63
ANALISIS KINERJA KEUANGAN PT. SEMEN INDONESIA Tbk DARI PERUSAHAAN TARGET KE PERUSAHAAN BIDDER (STUDI KASUS PADA PT. SEMEN INDONESIA Tbk PERIODE 1990-2014) Oleh: BUDI SANTOSO LOTTUNG SUTRISNO 232011284 KERTAS KERJA Diajukan kepada Fakultas Ekonomika dan Bisnis Guna Memenuhi Sebagian dari Persyaratan-persyaratan untuk Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi FAKULTAS : EKONOMIKA DAN BISNIS PROGRAM STUDI : AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA SALATIGA 2016

ANALISIS KINERJA KEUANGAN PT. SEMEN INDONESIA Tbk DARI

  • Upload
    others

  • View
    6

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

ANALISIS KINERJA KEUANGAN PT. SEMEN

INDONESIA Tbk DARI PERUSAHAAN TARGET KE

PERUSAHAAN BIDDER

(STUDI KASUS PADA PT. SEMEN INDONESIA Tbk

PERIODE 1990-2014)

Oleh:

BUDI SANTOSO LOTTUNG SUTRISNO

232011284

KERTAS KERJA

Diajukan kepada Fakultas Ekonomika dan Bisnis

Guna Memenuhi Sebagian dari

Persyaratan-persyaratan untuk Mencapai

Gelar Sarjana Ekonomi

FAKULTAS : EKONOMIKA DAN BISNIS

PROGRAM STUDI : AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS

UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA

SALATIGA

2016

ii

iii

iv

v

vi

HALAMAN MOTO

“Selesaikan apa yang sudah kau lakukan”

_Merry Riana_

“Jika niat kita dari awal baik, insyaallah akhirnya pun akan baik juga”

_Budi Santoso Lottung Sutrisno_

“Berkhayal (bermimpilah) setinggi mungkin, apabila kamu terjatuh kamu akan

jatuh di antara beribu bintang-bintang”

_Ir. Soekarno_

vii

ABSTRACT

The research objective is to reveal financial performance. PT. Semen

Indonesia Tbk in the period 1990-2014 were marked by two milestones as the

target company and as a corporate bidder in the acquisition transaction . The

dynamics of financial performance based on financial performance indicators

such as the ratio of liquidity , solvency , profitability , and free cash flow based on

financial statement data of 25 years starting from 1990. The exploration studies

PT . Semen Indonesia Tbk showed that the condition of the company's financial

performance at the time became the target company in an financial distress , and

when a firm bidder in a non-financial distress

Keywords: acquisition , free cash flow , liquidity , profitability , solvency

viii

SARIPATI

Tujuan penelitian ini untuk mengungkap kinerja keuangan PT. Semen

Indonesia Tbk pada periode 1990-2014 yang ditandai oleh dua tonggak bersejarah

sebagai perusahaan target dan sebagai perusahaan bidder dalam transaksi akuisisi.

Dinamika kinerja keuangan didasarkan pada indicator-indikator kinerja keuangan

seperti rasio likuiditas, solvabilitas, profitabilitas, dan free cash flow berdasarkan

data laporan keuangan 25 tahun terhitung mulai tahun 1990. Studi eksplorasi PT.

Semen Indonesia Tbk menunjukkan bahwa kondisi kinerja keuangan perusahaan

pada saat menjadi perusahaan target dalam keadaan tidak sehat dan saat menjadi

perusahaan bidder dalam keadaan yang sehat.

Kata Kunci: Akuisisi, free cash flow, likuiditas, profitabilitas, solvabilitas

ix

KATA PENGANTAR

Puji syukur penelitian ini panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas

berkat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan kertas kerja ini.

Kertas kerja ini disusun sebagai persyaratan bagi setiap mahasiswa untuk

menyelesaikan pendidikan akhir studi jenjang S1 jurusan Akuntansi pada Fakultas

Ekonomika dan Bisnis Universitas Kristen Satya Wacana.

Dalam menyelesaikan kertas kerja ini penulis juga menghadapi berbagai

kendala, penulis menyadari bahwa mustahil tidak terdapat kekilapan ataupun

perbedaan pendapat dalam menyajikan kertas kerja ini. Oleh karena itu penulis

sangat mengharapkan dan menghargai saran maupun kritikan sehat dari semua

pihak yang mengarah kepada perbaikan kertas kerja ini. Kertas kerja dengan judul

“Analisis Kinerja Keuangan PT. Semen Indonesia Tbk Dari Perusahaan

Target Ke Perusahaan Bidder (Studi Kasus Pada PT. Semen Indonesia Tbk

Periode 1990-2014)”, tidak akan terlaksana tanpa bantuan dari berbagai pihak,

karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah

membantu terselesaikannya kertas kerja ini. Berkat bimbingan dari berbagai

pihak baik berupa material, informasi maupun segi admistrasi kertas kerja ini

dapat diselesaikan.

Akhir kata, penulis berharap kertas kerja ini berguna dan bermanfaat bagi

pihak-pihak yang memiliki ketertarikan yang sama akan topik tulisan ini,

merupakan sesuatu yang berharga bagi penulis apabila terdapat saran dan kritik

terhadap tulisan ini demi kualitas dan perkembangan pengetahuan di masa yang

akan datang.

Salatiga, 6 Januari 2016

Penulis

x

UCAPAN TERIMAKASIH

Puji syukur Alhamdulilah penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha

Esa atas berkat rahmat serta kasih-Nya kepada penulis sehingga dapat

menyelesaikan dan dapat melewati tantangan demi tantangan yang ada selama

proses penyelesaian skripsi ini dengan judul “Dinamika Kinerja Keuangan PT.

Semen Indonesia Tbk Dari Perusahaan Target Menjadi Perusahaan Bidder periode

1990-2014”.

Selesainya skripsi ini tidak terlepas dari doa, dukungan, bantuan,

bimbingan, serta pendamping dari berbagai pihak. Oleh sebab itu, dengan segala

kerendahan hati penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak dan Ibu (Salatiga dan Blora) selaku orang tua, Kakak dan Adik,

Keluarga Besar yang selalu memberikan yang terbaik bagi penulis.

Terima kasih atas doa, dukungan, kesabaran, serta perhatian dan kasih

sayangnya selama ini.

2. Bapak Hari Sunarto, SE., MBA., PhD selaku dosen pembimbing yang

dengan sabar selalu memberi arahan dan petunjuk kepada penulis.

3. Bapak Prof. Christantius Dwiatmadja, SE, ME, PhD selaku Dekan

Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Kristen Satya Wacana.

4. Kaprodi Akuntansi, Wali Studi, pengajar dan staff pegawai Fakultas

Ekonomika dan Bisnis Universitas Kristen Satya Wacana yang telah

memberi ilmu dan pengetahuan kepada penulis selama menempuh

studi.

5. Tante Asna, Jeng Putri KW, Bu Diah, Pandu, Kukuh, Arya, Deni,

Angga, Bagus, Sela, Rila, dan seluruh teman-teman seperjuangan

angkatan 2011 Terimakasih atas semua kebersamaan dan pengalaman

bersama kalian yang akan selalu berkesan.

6. Risa, terima kasih untuk doa, dukungan, semangat, dan pengarahan

yang diberikan, dan tidak lupa terima kasih atas kesetiaan selalu

mendampingi penulis.

xi

7. Sobat SMA, Adi, Joko, dan Ganyong Terimakasih buat kebersamaan

dan dukungan kalian selama ini, semoga kita semua sukses bersama.

8. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah

membantu penyelesaian skripsi ini baik secara langsung maupun tidak

langsung.

Akhir kata “Tak ada gading yang tak retak” penulis menyadari bahwa

skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh sebab itu, penulis mengharapkan kritik

dan saran yang bersifat membangun. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi

semua pihak.

Salatiga, 6 Januari 2016

Penulis

xii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL................................................................................................ i

PERNYATAAN TIDAK PLAGIAT...................................................................... ii

PERNYATAAN PERSETUJUAN AKSES.......................................................... iii

LEMBAR PENGESAHAN................................................................................... iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS SKRIPSI.................................. v

HALAMAN MOTO...............................................................................................vi

ABSTRACT.............................................................................................................vii

SARIPATI............................................................................................................ viii

KATA PENGANTAR........................................................................................... ix

UCAPAN TERIMAKASIH…………………………………………………..… x

DAFTAR ISI……………………………………………………………….…… xii

DAFTAR GAMBAR…………………………………………………………… xii

PENDAHULUAN................................................................................................. 1

Latar Belakang........................................................................................................ 1

Rumusan Masalah................................................................................................... 5

Tujuan dan Manfaat Penelitian............................................................................... 5

Tujuan Penelitian…………............................................................................... 5

Manfaat Penelitian............................................................................................. 5

TELAAH PUSTAKA............................................................................................ 6

Penelitian Terdahulu.............................................................................................. 6

Analisis Kinerja Keuangan..................................................................................... 7

Pengertian Kinerja Keuangan............................................................................ 7

Metode Analisis Kinerja Dengan Rasio Keuangan........................................... 7

Penggabungan Usaha............................................................................................. 8

Merger................................................................................................................ 9

Akuisisi............................................................................................................. 10

Tipe Merger dan Akuisisi...................................................................................... 10

Tipe Merger...................................................................................................... 10

xiii

Tipe Akuisisi………........................................................................................ 11

Motif Merger dan Akuisisi …............................................................................... 12

Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Keberhasilan Merger dan Akuisisi............... 13

Kelebihan Merger dan Akuisisi……..................................................................... 13

Langkah-Langkah Merger dan Akuisisi................................................................ 15

METODA PENELITIAN..................................................................................... 16

Desain Penelitian.............................................................................................. 16

Jenis dan Sumber Data..................................................................................... 17

Teknik Analisis Data........................................................................................ 17

DINAMIKA KINERJA KEUANGAN………………………………………… 20

Sejarah Singkat PT. Semen Indonesia Tbk…………………………............. 20

Visi dan Misi Perusahaan…………………………………………………… 21

Kegiatan Usaha……………………………………………………………... 22

PEMBAHASAN HASIL ANALISIS RASIO DAN TREND KEUANGAN….. 23

Analisis Rasio Likuiditas (Current Ratio)………………………………………. 24

Analisis Rasio Solvabilitas…………………………............................................ 26

Debt Ratio……………………………………………………....................... 26

Debt Equity Ratio…………………………………………………………... 28

Analisis Rasio Profitabilitas……………………………………………………. 30

Return On Asset………………………………………………...................... 30

Return On Equity…………………………………………………………… 32

Analisis Free Cash Flow……............................................................................. 34

PENUTUP………………………………………………………………………. 35

Kesimpulan……………………………………………………………………… 35

Saran…………………………………………………………………………….. 36

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………… 37

LAMPIRAN-LAMPIRAN……………………………………………………… 39

xiv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1: Current Ratio……………………………………………………....... 24

Gambar 2: Current Ratio (Tahun 1998 dan 2012)……………………………… 25

Gambar 3: Debt Ratio…………………………………………………………... 26

Gambar 4: Debt Ratio (Tahun 1998 dan 2012)……………………………........ 27

Gambar 5: Debt Equity Ratio…………………………………………………... 28

Gambar 6: Debt Equity Ratio (Tahun 1998 dan 2012)……………………........ 29

Gambar 7: Return On Asset…………………………………………………..... 30

Gambar 8: Return On Asset (Tahun 1998 dan 2012)…………………………... 31

Gambar 9: Return On Equity…………………………………………………… 32

Gambar 10: Return On Equity (Tahun 1998 dan 2012)……………………....... 33

Gambar 11: Free Cash Flow………………………………………………….... 34

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Kondisi perekonomian global yang masih belum kondusif secara langsung

berdampak pada rendahnya tingkat pertumbuhan ekonomi nasional. Hal ini

dikarenakan belum pulihnya perekonomian global pasca krisis yang terjadi sejak

tahun 2008 lalu, sehingga perekonomian berjalan tidak seimbang. Kondisi ini

membuat permintaan produk-produk perkebunan dan pertambangan primer

sebagai andalan produk ekspor Indonesia menurun sehingga mengakibatkan

defisit neraca perdagangan Indonesia yang semakin diperburuk dengan naiknya

beban subsidi BBM sepanjang tahun 2014. Hal lain yang membuat kondisi

perekonomian nasional kurang kondusif adalah pelaksanaan agenda nasional.

