Upload
others
View
4
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
1
ANALISIS KEBUTUHAN DALAM PERENCANAAN PEMBELAJARAN PAI
Hafiizh Muhammad Ramadhan
Guru MA Al Basyariyah Bandung
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pembelajaran merupakan ujung tombak pendidikan. Karenanya, pembelajaran
memiliki peran yang sangat vital. Wina Sanjaya (2014: 4-5) mengatakan bahwa maksud
dari standar proses pendidikan yang tertuang dalam permendikbud No. 19 Tahun 2005
Bab 1 pasal 1 ayat 6 adalah berisi tentang bagaimana seharusnya proses pembelajaran
dilaksanakan. Standar-standar lain ditetapkan semuanya dalam rangka mendukung
terlaksananya standar proses pembelajaran. Sedemikian pentingnya sebuah pembelajaran
dalam pendidikan sehingga proses pembelajaran sangat menentukan tercapai tidaknya
standar kompetensi lulusan.
Lemahnya kualitas proses pembelajaran merupakan masalah yang dihadapi oleh
pendidikan saat ini, tidak terkecuali mutu proses pembelajaran PAI. Sejatinya aspek yang
paling lemah dalam proses pembelajaran PAI menurut Tafsir (2016: 224-229) bukan
terletak pada pencapaian knowing (pengetahuan/konsep) dan doing (pelaksanaan), tetapi
aspek keberagamaan (being); yakni bagaimana nilai-nilai agama Islam menjadi
kepribadian yang tercermin dalam perilaku kehidupan sehari-hari. Kenyataannya di
masyarakat banyak orang islam yang memiliki pengetahuan agama yang baik, bahkan
disebut sebagai ustadz namun sikap keberagamaannya masih lemah.
Kesenjangan efektivitas proses pembelajaran PAI terhadap hasil yang diharapkan
merupakan permasalahan yang harus mendapatkan perhatian serius, terutama oleh guru
PAI. Terlebih misi utama dari ajaran Islam seperti yang digambarkan dalam hadis Nabi
Muhammad SAW adalah untuk menyempurnakan akhlak manusia. Bahkan Allah SWT
2
menilai keteladanan akhlak Nabi-Nya sebagai manusia yang berakhlak (berbudi pekerti)
yang luhur.1
Diantara metode yang dapat dilakukan oleh guru PAI dalam mempersiapkan
pembelajaran PAI yang lebih efektif adalah penyusunan perencananaan pembelajaran
yang didasarkan pada hasil analisis kebutuhan (needs asessment). Yakni sebuah
prosedur yang digunakan untuk mengumpulkan informasi tentang kebutuhan atas segala
yang terkait dengan pembelajaran PAI.
Memperhatikan permasalahan yang dihadapi oleh para guru PAI tersebut, maka
kami melakukan penelitian deskriptif kualitatif mengenai “Analisis Kebutuhan Dalam
Perencanaan Pembelajaran PAI” sebagai sebuah makalah.
Analisis kebutuhan ini dapat digunakan oleh guru PAI dalam mengumpulkan
informasi mengenai segala kebutuhan guna menyusun perencanaan pembelajaran PAI.
Secara langsung dapat berdampak pada peningkatan kualitas proses pembelajaran PAI,
minimal menjadi solusi praktis dalam mengurangi kesenjangan ketercapaian tujuan yang
subtantif dari pembelajaran PAI, yakni meningkatkan kompetensi sikap spiritual
keberagamaan peserta didik.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah adalah
sebagai berikut:
1. Apa itu analisis kebutuhan?
2. Apa fungsi analisis kebutuhan?
3. Bagaimana langkah-langkah analisis kebutuhan?
4. Bagaimana menyusun perencanaan pembelajaran PAI berdasarkan analisis
kebutuhan?
1 Firman Allah dalam QS Al-Qalam : 4 “Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung.”
3
BAB II
PEMBAHASAN
Pengertian
Dalam kamus besar bahasa indonesia (KBBI) mengungkapkan bahwa „analisis‟
adalah penyelidikan terhadap suatu peristiwa (karangan, perbuatan, dan sebagainya)
untuk mengetahui keadaan yang sebenarnya (sebab-musabab, duduk perkaranya, dan
sebagainya).
Sedangkan „kebutuhan‟ (menurut KBBI) adalah butuh1/bu·tuh/ v,
membutuhkan/mem·bu·tuh·kan/ v sangat perlu menggunakan; memerlukan.
Jadi menurut KBBI, pengertian analisis kebutuhan adalah sebuah proses
penyelidikan mengenai suatu yang diperlukan sehingga dapat diketahui hal apa saja yang
wajib ada supaya kebutuhan itu terpenuhi secara tepat.
