25
10. Elmo Saviro Herprananda 04121401097 Skenario A Blok 27 Dr. Thamrin, dokter di RSUD yang terletak sekitar 40 km dari Palembang. Sekitar 100 meter dari RSUD, terjadi kecelakaan lalu lintas. Mobil minibus yang melaju dengan kecepatan tinggi menabrak pohon bering. Bagian depan mobil hancur, kaca depan pecah. Sang sopir, satu-satunya penumpang mobil terlempar keluar melalui kaca depan. Dr. thamrin yang mendengar tabrakan langsung pergi ke tempat kejadian dengan membawa perlatan tatalaksana trauma seadanya. Di tempat kejadian, terlihat sang sopir, laki-laki 30 tahun, tergeletak dan merintih mengeluh dadanya sesak, nyeri di dada kanan dan nyeri paha kiri. Melalui pemeriksaan sekilas, didapatkan gambaran: - Pasien sadar tapi terlihat bingung, cemas dan kesulitan bernafas - Tanda vital : RR : 40x/menit; Nadi: 110x/menit, lemah; TD: 90/50 mmHg - Wajah dan bibir pucat - Kulit pucat, dingin, berkeringat dingin - Terlihat deformitas di paha kiri - GCS : 13 (E:3, M:6, V:4) Setelah melakukan penanganan seadanya, dr. Thamrin langsung membawa sang sopir ke UGD, setelah penanganan awal di UGD RSUD, pasien dipersiapkan untuk dirujuk ke RSMH. Pemeriksaan tambahan - Kepala

Analisis Masalah Skenario A Blok 27 2015

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Tugas

Citation preview

Page 1: Analisis Masalah Skenario A Blok 27 2015

10. Elmo Saviro Herprananda

04121401097

Skenario A Blok 27

Dr. Thamrin, dokter di RSUD yang terletak sekitar 40 km dari Palembang. Sekitar 100 meter dari RSUD, terjadi kecelakaan lalu lintas. Mobil minibus yang melaju dengan kecepatan tinggi menabrak pohon bering. Bagian depan mobil hancur, kaca depan pecah. Sang sopir, satu-satunya penumpang mobil terlempar keluar melalui kaca depan.

Dr. thamrin yang mendengar tabrakan langsung pergi ke tempat kejadian dengan membawa perlatan tatalaksana trauma seadanya. Di tempat kejadian, terlihat sang sopir, laki-laki 30 tahun, tergeletak dan merintih mengeluh dadanya sesak, nyeri di dada kanan dan nyeri paha kiri.

Melalui pemeriksaan sekilas, didapatkan gambaran:

- Pasien sadar tapi terlihat bingung, cemas dan kesulitan bernafas- Tanda vital : RR : 40x/menit; Nadi: 110x/menit, lemah; TD: 90/50 mmHg- Wajah dan bibir pucat- Kulit pucat, dingin, berkeringat dingin- Terlihat deformitas di paha kiri- GCS : 13 (E:3, M:6, V:4)

Setelah melakukan penanganan seadanya, dr. Thamrin langsung membawa sang sopir ke UGD, setelah penanganan awal di UGD RSUD, pasien dipersiapkan untuk dirujuk ke RSMH.

Pemeriksaan tambahan

- Kepala Inaspeksi : terdapat luka lecet di dahi dan pelipis kanan diameter 2 – 4 cm. Yang lain dbn.

- ThoraksInspeksi : Gerak dada asimetris, kanan tertinggal frekuensi 40x/menit. Tampak memar disekitar dada kanan bawah sampai kesamping. JVP distensi. Trakea bergeser ke kiriAuskultasi : suara napas kanan melemah, bising napas kiri terdengar jelas. Bunyi jantung terdengar jelas cepat frekuensi 110x/menit.Palpasi : Nyeri tekan pada dada kanan bawah sampai ke samping (lokasi memar). Krepitasi pada kosta 9, 10, 11 kanan depan.Perkusi : hipersonor di dada kanan, sonor di dada kiri

- Abdomen Inspeksi : dinding perut datarAuskultasi : bising usus normal

Page 2: Analisis Masalah Skenario A Blok 27 2015

Palpasi : nyeri tekan (-)- Ekstremitas

Inspeksi : deformitas, lebam/memar, hematom pada paha tengah kiriPalpasi : nyeri tekanROM : pasif dan aktif terdapat limitasi gerakan

