20
491 Analisis Implementasi Strategi Diplomasi Budaya Populer Jepang di Indonesia Tahun 2008-2013 Okky Gilang Matahari – 070912008 Program Studi S1 Hubungan Internasional, Universitas Airlangga ABSTRACT Although the economy sector is weakening, Japanese government still implements the pop culture diplomacy strategy towards Indonesia. That policy raises many questions, why should Japan do the pop culture diplomacy strategy in Indonesia since 2008? Does the policy indicate that Japan’s diplomatic strategy shifted recently, from economic-based to cultural-based strategy? Those questions tried to be answered through this research by doinganalysis from system theory and rational choice theory framework. Based from those frameworks, the hypothesis that could be a temporary answer is Japan’s policy towards pop culture diplomacy strategy indicates that something happenned and affected the Japanese political system. Thus the policy is a manifestation of rational choice choosen by Japanese government. Keywords: Japan, Indonesia, Public Diplomacy, Pop Culture, Strategy, Political System Theory, Rational Choice Theory. Dengan kondisi ekonomi yang lemah, ternyata Jepang memilih untuk menerapkan diplomasi publik melalui budaya populernya terhadap Indonesia. Kebijakan tersebut kemudian memunculkan pertanyaan, mengapa Jepang menerapkan peningkatan strategi diplomasi budaya populer terhadap Indonesia sejak 2008? Apakah hal ini kemudian mengindikasi bahwa pola diplomasi Jepang berubah dari strategi klasik berbasis ekonomi menjadi strategi modern berbasis budaya? Pertanyaan tersebut kemudian dicari jawabannya melalui kerangka pemikiran ilmiah yang menggabungkan teori sistem politik Easton dan Teori Pilihan Rasional. Dengan berlandaskan teori tersebut, hipotesis yang bisa diajukan adalah bahwa Jepang sedang mengalami kondisi tertentu berkaitan dengan prosesi sistem politik di dalamnya, serta kebijakan untuk menerapkan strategi budaya populer di Indonesia menjadi salah satu pilihan rasional yang bisa dilakukan oleh pemerintah Jepang pada saat itu sebagai upaya untuk mencapai kepentingan nasional negaranya. Kata-Kata Kunci: Jepang, Indonesia, Diplomasi Publik, Budaya Populer, Strategi, Teori Sistem Politik, Teori Pilihan Rasional.

Analisis Implementasi Strategi Diplomasi Budaya Populer ...journal.unair.ac.id/filerPDF/jahi61e4ae6f13full.pdf · Indonesia menjadi salah satu pilihan rasional yang bisa dilakukan

  • Upload
    haliem

  • View
    213

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Analisis Implementasi Strategi Diplomasi Budaya Populer ...journal.unair.ac.id/filerPDF/jahi61e4ae6f13full.pdf · Indonesia menjadi salah satu pilihan rasional yang bisa dilakukan

491

Analisis Implementasi Strategi DiplomasiBudaya Populer Jepang di Indonesia

Tahun 2008-2013

Okky Gilang Matahari – 070912008

Program Studi S1 Hubungan Internasional, Universitas Airlangga

ABSTRACT

Although the economy sector is weakening, Japanese government stillimplements the pop culture diplomacy strategy towards Indonesia. Thatpolicy raises many questions, why should Japan do the pop culture diplomacystrategy in Indonesia since 2008? Does the policy indicate that Japan’sdiplomatic strategy shifted recently, from economic-based to cultural-basedstrategy? Those questions tried to be answered through this research bydoinganalysis from system theory and rational choice theory framework.Based from those frameworks, the hypothesis that could be a temporaryanswer is Japan’s policy towards pop culture diplomacy strategy indicatesthat something happenned and affected the Japanese political system. Thusthe policy is a manifestation of rational choice choosen by Japanesegovernment.Keywords: Japan, Indonesia, Public Diplomacy, Pop Culture, Strategy,Political System Theory, Rational Choice Theory.

Dengan kondisi ekonomi yang lemah, ternyata Jepang memilih untukmenerapkan diplomasi publik melalui budaya populernya terhadapIndonesia. Kebijakan tersebut kemudian memunculkan pertanyaan, mengapaJepang menerapkan peningkatan strategi diplomasi budaya populerterhadap Indonesia sejak 2008? Apakah hal ini kemudian mengindikasibahwa pola diplomasi Jepang berubah dari strategi klasik berbasis ekonomimenjadi strategi modern berbasis budaya? Pertanyaan tersebut kemudiandicari jawabannya melalui kerangka pemikiran ilmiah yang menggabungkanteori sistem politik Easton dan Teori Pilihan Rasional. Dengan berlandaskanteori tersebut, hipotesis yang bisa diajukan adalah bahwa Jepang sedangmengalami kondisi tertentu berkaitan dengan prosesi sistem politik didalamnya, serta kebijakan untuk menerapkan strategi budaya populer diIndonesia menjadi salah satu pilihan rasional yang bisa dilakukan olehpemerintah Jepang pada saat itu sebagai upaya untuk mencapai kepentingannasional negaranya.Kata-Kata Kunci: Jepang, Indonesia, Diplomasi Publik, Budaya Populer,Strategi, Teori Sistem Politik, Teori Pilihan Rasional.

Page 2: Analisis Implementasi Strategi Diplomasi Budaya Populer ...journal.unair.ac.id/filerPDF/jahi61e4ae6f13full.pdf · Indonesia menjadi salah satu pilihan rasional yang bisa dilakukan

Okky Gilang Matahari

492 Jurnal Analisis Hubungan Internasional, Vol. 3, No. 1

Publik Indonesia sekarang ini menikmati banyak produk Jepang dalamkehidupan sehari-harinya. Minuman isotonik, kosmetik, makananringan, hingga produk untuk bayi di Indonesia sebagian besarmerupakan merk-merk dari Jepang. Tidak hanya berupa produk fisik,produk Jepang lain yang juga dikonsumsi oleh masyarakat Indonesiamisalnya film kartun atau anime, variety show, hingga artis Jepang yangakhir-akhir ini cukup sering muncul di televisi swasta nasional. Semuahal tersebut merupakan hasil dari penerapan strategi Cool japan yangditerapkan oleh pemerintah Jepang di Indonesia.

Sebenarnya, istilah Cool japan sudah muncul sejak lama. Istilah Cooljapan sendiri pada mulanya dikemukakan oleh seorang akademisibernama Douglas McGray di tahun 2002. McGray mengatakan bahwaJepang memiliki budaya sebagai instrumen yang sangat potensial.Popularitas budaya Jepang telah menapaki jalan untuk menjadikannegaranya superpower dalam bidang kebudayaan. Kepopuleran budayaJepang di seluruh dunia menjadi salah satu pertimbangan McGraydalam mengembangkan konsep Japan’s Gross National Cool.1 Konseptersebut menjelaskan bahwa popularitas kebudayaan Jepang yangbegitu tinggi memberikan kontribusi yang besar dalam membanguncitra negaranya menjadi lebih positif. Pada masa itu, sebenarnya segalahal yang berkaitan dengan produksi, distribusi, serta promosi dariproduk kebudayaan Jepang tidak mendapatkan campur tangan daripemerintah. Pemerintah Jepang sendiri masih berfokus padapermasalahan ekonomi yang diakibatkan oleh krisis bubble economydan masa resesi ekonomi yang panjang.

