Upload
others
View
7
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
ANALISIS KONTRIBUSI PENAMBANGAN PASIR (GALIAN C)
TERHADAP PEMBANGUNAN GAMPONG
(Studi Kasus Gampong Suak Bilie Kecamatan Suka Makmue
Kabupaten Nagan Raya)
SKRIPSI
Diajukan untuk melengkapi tugas-tugas dan
memenuhi syarat-syarat untuk memperoleh
Gelar Sarjana Sosial
OLEH :
NUR AIDAR
NIM : 09C20201014
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
UNIVERSITAS TEUKU UMAR
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA
MEULABOH-ACEH BARAT
TAHUN 2016
i
ABSTRAK
Nur Aidar. Nim: 09C20201014. Analisis kontribusi Penambangan Pasir (Galian C)
Terhadap Pembangunan Gampong (Studi Kasus Gampong Suak Bilie Kecamatan
Suka Makmue Kabupaten Nagan Raya).
Penambangan pasir memang dianggap memberikan kontribusi terhadap Pendapatan
Asli Daerah (PAD) di Kabupaten Nagan Raya maupun Gampong Suak Bilie, hal ini
dapat terlihat dari begitu banyaknya aktivitas penggalian pasir golongan C yang
dilakukan oleh masyarakat di berbagai daerah di Kabupaten Nagan Raya terutama di
Gampong Suak Bilie. Penambangan pasir Galian C bertujuan untuk memenuhi bahan
material bangunan dan sebagai matar pencaharian masyarakat. Permasalahan dalam
penelitian ini adalah bagaimana kontribusi penambangan pasir (Galian C) terhadap
pembangunan Gampong Suak Bilie Kecamatan Suka Makmue Kabupaten Nagan
Raya dan bagaimana dampak pertambangan pasir (Galian C) terhadap pembangunan
Gampong Suak Bilie Kecamatan Suka Makmue Kabupaten Nagan Raya. Metode
penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif
dengan pendekatan deskriptif. Adapun sumber data terdiri dari data primer dan data
Sekunder. Teknik pengumpulan data menggunakan observasi, wawancara dan
dokumentasi. Sedangkan teknik analisa terdiri dari reduksi data, penyajian data dan
verifikasi data. Berdasarkan hasil penelitian bahwa penambangan pasir (Galian C) di
Gampong Suak Bilie memberikan kontribusi bagi gampong yaitu dari dana hasil
penambangan Pasir digunakan untuk kepentingan Gampong atau untuk
pembangunan sarana fisik pembangunan sarana seperti jalan setapak, draenase dan
sebagainya. Pertambangan pasir (Galian C) menimbulkan dampak dari sisi negatif
maupun positif terhadap gampong. Adapun dari sisi negatif adalah rusaknya
lingkungan seperti erosi dan rusaknya jalan gampong. Kemudian dari sisi positif
ialan tercipta lapangan kerja dan bermanfaat bagi gampong karena penambangan
pasir tersebut memberikan sumbangan untuk gampong.
Kanta Kunci: Kontribusi, Penambangan Pasir (Galian C),
Pembangunan Gampong
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Bukti Ketergantungan bangsa Indonesia kepada alam dapat dilihat
dari pemanfaatan sumber daya alam yang besar-besaran tanpa melihat kelanjutan
fungsinya. Pada masa sentralisasi pemerintahan, kegiatan exploitasi terhadap
sumber daya alam yang tidak berwawasan lingkungan masih terbatas pada
pemanfaatan wilayah-wilayah yang strategis saja, namun dewasa ini setiap daerah
saling belomba-lomba mengeksploitasi dan memanfaatkan kekayaan alam
masing-masing (Salim, H.S. 2007: h. 34).
Sumberdaya alam merupakan faktor yang sangat menentukan bagi
kehidupan manusia. Hal ini dikarenakan dalam kehidupannya, manusia tidak
dapat hidup tanpa adanya sumberdaya alam. Ketergantungan manusia akan
sumberdaya alam tersebut berpengaruh terhadap pola pemanfaatan dan
pengelolaan sumberdaya alam yang ada. Di Indonesia, sebagai negara sedang
berkembang peningkatan jumlah penduduk yang terus terjadi mengakibatkan
semakin meningkatnya jumlah permintaan akan pemenuhan kebutuhan hidup dari
sumberdaya alam, sehingga berkorelasi terhadap semakin eksploitatifnya
pemanfaatan sumberdaya alam yang ada.
Hal ini nyata dari adanya peningkatan jumlah permintaan pasokan akan
sumberdaya alam mineral bagi pemenuhan kebutuhan manusia dalam jumlah yang
besar, namun seringkali tidak dapat terpenuhi karena terbatasnya persediaan
sumberdaya alam mineral yang ada. Sehingga untuk mengatasi permasalahan
2
2
tersebut diperlukan adanya pengelolaan dan pemanfaatan yang baik terhadap
sumberdaya alam mineral.
Pengelolaan dan pemanfaatan yang baik terhadap sumberdaya alam
mineral menjadi faktor penentu keberlanjutan dari lingkungan hidup dan aktivitas
kehidupan manusia ke depannya. Di Indonesia, pemanfaatan dan pengelolaan
sumberdaya alam sangat tergantung pada kebijakan pemerintahan pada masanya.
Pada era desentralisasi saat ini, pemberian wewenang dari pemerintah pusat
kepada pemerintah daerah dalam pengelolaan sumberdaya alam memberikan
dampak yang sangat berbeda dibandingkan di era sentralisasi. Pemerintah daerah
yang memiliki kekuasaan untuk memanfaatkan segala potensi sumberdaya alam di
daerahnya, dapat mengalihkan haknya dengan memberikan izin kepada pihak
swasta atau industri yang bergerak di bidang pertambangan untuk mengelola dan
memanfaatkan sumberdaya alam mineral( Noor, D. 2006: h.8).
Kegiatan ekploitasi sumberdaya mineral atau bahan galian seperti
pasir (Galian C) merupakan salah satu pendukung sektor pembangunan
baik secara fisik, ekonomi maupun sosial. Hasil pertambangan merupakan
sumberdaya yang mampu menghasilkan pendapatan yang sangat besar untuk
suatu negara. Kebutuhan akan bahan galian konstruksi dan industri seperti pasir
tampak semakin meningkat seiring dengan semakin berkembangnya
pembangunan berbagai sarana maupun prasarana fisik di berbagai daerah di
Indonesia.
Penambangan pasir memang dianggap memberikan kontribusi yang cukup
besar terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD), hal ini dapat terlihat dari begitu
banyaknya aktivitas penggalian pasir yang dilakukan oleh masyarakat di berbagai
3
3
daerah, termasuk di Kabupaten Nagan Raya khususnya di Gampong Suak Bilie
Kecamatan Suka Makmue Kabupaten Nagan Raya.
Gampong Suak Bilie sebagai salah satu gampong yang berada di
Kecamatan Suka Makmue Kabupaten Nagan Raya, merupakan salah satu daerah
yang memiliki potensi sumberdaya alam tambang jenis bahan galian golongan C
dengan tekstur tanah pertanian. Adanya aktivitas pertambangan di daerah tersebut
memberikan kontribusi yang sangat besar terhadap pendapatan gampong. Dengan
adanya pertambangan galian C tersebut gampong dapat menambah Pendapatan
Asli Gampong (PAG), sehingga dana tersebut digunakan untuk pembangunan
gampong, seperti pembangunan sarana fisik dan pembangunan non fisik.
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka penulis perlu melakukan
penelitian dalam bentuk skripsi dengan judul” Analisis kontribusi
Penambangan Pasir (Galian C) Terhadap Pembangunan Gampong (Studi
Kasus Gampong Suak Bilie Kecamatan Suka Makmue Kabupaten Nagan Raya).
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana kontribusi penambangan pasir (Galian C) terhadap
pembangunan Gampong Suak Bilie Kecamatan Suka Makmue Kabupaten
Nagan Raya?
2. Bagaimana dampak pertambangan pasir (Galian C) terhadap pembangunan
Gampong Suak Bilie Kecamatan Suka Makmue Kabupaten Nagan Raya?
4
4
1.3 Tujuan Penelitian
1. Untuk Mengetahui kontribusi penambangan pasir (Galian C) terhadap
pembangunan Gampong Suak Bilie Kecamatan Suka Makmue Kabupaten
Nagan Raya
2. Untuk Mengetahui dampak pertambangan pasir (Galian C) terhadap
pembangunan Gampong Suak Bilie Kecamatan Suka Makmue Kabupaten
Nagan Raya.
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Manfaat Teoritis
Secara teoritis kegunaan penelitian ini akan berguna untuk perkembangan
ilmu pengetahuaan dalam kajian kontribusi penambangan pasir (Galian C)
terhadap pembangunan sosial masyarakat dan menambah wawasan keilmuan
penulis selama proses perkuliahan.
1.4.1 Manfat Praktis
a. Secara praktis diharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi
rekomendasi/pemikiran/konsep/saran untuk digunakan para pihak yang
berkepentingan mengenai kontribusi Penambangan Pasir (Galian C)
Terhadap Pembangunan Gampong Suak Bilie Kecamatan Suka Makmue
Kabupaten Nagan Raya.
b. Diharapkan penelitian ini dapat memberikan kontribusi bagi pemerintah
Kabupaten Nagan Raya khususnya pemerintah gampong Suak Bilie
mengenai kontribusi penambangan pasir.
5
5
1.5 Sistematika Penulisan
Untuk memberikan gambaran yang jelas dalam penulisan skripsi ini, maka
sistematika skripsi ini ditulis dengan struktur berikut ini:
Bab I: Pendahuluan, yaitu terdiri atas latar belakang, rumusan masalah,
tujuan penelitian, manfaat penelitian dan sistematika penulisan.
Bab II: Tinjauan Pustaka, yaitu memuat tentang teori-teori yang mendukung
penelitian dan penelitian terdahulu yang ada kaitannya dengan
penelitian penulis.
Bab III: Metodologi Penelitian, yaitu berisi tentang metodologi penelitian,
sumber data, teknik pengumpulan data, instrumen penelitian, teknik
analisis data dan pengujian kredibilitas data.
Bab IV: Hasil penelitian dan pembahasan, memuat tentang uraian hasil
penelitian dan pembahasan hasil penelitian. Yakni deskripsi dari
interprestasi data-data yang diperoleh.
Bab V : Berisi kesimpulan dan saran
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Penelitian Terdahulu
2.1.1 Penelitian Ali Sulton (2011)
Penelitian dengan judul Dampak Aktivitas Pertambangan Bahan
Galian Golongan C Terhadap Kondisi Kehidupan Masyarakat Desa (Analisis
Sosio-Ekonomi dan Sosio-Ekologi Masyarakat Desa Cipinang, Kecamatan
Rumpin, Kabupaten Bogor, Jawa Barat). Mahasiswa jurusan Sains
Komunikasi Dan Pengembangan Masyarakat Fakultas Ekologi Manusia
Institut Pertanian Bogor.
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa pada aspek sosio-
ekonomi di kedua kampung, tingkat kesempatan kerja pertanian mengalami
penurunan seiring dengan semakin menurunnya luas lahan pertanian yang
dimiliki oleh masyarakat lokal. Sementara itu tingkat kesempatan kerja non
pertanian mengalami peningkatan seiring dengan terbukanya lapangan
pekerjaan yang disediakan oleh pihak perusahaan pertambangan. Selain itu,
perubahan kondisi lingkungan memicu terjadinya konflik antara masyarakat
lokal dengan pihak perusahaan. Pada aspek sosio-ekologi, aktivitas
pertambangan menyebabkan kondisi udara menjadi semakin buruk dan
sumber air mengalami kekeringan pada saat musim kemarau. Aktivitas
blasting menimbulkan kebisingan yang mengganggu aktivitas masyarakat.
