: X1 = Panjang Paruh; X2 = Lebar Paruh; X3 = Tinggi Paruh; X4 = Lebar Kepala dan X5 =

Panjang Kepala

Lampiran 10. Vektor Eigen, Nilai Eigen, Simpangan Baku Peubah dan Korelasi

antara Skor Bentuk terhadap Peubah-peubah yang Diamati pada

Chlidonias hybrida javanica

Peubah

yang

Diamati

Vektor Eigen Nilai

Eigen

Simpangan

Baku

Peubah

Korelasi antara

Bentuk

dan Peubah-peubah

X1 ─0,621 0,081 0,382 ─0,463

X2 ─0,004 0,081 0,040 ─0,028

X3 ─0,038 0,081 0,070 ─0,154

X4 0,714 0,081 0,291 0,698

X5 0,321 0,081 0,263 0,347

Keterangan: X1 = Panjang Paruh; X2 = Lebar Paruh; X3 = Tinggi Paruh; X4 = Lebar Kepala dan X5 =

Panjang Kepala

Page 81: ANALISIS MORFOMETRIK KEPALA PADA BEBERAPA

66

Lampiran 11. Vektor Eigen, Nilai Eigen, Simpangan Baku Peubah dan Korelasi

antara Skor Ukuran terhadap Peubah-peubah yang Diamati pada

Sterna albifrons sinensis

Peubah

yang

Diamati

Vektor Eigen Nilai

Eigen

Simpangan

Baku

Peubah

Korelasi antara

Ukuran dan Peubah-

peubah

X1 0,931 0,059 0,229 0,988

X2 0,030 0,059 0,023 0,317

X3 0,089 0,059 0,043 0,503

X4 0,353 0,059 0,114 0,752

X5 ─0,017 0,059 0,083 ─0,050

Keterangan: X1 = Panjang Paruh; X2 = Lebar Paruh; X3 = Tinggi Paruh; X4 = Lebar Kepala dan X5 =

Panjang Kepala

Lampiran 12. Vektor Eigen, Nilai Eigen, Simpangan Baku Peubah dan Korelasi

antara Skor Bentuk terhadap Peubah-peubah yang Diamati pada

Sterna albifrons sinensis

Peubah

yang

Diamati

Vektor Eigen Nilai

Eigen

Simpangan

Baku

Peubah

Korelasi antara

Bentuk dan Peubah-

peubah

X1 0,241 0,009 0,229 0,100

X2 0,142 0,009 0,023 0,586

X3 ─0,012 0,009 0,043 ─0,026

X4 ─0,609 0,009 0,114 ─0,507

X5 0,742 0,009 0,083 0,848

Keterangan: X1 = Panjang Paruh; X2 = Lebar Paruh; X3 = Tinggi Paruh; X4 = Lebar Kepala dan X5 =

Panjang Kepala

Page 82: ANALISIS MORFOMETRIK KEPALA PADA BEBERAPA

67

Lampiran 13. Vektor Eigen, Nilai Eigen, Simpangan Baku Peubah dan Korelasi

antara Skor Ukuran terhadap Peubah-peubah yang Diamati pada

Sterna anaethetus anaethetus

Peubah

yang

Diamati

Vektor Eigen Nilai

Eigen

Simpangan

Baku

Peubah

Korelasi antara

Ukuran dan Peubah-

peubah

X1 0,980 0,335 0,570 0,995

X2 0,127 0,335 0,084 0,875

X3 0,117 0,335 0,082 0,826

X4 0,045 0,335 0,229 0,114

X5 0,043 0,335 0,126 0,198

Keterangan: X1 = Panjang Paruh; X2 = Lebar Paruh; X3 = Tinggi Paruh; X4 = Lebar Kepala dan X5 =

