Upload
others
View
6
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
ANALISIS KOMPARASI EFISIENSI BANK SYARIAH DI ASEANDENGAN DATA ENVELOPMENT ANALYSIS
(Skripsi)
Oleh:
Ahmad Saprudin
JURUSAN EKONOMI PEMBANGUNANFAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS LAMPUNG2018
ABSTRAK
ANALISIS KOMPARASI EFISIENSI BANK SYARIAH DI ASEAN
DENGAN DATA ENVELOPMENT ANALYSIS (DEA)
Oleh
Ahmad Saprudin
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis Efisiensi Teknis Bank Syariah
di ASEAN. Periode penelitian dimulai dari tahun 2013 sampai tahun 2016 yang
melibatkan 21 bank syariah di 5 negara anggota ASEAN. Efisiensi teknis bank
syariah negara anggota ASEAN akan diukur menggunakan Data Envelopment
Analysis (DEA). Hasil penelitian metode Constant Return to Scale (CRTS) dan
Variable Return to Scale (VRTS) dalam DEA menunjukkan bahwa efisiensi bank
syariah negara anggota ASEAN belum semuanya memiliki efisiensi teknis
sempurna. Tingkat efisiensi bank syariah di negara anggota ASEAN memiliki
perbedaan pada metode CRTS dan VRTS.
Kata Kunci : Bank Syariah, Data Envelopment Analysis, Efisiensi Teknis.
ABSTRACT
ANALYSIS COMPARISON OF EFFICIENCY WITH ISLAMIC BANK IN
ASEAN BY DATA ENVELOPMENT ANALYSIS (DEA)
Ahmad Saprudin
The purpose of this research is to analyze the technical efficiency of Islamic
Banks in ASEAN. Research period is from 2013 until 2016 that
employs 21 Islamic banks in 5 ASEAN country. Technical efficiency of Islamic
bank in ASEAN will be measured by Data Envelopment Analysis (DEA). The
results of the Constant Return to Scale (CRTS) and Variable Return to Scale
(VRTS) methods by DEA show that efficiency of Islamic banks in ASEAN is not
all have perfect efficiency. The level of efficiency of Islamic banks in ASEAN
member countries has differences in the CRTS and VRTS methods.
Keywords: Data Envelopment Analysis, Islamic Bank, Technical Efficiency.
ANALISIS KOMPARASI EFISIENSI BANK SYARIAH DI ASEAN DENGANDATA ENVELOPMENT ANALYSIS
Oleh
AHMAD SAPRUDIN
SkripsiSebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar
SARJANA EKONOMI
PadaJurusan Ekonomi Pembangunan
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung
JURUSAN EKONOMI PEMBANGUNANFAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS LAMPUNG2018
RIWAYAT HIDUP
Penulis bernama Ahmad Saprudin lahir di Karawang pada tanggal 31 Desember
1996, merupakan anak sulung dari dua bersaudara dari pasangan Bapak Carmadi
dan Ibu Sumarni. Penulis memulai pendidikan di Sekolah Dasar yang ditempuh
penulis di SDN 1 Sampalan dan tamat pada tahun 2007. Kemudian penulis
melanjutkan pendidikannya di SMPN 2 Kutawaluya dan selesai pada tahun 2010.
Selanjutnya mulai tahun 2010 sampai 2014 penulis menempuh pendidikan di
SMAN 1 Rengasdengklok. Selama SMP dan SMA, penulis aktif dalam Organisasi
Siswa Intra Sekolah (OSIS), ekstrakulikuler bola basket dan pernah menjabat
sebagai Ketua OSIS SMAN 1 Rengasdengklok.
Pada tahun 2014, penulis diterima sebagai mahasiswa Ekonomi Pembangunan,
Fakultas Ekonomi dan Bisnis perguruan tinggi Universitas Lampung melalui jalur
Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN). Selama kuliah,
penulis aktif diorganisasi Himpunan Mahasiswa Ekonomi Pembangunan.
Selain kegiatan perkuliahan penulis pernah menjadi tutor pemateri Desain Grafis
yang diadakan oleh Himpunan Mahasiswa Ekonomi Pembangunan. Penulis juga
pernah menjadi Surveyor Konsumen yang diadakan oleh Bank Indonesia. Pada
tahun 2017, penulis mengikuti kegiatan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Desa Bina
karya II, Kecamatan Rumbia, Lampung Tengah. Selanjutnya penulis mengikuti
Kuliah Kunjungan Lapangan (KKL) kebeberapa institusi.
PERSEMBAHAN
Karya ini kupersembahkan kepada :
Orang tuaku yang sangat kusayangi, Bapak Carmadi, Bapak Binali Balcioglu dan
Ibu Sumarni yang selalu menyayangi, menghibur, memberikan semangat tiada
henti setiap kali aku mengalami kesulitan. Terima kasih untuk semua perjuangan
yang kalian berikan, untuk kesabaran, pengertian dan kepercayaan yang begitu
besar dalam mendukung semua pencapaianku.
Terima kasih kepada keluarga besar Kakek Awelim dan Nenek Ilut atas dukungan
dan semangat sedari kecil. Terima kasih juga kepada kakak tercinta Wati Antika
dan adik tersayang Nilay Balcioglu yang selalu menghibur, membatu dan
mendengarkan keluh kesahku.
Almamaterku tercinta, Jurusan Ekonomi Pembangunan, Fakultas Ekonomi dan
Bisnis, Universitas Lampung.
MOTTO
“Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai kesanggupannya."
(QS. Al-Baqarah: 286)
“Kalau kau biarkan kepalamu terlalu besar, itu akan mematahkan lehermu”
(Elvis Presley)
“Kau tak dapat meraih sesuatu dalam hidup tanpa pengorbanan sekecil apapun”
(Shakira)
“I once cried because I had no shoes to play football with my friends, but one day
I saw a man who had no feet, and I realized how rich I am”
(Zinedine zidane)
SANWACANA
Alhamdulillahirobbil’alamin, puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT.
Atas rahmat dan karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul
“Komparasi Efisiensi Bank Syariah di ASEAN dengan Data Envelopment
Analysis” sebagai salah satu syarat mencapai gelar Sarjana Ekonomi, Fakultas
Ekonomi dan Bisnis, Universitas Lampung.
Dalam proses penyelesaian skripsi, penulis mendapat bimbingan dan arahan dari
berbagai pihak. Sehingga pada kesempatan ini dengan kerendahan hati penulis
mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Prof. Dr. H.Satria Bangsawan, S.E, M.Si. selaku Dekan Fakultas
Ekonomi dan Bisnis, Universitas Lampung.
2. Bapak Dr. Nairobi, S.E., M.Si. selaku Ketua Jurusan Ekonomi Pembangunan
Fakulatas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung.
3. Ibu Emi Maimunah, S.E., M.Si. selaku Sekretaris Jurusan Ekonomi
Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas lampung.
4. Ibu Irma Febriana MK, S.E., M.Si. dan Ibu Emi Maimunah, S.E.,M.Si. selaku
Pembimbing yang telah meluangkan waktu untuk membimbing, memberikan
ilmu dan memberikan pengarahan serta saran dalam penyusunan skripsi
penulis
5. Ibu Nurbetty Herlina Sitorus, S.E., M.Si. selaku dosen penguji yang telah
memberikan saran dan nasehat yang bermanfaat bagi penulis.
6. Bapak Prayudha Ananta, S.E., M.Si. yang telah memberikan arahan dan
motivasi kepada penulis selama proses penyelesaian skripsi.
7. Bapak Dr. Toto Gunarto, S.E.,M.Si. selaku Pembimbing Akademik yang telah
memberikan nasehat yang bermaanfaat bagi penulis.
8. Seluruh Bapak Ibu dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis yang telah
membimbing dan memberikan ilmu yang bermanfaat bagi penulis selama
proses perkuliahan hingga selesai.
9. Orang tuaku tercinta, atas semua kasih sayang, doa dan perjuangannya serta
tiada henti memberikan semangat untukku.
10. Keluarga besar Mbah Awelin dan Mak Ilut terima kasih untuk semua doa dan
dukungan serta pertanyaan mengenai kapan wisuda, terima kasih juga kepada
om dan tante serta kakak-adik sepupu Mustofa Mamduh, Nurdin, Linda, Depi,
Lala untuk semua kebersamaan dan dukungannya.
11. Keluarga Bina Karya Putra, Mbok Silem, Pak Ro dan keluarga serta warga
Bina Karya Putra yang telah memberikan pengalaman berharga bagi penulis.
12. Alma Wulandari yang selalu mendengarkan keluhan, mendukung, menemani
dan membantu penulis selama proses penulisan skripsi.
13. Sahabat-sahabat tersayang, Ruly, Alfian , Andri, Agus, Anong, Afwan,
Madsky, Jafran, Vicky, Bung Arya, Ifan, Fitra, Manes, Aulia, Rahayu, Intan,
yang selalu mendengarkan curhat, mendukung dan menemani penulis selama
proses perkuliahan. Best friend always notice and remember each other in spite
of distance and life is never flat with you here.
14. Sahabat rasa keluarga ANF Crew Akeng, Dicky, Lugy, Kalis, Asep, Bang TJ,
Wiwin, Syifa, Anggia, Sri, Ari, Nenden, terima kasih selalu mendengarkan
curhat dan memotivasi penulis serta canda tawa selama bersama.
15. Teman-teman EP 2014 Brotherselon, Pandu, Malik, Fatchul, Dawami, Regis,
Agung, Benny, Halvis, Tio, Delia, Febrina, Enno, Ade, Sarah, Bellia, Nissa,
Annisa, Indah, Soraya, Lupita, Jeng Lara dan teman-teman EP lainnya yang
tidak dapat disebutkan satu persatu. Terima kasih atas dukungan selama proses
perkuliahan sampai selesai, serta kebersamaan dalam canda dan tawa.
16. Teman KKN, Juang, Ucok, Dewi, Heni, Cia dan Hendi. Terima kasih untuk
kebersamaan dalam menjalankan progja selama 40 hari.
17. Kakak tingkat EP angkatan 2013 serta adik-adik EP 2015, 2016 dan 2017 yang
tidak dapat disebutkan satu persatu namun terima kasih atas dukungannya.
18. Staf FEB dan EP yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi.
19. Semua pihak yang telah membantu demi terselesaikan skripsi yang tidak dapat
disebutkan satu persatu.
Akhir kata, semoga Allah SWT memberikan balasan terbaik atas segala bantuan
yang telah diberikan, dan semoga proposal penelitian ini bermanfaat bagi para
pembaca.
