Upload
ervin-vin
View
400
Download
30
Embed Size (px)
DESCRIPTION
tugas mingguan dalam mata kuliah analisis laporan keuangan (ALK).
Citation preview
1
The Analysis of
Financial Statement
KP A
KELOMPOK 16
Ervin Amrullah (3093013)
Febe Eunike Euodia (3093106)
Reni (3093809)
Fakultas Bisnis dan Ekonomika Universitas Surabaya
Semester Genap 2011 - 2012
ANALISIS LAPORAN KEUANGAN
2
DAFTAR ISI
Halaman Judul ......................................................................................................... 1
Daftar Isi ................................................................................................................... 2
Background I : Economy and Industy ......................................................... 3
Background II : Firm ..................................................................................... 4
Short-term Liquidity ...................................................................................... 5
Operating Efficiency ...................................................................................... 7
Capitar Structure and Long-term Solvency ................................................ 10
Profitability ..................................................................................................... 13
Market Measure ............................................................................................. 16
Kesimpulan ............................................................................................................... 17
3
Sumber : http://futures.tradingcharts.com
Harga jagung mengalami penurunan di 2010
BACKGROUND I : ECONOMY AND INDUSTRY
Pada tahun 2010, kondisi ekonomi terus membaik, baik di luar maupun dalam negeri,
namun demikian, tidak bebas dari tantangan. Kondisi perekonomian yang sulit ditahun – tahun
lalu telah berubah menjadi pemulihan di beberapa negara yang terkena imbas. Walaupun dengan
krisis hutang di Yunani dan lambannya pemulihan ekonomi di Amerika Serikat, perekonomian
dunia secara umum lebih positif di tahun 2010 ini.
Sebagai negara, Indonesia terus menikmati hasil dari transformasi ekonomi selama
dekade terakhir. Pada tahun sebelumnya, pada saat banyak negara lain mengalami pertumbuhan
negative, Indonesia merupakan salah satu dari sedikit negara yang mencetak pertumbuhan
positif. Tren ini terus berlanjut hingga tahun 2010, dimana Indonesia mencapai tingkat
pertumbuhan sebesar 6,1%, tertinggi sejak terjadinya krisis ekonomi global tahun 2008/2009.
Pertumbuhan ekonomi Indonesia yang
mengagumkan dan cepat pulih didukung oleh
beberapa faktor yang meliputi kebijakan fiscal dan
moneter yang sehat kondisi sosial politik yang
stabil dan konsumsi dalam negara yang
berkelanjutan. Saat ini, daging ayam merupakan
sumber protein hewani termurah jika dibandingkan
dengan hewan lainnya. Akibatnya, dengan tingkat
pendapatan per kapita yang relatif rendah maka
daging ayam merupakan alternatif paling baik bagi
penduduk Indonesia di dalam memenuhi sumber
protein hewani mereka.
Di Indonesia, meskipun ada perusahaan
pakan lebih dari 15, dua pemain top (CPIN dan
JPFA) mengontrol lebih dari 70% dari total pasokan.JPFA (Japfa Comfeed) dan CPIN (Charoen
Phokpand Indonesia) memang berada dalam sektor yang sama, yaitu pakan ternak. Sektor ini
tengah mendapat sentimen positif dari penurunan harga jagung. Harga jagung mengalami
penurunan drastic dari sekitar 420-430 US$/bushels menjadi sekitar 375-380US$ per bushel
YoY. Hal ini ditambah dengan Rupiah yang terus menguat di kisaran Rp 9000.
4
BACKGROUND II : FIRM
a. PT. Charoen Pokphand Indonesia Tbk.
Industri perternakan di tahun 2010 terus berkembang,
walaupun masih dihadapkan dengan tantangan seperti ancaman flu
burung dan fluktuasi harga bahan baku pakan ternak. Dengan semakin
berkembangnya industry ini, pada tahun 2010 ini, CPIN berhasil
mempertahankan posisinya sebagai pemimpin pasar dalam tiga bidang
usaha utamanya. Hal ini dibuktikan dengan penguasaan pangsa pasar sebesar 39 % untuk
pakan ternak, sebesar 37% untuk DOC dan sebesar 67% untuk daging ayam olahan.
