Upload
fauzia-nisaur-rohmah
View
202
Download
3
Embed Size (px)
Citation preview
ANALISIS FAKTOR KEAHLIAN DAN KEPERCAYAAN PADA TENAGA PENJUALAN TERHADAP KEPUASAN NASABAH
GUNA MENCAPAI LOYALITAS (Studi Kasus pada Asuransi Jasindo Cabang Semarang)
Oleh :ARI SUSETYANINGSIH, SH
NIM: C4A005163
ABSTRAKSI
Asuransi Engineering PT Asuransi Jasindo mengalami penurunan kinerja tenaga penjualan asuransi yang ditandai dengan turunnya loyalitas nasabah asuransi. Sehingga yang menjadi masalah penelitian adalah bagaimana meningkatkan kinerja tenaga penjualan melalui loyalitas nasabah asuransi. Tujuan dari penelitian ini adalah menguji apakah ada pengaruh dari keahlian menjual tenaga penjualan terhadap kepuasan pada tenaga penjualan. Berikutnya, apakah ada pengaruh kepercayaan pada tenaga penjualan terhadap kepuasan pada tenaga penjualan.
Populasi dalam penelitian ini adalah nasabah Asuransi Jasindo untuk produk Asuransi Engineering di Semarang yang berjumlah 224 orang. (sumber: PT. Jasindo Cabang Semarang, 2005). Jumlah sampel diambil dengan rumus Rao, berjumlah 144. Teknik yang digunakan dalam pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah purposive sampling. Pengumpulan data menggunakan kuesioner. Data dianalisis dengan menggunakan Structural Equation Modeling dalam program AMOS.
Hasil dan implikasi penelitian ini secara teoritis adalah bahwa studi ini mendukung penelitian terdahulu yang mengatakan bahwa keahlian dan kepercayaan pada tenaga penjualan berpengaruh positif terhadap kepuasan pada tenaga penjualan. Pada tataran manajerial, penelitian ini memberi sumbangan kepada pengambil keputusan untuk lebih memperhatikan keahlian tenaga penjualan apabila ingin meningkatkan kepuasan dan perilaku loyalitas pelanggan.
Kata kunci : Keahlian tenaga penjualan, kepercayaan kepada tenaga penjualan, kepuasan kepada tenaga penjualan, perilaku loyalitas pelanggan.
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Persaingan usaha merupakan
keniscayaan yang tidak bisa dihindari.
Dalam menghadapi hal ini maka setiap
perusahaan perlu meningkatkan sumber
daya perusahaannya agar dapat bertahan,
selebihnya agar unggul dalam bersaing.
Sumber daya perusahaan, termasuk di
dalamnya adalah tenaga penjualan
perusahaan, merupakan komponen yang
mendukung pendapatan perusahaan.
Selain itu, setiap perusahaan juga
dituntut untuk memiliki kemampuan
dalam mengembangkan pilihan-pilihan
stratejiknya dibidang pemasaran sehingga
mampu untuk beradaptasi di dalam
lingkungan yang bergerak dinamis. Hal
ini dapat dipahami mengingat setiap
perusahaan pasti memiliki tujuan untuk
mewujudkan pertumbuhan dan
kelangsungan hidupnya untuk jangka
panjang. Melihat kenyataan ini, sumber
daya perusahaan harus dikelola dengan
upaya-upaya yang sistematis guna
menghasilkan superior value bagi para
nasabah (Ferdinand, 2000).
Dalam lingkungan kompetitif,
nasabah semakin menuntut pelayanan
yang terus meningkat dari tenaga
penjualan perusahaan (Rackman 2000
dalam Liu dan Leach, 2001). Frankwick
dkk (2001) menjelaskan bahwa
pertumbuhan pendapatan (revenue
growth) dari penjualan produk dan jasa
sangat tergantung dari kemampuan
menarik nasabah baru, menjaga para
nasabah yang telah ada, dan merubah
keberadaan nasabah potensial menjadi
nasabah sejati.
Berbagai permasalahan yang
komplek dalam bisnis pelayanan jasa dan
perubahan yang terjadi dalam lingkungan
bisnis telah menjadi sebab timbulnya
ketidakpuasan para nasabah. Hal ini
berimplikasi pada kenyataan bahwa
kesuksesan penjualan perusahaan pada
era sekarang ini tergantung dari loyalitas
nasabah. Tenaga penjualan perusahaan
memegang peranan besar dalam kondisi
seperti ini. Kemampuan para tenaga
penjualan dalam meningkatkan status
nasabahnya menjadi nasabah sejati
ditentukan oleh kemampuan tenaga
penjualan dalam menumbuhkan
kepercayaan dalam diri para nasabah.
Oleh karena itu, perusahaan perlu
menekankan pada aspek peningkatan
kemampuan para tenaga penjualannya.
Penelitian yang telah dilakukan
oleh Frankwick dkk (2001) sendiri telah
menunjukkan hasil bahwa peningkatan
status hubungan antara para tenaga
penjualan dengan para nasabah akan
memberikan manfaat berupa peningkatan
kinerja atau pendapatan yang akan
diperoleh perusahaan. Perusahaan yang
berhasil meningkatkan kondisi para
nasabah potensialnya menjadi nasabah
sejati akan mendapatkan jaminan berupa
peningkatan penjualan produk
perusahaan.
Salah satu topik yang menarik
untuk dibahas berkaitan dengan upaya
perusahaan dalam menghadapi
persaingan adalah mengoptimalkan
fungsi tenaga penjualan. Tenaga
penjualan sebagai wakil perusahaan yang
langsung berhubungan dengan para
nasabah sangat menentukan kelanjutan
kerjasama dengan para nasabah tersebut.
Hal ini dapat dicapai bila para nasabah
merasa puas dalam menjalin hubungan
dengan tenaga penjualan tersebut. Tanpa
adanya unsur kepuasan sulit bagi
perusahaan untuk menjalin hubungan
berkelanjutan dengan para nasabah.
Kepuasan nasabah terhadap para tenaga
penjualan dipandang sebagai hal yang
bermanfaat dan menguntungkan
perusahaan, mengingat kepuasan nasabah
dapat berimplikasi pada loyalitas nasabah
terhadap perusahaan.
Keahlian tenaga penjualan pada
umumnya sering ditunjukkan melalui
tindakan-tindakan atau solusi-solusi yang
diberikan mereka untuk nasabah.
Selanjutnya, seorang tenaga penjualan
harus mampu menyampaikan informasi
yang dimilikinya kepada nasabah agar
nasabah dapat menjadi yakin untuk
menjalin hubungan kerjasama yang baik.
Untuk dapat menyampaikan informasi,
tenaga penjualan perlu memiliki
pengetahuan yang baik mengenai produk
dan juga solusi-solusi yang mampu
membantu nasabah (Liu dan Leach
2001).
Dyer (1987 dalam Kristina, 2005)
menyebutkan kepercayaan nasabah
terhadap tenaga penjual telah diyakini
sebagai faktor penentu kesuksesan
penjualan dan sebagai fasilitator proses
pertukaran. Sedangkan menurut Crosby,
Evans dan Cowles (1990 dalam Kristina,
2005) kepercayaan pada tenaga penjual
merupakan suatu keadaan dimana
nasabah dapat mengandalkan tenaga
penjualan dalam memenuhi
kebutuhannya dan menepati janji.
