Upload
others
View
17
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
Journal of Geoscience Engineering & Energy (JOGEE) Vol.1 No.1 Februari 2020
41
Analisis Litofasies dan Sistem Terumbu Batuan Karbonat
Berdasarkan Data Log dan Core, Cekungan Banggai, Sulawesi
Tengah
“Analysis of Lithofacies and Carbonates Reefal System Based on Log and Core
Data, in Banggai Sub-basin, Central Sulawesi”
Fachry Muhammad1,*, Benyamin1, Firman Herdiansyah1
1 Prodi Teknik Geologi, Fakultas Teknologi Kebumian dan Energi, Universitas Trisakti
Jl. Kyai Tapa No.1, Jakarta Barat, 11440, Indonesia
*)Email korespondensi: [email protected]
Sari. Lokasi daerah penelitian berada pada lapangan “FM” terletak pada Cekungan Banggai, Sulawesi Tengah.
Tujuan dari penelitian ini adalah mengidentifikasi fasies dan lingkungan pengendapan yang berkembang pada
Anggota Mentawa yang berada di Formasi Minahaki yang merupakan suatu reef system pada batuan karbonat.
Metodologi penelitian yang dilakukan yaitu dengan cara analisis kuantitatif menggunakan data log dan analisis
fasies menggunakan data petrografi dan mudlog. Dari hasil analisis kuantitatif berupa peta kedalaman daerah
penelitian dan hasil analisis litofasies berdasarkan deksripsi dari litologi yang terdapat pada seluruh sumur terbagi
menjadi beberapa fasies yaitu fasies mudstone, fasies wackstone, fasies skeletal wackstone, fasies skeletal
packstone dan fasies coarse skeletal wackstone-packstone. Lingkungan pengendapan pada sistem terumbu yang
berkembang berdasarkan jenis dari fasies dan biota yang hadir pada daerah penelitian diperkirakan diendapakan
pada lingkungan back reef lagoon dan fore reef. Berdasarkan hasil analisis lingkungan pengendapan tersebut
menunjukan geometri dari sistem terumbu yaitu isolated reef.
Kata kunci : Anggota Mentawa; Batuan Karbonat; Fasies; Lingkungan Pengendapan; Sistem Terumbu.
Abstract. The "FM" observation field is located in the Banggai Basin, Central Sulawesi. The purpose of this
research to identify facies and depositional environments that developed in Mentawa Members in the Minahaki
Formation which represent a reef system in carbonate rocks. The methodology of research carried out are by
quantitative analysis using log data and facies analysis using petrographic data and mudlog. The results from
quantitative analysis are depth maps in the research area and the results of lithofacies analysis based on the
description of lithology from each well, it is divided into facies namely mudstone facies, wackstone facies, skeletal
wackstone facies, skeletal packstone facies and skeletal wackstone-packstone coarse facies. The depositional
environment at reef system that develops based on the type of facies and biota present in the study area is indicated
to be deposited on the back of the reef lagoon and fore reef. Based on the results of the analysis of the depositional
environment, it show the geometry of the reef system is isolated reef.
Keywords: Carbonate Rocks, Depositional Environment, Facies, Mentawa Member, Reef System.
PENDAHULUAN
Kebutuhan energi minyak dan gas bumi dari
tahun ke tahun semakin meningkat. Perlu
adanya resolusi dan peningkatan produksi
untuk memenuhi kebutuhan energi untuk
masyarakat Indonesia. Pada umumnya
reservoir yang berkembang untuk produksi
minyak dan gas bumi pada masa kini di
dominasi oleh batuan karbonat sebanyak 60%.
Batuan karbonat ini adalah batuan sedimen
yang memiliki heterogenitas yang sangat
tinggi. Maka dari itu dibutuhkan special
treatment untuk mengetahui karakter dari
reservoir karbonat ini. Sebelum melakukan
ekploitasi dan produksi minyak dan gas bumi
harus mengkaji karakter dari reservoir tersebut
dalam segi fasies dan lingkungan pengendapan
Journal of Geoscience Engineering & Energy (JOGEE) Vol.1 No.1 Februari 2020
42
yang berkembang pada daerah ini, tepatnya ada
di Anggota Mentawa, Formasi Minahaki.