Bandar Lampung,
Penulis,
Ahmad Saprudin
i
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
I. PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
A. Latar Belakang....................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................. 6
C. Tujuan Penelitian ................................................................................... 6
D. Manfaat Penelitian ................................................................................. 7
II. TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................ 8
A. Tinjauan Teoritis ................................................................................... 8
1. Pengertian Bank Syariah ................................................................. 8
2. Tujuan Bank Syariah ....................................................................... 9
3. Kegiatan Usaha Bank Syariah ......................................................... 11
3.1 Penghimpunan Dana.................................................................. 11
3.2 Penyalur Dana ........................................................................... 13
4. Efisiensi ........................................................................................... 16
4.1 Konsep Efisiensi ........................................................................ 16
4.2 Pengukuran Efisiensi ................................................................. 19
4.3 Konsep Efisiensi Perbankan ...................................................... 20
4.4 Pengukuran Efisiensi Perbankan ............................................... 21
4.5 Hubungan Output dan Input dalam Pengukuran Efisiensi
Perbankan .................................................................................. 23
5. Data Envelopment Analysis ............................................................ 24
5.1 Konsep CRS dan VRS ............................................................... 28
ii
B. Tinjauan Empiris ................................................................................... 32
C. Kerangka Pemikiran .............................................................................. 35
D. Hipotesis ................................................................................................ 37
III. METODE PENELITIAN ....................................................................... 39
A. Jenis dan Sumber Data ......................................................................... 39
B. Populasi dan Teknik Pengambilan Sampel .......................................... 39
C. Definisi Operasional Variabel .............................................................. 41
1. Variabel Input ................................................................................... 41
2. Variabel Output ................................................................................ 42
D. Metode Analisis .................................................................................... 43
1. Data Envelopment Analysis ............................................................. 43
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................... 46
A. HASIL .................................................................................................. 46
1. Efisiensi Perbankan Syariah di Negara Anggota ASEAN .............. 46
1.1 Tingkat Efisiensi dengan Model CRTS ..................................... 46
1.2 Tingkat Efisiensi dengan Model VRTS..................................... 49
1.3 Rata-rata Tingkat Efisiensi Model CTRS Bank Syariah
Setiap Negara ASEAN .............................................................. 52
2. Perbedaan Tingkat Efisiensi Bank Srariah Setiap Negara
anggota ASEAN .............................................................................. 54
2.1 Karakteristik Efisiensi Bank Syariah di Negara anggota
ASEAN ..................................................................................... 56
B. PEMBAHASAN ................................................................................... 66
V. SIMPULAN DAN SARAN ..................................................................... 60
A. SIMPULAN.......................................................................................... 60
B. SARAN................................................................................................. 61
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
iii
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Tinjauan Empiris ........................................................................................... 32
2. Daftar Nama Bank Syariah di ASEAN ........................................................ 40
3. Variabel Penelitian, Simbol, Satuan Pengukuran, Sumber Data. ................. 43
4. Tingkat Efisiensi Teknis CRTS Bank Syariah di Negara Anggota
ASEAN ........................................................................................................ 47
5. Tingkat Efisiensi Teknis VRTS Bank Syariah di Negara Anggota
ASEAN. ....................................................................................................... 50
6. Karakteristik Efisiensi bank syariah model CRTS ....................................... 55
7. Karakteristik Efisiensi bank syariah model VRTS ....................................... 56
8. Rata-Rata Efisiensi Model CRTS Bank Syariah Anggota Negara
Anggota ASEAN ......................................................................................... 56
9. Rata-Rata Efisiensi Model VRTS Bank Syariah Anggota Negara
Anggota ASEAN ........................................................................................ 58
10. Potential Improvement Bank Syariah ASEAN .......................................... 59
iv
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Aset Perbankan Syariah di Asia ................................................................... 3
2. Share of South-Eastern Asia Gross Takaful Contributions by Country ...... 3
3. Perbedaan CRS dan VRS ............................................................................. 30
4. Kerangka Pemikiran ..................................................................................... 37
5. Rata-rata Tingkat Efisiensi Bank Syariah Negara Anggota ASEAN metode CRTS ............................................................................................... 54
6. Rata-rata Tingkat Efisiensi Bank Syariah Negara Anggota ASEAN
metode VRTS ............................................................................................... 55
v
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. Data Sekunder Sebelum Diolah (dalam mata uang masing-masing
negara) ........................................................................................................ L-1
2. Data Sekunder Sebelum Diolah (dalam USD) ........................................... L-5
3. Hasil Efisiensi DEAP Asumsi CRTS dan VRTS ....................................... L-9
4. Hasil DEAP Potential Improvement .......................................................... L-11
1
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kawasan Association of South East Asia Nations (ASEAN) termasuk wilayah yang
menjadi pusat perkembangan industri perbankan dan keuangan syariah di dunia.
Indonesia dan Malaysia merupakan dua negara di kawasan tersebut yang menjadi
penggerak berkembangnya industri perbankan dan keuangan syariah di kawasan
ASEAN. Dengan berkembangnya sistem perbankan dan keuangan syariah di kedua
negara tersebut, mendorong negara-negara lain di kawasan ASEAN untuk ikut
berpartisipasi dalam mengembangkan industri keuangan syariah.
Malaysia menjadi negara yang paling cepat dalam mengembangkan industri
tersebut dengan total pangsa pasar perbankan syariah yang sudah mencapai sekitar
26 persen dari keseluruhan aset perbankan nasional. Secara historis, Malaysia sudah
mengembangkan konsep keuangan syariah sejak tahun 1963 melalui pendirian
Tabung Haji Malaysia. Adanya undang-undang bank syariah (IBA 1983) menjadi
dasar berdirinya bank Islam Malaysia tahun 1983. Melalui kebijakan liberalisasi
sektor keuangan syariah dengan mengundang pihak asing untuk membuka bank
syariah di Malaysia menjadikan sistem perbankan syariah di negara tersebut
berkembang pesat. Kebijakan selanjutnya adalah memberikan peluang bagi bank
konvensional untuk menawarkan produk perbankan dan keuangan syariah melalui
skema subsidiari dan Islamic window, kebijakan ini berdasarkan UU BAFIA 1989.
2
UU IFSA 2013 merupakan UU terbaru yang mengatur tentang lembaga keuangan
syariah di Malaysia.
Selain Malaysia, Indonesia juga termasuk negara di kawasan ASEAN yang saat ini
semakin mengembangkan sistem perbankan dan keuangan syariahnya. Berbeda
dengan negara Malaysia yang menggunakan pendekatan state driven, industri
perbankan syariah di Indonesia lebih banyak digerakkan oleh masyarakat (market
driven). Dengan adanya perbedaan pada pendekatan yang digunakan oleh masing-
masing negara tersebut, menyebabkan hasil yang diperoleh pada kedua negara
tersebut memiliki perbedaan sehingga hasilnya juga berbeda. Perbankan syariah di
Indonesia saat ini memiliki pangsa pasar sekitar 5,44 persen dari keseluruhan
perbankan nasional. Perbankan syariah di Indonesia mengalami momentum
percepatan pertumbuhan semenjak disahkannya UU No. 21 Tahun 2008 tentang
perbankan syariah.
Negara yang berada di kawasan ASEAN selain kedua negara tersebut yang juga
mengalami perkembangan dalam perbankan syariahnya adalah negara Brunei
Darussalam, Singapura, Filipina dan Thailand. Brunei Darussalam termasuk negara
berpenduduk muslim yang cukup intens mengembangkan industri keuangan
syariah. Sedangkan negara Singapura, Filipina dan Thailand meskipun merupakan
negara yang memiliki penduduk minoritas muslim, negara tersebut juga turut ikut
serta untuk terus mengembangkan industri keuangan syariahnya. Bahkan negara
Filipina dan Thailand memiliki bank syariah yang secara khusus melayani
penduduk muslim di masing-masing negara tersebut.
Perbankan syariah di beberapa negara kawasan ASEAN mendominasi total aset
3
Malaysia
71%
Indonesia
11%
Bangladesh
9%
Pakistan
5%
Brunei
2%
Thailand
2%
Malaysia
Indonesia
Bangladesh
Pakistan
Brunei
Thailand
perbankan syariah, dalam Gambar 1 dapat dilihat sekitar 86 persen dari keseluruhan
aset perbankan syariah di Asia didominasi oleh perbankan syariah dikawasan
ASEAN, hal ini mengindikasikan bahwa perkembangan perbankan syariah di
beberapa negara kawasan ASEAN berkontribusi besar dalam pertumbuhan aset
perbankan syariah di Asia.
Sumber : Central Bank, CEIC, KFH, Research Limited (2013)
Gambar 1. Aset Perbankan Syariah di Asia
Asuransi perbankan syariah (takaful) merupakan salah satu produk perbankan
syariah yang menjadi salah satu indikator pertumbuhan perbankan syariah. Dalam
Gambar 2 menunjukkan bahwa Takaful di setiap negara anggota ASEAN pada
setiap tahunnya selalu mengalami peningkatan, berdasarkan data KFH Research
Ltd 2013 pasar takaful di ASEAN didominasi oleh Malaysia dengan total takaful
71 persen dari keseluruhan pasar takaful di ASEAN. Selama periode tahun 2007-
2012, industri takaful Malaysia mengalami Compound Annual Growth Rate
(CAGR) 18,09 persen. Takaful Malaysia selama periode tahun 2007 sampai 2012
terus mengalami peningkatan sebesar 18,09 persen dan dalam periode yang sama
takaful Indonesia juga mengalami peningkatan CAGR sebesar 51,3 persen.
4
Sumber : KFH Research Ltd (2013)
Gambar 2. Share of South-Eastern Asia Gross Takaful Contributions by Country
Perkembangan perbankan syariah yang semakin pesat menyebabkan terjadinya
persaingan dalam industri perbankan syariah. Maka dalam menghadapi situasi
tersebut, lembaga perbankan harus meningkatkan kinerjanya untuk dapat bertahan
serta menciptakan sebuah lembaga perbankan yang baik, sehat, dan stabil. Selain
itu, bank menjadi harus lebih berhati–hati dalam menjalankan fungsinya meskipun
perkembangan lembaga perbankan syariah berkembang sangat pesat bukan berarti
tidak ada resiko yang akan ditanggung oleh bank, karena keadaan ekonomi pada
suatu waktu dapat mengalami adanya perubahan.
Untuk menjaga dan meningkatkan kinerja perbankan syariah, maka perlu dilakukan
perbandingan pada tingkat efisiensi dalam industri perbankan syariah. Semakin
efisien kegiatan operasional perbankan syariah, maka hal tersebut akan
menguntungkan nasabah simpanan maupun kredit/pembiayaan karena bank akan
mampu memberikan tingkat pengembalian yang lebih bersaing dan bank akan
5
mampu untuk bertahan serta terus mengembangkan usahanya meskipun suasana
persaingan menjadi semakin ketat. Sebaliknya, bagi bank yang kegiatan operasional
perbankan syariahnya tidak efisien, persaingan yang semakin ketat seringkali
memaksa bank tersebut untuk keluar (exit) dari pasar karena tidak mampu bersaing
dengan kompetitornya, baik dari sisi harga, kualitas produk, maupun kualitas
pelayanan. Selain itu, jika bank mampu efisien dalam menjalankan kegiatan
operasionalnya, maka hal tersebut akan semakin menambah nilai dari bank tersebut
serta dapat meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap bank, yang mana
dengan kepercayaan itu bank akan dapat berkembang melalui tingkat keuntungan
yang semakin meningkat.
Suatu bank dapat dikatakan efisien ketika bank tersebut mampu untuk
menghasilkan output yang sama dengan bank lain, namun menggunakan input yang
lebih sedikit dibandingkan dengan input yang digunakan oleh bank lain tersebut,
atau menggunakan input yang sama dengan menghasilkan jumlah output yang
lebih besar. Efisiensi juga dapat diartikan sebagai rasio antara output dengan input.
Faktor penyebab efisiensi pada suatu bank, yaitu: 1. Apabila dengan input yang
sama dapat menghasilkan output yang lebih besar, 2. Input yang lebih kecil dapat
menghasilkan output yang sama, 3. Dengan input yang lebih besar dapat
menghasilkan output yang lebih besar lagi (Anshori, Abdul Ghofur: 2007).
Sedangkan menurut Rose (2002) efisiensi adalah efektifitas dimana bank dapat
mengendalikan biaya dan meningkatkan produktifitas karyawan.
Ada beberapa metode dalam mengukur efisiensi antara lain yaitu metode dengan
mengitung rasio keuangan, metode parametrik dengan Stochastic Frontier
Approach (SFA) dan non parametrik dengan Data Envelopment Analysis (DEA).
6
Menurut Hadad (2003) analisis efisiensi perbankan tepat bila menggunakan
evaluasi parametrik atau non-parametrik. Hal ini karena kemampuan kedua metode
tersebut memasukkan berbagai macam variabel input dan output. Selain itu,
perbedaan satuan variabel pun tidak menjadi masalah, karena hal tersebut
sebelumnya tidak dapat dilakukan oleh alat analisis yang lain. Dengan demikian,
alat analisis efisiensi parametrik dan non-parametrik lebih fleksibel dan dapat
mencakup variabel yang lebih luas dibandingkan dengan alat analisis yang lain.
Berdasarkan latar belakang di atas, penelitian terkait tingkat efisiensi sangatlah
penting untuk meningkatkan kinerja perbankan syariah, maka perlu dikaji secara
mendalam mengenai efisiensi perbankan syariah di berbagai negara anggota
ASEAN, serta membandingkan tingkat efisiensi perbankan syariah antar negara
anggota ASEAN. Dengan demikian, penulis tertarik untuk meneliti lebih jauh
tentang efisiensi perbankan syariah dengan judul penelitian “KOMPARASI
EFISIENSI BANK SYARIAH DI ASEAN DENGAN DATA ENVELOPMENT
ANALYSIS (DEA)”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang maka peneliti merumuskan masalah sebagai berikut :
1. Bagaimana tingkat efisiensi bank syariah di negara anggota ASEAN?
2. Apakah terdapat perbedaan tingkat efisiensi bank syariah yang signifikan di
negara anggota ASEAN?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan dengan rumusan masalah di atas maka tujuan penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui tingkat efisiensi bank syariah di negara anggota ASEAN.
7
2. Untuk membuktikan ada atau tidak perbedaan tingkat efisiensi bank syariah
yang signifikan di negara anggota ASEAN.
D. Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian analisis komparasi efisiensi bank syariah di ASEAN adalah
sebagai berikut :
1. Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung.