Selain itu, masih terdapatnya anggota masyarakat yang mengalami sakit pada
saluran pernafasan seperti sesak nafas, batuk pilek, dan diare.
7
Penelitian ini memiliki perberdaan dan persamaan dengan penelitian
yang dilaksanakan oleh penulis. Adapun perbedaannya ialah penelitian ini
hanya membahas dampak aktivitas pertambangan bahan galian golongan C
terhadap kondisi kehidupan masyarakat dari aspek sosial, ekonomi dan
Ekologi. Sedangkan penelitian penulis hanya membahas kontribusi
pertambagan galian C terhadap pembangunan gampong, tidak membahas
dampak dari aktivitas pertambangan. Sedangkan persamaannya ialah sama-
sama membahas permasalahan tentang pertambangan bahan galian C.
2.1.2 Penelitian Egy Valia (2011)
Penelitian dengan judul “Pelaksanaan pungutan pajak bahan galian
golongan C Dalam menunjang pendapatan asli daerah kabupaten solok
selatan”. Penelitian dilaksanakan oleh mahasiswa jurusan ilmu hukum
Administrasi Negara Fakultas Hukum Universitas Andalas. Berdasarkan hasil
penelitian menunjukkan bahwa pajak bahan galian golongan C Kabupaten
Solok Selatan merupakan salah satu pajak daerah yang dipungut langsung
oleh Pemerintahan Daerah Kabupaten Solok selatan, yang dalam
pelaksanaanya dilakukan oleh Dinas Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah
pengambilan bahan galian golongan C di Kabupaten Solok Selatan belum
sesuai dengan peraturan daerah yang berlaku hal ini dapat dilihat dari praktek
pengenaan tarif pajak untuk pengambilan bahan galian golongan C, dimana
pada Peraturan Daerah Nomor 35 Tahun 2005 besarnya tarif pajak bahan
golongan ditetapkan sebesar 20%, tapi pada kenyataan besarnya tarif yang
berlaku adalah Rp.2000,- per kubik ini disebabkan karena banyaknya
masyarakat Solok Selatan merasa tarif 20% tersebut terlalu besar, dan dapat
8
juga dilihat dari sanksi administratif yang dikenakan pada wajib pajak yang
tidak membayar pajak terutang, dimana sanksinya tidak sesuai dengan
Peraturan Daerah setempat.
Secara umum kontribusi pajak bahan galian golongan C terhadap
Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Solok Selatan masih tergolong kecil, ini
sebabkan karena kurangya kesadaran wajib pajak untuk membayar pajak, dan
kurangnya pengawasan dan pembinaan Pemerintahan Kabupaten Solok yang
mengakibatkan banyaknya pertambangan ilegal. Akan tetapi cukup berarti
dalam pembiayaan penyelenggaraan pemerintahan Kabupaten Solok Selatan.
Berdasarkan uraian di atas, maka penelitian memiliki persamaan dan
perbedaan dengan penelitian yang dilaksanakan oleh penulis. Adapun
persamaan dengan penelitian penulis adalah sama-sama membahas tentang
bahan galian C. Namun penelitian ini hanya membahas tentang pelaksanaan
pungutan pajak bahan galian golongan C dalam menunjang pendapatan asli
daerah kabupaten Solok Selatan dan tidak membahas kontribusinya terhadap
pembangunan gampong atau daerah. Sedangkan penelitian penulis hanya
terfokus pada kontribusi hasil galian bahan golongan C terhadap
pembangunan gampong.
2.2 Pengertian Kontribusi
Kontribusi berasal dari bahasa inggris yaitu contribute, contribution,
maknanya adalah keikutsertaan, keterlibatan, melibatkan diri maupun
sumbangan. Berarti dalam hal ini kontribusi dapat berupa materi atau
tindakan. Hal yang bersifat materi misalnya seorang individu memberikan
pinjaman terhadap pihak lain demi kebaikan bersama. Kontribusi dalam
9
pengertian sebagai tindakan yaitu berupa perilaku yang dilakukan oleh
individu yang kemudian memberikan dampak baik positif maupun negatif
terhadap pihak lain. Sebagai contoh, seseorang melakukan kerja bakti di
daerah rumahnya demi menciptakan suasana asri di daerah tempat ia tinggal
sehingga memberikan dampak positif bagi penduduk maupun pendatang.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005: h. 45) kontribusi adalah
sumbangan, sedangkan menurut Kamus Ekonomi (T Guritno, 2002: h. 76)
kontribusi adala suatu yang diberikan bersama-sama dengan pihak lain untuk
tujuan biaya, atau kerugian tertentu atau bersama. Sehingga kontribusi di sini
dapat diartikan sebagai sumbangan yang diberikan oleh pendapatan Asli
Daerah terhadap besarnya belanja pembangunan daerah.
Dengan kontribusi berarti individu tersebut juga berusaha
meningkatkan efisisensi dan efektivitas hidupnya. Hal ini dilakukan dengan
cara menajamkan posisi perannya, sesuatu yang kemudian mejadi bidang
spesialis, agar lebih tepat sesuai dengan kompetensi. Kontribusi dapat
diberikan dalam berbagai bidang yaitu pemikiran, kepemimpinan,
profesionalisme, finansial, dan lainnya.
2.2 Pengertian Pertambangan
Industri pertambangan adalah suatu industri dimana bahan galian
mineral diproses dan dipisahkan dari material pengikut yang tidak
diperlukan. Dalam industri mineral, proses untuk mendapatkan mineral-
mineral yang ekonomis biasanya menggunakan metode ekstraksi, yaitu
proses pemisahan mineral-mineral dari batuan terhadap mineral pengikut
yang tidak diperlukan. Mineral-mineral yang tidak diperlukan akan menjadi
10
limbah industri pertambangan dan mempunyai kontribusi yang cukup
signifikan pada pencemaran dan degradasi lingkungan. Industri
pertambangan sebagai industri hulu yang menghasilkan sumberdaya mineral
dan merupakan sumber bahan baku bagi industri hilir yang diperlukan oleh
umat manusia di dunia (Noor, 2006: h. 14).
Salim (2007: h. 89) menyatakan bahwa usaha pertambangan terdiri
atas usaha penyelidikan umum, eksplorasi, eksploitasi, pengolahan dan
penjualan, yaitu :
1. Penyelidikan umum merupakan usaha untuk menyelidiki secara
geologi umum atau fisika, di daratan perairan dan dari udara, segala
sesuatu dengan maksud untuk membuat peta geologi umum atau
untuk menetapkan tanda- tanda adanya bahan galian pada umumnya.
2. Usaha eksplorasi adalah segala penyelidikan geologi pertambangan
untuk menetapkan lebih teliti/seksama adanya sifat letakan bahan
galian.
3. Usaha eksploitasi adalah usaha pertambangan dengan maksud untuk
menghasilkan bahan galian dan memanfaatkannya.
4. Usaha pengolahan dan pemurnian adalah pengerjaan untuk
mempertinggi mutu bahan galian serta untuk memanfaatkan dan
memperoleh unsur-unsur yang terdapat pada bahan galian.
5. Usaha pengangkutan adalah segala usaha pemindahan bahan galian
dan hasil pengolahan serta pemurnian bahan galian dari daerah
eksplorasi atau tempat pengolahan/pemurnian.
6. Usaha penjualan adalah segala sesuatu usaha penjualan bahan galian
11
dan hasil pengolahan/pemurnian bahan galian.
Berdasarkan jenis pengelolaannya, kegiatan penambangan terdiri atas
dua macam yaitu kegiatan penambangan yang dilakukan oleh badan usaha
yang ditunjuk secara langsung oleh negara melalui Kuasa Pertambangan
(KP) maupun Kontrak Karya (KK), dan penambangan yang dilakukan oleh
rakyat secara manual. Kegiatan penambangan oleh badan usaha biasanya
dilakukan dengan menggunakan teknologi yang lebih canggih sehingga
hasil yang diharapkan lebih banyak dengan alokasi waktu yang lebih
efisien, sedangkan penambangan rakyat merupakan aktivitas penambangan
dengan menggunakan alat-alat sederhana. Di Indonesia, segala bentuk
kegiatan industri pada sektor pertambangan diharapkan mampu
menyumbang pada peningkatan ekonomi dan pembangunan negara.
Kegiatan eksploitasi oleh industri pertambangan terus dilakukan
demi pengejaran pembangunan melalui penghasilan devisa negara. Hal ini
dilakukan seiring dengan meningkatnya jumlah permintaan akan sumberdaya
alam mineral akibat meningkatnya jumlah penduduk dari tahun ke tahun.
2.3 Penggolongan Sumberdaya Alam Tambang
Sumberdaya mineral adalah sumberdaya yang diperoleh dari hasil
ekstraksi batuan-batuan yang ada di bumi. Adapun jenis dan manfaat
sumberdaya mineral bagi kehidupan manusia modern semakin tinggi dan
semakin meningkat sesuai dengan tingkat kemakmuran dan kesejahteraan
suatu negara (Noor, 2006: h. 67).
Menurut Ngadiran et al (2002: h. 120) izin usaha pertambangan
meliputi izin untuk memanfaatkan bahan galian tambang yang bersifat
12
ekstraktif seperti bahan galian tambang golongan A, golongan B, maupun
golongan C. Ada banyak jenis sumberdaya alam bahan tambang yang
terdapat di bumi indonesia. Dari sekian jenis bahan tambang yang ada itu
di bagi menjadi tiga golongan, yaitu:
1. Bahan galian strategis golongan A, terdiri atas: minyak bumi, aspal,
antrasit, batu bara, batu bara muda, batu bara tua, bitumen,
bitumen cair, bitumen padat, gas alam, lilin bumi, radium, thorium,
uranium, dan bahan-bahan galian radio aktif lainnya (antara lain
kobalt, nikel dan timah);
2. Bahan galian vital golongan B, terdiri atas: air raksa, antimon,
aklor, arsin, bauksit, besi, bismut, cerium, emas, intan, khrom,
mangan, perak, plastik, rhutenium, seng, tembaga, timbal,
titan/titanium, vanadium, wolfram, dan bahan-bahan logam langka
lainnya (antara lain barit, belerang, berrilium, fluorspar, brom,
koundum, kriolit, kreolin, kristal, kwarsa, yodium, dan zirkom); dan
3. Bahan galian golongan C, terdiri atas; pasir, tanah uruk, dan batu
kerikil. Bahan ini merupakan bahan tambang yang tersebar di
berbagai daerah yang ada di Indonesia.
Adanya kebijakan pemerintah yang mengeluarkan peraturan dengan
merubah status komoditas tambang berdasarkan penggolongannya, dapat
memicu terhadap semakin bebasnya akses bagi setiap orang untuk
mengeksploitasi sumberdaya alam tambang yang ada. Hal ini sebagaimana
terjadi di daerah Bangka, dimana sebelum adanya otonomi daerah timah
dijadikan sebagai komoditas vital yang pengelolaannya dilakukan oleh
13
negara. Namun setelah adanya Surat Keputusan (SK) Menteri Perindustrian
dan Perdagangan (Menperindag) Nomor 146/MPP/4/1999 mengenai
otonomi daerah, yang menjadikan timah sebagai komoditas strategis,
pengelolaannya tidak lagi dilakukan oleh negara sehingga semua pihak
seperti swasta, BUMN, maupun masyarakat dapat leluasa untuk melakukan
eksploitasi terhadap timah yang ada. Hal ini juga menimbulkan terhadap
semakin meningkatnya jumlah Tambang Inkonvensional (TI) di daerah
Bangka.
Berdasarkan tipe bahan galian, sumberdaya mineralb dapat
digolongkan menjadi tiga golongan, yaitu: (1) Bahan Galian Vital; (2) Bahan
Galian Strategis; dan (3) Bahan Galian Industri. Penggolongan jenis mineral
yang terdiri atas bahan galian vital, strategis, dan industri merupakan bentuk
lain dari bahan galian golongan A, golongan B, dan golongan C. Pada bahan
galian vital disebut juga bahan galian golongan A. Bahan galian strategis
merupakan bahan galian golongan B, sedangkan bahan galian industri
merupakan bahan galian golongan C berupa pasir atau kerikil.
