Upload
others
View
11
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
45 Volume 9 No. 1 Februari 2021
ANALISIS MANAJEMEN PERSEDIAAN PALA
PADA CV. MAENUSU SPICE KOTA AMBON
ANALYSIS OF NUTMEG INVENTORY MANAGEMENT
OF CV. MAENUSU SPICE IN AMBON CITY
Asmini F. Khairuddin, Leunard O. Kakisina, Raja M. Sari
Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian Universitas Pattimura
Jln. Ir. M. Putuhena Kampus Poka, Ambon-97233
E-mail: [email protected]
Abstrak
Peranan sektor petanian di Indonesia sangat penting dalam perekonomian, terutama subsektor perkebunan. Salah satu subsektor perkebunan yang potensial dikembangkan di Maluku adalah tanaman pala. Berdasarkan data rata-rata produksi pala Indonesia, Maluku merupakan salah satu sentra produksi pala terbesar. Saat ini luas areal tanaman Pala di Maluku sebesar 32.797 ha dengan produksi sebanyak 5.859 ton. Hasil produksi pala Maluku dapat menjadi peluang usaha baik lokal maupun antar negara karena permintaannya setiap tahun terus meningkat. Hal ini menjadi peluang sekaligus tantangan para pelaku usaha untuk mengembangkan jaringan pemasaran pala secara luas. Di Maluku terdapat beberapa pelaku usaha maupun perusahaan yang bergerak dalam pemasaran pala, salah satu diantaranya adalah CV. Maenusu Spices. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi dari manajemen persediaan CV. Maenusu Spices dengan Metode EOQ. Penelitian ini menggunakan metode Economic Order Quantity (EOQ). Data yang digunakan adalah data primer berupa hasil wawancara. Hasil penelitian menunjukkan bahwa total biaya persediaan yang dikeluarkan perusahaan dalam satu tahun adalah Rp. 52.005.707, sedangkan dengan menggunakan metode EOQ biaya persediaan adalah sebesar Rp. 8.228.930,74. Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan dapat melakukan penghematan sebesar Rp. 43.776.776,3 bila menerapkan metode EOQ. Penggunaan metode EOQ pada perusahaan akan lebih efektif dan efisien dalam hal pengendalian persediaan bahan baku jika dibandingkan dengan kebijakan yang selama ini digunakan oleh CV. Maenusu Spice.
Kata kunci: Manajemen persediaan; metode EOQ; tanaman pala
Abstract
The role of the agriculture sector in Indonesia is very important in the economy, particularly in the plantation subsector. One of the potential plantation sub-sectors to be developed in Maluku is nutmeg. Based on the average Indonesian nutmeg production data, Maluku is one of the largest nutmeg production centers. Nowadays, the area of Nutmeg plants in Maluku is 32,797 ha with a production of 5,859 tons. Maluku's nutmeg production can be a business opportunity both locally and between countries because its demand continues to increase every year. This becomes an opportunity as well as a challenge for businesses to develop a broad nutmeg marketing network. In Maluku there are several business actors and companies engaged in nutmeg marketing, one of which is CV. Maenusu Spices. This study aimed to improve the effectiveness and efficiency of inventory management of CV. Maenusu Spices with the EOQ Method. This study used the Economic Order Quantity (EOQ) method. The data used was primary data in the form of interviews. The results showed that the total inventory cost incurred by the company in one year was Rp. 52.005.707, while using the EOQ method, the inventory costs was Rp. 8.228.930,74. This shows that the company can make savings of Rp. 43.776.776,3 when applying the EOQ method. The use of EOQ methods in companies will be more effective and efficient in terms of controlling raw material inventory when compared to the policies that have been used by CV. Maenusu Spice.
Keywords: Inventory management; EOQ method; nutmeg plant
AGRILAN : Jurnal Agribisnis Kepulauan 46
Pendahuluan
Indonesia merupakan negara agraris dengan potensi yang besar di bidang
pertanian. Sebagai negara agraris, sektor pertanian di Indonesia merupakan sektor
yang sangat penting dalam perekonomian, karena sebagian besar penduduk
Indonesia menggantungkan hidupnya di sektor ini. Sektor pertanian yang ada di
Indonesia mencakup 5 subsektor yaitu subsektor pertanian rakyat (pertanian
dalam arti sempit), subsektor perkebunan, subsektor kehutanan, subsektor
peternakan, dan subsektor perikanan. Salah satu subsektor yang memegang
peranan penting dalam perkembangan perekonomian di Indonesia adalah
subsektor perkebunan. Selain menyediakan lapangan kerja bagi penduduk
Indonesia, subsektor perkebunan juga menambah devisa negara secara signifikan.
