Upload
others
View
12
Download
1
Embed Size (px)
Citation preview
ANALISIS HASIL BELAJAR SISWA BERDASAR KKM DALAM
PEMBELAJARAN TEMATIK INTEGRATIF KELAS IV SEKOLAH
DASAR NEGERI 02 PLOSO JUMAPOLO
Disusun sebagai salah syarat menyelesaikan Program Studi Strata I pada
Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan
Oleh:
UMI HAPSARI WINURYAN RAHINOSIWI
A510150205
PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2019
HALAMAN PENSETUJUAN
7.
ATfALISE HASIL BELAJAR SITWA BERDASAR KKilI DAU\ilTPEMBELAJARAN TEMATIK INTEGBATIF KEI,AS IV SEKOLAH DASAR
NEGERI 02 PItrrc flIMAPOLO:
PUBLffiTSil ILMIAH
Oleh:
trlvll HAPSA,RI WSS,IJXYAN RAHTNOSTWT
;r A 510150 205
Telah diperiksa &a disstujui unhrk diuji oleh:
DosenPernbimbing
Drct.*{qlv*di SFi Ernulvan. S.E . MJd
. ., NIDN 0fl11043401
:.4i
. -"x
HALAMAN PENGESAHAN
ANALIS$ HASIL BELAJAR SISWA BERDASAR KKM DALAM:
PEMBELAJARAN TEMATIKINTEGRATIF KELAS W SEKOLAH DASAR
NEGERI 02 PIJOSO JUMAPOLO
orrlUMI IIAPSARI WINURYAN RAHINOSIWI
A510150205
Telah dipertahankan di depan l)ewan Penguji
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Muhammadiyah Surakarta
Pada hari Seninr 05 Agustus 2019
dan dinyatakan telah memenuhi syarat;':'
Ilewan Pengujil
Drs. Mulyadi Sri Kamulyen, S. E* M.Pd
(Ketua l)ewan Penguji)
Ika Candra Sayekti, S. Pd., M.Pd
(Anggota I Dewan Penguji )
Drs. Suwarno, S. H., M.Pd
(Anggota If Dewan Penguji)
1.
2.
3.
PERI\IYATAANI
1.
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam publikasi ilmiah ini tidak terdapat
karya yang pemah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjaruEn di suatu perguruan
tinggr dan sepanjang pengetahuan sayajuga tidak terdapat karya atau pendapat yang
pernatr ditulis atau diterbitkan orang lain, kecuali secara tertulis diacu dalam naskatr
dan disebutkan dalam daftarpustaka
Apabila kelak terbukti ada ketidakberaran dalam pemyataan saya diatas,
maka akan saya pertanggungiawabkan sepenuhnya
Surakarta 24luli2019
Penulis
4510150205
1
ANALISIS HASIL BELAJAR SISWA BERDASAR KKM DALAM
PEMBELAJARAN TEMATIK INTEGRATIF KELAS IV SEKOLAH DASAR
NEGERI 02 PLOSO JUMAPOLO
Abstrak
Tujuan dari penulisan penelitian ini adalah untuk: 1) mendeskripsikan cara guru
menentukan kriteria hasil belajar siswa; 2) mendeskripsikan cara guru menggunakan KKM
dalam menentukan hasil belajar siswa; 3) mendeskripsikan hasil belajar yang diperoleh
siswa berdasarkan KKM; 4) mendeskripsikan kendala guru menentukan hasil belajar siswa
berdasar KKM; 5) mendeskripsikan solusi yang digunakan guru dalam menentukan hasil
belajar siswa berdasar KKM. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian Kualitatif
Deskriptif. Teknik pengumpulan data dengan wawancara, observasi, dan dokumentasi,
sedangkan teknik analisis data kualitatif menggunakan konsep Miles dan Hubermen.
