52
ANALISIS KONVERGENSI PERTUMBUHAN EKONOMI NEGARA ASEAN+3 DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI PERTUMBUHAN EKONOMI MANDA KHAIRATUL AULIA DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013

ANALISIS KONVERGENSI PERTUMBUHAN EKONOMI NEGARA ASEAN+3 DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI PERTUMBUHAN EKONOMI · ini ialah konvergensi, dengan judul Analisis Konvergensi Pertumbuhan

  • Upload
    ngodan

  • View
    235

  • Download
    1

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: ANALISIS KONVERGENSI PERTUMBUHAN EKONOMI NEGARA ASEAN+3 DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI PERTUMBUHAN EKONOMI · ini ialah konvergensi, dengan judul Analisis Konvergensi Pertumbuhan

ANALISIS KONVERGENSI PERTUMBUHAN EKONOMI

NEGARA ASEAN+3 DAN FAKTOR-FAKTOR YANG

MEMENGARUHI PERTUMBUHAN EKONOMI

MANDA KHAIRATUL AULIA

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2013

Page 2: ANALISIS KONVERGENSI PERTUMBUHAN EKONOMI NEGARA ASEAN+3 DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI PERTUMBUHAN EKONOMI · ini ialah konvergensi, dengan judul Analisis Konvergensi Pertumbuhan
Page 3: ANALISIS KONVERGENSI PERTUMBUHAN EKONOMI NEGARA ASEAN+3 DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI PERTUMBUHAN EKONOMI · ini ialah konvergensi, dengan judul Analisis Konvergensi Pertumbuhan

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Konvergensi

Pertumbuhan Ekonomi Negara ASEAN+3 dan Faktor-faktor yang Memengaruhi

Pertumbuhan Ekonomi adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi

pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi

mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan

maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan

dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut

Pertanian Bogor.

Bogor, Juni 2013

Manda Khairatul Aulia

NIM H14090022

Page 4: ANALISIS KONVERGENSI PERTUMBUHAN EKONOMI NEGARA ASEAN+3 DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI PERTUMBUHAN EKONOMI · ini ialah konvergensi, dengan judul Analisis Konvergensi Pertumbuhan

ABSTRAK

MANDA KHAIRATUL AULIA. Analisis Konvergensi Pertumbuhan Ekonomi

Negara ASEAN+3 dan Faktor-faktor yang Memengaruhi Pertumbuhan Ekonomi.

Dibimbing oleh WIWIEK RINDAYATI.

Menurut model Solow perekonomian negara-negara akan mengalami proses

konvergensi menuju suatu titik dimana tingkat pendapatan setiap negara sama,

dengan asumsi tingkat tabungan, depresiasi, pertumbuhan angkatan kerja, dan

pertumbuhan produktivitas setiap negara sama. Tujuan penelitian ini adalah

menganalisis apakah proses konvergensi dapat terjadi pada pertumbuhan ekonomi

negara-negara ASEAN+3 selama 2002-2010. Berdasarkan hasil pemetaan

pertumbuhan PDB riil dan pendapatan per kapita, terdapat pergeseran posisi

negara pada tahun 2002 dan tahun 2010. Penelitian ini menghasilkan bahwa

secara kondisional dan ankondisional negara-negara ASEAN+3 mengalami proses

konvergensi dengan kecepatan 10 % dan 22 %. Penelitian ini juga menghasilkan

bahwa Indeks Williamson rata 0.98 setiap tahunnya cenderung mengalami

penurunan. Hal ini menunjukkan terjadinya proses konvergensi yang rendah

sehingga membutuhkan waktu lama untuk mencapai pemerataan. Pertumbuhan

ekonomi negara ASEAN+3 dipengaruhi oleh Foreign Direct Investment, industry

value added, service value added, dan government expenditure.

Kata Kunci: Konvergensi, ASEAN+3, Pertumbuhan Ekonomi, Pendapatan per

Kapita.

ABSTRACT

MANDA KHAIRATUL AULIA. The Economic Growth Convergence Analysis

of ASEAN+3 countries and The Factors that Influence the Economic Growth.

Supervised by WIWIEK RINDAYATI.

Based on Solow model, the economy of many countries will have a convergence

process towards a point with same level of income if each country has same level

of savings rate, depreciation, the labor force growth, and productivity growth. The

purpose of this study is to analiyze whether the Solow convergence process may

occur in the economic growth of ASEAN+3 member countries during 2002-2010.

Based on economic growth and per capita income mapping result, there is a

movement of each country position in 2002 and 2010. This study results that

ASEAN+3 was unconditionally and conditionally converged with 10% and 22%

speed. This study also results that the Williamson Index average of 0.98 each year

tends to decrese. It means that there is a convergence process in a low speed, so it

needs a long time to reach the equality. The economic growth of ASEAN+3 is

influenced by Foreign Direct Investment, industrial value added, value added

service, and government expenditure.

Keywords: Convergence, ASEAN+3, Economic Growth, per Capita Income.

Page 5: ANALISIS KONVERGENSI PERTUMBUHAN EKONOMI NEGARA ASEAN+3 DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI PERTUMBUHAN EKONOMI · ini ialah konvergensi, dengan judul Analisis Konvergensi Pertumbuhan

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Ekonomi

pada

Departemen Ilmu Ekonomi

ANALISIS KONVERGENSI PERTUMBUHAN EKONOMI

NEGARA ASEAN+3 DAN FAKTOR-FAKTOR YANG

MEMENGARUHI PERTUMBUHAN EKONOMI

MANDA KHAIRATUL AULIA

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2013

Page 6: ANALISIS KONVERGENSI PERTUMBUHAN EKONOMI NEGARA ASEAN+3 DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI PERTUMBUHAN EKONOMI · ini ialah konvergensi, dengan judul Analisis Konvergensi Pertumbuhan
Page 7: ANALISIS KONVERGENSI PERTUMBUHAN EKONOMI NEGARA ASEAN+3 DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI PERTUMBUHAN EKONOMI · ini ialah konvergensi, dengan judul Analisis Konvergensi Pertumbuhan

Judul Skripsi : Analisis Konvergensi Pertumbuhan Ekonomi Negara ASEAN+3

dan Faktor-faktor yang Memengaruhi Pertumbuhan Ekonomi

Nama : Manda Khairatul Aulia

NIM : H14090022

Disetujui oleh

Dr. Ir. Wiwiek Rindayati

Pembimbing

Diketahui oleh

Dr. Ir. Dedi Budiman Hakim

Ketua Departemen

Tanggal Lulus:

Page 8: ANALISIS KONVERGENSI PERTUMBUHAN EKONOMI NEGARA ASEAN+3 DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI PERTUMBUHAN EKONOMI · ini ialah konvergensi, dengan judul Analisis Konvergensi Pertumbuhan

PRAKATA

Puji dan syukur kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya

sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam

penelitian yang dilaksanakan sejak bulan September 2012 ini ialah konvergensi,

dengan judul Analisis Konvergensi Pertumbuhan Ekonomi ASEAN+3 dan

Faktor-faktor yang Memengaruhi Pertumbuhan Ekonomi. Masalah konvergensi

dipilih menjadi topik penelitian karena dianggap penting terutama dalam

menghadapi era globalisasi yang semakin meningkatkan keterbukaan antar

negara. Peningkatan keterbukaan tersebut dapat meningkatkan pendapatan suatu

negara jika mampu bersaing dengan baik, namun juga dapat meningkatkan

ketimpangan antar negara. Masalah konvergensi akan lebih mudah dianalisis pada

negara-negara yang bergabung dalam suatu kesepakatan atau kerja sama tetapi

memiliki tingkat pendapatan dan kesejahteraan yang berbeda seperti pada

ASEAN+3. Negara anggota kerja sama ini memiliki karakteristik dan tingkat

kemajuan yang berbeda, sehingga perlu dilihat apakah memberi peningkatan

ekonomi bagi semua negara anggota.

Terima kasih juga diucapkan kepada orang tua dan keluarga penulis, yakni

Bapak Muhammad Yusni dan Ibu Normah Dalimunthe serta kakak dari penulis,

Yuniar Rizki Noryanti atas segala doa dan dukungan yang selalu diberikan. Selain

itu ucapan terima kasih juga ditujukan kepada:

1. Ibu Dr Wiwiek Rindayati selaku dosen pembimbing skripsi yang telah

memberikan arahan, bimbingan, saran dan motivasi dengan sabar dan

membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

2. Ibu Sahara Ph.D selaku dosen penguji utama dan Ibu Laily Dwi Arsyianti,

M.Sc selaku dosen penguji dari komisi pendidikan atas kritik dan saran yang

telah diberikan untuk perbaikan skripsi ini.

3. Para dosen, staf dan seluruh civitas akademik Departemen Ilmu Ekonomi

FEM IPB yang telah memberikan ilmu dan berbagai bantuan.

4. Teman-teman satu bimbingan, Nadya Astrid, Alfi Gusmanandri, dan Rahmat

Prabowo yang telah banyak memberikan bantuan, saran, kritik, motivasi dan

dukungannya dalam penyelesaian skripsi ini.

5. Sahabat penulis Gina, Sonya, Meilani yang telah membantu dalam

menyelesaikan penulisan skripsi ini.

6. Seluruh keluarga Ilmu Ekonomi 46, 47 dan 48 terima kasih atas doa dan

dukungannya yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

7. Semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini

yang tidak bisa disebutkan satu per satu.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Juni 2013

Manda Khairatul Aulia

Page 9: ANALISIS KONVERGENSI PERTUMBUHAN EKONOMI NEGARA ASEAN+3 DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI PERTUMBUHAN EKONOMI · ini ialah konvergensi, dengan judul Analisis Konvergensi Pertumbuhan

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL viii

DAFTAR GAMBAR viii

DAFTAR LAMPIRAN viii

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Perumusan Masalah 4

Tujuan Penelitian 6

Manfaat Penelitian 7

Ruang Lingkup Penelitian 7

TINJAUAN PUSTAKA 8

Produk Domestik Bruto 8

Pertumbuhan Ekonomi 8

Konvergensi 12

Penelitian Terdahulu 13

Kerangka Pemikiran 14

METODE 16

Jenis dan Sumber Data 16

Metode Analisis 16

Analisis Deskriptif dengan Memetakan Pertumbuhan PDB Riil dan Besaran

PDB per Kapita 16

Analisis Deskriptif dengan Indeks Williamson 17

Analisis Data Panel 17

Model Penelitian Konvergensi Pertumbuhan Ekonomi ASEAN+3 19

Pengujian Statistik dan Pelanggaran Asumsi 20

HASIL DAN PEMBAHASAN 21

Gambaran Umum 21

Analisis Deskriptif dengan Memetakan Negara Berdasarkan Pertumbuhan PDB

Riil dan Besaran PDB per kapita 24

Analisis Deskriptif dengan Indeks Williamson 26

Model Konvergensi Pertumbuhan Ekonomi Negara ASEAN+3 28

SIMPULAN DAN SARAN 34

Simpulan 34

Saran 35

DAFTAR PUSTAKA 36

LAMPIRAN 38

Page 10: ANALISIS KONVERGENSI PERTUMBUHAN EKONOMI NEGARA ASEAN+3 DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI PERTUMBUHAN EKONOMI · ini ialah konvergensi, dengan judul Analisis Konvergensi Pertumbuhan

DAFTAR TABEL

1 Produk Domestik Bruto per Kapita ASEAN+3 Tahun 2009-2022 2

2 Foreign Direct Investment ASEAN+3 Tahun 2009-2011 5

3 Nilai Tambah Sektor Jasa, Industri, dan Pertanian Tahun 2010 23

4 Hasil Estimasi Uji Chow pada Model Konvergensi Tak Bersyarat 28

5 Hasil Estimasi Model Pooled Least Square Konvergensi Tak Bersyarat 28

6 Crossection Effects Negara-negara ASEAN+3 29

7 Hasil Estimasi Uji Chow pada Model Konvergensi Bersyarat 29

8 Hasil Estimasi Uji Hausman pada Model Konvergensi Bersyarat 30

9 Hasil Estimasi Fixed Effects Model dengan Weighted Statistic pada

Model Konvergensi Bersyarat 30

DAFTAR GAMBAR

1 Pertumbuhan Ekonomi Negara-negara ASEAN+3 Tahun 2009-2011 3

2 Investasi Aktual dan Break-even 11

3 Kerangka Pemikiran 15

4 Pemetaan Negara Berdasarkan Pertumbuhan PDB Riil dan Besaran

PDB per Kapita Tahun 2002 25 5 Pemetaan Negara Berdasarkan Pertumbuhan PDB Riil dan Besaran

PDB per Kapita 2010 25

6 Indeks Williamson 27

DAFTAR LAMPIRAN

1 Perhitungan Tipologi Klassen 38

2 Perhitungan Indeks Williamson 38

3 Pendekatan Pooled Least Square Model Konvergensi Tak Bersyarat 39

4 Uji Chow Model Konvergensi Tak Bersyarat 39

5 Pendekatan Fixed Effects Model Konvergensi Bersyarat 39

6 Uji Chow fixed Effects Model Konvergensi Bersyarat 40

7 Random Effects Model Konvergensi Bersyarat 40

8 Korelasi Parsial Antar Variabel 41

Page 11: ANALISIS KONVERGENSI PERTUMBUHAN EKONOMI NEGARA ASEAN+3 DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI PERTUMBUHAN EKONOMI · ini ialah konvergensi, dengan judul Analisis Konvergensi Pertumbuhan

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Pembangunan ekonomi dapat diartikan sebagai suatu proses yang

menyebabkan pendapatan total dan pendapatan per kapita suatu masyarakat terus

menerus bertambah dalam jangka panjang (Sukirno 2002). Tolak ukur

keberhasilan pembangunan dapat dilihat dari pertumbuhan ekonomi, struktur

ekonomi, dan semakin kecilnya ketimpangan pendapatan baik antar penduduk,

antar daerah, maupun antar sektor. Tujuan utama pembangunan ekonomi adalah

menciptakan pertumbuhan setinggi-tingginya, menghapus atau mengurangi

tingkat kemiskinan, ketimpangan pendapatan, dan tingkat pengangguran (Arsyad

1999). Pembangunan tidak hanya berorientasi pada pendapatan nasional, namun

juga memperhitungkan masalah lain seperti perubahan struktur sosial, sikap

masyarakat, institusi nasional, ketimpangan pendapatan, peningkatan pendapatan,

dan peningkatan kesejahteraan hidup masyarakat. Pembangunan harus dapat

memenuhi kebutuhan dasar individu dengan mencapai suatu peningkatan keadaan

hidup melalui peningkatan standar hidup masyarakat yang tidak hanya dinilai dari

sisi material saja (Todaro and Smith 2006).

Pertumbuhan ekonomi menunjukkan bagaimana aktivitas perekonomian di

suatu negara. Semakin tinggi aktivitas ekonomi suatu negara, maka pertumbuhan

ekonomi negara tersebut akan semakin tinggi. Pertumbuhan ekonomi

menunjukkan adanya peningkatan output suatu negara dengan meningkatnya

barang dan jasa yang diproduksi oleh suatu negara. Tingkat pertumbuhan ekonomi

dapat diukur dengan menggunakan pendapatan nasional riil yang dicapai suatu

negara (Sukirno 2002). Setiap negara akan senantiasa berusaha agar dapat

meningkatkan pertumbuhan ekonomi negaranya, seperti dengan meningkatkan

proses produksi, investasi baik di dalam maupun di luar negeri, perdagangan, dan

berbagai aktivitas ekonomi lainnya yang dapat memberikan nilai tambah bagi

pendapatan nasional negara tersebut. Salah satu cara yang dapat dilakukan adalah

dengan menjalin berbagai kerja sama antar negara, sehingga dapat mempermudah

dan memperlancar masing-masing negara anggota untuk melakukan kegiatan

ekonomi dengan negara lain.

Kerja sama ASEAN merupakan organisasi geo-politik dan ekonomi yang

dibentuk pada tanggal 8 Agustus 1967. Bebarapa tujuan dibentuknya ASEAN

antara lain mempercepat pertumbuhan ekonomi dan kemajuan sosial buaya di

kawasan Asia Tenggara, memajukan perdamaian dan stabilitas regional Asia

Tenggara, memajukan kerja sama dan saling membantu kepentingan bersama

dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi, memajukan kerja sama di bidang

pertanian, indusrti, perdagangan, pengangkutan, dan komunikasi, memajukan

penelitian bersama mengenai masalah-masalah di Asia Tenggara, dan memelihara

kerja sama yang lebih erat dengan organisasi internasional dan regional. ASEAN

dibentuk untuk mendukung masing-masing negara dalam memperbaiki keadaan

perekonomiannya. Melalui pembentukan ASEAN diharapkan akan dapat

meningkatkan kesejahteraan setiap negara anggota dan menurunkan ketimpangan

antar negara. Peningkatan pertumbuhan ekonomi masing-masing negara

kemudian akan dapat meningkatkan kesejahteraan masing-masing negara

Page 12: ANALISIS KONVERGENSI PERTUMBUHAN EKONOMI NEGARA ASEAN+3 DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI PERTUMBUHAN EKONOMI · ini ialah konvergensi, dengan judul Analisis Konvergensi Pertumbuhan

2

sehingga akan tercapai kemajuan bersama dan menurunkan ketimpangan

pendapatan antar negara anggotanya. Selain itu juga diharapkan dapat menjadi

modal kekuatan bagi negara-negara Asia Tenggara dalam menghadapi persaingan

dengan negara maju.

