Upload
phamdang
View
287
Download
2
Embed Size (px)
Citation preview
i
ANALISIS KELAYAKAN
PENGEMBANGAN USAHA KERUPUK
(STUDI KASUS PERUSAHAAN PERORANGAN ICHTIAR
DI DESA CIBANTENG, KECAMATAN CIAMPEA,
KABUPATEN BOGOR, JAWA BARAT)
SKRIPSI
Sebagai salah satu syarat memperoleh gelar
SARJANA EKONOMI
Pada Program Sarjana Manajemen Penyelenggaraan Khusus
Departemen Manajemen
Fakultas Ekonomi dan Manajemen
Institut Pertanian Bogor
Oleh
Billy Eka Permana
H24077007
PROGRAM SARJANA MANAJEMEN PENYELENGGARAAN KHUSUS
DEPARTEMEN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2010
ii
ABSTRAK
Billy Eka Permana. H24077007. Analisis Kelayakan Pengembangan Usaha
Kerupuk (Studi Kasus Perusahaan Perorangan Ichtiar di Desa Cibanteng
Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor, Jawa Barat). Di bawah bimbingan
Abdul Kohar Irwanto.
Permintaan kerupuk berasal dari usaha penggorengan, agen/toko dan
pedagang. Secara kuantitatif belum ada data yang menggambarkan jumlah
konsumsi kerupuk. Meskipun demikian dapat diperkirakan bahwa jumlah
konsumsi kerupuk relatif tinggi. Berdasarkan informasi yang didapatkan,
permasalahan yang dihadapi dalam melaksanakan kegiatan usaha kerupuk Ichtiar
adalah manajemen perusahaan yang tidak terlalu baik, sehingga membuat pemilik
tidak terlalu mengetahui apakah usaha yang dijalankan layak atau tidak layak.
Selain itu, pemilik usaha juga memiliki rasa keingintahuan terhadap usahanya
apabila terjadi suatu pengembangan. Tujuan dari penelitian ini yaitu :1) Mengkaji
potensi proyek dan permasalahan dilihat dari keadaan pasar, legalitas usaha,
manajemen sumber daya manusia, produksi dan operasi, lingkungan ekonomi dan
sosial serta keuangan yang terdapat pada usaha kerupuk Ichtiar. 2) Melakukan
analisa finansial dan kelayakan pengembangan usaha kerupuk Ichtiar dan analisis
sensitivitasnya.
Pada aspek keuangan dihasilkan nilai NPV sebesar Rp 411.405.000,00,
Gross B/C 1,11, dan Net B/C 2,23, IRR 34,75%, PBP Gross 1 tahun dan PBP Net
5,01 tahun, dan PI 3,03 menunjukan jika pengembangan usaha ini layak untuk
dijalankan. Analisis sensitivitas dengan asumsi kenaikan harga bahan baku,
menghasilkan NPV sebesar Rp 182.583.000,00, Gross B/C sebesar 1,06 dan Net
B/C sebesar 1,55, IRR sebesar 26,67%, PBP Gross selama 1 tahun dan PBP Net
selama 5,13 tahun dan PI sebesar 2,11. Dari hasil tersebut dapat dinyatakan jika
perusahaan tetap layak untuk dikembangkan walau pun tejadi kenaikan harga
bahan baku yang dipengaruhi inflasi sebesar 11%.
xi
Judul Skripsi : Analisis Kelayakan Pengembangan Usaha Kerupuk (Studi Kasus
Perusahaan Perorangan Ichtiar di Desa Cibanteng, Kecamatan
Ciampea, Kabupaten Bogor, Jawa Barat)
Nama : Billy Eka Permana
Nrp : H24077007
Menyetujui
Pembimbing,
( Dr.Ir. Abdul Kohar Irwanto, M.Sc )
NIP : 1949.1210.1978.031002
Mengetahui
Ketua Departemen,
( Dr.Ir. Jono M. Munandar, M.Sc )
NIP : 196101231986011002
Tanggal lulus :
iv
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penelitian ini dapat diselesaikan.
Penelitian yang dilakukan berjudul “Analisis Kelayakan Pengembangan Usaha
Kerupuk (Studi Kasus Perusahaan Perorangan Ichtiar di Desa Cibanteng,
Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor, Jawa Barat”. Penelitian ini dilakukan
sebagai syarat penulis untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Pada Program
Sarjana Manajemen Penyelenggaraan Khusus, Departemen Manajemen, Fakultas
Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada Bapak
Abdul Kohar Irwanto selaku dosen pembimbing yang telah memberi bimbingan
dan arahan sehingga penelitian ini dapat terselesaikan. Penulis menyadari bahwa
penulisan penelitian ini masih jauh dari kesempurnaan. Saran dan kritik yang
sifatnya membangun sangat diharapkan dalam rangka perbaikan dimasa yang
akan datang. Akhir kalimat, Penulis berharap hasil dari penelitian ini dapat
bermanfaat bagi pihak-pihak yang membutuhkannya, terutama untuk perusahaan
kerupuk Ichtiar.
Bogor, April 2010
Penulis
iii
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Bogor pada tanggal 10 Juli 1985. Penulis merupakan
putra tunggal dari Bapak Bakri dan Ibu Maryati. Pendidikan penulis dimulai pada
tahun 1991 di Sekolah Dasar Negeri 1 Panaragan Bogor. Pada tahun 1997,
penulis mulai memasuki jenjang Sekolah Menengah Pertama (SMP) di SMPN 6
Bogor. Setelah penulis menyelesaikan pendidikan selama sembilan tahun,
selanjutnya penulis melanjutkan ke jenjang Sekolah Menengah Umum (SMU) di
SMUN 6 Bogor pada tahun 2003. Pada tahun 2003 juga, penulis lulus seleksi dan
diterima sebagai mahasiswa baru melalui jalur reguler pada Program Studi
Diploma III Manajemen Bisnis Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan,
Institut Pertanian Bogor. Penulis mendapatkan gelar Ahli Madya pada tahun
2006. Saat ini penulis sedang menyelesaikan studi di Program Sarjana
Manajemen Penyelenggaraan Khusus Departemen manajemen, Fakultas Ekonomi
dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor, dengan tujuan memperoleh gelar
Sarjana Ekonomi.
Selama pendidikan, penulis aktif dibeberapa kegiatan dan organisasi.
Kegiatan dan organisasi yang pernah penulis lakukan, yaitu seperti Pramuka,
Paskibra, dan Kerohanian (ROHIS). Di lingkungan tempat tinggal, penulis aktif
pada Lembaga Pemberdayaan Masyarakat (LPM) dan Dewan Kemakmuran
Masjid (DKM), serta Sekolah Sepak Bola (SSB). Selain itu, penulis juga
mengikuti berbagai kegiatan seminar-seminar, Field Trip, dan pelatihan-pelatihan.
v
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK
RIWAYAT HIDUP ..................................................................................... iii
KATA PENGANTAR ................................................................................. iv
DAFTAR ISI ................................................................................................ v
DAFTAR TABEL ....................................................................................... vii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................... viii
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................... ix
I. PENDAHULUAN .................................................................................. 1
1.1. Latar Belakang ................................................................................. 1
1.2. Perumusan Masalah ......................................................................... 4
1.3. Tujuan Penelitian ............................................................................. 5
1.4. Manfaat penelitian ........................................................................... 5
II. TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................ 6
2.1. Makanan .......................................................................................... 6
2.2. Studi Kelayakan Bisnis .................................................................... 7
2.2.1. Aspek-Aspek Studi Kelayakan Bisnis .................................. 8
2.2.2. Manfaat Studi Kelayakan Bisnis .......................................... 13
2.3. Penelitian Terdahulu ........................................................................ 14
III. METODOLOGI PENELITIAN ......................................................... 16
3.1. Kerangka Penelitian ......................................................................... 16
3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ........................................................... 17
3.3. Metode Penelitian ............................................................................ 18
3.3.1. Jenis, Sumber dan Pengumpulan Data ................................. 18
3.3.2. Pengolahan Data ................................................................... 19
3.3.3. Kriteria Investasi ................................................................... 20
3.3.4. Analisis Pengembangan Usaha ............................................. 22
3.3.5. Analisis Sensitivitas .............................................................. 25
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................. 27
4.1. Gambaran Umum Perusahaan ........................................................ 27
4.2. Analisis Studi Kelayakan Pengembangan Usaha Kerupuk Ichtiar 28
4.2.1. Aspek Pemasaran ................................................................ 28
4.2.2. Aspek Hukum ...................................................................... 33
4.2.3. Aspek Manajemen dan Sumber Daya Manusia .................. 34
4.2.4. Aspek Produksi dan Operasi ............................................... 40
4.2.5. Aspek Lingkungan, Ekonomi, dan Sosial ........................... 47
4.2.6. Aspek Keuangan (Finansial) .............................................. 48
4.3. Implikasi Manajerial....................................................................... 56
vi
KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................... 58
A. Kesimpulan ............................................................................................. 58
B. Saran ........................................................................................................ 59
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 60
LAMPIRAN ................................................................................................. 61
vii
DAFTAR TABEL
No. Halaman
1. Konsumsi dan Pengeluaran Rata-rata per Kapita untuk
Kerupuk Menurut Wilayah ...................................................................... 3
2. Konsumsi Rata-rata per Kapita untuk Kerupuk Menurut
Golongan Pengeluaran per Kapita Sebulan ............................................. 3
3. Data Inflasi periode 2066-2009 di Indonesia ........................................... 26
4. Bahan baku untuk satu kali produksi. ...................................................... 42
viii
DAFTAR GAMBAR
No. Halaman
1. Kerangka Pemikiran Penelitian pada Pengembangan
Usaha Kerupuk Ichtiar ............................................................................. 17
2. Kerupuk Putih Konsumsi. ........................................................................ 31
3. Saluran Distribusi Pemasaran .................................................................. 33
4. Peta Lokasi Perusahaan ............................................................................ 41
ix
DAFTAR LAMPIRAN
No. Halaman
1. Perhitungan Rencana Kapasitas dan Kebutuhan Produksi
pada Pengembangan Usaha Kerupuk Ichtiar. .......................................... 61
2. Rencana Kebutuhan Fisik pada Pengembangan Usaha
Kerupuk Ichtiar ........................................................................................ 62
3. Rencana Indeks Harga pada Pengembangan Usaha
Kerupuk Ichtiar ........................................................................................ 63
4. Rencana Anggaran Biaya pada Pengembangan Usaha
Kerupuk Ichtiar. ....................................................................................... 64
5. Perhitungan Biaya Penyusutan pada Pengembangan Usaha
Kerupuk Ichtiar ........................................................................................ 65
6. Perhitungan Modal Awal Pengembangan Usaha
Kerupuk Ichtiar ........................................................................................ 66
7. Perhitungan Penerimaan Pengembangan Usaha
Kerupuk Ichtiar ........................................................................................ 67
8. Rekapitulasi Seluruh Biaya dan Perhitungan
Harga Pokok Penjualan (HPP) pada Pengembangan Usaha
Kerupuk Ichtiar ........................................................................................ 68
9. Perhitungan Harga Pokok Penjualan. ...................................................... 69
10. Perhitungan Net Present Value (NPV), Net B/C, dan
Internal Rate Ratio (IRR) pada Pengembangan Usaha
Kerupuk Ichtiar ....................................................................................... 70
11. Perhitungan Gross B/C, BEP, Payback Periode (PBP), dan Profitability
Index (PI) pada Pengembangan Usaha Kerupuk Ichtiar ......................... 71
12. Perhitungan Net Present Value (NPV), Net B/C, dan
Internal Rate Ratio (IRR) pada Pengembangan Usaha Kerupuk Ichtiar
Lampiran (18%) ...................................................................................... 72
13. Perhitungan Gross B/C, Payback Periode (PBP), dan Profitability
Index (PI) pada Pengembangan Usaha Kerupuk Ichtiar (18%) .............. 73
14. Analisis Sensitivitas Rekapitulasi Seluruh Biaya pada
Pengembangan Usaha Kerupuk Ichtiar .................................................. 74
15. Analisis Sensitivitas untuk Perhitungan Net Present
Value (NPV), Net B/C, dan Internal Rate Ratio (IRR)
pada Pengembangan Usaha Kerupuk Ichtiar ......................................... 75
16. Analisis Sensitivitas untuk Perhitungan Gross B/C, Payback
Periode (PBP), dan Profitability Index (PI) pada
Pengembangan Usaha Kerupuk Ichtiar .................................................. 76
x
17. Analisis Sensitivitas untuk Perhitungan Net Present Value (NPV),
Net B/C, dan Internal Rate Ratio (IRR) pada Pengembangan
Usaha Kerupuk Ichtiar (pada tingkat suku bunga 18%) ......................... 77
18. Analisis Sensitivitas untuk Perhitungan Gross B/C,
Payback Periode (PBP), dan Profitability Index (PI) pada Pengembangan
Usaha Kerupuk Ichtiar (pada tingkat suku bunga 18%) ......................... 78
1
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Usaha Kecil Menengah (UKM) merupakan salah satu pelaku usaha
yang terbukti survive dan mempunyai daya tahan yang kuat di tengah krisis
ekonomi yang melanda Indonesia sejak tahun 1997. Daya tahan yang kuat ini
disebabkan UKM tidak terlalu terkait dengan masalah kredit macet
perbankan. Data survey dari Departemen Koperasi (Depkop) menunjukkan
bahwa kredit macet yang dialami pelaku UKM tidak lebih dari 0.5% dari total
hutangnya, sedangkan kredit macet industri besar mencapai 70% dari total
hutangnya. Menurut data Biro Pusat Statistik dan Kementerian Koperasi dan
UKM (2005), jumlah UKM di Indonesia mencapai 43,22 juta. Sektor UKM
di Indonesia telah terbukti menyerap 79,6 juta tenaga kerja,
(http://nurulindarti.wordpress.com/2007/06/23/rendah-adopsi-teknologi-
informasi -oleh-ukm-di-indonesia/).
Pertumbuhan usaha kecil dan menengah (UKM) di Kabupaten Bogor
dalam lima tahun terakhir terus mengalami peningkatan yang cukup
signifikan, terutama industri agro dan hasil hutan (non fasilitas).
Meningkatnya pertumbuhan UKM ini tidak lepas dari dukungan yang
diberikan oleh Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) setempat.
Dukungan Disperindag tersebut, antara lain melakukan pelatihan teknis
kepada pelaku UKM secara continue, mencarikan mitra pembeli hasil produk
UKM dan menyalurkan permodalan bagi unit usaha yang dinilai potensial.
Berdasarkan catatan Disperindag Kabupaten Bogor, dari tahun 2002
sampai 2006, industri Agro menunjukkan grafik yang meningkat, dimana
sektor usaha dari tahun 2002 ke 2003 naik dari hanya 34 unit usaha menjadi
65 unit atau sebesar 91,18%. Lalu pada 2004 naik menjadi 97 unit usaha atau
49,23%, kemudian pada 2005 unit usaha mencapai 117 unit atau naik sebesar
20,62%, dan di tahun 2006, kenaikannya sebesar 19,66% atau menjadi 140
unit usaha yang potensial dan mampu bersaing di pasar bebas.
2
Seiring dengan meningkatnya pertumbuhan industri hasil agro itu,
tentu di ikuti pula dengan meningkatnya arus investasi di sektor ini. Di mana
pada tahun 2002, nilai investasi di sektor industri agro dan hasil hutan tercatat
hanya Rp 14,9 miliar lebih. Namun di tahun berikutnya, naik menjadi Rp
54,7 miliar dan di tahun 2004 melonjak hingga 98,1 miliar. Nilai investasi
tersebut naik lagi pada 2005, yakni sebesar 148,3 miliar dan di tahun 2006
tercatat sebesar Rp 175,4 miliar (http://www.spirit-
otonomi.com/content.php?id=41&1=nasional).
Menggali potensi keunggulan lokal dinilai mampu memproteksi
perekonomian daerah dari terpaan krisis ekonomi. Di saat industri berskala
besar melorot omsetnya, UKM malah semakin kokoh dengan memanfaatkan
karakteristik daerah. Perkembangan tersebut bisa terpantau dari selalu
meningkatnya jumlah UKM setiap tahun.
Salah satu UKM di bidang industri makanan yang terdapat di
Kabupaten Bogor yaitu Perusahaan Perorangan Ichtiar. Perusahaan ini
terletak di Jalan Raya Cibanteng No.141 Rt 05 Rw 03, Kecamatan Ciampea,
Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Produk yang dihasilkan yaitu kerupuk.
Krupuk atau kerupuk adalah makanan ringan yang dibuat dari adonan
tepung tapioka dicampur bahan perasa seperti udang atau ikan. Kerupuk
dibuat dengan mengukus adonan sebelum dipotong tipis-tipis, dikeringkan di
bawah sinar matahari dan digoreng dengan minyak goreng yang banyak.
Kerupuk bertekstur garing dan sering dijadikan pelengkap untuk berbagai
makanan Indonesia seperti nasi goreng dan gado-gado
(http://id.wikipedia.org/wiki/Kerupuk).
Permintaan kerupuk berasal dari usaha penggorengan, agen/toko dan
pedagang. Secara kuantitatif belum ada data yang menggambarkan jumlah
konsumsi kerupuk. Meskipun demikian dapat diperkirakan bahwa jumlah
konsumsi kerupuk relatif tinggi, karena makanan olahan ini banyak digemari
oleh masyarakat luas. Menurut data dari Survei Sosial Ekonomi Nasional
(Susenas), penduduk wilayah perkotaan (urban) lebih banyak mengkonsumsi
kerupuk dibanding penduduk wilayah pedesaan (rural). Dengan kata lain
dapat dikatakan bahwa pengeluaran untuk konsumsi kerupuk wilayah
3
perkotaan lebih besar dibanding pengeluaran konsumsi kerupuk penduduk
wilayah pedesaan.
Jumlah konsumsi kerupuk di wilayah perkotaan yang lebih tinggi
dibanding pedesaan dikarenakan kepadatan penduduk di kota yang juga lebih
tinggi bila dibandingkan dengan pedesaan. Urbanisasi dan mobilitas
penduduk yang sehari-harinya bekerja di kota telah menumbuhkan usaha
penjualan makanan. Selain itu sifat kerupuk sebagai makanan pelengkap ini
sering diabaikan oleh penduduk desa karena lebih fokus pada pemenuhan
kebutuhan yang lebih pokok. Tabel 1. berikut menunjukkan jumlah konsumsi
kerupuk oleh penduduk di wilayah perkotaan dan pedesaan.
Tabel 1. Konsumsi dan Pengeluaran Rata-rata per Kapita untuk
Kerupuk Menurut Wilayah
No. Daerah Banyaknya (ons) Nilai (Rp)
1 Perkotaan (Urban) 0.193 154
2 Pedesaan (Rural) 0.147 99
3 Perkotaan + Pedesaan 0.166 122
Sumber: Susenas, Pengeluaran untuk Konsumsi Penduduk Indonesia, 2003
Dikatakan bahwa kerupuk merupakan makanan yang sangat digemari
oleh masyarakat luas baik penduduk miskin, pendapatan menengah maupun
pendapatan tinggi. Dari Tabel 2. berikut dapat diketahui bahwa semakin
tinggi pendapatan yang dimiliki oleh seseorang, semakin besar jumlah
konsumsi kerupuk per bulannya.
Tabel 2. Konsumsi Rata-rata per Kapita untuk Kerupuk Menurut
Golongan Pengeluaran per Kapita Sebulan
No. Golongan Pengeluaran (Rp) Konsumsi (ons)
1 Kurang dari 40.000 -
2 40.000-59.999 0.075
3 60.000-79.999 0.087
4 80.000-99.999 0.085
5 100.000-149.999 0.128
6 150.000-199.999 0.140
7 200.000-299.999 0.196
8 300.000-499.999 0.250
9 500.000 dan lebih 0.305
10 Rata-rata konsumsi per kapita 0.166
Sumber: Susenas, Pengeluaran untuk Konsumsi Penduduk Indonesia, 2003
4
Desa Cibanteng sebagai salah satu wilayah di Kabupaten Bogor relatif
masih memiliki kekayaan sumber daya yang cukup besar. Salah satu
perusahaan kecil yang melakukan aktivitas di daerah ini yaitu industri kecil
kerupuk. Perusahaan perorangan Ichtiar telah berdiri selama kurang lebih
dua puluh tahun. Pasar dari perusahaan kecil Ichtiar adalah daerah Bogor dan
sekitarnya. Jumlah penduduk di Kota dan Kabupaten Bogor pada tahun
2003, yaitu sekitar 4.625.781 jiwa. Dari data tersebut dapat dihitung jumlah
permintaan kerupuk berdasarkan pada tingkat konsumsi per kapita dari
tingkat pendapatan perkapita selama satu bulan yaitu sekitar sebesar 767.880
ons per bulan (76.788 Kg). Permintaan tersebut akan terus meningkat seiring
dengan bertambahnya jumlah penduduk setiap tahunnya. Dari hasil
wawancara, dapat diketahui jumlah penawaran yang dapat memenuhi
permintaan pasar kerupuk di Bogor yaitu sekitar sebesar 37.700 Kg per bulan.
Dapat terlihat jika terdapat peluang pasar kerupuk di daerah Bogor (Produk
yang ditawarkan tidak dapat memenuhi permintaan pasar). Dari data tersebut
terdapat selisih sebesar 39.088 Kg per bulan permintaan kerupuk di bogor
yang tidak dapat terpenuhi (peluang pasar).
1.2. Perumusan masalah
Dalam menjalankan suatu usaha untuk mencapai tujuannya dengan
baik, terdapat beberapa aspek yang dapat mempengaruhi keberhasilannya.
Aspek-aspek tersebut secara garis besar yaitu aspek pemasaran, aspek hukum,
aspek manajeman dan sumberdaya manusia, aspek produksi dan operasi,
aspek lingkungan ekonomi dan sosial serta aspek keuangan. Setiap aspek-
aspek tersebut memiliki berbagai kekuatan, kelemahan, peluang dan
ancaman. Keadaan manajemen perusahaan yang tidak terlalu baik, membuat
pemilik tidak terlalu mengetahui apakah usaha yang dijalankan layak atau
tidak. Sehingga, pemilik usaha memiliki rasa keingintahuan terhadap usaha
yang dijalankan sebenarnya layak atau tidak layak. Selain itu, pemilik juga
memiliki rasa keingintahuan terhadap usahanya, apabila terjadi suatu
pengembangan. Pengembangan usaha kerupuk yang dilakukan yaitu dengan
meningkatkan produksi yang berpengaruh terhadap adanya penambahan
bahan baku produksi, beberapa fasilitas produksi, dan jumlah karyawan.
5
Pengembangan lain yang dapat dilakukan perusahaan diantaranya dengan
memperjelas struktur organisasi dan pengembangan pada produk yang dapat
dilakukan dengan cara merubah bentuk, rasa, dan warna. Hal ini membuat
pengkajian terhadap aspek-aspek tersebut menjadi penting untuk dilakukan.
Pengembangan usaha dilakukan tidak lain dengan tujuan untuk meningkatkan
manfaat dan keuntungan perusahaan.
Berdasarkan keterangan tersebut yang telah dijelaskan, maka
permasalahan yang terjadi yaitu ;
1. Bagaimana keadaan pasar, legalitas, manajemen sumber daya manusia,
produksi dan operasi, lingkungan ekonomi dan sosial serta keuangan yang
terdapat pada usaha kerupuk Ichtiar?
2. Bagaimana kelayakan rencana pengembangan usaha kerupuk Ichtiar dan
analisis sensitivitasnya?
1.3. Tujuan Penelitian
Berdasarkan permasalah yang terjadi, maka tujuan dari penelitian ini
yaitu :
1. Mengkaji potensi proyek dan permasalahan dilihat dari keadaan pasar,
legalitas usaha, manajemen sumber daya manusia, produksi dan operasi,
lingkungan ekonomi dan sosial serta keuangan yang terdapat pada usaha
kerupuk Ichtiar.
2. Melakukan analisis kelayakan pengembangan usaha kerupuk Ichtiar dan
analisis sensitivitasnya.
1.4. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk memberikan
informasi berupa keadaan pasar, produksi, sumberdaya manusia, dan
keuangan yang terdapat pada usaha kerupuk Ichtiar. Selain itu, penelitian ini
juga diharapkan dapat membantu pihak yang bersangkutan dalam
mengembangkan usahanya. Baik itu sebagai bahan acuan atau pun hanya
sebagai dasar pertimbangan menuju pengembangan usaha. Penelitian ini juga
diharapkan dapat membantu semua pihak yang membutuhkannya.
6
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Kerupuk
Menurut UU RI No. 5 tahun 1984 Pasal 1 tentang perindustrian,
definisi Industri adalah kegiatan ekonomi yang mengolah bahan mentah,
bahan baku, barang setengah jadi, dan/atau barang jadi menjadi barang
dengan nilai yang lebih tinggi untuk penggunaannya, termasuk kegiatan
rancang bangun dan perekayasaan industri. Menurut Keputusan Presiden RI
No. 99 Tahun 1998 pengertian usaha kecil adalah kegiatan ekonomi rakyat
yang berskala kecil dengan bidang usaha yang secara mayoritas merupakan
kegiatan usaha kecil dan perlu dilindungi untuk mencegah dari persaingan
usaha yang tidak sehat (http://www.baPBPekab.sidoarjokab.go.id/?file=04-
doc-hsl-kajian/rip-ukm.htm).