2. Penelitian ini sangat bermanfaat bagi penulis sebagai wadah untuk
mengaplikasikan ilmu yang telah diperoleh penulis selama proses perkuliahan.
3. Hasil penelitian ini diharapkan bisa menjadi bahan pertimbangan bagi bank
syariah untuk menjaga dan meningkatkan efisiensinya.
4. Dapat menjadi referensi untuk menjadi penelitian selanjutnya terutama bagi
peneliti yang tertarik pada topik efisiensi bank syariah.
8
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teoritis
1. Pengertian Bank Syariah
Secara umum, pengertian bank syariah (Islamic bank) adalah bank yang
pengoperasiannya disesuaikan dengan prinsip syariat Islam. Saat ini banyak istilah
yang diberikan untuk menyebut bank Islam, yakni bank tanpa bunga (interest-free
bank), bank tanpa riba (lariba bank), dan bank syariah (shari’a bank).
Perwata Atmadja dan Antonio (2006), memberikan dua definisi terhadap bank
syariah, yaitu bank yang beroperasi sesuai dengan prinsip-prinsip syariah Islam dan
bank yang tata cara beroperasinya mengacu pada ketentuan-ketentuan Al-Quran
dan Hadis. Maksud dari bank yang beroperasi sesuai dengan prinsip-prinsip Islam
adalah bank yang dalam operasinya mengikuti ketentuan-ketentuan syariah Islam
khususnya yang menyangkut tata cara bermuamalat secara Islam. Dalam tata cara
bermuamalat tersebut dijauhi praktek-praktek yang dikhawatirkan mengandung
unsur-unsur riba untuk diisi dengan kegiatan atas dasar bagi hasil dan pembiayaan
perdagangan.
Dapat disimpulkan bahwa bank Islam atau bank syariah adalah badan usaha yang
fungsinya sebagai penghimpun dana dari masyarakat dan penyalur dana kepada
masyarakat, yang sistem dan mekanisme kegiatan usahanya berdasarkan kepada
9
hukum Islam atau prinsip syariah sebagaimana yang diatur dalam Al-Quran dan
Hadis. Menurut Yusdani (2005) bank syariah menganut prinsip-prinsip sebagai
berikut:
a. Prinsip Keadilan
Prinsip ini tercermin dari penerapan imbalan atas dasar bagi hasil dan
pengambilan marjin keuntungan yang disepakati bersama antara bank dengan
nasabah.
b. Prinsip Kesederajatan
Bank syariah menempatkan nasabah penyimpan dana, nasabah pengguna dana,
maupun bank pada kedudukan yang sama dan sederajat. Hal ini tercermin dari
hak, kewajiban, risiko, dan keuntungan yang berimbang antara nasabah
penyimpan dana, nasabah pengguna dana maupun bank.
c. Prinsip Ketentraman
Produk-produk bank syariah telah sesuai dengan prinsip dan kaidah muamalah
Islam dengan tidak adanya unsur riba serta penerapan zakat harta, artinya
nasabah akan merasakan ketentraman lahir maupun batin.
2. Tujuan Bank Syariah
Tujuan perbankan syariah adalah menyediakan fasilitas keuangan dengan cara
mengupayakan instrumen-instrumen keuangan yang sesuai dengan ketentuan dan
norma syariah. Berbeda dengan bank konvensional, bank syariah tidak bertujuan
untuk memaksimalkan keuntungannya sebagaimana halnya sistem perbankan
berdasarkan bunga, namun tujuan bank syariah yaitu untuk memberikan
10
keuntungan sosial ekonomi bagi orang-orang muslim. (Kabir Hassan, Mervyn
Lewis: 2009).
Menurut Hari Sudarsono (2008) tujuan utama suatu bank dapat dijabarkan dalam
enam poin tujuan utama, yakni:
a. Mengarahkan kegiatan ekonomi umat untuk bermuamalat secara Islam,
khususnya muamalat yang berhubungan dengan perbankan, agar terhindar dari
praktek- praktek riba atau jenis- jenis usaha/perdagangan lain yang mengandung
unsur gharar (tipuan), dimana jenis usaha tersebut selain dilarang dalam Islam,
juga telah menimbulkan dampak negatif terhadap kehidupan ekonomi rakyat.
b. Untuk menciptakan suatu keadilan di bidang ekonomi dengan jalan meratakan
pendapatan melalui kegiatan investasi, agar tidak terjadi kesenjangan yang amat
besar antara pemilik modal dengan pihak yang membutuhkan dana.
c. Untuk meningkatkan kualitas hidup umat dengan jalan membuka peluang usaha
yang lebih besar terutama kelompok miskin, yang di arahkan kepada kegiatan
usaha yang produktif, menuju terciptanya kemandirian usaha.
d. Untuk menanggulangi masalah kemiskinan, yang pada umumnya merupakan
program utama dari negara-negara yang sedang berkembang.
e. Untuk menjaga stabilitas ekonomi dan moneter. Dengan aktivitas bank syariah
akan mampu menghindari pemanasan ekonomi yang diakibatkan adanya inflasi,
dan menghindari persaingan yang tidak sehat antara lembaga keuangan.
f. Untuk menyelamatkan ketergantungan umat Islam terhadap bank non-syariah.
11
3. Kegiatan Usaha Bank Syariah
3.1 Penghimpun Dana
Berdasarkan Fatwa Dewan Syariah Nasional (2012), terdapat dua prinsip
penghimpunan dana, yaitu:
a. Penghimpunan Dana dengan Prinsip Wadiah
Wadiah berarti titipan dari suatu pihak ke pihak lain, baik individu maupun
badan hukum yang harus dijaga dan dikembalikan oleh penerima titipan
kapanpun si penitip menghendaki. Wadiah dibagi menjadi dua, yaitu
Wadiah Yad Dhamanah dan Wadiah Yad Amanah.
1. Wadiah Yad Dhamanah
Wadiah Yad Dhamanah merupakan titipan selama belum dikembalikan
kepada penitip dapat dimanfaatkan oleh penerima titipan. Prinsip Wadiah
ini juga lazim digunakan pada kegiatan penghimpunan dana berupa giro
dan tabungan. Giro Wadiah adalah titipan pihak ketiga pada bank syariah
yang penarikannya dapat dilakukan setiap saat dengan
menggunakan,cek, bilyet giro, kartu ATM, sarana perintah pembayaran
lainnya, atau dengan cara pemindahbukuan.
2. Wadiah Yad Amanah
Wadiah Yad Amanah merupakan penerima titipan tidak boleh
memanfaatkan barang titipan tersebut sampai si penitip mengambil
kembali titipannya. Barang yang dititip adalah sesuatu yang berharga
yang dapat berupa uang, dokumen atau barang berharga lainnya. Dalam
akad ini, pada dasarnya pihak penerima titipan tidak diharuskan
12
bertanggung jawab jika sewaktu dalam penitipan terjadi kehilangan atau
kerusakan pada barang/aset titipan, selama hal ini bukan akibat dari
kelalaian atau kecerobohan yang bersangkutan dalam memelihara
barang/aset titipan. Biaya penitipan boleh dibebankan kepada pihak
penitip sebagai kompensasi atas tanggung jawab pemeliharaan.
b. Penghimpunan Dana dengan Prinsip Mudharabah
Mudharabah adalah perjanjian kerjasama antara pihak yang menyediakan
dana (shahibul maal) dan pihak yang bertanggung jawab atas pengelolaan
usaha (mudharib). Mudharabah terbagi menjadi tiga, yaitu mudharabah
muthlaqah, mudharabah muqayyadah, dan mudharabah musytarakah.
Mudharabah muthlaqah adalah salah satu jenis mudharabah yang memberi
kuasa kepada mudharib secara penuh untuk menjalankan usaha tanpa
batasan dalam menjalankan usaha tersebut. mudharabah muqayyadah
merupakan salah satu jenis mudharabah dimana pemilik dana memberi
batasan kepada pengelola dana berupa jenis usaha, tempat, pemasok,
maupun konsumen. Adapun mudharabah musytarakah merupakan bentuk
mudharabah dimana pengelola dana menyertakan modal atau dananya
dalam kerjasama invetasi.
Pola investasi terikat (mudharabah muqayyadah) dapat dilakukan dengan
cara channeling dan executing. Pola channeling adalah apabila risiko
ditanggung oleh pemilik dana dan bank sebagai agen tidak menanggung
risiko. Dana mudharabah yang disalurkan dalam pola ini disajikan dalam
laporan investasi terikat dan terpisah dalam neraca bank syariah. Pola
executing adalah apabila bank sebagai agen juga menanggung risiko.
13
3.2 Penyalur Dana
Dalam penyaluran dana oleh bank syariah, terdapat beberapa prinsip, yaitu
prinsip jual beli, prinsip investasi, dan prinsip sewa.
a. Prinsip Jual Beli
Pada prinsip jual beli, dapat digunakan tiga skema yang meliputi:
1. Jual Beli dengan Skema Murabahah
Jual beli dengan skema menyatakan harga perolehan dan keuntungan
yang telah disepakati oleh penjual dan pembeli. Skema ini digunakan
untuk nasabah yang hendak memiliki suatu barang namun tidak memiliki
uang pada saat pembelian. Pada skema ini, bank bertindak sebagai
penjual dan nasabah sebagai pembeli. Keuntungan bank dalam skema ini
adalah berupa marjin atau selisih antara harga jual barang dengan harga
pokok pembelian barang. Apabila barang telah diterima nasabah, barang
tersebut dapat dibayar tunai maupun cicilan.
2. Jual Beli dengan Skema Salam
Jual beli dengan skema ini merupakan jual beli yang pelunasannya
dilakukan terlebih dahulu oleh pembeli sebelum barang pesanan
diterima. Skema ini digunakan oleh bank kepada nasabah yang memiliki
cukup dana, sedangkan yang bersangkutan tidak memiliki bargaining
power dengan penjual dibandingkan sekiranya pembelian barang
dilakukan oleh bank. Dalam skema ini bank bertindak sebagai penjual
memperoleh keuntungan dari selisih harga jual ditunjukkan kepada
nasabah dengan harga pokok pembelian yang telah dikeluarkan oleh
14
bank. Hukum pembelian ini adalah boleh (jaiz). Dalam skema ini
pembeli melakukan pemesanan suatu barang dengan kriteria yang telah
disepakati dan melakukan pembayaran tunai pada saat akad
dilaksanakan.
3. Jual Beli dengan Skema Istishna'
Jual beli pada skema ini adalah jual beli yang didasarkan atas penugasan
yang ditunjukkan kepada penjual yang juga produsen untuk
menyediakan barang atau suatu produk sesuai dengan spesifikasi yang
disyaratkan pembeli dan menjualnya dengan harga yang disepakati.
Skema ini digunakan bank untuk nasabah yang memerlukan produk
konstruksi seperti bangunan, kapal, dan pesawat terbang yang belum jadi
dan memerlukan waktu cukup lama untuk menyelesaikannya. Dalam
skema ini, bank bertindak sebagai penjual dan nasabah sebagai pembeli.
Pembuatan produk dilakukan oleh pihak lain yaitu produsen sehingga
bank dapat melakukan kontrak akad istishna' dengan produsen untuk
membeli produk yang diinginkan oleh nasabah.
b. Prinsip Investasi
Dalam melakukan investasi, dapat dilakukan dengan skema mudharabah,
skema musyarakah, skema muzara'ah dan skema musaqah.
1. Investasi dengan Skema Mudharabah
Mudharabah merupakan akad kerjasama di bidang usaha baik antara
pemilik dana dan pengelola dana untuk dibuat sebuah usaha dan dikelola
baik laba dibagi atas dasar nisbah bagi hasil menurut kesepakatan baik
15
pihak pertama maupun pihak kedua.
2. Investasi dengan Skema Musyarakah
Investasi dengan skema ini adalah kerjasama investasi para pemilik
modal yang mencampurkan modal mereka pada suatu usaha tertentu
dengan pembagian keuntungan berdasarkan nisbah yang telah disepakati
sebelumnya, sedangkan apabila terjadi kerugian ditanggung oleh pemilik
modal berdasarkan porsi modal masing-masing.
3. Investasi dengan Skema Muzara'ah
Investasi dengan skema ini adalah kerjasama pengolahan pertanian
antara pemilik tanah dan penggarap di mana pemilik lahan memberikan
lahan pertanian yang ditunjukkan kepada si penggarap untuk ditanami
dan dipelihara dengan imbalan bagian (persentase) hasil panen.