Kebutuhan adalah kecenderungan permanen dalam diri seseorang yang
menimbukan dorongan dan perbuatan untuk mencapai tujuan tertentu. Kebutuhan muncul
sebagai akibat adanya perubahan ( internal change ) dalam organism atau akibat
pengaruh kejadian - kejadian dari lingkungan organism (Oemar Hamlik, 1978).2
Kebutuhan (need) diartikan sebagai kesenjangan antara apa yang diharapkan
dengan kondisi yang sebenarnya, keinginan adalah harapan ke depan atau cita-cita yang
terkait dengan pemecahan terhadap suatu masalah . Sedangkan analisa kebutuhan adalah
alat untuk mengidentifikasi masalah guna menentukan tindakan yang tepat. (Morrison
(2001: 27)3
Menurut prof. Djuju Sudjana kebutuhan dalam pembelajaran dapat diartikan
sebagai suatu jarak antara tingkat pengetahuan, keterampilan, dan/atau sikap yang
dimiliki pada suatu saat dengan tingkat pengetahuan, keterampilan, dan/atau sikap yang
ingin diperoleh seseorang, kelompok, lembaga, dan/atau masyarakat yang hanya dapat
dicapai melalui kegiatan belajar.4
2https://publikasiilmiah.ums.ac.id/bitstream/handle/11617/902/6.%20ZAINAL%20ABIDIN%20yes.
pdf;sequence=1. Diakses 3 Oktober 2018. Jam 20:18
3 Ibid 4 http://bukan-situs.blogspot.com/2012/02/analisis-kebutuhan-pembelajaran-dan_28.html.
Diakses 3 oktober 2018. Jam 21:24
4
Pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa „kebutuhan‟ itu bersifat dorongan
internal seseorang. Dorongan kebutuhan itu muncul dari kondisi realita yang memiliki
kesenjangan atau gap dengan harapan ideal yang diinginkan. Dalam hal ini bagi guru PAI
khususnya, mendapatkan realita bahwa kompetensi peserta didik belum mencapai pada
tingkat yang diinginkan. Kesenjangan tersebut mendorong untuk melakukan pengkajian
yang lebih mendalam, apa yang sebenarnya terjadi? Mencari sebab-musababnya dan
segala informasi yang menjadi basis data. Data inilah yang kemudian dianalisis oleh guru
PAI.
Borg and Gall (1983 : 753) mengartikan a need is usually defined as a
discrepancy between an existing set of condistions and desired set of conditions.5
Maksudnya kebutuhan biasanya diartikan sebagai kesenjangan antara kondisi yang ada
saat ini dengan kondisi yang diinginkan.
John McNeil (dalam Sanjaya, 2008) mendefinisikan analisis kebutuhan (need
assessment) adalah proses menentukan prioritas kebutuhan pendidikan. Sejalan dengan
pendapat McNeil, Seel dan Glasgow (dalam Sanjaya, 2008) menjelaskan tentang analisis
kebutuhan bahwa kebutuhan itu pada dasarnya adalah kesenjangan (discrepancies) antara
apa yang telah tersedia dengan n apa yang diharapkan. Analisis kebutuhan adalah proses
mengumpulkan informasi tentang kesenjangan dan menentukan prioritas dari
kesenjangan untuk dipecahkan.
Catatan penting dalam memahami analisis kebutuhan, yaitu : pertama, analisis
kebutuhan merupakan suatu rangkaian proses berpikir mendalam dan sistematis untuk
mengambil keputusan. Kedua, kebutuhan merupakan kesenjangan antara tujuan ideal
yang diingikan dengan kenyataan yang dihasilkan. Jadi analisis kebutuhan merupakan
kegiatan berpikir yang mendalam untuk mengumpulkan informasi tentang kesenjangan
antara kenyataan dengan harapan.
Terkait dengan perencanaan pembelajaran PAI, maka analisis kebutuhan menjadi
sangat penting perannya. Karena sebagai sebuah pembelajaran sudah pasti bahwa PAI
memiliki tujuan-tujuan yang ingin dicapai sebagai kompetensi yang harus dimiliki oleh
peserta didik. Baik tujuan aspek kognitif, aspek psikomotor, terlebih aspek afektif yang
5 Ibid
5
menjadi „pekerjaan rumah‟ besar untuk terus-menerus dikembangkan lebih baik dan lebih
efektif lagi.
Fungsi Analisis Kebutuhan dalam Perencanaan Pembelajaran
Fungsi analisis kebutuhan dalam pembelajaran menurut Morison Ross, dan Kemp
(Warsita dkk, 2011: 31)6 :
a. Mengidentifikasi kebutuhan yang relevan dengan pekerjaan atau tugas sekarang, yaitu
masalah yang mempengaruhi hasil pembelajaran.
b. Mengidentifikasi kebutuhan mendesak yang terkait dengan finansial, keamanan atau
masalah-masalah ain yang mengganggu pekerjaan atau lingkungan pendidikan.
c. Menyajikan skala prioritas untuk memilih tindakan yang tepat dalam mengatasi
masalah-masalah pembelajaran.
d. Memberikan basis data untuk menganalisis efektifitas kegiatan pembelajaran.