Wirakartakusumah dan syah (1990) menyebutkan dahwa industri
pangan merupakan industri yang menghasilkan berbagai produk olahan
dalam bentuk makanan tradisional atau pun modern. Berdasarkan skala dan
pola pertumbuhannya, industri pangan dikelompokan menjadi industri
pangan besar, menengah dan kecil, industri katering, restoran dan hotel, dan
industri makanan jajanan dan rumah tangga.
Makanan adalah bahan, biasanya berasal dari hewan atau tumbuhan,
dimakan oleh makhluk hidup untuk memberikan tenaga dana nutrisi. Setiap
makhluk hidup membutuhkan makanan. Tanpa makanan, makhluk hidup
akan sulit dalam mengerjakan aktivitas sehari-harinya. Makanan dapat
membantu makhluk hidup dalam mendapatkan energi, membantu
pertumbuhan badan dan otak. Memakan makanan yang bergizi akan
membantu pertumbuhan manusia, baik otak maupun badan. Setiap makanan
mempunyai kandungan gizi yang berbeda. Protein, karbohidrat, lemak, dan
lain-lain adalah salah satu contoh gizi yang terdapat dalam makanan. Setiap
jenis gizi yang kita dapatkan mempunyai fungsi yang berbeda. Karbohidrat
merupakan sumber tenaga yang manusia dapatkan sehari-hari. Salah satu
contoh makanan yang mengandung karbohidrat adalah nasi. Protein
7
digunakan oleh tubuh untuk membantu pertumbuhan manusia, baik otak
maupun tubuh. Lemak digunakan oleh tubuh sebagai cadangan makanan dan
sebagai cadangan energi. Lemak akan digunakan saat tubuh kekurangan
karbohidrat, dan lemak akan memecah menjadi glukosa yang sangat berguna
bagi tubuh saat membutuhkan energi (http://id.wikipedia.org/wiki/Makanan).
Kerupuk atau kerupuk adalah makanan ringan yang dibuat dari adonan
tepung tapioka dicampur bahan perasa seperti udang atau ikan. Kerupuk
dibuat dengan mengukus adonan sebelum dipotong tipis-tipis, dikeringkan di
bawah sinar matahari dan digoreng dengan minyak goreng yang banyak.
Kerupuk bertekstur garing dan sering dijadikan pelengkap untuk berbagai
makanan Indonesia (http://id.wikipedia.org/wiki/Kerupuk).
2.2. Studi Kelayakan Bisnis
Menurut Umar (2005), bisnis merupakan seluruh kegiatan yang
diorganisasikan oleh orang-orang yang berkecimpung di dalam bidang
perniagaan (produsen, pedagang, konsumen, dan industri dimana perusahaan
berada) dalam rangka memperbaiki standar serta kualitas hidup. Studi
kelayakan bisnis merupakan penelitian terhadap rencana bisnis yang tidak
hanya menganalisis layak atau tidak layak suatu bisnis dibangun, tetapi juga
saat dioperasionalkan secara rutin dalam rangka pencapaian keuntungan yang
maksimal untuk waktu yang tidak ditentukan. Menurut Ibrahim (2003), studi
kelayakan bisnis merupakan bahan pertimbangan dalam mengambil suatu
keputusan, apakah menerima atau menolak dari suatu gagasan usaha yang
direncanakan. Pengertian layak dalam penelitian ini adalah kemungkinan dari
gagasan suatu usaha yang dilaksanakan memberi manfaat (benefit), baik
dalam arti finansial benefit maupun dalam arti sosial benefit. Terdapat
beberapa aspek yang perlu dilakukan untuk menentukan kelayakan suatu
usaha. Masing-masing aspek tersebut tidak dapat berdiri sendiri, akan tetapi
saling berkaitan. Secara umum prioritas aspek-aspek yang perlu dilakukan
dalam studi kelayakan adalah aspek pemasaran, aspek hukum, aspek
manajemen sumber daya manusia, aspek teknis dan operasi, aspek
lingkungan ekonomi dan sosial, dan aspek finansial.
8
2.2.1. Aspek-Aspek Studi Kelayakan Bisnis
1. Aspek pemasaran (pasar)
Pasar, menurut para ahli, merupakan tempat pertemuan
antara penjual dan pembeli, atau saling bertemunya antara
kekuatan permintaan dan penawaran untuk membentuk suatu
harga. Pendapat yang lain mengatakan bahwa pasar merupakan
suatu sekelompok orang yang diorganisasikan untuk melakukan
tawar-menawar, sehingga dengan demikian terbentuk harga (Umar,
2005). Setiap perusahaan atau Organisasi perlu memiliki
kemampuan untuk mengenal kesempatan-kesempatan pasar baru.
Tidak ada perusahaan yang selamanya dapat menguntungkan diri
pada produk dan pasar yang dimilikinya sekarang. Setiap manajer
pemasaran membutuhkan sejumlah informasi akurat yang tersedia
pada waktu yang tepat, seperti keadaaan lingkungan pemasaran,
konsumen sasaran, pesaing, pensuplai, dan reseller, serta publik di
masa lampau, masa sekarang, dan masa yang akan datang.
Pemasaran adalah kegiatan manusia yang diarahkan untuk
memuaskan kebutuhan dan keinginan melalui proses pertukaran.
Philip Kotler (2004), salah seorang ahli teori manajemen
terkemuka mengemukakan tujuan dari pemasaran ialah untuk
mengetahui dan memahami konsumen demikian baiknya sehingga
produk atau jasa cocok bagi konsumen dan produk atau jasa itu
bisa terjual dengan sendirinya.
Manajemen pemasaran adalah proses perencanaan dan
pelaksanaan pemikiran, penetapan harga, promosi, serta
penyaluran gagasan, barang, dan jasa untuk menciptakan
pertukaran yang memenuhi sasaran-sasaran individual dan
organisasi. Konsep pemasaran menyatakan bahwa kunci untuk
mencapai sasaran organisasional adalah terdiri dari penentuan
kebutuhan dan keinginan pasar sasaran (target markets) dan
pemberian kepuasan yang diinginkan secara lebih efektif dan lebih
efisien dari yang dilakukan para pesaing. Sekali perusahaan telah
9
memutuskan strategi penentuan posisinya, maka kemudian
perusahaan tersebut siap memulai perencanaan yang terinci
mengenai marketing mix. Marketing mix adalah perangkat
variabel-variabel pemasaran terkontrol yang perusahaan
gabungkan untuk menghasilkan tanggapan yang diinginkannya
dalam pasar sasaran. Empat unsur marketing mix yaitu, produk
(product), harga (price), tempat (place) dan promosi (promotion)
(Kotler, 2004).
2. Hukum
Aspek ini mencakup kelengkapan dana dan keabsahan
dokumen perusahaan mulai dari bentuk badan usaha hingga izin
yang dimilikinya. Kelengkapan dan keabsahan dokumen sangat
penting karena merupakan dasar hukum yang harus dipegang
apabila terjadi suatu masalah (Kasmir dan Jakfar, 2007). Menurut
Umar (2005) aspek hukum dalam studi kelayakan usaha
mempelajari tentang siapa pelaksana bisnis, bisnis apa yang akan
dilaksanakan, waktu pelaksanaan bisnis, di mana bisnis
dilaksanakan, bagaimana bisnis dilakukan, dan peraturan dan
perundang-undangan yang berlaku. Secara garis besar setiap bisnis
yang dijalnkan harus meiliki keabsahaan dokumen perusahan
dengan izin usaha yang dimilikinya.
3. Aspek Manajemen sumber daya manusia
Suatu usaha atau proyek yang dijalankan akan berhasil
apabila dilakukan oleh orang-orang yang profesional, mulai dari
merencanakan, melaksankan, hingga akhirnya pada pengendalian
terhadap penyimpangan-penyimpangan yang terjadi (Kasmir dan
Jakfar, 2007). Salah satu cara untuk mengembangkan usaha
perusahaan adalah dengan diversifikasi usaha. Keputusan untuk
melakukan diversifikasi yaitu keputusan strategis perusahaan yang
didasarkan pada analisis yang cukup mendalam. Aspek manajemen
untuk pengembangan proyek bisnis dan implementasi bisnis
didasarkan pada pendekatan perencanaan, pengorganisasian,
10
actuating, dan pengendalian (Umar, 2005). Keberadaan sumber
daya manusia hendaknya dianalisis untuk mendapatkan jawaban
apakah SDM yang diperlukan untuk pengembangan maupun
pengimplementasian bisnis dapat dimiliki secara layak atau
sebaliknya dilihat dari ketersediannya. Kajian dalam SDM dapat
dimulai dari perencanaan, analisis pekerjaan, rekrutmen, seleksi
dan orientasi, produktivitas, pelatihan dan pengembangan,
presentasi, kompensasi, keselamatan dan kesehatan kerja, sampai
pada pemutusan kerja.
4. Aspek Teknis dan Operasi
Manajemen operasi adalah suatu disiplin ilmu yang
diterapkan pada seluruh usaha produksi, baik di kantor, gedung,
restoran, pusat perbelanjaan, maupun pabrik. Semua jenis usaha
yang menghasilkan barang dan jasa membutuhkan manajemen
operasi. Proses produksi barang dan jasa yang efisien
membutuhkan penerapan konsep, alat-alat dan tehnik manajemen
operasi yang eektif. Produksi adalah proses penciptaan barang dan
jasa. Manajemen operasi adalah serangkaian aktivitas yang
menghasilkan nilai dalam bentuk barang dan jasa dengan
mengubah masukan (input) menjadi keluaran (output), sehingga
keluarannya akan lebih bermanfaat dari masukannya ( Heizer dan
Render, 2006).
5. Aspek Sosial, Ekonomi, dan Lingkungan
Aspek ini melihat seberapa besar pengaruh atau kontribusi
yang diberikan terhadap masyarakat sekitar. Pengaruh tersebut
terutama dalam bidang ekonomi secara luas dan dampak sosial
yang terjadi pada masyarakat sekitar dan lingkungannya. Hal ini
didasarkan pada setiap proyek atau usaha yang dijalankan akan
berdampak pada lingkungan sekitar, baik terhadap darat, air, udara,
yang pada akhirnya akan berdampak pada makhluk hidup yang
berada disekitarnya (Kasmir dan Jakfar, 2007).
11
6. Aspek Finansial
Aspek Finansial dianalisis dengan tujuan untuk menentukan
rencana investasi melalui perhitungan biaya dan manfaat yang
diharapkan, dengan membandingkan antara pengeluaran dan
pendapatan, seperti ketersediaan dana, biaya modal, kemampuan
proyek untuk mebayar kembali dana tersebut dalam waktu yang
telah ditentukan dan menilai apakah proyek akan dapat
berkembang terus. Secara singkatnya apakah bisnis atau proyek ini
dapat menghasilkan keuntungan (layak) atau malah sebaliknya
dalam melakukan usahanya (tidak layak). Menurut Kasmir dan
Jakfar (2007) Aspek ini meliputi seberapa lama investasi yang
ditanamkan akan kembali, dari mana saja sumber pembiayaan
bisnis tersebut dan bagaimana tingkat suku bunga yang berlaku,
sehingga apabila dihitung dengan formula penilaian investasi
sangat menguntungkan. Metode penilaian yang digunakan dalam
menganalisis studi kelayakan usaha pada aspek keuangan ini,
meliputi :
a) Payback Periode (PBP)
Payback Periode adalah suatu periode yang diperlukan untuk
menutupi kembali pengeluaran investasi (initial cash
investment) dengan menggunakan aliran kas, dengan kata lain
Payback Periode merupakan rasio antara initial cash investment
dengan cash inflow-nya yang hasilnya merupakan satuan waktu
(Umar, 2005).
b) Internal Rate of Return (IRR)
Metode ini digunakan untuk mencari tingkat bunga yang
menyamakan nilai sekarang dari arus kas yang diharapkan di
masa datang, atau penerimaan kas, dengan mengeluarkan
investasi awal (Umar, 2005).
12
c) Net Present Value (NVP)
Net Present Value yaitu selisih antara Present Value dari
investasi dengan nilai sekarang dari penerimaan-penerimaan
kas bersih (aliran kas operasional maupun aliran kas terminal)
di masa yang akan datang (Umar, 2005).
d) Profitability Index (PI)
Pemakaian metode Profitability Index ini caranya adalah
dengan menghitung melalui perbandingan antara nilai sekarang
(present value) dari rencana penerimaan-penerimaan kas bersih
di masa yang akan datang dengan nilai sekarang (present value)
dari investasi yang telah dilaksanakan (Umar, 2005).
e) Benefit – Cost Ratio (B/C Ratio)
Benefit – Cost Ratio (B/C Ratio) digunakan untuk kegiatan atau
proyek-proyek makro dimana manfaatnya terutama dinikmati
oleh sebagian atau seluruh masyarakat. B/C Ratio dapat
dibedakan menjadi dua, yaitu Gross B/C Ratio dan Net B/C
Ratio (Firdaus, 2008).
Pada saat kita menganalisis perkiraan arus kas di masa yang
akan datang, kita berhadapan dengan ketidakpastian. Akibatnya,
hasil perhitungan di atas kertas itu dapat menyimpang dari
kenyataannya. Suatu keadaan yang tidak pasti itu dapat
menyebabkan berkurangnya kemampuan suatu proyek dalam
beroperasi untuk menghasilkan laba atau keuntungan. Untuk
menanggulangi masalah ketidakpastian tersebut kita dapat
menggunakan analisis kepekaan (sensitivity analysis). Analisis
sensitivitas adalah suatu teknik untuk menguji secara matematis
apa yang akan terjadi pada kapasitas penerimaan suatu proyek
apabila terjadi kejadian-kejadian yang berbeda dengan perkiraan
yang dibuat dalam perencanaan. Suatu analisis sensitivitas
13
dikerjakan dengan mengubah suatu unsur tertentu pada hasil
analisis (Kadariah, 1976).
2.2.2. Manfaat Studi Kelayakan Bisnis (SKB)
Hasil dari studi kelayakan bisnis adalah suatu laporan tertulis
yang menyatakan bahwa suatu rencana bisnis layak tuk direalisasikan.
Selain itu, laporan ini juga dapat dijadikan sebagai bahan
pertimbangan pihak-pihak terkait dalam memutuskan untuk turut serta
menyetujui atau sebaliknya menolak kelayakan laporan studi sesuai
dengan kepentingannya. Studi Kelayakan Bisnis ini juga
memungkinkan untuk dinyatakan layak tetapi akhirnya tidak di
realisasikan. Hal ini dapat disebabkan oleh pengambil keputusan akhir
menolak karena adanya intervensi pihak lain yang merasa
kepentingannya tidak terpenuhi.
Pihak-pihak yang membutuhkan studi kelayakan bisnis, yaitu :
A. Pihak Investor : Pihak ini menjadikan laporan studi kelayakan
bisnis sebagai dasar dalam mempelajari untuk dijadikan bahan
pertimbangan akan menanamkan modal atau sebaliknya. Pihak
yang memiliki kepentingan langsung tentang keuntungan yang
akan diperoleh serta jaminan keselamatan atas modal yang akan
ditanamkan.
B. Pihak Kreditor : Pendanaan proyek dapat juga dipinjam dari Bank.
Sebagai dasar pertimbangan pihak Bank dalam memutuskan untuk
memberikan kredit (pinjaman) atau tidak. Pihak Bank akan
mengkaji ulang studi kelayakan bisnis yang telah dibuat, termasuk
mempertimbangkan sisi-sisi lain, seperti bonafitditas dan
tersedianya angunan yang dimiliki perusahaan.
C. Pihak Manajemen Perusahaan : Studi kelayakan bisnis dapat dibuat
oleh pihak internal atau eksternal perusahaan. Laporan studi
kelayakan bisnis ini merupakan upaya dalam rangka
merealisasikan ide proyek yang ujung-ujungnya bermuara pada
peningkatan usaha untuk meningkatkan laba perusahaan. Sebagai
pihak yang menjadi project leader, pihak manajemen perlu
14
mempelajari studi kelayakan itu, misalnya dalam hal pendanaan,
berapa yang dialokasikan dari modal sendiri dan berapa pendanaan
dari pihak investor dan pihak kreditor.
D. Pihak Pemerintah dan Masyarakat : Penyusunan studi kelayakan
bisnis perlu memperhatikan kebijakan-kebijakan yang telah
ditetapkan oleh pemerintah karena bagaimana pun pemerintah
dapat secara langsung maupun tidak langsung mempengaruhi
kebijakan perusahaan. Penghematan devisa negara, penggalakan
ekspor nonmigas dan pemakaian tenaga kerja massal merupakan
contoh-contoh kebijakan pemerintah di sektor ekonomi. Proyek-
proyek bisnis yang membantu kebijakan pemerintah inilah yang
diprioritaskan untuk dibantu, misalnya dengan subsidi dan
keringanan lain.
E. Bagi Tujuan Pembangunan Ekonomi : Dalam menyusun studi
kelayakan bisnis perlu juga di analisis manfaat yang akan di dapat
dan biaya yang akan ditimbulkan oleh proyek terhadap
perekonomian nasional. Aspek-Aspek ini diantaranya yaitu aspek
Rencana Pembangunan Nasional, Distribusi nilai tambah pada
seluruh masyarakat, nilai investasi per tenaga kerja, pengaruh
sosial, serta analisis kemanfaatan dan beban sosial.
2.3. Penelitian Terdahulu
Miranti (2008) Pengembangan Usaha “Elsari Brownies and Bakery”
Analisis Aspek Pasar dan Keuangan. Merupakan salah satu usaha kecil dan
menengah (UKM) dibidang industri makanan yang terdapat di Bogor. Usaha
ini bermaksud untuk membuka counter penjualan khusus produk Elsari di
lokasi yang strategis. Untuk itu, diperlukan penelitian tentang kondisi
pemasaran brownies di Kota Bogor, penilaian kondisi keuangan perusahaan,
dan kelayakan rencana pengembangan tersebut. Untuk IRR yang diperoleh
dari hasil kelayakan investasi adalah sebesar 18,66%. Payback period yang
dibutuhkan untuk mengembalikan investasi yang ditanamkan adalah 8 tahun
4 bulan.
15
Arief Rivai (2009) Analisis Kelayakan Usaha Penggemukan Sapi
Potong (Fattening) pada PT Zagrotech Dafa International (ZDI) Kecamatan
Ciampea Kabupaten Bogor. Merupakan salah satu perusahaan swasta
nasional di Indonesia yang bergerak di bidang agribisnis. Hal utama yang
melatarbelakangi mendirikan usaha penggemukan sapi potong (fattening)
yaitu melihat kondisi pertumbuhan populasi sapi potong yang cendrung statis,
sedangkan kebutuhan akan daging sapi di dalam negeri meningkat setiap
tahunya.
Analisis data penelitian ini dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif.
Analisis kualitatif dilakukan untuk mengkaji aspek pasar, aspek teknis, aspek
manajemen, aspek sosial, ekonomi dan lingkungan yang dijelaskan secara
deskriptif. Untuk analisis kuantitatif digunakan dalam mengkaji analisis
finansial. Pada penelitian ini menggunakan dua skenario yaitu skenario
modal sendiri dan skenario modal pinjaman. Kedua skenario ini layak untuk
dijalankan. Hal tersebut dapat dilihat dari masing-masing kriteria kelayakan
yang menunjukan hasil layak untuk dijalankan. IRR yang diperoleh dari
hasil kelayakan investasi adalah sebesar 37%. Net B/C yang dihasilkan yaitu
2,92 dan Payback period yang dibutuhkan untuk mengembalikan investasi
yang ditanamkan adalah 3,5. Dengan skenario modal pinjaman IRR yang
diperoleh dari hasil kelayakan investasi adalah sebesar 15%. Net B/C yang
dihasilkan yaitu 1,07 dan Payback period yang dibutuhkan untuk
mengembalikan investasi yang ditanamkan adalah 8,2 tahun.
16
III. METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Kerangka Pemikiran
Usaha pengembangan kerupuk Ichtiar merupakan suatu usaha yang
didirikan dengan tujuan untuk memanfaatkan peluang yang ada. Melihat dari
adanya peluang tersebut pemilik usaha kerpuk Ichtiar bermaksud untuk
meningkatkan volume penjualan. Peningkatan yang terjadi dimaksudkan
untuk menghasilkan manfaat yang lebih tinggi bagi perusahaan dan
lingkungan sekitar. Dalam menjalankan usahanya terdapat beberapa masalah
mulai dari musim seperti penghujan dan manajemen yang tidak terlalu baik.
Musim penghujan menjadi masalah dalam bisnis ini, karena mengganggu
salah satu langkah dalam proses produksi, yaitu pada tahap penjemuran.
Keadaan manajemen perusahaan yang kurang baik, membuat usaha ini
kesulitan untuk mengatasi permasalahan yang terjadi. Untuk itu, pemilik
usaha mendapatkan gagasan untuk melakukan studi kelayakan terhadap
pengembangan usahanya.
Studi kelayakan bisnis pada usaha pengembangan kerupuk ini
bertujuan sebagai bahan pertimbangan pemilik dalam merealisasikan
pengembangan usahanya. Selain itu, Rencana-rencana dan strategi yang akan
atau harus dilakukan untuk memajukan usaha dapat tersusun secara baik.
Secara umum, dengan studi kelayakan ini pemiliki dapat mengetahui layak
atau tidak usahanya. Analisis kelayakan pengembangan usaha ini terdiri dari
aspek pemasaran, aspek hukum, aspek manajemen sumber daya manusia,
aspek teknis dan operasi, aspek lingkungan ekonomi dan sosial, dan aspek
finansial. Pada aspek keuangan akan dilakukan penilaian atas kelayakan
usaha berdasarkan Payback Periode (PBP), Internal Rate of Return (IRR),
Net Present Value (NVP), Profitability Index (PI), dan Benefit – Cost Ratio
(B/C Ratio). Untuk mengantisipasi perubahan yang akan terjadi di masa
yang akan datang, mengingat banyaknya ketidakpastian dalam sebuah usaha
maka akan dilakukan juga analisis sensitivitas. Ketidakpastian dimasa yang
akan datang tersebut dapat disebabkan seperti apabila terjadi perubahan
17
indeks harga menjadi lebih tinggi dari kondisi normal karena adanya
pengaruh tingkat inflasi. Kerangka pemikiran penelitian ini dapat dilihat
pada Gambar 1.
Gambar 1. Kerangka Pemikiran Penelitian pada Pengembangan Usaha Kerupuk
Ichtiar.
3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian studi pengembangan usaha ini dilakukan di Jalan Raya
Cibanteng No.141 RT 05 RW 03 Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor,
Jawa Barat. Waktu pelaksanaan dilapangan berlangsung selama tiga bulan,
yaitu sejak bulan Oktober hingga bulan Desember 2009.
Umpan Balik
Usaha Kerupuk Ichtiar
Menganalisis
pengembangan usaha
dimasa yang akan datang
Mengkaji dan Mengatasi masalah
yang terjadi serta memanfaatkan
peluang yang ada
Potensi pengembangan usaha Kerupuk
Analisis Kelayakan Usaha
Layak Tidak Layak
Implementasi Re-evaluasi
18
3.3. Metode Penelitian
3.3.1. Jenis, Sumber, dan Pengumpulan Data
Data merupakan suatu realitas, mestinya data terbebas dari
peneliti. Artinya, data tidak dipengaruhi oleh perasaan maupun
pemikiran peneliti. Data yang digunakan dalam penelitian
pengembangan usaha kerupuk Ichtiar berdasarkan ketersediannya
terbagi menjadi data primer dan data skunder. Data primer adalah data
yang belum tersedia, sehingga untuk menjawab masalah penelitian
data harus diperoleh dari sumber aslinya (Simamora, 2004). Data
primer ini di dapatkan dengan cara survey melalui teknik komunikasi
langsung (wawancara) dan peninjauan langsung (observasi langsung)
terhadap lingkungan internal perusahaan pengembangan usaha
kerupuk Ichtiar dan pihak-pihak lainnya yang terkait. Menurut
Simamora (2004), teknik komunikasi langsung ini merupakan cara
pengumpulan data di mana peneliti malakukan komunikasi langsung
atau tatap muka (face to face) dengan sumber data. Situasinya dapat
disengaja diciptakan (seperti pada focus group), dan dapat juga dalam
keadaan sebenarnya (seperti pada survey). Teknik Observasi langsung
adalah cara mengumpulkan data melalui pengamatan dan pencatatan
gejala-gejala yang terlihat pada objek penelitian. Pelaksanaanya
langsung pada tempat dan waktu di mana sebuah peristiwa, keadaan,
atau situasi sedang terjadi.
Data sekunder adalah data yang sudah tersedia atau sudah
dikumpulkan untuk suatu tujuan sebelumnya. Data ini mudah untuk
didapatkan dan biasanya berbiaya rendah (Simamora, 2004). Pada
perusahaan ini, data sekunder didapatkan dari beberapa instasi terkait
seperti Badan Pusat Statistik (BPS), Dinas Pemerintahan Kota dan
Kabupaten Bogor, dan dari studi pustaka serta internet.
Berdasarkan pada sifatnya, data yang digunakan dibedakan
menjadi data kualitatif dan data kuantitatif. Data kualitatif adalah data
yang merepresentasikan realitas secara deskriptif melalui kata-kata,
19
kalimat maupun uraian. Data kuantitatif adalah representasi realitas
yang disimbolkan secara numerik (dengan angka-angka). Jenis-jenis
data kuantitatif, baik yang ditransformasi dari data kualitatif maupu
aslinya memang sudah kuantitatif, adalah data nominal, ordinal, data
interval, dan rasio (Simamora, 2004). Pada penelitian ini, data
berdasarkan sifatnya yang sering atau lebih banyak digunakan adalah
jenis data kuantitatif.
