Upload
vonhi
View
240
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
ANALISIS HARGA SAHAM PERUSAHAAN
PERTAMBANGAN DI BURSA EFEK INDONESIA DENGAN
ANALISIS FUNDAMENTAL DAN TEKNIKAL
Oleh
DENNY
H24076028
PROGRAM SARJANA MANAJEMEN PENYELENGGARAAN KHUSUS
DEPARTEMEN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2010
RINGKASAN
Denny. H24076028. Analisis Harga Saham Perusahaan Pertambangan di Bursa Efek Indonesia Dengan Analisis Fundamental dan Teknikal. Di bawah bimbingan Wita Juwita Ermawati Harga saham merupakan indikator utama yang pertama kali dilihat oleh para investor. Harga saham juga merupakan cerminan dari kondisi perusahaan dan ekspektasi investor. Sebelum melakukan investasi saham di pasar modal, para investor dapat menganalisis harga saham dengan metode fundamental dan teknikal. Tujuan dari penelitian ini adalah bagaimana kondisi lima perusahaan pertambangan di Bursa Efek Indonesia periode 2006-2008, menganalisis nilai intrinsik harga saham dengan analisis fundamental, menganalisis harga saham yang paling murah atau paling mahal dengan analisis fundamental dan menganalisis suatu pergerakan harga saham lima perusahaan pertambangan selama periode 2006-2010 menggunakan analisis teknikal. Penelitian ini dilakukan di PT Bursa Efek Indonesia yang berlokasi di Jl. Jend. Sudirman Kav 52-53 Jakarta 12190. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder, yaitu berupa data laporan keuangan perusahaan dengan periode tahunan dari tahun 2006 hingga tahun 2008 untuk laporan keuangan emiten, dan data bulanan untuk Indeks Harga Saham Gabungan, Indeks Sektoral dan harga penutupan saham emiten bulanan dari tahun 2006 hingga 2010. Pengolahan data untuk penelitian ini dengan menggunakan perangkat lunak Microsoft Excel 2007.
PT Bumi Resources Tbk, PT Tambang Bukit Asam Tbk dan PT Timah Tbk adalah perusahaan yang lebih banyak berada pada posisi overvalued, nilai saham ini lebih murah dan investor memiliki ketertarikan yang besar untuk berinvestasi pada saham ini. PT Aneka Tambang Tbk dan PT Energi Mega Persada Tbk memiliki nilai instrinsik yang sering berada pada posisi undervalued atau para investor memiliki ketertarikan kecil untuk melakukan investasi pada saham ini. Perhitungan analisis fundamental melalui perhitungan model kelipatan laba atau Price Earning Ratio (PER), selama periode 2006 hingga 2008 saham yang paling sering menjadi saham yang paling murah adalah saham PT Bumi Resources Tbk (BUMI). Sedangkan saham yang paling sering menjadi saham yang paling mahal adalah saham PT Energi Mega Persada Tbk (ENRG).
Analisis teknikal dengan melalui Exponential Moving Average yang dilakukan terhadap grafik harga penutupan saham PT Tambang Bukit Asam Tbk (PTBA) selama periode 2006-2010 menghasilkan 6 kali sinyal beli dan 5 kali sinyal jual, grafik harga masih menunjukkan trend yang meningkat. Trend yang ada pada saham PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) selama periode 2006-2010 menujukan trend yang cenderung menurun, yang menghasilkan 4 kali sinyal beli dan 3 kali sinyal jual. PT Bumi Resources Tbk (BUMI) selama periode 2006-2010 menujukan trend yang meningkat, dan terbentuk 6 kali sinyal beli dan 6 kali sinyal jual. PT Energi Mega Persada Tbk (ENRG) selama periode 2006-2010 menghasilkan 4 kali sinyal beli dan sinyal jual, trend yang ada pada saham ini menunjukan trend yang menurun. PT Timah Tbk (TINS) selama periode 2006-2010 stabil meningkat, dengan 3 kali sinyal jual dan 4 kali sinyal beli.
ANALISIS HARGA SAHAM PERUSAHAAN
PERTAMBANGAN DI BURSA EFEK INDONESIA DENGAN
ANALISIS FUNDAMENTAL DAN TEKNIKAL
SKRIPSI
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
SARJANA EKONOMI
pada Program Sarjana Manajemen Penyelenggaraan Khusus
Departemen Manajemen
Fakultas Ekonomi dan Manajemen
Institut Pertanian Bogor
Oleh
DENNY
H 24076028
PROGRAM SARJANA MANAJEMEN PENYELENGGARAAN KHUSUS
DEPARTEMEN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2010
Judul Skripsi : Analisis Harga Saham Perusahaan Pertambangan di Bursa Efek
Indonesia Dengan Analisis Fundamental Dan Teknikal
Nama : Denny
NIM : H24076028
Menyetujui
Pembimbing,
(Wita Juwita Ermawati, S.TP,MM) NIP : 197509072005012001
Mengetahui :
Ketua Departemen,
(Dr. Ir. Jono M. Munandar, M.Sc) NIP : 196101231986011002
Tanggal Lulus :
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Depok pada tanggal 13 Maret 1985, dari pasangan
Bapak Rofi Susilo dan Ibu Eriyati. Penulis merupakan putra keempat dari empat
bersaudara. Penulis memulai sekolahnya pertama kali dari taman kanak-kanak
(TK) di TK Tunas Mekar dan lulus pada tahun 1992. Kemudian penulis
melanjutkan pendidikan pada Sekolah Dasar (SD) di SDN 03 Depok Baru dan
selesai pada tahun 1998. Pada tahun yang sama penulis melanjutkan pendidikan
tingkat menengah di Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama Negeri (SLTPN) 9
Depok. Pendidikan tingkat atas dapat diselesaikan penulis pada tahun 2004 di
Sekolah Menengah Umum Negeri (SMUN) 38, Jakarta Selatan.
Pada tahun 2004 penulis diterima di Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui
jalur penerimaan Ujian Seleksi Masuk IPB (USMI) pada program Diploma
Teknologi Usaha Ternak Unggas, Fakultas Peternakan. Kemudian pada tahun
2008 penulis melanjutkan pendidikan pada Program Sarjana Manajemen
Penyelenggaraan Khusus di Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan
Manajemen, Institut Pertanian Bogor.
Organisasi yang pernah diikuti, antara lain Eskul Bola Basket dan
menjabat sebagai ketua, anggota Karang Taruna Komplek Pinang Indah, dan
anggota Eksom Club (Institut Pertanian Bogor)
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga sampai saat ini penulis dapat
menyelesaikan penelitian yang bertema analisis fundamental dan teknikal saham.
Penelitian ini dibuat penulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Ekonomi pada Program Sarjana Manajemen Penyelenggaraan Khusus,
Institut Pertanian Bogor.
Judul penelitian yang diajukan penulis adalah “Analisis Harga Saham
Perusahaan Pertambangan di Bursa Efek Indonesia Dengan Analisis Fundamental
dan Teknikal”. Penelitian ini bertujuan untuk memberi gambaran pada berbagai
pihak mengenai perdagangan saham industri pertambangan di Bursa Efek
Indonesia baik secara fundamental maupun teknikal.
Bogor, Juli 2010
Penulis
UCAPAN TERIMA KASIH
Dalam menyelesaikan skripsi ini, penulis tidak terlepas dari berbagai pihak
yang mendukung, baik secara moril maupun materil. Sebagai bentuk rasa syukur
kepada Allah SWT, penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada :
1. Bapak dan Ibunda tercinta yang selama ini telah mencurahkan segenap kasih
sayang, doa restu dan perhatiannya kepada penulis. Terima kasih kepada
kakak-kakak tercinta Ardian, Dube dan Devi atas doa dan dukungannya.
2. Wita Juwita Ermawati, S.TP, MM selaku dosen pembimbing, yang telah
banyak memberikan bimbingan, saran, pengarahan dan semangat dengan
penuh kesabaran hingga selesainya skripsi ini.
3. Bapak Nurhadi Wijaya S.TP, MM dan Ibu Farida Ratna Dewi, SE, MM selaku
dosen penguji.
4. Bapak/Ibu Dosen pengajar Departemen Manajemen yang telah memberikan
ilmunya selama penulis melaksanakan perkuliahan.
5. Ibu Yuyun yang telah membantu dalam pengolahan data dan memberikan
informasi yang dibutuhkan dalam skripsi ini.
6. Seluruh Staf Sekretariat Program Sarjana Manajemen Penyelenggaraan
Khusus Departemen Manajemen, Fakultas Manajemen, Institut Pertanian
Bogor.
7. Teman-teman eks kosan Tajur dan kosan Bantar Jati (Andi Uccha Saputra,
Alief Danar, Andri Marta, Lukman Geanova, Yonni Adi Saputra) yang
memberikan warna selama tinggal di Bogor dan menemani dalam
penyelesaian skripsi ini.
8. Untuk Dikun, Julie, Hanifah, Mirfat, Lonica Adysa, Erdy, Indro, Pampam,
Bupet, Icha, Indah, Devan, Taruna, Tommy, Penyok, Uchi, Arief, Dina,
Tegar, Ward, Gauz, Indradi HK, Menyeng, Bacek, Alay, Rexy terima kasih
atas persahabatan dan kenangannya di FEM, semoga segala cita-cita kalian
tercapai, amin.
9. Semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan penulisan
skripsi ini, terima kasih.
Masih banyak kekurangan dalam skripsi ini, kritik dan saran konstruktif
diperlukan untuk hal yang lebih baik. Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi
ini bermanfaat bagi pihak-pihak yang membutuhkan.
Bogor, Juli 2010
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
RINGKASAN
RIWAYAT HIDUP...................................................................... ii
KATA PENGANTAR ................................................................ iii
UCAPAN TERIMA KASIH....................................................... iv
DAFTAR GAMBAR .................................................................. vi
DAFTAR TABEL ...................................................................... vii
DAFTAR LAMPIRAN .............................................................. viii
I. PENDAHULUAN ................................................................... 1
1.1. Latar belakang .............................................................. 1 1.2. Perumusan masalah ...................................................... 4
1.3. Tujuan penelitian.......................................................... 5 1.4. Batasan penelitian ........................................................ 6 1.5. Ruang lingkup penelitian ............................................. 6
II. TINJAUAN PUSTAKA ......................................................... 7
2.1. Pasar modal .................................................................. 7 2.2. Bursa efek .................................................................... 7
2.3. Indeks harga saham ...................................................... 8 2.4. Nilai saham .................................................................. 11 2.5. Keuntungan dari saham ................................................ 12
2.6. Analisis fundamental.................................................... 14 2.6.1.Analisis ekonomi dan Pasar ............................... 14 2.6.2.Analisis industri ................................................. 15 2.6.3.Analisis perusahaan ............................................ 15
2.7. Kerangka analisis fundamental .................................... 17 2.8.Capital asset pricing model .......................................... 18 2.9.Analisis teknikal ............................................................ 19
2.9.1.Asumsi-asumsi dasar analisis teknikal ............... 19 2.9.2.Prinsip dasar analisis teknikal ............................ 20 2.9.3.Kerangka analisis teknikal ................................. 21 2.9.4.Indikator moving average .................................. 22
2.10.Penelitian terdahulu..................................................... 24
III. METODOLOGI PENELITIAN ......................................... 25
3.1. Kerangka penelitian ..................................................... 25 3.2. Lokasi dan waktu penelitian ........................................ 26 3.3. Metode penelitian ......................................................... 26 3.3.1. Metode pengumpulan data ………….......……. 26
3.3.2. Metode pengolahan dan analisis data…….…... 28 3.3.2.1. Analisis fundamental……….….……... 28
A. Present value.................................….… 28 B. Price earning ratio……………………. 28 C. Arus kas……................………............. 29
D. Capital asset pricing model…………... 29 3.3.2.2. Analisis teknikal……………........….... 31
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN............................................. 33
4.1. Gambaran umum perusahaan......................................... 33 4.1.1. PT Tambang Bukit Asam Tbk.............................. 33
A. Pendirian dan informasi umum............................. 33 B. Manajemen............................................................ 34 C. Pemegang saham................................................... 35 D. Ringkasan keuangan............................................. 35
4.1.2. PT Aneka Tambang Tbk....................................... 36 A. Pendirian dan informasi umum............................. 36 B. Manajemen............................................................ 36 C. Pemegang saham................................................... 37 D. Ringkasan keuangan............................................. 37
4.1.3. PT Bumi Resources Tbk....................................... 38 A. Pendirian dan informasi umum............................. 38 B. Manajemen............................................................ 39 C. Pemegang saham................................................... 39 D. Ringkasan keuangan............................................. 39
4.1.4. PT Energi Mega Persada Tbk............................... 40 A. Pendirian dan informasi umum............................. 40 B. Manajemen............................................................ 41 C. Pemegang saham................................................... 41 D. Ringkasan keuangan............................................. 41
4.1.5. PT Timah Tbk....................................................... 42 A. Pendirian dan informasi umum............................. 42 B. Manajemen............................................................ 43 C. Pemegang saham................................................... 43 D. Ringkasan keuangan............................................. 43
4.1.6. Analisis secara umum kondisi keuangan perusahaan pertambangan..................................... 44
4.2. Analisis fundamental...................................................... 45 A. Analisis pasar............................................................. 45
1. Gambaran umum kondisi perekonomian (selama periode 2006 hingga 2008)...................... 45
2. Tingkat pengembalian pasar (selama tahun 2006 hingga 2008)......................... 47
B. Analisis industri......................................................... 49 C. Analisis fundamental................................................. 53
1. PT Tambang Bukit Asam Tbk............................... 53 2. PT Aneka Tambang Tbk........................................ 55 3. PT Bumi Resources Tbk........................................ 56 4. PT Energi Mega Persada Tbk................................ 56 5. PT Timah Tbk........................................................ 57
6. Perbandingan price earning ratio.......................... 58 4.3. Analisis teknikal............................................................. 61
A. PT Tambang Bukit Asam Tbk................................... 61 B. PT Aneka Tambang Tbk............................................ 63 C. PT Bumi Resources Tbk............................................ 64 D. PT Energi Mega Persada Tbk.................................... 65 E. PT Timah Tbk............................................................ 67
4.4. Perbandingan analisis fundamental dan teknikal........... 69 A. PT Tambang Bukit Asam Tbk................................... 69 B. PT Aneka Tambang Tbk............................................ 70 C. PT Bumi Resources Tbk............................................ 71 D. PT Energi Mega Persada Tbk.................................... 73 E. PT Timah Tbk............................................................ 74
KESIMPULAN DAN SARAN.................................................... 76
1. Kesimpulan................................................................................ 76
2. Saran.......................................................................................... 78
DAFTAR PUSTAKA .................................................................. 79
LAMPIRAN ................................................................................ 82
DAFTAR GAMBAR
No Halaman 1. Kerangka pendekatan Analisis Fundamental ....................... 17 2. Kerangka pendekatan Analisis Teknikal .............................. 21 3. Struktur kerangka pemikiran. ............................................... 27 4. Perbandingan tingkat pengembalian sektor pertambangan
dan tingkat pengembalian pasar per kuartal.......................... 51 5. Grafik Exponential Moving Average PT Tambang Bukit
Asam Tbk Periode 2006-2010............................................... 62 6. Grafik Exponential Moving Average PT Aneka Tambang
Tbk Periode 2006-2010......................................................... 64 7. Grafik Exponential Moving Average PT Bumi Resources
Tbk Periode 2006-2010........................................................ 65 8. Grafik Exponential Moving Average PT Mega Energi
Persada Tbk Periode 2006-2010........................................... 66 9. Grafik Exponential Moving Average PT Timah Tbk
Periode 2006-2010............................................................... 67 10. Grafik perbandingan analisis fundamental dan teknikal pada PT Tambang Bukit Asam Tbk periode 2006-2008...... 69 11. Grafik perbandingan analisis fundamental dan teknikal pada PT Aneka Tambang Tbk periode 2006-2008................ 71 12. Grafik perbandingan analisis fundamental dan teknikal pada PT Bumi Resources Tbk periode 2006-2008................ 72 13. Grafik perbandingan analisis fundamental dan teknikal pada PT Energi Mega Persada Tbk periode 2006-2008........ 73 14. Grafik perbandingan analisis fundamental dan teknikal pada PT Tmiah Tbk periode 2006-2008................................ 75
DAFTAR TABEL No Halaman 1. Investasi di sektor pertambangan ................................................... 3 2. Ringkasan kondisi keuangan PT Tambang Bukit Asam Tbk Selama 2006-2008.......................................................................... 35 3. Ringkasan Keuangan PT Aneka Tambang Tbk selama
2006-2008...................................................................................... 37 4. Ringkasan kondisi keuangan PT Bumi Resources Tbk
selama 2006-2008........................................................................... 40 5. Ringkasan kondisi keuangan PT Energi Mega Persada Tbk
selama 2006-2008........................................................................... 42 6. Ringkasan kondisi keuangan PT Timah Tbk selama 2006-2008... 44 7. Tingkat pengembalian pasar per kuartal periode
2006 hingga 2008.......................................................................... 48 8. Perbandingan harga saham PT Tambang Bukit Asam Tbk
periode 2006-2008.......................................................................... 54 9. Perbandingan harga saham PT AnekaTambang Tbk
periode 2006-2008.......................................................................... 55 10. Perbandingan harga saham PT Bumi Resources Tbk periode
2006-2008...................................................................................... 56 11. Perbandingan harga saham PT Energi Mega Persada Tbk
periode 2006-2008.......................................................................... 57 12. Perbandingan harga saham PT Timah Tbk periode 2006-2008..... 58 13. Price Earning Ratio per kuartal 5 perusahaan industri
pertambangan periode 2006-2008.................................................. 59 14. Pebandingan harga saham 5 perusahaan industri
pertambangan periode 2006-2008.................................................. 60
DAFTAR LAMPIRAN
No Halaman 1. Indeks Harga Saham Gabungan per bulan periode 2006-2008 ............................................................................ 82 2. Indeks Harga Saham Sektoral Pertambangan per bulan periode2006-2008 ................................................................ 83 3. Sertifikat Bank Indonesia jangka 3 bulan. ........................... 84 4. Tingkat pengembalian pasar per triwulan periode
2006-2008............................................................................. 85 5. Tingkat pengembalian sektor pertambangan dan tingkat
pengembalian pasar per triwulan periode 2006-2008.......... 86 6. Harga penutupan saham PT Aneka Tambang Tbk
per bulan periode 2006-2010................................................ 87 7. Harga penutupan saham PT Bumi Resources Tbk
per bulan periode 2006-2010................................................ 88 8. Harga penutupan saham PT Energi Mega Persada Tbk
per bulan periode 2006-2010................................................ 89 9. Harga penutupan saham PT Tambang Bukit Asam Tbk
per bulan periode 2006-2010................................................ 90 10. Harga penutupan saham PT Timah Tbk per bulan
periode 2006-2010................................................................ 91 11. Earning Per Share Per Kuartal 5 Perusahaan Pertambangan Selama 2006-2008................................................................. 92 12. Price Earning Ratio Per Kuartal 5 Perusahaan Pertambangan Selama 2006-2008......................................... 93 13. Tingkat Pengembalian Saham (R) PT Aneka Tambang Tbk Per Kuartal Periode 2006-2008 ............................................ 94 14. Tingkat Pengembalian Saham (R) Saham PT Bumi Resources Tbk Per Kuartal Periode 2006-2008 ................. 95 15. Tingkat Pengembalian Saham (R) Saham PT Energi Mega Persada Tbk Per Kuartal Periode 2006-2008 ........... 96 16. Tingkat Pengembalian Saham (R) Saham PT Tambang Bukit Asam Tbk Per Kuartal Periode 2006-2008 ............ 97 17. Tingkat Pengembalian Saham (R) Saham PT Timah Tbk Per Kuartal Periode 2006-2008....................................... 98 18. Nilai Intrinsik Saham PT Aneka Tambang Tbk Per Kuartal Periode 2006-2008........................................ 99 19. Nilai Intrinsik Saham PT Bumi Resources Tbk Per Kuartal Periode 2006-2008....................................... 100 20. Nilai Intrinsik Saham PT Energi Mega Persada Tbk Per Kuartal Periode 2006-2008........................................ 101 21. Nilai Intrinsik Saham PT Tambang Bukit Asam Tbk Per Kuartal Periode 2006-2008........................................ 102 22. Nilai Intrinsik Saham PT Timah Tbk Per Kuartal Periode 2006-2008.......................................................... 103
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Perkembangan pasar modal Indonesia tercermin melalui peningkatan
IHSG (Indeks Harga Saham Gabungan), yang merupakan indeks yang
menggambarkan perkembangan nilai pasar dari waktu ke waktu. Struktur
IHSG terdiri atas indeks sektoral yang terbagi dalam 9 sektor, yaitu: sektor
pertanian, pertambangan, industri dasar dan kimia, aneka industri, industri
bahan konsumsi, property, real estate dan konstruksi, infrastruktur, utilitas
dan transportasi, keuangan dan perdagangan, jasa dan investasi.
Kondisi ekonomi pertambangan mampu berdampak positif atau
negatif bagi stabilitas ekonomi Indonesia. Kegiatan bisinis industri
pertambangan di Indonesia telah berkembang dengan pesat. Makin
canggihnya tekonologi dalam bidang pertambangan, maka sumber daya alam
seperti emas, perak, tembaga dan batubara menjadi industri pertambangan
yang banyak dieksplorasikan. Sektor pertambangan juga memberikan
lapangan pekerjaan yang cukup besar, baik yang terlibat secara langsung
maupun dalam berbagai bentuk produk dan jasa pendukung pertambangan
(www.jurnal-ekonomi, 2009)
Hambatan yang kerap terjadi pada perusahaan yang bergerak di sektor
pertambangan adalah adanya keterbatasan sumberdaya dengan jumlah
permintaan akan kebutuhan bahan tambang. Oleh karena itu, suatu
perusahaan dituntut untuk dapat lebih mengoptimalkan pemanfaatan
sumberdaya dengan baik.