Validitas data diperoleh melalui triangulasi sumber dan teknik. Hasil dari penelitian
menunjukkan bahwa: 1) cara guru dalam menentukan kriteria hasil belajar dengan terlebih
dahulu menentukan indikator pencapaian kompetensi, 2) penentuan hasil belajar berdasar
KKM dengan cara penetapan KKM KD terlebih dahulu Selanjutnya siswa mencapai
indikator dalam proses pembelajaran, 3) hasil belajar yang diperoleh siswa berdasarkan
KKM berbeda-beda. Namun rata-rata hasil belajar tematik siswa kelas IV sudah mampu
mencapai KKM di pembelajaran tematik integratif, 4) kendala yang dihadapi dalam
menentukan hasil belajar siswa berdasar KKM adalah adanya perbedaan intake dan daya
dukung, 5) guru dan kepala sekolah berusaha mengatasi kendala ini, dengan cara
bermusyawarah, selain itu guru juga berdiskusi dengan rekan kerja.
Kata kunci : Hasil belajar, Kriteria Ketuntasan Minimal
Abstract
The purpose of writing this study is to: 1) Describe how the teacher determines the criteria
for student learning outcomes. 2) Analyze the way the teacher uses KKM in determining
student learning outcomes. 3) Describe the learning outcomes obtained by students based
on KKM. 4) Describe the teacher's constraints in determining learning outcomes students
based on KKM. 5) Analyzing the solutions used by the teacher in determining student
learning outcomes based on KKM. The type of research used is descriptive qualitative
research. The technique of collecting data is by interview, observation, and documentation,
while the qualitative data analysis techniques use the concepts of Miles and Huberman.
The validity of the data is obtained through source and technique triangulation. The results
of the study indicate that: 1) Teachers in determining the criteria for learning outcomes by
first determining indicators of achievement of competencies, 2) Determination of learning
outcomes based on KKM using establishing KKM KD. Then students reach indicators in
the learning process, 3) Learning outcomes obtained students based on the KKM are
different. But the average thematic learning outcomes of class IV students have been able
to reach the KKM in integrative thematic learning, 4) The obstacles faced in determining
student learning outcomes based on KKM are the differences in intake and carrying
capacity, 5) Teachers and principals try to overcome these obstacles, by way of
deliberation, besides that the teacher also talks with colleagues.
2
Keywords: Learning outcomes, Minimum Completion Criteria
1. PENDAHULUAN
Ilmu pengetahuan memiliki cabang yang beragam, semua memiliki fungsi dan peranan
yang berbeda-beda. Ilmu pengetahuan adalah studi sistematis yang dapat diteliti, diuji,
diujicobakan, dan dibuktikan. Proses transfer ilmu pengetahuan oleh guru dalam
pembelajaran adalah usaha yang dilakukan secara sadar dan terencana untuk membuat
siswa belajar, sehingga terjadi perubahan pada diri siswa yang belajar, yaitu tingkah laku
yang berubah. Adanya perubahan tersebut, siswa mendapat kemampuan baru yang berlaku
dalam kurun waktu relatif lama (Fathurrohman, 2015).
Pembelajaran merupakan bagian dari proses integrasi berbagai macam komponen,
yang terdiri dari pendidik, perserta didik, metode pendidikan yang digunakan dan
kurikulum (Fathurrohman, 2015). Proses belajar tidak dapat lepas dari berbagai komponen
yang saling mendukung agar ilmu yang didapat bermanfaat bagi diri dan masyarakat .
Seperti halnya kurikulum dan pembelajaran tidak dapat terpisahkan, kurikulum tidak
memiliki makna apapun jika proses pembelajaran tidak terlaksana, sebaliknya tidak disebut
sebagai proses pembelajaran yang terencana tanpa adanya kurikulum (Yani, 2014).
Kurikulum yang berlaku di Indonesia saat ini adalah kurikulum 2013, yang
mengunakan pembelajaran tematik integratif dengan pendekatan saintifik. Pembelajaran
tematik integratif merupakan pembelajaran yang menghubungkan berbagai konsep mata
pelajaran. Melalui model tema sebagai bahan ajar, guru tidak perlu memilah-milah antar
mata pelajaran, karena setiap tema sudah memuat beberapa mata pelajaran. Evaluasi dan
penilaian juga menjadi kompenen dalam kurikulum.
