Upload
others
View
29
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
ANALISIS KENYAMANAN TERMAL MATERIAL SELUBUNG BANGUNAN
RUANG LABORATORIUM KOMPUTER SMK NEGERI 2 SURAKARTA
MENGGUNAKAN AUTODESK ECOTECT ANALYSIS
JURNAL
Oleh :
MIR’ATUL IZZAH
K1512041
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
Desember 2017
1Mahasiswa Program Studi Pendidikan Teknik Bangunan FKIP UNS.
2Pembimbing I Budi Siswanto, S.Pd., M.Ars.
3Pembimbing II Ir.Chundakus Habsya, Ms.Ars.
1
ANALISIS KENYAMANAN TERMAL MATERIAL SELUBUNG BANGUNAN
RUANG LABORATORIUM KOMPUTER SMK NEGERI 2 SURAKARTA
MENGGUNAKAN AUTODESK ECOTECT ANALYSIS
Mir’atul Izzah1, Budi Siswanto
2, Chundakus Habsya
3
Pendidikan Teknik Bangunan, Universitas Sebelas Maret
Email: [email protected]
ABSTRAK
SMK Negeri 2 Surakarta yang berpredikat Sekolah Adiwiyata seharusnya
memiliki ruangan yang sesuai dengan standar bangunan sekolah. Untuk itu perlu
dilakukan penelitian di SMK Negeri 2 Surakarta. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui kenyamanan termal ruang laboratorium komputer SMK Negeri 2
Surakarta, pengaruh penggunaan material dinding terhadap kenyamanan termal serta
dapat mengetahui waktu dan nilai suhu maksimal yang terjadi di ruang laboratorium
komputer SMK Negeri 2 Surakarta. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif
deskriptif. Teknik sampling yang digunakan adalah purposive sampling. Pengambilan
data suhu dan kelembaban menggunakan thermal recorder, analisis dan wawancara
tak terstruktur. Analisis data yang digunakan yaitu dengan teknik simulasi
menggunakan aplikasi Autodesk Ecotect Analysis. Hasil penelitian menunjukkan suhu
di dalam ruang laboratorium komputer mencapai 32,8°C tidak sesuai dengan standar
kenyamanan termal yang berlaku di Indonesia yaitu 20,5°C-27,1°C dan nilai
kelembaban ruang laboratorium 39%. Simulasi menggunakan aplikasi Autodesk
Ecotect Anaylisis menunjukkan ada pengaruh penggunaan material dinding terhadap
kenyamanan termal. Hasil pengukuran menunjukkan suhu bangunan yang
menggunakan brick plaster yaitu 24,10°C, concblock plaster yaitu 22°C, timber clad
masonry yaitu 24°C, dan framed timber plaster yaitu 27°C. Hasil pengukuran di
lapangan pada pukul 14.00 menunjukkan bahwa ruang laboratorium komputer
mencapai suhu optimal ruangan dengan suhu 32.8°C dengan kelembaban 39%.
Kata Kunci: Laboratorium Komputer, Sekolah, Kenyamanan Termal, Ecotect
1Mahasiswa Program Studi Pendidikan Teknik Bangunan FKIP UNS.
2Pembimbing I Budi Siswanto, S.Pd., M.Ars.
3Pembimbing II Ir.Chundakus Habsya, Ms.Ars.
2
ANALYSIS of THERMAL COMFORT on ENVELOPE BUILDING
MATERIALS in COMPUTER’S LABORATORIES SMK NEGERI 2
SURAKARTA USING AUTODESK ECOTECT ANALYSIS
Mir’atul Izzah1, Budi Siswanto
2, Chundakus Habsya
3
Structural Engineering Education, Universitas Sebelas Maret
Email: [email protected]
ABSTRACT
SMK Negeri 2 Surakarta who predicated Adiwiyata School supposed to have
room according to the standard of school buildings .This needs to investigation in
SMK Negeri 2 Surakarta. The purpose of this research is to know the thermal comfort
computer’s laboratory room SMK Negeri 2 Surakarta, find out the influence using
wall material toward thermal comfort and to find out the time and value of maximum
temperature in the computer’s laboratory room of SMK Negeri 2 Surakarta. The
research was quantitative descriptive research. Sampling techniques which used was
purposive sampling. Decission of data was taken by measuring of temperature and
humidity using thermal recorder, analysis and unstructured interview. Analysis of data
which was used by simulation technique using application Autodesk Ecotect Anaylis.
The result of this research is the temperature in the room reaching 32.8°C does not
comply with the standards of thermal comfort in Indonesia which is normally 20,5°C -
27,1°C and humidity 39%. Simulation through autodesk ecotect analysis results there
is influence by using wall material toward thermal comfort. The result of measuring
of building temperature by brick building plaster is 24,10°C , concblock plaster is
22°C, timber clad masonry is 24°C, and framed timber plaster is 27°C. The results of
measurement approaches on 2.00 p.m show that the optimum temperature is the room
with a temperature optimum reached of 32,8°C with humidity 39%.
Keyword: Computer’s Laboratory , School, Thermal Comfort, Ecotect
1Mahasiswa Program Studi Pendidikan Teknik Bangunan FKIP UNS.
