18
1 Iskandar merupakan pegawai pada Direktorat Jenderal Perbendaharaan Departemen Keuangan 2 Dr. Sugiharso Safuan merupakan pengajar pada Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia ANALISIS HUBUNGAN PERKEMBANGAN SEKTOR KEUANGAN DAN PERTUMBUHAN EKONOMI DI INDONESIA (PENDEKATAN AUTOREGRESSIVE DISTRIBUTED LAG) Iskandar 1 dan Dr. Sugiharso Safuan 2 ABSTRAK Penelitian ini meneliti hubungan perkembangan sektor keuangan dan pertumbuhan ekonomi di In- donesia dengan fokus kepada adanya fenomena “demand following” dan “supply leading”. Penelitian menggunakan data triwulanan tahun 1990:Q1-2009:Q4. Dengan menggunakan pendeka- tan Autoregressive Distributed Lag (ARDL), penelitian ini bertujuan untuk melihat apakah hubungan perkembangan sektor keuangan dan pertumbuhan ekonomi di Indonesia mengikuti fenomena supply-leading” atau “demand-following. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dengan meng- gunakan rasio kredit kepada sektor swasta terhadap PDB sebagai proksi perkembangan sektor keua- ngan, terjadi fenomena “demand-followingdimana pertumbuhan ekonomi mendorong perkem- bangan sektor keuangan di Indonesia pada periode penelitian. Kata kunci: perkembangan sektor keuangan, pertumbuhan ekonomi, demand-following, supply- leading I. Pendahuluan Pemahaman yang baik terhadap hubungan antara perkembangan sektor keuangan dan pertumbuhan ekonomi sangat diperlukan mengingat pentingnya peran sektor keuangan, khususnya intermediasi sektor keuangan, dalam perekonomian Indonesia. Hal ini dapat dicermati dari pengalaman indonesia mengalami krisis keuangan tahun 1998. Krisis tahun 1998 mengakibatkan kegiatan intermediasi sektor keuangan, terutama perbankan, terganggu sehinggga aliran dana untuk membiayai kegiatan investasi dan produksi mengalami berbagai hambatan. Hal tersebut mengakibatkan kegiatan ekonomi mengalami kontraksi yang tajam sehingga secara keseluruhan pertumbuhan PDB pada tahun 1998 merosot tajam dikisaran minus 13% jika dibandingkan pada tahun-tahun sebelumnya. Adanya hubungan antara perkembangan sektor keuangan dan pertumbuhan ekonomi dapat dilihat pula pada pengalaman indonesia pada periode sebelum tahun 1983. Dalam rangka mengendalikan laju inflasi yang tinggi pada awal orde baru dan penerimaan negara yang besar dari sektor minyak pada pertengahan dekade 1970-an, pemerintah mengambil kebijakan dengan menjalankan kebijakan penyaluran kredit yang sangat ketat melalui menetapkan tingkat suku bunga, dan penyaluran kredit yang sangat selektif,

ANALISIS HUBUNGAN PERKEMBANGAN SEKTOR ... Penelitian ini meneliti hubungan perkembangan sektor keuangan dan pertumbuhan ekonomi di In-donesia dengan fokus kepada adanya fenomena ^demand

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: ANALISIS HUBUNGAN PERKEMBANGAN SEKTOR ... Penelitian ini meneliti hubungan perkembangan sektor keuangan dan pertumbuhan ekonomi di In-donesia dengan fokus kepada adanya fenomena ^demand

1 Iskandar merupakan pegawai pada Direktorat Jenderal Perbendaharaan Departemen Keuangan

2 Dr. Sugiharso Safuan merupakan pengajar pada Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia

ANALISIS HUBUNGAN PERKEMBANGAN SEKTOR KEUANGAN DAN PERTUMBUHAN EKONOMI DI INDONESIA

(PENDEKATAN AUTOREGRESSIVE DISTRIBUTED LAG)

Iskandar1 dan Dr. Sugiharso Safuan2

ABSTRAK Penelitian ini meneliti hubungan perkembangan sektor keuangan dan pertumbuhan ekonomi di In-donesia dengan fokus kepada adanya fenomena “demand following” dan “supply leading”. Penelitian menggunakan data triwulanan tahun 1990:Q1-2009:Q4. Dengan menggunakan pendeka-tan Autoregressive Distributed Lag (ARDL), penelitian ini bertujuan untuk melihat apakah hubungan perkembangan sektor keuangan dan pertumbuhan ekonomi di Indonesia mengikuti fenomena “supply-leading” atau “demand-following”. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dengan meng-gunakan rasio kredit kepada sektor swasta terhadap PDB sebagai proksi perkembangan sektor keua-ngan, terjadi fenomena “demand-following” dimana pertumbuhan ekonomi mendorong perkem-bangan sektor keuangan di Indonesia pada periode penelitian. Kata kunci: perkembangan sektor keuangan, pertumbuhan ekonomi, demand-following, supply-

leading

I. Pendahuluan

Pemahaman yang baik terhadap hubungan antara perkembangan sektor keuangan

dan pertumbuhan ekonomi sangat diperlukan mengingat pentingnya peran sektor

keuangan, khususnya intermediasi sektor keuangan, dalam perekonomian Indonesia. Hal ini

dapat dicermati dari pengalaman indonesia mengalami krisis keuangan tahun 1998. Krisis

tahun 1998 mengakibatkan kegiatan intermediasi sektor keuangan, terutama perbankan,

terganggu sehinggga aliran dana untuk membiayai kegiatan investasi dan produksi

mengalami berbagai hambatan. Hal tersebut mengakibatkan kegiatan ekonomi mengalami

kontraksi yang tajam sehingga secara keseluruhan pertumbuhan PDB pada tahun 1998

merosot tajam dikisaran minus 13% jika dibandingkan pada tahun-tahun sebelumnya.

Adanya hubungan antara perkembangan sektor keuangan dan pertumbuhan

ekonomi dapat dilihat pula pada pengalaman indonesia pada periode sebelum tahun 1983.