Fasies dan lingkungan pengendapan sangat
mempengaruhi karakter dari konten
hidrokarbon yang hadir pada reservoir. Maka
dari itu hasil analisis fasies dan lingkungan
pengedapan bisa menjadi studi perbandingan
dan acuan untuk eksplorasi minyak dan gas
bumi di Cekungan Banggai.
GEOLOGI REGIONAL
Cekungan Banggai terletak di selatan bagian
timur dari Pulau Sulawesi dan disebelah barat
dari Pulau Banggai di Indonesia. Cekungan ini
terletak dominan di lepas pantai di utara Laut
Banda, pada lokasi di darat menunjukan hanya
18% dari permukaan cekungan. Cekungan
Banggai berbentuk segitiga. Zona Patahan
Manui membentuk batas cekungan diarah barat
daya. Pada batas cekungan barat laut dibatasi
oleh Zona Patahan Batui dan ophiolite belt dari
timur Sulawesi.
Mikrokontinen Banggai-Sula
diinterpretasikan hasil dari pemisahan
Gondwana pada Masa Mesozoikum.
Pemisahan lempeng tersebut mengalami
pemekaran ke arah barat dan akhirnya
berhubungan dengan lempeng mikro pada
bagian tepian dan saat ini lempeng tersebut
yaitu Sulawesi Barat. Sedimentasi yang terjadi
yaitu pasif terjadi pada Zaman Kapur sampai
Paleogen, sedimentasi ini terjadi karena proses
pemekaran lempeng mikrokontinen. Data
analog berupa singkapan hadir di permukaan
dan didukung dengan adanya data well bahwa
diagenesa dari batuan karbonat dimulai pada
Kala Eosen di bagian selatan dan barat
sedangkan pada bagian timur sedimentasi
karbonat tidak terlalu jelas dan diagenesa
tersebut terjadi pada Kala Miosen. Keadaan
batuan karbonat yang intensif berada pada
paparan atau shelf dan adanya pertumbuhan
patch reef atau terumbu karang yang
mengelilingi dari wilayah ini selama Kala
Miosen. Klasifikasi Cekungan Banggai ke
dalam tipe Thrust Fold Belt Basin. Karena
adanya tumbukan akibat adanya kontrol gaya
tektonik dari mikrokontinen Banggai-Sula yang
bertumbukan dengan Ophiolit Belt di bagian
timur Sulawesi terbentuk adanya sesar normal,
imbrikasi dari sesar naik dan wrench fault,
seluruh sesar tersebut adalah sesar yang
berperan dan mempengaruhi Cekungan
Banggai. Cekungan ini cukup unik karena
cekungan disebelahnya seperti Pulau Seram,
Buton dan sebagainya tidak memiliki potensi
hidrokarbon yang baik.
Stratigrafi pada Pulau Banggai-Sula relatif
sederhana menurut (Supandjono & Haryono
1993; Surono & Sukarna 1993; Garrard dkk.
1988). Pada bagian basement dari Pulau
Banggai terdiri dari batuan metamorfik yang
memiliki umur Paleogen dan di intrusi oleh
batuan granite pada umur Perm-Triassic dan
terendapkan batuan vulkanik berkomposisi
asam. Kompleks pada basement diatasnya
terendapkan oleh batuan klastik laut dangkal.
Stratigrafi Cekungan Banggai terdiri atas
sedimen Pra-Tersier sampai sedimen Tersier.