Kerja sama ini kemudian diperluas dengan masuknnya negara yang jauh

lebih maju seperti China, Jepang, dan Korea Selatan yang tergabung dalam

ASEAN+3. Semakin meluasnya kerja sama yang dilakukan, diharapkan dapat

memberikan efek positif terhadap perekonomian masing-masing negara

anggotanya. Terdapat harapan bagi terciptanya iklim pertumbuhan ekonomi yang

sehat dapat segera terpenuhi, sehingga dapat dihasilkan suatu peningkatan

perekonomian oleh masing-masing negara anggota. Namun apakah masuknya

negara-negara maju ini dapat secara efektif membantu majunya negara

berkembang di kawasan ASEAN, karena kerja sama tersebut juga sekaligus

meningkatkan persaingan di antar negara anggota sendiri. Terdapat kemungkinan

peningkatan perekonomian negara-negara anggota terutama negara berkembang

dengan kemudahan mobilitas kapital dan perdagangan antarnegara, namun di sisi

lain juga kemungkinan dapat meningkatkan ketimpangan antar negara karena

hanya negara maju saja yang dapat memanfaatkan dengan baik. Beberapa negara

ASEAN+3 memiliki pendapatan per kapita yang lebih tinggi bila dibandingkan

dengan negara lainnya, dengan perbedaan yang cukup besar dan timpang, seperti

pada Tabel 1.

Tabel 1 Produk Domestik Bruto per Kapita Riil Negara ASEAN+3 Tahun 2009-

2011 (USD)

Negara 2009 2010 2011

Brunei Darussalam 17 092 17 225 17 301

Kamboja 533 558 590

Indonesia 1 090 1 145 1 207

Laos 519 556 592

Malaysia 4 902 5 169 5 345

Filipina 1 307 1 383 1 413

Singapura 28 950 32 641 33 530

Thailand 2 531 2 713 2 699

Vietnam 684 723 757

Jepang 38 242 39 972 39 578

China 2 209 2 427 2 640

Korea Selatan 15 326 16 219 16 684

Sumber: World Bank, 2013

Berdasarkan bersarnya pendapatan per kapita, Brunei Darussalam,

Singapura, Jepang, dan Korea Selatan termasuk pada kategori negara high income

Page 13: ANALISIS KONVERGENSI PERTUMBUHAN EKONOMI NEGARA ASEAN+3 DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI PERTUMBUHAN EKONOMI · ini ialah konvergensi, dengan judul Analisis Konvergensi Pertumbuhan

3

menurut World Bank. Sedangkan Malaysia, Thailand, dan China termasuk negara

upper middle income dan negara anggota lainnya masih termasuk lower middle

income. Tabel 1 menunjukkan besarnya pendapatan per kapita negara anggota

ASEAN+3. Negara maju (high income) cenderung memiliki pendapatan per

kapita yang besar dan mendominasi yang mencerminkan tingkat kesejahteraan

yang lebih baik dibandingkan negara berkembang. Besarnya pendapatan per

kapita sangat ditentukan dari jumlah penduduk suatu negara, sehingga besaran

pendapatan per kapita juga dapat menjadi semakin kecil jika suatu negra memiliki

jumlah penduduk yang besar. Negara maju dengan pendapatan per kapita besar

cenderung memiliki pertumbuhan ekonomi yang kecil dan konstan, sehingga

perubahan dari tahun ke tahun menjadi semakin kecil sudah hampir menuju

kondisi full employmentnya. Sedangkan negara berkembang memiliki pendapatan

per kapita rendah namun pertumbuhan ekonomi tinggi karena belum berada

kondisi full employment seperti terlihat pada Gambar 1 di bawah ini.

Sumber: World Bank, 2013

Gambar 1 Pertumbuhan Ekonomi Negara ASEAN+3 Tahun 2009-2011

Gambar 1 menunjukkan bahwa selama tahun 2009 hingga 2011 negara-

negara berkembang seperti Indonesia, Kamboja, Laos, Vietnam, memiliki

pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi namun sangat fluktuatif karena masih

jauh dari kondisi mapan. Sehingga perubahan atau guncangan sedikit saja akan

menyebabkan guncangan pada perekonomiannya. Negara maju seperti Jepang

mengalami pertumbuhan ekonomi yang lebih konstan dengan perubahan yang

kecil dari tahun ke tahun, karena perekonomiannya sudah hampir mencapai

kondisi mapan. Jika perekonomian sudah berada pada kondisi mapan, maka

keseimbangannya cenderung akan sulit berubah.

Menurut model Solow, ketika negara-negara maju sudah mencapai kondisi

full employment maka akan sulit merubah atau meningkatkan kondisi ekonominya,

karena sudah mencapai kondisi maksimum dalam segala halnya. Sedangkan

negara-negara berkembang akan terus mangalami perubahan menuju ke kondisi

mapannya. Penambahan kapital baru melalui investasi menurut solow akan

meningkatkan pendapatan negara tersebut, sehingga akan terus bergerak menuju

-10

-5

0

5

10

15

202009

2010

2011

Growth (%)

Negara

Page 14: ANALISIS KONVERGENSI PERTUMBUHAN EKONOMI NEGARA ASEAN+3 DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI PERTUMBUHAN EKONOMI · ini ialah konvergensi, dengan judul Analisis Konvergensi Pertumbuhan

4

kondisi mapannya. Menurut solow, jika proses tersebut terjadi pada perekonomian

negara-negara maka akan menciptakan suatu proses konvergensi, dimana

pergerakan pendapatan masing-masing negara menuju ke arah yana sama.

Pada penggunaannya model Solow menetapkan beberapa asumsi yang harus

dipenuhi agar proses konvergensi dapat terjadi. Asumsi tersebut antara lain setiap

negara harus memiliki tingkat tabungan, depresiasi, pertumbuhan angkatan kerja,

dan pertumbuhan produktivitas yang sama. Namun pada kenyataannya

perekonomian negara-negara tidak akan memiliki kondisi dan tingkat perubahan

yang sama. Masing-masing negara memiliki banyak perbedaan yang dapat

menyebabkan pencapaian ekonominya juga akan berbeda. Kondisi Sumber Daya

Alam (SDA), Sumber Daya Manusia (SDM), dan produktivitas yang berbeda

akan memberikan hasil yang berbeda pula. Oleh karena itu, tingkat kemajuan

yang dialami oleh masing-masing negara cenderung tidak akan sama. Ditambah

lagi dengan adanya intervensi dan kebijakan pemerintah yang berbeda di setiap

negara, maka pelaksanaan kegiatan ekonominya juga akan berbeda. Peningkatan

keterbukaan dan adanya globalisasi juga akan semakin memengaruhi pencapaian

ekonomi masing-masing negara. Perekonomian negara-negara akan semakin

terintegrasi satu sama lain, sehingga memungkinkan adanya aliran modal antar

negara.

Negara maju dengan pendapatan yang tinggi dapat terus menggali dan

mengembangkan teknologi dan inovasi baru yang dapat menyebabkan

perekonomiannya terus mengalami peningkatan, dan bukan menurun seperti yang

disampaikan oleh Solow. Pengembangan teknologi dan inovasi akan dapat

menyebabkan pertumbuhan ekonomi masih dapat mengalami peningkatan dan

bergerak lebih tinggi. Pendapatan yang tinggi memungkinkan negara maju untuk

mengembangkan riset dan teknologi untuk mangatasi dan mencegah penurunan

pada pertumbuhan ekonomi dan perekonomiannya. Jika asumsi Solow ini tidak

terpenuhi pada keadaan nyata dan dengan adanya pengembangan teknologi dan

inovasi di berbagai negara terutama di negara-negara maju, apakah proses

konvergensi yang disampaikan Solow akan dapat terjadi.

Analisis proses konvergensi Solow pada penelitian ini dilakukan dengan

menggunakan unit analisis kerja sama ASEAN+3 yang terdiri dari negara-negara

dengan karakteristik dan tingkat pencapaian yang berbeda. Berdasarkan penelitian

ini akan dapat dilihat apakah proses konvergensi yang disampaikan solow terjadi

pada kondisi perekonomian negara-negara ASEAN+3 yang cenderung tidak

memenuhi asumsi-asumsi yang disampaikan Solow.

Perumusan Masalah

Setiap negara senantiasa melaksanakan proses pembangunan yang

berkelanjutan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi negaranya, terutama di

negara-negara berkembang. Hal ini ditujukan untuk mengejar ketertinggalannya

dari negara maju, baik dari segi ekonomi, kesehatan, pendidikan, infrastruktur dan

lainnya. Dengan pembangunan dan perbaikan di segala bidang diharapkan negara

berkembang dapat mengejar ketertinggalannya dan bergerak menuju negara maju.

Page 15: ANALISIS KONVERGENSI PERTUMBUHAN EKONOMI NEGARA ASEAN+3 DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI PERTUMBUHAN EKONOMI · ini ialah konvergensi, dengan judul Analisis Konvergensi Pertumbuhan

5

Oleh karena itu setiap negara melakukan berbagai cara untuk dapat mengatasi

persaingan terutama dengan negara maju. Salah satu cara yang dilakukan adalah

dengan melakukan kerjasama dalam bidang ekonomi seperti yang terdapat pada

ASEAN+3 yang terdiri dari negara anggota ASEAN ditambah dengan negara

Asia lain seperti Jepang, China, dan Korea Selatan. Kerjasama ini ditujukan

sebagai alat pemersatu ekonomi negara-negara anggotanya terutama di kawasan

Asia, dan meningkatkan kekuatan dalam menghadapi persaingan global terutama

dengan negara maju seperti di kawasan Amerika dan Eropa.

Namun dalam prosesnya apakah keterbukaan dan liberalisasi diantara

negara anggota tersebut akan meningkatkan investasi masing-masing negara

sehingga menghasilkan pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi di semua negara.

Peningkatan investasi ini kemungkinan akan mengarah kepada pertumbuhan

ekonomi yang menuju ke satu titik pencapaian yang sama dan konvergen. Bagi

negara yang sudah maju, dan justru meningkatkan persaingan bagi negara yang

masih berkembang.

Peningkatan persaingan ini dimungkinkan karena dengan adanya

keterbukaan, maka masing-masing negara anggota lebih mudah menanamkan

modalnya di negara anggota lainnya. Negara yang tidak memepersiapkan diri

dengan baik justru akan kalah bersaing dengan negara lainnya, karena tidak

mampu meningkatkan investasi domestiknya sendiri dan kalah bersaing dengan

investasi domestik. Berikut data investasi masing-masing negara ASEAN

+3 pada Tabel 2.

Tabel 2 Foreign Direct Investment Negara ASEAN+3 (Juta USD)

Negara 2008 2009 2010

Brunei Darussalam 201 350 105

Kamboja 387 552 667

Indonesia 2 328 5 220 5 265

Laos 133 189 145

Malaysia 4 521 147 5 708

Filipina 959 2 064 1 072

Singapura 10 252 23 033 39 628

Thailand 5 391 3 375 5 442

Vietnam 6 178 4 901 4 989

Jepang 14 634 25 472 30 353

China 111 729 84 396 145 463

Korea Selatan 3 015 2 404 831

Sumber: World Bank, 2013

Tabel 2 menunjukkan bahwa masing-masing negara-negara memiliki nilai

investasi yang meningkat dari tahun ke tahun. Pada tahun 2009 beberapa negara

Page 16: ANALISIS KONVERGENSI PERTUMBUHAN EKONOMI NEGARA ASEAN+3 DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI PERTUMBUHAN EKONOMI · ini ialah konvergensi, dengan judul Analisis Konvergensi Pertumbuhan

6

memiliki nilai investasi yang menurun akibat adanya krisis ekonomi global pada

tahun 2008, namun sebagian lainnya tetap mengalami peningkatan. Setiap negara

melakukan investasi sebesar-besarnya untuk mendorong pertumbuhan ekonomi

negara. Menurut Solow, investasi adalah kunci tercapainya konvergensi diantara

negara. Melalui investasi suatu negara akan memperoleh pengembalian yang

besar dan berbagai efek positif lainnya selain pendapatan, seperti aliran teknologi,

informasi, perbaikan infrastruktur dan lainnya. Peningkatan keterbukaan ini

kemudian dapat memberikan kemungkinan semua negara menghasilkan

pertumbuhan ekonomi yang tinggi sehingga bergerak menuju ke satu titik yang

menunjukkan terjadinya proses konvergensi atau malah semakin meningkatkan

ketimpangan antar masing-masing negara. Berdasarkan model Solow,

konvergensi akan terjadi jika setiap negara memiliki tingkat tabungan, depresiasi,

pertumbuhan tenaga kerja, dan pertumbuhan produktivitas yang sama. Namun

pada kenyataanya, asumsi ini tentu saja tidak mungkin sepenuhnya terpenuhi di

setiap negara. Selain itu, negara maju dengan pendapatan yang besar akan terus

mengembangkan teknologi dan inovasi agar pertumbuhan ekonominya dapat terus

meningkat dan tidak mengalami penurunan seperti yang disampaikan Solow.

Walaupun negara berkembang akan terus mengalami peningkatan pertumbuhan

ekonomi karena terus mendorong investasi, namun negara maju yang sudah

mencapai pendapatan tinggi juga akan terus mendoronng pengembangan

teknologi dan inovasi yang dapat terus meningkatkan pertumbuhan ekonomi.

Sehingga walupun sudah mencapai kodisi full employment, perekonomian negara

maju tetap dapat mengalami peningkatan, dan tidak menurun. Jika pada

kenyataanya negara maju masih mengalami peningkatan pertumbuhan ekonomi,

maka perlu dibuktikan apakah proses konvergensi yang disampaikan Solow akan

tetap dapat tercapai. Adapun permasalahan yang dapat diteliti berdasarkan

informasi dan kondisi tersebut antara lain:

1. Bagaimana posisi masing-masing negara anggota ASEAN+3 jika dilihat

berdasarkan pertumbuhan PDB riil dan besaran PDB per kapita riil?

2. Apakah pergerakan pertumbuhan ekonomi per kapita negara-negara

ASEAN+3 menunjukkan suatu proses yang konvergen jika dianalisis melalui

Indeks Williamson dan analisis data panel?

3. Faktor apa saja yang memengaruhi laju pertumbuhan ekonomi per kapita

negara-negara ASEAN+3?

Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Memetakan negara-negara ASEAN+3 berdasarkan kondisi pertumbuhan PDB

riil dan besaran pendapatan per kapita riil.

2. Menguji apakah kestabilan pendapatan negara-negara ASEAN+3 menuju ke

kestabilan yang konvergen jika dianalisis dengan menggunakan Indeks

Williamson dan analisis data panel.

3. Menganalisis faktor-faktor yang memengaruhi laju pertumbuhan ekonomi

negara-negara ASEAN+3 secara signifikan.

Page 17: ANALISIS KONVERGENSI PERTUMBUHAN EKONOMI NEGARA ASEAN+3 DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI PERTUMBUHAN EKONOMI · ini ialah konvergensi, dengan judul Analisis Konvergensi Pertumbuhan

7

Manfaat Penelitian

Beberapa manfaat dari penelitian ini adalah:

1. Memberikan gambaran kecenderungan pola pertumbuhan ekonomi negara-

negara ASEAN+3 apakah mengarah kepada suatu proses pergerakan yang

konvergen atau divergen serta mengetahui faktor-faktor apa saja yang

mempengaruhi laju pertumbuhan ekonomi negara-negara ASEAN+3.

2. Hasil penelitian mengenai pola pertumbuhan ekonomi negara-negara

ASEAN+3 ini dapat digunakan untuk menentukan kebijakan yang tepat bagi

masing-masing negara secara khusus serta kerja sama ASEAN+3 secara

umum untuk ke depannya.

Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini menggunakan unit negara-negara ASEAN ditambah China,

Jepang, dan Korea Selatan yang tergabung dalam kerja sama ASEAN+3.

Kawasan integrasi ekonomi ASEAN+3 terdiri dari negara berpendapatan tinggi

seperti Jepang, Korea Selatan, Singapura, dan Brunei Darussalam. Negara

berpendapatan sedang seperti Malaysia, China, dan Thailand, serta negara

berpendapatan rendah seperti Indonesia, Filipina, Laos, Vietnam, dan Kamboja

jika dilihat berdasarkan PDB per kapitanya.

Fokus penelitian ini adalah untuk menganalisis proses konvergensi tak

bersyarat dan bersyarat pertumbuhan ekonomi negara-negara ASEAN+3 yang

dilihat berdasarkan Produk Domestik Bruto (PDB) riil per kapita masing-masing

negara pada periode tahun 2002 hingga 2010. Selain itu, penelitian ini juga

menganalisis faktor-faktor yang memengaruhi pertumbuhan ekonomi negara

anggota ASEAN+3 secara signifikan berdasarkan data yang diestimasi. Melalui

penelitian ini akan dapat terlihat bagaimana dampak dari kerja sama ASEAN+3

terhadap masing-masing negara anggota. Penelitian ini menunjukkan kerja sama

ASEAN+3 yang berhasil bila diantara negara anggota menunjukkan adanya

peningkatan dan kemajuan pada pertumbuhan ekonomi negara. Selain itu juga

diharapkan negara yang masih berkembang dapat mengejar ketertinggalan dari

negara anggota lain yang sudah maju dengan memanfaatkan adanya berbagai

kemudahan akibat adanya kerja sama yang dilakukan. Peningkatan keterbukaan

diantara masing-masing negara anggota diharapkan dapat memberikan efek spill

over positif untuk meningkatkan kemajuan negara yang masih berkembang.