Panjang Kepala

Lampiran 14. Vektor Eigen, Nilai Eigen, Simpangan Baku Peubah dan Korelasi

antara Skor Bentuk terhadap Peubah-peubah yang Diamati pada

Sterna anaethetus anaethetus

Peubah

yang

Diamati

Vektor Eigen Nilai

Eigen

Simpangan

Baku

Peubah

Korelasi antara

Bentuk dan Peubah-

peubah

X1 ─0,072 0,054 0,570 ─0,029

X2 0,051 0,054 0,084 0,141

X3 0,120 0,054 0,082 0,340

X4 0,975 0,054 0,229 0,989

X5 0,165 0,054 0,126 0,304

Keterangan: X1 = Panjang Paruh; X2 = Lebar Paruh; X3 = Tinggi Paruh; X4 = Lebar Kepala dan X5 =

Panjang Kepala

Page 83: ANALISIS MORFOMETRIK KEPALA PADA BEBERAPA

68

Lampiran 15. Vektor Eigen, Nilai Eigen, Simpangan Baku Peubah dan Korelasi

antara Skor Ukuran terhadap Peubah-peubah yang Diamati pada

Sterna bergii cristatus

Peubah

yang

Diamati

Vektor Eigen Nilai

Eigen

Simpangan

Baku

Peubah

Korelasi antara

Ukuran dan Peubah-

peubah

X1 0,879 0,271 0,467 0,980

X2 0,084 0,271 0,063 0,694

X3 0,152 0,271 0,101 0,783

X4 0,204 0,271 0,239 0,444

X5 0,394 0,271 0,300 0,684

Keterangan: X1 = Panjang Paruh; X2 = Lebar Paruh; X3 = Tinggi Paruh; X4 = Lebar Kepala dan X5 =

Panjang Kepala

Lampiran 16. Vektor Eigen, Nilai Eigen, Simpangan Baku Peubah dan Korelasi

antara Skor Bentuk terhadap Peubah-peubah yang Diamati pada

Sterna bergii cristatus

Peubah

yang

Diamati

Vektor Eigen Nilai

Eigen

Simpangan

Baku

Peubah

Korelasi antara

Bentuk dan Peubah-

peubah

X1 ─0,180 0,066 0,467 ─0,099

X2 0,004 0,066 0,063 0,016

X3 ─0,092 0,066 0,101 ─0,234

X4 ─0,621 0,066 0,239 ─0,668

X5 0,757 0,066 0,300 0,648

Keterangan: X1 = Panjang Paruh; X2 = Lebar Paruh; X3 = Tinggi Paruh; X4 = Lebar Kepala dan X5 =

Panjang Kepala

Page 84: ANALISIS MORFOMETRIK KEPALA PADA BEBERAPA

69

Lampiran 17. Vektor Eigen, Nilai Eigen, Simpangan Baku Peubah dan Korelasi

antara Skor Ukuran terhadap Peubah-peubah yang Diamati pada

Sterna fuscata nubilosa

Peubah

yang

Diamati

Vektor Eigen Nilai

Eigen

Simpangan

Baku

Peubah

Korelasi antara

Ukuran dan Peubah-

peubah

X1 0,875 0,105 0,285 0,995

X2 0,181 0,105 0,069 0,850

X3 0,191 0,105 0,071 0,872

X4 0,400 0,105 0,151 0,858

X5 0,078 0,105 0,113 0,224

Keterangan: X1 = Panjang Paruh; X2 = Lebar Paruh; X3 = Tinggi Paruh; X4 = Lebar Kepala dan X5 =

Panjang Kepala

Lampiran 18. Vektor Eigen, Nilai Eigen, Simpangan Baku Peubah dan Korelasi

antara Skor Bentuk terhadap Peubah-peubah yang Diamati pada

Sterna fuscata nubilosa

Peubah

yang

Diamati

Vektor Eigen Nilai

Eigen

Simpangan

Baku

Peubah

Korelasi antara

Bentuk dan Peubah-

peubah

X1 0,065 0,013 0,285 0,026

X2 0,004 0,013 0,069 0,007

X3 0,097 0,013 0,071 0,156

X4 ─0,369 0,013 0,151 ─0,279

X5 0,922 0,013 0,113 0,930

Keterangan: X1 = Panjang Paruh; X2 = Lebar Paruh; X3 = Tinggi Paruh; X4 = Lebar Kepala dan X5 =