Jumlah emiten dalam sektor pertambangan sebanyak 18 emiten yang
tersebar dalam 4 subsektor, yaitu: pertambangan batubara, pertambangan
minyak dan gas alam, pertambangan logam dan mineral dan pertambangan
batu-batuan. Adapun 20 emiten pada sektor pertambangan dirinci menurut
sub sektornya adalah sebagai berikut: (www.bei, 2009)
1. Sub sektor pertambangan batubara.
a. Adaro Energy (ADRO)
b. APTK Resources (ATPK)
c. Bumi Resources (BUMI)
d. Indo Tambang Raya Megah (ITMG)
e. Perdana Karya Perkasa (PKPK)
f. Petrosea (PTRO)
g. Resources Alam Indonesia (KKGI)
h. Tambang Batubara Bukit Asam (PTBA)
2. Sub sektor minyak dan gas alam
a. Apexindo Pratama Duta (APEX)
b. Elnusa (ELSA)
c. Energi Mega Persada (ENRG)
d. Medco Energy Internasional (MEDC)
e. Radiant Utama Interinsco (RUIS)
3. Pertambangan logam dan mineral
a. Aneka Tambang (ANTAM)
b. Citra Mineral Investindo (CITA)
c. Internasional Nickel Indonesia (INCO)
d. Timah (TINS)
4. Pertambangan batu-batuan
a. Central Korporindo (CNKO)
b. Citatah Industri Marmer (CTTH)
c. Mitra Investindo (MITI)
Data Bank Indonesia menunjukkan, hingga triwulan II-2009 kredit ke
sektor pertambangan menurun bila dibandingkan dengan periode yang sama
tahun sebelumnya, per September 2009 kredit sektor pertambangan naik 4,99
persen dari posisi yang sama tahun sebelumnya. Sementara besarnya kredit
yang belum direalisasikan turun 6,87 persen. Sektor pertambangan menjadi
penopang ekspor nonmigas Indonesia selama Januari-Agustus 2009, ekspor
pertambangan 11,6 miliar dollar AS atau naik 21,42 persen dibandingkan
dengan periode yang sama tahun 2008 (www.kompascetak, 2009).
Direktur Eksekutif Indonesian Mining Association (IMA) Priyo
Pribadi Soemarno (www.bisnis, 2009) mengemukakan bahwa investasi
sektor pertambangan diperkirakan bisa menembus Rp20 triliun tahun 2010,
untuk lebih jelasnya bisa dilihat pada Tabel 1. Namun, prediksi investasi itu
akan terhambat bila pemerintah tidak segera menuntaskan masalah di sektor
itu dan hambatan sektor pertambangan diantaranya adalah harmonisasi
regulasi dan masalah perpajakan. Berkaitan dengan iklim bisnis
pertambangan tahun ini, pemerintah diminta memprioritaskan pengembangan
proyek tambang mineral dan batu bara yang sudah menyelesaikan tahap
feasibility studies untuk meningkatkan kinerja pertambangan 2010.
Menurut beliau, investasi baru di sektor pertambangan Indonesia
sepanjang 2010 tidak akan mengalami perubahan dibandingkan dengan tahun
sebelumnya, mengingat kondisi industri pertambangan belum sepenuhnya
pulih akibat krisis ekonomi global.
Tabel 1. Investasi di sektor pertambangan
Sumber : Departement ESDM
1.2. Perumusan Masalah
Harga saham merupakan indikator utama yang pertama kali dilihat
oleh para investor. Harga saham juga merupakan cerminan dari kondisi
perusahaan dan ekspektasi investor. Sebelum melakukan investasi saham di
pasar modal, para investor harus menganalisis faktor-faktor yang dapat
mempengaruhi investasinya tersebut. Karena dengan melakukan analisis para
calon investor dapat mengurangi resiko kerugian yang sangat besar.
Sebaliknya apabila para calon investor tidak melakukan analisis maka bisa
berakibat fatal yang sangat beresiko. Dua resiko terbesar adalah mengalami
capital loss, yaitu kerugian dari hasil jual beli saham, serta opportunity loss,
yaitu kerugian yang terjadi karena perusahaan atau emiten dilikuidasi. Untuk
mengantisipasi perubahan harga saham maka diperlukan analisis saham.
Investasi di sektor pertambangan (dalam Rp miliar)
2010 20.020
2011 30.770
2012 50.080
2013 46.800
2014 74.680
Analisis harga saham dapat dilakukan dengan dua metode yaitu analisis
fundamental dan analisis teknikal.
Melalui analisis fundamental, investor dapat menaksir nilai intrinsik
dari suatu saham. Dengan analisis teknikal, investor dapat melihat
pergerakan harga saham dalam kurun waktu tertentu. Dari kedua analisis ini
dapat dilakukan secara bersamaan untuk menganalisis suatu saham.
Sesuai dengan hal yang telah disampaikan, maka dapat diketahui
perumusan masalah dari penelitian ini yaitu :
1. Bagaimana kondisi perusahaan-perusahaan pertambangan di BEI
(Bursa Efek Indonesia) pada periode 2006-2008 ?
2. Bagaimana nilai intrinsik harga saham pada perusahaan-perusahaan
pertambangan selama periode 2006-2008 melalui analisis fundamental
dan membandingkannya dengan harga pasar di BEI (Bursa Efek
Indonesia) ?
3. Bagaimana suatu perbandingan saham yang paling murah dan paling
mahal dalam lima perusahaan pertambangan dalam periode 2006-2008
melalui analisis fundamental ?
4. Bagaimana pergerakan harga saham pada perusahaan-perusahaan
pertambangan selama periode 2006 hingga triwulan I tahun 2010
melalui analisis teknikal ?
1.3. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan pengkajian masalah yang dikemukakan di atas, maka
tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Mengidentifikasi kondisi lima perusahaan pertambangan di BEI (Bursa
Efek Indonesia) periode 2006-2008.
2. Menganalisis nilai intrinsik harga saham lima perusahaan
pertambangan periode 2006-2008 dengan menggunakan analisis
fundamental dan membandingkannya dengan harga pasar.
3. Menganalisis harga saham yang paling murah atau paling mahal pada
lima perusahaan pertambangan di BEI (Bursa Efek Indonesia) periode
2006-2008 dengan menggunakan analisis fundamental.
4. Menganalisis suatu pergerakan harga saham lima perusahaan
pertambangan selama periode 2006 hingga triwulan I tahun 2010
dengan menggunakan analisis teknikal.
1.4. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Bagi pengembangan ilmu pengetahuan, diharapkan penelitian ini dapat
menambah khasanah dinamika keilmuan dalam teknik analisis surat
berharga selain analisis fundamental yang telah banyak dilakukan di
pasar modal Indonesia.
2. Bagi pihak-pihak yang ingin melakukan kajian lebih dalam mengenai
analisis fundamental dan analisis teknikal, diharapkan penelitian ini
dapat menjadi referensi dan landasan bagi penelitian selanjutnya.
3. Bagi para investor saham, diharapkan penelitian ini dapat menjadi
bahan pertimbangan untuk melakukan analisis investasi di pasar modal
melalui dua pendekatan, yaitu dengan analisis fundamental dan
analisis teknikal.
1.5. Batasan Penelitian
Penelitian ini terbatas pada suatu kinerja perusahaan secara domestik
saja atau dengan kata lain adalah perusahaan-perusahaan pertambangan yang
terdaftar di BEI (Bursa Efek Indonesia), baik melalui pendekatan
fundamental maupun pendekatan teknikal. Hal ini dilakukan karena
operasional perusahaan-perusahaan yang diteliti berlokasi di Indonesia. Data
yang diambil untuk analisis fundamental terbatas pada periode 2006-2008,
karena data penutupan harga saham harian tahun 2009 belum diterbitkan oleh
Bursa Efek Indonesia, data tersebut akan diterbitkan pada bulan Juli 2010
dan untuk analisis teknikal digunakan data penutupan harga saham bulanan
pada tahun 2006 hingga triwulan 1 tahun 2010.
Penelitian ini dilakukan di BEI (Bursa Efek Indonesia), dengan
mengambil data saham yang termasuk ke dalam harga saham sektor
pertambangan, di antaranya ANTM (Aneka Tambang), BUMI (Bumi
Resources), ENRG (Energi Mega Persada), TINS (Timah), PTBA (Tambang
Batubara Bukit Asam). Saham 5 perusahaan pertambangan tersebut termasuk
saham unggulan (blue chips stock). Blue chips stock atau saham unggulan
merupakan suatu saham yang manajemennya memiliki reputasi yang baik. Di
samping itu dari 5 perusahaan tersebut sudah cukup menggambarkan dalam
menganalisis harga saham baik dari segi fundamental maupun teknikalnya.
Pada kesempatan ini penulis menganalisis faktor fundamental dan
teknikal. Analisis fundamental dapat dilakukan dengan dua model, yaitu
dengan pendekatan present value dan model kelipatan laba atau Price
Earning Ratio (PER). Analisis fundamental ini bertujuan untuk
memperkirakan harga saham di masa yang akan datang dengan mengestimasi
nilai faktor-faktor fundamental yang mempengaruhi harga saham di masa
yang akan datang dan menerapkan hubungan variabel-variabel tersebut
sehingga diperoleh taksiran harga saham.
Analisis teknikal dalam penelitian ini peneliti memilih menggunakan
eksponential moving average. Analisis ini dapat dihasilkan informasi
pergerakan harga saham yang akan terjadi selanjutnya atau peramalan
tentang harga saham. Informasi ini berguna bagi investor untuk melakukan
transaksi saham baik jual maupun beli.
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pasar Modal
Pasar modal merupakan suatu pasar untuk mendapatkan modal
pinjaman (loan capital) jangka panjang perusahaan, modal saham (share
capital) dan obligasi (bonds) pemerintah. Pada dasarnya, pasar modal (capital
market) merupakan pasar untuk berbagai instrumen keuangan jangka panjang
yang bisa diperjualbelikan, baik dalam bentuk hutang ataupun modal sendiri
(Ardian, 2003). Menurut Husnan (2001), pasar modal adalah pasar untuk
berbagai instrumen keuangan atau sekuritas jangka panjang yang bisa
diperjualbelikan, baik dalam bentuk hutang ataupun modal sendiri, baik yang
diterbitkan oleh pemerintah, public authorities, maupun perusahaan swasta.
Undang-Undang Pasar Modal No. 8 Tahun 1995 memberikan
pengertian pasar modal yang lebih spesifik yaitu “kegiatan yang
bersangkutan dengan penawaran umum dan perdagangan efek, perusahaan
publik yang berkaitan dengan efek yang diterbitkannya, serta lembaga dan
profesi yang berkaitan dengan efek”. Pasar modal memiliki peran besar bagi
perekonomian suatu negara karena pasar modal menjalankan dua fungsi
sekaligus, fungsi ekonomi dan fungsi keuangan. Pasar modal dikatakan
memiliki fungsi ekonomi karena pasar menyediakan fasilitas atau wahana
yang mempertemukan dua kepentingan yaitu pihak yang kelebihan dana
(investor) dan pihak yang memerlukan dana (issuer). Pasar modal dikatakan
memiliki fungsi keuangan karena pasar modal memberikan kemungkinan
dan kesempatan memperoleh imbalan (return) bagi pihak dana, sesuai
dengan karakteristik investasi yang dipilih (Ardian, 2003).
2.2. Bursa Efek
Bursa efek menurut Ardian (2003), adalah sebuah pasar (market) yang
berhubungan dengan pembelian dan penjualan efek (stocks) atau saham
(shares) perusahaan serta obligasi (bonds) pemerintah.
Bursa efek melaksanakan dua fungsi utama, yaitu:
1. Sebuah pasar primer atau penerbitan baru, dimana modal untuk
investasi dan tujuan-tujuan lain dapat ditingkatkan melalui efek-efek
baru, saham dan obligasi.
2. Sebuah pasar sekunder melakukan perdagangan surat-surat berharga
yang ada, termasuk perdagangan di masa depan, yang mempermudah
pengalihan surat-surat berharga dari penjual ke pembeli.
2.3. Indeks Harga Saham
Menurut Sulistiawan dan Liliana (2007) harga saham bisa berubah
setiap saat karena adanya ekspektasi para investor yang berubah dengan
informasi yang mereka dapatkan.
Saat ini BEI (Bursa Efek Indonesia) mempunyai 7 macam indeks saham
(BEI, 2010) yaitu:
1. Indeks Individual, menggunakan indeks harga masing-masing saham
terhadap harga dasarnya, atau indeks masing-masing saham yang
tercatat di Bursa Efek Indonesia.
2. Indeks Harga Saham Sektoral, menggunakan semua saham yang
termasuk dalam masing-masing sektor, misalnya sektor keuangan,
pertambangan, dan lain-lain. Di Bursa Efek Indonesia indeks sektoral
terbagi atas sembilan sektor yaitu: pertanian, pertambangan, industri
dasar, aneka industri, konsumsi properti, infrastruktur, keuangan,
perdagangan dan jasa, dan manufaktur.
3. Indeks Harga Saham Gabungan atau IHSG (Composite Stock Price
Index), menggunakan semua saham yang tercatat sebagai komponen
perhitungan indeks.
4. Indeks LQ 45, yaitu indeks yang terdiri dari 45 saham pilihan dengan
mengacu kepada 2 variabel yaitu likuiditas perdagangan dan
kapitalisasi pasar. Setiap 6 bulan terdapat saham-saham baru yang
masuk ke dalam LQ 45 tersebut.
5. Indeks Syariah atau JII (Jakarta Islamic Index). JII merupakan indeks
yang terdiri dari 30 saham mengakomodasi syariat investasi dalam
Islam atau Indeks yang berdasarkan syariah Islam. Dengan kata lain,
dalam indeks ini dimasukan saham-saham yang memenuhi kriteria-
kriteria investasi dalam syariat Islam. Saham-saham yang masuk
dalam Indeks Syariah Islam adalah emiten yang kegiatan usahanya
tidak bertentangan dengan syariah seperti di bawah ini:
• Usaha perjudian dan permainan yang tergolong judi atau
perdagangan dilarang.
• Usaha lembaga keuangan konvensional (ribawi) termasuk
perbankan dan asuransi konvensional.
• Usaha yang memproduksi, mendistribusi serta
memperdagangkan makanan dan minuman yang tergolong
haram.
• Usaha yang memproduksi, mendistribusi dan menyediakan
barang-barang ataupun jasa-jasa yang merusak moral dan
bersifat mudarat.
6. Indeks Papan Utama dan Papan Pengembangan, yaitu indeks harga
saham yang secara khusus didasarkan pada kelompok saham yang
tercatat di Bursa Efek Indonesia yaitu kelompok Papan Utama
Pengembangan.
7. Indeks KOMPAS 100. Adalah merupakan Indeks Harga Saham hasil
kerja sama Bursa Efek Indonesia dengan harian KOMPAS. Indeks ini
meliputi 100 saham dengan proses penentuan sebagai berikut :
a. Telah tercatat di BEI (Bursa Efek Indonesia) minimal 3 bulan.
b. Saham tersebut masuk dalam perhitungan IHSG (Indeks Harga
Saham Gabungan).
c. Berdasarkan pertimbangan faktor fundamental perusahaan dan
pola perdagangan di bursa, BEI dapat menetapkan untuk
mengeluarkan saham tersebut dalam proses perhitungan indeks
harga 100 saham.
d. Masuk dalam 150 saham dengan nilai transaksi dan frekuensi
transaksi serta kapitalisasi pasar terbesar di pasar reguler
selama 12 bulan terakhir.
e. Dari 150 saham tersebut kemudian diperkecil jumlahnya
menjadi 60 saham dengan mempertimbangkan nilai transaksi
saham terbesar.
f. Dari 150 saham yang tersisa, kemudian dipilih sebanyak 40
saham dengan mempertimbangkan kinerja : hari transaksi dan
frekuensi transaksi serta nilai kapitalisasi pasar di pasar reguler,
dengan proses sebagai berikut :
i. Dari 90 sisanya, akan dipilih 75 saham berdasarkan
frekuensi transaksi di pasar reguler.
ii. Dari 75 saham tersebut akan dipilih 60 saham
berdasarkan frekuensi di pasar reguler.
iii. Dari 60 saham tersebut akan dipilih 40 saham
berdasarkan kapitalisasi pasar.
g. Daftar 100 saham diperoleh dengan menambahkan daftar
saham dari perhitungan butir (e) ditambah dengan daftar saham
hasil perhitungan butir (f).
h. Daftar saham yang masuk dalam KOMPAS 100 akan
diperbaharui sekali dalam 6 bulan, atau lebih tepatnya pada
bulan Agustus.
Perhitungan Indeks mempresentasikan pergerakan harga saham di
pasar atau bursa yang terjadi melalui sistem perdagangan lelang. Perhitungan
IHSG (Indeks Harga Saham Gabungan) dilakukan setiap hari, yaitu setelah
penutupan perdagangan setiap harinya.
2.4. Nilai Saham
Menurut Keown (2002), nilai saham didefinisikan sebagai berikut :
1. Nilai nominal (Par value) suatu saham adalah nilai kewajiban yang
ditetapkan untuk setiap lembar saham. Nilai nominal adalah modal per
lembar yang harus ditahan di perusahaan untuk proteksi kepada
kreditor yang tidak dapat diambil oleh pemegang saham. Untuk saham
yang tidak mempunyai nilai nominal, dewan direksi umumnya
menetapkan sendiri per lembar. Jika tidak ada nilai yang ditetapkan
maka yang dianggap sebagai modal adalah semua penerimaan bersih
yang diterima oleh emiten pada waktu mengeluarkan saham
bersangkutan.
2. Nilai Buku (book value) per lembar saham menunjukan aktiva bersih
(net assets) per lembar saham yang dimiliki oleh pemegang saham.
Nilai buku per lembar saham (book value per share) tidak menunjukan
ukuran kinerja saham yang penting, tetapi nilai buku per lembar saham
dapat mencerminkan berapa besar jaminan yang akan diperoleh oleh
pemegang saham apabila perusahaan penerbit saham (emiten)
dilikuidasi.
Jika perusahaan mempunyai dua jenis saham, yaitu saham preferen
dan saham biasa, maka perhitungan nilai buku per lembar untuk dua
jenis saham itu adalah sebagai berikut:
a. Cara menghitung ekuitas preferen adalah mengalikan nilai tebus
(call price) ditambah dengan dividen yang di arrears dengan
lembar saham preferen yang beredar. Jika nilai tebus tidak
digunakan, maka nilai nominal yang digunakan di dalam
perhitungan ini. Agio saham untuk saham preferen tidak
dimasukan karena pemegang saham preferen tidak mempunyai
hak untuk agio ini, walaupun berasal dari saham preferen,
sehingga nilai agio ini dimasukkan sebagai tambahan nilai ekuitas
saham biasa. Agio saham adalah selisih antara harga jual terhadap
harga nominal saham pada saat perusahaan melakukan penawaran
umum di pasar perdana.
b. Cara menghitung nilai ekuitas saham biasa adalah: nilai ekuitas
saham biasa dihitung dengan mengurangi nilai total ekuitas
dengan nilai ekuitas saham preferen.
3. Nilai pasar (market value) berbeda dengan nilai buku. Jika nilai buku
merupakan nilai yang dicatat pada saat saham dijual oleh perusahaan,
maka nilai pasar bursa pada saat tertentu ditentukan oleh pelaku pasar.
Nilai pasar ditentukan oleh permintaan dan penawaran saham yang
bersangkutan di pasar bursa.
4. Nilai fundamental, tujuan perhitungan nilai fundamental saham atau
lebih sering dengan disebut nilai intrinsik saham adalah menentukan
harga wajar suatu saham agar harga saham tersebut mencerminkan
nilai saham sebenarnya (riil value) sehingga tidak terlalu mahal
(overpriced). Perhitungan nilai intrinsik (intrinsic value) dari semua
aliran kas di masa mendatang baik yang berasal dari dividen maupun
capital gain / loss. Menurut Akbar (2007), nilai fundamental saham
adalah harga wajar suatu saham perusahaan. Harga wajar ini dapat
dihitung dengan dua cara, yaitu:
1. Analisis fundamental. Harga saham dapat dilihat dari hasil analisis
pengolahan data keuangan dan laporan keuangan sebuah
perusahaan.
2. Analisis teknikal. Harga saham berdasarkan data-data lampau
(histories) harga saham tersebut, sehingga dapat dibuat sebuah pola
(pattern) suatu saham.
2.5. Keuntungan dari Saham
Menurut Sabrini (2008), ada dua keuntungan yang diperoleh investor
dengan membeli atau memiliki saham adalah sebagai berikut:
1. Dividen
Dividen merupakan pembagi keuntungan yang diberikan
perusahaan dan berasal dari keuntungan yang dihasilkan perusahaan
dividen diberikan setelah mendapat persetujuan dari pemegang saham
dalam RUPS (Rapat Umum Pemegang Saham). Investor yang berhak
menerima dividen adalah investor yang memegang saham hingga batas
waktu yang ditentukan oleh perusahaan pada saat pengumuman
dividen. Dividen yang dibagikan oleh perusahaan dapat berupa dividen
tunai, artinya kepada setiap pemegang saham diberikan dividen uang
tunai dalam jumlah rupiah tertentu untuk setiap saham, atau dapat pula
berupa dividen saham yang berarti kepada setiap pemegang saham
diberikan dividen sejumlah saham yang dimiliki seorang pemodal akan
bertambah dengan adanya pembagian dividen saham tersebut. Hasil
yang didapat pemegang saham terutama berbentuk dividen, yaitu
sejumlah pengembalian (return) yang didasarkan pada proporsi
kepemilikan saham atas seluruh saham perusahaan yang diterbitkan
(Akbar, 2007).
Menurut Awat (2000), bentuk-bentuk kebijakan dividen adalah
sebagai berikut:
a. Kebijakan Dividen yang Stabil (Stable Dividend per Share
Policy), yakni jumlah pembayaran dividen itu sama besarnya
dari tahun ke tahun. Salah satu alasan mengapa suatu
perusahaan itu menjalankan kebijakan dividen yang stabil ialah
untuk memelihara kesan para investor terhadap perusahaan
tersebut, sebab apabila perusahaan menerapkan kebijakan
dividen yang stabil berarti perusahaan itu yakin bahwa
pendapatan bersihnya juga stabil dari tahun ke tahun.
b. Kebijakan Dividend Payout Ratio (Rasio Pembayaran Deviden)
yang Tetap. Dalam kebijakan ini, jumlah dividen akan berubah-
ubah sesuai dengan jumlah laba bersih, tetapi rasio antara
dividen dan laba ditahan adalah tetap.
c. Kebijakan Kompromi (compromise policy), yakni suatu
kebijakan dividen yang terletak antara kebijakan dividen per
saham yang stabil dan kebijakan dividend payout ratio yang
konstan ditambah dengan persentasi tertentu pada tahun-tahun
yang mampu menghasilkan laba bersih yang tinggi.
d. Kebijakan Dividen Residual (Residual Dividend Policy).
Apabila menghadapi suatu kesempatan investasi yang tidak
stabil maka manajemen menghendaki agar dividen hanya
dibayar ketika laba bersih itu benar.