Dalam mempertahankan dan mengembangkan pangsa pasar, CPIN senantiasa
menekankan pada mutu produk dan menyediakan pelayanan jual yang didukung oleh tim
Technical service yang kuat. Tim ini memberikan saran mengenai hal teknis sehubungan
dengan budi daya pedaging kepada para peternak.
b. PT. Japfa Comfeed Indonesia Tbk. (JPFA)
Sebuah perusahaan makanan terpadu yang
terkemuka di Indonesia. Tbk PT Japfa Comfeed
merupakan salah satu agribisnis perusahaan makanan
terbesar dan paling terintegrasi di negara ini. Kegiatan
usaha termasuk hewan manufaktur pakan, pembibitan
ayam, pengolahan unggas dan budidaya pertanian.
Keunggulan kompetitif perusahaan ini adalah integrasi vertikal yang luar biasa
dan skala ekonomi. Dengan menghubungkan operasi hulu dan hilir, ia mampu menjamin
output kualitas unggul di setiap tingkat - dari pakan untuk nilai tambah produk makanan.
Dalam pertanian, JPFA memiliki integrasi tingkat tinggi dengan anak perusahaan,
PT Multibreeder Adirama Indonesia Tbk. Multibreeder saat ini mengoperasikan
sejumlah peternakan pembibitan ayam untuk memproduksi DOC terletak di Indonesia.
Kapasitas produksi tahunan adalah salah satu yang terbesar di negeri ini, dan mewakili
sekitar 20% pangsa pasar domestik. Sebagian besar DOC Multibreeder Adirama yang
dijual ke petani komersial lokal.
5
SHORT-TERM LIQUIDITY
a. PT Charoen Pokphand Indonesia (CPIN)
Key Financial Ratios 2010 2009
A. Short Run Solvency (times)
1 Current Ratio 4.274.636
2,93 3.468.843
1,91 1.461.341 1.820.231
2 Quick or Acid-Test Ratio 2.719.856
1,86 1.893.825
1,04 1.461.341 1.820.231
3 Cash Flow Liquidity 3.721.935
2,55 2.243.542
1,23 1.461.341 1.820.231
B. Liquidity of Current Assets (days)
4 Average Collection
Period
883.855 21,40
857.246 21,48
41.309 39.916
5 Days Inventory Held 1.554.780
50,12 1.5`75.018
49,18 31.024 32.027
6 Days payable outstanding 755.194
24,34 735.331
22,96 31.024 32.027
7 Cash Conversion Cycle 21.4 + 50.12
- 24.34 47
21.48+49.18
- 22.96 48
Pada jangka pendek PT CPIN mengalami peningkatan likuiditas rasio jangka
pendek yang tidak signifikan sehingga perusahaan cukup likuid. Hal ini dipengaruhi oleh
adanya peningkatan asset dari tahun 2009 ke 2010 yaitu pada kas yang bertambah yang
membuktikan bahwa perusahaan mampu membayar kewajibannya dimana kewajibannya
menurun sebesar Rp 358.890 juta. Kas yang bertambah juga menunjukkan bahwa CPIN
mempunyai tingkat likuiditas yang tinggi. Namun dilihat dari kas yang meningkat pada
tahun 2010 perusahaan dapat mempertimbangkan untuk melakukan investasi sehingga
kas perusahaan dapat memberikan pengembalian kas yang lebih tinggi. Hal ini
menunjukkan bahwa perusahaan tersebut dapat memenuhi kewajiban finansialnya karena
mempunyai resiko yang lebih kecil.
Dari perhitungan rasio pada tahun 2009 dan 2010, tidak terdapat perubahan yang
sangat signifikan. Rasio-rasio tersebut menunjukkan : CPIN lebih cepat dalam
mengumpulkan piutangnya, butuh tambahan 1 hari untuk menjual persediaannya
dibanding tahun sebelumnya dan 2 hari lebih molor dalam pembayaran hutang kepada
supplier, namun kenaikan ini tidak masalah selama perusahaan mampu membayar
6
utangnya. Secara umum kemampuan perusahaan dalam mengkonversi kembali kasnya
meningkat meski tidak signifikan.
b. PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk (JPFA)
Key Financial Ratios 2010 2009
A. Short Run Solvency
1 Current Ratio 4.435.214
2,63 3.968.640
2,21 1.686.714 1.798.979
2 Quick or Acid-Test Ratio 2.250.085
1,33 1.856.562
1,03 1.686.714 1.798.979
3 Cash Flow Liquidity 1.912.715
1,13 1.221.723
0,68 1.686.714 1.798.979
B. Liquidity of Current Assets
4 Average Collection
Period
803.358 21,01
756.051 19,24
38.235 39.288
5 Days Inventory Held 2.185.129
73,13 2.112.078
66,07 29.881 31.966
6 Days payable outstanding 412.127
13,79 424.556
13,28 29.881 31.966
7 Cash Conversion Cycle 21.01+73.13
- 13.79 80
19.24+66.07 -
13.28 72
Pada JPFA likuiditas pada jangka pendeknya cukup baik meskipun mengalami
penurunan tetapi tetap dapat melunasi hutang – hutangnya. Peningkatan yang cukup baik
tesebut membuktikan kemampuan perusahaan dalam mempertahankan kas karena kasnya
meningkat. JPFA juga memiliki investasi jangka pendek yang dapat mengurangi
kelikuidan meskipun investasi tersebut dapat menambah kas perusahaan. Persediaan yang
meningkat tetapi penjualan menurun mempengaruhi kas sehingga akan mempengaruhi
kelikuidan perusahaan dan menunjukkan perusahaan belum mampu menjual
persediaannya.
Perhitungan bagian B pada JPFA mengalami kenaikan yang tidak signifikan
antara tahun 2009 ke 2010 yang menunjukkan bahwa perusahaan belum mampu secara
efisien dalam menagih piutangnya. JPFA memiliki peningkatan kas tetapi dalam aktivitas
operasi di bagian penjualan mengalami penurunan yang didukung dengan memiliki
investasi jangka pendek. Hal ini perlu diwaspadai karena dikhawatirkan bahwa kas
meningkat karena adanya investasi jangka pendek.
7
Pada siklus konversi kasnya, perhitungan waktu semakin meningkat sehingga
perusahaan kurang efisien dalam mengkonversi bahan baku menjadi bahan jadi dan
akhirnya menjadi kas kembali.
c. Benchmarking Liquidity Ratios
Key Financial Ratios CPIN JAPFA
A. Short Run Solvency 2010 2009 2010 2009
1 Current Ratio 2,93 1,91 2,63 2,21
2 Quick or Acid-Test Ratio 1,86 1,04 1,33 1,03
3 Cash Flow Liquidity 2,55 1,23 1,13 0,68
B. Liquidity of Current Assets
4 Average Collection
Period
21,40 21,48 21,01 19,24
5 Days Inventory Held 50,12 49,18 73,13 66,07
6 Days payable
outstanding
24,34 22,96 13,79 13,28
7 Cash Conversion Cycle 47 48 80 72
Likuiditas pada CPIN lebih unggul dibandingkan JPFA karena CPIN mampu
meningkatan dan mempertahankan kewajiban dan haknya pada jangka pendek.
Baik itu mengubah piutang menjadi kas, membayar hutang – hutangnya, siklus konversi
kas yang membaik, jangka waktu penjualan persediaan yang tidak terlalu lama.
Penjualan persediaan juga meningkat meskipun persediaan yang diproduksi menurun.
Pada JPFA, likuiditas yang ada di perusahaan lebih menurun dilihat dari
kemampuan perusahaan yang lama dalam menagih piutang dari tahun 2009 ke 2010 yang
mengalami kemunduran jangka waktu penagihan piutang lebih lama. Akan tetapi
perusahaan tetap mampu melunasi hutang – hutangnya walaupun kas yang bertambah
didukung dengan adanya investasi jangka pendek.
OPERATING EFFICIENCY
a. PT. Charoen Pokphand Indonesia Tbk.
Key Financial Ratios Formulas 2010 Formulas 2009
Asset Management
1. Account Receivable
Turnover
15.077.822 16,93
14.569.267 16,99
890.490 857.442
2. Inventory Turnover
11.323.708 7,28
11.689.920 7,42
1.554.780 1.575.018
8
3. Account Payable Turnover
11.323.708 14,99
11.689.920 15,90
755.194 735.331
4. Fixed Asset Turnover
15.077.822 7,81
14.569.267 8,64
1.931.069 1.685.370
5. Total Asset Turnover
15.077.822 2,31
14.569.267 2,72
6.518.276 5.349.375
Secara keseluruhan rasio-rasio aktivitas ini mengalami penurunan dari tahun 2009
ke 2010 sehingga dapat disimpulkan bahwa kemampuan perusahaan untuk mengelola
asetnya menurun. Meski mengalami penurunan namun besarannya sangat tidak
signifikan. Perputaran Penagihan piutang CPIN mengalami penurunan artinya kebijakan
penjualan kredit pada tahun 2010 lebih longgar. Dalam penelusuran terbaru yang kami
lakukan (lihat tabel), ditemukan bahwa inventory turnover mengalami penurunan sejak
tahun 2008, dan pada september 2011 menunjukkan persediaan yang masih sangat
banyak di gudang belum terjual, hal ini terlihat kurang baik bagi perusahaan karena
menunjukan daya jualnya semakin menurun. Sedangkan penurunan yang terjadi atas rasio
Account Payable Turnover menandakan bahwa perusahaan perlu waktu lebih lama untuk
membayar pemasoknya daripada tahun 2009, hal ini tidak menjadi masalah sepanjang
CPIN masih mampu membayar.