Panjang Kepala

Page 85: ANALISIS MORFOMETRIK KEPALA PADA BEBERAPA

70

Lampiran 19. Vektor Eigen, Nilai Eigen, Simpangan Baku Peubah dan Korelasi

antara Skor Ukuran terhadap Peubah-peubah yang Diamati pada

Sterna sumatrana sumatrana

Peubah

yang

Diamati

Vektor Eigen Nilai

Eigen

Simpangan

Baku

Peubah

Korelasi antara

Ukuran dan Peubah-

peubah

X1 0,985 0,050 0,222 0,992

X2 0,030 0,050 0,027 0,248

X3 0,046 0,050 0,041 0,251

X4 ─0,151 0,050 0,134 ─0,252

X5 ─0,057 0,050 0,135 ─0,094

Keterangan: X1 = Panjang Paruh; X2 = Lebar Paruh; X3 = Tinggi Paruh; X4 = Lebar Kepala dan X5 =

Panjang Kepala

Lampiran 20. Vektor Eigen, Nilai Eigen, Simpangan Baku Peubah dan Korelasi

antara Skor Bentuk terhadap Peubah-peubah yang Diamati pada

Sterna sumatrana sumatrana

Peubah

yang

Diamati

Vektor Eigen Nilai

Eigen

Simpangan

Baku

Peubah

Korelasi antara

Bentuk dan Peubah-

peubah

X1 0,141 0,026 0,222 0,102

X2 0,013 0,026 0,027 0,078

X3 0,052 0,026 0,041 0,205

X4 0,669 0,026 0,134 0,805

X5 0,728 0,026 0,135 0,870

Keterangan: X1 = Panjang Paruh; X2 = Lebar Paruh; X3 = Tinggi Paruh; X4 = Lebar Kepala dan X5 =

Panjang Kepala

Page 86: ANALISIS MORFOMETRIK KEPALA PADA BEBERAPA

71

Lampiran 21. Komponen Utama I, II, III, IV dan V, Nilai Eigen (λ), Keragaman

Total (%) dan Keragaman Kumulatif (%) yang Diturunkan dari

Matriks Kovarian Peubah Ukuran Kepala pada Anous minutus

worcesteri

Peubah Komponen Utama

I II III IV V

X1 0,975 ─0,202 ─0,052 0,075 0,031

X2 0,009 ─0,039 0,066 0,229 ─0,970

X3 0,077 ─0,044 0,079 ─0,968 ─0,221

X4 ─0,088 ─0,204 ─0,970 ─0,061 ─0,073

X5 0,190 0,956 ─0,212 ─0,032 ─0,059

Nilai Eigen 0,198 0,027 0,015 0,001 0,000

Keragaman

Total (%) 81,90 11,20 6,20 0,50 0,10

Keragaman

Kumulatif

(%)

81,90 93,10 99,40 99,99 100,00

Keterangan: X1 = Panjang Paruh; X2 = Lebar Paruh; X3 = Tinggi Paruh; X4 = Lebar Kepala dan X5 =

Panjang Kepala

Lampiran 22. Komponen Utama I, II, III, IV dan V, Nilai Eigen (λ), Keragaman

Total (%) dan Keragaman Kumulatif (%) yang Diturunkan dari

Matriks Kovarian Peubah Ukuran Kepala pada Anous stolidus pileatus

Peubah Komponen Utama

I II III IV V

X1 0,917 0,035 ─0,002 0,357 0,176

X2 0,217 ─0,125 0,039 ─0,070 ─0,965

X3 0,328 ─0,177 ─0,151 ─0,902 0,156

X4 0,068 0,882 0,401 ─0,227 ─0,067

X5 0,018 ─0,416 0,903 ─0,046 0,098

Nilai Eigen 0,106 0,018 0,009 0,001 0,001

Keragaman

Total (%) 78,50 13,10 6,80 1,10 0,50

Keragaman

Kumulatif

(%)