Proses pemilu yang berlangsung sengit berdampak pada rendahnya realisasi

investasi di bidang properti (Laporan Tahunan PT. Semen Indonesia Tbk; 2014).

Namun, memasuki tahun 2015, perekonomian mulai menunjukkan gejala

pemulihan meski berjalan tidak seimbang. Hal ini dikarenakan lemahnya harga

minyak dunia sepanjang tahun 2014 dan Amerika Serikat yang telah menunjukkan

pemulihan. Dari dalam negeri, dengan disetujuinya RAPBN-P 2015, Pemerintah

merealisasikan beberapa proyek infrastruktur dasar dengan alokasi dana anggaran

pembangunan yang jauh lebih besar sebagai wujud pengalihan subsidi BBM.

Pemerintah juga mulai membenahi prosedur perizinan yang merupakan

penghambat dari terealisasinya rencana investasi selama ini. Dengan

terealisasinya infrastruktur dasar tersebut, pertumbuhan pembangunan properti

akan berkembang lebih baik, terutama industri semen (Laporan Tahunan PT.

Semen Indonesia Tbk; 2015).

Dengan adanya komitmen Pemerintah untuk melakukan pembangunan

infrastruktur dasar, termasuk sarana jalan raya dan pelabuhan yang selama ini

menjadi salah satu penghambat masuknya arus investasi riil dan mengurangi

potensi pertumbuhan ekonomi nasional akan meningkatkan konsumsi semen

nasional. Pertumbuhan permintaan semen masih terus berkembang dikarenakan

2

konsumsi semen per kapita di Indonesia yang masih berada dibawah rata-rata

konsumsi semen per kapita di Asia, Indonesia yang masih menjadi tujuan untuk

berinvestasi baik sektor industri maupun pembangunan akses infrastruktur dasar

yang akan menggerakkan potensi ekonomi di seluruh daerah, dan berlakunya

pasar tunggal ASEAN dalam ASEAN Community tahun 2015. Menurut Asosiasi

Semen Indonesia, Total produksi semen nasional pada tahun 2014 naik sebesar

8,9% dari 55,2 juta ton di akhir 2013 menjadi 60,1 juta ton dan permintaan semen

nasional di tahun 2014 mencapai 59,910 juta ton tumbuh 3,3% dari 58,024 juta

ton di tahun 2013. Berdasarkan sumber dari Kementerian Perindustrian Republik

Indonesia, perkembangan industri semen di Indonesia pada tahun 2012-2016

apabila dilihat dari kapasitas terpasangnya, terdapat tiga perusahaan yang

memiliki nilai tertinggi yaitu PT. Indocement (clinker/ jenis semen= 85500,

semen= 111500), PT. Holcim Indonesia (clinker/ jenis semen= 36800, semen=

49500), dan PT. Semen Indonesia Tbk (clinker/ jenis semen= 51100, semen=

66280). Tantangan utama bagi pendatang baru lebih kepada strategi pemasaran

dan penjualan mengingat pemain yang ada memiliki citra merk yang kuat untuk

mempertahankan pangsa pasar. Pertumbuhan konsumsi semen nasional

dipengaruhi oleh kondusifnya perekonomian Indonesia.

Semakin meningkatnya permintaan semen nasional ini, secara langsung

industri-industri semen di Indonesia mendapatkan keuntungan, salah satunya

adalah PT. Semen Indonesia Tbk. PT. Semen Indonesia (Perseroan) Tbk adalah

produsen semen yang terbesar di Indonesia. Pada tanggal 8 Juli 1991 Semen

Gresik yang sekarang menjadi PT.Semen Indonesia (Perseroan) Tbk tercatat di

Bursa Efek Jakarta dan Bursa Efek Surabaya sehingga menjadikannya BUMN

pertama yang go public dengan menjual 40 juta lembar saham kepada

masyarakat. Untuk mengembangkan strategi agar dapat menyesuaikan serta

bertahan atau bahkan berkembang di tengah semakin ketatnya persaingan antar

perusahaan, juga agar dapat mempertahankan eksistensinya dan memperbaiki

kinerjanya, Pemerintah Pusat melakukan ekspansi. Salah satu strategi ekspansi

adalah dengan penggabungan beberapa usaha. Pada dasarnya penggabungan usaha

3

merupakan bentuk penggabungan satu perusahaan dengan perusahaan lain dalam

rangka mendapatkan pengendalian atas aktiva maupun operasional. Bentuk

penggabungan usaha yang sering dilakukan dalam dua dekade terakhir ini adalah

merger dan akuisisi dimana strategi ini dipandang sebagai salah satu cara untuk

mencapai beberapa tujuan yang lebih bersifat ekonomis dan jangka panjang

(Annisa dan Prasetiono, 2010). Dalam hal ini, Pemerintah Pusat mengakuisisi PT.

Semen Tonasa dan PT. Semen Padang ke PT. Semen Gresik pada bulan Agustus

tahun 1995. Seiring dengan terjadinya krisis ekonomi untuk memenuhi salah satu

persyaratan mendapatkan bantuan IMF, Pemerintah Pusat melakukan privatisasi.

Perusahaan yang bergerak di bidang industri semen ini merupakan Badan

Usaha Milik Negara pertama yang diprivatisasi/ menjadi perusahaan target pada

tahun 1998. Privatisasi ini merupakan bagian dari kebijakan Pemerintah untuk

menyelamatkan perekonomian nasional yang hampir runtuh akibat krisis moneter

yang dimulai pada tahun 1997. Privatisasi yang dimaksud adalah penjualan saham

milik Pemerintah Republik Indonesia yang ada pada BUMN kepada pihak asing

yang dikatakan sebagai mitra strategis. Secara umum tujuan dilakukannya

privatisasi ini adalah untuk meningkatkan efektivitas dan efesiensi agar dapat

berdaya saing baik di sektor nasional maupun internasional. Berdasarkan hasil

tender, pada tahun 1998 PT. Semen Indonesia menjadi perusahaan target saat

pemerintah memutuskan untuk melepas 14% saham perusahaan kepada Cemex

S.A. de C.V (Cemex) dari Mexico. Dengan demikian komposisi kepemilikan

saham pemerintah Republik Indonesia berubah menjadi 51,01%, masyarakat

23,46%, dan Cemex 25,53%. Namun, pada tahun 2006 Blue Valley Holdings

membeli seluruh 24,9% kepemilikan saham CEMEX sehingga komposisi

kepemilikan saham berubah menjadi Pemerintah 51,01%, Blue Valley Holdings

25,53%, dan Publik 23,46%. Tak lama berselang Blue Valley Holdings menjual

seluruh sahamnya melalui private placement, sehingga komposisi pemegang

saham Perseroan berubah menjadi Pemerintah 51% dan Publik 48,9%.

Demi melebarkan sayapnya, Perseroan merintis langkah ekspansi

internasional/ menjadi perusahaan bidder dengan mengakuisisi pabrik semen

4

Thang Long di Vietnam dengan kepemilikan saham mayoritas (70%) pada tahun

2012, sehingga semakin meningkatkan volume produksi. Akuisisi Thang Long

Cement Company ini sekaligus menjadikan PT. Semen Indonesia sebagai BUMN

pertama yang berstatus multinational corporation. Alasan perusahaan

mengakuisisi Thang Long Cement pada tahun 2012 karena pertama, Vietnam

merupakan negara yang mempunyai garis pantai yang panjang, sehingga

memberikan keuntungan bagi perusahaan untuk dapat memasok sebagai hubungan

perusahaan ke pasar regional, kedua, Vietnam baru saja mengalami penurunan

kinerja perekonomian yang membuat perusahaan lebih mudah untuk masuk

berinvestasi, dan ketiga, Thang Long Cement merupakan sebuah perusahaan

semen terkemuka di Vietnam yang dilengkapi dengan teknologi Eropa dan

infrastruktur yang terintegrasi.

Ketatnya persaingan mengharuskan perusahaan melakukan pengelolaan

manajemen dengan baik, sehingga akan dapat menguasai pangsa pasar yang luas

apabila memiliki kinerja yang baik dalam arti yang luas, termasuk dalam

melakukan efisiensi sumber-sumber ekonomi yang dimiliki perusahaan agar

survive. Salah satu indikator perusahaan memiliki kinerja yang baik dapat dilihat

dari aspek keuangan dan finansialnya.

Kinerja keuangan perusahaan yang baik dapat dilihat dari laporan

keuangannya. Meskipun, pada mulanya laporan keuangan bagi suatu perusahaan

hanyalah sebagai “alat penguji“ dari pekerjaan bagian pembukuan. Tetapi

selanjutnya laporan keuangan tidak hanya sebagai alat penguji saja tetapi juga

sebagai dasar untuk dapat mengetahui atau menilai kinerja keuangan perusahaan,

dimana dengan hasil analisis tersebut dapat diketahui penggunaan sumber-sumber

ekonomi. Untuk mengadakan penilaian terhadap kinerja keuangan suatu

perusahaan, diperlukan adanya analisis laporan keuangan. Dengan menganalisis

berbagai pos dalam laporan keuangan merupakan dasar untuk mengetahui kondisi

kinerja keuangan dan operasional suatu perusahaan.

5

Di dalam penelitian ini, peneliti menggunakan beberapa indikator-

indikator kinerja keuangan, yaitu Current Ratio, Debt to Equity Ratio, Debt Ratio,

Return On Equity, Return On Asset, dan juga Free Cash Flow. Indikator-indikator

ini dipilih untuk dapat mendeteksi kebangkrutan perusahaan.

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka penulis tertarik untuk

melakukan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui perkembangan naik-

turunnya kinerja keuangan PT. Semen Indonesia Tbk dari perusahaan target

menjadi perusahaan bidder, dengan judul penelitian “ Analisis Kinerja

Keuangan PT. Semen Indonesia Tbk Dari Perusahaan Target Ke Perusahaan

Bidder (Studi Kasus Pada PT. Semen Indonesia Tbk Periode 1990-2014) ”.

Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan dan untuk mempermudah

pembahasan, maka penulis merumuskan masalah sebagai berikut:

“Bagaimana kinerja keuangan PT. Semen Indonesia Tbk pada saat menjadi

perusahaan target (1998) dan perusahaan bidder (2012)”

Tujuan dan Manfaat Penelitian

Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah diatas, maka tujuan peneltian ini adalah

sebagai berikut:

“Untuk mengungkap kinerja keuangan PT. Semen Indonesia Tbk pada saat

menjadi perusahaan target (1998) dan perusahaan bidder (2012)”

Manfaat Penelitian

Diharapkan penelitian ini dapat digunakan untuk:

1. Bagi Penulis

Manfaat penelitian ini bagi penulis adalah penulis dapat mengungkap

kinerja keuangan industri semen di Indonesia, khususnya PT. Semen

6

Indonesia Tbk pada saat menjadi perusahaan target (1998) dan

perusahaan bidder (2012).

2. Bagi Perusahaan

Bagi perusahaan bermanfaat untuk menerapkan langkah-langkah apa

yang harus diambil untuk mempertahankan atau meningkatkan kinerja

keuangan perusahaan di masa yang akan datang.