KLARIFIKASI ISTILAH

1. Merintih : suara yang dalam, oanjang yang menunjukkan rasa sakit atau rasa tidak menyenangkan

2. Sesak : kesulitan bernafas3. Trauma : luka atau cedera, baik fisik atau psikis4. Sianosis : discolorisasi kebiruan dari kulit dan membrane mukosa akibat

konsentrasi hemoglobin tereduksi yang berlebihan dalam darah5. Deformitas : perubahan bentuk tubuh sebagian atau umum6. GCS : Glasgow coma scale, pengukuran yang digunakan untuk

melihat tingkat kesadaran pada pasien, dilihat dari mata, pergerakan, dan omongan7. Minibus : sebuah kendaraan dengan kapasitas penumpang 5 – 9 orang,

termasuk pengemudi, mesinnya 1000 – 2000 cc posisi stir minibus sejajar dada8. RSUD : Rumah Sakit Umum Daerah unit kerja atau SKPD pemerintah

daerah yang paling sering diubah menjadi BLUD (Badan Layanan Umum Daerah)9. Nyeri paha : sensasi tidak nyaman pada daerah paha10. Nyeri dada : sensasi tidak nyaman pada daerah dada atau thorax11. Peralatan tatalaksana trauma : beberapa peralatan dan obat-obatan yang dibutuhkan sebagai

pertolongan dalam penatalaksanaan kedaruratan medik

IDENTIFIKASI MASALAH

1. kronologi kecelakaan 100 meter dari RSUD, mobil minibus melaju dengan kecepatan tinggi menabrak pohon beringin. Bagian depan mobil hancur, kaca depan pecah. Sang supir, satu-satunya penumpang mobil terlempar keluar melalui kaca depan.

2. Dr. thamrin, pergi ke tempat kejadian dengan peralatan tatalaksana trauma seadanya.3. Sopir laki-laki 30 tahun tergeletak merintih, mengeluh dadanya sesak, nyeri dada kanan dan

nyeri paha kiri.4. PEMERIKSAAN SEKILAS5. Pasien dirujuk ke RSMH setelah dilakukan penanganan di UGD RSUD tersebut.

ANALISIS MASALAH

Page 3: Analisis Masalah Skenario A Blok 27 2015

1. kronologi kecelakaan 100 meter dari RSUD , mobil minibus melaju dengan kecepatan tinggi menabrak pohon beringin. Bagian depan mobil hancur, kaca depan pecah. Sang supir, satu-satunya penumpang mobil terlempar keluar melalui kaca depan.a. Bagaimana mekanisme trauma yang dialami? 1-10

Mekanisme trauma mengacu pada bagaimana proses orang mengalami trauma.

Benturan frontal adalah tabrakan / benturan dengan benda didepan kendaraan, yang secara tiba-tiba mengurangi kecepatannya, sehingga secara tiba-tiba kecepatannya berkurang.

Pada suatu tabrakan frontal dengan penderita tanpa sabuk pengaman, penderita akan mengalami beberapa fase sebagai berikut :

Fase 1

Bagian bawah penderita tergeser kedepan, biasanya lutut akan menghantam dash board dengan keras yang menimbulkan bekas benturan pada dashboard tersebut. Kemungkinan cedera yang akan terjadi :

1. Patah tulang paha karena menahan beban berlebihan

2. Dislokasi sendi panggul karena terdorong kedepan sehingga

lepas dari mangkuknya.

3. Dislokasi lutut atau

bahkan Patah tulang lutut Karena benturan yang keras pada

dash board

Page 4: Analisis Masalah Skenario A Blok 27 2015

Fase 2

Bagian atas penderita turut tergeser kedepan sehingga dada dan atau perut akan menghantam setir. Kemungkinan cedera yang akan terjadi :

1. Cedera abdomen sampai terjadinya perdarahan dalam karena

terjadinya perlukaan/ruptur pada organ seperti hati, limpa,

lambung dan usus.

2. Cedera dada seperti patah tulang rusuk dan tulang dada.

3. Selain itu ancaman terhadap organ dalam rongga dada seperti

paru-paru, jantung, dan aorta.

