Upload
buithuy
View
223
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
PERPUSTAKAAN UTA1~I UIN SYAHID JAKART~
Analisis lndikasi Earnings Management Terhadap
Kinerja Pada Seasoned Equity Ojjetings
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan llmu Sosial
Untuk Memenuhi Syarat-syarat untuk Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
f)iterirna -~-" -
Oleh:
~·~.;-.; : rc;·::··or: .. (D111 ............... ..
N;;. Ymluk ; .<QC": .. o:r~···/J,"' .. !: .. .. .. 0 ....................... 0 .......... . k.hJsffikasi : ............................................. .
L11kma11 Hakim
( 103081029306)
JURUSAN MANAJEMEN KEUANGAN DAN PASAR MOD AI"
FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSJAL
UNIVERSITAS ISLAM NEGEID SY AIDF HIDAY A TULLAR
JAKARTA
1429 H I 2008 M
ANALISIS INDIKASI EARNINGS MANAGEMENTTERHADAP KINERJA
PADA SEASONED EQUITY OFFERINGS
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial
Untuk Memenuhi Syarat-syarat untuk Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Pembimbing I
Prof. Dr, Ahmad Ro NIP.150317955
Oleh Lukman Hakim
NIM : 103081029306
Di Bawah Bimbingan
Pembimbing II
Titi Dem Waminda, SE. Msi NIP. 150 368 746
JURUSAN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SY ARIF HIDA YATULLAH
JAKARTA
1429 H/2008 M
ANALISIS INDIKASI EARNINGS MANAGEMENTTEl'IHADAP KINERJA
PADA SEASONED EQUITY OFFERINGS
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial
Untuk Memenuhi Syarat-syarat untuk Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Pembimbing I
Oleh Lukman Hakim
NIM : I 0308 I 029306
Di Bawah Bimbingan Pembimbing II
_CAr:p: Prof. Dr. Ahmad ;:'ilufu, MM.
~ NIP. 150 3 I 7 955
Penguji Ahli
Titi Dewi Waminda, SE, MSi NIP. 150 368 746
Prof.Or. Abdul Hamid , MS. NIP. 131474891
FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1429 H/2008 M
Hari Selasa Tanggal 13 Bulan Februari Tahun Dua Ribu Delapan telah dilakukan
Ujian Komprehensif atas nama Lukman Hakim NIM: 103081029306 dengan
judul Skripsi "A11alisis /11dikasi E1m1i11gs Ma11ageme11t Terlwdap Ki11erja Pada
Seaso11ed Equity Offeri11gs ". Memperhatikan kemampuan akademik mahasiswa
tersebut selama ujian berlangsung, maka skripsi ini sudah dapat diterima sebagai
salah satu syaral untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Jrnusan
Manajemen Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Ketua
Jakarta, 07 Maret 2008
Tim Penguji Ujian Komprehensif
~:lJiin n " n "(~_IJ,l'X
Indoyama Nasarudin S
Prof. Dr. Abdul Hamid. MS Penguji Ahli
Sekretaris
DAFTAR RIW A Y AT HID UP
Jakarta, 07 Juli 1985
Islam Indonesia JI. Aria Putra Gg. Masjid Darussalam No. 92 Rt. 004 I Rw. 010 15415 +6221 7433276 +62916 11564
Negeri ""'' ... +
Hidayatullah ( Fakultas Ekonomi dat1 Ilmu Sosial - Manajemen Keuangat1 dan Pasar Modal )
Jakat1a
Jakarta
2003
2008
ABSTR4.CT
The objective of this research is to study changes of operational pe1formances behavior before and after Seasoned Equity qf[erings ( SEO ) published. Includes how far SEO would effect both share return and also differences of Earnings Management variable to companies listed in Indonesian Stock Exchange ( BEI ). To describe how operational performances behavior of this research, Return On Assets ( ROA ) method was used. Cumulative Abnormal Return ( CAR ) method was used to configure share return performances. While Discretionwy Accruals ( DA ) method was used to configure earnings management behavior.
In his research, data were collected from companies which have been conducting SEO three years before and three years after. There are 22 companies selected randomly as sample using Pu1posive Sampling. The first evaluation show less differences of operational performances behavior during this research. The same thing also shown by earnings management behavior in contrast there are slightly differences behavior of share return performances derived from data.
Despite of un-significant roles of Discretionary Accrual~ ( DA ) values three years before and three years after the Seasoned Equity Offerings ( SEO ) publishing. There are still several companies gain positively average value of DA. These mean they have better earnings management behavior than others and still continuing its policy.
Keyword: Seasoned Equity Offerings, earnings management, Cummulative Abnormal Return, Return on Assets, discretionm:y accrual.~.
KATAPENGANTAR
Alhamdulillah segaJa puji bagi AllaJi SWT yang tanpa henti melimpahkan
rahmat, taufik, hidayah dan ridha-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat
menyelesaikan studi pada Fakultas Ekonomi Jurusan Manajemen dan berhasil
menyusnn skripsi dengan judul "Analisis Indikasi Eani'ings 11,fallagemellt
Terluu!ap Kinerja Pada Seasoned Equity Offerings ".
Tujuan penulisan skripsi ini adalah untuk memeuuhi syarat dalam
mencapai derajat Sarjana Ekonomi pada Jurusan Manajemen1 Fakultas Ekonomi
Universitas Islam Negeri SyarifHidayatullah Jakarta.
Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucaplmn terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam penyusunan
skripsi ini, juga pada pihak-pihak yang telah membantu Penulis selama
menjalanlran kuliah sampai Penulis lulus dengan predikat sangat memuaskan.
Ucapan terima kasih yang tak terhingga Penulis persembahkan kepada:
L Kedua Orang Tua Penulis tercinta atas doa yang tal!c pernah henti dan
motivasi untuk selalu menjadi Jebih baik. Baktiku kupersembahkan hanya
untuk kalian.
2. Bapak Prof Dr. Ahmad Rodoni selaku Ketua Jurnsan Manajemen
Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial dan selaku dost::n pembimbing I yang
telah memberikan ilmu yang sangat bermanfaat bili,ri Penulis dan selalu
memotivasi Penulis untuk selalu berjuang.
3. Ibll Titi Dewi Waminda, SE.,MSi selaku Pembimbing II terima kasih atas
kesabaran dan ketulusaunya memberikan bimbingan, do~ serta dorongan
agar Penulis tetap sernangat dalarn rnenyelesaikan penyusunan Skripsi ini.
4. Bapak Drs. M. Faisal Badroen, MBA selaku Dekan Falmltas Ekonomi dan
Unm Sosial.
5. Seluruh dosen-dosen yang telah mendidik dan mengajarkan Penulis serta
memberikan ilmu yang sangat bennanfaat selama masa perkuliahan dan
karyawan FEIS UIN Syarif Hidayatullah Jalrarta, Bu Siska, Bu Lili, Bu
Umi dan khususnya Pak Rahmat yang telah membantn proses administrasi
Penulis.
6. Kakak - kakakku tesayang yang selalu memberi dukungan, motivasi dan
pengorbanan yang tak temilai.
7. Teman-teman seperjuangan Penulis Hasbi, Sukarma.n, Syamsul, dan Dida.
8. Bursa Efek Indonesia, Warnet dan LIPI atas selurul1 data-datanya
9. Teman-Teman Manajemen angkatan 2003 khususnya Manajemen D dan
Keuangan B terutama Umaidi, Trio, Subhan, Maryam dan Furdy atas
bantuannya dan masukan-masukannya yang diberikan selama penulis
menyusun skripsi. Dan buat temen-temen semua semoga kita tetap bisa
menjaga dan menjalin Tali sillaturrahim persahabatan kita
Dengan kemampuan dan keterbatasan yang ada pada diri ini, Penulis telah
berusaha semaksimal mungkin dalam menyelesaikan skripsi ini dengai1 sebaik
baiknya. Dengan segala kerendahan bati Penulis menerima saran maupun kritik
yang dapat menjadikan skripsi ini lebih baik.
Akhir kata, Penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan
manfaat bagi semua pihak. Dan semoga Allah SWT senantiasa me!impahkan
berkah dan rahmatNya kepada kita semua. Amin ...
Jakarta, 7 JViaret 2008
Lukman Hakim
DAFTARISI
Hal
HALAMAN JUD UL ...................................................................................... .
HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING... ... .. .. .. ... ... .. .... .... .. .... .. .... ...... ... 11
HALAMAN PENGESAHAN PENGUJI. ... ...... ...... .... .... .. .. .. .... ...... ....... . .. ... m
HALAMAN PENGESAHAN KOMPREHENSIF............................................ iv
DAFT AR RIW A Y AT HIDUP......................... . ...................................... . v
ABSTRACT. .................................................................................................... . VI
ABSTRAK. .................................................................................................. . Vll
KATAPENGANTAR.......... ....................... ............................. ...................... viii
DAFT AR ISL................................................................. ...... .. .... .. .... .... .. ........... x
DAFTAR TABEL.............................................................................................. Xlll
DAFT AR GAMBAR. ...................... ······ .... .. .. .. .... .. ..... .. .... .... .. . .. .. .... .... .. ...... ..... XIV
DAFTARLAMPIRAN................................................................. xv
BABI
BABU
PENDAHULUAN ............................................................. .
A. Latar Belakang Penelitian ............................................ .
B. Identifikasi Masalah ................................................... .
1
I
6
C. Pembatasan Masalah. .......... .... ...... .......................... ....... 6
D. Perumusan Masalah...................................................... 7
E. Tujuan dan Manfaat Penelitian.......... .. . . . . .. . . .. . . . . .. . . . . . . . . . 7
TINJAUAN PUSTAKA.................................................... 10
A. Seasoned Equity Offerings....................................... 10
B. Earnings Management........................................... 14
C. Earnings Management pada periode sebelum dan
setelah SEO........................................................... 17
D. Earnings Mangement dan Kinerja Operasional.... ....... 20
E. Earnings Management dan Kinerja Return Saham... ..... 21
BABIIl
BAB IV
G. Kinerja Perusahaan pada periode Sebelum dan Setelah
SEO............................................................................. 25
H. Penelitian sebelumnya ................................................. . 28
I. Kerangka Pemikiran ................................................... . 30
J. Hipotesis ....................................................................... . 32
METODE PENELITIAN .. .,ouuoououuuauouuoouuooun• .. u .. o 33
A. Ruang Lingkup Penelitian............................................. 3 3
B. Metode Penentuan SarnpeL........................................... 33
C. Metode Penf,'umpulan Data ......................................... . 34
D. Metode Analisis.............................. .............................. 35
I. Asumsi Klasik.................................. ......................... 35
2. Analisis Regresi Linier Berganda............................. 38
3. Uji Normalitas... ...... ...... .... .. .... .... .. .... .. .... .. .... ... .. .. .... 40
4. Uji Wilcoxon Sign Ranks.......................................... 40
E. Operasional Variabel Penelitian.................................... 41
HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................ .
A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian ................. .
B. Hasil dan Pembahasan .................................................. .
1. Uji Asumsi Klasik. .................................................... .
a. Uji Normalitas .................................................... .
b. Uji multikolonieritas ........................................... .
c. Uji Autokorelasi ................................................. .
d. Uji Heterokedastisitas ......................................... .
2 u· R . L .. B d . Jl egres1 m1er ergan a ...................................... .
3. Uji Wilcoxon Sign Ranks ........................................... .
a. Kinerja Operasional.. .......................................... .
b. Kinerja Return Saham. ....................................... .
c. Uji beda DiscretionmJI accruals ....... ............... .
46
46
50
50
50
52
53
53
55
56
56
58
59
BABV KESIMPULAN DAN IMPLIKASL.............................. 61
A. Kesimpulan... .. . . . . .. . . . . . . . . . . . . . . .. . . . . .. . . . . . . . . . . .. . . .. . . . . .. . . . . . .. . . . . . . 61
B. Implikasi dan saran.............................. ......................... 62
DAFTAR PUSTAl(A.,uoo .. onuuoouoouu .. noounoouooooououun<-•HO>UHUUUouunuoouo 63
LAMPlRAN-LAMPIRAN.............................................................................. 67
DAFTAR TA.BEL
Nomor Keterangan Halaman
3.1 Tabel Sampel Penelitian 34
4.1 Tabel Hasil Uji Multikolonieritas 52
4.2 Tabel Hasil Uji Autokorelasi 53
4.3 Tabel Hasil Uji regresi 55
4.4 Tabel Hasil Uji Wilcoxon Signed Rank Test 57
4.5 Tabel Hasil Uji Wilcoxon Signed Rank Test 58
4.6 Tabel Hasil Uji Wilcoxon Signed Rank Test 59
DAFT AR LAMPIRAN
No. Keterangan Halaman
1. Lampiran I Kurva P-Plot 67
2. Lampiran JI Output Wilcoxon Signed Ranks Test 70
3. Lampi ran Ill Output hasil sebelum outlier 73
4. Lampiran IV Output hasil sesudah outlier 77
5. Lampiran V Daftar nama - nama perusahaan 81
A. Lat11r Belakang Masalah
BABI
PENDAHULUAN
Seasoned equity offerings merupakan penawaran saham tambahan yang
dilakukan perusahaan yang listed di pasar modal, diluar saham yang terdahulu
beredar di masyarakat melalui Initial Public Offerings (ll>O) (megginson, 1997).
Penawaran ini dilakukan karena perusahaan tersebut membutuhkan tambahan
dana untuk membiayai kegiatan usaha atau membayar hutangnya yang jatuh
tempo.
Pasar modal adalah salah satu alternatif bagi perusahaan dalam memenuhi
dana untuk kegiatan ekspansi bisnisnya dengan biaya yang murah. Ada beberapa
alasan mengapa suatu perusahaan menawarkan sahamnya kepada masyarakat.
Pertama: untuk memperoleh tambahan dana dalam rangka pembiayaan dan
pengembangan usahanya. Kedua: Pemilik lama (Founders) ingin melakukan
diversifikasi portofolio yang mereka miliki dan karena perusabaan tidak memiliki
alternatif sumber dana lain untuk membiayai prospek investasi mereka (Broude,
1997). Dana yang diperoleh dari pasar modal selain digunakan untuk keperluan
ekspansi juga untuk pelunasan hutang, baik jangka pendek maupun jangka
panjang, sehingga tujuan untuk meningkatkan posisi keuangan dan memperkuat
struk:tur permodalan dapat tercapai.
