Upload
truongquynh
View
236
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
1
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RETURN ON
ASSETS PADA BANK DAERAH DI INDONESIA PERIODE 2005-2008
Disusun Oleh :
CANDRA KUSUMANINGRUM (C2A007028)
Dosen Pembimbing :
Dr. H. MOCH. CHABACHIB, Msi, Akt.
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menguji faktor-faktor yang mempengaruhi
Return On Assets (ROA). Faktor-faktor yang diduga berpengaruh terhadap (ROA)
adalah Capital Adequancy Ratio (CAR), Net Interest Margin (NIM), Loan to
Deposit Ratio (LDR), Non Performing Loan (NPL), Biaya Operasional
Pendapatan Operasional (BOPO), dan Giro Wajib Minimum (GWM).
Metode pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan purposive
sampling. Diperoleh jumlah sampel sebanyak 25 Bank Daerah di Indonesia,
sehingga diperoleh 100 bank sampel yang dipublikasikan di Direktori Perbankan
Indonesia. Teknik analisis yang digunakan adalah analisis regresi linier berganda
yang sebelumnya diuji dengan uji asumsi klasik.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel NIM dan LDR berpengaruh
positif, BOPO berpengaruh negative, sedangkan CAR, NPL dan GWM tidak
berpengaruh terhadap ROA. Kemampuan prediksi keenam variabel tersebut
terhadap ROA adalah 81,5%, sedangkan 18,5% dipengaruhi oleh factor lain yang
tidak dimasukkan ke dalam model penelitian.
Kata kunci : return on assets, capital adequancy ratio, net interest margin, loan to
deposit ratio, non performing loan, Biaya Operasional Pendapatan Operasional,
Giro Wajib Minimum
2
A. PENDAHULUAN
Pada dasarnya lembaga perbankan merupakan lembaga perantara
(intermediary) antara pihak yang kelebihan dana dan pihak yang kekurangan
dana, dimana bank berfungsi sebagai agent of trust, agent of services, dan agent
of development (Sri S,dkk, 2000). Apabila bank dapat bekembang baik maka
akan dapat menopang perekonomian, karena bank yang sehat akan memperlancar
lalu lintas perekonomian suatu negara. Peranan yang sangat krusial tersebut juga
berlaku bagi lingkup yang lebih kecil, yaitu di daerah tingkat I. Menurut Undang-
Undang (UU) Nomor 13 Tahun 1962 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Bank
Pembangunan Daerah, setiap daerah tingkat I dapat didirikan Bank Pembangunan
Daerah dengan maksud untuk menyediakan pembiayaan bagi pelaksanaan usaha-
usaha pembangunan daerah dalam rangka pembangunan nasional. Pendirian bank
pembangunan daerah ini diperkuat oleh landasan yuridis pengembangan otonomi
daerah, yaitu Undang-Undang No. 32 tahun 2004 tentang pemerintah daerah,
dimana setiap daerah diberikan hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom
untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan
masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan untuk
meningkatkan efisiensi dan efektivitas.
Bank Daerah memiliki relasi yang tidak dapat dipisahkan dengan perekonomian
daerah dimana Bank Daerah tersebut berdiri. Tidak mengherankan bila Bank
Daerah selalu melekat nama daerah asal Bank Daerah didirikan. Selain sebagai
kasir Pemda dan penyumbang Pendapatan Asli Daerah (PAD), Bank Daerah
diarahkan untuk menopang pembangunan infrastruktur, UMKM, pertanian, dan
lain-lain kegiatan ekonomi dalam rangka pembangunan daerah (Sunarsip,2008).
Untuk itu, Bank Daerah mengalokasikan kreditnya sebagian besar pada kredit
jangka panjang kepada masyarkat. Menurut Setyarini (2009), Bank Daerah
merupakan alat kelengkapan ekonomi daerah yang memiliki fungsi dan peran
sebagai bank umum dengan misi untuk mengembangkan pertumbuhan ekonomi
daerah.
3
Seperti yang terjadi dalam perkembangan industri perbankan, selama
kurun waktu tahun 2005 sampai 2008, terjadi ketidaksesuaian antara teori dengan
bukti empiris yang ada. Adapun data tentang dinamika pergerakan rasio-rasio
keuangan Bank Daerah di Indonesia dari kurun waktu tahun 2005 sampai dengan
2008 terlihat dalam Tabel 1.2 berikut ini:
Tabel 1.2
Bank Daerah Seluruh Indonesia
KINERJA 2005 –2008
Sumber : Statistik Perbankan Indonesia, 2009
Tabel 1.2 menunjukkan bahwa rata-rata CAR pada tahun 2006 mengalami
penurunan sebanyak 0,12% dari tahun sebelumnya, namun rata-rata ROA tidak
mengalami perubahan. Rata-rata CAR tahun 2008 mengalami penurunan sebesar
1,53% dibanding tahun sebelumnya, padahal rata-rata ROA mengalami kenaikan
sebesar 0,62%. Rata-rata NIM tahun 2006 mengalami penurunan 1,36%
dibandikan tahun sebelumnya, tetapi rata-rata ROA tidak mengalami perubahan.
Tahun 2006, LDR mangalami penurunan 3,63%, tetapi di sisi lain ROA pada
tahun tersebut tidak mngalami perubahan. NPL tahun 2006 mengalami penurunan
0,27%, tetapi rata-rata ROA tidak mengalami perubahan. Rata-rata BOPO tahun
2006 mengalami penurunan 0,02% dibanding 2005, namun ini justru rata-rata
Indikator 2005 2006 2007 2008
ROA 3,38 3,38 3,08 3,70
CAR 19,24 19,12 18,35 16,82
NIM 9,56 8,20 7,24 8,52
LDR 46,96 43,33 53,53 67,28
NPL 1,86 1,59 1,68 1,41
BOPO 76,17 76,15 76,06 73,04
GWM 8,54 10,99 15,62 6,06
4
ROA tidak berubah. Rata-rata GWM pada tahun 2006 mengalami penurunan
2,45%, padaha rata-rata ROA tidak mengalami perubahan
Hasil penelitian mengenai pengaruh perubahan Capital Adequacy Ratio
(CAR) terhadap Return on Asset (ROA) menunjukkan hasil yang berbeda-beda.
Werdaningtyas (2002), Buyung (2009), Ponco (2008), Setyarini (2009), dan
Mabruroh (2004) menunjukkan bahwa Capital Adequacy Ratio (CAR)
berpengaruh positif dan signifikan terhadap Return on Asset (ROA). Hal ini
berbeda dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Usman (2003) yang
menunjukkan hasil bahwa Capital Adequacy Ratio (CAR) berpengaruh negatif.
Sedangkan penelitian Mawardi (2005) menunjukkan hasil bahwa Capital
Adequacy Ratio (CAR) tidak berpengaruh terhadap Return on Asset (ROA)
Hasil penelitian mengenai pengaruh perubahan Net Interest Margin (NIM)
terhadap Return on Asset (ROA) menunjukkan hasil yang berbeda-beda.
Mabruroh (2004), Ponco (2008), Mawardi (2005), Setyarini (2009) menunjukan
bahwa Net Interest Margin (NIM) berpengaruh positif terhadap Return on Asset
(ROA) sedangkan penelitian Usman (2009) menunjukkan bahwa Net Interest
Margin (NIM) berpengaruh negatif terhadap Return on Asset (ROA).
