Upload
others
View
22
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
ANALISIS KUALITATIF DAN KUANTITATIF KANDUNGAN SENYAWA TOTAL POLIFENOL DAN
FLAVONOID MADU PALIASA SECARA SPEKTROFOTOMETRI UV-VIS
CITRA RAHAYU N111 08 320
PROGRAM STUDI FARMASI FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR
2012
ANALISIS KUALITATIF DAN KUANTITATIF KANDUNGAN SENYAWA TOTAL POLIFENOL DAN FLAVONOID MADU PALIASA SECARA
SPEKTROFOTOMETRI UV-VIS
SKRIPSI
untuk melengkapi tugas-tugas dan memenuhi syarat-syarat untuk mencapai gelar sarjana
CITRA RAHAYU N111 08 320
FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR 2012
ANALISIS KUALITATIF DAN KUANTITATIF KANDUNGAN SENYAWA TOTAL POLIFENOL DAN FLAVONOID MADU PALIASA SECARA
SPEKTROFOTOMETRI UV-VIS
CITRA RAHAYU
N111 08 320
Disetujui oleh :
Pembimbing Utama,
Dra. Christiana Lethe, M.Si., Apt. NIP. 19481002 198203 2 001
Pembimbing Pertama, Pembimbing Kedua,
Prof. Dr. Gemini Alam, M.Si., Apt. Dra. Aliyah M.S., Apt. NIP. 19641231 199002 1 005 NIP. 19570704 198603 2 001
Pada tanggal 2012
ANALISIS KUALITATIF DAN KUANTTOTAL POLIFENOL DAN FLAVONOID
SPEKTROFOTOMETRI
Dipertahankan di hadapan Panitia Penguji Skripsi
Fakultas Farmasi Universitas Hasanuddin
Panitia Penguji Skripsi
1. Ketua
Prof. Dr. Hj. Asnah Marzuki,
2. Sekretaris
Dr. Hj. Sartini M.Si., Apt.
3. Ex Officio
Dra. Christiana Lethe, M.Si., Apt.
4. Ex Officio
Prof. Dr. Gemini Alam, M.Si., Apt.
5. Ex Officio
Dra. Aliyah, MS., Apt.
6. Anggota
Dra. Hj. Naimah Ramli, Apt.
PENGESAHAN
ANALISIS KUALITATIF DAN KUANTITATIF KANDUNGAN SENYAWA TOTAL POLIFENOL DAN FLAVONOID MADU PALIASA SECARA
SPEKTROFOTOMETRI UV-VIS
Oleh :
CITRA RAHAYU
N111 08 320
Dipertahankan di hadapan Panitia Penguji Skripsi
Fakultas Farmasi Universitas Hasanuddin
Pada Tanggal 2012
Panitia Penguji Skripsi
Prof. Dr. Hj. Asnah Marzuki, M.Si., Apt. :………………..
M.Si., Apt. : ……………….
Dra. Christiana Lethe, M.Si., Apt. : ……………….
Prof. Dr. Gemini Alam, M.Si., Apt. : ……………….
S., Apt. : ……………….
Ramli, Apt. : ……………….
Mengetahui :
Dekan Fakultas Farmasi
Universitas Hasanuddin
Prof. Dr. Elly Wahyudin, DEA., Apt NIP. 19560114 198601 2 001
ITATIF KANDUNGAN SENYAWA MADU PALIASA SECARA
:………………..
: ……………….
: ……………….
: ……………….
: ……………….
Dekan Fakultas Farmasi
Universitas Hasanuddin
, DEA., Apt. NIP. 19560114 198601 2 001
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi ini adalah karya saya
sendiri, tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh
gelar kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi dan sepanjang pengetahuan
saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau
diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam
naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Apabila di kemudian hari terbukti bahwa pernyataan saya ini tidak
benar, maka skripsi dan gelar yang diperoleh, batal demi hukum.
Makassar, November 2012
Penulis
UCAPAN TERIMA KASIH
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah swt karena atas
berkah dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini
sebagai persyaratan untuk menyelesaikan studi pada Program Studi
Farmasi Fakultas Farmasi Universitas Hasanuddin.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini banyak
hambatan yang dihadapi, namun dengan doa dan bantuan dari berbagai
pihak, skripsi ini dapat terselesaikan. Oleh karena itu, perkenankanlah
penulis mengungkapkan rasa terima kasih dan penghargaan yang
setinggi-tingginya kepada :
1. Dra. Christiana Lethe, M.Si., Apt. selaku pembimbing utama, Prof. Dr.
Gemini Alam, M.Si., Apt. selaku pembimbing pertama, dan Dra. Aliyah,
M.S., Apt. selaku pembimbing kedua yang telah meluangkan waktu
dan pikirannya untuk memberikan petunjuk, bimbingan, nasehat, dan
motivasi kepada penulis dalam penyelesaian skripsi ini.
2. Bapak Usmar, S.Si., M.Si., Apt. selaku penasehat akademik penulis
yang telah membimbing dan mengarahkan penulis selama mengikuti
perkuliahan.
3. Dekan dan para Wakil Dekan Fakultas Farmasi Universitas
Hasanuddin serta seluruh dosen dan staf Fakultas Farmasi Universitas
Hasanuddin terkhusus kepada Ibu Adri dan Kak Sumi.
4. Ayahanda dan Ibunda tercinta (Jamal Tanca, S.Pd. dan Hj. Kamisah,
S.Pd.) atas segala pengorbanan materi, kasih sayang, dan ketulusan
hati dalam mendoakan penulis serta saudari penulis (Dwi Nirmala)
atas perhatian dan kasih sayang yang diberikan kepada penulis.
5. Rekan seperjuangan dan sahabat penulis Ayu Pratiwi, Tiara Prisca
Marina, Muhammad Tri Hidayat, Dewi Pratiwi, Felix Anastesius, dan
Ferliem yang telah mendukung dan sangat membantu penulis selama
penelitian dilaksanakan.
6. Teman-teman angkatan 2008 (Steroid ‘08) atas kebersamaan serta
motivasi-motivasi yang diberikan kepada penulis.
7. Rekan-rekan asisten dan staf Laboratorium Biofarmasi dan
Laboratorium Farmasetika atas bantuan dan dukungannya selama ini.
Penulis sadar skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, karena
kesempurnaan hanya milik-Nya, maka dari itu saran dan kritik
membangun sangat penulis harapkan guna menambah wawasan agar
dalam pengerjaan penelitian selanjutnya dapat lebih baik.
Akhirnya semoga karya kecil ini dapat bermanfaat bagi
pengembangan ilmu pengetahuan terutama di bidang farmasi, amin.
Makassar, 2012
Penulis
ABSTRAK
Telah dilakukan penelitian analisis kualitatif dan kuantitatif kandungan senyawa polifenol dan flavonoid madu paliasa secara spektrofotometri. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kandungan senyawa polifenol dan flavonoid total madu paliasa yang bermanfaat dalam pengembangan obat yang berasal dari bahan alam. Madu paliasa diperoleh dari lebah Apis mellifera yang diberi pakan tambahan berupa campuran sirup dan infus paliasa dengan perbandingan 2:3 dengan variasi konsentrasi infus paliasa yaitu 0% (A), 20% (B), 40% (C), 60% (D). Penelitian ini dilaksanakan dalam dua tahap yaitu analisis kualitatif polifenol dan flavonoid yang dilakukan melalui uji pendahuluan polifenol dan flavonoid serta kromatografi lapis tipis dan analisis kuantitatif dengan spektrofotometri. Uji pendahuluan senyawa polifenol digunakan pereaksi FeCl3 dan untuk flavonoid digunakan pereaksi serbuk Mg dan HCl pekat. Sebagai penegasan hasil uji pendahuluan, penelitian dilanjutkan dengan kromatografi lapis tipis. Sampel yang menunjukkan hasil positif pada analisis kualitatif akan dilanjutkan pada analisis kuantitatif secara spektrofotometri. Reagen Folin Ciocalteau digunakan pada analisis kuantitatif polifenol dan Metode Chang digunakan pada analisis kuantitatif senyawa flavonoid. Hasil penelitian menunjukkan MTP A tidak mengandung senyawa polifenol dan flavonoid. Kandungan polifenol infus paliasa 10 %, MP B, C, dan D secara berturut-turut sebesar 15,10 %, 0,35 %, 0,34 %, dan 0,37 % yang dihitung sebagai asam galat dan kandungan senyawa flavonoid infus paliasa 10 %, madu paliasa B, C, dan D secara berturut-turut diperoleh sebesar 4,37 %, 0,09 %, 0,11 %, dan 0,11 % yang dihitung sebagai quersetin.
Kata kunci : madu paliasa, polifenol, flavonoid, spektrofotometer
ABSTRACT
The research of qualitative and quantitative analysis of total polyphenol and flavonoid contents paliasa honey by spectrophotometrical method has been done. This research aimed to determine total polyphenol and flavonoid content of paliasa honey that have beneficial role in medicinal development from natural substance. The honey samples for this study were produced by bee Apis mellifera that have been given mixture of paliasa leaf infusion and syrup in 2:3 as additional food in various concentration of paliasa leaf infusion (A : 0% or without paliasa leaf infusion, B : 20% paliasa leaf infusion, C : 40% paliasa leaf infusion, D : 60% paliasa leaf infusion). This research done in two step : polyphenol and flavonoid screening and thin layer chromatography as qualitative analysis and spectrophotometrical method as quantitative analysis. In polyphenol screening was used FeCl3 reagen and in flavonoid screening was used Mg and HCl reagen. To affirmed the result of screening, the research continue by TLC method. Honey samples that showed positive result on qualitative analysis was continued on quantitative analysis by spectrophotometrical method. Folin Ciocalteau reagen was used in polyphenol quantitative determination and Chang’s Method was used in flavonoid quantitative determination. The result showed that MTP A didn’t contained any polyphenol and flavonoid compounds. Polyphenol contents of paliasa leaf infusion 10 %, MP B, C, and D was 15,10 %, 0,35 %, 0,34 %, and 0,37 %, respectively, expressed as gallic acid equivalent. Flavonoid contents of paliasa leaf infusion 10 %, paliasa honey B, C, and D was 4,37 %, 0,09 %, 0,11 %, and 0,11 %, respectively, expressed as quercetin equivalent.