3. Bagi Akademis

Bagi akademis penelitian ini dapat menjadi salah satu referensi untuk

lebih mengetahui dan memahami tentang kinerja keuangan PT. Semen

Indonesia Tbk pada saat menjadi perusahaan target (1998) dan

perusahaan bidder (2012).

TELAAH PUSTAKA

Penelitian Terdahulu

PT. Semen Indonesia Tbk (dahulu PT. Semen Gresik) telah menjadi obyek

dalam penelitian tentang kinerja keuangan perusahaan (Ulfah, 2007; Ragil, P.D.,

2007; Shinta, 2008). Indikator kinerja keuangan yang digunakan berupa modal

kerja, analisis rasio produktivitas, EVA, MVA, CR, DER, OPM, ITO ,GPM,

NPM, ROE dan TATO. Didalam penelitian Ulfah (2007) menunjukkan bahwa

modal kerja bersih PT. Semen Gresik berada diatas modal kerja optimal,

perputaran persediaan dan kas perusahaan dalam kondisi baik. Didalam penelitian

Pitoyo Dimas Ragil (2007) menunjukkan bahwa kinerja keuangan perusahaan

semen yang go public selama tahun 2003-2005 sehat dan mampu memberikan

nilai tambah ekonomis dan nilai bahwa kinerja keuangannya tidak sehat.

Sedangkan didalam penelitian Shinta (2008) menunjukkan bahwa hasil analisis

dapat diketahui perbedaan kinerja keuangan setelah dan sebelum melakukan

merger dan akuisisi, dimana dari hasil tersebut dapat membuktikan bahwa pada

rasio CR, DER, OPM, ITO ,GPM, NPM, ROE dan TATO dapat diketahui lebih

besar sebelum melakukan merger dan akuisisi.

7

Analisis Kinerja Keuangan

Pengertian Kinerja Keuangan

Pengertian kinerja menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2001),

Kinerja diartikan sebagai “sesuatu yang dicapai, prestasi yang diperlihatkan,

kemampuan kerja (tentang peralatan)”. Berdasarkan pengertian tersebut kinerja

keuangan didefinisikan sebagai prestasi manajemen, dalam hal ini manajemen

keuangan dalam mencapai tujuan perusahaan yaitu menghasilkan keuntungan dan

meningkatkan nilai perusahaan.

Menurut Munawir (2010:30), kinerja keuangan perusahaan merupakan

satu diantara dasar penilaian mengenai kondisi keuangan perusahaan yang

dilakukan berdasarkan analisa terhadap rasio keuangan perusahaan. Pihak yang

berkepentingan sangat memerlukan hasil dari pengukuran kinerja keuangan

perusahaan untuk dapat melihat kondisi perusahaan dan tingkat keberhasilan

perusahaan dalam menjalankan kegiatan operasionalnya.

Berdasarkan pengertian tersebut kinerja keuangan didefinisikan sebagai

prestasi manajemen, dalam hal ini manajemen keuangan dalam mencapai tujuan

perusahaan yaitu menghasilkan keuntungan dan meningkatkan nilai perusahaan.

Metode Analisis Kinerja dengan Rasio Keuangan

Analisis rasio keuangan merupakan metode umum yang digunakan untuk

mengukur kinerja perusahaan di bidang keuangan. Rasio merupakan alat yang

memperbandingkan suatu hal dengan hal lainnya sehingga dapat menunjukkan

hubungan atau korelasi dari suatu laporan finansial berupa neraca dan laporan laba

rugi. Adapun jenis rasio yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Rasio Profitabilitas

Rasio profitabilitas mengukur kemampuan perusahaan untuk

menghasilkan laba.Rasio ini membantu perusahaan dalam mengontrol

penerimaannya. Rasio-rasio profitabilitas yang digunakan dalam penelitian

ini adalah: Return on Assets, dan Return on Equity.

8

2. Rasio Solvabilitas

Rasio solvabilitas atau financial leverage merupakan tingkat jumlah

hutang terhadap seluruh kekayaan perusahaan. Rasio-rasio solvabilitas

yang digunakan dalam penelitian ini adalah Debt to Equity Ratio dan Debt

Ratio.

3. Rasio likuiditas

Rasio likuiditas mengukur kemampuan perusahaan untuk mengetahui

kemampuan perusahaan untuk melunasi hutang-hutang jangka pendek

yang segara jatuh tempo. Rasio likuiditas yang digunakan dalam penelitian

ini adalah current ratio (CR) dan free cash flow (FCF).

Penggabungan Usaha

Dunia usaha yang semakin berkembang dan persaingan yang juga menjadi

semakin ramai dan ketat sehingga seringkali timbul persaingan yang tidak sehat

dan saling merugikan. Untuk mengatasi adanya tindakan yang saling merugikan

antara perusahaan yang satu dengan perusahaan yang lain, perlu adanya suatu

bentuk kerja sama yang saling menguntungkan. Salah satu bentuk kerjasama yang

dapat ditempuh adalah dengan melalui penggabungan usaha antara dua atau lebih

perusahaan dengan perusahaan yang lain baik yang sejenis. Penggabungan usaha

merupakan salah satu strategi untuk mempertahankan kelangsungan hidup serta

mengembangkan perusahan. Berdasarkan pernyataan standar akuntansi keuangan

(PSAK) No. 22 (revisi 2010) penggabungan usaha berarti penyatuan dua atau

lebih perusahaan (entitas) menjadi satu entitas ekonomi karena satu perusahaan

menyatu dengan perusahaan lain ataupun memperoleh kendali (control) atas

aktiva dan operasi perusahaan lain. Penggabungan usaha sendiri dibedakan

menjadi dua yaitu merger dan akuisisi. Pengertian penggabungan usaha secara

umum (business combination) adalah suatu keadaan dimana dua perusahaan atau

lebih yang terpisah melakukan penyatuan menjadi satu entitas ekonomi atau

mendapatkan kendali atas aktiva dan operasi perusahaan lain. Merger dan akuisisi

(M&A) merupakan suatu kegiatan penggabungan usaha yang banyak dilakukan

oleh perusahaan dalam negeri maupun luar negeri. Sementara itu, akuisisi

9

didefinisikan sebagai pembelian seluruh atau sebagian kepemilikan suatu

perusahaan, yang dapat dilakukan melalui merger atau tender offer (Foster, 1986).

MERGER

Merger merupakan salah satu strategi yang diambil perusahaan untuk

mengembangkan dan menumbuhkan perusahaan. Merger berasal dari kata

“mergere” (Latin) yang artinya bergabung bersama, menyatu, berkombinasi

menyebabkan hilangnya identitas karena terserap atau tertelan sesuatu. Merger

sebagai penggabungan dua atau lebih perusahaan yang kemudian hanya ada satu

perusahaan yang tetap hidup sebagai badan hukum, sementara yang lainnya

menghentikan aktivitasnya atau bubar. Menurut Undang-undang dan Peraturan

Pemerintah: Undang Undang Nomor 40 Tahun 2007 Pasal 1 angka 9 : Merger

adalah perbuatan hukum yang dilakukan oleh 1 (satu) perseroan atau lebih untuk

menggabungkan diri dengan perseroan lain yang telah ada yang mengakibatkan

aktiva dan pasiva dari perseroan yang menggabungkan diri tersebut beralih karena

hukum kepada perseroan yang menerima penggabungan dan selanjutnya status

badan hukum perseroan yang menggabungkan diri tersebut berakhir karena

hukum.

Merger adalah kesepakatan dua atau lebih perusahaan untuk bergabung

yang kemudian hanya ada satu perusahaan yang tetap hidup sebagai badan hukum,

sementara yang lainnya menghentikan aktivitas atau bubar (Moin, 2007). Merger

biasa digunakan dalam perusahaan sebagai proses penggabungan suatu usaha.

Merger dapat dilakukan baik secara internal maupun eksternal. Merger internal

terjadi ketika perusahaan sasaran berada dalam satu kepemilikan group yang sama

sedangkan merger eksternal terjadi ketika perusahaan sasaran berada dalam grup

kepemilikan yang berbeda.

10

AKUISISI

Cara penggabungan usaha lainnya adalah dengan cara akuisisi. Dalam

proses akuisisi kebanyakan pemegang saham perusahaan target akan

mendapatkan banyak manfaat dibandingkan dengan pemegang saham perusahaan

pengakuisisi. Pada Pemerintah Republik Indonesia No.27 tahun 1998 tentang

penggabungan, peleburan dan pengambilalihan Perseroan Terbatas

mendefinisikan akuisisi adalah perbuatan hukum yang dilakukan oleh badan

hukum atau perseorangan untuk mengambil alih baik seluruh atau sebagian besar

saham perseroan yang dapat mengakibatkan beralihnya pengendalian terhadap

perseroan tersebut. Dalam terminologi bisnis akuisisi dapat diartikan sebagai

pengambilalihan kepemilikan atau pengendalian atas saham atau aset suatu

perusahaan oleh perusaahaan lain, dan dalam peristiwa baik perusahaan

pengambilalih atau yang diambil alih tetap eksis sebagai badan hukum yang

terpisah (Moin, 2003).

Tipe Merger dan Akuisisi

Tipe Merger

Secara umum merger/penggabungan usaha dapat dibagi menjadi empat

kelompok (Agus Sartono, 2001) :

1. Merger Horizontal

Merger horizontal terjadi bila suatu perusahaan menggabungkan diri

dengan perusahaan yang ada pada satu jenis usaha yang sama.

Contohnya sebuah perusahaan telekomunikasi melakukan merger

dengan perusahaan telekomunikasi lainnya, dimana sekarang ini yang

sedang hangat diperbincangkan adalah merger antara perusahaan XL

dengan Axis dimana kedua perusahaan memiliki usaha dalam bidang

yang sama yaitu penyedia jasa telekomunikasi.

2. Merger Vertikal

Merger vertikal terjadi bila sebuah perusahaan melakukan

penggabungan dengan perusahaan yang masih memiliki keterkaitan

11

dengan usahanya. Hal ini dimaksudkan untuk melakukan penghematan

biaya operasi karena perusahaan memiliki akses langsung ke hulu

maupun hilir usaha. Contohnya adalah ketika sebuah perusahaan

pengecoran baja melakukan penggabungan usaha dengan suppliernya

atau bisa juga sebuah perusahaan pengolahan hasil pertambangan

melakukan merger dengan perusahaan distributor dan pemasarannya.

3. Merger Kongeneric

Merger Kongeneric adalah penggabungan dua usaha yang sejenis

tetapi mempunyai produk yang berbeda. Contoh sebuah perusahaan

komputer melakukan merger dengan perusahaan software, dua

perusahaan memiliki bidang usaha yang sama yaitu dalam bidang

teknologi tetapi mereka memproduksi barang yang berbeda.

4. Merger Konglomerat

Merger Konglomerat yaitu penggabungan usaha dari dua atau lebih

industri yang sama sekali tidak terkait. Contoh perusahaan

pertambangan membeli perusahaan real estate.

Tipe Akuisisi

Menurut Van Horne dan Wachowicz (2005) Akuisisi dibedakan menjadi

dua yaitu :

1. Akuisisi Strategis

Akuisisi strategis terjadi ketika sebuah perusahaan mengakuisisi

perusahaan lain sebagai bagian dari strategi keseluruhan perusahaan.

Hasil dari akuisisi jenis ini adalah keunggulan biaya. Contoh dari

akuisisi jenis ini adalah ketika sebuah perusahaan minuman ringan

mengakuisisi perusahaan minuman ringan lainnya yang memiliki

kapasitas produksi berlebih atau bahkan bisa juga meningkatkan

dominasinya di pasar sehingga memberi peningkatan pendapatan bagi

perusahaan.