2. Capital Gain
Capital Gain merupakan selisih antara harga beli dan harga jual
Capital Gain terbentuk dengan adanya aktivitas perdagangan saham di
pasar sekunder.
2.6. Analisis Fundamental
Analisis fundamental mencoba memperkirakan harga saham di masa
yang akan datang dengan mengestisimasi nilai faktor-faktor fundamental
yang mempengaruhi harga saham di masa yang akan datang dan menerapkan
hubungan variabel-variabel tersebut sehingga diperoleh taksiran harga
saham. Analisis fundamental adalah salah satu jenis analisis investasi yang
dilakukan yang dilakukan investor dengan memperhatikan laporan keuangan
dan fundamental perusahaan. Setiap berita baik yang berhubungan langsung
maupun tidak langsung dengan ekonomi dapat menjadi faktor fundamental
yang penting untuk dicermati (Sabrini, 2008).
Menurut Husnan (2001), karena banyak faktor yang mempengaruhi
harga saham, maka untuk melakukan analisis fundamental diperlukan
beberapa tahapan analisis. Tahapan yang dilakukan adalah sebagai berikut:
2.6.1. Analisis Ekonomi dan Pasar
Kegiatan perekonomian mempengaruhi kondisi pasar, sehingga
dapat mempengaruhi para pemodal. Apabila pasar membaik atau
memburuk, artinya saham-saham juga akan terpengaruh dengan arah
yang sama. Selain terhadap tingkat keuntungan yang diperoleh
investor, kondisi pasar juga mempengaruhi kemampuan perusahaan
memperoleh laba. Disamping pengaruhnya terhadap kondisi
perusahaan, kondisi perkonomian juga mempengaruhi kondisi industri
(Husnan, 2001).
2.6.2. Analisis Industri
Sebelum melakukan analisis industri atau sektor tertentu, maka
perlu melihat perkembangan atau kinerja industri/sektor tersebut,
sehingga dapat memberikan gambaran arah perkembangan
industri/sektor tersebut. Seharusnya pengamatan perlu dilakukan untuk
periode yang cukup panjang sehingga barangkali dapat dideteksi pola
perkembangannya atau adanya pengaruh akibat kondisi ekonomi.
Menurut Husnan (2001), untuk melakukan analisis industri,
langkah yang pertama yang dapat dilakukan adalah dengan
mengidentifikasikan tahap kehidupan produknya. Tahap ini bermaksud
untuk mengenali apakah industri tempat perusahaan beroperasi
merupakan industri yang masih berkembang cepat, sudah stabil,
ataukah sudah menurun. Langkah berikutnya adalah menganalisis
industri dalam kaitannya dengan kondisi perekonomian. Langkah
ketiga adalah analisis kualitatif terhadap industri tersebut, yang
dimaksudkan untuk membantu pemodal menilai prospek industri di
masa yang akan datang.
2.6.3. Analisis Perusahaan
Analisis fundamental perusahaan dilakukan untuk menilai
intrinsik saham perusahaan yang di analisis. Nilai intrinsik ini
digunakan untuk membandingkan dengan harga pasar. Nilai intrinsik
suatu saham ditentukan oleh faktor-faktor fundamental yang
mempengaruhinya (Halim, 2003).
Menurut Husnan (2001), untuk menafsir nilai intrinsik saham, ada
dua metode yang sering digunakan, yaitu metode present value
(metode kapitalisasi penghasilan) dan metode Price Earning Ratio atau
PER (metode kelipatan laba).
1. Metode present value
Metode ini adalah nilai saat ini suatu saham adalah sama
dengan present value arus kas yang diharapkan akan diterima
oleh pemilik saham tersebut. Arus kas (bebas) merupakan
arus kas yang dihasilkan dari operasi perusahaan setelah
dikurangi pajak dan setelah dikurangi kebutuhan pengeluaran
untuk investasi modal (Petty, 2002).
2. Metode Price Earning Ratio (PER)
Metode Price earning Ratio (PER) adalah ukuran kinerja
saham yang didasarkan atas perbandingan harga pasar saham
terhadap pendapatan per lembar saham (Earning Per Share,
EPS). Langkah pertama yang perlu adalah memahami laporan
keuangan yang disajikan oleh perusahaan. Ada dua laporan
keuangan yang utama, yaitu Neraca dan laporan Rugi Laba.
Perusahaan yang memiliki nilai PER yang paling rendah
adalah perusahaan yang harga sahamnya paling murah.
Sedangkan untuk perusahaan yang memiliki nilai PER yang
paling tinggi adalah perusahaan yang mempunyai harga
saham yang paling mahal.
2.7. Kerangka Analisis Fundamental
Melalui kerangka analisis fundamental dapat diperoleh struktur
penilaian-penilaian, yaitu manfaat yang diharapkan, baik dalam bentuk
dividen maupun laba dan risiko investasi yang akan mempengaruhi tingkat
keuntungan yang layak, dengan menganalisis terhadap faktor ekonomi atau
pasar, faktor industri dan faktor perusahaan. Secara jelas dapat dilihat pada
Gambar 1.
Gambar 1. Kerangka analisis fundamental
Sumber : Husnan, 2001
Penilaian
1. Manfaat yang diharapkan, baik dalam bentuk dividen maupun laba. 2. Risiko investasi yang akan mempengaruhi tingkat keuntungan yang layak
Analisis terhadap : 1. Ekonomi atau pasar 2. Industri 3. Perusahaan
Gunakan model valuasi dividen Atau
Gunakan model PER
Analisis
Dilakukan dengan
2.8. Capital Asset Pricing Model (CAPM)
Menurut Halim (2003), CAPM merupakan model untuk menentukan
harga suatu aset pada kondisi ekuilibrium, tujuannya adalah untuk
menentukan minimum required of return dari investasi yang beresiko.
Asumsi-asumsi yang mendasari Capital Asset Pricing Model yang
dipergunakan adalah sebagai berikut:
1. Diasumsikan tidak ada biaya transaksi. Dengan demikian pemodal
bisa membeli atau menjual sekuritas tanpa menanggung biaya
transaksi.
2. Diasumsikan bahwa investasi sepenuhnya bisa dipecah-pecah
(fully divissible). Artinya pemodal bisa melakukan investasi sekecil
apapun pada jenis sekuritas.
3. Diasumsikan tidak ada pajak penghasilan bagi para pemodal. Dengan
demikian pemodal akan merasa indefferent antara memperoleh dividen
ataupun capital gains. Pemodal dikatakan capital gains kalau terjadi
kenaikan harga saham, dan capital loss apabila terjasi penurunan harga
saham.
4. Diasumsikan bahwa para pemodal tidak bisa mempengaruhi harga
saham dengan tindakan membeli atau menjual saham.
5. Para pemodal diasumsikan akan bertindak semata-mata atas
pertimbangan expected value (nilai yang diharapkan) dan deviasi
standar tingkat keuntungan portofolio.
6. Diasumsikan bahwa para pemodal bisa melakukan short sales.
7. Diasumsikan terdapat para pemodal yang bisa menyimpan dan
meminjam dengan tingkat bunga yang sama.
8. Pemodal diasumsikan mempunyai pengharapan yang homogen. Ini
berarti bahwa para pemodal sepakat tentang expected return
(pengembalian yang diharapkan), deviasi standar dan koefisien
korelasi antar tingkat keuntungan.
9. Diasumsikan bahwa semua aktiva bisa diperjual belikan.
2.9. Analisis Teknikal
Analisis Teknikal (technical analysis) adalah salah satu analisis atau
metode pendekatan yang mengevaluasi pergerakan suatu harga saham, valas,
kontrak berjangka (future contract), indeks dan beberapa instrumen keuangan
lainnya. Analisa teknikal adalah kombinasi antara studi harga (pembukaan,
harga tertinggi/terendah, dan penutupan) dengan menggunakan grafik-grafik
chart yang terbentuk sebagai peta utama untuk menentukan langkah-langkah
berikutnya (Husnan, 2001).
Analisis teknikal adalah analisis sekuritas dengan menggunakan grafik
harga dan volume historis. Pada dasarnya, analisis teknikal menawarkan
pengembangan teknik perdagangan saham (investasi jangka pendek)
berdasarkan pengamatan dan pergerakan harga serta volume perdagangan
masa lalu. Dengan membuat suatu trend atau pola grafik historis, seorang
investor saham bisa membuat suatu keputusan untuk membeli atau menjual
saham (Fernandez. et all, dalam Ganesh, 2008).
2.9.1. Asumsi-Asumsi Dasar Analisis Teknikal
Menurut Halim (2003), asumsi-asumsi yang berlaku dalam
analisis teknikal adalah sebagai berikut:
1. Harga saham ditentukan oleh interaksi supply dan demand.
2. Supply dan demand itu sendiri dipengaruhi oleh banyak faktor,
baik yang rasional maupun irrasional.
3. Perubahan harga saham cenderung bergerak mengikuti trend
tertentu.
4. Trend tersebut dapat berubah karena bergesernya supply dan
demand.
5. Pergeseran supply dan demand dapat terdetektesi dengan
memperlajari diagram dari perilaku pasar.
6. Pola-pola tertentu yang terjadi pada masa lalu akan terulang
kembali di masa mendatang.
2.9.2. Prinsip Dasar Analisis Teknikal
Ada tiga prinsip yang digunakan sebagai dasar untuk melakukan
analisis teknikal (www.imarketiva.com/analisa-teknikal, 2009), yaitu :
1. Market Price Discounts Everything, yaitu segala kejadian-
kejadian yang dapat mengakibatkan gejolak pada bursa valas
secara keseluruhan atau harga mata uang suatu negara seperti
faktor ekonomi, politik fundamental dan termasuk juga kejadian-
kejadian yang tidak dapat diprediksi sebelumnya seperti adanya
peperangan, gempa bumi dan lain sebagainya akan tercermin
pada harga pasar.
2. Price Moves in Trend, yaitu harga valuta asing akan tetap
bergerak dalam satu trend. Harga mulai bergerak ke satu arah,
turun atau naik. Trend ini akan berkelanjutan sampai pergerakan
harga melambat dan memberikan peringatan sebelum berbalik
dan bergerak ke arah yang berlawanan.
3. History Repeats It Self, karena analisis teknikal juga
menggambarkan faktor psikologis para pelaku pasar, maka
pergerakan historis dapat dijadikan acuan untuk memprediksi
pergerakan harga di masa yang akan datang. Pola historis ini
dapat terlihat dari waktu ke waktu di grafik. Pola-pola ini
mempunyai makna yang dapat diinterprestasikan untuk
memprediksi pergerakan harga.
2.9.3. Kerangka analisis Teknikal
Menurut Husnan (2001), analisis teknikal pada umumnya merupakan
upaya untuk menentukan kapan akan (masuk pasar) atau menjual saham
(keluar pasar), dengan memanfaatkan indikator-indikator teknis maupun
dengan pendekatan grafis. Secara jelas dapat dilihat pada Gambar 2.
Gambar 2. Kerangka analisis teknikal Sumber : Husnan, 2001
Analisa Teknikal Mencoba untuk
Mengidentifikasi Kapan gerakan
Suatu saham
Kondisi pasar
Dengan menganalisis Perubahan harga lewat
Indikator teknis Grafik
2.9.4. Indikator Moving Average
Indicator Moving Average (MA) adalah salah satu indikator paling tua
dan paling populer untuk analisa teknis. moving average adalah indikator
perhitungan harga rata-rata dari satu mata uang pada waktu tertentu. Ketika
menghitung satu moving average, harus menetapkan rentang waktu untuk
menghitung harga rata-rata (Sabrini, 2008). Moving average adalah
pergerakan harga rata-rata dari suatu saham dalam sebuah durasi waktu.
Indikator ini sangat berguna dalam grafik perdagangan saham yang memiliki
trend. Jika trend naik, indikator ini memberikan petunjuk/sinyal beli.
Sebaliknya, jika grafik menunjukan trend penurunan, indikator ini
memberikan sinyal jual (Sulistiawan dan Liliana, 2007).
Penggunaan moving average adalah untuk mengidentifikasi arah trend
yang sedang dan akan terjadi. Menurut Sabrini (2008), ada lima macam
indikator moving average, yaitu:
1. Ada beberapa variasi aplikasi metode rata-rata bergerak yang
digunakan analisis teknikal, antara lain:
a. Simple Moving Average (Rata-Rata Bergerak Sederhana).
Cara penghitungan Simple Moving Average (SMA) adalah dari suatu
penjumlahan harga saham x hari sebelumnya dibagi dengan x hari.
b. Weighted Moving Average (Rata-Rata Bergerak Tertimbang)
Menghasilkan nilai yang sama dengan SMA. Perbedaannya
hanyalah masalah pembobotan. Jika dalam perhitungan SMA
menganggap bahwa harga saham satu hari yang lalu memiliki bobot
yang sama, maka dalam perhitungan WMA harga saham satu hari
yang lalu memiliki bobot yang lebih tinggi dibandingkan dengan
harga saham hari-hari sebelumnya.
c. Exponential Moving Average (EMA)
Konsep yang digunakan masih sama. Namun dasar pembobotan dari
EMA tidak hanya dari harga masa lalu saja, tapi dari perhitungan
rata-rata bergerak masa lalu.
2. Indikator Perdagangan Lebih dari Satu Moving Average
a. Double Cross-over Moving Average (Perpotongan Dua Garis MA)
Pada metode ini, penentuan sinyal berasal dari perpotongan antara
sesama grafik MA bukan dari perpotongan grafik saham dengan
grafik MA.
b. Triple Cross-over Moving Average (Perpotongan Tiga Garis MA)
Penggunaan tiga garis MA sama dengan penggunaan perpotongan
dua garis MA. Bedanya hanya dalam jumlah indikator MA yang
digunakan.
3. Moving Average Convergence-Divergence (MACD)
MACD adalah metode analisis teknis yang modern yang
dikembangkan oleh Gerald Apple. Metode ini menggunakan
perpotongan dua EMA. Kombinasi dua grafik EMA tersebut
menghasilkan grafik MACD.
4. Moving Average Envelope
Ketepatan dari penggunaan satu moving average (MA) dapat
ditingkatkan kemampuannya dengan bantuan grafik MA yang
menggambarkan atas bawah dan atas dari trend grafik saham
penggunaan MA batas bawah dan atas ini dinamakan MA Envelope
(bentuk: Amplop).
5. Bollinger Bands
Bolinger Band pertama kali dikembangkan oleh John Bollinger.
Bolinger band terdiri dari 3 garis utama. Garis teratas dinamakan
upper band, garis tengah di namakan middle band dan yang paling
bawah disebut lower band. Middle band sendiri merupakan hasil
pergerakan dari simple moving average. dan upper dan lower band
adalah 2 kali standar deviasi dari middle band. Sinyal yang dihasilkan
dari analisis ini antara lain adalah:
Double Bottom Buy, adalah apabila sebuah harga ketika harga
menembus batas bawah (lower band) dan tetap berada diluar batas
bawah pada periode berikutnya.
Double Top Sell, adalah apabila sebuah harga ketika menembus
batas atas (upper band) dan tetap berada di luar batas atas pada periode
berikutnya.
2.10. Penelitian Terdahulu
Primasari (2004) melakukan penelitian mengenai tingkat imbalan
risiko investasi agribisnis dengan menggunakan analisis fundamental dan
teknikal sebagai pendekatannya. Saham agribisnis yang diteliti adalah 11
saham agribisnis dari 38 perusahaan agribisnis yang tercatat di BEJ. 11
saham tersebut adalah Astra Agro Lestari (AALI), Multibreder Adirama
Indonesia (MBAI), Chaoren Pokphand Indonesia (CPIN), Fajar Surya
Wisesa (FASW), Indofood Sukses Makmur (INDF), Mayora Indah (MYOR),
Sari Husada (SHDA), Ultra Jaya Milk (ULTJ), BAT Indonesia (BATI),
Gudang Garam (GGRM), HM Sampoerna (HMSP). Analisis Fundamental
dilakukan dengan menghitung Market Value Edit (MVA), Price Earning
Ratio (PER), dan Price to Book Value (PBV). Analisis teknikal dilakukan
dengan menggunakan grafik Moving Average atas dasar harga dan volume
perdagangan. Kemudian komponen-komponen fundamental dan teknikal
dianalisis untuk mengukur pendapatan dan resiko. Hasil perbandingan antara
fundamental dan teknikal, disimpulkan bahwa penggunaan analisis teknikal
dalam menganalisis saham oleh investor akan lebih menguntungkan daripada
analisis fundamental.
Ganesh (2008) melakukan penelitian yang dilakukan di BEI, dengan
mengambil data saham yang termasuk kedalam Indeks Kompas 100 periode
Februari sampai Juni 2008 sektor pertambangan, di antaranya ANTM (Aneka
Tambang), BUMI (Bumi Resources), ENRG (Energi Mega Persada), INCO
(Inco Indonesia), TINS (Timah), PTBA (Tambang Batubara Bukit Asam),
MEDC (Medco). Menganalisis faktor fundamentalnya karena dinilai telah di
masukan kedalam kriteria daftar indeks kompas 100. Analisis teknikal ini
menggunakan pendekatan Simple Moving Average dan Moving Average
Envelopes, karena dengan memakai dua indikator ini akan memberikan
informasi yang kuat untuk menghasilkan sinyal jual dan sinyal beli terhadap
pergerakan harga saham.
III. METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Kerangka Pemikiran
Investasi pada suatu saham adalah investasi yang mempunyai resiko,
berarti bahwa investasi tersebut tidak akan memberikan keuntungan yang
pasti. Dengan kata lain, tingkat keuntungan yang akan diperoleh bersifat
tidak pasti, namun tingkat keuntungan yang didapat saham membuat para
investor cukup tertarik karena resiko yang tinggi dapat menghasilkan
keuntungan yang tinggi. Menurut Husnan (2001) lembaga yang
menyelenggarakan perdagangan efek adalah bursa efek. Di bursa inilah
dilakukan jual beli saham dengan menggunakan jasa perusahaan efek yang
menjadi anggota bursa tersebut. Dengan demikian para pemodal tidak dapat
melakukan jual beli antar mereka sendiri secara langsung, tetapi harus lewat
anggota bursa di bursa efek.
Hampir semua perdagangan saham dalam dunia investasi ini
mengandung unsur ketidakpastian atau risiko. Investor menghadapi
kesempatan investasi yang berisiko, pilihan investasi tidak dapat hanya
mengandalkan pada tingkat keuntungan yang diharapkan. Apabila para
investor mengharapkan pada tingkat keuntungan yang tinggi, maka ia harus
bersedia menanggung risiko yang tinggi pula. Dalam hal ini investor dapat
melihat kinerja dari perusahaan yang sahamnya akan dibeli
Penelitian ini dilakukan di BEI (Bursa Efek Indonesia), dengan
mengambil data saham yang termasuk ke dalam harga saham periode 2006
sampai 2010 sektor pertambangan, di antaranya ANTM (Aneka Tambang),
BUMI (Bumi Resources), ENRG (Energi Mega Persada), TINS (Timah),
PTBA (Tambang Batubara Bukit Asam). Pada kesempatan ini penulis
menganalisis faktor fundamental dan teknikal.
Analisis fundamental dilakukan dengan pendekatan present value dan
model kelipatan laba atau Price Earning Ratio (PER). Dengan model
pendekatan present value dapat diperoleh informasi tentang nilai intrinsik
saham yang dianalisis. Nilai intrinsik dapat dibandingkan dengan harga pasar
yang ada di pasar modal. Apakah nilai intrinsiknya lebih mahal dari harga
pasar atau lebih murah dari harga pasar. Sedangkan dengan model Price
Earning Ratio (PER), dapat diketahui rasio harga saham saat ini dengan laba
per lembar saham dan untuk menentukan saham yang paling murah dan yang
paling mahal dalam satu perusahaan.
Analisis teknikal dilakukan dengan mengumpulkan data masa lalu
untuk memprediksi arah pergerakan saham ke depannya. Analisis teknikal
dapat dilakukan dengan banyak cara. Dalam penelitian ini peneliti memilih
menggunakan moving average. Analisis ini dapat menghasilkan informasi
pergerakan harga saham yang akan terjadi selanjutnya atau peramalan
tentang harga saham. Informasi ini berguna bagi investor untuk melakukan
transaksi saham baik jual maupun beli. Kerangka pemikiran secara lebih
jelas dapat dilihat pada Gambar 3.
3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian
Pengambilan data sekunder untuk penelitian ini diperoleh di PT Bursa
Efek Indonesia yang berlokasi di Jl. Jend. Sudirman Kav 52-53 Jakarta
12190. Penelitian ini dilakukan selama 6 bulan, dari bulan Januari 2010
sampai dengan bulan Juni 2010.
3.3. Metode Penelitian
3.3.1 Metode Pengumpulan Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder,
yaitu berupa data laporan keuangan perusahaan dengan periode
tahunan dari tahun 2006 hingga tahun 2008 untuk laporan keuangan
emiten, dan data bulanan untuk Indeks Harga Saham Gabungan,
Indeks Sektoral, harga penutupan saham emiten harian dan harga
penutupan saham bulanan emiten bulanan periode 2006 hingga
triwulan I tahun 2010.
Analisis Teknikal
Moving Average
Pergerakan Harga Saham
Peluang Investasi pada Perusahaan Pertambangan
Investasi
Model Present Value
Nilai Intrinsik Saham
Informasi
Keputusan Investasi
Memilih Perusahaan Emiten
Analisis Fundamental
1. Analisis Ekonomi (Pasar) 2. Analisis Industri 3. Analisis Kondisi Perusahaan
Perbandingan Harga Saham
PER
Gambar 3. Kerangka pemikiran
3.3.2. Metode Analisis dan Pengolahan Data
Pengolahan data untuk penelitian ini dengan menggunakan
perangkat lunak (software) Microsoft Excel 2007. Analisis yang
digunakan untuk mengolah data adalah Analisis fundamental dan
Analisis teknikal.
3.3.3.1. Analisis Fundamental
Analisis Fundamental terdiri dari dua metode yaitu
model pendekatan present value dan model kelipatan laba
(Price Earning Ratio, PER).
A. Present Value
Menurut Husnan (2001) pendekatan present value
mencoba menaksir present value arus kas yang diharapkan
akan diterima oleh pemilik saham, dengan menggunakan
tingkat bunga tertentu. Nilai intrinsik saham dalam satu
periode dapat dihitung melalui rumus :
P0 = FCF per share1 + P1 ........................(1)
(1 + r) (1 + r)
Keterangan :
P0 = Nilai intrinsik saham
P1 = Harga pasar
FCF per share1= Free cash flow per lembar saham
r = tingkat keuntungan yang dianggap layak
Nilai r dapat ditaksir menggunakan model
ekuilibrium Capital asset Pricing Model (CAPM).