Keyword : paliasa honey, polyphenol, flavonoid, spectrophotometer
DAFTAR ISI
halaman
HALAMAN PERSETUJUAN ..................................................................... iii
HALAMAN PENGESAHAN ....................................................................... iv
HALAMAN PERNYATAAN ........................................................................ v
UCAPAN TERIMA KASIH .......................................................................... vi
ABSTRAK ................................................................................................ viii
ABSTRACT ................................................................................................ ix
DAFTAR ISI ................................................................................................ x
DAFTAR TABEL ...................................................................................... xiii
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................... xiv
DAFTAR GAMBAR ................................................................................... xv
BAB I PENDAHULUAN .............................................................................. 1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA .................................................................... 4
II.1 Uraian Tanaman Paliasa ..................................................................... 4
II.1.1 Klasifikasi Tanaman Paliasa ............................................................ 4
II.1.2 Nama daerah .................................................................................... 4
II.1.3 Morfologi Tanaman ........................................................................... 4
II.1.4 Kandungan Kimia ............................................................................. 6
II.1.5.Kegunaan Tanaman ......................................................................... 6
II.2 Uraian Tentang Madu .......................................................................... 7
II.2.1 Pengertian Madu.............................................................................. 7
II.2.2 Komposisi Madu ............................................................................... 7
II.2.3 Proses Pembuatan Madu oleh Lebah ............................................... 9
II.2.4 Khasiat Madu ...................................................................................10
II.3 Senyawa Fenolik dan Flavonoid .........................................................12
II.3.1 Struktur Umum dan Klasifikasi .........................................................12
II.3.1.1 Flavonoid ......................................................................................14
II.3.1.2 Nonflavonoid .................................................................................21
II.3.2 Jalur Biosintesis ...............................................................................23
II.3.2.1 Biosintesis Hidroksinamat .............................................................23
II.3.2.2 Biosintesis Flavonoid ....................................................................24
II.4 Spektrofotometri UV-Vis .....................................................................28
II.4.1 Radiasi Elektromagnetik ..................................................................28
II.4.2 Instrumentasi ...................................................................................32
II.4.3 Aplikasi ............................................................................................36
BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN .....................................................38
III.1 Alat dan Bahan ..................................................................................38
III.2 Metode Kerja ....................................................................................38
III.2.1 Penyiapan Sampel .........................................................................38
III.2.2 Analisis Kualitatif Senyawa Polifenol dan Flavonoid ......................39
III.2.2.1 Uji Pendahuluan Senyawa Polifenol dan Flavonoid ....................39
III.2.2.2 Kromatografi Lapis Tipis Madu Paliasa ....................................... 39
III.2.3 Analisis Kuantitatif Senyawa Polifenol ............................................40
III.2.3.1 Pembuatan Larutan Natrium Karbonat 10 % ...............................40
III.2.3.2 Penentuan Panjang Gelombang Maksimum Asam Galat ...................40
III.2.3.3 Pembuatan Kurva Baku Asam Galat ..........................................41
III.2.3.4 Penentuan Kandungan Polifenol Sampel ...................................41
III.2.4 Analisis Kuantitatif Senyawa Flavonoid .........................................42
III.2.4.1Pembuatan Larutan AlCl3 10 % ...................................................42
III.2.4.2 Pembuatan Larutan Natrium Asetat 1 M .....................................42
III.2.4.3 Penentuan Panjang Gelombang Maksimum Quersetin ......................42
III.2.4.4 Pembuatan Kurva Baku Quersetin ..............................................43
III.2.4.5 Penentuan Kandungan Flavonoid Sampel ..................................43
III.2.5 Pengumpulan Data ........................................................................44
III.2.6 Pembahasan Hasil ..........................................................................44
III.2.7 Pengambilan Kesimpulan ..............................................................44
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ..................................45
BAB IV.1 Hasil Penelitian ..........................................................................45
BAB IV.2 Pembahasan .............................................................................47
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN .........................................................53
BAB V.1 Kesimpulan.................................................................................53
BAB V.2 Saran ..........................................................................................53
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................54
LAMPIRAN ...............................................................................................58
DAFTAR TABEL
Tabel halaman
1 Kandungan Nutrisi Madu
2 Mikroorganisme yang Peka Terhadap Madu
3 Penggolongan Senyawa Fenolik Berdasarkan Jumlah Atom Karbon
4 Daerah Spektrum Elektromagnetik
5 Hubungan antara Warna dengan Panjang Gelombang Sinar Tampak
6 Hasil Uji Pendahuluan Senyawa Polifenol Madu Paliasa
7 Hasil Uji Pendahuluan Senyawa Flavonoid Madu Paliasa
8 Hasil Uji Kromatografi Lapis Tipis Madu Paliasa
9 Kandungan Senyawa Polifenol Madu Paliasa
10 Kandungan Senyawa Flavonoid Madu Paliasa
8
10
14
29
30
45
45
46
46
46
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. Skema Kerja
2. Uji Pendahuluan Senyawa Polifenol dan Flavonoid Sampel
3. Kromatogram Lapis Tipis Madu Paliasa
4. Kurva Baku Asam Galat dan Quersetin
5. Contoh Perhitungan Kadar Senyawa Polifenol Sampel
6. Contoh Perhitungan Kadar Senyawa Flavonoid Sampel
7. Foto Sampel
8. Kurva Serapan Sampel Pada Analisis Kuantitatif Polifenol dan Flavonoid
9. Komposisi Reagen Folin Ciocalteau
58
59
60
61
62
64
66
68
70
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1 Struktur Dasar Flavonol dan Contoh Turunannya
2 Struktur Dasar Flavon dan Contoh Turunannya
3 Struktur Dasar Flavon-3-ol dan Contoh Turunannya
4 Struktur Dasar Antosianidin dan Contoh Turunannya
5 Struktur Dasar Flavonon dan Contoh Turunannya
6 Struktur Dasar Isolavon dan Contoh Turunannya
7 Struktur Dasar Asam Hidroksibenzoat dan Contoh Turunannya
8 Struktur Dasar Asam Hidroksinamat dan Contoh Turunannya
9 Biosintesis Asam Hidroksinamat, Asam Hidroksibenzoat, dan Flavonoid
10 Hubungan Antara Biosintesis Fenilpropanoid dan Flavonoid
11 Skema Spektrum Elektromagnetik dan Kisaran Panjang Gelombangnya
12 Diagram Tingkat Energi Transisi Elektronik
13 Diagram Sederhana Spektrofotometer
14 Diagram Sederhana Spektrofotometer Single-Beam
15 Diagram Sederhana Spektrofotometer Double-Beam
16 Uji Pendahuluan Senyawa Polifenol
17 Uji Pendahuluan Senyawa Flavonoid
16
17
18
19
20
20
21
22
26
27
30
31
33
33
34
59
59
60
18 Kromatogram Lapis Tipis Madu Paliasa
19 Kurva Baku Asam Galat
20 Kurva Baku Quersetin
21 Daun Paliasa (Kleinhovia hospita Linn.)
22 Madu Paliasa (A, B, C, D)
23 Kurva Serapan Baku Asam Galat
24 Kurva Serapan Baku Quersetin
25 Kurva Serapan Sampel Pada Analisis Kuantitatif Senyawa Polifenol
26 Kurva Serapan Sampel Pada Analisis Kuantitatif Senyawa Flavonoid
61
61
66
67
68
68
69
69
BAB I
PENDAHULUAN
Penelitian senyawa bioaktif yang berasal dari bahan-bahan alam
mengalami perkembangan pesat saat ini. Hal ini dikarenakan adanya
anggapan bahwa bahan alam lebih menyehatkan dibanding produk
sintetis. Beberapa bahan alam misalnya produk yg berasal dari lebah dan
beberapa tanaman tertentu telah digunakan secara turun-temurun sebagai
bahan obat dan sangat penting untuk memastikan aktivitas biologisnya
sehingga dapat dikembangkan sebagai suatu produk yang bermanfaat
bagi kesehatan (1).
Penggunaan bahan alam untuk pengobatan merupakan hal yang
umum di Indonesia. Hal ini terlihat dari banyaknya produk ramuan
tradisional baik yang telah diolah dengan teknologi modern maupun
secara sederhana yang beredar di masyarakat. (2).
Salah satu bahan alam yang telah digunakan khususnya oleh
masyarakat Sulawesi Selatan untuk mengobati penyakit hepatitis adalah
daun paliasa (Kleinhovia hospita L.).
Daun paliasa mengandung sianidin, kaempferol, dan quercetin (3),
senyawa saponin, kardenolin, bufadienol, dan antrakuinon (2), senyawa
golongan terpenoid dan fenolik (4), serta flavonoid dan alkaloid (5).
Seperti paliasa, madu juga merupakan bahan alam yang memiliki
banyak khasiat. Selain digunakan sebagai pemanis alami, madu juga
digunakan untuk menyembuhkan berbagai macam penyakit, misalnya
mengobati luka dan luka bakar, memiliki aktivitas antibakteri, sebagai
agen yang dapat melindungi lambung karena adanya lesi akut atau kronik
pada dinding lambung (6), memiliki aktivitas hepatoprotektif dan dapat
digunakan untuk mengobati hepatitis (7).
Kandungan utama madu adalah gula, yaitu fruktosa 38%, glukosa
31%, dan sukrosa tidak lebih dari 5%. Selain itu, madu juga mengandung
air kurang dari 20%, asam kurang lebih 0,08%, mineral kurang lebih
0,18%, dan senyawa lain dalam konsentrasi kecil, di antaranya berbagai
senyawa fenolik, flavonoid, asam amino, enzim, protein, dan lain-lain.
Kandungan madu bervariasi tergantung dari banyak faktor, seperti serbuk
sari tanaman, iklim, lingkungan, dan pengolahan madu (8). Hasil analisis
sampel madu Eropa dilaporkan mengandung senyawa flavonoid
pinobaksin, pinocembrin, quercetin, krisin, galangin, luteolin, dan
kaempferol (9).
Senyawa tertentu yang terdapat pada madu dan daun paliasa
seperti senyawa polifenol dan flavonoid diketahui memiliki aktivitas
antioksidan. Aktivitas antioksidan dapat mencegah terjadinya reaksi
oksidatif pada makanan dan fungsi fisologis tubuh manusia. (10, 11).
Untuk meningkatkan nilai gizi dari madu, lebah penghasil madu
biasanya diberi pakan tambahan berupa air gula dan bahan tertentu yang
mengandung gizi atau nutrisi yang diinginkan pada madu yang dihasilkan.
Madu paliasa merupakan madu yang dihasilkan oleh lebah yang
diberi pakan tambahan berupa campuran sirup dan infus daun paliasa
dengan berbagai konsentrasi. Dengan pemberian pakan tambahan ini,
diharapkan madu paliasa akan mengandung senyawa flavonoid dan
polifenol yang terdapat dalam daun paliasa.
Berdasarkan hal tersebut, maka telah dilakukan penelitian analisis
kualitatif dan analisis kuantitatif senyawa polifenol dan flavonoid total pada
madu paliasa secara spektrofotometri dengan tujuan untuk mengetahui
kadar senyawa polifenol dan flavonoid total yang terkandung pada madu
paliasa.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Uraian Tanaman Paliasa (Kleinhovia hospita L.)
II.1.1 Klasifikasi Tanaman
Divisi : Spermatophyta
Anak Divisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledoneae
Anak Kelas : Sympetalae
Bangsa : Sterculiales
Famili : Sterculiaceae
Marga : Kleinhovia
Species : Kleinhovia hospita Linn. (12,13)
II.1.2 Nama Daerah
Bugis: Aju Pali; Makassar: Paliasa; Ambon: Katimahar; Jawa:
Katimaha; Sunda: Tangkolo; Bali : Katimaha; Irian Jaya: Noton; Lampung:
Manggar; Sumba: Nundang; Flores: Kadangan; Ternate: Ngaru; Timor:
Ninak; Madura: Mangar (12).
II.1.3 Morfologi Tanaman
Tumbuhan Kleinhovia merupakan salah satu genus dari famili
Sterculiaceae. Salah satu spesies dari genus tersebut adalah Kleinhovia
hospita Linn. Tumbuhan ini tersebar di Indonesia terutama di bagian Timur
(Sulawesi, Maluku, Irian) dan juga daerah Jawa dan Sumatera (14).
Paliasa tumbuh secara liar atau ditanam sebagai tanaman hias.
Tumbuh pada ketinggian tidak lebih dari 500 m di atas permukaan laut,
terutama di tepi air dan tempat yang lembab. Paliasa (Kleinhovia hospita
Linn.) merupakan pohon yang tingginya 5-20 m, berakar tunggang. Daun
bertangkai panjang, berbentuk seperti jantung dengan ukuran 4,5-27 x 3-
24 cm, pada tangkal daun bercabang sehingga tulang menjari, tepi daun
rata, ujung runcing, permukaan licin, suram serta pangkal berlekuk.
Batang keras, berkayu bulat dan bercabang-cabang, warna coklat sampai
coklat keputihan. Bunga warna merah muda berbentuk malai di ujung
batang lebar , berambut halus. Daun pelindung oval. Tajuk berkelopak 5,
bentuk lanset, panjang 8-10 cm, berwarna merah, berambut bentuk
bintan. Daun mahkota 5, yang 4 bentuk pita lebar, dengan pangkal
berbentuk kantong, panjang 6 mm, berwarna merah dan yang ke-5 lebih
pendek, oval melintang dengan tepi melipat ke dalam dimana satu sama
lain saling berdekatan dengan ujung berwarna kuning. Dasar bunga
memanjang berbentuk tiang yang lebih tipis, pada pangkalnya dikelilingi
oleh tonjolan, dasar bunga berbentuk cawan. Benang sari di ujung tiang
tersusun dalam 5 berkas tiga-tiga. Berkas ini berseling dengan 1
stamodium kecil berbentuk gigi. Kepala sari tertancap seperti perisai.
Bakal buah beruang 5, tangkai putik 1, buah kotak bentuk buah pir,
melembung seperti selaput, bertaju 5, panjang ± 2 cm, membuka menurut
ruang. Di bawah 500 m, terutaa di tepi air, terutama di tempat lembab,
kadang-kadang di tanam (12).
II.1.4 Kandungan Kimia Tanaman
Beragam senyawa kimia telah ditemukan pada tumbuhan paliasa
terutama pada daunnya, antara lain adalah senyawa sianogen yang dapat
membunuh ektoparasit seperti kutu (15), senyawa golongan terpenoid dan
fenolik (4), flavonoid dan alkaloid (5), serta saponin, kardenolin,
bufadienol, dan antrakuinon (2).
II.1.5 Kegunaan Tanaman
Di Sulawesi Selatan, tumbuhan ini dikenal dengan nama paliasa
dan telah lama digunakan untuk pengobatan berbagai macam penyakit
antara lain hipertensi, kolesterol, diabetes, dan liver. Hasil pengujian
ekstrak cambium pohonnya menunjukkan khasiat antitumor pada sarcoma
mencit (15).
Berdasarkan pengalaman empiris, masyarakat Sulawesi Selatan
menggunakannya untuk pengobatan penyakit kuning atau hepatitis
dengan cara merebus daun paliasa, kemudian air rebusan diminum atau
untuk mandi. Di Bogor, rebusan daun paliasa digunakan untuk mencuci
mata yang kabur terutama pada orang yang lanjut usia. Sedangkan di
Ambon, daun muda digunakan untuk mencuci rambut dengan cara
meremas daun paliasa dengan air, lendir yang terbentuk digunakan
seperti shampoo (16).
Selain itu, ekstrak paliasa pada dosis di bawah 1000 mg/kgBB
secara efektif dapat mengurangi kerusakan sel hati tikus betina strain
Wistar yang berumur 6 bulan yang ditimbulkan oleh karbontetraklorida
(CCl4) (2).
II.2 Uraian Tentang Madu
II.2.1 Pengertian Madu
Madu merupakan pemanis alami yang dihasilkan oleh lebah madu
dari nektar tanaman yang akan dikumpulkan oleh lebah, mengalami
transformasi, dideposit dalam sarang lebah dan selanjutnya mengalami
dehidrasi dan menjadi madu (17,18).
Lebah menghasilkan madu sebagai cadangan makanan dan telah
digunakan manusia sejak berabad-abad lalu. Masyarakat Mesir kuno
(2000-5000 tahun yang lalu) diketahui telah menggunakan madu sebagai
bahan obat, sumber makanan, dan digunakan pada proses pembalseman
mayat. Madu diketahui sebagai bahan makanan alami yang tahan lama
dan merupakan pemanis alami yang dapat langsung dikonsumsi (19).