Batuan dasar penyusun Cekungan Banggai
Pra-Tersier terdiri atas sekis mika, kwarsit dan
granit yang memiliki hubungan unconformity
Journal of Geoscience Engineering & Energy (JOGEE) Vol.1 No.1 Februari 2020
43
atau tidak selaras dengan Kelompok Salodik
yang berumur Tersier di mikrokontinen
Banggai-Sula. Grup Salodik terdiri atas
beberapa formasi yakni Formasi Tomori,
Formasi Matindok, Formasi Minahaki dan
Anggota Mentawa. Setelah itu terjadinya
Thrust Fault yang mengakibatkan tidak adanya
pengendapan setelah Kelompok Salodik.
Radiometrik sekis mika pada batuan dasar
menunjukan bahwa umur absolut pada batuan
dasar yaitu Pra-Tersier. Berikut adalah susunan
stratigrafi Cekungan Banggai dari tua ke muda.
(Gambar 1).
METODE PENELITIAN
Wireline Log
Wireline log adalah suatu alat dan metode
untuk interpretasi yang masih terus
dikembangkan sampai saat ini dalam guna
mendapatkan akurasi dan ketepatan yang lebih
baik. Wireline log ini sebagai alat yang dipakai
oleh ahli geologi minyak untuk membuat
keputusan interpretasi dari keadaan dibawah
Gambar 1. Stratigrafi Cekungan Banggai
continental microplate (Pertamina-BPPKA,
1996).
permukaan. Pada umumnya alat logging di
open bawah permukaan yang terdiri atas
pengukuran mekanik, pengukuran spontaneous
dan pengukuran sifat listrik (Malcolm Rider,
1996). Setiap pengukuran mempunyai tipe log
tersendiri.
Fasies dan Lingkungan Pengendapan
Fasies adalah suatu sifat fisika, kimia atau
biologi suatu endapan dalam kesamaan waktu.
Dua tubuh batuan yang diendapkan pada waktu
yang sama dikatakan berbeda fasies, kalau
kedua batuan tersebut berbeda ciri fisik, kimia
atau biologinya. (Sandi Stratigrafi Indonesia
1996). Lingkungan pengendapan dari sistem
terumbu pada daerah penelitian mengacu pada
model dari Luis Pomar (2004). Model tersebut
membagi lingkungan pengendapan pada batuan
karbonat berdasarkan jenis batuan karbonat
atau fasies, struktur dan kandungan biota yang
hadir pada batuan karbonat tersebut. Fasies dan
lingkungan pengendapan karbonat berdasarkan
klasifikasi Luis Pomar (2004) membahas
tentang reef system yang dimana secara garis
besar terbagi menjadi tiga bagian yaitu pada
back reef lagoon terbagi menjadi inner back
reef lagoon dan outer back reef lagoon,
kemudian reef core dan fore reef. Pembagian
tersebut difokuskan melihat kandungan biota
yang hadir pada batuan karbonat karena untuk
jenis litologi batuan karbonat yang hadir
bervariasi. (Gambar 2).
Journal of Geoscience Engineering & Energy (JOGEE) Vol.1 No.1 Februari 2020
44
Gambar 2. Klasifikasi reef system pada batuan
karbonat (Luis Pomar, 2004).
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pada dasarnya kelengkapan suatu data akan
memberikan pengaruh terhadap hasil dari
penelitian. Semakin lengkap data yang tersedia
maka penelitian ini semakin akurat. Data yang
digunakan pada penelitian ini berasal dari PT.
Medco E&P Indonesia. Data yang digunakan
adalah data wireline log untuk mengetahui zona
reservoir daerah penelitian dan data core yaitu
data petrografi dan mudlog di 5 (lima) sumur
pada daerah penelitian.
Analisis Kualitatif
Pada analisis ini dilakukan dengan
mengamati karakter dari wireline log yang
terdiri dari log gamma ray, log NPHI, log
RHOB untuk mengetahui jenis litologi pada
daerah penelitian.