12

2. Akuisisi Keuangan

Akuisisi Keuangan merupakan suatu tindakan akuisisi terhadap satu

atau beberapa perusahaan tertentu yang dilaksanakan dengan tujuan

untuk mencapai keuntungan finansial. Kecenderungannya adalah

sebuah usaha untuk membeli perusahaan target dengan harga semurah

mungkin, untuk menjual kembali dengan harga jual yang lebih tinggi.

Namun demikian apabila transaksi tersebut dilaksanakan antar

perusahaan yang berada dalam satu group bisnis atau kepemilikan

yang sama, maka harga belinya dapat menjadi lebih mahal ataupun

lebih murah, tergantung pada kepentingan dan keuntungan yang akan

diperoleh pemilik mayoritas perusahaan yang bersangkutan.

Motif utama akuisisi tipe ini adalah untuk mendapatkan keuntungan

sebesar-besarnya. Seringkali perusahaan yang menjadi target akuisitor

adalah perusahaan yang sedang mengalami penurunan dan dalam

kondisi yang relatif lemah. Indikasinya adalah adanya beban hutang

yang relatif besar, kemacetan pemasaran dan distribusi, harga

sahamyang semakin melemah di bursa, kapasitas produksi yang

menganggur, dan sebaliknya.

Namun demikian tindakan akuisisi terhadap suatu perusahaan target

tidak selalu mencerminkan indikasi-indikasi seperti tersebut diatas,

karena dalam prakteknya yang menjadi target justru perusahaan yang

memiliki posisi keuangan yang cukup likuid dan perolehan laba yang

relatif tinggi serta memiliki prospek yang cukup baik.

Motif Merger dan Akuisisi

Motif dan teori yang melatar belakangi perusahaan untuk melakukan

aktivitas merger dan akuisisi menurut Weston dan Copeland (1997) yaitu: (1)

Adanya manajemen yang tidak efisien. (2) Untuk menciptakan adanya sinergi

operasi. (3) Menciptakan sinergi keuangan. (4) Penyusunan kembali strategis. (5)

13

Penilaian terlalu rendah sehingga menciptakan keuntungan bagi perusahaan

pengakuisisi. (6) Informasi dan pemberian tanda. (7) Masalah keagenan dan

manajerialisme. (8) Penyusunan kembali insentif manajerial. (9) Kutukan bagi

pemenang. (10) Kekuatan Pasar. (11) Pertimbangan Pajak. (12) Redistribusi.

Faktor-Faktor yang mempengaruhi keberhasilan Merger dan Akusisi

Keberhasilan suatu merger dan akuisisi sangat bergantung pada ketepatann

analisis dan penelitian yang menyeluruh terhadap faktor-faktor penyelaras atau

kompatibilitas antara organisasi yang akan bergabung. Menurut Robins (2000),

dalam Organizational Behavior, menambahkan bahwa kompatibilitas budaya

organisasi yang akan bergabung dalam sebuah merger seringkali menjadi faktor

non ekonomi yang krusial dalam mendukung keberhasilan sebuah proses merger.

Sedangkan Pringle dan Harris (1987), dalam bukunya Esentials of Managerial

Finance memandang bahwa kinerja keuangan pada perusahaan hasil merger

merupakan faktor penting yang harus dipertimbangkan ketika dua perusahaan atau

lebih akan bergabung.

Kelebihan dan Kekurangan Merger dan Akuisisi

Alasan mengapa perusahaan melakukan merger dan akuisisi adalah ada

“manfaat lebih” yang diperoleh dari M&A. Walaupun asumsi ini tidak terbukti

sepenuhnya. Secara spesifik, keunggulan dan manfaat merger dan akuisisi antara

lain adalah sebagai berikut :

A. Kelebihan Merger

Pengambilalihan melalui merger lebih sederhana serta lebih murah

dibandingkan bentuk pengambilalihan yang lain.

B. Kekurangan Merger

Dibandingkan akuisisi, waktu yang dibutuhkan untuk pelaksanaan merger

cenderung lebih lama karena dalam merger harus ada persetujuan dari para

pemegang saham masing-masing perusahaan, yang tentunya akan

memakan waktu lama dalam perundingan untuk meyakinkan mereka

tentang manfaat dari merger ini.

14

C. Kelebihan Akuisisi

Keuntungan-keuntungan akuisisi saham dan akuisisi aset adalah sebagai

berikut:

a. Akuisisi Saham tidak memerlukan rapat pemegang saham dan suara

pemegang saham sehingga jika pemegang saham tidak menyukai

tawaran Bidding firm, mereka dapat menahan sahamnya dan tidak

menjual kepada pihak Bidding firm.

b. Dalam Akusisi Saham, perusahaan yang membeli dapat berurusan

langsung dengan pemegang saham perusahaan yang dibeli dengan

melakukan tender offer sehingga tidak diperlukan persetujuan

manajemen perusahaan.

c. Karena tidak memerlukan persetujuan manajemen dan komisaris

perusahaan, akuisisi saham dapat digunakan untuk pengambilalihan

perusahaan yang tidak bersahabat (hostile takeover).

d. Akuisisi Aset memerlukan suara pemegang saham tetapi tidak

memerlukan mayoritas suara pemegang saham seperti pada akuisisi

saham sehingga tidak ada halangan bagi pemegang saham minoritas

jika mereka tidak menyetujui akuisisi.

D. Kekurangan Akuisisi

Kerugian-kerugian akuisisi saham dan akuisisi aset sebagai berikut :

a. Jika cukup banyak pemegang saham minoritas yang tidak menyetujui

pengambilalihan tersebut, maka akuisisi akan batal. Pada umumnya

anggaran dasar perusahaan menentukan paling sedikit dua per tiga

(sekitar 67%) suara setuju pada akuisisi agar akuisisi terjadi.

b. Apabila perusahaan mengambil alih seluruh saham yang dibeli maka

terjadi merger.

c. Pada dasarnya pembelian setiap aset dalam akuisisi aset harus secara

hukum dibalik nama sehingga menimbulkan biaya legal yang tinggi.

15

Langkah-langkah Merger dan Akuisisi

Dalam proses melakukan merger terdapat beberapa langkah yang harus

dilakukan oleh perusahaan sebelum, dalam, maupun setelah merger terjadi.

Menurut Caves, langkah-langkah yang harus diambil dapat dibagi menjadi tiga

bagian (Estanol, B 2004) yaitu:

1. Pre-merger

Pre-merger dalam hal ini merupakan keadaan sebelum merger dimana dalam

tahap ini, tugas dari seluruh jajaran direksi maupun manajemen kedua atau lebih

perusahaan untuk mengumpulkan informasi yang kompeten dan signifikan untuk

kepentingan proses merger perusahaan-perusahaan tersebut.

2. Merger stage

Pada saat perusahaan-perusahaan tersebut memutuskan untuk melakukan merger,

hal yang harus dilakukan oleh mereka untuk pertama kalinya dalam tahapan ini

adalah menyesuaikan diri dan saling mengintegrasikan diri dengan partner

mereka agar dapat berjalan sesuai dengan partner mereka.

3. Post-merger

Pada tahapan ini, terdapat beberapa langkah yang harus dilakukan oleh

perusahaan. Langkah pertama, yang akan dilakukan oleh perusahaan adalah

dengan melakukan restrukturisasi, dimana dalam merger, sering terjadinya

dualisme kepemimpinan yang akan membawa pengaruh buruk dalam organisasi.

Langkah kedua, yang akan diambil adalah dengan membangun suatu kultur baru

dimana kultur atau budaya baru perusahaan atau dapat juga merupakan budaya

yang sama sekali baru bagi perusahaan. Langkah ketiga, yang diambil adalah

dengan cara melancarkan transisi, dimana yang harus dilakukan dalam hal ini

adalah dengan membangun suatu kerjasama, dalam berupa tim gabungan ataupun

kerjasama mutual.

Sedangkan tahapan akuisisi menurut Ronnie H. Rusli (1992) bahwa proses

akuisisi harus melalui tahapan sebagai berikut: (1) izin dari pemegang saham

antara kedua perusahaan, (2) proses negosiasi yang panjang dan mengikutsertakan

16

akuntan, penasehat hukum, dan investment banker, (3) melakukan pembelian

saham yang ada di tangan publik, baik investor minoritas maupun individu, (4)

kewajiban atau hutang dari perusahaan target secara otomatis menjadi kewajiban

perusahaan yang mengambil alih, (5) peleburan sistem manajemen ke dalam

manajemen baru perusahaan yang mengambil alih, (6) proses perizinan mungkin

akan lebih kompleks bila kedua perusahaan tersebut merupakan perusahaan

publik, dan (7) dana yang dibutuhkan akan semakin besar jumlahnya karena

pembelian saham akan bersifat pelelangan dengan tendering.

METODA PENELITIAN

Desain Penelitian

Didalam penelitian ini, digunakan desain penelitian eksploratif-deskriptif

dengan pendekatan studi kasus tunggal (single case study) pada perusahaan PT.

Semen Indonesia Tbk periode 1990-2014. Menurut Yin (2011) studi kasus adalah

suatu inkuiri empiris yang menyelidiki fenomena di dalam konteks kehidupan

nyata, bilamana batas-batas antara fenomena dan konteks tidak tampak secara

tegas atau jelas dan menggunakan berbagai sumber atau multi sumber bukti.

Spesifikasi masalah yang telah dirumuskan seberapa besar dinamika kinerja

keuangan PT. Semen Indonesia Tbk pada saat menjadi perusahaan target (1998)

dan perusahaan bidder (2012) dengan menggunakan beberapa indikator kinerja

keuangan. Penelitian eksploratif adalah penelitian yang bertujuan utama untuk

menjelaskan suatu keadaan dan memberikan pemahaman mengenai permasalahan

yang dialami oleh peneliti. Penelitian eksploratif dalam penelitian ini dilakukan

melalui studi kepustakaan dan riset data-data publikasi untuk menggali dan

mengetahui dinamika kinerja keuangan PT. Semen Indonesia Tbk pada saat

menjadi perusahaan target (1998) dan perusahaan bidder (2012) dengan

menggunakan beberapa indikator kinerja keuangan. Penelitian deskriptif Menurut

Indriantoro dan Supomo (1999;88) adalah penelitian terhadap masalah-masalah

berupa fakta-fakta saat ini dari suatu populasi. Penelitian deskriptif dalam

penelitian ini dilakukan untuk mengetahui gambaran kinerja keuangan yang

17

terjadi pada PT. Semen Indonesia Tbk pada saat menjadi perusahaan target (1998)

dan perusahaan bidder (2012).

Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder, yaitu data

yang diperoleh dari data keuangan (annual report dan financial report) atas

laporan keuangan konsolidasi yang listed di BEI (Bursa Efek Indonesia). Data

yang dikumpulkan adalah perkembangan laporan keuangan perusahaan untuk

periode tahun 1990 sampai tahun 2014. Data keuangan tersebut diperoleh pusat

data Bursa Efek Indonesia (BEI)1 dan situs web seperti

www.semenindonesia.com.

Teknik Analisis Data

Analisis laporan keuangan digunakan untuk mengukur kinerja keuangan

PT. Semen Indonesia Tbk dengan indikator-indikator kinerja keuangan yang

dipilih berupa:

1) Rasio Likuiditas. Di dalam penelitian ini rasio yang dipakai

yaitu Current Ratio dan Free Cash Flow.

a. Current Ratio

Current ratio =

Jika aktiva lancar suatu perusahaan lebih besar dari

hutang lancarnya menunjukkan bahwa kondisi keuangan

perusahaan tersebut dalam keadaan sehat, karena

perusahaan mampu melunasi tagihan-tagihan jangka

pendek yang dimilikinya dari kreditur dapat dipenuhi.

1 Data keuangan dibeli dan dihimpun oleh Hari Sunarto.

18

b. Free Cash Flow

Free Cash Flow =

Jika suatu perusahaan dapat menghasilkan lebih

banyak aliran kas dalam proses kegiatan usahanya ke masa

depan, maka kondisi keuangan perusahaan tersebut dalam

keadaan sehat.