4. Investasi dengan Skema Musaqah
Musaqah adalah bentuk yang lebih sederhana dari muzara'ah dimana si
penggarap lahan hanya bertanggung jawab atas penyiraman dan
pemeliharaan, sebagai imbalannya maka si penggarap berhak atas nisbah
tertentu dari hasil panen.
c. Prinsip Sewa
Sewa secara prinsip dapat dilakukan dengan dua skema, yaitu skema ijarah
dan ijarah munttahiya bittamlik.
1. Sewa dengan Skema Ijarah
Sewa dengan skema ini adalah transaksi sewa-menyewa antara pemilik
objek sewa dan penyewa untuk mendapatkan imbalan atas objek sewa
16
yang disewakan. Transaksi ini berlaku bagi nasabah yang hanya
menginginkan manfaat dari objek sewa yang disediakan oleh bank dan
tidak bermaksud untuk memilikinya. Akad sewa ini dapat digunakan
untuk keperluan sewa barang maupun sewa jasa. Beberapa bank syariah
menggunakan akad ijarah ini digunakan untuk membiayai kebutuhan
nasabah terhadap jasa pendidikan, kesehatan dan jasa lainnya yang
membutuhkan biaya.
2. Sewa dengan Skema Ijarah Munttahiya Bittamlik
Sewa dengan skema ini adalah transaksi sewa-menyewa antara pemilik
objek sewa dengan penyewa untuk mendapatkan imbalan atas objek
sewa yang disediakan dengan opsi perpindahan hak milik pada saat
tertentu sesuai dengan akad sewa.
4. Efisiensi
4.1 Konsep Efisiensi
Konsep efisiensi merupakan konsep yang mendasar dan lahir dari konsep
ekonomi. Meskipun demikian, konsep mengenai efisiensi dapat didefinisikan
dari berbagai sudut pandang dan latar belakang. Pada umumnya, efisiensi dapat
diarahkan kepada sebuah konsep tentang pencapaian suatu hasil dengan
penggunaan sumber daya secara optimal. Di dalam Karim (2006), dijelaskan
bahwa “Efficient is doing the things right”, yang berarti bahwa melakukan
segala hal dengan cara yang tepat untuk mendapatkan hasil yang optimal.
Menurut Necmi K Avkiran, efisiensi dapat didefinisikan sebagai “doing things
the right way”. Pengertian tersebut merupakan suatu pengertian yang sangat
17
mendasar mengenai konsep efisiensi. Namun, definisi yang lebih spesifik
mengartikan efisiensi sebagai “maximising a desired outcome with given
resources”. Definisi efisiensi yang biasa diketahui adalah rasio output terhadap
input. Konsep efisiensi diawali dari konsep teori ekonomi mikro, yaitu teori
produsen dan teori konsumen. Teori produsen menyebutkan bahwa produsen
cenderung memaksimumkan keuntungan dan meminimumkan biaya.
Sedangkan di sisi lain, teori konsumen menyebutkan bahwa konsumen
cenderung memaksimumkan utilitasnya atau tingkat kepuasannya (Indrawati,
2009).
Huri dan Indah (2004), menjelaskan bahwa efisiensi dapat didefinisikan
sebagai perbandingan antara keluaran (output) dengan masukan (input), atau
jumlah output yang dihasilkan dari satu input yang digunakan.
Menurut Kost dan Rosenwig (1979) dalam Lestari (2003), ada tiga faktor yang
memengaruhi efisiensi sebagai berikut :
a. Input yang sama menghasilkan output yang lebih besar.
b. Input yang lebih kecil menghasilkan output yang sama.
c. Input yang besar menghasilkan output yang lebih besar.
Faktor-faktor yang memengaruhi efisiensi suatu perusahaan menurut Adrian
(2009) ada empat faktor, yaitu :
a. Efisiensi karena arbitrase ekonomi.
b. Efisiensi karena ketepatan penilaian dasar aset-asetnya.
c. Efisiensi karena lembaga keuangan bank mampu mengantisipasi risiko yang
akan muncul.
18
d. Efisiensi karena berkaitan erat dengan mekanisme pembayaran yang
dilakukan oleh sebuah lembaga keuangan.
Di dalam teori ekonomi, ada dua konsep umum mengenai efisiensi, yakni
efisiensi yang ditinjau dari konsep ekonomi (economic concept) dan efisiensi
yang ditinjau dari konsep produksi (production concept). Efisiensi yang
ditinjau dengan konsep ekonomi mempunyai cakupan lebih luas yang ditinjau
dari segi makro, sementara efisiensi dari sudut pandang produksi ditinjau dari
sudut pandang mikro.
Efisiensi dalam konsep produksi terbatas melihat hubungan teknis dan
operasional dalam suatu proses produksi, yaitu konversi input menjadi output
(Walter 1995 & Lestari, 2009). Sedangkan efisiensi ekonomi melihat secara
luas pengalokasian sumber daya di dalam suatu perekonomian yang
mendatangkan kesejahteraan di dalam masyarakat (Sadono : 2008).
Menurut Arthur (2011), efisiensi dalam konsep ekonomi merujuk pada
sejumlah konsep yang terkait pada penggunaan, pemaksimalan serta
pemanfaatan seluruh sumber daya dalam proses produksi barang dan jasa.
Penggunaan sumber daya bisa dikatakan efisien apabila : 1. Seluruh sumber
daya yang tersedia sepenuhnya digunakan, 2. Corak penggunaannya sudah
sedemikian rupa sehingga tidak terdapat lagi corak penggunaan lain yang akan
memberikan tambahan kemakmuran bagi masyarakat/individu (Sadono:
2008).
Sementara itu, efisiensi di dalam konsep produksi cenderung menilai secara
teknis dan operasional, sehingga efisiensi di dalam konsep produksi umumnya
19
dilihat dari sudut pandang teknis dan biaya. Menurut Sukirno (2008), di dalam
proses produksi, efisiensi dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu efisiensi
produktif dan efisiensi alokatif.
a. Efisiensi produktif adalah menilai efisiensi di dalam tahapan produksi.
Penilaian efisiensi produktif dapat dilihat dari sisi biaya. Terdapat dua syarat
yang harus dipenuhi untuk mencapai efisiensi produktif. Pertama, untuk
setiap tingkat produksi biaya yang dikeluarkan adalah yang paling
minimum. Kedua, perusahaan atau industri secara keseluruhan harus
memproduksikan barang pada biaya rata-rata yang paling rendah.
b. Efisiensi alokatif adalah menilai efisiensi secara teknis di dalam proses
produksi, yaitu dari segi pengalokasian sumber daya tersebut ke berbagai
kegiatan ekonomi/produksi telah mencapai tingkat yang
maksimum/optimum.
4.2 Pengukuran Efisiensi
a. Pendekatan Teknis
Efisiensi teknis merupakan suatu ukuran yang membandingkan antara
keluaran (output) dan masukan (input), atau jumlah yang dihasilkan dari
sejumlah input yang digunakan (Suseno, 2008). Efisiensi merupakan
perbandingan antara output dan input yang berhubungan dengan
tercapainya output maksimum dengan sejumlah input tertentu, yang berarti
jika rasio output-input semakin besar, maka efisiensi akan semakin tinggi.
(Shone Ronald, 1981 dalam Komaryatin: 2006).
20
b. Pendekatan Biaya
Efisiensi dengan pendekatan biaya adalah mengukur sejauh mana biaya
yang dikeluarkan oleh suatu unit ekonomi atau perusahaan untuk
mendapatkan hasil (keluaran) tertentu yang diharapkan, sehingga dapat
dibuat perbandingan diantara kedua variabel tersebut. Dalam Sumarjono
(2004), efisiensi akan tercapai ketika pendapatan marjinal = biaya marjinal.
Kusnadi dkk (1999), menyatakan bahwa perusahaan akan mengalami
kondisi yang tidak efisien ketika biaya marjinal yang digunakan untuk
menambah hasil produksi sudah lebih besar dari pendapatan marjinalnya
(MC>MR) sehingga ketika memproduksi dengan tambahan biaya yang
semakin besar akan memperkecil keuntungan (laba perusahaan).
Di dalam kegiatan ekonomi, konsep efisiensi tertuju pada bagaimana
penciptaan barang dan jasa dengan menggunakan biaya yang paling rendah
yang mungkin dapat dicapai, serta mampu mengalokasikan sumber-sumber
ekonomi pada penggunaan yang paling bernilai (Taswan, 2006).
4.3 Konsep Efisiensi Perbankan
a. Teori Efisiensi Bank
Perbankan merupakan salah satu lembaga keuangan yang memiliki peranan
penting sehingga dituntut untuk memiliki kinerja yang baik, dan salah satu
indikatornya adalah tercapainya efisiensi pada suatu bank. Tingkat efisiensi
yang dicapai merupakan cerminan dari kualitas kinerja yang baik.
Kemampuan menghasilkan output yang maksimal dengan input yang ada,
merupakan ukuran kinerja yang diharapkan.
21
Menurut Hadad (2003), pada saat pengukuran efisiensi dilakukan, bank
dihadapkan pada kondisi bagaimana mendapatkan tingkat output yang
optimal dengan tingkat input yang ada, atau mendapatkan tingkat input yang
minimum dengan tingkat output tertentu. Aspek penting lainnya dalam
pencapaian efisiensi perbankan adalah melalui penurunan biaya (reducing
cost) dalam proses produksi. Menurut Mulyono (1999), efisiensi dalam
dunia perbankan mencakup penilaian efisiensi usaha dan efisiensi biaya.
Efisiensi usaha menilai bagaimana aktivitas yang dilaksanakan oleh sebuah
bank mampu menghasilkan target yang ingin dicapai, sedangkan efisiensi
biaya menilai seberapa besar pengeluaran biaya yang digunakan oleh
sebuah bank untuk melaksanakan aktivitas usahanya (Sulistyoningsih,
2006).
Berger dan Mester dalam Suseno (2008), memandang efisiensi perbankan
dapat dilihat dari dua sisi, yaitu dari sisi biaya (cost efficiency) dan dari sisi
keuntungan (profit efficiency). Dilihat dari sisi biaya (cost efficiency),
sebuah bank dinilai dengan membandingkannya dengan bank yang
memiliki biaya operasi terbaik (best practice bank’s cost) yang
menghasilkan output yang sama dan teknologi yang sama. Sementara dari
sisi keuntungan (profit efficiency), mengukur tingkat efisiensi dari suatu
bank dilihat dari kemampuan bank dalam menghasilkan laba/keuntungan
pada setiap unit input yang digunakan.
4.4 Pengukuran Efisiensi Perbankan
Ascarya dan Guruh (2008), menjelaskan bahwa pendekatan frontier lebih
22
superior karena penggunaan teknik program atau statistik yang menghilangkan
pengaruh dari perbedaan harga input dan faktor eksogen lainnya dalam
memengaruhi kinerja yang akan diobservasi. Pendekatan ini telah digunakan
secara lebih luas dalam analisis regulasi, yaitu untuk mengukur pengaruh dari
merger dan akuisisi, regulasi modal, deregulasi suku bunga deposito,
pergeseran restriksi geografis pada cabang dan holding dari perusahaan
akuisisi. Keuntungan yang paling utama dari pendekatan ini adalah dapat
mengukur secara objektif kuantitatif dengan menghilangkan pengaruh dari
harga pasar dan faktor eksogen lainnya yang memengaruhi kinerja yang akan
diobservasi.
Menurut Silkman (1986); Ario (2005) dalam Muharam dan Pusvitasari (2007),
terdapat dua jenis pendekatan frontier, yaitu: parametrik dan non-parametrik.
Pendekatan parametrik terdiri dari Stochastic Frontier Approach (SFA),
Distribution Free Approach (DFA) dan Thick Frontier Approach (TFA),
sedangkan non-parametrik meliputi Data Envelopment Analysis (DEA).
Pendekatan frontier dari suatu lembaga keuangan dapat diukur melalui kinerja
lembaga keuangan tersebut yang bersifat relatif terhadap perkiraan kinerja
yang ”terbaik” dari industri tersebut. Kondisi ini terjadi apabila semua lembaga
keuangan tersebut menghadapi kondisi pasar yang sama (P. W. Bauer, Berger
A. N. and Ferrier G. D., 1998). Hadad, Dhaniel dan Eugenia (2003),
menambahkan bahwa pendekatan parametrik dan non-parametrik pada intinya
akan memperoleh hasil yang relatif sama, apabila sampel yang dianalisis
merupakan unit yang sama dan menggunakan proses produksi yang sama.
Untuk mengukur efisiensi teknis perbankan pada penelitian ini digunakan data
23
envelopment analysis yang melibatkan variabel input dan output untuk
mengukur efisiensi teknis dengan menggunakan pendekatan intermediasi.