2Pembimbing I Budi Siswanto, S.Pd., M.Ars.
3Pembimbing II Ir.Chundakus Habsya, Ms.Ars.
3
PENDAHULUAN
Kinerja fasilitas bangunan
lembaga pendidikan merupakan salah
satu yang mempengaruhi sukses atau
tidaknya proses belajar mengajar di
kelas. Di Indonesia terdapat undang-
undang yang mengatur tentang fasilitas
bangunan yaitu Permendiknas No.24
tahun 2007 tentang sarana prasarana.
Beberapa kasus pembangunan fasilitas
belajar ruang kelas dirancang secara
konvensional. Dikatakan konvensional
bahwa pembangunan gedung hanya
dilakukan berdasarkan pengalaman
semata tanpa melihat pengaruh sifat
fisik dari bahan bangunan yang
digunakan. Bahkan ada yang hanya
memanfaatkan bangunan yang sudah
ada dengan cara disekat-sekat menjadi
beberapa ruangan sehingga standar
kenyamanan ruang kelas tidak
diperhitungkan. Di SMK Negeri 2
Surakarta bangunan kelas sudah
direncanakan dengan baik akan tetapi
lebih fokus kepada pemenuhan cahaya
di dalam kelas yaitu hampir 30%
dindingnya terdapat jendela. Hal
tersebut sudah sesuai dengan SNI 03-
6572-2001 bahwa minimal bukaan
ruang 5% dari luas lantai.
Ruang laboratorium komputer
di SMK Negri 2 Surakarta
pencahayaannya sudah terpenuhi akan
tetapi ruang tersebut cenderung panas.
Tingginya suhu ruangan diakibatkan
oleh masuknya panas matahari akibat
radiasi matahari melalui jendela ruang.
Masalah tingginya suhu ruangan
ditanggulangi dengan penggunaan
pendingin ruangan buatan. Adanya
masalah tersebut perlu diadakannya
penelitian mengenai upaya
penanggulangan tingginya suhu
sehingga mengurangi penggunaan
pendingin buatan.
Penelitian ruang laboratorium
komputer dilaksanakan dengan
penggunaan thermal recorder dan
teknologi informasi yang memudahkan
untuk mengetahui sudah sesuai standar
kenyamanan termal atau belum sesuai.
Sehingga diketahui aspek-aspek apa
saja yang berpengaruh terhadap
kenyamanan termal ruang terutama
yang berada di Indonesia. Autodesk
Ecotect Analysis bisa digunakan untuk
membantu pelaksanaan penelitian
dengan simulasi. Hasil dari penelitian
tersebut dapat diterapkan dalam
perencanaan interior ruang kelas ke
depannya.
Ruangan yang memenuhi
standar kenyamanan termal merupakan
salah satu persyaratan persyaratan
dalam menciptakan lingkungan belajar
mengajar yang ideal, supaya siswa dan
guru bisa melakukan aktifitasnya tanpa
terganggu oleh panasnya temperatur
ruangan tersebut. Hal ini dapat
ditunjang dengan melakukan pemilihan
bahan bangunan sebagai selubung
suatu bangunan. Pemilihan bahan
selubung bangunan ini sangat penting
karena selubunglah yang pertama kali
terkena sinar radiasi panas matahari
selain kelembaban udara dan pengaruh
kecepatan angin. Konsep bangunan
green building cocok diterapkan pada
pembangunan ruang.
Pembangunan yang bertema
green building banyak sekali
dilaksanakan di lapangan.
Pembangunan ini diharapkan lebih
ramah terhadap lingkungan serta dapat
mengurangi dampak global warming
yang terjadi beberapa tahun terakhir
yang menyebabkan meningkatnya suhu
1Mahasiswa Program Studi Pendidikan Teknik Bangunan FKIP UNS.
2Pembimbing I Budi Siswanto, S.Pd., M.Ars.
3Pembimbing II Ir.Chundakus Habsya, Ms.Ars.
4
udara. Pembangunan yang bertema
green building perlu digalakkan, salah
satunya dengan memilih bahan
bangunan yang ramah lingkungan dan
memiliki perambatan panas relatif
kecil. Faktor panas yang berasal dari
luar bangunan akan masuk ke dalam
ruang melalui selubung bangunan, baik
melalui dinding maupun atap yang
merupakan beban pendinginan akibat
transfer panas melalui selubung
bangunan yang harus dinetralisir.
Sehingga kenyamanan termal di dalam
ruangan tercapai.
METODOLOGI PENELITIAN
Penelitian ini merupakan jenis
penelitian kuantitatif. Metode yang
digunakan adalah metode penelitian
kuantitatif deskriptif. Menurut
Sugiyono (2014: 7), metode penelitian
kuantitatif diartikan sebagai metode
penelitian yang berlandaskan pada
filsafat positivisme. Metode ini sebagai
metode ilmiah/ scientific karena telah
memenuhi kaidah-kaidah ilmiah yaitu
konkrit/ empiris, obyektif, terukur,
rasional dan sistematis. Metode ini
disebut kuantitatif karena data
penelitian berupa angka-angka dan
analisis menggunakan statistik.
Menurut Sugiyono (2014:147) terdapat
dua macam statistik yang digunakan
untuk menganalisis data, yaitu statistik
deskriptif dan statistik inferensial.