Rasio Fixed Assets Turnover & Total Assets Turnover yang dihasilkan CPIN
mengalami penurunan. Ini menunjukan bahwa perusahaan belum mampu dalam
memaksimalkan asetnya, meski pada tahun 2010 telah menghasilkan laba yang lebih
tinggi. Hal ini dikarenakan kenaikan pada aset tidak diimbangi pada kenaikan laba
perusahaan.
Inventory Turnover Ratio
2007 2008 2009 2010 Sep-11
COGS 7.477.099 11.468.613 11.689.920 11.323.708 10.511.520
Inventory 1.585.415 1.447.561 1.575.018 1.554.780 2.151.323
IT ratio 4,72 7,92 x 7,42 x 7,28 x 4,89 x
9
b. PT. Japfa Comfeed Indonesia Tbk.
Key Financial Ratios Formulas 2010 Formulas 2009
Asset Management
1. Account Receivable
Turnover
13.955.792 17,37
14.340.277 18,97
803.358 756.051
2. Inventory Turnover
10.906.624 4,99
11.667.465 5,52
2.185.129 2.112.078
3. Account Payable Turnover
10.906.624 26,46
11.667.465 27,48
412.127 424.556
4. Fixed Asset Turnover
13.955.792 6,27
14.340.277 7,95
2.224.592 1.804.730
5. Total Asset Turnover
13.955.792 2,00
14.340.277 2,36
6.979.762 6.070.137
Rasio-rasio aktivitas pada JPFA menunjukkan penurunan secara keseluruhan.
Pada JPFA, penjualan yang menurun bersamaan dengan peningkatan piutang berarti
perusahaan menerapkan kebijakan yang lebih longgar atas penjualan kredit atau dengan
kata lain kemampuan menagihnya menurun. Selain itu, penurunan pada rasio inventory
turnover menunjukkan keefisienan dalam mengelola inventory berkurang. Dari data
terbaru menunjukkan hingga september 2011, inventory turnover JPFA semakin menurun,
perusahaan harus mendongkrak penjualannya untuk memperbaiki rasio ini. Rasio
perputaran utang mengalami penurunan. Penurunan COGS dan penurunan inventory.
Menunjukkan bahwa perputaran hutangnya mengalami penurunan sehingga kemungkinan
adanya penurunan pembelian inventory.
Inventory Turnover Ratio (times)
2007 2008 2009 2010 2011
COGS 6.467.391 9.761.678 11.667.465 10.906.624 9.903.352
Inventory 1.389.067 1.979.930 2.112.078 2.185.129 2.956.759
IT ratio 4,66 4,93 5,52 4,99 3,35
JPFA mengalami penurunan perputaran baik aset tetap maupun total aset seiring
dengan penurunan penjualan dan peningkatan aset. Hal ini menunjukkan bahwa
perusahaan belum dapat mengelolah aset tetapnya dengan baik. Peningkatan aset tetap ini
10
dilakukan untuk investasi jangka panjang akan tetapi investasi ini tidak menggunakan laba
yang didapatkan karena penjualan menurun akan tetapi menggunakan utang.
c. Benchmarking Operating/Activities Ratios
Operating Efficiency (times) PT. CPIN PT. JAPFA
Asset Management 2010 2009 2010 2009
1. Account Receivable Turnover 16.93 16.99 17.37 18.97
2. Inventory Turnover 7.28 7.42 4.99 5.52
3. Account Payable Turnover 14.99 15.90 26.46 27.48
4. Fixed Asset Turnover 7.81 8.64 6.27 7.95
5. Total Asset Turnover 2.31 2.72 2.00 2.36
Dalam CPIN perputaran pesediaan tahun 2009-2010 mengalami penurunan yang
lebih sedikit dibandingkan JAPFA. CPIN mengalami COGS dan Sales naik sedangkan
inventory turun. Sedangkan PT. JAFPA mengalami COGS dan Sales turun sedangkan
inventory naik. Ketiga akun tersebut berkaitan dengan kemampuan mengelola
persediaan dan piutang. Dengan penurunan yang semakin besar menunjukkan bahwa
perusahaan masih membutuhkan waktu untuk menjualnya, hal ini terjadi pada JAPFA.