78,50 91,60 98,40 99,50 100,00

Keterangan: X1 = Panjang Paruh; X2 = Lebar Paruh; X3 = Tinggi Paruh; X4 = Lebar Kepala dan X5 =

Panjang Kepala

Page 87: ANALISIS MORFOMETRIK KEPALA PADA BEBERAPA

72

Lampiran 23. Komponen Utama I, II, III, IV dan V, Nilai Eigen (λ), Keragaman

Total (%) dan Keragaman Kumulatif (%) yang Diturunkan dari

Matriks Kovarian Peubah Ukuran Kepala pada Chlidonias hybrida

javanica

Peubah Komponen Utama

I II III IV V

X1 0,746 ─0,621 ─0,230 0,068 ─0,012

X2 0,043 ─0,004 0,028 ─0,559 ─0,828

X3 0,109 ─0,038 0,186 ─0,803 0,554

X4 0,434 0,714 ─0,543 ─0,069 0,047

X5 0,492 0,321 0,785 0,183 ─0,073

Nilai Eigen 0,205 0,081 0,018 0,003 0,001

Keragaman

Total (%) 67,10 26,20 5,80 8,00 2,00

Keragaman

Kumulatif

(%)

67,10 93,20 99,00 99,80 100,00

Keterangan: X1 = Panjang Paruh; X2 = Lebar Paruh; X3 = Tinggi Paruh; X4 = Lebar Kepala dan X5 =

Panjang Kepala

Lampiran 24. Komponen Utama I, II, III, IV dan V, Nilai Eigen (λ), Keragaman

Total (%) dan Keragaman Kumulatif (%) yang Diturunkan dari

Matriks Kovarian Peubah Ukuran Kepala pada Sterna albifrons

sinensis

Peubah Komponen Utama

I II III IV V

X1 0,931 0,241 ─0,235 ─0,142 0,018

X2 0,030 0,142 0,041 0,247 ─0,957

X3 0,089 ─0,012 ─0,212 0,944 0,235

X4 0,353 ─0,609 0,700 0,120 ─0,018

X5 ─0,017 0,742 0,639 0,113 0,167

Nilai Eigen 0,059 0,009 0,004 0,001 0,000

Keragaman

Total (%) 79,60 12,40 6,00 1,70 0,30

Keragaman

Kumulatif 79,60 92,00 98,00 99,70 100,00

Keterangan: X1 = Panjang Paruh; X2 = Lebar Paruh; X3 = Tinggi Paruh; X4 = Lebar Kepala dan X5 =

Panjang Kepala

Page 88: ANALISIS MORFOMETRIK KEPALA PADA BEBERAPA

73

Lampiran 25. Komponen Utama I, II, III, IV dan V, Nilai Eigen (λ), Keragaman

Total (%) dan Keragaman Kumulatif (%) yang Diturunkan dari

Matriks Kovarian Peubah Ukuran Kepala pada Sterna anaethetus

anaethetus

Peubah Komponen Utama

I II III IV V

X1 0,980 ─0,072 ─0,050 0,160 ─0,020

X2 0,127 0,051 0,040 ─0,814 ─0,563

X3 0,117 0,120 0,087 ─0,538 0,822

X4 0,045 0,975 ─0,182 0,102 ─0,062

X5 0,043 0,165 0,977 0,108 ─0,063

Nilai Eigen 0,335 0,054 0,014 0,002 0,001

Keragaman

Total (%) 82,60 13,20 3,50 0,40 0,2

Keragaman

Kumulatif

(%)