Tujuan analisis kebutuhan pembelajaran
Menurut Bambang (2011) analisis kebutuhan pembelajaran bertujuan :
a. Menginventarisir dan mengidentifikasi masalah-masalah pembelajaran.
b. Menyusun skala prioritas pemecahan masalah dalam pembelajaran.
c. Merumuskan tujuan pembelajaran
Indetifikasi masalah merupakan proses membandingkan keadaan saat ini dengan
keadaan yang diinginkan atau yang seharusnya. Hasil dari identifikasi tersebut akan
terinventarisir kesenjangan antara keduanya, yakni antara kenyataan dengan harapan.
Kesenjangan ini yang disebut dengan kebutuhan. Semakin lebar dan besar
kesenjangannya maka semakin besar pula kebutuhan untuk diselesaikan, sehingga
menjadi persoalan yang diprioritaskan. Bila semakin kecil maka mungkin saja kebutuhan
tersebut untuk sementara dapat diabaikan, karena ada kebutuhan yang lain dan itu jauh
lebih besar. Artinya, tidak setiap kebutuhan dijadikan sebagai masalah yang harus segera
diselesaikan. Maka dari identifikasi masalah ini akan muncul informasi yang
terklasifikasikan sesuai dengan tingkat masalahnya masing-masing.
6 https://dokumen.tips/documents/identifikasi-kebutuhan-pembelajaran.html. Diakses 3
Oktober 2018. Jam 22:02
6
Selanjutnya dari identifikasi dan klasifikasi masalah-masalah pembelajaran, maka
perlu disusun skala prioritas dalam pemecahan masalah. Menentukan skala prioritas
dapat mempertimbangkan hal-hal berikut ini :
a) tingkat signifikansi pengaruhnya,
b) keluasan ruang lingkup masalahnya, dan
c) urgensi pengaruh kesenjangan tersebut terhadap program bahkan mungkin
lembaga pendidikan.
Dari mana rumusan tujuan ini lahir? Hasil dari kegiatan analisis kebutuhan
perencanaan pembelajaran PAI adalah data dan daftar mengenai realita kompetensi yang
dikuasai oleh peserta didik. Mulai dari data dan daftar aspek sikap, aspek pengetahuan,
ataupun aspek keterampilan. Data tersebut akan menunjukan daftar kompetensi yang
belum dikuasai oleh peserta didik. Sedangkan kompetensi dasar sudah dirumuskan sejak
awal program pembelajaran, maka kedua data ini akan menjadi dasar acuan untuk
merumuskan tujuan pembelajaran PAI apa yang akan ditetapkan?
Langkah-langkah Analisis Kebutuhan
Langkah-langkah penting dalam kegiatan analisis kebutuhan meliputi7 :
1. Pengumpulan Informasi
2. Identifikasi Kesenjangan
3. Analisis Performance
4. Indentifikasi Hambatan
5. Indentifikasi Karakteristik Peserta didik
6. Identifikasi Tujuan
7. Merumuskan Masalah
a. Pengumpulan Infomasi
Pada saat merancang pembelajaran pertama kali seorang guru perlu memahami
terlebih dahulu informasi tentang peserta didik dapat mengerjakan apa, siapa memahami
apa, siapa yang akan belajar, kendala-kendala apa yang akan dihadapi, dan bagaimana
pengaruh keadaan tertentu terhadap karakteristik peserta didik. Berbagai informasi yang
7 https://dokumen.tips/documents/identifikasi-kebutuhan-pembelajaran.html. Diakses 3 Oktober 2018. Jam 22:02
7
dikumpulkan akan bermanfaat dalam menentukan tujuan yang ingin dicapai beserta
skala prioritas dalam pemecahan suatu masalah.
b. Identifikasi Kesenjangan
Metode mengidentifikasi kesenjangan berpegang pada lima komponen yang
saling berkaitan. Dua komponen pertama, yaitu input dan proses adalah bagaimana
menggunakan setiap potensi dan sumber yang ada, sedangkan komponen terakhir
meliputi produk, output dan outcome merupakan hasil akhir dari suatu proses.
Komponen input, meliputi kondisi yang tersedia pada saat ini misalnya tentang
keuangan, waktu, bangunan, guru, pelajar, kebutuhan, problem, tujuan, materi kurikulum
yang ada.
Komponen proses, meliputi pelaksanaan pendidikan yang berjalan yang terdiri
atas pola pembentukan staf, pendidikan yang berlangsung sesuai dengan kompetensi,
perencanaan, metode, pembelajaran individu, dan kurikulum yang berlaku.
Komponen produk, meliputi penyelesaian pendidikan, keterampilan, pengetahuan
dan sikap yang dimiliki, serta kelulusan tes kompetensi.
Komponen Output, meliputi ijazah kelulusan, keterampilan prasyarat, lisensi.