Terdapat lebih dari 100 komoditas perkebunan yang dapat dikembangkan di
Indonesia. Lima belas diantaranya merupakan komoditas unggulan karena
memiliki nilai ekonomis yang tinggi serta berperan penting dalam meningkatkan
kesejahteraan masyarakat. Kelima belas komoditas tersebut antara lain cengkih,
cokelat/kakao, kapas, karet, kayu manis, kelapa, kelapa sawit, kemiri, kopi, lada,
pala, tebu, teh, tembakau dan vanili (Suwarto et al, 2014).
Tanaman pala merupakan salah salah satu diantara komoditas perkebunan
yang potensial untuk dikembangkan di Indonesia. Pada tahun 2018, produksi pala
Indonesia mencapai 36.242 ton dengan luas areal tanam 202.325 ha (Dirjen
Perkebunan, 2018). Wilayah dengan produksi pala terbesar di Indonesia adalah
Maluku dan Papua (lampiran 1). Pala juga masih menjadi komoditas ekspor
unggulan. Berdasarkan data Direktorat Jenderal Perkebunan, perkembangan
volume ekspor pala Indonesia selama periode 1980 - 2017 cukup fluktuatif,
namun cenderung meningkat. Pada tahun 2017, volume ekspor pala Indonesia
mencapai 19.936 ton dengan nilai 109.217 juta US$.
Pala termasuk family Myristicaceae. Family ini terdiri dri 5 genus (marga)
dan 250 spesies (jenis). Dari 15 marga tersebut 5 marga berada di daerah tropis
amerika, 6 marga di tropis afrika, dan 4 marga di tropis Asia (Rismunandar,
1992). Pala merupakan tanaman rempah asli kepulauan Maluku (Purseglove et al.,
1995), yang telah diperdagangkan dan dibudidayakan secara turun-
temurun dalam bentuk perkebunan rakyat disebagian besar kepulauan Maluku.
47 Volume 9 No. 1 Februari 2021
Tanaman pala mempunyai nilai historis yang melekat dengan masyarakat Maluku.
Pala Banda (Myristica fragrans Houtt) adalah jenis pala berkualitas terbaik di
dunia, yang mempunyai keunggulan komparatif alamiah karena berumur panjang
(Sahata, 2016). Lebih lanjut dinyatakan bahwa dunia mengenal Maluku dari hasil
pala dan cengkeh. Sistem tataniaga pala dan cengkeh telah tertata dengan baik
pada zaman VOC, sehingga pala bisa memberikan kontribusi terhadap pendapatan
yang signifikan bagi negeri Belanda (Bustaman, 2008).
Berdasarkan data rata-rata produksi pala Indonesia, Maluku merupakan
salah satu sentra produksi pala terbesar. Saat ini luas areal tanaman Pala di
Maluku sebesar 32.797 ha dengan produksi sebanyak 5.859 ton.
Tabel 1. Produksi pala di Provinsi Maluku
Tahun 2015 2016 2017 2018 2019*
Luas Areal (ha) 30.817 30.858 32.728 32.731 32.797
Produksi (ton) 4.582 4.621 5.513 5.774 5.859
Sumber: Direktorat Jendral Perkebunan
Keterangan: * Angka Sementara
Hasil produksi pala Maluku dapat menjadi peluang usaha baik lokal
maupun antar negara. Permintaan pasar dunia akan produk pala terutama biji, fuli
dan minyak setiap tahun terus meningkat. Hal ini menjadi peluang sekaligus
tantangan para pelaku usaha untuk mengembangkan jaringan pemasaran pala
secara luas. Di Maluku terdapat beberapa pelaku usaha maupun perusahaan yang
bergerak dalam pemasaran pala, salah satu diantaranya adalah CV. Maenusu
Spices.
CV. Maenusu Spice adalah salah satu perusahaan yang bergerak dalam
melakukan distribusi pala. Produk pala tersebut didatangkan dari berbagai daerah
penghasil pala di Maluku diantaranya Pulau Banda, Pulau Seram dan Pulau
Ambon. Adapun aktifitas yang dilakukan selain pengumpul dan distributor yaitu
melakukan sortir dan grading terhadap produk pala sebagai upaya memenuhi
standar ekspor negara tujuan. Untuk memenuhi permintaan yang tinggi CV
Maenusu Spices harus mampu mengendalikan persediaan bahan baku yang
dibutuhkan dalam proses pemasaran dengan tepat sehingga tidak terjadi
AGRILAN : Jurnal Agribisnis Kepulauan 48
kekurangan atau kelebihan persediaan. Hal ini untuk menjamin kontinyuitas
kegiatan pemasaran.