4.5 Hubungan Input dan Output dalam Pengukuran Efisiensi Bank
Menurut Hadad et.al. (2003), ada beberapa pendekatan yang dapat digunakan
untuk menjelaskan hubungan input dan output dari suatu institusi keuangan,
yaitu pendekatan produksi (production approach), pendekatan intermediasi
(intermediation approach), dan pendekatan aset (asset approach).
a. Pendekatan Produksi
Pendekatan ini melihat institusi finansial sebagai produsen dari rekening
tabungan dan kredit pinjaman. Pendekatan ini mendefinisikan output
sebagai penjumlahan dari rekening-rekening tersebut atau rekening terkait.
Sedangkan input dalam pendekatan ini dihitung dari jumlah tenaga kerja,
pengeluaran modal pada aktiva tetap dan material lainnya.
Pendekatan produksi melihat aktivitas bank sebagai sebuah produksi jasa
bagi para depositor dan peminjam kredit untuk mencapai tujuan yaitu
memproduksi output yang diinginkan dari seluruh faktor produksi seperti
tanah, tenaga kerja, dan modal sebagai input.
b. Pendekatan Intermediasi
Pendekatan ini melihat institusi keuangan sebagai perantara, institusi
keuangan ini mengubah dan mentransfer aset-aset keuangan, dari unit-unit
yang kelebihan dana ke unit-unit yang kekurangan dana. Output dalam
pendekatan ini diukur melalui kredit pinjaman dan investasi keuangan,
sedangkan input institusional adalah biaya tenaga kerja dan modal
24
pembayaran bunga pada deposit.
Pada dasarnya pendekatan intermediasi bersifat komplementer dengan
pendekatan produksi. Pendekatan intermediasi menerangkan aktivitas
perbankan sebagai pentransformasian uang yang dipinjamkan dari depositor
menjadi uang yang dipinjamkan kepada para debitor.
c. Pendekatan Aset
Pendekatan aset melihat fungsi primer sebuah institusi keuangan sebagai
pencipta kredit pinjaman. Efisiensi aset mengukur kemampuan perbankan
dan menanamkan dana dalam bentuk kredit, surat-surat berharga dan
alternatif lainnya sebagai output. Input diukur dari harga tenaga kerja, harga
dana dan harga fisik modal.
5. Data Envelopment Analysis
Data Envelopment Analysis (DEA) merupakan sebuah pendekatan non-
parametrik yang pada dasarnya merupakan teknik berbasis linier
programming. DEA bekerja dengan langkah mengidentifikasi unit-unit yang
akan dievaluasi, input serta output unit tersebut kemudian menghitung nilai
produktivitas dan mengidentifikasi unit mana yang tidak menggunakan input
secara efisien atau tidak menghasilkan output secara efektif. Produktivitas yang
diukur bersifat komparatif atau relatif karena hanya membandingkan antar unit
pengukuran dari satu set data yang sama. Dalam penelitian ini analisis DEA
ditunjukkan untuk mengukur efisiensi perbankan syariah (memfokuskan pada
identifikasi penambahan output yang diperlukan untuk mencapai kondisi DEA
dengan mempertahankan input yang dimiliki saat ini).
25
∑ 𝑢𝑟𝑘𝑦𝑟𝑘
𝑚
𝑟=1
∑ 𝑣𝑟𝑘𝑥𝑟𝑘
𝑛
𝑟=1
Menurut Cooper et al. (2002), suatu perusahaan dapat dikatakan efisien
apabila:
1. Menggunakan jumlah unit input yang lebih sedikit dibandingkan jumlah
unit input yang digunakan oleh perusahaan lain dengan menghasilkan
jumlah output yang sama.
2. Menggunakan jumlah unit input yang sama, tetapi dapat menghasilkan
jumlah output yang lebih besar.
Maksimisasi→ℎ𝑠 =
Dimana,
ℎ𝑠 : adalah efisiensi teknik obyek s.
𝑚 : adalah output obyek yang diamati.
𝑛 : adalah input obyek yang diamati.
𝑦𝑟𝑘: merupakan jumlah output 𝑟 yang diproduksi oleh obyek 𝑘.
𝑥𝑟𝑘: adalah jumlah input 𝑟 yang digunakan oleh obyek 𝑘.
𝑢𝑟𝑘: merupakan bobot output 𝑟 yang dihasilkan oleh obyek 𝑘.
𝑣𝑟𝑘: adalah bobot input 𝑟 yang diberikan oleh obyek 𝑘, dan 𝑟 dihitung dari 1
ke 𝑚 serta i hitung dari 1 ke 𝑛.
26
∑ 𝑢𝑟𝑗𝑌𝑟𝑗
𝑚
𝑟=1
∑ 𝑣𝑖𝑗𝑋𝑖𝑗
𝑛
𝑟=1
∑ 𝑢𝑖𝑘𝑌𝑖𝑘
𝑠
𝑟=1
Persamaan di atas menunjukkan adanya penggunaan satu variabel input dan
satu output. Rasio efisiensi (hs), kemudian dimaksimalkan dengan kendala
sebagai berikut (Talluri et al., 2000):
Kriteria non-negatif,
𝑈𝑟𝑘 ≥ 0; r = 1, …….,m
𝑉𝑟𝑘 ≥ 0; r = 1, …….,n
dimana, N menunjukkan jumlah obyek dalam sampel.
Pertidaksamaan pertama menunjukkan adanya efisiensi rasio untuk Unit
Kegiatan Ekonomi (UKE) lain yang tidak lebih dari 1, sementara
pertidaksamaan kedua berbobot positif. Angka rasio akan bervariasi antara 0
sampai dengan 1. Obyek dikatakan efisien apabila memiliki angka rasio
mendekati 1 atau 100 persen, sebaliknya jika mendekati 0 maka hal tersebut
menunjukkan efisiensi obyek yang semakin rendah.
Beberapa bagian program linier ditransformasikan kedalam program ordinary
linier secara primal sebagai berikut (Cooper et al., 2000; Talluri et al., 1997) :
Fungsi Tujuan:
(DEA) Maksimumkan hk =
27
[𝑝𝑘𝑗 ∑ 𝑢𝑟𝑘𝑦𝑟𝑘
𝑠
𝑟=1
− ∑ 𝑣𝑖𝑘𝑋𝑖𝑗𝑘 ≤ 0; 𝑗 = 1, … . . 𝑁
𝑚
𝑟=1
Efisiensi pada masing-masing input dihitung menggunakan programasi linier
dengan memaksimumkan jumlah output yang dibobot dari obyek k. Kendala
jumlah input yang dibobot harus sama dengan satu untuk obyek k, sedangkan
kendala untuk semua obyek, yaitu jumlah output yang dibobot dikurangi
jumlah input yang dibobot harus kurang atau sama dengan 0. Hal ini berarti
semua obyek akan berada dibawah referensi kinerja frontier yang merupakan
garis lurus yang memotong sumbu origin (Purwantoro, 2003).
Dalam DEA, efisiensi dinyatakan dalam rasio antara total input tertimbang.
Dimana setiap UKE diasumsikan bebas menentukan bobot untuk setiap
variabel-variabel input maupun variabel output yang ada, asalkan mampu
memenuhi dua kondisi yang disyaratkan yaitu (Cooper et al., 2000) :
a. Bobot tidak boleh negatif.
b. Bobot harus bersifat universal atau tidak menghasilkan indikator
efisiensi yang di atas normal atau lebih besar dari nilai 1 apabila dipakai
UKE yang lainnya.
Dalam rangka mencapai tingkat efisiensi yang maksimal, maka setiap UKE
cenderung memiliki pola untuk menetapkan bobot tinggi pada input yang
sedikit digunakan, dan pada output yang banyak dihasilkan. Dimana bobot
[𝑝𝑘𝑗 ∑ 𝑣𝑖𝑘𝑋𝑖𝑗𝑘 = 1 dimana
𝑚
𝑟=1
𝑢𝑟𝑘dan 𝑣𝑟𝑘 ≥ 0
28
.𝑢𝑘𝑣𝑖𝑚𝑎𝑥 ∑ 𝑢𝑘′𝑌𝑘0
𝑝
𝑘=1
yang dipilih tersebut tidak semata-mata menggambarkan suatu nilai ekonomis,
tetapi lebih merupakan suatu kuantitatif rencana untuk memaksimalkan
efisiensi UKE yang bersangkutan. Suatu UKE dikatakan efisien secara relatif
apabila nilai dualnya sama dengan 1 (nilai efisiensi = 100 persen). Sebaliknya
apabila nilai dualnya kurang dari 1, maka UKE bersangkutan dianggap tidak
efisien secara relatif (Bhat et al., 2003).
5.1 Konsep CRTS dan VRTS
Pendekatan DEA merupakan pendekatan non-parametrik. Oleh karena itu,
pendekatan ini tidak memerlukan asumsi awal dari fungsi produksi. Namun,
kelemahan DEA adalah bahwa pendekatan ini sangat sensitif terhadap
observasi ekstrem. Asumsi yang digunakan adalah tidak adanya random eror
dan deviasi dari frontier diindikasikan sebagai inefisiensi. Terdapat dua model
yang digunakan dalam pendekatan efisiensi, yaitu CCR (1978) dan BCC
(1984).
a. Constant Return to Scale (CRTS)
Model CRTS dikembangkan oleh Charnes, Cooper, dan Rhodes (model
CCR) pada tahun 1978. Model ini mengasumsikan bahwa rasio
penambahan input dan output adalah sama, artinya jika ada tambahan input
sebesar x maka output akan meningkat sebesar x kali juga. Asumsi lain yang
digunakan dalam model ini adalah bahwa setiap unit pembuat keputusan
(UPK) beroperasi pada skala yang optimal. Rumus dari constant return to
scale , yaitu:
29
𝑠. 𝑡. ∑ 𝑣𝑖′𝑥𝑖0 = 1
𝑚
𝑖=1
.𝑢𝑘𝑣𝑖
𝑚𝑎𝑥 ∑ 𝜇𝑘′𝛾𝑘0𝑝𝑘=1 − 𝑠. 𝑡. ∑ 𝑣𝑖′𝑥𝑖0 ≤𝑚
𝑖=1 0 𝑗 = 1, … , 𝑛
𝜇𝑘 ≥ 𝜀, 𝑣𝑖 ≥ 𝜀 𝑘 = 1, … , 𝑝
𝑖 = 1, … , 𝑚
Dimana maksimisasi di atas merupakan efisiensi teknis (CCR), xij adalah
banyaknya input tipe ke-i dari UPK ke-j dan ykj adalah jumlah output tipe
ke-k dari UPK ke-j. Nilai efisiensi selalu kurang dari atau sama dengan 1.
UPK yang nilai efisiensinya kurang dari 1, maka dapat dinyatakan bahwa
UPK tersebut adalah inefisiensi. Sedangkan UPK yang nilai efisiensinya
sama dengan 1, berarti UPK tersebut adalah efisien.
b. Variable Return to Scale (VRTS)
Variabel ini dikembangkan oleh Banker, Charnes, dan Cooper (BCC) pada
tahun 1984 dan merupakan pengembangan dari model CCR. Model ini
beranggapan bahwa perusahaan tidak atau belum beroperasi pada skala
yang optimal. Asumsi pada model ini adalah bahwa rasio antara
penambahan input dan output tidak sama. Artinya penambahan input
sebesar x kali tidak akan menyebabkan output meningkat sebesar x kali,
hasilnya bisa lebih kecil atau lebih besar dari x kali. Rumus VRTS dapat
dituliskan dengan program matematika sebagai berikut:
𝑠. 𝑡. ∑ 𝑣𝑖′𝑥𝑖0 = 1
𝑚
𝑖=1
30
∑ 𝜇𝑘′𝛾𝑘0𝑝𝑘=1 − ∑ 𝑣𝑖′𝑥𝑖0 − 𝜇0 ≤𝑚
𝑖=1 0 𝑗 = 1, … , 𝑛
𝜇𝑘 ≥ 𝜀, 𝑣𝑖 ≥ 𝜀 𝑘 = 1, … , 𝑝
𝜇𝑘 ≥ 𝜀, 𝑣𝑖 ≥ 𝜀 𝑖 = 1, … , 𝑚
Maksimisasi di atas merupakan efisiensi teknis (BCC), xij adalah
banyaknya input tipe ke-i dari UPK ke-j dan ykj adalah jumlah output tipe
ke-r dari UPK ke-j. Nilai efisiensi selalu kurang dari atau sama dengan 1.