Interpretasi Litologi
Untuk menentukan jenis litologi dapat dilihat
dari log gamma ray, log densitas (RHOB) dan
log neutron (NPHI). Pada parameter gamma
ray apabila memiliki nilai API yang rendah
menunjukan bahwa batuan tersebut non-shale
dan apabila nilai gamma ray (API) tinggi
menunjukan bahwa batuan tersebut shale.
Untuk mengetahui jenis litologi pada log sumur
tersebut digunakan pendekatan dengan
crossplot antara log neutron (NPHI) dan log
densitas (RHOB) dan dilakukan overprint
dengan chart dari Schlumberger (2009) untuk
menentukan jenis litologi pada daerah
penelitian. (Gambar 3)
Gambar 3. Crossplot log NPHI dengan log RHOB
untuk jenis litologi (Muhammad, 2019).
Korelasi Struktur
Pada dasarnya korelasi adalah
menghubungkan kesamaan waktu dari setiap
batuan dibawah permukaan maupun
dipermukaan. Pada korelasi struktur yang
dimana mempunyai datum yaitu mean sea level
dan analisis ini mengikuti konfigurasi
struktural yang ada di setiap sumur daerah
penelitian. Korelasi ini bertujuan untuk
mengetahui gambaran dari kedalaman di daerah
penelitian yang dikontrol sumur yang ada.
Kemudian korelasi ini juga sebagai dasar
pembuatan peta kedalaman karena memberikan
informasi berupa nilai kedalaman yang di
Journal of Geoscience Engineering & Energy (JOGEE) Vol.1 No.1 Februari 2020
45
lewati oleh lintasan korelasi pada daerah
penelitian. (Gambar 4).
Posisi pada kelima sumur tersebut dapat
dilihat dari peta kedalaman yang telah
dianalisis. Untuk mengkarakterisasi reservoir
posisi tersebut sangat penting untuk
menyebarkan fasies lingkungan pengendapan.
Maka dari itu peta kedalaman ini sebagai peta
dasar untuk membuat peta lingkungan
pengendapan sistem terumbu. Kemudian tidak
hanya itu peta kedalaman ini berfungsi sebagai
kontrol dalam membuat penyebaran sistem
terumbu pada daerah penelitian secara dua
dimensi (Gambar 5).
Analisis Litofasies
Analisis litofasies pada zona reservoir daerah
Gambar 4. Korelasi struktur pada zona reservoir (Muhammad, 2019)
penelitian ini menggunakan beberapa data
yang terdiri atas data petrografi dan
deskripsi mudlog di setiap sumur. Pada
penelitian ini terbagi menjadi 5 (lima)
fasies yang terdiri atas:
1. Fasies Mudstone
Pada fasies mudstone ditentukan dari
deskripsi yang terdapat pada mudlog FM-7
yang memiliki deskripsi yaitu pada bagian
atas memiliki limestone yaitu mudstone,
berwarna cream keputihan, kekompakan
sedang sampai kompak, struktur sub-blocky
sampai blocky. Kemudian pada bagian
bawah memiliki limestone yaitu wackstone-
mudstone berwarna putih kekuningan,
kekerasan medium hard to hard dan fabric
mud-supported. Maka dari itu deskripsi
Journal of Geoscience Engineering & Energy (JOGEE) Vol.1 No.1 Februari 2020
46
limestone dari bagian atas dan bagian bawah
di dominasi oleh mudstone (Gambar 6).
Gambar 5. Peta kedalaman daerah penelitian
(Muhammad, 2019).
2. Fasies Wackstone
Pada fasies wackstone ditentukan dari
deskripsi yang terdapat pada mudlog FM-1
yang memiliki deskripsi yaitu pada bagian
atas memiliki deskripsi limestone yaitu
wackstone, berwarna kuning keputihan,
kompakan sedang sampai kompak,
memiliki bentuk butir angular -
subrounded, hadir intergranular porosity,
adanya jejak shell fragment, Cellanthus,
jejak kalsit yang terkristaliasasi, Milliolids,
jejak pyrite, dan sedikit adanya interpraticle
porosity (Gambar 7).