Data perlu diolah agar mudah diinterprestasikan. Informasi yang
baik diperoleh dari data yang baik, yang dianalisis dan
diinterpretasikan dengan baik. Syarat-syarat data yang baik yaitu ;
a. Relevan, yaitu sesuai dengan kebutuhan.
b. Akurat, yaitu pengumpulan dan pelaporannya dapat
dipertanggungjawabkan.
c. Sesuai dengan kaidah-kaidah riset.
d. Up-to-date, yaitu data masih menggambarkan keadaan saat ini.
e. Impartial, artinya data sekunder dikumpulkan dan dilaporkan
secara objektif.
3.3.2. Pengolahan Data
Pengolahan data yang dilakukan dengan menggunakan data
berdasarkan sifatnya, yaitu data kuntitatif dan data kualitatif. Data
kuantitatif adalah representasi realitas yang disimbolkan dengan
numerik (dengan angka-angka). Pada penelitian ini salah satu data
berupa kuantitatif yaitu pada aspek keuangan. Perhitungan yang akan
dilakukan yaitu menghitung Net Present Value (NPV), Net Benefit
Cost Ratio (Net B/C), Internal Rate Return (IRR), Payback Periode
(PBP), dan Profitability Index (PI) serta analisis sensitivitas. Alat
bantu yang digunakan yaitu Microsoft Excel. Data Kualitatif adalah
data yang merepresentasikan realitas secara deskriptif melalui kata-
kata, kalimat, maupun uraian. Data ini banyak digunakan pada aspek
produksi, hukum, pemasaran, manajeman dan sumberdaya manusia,
dan lingkungan ekonomi dan sosial.
20
3.3.3. Kriteria Investasi
Pada aspek keuangan dilakukan penilaian atas kelayakan usaha
berdasarkan Payback Periode (PBP), Internal Rate of Return (IRR),
Net Present Value (NVP), Profitability Index (PI), dan Benefit – Cost
Ratio (B/C Ratio). Untuk menganalisis suatu aspek keuangan
dibutuhkan beberapa asumsi dasar yang disebut sebagai kriteria
investasi. Kriteria investasi yang digunakan yaitu :
1) Periode analisis proyek pengembangan usaha kerupuk Ichtiar yaitu
selama sepuluh tahun (2010-2020). Proyek dimulai dengan
investasi awal pada tahun ke-0. Dasar pengambilan periode proyek
selama sepuluh tahun yaitu dilihat dari umur ekonomis yang paling
berpengaruh yaitu alat cetak kerupuk.
2) Penentuan harga awal menggunakan harga yang berlaku pada
periode pengambilan data pada waktu sekarang bulan Januari-
Februari 2010.
3) Tingkat suku bunga yang digunakan adalah 14 persen. Tingkat
suku bunga ini disesuaikan dengan asumsi rata-rata bunga
pinjaman Bank BRI, BNI, dan Mandiri untuk modal usaha.
4) Jumlah tenaga kerja untuk menjalankan usaha ini terdiri atas 14
orang dengan waktu kerja sebelas bulan dalam setahun (libur satu
bulan) dan dua puluh enam hari dalam satu bulan (libur empat
hari). Pembayaran gaji untuk tenaga kerja ditetapkan oleh pemiliki
dan sesuai UMR daerah yang berlaku dengan tidak ada dan adanya
peningkatan selama umur proyek.
5) Jumlah produksi pada tahun pertama diperkirakan sebanyak
2.574.000 unit per tahun, dan pada tahun ke-6 terjadi penambahan
produksi sebesar 5.148.000 unit per tahun, dengan asumsi
perusahaan memanfaatkan peluang pasar yang disertai tersedianya
sumber daya.
6) Harga jual pada tahun pertama per satuan yaitu Rp 300,00 per unit
dan akan berubah dengan asumsi terdapat pengaruh inflasi.
21
7) Sumber modal awal yang digunakan berasal dari modal sendiri
dengan jumlah nilai sebesar Rp 944.988.000,00. Modal ini
didasarkan pada penjumlahan biaya investasi awal pada tahun ke-
0, dan biaya operasional awal pada tahun pertama (tahun ke-1).
8) Pajak yang digunakan sebesar 25 persen. Perhitungan pajak ini
dilakukan dengan menggunakan analisis rugi laba berdasarkan
Undang-undang No.17 Tahun 2000 Pasal 17 tentang wajib pajak
orang pribadi, yaitu sebagai berikut :
a. < Rp 25.000.000,00 ; besarnya pajak yang harus dibayarkan
yaitu 5 persen.
b. Rp 25.000.000,00 > Rp 50.000.000,00 ; besarnya pajak yang
harus dibayarkan yaitu 10 persen.
c. Rp 50.000.000,00 > Rp 100.000.000,00 ; besarnya pajak yang
harus dibayarkan yaitu 15 persen.
d. Rp 100.000.000,00 > Rp 200.000.000,00 ; besarnya pajak yang
harus dibayarkan yaitu 25 persen.
e. Rp 200.000.000,00 > ; besarnya pajak yang harus dibayarkan
yaitu 35 persen.
9) Asset-asset yang terkena biaya penyusutan merupakan asset-aset
yang memiliki umur ekonomis lebih dari satu tahun.
10) Nilai sisa dihitung berdasarkan nilai seluruh capital budget yang
masih memiliki umur ekonomis hingga periode analisis.
11) Analisis sensitivitas yang dilakukan yaitu peningkatan harga input
produksi. Hal ini bertujuan untuk mengetahui sampai berapa besar
pengaruh peningkatan tersebut terhadap kriteria-kriteria investasi.
3.3.4. Analisis Kelayakan Pengembangan Usaha
Analisis kelayakan pengembangan usaha kerupuk Ichtiar dibuat
selama sepuluh tahun periode usaha. Discount factor yang digunakan
sesuai dengan tingkat suku bunga pinjaman Bank BRI, BNI, Mandiri
yaitu 14% per tahunnya. Pengembangan usaha kerupuk yang dilakukan
yaitu dengan meningkatkan produksi yang berpengaruh terhadap
adanya penambahan bahan baku produksi, beberapa fasilitas produksi,
22
dan jumlah karyawan. Pengembangan lain yang dapat dilakukan
perusahaan diantaranya dengan memperjelas struktur organisasi dan
pengembangan pada produk yang dapat dilakukan dengan cara
merubah bentuk, rasa, dan warna. Pengembangan ini dilakukan untuk
mengoptimalisasikan aktivitas perusahaan, terutama pada aspek
produksi dengan tujuan meningkatkan manfaat dan keuntungan
perusahaan. Metode penilaian yang digunakan dalam menganalisis
studi kelayakan pengembangan usaha pada penelitian ini, meliputi :
1) NPV (Net Present Value)
NPV adalah nilai sekarang dari keuntungan bersih yang akan
diperoleh pada masa mendatang dan merupakan selisih antara nilai
sekarang dari penerimaan dengan nilai sekarang dari pengeluaran
pada tingkat tertentu. Perhitungan ini menyamakan nilai investasi
yang ditanamkan pada waktu sekarang terhadap keuntungan di
masa mendatang (Nilai Rp 100,00 pada waktu sekarang akan sama
nilainya dengan Rp 500,00 pada waktu 10 tahun yang akan
datang). NPV dapat dihitung dengan menggunakan rumus :
NPV =
n
ttr
CtBt
0 )1( ………………(1)
Keterangan :
Bt : Penerimaan usaha pada periode t
Ct : Biaya usaha pada periode t
n : Umur kegiatan usaha
r : Tingkat suku bunga pinjaman yang dibebankan
t : 0, 1, 2, 3,....., n
Dengan kriteria :
NPV > 0 : Usaha layak atau mengutungkan
NPV = 0 : Usaha tidak untung dan tidak rugi
NPV < 0 : Usaha dinyatakan rugi
NPV menunjukkan bahwa usaha yang akan dijalankan layak
apabila NPV yang dihasilkan bernilai positif (NPV lebih besar dari
nol) (Kadariah, 1976).
23
n
ott
n
tt
r
BtCt
r
CtBt
CBNet
)1(
)1(/
0
2) Benefit Cost Ratio (B/C Ratio)
Benefit Cost Ratio (B/C Ratio) digunakan untuk kegiatan atau
proyek-proyek makro dimana manfaatnya terutama dinikmati oleh
sebagian atau seluruh masyarakat. B/C Ratio dibedakan menjadi
Gross Benefit Cost Ratio (Gross B/C) dan Net Benefit Cost Ratio
(Net B/C).
a. Gross Benefit Cost Ratio (Gross B/C)
Merupakan perbandingan antara jumlah present value dari
manfaat (benefit) kotor dengan jumlah present value dari biaya
(cost) kotor (Firdaus, 2008). Secara matematis dapat
dirumuskan sebagai berikut :
n
tt
t
iCt
iBtCBGross
0 )1/(
)1/(/ ....................... (2)
Dengan Kriteria :
Jika B/C 1, maka kegiatan investasi itu layak dilaksanakan
Jika B/C < 1, maka kegiatan investasi itu tidak layak untuk
dilaksanakan.
b. Net Benefit Cost Ratio (Net B/C).
Net B/C adalah perbandingan antara total nilai sekarang dari
penerimaan bersih yang bersifat positif dengan total nilai
sekarang dari penerimaan bersih yang bersifat negatif
(Kadariah, 1976). Net B/C dapat dihitung dengan
menggunakan rumus :
.............................(3)
Dengan kriteria :
Net B/C > 1 : Usaha dinyatakan layak atau menguntungkan
Net B/C = 1 : Usaha dinyatakan tidak untung dan tidak rugi
Net B/C < 1 : Usaha dinyatakan tidak layak atau rugi
24
)()(
'"
"'
'' ii
NPVNPV
NPViIRR
3) Internal Rate Return (IRR)
Metode ini digunakan untuk mencari tingkat suku bunga yang
menyamakan nilai sekarang dari arus kas yang diharapkan di masa
datang (Kadariah, 1976). IRR dapat dihitung dengan
menggunakan rumus :
....………….(4)
Keterangan :
i` = Tingkat suku bunga yang menjadikan NPV positif
i” = Tingkat suku bunga yang menjadikan NPVnegatif
NPV` = NPV pada tingkat suku bunga i`
NPV” = NPV pada tingkat suku bunga i”
Dengan kriteria :
Jika IRR Discount rate, maka proyek dapat diterima.
Jika IRR Discount rate, maka proyek tidak dapat diterima.
Perolehan IRR yang lebih besar dari tingkat suku bunga bank
sebesar 18% per tahun menunjukkan bahwa usaha layak untuk
dijalankan. Nilai IRR dapat dicari dengan interpolasi atau coba-
coba (trial and error). Caranya hitung nilai sekarang dari arus kas
suatu investasi dengan menggunakan suku bunga yang wajar,
misalnya 10 persen, lalu dibandingkan dengan biaya investasi, jika
nilai investasi lebih kecil, maka dicoba lagi dengan suku bunga
yang lebih tinggi demikian seterusnya sampai biaya investasi
menjadi sama besar (Umar, 2005).
4) Payback Periode (PBP)
Payback Periode (PBP) adalah suatu periode yang diperlukan
untuk menutup kembali pengeluaran investasi (initial cash
investment) dengan menggunakan aliran kas. Dengan kata lain
payback periode merupakan rasio antara initial cash investment
dengan cash inflow-nya yang hasilnya merupakan satuan waktu.
Payback Periode (PBP) dapat dihitung dengan menggunakan
rumus:
25
KeluarKasPV
MasukKasPVPI
PBP = TahunxBersihMasukKas
InvestasiNilai1 .................... (5)
Jika payback periode lebih pendek waktunya dari maximum
payback periode-nya maka usulan investasi dapat diterima (Umar,
2005).
5) Profitability Index (PI)
Metode Profitability Index (PI) menghitung melalui perbandingan
antara nilai sekarang dari rencana penerimaan-penerimaan kas
bersih masa yang akan datang dengan nilai sekarang (present
value) dari investasi yang telah dilaksanakan. Profitability Index
(PI) dapat dihitung dengan menggunakan rumus;
......................... (6)
Kriteria ;
Jika PV > 1, maka usulan proyek dinyatakan menguntungkan.
Jika PV < 1, maka usulan proyek dinyatakan tidak
menguntungkan.
3.3.5. Analisis Sensitivitas dan Switching Value
Pada saat menganalisis perkiraan arus kas di masa datang, usaha
berhadapan dengan ketidakpastian. Akibatnya, hasil perhitungan di
atas kertas itu dapat menyimpang jauh dari kenyataannya.
Ketidakpastian itu dapat menyebabkan berkurangnya kemampuan
suatu proyek bisnis dalam beroperasi untuk menghasilkan laba bagi
perusahaan. Analisis sensitivitas adalah suatu teknik untuk menguji
secara matematis apa yang akan terjadi pada kapasitas penerimaan
suatu proyek apabila terjadi kejadian-kejadian yang berbeda dengan
perkiraan yang dibuat dalam perencanaan. Suatu analisis sensitivitas
dikerjakan dengan mengubah suatu unsur tertentu pada hasil analisis
(Kadariah, 1976). Analisis sensitivitas dilakukan untuk mengantisipasi
26
perubahan yang akan terjadi di masa yang akan datang, mengingat
banyaknya ketidakpastian dalam sebuah usaha.
Asumsi yang akan digunakan adalah kenaikan indeks harga
bahan baku yang dipengaruhi oleh tingkat inflasi tertinggi sebesar
11%, selama empat tahun terakhir. Tingkat inflasi sangat berpengaruh
terhadap nilai mata uang (rupiah), sehingga jika nilai inflasi meningkat
maka nilai rupiah akan menurun dan hal ini menyebabkan peningkatan
harga bahan baku produksi. Nilai inflasi empat tahun terakhir dapat
dilihat pada Tabel 3. Data Inflasi Periode 2006 -2009. Dalam
perhitungan nilai harga bahan baku di masa yang akan datang pada
periode tertentu, dapat menggunakan rumus future value. Hasil
perhitungan NPV, Net B/C, IRR, PBP dan PI setelah terjadi perubahan
(analisis sensitivitas) kembali dilihat, apakah masih memenuhi syarat
kelayakan atau tidak sesuai dengan kriteria masing-masing.
Tabel 3. Data Inflasi periode 2006 – 2009 di Indonesia
No Bulan
Tahun
2006 2007 2008 2009
1 Desember 1,21 1,10 -0,04 0,33
2 November 0,34 0,18 0,12 -0,03
3 Oktober 0,86 0,79 0,45 0,19
4 September 0,38 0,80 0,97 1,05
5 Agustus 0,33 0,75 0,51 0,56
6 Juli 0,45 0,72 1,37 0,45
7 Juni 0,45 0,23 2,46 0,11
8 Mei 0,37 0,10 1,41 0,04
9 April 0,05 -0,16 0,57 -0,31
10 Maret 0,03 0,24 0,95 0,22
11 Februari 0,58 0,62 0,65 0,21
12 Januari 1,36 1,04 1,77 -0,07
Indeks Umum 6,60 6,59 11,06 2,78
Rata-rata Kenaikan Inflasi 6,76
Sumber : Badan Pusat Statistik (2009)
27
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Gambaran Umum Perusahaan
Usaha pengolahan kerupuk Ichtiar ini termasuk ke dalam golongan
usaha perusahaan kecil dengan bidang usaha yaitu perdagangan barang. Jenis
kegiatan usaha yang dilakukan adalah perdagangan dalam negeri. Perusahaan
ini merupakan suatu tempat kegiatan usaha yang bergerak di bidang industri
makanan, khususnya di bidang usaha pengolahan kerupuk. Pada awalnya,
pemilik mendirikan perusahaan ini dikarenakan memiliki keahlian secara
turun-temurun dari keluarganya. Selain dari keahlian, terdapatnya peluang
pasar yang cukup besar dan persaingan usaha yang tidak terlalu tinggi
menjadi dasar penilaian utama pemilik mendirikan perusahaan ini.
Perusahaan pengolahan kerupuk ini sudah beraktivitas sejak tahun
1990 dan pada tahun 1994 mulai resmi didirikan dengan perizinan. Izin
usaha yang dimiliki yaitu berupa Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP).
Perusahaan pengembangan usaha kerupuk Ichtiar berlokasi di Desa
Cibanteng, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor. Kabupaten Bogor
merupakan salah satu wilayah yang berbatasan langsung dengan ibukota RI
(Jakarta) dan secara geografis mempunyai luas sekitar 2.301,95 Km2 terletak
antara 6.190 lintang selatan dan 106
01' -107
0103' bujur timur. Kabupaten
Bogor memiliki 40 kecamatan, 427 desa/kelurahan, 3.516 RW dan 13.603
RT. Desa Cibanteng ini terletak pada ketinggian sekitar 300 – 500 meter dari
permukaan laut. Keadaan letak geografis perusahaan seperti ini, dapat
mendukung secara maksimal seluruh aktivitas perusahaan demi tercapainya
tujuan perusahaan. Perusahaan yang tepat berada diantara perkotaan dan
pedesaan, serta ketersediaan jalur transportasi yang merupakan jalan besar
sangat mendukung berbagai aktivitas perusahaan. Letak geografis seperti ini,
dapat memudahkan dalam aktivitas pengadaan sumberdaya (bahan baku
produksi, tenaga kerja, dan energi) dan dapat juga mempermudah proses
pemasaran hasil produksi.
28
4.2. Analisis Studi Kelayakan Pengembangan Usaha Kerupuk Ichtiar
Dalam melakukan suatu pengembangan usaha perlu dilakukan suatu
kajian yang cukup mendalam untuk mengetahui apakah suatu usaha yang
akan dilakukan itu layak atau tidak layak. Kajian semacam ini disebut
dengan studi kelayakan usaha. Pada pengembangan usaha kerupuk Ichtiar ini
studi kelayakan usaha akan dilihat dari aspek pemasaran, aspek hukum, aspek
teknis dan operasi, aspek lingkungan (ekonomi dan sosial), dan aspek
finansial.
4.2.1 Aspek Pemasaran
Salah satu aspek dalam pengembangan usaha yang perlu untuk
dikaji kelayakannya yaitu aspek pasar. Aspek pasar bertujuan untuk
mengetahui tentang penjualan suatu produk demi pencapaian
pendapatan. Dengan aspek pemasaran, dapat diketahui perkiraan
volume penjualan suatu produk berdasarkan pada permintaan yang
terjadi di pasar. Perkiraan penjualan ini bertujuan agar suatu usaha
dapat menjual produknya sesuai dengan permintaan yang terdapat di
pasar. Hal ini dimaksudkan untuk menekan biaya operasional
(menghemat sumberdaya) ketika kurangnya permintaan di pasar dan
memaksimalkan pendapatan ketika permintaan di pasar tinggi.
Analisis aspek pemasaran dalam pengembangan usaha kerupuk Ichtiar
meliputi Segmentasi, Target, dan Posisi di pasar dan Kebijakan Bauran
Pemasaran (produk, harga, promosi, dan distribusi).
1) Segmentasi, Targeting, dan Posisi pasar.
Dalam menjalankan pengembangan usahanya perusahaan
harus mengetahui pasar di mana produk yang akan diproduksi akan
ditawarkan. Penentuan pasar ini dapat dilakukan dengan
segmentasi pasar. Menurut Kotler (2004), segmentasi pasar
merupakan suatu usaha untuk meningkatkan ketepatan pemasaran
perusahaan. Untuk menentukan segmentasi pasar perlu dilakukan
pengamatan mengenai ciri-ciri konsumen (variabel segmentasi),
yang diantaranya yaitu aspek geografis, aspek demografis, aspek
psikografis, dan aspek perilaku. Dalam menentukan segmentasi
29
pasar, setiap segmen harus dapat diukur, terjangkau, dan dapat
dilaksanakan.
Pada perusahaan pengembangan usaha kerupuk Ichtiar,
wilayah Bogor dan sekitarnya merupakan wiliyah geografis yang
menjadi pasar dari usaha ini. Wilayah Bogor dan sekitarnya
dipilih, karena selain dari lidah penduduknya yang sudah terbiasa,
perusahaan juga mempertimbangkan sumber daya yang
dimilikinya. Sehingga Bogor dan sekitarnya merupakan pasar
potensial untuk perusahaan, terlebih jika ditambah dengan
pendapatan penduduk Bogor yang secara garis besar mampu untuk
membeli kerupuk putih, yang merupakan hasil produksi dari
perushaaan. Produk yang dihasilkan tidak membedakan konsumen
dari kelompok umur secara khusus. Kerupuk putih konsumsi yang
dihasilkan dapat diambil manfaatnya oleh seluruh golongan usia.
Manfaat kerupuk putih konsumsi ini juga dapat digunakan oleh
seluruh penduduk atau masyarakat tanpa membedakan kelas sosial,
gaya hidup, dan kepribadiannya secara lebih mendalam.
Pendekatan pembelian yang dilakukan oleh usaha kerupuk Ichtiar
yaitu dengan cara menjaga hubungan baik yang telah terjalin
dengan pedagang pengecer selama ini, dan membuka hubungan
baik dengan pihak-pihak pedangang pengecer baru yang
memungkinkan untuk dilakukan kerjasama. Sehingga, variabel
segmentasi yang lebih utama pada perusahaan pengembangan
usaha kerupuk Ichtiar ini, yaitu aspek geografis dan perilaku.
Kerupuk putih konsumsi yang dihasilkan perusahaan secara
garis besar ditawarkan dan dijual kepada para pedagang pengecer.
Perusahaan merubah bahan mentah menjadi barang setengah jadi,
hingga barang jadi (kerupuk putih konsumsi), lalu disalurkan
kepada pedagang pengecer, hingga akhirnya dapat dinikmati para
konsumen akhir. Melihat konsumen dari perusahaan bukan
konsumen akhir, sehingga sasaran atau target pasar perusahaan
yaitu para pedagang pengecer. Pasar yang akan dipilih oleh
30
perusahaan adalah para pedagang pengecer yang berada di wilayah
Bogor. Dalam menentukan posisi pasar, perusahaan akan
berdasarkan pada mutu atau kualitas dengan ukuran kuantitas yang
lebih besar per satuan unit kerpuknya disertai dengan pelayanan
yang lebih baik dalam penjualan. Perusahaan akan menetapkan
untuk memberikan pelayanan yang cepat, sopan, dan santun dalam
mendatangi para pedagang pengecer.
2) Bauran Pemasaran (marketing-mix)
Pada pemasaran produk berupa barang, manajemen
pemasaran akan dipecah atas empat kebijakan pemasaran yang
lazim disebut sebagai bauran pemasaran (marketing-mix) atau
dikenal dengan sebutan 4P yang terdiri dari empat komponen, yaitu
produk (product), harga (price), distribusi (place), dan promosi
(promotion) (Umar, 2005).
A) Kebijakan Produk(Product)
Produk adalah setiap tawaran yang dapat memuaskan
kebutuhan dan keinginan (Kotler, 2004). Pada pengembangan
usaha kerupuk Ichtiar ini produk yang dihasilkan untuk
memuaskan kebutuhan konsumen yaitu barang konsumsi
berupa kerupuk putih yang biasa disebut sebut sebagai
kerupuk mawar atau kerupuk usus. Kerupuk putih yang
dihasilkan berbahan baku dasar berupa tepung sagu bermerk
kerupuk. Untuk memenuhi kebutuhan sagu kerupuk ini
perusahaan mendapatkan kiriman dari distributor sagu di
daerah Parung, Bogor. Bahan-bahan lain yang digunakan
dalam pengolahan kerupuk pada usaha ini antara lain, yaitu
terigu, garam, botan, sasa, terasi, bawang putih, gula pasir,
dan air. Bahan dasar berupa tepung sagu dan bahan-bahan
lain diproduksi sesuai dengan tahapan-tahapan pengolahan
produksi kerupuk yang akhirnya menjadi kerupuk putih
berbentuk bulat siap konsumsi. Secara lebih jelasnya,
31
kerupuk putih konsumsi yang merupakan produk perusahaan
dapat dilihat pada Gambar 2.
Gambar 2. Kerupuk Putih Konsumsi.
Produk yang dihasilkan oleh perusahaan pengembangan
kerupuk Ichtiar ini berupa kerupuk putih yang memiliki
ukuran kapasitas sedikit lebih besar dan lebih padat
dibandingkan dengan pesaingnya. Selain dari kapasitas yang
sedikit lebih besar dan lebih padat, kualitas rasa kerupuk juga
tidak kalah dengan para pesaingnya. Rasa kerupuk putih
tidak jauh beda dengan para pesaing karena rahasia dari
pembuatan kerupuk ini telah diketahui juga oleh para pesaing
yang merupakan keluarga dari pemilik. Produk ini biasa
dikonsumsi sebagai makanan pelengkap untuk makanan
lainnya seperti nasi, mie, dan bakso.
B) Kebijakan Harga (price)
Harga suatu barang adalah nilai pasar (nilai tukar) dari barang
tersebut yang dinyatakan dalam jumlah uang. Menurut Umar
(2005), keputusan-keputusan mengenai harga dipengaruhi
oleh berbagai faktor, yakni faktor internal perusahaan dan
faktor lingkungan eksternal. Pada perusahaan pengembangan
usaha kerupuk Ichtiar ini, harga produk kerupuk putih siap
konsumsi yaitu ditetapkan sebesar Rp 300,00 per unit.