Perusahaan yang menerbitkan saham dapat menjualnya melalui dua cam,
yaitu Private Placement dan Public Offerings (Achvari, 2000). Private Placement
merupakan penjualan atau penempatan langsung sejumlah saham kepada beberapa
investor te1tentu, baik lembaga maupun perorangan. Public Offerings merupakan
penjualan saham kepada masya.rakat melalui pasar modal clengan perantaraan
Underwriter. Saham yang dijual melalui Public Qfferings kepada masyarakat
tersebut dapat dikelompokkan menjadi dua kategori, yaitu Unseasoned Securities
dan Seasoned Securities. Unseasoned Securities merupakan surat berharga yang
ditawarkan kepada masyarakat melalui Initial Public Offerings (IPO). Sementara
Seasoned Securities merupakan surat berharga tambahan diluar surat berharga
yang telah beredar di masyarakat yang ditawarkan saat Seasoned Equity Qfferings
(SEO).
Berbeda dengan IPO, harga surat berharga ditentukan berdasarkan negosiasi
antara emiten dengan Underwriter, karena harga pasar surat berharga tersebut
belum ditetapkan, maka dalam SEO investor memiliki pedoman dalam
menentukan harga surat berharga tambahan tersebut, yaitu dinilai, paling tidak
sebesar harga surat berharga yang tel ah beredar di masyaralkat pada saat IPO.
Namun, sama halnya dengan IPO, informasi asimetri (asymmetric i11formation)
juga terjadi di SEO, yaitu informasi mengenai perusahaan lebih dikuasai oleh
manajer dibanding oleh pemegang saham (Shareholders) dan investor (Guo dan
Mech, 2000).
Informasi asimetri yang terjadi dalam SEO terbukti dimanfaatkan oleh
manajer perusahaan untuk memanipulasi laba yang dilaporkan dalam prospektus
penawaran melalui manjemen laba (Earnings l\.1anagement) dengan menggunakan
Discretiona1y accruals (Teoh et al., 1997; Teoh et al., 1998 Sutanto, 2000;
Gumanti, 2000). Penggunaan Discretionmy accruals dalam manajemen laba
secara logika mudah dipahami karena penggunaan Discretionmy accruals dalam
pelaporan laba cenderung lebih sulit dideteksi oleh investor daripada jika manajer
menggunakan metode akuntansi tertentu (Healy, 1985; Teoh et al., 1997; Sutanto,
2000). Penggunaan Discretionmy accruals dalam manajemen laba sebenarnya
merupakan sikap op01iunistik manajer untuk menaikkan harga saham yang
ditawarkan tersebut (Teoh et al., 1998).
Discretionary accruals merupakan kebijakan akuntansi yang memberikan
keleluasaan pada manajemen untuk menentukan jumlah transaksi akrual secara
fleksibel. Manajernen dapat mempengaruhi (rnernanipulasi) laba yang dilaporkan
dengan menggunakan transaksi Discretionmy accruals yaitu dengan
rnengendalikan jumlah taksiran akuntansi (Sutanto, 2000). Contohnya adalah:
menaksirkan jumlah piutang tidak tertagih dengan menurunkan dari tahun
sebelumnya, sehingga jumlah piutang netto akan naik, dengan asumsi pendapatan
tetap. Walaupun tetap ada batasan yang harus dipenuhi terhadap laporan keuangan
yang disajikan dalam prospektus, yaitu laporan tersebut hams diperiksa (auditing)
oleh akuntan publik untuk memeriksa kepatuhannya terhadap prinsip akuntansi
berterima umum (generally accepted accounting principles) (Teoh et al., 1998).
Sementara dalam SEO terbukti bahwa informasi asimetri membuat
prospektus penawaran mudah untuk dimanipulasi (Teoh et al., 1998). Kondisi ini
seolah menjadi pola baku proses penawaran saham kepada masyarakat, baik pada
saat IPO maupun SEO. Walaupun sebenarnya penggunaan Discretionary accruals
tidak saja dilakukan oleh perusahaan yang melakukan Public Offerinzs, namun
Smoothing) (Jin dan Machfoedz, 1998) menemukan buhi empiris te1jadinya
praktik perataan laba di BEJ dengan melihat faktor-faktor yang
mempengaruhinya, yaitu total aktiva, profitabilitas, sektor industri dan leverage
operasi. Sementara penelitian yang berfokus pada penaikkan laba melalui
manajemen laba cenderung dikaitkan dengan perusahaan yang sedang melakL1kan
IPO (Gumanti, 2000; Sutanto, 2000) melaporkan bahwa terjadinya manajemen
laba dua tahun sebelum perusahaan tersebut go public mengakibatkan laba yang
dilaporkan akan menurun pada periode-periode setelah IPO.
Sementara penelitian mengenai SEO saat ini lebih banyak difokuskan pada
masalah Right issue yang merupakan salah satu bentuk SEO (Budiarto 1999; Sari,
2000; Harto, 2001 ). Penelitian Budiarto (1999) mencoba menguji pengaruh
pengumuman Right issue terhadap keuntungan dan likuidita:s pada perusahaan
yang listed di BEJ periode tahun 1994-1996. Hasilnya menyatakan tidak ada
perbedaan yang signifikan pada Return saham, Abnormal return dan volume
perdagangan disekitar tanggal pengumuman. Harto (200 l) meneliti kinerja
keuangan dan operasi perusahaan yang melakukan Right issue di BEJ dengan
menggunakan variabel rasio keuangan dan Return saham. Ha~:ilnya menunjukkan
penurunan kinerja operasi, profitabilitas clan saham perusahaan pasca issue. Sari
(2000) menyimpulkan bahwa adanya penawaran Right issue cenderung
menimbulkan reaksi pasar yang negative pada Short event windows maupun pada
Long event ·windows. Sedangkan penelitian ini juga akan menguji apakah manajer
perusahaan juga melakukan manajemen laba melalui Discretionmy Accruals pada
saat SEO. Sementara penelitian yang berfokus pada penggunaan manaiemen laba
melalui discretionary accruals pada SEO, baik Right Issue, Second Equity
Offering, Third Equity Offering maupun yang lain, belum pemah dilakukan,
sehingga penelitian ini bermaksud meneliti masalah ini.
B. Identifikasi Masalall
1. Mengetahui pengaruh variabel earnings management berpengaruh terhadap
return saham?
2. Mengetahui faktor manakah yang paling berpengaruh dari kedua Variabel
earnings management yang berpengaruh terhadap Seasoned Equity
Offerings?
3. Apakah faktor ekonomi makro berpengaruh terhadap earnings management?
4. Apakah earnings management te1jadi penurunan laba pacla periode SEO?
5. Apakah earnings management berpengaruh terhadap kinerja perusahaan?
6. Apakah earnings management akan terjadi penurunan pada return saham?
C. Pembatasan Masalah
Berclasarkan penelitian yang acla, maka penelitian ini bermaksud
mengevaluasi perilaku manajemen laba yang dilakukan oleh perusahaan di
Indonesia yang akan melakukan SEO di Bursa Efek Jakarta (BEJ) clan
pengaruhnya terhadap kinerja pada periode sebelum clan setelah SEO.
Model pengujian dalam penelitian ini menggunakan model Jones (1991)
( dalam jurnal Sanjaya, 2005). Model ini memiliki kelebihan dalam mendeteksi
earnin:<s mana:<ement.
D. Perumusan Masalall
Berdasarkan latar belakang penelitian diatas, maka dapat dibuat perumusan
masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana kinerja perusahaan pada periode sebelum dan setelah Seasoned
Equity Offerings?
2. Bagaimana return saham pada periode sebelum dan setelah Seasoned Equity
Offerings?
3. Apakah terdapat perbedaan variabel earnings management pada periode
sebelum dan setelah Seasoned Equity Offerings'!
E. Tuj uan chm Manfaat Pe11elitia11
1. Tujuan Penelitian
Fenomena manajemen laba melalui discretionwy accruals yang
dilakukan perusahaan menjelang SEO dengan menaikkan laba (income
increasing) merupakan fenornena yang logis mengingat bahwa manajer tentu
berrnaksud menaikkan kinerja laba perusahaannya agar ( calon) investor
mempunyai penilalian positif terhadap perusahaan dan pada akhimya
rnenaikkan harga saham pada saat penawaran tersebut. Kinerja laba
dilaporkan dalam prospektus SEO ini merupakan salah satu sumber informasi
bagi (calon) investor untuk menilai kinerja dan ramalz:n laba pemsahaan
sebagai dasar dalam membuat keputusan investasi, selain laporan tahunan
(annual report) perusahaan tersebut.
Penggunaan discretionaiy accruals dalam melaporkan kine1ja
pernsahaan menjelang SEO dapat dilakukan dengan mengakui pendapatan
masa depan sebagai pendapatan sekarang dan biaya sekarang sebagai masa
depan.
Berdasarkan pokok permasalahan yang telah dirumuskan, maka tujuan
penelitian ini adalah :
1. Mencari bukti empiris bagaimana kinerja perusahaan pada periode
sebelum dan setelah Seasoned Equity Offerings.
2. Mencari bukti empiris bagaimana Return saham pada periode sebelum dan
setelah Seasoned Equity Offerings.
3. Mencari bukti empiris bahwa ada tidaknya perbedaan variabel earnings
management sebelum, dan setelah Seasoned Equity Offerings.
2. Manfaat Penelifom
Berdasarkan tujuan penelitian tersebut maka peneliti sangat berharap
penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi pihak-pihak yang berkepentingan
dalam pasar saham, yaitu:
1. Bagi Investor
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai
kebijakan accounting accrual yang dilakukan pada saat sebelum
penawaran SEO yang pada gilirannya dapat digunakan sebagai bahan
pertimbangan untuk menentukan pernsahaan yang dapat memberikan
return vang tinggi oada saat SEO.
BABil
TlNJAUAN PUSTAKA
A. Seasoned Equity Offe1·i11gs
Seasoned equity offerings mempakan penawaran ekuitas tambahan yang
dilakukan perusahaan public, diluar ek'1itas yang ditawarkan kepada masyarakat
melalui Initial Public Offerings (Megginson, 1997). Selain untuk membiayai
kegiatan operasionalnya, penawaran ekuitas ini dilakukan perusahaan untuk
mencari tambahan dana yang akan digunakan untuk tamba.han investasi atau
membayar hutangnya yang jatuh tempo. Seasoned equity offerings, pada intinya,
dapat dilakukan dengan dua cara, pertama, melalui mekanisme right issue, yaitu
rnenjual hak (Right) kepada pemegang saharn lama untuk membeli ekuitas
tambahan tersebut dengan harga tertentu dan pada saat tertentu. Mekanisme ini
biasa dilakukan oleh perusahaan yang kepemilikannya terkonsentrasi, dengan
tujuan untuk melindungi kepentingan pemegang saham lama agar dapat
mernpertahankan proporsi kepemilikannya sama seperti sebelum penawaran
ekuitas ini (Preemptive Right) (Eckbo & Masulis, 1992; Jones, 2000). Kedua,
melalui mekanisme second offerings, third offerings, dan seterusnya, yaitu
menjual ekuitas tambahan tersebut tidak hanya kepada pemegang saham lama
tetapi juga kepada setiap investor di pasar yang ingin membdinya (Megginson,
1997). Penawaran ini dilakukan karena perusahaan terse:but membutuhkan
tambahan dana untuk membiayai kegiatan usahanya atau membayar hutang yang
telah jatuh tempo. Peniualan Seasoned securities ini daoat dilakukan dengan
berbagai cara, antara Iain dengan menjual hak (Right) kepada pemegang saham
lama untuk membeli saham baru dengan harga tertentu disebut dengan Right issue
atau dijual kepada setiap investor yang ingin membeli selrnritas baru tersebut
melalui Second offering, Third offerings dan seterusnya. Namun perusahaan
dengan kepemilikan yang terkonsentrasi akan cenderung menggunakan Right
issue untuk memperoleh ekuitas barn (Eckbo dan Masulis, 1992).
Right issue merupakan penawaran sekuritas baru yang memberi prioritas
kepada para pemegang saham pemsahaan (Stockholders) untuk membeli sekuritas
baru tersebut pada harga tertentu pada saat tertentu pula. Jadi pemsahaan
mendistribusikan Right ( opsi) kepada pemegang saham agar dapat memperoleh
sekuritas-sekuritas baru tersebut dengan harga khusus. AJasan mengapa
pemsahaan menawarkan sekuritas tambahannya melalui Right issue adalah untuk
melindungi kepentingan pemegang saham perusahaan, khususnya dalam
melaksanakan hak Preemptive (Preemtive right) (Hartono, 2000; Jones, 2000).
Hak Preemtive ini dilaksanakan agar pemegang saham lama tetap dapat
mempertahankan proporsi kepemilikan saham perusahaan sama dengan seperti
sebelum dilakukannya SEO (Hartono, 2000). Dalam hak ini biasanya satu lembar
saham lama akan diberi hak untuk membeli satu lembar saham baru. Kemudian
pemegang saham akan menerima bukti Right sesuai dengan jumlah saham yang
dimilikinya. Namun apabila para pemegang saham tidak menggunakan haknya,
maka hak ini ditawarkan ke pasar (Jones, 2000).
Sedangkan Second offerings atau Third offerings merupakan penawaran
sekuritas tambahan langsung kepada masvarakat, tanpa memberi hak istimewa
kepada pemegang saham lama (Stockholders) (Megginson, 1997). Sehingga sama
halnya dengan IPO, dalam penawaran ini perusahaan juga menggunakan jasa
Underwriter sebagai penjamin emisi untuk menawarkan saham tambahannya
tersebut.perusahaan harus mempersiapkan sebuah prospektus penawaran yang
akan digunakan sebagai dokumen pemasaran untuk menarik minat investor
terhadap saham tersebut. Tetapi berbeda dengan IPO, yang para investomya tidak
memiliki informasi memadai untuk menentukan harga saham perusahaan tersebut,
maka dalam SEO investor memi liki pegangan dalam menentukan harga surat
berharga tambahan tersebut, yaitu sebesar harga pasar saham perusahaan tersebut
yang telah beredar di masyarakat atau dengan kata lain saharn tambahan tersebut
akan dinilai paling tidak sebesar harga pasar saham perusahaan pada saat IPO.
Namun, walaupun investor memiliki informasi yang cukup mengenai
perusahaan tersebut, asimetri informasi juga terjadi dalam proses SEO ini (Guo
dan Mech, 2000). Asimetri informasi ini terjadi karena manajer perusahaan
dianggap lebih menf,'Uasai (Superior) informasi mengenai perusahaan
dibandingkan investor. Kondisi ini memberi kesempatan kepada manajer untuk
bersikap opurtunistik, yaitu memperbaiki laba yang dilaporkan sebelum dan pada
saat penawaran dengan menggunakan Discretionary accruals {Teoh et al., 1998).