B. Price Earning Ratio
Menurut Husnan (2001), untuk menentukan nilai
PER saham dapat diketahui dengan persamaan :
PER = Po ...................................................(2)
EPS
Keterangan:
Po = Harga saat ini
EPS = Laba per saham lembar
C. Arus Kas
Untuk menaksir arus kas yang dihasilkan pada
periode tertentu, dapat menggunakan perhitungan rumus
arus kas bebas (free cash flow). Berdasarkan
(http://www.e-samuel.com), rumus arus kas bebas sebagai
berikut:
FCF = Laba bersih + Depresiasi/Amortisasi
Perubahan Modal Kerja – Investasi Modal ............(3)
FCF per share = FCF .............................(4)
Saham beredar
Keterangan :
FCF per share = nilai arus kas bebas per lembar
saham
D. Capital Asset Pricing Model (CAPM)
CAPM digunakan untuk menghitung tingkat
keuntungan yang diharapkan (require return) dari suatu
investasi. Tahapan untuk menghitung tingkat keuntungan
yang diharapkan (Husnan, 2001), adalah sebagai berikut:
1. Tingkat pengembalian masing-masing saham
Rit = Pit – Pit – 1 + Dt .....................................(5)
Pit – 1
Rit = Tingkat pengembalian saham perusahaan bulan ke t
Pit = Harga saham bulan t
Pit – 1 = Harga saham bulan t-1
Dt = Dividen pada bulan t
2. Tingkat pengembalian pasar bulanan dan tingkat
pengembalian rata-rata pasar
Rmt = IHSGt – IHSGt - 1 ....................................(6)
IHSGt – 1
E (Rm) = ∑nt = 1 Rmt .........................................(7)
N
Rmt = Tingkat pengembalian pasar bulan ke t
IHSGt = IHSG bulan t
IHSGt – 1= IHSG bulan t-1
E (Rm) = Tingkat pengembalian rata-rata pasar yang diharapkan dalam satu bulan
N = Jumlah pengamatan dalam satu kuartal
3. Risiko β (beta)
βi = σim .....................................................(8)
σ2m
σim = ∑nt = 1(Rt – R1)(Rmt – Rm) .......................(9)
n – 1
σ2m = ∑n
t = 1(Rmt – Rm)2 .............................(10)
n – 1
σim = Kovarian tingkat pengembalian saham I
dengan tingkat pengembalian pasar
σ2m = Varian tingkat pengembalian pasar
4. Tingkat risiko bebas bunga (Rf)
Rf memakai data SBI tiga bulan
5. Masukan ke persamaan CAPM
E (Ri) = Rf + [E (Rm) - Rf] βi .......................(11)
E (Ri) = Tingkat pengembalian rata-rata yang
diharapkan saham i
3.3.2.2. Analisis Teknikal
Ada beberapa metode yang dapat digunakan dalam
analisis teknikal salah satunya adalah Moving Average.
Moving Average adalah indikator yang menunjukkan harga
rata-rata dari harga sekuritas selama jangka waktu tertentu.
Jenis Moving Average yang digunakan dalam penelitian ini
adalah exponential moving average (EMA). Menurut
Sulistiawan dan Liliana (2007), EMA dapat dihitung dengan
menggunakan rumus sebagai berikut :
Perhitungan EMA pada hari pertama :
EMAs = (Ps x ESF) + (MAs - 1 x (1 – ESF)) ................(12)
ESF = 2/(n + 1) ...........................................................(13)
Sesuai dengan kaitannya dalam penelitian ini, peneliti
menggunakan EMA 4 hari dari suatu saham, maka harus
menjumlah harga saham 4 hari sebelumnya lalu hasil
penjumlahan itu dibagi dengan angka 4. Harga saham yang
dimaksud disini adalah harga penutupan.
Jika ditulis dalam suatu rumus, maka hasilnya adalah sebagai
berikut:
EMA (4) = (P4 + P3 + P2 + P1) / 4
Keterangan :
EMA (4) : Rata-rata bergerak tertimbang 4 hari perdagangan
sebelumnya.
P4 : Harga saham 4 hari sebelumnya
P3 : Harga saham 3 hari sebelumnya
P2 : Harga saham 2 hari sebelumnya
P1 : Harga saham 1 hari sebelumnya
Perhitungan EMA pada hari kedua dan seterusnya :
EMAs = EMAs - 1 + ESF x (Ps - MAs - 1 )
Keterangan :
EMAs : EMA sekarang atau hari ini
Ps : Harga saham sekarang atau hari ini
ESF : Exponential Smoothing Factor
MA s-1 : MA sebelumnya
N : Jumlah hari yang diperhitungkan dalam MA
EMAs-1 : MA sebelumnya
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan 4 basis
dalam pengamatan untuk metode exponential moving
average. Penelitian ini akan menggunakan data bulanan
selama 4 bulan. Sehingga suatu pergerakan harga saham dan
garis trend EMA akan terlihat lebih jelas nantinya.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Gambaran Kondisi Perusahaan
Berkembangannya kondisi perusahaan sangat dipengaruhi oleh
manajemen perusahaan itu sendiri. Manajer suatu perusahaan yang baik
harus dapat memaksimalkan kinerja perusahaan pada saat ini dan pada masa
yang akan datang, guna tercapainya tujuan dari perusahaan tersebut.
Laporan kondisi keuangan suatu perusahaan maupun kinerja yang
telah dicapai perusahaan untuk suatu periode tertentu dapat diartikan
sebagai suatu proses yang penuh pertimbangan dalam rangka membantu
mengevaluasi posisi keuangan dan hasil operasi perusahaan pada masa
sekarang dan masa lalu, dengan tujuan utama menetukan estimasi dan
prediksi yang paling mungkin mengenai kondisi dan kinerja (performance)
perusahaan pada masa mendatang (Sihombing, 2008).
Laporan keuangan yang diterbitkan oleh perusahaan merupakan
salah satu sumber informasi mengenai posisi keuangan perusahaan, kinerja
serta perubahaan posisi keuangan perusahaan yang sangat berguna untuk
mendukung pengambilan keputusan yang tepat. Sasaran utama laporan
keuangan yaitu informasi tentang prestasi perusahaan yang disajikan
melalui pengukuran diantaranya dapat melihat laba operasi perusahaan,
laba bersih perusahaan, Earning Per Share (EPS), dividen, Price Earning
Ratio (PER), Return Of Assets (ROA) dan Return Of Equity (ROE).
4.1.1. PT Tambang Bukit Asam Tbk (PTBA)
A. Pendirian dan Informasi Umum
PT Tambang Bukit Asam (Persero) Tbk, adalah perusahaan
milik negara yang bertujuan mengembangkan usaha pertambangan
nasional khususnya batubara. PTBA didirikan pada tanggal 2 Maret
1981. Pada tanggal 23 Desember 2002, PTBA menjadi perusahaan
publik dengan mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Jakarta dan
Surabaya, perusahaan melakukan penawaran umum saham perdana.
Jumlah saham yang ditawarkan kepada masyarakat adalah 346.500.000
yang terdiri dari 315.000.000 saham milik negara Republik Indonesia
dan 31.500.000 saham baru dengan harga penawaran perdana Rp 575
per lembar saham.
PTBA membangun brand untuk batubara bituminous yang
banyak digunakan untuk pembangkit listrik di negara maju seperti
Jepang dan Eropa, seperti BA 67 dan BA 70, dimana BA yang dipakai
di dalam nama brand merupakan kependekan dari ”Bukit Asam”.
Sementara untuk batubara sub-bituminous yang banyak digunakan
untuk pembangkit listrik di negara berkembang, PTBA punya BA 58,
BA 59 dan BA 63, yang antara lain dipasarkan ke negara berkembang
seperti India dan Pakistan. Sebagian besar batubara PTBA, sekitar 65%,
dipergunakan untuk konsumsi dalam negeri dan sekitar 35%-nya untuk
ekspor, dimana batubara yang sub-bituminous lebih dari 75% total
produksi PTBA.
Kantor pusat PT Tambang Bukit Asam Tbk terletak di Jl. Parigi
No. 1 Tanjung Enim 31716 Sumatra Selatan. Sedangkan kantor
perwakilan terletak di Menara Kadin Indonesia 15th Floor Jl. H.R
Rasuna Said Blok X-5 Kav. 2-3, Jakarta 12950.
B. Manajemen
Manajemen PT Tambang Bukit Asam Tbk terdiri dari:
Direktur Utama : Sukrisno
Direktur Keuangan : Dono Boestami
Direktur Operasi/Produksi : Milawarma
Direktur Pengembangan Usaha : Heri Supriyanto
Direktur Niaga : Tiendas Mangeka
Komisaris Utama : Supriyadi
Komisaris : Thamrin Sihete
Komisaris Independen : Suranto Soemarsono
Komisaris Independen : Abdul Latief
C. Pemegang Saham
Pemegang saham PT Tambang Bukit Asam Tbk (hingga Maret
2010) terdiri dari:
1. Negara Republik Indonesia (65.17%)
ii. Investor Domestik (21.30%)
iii. Investor Asing (13.53%)
D. Ringkasan Keuangan
Keuangan PT Tambang Bukit Asam Tbk selama periode 2006-
2008 terus mengalami kenaikan. Bila dilihat pada Tabel 2, laba operasi
maupun laba bersih terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun,
kenaikan paling signifikan terbesar terlihat antara tahun 2007 dan 2008.
Tabel 2. Ringkasan kondisi keuangan PT Tambang Bukit Asam Tbk Selama 2006-2008
Akhir Tahun Desember
(dalam jutaan Rp) 2006 2007 2008
Total Penerimaan 3.533.480 4.123.855 7.216.228
Laba Operasi 656,776 896.984 2.493.942
Laba Non Operasi 12,174 114.514 56.687
Laba Bersih 485,670 726.211 1.707.771
EPS (Rp) 210.78 329.93 741.18
Dividen (Rp) 105.39 164.97 371.05
PER (x) 16.72 36.37 931
ROA (%) 15.63 19.35 27.96
ROE (%) 21.16 27.16 42.71
Sumber : BEI, 2010
4.1.2. PT Aneka Tambang Tbk (ANTM)
A. Pendirian dan Informasi Umum
PT Aneka Tambang Tbk didirikan pada tanggal 5 Juli 1968
berdasarkan Peraturan Pemerintah No.22 tahun 1968. Ruang lingkup
kegiatan perseroan adalah di bidang pertambangan berbagai jenis bahan
galian, serta menjalankan usaha di bidang industri. Pada tahun 1997,
Perseroan melakukan penawaran saham perdana kepada masyarakat
sebanyak 430.77 juta saham yang merupakan 35% dari jumlah saham
ditempatkan dan disetor penuh. Penawaran saham kepada masyarakat
tersebut dicatat di Bursa Efek Jakarta dan Bursa Efek Surabaya pada
tanggal 27 November 1997. Pada tahun 2002, saham perseroan
dicatatkan di Bursa Efek Australia sebagai Chess Depository Interest
(CDI). Produk PT Aneka Tambang Tbk antara lain adalah Ferronickel,
Nickel Ore, Emas, Mineral lainnya dan Jasa Geologi.
Kantor pusat PT Aneka Tambang Tbk terletak di Gedung Aneka
Tambang Jl. Letjen TB Simatupang No.1 Lingkar Selatan, Tanjung
Barat, Jakarta 12530.
B. Manajemen
Manajemen PT Aneka Tambang Tbk terdiri dari:
Direktur Utama : Alwin Syah Loebis
Direktur Keuangan : Djaja M. Tambunan
Direktur Operasi : Winardi
Direktur Pengembangan Usaha : Tato Miraza
Komisaris Utama : Wisnu A. Marantika
Komisaris Independen : Irwandy Arif
Komisaris : Mahmud Hamundu
Komisaris : Irwan Bahar
Komite Audit : Sutirta Budiman
C. Pemegang Saham
Pemegang saham PT Aneka Tambang Tbk hingga (Maret 2010)
terdiri dari:
1. Negara Republik Indonesia (65%)
2. Investor Domestik (11.6%)
3. Investor Asing (11.9%)
4. Sisanya sebagai saham beredar
D. Ringkasan Keuangan
Ringkasan keuangan PT Aneka Tambang Tbk selama periode
2006-2008 dapat dilihat pada Tabel 3. Laba bersih dan laba operasi
pada tahun 2006-2007 mengalami peningkatan yang sangat bagus,
namun pada 2008 laba bersih maupun laba operasi mengalami
penurunan begitu pula dengan EPS dan Dividennya.
Tabel 3. Ringkasan Keuangan PT Aneka Tambang Tbk selama 2006-2008
Akhir Tahun Desember
(dalam jutaan Rp) 2006 2007 2008
Total Penerimaan 5.629.401 12.008.202 9.591.961
Laba Operasi 2.403.694 6.776.844 4.454.132
Laba Non Operasi (183.805) 505.557 475,535
Laba Bersih 1.552.777 5.132.461 1.368.139
EPS (Rp) 813,960 536.67 143.43
Dividen (Rp) 325.58 215.23 57.37
PER (x) 9.83 8.34 7.60
ROA (%) 21.29 42.50 13.35
ROE (%) 36.27 58.50 16.97
Sumber : BEI, 2010
4.1.3. PT Bumi Resources Tbk (BUMI)
A. Pendirian dan Informasi Umum
PT Bumi Resources Tbk didirikan di Republik Indonesia pada
tanggal 26 Juni 1973 berdasarkan akta No.130 dan No. 103 tanggal 28
November 1973. Perusahaan memulai kegiatan operasinya secara
keseluruhan pada tanggal 17 Desember 1979. Berdasarkan surat ketua
Bapepam No. SI-117/SHM/MK.10/1990 tanggal 18 Juni 1990,
perusahaan melakukan penawaran saham perdana 10.000.000 saham
perusahaan kepada masyarakat dengan nominal Rp 1.000 per sahamdan
dengan harga Rp 4.500 per saham. Saham tersebut telah dicatatkan pada
Bursa Efek Jakarta dan Surabaya pada tanggal 30 Juni 1990.
Perseroan memiliki sebanyak enam pertambangan yang telah
beroperasi komersial tambang-tambang di Sangatta dan Bengalon
dioperasikan oleh anak perusahaannya PT Kaltim Prima Coal. Produk
batubara yang dipasarkan terdiri dari tiga jenis yaitu Prima Coal, Pinang
Coal dan Melawan Coal. Penjualan batubara umumnya ditujukan
terutama untuk pembangkit tenaga listrik, pabrik-pabrik baja dan
pengguna industri lainnya, baik pasar luar negeri maupun domestik.
Tambang-tambang di Senakin, Satui, Mulia Asam-Asam dan
Batulicin dioperasikan oleh anak perusahaannya yaitu PT Arutmin
Indonesia. Produk baturbara lainnya terdiri dari empat jenis yaitu
Senakin Coal, Satui Coal, Batulicin Coal dan Ecocoal. Ecocoal
merupakan batubara yang memiliki kandungan abu dan sulfur rendah
sehingga relatif lebih ramah lingkungan. Kantor pusat perusahaan
beralamat di Gedung Wisma Bakrie 2 Lantai 7, Jl. H. R. Rasuna Siad
Kav B-2, Jakarta 12920.
B. Manajemen
Manajemen PT Bumi Resources Tbk terdiri dari:
Direktur Utama : Aris S. Hudaya
Direktur : Eddy J. Soebari
Direktur : Kenneth P. Farell
Direktur Keuangan : Andrew C. Beckham
Komisaris Utama : Suryo B. Sulisto
Komisaris : Imam Taufik
Komisaris : Jay Abdullah Alatas
Komisaris : Kusumo Martoredjo
Komite Audit (Ketua) : Sulaiman Z. Pane
Komite Audit (Anggota) : Kanaka Puradireja
C. Pemegang Saham
Pemegang saham PT Bumi Resources Tbk Hingga (Maret 2010)
terdiri dari:
1. PT Bakrie and Brothers Tbk (7.44%)
2. The Bank Of New York Mellon S/A Bakrie and Brothers
(3.59%)
3. The Bank Of New York Mellon S/A Helena Holdings
(3.00%)
4. JP Morgan Chase Bank NA RE Norbax INC (2.73%)
5. Bank Of New York QQ Vacheron Overseas Lt.d (2.17%)
6. Publik (81.08%)
D. Ringkasan Keuangan
Keuangan PT Bumi Resources Tbk selama periode 2006-2008
mengalami naik turun. Kenaikan terjadi pada tahun 2006-2007 namun
pada tahun 2008 keuangan perusahaan mengalami penurunan. Untuk
lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4. Ringkasan kondisi keuangan PT Bumi Resources Tbk selama 2006-2008
Akhir Tahun Desember
(dalam jutaan Rp) 2006 2007 2008
Total Penerimaan 1.851.551 2.265.468 3.378.393 Laba Operasi 323,015 405.476 1.107.715 Laba Non Operasi (98.069) 449.471 (74.989) Laba Bersih 222,305 798.003 645,365 EPS (Rp) 103.21 383.60 364.19 Dividen (Rp) 16.00 111.00 - PER (x) 8.72 15.64 2.50 ROA (%) 8.84 27.98 12.13 ROE (%) 61.76 70.32 40.93
Sumber : BEI, 2010
4.1.4. PT Energi Mega Persada Tbk (ENRG)
A. Pendirian dan Informasi Umum
PT Energi Mega Persada Tbk pertama kali didirikan di Republik
Indonesia berdasarkan akta notaris No. 16 pada 16 Oktober 2001.
Penawaran umum perdana saham perusahaan kepada masyarakat pada
tanggal 7 Juni 2004, saham tersebut tercatat pada Bursa Efek Jakarta
(sekarang Bursa Efek Indonesia).
Berdasarkan persetujuan pemegang saham Perusahaan pada
Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) pada tanggal 22
Desember 2005, perusahaan melakukan penawaran umum terbatas
dengan hak memesan efek Terlebih Dahulu yang kepada masyarakat
sebanyak 4.909.368.195 saham dengan nilai nominal Rp 100 per
lembar saham. Saham tersebut ditawarkan dengan harga Rp 770 per
lembar saham sehingga seluruhnya berjumlah Rp 3.780.213.510.
Menjalankan usaha dalam bidang perdagangan, jasa dan
pertambangan, serta jasa manajemen dibidang pertambangan minyak
dan gas bumi. Kantor pusat PT Energi Mega Persada Tbk beralamat di
Wisma Mulia, Lantai 33, Jalan Jenderal Gatot Subroto No. 42, Jakarta.
B. Manajemen
Manajemen PT Energi Mega Persada Tbk terdiri atas:
Direktur Utama : Imam P. Agustino
Direktur : Didit A. Ratam
Direktur : Amir Balfas
Presiden Komisaris : Nalinkant A. Rathod
Komisaris : Suyitno P
Komisaris Independen : Qoyum T
Komisaris Independen : S. Zuhdi Pane
C. Pemegang Saham
Pemegang saham PT Energi Mega Persada Tbk hingga (Maret
2010) terdiri dari:
1. USB Singapore s/a PT Kondur Indonesia (7.92%)
2. Credit Suisse Singapore Branch s/s PT Kondur Indonesia
(18.30%)
3. Credit Suisse Singapore Branch s/s PT Brantas Indonesia
(6.87%)
4. Sisanya tercatat sebagai saham beredar
D. Ringkasan Keuangan
Kondisi keuangan PT Energi Mega Persada Tbk selama periode
2006-2008 telah mengalami masa keterpurukan. Selama 2006-2008
perusahaan ini tidak dapat memberikan deviden bagi pemegang
sahamnya dan laba bersih menurun dari tahun ke tahun. Secara lebih
jelas dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5. Ringkasan kondisi keuangan PT Energi Mega Persada Tbk selama 2006-2008
Akhir Tahun Desember
(dalam jutaan Rp) 2006 2007 2008
Total Penerimaan 1.646.538 1.137.543 1.859.071
Laba Operasi 237,565 163.603 582.555
Laba Non Operasi (233.476) (215.396) (563.968)
Laba Bersih 203,005 115.638 (34.943)
EPS (Rp) (18.29) 8.03 (2.43)
Dividen (Rp) - - -
PER (x) (28.43) 185.56 (34.62)
ROA (%) (3.00) 1.23 (0.28)
ROE (%) (13.90) 3.45 (0.94)
Sumber : BEI, 2010
4.1.5. PT Timah (TINS)
A. Pendirian dan Informasi Umum
PT Timah Tbk (persero) didirikan di negara Republik Indonesia
berdasarkan akta notaris No. 1 pada 2 Agustus 1976. PT Timah Tbk
pada tanggal 27 September 1995 memperoleh persetujuan dari Badan
Pengawas Pasar Modal (Bapepam) melalui surat No. S-1246/PM/1995
untuk menawarkan penawaran umum perdana atas 176.155.000 saham.
Jenis-jenis produk yang diproduksi oleh PT Tambang Timah
dibedakan atas kualitas dan bentuknya. Berdasarkan kualitas produk
dapat dibedakan atas: Banka Tin (kadar Sn 99.9%), Mentok Tin (kadar
Sn 99,85%), Banka Low Lead (Banka LL) terdiri atas Banka
LL100ppm, Banka LL50ppm, Banka LL40ppm, Banka LL80ppm,
Banka LL200ppm dan Banka Four Nine (kadar Sn 99,99%).
Berdasarkan bentuk dapat dibedakan atas: Banka Small Ingot, Banka
Tin Shot, Banka Pyramid dan Banka Anoda. Kantor pusat perusahaan
terletak di Jl. Jenderal Sudirman 51 Pangkal Pinang 33121, Bangka.
B. Manajemen
Manajemen PT Timah Tbk (persero) terdiri atas :
Direktur Utama : Wachid Usman
Direktur Keuangan : M. Krishna Syarif
Direktur Operasi : Setyo Sardjono
Direktur Sumber daya Manusia : Surawardi
Direktur Pengembangan Usaha : Gatot H. Prasetyo
Komisaris Utama : Insmerda Lebang
Komisaris : Boni Siahaan
Komisaris : Wimpy S. Tjejep
Komisaris Independen : Fachry Ali
C. Pemegang Saham
Pemegang saham PT Timah Tbk hingga (Maret 2010) adalah
sebagai berikut:
1. Negara Republik Indonesia (65%)
2. Investor Domestik (22%)
3. Investor Asing (13%)
D. Ringkasan Keuangan
Kondisi keuangan PT Timah Tbk selama periode 2006-2008
(Tabel 6) telah mengalami peningkatan cukup baik, terutama pada
tahun 2007 baik dalam laba bersih maupun dividennya. Pada tahun
2008 mengalami penurunan bila dibandingkan pada tahun 2007.