Assessment for learning is which assessment for the first priorities in design and
practice are to serve goals promote student learning.. Assessment activities can
help learning if it provides information that the teacher and their students can be
used as feedback in assessing themselves and each other and in modifying teaching
and learning activities in which they are involved. The assessment becomes
"formative assessment" when actual evidence is used adjust teaching work to meet
learning needs (Black, Harrison,2004 in William, Dylan, 2011: 9).
Penilaian untuk pembelajaran adalah penilaian yang memberikan informasi kepada guru
dan siswa yang dapat digunakan sebagai umpan balik dalam memodifikasi kegiatan belajar
mengajar di sekolah. Penilaian tentunya disesuaikan juga dengan kurikulum yang berlaku,
3
pada kurikulum 2013 adalah penilaian autentik, yang menilai aspek kognitif, afektif dan
psikomotor.
The learners are given an assessment activity to see how much they had grasped,
and also to identify if they had problems with the content. This gave the learners a
direction about where they had made mistakes and how they could improve. This
type of assessment is similar to formative assessment, which is developmental and
used to inform teachers and learners about their progress. The aim here is to
improve teaching and learning – its application leads to some form of intervention
of remedial action or program. (Lumadi, 2013: 218)
Jenis penilaian dengan penilaian formatif, yang merupakan pengembangan dan digunakan
untuk memberi tahu guru dan siswa tentang kemajuan siswaa. Tujuannya di sini adalah
untuk meningkatkan pengajaran dan pembelajaran, penerapannya mengarah pada beberapa
bentuk intervensi tindakan atau program perbaikan. Penilaian dilakukan untuk mengetahui
hasil belajar siswa selama mengikuti proses pembelajaran, dimana penilaian setiap mata
pelajaran meliputi kompetensi sikap, kompetensi pengetahuan dan kompetensi
keterampilan.
Authentic assessment is defined as the process of collecting various data on the
students’ learning progress. The description of the progress should be able to tell the
teachers, who then will lead the students in the right learning track.” (Hayati, dkk.
2017: 55)
Penilaian autentik didefinisikan sebagai proses pengumpulan berbagai data pada
kemajuan belajar siswa. Deskripsi kemajuan harus dapat memberitahu guru, yang
kemudian akan memimpin siswa masuk jalur pembelajaran yang tepat (Hayati, dkk. 2017:
55). Ada aspek komplekstitas, daya dukung dan intake yang menjadi pertimbangan
penentuannya, dengan pertimbangan berbagai pihak yaitu kepala sekolah, pendidik, dan
tenaga kependidikan, sehingga penentuan kriteria ketuntasan minimal ini sesuai dan siswa
mampu mencapai. (Panduan Penilaian, 2016: 9). Kriteria ketuntasan minimal ini menjadi
patokan sejauh mana siswa mampu mencapai kompetensi. Setelah diketahui hasil belajar
yang didapat oleh siswa, maka dapat diketahui juga apakah siswa tersebut sudah mencapai
kriteria atau belum.
Dari ketiga aspek yang ditentukan oleh pemerintah sebenarnya kurang sesuai
dengan kenyataan yang ada, dimana jika melihat dari salah satu faktor yaitu daya dukung
sekolah, siswa di sekolah yang “kaya” akan sarana dan prasarana sudah dikatakan berhasil
4
setelah mencapai KKM sebesar 75, sedangkan siswa di sekolah yang “miskin” sarana dan
prasarana dikatakan berhasil setelah mencapai KKM sebesar 65. Ini menjadikan
kesenjangan antara sekolah kaya dengan sekolah miskin. Kemudian dengan alasan intake,
setiap siswa memiliki kemampuan untuk menguasai kompetensi tertentu walaupun
membutuhkan waktu yang berbeda-beda. (Yani, 2014: 150).