Fase 3

Tubuh penderita akan naik, lalu kepala membentur kaca mobil bagian depan atau bagian samping.Kemungkinan cedera yang akan terjadi :

1. Cedera kepala (berat, sedang, ringan)

2. Patah tulang leher (fraktur servikal)

Page 5: Analisis Masalah Skenario A Blok 27 2015

Fase 4

Setelah muka membentur kaca, penderita kembali terpental ketempat duduk. Perlu mendapat perhatian khusus apabila kursi mobil tidak tersedia head rest karena kepala akan melenting dibagian atas sandaran kursi. Kondisi akan semakin parah apabila penderita terpental keluar dari kendaraan Kemungkinan cedera yang akan terjadi :

1. Patah tulang belakang (servikal-koksigis) karena proses duduk

yang begitu cepat sehingga menimbulkan beban berlebih pada

tulang belakang.

2. Patah tulang leher karena tidak ada head rest

3. Multiple trauma apabila penderita terpental keluar dari

kendaraan.

Sehingga dapat disimpulkan berdasarkan skenarioMobil melaju kencang menabrak pohon bagian depan mobil hancur dan kaca pecah sopir terlempar keluar melalui kaca depan multipel trauma

2. Dr. thamrin, pergi ke tempat kejadian dengan peralatan tatalaksana trauma seadanya.a. Apa saja peralatan utama tatalaksana trauma ?1,3,5,7,9b. Bagaimana tatalaksana trauma awal di tempat kejadian? 2,4,6,8,10

Perinsip tatalaksana kasus ini sesuai dengan inisial assesment pra- Rumah Sakit:1. Triase: nilai keadaan umum pasien pasien sadar tapi bingung, nyeri dada, sesak

napas, tanda fraktur dan jejas di beberapa bagian tubuh

Page 6: Analisis Masalah Skenario A Blok 27 2015

2. Primary survey: airway, breathing,circulation, disability, exposure

a. Airway

Nilai jalan nafas: tidak ada obstruksi(pasien dapat bicara, mengeluh daerah sakit), gerakan udara pada hidung, mulut, pergerakan dada bersihkan jalan nafas dari darah

b. Breathing

Nilai ventilasi dan oksigenasi, buka leher dan dada, observasi perubahan pola pernapasan: tentukan laju dan dalam pernafasan, dan look, listen, feel (diketahui tanda-tanda pneumotoraks) dekompresi segera dan penanggulangan awal dengan insersi jarum yang berukuran besar(needle thoraco syntesis) pada ICS 2 dilinea mid clavikula

c. Circulation

Nilai TD, nadi, warna kulit dan sumber perdarahan. Bersihkan dan Tutup luka di kepala dengan perban .

d. Disability

Niali GCS: 13 cedera otak sedange. Exposure

Berdasarkan pengamatan klinis diduga,Fraktur femur: pasang bidai, apabila tidak ada bebat anggota gerak yang sakit ke anggota gerak yang sehat.Fraktur iga: diberi analgesik dosis rendah IV agar tidak nyeri sehingga mempermudah pernafasan.

3. Nilai sementara, pindahkan ke tandu dengan metode “log Roll”, bawa ke UGD

puskesmas(100meter) dengan tandu.

3. Sopir laki-laki 30 tahun tergeletak merintih, mengeluh dadanya sesak, nyeri dada kanan dan nyeri paha kiri.a. Bagaimana mekanisme :

-merintih, 1.3,9-dada sesak, 2,4, 10

Kemungkinan penyebab:

a. Sesak nafas kardiak

b. Obstruksi jalan nafas

Page 7: Analisis Masalah Skenario A Blok 27 2015

c. Sesak nafas pada prenkim paru difus

d. Emboli paru

e. Kelainan vaskular

f. Gangguan transport oksigen

g. Kelainan pleura dan mediastinum (pneumotoraks, hemotoraks, tension

pneumotoraks)

h. Fraktur pada costae

Pneumotoraks adalah suatu keadaan dimana terdapatnya udara pada rongga potensial diantara pleura visceral dan pleura parietal. Pada keadaan normal rongga pleura dipenuhi oleh paru – paru yang mengembang pada saat inspirasi disebabkan karena adanya tegangan permukaaan ( tekanan negatif ) antara kedua permukaan pleura, adanya udara pada rongga potensial di antara pleura visceral dan pleura parietal menyebabkan paru-paru terdesak sesuai dengan jumlah udara yang masuk kedalam rongga pleura tersebut, semakin banyak udara yang masuk kedalam rongga pleura akan