Tabel 6. Ringkasan kondisi keuangan PT Timah Tbk selama 2006-2008
Akhir Tahun Desember
(dalam jutaan Rp) 2006 2007 2008
Total Penerimaan 4.076.434 8.542.393 9.053.082
Laba Operasi 381,223 2.732.641 2.070.204
Laba Non Operasi 10,752 (105.059) 30,773
Laba Bersih 208,147 1.784.592 1.342.358
EPS (Rp) 413.56 3,545.77 266.71
Dividen (Rp) 206.78 1772.88 133.00
PER (x) 10.70 8.09 4.05
ROA (%) 5.80 59.85 23.20
ROE (%) 12.41 53.13 35.13
Sumber : BEI, 2010
4.1.6. Analisis secara umum kondisi keuangan perusahaan
pertambangan
Uraian di atas menunjukkan kondisi keuangan perusahaan-
perusahaan pertambangan. Dari laporan keuangan perusahaan yang
menunjukkan kinerja yang paling bagus adalah perusahaan PT
Tambang Bukit Asam Tbk (PTBA). Laba operasi, laba bersih,
dividen, ROA dan ROE perusahaan ini mengalami nilai yang terus
meningkat dari tahun ke tahun.
Analisis laporan keuangan perusahaan yang menunjukkan
kinerja paling buruk adalah PT Energi Mega Persada Tbk (ENRG).
Laporan keuangan tersebut menunjukkan kondisi keuangan yang
terus mengalami keterpurukan selama periode 2006 hingga 2008.
Perusahaan ini tidak dapat memberikan dividen bagi para pemegang
sahamnya dalam periode 2006-2008.
4.2. Analisis Fundamental
A. Analisis Pasar
1. Gambaran Umum Kondisi Perekonomian Selama Periode 2006
hingga 2008
Secara umum perekonomian Indonesia pada tahun 2006
mengindikasikan perkembangan yang terus membaik bila dibandingkan
pada tahun 2005 yang terus mengalami tekanan. Tekanan inflasi yang
cukup tinggi di awal tahun 2006, turun secara perlahan tapi pasti. Inflasi
pada tahun 2006 mencapai 6,6% dari 17,1% dari tahun 2005 atau
berada di bawah kisaran yang ditetapkan oleh pemerintah. Dengan
menurunnya inflasi, Bank Indonesia telah menurunkan BI rate
sebanyak 300 basis poin dari 12,75% menjadi 9,75%
(www.setneg, 2010).
Tahun 2006, perdagangan di Bursa Efek Indonesia (BEI)
mencatat pertumbuhan positif. BEI terus menciptakan rekor tertinggi
baru, seiring meningkatnya kepercayaan investor terhadap makro
ekonomi Indonesia.
Bursa saham di Indonesia pada awal tahun 2006 terus
melakukan penguatan dan terus bergerak dalam trend menguat dengan
penguatan 59,61 poin. Hal ini menghantarkan Indeks Harga Saham
Gabungan (IHSG) menembus level 1.232,32. Selanjutnya, sepanjang
semester pertama 2006 harga IHSG terus naik, mulai dari 1.200, 1.300
dan menembus level 1.464,61 pada saat memasuki semester II (dua)
2006. Pada semester IV (empat) IHSG menunjukkan kenaikan yang
sangat bagus dengan menutup tahun 2006 berada di level 1.805,52 atau
55,3% lebih tinggi dibandingkan akhir tahun 2005.
Melihat perkembangan ekonomi pada tahun 2006 yang terus
terus mengalami peningkatan seiring meningkatnya IHSG dan turunnya
inflasi di tahun 2006 ini, membuat optimisme kondisi perekonomian
akan terus membaik dan meningkatnya kepercayaan investor dan calon
investor untuk berinvestasi di pasar modal.
Suku bunga acuan menurun menjadi 9,5% pada awal bulan
Januari 2007 dari 12,75% pada akhir tahun 2005 dan cadangan devisa
meningkat menjadi USD 42,6 milliar pada bulan Desember 2006
dengan telah melunasi utang IMF sebesar USD 7,6 milliar. Perbedaan
suku bunga global dan Indonesia masih mendominasi ekspektasi dan
masih menarik investor untuk masuk ke bursa saham. Terutama untuk
saham dan obligasi rupiah. Hal ini menimbulkan keyakinan bahwa
IHSG di tahun 2007 akan terus menguat.
Tahun 2007, kondisi perekonomian menunjukkan kondisi yang
semakin baik. Hal ini dikarenakan oleh IHSG yang menembus level
2.084,32 di triwulan II tahun 2007. Kondisi perekonomian pada tahun
2007 semakin membaik dengan diikuti meningkatnya IHSG menembus
level 2.745,83 pada bulan Desember 2007, hal inilah yang membuat
para investor semakin yakin untuk berinvestasi dan menggoda calon
investor untuk berinvestasi di pasar modal ini.
Namun selama tahun 2008 perekonomian Indonesia dibayangi
oleh krisis global atau krisis subprime mortgage yang terjadi di
Amerika Serikat. Krisis ini terjadi sebagai akibat dari pembelian kredit
perumahan bagi rakyat Amerika yang berpenghasilan rendah dengan
bunga kredit yang rendah. Namun ternyata banyak yang mengambil
kredit tersebut tidak bisa mengembalikan pinjaman, sehingga terjadi
ketidakseimbangan perekonomian yang disebabkan kredit macet yang
berlebihan. Selama beberapa bulan terakhir pada tahun 2007, The Fed
(Bank Sentral Amerika Serikat) terus melakukan pemangkasan suku
bunga, 25 basis poin setiap kali pemangkasan.
Sepanjang tahun 2008, perekonomian Indonesia terimbas oleh
krisis keuangan global yang diawali oleh krisis kredit perumahan
berkualitas rendah di Amerika Serikat. Pengaruh terhadap Indonesia
terlihat dari terjadinya capital outflow yang menyebabkan melemahnya
nilai tukar rupiah serta turunnya harga Indeks Harga Saham Gabungan
(IHSG). Pada triwulan I (pertama) IHSG menyentuh level 2.721,94
merupakan yang tertinggi di tahun 2008 dan pada triwulan IV (empat)
IHSG menyentuh level terendah 1.241,54 sepanjang tahun 2008.
Tekanan pada perekonomian domestik semakin berat dengan
kenaikan drastis pada harga minyak dunia yang sempat mencapai USD
140 per barrel sehingga pemerintah Indonesia menaikan harga Bahan
Bakar Minyak (BBM) dan memicu tingginya tingkat inflasi Indonesia
pada tahun 2008 yang mencapai dua digit yaitu 11,06%. Bank
Indonesia mengantisipasi kondisi tersebut dengan meningkatkan BI
Rate dari 8% hingga mencapai angka tertinggi yaitu 9,5%.
Sepanjang tahun 2008 kondisi perekonomian di Indonesia
mengalami imbas dari krisis global yang menyebabkan IHSG menurun
dan melemahnya nilai tukar rupiah. Hal ini yang menyebabkan para
investor mengalami kerugian dan dari kondisi perekonomian yang
melemah membuat para calon investor tidak bergairah untuk
berinvestasi di pasar modal.
2. Tingkat Pengembalian Pasar (selama tahun 2006 hingga 2008)
Analisis pasar dilakukan melalui perhitungan rata-rata return
pasar per triwulan. Data yang digunakan adalah data Indeks Harga
Saham Gabungan (IHSG) per bulan di Bursa Efek Indonesia (BEI)
periode 2006 hingga 2008. Indeks Harga Saham Gabungan ini dapat
mencerminkan bagaimana kondisi investasi di Indonesia dan tingkat
pengembalian pasar yang dihitung berdasarkan IHSG dan dapat
mencerminkan harapan investor terhadap kondisi pasar.
Selama periode 2006-2008, IHSG terus mengalami fluktuasi
(Tabel 7). Selama triwulan pertama tahun 2006 hingga triwulan
keempat tahun 2007, tingkat pengembalian pasar mengalami fluktuasi
tetapi dengan nilai yang positif.
Pada triwulan pertama tahun 2008, tingkat pengembalian pasar
menurun hingga -3,60%. Hal ini dikarenakan oleh menurunnya Indeks
Harga Saham Gabungan (IHSG) pada bulan Januari 2008 sebesar 94,69
poin ke level 2.627,25 dari level 2.721,94 di bulan Febuari 2008 dan
pada bulan Maret 2008 IHSG juga menurun sebesar 179,95 poin ke
level 2.447,30.
Tabel 7. Tingkat pengembalian pasar per triwulan periode 2006 hingga 2008
Triwulan/Tahun Return market (%)
I/2006 4,45 II/2006 0,01 III/2006 5,42 IV/2006 5,59 I/2007 0,52 II/2007 5,36 III/2007 3,58 IV/2007 5,29 I/2008 (3,60) II/2008 (1,22) III/2008 (7,77) IV/2008 (7,82)
Triwulan kedua tahun 2008, tingkat pengembalian juga menurun
hingga -1,22%. Hal ini disebabkan oleh menurunnya IHSG pada bulan
Juni 2008 sebesar 95,25 poin ke level 2.349,10 dari 2.444,35 di bulan
Mei 2008.
Triwulan ketiga tahun 2008, tingkat pengembalian juga
menurun hingga -7,77%. Hal ini disebabkan oleh melemahnya IHSG
pada bulan Juli 2008 sebesar 138,57 poin ke level 2.304,51 dari
2.165,94 di bulan Agustus 2008 dan pada bulan September 2008 IHSG
juga menurun sebesar 472 Poin ke level 1.832,51.
Triwulan keempat tahun 2008, tingkat pengembalian kembali
menurun relatif besar hingga -7,82%. Hal ini juga dikarenakan kembali
menurunnya IHSG pada bulan November 2008 sebesar 15,16 poin ke
level 1.241,54 dari bulan 1.256,70 di bulan Oktober 2008.
B. Analisis Industri (Sektor)
Analisis industri menurut Husnan (2001), dimulai dengan
mengidentifikasi tahap kehidupan produknya, kemudian menganalisis
industri dalam kaitannya dengan kondisi perekonomian, lalu melakukan
analisis kualitatif terhadap industri tersebut.
Ada tiga konsep didalam industri pertambangan
(http://www.bps, 2010), yaitu :
1. Pertambangan
Pertambangan adalah suatu kegiatan pengambilan endapan
bahan galian berharga dan bernilai ekonomis dari dalam kulit bumi,
baik secara mekanis maupun manual, pada permukaan bumi, di
bawah permukaan bumi dan di bawah permukaan air. Hasil
kegiatan ini antara lain, minyak dan gas bumi, batubara, pasir besi,
bijih timah, bijih nikel, bijih bauksit, bijih tembaga, bijih emas,
perak dan bijih mangan.
2. Penggalian
Penggalian adalah suatu kegiatan yang meliputi pengambilan
segala jenis barang galian. Barang galian adalah unsur kimia,
mineral dan segala macam batuan yang merupakan endapan alam
(tidak termasuk logam, batubara, minyak dan gas bumi dan bahan
radioaktif). Bahan galian ini biasanya digunakan sebagai bahan
baku atau bahan penolong sektor industri maupun konstruksi. Hasil
kegiatan penggalian antara lain, batu gunung, batu kali, batu kapur,
koral, kerikil, batu marmer, pasir, pasir silika, pasir kuarsa, kaolin,
tanah liat dan lain-lain.
Kegiatan pemecahan, peleburan, pemurnian dan segala proses
pengolahan hasil pertambangan/penggalian tidak termasuk kegiatan
pertambangan/penggalian, akan tetapi digolongkan ke dalam
kegiatan industri. Kegiatan persiapan tempat penambangan
penggalian seperti pembuatan jalan, jembatan dari dan ke arah
lokasi penambangan, pengerukan, pemasangan pipa penyaluran dan
sebagainya termasuk ke dalam kegiatan konstruksi. Sedangkan
kegiatan eksplorasi dan penelitian mengenai prospek barang
tambang dan mineral termasuk ke dalam jasa pertambangan.
Kegiatan pengambilan, pembersihan dan pemurnian air untuk
dijadikan air bersih termasuk dalam sektor air minum.
3. Tahapan Kegiatan Pertambangan
Tahapan kegiatan pertambangan meliputi: prospeksi dan
penelitian umum, eksplorasi, persiapan penambangan dan
pembangunan, eksploitasi dan pengolahan/pengilangan/pemurnian.
a. Prospeksi
Prospeksi adalah suatu kegiatan penyelidikan dan pencarian
untuk menemukan endapan bahan galian atau mineral berharga.
b. Eksplorasi
Eksplorasi adalah suatu kegiatan lanjutan dari prospeksi
yang meliputi pekerjaan-pekerjaan untuk mengetahui ukuran,
bentuk, posisi, kadar rata-rata dan besarnya cadangan serta
"studi kelayakan" dari endapan bahan galian atau mineral
berharga yang telah diketemukan.
c. Eksploitasi
Eksploitasi adalah suatu kegiatan penambangan yang
meliputi pekerjaan-pekerjaan pengambilan dan pengangkutan
endapan bahan galian atau mineral berharga sampai ke tempat
penimbunan dan pengolahan/pencucian, kadang-kadang sampai
ke tempat pemasaran.
d. Pengolahan/Pemurnian/Pengilangan
Pengolahan/Pemurnian adalah suatu pekerjaan memurnikan
atau meninggikan kadar bahan galian dengan jalan memisahkan
mineral berharga dan yang tidak berharga, kemudian membuang
mineral yang tidak berharga tersebut (dapat dilakukan dengan
cara kimia).
Tingkat pengembalian sektor pertambangan dan tingkat
pengembalian pasar per kuartal periode 2006-2008 dapat dilihat pada
Lampiran 5. Untuk melihat sejauh mana persentase pengembalian
sektor disajikan dalam grafik yang menggambarkan perbandingan
antara tingkat pengembalian sektor pertambangan dan tingkat
pengembalian pasar per kuartal pada Gambar 4.
Gambar 4. Perbandingan tingkat pengembalian sektor pertambangan dan tingkat pengembalian pasar per triwulan
Analisis Sektor industri pertambangan adalah:
1. Tingkat pengembalian pasar dan tingkat pengembalian sektor
berjalan searah pada tahap kedewasaan. Pada tahap ini,
pertumbuhan penjualan masih terjadi tetapi sudah dalam
tingkatan yang lebih rendah daripada tahap pertumbuhan. Hal
ini terjadi karena keadaan ekonomi yang tidak stabil, sehingga
(25,00)
(20,00)
(15,00)
(10,00)
(5,00)
0,00
5,00
10,00
15,00
20,00
Return Sectoral (%)
Return Market (%)
Triwulan
Tin
gkat
Pen
gem
balia
n (%
)
banyak investor yang menarik sahamnya dari industri
pertambangan.
2. Hubungan antara kemampuan operasi perusahaan dalam sektor
pertambangan dengan kondisi perekonomian makro tidak selalu
berjalan searah. Hal ini terlihat dari tingkat pengembalian
sektoral dan tingkat pengembalian pasar tidak selalu searah
(Gambar 4). Pada triwulan kedua tahun 2006 tingkat
pengembalian pasar menurun, begitu juga dengan tingkat
pengembalian sektor yang mengalami penurunan hingga
melewati garis nol. Untuk triwulan ke tiga dan keempat, tingkat
pengembalian pasar dan tingkat pengembalian sektor sama-sama
mengalami peningkatan. Pada triwulan satu tahun 2007, tingkat
pengembalian pasar menurun, namun tingkat pengembalian
sektor mengalami peningkatan. Triwulan kedua tahun 2007,
justru tingkat pengembalian pasar meningkat, tetapi tingkat
pengembalian sektor menurun. Triwulan ketiga tahun 2007 juga
terjadi perbedaan arah antara tingkat pengembalian pasar yang
menurun dengan tingkat pengembalian sektor yang meningkat.
Pada triwulan pertama hingga triwulan keempat tahun 2008,
tingkat pengembalian pasar dan tingkat sektor pertambangan
berjalan searah.
3. Aspek kualitatif yang digunakan dalam analisis industri terdiri
dari kinerja historis, persaingan, kebijakan pemerintah, dan
perubahan struktural.
a. Kinerja perusahaan-perusahaan yang ada dalam sektor
industri pertambangan selama periode 2006-2008 mengalami
naik turun. Dari keempat perusahaan yang ada dalam industri
pertambangan empat perusahaan yang harga sahamnya terus
meningkat berdasarkan harga penutupan saham (closing
price) IHSG periode tahun 2006 hingga 2008 (Lampiran 6,
Lampiran 7, Lampiran 8, Lampiran 9 dan Lampiran 10) yaitu
PT Tambang bukit Asam Tbk, PT Aneka Tambang Tbk, PT
Bumi Resources Tbk dan PT Timah Tbk. Sedangkan PT
Energi Mega Persada Tbk cenderung mengalami penurunan
harga saham.
b. Persaingan dalam industri pertambangan selama ini berjalan
cukup sehat dan ketat. Persaingan ini juga tidak saling
menyerang satu perusahaan dengan perusahaan lainnya, hal
ini dikarenakan perusahaan industri pertambangan telah
memiliki pasarnya masing-masing baik di domestik maupun
luar negeri.
C. Analisis Fundamental Perusahaan
Analisis fundamental disini mencoba memperkirakan harga
saham di masa yang akan datang dengan mengantisipasi nilai faktor-faktor
atau variabel-variabel fundamental yang mempengaruhi harga saham di
masa mendatang. Analisis saham ini bertujuan menaksir nilai intrinsik
suatu saham kemudian membandingkannya dengan harga pasar saat ini
pada saham tersebut. Nilai Intrinsik (NI) menunjukkan present value arus
kas yang diharapkan dari saham tersebut. Menurut Husnan (2001)
pedoman yang dipergunakan adalah sebagai berikut :
1. Apabila NI > harga pasar saat ini, maka saham tersebut dinilai
undervalued (saham yang murah), sebaiknya dibeli atau ditahan
apabila saham tersebut telah dimiliki.
2. Apabila NI < harga pasar saat ini, maka saham tersebut dinilai
overvalued (saham yang mahal), dan lebih baik saham tersebut tidak
dibeli atau dijual apabila telah memiliki saham tersebut.
3. Apabila NI = harga pasar saat ini, maka saham tersebut dinilai wajar
harganya dan berada dalam kondisi keseimbangan.
1. PT Tambang Bukit Asam Tbk
Berdasarkan pada pendekatan present value, harga saham
PTBA Tbk, selama 12 periode triwulanan antara tahun 2006 hingga
2008 lebih banyak berada pada posisi overvalued kecuali pada triwulan
ketiga tahun 2008 dan triwulan keempat tahun 2008.
Triwulan pertama tahun 2008, harga saham PT Tambang Bukit
Asam Tbk ditutup pada level Rp 10.050, sedangkan nilai intrinsiknya
menghasilkan angka Rp 9.374 dan untuk triwulan kedua tahun 2008,
harga saham PTBA ditutup pada level 16.400, sedangkan untuk nilai
intrinsiknya menunjukkan angka Rp 15.246 (Lampiran 21).
Perbandingan harga pasar dan nilai intrinsik untuk lebih jelasnya dapat
dilihat pada Tabel 8 dibawah ini.
Tabel 8. Perbandingan harga saham PT Tambang Bukit Asam Tbk periode 2006-2008
Triwulan/Tahun Harga Pasar
(Rp) Nilai
Intrinsik (Rp) Keterangan
I/2006 2.050 1.945 overvalued II/2006 3.150 2.969 overvalued III/2006 3.375 3.158 overvalued IV/2006 3.525 3.371 overvalued I/2007 3.450 3.387 overvalued II/2007 6.550 6.324 overvalued III/2007 6.550 6.560 undervalued IV/2007 12.000 11.712 overvalued I/2008 10.050 9.374 overvalued II/2008 16.400 15.246 overvalued III/2008 9.350 9.024 overvalued IV/2008 6.900 6.984 undervalued
Nilai intrinsik PT Tambang Bukit Asam Tbk sering berada
dalam posisi overvalued. Hal ini menunjukkan bahwa investor memiliki
ketertarikan kecil untuk melakukan investasi pada saham PTBA ini.
Posisi overvalued dikatakan karena nilai intrinsik dari suatu perusahaan
lebih kecil dari harga pasar. Untuk undervalued nilai intrinsik
perusahaan lebih besar dari harga pasar.
Memahami kondisi saham ini membantu investor dan calon
investor dalam menentukan kapan membeli, menahan atau menjual
saham. Waktu yang tepat untuk membeli adalah jika harga pasar saham
lebih rendah dari nilai intrinsiknya, lalu ditahan sementara dengan
tujuan untuk memperoleh capital gain jika kemudian harganya kembali
naik.
Jika harga pasar sama dengan nilai intrinsiknya, maka jangan
melakukan transaksi, karena saham tersebut dalam keadaan
keseimbangan, sehingga tak ada keuntungan yang diperoleh dari
transaksi pembelian atau penjualan saham tersebut.
Jika harga pasar saham lebih tinggi dari nilai intrinsiknya, untuk
investor yang memiliki saham tersebut sebaiknya dijual untuk
menghindari kerugian dan untuk para calon investor lebih baik saham
tersebut tidak melakukan pembelian. Karena tentu harganya akan turun
menyesuaikan dengan nilainya.
2. PT Aneka Tambang Tbk
Bedasarkan pendekatan present value, harga saham PT ANTAM
Tbk sering berada di posisi undervalued dari 12 triwulan tersebut, 7
triwulan harga saham PT ANTAM Tbk berada pada posisi undervalued.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 9.
Nilai intrinsik pada PT Aneka Tambang Tbk menunjukkan lebih
sering berada di posisi undervalued, dalam hal ini investor masih
merasa ketertarikan yang kecil untuk berinvestasi pada saham ANTAM.
Untuk posisi undervalued dikatakan bahwa nilai saham perusahaan saat
ini lebih besar dari harga pasarnya, jadi nilai yang diterima investor
lebih besar dari harga yang harus dibayarkan (Lampiran 18).
Tabel 9. Perbandingan harga saham PT Aneka Tambang Tbk periode 2006-2008
Triwulan/Tahun Harga Pasar
(Rp) Nilai Intrinsik
(Rp) Keterangan
I/2006 4.350 3.927 overvalued II/2006 4.625 4.498 overvalued III/2006 5.500 5.549 undervalued IV/2006 8.000 8.182 undervalued I/2007 11.850 11.667 overvalued
3. PT Bumi Resources Tbk
Berdasarkan hasil dari pendekatan present value, hasil harga
saham PT Bumi Resources Tbk selam 12 triwulan antara tahun 2006-
2008 lebih banyak berada pada posisi overvalued. Selama 12 triwulan
tersebut, 9 triwulan diantaranya berada pada posisi overvalued dan 3
triwulan sisanya berada pada posisi undervalued. Perbandingannya
dapat dilihat padal Tabel 10.