82,60 95,80 99,30 99,80 100,00

Keterangan: X1 = Panjang Paruh; X2 = Lebar Paruh; X3 = Tinggi Paruh; X4 = Lebar Kepala dan X5 =

Panjang Kepala

Lampiran 26. Komponen Utama I, II, III, IV dan V, Nilai Eigen (λ), Keragaman

Total (%) dan Keragaman Kumulatif (%) yang Diturunkan dari

Matriks Kovarian Peubah Ukuran Kepala pada Sterna bergii cristatus

Peubah Komponen Utama

I II III IV V

X1 0,879 ─0,180 0,404 ─0,177 ─0,008

X2 0,084 0,004 0,021 0,499 ─0,862

X3 0,152 ─0,092 0,009 0,845 0,504

X4 0,204 ─0,621 ─0,752 ─0,071 ─0,042

X5 0,394 0,757 ─0,520 ─0,000 0,029

Nilai Eigen 0,271 0,066 0,036 0,004 0,001

Keragaman

Total (%) 71,60 17,30 9,60 1,10 0,40

Keragaman

Kumulatif

(%)

71,60 89,00 98,50 99,60 100,00

Keterangan: X1 = Panjang Paruh; X2 = Lebar Paruh; X3 = Tinggi Paruh; X4 = Lebar Kepala dan X5 =

Panjang Kepala

Page 89: ANALISIS MORFOMETRIK KEPALA PADA BEBERAPA

74

Lampiran 27. Komponen Utama I, II, III, IV dan V, Nilai Eigen (λ), Keragaman

Total (%) dan Keragaman Kumulatif (%) yang Diturunkan dari

Matriks Kovarian Peubah Ukuran Kepala pada Sterna fuscata

nubilosa

Peubah Komponen Utama

I II III IV V

X1 0,875 0,065 ─0,333 0,331 ─0,101

X2 0,181 0,004 ─0,141 ─0,793 ─0,565

X3 0,191 0,097 ─0,217 ─0,496 0,813

X4 0,400 ─0,369 0,824 ─0,125 0,094

X5 0,078 0,922 0,377 ─0,017 ─0,038

Nilai Eigen 0,105 0,013 0,006 0,002 0,001

Keragaman

Total (%) 82,90 10,30 5,00 1,40 0,40

Keragaman

Kumulatif

(%)

82,90 93,20 98,20 99,60 100,00

Keterangan: X1 = Panjang Paruh; X2 = Lebar Paruh; X3 = Tinggi Paruh; X4 = Lebar Kepala dan X5 =

Panjang Kepala

Lampiran 28. Komponen Utama I, II, III, IV dan V, Nilai Eigen (λ), Keragaman

Total (%) dan Keragaman Kumulatif (%) yang Diturunkan dari

Matriks Kovarian Peubah Ukuran Kepala pada Sterna sumatrana

sumatrana

Peubah Komponen Utama

I II III IV V

X1 0,985 0,141 ─0,073 ─0,052 ─0,031

X2 0,030 0,013 0,040 ─0,044 0,998

X3 0,046 0,052 ─0,007 0,997 0,042

X4 ─0,151 0,669 ─0,727 ─0,034 0,023

X5 ─0,057 0,728 0,682 ─0,029 ─0,037

Nilai Eigen 0,050 0,026 0,010 0,001 0,001

Keragaman

Total (%) 57,00 29,10 11,40 1,70 0,80

Keragaman

Kumulatif 57,00 86,10 97,50 99,20 100,00

Keterangan: X1 = Panjang Paruh; X2 = Lebar Paruh; X3 = Tinggi Paruh; X4 = Lebar Kepala dan X5 =