menyebabkan paru –paru menjadi kolaps karena terdesak akibat udara yang masuk meningkat tekanan pada intrapleura. Secara otomatis terjadi juga gangguan pada proses perfusi oksigen kejaringan atau organ, akibat darah yang menuju kedalam paru yang kolaps tidak mengalami proses ventilasi, sehingga proses oksigenasi tidak terjadi.

Mekanisme pada kasus:

Kecelakaan lalu lintas dada membentur stir dan dashboard trauma tumpul rongga toraks Fraktur costae 9,10,11 udara dari dalam paru bocor ke dalam rongga pleura udara tidak dapat keluar dari pleura (fenomena ventil) tekanan dalam pleura meningkat paru kolaps pertukaran udara menjadi tidak adekuat hipoksia kesulitan bernafas (dada sesak).

-nyeri dada kanan 5,7-nyeri paha kiri 6, 8

4. PEMERIKSAAN SEKILAS dan Pemeriksaan Tambahana. Interpretasi dan mekanisme abnormal ?

Pemeriksaan sekilas

Page 8: Analisis Masalah Skenario A Blok 27 2015

- Pasien sadar tapi terlihat bingung, cemas dan kesulitan bernafas 1, 10, 2- Tanda vital : RR : 40x/menit; Nadi: 110x/menit, lemah; TD: 90/50 mmHg 2, 9, 3- Wajah dan bibir pucat 3, 8, 4- Kulit pucat, dingin, berkeringat dingin 4. 7, 5- Terlihat deformitas di paha kiri 5. 6, 7- GCS : 13 (E:3, M:6, V:4) 6, 5, 8

a.

Keadaan korban

Normal Interpretasi Mekanisme

Sadar tapi terlihat bingung dan cemas

Sadar sepenuhnya

Penurunan kesadaran (delirium)

Suplai O2 ke otak berkurang gangguan fungsi otak penurunan kesadaran delirium

Kesulitan bernafas

Tidak ada kesulitan

Gangguan pernapasan

Trauma tumpul pada thorax, udara dari dalam paru-paru bocor ke rongga pleura udara tidak dapat keluar lagi dari rongga pleura (one-way valve) tekanan intrapleural meningkat paru-paru kolaps pertukaran udara tidak adekuat hipoksia kesulitan bernafas

RR: 40x/menit

16 – 24 x / menit takipneu Hipoksia meningkatkan usaha pernafasan laju respirasi meningkat

Nadi 110 x/menit

60-100 x/menit Takikardia Cardiac output menurun kompensasi jantung peningkatan denyut jantung takikardia

TD: 90/50 mmHg

120/80 mmHg hipotensi Kecelakaan lalu lintas dada menumbur setir trauma tumpul pada thorax udara dari dalam paru-paru bocor ke rongga pleura

Page 9: Analisis Masalah Skenario A Blok 27 2015

udara tidak dapat keluar lagi dari rongga pleura (one-way valve) tekanan intrapleural meningkat mediastinum terdorong ke arah yang berlawanan menekan aliran balik vena output jantung menurun syok non hemoragik hipotensi

Wajah dan bibir terlihat kebiruan

Tidak ada kebiruan

Sianosis Hipoksia penurunan suplai O2 peningkatan kadar hemoglobin yang tidak terikat dengan O2 hemoglobin tereduksi diskolorisasi yang tampak pada wajah dan bibir sebagai kebiruan

Kulit pucat, dingin, dan berkeringat dingin

Tidak pucat & dingin

Kurang perfusi O2 di perifer

Hipoksia penurunan perfusi O2 ke jaringan perifer kulit pucat, dingin, berkeringat dingin.