Penelitian yang dilakukan oleh Buyung (2009), Ponco (2008),
Setyarini(2009), dan Mabruroh (2004) menunjukkan bahwa Loan to Deposit Ratio
(LDR) mempunyai pengaruh positif terhadap Return on Asset (ROA). Di lain
pihak, penelitian Usman (20030, Werdanintyas (2002) dan Mawardi (2005)
memperlihatkan hasil bahwa Loan to Deposit Ratio (LDR) mempunyai pengaruh
negatif terhadap Return on Asset (ROA). Di sisi lain, penelitia Sudarin (2005)
menunjukkan bahwa LDR tidak berpengaruh terhadap ROA.
Penelitian tentang pengaruh Non Performing Loan (NPL) terhadap Return
On Assets (ROA) yang dilakukan oleh Buyung (2009), Ponco (2008), Mawardi
(2005) menunjukkan pengaruh negatif. Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh
Sudarini (2005) danUsman (2003) menunjukkan bahwa Non Performing Loan
(NPL) tidak berpengaruh terhadap Return On Assets (ROA). Berbeda dengan
penelitian sebelumnya, penelitian Mabruroh (2004) mnunjukkan bahwa NPL tidak
berpengaruh terhadap ROA.
5
Penelitian yang dilakukan oleh Buyung (2009), Ponco (2008), Setyarini
(2009) menunjukkan bahwa Biaya Operasioanl Pendaptan Operasional (BOPO)
berpengaruh negatif terhadap Return on Asset (ROA). Namun, di sisi lain,
penelitian yang dilakukan oleh Sudarini (2005) dan Mabruroh (2004)
menunjukkan bahwa Biaya Operasioanl Pendaptan Operasional (BOPO)
berpengaruh positif terhadap Return on Asset (ROA).
Penelitian mengenai pengaruh Giro Wajib Minimum (GWM) terhadap
Return on Asset (ROA) menunjukkan hasil yang berbeda-beda. Setyarini (2009)
menunjukkan hasil bahwa Giro Wajib Minimum (GWM) berpengaruh negatif
tidak signifikan Return on Asset (ROA), sedangkan penelitian Mabruroh (2004)
menunjukkan pengaruh positif
Berdasarkan adanya research gap dari hasil penelitian terdahulu dan
fenomena rata-rata ROA di tahun 2005-2008, maka penulis merasa perlu untuk
melakukan penelitian mengenai pengaruh CAR, NIM, LDR, NPL, BOPO, dan
GWM terhadap ROA pada Bank Daerah pada tahun 2005-2008.
B. TELAAH PUSTAKA
Bank menurut Undang-Undang No.7 tahun 1992 tentang perbankan
sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 10 tahun 1998 adalah
badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan
menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk
lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa pengertian bank adalah lembaga-lembaga perantara (financial
intermediary) antara pihak yang kelebihan dana (surplus unit) dan pihak yang
kekurangan dana (deficit unit) sebagai upaya memperlancar lalu lintas
pembayaran. Dengan kata lain bank adalah suatu lembaga keuangan yang usaha
pokoknya memberikan kredit serta jasa-jasa dalam lalu lintas pembayaran dan
peredaran uang (Siamat,2005).
Penilaian kinerja perbankan dimaksudkan untuk menilai keberhasilan
manajemen di dalam mengelola suatu badan usaha. Menurut Zainuddin dan
6
Hartono (1999) kinerja keuangan dapat diukur dengan berbagai macam variabel
atau indikator, antara lain melalui laporan keuangan perusahaan yang
bersangkutan. Berdasarkan laporan keuangan ini dapat dihitung sejumlah rasio
keuangan yang umum digunakan sebagai dasar di dalam penilain kinerja
perusahaan. Dalam menganalisis laporan keuangan dibutuhkan proksi-proksi
berupa rasio keuangan. Rasio keuangan akan memberikan pemahaman yang lebih
baik terhadap prestasi dan kondisi keuangan daripada hanya terbatas pada data
keuangan (Mabruroh, 2004). Menurut Husnan (2004) aspek-aspek yang dinilai
dalam rasio keuangan diklasifikasikan menjadi aspek leverage, likuiditas,
profitabilitas atau efisiensi, dan rasio-rasio nilai pasar.
1. Return on Asset (ROA)
Menurut Buyung (2009) laba yang diraih dari kegiatan yang dilakukan
merupakan cerminan kinerja sebuah perusahaan dalam menjalankan usahanya.
Mengukur besarnya laba menjadi begitu penting untuk mengetahui apakah
perusahaan telah menjalankan usahanya secara efisien, karena efisiensi baru dapat
diketahui dengan membandingkan laba yang diperoleh dengan aktiva atau modal
yang menghasilkan laba tersebut, atau dengan kata lain adalah menghitung
profitabilitas. Salah satu proksi untuk mengukur tingkat profitabilitas adalah
Return On Assets (ROA). ROA merupakan rasio rentabilitas yang menunjukkan
kemampuan dari modal yang diinvestasikan dalam keseluruhan aktiva untuk
menghasilkan keuntungan bersih atau laba selama periode tertentu (Achmad,
2003). Sedangkan menurut Surat Edaran BI No. 6/23 DPNP tanggal 31 Mei 2004,
Return on Asset (ROA) merupakan perbandingan antara laba sebelum pajak
dengan total asset dalam satu periode. Jika rasio rentabilitas menunjukkan suatu
peningkatan, maka dapat dikatakan bahwa ROA efisien.
2. Capital Adequancy Ratio (CAR)
Modal merupakan faktor yang paling penting bagi perkembangan dan
kemajuan bank serta upaya untuk tetap menjaga kepercayaan masyarakat.
Sebagaimana layaknya sebuah badan usaha, maka modal bank juga harus
7
digunakan untuk menjaga kemungkinan timbulnya risiko kerugian sebagai akibat
dari pergerakan aktiva bank sebagian besar berasal dari dana pihak ketiga
(Sinungan, 2000). Untuk menghitung rasio permodalan diproksikan dengan
Capital Adequancy Ratio (CAR). Menurut Achmad (2003) CAR merupakan rasio
permodalan yang menunjukkan kemampuan bank dalam menyediakan dana,
untuk keperluan pengembangan usaha dan menampung kemungkinan risiko
kerugian yang diakibatkan dalam operasional bank. Rasio ini untuk mengukur
efisiensi kecukupan modal untuk mendukung kegiatan bank, kemampuan
permodalan bank untuk menyerap kerugian dan tingkat kekayaan bank (Teguh
Pudjo, 1999 ; Mawardi, 2005) Menurut Peraturan Bank Indonesia Nomor
10/15/PBI/2008 tentang Kewajiban Penyediaan Modal Minimum Bank Umum,
bank wajib menyediakan modal minimum sebesar 8% dari Aktiva Tertimbang
Menurut Risiko (ATMR). Semakin tinggi CAR, semakin kokoh juga suatu bank.
Perhitungan CAR terdiri dari:
1. Modal sendiri, yang meliputi modal inti dan modal pelengkap
2. ATMR, yang terdiri atas jumlah antara ATMR yang dihitung berdasarkan
nilai masing-masing pos aktiva pada neraca bank dikalikan dengan bobot
risikonya masing-masing. Selain itu, ATMR dapat dihitung berdasarkan
nilai masing-masing aktiva pada rekening administrative bank dikalikan
dengan bobot risikonya masing-masing.