UPK yang nilai efisiensinya kurang dari 1 berarti UPK tersebut inefisiensi,
sedangkan UPK yang nilai efisiensinya sama dengan 1 berarti UPK tersebut
efisiensi.
Selain dua model yang dijelaskan di atas, beberapa studi telah membuat
dekomposisi skor Technical Efficiency (TE) dari CRTS menjadi dua
komponen, yaitu: mengacu pada skala efisiensi dan mengacu pada pure
technical efficiency. Perolehan ini dapat dilakukan dengan menghitung
CRTS dan VRTS terhadap suatu data yang sama. Perbedaan antara CRTS,
VRTS dan skala efisiensi dapat diilustrasikan pada gambar di bawah ini:
Sumber: Ceolli, et.al. (2005).
Gambar 3. Perbedaan CRTS dan VRTS.
VRS Frontier
CRTS Frontier y
E F
B
D G
X
31
Garis tengah lurus adalah CRTS, yakni menggambarkan kinerja efisiensi
suatu Decision Making Unit (DMU) yang telah mencapai efisiensi optimal.
Sedangkan garis melengkung adalah garis VRTS yang menjelaskan tentang
efisiensi teknis DMU dengan DMU lainnya. Titik D dan E menunjukkan
bahwa DMU yang telah mencapai efisiensi teknis, namun belum bekerja
secara optimal. Untuk itu suatu perusahaan pada titik D dan E harus
meningkatkan efisiensi skalanya pada titik F dan lebih baik lagi apabila
telah mencapai di titik B, yakni efisiensi secara overall technical.
c. Efisiensi Skala (Scale Efficiency)
Pada umumnya suatu bisnis atau Unit Pengambil Keputusan (UPK) seperti
bank memiliki karakteristik yang sama. Namun, biasanya tiap bank
bervariasi dalam ukuran dan tingkat produksinya. Hal ini mengisyaratkan
bahwa ukuran bank memiliki peranan penting dalam menentukan ukuran
efisiensi atau inefisiensi relatifnya. Model CCR mencerminkan (perkalian)
efisiensi teknis dan efisiensi skala, sedangkan model BBC mencerminkan
efisiensi teknis saja, sedangkan efisiensi skala relatif adalah rasio dari
efisiensi model CCR dan model BCC.
𝑆𝑘=𝑞𝑘,𝐶𝐶𝑅/𝑞𝑘,𝐵𝐶𝐶
Jika nilai S=1 berarti UPK tersebut beroperasi pada ukuran efisiensi skala
terbaik. Jika nilai S kurang dari satu (S<1) berarti masih ada inefisiensi skala
pada UPK tersebut. Sehingga, nilai (1-S) menunjukkan tingkat inefisiensi
skala dari UPK tersebut. Jadi, model CCR dengan UPK yang efisien berarti
memiliki skala yang efisien juga. Sedangkan, UPK yang efisien dengan
32
model BCC tapi tidak efisien dengan model CCR berarti memiliki
inefisiensi skala. Hal ini karena UPK tersebut efisien secara teknis, dan
inefisiensi yang ada adalah berasal dari skala.
B. Tinjauan Empiris
Tabel 1. Tinjauan Empiris
No Peneliti/ Judul
Penelitian
Alat
Analisis/Variabel
Hasil
1. Ismail Yildrim (2015)
Financial Eficiency
Analysis in Islamic
Bank: Turkey and
Malaysia
Regretion Analysis
and Data
Envelopmet
Analysis (DEA)
Variable Input:
Total Assets
Total Equities
Variable Output:
Total Deposits
Net profit/Loss
Studi ini membandingkan
efisiensi bank syariah yang
beroperasi di Turki dan
Malaysia.
Hampir setengah dari bank
syariah yang beroperasi di
Malaysia memiliki
efisiensi teknis. Tahun
yang paling efisien bagi
bank-bank Islam Turki
adalah 2014. Tahun 2013
adalah efisiensi teknis
tertinggi (CCR) untuk
bank-bank Islam yang
beroperasi di Turki dan
Malaysia, sementara, 2011
melihat tingkat efisiensi
teknis terendah
2 Hikmah Maulidiyah
(2016)
Membandingkan
Efisiensi Bank Syariah
di Indonesia dan
Malaysia dengan
Metode Data
Envelomet Analysis
(DEA)
Data envelopment
analysis
Variabel Input:
Total Simpanan
Aset Tetap
Biaya Tenaga
Kerja
Variabel Output
Total Pembiayaan
Laba Operasional
Bank Umum Syariah di
Indonesia memiliki tingkat
efisiensi dengan
pendekatan intermediasi
dengan asumsi CRTS dan
Scale Efficiency yang
relatif lebih rendah namun
memiliki tingkat efisiensi
dengan asumsi VRTS
yang relatif lebih tinggi
bila dibandingkan dengan
bank Islam di Malaysia.
33
No Peneliti/ Judul
Penelitian
Alat
Analisis/Variabel
Hasil
Hal ini menunjukkan
bahwa sumber inefisiensi
pada Bank Umum Syariah
di Indonesia bukan
dikarenakan oleh
pengelolaan inputnya.
3 Hesti Kustanti*,
Astiwi Indriani (2016)
Analisis
Perbandingan
Efisiensi Bank Umum
Syariah (BUK) dan
Unit Usaha Syariah
(UUS) engan Metode
Stochastic Frontier
Analysis (SFA)
Periode 2010 – 2014
Parametrik
Stochastic
Frontier Approach
(SFA)
Variabel Output :
Pembiayaan
Variabel Input
Total aset
Biaya tenaga kerja
Biaya operasional
Hasil perhitungan tingkat
efisiensi
menggunakan metode
Stochastic Frontier
Analysis dengan fungsi
produksi menunjukkan
bahwa BUS dan UUS
selalu mengalami
peningkatan efisiensi
setiap tahun dengan rata-
rata tingkat efisiensi pada
BUS adalah 0.43994,
sedangkan rata-rata tingkat
efisiensi UUS sedikit lebih
tinggi yaitu 0.47654. Hal
ini menunjukkan bahwa
UUS sedikit lebih optimal
dalam menghasilkan total
pembiayaan pada periode
2010-2014.
4 Zainal Abidin (2007)
Kinerja efisiensi pada
Bank Umum dengan
DEA Multi Stage
Data Envelopment
Analysis (DEA)
Multi Stage
Secara rata-rata tingkat
efisiensi 93 bank umum
mengalami peningkatan
dari menjadi akhir tahun
2003 dan mengalami
penurunan pada tahun
2004 dan 2005 yaitu
sebesar 0.782 dan 0.736
5 Asma Nurul Aini
(2014)
Analisis
Perbandingan
Efisiensi Bank Umum
Data Envelopment
Analysis (DEA)
Variabrel Output
Total kredit
Berdasarkan perhitungan
dengan menggunakan
program DEAP yaitu pada
3 bank umum onvensional
( BNI, BTN, dan BRI )
dan 3 bank umum syariah
34
No Peneliti/ Judul
Penelitian
Alat
Analisis/Variabel
Hasil
Konvensional Dan
Bank Umum Syariah
Dengan Metode Data
envelopment analysis
(DEA) (Periode 2008
– 2012)
Variabel Input
Simpanan
Aset
Biaya tenaga kerja
( Bank Muamalat, Bank
Mega Syariah, dan Bank
Syariah Mandiri ) masing-
masing terdapat 2 bank
yang dalam kurun waktu
2008-2012 sudah termasuk
efisien yaitu Bank BTN,
Bank BRI, Bank
Muamalat, dan Bank Mega
Syariah.
6 Ascarya dan Diana
Yumanita (2008)
Comparing The
Efficiency of
Islamic Banks in
Malaysia and
Indonesia
Data
Envelopment
Analysis (DEA)
Variable Input:
Deposits
Labor
Variable Output:
Assets
Financing
Income
Bank Islam di Indonesia
mengalami peningkatan
efisiensi yang jauh lebih
besar dibandingkan
dengan bank Islam di
Malaysia selama periode
2002-2005.
7 Arif
Rahman Hakim
(2009)
Analisis
Perbandingan Tingkat
Efisiensi pada Bank
Asing dan Persero di
Indonesia Periode
2005-2008
Stochastic Frontier
Analysis
(SFA)Variabel
Variabel Output:
Sinpanan
Beban operasional
lain
Variabel Input:
Kredit
Pendapatan
antara simpanan dengan
aktiva maupun aktiva
dengan aktiva lebihbesar
dari pada bank persero.
Kredit dibagi aktiva lebih
besar bank persero dari
pada bank asing, dan
pendapatan operasional
lainya dibanding dengan
aktiva pada bank asing
lebih besar dari pada pada
bank persero
Bank persero lebih efisien
dari pada bank asing.
Tidak terdapat perbedaan
yang signifikan antara
efisiensi bank
konvensioanal dengan
bank syariah.
35
No Peneliti/ Judul
Penelitian
Alat
Analisis/Variabel
Hasil
8 Hamim Akhmad
Mokhtar, dkk (2006)
Efficiency and
Competition
of Islamic Bank in
Malaysia
Data
Envelopment
Analysis (DEA)
Variabel Output:
Total Sinpanan
Biaya overhead
Variabel Input
Aktifa produktif
Dalam periode
pengamatan periode 1997-
2003 rata-rata efisiensi
bank syariah di Malaysia
secara menyeluruh
Mengalami peningkatan.
Dalam studi ini
mengungkapkan bahwa
bank umum syariah lebih
efisien daripada bank
konvensional yang
membuka layanan unit
usaha syariah.
9 Emi Maimunah
(2012)
Determinan Efisiensi
Teknis Pada Keripik
Pisang Di Kota
Bandar Lampung
Data envelopment
analysis (DEA)
Regresi OLS
Variabel :
Value Added,
modal, Tenaga
Kerja, Bahan Baku,
Umur Usaha, Rata-
rata Upah,
Lingkungan Usaha,
Tingkat efiensi teknis
pada industri keripik
pisang di Kota Bandar
Lampung masih relatif
rendah.
Variabel yang berpengaruh
secara positif terhadap
efisiensi teknis baik
dengan menggunakan
metode CRTS maupun
VRTS adalah variabel
umur usaha, rata-rata upah
karyawan sedangkan
variabel lingkungan tidak
berpengaruh baik metode
CRTS dan VRTS.
C. Kerangka Pemikiran
Perbankan berperan penting dalam kegiatan ekonomi suatu negara. Karena
kemampuan sistem bank untuk melaksanakan peranannya yaitu menentukan
perekonomian yang efisien dan efektif. Masalah terkait efisiensi harus mendapat
perhatian serius terutama oleh pengelola bank syariah dalam rangka mendorong
36
pengembangan industri perbankan syariah agar dapat menghasilkan kinerja yang
baik, mempunyai daya saing yang tinggi dalam industri perbankan nasional, dan
dapat memperluas pangsa pasarnya.
Pada awalnya evaluasi kinerja efisiensi bank diukur menggunakan rasio keuangan
seperti rasio BOPO, ROE, ROA dan lain-lain. Akan tetapi, menurut beberapa pakar
penilaian kinerja efisiensi tidak bisa dilakukan secara parsial tetapi harus secara
keseluruhan dengan memperhitungkan semua output dan input yang ada (Oral dan
Yolalan, 1992 ; Zaenal Abidin dkk 2008). Oleh karena itu, penelitian ini melihat
indikator dari sisi lain dalam mengukur efisiensi perbankan. Dimulai dengan
menentukan variabel output dan input pada bank syariah dengan sampel dari tahun
2013 sampai dengan tahun 2016. Maka didapat output dan input melalui
pertimbangan menggunakan pendekatan intermediasi, karena pendekatan
intermediasi dinilai lebih tepat dalam mengevaluasi kinerja efisiensi suatu bank.
Variabel input terdiri dari dana pihak ketiga (total simpanan), biaya personalia, dan
aset tetap. Sedangkan variabel output terdiri dari total pembiayaan dan pendapatan
operasional.
Penelitian ini mengukur efisiensi suatu bank dengan menggunakan Data
Envelopment Analysis (DEA). Dengan dilakukannya pengukuran dengan
menggunakan metode tersebut, akan diketahui efisien atau tidaknya suatu bank
sehingga dapat dijadikan acuan untuk meningkatkan kualitas kinerja pada suatu
bank. Setelah melakukan pengujian menggunakan metode efisiensi tersebut, maka
akan didapatkan nilai efisiensi suatu bank.