Pemeriksaan Tambahan- Kepala 7, 4, 6

Inaspeksi : terdapat luka lecet di dahi dan pelipis kanan diameter 2 – 4 cm. Yang lain dbn.- Thoraks 8, 3, 1

Inspeksi : Gerak dada asimetris, kanan tertinggal frekuensi 40x/menit. Tampak memar disekitar dada kanan bawah sampai kesamping. JVP distensi. Trakea bergeser ke kiriAuskultasi : suara napas kanan melemah, bising napas kiri terdengar jelas. Bunyi jantung terdengar jelas cepat frekuensi 110x/menit.Palpasi : Nyeri tekan pada dada kanan bawah sampai ke samping (lokasi memar). Krepitasi pada kosta 9, 10, 11 kanan depan.Perkusi : hipersonor di dada kanan, sonor di dada kiri

- Abdomen 9,2, 10Inspeksi : dinding perut datarAuskultasi : bising usus normalPalpasi : nyeri tekan (-)

- Ekstremitas 10, 1. 9Inspeksi : deformitas, lebam/memar, hematom pada paha tengah kiri

Page 10: Analisis Masalah Skenario A Blok 27 2015

Palpasi : nyeri tekanROM : pasif dan aktif terdapat limitasi gerakan

Kepala

Luka lecet didahi dan pelipis kanan , diameter 2 – 4 cm Laserasi jaringan lunak

Leher

JPV meningkat

Trakea bergeser kekiri

Menandakan Tension Pneumothorax

Thorax

Inspeksi: Gerakan dada asimetris , kanan tertinggal

Tampak memar disekitar dada kanan bawah sampai ke samping

Auskultasi: Bunyi napas kanan melemah

Bising nafas kiri terdengar jelas

Bunyi jantung jelas dan cepat

Palpasi: Nyeri tekan dada kanan bawah sampai ke samping; Krepitasi pada costa 9,10,11 kanan depan

Perkusi

Kanan : hipersonor

Kiri : sonor

Tension Pneumothorax

Fraktur os costae IX, X, XI

Tension pneumothorax pada dada kanan

Abdomen

Inspeksi : dinding perut datar

Auskultasi : bising usus normal

Palpasi : Nyeri tekan (-)

Abdomen normal.

Page 11: Analisis Masalah Skenario A Blok 27 2015

Ekstremitas Paha kanan:

Inspeksi : tampak deformitas, memar, hematoma

Palpasi : nyeri tekan, krepitasi

ROM : pasif : limitasi gerakan, aktif : limitasi gerakan

Ada Fraktur Femur

b. Mekanisme kompensasi hypoxia? 1,6,7

5. Pasien dirujuk ke RSMH setelah dilakukan penanganan di UGD RSUD yang terletak 40 km dari Palembang.a. Bagaimana perinsip penanganan trauma di UGD? 2,5, 8, 10

Primary survey1) Airway : jaga jalan napas tetap paten. Bila diperlukan

lakukan pemasangan intubasi ETT (dengan bantuan auskultasi pada 5 titik) dan pemberian oksigen dengan ambu bag (resusitasi oksigen), NGT dapat dipasang untuk mencegah aspirasi.

2) Breathing : Inspeksi dada, auskultasi paru dan jantung, perkusi,

palpasi

Untuk tatalaksana lanjut tension pneumothoraks dilakukan pemasangan chest tube: Antiseptik daerah insersi chest tube

Penyuntikan anastesi pada dinding dada intercostals 5 (intramuscular, pleura

parietal, permukaan periosteal iga 5)

Incisi dengan skapel

Pemasukan chest tube (ukuran 24 -26 french)

Fiksasi chest tube

3) Circulation : Pemberian kristaloid (RL 4500 – 6000 cc /

jam) caliber besar yang telah dihangatkan, melalui IV (resusitasi cairan)

4) Exposure : membuka keseluruhan pakaian pasien (digunting)

tetapi cegah hipotermia

Page 12: Analisis Masalah Skenario A Blok 27 2015

Untuk tatalaksana fraktur iga

Pemberian analgesia untuk mengurangi nyeri dan membantu pengembangan dada:

Morphine Sulfate. Hidrokodon atau kodein yang dikombinasi denganaspirin atau

asetaminofen setiap 4 jam.