Sebagaimana perusahaan yang bergerak dalam bidang pemasaran,
manajemen persediaan merupakan penentu keberhasilan pengembangan usaha.
Manajemen persediaan adalah sebuah sistem untuk mengelola persediaan agar
perusahaan dapat mengontrol pesanan bahan baku guna tidak terjadi kelebihan
ataupun kekurangan bahan baku yang bisa memicu biaya tambahan. Manajemen
persediaan bertujuan untuk mengantisipasi resiko keterlambatan datangnya
barang, pesanan bahan yang tidak sesuai dengan yang diperlukan perusahaan,
maupun untuk mengantisipasi apabila bahan yang diperlukan tidak tersedia di
pasaran (Herjanto, 2007).
Penerapan manajemen persediaan bahan baku penting dilakukan untuk
menjamin persedian bahan baku dan kontinuitasnya dalam aktivitas pemasaran
suatu perusahaan. Salah satu metode yang umum digunakan untuk
meminimumkan biaya persediaan yaitu dengan analisis Economy Order Quantity
(EOQ). EOQ adalah volume atau jumlah pembelian yang paling ekonomis untuk
dilakukan pada setiap kali pembelian (Prawirosentono, 2001:49). Metode ini dapat
diterapkan dengan mudah dan praktis sehubungan dengan persediaan bahan baku
untuk merencanakan berapa kali suatu bahan dibeli dan dalam jumlah kuantitas
berapa kali pemesanan. Selain untuk mengetahui berapa jumlah persediaan yang
paling efisien, dengan penerapan metode EOQ pada perusahaan juga dapat
diketahui biaya yang akan dikeluarkan sehubungan dengan persediaan bahan
baku. Penerapan metode EOQ dapat menjadi komparasi dengan manajemen
persediaan yang diterapkaan oleh perusahaan dalam upaya efisiensi dan
efektivitas manajemen CV. Maenusu Spice lebih lanjut. Bertolak pada kondisi ini
penulis tertarik untuk meneliti penerapan manajemen persediaan dengan metode
EOQ pada CV Maenusu Spice Kota Ambon. berdasarkan latar belakang yang
telah diuraikan, maka penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan efektivitas dan
efisiensi dari manajemen persediaan CV. Maenusu Spices dengan Metode EOQ.
Metode Penelitian
49 Volume 9 No. 1 Februari 2021
Penelitian ini dilakukan di CV. Maenusu Spice di Desa Tawiri Kecamatan
Teluk Ambon Kota Ambon dan berlangsung selama satu bulan. Lokasi penelitian
ditentukan secara sengaja (purposive) atau ditunjuk langsung dengan
pertimbangan bahwa CV. Maenusu merupakan perusahaan distributor berskala
besar yang melakukan proses grading dan sortir untuk kepentingan ekspor.
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data primer dan data
sekunder. Data primer diperoleh dari pengamatan langsung di lapangan melalui
wawancara dengan pimpinan dan karyawan CV. Maenusu Spices dengan
menggunakan daftar pertanyaan (kuesioner). Data sekunder yang diperlukan
diperoleh dari instansi terkait seperti Badan Pusat Statistik.
Metode analisis data yang digunakan adalah metode kuantitatif, dengan
analisis Economical Order Quantity (EOQ). Gitosudarmo (2002) mengemukakan
bahwa Economic Order Quantity adalah volume atau jumlah pembelian yang
paling ekonomis untuk dilaksanakan pada setiap kali pembelian. Kelebihan EOQ
(Economic Order Quantity) adalah mudah dalam mengunakannya (Herjanto,
2007). EOQ digunakan untuk menentukan kuantitas pesanan persediaan yang
meminimumkan biaya langsung penyimpanan persediaan dan biaya kebalikannya
(Inverse cost) pemesanan persediaan. Perhitungan EOQ dirumuskan sebagai
berikut:
EOQ = √2 𝑆𝐷
𝐻
Dimana:
EOQ = Kuantitas pembelian optimal
D = Jumlah pembelian bahan baku.