Pemilihan pada studi kasus
Asuransi Jasindo cabang Semarang
merujuk pada keinginan untuk
mengetahui bagaimana implementasi
konstruk penelitian ini dalam aplikasi-
aplikasi sehari-hari yang telah dilakukan
pada Asuransi Jasindo Cabang Semarang.
Sehubungan dengan budaya kerja yang
diterapkan Asuransi Jasindo yaitu:
CARE. Budaya kerja Asuransi Jasindo
merupakan ungkapan kepedulian dan
semangat pelayanan profesional dengan
karakteristik pokok CARE (Cepat,
Akurat, Ramah, dan Efisien). Cepat:
adalah kecepatan pelayanan yang akan
memberikan kepastian dan ketenangan
kepada tertanggung. Akurat: adalah
kecermatan dalam menjamin kepuasan
tertanggung dalam memperoleh kepastian
berasuransi. Ramah: adalah
keramahandalam memberikan pelayanan,
kenyamanan dan keakraban dalam
kemitraan. Efisien: adalah efisiensi yang
menjamin nilai produk yang ditawarkan
serta layanan yang diberikan setara
dengan kualitas yang diharapkan (Materi
Promosi Asuransi Jasindo).
Keberadaan PT. Asuransi Jasa
Indonesia (Persero) disingkat Asuransi
Jasindo dimulai sejak tahun 1845 malalui
nasionalisasi sejumlah maskapai asuransi
milik kolonial Belanda antara lain “NV
Assurantie Maatshsppij de Nederlander”
dan “Bloom Vander” yang berkedudukan
di Jakarta.
Setelah memasuki era
kemerdekaan, pemerintah melalui
Keputusan Menteri Keuangan No.
764/MK/IV/12/1972 tanggal 9 Desember
1972 melakukan merger antara PT.
Asuransi Bendasraya dan PT. Umum
Internasionel Underwriters menjadi PT.
Asuransi Jasa Indonesia (Persero).
Penggabungan tersebut dikukuhkan
dengan Akta Notaris Mohamad Ali
Nomor 1 tanggal 2 Juni 1973
(www.jasindo.com).
Asuransi Jasindo bergerak di
bidang asuransi kerugian, keseluruhan
sahamnya dimiliki oleh Negara Republik
Indonesia. Dengan pengalaman sejak era
kolonial memberikan nilai kepeloporan
bagi keberadaan dan pertumbuhan
Asuransi Jasindo, serta mampu meraih
kepercayaan dari dalam dan luar negeri.
Dalam memberikan layanan profesional,
Asuransi Jasindo mendapat dukungan
seasuradur terkemuka di dunia seperti
Swiss-RE dan Partner-Re. Saat ini
jaringan operasi Asuransi Jasindo
didukung oleh 80 kantor cabang di
seluruh Indonesia, 1 kantor cabang di
luar negeri.
Visi Asuransi Jasindo adalah:
“Menjadi Perusahaan yang Tangguh
dalam Persaingan Global dan Menjadi
Market Leader di Pasar Domestik”.
Misinya ialah: “Menyelenggarakan
Usaha Asuransi Kerugian dengan
Reputasi Internasional Melalui
Peningkatan Pangsa Pasar, Pelayanan
Prima dan Menjaga Tingkat
Kemampulabaan serta Memenuhi
Harapan Stakeholder”
(www.jasindo.com).
Pada Januari 2002 Asuransi
Jasindo berhasil mendapatkan sertifikat
ISO-9001 : 2000 menyangkut keputusan
akseptasi, penyelesaian dan pembayaran
klaim. Asuransi Jasindo mendapatkan
penghargaan sebagai “Asuransi Terbaik
2003” kategori Asuransi Umum braset di
atas Rp. 1 triliun. Di bidang sumber daya
manusia, Asuransi Jasindo didukung oleh
SDM yang berpengalaman, ahli dan
terampil dibidangnya serta ditunjang
teknologi informasi terkini, Asuransi
Jasindo terus meningkatkan ualitas
pelayanan. Kini dan ke depan Asuransi
Jasindo berusaha senantiasa tanggap
terhadap kebutuhan, tuntutan dan harapan
pasar.
Engineering merupakan suatu
kegiatan atau fungsi dari manusia untuk
mengaplikasikan ilmu pengetahuan,
benda-benda dan energi alam untuk
kesejahteraan umat manusia. Aplikasi
dari kegiatan tersebut dapat diartikan
sebagai kegiatan teknik terapan (applied
engineering science). Jenis-jenis kerugian
dalam engineering yang bisa terjadi
adalah kerugian material (material loss),
kerugian finansial (finansial loss),
kerugian waktu (time loss) dan tuntutan
dari pihak lain (liability loss). Risiko
kerugian ini bisa terjadi pada masa
perencanaan dan desain, masa
pembangunan/pemasangan, dan juga bisa
masa beroperasi. Untuk itu ada asuransi
engineering. Asuransi Engineering adalah
jenis asuransi yang menjamin risiko-
risiko yang timbul sebagai risiko suatu
kegiatan untuk mengaplikasikan ilmu
pengetahuan, benda-benda dan energi
alam untuk kesejahteraan umat manusia.
Asuransi engineering dibagi dua yaitu
project dan non-project. Asuransi
engineering project yaitu jenis asuransi
yang menjamin risiko-risiko yang timbul
selama kegiatan
proyek/pembangunan/pemasangan/testin
g & commisioning. Asuransi engineering
non-project yaitu jenis asuransi yang
menjamin risiko-risiko yang timbul dari
ber-operasionalnya objek-objek
engineering. Asuransi engineering
meliputi asuransi Contractor’s All Risks
(CAR), Erection All Risks (EAR),
Contractor’s Plan and Machinery (CPM),
Heavy Equipment, Machinery
Breakdown (MB), Loss of Profit (LOP)
Following MB, Electrical Equipment
Insurance (EEI), ALOP Following CAR,
Deterioration of Stock (DOS), CPM Non
Project, Civil Engineering Completed
Risks (CECR), dan Boiler and Pressure
Vessel (BPV) (www.jasindo.com).
Salah satu hal yang membedakan
Asuransi Jasindo dengan asuransi lain
adalah adanya sektor engineering. Sektor
ini jarang dimiliki oleh perusahaan
asuransi lain di Indonesia. Namun
demikian, porsi sektor ini masih sangat
kecil dibandingkan penerimaan premi
keseluruhan PT Asuransi Jasa Indonesia
(Jasindo). Sebagai perbandingan, pada
semester I 2007 PT Asuransi Jasa
Indonesia (Jasindo) membukukan
penerimaan premi sebesar Rp1,148
triliun. Dari jumlah penerimaan premi
sebesar itu, hanya Rp27 miliar premi
dibukukan dari asuransi engineering. Hal
ini berarti hanya 2,4% dari total
penerimaan premi. Suatu jumlah yang
sangat sedikit. Padahal di Indonesia
sektor ini merupakan sektor yang sangat
potensial dan terdapat hanya sedikit
persaingan dengan perusahaan asuransi
lain. PT Asuransi Jasa Indonesia
(Jasindo) pada sektor asuransi
Engineering ini, premi yang dibukukan
per semester I 2007 adalah Rp27 miliar.
Angka ini mengalami penurunan
dibanding periode yang sama tahun
sebelumnya sebesar Rp30,1 miliar
(Sindo, Juli 2007) seperti nampak pada
tabel 1.