Berdasarkan uraian diatas, peneliti ingin mengetahui cara guru dalam menentukan
kriteria dari hasil belajar, cara mengimplementasikannya, kemudian bagaimana siswa
mencapai standar yang telah ditentukan berdasarkan KKM sehingga dapat dikatakan
berhasil dalam belajar.
2. METODE
Jenis penelitian ini adalah deskriptif kualitatif, mendeskripsikan atau memerikan suatu
fenomena apa adanya atau menggambarkan simbol atau tanda yang ditelitinya sesuai
dengan yang sesungguhnya dan dalam konteksnya (Yusuf, A. Muri, 2014: 368). Penelitian
ini akan mendeskripsikan bagaimana guru menentukan hasil belajar yang didapat siswa
berdasar Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) sekaligus mengetahui hasil belajar siswanya
pada pembelajaran tematik integratif. Subjek penelitian ini adalah Kepala sekolah dan guru
kelas IV.
Teknik pengumpulan data menggunakan teknik wawancara, observasi, dan
dokumentasi. Teknik wawancara dan observasi yang digunakan dalam penelitian ini
terstruktur, pedoman wawancara berisi pertanyaan berkaitan dengan permasalah disiapkan
dan disusun dengan urut, agar mendapat infromasi detail tentang kegiatan yang dilakukan
oleh guru dan kepala sekolah dalam menentukan kriteria hasil belajar siswa selama satu
semester dan nilai yang diperoleh siswa. Teknik pengumpulan data yang terakhir, yaitu
dokumentasi, disini peneliti mengumpulkan data hasil temuan penelitian. Data yang
diperoleh peneliti dianalisis, kemudian disusun atau diorganisasikan untuk dipilih mana
yang penting. Keabsahan data penelitian ini diukur dengan triangulasi teknik dan
triangulasi sumber. Trianggulasi teknik, berarti peneliti menggunakan teknik pengumpulan
data yang berbeda-beda untuk mendapatkan data dari sumber yang sama. Selanjutnya
triangulasi sumber yang berarti untuk mendapatkan data dari sumber yang berbeda-beda
dengan teknik yang sama (Sugiyono, 2010: 242).
5
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Cara guru menentukan kriteria hasil belajar
Pembelajaran yang dilaksanakan di sekolah dapat berjalan atas kerjasama berbagai pihak,
baik itu kepala sekolah, guru, siswa dan orang tua. Setelah masuk di dalam kelas,
kerjasama antara guru dan siswa saling menujang demi mencapai tujuan pembelajaran.
Namun hasil belajar merupakan tanggung jawab siswa sendiri (Rusman, 2015) . Sebelum
menganalisis hasil belajar yang di dapat siswa, jauh sebelumnya guru menentukan
indikator. Indikator merupakan acuan / rujuan bagi pendidik untuk membuat soal-soal
ulangan, baik Ulangan Harian (UH), Ulangan Tengah Semester (UTS), maupun Ulangan
Akhir Semester (UAS), setiap soal mencerminkan pencapaian indikator yang diujikan
(Sunarti dkk, 2016).
Berdasarkan penelitian yang dilakukan, diketahui bahwa dalam menentukan
kriteria hasil belajar yang harus ditentukan terlebih dahulu adalah indikator kompetensi
dasar. Menurut Permendikbud No.81A tahun 2013, kriteria penilaian hasil belajar
dilakukan berdasarkan indikator. Teknik mengumpulkan informasi tersebut pada
prinsipnya adalah cara penilaian kemajuan belajar peserta didik terhadap pencapaian
kompetensi. Hal ini sependapat dengan Agustina (2013) Kriteria ketuntasan hasil belajar
setiap indikator telah ditetapkan dalam suatu kompetensi dasar berkisar antara 0 – 100%.,
adapun kriteria ketuntasan ideal untuk masing-masing indikator 80%. Satuan pendidikan
harus menentukan kriteria ketuntasan minimal dengan mempertimbangkan tingkat
kemampuan rata-rata peserta didik serta kemampuan sumber daya pendukung dalam
penyelenggaraan pembelajaran.