Komponen Outcome meliputi kecukupan dan kontribusi individu atau kelompok
saat ini dan masa depan. Outcome merupakan hasil akhir yang diperoleh. Melalui analisis
hasil, desainer dapat menentukan sejauh mana hasil yang diperoleh dapat berkontribusi
pada pencapaian tujuan. Inilah proses yang pada hakikatnya menentukan kesenjangan
antara harapan dan apa yang terjadi. Berdasarkan analisis itulah, guru dapat
mendeskripsikan masalah dan kebutuhan pada setiap komponen yakni input, proses,
produk, dan output.
c. Analisis Performance
Tahap ketiga dalam proses analisis kebutuhan, adalah tahap menganalisis
performance. Menganalisis performance dilakukan setelah guru memahami berbagai
informasi dan mengidentifikasi kesenjangan yang ada. Ketika menemukan adanya
kesenjangan, selanjutnya identifikasi kesenjangan mana yang dapat dipecahkan melalui
perencanaan pembelajaran PAI dan mana yang memerlukan pemecahan dengan cara lain,
seperti melalui pembelajaran non PAI, kegiatan ektrakulikuler, kebijakan pengelolaan
baru, penentuan struktur organisasi yang lebih baik, atau mungkin melalui pengembangan
8
bahan dan alat-alat. Untuk menentukan semua itu kita perlu memahami faktor-faktor
penyebab terjadinya kesenjangan dan pemahaman tersebut dapat dilakukan pada saat
need assessment berlangsung.
Analisis performance meliputi identifikasi terhadap guru, identifiaski saran dan
kelengkapan penunjang belajar peserta didik, identifikasi kebijakan sekolah, identifikasi
iklim sosial dan iklim psikologis.
d. Identifikasi Hambatan
Tahap keempat dalam analisis kebutuhan adalah mengidentifikasi berbagai
kendala yang muncul beserta sumber sumbernya. Dalam pelaksanaan suatu program
berbagai kendala bisa muncul sehingga dapat berpengaruh terhadap kelancaran suatu
program. Berbagai kendala dapat meliputi, waktu fasilitas, bahan, pengelompokan dan
komposisinya, pilosofi, personal, dan organisasi. Sumber-sumber kendala bisa berasal
dari pertama, orang yang terlibat dalam suatu program pembelajaran, misalnya guru,
kepala sekolah, dan peserta didik itu sendiri. Termasuk juga dalam unsur orang ini
adalah unsur filsafat atau pandangan yang terhadap pekerjaannya, motivasi kerja, dan
kemampuan yang dimilikinya. Kedua, fasilitas yang ada, di dalamnya meliputi
ketersediaan dan kelengkapan fasilitas serta kondisi fasilitas. Ketiga, berkaitan dengan
jumlah pendanaan beserta pengaturannya.
e. Identifikasi Karakteristik Peserta didik
Tahap kelima dalam analisis kebutuhan adalah mengidentifikasi peserta didik.
Tujuan utama dalam desain pembelajaran adalah memecahkan berbagai problema yang
dihadapi peserta didik, oleh karena itu hal-hal yang berkaitan dengan peserta didik adalah
bagian dari analisis kebutuhan. Identifikasi yang berkaitan dengan peserta didik di
antaranya adalah tentang usia, jenis kelamin, level pendidikan, tingkat social ekonomi,
latar belakang, gaya belajar, pengalaman dan sikap. Karakteristik peserta didik seperti di
atas, akan bermanfaat ketika kita menentukan tujuan yang harus dicapai, pemilihan dan
penggunaan strategi pembelajaran yang di anggap cocok, serta untuk menentukan teknik
evaluasi yang relevan
f. Identifikasi Tujuan
Kaufman (1983) mendefinisikan analisis kebutuhan sebagai suatu proses
mengidentifikasi, mendokumentasi dan menjustifikasi kesenjangan antara apa yang
9
terjadi dan apa yang akan dihasilkan melalui penentuan skala prioritas dari setiap
kebutuhan. Definisi yang dikemukakan (Kaufman,1983) berhubungan erat dengan tujuan
yang ingin dicapai. Oleh sebab itu, mengidentifikasi tujuan yang ingin dicapai merupakan
salah satu kegiatan yang harus dilaksanakan dalam proses analisis kebutuhan.
g. Merumuskan Masalah
Tahap akhir dalam proses analisis masalah adalah menuliskan pernyataan masalah
sebagai pedoman dalam penyusunan proses desain intruksional. Penulisan masalah pada
dasarnya merupakan rangkuman atau sari pati dari permasalahan yang ditentukan.
Pernyataan masalah harus ditulis secara singkat dan padat yang biasanya tidak lebih dari
satu-dua paragraf.