Sikap oportunistik ini telah dibuktikan dari beberapa penelitian mengenai
penurunan kinerja ( Underpe1form) pada periode setelah penawaran SEO
(Mclaughlin, 1996; Laughran dan Ritter, 1997; Teoh et al., 1998; Rangan, 1999;
Harto, 2001).
Loughran dan Ritter (1997) menemukan perbedaan kinerja operasi
pernsahaan selama lima tahun sebelum dan lima tahun setelah SEO. Penelitian ini
menggunakan Profit Margin, Return On Assets (ROA), dan Operating Income to
Assets Ratio sebagai ukuran kinerja. Rangan (1999) menunjukkan Discreationary
accruals te1jadi pada tahun penawaran SEO dan memiliki hubungan yang
negative dengan perubahan Earnings untuk tahun berikutnya, Sedangkan Harto
(2001) menggunakan rasio likuiditas, rasio Leverage, rasio operasi, rasio
profitabilitas, dan rasio pasar sebagai variable yang diuji untuk membuktikan
adanya penurunan kinerja operasi setelah perusahaan melakukan Right Issue.
Namun walaupun Average Return pernsahaan yang melakukan SEO hanya
7% pertahun sedangkan Average Return perusahaan yang tidak melakukan
penawaran SEO (Non Issuers) lebih tinggi, yaitu rata-rata 15% pertahun, namun
SEO tersebut tetap mendapat respon positif dari investor (Loughran dan Ritter,
1995). Apalagi jika investor menangkap bahwa dana yang cliperoleh dari hasil
seasoned issue akan diinvestasikan pada kesempatan investasi yang positif
(Jensen, 1986).
Namun penelitian lain melaporkan bahwa pasar bereaksi negative terhadap
pengumuman SEO meskipun pernsahaan memiliki kesempatan investasi yang
positif (Dennis, 1994). Sedangkan Healy clan Palepu (1990) melaporkan reaksi
pasar yang negative disebabkan aclanya asimetri antara manajer dan investor.
Lebih lanjut penelitian ini menjelaskan bahwa pengumuman SEO memberikan
tingkat laba dimasa depan. Hasil ini mengindikasi bahwa manajer memutuskan
untuk menerbitkan ekuitas dan mengurangi leverage keuangan ketika
diperkirakan akan te~jadi peningkatan volatilitas laba perusahaan dimasa depan
dikarenakan peningkatan resiko bisnis. investor menangkap bahwa manajer
memiliki informasi yang Superior mengenai prospek perusahaan sehingga
menghasilkan reaksi pasar yang negatif.
B. Eamings Management
Agency theory menyatakan bahwa perusahaan merupakan kontrak antara
pemilik (sebagai principal) dan manajemen (sebagai agen). Dalam hubungan
tersebut karakteristik manusia yang mengutamakan kepentingan pribadi akan
muncul. Sistem intensif mendorong manajemen untuk men·~apai tujuan, yaitu
meningkatkan kemakmuran pemilik (pemegang saham). Bukti empms
menunjukkan bahwa kinerja manajemen berhubungan positif dengan kompensasi
mana3emen, meskipun perubahan kemakmuran mana3eme11 lebih kecil
dibandingkan dengan perubahan kemakmuran pemegang saham. Untuk
memperbesar kemakmurannya, mana3emen memanipula.si laba melalui
Discretionmy accruals atau f/lcome Smoothing. Upaya memanipulasi tersebut
dikenal dengan manajemen laba (Earnings Management).
Earnings Management merupakan cara yang dilakukan oleh mana3er
dengan memilih kebijakan akuntansi yang diharapkan dapat memaksimalkan
kepentingannya (Scott, 2000). Manajemen laba biasanya menggunakan
pendekatan akuntansi akrual (Accruals accounting). Akuntansi akmal
mencerminkan keputusan manajemen untuk menghapus asset (Write down
assets), pengakuan atau penundaan pendapatan (Recof(nition or deferral of
[ PERPUST AKAAN UT AMA
UIN SYAHID JAKARTA
revenues), dan menganggap biaya atau modal suatu pengeluaran (Capitalize or
expense certain cost) (Gumanti, 2000).
Teori akuntansi positif (Positive accounting theOiy) mengajukan tiga
hipotesis yang berkaitan dengan motivasi manajemen laba, yaitu: Bonus plan
hypothesis, Debt convenant hypothesis dan Political cost hypothesis (Watts dan
Zimmerman, 1986). Hipotesis ini sejalan dengan motivasi manajemen laba yang
diajukan oleh Scott (2000), yaitu: motivasi bonus (Bonus pw7Joses), motivasi
kontrak (Contractual motivations), motivasi politik (Political motivations),
motivasi pajak (Taxes motivations), perubahan chief executive (?fficers (Changes
of CEO), IPO dan mengkomunikasikan informasi ke investor (To communicate
information to investors).
l. l\1otivasi Kontrak. Motivasi kontrak muncul karena perjanjian antara
manajer dan perusahaan yang berbasis pada kompensasi manajerial
(Managerial compensation) dan pe1janjian hutang (Debt convenant).
Motivasi bonus merupakan dorongan bagi manaJer perusahaan dalam
melaporakan laba yang diperolehnya untuk memperoleh bonus yang
dihitung atas dasar laba tersebut. Healy (1985) menemukan banyak
perencanaan bonus yang lebih rendah atau lebih tinggi dari batas minimal
dan batas maksimal bonus yang hams dibayar. Dikarenakan jika manajer
melihat laba yang diperoleh lebih rendah dari target laba, akan dilakukan
manipulasi laba dengan mentransfer laba yang diperolehnya dari periode
sekarang ke periode masa depan. Manajer melakukan manipulasi ini dengan
menggunakan Discretionary accruals. Penelitian mengenai pelanggaran
perjanjian hutang (Debt convenant violations) membuktikan adanya
penggunaan akrual dengan menaikkan laba dalam laporan tahunan
perusahaan yang melanggar perjanjian tersebut.
2. Motivasi politik. Motivasi politik merupsksn motivasi yang mucul karena
manajemen memanfaatkan kelemahan akuntansi yang menggunakan
estimasi akrual dan pemilihan metode akuntansi dalam rnenyiasati berbagai
regulasi pemerintah. Perusahaan yang terhukti menjalankan praktik
pelanggaran terhadap relasi Anti-trust dan anti-monopoli, manajernya
melakukan manipulasi laba dengan menggunakan akrual untuk menurunkan
laba yang dilaporkannya (Hartono, 1996). Perusahaan juga akan
menggunakan Discretionmy accruals untuk menurunkan laba dengan
mempengaruhi keputusan pengadilan dalam menetapkan pinalti terhadap
perusahaan yang mengalami Damage award.
3. Motivasi Pasm· Modal. Dalam IPO, perusahaan yang memutuskan untuk
meanwarkan sahamnya ke masyarakat tidak memiliki harga pasar. Sehingga
hal tersebut ini menimbulkan satu masalah dalam menilai saham perusahaan
tersebut. Informasi akuntansi yang dimasukkan dalam prospectus akan
digunakan sebagai sumber informasi (Gumanti, 2000). Informasi seperti Net
income dapat digunakan sebagai sinyal dalam menilai perusahaan oleh
investor (Gumanti, 2000; Sutanto, 2000). Sehingga kondisi ini menjadi
dorongan bagi manajer perusahaan yang akan go public untuk mmengatur
pelaporan laba dalam prospektusnya dengan harapan penerimaan nilai yang
lebih tinggi untuk saham mereka (Teoh et, al., 1997; Teoh et al., 1998;
Gumanti, 2000; Sutanto, 2000). Discretionmy accruals terbuk:ti digunakan
oleh manajer untuk mengatur laba pada periode akuntansi terakhir sebelum
pernsahaan melakukan IPO.
C. Earnings Management pada periode sebelurn dan setelah SEO
Manajemen laba (Earnings management) merupakan topik penelitian yang
menarik. Terbukti dari banyaknya penelitian yang menggunakan topic ini sebagai
objek penelitian, misalkan Teoh el al. (1997), Teoh et al. (l 998a), Teoh et al.
(1998b), Rangan (1998), Gumanti (2000), dan Sutanto (2000) Diperbolehkannya
earnings management, yaitu kebijakan manajerial dalam laba yang dilaporkan
(reported earnings), membuat akuntansi akrual mempunyai dua konsekuensi yang
bertentangan. Pertama; manajer dapat menggunakan kebijakannya untuk
memperbaiki informasi laba akuntansi melebihi arus kas (Cash flow) yang
menggambarkan dengan teliti kondisi sebenarnya kinerja pernsahaan. Kedua;
manajer dapat menggunakan kebijakan oportunistik yang tidak jelas untuk
melaporkan kine1ja perusahaan.
Penelitian mengenai dua motivasi manaiemen akrual tersebut biasanya
menggunakan sample perusahaan-perusahaan yang melakukan Public Qf/erings,
baik Initial Public Qfferings (IPO) (Teoh et al., 1998a, Teoh et al., 1998b,
Gumanti, 2000; Sutanto, 2000) maupun Seasoned Equity Offerings (SEO) (Teoh
et al., 1998; Rangan, 1998). Konteks public qfferings relevan dengan pengujian
hipotesis ini, karena ketidakpastian dan asimetri informasi disekitar Public
Offerings yang membuat Current earnings menjadi sumber informasi yang
penting dan juga dapat menjadi pendorong perilaku oportunistik.
Secara lebih spesifik, penelitian Earnings J\,fanagement dan penurunan
kinerja dalam konteks SEO dilakukan oleh Loughran dan Ritter (1997), Teoh et
al. (1998a), Rangan (1998), dan Harto (2001). Penelitian Loughran dan Ritter
(1997) menggunakan 1336 peristiwa SEO yang terjadi di Amerika selama kurun
waktu 1979-1989. Penelitian ini menggunakan enam rasio keuangan untuk
melihat kinerja keuangan mengalami penurunan selama empat tahun setelah
penawaran ekuitas tersebut, terutama untuk rasio pnfit margin dan ROA yang
mengalami penurunan sampai setengahnya. Hasil ini mengindikasikan adanya
upaya manajer melakukan Earnings Jvfanagement sebelum melakukan penawaran
(Issue) agar kinerja perusahaan pada saat penawaran kelihatru1 bagus.
Penelitian yang dilakukan oleh Teoh et al. (1998a) menggunakan 6386
peristiwa SEO yang terjadi selama kurun waktu 1970-1989 di Amerika. Penelitian
ini melaporkru1 bahwa Discretionaiy accruals digunakan oleh perusahaan yang
melakukan SEO pada periode sebelum penawaran, mencapai puncaknya pada saat
penawaran. Selanjutnya penelitian ini membuh.-iikan bahwa ada hubungan
negative Discretionaiy current accruals sebelum penawaran dengan laba dan
Return saham setelah penawaran. Hubungan negative dengan Return saham ini
terjadi setelah mengendalikan uk"Uran perusahaan, rasio market-to book, capital
expenditures setelah penawaran.
Sementara penelitian Rangan (1998) yang menggunakan sample 712
peristiwa SEO vang teriadi di tahun 1987-1990 melaporkan adanva hubungan
yang signifikan antara SEO clengan penurunan laba clan Abnormal return saham
yang negative pada periocle setelah penawaran. Penelitian ini menunjukkan bahwa
Discretionaty accruals disekitar periocle penawaran memprecli ksi laba clan return
saham yang lemah diperiode setelah issue. Selanjutnya penelitian ini melaporkan
bahwa Discretionaty accmals selama tahun penawaran mempunyai korelasi
negative dengan perubahan laba ditahun-tahun berikutnya. Serupa clengan Teoh et
al. (l998a), kemampuan Discretionaty accruals untuk memprediksi return saham
aclalah kuat untuk pertumbuhan penjualan, pertumbuhan capital expenditures,
ukuran perusahaan, clan rasio book-to-market yang clipakai sebagai predicator
tambahan.
Berbeda dengan dua penelitian di atas yang mengindikasikan penggunaan
Earnings Management, Harto (200 l) melaporkan hasil yang berbecla. Penelitian
yang menggunakan sample 35 perusahaan yang melakukan Right issue di BEJ ini
melaporkan bahwa penurunan kinerja clua periocle setelah penawaran disebabkan
adanya kernungkinan bahwa dana basil isuue ditanamkan dalam investasi jangka
panjang atau digunakannya dana tersebut untuk mernbayar sebagian hutang
perusahaan yang telah jatuh tempo. Penelitian ini menggunakan variable rasio
lih1iditas, rasio leverage, rasio operasi, rasio profitabilitas, clan rasio pasar untuk
proksi kinerjanya. Namun konsisten dengan dua penelitian di atas, penelitian ini
lebih lanjut rnenjelaskan bahwa perusahaan issuers rnempunyai kinerja lebih
rendah dibandingkan kinerja perusahaan Non-issuers (matcher firms), tetapi
khusus untuk rasio Net profit margin perusahaan Issuers lebih Outpe1form
clibandingkan perusahaan Non-issuers.
D. Eamings Ma11geme11t dan Kinerja Operasional
Earnings Management diuji dengan rneng1:,>tmakan hubungan antara kinerja
laba akrual pada periode sebelurn penawaran (issue), pada saat penawaran, dan
setelah penawaran (Teoh et al., 1998; Mclaughlin et al., 1996; Alderson dan
Betker, 1997; Loughran dan Ritter, 1997; Rangan, 1998; Kirn dan Shin, 200 l ).
Jika rnanajer rnenaikkan accruals secara oportunistik dengan rnelakukan window
dressing terhadap laba yang dilaporkannya pada periode penawaran, rnaka laba
dan discretionary accruals yang tinggi tidak rnungkin berlanjut sarnpai pada
periode-periode berikutnya. Dengan kata lain, rnanaiernen oportunistik
rnenerapkan sebuah pola kinerja laba yang tinggi pada periode sebelurn, saat
penawaran dan kine1ja laba yang rendah, pada periode setelah penawaran dengan
rnenggunakan discretionmJ' accruals. Sehingga, sernakin banyak laba pada
periode sebelurn dan saat penawaran dinaikkan oleh discretionary accruals,
rnakin banyak yang akan diturnkan pada periode setelah penawaran.