Tabel 1 Penurunan premi Asuransi Engineering PT. Jasindo
Waktu Total premi
Semester I 2006 30 milyar
Semester I 2007 27 milyar
Penurunan premi ini memberi
gambaran mengenai penurunan kinerja
tenaga penjualan PT. Asuransi Jasindo
sektor asuransi Engineering dalam
memasarkan premi dan mempertahankan
loyalitas nasabah asuransi yang telah
menjadi nasabah PT. Asuransi Jasindo.
Mengapa faktor yang ditengarai adalah
faktor tenaga penjualan? Semua
penjualan premi asuransi Jasindo di dapat
dari tenaga penjualan, karena tenaga
penjualanlah yang menawarkan,
mempresentasi, dan memfollow-up calon
nasabah sehingga mereka sampai pada
keputusan membeli premi. Dalam hal ini
nasabah tidak dengan sendirinya
memutuskan membeli premi asuransi
tertentu tanpa proses yang dilakukan oleh
tenaga penjualan asuransi (menawarkan,
mempresentasi, memfollow-up,
menclosing).
Rumusan Masalah
PT Asuransi Jasa Indonesia
(Jasindo) pada sektor asuransi
Engineering, premi yang dibukukan per
semester I 2007 adalah Rp27 miliar.
Angka ini mengalami penurunan
dibanding periode yang sama tahun
sebelumnya sebesar Rp30,1 miliar
(Sindo, Juli 2007). Penurunan premi ini
memberi gambaran mengenai penurunan
kinerja tenaga penjualan PT. Asuransi
Jasindo sektor asuransi Engineering
dalam memasarkan premi dan
mempertahankan loyalitas nasabah
asuransi yang telah menjadi nasabah PT.
Asuransi Jasindo.
Sehingga masalah yang ada
adalah turunnya kinerja tenaga penjualan
asuransi yang ditandai dengan turunnya
loyalitas nasabah asuransi.
Berdasarkan masalah tersebut
maka rumusan masalah penelitian adalah
faktor-faktor apa yang dapat
meningkatkan kepuasan terhadap tenaga
penjualan sehingga meningkat
kinerjanya, melalui nasabah asuransi
yang loyal.
Dengan demikian pertanyaan
penelitian yang muncul adalah:
1. Apa pengaruh keahlian menjual
tenaga penjualan terhadap
kepuasan nasabah pada tenaga
penjualan
2. Apa pengaruh kepercayaan
nasabah pada tenaga penjualan
terhadap kepuasan nasabah pada
tenaga penjualan.
3. Apa pengaruh kepuasan nasabah
pada tenaga penjualan terhadap
loyalitas nasabah.
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk :
1. Menganalisis pengaruh keahlian
menjual tenaga penjualan
terhadap kepuasan nasabah pada
tenaga penjualan.
2. Menganalisis pengaruh
kepercayaan nasabah pada tenaga
penjualan terhadap kepuasan
nasabah pada tenaga penjualan.
3. Menganalisis pengaruh kepuasan
nasabah pada tenaga penjualan
terhadap loyalitas nasabah.
TELAAH PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN
TEORITIS
Kepuasan Terhadap Tenaga Penjualan
Setelah menerima layanan
nasabah akan mempunyai perasaan puas
atau tidak puas. Menurut Mowen (1995)
kepuasan nasabah didefinisikan sebagai
sebuah sikap yang berkenaan dengan
layanan yang diterima. Dengan kata lain
kepuasaan adalah pilihan setelah
evaluasai penelitian dari transaksi yang
spesifik. Kepuasan nasabah telah
digunakan untuk menggambarkan
perbedaan antara alternatif-alternatif
khusus dan jenisnya. Kepuasaan nasabah
tidak dapat diukur secara langsung
dengan menggunakan obyek ukuran.
Kepuasaan nasabah diperlakukan sebagai
sebuah abstrak dan fenomena teoritis
yang dapat diukur sebagai bobot rata-rata
dari multi indikator. Kepuasan nasabah
adalah akumulasi pengalaman, pembelian
dan pengalaman konsumsi. Kepuasan
nasabah dipengaruhi oleh dua faktor yaitu
harapan dan kinerja layanan yang
diterima. Kinerja yang diterima
dipengaruhi oleh nasabah mengenai
kualitas layanan, merketing mix, nama
merek dan image perusahaan.
Mowen (1995) telah memberikan
gambaran mengenai faktor-faktor yang
memberi perasaan puas/tidak puas.
berdasarkan pengalaman, konsumen akan
mengevaluasi seluruh kinerja layanan.
Proses evaluasi dilakukan dimana
konsumen bertindak dengan
membandingkan kinerja aktual dengan
harapan. Berdasarkan perbandingan
kualitas harapan dengan kualitas kinerja
layanan, nasabah akan mengalami emosi
positif, emosi negatif atau emosi netral
tergantung apakah harapan mereka
terpenuhi. Secara umum jika sebuah
layanan gagal atau kinerja dibawah
harapan nasabah akan berusaha
menentukan penyebab kegagalan itu. Jika
penyebab kegagalan adalah atribut pada
layanan maka perasaan tidak puas
cenderung akan terjadi. Kebalikannya
jika penyebab kegagalan lebih pada
faktor-faktor kebetulan atau perilaku
nasabah maka perasaan tidak puas lebih
sedikit terjadi.
Kepuasan terhadap tenaga
penjualan merupakan bentuk kepuasan
nasabah (customer satisfaction) dalam
memilih produk/jasa perusahaan.
Garbarino dan Johnson (1999)
menyatakan bahwa kepuasan merupakan
suatu bentuk evaluasi terhadap perilaku
sebelumnya. Kepuasan nasabah
merupakan sikap setelah proses
pembelian berakhir yang dibentuk secara
psikologi berdasarkan perbandingan
antara apa yang nasabah harapkan dari
perusahaan dan kenyataan dari apa yang
didapatkannya dari perusahaan yang
menyediakan jasa/produk. Kepuasan
nasabah telah banyak digunakan oleh
para ahli pemasaran untuk menggolong-
golongkan tipe nasabah. Tipe pertama
adalah nasabah yang tidak puas yaitu
para nasabah yang harapannya tidak
dapat dipenuhi oleh perusahaan penyedia
jasa/produk. Tipe kedua adalah nasabah
yang puas yaitu para nasabah yang terjadi
kesesuaian antara harapannya dengan
kenyataan apa yang diperolehnya. Tipe
ketiga adalah nasabah yang sangat
terpuaskan yaitu para nasabah yang
merasa apa yang diterimanya melebihi
dari harapan-harapannya. Tipe ketiga ini
merupakan bentuk tipe nasabah tertinggi
dan menjadi harapan ideal bagi
perusahaan-perusahaan yang ada.
Upaya penggolongan tipe-tipe
konsumen ini sangat berguna dalam
konteks pemasaran antar perusahaan
(business-to-business marketers) dan bagi
para tenaga penjualan sendiri karena
adanya kenyataan bahwa tiap-tiap
nasabah memiliki motivasi yang berbeda
dalam melakukan pembelian ulang.
Nasabah yang tidak puas (tipe I) akan
berupaya secara aktif untuk mencari
perusahaan asuransi lain sebagai
alternatif dan meninggalkan hubungan
pertukaran dengan perusahaan asuransi
sebelumnya. Nasabah yang merasa puas
akan cenderung untuk menjaga hubungan
pertukaran selama ini, tetapi tidak
memiliki komitmen sehingga sewaktu-
waktu dapat meninggalkan hubungan
yang ada dan berpindah kepada
perusahaan asuransi lain yang
menawarkan nilai lebih (superior value).