Penelitian ini menggunakan data negara-negara ASEAN+3 sejak tahun 2002

hingga tahun 2010, yaitu selama 9 tahun. Data 9 tahun ini dinilai telah dapat

menggambarkan keadaan perekonomian masing-masing negara melalui penilaian

terhadap Produk Domestik Bruto. Selain itu juga telah dapat menggambarkan

bagaimana peranan kerjasama ASEAN+3 dalam memerbaiki keadaan ekonomi

masing-masing negara anggota dan bagaimana keadaan ekonominya setelah

terjadinya krisis keuangan tahun 1997, serta telah menangkap terjadinya masalah

krisis ekonomi global di tahun 2008, baik sebelum terjadinya krisis maupun

setelah terjadinya krisis tersebut. Kemudian akan dilihat apakah pertumbuhan

Page 18: ANALISIS KONVERGENSI PERTUMBUHAN EKONOMI NEGARA ASEAN+3 DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI PERTUMBUHAN EKONOMI · ini ialah konvergensi, dengan judul Analisis Konvergensi Pertumbuhan

8

ekonomi yang dihitung berdasarkan besaran Produk Domestik Bruto (PDB) per

kapita negara anggota ASEAN+3 tersebut menuju kepada proses yang semakin

konvergen dengan tingkat ketimpangan yang semakin berkurang, atau sebaliknya.

Penelitian ini menggunakan data PDB per kapita riil, Foreign Direct Investment

(FDI), net ekspor, industry value added, service value added, agricultural value

added, government expenditure, labour serta lag pendapatan per kapita.

Melalui penelitian ini dapat terlihat bagaimana kinerja kerja sama

ASEAN+3, apakah bermanfaat bagi seluruh anggotanya. Jika manfaat dari kerja

sama ini dapat meningkatkan perekonomian seluruh negara anggota bukan hanya

negara maju, maka kerja sama ini pada akhirnya akan menciptakan suatu proses

pergerakan ekonomi yang konvergen dan menurunkan ketimpangan antar negara.

TINJAUAN PUSTAKA

Produk Domestik Bruto

Data Produk Domestik Bruto (PDB) dapat dijadikan sebagai salah satu

indikator penting untuk mengetahui kondisi ekonomi di suatu negara dalam suatu

periode tertentu baik atas dasar harga berlaku maupun atas dasar harga konstan.

Produk Domestik Bruto pada dasarnya merupakan jumlah nilai tambah (value

added) yang dihasilkan oleh seluruh unit usaha dalam suatu negara tertentu, atau

merupakan jumlah nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit

ekonomi. Menurut Badan Pusat Statistik (BPS), PDB atas dasar harga berlaku

menggambarkan nilai tambah barang dan jasa yang dihitung menggunakan harga

yang berlaku pada setiap tahun. Produk Domestik Bruto atas dasar harga berlaku

dapat digunakan untuk melihat pergeseran dan struktur ekonomi. Sedangkan PDB

atas dasar harga konstan menunjukkan nilai tambah barang dan jasa tersebut yang

dihitung menggunakan harga yang berlaku pada satu tahun tertentu sebagai dasar

(BPS 2009).

Pertumbuhan ekonomi suatu negara biasanya diukur dengan menggunakan

data PDB. Pada dasarnya PDB riil mengukur pendapatan total setiap orang di

dalam suatu perekonomian. Tujuan perhitungan PDB adalah untuk meringkas

aktivitas ekonomi dalam suatu nilai uang tertentu dalam periode waktu tertentu.

PDB dapat dihitung atau diukur dengan menggunakan tiga jenis pendekatan, yaitu

pendekatan produksi, pendekatan pendapatan, pendekatan pengeluaran.

Pertumbuhan Ekonomi

Pertumbuhan ekonomi dapat diartikan sebagai peningkatan standar materi

kehidupan sepanjang waktu bagi sebagian besar keluarga di suatu negara.

Peningkatan ini dapat berasal dari pendapatan yang meningkat, sehingga

memungkinkan orang untuk mengkonsumsi lebih banyak dan beragam (Mankiw

2007). Hal ini berarti dengan adanya peningkatan pertumbuhan ekonomi akan

Page 19: ANALISIS KONVERGENSI PERTUMBUHAN EKONOMI NEGARA ASEAN+3 DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI PERTUMBUHAN EKONOMI · ini ialah konvergensi, dengan judul Analisis Konvergensi Pertumbuhan

9

dicapai pula peningkatan kesejahteraan masyarakat, yang dicerminkan dengan

peningkatan kapasitas produksi, peningkatan konsumsi, dan peningkatan

pendapatan masyarakat.

Teori tentang pertumbuhan ekonomi senantiasa mengalami perkembangan

dari waktu ke waktu. Menurut model pertumbuhan Harrod Domar, setiap

perekonomian harus mencadangkan dan menabungkan sebagian pendapatan

nasionalnya untuk melakukan investasi pada barang-barang modal. Pertumbuhan

ekonomi dapat dipercepat dengan adanya investasi baru yang merupakan

tambahan neto terhadap cadangan atau stok modal (capital stock). Dengan adanya

pertambahan neto dari stok modal dalam bentuk investasi akan menghasilkan

peningkatan arus output nasional atau PDB (Todaro dan Smith 2006). Teori

Harrod Domar ini banyak digunakan untuk menentukan kebijakan ekonomi di

negara-negara berkembang. Menurut teori ini, Jumlah tabungan S merupakan

hasil perkalian antara rasio tabungan nasional s (Marjinal Propensity to Save) dari

total pendapatan nasional Y (S = sY). Sedangkan Investasi neto diartikan sebagai

perubahan stok modal (I = ) dan jumlah stok modal K merupakan hasil

perkalian antara nilai rasio modal output k (Capital Output Rasio) dengan

pendapatan nasional Y (K = kY) atau dapat pula dalam bentuk perubahan stok

modal dan perubahan pendapatan nasional ( = k ). Asumsi lain dalam

model Harrod Domar adalah bahwa besarnya tabungan nasional neto sama

dengan investasi neto (S = I). Berdasarkan persamaan yang telah dijabarkan di

atas, maka dapat diketahui bahwa I = = k . Dengan memasukkan

persamaan diatas ke dalam persamaan S = I, maka diperoleh persamaan baru S =

sY = k = = I dan kemudian dapat disederhanakan menjadi sY = k .

Kemudian dengan membagi persamaan dengan Y, dan membaginya lagi dengan k

maka diperoleh persamaan = /K = /I = s/k.

Keterangan:

= laju pertumbuhan permintaan agregat atau output

/ K = laju peningkatan stok kapital (penawaran agregat)

/ I = laju peningkatan investasi

Berdasarkan persamaan di atas dapat diketahui bahwa tingkat pertumbuhan

PDB ditentukan oleh rasio tabungan nasional s dan rasio modal output nasioanal k.

Tanpa adanya intervensi pemerintah, tingkat pertumbuhan pendapatan nasional

berbanding lurus dengan rasio tabungan dan berbanding terbalik terhadap rasio

modal output dari suatu perekonomian. Semakin banyak PDB yang diinvestasikan

maka pertumbuhan PDB yang dihasilkan akan semakin besar, dan sebaliknya.

Secara ekonomi dapat dikatakan bahwa agar dapat tumbuh dengan cepat dan

mencapai pertumbuhan ekonomi yang tinggi, maka setiap negara harus sebanyak

mungkin menabung dan menginvestasikan bagian dari PDB negaranya. Namun,

peluang pembentukan modal-modal baru yang terbatas menjadi suatu kendala

terutama bagi negara-negara miskin. Namun pada kenyataannya pengadaan

tabungan dan investasi yang lebih banyak saja tidak cukup untuk mencapai

pertumbuhan ekonomi. Model Harrod Domar menganggap bahwa terdapat sikap

dan pengaturan yang sama di negara-negara berkembang, namun ternyata asumsi

tersebut tidak sesuai dengan keadaan sebenarnya di negara-negara berkembang.

Faktor-faktor komplementer yang penting seperti kecakapan manajerial, tenaga

kerja yang terlatih, kemampuan perencanaan dan pengelolaan pembangunan,

Page 20: ANALISIS KONVERGENSI PERTUMBUHAN EKONOMI NEGARA ASEAN+3 DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI PERTUMBUHAN EKONOMI · ini ialah konvergensi, dengan judul Analisis Konvergensi Pertumbuhan

10

membuat strategi-strategi pembangunan tidak dapat memberikan hasil yang sesuai

dengan teori yang ada.

Model lain yang membahas mengenai masalah pertumbuhan ekonomi

adalah model yang dicetuskan oleh Robert Solow (1979) dari Amerika Serikat,

mungkin menjadi model pertumbuhan yang paling terkenal. Model Solow lebih

baik dalam menggambarkan perekonomian negara maju dibandingkan negara

berkembang, namun model ini tetap dapat dijadikan sebagai acuan dasar

kebijakan yang berkaitan dengan pertumbuhan dan pembangunan. Model Solow

mengasumsikam bahwa terdapat hubungan tetap antara input modal tenaga kerja

dan output barang jasa. Namun model ini dapat dimodifkasi dengan memasukkan

kemajuan teknologi sebagai variabel eksogen yang dapat meningkatkan

kemampuan produksi masyarakat (Mankiw 2007).

Solow berpendapat bahwa pertumbuhan ekonomi merupakan rangkaian

kegiatan yang bersumber pada manusia, akumulasi modal, pemakaian teknologi

modern dan output, guna mencapai pertumbuhan ekonomi yang

berkesinambungan (sustain). Secara ekonomi, model pertumbuhan. Solow

dirancang untuk menunjukkan bagaimana pertumbuhan persediaan modal,

pertumbuhan angkatan kerja, dan kemajuan teknologi berinteraksi dalam

perekonomian, serta bagaimana pengaruhnya terhadap output barang dan jasa

suatu negara secara keseluruhan (Mankiw 2007). Pada model Solow,

diperbolehkan adanya substitusi antara modal dan tenaga kerja.

Model ini menyatakan bahwa secara kondisional perekonomian negara-

negara akan bertemu pada suatu titik dimana tingkat pendapatan semuanya sama,

namun dengan asumsi tingkat tabungan, depresiasi, pertumbuhan angkatan kerja,

dan pertumbuhan produktivitas setiap negara tersebut sama. Model Solow

merupakan kerangka dasar untuk meneliti tingkat konvergensi antarnegara.

Menurut Todaro dan Smith (2006), fungsi produksi agregat, Y = f (K, L)

mengasumsikan skala hasil yang konstan. output akan meningkat dengan proporsi

yang sama apabila kapital dan tenaga kerja digandakan dan input-output yang

baru digunakan sepenting input yang telah ada. Input selain kapital, tenaga kerja

dan pengetahuan diasumsikan tidak penting. Fungsi produksi mengaitkan modal

total K dan tenaga kerja total L dengan output total Y, dapat dituliskan menjadi Y

= f (K, L). Panambahan varibel baru, yaitu efisiensi tenaga kerja E, maka

persamaannya menjadi Y = f (K, LxE). Efisiensi tenaga kerja berarti pengetahuan

masyarakat tentang metode-metode produksi, pada saat teknologi mengalami

peningkatan maka efisiensi tenaga kerja juga akan meningkat. LxE mengukur

jumlah pekerja efektif, sehingga output bergantung pada efisiensi tenga kerja dan

jumlah modal. Karena angkatan kerja tumbuh pada tingkat n, efisiensi tumbuh

dengan tingkat g, jumlah pekerja efektif LxE tumbuh pada tingkat n+g.

Kemajuan teknologi akan memengaruhi populasi, karena teknologi dapat

meningkatkan efisiensi tenaga kerja. Model Solow menunjukkan rasio

pertumbuhan modal-tenaga kerja, k dipengaruhi oleh tabungan sf(k), depresiasi

, tenaga kerja baru neto yang memasuki =angkatan kerja, nk. Persamaan Solow

dapat ditulis menjadi ( ) ( ) . Dalam kondisi mapan ditetapkan

bahwa , sehingga persamaan menjadi sf(k*) = ( ) *.

Menurut Solow, output nasional hanya digunakan untuk dua tujuan yaitu

konsumsi dan investasi. Bagian output yang digunakan untuk tujuan investasi

Page 21: ANALISIS KONVERGENSI PERTUMBUHAN EKONOMI NEGARA ASEAN+3 DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI PERTUMBUHAN EKONOMI · ini ialah konvergensi, dengan judul Analisis Konvergensi Pertumbuhan

11

bersumber dari tabungan. Sebagai proses akumulasi modal, satu unit investasi

menghasilkan satu unit tambahan kapital baru, sedangkan kapital yang lama

mengalami penyusutan.

Investasi aktual &

Investasi break even Investasi break-even, (δ+n+g)k

Investasi aktual, sf(k)

k* Modal per pekerja efektif

Sumber: Mankiw, 2007

Gambar 2 Investasi Aktual dan Break-even

Tingkat perubahan stok kapital per unit tenaga kerja efektif merupakan

selisih antara perubahan investasi aktual dengan perubahan investasi break-even

(investasi yang diperlukan untuk mengimbangi pertumbuhan tenaga kerja dan

ilmu pengetahuan serta menggantikan penyusutan kapital yang lama sehingga

jumlah stok kapital per tenaga kerja efektif yang ada tetap terpelihara). Stok

kapital per tenaga kerja efektif akan berada pada posisi jalur pertumbuhan

ekonomi yang berimbang (the balance growth path) ketika perubahan investasi

aktual sama dengan perubahan investasi break-even.

Jika nilai k lebih tinggi ataupun lebih rendah dibandingkan k*, maka

perekonomian akan kembali ke kondisi mapan di k*, karena k* merupakan

ekuilibrium modal yang stabil. Apabila tingkat stok kapital per tenaga kerja

efektif rendah, maka investasi aktual per unit tenaga kerja efektif lebih besar dari

investasi break-even. Akibatnya tingkat produktivitas stok kapital per tenaga kerja

efektif meningkat jumlahnya ke posisi stok kapital per tenaga kerja efektif

keseimbangan. Pergerakan ini menunjukkan laju pertumbuhan yangt positif.

Keadaan sebaliknya bila tingkat stok kapital per tenaga kerja efektif berada pada

nilai yang tinggi.

Berdasarkan pemikiran Solow di atas dapat dikatakan bahwa perekonomian

senantiasa akan mencapai suatu titik pemerataan bagi setiap negara (konvergen).

Pergerakan akan terjadi secara otomatis menuju pertumbuhan yang seimbang,

yaitu suatu situasi dimana setiap peubah tumbuh pada tingkat yang konstan. Pada

pertumbuhan yang seimbang, pertumbuhan output per tenaga kerja hanya

ditentukan oleh tingkat kemajuan teknologi. Oleh karena itu, teknologi menjadi

sesuatu yang penting dalam mencapai pertumbuhan.

Model pertumbuhan endogen muncul sebagai usaha perbaikan dari teori

neoklasik yang kurang memuaskan dalam menjelaskan sumber-sumber

Page 22: ANALISIS KONVERGENSI PERTUMBUHAN EKONOMI NEGARA ASEAN+3 DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI PERTUMBUHAN EKONOMI · ini ialah konvergensi, dengan judul Analisis Konvergensi Pertumbuhan

12

pertumbuhan ekonomi jangka panjang. Model neoklasik tidak menjelaskan

bagaimana jika terjadi guncangan eksternal dan perubahan teknologi dalam

perekonomian. Adanya aliran modal negara-nagara berkembang yang aneh

melatarbelakangi munculnya teori pertumbuhan endogen. Model ini menolak

asumsi model Solow yang menganggap teknologi berasal dari luar (eksogen).

Tujuan utama model ini adalah untuk menjelaskan perbedaan tingkat

pertumbuhan antar negara maupun faktor-faktor yang memberikan proporsi lebih

besar dalam pertumbuhan (Todaro dan Smith 2006).

Teori pertumbuhan endogen berusaha menjelaskan faktor yang menentukan

tingkat pertumbuhan PDB yang tidak dijelaskan dan dianggap sebagai variabel

eksogen dalam teori pertumbuhan neoklasik Solow. Model pertumbuhan endogen

memiliki kemiripan struktural dengan teori neoklasik, namun asumsi yang

digunakan dan kesimpulan yang ditarik memiliki berbeda. Teori pertumbuhan

endogen berusaha menjelaskan pola skala hasil yang meningkat dan pertumbuhan

yang berbeda antarnegara. Hal ini menjadi suatu hal yang berbeda dengan model

Solow yang mengasumsikan hasil marjinal yang semakin menurun atas investasi

modal yang telah dilakukan. Menurut model ini tidak terdapat kekuatan yang

dapat menciptakan tingkat pertumbuhan ekonomi yang sama antarnegara dalam

perekonomian tertutup, tingkat pertumbuhan antarnegara akan selalu berbeda dan

konstan tergantung tingkat tabungan dan teknologi negara tersebut.

Selain itu tidak terdapat tidak ada kecenderungan bahwa negara-negara

miskin akan memiliki tingkat pendapatan perkapita yang sama dengan negara

kaya, meskipun tingkat tabungan dan populasinya sama. Konsekuensinya adalah

resesi yang terjadi di suatu negara akan semakin meningkatkan ketimpangan

antara negara tersebut dengan negara lain yang lebih kaya (Todaro dan Smith

2006). Model ini berusaha menjelaskan aliran modal internasional yang dapat

memperparah ketimpangan antara negara maju dan negara berkembang.

Konvergensi

Dalam konsep pertumbuhan ekonomi, konvergensi pertumbuhan adalah

kecenderungan perekonomian-perekonomian negara miskin tumbuh lebih cepat

dibanding perekonomian negara kaya. Perekonomian negara miskin diharapkan akan

dapat mengejar ketertinggalannya sehingga ketimpangan perekonomian antar negara

akan menurun. Negara-negara miskin di dunia mempunyai tingkat pendapatan rata-

rata per kapita kurang dari 1/10 pandapatan rata-rata negara-negara kaya. Perbedaan

pendapatan ini terlihat dalam hampir semua ukuran kualitas hidup (Mankiw 2007).