Blok nervus interkostalis dapat digunakan untuk mengatasi nyeri berat akibat fraktur

costae

- Bupivakain (Marcaine) 0,5% 2 sampai 5 ml, diinfiltrasikan di sekitar n. interkostalis

pada costa yang fraktur serta costa-costa di atas dan di bawah yang cedera

- Tempat penyuntikan di bawah tepi bawah costa, antara tempat fraktur dan

prosesus spinosus. Jangan sampai mengenai pembuluh darah interkostalis dan

parenkim paru

Pengikatan dada yang kuat tidak dianjurkan karena dapat membatasi pernapasan

Jika pasien telah stabil kita lakukan secondary survey.1) Monitoring (kesadaran, vital sign, cairan urin, ABG, dll)

2) Anamnesis SAMPLE (Sensation, Allergic, Past illness, Last meal, Event)

3) Pemeriksan head to toe untuk mengetahui kemungkinan ada trauma lain. Semua prosedur

yang dilakukan harus dicatat dengan baik. Pemeriksaan dari kepala sampai ke jari kaki

(head-to-toe examination) dilakukan dengan perhatian utama :

Pemeriksaan kepala

Kelainan kulit kepala dan bola mata, telinga bagian luar dan membrana timpani, cedera jaringan lunak periorbital

Pemeriksaan leher

Emfisema subkutan,deviasi trachea, vena leher yang mengembang

Pemeriksaan neurologis

Penilaian fungsi otak dengan Glasgow Coma Scale (GCS), penilaian rasa raba / sensasi dan refleks

Pemeriksaan dada

Clavicula dan semua tulang iga, suara napas dan jantung, pemantauan ECG (bila tersedia)

Pemeriksaan rongga perut (abdomen)

Page 13: Analisis Masalah Skenario A Blok 27 2015

cari luka, memar dan cedera lain, pasanglah pipa nasogastrik pada pasien trauma tumpul abdomen kecuali bila ada trauma wajah. Periksa dubur (rectal toucher), pasang kateter kandung seni jika tidak ada darah di meatus externus

Pelvis dan ekstremitas

Cari adanya fraktura (pada kecurigaan fraktur pelvis jangan melakukan tes gerakan apapun karena memperberat perdarahan), cari denyut nadi-nadi perifer pada daerah trauma, cari luka, memar dan cedera lain

Evaluasi fungsi neurologis

Untuk evaluasi berat dan luasnya cedera, jika pasien sadar tanyakan dengan jelas apa yang dirasakan dan minta pasien untuk melakukan gerakan agar dapat dievaluasi fungsi motorik dari ekstremitas atas dan bawah.

Pemeriksaan Tambahan

Foto Thorax, indikasi : Fraktur iga, Flail chest, Pneumtoraks, Hemotoraks

Foto Pelvis, indikasi : Curiga fraktur pelvis, fraktur collumna femoris, dll

Foto femur, indikasi : Fraktur femur

DPL / USG abdomen, indikasi : curiga perdarahan intra-abdomen, trauma organ

abdominal, nyeri abdomen yang tidak bisa diterangkan sebabnya, trauma pada bagian

bawah dari dada, hipotensi, hematokrit turun tanpa alasan yang jelas, pasien cedera

abdominal dengan gangguan kesadaran (obat,alkohol, cedera otak).

Kriteria Rujukan Antar Rumah Sakit :1) Bila keadaan rumah sakit tidak mencukupi kebutuhan penderita

2) Keadaan klinis pasien

Susunan saraf pusat Trauma kapitis Luka tembus atau fraktur impresi Luka terbuka, dengan atau tanpa kebocoran cairan serebrospinal GCS < 14 atau penurunan GCS lebih lanjut Tanda lateralisasi Trauma medula spinalis atau fraktur vertebra yang beratToraks Mediastinum melebar atau curiga cedera aorta Cedera dinding dada berat atau kontusio paru

Page 14: Analisis Masalah Skenario A Blok 27 2015

Cedera jantung Penderita yang membutuhkan ventilasi untuk waktu lamaPelvis/ Abdomen Kerusakan pelvis-ring yang tidak stabil Kerusakan pelvic ring dengan syok, dan tanda perdarahan lanjut Fraktur pelvis terbukaEkstremitas Fraktur terbuka yang berat Traumatik amputasi yang masih mungkin dilakukan re-implantasi Fraktur intra-artikulat yang rumit Crush injury yang berat IskemiaCedera multi-sistem Trauma kapitis disertai trauma wajah, toraks, abdomen atau pelvis Cedera pada lebih dari 2 anggota tubuh Luka bakar berat, atau luka bakar dengan cedera lain Fraktur tulang panjang proksimal pada lebih dari satu tulangFaktor komorbid Umur > 55 tahun Anak-anak Penyakit jantung atau pernapasan Insulin dependent diabetes melitus, obesitas morbid Kehamilan ImunosupresiPenurunan kesadaran lebih lanjut (late sequele) Diperlukan ventilasi mekanik Sepsis Kegagalan organ tunggal atau multipel (penurunan keadaan susunan saraf