Nilai intrinsik yang lebih sering pada posisi overvalued,
menunjukkan bahwa investor lebih memiliki ketertarikan yang kecil
untuk berinvestasi terhadap saham ini. Kinerja PT Bumi Resources Tbk
membuat ekspektasi investor terhadap saham mereka rendah
(Lampiran 19).
Tabel 10. Perbandingan harga saham PT Bumi Resources Tbk periode 2006-2008
II/2007 12.550 13.197 undervalued III/2007 2.775 3.047 undervalued IV/2007 4.475 4.652 undervalued I/2008 3.350 3.177 overvalued II/2008 3.175 3.061 overvalued III/2008 1.460 1.517 undervalued IV/2008 1.090 1.133 undervalued
Triwulan/Tahun Harga Pasar
(Rp) Nilai Intrinsik
(Rp) Keterangan
I/2006 900 829 overvalued
4. PT Energi Mega Persada Tbk
Berdasarkan pendekatan present value, harga saham PT Energi
Mega Persada (ENRG) Tbk rata-rata berada dalam posisi overvalued.
Dari 12 triwulan, 7 triwulan diantaranya berada dalam posisi
overvalued, sedangkan 5 triwulan berada pada posisi undervalued.
Posisi overvalued lebih banyak terjadi pada saham PT Energi
Mega Persada Tbk, dari hal tersebut menunjukkan bahwa kinerja
perusahaan membuat investor tidak terlalu bergairah untuk berinvestasi
pada saham mereka atau harga saham PT Energi Mega Persada Tbk
dihargai terlalu mahal. Oleh karena itu untuk calon investor lebih baik
saham tersebut tidak dibeli atau untuk para investor sebaiknya dijual.
Perbandingan ini untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 11
dibawah ini.
Tabel 11. Perbandingan harga saham PT Energi Mega Persada Tbk periode 2006-2008
II/2006 770 739 overvalued III/2006 740 607 overvalued IV/2006 900 901 undervalued I/2007 1.330 1.289 overvalued II/2007 2.275 2.148 overvalued III/2007 3.575 3.340 overvalued IV/2007 6.000 5.660 overvalued I/2008 6.200 5.859 overvalued II/2008 8.200 7.670 overvalued III/2008 3.200 3.205 undervalued IV/2008 910 1.303 undervalued
Triwulan/Tahun Harga Pasar
(Rp) Nilai Intrinsik
(Rp) Keterangan
I/2006 880 819 overvalued II/2006 650 654 undervalued III/2006 540 635 undervalued IV/2006 520 617 undervalued
5. PT Timah Tbk
Berdasarkan pendekatan present value. Harga saham PT Timah
(TINS) Tbk selama dalam 12 periode triwulanan antara tahun 2006
hingga 2008 rata-rata berada dalam posisi overvalued (Tabel 12).
Karena 8 triwulan harga saham TINS berada pada posisi overvalued,
sedangkan 4 triwulan saham TINS berada pada posisi undervalued.
Posisi overvalued pada saham TINS menunjukkan ketertarikan investor
yang kecil untuk berinvestasi pada saham mereka (Lampiran 22).
Posisi overvalued dikatakan bahwa nilai saham atau nilai
intrinsik perusahaan saat ini lebih kecil dari harga pasarnya, jadi nilai
yang diterima investor lebih kecil dari harga yang harus dibayarkan.
Tabel 12. Perbandingan harga saham PT Timah Tbk periode 2006-2008
I/2007 620 587 overvalued II/2007 800 743 overvalued III/2007 850 827 overvalued IV/2007 1.490 1.472 overvalued I/2008 1.130 1.089 overvalued II/2008 1.000 995 overvalued III/2008 520 556 undervalued IV/2008 84 165 undervalued
Triwulan/Tahun Harga Pasar
(Rp) Nilai Intrinsik
(Rp) Keterangan
I/2006 2.025 1.706 overvalued II/2006 1.740 1.237 overvalued III/2006 1.770 1.625 overvalued IV/2006 4.425 3.910 overvalued I/2007 11.850 10.786 overvalued II/2007 12.150 12.512 undervalued III/2007 13.250 16.087 undervalued
D. Perbandingan Price Earning Ratio
Perbandingan Price Earning Ratio menunjukkan rasio berapa nilai
suatu saham dapat dijual kembali dengan mengambil laba per saham
sebagai pembanding bagi harga saham saat ini. Sehingga saham yang
memiliki nilai PER rendah dianggap murah karena memiliki harga jual
kembalinya rendah, dan saham yang memiliki nilai PER yang tinggi
dianggap mahal karena memiliki harga jual kembalinya tinggi.
Hasil dari perhitungan Price Earning Ratio (PER) dari perusahaan-
perusahaan industri pertambangan di Bursa Efek Indonesia (Tabel 13)
menunjukkan bahwa pada triwulan I tahun 2006, saham yang paling mahal
adalah saham ENRG dengan PER 124,6 kali dan yang paling murah yaitu
saham ANTAM dengan PER 63,3 kali. Pada triwulan II tahun 2006,
saham yang paling mahal adalah saham ENRG dengan PER 54,4 kali dan
saham yang paling murah ANTAM dengan PER 17,1 kali (Lampiran 12).
Tabel 13. Price Earning Ratio per triwulan 5 perusahaan industri pertambangan periode 2006-2008
Triwulan /Tahun PER
ANTM PER
BUMI PER
ENRG PER
PTBA PER TINS
I/2006 63.33 75,57 124,65 67,93 88,78 II/2006 17,13 17,59 54,44 46,71 35,37 III/2006 12,97 9,97 31,88 20,76 14,46 IV/2006 9,83 8,56 36,88 16,64 10.70
IV/2007 28.700 31.390 undervalued I/2008 28.950 26.487 overvalued II/2008 37.450 34.469 overvalued III/2008 1.660 534 overvalued IV/2008 1.080 1.789 undervalued
I/2007 21,06 3.53 313,13 40.30 18,97 II/2007 8,33 6,77 219,78 50,34 7,83 III/2007 6,91 8,91 143,34 28,73 5,27 IV/2007 8,32 14,69 185,55 36,34 8,09 I/2008 47,32 85,54 597,88 80,86 29.90 II/2008 20,67 39,34 189,04 53.40 169,53 III/2008 8,59 9,58 (103.38) 16,33 5.60 IV/2008 7,52 3,58 (32.81) 9,27 4,05 Rata-rata 19,331 23,635 146,698 38,967 33,212
Hasil perhitungan PER pada triwulan III tahun 2006, saham yang
paling mahal adalah saham ENRG dengan PER 31,8 kali dan saham yang
paling murah yaitu BUMI dengan PER 9,9 kali. Triwulan IV tahun 2006,
saham yang paling mahal yaitu ENRG dengan nilai PER 36,8 kali dan
saham yang paling murah adalah saham BUMI dengan nilai PER 8,5 kali.
Triwulan I tahun 2007, saham yang paling mahal adalah saham
ENRG dengan PER 313.1 kali dan saham yang paling murah yaitu saham
BUMI dengan PER 3,5 kali. Pada triwulan II tahun 2007, saham yang
paling mahal adalah saham ENRG dengan PER 219,7 kali dan saham yang
paling murah adalah saham BUMI dengan PER 6,7 kali.
Triwulan III tahun 2007, saham yang paling mahal yaitu saham
ENRG dengan nilai PER 143,3 kali dan saham yang paling murah yaitu
saham TINS dengan nilai PER 5,2 kali. Dan triwulan IV tahun 2007,
saham yang paling mahal adalah saham ENRG dengan PER 185,5 kali dan
saham yang paling murah adalah saham TINS dengan PER 8,0 kali.
Hasil dari triwulan I tahun 2008, saham yang paling mahal dengan
PER 597,8 kali adalah saham ENRG dan saham yang paling murah dengan
nilai PER 29,9 kali adalah saham TINS. Pada triwulan II tahun 2008,
saham yang paling mahal adalah saham ENRG dengan PER 189,0 kali dan
saham yang paling murah yaitu saham ANTAM dengan PER 20,6 kali.
Triwulan III tahun 2008, saham yang paling mahal adalah saham
dengan PER 16,3 kali yaitu saham PTBA, saham yang paling murah
dengan nilai PER -103,3 adalah saham ENRG. Pada triwulan IV tahun
2008, saham yang paling mahal adalah saham PTBA dengan PER 9,2 kali
dan saham yang paling murah adalah saham ENRG dengan PER -32,8
kali. Dari perbandingan tersebut untuk secara lebih jelas dapat dilihat pada
Tabel 14.
Tabel 14. Perbandingan harga saham 5 perusahaan industri pertambangan periode 2006-2008
Triwulan /Tahun Paling mahal Paling murah
I/2006 ENRG ANTM II/2006 ENRG ANTM III/2006 ENRG BUMI IV/2006 ENRG BUMI I/2007 ENRG BUMI II/2007 ENRG BUMI III/2007 ENRG TINS IV/2007 ENRG TINS I/2008 ENRG TINS II/2008 ENRG ANTM III/2008 PTBA ENRG IV/2008 PTBA ENRG
4.3. Analisis Teknikal
Analisis teknikal merupakan suatu metoda analisis untuk
memperkirakan harga saham yang akan datang berdasarkan harga saham
diwaktu yang lampau. Jadi pada intinya analisis teknikal merupakan analisis
terhadap pola pergerakan harga di masa lampau dengan tujuan untuk
meramalkan pergerakan harga di masa yang akan datang. Analisis teknikal
ini sering juga disebut dengan chartist karena melakukan studi dengan
menggunakan grafik (chart), dimana dapat menemukan suatu pola
pergerakan harga sehingga dapat mengeksploitasinya untuk mendapatkan
keuntungan.
Moving average adalah pergerakan harga rata-rata dari suatu saham
dalam sebuah durasi waktu. Indikator ini sangat berguna dalam grafik
perdagangan saham yang memiliki trend. Jika trend naik, indikator ini
memberikan petunjuk/sinyal beli. Sebaliknya, jika grafik menunjukan trend
penurunan, indikator ini memberikan sinyal jual.
A. PT Tambang Bukit Asam Tbk (PTBA)
Selama periode tahun 2006 hingga 2010, harga saham PT
Tambang Bukit Asam Tbk memperlihatkan garis trend yang
terbentuk melalui Exponential Moving Average (EMA) yang
menunjukkan garis trend yang naik. Hal ini terlihat dari grafik harga
saham yang kebanyakan berada di atas grafik EMA.
Sinyal beli terjadi saat grafik saham memotong ke atas
grafik EMA (4) dan sementara sinyal jual terjadi saat grafik saham
memotong ke bawah grafik EMA (4). Manfaat yang diperoleh dari
sinyal tersebut yaitu investor dapat menentukan kapan waktu
pembelian dan penjualan yang tepat agar menghasilkan capital gain
yang optimum. PT Tambang Bukit Asam Tbk pada periode tahun
2006 hingga 2010 lebih banyak memperlihatkan sinyal beli, yang
artinya para investor diharapkan membeli saham dengan harga
rendah dan bila terjadi sinyal jual para investor dapat menjual
dengan harga yang lebih tinggi.
Sinyal beli (bullish) terjadi enam kali yaitu antara bulan
Maret 2006 hingga Oktober 2006, Desember 2006, Februari 2007,
Mei 2008 hingga Juni 2008, antara bulan April 2009 hingga bulan
Januari 2010 dan sinyal beli yang keenam terjadi di bulan Maret
2010. Selanjutnya sinyal jual (bearish) terjadi lima kali yaitu pada
bulan November 2006, Januari 2007, antara Maret 2008 hingga
April 2008, antara bulan Juli 2008 hingga bulan Maret 2009 dan
bulan Februari 2010. Jika dilihat dari grafik pada bulan Maret tahun
2010 harga saham mencapai titik paling tinggi dengan harga Rp
17.400, pergerakan harga saham akan terus naik melebihi angka
17.400 dan belum bisa ditentukan untuk ke depannya apakah
menunjukkan tanda-tanda perpotongan kapan sinyal jual dan sinyal
beli. Grafik keduanya dapat dilihat pada Gambar 5.
Gambar 5. Grafik Exponential Moving Average PT Tambang Bukit Asam Tbk Periode 2006-2010
B. PT Aneka Tambang Tbk (ANTM)
Selama periode 2006-2010, harga saham PT Aneka
Tambang Tbk terlihat garis trend yang terbentuk melalui
Exponential Moving Average (EMA) menunjukkan garis trend yang
mengalami kenaikan pada tahun 2006 hingga pertengahan tahun
2007, karena grafik harga saham terus berada di atas grafik EMA.
0,000
2,000
4,000
6,000
8,000
10,000
12,000
14,000
16,000
18,000
20,000Ja
n-0
6
Ap
r-0
6
Jul-
06
Ok
t-0
6
Jan
-07
Ap
r-0
7
Jul-
07
Ok
t-0
7
Jan
-08
Ap
r-0
8
Jul-
08
Ok
t-0
8
Jan
-09
Ap
r-0
9
Jul-
09
Ok
t-0
9
Jan
-10
Harga
penutupan
EMA (4)
Pada tahun 2008-2010 garis trend mengalami penurunan, ini terlihat
dari grafik EMA terus berada di atas grafik harga saham.
Penentuan sinyal jual dan sinyal beli dapat digunakan untuk
menentukan waktu penjualan dan pembelian agar menghasilkan
capital gain yang menguntungkan bagi investor. Sinyal beli terjadi
saat grafik saham memotong ke atas grafik EMA (4) dan sementara
sinyal jual terjadi saat grafik saham memotong ke bawah grafik
EMA (4).
Sinyal beli (bullish) terjadi sebanyak empat kali antara
bulan Mei 2006 hingga Mei 2007, November 2007 hingga Desember
2007, antara bulan April 2009 hingga Oktober 2009 dan bulan Maret
2010. Selanjutnya sinyal jual yang terbentuk adalah sebanyak tiga
kali yaitu mulai dari bulan Juni 2007 hingga Oktober 2007 kemudian
bulan Januari 2008 hingga bulan Maret 2009 dan sinyal jual yang
ketiga terjadi di bulan November 2009 hingga Februari 2010. Untuk
tahun 2010 harga saham cenderung meningkat secara perlahan, pada
bulan Maret harga saham ditutup dengan harga Rp 2.400 dan
kemungkinan harga saham ini akan terus meningkat. Gambar 6
memperlihatkan grafik harga saham dan grafik EMA.
0
2000
4000
6000
8000
10000
12000
14000
16000
18000
Jan
-06
Ap
r-0
6
Jul-
06
Ok
t-0
6
Jan
-07
Ap
r-0
7
Jul-
07
Ok
t-0
7
Jan
-08
Ap
r-0
8
Jul-
08
Ok
t-0
8
Jan
-09
Ap
r-0
9
Jul-
09
Ok
t-0
9
Jan
-10
Harga penutupan
EMA (4)
Gambar 6. Grafik Exponential Moving Average PT Aneka Tambang Tbk Periode 2006-2010
C. PT Bumi Resources Tbk (BUMI)
Selama periode 2006 hingga 2010, harga saham PT Bumi
Resources Tbk terlihat garis trend yang terbentuk melalui
Exoponential Moving Average menunjukkan garis trend yang
meningkat pada tahun 2006 hingga 2007, mengalami penurunan
pada tahun 2008 dan di tahun 2010 mulai mengalami peningkatan.
PT Bumi Resources Tbk pada periode tahun 2006 hingga
2010 lebih banyak memperlihatkan sinyal beli yang terjadi antara
tahun 2006 hingga 2007 dan mulai terbentuk sinyal jual pada tahun
2008 dan akhir tahun 2009. Pada periode ini investor lebih banyak
melakukan pembelian saham daripada menjual saham.
Sepanjang periode 2006 hingga 2010, sinyal beli (bullish)
terjadi enam kali, yang pertama terjadi pada bulan Maret hingga
April 2006, kedua bulan Juni 2006, ketiga bulan November 2006
sampai dengan Februari 2008, yang keempat terjadi pada bulan April
hingga Juni 2008, yang kelima terjadi pada bulan April 2009 hingga
September 2009 dan keenam terjadi di bulan Januari 2010.
Sinyal jual (bearish) sepanjang periode 2006-2010 terjadi
enam kali pula yaitu antara Mei hingga Juni 2006, yang kedua antara
Agustus hingga Oktober 2006, untuk yang ketiga terjadi di bulan
Maret 2008, keempat terjadi pada bulan Juli hingga Maret 2009,
yang kelima terjadi di bulan Oktober 2009 hingga Desember 2009
dan keenam terjadi di bulan Februari hingga Maret 2010. Pada
triwulan I tahun 2010 harga saham BUMI cenderung mengalami
penurunan dari bulan Januari hingga Maret sebesar 225 poin, Untuk
lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 7.
Gambar 7. Grafik Exponential Moving Average PT Bumi Resources Tbk Periode 2006-2010
D. PT Energi Mega Persada Tbk (ENRG)
Selama periode 2006 hingga 2010, harga saham PT Energi
Mega Persada Tbk terlihat garis trend yang terbentuk melalui
Exponential Moving Average (EMA) menunjukkan garis trend yang
mengalami peningkatan dan penurunan (Gambar 8).
Sepanjang periode tahun 2006 hingga 2010 PT Energi
Mega Persada Tbk lebih banyak memperlihatkan sinyal jual yang
artinya pada periode ini investor lebih banyak melakukan penjualan
saham.
0
1000
2000
3000
4000
5000
6000
7000
8000
9000
Jan
-06
Ap
r-0
6
Jul-
06
Ok
t-0
6
Jan
-07
Ap
r-0
7
Jul-
07
Ok
t-0
7
Jan
-08
Ap
r-0
8
Jul-
08
Ok
t-0
8
Jan
-09
Ap
r-0
9
Jul-
09
Ok
t-0
9
Jan
-10
Harga
Penutupan
EMA (4)
Gambar 8. Grafik Exponential Moving Average PT Energi Mega Persada Tbk Periode 2006-2010
Sinyal beli (bullish) pada periode 2006 hingga 2010 terjadi
sebanyak lima kali. Yang pertama terjadi di bulan Februari 2006,
kedua terjadi antara Januari hingga Maret 2006, ketiga terjadi pada
bulan Mei hingga Juli 2007, sinyal beli keempat terjadi pada bulan
September 2007 hingga Februari 2008 dan yang kelima terjadi di
bulan April hingga bulan September 2009.
Sinyal jual terjadi (bearish) terjadi empat kali, yaitu yang
pertama terjadi antara Mei hingga Desember 2006, kedua terjadi di
bulan April 2007, ketiga di bulan Agustus 2007, yang keempat
sinyal jual terjadi pada bulan Maret hingga bulan Maret 2009 dan
sinyal jual yang kelima terjadi di bulan Oktober 2009 hingga Akhir
triwulan 1 tahun 2010. Harga saham perusahaan ini terus mengalami
penurunan, begitu pula di tahun 2010. Pada bulan Januari 2010 harga
saham ditutup dengan kisaran Rp 174 turun sebesar 27 basis poin di
bulan Maret 2010. Bila dilihat pada grafik, kemungkinan PT Energi
Mega Persada Tbk terus berada pada posisi jual karena untuk
kedepannya masih belum terlihat adanya titik potong untuk sinyal
beli.
0
1000
2000
3000
4000
5000
6000
7000
8000
9000
Jan
-06
Ap
r-0
6
Jul-
06
Ok
t-0
6
Jan
-07
Ap
r-0
7
Jul-
07
Ok
t-0
7
Jan
-08
Ap
r-0
8
Jul-
08
Ok
t-0
8
Jan
-09
Ap
r-0
9
Jul-
09
Ok
t-0
9
Jan
-10
Harga
Penutupan
EMA (4)
E. PT Timah Tbk (TINS)
Selama periode 2006 hingga 2010, harga saham PT Timah
Tbk terlihat garis trend yang terbentuk melalui grafik Exponential
Moving Average menunjukkan garis trend yang mengalami
peningkatan, ini terlihat dari grafik harga saham yang kebanyakan
berada dia atas grafik EMA (Gambar 9).
Gambar 9. Grafik Exponential Moving Average PT Timah Tbk Periode 2006-2010
PT Timah Tbk pada periode tahun 2006 hingga 2010 lebih
banyak memperlihatkan sinyal beli, yang artinya para investor lebih
banyak melakukan pembelian saham ini. Sinyal beli (bullish)
terbentuk empat kali antara April 2006, kemudian sinyal beli
terbentuk mulai Oktober 2006 hingga Juli 2008, terbentuk kembali
pada bulan Mei 2009 hingga September 2009 dan sinyal beli
keempat terjadi pada triwulan 1 pada tahun 2010.
Selanjutnya sinyal jual (bearish) terbentuk tiga kali antara
bulan Mei hingga September 2006, sinyal jual yang kedua terjadi
antara Agustus 2008 hingga April 2009 dan sinyal jual yang ketiga
terjadi pada bulan Oktober 2009 hingga Desember 2009. Harga
0,000
5,000
10,000
15,000
20,000
25,000
30,000
35,000
40,000Ja
n-0
6
Ap
r-0
6
Jul-
06
Ok
t-0
6
Jan
-07
Ap
r-0
7
Jul-
07
Ok
t-0
7
Jan
-08
Ap
r-0
8
Jul-
08
Ok
t-0
8
Jan
-09
Ap
r-0
9
Jul-
09
Ok
t-0
9
Jan
-10
Harga
Penutupan
EMA (4)
saham PT Timah di tahun 2010 terus mengalami peningkatan yang
cukup baik, pada bulan Desember tahun 2009 harga saham ditutup
dengan nilai Rp 2.000 dan diakhir triwulan I tahun 2010 harga
saham ditutup dengan nilai Rp 2.375 atau meningkat sebesar 375
poin. Kemungkinan untuk kedepannya harga saham PT Timah akan
terus mengalami peningkatan.
4.4. Perbandingan Analisis Fundamental dan Teknikal
A. PT Tambang Bukit Asam Tbk
Analisis fundamental PT Tambang Bukit Asam Tbk
menunjukkan selama periode 2006-2008 nilai intrinsik saham PT
Tambang Bukit Asam Tbk cenderung meningkat. Kenaikan terjadi
pada awal 2006 hingga akhir tahun 2007 dan kenaikan yang
mencolok terjadi pada triwulan 2 tahun 2008. Setelah itu nilai
intrinsik cenderung mengalami penurunan (Gambar 10).