2.4 Pengertian Pembangunan
Menurut P. Siagian (2000: h. 2-3) yang dimaksud dengan
pembangunan adalah “suatu usaha atau rangkaian usaha pertumbuhan dan
perubahan yang berencana yang dlakukan secara sadar oleh suatu bangsa,
Negara dan pemerintahan menuju modernitas dalam rangka pembinaan
bangsa”.
Pembangunan adalah pergeseran dari suatu kondisi nasional yang satu
menuju kondisi nasional yang lain, yang dipandang lebih baik dan lebih
14
berharga (Katz dalam Tjokroamidjojo, 2005: h. 46). Di samping itu
pembangunan juga merupakan proses multi dimensional yang menyangkut
perubahan-perubahan yang penting dalam suatu struktur, sistem sosial
ekonomi, sikap masyarakat dan lembagalembaga nasional dan akselerasi
pertumbuhan ekonomi, pengangguran kesenjangan dan pemberantasan
kemiskinan absolut (Tjokroamidjojo, 2005, h. 56). Pengertian tersebut
mengisyaratkan bahwa pembangunan berarti proses menuju perubahan-
perubahan yang dimaksudkan untuk memperbaiki kualitas kehidupan
masyarakat itu sendiri.
Dalam pengertian pembangunan para ahli memberikan berbagai
macam definisi tentang pembangunan, namun secara umum ada suatu
kesepakatan bahwa pembangunan merupakan proses untuk melakukan
perubahan. Siagian (2000:58) memberikan pengertian tentang bagaimana
pembangunan sebagai “suatu usaha atau rangkaian usaha pertumbuhan dan
perubahan yang berencana dan dilakukan secara sadar oleh suatu bangsa,
negara dan pemerintah, menuju modernitas dalam rangka pembinaan bangsa
(Nation building)”. Adapun Ginanjar Kartasasmita (2001: h. 9) memberikan
pengertian yang lebih sederhana tentang pembangunan yaitu: “suatu proses
perubahan ke arah yang lebih baik melalui upaya yang dilakukan secara
terencana”.
Meskipun pengertian pembangunan amat bervariasi namun menurut
Esman (Tjokroamidjojo, 2005: h. 91) secara umum pembangunan dapat
diartikan sebagai proses perubahan dari kondisi nasional yang satu ke kondisi
15
nasional yang dipandang lebih baik atau kemajuan yang terus menerus
menuju perbaikan kehidupan manusia yang mapan.
Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa pembangunan
merupakan usaha perubahan yang dilakukan secara sadar dan berencana oleh
suatu Negara beserta pemerintahnya untuk modernisasi dan pembangunan
merupakan perubahan sosial yang bertujuan untuk menaikan taraf hidup ke
arah yang lebih baik dari keadaan sebelumnya.
2.5 Pengertian Pembangunan Gampong
Pembangunan adalah pergeseran dari suatu kondisi nasional yang satu
menuju kondisi nasional yang lain, yang dipandang lebih baik dan lebih
berharga (Katz dalam Tjokroamidjojo, 2005: h. 46). Di samping itu
pembangunan juga merupakan proses multi dimensional yang menyangkut
perubahan-perubahan yang penting dalam suatu struktur, sistem sosial
ekonomi, sikap masyarakat dan lembagalembaga nasional dan akselerasi
pertumbuhan ekonomi, pengangguran kesenjangan dan pemberantasan
kemiskinan absolut (Todaro, 2007: h. 56). Pengertian tersebut mengisyaratkan
bahwa pembangunan berarti proses menuju perubahan-perubahan yang
dimaksudkan untuk memperbaiki kualitas kehidupan masyarakat itu sendiri.
Dalam pengertian pembangunan para ahli memberikan berbagai
macam definisi tentang pembangunan, namun secara umum ada suatu
kesepakatan bahwa pembangunan merupakan proses untuk melakukan
perubahan. Siagian (2000: h. 58) memberikan pengertian tentang bagaimana
pembangunan sebagai “suatu usaha atau rangkaian usaha pertumbuhan dan
perubahan yang berencana dan dilakukan secara sadar oleh suatu bangsa,
16
negara dan pemerintah, menuju modernitas dalam rangka pembinaan bangsa
(Nation building)”. Adapun Ginanjar Kartasasmita (2001: h. 9) memberikan
pengertian yang lebih sederhana tentang pembangunan yaitu: “suatu proses
perubahan ke arah yang lebih baik melalui upaya yang dilakukan secara
terencana”.
Meskipun pengertian pembangunan amat bervariasi namun menurut
Esman (Tjokroamidjojo, 2005: h. 91) secara umum pembangunan dapat
diartikan sebagai proses perubahan dari kondisi nasional yang satu ke kondisi
nasional yang dipandang lebih baik atau kemajuan yang terus menerus
menuju perbaikan kehidupan manusia yang mapan.
Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa pembangunan
merupakan usaha perubahan yang dilakukan secara sadar dan berencana oleh
suatu Negara beserta pemerintahnya untuk modernisasi dan pembangunan
merupakan perubahan sosial yang bertujuan untuk menaikan taraf hidup ke
arah yang lebih baik dari keadaan sebelumnya.
Dalam kebijakan pembangunan nasional di Indonesia, pembangunan
gampong merupakan bagian integral dari pembangunan nasional. Maka
pembangunan gampong oleh Mubyarto (2001: h. 10) didefinisikan sebagai
pembangunan yang berlangsung di pedesan dan meliputi seluruh aspek
kehidupan masyarakat yang dilaksanakan secara terpadu dengan
mengembangkan swadaya gotong-royong..
Pembangunan gampong merupakan sebuah konsep yang mesti
dilaksanakan dengan segala perencanaan yang matang. Selanjutnya perlunya
kebersamaan yang tidak memudar sehingga budaya atau adat istiadat terus
17
berjalan. Semua dinamika sosial mesti dihadapi bersama untuk kemajuan di
masa depan. Beberapa perkembangan gampong tergantung dari tingkat
pengetahuan dan visi dari seorang keuchik. Selanjutnya sikap kejujuran dalam
mengelola aset gampong melalui sebuah badan yang di dalamnya ada
keterlibatan masyarakat. Maknanya transparansi pengelolaan keuangan
Gampong oleh aparaturnya. Selanjutnya kesejahteraan harus dapat diraih agar
masyarakat dapat berpikir cemerlang. Selanjutnya telusuri apa potensi yang
mampu dikembangkan oleh masyarakat. Semoga gampong-gampong yang
ada di Aceh dapat lebih mandiri di masa depan.
Sebuah gampong harus bisa menggali potensi yang ada dalam
wilayahnya. Pemimpin gampong juga harus dapat melihat kondisi warganya.
Data yang akuntabel lebih lengkap didapat oleh pemerintah Gampong itu
sendiri. Seorang keuchik yang memiliki wawasan yang luas tidak harus
monopolistik. Artinya segala program yang akan dijalankan libatkan warga
yang memiliki potensi. Untuk memajukan wilayahnya, maka perlu adanya
kerjasama antara pemerintah gampong dengan masyarakatnya. Sedikit sekali
keuchik yang memiliki pemikiran tentang apa yang dilakukan agar
masyarakat makin maju dan sejahtera. Mewujudkan gampong yang mandiri
memang butuh proses dan harus ada kerjasama yang baik. Tanpa kerja sama
yang baik maka akan menghambat segala pelaksanaan yang telah
dicanangkan sebelumnya. Maka, perlu adanya kebersamaan yang tidak akan
memudar hingga kemajuan itu dapat diraih. (www. acehnationalpost. com).
18
2.6 Pengertian Gampong
Gampong Merupakan kesatuan hunian’asli’ Aceh yang dikenal sejak
sebelum Aceh menjadi wilayah kesultanan (Abad ke I6). Gampong adalah
kesatuan wilayah hukum terendah yang asli lahir dari masyarakat, bahkan
sebelum aanya mukim yang merupakan kumpulan beberapa gampong, yang
muncul setelah masa kesultanan di abad ke 16 dan 17. Etnografer Belanda,
Snouck Hurgronje dalam laporan ekspedisinya di Aceh sebelum
berlangsungnya kolonialisme yang panjang di tanah itu mengemukakan
bahwa gampong adalah adat.
Dalam Pasal 2 dan 3 Qanun Nomor 5 Tahun 2003 tentang
Pemerintahan gampong, menyebutkan bahwa gampong merupakan organisasi
pemerintahan terendah yang berada di bawah mukim dalam struktur
organisasi pemerintahan Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam. Gampong
mempunyai tugas menyelenggarakan pemerintahan, melaksanakan
pembangunan, membina masyarakat dan meningkatkan pelaksanaan Syari’at
Islam.
Menurut T. Syamsuddin (dalam Jakfar Puteh 2012, h. 177) “Gampong
adalah daerah hukum kecil di Aceh, seperti desa di jawa, dusun di sumatera
selatan, Huta di Tapanuli dan Nagari di Minang Kabau dan Kampung di
Wilayah Melayu.”
Badruzzaman Ismail, Dkk (dalam Jakfar Puteh, 2012: h. 177)
mengatakan bahwa “Gampong adalah daerah yang memiliki rakyat dengan
susunan pemerintahan sendiri. Dia juga menambahkan bahw suatu gampong
juga memiliki tatanan aturan, harta kekayaan dan batas territorial. Gampong
19
berwenang penuh untuk mengembangkan adat dan istiadatnya, bahkan
berfungsi menyelenggarakan peradilan adat sesuai dengan tatanan adat yang
mereka miliki”.
Pasal 1 Angka 20 Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2006 tentang
Pemerintahan Aceh bahwa Gampong adalah kesatuan masyarakat hukum
yang berada di bawah Mukim dan dipimpin oleh Keuchik atau nama lain dan
berhak menyelenggarakan urusan rumah tangganya sendiri.
Menurut T. M. Juned (2003: h. 35) menyatakan bahwa: “Gampong
dapat berarti sebagai tempat hunian penduduk atau persekutuan masyarakat
hukum adat dan dapat pula berarti sebagai suatu kesatuan unit pemerintahan
di negara kita”. Setiap gampong mempunyai sekurang-kurangnya sebuah
Meunasah (Mushalla), bahkan sekarang ini telah lebih dari satu Meunasah
(Mushalla).
Selanjutnya T. Djuned (2003: h. 11) mengemukakan bahwa:
“gampong dalam arti fisik merupakan sebuah kesatuan wilayah yang meliputi
tempat hunian, blang, padang dan hutan. Dalam arti hukum gampong
merupakan Persekutuan Masyarakat Hukum Adat yang bersifat territorial.
Rusdi Sufi, dkk (2002: h. 33-39) berpendapat bahwa: “Gampong
terbentuk pada masa Sultan Iskandar Muda (1607-1636), yakni bentuk
teritorial yang terkecil dari susunan pemerintahan di Aceh. Pada masa itu,
sebuah gampong terdiri dari kelompok rumah yang letaknya berdekatan satu
sama lain. Pimpinan gampong disebut keuchik, yang dibantu seseorang yang
mahir dalam masalah keagamaan dengan sebutan teungku meunasah.
Gampong merupakan pemerintahan bawahan dari mukim”.
20
Jadi Gampong adalah gabungan dari Jurong atau Dusun dan
merupakan kesatuan hukum yang bercorak agama serta pimpinan gampong
disebut dengan keuchik gampong. Dalam struktur pemerintahan kesultanan
Aceh dikala itu, kedudukan gampong merupakan suatu unit pemerintahan
tingkat kelima setelah Imeum Mukim pada tingkat Keempat, Ulee Balang
pada tingkat Ke tiga, pemerintahan Sagoe pada tingkat kedua dan kerajaan
(raja) pada tingkat pertama.
