18
1 The Analysis of Financial Statement KP A KELOMPOK 16 Ervin Amrullah (3093013) Febe Eunike Euodia (3093106) Reni (3093809) Fakultas Bisnis dan Ekonomika Universitas Surabaya Semester Genap 2011 - 2012 ANALISIS LAPORAN KEUANGAN

analisis laporan keuangan JAPFA dan CPIN

Embed Size (px)

DESCRIPTION

tugas mingguan dalam mata kuliah analisis laporan keuangan (ALK).

Citation preview

Page 1: analisis laporan keuangan  JAPFA dan CPIN

1

The Analysis of

Financial Statement

KP A

KELOMPOK 16

Ervin Amrullah (3093013)

Febe Eunike Euodia (3093106)

Reni (3093809)

Fakultas Bisnis dan Ekonomika Universitas Surabaya

Semester Genap 2011 - 2012

ANALISIS LAPORAN KEUANGAN

Page 2: analisis laporan keuangan  JAPFA dan CPIN

2

DAFTAR ISI

Halaman Judul ......................................................................................................... 1

Daftar Isi ................................................................................................................... 2

Background I : Economy and Industy ......................................................... 3

Background II : Firm ..................................................................................... 4

Short-term Liquidity ...................................................................................... 5

Operating Efficiency ...................................................................................... 7

Capitar Structure and Long-term Solvency ................................................ 10

Profitability ..................................................................................................... 13

Market Measure ............................................................................................. 16

Kesimpulan ............................................................................................................... 17

Page 3: analisis laporan keuangan  JAPFA dan CPIN

3

Sumber : http://futures.tradingcharts.com

Harga jagung mengalami penurunan di 2010

BACKGROUND I : ECONOMY AND INDUSTRY

Pada tahun 2010, kondisi ekonomi terus membaik, baik di luar maupun dalam negeri,

namun demikian, tidak bebas dari tantangan. Kondisi perekonomian yang sulit ditahun – tahun

lalu telah berubah menjadi pemulihan di beberapa negara yang terkena imbas. Walaupun dengan

krisis hutang di Yunani dan lambannya pemulihan ekonomi di Amerika Serikat, perekonomian

dunia secara umum lebih positif di tahun 2010 ini.

Sebagai negara, Indonesia terus menikmati hasil dari transformasi ekonomi selama

dekade terakhir. Pada tahun sebelumnya, pada saat banyak negara lain mengalami pertumbuhan

negative, Indonesia merupakan salah satu dari sedikit negara yang mencetak pertumbuhan

positif. Tren ini terus berlanjut hingga tahun 2010, dimana Indonesia mencapai tingkat

pertumbuhan sebesar 6,1%, tertinggi sejak terjadinya krisis ekonomi global tahun 2008/2009.

Pertumbuhan ekonomi Indonesia yang

mengagumkan dan cepat pulih didukung oleh

beberapa faktor yang meliputi kebijakan fiscal dan

moneter yang sehat kondisi sosial politik yang

stabil dan konsumsi dalam negara yang

berkelanjutan. Saat ini, daging ayam merupakan

sumber protein hewani termurah jika dibandingkan

dengan hewan lainnya. Akibatnya, dengan tingkat

pendapatan per kapita yang relatif rendah maka

daging ayam merupakan alternatif paling baik bagi

penduduk Indonesia di dalam memenuhi sumber

protein hewani mereka.

Di Indonesia, meskipun ada perusahaan

pakan lebih dari 15, dua pemain top (CPIN dan

JPFA) mengontrol lebih dari 70% dari total pasokan.JPFA (Japfa Comfeed) dan CPIN (Charoen

Phokpand Indonesia) memang berada dalam sektor yang sama, yaitu pakan ternak. Sektor ini

tengah mendapat sentimen positif dari penurunan harga jagung. Harga jagung mengalami

penurunan drastic dari sekitar 420-430 US$/bushels menjadi sekitar 375-380US$ per bushel

YoY. Hal ini ditambah dengan Rupiah yang terus menguat di kisaran Rp 9000.

Page 4: analisis laporan keuangan  JAPFA dan CPIN

4

BACKGROUND II : FIRM

a. PT. Charoen Pokphand Indonesia Tbk.

Industri perternakan di tahun 2010 terus berkembang,

walaupun masih dihadapkan dengan tantangan seperti ancaman flu

burung dan fluktuasi harga bahan baku pakan ternak. Dengan semakin

berkembangnya industry ini, pada tahun 2010 ini, CPIN berhasil

mempertahankan posisinya sebagai pemimpin pasar dalam tiga bidang

usaha utamanya. Hal ini dibuktikan dengan penguasaan pangsa pasar sebesar 39 % untuk

pakan ternak, sebesar 37% untuk DOC dan sebesar 67% untuk daging ayam olahan.