Jika perekonomian dunia yang miskin dapat mengejar perekonomian negara

maju, maka hal ini menunjukkan pergerakan yang konvergen. Namun jika tidak

terdapat konvergensi, maka negara-negara yang pada awalnya miskin akan tetap

selamanya miskin. Menurut model Solow, kapan pertemuan (konvergensi)

perekonomian terjadi tergantung pada perbedaan mereka memulainya. Dua

perekonomian dengan kondisi mapan yang sama jika dilihat dari tingkat tabungan,

pertumbuhan populasi, efisiensi tenaga kerja, maka konvergensi akan mungkin

dicapai. Namun jika terdapat kondisi mapan yang berbeda, maka konvergensi tidak

akan dapat dicapai. Dengan asumsi bahwa preferensi masyarakat dan teknologi

Page 23: ANALISIS KONVERGENSI PERTUMBUHAN EKONOMI NEGARA ASEAN+3 DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI PERTUMBUHAN EKONOMI · ini ialah konvergensi, dengan judul Analisis Konvergensi Pertumbuhan

13

yang sama berlaku di semua negara, negara-negara miskin cenderung tumbuh

lebih cepat dari pada negara-negara kaya.

Terdapat dua konsep konvergensi dalam perekonomian yaitu konvergensi β

yang terdiri dari konvergensi mutlak dan bersyarat serta konvergensi α.

Terjadinya proses konvergensi dimana daerah miskin cenderung tumbuh lebih

cepat tidak serta merta menyebabkan menurunnya disparitas pendapatan regional

per kapita. Konvergensi α digunakan untuk mengukur tingkat dispersi dari

pertumbuhan. Jika dispersi pendapatan menurun, maka ketimpangan antar

daerah/negara juga semakin menurun, sehingga kemungkinan telah terjadi

konvergensi pendapatan. Pengukuran dispersi dilakukan dengan melihat nilai

koefisien variasi dan standar deviasi dari nilai logaritma variabel dependen.

Sedangkan β berguna untuk melihat faktor-faktor yang kemungkinan

mempengaruhi konvergensi. Dengan menguji konvergensi kondisional dapat

diketahui apakah negara miskin memiliki tingkat pertumbuhan yang lebih cepat

dibandingkan dengan negara kaya jika variabel lain dianggap konstan.

PENELITIAN TERDAHULU

Mutaqin dan Ichihashi (2012) melakukan penelitian yang berjudul The Role

of Maastricht Criteria and Membership in Determining Convergence in the

Eurozone and ASEAN: A Panel Data Analysis. Penelitian yang bertujuan untuk

menganalisis perbandingan konvergensi pendapatan selama tahun 1990 hingga

tahun 2009 ini menggunakan analisis data panel tahun 1990 sampai tahun 2009

dengan unit analisis negara-negara ASEAN (Association of Southeast Asian

Nations) dan anggota Eurozone (Euro Area). Hasil penelitian tersebut

menyatakan bahwa baik Eurozone maupun ASEAN secara kondisional maupun

ankondisional mengalami konvergensi pendapatan diantara negara-negara yang

termasuk dalam masing-masing kawasan tersebut.

Penelitian lain dilakukan oleh Jalal El Ouardighi dan Rabija Somun-

Kapetanovic berjudul Convergence and Inequality of income: the case of Western

Balkan countriestahun 2009. Penelitian ini menganalisis proses konvergensi

ketidakmerataan pendapatan yang terjadi antar lima negara Balkan dan

membandingkannya dengan European Union pada periode 1989-2008 dengan

menggunakan panel data. Hasil yang diperoleh adalah terjadi proses konvergensi

baik antar negara European Union maupun negara Balkan. Namun terdapat

perbedaan periode terjadinya proses konvergensi pada negara European Union

dan negara Balkan. Tingkat konvergensi tertinggi pada European Union terjadi

pada periode tahun 2000-an, sedangkan pada negara Balkan terjadi selama periode

akhir tahun 1990-an. Perbedaan tingkat konvergensi ini dsebabkan karena adanya

gap pembangunan antar negara Balkan dan European Union. Penelitian ini

menggunakan data pendapatan per kapita untuk menangkap masalah

ketidakmerataan.

Xuepeng Liu melakukan penelitian yang berjudul Trade and income

convergence: Sorting out the causality dengan menghubungkan antara

perdagangan internasional dan konvergensi pendapatan antar negara. Penelitian

Page 24: ANALISIS KONVERGENSI PERTUMBUHAN EKONOMI NEGARA ASEAN+3 DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI PERTUMBUHAN EKONOMI · ini ialah konvergensi, dengan judul Analisis Konvergensi Pertumbuhan

14

ini menggunakan data 165 negara yang melakukan perdagangan luar negeri pada

tahun 1965-2000. Data yang digunakan antara lain jumlah populasi, GDP per

kapita konstan 2000, dan share investasi pada GDP masing-masing negara.

Penelitian ini kemudian menghasilkan bahwa dengan adanya perdagangan pada

sektor yang sama akan menurunkan ketimpangan antar negara anggota trading

partners.

Penelitian mengenai konvergensi juga dilakukan oleh Modeste NC tahun

2009 berjudul Income Convergence Across The Counties Of Tennessee dengan

menggunakan data panel 95 negara di Tennesee pada tahun 1970-2000. Penelitian

ini menunjukkan bahwa terjadi proses konvergensi bersyarat pada 95 negara

Tenesse. Variabel yang digunakan untuk melihat proses konvergensi yang terjadi

pada penelitian ini antara lain pendapatan per kapita, pertumbuhan penduduk,

tingkat partisipasi tenaga kerja, investasi. Berdasarkan hasil estimasi dihasilkan

bahwa gap dan ketimpangan pendapatan per kapita antar negara Tennesse baru

dapat berakhir selama 27 tahun. Pengukuran konvergensi ini dilakukan dengan

menggunakan indikator pendapatan per kapita untuk menunjukkan tingkat

kesejahteraan masing-masing negara.

Wahyuni (2011) meneliti tentang konvergensi dan faktor-faktor yang

memengaruhi ketimpangan wilayah kabupaten/kota di Pulau Jawa. Penelitian

yang bertujuan untuk menggambarkan ketimpangan, menguji konvergensi,

membandingkan fenomena konvergensi, dan menganalisis faktor-faktor yang

memengaruhi ketimpangan wilayah di Pulau Jawa ini menyimpulkan bahwa

ketimpangan kabupaten/kota di Pulau Jawa masih sangat tinggi dibandingkan

dengan ketimpangan kabupaten/kota dalam provinsi dan didominasi oleh

ketimpangan antar kota. Konvergensi pendapatan wilayah kabupaten/kota di

Pulau Jawa tidak terjadi (divergen), sedangkan Jawa Timur memiliki tingkat

konvergensi tertinggi di Pulau Jawa. Menurut penelitian ini, konvergensi yang

terjadi di Jawa Barat karena kontribusi sektor manufaktur. Sementara itu

konvergensi dengan pendekatan pengeluaran rumah tangga sangat tinggi di setiap

provinsi dan keseluruhan Pulau Jawa. Faktor-faktor yang memengaruhi

ketimpangan pendapatan adalah share manufaktur, pendidikan tenaga kerja,

infrastruktur kesehatan, energi listrik dan air bersih. Sedangkan ketimpangan

pengeluaran rumah tangga hanya dipengaruhi tingkat pendidikan tenaga kerja.

KERANGKA PEMIKIRAN

Pembangunan ekonomi untuk mencapai pertumbuhan ekonomi yang tinggi

diharapkan akan memberikan kesempatan bagi negara berkembang untuk dapat

meningkatkan perekonomiannya agar dapat setara dengan negara maju.

Pertumbuhan ekonomi ini diukur berdasarkan tingkat pendapatan nasional dari

suatu negara. Namun dalam proses pembangunan tersebut kemungkinan akan

menghasilkan peningkatan pertumbuhan ekonomi di setiap negara sehingga

tercapai pertumbuhan ekonomi yang tinggi secara merata bagi setiap negara

ataukah hanya sebagian negara yang dapat mencapai kemajuan sedangkan negara

lainnya tetap pada keadaan semula, atau bahkan menjadi semakin miskin.

Masalah konvergensi ini timbul karena keanekaragaman karakteristik alam,

Page 25: ANALISIS KONVERGENSI PERTUMBUHAN EKONOMI NEGARA ASEAN+3 DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI PERTUMBUHAN EKONOMI · ini ialah konvergensi, dengan judul Analisis Konvergensi Pertumbuhan

15

ekonomi, sosial dan budaya menimbulkan pola pembangunan ekonomi yang

berbeda di masing-masing daerah sehingga beberapa wilayah mampu tumbuh

dengan cepat sementara wilayah lainnya tumbuh dengan lambat.

Sebagai suatu kawasan, pertumbuhan ekonomi ASEAN+3 sangat

bergantung pada pertumbuhan ekonomi masing-masing negara yang termasuk

didalamnya. Melalui penelitian ini akan terlihat bagaimana pola pertumbuhan

ekonomi kawasan ASEAN+3, tingkat konvergensi yang terjadi, dan faktor yang

memengaruhi pertumbuhan ekonomi negara. Negara yang dapat memanfaatkan

adanya globalisasi ekonomi dengan baik, maka akan menghasilkan suatu

peningkatan dari segi ekonominya, namun bagi negara yang tidak dapat bersaing

dengan negara lain akan menyebabkan negara tersebut menjadi semakin buruk

dan miskin.

Analisis data panel dilakukan dengan membandingkan 12 negara di

kawasan ASEAN+3 dalam jangka waktu 9 tahun sejak tahun 2002 hingga tahun

2010.

Gambar 3 Kerangka Pemikiran

Perbedaan Karakteristik

Negara

Perbedaan Pencapaian

Masalah Konvergensi Pertumbuhan ekonomi

Analisis Deskriptif Analisis Panel Data

Pola Pertumbuhan Ekonomi

dan Proses Konvergensi

Konvergen atau

Divergen

Faktor-faktor yang

memengaruhi Laju

Pertumbuhan ekonomi

Implikasi Kebijakan

Peningkatan Investasi

Proses Pembangunan dan Globalisasi Ekonomi

Pemetaan Berdasarkan

Pertumbuhan PDB riil dan

Pendapatan per Kapita

Riil

Indeks

Williamson

Page 26: ANALISIS KONVERGENSI PERTUMBUHAN EKONOMI NEGARA ASEAN+3 DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI PERTUMBUHAN EKONOMI · ini ialah konvergensi, dengan judul Analisis Konvergensi Pertumbuhan

16

METODE

Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang terdiri

dari periode waktu sepuluh tahun sejak tahun 2002 hingga tahun 2010. Adapun

data yang digunakan meliputi 12 negara di kawasan Asia Tenggara kecuali

Myanmar ditambah dengan negara China, Jepang, dan Korea Selatan yang

tergabung dalam ASEAN+3. Negara-negara tersebut antara lain Indonesia,

Malaysia, Singapura, Filipina, Thailand, Brunei Darussalam, Laos, Kamboja, dan

Vietnam ditambah dengan tiga negara Asia lain yang sangat berpengaruh bagi

perekonomian negara-negara ASEAN seperti China, Jepang, dan Korea Selatan.

Struktur data yang akan dianalisis dalam penelitian ini berupa data panel yang

bersifat time series dan cross section. Data-data tersebut diperoleh dari World

Bank. Adapun data yang digunakan untuk menganalisis proses konvergensi yang

terjadi antara lain PDB per kapita riil, lag PDB per kapita riil, Foreign Direct

Investment (FDI), agricultural value added, industry value added, service value

added, government expenditure, net ekspor, dan labour.

Metode Analisis Data

Analisis Deskriptif dengan Pemetaan Berdasarkan Pertumbuhan PDB Riil

dan Besaran Pendapatan per Kapita

Gambaran pola dan struktur pertumbuhan ekonomi masing-masing negara

dalam penelitian ini dilihat dengan memetakan negara berdasarkan pertumbuhan

PDB riil dan pendapatan per kapita masing-masing negara ASEAN+3 yang

dibandingkan dengan rata-ratanya. Penelitian ini membandingkan posisi

perekonomian masing-masing negara pada awal periode yang diestimasi tahun

2002 dan tahun akhir estimasi 2010. Adapun empat kuadaran berdasarkan kedua

indikator tersebut adalah sebagai berikut.

1. Kuadran I adalah negara cepat maju dan cepat tumbuh dengan laju

pertumbuhan PDB yang lebih besar dibandingkan pertumbuhan PDB rata-rata

dan memiliki besaran PDB per kapita yang lebih besar daripada rata-ratanya.

2. Kuadran II adalah negara maju tapi tertekan yang memiliki nilai pertumbuhan

PDB lebih rendah dibandingkan pertumbuhan PDB rata-rata, tetapi memiliki

besaran PDB per kapita yang lebih besar dibandingkan PDB per kapita rata-

rata.

3. Kuadran III ditempati oleh negara relatif tertinggal yang memiliki nilai

pertumbuhan PDB yang lebih rendah dibandingkan pertumbuhan rata-ratanya

dan sekaligus besaran PDB per kapita yang lebih kecil dibandingkan PDB per

kapita rata-rata.

4. Kuadran IV terdiri dari negara berkembang cepat yang memiliki nilai

pertumbuhan PDB yang lebih tinggi dari pertumbuhan PDB rata rata, tetapi

Page 27: ANALISIS KONVERGENSI PERTUMBUHAN EKONOMI NEGARA ASEAN+3 DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI PERTUMBUHAN EKONOMI · ini ialah konvergensi, dengan judul Analisis Konvergensi Pertumbuhan

17

besaran PDB per kapita daerah tersebut lebih kecil dibandingkan dengan rata-

ratanya (Kuncoro 2004).

Analalisis Deskriptif dengan Indeks Williamson (IW)

Indeks Williamson digunakan untuk mengukur perbedaan nilai output rata-

rata yang dihasilkan suatu wilayah. Ukuran ini biasanya menggunakan data PDRB

perkapita untuk mengukur ketimpangan pembangunan antar wilayah, yang

dinyatakan dengan rumus:

IW =

√∑ ( )(

)

Indeks Williamson (tingkat ketimpangan) yang diperoleh terletak antara 0

sampai dengan 1, semakin mendekati nol berarti disparitas pendapatan negara

ASEAN+3 semakin rendah atau dengan kata lain pertumbuhan ekonomi terjadi

secara merata, tetapi jika Indeks Williamson mendekati 1 (satu) maka disparitas

pendapatan antara negara anggota semakin tinggi serta mengindikasikan adanya

pertumbuhan ekonomi yang tidak merata.

Oshima dalam Matolla (1985) menetapkan sebuah kriteria yang digunakan

untuk menentukan apakah kesenjangan ada pada kesenjangan level rendah,

sedang, atau tinggi. Berikut ini adalah kriterianya:

a. Kesenjangan level rendah, jika IW < 0,35

b. Kesenjangan level sedang, jika 0,35 ≤ IW ≤ 0,5

c. Kesenjangan level tinggi, jika IW > 0,5

Analisis Data Panel

Penelitian ini menggunakan analisis regresi data panel, dengan

menggunakan data cross section yang terdiri dari 12 negara dan data time series

tahun 2002 hingga 2010. Data panel adalah gabungan antara data cross section

dengan data time series. Keuntungan penggunaan model data panel dibandingkan

data time series dan cross section yaitu dapat menghasilkan jumlah observasi

yang lebih besar, menambah derajat bebas (degree of freedom) sehingga dapat

meningkatkan efisiensi serta mengurangi kolinearitas antar variabel, dan

mengurangi masalah identifikasi dengan mengakomodasi tingkat heterogenitas

variabel.

Dengan analisis data panel, kita dapat menangkap perilaku sejumlah

individu yang memiliki karakteristik yang berbeda-beda dalam suatu periode

waktu tertentu. Heterogenitas antar individu maupun antar waktu digambarkan

dalam model dengan intersep dan koefisien slope yang berbeda-beda. Nilai

intersep dan koefisien slope yang berbeda-beda ini berasal dari pengaruh variabel

yang tidak termasuk dalam variabel penjelas dalam persamaan regresi biasa.

Model umum regresi data panel dapat dituliskan seperti:

Page 28: ANALISIS KONVERGENSI PERTUMBUHAN EKONOMI NEGARA ASEAN+3 DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI PERTUMBUHAN EKONOMI · ini ialah konvergensi, dengan judul Analisis Konvergensi Pertumbuhan

18

yit = i + Xit + it

dengan:

= individual heterogeneity

y = variabel dependen

x = variabel independen

i = individu

= komponen error

t = periode waktu

Menurut Firdaus (2011), berdasarkan ada tidaknya korelasi antara

komponen error dengan variabel dependen, terdapat 2 model yang dapat

diaplikasikan dalam regresi data panel. Adapun model tersebut adalah Fixed

Effects Model (FEM) dan Random Effects Model (REM). Jika terdapat korelasi

antara efek individu dan peubah penjelas atau memiliki pola yang tidak acak,

maka digunakan Fixed Effects Model (FEM). Penduga dalam FEM dapat dihitung

dengan beberapa teknik sebagai berikut:

1. Pendekatan Pooled Least Square (PLS)

Pendekatan ini menggunakan gabungan dari seluruh data (pooled). Adapun

model yang digunakan yaitu:

yit =αi + Xit β + uit

dimana αi bersifat konstan untuk semua observasi, atau αi = α.