S = Biaya pemesanan
H = Biaya penyimpanan per kg per bulan
Selanjutnya untuk mengetahui biaya total persediaan perbulan (TIC) dapat
diketahui dengan menggunakan rumus berikut:
TIC = 𝐻𝑄
2+ 𝑆
𝐷
𝑄
AGRILAN : Jurnal Agribisnis Kepulauan 50
Hasil dan Pembahasan
Sejarah Berdirinya CV. Maenusu Spice
CV. Maenusu Spice merupakan salah satu perusahaan yang bergerak di
bidang distributor pala di Maluku. Perusahaan ini berdiri pada tanggal 6 Februari
2018, pendiri perusahaan adalah Ibu Anella Kastanya yang sekaligus menjadi
pemimpin perusahaan. Berdirinya CV. Maenusu Spice berdasarkan Surat Izin
Usaha Perdagangan (SIUP) Kecil Nomor: 0616/25-05/PK/DPMPTSP/VII/2018,
yang ditetapkan di Ambon pada tanggal 04 Juli 2018. CV. Maenusu Spice
berkantor di Jalan Pisang Baranan No. 15 Rumah Tiga, Teluk Ambon. Sedangkan
gudang penyimpanan dan unit proses berlokasi di Jalan Dr. J. Leimena, Wailawa
II Tawiri, Kecamatan Teluk Ambon, Kota Ambon.
Perusahaan ini mendistribusikan produk pala yakni biji dan fuli pala yang
diperoleh dari beberapa petani dan supplier tingkat kabupaten di Provinsi Maluku.
CV. Maenusu didirikan bukan hanya untuk bisnis, namun juga ingin berkontribusi
bagi kesejahteraan petani di Maluku. Perusahaan ini memiliki keinginan untuk
memperkuat basis di tingkat petani dengan menciptakan rantai nilai yang tinggi.
Petani, pengumpul desa, pengumpul kecamatan hingga pengumpul kota merasa
percaya dan bertanggung jawab menyediakan bahan baku kepada perusahaan,
sehingga CV. Maenusu mampu menjaga kontinuitas produksi baik secara kualitas
maupun kuantitas produk pala Maluku di tingkat nasional.
Dalam kegiatan operasionalnya, perusahaan melakukan standarisasi mutu
produk sebagai upaya memenuhi permintaan pasar. Sejak berdiri CV. Maenusu
Spice telah bekerja sama dengan beberapa buyers dan perusahaan India di
Surabaya. Pada tahun 2018 CV. Maenusu Spice mampu meyelesaikan kontrak
lebih dari 16 kontainer produk pala.
Karakteristik Tenaga Kerja CV. Maenusu Spice
Tabel 2. Distribusi tenaga kerja berdasarkan kategori umur
Umur (Tahun) Jumlah Jiwa (Orang) Presentase (%)
0-14 (Blum Produktif) 0 0
51 Volume 9 No. 1 Februari 2021
15-64 (Produktif) 20 100
>64 (Tidak Produktif) 0 0
Jumlah 20 100
Tabel 2 menjelaskan bahwa, tenaga kerja pada CV. Maenusu Spice secara
keseluruhan termasuk pada kelompok umur produktif dengan persentase 100 persen.
Sesuai dengan pendapat Swastha dan Sukotjo (1995) dalam Saad (2012), bahwa
tingkat produktifitas kerja seseorang akan mengalami peningkatan sesuai dengan
pertambahan umur, kemudian akan menurun kembali menjelang usia tua. Umur
produktif merupakan tingkatan umur dimana seseorang akan mampu menghasilkan
produk maupun jasa, atau dengan kata lain umur produktif merupakan umur dimana
seseorang akan mampu bekerja dengan baik.
Tabel 3. Distribusi tenaga kerja berdasarkan tingkat pendidikan
Tingkat Pendidikan (Tahun) Jumlah (jiwa) Presentase (%)
SD 0 0
SMP 0 0
SMA 17 85
S1 3 15
Jumlah 20 100
Tabel 3 memperlihatkan kualifikasi tingkat pendidikan tenaga kerja pada
CV. Maenusu Spice. Tingkat pendidikan merupakan bagian terpenting untuk
operasionalisasi perusahaan. Hasil penelitian menunjukan bahwa tingkat pendidikan
tenaga kerja pada CV. Maenusu Spice lebih banyak terkonsentrasi pada kelompok
tamat SMA yaitu sebanyak 17 orang atau 85 persen, yang terdiri dari 1 karyawan
pada bagian administrasi dan sisa 16 lainnya merupakan tenaga pada bagian
processing. Sedangkan pada tingkat sarjana yang menduduki jabatan tertentu di
perusahaan, diantaranya pimpinan perusahaan, manajer dan bagian marketing.