II.2.2 Komposisi Madu
Madu dilaporkan mengandung berbagai macam senyawa
dintaranya yaitu gula, mineral, protein, vitamin, asam organik, flavonoid,
asam fenolat, enzim, dan senyawa fitokimia lainnya dan memegang
peranan penting dalam pengobatan tradisional (20).
Komponen utama dari madu adalah glukosa dan fruktosa. Madu
memiliki kandungan karbohidrat yang tinggi dan rendah lemak.
Kandungan gula dalam madu mencapai 80% dan dari gula tersebut 85%
berupa fruktosa dam glukosa (21).
Berbagai studi menunjukkan bahwa banyak tanaman mengandung
senyawa bioaktif yang memiliki aktivitas antioksidan dan dapat digunakan
dalam mengatasi senyawa radikal bebas yang berbahaya bagi kesehatan.
Mayoritas dari tanaman ini merupakan bahan baku bagi lebah untuk
mengumpulkan nektar guna menghasilkan madu, sehingga senyawa
bioaktif dalam tanaman akan berpindah ke dalam madu yang dihasikan.
Pada analisis sampel madu Eropa telah dilaporkan kandungan senyawa
flavonoid pinobaksin, pinocembrin, quercetin, krisin, galangin, luteolin, dan
kaempferol, sedangkan pada sampel propolis ditemukan senyawa
flavonoid pinocembrin, pinobaksin, dan krisin (9).
a. Karbohidrat (22)
Gula utama yang terdapat pada madu adalah fruktosa dan glukosa.
Selain itu, juga ditemukan 25 jenis oligosakarida.
Tabel 1. Kandungan nutrisi madu (22)
KANDUNGAN BLOSSOM HONEY HONEYDEW HONEY RATA-
RATA (%) MIN-MAX
(%) RATA-RATA
(%) MIN-MAX
(%) Air Fruktosa Glukosa Disakarida Sukrosa Disakarida lainnya Melezitosa Erlosa Lainnya Gula total Mineral Asam amino, protein Asam pH
17,2 38,2 31,3
0,7 5
<0,1 0,8 0,5 79,7 0,2 0,3 0,5 3,9
15-20 30-45 24-40
0,1-4,8
2-8
0,5-6 0,5-1
0,1-0,5 0,2-0,4 0,2-0,8 3,5-4,5
16,3 31,8 26,1
0,5 4 4 1 3
80,5 0,9 0,6 1,1 5,2
15-20 28-40 19-32
0,1-4,7
1-6 0,3-22 0,1-6 0,1-6
0,6-2
0,4-0,7 0,8-1,5 4,5-6,5
b. Protein, enzim, dan asam amino (22)
Madu mengandung kurang lebih 0,5 % protein, utamanya enzim dan
asam amino. Enzim utama yang dapat ditemukan pada madu adalah
diastase atau amilase, invertase, dan glukosa oksidase.
c. Vitamin, mineral, dan komponen lainnya (22)
d. Polifenol (22)
Polifenol merupakan salah satu senyawa yang dapat ditemukan pada
madu, 56-500 mg/kg polifenol total dapat ditemukan pada berbagai
jenis madu. Polifenol pada madu utamanya adalah flavonoid
(quersetin, luteolin, kaempferol, apigenin, chrysin, galangin), asam
fenolat, dan turunannya. Senyawa-senyawa ini diketahui memiliki
aktivitas antioksidan. Kandungan flavonoid bervariasi antara 60-460
µg/100 g madu.
e. Kontaminan dan Senyawa Toksik (22)
Sebagaimana halnya bahan makanan alami lainnya, madu juga dapat
dicemari oleh berbagai senyawa dari lingkungan antara lain logam
berat dan pestisida.
II.2.3 Proses Pembuatan Madu Oleh Lebah Madu
Nektar merupakan cairan manis yang kandungan utamanya adalah
sukrosa. Lebah mengumpulkannya dan menyimpannya dalam kantung
nektar dalam tubuhnya. Enzim invertase yang berasal dari saluran cerna
lebah juga akan disalurkan pada kantung ini. Enzim ini akan mengubah
sukrosa menjadi glukosa dan fruktosa. Pollen atau serbuk sari bunga akan
terkumpul pada ke tiga pasang kaki lebah yang telah didesain khusus
untuk tujuan ini. Lebah selanjutnya akan memindahkan nektar dari
kantung nektar menuju ruang-ruang dalam sarang (23). Nektar kemudian
akan mengalami evaporasi dan perubahan kandungan gula dalam sarang.
Sebelum ruang-ruang ditutup dengan lilin oleh lebah, cairan ini dinamakan
“green honey”. Lebah akan menutup ruang-ruang ini dengan lilin pada
saat gula telah diubah secara sempurna dan kandungan air dari madu
kurang dari 20% (24).
II.2.4 Khasiat Madu
a. Antimikroba, antiviral, dan antiparasit
Madu diketahui dapat menghambat pertumbuhan mikroorganisme dan
fungi. Madu efektif melawan bakteri Gram positif. Efek bakteriostatik
dan bakterisid telah dilaporkan pada berbagai strain mikroba patogen
(7, 26).
Tabel 2. Mikroorganisme yang peka terhadap madu (7,26)
Bakteri Penyakit yang Ditimbulkan Bacillus anthracis Corynebacterium diphteriae Escherichia coli Haemophilus influenza Kiebsiella pneumonia Mycobacterium tuberculosis Proteus sp. Pseudomonas aeruginosa Salmonella sp. Salmonella cholera Salmonella typhi Salmonella typhimurium Serrat marccescens Shigella sp. Staphylococcus aureus
Antraks Difteri Diare, septicemia, infeksi urinaria Infeksi telinga, meningitis, infeksi saluran napas, sinusitis Pneumonia Tuberculosis Septicemia, infeksi urinaria Infeksi urinaria Diare Septicemia Thipoid Infeksi luka Septicemia Disentri Abses, impetigo
Bakteri Penyakit yang Ditimbulkan Pseudomonas aeruginosa Salmonella sp. Salmonella cholera Salmonella typhi Salmonella typhimurium Serrat marccescens Shigella sp. Staphylococcus aureus Streptococcus faecalis Streptococcus mutans Streptococcus pneumoniae Streptococcus pyogenes Vibrio choleriae Actinomyces pyogenes, Kiebsiella pneumoniae, Nocardia asteroids, Staphylococcus aureus, Sterptococcus agal Epidermophyton floccosum, Microsporum canis, Microsporum gypseum, Trichophyton rubrum, Trichophyton tonsurans, Trichophyton mentagrophytes Var. Escherichia coli, Helicobacter pylori
Infeksi urinaria Diare Septicemia Thipoid Infeksi luka Septicemia Disentri Abses, impetigo Infeksi urinaria Karies gigi Infeksi telinga, meningitis, pneumonia, sinusitis Infeksi telinga, impetigo, demam purpural, demam rheumatic, gangguan tenggorokan Kolera Mastitis Tinea Peptic ulser
b. Antioksidan
Madu diketahui memiliki kandungan senyawa yang memiliki efek
antioksidan. Senyawa-senyawa ini antara lain glukosa oksidase,
flavonoid, polifenol, turunan karotenoid, asam organik, dsb (7, 26).
c. Antimutagenik dan Antitumor
Dari berbagai studi, madu diketahui memiliki aktivitas imunoprotektif.
Selain itu, madu juga memiliki efek antimetastatik dan menginduksi
apoptosis dan nekrosis pada sel tumor (7, 26).
d. Antiinflamasi
Efek antiinflamasi madu telah diteliti oleh Al Waili dan Boni, yaitu
bahwa setelah konsumsi 70 g madu, konsentrasi plasma tromboksan
B(2) mengalami penurunan sebesar 7 %, 34 %, dan 35 % serta
penurunan PGE(2) sebesar 14 %, 10 %, dan 19 % pada jam ke 1, 2,
dan 3 setelah mengkonsumsi madu. Konsentrasi PGF(2α) menurun
sebesar 31 % dalam waktu 2 jam dan 14 % dalam waktu 3 jam setela
mengkonsumsi madu. Sebuah studi juga melaporkan bahwa efek
antiinflamasi madu setara dengan prednisolon pada inflamasi kolitis (7,
26).
II.3 Senyawa Fenolik dan Flavonoid
II.3.1 Struktur Umum dan Klasifikasi
Senyawa fenolik merupakan senyawa yang disintesis oleh tanaman
dan bertanggung jawab mengatasi berbagai macam kondisi, misalnya
infeksi, luka, radiasi UV, dsb. Sekitar 8000 senyawa bioaktif tanaman
termasuk dalam kelompok senyawa fenolik, memiliki struktur umum cincin
aromatis dengan setidaknya satu gugus hidroksil. Flavonoid merupakan
senyawa planar yang terdapat pada tanaman, berasal dari asam amino
fenilalanin, tirosin, dan malonat. Struktur dasar flavonoid dinamakan flavan
nukleus, terdiri atas 15 atom karbon yang tersusun dalam 3 cincin (C6-C3-
C6) yang diberi label cincin A, B, dan C. Variasi pada strukturnya
melambangkan tingkat dan pola hidroksilasi, metoksilasi, atau glikosilasi.
Diantara sekian banyak kelas flavonoid, yang paling banyak menjadi
perhatian yaitu flavon, flavanon, isoflavon, flavonol, flavanol, flavan-3-ol,
antosianidin, dan antosianin (27).
Senyawa fenolik memiliki karakter, yaitu memiliki paling tidak satu
cincin aromatis dengan satu atau lebih gugus hidroksil. Senyawa ini
sangat beragam mulai dari senyawa fenolik sederhana, senyawa fenolik
dengan bobot molekul rendah, senyawa fenolik dengan cincin aromatis
tunggal hingga senyawa derivat fenolik yang kompleks. Senyawa fenolik
dapat dibagi berdasarkan jumlah atom karbon dan seringkali ditemukan
dalam bentuk terkonjugasi dengan gula dan asam organik (28).
Tabel 3. Penggolongan senyawa fenolik berdasarkan jumlah atom karbon (28)
J. Atom Karbon
Kerangka Klasifikasi Contoh Struktur
7 C6-C1 Asam Fenolat Asam gallat
8 C6-C2 Acetophenones Gallacetophenone
8 C6-C2 Asam Fenilasetat
Asam p-hidroksifenil asetat
9 C6-C3 Asam Hidroksinamat
Asam p-kumarat
9 C6-C3 Kumarin Esculetin
10 C6-C4 Naphthoquinone Juglone
13 C6-C1-C6 Xanthones Mangiferin
14 C6-C2-C6 Stilbenes Resveratol
15 C6-C3-C6 Flavonoid Naringenin
Senyawa fenolik juga dapat dibagi menjadi dua kelompok yaitu,
senyawa flavonoid dan nonflavonoid.
II.3.1.1 Flavonoid
Flavonoid merupakan senyawa polifenol yang terdiri atas 15 atau
karbon dengan dua cincin aromatis yang dihubungkan oleh 3 atom
karbon. Flavonoid merupakan senyawa fenolik yang paling sering
ditemukan pada tanaman. Terdapat dalam konsentrasi tinggi dalam
epidermis daun serta kulit buah dan memegang berbagai peran penting,
antara lain perlindungan terhadap sinar UV dan berbagai penyakit serta
sebagai pigmen pada tanaman. Subkelas utama dari flavonoid adalah
flavon, flavonol, flavan-3-ol, isoflavon, flavanon, dan antosianidin.
Subkelas lain dari flavonoid yang hanya ditemukan dalam jumlah kecil
pada tanaman adalah dihidroflavonol, flavan-3,4-diol, kumarin, kalkhon,
dihidrokalkhon, dan aurhon. Gugus hidroksil pada flavonoid biasanya
terdapat pada posisi 4, 5, dan 7, dan seringkali berikatan dengan gula
dalam bentuk glikosida. Jika gula dan gugus hidroksil meningkatkan
kelarutannya dalam air, maka substituen lain seperti gugus metil dan unit
isopentil menjadikan flavonoid bersifat lipofilik (27, 28).
a. Flavonol
Merupakan subkelas flavonoid yang paling banyak ditemukan di alam.
Mirisetin, quersetin, isorhamnetin, dan kaempferol merupakan contoh
flavonol yang ditemukan dalam bentuk o-glikosida. Konjugasi terjadi
pada tiga posisi pada cincin-C. Substitusi dapat terjadi pada posisi 5,
7, 4’, 3’, dan 5’ pada cincin aromatis (28).
Flavonol
Posisi 5 7 3’ 4’ 5’
Senyawa
Quersetin OH OH OH OH -
Kaempferol OH OH - OH -
Galangin OH OH - - -
Fisetin - OH OH OH -
Myricetin OH OH OH OH OH
Gambar 1. Struktur dasar flavonol dan contoh turunannya (Sumber : Stalikas, D.C. Extraction, Separation, and Detection Method for Phenolic Acid and Flavonoid. Journal Sep. Sci. 2007. 30, 3268-3295)
b. Flavon
Memiliki struktur yang serupa dengan flavonol. Substitusi yang dapat
ditemukan pada flavon adalah hidroksilasi, metilasi, o-alkilasi,
C-alkilasi, dan glikosilasi. Flavon paling banyak ditemukan dalam
bentuk 7-o-glikosida (28).