Dalam mempertahankan dan mengembangkan pangsa pasar, CPIN senantiasa

menekankan pada mutu produk dan menyediakan pelayanan jual yang didukung oleh tim

Technical service yang kuat. Tim ini memberikan saran mengenai hal teknis sehubungan

dengan budi daya pedaging kepada para peternak.

b. PT. Japfa Comfeed Indonesia Tbk. (JPFA)

Sebuah perusahaan makanan terpadu yang

terkemuka di Indonesia. Tbk PT Japfa Comfeed

merupakan salah satu agribisnis perusahaan makanan

terbesar dan paling terintegrasi di negara ini. Kegiatan

usaha termasuk hewan manufaktur pakan, pembibitan

ayam, pengolahan unggas dan budidaya pertanian.

Keunggulan kompetitif perusahaan ini adalah integrasi vertikal yang luar biasa

dan skala ekonomi. Dengan menghubungkan operasi hulu dan hilir, ia mampu menjamin

output kualitas unggul di setiap tingkat - dari pakan untuk nilai tambah produk makanan.

Dalam pertanian, JPFA memiliki integrasi tingkat tinggi dengan anak perusahaan,

PT Multibreeder Adirama Indonesia Tbk. Multibreeder saat ini mengoperasikan

sejumlah peternakan pembibitan ayam untuk memproduksi DOC terletak di Indonesia.

Kapasitas produksi tahunan adalah salah satu yang terbesar di negeri ini, dan mewakili

sekitar 20% pangsa pasar domestik. Sebagian besar DOC Multibreeder Adirama yang

dijual ke petani komersial lokal.

Page 5: analisis laporan keuangan  JAPFA dan CPIN

5

SHORT-TERM LIQUIDITY

a. PT Charoen Pokphand Indonesia (CPIN)

Key Financial Ratios 2010 2009

A. Short Run Solvency (times)

1 Current Ratio 4.274.636

2,93 3.468.843

1,91 1.461.341 1.820.231

2 Quick or Acid-Test Ratio 2.719.856

1,86 1.893.825

1,04 1.461.341 1.820.231

3 Cash Flow Liquidity 3.721.935

2,55 2.243.542

1,23 1.461.341 1.820.231

B. Liquidity of Current Assets (days)

4 Average Collection

Period

883.855 21,40

857.246 21,48

41.309 39.916

5 Days Inventory Held 1.554.780

50,12 1.5`75.018

49,18 31.024 32.027

6 Days payable outstanding 755.194

24,34 735.331

22,96 31.024 32.027

7 Cash Conversion Cycle 21.4 + 50.12

- 24.34 47

21.48+49.18

- 22.96 48

Pada jangka pendek PT CPIN mengalami peningkatan likuiditas rasio jangka

pendek yang tidak signifikan sehingga perusahaan cukup likuid. Hal ini dipengaruhi oleh

adanya peningkatan asset dari tahun 2009 ke 2010 yaitu pada kas yang bertambah yang

membuktikan bahwa perusahaan mampu membayar kewajibannya dimana kewajibannya

menurun sebesar Rp 358.890 juta. Kas yang bertambah juga menunjukkan bahwa CPIN

mempunyai tingkat likuiditas yang tinggi. Namun dilihat dari kas yang meningkat pada

tahun 2010 perusahaan dapat mempertimbangkan untuk melakukan investasi sehingga

kas perusahaan dapat memberikan pengembalian kas yang lebih tinggi. Hal ini

menunjukkan bahwa perusahaan tersebut dapat memenuhi kewajiban finansialnya karena

mempunyai resiko yang lebih kecil.

Dari perhitungan rasio pada tahun 2009 dan 2010, tidak terdapat perubahan yang

sangat signifikan. Rasio-rasio tersebut menunjukkan : CPIN lebih cepat dalam

mengumpulkan piutangnya, butuh tambahan 1 hari untuk menjual persediaannya

dibanding tahun sebelumnya dan 2 hari lebih molor dalam pembayaran hutang kepada

supplier, namun kenaikan ini tidak masalah selama perusahaan mampu membayar

Page 6: analisis laporan keuangan  JAPFA dan CPIN

6

utangnya. Secara umum kemampuan perusahaan dalam mengkonversi kembali kasnya

meningkat meski tidak signifikan.

b. PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk (JPFA)