Dalam rangka mengendalikan laju inflasi yang tinggi pada awal orde baru dan penerimaan

negara yang besar dari sektor minyak pada pertengahan dekade 1970-an, pemerintah

mengambil kebijakan dengan menjalankan kebijakan penyaluran kredit yang sangat ketat

melalui menetapkan tingkat suku bunga, dan penyaluran kredit yang sangat selektif,

Page 2: ANALISIS HUBUNGAN PERKEMBANGAN SEKTOR ... Penelitian ini meneliti hubungan perkembangan sektor keuangan dan pertumbuhan ekonomi di In-donesia dengan fokus kepada adanya fenomena ^demand

2

menetapkan pagu kredit dan menaikkan ketentuan cadangan likuiditas wajib. Kebijakan sek-

tor keuangan yang diambil pemerintah menyebabkan pesan sektor keuangan menjadi tidak

optimal dalam mendorong pertumbuhan ekonomi. Hal ini dapat dilihat pada dekade 1980-

an perekonomian Indonesia mengalami resesi sebagai dampak dari resesi dunia. PDB

indonesia turun drastis dari rata-rata 7,7% pada tahun-tahun sebelumnya menjadi hanya

2,2%. Untuk mengatasi kondisi tersebut pemerintah mengambil langkah-langkah berupa

perubahan kebijakan di bidang ekonomi. Salah satu langkah yang diambil adalah dengan

melakukan deregulasi sektor keuangan kearah liberalisasi sektor keuangan, berupa

pemberlakuan berbagai paket kebijakan secara bertahap mulai tahun 1983, antara lain

penghapusan ketentuan pagu kredit dan penetapan tingkat suku bunga.

Dalam melihat hubungan antara perkembangan sektor keuangan dan pertumbuhan

ekonomi, Patrick (1966) menyebutkan bahwa terdapat dua fenomena berkaitan dengan

bentuk hubungan antara perkembangan sektor keuangan dan pertumbuhan ekonomi, yaitu

fenomena “demand following” dan “supply leading”. Fenomena “demand following”

menyatakan bahwa seiring dengan pembangunan pada sektor riil, permintaan terhadap

pelayanan sektor keuangan untuk mendukung pertumbuhan ekonomi akan mengalami

peningkatan. Fenomena “supply leading” menyatakan bahwa perkembangan sektor

keuangan meningkatkan penawaran pelayanan sektor keuangan terhadap sektor riil.

Penelitian ini dimaksudkan untuk menganalisis hubungan antara perkembangan

sektor keuangan dan pertumbuhan ekonomi di Indonesia pada periode 1990:Q1-2009:Q4.

Penelitian ini bertujuan untuk melihat apakah bentuk hubungan perkembangan sektor

keuangan, utamanya fungsi intermediasi, dan pertumbuhan ekonomi di Indonesia menun-

jukkan fenomena “demand following” atau “supply leading” seperti yang dikemukan oleh

Patrick (1966). Bentuk hubungan yang berbeda akan membuat kebijakan yang dapat dite-

tapkan guna mempengaruhi perkembangan sektor keuangan dan pertumbuhan ekonomi ke

arah yang lebih baik menjadi berbeda pula.

Hipotesa yang dapat diambil sebelum penelitian ini dilakukan adalah bahwa terdapat

hubungan jangka panjang antara perkembangan sektor keuangan dan pertumbuhan

ekonomi. Terdapat dua fenomena dalam menjelaskan hubungan antara perkembangan

Page 3: ANALISIS HUBUNGAN PERKEMBANGAN SEKTOR ... Penelitian ini meneliti hubungan perkembangan sektor keuangan dan pertumbuhan ekonomi di In-donesia dengan fokus kepada adanya fenomena ^demand

3

sektor keuangan dan pertumbuhan ekonomi yaitu fenomena “demand following” dan

“supply leading”.

Pada bagian II disampaikan tinjauan pustaka yang berisi kerangka teoritis dan

penelitian terdahulu terkait hubungan perkembangan sektor keuangan dan pertumbuhan

ekonomi yang dijadikan landasan logis pengembangan hipotesa dan model penelitian.

Metode penelitian dan data akan diuraikan pada bagian III sementara hasil analisis data

beserta pembahasannya dijelaskan pada bagian IV. Sebagai penutup, pada bagian V

disampaikan kesimpulan dan beberapa hal yang dapat ditindaklanjuti dari hasil penelitian

ini.

II. Tinjauan Pustaka

Ray (1998) berpendapat bahwa adanya tabungan merupakan titik awal dari semua

teori pertumbuhan ekonomi. Untuk menjelaskan pendapatnya tersebut Ray (1998)

menggunakan konsep keseimbangan ekonomi makro (macroeconomic balance).

Pendapatan yang diterima oleh rumah tangga dari perusahaan dalam bentuk pembayaran

faktor produksi dan bagian laba, akan kembali masuk ke perusahaan dalam bentuk

permintaan terhadap konsumsi barang dan jasa seperti yang terlihat pada gambar berikut.

Tabungan dianggap sebagai sebuah “kebocoran” dari sistem, dimana permintaan konsumsi

barang dan jasa rumah tangga lebih kecil dari pendapatan yang diterima. Investor menutup

“kebocoran” ini dengan permintaan terhadap modal (investasi). Keseimbangan ekonomi

makro tercapai pada saat permintaan investasi sama dengan tabungan yang tersedia.

Pertumbuhan ekonomi yang positif akan tercapai apabila investasi melebihi nilai yang

diperlukan untuk menggantikan penyusutan modal. Jika tidak, maka pertumbuhan ekonomi

akan tetap bahkan bisa negatif. Hal ini menunjukkan pentingnya volume tabungan dan

investasi dalam menentukan pertumbuhan ekonomi.