Pendekatan ini memiliki kelemahan yaitu dugaan parameter β akan bias.

Parameter yang bias ini disebabkan karena PLS tidak dapat membedakan

observasi yang berbeda pada periode yang sama, atau tidak dapat membedakan

observasi yang sama pada periode yang berbeda.

2. Pendekatan Within Group (WG)

Pendekatan ini digunakan untuk mengatasi masalah bias pada PLS. Teknik

yang digunakan adalah dengan menggunakan data deviasi dari rata-rata individu

3. Pendekatan Least Square Dummy Variable (LSDV)

Metode ini bertujuan untuk dapat merepresentasikan perbedaan intersep

yaitu dengan dummy variable, dengan memasukkan sejumlah dgit = 1 (g = i),

persamaan awal menjadi:

yit = α1d1it + α2 d2it + αN dNit + xit' β + uit

Persamaan ini dapat diestimasi dengan pendekatan OLS sehingga diperoleh

parameter β LSDV.

4. Pendekatan Two Way Error Components Fixed Effect Model

Model ini disusun berdasarkan fakta bahwa terkadang fixed effects tidak

hanya berasal dari variasi antar individu (time invariants) tetapi juga berasal dari

variasi antar waktu (time effect).

Pendekatan Random Effect Model (REM) muncul ketika antara efek

individu dan variabel bebas tidak ada korelasi. Asumsi ini membuat komponen

eror dari efek individu dan waktu dimasukkan ke dalam eror. Asumsi yang paling

penting dalam REM adalah asumsi bahwa nilai harapan dari xit untuk setiap τi

adalah 0 atau E(τi xit) = 0.

Page 29: ANALISIS KONVERGENSI PERTUMBUHAN EKONOMI NEGARA ASEAN+3 DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI PERTUMBUHAN EKONOMI · ini ialah konvergensi, dengan judul Analisis Konvergensi Pertumbuhan

19

Untuk menguji apakah model yang digunakan sudah tepat, maka dapat

digunakan Chow test dan Hausman test. Chow test akan membandingkan model

Pooled Least Square dengan model fixed effects. Jika hasil estimasi menunjukkan

hasil yang signifikan, maka model yang dipilih adalah model fixed fixed.

Kemudian untuk memilih apakah fixed atau random effects yang lebih baik,

dilakukan pengujian terhadap asumsi ada tidaknya korelasi antara variabel bebas

dan efek individu. Untuk menguji asumsi ini dapat digunakan Hausman Test. Jika

probabilitas lebih kecil dari alpha atau nilai H hasil pengujian lebih besar dari χ2

tabel, maka tolak H0 dan model yang tepat adalah Fixed Effects Model.

Jika kedua uji menunjukkan hasil yang signifikan, maka diputuskan model

terbaik adalah model fixed effects.

Model Penelitian Konvergensi Pertumbuhan Ekonomi ASEAN+3

Penelitian ini akan mengukur konvergensi absolut dan konvergensi

bersyarat negara-negara ASEAN+3. Barro dan Martin (1992) dalam penelitian

yang dilakukan oleh Mutaqin dan Ichihashi (2012) menyatakan konvergensi

absolut dapat diukur dengan menggunakan persamaan sebagai berikut:

ln yi,t – ln yi,t-1 = α + β ln yi,t-1 + vi,t

dengan yi,t adalah besarnya pendapatan per kapita, dan ln yi,t-1 pendapatan per

kapita tahun sebelumnya. Sedangkan konvergensi bersyarat dalam penelitian ini

dihitung dengan menggunakan persamaan berikut:

ln yi,t – ln yi,t-1 = α + β ln yi,t-1 + γ1 ln FDIi,t + γ2 ln NetEksi,t + γ3 ln Agvali,t +

γ4 ln Invali,t + γ5 ln Servali,t + γ6 ln Govexi,t + γ7 ln labouri,t +

vi,t

dengan:

yi,t = PDB per kapita pada tahun akhir (USD)

yi,t-1 = PDB per kapita tahun sebelumnya (USD)

FDI = Foreign Direct Investment (USD)

NetEks = Ekspor bersih (USD)

Agval = Agricultural value added (USD)

Inval = Industryvalue ddded (USD)

Serval = Service value added (USD)

Govex = Government expenditure (USD)

Labour = Jumlah tenaga kerja (jiwa)

Model konvergensi diatas kemudian dapat dituliskan kembali menjadi:

ln yi,t – ln yi,t-1 = β ln yi,t-1

ln yi,t = ln yi,t-1 + β ln yi,t-1

Page 30: ANALISIS KONVERGENSI PERTUMBUHAN EKONOMI NEGARA ASEAN+3 DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI PERTUMBUHAN EKONOMI · ini ialah konvergensi, dengan judul Analisis Konvergensi Pertumbuhan

20

ln yi,t = (1+ β) ln yi,t-1

Jika nilai β berada diantara 0 dan -1 maka dapat dikatakan terjadi

konvergensi pertumbuhan ekonomi antar negara ASEAN+3. Semakin mendekati

-1 maka pertumbuhan ekonomi negara-negara ASEAN+3 semakin konvergen.

Sedangkan jika β>0 dan β<-1 maka pertumbuhan ekonomi menuju kepada

pergerakan yang divergen dan menyebar. Selain itu melalui statistik uji-t akan

diperoleh variabel yang berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi

negara-negara ASEAN+3.

Pengujian Statistik dan Pelanggaran Asumsi

Uji Asumsi

Setelah melakukan pendugaan parameter koefisien regresi, kita harus

menguji dahulu asumsi-asumsi dari model regresi tersebut sebelum melakukan

pengujian model secara keseluruhan (uji-F) dan pengujian masing-masing

koefisien regresi (uji-t). Jika terdapat pelanggaran asumsi, maka kita tidak dapat

melakukan uji-F maupun uji-t (Juanda 2009).

Multikolinearitas

Multikolinearitas terjadi jika terdapat hubungan linear yang pasti di antara

variabel-variabel penjelas x, yang tercakup dalam regresi berganda. Adapun

konsekuensi yang diakibatkan dari adanya multikolinearitas adalah varians besar

dan kesalahan standar estimator OLS, Interval keyakinan yang lebih besar, rasio

uji-t tidak signifikan, nilai R2 tinggi tapi sedikit rasio t signifikan, estimator OLS

cenderung tidak stabil. Menurut Uji Klein, apabila terjadi nilai korelasi yang lebih

tinggi dari |0.80|, multikolinearitas dapat diabaikan selama nilai korelasi tersebut

tidak melebihi Adjusted R-squared-nya. Klein menyatakan bahwa jika R2Y Xi,

Xj, ... Xn > r2

Xi, Xj maka tidak terjadi masalah multikolinieritas atau untuk semua

korelasi antar variabel bebas yang memiliki r2 yang lebih kecil dari R

2 (r

2 < R

2).

Hal ini memberi kesimpulan bahwa semua variabel bebas dalam spesifikasi model

yang digunakan terlepas dari masalah multikolinieritas.

Heteroskedastisitas

Heteroskedastisitas terjadi jika gangguan muncul dalam fungsi regresi yang

mempunyai varian yang tidak sama untuk setiap observasi, sehingga penaksir

OLS tidak efisien baik dalam sampel kecil maupun sampel besar. Masalah

heteroskedastisitas dapat dideteksi dengan metode white cross section. Jika sum

square resis weighted < sum square resis unweighted maka terdapat masalah

heteroskedastisitas. Masalah heteroskedastisitas ini dapat diabaikan jika telah

menggunakan metode Weighted Least Squares (Gujarati 2007).

Autokorelasi

Masalah autokorelasi terjadi jika terdapat korelasi berantai diantara

gangguan ui dalam regresi. Akibat yang ditimbulkan sama halnya dengan yang

Page 31: ANALISIS KONVERGENSI PERTUMBUHAN EKONOMI NEGARA ASEAN+3 DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI PERTUMBUHAN EKONOMI · ini ialah konvergensi, dengan judul Analisis Konvergensi Pertumbuhan

21

terjadi pada pelanggaran heteroskedastisitas yaitu estimator kuadrat terkecil biasa,

meskipun linear dan tak bias, namun tidak akan efisien, sehingga tidak memenuhi

asumsi BLUE (Best Linear Unbiased Estimator) (Gujarati 2007). Karena model

menggunakan lag variabel dependen sebagai variabel independennya, maka nilai

statistik uji DW sering mendekati 2 meskipun terdapat autokorelasi. Sehingga

disarankan menggunakan statistik Durbin h, dengan T = jumlah pengamatan.

h = ( 1 - DW) √

( )

Jika melalui statistik uji-t diperoleh hasil tolak Ho, maka diputuskan

terdapat pelanggaran autokorelasi (Juanda 2009).

Uji-F (Uji Model Keseluruhan)

Setelah melakukan uju asumsi, maka dilakukan uji model keseluruhan

apakah dapat menjelaskan keragaman variabel dependen. Jika dari hasil estimasi

diperoleh nilai F-statistik yang ebih besar dari nilai F-tabeldbr, dbg atau nilai

probabilitas uji-F lebih kecil dari alpha (α < probabilitas) maka berarti tolak H0

dan artinya variabel-variabel independen dapat menjelaskan keragaman variabel

dependen di dalam model.

Uji-t (Uji Parsial)

Setelah diperoleh bahwa statistik uji-F signifikan maka dilanjutkan dengan

pengujian secara parsial antara variabel dependen terhadap masing-masing variabel

independennya. Uji t dilakukan untuk melihat apakah masing-masing variabel bebas

secara signifikan berpengaruh pada variabel terikatnya. Jika nilai t-statistik yang

dihasilkan dari estimasi lebih besar dari t tabelα,db atau nilai probabilitas untuk

masing-masing variabel bebas bernilai lebih kecil dari taraf nyata (prob < α), maka

dapat disimpulkan variabel bebas tersebut berpengaruh nyata terhadap variabel

dependennya.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Gambaran Umum

Kerjasama ASEAN+3 telah berlangsung sejak tahun 1997, yang bertujuan

memperkuat proses konsultasi politik dan ekonomi tingkat tinggi di wilayah Asia

Timur. Kerja sama ini mencakup kerja sama di bidang ekonomi, keuangan,

pembangunan sosial, Sumber Daya Manusia (SDM), ilmu pengetahuan dan

teknologi, kebudayaan dan informasi, pembangunan serta keamanan dan kerja

sama transnasional lainnya.

Krisis keuangan dan moneter kawasan Asia pada tahun 1997 diawali dengan

gejolak finansial yang melanda Thailand yang kemudian berdampak ke seluruh

wilayah ASEAN. Masalah krisis keuangan yang dialami oleh negara-negara Asia

ini memberikan kesadaran pentingnya memperkuat kerjasama ekonomi dan

keuangan dalam suatu kawasan sehingga diharapkan dapat mencegah dan

menanggulangi krisis yang mungkin terjadi serta untuk menjaga kelangsungan

Page 32: ANALISIS KONVERGENSI PERTUMBUHAN EKONOMI NEGARA ASEAN+3 DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI PERTUMBUHAN EKONOMI · ini ialah konvergensi, dengan judul Analisis Konvergensi Pertumbuhan

22

pertumbuhan ekonomi dan stabilitas politik masing-masing negara di Asia ketika

terjadi krisis keuangan.

Alasan lain yang mendorong negara-negara Asia Timur untuk bersatu dalam

suatu kerja sama ekonomi adalah kecenderungan tumbuhnya perdagangan dan

arus investasi serta integrasi ekonomi baik antar negara dalam suatu kawasan

maupun dengan negara lain di dunia. Kerja sama ini diharapkan dapat menjadi

kekuatan bagi negara-negara di Asia terutama negara-negara berkembang untuk

menghadapi persaingan dengan negara maju. Seiring dengan globalisasi di pasar

uang dan modal dunia, hampir di semua negara ASEAN aliran masuk dan keluar

modal menjadi semakin terbuka. Keberhasilan kerjasama ekonomi yang dibentuk

negara-negara eropa yang menjadi kekuatan bagi masing-masing negara anggota

untuk menghadapi keterbukaan dan globalisasi terutama di bidang ekonomi.

Peluncuran Euro di 12 negara European Union yang dapat melindungi mata uang

mereka dari serangan spekulasi yang berasal dari pasar keuangan telah membuat

negara-negara ASEAN+3 berpikir untuk melakukan hal yang sama terhadap mata

uang mereka.

Kerja sama ASEAN+3 memiliki anggota yang terdiri dari negara

berkembang dan terbelakang dengan negara maju. Negara maju dan negara

berkembang memiliki perbedaan karakteristik yang mendasar dan tidak dapat

diterapkan perlakuan yang sama antara keduanya. Karena akan memperoleh hasil

yang belum tentu sama bagi keadaan ekonomi suatu negara jika diberi perlakuan

yang sama. Integrasi ekonomi dan keuangan regional seperti pada negara-negara

ASEAN, Jepang, China, dan Korea Selatan yang lebih dikenal dengan nama

ASEAN+3 dilakukan dengan berbagai tujuan. Namun tujuan utamanya adalah

meningkatkan kekuatan ekonomi masing-masing negara anggota di dunia

internasional. Negara-negara ASEAN+3 merasa perlu untuk membentuk suatu

region atau suatu kawasan kerjasama yang dapat dijadikan sebagai pendorong

dan penguat bagi negara-negara anggota untuk menghadapi persaingan dengan

negara-negara maju di kawasan Amerika dan Eropa. Besar harapan dengan

terbentuknya integrasi ekonomi dan keuangan ini akan mengantar ASEAN

menjadi kawasan yang tumbuh tinggi sekaligus stabil. Dengan meningkatkan

perdagangan dan investasi intra ASEAN dan memperkuat kerja sama ekonomi

ASEAN+3 secara paralel. Harapan bagi terciptanya iklim pertumbuhan ekonomi

yang sehat dapat segera terpenuhi.

China merupakan negara yang sangat penting sebagai tempat pelarian modal,

dan FDI (Foreign Direct Investment) dari negara-negara ASEAN. China dianggap

sebagai investor yang tangguh untuk mengalir ke dalam negeri. Sedangkan

hubungan ASEAN dengan Korea Selatan lebih banyak dititik beratkan pada

bidang perluasan kerja sama mengenai globalisasi, liberalisasi perdagangan,

pembangunan informasi dan teknologi komunikasi. Korea Selatan dapat

membantu ASEAN guna mengatasi kesenjangan ekonomi di antara anggotanya

dengan meningkatkan kerja sama di bidang ekonomi agar dapat meningkatkan

pendapatan masing-masing negara.

Masing-masing negara memiliki sektor dominan yang menyumbangkan

nilai tambah terbesar bagi pendapatannya, seperti terlihat pada Tabel 3 berikut.

Page 33: ANALISIS KONVERGENSI PERTUMBUHAN EKONOMI NEGARA ASEAN+3 DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI PERTUMBUHAN EKONOMI · ini ialah konvergensi, dengan judul Analisis Konvergensi Pertumbuhan

23

Tabel 3 Nilai Tambah Sektor Jasa, Industri, dan Pertanian Terhadap PDB Negara

ASEAN+3 Tahun 2010 (Juta USD)

Negara Nilai Tambah

Jasa

Nilai Tambah

Industri

Nilai Tambah

Pertanian

Brunei Darussalam 3 184 3 611 69

Kamboja 3 077 2 099 2 839

Indonesia 125 539 113 022 41 212

Laos 1 299 972 1 137

Malaysia 75 763 60 266 14 679

Filipina 71 944 42 078 15 482

Singapura 104 648 51 124 57

Thailand 87 014 86 524 22 499

Vietnam 24 532 27 331 13 195

China 1 346 288 1 518 174 272 882

Jepang 3 506 022 1 626 839 57 266

Korea Selatan 392 469 306 153 25 207

Sumber: World Bank, 2013

Sebagian besar negara-negara ASEAN+3 memeroleh nilai tambah terbesar

dari sektor jasa, kemudian industri dan nilai tambah terkecil berasal dari sektor

pertanian. Namun hal ini tidak terjadi pada negara Vietnam. Brunei dan China

dengan nilai tambah terbesar berasal dari sektor industri. Tidak satupun dari

negara-negara ASEAN+3 yang menjadikan sektor pertanian sebagai sektor

dominannya. Hal ini karena semakin berkembang dan maju suatu negara maka

sektor-sektor tersier akan semakin berkembang, ditambah dengan adanya

peningkatan keterbukaan akibat adanya globalisasi.

Penelitian ini bertujuan untuk melihat apakah terjadi proses konvergensi

pendapatan diantara negara-negara yang tergabung di dalam ASEAN+3. Adapun

negara-negara yang tergabung di dalamnya antara lain adalah semua negara yang

terdapat di kawasan ASEAN ditambah dengan negara China, Jepang, dan Korea

Selatan. Penelitian ini dilakukan karena dalam perkembangannya, kehidupan

perekonomian setiap negara semakin terbuka dan tidak dapat terlepas dari negara

lain. Hal ini merupakan salah satu akibat yang timbul dari adanya globalisasi

khususnya globalisasi ekonomi. Setiap negara harus mempersiapkan diri sebaik

mungkin agar mampu menghadapi arus globalisasi yang terus meningkat. Jika

suatu negara dapat memanfaatkan peluang dari adanya globalisasi, maka negara

tersebut akan memperoleh manfaat positif berupa peningkatan pertumbuhan

ekonomi. Namun sebaliknya jika tidak mampu memanfaatkan dengan baik, maka

perekonomian negara tersebut justru akan semakin buruk karena terus tertinggal

dari negara-negara maju.