3. Net Interest Margin (NIM)
Net margin atau biasanya disebut spread adalah pendapatan utama bank
dan akan menetukan besarnya pendapatan bersih (net income) bank. Besarnya net
margin dipengaruhi oleh cost of fund dan tingkat bunga pinjaman (lending rate)
(Dendawijaya, 2000). Dalam dunia perbankan cost of fund dan tingkat bunga
pinjaman sangat dipengaruhi oleh suku bunga Bank Indonesia ( BI rate). Untuk
meningkatkan net income, maka net marginpun harus ditingkatkan. Biaya yang
harus dikeluarkan oleh bank kepada masing-masing sumber dana bank yang
bersangkutan, dalam hal ini berupa cost of fund akan menentukan berapa persen
8
bank harus menetapkan tingkat bunga kredit yang diberikan kepada nasabahnya
untuk memperoleh pendapatan netto bank. Tingkat suku bunga menentukan
besarnya NIM (Sadewo, 2009). NIM (Net Interest Margin), yaitu selisih
pendapatan bunga dengan biaya bunga (Januarti, 2002). Dan NIM suatu bank
sehat bila di atas 2%.
Perhitungan NIM terdiri dari (Achmad, 2003) :
1. Pendapatan bunga bersih diperoleh dari pendapatan bunga dikurangi
beban bunga
2. Aktiva produktif yang diperhitungkan adalah aktiva produktif yang
menghasilkan bunga seperti penempatan pada bank lain, surat
berharga, penyertaan, dan kredit yang diberikan.
4. Loan to Deposit Ratio (LDR)
Sebagai lembaga intermediary fungsi bank adalah menghimpun dana dari
masyarakat berupa giro, tabungan, deposito, dan lain lain, serta menyalurkan
kepada masyarakat dalam bentuk kredit. Namun, jumlah kredit yang diberkan
hendaknya seimbang dengan dana yang terhimpun. Menurut Achmad (2003) bila
jumlah kredit yang diberikan lebih kecil dari dana yang terhimpun, maka
kelebihan dana dapat ditempatkan pada hal lain yang berguna dengan risiko lebih
kecil.
Indikator untuk mengukur tingkat penyaluran kredit, digunakan Loan to
Deposit Ratio. Rasio ini dapat menunjukkan salah satu penilaian likuiditas bank.
LDR menyatakan seberapa jauh pemberian kredit dapat mengimbangi kewajiban
bank untuk segera memenuhi permintaan deposan yang ingin menarik kembali
uangnya yang telah digunakan bank untuk memberikan kredit (Dendawijaya,
2000)
9
Perhitungan LDR terdiri dari (Surat Edaran BI No. 6/23/DPNP tanggal 31
Mei 2004):
1. Kredit merupakan total kredit yang diberikan kepada pihak ketiga
(tidak termasuk kredit pada bank lain)
2. Dana pihak ketiga mencakup giro, tabungan, deposito (tidak
termasuk antar bank)
5. Non Performing Loan (NPL)
Dana yang dihimpun oleh bank akan menjadi beban bila didiamkan saja. Oleh
sebab itu bank harus mengalokasikan dananya secara efisien dengan
mepertimbangkan tingkat risiko (Januarti, 2002). Salah satu bentuk pengalokasian
dana tersebut adalah dalam bentuk pemberian kredit. Dalam pemberian kredit ini
perlu dilakukan analisis kredit, yakni suatu proses yang dimaksudkan untuk
menganalisis atau menilai suatu permohonan kredit yang diajukan oleh calon
debitor kredit (Dendawijaya, 2000). Hal ini untuk mencegah terjadinya default
oleh calon debitor, yang di dalam dunia perbankan dinamakan risiko kredit, yang
didefinisikan sebagai risiko kerugian yang dikaitkan dengan kemungkinan
kegagalan klien membayar kewajibannya atau risiko dimana debitur tidak dapat
melunasi hutangnya (Ghozali, 2007).
Proksi yang digunakan untuk mengukur besarnya risiko kredit yang harus
ditanggung bank adalah Non Performing Loan (NPL). Rasio ini menunjukkan
kemampuan manajemen bank dalam mengelola kredit bermasalah yang diberikan
oleh bank yang bersangkutan
6. Biaya Operasional Pendapatan Operasional (BOPO)
Menurut Sri S, dkk (2000), bank sebagai agent of trust, agent of
development, serta agent of services, maka salah satu kegiatan bank adalah
memberikan pelayanan jasa kepada masyarakat dengan menghimpun dan
menyalurkan dana. Melalui kegiatan ini, maka biaya dan pendapatan bank
didominasi oleh biaya bunga dan pendapatan bunga.
10
Menurut Dendawijaya (2000), biaya bunga ditentukan berdasarkan
penghitungan cost of loanable funds (COLF) secara weighted average cost,
sedangakan penghasilan bunga sebagian besar diperoleh dari interest income
(pendapatan bunga) dari jasa pemberian kredit kepada masyarakat, seperti bunga
pinjaman, provisi kredit, appraisal fee, supervision fee, commitment fee, dan lain-
lain
Untuk mengukur tingkat efisiensi dan kemampuan bank dalam melakukan
kegiatan operasinya, maka digunakan penghitungaan rasio biaya operasi. Menurut
Surat Edaran BI No. 6/23 DPNP tanggal 31 Mei 2004, rasio biaya operasional
diukur dari perbandingan antara biaya operasional terhadap pendapatan
operasional. Bank Indonesia menetapkan rasio BOPO adalah dibawah 94%,
karena jika rasio BOPO melebihi 96% maka bank tersebut dapat dikategorikan
tidak efisien dalam menjalanklan kegiatan operasionya.
7. Giro Wajib Minimum (GWM)
Giro Wajib Minimum menurut Peraturan Bank Indonesia Nomor
6/15/PNI/2004 adalah simpanan minimum yang harus dipelihara oleh bank dalam
bentuk saldo rekening giro pada Bank Indonesia. Semua bank yang beroperasi di
Indonesia diwajibkan memelihara saldo giro minimum dalam bentuk rupiah pada
Bank Indonesia, sedangkan bank devisa selain wajib memenuhi GWM Rupiah
juga diwajibkan memelihara GWM dalam valuta asing sebesar 3% dari Dana
Pihak Ketiga (DPK) dalam valuta asing (Siamat,2005)
Kewajiban pemeliharaan dan pemenuhan persentase GWM dihitung
dengan membandingkan jumlah Saldo Rekening Giro Bank pada Bank Indonesia
setiap hari dalam masa laporan terhadap rata-rata harian jumlah DPK dalam satu
masa laporan sebelumnya sebagai berikut (Siamat,2005)
Berdasarkan teori dan penelitian terdahulu maka digambarkan suatu
kerangka pemikiran teoritis mengenai pengaruh dari variabel yang akan
digunakan dalam penelitian ini. Capital Adequacy Ratio (CAR), Non Performing
Loan (NPL), Net Interest Margin (NIM), Loan to Deposit Ratio (LDR), Non
11
Performing Loan (NPL), Biaya Operasional Pendapatan Operasional (BOPO),
dan Giro Wajib Minimum (GWM) sebagai variabel independent (variabel bebas)
dan Return on Asset (ROA) sebagai variabel dependent (variabel terikat).