Page 4: ANALISIS HUBUNGAN PERKEMBANGAN SEKTOR ... Penelitian ini meneliti hubungan perkembangan sektor keuangan dan pertumbuhan ekonomi di In-donesia dengan fokus kepada adanya fenomena ^demand

4

Sumber: Ray (1998)

Gambar 1. Keseimbangan Ekonomi Makro (Macroeconomic Balance)

Menurut Mishkin (2004) salah satu mekanisme transmisi kebijakan moneter adalah

melalui jalur kredit sektor keuangan. Jalur kredit sektor keuangan didasari oleh peran per-

bankan dalam sistem keuangan yang sesuai dalam mengantisipasi masalah informasi asime-

trik pada pasar kredit. Masalah informasi asimetrik yang dimaksud adalah masalah tentang

informasi terkait penyediaan dana dan penyaluran kredit yang tidak dapat disediakan oleh

pemilik dana disatu pihak dan yang membutuhkan dana dipihak lain secara efisien. Meka-

nisme transmisi kebijakan moneter adalah melalui jalur kredit sektor keuangan bekerja se-

bagai berikut:

M ↑ → bank deposits ↑ → bank loans ↑ → I ↑ → Y ↑

Kebijakan moneter yang dapat meningkatkan dana masyarakat yang disimpan pada sektor

keuangan akan meningkatkan ketersediaan dana bagi penyalutan kredit. Karena peminjam

bergantung pada kredit dari sektor keuangan untuk membiayai kegiatan usahanya, maka

kenaikan pada kredit akan meningkatkan investasi yang pada gilirannya akan meningkatkan

output.

Levine (2005) membagi sektor keuangan ke dalam lima kategori pelayanan, guna

menjelaskan peran sektor keuangan dalam pertumbuhan ekonomi. Perkembangan sektor

keuangan dapat meningkatkan kualitas dari fungsi pelayanan sektor keuangan kepada

perekonomian, dalam hal:

1. Memberikan informasi tentang kemungkinan investasi.

Perusahaan

Rumah

Tangga

Dana Keluar

Dana Keluar Dana Masuk

Dana Masuk

Upah, Sewa, Laba Pengeluaran Konsumsi

Tabungan

Investasi

Page 5: ANALISIS HUBUNGAN PERKEMBANGAN SEKTOR ... Penelitian ini meneliti hubungan perkembangan sektor keuangan dan pertumbuhan ekonomi di In-donesia dengan fokus kepada adanya fenomena ^demand

5

2. Pemantau investasi dan pelaksanaan tata kelola perusahaan.

3. Perdagangan, diversifikasi dan manajemen resiko.

4. Mobilisasi dan menghimpun tabungan.

5. Pertukaran barang dan jasa.

Masing-masing fungsi tersebut dapat mempengaruhi tingkat tabungan, keputusan untuk

melakukan investasi dan selanjutnya mempengaruhi pertumbuhan ekonomi.

McKinnon (1973) dan Shaw (1973) menjelaskan bahwa pembatasan yang dilakukan

oleh pemerintah pada sektor perbankan, seperti kontrol terhadap suku bunga, dana

cadangan bank yang tinggi dan alokasi kredit yang ketat, menghambat perkembangan

sektor keuangan dan pertumbuhan ekonomi. Lebih lanjut McKinnon dan Shaw menjelaskan

bahwa fungsi tabungan memiliki hubungan yang positif terhadap tingkat suku bunga simpa-

nan riil dan tingkat pertumbuhan output perekonomian. Sementara itu penetapan tingkat

suku bunga nominal yang bersifat administratif (ditetapkan oleh pemerintah) membuat

tingkat suku bunga riil berada di bawah tingkat keseimbangan. Oleh karena itu McKinnon

dan Shaw menyarankan liberalisasi sektor keuangan dimana tingkat suku bunga nominal

tidak lagi dikontrol sehingga dapat meningkatkan tingkat suku bunga riil ke arah titik

keseimbangan. Peningkatan tingkat suku bunga simpanan riil akan meningkatkan tingkat

tabungan dan tingkat pertumbuhan output perekonomian (Fry, 1997).

Terdapat dua bentuk hubungan antara perkembangan sektor keuangan dan

pertumbuhan ekonomi yang disampaikan oleh Patrick (1966), yaitu “demand following” dan

“supply leading”. Fenomena “demand following” terjadi pada saat perkembangan sektor

keuangan merupakan respon terhadap permintaan pelayanan sektor keuangan oleh

investor dan pemilik dana tabungan pada sektor riil. Dalam hal ini perkembangan sistem

keuagan dipandang sebagai konsekuensi lanjutan dari berkembangnya pembangunan

ekonomi. Secara alamiah, permintaan terhadap pelayanan sektor keuangan bergantung

pada pertumbuhan output riil. Semakin cepat pertumbuhan output riil, semakin besar

permintaan perusahaan terhadap sumber pendanaan dari luar yang berasal dari tabungan

pihak lain. Hal ini meningkatkan peran intermediasi sektor keuangan, karena pada banyak

situasi, kemampuan perusahaan akan semakin berkurang untuk membiayai ekspansi usaha

dengan menggunakan pendanaan dari dalam perusahaan.

Page 6: ANALISIS HUBUNGAN PERKEMBANGAN SEKTOR ... Penelitian ini meneliti hubungan perkembangan sektor keuangan dan pertumbuhan ekonomi di In-donesia dengan fokus kepada adanya fenomena ^demand

6

Fenomena “supply leading” terjadi apabila perkembangan sektor keuangan

meningkatkan penawaran pelayanan sektor keuangan terhadap sektor riil. Berdasarkan

fenomena “supply leading”, perkembangan sektor keuangan memberikan akses kepada

para pengusaha terhadap berbagai sumber pendanaan baru yang dapat dimanfaatkan oleh

pengusaha untuk mengembangkan usahanya. Intermediasi sektor keuangan melakukan

transfer sumber daya dengan mengumpulkan dana dan tabungan untuk dipergunakan bagi

penawaran berbagai pelayanan sektor keuangan terhadap sektor riil.

Penelitian tentang hubungan antara perkembangan sektor keuangan dan

pertumbuhan ekonomi telah banyak dilakukan. Beberapa diantaranya memfokuskan

penelitian pada bentuk/arah kausalitas hubungan antara perkembangan sektor keuangan

dan pertumbuhan ekonomi disajikan pada tabel 1.