McLaughlin (1996) dalam penelitiannya rnengindikasikan bahwa kinerja
cash .flow perusahaan megalami penurunan sekitar 20% selama tiga tahun setelah
penawaran SEO. Sementara Alderson dan Betker (1997) m<~ngevaluasi kinerja
operasi dan harga saham jangka panjang perusahaan yang melakukan SEO dengan
menggunakan rasio market-to-book asset sebagai proksi nilai perturnbuhan
opurtunistik (value of growth opportunities) dan menemukan bahwa kinerja
operasi dalam jangka panjang adalah buruk.
Penelitian Laughran dan Ritter (l 997) yang rnenggunakan enarn ras10
keuangan untuk melihat kineria keuangan lima tahun sebelum dan lima tahun
setelah SEO. Hasilnya menunjukkan ras10 keuangan mengalami penurunan
selama empat tahun setelah penawaran ekuitas tersebut, khususnya rasio profit
margin dan ROA Hasil ini mengindikasikan adanya upaya manajer melakukan
earnings management sebelum melakukan penawaran agar kinerja perusahaan
pada saat penawaran akan terlihat bagus.
Dalam penelitiannya, Rangan (1998) melaporkan bahwa harga saham
overvalue untuk sementara waktu yaitu pada saat issuer dan selanjutnya kinerja
perusahaan akan "mengecewakan" yang ditunjukkan dengan penurunan earnings
yang disebabkan adanya earnings management. Sedangkan Teoh et a/.(1998a)
membuktikan bahwa ada hubungan yang negative antara discretionary current
accruals sebelurn penawaran dengan laba dan return saham setelah penawaran.
Jegadeesh (2000) menunjukkan perusahaan-perusahaan secara signifikan
mengalami unde1pe1formance lebih dari lima tahun setelah melakukan SEO sama
halnya dengan penelitian yang dilakukan Traill dan Vos (2001) melaporkan
bahwa perusahaan yang melakukan SEO under/er.fimnance lima tahun setelah
penawaran.
E. Earnings Management dan Kinerja Return Saham
Alderson dan Betker (1997) juga menemukan adanya penurunan kinerja
investasi dan operasi pada periode setelah penawaran dengan mengasumsikan
bahwa manajemen mengetahui bahwa perusahaannya telah dinilai secara
overvalue oleh pasar pada saat penawaran saham tambahan, sehingga manajemen
berusaha memanfaatkan persepsi pasar yang overvalue terhadap nilai perusahaan
tersebut.
Penelitian yang dilakukan Teoh et al., (l 998) melaporkan bahwa
discretionaiy accruals digunakan oleh perusahaan yang melakukan SEO pada
periode sebelum penawaran mencapai puncaknya pada saat penawaran, dan
menurun pada periode-periode setelah penawaran. Selanjutnya penelitian ini
menunjukkan adanya hubungan negative antara discretionaiy current accruals
sebelum penawaran dengan laba dan return saham setelah penawaran. Hubungan
negative dengan return saharn ini terjadi setelah mengendalikan ukuran
perusahaan, rasio book-to-market, capital expenditures setelah penawaran.
Sedangkan Traill dan Vos (2001) menunjukkan adanya. penurunan kine1ja
saharn terjadi unde1pricing setelah SEO yang disebabkan adanya upaya
perusahaan yang berusaha rnengambil keuntungan jangka pendek pada saat
mengeluarkan saharn tambahan yang oleh pasar dinilai terlalu tinngi (overvalue).
Penelitian yang dilakukan Teoh et al., (1998) melaporkan bahwa
Discretionaiy accruals digunakan oleh perusahaan yang melakukan SEO pada
periode sebelum penawaran mencapai puncaknya pada saat penawaran, dan
menunm pada periode-periode setelah penawaran. Selanjutnya penelitian ini
menunjukkan adanya hubungan negative antara Discretionmy current accruals
sebelum penawaran dengan laba dan Return saham setelah penawaran. Hubungan
negative dengan Return saham ini terjadi setelah mengendalikan ukuran
perusahaan, rasio Book-to-market, Capital expenditures setelah penawaran.
Sedangkan Traill dan Vos (200 I) menunjukkan adanya penurunan kinerja
saham terjadi Unde1pricing setelah SEO yang disebabkan adanya upaya
perusahaan yang berusaha mengambil keuntungan jangka pendek pada saat
mengeluarkan saham tambahan yang oleh pasar dinilai terlalu tinngi (Overvalue).
McLaughlin (1996) dalam penelitiannya mengindikasikan bahwa kinerja
Cash .flow perusahaan megalami penurunan sekitar 20% selama tiga tahun setelah
penawaran SEO. Sementara Alderson dan Betker (1997) m•ongevaluasi kinerja
operasi dan harga saham jangka panjang perusahaan yang melakukan SEO dengan
menggunakan rasio Market-to-book asset sebagai proksi nilai pertumbuhan
opurtunistik (Value of growth opportunities) dan menemukan bahwa kinerja
operasi dalam jangka panjang adalah buruk.
F. foformasi Discretionary accruals
Subramanyam (1996) (dalam jurnal Sanjaya) melakukan penelitian untuk
menguji apakah pasar modal menghargai discretionmy accruals. Sampel diambil
dari Center For Research in Security Prices (CRSP) 1992 dan database
COMPUSTAT 1992 sebanyak 2.808 perusahaan selama tahun 1973-1993 dengan
jumlah observasi 21.135 perusahaan. Subramanyam menyimpulkan bahwa pasa.r
modal menghargai discretionmy actuals karena informasi ini menggambarkan
nilai ekonomi masaa depan.
Sloan (1996) (dalam jurnal Sanjaya) meneliti apakah harga saham
mencerminkan informasi tentang earnings masa depan yang terkandung di dalam
komponen-komponen akrual dan aliran kas dalam earninf!:S sekarang. Data
diambil dari seluruh perusahaan yang datanya tersedia dalam COPUSTAT versi
1993 dan data return saham secara bulanan dalam CRSP. Sloan membuktikan
bahwa para pelaku pasar overestimate kepada persistensi earnings sekarang yang
berkualitas rendah dan underestimate kepada persistensi earnings sekarang yang
berkualitas tinggi. Kualitas tinggi earnings ketika earnings dibentuk terutama dari
aliran kas operasional sedangkan kualitas rendah earnings ketika earnings
dibentuk terutama dari akrual.
Collins dan Hribar (2000) (dalam jurnal Sanjaya) menguji a.pakah hubungan
post-earnings announcement drift dengan anomaly akrua.l yang dibuktikan oleh
Sloan (1996) untuk melihat apakah pelaku pasar merespon fenomena mi.1pricing
yang sama. Data diambil dari COMPUSTAT secara kuartalan da.n CRSP secara
harian untuk seluruh perusahaan yang terdaftar di NYSE/ AMEX selama tahun
1988-1997. Collins dan Hribar membuktikan pasar kelihatan overestimate
terhadap persistensi komponen akrual dalam earnings kuartalan dan cenderung
menghargai berlebihan pada akrual. Lebih lanjut, mispricing akrual berbeda
dengan post-earnings announcement drift.
Sanjaya (2004) menguji apakah ada pengaruh negative discretionary
accruals terhadap kumulatif return tidak norn1al bagi perusahaan yang memiliki
komite audit pada tahun 200 !. Data diambil dari Bursa Efek Jakarta untuk industri
manufaktur selama tahun 2001. Sanjaya (2004) membuktikan bahwa
discretionary accruals sebagai proksi manajemen laba memiliki pengaruh
negative terhadap kumulatif return tidak normal.
G. Kine1ja Pemsahaan pada periode Sebelum dan Setelah SEO
Sementara Denis dan Sarin (1999) mencatat bahwa rendahnya kinerja pasca
SEO diakibatkan karena pengukuran earnings yang dilakukan secara "tidak tepat"
oleh manajemen. Kondisi ini mempengaruhi interpretasi investor terhadap kinerja
perusahaan dan mengakibatkan investor mempunyai harapan profitabilitas masa
depan perusahaan yang keliru. Atau dengan kata lain investor yang naif akan
overoptimism dalam meramalkan earnings masa depan dan mengalami
kekecewaan terhadap realisasinya pada periode pasca penawaran. Pemmman
kine1ja yang terjadi sebagai dampak pengukuran tersebut akan te1jadi selama lima
tahun setelah SEO. Shivakumar (2000) juga menunjukkan bahwa manajemen
telah melakukan overstate terhadap earnings sebelum melakukan pengumuman
SEO. Lebih lanjut penelitian tersebut menunjukkan bahwa investor sebenarnya
sudah menduga adanya earnings management dan secara rasional berusaha
melepaskan pengaruhnya pada saat pengumuman SEO. Jadi investor memiliki
penilaian yang rendah terha dap earnings sebelum SEO clan secara rasional
memberikan nilai yang rendah untuk perusahaan.
Di Indonesia penelitian mengenai penurunan kinerja yang te1jadi setelah
SEO dilakukan oleh Harto (2001) dan Candy (2002). Harto (2001) menyimpulkan
bahwa perusahaan yang melakukan right issue mengalami penurunan kinerja
operasi, keuangan, dan saham selama tiga tahun setelah penawaran. Sedangkan
Candy (2002) dalam penelitian mengenai SEO menyimpulkan bahwa perusahaan
akan mengalami penurunan kine1ja operasi, sedangkan kine:rja keuangan justm
mengalami kenaikan. Penelitian tersebut memberi argumen bahwa kenaikan
kinerja keuangan tersebut kemungkinan besar karena (I) dana yang diperoleh dari
SEO digunakan untuk membayar hutang perusahaan yang jatuh tempo dan (2)
naiknya nilai hutang jangka panjang karena kemungkinan hutang yang dimiliki
perusahaan merupakan hutang dalam kurs asing yang tidak dilindungi dengan
sistem hedging, sehingga melemahnya rupiah berakibat meningkatkan nilai
hutang.
Walaupun berbeda dengan IPO, ada fenomena serupa yang terjadi pada saat
penawaran saham tersebut, yaitu SEO selalu diikuti penurunan laba
( Unde1pei:formance) pada periode-periode setelah penawaran (Mclaughlin et al.,
1996, Alderson dan Betker, 1997; Teoh et al ., l 998a; Allen dan Soucik, 2000;
Dubois dan Jeanneret, 2000; Kim dan Shin, 2001 ). Penelitian Mclaughlin et al.
(1996) yang menggunakan berbagai ukuran rasio Cash.flow, membuktikan bahwa
kinerja Cash flow perusahaan mengalami penurunan kinerja sekitar 20% tiga
tahun setelah penawaran.
Lee (1997) memberikan bukti mengenai kineija jangka panjang SEO yang
"buruk" dikarenakan adanya Agency problem yang tidak dapat diantisipasi oleh
pasar yang dikarenakan adanya akuisisi modal ekuitas yang salah digunakan oleh
"Free cash flow". Sementara penelitian Loughran dan Ritter (1997) menunjukkan
kinerja operasi yang menunm untuk perusahaan yang melakukan SEO dalam
jangka panjang, tepatnya lima tahun sebelum penawaran dan lima tahun setelah
penawaran.
Penelitian lain yang juga membuki:ikan adanya penurunan kine1ja
perusahaan setelah melakukan SEO yaitu Shivakumar (2000) yang menunjukkan
bahwa mana3er melakukan Overstate terhadap Earnings sebelum melakukan
pengumuman SEO, dan pengumuman tersebut "menunjukkan" Overstatement
tersebut pada partisipan pasar. Namun investor sebenarnya sudah menduga
adanya Earnings Management dan secara rasional bernsaha melepaskan pengarnh
Earnings Management tersebut pada saat pengumuman SEO. Jadi, pada saat
pengumuman SEO, investor memliki penilaian yang rendah terhadap earnings
sebelum SEO dan secara rasional juga memberikan nilai yang rendah untuk nilai
pernsahaan.
Sedangkan basil penelitian Trail dan Vos (200 I) juga menunjukkan adanya
penurnnan kinerja perusahaan yang melakukan SEO dalam jangka panjang.
Mereka menjelaskan tunmnya kinerja pernsahaan tersebut terjadi dalam kerangka
Windows of opportunity dan berkaitan dengan fenomena teoii agesi (Agency
theo1y). Dalam kerangka Windows of opportunity, penurnnan kinerja karena
penawaran saham tambahan tersebut konsisten dengan upaya perusahaan yang
bernsaha mengambil keuntungan jangka pendek dengan mengeluarkan ekuitas
barn ketika pasar substantive menilai terlalu tinggi pernsahaan tersebut.
Sementara dalam fenomena teori agens1, mana3er perusahaan bernsaha
memberikan sinyal positif kepada pasar tentang perusahaan yang dikelolanya.
Sinyal positif ini akan diwujudkan dalam laba yang dilaporkannya, karena prinsip
akuntansi be1terima umum (Generally accepted accounting principles) memang
mengijinkan perusahaan memilih berbagai metode akuntansi dan menggunakan
kebijakan akrnal dalam melaporkan kinerjanya. Namun sinyal positif ini dalam
PERPUST AKAAN UT AMA UIN SVAHID JAKARTA
jangka panJang tidak bisa dipertahankan oleh manaJer yang tercermin dari
penurunan kinerja yang dilaporkan oleh perusahaan tersebut.
Penelitian Harto (2001) melaporkan bahwa penurunan kine1ja dua periode
setelah penawaran disebabkan adanya kemungkinan bahwa dana hasil penawaran
saham ditanamkan dalam investasi jangka panjang atau digunakannya dana
tersebut untuk membayar sebagian hutang perusahaan yang telah jatuh tempo.
Lebih lanjut penelitian ini menjelaskan bahwa penawaran sekuritas tambahan
diindikasikan sebagai kebijakan manajemen untuk meningkatkan kinerja.
Penelitian ini menggunakan variable rasio likuiditas, rasio leverage, rasio operasi,
rasio profitabilitas, dan rasio pasar untuk proksi kinerjanya.