Perusahaan akan membagi pekerja sesuai dengan kemampuan dan keahlian
berdasarkan jenis kelamin karyawan. Karyawan perempuan akan lebih banyak
mengurusi bagian sortasi dan grading. Sedangkan karyawan laki-laki akan lebih
banyak mengurusi pengangkutan, penimbangan, hingga melakukan proses packing.
Distribusi tenaga kerja menurut jenis kelamin disajikan pada tabel 4.
Tabel 4. Distribusi tenaga kerja berdasarkan jenis kelamin
Jenis Kelamin Jumlah (Jiwa) Presentasi (%)
Laki-Laki 4 20
Perempuan 16 80
AGRILAN : Jurnal Agribisnis Kepulauan 52
Jumlah 20 100
Tabel 4 menunjukkan bahwa tenaga kerja perempuan lebih besar
dibandingkan dengan jumlah tenaga kerja laki-laki. Hal ini disebabkan karena
perusahaan memiliki kontrak dengan perusahaan buyer untuk mengirim biji pala
dalam kuantitas tertentu yang harus diselesikan tepat pada waktunya. Selain itu
dalam proses pemilihan biji pala juga dibutuhkan tingkat ketelitian yang tinggi agar
menghasilkan biji pala sesuai dengan standar kualitas yang ditentukan. Sedangkan
karyawan pria bertugas mengangkut biji pala untuk disortir oleh para ibu kelompok
sortir dan melakukan proses packing.
Supplier Bahan Baku
Supplier atau pemasok merupakan mitra bisnis yang memegang peranan
penting dalam menjamin ketersediaan bahan baku yang dibutuhkan perusahaan.
Setiap pemasok atau supplier pada umunya hampir sama, namun karakteristik
yang dimiliki oleh masing-masing pemasok adalah berbeda (Sulastiningsih, dalam
Setyaningrum, 2007). CV. Maenusu Spice bekerja sama dengan supplier yang
mampu menyediakan bahan baku pala tepat pada waktunya, berkualitas baik dan
harga yang kompetitif. Adapun hubungan antara CV. Maenusu dengan para
suppliernya tidak terikat, dimana untuk membeli barang dari supplier perusahaan
hanya melakukan permintaan pengiriman bahan baku dan bekerja sama tanpa
adanya kontrak jangka panjang. Supplier yang bekerja sama dengan CV. Maenusu
Spice berasal dari berbagai daerah penghasil pala di Maluku antara lain, Pulau
Banda, Pulau Seram dan Pulau Ambon. Selain itu perusahaan juga menerima
tambahan bahan baku pala dari Pulau Obi, Maluku Utara. Kapasitas suplai dan
frekuensi pengiriman pala dari tiap supplier berbeda-beda. Hal ini terjadi karena
adanya perbedaan produktivitas tanaman pala disetiap daerah dan kemampuan
supplier dalam menampung hasil panen dari para petani lokal.
Berdasarkan data perusahaan, bahwa pengiriman bahan baku pala
terbanyak berasal dari Pulau Banda pada setiap frekuensi penerimaan. Selain
kuantitas bahan baku yang tersedia dalam jumlah besar, pala banda juga terkenal
karena memiliki kualitas tinggi diantara pala yang berasal dari daerah lain.
Kualitas terbaik pala Banda saat ini banyak ditandai oleh petani pala di
Kecamatan Banda Neira yang terletak pada biji pala hasil kotoran burung yang
53 Volume 9 No. 1 Februari 2021
oleh masyarakat lokal disebut sebagai burung walor/pombu (bahasa Indonesia)
yang disebutkan sebagai biji pala kualitas super yang dihargai tinggi di pasaran
(Lawalata, M dkk 2017). Sementara penerimaan bahan baku pala paling sedikit
berasal dari Pulau Obi, Ternate. Adanya perbedaan kualitas pasokan pala disetiap
daerah disebabkan karena beberapa faktor diantaranya masih minim sosialisasi
kepada para petani sehingga tanaman pala menjadi tidak terawat, disamping umur
tanaman yang telah tua serta kerusakan akibat serangan hama, penyakit, gulma
dan gejala lainnya. Hal tersebut mempengaruhi produktivitas tanaman pala
sehingga produksi yang dihasilkan berbeda tiap daerah.
Analisis Manajemen Persediaan CV. Maenusu Spice dan Metode EOQ
CV. Maenusu Spices melakukan pembelian bahan baku melalui supplier
dan petani pala yang telah menjadi rekanan selama ini. Berikut ini adalah
kuantitas pembelian dan frekuensi pemesanan bahan baku pala CV. Maenusu
Spice.