Flavon
Posisi 5 7 3’ 4’
Senyawa
Apigenin OH OH - OH
Luteolin OH OH OH OH
Chrysin OH OH - -
Gambar 2. Struktur dasar flavon dan contoh turunannya (Sumber : Stalikas, D.C. Extraction, Separation, and Detection Method for Phenolic Acid and Flavonoid. Journal Sep. Sci. 2007. 30, 3268-3295)
c. Flavan-3-ol
Merupakan subkelas flavonoid yang paling kompleks mulai dari
monomer sederhana katekin dan isomernya epikatekin hingga
oligomer dan polimer proantosianidin yang juga dikenal sebagai tannin
terkondensasi. Tidak seperti flavon, flavonol, isoflavon, dan
antosianidin yang memiliki molekul planar, flavan-3-ol, proantosianidin,
dan flavanon memiliki kerangka C3 tersaturasi pada cincin-C
heterosiklik dan menjadikannya non-planar (28).
Flavan-3ol
Posisi 3 5 7 3’ 4’ 5’
Senyawa
(+)- Katekin βOH OH OH OH OH -
(-)- Epikatekin αOH OH OH OH OH -
(-)- Epigallokatekin αOH OH OH OH OH OH
Gambar 3. Struktur dasar flavan-3-ol dan contoh turunannya (Sumber : Stalikas, D.C. Extraction, Separation, and Detection Method for Phenolic Acid and Flavonoid. Journal Sep. Sci. 2007. 30, 3268-3295)
d. Antosianiadin
Antosianidin dan turunannya, antosianin, paling banyak ditemukan
pada buah dan bunga yang memberi warna merah, biru, dan ungu.
Selain itu, juga ditemukan pada jaringan daun, batang, biji, dan akar.
Senyawa ini berperan dalam mekanisme proteksi tanaman melawan
cahaya berlebih dengan jalan melindungi sel mesofil daun dan untuk
menarik perhatian serangga penyerbuk. Contoh antosianidin yaitu
pelargonidin, sianidin, delphinidin, peonidin, petunidin, dan malvidin
(28).
Antosianidin
Posisi 3 5 7 3’ 4’ 5’
Senyawa
Sianidin OH OH OH OH OH -
Sianin O-Glu OH OH OH OH -
Peonidin OH OH OH OCH3 OH -
Delphinidin - OH OH OH - OH
Pelargonidin OH OH OH - OH -
Malvidin OH OH OH OCH3 OH OCH3
Glu : Glukosida Gambar 4. Struktur dasar antosianidin dan contoh turunannya (Sumber : Stalikas, D.C.
Extraction, Separation, and Detection Method for Phenolic Acid and Flavonoid. Journal
Sep. Sci. 2007. 30, 3268-3295)
e. Flavanon
Pada sebagian besar senyawa flavanon, cincin-C terhubung dengan
cincin-B pada posisi C2 dengan konfigurasi-α. Flavanon sangat reaktif
dan telah dilaporkan dapat mengalami reaksi hidroksilasi, glikosilasi,
dan o-metilasi (28).
f. Isoflavon
Isoflavon memiliki ciri khas pada ikatan cincin-B yang terikat pada
posisi atom C3 dan bukan pada C2. Banyak ditemukan pada kacang-
kacangan dengan konsentrasi tertinggi yaitu pada kacang kedelai (28).
Flavanon
Posisi 5 7 3’ 4’
Senyawa
Naringenin OH OH - OH
Naringin OH O-Rha-Glu OH OH
Hesperitin OH OH OH OCH3
Hesperidin OH O-Rha-Glu OH OCH3
Rha-Glu : Rhamnoglukosil
Gambar 5. Struktur dasar flavonon dan contoh turunannya (Sumber : Stalikas, D.C.
Extraction, Separation, and Detection Method for Phenolic Acid and Flavonoid. Journal
Sep. Sci. 2007. 30, 3268-3295)
Isoflavon
Posisi 5 7 4’
Senyawa
Genisteiin OH OH OH
Genistin OH O-Glu OH
Daidzein - OH OH
Daidzin - O-Glu OH
Ononin OH O-Glu CH3 Gambar 6. Struktur dasar isoflavon dan contoh turunannya (Sumber : Stalikas, D.C. Extraction, Separation, and Detection Method for Phenolic Acid and Flavonoid. Journal Sep. Sci. 2007. 30, 3268-3295)
II.3.1.2 Non Flavonoid
Senyawa fenolik non-flavonoid adalah asam fenolat, hidroksinamat,
dan stilbenes.
a. Asam fenolat
Asam fenolat juga dikenal dengan nama hidroksibenzoat. Contoh
senyawa dari subkelas ini adalah asam gallat (28).
Asam Hidroksibenzoat
Posisi R1 R2 R3 R4
Senyawa
Asam benzoat H H H H
Asam p-hidroksobenzoat H H OH H
Asam vanilat H OCH3 OH H
Asam galat H OH OH OH
Protocatechuic acid H OH OH H
Syringic acid H OCH3 OH OCH3
Asam gentisat OH H H OH
Veratric acid H OCH3 OCH3 H
Asam salisilat OH H H H Gambar 7. Struktur dasar asam hidroksibenzoat dan contoh turunannya (Sumber : Stalikas, D.C. Extraction, Separation, and Detection Method for Phenolic Acid and Flavonoid. Journal Sep. Sci. 2007. 30, 3268-3295)
b. Hidroksinamat
Asam sinamat merupakan senyawa dengan kerangka C6-C3 yang
selanjutnya akan diubah menjadi hidroksinamat. Hidroksinamat yang
paling umum ditemukan adalah p-coumaric, caffeic, dan asam ferulat
yang seringkali terakumulasi dalam bentuk tartrat ester, coutaric,
caftaric, dan asam fertarat (28).
Asam Hidroksinamat
Posisi R1 R2 R3 R4
Senyawa
Asam sinamat H H H H
Asam o-kumarat OH H H H
Asam m-kumarat H OH H H
Asam p-kumarat H H OH H
Asam ferulat H OCH3 OH H
Sinapic acid H OCH3 OH OCH3
Asam kafeat H OH OH H
Gambar 8. Struktur dasar asam hidroksinamat dan contoh turunannya (Sumber : Stalikas, D.C. Extraction, Separation, and Detection Method for Phenolic Acid and Flavonoid. Journal Sep. Sci. 2007. 30, 3268-3295)
c. Stilbenes
Stilbenes merupakan senyawa fitoaleksin, yaitu senyawa yang
diproduksi oleh tanaman untuk melawan fungi, bakteri, atau virus
pathogen. Resveratrol merupakan senyawa stilbenes yang paling
umum ditemukan. Terdapat dalam bentuk isomer cis dan trans serta
terdapat dalam jaringan tanaman dalam bentuk trans-resveratrol-o-
glukosida (28).
II.3.2 Jalur Biosintesis
Senyawa fenolik tanaman disintesis melalui jalur fenilpropanoid
yang mengubah senyawa aromatik yang berasal dari jalur asam sikimat
menjadi metabolit fenolik. Senyawa yang paling banyak dihasilkan dari
jalur fenilpropanoid adalah asam hidroksinamat yang dapat ditemukan
dalma bentuk ester atau pun berperan sebagai precursor metabolit fenolik
lainnya, misalnya flavonoid dan lignin. Flavononoid disintesis melalui jalur
fenilpropanoid dan jalur poliketida yang akan membentuk kerangka C6-C3-
C6 yang merupakan kerangka dasar flavonoid (29).
II.3.2.1 Biosintesis Hidroksinamat
Asam galat disintesis melalui jalur asam sikimat dari asam 3-
dehidrosikimat. Berbagai studi menunjukkan bahwa asam galat dikonversi
menjadi β-glucogallin yang kemudian akan dikonversi menjadi penta-o-
galloyl-glucose. Senyawa ini merupakan senyawa yang berperan dalam
sintesis gallotanin dan ellagitanin. Senyawa prekursor ellagic acid belum
diketahui secara pasti. Dibandingkan dengan asam galat, senyawa ini
lebih besar kemungkinannya berasal dari ellagitanin, yang pada saat
dihidrolisis akan melepaskan residu hexahidroxydiphenoyl dalam bentuk
hexahidroxyphenic acid yang secara spontan berubah menjadi ellagic
acid. Produk hasil fotosintesis yang akan memasuki jalur sikimat berasal
dari asam 3-dihidrosikimat yang diubah menjadi l-fenilalanin yang akan
kemudian memasuki jalur fenilpropanoid. Fenilalanin ammonia-lyase
(PAL) mengkatalisis langkah pertama pada jalur ini, yaitu konversi l-
fenilalanin menjadi asam sinamat. Selanjutnya oleh sinamat 4-
hidroksilase, asam sinamat diubah menjadi p-coumaric acid yang akan
menghasilkan metabolit p-coumaroyl-CoA oleh p-coumarate:CoA lygase.
Asam sinamat juga akan dimetabolisme menjadi asam benzoat dan asam
salisilat yang dikatilisis oleh asam benzoate-2-hidroksilase. p-coumaric
acid juga dimetabolisme melalui serangkaian reaksi hidroksilasi dan
metilasi yang akan menghasilkan kafeat, ferulat, 5-hidroksiferulat dan
sinapic acid. Sinapic acid dan asam ferulat merupakan senyawa prekursor
lignin. Asam kafeat merupakan senyawa prekursor 5-o-caffeoylquinic acid
yang umum ditemukan pada buah-buahan dan sayuran. Hasil studi
menunjukkan bahwa jalur utama pembentukan 5-o-caffeoylquinic,acid
yang berkaitan erat dengan asam caffeoylquinic, berasal dari p-
coumaroyl-CoA melalui 5-o-p-coumaroylquinic acid. p-coumaroyl-CoA
memiliki peran penting dalam sintesis flavonoid dan stilbenes (28).
II.3.2.2 Biosintesis Flavonoid
Kerangka C6-C3-C6 flavonoid berasal dari dua jalur biosintesis yang
berbeda. Tiga atom C yang berperan sebagai penghubung antara dua
cincin aromatis dan cincin-B berasal dari jalur fenilpropanoid dan disintasis
dari senyawa p-coumaroyl-CoA. Atom C yang membentuk cincin-A
berasal dari kondensasi tiga unit asetat melalui jalur asam mevalonat.
Penggabungan dari dua bagian ini melibatkan proses kondensasi p-
coumaroyl-CoA dengan tiga unit residu malonyl CoA, yang masing-masing
mendonorkan dua atom C. Reaksi ini dikatalisis oleh chalcone sintetase
(CHS). Proses ini kemudian akan menghasilkan naringenin-chalcone.
Sedikit modifikasi dari proses ini akan menghasilkan isoflavon, misalnya
daidzein, yang merupakan turunan isoliquiritigenin. Sintesis
isoliquiritigenin dikatalisis oleh chalcone reductase, enzim NADPH-
dependen yang akan berinteraksi dengan CHS. Langkah selanjutnya pada
sintesis flavonoid adalah konversi stereospesifik naringenin-chalcone
menjadi naringenin oleh chalcone isomerase (CHI). Naringenin memiliki
peranan penting dalam sintesis flavonoid yang selanjutnya akan terbagi-
bagi dalam beberapa jalur yang menghasilkan beberapa subkelas
flavonoid seperti isoflavon, flavanon, flavon, flavonol, flavan-3-ol, dan
antosianin (28,29).
Gambar 9. Biosintesis asam hidroksinamat, asam hidroksibenzoat, dan flavonoid. Garis panah tebal menandakan reaksi yang dikatalisis oleh enzim tunggal. Garis panah putus-putus menandakan reaksi dikatalisis lebih dari satu enzim yang beragam tergantung dari jenis tanaman. Enzim yang terlibat adalah asam sinamat 4-hidroksilase (CA4H), chalcone sintetase (CHS), 4-coumarate:coenzyme A ligase (4CL), fenilalanin ammonialyase (PAL). (Sumber : Hakkinen, S. Flavonols and Phenolic Acids in Berries and Berry Product. Kuopio : University of Kuopio. 2000)
Gambar 12. Hubungan antara biosintesis fenilpropanoid dan flavonoid. Enzim yang terlibat antara lain fenilalanin ammonialyase (PAL), cinamat-4-hidroksilase (C4H), 4-coumarate CoA ligase (4CL), chalcone sintetase (CHS), chalcone isomerase (CHI), isoflavon sintetase (IFS), dihidroflavonol reduktase (DFR), flavonol sintetase (FS), antosianidin sintetase (ANS). (Sumber : Smirnoff, N. Antioxidant and Reactive Oxygen Species in Plants. Iowa : Blackwell Publishing. 2005)
II.4 Spektrofotometri UV-Vis
II.4.1 Radiasi Elektromagnetik
Dalam spektroskopi, permasalahan dititikberatkan terhadap
interaksi antara cahaya dengan suatu senyawa. Instrument yang
digunakan untuk mengukur spektrum senyawa dinamakan
spektrofotometer (31).
Absorpsi dan emisi energi dalam spektrum elektromagnetik berada
dalam bentuk paket-paket foton. Hubungan antara energi foton dan
frekuensi gelombang adalah sebagai berikut (32)
E = h ʋ
dimana, E : energy radiasi (ergs)
h : konstanta Planck (6,6256 x 10-27 erg sec)
ʋ : frekuensi (cycles sec-1)
Adapun hubungan antara panjang gelombang dan frekuensi dapat
dinyatakan sebagai berikut :
ʋ = c / λ
dimana, λ : panjang gelombang (cm-1)
c : kecepatan cahaya (2,9979 x 1010 cm sec-1)
Energi yang berasal dari berkas cahaya didesain berdasarkan
intensitas radiasi yang dimilikinya dan berbanding lurus dengan jumlah
foton yang mengalami propagasi per detik.