Sedangkan nasabah yang sangat
terpuaskan akan cenderung loyal
terhadap hubungan yang telah terjalin
dan oleh sebab itu mereka cenderung
kurang reaktif terhadap tawaran dari
kompetitor-kompetitor lain.
Keahlian Tenaga Penjualan
Keahlian tenaga penjualan
(salesperson expertise) menurut French
dan Raven (1959 dalam Kristina, 2005)
adalah suatu bentuk pengetahuan yang
dimiliki oleh tenaga penjual yang
nantinya akan berpengaruh pada
hubungan bisnis. Liu dan Leach (2001)
menyatakan bahwa persepsi tentang
keahlian tenaga penjualan merupakan
bentuk keyakinan kalau tenaga penjualan
tersebut memiliki berbagai pengetahuan
khusus yang relevan dan mendukung bagi
kesuksesan hubungan bisnis. Keahlian
paling sering ditunjukkan lewat apa yang
dapat tenaga penjualan berikan kepada
para nasabahnya. Sebagai contoh,
keahlian menjadi hal penting dalam
menyediakan nilai tambah bagi nasabah.
Semakin tinggi persepsi nasabah tentang
keahlian tenaga penjualan maka semakin
tinggi persepsi nasabah tentang nilai
tambah yang dapat diberikan oleh tenaga
penjualan tersebut. Oleh karena itu, bagi
seorang tenaga penjualan yang dipandang
memiliki tingkat keahlian yang tinggi,
sudah seharusnya membekali dirinya
dengan berbagai pengetahuan,
kemampuan dan keahlian khusus yang
dapat menunjang kelancaran transaksi
bisnis dengan para nasabahnya.
Selanjutnya, berbagai pengetahuan dan
keahlian tersebut diimplementasikan
dalam aktiftas penjualannya sehari-hari.
Liu dan Leach (2001) menyatakan
keahlian tenaga penjualan pada umumnya
sering ditunjukkan melalui tindakan-
tindakan atau solusi-solusi yang
diberikan mereka untuk nasabah.
Selanjutnya, seorang tenaga penjualan
harus mampu menyampaikan informasi
yang dimilikinya kepada nasabah agar
nasabah dapat menjadi yakin untuk
menjalin hubungan kerjasama yang baik.
Untuk dapat menyampaikan informasi,
tenaga penjualan perlu memiliki
pengetahuan yang baik mengenai produk
dan juga solusi-solusi yang mampu
membantu nasabah.
Dalam penelitiannya, Chow dan
Holden (1997) menyatakan bahwa sikap,
telah lama dipercaya sebagai prediktor
bagi pembelian di masa yang akan
datang. Tenaga penjualan yang
menunjukkan sikap yang menyenangkan
(favorable) akan mendukung bagi
peningkatan reputasi perusahaan.
Perusahaan melalui tenaga penjualannya
seharusnya menjaga reputasi baik yang
selama ini telah dimiliki perusahaan. Hal
ini menuntut adanya sikap konsistensi
dari tenaga penjualan dalam mengadakan
transaksi dagang dengan para nasabah.
Selanjutnya konsistensi sikap ini akan
menambah tingkat kepuasan nasabah
terhadap tenaga penjualan tersebut.
Hasil penelitian Liu dan Leach
(2001) membuktikan bahwa keahlian
menjual tenaga penjualan berpengaruh
positif terhadap kepuasan nasabahnya.
Hal ini menunjukkan bahwa seorang
tenaga penjualan perlu untuk dibekali
dengan berbagai ketrampilan tentang
sikap atau perilaku dan kemampuan
tentang pengetahuan produk perusahaan.
Adanya kombinasi antara ketrampilan
sikap dan pengetahuan yang baik akan
meningkatkan persepsi tentang keahlian
tenaga penjualan tersebut. Hasil
penelitian Garbarino dan Johnson (1999)
juga membuktikan adanya hubungan
positif antara sikap yang ditunjukkan
dengan kepuasan. Penelitian Garbarino
dan Johnson (1999) itu meneliti tentang
kepuasan nasabah terhadap tenaga
penjualan perusahaan teater.
Berdasarkan uraian di atas, maka
dapat disimpulkan bahwa keahlian tenaga
penjualan mempengaruhi kepuasan
terhadap tenaga penjualan. Dengan
demikian, hipotesis yang ada yaitu:
H1 : Semakin tinggi keahlian menjual
tenaga penjualan, maka akan
semakin tinggi kepuasan
terhadap tenaga penjualan.
Kepercayaan Terhadap Tenaga
Penjualan
Liu dan Leach (2001) menyatakan
bahwa kepercayaan pada tenaga
penjualan membutuhkan suatu rasa
percaya bahwa tenaga penjualan dapat
dipercaya perilakunya dan akan menepati
janji serta memberikan pelayanan yang
baik pada nasabahnya. Dyer (1987 dalam
Kristina, 2005) menyebutkan
kepercayaan nasabah terhadap tenaga
penjual telah diyakini sebagai faktor
penentu kesuksesan penjualan dan
sebagai fasilitator proses pertukaran.
Sedangkan menurut Crosby, Evans dan
Cowles (1990 dalam Kristina, 2005)
kepercayaan pada tenaga penjual
merupakan suatu keadaan dimana
nasabah dapat mengandalkan tenaga
penjualan dalam memenuhi
kebutuhannya dan menepati janji dalam
jangka waktu panjang.
Garbarino dan Johnson (1999)
menyatakan bahwa kepercayaan sering
dipandang sebagai hal yang esensial bagi
kesuksesan sebuah hubungan.
Kepercayaan terhadap tenaga penjualan
merupakan bentuk keyakinan nasabah
terhadap tenaga penjualan tersebut.
Keyakinan ini timbul sebagai akibat
kemampuan tenaga penjualan itu dalam
mewujudkan semua jadwalnya dalam
melayani nasabah. Kepercayaan nasabah
juga melibatkan kemampuan kalau
tenaga penjualan itu akan memenuhi
janji-janjinya dan selalu memenuhi
kebutuhan nasabah dalam jangka panjang
melalui upaya-upaya koordinasi yang
terjalin baik.
Untuk mewujudkan koordinasi
yang baik, kedua belah pihak (tenaga
penjualan dan nasabah) memerlukan
adanya rasa saling percaya. Salah satu
konsekuensi dari kepercayaan nasabah
adalah adanya kemauan untuk menjalin
koordinasi yang lebih erat dengan tenaga
penjualan. Tanpa adanya kemauan untuk
menjalin koordinasi yang lebih erat
menunjukkan kalau tingkat kepercayaan
yang diberikan masih bersikap terbatas.
Dengan adanya upaya koordinasi maka
nasabah merasa dilibatkan dan akan
menimbulkan persepsi kalau
keberadaannya sebenarnya dibutuhkan
oleh perusahaan tempat tenaga penjualan
itu bekerja. Kemampuan tenaga
penjualan dalam ‘melibatkan’ nasabah ini
akan mempengaruhi kondisi psikologi
nasabah tersebut dan pada akhirnya akan
menimbulkan kepuasan terhadap tenaga
penjualan tersebut.