Selain itu, rasio ART dan APT pada CPIN mengalami penurunan lebih sedikit yang
artinya CPIN mempu menagih piutang lebih perputaran piutang dan hutang (Sales dan
COGS) dalam mengubah piutang menjadi kas dan pembayaran hutang semakin kecil
penurunannya membuktikan membutuhkan waktu cepat.
Dalam pengolaan aset tetap, yang mampu dalam hal tersebut adalah CPIN
karena penurunannya kecilnya. Karena jual beli aset dalam kecil dan dilakukan dengan
kas. Sdangkan JAPFA perputaran total asetnya lama karena aset tersebut diperoleh
bukan dari laba akan tetapi dalam utang yang dilakukan.
CAPITAL STRUCTURE AND LONG-TERM SOLVENCY
a. PT. Charoen Pokphand Indonesia Tbk.
Key Financial Ratios Formula 2010 Formula 2009
A. Amount of Debt
1.Debt/Assets
2.036.240 31,24%
2.397.701 44,82%
6.518.276 5.349.375
2. Long term debt to 574.899 11,42% 577.470 16,45%
11
total capitalization 5.033.331 3.510.488
3. Debt to Equity 2.036.240 0,46
times
2.397.701 0,82
times 4.458.432 2.933.018
B. Coverage of Debt
1. Times interest
earned
2.760.998 50,19
times
2.056.881 10,19
times 55.008 201.916
2. cash interest
coverage
3.226.991 53,23
times
2.430.917 11,18
times 60.618 217.499
3. Fixed charge
coverage
2.769.946 43,31
times
2.063.813 9,88
times 63.956 208.848
4. Cash flow
adequacy
2.405.095 1,47
times
1.855.546 0,64
times 1.634.022 2.877.871
Pada CPIN dari tahun 2009 dan 2010 rasio-rasio leveragenya mengalami
perbaikan, yakni dilihat dari DAR, LTDTC, dan DER yang mengalami penurunan yang
disebabkan oleh besarnya laba bersih yang dihasilkan perusahaan pada 2010 sehingga
meningkatkan stockholder’s equity CPIN, adanya penurunan utang jangka pendek
maupun jangka panjang perusahaan, serta peningkatan aset perusahaan. Hal-hal tersebut
memberi sinyal yang baik bagi perusahaan dimana memungkinkan adanya tambahan
pinjaman dari kreditor karena perusahaan dianggap masih memiliki struktur keuangan
yang baik (tidak di dominasi oleh utang). Seberapa baik Perusahaan mampu melunasi
utangnya dapat dilihat dari rasio-rasio pada bagian B diatas. Pada CPIN rasio-rasio
tersebut mengalami kenaikan dari tahun 2009 ke 2010, menandakan adanya peningkatan
kemampuan untuk membiayai utangnya. Peningkatan rasio-rasio tersebut pada CPIN
begitu drastis hal ini disebabkan oleh 2 hal yakni pertama, peningkatan laba perusahaan
di tahun 2010 yang sangat signifikan dan yang kedua, adanya penurunan beban bunga
maupun pembayaran bunga dari tahun sebelumnya (tahun 2009 melakukan pembayaran
atas utangnya 78% dari aktivitas pendanaan).
b. PT. Japfa Comfeed Indonesia Tbk.
Key Financial Ratios Formulas 2010 Formulas 2009
A. Amount of Debt
1.Debt/Assets
3.492.895 50,04%
3.700.159 60,96%
6.979.762 6.070.137
12
2. Long term debt to
total capitalization
1.686.714 35,43%
1.798.979 46,12%
4.760.995 3.900.519
3. Debt to Equity 3.492.895 1,14
times
3.700.159 1,76
times 3.074.281 2.101.540
B. Coverage of Debt
1. Times interest earned
1.575.801 7,46
times
1.375.809 5,97
Times 211.327 230.356
2. cash interest coverage 1.602.461 7,71
times
1.161.109 4,92
Times 207.903 236.095
3. Fixed charge coverage 1.589.887 7,05
times
1.386.371 5,75
Times 225.413 240.918
4. Cash flow adequacy 1.098.162 0,57
times
684.257 1,02
Times 1.927.160 669.089
JAPFA meski juga mengalami penurunan yang besarnya hampir sama dengan yang
dialami CPIN, namun besar rasio yang ditunjukan oleh JAPFA cukup mengkhawatirkan.