Penetapan harga ini ditetapkan berdasarkan pada harga pokok
penjualan pada awalnya dan disesuaikan dengan mekanisme
32
pasar yang berlaku pada waktu sekarang. Selain itu,
penetapan harga tersebut juga berdasarkan pada perhitungan
harga pokok penjualan kerupuk mulai dari bahan mentah,
bahan setengah jadi, sampai akhirnya menjadi kerupuk siap
konsumsi dan dipasarkan. Perhitungan Harga Pokok
Penjualan kerupuk putih siap konsumsi dapat terlihat pada
Lampiran 9. Perhitungan Harga Pokok Penjualan.
C) Kebijakan Promosi (Promotion)
Promosi yang dilakukan yaitu dengan cara mempertahankan
konsumen (pedagang pengecer) yang selama ini telah
menjalin hubungan dengan baik. Promosi dilakukan oleh
tenaga kerja pemasaran (pedagang perusahaan) yang sudah
memiliki langganan-langganan khusus. Selain itu, dalam
pengembangan usaha pengolahan kerupuk ini, perusahaan
perlu memanfaatkan besarnya permintaan pasar dengan cara
menjalin hubungan baru melalui penawaran langsung tatap
muka atau penawaran dari mulut ke mulut (personal selling).
Penawaran secara langsung tatap muka atau dari mulut ke
mulut (personal selling) ini merupakan salah satu cara
promosi yang dinilai cukup efektif untuk digunakan
perusahaan. Promosi seperti ini efektif dikarenakan selain
biaya promosi yang terjangkau, dengan melihat pasar sasaran
perusahaan pun lebih tepat dengan menggunakan promosi
seperti ini.
D) Kebijakan Distribusi/penyaluran (Place)
Perusahaan pengembangan usaha kerupuk Ichtiar sebagai
produsen, melakukan distribusi barang dengan cara
menyalurkan produk kepada para pedagang pengecer (pasar
sasaran perusahaan). Penyaluran produk tersebut dilakukan
oleh tenaga kerja bagian pemasaran (pedagang perusahaan)
secara langsung kepada pihak pedagang pengecer. Dari pihak
pedagang pengecer produk langsung dipasarkan kepada
33
konsumen. Secara lebih jelas jalur distribusi usaha dapat
dilihat pada Gambar 3. Saluran Distribusi Pemasaran.
Gambar 3. Saluran Distribusi Pemasaran
4.2.2. Aspek Hukum
Aspek hukum ini dimaksudkan untuk mengetahui apakah suatu
rencana pengembangan usaha diyakini layak dilihat dari sisi
legalitasnya. Perusahaaan pengembangan usaha kerupuk Ichtiar ini di
bawah kepemilikan pimpinan usaha. Perusahaan pengolahan kerupuk
ini termasuk ke dalam bentuk badan usaha perusahaan perseorangan,
yang seluruh modalnya di tanggung oleh pemilik usaha. Pemilik usaha
juga merupakan pimpinan struktural perusahaan. Perusahaan
Perseorangan merupakan perusahaan yang diawasi dan dikelola oleh
seseorang. Di satu pihak ia memperoleh semua keuntungan
perusahaan, dan di lain pihak ia juga menangggung semua risiko yang
timbul dalam kegiatan perusahaan (Umar, 2005).
Perusahaan pengembangan usaha kerupuk Ichtiar ini termasuk
kedalam golongan usaha perusahaan kecil (PK). Bidang usaha yang
dilakukan yaitu bergerak pada bidang pengolahan makanan, khususnya
yaitu kerupuk putih konsumsi. Jenis kegiatan usaha yang dilakukan
adalah perdagangan dalam negeri. Perizinan yang dimiliki oleh
perusahaan pengembangan usaha kerupuk Ichtiar ini berupa Surat Izin
Usaha Perdagangan (SIUP) dengan No. SIUP ; 238 / 10-21 / PK / V /
1994. Pemilik yang merupakan pimpinan dari perusahaan juga
memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP). NPWP yang dimiliki
Produsen
Pedangan Pengecer
Konsumen
34
atas nama Otih Sutiarah, dengan No. 09.222.223.1 - 404.001. Ibu Otih
Sutiarah ini merupakan pemilik dan pemimpin perusahaan dengan
bertanggung jawab terhadap seluruh aktivitas perusahaan.
4.2.3. Aspek Manajemen Sumber Daya Manusia
Aspek manajemen sumber daya manusia ini bertujuan untuk
mengetahui apakah pembangunan dan implementasi pengembangan
usaha dapat direncanakan, dilaksanakan, dan dikendalikan, sehingga
pengembangan usaha dapat dinyatakan layak atau sebaliknya dilihat
dari aspek sumber daya manusia. Aspek manajemen sumber daya
manusia yang dikaji dalam penelitian ini meliputi fungsi manajemen
yang terdiri dari perencanaan (planning), pengoranisasian
(Organizing), pelaksanaan (actuating), dan pengendalian (controlling).
1) Perencanaan (planning)
Perencanaan pada perusahaan pengembangan usaha
kerupuk Ichtiar menggunakan pendekatan campuran. Pendekatan
campuran merupakan suatu pendekatan gabungan antara
pendekatan atas-bawah (top-down) dan pendekatan bawah-atas
(bottom-up). Pimpinan memberikan petunjuk perencanaan
organisasi secara garis besar, sedangkan perencanaan secara
detailnya diserahkan kepada kreativitas unit perusahaan di
bawahnya (tenaga kerja produksi dan pemasaran) dengan tetap
mematuhi aturan yang ada (Umar, 2005). Melalui pendekatan ini,
perusahaan akan memperkirakan waktu maksimum pengembangan
usaha, yang pada perusahaan ini sekitar sepuluh tahun. Dengan
memperkirakan waktu tersebut perusahaan akan memecah
perencanaan jangka panjang menjadi beberapa kali pelaksanaan
perencanaan menengah, sehingga setiap tahap akan disesuaikan
dengan prioritas.
Rencana pekerjaan yang akan dilakukan pada perusahaan
pengembangan usaha kerupuk Ichtiar ini secara garis besar mulai
dari rencana kebutuhan fisik, rencana anggaran biaya, dan rencana
waktu kerja. Secara lebih jelas rencana kebutuhan fisik dapat
35
dilihat pada Lampiran 2. Rencana Kebutuhan Fisik pada
Pengembangan Usaha Kerupuk Ichtiar dan rencana anggaran biaya
dapat dilihat pada Lampiran 4. Rencana Anggaran Biaya pada
Pengembangan Usaha Kerupuk Ichtiar. Rencana waktu kerja
dalam satu tahun perusahan akan bekerja selama sebelas bulan, dan
dalam satu bulan bekerja selama 26 hari kerja. Waktu libur yang
di dapat yaitu hari atau bulan besar dalam Islam. Hal ini
disebabkan, seluruh tenaga kerja beragama Islam.
2) Pengorganisasian (Organizing)
Struktur organisasi menjadi penting dalam organisasi
karena dapat mempengaruhi sikap dan perilaku tenaga kerja.
Efektifitas dan efisiensi para tenaga kerja dalam melakukan
pekerjaan demi mencapai tujuan perusahaan sangatlah didukung
dengan bentuk struktur organisasi yang digunakan. Menurut T.
Hani Handoko (2003) struktur organisasi menunjukan kerangka
dan susunan perwujudan pola terhadap hubungan-hubungan
diantara fungsi-fungsi, bagian-bagian, tugas-wewenang dan
tangggung jawab yang berbeda-beda dalam suatu organisasi.
Struktur tersebut mengandung unsur spesialisasi kerja, standarisasi,
koordinasi, sentralisasi atau desentralisasi dalam pembuatan
keputusan dan ukuran satuan kerja.
Pada pengembangan usaha pengolahan kerupuk Ichtiar ini,
struktur organisasi yang digunakan adalah struktur organisasi lini
atau garis. Struktur organisasi ini digunakan karena dapat
memudahkan perusahaan dalam melakukan aktivitasnya. Dengan
struktur organisasi ini, pengambilan keputusan dapat dilakukan
dengan cepat. Struktur organisasi pada usaha ini terdari dari satu
orang pimpinan yang merupakan pemilik usaha, empat orang
tenaga kerja produksi, dan sembilan orang tenaga kerja pedagang
(pemasaran).
36
A) Deskripsi Pekerjaan
1) Pimpinan
Dalam pengembangan perusahaan kerupuk Ichtiar ini,
pemimpin yang merupakan pemilik merupakan posisi
tertinggi. Seperti halnya perusahaan atau organisasi lain,
pemimpin memiliki tugas yang sangat penting. Hal
tersebut dikarenakan seorang pemimpin harus mengetahui
dan bertanggung jawab secara penuh terhadap seluruh
kegiatan yang diperlukan dan dilakukan oleh perusahaan.
Tugsa-tugas yang dimiliki oleh seorang pemimpin atau
pemilik pada perusahaan kerupuk Ichtiar ini yaitu :
a) Bertanggung jawab tehadap pengelolaan perusahaan
agar perusahaan dapat berjalan sesuai dengan
tujuannya untuk memperoleh manfaat.
b) Mengambil keputusan secara tepat juga cepat dan
sesuai dengan yang dibutuhkan perusahaan.
c) Menciptakan dan memberikan kebijakan-kebijakan
terhadap seluruh kegiatan perusahaan, mulai dari
kegiatan manajerial, produksi, pemasaran, hingga
keuangannya.
d) Menjalin dan menjaga hubungan dengan pihak
eksternal perusahaan seperti konsumen.
Selain dari kewajiban, pemilik yang merupakan pimpinan
perusahaan ini memiliki beberapa wewenang atau hak
dalam menjalankan tugasnya. Wewenang atau hak dari
seorang pemilik yang merupakan pimpinan perusahaan
diantaranya, yaitu ;
1) Menentukan kegiatan-kegiatan perusahaan.
2) Menetapkan aturan-aturan perusahaan.
3) Mengatur keluar masuknya tenaga kerja.
4) Mendapatkan kompensasi penggajian dan keutungan
perusahaan.
37
2) Tenaga Kerja Produksi.
Tenaga kerja produksi pada perusahaan ini terdari dari
empat orang. Tugas pokok yang wajib untuk dikerjakan
dalam kesehariannya yaitu menciptakan barang mentah
menjadi barang setengah jadi. Deskripsi pekerjaan tenaga
kerja ini yaitu bertanggung jawab terhadap kegiatan
penciptaan produk setengah jadi berupa kerupuk mentah
(babangi), mulai dari mempersiapkan peralatan,
pembuatan adonan, dan pengeringan. Tenaga kerja ini
mayoritas memiliki umur yang lebih muda dibandingkan
dengan tenaga kerja pemasaran (pedagang) dan masih
melajang (belum menikah).
3) Tenaga Kerja Pemasaran.
Tenaga kerja ini bertugas untuk melanjutkan kegiatan
tenaga kerja produksi. Tugas pokok itu berupa merubah
barang setengah jadi menjadi barang jadi (barang siap
konsumsi). Deskripsi kerja tenaga kerja ini, yaitu
bertanggung jawab terhadap tugasnya dalam melakukan
penjualan barang jadi perusahaan, atau dengan kata lain
tenaga kerja bertugas sebagai bagian pemasaran
perusahaan.
B) Sistem Kompensasi Perusahaan
Tenaga kerja yang terlibat pada pengembangan usaha
kerupuk Ichtiar merupakan tenaga kerja tetap. Tenaga kerja ini
mendapatkan kompensasi berupa gaji dengan jumlah yang
tetap pada tahun pertama dan diberikan setiap akhir bulan.
Gaji yang diberikan disesuaikan dengan tingkat upah minimum
daerah sekitar. Gaji yang diberikan pada awal tahun
pengembangan berjumlah Rp 900.000,00 per bulan untuk
tenaga kerja produksi dan sebesar Rp 1.200.000,00 per bulan
untuk tenaga kerja pemasaran. Untuk tahun-tahun berikutnya
tingkat upah disesuaikan dengan keadaan dan situasi pada
38
waktu yang akan datang. Besarnya gaji meningkat pada tahun
ke-4 dan tahun ke-8, dengan dasar peningkatan disebabkan
terdapatnya pengaruh inflasi. Selain itu, para tenaga kerja juga
diberikan Tunjagan Hari Raya (THR) pada akhir tahun. Jumlah
yang diberikan untuk THR yaitu sebesar satu bulan gaji.
C) Sistem Penerimaan Tenaga Kerja
Kriteria untuk menjadi seorang tenaga kerja pada
perusahaan ini dapat dikatakan tidak sulit, atau bahkan
sederhana. Kriteria tersebut yaitu hanya dengan bermodalkan
kejujuran dan beridentitas jelas, memiliki Kartu Tanda
Penduduk (KTP). Perusahaan mengambil tenaga kerja ini dari
daerah sekitar, sehingga dapat mengurangi tingkat pengaguran
daerah sekitar walau jumlahnya tidak besar. Proses
penerimaan tenaga kerja yang dilakukan dapat dikatakan cukup
selektif dibandingkan dengan pesaingnya, walau kriteria yang
diberikan sederhana. Proses tersebut terdiri dari wawancara dan
tes kerja. Wawancara dilakukan agar perusahaan dapat
mengetahui keseriusan calon tenaga kerja dalam bekerja.
Kemauan dan keseriusan ini diharapkan nantinya dapat tetap
menjaga atau bahkan meningkatkan produktivitas tenaga kerja
itu sendiri. Untuk tes kerja dilakukan dengan tujuan agar
perusahaan dapat mengetahui sejauh mana tingkat keahlian
yang dimiliki calon tenaga kerja. Hal ini berfungsi agar
perusahaan dapat mengetahui sejauhmana tindakan perusahaan
yang akan dilakukan untuk menjadikan calon tenaga kerja itu
menjadi tenaga ahli, seperti memberikan pelatihan.
3) Pelaksanaan (Actuating)
Dalam pelaksanaannya agar dapat berjalan dengan baik,
perusahaan harus dapat mengkaji fungsi dari pelaksanaan itu
sendiri, dan sikap perilaku seorang pemimpin yang harus
memenuhi keriteria sebagai pemimpin dalam menggerakan
bawahannya. Pada perusahaan pengembangan usaha kerupuk
39
Ichtiar dalam pelaksanaannya dilakukan dengan menjaga jalannya
komunikasi antara tenaga kerja, rasa tanggung jawab yang didasari
oleh kejujuran tenaga kerja, dan menciptakan suasana kerja
kekeluargaan yang nyaman dengan tidak memaksakan kemampuan
tenaga kerja. Pelaksanaan tersebut juga didukung dengan sikap
pimpinan yang penuh dengan tanggung jawab, bijaksana dalam
menghadapi setiap masalah yang terjadi (mendengarkan bawahan),
dan memberikan motivasi dengan mencontohkan sikap disiplin,
jujur, optimis (berfikiran positif), dan bekerja keras. Selain itu,
perusahaan juga memberikan berbagai fasilitas untuk mendukung
pelaksanaan daalm aktivitas perusahaan, seperti tempat tinggal dan
fasilitasnya.
4) Pengendalian (Controlling)
Pengendalian terhadap seluruh aktivitas manajemen
perusahaan dilakukan untuk mencegah terjadinya penyimpangan
atau kesalahan, memperbaiki penyimpangan yang telah terjadi,
mendinamiskan organisasi ke arah yang yang lebih efektif dan
efisien, dan mempertebal rasa tangggung jawab (Umar, 2005).
Pada perusahaan pengembangan usaha kerupuk Ichtiar,
pencegahan terjadinya kesalahan dilakukan dengan cara
pengawasan setiap hari kerja oleh pimpinan perusahaan. Hal ini
dilakukan karena lingkup kerja yang memungkinkan untuk
dilakukan pengawasan setiap harinya. Jika terjadi suatu kesalahan
pimpinan memberikan arahan secara bijaksana untuk memperbaiki
kesalahan yang telah terjadi. Untuk mendinamisasikan organisasi,
perusahaan selalu menjaga adanya komunikasi yang baik antara
tenaga kerja, berdisiplin terhadap aturan-aturan kerja, dan saling
menghargai dan menghormati antara pekerja. Rasa tanggung
jawab yang dimiliki setiap tenaga kerja didasarkan pada deskripsi
pekerjaan (tugas dan wewenang) dan sikap ketegasan yang disertai
kebijaksanaan dalam menghadapi setiap masalah yang terjadi,
sehingga mendapatkan keputusan yang tepat.
40
4.2.4. Aspek Produksi dan Operasi
Setelah dilihat dari aspek pemasaran, dan telah dianggap layak,
maka tahap berikutnya adalah mengenai aspek teknis dan operasi.
Aspek ini merupakan suatu kegiatan (di dalam perusahaan) untuk
mengubah masukan menjadi keluaran, sehingga keluarannya akan
lebih bermanfaat dari masukannya. Manajemen operasi adalah
serangkaian aktivitas yang menghasilkan nilai dalam bentuk barang
dan jasa dengan menggubah input menjadi output. Dalam perusahan
manufaktur dapat terlihat dengan jelas aktivitas produksi yang
menghasilkan barang (produk). Pada perusahaan pengolahan kerupuk
ini barang atau produk yang dihasilkan yaitu kerupuk. Tujuan dari
aspek ini yaitu untuk menyakini apakah secara teknis, perusahaan
pengembangan dapat dilaksanakan secara layak atau tidak, baik pada
saat pembangunan proyek atau operasional rutin. Dalam hal ini,
perusahaan pengembangan usaha kerupuk Ichtiar merubah bahan dasar
sagu yang merupakan bahan baku utama menjadi produk siap
konsumsi berupa kerupuk. Aspek produksi dan operasi dalam
pengembangan usaha kerupuk ini meliputi pemilihan lokasi, proses
produksi dan fasilitas produksi.
1) Pemilihan Lokasi
Perusahaan dalam pemilihan lokasinya mempertimbangkan
berbagai faktor, seperti ; ketersedian bahan baku, ketersedian
energi, ketersedian tenaga kerja, ketersedian jalur trasportasi yang
digunakan, dan letak pasar sasarannya. Secara geografis letak
perusahaan terdapat di Kabupaten Bogor, tetapi jarak terhadap
pusat Kota Bogor lebih dekat dibandingkan dengan jarak terhadap
pusat Kabupaten Bogor.
Letak lokasi yang berada diantara pusat kota dengan
pedesaan ini, sangat memudahkan perusahaan dalam hal pengadaan
bahan baku, energi, dan tenaga kerja. Bahan dasar sagu dikirimkan
langsung dari daerah Parung Bogor, sedangkan bahan baku lainnya
di dapatkan dari pasar setempat. Ketersedian energi (air dan listrik)
41
yang dibutuhkan juga tidak sulit untuk didapatkan dengan keadaan
kondisi geografis yang seperti ini. Jenis pekerjaan yang tidak
terlalu membutukan daya fikir dan tidak terlalu banyak jumlahnya,
membuat daerah menyediakan tenaga kerja yang berlebih untuk
perusahaan.
Perusahaan juga letaknya berada tidak jauh, bahkan tepat di
pinggir jalur lintas kota (jalan besar). Jalur lalulintas yang seperti
ini sangat membantu perusahaan dalam memenuhi segala
kebutuhan untuk mendukung pelaksanaan seluruh aktivitas. Letak
perusahaan yang berada tidak jauh dari pasar sasaran sangat
memudahkan kegiatan pemasaran perusahaan. Dengan berbagai
manfaat tersebut, Desa Cibanteng, Kecamatan Ciampea, Kabupaten
Bogor, menjadi pemilihan letak lokasi yang tepat untuk
perusahaan. Lebih jeasnya dapat dilihat pada Gambar 4. Peta
Lokasi perusahaan.
Gambar 4. Peta Lokasi Perusahaan
2) Proses Produksi
Proses produksi merupakan urutan atau tahapan-tahapan
dalam merubah bahan baku dasar menjadi barang setangah jadi dan
barang jadi siap konsumsi. Urutan proses produksi pada
pengembangan usaha kerupuk Ichtiar dapat terlihat pada Gambar 4.
42
Gambar 4. Bagan Proses Produksi
a) Persiapan Wadah dan Bahan Baku
Wadah yang digunakan yaitu berupa wajan dengan diameter
sekitar satu meter. Persiapan wadah dilakukan dengan
pembersihan menggunakan air, lalu dikeringkan dengan
menggunakan kain lap dan dipanaskan. Seluruh bagian atas
wajan dioleskan dengan minyak sayur yang berfungsi agar
bahan baku yang dimasukan tidak melekat pada wadah. Setelah
persiapan wadah, langkah selanjutnya yaitu mempersiapkan
bahan baku. Bahan baku yang digunakan dapat dilihat pada
Tabel 4. Bahan baku untuk satu kali produksi.
Tabel 4. Bahan baku untuk satu kali produksi (80 Kg).
No Bahan baku Satuan Jumlah
1 Tepung Sagu Kg 110
2 Garam Pak 2
3 Terigu Kg 5
4 Botan Kaleng 3
5 Sasa Kg 0,5
6 Terasi Pak 1
7 Bawang putih Kg 0,5
8 Gula pasir Kg 0,5
9 Air Kg 25
Sumber ; Data diolah, 2010
Persiapan Wadah
dan Bahan Baku
Pembuatan Adonan
dan Pencetakan
Pengeringan
Pengorengan dan
Pengepakan
43
b) Pembuatan Adonan dan Pencetakan
Pembuatan adonan yaitu suatu kegiatan produksi merubah
bahan baku dasar menjadi suatu adonan kerupuk yang siap
untuk dicetak. Kegiatan ini diawali dengan memasukan bahan
baku kedalam wadah yang telah disiapkan. Pada tahap ini sagu
yang digunakan sebanyak 10 kg dan dicampurkan dengan bahan
baku lainnya. Sagu dan bahan baku tersebut diaduk secara
merata hingga menyatu dan kental, yang disebut sebagai bubur
kerupuk. Pada saat proses untuk merubah bahan baku manjadi
bubur, dilakukan juga kegiatan pemanasan air hingga benar-
benar panas untuk mencampurkan bubur dengan sagu. Langkah
selanjutnya adalah mencampurkan bubur kerupuk, sagu
sebanyak 100 kg, dan air yang telah dipanaskan hingga benar-
benar panas. Setelah dicampurkan, kemudian kembali diaduk
secara merata hingga berbentuk kental. Bahan ini dinamakan
sebagai adonan kerupuk yang siap untuk dicetak. Adonan
kerupuk ini disimpan selama satu malam, dan agar tidak
melekat diberikan minyak sayur diatas adonan tersebut. Setelah
penyimpanan selama satu malam, adonan dimasukan kedalam
mesin molen untuk lebih dihaluskan. Adonan yang telah
dihaluskan oleh mesin molen, dimasukan kedalam mesin
hidrolik pencetakan untuk dicetak menjadi unitan-unitan
kerupuk yang siap untuk dikeringkan. Unitan kerupuk yang
telah dicetak disimpan diatas wadah penjemuran yang disebut
sebagai ebeg. Dari produksi sekitar 100 kg adonan kerupuk
dapat menghasilkan sekitar 10.000 ribu unit kerupuk yang siap
untuk dikeringkan.
c) Pengeringan
Unitan-unitan yang telah disimpan diatas ebeg dijemur pada
lamporan penjemuran kerupuk. Ebeg yaitu suatu wadah yang
terbuat dari anyaman kayu bambu dan berfungsi sebagai wadah
penyimpanan unitan kerupuk untuk dikeringkan. Pengeringan
44
unitan kerupuk menggunakan cahaya matahari kurang lebih 6
jam. Setelah itu, unitan kerupuk kembali dikeringkan dengan
openan pada ruangan open dalam pabrik selama satu jam.
Butian yang telah melalui tahap pengeringan ini siap untuk
dilanjutikan pada tahap penggorengan.
d) Penggorengan dan Pengepakan.
Tahap penggorengan merupakan tahapan akhir dalam proses
produksi pembuatan kerupuk. Pada tahap ini, unitan yang telah
melalui poses pengeringan dimasukan pada wajan kecil yang
telah dilengkapi dengan minyak goreng dan telah dipanaskan.
Proses pada tahap penggorengan awal ini sekitar satu menit.
Setelah itu, unitan kerupuk yang mulai berkembang langsung
dipindahkan ke dalam wajan yang lebih besar dengan minyak
goreng yang lebih panas. Hal ini bertujuan agar hasil
penggorengan kerupuk mendapatkan hasil seperti yang
diinginkan. Kerupuk yang dihasilkan dapat berkembang lebih
baik dan mutu produk yang lebih terjaga kualitas rasa dan
bentuknya. Daya tahan kerupuk yang dihasilkan dengan bahan
baku dan proses seperti pada tahapan-tahapan tersebut yaitu
sekitar 7 hari (satu minggu). Kerupuk yang siap konsumsi ini
langsung dikemas kedalam kaleng kerupuk besar (Rombong)
dan siap untuk dipasarkan. Hingga pada tahap pengemasan
tentunya terdapat kerupuk-kerupuk yang cacat, terutama
bentuknya (tidak layak jual). Jumlah dari kerupuk yang cacat
sekitar 10% dari total hasil produksi adonan kerupuk menjadi
unitan kerupuk dan sisa penjualan. Sedangkan untuk kerupuk
sisa penjualan yang melewati waktu daya tahannya digunakan
untuk pakan ikan penduduk di sekitar. Kerupuk yang cacat
bentuk dapat dikonsumsi oleh pemilik, maupun pegawai.
Sehingga dalam satu kali produksi dapat menghasilkan 9.000
unit kerupuk yang siap untuk dipasarkan.