2) Rasio Solvabilitas atau Leverage. Didalam penelitian ini rasio

yang dipakai adalah Debt Ratio dan Debt to Equity Ratio.

a. Debt Ratio

Debt Ratio =

Jika total asset perusahaan lebih besar dibandingkan dengan

total hutangnya, maka kondisi keuangan perusahaan tersebut

dalam keadaan sehat karena perusahaan mampu menjamin

hutangnya dengan asset yang dimiliki oleh perusahaan. Jika

Debt Ratio suatu perusahaan turun menunjukkan bahwa kinerja

perusahaan semakin meningkat dengan menurunnya porsi

hutang dalam pendanaan aktiva. Dengan semakin kecilnya nilai

rasio debt ratio perusahaan menunjukkan bahwa sebagian besar

investasi didanai oleh modal sendiri dan mengakibatkan

pembayaran bungan yang kecil.

b. Debt to Equity Ratio

Debt to Equity Ratio =

Jika hutang jangka panjang perusahaan lebih besar dari

modal yang dimiliki oleh perusahaan, maka kondisi keuangan

perusahaan dalam keadaan tidak sehat karena perusahaan tidak

19

mampu membayar hutang jangka panjangnya dengan

menggunakan modal perusahaan sendiri.

3) Rasio Profitabilitas. Didalam penelitian ini rasio yang dipakai

adalah Return On Asset dan Return On Equity.

a. Return On Asset (ROA)

Return On Asset (ROA) =

Jika suatu perusahaan dapat efisien dalam

memanfaatkan aktivanya dalam kegiatan operasional

perusahaannya, maka kondisi keuangan perusahaan tersebut

dalam keadaan sehat karena perusahaan mampu

menghasilkan keuntungan.

b. Return On Equity (ROE)

Return On Equity (ROE) =

Jika laba bersih suatu perusahaan lebih besar dari

total ekuitasnya, maka kondisi keuangan perusahaan

tersebut dalam keadaan sehat karena perusahaan mampu

menutupi pengeluaran investasinya dengan menggunakan

laba bersih yang dimiliki perusahaan.

20

DINAMIKA KINERJA KEUANGAN

Sejarah Singkat PT. Semen Indonesia Tbk

PT Semen Indonesia (Persero) Tbk, sebelumnya bernama PT Semen

Gresik (Persero) Tbk merupakan perusahaan yang bergerak di bidang industri

semen. Diresmikan di Gresik pada tanggal 7 Agustus 1957 oleh Presiden RI

pertama dengan kapasitas terpasang 250.000 ton semen per tahun. Pada tanggal 8

Juli 1991 saham Semen Gresik tercatat di Bursa Efek Jakarta dan Bursa Efek

Surabaya (kini menjadi Bursa Efek Indonesia) serta merupakan BUMN pertama

yang go public dengan menjual 40 juta lembar saham kepada masyarakat.

Komposisi pemegang saham pada saat itu: Negara RI 73% dan masyarakat 27%.

Pada bulan September 1995, Perseroan melakukan Penawaran Umum

Terbatas I (Right Issue I), yang mengubah komposisi kepemilikan saham menjadi

Negara RI 65% dan masyarakat 35%. Pada tanggal 15 September 1995 PT Semen

Gresik berkonsolidasi dengan PT Semen Padang dan PT Semen Tonasa. Total

kapasitas terpasang Perseroan saat itu sebesar 8,5 juta ton semen per tahun.

Pada tanggal 17 September 1998, Negara RI melepas kepemilikan

sahamnya di Perseroan sebesar 14% melalui penawaran terbuka yang

dimenangkan oleh Cemex S. A. de C. V., perusahaan semen global yang berpusat

di Meksiko. Komposisi kepemilikan saham berubah menjadi Negara RI 51%,

masyarakat 35%, dan Cemex 14%. Kemudian tanggal 30 September 1999

komposisi kepemilikan saham berubah menjadi: Pemerintah Republik Indonesia

51,01%, masyarakat 23,46% dan Cemex 25,53%.

Pada tanggal 27 Juli 2006 terjadi transaksi penjualan saham Cemex Asia

Holdings Ltd. kepada Blue Valley Holdings PTE Ltd. sehingga komposisi

kepemilikan saham berubah menjadi Negara RI 51,01% Blue Valley Holdings

PTE Ltd. 24,90%, dan masyarakat 24,09%.

Pada akhir Maret 2010, Blue Valley Holdings PTE Ltd, menjual seluruh

sahamnya melalui private placement, sehingga komposisi pemegang saham

Perseroan berubah menjadi Pemerintah 51,01% dan publik 48,99%.

21

Pada tanggal 18 Desember 2012 Perseroan resmi mengambil alih 70%

kepemilikan saham Thang Long Cement Joint Stock Company (TLCC) dari Hanoi

General Export-Import Joint Stock Company (Geleximco) di Vietnam,

berkapasitas 2,3 juta ton. Aksi korporasi ini menjadikan Perseroan tercatat sebagai

BUMN Multinational yang pertama di Indonesia. Dengan akuisisi TLCC tersebut,

hingga akhir 2012, kapasitas desain Perseroan menjadi sebesar 28,5 juta ton (26,2

juta ton di Indonesia dan 2,3 juta ton di Vietnam) semen per tahun. Pada tanggal

20 Desember 2012 Perseroan resmi berperan sebagai Strategic Holding Company

sekaligus merubah nama, dari PT. Semen Gresik (Persero) Tbk menjadi PT.

Semen Indonesia (Persero) Tbk.

Perseroan telah menetapkan kebijakan-kebijakan mendasar dalam

pengelolaan dan pengembangan karyawan, guna menjamin tercapainya visi

Perseroan. Semen gresik memiliki kepercayaan besar bahwa karyawan merupakan

salah satu unsur yang paling penting dari stakeholder dalam mencapai sebuah

keberhasilan perusahaan. Perseroan yakin bahwa setiap karyawan memiliki

kapasitas untuk berkontribusi bagi perusahaan. Semen Gresik berusaha untuk

membina hubungan yang lebih baik di semua tingkat staf dan manajemen

perusahaan untuk saling bekerja sama dengan tujuan untuk meningkatkan

produktivitas dan efisiensi dalam rangka membantu semua divisi dalam

mempertahankan pangsa pasar dan profitabilitas di pasar yang semakin

kompetitif.

Visi dan Misi Perusahaan

PT. Semen Indonesia Tbk dalam menjalankan operasionalnya untuk

mendapatkan hasil sesuai dengan tujuan pendirian perseroan, maka PT. Semen

Indonesia Tbk mempunyai visi dan misi yang jelas.

Visi PT. Semen Indonesia Tbk

Menjadi perusahaan semen bertaraf internasional yang tekermuka dan

mampu meningkatkan nilai tambah kepada para pemangku kepentingan

(stakeholders).

22

Misi PT. Semen Indonesia Tbk:

a. Memproduksi, memperdagangkan semen dan produk terkait

lainnya yang berorientasikan kepuasan konsumen dengan

menggunakan teknologi yang ramah lingkungan.

b. Mewujudkan manajemen perusahaan yang berstandar internasional

dengan menjunjung tinggi etika bisnis, semangat kebersamaan, dan

bertindak proaktif, efisien serta inovatif dalam berkarya.

c. Memiliki keunggulan bersaing dalam pasar semen domestik dan

internasional.

d. Memberdayakan dan mensinergikan unit-unit usaha strategik untuk

meningkatkan nilai tambah secara berkesinambungan.

e. Memiliki komitmen terhadap peningkatan kesejahteraan pemangku

kepentingan (stakeholders) terutama pemegang saham, karyawan

dan masyarakat sekitar.

Kegiatan Usaha

Sesuai dengan misi dan akta pendiriannya, kegiatan perseroan

dimaksudkan mencakup:

a. Produksi

Menambang dan/atau menggali dan/atau mengolah bahan-bahan

mentah tertentu menjadi bahan-bahan pokok yang diperlukan guna

pembuatan semen, mengolah bahan-bahan pokok tersebut menjadi

berbagai macam semen (semen Portland, semen putih dan lain

sebagainya) serta mengolah berbagai macam semen itu lebih lanjut

menjadi barang-barang jadi yang lebih bermanfaat.

b. Pemberian Jasa

Memberi jasa untuk industri semen, antara lain studi penelitian,

pengembangan, rancang bangun perekayasaan industri, konstruksi,

manajemen, pengoperasian pabrik pergudangan dan angkutan,

reparasi/perbaikan, pemeliharaan peralatan, pabrikasi alat-alat,

23

konsultasi kecuali konsultasi dalam bidang hukum, dan jasa teknis

lainnya.

c. Perdagangan

Menyelenggarakan kegiatan pemasaran dan distribusi berbagai

macam semen serta barang-barang hasil produksi lainnya atau

barang-barang yang menggunakan semen sebagai bahan pokok

dengan cara-cara dan/atau jalan-jalan tertentu serta melakukan

kegiatan-kegiatan perdagangan baik dalam maupun luar negeri.

d. Usaha Lainnya

Melakukan kegiatan usaha atau usaha jasa lainnya yang merupakan

sarana pelengkap atau penunjang guna mencapai tujuan perseroan.

PEMBAHASAN HASIL ANALISIS RASIO DAN TREND KEUANGAN

Perusahaan PT. Semen Indonesia ini berdiri pada tahun 1955 dan

kemudian menjadi perusahaan go public pertama di Indonesia pada tahun 1991.

Perusahaan yang bergerak dibidang industri semen ini menjadi perusahaan bidder

pada tahun 1995 saat mengakuisisi PT. Semen Tonasa dan PT. Semen Padang dan

juga mengakuisisi perusahaan luar negeri yaitu Thang Long Cement pada tahun

2012. Perusahaan juga pernah menjadi perusahaan target pada tahun 1998 yang

kala itu diakuisisi oleh CEMEX.

Untuk mengungkap kinerja keuangan PT. Semen Indonesia Tbk pada

periode 1990-2014 yang ditandai oleh dua tonggak bersejarah sebagai perusahaan

target (1998) dan sebagai perusahaan bidder (2012), maka diperlukan indikator-

indikator kinerja keuangan yang dipilih sebagai berikut:

24

Analisis Rasio Likuiditas

Gambar 1

Hasil Perhitungan Current Ratio

Sumber: Lampiran 1

Berdasarkan gambar 1, kondisi current ratio perusahaan mulai mengalami

peningkatan signifikan pada tahun 2006 mencapai 284% (lihat lampiran 1, tabel 1)

dengan nilai aset lancar sebesar Rp. 4,2 milyar dan hutang jangka pendek

perusahaan sebesar Rp. 1,5 milyar (lihat lampiran 1, tabel 1). Peningkatan ini

terjadi karena pada tahun tersebut Cemex menjual saham perusahaan kepada Blue

Valley yang mempengaruhi aset lancar perusahaan, sehingga perusahaan dapat

melunasi hutang jangka pendeknya oleh kreditur dapat dipenuhi.