Table 4. Daerah spektrum elektromagnetik (33)
Panjang gelombang
Frekuensi (Hz) Daerah Spectrum elektromagnetik
100-1 m
1-0,1 m
100-1 mm
1-0,02 mm
20-2 mm
2-0,8 mm
800-400 nm
400-150 nm
150-2 nm
2-0,1 nm
0,1-0,0001 nm
3-300 x 106
0,3-3 x 109
3-300 x 109
0,3-15 x 1012
15-150 x 1012
150-375 x 1012
375-750 x 1012
750-2000 x 1012
2-150 x 1016
150-3000 x 1016
3-3000 x 1016
Radiofrequency
Radiofrequency
Microwave
Far infrared
Infrared (IR)
Near infrared
Visible
Ultraviolet (UV)
Vacuum UV
X-ray
ɣ-ray
Nuclear Magnetic
Resonance
Electron Spin
Resonance
Rotational
Vibrational
Vibrational
Vibrational
Electronic
Electronic
Electronic
Inner Shell
Electronic
Nuclear Reaction
Gambar 11. Skema spektrum elektromagnetik dan kisaran panjang gelombangnya (Sumber : Kar, A. Pharmaceutical Drug Analysis 2
nd Ed. : Methodology, Theory,
Instrumentation, Pharmaceutical Assays, Cognate Assays. New Delhi : New Age International Publisher. 2005)
Table 5. Hubungan antara warna dengan panjang gelombang sinar tampak (34)
Panjang gelombang Warna yang diserap Warna yang diamati/ warna komplementer
400-435 nm
450-480 nm
480-490 nm
490-500 nm
500-560 nm
560-580 nm
580-595 nm
595-610 nm
610-750 nm
Ungu (lembayung)
Biru
Biru kehijauan
Hijau kebiruan
Hijau
Hijau kekuningan
Kuning
Jingga
Merah
Hijau kekuningan
Kuning
Jingga
Merah
Merah anggur
Ungu (lembayung)
Biru
Biru kekuningan
Hijau kebiruan
Pada umumnya molekul senyawa menyerap radiasi pada panjang
gelombang ultraviolet meskipun bberapa senyawa yang memiliki warna
akan radiasi pada panjang gelombang sinar tampak (visible). Serapan
radiasi UV/Vis terjadi melalui proses eksitasi electron menuju tingkatan
energy yang lebih tinggi. Transisi ini terjadi dari tingkat energy electron
pada keadaan dasar menuju tingkat energy electron pada keadaan
tereksitasi. Serangkaian proses inilah yang akan menghasilkan spectra
senyawa tersebut (34).
Gambar 12. Diagram tingkat energi transisi elektronik (Sumber : Kealey, D. dan Haines, P.J. Instant Notes : Analitycal Chemistry. UK : Bios Scientific Publisher. 2002 dan Rohman, A. Kimia Farmasi Analisis. Yogyakarta : Pustaka Pelajar. 2007)
Pengukuran serapan cahaya oleh molekul senyawa berdasarkan
Hukum Lambert-Beer, yaitu sebagai berikut :
Log Io/It = A = a b c
dimana, Io : intensitas radiasi
It : intensitas radiasi yang ditransmisikan
A : serapan/absorban
a : absorptivitas
b : tebal kuvet (cm)
c : konsentrasi
Kuantitas spektroskopi yang diukur biasanya adalah transmitan (T),
T = It/Io, dan absorbansi (A), yang mana A = log 1/T. Absorptivitas (a)
merupakan suatu konstanta yang tidak tergantung pada konsentrasi, tebal
kuvet dan intensitas radiasi yang mengenai larutan sampel. Absorptivitas
tergantung pada suhu, pelarut, struktur molekul, dan panjang gelombang
radiasi. Satuan a ditentukan oleh satuan-satuan b dan c. jika satuan c
dalam molar (M) maka absorptivitas disebut dengan absorptivitas
molardan disimbolkan dengan ɛ dengan satuan M-1cm-1 atau L.mol-1cm-1.
Jika c dinyatakan dengan persen berat/volume (g/100 ml) maka
absorptivitas dapat ditulis dengan ((34).
II.4.2 Instrumentasi
Sumber cahaya untuk sinar tampak (400-800 nm) biasanya berupa
lampu tungsten filament atau lampu tungsten halogen. Untuk UV (200-400
nm), sumber cahaya biasanya adalah lampu deuterium. Sampel berupa
cairan encer dari sejumlah analit dengan menggunakan pelarut yang
memiiki serapan yang rendah. Larutan sampel ditempatkan dalam kuvet
yang pada umumnya memiliki ketebalan 1 cm, yang selanjutnya akan
dikur serapannya (33).
1 % 1 cm
E
Gambar 13. Diagram sederhana spektrofotometer UV/Vis (Sumber : Kealey, D. dan Haines, P.J. Instant Notes : Analitycal Chemistry. UK : Bios Scientific Publisher. 2002)
Spektrofotometer tebagi dalam dua tipe yaitu :
a. Spektrofotometer Single-Beam
Panjang gelombang yang sesuai dipancarkan menggunakan prisma,
sebuah cermin pemantul, dan sebuah celah yang akan memancarkan
cahaya monokromator yang berasal dari instrument. Panjang
gelombang yang tertera pada spektrofotometer dapat diatur menjadi
nilai yang lebih spesifik (32).
Gambar 14. Diagram sederhana sperktrofotometer Single-Beam (Sumber : Kar, A. Pharmaceutical Drug Analysis 2
nd Ed. : Methodology, Theory, Instrumentation,
Pharmaceutical Assays, Cognate Assays. New Delhi : New Age International Publisher. 2005)
Ket. A : sumber cahaya E : cermin collimator
B : cermin condensing F : prisma
C : celah masuk G : kuvet
D : celah H : phototube
Sumber cahaya (A) akan diarahkan menuju cermin condensing (B) dan
akan memancarkan berkas sinar menuju celah masuk (C) yang diatur
dengan sudut 45o. Selanjutnya, berkas sinar akan diarahkan menuju
celah (D) yang dapat diatur ukurannya sesuai dengan panjang
gelombang yang diinginkan. Berkas sinar yang dihasilkan kemudian
menuju cermin collimator dimana berkas sinar akan menjadi parallel
dan direfleksikan oleh prisma (F) dan mengalami refraksi (32).
b. Spektrofotometer Double-Beam
Gambar 17. Diagram sederhana spektrofotometer Double-Beam (Sumber : Kar, A. Pharmaceutical Drug Analysis 2nd Ed. : Methodology, Theory, Instrumentation, Pharmaceutical Assays, Cognate Assays. New Delhi : New Age International Publisher. 2005)
Ket. VIS-LAMP : lampu tungsten
UV-LAMP : lampu hydrogen (HL)
: lampu deuterium (DL)
P1 : cermin pengatur sumber cahaya
M1,M2,M3,M4 : cermin
FW : filter
ES 1 : celah masuk
ES 2 : celah keluar
BS : pemecah berkas sinar
R : sampel baku
S : sampel
DD 1, DD2 : diode detector
Setelah melewati cermin 1 (M1), berkas sinar yang dipancarkan akan
direfleksikan dan memasuki filter (FW) menuju celah masuk (ES 1) dan
dipancarkan ke monokromator. Selanjutnya, berkas sinar menuju celah
keluar (ES 2) dan jatuh pada cermin 2 (M2). Pemecah berkas sinar
(BS) akan memecah sinar yang berasal dari M2 menjadi dua bagian,
satu beras sinar akan menuju cermin 4 (M4) dan akan diarahkan pada
sampel baku (R) menuju diode detector (DD 1). Berkas sinar yang
lainnya menuju cermin 3 (M3) dan diarahkan pada sampel (S) menuju
diode detector (DD 2) (30,34).
II.4.3 Aplikasi
Spectra UV/vis dapat digunakan untuk informasi kualitatif dan
sekaligus dapat digunakan untuk analisis kuantitatif.
a. Aspek Kualitatif
Data spectra UV/Vis secara sendiri tidak dapat digunakan untuk
identifikasi kualitatif obat atau metabolitnya. Akan tetapi jika digabung
dengan cara lain seperti spekroskopi infra merah, resonansi magnet
inti, dan spektroskopi massa, maka dapat digunakan untuk maksud
identifikasi/analisis kualitatif suatu senyawa tersebut. Data yang
diperoleh dari spektroskopi UV dan Vis adalah penjang gelombang
maksimum, intensitas, efek pH, dan pelarut yang kesemuanya itu
dapat dibandingkan dengan data yang suah dipublikasikan (32).
b. Aspek Kuantitatif
Dalam aspek kuantitatif, suatu berkas sinar dikenakan pada cuplikan
(larutan sampel) dan intensitas sinar radiasi yang diteruskan diukur
besarnya. Radiasi yang diserap oleh cuplikan ditentukan dengan
membandingkan intensitas sinar yang diteruskan dengan intensitas
sinar yang diserapjika tidak ada spesies penyerap lainnya. Intensitas
atau kekuatan radiasi cahaya sebanding dengan jumlah foton yang
melaluisatu satuan luas penampang per detik. Serapan dapat terjadi
jika foton/radiasi yang mengenai cuplikan memiliki energy yang sama
dengan energy yang dibutuhkan untuk menyebabkan terjadinya
perubahan tenaga. Kekuatan radiasi juga mengalami penurunan
dengan adanya penghamburan dan pemantulan cahaya akan tetapi
penurunan karena hal ini sangat kecil dibandingkan dengan proses
penyerapan. Analisis kuantitatif dengan metode spektrofotometri
UV/Vis dapat digolongkan atas tiga macam pelaksanaan pekerjaan
yaitu (1) analisis zat tunggal atau analisis satu komponen, (2) analisis
kuantitatif campuran atau analisis dua komponen, dan (3) analisis
kuantitatif campuran tiga macam zat atau lebih atau analisis multi
komponen (32).
BAB III
PELAKSANAAN PENELITIAN
III.1 Alat dan Bahan
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah alat-alat gelas,
labu tentukur, mikropipet 10-1000 µl (Humapette), neraca analitik
(Sartorius), pipet volume, Spektrofotometer UV-VIS (Agilent), pelat KLT
silica GF254.
Bahan-bahan yang digunakan adalah air suling, madu paliasa,
asam galat, quercetin, reagen Folin-Ciocalteau, Na2CO3 10 %, natrium
asetat 1 M, AlCl3 10 %, HCl pekat, serbuk Mg, FeCl3.
III.2 Metode Kerja
III.2.1 Penyiapan Sampel
Sampel berupa madu paliasa (MP), yang terdiri atas
MTP (A) : madu yang dihasilkan oleh lebah yang diberi pakan tambahan
campuran air dan sirup dengan perbandingan 2 : 3 (tanpa infus
daun paliasa)
MP (B) : madu yang dihasilkan oleh lebah yang diberi pakan tambahan
infus daun paliasa konsentrasi 20% dan sirup dengan
perbandingan 2 : 3
MP (C) : madu yang dihasilkan oleh lebah yang diberi pakan tambahan
infus daun paliasa konsentrasi 40% dan sirup dengan
perbandingan 2 : 3
MP (D) : madu yang dihasilkan oleh lebah yang diberi pakan tambahan
infus daun paliasa konsentrasi 60% dan sirup dengan
perbandingan 2 : 3
III.2.2 Analisis Kualitatif Senyawa Polifenol dan Flavonoid
III.2.2.1 Uji Pendahuluan Senyawa Polifenol dan Flavonoid Madu
Paliasa
Uji pendahuluan senyawa polifenol dilakukan dengan cara sampel
madu yang telah diencerkan dengan air suling dimasukkan dalam tabung
reaksi dan ditambahkan beberapa tetes larutan FeCl3. Hasil positif jika
terjadi perubahan warna menjadi warna hijau-biru, hitam-hijau, atau biru-
hitam.
Uji pendahuluan senyawa flavonoid dilakukan dengan
menggunakan metode Wilstater, yaitu sampel madu yang telah
diencerkan dengan air suling dimasukkan dalam tabung reaksi dan
ditambahkan dengan beberapa tetes HCl pekat dan sedikit serbuk
magnesium. Hasil positif jika terjadi perubahan warna menjadi warna
merah, merah muda, atau kuning.
II.2.2.2 Kromatografi Lapis Tipis Madu Paliasa
Analisis kualitatif dilakukan secara kromatografi lapis tipis terhadap
sampel madu MTP (A), MP (B), MP (C), MP (D), dan infus paliasa.
Sampel ditambahkan dengan etanol 96 %, diaduk, dan dipisahkan antara
supernatan dan endapannya. Supernatan yang diperoleh dipekatkan dan
ditotolkan pada pelat KLT dan dielusi dengan fase gerak n-butanol:asam
asetat:air atau BAW (4:1:3). Noda yang terbentuk diperiksa di bawah
lampu UV pada panjang gelombang 366 nm dan 254 nm. Noda-noda
senyawa polifenol ditandai dengan terbentuknya warna hijau, biru, merah
ungu, hingga biru kehitaman dengan pereaksi semprot FeCl3, sedangkan
noda-noda senyawa flavonoid ditandai dengan terbentuknya warna kuning
dengan pereaksi semprot AlCl3 10 %.
II.2.3 Analisis Kuantitatif Senyawa Polifenol
II.2.3.1 Pembuatan Larutan Natrium Karbonat 10 %
Natrium karbonat ditimbang sebanyak 1 g, dimasukkan dalam labu
tentukur dan dicukupkan volumenya hingga 10 ml dengan air suling bebas
CO2.
