110
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI KEMISKINAN DAN KEBIJAKAN PENGENTASANNYA DI DKI JAKARTA OLEH BACHTIAR MALLO H14070004 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKOMONI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI … · Fokus utama dari pembangunan ekonomi baik di tingkat global maupun di tingkat ... terutama bagi para penentu kebijakan yang akan melakukan

  • Upload
    phamtu

  • View
    221

  • Download
    1

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI … · Fokus utama dari pembangunan ekonomi baik di tingkat global maupun di tingkat ... terutama bagi para penentu kebijakan yang akan melakukan

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI

KEMISKINAN DAN KEBIJAKAN PENGENTASANNYA

DI DKI JAKARTA

OLEH

BACHTIAR MALLO

H14070004

 

 

 

 

 

 

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI

FAKULTAS EKOMONI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2011

Page 2: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI … · Fokus utama dari pembangunan ekonomi baik di tingkat global maupun di tingkat ... terutama bagi para penentu kebijakan yang akan melakukan

12

 

RINGKASAN

BACHTIAR MALLO, Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kemiskinan

dan Kebijakan Pengentasannya di Provinsi DKI Jakarta (dibimbing oleh

MANUNTUN PARULIAN HUTAGAOL).

Fokus utama dari pembangunan ekonomi baik di tingkat global maupun di tingkat

nasional telah menghadirkan isu penting tentang pertumbuhan ekonomi,

ketidakmerataan pendapatan, dan kemiskinan. Analisis tentang ketiga hal yang

saling berkaitan tersebut telah menjadi bahan perdebatan yang sangat menarik

terutama bagi para penentu kebijakan yang akan melakukan pemilihan strategi

kebijakan yang pantas untuk diterapkan.

Adanya permasalahan kemiskinan dan ketidakmerataan pendapatan juga akan

menghambat laju pertumbuhan ekomoni itu sendiri. Menurut Galor (2000), hal ini

terjadi karena akumulasi kapital sebagai efek positif ketidakmerataan pendapatan

akan di offset oleh rendahnya akumulasi human capital sebagai efek negatif

adanya kemiskinan. Selain itu, kemiskinan dan ketidakmerataan pendapatan juga

akan memberikan dampak instabilitas sosial, ketidakpastian, dan tragedi

kemanusiaan seperti kelaparan, tingkat kesehatan yang rendah dan gizi buruk.

Bila keadaan tersebut terus berlanjut pada akhirnya akan mengganggu stabilitas

ekonomi makro dan kelangsungan pemerintahan yang ada.

Pemerintah DKI Jakarta telah banyak mengeluarkan kebijakan program-program

yang bertujuan untuk mengurangi tingkat kemiskinan. Program-program tersebut

antara lain adalah program beras miskin yang memungkinkan bagi penduduk

miskin untuk membeli beras dengan harga yang jauh lebih murah dibandingkan

dengan harga beras yang ada di pasar. Lalu ada juga program bantuan operasional

Page 3: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI … · Fokus utama dari pembangunan ekonomi baik di tingkat global maupun di tingkat ... terutama bagi para penentu kebijakan yang akan melakukan

13

 

sekolah (BOS) agar penduduk miskin dapat pemperoleh pendidikan dasar yang

layak.

Namun, jika dikaji dengan seksama, program-program terbebut cenderung berlaku

secara umum dan belum tertuju langsung pada penduduk miskin. Program-

program tersebut diberlakukan tanpa melihat adanya perbedaan masyarakat

miskin dan yang terjadi adalah program-program yang berjalan kurang efisien

untuk mengurangi kemiskinan. Sehingga perlu adanya integrasi dari faktor-faktor

yang menyebabkan kemiskinan yang kemudian perlu dilakukan studi terhadap

faktor-faktor tersebut.

Penelitian ini akan mengidentifikasi faktor-faktor yang berpengaruh terhadap

kemiskinan di DKI Jakarta. Setelah diketahui tentang faktor-faktor tersebut,

selanjutnya adalah menentukan program-program dan kebijakan apa saja yang

perlu dilakukan untuk mengatasi keniskinan yang terjadi di DKI Jakarta secara

lebih efisien. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi faktor-

faktor yang mempengaruhi kemiskinan di DKI Jakarta. Dari hasil identifikasi

tersebut dapat memberikan gambaran tentang program-program dan kebijakan

yang dapat dilakukan untuk mengurangi kemiskinan secara lebih efisien.

Berdasarkan hasil estimasi regresi data panel, maka variable yang mempengaruhi

tingkat kemiskinan di Provinsi DKI Jakarta adalah angka melek huruf, laju

pertumbuhan ekonomi, PDRB sektor industri, dan tenaga kerja sektor industri.

Pemerintah telah menjalankan banyak kebijakan dan program-program dalam

upaya penanggulangan kemiskinan. Tetapi, program-program tersebut belum

efektif untuk mengurangi kemiskinan secara signifikan. Program-program yang

dijalankan masih berlaku secara umum dan belum mengena langsung pada

sumber penyebab kemiskinan. Sehingga yang terjadi adalah masih tingginya

angka kemiskinan di DKI Jakarta.