3. Fasies Skeletal Wackstone
Pada fasies skeletal wackstone ditentukan
dari deskripsi sayatan tipis pada sumur FM-
2ST yang memiliki deskripsi yaitu skeletal
wackstone yang terdiri atas Lepidocyclina
foram bentonik, fragmen alga, Moluska,
Elphidium, foram bentonik kecil, Echinoid,
Ostracoda dan adanya vuggy porosity
(Gambar 8).
4. Fasies Skeletal Packstone
Pada fasies skeletal packstone ditentukan
dari deskripsi sayatan tipis pada sumur FM-
2ST yang memiliki deskripsi skeletal
packstone yang terdiri atas corraline alga
sticks, Ostracoda, sebagian matriks telah
tersementasi oleh dolomite dan
melimpahnya vuggy porosity (Gambar 9).
Journal of Geoscience Engineering & Energy (JOGEE) Vol.1 No.1 Februari 2020
47
Gambar 6. Mudlog FM-7 (Muhammad, 2019).
Journal of Geoscience Engineering & Energy (JOGEE) Vol.1 No.1 Februari 2020
48
Gambar 7. Mudlog FM-1 (Muhammad, 2019).
Journal of Geoscience Engineering & Energy (JOGEE) Vol.1 No.1 Februari 2020
49
5. Fasies Coarse Skeletal Wackstone -
Packstone
Pada fasies coarse skeletal wackstone-
packstone ditentukan dari deskripsi sayatan
tipis pada sumur FM-4 yang memiliki deskripsi
yaitu coarse skeletal wackstone - packstone
yang terdiri atas Spiroclypeus, Lepidocyclina,
fragmen red alga, Nummulites, fragmen
Bryozoan, Bivalve fragments, Ostracods dan
adanya intergranular porosity (Gambar 10).
Analisis Sistem Terumbu
Analisis sistem terumbu ini digunakan dari
seluruh data yang telah dianalisis yang terdiri
dari fasies yang berkembang dan peta
kedalaman yang telah dibuat. Peta kedalaman
tersebut berperan sebagai kontrol untuk
penyebaran dari sistem terumbu daerah
penelitian. Analisis ini mengacu pada
klasifikasi
reef system pada batuan karbonat menurut Luis
Pomar (2004).
Berdasarkan hasil deskripsi mudlog pada
sumur FM-1, FM-5 dan FM-7 yang didominasi
oleh batugamping wackstone dan adanya
batugamping mudstone. Kemudian hadirnya
banyak fosil bentonik serta adanya Milliolids.
Maka menurut klasifikasi Luis Pomar (2004)
fasies ini termasuk dalam back reef lagoon.
Kemudian pada sumur FM-2ST
berdasarkan dari deskripsi sayatan tipis
tersebut yang didominasi oleh skeletal
wackstone dan skeletal packstone dan
adanya Echinoid yang hadir maka menurut
klasifikasi Luis Pomar (2004) fasies ini
termasuk dalam back reef lagoon.
Kemudian pada sumur FM-4
berdasarkan dari deskripsi sayatan tipis
tersebut yang didominasi oleh Coarse
skeletal wackstone dan packstone
Gambar 8. Sayatan tipis skeletal wackstone pada sumur FM-2ST (Muhammad, 2019).
Depth 5929.8 feet
Journal of Geoscience Engineering & Energy (JOGEE) Vol.1 No.1 Februari 2020
50
Gambar 9. Sayatan tipis skeletal packstone pada sumur FM-2ST (Muhammad, 2019).
Gambar 10. Sayatan tipis coarse skeletal wackstone- packstone pada sumur FM-4 (Muhammad, 2019).