Tabel 5. Jumlah dan frekuensi pembelian bahan baku pala selama satu tahun
Bulan Pembelian Jumlah (Kg) Frekuensi
Agustus 2018 15000 7
September 20000 5
Oktober 16800 5
November 0 0
Desember 0 0
Januari 2019 10000 2
Februari 12000 2
Maret 13200 4
April 13500 4
Mei 24500 5
Juni 5400 8
Juli 10000 3
Jumlah 140400 45
Sumber: CV. Maenusu Spice
Berdasarkan tabel 5 dapat diketahui penerimaan bahan baku pala pada CV.
Maenusu Spices dalam periode satu tahun mengalami fluktuasi. Hal ini
dikarenakan penerimaan pala ditentukan oleh kesediaan pala yang berbeda pada
setiap supplier. Pada bulan September 2018 dan Mei 2019 terjadi peningkatan
AGRILAN : Jurnal Agribisnis Kepulauan 54
pembelian bahan baku. Hal ini dikarenakan pada bulan tersebut merupakan musim
panen pala sehingga memberi efek positif pada peningkatan jumlah pembelian.
Sementara pada bulan November hingga Desember 2018 perusahaan tidak
melakukan proses pembelian karena minimnya permintaan pala yang disebabkan
sedang adanya masa panen cengkeh. Kuantitas pesanan biji pala selama setahun
sebanyak 140.400 kg.
Tabel 6. Biaya pemesanan pala CV. Maenusu Spice tahun 2018-2019.
Jenis Biaya Jumlah (Rp)
Biaya Telepon 3.600.000
Biaya Transportasi 48.078.125
Jumlah Biaya 51.678.125
Biaya pemesanan (ordering cost) merupakan biaya langsung yang
dikaitkan dengan usaha untuk mendapatkan bahan baku atau barang dari luar.
Biaya pemesanan yang dikeluarkan oleh CV. Maenusu Spice berupa biaya telepon
dan biaya transportasi. Tabel 6 menunjukkan biaya telepon yang dikeluarkan
perusahaan sebesar Rp.3.600.000,-/tahun. Biaya telepon dikeluarkan untuk
kebutuhan berkomunikasi dengan para supplier dan petani saat melakukan
pembelian pala. Sementara biaya transportasi merupakan biaya yang dikeluarkan
perusahaan tidak secara langsung, meliputi biaya truck pengangkutan, frak kapal,
dan buruh yakni sebesar Rp.48.078.125,-/tahun.
Tabel 7. Biaya penyimpanan pala selama di gudang
Jenis Biaya Per Bulan (Rp) Per Tahun (Rp)
Biaya Listrik Gudang 1.000.000 12.000.000
Biaya Fumigasi 194.865 2.338.383
Biaya Packing 1.262.000 15.144.000
Jumlah Biaya 2.456.865 29.482.383
Biaya penyimpanan (carrying cost atau holding cost) adalah biaya yang
harus ditanggung oleh CV. Maenusu Spices sehubungan dengan adanya bahan
baku yang disimpan di dalam perusahaan. Biaya yang harus dikeluarkan oleh
perusahaan berupa biaya listrik, fumigasi dan biaya pengemasan (packing).
Terlihat dari tabel 12, dalam kurun waktu satu tahun jumlah biaya penyimpanan
yang dikeluarkan perusahaan mencapai Rp.29.482.383. Biaya listrik sebesar Rp.
12.000.000/tahun. Biaya fumigasi sebesar Rp.2.338.383/tahun yang meliputi
55 Volume 9 No. 1 Februari 2021
biaya fumigan dan upah untuk tenaga yang melakukan fumigasi. Sementara biaya
packing yang dikeluarkan oleh perusahaan sebesar Rp.15.144.000/tahun, meliputi
biaya karung, pelabelan, hingga upah untuk setiap tenaga kerja yang melakukan
proses packing.