Gambar 10. Grafik perbandingan analisis fundamental dan teknikal pada PT Tambang Bukit Asam Tbk periode 2006-2008
-
2.000
4.000
6.000
8.000
10.000
12.000
14.000
16.000
18.000
Jan
-06
Ap
r-0
6
Jul-
06
Ok
t-0
6
Jan
-07
Ap
r-0
7
Jul-
07
Ok
t-0
7
Jan
-08
Ap
r-0
8
Jul-
08
Ok
t-0
8
Nilai Intrinsik
0
2000
4000
6000
8000
10000
12000
14000
16000
Jan
-06
Ap
r-0
6
Jul-
06
Ok
t-0
6
Jan
-07
Ap
r-0
7
Jul-
07
Ok
t-0
7
Jan
-08
Ap
r-0
8
Jul-
08
Ok
t-0
8
EMA (4)
Hasil yang ditunjukan analisis teknikal melalui Exponential
Moving Average (EMA) dengan 4 basis pengamatan sama dengan
hasil analisis fundamental. Kedua grafik ini memperlihatkan
kenaikan yang searah, hal tersebut semakin memperkuat informasi
kepada investor. Peningkatan grafik melalui Exponential Moving
Average menunjukkan bahwa perdagangan saham perusahaan ini
selama periode 2004-2008 meningkat sehingga harganya terus naik.
Berdasarkan hasil dari nilai intrinsik dan Exponential
Moving Average PT Tambang Bukit Asam Tbk selama periode
2006-2008 cenderung mengalami peningkatan, hal tersebut
menggambarkan perusahaan ini layak untuk para investor dan calon
investor berinvestasi.
B. PT Aneka Tambang Tbk
Analisis fundamental PT Aneka Tambang Tbk
menunjukkan bahwa nilai intrinsik sahamnya selama periode 2006-
2008 cenderung menurun. Kenaikan terlihat pada tahun 2006 hingga
akhir triwulan ke 2 tahun 2007. Setelah itu nilai intrinsik mengalami
penurunan yang sangat signifikan pada tahun 2008.
Analisis teknikal melalui Exponential Moving Average
(EMA) dengan 4 basis pengamatan yang menunjukkan hasil yang
tidak jauh berbeda dengan hasil analisis fundamental. Grafik
Exponential Moving Average grafik yang meningkat pada awal
tahun 2006 hingga tahun 2007, namun trend meningkat yang sangat
mencolok terjadi pada awal tahun 2007. Dan terus mengalami
penurunan pada akhir 2007 hingga akhir tahun 2008. Kedua analisis
ini menghasilkan informasi yang searah. Investor sebaiknya
melakukan pembelian saham pada saat harga saham rendah dan jual
pada saat harga tinggi agar menghasilkan keuntungan yang
maksimum. Hal ini dapat dilihat melalui Gambar 11.
Gambar 11. Grafik perbandingan analisis fundamental dan teknikal pada PT Aneka Tambang Tbk periode 2006-2008
C. PT Bumi Resources Tbk
Analisis fundamental PT Bumi Resources Tbk
menunjukkan bahwa nilai intrinsik sahamnya yang cenderung
meningkat selama periode 2006-2008. Peningkatan terlihat pada
triwulan 4 2006 hingga triwulan 2 tahun 2008. Peningkatan yang
mencolok terjadi pada triwulan 2 tahun 2008. Hal ini menunjukkan
kinerja perusahaan ini terus membaik (Gambar 12).
-
2.000
4.000
6.000
8.000
10.000
12.000
14.000
Jan
-06
Ap
r-0
6
Jul-
06
Ok
t-0
6
Jan
-07
Ap
r-0
7
Jul-
07
Ok
t-0
7
Jan
-08
Ap
r-0
8
Jul-
08
Ok
t-0
8
Nnilai Intrinsik
0
2000
4000
6000
8000
10000
12000
14000
Jan
-06
Ap
r-0
6
Jul-
06
Ok
t-0
6
Jan
-07
Ap
r-0
7
Jul-
07
Ok
t-0
7
Jan
-08
Ap
r-0
8
Jul-
08
Ok
t-0
8EMA (4)
Analisis teknikal melalui Exponential Moving Average
(EMA) dengan 4 basis pengamatan menunjukkan hasil yang tidak
jauh berbeda dengan analisis fundamental. Grafik EMA
menunjukkan grafik yang meningkat pada awal 2006 hingga
pertengahan tahun 2008, namun setelah itu trend yang terbentuk
adalah penurunan yang signifikan. Kedua grafik tersebut
menunjukkan arah yang sama, hal tersebut menggambarkan
perusahaan ini layak untuk para investor dan calon investor
berinvestasi.
Gambar 12. Grafik perbandingan analisis fundamental dan teknikal pada PT Bumi Resources Tbk periode 2006-2008
-
1.000
2.000
3.000
4.000
5.000
6.000
7.000
8.000
9.000
Jan
-06
Ap
r-0
6
Jul-
06
Ok
t-0
6
Jan
-07
Ap
r-0
7
Jul-
07
Ok
t-0
7
Jan
-08
Ap
r-0
8
Jul-
08
Ok
t-0
8
Nilai Intrinsik
0
1000
2000
3000
4000
5000
6000
7000
8000
Jan
-06
Ap
r-0
6
Jul-
06
Ok
t-0
6
Jan
-07
Ap
r-0
7
Jul-
07
Ok
t-0
7
Jan
-08
Ap
r-0
8
Jul-
08
Ok
t-0
8
EMA (4)
D. PT Energi Mega Persada Tbk
Analisis fundamental PT Energi Mega Persada Tbk
menunjukkan bahwa nilai intrinsik sahamnya cenderung fluktuatif
selama periode 2006 hingga 2008. Peningkatan paling mencolok
terjadi pada akhir tahun 2007, selebihnya nilai intrinsiknya
cenderung menurun (Gambar 13).
Gambar 13. Grafik perbandingan analisis fundamental dan teknikal pada PT Energi Mega Persada Tbk periode 2006-2008
-
200
400
600
800
1.000
1.200
1.400
1.600 Ja
n-0
6
Ap
r-0
6
Jul-
06
Ok
t-0
6
Jan
-07
Ap
r-0
7
Jul-
07
Ok
t-0
7
Jan
-08
Ap
r-0
8
Jul-
08
Ok
t-0
8
Nilai Intrinsik
0
200
400
600
800
1000
1200
1400
Jan
-06
Ap
r-0
6
Jul-
06
Ok
t-0
6
Jan
-07
Ap
r-0
7
Jul-
07
Ok
t-0
7
Jan
-08
Ap
r-0
8
Jul-
08
Ok
t-0
8
EMA (4)
Hasil yang ditunjukan analisis teknikal melalui Exponential
Moving Average (EMA) dengan 4 basis pengamatan menunjukkan
hasil yang tidak jauh berbeda dengan analisis fundamental.
Persamaan yang paling mencolok adalah keduanya mengalami
penurunan selama akhir 2006 dan juga mengalami penurunan yang
sama pada awal hingga akhir tahun 2008. Penurunan grafik
Exponential Moving Average ini menunjukkan bahwa perdagangan
saham perusahaan selama periode 2006 hingga 2008 tidak tinggi
sehingga harganya terus turun.
Hal tersebut menunjukkan kinerja perusahaan ini menurun
selama periode 2006-2008 untuk para investor sebaiknya melakukan
keputusan jual dan untuk calon investor sebaiknya tidak melakukan
pembelian karena harga saham terus mengalami penurunan.
E. PT Timah Tbk
Analisis fundamental PT Timah Tbk menunjukkan bahwa
nilai intrinsik sahamnya cenderung meningkat selama periode 2006-
2008 nilai intrinsik saham PT Timah Tbk meningkat signifikan.
Kenaikan terlihat pada mulai dari triwulan kedua tahun 2006 hingga
triwulan kedua tahun 2008 dengan nilai intrinsik Rp 34.469.
Namun pada triwulan ketiga hingga akhir tahun 2008 nilai
intrinsik PT Timah mengalami penurunan yang sangat signifikan
pula dengan kisaran nilai intrinsiknya Rp 534, pada akhir tahun 2008
ditutup dengan nilai intrinsik Rp 1.789.
Analisis teknikal melalui melalui Exponential Moving
Average (EMA) dengan 4 basis pengamatan menunjukkan tidak jauh
berbeda pula dengan hasil yang didapat pada analisis fundamental.
Keduanya mengalami kenaikan yang signifikan dan juga penurunan
yang signifikan pula. Sepanjang tahun 2006 hingga 2008 perusahaan
ini terus mengalami peningkatan sebaiknya para investor maupun
calon investor untuk melakukan pembelian. Lebih jelas dapat dilihat
pada Gambar 14.
Gambar 14. Grafik perbandingan analisis fundamental dan teknikal pada PT Timah Tbk periode 2006-2008
-
5.000
10.000
15.000
20.000
25.000
30.000
35.000
40.000
Jan
-06
Ap
r-0
6
Jul-
06
Ok
t-0
6
Jan
-07
Ap
r-0
7
Jul-
07
Ok
t-0
7
Jan
-08
Ap
r-0
8
Jul-
08
Ok
t-0
8
Nilai Intrinsik
0
5000
10000
15000
20000
25000
30000
35000
40000
Jan
-06
Ap
r-0
6
Jul-
06
Ok
t-0
6
Jan
-07
Ap
r-0
7
Jul-
07
Ok
t-0
7
Jan
-08
Ap
r-0
8
Jul-
08
Ok
t-0
8EMA (4)
KESIMPULAN DAN SARAN
I. Kesimpulan
Analisis kondisi perusahaan-perusahaan bidang
pertambangan di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama periode tahun
2006 hingga 2008 menunjukkan bahwa kondisi laporan keuangan
perusahaan yang menunjukkan kinerja yang paling baik adalah
perusahaan PT Tambang Bukit Asam Tbk (PTBA), laba operasi,
laba bersih, dividen, ROA dan ROE perusahaan ini mengalami hasil
yang terus meningkat dari tahun 2006 hingga tahun 2008. Kinerja
yang paling buruk adalah PT Energi Mega Persada Tbk (ENRG),
menunjukkan kondisi keuangan yang terus mengalami keterpurukan,
perusahaan ini tidak dapat memberikan dividen bagi para pemegang
sahamnya dan laba bersih perusahaan yang terus mengalami
penurunan dari tahun 2006-2008.
Analisis keuangan perusahaan menunjukkan bahwa kinerja
PT Tambang Bukit Asam Tbk (PTBA) selama periode 2006-2008
mengalami kenaikan. Kinerja PT Aneka Tambang Tbk (ANTM)
selama periode 2006-2007 mengalami peningkatan, namun pada
periode 2008 terus mengalami penurunan. Kinerja PT Bumi
Resources Tbk (BUMI) selama periode tersebut terus mengalami
peningkatan. PT Energi Mega Persada Tbk (ENRG) selama periode
2006-2008 menunjukkan kinerja yang cenderung terus mengalami
penurunan. Kinerja PT Timah Tbk (TINS) selama periode 2006-
2008 mengalami peningkatan signifikan yang terjadi pada tahun
2006 hingga 2007 dan pada tahun 2008 terjadi penurunan yang
signifikan juga.
PT Aneka Tambang Tbk adalah perusahaan yang lebih
banyak berada pada posisi undervalued, nilai saham ini lebih murah
dan investor memiliki ketertarikan yang besar untuk berinvestasi
pada saham ini. PT Bumi Resources Tbk, PT Tambang Bukit Asam
Tbk dan PT Timah Tbk dan PT Energi Mega Persada Tbk memiliki
nilai instrinsik yang sering berada pada posisi overvalued atau para
investor memiliki ketertarikan kecil untuk melakukan investasi pada
saham ini. Selama periode 2006 hingga 2008 saham yang paling
sering menjadi saham yang paling murah adalah saham PT Bumi
Resources Tbk (BUMI). Sedangkan saham yang paling sering
menjadi saham yang paling mahal adalah saham PT Energi Mega
Persada Tbk (ENRG).
Analisis teknikal memberikan informasi mengenai trend
yang ada pada perdagangan saham. Trend yang ada pada saham PT
Tambang Bukit Asam Tbk (PTBA) selama periode 2006-2010
menunjukkan trend yang meningkat. Trend yang ada pada saham
PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) selama periode 2006-2010
menujukan trend yang cenderung menurun. Trend yang ada pada
saham PT Bumi Resources Tbk (BUMI) selama periode 2006-2010
menujukan trend yang meningkat. Trend yang ada pada saham PT
Energi Mega Persada Tbk (ENRG) selama periode 2006-2010
menujukan trend yang menurun. Trend yang ada pada perdagangan
saham PT Timah Tbk (TINS) selama periode 2006-2010 stabil
meningkat.
Hasil analisis fundamental dan analisis teknikal pada
industri pertambangan periode 2006-2008 menunjukkan hasil yang
tidak jauh berbeda. Hal ini dikatakan bahwa kinerja 5 perusahaan
dalam industri pertambangan berjalan searah dengan ketertarikan
investor di pasar modal. Hal ini juga menunjukkan informasi yang
dipublikasikan oleh perusahaan dicerminkan oleh harga saham yang
ada di pasar modal.
Secara umum kondisi perusahaan-perusahaan pertambangan
ada yang mengalami penurunan dan peningkatan. Perusahaan yang
mengalami penurunan adalah PT Energi Mega Persada Tbk (ENRG)
dan PT Aneka Tambang Tbk (ANTM). Perusahaan yang mengalami
peningkatan adalah PT Tambang Bukit Asam Tbk, PT Bumi
Resources Tbk (BUMI) dan PT Timah Tbk (TINS).
2. Saran
Berdasarkan kesimpulan dari penelitian ini, ada beberapa
hal yang dapat disarankan baik bagi para investor ataupun bagi pihak
yang ingin melakukan penelitian lebih lanjut mengenai masalah ini.
Beberapa hal tersebut yaitu :
1. Investor yang sedang ataupun yang akan berinvestasi pada
instrumen saham harus memperhatikan kinerja perusahaan secara
fundamental, terutama jika berencana akan melakukan investasi
dalam jangka panjang. Seringkali para investor hanya
memperhatikan kondisi perusahaan melalui sisi teknikalnya saja.
2. Penelitian ini masih dapat dilanjutkan dengan menambahkan
variabel dari sisi fundamental ataupun teknikalnya. Masih dapat
dicari hubungan antara variabel-variabel yang ada pada sisi
fundamental maupun teknikal. Variabel yang ada pada sisi
fundamental terdari dari Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG),
Indeks Sektoral dan arus kas perusahaan. Variabel yang ada pada
sisi teknikal terdiri dari harga saham emiten, harapan investor dan
sentimen-sentimen yang ada di pasar.
DAFTAR PUSTAKA
Akbar, A. 2007. Cara Kaya Dengan Investasi. Rabka Publisher, Jakarta.
Ardian, 2003. Perilaku konsumen dimasa sebelum dan sesudah krisis moneter. Skripsi pada Fakultas Ekonomi, Universitas Palangkaraya. Kalimantan Selatan.
Awat, N. 2000. Manajemen Keuangan Pendekatan Matematis. Gramedia Pustaka Umum, Jakarta.
Fernandez. et all. Dalam Ganesh, A. 2008. Analisis Teknikal Harga Saham Indeks Kompas 100 Sektor Pertambangan Periode Februari-Juni 2008 di Bursa Efek Indonesia. Skripsi pada Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Ganesh, A. 2008. Analisis Teknikal Harga Saham Indeks Kompas 100 Sektor Pertambangan Periode Februari-Juni 2008 di Bursa Efek Indonesia. Skripsi pada Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Halim, A. 2003. Analisis Investasi. Salemba Empat, Jakarta.
Husnan, S. 2001. Dasar-Dasar Teori Portofolio dan Analisis Sekuritas. UPP AMP YKPN, Yogyakarta.
Keown, M. S, Jr. 2002. Manajemen Keuangan Prinsip-Prinsip dan Aplikasi. Edisi Kesembilan.
Primasari. 2004. Tingkat Imbalan dan Resiko Investasi Agribisnis: Analisis Perbandingan Pendekatan Fundamental dengan Teknikal di PT Bursa Efek Jakarta. Skripsi pada Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Bogor
Sabrini, S. B. 2008. Analisis Harga Saham Industri Rokok di Bursa Efek Indonesia Periode 2004-2007 dengan Analisis Fundamental dan Teknikal. Skripsi pada Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Bogor
Sihombing, G. 2008. Kaya dan Pintar Menjadi Trader dan Investor Saham. Indonesia Cerdas, Yogyakarta.
Sulistiawan, D. dan Liliana. 2007. AnalisisTeknikal Modern Pada Perdagangan Sekuritas. Andi, Yogyakarta.
http://majalah.tempointeraktif.com/id/arsip/2009/01/12/EB/mbm.20090112.EB129202.id.html. [08 Desember 2009]
http://www.bisnis.com/servlet/page?_pageid=127&_dad=portal30&_schema=PORTAL30&vnw_lang_id=2&ptopik=A57&cdate=23-JUN-2008&inw_id=607805. “Memperkuat kinerja sektor pertambangan” Sunarsip. [09 Januari 2010]
http://economy.okezone.com/index.php/ReadStory/2008/06/23/226/121250/nilai-portofolio-tergantung-karakteristik-dan-jenis-saham. “Nilai Portofolio Tergantung Karakteristik dan Jenis Saham” [09 Januari 2010]
http://www.bps.go.id/brs_file/PDB-15feb08.pdf. ”3 Konsep Pertambangan”. [09 Januari 2010]
http://www.bisnis.com/servlet/page?_pageid=127&_dad=portal30&_schema=PORTAL30&vnw_lang_id=2&ptopik=A16&cdate=04-JAN-2010&inw_id=711968. ”Darwin dukung tuntaskan soal pajak di tambang, pemerintah diminta dorong proyek macet”. [08 Januari 2010]
(http://www.kompascetak.com).”Minim, kredit ke tambang”. [29 Desember 2009]
(http://www.jurnal-ekonomi.com) [30 Desember 2009]
http://imarketiva.com/analisa-teknikal.html. [12 Desember 2009] http://imarketiva.com/analisa-fundamental.html. [12 Desember 2009] www.bei.co.id [November 2009- Desember 2009] www.e-samuel.com [November 2009-Desember 2009]
http://www.setneg.go.id [02 April 2010]
LAMPIRAN
Lampiran 1. Indeks Harga Saham Gabungan Per Bulan Periode 2006-2008
Bulan-Tahun
Harga Penutupan
(Rp)
Bulan-Tahun
Harga Penutupan
(Rp)
Bulan-Tahun
Harga Penutupan
(Rp)
Jan-06 1.232,32 Jan-07 1.757,26 Jan-08 2.627,25 Feb-06 1.230,66 Feb-07 1.740,97 Feb-08 2.721,94 Mar-06 1.322,97 Mar-07 1.830,92 Mar-08 2.447,30 Apr-06 1.464,41 Apr-07 1.999,17 Apr-08 2.304,52 Mei-06 1.330,00 Mei-07 2.084,32 Mei-08 2.444,35 Jun-06 1.310,26 Jun-07 2.139,28 Jun-08 2.349,10 Jul-06 1.351,65 Jul-07 2.348,67 Jul-08 2.304,51
Agust-06 1.431,26 Agust-07 2.194,34 Agust-08 2.165,94 Sep-06 1.534,61 Sep-07 2.359,21 Sep-08 1.832,51 Okt-06 1.582,63 Okt-07 2.643,49 Okt-08 1.256,70 Nop-06 1.718,96 Nop-07 2.688,33 Nop-08 1.241,54 Des-06 1.805,52 Des-07 2.745,83 Des-08 1.355,41
Lampiran 2. Indeks Harga Saham Sektor Pertambangan Per Bulan Periode 2006-2008
Bulan-Tahun Indeks Bulan-Tahun
Indeks Bulan-Tahun
Indeks
Jan-06 680,27 Jan-07 995,17 Jan-08 3.140,09 Feb-06 694,03 Feb-07 1.128,17 Feb-08 3.554,74 Mar-06 746,75 Mar-07 1.346,42 Mar-08 2.840,04 Apr-06 852,45 Apr-07 1.494,03 Apr-08 2.954,52 Mei-06 762,61 Mei-07 1.529,37 Mei-08 3.388,29 Jun-06 729,65 Jun-07 1.647,04 Jun-08 3.415,96 Jul-06 770,24 Jul-07 1.821,51 Jul-08 2.995,30
Agust-06 758,14 Agust-07 1.649,77 Agust-08 2.577,22 Sep-06 760,04 Sep-07 2.023,91 Sep-08 1.833,24 Okt-06 819,10 Okt-07 2.702,98 Okt-08 1.095,87 Nop-06 846,04 Nop-07 3.140,36 Nop-08 897,51 Des-06 933,21 Des-07 3.270,09 Des-08 877,68
Lampiran 3. Sertifikat Bank Indonesia Jangka 3 Bulan
Triwulan/Tahun Rf
I/2006 12,73% II/2006 12,15% III/2006 11,36% IV/2006 9,50% I/2007 8,10% II/2007 7,83% III/2007 7,83% IV/2007 7,83% I/2008 8,04% II/2008 9,20% III/2008 9,90% IV/2008 11,08%
Lampiran 4. Tingkat Pengembalian Pasar Per Kuartal Periode 2006-2008
Triwulan/Tahun Varian Pasar Rmt (%)
I/2006 16,35 4,45 II/2006 100,37 0,01 III/2006 4,29 5,42 IV/2006 7,75 5,59 I/2007 16,94 0,52 II/2007 11,65 5,36 III/2007 78,53 3,58 IV/2007 34,27 5,29 I/2008 47,27 (3,60) II/2008 40,78 (1,22) III/2008 47,85 (7,77) IV/2008 444,75 (7,82)
Lampiran 5. Tingkat Pengembalian Sektor Pertambangan dan Tingkat Pengembalian Pasar Per Kuartal Periode 2006-2008
Triwulan/Tahun Return Sektoral (%) Return Market (%)
I/2006 7,38 4,45
II/2006 (0,24) 0,01
III/2006 1,41 5,42
IV/2006 7,12 5,59
I/2007 13,12 0,52
II/2007 7,01 5,36
III/2007 7,95 3,58
IV/2007 17,95 5,29
I/2008 (3,63) (3,60)
II/2008 6,51 (1,22)
III/2008 (18,38) (7,77)
IV/2008 (20,18) (7,82)
Lampiran 6. Harga Penutupan Saham PT Aneka Tambang Tbk Periode 2006 Hingga Triwulan I Tahun 2010.