Page 34: ANALISIS KONVERGENSI PERTUMBUHAN EKONOMI NEGARA ASEAN+3 DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI PERTUMBUHAN EKONOMI · ini ialah konvergensi, dengan judul Analisis Konvergensi Pertumbuhan

24

Melalui berbagai kerja sama ekonomi ini masing-masing negara dapat

saling menguatkan perekonomian satu sama lain. Negara-negara yang tergabung

dalam suatu kerjasama ekonomi tentunya tidak hanya terdiri dari negara-negara

maju saja atau negara-negara terbelakang saja, namun berbagai negara maju,

berkembang, maupun terbelakang. Iklim investasi tentunya juga akan semakin

membaik di masing-masing negara karena adanya penguatan dari negara anggota

lainnya sehingga akan meningkatkan kredibilitas suatu negara di mata

internasional, sekalipun masih tergolong negara berkembang ataupun terbelakang.

Selain itu, aktivitas ekonomi diantara negara anggota juga diharapkan akan

semakin terbuka luas dan menjadi lebih mudah, sehingga akan terjadi peningkatan

ekonomi di masing-masing negara. Investasi antar negara diharapkan menjadi

semakin lancar dan mudah sehingga dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi

masing-maisng negara terutama negara berkembang.

Melalui penelitan ini akan dilihat apakah terjadi proses konvergensi pada

Produk Domestik Bruto dari negara-negara yang termasuk dalam ASEAN+3.

Penilaian ini dimaksudkan karena Indonesia merupakan salah satu negara anggota

dalam kerjasama ASEAN+3 dan keberadaan kerjasama ini sangat berpengaruh

terhadap perekonomian di Indonesia. Penelitian mengenai proses konvergensi

diperlukan agar dapat dilihat apakah kerjasama yang dilakukan antara negara-

negara yang memiliki tingkat perekonomian yang berbeda tetap dapat

memberikan efek positif bagi seluruh anggota, ataukah hanya menguntungkan

bagi sebagian anggota saja terutama negara anggota yang sudah lebih maju.

Analisis Deskriptif dengan Pemetaan Berdasarkan Pertumbuhan PDB riil

dan Besaran Pendapatan per Kapita

Hasil perhitungan menunjukkan bahwa terdapat perubahan posisi negara

pada awal dan akhir periode yang diteliti. Pada tahun 2002 diperoleh bahwa rata-

rata pertumbuhan PDB riil (ṝ) adalah sebesar 5.3% dan rata-rata pendapatan per

kapitanya adalah 8 539.2 ribu rupiah. Terdapat beberapa negara yang masih

berada di atas rata-rata pertumbuhan secara keseluruhan adalah Kamboja, Laos,

Malaysia, Vietnam, China, dan Korea Selatan. Sedangkan negara yang memiliki

pendapatan per kapita di atas rata-rata adalah Brunei, Singapura, Jepang, dan

Korea Selatan. Korea Selatan pada tahun 2002 berada pada kondisi perekonomian

yang sangat baik dengan pendapatan per kapita yang tinggi dan pertumbuhan PDB

yang juga tinggi sehingga berada pada kuadran I. Sedangkan negara dengan

pendapatan per kapita tinggi cenderung memiliki pertumbuhan ekonomi yang

lebih rendah dibandingkan rata-ratanya, sehingga berada pada kuadran II. Adapun

negara-negara yang berada pada kuadran II merupakan negara-negara yang

tergolong high income seperti Jepang, Brunei, dan Singapura. Sebaliknya

Kamboja, Laos, Malaysia,Vietnam, Thailand, dan China dengan pertumbuhan

ekonomi tinggi cenderung masih memiliki pendapatan kapita yang rendah

sehingga berada pada kuadran IV. Kuadran III terdiri dari negara-negara dengan

pertumbuhan ekonomi dan pendapatan per kapita rendah seperti Indonesia, dan

Filipina. Pemetaan negara berdasarkan pertumbuhan PDB riil dan pendapatan per

kapita tahun 2002 dan 2010 terlihat pada Gambar 4 dan Gambar 5 berikut ini.

Page 35: ANALISIS KONVERGENSI PERTUMBUHAN EKONOMI NEGARA ASEAN+3 DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI PERTUMBUHAN EKONOMI · ini ialah konvergensi, dengan judul Analisis Konvergensi Pertumbuhan

25

Sumber: World Bank, 2013 (diolah)

Keterangan:

Kuadran I Kuadran II Kuadran III Kuadran IV

● KorSel ● Singapura ● Indonesia ● Vietnam ▲Laos

■ Brunei ■ Filipina ■ Kamboja ► Malaysia

Jepang China ◄ Thailand

Gambar 4 Pemetaan Negara Berdasarkan Pertumbuhan PDB Riil dan Besaran

Pendapatan per Kapita Tahun 2002

Sumber: World Bank, 2013 (diolah)

Keterangan:

Kuadran I Kuadran II Kuadran III Kuadran IV

● Singapura ● Jepang ● Kamboja ● China

■ KorSel ■ Vietnam ■ Laos

Brunei Indonesia Thailand

▲ Malaysia ▲Filipina

Gambar 5 Pemetaan Negara Berdasarkan Pertumbuhan PDB Riil dan Besaran

PDB per Kapita Tahun 2010

PDB

Growth

403020100

9

8

7

6

5

4

3

2

1

0

ȳ=8.54(Rb)

ṝ=5.3(%)

PDBKap

Growth

403020100

16

14

12

10

8

6

4

2

ȳ=10.06(Rb)

ṝ=7.4(%)

PDBKap

2002

2010

Page 36: ANALISIS KONVERGENSI PERTUMBUHAN EKONOMI NEGARA ASEAN+3 DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI PERTUMBUHAN EKONOMI · ini ialah konvergensi, dengan judul Analisis Konvergensi Pertumbuhan

26

Pada tahun 2010 terjadi perubahan posisi masing-masing negara yang

dilihat dari pertumbuhan PDB riil dan PDB per kapita. Singapura menunjukkan

kondisi emas pada perekonomiannya dengan pendapatan per kapita yang tinggi

sekaligus pertumbuhan ekonomi yang jauh lebih tinggi dari negara lainnya,

sehingga berada pada kuadran I. Sedangkan Korea Selatan yang pada tahun 2002

berada pada kuadran I, menjadi berada pada kuadran II pada tahun 2010 bersama

dengan Jepang, dan Brunei Darussalam pada tahun 2010. Kuadran II terdiri dari

negara-negara dengan pendapatan per kapita tinggi namun pertumbuhan ekonomi

yang lebih rendah dibandingkan dengan rata-ratanya. Kuadran III terdiri dari

Kamboja, Indonesia, Laos, Malaysia, dan Vietnam yang memiliki pertumbuhan

PDB riil dan pendapatan per kapita yang lebih rendah dibandingkan rata-rata.

Negara Filipina, Thailand, dan China berada pada kuadran IV dengan

pertumbuhan PDB riil tinggi namun pendapatan per kapita yang rendah.

Negara-negara yang berada pada kuadran I dan III masih mungkin

mengalami peningkatan ekonomi dengan meningkatkan pendapatannya.

Sedangkan negara pada kuadran III yang memiliki pendapatan per kapita yang

rendah, namun pertumbuhan ekonomi yang tinggi masih memberikan

kemungkinan negara-negara tersebut untuk menjadi lebih maju dengan

meningkatkan penggunaan sumber daya secara penuh. Pemanfaatan sumber daya

secara full employment memungkinkan negara-negara tersebut untuk mengejar

ketertinggalannya dari negara anggota lainnya yang sudah maju. Sedangkan

negara-negara pada kuadran IV yang memiliki pertumbuhan dan besaran

pendapatan per kapita yang rendah akan lebih sulit untuk meningkatkan kondisi

perekonomiannya dan mengejar ketertinggalan dari negara maju. Oleh karena itu,

negara-negara dengan kondisi perekonomian tersebut seharusnya mendapatkan

perlindungan dan bantuan dari negara maju untuk manghadapi liberalisasi dan

meningkatkan aktivitas ekonominya melalui adanya kerja sama ASEAN+3 yang

dilakukan. Sehingga diharapkan kerja sama yang telah dilakukan akan

memberikan efek spill over positif pada negara-negara berkembang dan tidak

mematikan negara berkembang tetapi menagalami kemajuan bersama.

Perhitungan yang dilakukan dengan memetakan negara-negara berdasarkan

pertumbuhan dan pendapatan per kapitanya ini sangat dipengaruhi oleh adanya

outlier (pencilan) berupa negara-negara yang memeroleh pencapaian yang jauh

lebih tinggi atau rendah dibandingkan negara lainnya, karena menggunakan nilai

rataan. Seperti perhitungan yang dilakukan pada tahun 2010 dimana Singapura

mencapai tingkat pertumbuhan PDB riil yang sangat tinggi, sehingga rataan yang

diguanakan juga menjadi sangat tinggi.

Analisis Deskriptif dengan Indeks Williamson

Analisis deskriptif pertama dilakukan dengan menggunakan Indeks

Williamson. Analisis deskriptif dilakukan dengan menggunakan Indeks

Williamson (IW). Tingkat ketimpangan yang terjadi dalam metode ini tercermin

dalam sebuah angka indeks antara 0 sampai 1 (0 < IW < 1). Hasil perhitungan

Indeks Williamson terlihat pada Gambar 6 berikut.

Page 37: ANALISIS KONVERGENSI PERTUMBUHAN EKONOMI NEGARA ASEAN+3 DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI PERTUMBUHAN EKONOMI · ini ialah konvergensi, dengan judul Analisis Konvergensi Pertumbuhan

27

Sumber: World Bank, 2013 (diolah)

Gambar 6 Indeks Williamson (IW)

Berdasarkan gambar 4 terlihat bahwa Indeks Williamson yang dihasilkan

dari perhitungan sebesar 0.98 sangat mendekati angka 1. Menurut Williamson,

nilai IW yang sangat mendekati 1 berarti terjadi ketimpangan pendapatan per

kapita yang sangat tinggi antar negara anggota ASEAN+3 untuk setiap tahun yang

diukur. Indeks Williamson mengukur tingkat ketimpangan pada setiap tahunnya

sehingga dapat dikatakan bahwa perhitungan ini bersifat statis dan tidak dapat

menunjukkan proses yang terjdi dalam satu tahun yang dihitung tersebut. Sifat

statis ini kemudian diatasi dengan menghitung Indeks Williamson untuk beberapa

tahun yaitu tahun 2002 hingga 2010, sehingga walaupun tidak dapat dilihat

pergerakannya dalam satu tahun, namun akan tetap dapat dilihat pergerakannya

dari tahun ke tahun selama periode yang dihitung. Pergerakan dari tahu ke tahun

ini dapat menunjukkan apakah terjadi proses konvergensi pendapatan per kapita

negara-negara anggota ASEAN+3.

Melalui perhitungan Indeks Williamson yang dilakukan pada periode 2002

hingga 2010 dihasilkan bahwa masih terdapat ketimpangan yang tinggi antar

negara anggota ASEAN+3. Hal ini berarti kerja sama ASEAN+3 ini masih belum

dapat memberikan efek spill over positif terutama bagi negara-negara anggota

yang masih berkembang. Keuntungan dan manfaat dari adanya kerja sama belum

dapat diterima secara merata bagi semua negara anggotanya. Sebagian negara

mengalami peningkatan pendapatan per kapita sedangkan sebagian lainnya belum

mengalami peningkatan, sehingga pada akhirnya yang dihasilkan adalah kondisi

perekonomian dengan pendapatan yang timpang.

Berdasarkan perhitungan juga diketahui bahwa pada periode tahun 2002

hingga 2010, nilai IW semakin menurun dari tahun ke tahun, walaupun dengan

tingkat penurunan yang rendah. Penurunan nilai IW ini dapat diartikan bahwa

dengan terjadinya proses konvergensi antar negara anggota ASEAN+3. Nilai IW

yang cenderung menjadi semakin kecil menunjukkan bahwa ketimpangan

semakin menurun sehingga pergerakan pendapatan per kapita menuju proses yang

konvergen ke satu titik yang merata. Proses konvergensi yang terjadi masih sangat

lambat karena penurunan ketimpangan yang dihitung berdasarkan Indeks

Williamson juga sangat kecil, namun tidak menutup kemungkinan bahwa suatu

0.981

0.9815

0.982

0.9825

0.983

0.9835

0.984

0.9845

0.985

2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010

Tahun Tahun

IW

Page 38: ANALISIS KONVERGENSI PERTUMBUHAN EKONOMI NEGARA ASEAN+3 DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI PERTUMBUHAN EKONOMI · ini ialah konvergensi, dengan judul Analisis Konvergensi Pertumbuhan

28

saat akan tercapai suatu perekonomian yang benar-benar merata dengan tingkat

ketimpangan yang rendah.

Model Konvergensi Pertumbuhan Ekonomi Negara Anggota ASEAN+3

Nilai F-statistik pada uji Chow pada Tabel 5 sebesar 1.76 lebih kecil dari F-

tabel(1,107) sebesar 6.85 sehingga model terbaik untuk menggambarkan kondisi

konvergensi tak bersyarat pada penelitian ini adalah Pooled Least Square (PLS).

Hal ini berarti bahwa tanpa diikuti dengan adanya faktor kondisi tertentu dari

masing-masing negara yang diestimasi, pola pertumbuhan ekonomi masing-

masing negara cenderung tidak memiliki perbedaan dengan αi konstan untuk

semua observasi. Hasil estimasi uji Chow dan hasil estimasi model Pooled Least

Square pada konvergensi tak bersyarat terlihat pada tabel 4 dan 5 berikut.

Tabel 4 Hasil Estimasi Uji Chow

Pendekatan: LSDV

Effects Test Statistik d.f. Probabilitas

Cross-section F 1.76184 (11.95) 0.0717

Tabel 5 Hasil estimasi Model Pooled Least Square (PLS)

Variabel Pooled Least Square

Ln yi,t-1 0.98792

(probabilitas) (0.0000)

Konstanta 0.13593

(probabilitas) (0.0000)

R-squared 0.99899

Adjusted R-squared 0.99898

F-statistic 105114

Prob(F-statistic) 0.00000

Durbin-Watson stat 1.98143

Sumber: World Bank, 2013 (diolah)

Berdasarkan uji Klein, nilai koefisien korelasi masing-masing variabel

independen yang lebih kecil dari nilai Adjusted R-squared sebesar 0.99

menunjukkan tidak terdapat masalah multikolinieritas pada model. Sedangkan uji

autokorelasi dilakukan dengan statistik uji h karena model menggunakan lag

variabel dependen sebagai salah satu variabel independennya. Nilai statistik h

model sebesar -0.104 lebih kecil dari nilai Z0.025 tabel sebesar |1.96| sehingga

terima H0 dan dapat diputuskan tidak terdapat masalah autokorelasi. Nilai

statistik-F sebesar 105114 yang lebih besar dari F(1,107) berarti bahwa variabel

Page 39: ANALISIS KONVERGENSI PERTUMBUHAN EKONOMI NEGARA ASEAN+3 DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI PERTUMBUHAN EKONOMI · ini ialah konvergensi, dengan judul Analisis Konvergensi Pertumbuhan

29

independennya sudah mampu menggambarkan keragaman variabel dependen di

dalam model sebesar 99.9 %.

Model panel pada Tabel 5 diatas menunjukkan nilai (1+ β) sebesar 0.98.

Tingkat konvergensi dapat dilihat dari besarnya nilai β yang dihasilkan dari

estimasi yang dilakukan. Jika nilai (1+ β) adalah 0.98, maka besarnya nilai β

adalah -0.01 (1-0.99). Nilai β yang berada diantara 0 dan -1 menunjukkan adanya

proses konvergensi pertumbuhan ekonomi yang dihitung dari besaran pendapatan

per kapita antar negara-negara ASEAN, Jepang, China, dan Korea Selatan.

Analisis data panel tersebut menunjukkan adanya kecenderungan pertumbuhan

ekonomi negara-negara ASEAN+3 bergerak menuju ke satu titik yang semakin

konvergen, namun proses yang terjasi sangat lambat. Model PLS menunjukkan

bahwa pola pertumbuhan ekonomi masing-masing negara cenderung tidak

memiliki perbedaan dengan αi konstan untuk semua observasi. Hal ini karena

perhitungan pertumbuhan ekonomi tidak memasukkan berbagai faktor lain yang

sebenarnya dapat memengaruhi pertumbuhan ekonomi masing-masing negara.

Namun model PLS yang terpilih tidak menangkap adanya perbedaan tersebut di

masing-masing negara yang diestimasi, sehingga dihasilkan efek yang sama di

setiap negara. Misalnya model ini tidak memperhitungkan adanya investasi dan

perdagangan yang dilakukan antara negara ASEAN+3 yang dapat meningkatkan

dan mempercepat proses konvergensi.

Perhitungan konvergensi bersyarat menambahkan variabel Foreign Direct

Investment (FDI), government expenditure, industry value added, service value

added, agricultural value added, net ekspor (ekspor-impor), dan labour.

Berdasarkan uji Chow dan uji Hausman dihasilkan model terbaik adalah fixed

effects dengan weighted statistic. Model ini berarti bahwa masing-masing negara

memiliki pola pertumbuhan ekonomi yang berbeda seperti ditunjukkan pada Tabel

6 berikut.