Panjang Kepala

Page 90: ANALISIS MORFOMETRIK KEPALA PADA BEBERAPA

75

Lampiran 29. Penciri Ukuran dan Bentuk Kepala Spesies Burung Air yang Diamati

Berikut Korelasi terhadap Skor Ukuran dan Bentuk

Spesies Ukuran Bentuk

Anous minutus worcesteri Panjang Paruh (0,997) Panjang Kepala (0,872)

Anous stolidus pileatus Panjang Paruh (0,999) Lebar Kepala (0,939)

Chlidonias hybrida javanica Panjang Paruh (0,884) Lebar Kepala (0,698)

Sterna albifrons sinensis Panjang Paruh (0,988) Panjang Kepala (0,848)

Sterna anaethetus anaethetus Panjang Paruh (0,995) Lebar Kepala (0,989)

Sterna bergii cristatus Panjang Paruh (0,980) Panjang Kepala (0,648)

Sterna fuscata nubilosa Panjang Paruh (0,995) Panjang Kepala (0,930)

Sterna sumatrana sumatrana Panjang Paruh (0,992) Panjang Kepala (0,870)

Keterangan: Angka dalam tanda kurung menunjukan korelasi antara penciri dan ukuran; antara penciri

dan bentuk

Keterangan: ■= Jenis kelamin jantan; ○= Jenis kelamin betina

Lampiran 30. Diagram Kerumunan Anous minutus worcesteri Berdasarkan Skor

Ukuran dan Skor Bentuk Kepala

Page 91: ANALISIS MORFOMETRIK KEPALA PADA BEBERAPA

76

Keterangan: ■= Jenis kelamin jantan; ○= Jenis kelamin betina

Lampiran 31. Diagram Kerumunan Anous stolidus pileatus Berdasarkan Skor

Ukuran dan Skor Bentuk Kepala

Keterangan: ■= Jenis kelamin jantan; ○= Jenis kelamin betina

Lampiran 32. Diagram Kerumunan Sterna albifrons sinensis Berdasarkan Skor

Ukuran dan Skor Bentuk Kepala

Page 92: ANALISIS MORFOMETRIK KEPALA PADA BEBERAPA

77

Keterangan: ■= Jenis kelamin jantan; ○= Jenis kelamin betina

Lampiran 33. Diagram Kerumunan Sterna anaethetus anaethetus Berdasarkan Skor

Ukuran dan Skor Bentuk Kepala

Keterangan: ■= Jenis kelamin jantan; ○= Jenis kelamin betina

Lampiran 34. Diagram Kerumunan Sterna bergii cristatus Berdasarkan Skor Ukuran

dan Skor Bentuk Kepala

Page 93: ANALISIS MORFOMETRIK KEPALA PADA BEBERAPA

78

Keterangan: ■= Jenis kelamin jantan; ○= Jenis kelamin betina

Lampiran 35. Diagram Kerumunan Sterna fuscata nubilosa Berdasarkan Skor

Ukuran dan Skor Bentuk Kepala

Keterangan: ■= Jenis kelamin jantan; ○= Jenis kelamin betina

Lampiran 36. Diagram Kerumunan Sterna sumatrana sumatrana Berdasarkan Skor

Ukuran dan Skor Bentuk Kepala

Page 94: ANALISIS MORFOMETRIK KEPALA PADA BEBERAPA

79

Lampiran 37. Spesimen Anous minutus worcesteri

Lampiran 38. Spesimen Anous stolidus pileatus

Lampiran 39. Spesimen Chlidonias hybrida javanica

Page 95: ANALISIS MORFOMETRIK KEPALA PADA BEBERAPA

80

Lampiran 40. Spesimen Sterna albifrons sinensis

Lampiran 41. Spesimen Sterna anaethetus anaethetus

Lampiran 42. Spesimen Sterna bergii cristatus

Page 96: ANALISIS MORFOMETRIK KEPALA PADA BEBERAPA

81

Lampiran 43. Spesimen Sterna fuscata nubilosa

Lampiran 44. Spesimen Sterna sumatrana sumatrana