45
3) Fasilitas Produksi
Dalam melakukan aktivitas produksi diperlukan beberapa
fasilatas berupa peralatan produksi (bentuk fisik). Rencana fisik
pada perusahaan pengolahan kerupuk ichtiar ini, yaitu sebagai
beirkut :
a) Kantor dan Fasilitas Kantor
Kantor dan fasilitas kantor berfungsi sebagai tempat kerja
pemilik atau pimpinan perusahaan. Luas dari bangunan ini yaitu
54 meter persegi. Bangunan ini terbagi menjadi dua bagian
ruangan. Bangunan pertama terdiri dari beberapa ruangan
yang terdiri dari ruang kerja, ruang tamu, dan kamar mandi.
Untuk bagian kedua yaitu bangunan berupa kamar mandi yang
terletak tersendiri diluar bangunan kantor. Ketersedian fasilitas
kantor ini bertujuan untuk memudahkan para tenaga kerja
dalam mennggunakannya. Umur ekonomis dari kantor dan
fasilitas kantor yaitu sekitar 25-35 tahun. Pada rencana
pengembangan usaha perusahaan pengolahan kerupuk ini di
tetapkan sekitar 25tahun, dengan dasar umur minimum suatu
bangunan.
b) Mes Karyawan
Pada perusahaan kerupuk Ichtiar ini disediakan bangunan
khusus sebagai tempat beristirahat para tenaga kerja yang
disebut sebagai mes karyawan. Mes karyawan ini terdiri dari
13 kamar dengan luas masing-masing kamar yaitu sekitar 12
meter persegi, sehingga secara keseluruhan memiliki luas
sekitar 156 meter persegi.
c) Pabrik dan lamporan penjemuran
Pabrik ini merupakan suatu tempat dimana terjadinya aktivitas
proses produksi. Pabrik pada perusahaan ini terbagi menjadi
dua bagian ruangan, yaitu ruangan alat-alat pencetakan dan
pengorengan yang menjadi satu dan ruangan khusus
pengopenan. Ukuran dari pabrik yang dimiliki yaitu panjang 25
46
meter dan lebar 10 meter, sehingga kurang lebih memiliki luas
sekitar 250 meter persegi. Lamporan penjemuran yaitu suatu
tempat tanpa bangunan (lahan kosong) yang berfungsi sebagai
tempat penjemuran unitan kerupuk (hasil percetakan adonan
kerupuk), sebelum masuk tahap produksi penggorengan. Luas
lamporan yang dimiliki pada perusahaan ini yaitu sebesar 540
meter persegi.
d) Alat percetakan kerupuk
Dalam aktivitas proses penciptaan produk, dibutuhkan alat-alat
pendukung. Alat percetekan kerupuk berfungsi sebagai alat
bantu dalam merubah bahan mentah menjadi produk setengah
jadi. Satu set alat percetakan kerupuk ini terdiri dari beberapa
bagian seperti ; Mesin molen (pengaduk dan penghalus bahan-
bahan dasar agar menjadi adonan), Mesin Hidrolik (Alat
pencetak dengan delapan tangan), Piring cetakan, Loyang,
Gayung, dan Tungku. Alat percetakan kerupuk ini, memiliki
kapasitas maksimum produksi sebesar 220 ton per hari adonan
kerupuk (20.000 unitan kerupuk) dengan tenaga kerja berjumlah
delapan orang.
e) Alat Penjemuran
Pada proses produksi pengolahan kerupuk, setelah tahapan
percetakan langkah selanjutnya adalah tahapan penjemuran
unitan kerupuk yang telah dicetak. Dalam pelaksanaan
kegiatannya tahapan penjemuran ini membutuhkan fasilitas alat
penjemuran berupa wadah yang disebut sebagai Ebeg. Alat
penjemuran (Ebeg)terbuat dari bahan bambu yang dianyam dan
telah dibersihkan, dihaluskan, dan dicat. Umur ekonomis dari
alat ini sekitar dua tahun.
47
f) Alat Penggorengan
Alat penggorengan digunakan dalam proses perubahan bahan
setengah jadi (unitan kerupuk) menjadi bahan jadi (kerupuk
konsumsi). Wajan yang digunakan sebagai wadah untuk
menggoreng kerupuk ini dibeli dari daerah tasikmalaya. Wajan
dengan merk dagang matahari ini, mrupakan wajan khusus
untuk penggorengan kerupuk. Alat penggorengan lainnya
berupa kompor yang berfungsi untuk pengapian.
g) Kaleng kerupuk
Terdapat dua ukuran kaleng kerupuk yang digunakan. Kaleng
kerupuk yang pertama, merupakan kaleng kerupuk besar yang
di sebut sebagai rombong. Rombong digunakan sebagai wadah
kerupuk dalam melakukan pemasaran kepada pedagang
pengecer. Kaleng kerupuk yang satunya lagi, memiliki ukuran
jauh lebih kecil. Kalenng kerupuk ini, digunakan untuk
disimpan di pedagang pengecer sebagai wadah dalam
pemasaran kepada konsumen akhir.
4.2.5. Aspek Lingkungan, Ekonomi, dan Sosial
Dalam menyusun suatu studi kelayakan bisnis, sebagai titik
tolak untuk melakukan analisa, diperlukan informasi lingkungan luar
perusahaan untuk mengetahui seberapa jauh lingkungan luar tersebut
memberikan peluang sekaligus ancaman bagi rencana bisnis dan
mengetahui apa saja yang dapat disumbangkan proyek bisnis terhadap
lingkungan luar jika telah direalisasikan. Setiap proyek yang
dijalankan akan sangat besar pengaruhnya terhadap lingkungan di
sekitarnya, baik terhdap darat, air, dan udara, yang akhirnya akan
berdampak terhadap kehidupan mahkluk hidup yang ada disekitarnya
(Kasmir dan Jakfar, 2007). Aspek lingkungan ini memiliki tujuan,
yaitu apakah secara lingkungan hidup, misalnya dari sisi darat, udara,
dan air, rencana bisnis diperkirakan dapat dilaksanakan secara layak
atau sebaliknya (Umar, 2005)
48
Pada perusahaan kerupuk Ichtiar ini, pengelolaan atau dalam
memproduksi kerupuk memiliki dampak terhadap lingkungan alam
sekitar berupa limbah abu yang merupakan sisa dari pembakaran.
Limbah abu ini dapat menjadi pupuk organik yang digunakan pada
daerah pertanian masyarakat sekitar pabrik. Abu ini diberikan kepada
masyarakat sekitar yang membutuhkan, dengan timbal balik
pengambilan abu menjadi tanggung jawab masyarakat tersebut.
Pada aspek ekonomi dan sosial apakah proyek yang diusulkan
memberikan kontribusi nyata atau tidak terhadap pembangunan
perekonomian dan sosial secara keseluruhan dalam menentukan
penggunaan sumberdaya yang diperlukan dari sudut pandang
masyarakat keseluruhan. Pengaruh pengembangan usaha kerupuk
Ichtiar terhadap masyarakat disekitarnya, yaitu memberikan kontribusi
bagi pendapatan daerah dan kesejahteraan masyarakat. Dampak atau
pengaruh yang diberikan untuk masyarakat sekitar yaitu dengan
menggunakan sumber daya masyarakat (tenaga kerja) sekitar sebagai
tenaga kerja yang diproritaskan. Tenaga kerja yang merupakan
penduduk setempat menyatakan perusahaan telah membantu
pemerintah daerah dalam mengatasi pengurangan jumlah
pengangguran di wilayah sekitar. Selain itu, perusahaan memiliki
kontribusinya dalam peningkatan pendapatan daerah melalui bentuk
pembayaran PBB (Pajak Bumi dan Bangunan) dan PBPh (Pajak
Penghasilan).
4.2.6. Aspek Keuangan (Finansial)
Aspek finansial merupakan suatu aspek yang dapat melihat
layak atau tidak layaknya suatu usaha untuk dijalankan dengan
perhitungan yang menggunakan formula penilaian investasi. Aspek ini
dapat menilai biaya-biaya apa saja dan seberapa besar biaya-biaya
tersebut dikeluarkan untuk mendapatkan manfaat berupa penerimaan
dalam menjalankan suatu usaha. Menurut Umar (2005) tujuan
menganalisis aspek keuangan dari suatu studi kelayakan
pengembangan usaha adalah untuk menentukan rencana investasi
49
melalui perhitungan biaya dan manfaat yang diharapkan, dengan
membandingkan antara pengeluaran dan pendapatan. Hal tersebut
dapat terlihat diantaranya seperti dari ketersedian dana, biaya modal,
kemampuan proyek untuk membayar kembali dana tersebut dalam
waktu yang telah ditentukan dan menilai apakah proyek akan dapat
berkembang secara berkelanjutan (continue). Analisis aspek keuangan
pada perusahaan pengembangan usaha kerupuk Ichtiar, meliputi
rencana Kebutuhan Fisik, Indeks Harga, Rencana Anggaran Biaya
(RAB), Nilai Penyusutan, Biaya Operasional, Modal dan Penerimaan,
dan Analisis Kelayakan Investasi.
1) Rencana Kebutuhan Fisik
Rencana kebutuhan fisik merupakan suatu perencanaan
perusahaan dalam memenuhi perlengkapan fisiknya dalam rangka
mendukung seluruh aktivitasnya. Pada perusahaan pengembangan
usaha kerupuk Ichtiar ini rencana kebutuhan fisik terdiri dari
kebutuhan bangunan, peralatan produksi, bahan baku produksi,
energy, dan tenaga kerja. Kebutuhan fisik bangunan berupa kantor
dan fasilitasnya termasuk didalamnya kamar mandi dengan luas 54
meter persegi, Mes karyawan yang berfungsi sebagai tempat
istirahat karyawan terdiri dari 13 kamar dengan luas 156 meter
persegi, dan pabrik beserta lamporan penjemuran dengan luas 790
meter persegi. Untuk peralatan produksi yang dibutuhkan yaitu
berupa satu unit alat percetakan kerupuk, dua ratus unit alat
penjemuran (ebeg), satu unit alat penggorengan, delapan belas unit
kaleng kerupuk besar (rombong) dan sembilan puluh unit kaleng
kerupuk. Bahan baku produksi merupakan kebutuhan fisik yang
digunakan setiap kali perusahaan melakukan produksinya.
Kebutuhan bahan baku ini dengan kata lain merupakan kebutuhan
fisik satu kali pakai atau sekali habis, berbeda dengan kebutuhan
fisik akan bangunan dan peralatan produksi. Bahan baku yang
terpakai yaitu tepung sagu, garam, terigu, botan, sasa, terasi,
bawang putih, dan gula pasir. Selain dari bahan baku produksi,
50
kebutuhan fisik yang dipakai dalam melakukan aktivitas produksi
yaitu kebutuhan akan energi. Kebutuhan energi terdiri dari
minyak, kayu bakar, solar, air, dan listrik. Untuk rencana
kebutuhan fisik yang terakhir tidak lain adalah kebutuhan akan
sumber daya manusia atau tenaga kerja. Kebutuhan tenaga kerja di
bagi menjadi tiga bagian berdasarkan fungsi dan job deskripsi
masing-masing bagian yang dibutuhkan. Pada perusahaan ini di
pimpin oleh satu orang pimpinan yang merupakan seorang pemilik
keseluruhan permodalan perusahaan. Demi mendukung jalannya
aktivitas perusahaan, pimpinan membutuhkan bantuan tenaga kerja
lainnya yang dibagi ke dalam bagian produksi dan bagian
pemasaran (karyawan pedagang). Secara lebih rinci kebutuhan
akan rencana fisik selama umur proyek dapat dilihat pada
Lampiran 2. Rencana Kebutuhan Fisik pada Pengembangan Usaha
Kerupuk Ichtiar.
2) Indeks Harga
Indeks harga merupakan nilai mata uang (rupiah) atau
harga per satuan kebutuhan fisik perusahaan. Hal ini meliputi nilai
atau harga per meter persegi bangunan dan lahan yang digunakan,
nilai atau harga per kg bahan baku produksi, nilai per liter dan per
meter kubik (m3) energi, dan upah tenaga kerja per orang kerja per
satuan waktu kerja. Lebih jelasnya indeks harga selama umur
proyek dalam ribuan rupiah dapat dilihat pada Lampiran 3.
Rencana Indeks Harga pada Pengembangan Usaha Kerupuk
Ichtiar.
3) Rencana Anggaran Biaya (RAB)
Rencana jumlah keseluruhan biaya yang dibutuhkan
perusahaan untuk memenuhi segala bentuk kebutuhan dalam
mendukung lancarnya jalan aktivitas perusahaan itu sendiri disebut
sebagai Rencana Anggaran Biaya (RAB). RAB pada perusahaan
pengelolaan kerupuk Ichtiar meliputi biaya Investasi dan biaya
operasional perusahaan. Rencana anggaran biaya ini merupakan
51
hasil kali dari jumlah per satuan kebutuhan fisik dengan indeks
harganya. Rincian lebih lengkap RAB pada perushaan pengelolaan
kerupuk Ichtiar dapat dilihat pada Lampiran 4. Rencana Anggaran
Biaya pada Pengembangan Usaha Kerupuk Ichtiar.
4) Biaya Penyusutan
Biaya yang dibebankan ke dalam biaya tetap (fix cost),
akibat adanya penyusutan nilai buku dari asset sampai akhir tahun
umur ekonomis asset. Secara kumulatif beban ini merupakan dana
yang dapat digunakan kembali untuk membeli asset yang baru.
Asset-asset yang terkena biaya penyusutan biasanya merupakan
asset yang memiliki umur ekonomis lebih dari satu tahun. Pada
perusahaan pengembangan usaha kerupuk Ichtiar, asset-asset yang
terkena biaya penyusutan diantaranya, yaitu kantor dan fasilitas
kantor, mes karyawan (tempat tinggal karyawan), pabrik dan
lamporan, alat percetakan kerupuk, alat penjemuran, alat
penggorengan, kaleng kerupuk besar yang biasa disebut sebagai
rombong, dan kaleng kerupuk. Jumlah biaya penyusutan dari asset
yang dimiliki perusahan sebesar Rp 15.250.500,00 selama umur
proyek sepuluh tahun. Secara lebih jelas biaya penyusutan dapat
dilihat pada Lampiran 5. Perhitungan Biaya Penyusutan pada
Pengembangan Usaha Kerupuk Ichtiar.
5) Modal dan Rencana Penerimaan
Dalam merealisasikan proyek bisnis dibutuhkan dana untuk
investasi. Dana tersebut diklasifikasikan atas dasar aktiva tetap
berwujud seperti tanah, bangunan, pabrik dan mesin-mesin serta
aktiva tetap tak berwujud seperti paten, lisensi, biaya-biaya
pendahuluan dan biaya-biaya sebelum operasi. Di samping untuk
aktiva tetap, terdapat juga dana yang dibutuhkan untuk kegiatan
kerja (Umar, 2005). Dana yang diperlukan untuk seluruh investasi
dan dana awal untuk melakukan seluruh kegiatan usaha di sebut
sebagai modal. Modal yang dimiliki perusahaan pengembangan
usaha kerupuk Ichtiar ini, berasal seluruhnya dari pemilik. Jumlah
52
modal yang diinvestasikan perusahaan pada tahun awal yaitu
sebesar Rp 944.988.000,00. Modal awal yang dimiliki ini
merupakan suatu penjumlahan dari biaya untuk investasi sebesar
Rp 333.600.000,00 dan biaya kerja awal yang merupakan biaya
operasional (biaya tetap dan biaya tidak tetap) tanpa biaya
penyusutan pada tahun pertama sebesar Rp 611.388.000,00.
Secara lebih jelasnya perhitungan permodalan pada perusahaan
pengembangan kerupuk Ichtiar dapat dilihat pada Lampiran 6.
Perhitungan Modal Awal Pengembangan Usaha Kerupuk Ichtiar.
Penerimaan merupakan seluruh manfaat atau pendapatan
yang dapat diterima oleh perusahaan. Pada perusahaan
pengembangan usaha kerupuk Ichtiar, penerimaan berasal dari
penjualan produk kerupuk putih konsumsi dan nilai sisa atas asset
yang terkena biaya penyusutan. Penerimaan yang diperoleh
perusahaan pada tahun pertama sebesar Rp 772.200.000,00 dari
seluruh hasil penjualan produk. Pada tahun terakhir proyek (tahun
ke-10), penerimaan yang didapatkan perusahaan sebesar Rp
2.513.085.000,00. Jumlah penerimaan perusahaan yang jauh lebih
besar dari tahun pertama, disebabkan oleh adanya rencana
penambahan produksi, kenaikan harga jual yang di sebabkan
karena terjadinya kenaikan harga produksi yang di dasarkan pada
pengaruh inflasi, dan adanya penambahan dari nilai sisa
penyusutan asset perusahaan itu sendiri. Secara lebih jelas dan
terperinci, jumlah penerimaan perusahaan setiap tahunnya, dapat
dilihat pada Lampiran 7. Perhitungan Penerimaan Pengembangan
Usaha Kerupuk Ichtiar.
6) Biaya Operasional
Biaya operasional merupakan jumlah dana yang
dikeluarkan perusahaan dalam memenuhi seluruh kebutuhan yang
mendukung jalannya aktivitas prusahaan. Pada perusahaan ini
biaya operasional yang digunakan sebesar Rp 626.639.000,00
pada tahun pertama. Jumlah biaya operasional ini berasal dari
53
penjumlah biaya tetap (fix cost) dan biaya variabel (variabel cost).
Biaya tetap merupakan sejumlah dana yang dikeluarkan
perusahaan tanpa dipengaruhi oleh kegiatan produksi. Biaya upah
tenaga kerja, biaya perawatan, biaya penyusutan, dan biaya yang
dikeluarkan untuk pembayaran abudemen listrik dan air merupakan
biaya tetap perusahaan. Junlah biaya tetap perusahaan pada tahun
awal (tahun ke-1) yaitu sebesar Rp 235.177.000,00. Untuk biaya
variabel yaitu biaya-biaya yang hanya dikeluarkan pada saat
adanya kegiatan produksi. Pada perusahaan ini, biaya yang
tergolong kedalam biaya variabel diantaranya biaya bahan baku,
enrgi, dan transportasi. Junlah biaya variabel pada tahun awal
(tahun ke-1) yaitu sebesar Rp 391.462.000,00. Secara lebih
jelasnya perhitungan biaya operasional perusahaan untuk tahun-
tahun berikutnya dapat dilihat pada Lampiran 8. Rekapitulasi
Seluruh Biaya dan Perhitungan Harga Pokok Penjualan (HPBP)
pada Pengembangan Usaha Kerupuk Ichtiar.
7) Analisis Kelayakan Investasi
Analisis Kelayakan Investasi pada perusahaan
pengembangan usaha kerupuk Ichtiar dibuat selama sepuluh tahun
periode usaha. Discount factor yang digunakan sesuai dengan
suku bunga Bank BRI, BNI, dan Mandiri yaitu 14% per tahunnya.
Analisis kelayakan investasi pada perusahaan pengembangan usaha
kerupuk Ichtiar terdiri dari Net Present Value (NPV), Net Benefit
Cost Ratio (Net B/C), Internal Rate Return (IRR), Payback
periode (PBP), dan Profitability Index (PI).
a. Net Present Value (NPV)
Net Present Value (NPV) yaitu nilai sekarang dari keuntungan
bersih yang akan diperoleh pada masa mendatang dan
merupakan selisih antara nilai sekarang dari penerimaan dengan
nilai sekarang dari pengeluaran pada tingkat tertentu. Nilai
NPV pada pengembangan usaha kerupuk Ichtiar ini adalah
sebesar Rp 411.405.000,00. Angka ini menunjukan bahwa
54
sampai akhir periode pengembangan usaha selama sepuluh
tahun, perusahaan akan mendapatkan jumlah keuntungan
sebesar Rp 411.405.000,00 jika dinilai pada saat sekarang
berdasarkan tingkat suku bunga 14% per tahun. Hal ini
menunjukkan bahwa usaha yang akan dijalankan layak dan
menguntungkan karena NPV lebih besar dari nol.
b. Benefit Cost Ratio (Net B/C)
Benefit Cost Ratio (B/C Ratio) digunakan untuk kegiatan atau
proyek-proyek makro dimana manfaatnya terutama dinikmati
oleh sebagian atau seluruh masyarakat. B/C Ratio dibedakan
menjadi Gross Benefit Cost Ratio (Gross B/C) dan Net Benefit
Cost Ratio (Net B/C).
Gross Benefit Cost Ratio (Gross B/C)
Merupakan perbandingan antara jumlah present value dari
manfaat (benefit) kotor dengan jumlah present value dari
biaya (cost) kotor. Gross B/C yang diperoleh yaitu sebesar
1,11. Hal ini menunjukan bahwa usaha yang akan
dijalankan merupakan usaha yang layak dan
menguntungkan, karena Gross B/C yang diperoleh lebih
besar dari satu. Artinya setiap Rp 1,00 biaya yang
dikeluarkan akan mendapatkan manfaat kotor Rp 1,11
selama umur proyek berdasarkan tingkat suku bunga 14%
per tahun.
Net Benefit Cost Ratio (Net B/C)
Net B/C adalah perbandingan antara total nilai sekarang
dari penerimaan bersih yang bersifat positif dengan total
nilai sekarang dari penerimaan bersih yang bersifat negatif.
Net Benefit Cost Ratio (Net B/C) yang diperoleh pada
usaha ini yaitu sebesar 2,23. Hal ini menunjukkan bahwa
usaha yang akan dijalankan merupakan usaha yang layak
dan menguntungkan, karena Net B/C yang diperoleh lebih
besar dari satu. Artinya setiap biaya yang dikeluarkan
55
sebesar Rp 1,00 akan mendapatkan manfaat bersih sebesar
Rp 2,23 selama umur proyek berdasarkan tingkat suku
bunga 14% per tahun.
c. Internal Rate Return (IRR)
Metode ini digunakan untuk mencari tingkat suku bunga yang
menyamakan nilai sekarang dari arus kas yang diharapkan di
masa mendatang. Pada perusahaan pengembangan usaha
kerupuk Ichtiar, IRR yang diperoleh sebesar 34,75%. Perolehan
IRR yang lebih besar dari tingkat suku bunga bank sebesar 14%
per tahun, menunjukkan bahwa pengembangan usaha ini layak
untuk dijalankan. Perusahaan ini akan mendapatkan keuntungan
sebesar 34,75% per tahun selama umur proyek atas investasi
yang telah ditanamkan dalam usaha.
d. Payback periode (PBP)
Payback Periode (PBP) adalah suatu periode yang diperlukan
untuk menutup kembali pengeluaran investasi (initial cash
investment) dengan menggunakan aliran kas. Dengan kata lain
payback periode merupakan rasio antara initial cash investment
dengan cash inflow-nya yang hasilnya merupakan satuan waktu.
Payback period yang diperoleh pada usaha ini yaitu selama 1
tahun untuk penerimaan kotor dan selama 5,01 tahun untuk
penerimaan bersih. Hal ini menunjukkan bahwa modal investasi
akan kembali setelah 5,01 tahun dengan indikator pembanding
menggunakan pendapatan bersih. Perolehan payback periode
selama 5,01 tahun menunjukan jika usaha ini layak untuk
dijalankan, karena nilai ini masih di bawah periode proyek
selama sepuluh tahun.
e. Profitability Index (PI).
Metode Profitability Index (PI) menghitung melalui
perbandingan antara nilai sekarang dari rencana penerimaan-
penerimaan kas bersih masa yang akan datang dengan nilai
sekarang (present value) dari investasi yang telah dilaksanakan.
56
Pada pengembangan usaha kerupuk Ichtiar ini, nilai profitability
index yang diperoleh sebesar 3,03. Hal ini artinya usaha layak
untuk dijalankan, karena nilai profitability index yang
dihasilkan lebih besar dari nol.
8) Analisis Sensitivitas
Analisis sensitivitas digunakan untuk melihat pengaruh
yang akan terjadi akibat keadaan yang berubah-ubah. Analisis
sensitivitas dapat dilakukan dengan cara mengubah besarnya
variabel-variabel penting, dengan persentase tertentu dan
menentukan seberapa pekanya hasil perhitungan terhadap
perubahan tersebut. Pada perusahaan pengembangan usaha
kerupuk Ichtiar ini, asumsi yang akan digunakan adalah kenaikan
indeks harga bahan baku yang dipengaruhi oleh tingkat inflasi
tertinggi sebesar 11%, selama empat tahun terakhir. Dengan
adanya kenaikan harga bahan baku sebesar 11%, menghasilkan
NPV sebesar Rp 182.583.000,00, Gross B/C sebesar 1,06 dan Net
B/C sebesar 1,55, IRR sebesar 26,67%, PBP Gross selama 1 tahun
dan PBP Net selama 5,13 tahun dan PI sebesar 2,11. Dari hasil
tersebut dapat dinyatakan jika perusahaan tetap layak untuk
dikembangkan walau pun tejadi kenaikan harga bahan baku
sebesar 11%.
4.3 Implikasi Manajerial
Hasil penelitian ini diharapkan memiliki implikasi manajerial bagi
perusahaan pengembangan usaha kerupuk Ichtiar. Implikasi manajerial yang
dapat dilakukan yaitu :
1. Perusahaan pengembangan usaha kerupuk Ichtiar dapat memenuhi
kebutuhan konsumsi kerupuk masyarakat dengan produk yang lebih
bermutu dan strategi pemasaran yang jelas dan tepat. Produk yang
lebih bermutu dapat dilakukan perusahaan dengan cara merubah
bentuk, rasa, dan warna produk. Perubahan yang paling
memungkinkan adalah perubahan bentuk pada kerupuk, karena hal ini
dilakukan dengan mengubah cetakan dasar. Perubahan bentuk kerupuk
57
dapat membuat pilihan pada konsumen dalam melakukan pembelian
dan terlihat lebih menarik dibandingkan produk pesaing. Pasar sasaran
yang ditetapkan perusahaan yaitu para pedagang pengecer di wilayah
Bogor. Dalam menentukan posisi pasar, perusahaan akan berdasarkan
pada mutu atau kualitas dengan ukuran kuantitas yang lebih besar per
satuan unit kerpuknya disertai dengan pelayanan yang lebih baik
dalam penjualan. Pelayanan yang lebih baik dilakukan dengan cara
menjaga kualitas produk dan terus melakukan perubahan produk sesuai
dengan yang diinginkan oleh konsumen. Selain itu, tenaga kerja
pedagang bersikap ramah dan memberikan senyuman juga bersikap
bersahabat terhadap konsumennya.