Peneilitian ini senada dengan Maba (2017)
“Assessment of the students’ learning outcomes includes the attitudes competence,
knowledge, and a balance of skills, so it can be used to determine the relative
positions of each lear er to against the standards that have been applied. The scope
of the assessment refers to the scope of the subject matter, subject competencies,
competency of content, program competencies, and processes”
Standar penilaian hasil belajar siswa digunakan untuk menentukan apakah siswa mampu
mencapai kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Ruang lingkup penilaian
mengacu pada ruang lingkup materi pelajaran, kompetensi subjek, kompetensi konten,
6
kompetensi program, dan proses”. Dapat disimpulkan dalam menentukan kriteria hasil
belajar adalah menentukan indikator pencapaian kompetensi terlebih dahulu, karena
indikator menjadi acuan apa yang nantinya akan dipelajari oleh siswa sekaligus acuan
bagi guru dalam menyusun soal atau tes dalam proses penilaian.
3.2 Cara guru menggunakan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) dalam
menentukan hasil belajar siswa
Indikator pembelajaran adalah acuan tentang apa yang harus dipelajari siswa, kemudian
dicapai dengan adanya kriteria. Kriteria ketuntasan minimal (KKM) merupakan bagian
dari indikator, seperti kriteria ketuntasan minimal (KKM) pada setiap kompetensi dasar
adalah rata-rata dari indikator yang ada dalam kompetensi dasar tersebut. Yang
disampaikan oleh Sunarti (2016) bahwa siswa dikatakan sudah mencapai ketuntasan
belajar pada KD tertentu, jika sudah mencapai KKM seluruh indikator KD tersebut.
Menurut guru menggunakan KKM untuk menentukan hasil belajar siswanya yaitu,
terlebih dahulu KKM ditentukan berdasarkan setiap indikator dengan memperhatikan 3
aspek. Selanjutnya siswa mencapai indikator pada kompetensi dalam proses pembelajaran
dengan mengikuti ujian atau ulangan. Seandainya tidak bisa mencapai maka akan
diberikan perbaikan. Nilai di olah, akhirnya diperoleh nilai yang telah sesuai KKM.
Secara sederhana guru menjelaskan KKM yang ditentukan terbatas pada KKM
indikator, mekanisme lengkap dalam penetapan KKM yang dilakukan oleh guru atau
kelompok guru mata pelajaran dimulai dengan penetapan KKM indikator yang
memperhatikan tiga aspek untuk mencapai ketuntansan Kompetensi Dasar dan Standar
Kompetensi. Kemudian berlanjut pada KKM Kompetensi Dasar merupakan rata-rata dari
indikator yang terdapat dalam Kompetensi dasar Dasar. Peserta didik dinyatakan telah
mencapai ketuntasan belajar KD tertentu apabila sudah mencapai KKM untuk seluruh
indikator pada KD tersebut. Kemudian KKM Standar Kompetensi (SK) merupakan rata-
rata KKM Kompetensi Dasar (KD) yang terdapat pada SK tersebut. Terakhir adalah
KKM Mata Pelajaran merupakan rata-rata dari semua KKM-SK yang terdapat dalam satu
semester atau satu tahun pembelajaran, dicantumkan pada Laporan Hasil Belajar
(LBH/Rapor) siswa. Indikator yang dimaksud oleh guru yaitu acuan/rujukan bagi guru
untuk membuat soal-soal, yang harus dicapai oleh siswa selama pembelajaran, dalam
bentuk ulangan harian, ulangan tengah semester, maupun ulangan akhir semester. Disebut
7
dengan acuan/rujukan bagi guru, karena soal atau ulangan tadi mampu mencerminkan
indikator yang diujikan.