Tabel 6 Crossection Effects Negara ASEAN+3

No Negara Effect No Negara Effect

1 Brunei -0.001990 8 Thailand -0.001022

2 Kamboja 0.003759 9 Vietnam -0.005374

3 Indonesia -0.004067 10 Jepang 0.003723

4 Laos 0.002489 11 China 0.000530

5 Malaysia 0.002230 12 Korea Selatan 0.001963

6 Filipina -0.003270

7 Singapura 0.001029

Tabel 7 dan 8 berikut menunjukkan hasil estimasi pemilihan model terbaik

berdasarkan uji Chow dan Hausman berikut:

Tabel 7 Hasil estimasi uji Chow

Hasil Statistik d.f. Probabilitas

Cross-section F 5.7485 (11.88) 0.0000

Page 40: ANALISIS KONVERGENSI PERTUMBUHAN EKONOMI NEGARA ASEAN+3 DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI PERTUMBUHAN EKONOMI · ini ialah konvergensi, dengan judul Analisis Konvergensi Pertumbuhan

30

Nilai probabilitas Cross-section F sebesar 0.0000 lebih kecil dari alpha 5 %

sehingga tolak H0 dan diputuskan model terbaik adalah FEM. Kemudian

dilakukan pemilihan model dengan pendekatan FEM dan REM melalui uji

Hausman.

Tabel 8 Hasil Estimasi Uji Hausman

Hasil uji Statistik Chi-Sq. Chi-Sq. d.f. Probabilitas

Cross-section random 17.282185 8 0.0273

Nilai probabilitas cross-section random 0.027 lebih kecil dari alpha 5 %

sehingga tolak H0 dan model terbaik adalah FEM. Hasil estimasi model FEM

dengan weighted statistic adalah sebagai berikut.

Tabel 9 Hasil Estimasi Fixed Effects Model dengan Weighted Statistic

Variabel Koefisien t-statistik Probabilitas

yi,t-1 0.781028 19.96562 0.0000

FDI 0.003731 1.972446 0.0517

NetEks 0.001763 0.982243 0.3287

Agval -0.053264 -1.150889 0.2529

Inval 0.069898 5.126465 0.0000

Serval 0.168138 5.233755 0.0000

Govex -0.054436 -6.027697 0.0000

Labour -0.000231 -0.510917 0.6107

R-squared 0.9999

Adjusted R-squared 0.9998

F-statistic 35286

Prob(F-statistic) 0.0000

Durbin-Watson stat 1.7743

(*) siginifikan pada taraf nyata 10%

Masalah multikolinearitas dapat dilihat berdasarkan korelasi parsial diantara

masing-masing variabel bebas. Menurut uji Klein, masalah multikolinearitas

dalam model yang digunakan dapat diabaikan karena korelasi parsial masing-

masing variabel independen lebih kecil dari nilai adjusted R-squared model

sebesar 99.98%. Perlakuan cross section weights dan coefficient covariance white:

cross section method pada model menyebabkan masalah heteroskedastisitas dapat

diabaikan. Sedangkan masalah heteroskedastisitas dapat dilihat dari statistik uji h

karena model menggunakan lag variabel dependen sebagai variabel

independennya. Berdasarkan perhitungan diperoleh bahwa nilai statistik h adalah

Page 41: ANALISIS KONVERGENSI PERTUMBUHAN EKONOMI NEGARA ASEAN+3 DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI PERTUMBUHAN EKONOMI · ini ialah konvergensi, dengan judul Analisis Konvergensi Pertumbuhan

31

sebesar 1.14 lebih kecil dari nilai z0.025 tabel sebesar |1.96| sehingga diputuskan

terima H0 dan tidak terdapat pelanggaran autokorelasi dalam model.

Pengujian selanjutnya dilakukan dengan uji secara statistik seperti uji-F, uji

determinasi, dan uji-t. Model FEM menunjukkan nilai F-statistik sebesar 35286

yang lebih besar dari F-tabel(8,100) 2.66 maka diputuskan tolak H0. Hal ini berarti

bahwa variabel independen yang digunakan sudah mampu menjelaskan

keragaman variabel dependen. Model yang sudah fit dapat digunakan untuk

mengukur konvergensi yang terjadi diantara negara ASEAN+3 serta menentukan

faktor-faktor yang memengaruhi pertumbuhan ekonomi secara signifikan melalui

uji-t.

Berdasarkan hasil estimasi diperoleh bahwa nilai (1+β) yang berasal dari

koefisien yi,t-1 adalah sebesar 0.78. Berdasarkan hasil tersebut diperoleh nilai β

sebesar -0.22 (0.78-1) yang berada diantara -1 dan 0, sehingga dapat diputuskan

terjadi proses konvergensi bersyarat pada pertumbuhan ekonomi negara-negara

ASEAN+3 yang dihitung berdasarkan besaran pendapatan per kapita. Namun

proses konvergensi yang terjadi masih berada pada tingkat yang rendah dan

membutuhkan waktu yang sangat lama untuk dapat mencapai keadaan ekonomi

yang benar-benar merata. Model konvergensi bersyarat memiliki tingkat

kecepatan yang lebih tinggi yaitu sebesar 22% dibandingkan konvergensi tak

bersyarat yaitu sebesar 10%. Hal ini berarti bahwa konvergensi bersyarat akan

lebih cepat terjadi dibandingkan dengan konvergensi tak bersyarat. Sehingga

dapat dikatakan bahwa dengan adanya bantuan dan dukungan berbagai faktor

seperti investasi baik di sektor industri maupun jasa, ekspor, dan faktor lainnya

maka proses konvergensi akan menjadi semakin cepat.

Berdasarkan uji-t pada model diperoleh bahwa terdapat beberapa variabel

yang berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi dan sebagian lainnya

tidak berpengaruh. Variabel Foreign Direct investment (FDI) menunjukkan

probabilitas sebesar 0.0517 < alpha 10% sehingga dapat disimpulkan bahwa

variabel tersebut berpengaruh secara signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi

sebesar 0.004%. Artinya jika investasi riil langsung suatu negara meningkat

sebesar satu%, maka akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi sebesar 0.04%.

Berdasarkan model Solow, investasi merupakan salah satu cara untuk

meningkatkan pertumbuhan ekonomi suatu negara. Peningkatan investasi menurut

Solow akan menambah jumlah kapital baru yang kemudian dapat digunakan

untuk meningkatkan proses produksi. Peningkatan produksi tersebut kemudian

akan dapat meningkatkan pendapatan negara dan pada akhirnya akan

meningkatkan pertumbuhan ekonomi negara tersebut. oleh karena itu, investasi

dapat dikatakan sebagai salah satu kunci untuk dapat meningkatkan pendapatan

negara dan mempercepat proses konvergensi. Aliran investasi antar negara

diharapkan dapat menjadi media yang dapat digunakan negara berkembang untuk

meningkatkan pendapatannya, sedangkan bagi negara maju investasi dapat

dijadikan sebagai sarana untuk membantu dan mendorong proses pembangunan

dan kemajuan di negara berkembang. Negara maju yang menanamkan modalnya

di negara berkembang tidak hanya dapat memberikan peningkatan pendapatan

dalam jangka pendek, tetapi juga memberikan keuntungan dalam jangka panjang

dengan adanya aliran teknologi dan informasi serta tenaga-tenaga ahli dari negara

maju. Sehingga dalam jangka panjang akan semakin memperbaiki dan

meningkatkan produksi dalam jangka panjang.

Page 42: ANALISIS KONVERGENSI PERTUMBUHAN EKONOMI NEGARA ASEAN+3 DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI PERTUMBUHAN EKONOMI · ini ialah konvergensi, dengan judul Analisis Konvergensi Pertumbuhan

32

Variabel net ekspor yang merupakan selisih antara ekspor dan impor

masing-masing negara menunjukkan probabilitas yang lebih besar dari alpha 5 %

dan 10 % sehingga dapat dikatakan variabel tersebut tidak berpengaruh terhadap

pertumbuhan ekonomi negara-negara ASEAN+3. Jika dilihat dari koefisiennya

yang bertanda positif berarti peningkatan net ekspor seharusnya dapat

meningkatkan pertumbuhan ekonomi suatu negara. Namun berdasarkan uji

statistik diperoleh bahwa variabel tersebut tidak berpengaruh signifikan terhadap

pertumbuhan ekonomi. Berdasarkan hasil penelitian dapat dikatakan bahwa

peningkatan keterbukaan akibat adanya kerja sama belum dapat memberikan

dampak positif bagi negara berkembang.Negara berkembang justru semakin

mendapatkan kemudahan untuk mengimpor barang dari negara lain dibandingkan

mengekspor barang hasil produksinya ke luar negeri. Hal ini menyebabkan impor

negara berkembang justru mengalami peningkatan sehingga memperburuk neraca

perdagangannya, ditandai dengan nilai net ekspor yang negative dan cenderung

membesar. Masalah signifikansi tersebut kemungkinan terjadi karena sebagian

negara berkembang justru memiliki net ekspor yang negatif dan cenderung

mengalami peningkatan setiap tahunnya, sedangkan koefisien positif tersebut

karena negara-negara maju cenderung memiliki nilai net ekspor yang tinggi dan

meningkat setiap tahunnya. Selain itu, negara berkembang masih mengekspor

barang barang primer hasil pertanian yang bernilai tambah rendah dan mengimpor

barang-barang modal, sehingga menyebabkan neraca perdagangan menjadi

negatif.

Variabel industry value added menunjukkan pengaruh signifikan terhadap

pertumbuhan ekonomi sebesar 0.07%, yang berarti bahwa jika industry value

added yang merupakan hasil pengurangan output sektor industri dengan input

antara dalam proses produksi naik 1%, maka akan meningkatkan pertumbuhan

sebesar 0.07%. Peningkatan PDB akibat dari peningkatan nilai tambah industri ini

diharapkan dapat menciptakan suatu proses yang mengarah kepada pertumbuhan

ekonomi yang konvergen, sehingga tidak terdapat lagi ketimpangan antara negara

maju dan berkembang dalam kerja sama ASEAN+3. Kesetaraan tingkat

pertumbuhan ekonomi ini dapat menjadi modal dan kekuatan bagi negara-negara

di kawasan Asia untuk bersaing dengan kawasan Eropa dan Amerika.

Service value added menunjukkan nilai output bersih yang dihasilkan dari

sektor jasa berpengaruh signifikan positif terhadap pertumbuhan ekonomi.

Berdasarkan hasil estimasi diperoleh nilai koefisien sebesar 0.17 yang

menunjukkan bahwa jika nilai tambah sektor jasa meningkat sebesar 1%, maka

akan meningkatkan PDB sebesar 0.17%. Koefisien tersebut juga menunjukkan

bahwa sumbangan sektor jasa pada PDB masing-masing negara cukup besar

dibandingkan dengan sektor lainnya. Hal ini sesuai dengan data yang diperoleh

bahwa sektor jasa adalah sektor yang menyumbang pendapatan terbesar pada

PDB baik negara berkembang dan terlebih pada negara maju. Negara maju

memperlihatkan bahwa sektor tersier seperti jasa mengalami perkembangan yang

cukup pesat dan menyumbang besar terhadap pendapatan negara.

Variabel government expenditure menunjukkan probabilitas 0.0000 lebih

kecil dari alpha 5% yang berarti bahwa variabel tersebut berpengaruh secara

signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi negara-negara ASEAN+3 dengan

koefisien sebesar -0.05. Nilai koefisien berarti jika Government expenditure

meningkat 1%, maka akan menurunkan pertumbuhan ekonomi sebesar 0.05%.

Page 43: ANALISIS KONVERGENSI PERTUMBUHAN EKONOMI NEGARA ASEAN+3 DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI PERTUMBUHAN EKONOMI · ini ialah konvergensi, dengan judul Analisis Konvergensi Pertumbuhan

33

Kebijakan fiskal ekspansioner melalui peningkatan pengeluaran pemerintah

seharusnya dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi seperti dalam model IS-

LM (Mankiw 2006). Pengeluaran pemerintah di negara maju tidak lagi ditekankan

untuk mendorong dan meningkatkan pertumbuhan ekonomi, namun akan lebih

produktif digunakan dalam sistem perekonomian pasar bebas dimana semua aspek

kegiatan ekonomi dialihkan ke pihak swasta yang sudah lebih produktif. Sehingga

itu jika government expenditure semakin besar yang berarti campur tangan

pemerintah semakin besar, maka pasar justru menjadi semakin tidak efisien. Hal

ini karena peningkatan tersebut akan dapat menurunkan aktivitas dan peran swasta

yang seharusnya besar terhadap pendapatan negara, sehingga pertumbuhan

ekonomi juga mengalami penurunan.

Variabel tenaga kerja dan nilai tambah sektor pertanian menunjukkan

probabilitas lebih besar dari alpha 5% sehingga terima H0 dan berarti bahwa

kedua variabel tersebut tidak berpengaruh secara signifikan terhadap pertumbuhan

ekonomi. Berdasarkan analisis yang telah dilakukan sebelumnya diketahui bahwa

perekonomian negara maju masih sangat mendominasi negara-negara ASEAN+3

secara keseluruhan sehingga hasil analisis yang dilakukan sangat dipengaruhi dan

oleh perilaku ekonomi di negara maju. Sektor-sektor ekonomi di negara maju

cenderung sudah lebih didukung oleh faktor produksi modal dengan teknologi

yang tinggi dibandingkan dengan faktor produksi tenaga kerja. Tenaga kerja tidak

lagi menjadi satu-satunya penentu berlangsungnya proses produksi di negara maju,

karena sudah hampir tergantikan perannya oleh mesin-mesin berteknologi tinggi

yang dapat menghasilkan lebih banyak produk. Tenaga kerja lebih berfungsi

sebagai pendamping mesin-mesin berteknologi tinggi tersebut, sehingga tenaga

kerja tidak lagi memengaruhi pertumbuhan ekonomi secara langsung. Selain tiu,

mobilitas tenaga kerja antar negara ASEAN+3 juga belum terbuka luas dan tenaga

kerja di negara berkembang juga belum dapat bersaing dengan tenaga kerja di

negara maju.

Hal ini juga berlaku pada nilai tambah pertanian yang tidak signifikan

memengaruhi pertumbuhan ekonomi. Sektor pertanian di negara maju tidak lagi

menjadi sektor dominan sebagai sumber pendapatan negara, melainkan digantikan

dengan peran sektor industri dan jasa. Selain itu sektor pertanian di negara maju

juga memiliki produktivitas yang lebih kecil dibandingkan dengan sektor lainnya.

Hal ini dapat dilihat dari nilai tambah sektor pertanian yang kecil dibandingkan

dengan nilai tambah sektor lainnya.

Hasil analisis panel tersebut sesuai dengan hasil perhitungan indeks

Williamson yang menghasilkan bahwa terjadi penurunan ketimpangan pendapatan

per kapita yang dihitung setiap tahun selama periode 2002 hingga 2010, namun

penurunan yang terjadi sangat kecil dan lambat. Kecenderungan terjadinya proses

konvergensi dapat dilihat berdasarkan penurunan Indeks Williamson dari tahun ke

tahun yang menunjukkan terjadinya penurunan ketimpangan antar negara.

Konvergensi merupakan suatu proses yang terjadi secara terus menerus dan

membutuhkan waktu yang sangat panjang dalam pencapaiannya, sehingga

diperlukan adanya dorongan dan bantuan dari negara maju agar proses

konvergensi yang terjadi menjadi semakin cepat. Kerja sama yang dilakukan antar

negara seperti pada ASEAN+3 dapat berguna untuk mempercepat proses

konvergensi dengan adanya bantuan negara maju terhadap negara berkembang

yang termasuk anggota. Perekonomian yang konvergen hanya akan tercapai jika

Page 44: ANALISIS KONVERGENSI PERTUMBUHAN EKONOMI NEGARA ASEAN+3 DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI PERTUMBUHAN EKONOMI · ini ialah konvergensi, dengan judul Analisis Konvergensi Pertumbuhan

34

tidak hanya negara maju yang dapat mengambil manfaat dari adanya kerja sama,

tetapi juga negara berkembang. Sedangkan jika hanya negara maju yang dapat

meningkatkan aktivitas ekonominya, maka yang dihasilkan adalah negara maju

akan semakin maju dan negara berkembang tidak mengalami perbaikan sama

sekali sehingga tidak akan terjadi proses konvergensi.

Pengujian kebaikan model dilakukan dengan menggunakan uji-F dengan

membandingkan nilai F-statistik dengan F-tabel atau nilai probabilitas F-statistik

dengan nilai alpha 5%. Nilai F-statistik sebesar 35286 lebih besar dari F-tabel(8,100)

dan nilai probabilitas F-statistik sebesar 0.0000 yang lebih kecil dari alpha 5%

menunjukkan bahwa model sudah mampu menggambarkan keragaman variabel

dependen secara signifikan. Sebesar 99.98% keragaman variabel dependen dapat

dijelaskan oleh variabel independen di dalam model, sedangkan sisanya dijelaskan

di luar model.

SIMPULAN DAN SARAN

SIMPULAN

Hasil pemetaan berdasarkan pertumbuhan PDB Riil dan besarnya

pendapatan per kapita menunjukkan bahwa terjadi perubahan posisi negara pada

tahun 2002 dan 2010. Korea Selatan pada tahun 2002 berada pada kuadran I

dengan pertumbuhan PDB riil dan pendapatan per kapita tinggi, kemudian pada

tahun 2010 bergeser ke kuadran II bersama Jepang dan Brunei Darussalam.

Sedangkan Singapura yang awalnya berada pada kuadran II bergeser ke kuadran I

pada tahun 2010. Kamboja, Laos, Vietnam, Malaysia, Thailand, dan China yang

berada pada kuadran IV tahun 2002. Sedangkan Indonesia dan Filipina berada di

kuadran III dengan pertumbuhan dan pendapatan per kapita rendah. Pada tahun

2010 Malaysia dan Vietnam bergeser ke kuadran III bersama Kamboja dan

Indonesia.