Key Financial Ratios 2010 2009

A. Short Run Solvency

1 Current Ratio 4.435.214

2,63 3.968.640

2,21 1.686.714 1.798.979

2 Quick or Acid-Test Ratio 2.250.085

1,33 1.856.562

1,03 1.686.714 1.798.979

3 Cash Flow Liquidity 1.912.715

1,13 1.221.723

0,68 1.686.714 1.798.979

B. Liquidity of Current Assets

4 Average Collection

Period

803.358 21,01

756.051 19,24

38.235 39.288

5 Days Inventory Held 2.185.129

73,13 2.112.078

66,07 29.881 31.966

6 Days payable outstanding 412.127

13,79 424.556

13,28 29.881 31.966

7 Cash Conversion Cycle 21.01+73.13

- 13.79 80

19.24+66.07 -

13.28 72

Pada JPFA likuiditas pada jangka pendeknya cukup baik meskipun mengalami

penurunan tetapi tetap dapat melunasi hutang – hutangnya. Peningkatan yang cukup baik

tesebut membuktikan kemampuan perusahaan dalam mempertahankan kas karena kasnya

meningkat. JPFA juga memiliki investasi jangka pendek yang dapat mengurangi

kelikuidan meskipun investasi tersebut dapat menambah kas perusahaan. Persediaan yang

meningkat tetapi penjualan menurun mempengaruhi kas sehingga akan mempengaruhi

kelikuidan perusahaan dan menunjukkan perusahaan belum mampu menjual

persediaannya.

Perhitungan bagian B pada JPFA mengalami kenaikan yang tidak signifikan

antara tahun 2009 ke 2010 yang menunjukkan bahwa perusahaan belum mampu secara

efisien dalam menagih piutangnya. JPFA memiliki peningkatan kas tetapi dalam aktivitas

operasi di bagian penjualan mengalami penurunan yang didukung dengan memiliki

investasi jangka pendek. Hal ini perlu diwaspadai karena dikhawatirkan bahwa kas

meningkat karena adanya investasi jangka pendek.

Page 7: analisis laporan keuangan  JAPFA dan CPIN

7

Pada siklus konversi kasnya, perhitungan waktu semakin meningkat sehingga

perusahaan kurang efisien dalam mengkonversi bahan baku menjadi bahan jadi dan

akhirnya menjadi kas kembali.

c. Benchmarking Liquidity Ratios

Key Financial Ratios CPIN JAPFA

A. Short Run Solvency 2010 2009 2010 2009

1 Current Ratio 2,93 1,91 2,63 2,21

2 Quick or Acid-Test Ratio 1,86 1,04 1,33 1,03

3 Cash Flow Liquidity 2,55 1,23 1,13 0,68

B. Liquidity of Current Assets

4 Average Collection

Period

21,40 21,48 21,01 19,24

5 Days Inventory Held 50,12 49,18 73,13 66,07

6 Days payable

outstanding

24,34 22,96 13,79 13,28

7 Cash Conversion Cycle 47 48 80 72

Likuiditas pada CPIN lebih unggul dibandingkan JPFA karena CPIN mampu

meningkatan dan mempertahankan kewajiban dan haknya pada jangka pendek.

Baik itu mengubah piutang menjadi kas, membayar hutang – hutangnya, siklus konversi

kas yang membaik, jangka waktu penjualan persediaan yang tidak terlalu lama.

Penjualan persediaan juga meningkat meskipun persediaan yang diproduksi menurun.

Pada JPFA, likuiditas yang ada di perusahaan lebih menurun dilihat dari

kemampuan perusahaan yang lama dalam menagih piutang dari tahun 2009 ke 2010 yang

mengalami kemunduran jangka waktu penagihan piutang lebih lama. Akan tetapi

perusahaan tetap mampu melunasi hutang – hutangnya walaupun kas yang bertambah

didukung dengan adanya investasi jangka pendek.

OPERATING EFFICIENCY

a. PT. Charoen Pokphand Indonesia Tbk.

Key Financial Ratios Formulas 2010 Formulas 2009

Asset Management

1. Account Receivable

Turnover

15.077.822 16,93

14.569.267 16,99

890.490 857.442

2. Inventory Turnover

11.323.708 7,28

11.689.920 7,42

1.554.780 1.575.018

Page 8: analisis laporan keuangan  JAPFA dan CPIN

8

3. Account Payable Turnover

11.323.708 14,99

11.689.920 15,90

755.194 735.331

4. Fixed Asset Turnover

15.077.822 7,81

14.569.267 8,64

1.931.069 1.685.370

5. Total Asset Turnover

15.077.822 2,31

14.569.267 2,72

6.518.276 5.349.375

Secara keseluruhan rasio-rasio aktivitas ini mengalami penurunan dari tahun 2009

ke 2010 sehingga dapat disimpulkan bahwa kemampuan perusahaan untuk mengelola

asetnya menurun. Meski mengalami penurunan namun besarannya sangat tidak

signifikan. Perputaran Penagihan piutang CPIN mengalami penurunan artinya kebijakan