Popularitas tinggi yang dicapai oleh budaya populer Jepang inisebenarnya hampir tidak mungkin untuk dijabarkan secara khususdalam mengukur Gross National Cool Jepang, tetapi dengan melihatfakta bahwa dengan kepopuleran budaya tersebut ternyata memberikankeuntungan baik secara politik maupun ekonomi kepada Jepang, makahal itu dapat dijadikan sebuah indikator bahwa Jepang memangberpotensi sebagai salah satu sumber soft power yang signifikan disamping ekonomi. Terinspirasi dari ide tersebut, pemerintah Jepangkemudian berupaya membangun sebuah citra yang unik dan dikenaldengan sebutan Cool japan.2

Jepang sebelumnya memang merupakan negara yang secara dominanmengedepankan isu-isu low politics pasca era Perang Dunia Kedua.Namun, kebijakan luar negeri Jepang didominasi oleh kebijakan-

1 Douglas McGray, Japan’s Gross National Cool.http://www.foreignpolicy.com/articles/2002/05/01/japans_gross_national_cool?page=0,3(diakses tanggal 2 Maret 2012)

2 Kementerian Luar Negeri Jepang, Pop Culture Diplomacy,http://www.mofa.go.jp/policy/culture/exchange/pop/index.html (diakses tanggal 9 Maret 2012)

Page 3: Analisis Implementasi Strategi Diplomasi Budaya Populer ...journal.unair.ac.id/filerPDF/jahi61e4ae6f13full.pdf · Indonesia menjadi salah satu pilihan rasional yang bisa dilakukan

Analisis Strategi Diplomasi Budaya Populer Jepang di Indonesia 2008-2013

Jurnal Analisis HI, Maret 2014 493

kebijakan yang berkaitan dengan isu ekonomi. Sementara itu, Jepangbelum memiliki kebijakan secara spesifik terkait dengan budayapopulernya. Dengan meningkatnya popularitas budaya populernya sertabanyaknya wacana yang muncul terkait kekuatan Jepang melalui budayapopuler tersebut, pemerintah Jepang kemudian berupaya untukmengedepankan budaya populer sebagai instrumen diplomasi barudalam mencapai kepentingannya. Strategi ini pertalam kali tercantumdalam situs resmi Kementerian Luar Negeri Jepang3 yang menjelaskanbahwa diplomasi dengan memanfaatkan budaya populer merupakansalah satu cara pemerintah Jepang untuk mendekatkan diri denganpublik, terutama para pemuda. Kebijakan pemerintah Jepang mengenaipenggunaan budaya populer sebagai sebuah instrumen diplomasi publiksudah ditetapkan sejak tahun 2004 melalui Diplomatic Bluebook yangdikeluarkan oleh Kementerian Luar Negeri Jepang. Salah satu isinyayakni mengedepankan dukungan terhadap perkembangan budayapopuler serta menjadikannya instrumen bagi strategi diplomasi Jepang.4

Walaupun sudah mulai melakukan inisiasi melalui kebijakan terhadapbudaya populernya, namun usaha pemerintah Jepang dalam melakukanpromosi budaya populernya ke luar negeri terkesan hanya setengahhati.5 Selain itu, kerjasama pemerintah dengan perusahaan terkaitindustri kreatif dan hiburan yang memiliki peran penting dalam budayapopuler Jepang juga tidak signifikan. Akibatnya, industri kreatif danhiburan yang ada tidak menunjukkan kemauan untuk berpartisipasidalam program pemerintah tersebut. Pemerintah menjalankanprogramnya sendiri, industri juga menjalankan bisnis sendiri. Tidak adakoordinasi yang baik dan intensif dari kedua pihak tersebut.

Baru kemudian pada tahun 2008, krisis finansial global secara cepatmengakibatkan kondisi kacau. Krisis yang diawali di Amerika Serikattersebut menjadi pemicu menurunnya aktifitas ekonomi di sebagianbesar negara di dunia, termasuk Jepang. Kondisi Jepang yang pada saatitu masih dalam masa resesi ekonomi semakin parah. Sementara itu, ditahun yang sama, Jepang juga memperingati hubungan diplomatik yangsudah berusia 50 tahun dengan Indonesia. Dalam peringatan tersebut,Perdana Menteri Yasuo Fukuda menamakan tahun tersebut sebagai‘Tahun Persahabatan Indonesia dan Jepang’ serta berinisiatif untukmenyelenggarakan pameran budaya Jepang di Jakarta selama satutahun penuh.6

3 Kementerian Luar Negeri Jepang,. Pop Culture Diplomacy.http://www.mofa.go.jp/policy/culture/exchange/pop/index.html (diakses tanggal 9 Maret 2012)

4 MOFA, Diplomatic Bluebook 2004, http://www.mofa.go.jp/policy/other/bluebook/ (diaksestanggal 2 Maret 2012)

5 New Cool japan Strategy Focuses on Business Opportunities, Asahi Shimbun, 1 Mei 20136 Yasuo Fukuda, Surat kepada Presiden Indonesia, 2007

Page 4: Analisis Implementasi Strategi Diplomasi Budaya Populer ...journal.unair.ac.id/filerPDF/jahi61e4ae6f13full.pdf · Indonesia menjadi salah satu pilihan rasional yang bisa dilakukan

Okky Gilang Matahari

494 Jurnal Analisis Hubungan Internasional, Vol. 3, No. 1

Sejak 2008 itu kemudian Jepang mulai menggiatkan kembali kampanyeterhadap budaya populernya secara bertahap dengan menarget pasarIndonesia. Dengan memanfaatkan institusi yang ada di bawahpemerintahan, seperti Kementerian Luar Negeri, KementerianPerdagangan, Kementerian Perindustrian, serta The Japan Foundation,pemerintah Jepang mengadakan berbagai promosi budaya populernyadi Indonesia. Selain dibantu oleh institusi pemerintahan yang ada,pemerintah Jepang juga mulai meningkatkan intensitas hubungandengan komunitas Jepang yang ada di Indonesia.

Setiap tahun, pagelaran budaya Jepang di Indonesia semakin meningkatdan lingkupnya semakin luas. Beberapa contoh promosi budaya populerJepang di Indonesia misalnya, di tahun 2011 pemerintah Jepangmempromosikan budaya populernya melalui jalur musik. Pertengahantahun 2011 diadakan konser Hangry&Angry di Jakarta, yang jugamerupakan konser artis Jepang pertama di Indonesia. Tren inikemudian berlanjut di tahun 2012 dengan kedatangan AKB48 di bulanFebruari dan L’arc en ciel di bulan Mei. Di tahun 2013, grup bandScandal juga telah menggelar konser di Jakarta pada bulan Maret.Aktivitas-aktivitas tersebut juga dimuat dalam surat kabar nasional,7

sehingga banyak diketahui oleh masyarakat Indonesia. Bentuk laindiplomasi dengan budaya populer juga dilakukan melalui pemberianfasilitas bagi para penggemar manga, anime, film kartun, dan komikdari Jepang seperti mengadakan pameran dan pentas kebudayaanpopuler Jepang. Dan tentu saja salah satu yang cukup lama dikenal olehpara penggemar kebudayaan Jepang yakni cosplay atau costume play.

Tidak hanya berupa konser musik, The Japan Foundation sebagaiinstitusi pelaku diplomasi publik Jepang di Indonesia juga mengadakanberbagai macam bentuk pagelaran budaya. Beberapa yang menarikperhatian adalah kompetisi sumo internasional pertama yang diadakandi luar Jepang pada awal tahun 2013 yang diselenggarakan di Jakarta.Selain itu ada Anime Festival Asia Indonesia (AFA ID) di tahun 2012 dan2013 yang mampu menarik banyak pengunjung berusia muda diIndonesia.

Poin menarik di sini adalah bahwa intensitas masuknya budaya populerJepang di Indonesia mulai marak setelah tahun 2008. Seperti yang telahdisebutkan bahwa tahun 2008 merupakan peringatan 50 tahunhubungan diplomatik antara Jepang dan Indonesia. Namun di sisi lain,tahun 2008 juga merupakan tahun krisis finansial global yang membuatsebagian besar negara di dunia mengalami depresi ekonomi termasukJepang dan Indonesia.

7 Bersama AKB48 Serasa di Jepang. Jawa Pos, 26 Februari 2012, 1.

Page 5: Analisis Implementasi Strategi Diplomasi Budaya Populer ...journal.unair.ac.id/filerPDF/jahi61e4ae6f13full.pdf · Indonesia menjadi salah satu pilihan rasional yang bisa dilakukan

Analisis Strategi Diplomasi Budaya Populer Jepang di Indonesia 2008-2013

Jurnal Analisis HI, Maret 2014 495

Dengan melihat intensitas penerapan diplomasi budaya populer Jepangdi Indonesia yang meningkat sejak 2008 serta melihat kondisi ekonomidalam negeri Jepang yang sedang mengalami krisis dan resesi, makafenomena ini menimbulkan pertanyaan. Mengapa Jepang menerapkanstrategi diplomasi budaya populernya di Indonesia secara intensif sejaktahun 2008? Apakah aksi tersebut merupakan indikasi bahwa poladiplomasi Jepang yang dulu berbasis ekonomi mulai bergeser menjadipola diplomasi berbasis budaya?