Berdasarkan analisis ketimpangan dengan menghitung Indeks Williamson

diketahui bahwa pendapatan negara-negara anggota ASEAN+3 masih sangat

timpang dengan angka indeks sebesar rata-rata 0.98 setiap tahunnya. Namun jika

dilihat perkembangan dari tahun ke tahun selama periode estimasi, nilai Indeks

Williamson cenderung mengalami penurunan walaupun sangat rendah. Hal ini

menunjukkan adanya kecenderungan pergerakan pertumbuhan ekonomi yang

semakin konvergen dengan tingkat ketimpangan yang semakin menurun. Hasil

analisis melalui perhitungan Indeks Williamson ini juga sesuai dengan hasil

analisis yang dilakukan dengan metode panel data. Hasil analisis panel data

tersebut menunjukkan terjadi proses konvergensi bersyarat dan tak bersyarat

pertumbuhan ekonomi negara-negara ASEAN+3 karena koefisien lag variabel

dependen sebesar -0.1 dan -0.2 berada diantara -1 dan 0. Proses konvergensi yang

terjadi cenderung sangat lambat dan membutuhkan waktu lama karena tingkat

konvergensi yang terjadi hanya sebesar 10% pada konvergensi tak bersyarat dan

20% pada konvergensi bersyarat. Selain itu penurunan Indeks Williamson juga

terlihat sangat kecil dari tahun ke tahunnya.

Page 45: ANALISIS KONVERGENSI PERTUMBUHAN EKONOMI NEGARA ASEAN+3 DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI PERTUMBUHAN EKONOMI · ini ialah konvergensi, dengan judul Analisis Konvergensi Pertumbuhan

35

Melalui penelitian ini dapat diketahui bahwa faktor-faktor yang

memengaruhi pertumbuhan ekonomi negara-negara ASEAN+3 secara signifikan

positif antara lain yi,t-1, Foreign Direct Investment, industry value added, dan

service value added. Sedangkan variabel agricultural value added dan

government expenditure berpengaruh signifikan negatif. Variabel labour dan net

ekspor tidak berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi dalam

penelitian ini. Berdasarkan hasil analisis juga diketahui bahwa variabel service

value added memberikan pengaruh paling besar terhadap pertumbuhan ekonomi

negara-negara ASEAN+3.

SARAN

Beberapa saran yang dapat untuk penelitian selanjutnya yang lebih baik

antara lain:

1. Berdasarkan hasil pemetaan dengan melihat pertumbuhan PDB riil dan

pendapatan per kapita, dapat diketahui bahwa masih banyak negara-negara

anggota ASEAN+3 yang berada pada kondisi perekonomian yang sangat

lemah dan cenderung sulit untuk meningkat. Adapaun negara-negara tersebut

antara lain Kamboja, Indonesia,Vietnam, dan Filipina yang masih sangat

membutuhkan perhatian dan bantuan lebih dari negara maju utnuk dapat

meningkatkan perekonomiannya. Selain itu, seharusnya terdapat perlindungan

dari negara maju terhadap negara berkembang untuk menghadapi globalisasi,

sehingga tidak akan mematikan perekonomian negara berkembang, dan semua

negara dapat mengalami kemajuan bersama.

2. Hasil penelitian menunjukkan bahwa proses konvergensi pertumbuhan

ekonomi yang terjadi antar negara-negara ASEAN+3 masih sangat lambat

dengan tingkat ketimpangan pendapatan per kapita antar negara maju dan

berkembang sangat tinggi. Berdasarkan hasil estimasi penelitian diketahui

bahwa sektor jasa memberikan kontribusi terbesar terhadap pertumbuhan

ekonomi. Oleh karena itu, negara-negara berkembang dapat memanfaatkan

dan meningkatkan aktivitas ekonomi di sektor tersier untuk mempercepat

peningkatan pertumbuhan ekonomi seperti halnya yang terdapat pada

perekonomian negara-negara maju.

3. Berdasarkan penelitian juga diketahui bahwa kerja sama ASEAN+3 belum

mampu meningkatkan ekspor bagi negara berkembang, namun justru

mengakibatkan peningkatan impor bagi negara berkembang sehingga

menghasilkan net ekspor yang negatif. Oleh karena itu seharusnya negara

berkembang lebih meningkatkan ekspor pada barang barang yang bernilai

tambah tinggi, tidak hanya mengekspor produk-produk primer hasil pertanian.

Page 46: ANALISIS KONVERGENSI PERTUMBUHAN EKONOMI NEGARA ASEAN+3 DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI PERTUMBUHAN EKONOMI · ini ialah konvergensi, dengan judul Analisis Konvergensi Pertumbuhan

36

DAFTAR PUSTAKA

Arsyad L. 1999. Pengantar Perencanaan dan Pembangunan ekonomi Daerah.

Yogyakarta (ID): BPFI.

[BPS] Badan Pusat Statistik. 2009. Produk Domestik Bruto. Jakarta (ID). BPS

Dumairy MA. 1996. Perekonomian Indonesia. Jakarta (ID): Erlangga.

Juanda B. 2009. Ekonometrika: Pemodelan dan Pendugaan. Bogor (ID): IPB

Press.

Firdaus M. 2011. Aplikasi Ekonometrika Untuk Data Panel dan Time Series.

Bogor (ID): IPB Press

Gujarati DN. 2007. Dasar-dasar Ekonometrika. Jakarta (ID): Erlangga

Kuncoro M. 2004. Otonomi dan Pembangunan Daerah. Jakarta (ID): Erlangga

Kurniawan T. 2004. Determinan Tingkat Suku Bunga Pinjaman Di Indonesia

Tahun 1983-2002. Jakarta (ID): Buletin Ekonomi Moneter dan Perbankan

Bank Indonesia.

Liu X. 2009. Trade and income convergence: Sorting out the causality. USA

(US): Department of Economics and Finance, Kennesaw State University

Mankiw NG. 2007. Makroekonomi. Edisi Keenam. Jakarta (ID): Erlangga.

Matolla AZ. 1985. Peran Sektor Pertanian Terhadap Peningkatan dan

Pemerataan Daerah di Jawa Barat. Program Perencanaan Wilayah dan

Kota [Tesis]. Bandung (ID): Institut Teknologi Bandung.

Modeste NC. 2009. Income Convergence Across The Counties Of Tennessee.

Knoxville (US). Tennessee State University, Department of Economics and

Finance

Mutaqin Z, Achihashi M. 2012. The Role of Maastricht Criteria and Membership

in Determining Convergence in the Eurozone and ASEAN: A Panel Data

Analysis. Japan (ID): Hiroshima University.

Ouardighi EJ, Kapetanovic RS. 2009. Convergence and Inequality of income: the

case of Western Balkan countries. Eropa (ER): The European Journal of

Comparative Economics.

Sukirno S. 2002. Teori Pengantar Makroekonomi. Jakarta (ID): Rajawali Pers.

Seputro H. Modul 4 Tipologi Klassen Sektoral dan Spasial.

http://www.scribd.com/doc/2908449/Modul-4-Tipologi-Klassen.

Sukirno S. 1985. Ekonomi Pembangunan: Proses, Masalah, dan Dasar Kebijakan.

Jakarta (ID): Bima Grafika

Todaro MP, Smith SC. 2006. Pembangunan Ekonomi. Edisi kesembilan. Jakarta

(ID): Erlangga

United Nations Development Program. Human Development Report. 2003

Wahyuni TK. 2011. Konvergensi Dan Faktor-Faktor Yang Memengaruhi

Ketimpangan Wilayah Kabupaten/Kota Di Pulau Jawa [Tesis]. Bogor (ID).

Institut Pertanian Bogor.

World Bank. 2012. agricultural Value Added 2002-2010. Washington DC (US):

The World Bank Group.

Page 47: ANALISIS KONVERGENSI PERTUMBUHAN EKONOMI NEGARA ASEAN+3 DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI PERTUMBUHAN EKONOMI · ini ialah konvergensi, dengan judul Analisis Konvergensi Pertumbuhan

37

--------------. 2012. Foreign direct Investment 2002-2010. Washington DC(US):

The World Bank Group.

--------------. 2012. Government Expenditure 2002-2010., Washington DC (US):

The World Bank Group.

--------------. 2012. Gross Capital Formation 2002-2010. Washington DC (US):

The World Bank Group.

---------------. 2012. Gross Domestic Product Constant 2000, 2002-2010.

Washington DC (US): The World Bank Group.

---------------. 2012. Gross Domestic Product per capita Constant 2000, 2002-

2010. Washington DC (US): The World Bank Group

--------------. 2012. Income Level Masing-Masing Negara ASEAN. Washington DC

(US): The World Bank Group.

---------------. 2012. Industry Value Added 2002-2010. Washington DC (US): The

World Bank Group.

---------------. 2012. Labor 2002-2010. Washington DC (US): The World Bank

Group.

---------------. 2012. Service Value Added 2002-2010. Washington DC (US): The

World Bank Group.

Page 48: ANALISIS KONVERGENSI PERTUMBUHAN EKONOMI NEGARA ASEAN+3 DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI PERTUMBUHAN EKONOMI · ini ialah konvergensi, dengan judul Analisis Konvergensi Pertumbuhan

38

LAMPIRAN

Lampiran 1. Perhitungan Tipologi Klassen

Negara

Pendapatan Per

Kapita (USD) Growth (%)

2002 2010 2002 2010

Brunei 18 750 17 225 3.9 2.6

Kamboja 328 558 6.7 6

Indonesia 816 1 145 4.5 6.2

Laos 353 556 5.9 8.5

Malaysia 4 053 5 169 5.4 7.2

Filipina 1 072 1 383 3.6 7.6

Singapura 23 659 32 641 4.2 14.8

Thailand 2 043 2 713 5.3 7.8

Vietnam 449 723 7.1 6.8

Jepang 37 363 39 972 0.3 4.4

China 1 106 2 427 9.1 10.4

Korea Selatan 12 478 16 219 7.2 6.3

Rata-rata 8539.2 10060.9 5.3 7.4

Diatas nilai pendapatan per kapita dan pertumbuhan rata-rata

Lampiran 2. Perhitungan Indeks Williamson

Tahun IW

2002 0.9846 2003 0.9845

2004 0.9844 2005 0.9842 2006 0.9841 2007 0.9838 2008 0.9831 2009 0.9824 2010 0.9825

Page 49: ANALISIS KONVERGENSI PERTUMBUHAN EKONOMI NEGARA ASEAN+3 DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI PERTUMBUHAN EKONOMI · ini ialah konvergensi, dengan judul Analisis Konvergensi Pertumbuhan

39

Lampiran 3. Pendekatan Pooled Least Square Model Konvergensi Tak Bersyarat

Dependent Variable: LNPDBKAP

Method: Panel Least Squares

Date: 06/15/13 Time: 11:22

Sample: 2002 2010

Periods included: 9

Cross-sections included: 12

Total panel (balanced) observations: 108 Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. LAG_PDBKAP 0.987921 0.003047 324.2122 0.0000

C 0.135932 0.024834 5.473709 0.0000 R-squared 0.998993 Mean dependent var 8.029058

Adjusted R-squared 0.998983 S.D. dependent var 1.596466

S.E. of regression 0.050910 Akaike info criterion -3.099169

Sum squared resid 0.274734 Schwarz criterion -3.049500

Log likelihood 169.3551 Hannan-Quinn criter. -3.079030

F-statistic 105113.6 Durbin-Watson stat 1.981435

Prob(F-statistic) 0.000000

Lampiran 4. Uji Chow Model Konvergensi Tak Bersyarat

Redundant Fixed Effects Tests

Equation: Untitled

Test cross-section fixed effects Effects Test Statistic d.f. Prob. Cross-section F 1.761837 (11,95) 0.0717

Cross-section Chi-square 20.050321 11 0.0447

Lampiran 5. Pendekatan Fixed Effects Model Konvergensi Bersyarat

Dependent Variable: LNPDBKAP

Method: Panel EGLS (Cross-section weights)

Date: 06/15/13 Time: 11:17

Sample: 2002 2010

Periods included: 9

Cross-sections included: 12

Total panel (balanced) observations: 108

Linear estimation after one-step weighting matrix

White cross-section standard errors & covariance (d.f. corrected)

WARNING: estimated coefficient covariance matrix is of reduced rank Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. LAG_PDBKAP 0.781028 0.039119 19.96562 0.0000

LN_AGVAL -0.053264 0.046281 -1.150889 0.2529

LN_FDI 0.003731 0.001892 1.972446 0.0517

Page 50: ANALISIS KONVERGENSI PERTUMBUHAN EKONOMI NEGARA ASEAN+3 DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI PERTUMBUHAN EKONOMI · ini ialah konvergensi, dengan judul Analisis Konvergensi Pertumbuhan

40

LN_GOVEX 0.054436 0.009031 -6.027697 0.0000

LN_INVAL 0.069898 0.013635 5.126465 0.0000

LN_LABOR -0.000231 0.000452 -0.510917 0.6107

LN_NETEKS 0.001763 0.001795 0.982243 0.3287

LN_SERVAL 0.168138 0.032126 5.233755 0.0000

C -1.697317 0.498438 -3.405269 0.0010 Effects Specification Cross-section fixed (dummy variables) Weighted Statistics R-squared 0.999869 Mean dependent var 19.34033

Adjusted R-squared 0.999840 S.D. dependent var 16.64928

S.E. of regression 0.036375 Sum squared resid 0.116437

F-statistic 35285.63 Durbin-Watson stat 1.774337

Prob(F-statistic) 0.000000 Unweighted Statistics R-squared 0.999134 Mean dependent var 8.029058

Sum squared resid 0.236151 Durbin-Watson stat 1.849926

Lampiran 6. Uji Chow fixed Effects Model Konvergensi Bersyarat

Redundant Fixed Effects Tests

Equation: Untitled

Test cross-section fixed effects

Effects Test Statistic d.f. Prob.

Cross-section F 3.907335 (11,93) 0.0001

Lampiran 7. Random Effects Model Konvergensi Bersyarat

Correlated Random Effects - Hausman Test

Equation: Untitled

Test cross-section random effects Test Summary Chi-Sq. Statistic Chi-Sq. d.f. Prob. Cross-section random 17.282185 8 0.0273

Page 51: ANALISIS KONVERGENSI PERTUMBUHAN EKONOMI NEGARA ASEAN+3 DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI PERTUMBUHAN EKONOMI · ini ialah konvergensi, dengan judul Analisis Konvergensi Pertumbuhan

41

Lampiran 8. Korelasi Parsial Antar Variabel

LNPDBKAP LAG_PDBKAP LN_AGVAL LN_FDI LNPDBKAP 1.000000 0.999496 -0.205759 0.333756

LAG_PDBKAP 0.999496 1.000000 -0.210583 0.326849

LN_AGVAL -0.205759 -0.210583 1.000000 0.474993

LN_FDI 0.333756 0.326849 0.474993 1.000000

LN_GOVEX 0.572021 0.566966 0.642053 0.781639

LN_INVAL 0.414483 0.408027 0.689952 0.797175

LN_LABOR -0.174563 -0.180507 0.618153 0.439683

LN_NETEKS 0.679032 0.677914 0.231501 0.534241

LN_SERVAL 0.503985 0.498671 0.674926 0.810592

LN_GOVEX LN_INVAL LN_LABOR LN_NETEKS LN_SERVAL LNPDBKAP 0.572021 0.414483 -0.174563 0.679032 0.503985

LAG_PDBKAP 0.566966 0.408027 -0.180507 0.677914 0.498671

LN_AGVAL 0.642053 0.689952 0.618153 0.231501 0.674926

LN_FDI 0.781639 0.797175 0.439683 0.534241 0.810592

LN_GOVEX 1.000000 0.929529 0.409812 0.753750 0.983898

LN_INVAL 0.929529 1.000000 0.469041 0.709701 0.927375

LN_LABOR 0.409812 0.469041 1.000000 0.034774 0.456125

LN_NETEKS 0.753750 0.709701 0.034774 1.000000 0.693862

LN_SERVAL 0.983898 0.927375 0.456125 0.693862 1.000000

Page 52: ANALISIS KONVERGENSI PERTUMBUHAN EKONOMI NEGARA ASEAN+3 DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI PERTUMBUHAN EKONOMI · ini ialah konvergensi, dengan judul Analisis Konvergensi Pertumbuhan

42

RIWAYAT HIDUP

Penulis lahir di Tebing Tinggi, Sumatera Utara pada tanggal 2 Februari

1991 dari pasangan Muhammad Yusni dan dra. Normah Dalimunthe. Penulis

merupakan anak kedua dari dua bersaudara. Pada tahun 2009, penulis lulus dari

SMAN 1 Tebing Tinggi dan pada tahun yang sama lulus seleksi masuk Institut

Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur undangan seleksi masuk IPB (USMI). Penulis

diterima sebagai mahasiswa di Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan

Manajemen IPB.

Selama menuntut ilmu di IPB penulis aktif di Organisasi mahasiswa daerah

Medan (Omda Medan). Selain itu, penulis juga pernah menjadi anggota Hipotesa

pada Divisi LABLE (Life Academic by Learning and Doing) pada periode

2010/2011 dan mangikuti beberapa kepanitiaan pada acara yang diadakan di

Institut Pertanian Bogor (IPB). Penulis juga menjadi salah satu anggota PKM-P

(Pekan Kreativitas Mahasiswa-Penelitian) didanai oleh DIKTI tahun 2013 dan

pernah mendapatakan juara II Lomba Economic Champion yang diadakan oleh

Himpunan Profesi Ilmu Ekonomi, Hipotesa pada tahun 2012. Selama di bangku

kuliah, penulis mendapat beasiswa unggulan PPA (Program Pengembangan

Akademik).