Contoh, untuk DAR tahun 2010 ialah 50% artinya sebagian aset perusahaan didanai oleh
utang dan 50% sisanya oleh modal sendiri, hal ini membuat kreditor akan menjauhinya
karena resiko tidak dapat mengembalikannya besar. Selain itu, hal lain yang
mengkhawatirkan ialah dari DER. JAPFA memiliki jumlah utang yang lebih besar
dibanding modal perusahaannya, namun dengan adanya penurunan rasio-rasio tersebut
menandakan ada usaha dalm memperbaiki kinerjanya (laba meningkat, utang menurun).
Kemampuan JPFA untuk membayar utangnya mengalami kenaikan dikarenakan
beban yang dimiliki oleh JPFA berkurang dari tahun sebelumnya. JPFA melakukan
pembayaran yang besar atas utangnya di tahun 2009. Atas rasio cash flow adequacy
terlihat bahwa JPFA lebih banyak melakukan pembayaran di tahun 2010 oleh karena itu
rasionya dibawah 1. Dalam pandangan investor ini kurang baik karena menandakan uang
yang keluar lebih banyak daripada yang diterima atas kegiatan operasional perusahaan.
c. Benchmarking Leverage Ratios
Key Financial Ratios CPIN JPFA
Leverage Ratio 2010 2009 2010 2009
A. Amount of Debt
1.Debt/Assets 31,24% 44,82% 50,04% 60,96%
13
2. Long term debt to total
capitalization 11,42% 16,45% 35,43% 46,12%
3. Debt to Equity 0,46 x 0,82 x 1,14 x 1,76 x
B. Coverage of Debt
1. Times interest earned 50,19 x 10,19 x 7,46 x 5,97 x
2. cash interest coverage 53,23 x 11,18 x 7,71 x 4,92 x
3. Fixed charge coverage 43,31 x 9,88 x 7,05 x 5,75 x
4. Cash flow adequacy 1,47 x 0,64 x 0,57 x 1,02 x
Utang ibarat alat pendongkrak, di satu sisi bisa membuat pertumbuhan sebuah
perusahaan menjadi lebih cepat jika dibandingkan dengan hanya mengandalkan
modalnya sendiri. Namun, jika terlalu besar nilainya, utang juga bisa membuat kondisi
keuangan perusahaan kepayahan atau menjadi tidak sehat. Untuk rasio-rasio leverage
pada bagian A, baik CPIN dan JAPFA mengalami penurunan.
Meski penurunan jumlah utang dialami oleh CPIN maupun JPFA, namun pada
JPFA struktur keuangannya masih didominasi oleh utang sehingga bagi pihak investor
maupun kreditor melakukan investasi maupun memberikan pinjaman tambahan akan
beresiko tinggi.
Pada JAPFA, meski beberapa rasio juga mengalami kenaikan, namun
kenaikanmya tidak drastis seperti pada CPIN malah dapat dikatakan kecil. Hal ini
dikarenakan meski JAPFA memperoleh laba yang lebih tinggi pada 2010 namun
penurunan beban dan pembayaran bunga tidak sebesar penurunan yang terjadi pada
CPIN. Sedangkan dengan rasio Cash flow adequacy mengalami penurunan, hal ini
dikarenakan perusahaan melakukan pembayaran utang dengan nominal yang besar di
tahun 2010 yaitu pembayaran hutang yang direstrukturisasi.
PROFITABILITY
a. PT. CHAROEN POKPHAND INDONESIA Tbk.
Key Financial Ratios Formula 2010 Formula 2009
A. Margins
1. Gross Profit
Margin
3.754.114 24,90%
2.879.347 20%
15.077.822 14.569.267
2. Operating Profit
Margin
2.760.998 18,31%
2.056.881 14%
15.077.822 14.569.267
14
3. Net Profit Margin 2.210.266 14,66%
1.612.710 11%
15.077.822 14.569.267
4. Cash Flow
Margin
2.405.095 15,95%
1.855.546 13%
15.077.822 14.569.267
B. Returns
1. Return on Total
Assets(ROA)
/(ROI)
2.210.266 33,91%
1.612.710 30%
6.518.276 5.349.375
2. Return on Equity 2.210.266
49,57% 1.612.710
55% 4.458.432 2.933.018
3. Cash Return on
Assets
2.405.095 36,90%
1.855.546 35%
6.518.276 5.349.375
Secara keseluruhan Ratio Profitabilitas margin CPIN mengalami peningkatan.