Latar Ekonomi Jepang dan Pola Diplomasi Sebelumnya

Jepang dan kemampuan ekonomi yang tinggi seakan menjadi sebuahmata koin yang tidak bisa dilepaskan. Sejak kekalahan yang dialamiJepang pada Perang Dunia Kedua, kondisi perekonomian Jepangmemang mengalami depresi. Hal ini menjadi suatu kewajaran sebagaibentuk konsekuensi logis dari apa yang dialami Jepang pada PerangDunia Kedua. Namun adanya kesepakatan ekonomi dengan AmerikaSerikat mengijinkan Jepang membenahi diri dalam berbagai hal,terutama ekonomi. Kesepakatan ekonomi antara Jepang dan Amerikaberimplikasi pada perkembangan infrastruktur dan industri sertaperekonomian secara langsung. Jepang menikmati pertumbuhanekonomi yang sangat signifikan hanya beberapa tahun setelah krisispasca perang.

Kondisi Jepang pasca Perang Dunia Kedua mengalami perubahandrastis. Kesepakatan dengan Amerika dalam Artikel 9 yang ada dalamkonsttitusi pasca perang membuat Jepang tidak diperbolehkanmembangun kekuatan militer8 Namun dengan kekuatan ekonomi yangcukup besar pada masa itu, Jepang mampu menjadikan diri sebagai satuaktor penting dengan peran yang unik pada kancah politik internasional.Alasan ini menjadi awal kebijakan Jepang untuk menerapkan diplomasiekonomi. Tujuan awal dari diplomasi ekonomi adalah Jepang akanmengurus dirinya sendiri dan membantu penyelesaian masalahinternasional dengan tanpa menggunakan kekuatan militer yangberlebih.9

Jepang membentuk citra positif sebagai negara berkekuatan ekonomibesar yang bisa memberikan bantuan kepada negara-negara lain.Konsentrasi penerapan kebijakan ini dimulai di kawasan Asia. Dengankekuatan ekonomi yang begitu kuat dan stabil, pada tahun 1980-an

8 William H. Overholt, “Japan’s Economy: At War with Itself”, Foreign Affairs, 2002http://www.foreignaffairs.com/articles/57627/william-h-overholt/japans-economy-at-war-with-itself (diakses 20 November 2013)

9 Overholt, Japan’s Economy: At War with Itself

Page 6: Analisis Implementasi Strategi Diplomasi Budaya Populer ...journal.unair.ac.id/filerPDF/jahi61e4ae6f13full.pdf · Indonesia menjadi salah satu pilihan rasional yang bisa dilakukan

Okky Gilang Matahari

496 Jurnal Analisis Hubungan Internasional, Vol. 3, No. 1

Jepang menjadi negara yang sangat berpengaruh di Asia. Investasi yangsangat besar ditempatkan di Singapura, Hong Kong, Indonesia, sertanegara Asia lainnya. Bank milik Jepang memiliki sebagian kontrol darikegiatan perbankan dan aliran dana di Asia pada saat itu. Pasar modalJepang merupakan yang terbesar dan terbaik. Yen menjadi satu matauang yang menjanjikan dalam berinvestasi.10

Menurut Overholt, Jepang memiliki beberapa pilar yang menunjangposisinya untuk menerapkan diplomasi ekonomi saat itu. Jepangmerupakan negara dengan tingkat pertumbuhan ekonomi paling besarjika dibandingkan dengan kekuatan ekonomi dunia lainnya, sepertiInggris maupun Amerika Serikat. Banyak orang kemudian belajar dariJepang mengenai kemaampuan manajemen ekonomi, mengagumikonsep hubungan buruh dan manajemen yang stabil, serta mencobameniru dan menerapkan kebijakan-kebijakan Jepang terkait denganperbankan dan industri.11

Perusahaan milik Jepang yang beroperasi di wilayah Asia Tenggara jugamemiliki peran signifikan yang menghubungkan antara ide-ide dankebijakan pemerintah Jepang dengan negara tempat merekaberinvestasi. Relasi ini ditunjang pula dengan adanya program bantuanpembangunan yang dirancang oleh pemerintah Jepang untukmembantu negara-negara berkembang yang ada di Asia.12 Tentu sajaaksi-aksi tersebut juga memperkuat pengaruh Jepang di Asia secaraumum.

Penerapan diplomasi ekonomi oleh Jepang ini tidak selamanya berjalandengan lancar. Pada beberapa momen yang penting, penerapandiplomasi ekonomi mengalami rintangan yang cukup signifikan. Tahun1973, krisis minyak memaksa Jepang mengubah konsep ekonomimenjadi lebih ketat. Bank Jepang mulai menurunkan batas pinjamanyang diberikan kepada negara lain. Pada tahun 1997-1998, krisismemaksa Jepang mengurangi jumlah pinjaman yang diberikan lebihjauh lagi. Bahkan, Jepang menarik uang dalam jumlah besar dariSingapura dan Hong Kong yang pada saat itu merupakan titik pentingkegiatan perekonomian Asia. Aksi ini kemudian menimbulkankonsekuensi krisis yang berdampak secara regional di kawasan Asia.13

Penurunan kekuatan Jepang di kawasan Asia terancam pula denganmasuknya perusahaan-perusahaan dari Amerika dan Eropa ke pasarAsia. Di sisi lain, China, Hong Kong, Taiwan dan Korea Selatan yang

10 Overholt, Japan’s Economy: At War with Itself11 Overholt, Japan’s Economy: At War with Itself12 Bantuan ini dikenal dengan sebutan Official Development Assistance13 Overholt, Japan’s Economy: At War with Itself

Page 7: Analisis Implementasi Strategi Diplomasi Budaya Populer ...journal.unair.ac.id/filerPDF/jahi61e4ae6f13full.pdf · Indonesia menjadi salah satu pilihan rasional yang bisa dilakukan

Analisis Strategi Diplomasi Budaya Populer Jepang di Indonesia 2008-2013

Jurnal Analisis HI, Maret 2014 497

juga memiliki kekuatan ekonomi yang cukup besar dan mampu menjadipesaing Jepang di regional Asia. Terlebih lagi China yang memilikitingkat produksi tinggi dan menjelma menjadi sebuah kekuatanekonomi yang mendominasi.

The Bubble Economy Crisis

Krisis bubble economy terjadi pada tahun 1991. Banyak sekali faktoryang menyebabkan krisis ini, salah satu yang utama adalah karenahubungan asimetris dengan Amerika Serikat14 yang berimplikasi padaapresiasi nilai yen yang berlebih. Pada tahun 1949, nilai tukar 1 USDsetara dengan 360 yen, sedangkan pada tahun 1989 nilai tukarnyaadalah 1 USD setara dengan 100 yen. Tingginya apresiasi ini jugaditunjang oleh runtuhnya sistem Brettonwood.15

Pasca perang dingin, muncul tuntutan dari Amerika Serikat terhadapJepang agar membuka pintu perdagangan yang selama ini ditutup.Konsekuensi dari tuntutan ini, Jepang kemudian mengurangi tingkatbunga pinjaman serta subsidi kepada perusahaan-perusahaan miliknya.Perusahaan yang tidak menerima lagi subsidi kemudian berupayamencari pemasukan melalui pasar modal. Implikasi dari aksi tersebutadalah meningkatnya jumlah perusahaan Jepang yang masuk dalambursa saham dengan disertai peningkatan nilai tukar yen yang kemudianberdampak pada terbentuknya krisis bubble economy.16

Pada permulaan, peningkatan nilai yen dan pendapatan baru dari bursasaham menjadi hal yang memotivasi perusahaan-perusahaan Jepanguntuk melakukan ekspansi produksi. Namun masalah yang timbuladalah jumlah produksi mereka tidak sebanding dengan daya belimasyarakat di negara lain. Nilai yen yang kuat membuat produk-produkdari Jepang menjadi mahal. Konsumen lebih memilih untuk mencariproduk yang lebih murah dari negara lain. Hal ini berimplikasi padajatuhnya harga saham perusahaan Jepang di bursa saham dunia. Indekssaham Nikkei mengalami penurunan signifikan dan semua perusahaanJepang yang masuk di dalamnya terpengaruh dampak yang sama.

14 Hubungan asimetris antara Amerika dan Jepang dimulai pada pasca PD2 terkait dengankesepakatan bahwa Jepang diperbolehkan untuk mengekspor secara bebas ke Amerika, sedanganJepang mengisolasi diri dengan tidak menerima ekspor Amerika ke Jepang.