Depth 5920.8 feet
Depth 6664.2 feet
Journal of Geoscience Engineering & Energy (JOGEE) Vol.1 No.1 Februari 2020
51
serta adanya corraline red alga yang hadir
maka menurut klasifikasi Luis Pomar (2004)
fasies ini termasuk dalam fore reef. Kemudian
didukung oleh bioclastic debris yang dapat
mendukung interpretasi fasies ini karena
endapan debris hanya bisa terbentuk di slope
akibat adanya pengaruh arus turbulen. Maka
dari itu pada sumur FM-1, FM-5, FM-7 dan
FM-2ST menurut klasifikasi Luis Pomar
(2004) termasuk dalam sistem terumbu back
reef lagoon dan pada sumur FM-4 termasuk
kedalam fore reef.
Kemudian penyebaran lateral sistem
terumbu pada daerah penelitian didistribusikan
pada peta secara dua dimensi. (Gambar 11)
Gambar 11. Peta sistem reef zona reservoir
lapangan “FM” (Muhammad, 2019).
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil dari pembahasan analisis
litofasies dan sistem terumbu di daerah
penelitian maka dapat disimpulkan bahwa
fasies yang berkembang terdiri atas 5 (lima)
fasies berdasarkan hasil deskripsi litologi pada
mudlog dan data petrografi yaitu fasies
mudstone, fasies wackstone, fasies skeletal
wackstone, fasies skeletal packstone dan fasies
coarse skeletal wackstone-packstone.
Kemudian lingkungan pengendapan pada
sistem terumbu di daerah penelitian yang
berkembang berdasarkan jenis dari fasies dan
biota serta mengacu pada klasifikasi reef system
dari Luis Pomar (2004) diperkirakan
diendapakan pada lingkungan back reef lagoon
dan fore reef. Adanya interpretasi sistem
terumbu yaitu reef core untuk melengkapi
model suatu sistem terumbu yang ideal dan
geometri dari sistem terumbu daerah penelitian
yaitu isolated reef.
UCAPAN TERIMA KASIH
Penulis ingin mengucapkan terima kasih
kepada:
1. Bapak Dr. Ir. Benyamin, M.T., selaku dosen
pembimbing utama tugas akhir penulis.
2. Bapak Firman Herdiansyah, S.T, M.T.,
selaku dosen pembimbing pendamping
tugas akhir penulis.
3. Bapak Dr. Ir. Fajar Hendrasto, Dipl.Geol
selaku Ketua Program Studi Teknik Geologi
serta selaku Dosen Wali penulis.
Journal of Geoscience Engineering & Energy (JOGEE) Vol.1 No.1 Februari 2020
52
4. Mba Andika Widyasari, selaku Pembimbing
Teknis dari PT. Medco E&P Indonesia,
5. Orang tua penulis Papa Asep Burhanudin,
Mama Nina Handayani yang selalu
menopang dalam doa dan memberikan
dukungan penuh untuk penulis.
6. Rekan-rekan Geologi 2015.
DAFTAR PUSTAKA
1. Dunham, R.J. 1962. Classification of
carbonate rocks according to depositional
texture. AAPG Memoir 1.
2. Garrard, R.A., Supandjono, J.B., and
Surono, 1988. The geology of the Banggai-
Sula Microcontinent, Eastern Indonesia.
Proceeding. 17th Annual Conference.
Indonesia Petroleum Association, Jakarta.
3. IAGI. 1996. Sandi Stratigrafi Indonesia.
Jakarta: Ikatan Ahli Geologi Indonesia
(IAGI)
4. Muhammad, Fachry. 2019. Carbonate
Reservoir Characterization Based On Rock
Typing Analysis Mentawa Member,
Minahaki Formation, Fm Field Banggai
Basin, Central Sulawesi. Trisakti
University. (Tidak Publikasi)
5. Pomar, Luis. 2004. The Late Miocene Reef
Complex. Mallorca, Universitat Illes
Balears.
6. Rider, Malcolm. 1996. The Geological
Interpretation of Well Logs 2nd Edition,
Scotland: Whittles Publishing.
7. Schlumberger. 2009. Log Interpretation
Charts. Sugar Land: Texa.