37
Adaptasi dari Ika Yulitika 2015
Gambar 4. Kerangka Pemikiran
D. Hipotesis
Berdasarkan rumusan masalah dan tujuan, maka dapat diperoleh hipotesis sebagai
berikut:
1. Diduga tingkat efisiensi bank syariah di negara anggota ASEAN adalah perfect
efficienct atau sama dengan satu..
Variabel Input
1. Dana Pihak Ketiga
(total simpanan)
2. Biaya Personalia
3. Aset Tetap
Variabel Output
1. Total Pembiayaan
2. Pendapatan
Operasional
Pengukuran Efisiensi dengan Metode Data
Envelopment Analysis (DEA)
dengan pendekatan intermediasi
Perbedaan Tingkat
Efisiensi Bank
Syariah Negara
ASEAN
Tingkat Efisiensi
Bank Syariah Negara
ASEAN
38
2. Diduga terdapat perbedaan antara nilai efisiensi teknis bank syariah Indonesia
dengan rata-rata bank syariah negara anggota ASEAN.
39
III. METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder. Data
sekunder yang digunakan dalam penelitian ini adalah data runtun waktu atau data
berkala dalam rentang waktu tertentu (time series) yang melibatkan beberapa bank
syariah untuk dijadikan sampel penelitian.
Sumber data berasal dari laporan keuangan masing-masing bank syariah di negara
anggota ASEAN yang diambil dari situs resmi masing-masing bank syariah yang
dijadikan sampel penelitian pada periode tahun 2013-2016 dengan menggunakan
data tahunan.
B. Populasi dan Teknik Pengambilan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah bank umum syariah (full-fladged Islamic
Bank) dari tiap negara yang merupakan anggota ASEAN.
Metode pengambilan sampel merupakan nonprobability sampling yaitu tipe
purposive sampling dimana pengambilan data sampel penelitian dipilih
berdasarkan kriteria sebagai berikut :
1. Hanya golongan bank umum syariah (full-fladged Islamic Bank) yang beroperasi
di negara anggota ASEAN periode tahun 2013-2016.
40
2. Tidak memiliki nilai atau bobot negatif pada variabel input maupun output di
dalam laporan keuangan (syarat analisis efisiensi dengan metode DEA)
3. Menyajikan laporan keuangan yang lengkap pada periode pengamatan 2013-
2016.
Berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan, didapat sebanyak 21 bank syariah dari
5 negara aggota ASEAN yang sesuai dengan kriteria tersebut dan dapat dijadikan
sampel pada penelitian ini. Sampel penelitian tersebut dapat dilihat pada tabel 2
berikut ini:
Tabel 2. Daftar Nama Bank Syariah di ASEAN
No. Kode Nama Bank Negara
1 BMI Bank Muamalat Indonesia Indonesia
2 BSM Bank Syariah Mandiri Indonesia
3 BMS Bank Syariah Mega Indonesia Indonesia
4 BRIS Bank BRI Syariah Indonesia
5 BSB Bank Syariah Bukopin Indonesia
6 BPS Bank Panin Syariah Indonesia
7 BJBS Bank Jabar Banten Syariah Indonesia
8 BCAS BCA Syariah Indonesia
9 BNIS BNI Syariah Indonesia
10 MSI Maybank Syariah Indonesia Indonesia
11 BIM Bank Islam Malaysia Berhad Malaysia
12 BMM Bank Muamalat Malaysia Berhad Malaysia
13 HLIB Hong Leong Islamic Bank Berhad Malaysia
14 AFB Affin Islamic Bank Berhad Malaysia
15 ARB Al Rajhi Banking & Investment Corporation
(Malaysia) Berhad
Malaysia
16 ALIB Alliance Islamic Bank Berhad Malaysia
17 AMIB Am Bank Islamic Berhad Malaysia
18 OAM OCBC Al-Amin Bank Berhad Malaysia
19 BIBD Bank Islam Brunei Darussalam Brunei Darussalam
20 IBT Islamic Bank of Thailand Thailand
21 AIB Al-Amanah Islamic Bank Philipina
Sumber: Situs Resmi Bank Sentral Tiap Negara
41
C. Definisi Operasional Variabel
1. Variabel Input
Variabel input dalam penelitian ini terdiri dari :
a. Aset Tetap
Aset tetap yang digunakan dalam penelitian ini merupakan keseluruhan dari total
aset tetap. Aset tetap bank merupakan aset bank dengan masa pakai di atas satu
tahun yang berarti tidak untuk dijual, akan tetapi digunakan untuk menunjang
kegiatan operasional bank, antara lain berupa tanah, gedung dan peralatan yang
dimiliki ataupun disewa. Data diperoleh dari laporan keuangan masing-masing
bank yang diakses melalui situs resmi bank dan disamakan nilai mata uangnya
terhadap USD.
b. Dana Pihak Ketiga
Berdasarkan pada UU No. 10 Tahun 1998 tentang perbankan, mendefinisikan
dana pihak ketiga atau simpanan adalah dana yang dipercayakan oleh
masyarakat kepada bank berdasarkan perjanjian penyimpanan dana dalam
bentuk giro, deposito, sertifikat deposito, tabungan dan atau bentuk lainnya yang
dipersamakan dengan itu. Data diperoleh dari laporan keuangan masing-masing
bank yang diakses melalui situs resmi bank dan disamakan nilai mata uangnya
terhadap USD.
c. Beban Personalia
Menurut UU No. 13 Tahun 2003 tentang ketenagakerjaan, yang dimaksud
tenaga kerja adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna
menghasilkan barang dan atau jasa, baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri
42
maupun masyarakat. Biaya tenaga kerja atau beban personalia adalah biaya yang
dikeluarkan untuk seluruh aktivitas tenaga kerja yang dipekerjakan perusahaan.
Data diperoleh dari laporan keuangan masing-masing bank yang diakses melalui
situs resmi bank dan disamakan nilai mata uangnya terhadap USD.
2. Variabel Output
a. Total Pembiayaan
Menurut Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 pembiayaan adalah penyediaan
uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan
atau kesepakatan antara bank yang dibiayai untuk mengembalikan uang atau
tagihan tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan atau bagi hasil.
Menurut M. Syafii Antonio (2001), pembiayaan adalah pemberian fasilitas
penyediaan dana untuk memenuhi kebutuhan pihak-pihak yang merupakan
defisit unit. Data diperoleh dari laporan keuangan masing-masing bank yang
diakses melalui situs resmi bank dan disamakan nilai mata uangnya terhadap
USD.
b. Pendapatan Operasional
Pendapatan operasional adalah arus masuk sumber daya ke dalam suatu
perusahaan dalam suatu periode penjualan barang atau jasa, dimana sumber daya
pada umumnya dalam bentuk kas, wesel tagih, atau piutang pendapatan yang
tidak mencakup sumber daya yang diterima dari sumber-sumber selain dari
operasi, seperti penjualan aktiva tetap, penerbitan saham, atau peminjaman. Data
diperoleh dari laporan keuangan masing-masing bank yang diakses melalui situs
resmi bank dan disamakan nilai mata uangnya terhadap USD.
43
Tabel 3. Variabel Penelitian, Simbol, Satuan Pengukuran, Sumber Data.
Variabel Simbol Satuan
Pengukuran Sumber Data
Aset Tetap AT USD Laporan Keuangan dari situs
resmi masing masing bank
Dana Pihak Ketiga DPK USD Laporan Keuangan dari situs
resmi masing masing bank
Biaya Personalia BP USD Laporan Keuangan dari situs
resmi masing masing bank
Total Pembiayaan TP USD Laporan Keuangan dari situs
resmi masing masing bank
Pendapatan
Operasional
PO USD Laporan Keuangan dari situs
resmi masing masing bank
Tingkat Efisiensi
Teknis
TE Persen Output uji efisiensi melalui
Data envelopment analysis
D. Metode Analisis
Dalam penelitian ini mengukur kinerja efisiensi bank dengan menggunakan metode
data envelopement analysis yang digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi
masing-masing perbankan. Penelitian ini menggunakan alat analisis berupa
software computer yaitu Data Envelopment Analysis Program (DEAP).
1. Data Envelopment Analysis (DEA)
DEA mampu mengidentifikasi output maupun input suatu bank yang digunakan
sebagai referensi yang dapat membantu mencari penyebab dan jalan keluar dari
sumber ketidakefisienan suatu bank. Dapat dikatakan bahwa DEA dapat
digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi bank secara umum (Haddad, Dkk,
2003). Pendekatan yang digunakan dalam DEA adalah input oriented dan output
oriented. Input oriented bertujuan mengurangi jumlah input untuk
menghasilkan tingkat output tertentu. Sedangkan pada output oriented bertujuan
memaksimalkan tingkat output pada tingkat input yang diberikan. Nilai tingkat
efisiensi pada DEA adalah 0 sampai 1. Nilai 1 menunjukkan perfectly efficiency.
44
Dalam Emi (2012) tingkat efisiensi teknis yang diukur oleh DEA dibagi menjadi
empat kriteria, yaitu:
TE = 1 = Perfectly efficiency
0,8 ≤ TE ≤ 1 = Efisiensi baik
0,4992 ≤ TE ≤ 1 = Efisiensi cukup baik
TE ≤ 0,4992 = Efisiensi rendah
Model pengukuran teknik bank berdasarkan asumsi pendekatan frontier dibagi
menjadi dua jenis, yaitu (Sutawijaya dan Lestari, 2009):
a. Model DEA CCR (Charnes-Cooper-Rhodes, 1978)
Asumsi yang digunakan dalam model ini adalah Constant Return to Scale
(CRTS). Efisiensi pada masing-masing bank dihitung menggunakan program
linier dengan memaksimumkan jumlah output yang dibobot dari bank. Untuk
suatu bank, kendala jumlah input yang dibobot harus sama dengan satu,
sedangkan kendala untuk keseluruhan bank yaitu output yang dibobot
dikurangi jumlah input yang dibobot harus kurang atau sama dengan nol. Hal
ini berarti bahwa semua bank akan berada di bawah referensi kinerja frontier
yang merupakan garis lurus yang memotong sumbu origin (Insukirdo dalam
Sutawijaya dan Lestari, 2009).
b. Model DEA BCC (Bankers, Charnes dan Cooper, 1984)
Asumsi yang digunakan dalam model ini adalah Variable Return to Scale
(VRTS), yaitu peningkatan input dan output tidak memiliki proporsi sama.
Peningkatan proporsi dapat bersifat increasing return to scale (IRS) maupun
bersifat decreasing return to scale (DRS). IRS adalah kondisi dimana
45
kenaikan input akan menyebabkan kenaikan output, tetapi skala kenaikan
output lebih tinggi dibandingkan dengan skala kenaikan pada input.
Sedangkan DRS adalah kondisi dimana kenaikan input akan menyebabkan
kenaikan pada output, tetapi skala kenaikan input lebih tinggi daripada skala
kenaikan output.
Penelitian ini akan menggunakan model CRTS dan VRTS yang berorientasi
pada input. Input oriented bertujuan mengurangi input untuk menghasilkan
output tertentu. Hal ini berkaitan dengan pendapat Priyonggo Suseno (2008)
tentang belum adanya hubungan tingkat efisiensi bank-bank syariah (studi pada
10 bank syariah) dengan skala produksinya selama tahun 1999-2004. Asumsi
lain yang digunakan dalam penelitian ini adalah maksimisasi output. Menurut
Sutawijaya dan Lestari (2009) terdapat dua jenis asumsi yaitu maksimisasi
output dan minimisasi input, dan maksimisasi output akan memberikan hasil
yang relatif sama dengan minimisasi input.
60
V. SIMPULAN DAN SARAN
A. SIMPULAN
Berdasarkan tujuan dan rumusan masalah pada bab sebelumnya maka dapat ditarik
kesimpulan sebagai berikut:
1. Berdasarkan hasil perhitungan efisiensi teknis perbankan menggunakan DEA
yang melibatkan 21 bank syariah di negara anggota ASEAN yang meliputi
Indonesia, Malaysia, Brunei Darussalam, Thailand dan Filipina pada periode
pengamatan 2013 – 2016 dapat disimpulkan bahwa tingkat efisiensi bank syariah
negara anggota ASEAN tidak seluruhnya mencapai tingkat perfectly efficiency,
variabel utama yang menjadi penyebab bank syariah tidak mencapai tingkat
perfectly efficiency terbesar adalah beban personalia dan aset tetap.