15 Sistem moneter Brettonwood merupakan sistem moneter yang diberlakukan IMF pasca PD2.Salah satu isi utama sistem tersebut adalah menghubungkan antara dollar AS dengan hargastandar emas dan menghubungkan semua mata uang negara lain kepada dollar AS. Sistem iniberakhir pada 1971 dengan lepasnya keterikatan dollar AS dengan harga standar emas.

16 Richard Katz, "Japan's Phoenix Economy." Foreign Affairs, Jan/Feb. 2003, 114-128,http://www.foreignaffairs.com/articles/58624/richard-katz/japans-phoenix-economy (diakses20 November 2013)

Page 8: Analisis Implementasi Strategi Diplomasi Budaya Populer ...journal.unair.ac.id/filerPDF/jahi61e4ae6f13full.pdf · Indonesia menjadi salah satu pilihan rasional yang bisa dilakukan

Okky Gilang Matahari

498 Jurnal Analisis Hubungan Internasional, Vol. 3, No. 1

Penurunan nilai saham ini berdampak fatal bagi perusahaan Jepang,karena nilai saham yang stabil dan kuat merupakan salah satu syaratuntuk mendapatkan pinjaman dari bank. Akibatnya, nilai saham yangturun berarti pemasukan yang menurun bagi perusahaan, ditambah lagipinjaman dari bank yang semakin sedikit atau bahkan tidak ada samasekali.17 Tentu saja perusahaan akan mengalami kesulitan keuanganyang cukup signifikan dari peristiwa tersebut. Pilihan yang ada hanyamengurangi pengeluaran seminim mungkin dengan mengurangi jumlahpekerja, mengurangi produksi, menutup beberapa cabangperusahaan,hingga menandatangani surat bankrut.

Sebenarnya krisis tersebut dipengaruhi oleh pola diplomasi ekonomiyang dilakukan oleh Jepang selama menikmati pertumbuhan ekonomiyang tinggi. Dengan memiliki dana besar serta tren pertumbuhanekonomi yang sangat baik, pemerintah Jepang menganggap bahwamengalokasikan pengeluaran dengan memberikan investasi bukanmerupakan tindakan yang salah. Memang benar bahwa investasi bukanhal yang salah, namun yang dilakukan oleh Jepang adalah berinvestasipada pihak-pihak yang memiliki resiko tinggi. Bank dengan mudahmemberikan pinjaman kepada perusahaan tanpa melakukan analisismendalam mengenai penggunaan kredit serta proses pengembaliannya.Pada masa krisis bubble economy, faktanya Jepang memberikan begitubanyak pada perusahaan yang tidak prospektif sehingga pengembalianpinjaman menjadi permasalahan yang sulit. Inti dari permasalahankrisis ini adalah ketidakjelian pemerintah dan bank untuk melakukanproses ekonomi yang mengacu pada hasil jangka pendek maupunpanjang. Hasilnya, pinjaman dan investasi yang diberikan sebagianbesar tidak digunakan secara efektif dan justru menimbulkan kerugianbagi Jepang sendiri.

Jepang kemudian memasuki keadaan kritis dan mengawali masa resesiekonomi pada tahun 1996. Pemerintah berupaya untuk menyelamatkanperusahaan-perusahaan besar dengan memberikan bantuan danasehingga tidak menyebabkan kebankrutan massal dan membuattingginya tingkat pengangguran. Kebijakan ini diharapkan mampuuntuk mencegah ketidakstabilan sosial yang timbul jika sampai terjadipemecatan massal terhadap para pekerja.18 Dengan upaya tersebut,pemerintah Jepang menanggung hutang yang begitu besar Meskipunbegitu, upaya pemberian dana tersebut tidak bertahan lama dan justrumemberikan masalah yang lebih besar. Perekonomian Jepang tidakmenjadi semakin baik, perusahaan pada akhirnya tetap melakukanpemecatan kepada para pekerjanya dan pemerintah Jepang tetapmenanggung hutang dari semua dana yang sudah dikeluarkan

17 Richard Katz. Japan’s Phoenix Economy18 Richard Katz, Japan’s Phoenix Economy

Page 9: Analisis Implementasi Strategi Diplomasi Budaya Populer ...journal.unair.ac.id/filerPDF/jahi61e4ae6f13full.pdf · Indonesia menjadi salah satu pilihan rasional yang bisa dilakukan

Analisis Strategi Diplomasi Budaya Populer Jepang di Indonesia 2008-2013

Jurnal Analisis HI, Maret 2014 499

sebelumnya.19 Memasuki tahun 2001, tingkat pengangguran di Jepangpada kelompok usia 18 hingga 24 tahun mencapai lebih dari 10%.20

Masa resesi ekonomi Jepang berlanjut hingga tahun 2008, krisis diAmerika Serikat meluas dan berakibat pada menurunnya nilai kegiatanekonomi secara drastis. Amerika Serikat sendiri merupakan pihak palingberpengaruh dalam pasar modal dan mata uang, sehingga krisis yangdialami Amerika Serikat tentu saja akan berdampak pada sebagian besarnegara yang terlibat di dalamnya. Krisis ini berakibat fatal bagipemerintah Jepang. Hutang negara menjadi berlipat dan beban sosialwarganya semakin meningkat. Walaupun pemerintah Jepang masihterus mengupayakan penyelamatan perusahaan besar dan para pekerja,tetap saja ada beberapa yang harus dikorbankan.

Tingkat pertumbuhan ekonomi Jepang pada tahun 2008 mencapaiangka -1,04% dan di tahun 2009 mencapai -5,5%.21 Keadaan ini sedikitmengalami peningkatan pada tahun 2010 dengan peningkatanpertumbuhan ekonomi sebesar 4,6%, namun kembali turun pada tahun2011 dengan angka pertumbuhan ekonomi -0,57%.22 Pertumbuhan yangtidak stabil dan cenderung menunjukkan tren yang kurang baik iniberimplikasi pada jumlah total hutang Jepang. Pada 2013, hutangJepang mencapai 500% dari total GDP. Angka ini jauh lebih tinggi jikadibandingkan dengan hutang Amerika Serikat yang mencapai 370% daritotal GDP. Data statistik hutang ini membuat Jepang termasuk dalamnegara maju dengan hutang yang paling besar.23

Dengan kondisi ekonomi yang tidak menunjukkan perkembangansignifikan, muncul berbagai tekanan terutama dari dalam masyarakatJepang sendiri. Mereka menginginkan agar pemerintah mampumembuat kebijakan yang bisa mengangkat Jepang dari resesi ekonomiberkepanjangan. Di sisi lain, tekanan politik dari berbagai pihak jugamenginginkan agar segera terjadi perubahan menuju kondisi yang lebihbaik. Dengan kekuatan ekonomi yang sangat terbatas, cukup sulit bagiJepang untuk melakukan alokasi dana ke berbagai program kerja yangdicanangkan pemerintah. Terlebih lagi, China dan Korea Selatan sudahmenunjukkan bahwa Jepang tidak lagi mendominasi perekonomianAsia. Persaingan di bidang ekonomi menjadi satu hal yang cukupmenyulitkan bagi Jepang dalam keadaan resesi yang belum berakhir.

19 Richard Katz, Japan’s Phoenix Economy20 Japan’s Statistic Bureau, Unemployed Person (by age) statistics,

http://www.stat.go.jp/english/data/roudou/lngindex.htm (diakses 22 November 2013)21 World Bank, Japan’s Growth Data, http://data.worldbank.org/country/japan (diakses 25

November 2013)22 World Bank, Japan’s Growth Data23 Abenomics isnt doing enough to fix japan, Market Watch, 2013

http://www.marketwatch.com/story/abenomics-isnt-doing-enough-to-fix-japan-2013-07-15(diakses 18 November 2013)

Page 10: Analisis Implementasi Strategi Diplomasi Budaya Populer ...journal.unair.ac.id/filerPDF/jahi61e4ae6f13full.pdf · Indonesia menjadi salah satu pilihan rasional yang bisa dilakukan

Okky Gilang Matahari

500 Jurnal Analisis Hubungan Internasional, Vol. 3, No. 1

Jepang perlu memikirkan alternatif yang bisa dilakukan untuk menjagaeksistensi negara dan mampu menghindar dari bencana ekonomi, sosialserta politik.