Mengenai Pemerintahan Gampong beserta aparaturnya, dapat
dijelaskan lewat penelusuran berbagai peraturan perundangan-undangan.
Dalam Penjelasan Pasal 7 Undang-Undang Nomor 44 Tahun 1999 tentang
Penyelenggaraan Keistimewaan Aceh, disebutkan bahwa konsep gampong
menurut Undang-Undang ini adalah sama yang dimaksud dengan desa.
Sementara itu, Pasal 1 ayat (13) Undang-Undang Nomor 18 Tahun
2001 tentang Otonomi Khusus untuk Aceh dalam bentuk Nanggroe Aceh
Darussalam, menyebutkan bahwa: “Gampong adalah kesatuan masyarakat
hukum yang merupakan organisasi pemerintahan terendah langsung berada di
bawah mukim yang menempati wilayah tertentu yang dipimpin oleh keuchik
atau nama lain dan berhak menyelenggarakan rumah tangganya sendiri”.
Konsep gampong seperti di atas, terdapat dalam Pasal 1 ayat (5)
Qanun Nomor 3 Tahun 2003 tentang Susunan, Kedudukan dan Kewenangan
Pemerintahan Kecamatan dalam Provinsi Nanggro Aceh Darussalam, Pasal 1
ayat (5) Qanun No. 4 Tahun 2003 tentang Susunan, Kedudukan dan
Kewenangan Mukim dalam Provinsi Nanggro Aceh Darussalam, dan Pasal 1
ayat (6) Qanun Nomor 7 tahun 2004 tentang Pengelolaan Zakat.
21
Dari konsep gampong, jelas bahwa gampong terletak di bawah mukim
yang dipimpin keuchik dan berhak menyelenggarakan rumah tangganya
sendiri. Dalam Penjelasan Pasal 1 ayat (2) Qanun Nomor 3 Tahun 2003
tentang Susunan, Kedudukan dan Kewenangan Pemerintahan Kecamatan
dalam Provinsi Nanggro Aceh Darussalam, disebutkan ”kedudukan gampong
tidak lagi berada di bawah kecamatan, tapi di bawah mukim”. Hal ini
kemudian dipertegas dengan Pasal 2 Qanun Nomor 4 Tahun 2003 tentang
Susunan dan Kedudukan Pemerintah Mukim, ”Mukim membawahi gampong
yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Camat.” Dalam Pasal 5
poin (d) Qanun Nomor 3 tahun 2003 tentang Pemerintahan Gampong,
disebutkan bahwa posisi Camat berkenaan dengan fungsi pembinaan
pemerintahan mukim dan gampong. Dalam Pasal 39 Qanun Nomor 3 Tahun
2003 tentang Pemerintahan Gampong, dengan tegas diatur bahwa kecamatan
yang belum memiliki mukim tapi memiliki gampong, maka perangkat
pelaksana di wilayahnya adalah pemerintah gampong.
22
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Metode Penelitian
Metode merupakan prosedur atau cara dalam mengetahui sesuatu, yang
mempunyai langkah-langkah yang sistematis. Penelitian ini menggunakan metode
penelitian deskriptif kualitatif. Menurut Moleong (2002: h. 4) penelitian deskriptif
bermaksud membuat penggambaran secara sistematis, faktual, dan akurat
mengenai fakta-fakta dan sifat-sifat populasi tertentu. Dengan kata lain penelitian
ini bertujuan untuk menggambarkan sifat sesuatu yang tengah berlangsung pada
saat studi.
Dengan berdasarkan uraian di atas, maka penulis berupaya
mendiskripsikan mengenai kontribusi penambangan pasir galian Galian C
terhadap Pembangunan gampong.
3.2 Sumber Data dan Teknik Pengumpulan Data
3.2.1 Sumber Data
Adapun Sumber data yang diambil dalam penelitian ini adalah:
1. Data primer
Merupakan sumber data adalah sumber-sumber dasar yang merupakan
bukti saksi utama dari kejadian yang lalu, contohnya ialah catatan resmi yang
dibuat pada suatu acara atau upacara, suatu keterangan oleh saksi mata,
keputusan-keputusan rapat, foto-foto, dan sebagainya (Moh. Nazir, 2005: h. 51).
Data primer dalam penelitian ini dikumpulkan melalui penelitian langsung
di lapangan yang bersumber pada penelitian wawancara dan observasi. Data
23
23
primer dalam penelitian ini dikumpulkan melalui wawancara dengan Keuchik
Gampong, Masyarakat, dan beberapa orang aparatur gampong. Sedangkan
observasi dilakukan di lapangan terhadap hasil panambangan pasir dampaknya
terhadap masyarakat.
2. Data Sekunder
Menurut Hasan (2002: h. 82) data sekunder adalah data yang diperoleh
oleh orang yang melakukan penelitian dari sumber-sumber yang telah ada. data
sekunder merupakan data yang didapat dari studi kepustakaan, dokumen, koran,
internet yang berkaitan dengan kajian penelitian yang diteliti oleh penulis. untuk
melengkapi data penelitian, maka data sekunder juga diperoleh dari dokumen
gampong, seperti data jumlah penduduk, luas wilayah, dan fasilitas ekonomi dan
sosial.
3.2.2 Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1. Observasi
Observasi diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan secara sistematik
terhadap gejala yang tampak pada objek penelitian. Pengamatan dan pencatatan
yang dilakukan terhadap objek ditempat terjadi atau berlangsungnya peristiwa,
sehingga observasi berada bersama objek yang diselidiki, disebut observasi
langsung. Sedang observasi tidak langsung adalah pengamatan yang dilakukan
tidak pada saat berlangsungnya suatu peristiwa yang akan diselidiki. (Maman
Rachman, 2000: h. 77).
24
24
Dalam kegiatan pengumpulan data metode observasi merupakan salah satu
metode utama di samping metode wawancara. Dalam hal ini pengamatan yang
dilakukan melalui dua cara:
1. Pengamat berperan serta adalah dimana pengamat melakukan dua peran
sekaligus sebagai pengamat dan menjadi anggota resmi dari kelompok
yang diamati.
2. Pengamat tanpa berperan serta yaitu pengamat hanya berfungsi untuk
mengadakan pengamatan.
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode observasi langsung
yaitu di Gampong Lueng Baro Kecamatan Kuta Makmu Kabupaten Nagan Raya.
2. Wawancara
Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu.percakapan itu
dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan
pertanyaan dan yang diwawancarai (interviewee) yang memberikan jawaban atas
pertanyaan itu (Moleong, 2002: h.135).
Atas dasar tersebut, maka wawancara akan dilakukan dengan keuchik,
Kaur, Sekdes dan masyarakat, karena mereka sumber utama dalam mencari
informasi mengenai kontribusi penambangan pasir (Golongan C).
3. Dokumentasi
Tehnik dokumentasi adalah mengumpulkan data melalui peninggalan
tertulis, seperti arsip-arsip dan termasuk juga buku-buku tentang pendapat, teori,
dalil atau hukum-hukum dan lain-lain yang berhubungan dengan masalah
penelitian (Rachman, 2000: h. 96).
25
25
Pada dasarnya proses studi dokumentasi bukan merupakan kegiatan yang
berdiri sendiri, akan tetapi seringkali bersamaan dengan penggunaan tehnik
pengumpulan data yang lainnya. Dimana kita mempelajari dokumentasi pasti
diawali dengan wawancara terutama yang menyangkut pembicaraan yang ada
kaitannya dengan dokumen yang akan dipelajari.
Teknik dokumentasi dalam penelitian ini digunakan hanya sebagai
pelengkap dari tehnik pengumpul data lainnya. Data-data yang diambil dari
dokumen hanya meliputi gambaran umum wilayah penelitian, yang diperoleh dari
data monografi Gampong Suak Bilie yang meliputi: luas wilayah, jumlah
penduduk, mata pencaharian penduduk, sarana perekonomian, dan tingkat
pendidikan serta sarana umum.
3.2.3 Informan Penelitian
Informan dipilih untuk mendapatkan informasi yang jelas dan mendalam
tentang berbagai hal yang berhubungan dengan masalah penelitian. Prosedur
pengambilan informan awal dilakukan secara purposive, sedangkan informan
selanjutnya dengan teknik snowball, yaitu mengambil satu orang untuk
diwawancarai selanjutnya bergulir kepada informan lain secara berantai hingga
diperoleh sejumlah informan yang diperlukan.
Untuk pengecekan tentang kebenaran hasil wawancara yang didapat dari
informan, maka yang menjadi informan dalam penelitian ini adalah:
1. Keuchik
2. Kaur Pembangunan
3. Masyarakat 6 orang
26
26
Jadi jumlah informan dipilih adalah 8 orang, karena pengumpulan data di
lapangan sudah memenuhi hadil yang dinginkan. Penentuan informan berdasarkan
maksud dan tujuan penulis, maka penulis menentukan jumlah di atas sebagai
informan, karena mereka mengerti dan memahami masalah di lapangan.
3.2.4 Jadwal Penelitian
Penelitian ini direncanakan berlangsung dalam beberapa tahapan. Tahap
pertama, Survey Lokasi Penelitian. Kedua, Penyusunan Proposal. Ketiga, Seminar
Proposal. Keempat, Pelaksanaan Penelitian. Ke lima, Pengolahan Data. Ke tujuh,
seminar hasil, ke delapan sidang komprehensif dan ke sembilan sidang skripsi.
Secara rinci, jadwal penelitian tersebut dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel: 3.1
Jadwal Penelitian
No Kegiatan Bulan Ke-
1 2 3 4 5 6
1. Survey Lokasi Penelitian
2. Penyusunan Proposal
3. Seminar Proposal
4. Pelaksanaan Penelitian
5. Pengolahan Data
6. Pengolahan data dan analisis
data
7. Seminar Hasil
8. Sidang Komprehensif
9. Sidang
3.3 Instrumen Penelitian
Kebutuhan akan instrumen penelitian sesuai dengan tujuan penelitian ini
adalah adanya instrumen berupa: peneliti, pedoman wawancara, alat perekam
film, alat perekam foto, alat perekam suara, scanner, dan alat-alat tulis.
27
27
Dari berbagai instrumen penelitian tersebut di atas, instrumen yang
terpenting dalam penelitian kualitatif adalah peneliti itu sendiri (Moleong, 2002:
h. 4). Selanjutnya Moleong (2002: h. 4) menegaskan bahwa dalam penelitian
kualitatif, manusia sebagai alat sajalah yang dapat berhubungan dengan informan
atau objek lainnya, dan hanya manusialah yang mampu memahami kaitan
kenyataan-kenyataan di lapangan.
3.4 Teknik Analisa Data
Analisis kualitatif dalam suatu penelitian digunakan apabila data penelitian
yang diangkat dari lapangan adalah juga memiliki sifat-sifat kualitatif. Hal ini
dapat dilihat dari bagaimana morfologi dan struktur variabel penelitian serta
tujuan penelitian yang semestinya dicapai. Analisis data adalah proses mengatur
urutan data, mengorganisasikannya ke dalam suatu pola, kategori, dan satuan
uraian dasar.
Menurut Bungin (dalam Moleong, 2002: h. 290) analisis data kualitatif
sebenarnya bertumpu pada strategi deskriptif kualitatif maupun verifikasi
kualitatif, strategi deskriptif kualitatif berintikan cara berpikir induktif dan
deduktif pada strategi kualitatif.
Analisis data dalam penelitian kualitatif berlangsung secara interaktif, di
mana pada setiap tahapan kegiatan tidak berjalan sendiri-sendiri. Meskipun tahap
penelitian dilakukan sesuai dengan kegiatan yang direncanakan, akan tetapi
kegiatan ini tetap harus dilakukan secara berulang antara kegiatan pengumpulan
data, reduksi data, penyajian data serta verifikasi atau penarikan suatu kesimpulan.