Kepercayaan pada tenaga
penjualan dimulai dari suatu keadaan
pada saat nasabah membutuhkan layanan
tertentu maka pada saat itu tenaga
penjualan akan dapat memenuhi
kebutuhan itu. Dengan semakin
bertambah interaksi tenaga penjualan dan
nasabahnya menyebabkan para nasabah
bersedia untuk meneruskan hubungan
dan kemudian mendorong terjadinya
peningkatan interaksi di masa yang akan
datang (Foster dan Cadogan 2000 dalam
Kristina, 2005). Selanjutnya Kristina
(2005) menyatakan suatau kepercayaan
pada tenaga penjualan akan muncul
apabila mereka dapat diandalkan
(dependable), jujur (honest), memiliki
keahlian (expert) dan menyenangkan
(likeable).
Hasil penelitian Liu dan Leach
(2001) berhasil membuktikan adanya
hubungan positif antara kepercayaan
terhadap tenaga penjualan dengan
kepuasan terhadap tenaga penjualan
tersebut. Hal ini menunjukkan kalau
kemampuan tenaga penjualan untuk
memenuhi segala janji atau jadwal
kunjungan yang telah disepakati akan
menimbulkan kepuasan nasabah terhadap
tenaga penjualan tersebut.
Berdasarkan uraian di atas, maka
dapat disimpulkan bahwa kepercayaan
tenaga penjualan mempengaruhi
kepuasan terhadap tenaga penjualan.
Dengan demikian, hipotesis yang
diajukan adalah:
H2 : Semakin tinggi kepercayaan
terhadap tenaga penjualan, maka
akan semakin tinggi kepuasan
terhadap tenaga penjualan.
Perilaku Loyalitas Nasabah
Chow dan Holden (1997)
menyatakan bahwa masalah loyalitas
terkait dengan masalah membangun dan
memelihara hubungan kerjasama yang
telah terjalin. Kepuasan nasabah
merupakan sebuah sikap, sementara
loyalitas juga dilakukan dengan
perilaku. Konsumen yang setia
melakukan lebih dari sekedar kembali
mengkonsumsi lagi, mereka juga akan
sedikit dalam menggunakan
sensitifitasnya dan lebih memaafkan jika
terjadi kekeliruan dan kurang baiknya
layanan, mereka juga akan melakukan
iklan dari mulut ke mulut. Kesetiaan
nasabah menggambarkan perilaku yang
diharapkan sehubungan dengan layanan.
Mowen (1995) mengemukakan hal ini
termasuk kemungkinan pembelian di
masa depan atau pengulangan dari
kontrak layanan sebaliknya, bisa juga
nasabah akan berganti merek lain atau
penyedia layanan yang lain. Nasabah
mungkin akan setia (loyal) karena
mereka puas dengan layanan yang
diberikan sehingga ingin meneruskan
hubungan. Elemen penting lain kesetiaan
adalah dukungan yang diharapkan dari
ekspresi layanan dalam komunikasi orang
yang berpengalaman. Saat konsumen
merekomendasikan kepada orang lain
mengenai layanan yang diterimanya
dengan maksud orang lain akan membeli
atau menggunakan hal yang sama maka
hal itu menggambarkan tingkat loyalitas
yang tinggi.
Pada akhir-akhir ini banyak
perusahaan yang memfokuskan diri pada
upaya untuk membangun loyalitas
nasabah. Lebih lanjut dijelaskan bahwa
paradigma lama yang fokus pada produk
telah bergeser dan berganti pada upaya
untuk membangun hubungan dengan para
nasabah.
Perusahaan lebih memilih agar
para nasabah mereka menjadi loyal sejak
perusahaan tersebut menyadari bahwa
loyalitas mengarah pada peningkatan
pendapatan (revenue) dan volume
penjualan (sales volume), memerlukan
lebih sedikit upaya pemasaran, dan akan
mengurangi sensitifitas nasabah untuk
berpindah pada perusahaan kompetitor.
Dari perspektif pembeli (nasabah)
loyalitas dipandang sebagai salah satu
strategi pembelian yang dapat
mengurangi resiko ketidaksesuaian
pembelian produk akibat pembelian dari
perusahaan asuransi yang berbeda-beda.
Selain itu, loyalitas juga dipandang akan
mengurangi biaya transaksi yang
dikeluarkan nasabah.
Hubungan antara kepuasan dan
loyalitas telah banyak diteliti dalam
beberapa penelitian diantaranya
Andreassen (1994) yang menyatakan
bahwa kepuasan nasabah memiliki
hubungan dengan loyalitas. Pendapat
lainnya adalah penelitian Liu dan Leach
(2001) yang membuktikan bahwa
kepuasan terhadap tenaga penjualan akan
berpengaruh positif terhadap loyalitas
nasabah. Hubungan positif ini
dimungkinkan oleh karena kepuasan
nasabah terhadap tenaga penjualan akan
mendorong keinginan pihak nasabah
untuk menjalin hubungan berkelanjutan
dengan perusahaan tempat tenaga
penjualan itu berasal. Hal ini
menunjukkan kepuasan dapat menjadi
dasar bagi kelanjutan hubungan dagang
di masa datang.
Berdasarkan uraian di atas, maka
dapat disimpulkan bahwa kepuasan
terhadap tenaga penjualan akan
mempengaruhi loyalitas nasabah. Dengan
demikian, hipotesis yang diajukan yaitu :
H3 : Semakin tinggi tingkat kepuasan
terhadap tenaga penjualan, maka
akan semakin tinggi loyalitas
nasabah.
Kerangka Pemikiran Teoritis
Kerangka pemikiran teoritis yang
akan dikembangkan pada penelitian ini
mengacu pada telaah pustaka yang telah
dilakukan pada sub bab sebelumnya.
Model penelitian yang akan
dikembangkan adalah seperti tersaji pada
Gambar 1 di bawah ini.
Gambar 1Kerangka Pemikiran Teoritis
Sumber: Liu dan Leach (2001); Chow dan Holden (1997); Garbarino dan Johnson (1999) dikembangkan untuk penelitian ini
H3
H2
H1
PerilakuLoyalitasNasabah
Kepuasan thd Tng
Penjualan
Kepercayaanthd Tenaga
Penjualan
Keahlian Tenaga
Penjualan
Hipotesis
Beberapa hipotesis yang diajukan
dalam penelitian ini adalah :
Hipotesis 1 : Semakin tinggi keahlian
tenaga penjualan, maka
akan semakin tinggi
kepuasan terhadap tenaga
penjualan.
Hipotesis 2 : Semakin tinggi
kepercayaan terhadap
tenaga penjualan, maka
akan semakin tinggi
kepuasan terhadap tenaga
penjualan.
Hipotesis 3 : Semakin tinggi tingkat
kepuasan terhadap tenaga
penjualan, maka akan
semakin tinggi loyalitas
nasabah.
METODE PENELITIAN
Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah
nasabah Asuransi Jasindo untuk produk
Asuransi Engineering di Semarang yang
berjumlah 224 perusahaan (sumber: PT.
Jasindo Cabang Semarang, 2005)
Sampel
Penentuan jumlah sample ditentukan
dengan menggunakan rumus Rao (1996):
n= N
1+N (moe)2
n = jumlah sampelN = populasimoe = margine of error max,
yaitu tingkat kesalahan
maksimum yang masih
dapat ditoleransi ±10 % .
Maka jumlah sampel untuk penelitian ini
dengan margin of error sebesar 5%
(sesuai dengan distribusi normal) adalah :
224n = --------------------
1 + 224 (0,05) ²n=143,59 (dibulatkan 144).
Sampel yang digunakan dalam penelitian
ini berjumlah 144 perusahaan. Hal ini
sesuai dengan pendapat yang
dikemukakan oleh Hair dkk (1995, dalam
Ferdinand, 2002) bahwa jumlah sampel
minimal yang dapat dipakai dalam
penelitian yang menggunakan SEM
adalah berjumlah 100-200 responden.