Hal ini sependapat dengan penelitian Kurniawan dan Istiningrum (2012) mengenai
indikator soal, bahwa untuk menetapkan nilai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) ini,
akan dilakukan dalam dua tahap, yaitu tahap pertama adalah meminta pendapat guru
tentang kesesuaian item soal yang telah dibuat dengan indikator yang ada di silabus.
Selain itu penelitian oleh Mardapi (2015) bahwa indikator siswa telah menguasai
kurikulum yakni kemampuan hasil belajar yang diukur telah mencapai Kriteria
Ketuntasan Minimal (KKM) yang ditetapkan atau bahkan mampu melampaui KKM, dan
yang belum dicapai dikuasai melalui remidi.
3.3 Hasil belajar yang diperoleh siswa berdasarkan Kriteria Ketuntasan Minimal
(KKM)
Hasil belajar adalah sejumlah pengalaman yang diperoleh siswa mencakup ranah
kognitif, afektif dan psikomotorik. Hasil belajar itu dapat terlihat dari terjadinya
perubahan dari persepsi dan perilaku termasuk juga perbaikan perilaku (Hamalik 2002
dalam Rusman, 2015: 67). Dalam penetapan KKM digunakan panduan penilaian yang
memuat lima komponen, yaitu: (1) Penetapan KKM mata pelajaran memperhatikan tiga
aspek: kompleksitas, daya dukung, dan intake; (2) KKM dibuat per-indikator, kemudian
KD, SK, dan terakhir mata pelajaran; (3) Hasil penetapan KKM oleh guru mata pelajaran
disahkan oleh kepala sekolah; (4) KKM yang ditetapkan disosialisasikan kepada pihak-
pihak yang berkepentingan, yaitu peserta didik, orang tua, dan Dinas Pendidikan; dan (5)
KKM dicantumkan dalam LHB (Sudianti, 2018: 232).
Hasil belajar yang didapat oleh setiap siswa berbeda-beda karena kemampuan yang
dimiliki oleh setiap siswa berbeda-beda. Rata-rata hasil belajar siswa kelas IV sudah
mampu mencapai kriteria ketuntasan minimal untuk pembelajaran tematik integratif, dan
untuk mata pelajaran selain tematik seperti matematika masih memerlukan perbaikan baru
kemudian mencapai kriteria ketuntasan minimal.
Pendapat lain yang selaras juga disampaikan Rusman (2015)
“After finishing asub-theme, written exams. Those students with incompleteness in
terms of exams and being unable to achieve KKM are given the chance to take
remedials for each basic competencyunachieved.”
8
Setelah menyelesaikan sub-tema atau pembelajaran, siswa akan mengerjakan tugas atau
ulangan yang kemudian dinilai. Siswa yang belum mampu mencapai KKM diberi
kesempatan untuk melaksanakan perbaikan atau remedial guna memperbaiki kompetensi
dasar yang tidak tercapai.
3.4 Kendala guru dalam menentukan hasil belajar siswa berdasar Kriteria
Ketuntasan Minimal (KKM)
Kendala yang dihadapi dalam menentukan hasil belajar siswa adalah daya dukung dan
intake siswa, pihak sekolah tidak dapat memungkiri bahwa ada beberapa fasilitas yang
sudah dalam kondisi tidak lengkap seperti model bagian tubuh manusia, sehingga kurang
mampu mendukung proses pembelajaran siswa, kemudian kemampuan siswa yang
beragam dan daya tangkap atau penguasaan mengenai materi pelajaran. Setianingrum dan
Sulistya (2016) Siswa yang masih memerlukan perbaikan karena belum mampu mencapai
kriteria ketuntasan yang telah ditentukan dipengaruhi beberapa faktor yang datang dari
luar dan dari dalam diri siswa. Faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa datang dari
dalam dan dari luar diri siswa (Munadi 2008 dalam Rusman, 2015: 67-68).