Statistik deskriptif adalah statistik yang
digunakan untuk menganalisis data
dengan cara mendeskripsikan atau
menggambarkan data yang telah
terkumpul tanpa membuat kesimpulan
secara umum.
Populasi dalam penelitian ini
yaitu SMK Negeri 2 Surakarta yang
terletak di Jl. Adi Sucipto No.33,
Manahan, Banjarsari, Kota Surakarta,
Jawa Tengah. Sampel yang digunakan
adalah ruang laboratorium komputer.
Data yang dibutuhkan dalam
penelitian ini dikelompokkan menjadi
dua macam:
1. Data Primer yang diperoleh dari
hasil pengamatan di lapangan yaitu:
a. Wawancara non-struktur
pengguna ruang laboratorium.
b. Ukuran ruang laboratorium.
c. Material yang digunakan.
d. Nilai suhu/temperatur.
e. Nilai kelembaban.
2. Data sekunder didapatkan dari
referensi berupa buku-buku dan
informasi penunjang yang
berhubungan dengan penelitian.
Data primer digunakan sebagai
sumber data dalam penelitian ini. Data
inilah yang digunakan dalam analisis
hasil penelitian.
1. Kenyamanan Termal
Pengujian ini dilakukan untuk
mengetahui ruang laboratorium
komputer sudah mencapai standar
kenyamanan termal yang berlaku di
Indonesia atau belum. Standar
kenyamanan termal di Indonesia,
yaitu:
a. SNI 03-6572-2001 rentang suhu
20,5°C-27,1°C dan kelembaban
rentang 40%-80%.
b. GBC Indonesia nilai suhu 25°C
dan kelembaban 60%.
2. Simulasi Autodesk Ecotect Analysis
Simulasi ini digunakan untuk
mengetahui adanya pengaruh
penggunaan material terhadap
kenyamanan termal ruang
laboratorium. Simulasi ini dilakukan
beberapa analisis yaitu:
a. Analisis Mean Radian
Temperature (MRT) adalah
dampak panas yang dihasilkan
1Mahasiswa Program Studi Pendidikan Teknik Bangunan FKIP UNS.
2Pembimbing I Budi Siswanto, S.Pd., M.Ars.
3Pembimbing II Ir.Chundakus Habsya, Ms.Ars.
5
dari radiasi oleh seluruh
permukaan material. Simulasi
MRT pada Autodesk Ecotect
Analysis ditampilkan dalam
bentuk kontur warna sesuai
dengan tingkat suhu yang
dihasilkan pada setiap titik
dalam suatu ruangan.
b. Analisis Predicted Mean Vote
(PMV) adalah skala termal yang
mengacu dari sangat dingin (-3)
ke panas (3), awalnya
dikembangkan oleh Fanger dan
kemudian diadopsi sebagai
standar ISO.
c. Analisis Precent Dissatifaction
(PPD) adalah prediksi
presentase penghuni yang akan
puas dengan kondisi termal.
Analisis data yang digunakan
pada penelitian ini adalah kuantitatif
deskriptif.
HASIL PENELITIAN DAN
PEMBAHASAN
1. Hasil Penelitian
Observasi dilakukan sebelum
melakukan penelitian penelitian lebih
lanjut. Observasi dilakukan untuk
mengetahui nilai kenyamanan,
kepuasan dan masalah pengguna ketika
menggunakan ruang tersebut. Prosedur
yang dilakukan yaitu dengan
menanyakan kondisi ruang
laboratorium komputer dan
kenyamanan yang dirasakan pengguna
ketika menggunakan ruang tersebut.
Sehingga dapat diambil keputusan
perlu atau tidaknya ruang tersebut
diteliti.
Tabel 1. Hasil Observasi
Keterangan :
1 = dingin
2 = netral
3 = hangat
4 = panas
Berdasarkan tabel hasil
obeservasi di atas dapat ditarik
kesimpulan bahwa pada pukul 08.00
dua pengguna menyatakan bahwa suhu
ruang laboratorium komputer terasa
dingin dan satu pengguna merasa
netral. Pada pukul 10.00 seluruh
pengguna menyatakan suhu ruang
laboratorium komputer terasa netral.
Pada pukul 12.00 dua pengguna
menyatakan ruang laboratorium
komputer terasa hangat dan satu orang
pengguna menyatakan netral. Pada
pukul 14.00 dua pengguna menyatakan
ruang laboratorium komputer terasa
panas serta tidak nyaman dan satu
pengguna menyatakan hangat. Pada
pukul 16. 00 dua pengguna
menyatakan ruang laboratorium
komputer kembali terasa hangat dan
satu pengguna menyatakan netral.
Hasil observasi menunjukkan
bahwa pengguna ruang laboratorium
merasa tidak nyaman. Setelah diketahui
bahwa ruangan tersebut tidak nyaman
maka dilakukan pengukuran suhu dan
kelembaban ruang laboratorium
menggunakan thermal recorder.
Hasil pengukuran suhu dan
kelembaban dapat dilihat pada tabel 2.
1Mahasiswa Program Studi Pendidikan Teknik Bangunan FKIP UNS.
2Pembimbing I Budi Siswanto, S.Pd., M.Ars.