Tabel 1. Beberapa Penelitian Tentang Hubungan antara Perkembangan Sektor Keuangan dan Pertumbuhan Ekonomi

Peneliti Periode Penelitian Objek Penelitian Hasil

Kar dan Pentecost (2000) 1963-1995 Turki demand-following

Waqabaca (2004) 1970-2000 Fiji demand-following

Ang dan McKibbin (2007) 1960-2001 Malaysia demand-following

Odhiambo (2008) 1969-2005 Kenya demand-following

Odhiambo (2009) 1960-2006 Afrika Selatan demand-following

Akinlo dan Egbetunde (2010) 1980-2005 10 negara di wilayah

sub-Sahara Afrika

demand-following

dan supply-leading

Siamat (2001) membahas tentang Perkembangan Sektor Keuangan di Indonesia pada

periode sebelum dan sesudah deregulasi kebijakan sektor keuangan. Diawal era orde baru

kondisi perekonomian sangat memprihatinkan, meski tidak ada angka inflasi yang pasti dan

disepakati namun berbagai pengamat memperkirakan tingkat inflasi berkisar 650% per

tahun. Dalam rangka mengendalikan laju inflasi tersebut pemerintah mengambil dua

kebijakan pokok. Pertama mengubah kebijakan anggaran defisit menjadi anggaran

berimbang. Kedua, menjalankan kebijakan kredit yang sangat ketat dan kualitatif yang

Page 7: ANALISIS HUBUNGAN PERKEMBANGAN SEKTOR ... Penelitian ini meneliti hubungan perkembangan sektor keuangan dan pertumbuhan ekonomi di In-donesia dengan fokus kepada adanya fenomena ^demand

7

dimaksudkan untuk membatasi penambahan jumlah uang beredar. Kebijakan kredit yang

ketat dan kualitatif dilakukan dengan cara menetapkan tingkat suku bunga dan penyaluran

kredit yang sangat selektif.

Pada pertengahan dekade 1970-an bisa dibilang perekonomian indonesia ditopang

oleh besarnya penerimaan dari hasil ekspor minyak, penerimaan tersebut dipergunakan

untuk penyedian Kredit Likuiditas Bank Indonesia (KLBI). Kebijakan pemerintah dalam upaya

mobilisasi dana masyarakat sebagai sumber pembiayaan pembangunan disertai dengan

penyediaan KLBI, mendorong tingginya kembali tingkat inflasi. Kebijakan yang diambil

pemerintah antara lain: menetapkan pagu kredit, menaikkan bunga kredit, menaikkan

bunga deposito dan tabungan, menaikkan ketentuan cadangan likuiditas wajib.

Memasuki dekade 1980-an perekonomian Indonesia mengalami resesi sebagai

dampak dari resesi dunia. PDB indonesia turun ke angka 2,2% di barengi dengan neraca

pembayaran yang terus memburuk bahkan terjadi defisit sebesar US$ 1,930 juta pada tahun

1982. Untuk mengatasi kondisi tersebut pemerintah melakukan deregulasi sektor keuangan

dengan berbagai paket kebijakan secara bertahap mulai tahun 1983, antara lain

penghapusan ketentuan pagu kredit dan pembebasan bagi perbankan untuk menentukan

tingkat suku bunga.

Tahun 1997/1998 perekonomian Indonesia mengalami krisis yang terberat dalam

pelaksanaan pembangunan ekonomi Indonesia. Diawali oleh krisis nilai tukar yang terjadi

pada pertengahan tahun 1997. Sejak itu, kinerja perekonomian Indonesia menurun tajam

dan berubah menjadi krisis yang berkepanjangan di berbagai bidang. Untuk mengatasi krisis

yang semakin mendalam, pemerintah telah menempuh berbagai upaya. Akan tetapi upaya-

upaya tersebut tidak begitu menunjukkan hasil karena adanya krisis kepercayaan terhadap

kemampuan pengelolaan dan prospek perekonomian semakin melemah. Dengan semakin

parahnya krisis yag terjadi, kegiatan intermediasi sektor keuangan, terutama perbankan,

terganggu sehinggga aliran dana untuk membiayai kegiatan investasi dan produksi

mengalami berbagai hambatan. Hal tersebut mengakibatkan kegiatan ekonomi mengalami

kontraksi yang tajam sehingga secara keseluruhan pertumbuhan PDB pada tahun 1998

merosot tajam dikisaran minus 13% jika dibandingkan pada tahun-tahun sebelumnya.

Page 8: ANALISIS HUBUNGAN PERKEMBANGAN SEKTOR ... Penelitian ini meneliti hubungan perkembangan sektor keuangan dan pertumbuhan ekonomi di In-donesia dengan fokus kepada adanya fenomena ^demand

8

III. Metode Penelitian dan Data

Untuk menjelaskan hubungan antara perkembangan sektor keuangan dengan

pertumbuhan ekonomi, penelitian ini menggunakan spesifikasi model berdasarkan kerangka

berfikir King dan Levine (1993) dan Khan dan Senhadji (2000) sebagai berikut:

𝐿𝑌𝑡 = 𝛼0 + 𝛼1𝐷 + 𝛼2𝐿𝐷𝑡 + 𝛼3𝑅𝑡 + 𝜀𝑡

dimana,

𝐿𝑌 = Produk Domestik Bruto Riil (dalam bentuk logaritma natural)

𝐿𝐷 = rasio kredit ke sektor swasta terhadap PDB (dalam bentuk logaritma

natural)

𝑅 = Tingkat Suku Bunga Simpanan Riil

𝐷 = Variabel Dummy

𝜀𝑡 = eror term

Penelitian ini menggunakan data triwulanan Indonesia periode 1990:Q1-2009:Q4

bersumber dari International Financial Statistic, International Monetary Fund. Variabel

Dummy digunakan untuk melihat pengaruh krisis ekonomi tahun 1998 terhadap hubungan

perkembangan sektor keuangan dan pertumbuhan ekonomi di Indonesia pada periode pe-

nelitian.