Untuk menganalisis data dalam penelitian ini, digunakan langkah langkah atau
28
28
alur yang terjadi bersamaan yaitu pengumpulan data, reduksi data, penyajian data
dan penarikan kesimpulan atau alur verifikasi data (Miles, 2007: h. 15-19).
1. Reduksi Data
Reduksi data adalah proses pemilihan, pemusatan perhatian pada
penyederhanaan, pengabstrakan data kasar yang muncul dari catatan-catatan yang
tertulis di lapangan (Miles dan Huberman, 2007: h. 17). Reduksi data ini
bertujuan untuk menganalisis data yang lebih mengarahkan, membuang yang
tidak perlu dan mengorganisasikan data agar diperoleh kesimpulan yang dapat
ditarik atau verifikasi. Dalam penelitian ini, proses reduksi data dilakukan dengan
mengumpulkan data dari hasil wawancara, observasi dan dokumentasi kemudian
dipilih dan dikelompokkan berdasarkan kemiripan data.
2. Penyajian Data
Penyajian data adalah pengumpulan informasi tersusun yang memberikan
kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan (Miles dan
Huberman, 2007: h. 18). Dalam hal ini, data yang telah dikategorikan tersebut
kemudian diorganisasikan sebagai bahan penyajian data. Data tersebut disajikan
secara deskriptif yang didasarkan pada aspek yang teliti.
3. Verifikasi Data dan Penarikan Kesimpulan
Verifikasi data adalah sebagian dari suatu kegiatan utuh, artinya makna -
makna yang muncul dari data telah disajikan dan diuji kebenarannya,
kekokohannya dan kecocokannya (Miles dan Huberman, 2007: h. 19). Penarikan
kesimpulan berdasarkan pada pemahaman terhadap data yang disajikan dan dibuat
dalam pernyataan singkat dan mudah dipahami dengan mengacu pada pokok
permasalahan yang diteliti.
29
29
Menurut Miles dan Huberman (2007: h. 36) ada tiga komponen analisis
yaitu reduksi data, sajian data dan penarikan kesimpulan. Aktivitas ketiga
komponen dilakukan dalam bentuk interaktif dengan proses pengumpulan data
sebagai suatu proses siklus. Peneliti hanya bergerak di antara tiga komponen
analisis tersebut sesudah pengumpulan data selesai pada setiap unitnya dengan
memanfaatkan waktu yang masih tersisa dalam penelitian ini. Untuk lebih
jelasnya proses analisis interaktif dapat digambarkan dalam skema sebagai
berikut:
Sumber : Miles dan Huberman (2007: h. 36 36)
3.5 Pengujian Kredibilitas Data
Uji kredibilitas data atau kepercayaan terhadap data hasil penelitian
kualitatif antara lain dilakukan dengan perpanjangan pengamatan, peningkatan
ketekunan dalam penelitian, triangulasi, diskusi dengan teman sejawat, dan
member check. Pengujian kredibilitas data digunakan untuk mendapatkan data
yang lebih mendalam mengenai subyek penelitian (Sugiyono, 2011: h. 270).
Pengujian kredibilitas data penelitian akan dilakukan dengan perpanjangan
pengamatan, peningkatan ketekukan dalam penelitian, triangulasi, diskusi dengan
teman sejawat, analisis kasus negatif dan member chcek (Sugiyono, 2011: h. 270).
Pengumpulan Data
Reduksi Data
Sajian Data
Penarikan kesimpulan/verifikkasi
30
30
Agar lebih jelas pengujian kredibilitas data maka dapat dilihat pada
gambar di bawah ini:
Gambar: 3. 2 Uji Kredibilitas Data dalam penelitian Kualitatif
Adapun pengujian kredibilitas data adalah sebagai berikut:
1. Perpanjangan Pengamatan
Perpanjangan pengamatan perlu dilakukan karena berdasarkan pengamatan
yang telah dilakukan, dirasakan data yang diperoleh masih kurang memadai.
Menurut Moleong (2002: h.327) perpanjangan pengamatan berarti peneliti tinggal
di lapangan penelitian sampai kejenuhan pengumpulan data tercapai. Dalam
pengumpulan data, pengamatan yang dilakukan tidak hanya dilakukan dalam
waktu yang singkat melainkan memerlukan perpanjangan pengamatan dengan
keikutsertaan pada lata penelitian. Perpanjangan pengamatan yang dilakukan
peneliti adalah dengan sering melakukan pengamatan di lokasi penelitian.
Uji Kredibilitas
data
Perpanjangan
Pengamatan
Peningkatan
Ketukunan
Triangulasi
Diskusi dengan
teman sejawat
Teman Sejawat
Analisis Kasus
Negatif
Perpanjangan
Pengamatan
31
31
2. Peningkatan Ketekunan
Peningkatan ketekunan berarti melakukan pengamatan secara lebih
mendalam untuk memperoleh kepastian data. Meningkatkan ketekunan dilakukan
dengan membaca berbagai referensi baik buku maupun dokumen yang terkait
dengan temuan yang diteliti sehingga berguna untuk memeriksa data apakah benar
dan bisa dipercaya atau tidak.
3. Triangulasi
Analisa Triangulasi merupakan “suatu metode analisis untuk mengatasi
masalah akibat dari kajian mengandalkan satu teori saja, satu macam data atau
satu metode penelitian saja (Sugiyono, 2011: h.225)”. Triangulasi dapat diartikan
sebagai pengecekan data dari berbagai sumber dengan berbagai cara. Menurut
Sugiyono (2011: h.273) terdapat minimal tiga macam triangulasi, yaitu:
a. Triangulasi sumber data
Pada triangulasi sumber data, data dicek kredibilitasnya dari berbagai
sumber data yang berbeda dengan teknik yang sama misalnya, mengecek sumber
data antara bawahan, atasan dan teman. Analisis triangulasi sumber data
ditunjukan pada gambar berikut:
Gambar 3.3. Triangulasi Sumber Data
Teman Pemimpin
Masyarakat
32
32
b. Triangulasi teknik pengumpulan data
Pada triangulasi teknik pengumpulan data, data dicek kredibilitasnya
dengan menggunakan berbagai teknik yang berbeda dengan sumber data yang
sama. Truangulasi Teknik pengumpulan data dapat dilihat pada gambar di bawah
ini :
Gambar: 3.4. Triangulasi Teknik Pengumpulan data
c. Triangulasi waktu pengumpulan data
Pada triangulasi waktu pengumpulan data, data dicek kredibilitasnya
dengan waktu yang berbeda-beda namun dengan sumber data dan teknik yang
sama. Triangulasi menjadikan data yang diperoleh dalam penelitian menjadi lebih
konsisten, tuntas dan pasti serta meningkatkan kekuatan data (Sugiyono, 2011:
h.241). Triangulasi waktu pengumpulan data dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Gambar 3.5. Triangulasi Waktu Pengumpulan Data
Observasi Wawancara
Dokumen
Sore Siang
Pagi
33
33
4. Pemeriksaan Teman Sejawat
Pemeriksaan teman sejawat dilakukan dengan mendiskusikan data hasil
temuan dengan rekan-rekan sesama mahasiswa maupun teman yang bukan
mahasiswa. Melalui diskusi ini diharapkan akan ada saran atau masukan yang
berguna untuk proses penelitian.
5. Analisis Kasus Negatif
Menurut Sugiyono (2011: h.275) melakukan analis kasus negatif berarti
peneliti mencari data yang berbeda atau bahkan bertentangan dengan data yang
telah ditemukan.
6. Member Check
Member check atau pengujian anggota dilakukan dengan cara
mendiskusikan hasil penelitian kepada sumber-sumber yang telah memberikan
data untuk mengecek kebenaran data dan interprestasinya.
34
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian
4.1.1 Kondisi Geografis
Gampong Suak Bilie memiliki wilayah yang strategis untuk areal pertanian.
Gampong Suak Bilie berada di Kecamatan Suka Makmue berada dalam wilayah
kabupaten Nagan Raya. Pusat ibu kota kecamatan terletak di Suka Makmue,
dengan luas wilayah ± 1.019 Ha yang terbagi dalam 4 Jurong atau dusun, dengan
jumlah penduduk 1.019 jiwa dari 317 kepala keluarga (KK), yang tersebar ke
dalam 4 jurong tersebut. Gampong Suak Bilie memiliki jarak ke ibu kota kabupaten
1 Km. Kemudian jumlah dusun di Gampong Suak Bilie adalah sebagai berikut:
1. Dusun Ulee Gampong
2. Dusun Padang Kubu
3. Dusun Cot Manih
4. Dusun Gunong Geupanji
Adapun secara administratif, wilayah Gampong Suak Bilie berbatasan
sebagai berikut:
1. Sebelah Utara berbatasan dengan Gampong Lueng Baro
2. Sebelah Timur berbatasan dengan Gampong krueng Trang
3. Sebelah Barat berbatasan dengan Kaway XVI
4. Sebelah Selatan berbatasan dengan Gampong Cot Kuta
35
35
4.1.2. Kondisi Demografis
Untuk mengetahui jumlah penduduk bedasarkan dusun, bisa dilihat pada
tabel berikut:
Tabel: 4.1
Jumlah Penduduk Gampong Suak Bilie menurut dusun
No Dusun Jumlah
(KK)
Jenis kelamin Jumlah jiwa
Laki-laki Perempuan
1 Ulee Gampong 158 250 216 513
2 Padang Kabu 67 97 93 190
3 Cot Maneh 53 83 83 188
4 G Gupanji 39 73 77 150
Total 317 503 516 1.019
Sumber: Profil Gampong Suak Bilie tahun 2015
Berdasarkan tabel di atas, maka dapat dilihat bahwa jumlah penduduk
Gampong Suak Bilie berjumlah 1019. Dusun Ulee Gampong memiliki jumlah
penduduk paling banyak yaitu 513 jiwa.
Sedangkan komposisi penduduk Gampong Suak Bilie menurut pendidikan,
dapat diketahui bahwa tingkat sekolah dasar (SD), sampai jenjang perguruan
Tinggi (PT). Tingkat Pendidikan penduduk dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel: 4.2
Tingkat Pendidikan Penduduk Gampong Suak Bilie
No Tingkat Pendidikan Jumlah
1 Perguruan Tinggi 10
2 SMA 25
3 SMP 35
4 SD 68
5 D 3 20
6 Putus Sekolah 118
7 Tidak sekolah 743
Total 1.019 Sumber: Profil Gampong Suak Bilie tahun 2015
36
36
Dari tabel tersebut dapat diketahui bahwa 68 orang pada tingkat Sekolah
Dasar (SD), 35 orang pada tingkat Sekolah Menengah Pertama (SMP), 25 orang
pada tingkat Sekolah Menengah Atas (SMA), 10 orang pada tingkat Perguruan
Tinggi (PT) dan 20 D3 dan 118 putus sekolah dan tidak sekolah 743 orang.
4.1.3. Mata Pencaharian
Sedangkan kehidupan masyarakat Gampong Suak Bilie, bermata pencarian
yang mayoritasnya sebagai petani, peternak dan dagang. Hanya sebagian kecil yang
berprofesi sebagai Pegawai Negeri Sipil dan profesi lainnya, untuk jelasnya dapat
dilihat dari tabel berikut ini:
Tabel : 4.3
Mata Pencarian Penduduk Gampong Suak Bilie
No Jenis Pekerjaan Jumlah Jiwa
1 Petani dan Pekebun 388
2 Peternak 63
3 Pedagang 59
4 Nelayan -
5 Pegawai Negeri Sipil 11
6 TNI / Polri 5
7 Wiraswasta 80
8 Usaha Industri Rumah Tangga 11
9 Belum bekerja 402
Sub total 1.019
Sumber: Profil Gampong Suak Bilie tahun 2015
Dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa mayoritas penduduk Gampong
Suak Bilie bermata pencarian sebagai petani yaitu sebanyak 388 jiwa dari jumlah
keseluruhan penduduk Gampong Suak Bilie. Sedangkan peternak hanya 63 jiwa,
wiraswasta 80 jiwa dan pedagang 59 jiwa serta 402 jiwa belum bekerja sedangkan
selebihnya adalah PNS, TNI/POLRI dan pekerja lepas atau yang tidak tetap.