3Pembimbing II Ir.Chundakus Habsya, Ms.Ars.
6
Tabel 2. Hasil Pengukuran di Lapangan
Hasil pengukuran menunjukkan
bahwa ruang laboratorium komputer
tidak memenuhi standar kenyamanan
termal SNI 03-6572-2001 dan GBC
Indonesia. Hasil pengukuran tersebut
juga menunjukkan bahwa ruang
laboratorium komputer mencapai suhu
pada pukul 14.00 dengan nilai suhu
32,8°C dan kelembaban 39%. Hasil itu
digunakan untuk dilakukan simulasi
pada waktu yang sama.
Waktu dan nilai suhu maksimal
tersebut kemudian digunakan sebagai
data untuk dilakukannya simulasi
dengan Autodesk Ecotect Analysis.
Simulasi yang dilakukan dengan
mengganti material dinding
menggunakan timber clad masonry,
concblock plaster dan framed timber
plaster. Hasil-hasil analisis
menggunakan simulasi sebagai berikut:
1) Simulasi Material Dinding dengan
Brick Plaster
a. Simulasi ruangan existing
dengan bukaan tertutup
Simulasi dilakukan
dengan mengkondisikan
gambar 3D sesuai dengan
existing yaitu bukaan yang ada
pada ruangan tertutup.
Material bahan yang
digunakan adalah brick plaster
(batu bata berplester).
Hasil simulasi
material dinding dengan brick
plaster menunjukkan bahwa
nilai Mean Radian temperatur
(MRT) yang didapat adalah
24.10°C. Dapat dilihat pada
gambar 1.
Gambar 1. Analisis Mean
Radian
Temperatur
(MRT) Brick
Plaster Bukaan
Tertutup
Simulasi ruang
existing menghasilkan nilai
Predicted Mean Vote (PMV)
ruang adalah 0.00. Nilai
tersebut menunjukkan bahwa
sensasi yang dirasakan oleh
penghuni ruang adalah netral.
Hasil simulasi dapat dilihat
gambar 2.
1Mahasiswa Program Studi Pendidikan Teknik Bangunan FKIP UNS.
2Pembimbing I Budi Siswanto, S.Pd., M.Ars.
3Pembimbing II Ir.Chundakus Habsya, Ms.Ars.
7
Gambar 2. Analisis Predicted
Mean Vote (PMV)
Brick Plaster
Bukaan Tertutup
Hasil uji Percent
Dissatisfaction (PPD) adalah
6.70% yang berarti bahwa
penghuni yang merasakan
kepuasan kenyamanan termal
sebanyak 6,70% dari total
penghuni yang ada. Hasil dari
uji Percent Dissatisfaction
(PPD) dapat dilihat pada
gambar 3.
Gambar 3. Analisis Precent
Dissatifaction
(PPD) Brick
Plaster Bukaan
Tertutup
b. Simulasi ruangan existing
dengan bukaan terbuka
Simulasi dilakukan
dengan mengkondisikan
ruangan sesuai dengan
existing yaitu bukaan yang ada
pada ruangan terbuka.
Material bahan yang
digunakan adalah brick plaster
( batu bata berplester) dan
menggunakan pendingin
alami. Hasil simulasi material
dinding dengan brick plaster
menunjukkan bahwa nilai
Mean Radian temperatur
(MRT) yang didapat adalah
22,10°C. Gambar Mean
Radian temperatur (MRT)
dapat dilihat pada gambar 4.
Gambar 4. Analisis Mean
Radian
Temperatur
(MRT) Brick
Plaster Bukaan
Terbuka
Simulasi ruang
existing menghasilkan nilai
Predicted Mean Vote (PMV)
ruang adalah -1.00. Nilai
tersebut menunjukkan bahwa
sensasi yang dirasakan oleh
penghuni ruang adalah sedikit
dingin. Hasil simulasi dapat
dilihat gambar 5.
Gambar 5. Analisis Predicted
Mean Vote(PMV)
Brick Plaster
Bukaan Terbuka
Hasil uji Percent
Dissatisfaction (PPD) adalah
26% yang berarti bahwa
penghuni yang merasakan
kepuasan kenyamanan termal
sebanyak 26% dari total
1Mahasiswa Program Studi Pendidikan Teknik Bangunan FKIP UNS.
2Pembimbing I Budi Siswanto, S.Pd., M.Ars.
3Pembimbing II Ir.Chundakus Habsya, Ms.Ars.
8
penghuni yang ada. Hasil dari
PPD dapat dilihat pada
gambar 6.
Gambar 6. Analisis Precent
Dissatifaction
(PPD) Brick
Plaster Bukaan
Terbuka
c. Simulasi ruangan existing
dengan bukaan terbuka separo
Simulasi dilakukan
dengan mengkondisikan
ruangan sesuai dengan
existing yaitu bukaan yang ada
pada ruangan terbuka.
Material bahan yang
digunakan adalah brick plaster
( batu bata berplester). Hasil
simulasi material dinding
dengan brick plaster
menunjukkan bahwa nilai
Mean Radian temperatur
(MRT) yang didapat adalah
24.00°C. Gambar Mean
Radian temperatur (MRT)
dapat dilihat pada gambar 7.