Selain tahapan analisis kebutuhan menurut ada 4 tahap dalam melakukan analisis
kebutuhan berdasarkan (Morison, 2011)8 menyebutkan langkah-langkah analisis
kebutuhan sebagai berikut :
a) Perencanaan
Pada saat perencanaan yang perlu dilakukan adalah klasifikasi peserta didik siapa
yang akan terlibat dalam kegiatan analisis kebutuhan.
b) Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilaksanakan sesuai dengan perencaan yang telah ditentukan,
pada saat pengumpulan data peneliti perlu mempertimbangkan besar kecilnya sampel.
c) Analisa Data
Setelah semua data terkumpul, langkah selanjutnya adalah melakukan analisa data
berdasarkan hasil pengumpulan data yang telah dilakukan.
d) Membuat Laporan Akhir
Langkah terakhir dalam analisis kebutuhan adalah membuat laporan akhir terkait
dengan hasil penelitian yang dilaksanakan.
Perencanaan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI)
8 https://dokumen.tips/documents/identifikasi-kebutuhan-pembelajaran.html. Diakses 3 Oktober 2018. Jam 22:02
10
Pengertian Perencanaan diambil dari kata dasar rencana, dalam KBBI /ren·ca·na/ n 1
kl cerita; 2 rancangan; buram (rangka sesuatu yang akan dikerjakan): -- kerja; 3 konsep;
naskah (surat dan sebagainya); buram (surat): mana -- surat ini; 4 laporan pemberitaan;
catatan mengenai pembicaraan dalam rapat dan sebagainya: penulis dipersilakan
membacakan -- rapat anggota yang lalu; 5 acara (pembicaraan); program: usulnya
tercantum dalam -- yang akan dibicarakan dalam rapat besar; 6 artikel; makalah; kertas
kerja: ia menulis -- untuk seminar bahasa; 7 cak maksud; niat. Perencanaan
/pe·ren·ca·na·an/ n proses, cara, perbuatan merencanakan (merancangkan): hal itu
dilaksanakan sepenuhnya di dalam ~ keluarga;~ kota upaya pemikiran dan perencanaan
pengembangan kota agar dicapai pertumbuhan yang efisien dan teratur.9
Beberapa ahli lain merumuskan perencanaan sebagai mengatur sumber-sumber
yang langka secara bijaksana dan merupakan pengaturan dan penyesuaian hubungan
manusia dengan lingkungan dan dengan waktu yang akan datang. Definisi lain dari
perencanaan adalah pemikiran hari depan, perencanaan berarti pengelolaan, pembuat
keputusan, suatu prosedur yang formal untuk memperoleh hasil nyata, dalam berbagai
bentuk keputusan menurut sistem yang terintegrasi.10
Menurut Wilson, Pengertian Perencanaan merupakan salah satu proses lain, atau
merubah suatu keadaan untuk mencapai maksud yang dituju oleh perencanaan atau oleh
orang/badan yang di wakili oleh perencanaan itu. Perencanaan itu meliputi : Analisis,
kebijakan dan rancangan.
Perencanaan adalah proses penetapan dan pemanfaatan sumber daya secara
terpadu yang diharapkan dapat menunjang kegiatan-kegiatan dan upaya-upaya yang
dilaksanakan secara efisien dan efektif dalam mencapai tujuan. Dalam hal ini, Gaffar
menegaskan bahwa perencanaan dapat diartikan sebagai proses penyusunan berbagai
keputusan yang akan dilaksanakan pada masa yang akan datang untuk mencapai tujuan
yang ditentukan.11
Pengertian pembelajaran seperti yang disimpulkan oleh Asra dan Sumiati
menyebutkan bahwa proses pembelajaran itu beraneka ragam, pembelajaran pada
9 https://kbbi.web.id/rencana. Diakses 4 Oktober 2018. Jam 14:00 10
http://zuhairistain.blogspot.com/2013/03/pengertian-perencanaan.html. Diakses 4 Oktober 2018. Jam 15: 40 11 Syaiful Sagala, Konsep dan Makna Pembelajaran (Cet. II; Bandung: Alfabeta, 2005), Hal. 141
11
hakikatnya merupakan suatu proses yang kompleks, namun pada prinsipnya adalah
proses memberi pengalaman belajar kepada peserta didik sesuai dengan tujuan yang
hendak dicapai.12
Menurut Wikipedia, pengertian pembelajaran merupakan bantuan yang diberikan
pendidik agar dapat terjadi proses perolehan ilmu dan pengetahuan, penguasaan
kemahiran dan tabiat, serta pembentukan sikap dan kepercayaan pada peserta didik.
Dengan kata lain, pengertian pembelajaran adalah proses untuk membantu peserta didik
agar dapat belajar dengan baik.13
Esensi dari makna pembelajaran menyiratkan adanya
interaksi antara pengajar dengan peserta didik. Peserta didik menjadi individu yang aktif
untuk memenuhi kebutuhan belajarnya.
Perencanaan pembelajaran merupakan proses menyusun dan menyeleksi serta
menghubungkan segala sesuatu yang terkait dengan pembelajaran. Sehingga tergambar
interaksi peserta didik dengan sumber belajar, materi ajar, media belajar, serta guru
semata-mata untuk mencapai tujuan belajar yang sudah disepakati.