Untuk melihat hubungan perkembangan sektor keuangan dan pertumbuhan ekono-

mi di Indonesia, penelitian ini melakukan pengujian hubungan jangka panjang (kointegrasi)

menggunakan metode Autoreggresive Distributed Lag (ARDL). Metode ARDL memiliki bebe-

rapa keunggulan dibandingkan metode pengujian kointergasi lainnya. Tidak seperti metode

Engel-Granger (1987) dan metode Johansen (1988) dan Johensen dan Juselius (1990) yang

menyaratkan variabel terintegrasi pada ordo yang sama, metode ARDL dapat dipergunakan

pada variabel dengan ordo integrasi yang berbeda. Metode ARDL dapat pula menentukan

arah kausalitas dari variabel yang dipergunakan dalam model.

Langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Page 9: ANALISIS HUBUNGAN PERKEMBANGAN SEKTOR ... Penelitian ini meneliti hubungan perkembangan sektor keuangan dan pertumbuhan ekonomi di In-donesia dengan fokus kepada adanya fenomena ^demand

9

1. Melakukan pengujian stasioneritas data melihat untuk melihat apakah data terinte-

grasi pada ordo yang sama atau tidak. Jika ternyata data terintegrasi pada ordo yang

sama, maka penelitian dapat dilakukan dengan menggunakan metode kointegrasi

lainnya, seperti metode Engel-Granger (1987) dan metode Johansen (1988) dan Jo-

hensen dan Juselius (1990). Jika data tidak, maka penelitian dilakukan dengan meng-

gunakan metode ARDL.

2. Melakukan ARDL bounds test untuk mengetahui ada atau tidaknya hubungan jangka

panjang (kointegrasi) dan kausalitas diantara variabel yang dipergunakan dalam

model. ARDL bounds test dilakukan dengan cara mengestimasi persamaan umum

ARDL dengan secara bergantian menempatkan masing-masing variabel yang diper-

gunakan dalam model sebagai variabel terikat. Hal ini dimaksudkan untuk mengeta-

hui variabel mana yang menjadi penjelas bagi variabel lainnya atau dengan kata lain

untuk mengetahui arah kausalitas variabel di dalam model.

3. Melakukan pemilihan model ARDL yang akan dipergunakan sebagai dasar estimasi

koefisien jangka panjang dan dinamika jangka pendek. Pemilihan model ARDL dapat

dipilih berdasarkan Schwarz Bayesian Criterion (SBC) atau Akaike Information Crite-

rion (AIC), dimana SBC dikenal dapat memilih panjang lag terkecil sementara AIC

memilih panjang lag maksimal yang relevan. Model ARDL yang dipilih adalah model

dengan nilai simpangan baku (standard eror) yang paling kecil (Pesaran dan Pesaran,

1997)

4. Melakukan estimasi jangka panjang dan dinamika jangka pendek berdasarkan model

ARDL yang terpilih.

5. Melakukan pengujian kesesuaian model untuk memastikan bahwa model ARDL yang

dipilih dan hasil estimasi yang diperoleh tidak melanggar kaidah ekonometrika yang

umum digunakan.

IV. Hasil Penelitian dan Pembahasan

Hasil pengujian stasioneritas variabel yang dipergunakan dalam model yang

terangkum dalam tabel 2 dapat diambil kesimpulan bahwa untuk variabel LY dan LD

stasioner pada 1st difference atau terintegrasi pada orde satu I(1) dan untuk variabel R

Page 10: ANALISIS HUBUNGAN PERKEMBANGAN SEKTOR ... Penelitian ini meneliti hubungan perkembangan sektor keuangan dan pertumbuhan ekonomi di In-donesia dengan fokus kepada adanya fenomena ^demand

10

stasioner pada level atau I(0). Hasil pengujian stasioneritas tersebut mendukung pemilihan

metode ARDL dalam melihat hubungan antara perkembangan sektor keuangan dan

pertumbuhan ekonomi.

Tabel 2. Hasil Pengujian Stasioneritas

No. Variabel ADF Stat. PP Stat. Level 1st

difference

Level 1st

difference 1. LY -0.635127 -2.876384** -0.786492 -

10.92644*** 2 LD -1.878410 -3.500801** -1.306495 -6.024772*** 3 R -2.931344** -

8.924676*** -3.270830** -

6.386715*** Keterangan: *, ** dan *** menunjukkan tingkat signifikansi 10%, 5% dan 1%

Prosedur ARDL Bounds Test memiliki dua tahapan. Langkah pertama didalam ARDL

bounds test adalah menentukan panjang lag yang dipergunakan dalam mengestimasi

persamaan umum ARDL. Pemilihan lag pada penelitian ini berdasarkan unrestricted vector

autoregression (VAR) pada first-difference. Untuk data triwulanan, Pesaran dan Pesaran

(1997) menyarankan panjang lag maksimal yang dipergunakan adalah 4 lag. Dari Tabel 3.

dapat dilihat bahwa semua kriteria pemilihan lag yang ada memilih lag 4 sebagai lag yang

optimal untuk dipergunakan dalam estimasi terhadap persamaan umum ARDL.

Tabel 3. Hasil Pemilihan Panjang Lag Optimal

Lag LogL LR FPE AIC SC HQ 0 -11.13547 NA 0.000293 0.376946 0.469646 0.413960

1 23.31085 65.21838 0.000148 -0.301623 0.069175 -0.153567 2 29.81302 11.79059 0.000159 -0.235014 0.413883 0.024084 3 56.58710 46.40841 9.93e-05 -0.708989 0.218006 -0.338850 4 140.8641 139.3379* 1.34e-05* -2.716375* -1.511281* -2.235194* * menunjukkan panjang lag yang dipilih

LR: sequential modified LR test statistic (each test at 5% level) FPE: Final prediction error AIC: Akaike information criterion SC: Schwarz information criterion HQ: Hannan-Quinn information criterion

ARDL Bounds Test dilakukan dengan cara mengestimasi persamaan umum ARDL

dengan menggunakan setiap variabel sebgi variabel terikat secara bergantian. Dari hasil