3.5 Solusi guru dalam menentukan hasil belajar siswa berdasar Kriteria Ketuntasan
Minimal (KKM)
Kendala yang dihadapi oleh guru memerlukan solusi agar tidak berlarut-larut, guru
bersama-sama dengan kepala sekolah berupaya menemukan solusi dengan berdiskusi atau
bermusyawarah agar masalah ini terselesaikan. Selain berdiskusi dengan kepala sekolah,
guru juga berdiskusi dengan guru yang lain. Bentuk diskusi dengan mengkaji KKM yang
sudah ditentukan sebelumnya, apakah KKM tersebut sudah sesuai dengan kompleksitas
materi, intake siswa dan daya dukung dalam proses pembelajaran.
Sependapat dengan penelitian Maba (2018),
“Teachers who do not understand part of the assessment implementation in the
2013 curriculum try to overcome the existing obstacles by discussing.”
Guru yang kurang memahami bagian dari implementasi penilaian di kurikulum
2013 berusaha mengatasi kendala yang ada dengan berdiskusi, mencari solusi atas
permasalahan yang berkaitan dengan penilaian, khususnya berkaitan dengan penentuan
KKM.
9
4. PENUTUP
Langkah yang dilakukan guru dalam menentukan kriteria hasil belajar yang adalah
dengan menentukan indikator pencapaian kompetensi terlebih dahulu, karena indikator
menjadi acuan apa yang nantinya akan dipelajari oleh siswa. Penentuan hasil belajar
berdasar Kriteria Ketuntasan Mininal (KKM) yang dilakukan oleh guru dengan cara pe
netapan terlebih dahulu KKM KD berdasarkan setiap indikator dengan memperhatikan tiga
aspek. Selanjutnya siswa mencapai indikator dalam proses pembelajaran dengan mengikuti
ujian atau ulangan. Sehingga apabila ada siswa yang belum berhasil mencapai hasil yang
diharapkan maka diperlukan suatu pengajaran disebut remedial yang membantu agar
tercapai hasil yang diharapkan.
Hasil belajar yang diperoleh siswa berdasarkan Kriteria Ketuntasan Minimal
(KKM) berbeda-beda. Karena memang kemampuan yang dimiliki siswa berbeda-beda, ada
yang mampu mencapai dengan satu kali proses penilaian dan ada yang memerlukan
remedial. Namun rata-rata hasil belajar tematik siswa kelas IV sudah mampu mencapai
KKM. Beberapa kendala yang guru hadapi dalam menentukan hasil belajar siswa berdasar
Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) adalah adanya perbedaan intake atau kemampuan
siswa karena memang setiap siswa memiliki tingkat kemampuan pemahaman akan materi
yang berbeda, ditambah dengan daya dukung yang kurang maksimal. Guru dan kepala
sekolah berusaha mengatasi kendala ini, dengan cara bermusyawarah mencari jalan keluar,
selain itu guru juga berdiskusi dengan rekan kerja. Sehingga masalah yang dihadapi dapat
terselesaikan.
Peneliti berharap kendala apapun mengenai implementasi kurikulum 2013
berkaitan penilaian hasil belajar siswa dapat teratasi dengan baik, karena sudah banyak
pihak berupaya memberikan solusi atas permasalahan yang ada. Selain itu jika
permasalahan ini dapat teratasi akan sangat berpengaruh terhadap semua aspek, tidak
hanya penilaian namun juga proses pembelajaran. Hubungan antara penilaian dan proses
pembelajaran sangat erat kaitannya, jika penilaian berjalan dengan baik, pasti sebelumnya
di proses pembelajaran juga berjalan dengan baik.
10
DAFTAR PUSTAKA
Agustina, Entin T. (2013). Implementasi Model Pembelajaran Snowball Throwing Untuk
Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Dalam Membuat Produk Kria Kayu Dengan
Peralatan Manual. Jurnal Invotec, Volume IX, No.1, Februari: 17-28.