Gross Profit Margin, Operating Profit Margin dan Net Profit Margin mengukur
kemampuan CPIN dalam mengelola biaya secara efisien serta untuk mengetahui
kemampuan CPIN dalam mengelola operasional seperti biaya yang dibuat secara
efisiensi. Kenaikan ini juga menujukkan bahwa CPIN mampu dalam mendapatkan
pendapatan. Bagi investor, ini dapat menentukan jalannya perusahaan untuk
membandingkan dalam penetapkan harga. Di dukung dengan peningkatan Cash Flow
Margin dalam mengubah penjualan menjadi kas. Peningkatan ini seimbang dengan cash
flow marginnya.
Dalam hal Return, ROI CPIN lebih besar dari ROE sehingga pengembalian
kepada stakeholder lebih besar walaupun pada tahun 2010 mengalami penurunan. Ini
menunjukan bahwa CPIN lebih menanamkan di Equitynya dari pada asetnya. Serta dapat
dilihat dalam perputaran pengembalian terhadap total aset terhadap kas lebih rendah.
b. PT. Japfa Comfeed Indonesia Tbk.
Key Financial Ratios Formulas 2010 Formulas 2009
Probability Ratios
A. Margins
1. Gross Profit Margin 3.049.168
21,85% 2.672.812
18,64% 13.955.792 14.340.277
2. Operating Profit Margin 1.575.801
11,29% 1.375.809
9,59% 13.955.792 14.340.277
15
3. Net Profit Margin 959.161
6,87% 814.451
5,68% 13.955.792 14.340.277
4. Cash Flow Margin 1.098.162
7,87% 684.257
4,77% 13.955.792 14.340.277
B. Returns
1. Return on Total
Assets(ROA/(ROI)
959.161 13,74%
814.451 13,42%
6.979.762 6.070.137
2. Return on Equity 959.161
31,20% 814.451
38,75% 3.074.281 2.101.540
3. Cash Return on Assets 1.098.162
15,73% 684.257
11,27% 6.979.762 6.070.137
Pada JPFA, rasio-rasio tersebut menunjukkan adanya peningkatan kinerja
perusahaan dalam menghasilkan laba dan mengelola biaya-biayanya. Dari rasio cash flow
margin dan cash ROA, peningkatan yang terjadi cukup signifikan karna CFO yang
dihasilkan dari tahun sebelumnya meningkat hingga 60,5% dan menyediakan kas yang
lebih banyak sehingga JPFA memutuskan untuk membagikan deviden tunai di tahun
2010. ROI mengalami peningkatan namun kecil, karena selain laba yang meningkat, aset
perusahaan pun meningkat dengan lebih banyak. Sedangkan ROE mengalami penurunan
atas pembagian dividen laba yang hanya sebesar 1% dari laba tahun 2010. Perusahaan
memilih lebih banyak menampung labanya di saldo laba, hal ini kemungkinan
dikarenakan sebagai cadangan mengingat saldo laba perusahaan tahun 2007-2008
mengalami minus.
c. Benchmarking
Key Financial Ratios CPIN JPFA
Profitability Ratio (%) 2010 2009 2010 2009
A. Margins
1. Gross Profit Margin 24,90 19,76 21,85 18,64
2. Operating Profit Margin 18,31 14,12 11,29 9,59
3. Net Profit Margin 14,66 11,07 6,87 5,68
4. Cash Flow Margin 15,95 12,74 7,87 4,77
B. Returns
1. Return on Total Assets
(ROA/ ROI)
33,91 30,15 13,74 13,42
16
2. Return on Equity 49,57 54,98 31,20 38,75
3. Cash Return on Assets 36,90 34,69 15,73 11,27
Dalam ratio profitabilitas ini, lebih baik CPIN dibandingkan JPFA dapat dilihat
karena nilai rasio tersebut lebih besar baik marginnya maupun returnnya. Dilihat dari
ROE, pengembalian kepada stakeholder berupa dividen dengan dibandingkan laba yang
diberikan lebih besar proporsinya CPIN. Serta CPIN dapat mengelola lebih secara
efisiensi biaya yang dikeluarkan serta pengelolaan laba terbukti laba yang dihasilkan
CPIN lebih besar dari JAPFA.