Page 11: ANALISIS HUBUNGAN PERKEMBANGAN SEKTOR ... Penelitian ini meneliti hubungan perkembangan sektor keuangan dan pertumbuhan ekonomi di In-donesia dengan fokus kepada adanya fenomena ^demand

11

estimsi tersebut diperoleh nilai F-statistik uji siknifikansi bersama, dengan hipotesa null

“tidak terdapat hubungan jangka panjang”, dibandingkan dengan dua set nilai kritis yang

diberikan oleh Pesaran dan Pesaran (1997). Dapat dilihat pada tabel 4. bahwa pada tingkat

signifikansi 1% terdapat hubungan jangka panjang diantara variabel LY, LD dan R dimana

variabel LY dan R merupakan variabel penjelas bagi variabel LD. Hal ini menunjukkan bahwa

terdapat hubungan jangka panjang antara perkembangan sektor keuangan dan

pertumbuhan ekonomi dimana pertumbuhan ekonomi mendukung perkembangan sektor

keuangan.

Tabel 4. Hasil ARDL Bounds Test

Variabel Nilai F-Statistik Batas Bawah Batas Atas Kesimpulan LY 1,2669

3,817 5,122 Tidak Tolak H0

LD 6,7557 Tolak H0 R 2,5394 Tidak Tolak H0

Setelah terbukti adanya hubungan jangka panjang diantara variabel LY, LD dan R,

maka tahapan selanjutnya adalah melakukan estimasi koefisien jangka panjang dan

dinamika jangka pendek menggunakan model ARDL yang terpilih. Menggunakan panjang lag

maksimal 4 lag, metode ARDL melakukan estimasi terhadap (4+1)3 = 125 model regresi

dalam menentukan panjang lag yang optimal untuk masing-masing variabel. Perhitungan

penulis menunjukkan bahwa pemilihan model berdasarkan SBC dan AIC menunjukkan hasil

yang sama yaitu memilih spesifikasi model ARDL(1,4,4) seperti yang terlihat pada tabel 5.

Tabel 5. Hasil Estimasi ARDL(1,4,4)

Dependent Variable: LD

Independent Variable Koefisien Standard Error p-Value LD(-1) 0.689936 0.036976 0.0000

LY -0.097661 0.149144 0.5150 LY(-1) 0.662488 0.147554 0.0000 LY(-2) 0.100558 0.149607 0.5039 LY(-3) 0.163770 0.141109 0.2502 LY(-4) -0.586321 0.144885 0.0001

R -0.000652 0.000603 0.2832 R(-1) 0.001203 0.000844 0.1590 R(-2) 0.000391 0.000840 0.6431 R(-3) -0.001277 0.000835 0.1313 R(-4) 0.003954 0.000633 0.0000

Page 12: ANALISIS HUBUNGAN PERKEMBANGAN SEKTOR ... Penelitian ini meneliti hubungan perkembangan sektor keuangan dan pertumbuhan ekonomi di In-donesia dengan fokus kepada adanya fenomena ^demand

12

C -1.893661 0.340692 0.0000 D -0.279752 0.038229 0.0000

𝑅2 = 0,99586

𝑅 2 = 0,99508

DW-statistic = 1,5395

S.E. of Regression = 0,028876

Koefisien jangka panjang dapat diperoleh berdasarkan parameterisasi hasil estimasi

model ARDL(1,4,4) yang terpilih. Hasil koefisien jangka panjang dapat dilihat pada tabel 6

menunjukkkan bahwa variabel LY (0,78317) dan R (0.011671) bertanda positif dan signifikan

secara statistik pada tingkat signifikansi 1% menunjukkan bahwa pada jangka panjang

variabel LY dan R mempengaruhi variabel LD. Dengan menganggap variabel lain tidak

mengalami perubahan, kenaikan 1% pada PDB riil pada jangka panjang akan meningkatkan

rasio kredit ke pihak swasta secara rata-rata sebesar 0,78% dan kenaikan 1% pada tingkat

suku bunga simpanan riil akan meningkatkan rasio kredit ke pihak swasta secara rata-rata

sebesar 1,17%. Variabel dummy D bertanda negatif dan signifikan menunjukkan bahwa kri-

sis ekonomi tahun 1998 membawa dampak negatif pada perkembangan sektor keuangan.

Tabel 6. Hasil Estimasi Koefisien Jangka Panjang ARDL(1,4,4)

Dependent Variable: LD

Independent Variable Koefisien Standard Error p-Value LY 0.78317 0.094133 0.000 R 0.011671 0.0033741 0.001 C -6.1073 1.2006 0.000 D -0.90224 0.035164 0.000

Hasil estimasi dinamika jangka pendek dapat dilihat pada tabel 7, dimana koefisien error

correction (-0,31006) secara statistik signifikan pada tingkat 1% dengan tanda negatif. Hal ini

mendukung adanya hubungan jangka panjang diantara variabel yang digunakan dalam

model. Koefisien error correction sebesar -0,31006 menunjukkan kecepatan proses

penyesuaian apabila terjadi gangguan/goncangan terhadap keseimbangan. Sekitar 31% ke-

tidakseimbangan yang terjadi pada periode sebelumnya akan kembali pada titik keseimban-

gan pada periode saat ini. Meski koefisien ∆LY dan ∆R tidak siknifikan tetapi dari koefisien

∆LY1, ∆LY2, ∆LY3, ∆R1, ∆R2, dan ∆R3 yang siknifikan menunjukkan bahwa perubahan pada

jangka pendek variabel LY dan R tidak serta merta berdampak pada perubahan LD tetapi

Page 13: ANALISIS HUBUNGAN PERKEMBANGAN SEKTOR ... Penelitian ini meneliti hubungan perkembangan sektor keuangan dan pertumbuhan ekonomi di In-donesia dengan fokus kepada adanya fenomena ^demand

13

memerlukan waktu. Dengan kata lain perubahan LD disebabkan oleh perubahan jangka

pendek variabel LY dan R pada periode sebelumnya.