37
37
Gampong Suak Bilie mempuyai sektor pertanian yang luas dan memadai
terutama di sektor padi sehingga pertumbuhan ekonomi Gampong Suak Bilie
bejalan dengan baik dan optimal.
4.1.5 Pendapatan Gampong
Gampong Suak Bilie terdapat beberapa pendapatan gampong yang dapat
dimanfaatkan oleh gampong serta untuk pembangunan gampong. Adapun pendatan
tersebut dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel: 4.5
Jumlah Pendapatan Asli Gampong
No Jenis Pendapatan Jumah /Tahun
2014 2015 2016
1 Pertanian 23% 30% 50%
2 Peternakan 25% 20% 19%
3 Galian C 40% 50% 35%
4 Hasil Usaha desa 20% 10% 15%
5 Bantuan Pemerintah 10% 15% 20%
6 Lain-lain pendapatan desa 20% 10% 15%
Sumber: Profil Gampong Suak Bilie tahun 2015
Berdasarkan tabel di atas, jelas bahwa jumlah pendapatan asli gampong
suak Bilie berdasarkan data persentasenya adalah berfariasi, tidak mengalami
peningkatan dan juga tidak mengalami penurunan. Dari total pendapatan asli
gampong Suak Bilie yang paling banyak menyumbang pendapatan asli gampong
adalah galian C. Tiap tahun selalu ada pendapatan tersbut yang digunakan untuk
pembangunan desa.
38
38
4.1.4 Fasilitas Gampong Suak Bilie
Adapun fasilitas yang ada di Gampong Suak Bilie dapat dilihat pada tabel
di bawah ini :
Tabel: 4.4.
Daftar fasilitas Gampong Suak Bilie
No Jenis Fasilitas Jumlah (Unit) Penggunaan
1. Fasilitas Agama
- Mesjid
- Meunasah
- Balai Pengajian
1 Masih Aktif
1 Masih Aktif
1 Masih Aktif
2. Fasilitas Pemerintahan
- Kantor Desa
1 Tidak Aktif
3. Fasilitas Olah Raga
- Lapangan Bola Kaki
- Lapangan Bola Volly
1 Masih Aktif
3 Masih Aktif
4. Fasilitas Pendidikan
- Tk Ar-Rahman
- Gedung MIN
- SLTP
1 Masih Aktif
1 Masih Aktif
1 Masih Aktif
5. Fasilitas lainnya
- Posyandu
- Rumah Pekan
- Balai Pertemuan
- Saluran Air
1 Masih Aktif
1 Masih Aktif
1 Masih Aktif
1 Masih Aktif
Sumber: Profil Gampong Suak Bilie tahun 20014
39
39
4.2 Hasil Penelitian
4.2.1 Kontribusi Penambangan Pasir (Galian C) Terhadap Pembangunan
Gampong Suak Bilie Kecamatan Suka Makmu
Keberadaan sektor pertambangan seperti pertambangan pasir, sebagai salah
satau sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui sangat diperlukan untuk
menunjang pembangunan. Sumber daya alam yang penting bagi kehidupan
manusia adalah bahan galian seperti pasir. Bahan galian ini sangat diperlukan untuk
pembangunan sarana fisik seperti gedung, jembatan jalan dan pembangunan rumah,
serta kegiatan industri. Setiap pembangunan fisik berkonstruksi berat pasti
memerlukan material pasir.
Kualitas pasir yang berasal dari kawasan Gampong Suak Bilie Kecamatan
Suka Makmue Kabupaten Nagan Raya dikenal secara luas sebagai pasir dan batu
berkualitas tinggi terutama untuk pembangunan fisik di Kabupaten Nagan Raya
dan sekitarnya. Usaha penambangan merupakan usaha melakukan kegiatan
eksplorasi, eksploitasi, produksi, dan penjualan. Selain sebagai usaha penambangan
bagi masyarakat. hasil penambangan pasir jenis golongan C memberikan kontribusi
bagi pendapatan gampong, sehingga aliran dana dari hasil penambangan pasir
dapat digunakan untuk pembangunan gampong.
Dari hasil wawancara dengan Keuchik Gampong Suak Bilie mengatakan
bahwa” Penambangan pasir memberikan pendapatan bagi Gampong Suak Bilie.
Dengan adanya penambangan pasir tersebut, maka dapat meningkatkan
pembangunan sarana fisik dengan dana tersebut”. (wawancara, Senin 1 Agustus
2014).
Hal yang sama juga diungkapkan oleh Wahab, selaku Kaur Pembangunan
mengatakan bahwa” memang dana dari hasil galian C digunakan untuk
40
40
pembangunan gampong. Akan tetapi tidak mencapai 100% dana tersebut
digunakan”. (wawancara, Senin 1 Agustus 2014).
Berdasarkan penuturan M.Jalin selaku Kaur pemerintahan mengatakan
bahwa” dana untuk pembangunan gampong tidak sepenuhnya berasal dari uang
pengalian pasir. Namun dana pembangunan gampong banyak dari pemerintah.
Bukan berarti dana dari galian pasir tidak ada.”. (wawancara, Senin 1 Agustus
2014).
Berdasarkan hasil wawancara di atas, maka dapat dipahami bahwa
penambangan pasir galian C memberikan sumbangan untuk pembangunan
gampong meski tidak mencapai 100% dana tersebut digunakan untuk
pembangunan gampong.
Ada beberapa hal penting yang menjadi perhatian dalam pengelolaan
sumber daya alam galian C yaitu dengan peningkatan pemanfaatan potensi sumber
daya alam dan lingkungan hidup dengan melakukan konservasi, rehabilitasi dan
penghematan penggunaannya. Pemerintah Gampong Suak Bilie, dalam hal ini
melakukan pemanfaatan sumber daya alam golongan C tersebut dengan memanfaat
dana dari sumbangan penambangan Pasir untuk pembangunan sarana Fisik
Gampong seperti jalan. Kemudian dana tersebut juga disimpan untuk Kas
Gampong.
Berdasarkan penuturan Keuchik Gampong Suak Bilie, mengatakan bahwa:
“Uang dari hasil pendapatan galian pasir untuk gampong merupakan
pendapatan asli Gampong Suak Bilie. Selain dananya untuk
pembangunan sarana fisik, maka selebihnya akan masuk ke kas
gampong. Kemudian dana tersebut akan dipertanggung jawabkan
dan akan dimusyawarahkan dengan masyarakat guna membahas
apa-apa saja yang digunakan untuk kepentingan gampong atau
kepentingan masyarakat. Hal ini tentu sangat bermanfaat bagi
41
41
masyarakat jika ada pemasukan dari dana galian pasir”.
(Wawancara, Senin 1 Agustus 2014).
Hal senada juga diungkapkan oleh Muhtazin, selaku pengelola pasir galian
C, yaitu sebagai berikut:
“Sumber pendapatan gampong dari hasil penjualan pasir, mencapai
50% untuk gampong yang dikelola oleh pemerintah gampong. Dari
dana tersebut digunakan untuk kepentingan gampong seperti
pembangunan sarana fisik gampong dan sebagainya, karena hampir
setiap hari kami mengambil pasir berupa kerikil di Gampong Suak
Bilie karena akses jalan yang sangat mudah untuk proses
pengangkutannya. (Wawancara, Senin 1 Agustus 2014).
Berdasarkan hasil wawancara di atas, maka dapat dipahami bahwa
penambangan pasir galian C, memberikan kontribusi yang baik terhadap
pembangunan gampong terutama pembangunan sarana fisik. Berdasarkan
penuturan Muhammad Nur yang merupakan masyarakat di sekitar daerah
penambangan pasir mengatakan bahwa” “awalnya kegiatan penambangan pasir
tesebut, akan tetapi karena menarik retribusi setiap truk yang mengangkut pasir”.
(Wawancara, Senin 1 Agustus 2014).
Di satu sisi kegiatan penambangan pasir mendatangkan manfaat ekonomi
bagi masyarakat dan gampong, namun di sisi lain kegiatan penambangan pasir
tersebut kurang memperhatikan aspek sosial dan lingkungan hidup, hal ini sesuai
dengan asas berkelanjutan dan berwawasan lingkungan dalam penambangan pasir
yakni secara terencana memperhatikan aspek ekonomi, lingkungan, dan sosial
budaya untuk mewujudkan kesejahteraan masa kini dan masa mendatang.
Keberadaan sektor pertambangan seperti penambangan pasir misalnya,
sebagai salah satu sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui sangat
diperlukan untuk menunjang pembangunan. Sektor pertambangan ini selain
menghasilkan pemasukan bagi daerah tempat dimana hasil tambang dihasilkan.
42
42
Agar keberadaan hasil pertambangan maka perlu dipertahankan dan
pemanfaatannya dilakukan secara bijaksana dan terencana sehingga dapat
diwariskan kepada generasi yang akan datang.
Berdasarkan hasil wawancara dengan Tgk. Mustafa selaku keuchik
Gampong Suak Bilie, yaitu:
“Kami pihak pemerintah gampong mengeluarkan kebijakan untuk
memanfaatkan hasil penambangan pasir dengan baik agar
keberadaan pasir-pasir bisa menjadi pendapatan yang penting bagi
pendapatan gampong. Kami perlu melakukan pengawasan terhadap
pengambilan pasir agar pasir-pasir yang diambil sesuai dengan
aturan gampong yang telah ditetapkan”. (Wawancara, Senin 1
Agustus 2014).
Hal senada juga dikatakan bahwa oleh Samsudin selaku Kepala dusun
mengatakan:
“Penambangan pasir bagi gampong merupakan pendapatan utama
atau pendapatan asli Gampong Suak Bilie. Karena hampir setiap hari
ada pengangkutan pasir. Oleh sebab itu pemerintah gampong
mengupayakan untuk melakukan pengawasan terhadap pengambilan
pasir, agar keberadaan pasir-pasir tersebut juga tetap terjaga.
(Wawancara, Senin 1 Agustus 2014).
Berdasarkan hasil wawancara di atas, maka dapat dipahami bahwa
keberadaan pertambangan pasir galian perlu dilakukan pemanfaatan dengan baik
agar dapat memberikan kontribusi bagi gampong. Hal ini tentu banyak kebijakan
pemerintah gampong untuk memanfaatkan dana-dana dari pendapatan
penambangan pasir. Pemanfaatan penambangan pasir yakni pemanfaatan secara
fisik yaitu pemanfaatan yang menunjukkan adanya hubungan langsung antara
wilayah tambang dan penambang pasir.
Berdasarkan hasil wawancara dengan Rusli selaku penambang pasir,
mengatakan bahwa:
43
43
“sebagai penambang pasir dan telah melakukan kegiatan penambang
pasir selama beberapa tahun yang merupakan penambang tetap di
lokasi Gampong Suak Bilie. Adapun dana dari kegiatan
penambangan pasir kami manfaatkan untuk dana bagi pendapatan
gampong atau dana untuk pembangunan gampong. Dana tersebut
dikelola langsung oleh pemerintah gampong”. (Wawancara, Selasa 2
Agustus 2014).
Berdasarkan penuturan Ramli yang juga selaku penambang pasir
mengatakan” mata pencaharian sebagai penambang pasir bukan
pekerjaan utama dan kegiatan ini telah saya kerjakan selama 10
Tahun yang merupakan penambang tetap. Pengambilan/
penambangan pasir tersebut dikenai pajak atau memberikan
sebagian hak untuk gampong”. (Wawancara, Selasa 2 Agustus
2014).