II.2.3.2 Penentuan Panjang Gelombang Maksimum Asam Galat
Pertama-tama dibuat larutan stok dengan konsentrasi 1000 bpj
dengan cara asam galat ditimbang saksama sebanyak 10 mg,
dimasukkan dalam labu tentukur 10 ml, kemudian dilarutkan dengan air
suling hingga tanda batas. Selanjutnya dari larutan stok ini dipipet 100 µl,
kemudian ditambahkan 100 µl reagen Folin Ciocalteau, dihomogenkan
dan ditambahkan 100 µl larutan natrium karbonat 10 %, dihomogenkan
kembali dan dicukupkan volumenya hingga 5 ml dengan air suling.
Kemudian diukur serapannya pada rentang panjang gelombang 400-800
nm dan ditentukan panjang gelombang maksimumnya.
II.2.3.3 Pembuatan Kurva Baku Asam Galat
Dari larutan stok dibuat satu seri pengenceran dengan konsentrasi
10, 20, 30, 40, dan 50 bpj dengan cara dipipet larutan stok masing-masing
50 µl , 100 µl, 150 µl, dan 200 µl, dan 250 µl, kemudian ditambahkan
100 µl reagen Folin Ciocalteau, dihomogenkan, lalu ditambahkan 100 µl
larutan natrium karbonat 10 %, dihomogenkan kembali dan dicukupkan
volumenya hingga 5 ml dengan air suling, lalu diukur serapannya pada
panjang gelombang maksimum (655 nm). Selanjutnya dibuat kurva regresi
linear antara serapan terhadap konsentrasi.
II.2.3.4 Penentuan Kandungan Polifenol Sampel
Sampel infus paliasa 10 % yang telah diliofilisasi ditimbang
saksama sebanyak 50 mg, sedangkan sampel MTP (A), MP (B), MP (C),
dan MP (D) masing-masing sebanyak 1 gram dan dilarutkan dengan air
suling hingga volume 10 ml. Larutan infus paliasa 10 % diambil 300 µl
sedangkan larutan MTP (A), MP (B), MP (C), dan MP (D) diambil 500 µl
dan dimasukkan ke dalam labu tentukur 5 ml, ditambahkan 100 µl reagen
Folin-Ciocalteau dan dihomogenkan. Kemudian ditambahkan 100 µl
larutan natrium karbonat 10%, dihomogenkan, dan dicukupkan volumenya
hingga 5 ml dengan air suling. Serapan sampel diukur pada panjang
gelombang maksimum (655 nm). Selain itu, dilakukan juga pengukuran
serapan larutan blanko. Selanjutnya dihitung kandungan senyawa
polifenol sampel berdasarkan data serapan yang diperoleh.Total senyawa
x 100 %
polifenol dihitung sebagai g equivalen asam galat dalam 100 g madu (g
EAG/100g madu).
Kandungan fenolik sampel ditentukan berdasarkan rumus berikut :
Kandungan fenolik sampel (%) = V (ml) . C (mg/ml) . Fp
Bs (mg)
II.2.4 Analisis Kuantitatif Senyawa Flavonoid
II.2.4.1 Pembuatan Larutan AlCl3 10 %
AlCl3 ditimbang sebanyak 1 g, dimasukkan ke dalam labu tentukur
dan dicukupkan volumenya hingga 10 ml dengan air suling.
II.2.4.2 Pembuatan Larutan Natrium Asetat 1 M
Natrium asetat ditimbang sebanyak 0,8203 g, dimasukkan dalam
labu tentukur dan dicukupkan volumenya hingga 10 ml dengan air suling.
II.2.4.3 Penentuan Panjang Gelombang Maksimum Quersetin
Pertama-tama dibuat larutan stok dengan konsentrasi 1000 bpj
dengan cara quersetin ditimbang saksama sebanyak 10 mg, dimasukkan
dalam labu tentukur 10 ml kemudian dilarutkan dengan air suling hingga
tanda batas. Selanjutnya dari larutan stok ini dipipet sebanyak 100 µl,
kemudian ditambahkan 100 µl larutan AlCl3 10 %, dihomogenkan dan
ditambahkan 100 µl larutan natrium asetat 1 M, dihomogenkan kembali
dan dicukupkan volumenya hingga 5 ml dengan air suling. Kemudian
diukur serapannya pada rentang panjang gelombang 400-800 nm dan
ditentukan panjang gelombang maksimumnya.
II.2.4.4 Pembuatan Kurva Baku Quersetin
Dari larutan stok dibuat satu seri pengenceran dengan konsentrasi
10, 20, 30, 40, 50 bpj dengan cara dipipet larutan stok masing-masing
50 µl , 100 µl, 150 µl, dan 200 µl, dan 250 µl, kemudian ditambahkan 100
µl larutan AlCl3 10 %, dihomogenkan, lalu ditambahkan 100 µl larutan
natrium asetat 1 M, dihomogenkan kembali dan dicukupkan volumenya
hingga 5 ml dengan air suling, lalu diukur serapannya pada panjang
gelombang maksimum (426 nm). Selanjutnya dibuat kurva regresi linear
antara serapan terhadap konsentrasi.
II.2.4.5 Penentuan Kandungan Flavonoid Sampel
Sampel infus paliasa 10 % yang telah diliofilisasi ditimbang
saksama sebanyak 50 mg, sedangkan sampel MTP (A), MP (B), MP (C),
dan MP (D) masing-masing sebanyak 1 gram dan dilarutkan dengan air
suling hingga volume 10 ml. Larutan infus paliasa 10 % diambil 500 µl
sedangkan larutan MTP (A), MP (B), MP (C), dan MP (D) diambil 1 ml dan
dimasukkan dalam labu tentukur 5 ml, ditambahkan dengan 100 µl larutan
AlCl3 10 % serta 100 µl natrium asetat 1 M, dan dicukupkan volumenya
dengan air suling. Serapan sampel diukur pada panjang gelombang
maksimum (426 nm). Selain itu, dilakukan juga pengukuran serapan
larutan blanko. Selanjutnya dihitung kandungan flavonoid sampel
berdasarkan data serapan yang diperoleh. Total senyawa flavonoid
dihitung sebagai g equivalen quercetin dalam 100 g madu (g EQ/100 g
madu).
x 100 %
Kandungan flavonoid sampel ditentukan berdasarkan rumus
berikut:
Kandungan flavonoid sampel (%) = V (ml) . C (mg/ml) . Fp
Bs (mg)
II.2.5 Pengumpulan Data
Data kandungan senyawa polifenol dan flavonoid sampel
dikumpulkan dan ditabulasi.
II.2.6 Pembahasan Hasil
Pembahasan dilakukan berdasarkan data penelitian
II.2.7 Pengambilan Kesimpulan
Kesimpulan diambil berdasarkan hasil pembahasan
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
IV.1 Hasil Penelitian
Setelah dilakukan uji kualitatif dengan uji pendahuluan serta
kromatografi lapis tipis dan uji kuantitatif secara spektrofotometri terhadap
kandungan senyawa polifenol dan flavonoid madu paliasa maka diperoleh
hasil sebagai berikut :
Tabel 6. Hasil uji pendahuluan senyawa polifenol madu paliasa
No. Sampel Pereaksi Warna Ket.
1. MTP (A) FeCl3 Kekuningan (-)
2. MP (B) FeCl3 Hijau
kehitaman
(+)
3. MP (C) FeCl3 Hijau
kehitaman
(+)
4. MP (D) FeCl3 Hijau
kehitaman
(+)
Tabel 7. Hasil uji pendahuluan senyawa flavonoid madu paliasa
No. Sampel Pereaksi Warna Ket.
1. MTP (A) Serbuk Mg +
HCl pekat
Tidak terjadi
perubahan warna
(-)
2. MP (B) Serbuk Mg +
HCl pekat
Merah
kekuningan
(+)
3. MP (C) Serbuk Mg +
HCl pekat
Merah
kekuningan
(+)
4. MP (D) Serbuk Mg +
HCl pekat
Merah
kekuningan
(+)
Tabel 8. Hasil Uji Kromatografi Lapis Tipis Madu paliasa
Sampel
Sinar UV
Reagen semprot
254 nm
366 nm
FeCl3 10%
AlCl3 10%
Keterangan
MTP (A)
Noda
berwarna coklat
Noda tidak
tampak
Noda
berwarna kehitaman
Noda tidak
tampak
Negatif
MP (B)
Noda
berwarna coklat
Noda
berpendar kebiruan
Noda
berwarna kehitaman
Noda
berwarna kuning
Positif
mengandung senyawa polifenol
dan flavonoid
MP (C)
Noda
berwarna coklat
Noda
berpendar kebiruan
Noda
berwarna kehitaman
Noda
berwarna kuning
Positif
mengandung senyawa polifenol
dan flavonoid
MP (D)
Noda
berwarna coklat
Noda
berpendar kebiruan
Noda
berwarna kehitaman
Noda
berwarna kuning
Positif
mengandung senyawa polifenol
dan flavonoid
Tabel 9. Kandungan senyawa polifenol madu paliasa
No. Sampel Serapan Kadar Fenolik
(% b/b)
Rata-rata (% b/b)
1. Infus Paliasa
10%
0,52267 15,02
15,10
0,52687 15,15
0,52586 15,12
2. MP (B) 0,39826 0,34
0,35 0,41886 0,36
0,41999 0,36
3. MP(C) 0,39888 0,34
0,34 0,39222 0,33
0,39313 0,34
4. MP (D) 0,43656 0,37
0,37 0,43532 0,37
0,44467 0,38
Tabel 10. Kandungan senyawa flavonoid madu paliasa
No. Sampel Serapan Kadar Flavonoid
(% b/b)
Rata-rata (% b/b)
1. Infus Paliasa
10%
0.36281 4,34
4,37 0,35976 4,28
0,37028 4,49
2. MP (B) 0,21118 0,09
0,09 0,21168 0,09
0,21395 0,09
3. MP (C) 0,24354 0,11
0,11 0,24333 0,11
0,24176 0,11
4. MP (D) 0,26446 0,12
0,11 0,26091 0,11
0,26057 0,11
IV.2 Pembahasan
Pada penelitian ini telah dilakukan analisis kualitatif dan kuantitatif
kandungan senyawa fenolik dan flavonoid total madu paliasa secara
spektrofotometri. Madu paliasa adalah madu yang dihasilkan oleh lebah
Apis mellifera L. yang diberi pakan tambahan berupa campuran sirup dan
infus daun paliasa dengan berbagai konsentrasi dengan perbandingan 2:3
yaitu tanpa infus paliasa (MTP A), infus paliasa 20% b/v (MP B), infus
paliasa 40% b/v (MP C), dan infus paliasa 60% b/v (MP D).
Madu yang dihasilkan memiliki karakteristik yang berbeda. Madu
tanpa paliasa A (MTP A) memiliki warna kekuningan dengan aroma
serupa gula sedangkan madu paliasa B, C, dan D memiliki warna
kecoklatan dengan aroma serupa infus paliasa dan warnanya semakin
pekat dengan meningkatnya kadar infus paliasa yang diberikan pada
pakan tambahan lebah (lampiran VIII, gambar 22; madu paliasa A, B, C,
dan D).
Tahap pertama dalam penelitian ini yaitu dilakukan uji pendahuluan
senyawa polifenol dan flavonoid pada sampel madu. Pereaksi FeCl3
merupakan pereaksi untuk golongan fenol dengan hasil positif berupa
perubahan warna menjadi warna hijau-biru, hitam-hijau, atau biru-hitam,
sedangkan uji pendahuluan flavonoid dengan HCl dan serbuk Mg akan
menghasilkan garam flavilium dengan hasil positif berupa perubahan
warna menjadi merah. Pada tabel 6 dan 7 terlihat bahwa uji pendahuluan
senyawa polifenol dan flavonoid madu paliasa menunjukkan hasil negatif
untuk madu tanpa paliasa A dan hasil positif untuk madu paliasa B, C, dan
D (lampiran II, gambar 16 dan 17).
Untuk menegaskan hasil uji pendahuluan, selanjutnya dilakukan uji
kromatografi lapis tipis dengan menambahkan sampel madu dengan
etanol 96 % pada sampel . Penambahan etanol dimaksudkan untuk
memisahkan sebagian gula yang terdapat pada madu yang dapat
mengganggu partisi senyawa pada lempeng KLT. Selain itu, pemilihan
pelarut etanol 96% berdasarkan atas kelarutan senyawa polifenol dan
flavonoid serta sukrosa. Senyawa polifenol dan flavonoid tergolong ke
dalam senyawa polar dan umumnya larut dalam pelarut polar seperti
etanol. Adapun kelarutan sukrosa dalam etanol 96% yaitu sukar larut
(1:170). Supernatan yang dihasilkan selanjutnya dipekatkan, ditotolkan
pada lempeng KLT, dan dilakukan pengembangan dalam chamber KLT
dengan fase gerak n-butanol:asam asetat:air atau BAW (4:1:3). Kemudian
dilakukan pengamatan noda-noda yang terbentuk dibawah sinar UV 254
nm, sinar UV 366 nm, dan dengan pereaksi semprot AlCl3 dan FeCl3.
Tabel 8 memperlihatkan hasil uji kromatografi lapis tipis madu paliasa.
Diperoleh hasil negatif untuk madu tanpa paliasa A dan hasil positif untuk
madu paliasa B, C, dan D. Oleh karena madu tanpa paliasa A
menunjukkan hasil negatif pada uji pendahuluan serta uji kromatografi
lapis tipis, maka selanjutnya tidak dilakukan uji kuantitatif senyawa
polifenol dan flavonoid dengan spektrofotometri untuk sampel madu ini.