Sehingga kerangka pemikiran teoritis tersebut dapat digambarkan sebagai berikut:
Gambar 1.1
Kerangka Pemikiran Teoritis
Pengaruh CAR, NIM, LDR, NPL, BOPO, dan GWM terhadap ROA
H1 (+)
H2 (+)
H3 (+)
H4 (-)
H5 (-)
H6 (-)
Sumber : Setyarini (2009); Ponco (2008); Sudarini (2005)
C. METODE PENELITIAN
1. Jenis dan Sumber Data
Dalam penelitian ini data yang digunakan adalah data sekunder berupa
data time series untuk semua variabel, yaitu Return on Asset (ROA), Capital
Adequancy Ratio (CAR), Net Interest Margin (NIM), Loan to Debt Ratio (LDR),
Non performing Loan (NPL), Biaya Operasional dan Pendapatan Operasional
(BOPO), dan Giro Wajib Minimum (GWM) yang berupa rasio.
Sumber data dalam penelitian ini diperoleh dari periode data sekunder
berupa laporan keuangan perode tahun 2005-2008 yang dipublikasikan untuk
CAR
NIM
GWM
LDR
NPL
BOPO
Return On Asset
(ROA)
12
umum serta tercantum dalam Direktori Perbankan Indonesia yang diterbitkan oleh
Bank Indonesia. Periodisasi data penelitian yang mencakup data periode 2005-
2008 dipandang cukup mewakili kondisi perbankan di Indonesia dan dapat
digunakan sebagai variabel untuk mengetahui bagaimana variabel berpengaruh
terhadap ROA.
2. Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi penelitian ini adalah seluruh Bank Daerah di Indonesia, yaitu
sebanyak 26 bank, dengan periode amatan 2005 sampai dengan akhir 2008.
Penyampelan pada penelitian ini menggunakan metode purposive sampling.
Pemilihan purposive sampling adalah pengambilan sampel bertujuan dilakukan
dengan mengambil sampel populasi berdasarkan suatu kriteria tertentu.
3. Metode Analisis Data
Analisis data dapat dilakukan untuk memberikan gambaran atau deskripsi
empiris atas data yang dikumpulkan dalam penelitian. Selain itu, analisis data juga
digunakan untuk menguji hipotesis penelitian yang diajukan dan atas dasar itu
sebuah kesimpulan ditarik (Ferdinand, 2007). Analisis data dibantu dengan
program Statistical Package Social Sciences (SPSS) versi 16. Analisis data yang
digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi linear berganda. Dalam
pengujian alat analisis regresi perlu dilakukan pengujian asumsi klasik agar hasil
analisis regresi menunjukkan hubungan yang valid. Di samping itu, diperlukan
statistik deskriptif untuk memberikan gambaran análisis deskriptif (Ghozali, 2005)
3.1 Uji Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan variabel-variabel
dalam penelitian ini.
13
3.2 Uji Asumsi Klasik
3.2.1 Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model
regresi, variabel terikat, variabel pengganggu atau residual di dalam
suatu persamaan memiliki distribusi normal.
3.2.2 Uji Multikolinearitas
Menurut Ghozali (2005) uji ini bertujuan untuk menguji apakah
pada model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel
independen. Pada model regresi yang baik seharusnya antar variabel
independen tidak terjadi korelasi.
3.2.3 Uji Autokorelasi
Uji Autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam suatu
model regresi linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada
periode t dengan kesalahan periode t-1 (sebelumnya). Jika terjadi
korelasi maka dinamakan ada problem autokorelasi. Model regresi
yang baik adalah yang bebas autokorelasi.
3.2.4 Uji Heteroskedastisitas
Uji Heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam
model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu
pengamatan ke pengamatan lain. Model regresi yang baik adalah yang
terjadi homokedastisitas atau tidak terjadi heteroskedastisitas.
3.3 Analisis Regresi Berganda
Untuk mengetahui apakah ada pengaruh yang signifikan dari
variabel independen terhadap variabel dependen maka digunakan model
regresi linier berganda (multiple linier regression method)
14
3.4 Goodness of Fit
Ketepatan fungsi regresi sampel dalammenaksir nilai actual dapat diukur
dari Goodness of fitnnya, Secara statistik, setidaknya ini dapat diukur dari nilai
koefisien determinasi, nilai statistik Fdan nilai statistik t (Ghozali, 2005)
3.4.1 Koefisien Determinasi (R2)
Koefisien determinasi (R2) pada intinya mengukur seberapa jauh
kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen
3.4.2 Uji Signifikasi Simultan (Uji F)
Uji Goodness of Fit atau uji signifikansi F pada dasarnya menunjukkan
apakah semua variabel independen atau bebas yang dimasukkan dalam model
mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel dependen/terikat.
3.4.3 Uji Signifikansi Parameter individual (Uji Statistik t)
Uji statistik t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu
variabel penjelas/independen secara individual dalam menerangkan variasi
variabel dependen.
4. PEMBAHASAN
4.1 Analisis Statistik Deskriptif
Analisis statistik deskriptif dilakukan dengan membandingkan nilai
minimum, nilai maksimum dan rata-rata dari sampel. Analisis deskriptif dalam
Tabel 4.3 merupakan analisis deskriptif untuk variabel bebas Return On Assets
(ROA) dan variabel terikat yaitu CAR, NIM, LDR, NPL, BOPO, dan GWM.
15
Tabel 4.1
Analisis Statistik Deskriptif Tahun 2005-2008
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean
Std.
Deviation
CAR 100 10.29 58.46 23.4708 9.20206
NIM 100 5.05 17.31 9.7165 2.73539
LDR 100 17.11 128.48 59.3232 25.64659
NPL 100 .00 14.44 2.4276 2.45856
BOPO 100 49.17 94.41 74.2110 8.62443
GWM 100 5.09 52.84 10.9277 7.19125
ROA 100 .97 7.12 3.3716 1.28616
Valid N
(listwise) 100
Sumber : Data Sekunder yang Diolah dengan SPSS 16.0
Berdasarkan Tabel 4.1 di atas dapat secara rinci deskripsi masing-masing
variabel dapat djelaskan sebagai berikut :
1. Capital Adequacy Ratio (CAR)
Data variabel Capital Adequacy Ratio (CAR) terendah (minimum) adalah
10,29% pada PT BPD Bengkulu tahun 2005, sedangkan nilai maksimum
58,46% pada PT BPD Sulawesi Tenggara tahun 2007. Nilai rata-ratanya
(mean) 23,4708% dengan standar deviasi sebesar 9,20206%. Dari data
tersebut menunjukkan bahwa selama periode amatan tahun 2005 sampai
dengan 2008, Bank Daerah yang diteliti memiliki rata-rata CAR sebesar
23,4708%, dimana nilai ini di atas standar minimum yang ditetapkan oleh
16
Bank Indonesia yaitu 8% (Surat Edaran BI No. 6/23 DPNP tanggal 31 Mei
2004).
2. Net Interest Margin (NIM)
Data variabel Net Interest Margin (NIM) terendah (minimum) adalah
5,05% pada PT BPD Riau tahun 2007, sedangkan nilai maksimum 17,31%
pada PT BPD Sulawesi Utara tahun 2005 Nilai rata-rata (mean) 9,7165%
dengan standar deviasi sebesar 2,73539%. Suatu bank dikatakan sehat
apabila tingkat Net Interest Margin (NIM) di atas 2%. Dari tabel di atas
menunjukkan bahwa rat-rata Net Interest Margin (NIM) pada Bank
Daerah di atas 2%, sehingga bank-bank tersebut digolongkan bank yang
sehat.