Kebangkitan Industri Kreatif Jepang Pada Masa Resesi

Dalam masa krisis akibat dari bubble economy dan resesi ekonomi yangsemakin buruk, industri kreatif Jepang merupakan salah satu darisedikit sektor yang mampu bertahan dan terus menunjukkanperkembangan yang signifikan. Kemajuan dalam sektor ini tidakterlepas dari kebudayaan masyarakat Jepang yang sudah dibentuk sejaklama sebagai masyarakat yang mampu bekerja keras serta memilikidedikasi dan loyalitas yang tinggi.24 Konsep masyarakat ini dikenaldengan istilah enterprise society. Kondisi tersebut dibangun dengan tigapilar utama yang menopang, yakni sekolah, keluarga, serta korporasi.Integrasi dari ketiga pilar tersebut memberikan kesempatan bagimasyarakat Jepang untuk meningkatkan kesejahteraan masing-masing.Masyarakat Jepang merupakan masyarakat yang memiliki tingkatpendidikan tinggi dan memiliki kesadaran politik, sosial dan budayayang baik pula.25 Dengan bekal tersebut, banyak industri kreatif danhiburan dibangun dari karya-karya individual serta menggunakansarana teknologi informasi dan komunikasi sebagai jembatan untukmelakukan pemasaran.

Keadaan masyarakat Jepang pasca krisis bubble economy memang tidakterlalu baik. Harga barang meningkat dan lapangan pekerjaan semakinsulit dicari. Namun pada faktanya, kelompok masyarakat menengah diJepang masih menikmati pekerjaan tetap dan gaji stabil yangmerupakan dampak kebijakan pemerintah untuk menyelamatkan parapekerja dan mencegah pengangguran.26 Kondisi ini berimplikasi padagaya hidup kelompok masyarakat menengah yang cenderung melakukankonsumsi secara berlebih. Salah satu pilihan yang sering dilakukanadalah pemenuhan kesenangan dari industri hiburan dan kreatif demimenekan tingkat stress yang dialami dari pekerjaan maupun kondisikrisis nasional yang sedang terjadi.

Permintaan yang meningkat atas produk kreatif dan hiburan berbandinglurus dengan perkembangan industrinya. Yoshio Sugimoto menjelaskanbahwa pada masa resesi tersebut, terdapat empat fenomena besarterkait dengan budaya massa di Jepang. Fenomena-fenomena tersebut

24 Anne Allison, The Cool Brand, Affective Activism and Japanese Youth, Sage Pub, 2009http://tcs.sagepub.com/content/26/2-3/89 (diakses 10 Desember 2013)

25 Overholt, Japan’s Economy: At War with Itself26 Richard Katz, Japan’s Phoenix Economy

Page 11: Analisis Implementasi Strategi Diplomasi Budaya Populer ...journal.unair.ac.id/filerPDF/jahi61e4ae6f13full.pdf · Indonesia menjadi salah satu pilihan rasional yang bisa dilakukan

Analisis Strategi Diplomasi Budaya Populer Jepang di Indonesia 2008-2013

Jurnal Analisis HI, Maret 2014 501

antara lain manga, karaoke, pachinko, dan industri cinta.27 MasyarakatJepang mengonsumsi produk-produk budaya massa tersebut secaraberkelanjutan dan berkontribusi pada pengembangan prosesindustrialisasi budaya yang terus menghadirkan inovasi terbaru demipemenuhan kebutuhan hidup masyarakat Jepang sendiri. Walaupunpada perkembangan yang terjadi, tidak hanya berdampak secara lokalpada masyarakat Jepang saja melainkan juga kepada masyarakatinternasional secara umum.

Fenomena kebangkitan industri kreatif dan hiburan ini terus berlanjutseiring dengan perkembangan teknologi informasi dan komunikasi.Manga yang dulu berupa gambar diam telah diangkat menjadi karya-karya baru berbentuk animasi dengan jalan cerita yang dibuat lebihkompleks dan menyenangkan. Karya baru ini kemudian dikenal denganistilah anime. Perkembangan industri musik di Jepang juga mengalamipeningkatan yang signifikan. Dengan adanya media kaset, CD, VCD,DVD, hingga Blu-ray, produk musik populer Jepang bisa dipasarkanhingga ke luar negeri. Tidak hanya berupa audio saja, dengan semakinberkembangnya teknologi rekaman membuat penikmat musik juga bisadimanjakan dengan visualisasi yang mutakhir. Popularitas musikJepang juga ditunjang dengan industri karaoke yang juga mengalamiperkembangan pesat. Istilah J-pop kemudian dikenal sebagai identitasmusik populer Jepang.

Fenomena kebangkitan industri kreatif dan hiburan Jepang dijelaskanoleh Hardt dan Negri28 sebagai suatu bentuk transisi yang sebenarnyaterjadi dalam lingkungan global. Terdapat pergeseran yang signifikandari upaya produksi barang atau material menjadi proses pertukaraninformasi, komunikasi dan pengaruh yang tidak bersifat materi.29 Prosestransisi ini tidak hanya terjadi di Jepang, namun dalam kerangka yanglebih luas yakni lingkungan internasional. Proses globalisasi membuattingkat keterhubungan antar-negara menjadi semakin erat. Ketikasebuah negara mengalami krisis, maka krisis tersebut sangatberpotensial untuk merambat ke negara-negara lainnya.

Transisi yang terjadi menunjukkan bahwa tren produksi material sedangmengalami penurunan terkait dengan krisis global yang sedang terjadi.Walaupun begitu, pekerjaan di sektor material seperti di bidangagrikultur dan pertambangan masih memiliki peran yang cukupsignifikan. Di sisi lain, pekerja di sektor jasa seperti di media massa,periklanan, industri kreatif dan hiburan serta pekerjaan berbasis

27 Yoshio Sugimoto, An Introduction to Japanese Society, (New York:Cambridge University Press),2002, 249

28 Hardt dan Negri, Multitude: War and Democracy in the Age of Empire, dalam Allison, The CoolBrand

29 Hardt dan Negri, Multitude: War and Democracy, dalam Allison, The Cool Brand

Page 12: Analisis Implementasi Strategi Diplomasi Budaya Populer ...journal.unair.ac.id/filerPDF/jahi61e4ae6f13full.pdf · Indonesia menjadi salah satu pilihan rasional yang bisa dilakukan

Okky Gilang Matahari

502 Jurnal Analisis Hubungan Internasional, Vol. 3, No. 1

internet bertransformasi menjadi sebuah kekuatan hegemon yangmembentuk logika berpikir dan opini dari masyarakat.30 Pekerja dibidang jasa menggunakan komunikasi sebagai sebuah instrumen yangmenunjang hampir seluruh kegiatannya, tidak hanya dalam prosesproduksi melainkan juga sebagai hasil dari produksi itu sendiri. Denganmelihat pada fakta ini, kebutuhan akan proses komunikasi yang tepatdan efisien menjadi salah satu kunci utama untuk pengembangan dalamjangka panjang.

Penjelasan dari Hardt dan Negri menguatkan fakta bahwa pada masakrisis finansial global, industri jasa (termasuk di dalamnya adalahindustri kreatif dan hiburan) memiliki kesempatan untuk bertahan danterus berkembang karena faktor-faktor produksi yang ada tidak terlaludipengaruhi oleh kondisi krisis. Berbeda dengan industri berbasismaterial yang sangat bergantung pada nilai tukar dan prosesperdagangan yang justru rawan terkena dampak krisis ekonomi.

Arti Penting Indonesia

Indonesia telah menjalin kerjasama bilateral secara intensif denganJepang melalui Economic Partnership Agreement (EPA). Perjanjian EPAantara Indonesia dan Jepang diratifikasi pada awal tahun 2008 danmulai aktif diimplementasikan pada tanggal 1 Juli 2008.Kerjasamastrategis di bidang ekonomi ini memberikan kemudahan bagi prosesperdagangan antara kedua negara.

Dengan berlakunya kerjasama EPA antara Indonesia dan Jepang, maka80 persen dari seluruh pos tarif Jepang menjadi nol persen bagi produkekspor Indonesia. Sekitar 10 persen dari pos tarif lainnya akan menjadinol persen secara bertahap dalam jangka waktu 3 hingga 10 tahun.Jepang mengecualikan sekitar 10 persen dari pos tarifnya padapembukaan akses pasar melalui EPA. Di sisi Indonesia, 58 persen postarif Indonesia turun menjadi nol persen bagi produk ekspor Jepangpada saat berlakunya EPA. Sekitar 35 persen dari tarif bea masuklainnya diturunkan secara bertahap dalam jangka waktu 3 hingga 10tahun.Indonesia memberikan pengecualian 7 persen dari 11.163 postarifnya dari pembukaan akses pasar.31 Dengan penurunan tarif yangcukup tinggi, biaya perdagangan serta prosedur yang harus dilewatimenjadi semakin kecil. Pada tahapan tersebut diharapkan nilai transaksiantara kedua negara terus meningkat.