pusat, jantung, pernapasan, hepar, ginjal, atau sistem koagulasi) Nekrosis jaringan yang luas

b. Apa yang perlu dipersiapkan untuk merujuk pasien ke RSMH? 3,4, 9

HIPOTESIS

Supir laki-laki 30 tahun, diduga mengalami fraktur tertutup os femur disertai syok.

TEMPLATE

Page 15: Analisis Masalah Skenario A Blok 27 2015

1. How to diagnose 12. DD 23. WD 34. Patogenesis 45. Tata laksana 5, 10

Thoraks

1) Pengelolaan penderita terdiri dari:

Primary survey. Yaitu dilakukan pada trauma yang mengancam jiwa, pertolongan

ini dimulai dengan airway, breathing, dan circulation.

Resusitasi fungsi vital.

Secondary survey yang terinci.

Perawatan definitif selalu dibutuhkan dengan pemsangan selang dada (chest

tube) pada sela iga ke 5 (garis putting susu) diantara garis anterior dan midaxilaris.

2) Karena hipoksia adalah masalah yang sangat serius pada Trauma thorax, intervensi

dini perlu dilakukan untuk pencegahan dan mengoreksinya.

3) Trauma yang bersifat mengancam nyawa secara langsung dilakukan terapi secepat

dan sesederhana mungkin.

4) Kebanyakan kasus Trauma thorax yang mengancam nyawa diterapi dengan

mengontrol airway atau melakukan pemasangan selang thorax atau dekompresi

thorax dengan jarum.

5) Secondary survey membutuhkan riwayat trauma dan kewaspadaan yang tinggi

terhadap adanya trauma – trauma yang bersifat khusus.

Tindakan:

1) Toraksosentesis jarum

Catatan: Prosedur ini untuk tindakan penyelamatan pada tension pneumotoraks.

Jika tindakan ini dilakukan pada penderita bukan tension pneumotoraks, dapat

terjadi pneumotoraks dan/ atau kerusakan pada parenkim paru.

Identifikasi toraks penderita dan status respirasi.

Berikan oksigen dengan aliran tinggi dan ventilasi sesuai kebutuhan.

Identifikasi sela iga II, di linea midklavikula di sisi tension pneumotoraks.

Asepsis dan antisepsis dada.

Page 16: Analisis Masalah Skenario A Blok 27 2015

Anestesi lokal jika penderita sadar atau keadaan mengijinkan.

Penderita dalam keadaan posisi tegak jika fraktur servikal sudah disingkirkan.

Pertahankan Luer-Lok di ujung distal kateter, insersi jarum kateter (panjang 3-6

cm) ke kulit secara langsung tepat di atas iga kedalam sela iga.

Tusuk pleura parietal.

Pindahkan Luer-Lok dari kateter dan dengar keluarnya udara ketika jarum

memasuki pleura parietal, menandakan tension pneumotoraks telah diatasi.

Pindahkan jarum dan ganti Luer-Lok di ujung distal kateter. Tinggalkan kateter

plastik di tempatnya dan ditutup dengan plaster atau kain kecil.

Siapkan chest tube, jika perlu. Chest tube harus dipasang setinggi puting susu

anterior linea midaksilaris pada hemitoraks yang terkena.

Hubungkan chest tube ke WSD atau katup tipe flutter dan cabut kateter yang

digunakan untuk dekompresi tension pneumotoraks.

Lakukan rontgen toraks.

2) Insersi Chest Tube

Resusitasi cairan melalui paling sedikit satu kateter intravena kaliber besar, dan

monitor tanda-tanda vital harus dilakukan.

Tentukan tempat insersi, biasanya setinggi puting (sela iga V) anterior linea

midaksilaris pada area yang terkena. Chest tube kedua mungkin dipakai pads

hemotoraks.