Fathurrohman, M. (2015). Paradiga Pembelajaran Kurikulum 2013 (Strategi Alternatif
Pembelajaran di Era Global. Yogyakarta: Kalimedia.
Hayati, Abna, dkk. (2017). Analyzing the Issues in the Implementation of Authentic
Assessment in the 2013 Curriculum. Al-Ta’lim Journal, Vol. 24 (1). (53-59).
https://msdmandtraining.wordpress.com/2017/02/22/cabang-cabang-ilmu-pengetahuan/
diakses pada tanggal 9 Maret 2019, pukul : 10:28.
Joko Subagyo, P. (2015). Metode Penelitian Dalam Teori dan Praktik. Jakarta: Rineka
Karya.
Kemendikbud. (2014). Konsep dan Implementasi Kurikulum 2013. Jakarta.
Lumadi, M.W. 2013. Challenges Besetting Teachers in Classroom Assessment: an
Exploratory Perspective. Journal of Social Science,Vol. 34(3), 218.
Maba, Wayan. (2017). Teachers’ Perception on the Implementation of the Assessment
Process in 2013 Curriculum. International Journal of Social Sciences and
Humanities.. Vol. 1 No. 2, August 2017, pages: 1-9.
Maba, Wayan. (2018). The Primary School Teachers’ Competence In Implementing The
2013 Curriculum. English Education Study Program. SHS Web of Conferences 42,
00035.
Mardapi, Djemari, dkk. (2015). Menentukan Kriteria Ketuntasan Minimal Berbasis
Peserta Didik. Universitas Negeri Yogyakarta. Jurnal Penelitian dan Evaluasi
Pendidikan Volume 19, No 1, Juni 2015 (38-45).
Nurhasanah, Siti dan A.Sobandi. (2016). Minat Belajar Sebagai Determinan Hasil Belajar
Siswa. Jurnal Pendidikan Menejemen Perkantoran. Vol. 1 , No. 1, Hal 128-135.
Permendikbud. (2013). Implementasi Kurikulum Pedoman Umum Pembelajaran Nomor
81a Tahun 2013. Jakarta.
Permendikbud. (2016). Panduan Penilaian di Sekolah Dasar Edisi Revisi. Jakarta.
Kemendikbud.
Rusman. (2013). Model-Model Pembelajaran (Mengembangkan Profesionalisme Guru).
Jakarta: Raja Grafindo Persada.
11
Rusman. (2015). Pembelajaran Tematik Terpadu (Teori Praktik dan Penilaian) Jakarta:
Rajawali pers.
Rusman. (2016). Curriculum Implementation at Elementary Schools A Study on “Best
Practices” Done by Elementary School Teachers in Planning, Implementing, and
Evaluating the Curriculum. Journal of Education and Practice. Vol.6, No.21.
Setianingrum, Sri dan Sulistya, N. (2016). Upaya Peningkatan Hasil Belajar Tematik
Melalui Discovery Learning Siswa Kelas 1 Sekolah Dasar. JPD: Jurnal Pendidikan
Dasar. P-ISSN 2086-7433 E-ISSN 2549-5801.
Sudianti, Tatik. (2018). Peningkatan Kinerja Guru Dalam Menetapkan Kriteria Ketuntasan
Minimal Melalui Workshop. Ilmu Pendidikan: Jurnal Kajian Teori Dan Praktik
Kependidikan.Volume 3, Nomor 2.
Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Sunarti dan Rahmawati, Selly. (2016). Penilaian Dalam Kurikulum 2013. Yogyakarta:
Andi Offset.
Wiliam, Dylan. (2011). What is assessment for learning?. JOurnal Studies in Educational
Evaluation. Institute of Education, University of London : United Kingdom. (9-10)
Yani, Ahmad. (2014). Mindset Kurikulum 2013. Bandung: CV.Alfabeta.
Yusuf, A. Muri. (2014). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif & Penelitian Gabungan.
Jakarta: Prenadamedia Grup.