Gambar 4.7. Analisis Mean
Radian
Temperatur
(MRT) Brick
Plaster Bukaan
Terbuka Separo
Simulasi ruang
existing menghasilkan nilai
Predicted Mean Vote (PMV)
ruang adalah -0.60. Nilai
tersebut menunjukkan bahwa
sensasi yang dirasakan oleh
penghuni ruang adalah sedikit
dingin. Hasil simulasi dapat
dilihat gambar 8.
Gambar 8. Analisis Predicted
Mean Vote (PMV)
Brick Plaster
Bukaan Terbuka
Separo
Hasil uji Percent
Dissatisfaction (PPD) adalah
10.7% yang berarti bahwa
penghuni yang merasakan
kepuasan kenyamanan termal
sebanyak 10.7% dari total
penghuni yang ada. Hasil uji
PPD dapat dilihat pada
gambar 9.
Gambar 9. Analisis Precent
Dissatifaction
(PPD) Brick
Plaster Bukaan
Terbuka Separo
1Mahasiswa Program Studi Pendidikan Teknik Bangunan FKIP UNS.
2Pembimbing I Budi Siswanto, S.Pd., M.Ars.
3Pembimbing II Ir.Chundakus Habsya, Ms.Ars.
9
2) Simulasi Material Pengisi Dinding
dengan Timber Clad Masonry
Simulasi kedua dilakukan
dengan mengkondisikan ruangan
sesuai dengan existing dan
mengganti material bahan yang
digunakan Timber Clad Masonry
(konstruksi batu bata berlapis
kayu). Timber Clad Masonry yang
digunakan di sini adalah tatanan
batu bata yang bagian luarnya
dilapisi dengan kayu. Material
dapat dilihat pada gambar 10.
Gambar 10. Timber Clad Masonry
Sumber: https:www.slideshare.net
Hasil simulasi material
dinding dengan Timber Clad
Masonry menunjukkan bahwa nilai
Mean Radian temperatur (MRT)
yang didapat adalah 24.00°C.
Dapat dilihat pada gambar 11.
Gambar 11. Analisis Mean Radian
Temperatur (MRT)
Timber Clad
Masonry
Simulasi menghasilkan
nilai Predicted Mean Vote (PMV)
ruang adalah -1.10. Nilai tersebut
menunjukkan bahwa sensasi yang
dirasakan oleh penghuni ruang
adalah sedikit dingin. Hasil
simulasi dapat dilihat gambar 12.
Gambar 12. Analisis Predicted
Mean Vote (PMV)
Timber Clad
Masonry
Hasil uji Percent
Dissatisfaction (PPD) adalah
81.90% yang berarti bahwa
penghuni yang merasakan
kepuasan kenyamanan termal
sebanyak 81.90% dari total
penghuni yang ada. Hasil dari uji
Percent Dissatisfaction (PPD)
dapat dilihat pada gambar 13.
Gambar 13. Analisis Precent
Dissatifaction (PPD)
Timber Clad
Masonry
3) Simulasi Material Pengisi Dinding
dengan Concblock Plaster
Simulasi ketiga dilakukan
dengan mengkondisikan ruangan
sesuai dengan existing dan
1Mahasiswa Program Studi Pendidikan Teknik Bangunan FKIP UNS.
2Pembimbing I Budi Siswanto, S.Pd., M.Ars.
3Pembimbing II Ir.Chundakus Habsya, Ms.Ars.
10
mengganti material bahan yang
digunakan Concblock Plaster
(konblok berplester).
Hasil simulasi material
dinding dengan Concblock Plaster
menunjukkan bahwa nilai Mean
Radian temperatur (MRT) yang
didapat adalah 22.00°C. Dapat
dilihat pada gambar 14.
Gambar 14. Analisis Mean
Radian temperatur
(MRT) Concblock
Plaster
Simulasi menghasilkan
nilai Predicted Mean Vote (PMV)
ruang adalah -1.0. Nilai tersebut
menunjukkan bahwa sensasi yang
dirasakan oleh penghuni ruang
adalah sedikit dingin. Hasil
simulasi dapat dilihat gambar 15.
Gambar 15. Analisis Predicted
Mean Vote (PMV)
Concblock Plaster
Hasil uji Percent
Dissatisfaction (PPD) adalah
32,50% yang berarti bahwa
penghuni yang merasakan
kepuasan kenyamanan termal
sebanyak 32,50% dari total
penghuni yang ada. Hasil dari uji
Percent Dissatisfaction (PPD)
dapat dilihat pada gambar 16.
Gambar 16. Analisis Precent
Dissatifaction (PPD)
Concblock Plaster
4) Simulasi Material Pengisi Dinding
dengan Framed Timber Plaster
Simulasi kedua dilakukan
dengan mengkondisikan ruangan
sesuai dengan existing dan
mengganti material bahan yang
digunakan Framed Timber Plaster.
Framed Timber Plaster adalah
kayu yang berbingkai papan
plester. Contoh material dapat
dilihat pada gambar 17.
Gambar 17. Framed Timber
Plaster
Sumber: http://www.biofires.com
Hasil simulasi material
dinding dengan Framed Timber
Plaster menunjukkan bahwa nilai
Mean Radian temperatur (MRT)
yang didapat adalah 27.00°C.