Perencanaan pembelajaran (Instructional Design) dapat dilihat dari berbagai sudut
pandang, yaitu:
1. Perencanaan pembelajaran sebagai sebuah proses adalah pengembangan pembelajaran
secara sistematik yang menggunakan secara khusus teori-teori pembelajaran dan
pembelajaran untuk menjamin kualitas pembelajaran. Dalam perencanaan ini
kebutuhan dianalisis dari proses belajar dengan alur yang sistematik untuk mencapai
tujuan pembelajaran. Termasuk di dalamnya melakukan evaluasi terhadap materi
pelajaran dan aktivitas-aktivitas pembelajaran.
2. Perencanaan pembelajaran sebagai sebuah disiplin adalah cabang dari pengetahuan
yang senantiasa memperhatikan hasil-hasil penelitian dan hasil-hasil penelitian dan
teori-teori tentang strategi pembelajaran dan implementasinya terhadap strategi-
strategi tersebut.
3. Perencanaan pembelajaran sebagai sains (Science) adalah mengkreasi secara detail
spesifikasi dari pengembangan, implementasi, evaluasi dan pemeliharaan akan situasi
12 Sumiati dan Asra, Metode Pembelajaran. Bandung, Wacana Prima. 2008. Hal. 1-3 13 http://belajarpsikologi.com/pengertian-dan-tujuan-pembelajaran/. Diakses 4 Oktober 2018. Jam. 15:15
12
maupun fasilitas pembelajaran terhadap unit-unit yang luas maupun yang lebih sempit
dari materi pelajaran dengan segala kompleksitasnya.14
Mengacu pada berbagai sudut pandang tersebut, maka perencanaan program
pembelajaran harus sesuai dengan konsep pendidikan dan pembelajaran yang dianut
dalam kurikulum. Penyusunan perencanaan program pembelajaran sebagai sebuah
proses, disiplin, ilmu pengetahuan, realitas, sistem dan teknologi pembelajaran bertujuan
agar pelaksanaan pembelajaran berjalan lebih lancar dan hasilnya lebih baik.15
Hamid Darmadi menegaskan bahwa perencanaan persiapan pembelajaran
sesungguhnya bertujuan mendorong guru agar lebih siap melakukan kegiatan
pembelajaran dengan perencanaan yang matang. Oleh karena itu, setiap akan melakukan
pembelajaran guru wajib melakukan persiapan, baik persiapan tertulis maupun tidak
tertulis. Dosa hukumnya bagi guru yang pembelajaran tanpa persiapan, dan hal tersebut
hanya akan merusak mental dan moral peserta didik.16
Pendidikan Agama Islam memiliki tujuan yang komprehensif, yaitu menjadikan
manusia yang paripurna (insan kamil). A. Tafsir menyebutnya dengan manusia terbaik.
Cirinya cukup dua saja, yaitu mampu hidup tenang dan produktif. Supaya tercapai dua
ciri tersebut maka lulusan pendidikan Islam harus memiliki badan yang sehat dan kuat,
otaknya cerdas dan pintar, serta beriman yang kuat. Manusia yang demikian dapat dilihat
dari cerminan sikap hidup sehari-harinya yang disiplin tinggi, jujur, kreatif, toleransi,
demokrasi, dan memiliki kemampuan pengendalian diri17
.
Penerapan Analisis Kebutuhan dalam Perencanaan Pembelajaran PAI
Tahap 1 : Pengumpulan Informasi
Tahap 2 : Identifikasi Kesenjangan
Tahap 3 : Analisis Performance
Tahap 4 : Indentifikasi Hambatan
Tahap 5 : Indentifikasi Karakteristik Peserta didik
Tahap 6 : Identifikasi Tujuan
14 Ibid. Hal. 136-137 15 Nana Sujana, Pembinaan dan Pengembangan Kurikulum di Sekolah (Cet. V; Bandung: Sinar Baru Algesindo, 2005), h. 107-110 16 Hamid Darmadi, Kemampuan Dasar Mengajar (Cet. I; Bandung: Alfabeta, 2009). Hal.135 17 A. Tafsir, Filsafat Pendidikan Islami. Bandung, Remaja Rosdakarya. 2016. Hal. 75 – 83.
13
Informasi awal dapat langsung diperoleh dari hasil evaluasi, baik evaluasi proses
ataupun evaluasi hasil. Informasi tersebut akan dielaborasi dengan segala perangkat
pembelajaran yang sudah ada sebagai sebuah kebijakan ataupun rumusan. Informasi-
informasi ini meliputi tujuan pembelajaran, karakteristik peserta didik, bahan ajar yang
menjadi rumusan materi yang sudah baku, media, sarana pra sarana belajar, dan lain-lain.