3. Loan to Deposit Ratio (LDR)
Data variabel Loan to Deposit Ratio (LDR) terendah (minimum) adalah
17,11% pada PT BPD Riau tahun 2006, sedangkan nilai maksimum adalah
128,48% pada PT BPD NTB tahun 2008. Nilai rata-ratanya (mean)
59,3232% dengan standar deviasi sebesar 25,64659%. Nilai rata-rata LDR
sebesar 59,3232% menunjukkan bahwa nilai tersebut dikatakan masih
cukup baik karena di bawah standar maksimum yang ditentukan oleh Bank
Indonesia sebesar 100% (Surat Edaran BI No. 6/23 DPNP tanggal 31 Mei
2004).
4. Non Performing Loan (NPL)
Data variabel Non Performing Loan (NPL) terendah (minimum) adalah
0,00% pada PT BPD Sulawesi Selatan tahun 2007 sampai 2008,
sedangkan nilai maksimum adalah 14,44% pada PT BPD Sulawesi Tengah
tahun 2005. Nilai rata-rata (mean) 2,4276% dengan standar deviasi sebesar
2,45856%. Nilai rata-rata NPL sebesar 2,4276% menunjukkan bahwa
secara umum Bank Daerah memiliki NPL di bawah standar maksimum
dari nilai yang ditetapkan oleh Bank Indonesia sebesar 5% (Surat Edaran
BI No. 6/23 DPNP tanggal 31 Mei 2004).
17
5. Biaya Operasi terhadap Pendapatan Operasi (BOPO)
Data variabel Biaya Operasi terhadap Pendapatan Operasi (BOPO)
terendah (minimum) adalah 49,17% pada PT BPD Sulawesi Tenggara
tahun 2007 sedangkan nilai maksimumnya sebesar 94,41% pada PT BPD
Maluku tahun 2005. Nilai rata-ratanya sebesar 74,2110% dengan standar
deviasi sebesar 8,62443%. Nilai ini dapat dikatakan cukup baik karena
sesuai dengan standar yang ditetapkan oleh Bank Indonesia, besarnya
BOPO maksimum sebesar 94% (Surat Edaran BI No. 6/23 DPNP tanggal
31 Mei 2004).
6. Giro Wajib Minimum (GWM)
Data variabel Giro wajib Minimum (GWM) terendah (minimum) adalah
5,09% pada PT BPD Maluku tahun 2008 sedangkan nilai maksimumnya
sebesar 52,84% pada BPD Jambi tahun 2006. Nilai rata-ratanya sebesar
10,9277% dengan standar deviasi sebesar 7,19125%.
7. Return on Asset (ROA)
Data variabel Return on Asset (ROA) terendah (minimum) adalah 0,97%
yaitu PT BPD Maluku tahun 2005 sedangkan nilai maksimumnya sebesar
7,12% yaitu PT BPD Sulawesi Tenggara tahun 2007. Nilai rata-rata
(mean) 3,3716% dengan standar deviasi sebesar 1,28616%. Nilai rata-rata
ROA sebesar 3,3716% ini berada di atas standar minimum yang
ditetapkan oleh Bank Indonesia yaitu 1,25% (Surat Edaran BI No. 6/23
DPNP tanggal 31 Mei 2004) sehingga nilai ini dapat dikatakan cukup baik.
4.2 Uji Asumsi Klasik
4.2.1 Uji Normalitas
1. Analisis Grafik
Hasil uji Normalitas dapat dideteksi dengan melihat grafik histogram dan
Normal probability plot dibawah ini
18
Gambar 4.1
Grafik Histogram
Sumber : Data Sekunder yang Diolah dengan SPSS 16.0
Dengan melihat tampilan grafik histogram pada gambar 4.1 dapat
disimpulkan bahwa grafik histogram menunjukkan pola distribusi normal dan
berbentuk simetris, tidak menceng (skewness) ke kanan atau ke kiri.
Gambar 4.2
Normal Probability Plot
Sumber : Data Sekunder yang Diolah dengan SPSS 16.0
Pada grafik normal plot terlihat titik-titik menyebar di sekitar garis
diagonal dan mengikuti arah garis diagonalnya, selain itu penyebarannya juga
19
tidak melenceng jauh dari garis diagonal. Dengan kata lain dapat disimpulakan
bahwa grafik di atas menunjukkan pola distribusi normal, maka model regresi
memenuhi asumsi normalitas.
2. Analisis Statistik
Tabel 4.2
Hasil Uji Kolmogorov-Smirnov
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized
Residual
N 100
Normal Parametersa Mean .0000000
Std. Deviation .53601210
Most Extreme Differences Absolute .126
Positive .118
Negative -.126
Kolmogorov-Smirnov Z 1.265
Asymp. Sig. (2-tailed) .082
a. Test distribution is Normal.
Sumber : Data Sekunder yang Diolah dengan SPSS 16.0
Hasil uji normalitas pada tabel 4.4 terhadap data residual menunjukan
bahwa besarnya Asymp. Sig (2-tailed) sebesar 1,265, nilai Asymp. Sig (2-tailed)
0,082 diatas tingkat segnifikansi 0,05, sehingga dapat dinyatakan bahwa Ho
ditolak sehingga data terdistribusi normal.
20
4.2.2 Uji Multikolinearitas
Tabel 4.4
Uji Multikolinearitas
Sumber : Data Sekunder yang Diolah dengan SPSS 16.0
Hasil perhitungan nilai tolerance pada tabel di atas menunjukkan tidak
ada variabel independen yang memiliki nilai tolerance kurang dari 0,10 yang
artinya tidak ada korelasi antarvariabel independen yang nilainya lebih ari 95%.
Hasil perhitungan Variance Inflation Factor (VIF) juga menunjukkan hal yang
serupa, tidak ada satu variable yang mempunyai nilai VIF melebihi 10. Jadi, dapat
dikatakan bahwa tidak ada mulkolonieritas antarvariabel independen dalam model
regresi.
Coefficientsa
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
T Sig.
Collinearity Statistics
B
Std.
Error Beta Tolerance VIF
1 (Constant) 9.809 .688 14.266 .000
CAR .008 .008 .057 1.040 .301 .618 1.619
NIM .116 .022 .247 5.289 .000 .853 1.172
LDR .014 .003 .274 5.233 .000 .683 1.463
NPL -.032 .025 -.061 -1.283 .203 .834 1.199
BOPO -.113 .008 -.757 -14.763 .000 .710 1.408
GWM -.010 .008 -.058 -1.225 .224 .831 1.204
a. Dependent Variable: ROA
21
4.2.3 Uji Heterokedastisitas
Uji heterokedastisitas bertujuan untuk menentukan apakah dalam model
regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke
pengamatan lain (Ghozali, 2005). Apabila dalam model regresi terjadi gejala
heterokedastisitas, maka penaksir (estimator) yang diperoleh tidak efisien, Model
regresi yang baik adalah model regresi yang homokedastisitas.Hasil uji
heteroskedastisitas dapat dilihat melalui scatter plot pada Gambar 4.3.