H. Penelitian Sebelnmnya
Penelitian mengenai seasoned equity offerings telah beberapa kali dilakukan
di Indonesia (Harto, 2001; Candy, 2002; Sulistyanto & Midiastuti, 2002). Harto
(200 I) menyimpulkan bahwa perusahaan yang melakukan right issue mengalami
penurunan kinerja operasi, keuangan, dan saham selama tiga tahun pasca
penawaran. Sedangkan Candy (2002) dengan memperluas sampel yang
digunakannya, yaitu seluruh perusahaan yang melak:ukan seasoned equity
offerings, menyimpulkan bahwa pernsahaan mengalami penurunan kinerja operasi
selama tiga tahun pasca penawaran. Sejalan dengan penelitian Candy (2002)
tersebut, Sulistyanto & Midiastuti (2002) menambahkan bahwa pernsahaan yang
melakukan seasoned equity offerings tidak hanya mengalami penurunan kinerja
operasi, tetapi juga kineria saham selama tiga tahun pasca penawaran. Sebagai
profitabilitas, sedangkan Candy (2002) mengukur kinerja keuangan dan kinerja
operasional perusahaan yang melakukan SEO. Penelitian dilakukan dengan
menggunakan model yang sama, yaitu dengan membandingkan kinerja sebelum
dan sesudah SEO. Walaupun ditemukan bukti adanya penurunan kinerja yang
signifikan setelah SEO, namun penelitian-penelitian tersebut belum memberikan
penjelasan tentang faktor-faktor penyebabnya. Penelitian tersebut hanya menduga
adanya manipulasi pada periode sebelum SEO yang menyebabkan penurunan
kinerja sesudah SEO.
I. Kerangka Pemikiran
Earnings management merupakan suatu strategi yang dilakukan manajer
guna meningkatkan kemakmuran pemilik. Dalam penel:itian ini, peneliti
menguk:ur earnings management dari Discretionmy accruals dan Non
discretionary accruals . Dimana earnings management ini merupakan variabel
Independent dan variabel Dependent ini, kinerja perusahaan yang diukur dari
return saham.
Pada penelitian data yang diperoleh diuji normalitas terlebih dahulu pada
setiap variabel. Sebelum dilakukan Uji Regresi untuk memperoleh
Nondiscretionmy accruals dilakukan uji asumsi klasik untuk menghasilkan
persamaan regresi yang valid.
Untuk mencari perbedaan sebelum dan setelah Seasoned Equity Qfferings.
Kine1ja perusahaan, return saham, dan variable earnings management digunakan
J. Hipotesis
Hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1. H0 : Tidak terdapat perbedaan kinerja perusahaan sebelum dan setelah
Seasoned Equity Offerings.
H1 Terdapat perbedaan kinerja perusahaan sebelum dan setelah Seasoned
Equity Qfferings.
2. H0 : Tidak terdapat perbedaan return saham sebelum dan setelah Seasoned
Equity Offerings.
H1 : Terdapat perbedaan return saham sebelum dan setelah Seasoned Equity
Q[ferings.
3. H0 : Tidak terdapat perbedaan variabel earnings management sebelum dan
setelah Seasoned Equity Qfferings.
H1 : Terdapat perbedaan variabel earnings management sebelum dan setelah
Seasoned Equity Qfferings.
BAB ill
METODOLOGI PENELITlfAN
A. Ruang Linglmp Penelitian
Ruang lingkup penelitian ini dilakukan di Bursa Efek Indonesia (BEI)
dengan menggunakan variable Earnings management yang meliputi
Discretionaiy accruals (DA), dan Nondiscretionary accruals (NDA), dan.Return
saham.
Penelitian yang dilakukan dengan waktu pengamatan 3 tahun, penelitian
ini menggunakan periode pengamatan pada 1 Januari tahun 2000 - 31 Desember
tahun 2003, dengan dipilih tiga tahun sebelum dan tiga ta.hun setelah SEO.
Pengambilan tahun penelitian ini disebabkan karena keadaan faktor ekonomi dan
politik sedang tidak stabil.
B. Metocle Penentmm Sampel
Sampel dalam penelitian ini diambil dari populasi perusahaan yang listed
di Bursa Efek Indonesia. Teknik pengambilan sampel di!,,>unaka.n secara pwposive
sampling.
Perusahaan yang melakukan SEO pada tahun 2000-2003 dan memiliki
laporan keuangan tahunan (annual report) yang dipublikasikan pernsahaan
tersebut tiga tahun sebelum dan tiga tahun setelah SEO. Kriteria perusahaan yang
dipilih sebagai sample, yaitu:
1. Perusahaan yang menerbitkan laporan keuangan tiga tahun sebelum dan
tiga tahun setelah SEO.
2. Perusahaan non-lembaga keuangan untuk mengantisipasi kemungkinan
terjadinya pengaruh regulasi tertentu yang dapat mempengaruhi variabel
penelitian.
3. Perusahaan yang memiliki kelengkapan data.
4. Data saham bulanan yang tersedia berturut-turut mulai dari 3 tahun
sebelum dan 3 tahun sesudah.
Tabel 3.1 Sampcl Penclitian
-No. Keternngan Jumlah
1. Pcrusahaan yang melakukan SEO dari tahun 2000-2003 46
2. Perusahaan Lembaga Keuangan 18
3. Data yang tidak lengkap 6
4. Perusahaan yang memiliki kelengkapan data 22
Perusalrnan yang terpilih sebagai sampel 22
- -
C. Metode Pengnmpnlan Data
Metode yang digunakan dalam pengumpulan inforrnasi dalarn penelitian
ini adalah:
1. Melakukan penelitian lapangan pada Bursa Efek Indonesia (BEI) rnelalui
pusat layanan inforrnasi pada pusat referensi pasar modal.
2. Penelitian kepustakaan yaitu dengan mengumpulkan literatur-literatur
ilmiah, buku-buku, internet dan sumber-sumber lain yang berhubungan
dengan penelitian ini.
D. Metode Analisis Data
I. Uji Asumsi Klasik OLS
Dalam penggunaan analisis regresi agar menunjukan hubungan yang valid
atau tidak bias maka perlu dilakukan pengujian asumsi klasik pada model regresi
yang digunakan. Adapun asumsi dasar dalam pengujian asumsi klasik yang harus
dipenuhi adalah :
a. Uji Normalitas
Menumt Singgih Santoso (2000), uji normalitas bertujuan untuk menguji
apakah sebuah model regresi, variabel dependen, variabel independen atau
keduanya mempunyai distribusi normal atau mendekati normal. Menurut Singgih
Santoso mendeteksi nonnalitas data, yaitu dengan melihat penyebaran data dari
sumbu diagonal dari grafik. Dasar pengambilan keputusan dalam uji normalitas
adalah:
1. Jika data menyebar disekitar gans diagonal dan mengikuti arah gar1s
diagonal maka model regresi memenuhi asumsi normalitas.
2. Jika data menyebar jauh dari garis diagonal dan atau tidak mengikuti arah
garis diagonal, maka model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas.
b. Uji Multikolinearitas
Uji mutikolonieritas diperlukan untuk mengetahui adoc tidaknya variabel
independen yang memiliki kemiripan dengan variabel independen lain dalam satu
model. Kemiripan antarvariabel independen dalam suatu model akan
menyebabkan terjadinya korelasi yang sangat kuat antara suatu vaiiabel
independen dengan variabel independen yang lain. Deteksi multikolinieritas pada
suatu model dapat Jika nilai Variance Inflation Factor (VIF) tidak lebih dari l 0
dan nilai Tolerance tidak kurang dari 0, I, maka model dapat dikatakan terbebas
dari multikolonieritas VIF = l/Tolerance, jika VIF = 10 maka tolerance = 1/10 =
0, 1. semakin tinggi VIF maka semakin rendah tolerance
c. Uji Autokorelasi
Istilah autokorelasi (autocorrelation) menurut Maurice G. Kendall clan
William R. Buckland, A Dictionary of Statistical Term: "Correlation between
member's of series of observations ordered in time (as in time-series data) or
space (as cross-sectional data)". Jadi autokorelasi merupakan korelasi antara
anggota seti observasi yang disusun menurut urutan waktu (seperti data time
series) atau menurut urutan tempat (seperti data cro:,~1· section) atau korelasi pada
dirinya sendiri.
Autokorelasi dapat didefinisikan pula sebagai terjadinya korelasi diantara
data pengamatan sebelumnya, dengan kata lain bahwa munculnya suatu data
dipengaruhi oleh data sebelumnya. Untuk mendeteksi terjadinya autokorelasi atau
tidak danat dilihat melalui nilai Durbin Watson (DW). Bila nilai DW terletak
diantara dU < d < 4-dU maka dapat dikatakan tidak terjadi autokorelasi baik
positif maupun negatif atau jika nilai d mencapai sekitar 2, dimana dU adalah
batas atas dan dL adalah batas bawah (J. Supranto, 1983).
Menurut Durhin Watson Statistics terdapat 5 (lima) kondisi autokorelasi:
I) 0 < d <d1, : ada autokorelasi positif.
2) d1, < d <du : inconclusive (ragu-ragu ada autokorelasi positif).
3) du< d <4-dL : tidak terjadi autokorelasi positif maupun negatif.
4) 4-du < d < 4-d1, : inconclusive (ragu-ragu ada autolcorelasi negatif).
5) 4-d1, < d < 4 : ada autokorelasi negatif
Selain itu menurut Singgih Santoso (2000:218) secara umum angka D-W
yang dapat dijadikan dalam pengambilan keputusan adalah:
I) Angka D-W dibawah -2 bera1ii ada autokorelasi positif.
2) Angka D-W diantara -2 sampai dengan 2 beraiii tidak ada
autokorelasi.
3) Angka D-W diatas 2 beraiii terdapat autokorelasi negatif
J ika ada masalah autokorelasi, maka model regresi yang seharusnya
signifikan ( dilihat angka F dan signifikannya), menjadi tidak layak untuk dipakai
Uji F (uji secara simultan).
d. Uji Heteroskedastisitas
Asumsi heteroskedastisitas adalah asumsi dalam regre:si di mana varians
dari residual tidak sama satu pengamatan kepengamatan yang lain. Dalam regresi,
salah satu asumsi vang harus dipenuhi adalah bahwa varians dari residual dari satu
pengamatan kepengamatan yang lain tidak memiliki pola tertentu. Pola yang tidak
sama ini ditunjukan dengan nilai yang tidak sama antar satu varians dari residual.
Gejala varians yang tidak sama ini disebut dengan gejala heteroskedastiitas,
sedangkan adanya gejala varians yang sama dari satu pengamatan ke pengamatan
yang lain disebut dengan homoskedastisitas. Untuk mendeteksi adanya
heteroskedastisitas yaitu dengan melihat ada tidaknya pola tertentu pada grafik,
dimana surnbu Y adalah Y yang telah terprediksi, dan sumbu X adalah residual (
Y prediksi - Y sesungguhnya). Dasar pengambilan keputusan :
a. Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang ada membentuk suatu pola
tertentu yang teratur (bergelombang, melebar kemudian menyempit),
maka telah terjadi heteroskedastisitas.
b. Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar di atas dan
dibawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak te1jadi heteroskedastisitas.
2. Analisis Regresi Linier Berganda
Pengujian ini dilakukan untuk mencari koefisien dari variabel earnings
management, yaitu Nondiscretionaiy accruals. Pengujian ini menngunakan
metode statistik Multiple Regression untuk menerangkan akibat langsung dan
tidak langsung seperangkat variabel. Analisis regresi berganda digunakan untuk
mengetahui bentuk hubungan yang ada antara variabel bebas (X) dengan variabel
terikat (Y) :
TAsebelum = a+ P1 REV + P2 PPE + Ei
TAsesudah = a+ P1 REV + P2 PPE + E;
Dimana:
TA =Total accruals
6. REV = Perubahan pendapatan perusahaan
PPE = Aktiva tetap perusahaan.
s = error term perusahaan.
Ada beberapa metode untuk menaksir fungsi regresi populasi atas dasar
regresi sample, tetapi metode yang saat ini paling luas digunakan adalah metode
kuadrat terkecil biasa (method of ordinaty least squares, OLS). Metode ini
dikemukakan oleh Carl Fredrich Gauss, seorang ahli maternatik dari Jerman.
Dengan menggunakan metode OLS, akan diperoleh koefisien-koefisien Po. P1.2,3
sehingga model yang menyatakan hubungan antara variabel terkait dengan
variabel bebas dapat diketahui.
Metode OLS ini mempunyai beberapa asumsi yaitu:
Hubungan linieritas antara variabel independent dan variabel dependen
Tiap populasi Y yang berhubungan dengan suatu X tertentu didistribusikan
disekitar rata-rata atau dikatakan bahwa data berasal dari populasi
berdistribusi normal
Tidak adanya autokorelasi
Tidak terdapat Hesteroskedastis
Tidak terdapat multikolinearitas
3. Uji Normalitas
Pada tahap penelitian melakukan uji normalitas data untuk melihat apakah
data tersebut normal atau tidak. Jika data tidak normal maka dilakukan proses
penormalan data melalui logaritma natural atau dengan uji Kolmogrov Smirnov
menunjukkan data dari sebagian rasio tidak normal.
4. Uji Wilcoxon Signed Rank Test
Pengujian dua sampel berhubungan pada prinsipnya ingin menguji apakah
dua sampel yang berpasangan satu dengan yang lain berasal da.ri populasi yang
sama. Jika benar demikian, maka ciri-ciri kedua sampel (rata-rata, median dan
lainnya) relatif sama untuk kedua sampel a.tau populasinya. Uji Wilcoxon Sign
Rank Test dipergunakan untuk menguji beda data berpasangan, dan merupakan
alternatif dari uji t dua sampel berpasangan. Uji Wilcxon Sign Rank Test adalah
Uji statistic Non-parametric dipergunakan jika data tidak terdistribusi normal.
Rumus Uji Wilcoxon Sign Rank Test
T-µT Z=--~
Dimana:
T
Gr
= Jumlah ranking yang kecil n(n+l)
4
n(n + 1)(2n + 1) l '>A
E. Operasional Variabel
Model pengujian dalam penelitian ini menggunakan model Jones (1991)
(dalam jurnal Sanjaya, 2005). Model ini digunakan untuk menghitung
Discretionwy accruals sebagai proksi manajemen laba. Untuk menghitung total
akrual yaitu:
........... (1)
Dimana:
TA;, = Total akrual perusahaan i pada periode ke-t.
Nl;1 = Laba bersih sebelum pos luar biasa, diskontinyu operasional, dan
akumulasi perubahan metoda akuntansi perusahaan i pada periode
ke-t.
OCF;1 = Aliran kas operasional perusahaan i pada periode ke-t.
Jumlah total akrual sebuah perusahaan dapat dibagi menjadi Non-
discretionwy accmals dan Discretionary accruals.Jones (1991) (dalam jurnal
Sanjaya, 2005) membuat sebuah model untuk membeclakan antara Non-
discretionary accruals dan Discretionwy accruals. Model Jones tersebut adalah:
TA ( 1 ) (ARev ) (PPE ) _,_I _ __ 1 If _ __it C' A -a, A -ra2 A "a, A +v,, .......................... (2) Jf·-·1 1/-l a-l 11-1
Dimana:
T A;1 = Total akrual perusahaan i pada periode ke-t.