30 Allison, The Cool Brand31 Nur Hidayati, Indonesia-Jepang EPA hanya peluang, bukan jaminan, Kompas, 20 Agustus 2007

Page 13: Analisis Implementasi Strategi Diplomasi Budaya Populer ...journal.unair.ac.id/filerPDF/jahi61e4ae6f13full.pdf · Indonesia menjadi salah satu pilihan rasional yang bisa dilakukan

Analisis Strategi Diplomasi Budaya Populer Jepang di Indonesia 2008-2013

Jurnal Analisis HI, Maret 2014 503

Kebijakan penurunan tarif yang dilakukan kedua negara denganberdasarkan pada kerjasama EPA terbukti memberikan dampak yangsignifikan bagi peningkatan hubungan dagang serta investasi. NilaiImpor Indonesia terhadap Jepang terus mengalami peningkatan.Walaupun sempat menurun pada tahun krisis 2008-2009, namun pascatahun krisis mulai mengalami peningkatan kembali. Tren peningkatannilai impor Indonesia terhadap Jepang mengindikasikan bahwaIndonesia masih membutuhkan Jepang sebagai rekan dagang dengannilai yang cukup besar.

Di tahun 2007, nilai impor Indonesia terhadap Jepang mencapai angkaUSD 9,3 milyar. Meningkat pesat di tahun 2008 dengan angka USD 15,2milyar. Karena krisis global pada akhir tahun 2008, di tahun 2009 nilaiimpor Indonesia turun menjadi USD 9,7 milyar. Namun di tahunberikutnya mengalami tren peningkatan dengan angka USD 16,7 milyardi tahun 2010, USD 19,3 milyar di tahun 2011, dan USD 22,6 milyar ditahun 2012.

Grafik nilai impor Indonesia terhadap Jepang tersebut menunjukkanbahwa walaupun Jepang sedang mengalami dampak krisis global tahun2008 dan sudah lebih dari 10 tahun memasuki masa resesi ekonomi,Indonesia masih memiliki kepercayaan pada Jepang dengan membeliproduk-produk buatan Jepang dalam angka yang cukup besar.

Jepang juga membutuhkan barang-barang yang dijual oleh Indonesia,terlebih lagi di sektor energi dan produk agrikultur. Nilai impor Jepangterhadap Indonesia di tahun 2007 sebesar USD 26,4 milyar, meningkatdi tahun 2008 dengan angka USD 32,2 milyar. Dampak dari krisis globaltahun 2008 mengakibatkan penurunan nilai impor Jepang terhadapIndonesia di tahun 2009 pada angka USD 21,8 milyar. Baru pada tahun2010 nilai impor Jepang kembali meningkat sebesar USD 28,1 milyar.Selanjutnya di tahun 2011 masih mengalami peningkatan pada angkaUSD 33,9 milyar dan kembali menurun di tahun 2012 dengan USD 32,3milyar. Grafik berikut ini menunjukkan dinamika nilai impor Jepangterhadap Indonesia dari tahun 2007 hingga 2012.

Beberapa keistimewaan Indonesia di bidang ekonomi terkait dengankrisis global pada tahun 2008, Indonesia merupakan satu-satunyanegara G20 yang mampu mempertahankan tingkat pertumbuhanekonomi positif pada masa krisis global.32 Fakta tersebut membuatJepang berpikir bahwa Indonesia memiliki kekuatan ekonomi yangstabil dan mampu bertahan menghadapi krisis finansial. Dengan begitu,

32 “Indonesia Trade, Exports, and Imports”, Economy Watch, 15 Maret 2010,http://www.economywatch.com/world_economy/indonesia/export-import.html (diakses 12November 2013)

Page 14: Analisis Implementasi Strategi Diplomasi Budaya Populer ...journal.unair.ac.id/filerPDF/jahi61e4ae6f13full.pdf · Indonesia menjadi salah satu pilihan rasional yang bisa dilakukan

Okky Gilang Matahari

504 Jurnal Analisis Hubungan Internasional, Vol. 3, No. 1

melakukan kerjasama dan mempertahankan hubungan baik denganIndonesia merupakan suatu hal yang diperlukan. Kondisi ekonomiJepang yang masih belum pulih akan sangat rawan bila dalam waktudekat terjadi lagi krisis yang tidak diharapkan, namun dengan adanyakerjasama dengan Indonesia yang kapabilitas ekonominya sudah terujidi tahun 2008-2009, maka setidaknya Jepang akan mampu bertahandan terhindar dari kerugian yang lebih besar.

Di sisi lain, lebih dari 50% jumlah penduduk Indonesia adalah kelompokproduktif dalam rentang usia 15 hingga 54 tahun. Sementara, pendudukdi bawah usia produktif sebesar 26,6 persen dari total populasiIndonesia dalam rentang usia 0 hingga 14 tahun. Jumlah terkecil padarentang umur 55 ke atas dengan proporsi sekitar 14 persen dari totalpopulasi Indonesia.

Fakta tersebut tentu saja menjadi daya tarik tersendiri bagi Jepang.Dengan jumlah penduduk muda yang besar, Indonesia berpotensisebagai sasaran yang ideal bagi pemasaran berbagai produk budayaJepang. Seperti yang diketahui bahwa target pasar dari kampanyebudaya populer Jepang adalah segmen usia muda. Dengan ditunjangbesarnya arus globalisasi yang memengaruhi gaya hidup, pendudukmuda di Indonesia juga terdampak oleh tren gaya hidup yang lebihmodern. Sebagian besar penduduk usia muda di Indonesia turut aktifdalam komunitas global melalui jejaring sosial seperti facebook, twitterserta media berbagi seperti youtube dan soundcloud. Tingkatpemahaman mereka terhadap perkembangan teknologi juga cukup baik.Faktor ini juga memudahkan Jepang dalam melakukan transferinformasi serta melakukan komunikasi kepada penduduk usia mudaIndonesia melalui media yang sering dan mudah diakses.

Bagi Jepang, Indonesia memiliki kriteria yang sangat ideal sebagaitarget penerapan strategi budaya populer. Kedekatan historis membuatJepang mendapatkan kemudahan dalam berinteraksi denganmasyarakat Indonesia. Keunikan budaya Jepang juga memperolehpenerimaan yang baik dari masyarakat, sehingga Jepang tidak perlumemikirkan resiko adanya penolakan dari masyarakat Indonesia.

Jumlah penduduk yang menempati posisi lima besar di dunia membuatIndonesia menjadi sangat baik sebagai tempat untuk mendapatkanrespon masyarakat terkait dengan kebijakan-kebijakan Jepang yangditerapkan di dalamnya. Dengan merujuk pada respon masyarakatIndonesia, Jepang bisa melakukan evaluasi terhadap kebijakan danstrategi yang diterapkannya. Hasil evaluasi tersebut kemudian dijadikansebagai acuan pembuatan strategi Jepang dalam menembus pasar yanglebih besar seperti China.

Page 15: Analisis Implementasi Strategi Diplomasi Budaya Populer ...journal.unair.ac.id/filerPDF/jahi61e4ae6f13full.pdf · Indonesia menjadi salah satu pilihan rasional yang bisa dilakukan

Analisis Strategi Diplomasi Budaya Populer Jepang di Indonesia 2008-2013

Jurnal Analisis HI, Maret 2014 505

China memang salah satu target pasar yang diincar oleh Jepang, tetapidengan adanya isu-isu perbatasan yang mulai panas maka akan sulitbagi Jepang untuk menembus pasar Jepang dengan mudah. Sengketaperbatasan akan membuat citra Jepang menjadi buruk bagi publikChina dan tentu saja akan mempersulit masuknya produk Jepang.Berbeda dengan China, Indonesia tidak memiliki isu perbatasan yangdapat mengganggu hubungan diplomatik dengan Jepang. Di sisi lain,Indonesia memiliki karakteristik yang mendekati China, seperti populasiyang besar, tingkat perekonomian yang cukup stabil, bahkan diasporaorang China di Indonesia juga cukup besar. Karakteristik tersebutmemenuhi kriteria yang dibutuhkan Jepang dalam menerapkanstrateginya.