penjualan kredit pada tahun 2010 lebih longgar. Dalam penelusuran terbaru yang kami

lakukan (lihat tabel), ditemukan bahwa inventory turnover mengalami penurunan sejak

tahun 2008, dan pada september 2011 menunjukkan persediaan yang masih sangat

banyak di gudang belum terjual, hal ini terlihat kurang baik bagi perusahaan karena

menunjukan daya jualnya semakin menurun. Sedangkan penurunan yang terjadi atas rasio

Account Payable Turnover menandakan bahwa perusahaan perlu waktu lebih lama untuk

membayar pemasoknya daripada tahun 2009, hal ini tidak menjadi masalah sepanjang

CPIN masih mampu membayar.

Rasio Fixed Assets Turnover & Total Assets Turnover yang dihasilkan CPIN

mengalami penurunan. Ini menunjukan bahwa perusahaan belum mampu dalam

memaksimalkan asetnya, meski pada tahun 2010 telah menghasilkan laba yang lebih

tinggi. Hal ini dikarenakan kenaikan pada aset tidak diimbangi pada kenaikan laba

perusahaan.

Inventory Turnover Ratio

2007 2008 2009 2010 Sep-11

COGS 7.477.099 11.468.613 11.689.920 11.323.708 10.511.520

Inventory 1.585.415 1.447.561 1.575.018 1.554.780 2.151.323

IT ratio 4,72 7,92 x 7,42 x 7,28 x 4,89 x

Page 9: analisis laporan keuangan  JAPFA dan CPIN

9

b. PT. Japfa Comfeed Indonesia Tbk.

Key Financial Ratios Formulas 2010 Formulas 2009

Asset Management

1. Account Receivable

Turnover

13.955.792 17,37

14.340.277 18,97

803.358 756.051

2. Inventory Turnover

10.906.624 4,99

11.667.465 5,52

2.185.129 2.112.078

3. Account Payable Turnover

10.906.624 26,46

11.667.465 27,48

412.127 424.556

4. Fixed Asset Turnover

13.955.792 6,27

14.340.277 7,95

2.224.592 1.804.730

5. Total Asset Turnover

13.955.792 2,00

14.340.277 2,36

6.979.762 6.070.137

Rasio-rasio aktivitas pada JPFA menunjukkan penurunan secara keseluruhan.

Pada JPFA, penjualan yang menurun bersamaan dengan peningkatan piutang berarti

perusahaan menerapkan kebijakan yang lebih longgar atas penjualan kredit atau dengan

kata lain kemampuan menagihnya menurun. Selain itu, penurunan pada rasio inventory

turnover menunjukkan keefisienan dalam mengelola inventory berkurang. Dari data

terbaru menunjukkan hingga september 2011, inventory turnover JPFA semakin menurun,

perusahaan harus mendongkrak penjualannya untuk memperbaiki rasio ini. Rasio

perputaran utang mengalami penurunan. Penurunan COGS dan penurunan inventory.

Menunjukkan bahwa perputaran hutangnya mengalami penurunan sehingga kemungkinan

adanya penurunan pembelian inventory.

Inventory Turnover Ratio (times)

2007 2008 2009 2010 2011

COGS 6.467.391 9.761.678 11.667.465 10.906.624 9.903.352

Inventory 1.389.067 1.979.930 2.112.078 2.185.129 2.956.759

IT ratio 4,66 4,93 5,52 4,99 3,35

JPFA mengalami penurunan perputaran baik aset tetap maupun total aset seiring

dengan penurunan penjualan dan peningkatan aset. Hal ini menunjukkan bahwa

perusahaan belum dapat mengelolah aset tetapnya dengan baik. Peningkatan aset tetap ini

Page 10: analisis laporan keuangan  JAPFA dan CPIN

10

dilakukan untuk investasi jangka panjang akan tetapi investasi ini tidak menggunakan laba

yang didapatkan karena penjualan menurun akan tetapi menggunakan utang.