MARKET MEASURE
a. PT Charoen Pokphand Indonesia (CPIN)
Key Financial Ratio Formulas 2010 Formulas 2009
Market Measures
1. Earnings per Share 2.210.266
135 1.612.710
98 16.417,9 16.422,8
2. Price/Earnings 1840
13,63 2250
22,96 135 98
3. Dividend payout 196
1,45 0
0 135 98
4. Dividend yield 196
0,11 0
0 1840 2250
Market rasio pada CPIN mengalami peningkatan yang menunjukkan bahwa
semakin baik. Hal ini dipengaruhi peningkatan laba bersih pada tahun 2010 dari
penjualan yang meningkat. Peningkatan nilai rasio per lembar saham, pada mulanya
mengakibatkan penurunan pada price earning ratio, tetapi setelah dampaknya terhadap
harga saham tersebut maka harga saham di pasar juga naik. Sedangkan untuk rasio
dividend payout dan yield mengalami peningkatan karena pada tahun sebelumnya CPIN
tidak melakukan pembagian dividend.
17
b. PT Japfa Comfeed Indonesia (JPFA)
Key Financial Ratio Formulas 2010 Formulas 2009
Market Measures
1. Earnings per Share 959.161
463 814.451
0 2.071,6 2.072,3
2. Price/Earnings 2919
6,30 1293
3,29 463 393
3. Dividend payout 5,00
0,01 0
0 463 393
4. Dividend yield 5,00
0,0017 0
0 2919 1293
Market ratio pada PT JAPFA mengalami peningkatan yang menunjukkan
semakin baik yang dipengaruhi naiknya laba besih meskipun pada penjualan mengalami
penurunan. Akan tetapi peningkatan deviden PT Japfa tidak terlalu signifikan. Hal ini
disebabkan meningkatnya harga pasar tetapi deviden yang diberikan mengalami
peningkatan yang sangat tidak terlalu tinggi. Deviden payout dan dividen yield tidak
berpengaruh di market ratio karena pada tahun 2009 tidak mebagikan dividen.
c. Benchmarking Market Ratio
Key Financial Ratios PT.CPIN PT. JAPFA
Market Measures 2010 2009 2010 2009
1. Earnings per Share 135 98 463 393
2. Price/Earnings 13,63 22,96 6,30 3,29
3. Dividend payout 1,45 0 0,01 0
4. Dividend yield 0,11 0 0,0017 0
Market rasioCPIN lebih baik dibandingkan JAPFA karena CPIN mampu
meningkatakan EPS nya, meningkatkan laba sehingga dapat meningkatkan dividen bagi
pemegang saham. Peningkatan ini juga akan berpengaruh pada peningkatan pemegang
saham meskipun nilai dari dividennya lebih rendah dari JPFA.
JPFA mengalami peningkatan pada rasio pasarnya. Dividen yang diberikan pada
pemegang saham mengalami peningkatan walaupun peningkatannya tidak terlalu besar.
Peningkatan yang tidak terlalu besar ini dipengaruhi karena harga pasar yang meningkat
sehingga harga pasar lebih besar daripada nilai dividen yang diberikan.
18
KESIMPULAN
Pengukuran dengan rasio juga menjadikan salah satu pertimbangan bagi pengguna
laporan keuangan untuk menilai kinerja perusahaan. Dari pengukuran yang telah kami lakukan
pada CPIN maupun JPFA untuk laporan keuangan tahun 2009 dan 2010 kami menyimpulkan
bahwa CPIN lebih baik daripada JPFA dilihat dari beberapa aspek antara lain : laba yang
dihasilkan di tahun 2010 mengalami peningkatan yang signifikan, dari segi penggunaan utang,
struktur keuangan JPFA masih di dominasi oleh utang (DAR 50%) hal ini akan terlihat kurang
baik, baik bagi investor maupun kreditor, dividen tunai yang dibagikan oleh CPIN lebih tinggi
dibandingkan oleh JPFA, dan dilihat dari struktur keuangannya CPIN masih lebih baik, serta
penurunan maupun peningkatan rasio-rasio tersebut diatas CPIN lebih signifikan daibandingkan
JPFA.