Gambar 4.3
Scatter Plot
Sumber : Data Sekunder yang Diolah dengan SPSS 16.0
Dari gambar 4.3 terlihat bahwa grafik scatterplot mempunyai titik-titik yang
menyebar dan acak, baik di bawah angka 0 pada sumbu Y serta tidak memiliki
pola tertentu. Hal ini menunjukkan bahwa tidak terjadi heterokedastisitas sehingga
model regresi layak dipakai untuk memprediksi factor-faktor yang mempengaruhi
Return On Assets (ROA)
4.2.4 Uji Autokorelasi
Data terbebas dari masalah autokorelasi jika nilai Durbin-Watson (d) lebih
besar dari nilai du dan lebih kecil dari nilai 4-du (du < d < 4-du).
22
Tabel 4.5
Hasil Uji Autokorelasi
Model Summaryb
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate Durbin-Watson
1 .909a .826 .815 .55303 2.005
a. Predictors: (Constant), GWM, NPL, NIM, BOPO, LDR, CAR
b. Dependent Variable: ROA
Sumber : Data Sekunder yang Diolah dengan SPSS 16.0
Gambar 4.4
Hasil Uji Autokorelasi
Positive No- Negative
Autocorrelation Indication Autocorrelation Indication Autocorrelation
0 dl du DW 4-du 4-dl 4
1,803 2.005 2,197
Sumber : Data Sekunder yang Diolah dengan SPSS 16.0
Pada Tabel 4.7 terlihat bahwa nilai d untuk tahun penelitian adalah
2,005. Nilai tersebut terletak pada du<d<4-du, seperti yang tampak pada Gambar
4.4. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pada model regresi tersebut terbebas dari
masalah autokorelasi.
23
4.3 Analisis Regresi Linear Berganda
Berdasarkan pada hasil analisis yang telah dilakukan, maka persamaan
regresi yang terbentuk adalah sebagai berikut:
ROA= 9,809+0,008CAR+0,116NIM + 0,014LDR–0,032NPL– 0,113BOPO-0,010GWM
4.4 Goodness of Fit
4.4.1 Uji Koefisien Determinasi (R2)
Dari tabel 4.5 dapat dilihat bahwa besarnya adjusted R2
adalah 0,815 hal
ini berarti 81,5% variasi ROA dapat dijelaskan oleh variasi dari keenam variable
independen, yakni CAR, NIM, LDR, NPL, BOPO dan GWM. Sedangkan sisanya,
yakni sebesar 18,5% dijelaskan oleh sebab-sebab lain di luar model yang tidak
dijelaskan dalam penelitian ini.
4.4.2 Uji Signifikasi Simultan (Uji F)
Uji F dilakukan dengan membandingkan besarnya Fhitung dengan Ftabel atau
dapat pula dengan melihat probabilitasnya. Apabila Fhitung lebih besar daripada
Ftabel maka semua variabel independen berpengaruh secara bersama-sama terhadap
variabel dependen. Sedangkan pengujian dengan melihat probabilitas yaitu
apabila probabilitasnya lebih kecil dari taraf signifikansi (5%) maka model
diterima. Besarnya Fhitung atau probabilitas dapat dilihat dalam tabel ANOVA.
Hasil uji F dalam penelitian ini dapat dilihat sebagai berikut:
24
Tabel 4.7
Hasil Uji Signifikansi Simultan (Uji F)
ANOVAb
Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig.
1 Regression 135.323 6 22.554 73.742 .000a
Residual 28.444 93 .306
Total 163.766 99
a. Predictors: (Constant), GWM, NPL, NIM, BOPO, LDR, CAR
b. Dependent Variable: ROA
Berdasarkan hasil perhitungan, seperti yang tampak pada Tabel 4,7,
diperoleh Fhitung sebesar 73,742 dan Ftabel sebesar 2,20 atau dengan kata lain Fhitung
lebih besar daripada Ftabel. Maka dapat disimpulkan bahwa keenam variabel bebas
(CAR, NIM, LDR, NPL, BOPO, dan GWM) secara bersama-sama mempengaruhi
variabel dependen (ROA).
4.4.3 Uji Signifikansi Parameter individual (Uji Statistik t)
Uji statistik t pada dasarnya menunjukkan apakah variabel independen
yang dimasukkan dalam model yaitu variabel CAR, NIM, LDR, NPL, BOPO dan
GWM mempunyai pengaruh secara parsial terhadap variabel dependen yaitu ROA
dengan mengasumsikan bahwa variabel lain dianggap konstan. Variabel dependen
dinyatakan signifikan apabila t hitungnya lebih besar dibandingkan dengan t tabel.
Berdasarkan Tabel 4.6, hasil uji t dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Capital Adequacy Ratio (CAR) berpengaruh positif terhadap Return
on Asset (ROA)
25
Dari hasil penelitian diperoleh koefisien regresi variabel Capital Adequacy
Ratio (CAR) denga arah positif 0,008 dengan nilai signifikasi 0,301 dimana nilai
ini tidak signifikan pada tingkat signifikansi 0,05 karena lebih besar dari 0,05.
Hasil uji hipotesis menunjukkan bahwa variabel Capital Adequacy Ratio (CAR)
tidak berpengaruh terhadap Return on Asset (ROA). Dengan demikian hipotesis
yang menyatakan bahwa Capital Adequacy Ratio (CAR) berpengaruh positif
terhadap Return on Asset (ROA) ditolak. Hasil penelitian ini berbeda dengan
penelitian yang dilakukan oleh Werdaningtyas (2002), Buyung (2009), Ponco
(2008), Setyarini (2009) bahwa variabel Capital Adequacy Ratio (CAR)
berpengaruh positif terhadap Return on Asset (ROA). Namun penelitian ini
mendukung penelitian yang dilakukan oleh Mawardi (2005) yang menunjukkan
hasil bahwa Capital Adequacy Ratio (CAR) tidak berpengaruh terhadap Return on
Asset (ROA)
Pada dasarnya Capital Adequacy Ratio (CAR) merupakan modal yang
dicadangkan oleh bank yang menunjukkan kemampuan bank dalam menyediakan
dana, untuk keperluan pengembangan usaha dan menampung kemungkinan risiko
kerugian yang diakibatkan dalam operasional bank, yang selanjutnya dapat
meningkatkan kepercayaan masyarakat yang pada akhirnya akan meningkatkan
penghimpunan dana pihak ketiga dan Return on Asset (ROA). Pada kenyataannya
terkadang nasabah tidak menjadikan Capital Adequacy Ratio (CAR) sebagai
bahan pertimbangan, namun kepercayaan masyarakat lebih dipengaruhi karena
adanya jaminan pemerintah terhadap dana yang disimpan di bank
Hampir secara keseluruhan CAR pada Bank daerah di Indonesia di atas
8%, bahkan mencapai 50,41%. Hal ini disebabkan adanya penambahan dana oleh
pemerintah daerah dalam rangka ekspansi kredit. Namun, kenyataannya Bank
Daerah mengalokasikan dana tersebut untuk membeli Sertifikat Bank Indonesia
dengan ATMR yang relatif kecil. Terbukti sampai tahun 2007, SBI Bank Daerah
telah mencapai 24,35% dari total SBI perbankan. Hal ini menyebabkan CAR tetap
besar. CAR yang besar menandakan idle fund pun besar, sehingga bank tidak
menjalankan fungsinya sebagai lembaga perantara.