c. Benchmarking Operating/Activities Ratios

Operating Efficiency (times) PT. CPIN PT. JAPFA

Asset Management 2010 2009 2010 2009

1. Account Receivable Turnover 16.93 16.99 17.37 18.97

2. Inventory Turnover 7.28 7.42 4.99 5.52

3. Account Payable Turnover 14.99 15.90 26.46 27.48

4. Fixed Asset Turnover 7.81 8.64 6.27 7.95

5. Total Asset Turnover 2.31 2.72 2.00 2.36

Dalam CPIN perputaran pesediaan tahun 2009-2010 mengalami penurunan yang

lebih sedikit dibandingkan JAPFA. CPIN mengalami COGS dan Sales naik sedangkan

inventory turun. Sedangkan PT. JAFPA mengalami COGS dan Sales turun sedangkan

inventory naik. Ketiga akun tersebut berkaitan dengan kemampuan mengelola

persediaan dan piutang. Dengan penurunan yang semakin besar menunjukkan bahwa

perusahaan masih membutuhkan waktu untuk menjualnya, hal ini terjadi pada JAPFA.

Selain itu, rasio ART dan APT pada CPIN mengalami penurunan lebih sedikit yang

artinya CPIN mempu menagih piutang lebih perputaran piutang dan hutang (Sales dan

COGS) dalam mengubah piutang menjadi kas dan pembayaran hutang semakin kecil

penurunannya membuktikan membutuhkan waktu cepat.

Dalam pengolaan aset tetap, yang mampu dalam hal tersebut adalah CPIN

karena penurunannya kecilnya. Karena jual beli aset dalam kecil dan dilakukan dengan

kas. Sdangkan JAPFA perputaran total asetnya lama karena aset tersebut diperoleh

bukan dari laba akan tetapi dalam utang yang dilakukan.

CAPITAL STRUCTURE AND LONG-TERM SOLVENCY

a. PT. Charoen Pokphand Indonesia Tbk.

Key Financial Ratios Formula 2010 Formula 2009

A. Amount of Debt

1.Debt/Assets

2.036.240 31,24%

2.397.701 44,82%

6.518.276 5.349.375

2. Long term debt to 574.899 11,42% 577.470 16,45%

Page 11: analisis laporan keuangan  JAPFA dan CPIN

11

total capitalization 5.033.331 3.510.488

3. Debt to Equity 2.036.240 0,46

times

2.397.701 0,82

times 4.458.432 2.933.018

B. Coverage of Debt

1. Times interest

earned

2.760.998 50,19

times

2.056.881 10,19

times 55.008 201.916

2. cash interest

coverage

3.226.991 53,23

times

2.430.917 11,18

times 60.618 217.499

3. Fixed charge

coverage

2.769.946 43,31

times

2.063.813 9,88

times 63.956 208.848

4. Cash flow

adequacy

2.405.095 1,47

times

1.855.546 0,64

times 1.634.022 2.877.871

Pada CPIN dari tahun 2009 dan 2010 rasio-rasio leveragenya mengalami

perbaikan, yakni dilihat dari DAR, LTDTC, dan DER yang mengalami penurunan yang

disebabkan oleh besarnya laba bersih yang dihasilkan perusahaan pada 2010 sehingga

meningkatkan stockholder’s equity CPIN, adanya penurunan utang jangka pendek

maupun jangka panjang perusahaan, serta peningkatan aset perusahaan. Hal-hal tersebut

memberi sinyal yang baik bagi perusahaan dimana memungkinkan adanya tambahan

pinjaman dari kreditor karena perusahaan dianggap masih memiliki struktur keuangan

yang baik (tidak di dominasi oleh utang). Seberapa baik Perusahaan mampu melunasi

utangnya dapat dilihat dari rasio-rasio pada bagian B diatas. Pada CPIN rasio-rasio

tersebut mengalami kenaikan dari tahun 2009 ke 2010, menandakan adanya peningkatan

kemampuan untuk membiayai utangnya. Peningkatan rasio-rasio tersebut pada CPIN

begitu drastis hal ini disebabkan oleh 2 hal yakni pertama, peningkatan laba perusahaan

di tahun 2010 yang sangat signifikan dan yang kedua, adanya penurunan beban bunga

maupun pembayaran bunga dari tahun sebelumnya (tahun 2009 melakukan pembayaran

atas utangnya 78% dari aktivitas pendanaan).

b. PT. Japfa Comfeed Indonesia Tbk.