Informasi yang utama dalam analisis kebutuhan perencanaan pembelajaran PAI
adalah memahami tujuan. Tujuan pembelajaran PAI dirumuskan dalam tujuan umum dan
tujuan khusus. Atau dalam istilah kurikulum 2013; kompetensi Inti dan kompetensi dasar
Pendidikan Agama Islam. Informasi KI dan KD PAI dapat dikaji dalam peremendikbud
No. 24 Tahun 2016 dan untuk madrasah dirinci lagi dalam KMA 165 Tahun 2014.
Wina (20014: 64) memberikan alasan kenapa dalam merancang perencanaan
pembelajaran perlu mengacu pada tujuan. Pertama, tujuan dapat digunakan sebagai
acuan mengevaluasi efektivitas keberhasilan proses pembelajaran.
Kedua, tujuan digunakan sebagai pedoman dan panduan kegiatan belajar peserta
didik. Tujuan yang jelas dapat membimbing peserta didik dalam melaksanakan aktivitas
belajar.
Ketiga, tujuan pembelajaran dapat membantu guru dalam mendesain sistem
pembelajaran. Bila tujuannya jelas, maka guru dapat terbantu dalam menentukan materi
pelajaran, metode atau strategi pembelajaran, alat, media, dan sumber belajar.
Keempat, tujuan pembelajaran dapat digunakan sebagai kontrol dan batas-batas
dan kualitas pembelajaran. Artinya guru dapat mengidentifikasi sampai sejauh mana
peserta didik dapat menguasai dan memiliki sesuai dengan tujuan dan tuntutan tujuan
kurikulum (Sanjaya, 2014).
Pengumpulan Informasi selanjutnya yang memiliki kedudukan sangat penting
adalah informasi karakteristik peserta didik. Memahami karakteristik peserta didik akan
memudahkan dalam membangun suasana pembelajaran yang seperti apa, supaya ramah
dan nyaman terasa oleh peserta didik.
Syaiful Sagala menyebutkan bahwa pembelajaran mempunyai dua karakteristik,
yaitu: Pertama, proses pembelajaran melibatkan proses mental siswa secara maksimal,
bukan han ya menuntut siswa sekedar mendengar, mencatat, tetapi menghendaki aktivitas
siswa dalam proses berpikir. Kedua, dalam proses pembelajaran dibangun suasana
14
dialogis dan proses tanya jawab terus menerus yang diarahkan untuk memperbaiki dan
meningkatkan kemampuan berpikir siswa, yang pada gilirannya kemampuan berpikir itu
dapat membantunya untuk memperoleh pengetahuan yang mereka konstruksi sendiri.18
Informasi karaketristik bahan ajar, metode, dan media pembelajaran. Ketiga hal
ini termasuk cukup penting dalam perencanaan pembelajaran.Dalam pemilihan bahan
ajar ada beberapa prinsip yang perlu diperhatikan. Prinsip-prinsip dalam pemilihan materi
pembelajaran meliputi prinsip relevansi, konsistensi dan kecukupan. Prinsip relevansi
artinya materi pembelajaran harus relevan atau ada kaitannya dengan pencapaian standar
kompetensi dan kompetensi dasar. Prinsip konsistensi artinya keajegan. Jika kompetensi
dasar yang harus dikuasai siswa empat macam, maka bahan ajar yang harus diajarkan
juga harus meliputi empat macam. Prinsip kecukupan artinya materi yang diajarkan
hendaknya cukup memadai dalam membantu siswa menguasai kompetensi dasar yang
diajarkan. Dengan kata lain, materi tidak boleh terlalu sedikit, dan tidak boleh terlalu
banyak.
Contoh penerapan analisis kebutuhan dalam persiapan pembelajaran PAI :
Informasi awal : peserta didik lalai dalam menjalankan salat fardu
Tujuan umum Tujuan khusus Metode
Pendataan
Tempat Hasil
Meningkatkan
kesadaran sikap
keberagamaan
peserta didik
Menggali
potensi
keberagamaan
peserta didik
dalam
menjalankan
shalat wajib
Observasi,
dialog dan
diskusi
SMP
Juara
Peserta didik memilih
menangguhkan salat
maghrib karena
khawatir kemalaman
pulang ke rumah
Dari informasi yang diperoleh tersebut, guru merencanakan sebuah pembelajaran
PAI dengan mengembangkan tujuan pembelajarannya, seperti :
- Memberikan pemahaman fiqh terkait hukum melaksanakan shalat maghrib
dan alternatif penerapannya sebagai solusi permasalahan.
18 http://abiavisha.blogspot.com/2017/05/aspek-perencanaan-dalam-proses.html. Diakses 4 Oktober 2018. Jam 14: 29
15
- Memahamkan kaidah-kaidah fiqh tertentu untuk dijadikan pegangan dalam
menjalankan peribadahan sesuai dengan kondisi yang dihadapinya, tanpa ada
sikap melalaikan kewajiban.
BAB III
SIMPULAN
Analisis kebutuhan merupakan kerja ilmiyah. Kerja analisis kebutuhan adalah
suatu rangkaian proses berpikir mendalam dan sistematis untuk mengambil keputusan.