126% 171%

0%

100%

200%

300%

400%

1993

19

94

19

95

1996

19

97

19

98

19

99

20

00

20

01

20

02

20

03

20

04

20

05

20

06

20

07

20

08

2009

20

10

20

11

2012

20

13

20

14

25

Gambar 2

Hasil Perhitungan Current Ratio (Tahun 1998 dan 2012)

Sumber: Lampiran 2

Trend keuangan perusahaan pada saat menjadi perusahaan target (1998)

menunjukkan bahwa presentase current ratio perusahaan terus mengalami

penurunan, dimana di akhir tahun nilai current ratio perusahaan sebesar 126%

(lihat lampiran 1, tabel 1) dengan aset lancar sebesar Rp. 1,4 milyar dan hutang

jangka pendek sebesar Rp. 1,1 milyar (lihat lampiran 1, tabel 1). Sedangkan trend

keuangan perusahaan pada saat menjadi perusahaan bidder (2012) menunjukkan

bahwa presentase current ratio perusahaan mengalami naik-turun sepanjang tahun

dengan nilai current ratio akhir tahun sebesar 171% (lihat lampiran 1, tabel 1)

dengan aset lancar sebesar Rp. 8,2 milyar dan hutang jangka pendek perusahaan

sebesar Rp. 4,9 milyar (lihat lampiran 1, tabel 1). Jika dilihat dari trend keuangan

perusahaan saat menjadi perusahaan target (1998) dan perusahaan bidder (2012)

menunjukkan bahwa perusahaan dapat melunasi tagihan-tagihan hutang jangka

pendek yang dimilikinya dari kreditur dapat dipenuhi karena besarnya aset

perusahaan.

219% 199% 187%

238%

178%

256%

0%

100%

200%

300%

400%

500%

Maret Juni September

Tahun 1998 Tahun 2012

26

Analisis Rasio Solvabilitas

Gambar 3

Hasil Perhitungan Debt Ratio

Sumber: Lampiran 3

Berdasarkan gambar 3, nilai debt ratio perusahaan paling rendah pada

tahun 1991 dengan presentase 2% (lihat lampiran 3, tabel 3 ) dengan total hutang

perusahaan sebesar Rp. 15,8 juta dan total aset sebesar Rp. 661 juta (lihat

lampiran 3, tabel 3). Sedangkan peningkatan debt ratio perusahaan di mulai pada

tahun 1996 sebesar 41% (lihat lampiran 3, tabel 3) dengan total hutang perusahaan

sebesar Rp. 1,8 milyar dan total aset perusahaan sebesar Rp. 4,2 milyar (lihat

lampiran 3, tabel 3). Nilai debt ratio perusahaan kembali mengalami penurunan

pada tahun 2006, dimana pada saat itu Cemex menjual sahamnya kepada Blue

Valley sehingga mempengaruhi trend keuangan perusahaan. Dimana pada tahun

2006, presentase debt ratio perusahaan sebesar 26% (lihat lampiran 3, tabel 3)

dengan total hutang sebesar Rp. 2 milyar dan total aset sebesar Rp. 7,5 milyar

(lihat lampiran 3, tabel 3).

59%

32%

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

70%

1990

19

91

19

92

1993

19

94

19

95

1996

19

97

19

98

1999

20

00

20

01

2002

20

03

20

04

2005

20

06

20

07

2008

20

09

20

10

2011

20

12

20

13

2014

27

Gambar 4

Hasil Perhitungan Debt Ratio (Tahun 1998 dan 2012)

Sumber: Lampiran 4

Trend keuangan perusahaan pada saat menjadi perusahaan target (1998)

menunjukkan presentase debt ratio yang naik-turun sepanjang tahun tersebut

dengan presentase akhir tahun sebesar 59% (lihat lampiran 3, tabel 3) dengan total

hutang perusahaan sebesar Rp. 4,2 milyar dan total aset perusahaan sebesar

Rp. 7,1 milyar (lihat lampiran 3, tabel 3). Sedangkan pada saat perusahaan

menjadi perusahaan bidder (2012) trend keuangan perusahaan menunjukkan

angka presentase debt ratio mengalami naik-turun juga dengan presentase akhir

tahun sebesar 32% (lihat lampiran 3, tabel 3) dengan total hutang sebesar Rp. 8,5

milyar dan total aset sebesar Rp. 27 milyar (lihat lampiran 3, tabel 3). Selisih total

hutang perusahaan saat menjadi perusahaan target (1998) dan perusahaan bidder

(2012) sebesar Rp. 4,3 milyar dan selisih total aset sebesar Rp. 19,9 milyar. Jika

dilihat dari trend keuangan pada saat menjadi perusahaan target (1998) dan

perusahaan bidder (2012) menunjukkan bahwa perusahaan mampu menjamin

hutang yang dimilikinya dengan aset yang dimiliki oleh perusahaan.

58% 68% 64%

27% 22% 28%

0%

50%

100%

Maret Juni September

Tahun 1998 Tahun 2012

28

Gambar 5

Hasil Perhitungan Debt Equity Ratio

Sumber: Lampiran 5

Berdasarkan gambar 5, menunjukkan bahwa nilai debt equity ratio

perusahaan mulai mengalami kenaikan pada tahun 1996 dengan angka 71% (lihat

lampiran 5, tabel 5) dengan hutang jangka pendek sebesar Rp. 845 juta, hutang

jangka panjang sebesar Rp. 900 juta, dan modal yang dimiliki oleh perusahaan

sebesar Rp. 2.5 milyar (lihat lampiran 5, tabel 5). Peningkatan ini terjadi akibat

adanya ekspansi nasional yang dilakukan oleh perusahaan yaitu pada tahun 1995

perusahaan mengakuisisi PT. Semen Tonasa dan PT. Semen Padang sehingga

mempengaruhi pertumbuhan nilai debt equity ratio perusahaan pada tahun 1996.

Sedangkan peningkatan yang sangat signifikan terjadi pada tahun 1998 dimana

pada saat itu perusahaan diakuisisi oleh Cemex dengan nilai presentase debt

equity ratio 162% (lihat lampiran 5, tabel 5) dengan hutang jangka pendek sebesar

Rp. 1,1 milyar, hutang jangka panjang sebesar Rp. 3,1 milyar, dan modal yang

dimiliki oleh perusahaan sebesar Rp. 2,6 milyar (lihat lampiran 5, tabel 5).

Sedangkan penurunan terjadi pada tahun 2006 dengan presentase debt equity ratio

sebesar 35% (lihat lampiran 5, tabel 5) dengan hutang jangka pendek sebesar

Rp. 2 milyar dan modal yang dimiliki oleh perusahaan sebesar Rp. 5,5 milyar.

Penurunan ini terjadi karena pada tahun tersebut perusahaan tidak lagi memiliki

hutang jangka panjang karena sudah dilunasi pada tahun sebelumnya.

162%

46%

0%

50%

100%

150%

200%

19

90

19

91

19

92

19

93

19

94

19

95

19

96

1997

19

98

19

99

20

00

20

01

20

02

20

03

20

04

20

05

2006

20

07

20

08

20

09

2010

20

11

20

12

20

13

20

14

29

Gambar 6

Hasil Perhitungan Debt Equity Ratio (Tahun 1998 dan 2012)

Sumber: Lampiran 6

Trend keuangan perusahaan saat menjadi perusahaan target pada tahun

1998 menunjukkan presentase debt equity ratio pada akhir tahun mengalami

penurunan sebesar 51% menjadi 162% (lihat lampiran 5, tabel 5) dengan hutang

jangka pendek sebesar Rp. 1,1 milyar, hutang jangka panjang sebesar Rp. 3,1

milyar, dan modal yang dimiliki oleh perusahaan sebesar Rp. 2,6 milyar (lihat

lampiran 5, tabel 5). Dengan demikian, kondisi keuangan perusahaan pada tahun

tersebut termasuk dalam keadaan tidak baik karena total hutang yang dimiliki oleh

perusahaan lebih besar daripada modal yang dimiliki oleh perusahaan yang berarti

perusahaan tidak mampu membayar hutang jangka panjangnya dengan

menggunakan modal perusahaan sendiri. Sedangkan pada saat perusahaan

menjadi perusahaan bidder (2012) menunjukkan bahwa debt equity ratio

perusahaan mengalami naik-turun sepanjang tahun tersebut dimana pada akhir

tahun debt equity ratio perusahaan sebesar 46% (lihat lampiran 5, tabel 5) naik 8%

dari bulan September. Pada tahun tersebut hutang jangka pendek perusahaan

sebesar Rp. 8,4 milyar dan modal yang dimiliki oleh perusahaan sebesar Rp. 18,2

milyar (lihat lamnpiran 5, tabel 5). Dengan besarnya modal perusahaan

dibandingkan hutang jangka pendek perusahaan, menandakan bahwa kondisi

keuangan perusahaan saat menjadi perusahaan bidder (2012) dalam keadaan baik

yang berarti perusahaan mampu membayar hutang yang dimilikinya dengan

165%

247% 213%

37%

51% 38%

0%

100%

200%

300%

400%

Maret Juni September

Tahun 1998 Tahun 2012

30

menggunakan modal yang dimiliki oleh perusahaan. Selisih hutang jangka pendek

perusahaan saat menjadi perusahaan target (1998) dan perusahaan bidder (2012)

sebesar Rp. 7,4 milyar dan modal yang dimiliki oleh perusahaan sebesar

Rp. 15,6 milyar.

Analisis Rasio Profitabilitas

Gambar 7

Hasil Perhitungan Return On Asset

Sumber: Lampiran 7

Berdasarkan gambar 7, menunjukkan bahwa presentase return on asset

perusahaan mengalami peningkatan yang sangat signifikan pada tahun 1990

sebesar 43% (lihat lampiran 7, tabel 7) dengan laba bersih sebesar Rp. 166 juta

dan total aset perusahaan sebesar Rp. 382 juta (lihat lampiran 7, tabel 7).

Penurunan return on asset perusahaan terjadi pada tahun 1991 sebesar 30%

menjadi 13% (lihat lampiran 7, tabel 7) dengan laba bersih perusahaan sebesar

Rp. 85 juta dan total aset perusahaan sebesar Rp. 661 juta (lihat lampiran 7, tabel

7). Penurunan return on asset perusahaan ini terjadi karena pada tahun tersebut

perusahaan tercatat di Bursa Efek Indonesia dengan menjadi perusahaan BUMN

pertama yang menjadi perusahaan go public sehingga dapat mempengaruhi

kondisi return on asset perusahaan dengan total aset perusahaan yang mengalami

peningkatan dari tahun sebelumnya.

3%

19%

0%

10%

20%

30%

40%

50%

31

Gambar 8

Hasil Perhitungan Return On Asset (Tahun 1998 dan 2012)

Sumber: Lampiran 8

Trend keuangan perusahaan pada saat menjadi perusahaan target (1998)

menunjukkan bahwa return on asset perusahaan pada akhir tahun sebesar 3%

(lihat lampiran 7, tabel 7) dengan laba bersih perusahaan sebesar Rp. 222 juta dan

total aset perusahaan sebesar Rp. 7,1 milyar (lihat lampiran 7, tabel 7). Hal ini

mengakibatkan kondisi keuangan perusahaan dalam keadaan tidak baik.

Perusahaan tidak mampu menghasilkan keuntungan karena perusahaan tidak

bijaksana dalam memanfaatkan asetnya dalam kegiatan operasional perusahaan.

Sedangkan pada saat perusahaan menjadi perusahaan bidder (2012) menunjukkan

bahwa nilai return on asset perusahaan mengalami peningkatan sepanjang tahun

tersebut dimana nilai return on asset perusahaan naik 4% menjadi 19% (lihat

lampiran 7, tabel 7) dengan laba bersih sebesar Rp. 5 milyar dan total aset

perusahaan sebesar Rp. 27 milyar (lihat lampiran 7, tabel 7). Hal ini menandakan

bahwa kondisi keuangan perusahan dalam keadaan baik. Perusahaan mampu

menghasilkan keuntungan karena perusahaan bijaksana dalam memanfaatkan

asetnya dalam kegiatan operasional perusahaan. Selisih laba bersih perusahaan

saat menjadi perusahaan target (1998) dan perusahaan bidder (2012) sebesar

Rp. 4,8 milyar dan selisih total aset sebesar Rp. 19,9 milyar.