Siapkan pembedahan dan tempat insersi ditutup dengan kin.

Anestesi lokal kulit dan periosteum iga.

Insisi transversal (horisontal) 2-3 cm pada tempat yang telah ditentukan dan

diseksi tumpul melalui jaringan subkutan, tepat di atas iga.

Tusuk pleura parietal dengan ujung klem dan masukkan jari ke dalam tempat insisi

untuk mencegah melukai organ yang lain dan melepaskan perlekatan, bekuan

darah dll.

KIem ujung proksimal tube toraksostomi dan dorong tube ke dalam rongga pleura

sesuai panjang yang diinginkan.

Cari adanya “fogging” pada chest tube pada saat ekspirasi atau dengar aliran

udara.

Page 17: Analisis Masalah Skenario A Blok 27 2015

Sambung ujung tube toraksostomi ke WSD.

Jahit tube di tempatnya.

Tutup dengan kain/kasa dan plester.

Buat Foto ronsen toraks.

Pemeriksaan analisa gas darah sesuai kebutuhan

Paha

1) Penatalaksanaan awal

Sebelum dilakukan pengobatan definitf pada satu fraktur, maka diperlukan:

Pertolongan pertama

Pada penderita dengan fraktur yang penting dilakukan adalah membersihkan

jalan napas, menutup luka dengan verban yang bersih dan imobilisasi fraktur

pada anggota gerak yang terkena agar penderita merasa nyaman dan

mengurangi nyeri.

Penilaian klinis

Sebelum menilai fraktur itu sendiri, perlu dilakukan penilaian klinis, apakah

luka itu luka tembus tulang, adakah trauma pembuluh darah/saraf ataukah ada

trauma alat-alat dalam lainnya.

Resusitasi

2) Prinsip umum pengobatan fraktur

Ada empat prinsip pengobatan fraktur:

Recognition, diagnosis dan penilaian fraktur

Prinsip pertama adalah mengetahui dan menilai keadaan fraktur dengan

anamnesis, pemeriksan klinis dan radiologis.

Reduction; reduksi fraktur apabila perlu

Restorasi fragmen fraktur dilakukan untuk mendapatkan posisi yang dapat

diterima. Pada fraktur intraartikuler diperlukan reduksi anatomis dan sedapat

mungkin mengembalikan fungsi normal dan mencegah komplikasi seperti

kekakuan, deformitas, serta perubahan osteoartritis di kemudian hari.

Retention; imobilisasi fraktur

Rehabilitation; mengembalikan aktifitas fungsional semaksimal mungkin

Page 18: Analisis Masalah Skenario A Blok 27 2015

6. Komplikasi 67. Prognosis 78. KDU 8, 9

Learning Issue

1. Anatomi thorax dan femur 1,2, 32. Fisiologi pernapasan dan sirkulasi 4, 5, 63. Tension pneumothorax 7, 8,9, 10

Daftar pustaka :

A Pierce. Dkk. 2006. At a Glance Ilmu Bedah. Penerbit Erlangga. Jakarta.

American Chollage of Surgeon Committe on Trauma. 2004. Advance Trauma Life Support for

Doctors.

Berg, R.A., R. Hemphill, B.S. Abella, T.P. Aufderheide, D.M. Cave, M.F.Hazinski, E.B.Lerner,

T.D. Rea, M.R. Sayre, and R.A. Swor. Part 5: Adult Basic Life Support: 2010 American

Heart Association Guidelines for Cardiopulmonary Resuscitation and Emergency

Cardiovascular Care. Circulation. 122:S685-S705.

Bresler, Michael Jay dan George L. Sternbach. 2007. Manual Kedokteran Darurat. Jakarta :

EGC.

Dandy DJ. 1989. Essential Orthopaedics and Trauma. Edinburg, London, Melborue, New York:

Churchill Livingstone.

De Jong, Wim, Buku Ajar Ilmu Bedah Ed.2, Jakarta, EGC, 2004.

Jawaban di kumpul di paling lambat besok hari selasa 15 September 2015 jam 18.00 wib

Ke [email protected] dan [email protected]

Yang lewat dari situ atau 2 yang paling terakhir, dapat tugas presentan yaa :”)