Key Financial Ratios Formulas 2010 Formulas 2009

A. Amount of Debt

1.Debt/Assets

3.492.895 50,04%

3.700.159 60,96%

6.979.762 6.070.137

Page 12: analisis laporan keuangan  JAPFA dan CPIN

12

2. Long term debt to

total capitalization

1.686.714 35,43%

1.798.979 46,12%

4.760.995 3.900.519

3. Debt to Equity 3.492.895 1,14

times

3.700.159 1,76

times 3.074.281 2.101.540

B. Coverage of Debt

1. Times interest earned

1.575.801 7,46

times

1.375.809 5,97

Times 211.327 230.356

2. cash interest coverage 1.602.461 7,71

times

1.161.109 4,92

Times 207.903 236.095

3. Fixed charge coverage 1.589.887 7,05

times

1.386.371 5,75

Times 225.413 240.918

4. Cash flow adequacy 1.098.162 0,57

times

684.257 1,02

Times 1.927.160 669.089

JAPFA meski juga mengalami penurunan yang besarnya hampir sama dengan yang

dialami CPIN, namun besar rasio yang ditunjukan oleh JAPFA cukup mengkhawatirkan.

Contoh, untuk DAR tahun 2010 ialah 50% artinya sebagian aset perusahaan didanai oleh

utang dan 50% sisanya oleh modal sendiri, hal ini membuat kreditor akan menjauhinya

karena resiko tidak dapat mengembalikannya besar. Selain itu, hal lain yang

mengkhawatirkan ialah dari DER. JAPFA memiliki jumlah utang yang lebih besar

dibanding modal perusahaannya, namun dengan adanya penurunan rasio-rasio tersebut

menandakan ada usaha dalm memperbaiki kinerjanya (laba meningkat, utang menurun).

Kemampuan JPFA untuk membayar utangnya mengalami kenaikan dikarenakan

beban yang dimiliki oleh JPFA berkurang dari tahun sebelumnya. JPFA melakukan

pembayaran yang besar atas utangnya di tahun 2009. Atas rasio cash flow adequacy

terlihat bahwa JPFA lebih banyak melakukan pembayaran di tahun 2010 oleh karena itu

rasionya dibawah 1. Dalam pandangan investor ini kurang baik karena menandakan uang

yang keluar lebih banyak daripada yang diterima atas kegiatan operasional perusahaan.

c. Benchmarking Leverage Ratios

Key Financial Ratios CPIN JPFA

Leverage Ratio 2010 2009 2010 2009

A. Amount of Debt

1.Debt/Assets 31,24% 44,82% 50,04% 60,96%

Page 13: analisis laporan keuangan  JAPFA dan CPIN

13

2. Long term debt to total

capitalization 11,42% 16,45% 35,43% 46,12%

3. Debt to Equity 0,46 x 0,82 x 1,14 x 1,76 x

B. Coverage of Debt

1. Times interest earned 50,19 x 10,19 x 7,46 x 5,97 x

2. cash interest coverage 53,23 x 11,18 x 7,71 x 4,92 x

3. Fixed charge coverage 43,31 x 9,88 x 7,05 x 5,75 x

4. Cash flow adequacy 1,47 x 0,64 x 0,57 x 1,02 x

Utang ibarat alat pendongkrak, di satu sisi bisa membuat pertumbuhan sebuah

perusahaan menjadi lebih cepat jika dibandingkan dengan hanya mengandalkan

modalnya sendiri. Namun, jika terlalu besar nilainya, utang juga bisa membuat kondisi

keuangan perusahaan kepayahan atau menjadi tidak sehat. Untuk rasio-rasio leverage

pada bagian A, baik CPIN dan JAPFA mengalami penurunan.

Meski penurunan jumlah utang dialami oleh CPIN maupun JPFA, namun pada

JPFA struktur keuangannya masih didominasi oleh utang sehingga bagi pihak investor

maupun kreditor melakukan investasi maupun memberikan pinjaman tambahan akan

beresiko tinggi.

Pada JAPFA, meski beberapa rasio juga mengalami kenaikan, namun

kenaikanmya tidak drastis seperti pada CPIN malah dapat dikatakan kecil. Hal ini

dikarenakan meski JAPFA memperoleh laba yang lebih tinggi pada 2010 namun

penurunan beban dan pembayaran bunga tidak sebesar penurunan yang terjadi pada

CPIN. Sedangkan dengan rasio Cash flow adequacy mengalami penurunan, hal ini

dikarenakan perusahaan melakukan pembayaran utang dengan nominal yang besar di

tahun 2010 yaitu pembayaran hutang yang direstrukturisasi.

PROFITABILITY

a. PT. CHAROEN POKPHAND INDONESIA Tbk.