Dapat dilihat pada gambar 18.
1Mahasiswa Program Studi Pendidikan Teknik Bangunan FKIP UNS.
2Pembimbing I Budi Siswanto, S.Pd., M.Ars.
3Pembimbing II Ir.Chundakus Habsya, Ms.Ars.
11
Gambar 18. Analisis Mean
Radian temperatur
(MRT) Framed
Timber Plaster Simulasi menghasilkan
nilai Predicted Mean Vote (PMV)
ruang adalah 0.50. Nilai tersebut
menunjukkan bahwa sensasi yang
dirasakan oleh penghuni ruang
adalah hangat. Hasil simulasi dapat
dilihat gambar 19.
Gambar 19. Analisis Predicted
Mean Vote (PMV) Framed Timber Plaster
Hasil uji Percent
Dissatisfaction (PPD) adalah
9.05% yang berarti bahwa
penghuni yang merasakan
kepuasan kenyamanan termal
sebanyak 9.05% dari total
penghuni yang ada. Hasil dari uji
Percent Dissatisfaction (PPD)
dapat dilihat pada gambar 20.
Gambar 20. Analisis Precent
Dissatifaction (PPD) Framed Timber Plaster
Rekapitulasi hasil
simulasi dapat dilihat pada tabel 3.
Tabel 3. Rekapitulasi Hasil
Simulasi
2. Pembahasan
a. Kenyamanan Ruang Kelas
Hasil dari analisis data
menyatakan bahwa ruang
laboratorium komputer SMK
Negeri 2 Surakarta belum
memenuhi standar kenyamanan
termal yang berlaku di
Indonesia. Data dari
pengukuran menunjukkan suhu
ruang laboratorium komputer
mencapai rentang 28,8°C-
32,8°C, sedangkan menurut
SNI 03-6572-2001 ruangan
dikatakan nyaman jika suhu
pada rentang 20,5°C-27,1°C
dan menurut GBC Indonesia
ruang nyaman jika suhunya
25°C. Kelembaban ruang
laboratorium komputer 39%,
sedangkan menurut SNI 03-
6572-2001 ruangan dikatakan
nyaman jika kelembaban 40%-
80% dan menurut GBC
Indonesia kelembaban 60%.
1Mahasiswa Program Studi Pendidikan Teknik Bangunan FKIP UNS.
2Pembimbing I Budi Siswanto, S.Pd., M.Ars.
3Pembimbing II Ir.Chundakus Habsya, Ms.Ars.
12
Hal tersebut sudah sesuai
dengan pernyataan pengguna
bahwa ruang tersebut kurang
nyaman digunakan pada siang
hari.
Berdasarkan analisis dari
hasil pengukuran, pencatatan
dan pengamatan penyebab suhu
ruang laboratorium komputer
tidak memenuhi kenyamanan
termal dikarenakan beberapa
hal, yaitu :
1) Sistem sirkulasi udara pada
ruangan tidak lancar
sehingga berpengaruh pada
suhu yang ada di dalam
ruang. Udara dan panas yang
terkurung di dalam bangunan
(tidak ada bukaan jendela
yang dapat mengalirkan
udara) dan lantai bangunan
tidak maksimal dalam
menyerap panas. Meskipun
ruangan yang terletak di
lantai 2 menerima terpaan
angin yang lebih tinggi
daripada lantai 1 tidak akan
berpengaruh pada penurunan
suhu di dalam ruang, karena
suhu yang masuk ke dalam
bangunan terkurung dan
tidak banyak udara yang
masuk untuk menurunkan
suhu di dalam bangunan.
2) Ruangan tersebut
menggunakan AC dalam
kesehariannya, hal tersebut
menyebabkan udara di dalam
ruang cenderung kering.
Kelembaban udara
dipengaruhi oleh adanya uap
air yang terkandung di udara,
semakin banyak uap yang
terkandung akan semakin
lembab ruang tersebut dan
begitu pula sebaliknya.
Ruangan yang menggunakan
AC akan kehilangan uap air
yang terkandung di udara,
hal itu disebabkan karena
AC berfungsi untuk
mendinginkan udara melalui
evapator AC (bagian
indoor). Evapator ini
mengalirkan udara sehingga
mengalami pendingin dan
udara tersebut mengandung
uap air. Udara tersebut akan
menuju titik embun jika terus
didingankan karena udara
tidak dapat menampung uap
air. Pada evapator ini uap air
mengalami pengembunan
dan embun tersebut (air)
dialirkan melalui selang dari
bagian outdoor AC keluar
ruangan. Udara dingin
tersebut akan melewati
evapator dan dialirkan
kembali ke ruangan. Hal
itulah yang menyebabkan
udara menjadi lebih kering.
Hasil analisa di atas
menunjukkan bahwa ruang
laboratorium komputer tidak
memenuhi standar pencapaian
adiwiyata pada bagian
peningkatan kualitas
pengelolaan dan pemanfaatan
sarana prasarana yang ramah
lingkungan nomor 1 dan 3,
yaitu:
1) Ruang memiliki pengaturan
cahaya dan ventilasi udara
secara alami
2) Efisiensi pemanfaatan listrik
dan ATK.