Teknik yang digunakan dalam
pengambilan sampel dalam penelitian ini
adalah purposive sampling, yaitu
pemilihan sampel yang dipilih
berdasarkan pertimbangan-pertimbangan
tertentu sesuai dengan tujuan penelitian.
Purposive sampling yaitu pemilihan
sekelompok subyek berdasarkan atas ciri-
ciri tertentu yang dipandang mempunyai
sangkut paut yang erat dengan ciri-ciri
populasi yang sudah diketahui.
Sampel dalam penelitian ini
adalah nasabah Asuransi Engineering
Jasindo di Semarang. Adapun kriteria
responden yang dipilih adalah:
merupakan nasabah Asuransi
Engineering Jasindo di Semarang kurang
lebih 3 (satu) tahun. Alasannya adalah
dengan waktu tiga tahun bisa untuk
menilai indikator-loyalitas nasabah. Aktif
memanfaatkan layanan Asuransi
Engineering Jasindo di Semarang
ditandai dengan selalu membayar premi
tiap bulannya. Dengan pertimbangan
nasabah tersebut akan memahami dengan
baik karakteristik tenaga penjualan
Asuransi Jasindo Semarang.
Tabel 2 Sampel Penelitian
Lama Menjadi Nasabah Jumlah
3- 4 tahun 21
5-9 tahun 37
> 10 tahun 56
Total 114
Berdasarkan hasil pengumpulan
kuesioner, dari 144 kuesioner yang
disebar didapatkan bahwa kuesioner yang
kembali sampai batas waktu yang
ditentukan (sebelum pengolahan data)
adalah 114. Sehingga kuesioner yang
dianalisis adalah 114 buah.
Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang
digunakan dalam penelitian ini adalah
metode angket. Pengumpulan data
dilakukan dengan menggunakan satu
macam angket, yaitu angket tertutup.
Pernyataan dalam angket tertutup
menggunakan skala Numerical 1-10
Teknik Analisis Data
Model yang digunakan dalam penelitian
ini adalah model kausalitas atau
hubungan pengaruh. Untuk menguji
hipotesis yang diajukan dalam penelitian
ini maka teknik analisis yang digunakan
adalah SEM atau Stuctural Equation
Modeling yang dioperasikan melalui
program AMOS.
KeahlianTng Pnjualan
Kperceyaanthd tng
penjualan
.33
Kepuasanthd tng pnjualn
.49
LoyalitasNasabah
.77
x1
e1
.88
.83
x2
e2
.91
.81
x3
e3
.90
.26
x6
e6
.51
.73
x5
e5
.86
.66
x4
e4
.81
.52
x7
e7
.72
.61
x8
e8
.78
.71
x9
e9
.84
.79
x12
e12
.89
.84
x11
e11
.92
.80
x10
e10
.89.26
.39
.55
z1
z2
UJI GOODNESS OF FITchi-Square =61.045Probability =.136CMIN/DF =1.221AGFI=.873GFI =.919TLI =.983CFI =.987RMSEA =.044
.70
Structural Equation Model (SEM) secara
Full Model. Hasil pengolahan data untuk
analisis SEM terlihat pada Gambar 1.
Tabel 3 dan Tabel 4.
Gambar 1 Hasil Pengujian SEM l
Sumber : Data primer yang diolah (2008)
Tabel 3
Hasil Pengujian Kelayakan Model PenelitianUntuk Analisis Structural Equation Model
Kriteria Cut of Value Hasil Evaluasi
Chi-Square
ProbabilityGFIAGFITLICFICMIN/DFRMSEA
Kecil; 2 dengandf : 50 = 67,504> 0,05> 0,90> 0,90> 0,95> 0,95< 2,00< 0,08
61,045
0,1360,9190,8730,9830,9871,2210,047
Baik
BaikBaikMarjinalBaikBaikBaikBaik
Sumber : Data primer yang diolah (2008)
Tabel 4Hasil Pengujian Regression Weights
Untuk Analisis Structural Equation Model
Regression Weights: Estimate S.E. C.R. Label
------------------- -------- ------- ------- -------
Kepuasan_thd tng <- Kperceyaan_thd t 0.417 0.208 2.001 par-9
Kepuasan_thd tng <- Keahlian_Tng Pnj 0.305 0.096 3.181 par-10
Loyalitas_Nasaba <- Kepuasan_thd tng 0.794 0.125 6.361 par-12
x1 <---------- Keahlian_Tng Pnjualan 1.000
x2 <---------- Keahlian_Tng Pnjualan 1.092 0.080 13.692 par-1
x3 <---------- Keahlian_Tng Pnjualan 0.982 0.073 13.409 par-2
x6 <--- Kperceyaan_thd tng_penjualan 1.000
x5 <--- Kperceyaan_thd tng_penjualan 1.793 0.347 5.168 par-3
x4 <--- Kperceyaan_thd tng_penjualan 1.690 0.327 5.163 par-4
x7 <------- Kepuasan_thd tng pnjualn 1.000
x8 <------- Kepuasan_thd tng pnjualn 1.001 0.132 7.561 par-5
x9 <------- Kepuasan_thd tng pnjualn 1.036 0.129 8.000 par-6
x12 <------------- Loyalitas_Nasabah 1.000
x11 <------------- Loyalitas_Nasabah 0.937 0.065 14.396 par-7
x10 <------------- Loyalitas_Nasabah 0.970 0.070 13.807 par-8
Sumber : Data primer yang diolah (2008)
Pengujian Hipotesis
Uji Hipotesis I
Hipotesis I pada penelitian ini
adalah “Semakin tinggi keahlian menjual
tenaga penjualan, maka akan semakin
tinggi kepuasan terhadap tenaga
penjualan“. Dari pengolahan data
diketahui bahwa nilai CR pada hubungan
antara variabel keahlian tenaga penjualan
dengan variabel kepuasan terhadap
tenaga penjualan, seperti yang tampak
pada Tabel 4 adalah sebesar dengan
3,181 nilai P sebesar 0,001. Kedua nilai
ini menunjukkan hasil yang memenuhi
syarat, yaitu diatas 2.00 untuk CR dan
dibawah 0,05 untuk P. Dengan demikian
dapat dikatakan bahwa hipotesis I dalam
penelitian ini dapat diterima.