Tabel 8. Kondisi aktual persediaan bahan baku perusahaan
Komponen Biaya Jumlah
Total kebutuhan bahan baku (Kg) (D) 140.400
Frekuensi Pemesanan (Kali) 45
Pembelian rata-rata bahan baku setiap bulan (Kg) (Q) 3.120
Biaya Pemesanan Sekali Pesan (Rp) (S) 1.148.402,8
Biaya Simpan per kg (Rp) (H) 210
Total Biaya Persediaan (Rp) (TIC) 51.385.707
Tabel 8 menampilkan kuantitas bahan baku yang dibutuhkan perusahaan
sebanyak 140.400 kg dengan frekuensi pemesanan sebanyak 45 kali. Jumlah
pembelian rata-rata bahan baku merupakan hasil perhitungan dari total kebutuhan
bahan baku dibagi dengan frekuensi pemesanan dalam satu tahun. Biaya
pemesanan bahan baku setiap kali pesan merupakan hasil dari total biaya
pemesanan dibagi dengan frekuensi pemesanan. Biaya penyimpanan merupakan
hasil perhitungan dari total biaya simpan per tahun dibagi dengan total kebutuhan
bahan baku perusahaan. Jadi biaya pemesanan yang dikeluarkan perusahaan
adalah sebesar Rp. 1.148.402,8 dalam setiap kali melakukan pemesanan bahan
baku dan biaya penyimpanan sebesar Rp.210/kg bahan baku. Sementara jumlah
pembelian bahan baku dalam sekali pemesanan adalah sebanyak 3.120 kg. Total
biaya persediaan (Total Inventory Cost) yang dikeluarkan perusahaan selama
periode satu tahun adalah sebesar Rp. 51.385.707.
Tabel 9. Perbandingan total biaya persediaan berdasarkan kondisi aktual
perusahaan dengan metode EOQ
Keterangan Kebijakan
Perusahaan Metode EOQ Penghematan
Total biaya persediaan Rp.52.005.707 Rp.8.228.930,7 Rp.43.776.776,3
Frekuensi pemesanan 45 4
AGRILAN : Jurnal Agribisnis Kepulauan 56
Metode EOQ adalah salah satu metode analisis yang digunakan dalam
menentukan jumlah persediaan barang yang paling ekonomis. Hasil perhitungan
jumlah pembelian bahan baku yang ekonomis dengan menggunakan metode EOQ
adalah sebanyak 39.187,53 kg dengan frekuensi pembelian dalam satu tahun
adalah sebanyak 4 kali. Total biaya persediaan (Total Inventory Cost) yang
dikeluarkan perusahaan bila menggunakan metode EOQ adalah sebesar Rp.
8.228.930,7 per tahun. Dari hasil penelitian menunjukan bahwa perusahaan dapat
menghemat biaya sebesar Rp. Rp.43.776.776,3 bila menggunaan metode EOQ.
Berdasarkan hasil penelitian dan hasil perhitungan yang telah dilakukan
maka diketahui bahwa pembelian bahan baku pala pada CV. Maenusu Spice
berfluktuasi tiap bulan. Dalam pengelolaan persediaan CV. Maenusu Spice
menggunakan sistem pengendalian yang umum dan tidak menggunakan metode
perhitungan tertentu untuk mendapatkan tingkat persediaan yang optimal.
Dari penelitian ini dapat diketahui bahwa dengan menerapkan sistem EOQ
maka perusahaan dapat menetapkan jumlah optimal persediaan dan kapan harus
melakukan pemesanan ulang. Perusahaan akan mengurangi frekuensi pemesanan
dan memesan bahan baku lebih besar dari biasanya. Dengan demikian bahan baku
yang disimpan akan lebih lama berada pada tempat penyimpanan, sama halnya
berarti metode EOQ membantu perusahaan dalam meminimalkan biaya
persediaan.
Dari data yang telah dianalisis maka diketahui perbandingan persediaan
bahan baku bila menggunakana kebijakan perusahaan dengan metode EOQ.
Diketahui seluruh jumlah pemesanan bahan baku mengalami penurunan apabila
menggunakan metode EOQ. Frekuensi pemesanan juga mengalami penurunan
yaitu hanya 4 kali. Oleh sebab itu, penggunaan metode EOQ pada CV. Maenusu
Spice merupakan Opportunity Cost bagi perusahaan karena kebijakan persediaan
bahan baku yang dijalankan perusahaan selama ini, perusahaan mengorbankan
penghematan biaya bila tidak menggunakan metode EOQ. Dengan menerapkan
sistem EOQ maka perusahaan dapat menetapkan jumlah optimal persediaan, hal
ini berkaitan dengan efektivitas produksi dan juga ketepatan waktu pengiriman
barang.