Keputusan ini berdasarkan kepada kesenjangan antara kenyataan dengan tujuan ideal
yang diingikan. Analisis kebutuhan merupakan kegiatan berpikir yang mendalam untuk
mengumpulkan informasi tentang kesenjangan antara kenyataan dengan harapan.
Fungsi analisis kebutuhan adalah mengidentifikasi kebutuhan yang relevan
dengan pekerjaan atau tugas sekarang, yaitu masalah yang mempengaruhi hasil
pembelajaran; mengidentifikasi kebutuhan mendesak yang terkait dengan finansial,
keamanan atau masalah-masalah lain yang mengganggu pekerjaan atau lingkungan
pendidikan; menyajikan skala prioritas untuk memilih tindakan yang tepat dalam
mengatasi masalah-masalah pembelajaran; dan memberikan basis data untuk
menganalisis efektifitas kegiatan pembelajaran.
Tujuan analisis kebutuhan pembelajaran: 1). Menginventarisir dan
mengidentifikasi masalah-masalah pembelajaran. 2). Menyusun skala prioritas
pemecahan masalah dalam pembelajaran. 3). Merumuskan tujuan pembelajaran
Langkah-langkah dalam analisis kebutuhan perencanaan pembelajaran meliputi:
1. Pengumpulan Informasi
2. Identifikasi Kesenjangan
3. Analisis Performance
4. Indentifikasi Hambatan
5. Indentifikasi Karakteristik Peserta didik
6. Identifikasi Tujuan
7. Merumuskan Masalah
16
DAFTAR PUSTAKA
A. Tafsir. 2016. Filsafat Pendidikan Islami. Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2016.
Abdul Majid & Dian Andayani. 2005. Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi.
Bandung : Rosdakarya, 2005.
Abdul Majid. 2017. Perencanaan Pembelajaran Mengembangkan Standar Kompetensi Guru.
Bandung : PT Remaja RosdaKarya., 2017.
Asra, Sumiati &. 2007. Metode Pembelajaran. Bandung : PT Wacana Prima, 2007.
Baharudin dan Wahyuni, Esa Nur. 2007. Teori Belajar Dan Pembelajaran. Yogjakarta : Ar-
Ruzz Media Group., 2007.
Darmadi, Hamid. 2009. Kemampuan Dasar Mengajar. Bandung : Remaja Rosdakarya, 2009.
M. Arifin. 1996. Ilmu Pendidikan Islam; Tinjauan Teoritis dan Praktis Berdasarkan Pendekatan
Interdisipliner. Jakarta : Bumi Aksara, 1996.
Sagala, Syaiful. 2005. Pembelajaran, Konsep dan Makna. Bandung : Alfabeta, 2005.
Sanjaya, Wina. 2008. Pembelajaran dalam Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi.
Jakarta : Kencana Prenada Media Group., 2008.
—. 2014. Strategi Pembelajaran. Jakarta : Kencana, 2014, hal. 4-5.
Sudjana, Nana. 2006. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung : Remaja Rosdakarya,
2006.
Sujana, Nana. 2005. Pembinaan dan Pengembangan Kurikulum di Sekolah. Bandung : Sinar
Baru Algesindo, 2005.
Tafsir, Ahmad. 2007. Islam, Ilmu Pendidikan dalam Perspektif. Bandung : PT Remaja
Rosdakarya, 2007, hal. 50-51.
Trianto. 2010. Mendesain Metode Pembelajaran Inovatif-Progresif. Jakarta : Prenada Media
Grup, 2010, hal. 111.
Uno, Hamzah B. 2008. Perencanaan Pembelajaran. Jakarta : Bumi AKsara, 2008.
https://publikasiilmiah.ums.ac.id/bitstream/handle/11617/902/6.%20ZAINAL%20ABIDIN%20ye
s.pdf;sequence=1. Diakses 3 Oktober 2018. Jam 20:18
http://bukan-situs.blogspot.com/2012/02/analisis-kebutuhan-pembelajaran-dan_28.html. Diakses
3 oktober 2018. Jam 21:24
https://dokumen.tips/documents/identifikasi-kebutuhan-pembelajaran.html. Diakses 3 Oktober
2018. Jam 22:02
17
https://dokumen.tips/documents/identifikasi-kebutuhan-pembelajaran.html. Diakses 3 Oktober
2018. Jam 22:02
https://kbbi.web.id/rencana. Diakses 4 Oktober 2018. Jam 14:00
http://zuhairistain.blogspot.com/2013/03/pengertian-perencanaan.html. Diakses 4 Oktober 2018.
Jam 15: 40
http://belajarpsikologi.com/pengertian-dan-tujuan-pembelajaran/. Diakses 4 Oktober 2018. Jam.
15:15
http://abiavisha.blogspot.com/2017/05/aspek-perencanaan-dalam-proses.html. Diakses 4 Oktober
2018. Jam 14: 29