Tabel 7. Hasil Estimasi Error Correction Model ARDL(1,4,4)

Dependent Variable: ∆LD

Independent Variable Koefisien Standard Error p-Value ∆LY 0.097661 0.14914 [0.515]

∆LY1 0.32199 0.15594 [0.043] ∆LY2 0.42255 0.14839 [0.006] ∆LY3 0.58632 0.14489 [0.000] ∆R -0.000652 0.000602 [0.283]

∆R1 -0.0030680 0.000638 [0.000] ∆R2 -0.0026769 0.000633 [0.000] ∆R3 -0.0039540 0.000632 [0.000] ∆C -1.8937 0.34069 [0.000] ∆D -.27975 0.038229 [0.000]

ecm(-1) -.31006 0.036976 [0.000]

Seperti yang telah disampaikan diatas bahwa metode ARDL melakukan estimasi

terhadap (4+1)3 = 125 model regresi dalam menentukan panjang lag yang optimal untuk

masing-masing variabel sebagai dasar bagi estimasi koefisien jangka panjang dan dinamika

parameter jangka pendek. Berdasarkan SBC dan AIC terpilih model ARDL(1,4,4). Hasil

estimasi model ARDL(1,4,4) dapat diihat pada tabel 4. Nilai R2 yang tinggi (0,99586)

menunjukkan bahwa model yang dipergunakan sudah cukup baik dalam menjelaskan

hubungan variabel bebas dan variabel terikat. 99% variasi dari variabel terikat dapat

dijelaskan oleh variabel bebas.

Untuk lebih memastikan kesesuaian model, dilakukan tes diagnosa dan stabilitas

(diagnostic and stability test). Tes diagnosa dilakukan dengan melakukan pengujian

terhadap serial correlation, functional form, normality dan heroscidasticity yang dapat

dilihat pada tabel 8.

Tabel 8. Hasil Tes Diagnosa

Kategori Pengujian t-statistik p-value

Serial Corelation 𝐹 4, 59 1,6905 0,164

Functional Form 𝐹 1, 62 0,0053021 0,942

Normality 𝜒2 2 2,2206 0,329

Page 14: ANALISIS HUBUNGAN PERKEMBANGAN SEKTOR ... Penelitian ini meneliti hubungan perkembangan sektor keuangan dan pertumbuhan ekonomi di In-donesia dengan fokus kepada adanya fenomena ^demand

14

Heteroskedastisisty 𝐹 1, 74 2,3598 0,129

Pengujian stabilitas menggunakan CUSUM dan CUSUMSQ seperti terlihat pada

gambar 1. dan 2. menunjukkan nilai CUSUM statistik dan CUSUMSQ statistik berada

diantara nilai kritis signifikansi 5%. Hal ini mengindikasikan bahwa koefisien hasil regresi

bersifat stabil.

Gambar 2. Hasil cumulative sum (CUSUM) of Recursive Residuals

Gambar 3. Hasil cumulative sum of squares (CUSUMSQ) of Recursive Residuals

CU

SU

M

CU

SU

MS

Q

Page 15: ANALISIS HUBUNGAN PERKEMBANGAN SEKTOR ... Penelitian ini meneliti hubungan perkembangan sektor keuangan dan pertumbuhan ekonomi di In-donesia dengan fokus kepada adanya fenomena ^demand

15

V. Kesimpulan

Penulis melakukan penelitian terhadap hubungan antara perkembangan sektor

keuangan dan pertumbuhaan ekonomi di Indonesia pada periode 1990:Q1-2009:Q4, dengan

menggunakan metode ARDL. Hasil pengujian ARDL Bounds test menunjukkan bahwa

pertumbuhan ekonomi, bersama dengan tingkat suku bunga riil, merupakan variabel

penjelas perkembangan sektor keuangan, dimana pertumbuhan ekonomi mendorong

semakin berkembangnya sektor keuangan. Hal ini sejalan dengan fenomena “demand

following” seperti yang dikemukakan oleh Patrick (1966) bahwa pertumbuhan ekonomi

meningkatkan permintaan pelayanan sektor keuangan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa

pada periode 1990:Q1-2009:Q4 hubungan antara perkembangan sektor keungan dan

pertumbuhan ekonomi menunjukkan fenomena “demand following”. Hasil penelitian ini

juga menunjukkan bahwa krisis ekonomi tahun 1998 membawa dampak negatif bagi per-

kembangan sektor keuangan Indonesia.

Pada jangka panjang dan jangka pendek, perkembangan sektor keuangan

dipengaruhi oleh pertumbuhan ekonomi secara positif dan signifikan berdasarkan

perhitungan statistik. Untuk menciptakan perkembangan sektor keuangan yang stabil, perlu

didukung dengan pertumbuhan ekonomi yang stabil pula. Oleh karena itu perlu

dikembangkan kebijakan yang dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi guna

mendukung perkembangan sektor keuangan di Indonesia.

Variabel kontrol tingkat suku bunga simpanan riil membawa dampak positif bagi

perkembangan sektor keuangan pada jangka panjang tetapi membawa dampak negatif pada

jangka pendek. Meski hasil penelitian menunjukkan dampak perubahan jangka pendek

Variabel kontrol tingkat suku bunga simpanan riil relatif kecil dalam mempengaruhi

perkembangan sektor keuangan, tetapi hal ini dapat menjadi diskusi yang menarik.