1% 2%

3% 5%

9%

15%

0%

5%

10%

15%

20%

Maret Juni September

Tahun 1998 Tahun 2012

32

Gambar 9

Hasil Perhitungan Return On Equity

Sumber: Lampiran 9

Berdasarkan gambar 9, menunjukkan bahwa return on equity perusahaan

tertinggi pada tahun 1990 dengan angka 55% (lihat lampiran 9, tabel 9) dengan

laba bersih sebesar Rp. 166 juta dan jumlah modal perusahaan sebesar Rp. 301

juta (lihat lampiran 9, tabel 9). Penurunan return on equity perusahaan pada tahun

1991 mencapai 42% menjadi 13% (lihat lampiran 9, tabel 9) dengan laba bersih

sebesar Rp. 84 juta dan total modal perusahaan sebesar Rp. 645 juta 9lihat

lampiran 9, tabel 9). Penurunan ini terjadi saat perusahaan tercatat di Bursa Efek

Indonesia dan menajdi BUMN pertama yang go public.

9%

27%

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

19

90

19

91

19

92

19

93

19

94

19

95

19

96

19

97

1998

19

99

20

00

20

01

20

02

20

03

20

04

2005

20

06

20

07

20

08

20

09

20

10

20

11

2012

20

13

20

14

33

Gambar 10

Hasil Perhitungan Return On Equity (Tahun 1998 dan 2012)

Sumber: Lampiran 10

Trend keuangan perusahaan pada saat menjadi perusahaan target (1998)

menunjukkan bahwa return on equity perusahaan sebesar 9% (lihat lampiran

9,tabel 10) dengan laba bersih Rp. 222 juta dan total modal sebesar Rp. 2.6 milyar

(lihat lampiran 9, tabel 9). Hal ini menandakan bahwa perusahaan tidak mampu

mengembalikan modal yang diberikan oleh pemilik. Hal ini juga terjadi akibat

pada tahun tersebut perusahaan memasuki masa-masa sulit sehingga

mempengaruhi nilai return on equity ratio perusahaan. Sedangkan pada saat

perusahaan menjadi perusahaan bidder (2012) nilai return on equity perusahaan

naik sebesar 6% menjadi 27% (lihat lampiran 9, tabel 9) dengan laba bersih

sebesar Rp. 5 milyar dan total modal sebesar Rp. 18,2 milyar (lihat lampiran 9,

tabel 9). Dengan demikian, kondisi keuangan perusahaan dalam keadaan baik

karena perusahaan mampu mengembalikan modal yang diberikan oleh pemilik.

Selisih laba bersih perusahaan saat menjadi perusahaan target (1998) dan

perusahaan bidder (2012) sebesar Rp. 4,8 milyar dan selisih total modal sebesar

Rp. 15,6 milyar.

1%

5%

9% 6%

14%

21%

0%

5%

10%

15%

20%

25%

30%

35%

Maret Juni September

Tahun 1998 Tahun 2012

34

Analisis Free Cash Flow

Gambar 11

Hasil Perhitungan Free Cash Flow

Sumber: Lampiran 11

Trend keuangan perusahaan pada saat menjadi perusahaan target (1998)

menunjukkan bahwa nilai free cash flow perusahaan sebesar Rp. 1,6 milyar (lihat

lampiran 11, tabel 11) dengan arus kas operasi perusahaan sebesar Rp. 102 juta

dan belanja modal perusahaan sebesar Rp. 1,4 milyar (lihat lampiran 11, tabel 11).

Sedangkan pada saat perusahaan menjadi perusahaan bidder (2012) menunjukkan

nilai free cash flow perusahaan sebesar Rp. 10,4 milyar (lihat lampiran 11, tabel

12) dengan arus kas operasi sebesar Rp. 5.6 milyar dan belanja modal perusahaan

sebesar Rp. 4,8 milyar (lihat lampiran 11, tabel 11). Hal ini menandakan bahwa

kondisi keuangan perusahaan pada saat menjadi perusahaan target (1998) dan

perusahaan bidder (2012) dalam keadaan baik yang berarti perusahaan mampu

untuk menghasilkan lebih banyak aliran kas dalam proses kegiatan usahanya ke

masa depan.

1.515.911.904

10.366.138.761

-

2.000.000.000

4.000.000.000

6.000.000.000

8.000.000.000

10.000.000.000

12.000.000.000

1995

1996

1997

1998

1999

2000

2001

2002

2003

2004

2005

2006

2007

2008

2009

2010

2011

2012

2013

2014

35

PENUTUP

KESIMPULAN

Tahun 1998

Kondisi keuangan perusahaan dalam keadaan sehat atau tidak

mengalami kesulitan keuangan. Hal ini didasarkan karena total

aset perusahaan lebih besar dibandingkan dengan total hutang

perusahaan sehingga perusahaan mampu membayar hutang jangka

pendeknya dengan tepat waktu. Hal ini juga dikarenakan pada

tahun tersebut perusahaan diakuisisi oleh CEMEX sehingga dapat

memperbaiki kondisi keuangan perusahaan.

Jika melihat pada nilai debt ratio perusahaan total hutang

perusahaan mengalami penurunan pada akhir tahun, sehingga

mempengaruhi kondisi keuangan perusahaan. Menurunnya debt

ratio perusahaan menunjukkan bahwa kondisi keuangan

perusahaan pada tahun tersebut dalam keadaan sehat karena

perusahaan mampu membayarkan hutang jangka panjangnya

dengan menggunakan aset yang dimiliki oleh perusahaan.

Nilai debt equity ratio perusahaan termasuk dalam kategori tidak

sehat atau perusahaan mengalami kondisi kesulitan keuangan

karena total hutang yang dimiliki oleh perusahaan lebih besar

dibandingkan dengan modal yang dimiliki oleh perusahaan

sehingga kondisi keuangan perusahaan terpuruk dan

mempengaruhi kegiatan operasional perusahaan. Hal ini

menandakan bahwa CEMEX belum bisa memberikan dampak

yang positif terhadap nilai debt equity ratio perusahaan.

Penurunan laba bersih, total modal perusahaan, dan total aset

perusahaan menempatkan perusahaan pada tahun tersebut dalam

kondisi kesulitan keuangan atau tidak sehat.

Perusahaan memiliki ketersediaan uang/kas untuk menjalankan

kegiatan operasionalnya.

36

Tahun 2012

Keputusan perusahaan untuk mengakuisisi Thang Long Cement

sangat tepat karena memberikan dampak yang positif bagi

perusahaan. Hal ini dapat dilihat pada aset lancar, total aset, laba

bersih, dan modal perusahaan yang terus meningkat meskipun

total hutang perusahaan juga meningkat, tetapi perusahaan tetap

bisa membayar hutangnya dengan menggunakan aset yang

dimiliki.

Dengan mengakuisisi Thang Long Cement perusahaan memiliki

ketersediaan uang/kas yang baik dalam menjalankan kegiatan

operasional perusahaan.

SARAN

Dengan menekan beban bunga dengan jalan mengurangi hutang

pada pihak ketiga maupun hutang jangka panjang yang jatuh

tempo dapat membantu perusahaan untuk memenuhi hutang

jangka pendek dan jangka panjangnya sehingga perusahaan dapat

keluar dari kondisi kesulitan keuangan.

37

DAFTAR PUSTAKA

Agus, Sartono. 2001. Manajemen Keuangan: Teori dan Aplikasi. Edisi Ke Empat.

Yogyakarta: BPFE.

Asosiasi Semen Indonesia (ASI) Tahun 2014

Caves, R. 1989. Mergers, Take Overs and Economical Efficiency. International

Journal of Industrial Organization: 151-174.

Foster, G. 1986. Financial Statement Analysis. Englewood cliffs, NJ; Practice

Hall, Second Edition.

Ikatan Akuntan Indonesia, Standar Akuntansi Keuangan, Salemba Empat, Jakarta

2002

Indriantoro, Nur dan Bambang Supomo. 1999. Metodologi Penelitian Bisnis untuk

Akuntansi dan Manajemen. Edisi Pertama, Cetakan Pertama. Malang:

BPFE.

James C, Van Horne dan John M. Wachowicz. 2005. Prinsip-Prinsip Manajemen

Keuangan. Edisi Kedua belas, Jakarta: Salemba Empat.

Laporan Tahunan PT. Semen Indonesia Tbk Tahun 2014

Media Indonesia (19 Agustus 1998): hal.2

Moin, Abdul. 2003. Merger, Akuisisi dan Divestasi. Jilid 1. Yogyakarta: Ekonisia.

Munawir. 2010. Analisis Laporan Keuangan. Edisi Keempat. Yogyakarta: Liberty

Yogyakarta.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No.27 (revisi 2010) tentang

Penggabungan, Peleburan dan Pengambilalihan Perseroan Terbatas.

Pitoyo, Dimas Ragil K. 2007. Penilaian Kinerja Keuangan Perusahaan Dengan

Metode Rasio Keuangan, Economic Value Added (EVA) Dan Market

38

Value Added (MVA) (Studi Pada Perusahaan Semen Yang Go Public ).

Skripsi. Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiah. Malang.

Pringle, J.J., and Harris, R.S. 1987. Esentials of Managerial Finance. 2nd ed.,

Illinois London.

R A Rahman & R J Limmack. 2000. Corporate acquisitions and the operating

performance of malaysian companies. Journal Business Finance &

Accounting.

Ronnie H. Rusli. 1992. Konsolidasi atau Akuisisi Yang Terjadi Di Dalam

Kelompok Bisnis Di Indonesia. Usahawan, No.8 TH XXI Agustus,

Jakarta.

Sawir, Agnes. 2005. Analisis Kinerja Keuangan dan Perencanaan Keuangan

Perusahaan. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Shinta, H.A, Era. 2008.” Analisis Perbedaan Kinerja Keuangan Sebelum dan

Sesudah merger dan akuisisi (Studipada perusahaan manufaktur yang

melakukan merger dan akuisisi yang tercatat pada BEJ). Skripsi. Fakultas

Ekonomi Universitas Muhammadiah. Malang.

Ulfah. 2007. Analisis Pengelolaan Modal Kerja Untuk Meningkatkan

Produktivitas Perusahaan (Studi Pada PT Semen Gresik Tbk). Skripsi. FE

UIN.

Undang- Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Merger.

Weston J. Fred & Copeland Thomas. 1996. Managerial Finance. The Dryden

Press (1996).

www.semenindonesia.co.id

Yin, R. K. 2011. Studi Kasus Desain dan Metode. Jakarta: Rajawali Pers, 2011.