A;1 = Total aktiva perusahaan i pacla periode ke t-1.
!:i Revit = Perubahan penclapatan perusahaan i dalam periocle ke-t.
z;, = error term perusahaan i periode ke-t.
Persamaan (2), untuk mencari koefisien persamaan (4) atau untuk mencari
Nondiscretionmy accruals.
Total akrual dapat dicari dengan persamaan :
TA;,= NDA;1 +DA;, ................................................................................... (3)
Dimana:
TA;, = Total akrual
NDA;1 = Non-discretionmy accruals
DA;1 = Discretionmy accruals
Untuk menentukan jumlah Non-discretionwy accruals dengan persamaan:
( 1 J (LI.Rev,, J (PPE 11 J ( ) NDA 11 =a,T+a2 A +a3 -A-.-+s,, ........................ 4 1r---I a-1 it-1
Dengan demikian, persamaan (2) dan (3) dapat digunakan untuk
mengestimasi Discretionary accruals dengan persamaan:
TA 11 [ ( I J (L'l Rev, J (PPE, JJ DA;, =T- a, T +a2 A +a, ~ ...................... (5)
1!-l 1/-l 1t-I 11-1
Jika perusahaan yang melakukan earnings management hasilnya positif
atau nilai DA;, positif mencerminkan adanya income increasing ( pendapatan
perusahaan meningkat ) dan sebaliknya perusahaan yang melakukan earnings
management hasilnya negatif atau nilai D A;1 negatif mencerminkan adanya
income descreasing ( pendapatan perusahaan menurun ).
Didalam penelitian ini, peneliti menggunakan model Jones Cross
sectional yang tidak dimodifikasi.. Karena ( dalam junrnJ Sanjaya, 2005)
menyatakan bahwa model Jones dan model Jones modifikasian adalah sama dan
konsisten dalam mendeteksi manajemen laba.
Untuk mengukur kinerja return saham digunakan pendekatan Market
Adjusted Models. Adapun tahap-tahapnya sebagai berikut:
1. Menghitung return saham perusahaan, dengan rumus:
Notasi:Rjt : Return perusahaan j pada tahun t
: Barga saham penutupan pada tahun t
: Barga saham penutupan pada tahun sebelunmya
2. Menghitung return pasar, dengan nnnus:
R _ IHSG, - IHSG,_, 1111
IHSG1-1
Notasi: Rm, : Return pasar pada tahun ke-t
1BSG1 : Indeks Barga Saham Gabungan pada tahun ke-t
IBSG,.1 : Indeks Barga Saham Gabungan pada tahun
sebelumnya
Sehingga kinerja return saham dan return pasar selama satu tahun
didapatkan dari rumus sebagai berikut:
I 12
R;Ji,,i11y =- LR111m1
12 Jfmo=-1
4. Return on Assets
Untuk mengukur kinerja perusahaan dilakukan
membandingkan antara Laba bersih dengan Total aktiva.
Menghitung kinerja perusahaan, dengan rumus:
Net Income ROA=
Total Assets
dengan
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Sekilas Gambaran Um nm Objek Pe11eliti:rn
1. Sejarah Singkat Bursa Efek Jakarta
Pasar modal Indonesia pada dekade terakhir mengalami fluktuasi yang
signifikan di tengah gejolak perkembangan ekonomi dan politik Indonesia.
Fluktuasi pasar modal Indonesia tersebut terjadi di tengah p,erkembangan pasar
keuangan intemasional yang pesat. Bursa Efek Jakarta adalah salah satu wadah
investasi dan sumber pembiayaan dalam upaya mendulrnng pembangunan
ekonomi nasional. Bursa Efek Jakarta 3uga berperan dalam upaya
mengembangkan perusahaan lokal atau PMDN yang besar dan solid untuk
menciptakan pasar modal yang stabil.
Bursa Efek Jakarta didirikan di Batavia (Jakarta), oleh pemerintah kolonial
Belanda. Bursa Batavia sempat ditutup selama periode perang dunia pertama dan
kemudian dibuka lagi pada tahun 1925. Selain Bursa Batavia, pemerintah kolonial
juga mengoperasikan Bursa Paralel di Surabaya dan Semarang. Namun, kegiatan
bursa kembali dihentikan ketika te1jadi pendudukan tentara Jepang di Batavia.
Pada tahun 1952, bursa saham di buka kembali di Jakarta dengan
memperdagangkan saham dan obligasi yang diterbitkan oleh perusahaan
perusahaan Belanda sebelum perang dunia. Kegiatan bursa saham berhenti lagi
ketika pemerintah meluncurkan program nasionalisasi pada tahun 1956. di tahun
1977, pasar modal di buka kembali dan ditangani oleh Badan Pelaksana Pasai
Modal (Bapepam), institussi baru dibawah Departemen Keuangan. Kegiatan
perdagangan dan kapitalisasi modal di pasar saham mulai meningkat dan
mencapai puncaknya di tahun ! 990 seiring dengan perkembangan pasar finansial
dan sektor swasta.
Pada tanggal 13 Juli 1992, bursa saham di swastanisasi menjadi PT. Bursa
Efek Jakarta (PT. BEJ). Swastanisasi bursa saham menjadi PT. BEJ ini
mengakibatkan beralihnya fungsi Bapepam menjadi Badan Pengawas Pasar
Modal (BAPEPAM). Pada 22 Mei 1995, BEJ memasuki babak baru dengan
meluncurkan Jakarta Automated 7/'ading System (JATS.), sebuah sistem
perdagangan otomatis yang menggantikan sistem perdagangan manual. Sistem
baru ini dapat memfasilitasi perdagangan saham tanpa harus melalui lantai bursa,
dimana transaksi dapat dilakukan oleh WPPE dikantornya masing-masing. Sistem
barn tersebut sangat efektif clan lebih menjamin kegiatan pasar yang transparan.
2. Perkembimgan Usaha
Sejak tahun 1995, perkembangan kinerja bursa regional di Asia Pasifik
relatif bervariasi. Hal ini terlihat dari pergerakan indeks harga sahamnya. Bursa
Indonesia selama sepuluh tahun terakhir mengalami peningkatan rata-rata indeks
tahunan sebesar 12,76%. Peningkatan ini merupakan yang tertinggi dibandingkan
dengan pergerakan indeks bursa regional lainnya. Perkembangan indeks ini tetap
menunjukkan peningkatan yang positif, meskipun beberapa negara Asia seperti
Malaysia, Thailand, Filipina, clan termasuk Indonesia mengalami krisis ekonomi
pada periode 1997-1999.
Dari beberapa inclikator lainnya, di tahun 2004 bursa Indonesia juga
menunjukkan perkembangan yang meningkat. Hal tersebut terlihat clari
perkembangan nilai kapitalisasi pasar yang meningkat 34,01 % clan nilai
perclagangan yang meningkat 87,80% clibanclingkan tahun sebelumnya. Akan
tetapi, peranan pasar modal Indonesia terhaclap perekonornian negara, yang
terlihat clari perbanclingan nilai kapitalisasi pasar terhaclap Produk Domestik Bruto
(PDB), masih beracla pacla posisi yang cukup rendah. Pada tahun 2004, rasio nilai
kapitalisasi pasar terhaclap PDB di Indonesia hanya mencapai 29,5%, sementara
beberapa bursa regional lainnya telah melampaui I 00%. Di sisi lain, kondisi ini
menunjukkan masih besarnya potensi pengembangan pasar modal Indonesia.
Perkembangan penggalangan clana melalui pasar modal Indonesia sangat
terpengaruh oleh konclisi makro ekonomi. Hal ini clapat clilihat ketika !crisis
ekonomi melancla Indonesia pacla tahun 1997-1998, jumlah emiten hanya tumbuh
sebesar 1 % clengan nilai emisi saham tumbuh sebesar 7, 1 % pacla tahun 1998
clibandingkan tahun sebelumnya. Seclangkan untuk obligasi. ticlak acla emiten
yang menerbitkan obligasi sepanjang tahun 1998. setelah mengalami stagnasi
pasca krisis ekonomi, pasar saham mulai kembali bergairah sejak tahun 1999.
Pada tahun 1999 nilai emisi saham melonjak sebesar 172,2% yaitu dari Rp. 75,9
triliun pacla tahun 1998 menjadi Rp. 206,7 triliun pacla tahun 1999. Setelah
meningkat secara signifikan pacla tahun 1999, selanjutnya memasuki tahun 2000
hingga pertengahan 2005 jumlah emiten saham hanya tumbuh rata-rata 4,5% per
tahun, dengan nilai emisi mengalami pertumbuhan rata-rata 3, 4% pada periode
vang sama.
Nilai kapitalisasi pasar pada tahun 2000 hingga 2002 sempat mengalami
penurunan akibat kondisi ekonomi makro yang tidak stabil. Namun demikian,
dengan membaiknya kondisi makro ekonomi pada tahun 2003 memberikan
pengaruh pada perdagangan di bursa sehingga nilai kapitalisasi pasar kembali
tumbuh mencapai Rp. 765,81 triliun pada bulan Juni 2005. Selanjutnya, rasio nilai
kapitalisasi pasar terhadap PDB pada tahun 2004 mencapai 29,5% yang
merupakan peningkatan yang cukup signifikan dalam lima tahun terakhir setelah
masa krisis. Untuk perkembangan emisi saham, terlihat tidak terlalu signifikan,
namun transaksi saham di BEJ bergerak cukup aktif Rata-rata nilai perdagangan
pada periode 1999 hingga Juni 2005 berada pada kisaran Rp. 794,43 milliar per
hari dengan volume saham berkisar 1,03 milliar lembar per hari dan frekuensi
berkisar 16 ribu transaksi per hari.
Sepanjang tahun 2006, tercatat 12 perusahaan melakukan Initial Public
Offering. Namun, pada nilai emisi saham terjadi penurunan sebesar 15%, dari Rp.
3,54 tiiliun di tahun 2005 menjadi Rp. 3,01 triliun di tahun 2006. Total nilai
transaksi saham di BEJ sampai akhir tahun 2006 mencapai Rp. 443 triliun,
meningkat 9,11% dibanding dengan transaksi tahun 2005. Tahun 2006 merupakan
tahun pertama bergabungnya Direktorat Jenderal Lembaga Keuangan dengan
Badan Pengawas Pasar Modal. Diharapkan dengan bergabungnya kedua otmitas
tersebut menjadi Bapepam-LK dapat menciptakan sinergi yang lebih baik lagi
antara industri pasar modal dan lembaga keuangan lainnya.
B. Analisis Data dan Pembahasan
l. Uji Asnmsi Klasik
a. Uji Normalitas
Uji normalitas be11ujuan untuk mengetahui apakah model regresi variabel
dependen, variabel independen atau keduanya mempunyai distribusi data normal
atau mendekati normal. Untuk mengetahui nonnal atau tidaknya yaitu dengan
melihat penyebaran titik-titik pada garis diagonal maka dikatakan data tersebut
memenuhi asumsi normalitas, dan sebaliknya jika data tersebut tidak mengikuti
arah garis diagonal, maka data tersebut tidak memenuhi asumsi normalitas.
Gambar4.1 Hasil Uji Normalitas Sebelmn Outli>er
Nonna! P-f' Plot<>f Rcgrossion Standa!'dizcd Residual Nomi al P·P Plot of lbgrassion Stu11dard1zcd Residua!
Dependent Variable: TA~ebc!um
Smnbcr: Data diolah
Dari Gambar tersebut terlihat titik-titik observasi sangat menjauh dari
garis diagonal. Dengan demikian rnaka dapat dikatakan bahwa data yang dimiliki
tidak memenuhi asumsi normalitas. Oleh karena itu, maka dilakukan pembuangan
atas observasi yang outlier dalam model yang akan dibentuk. Menurut Nachrawi
I PERPUSTAKAAN UTAMA ~ SYAHID JAl<ARTA
yang dapat bernilai sangat besar atau sangat kecil. Tujuannya adalah untuk
menentukan atau mengevaluasi kesahihan suatu model, baik untuk melihat
pelanggaran terhadap asumsi maupun untuk melihat penyimpa.ngan nilai prediksi
terhadap nilai sesungguhnya.
Agar dapat memenuhi asumsi nornmlitas, maka digunakan data dimana
nilai-nilai outlier telah dikeluarkan sehingga mendapatkan observasi sebanyak 50
untuk T Asebelum dan 58 untuk T Asesudah. Hasil dari uji normalitas untuk model
ini setelah dilakukan pembuangan terhadap outlier dapat dilihat pada gambar
berikut:
Gambar 4.2 Hasil Uji Normalitas Setelah Outlier
Nnrmat P.P Plot of Regression Standilftl!zud Residual Normal P..P Plot of Regression Stamlardiicd Reo!dual
Dependent Varlable: TAsebe!um Oepomlont Vmfablu: TAncsutlah
::1 l 1"1 I ···j J ,tl' o"°'f" .
· 1 ·i uff'
,,,l.f-·~-· r-.~~ no ui 1" D" n~ '~
Ob•orvu<l Cum Prob
Smnber: Data diolah
Dari gambar diatas, terlihat bahwa titik-titik obsevasi menyebar disekitar
garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal. Oleh karena itu, maka dapat
diindikasikan bahwa data ini memenuhi asumsi normalitas.
b. Uji multikolonieritas
Uji multikolinieritas diperlukan untuk mengetahui ada tidaknya variabel
independent yang memiliki kemiripan dengan variabel independent Iain dalam
satu model.
Tabel 4.1 U j i Mnltikolonieritas
Coefficient$'
Unstandardized Standardized Coefficients Coefficients Collinearit Statistics
el B Std. Error Beta t SiQ. Tolerance VIF (Constant) 2.569 .588 4.371 .000 REVsebelum -.126 .135 -.137 -.934 .355 .935 1.069 PPEsebelum -1.272 1.340 -.140 -.949 .347 .935 1.069
Dependent Variable: TAsebelum
Coefficient$'
Unstandardized Standardized Coefficients Coefficients Collinearit Statistics
el B Std. Error Beta t Sig. Tolerance VIF (Constant) 4.467 .585 7.63'1 .000 REVsesudah -.779 .291 -.338 -2.674 .010 .994 1.006 PPEsesudah -.716 1:197 -.076 -.598 .552 .994 1.006
Dependent Variable: T Asesudah
Sumber : Data diolah
Jika dilihat dari nilai VIF dan tolerance pada tabel 4.1 diatas model ini
bisa dikatakan terbebas dari multikolonieritas, karena nilai VIF tidak Iebih dari 10
dan nilai tolerance tidak kurang dari 0, 1.
c. Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya korelasi antara
variabel pengganggu ( e,) pada periode tertentu dengan variabel pengganggu
periode sebelumnya (e,_1). Untuk menguji ada tidaknya autokorelasi dapat
dilakukan dengan uji Durbin-Watson.