Key Financial Ratios Formula 2010 Formula 2009

A. Margins

1. Gross Profit

Margin

3.754.114 24,90%

2.879.347 20%

15.077.822 14.569.267

2. Operating Profit

Margin

2.760.998 18,31%

2.056.881 14%

15.077.822 14.569.267

Page 14: analisis laporan keuangan  JAPFA dan CPIN

14

3. Net Profit Margin 2.210.266 14,66%

1.612.710 11%

15.077.822 14.569.267

4. Cash Flow

Margin

2.405.095 15,95%

1.855.546 13%

15.077.822 14.569.267

B. Returns

1. Return on Total

Assets(ROA)

/(ROI)

2.210.266 33,91%

1.612.710 30%

6.518.276 5.349.375

2. Return on Equity 2.210.266

49,57% 1.612.710

55% 4.458.432 2.933.018

3. Cash Return on

Assets

2.405.095 36,90%

1.855.546 35%

6.518.276 5.349.375

Secara keseluruhan Ratio Profitabilitas margin CPIN mengalami peningkatan.

Gross Profit Margin, Operating Profit Margin dan Net Profit Margin mengukur

kemampuan CPIN dalam mengelola biaya secara efisien serta untuk mengetahui

kemampuan CPIN dalam mengelola operasional seperti biaya yang dibuat secara

efisiensi. Kenaikan ini juga menujukkan bahwa CPIN mampu dalam mendapatkan

pendapatan. Bagi investor, ini dapat menentukan jalannya perusahaan untuk

membandingkan dalam penetapkan harga. Di dukung dengan peningkatan Cash Flow

Margin dalam mengubah penjualan menjadi kas. Peningkatan ini seimbang dengan cash

flow marginnya.

Dalam hal Return, ROI CPIN lebih besar dari ROE sehingga pengembalian

kepada stakeholder lebih besar walaupun pada tahun 2010 mengalami penurunan. Ini

menunjukan bahwa CPIN lebih menanamkan di Equitynya dari pada asetnya. Serta dapat

dilihat dalam perputaran pengembalian terhadap total aset terhadap kas lebih rendah.

b. PT. Japfa Comfeed Indonesia Tbk.

Key Financial Ratios Formulas 2010 Formulas 2009

Probability Ratios

A. Margins

1. Gross Profit Margin 3.049.168

21,85% 2.672.812

18,64% 13.955.792 14.340.277

2. Operating Profit Margin 1.575.801

11,29% 1.375.809

9,59% 13.955.792 14.340.277

Page 15: analisis laporan keuangan  JAPFA dan CPIN

15

3. Net Profit Margin 959.161

6,87% 814.451

5,68% 13.955.792 14.340.277

4. Cash Flow Margin 1.098.162

7,87% 684.257

4,77% 13.955.792 14.340.277

B. Returns

1. Return on Total

Assets(ROA/(ROI)

959.161 13,74%

814.451 13,42%

6.979.762 6.070.137

2. Return on Equity 959.161

31,20% 814.451

38,75% 3.074.281 2.101.540

3. Cash Return on Assets 1.098.162

15,73% 684.257

11,27% 6.979.762 6.070.137

Pada JPFA, rasio-rasio tersebut menunjukkan adanya peningkatan kinerja

perusahaan dalam menghasilkan laba dan mengelola biaya-biayanya. Dari rasio cash flow

margin dan cash ROA, peningkatan yang terjadi cukup signifikan karna CFO yang

dihasilkan dari tahun sebelumnya meningkat hingga 60,5% dan menyediakan kas yang

lebih banyak sehingga JPFA memutuskan untuk membagikan deviden tunai di tahun

2010. ROI mengalami peningkatan namun kecil, karena selain laba yang meningkat, aset

perusahaan pun meningkat dengan lebih banyak. Sedangkan ROE mengalami penurunan

atas pembagian dividen laba yang hanya sebesar 1% dari laba tahun 2010. Perusahaan

memilih lebih banyak menampung labanya di saldo laba, hal ini kemungkinan

dikarenakan sebagai cadangan mengingat saldo laba perusahaan tahun 2007-2008

mengalami minus.

c. Benchmarking

Key Financial Ratios CPIN JPFA

Profitability Ratio (%) 2010 2009 2010 2009

A. Margins

1. Gross Profit Margin 24,90 19,76 21,85 18,64

2. Operating Profit Margin 18,31 14,12 11,29 9,59

3. Net Profit Margin 14,66 11,07 6,87 5,68

4. Cash Flow Margin 15,95 12,74 7,87 4,77

B. Returns

1. Return on Total Assets

(ROA/ ROI)

33,91 30,15 13,74 13,42

Page 16: analisis laporan keuangan  JAPFA dan CPIN

16

2. Return on Equity 49,57 54,98 31,20 38,75

3. Cash Return on Assets 36,90 34,69 15,73 11,27

Dalam ratio profitabilitas ini, lebih baik CPIN dibandingkan JPFA dapat dilihat

karena nilai rasio tersebut lebih besar baik marginnya maupun returnnya. Dilihat dari

ROE, pengembalian kepada stakeholder berupa dividen dengan dibandingkan laba yang

diberikan lebih besar proporsinya CPIN. Serta CPIN dapat mengelola lebih secara

efisiensi biaya yang dikeluarkan serta pengelolaan laba terbukti laba yang dihasilkan

CPIN lebih besar dari JAPFA.