26
2. Net Interest Margin (NIM) berpengaruh positif terhadap Return on
Asset (ROA)
Hipotesis kedua yang diajukan menyatakan Net Interest Margin (NIM)
berpengaruh positif terhadap Return on Asset (ROA) pada pada Bank Daerah.
Dari hasil penelitian diperoleh koefisien regresi variabel Net Interest Margin
(NIM) dengan arah positif sebesar 0,116 dengan nilai signifikansi sebesar 0,00
dimana nilai ini signifikan pada tingkat signifikansi 0,05 karena lebih kecil dari
0,05. Dengan demikian hipotesis kedua yang menyatakan bahwa Net Interest
Margin (NIM) berpengaruh positif terhadap Return on Asset (ROA) dapat
diterima. Hasi penelitian ini mendukung penelitian yang dilakukan olehPonco
(2008) dan Setyarini (2009) menunjukkan hasil bahwa Net Interset Margin (NIM)
berpengaruh positif dan signifikan Return on Asset (ROA).
Net Interest Margin (NIM) menunjukkan jumlah pendapatan bunga bersih
yang diperoleh dalam menggunakan aktiva produktif yang dimilki oleh bank
(Acmad, 2003). Ini berarti semakin tinggi tingkat Net Interest Margin (NIM)
maka akan semakin tinggi pula tingkat Return on Asset (ROA).
3. Loan to Deposit Ratio (LDR) berpengatuh positif terhadap Return On
Asset (ROA)
Hipotesis ketiga yang diajukan menyatakan bahwa Loan to Deposit Ratio
(LDR) berpengaruh positif terhadap Return On Asset (ROA) Dari hasil penelitian
diperoleh koefisien regresi variable Loan to Deposit Ratio (LDR) dengan arah
positif sebesar 0,014 dengan nilai signifikansi sebesar 0,000, dimana nilai ini
signifikan pada tingkat signifikansi 0,05 karena lebih kecil dari 0,05. Dengan
demikian hipotesis ketiga yang menyatakan bahwa Loan to Deposit Ratio (LDR)
berpengaruh positif terhadap Return On Asset (ROA) dapat diterima. Hasil
penelitian ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh Buyung (2009), Ponco
(2008), dan Setyarini (2009)
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa semaikn tinggi tingkat Loan to
Deposit Ratio (LDR) maka Return On Asset (ROA)pun akan meningkat. Suatu
27
bank dapat menyalurkan kreditnya dalam batas toleransi yang ditetapkan, ini
mengindikasikan bahwa bank tersebut dalam menyalurkan dananya secara efisien.
Artinya, bank akan mendapatkan tambahan pendapatan dari bunga yang
dibebankan kepada deposan (dengan asumsi tidak ada kredit macet). Tambahan
bunga ini akan meningkatkan laba yang diperoleh, yang dapat diproksikan dengan
ROA.
4. Non Performing Loan (NPL) berpengaruh negative terhadap Return
on Asset (ROA)
Hipotesis keempat yang diajukan menyatakan bahwa Non Performing
Loan (NPL) berpengaruh negatif terhadap Return on Asset (ROA). Dari hasil
penelitian diperoleh koefisien regresi variabel Non Performing Loan (NPL)
dengan arah negatif sebesar 0,032 dengan nilai signifikansi sebesar 0,203, dimana
nilai ini tidak signifikan pada tingkat signifikansi 0,05 karena lebih besar dari
0,05. Hasil uji hipotesis menunjukkan bahwa Non Performing Loan (NPL) tidak
berpengaruh terhadap Return on Asset (ROA). Hasil penelitian ini berbeda dengan
penelitian yang dilakukan oleh Buyung (2009), Ponco (2008), dan Mawardi
(2005) yang menyatakan bahwa Non Performing Loan (NPL) berpengaruh negatif
terhadap Return on Asset (ROA). Hasil penelitian ini mendukung penelitian yang
dilakukan oleh Sudarini (2005) dan Usman (2003) menunjukkan bahwa Non
Performing Loan (NPL) tidak berpengaruh terhadap Return On Assets (ROA)
Berdasarkan data yang ada, rata-rata tingkat NPL memang tergolong
rendah, di bawah 5%. Hal ini disebabkan karena penyaluran kredit kepada pihak
ketiga rendah, yakni 59,32% sehingga walaupun rata-rata NPL di bawah 5%,
tidak memyebabkan naiknya ROA. Menurut Suteja (2008) NPL tidak
berpengaruh terhadap ROA karena bank dapat menjual aset yang dijaminkan oleh
kreditur sehingga dapat menutup kembali besarnya kredit macet.
.
28
5. Biaya Operasional Pendapatan Operasional (BOPO) berpengaruh
negative terhadap Return on Asset (ROA)
Hipotesis kelima yang diajukan menyatakan bahwa BOPO berpengaruh
negatif terhadap Return on Asset (ROA). Dari hasil penelitian diperoleh koefisien
regresi variable BOPO dengan arah negatif 0,113 dengan nilai signifikasi 0,00
dimana nilai ini signifikan pada tingkat signifikansi 0,05 karena lebih kecil dari
0,05. Hasil uji hipotesis menunjukkan bahwa variabel BOPO berpengaruh negatif
terhadap Return on Asset (ROA). Dengan demikian hipotesis yang menyatakan
bahwa BOPO berpengaruh negatif terhadap Return on Asset (ROA) dapat
diterima. Hasil penelitian ini sesuai dengan yang dilakukan oleh Buyung (2009),
Ponco (2008), Setyarini (2009), Mawardi (2005).
Penelitian ini menunjukkan semakin rendah tingkat BOPO, maka Return
on Asset (ROA) akan semakin meningkat. Hal ini disebabkan karena tingkat
efisiensi bank dalam menjalankan operasinya berpengaruh terhadap pendapatan
atau earning yang dihasilkan oleh bank tersebut. Jika kegiatan operasional
dilakukan dengan efisien (dalam hal ini nilai rasio BOPO rendah), maka
pendapatan yang dihasilkan tersebut akan naik. Selain itu, besarnya rasio BOPO
juga disebabkan karena tingginya biaya dana yang dihimpun dan rendahnya
pendapatan bunga dari penanaman dana. Sehingga semakin besar BOPO, maka
akan semakin kecil Return on Asset (ROA).
6. Giro Wajib Minimum (GWM) berpengaruh terhadap Return on Asset
(ROA)
Hipotesis keenam yang diajukan menyatakan bahwa GWM berpengaruh
negatif terhadap Return on Asset (ROA) Dari hasil penelitian diperoleh koefisien
regresi variable GWM dengan arah negatif 0,010 dengan nilai signifikasi 0,224
dimana nilai ini tidak signifikan pada tingkat signifikansi 0,05 karena lebih besar
dari 0,05. Hasil uji hipotesis menunjukkan bahwa variabel GWM tidak
berpengaruh terhadap Return on Asset (ROA). Dengan demikian hipotesis yang
menyatakan bahwa GWM berpengaruh negatif terhadap Return on Asset (ROA)
29
ditolak. Hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh
Mabroroh (2004) bahwa variabel GWM berpengaruh positif terhadap Return on
Asset (ROA).