Sumber : data diolah
Tabel 4.2 Uji Autokorelasi Model Summary(b)
Std. Error of [ the Estimate I Durbin-Watson
2,11016ss1 1 1,a34
a Predictors: (Constant), PPE sebelum dan REV sebelum b Dependent Variable: TAsebelum
I I Std. Error of I I the Estimate I Durbin-Watson
I 2,54446294 1,985
a Predictors: (Constant), PPEsesudah dan REV sesudah b Dependent Variable: TAsesudah
Pada tabel diatas terlihat bahwa nilai D-W adalah sebesar 1,834 untuk
yang sebelum dan untuk yang sesudah nilai D-W adalah sebesar 1,985. Sehingga
pada model ini tidak terjadi autokorelasi, karena nilai D-W tedetak antara -2 dan
+2.
d. Uji Heterokedastisitas
Heterokedastisitas ini menguji terjadinya perbedaan variance residual
suatu periode pengmatan ke periode pengamatan lainnya. Untuk mendeteksinya
dapat dilihat dari pola gambar Scatterplot di bawah ini:
2
0
-2
-4
Gambar4.3 Scatterplot
Scatterplot
Dep!lndent Variable: TAsebelum
0 0
0
0 0
0 0 Cb 'il
0 0
0
0 0
0 0 '00
cP 0
0 0
,goo "' 0 0 .g
0 'b 'b 00 0 0
0 -o
-2 0
Regression Standardized Predicted Value
Scatterplot
Dependent Variable: TAsesudah
2
----·-----------------------------~
2 08 0 0
"iii " :!l 1 0
"'
oc 0 0 0 00
" 0
"' ~ -"' 0 -;: " "" .a "' -1
"'
., 0 00 0 0 0
0 'c 0 qS,?, 0 0
0 8 0 0 o~0oo0 o
GO oe 0 -;;; 0 0
"' ~ ·2 0
ii!' "" -3
-4 ~ ~ -1 0 2
Regression Standardized Predicted Value
Sumber: Data diolah
Dari gambar diatas terlihat bahwa titik-titiknya menyebar dan tidak membentuk
suatu pola. Maka dapat disimpulkan bahwa model regresi linier berganda terbebas
dari asumsi klasik heterokedastisitas.
2. Uji Regresi Li11ier Be1·ga11da.
Dalam pengolahan data dengan menggunakan metode regresi berganda
untuk mencari NondiscretionmJ1 accruals. Dari hasil uji regresi berganda didapat
persamaan regresmya.
Tabet 4.3 Hasil regresi Coefficients/a)
Unstandardized I Standardized I 1-M_o_d_e_I ______ -1 ___ 8_c_1~ffi:::I1:;ro1 __ -1-~oe!~:e~(S __ ~
l (Constant) 2,569 ,588
REVsebelum -, 126 , 135 -,137
PPEsebelum -1,272 1,340 -,140
a Dependent Variable: TA sebelurn
Coefficientsfal
Unstandardized I Standardized ' Model ............. ~o_e__fficient.s____ J .. Coefficients
"·--·------·---·-- ----·-
' B Std. Error I Beta -1 (Constant) 4,467 ,585 I
REVsesudah -,779 ,291 -,338
PPEsesudah -,716 l, 197 -,076
a Dependent Variable: TAsesudah
T Asebelum = 2,569 - 0, 126 REV - 1,272 PPE + ei
TAsesudah = 4,467 - 0, 779 REV - 0, 716 PPE ·c ei
3. Uji Wilcoxon Rank Test
Pengujian selanjutnya adalah untuk membuktikan mengenai apakah ada
perbedaan dari Seasoned equity C!!ferings terhadap return saham, kinerja
perusahaan, dan discretionmy accruals. setiap pengujiannya menggunalrnn UJI
Wilcoxon Rank apabila data yang digunakan tidak terdistribusi normal.
Dalam pengujian ini tingkat signifikan yang dipeq,>unakan adalah a= 5% dan
kriteria untuk menolak atau menerima H0 berdasarkan P-Value adalah sebagai
berikut:
Jika P-Value <a, maka Ho ditolak dan H1 diterima.
Jika P-Value >a, maka H0 diterima dan H1 ditolak.
a. Kinerja Operasional
Kinerja operasional dalam penelitian ini diukur dari perbandingan antara laba
bersih (net income) dengan total aktiva (total assets), ha! ini didasarkan dari
penelitian Teoh et al., l 998a dan Rangan, 1998. Pengukuran kinerja operasional
pada perusahaan dilakukan dalam periode sebelum tiga tahun dan tiga tahun
sesudah.
Tabel 4.4 Hasil Uji Wilcoxon Signed Rank Test
Ranks
N Mean Rank Sum of Ranks ROA_sesudah - Negative Ranks 32a 30.47 975.00 ROA_sebelum Positive Ranks 34b 36.35 1236.00
Ties oc Total 66
a. ROA_sesudah < ROA_sebelum
b. ROA_sesudah > ROA_sebelum
c. ROA_sesudah = ROA_sebelum
Test Statistics•
ROA_ sesudah -
ROA_ sebelum
z -.834a
Asymp. Sig. (2-tailed) .404
a. Based on negative ranks.
b. Wilcoxon Signed Ranks Test
Dari tabel di atas, penguJian kinerja operasional dengan menghttmakan Uji
Wilcoxon Sign Rank Test dengan a = 5% memberikan nilai z = -0.834. Nilai P-
Value uji dua sisi adalah 0.404 atau sebesar 40.4%. Dengan membandingkan nilai
P-Value dan nilai signifikansi pada a= 5%, dapat dilihat bahwa untuk uji dua sisi
nilai P-Value lebih besar daripada nilai a. Maka H0 diterima dan H1 ditolak atau
tidak terdapat perbedaan kinerja operasional sebelum dan setelah Seasoned Equity
Offerings. Hasil ini sesuai dengan penelitian (Candy, 2002), karena kinerja
operasional mengalami penurunan kinerja sebelum, dan setelah Seasoned Eqity
Offerings.
Secara statistik dapat ditulis dengan:
H0 : Tidak terdapat perbedaan kinerja operasional sebelum da.n setelah Seasoned
b. Kinerja Return saham
Kine1ja return saham dalam penelitian ini menggunakan pendek:atan
cummulative abnormal return (CAR). CAR merupakan penjumlahan dari
abnormal return tahunan perusahaan dengan menggunakan model yang
disesuaikan-pasar (market-adjusted model). Sama halnya dengan pen,s>ukuran
kinerja operasional pada perusahaan, pengukuran kinerja return saham juga
dilakukan dalam periode tiga tahun sebelum dan tiga tahun sesudah.
Ta!Jel 4.5 Hasil Uji Wilcoxon Signed Rank Test
Ranks
N Mean Rank Sum of Ranks CAR_sesudah - Negative Ranks 22a 33.23 731.00 CAR_sebelum Positive Ranks 44b 33.64 1480.00
Ties oc Total 66
a. CAR_sesudah < CAR_sebe/um
b. CAR_sesudah > CAR_sebelum
c. CAR_sesudah = CAR_sebelum
Test Statistic$'
CAR_ sesudah -
CAR_ sebelum
z -2.392a
Asymp. Sig. (2-tailed) .017
a. Based on negative ranks.
b. Wilcoxon Signed Ranl<s Test
Dari tabel di atas, pengujian kinerja return saham dengan menggunakan Uji
Wilcoxon Sign Rank Test dengan a = 5% memberikan nilai z = -2.392. Nilai P-
Value uji dua sisi adalah 0.017 atau sebesar 1.7%. Dengan membandingkan nilai
P-Value dan nilai signifikansi pada a= 5%, dapat dilihat bahwa untuk uii dua sisi
nilai ?-Value Jebih besar daripada nilai a. Maka H0 ditolak dan H1 diterima atau
terdapat perbedaan kinerja return saham sebelum dan setelah Seasoned Equity
Offerings.
Secara statistik dapat ditulis dengan:
H 1 Terdapat perbedaan kinerja return saham sebelum dan setelah Seasoned
Equity Offerings.
c. Uji beda Discretionmy accruals
Nilai discretiona1y accruals (DA) positif mengindikasikan bahwa pernsahaan
yang melakukan seasoned equity qffering terindikasi melakukan kebijakan
earning management tiga tahun sebelum dan tiga tahun setelah seasoned equity
qffering yang diperkuat oleh uji Wilcoxon Signed Ranks.
Tabel 4.6 Hasil Uji Wilcoxon Signed Ranili. Test
Ranks
N Mean Rank Sum of Ranks DAsesudah - DAsebelum Negative Ranks 4oa 31.75 1270.00
Positive Ranks 26b 36.19 941.00 Ties oc Total 66
a. DAsesudah < DAsebelum
b. DAsesudah > DAsebelum
c. DAsesudah = DAsebelum
Test Statistic$>
DAsesudah -DAsebelum
z -1.051° Asymp. Sig. (2-tailed) 293
a. Based on positive ranks.
b. Wilcoxon Signed Ranks Test
Daii tabel di atas, pengujian Discretionary accruals dengan menggunakan Uji
Wilcoxon Sign Rank Test dengan a= 5% memberikan nilai z = -1.051. Nilai P-
Value uji dua sisi adalah 0.293 atau sebesar 29.3%. Dengan membandingkan nilai
P-Value dan nilai signifikansi pada a= 5%, dapat dilihat bahwa untuk uji dua sisi
nilai P-Value lebih besar daripada nilai a. Maka H0 diterima dan I-11 ditolak atau
tidak terdapat perbedaan Discretionary accruals sebelum dan setelah Seasoned
Equi~v Offerings.
Secara statistik dapat ditulis dengan:
I-10 : Tidak terdapat perbedaan Discretimwry accruals sebelum dan setelah
Seasoned Equity Offerings.
A. Kesimpulan
BABV
KESIMPULAN DAN l!VIPLIKASI
Dari hasil pengujian statistic yang dilakukan oleh peneliti dapat diperoleh
kesimpulan bahwa Seasoned Equity Q[ferings yang telah dilakukan oleh 22
perusahaan pada periode 2000 sampai 2003 yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia dapat disimpulkan:
1. Tidak terdapat perbedaan kine1ja operasional sebelum dan setelah Seasoned
Equity Qfferings. Hasil ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh
Candy 2002.
2. Terdapat perbedaan kinerja return saham sebelum dan setelah Seasoned
Equity Offerings. Hasil ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh
Sulistyanto & Midiastuti 2002.
3. Tidak terdapat perbeclaan variable earnings management (discretionary
accruals) sebelum clan setelah Seasoned Equity Qfferings. Nilai
discretionmy accruals (DA) positif menginclikasikan bahwa perusahaan
yang melakukan seasoned equity (iffering terinclikasi melakukan kebijakan
earning management tiga tahun sebelum clan tiga tahun setelah seasoned
equity o.ffering. Basil ini ticlak konsisten clengan penelitian yang clilakukan
oleh Rangan 1998.
B. Im plikasi clan Saran
Berdasarkan hasil penelitian ini beberapa implikasi dapat diberikan kepada
berbagai pihak, antara lain:
1. Bagi perusahaan (emiten) yang akan melakukan Seasoned equity <rfferings
hendaknya lebih berhati-hati dalam mengambil keputusan Seasoned equity
<!fferings agar tujuannya dapat tercapai.
2. Bagi investor, hasil penelitian ini bisa dijadikan masukan dalam mengambil
keputusan investasi, dan diharapkan dapat memberikan informasi mengenai
kebijakan accounting accrual yang dilakukan pada saat sebelum penawaran
SEO yang pada gilirannya dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan
untuk menentukan perusahaan yang dapat memberikan return yang tinggi
pada saat SEO.
3. Bagi akademisi, sebagai tambahan referensi tentang fenomena yang terjadi
dipasar modal Indonesia dan dapat mengembangkannya dalam penelitian
lebih lanjut dan sebaiknya memperpanjang periode pengamatan, agar dapat
menemukan fenomena lain dalam proses SEO serta melihat kinerja
keuangan, seperti rasio likuiditas, solvabilitas, profitabilitas, dan leverage.
DAFTAR PUSTAKA
Achyari, Fathan., "Analisis Informasi Prospektus yang Berpengaruh Terhadap Return Awa] Penawaran Perdana di BEJ", Thesis, Program pasca Sarjana UGM, 2000.
Alderson, Michael J., dan Brian L. Betker, "The Long Run Performance of Companies That Withdraw Seasoned Equity Offerings", Working paper, September 1997.
Allen, David E., dan Victor Soucik, "Performance of Seasoned Equity Offerings in a Risk Adjusted Environtment", Working paper, 2001.
Atmini, Sari., "Standar Akuntansi yang Memberi Peluang bag:: Manajemen untuk Melakukan Praktik Perataan Laba", Kajian Bisnis, No 18, 2000.
Broude, Paul D., "Going Public,"Joumal of A1anagement Consulting, 9 (3), Mei 1997.
Budiarto, Arif., "Pengarnh Pengumuman Right Issue Terhadap Tingkat Keuntungan dan Likuiditas Saham di Bursa Efek Jakarta periode 1994-1996". Jumal Riset Akuntansi Indonesia. Vol. 2 no. 1, 1999.
Candy., "Analisis Kinerja Perusahaan yang Melakukan Seasoned Equity Offerings: Studi Kasus di Bursa Efek Jakarta", Working Paper. 2002.
Denis, David J., dan Atulya Sarin, "Is the Market Suprised by Poor Earnings Realization Following Seasoned Equity Offerings·', Working paper, Desember 1999.
Denis, David J., "Investment Oppurtinities and the Market Reaction to Equity Offerings", Journal of Financial and Quantitative Analysis, Vol.29 No.2, 1994.
Dubois, Michel., dan Pierre Jeanneret, "The Long-Run Performance of Seasoned Equity Offerings With Rights", Working paper, Januari 2000.
Eckbo, B.E., dan Masulis., "Adverse Selection and The Rights Offer Paradox", Journal of Financial Economics, 1992.