Uji Hipotesis II
Hipotesis II pada penelitian ini
adalah “Semakin tinggi kepercayaan
terhadap tenaga penjualan, maka akan
semakin tinggi kepuasan terhadap tenaga
penjualan“. Dari pengolahan data
diketahui bahwa nilai CR hubungan
antara variabel kepercayaan terhadap
tenaga penjualan dengan variabel
kepuasan terhadap tenaga penjualan
seperti tampak pada Tabel 4 adalah CR
sebesar 2,001 dengan nilai P sebesar
0,045. Kedua nilai ini menujukkan hasil
yang memenuhi syarat, yaitu diatas 2.00
untuk CR dan dibawah 0,05 untuk P.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa
hipotesis II dalam penelitian ini dapat
diterima
Uji Hipotesis III
Hipotesis III pada penelitian ini
adalah “Semakin tinggi tingkat kepuasan
terhadap tenaga penjualan, maka akan
semakin tinggi loyalitas nasabah“. Dari
pengolahan data diketahui bahwa nilai
CR hubungan variabel kepuasan terhadap
tenaga penjualan dengan variabel
loyalitas nasabah seperti ditunjukkan oleh
Tabel 4 adalah sebesar 6,361 dengan nilai
P sebesar 0,000. Kedua nilai ini
menujukkan hasil yang memenuhi syarat,
yaitu diatas 2.00 untuk CR dan dibawah
0,05 untuk P. Dengan demikian dapat
dikatakan bahwa hipotesis III dalam
penelitian ini dapat diterima
KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN
Kesimpulan Masalah Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah
mencari jawaban atas rumusan masalah
yang diajukan dalam penelitian ini yaitu
”Bagaimana meningkatkan kinerja tenaga
penjualan asuransi”. Hasil dari penelitian
ini membuktikan dan memberi
kesimpulan untuk menjawab persoalan
tersebut yang secara singkat
menghasilkan 2 (dua) proses dasar untuk
meningkatkan kinerja tenaga penjualan
asuransi melalui loyalitas nasabah antara
lain, yaitu:
Pertama, untuk mendapatkan
kepuasan terhadap tenaga penjualan
dalam upaya meningkatkan loyalitas
nasabah adalah meningkatkan keahlian
tenaga penjualan. Kepuasan terhadap
tenaga penjualan tidak akan pernah
tercapai apabila tidak didukung adanya
keahlian tenaga penjualan. Proses
pencapaian loyalitas nasabah tersaji
dalam gambar 2 sebagai berikut :
Gambar 2 : Peningkatan Loyalitas Nasabah – Proses 1
Sumber : dikembangkan untuk penelitian ini, 2008
Kedua, sebagai upaya kedua
meningkatkan loyalitas nasabah adalah
meningkatkan kepuasan terhadap tenaga
penjualan. Kepuasan terhadap tenaga
penjualan tidak akan pernah dapat
mencapai harapan apabila tidak didukung
oleh kepercayaan terhadap tenaga
penjualan. Berikut ini tersaji dalam
gambar 3 proses kedua dalam
mewujudkan loyalitas nasabah.
Gambar 3 : Peningkatan Loyalitas Nasabah – Proses 2
Sumber : dikembangkan untuk penelitian ini, 2008
Berdasarkan proses yang
dikembangkan dalam penelitian ini maka
masalah penelitian yang diajukan dan
telah mendapat justifikasi melalui
pengujian dengan Structural Equation
Model (SEM) dapat disimpulkan bahwa
rumusan masalah yang diajukan dalam
penelitian ini yaitu bagaimana
meningkatkan loyalitas nasabah paling
sedikit dapat dijawab sedikitnya melalui
2 (dua) proses dasar.
Kepercayaan terhadapTenaga
penjualan
Loyalitas Nasabah
Kepuasan terhadapTenaga
penjualan
KeahlianTenaga
penjualan
Loyalitas Nasabah
Kepuasan terhadapTenaga
penjualan
Berdasarkan hasil analisis bobot
pengaruh pada program SEM, maka
didapatkan kesimpulan bahwa penelitian
ini menentukan proses pertama, sebagai
proses yang lebih ditekankan.
Implikasi Teoritis
Studi ini memperkuat penelitian
(Liu dan Leach, 2001), yang
menyebutkan ketrampilan tentang
sikap dan pengetahuan produk.
Dalam penelitian ini ditambahkan
aspek penting pengalaman dan
kemampuan memberikan solusi.
Penelitian ini juga memberi
justifikasi tambahan bagi
penelitian Garbarino dan Johnson
(1999).
Penelitian ini memperkuat
penelitian (Liu dan Leach, 1998),
yang menyebutkan pemenuhan
janji kunjungan sebagai indikator
dominan, maka dalam penelitian
ini indikator yang dominan adalah
seorang tenaga penjualan dapat
dipercayai perilakunya.
Kemudian diikuti dengan
memperhatikan pelayanan
terhadap nasabah dan mampu
memenuhi harapan nasabah.
Penelitian ini juga memberi
justifikasi tambahan bagi
penelitian Foster dan Cadogan
2000 dalam Kristina 2005.
Penelitian ini memperkuat studi
(Liu dan Leach, 2001), yang
menyebutkan kepuasan terhadap
tenaga penjualan mendorong
keinginan nasabah menjalin
kerjasama lanjutan. Dalam
penelitian ini hal itu didorong
oleh rasa puas dan senang
terhadap pelayanan tenaga
pejualan. Penelitian ini juga
memberi justifikasi tambahan
bagi penelitian Liu dan Leach
(Andreessen, 1994).
Implikasi Manajerial
Berdasarkan hasil penelitian ini
diperoleh bukti secara empiris bahwa
Keahlian tenaga penjualan, Kepercayaan
terhadap tenaga penjualan dan Kepuasan
terhadap tenaga penjualan memiliki
pengaruh positif terhadap loyalitas
nasabah. Oleh karena itu PT. Asuransi
Jasindo harus mampu mengendalikan dan
memastikan bahwa faktor Keahlian
tenaga penjualan, Kepercayaan terhadap
tenaga penjualan dan Kepuasan terhadap
tenaga penjualan telah dipersiapkan
dengan optimal. Menghindari penurunan
loyalitas nasabah asuransi engineering
perlu melakukan strategi terkait dengan
ketiga faktor tersebut.
PT. Asuransi Jasindo perlu melatih
para tenaga penjualannya untuk ahli
dalam menangani pelanggan.
Diantaranya adalah dengan selalu
memberi perhatian pada kebutuhan dan
keinginan pelanggan, misalnya
mengenai rate dan perluasan jaminan.
Keahlian dalam hubungan dengan
nasabah, misalnya dengan memberi
ucapan ulang tahun pelanggan dalam
bentuk sms, kartu, reward untuk
pelanggan yang memberikan referral,
Mengembangkan keahlian dalam
pelayanan, perawatan, kontak yang
kontinu, memberikan spesial discount
terhadap pelanggan, customize produk
sesuai customer expectation, pelayanan
yang maksimal. memberikan brosur-
brosur tentang penjelasan produk-
produk yang dibutuhkan, award,
hadiah-hadiah, merespon permintaan
daerah untuk gathering dengan
pelanggan di daerah, kemudahan
memperbanyak premi dan klaim,
memberikan peningkatan service
(service excellent) kepada pelanggan
Peningkatan keahlian tenaga penjualan
dalam memberikan perhatian khusus
komplain melalui kunjungan ke
pelanggan secara rutin. masukkan, baik
keluhan dan kritik yang membangun
selalu diterima / didengar untuk
memberikan yang terbaik, memberikan
respon yang cepat terhadap masukan
dari pelanggan ataupun service kepada
pelanggan, berusaha memenuhi
kebutuhan dari pangsa pasar terkini,
menciptakan paket produk sesuai
kebutuhan pasar, membayar klaim
secepat mungkin, meluncurkan produk
baru, memperbaiki produk yang ada
atau membuat produk baru, trend pasar
selalu di imbangi dengan produk baru,
memberikan produk-produk yang
menarik, mempertimbangdan memberi
persetujuan untuk rate kompetitif,
meningkatkan service, peningkatan
pelayanan, tarip premi yang kompetitif,
memberikan produk dan benefit yang
sesuai dengan kebutuhan pelanggan,
selalu berkomunikasi, produk sesuai
kebutuhan pasar, memenuhi yang
diminta customer melebihi ketentuan
umum sehingga memudahkan
approach, customer gathering.