Analisis Konversi Input Menjadi Output dalam Sistem PolitikJepang

Perekonomian Jepang mengalami dinamika dan benturan krisis yangmembuat tingkat pertumbuhan ekonomi menjadi stagnan. Terlebih lagipada tahun 2008 Jepang terkena dampak dari krisis finansial global danmengalami pertumbuhan ekonomi negatif di tahun 2008 dan 2009.Kondisi tersebut pasti membuat pemerintah Jepang berpikir untukmelakukan kebijakan-kebijakan taktis terkait dengan perekonomiannegara. Beberapa hal yang masuk akal untuk dilakukan oleh pemerintahJepang adalah mengurangi jumlah pengeluaran negara di berbagaisektor, meningkatkan pemasukan negara dengan memperbesar pasar,serta memanfaatkan sektor-sektor yang berpotensi menghasilkanpemasukan secara maksimal.

Dengan mengurangi jumlah pengeluaran negara, berarti Jepang tidakbisa secara leluasa melakukan belanja negara atau melakukan investasilangsung ke luar negeri. Begitu pula dengan metode diplomasi klasikJepang yang berbasis ekonomi, tidak bisa dilakukan dengansembarangan lagi. Jika tidak, bisa jadi bukan keuntungan yangdiperoleh tetapi hutang negara yang makin menumpuk. Pada titik ini,kekuatan ekonomi Jepang memiliki batas yang sangat ketat untukdipergunakan.

Meningkatkan pemasukan negara dengan memperbesar pasar berartiJepang harus melakukan kerjasama dengan negara-negara yangmemiliki prospek pasar besar sepeti Indonesia. Di sisi lain, perludipertimbangkan pula bagaimana posisi dan citra Jepang pada negarayang dituju agar penetrasi pasar yang dilakukan bisa berjalan secaraefektif dengan resiko yang kecil.

Page 16: Analisis Implementasi Strategi Diplomasi Budaya Populer ...journal.unair.ac.id/filerPDF/jahi61e4ae6f13full.pdf · Indonesia menjadi salah satu pilihan rasional yang bisa dilakukan

Okky Gilang Matahari

506 Jurnal Analisis Hubungan Internasional, Vol. 3, No. 1

Jepang perlu memanfaatkan secara optimal sektor-sektor lain yangmemiliki potensi menghasilkan pemasukan dalam jumlah yangsignifikan. Jepang memiliki sektor industri kreatif dan hiburan yangterbukti mampu bertahan dan berkembang dalam kondisi krisis. Sektorini merupakan salah satu kekuatan Jepang yang bisa dimaksimalkandemi mencapai keuntungan.

Di sisi lain, Indonesia sebagai mitra Jepang memiliki kriteria yang sesuaidengan apa yang diharapkan Jepang. Dengan pasar yang besar sertakemudahan akses di bidang ekonomi serta sosial budaya,menjadikannya sebuah kesempatan baik bagi Jepang untukmemanfaatkan hubungan tersebut. Terlebih lagi Jepang memperolehsebagian produk energi dari Indonesia. Hal yang sangat diperlukan demimemperbaiki kondisi perekonomian melalui industri.

Hal lain yang perlu diperhatikan adalah kemungkinan ancamanterhadap penerapan strategi Jepang. Misalnya saja kompetitor darinegara lain yang juga memiliki target pasar sama dengan Jepang, sepertiChina dan Korea Selatan. Dalam hal kekuatan ekonomi, baik China,Korea Selatan, dan Jepang masuk dalam kategori negara maju denganperan ekonomi yang besar. Namun posisi Jepang tidak diuntungkandengan adanya krisis finansial global yang melanda pada saat resesiekonomi masih belum bisa teratasi. Sedangkan daam hal budaya, KoreaSelatan merupakan pesaing yang berat karena peningkatan popularitasbudaya populernya yang terus meningkat akan mengancam popularitasbudaya populer Jepang jika menyasar pada target pasar yang sama diIndonesia.

Ada dua opsi yang bisa dilakukan terkait dengan strategi diplomasiJepang, pertama, pemerintah Jepang tetap melakukan diplomasi klasikdengan berbasis ekonomi terhadap Indonesia. Pilihan ini masih bisadilakukan karena walaupun kondisi ekonomi pada saat itu tidakmenguntungkan, namun fakta bahwa Jepang adalah negara majudengan aktifitas ekonomi yang besar membuatnya tetap mampubertahan. Namun dengan kondisi ekonomi yang sedang dalamkrisis,penerapan diplomasi ekonomi yang dipaksakan konsekuensinyaadalah hasil yang tidak maksimal jika tetap diteruskan. Terlebih lagi,kondisi ekonomi Indonesia yang cukup stabil tidak akan membutuhkanbanyak bantuan dari Jepang. Selain itu, munculnya China dan KoreaSelatan yang juga memiliki kekuatan ekonomi lebih stabil daripadaJepang akan memberikan ancaman tersendiri bagi penerapan diplomasiekonomi Jepang. Dalam hal ini, posisi tawar Jepang terhadap Indonesiadalam hal ekonomi tidak akan terlalu tinggi jika China dan KoreaSelatan juga melakukan hal yang sama. Penerapan diplomasi ekonomiterhadap Indonesia tidak akan banyak memberikan dampak positif bagiJepang jika tetap dilakukan.

Page 17: Analisis Implementasi Strategi Diplomasi Budaya Populer ...journal.unair.ac.id/filerPDF/jahi61e4ae6f13full.pdf · Indonesia menjadi salah satu pilihan rasional yang bisa dilakukan

Analisis Strategi Diplomasi Budaya Populer Jepang di Indonesia 2008-2013

Jurnal Analisis HI, Maret 2014 507

Opsi berikutnya, Jepang menerapkan diplomasi berbasis budayaterhadap Indonesia. Banyak faktor yang menguntungkan Jepang padaopsi ini. Melihat pada tabel sebelumnya, Indonesia memberikankemudahan bagi Jepang dalam transaksi perdagangan, masyarakatIndonesia juga memberikan respon yang baik terhadap produk Jepang,juga kondisi ekonomi Indonesia yang stabil tidak akan membutuhkaninvestasi berlebih sebagai umpan yang harus dikeluarkan oleh Jepang.Artinya, Jepang cukup memanfaatkan keuntungan-keuntungan yangsudah ada dan melakukan peningkatan kinerja pada sektor-sektortersebut sehingga keuntungan yang didapat menjadi berlipat.Keuntungan lainnya, produksi industri kreatif dan hiburan akanmeningkat dan mendapatkan jaringan serta pasar baru yang cukupbesar di Indonesia. Walaupun begitu, faktor ancaman juga masih tetapada. Korea Selatan melalui budaya musik dan film juga mulai melakukanekspansi ke Indonesia. Namun Jepang memiliki keunggulan lebihkarena produk budaya Jepang sudah dikenal lebih lama oleh masyarakatIndonesia melalui media yang sama.

Kepentingan Jepang yang ingin dicapai pada masa itu adalah untuk bisabertahan melalui krisis ekonomi serta meningkatkan perekonomiandemi mengurangi beban hutang negara. Selain itu, pembentukan citraJepang secara positif juga perlu dilakukan demi menjaga kepercayaanmitra Jepang dalam berbagai bentuk kerjasama. Dengan berkaca padakepentingan tersebut, maka opsi yang paling rasional untuk dipilihJepang adalah opsi kedua, yakni menerapkan strategi budaya populerterhadap Indonesia dengan konsekuensi yang sudah dijelaskansebelunya.

Kesimpulan

Berdasarkan analisis yang telah dilakukan peneliti, maka hipotesis yangdiajukan pada awal penelitian terbukti sesuai dengan hasil yang terjadi.Dengan menggunakan skema teori sistem milik Easton, dapat dipetakanbagaimana proses dari masuknya input dari lingkungan, proses konversiinput yang menghasilkan pilihan-pilihan, sampai output yang dipilihsecara rasional dibentuk.