2. Pada aspek manajemen sumber daya manusia, perusahaan dapat
merencanakan, mengorganisasikan, melaksanakan, dan mengendalikan
seluruh aktivitas dengan lebih rapih dan teratur. Pendekatan campuran
yang digunakan perusahaan dapat mendukung dalam merencanakan
berbagai kebutuhan dan aktivitasnya. Perusahaan menggunakan
struktur organisasi sederhana, dengan menerapkan sistem penggajian
yang sesuai dengan upah minimum regional. Setelah perusahaan dapat
merencanakan seluruh aktivitasnya dengan baik dan didukung oleh
sumber daya manusia yang tertib organisasi, akan memudahkan dalam
pelaksanaan seluruh aktivitas. Untuk menciptakan suasana yang baik
di likungan perusahaan, komunikasi harus tetap dijaga dan
pengawasan terhadap seluruh kegiatan akan membantu dalam
meminimalisasi resiko perusahaan.
3. Pada aspek keuangan perusahaan dapat mengetahui modal awal, biaya
operasional, dan penerimaan selama periode pengembangan dilakukan.
Perhitungan analisis studi kelayakan dapat diterapkan, dengan melihat
NPV, IRR, B/C Ratio, Payback Periode dan Profitability Index
menunjukan jika perusahaan pengembangan usaha kerupuk Ichtiar
layak untuk dijalankan. Berdasarkan analisis studi kelakayan yang
telah dilakukan, perusahaan dapat melakukan pengembangan usahanya
untuk meningkatkan manfaat dan laba perusahaan.
58
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Perusahaan pengembangan usaha kerupuk Ichtiar menetapkan para
pedagang pengecer di daerah Bogor sebagai pasar sasarannya dengan
keunggulan mutu produk dan pelayanan dalam penjualan sebagai posisi
pasarnya. Produk yang dihasilkan berupa kerupuk putih konsumsi yang
bermutu dengan harga yang ditetapkan berdasarkan pada harga pokok
penjualan yang disesuaikan dengan harga pasar agar dapat bersaing
dengan perusahaan sejenis. Perizinan yang dimiliki perusahaan berupa
Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP). Dalam menjalankan kegiatan
manajemen perusahan menetapkan perencanaan, pengorganisasian,
pelaksanaan, dan pengawasan. Kegiatan produksi perusahaan
berdasarkan pada proses produksi yang didukung oleh kebutuhan
fisiknya. Limbah abu perusahaan dapat dijadikan sebagai pupuk organik
untuk petani di daerah sekitar dan limbah berupa asap tidak terlalu
berpengaruh karena jumlahnya yang tidak terlalu tinggi juga disertai
cerobong asap yang mengatur pengeluarannya. Perusahaan berpengaruh
terhadap peningkatan kesejahteraan masyarakat sekitar dan pengurangan
pengangguran di daerah, karena tenaga kerja perusahaan berasal dari
daerah sekitar.
2. Studi kelayakan pengembangan usaha kerupuk Ichtiar ini menghasilkan
NPV sebesar Rp 411.405.000,00, Gross B/C 1,11, dan Net B/C 2,23, IRR
34,75%, PBP Gross 1 tahun dan PBP Net 5,01 tahun, dan PI 3,03
menunjukan jika pengembangan usaha ini layak untuk dijalankan.
Analisis sensitivitas dengan asumsi kenaikan harga bahan baku,
menghasilkan NPV sebesar Rp 182.583.000,00, Gross B/C sebesar 1,06
dan Net B/C sebesar 1,55, IRR sebesar 26,67%, PBP Gross selama 1
tahun dan PBP Net selama 5,13 tahun dan PI sebesar 2,11. Hasil tersebut
menyatakan jika perusahaan tetap layak untuk dikembangkan walau pun
tejadi kenaikan harga bahan baku yang dipengaruhi inflasi sebesar 11%.
59
B. Saran
1. Perusahaan tetap menjaga hubungan yang telah terjalin dengan baik
terhadap pedagang pengecer dan perlu membuka hubungan baru dengan
pedagang pengecer lain yang belum bekerjasama. Salah satu cara
menjalin hubungan kerjasama dengan konsumen yaitu dengan
mempertahankan dan meningkatkan mutu produk dan pelayanan yang
sudah dimiliki. Pengawasan terhadap seluruh aktivitas kerja harus tetap
dilakukan dan ditingkatkan perhatiannya, dengan tujuan untuk
memperkecil terjadinya kesalahan atau resiko yang dimiliki oleh
perusahaan.
2. Analisis studi kelayakan ini menetapkan perusahaan layak jika dilakukan
pengembangan usaha. Untuk itu, jika perusahaan menginginkan
meningkatkan manfaat yang di dapat, perusahaan perlu melakukan
pengembangan terhadap usahanya.
DAFTAR PUSTAKA
Badan Pusat Statistik. Tingkat Inflasi di Indonesia, 2009. http//bps.go.id
Dinas Pemerintahan Kota Bogor. Geografi dan Demografi, 2009.
http://www.bogorkab.go.id/.
Dinas Pemerintahan Kabupaten Bogor. Geografi dan Demografi, 2009.
http://www.kotabogor.go.id .
Firdaus. 2008. Manajemen Agribisnis. Bumi Aksara, Jakarta.
Halim, A. 2009. Analisis Kelayaklan Investasi Bisnis Kajian dari Aspek
Keuangan. Edisi I. Penerbit Graha Ilmu,Yogyakarta.
Handoko T H. 1984. Dasar-Dasar Manajemen Produksi Dan Operasi. Yogyakarta
: universitas Gajah Mada
Heizer, J dan B. Render. 2006. Manajemen Operasi. Salemba Empat, Jakarta.
Ibrahim, Y. 2003. Studi Kelayakan Bisnis. PT. Asdi Mahasatya, Jakarta.
Kadariah. 1976. Pengantar Evaluasi Proyek (jilid 1). Jakarta : Penerbit Fakultas
Ekonomi Universitas Indonesia
Kotler P. 2004. Manajemen Pemasaran. Teguh H, Rony A, Rusli dan B Molan,
Penerjemah. Jakarta : PT Indeks. Terjemahan dari : Marketing
Management.
Kasmir dan Jakfar. 2007. Studi Kelayakan Bisnis. Edisi kedua. Kencana Prenada
Media Group, Jakarta.
Miranti. 2008. Pengembangan Usaha “Elasari Brownies and Bakery” Analisis
Aspek Pasar dan Keuangan. Skripsi pada Departemen Manajemen,
Fakulatas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Nazir. 2005. Metode Penelitian. Penerbit Ghalia Indonesia, Bogor.
Peta Lokasi Desa Cibanteng, Kecamatan Ciamepa, Kabupaten Bogor, 2009.
http://maps.google.com.
Rivai, A. 2009. Analisis Kelayakan usaha Penggemukan Sapi Potong (fattening)
pada PT Zagrotech Dafa International (ZDI) Kecamatan Ciampea,
Kabupaten Bogor. Skripsi pada Departemen Manajemen, Fakulatas
Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Simamora, B. 2004. Riset Pemasaran : Falsafah, Teori, dan Aplikasi. Penerbit PT
Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Umar, H. 2005. Studi Kelayakan Bisnis : Teknik Menganalisis Kelayakan
Rencana Bisnis secara Komprehensif. Edisi 3. Penerbit PT Gramedia
Pustaka Utama, Jakarta.
Wikipedia. 2009. Kerupuk. http://id.wikipedia.org/wiki/Kerupuk
Wirakartakusumah, M.A. dan Dahrul Syah. 1990. “Perkembangan Industri
Pangan di Indonesia”. Pangan. Vol II (5). Bogor.
www.investasi.belitungisland.com. 2003. Konsumsi Rata-rata per Kapita untuk
Kerupuk Menurut Golongan Pengeluaran per Kapita Sebulan .
xii
LAMPIRAN
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
A Rencana Kapasitas Produksi
( 26 hari kerja/bln dan 11bln/th butir/hari 9.000 9.000 9.000 9.000 9.000 18.000 18.000 18.000 18.000 18.000
dengan produksi 9000 butir/hr) butir/bulan 234.000 234.000 234.000 234.000 234.000 468.000 468.000 468.000 468.000 468.000
butir/thn 2.574.000 2.574.000 2.574.000 2.574.000 2.574.000 5.148.000 5.148.000 5.148.000 5.148.000 5.148.000
B Kebutuhan Bahan Baku
1 Tepung Sagu kg/thn 31.460 31.460 31.460 31.460 31.460 62.920 62.920 62.920 62.920 62.920
2 Garam pak/thn 572 572 572 572 572 1.144 1.144 1.144 1.144 1.144
3 Terigu kg/thn 1.430 1.430 1.430 1.430 1.430 2.860 2.860 2.860 2.860 2.860
4 Botan kaleng/thn 858 858 858 858 858 1.716 1.716 1.716 1.716 1.716
5 Sasa kg/thn 143 143 143 143 143 286 286 286 286 286
6 Terasi pak/thn 286 286 286 286 286 572 572 572 572 572
7 Bawang Putih kg/thn 143 143 143 143 143 286 286 286 286 286
8 Gula Pasir kg/thn 143 143 143 143 143 286 286 286 286 286
C Kebutuhan Energi
1 Minyak kg/thn 13.728 13.728 13.728 13.728 13.728 27.456 27.456 27.456 27.456 27.456
2 Kayu Bakar paket mobil/thn 71,5 71,5 71,5 71,5 71,5 143 143 143 143 143
3 Solar liter/thn 5.720 5.720 5.720 5.720 5.720 11.440 11.440 11.440 11.440 11.440
4 Air m3/thn 414,70 414,70 414,70 414,70 414,70 429,00 429,00 429,00 429,00 429,00
5 Listrik kWh/thn 7.700 7.700 7.700 7.700 7.700 7.700 7.700 7.700 7.700 7.700
D Tenaga Kerja
1 Pimpinan orang/thn 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
2 Karyawan produksi orang/thn 4 4 4 4 4 8 8 8 8 8
3 Karyawan pedagang orang/thn 9 9 9 9 9 18 18 18 18 18
Lampiran 1. Perhitungan Rencana Kapasitas dan Kebutuhan Produksi pada Pengembangan Usaha Kerupuk Ichtiar.
Perhitungan Rencana Kapasitas dan Kebutuhan Produksi pada Pengembangan Usaha Kerupuk Ichtiar
Tahun ke-SatuanUraianNo
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
A Bangunan
1 Kantor dan Fasilitas Kantor (15th) m2 54 54
2 Mes Karyawan (15th) m2 156 156
3 Pabrik dan Lamporan Penjemuran (15th) m2 790 790
B Peralatan Produksi -
1 Alat Percetakan Kerupuk (10th) unit 1 1
2 Alat Penjemuran (2th) unit 200 200 200 200 200 200 200 200 1.600
3 Alat Penggorengan (10th) unit 1 1
4 Kaleng Kerupuk Besar (Rombong) (5th) unit 18 36 54
5 Kaleng Kerupuk (5th) unit 90 180 270
C Bahan Baku Produksi -
1 Tepung Sagu kg/thn 31.460 31.460 31.460 31.460 31.460 62.920 62.920 62.920 62.920 62.920 471.900
2 Garam pak/thn 572 572 572 572 572 1.144 1.144 1.144 1.144 1.144 8.580
3 Terigu kg/thn 1.430 1.430 1.430 1.430 1.430 2.860 2.860 2.860 2.860 2.860 21.450
4 Botan kaleng/thn 858 858 858 858 858 1.716 1.716 1.716 1.716 1.716 12.870
5 Sasa kg/thn 143 143 143 143 143 286 286 286 286 286 2.145
6 Terasi pak/thn 286 286 286 286 286 572 572 572 572 572 4.290
7 Bawang Putih kg/thn 143 143 143 143 143 286 286 286 286 286 2.145
8 Gula Pasir kg/thn 143 143 143 143 143 286 286 286 286 286 2.145
D Energi -
1 Minyak kg/thn 13.728 13.728 13.728 13.728 13.728 27.456 27.456 27.456 27.456 27.456 205.920
2 Kayu Bakar (satu paket = satu mobil) paket/thn 71,5 71,5 71,5 71,5 71,5 143 143 143 143 143 1.073
3 Solar liter/thn 5.720 5.720 5.720 5.720 5.720 11.440 11.440 11.440 11.440 11.440 85.800
4 Air per 10 m3 110 110 110 110 110 110 110 110 110 110 1.100
10 - 20 m3 110 110 110 110 110 110 110 110 110 110 1.100
> 20 m3 194,7 194,7 194,7 194,7 194,7 209 209 209 209 209 2.019
5 Listrik per 60 Kwh 660 660 660 660 660 660 660 660 660 660 6.600
> 60 kWh 7.040 7.040 7.040 7.040 7.040 7.040 7.040 7.040 7.040 7.040 70.400
E Tenaga Kerja -
1 Pimpinan orang/thn 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10
2 Karyawan produksi orang/thn 4 4 4 4 4 8 8 8 8 8 60
3 Karyawan pedagang orang/thn 9 9 9 9 9 18 18 18 18 18 135
Lampiran 2. Rencana Kebutuhan Fisik pada Pengembangan Usaha Kerupuk Ichtiar.
Rencana Kebutuhan Fisik pada Pengembangan Usaha Kerupuk Ichtiar
JumlahTahun ke-
No ITEM Satuan
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
A Bangunan
1 Kantor dan Fasilitas Kantor Rp/m2 300
2 Mes Karyawan Rp/m2 300
3 Pabrik dan Lamporan Rp/m2 300
B Peralatan Produksi
1 Alat Percetakan Kerupuk Rp/unit 22.000
2 Alat Penjemuran Rp/unit 12,5 12,5 12,5 12,5 16,5 16,5 16,5 16,5 21,5 21,5 21,5
3 Alat Penggorengan Rp/unit 3.250
4 Kaleng Kerupuk Besar (Rombong) Rp/unit 200 200 200 200 262 262 262 262 344 344 344
5 Kaleng Kerupuk Rp/unit 25 25 25 25 33 33 33 33 43 43 43
C Bahan Baku Produksi
1 Tepung Sagu Rp/kg 5,0 5,0 5,0 6,5 6,5 6,5 6,5 8,5 8,5 8,5
2 Garam Rp/pak 3,6 3,6 3,6 4,7 4,7 4,7 4,7 6,2 6,2 6,2
3 Terigu Rp/kg 6,2 6,2 6,2 8,2 8,2 8,2 8,2 10,7 10,7 10,7
4 Botan Rp/kaleng 7,5 7,5 7,5 10,0 10,0 10,0 10,0 13,0 13,0 13,0
5 Sasa Rp/kg 21,0 21,0 21,0 27,5 27,5 27,5 27,5 36,0 36,0 36,0
6 Terasi Rp/pak 4,0 4,0 4,0 5,0 5,0 5,0 5,0 7,0 7,0 7,0
7 Bawang Putih Rp/kg 14,0 14,0 14,0 18,0 18,0 18,0 18,0 24,0 24,0 24,0
8 Gula Pasir Rp/kg 10,5 10,5 10,5 14,0 14,0 14,0 14,0 18,0 18,0 18,0
D Energi
1 Minyak Rp/kg 8,0 8,0 8,0 10,5 10,5 10,5 10,5 14,0 14,0 14,0
2 Kayu Bakar Rp/paket mobil 240,0 240,0 240,0 315,0 315,0 315,0 315,0 412,0 412,0 412,0
3 Solar Rp/liter 4,5 4,5 4,5 6,0 6,0 6,0 6,0 8,0 8,0 8,0
4 Air Rp/per 10 m3 1,600 1,600 1,600 2,097 2,097 2,097 2,097 2,749 2,749 2,749
Rp/10 - 20 m3 2,990 2,990 2,990 3,919 3,919 3,919 3,919 5,137 5,137 5,137
Rp/> 20 m3 3,410 3,410 3,410 4,470 4,470 4,470 4,470 5,859 5,859 5,859
5 Listrik Rp/per 60 kWh 0,445 0,445 0,445 0,583 0,583 0,583 0,583 0,765 0,765 0,765
Rp/> 60 kWh 0,495 0,495 0,495 0,649 0,649 0,649 0,649 0,850 0,850 0,850
E Upah/Gaji Tenaga Kerja
1 Pimpinan Rp/orang/thn 33.000 33.000 33.000 44.000 44.000 44.000 44.000 55.000 55.000 55.000
2 Karyawan produksi Rp/orang/thn 9.900 9.900 9.900 13.200 13.200 13.200 13.200 16.500 16.500 16.500
3 Karyawan pedagang Rp/orang/thn 13.200 13.200 13.200 16.500 16.500 16.500 16.500 22.000 22.000 22.000
Dimana ;
No ITEM SatuanTahun ke-
Mo = Nilai akhir periode pd thn ke-n
I = tingkat suku bunga per periode
n = periode waktu
Lampiran 3. Rencana Indeks Harga pada Pengembangan Usaha Kerupuk Ichtiar
Catatan ; Dasar perubahan harga pada tahun ke-4 dan ke-8, dengan asumsi adanya pengaruh peningkatan inflasi sebesar 7%. Hal ini juga didasarkan pada
(Future Value ). Menurut Halim (2009), perhitungan nilai yang akan datang dapat dihitung dengan cara :
pengalaman yang telah terjadi di pasar selama perusahan berdiri. Perhitungan kenaikan harga, dilakukan dengan penghitungan nilai yang akan datang
Mn = Nilai awal periodeMn = Mo (1+i)^n.
Rencana Indeks Harga pada Pengembangan Usaha Kerupuk Ichtiar (000Rp)
Kantor dan Fasilitas Kantor Rp/m2 19.440.000 3000 4.000 5.000
Mes Karyawan Rp/m2 56.160.000 900 1.200 1.500
Pabrik dan Lamporan Rp/m2 284.400.000 1200 1.500 2.000
360.000.000 5100 6700 8500
360.000,00
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
A Bangunan
1 Kantor dan Fasilitas Kantor Rp 16.200
2 Mes Karyawan Rp 46.800
3 Pabrik dan Lamporan Rp 237.000
Total Biaya Bangunan 300.000
B Peralatan Produksi
1 Alat Percetakan Kerupuk Rp 22.000
2 Alat Penjemuran Rp 2.500 2.500 3.300 3.300 3.300 4.300 4.300 4.300
3 Alat Penggorengan Rp 3.250
4 Kaleng Kerupuk Besar (Rombong) Rp 3.600 9.432
5 Kaleng Kerupuk Rp 2.250 5.940
Total Biaya Peralatan 33.600 - - 2.500 - 3.300 18.672 3.300 4.300 4.300 4.300
C Bahan Baku Produksi
1 Tepung Sagu Rp/thn 157.300 157.300 157.300 204.490 204.490 408.980 408.980 534.820 534.820 534.820
2 Garam Rp/thn 2.059 2.059 2.059 2.688 2.688 5.377 5.377 7.093 7.093 7.093
3 Terigu Rp/thn 8.866 8.866 8.866 11.726 11.726 23.452 23.452 30.602 30.602 30.602
4 Botan Rp/thn 6.435 6.435 6.435 8.580 8.580 17.160 17.160 22.308 22.308 22.308
5 Sasa Rp/thn 3.003 3.003 3.003 3.933 3.933 7.865 7.865 10.296 10.296 10.296
6 Terasi Rp/thn 1.144 1.144 1.144 1.430 1.430 2.860 2.860 4.004 4.004 4.004
7 Bawang Putih Rp/thn 2.002 2.002 2.002 2.574 2.574 5.148 5.148 6.864 6.864 6.864
8 Gula Pasir Rp/thn 1.502 1.502 1.502 2.002 2.002 4.004 4.004 5.148 5.148 5.148
Total Biaya Bahan Baku 182.311 182.311 182.311 237.423 237.423 474.846 474.846 621.135 621.135 621.135
D Energi
1 Minyak Rp/thn 109.824 109.824 109.824 144.144 144.144 288.288 288.288 384.384 384.384 384.384
2 Kayu Bakar Rp/thn 17.160 17.160 17.160 22.523 22.523 45.045 45.045 58.916 58.916 58.916
3 Solar Rp/thn 25.740 25.740 25.740 34.320 34.320 68.640 68.640 91.520 91.520 91.520
4 Air Rp/thn 176,00 176,00 176,00 230,67 230,67 230,67 230,67 302,39 302,39 302,39
Rp/thn 328,90 328,90 328,90 431,09 431,09 431,09 431,09 565,07 565,07 565,07
Rp/thn 663,93 663,93 663,93 870,31 870,31 934,23 934,23 1.224,53 1.224,53 1.224,53
5 Listrik Rp/thn 293,70 293,70 293,70 384,78 384,78 384,78 384,78 504,90 504,90 504,90
Rp/thn 3.484,80 3.484,80 3.484,80 4.568,96 4.568,96 4.568,96 4.568,96 5.984,00 5.984,00 5.984,00
Total Biaya Energi 157.671,33 157.671,33 157.671,33 207.472,31 207.472,31 408.522,73 408.522,73 543.400,89 543.400,89 543.400,89
Lampiran 4. Rencana Anggaran Biaya pada Pengembangan Usaha Kerupuk Ichtiar.
Rencana Anggaran Biaya pada Pengembangan Usaha Kerupuk Ichtiar (000Rp)
No ITEM SatuanTahun ke-
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
E Upah Tenaga Kerja
1 Pimpinan Rp/thn 33.000 33.000 33.000 44.000 44.000 44.000 44.000 55.000 55.000 55.000
2 Karyawan produksi Rp/thn 39.600 39.600 39.600 52.800 52.800 105.600 105.600 132.000 132.000 132.000
3 Karyawan pedagang Rp/thn 118.800 118.800 118.800 148.500 148.500 297.000 297.000 396.000 396.000 396.000
Total Biaya Upah/Gaji TK 191.400 191.400 191.400 245.300 245.300 446.600 446.600 583.000 583.000 583.000
F Biaya Lainnya
1 Biaya Perawatan Rp/thn 3.000 3.000 3.000 3.900 3.900 3.900 3.900 5.200 5.200 5.200
2 Biaya Transportasi Rp/thn 51.480 51.480 51.480 64.350 64.350 128.700 128.700 180.180 180.180 180.180
3 Biaya Sewa Tanah Rp/thn 7.500 7.500 7.500 9.800 9.800 9.800 9.800 12.000 12.000 12.000
4 Biaya Pajak Bumi dan Bangunan Rp/thn 550 550 550 720 720 720 720 945 945 945
Total Biaya Lainnya 62.530 62.530 62.530 78.770 78.770 143.120 143.120 198.325 198.325 198.325
Lanjutan Lampiran 4. Rencana Anggaran Biaya pada Pengembangan Usaha Kerupuk Ichtiar.
Rencana Anggaran Biaya pada Pengembangan Usaha Kerupuk Ichtiar (000Rp)
No ITEM SatuanTahun ke-
Jenis Asset Terkena Nilai Awal Nilai Akhir Umur Penyusutan Nilai Buku
Biaya Penyusutan Asset (Rp) Asset (Rp) Ekonomi (th) Asset (Rp) Asset (Rp)
A Bangunan
1 Kantor dan Fasilitas Kantor 16.200 1.620 25 583,20 10.368
2 Mes Karyawan 46.800 4.680 25 1.684,80 29.952 Contoh Nilai Buku :
3 Pabrik dan Lamporan 237.000 23.700 25 8.532,00 151.680 Nilai Akhir = 10%
B Peralatan Produksi dari Nilai awal
1 Alat Percetakan Kerupuk 22.000 2.200 10 1.980,00 2.200 Nilai Awal = 16.200
2 Alat Penjemuran 2.500 250 2 1.125,00 Umur Ekonomis = 15 th
3 Alat Penggorengan 3.250 325 10 292,50 325 Umur Proyek 10 th
4 Kaleng Kerupuk Besar (Rombong) 3.600 360 5 648,00 Tahun (N) Nilai Nilai Buku
5 Kaleng Kerupuk 2.250 225 5 405,00 Penyusutan
Total Penyusutan 333.600 33.360 15.250,50 194.525,00 0 16.200,00
1 583,20 15.616,80
No 2 583,20 15.033,60
3 583,20 14.450,40
4 583,20 13.867,20
5 583,20 13.284,00
6 583,20 12.700,80
7 583,20 12.117,60
3 Nilai Awal 8 583,20 11.534,40
9 583,20 10.951,20
10 583,20 10.368,00
11 583,20 9.784,80
12 583,20 9.201,60
13 583,20 8.618,40
14 583,20 8.035,20
15 583,20 7.452,00
Dari tabel di atas di dapat ;
Contoh ;
(Umur Teknis - Umur Proyek) + Nilai Akhir
Harga beli asset dalam kondisi baru, (RP)
2
PENJELASAN PERHITUNGAN BIAYA PENYUSUTAN
Rumus :
((Nilai Awal - Nilai Akhir)/Umur Teknis) x
bangunan umumnya umur ini berkisar antara 20 - 35 thn (tergantung kondisi)
maka nilai bukunya sama dengan nilai akhir pada periode umur ekonomi.