MARKET MEASURE

a. PT Charoen Pokphand Indonesia (CPIN)

Key Financial Ratio Formulas 2010 Formulas 2009

Market Measures

1. Earnings per Share 2.210.266

135 1.612.710

98 16.417,9 16.422,8

2. Price/Earnings 1840

13,63 2250

22,96 135 98

3. Dividend payout 196

1,45 0

0 135 98

4. Dividend yield 196

0,11 0

0 1840 2250

Market rasio pada CPIN mengalami peningkatan yang menunjukkan bahwa

semakin baik. Hal ini dipengaruhi peningkatan laba bersih pada tahun 2010 dari

penjualan yang meningkat. Peningkatan nilai rasio per lembar saham, pada mulanya

mengakibatkan penurunan pada price earning ratio, tetapi setelah dampaknya terhadap

harga saham tersebut maka harga saham di pasar juga naik. Sedangkan untuk rasio

dividend payout dan yield mengalami peningkatan karena pada tahun sebelumnya CPIN

tidak melakukan pembagian dividend.

Page 17: analisis laporan keuangan  JAPFA dan CPIN

17

b. PT Japfa Comfeed Indonesia (JPFA)

Key Financial Ratio Formulas 2010 Formulas 2009

Market Measures

1. Earnings per Share 959.161

463 814.451

0 2.071,6 2.072,3

2. Price/Earnings 2919

6,30 1293

3,29 463 393

3. Dividend payout 5,00

0,01 0

0 463 393

4. Dividend yield 5,00

0,0017 0

0 2919 1293

Market ratio pada PT JAPFA mengalami peningkatan yang menunjukkan

semakin baik yang dipengaruhi naiknya laba besih meskipun pada penjualan mengalami

penurunan. Akan tetapi peningkatan deviden PT Japfa tidak terlalu signifikan. Hal ini

disebabkan meningkatnya harga pasar tetapi deviden yang diberikan mengalami

peningkatan yang sangat tidak terlalu tinggi. Deviden payout dan dividen yield tidak

berpengaruh di market ratio karena pada tahun 2009 tidak mebagikan dividen.

c. Benchmarking Market Ratio

Key Financial Ratios PT.CPIN PT. JAPFA

Market Measures 2010 2009 2010 2009

1. Earnings per Share 135 98 463 393

2. Price/Earnings 13,63 22,96 6,30 3,29

3. Dividend payout 1,45 0 0,01 0

4. Dividend yield 0,11 0 0,0017 0

Market rasioCPIN lebih baik dibandingkan JAPFA karena CPIN mampu

meningkatakan EPS nya, meningkatkan laba sehingga dapat meningkatkan dividen bagi

pemegang saham. Peningkatan ini juga akan berpengaruh pada peningkatan pemegang

saham meskipun nilai dari dividennya lebih rendah dari JPFA.

JPFA mengalami peningkatan pada rasio pasarnya. Dividen yang diberikan pada

pemegang saham mengalami peningkatan walaupun peningkatannya tidak terlalu besar.

Peningkatan yang tidak terlalu besar ini dipengaruhi karena harga pasar yang meningkat

sehingga harga pasar lebih besar daripada nilai dividen yang diberikan.

Page 18: analisis laporan keuangan  JAPFA dan CPIN

18

KESIMPULAN

Pengukuran dengan rasio juga menjadikan salah satu pertimbangan bagi pengguna

laporan keuangan untuk menilai kinerja perusahaan. Dari pengukuran yang telah kami lakukan

pada CPIN maupun JPFA untuk laporan keuangan tahun 2009 dan 2010 kami menyimpulkan

bahwa CPIN lebih baik daripada JPFA dilihat dari beberapa aspek antara lain : laba yang

dihasilkan di tahun 2010 mengalami peningkatan yang signifikan, dari segi penggunaan utang,

struktur keuangan JPFA masih di dominasi oleh utang (DAR 50%) hal ini akan terlihat kurang

baik, baik bagi investor maupun kreditor, dividen tunai yang dibagikan oleh CPIN lebih tinggi

dibandingkan oleh JPFA, dan dilihat dari struktur keuangannya CPIN masih lebih baik, serta

penurunan maupun peningkatan rasio-rasio tersebut diatas CPIN lebih signifikan daibandingkan

JPFA.