Pada fase input, keadaan internal Jepang sedang mengalami goncangandengan adanya krisis finansial global tahun 2008. Krisis tersebutmenimbulkan banyak tuntutan kepada pemerintah Jepang untuk segeramengambil tindakan sebelum resesi ekonomi yang telah terjadi semakinparah. Kekuatan ekonomi yang melemah membuat Jepang harus sangatketat dalam mengontrol setiap pengeluaran yang ada. Dengan begitu,diplomasi ekonomi yang biasanya dilakukan oleh Jepang porsinya tidakbisa besar jika dilakukan. Masalah yang muncul kemudian, jika tetap

Page 18: Analisis Implementasi Strategi Diplomasi Budaya Populer ...journal.unair.ac.id/filerPDF/jahi61e4ae6f13full.pdf · Indonesia menjadi salah satu pilihan rasional yang bisa dilakukan

Okky Gilang Matahari

508 Jurnal Analisis Hubungan Internasional, Vol. 3, No. 1

melakukan diplomasi ekonomi maka hasilnya tidak bisa maksimal. Halini dikarenakan terbatasnya kekuatan ekonomi yang bisa dikerahkan. Disisi lain, meningkatnya industri kreatif dan hiburan Jepang memberikanharapan bagi pemulihan kondisi ekonomi. Selain itu, kerjasama denganIndonesia yang terjalin cukup lama serta kesepakatan-kesepakatan yangdisetujui oleh kedua negara memberikan kesempatan pada Jepanguntuk mendapatkan pasar bagi industri kreatif dan hiburannya yangsedang berkembang.

Input yang masuk kepada pemerintah Jepang kemudian dipetakanuntuk mengetahui kondisi Jepang pada masa itu. Dari input tersebutdapat diketahui kekuatan, kelemahan, kesempatan serta ancaman yangmungkin terjadi pada masa itu. Jepang sedang mengalami krisis,kekuatan ekonominya terbatas, industri kreatifnya mengalamipeningkatan, munculnya kesempatan untuk pemulihan ekonomi melaluiIndonesia, hingga ancaman yang muncul dari China dan Korea Selatan.Dengan mengetahui kondisi yang ada, maka dapat ditentukan pilihanpaling rasional yang bisa memenuhi kepentingan Jepang pada saat ituyakni untuk bisa melewati krisis ekonomi serta membangun citraJepang sebagai negara yang memiliki nilai budaya populer tinggi. Daripertimbangan tersebut,preferensi yang paling masuk akal adalah untukmenerapkan strategi diplomasi budaya populer ke Indonesia.

Dengan menetapkan pilihan secara rasional pada saat itu, output yangdihasilkan Jepang kemudian berupa keaktifan melakukan promosi danmenyelenggarakan acara demi memperkenalkan budaya populernyakepada masyarakat Indonesia. Beberapa acara yang sudah disebutkanmisalnya Jak-Japan Matsuri, Little Tokyo Ennichisai, serta konsermusik artis Jepang. Semua acara tersebut didukung secara penuh olehpemerintah Jepang melalui institusi The Japan Foundation, KedutaanBesar Jepang di Indonesia, serta lembaga-lembaga yang berkonsentrasipada isu-isu terkait hubungan Indonesia dan Jepang.

Pembahasan tersebut membuktikan bahwa melalui teori sistem danteori pilihan rasional, keputusan Jepang untuk menerapkan strategidiplomasi budaya populer di Indonesia dapat dijelaskan secarakomprehensif.

Page 19: Analisis Implementasi Strategi Diplomasi Budaya Populer ...journal.unair.ac.id/filerPDF/jahi61e4ae6f13full.pdf · Indonesia menjadi salah satu pilihan rasional yang bisa dilakukan

Analisis Strategi Diplomasi Budaya Populer Jepang di Indonesia 2008-2013

Jurnal Analisis HI, Maret 2014 509

Daftar Pustaka

Buku

Haryanto, Sistem Politik: Suatu Pengantar. Yogyakarta: LibertyYogyakarta,1982.

Sugimoto, Yoshio. An Introduction to Japanese Society. New York:Cambridge University Press. 2002.

Thornton, Sarah. Club Culture: Music, Media, and Subcultural Capital.Wesleyan University Press. 1996.

Williams, Raymond. Keyword, London: Fontana. 1983.Digital Content Association of Japan. The Content Industry in Japan. 4-

5. 2004.

Jurnal Artikel

Allison, Anne. “The Cool Brand, Affective Activism and Japanese Youth”,Sage Publication, 2009, http://tcs.sagepub.com/content/26/2-3/89(diakses 10 Desember 2013).

Chitekizaisan Suishin Keikaku (Intellectual Property Strategic Program).(2004&2005), http://www.ipr.go.jp/ , dalam Daliot-Bul, “JapanBrand Strategy: The Taming of ‘Cool Japan’ and The Challenges ofCultural Planning in a Postmodern Age”, Social Science JapanJournal, 247–266, 2009.

Hardt, M. dan A. Negri. Multitude: War and Democracy in the Age ofEmpire. Harmondsworth: Penguin, dalam Allison, Anne. “The CoolBrand, Affective Activism and Japanese Youth”, Sage Publication,2009, http://tcs.sagepub.com/content/26/2-3/89 (diakses 10Desember 2013).

Lam, Peng Er. “Japan’s Quest for Soft Power”, East Asia. 349-363. 2007.

Media Massa

New Cool Japan Strategy Focuses on Business Opportunities, AsahiShimbun, 1 Mei 2013.

Nur Hidayati, “Indonesia-Jepang hanya peluang, bukan jaminan.”Kompas, 20 Agustus 2007.

Artikel Online

Katz, Richard, “Japan’s Phoenix Economy”. Foreign Affairs, Jan/Feb,114-128, 2003,http://www.foreignaffairs.com/articles/58624/richard-katz/japans-phoenix-economy (diakses 20 November 2013)

McGray, Douglas. Japan’s Gross National Cool. Foreign Policy,(Mei/Juni), 44-64, 2002,

Page 20: Analisis Implementasi Strategi Diplomasi Budaya Populer ...journal.unair.ac.id/filerPDF/jahi61e4ae6f13full.pdf · Indonesia menjadi salah satu pilihan rasional yang bisa dilakukan

Okky Gilang Matahari

510 Jurnal Analisis Hubungan Internasional, Vol. 3, No. 1

http://www.foreignpolicy.com/articles/2002/05/01/japans_gross_national_cool?page=0,3 (diakses tanggal 2 Maret 2012).

MOFA . Diplomatic Bluebook .(2004) tersedia dalamhttp://www.mofa.go.jp/policy/other/bluebook/ (diakses tanggal 2Maret 2012).

Overholt, William H., “Japan’s Economy: At War with Itself”. ForeignAffairs, 2002,http://www.foreignaffairs.com/articles/57627/william-h-overholt/japans-economy-at-war-with-itself (diakses 20 November2013).

Website

“Abenomics isn’t doing enough to fix Japan”. Market Watch, (2013),http://www.marketwatch.com/story/abenomics-isnt-doing-enough-to-fix-japan-2013-07-15 (diakses 18 November 2013)

“Indonesia Trade, Exports, and Imports”, Economy Watch, 15 Maret2010, dalamhttp://www.economywatch.com/world_economy/indonesia/export-import.html (diakses 12 November 2013).

Japan’s Statistic Bureau, Unemployed Person (by age) statistics, dalamhttp://www.stat.go.jp/english/data/roudou/lngindex.htm (diakses22 November 2013).

Japan’s Strategic Council on Intellectual Property. “Intellectual PolicyOutline (English Version).”, 2002,http://www.kantei.go.jp/foreign/policy/titeki/kettei/020703taikou_e.html (diakses 19 October 2013).

Kementerian Luar Negeri Indonesia, Hubungan Bilateral Indonesia-Jepang,http://www.deplu.go.id/Pages/IFPDisplay.aspx?Name=BilateralCooperation&IDP=63&P=Bilateral&l=id (diakses 11 November 2013).

Kementerian Luar Negeri Jepang. Pop Culture Diplomacy. (2004),dalamhttp://www.mofa.go.jp/policy/culture/exchange/pop/index.html(diakses tanggal 9 Maret 2012).

Publicdiplomacy.org. Origins of the term public diplomacy (n.d) dalamhttp://publicdiplomacy.org/pages/index.php?page=about-public-diplomacy (diakses 15 Maret 2012).

Surat PM Jepang Yasuo Fukuda Kepada Presiden Susilo BambangYudhoyono, 2008,http://www.presidenri.go.id/index.php/fokus/2008/01/04/2631.html (diakses 12 Mei 2013).

World Bank. Japan’s Growth Data. ,http://data.worldbank.org/country/japan (diakses 25 November2013)