1Mahasiswa Program Studi Pendidikan Teknik Bangunan FKIP UNS.
2Pembimbing I Budi Siswanto, S.Pd., M.Ars.
3Pembimbing II Ir.Chundakus Habsya, Ms.Ars.
13
Hal itu disebabkan ruang
laboratorium komputer tidak
terdapat ventilasi udara masih
menggunakan pendingin
ruangan buatan (AC).
b. Hasil simulasi
1) Nilai Mean Radian
Themperature (MRT)
Hasil simulasi ruang
laboratorium komputer
dengan menggunakan
material existing yaitu batu
bata plaster menghasilkan
tiga perbedaan nilai suhu
ketika bukaan dibuka,
ditutup dan dibuka separo.
Hasil simulasi menunjukkan
bahwa ketika bukaan dibuka
suhu ruang mencapai
22,10°C, simulasi yang
bukaan ditutup menghasilkan
24.10°C dan ketika bukaan
ditutup separo suhu ruang
mencapai 24°C yang hanya
berbeda 0.10°C. Perbedaan
tersebut berpengaruh pada
kenyamanan penghuni
ruangan, karena panas yang
berjarak 0.10°C akan diserap
oleh kulit dan terasa terus
menerus sehingga ruangan
akan terasa panas. Hasil
analisa tersebut menyatakan
bahwa sirkulasi udara sangat
dibutuhkan untuk
mengurangi panas yang ada
di dalam ruangan.
Aplikasi Autodesk
Ecotect Analysis dapat
mendeteksi adanya sirkulasi
udara yang terjadi pada
desain simulasi ruang.
Desain ruangan dengan
sistem sirkulasi udara yang
bagus akan menghasilkan
analisa ruangan yang
nyaman, sebaliknya jika
sistem sirkulasi udara buruk
maka analisa yang dihasilkan
ruangan yang kurang
nyaman untuk ditinggali.
Hasil simulasi dengan
menggunakan Autodesk
Ecotect Analysis
menunjukkan adanya
pengaruh material pengisi
dinding terhadap
kenyamanan ruang. Hal
tersebut dapat dilihat dari
perbedaan suhu ruang dalam
keadaan tertutup yang
berbahan batu bata dengan
bahan lainnya. Suhu
terendah yaitu pada ruang
yang material dindingnya
adalah concblock plaster.
Penggunaan material
tersebut ruang mencapai
nilai Mean Radian
Themperature (MRT) suhu
22°C dan sudah sesuai
standar kenyamanan termal
yang berlaku di Indonesia.
Hasil pengukuran suhu
dengan simulasi Autodesk
Ecotect Analysis bangunan:
a) Brick plaster yaitu
24,10°C
b) Concblock plaster yaitu
22°C
c) Timber clad masonry
yaitu 24°C
d) Framed timber plaster
yaitu 27°C
Kesimpulan di atas
menunjukkan bahwa
Autodesk Ecotect Analysis
dapat digunakan sebagai alat
1Mahasiswa Program Studi Pendidikan Teknik Bangunan FKIP UNS.
2Pembimbing I Budi Siswanto, S.Pd., M.Ars.
3Pembimbing II Ir.Chundakus Habsya, Ms.Ars.
14
analisa desain perancangan
ruang yang sesuai dengan
kenyamanan termal,
sehingga dapat dirancang
material yang digunakan dan
posisi bukaan sehingga
sirkulasi udara di dalam
ruang lancar. Ruangan yang
inlet dan outlet nya tidak
sesuai dapat menyebabkan
udara di dalam ruang
menjadi panas.
Hasil pengukuran di
lapangan terdapat perbedaan
dengan hasil simulasi.
Perbedaan nilai temperatur
ruang laboratorium komputer
hasil pengukuran di lapangan
dengan hasil simulasi dapat
disebabkan oleh beberapa
hal, antara lain :
a) Autodesk Ecotect Analysis
menunjukkan data hasil
simulasi yang sesuai
standar yang ada
seharusnya.
b) Nilai conductivity batu
bata yang ada di lapangan
tidak sama dengan nilai
conductivity yang ada di
Autodesk Ecotect Analysis
sehingga menyebabkan
nilai transfer panas
semakin tinggi dari luar
ruangan ke dalam
ruangan.
2) Predicted Mean Vote (PMV)
Ruang kelas yang
berbahan concblock plaster
memiliki nilai -1,0 yang
menyatakan bahwa ruan
tersebut sedikit dingin.
Sedangkan hasil simulasi
bangunan bermaterial brick
plaster menunjukkan ruang
tersebut mempunyai nilai
PMV 0.00 yang berarti
netral.
3) Percent dissatisfaction
(PPD)
Pengguna yang
menggunakan ruang yang
berbahan concblock plaster
mencapai tingkat kepuasan
32,50% dari total penghuni
yang ada. Sedangkan hasil
simulasi bangunan
bermaterial brick plaster
menunjukkan ruang tersebut
tingkat kepuasan hanya
6,70% dari seluruh pengguna
yang ada.
c. Nilai suhu maksimal ruang
kelas
Berdasarkan analisis data
hasil pengukuran ruang
laboratorium komputer
mencapai nilai maksimal yaitu
pada tanggal 22 Agustus 2016
pada pukul 14.00 dengan suhu
32.8°C dan kelembaban 39%.