Hasil wawancara di atas ditahui bahwa pada dasarnya kegiatan
penambangan pasir yang mereka lakukan memberikan manfaat bagi gampong dan
sekaligus bagi penambang pasir. Setiap kegiatan penambangan pasir akan dikenai
retribusi dari setiap truk yang mengangkut pasir, maka dari retribusi tersebut
dimasukan ke dalam kas gampong. Ini salah satu kontribusi yang baik bagi dana
pembangunan Gampong Suak Bilie.
4.2.2 Dampak Pertambangan Pasir (Galian C) terhadap pembangunan
Gampong Suak Bilie Kecamatan Suka Makmu
Kegiatan penambangan yang dilakukan di daerah sungai Gampong Suak
Bilie Kecamatan Suka Makmu, dapat berdampak secara negatif maupun positif.
Penambangan pasir yang tidak memperhatikan aspek lingkungan akan
menyebabkan terancamnya daerah sekitarnya dengan bahaya erosi dan tanah
longsor karena hilangnya vegetasi penutup tanah.
Lahan yang digunakan untuk pertambangan tidak seluruhnya digunakan
untuk operasi pertambangan secara serentak, tetapi secara bertahap. Sebagian besar
44
44
tanah yang terletak dalam kawasan pertambangan menjadi lahan yang tidak
produktif.
Sebagian dari lahan yang telah dikerjakan oleh pertambangan tetapi belum
direklamasi juga merupakan lahan tidak produktif. Lahan bekas kegiatan
pertambangan menunggu pelaksanaan reklamasi pada tahap akhir penutupan
tambang. Kalau lahan yang telah selesai digunakan secara bertahap direklamasi,
maka lahan tersebut dapat menjadi lahan produktif.
Permasalahan sosial masyarakat akibat adanya kegiatan penambangan pasir
merupakan suatu fenomena sosial yang terjadi terus menerus. Fenomena ini
menyangkut kepentingan masyarakat luas dan dampaknya mempengaruhi
kehidupan sosial masyarakat terutama yang berada di sekitar wilayah areal
penambangan pasir. Lingkungan sosial masyarakat sangat kompleks, sehingga
menimbulkan berbagai macam permasalahan sosial dan berpengaruh terhadap
situasi dan kondisi kehidupan masyarakat.
Menurut hasil wawancara dengan Musliadi, selaku masyarakat mengatakan
bahwa:
Saya kurang setuju dengan adanya kegiatan penambangan pasir
tersebut dikarenakan dapat merusak lingkungan sekitar, yakni
rusaknya jalan dan drainase akibat truk-truk pengangkut pasir, tanah
di sepanjang pinggiran sungai menjadi longsor, dan bila musim hujan
tiba akan terjadi banjir dan sungai meluap dan semakin melebarnya
pinggiran sungai, saya sangat berharap adanya tindakan tegas dari
pemerintah setempat dan segera menertibkan para penambang pasir
(Wawancara, Selasa 2 Agustus 2014).
Berdasarkan hasil wawancara di atas, maka hal tersebut dikuatkan pula oleh
Muhammad Nur yang merupakan masyarakat di sekitar daerah penambangan pasir
mengatakan bahwa: “awalnya masyarakat tidak setuju dengan kegiatan
penambangan pasir tesebut, akan tetapi karena menarik retribusi setiap truk yang
45
45
mengangkut pasir akhirnya kepala lingkungan melakukan pembiaran terhadap
kegiatan penambangan pasir tersebut”. (Wawancara, Selasa 2 Agustus 2014).
Lebih jauh lagi dijelaskan oleh Wahab, selaku Kaur Pembangunan
mengatakan bahwa “kegiatan penambangan pasir tersebut telah berlangsung lama,
selaku unsur pemerintahan gampong tidak dapat bertindak tegas terhadap kegiatan
tersebut karena menjadi salah satu mata pencaharian masyarakat lokal di daerah
tersebut, bahkan menjadi mata pencaharian utama bagi sebagian penambang pasir”.
(Wawancara, Selasa 2 Agustus 2014).
Berdasarkan hasil wawancara di atas, maka dapat dipahami bahwa kegiatan
penambangan pasir di Gampong Suak Bilie berdampak negatif terhadap
lingkungan, salah satunya adalah rusaknya jalan ketika dilalui kendaraan
pengangkut pasir dan rusaknya tebing-tebing di sekitar sungai di tempat pasir
diambil.
Di satu sisi kegiatan penambangan pasir mendatangkan manfaat ekonomi
bagi masyarakat dan teruma bagi gampong, namun di sisi lain kegiatan
penambangan pasir tersebut kurang memperhatikan aspek sosial dan lingkungan
hidup, hal ini sesuai dengan asas berkelanjutan dan berwawasan lingkungan dalam
penambangan galian C yakni secara terencana memperhatikan aspek ekonomi,
lingkungan, dan sosial budaya untuk mewujudkan kesejahteraan masa kini dan
masa mendatang.
Kegiatan penambangan Pasir di Gampong Suak Bilie merupakan sumber
daya alam yang memiliki nilai ekonomis yang cukup tinggi, sehingga
menghasilkan produksi pasir. Dalam pengelolaan sumber daya alam ini, hal utama
adalah mencegah timbulnya dampak negatif terhadap lingkungan dan
46
46
mengusahakan kelesterian sumber daya alam agar bisa digunakan terus menerus
untuk generasi di masa depan.
Sebagai yang dikatakan oleh Keuchik Gampong Suak Bilie bahwa “harus
mampu memperhitungkan dampak-dampak yang mungkin terjadi akibat
pertambangan pasir, sehingga dampak tersebut dapat dihindari”. (Wawancara,
Rabu 3 Agustus 2014).
Pertambangan pasir di Gampong Suak Bilie dalam pemanfaatannya
seringkali mengabaikan faktor lingkungan, meraka hanya mementingkan hasilnya.
Setiap pengangkungan pasir satu minimal sebanyak 5 truk sampai 8 truk.
Sedangkan produksis tersebut berlangsung setiap hari selama hampir 24 jam. Hal
ini tercermin dari pencemaran yang terjadi pada sungai Suak Bilie akibat belum
optimalnya sistem pengelolaannya.
Menurut Syarwani “Dampak negatif yang diakibatkan karena penambangan
bahan galian golongan C adalah terjadinya tanah longsong pada tepi sungai dan
sungai menjadi luas. Banyak lahan masyarakat yang berkurang akibat erosi”.
(Wawancara, Rabu 3 Agustus 2014).
Menurut Mustafa, selaku Warga Gampong Suak Bilie, mengatakan bahwa:
“Pertambangan dapat menciptakan kerusakan lingkungan yang
serius dalam suatu kawasan/wilayah. Terjadinya kerusakan
tergantung pada berbagai faktor kegiatan pertambangan dan faktor
keadaan lingkungan. Faktor kegiatan pertambangan antara lain pada
teknik pertambangan, pengolahan dan lain sebagainya. Sedangkan
faktor lingkungan antara lain faktor geografis dan morfologis, fauna
dan flora, hidrologis dan lain-lain”. (Wawancara, Rabu 3 Agustus
2014).
Hal senada juga diungkapkan Oleh Sekdes Gampong Suak Bilie, yaitu:
“Kegiatan pertambangan mengakibatkan berbagai perubahan
lingkungan, antara lain perubahan keadaan alam, perubahan pada
binatang dan tumbuhan, perubahan struktur tanah, perubahan pola
aliran air permukaan dan air tanah dan sebagainya. Perubahan-
47
47
perubahan tersebut menimbulkan dampak dengan sifat yang
bermacam-macam. Selain perubahan pada lingkungan fisik,
pertambangan juga mengakibatkan perubahan kehidupan sosial,
budaya dan ekonomi. (Wawancara, Rabu 3 Agustus 2014).
Menurut Jamal, selaku masyarakat mengatakan bahwa “Dampak kegiatan
pertambangan terhadap lingkungan tidak hanya bersumber dari pengerukan pasir”.
(Wawancara, Rabu 3 Agustus 2014).
Menurut Feriadi, selaku masyarakat, mengatakan bahwa: banyak sekali
dampat yang terjadi pada gampong Suak Bilie, ketika terjadinya pengangkutan
pasir, salah satu jalan rusak dan lingkungan yang kotor serta sering banjir.
(Wawancara, Rabu 3 Agustus 2014).
Berdasarkan hasil wawancara di atas, maka dapt dipahami bahwa kegiatan
penambangan pasir galian C di Gampong Suak Bilie tidak hanya berdampak positif
atau bermanfaat bagi gampong, akan tetapi memiliki dampak negatif terhadap
kerusakan lingkungan.
Di beberapa wilayah Nagan Raya yang memiliki potensi penambangan
pasir golongan C seperti Gampong Lueng Brao, bahwa aktivitas penambangan
mengakibatkan timbulnya pinggiran sungai yang rawan longsor akibat
penambangan yang tidak memakai sistem berteras. Hal ini mengakibatkan
semakin tingginya tingkat erosi di daerah pertambangan, berkurangnya debit air
permukaan atau mata air, menurunnya produktivitas lahan pertanian, dan
tingginya lalu lintas kendaraan drum truk di jalan gampong yang kemudian
membuat rusaknya jalan, serta timbulnya debu pada saat musim kemarau.
48
48
4.3 Pembahasan
4.3.1 Kontribusi Penambangan Pasir (Galian C) Terhadap Pembangunan
Gampong Suak Bilie Kecamatan Suka Makmu
Gampong Suak Bilie Kecamatan Suka Makmu Kabupaten Nagan Raya
merupakan salah satu lokasi penambangan bahan galian C yang merupakan proyek
penambangan pasir dan batu. Gampong yang memiliki daerah pertambangan galian
C memiliki manfaat secara ekonomi juga memberikan kontribusi bagi pendapatan
gampong.
Dari hasil menjual bahan galian C itulah penambang galian C pemerintah
gampong Suak Bilie memperoleh pendapatan atau uang untuk digunakan dalam
kepentingan gampong seperti pembangunan sarana fisik. Dari hasil penelitian
menunjukkan bahwa secara sosial-ekonomi penambangan galian C ditinjau dari
indikator tingkat pendapatan Gampong hampir 50% dari pendapatan galian C
digunakan untuk kepentingan gampong seperti pembangunan jalan setapak, tempat
wudhu serta WC umum. Hal ini tentu memberikan kontribusi secara posititf
terhadap pembangunan gampong.
Penambangan galian C yang dilakukan dapat memberikan kontribusi positif
bagi masyarakat sekitar tempat penambangan yaitu dapat membuka lapangan
pekerjaan bagi masyarakat dan tentunya akan meningkatkan perekonomian
masyarakat di sekitar Sungai Suak Bilie serta untuk asset pendapatan gampong.
Bahan bangunan berupa pasir itu dapat dibeli di tempat yang tidak jauh dari
pemukiman masyarakat sehingga dapat menghemat waktu dan tenaga serta lebih
efektif dan efisien.
49
49
Kegiatan pertambangan yang merupakan kegiatan padat teknogi dan padat
modal, merupakan sumber devisa negara. Perputaran ekonomi pada saat proyek
berlangsung sudah tenyu akan merangsang pertumbuhan sektor perekonomian
terkait. Tersedia dan terbukanya lapangan kerja bagi masyarakat setempat
walaupun kehadiran masyarakat pendatang untuk ikut berkompetisi tak dapat di
hindari. Dengan masuknya berbagai ragam budaya dan pola hidup setiap orang.
Menurut Hasibuan (2006: h. 155) secara ekonomi, kegiatan penambangan mampu
mendatangkan keuntungan yang sangat besar yaitu mendatangkan devisa dan
menyerap tenaga kerja sangat banyak dan bagi Kabupaten/Kota bisa meningkatkan
Pendapatan Asli Daerah (PAD) dengan kewajiban pengusaha membayar retribusi
dan lain-lain. Namun, keuntungan ekonomi yang didapat tidak sebanding dengan
kerusakan lingkungan akibat kegiatan penambangan yang syarat dengan eksplorasi
dan eksploitasi sumber daya alam.