PT. Asuransi Jasindo juga perlu
mempunyai kebijakan agar tenaga
penjualannya memiliki pengalaman
sebanyak mungkin. Hal ini bisa
dilakukan dengan memberi tugas
kepada tenaga penjualan untuk
menangani nasabah dengan
karakteristik yang berbeda-beda.
Tenaga penjualannya mampu
memberikan solusi dan memiliki
pengetahuan yang baik mengenai
perusahaan dan keunggulan produk
asuransi engineering yang dipunyai
perusahaan.
PT. Asuransi Jasindo membuat agar
tenaga penjualannya dapat dipercaya
oleh nasabah. Hal ini bisa dilakukan
dengan cara dengan cara
memaintenance secara periodik, tahu
secara langsung keluhan tersebut;
formulir saran/tanggap dari setiap
kantor cabang; membuka website
mengenai masalah-masalah customer
dan segera mengatasinya.
PT. Asuransi Jasindo mengutus tenaga
penjualan untuk beretemu pelanggan
untuk segera mengatasi keluhan yang
ada; sharing dengan pelanggan; pada
saat ada klaim atau service penerbitan
polis terlalu lama, dalam layanan /
service; karena secara periodik kita (3
bulan) selalu memberi / menanggapi
keluhan-keluhan yang ada dan segera
memperbaikinya; menghubungi
langsung setiap counter; berdasarkan
laporan bulanan; Complain Handling
Management. customer service dan
questioner.
Tenaga penjualan PT. Asuransi Jasindo
memberikan informasi adanya sms
center dan email bagi nasabah yang
punya keluhan tentang pelayanan;
melalui agen; menerima saran dan
kritik lewat customer service /
customer care agen; menyebar angket
ke pelanggan dan menerima keluhan
langsung melalui email dan surat
pembaca di media massa; mendapat
masukan dari agency support;
menerima masukan / keluhan dari
pelanggan, dan research; review
bulanan; selalu menerima masukan dari
pelanggan; meminta dan menampung
saran dari bisnis partner terhadap
service yang telah diberikan;
PT. Asuransi Jasindo lewat koordinasi
dengan tenaga penjualan mengadakan
pertemuan / meeting dengan agen /
broker secara berkala sehingga
menegtahui keluhan-keluhan dari
pelanggan; dialog; berinteraksi
langsung berhubungan dengan client;
complaint dari client selalu di cari jalan
keluar yang cepat; memberikan media
komunikasi / saran dan masukan dari
customer ke perusahaan; bertemu
dengan pelanggan secara langsung;
menerima kritik yang masuk; membuka
kotak suara untuk menampung keluhan
pelanggan; perlu peningkatan setelah
service; lampiran-lampiran reguler
yang diberikan kepada mereka dari
point-point tersebut dapat dipantau dan
dianalisa keluhan-keluhan tersebut;
membuat departemen keluhan.
Pembinaan tenaga penjualan
dikhususkan pada materi-materi
pembentukan integritas. Membuat
tenaga penjualannya memenuhi
harapan, dengan mengeksplorasi lebih
lanjut dan melaksanakan sikap kerja di
PT. Asuransi Jasindo, yaitu: CARE.
(Cepat, Akurat, Ramah, dan Efisien).
Keterbatasan Penelitian
Beberapa keterbatasan penelitian
yang dapat ditarik dari penelitian ini
adalah sebagai berikut :
1. Keterbatasan permodelan
penelitian ini berasal dari hasil
squared multiple correlation
menunjukkan besaran yang
kurang optimal.
2. Hasil penelitian ini tidak dapat
digeneralisasi pada kasus lain
diluar obyek penelitian yaitu
produk asuransi Engineering PT.
Asuransi Jasindo Cabang
Semarang.
Agenda Penelitian Mendatang
Beberapa agenda penelitian
mendatang yang dapat diberikan dari
penelitian ini antara lain, adalah :
1. Penelitian ke depan perlu mencari
faktor - faktor lain yang
mempengaruhi kepuasan terhadap
tenaga penjualan dan loyalitas
nasabah.
2. Penelitian mendatang hendaknya
mengarahkan penelitian pada
skup obyek penelitian yang lebih
luas, untuk mendapatkan hasil
yang lebih umum terhadap faktor-
faktor yang dapat meningkatkan
loyalitas nasabah asuransi.
DAFTAR PUSTAKA
Andreassen, Tor William, 1994, Satisfaction, Loyalty and Reputation as indicators of
Customer Orientation in the Public Sector, International Journal of Public Sector
Management, Vol. 7 No. 2 1994, pp. 16-34
Arbuckle, J.L., 1997, Amos User’s Guide Version 3.6, Chicago; Smallwaters Corporation.
Arikunto, Suharsimi, (1996), Prosedur Penelitian; suatu pendekatan praktek, Rineka Cipta, Jakarta.
Chow, Simeon dan Reed Holden, 1997, “Toward An Understanding of Loyalty: The Moderating Role of Trust”, Journal of Managerial Issues, Vol. IX, No. 3
Ferdinand, Augusty, 2000, “Manajemen Pemasaran: Sebuah Pendekatan Stratejik”, Research Paper, Universitas Diponegoro
-------------------------, 2002, Structural Equation Modelling Dalam Penelitian Manajemen , Badan Penerbit UNDIP Semarang
Frankwick, Gary L., Stephen S. Porter, dan Lawrence A. Crosby, 2001, “Dynamics of Relationship Selling: A Longitudinal Examination of Changes in Salesperson-Customer Relationship Status”, Journal of Personal Selling & Sales Management, Vol.XXI, No.2
Garbarino, Ellen, dan Mark S. Johnson, 1999, “The Different Roles of Satisfaction, Trust, and Commitment in Customer Relationship”, Journal of Marketing, Vol. 63, April
Hadi, Sutrisno (1993), Metodologi Research, Jilid 1, Yogyakarta, penerbit Andi Offset.
Hair, JR., Joseph F., Rolp E. Anderson, Ropnald L. Tatham and William C. Black, 1995, Multivariate Data Analysis with Reading, Fourth Ed., Prentice Hall International, Inc.
Mowen, J.C., 1995, Consumer Behavior, Prentice Hall. Inc, New Jersey
Kristina, Alan S, 2005, “Analisis pengaruh Kepercayaan pengelola Apotek terhadap Pemasok maupun Tenaga Penjualan dalam Membangun Kesetiaan melalui Kepuasan Pengelola Apotek terhadap Pemasok”, Jurnal Sains Pemasaran Indonesia, Vol. IV, No. 3, Desember 2005.
Liu, Annie H. dan Mark P. Leach, 2001, “Developing Loyal Customers with a Value-Adding Sales Force: Examining Customer Satisfaction and the Perceived Credibility of Consultative Salespeople”, Journal of Personal Selling & Sales Management, Vol.XXI, No.2
Rao, Purba (1996), “Measuring Consumer Perceptions Through Factor Analysis”, The Asian Manager, February-March, pp.28-32
Soeratno, 1993, Metode Penelitian untuk ekonomi dan bisnis, UPP AMP YKPN, Yogyakarta
Sugiyono, 1999, Metode Penelitian Bisnis, Penerbit CV Alfabeta, Bandung
Singarimbun, 1991, Metode Penelitian Survai, Edisi revisi Jakarta, Penerbit LP3ES
Umar, Husein, 1999, Metode penelitian untuk skripsi dan tesis bisnis, Rajawali Press, Jakarta
www.koransindo.co.id, 30 Juli 2007