Gumanti, Tatang Ary., "Earnings Management dalam Penawaran Saham Perdana di Bursa Efek Jakarta", Simposium Nasional Akuntansi (SNA)III. (2000)
Guo, Lin., dan Timothy S. Mech,"Conditional Event Study, Anticipation, and Asymmetric Information: The case of Seasoned Equity Issues and Preissue Information Releases". Journal of Empirical Finance, 7, 2000.
Hartono.,"Teo1i portofolio dan Analisis Investasi",BPFE Yogyakarta, Edisi 2, 2000.
Harto, Puji., "Analisis Kinerja Perusahaan yang Melakukan Right Issue di Indonesia". Simposium Nasional Akuntansi J JI. 2001.
Healy, Paul M., dan James M Wahlen, "A Review of the Earnings Management Literature and Its Implication for Standard .Setting", Working paper,November 1998.
Healy, Paul., dan Khrisna 0, Palepu,"Earnings and Risk Changes Surrounding Primary Stock Offer", Journal 11 Accounting Research, Vol.28, 1990.
lrton, "Asosiasi Antarn Informasi Komponen Kas Dalam Earnings Dengan Harga Saham" Thesis, Program pasca Satjana UGlvf, 2001.
Jin, Liauw She., dan Mas'ud Machfoedz, "Faktor-.faktor yang Mempengaruhi Praktik Perataan Laba pada Perusabaan yan Terdaftar di Bursa Efek Jakarta", Jurnal Riset Akuntansilndonesia, Vol.l, No.2, Juli 1998.
Jones.,"Investments Analysis and Management", John Wiley & Sons, Inc, 2000.
Kim, Kenneth A., dan Hyun-Han Shin, "The Underp1icing of Seasoned Equity Offerings: 1983-1998", Working paper, Mei 2001.
Laughran, Tim., dan Jay R. Ritter,"The New Issues Puzzle", Journal of Finance. 1997.
Laugbran, Tim., dan Jay R. Ritter,"Tbe Operating Performance of Firms Conducting Seasoned Equity Offerings", The Journal of Finance, 1997.
McLaughlin, Assem S., dan Gopala K. V,"The Operating Performance of Seasoned Equity Issuers: Free Cash Flow and Post Issue Performance", flnancial Mangement, Vol.25, 1996.
Megginson.,"Corporate Finance Theory", Addison-Wesley Educational Publishers Inc, 1997.
Nacbrowi, Nachrowi D dan Hardius Usman, "Pendekatan Populer dan Praktis Ekonometrika untuk Analisa Ekonomi dan Keuangan", Lembaga Penerbitan Universitas Indonesia, Jakarta, 2006.
Rangan, Srinivasan.,"Earnings Management and the Performance of Seasoned Equity Offerings",Journa/ of Financial Economics,50, 1998.
Sanjaya, I Putu Sugiartha. "Analisis Pengarnh Akmal Diskresioner Terhadap Return Saham Bagi Perusahaan-Perusahaan Yang Di Audit Oleh Kantor Akuntan Public (Kap) Big Four Dan Non-Big Four", Jurnal akuntansi manajemen, 2005
Santoso, Singggih, "Buku Latihan SPSS Statistik Parametrik", PT. Elexkomputindo, Jakarta, 2000.
Scott, William R, "Financial Accounting Theory", Prentice Hall Canada Inc, Edisi 2, 2000.
Shivakumar, Lakshmanan., "Do Firm Mislead Investor by Overstating Earnings Before Seasoned Equity Offerings?", Journal of A cco1111ting and Economics, 2000.
Sulistyanto, H.Sri, dan Midiastuti, Pratana P.,"Seasoned Equity Offerings: Benarkah Underperformance Pasca Penawaran'', Simposium Surviving Strategies to Cope With the Future, Universitas Atma Jaya Yogyakarta, September 2002.
Supranto, J, "Ekonometri/(', Universitas Indonesia, Jakarta, 1983.
Sutanto, Intan Imam,. "lndikasi Manajemen Laba Menjelang IPO oleh Perusahaan-pemsahaan Yang Terdaftar di Bursa Efok Jakarta". Tesis, Program Pascasarjana UGM, 2000.
Teoh (a), Siew Hong., Ivo Welch., dan TJ. Wong,"Earnings Management and the Underperformance of Seasoned Equity Offerings" ,Journal of Financial Economics, 1998.
Teoh (b), Siew Hong., Ivo Welch., dan TJ. Wong," Earnings Management and the Long Run Market Performance of Initial Public Offering", Journal of Finance, VoLLIII, No.6 Desember 1998.
Teoh, Siew Hong, T.l Wong, Gita R Rao, "Are Accmals During An Initial Public Offering Opportunistic?", Working paper, Juli 1997.
Tr!!i!!, lli<;r<:~!s d~n Ed Vos, "Do Se!!soned Equity Offerings Really Underperform in the Long Run? Evidence from New Zealand", Working paper, 2001.
Trihendradi, Cornelius.,"Step by Step SPSS 13 And!.~·!~· Da!:t St«t!!::!!!c'', Edioi Kedua. Cetakan Pertama BPFE. Y 012:vakarta. 2006.
Watts, Ross L., dan Jerold L. Zimmerman,"Positive Accounting Theory", Prentice Hall International Inc. 1986.
Website Jakarta Stock Exchange, :\\':Y\'}'!.j§2',QQjQ
Lampinm l
Km'Va P-Plot
a. ROA (Return on Assets) sebelum SEO
Nonna! P-P Plot of ROAsebelun1
,.0
00 j9 .0
£ 0
E 06 , _/ 0
~ ~OA x w
0.2 y 0.0
00 0.2 OA 06 0.8
Ohso>rvt>rl Cum Prnh
b. RO A (Return on Assets) sesudah SEO
Normal P-P Plot of ROAsesudah
00
0.2 0
'°
0 0
0
o&
o.o.~+-----------------' 00 0.2 04 0.6 0.0 '0
OhRf>rVPri Cum Prob
c. CAR (Cummulative Abnormal Return) sebelum SEO
1 0
0.8
.0 e "-E o.e " (.)
]l ~ 0-4
UJ
Normal P-P Plot of CAR_sebelum
0
0.2 0
0.0 0.2 0.4 06 0.8
OhsP.ruP.d Cum Prnh
d. CAR (Cummulative Abnormal Return) sesudah SEO
Normal P-P Plot of CAR_sesudah
1.0
0.8
.Q 0 ~
"-E o.o " (.)
"' 0#' B " ! 0-4
/ x 00 w
0.2 00
0.0
,/
0
10
/
00 0.2 0.4 0.6 0.8 1.0
Observed Cum Prob
Normal PwP Plot of DAsebelun1
0.0
D
£ E o_a i3 ~ :g_ 04
ti1
0.2
0.0 0.2 04 0.0
f DA (Discretionmy Accruals) Sesudah SEO
10
08
.c e a. E o.6 ~ ()
]jj u 1i 04 x w
0.2
Nonna! P-P Plot of DAsesudah
0.0 02 04 0.6 0.8
Oh!'t!'!rvf'fl Cum Prnh
f PERPUSTAKAAN UTAMA \ l UIN SYAHID JAKARTA
1 0
Lampirn11 II
Output Wilcoxon Signed Ranks Test
a. ROA (Return on Assets) sebelum dan sesudah SEO
Descriptive Statistics
N Mean Std. Deviation Minimum Maximum ROAsebelum 66 .0179806 .09883231 -.34818 .20366 ROAsesudah 66 .0484326 .13526296 -.07580 1.05630 ·-
Ranks
N Mean Rank Sum of Ranks ROAsesudah - Negative Ranks 32• 30.47 ~/O.UU
ROAsebelum Positive Ranks 34b 36.35 "1236.00 Ties QC
Total 66
a. ROAsesudah < ROAsebelum
b. ROAsesudah > ROAsebelum
c. ROAsesudah = ROAsebelum
Test Statistic~
ROAsesudah -
ROAsebelum z -.834a Asymp. Sig. (2-tailed) .404
a. Based on negative ranks.
b. Wilcoxon Signed Ranks Test
b. CAR (Cummulative Abnormal Return) sebelum dan sesudah SEO
Descriptive Statistics
N Mean Std. Deviation Minimum Maximum CARsebelum 66 -.5350179 2.90836249 -20.48684 1.26064 CARsesudah 66 -.1382037 2.99319722 -23.37180 1.21153
Ranks
N Mean Rank Sum of Ranks CARsesudah - Negative Ranks 21° 33.67 707.00 CARsebelum Positive Ranks 44b 32.68 1438.00
Ties 1c
Total 66
a. CARsesudah < CARsebelum
b. CARsesudah > CARsebelum
c. CARsesudah = CARsebelum
Test StatisticS'
CARsesudah -
CARsebelum z -2.389° Asymp. Sig. (2-tailed) .017
a. Based on negative ranks.
b. Wilcoxon Signed Ranks Test
c. DA (Discretionmy Accruals) Sebelum dan sesudah SEO
Descriptive Statistics
N Mean Std. Deviation Minimum Maximum DAsebelum 66 .7750903 4.68832213 -10.35651 9.03722 DAsesudah 66 .0439390 3.92539803 -11.65442 6.57434
Ranks
N I Mean ·Rank Sum of Ranks Negative Ranks 40• L3""1'"'. ·'r"5,.-i.--...,1""27"'0'"". o'"o,,..-1 Positive Ranks 26b 36:19 941. 00 Ties oc Total 66
'------------------'----~'
DAsesudah - DAsebelum
a. DAsesudah < DAsebelum
b. DAsesudah > DAsebelum
c. DAsesudah = DAsebelum
Test Statistic$>
DAsesudah -DAsebelum
z -1.051° Asymp. Sig. (2-tailed) .293
a. Based on positive ranks.
b. Wilcoxon Signed Ranks Test
Lampira11 Ill
Output Hasil Sebelum Outlier
a. Untuk TAsebelum, REVsebelum, dan PlPEsebe!um
Descriptive Statistics
Mean Std. Deviation N TAsebelum 1.2720903 4.68832213 ' REVsebelum 1.3907145 2.62433869 ' PPEsebelum .3429897 .29590732 '
Model Summarv!bl
Model Std. Error of I the Estimate Durbin-Watson
1 4.75617786 ( 2.236 a Predictors: (Constant), PPE sebelum dan RE\/ sebelum b Dependent Variable: TAsebelum
Coefficient&"
Unstandardized Standardized Coefficients Coefficients Collinearit
B Std. Error Beta t Si11. Tolerance (Constant) 1.348 .920 1.465 .148 REVsebelum -.091 .229 -.051 -.398 .692 .967 PPEsebelum .147 2.028 .009 .073 .942 967
ependent Variable: TAsebelum
Casewise Diagnostic$'
Predicted Case Number Std. Residual TAsebelum Value Residual 44 -2.306 -9.85951 1.1081968 -10,9677
50 -2.056 -8.46703 1.3095794 -9,77661 57 -2.358 -9.83890 1.3747873 -11,2137
a. Dependent Variable: TAsebelum
Statistics
VIF
1.034
1.034
2-
-3
' -8
Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual
0
1 0
Dependent Variable: TAsebelum
/ 0
0.0 0.2 0_4 0 6 0_8
Observed Cum Prob
Scatlerplol
Dependent Variable: TAsebelum
0
1 0
0
0
0 0 0
0 () 0
0 0
' t ' ' .5 .4 -2 0
Regression Standardized Predicted Value
b. Untuk TAsesudah, REVsesudah, dan PPEsesudah
(Constant)
REVsesudah
PPEsesudah
Descriptive Statistics
Mean Std. Deviation I~
TAsesudah 2.6919390 3.92539803 REVsesudah 1.1186854 1.25669423 PPEsesudah .3245430 .28259216
Model Summarv(bl I
Std. Error of I Model the Estimate I Durbin-Watson 1 3.97063360 I 1.857
a Predictors: (Constant), PPE sesudah dan REV sesudah b Dependent Variable: TAsesudah
Coefficient$'
Unstandardized Standardized Coefficients Coefficients Collinearit
B Std. Error Beta t Sia. Tolerance 3.042 .826 3.682 .000
-.279 .397 -.089 -.703 .485 .974
-.115 1.766 -.008 -.065 .948 .974
1ependent Variable: TAsesudah
casewise Diagnostics
Case Number Std. Residual TAsesudah Predictedl
Value , Residual 24 -2.973 -9.00642 2.7985747 I -11,8050 32 -2.174 -5.70708 2.9245997 i -8,63168 I
36 -2.232 -6.42261 2.4404738 -8,86309 40 -2.'109 -5.95334 2.4197765 -8,37312 56 -2.805 -8.12389 3.0151480
i -11,1390
a. Dependent Variable: T Asesudah
Statistics
VIF
1.027
1.027
~4
-4
Normal P-P Plot of Regression Standardi;rnd ResidL1al
0
00
Dependent Variable: TAsesudah
00 0_2 0.4 0.6 Q_8
Observed Cum Prob
Scal!erplot
Dependent Variable: TAsesudah
0 0
0 o0
oO
1 0
0
-3 -2 -1 0
Regression Standardized Predicted Value
0
0 0
0
0
Lampil"an IV
Output Hasil Sesudah Outlier
a. Untuk TAsebelum, REVsebelum, dan PPEsebelum
Descriptive Statistics
Mean Std. Deviation TAsebelum 1.9459312 2.72122198 REVsebelum 1.5522339 2.96448895 PPEsebelum .3357873 .29872460
Model Summary(b)
Std. Error of Model the Estimate Durbin-W 1 2.71076851 ~~~~I
N
' ~o 50
50
a Predictors: (Constant), PPE sebelum dan l<EV sebelum b Dependent Variable: TAsebelum
Coefficients>
Unstandardized Standardized Coefficients Coefficients Collinearit
B Std. Error Beta t Siq. Tolerance (Constant) 2.569 .588 4.371 .000 REVsebelum -.126 .135 -.137 -.934 .355 .935 PPEsebelum -1.272 1.340 -.140 -.949 .347 .935
ependent Variable: TAsebelum
Statistics
VIF
1.069
1.069
2
Normal P-P Plot of Regression Standardized Resid1,al
0
1 a
a.a .n e "-E ao " ()
"' $ g 0-4 a. " w
a.2
-4
Dependent Variable: TAsebelum
a.a 0.2 0_4 0_6 0 8
Observed Cum Prob
Scatterplot
Dependent Variable: TAsebelum
0 0
0
0 0
0 0
0
0
0
0 0
0
0
00
0
0
0
Cb II I,o 0 Q) CT 0
0 '6
0
-2 a Regression Standardized Predicted Value
0 0
0
0 ()
2