Bulan-Tahun
Harga Penutupan
(Rp)
Bulan-Tahun
Harga Penutupan
(Rp)
Bulan-Tahun
Harga Penutupan
(Rp)
Jan-06 4,275 Jan-07 7,800 Jan-08 3,575 Feb-06 4,025 Feb-07 9,100 Feb-08 4,100 Mar-06 4,350 Mar-07 11,850 Mar-08 3,350 Apr-06 5,750 Apr-07 15,600 Apr-08 3,500 Mei-06 4,450 Mei-07 14,000 Mei-08 3,250 Jun-06 4,625 Jun-07 12,550 Jun-08 3,175 Jul-06 5,200 Jul-07 2,700 Jul-08 2,475
Agust-06 5,400 Agust-07 2,250 Agust-08 1,890 Sep-06 5,500 Sep-07 2,775 Sep-08 1,460 Okt-06 6,950 Okt-07 3,350 Okt-08 1,040 Nop-06 7,550 Nop-07 4,675 Nop-08 1,020 Des-06 8,000 Des-07 4,475 Des-08 1,090
Bulan-Tahun
Harga Penutupan
(Rp)
Bulan-Tahun
Harga Penutupan
(Rp)
Jan-09 1110 Jan-10 2125 Feb-09 1200 Feb-10 2075 Mar-09 1090 Mar-10 2400 Apr-09 1430 Mei-09 1980
Jun-09 2025 Jul-09 2200
Agust-09 2275 Sep-09 2450 Okt-09 2275 Nop-09 2200 Des-09 2200
Lampiran 7. Harga Penutupan Saham PT Bumi Resources Tbk Periode 2006 Hingga Triwulan I Tahun 2010.
Bulan-Tahun
Harga Penutupan
(Rp)
Bulan-Tahun
Harga Penutupan
(Rp)
Bulan-Tahun
Harga Penutupan
(Rp) Jan-06 850 Jan-07 1,080 Jan-08 6,400 Feb-06 840 Feb-07 1,210 Feb-08 7,700 Mar-06 900 Mar-07 1,330 Mar-08 6,200 Apr-06 910 Apr-07 1,380 Apr-08 6,650 Mei-06 830 Mei-07 1,750 Mei-08 8,050 Jun-06 770 Jun-07 2,275 Jun-08 8,200 Jul-06 830 Jul-07 2,700 Jul-08 6,750
Agust-06 750 Agust-07 2,550 Agust-08 5,500 Sep-06 740 Sep-07 3,575 Sep-08 3,200 Okt-06 770 Okt-07 4,800 Okt-08 2,175 Nop-06 810 Nop-07 5,650 Nop-08 1,010 Des-06 900 Des-07 6,000 Des-08 910
Bulan-Tahun
Harga Penutupan
(Rp)
Bulan-Tahun
Harga Penutupan
(Rp)
Jan-09 510 Jan-10 2475
Feb-09 770 Feb-10 2250
Mar-09 820 Mar-10 2250
Apr-09 1480
Mei-09 1960
Jun-09 1860
Jul-09 2800
Agust-09 2900
Sep-09 3225
Okt-09 2375
Nop-09 2350
Des-09 2425
Lampiran 8. Harga Penutupan Saham PT Energi Mega Persada Tbk Periode 2006 Hingga Triwulan I Tahun 2010.
Bulan-Tahun
Harga Penutupan
(Rp)
Bulan-Tahun
Harga Penutupan
(Rp)
Bulan-Tahun
Harga Penutupan
(Rp) Jan-06 830 Jan-07 610 Jan-08 1,370 Feb-06 820 Feb-07 700 Feb-08 1,360 Mar-06 880 Mar-07 620 Mar-08 1,130 Apr-06 890 Apr-07 600 Apr-08 1,030 Mei-06 730 Mei-07 730 Mei-08 1,110 Jun-06 650 Jun-07 800 Jun-08 1,000 Jul-06 660 Jul-07 960 Jul-08 850
Agust-06 550 Agust-07 780 Agust-08 710 Sep-06 540 Sep-07 850 Sep-08 520 Okt-06 520 Okt-07 1,250 Okt-08 350 Nop-06 510 Nop-07 1,350 Nop-08 144 Des-06 520 Des-07 1,490 Des-08 84
Bulan-Tahun
Harga Penutupan
(Rp)
Bulan-Tahun
Harga Penutupan
(Rp)
Jan-09 68 Jan-10 174 Feb-09 72 Feb-10 160 Mar-09 69 Mar-10 147 Apr-09 220 Mei-09 465 Jun-09 370 Jul-09 380
Agust-09 385 Sep-09 385 Okt-09 280 Nop-09 205 Des-09 193
Lampiran 9. Harga Penutupan Saham PT Tambang Bukit Asam Tbk Periode 2006 Hingga Triwulan I Tahun 2010.
Bulan-Tahun
Harga Penutupan
(Rp)
Bulan-Tahun
Harga Penutupan
(Rp)
Bulan-Tahun
Harga Penutupan
(Rp) Jan-06 1,960 Jan-07 3,125 Jan-08 11,400 Feb-06 2,050 Feb-07 3,300 Feb-08 11,450 Mar-06 2,050 Mar-07 3,450 Mar-08 10,050 Apr-06 3,000 Apr-07 3,900 Apr-08 10,600 Mei-06 3,350 Mei-07 5,250 Mei-08 14,600 Jun-06 3,150 Jun-07 6,550 Jun-08 16,400 Jul-06 3,275 Jul-07 6,650 Jul-08 13,650
Agust-06 3,400 Agust-07 5,750 Agust-08 14,500 Sep-06 3,375 Sep-07 6,550 Sep-08 9,350 Okt-06 3,450 Okt-07 9,050 Okt-08 5,475 Nop-06 3,250 Nop-07 12,100 Nop-08 6,900 Des-06 3,525 Des-07 12,000 Des-08 6,900
Bulan-Tahun
Harga Penutupan
(Rp)
Bulan-Tahun
Harga Penutupan
(Rp)
Jan-09 7,400 Jan-10 17,200
Feb-09 7,200 Feb-10 15,600
Mar-09 6,750 Mar-10 17,400
Apr-09 9,500
Mei-09 11,250
Jun-09 11,600
Jul-09 13,600
Agust-09 13,000
Sep-09 14,100
Okt-09 15,200
Nop-09 16,450
Des-09 17,250
Lampiran 10. Harga Penutupan Saham PT Timah Tbk Periode 2006 Hingga Triwulan I Tahun 2010.
Bulan-Tahun
Harga Penutupan
(Rp)
Bulan-Tahun
Harga Penutupan
(Rp)
Bulan-Tahun
Harga Penutupan
(Rp) Jan-06 1,920 Jan-07 7,850 Jan-08 28,800 Feb-06 2,050 Feb-07 9,600 Feb-08 32,550 Mar-06 2,025 Mar-07 11,850 Mar-08 28,950 Apr-06 2,425 Apr-07 11,950 Apr-08 32,150 Mei-06 1,930 Mei-07 11,650 Mei-08 33,950 Jun-06 1,740 Jun-07 12,150 Jun-08 37,450 Jul-06 1,740 Jul-07 14,100 Jul-08 31,950
Agust-06 1,740 Agust-07 12,300 Agust-08 2,575 Sep-06 1,770 Sep-07 13,250 Sep-08 1,660 Okt-06 2,400 Okt-07 19,500 Okt-08 1,160 Nop-06 2,300 Nop-07 25,000 Nop-08 1,050 Des-06 4,425 Des-07 28,700 Des-08 1,080
Bulan-Tahun
Harga Penutupan
(Rp)
Bulan-Tahun
Harga Penutupan
(Rp)
Jan-09 1,090 Jan-10 2,225 Feb-09 1,060 Feb-10 2,150 Mar-09 1,060 Mar-10 2,375 Apr-09 1,420 Mei-09 1,970 Jun-09 2,025 Jul-09 2,100
Agust-09 2,075 Sep-09 2,150 Okt-09 1,950 Nop-09 1,890 Des-09 2,000
Lampiran 11. Earning Per Share Per Triwulan 5 Perusahaan Pertambangan Selama 2006-2008
Triwulan/Tahun EPS ANTM EPS
BUMI EPS ENRG EPS PTBA EPS TINS
I/2006 68,69 11,91 7,06 30,18 22,81
II/2006 270,06 43,77 11,94 67,44 49,19
III/2006 423,99 74,18 16,94 162,57 122,39
IV/2006 813,96 105,16 14.10 211,87 413,59
I/2007 562,63 376,79 1,98 85.60 624,53
II/2007 1.506,20 335,93 3,64 130,11 1551,43
III/2007 401,69 401,41 5,93 227,96 2512,45
IV/2007 538,04 408,54 8,03 330,19 3545,77
I/2008 70.80 72,48 1,89 124,29 968,21
II/2008 153,58 208,44 5,29 307,13 220.90
III/2008 170,04 334,15 (5.03) 572,65 296,38
IV/2008 144,99 254,36 (2.56) 744,15 266,71
Lampiran 12. Price Earning Ratio Per Triwulan 5 Perusahaan Pertambangan Selama 2006-2008
Triwulan/Tahun PER
ANTM PER
BUMI PER
ENRG PER
PTBA PER TINS
I/2006 63.33 75,57 124,65 67,93 88,78 II/2006 17,13 17,59 54,44 46,71 35,37 III/2006 12,97 9,97 31,88 20,76 14,46 IV/2006 9,83 8,56 36,88 16,64 10.70 I/2007 21,06 3.53 313,13 40.30 18,97 II/2007 8,33 6,77 219,78 50,34 7,83 III/2007 6,91 8,91 143,34 28,73 5,27 IV/2007 8,32 14,69 185,55 36,34 8,09 I/2008 47,32 85,54 597,88 80,86 29.90 II/2008 20,67 39,34 189,04 53.40 169,53 III/2008 8,59 9,58 (103.38) 16,33 5.60 IV/2008 7,52 3,58 (32.81) 9,27 4,05
Lampiran 13. Tingkat Pengembalian Saham (R) PT Aneka Tambang Tbk Per Triwulan Periode 2006-2008
Triwulan/
Tahun Kov r, m var m beta Rf (%) Rm (%) R (%)
I/2006 1,31 16,354 0,080 12,73 4,45 12,07 II/2006 8,57 100,373 0,085 12,15 0,01 11,11 III/2006 0,41 4,288 0,095 11,36 5,42 10,80 IV/2006 0,69 7,754 0,089 9,50 5,59 9,15 I/2007 2,20 16,940 0,130 8,10 0,52 7,12 II/2007 0,75 11,646 0,064 7,83 5,36 7,67 III/2007 7,74 78,526 0,099 7,83 3,58 7,41 IV/2007 4,02 34,270 0,117 7,83 5,29 7,53 I/2008 4,16 47,267 0,088 8,04 (3,60) 7,02 II/2008 3,06 40,783 0,075 9,20 (1,22) 8,42 III/2008 5,48 47,847 0,115 9,90 (7,77) 7,88 IV/2008 35,76 444,754 0,080 11,08 (7,82) 9,56
Lampiran 14. Tingkat Pengembalian Saham (R) Saham PT Bumi Resources Tbk Per Triwulan Periode 2006-2008
Triwulan/Tahun Kov r, m var m beta Rf (%) Rm (%)
R (%)
I/2006 2,24 16,354 0,137 12,73 4,45 11,60 II/2006 4,77 100,373 0,048 12,15 0,01 11,57 III/2006 0,55 4,288 0,128 11,36 5,42 10,60 IV/2006 0,98 7,754 0,127 9,50 5,59 9,01 I/2007 3,15 16,940 0,186 8,10 0,52 6,69 II/2007 0,73 11,646 0,063 7,83 5,36 7,67 III/2007 1,35 78,526 0,017 7,83 3,58 7,76 IV/2007 2,92 34,270 0,085 7,83 5,29 7,61 I/2008 5,61 47,267 0,119 8,04 (3,60) 6,66 II/2008 3,93 40,783 0,096 9,20 (1,22) 8,20 III/2008 4,39 47,847 0,092 9,90 (7,77) 8,28 IV/2008 26,30 444,754 0,059 11,08 (7,82) 9,96
Lampiran 15. Tingkat Pengembalian Saham (R) Saham PT Energi Mega Persada Tbk Per Triwulan Periode 2006-2008
Triwulan/Tahun Kov r, m var m beta Rf (%) Rm (%)
R (%)
I/2006 1,46 16,354 0,089 12,73 4,45 11,99 II/2006 12,05 100,373 0,120 12,15 0,01 10,69 III/2006 0,14 4,288 0,032 11,36 5,42 11,17 IV/2006 0,91 7,754 0,118 9,50 5,59 9,04 I/2007 1,64 16,940 0,097 8,10 0,52 7,36 II/2007 1,11 11,646 0,095 7,83 5,36 7,60 III/2007 9,01 78,526 0,115 7,83 3,58 7,34 IV/2007 2,79 34,270 0,081 7,83 5,29 7,62 I/2008 5,34 47,267 0,113 8,04 (3,60) 6,72 II/2008 7,08 40,783 0,174 9,20 (1,22) 7,39 III/2008 4,03 47,847 0,084 9,90 (7,77) 8,41 IV/2008 67,80 444,754 0,152 11,08 (7,82) 8,20
Lampiran 16. Tingkat Pengembalian Saham (R) Saham PT Tambang Batubara Bukit Asam Tbk Per Triwulan Periode 2006-2008
Triwulan/Tahun Kov r, m var m beta Rf (%) Rm (%)
R (%)
I/2006 0,72 16,354 0,044 12,73 4,45 12,37 II/2006 3,97 100,373 0,040 12,15 0,01 11,67 III/2006 0,51 4,288 0,118 11,36 5,42 10,66 IV/2006 0,13 7,754 0,017 9,50 5,59 9,43 I/2007 2,16 16,940 0,128 8,10 0,52 7,13 II/2007 1,65 11,646 0,142 7,83 5,36 7,48 III/2007 6,75 78,526 0,086 7,83 3,58 7,46 IV/2007 1,64 34,270 0,048 7,83 5,29 7,71 I/2008 4,39 47,267 0,093 8,04 (3,60) 6,96 II/2008 0,26 40,783 0,006 9,20 (1,22) 9,13 III/2008 2,13 47,847 0,044 9,90 (7,77) 9,11 IV/2008 41,14 444,754 0,093 11,08 (7,82) 9,33
Lampiran 17. Tingkat Pengembalian Saham (R) Saham PT Timah Tbk Per Triwulan Periode 2006-2008
Triwulan/Tahun Kov r, m var m beta Rf (%) Rm (%) R (%)
I/2006 1,35 16,354 0,083 12,73 4,45 12,04
II/2006 5,95 100,373 0,059 12,15 0,01 11,43
III/2006 0,55 4,288 0,128 11,36 5,42 10,60
IV/2006 0,37 7,754 0,048 9,50 5,59 9,31
I/2007 1,65 16,940 0,097 8,10 0,52 7,36
II/2007 1,52 11,646 0,130 7,83 5,36 7,51
III/2007 4,19 78,526 0,053 7,83 3,58 7,60
IV/2007 3,16 34,270 0,092 7,83 5,29 7,60
I/2008 5,52 47,267 0,117 8,04 (3,60) 6,68
II/2008 2,15 40,783 0,053 9,20 (1,22) 8,65
III/2008 4,20 47,847 0,088 9,90 (7,77) 8,35
IV/2008 36,89 444,754 0,083 11,08 (7,82) 9,51
Lampiran 18. Nilai Intrinsik Saham PT Aneka Tambang Tbk Per Triwulan Periode 2006-2008
Triwulan/ Tahun
CF Operation (juta Rp)
Capital Expenditure
(juta Rp)
FCF (juta Rp)
R FCF per
share (Rp)
Harga Pasar (Rp)
Nilai Intrinsik
(Rp)
I/2006 417 (97.325) 97.742 0,12 51,24 4.350 3.927
II/2006 475.677 (234.861) 710.538 0,11 372,46 4.625 4.498
III/2006 777.934 (248.287) 1.026.222 0,11 537,94 5.500 5.449
IV/2006 1.690.317 (85.610) 1.775.927 0,09 930,93 8.000 8.182
I/2007 1.199.917 (35.259) 1.235.176 0,07 647,47 11.850 11.667
II/2007 3.065.468 (100.296) 3.165.765 0,08 1659,47 12.550 13.197
III/2007 4.663.318 (89.813) 4.753.131 0,07 498,31 2.775 3.047
IV/2007 4.835.907 (197.164) 5.033.071 0,08 527,66 4.475 4.652
I/2008 424.513 (49.414) 473.927 0,07 49,69 3.350 3.177
II/2008 1.251.093 (121.125) 1.372.218 0,08 143,86 3.175 3.061
III/2008 1.503.223 (178.085) 1.681.307 0,08 176,27 1.460 1.517
IV/2008 1.137.316 (302.386) 1.439.702 0,10 150,94 1.090 1.133
Lampiran 19. Nilai Intrinsik Saham PT Bumi Resources Tbk Per Triwulan Periode
2006-2008
Triwulan/ Tahun
CF Operation (juta Rp)
Capital Expenditure
(juta Rp)
FCF (juta Rp)
R FCF per
share (Rp)
Harga Pasar (Rp)
Nilai Intrinsik
(Rp)
I/2006 (531.676) (1.016.007) 484.332 0,12 24,96 900 829
II/2006 (45.068) (1.098.080) 1.053.012 0,12 54,27 770 739
III/2006 (1.541.890) (214.930) (1.326.960) 0,11 (68,39) 740 607
IV/2006 282.780 (1.294.663) 1.577.443 0,09 81,29 900 901
I/2007 771.023 (99.607) 870.630 0,07 44,87 1.330 1.289
II/2007 603.109 (121.392) 724.501 0,08 37,34 2.275 2.148
III/2007 152.834 (322.983) 475.817 0,08 24,52 3.575 3.340
IV/2007 1.356.854 (417.610) 1.774.464 0,08 91,45 6.000 5.660
I/2008 799.780 (156.140) 955.921 0,07 49,26 6.200 5.859
II/2008 1.367.382 (549.266) 1.916.648 0,08 98,78 8.200 7.670
III/2008 3.617.948 (1.628.255) 5.246.203 0,08 270,37 3.200 3.205
IV/2008 6.851.389 (3.303.635) 10.155.025 0,10 523,35 910 1.303
Lampiran 20. Nilai Intrinsik Saham PT Energi Mega Persada Tbk Per Triwulan
Periode 2006-2008
Triwulan/ Tahun
CF Operation (juta Rp)
Capital Expenditure
(juta Rp)
FCF (juta Rp)
R
FCF per
share (Rp)
Harga Pasar (Rp)
Nilai Intrinsik
(Rp)
I/2006 (347.116) (883.915) 536.799 0,12 37,28 880 819
II/2006 (148.817) (1.217.747) 1.068.930 0,11 74,23 650 654
III/2006 178.737 (2.204.169) 2.382.906 0,11 165,47 540 635
IV/2006 (110.698) (2.306.565) 2.195.867 0,09 152,48 520 617
I/2007 (8.726) (161.138) 152.412 0,07 10,58 620 587
II/2007 (268.291) (254.689) (13.602) 0,08 (0,94) 800 743
III/2007 42.730 (503.694) 546.424 0,07 37,94 850 827
IV/2007 527.446 (836.009) 1.363.455 0,08 94,68 1.490 1.472
I/2008 241.910 (226.509) 468.419 0,07 32,53 1.130 1.089
II/2008 333.209 (656.570) 989.779 0,07 68,73 1.000 995
III/2008 236.973 (962.620) 1.199.593 0,08 83,30 520 556
IV/2008 36.470 (1.324.880) 1.361.350 0,08 94,53 84 165
Lampiran 21. Nilai Intrinsik Saham PT Tambang Batubara Bukit Asam Tbk Per Triwulan Periode 2006-2008
Triwulan/ Tahun
CF Operation (juta Rp)
Capital Expenditure
(juta Rp)
FCF (juta Rp)
R
FCF per
share (Rp)
Harga Pasar (Rp)
Nilai Intrinsik
(Rp)
I/2006 302.708 (10.004) 312.712 0,12 136 2.050 1.945
II/2006 363.285 (16.761) 380.046 0,12 165 3.150 2.969
III/2006 246.888 (27.887) 274.775 0,11 119 3.375 3.158
IV/2006 337.497 (39.241) 376.738 0,09 164 3.525 3.371
I/2007 358.139 (52.238) 410.377 0,07 178 3.450 3.387
II/2007 552.522 (17.576) 570.098 0,07 247 6.550 6.324
III/2007 1.113.771 (38.548) 1.152.319 0,07 500 6.550 6.560
IV/2007 1.363.801 (52.129) 1.415.930 0,08 615 12.000 11.712
I/2008 (64.523) (9.874) (54.649) 0,07 (24) 10.050 9.374
II/2008 508.154 (41.155) 549.309 0,09 238 16.400 15.246
III/2008 1.088.360 (56.052) 1.144.412 0,09 497 9.350 9.024
IV/2008 1.609.577 (86.372) 1.695.949 0,09 736 6.900 6.984
Lampiran 22. Nilai Intrinsik Saham PT Timah Tbk Per Triwulan Periode 2006-2008
Triwulan/ Tahun
CF Operation (juta Rp)
Capital Expenditure
(juta Rp)
FCF (juta Rp)
R FCF per
share (Rp)
Harga Pasar (Rp)
Nilai Intrinsik
(Rp)
I/2006 (78.145) (21.003) (57.142) 0,12 (114) 2.025 1.706
II/2006 (229.782) (47.821) (181.961) 0,11 (362) 1.740 1.237
III/2006 (92.030) (106.000) 13.970 0,11 28 1.770 1.625
IV/2006 (193.167) (116.978) (76.189) 0,09 (151) 4.425 3.910
I/2007 (164.452) (28.756) (135.696) 0,07 (270) 11.850 10.786
II/2007 610.900 (44.100) 655.000 0,08 1301 12.150 12.512
III/2007 1.966.511 (76.903) 2.043.414 0,08 4060 13.250 16.087
IV/2007 2.449.181 (104.987) 2.554.168 0,08 5075 28.700 31.390
I/2008 (380.055) (31.101) (348.954) 0,07 (693) 28.950 26.487
II/2008 - 0,09 0 37.450 34.469
III/2008 (933.822) (389.606) (544.216) 0,08 (1081) 1.660 534
IV/2008 (133.146) (575.676) 442.530 0,10 879 1.080 1.789