39

Lampiran 1

Analisis Rasio Likuiditas

Tabel 1

Perhitungan Current Ratio

Tahun

Aktiva Lancar

(Rp. ‘000)

Hutang Lancar

(Rp.’000) Current ratio

1990 308,047,517 81,390,411 378%

1991 503,544,087 15,784,806 3190%

1992 386,919,631 28,037,902 1380%

1993 208,467,416 87,538,440 238%

1994 170,440,087 134,898,600 126%

1995 649,540,513 491,568,514 132%

1996 708,204,318 845,278,012 84%

1997 739,605,709 802,924,626 92%

1998 1,375,439,786 1,091,655,405 126%

1999 1,734,995,095 1,299,953,455 133%

2000 2,274,954,447 1,182,147,200 192%

2001 3,999,054,390 3,185,260,822 126%

2002 2,375,954,057 1,736,970,761

137%

2003 2,462,718,466 1,848,137,873 133%

2004 2,836,339,405 1,777,388,315 160%

2005 3,740,622,983 2,165,374,197 173%

2006 4,153,262,738 1,460,082,635 284%

2007 5,267,911,660 1,445,874,275 364%

2008 7,083,421,705 2,090,588,965 339%

2009 8,207,041,215 2,294,842,315 358%

2010 7,345,867,929 2,517,518,619 292%

2011 7,646,144,851 2,889,137,195

265%

2012 8,231,297,105 4,825,204,637 171%

2013 9,972,110,370 5,297,630,537 188%

2014 11,648,544,675 5,273,269,122 221%

Sumber: data sekunder diolah, 2015

40

Lampiran 2

Analisis Rasio Likuiditas (1998 dan 2012)

Tabel 2

Perhitungan Current Ratio (1998 dan 2012)

Tahun

Aktiva Lancar

(Rp.’000)

Hutang Lancar

(Rp.’000) Current ratio

1998

Maret 1,402,679,000 639,544,000 219%

Juni 1,785,417,682 897,296,564 199%

September 1,852,499,000 989,401,000 187%

2012

Maret 8,297,496,715 3,479,196,113 238%

Juni 8,679,252,732 4,867,571,419 178%

September 7,906,682,546 3,087,096,079 256%

Sumber: data sekunder diolah (2015)

41

Lampiran 3

Analisis Rasio Solvabilitas DR

Tabel 3

Perhitungan Debt Ratio

Tahun

Total Hutang

(Rp. ‘000)

Total Aktiva

(Rp. ‘000) Debt Ratio

1990 81,390,411 382,295,848 21%

1991 15,784,806 661,040,554 2%

1992 209,958,502 891,530,126 24%

1993 268,762,927 969,080,636 28%

1994 274,046,744 1,006,246,449 27%

1995 1,023,619,265 3,351,112,191 31%

1996 1,745,049,462 4,230,668,195 41%

1997 2,651,792,759 5,286,098,804 50%

1998 4,185,956,153 7,089,637,946 59%

1999 3,986,429,072 7,203,340,288 55%

2000 4,462,279,046 7,502,821,415 59%

2001 5,557,748,375 8,763,074,922

63%

2002 3,639,857,716 6,872,345,873 53%

2003 3,168,286,785 6,559,495,832 48%

2004 2,960,743,697 6,665,831,332 44%

2005 2,761,748,634 7,297,859,559 38%

2006 1,915,242,938 7,496,419,127 26%

2007 1,795,640,393 8,515,227,431 21%

2008 2,429,248,657 10,602,963,724 23%

2009 2,625,604,488 12,951,308,161 20%

2010 3,423,246,058 15,562,998,946 22%

2011 5,046,505,788 19,661,602,767

26%

2012 8,414,229,138 26,579,084,786

32%

2013 8,988,908 30,792,884 29%

2014 9,312,214 34,314,666 27%

Sumber: data sekunder diolah, 2015

42

Lampiran 4

Analisis Rasio Solvabilitas DR (1998 dan 2012)

Tabel 4

Perhitungan Debt Ratio (1998 dan 2012)

Tahun

Total Hutang

(Rp.’000)

Total Aktiva

(Rp.’000) Debt Ratio

1998

Maret 3,747,335,000 6,421,535,000 58%

Juni 5,683,383,995 8,373,842,568 68%

September 4,898,103,000 7,691,988,000 64%

2012

Maret 5,788,319,984 21,418,200,109 27%

Juni 4,867,571,419 22,278,132,294 22%

September 6,159,120,278 22,209,628,264

28%

Sumber: data sekunder diolah 2015

43

Lampiran 5

Analisis Rasio Solvabilitas DER

Tabel 5

Perhitungan DER

Tahun

Hutang Lancar

(Rp. ‘000)

Hutang Jangka Panjang

(Rp. ‘000)

Modal sendiri

(Rp. ‘000) DER

1990 81,390,411

300,905,437 27%

1991 15,784,806 201,411,000 645,054,337 34%

1992 28,037,902 181,920,600 681,571,624 31%

1993 87,538,440 181,224,487 690,558,642

39%

1994 134,898,600 139,148,144 720,935,080 38%

1995 491,568,514 532,050,751 2,313,051,295 44%

1996 845,278,012 899,771,450 2,467,297,676 71%

1997 802,924,626 1,848,868,133 2,612,140,565 102%

1998 1,091,655,405 3,094,300,748 2,578,953,273 162%

1999 1,299,953,455 2,686,475,617 2,739,428,328 146%

2000 1,182,147,200 3,280,131,846 2,981,248,182 150%

2001 3,185,260,822 2,372,487,553 3,161,614,263 176%

2002 1,736,970,761 1,902,886,955 3,181,038,092 114%

2003 1,848,137,873 1,320,148,912 3,333,774,250 95%

2004 1,777,388,315 1,183,355,382 3,642,437,176 81%

2005 2,165,374,197 596,374,437 4,466,931,546 62%

2006 1,915,242,938

5,499,614,451 35%

2007 1,795,640,393

6,627,262,565 27%

2008 2,429,248,657

8,069,585,873 30%

2009 2,625,604,488

10,325,703,673

25%

2010 3,423,246,058

12,139,752,888 28%

2011 5,046,505,788

14,615,096,979 35%

2012 8,414,229,138

18,164,854,648 46%

2013 8,988,908

21,803,976 41%

2014 9,312,214

25,002,452 37%

Sumber: data sekunder diolah, 2015

44

Lampiran 6

Analisis Rasio Solvabilitas DER (1998 dan 2012)

Tabel 6

Perhitungan DER (1998 dan 2012)

Tahun

Hutang

Lancar

(Rp.’000)

Hutang Jangka

Panjang

(Rp.’000)

Modal Sendiri

(Rp.’000)

Debt Equity

Ratio

1998

Maret 639,544,000 3,747,335,000 2,651,094,000 165%

Juni 897,296,564 5,683,383,995 2,664,176,894 247%

September 989,401,000 4,898,103,000 2,767,580,000 213%

2012

Maret 5,788,319,984

15,629,880,125 37%

Juni 7,526,290,380

14,751,841,914 51%

September 6,159,120,278

16,050,507,986 38%

Sumber: data sekunder diolah 2015

45

Lampiran 7

Analisis Rasio Profitabilitas ROA

Tabel 7

Perhitungan ROA

Tahun

Laba Bersih

(Rp. ‘000)

Total Aktiva

(Rp. ‘000) ROA

1990 165,802,430 382,295,848 43%

1991 84,436,610 661,040,554 13%

1992 79,409,339 891,530,126 9%

1993 48,691,687 969,080,636 5%

1994 54,722,281 1,006,246,449 5%

1995 162,547,756 3,351,112,191 5%

1996 219,267,453 4,230,668,195 5%

1997 232,552,025 5,286,098,804 4%

1998 221,610,310 7,089,637,946 3%

1999 240,586,164 7,203,340,288 3%

2000 342,762,994 7,502,821,415 5%

2001 317,467,233 8,763,074,922 4%

2002 196,227,307 6,872,345,873 3%

2003 372,508,552 6,559,495,832 6%

2004 508,915,808 6,665,831,332 8%

2005 1,001,772,122 7,297,859,559 14%

2006 1,295,520,421 7,496,419,127 17%

2007 1,775,408,324 8,515,227,431 21%

2008 2,523,544,472 10,602,963,724 24%

2009 3,326,487,957 12,951,308,161 26%

2010 3,659,114,098 15,562,998,946 24%

2011 3,955,272,512 19,661,602,767 20%

2012 4,926,639.847 26,579,083.786 19%

2013 5,354,298.521 30,792,884.092 17%

2014 5,573,577.279 34,314,666.027 16%

Sumber: data sekunder (diolah), 2015

46

Lampiran 8

Analisis Rasio Profitabilitas ROA (1998 dan 2012)

Tabel 8

Perhitungan ROA (1998 dan 2012)

Tahun

Laba Bersih

(Rp.’000)

Total Aktiva

(Rp.’000) Return On Asset

1998

Maret 38,954,000 6,421,535,000 1%

Juni 145,054,427 8,373,842,568 2%

September 248,458,000 7,691,988,000 3%

2012

Maret 1,015,127,485 21,418,200,109 5%

Juni 2,115,256,437 22,278,132,294 9%

September 3,414,440,903 22,209,628,264 15%

Sumber: data sekunder diolah 2015

47

Lampiran 9

Analisis Rasio Profitabilitas ROE

Tabel 9

Perhitungan ROE

Tahun

Laba Bersih

(Rp. ‘000)

Jumlah Ekuitas

(Rp. ‘000) ROE

1990 165,802,430 300,905,437 55%

1991 84,436,610 645,054,337 13%

1992 79,409,339 681,571,624 12%

1993 48,691,687 690,558,642 7%

1994 54,722,281 720,935,080 8%

1995 162,547,756 2,313,051,295 7%

1996 219,267,453 2,467,297,676 9%

1997 232,552,025 2,612,140,565 9%

1998 221,610,310 2,578,953,273 9%

1999 240,586,164 2,739,428,328 9%

2000 342,762,994 2,981,248,182 11%

2001 317,467,233 3,161,614,263 10%

2002 196,227,307 3,181,038,092 6%

2003 372,508,552 3,333,774,250 11%

2004 508,915,808 3,642,437,176 14%

2005 1,001,772,122 4,466,931,546 22%

2006 1,295,520,421 5,499,614,451 24%

2007 1,775,408,324 6,627,262,565 27%

2008 2,523,544,472 8,069,585,873 31%

2009 3,326,487,957 10,197,679,028 33%

2010 3,659,114,098 12,139,752,888 30%

2011 3,955,272,512 14,615,096,979 27%

2012 4,926,639.847 18,164,854.648 27%

2013 5,354,298.521 21,803,975.875 25%

2014 5,573,577.279 25,002,451.936 22%

Sumber: data sekunder (diolah), 2015

48

Lampiran 10

Analisis Rasio Profitabilitas ROE (1998 dan 2012)

Tabel 10

Perhitungan ROE (1998 dan 2012)

Tahun

Laba Bersih

(Rp.’000)

Total Ekuitas

(Rp.’000) Return On Equity

1998

Maret 38,954,000 2,651,094,000 1%

Juni 145,054,427 2,664,176,894 5%

September 248,458,000 2,767,580,000 9%

2012

Maret 1,015,127,485 15,629,880,125 6%

Juni 2,115,256,437 14,751,841,914 14%

September 3,414,440,903 16,050,507,986 21%

Sumber: data sekunder diolah 2015

49

Lampiran 11

Analisis Free Cash Flow

Tabel 11

Perhitungan FCF

Tahun

Arus Kas Operasi

(Rp. ‘000)

Belanja Modal

(Rp. ‘000) FCF

1990 178,910,579 202,383,525

1991 98,543,327 524,281,718

1992 (251,691,863) 112,043,315

1993 (160,174,750) 195,963,511

1994 20,427,768 50,072,637

1995 273,002,431 (199,730,496) 472,732,927

1996 540,802,608 (846,394,523) 1,387,197,131

1997 120,559,458 (871,631,446) 992,190,904

1998 102,176,635 (1,413,735,269) 1,515,911,904

1999 786,082,707 (134,939,241) 921,021,948

2000 465,370,661 (138,637,506) 604,008,167

2001 782,709,589 (121,287,075) 903,996,664

2002 1,052,058,111 (97,416,290) 1,149,474,401

2003 1,103,701,041 (114,513,329) 1,218,214,370

2004 850,727,709 (150,136,486) 1,000,864,195

2005 1,223,050,916 (266,647,164) 1,489,698,080

2006 1,594,059,671 (305,926,274) 1,899,985,945

2007 2,074,598,275 (285,007,981) 2,359,606,256

2008 2,628,307,576 (527,806,832) 3,156,114,408

2009 4,246,497,651 (3,347,290,902) 7,593,788,553

2010 3,378,416,266 (1,771,239,508) 5,149,655,774

2011 4,415,753,322 (4,295,179,378) 8,710,932,700

2012 5,591,864,816 (4,774,273,945) 10,366,138,761

2013 6,047,147,495 (2,675,188,649) 8,722,336,144

2014 6,721,170,878 (2,881,221,811) 9,602,392,689

Sumber: data sekunder diolah, 2015