Adanya gugus fenol pada senyawa polifenol dan flavonoid
memberikan reaksi positif dengan pereaksi untuk fenol, misalnya dengan
FeCl3 yang akan menghasilkan perubahan warna noda menjadi coklat
kehitaman. Reaksi ini terjadi melalui mekanisme dimana FeCl3 akan
berikatan dengan gugus hidroksil pada fenol, sementara atom klor dan
hidrogen yang terlepas akan membentuk HCl (35). Reaksi yang terjadi
merupakan reaksi yang tidak spesifik, adanya atom oksigen yang memilki
pasangan elektron bebas pada gugus gula diduga juga dapat
mendonorkan elektronnya dan membentuk kompleks dengan Fe3+,
sehingga selain uji warna dengan FeCl3 juga perlu dilakukan uji warna
lainnnya yaitu dengan pereaksi AlCl3 yang dapat membentuk kompleks
berwarna dengan flavonoid. AlCl3 akan berikatan dengan flavonoid pada
gugus orto-hidroksil atau pada gugus hidroksil yang berikatan dengan
gugus karbonil yang akan menimbulkan warna kuning (36).
Uji kuantitatif senyawa polifenol madu paliasa B, C, dan D
dilakukan dengan menggunakan reagen Folin-Ciocalteau dengan
pembanding asam galat sedangkan untuk uji kuantitatif senyawa flavonoid
dilakukan dengan metode Chang dengan pembanding quersetin.
Prinsip metode Folin-Ciocalteau adalah oksidasi gugus polifenol.
Pereaksi ini mengoksidasi fenolat (garam alkali fenolik), mereduksi asam
heteropolifosfotungstat menjadi suatu kompleks molibdenum-tungsten.
Selama reaksi belangsung, gugus fenolik-hidroksil bereaksi dengan
pereaksi Folin-Ciocalteu, membentuk kompleks fosfotungstat-
fosfomolibdat berwarna biru yang dapat dideteksi dengan
spektrofotometer. Warna biru yang terbentuk akan semakin pekat setara
dengan konsentrasi ion fenolat yang terbentuk sehingga warna biru yang
dihasilkan semakin pekat (39,40).
Adapun pada penetapan kandungan flavonoid dengan Metode
Chang digunakan pereaksi AlCl3 dan natrium asetat. Pereaksi AlCl3 dapat
membentuk kompleks dengan flavonoid menimbulkan warna kuning.
Kompleks dari flavonoid dengan gugus hidroksil berkedudukan orto tidak
stabil dengan asam dan akan terurai kembali. Akan tetapi flavonoid
dengan gugus hidroksil yang berkedudukan dekat gugus karbonil akan
stabil dengan penambahan asam, sedangkan natrium asetat merupakan
basa lemah dan hanya akan mengionisasi gugus yang sifat keasamannya
tinggi, khususnya untuk mendeteksi adanya gugus 7 – OH bebas (36-38).
Pada penelitian ini juga dilakukan pengukuran kandungan senyawa
polifenol dan flavonoid dari infus paliasa dan diperoleh hasil sebesar
15,10 % untuk kandungan senyawa polifenol dan sebesar 4,37 % untuk
kandungan senyawa flavonoid.
Diperoleh hasil pengukuran kandungan senyawa polifenol madu
paliasa B, C, dan D secara berturut-turut sebesar 0,35 %, 0,34 %, dan
0,37 %. Adapun hasil pengukuran kandungan senyawa flavonoid madu
paliasa B, C, dan D secara berturut-turut diperoleh sebesar 0,09 %, 0,11
%, dan 0,11 %.
Saat ini dapat ditemukan banyak penelitian mengenai penentuan
kandungan polifenol dan flavonoid madu. Salah satunya adalah penelitian
yang dilakukan oleh Kaskoniene (1) dengan sampel berupa madu
gandum, heather, limau, dan lobak. Hasil penelitiannya menunjukkan
kandungan polifenol sebesar 20,2 %, 20.1 %, 15,3 %, dan 7,2 % berturut-
turut untuk tiap sampel madu. Adapun kandungan flavonoid yaitu sebesar
4,2 %, 4,5 %, 3,2 %, dan 1,5 % berturut-turut untuk tiap sampel madu.
Dari hasil ini terlihat bahwa kandungan polifenol dan flavonoid pada madu
paliasa lebih kecil dibandingkan sampel madu pada penelitian tersebut.
Hal ini diperkirakan karena metode produksi madu paliasa yaitu dengan
metode percepatan yang hanya melalui pemberian pakan tambahan
berupa infus paliasa sehingga kandungan polifenol dan flavonoid madu
tidak maksimal.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
V.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, MTP (A) tidak
mengandung senyawa polifenol dan flavonoid. Kandungan senyawa
fenolik infus paliasa 10 %, MP (B), MP (C), dan MP (D) secara berturut-
turut diperoleh sebesar 15,10 %, 0,35 %, 0,34 %, dan 0,37 % dihitung
sebagai asam galat. Adapun kandungan senyawa flavonoid infus paliasa
10 %, MP (B), MP (C), dan MP (D) secara berturut-turut diperoleh
sebesar 4,37 %, 0,09 %, 0,11 %, dan 0,11 % dihitung sebagai quersetin.
V.2 Saran
Disarankan untuk melakukan identifikasi senyawa fenolik dan flavonoid
madu paliasa dengan menggunakan instrumen lain, seperti Kromatografi Cair
Kinerja Tinggi (KCKT).
DAFTAR PUSTAKA
1. Kaskoniene, V., Maruska, A., Kornysova, O., Charczun, N., dan Ligor, M. Quantitative and Qualitative Determination of Phenolic Compound in Honey. Chemine Technologija. 2009. 3 (52)
2. Raflizar dan Tuminah, A.C. Dekok Daun Paliasa (Kleinhovia hospita Linn) Sebagai Obat Radang Hati Akut. Cermin Dunia Kedokteran. 2006. 50, 10-14
3. Gaffar, I., Noor, A., Soekamto, N. H., dan Halim, T. Senyawa Normonoterpenoid Dari Ekstrak Kayu Batang Tumbuhan Paliasa (Kleinhovia hospita L.). Jurnal Sains dan Teknologi. 2009. Vol 9 no. 1, 82-86
4. Noor, A. dan Kumanireng, A.S. Isolasi dan Identifikasi Konstituen Organik Tanaman Daun Paliasa, Kleinhovia hospita Linn. Pada Kelarutan Berdasarkan Kelompok Polaritasnya; Suatu Laporan Penelitian. Jurusan Kimia FMIPA Universitas Hasanuddin : Makassar. 2004
5. Taebe, B. Standarisasi Ekstrak Daun Paliasa (Kleinhovia hospita Linn.) Sebagai Bahan Baku Sediaan Fitofarmaka. Tesis tidak dipublikasikan. Pasca Sarjana Unhas : Makassar. 2004
6. Perez, E., dan Rodriguez-Malaver, A. J. Antioxidant Capacity of Venezuelan Honey in Wistar Rat Homogenates. Journal of Medical Food. 2006. Vol. 4, 510-516
7. Chepulis, L. Healing Honey, A Natural Remedy for Better Health and Wellness. Brown Walker Press : Florida. 2008. Hlm. 37-111
8. Dimins, F., Kuka, P., dan Augspole, I. Characterisation of Honey Antioxidative Properties. Universidad Politecnica De Valencia. 2010
9. Baltrus, V. dan Venskutonis, P.R.V. Radical Scavenging Activity of Different Floral Origin Honey and Beebread Phenolic Extract. 2005
10. Arraez-Roman, D., Gomez-Caravaca, A. M., Gomez-Romero, M., Segura-Carretero, A., dan Fernandez-Gutierrez, A. Identification of Phenolic Compound in Rosemary Honey Using Solid-Phase Extraction by Capillary Electrophoresis-Electrospray Ionization –Mass Spectrometry. Journal of Pharmaceutical and Biomedical Analysis. 2005. 41, 1648-1656
11. Venugopal, S., dan Devarajan, S. Estimation of Total Flavonoid, Phenols, and Antioxidant Activity of Local and New Zealand Manuka Honey. Journal of Pharmacy Research. 2010. 4(2), 464-466
12. Steenis, C.G.G.J. Flora. PT Pradnya Paramita : Jakarta. 2008. Hlm. 278
13. Kartesz, J. Kleinhovia hospita : Taxonomy and Nomenclature. Biota of North America Project (BONAP), University of North Carolina. 2006
14. Heyne, K. Tumbuhan Berguna Indonesia. Departemen Kehutanan : Jakarta. 1987
15. Latif, A. Faridah, H. L., dan Maese, L.J.G. Kleinhovia hospita Linn. Plant Resources of South-east Asia No. II. 1997
16. Kusuma, W. Tanaman Berkhasiat Obat di Indonesia Jilid II. Kartini : Jakarta 1996
17. Codex Alimentarius. Draft Revised Standars for Honey. 2001. Alinorm 01/25. 19-26
18. EU Council. Council Directive 2001/110/EC of 20 December 2001 Relating to Honey. Official Journal of The European Communities. 2002. L10, 47-52
19. Deadman, B.J. The Flavonoid Profile of New Zealand Manuka Honey. New Zealand : The University of Waikato. 2009
20. Ferreira, C.F.R., Aires, I.E., Barreira, J.C.M., Estevinho, L.M. Antioxidant Activity of Portuguese Honey Sample : Different Contribution of The Entire Honey and Phenolic Extract. Instituto Politecnico de Braganca : Portugal. 2005
21. Suranto, A. Khasiat dan Manfaat Madu Herbal Cetakan ke-2. Agromedia Pustaka : Jakarta. 2005. Hlm. 25-35
22. Bogdanov, S., T. Jurendic, R. Sieber, P. Gallman. Honey for Nutrition and Health : a Review. American Journal of the College of Nutrition. 2008. 27, 677-689
23. Winston, M. L. The Biology of Honey Bee, Apis mellifera L. Harvard University Press : Cambridge. 1987
24. Tsutsumi, L. H., dan Oishi, D. E. Farm and Forestry Production and Marketing Profile for Honey Bee, Apis mellifera L. Specialty Crops for Pacific Island Agroforestry. 1999
25. Stalikas, D.C. Extraction, Separation, and Detection Method for Phenolic Acid and Flavonoid. Journal Sep. Sci. 2007. 30, 3268-3295
26. Crozier, A., Clifford, M.N., Ashihara, H. Plants Secondary Matabolite: Occurance, Structure, and Role in The Human Diet. Blackwell Publishing : Iowa. 2006
27. Smirnoff, N. Antioxidant and Reactive Oxygen Species in Plants. Blackwell Publishing : Iowa. 2005
28. Hakkinen, S. Flavonols and Phenolic Acids in Berries and Berry Product. University of Kuopio : Kuopio. 2000
29. Smith, B.C. Quantitative Spectroscopy : Theory and Practice. Elsevier Science : USA. 2002
30. Kar, A. Pharmaceutical Drug Analysis 2nd Ed. : Methodology, Theory, Instrumentation, Pharmaceutical Assays, Cognate Assays. New Age International Publisher : New Delhi. 2005
31. Kealey, D. dan Haines, P.J. Instant Notes : Analitycal Chemistry. Bios Scientific Publisher : UK. 2002
32. Rohman, A. Kimia Farmasi Analisis. Pustaka Pelajar : Yogyakarta. 2007
33. Watson, D.G. Pharmaceutical Analysis A Textbook for Pharmacy Student and Pharmaceutical Chemist. Churchill Livingstone : UK. 1999
34. Hollas, M.J. Modern Spectroscopy 4th Ed. John Willey and Sons Publisher : USA. 2004
35. Carey, F.A. Organic Chemistry 4th Ed. The McGraw Hill Companies : USA. 2001
36. Markham, K.R. Techniques of Flavonoid Identification. Academic Press : London. 1982
37. Markham, K.R. dan Andersen, O.M. Flavonoids; Chemistry, Biochemistry and Applications. CRC Press : London. 2006
38. Mabry, T.J., et.al. The Systematic Identification of Flavonoid, Springer Verlag : New York-Heidelberg Berlin. 1970
39. Folin, O. dan Ciocalteu, V. Tyrosine and Tryptophane Determinations in Proteins, Jour.Bio.Chem., 73 : 627-650, 1927, in. Todd-Sanford, 10, 412. 1944
40. Singleton, V.L. and Rossi, J.A. Colorimetry of Total Phenolic with Phosphomolybdic-Phosphotungstic Acid Reagent. Am. J. Enol. Vitic, 16, 147. 1965
DAFTAR PUSTAKA