Kegiatan penambangan pasir di Gampong Suak Bilie dari segi ekonomi,
menguntukan gampong. Keuntungan ekonomi yang diperoleh secara sepintas
tampak menguntungkan namun apabila dikaji lebih dalam dan dibandingkan
dengan kerugian lingkungan dalam rupiah maka tampak jelas bahwa tidak ada
keuntungan yang diperoleh. Dari keuntungan yang diperoleh pemerintah gampong
dari dana kontribusi penambangan galian C tersebut sepenuhnya tidak digunakan
semuanya untuk pembangunan sarana gampong akan tetapi dimasukan ke dalam
kas Gampong. Hal ini jelas bahwa sebagian kontribusi hasil penambangan pasir ini
mendapat keuntungan Gampong Suak Bilie, yaitu sebagai pendapatan Asli
Gampong (PAG) yang tidak dimiliki oleh gampong-gampong lain di Kecamatan
Suka Makmu.
50
50
4.3.2 Dampak Pertambangan Pasir (Galian C) terhadap pembangunan
Gampong Suak Bilie Kecamatan Suka
Kegiatan penambangan golongan C dalam hal ini pasir akan menjadikan
rusaknya lingkungan sehingga berpotensi menimbulkan bencana bagi Gampong
Suak Bilie dan bagi daerah lain yang berada di bawahnya. Kegiatan penambangan
pasir dengan laju erosi dan Tingkat Bahaya Erosi (TBE) tinggi membahayakan
menyebabkan sebagian tanah yang berada di sekitarnya, terutama yang berada di
bagian atas akan mengalami longsor. Hal seperti ini jelas sangat berbahaya dan
menimbulkan ketakutan pada pemilik tanah sekitar yang tanahnya belum digali,
seperti yang diungkapkan beberapa orang penjual tanah.
Eksploitasi lahan seperti penambangan bahan galian C yang merupakan
bidang usaha ekstraktif akan berpengaruh terhadap kondisi lingkungan fisik sekitar
daerah penambangan dan terhadap aspek sosial-ekonomi masyarakat. Gampong
Suak Bilie Kecamatan Suka Makmu Kabupaten Nagan Raya merupakan salah satu
lokasi penambangan bahan galian C yang merupakan proyek penambangan pasir
dan batu. Selain memiliki dampak terhadap lingkungan, penambangan galian C ini
juga memberikan dampak positif terhadap gampong yaitu kontribusi hasil
penambangan pasir digunakan untuk kepentingan gampong seperti pembangunan
sarana fisik dan sebagainya.
Sri Hestuningsih (dalam Kerta Yasa, 2010: h. 89) menyatakan bahwa
penambangan adalah penggalian ke bawah permukaan tanah untuk mengambil
bahan yang mempunyai arti ekonomi. Pertambangan dapat dilakukan di atas
permukaan bumi (tambang terbuka), maupun di bawah permukaan bumi (tambang
dalam) termasuk penggalian, pengerukan dan penyedotan dengan tujuan
51
51
pengambilan material galian seperti benda padat, cair dan gas yang ada di
dalamnya. Selain penambangan dikenal pula istilah penggalian.
Aktivitas pertambangan merupakan aktivitas pengerukan sumberdaya alam
tambang yang terdapat di dalam tanah. Aktivitas pertambangan ini pada
pelaksanaannya dapat menimbulkan dampak positif dan negatif pada aspek sosio-
ekonomi dan sosio-ekologi masyarakat desa. Tujuan dilakukannya penelitian ini
adalah untuk menjelaskan dampak aktivitas pertambangan pada aspek sosio-
ekonomi terhadap masyarakat lokal, dan menjelaskan dampak aktivitas
pertambangan pada aspek sosio-ekologi terhadap masyarakat lokal.
Akibat dari penambangan pasir yang dilakukan oleh sebagian masyarakat
Suak Bilie menyebabkan tanah di sepanjang pinggiran sungai menjadi longsor,
apabila musim hujan tiba akan terjadi banjir dan sungai meluap yang
mengakibatkan persawahan dan pemukiman penduduk tergenang karena semakin
melebarnya pinggiran sungai, jalan menuju pemukiman penduduk rusak akibat
truk-truk yang mengangkut pasir, oleh karena itu masyarakat yang bermukim di
sekitar daerah penambangan pasir merasa dirugikan dengan adanya kegiatan
tersebut.
Selain berdampak negatif terhadap lingkungan yaitu timbulnya banjir dan
sungai meluap, maka pengelolaan penambangan pasir yang dilakukan juga dapat
memberikan Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang lebih tinggi sehingga dapat
meningkatkan perekonomian dan pembangunan, serta terciptanya lapangan
pekerjaan bagi masyarakat lokal maupun masyarakat di luar lokasi penambangan.
Selain itu, karena pihak pengelola sebagai pihak yang memiliki modal berupa
teknologi yang tinggi diharapkan mampu mengelola sumberdaya mineral secara
52
52
baik dan efisien. Namun pada pelaksanaannya, pengelolaan sumberdaya mineral
oleh industri tidak selamanya berjalan seperti apa yang diharapkan.
Hal ini dikarenakan aktivitas pertambangan tersebut merupakan aktivitas
pengerukan terhadap sumberdaya alam yang terkandung di tempat terbuka maupun
bawah tanah, sedangkan pemanfaatan dengan penggunaan teknologinya seringkali
berlebihan dalam mengeruk sumberdaya mineral yang ada sehingga pengelolaan
sumberdaya alam tambang oleh industri pertambangan memberikan dampak
terhadap perubahan ekosistem lokal.
53
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai kontribusi
penambangan pasir (Galian C) terhadap pembangunan Gampong Suak Bilie
Kecamatan Suka Makmue Kabupaten Nagan Raya, maka penulis menyimpulkan
hasil penelitian ini sebagai berikut:
1. Penambangan pasir (Galian C) di Gampong Suak Bilie Kecamatan Suka
Makmue Kabupaten Nagan Raya memberikan manfaat bagi gampong
yaitu dari dana hasil penambangan Pasir digunakan untuk kepentingan
Gampong atau untuk pembangunan sarana fisik. Adanya penambangan
pasir dapat memberikan kontribusi terhadap pendapatan gampong yang
sepenuhnya digunakan untuk pembangunan sarana seperti jalan setapak,
draenase dan sebagainya. Oleh sebab itu penambangan pasir ini
merupakan pendapatan asli Gampong Suak Bilie.
2. Pertambangan pasir (Galian C) menimbulkan dampak dari sisi negatif
maupun positif terhadap gampong. Adapun dari sisi negatif adalah
rusaknya lingkungan seperti erosi dan rusaknya jalan gampong. Kemudian
dari sisi positif ialan tercipta lapangan kerja dan bermanfaat bagi gampong
karena penambangan pasir tersebut memberikan sumbangan untuk
gampong.
54
54
3.2 Saran
Dengan melihat uraian-uraian dalam hasil penelitian dan pembahasan serta
kesimpulan, penulis memberikan altenatif pemecahan berupa saran sebagai
berikut:
1. Hendaknya pemerintah setempat perlu mendampingi dan memberikan
arahan kepada para penambang pasir agar tidak menimbulkan dampak
terhadap masyarakat dan lingkungan hidup di Gampong Suak Bilie.
2. Kondisi infrastruktur yang rusak akibat kendaraan truk pengangkut
bahan tambang menjadi salah satu faktor penghambat berkembangnya
suatu gampong, sehingga diperlukan adanya kerjasama antara
pemerintah, masyarakat untuk melakukan perbaikan terhadap
infrastruktur yang ada.
3. Dalam pemanfaat galian C, harus ada dasar hukumnya. Untuk itu keuchik
diharapkan bersama tuha peut menerbitkan Qanun Gampong Tentang
Pendapatan Asli Gampong.
DAFTAR PUSTAKA
Ali Sulton. 2011. Dampak Aktivitas Pertambangan Bahan Galian Golongan C
Terhadap Kondisi Kehidupan Masyarakat Desa (Analisis Sosio-Ekonomi
dan Sosio-Ekologi Masyarakat Desa Cipinang, Kecamatan Rumpin,
Kabupaten Bogor, Jawa Barat). Skripsi. Departemen Sains Komunikasi
dan Pengembangan Masyarakat Fakultas Ekologi Manusia Institut Pertanian
Bogor. Bogor.
Egy valia. 2011. Pelaksanaan pungutan Pajak Bahan Galian Golongan C Dalam
Menunjang Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Solok Selatan. Skripsi
Fakultas Hukum Universitas Andalah. Padang.
Huberman, Michael dan Miles. 2007. Analisis Data Kualitatif. UI Pres. Jakarta.
Hasibuan. 2006. Hukum Tata Lingkungan. Gadjah Mada. University Press:
Yogyakarta.
Hertuningsih. 2010. Prinsip Dasar Kebijakan Pembangunan Berkelanjutan
Berwawasan Lingkungan. Jakarta: Bumi Aksara.
Iqbal, Hasan, 2002. Pokok-pokok Materi Metodologi Penelitian dan Aplikasinya,
Penerbit Ghalia Indonesia, Jakarta.
Juned, T. M. 2003. Menuju Revitalisasi Hukum dan Adat Aceh, Yayasan Rumpun
Bambu dan CSSP. Jakarta.
Kartasasmita, Ginanjar, 2001. Administrasi Pembangunan, LP3ES, Jakarta.
Michael, Todaro, 2007. Pembangunan ekonomi di dunia Ketiga, Erlangga,
Jakarta.
Midgley . 2005. Social Policy: Comparative Analysis, London: Prentice-Hall.
Moloeng, Lexy. J, 2002. Metode Penelitian Kualitatif, Remaja Rosdakarya,
Bandung.
M. Puteh, Jakfar. 2012. Sistem Sosial Budaya dan Adat Masyarakat Aceh.
Grafindo Litera Media. Jakarta.
Mubyarto. 2004. Strategi Pembangunan Desa. Penerbit Rajawali. Jakarta.
Moh, Nasir. 2005. Metode Penelitian. Penerbit Ghalia Indonesia. Bogor.
Noor, D. 2006. Geologi Lingkungan. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Ngadiran et al. 2002. Dampak Sosial Budaya Penambangan Emas di Kecamatan
Mandor Kabupaten Landak Provinsi Kalimantan Barat. Dalam
Sosiohumanika, Volume 15, No.1, Januari 2002, Hal. 135.
Rusdi Sufi, dkk, 2002, Adat Istiadat Masyarakat Aceh, Dinas Kebudayaan
Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam, Banda Aceh.
Salim, H.S. 2007. Hukum Pertambangan di Indonesia. Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada.
Suharto, Edi, 2007. Pembangunan, Kebijakan Sosial dan Pekerjaan Sosial:
Spektrum Pemikiran, Bandung: LSP-STKS.
Siagian, Sondang P, 2000. Administrasi Pembangunan, Gunung Agung, Jakarta
Sugiyono. 2007. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Alfabeta,
Bandung.
Rusdi Sufi, dkk, 2002. Adat Istiadat Masyarakat Aceh, Dinas Kebudayaan
Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam, Banda Aceh.
Rachman, Maman. 2000t. Strategi dan Langkah-langkah Penelitian. Semarang:
IIKIP Semarang Press.
Tjokroamidjojo, Bintoro, 2005. Manajemen Pembangunan, Gunung Agung,
Jakarta.
Surat Keputusan (SK) Menteri Perindustrian dan Perdagangan (Menperindag)
Nomor 146/MPP/4/1999 mengenai otonomi daerah.
http://www.acehnationalpost.com/opini/2393-gampong-sebagai-pendidikan
sosial.html. Diakses pada tanggal 25 Januari 2014