Dari dari Tabel Statistik Deskriptif, dapat dilihat bahwa nilai minimum
GWM sesuai dengan Surat Edaran BI No. 6/23 DPNP tanggal 31 Mei 2004,
yakni 5,09%, namun nilai ROA masih di bawah ketentuan Bank Indonesia, yakni
0,97%. Dilihat dari tabel 1.2, terjadi kenaikan GWM dan secara teoritis akan
diikuti penurunan margin, karena terjadi kenaikan cost of loanable fund dan
lending rate. Namun apabila dilihat dari data lapangan, lending rate mengalami
penurunan namun diimbangi oleh kenaikan fee based income, sehingga margin
yang didapat tetap.
30
DAFTAR PUSTAKA
Buyung Nusantara, Ahmad. 2009. Analisis Pengaruh NPL, CAR, LDR dan
BOPO terhadap Profitabilitas Bank (Perbandingan Bank Umum Go Publik
dan Bank Umum Non Go Pubik 2005-2007), Tesis Program Pasca sarjana
Magister Manajemen Universitas Diponeoro (Tidak Dipublikasikan)
Dendawijaya, Lukman. 2000. Manajemen Perbankan. Jakarta : Ghalia Indonesia
Direktori Perbankan Indonesia 2008, 2009
Edhi, Bayu Sajewo. 2009. Analisis Pengaruh NPL, PPAP dan PLO terhadap ROA
(studi kasus pada bank umum di Indonesia periode 2004-2007). Tesis
Program Pasca Sarjana Magister Manajemen UNDIP. Semarang. (Tidak
Dipublikasikan)
Edratna. 2007. “Implementasi Otoda dan Peranan Perbankan untuk Mendukukung
Ekonomi di Daerah, h.n.p, http://edratna.wordpress.com. Diakses tanggal 20
Oktober 2010
Endri. 2009. “Penguatan Stabilitas Sistem Keuangan Melalui Peningkatan Fungsi
Intermediasi dan Efisiensi Bank Pembangunan Daerah (BPD)”, Jurnal
Keuangan dan Perbankan, Vol 13 No. 1 Januari 2009
Etty M. Nasser dan Titik Aryati. 2000. “Model Analisis CAMEL untuk
Memprediksi Financial Disstres pada Sektor Perbankan yang Go Public”.
JAAI. Vol 4 no 2 Desember 2000
Ferdinand, Augusty. 2006. Metode Penelitian Manajemen. Semarang : Pustaka
Kunci
Ghozali, Imam, 2005. Analisis Multivariate SPSS. Semarang : Badan Penerbit
Universitas Diponegoro
Ghozali, Imam. 2007. Manajemen Risiko Perbankan. Semarang : Badan Penerbit
Universitas Diponegoro
Gujarati, Damodar. 1999. Ekonometrika Dasar. Jakarta : Erlangga
Hasibuan, Malayu. 2006. Dasar-Dasar Perbankan. Jakarta : PT Bumi Aksara
Indira Januarti. 2002. “Variabel Proksi CAMEL dan Karakteristik Bank Lainnya
untuk Memprediksi Kebangkrutan Bank di Indonesia”, Jurnal Bisnis
Strategi, Vol.10/Desember/Th.VII/2002
Mabruroh. 2004 “Manfaat dan Pengaruh Rasio Keuangan dalam Analisis Kinerja
Keuangan Perbankan”. BENEFIT Vol. 8 No 1 Juni 2004
31
Mawardi. 2005. “Analisis factor-Faktor yang Mempengaruhi Kinerja Keuangan
Bank Umum di Indonesia”. Jurnal Bisnis Strategi, Vol. 14 No 1 Juli 2005
Mulya, Budi. 2007. “BPD Bukan pemain Figuran” Progress edisi 1/Tahin
I/Maret 2007 h 11
Ponco, Budi. 2008. Ananlisis Pengaruh CAR, NPL, BOPO, Nim, dan LDR
terhadap ROA pada Perusahaan Perbankan yang Terdaftar pada Bursa Efek
Indonesia Periode 2004-2007, Tesis Program Pasca sarjana Magister
Manajemen Universitas Diponegoro (Tidak Dipublikasikan)
Purbayu. 2005. Analisis Statistik dengan Microsoft Excel dan SPSS. Yogyakarta:
Andi Offset
Puspitasari, Diana. Analisis Pengaruh CAR, NPL, PDN, NIM, BOPO, LDR, Suku
Bunga Bank Indonesia terhadap ROA pada Bank Devisa di Ind 2003-2007,
Tesis Program Pasca sarjana Magister Manajemen Universitas Diponeoro
(tidak dipublikasikan)
Raharjo, Budi. Laporan Keuangan Perusahaan. 2005. Yogyakarta : Gajah Mada
University Press
Setyarini. 2009. Analisis Pengaruh CAR, NIM, BOPO, LDR, dan GWM terhadap
Perubahan Laba (Studi Kasus pada BPD di Indonesia Periode 2005-2007),
Tesis Program Pascasarjana magister Manajemen Uninversitas Diponegoro
(Tidak Dipublikasikan)
Siamat, Dahlan. 2005. Manajemen Lembaga Keuangan. Jakarta : Lembaga
Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia
Simorangkir. 2004. Lembaga Keuangan Bank dan Nonbank. Bogor : Ghalia
Indonesia
Sinungan, Muchdarsyah. 2000. Manajemen Dana Bank. 2 ed. Jakarta : Bumi
Aksara
Sri Haryati. 2001. “ Analisis Kebangkrutan Bank”. Jurnal Ekonomi dan Bisnis
Indonesia, Vol 16, No 4 2001
Sri, S., S. Triandaru, da A. T. Budi Santoso. 2000. Bank&Lembaga Keuangan
Lain. Jakarta : Salemba Empat
Statistik Perbankan Indonesia, 2009, Kinerja Bank Pembangunan Daerah, Jakarta
Sudarini, Santi. 2005. “Penggunaan Rasio Keuangan dalam Memprediksi Laba
pada Masa yang Akan Datang (Studi Kasus pada Perusahaan Perbankan
yang Terdaftar di BEJ)”. Jurnal Akuntansi Manajemen, Vol XVI No. 2
Agustus 2005
32
Sunarsip, 2008, “Relasi Bank pembangunan Daerah dan Perekonomian Daerah”
Republika, 9 Januari 2008, h. 16
Sunarsip, 2009. “Outlook BPD 2010: Momentum BPD Menuju Fase Baru”
Infobank, November 2009, h. 48
Syamsudin, Lukman. 2004. Manajemen Keuangan Perusahaan : Konsep Aplikasi
dalam Perencanaan, Pengawasan, dan Pengambilan Keputusan. Jakarta :
PT Raja Grafindo Persada
Tarmizi achmad dan Wilyanto Kartiko Kusumo.2003. “Analisis Rasio-Rasio
Keuangan sebagai Indikator dalam Memprediksi Potensi Kebangkrutan
Perbankan di Indonesia”. Media Ekonomi dan Bisnis, Vol.XV No.1 Juni
2003
Weston dan Copeland. 1987. Manajemen Keuangan. Jakarta : Erlangga
Winantuningtyastuti. 2009. “Komitmen BPD untuk Regional Agent of
Development” Infobank, April 2009, h. 58
Zainuddin dan Judiyanto Hartono. 1999. “Manfaat Rasio Keuangan dalam
Memprefiksi Pertumbuhan Laba: Suatu Studi Empiris pada Perusahaan
Perbankan yang Terdaftar pada Bursa Efek Jakarta”. Jurnal Riset
Akuntansi Indonesia, Vol 2 No.1 Januari 1999