41. Kaskoniene, V., Maruska, A., Kornysova, O., Charczun, N., dan Ligor, M. Quantitative and Qualitative Determination of Phenolic Compound in Honey. Chemine Technologija. 2009. 3 (52)
42. Raflizar dan Tuminah, A.C. Dekok Daun Paliasa (Kleinhovia hospita Linn) Sebagai Obat Radang Hati Akut. Cermin Dunia Kedokteran. 2006. 50, 10-14
43. Gaffar, I., Noor, A., Soekamto, N. H., dan Halim, T. Senyawa Normonoterpenoid Dari Ekstrak Kayu Batang Tumbuhan Paliasa (Kleinhovia hospita L.). Jurnal Sains dan Teknologi. 2009. Vol 9 no. 1, 82-86
44. Noor, A. dan Kumanireng, A.S. Isolasi dan Identifikasi Konstituen Organik Tanaman Daun Paliasa, Kleinhovia hospita Linn. Pada Kelarutan Berdasarkan Kelompok Polaritasnya; Suatu Laporan Penelitian. Jurusan Kimia FMIPA Universitas Hasanuddin : Makassar. 2004
45. Taebe, B. Standarisasi Ekstrak Daun Paliasa (Kleinhovia hospita Linn.) Sebagai Bahan Baku Sediaan Fitofarmaka. Tesis tidak dipublikasikan. Pasca Sarjana Unhas : Makassar. 2004
46. Perez, E., dan Rodriguez-Malaver, A. J. Antioxidant Capacity of Venezuelan Honey in Wistar Rat Homogenates. Journal of Medical Food. 2006. Vol. 4, 510-516
47. Chepulis, L. Healing Honey, A Natural Remedy for Better Health and Wellness. Brown Walker Press : Florida. 2008. Hlm. 37-111
48. Dimins, F., Kuka, P., dan Augspole, I. Characterisation of Honey Antioxidative Properties. Universidad Politecnica De Valencia. 2010
49. Baltrus, V. dan Venskutonis, P.R.V. Radical Scavenging Activity of Different Floral Origin Honey and Beebread Phenolic Extract. 2005
50. Arraez-Roman, D., Gomez-Caravaca, A. M., Gomez-Romero, M., Segura-Carretero, A., dan Fernandez-Gutierrez, A. Identification of Phenolic Compound in Rosemary Honey Using Solid-Phase Extraction by Capillary Electrophoresis-Electrospray Ionization –Mass Spectrometry. Journal of Pharmaceutical and Biomedical Analysis. 2005. 41, 1648-1656
51. Venugopal, S., dan Devarajan, S. Estimation of Total Flavonoid, Phenols, and Antioxidant Activity of Local and New Zealand Manuka Honey. Journal of Pharmacy Research. 2010. 4(2), 464-466
52. Steenis, C.G.G.J. Flora. PT Pradnya Paramita : Jakarta. 2008. Hlm. 278
53. Kartesz, J. Kleinhovia hospita : Taxonomy and Nomenclature. Biota of North America Project (BONAP), University of North Carolina. 2006
54. Heyne, K. Tumbuhan Berguna Indonesia. Departemen Kehutanan : Jakarta. 1987
55. Latif, A. Faridah, H. L., dan Maese, L.J.G. Kleinhovia hospita Linn. Plant Resources of South-east Asia No. II. 1997
56. Kusuma, W. Tanaman Berkhasiat Obat di Indonesia Jilid II. Kartini : Jakarta 1996
57. Codex Alimentarius. Draft Revised Standars for Honey. 2001. Alinorm 01/25. 19-26
58. EU Council. Council Directive 2001/110/EC of 20 December 2001 Relating to Honey. Official Journal of The European Communities. 2002. L10, 47-52
59. Deadman, B.J. The Flavonoid Profile of New Zealand Manuka Honey. New Zealand : The University of Waikato. 2009
60. Ferreira, C.F.R., Aires, I.E., Barreira, J.C.M., Estevinho, L.M. Antioxidant Activity of Portuguese Honey Sample : Different Contribution of The Entire Honey and Phenolic Extract. Instituto Politecnico de Braganca : Portugal. 2005
61. Suranto, A. Khasiat dan Manfaat Madu Herbal Cetakan ke-2. Agromedia Pustaka : Jakarta. 2005. Hlm. 25-35
62. Bogdanov, S., T. Jurendic, R. Sieber, P. Gallman. Honey for Nutrition and Health : a Review. American Journal of the College of Nutrition. 2008. 27, 677-689
63. Winston, M. L. The Biology of Honey Bee, Apis mellifera L. Harvard University Press : Cambridge. 1987
64. Tsutsumi, L. H., dan Oishi, D. E. Farm and Forestry Production and Marketing Profile for Honey Bee, Apis mellifera L. Specialty Crops for Pacific Island Agroforestry. 1999
65. Stalikas, D.C. Extraction, Separation, and Detection Method for Phenolic Acid and Flavonoid. Journal Sep. Sci. 2007. 30, 3268-3295
66. Crozier, A., Clifford, M.N., Ashihara, H. Plants Secondary Matabolite: Occurance, Structure, and Role in The Human Diet. Blackwell Publishing : Iowa. 2006
67. Smirnoff, N. Antioxidant and Reactive Oxygen Species in Plants. Blackwell Publishing : Iowa. 2005
68. Hakkinen, S. Flavonols and Phenolic Acids in Berries and Berry Product. University of Kuopio : Kuopio. 2000
69. Smith, B.C. Quantitative Spectroscopy : Theory and Practice. Elsevier Science : USA. 2002
70. Kar, A. Pharmaceutical Drug Analysis 2nd Ed. : Methodology, Theory, Instrumentation, Pharmaceutical Assays, Cognate Assays. New Age International Publisher : New Delhi. 2005
71. Kealey, D. dan Haines, P.J. Instant Notes : Analitycal Chemistry. Bios Scientific Publisher : UK. 2002
72. Rohman, A. Kimia Farmasi Analisis. Pustaka Pelajar : Yogyakarta. 2007
73. Watson, D.G. Pharmaceutical Analysis A Textbook for Pharmacy Student and Pharmaceutical Chemist. Churchill Livingstone : UK. 1999
74. Hollas, M.J. Modern Spectroscopy 4th Ed. John Willey and Sons Publisher : USA. 2004
75. Carey, F.A. Organic Chemistry 4th Ed. The McGraw Hill Companies : USA. 2001
76. Markham, K.R. Techniques of Flavonoid Identification. Academic Press : London. 1982
77. Markham, K.R. dan Andersen, O.M. Flavonoids; Chemistry, Biochemistry and Applications. CRC Press : London. 2006
78. Mabry, T.J., et.al. The Systematic Identification of Flavonoid, Springer Verlag : New York-Heidelberg Berlin. 1970
79. Folin, O. dan Ciocalteu, V. Tyrosine and Tryptophane Determinations in Proteins, Jour.Bio.Chem., 73 : 627-650, 1927, in. Todd-Sanford, 10, 412. 1944
80. Singleton, V.L. and Rossi, J.A. Colorimetry of Total Phenolic with Phosphomolybdic-Phosphotungstic Acid Reagent. Am. J. Enol. Vitic, 16, 147. 1965
LAMPIRAN I
SKEMA KERJA
MTP A MP B MP C MP D
Analisis Kualitatif Senyawa Polifenol
dan Flavonoid
Analisis Kuantitatif Senyawa
Polifenol dan Flavonoid
Kadar Senyawa Flavonoid dan Polifenol
Sampel
Pengambilan Kesimpulan
Pembahasan Data
Uji Pendahuluan Senyawa Polifenol
dan Flavonoid
Data Serapan
LAMPIRAN II
UJI PENDAHULUAN SENYAWA POLIFENOL DAN FLAVONOID
SAMPEL
MTP A MP B MP C MP D
Gambar 16. Uji pendahuluan senyawa polifenol
Gambar 17. Uji pendahuluan senyawa flavonoid
MTP A MP B MP C MP D
LAMPIRAN III
KROMATOGRAM LAPIS TIPIS MADU PALIASA
Gambar 18. Kromatogram lapis tipis madu paliasa Ket. A : madu tanpa paliasa A B : madu paliasa B C : madu paliasa C D : madu paliasa C In : infus paliasa 10 % MK : madu kontrol I : dilihat dengan sinar UV 254 nm II : dilihat dengan sinar UV 366 nm III : setelah disemprot dengan pereaksi
semprot AlCl3
IV : setelah disemprot dengan pereaksi semprot FeCl3
I II III
IV
A B C D In MK D C B A In MK MK
MK
In A B C D
In A B C D
LAMPIRAN IV
KURVA BAKU ASAM GALAT DAN QUERSETIN
y = 0.011x + 0.017R² = 0.990
0
0.1
0.2
0.3
0.4
0.5
0.6
0.7
0 10 20 30 40 50 60
SER
AP
AN
KONSENTRASI (ppm)
y = 0.009x + 0.034R² = 0.996
0
0.1
0.2
0.3
0.4
0.5
0.6
0 10 20 30 40 50 60
SER
AP
AN
KONSENTRASI (ppm)
Gambar 19. Kurva baku asam galat
Gambar 20. Kurva baku quersetin
LAMPIRAN V
CONTOH PERHITUNGAN KANDUNGAN SENYAWA POLIFENOL
SAMPEL
A. Madu Paliasa B
Berat sampel : 1,0002 g
Volume Analisis : 10 ml
Faktor Pengenceran : 10
Serapan : 0,3983
Persamaan kurva baku asam galat adalah Y = 0,0112 X + 0,0179
Sehingga kandungan senyawa fenolik sampel adalah
C = 0,3983-0,0179
0,0112
= 33,9610 bpj
= 33,9610 mg/L
= 0,0334 mg/ml
Kadar fenolik sampel (%) = V (ml) . C (mg/ml) . Fp
Bs (mg)
= 10 ml . 0,0334 mg/ml . 10
1000,2 mg
= 0,34 %
B. Madu Paliasa C
Berat sampel : 1,0001 g
Volume Analisis : 10 ml
Faktor Pengenceran : 10
Serapan : 0,3989
Persamaan kurva baku asam galat adalah Y = 0,0112 X + 0,0179
Sehingga kandungan senyawa fenolik sampel adalah
x 100 %
x 100 %
C = 0,3989-0,0179
0,0112
= 34,016 bpj
= 34,016 mg/L
= 0,0340 mg/ml
Kadar fenolik sampel (%) = V (ml) . C (mg/ml) . Fp
Bs (mg)
= 10 ml . 0,0340 mg/ml . 10
1000,1 mg
= 0,34 %
C. Madu Paliasa D
Berat sampel : 1,0001 g
Volume Analisis : 10 ml
Faktor Pengenceran : 10
Serapan : 0,4366
Persamaan kurva baku asam galat adalah Y = 0,0112 X + 0,0179
Sehingga kandungan senyawa fenolik sampel adalah
C = 0,4366-0,0179
0,0112
= 37,380 bpj
= 37,380 mg/L
= 0,0374 mg/ml
Kadar fenolik sampel (%) = V (ml) . C (mg/ml) . Fp
Bs (mg)
= 10 ml . 0,0374 mg/ml . 10
1000,1 mg
= 0,37 %
x 100 %
x 100 %
x 100 %
x 100 %
LAMPIRAN VI
CONTOH PERHITUNGAN KANDUNGAN SENYAWA FLAVONOID
SAMPEL
D. Madu Paliasa B
Berat sampel : 1,0001 g
Volume Analisis : 10 ml
Faktor Pengenceran : 5
Serapan : 0,2112
Persamaan kurva baku quersetin adalah Y = 0,0099 X + 0,0345
Sehingga kandungan flavonoid sampel adalah
C = 0,2112-0,0345
0,0099
= 17,846 bpj
= 17,846 mg/L
= 0,0178 mg/ml
Kadar flavonoid sampel (%) = V (ml) . C (mg/ml) . Fp
Bs (mg)
= 10 ml . 0,0178 mg/ml . 5
1000,1 mg
= 0,09 %
E. Madu Paliasa C
Berat sampel : 1,0002 g
Volume Analisis : 10 ml
Faktor Pengenceran : 5
Serapan : 0,2435
Persamaan kurva baku quersetin adalah Y = 0,0099 X + 0,0345
Sehingga kandungan flavonoid sampel adalah
x 100 %
x 100 %
C = 0,2435-0,0345
0,0099
= 21,115 bpj
= 21,115 mg/L
= 0,0211 mg/ml
Kadar flavonoid sampel (%) = V (ml) . C (mg/ml) . Fp
Bs (mg)
= 10 ml . 0,0211 mg/ml . 5
1000,2 mg
= 0,11 %
F. Madu Paliasa D
Berat sampel : 1,0002 g
Volume Analisis : 10 ml
Faktor Pengenceran : 5
Serapan : 0,2645
Persamaan kurva baku quersetin adalah Y = 0,0099 X + 0,0345
Sehingga kandungan flavonoid sampel adalah
C = 0,2645-0,0345
0,0099
= 23,228 bpj
= 23,228 mg/L
= 0,0232 mg/ml
Kadar flavonoid sampel (%) = V (ml) . C (mg/ml) . Fp
Bs (mg)
= 10 ml . 0,0232 mg/ml . 5
1000,2 mg
= 0,12 %
x 100 %
x 100 %
x 100 %
x 100 %
LAMPIRAN VII
FOTO SAMPEL
Gambar 21. Foto daun paliasa (Kleinhovia hospita Linn.)
Gambar 22. Foto Sampel Madu Paliasa (A, B, C, D)
LAMPIRAN VIII
KURVA SERAPAN SAMPEL PADA ANALISIS KUANTITATIF
SENYAWA POLIFENOL DAN FLAVONOID
Gambar 23. Kurva serapan baku asam gallat
Gambar 23. Kurva serapan baku quersetin
Gambar 25. Kurva serapan sampel pada analisis kuantitatif senyawa fenolik
Gambar 26. Kurva serapan sampel pada analisis kuantitatif senyawa flavonoid
LAMPIRAN IX
KOMPOSISI REAGEN FOLIN CIOCALTEAU
Komposisi reagen Folin Ciocalteu yaitu (39, 40) :
- Natrium Tungstat (Na2WO4) 100 g
- Natrium Molibdat (Na2Mo04) 25 g
- Asam Fosfat (H2PO4) 50 ml
- Asam Klorida (HCl) 100 ml
- Litium Sulfat (LiSO4) 150 g
- Brom P (Br2) 10 tetes
- Air suling 1000 ml