Pandangan Mishkin (2004) terkait mekanisme transmisi kebijakan moneter melalui

jalur kredit perbankan menyebutkan bahwa, kebijakan moneter yang dapat meningkatkan

dana masyarakat yang disimpan pada lembaga keuangan akan meningkatkan ketersediaan

dana bagi penyaluran kredit. Ketersediaan dana bagi penyaluran kredit meningkat turut

Page 16: ANALISIS HUBUNGAN PERKEMBANGAN SEKTOR ... Penelitian ini meneliti hubungan perkembangan sektor keuangan dan pertumbuhan ekonomi di In-donesia dengan fokus kepada adanya fenomena ^demand

16

meningkatkan penyaluran kredit untuk keperluan investasi yang pada gilirannya mening-

katkan pertumbuhan ekonomi. Pada penelitian ini variabel tingkat suku bunga simpanan riil

berdampak negatif terhadap perkembangan sektor keuangan pada jangka pendek. Merujuk

pada proksi perkembangan sektor keuangan yang dipergunakan, penulis berpendapat

bahwa terdapat dua penjelasan terkait hasil penelitian tersebut. Pertama, variabel tingkat

suku bunga simpanan riil berdampak negatif terhadap perkembangan sektor keuangan pada

jangka pendek dikarenakan peningkatan PDB dengan proporsi yang lebih besar jika

dibandingkan peningkatan kredit kepada sektor swasta. Kedua, variabel tingkat suku bunga

simpanan riil berdampak negatif terhadap perkembangan sektor keuangan pada jangka

pendek dikarenakan penyaluran kredit kepada sektor swasta mengalami penurunan.

Apabila variabel tingkat suku bunga simpanan riil berdampak negatif terhadap

perkembangan sektor keuangan pada jangka pendek dikarenakan penyaluran kredit kepada

sektor swasta mengalami penurunan, penulis berpendapat bahwa fungsi intermediasi

sektor keuangan pada jangka pendek tidak berjalan dengan baik. Dana masyarakat yang

dihimpun oleh lembaga keuangan tidak secara optimal dipergunakan untuk penyaluran

kredit. Lembaga keuangan lebih memilih instrumen lain dalam mengelola dana masyarakat

yang dihimpun jika dibandingkan dipergunakan untuk penyaluran kredit. Penulis

memandang perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk memperoleh hasil yang lebih

komprehensif terkait fungsi intermediasi sektor keuangan di Indonesia.

Perkembangan sektor keuangan dapat diukur menggunakan berbagai indikator

selain rasio kredit ke sektor swasta terhadap PDB. Hasil penelitian Muhsin Kar and Eric J.

Pentecost (2000) menunjukkan bahwa arah kausalitas antara perkembangan sektor

keuangan dan pertumbuhan ekonomi bergantung pada proksi yang dipergunakan.

Penelitian selanjutnya dapat penggunakan indikator lain dalam menganalisis hubungan

perkembangan sektor keuangan dan pertumbuhan ekonomi guna memperoleh gambaran

bentuk hubungan perkembangan sektor keuangan dan pertumbuhan ekonomi di Indonesia.

DAFTAR REFERENSI

Page 17: ANALISIS HUBUNGAN PERKEMBANGAN SEKTOR ... Penelitian ini meneliti hubungan perkembangan sektor keuangan dan pertumbuhan ekonomi di In-donesia dengan fokus kepada adanya fenomena ^demand

17

Akinlo, Anthony E. dan Tajudeen Egbetunde. (2010). “Financial Development And Economic

Growth: The Experience Of 10 Sub-Saharan African Countries Revisited”. The Review

Of Finance And Banking Vol. 02-1. 017-028.

Ang, James B. dan Warwick J. McKibbin. (2007). “Financial liberalization, financial sector

development and growth: Evidence from Malaysia”. Journal of Development

Economics Vol. 84. 215–233.

Engel, R. and C. Granger. (1987) “Cointegration and Error Correction Representation:

Estimation and Testing”. Econometrica. 55, 251-276.

Fry, M. J. (1997). “In favour of financial liberalisation”. Economic Journal, 107, 754−770.

International Financial Statistic. (2010). International Monetary Fund. www.imf.org

Johansen, S. (1988). “Statistical Analysis of Cointegrating Vectors”. Jurnal of Economic

Dinamics and Control. 12, 231-254.

Johansen, S. dan K. Juselius. (1990). “Maximum Likelihood Estimation and Inference on

Cointegration with Application to the Demand for Money”. Oxford Bulletin of

Economics and Statistics. 52, 169-210.

Kar, Muhsin dan Eric J. Pentecost. (2000). “Financial Development and Economic Growth in

Turkey: Further Evidence on the Causality”. Department of Economics Economic

Research Paper No. 00/27

King, Robert, G. and Levine, R. (1993). “Finance and Growth: Schumpeter Might be Right”.

The Quarterly Journal of Economics, 108, 717−737.

Khan, S. M., & Senhadji, A. S. (2000). “Financial Development and Economic Growth: An

Overview”. Washington, D. C: International Monetary Fund, IMF Working Paper

00/209

Levine, Ross. (2005). “Finance and Growth: Theory and Evidence”. Handbook of Economic

Growth, Vol.1, pp.865-934.

McKinnon, R. I. (1973). “Money and Capital in Economic Development”. Washington D.C:

Brookings Institution.

Odhiambo, Nicholas M. (2008). “Financial depth, savings and economic growth in Kenya: A

dynamic causal linkage”. Economic Modelling, Vol. 25, 704–713.

Page 18: ANALISIS HUBUNGAN PERKEMBANGAN SEKTOR ... Penelitian ini meneliti hubungan perkembangan sektor keuangan dan pertumbuhan ekonomi di In-donesia dengan fokus kepada adanya fenomena ^demand

18

Odhiambo, Nicholas M. (2009). “Finance-growth-poverty nexus in South Africa: A dynamic

causality linkage”. The Journal of Socio-Economics Vol. 38, 320–325

Patrick, H.T. (1966). “Financial Development and Economic Growth in Underdeveloped

Countries”. Economic Development and Cultural Change. Vol. 14, No. 2, pp. 174-189.

Pesaran, M. H., & Pesaran, B. (1997). “Working with Microfit 4.0: Interactive Econometric

Analysis” Oxford: Oxford University Press.

Ray, Debraj. (1998). “Development Economics”. Princeton University Press.

Siamat, Dahlan. (2001). “Manajemen Lembaga Keuangan, edisi ke-3.”. Jakarta: Lembaga

Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.

Shaw, E. S. (1973). “Financial Deepening in Economic Development”. New York: Oxford

University Press.

Waqabaca, Caroline. (2004). “Financial Development and Economic Growth In Fiji”.

Economics Department, Reserve Bank of Fiji. Working Paper 2004/03.