57 Volume 9 No. 1 Februari 2021
Dalam kasus ini metode EOQ dapat diterapkan dengan asumsi jika
kuantitas bahan baku pala berdasarkan hasil perhitungan pembelian yang optimal
tersedia ditingkat petani dan supplier. Mengingat musim panen pala yang terjadi
di Maluku hanya 2-3 kali dalam setahun, dengan produki tanaman pala yang
mulai menurun akibat tanaman yang sudah berumur. Sehingga yang menjadi
kelemahan dalam penelitian ini yaitu metode EOQ belum bisa diterapkan
perusahaan disebabkan beberapa alasan serta kondisi ketersediaan bahan baku
pala yang tidak mencukupi jumlah pembelian yang optimal menurut metode EOQ.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian penelitian yang dilakukan pada persediaan bahan
baku CV. Maenusu Spice maka dapat disimpulkan sebagai berikut: (1). Penerapan
manajemen persediaan bahan baku yang dilakukan CV Maenusu Spices sudah
efektif dalam memenuhi permintaan konsumen karena perusahaan tidak
mengalami kehabisan persediaah bahan baku. Dalam pengelolaan persediaan CV
Maenusu Spice menggunakan sistem pengendalian yang umum dan tidak
menggunakan metode perhitungan tertentu untuk mendapatkan tingkat persediaan
yang optimal. Bahan baku yang diperlukan CV. Maenusu Spice setiap bulannya
tergantung pada hasil pasokan dari para supplier dan petani lokal. Perusahaan
akan menerima berapapun yang dipasok oleh supplier dan petani, sehingga bahan
baku pala yang diperoleh tiap bulan berfluktuasi. (2). Total biaya persediaan
bahan baku yang dikeluarkan perusahaan pada tahun 2018-2019 sebesar Rp.
52.005.707, sedangkan total biaya persediaan yang dikeluarkan perusahaan bila
menggunakan metode EOQ adalah sebesar Rp. 8.228.930,7. Sehingga dapat
diketahui pengehematannya sebesar Rp. 43.776.776,3. Berdasarkan perhitungan
pada pembahasan sebelumnya, total biaya persediaan dengan metode EOQ lebih
efisien dibandingkan dengan manajemen persediaan yang digunakan CV.
Maeunusu Spice. Dalam kasus ini metode EOQ hanya dapat diterapkan dengan
asumsi bahwa jumlah bahan baku ekonomis yang dibutuhkan perusahaan sebesar
39.187,53 kg tersedia dalam setiap frekuensi pembelian. Namun, mengingat
persediaan bahan baku pala yang bergantung pada musim panen serta
AGRILAN : Jurnal Agribisnis Kepulauan 58
produktivitas tanaman pala yang berbeda di tiap daerah membuat metode ini
dipertimbangkan untuk diterapkan pada perusahaan. Sehingga yang menjadi
kelemahan dalam penelitian ini yaitu metode EOQ belum bisa diterapkan
perusahaan disebabkan kondisi ketersediaan bahan baku pala yang tidak
mencukupi jumlah pembelian yang optimal menurut metode EOQ.
Daftar Pustaka
Bustaman, S. 2008. “Prospek Pengembangan Minyak Pala Banda Sebagai
Komoditas Ekspor Maluku”. Jurnal Litbang Pertanian. Vol 27 (3): 93-98.
Direktorat Jenderal Perkebunan. 2018. “Statistik Perkebunan Indonesia 2017-
2019: Pala (Nutmeg)”. Sekretariat Direktorat Jenderal Perkebunan. Jakarta
Herjanto, Eddy. 2007. Manajemen Operasi edisi 3. Jakarta: PT. Raja Grasindo
Persada.
Gitosudarmo, I. 2002. Manajemen Keuangan. Edisi Keempat. BPFE Universitas
Indonesia. Yogyakarta.
Lawalata, M., S.F.W. Thenu, & M. Tamaela. 2017. “Kajian Pengembangan
Potensi Perkebunan Pala Banda di Kecamatan Banda Neira Kabupaten
Maluku Tengah”. AGRILAN: Jurnal Agribisnis Kepulauan. Vol 5 (2): 132-
150.
Prawirosentono. 2001. “Manajemen Operasi”. PT. Bima Aksara. Jakarta.
Purseglove, J.W., Brown E.G., Green S.L., and Robbins S.R.J. 1995. Spices. New
York: Longmans. pp175-228.
Rismunandar. 1992. Budidaya dan Tataniaga Pala. Jakarta: PT Penebar Swadaya.
Sahata, M. 2016. “Strategi Pengembangan Pala Di Desa Paisubatu Kecamatan
Buko Kabupaten Banggai Kepulauan”. Jurnal Agroland. Vol 23 (2): 118-
130.
Setyaningrum, F. C. 2007. “Analisis Supplier Costing dalam Pemilihan Supplier
pada Damai Minimarket”. Skripsi. Yogyakarta: Jurusan Ekonomi
Akuntansi, Universitas Atma Jaya.
Suwarto, dkk. 2014. Top 15 Tanaman Perkebunan. Jakarta: Penebar Swadaya.