7
No
Nilai Akhir 4
Umur Ekonomi
Umur Teknis (Pelayanan)
5
6
Rumus Nilai Buku = ((Nilai Awal - Nilai Akhir) / Umur Teknis) x (Umur Teknis - Umur Proyek) + Nilai Akhir
Rumus Nilai Buku =
Periode waktu dimana asset masih dianggap layak secara
teknis untuk digunakan terus. Untuk suatu mesin / alat biasanya panjang umur
ditentukan oleh perawatan & pemeliharaan yang besarnya semakin meningkat.
Barang bergerak dan tidak bergerak yang dimiliki perusahan; Berupa : bangunan,
mesin, kelengkapan dan perlengkapan produksi, kendaraan, dll.
Nilai akhir asset yang memiliki umur ekonomi lebih dari umur proyek. Untuk asset yang
Nilai Buku
Asset
Nilai Buku =10,368
Nilai Buku = ((16.200-1.620)/25) x
(25-10) + 1.620
1 (Nilai Awal - Nilai Akhir ) / Umur Teknis
Biaya yang dibebankan ke dalam biaya tetap akibat adanya penyusutan nilai buku dari asset
Biaya Penyusutan sampai akhir tahun umur ekonomis asset. Secara kumulatif beban ini merupakan dana
yang dpt digunakan kembali untuk membeli yang baru, (Rp/th).
8
Lampiran 5. Perhitungan Biaya Penyusutan pada Pengembangan Usaha Kerupuk Ichtiar
Perhitungan Biaya Penyusutan pada Pengembangan Usaha Kerupuk Ichtiar
Untuk asset yang memiliki umur ekonomi kurang dari umur proyek,
Nilai Buku asset pada akhir tahun Umur Ekonomi. Nilai ini disebut nilai rongsokan
suatu asset dimana tidak ekonomis lagi untuk digunakan karena umur
memiliki umur ekonomi = umur proyek, nilai buku asset akan sama dengan nilai akhir.
Ekonomisnya sudah habis. Biasanya : Nialai Akhir = 10 % Nilai Awal
Periode waktu dimana asset tersebut masih dianggap layak secara
ekonomis untuk digunakan terus. Untuk suatu mesin / alat biasanya ditetapkan
oleh pabrik berdasarkan hasil uji coba (satuan dalam : jam pemakaian). Untuk
0 1 0 1
A Bangunan D
1 Kantor dan Fasilitas Kantor Rp 16.200 1 Rp 109.824,00
2 Mes Karyawan Rp 46.800 2 Rp 17.160,00
3 Pabrik dan Lamporan Rp 237.000 3 Rp 25.740,00
Total Bangunan Rp 300.000 4 Rp 176,00
B Peralatan Produksi Rp 328,90
1 Alat Percetakan Kerupuk Rp 22.000 Rp 663,93
2 Alat Penjemuran Rp 2.500 5 Rp 293,70
3 Alat Penggorengan Rp 3.250 Rp 3.484,80
4 Kaleng Kerupuk Besar (Rombong) Rp 3.600 Total Energi Rp 157.671
5 Kaleng Kerupuk Rp 2.250 E
Total Peralatan Produksi Rp 33.600 1 Rp 33.000
Rp 333.600 2 Rp 39.600
C Bahan Baku Produksi 3 Rp 118.800
1 Tepung Sagu Rp 157.300 Total Tenaga Kerja Rp 191.400
2 Garam Rp 2.059 F
3 Terigu Rp 8.866 1 Rp 3.000
4 Botan Rp 6.435 2 Rp 51.480
5 Sasa Rp 3.003 3 Rp 17.400,0
6 Terasi Rp 1.144 4 Rp 66,4
7 Bawang Putih Rp 2.002 5 Rp 10,0
8 Gula Pasir Rp 1.502 6 Rp 7500
Total Bahan Baku Produksi Rp 182.311 7 Rp 550
Total Biaya Lainya Rp 80.006
Total Modal Kerja Awal (TMKA) = C + D + E + F 611.388
Karyawan produksi
Karyawan pedagang
Biaya Lainnya
Biaya THR Tenaga Kerja
Listrik
Perhitungan Modal Awal
Pengembangan Usaha Kerupuk Ichtiar (000Rp)
Lanjutan Perhitungan Modal Awal
Pengembangan Usaha Kerupuk Ichtiar (000Rp)Tahun ke-
Pimpinan
Total Modal Investasi (TMI) = A + B
Energi
Minyak
Kayu Bakar
Solar
Air
No Uraian SatuanTahun ke-
No Satuan
Catatan ; Modal awal yang di gunakan merupakan jumlah dari seluruh biaya yang dikeluarkan pada periode awal proyek, tanpa biaya penyusutan.
Abudemen Listrik
Abudemen Air
Sewa tanah
Pajak bumi dan bangunan
Lampiran 6. Perhitungan Modal Awal Pengembangan Usaha Kerupuk Ichtiar
RpTotal Modal Awal
(TMI + TMKA)
Biaya Perawatan
Biaya Transportasi
Uraian
944.988
Tenaga Kerja
Harga
Rp per stn 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
A Penjulan Hasil Produksi
1. Penjualan Hasil Produksi
( 26 hari kerja/bln dan 11bln/th butir 0,30 2.574.000 772.200 772.200 772.200
dengan produksi 9000 butir/hr)
2. Terjadi kenaikan harga jual butir 0,35 2.574.000 900.900 900.900
pada tahun ke-4
3. Penambahan produksi butir 0,35 5.148.000 1.801.800 1.801.800
pada tahun ke-6
4. Terjadi kenaikan harga jual butir 0,45 5.148.000 2.316.600 2.316.600 2.316.600
pada tahun ke-8
B Nilai Sisa
Nilai Buku Alat Penjemuran (2th) unit 12,5 200 250 250 250 250 250 250 1.375
Nilai Buku Rombong (5th) unit 200 18 360 360
Nilai Buku Kaleng Kerupuk (5th) unit 25 90 225 225
Nilai Buku Lainnya unit 194.525
Total Penerimaan 772.200 772.450 772.200 901.150 901.485 1.802.050 1.802.050 2.316.850 2.316.850 2.513.085
Lampiran 7. Perhitungan Penerimaan Pengembangan Usaha Kerupuk Ichtiar
Perhitungan Penerimaan Pengembangan Usaha Kerupuk Ichtiar (000Rp)
No Uraian Satuan JumlahTahun ke-
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
A Biaya Investasi
1. Bangunan 300.000
2. Peralatan Produksi 33.600 - - 2.500 - 3.300 18.672 3.300 4.300 4.300 4.300
Total Biaya Investasi (BI) 333.600 - - 2.500 - 3.300 18.672 3.300 4.300 4.300 4.300
B Biaya Tetap (BT=FC)
1. Biaya Upah Tenaga Kerja 191.400 191.400 191.400 245.300 245.300 446.600 446.600 583.000 583.000 583.000
2. Biaya Perawatan 3.000 3.000 3.000 3.900 3.900 3.900 3.900 5.200 5.200 5.200
3. Biaya Penyusutan 15.251 15.251 15.251 15.251 15.251 15.251 15.251 15.251 15.251 15.251
4. Biaya THR Tenaga Kerja 17.400 17.400 17.400 22.300 22.300 40.600 40.600 53.000 53.000 53.000
5. Abudemen Listrik 66,4 66,4 66,4 87,0 87,0 87,0 87,0 114,2 114,2 114,2
6. Abudemen Air 10,0 10,0 10,0 13,1 13,1 13,1 13,1 17,2 17,2 17,2
7. Sewa Tanah 7.500 7.500 7.500 9.800 9.800 9.800 9.800 12.000 12.000 12.000
8. Pajak Bumi dan Bangunan 550 550 550 720 720 720 720 945 945 945
Total Biaya Tetap 235.177 235.177 235.177 297.371 297.371 516.971 516.971 669.527 669.527 669.527
C Biaya Tidak Tetap (BTT=VC)
1. Bahan Baku Produksi 182.311 182.311 182.311 237.423 237.423 474.846 474.846 621.135 621.135 621.135
2. Energi 157.671 157.671 157.671 207.472 207.472 408.523 408.523 543.401 543.401 543.401
3. Biaya Transportasi 51.480 51.480 51.480 64.350 64.350 128.700 128.700 180.180 180.180 180.180
Total Biaya Tidak Tetap 391.462 391.462 391.462 509.245 509.245 1.012.069 1.012.069 1.344.716 1.344.716 1.344.716
Jumlah Biaya Operasional (BT+BTT) 626.639 626.639 626.639 806.616 806.616 1.529.039 1.529.039 2.014.243 2.014.243 2.014.243
D Total Biaya (BI + BO) 333.600 626.639 626.639 629.139 806.616 809.916 1.547.711 1.532.339 2.018.543 2.018.543 2.018.543
Lampiran 8. Rekapitulasi Seluruh Biaya pada Pengembangan Usaha Kerupuk Ichtiar
Tahun ke-No Jenis Biaya
Rekapitulasi Seluruh Biaya pada Pengembangan Usaha Kerupuk Ichtiar (000Rp)
Satuan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
A TOTAL BT Rp/thn 227.127 227.127 227.127 286.851 286.851 506.451 506.451 656.582 656.582 656.582
B TOTAL BTT Rp/thn 345.182 345.182 345.182 451.695 451.695 890.169 890.169 1.173.436 1.173.436 1.173.436
C PAJAK 35 % Rp/thn 36.390 36.453 35.765 23.634 22.892 63.585 67.428 74.577 74.577 123.636
D TOTAL BIAYA Rp/thn 608.699 608.762 608.074 762.179 761.438 1.460.204 1.464.047 1.904.594 1.904.594 1.953.653
E KAP. PROD butir/thn 2.574 2.574 2.574 2.574 2.574 5.148 5.148 5.148 5.148 5.148
F HPP AWAL Rp/butir 236 237 236 296 296 284 284 370 370 379
G MARK UP 20 % Rp/butir 47,30 47,30 47,25 59,22 59,16 56,73 56,88 73,99 73,99 75,90
H HPP AKHIR Rp/butir 284 284 283 355 355 340 341 444 444 455
I HPP AKHIR sesuai pasar Rp/butir 300 300 300 400 400 400 400 450 450 450
J MARK UP sesuai pasar persen 0,27 0,27 0,27 0,35 0,35 0,41 0,41 0,22 0,22 0,19 IRR #REF!
No KETERANGAN
Perhitungan Harga Pokok Penjualan (HPP) pada Pengembangan Usaha Kerupuk Ichtiar
Tahun ke-
Pimpinan 1 3.000 4.000 5.000
4 900 1.200 1.500
9 1.200 1.500 2.000
5.100 6.700 8.500
1 3.000 4.000 5.000
8 7.200 9.600 12.000
18 21.600 27.000 36.000
1 31.800 40.600 53.000
11 349.800 446.600 583.000
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
A TOTAL BT (Rp/thn) Rp/thn 235.177 235.177 235.177 297.371 297.371 516.971 516.971 669.527 669.527 669.527
B TOTAL BTT (Rp/thn) Rp/thn 391.462 391.462 391.462 509.245 509.245 1.012.069 1.012.069 1.344.716 1.344.716 1.344.716
C PAJAK 35 % (Rp/thn) Rp/thn 36.390 36.453 35.765 23.634 22.892 63.585 67.428 74.577 74.577 123.636
D TOTAL BIAYA (Rp/thn) Rp/thn 663.029 663.092 662.404 830.249 829.508 1.592.624 1.596.467 2.088.819 2.088.819 2.137.878
E KAP. PROD (butir/thn) butir/thn 2.574 2.574 2.574 2.574 2.574 5.148 5.148 5.148 5.148 5.148
F HPP AWAL (Rp/butir) Rp/butir 258 258 257 323 322 309 310 406 406 415
G MARK UP 20 % (Rp/butir) Rp/butir 51,52 51,52 51,47 64,51 64,45 61,87 62,02 81,15 81,15 83,06
H HPP AKHIR (Rp/butir) Rp/butir 309 309 309 387 387 371 372 487 487 498
I HPP AKHIR sesuai pasar Rp/butir 300 300 300 350 350 350 350 450 450 450
J MARK UP sesuai pasar persen 16% 16% 17% 9% 9% 13% 13% 11% 11% 8%
Lampiran 9. Perhitungan Harga Pokok Penjualan.
SATUAN
PERHITUNGAN HARGA POKOK PENJUALAN (HPP)
No KETERANGAN
Total Produksi 2.574 2.574 2.574 2.574 2.574 5.148 5.148 5.148 5.148 5.148
Penerimaan 772.200 772.450 772.200 901.150 901.485 1.802.050 1.802.050 2.059.450 2.059.450 2.263.260
Pajak 10% 77.220 77.245 77.220 90.115 90.149 180.205 180.205 205.945 205.945 226.326
Peneriman bersih 694.980 695.205 694.980 811.035 811.337 1.621.845 1.621.845 1.853.505 1.853.505 2.036.934
Jumlah Biaya (BT+BTT) 559.251 559.251 559.251 722.188 722.188 1.361.962 1.361.962 1.784.760 1.784.760 1.784.760
Harga jual 300 300 300 350 350 350 350 400 400 400
Harga per unit 217,27 217,27 217,27 280,57 280,57 264,56 264,56 346,69 346,69 346,69
Keuntungan 82,73 82,73 82,73 69,43 69,43 85,44 85,44 53,31 53,31 53,31
Mark up persent 38,08% 38,08% 38,08% 24,75% 24,75% 32,29% 32,29% 15,38% 15,38% 15,38%
Harga jual 300 300 300 400 400 400 400 500 500 500
Harga per unit 217,27 217,27 217,27 280,57 280,57 264,56 264,56 346,69 346,69 346,69
Keuntungan 82,73 82,73 82,73 119,43 119,43 135,44 135,44 153,31 153,31 153,31
Mark up persent 38,08% 38,08% 38,08% 42,57% 42,57% 51,19% 51,19% 44,22% 44,22% 44,22%
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
A Penerimaan
Total Penerimaan 772.200 772.450 772.200 901.150 901.485 1.802.050 1.802.050 2.316.850 2.316.850 2.513.085
B Pengeluaran
Total Pengeluaran 333.600 626.639 626.639 629.139 806.616 809.916 1.547.711 1.532.339 2.018.543 2.018.543 2.018.543
C Pendapatan Kotor (333.600) 145.561 145.811 143.061 94.534 91.569 254.339 269.711 298.307 298.307 494.542
Pajak (25%) 36.390 36.453 35.765 23.634 22.892 63.585 67.428 74.577 74.577 123.636
D Pendapatan Bersih (333.600) 109.171 109.358 107.296 70.901 68.677 190.754 202.283 223.731 223.731 370.907
E Discon Factor DF 14% 1 0,877193 0,7694675 0,6749715 0,5920803 0,5193687 0,4555865 0,39963732 0,35055905 0,30750794 0,26974381
F PV (333.600) 95.764 84.148 72.422 41.979 35.669 86.905 80.840 78.431 68.799 100.050
G PV+ 745.005
H PV- (333.600)
I NPV 411.405
J Net B/C 2,23
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
A Pendapatan Bersih (333.600) 109.171 109.358 107.296 70.901 68.677 190.754 202.283 223.731 223.731 370.907
B Suku BungaPositif ( I+ ) 14%
DF 1 0,877193 0,769468 0,674972 0,592080 0,519369 0,455587 0,399637 0,350559 0,307508 0,269744
PV+ (333.600) 95.764 84.148 72.422 41.979 35.669 86.905 80.840 78.431 68.799 100.050
NVP+ 411.405
C Suku BungaPositif ( I- ) 35%
DF 1 0,740741 0,548697 0,406442 0,301068 0,223014 0,165195 0,122367 0,090642 0,067142 0,049735
PV- (333.600) 80.867 60.005 43.610 21.346 15.316 31.512 24.753 20.279 15.022 18.447
NVP- (2.444)
D IRR 0,3488
IRR (persentase) 34,75%
Lampiran 10. Perhitungan Net Present Value (NPV), Net B/C, dan Internal Rate Ratio (IRR) pada Pengembangan Usaha Kerupuk Ichtiar
NO ITEMTAHUN ANALISA
TAHUN ANALISANO ITEM
Perhitungan Net Present Value (NPV) dan Net B/C pada Pengembangan Usaha Kerupuk Ichtiar
Perhitungan Internal Rate Ratio (IRR) pada Pengembangan Usaha Kerupuk Ichtiar
IRR 35% 0,3386
PV (333.600) 127.685 112.197 96.562 55.972 47.558 115.873 107.787 104.574 91.732 133.400
PV+ 993.340
PV- (333.600)
GVP 2,98
I+ 40%
DF 1 0,71429 0,51020 0,36443 0,26031 0,18593 0,13281 0,09486 0,06776 0,04840 0,03457
PV+ (333.600,00) ######## ######## ######## ######## ######## 25.334,12 19.189,49 15.160,06 10.828,62 12.822,85
NVP+ (46.163,28)
I- 41%
PV 1 0,709220 0,502993 0,356732 0,253002 0,179434 0,127258 0,090254 0,064010 0,045397 0,032197
PV- (333.600,00) ######## ######## ######## ######## ######## 24.275,00 18.256,85 14.320,97 10.156,72 11.941,91
NVP- (53.679,16)
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1 OC + Maintainance (=OMi) 626.639 626.639 626.639 806.616 806.616 1.529.039 1.529.039 2.014.243 2.014.243 2.014.243
2 Investasi + OMC (=TC) 333.600 626.639 626.639 629.139 806.616 809.916 1.547.711 1.532.339 2.018.543 2.018.543 2.018.543
3 Pajak Penghasilan 25% 36.390 36.453 35.765 23.634 22.892 63.585 67.428 74.577 74.577 123.636
4 Total Cost + Pajak 333.600 663.029 663.092 664.904 830.249 832.808 1.611.296 1.599.767 2.093.119 2.093.119 2.142.178
5 Penerimaan Kotor 772.200 772.450 772.200 901.150 901.485 1.802.050 1.802.050 2.316.850 2.316.850 2.513.085 14.870.370
(Gross Benefit) =GB
6 Penerimaan Bersih (333.600) 109.171 109.358 107.296 70.901 68.677 190.754 202.283 223.731 223.731 370.907
(Net Benefit) = NB
7 Faktor Diskonto DF (r=14%) 1 0,877192982 0,769467528 0,674971516 0,592080277 0,519368664 0,455586548 0,399637323 0,350559055 0,307507943 0,26974381
8 PV dari OMi (=PVOMi) 549.683 482.178 422.963 477.581 418.931 696.610 611.061 706.111 619.396 543.329 5.527.844
9 PV dari TC (=PVTC) 333.600 549.683 482.178 424.651 477.581 420.645 705.116 612.380 707.618 620.718 544.489 5.878.661
10 PV dari TC + Pajak (=PVTCP) 333.600 581.605 510.228 448.791 491.574 432.534 734.085 639.327 733.762 643.651 577.839 6.126.996
11 PV dari GB (=PVGB) 677.368 594.375 521.213 533.553 468.203 820.990 720.166 812.193 712.450 677.889 6.538.401
Jumlah Kumulatif GB 677.368 1.271.744 1.792.957 2.326.510 2.794.713 3.615.703 4.335.869 5.148.062 5.860.512 6.538.401
12 PV dari NB (PVNB) (333.600) 95.764 84.148 72.422 41.979 35.669 86.905 80.840 78.431 68.799 100.050 411.405
Jumlah Kumulatif NB 95.764 179.912 252.333 294.312 329.981 416.886 497.726 576.156 644.955 745.005
GROSS B/C =
GROSS B/C = 6.538.401 / 5.878.661 1,11
Jumlah PVGB = 6.538.401 PI =
Jumlah PVOMi = 5.527.844 PI = 3,03
Jumlah TI = Total Investasi 333.600
PROFITABILITY INDEX (PI)
BJmlh sampai tahun ke 10
Jmlh sampai tahun ke 10
yaitu pd tahun ke 0
( Jmlh PVGB - Jmlh PVOMi ) / Jmlh TI
PERHITUNGAN GROSS B/C
G B/C =
Jumlah PV GB / Jumlah PV TCA
Perhitungan Gross B/C, Payback Periode (PBP), dan Profitability Index (PI)
Lampiran 11. Perhitungan Gross B/C, Payback Periode (PBP), dan Profitability Index (PI) pada Pengembangan Usaha Kerupuk Ichtiar
PVNO ITEMTAHUN ANALISA
C
p = Thn dimana PVGB melebihi TI 1 PBP =
Tp-1 = Thn sebelum PBP 0 (PVGB)
Jumlah PVGB p = 677.368
Jumlah PVGB p-1 = 0 PBP = 1 tahun
Jumlah PVGB 677.368 (PVGB)
Jumlah TI = Tptal Investasi 333.600
p = Thn dimana PVNB melebihi TI 6 PBP =
Tp-1 = Thn sebelum PBP 5 (PVNB)
Jumlah PVNB p = 416.886
Jumlah PVNB p-1 = 329.981 PBP = 5,01 tahun
Jumlah PVNB 86.905 (PVNB)
Jumlah TI = Tptal Investasi 333.600
PBP Tahun Pertama =
PBP Tahun Pertama =
PBP Tahun Pertama =
PBP Tahun Pertama = 3,06 tahun
(TC / NB) x 1 tahun
(333,600 / 109,171) x 1 tahun
(pada th ke 0 )
C1
C3
(Nilai Investasi / kas masuk bersih) x 1 tahun
( JML sampai th ke 0)
( yaitu pd th ke 10 )
(Tp-1) + (JUM TI - JUM PVGB p-1) / PVGB p
(Tp-1) + (JUM TI - JUM PVNB p-1) / PVNB p
C2 ( JML sampai th ke 6)
( JML sampai th ke 5)
( yaitu pd th ke 6 )
(pada th ke 0 )
PERHITUNGAN PAYBACK PERIODE (PBP)
Lanjutan Lampiran 11.