Hal ini terjadi dikarenakan
ketika pukul 12.00 matahari
sedang terik bahan pengisi
dinding menerima panas
matahari dan menimpannya
yang kemudian panass tersebut
baru terasa ke dalam ruang
laboratorium komputer pada
pukul 14.00.
1Mahasiswa Program Studi Pendidikan Teknik Bangunan FKIP UNS.
2Pembimbing I Budi Siswanto, S.Pd., M.Ars.
3Pembimbing II Ir.Chundakus Habsya, Ms.Ars.
15
KESIMPULAN DAN SARAN
1. Simpulan
Hasil penelitian dan
pembahasan tentang yang dilakukan
dapat disimpulkan bahwa:
a. Suhu ruang laboratorium
komputer mencapai 32,8°C
tidak sesuai dengan standar
kenyamanan termal yang
berlaku di Indonesia yaitu
20,5°C-27,1°C dan nilai
kelembaban ruang tersebut
39%.
b. Simulasi menggunakan
Autodesk Ecotect Analysis
menunjukkan adanya pengaruh
penggunaan material dinding
terhadap kenyamanan termal.
Hasil pengukuran menunjukkan
suhu ruang menggunakan brick
plaster yaitu 24,10°C,
concblock plaster yaitu 22°C,
timber clad masonry yaitu 24°C
dan framed timber plaster yaitu
27°C.
c. Hasil pengukuran di lapangan
menunjukkan pada pukul 14.00
ruang laboratorium komputer
mencapai nilai suhu optimal
32,8°C dengan kelembaban
39%.
2. Saran
Berdasarkan hasil pembahasan dan
simpulan penelitian dapat diajukan
saran-saran sebagai berikut:
a. Perlu adanya penelitian lanjutan
yang meneliti tentang pengaruh
bukaan, bentuk atap, bahan
material atap dan fluktuasi suhu
luar ruangan. Sehingga dapat
diketahui faktor apa saja yang
menyebabkan tidak tercapainya
kenyamanan termal ruang serta
faktor penyebab perbedaan hasil
pengukuran ruang existing
dengan hasil simulasi
b. Diharapkan data iklim Surakarta
tersedia pada aplikasi Autodesk
Ecotect Analysis sehingga tidak
perlu menginput satu persatu ke
dalam aplikasi.
c. Manfaat aplikasi Autodesk
Ecotect Analysis dapat
tersosialisasi kepada para
peneliti, instansi pendidikan dan
konsultan perencanaan dengan
lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA
Badan Standarisasi Nasional
Indonesia.(2001). SNI 03-
6572-2001 Tata Cara
Perancangan Sistem Ventilasi
dan Pengkondisian Udara
pada Bangunan Gedung.
Jakarta: Badan Standarisasi
Nasional Indonesia
Frick, H., Ardiyanto, A., Darmawan,
A.M.S. (2008). Ilmu Fisika
Bangunan. Yogyakarta:
Kanisius.
Idham, N. C. (2016). Arsitektur dan
Kenyamanan Termal.
Yogyakarta: Penerbit ANDI.
Kementrian Pendidikan Nasional.
(2007). Permendiknas No.24
tahun 2007 Standar Sarana
dan Prasarana untuk Sekolah
Dasar/Madrasah Ibtidaiyah
(SD/MI), Sekolah Menengah
Pertama/Madarasah
Tsanawiyah (SMP/MTS), dan
Sekolah Menengah
Atas/Madrasah Aliyah
(SMA/MA). Jakarta:
1Mahasiswa Program Studi Pendidikan Teknik Bangunan FKIP UNS.
2Pembimbing I Budi Siswanto, S.Pd., M.Ars.
3Pembimbing II Ir.Chundakus Habsya, Ms.Ars.
16
Kementrian Pendidikan
Nasional
Keputusan Menteri P dan K No.
079/1975 Sarana dan
Prasarana.
Lippsmeier, George. (1997). Bangunan
Tropis- Edisi 2. Jakarta:
Erlangga.
Satwiko, Prasasto. (2004). Fisika
Bangunan 1- Edisi 1.
Yogyakarta: ANDI.
Siswanto, Budi. Pengaruh
Penambahan Material
Oraganik terhadap Suhu pada
Koridor Lingkungan.
Surakarta: Universitas Sebelas
Maret.
Sugiyono. (2014). Metode Penelitian
Kuantitatif, Kualitatif dan
R&D. Bandung: Penerbit
ALFABETA, CV.
Widianto, B., Sudarmo, B.S., dan
Sujudwijono, N.A.S. (2013).
Transfer Termal pada
Selubung Bangunan SMPN 1
Plandaan Jombang. Malang:
Universitas Brawijaya.
Yurio Provandi. (2012). Pengaruh
Material Dinding terhadap
Nilai Ottv pada Berbagai
Orientasi Bangunan. Jakarta:
Universitas Indonesia.
Anonim.(2013). Psychrometric Chart.
www.lehighcheme.wordpress.
com . 1 Agustus 2017 pukul
3.52
Anonim.(2014). Mean Radiant
Temperature.
www.wikipedia.org . diunduh
pada 10 Maret 2017 pukul
11.50