2. Hasil perhitungan efisiensi teknis perbankan syariah di negara anggota ASEAN
menunjukan adanya perbedaan, hal ini dapat dilihat dari skor tingkat efisiensi
perbankan syariah yang bervariatif. Pada metode CRTS tingkat efisiensi
Maybank Syariah Indonesia (MSI) dan Hong Leong Islamic Bank Berhad
(HLIB) lebih stabil dan efisien dibandingkan dengan bank syariah lainnya di
negara anggota ASEAN yang tingkat efisiensinya cenderung mengalami
fuktuasi. Pada metode VRTS didapat lebih banyak bank syariah yang tingkat
efisiensinya stabil dan mecapai skor perfect efficiency yaitu Maybank Syariah
Indonesia (MSI), Hong Leong Islamic Bank Berhad (HLIB), Affin Islamic Bank
61
Berhad (AFB), Am Bank Islamic Berhad (AMIB), Al-Amanah Islamic Bank
(AIB).
B. SARAN
Saran yang diajukan oleh penulis untuk perbaikan penelitian selanjutnya adalah:
1. Rata-rata efisiensi bank syariah negara ASEAN tidak mencapai tingkat
perfectly efficiency atau sama dengan satu, maka dari itu bank syariah negara
ASEAN harus terus meningkatkan efisiensinya dengan menentukan tingkat
input dan output yang tepat.
2. Aset tetap dan biaya personalia yang menjadi variabel utama bank syariah tidak
mencapai tingkat perfectly efficiency, untuk mengatasi membengkaknya aset
tetap dan biaya personalia bank syariah dapat menerapkan strategi branchless
banking, sehingga selain dapat meningkatkan efisiensi bank syariah dapat lebih
efektif dalam penyaluran dana bagi nasabah unbankable. Selain itu
optimalisasi office channeling juga dapat menjadi solusi untuk mengatasi
masalah pada aset tetap dan biaya personalia.
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Rahim, Abdul Rahman and Romzie Rosman. 2013. “Efficiency of Islamic
Banks: A Comparative Analysis of MENA and Asian Countries” Journal of
Economic Cooperation and Development, 34, 1 (2013), 63-92.
Abidin, Zaenal dkk. 2008. “Kinerja Keuangan dan Efisiensi Perbankan :
Pendekatan CAMEL, DEA dan SFA”. Jakarta : ABFI Perbanas.
Anshori, Abdul Ghofur. 2007. “Perbakan Syariah Di Indonesia” Yogyakarta:
Gajah Mada University press.
Adiwarman A. Karim. 2006 “Bank Islam: Analisis Fiqih dan Keuangan” Edisi
tiga. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta.
Adrian Sutawijaya dan Etty Puji Lestari. 2009. “Efisiensi Teknik Perbankan
Indonesia Pascakrisis Ekonomi: Sebuah Studi Empiris Penerapan Model
DEA”. Jurnal Ekonomi Pembangunan. Fakultas Ekonomi Universitas
Terbuka Jakarta. Jakarta.
Arthur J. Keown, John D. Martin, J. William Petty, David F. Scott, JR. 2011.
“Manajemen Keuangan: Prinsip & Penerapan”. PT. Indeks, Jakarta.
Ascarya; Yumanita ,Diana. 2008. “Comparing the Efficiency of Islamic Banks in
Malaysia and Indonesia”. Buletin ekonomi moneter dan perbankan.
Banker, R.D., A. Charnes, and W.W Cooper. 1984. “Some models for Estimating
Technical and Scale Inefficient in Data Envelopment Analysis. Management
Science”. Vol 30 No.9 1984.
Charnes, A., W.W. Cooper, E. Rhodes. 1978. “Measuring The Efficiency of
Decision Making Units”. European Journal of Operational Research 2
(1978) 429 – 444.
Coelli, T.J., D.S.P. Rao., Donnell, C.J. and G.E. Battese. 2005. “An Introduction
to Efficiency and Productivity Analysis”. Springer Sciennce+Business
Media, Inc., 233 Spring Street, New York, NY10013, USA.
Bauer, P. W., Berger, A. N. and Ferrier, G. D. 1998. “Consistency Condition for
Regulatory Analysis of Financial Institutions: A Comparison of Frontier
Approuch Methods.” Journal of Economics and Bussines. USA.
Bhat, R., Bharat, B., dan Elan Reuben. 1998, “Methodology note: data
envelopment analysis (DEA)” India
Cooper, W. W., L.M. Seiford, and K. Tone. 2000. Data Envelopment Analysis.
Kluwer Academic Publisher, USA
Dr. Moh'd M. Ajlouni; Hamed O. Omari. 2010. “Performance Efficiency Of The
Jordanian Islamic Banks Using Data Envelopment Analysis And Financial
Ratios Analysis”. Yarmouk University
EY. 2016. “World Islamic Banking Competitiveness Report 2016” Diakses
melalui www.ey.com
Fatwa Dewan Syari’ah Nasional Nomor 86/DSN-MUI/XII/2012 Tentang Hadiah
dalam Penghimpunan Dana Lembaga Keuangan Syariah. Diakses melalui
www.tafsirq.com
Filzah Mohamed Othman, Nor Aiza Mohd-Zamil. Siti Zaleha Abdul Rasid, Amin
Vakilbashi, Mozhdeh Mokhber. 2016. “Data Envelopment Analysis: A Tool
of Measuring Efficiency in Banking Sector” International Journal of
Economics and Financial Issues ISSN: 2146-4138
Foowei Loong, Fakarudin Kamarudin, Fadzlan Sufian, N. A. M. Naseem. 2016.
“Estimating Efficiency in Domestic and Foreign Islamic Banking and Its
Determinants among Three Neighboring Countries – Malaysia, Indonesia
and Brunei”. Journal of Economics and Management 11(1): 237 – 258
Hadad, Muliaman D. et. al. 2003. “Studi Biaya Intermediasi Beberapa Bank Besar
di Indonesia: Apakah Bunga Kredit Bank Umum Overpriced?”, Paper Bank
Indonesia, Nomor 1/5
Hamim S. Ahmad Mokhtar; Naziruddin ,Abdullah; Al-Habshi ,Syeid M. 2006.
“Efficisncy of Islamic Banking in Malaysia: A Stochastic Frontier
Approach”. Journal of Economic Cooperation 27, 2 (2006) 37-70
Hassan Kabir, Mervyn Lewis. 2009 “Handbook of Islamic Banking” Edward
Elgard Fublishing UK.
Heri Sudarsono. 2008. “Bank & Lembaga Keuangan Syari'ah”. Yogyakarta:
Ekonisia. Cetakan ke-2. Ismail (2011), Perbankan Syariah. Jakarta: Prenada
Group.
Huri, Mumu D, Indah Susilowati. 2004. “Pengukuran Efisiensi Relatif Emiten
Perbankan dengan Metode Data Envelopment Analysis (DEA) (studi Kasus:
Bank-Bank yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta Tahun 2002)”. Dinamika
Pembangunan Vol. 1 (2)
Islamic Financial Services Board. 2016. “ISLAMIC FINANCIAL SERVICES
INDUSTRY STABILITY REPORT 2016” ISBN 978-967-5687-52-5. Diakses
melalui www.ifsb.org
Ismail Yildrim. 2015. ”Financial Eficiency Analysis in Islamic Bank: Turkey and
Malaysia” Journal of Economics, Finance and Accounting – (JEFA), ISSN:
2148-6697
Jill Johnes; Marwan, Izzeldin and Vasileios Pappas. 2012. “A comparison of
performance of Islamic and conventional banks 2004 to 2009”. Department
of Economics Lancaster University Management School Lancaster
University LA1 4YX United Kingdom
KFH Research. 2013. “Islamic Finance In Asia: Development, Growth and
Opportunities. Diakses melalui www.kfhresearch.com.
KFH Research. 2013. “Islamic Financial Outlook 2014” KDNPP15024/03/2013
(031903). Diakses melalui www.kfhresearch.com.
Kusnadi, dkk. 1999. “Pengantar Manajemen”. Malang: Unibraw
Komaryatin, Nurul. 2006. “Analisis Efisiensi Teknis Industri BPR di Eks.
Karisidenan Pati”. Tesis S2 Pasca Sarjana Universitas Diponegoro
Maimunah, Emi. 2012. “Determinan Efisiensi Teknis Pada Industri Keripik
Pisang di Kota Bandar Lampung”. Tesis. Magister Ilmu Ekonomi.
Universitas Padjajaran.
Maisyaroh Sulistyoningsih. 2006. “Analisis Efisiensi Biaya Pada Bank Umum
Syariah Di Indonesia Menggunakan X-Efisiensi”. Skripsi. Semarang.
Universitas Negeri Semarang.
Malaysia Internasional Islamic Financial Center. 2014. “Sustained Growth in
Emerging Asia Offers Regional Expansionfor Islamic Finance”. Diakses
melalui www.mifc.com.
Maulidiyah, Hikmah; Nisful Laila. 2016. “Membandingkan Efisiensi Bank
Syariah di Indonesia dan Malaysia dengan Metode Data Envelomet
Analysis (DEA)” Jurnal S1 Ekonomi Islam-Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Airlangga.
Muljawan; Dadang; JanuarHafidz; Rieska Indah Astuti; Rini Oktapiani. 2014.
“Faktor-Faktor Penentu Efisiensi Perbankan Indonesia serta Dampaknya
Terhadap Perhitungan Suku Bunga Kredit”.
Mulyono, Teguh Pudjo, 1999. “Analisa Laporan Keuangan Untuk Perbankan”.
Edisi Revisi, Jakarta.
Perwataatmadja, Karnaen A dan Hendri Tanjung. 2006. Bank Syariah Teori,
Praktik, dan Peranannya. Jakarta: Celestial Publishing.
Purwantoro R. Nugroho, Effendi, Erwinta Siswandi “Application of Sharpe,
treynor, Jense, Information Ratio, and DEA Super Efficiensy Methods to
Measuring Performance of Equati Mutual Funds in Indonesia for Periods
2004-2005”
Raéf Bahrini. 2016. “Efficiency Analysis of Islamic Banks in theMiddle East and
North Africa Region: A Bootstrap DEA Approach”. JEL Classification:
C15; C61; G21.
Rilanda Adzhani dan Rini. 2017. “Komparasi Kinerja Perbankan Syariah Di Asia
Dengan Pendekatan Maqasid Syariah” Jurnal Akuntansi dan Keuangan
Islam Volume 5(1 ) P-ISSN:2338-2783 | E-ISSN: 2549-3876.
Rose, Colin dan Malcolm J. Nicholl. 2002. “Accelerated Learning”. Bandung:
Nuansa.
Shafitranata, 2011. “Tingkat Efisiensi Bank Umum Syariah (BUS) Menggunakan
Metode Data Enpelopement Analysis (DEA)” Skripsi. S1 UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Shafitranata; Nadratuzzaman Hosen, Muhamad. 2014. “Efficiency of Islamic
Banks Using Data Envelopment Analysis (DEA) in Indonesia, 2007-2010”
International Journal of Academic Research in Economics and
Management Sciences ISSN: 2226-3624.
Sukirno Sadono. 2008. “Mikro Ekonomi Teori Pengantar”. Jakarta. P.T Raja
Grafindo Persada.
Sunarjono, H. 2004. Petunjuk Praktis Budidaya Kentang. Agromedia. Bogor
Suseno, Priyonggo. 2008. “Analisis Efisiensi dan Skala Ekonomi pada Indsutri
Perbankan Syariah di Indonesia”. Jurnal Ekonomi Islam, Vol. 2. No. 1.
Yogyakarta: Pusat pengkajian dan Pengembangan Ekonomi Islam (P3EI)
Fakultas Ekonomi UII.
Talluri, S. 2000. “Data envelopment analysis: models and extensions”.
International Journal of Flexible Manufacturing System
Taswan. 2006. “Manajemen Perbankan”. UPP AMP YKPN, Yogyakarta.
The Banker. 2015. “Top Islamic Financial Institution”. Diakses melalui
www.thebankerdatabase.com.
Tlemsani, Issam; Huda Al Suwaidi. 2016. “Comparative Analysis of Islamic and
Conventional Banks in the UAE during the Financial Crisis”. Asian
Economic and Financial Review, 2016. (6): 298-309.
Wahab.2015. “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Efisiensi Bank Umum
Syariah di Indonesia dengan Pendekatan Two Stage Frontier Approach”.
Vol VI Ed 2, Oktober 2015.
Yudani. 2005. “Perbankan Syariah Berbasis Floating Market”. Jurnal Millah,
4(2):55.
Yulitika Ika. 2015. “Perbandingan Tingkat Efisiensi Perbank Syariah antara
Malaysia dan Indonesia”. Skripsi. UIN Syarif Hidayatullah. Jakarta.