( JML sampai th ke 1)
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
A Penerimaan
Total Penerimaan 772.200 772.450 772.200 901.150 901.485 1.802.050 1.802.050 2.316.850 2.316.850 2.513.085
B Pengeluaran
Total Pengeluaran 333.600 626.639 626.639 629.139 806.616 809.916 1.547.711 1.532.339 2.018.543 2.018.543 2.018.543
C Pendapatan Kotor (333.600) 145.561 145.811 143.061 94.534 91.569 254.339 269.711 298.307 298.307 494.542
Pajak (25%) 36.390 36.453 35.765 23.634 22.892 63.585 67.428 74.577 74.577 123.636
D Pendapatan Bersih (333.600) 109.171 109.358 107.296 70.901 68.677 190.754 202.283 223.731 223.731 370.907
E Discon Factor DF 18% 1 0,8474576 0,7181844 0,6086309 0,5157889 0,4371092 0,3704315 0,31392503 0,26603816 0,22545607 0,19106447
F PV (333.600) 92.518 78.539 65.304 36.570 30.019 70.661 63.502 59.521 50.441 70.867
G PV+ 617.942
H PV- (333.600)
I NPV 284.342
J Net B/C 1,85
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
A Pendapatan Bersih (333.600) 109.171 109.358 107.296 70.901 68.677 190.754 202.283 223.731 223.731 370.907
B Suku BungaPositif ( I+ ) 18%
DF 1 0,847458 0,718184 0,608631 0,515789 0,437109 0,370432 0,313925 0,266038 0,225456 0,191064
PV+ (333.600) 92.518 78.539 65.304 36.570 30.019 70.661 63.502 59.521 50.441 70.867
NVP+ 284.342
C Suku BungaPositif ( I- ) 35%
DF 1 0,740741 0,548697 0,406442 0,301068 0,223014 0,165195 0,122367 0,090642 0,067142 0,049735
PV- (333.600) 80.867 60.005 43.610 21.346 15.316 31.512 24.753 20.279 15.022 18.447
NVP- (2.444)
D IRR 0,3486
IRR (persentase) 34,75%
Lampiran 12. Perhitungan Net Present Value (NPV), Net B/C, dan Internal Rate Ratio (IRR) pada Pengembangan Usaha Kerupuk Ichtiar(18%)
NO ITEMTAHUN ANALISA
TAHUN ANALISANO ITEM
Perhitungan Net Present Value (NPV) dan Net B/C pada Pengembangan Usaha Kerupuk Ichtiar
Perhitungan Internal Rate Ratio (IRR) pada Pengembangan Usaha Kerupuk Ichtiar
IRR 35% 0,3386
PV (333.600) 123.357 104.719 87.071 48.760 40.026 94.215 84.669 79.361 67.255 94.489
PV+ 823.923
PV- (333.600)
GVP 2,47
I+ 40%
DF 1 0,71429 0,51020 0,36443 0,26031 0,18593 0,13281 0,09486 0,06776 0,04840 0,03457
PV+ (333.600,00) ######## ######## ######## ######## ######## 25.334,12 19.189,49 15.160,06 10.828,62 12.822,85
NVP+ (46.163,28)
I- 41%
PV 1 0,709220 0,502993 0,356732 0,253002 0,179434 0,127258 0,090254 0,064010 0,045397 0,032197
PV- (333.600,00) ######## ######## ######## ######## ######## 24.275,00 18.256,85 14.320,97 10.156,72 11.941,91
NVP- (53.679,16)
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1 OC + Maintainance (=OMi) 626.639 626.639 626.639 806.616 806.616 1.529.039 1.529.039 2.014.243 2.014.243 2.014.243
2 Investasi + OMC (=TC) 333.600 626.639 626.639 629.139 806.616 809.916 1.547.711 1.532.339 2.018.543 2.018.543 2.018.543
3 Pajak Penghasilan 25% 36.390 36.453 35.765 23.634 22.892 63.585 67.428 74.577 74.577 123.636
4 Total Cost + Pajak 333.600 663.029 663.092 664.904 830.249 832.808 1.611.296 1.599.767 2.093.119 2.093.119 2.142.178
5 Penerimaan Kotor 772.200 772.450 772.200 901.150 901.485 1.802.050 1.802.050 2.316.850 2.316.850 2.513.085 14.870.370
(Gross Benefit) =GB
6 Penerimaan Bersih (333.600) 109.171 109.358 107.296 70.901 68.677 190.754 202.283 223.731 223.731 370.907
(Net Benefit) = NB
7 Faktor Diskonto DF (r=18%) 1 0,847457627 0,71818443 0,608630873 0,515788875 0,437109216 0,370431539 0,313925033 0,266038164 0,225456071 0,191064467
8 PV dari OMi (=PVOMi) 531.050 450.042 381.392 416.043 352.579 566.404 480.004 535.865 454.123 384.850 4.552.354
9 PV dari TC (=PVTC) 333.600 531.050 450.042 382.913 416.043 354.022 573.321 481.040 537.009 455.093 385.672 4.899.805
10 PV dari TC + Pajak (=PVTCP) 333.600 561.889 476.222 404.681 428.233 364.028 596.875 502.207 556.850 471.906 409.294 5.105.786
11 PV dari GB (=PVGB) 654.407 554.762 469.985 464.803 394.047 667.536 565.709 616.371 522.348 480.161 5.390.128
Jumlah Kumulatif GB 654.407 1.209.168 1.679.153 2.143.956 2.538.004 3.205.540 3.771.248 4.387.619 4.909.967 5.390.128
12 PV dari NB (PVNB) (333.600) 92.518 78.539 65.304 36.570 30.019 70.661 63.502 59.521 50.441 70.867 284.342
Jumlah Kumulatif NB 92.518 171.057 236.361 272.930 302.950 373.611 437.113 496.634 547.075 617.942
GROSS B/C =
GROSS B/C = 5.390.128 / 4.899.805 1,10
Jumlah PVGB = 5.390.128 PI =
Jumlah PVOMi = 4.552.354 PI = 2,51
Jumlah TI = Total Investasi 333.600
Jmlh sampai tahun ke 10
yaitu pd tahun ke 0
( Jmlh PVGB - Jmlh PVOMi ) / Jmlh TI
PERHITUNGAN GROSS B/C
G B/C =
Jumlah PV GB / Jumlah PV TCA
PROFITABILITY INDEX (PI)
BJmlh sampai tahun ke 10
Perhitungan Gross B/C, Payback Periode (PBP), dan Profitability Index (PI)
Lampiran 13. Perhitungan Gross B/C, Payback Periode (PBP), dan Profitability Index (PI) pada Pengembangan Usaha Kerupuk Ichtiar (18%)
PVNO ITEMTAHUN ANALISA
C
p = Thn dimana PVGB melebihi TI 1 PBP =
Tp-1 = Thn sebelum PBP 0 (PVGB)
Jumlah PVGB p = 654.407
Jumlah PVGB p-1 = 0 PBP = 1 tahun
Jumlah PVGB 654.407 (PVGB)
Jumlah TI = Tptal Investasi 333.600
p = Thn dimana PVNB melebihi TI 6 PBP =
Tp-1 = Thn sebelum PBP 5 (PVNB)
Jumlah PVNB p = 373.611
Jumlah PVNB p-1 = 302.950 PBP = 5,08 tahun
Jumlah PVNB 70.661 (PVNB)
Jumlah TI = Tptal Investasi 333.600
PBP Tahun Pertama =
PBP Tahun Pertama =
PBP Tahun Pertama =
PBP Tahun Pertama = 3,06 tahun
C1
C3
(Nilai Investasi / kas masuk bersih) x 1 tahun
( JML sampai th ke 0)
( yaitu pd th ke 10 )
( JML sampai th ke 1)
(TC / NB) x 1 tahun
(333,600 / 109,171) x 1 tahun
(pada th ke 0 )
(Tp-1) + (JUM TI - JUM PVGB p-1) / PVGB p
(Tp-1) + (JUM TI - JUM PVNB p-1) / PVNB p
C2 ( JML sampai th ke 6)
( JML sampai th ke 5)
( yaitu pd th ke 6 )
(pada th ke 0 )
PERHITUNGAN PAYBACK PERIODE (PBP)
Lanjutan Lampiran 13.
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
A Biaya Investasi
1. Bangunan 300.000
2. Peralatan Produksi 33.600 - - 2.500 - 3.300 18.672 3.300 4.300 4.300 4.300
Total Biaya Investasi (BI) 333.600 - - 2.500 - 3.300 18.672 3.300 4.300 4.300 4.300
B Biaya Tetap (BT=FC)
1. Biaya Upah Tenaga Kerja 191.400 191.400 191.400 245.300 245.300 446.600 446.600 583.000 583.000 583.000
2. Biaya Perawatan 3.000 3.000 3.000 3.900 3.900 3.900 3.900 5.200 5.200 5.200
3. Biaya Penyusutan 15.251 15.251 15.251 15.251 15.251 15.251 15.251 15.251 15.251 15.251
4. Biaya THR Tenaga Kerja 17.400 17.400 17.400 22.300 22.300 40.600 40.600 53.000 53.000 53.000
5. Abudemen Listrik 66,4 66,4 66,4 87,0 87,0 87,0 87,0 114,2 114,2 114,2
6. Abudemen Air 10,0 10,0 10,0 13,1 13,1 13,1 13,1 17,2 17,2 17,2
7. Sewa Tanah 7.500 7.500 7.500 9.800 9.800 9.800 9.800 12.000 12.000 12.000
8. Pajak Bumi dan Bangunan 550 550 550 720 720 720 720 945 945 945
Total Biaya Tetap 235.177 235.177 235.177 297.371 297.371 516.971 516.971 669.527 669.527 669.527
C Biaya Tidak Tetap (BTT=VC)
1. Bahan Baku Produksi 182.311 182.311 182.311 274.131 274.131 548.262 548.262 838.323 838.323 838.323
2. Energi 157.671 157.671 157.671 207.472 207.472 408.523 408.523 543.401 543.401 543.401
3. Biaya Transportasi 51.480 51.480 51.480 64.350 64.350 128.700 128.700 180.180 180.180 180.180
Total Biaya Tidak Tetap 391.462 391.462 391.462 545.953 545.953 1.085.485 1.085.485 1.561.904 1.561.904 1.561.904
Jumlah Biaya Operasional (BT+BTT) 626.639 626.639 626.639 843.324 843.324 1.602.455 1.602.455 2.231.431 2.231.431 2.231.431
D Total Biaya (BI + BO) 333.600 626.639 626.639 629.139 843.324 846.624 1.621.127 1.605.755 2.235.731 2.235.731 2.235.731
Lampiran 14. Analisis Sensitivitas Rekapitulasi Seluruh Biaya pada Pengembangan Usaha Kerupuk Ichtiar
Rekapitulasi Seluruh Biaya pada Pengembangan Usaha Kerupuk Ichtiar (000Rp)
No Jenis BiayaTahun ke-
Satuan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
A TOTAL BT Rp/thn 227.127 227.127 227.127 286.851 286.851 506.451 506.451 656.582 656.582 656.582
B TOTAL BTT Rp/thn 345.182 345.182 345.182 451.695 451.695 890.169 890.169 1.173.436 1.173.436 1.173.436
C PAJAK 35 % Rp/thn 36.390 36.453 35.765 23.634 22.892 63.585 67.428 74.577 74.577 123.636
D TOTAL BIAYA Rp/thn 608.699 608.762 608.074 762.179 761.438 1.460.204 1.464.047 1.904.594 1.904.594 1.953.653
E KAP. PROD butir/thn 2.574 2.574 2.574 2.574 2.574 5.148 5.148 5.148 5.148 5.148
F HPP AWAL Rp/butir 236 237 236 296 296 284 284 370 370 379
G MARK UP 20 % Rp/butir 47,30 47,30 47,25 59,22 59,16 56,73 56,88 73,99 73,99 75,90
H HPP AKHIR Rp/butir 284 284 283 355 355 340 341 444 444 455
I HPP AKHIR sesuai pasar Rp/butir 300 300 300 400 400 400 400 450 450 450
J MARK UP sesuai pasar persen 0,27 0,27 0,27 0,35 0,35 0,41 0,41 0,22 0,22 0,19 IRR #REF!
Perhitungan Harga Pokok Penjualan (HPP) pada Pengembangan Usaha Kerupuk Ichtiar
No KETERANGANTahun ke-
Pimpinan 1 3.000 4.000 5.000
4 900 1.200 1.500
9 1.200 1.500 2.000
5.100 6.700 8.500
1 3.000 4.000 5.000
8 7.200 9.600 12.000
18 21.600 27.000 36.000
1 31.800 40.600 53.000
11 349.800 446.600 583.000
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
A Penerimaan
Total Penerimaan 772.200 772.450 772.200 901.150 901.485 1.802.050 1.802.050 2.316.850 2.316.850 2.513.085
B Pengeluaran
Total Pengeluaran 333.600 626.639 626.639 629.139 843.324 846.624 1.621.127 1.605.755 2.235.731 2.235.731 2.235.731
C Pendapatan Kotor (333.600) 145.561 145.811 143.061 57.826 54.861 180.923 196.295 81.119 81.119 277.354
Pajak (25%) 36.390 36.453 35.765 14.457 13.715 45.231 49.074 20.280 20.280 69.339
D Pendapatan Bersih (333.600) 109.171 109.358 107.296 43.370 41.146 135.692 147.221 60.839 60.839 208.016
E Discon Factor DF 14% 1 0,877193 0,7694675 0,6749715 0,5920803 0,5193687 0,4555865 0,39963732 0,35055905 0,30750794 0,26974381
F PV (333.600) 95.764 84.148 72.422 25.678 21.370 61.819 58.835 21.328 18.709 56.111
G PV+ 516.183
H PV- (333.600)
I NPV 182.583
J Net B/C 1,55
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
A Pendapatan Bersih (333.600) 109.171 109.358 107.296 43.370 41.146 135.692 147.221 60.839 60.839 208.016
B Suku BungaPositif ( I+ ) 14%
DF 1 0,877193 0,769468 0,674972 0,592080 0,519369 0,455587 0,399637 0,350559 0,307508 0,269744
PV+ (333.600) 95.764 84.148 72.422 25.678 21.370 61.819 58.835 21.328 18.709 56.111
NVP+ 182.583
C Suku BungaPositif ( I- ) 27%
DF 1 0,787402 0,620001 0,488190 0,384402 0,302678 0,238329 0,187661 0,147765 0,116350 0,091614
PV- (333.600) 85.961 67.802 52.381 16.671 12.454 32.339 27.628 8.990 7.079 19.057
NVP- (3.238)
D IRR 0,2677
IRR (persentase) 26,67%
Perhitungan Internal Rate Ratio (IRR) pada Pengembangan Usaha Kerupuk Ichtiar
NO ITEMTAHUN ANALISA
Lampiran 15. Analisis Sensitivitas untuk Perhitungan Net Present Value (NPV), Net B/C, dan Internal Rate Ratio (IRR)
Perhitungan Net Present Value (NPV) dan Net B/C pada Pengembangan Usaha Kerupuk Ichtiar
NO ITEMTAHUN ANALISA
pada Pengembangan Usaha Kerupuk Ichtiar (pada tingkat suku bunga 14%)
IRR 27% 0,2123
PV (333.600) 127.685 112.197 96.562 34.238 28.493 82.426 78.447 28.437 24.945 74.815
PV+ 688.244
PV- (333.600)
GVP 2,06
I+ 40%
DF 1 0,71429 0,51020 0,36443 0,26031 0,18593 0,13281 0,09486 0,06776 0,04840 0,03457
PV+ (333.600,00) ######## ######## ######## ######## 7.650,42 18.021,30 13.966,05 4.122,50 2.944,64 7.191,44
NVP+ (95.538,03)
I- 41%
PV 1 0,709220 0,502993 0,356732 0,253002 0,179434 0,127258 0,090254 0,064010 0,045397 0,032197
PV- (333.600,00) ######## ######## ######## ######## 7.382,95 17.267,90 13.287,28 3.894,32 2.761,93 6.697,38
NVP- (100.627,21)
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1 OC + Maintainance (=OMi) 626.639 626.639 626.639 843.324 843.324 1.602.455 1.602.455 2.231.431 2.231.431 2.231.431
2 Investasi + OMC (=TC) 333.600 626.639 626.639 629.139 843.324 846.624 1.621.127 1.605.755 2.235.731 2.235.731 2.235.731
3 Pajak Penghasilan 25% 36.390 36.453 35.765 23.634 22.892 63.585 67.428 74.577 74.577 123.636
4 Total Cost + Pajak 333.600 663.029 663.092 664.904 866.957 869.516 1.684.712 1.673.183 2.310.308 2.310.308 2.359.366
5 Penerimaan Kotor 772.200 772.450 772.200 901.150 901.485 1.802.050 1.802.050 2.316.850 2.316.850 2.513.085 14.870.370
(Gross Benefit) =GB
6 Penerimaan Bersih (333.600) 109.171 109.358 107.296 34.193 31.969 117.338 128.867 6.542 6.542 153.719
(Net Benefit) = NB
7 Faktor Diskonto DF (r=14%) 1 0,877192982 0,769467528 0,674971516 0,592080277 0,519368664 0,455586548 0,399637323 0,350559055 0,307507943 0,26974381
8 PV dari OMi (=PVOMi) 549.683 482.178 422.963 499.315 437.996 730.057 640.401 782.248 686.183 601.915 5.832.940
9 PV dari TC (=PVTC) 333.600 549.683 482.178 424.651 499.315 439.710 738.564 641.720 783.756 687.505 603.075 6.183.757
10 PV dari TC + Pajak (=PVTCP) 333.600 581.605 510.228 448.791 513.308 451.599 767.532 668.666 809.899 710.438 636.424 6.432.092
11 PV dari GB (=PVGB) 677.368 594.375 521.213 533.553 468.203 820.990 720.166 812.193 712.450 677.889 6.538.401
Jumlah Kumulatif GB 677.368 1.271.744 1.792.957 2.326.510 2.794.713 3.615.703 4.335.869 5.148.062 5.860.512 6.538.401
12 PV dari NB (PVNB) (333.600) 95.764 84.148 72.422 20.245 16.604 53.458 51.500 2.293 2.012 41.465 106.309
Jumlah Kumulatif NB 95.764 179.912 252.333 272.578 289.181 342.639 394.139 396.433 398.444 439.909
GROSS B/C =
GROSS B/C = 6.538.401 / 6.183.757 1,06
Jumlah PVGB = 6.538.401 PI =
Jumlah PVOMi = 5.832.940 PI = 2,11
Jumlah TI = Total Investasi 333.600
A
PERHITUNGAN GROSS B/C
Jumlah PV GB / Jumlah PV TC
G B/C =
pada Pengembangan Usaha Kerupuk Ichtiar (pada tingkat suku bunga 14%)
Lampiran 16. Analisis Sensitivitas untuk Perhitungan Gross B/C, Payback Periode (PBP), dan Profitability Index (PI)
Perhitungan Gross B/C, Payback Periode (PBP), dan Profitability Index (PI)
NO ITEMTAHUN ANALISA
PV
B
PROFITABILITY INDEX (PI)
Jmlh sampai tahun ke 10 ( Jmlh PVGB - Jmlh PVOMi ) / Jmlh TI
Jmlh sampai tahun ke 10
yaitu pd tahun ke 0
C
p = Thn dimana PVGB melebihi TI 1 PBP =
Tp-1 = Thn sebelum PBP 0 (PVGB)
Jumlah PVGB p = 677.368
Jumlah PVGB p-1 = 0 PBP = 1 tahun
Jumlah PVGB 677.368 (PVGB)
Jumlah TI = Tptal Investasi 333.600
p = Thn dimana PVNB melebihi TI 6 PBP =
Tp-1 = Thn sebelum PBP 5 (PVNB)
Jumlah PVNB p = 342.639
Jumlah PVNB p-1 = 289.181 PBP = 5,13 tahun
Jumlah PVNB 53.458 (PVNB)
Jumlah TI = Tptal Investasi 333.600
PBP Tahun Pertama =
PBP Tahun Pertama =
PBP Tahun Pertama =
PBP Tahun Pertama = 3,06 tahun
C3
(Nilai Investasi / kas masuk bersih) x 1 tahun
(TC / NB) x 1 tahun
(333,600 / 109,171) x 1 tahun
C2
(pada th ke 0 )
(Tp-1) + (JUM TI - JUM PVNB p-1) / PVNB p
( JML sampai th ke 6)
( JML sampai th ke 5)
( yaitu pd th ke 6 )
PERHITUNGAN PAYBACK PERIODE (PBP)
C1
(pada th ke 0 )
( yaitu pd th ke 10 )
(Tp-1) + (JUM TI - JUM PVGB p-1) / PVGB p
( JML sampai th ke 1)
( JML sampai th ke 0)
Lanjutan Lampiran 16.
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
A Penerimaan
Total Penerimaan 772.200 772.450 772.200 901.150 901.485 1.802.050 1.802.050 2.316.850 2.316.850 2.513.085
B Pengeluaran
Total Pengeluaran 333.600 626.639 626.639 629.139 843.324 846.624 1.621.127 1.605.755 2.235.731 2.235.731 2.235.731
C Pendapatan Kotor (333.600) 145.561 145.811 143.061 57.826 54.861 180.923 196.295 81.119 81.119 277.354
Pajak (25%) 36.390 36.453 35.765 14.457 13.715 45.231 49.074 20.280 20.280 69.339
D Pendapatan Bersih (333.600) 109.171 109.358 107.296 43.370 41.146 135.692 147.221 60.839 60.839 208.016
E Discon Factor DF 18% 1 0,8474576 0,7181844 0,6086309 0,5157889 0,4371092 0,3704315 0,31392503 0,26603816 0,22545607 0,19106447
F PV (333.600) 92.518 78.539 65.304 22.370 17.985 50.265 46.216 16.186 13.717 39.744
G PV+ 442.843
H PV- (333.600)
I NPV 109.243
J Net B/C 1,33
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
A Pendapatan Bersih (333.600) 109.171 109.358 107.296 43.370 41.146 135.692 147.221 60.839 60.839 208.016
B Suku BungaPositif ( I+ ) 18%
DF 1 0,847458 0,718184 0,608631 0,515789 0,437109 0,370432 0,313925 0,266038 0,225456 0,191064
PV+ (333.600) 92.518 78.539 65.304 22.370 17.985 50.265 46.216 16.186 13.717 39.744
NVP+ 109.243
C Suku BungaPositif ( I- ) 27%
DF 1 0,787402 0,620001 0,488190 0,384402 0,302678 0,238329 0,187661 0,147765 0,116350 0,091614
PV- (333.600) 85.961 67.802 52.381 16.671 12.454 32.339 27.628 8.990 7.079 19.057
NVP- (3.238)
D IRR 0,2674
IRR (persentase) 26,67%
Perhitungan Internal Rate Ratio (IRR) pada Pengembangan Usaha Kerupuk Ichtiar
NO ITEMTAHUN ANALISA
Lampiran 17. Analisis Sensitivitas untuk Perhitungan Net Present Value (NPV), Net B/C, dan Internal Rate Ratio (IRR)
Perhitungan Net Present Value (NPV) dan Net B/C pada Pengembangan Usaha Kerupuk Ichtiar
NO ITEMTAHUN ANALISA
pada Pengembangan Usaha Kerupuk Ichtiar (pada tingkat suku bunga 18%)
IRR 27% 0,2123
PV (333.600) 123.357 104.719 87.071 29.826 23.980 67.019 61.622 21.581 18.289 52.993
PV+ 590.457
PV- (333.600)
GVP 1,77
I+ 40%
DF 1 0,71429 0,51020 0,36443 0,26031 0,18593 0,13281 0,09486 0,06776 0,04840 0,03457
PV+ (333.600,00) ######## ######## ######## ######## 7.650,42 18.021,30 13.966,05 4.122,50 2.944,64 7.191,44
NVP+ (95.538,03)
I- 41%
PV 1 0,709220 0,502993 0,356732 0,253002 0,179434 0,127258 0,090254 0,064010 0,045397 0,032197
PV- (333.600,00) ######## ######## ######## ######## 7.382,95 17.267,90 13.287,28 3.894,32 2.761,93 6.697,38
NVP- (100.627,21)
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1 OC + Maintainance (=OMi) 626.639 626.639 626.639 843.324 843.324 1.602.455 1.602.455 2.231.431 2.231.431 2.231.431
2 Investasi + OMC (=TC) 333.600 626.639 626.639 629.139 843.324 846.624 1.621.127 1.605.755 2.235.731 2.235.731 2.235.731
3 Pajak Penghasilan 25% 36.390 36.453 35.765 23.634 22.892 63.585 67.428 74.577 74.577 123.636
4 Total Cost + Pajak 333.600 663.029 663.092 664.904 866.957 869.516 1.684.712 1.673.183 2.310.308 2.310.308 2.359.366
5 Penerimaan Kotor 772.200 772.450 772.200 901.150 901.485 1.802.050 1.802.050 2.316.850 2.316.850 2.513.085 14.870.370
(Gross Benefit) =GB
6 Penerimaan Bersih (333.600) 109.171 109.358 107.296 34.193 31.969 117.338 128.867 6.542 6.542 153.719
(Net Benefit) = NB
7 Faktor Diskonto DF (r=18%) 1 0,847457627 0,71818443 0,608630873 0,515788875 0,437109216 0,370431539 0,313925033 0,266038164 0,225456071 0,191064467
8 PV dari OMi (=PVOMi) 531.050 450.042 381.392 434.977 368.625 593.600 503.051 593.646 503.090 426.347 4.785.819
9 PV dari TC (=PVTC) 333.600 531.050 450.042 382.913 434.977 370.067 600.517 504.087 594.790 504.059 427.169 5.133.271
10 PV dari TC + Pajak (=PVTCP) 333.600 561.889 476.222 404.681 447.167 380.074 624.070 525.254 614.630 520.873 450.791 5.339.252
11 PV dari GB (=PVGB) 654.407 554.762 469.985 464.803 394.047 667.536 565.709 616.371 522.348 480.161 5.390.128
Jumlah Kumulatif GB 654.407 1.209.168 1.679.153 2.143.956 2.538.004 3.205.540 3.771.248 4.387.619 4.909.967 5.390.128
12 PV dari NB (PVNB) (333.600) 92.518 78.539 65.304 17.636 13.974 43.466 40.455 1.741 1.475 29.370 50.877
Jumlah Kumulatif NB 92.518 171.057 236.361 253.997 267.971 311.436 351.891 353.631 355.106 384.477
GROSS B/C =
GROSS B/C = 5.390.128 / 5.133.271 1,05
Jumlah PVGB = 5.390.128 PI =
Jumlah PVOMi = 4.785.819 PI = 1,81
Jumlah TI = Total Investasi 333.600
Jmlh sampai tahun ke 10
yaitu pd tahun ke 0
pada Pengembangan Usaha Kerupuk Ichtiar (pada tingkat suku bunga 18%)
Lampiran 18. Analisis Sensitivitas untuk Perhitungan Gross B/C, Payback Periode (PBP), dan Profitability Index (PI)
Perhitungan Gross B/C, Payback Periode (PBP), dan Profitability Index (PI)
NO ITEMTAHUN ANALISA
PV
A
PERHITUNGAN GROSS B/C
Jumlah PV GB / Jumlah PV TC
G B/C =
B
PROFITABILITY INDEX (PI)
Jmlh sampai tahun ke 10 ( Jmlh PVGB - Jmlh PVOMi ) / Jmlh TI
C
p = Thn dimana PVGB melebihi TI 1 PBP =
Tp-1 = Thn sebelum PBP 0 (PVGB)
Jumlah PVGB p = 654.407
Jumlah PVGB p-1 = 0 PBP = 1 tahun
Jumlah PVGB 654.407 (PVGB)
Jumlah TI = Tptal Investasi 333.600
p = Thn dimana PVNB melebihi TI 6 PBP =
Tp-1 = Thn sebelum PBP 5 (PVNB)
Jumlah PVNB p = 311.436
Jumlah PVNB p-1 = 267.971 PBP = 5,21 tahun
Jumlah PVNB 43.466 (PVNB)
Jumlah TI = Tptal Investasi 333.600
PBP Tahun Pertama =
PBP Tahun Pertama =
PBP Tahun Pertama =
PBP Tahun Pertama = 3,06 tahun
( JML sampai th ke 0)
( JML sampai th ke 5)
( yaitu pd th ke 6 )
Lanjutan Lampiran 18.
PERHITUNGAN PAYBACK PERIODE (PBP)
C1
(pada th ke 0 )
( yaitu pd th ke 10 )
(Tp-1) + (JUM TI - JUM PVGB p-1) / PVGB p
( JML sampai th ke 1)
C3
(Nilai Investasi / kas masuk bersih) x 1 tahun
(TC / NB) x 1 tahun
(333,600 / 109,171) x 1 tahun
C2
(pada th ke 0 )
(Tp-1) + (JUM TI - JUM PVNB p-1) / PVNB p
( JML sampai th ke 6)