Pemerintah perlu menerapkan program-program yang langsung mengena pada

sasaran kemiskinan. Program-program tersebut antara lain: (i) pemberantasan buta

huruf, dapat dilakukan dengan program Keaksaraan Fungsional yang dilanjutkan

dengan Program Kejar Paket A B C, (ii) peningkatan pertumbuhan ekonomi,

dapat dilakukan dengan fokus pembangunan pada sektor kunci (leading sector)

Page 4: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI … · Fokus utama dari pembangunan ekonomi baik di tingkat global maupun di tingkat ... terutama bagi para penentu kebijakan yang akan melakukan

14

 

yang ada di DKI Jakarta yang dilanjutkan dengan pemerataan distribusi

pendapatan dengan pengoptimalan pemungutan pajak dan penegakan hukum, dan

(iii) penciptaan iklim investasi, dengan memperbaiki sistem birokrasi, manajemen,

infrastruktur, pajak serta menciptakan input/sumber daya yang mendukung, high

return expectation, dan stabilitas ekonomi politik dalam negeri.

Page 5: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI … · Fokus utama dari pembangunan ekonomi baik di tingkat global maupun di tingkat ... terutama bagi para penentu kebijakan yang akan melakukan

15

 

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI

KEMISKINAN DAN KEBIJAAN PENGENTASANNYA

DI PROVINSI DKI JAKARTA

Oleh

BACHTIAR MALLO

H14070004

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi

pada Departemen Ilmu Ekonomi

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2011

Page 6: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI … · Fokus utama dari pembangunan ekonomi baik di tingkat global maupun di tingkat ... terutama bagi para penentu kebijakan yang akan melakukan

16

 

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang disusun oleh,

Nama Mahasiswa : Bachtiar Mallo

Nomor Registrasi Pokok : H14070004

Program Studi : Ilmu Ekonomi

Judul Skripsi : Analisis Faktor-faktor yang Memengaruhi

Kemiskinan dan Kebijakan Pengentasannya di

Provinsi DKI Jakarta

Dapat diterima sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada

Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian

Bogor.

Menyetujui,

Dosen Pembimbing,

Manuntun Parulian Hutagaol, Ph.D

NIP. 19570904 198303 1005

Mengetahui,

Ketua Departemen Ilmu Ekonomi,

Dedi Budiman Hakim, Ph.D

NIP. 19641022 198903 1 003

Tanggal Kelulusan:

Page 7: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI … · Fokus utama dari pembangunan ekonomi baik di tingkat global maupun di tingkat ... terutama bagi para penentu kebijakan yang akan melakukan

17

 

PERNYATAAN

DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI ADALAH

BENAR-BENAR HASIL KARYA SAYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH

DIGUNAKAN SEBAGAI SKRIPSI ATAU KARYA ILMIAH PADA

PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN.

Bogor, 2 Mei 2011

Bachtiar Mallo

H14070004

Page 8: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI … · Fokus utama dari pembangunan ekonomi baik di tingkat global maupun di tingkat ... terutama bagi para penentu kebijakan yang akan melakukan

18

 

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama Bachtiar Mallo, lahir pada tanggal 28 Juli 1989 di

Tangerang, Banten. Penulis merupakan anak ketiga dari empat bersaudara, dari

pasangan Akir Mallo dan Umi Rochaya. Penulis menamatkan sekolah dasar di SD

Negeri 17 Tangerang, kemudian melanjutkan ke SMP Negeri 4 Tangerang, lalu

melanjutkan di SMA Negeri 10 Tangerang dan lulus pada tahun 2007.

Pada tahun 2007 penulis melanjutkan pendidikannya ke jenjang yang

lebih tinggi pada Perguruan Tinggi Negeri Institut Pertanian Bogor (IPB). Penulis

masuk IPB melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USM IPB) dan diterima

sebagai mahasiswa Departemen Ilmu Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan

Manajemen (FEM). IPB menjadi pilihan penulis dengan harapan besar agar

penulis dapat memperoleh ilmu dan mengembangkan pola pikir, sehingga menjadi

sumber daya manusia yang tangguh dan berguna bagi pembangunan Indonesia

tercinta.

Selama menjadi mahasiswa, penulis aktif dalam beberapa organisasi

kemahasiswaan, diantaranya yaitu Himpunan Profesi dan Peminat Ilmu Ekonomi

dan Studi Pembangunan (HIPOTESA) dan Center of Entrepreneurship and

Development for Youth (CENTURY).

Selama menjadi mahasiswa, penulis memperoleh beberapa prestasi

diantaranya, Abang None Jakarta Selatan 2010, Finalis Mahasiswa Berprestasi

Departemen Ilmu Ekonomi 2009, Finalis FEM Ambassador 2009, Juara 2 Mojang

Jajaka Kota Bogor 2008, dan Finalis Remaja Ceria Indonesia 2007.

Page 9: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI … · Fokus utama dari pembangunan ekonomi baik di tingkat global maupun di tingkat ... terutama bagi para penentu kebijakan yang akan melakukan

19

 

KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT karena nikmat dan hidayah-Nya

sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini tepat pada waktunya. Judul

skripsi ini adalah “Analisis Faktor-Faktor Yang Memengaruhi Kemiskinan

Dan Kebijakan Pengentasannya di DKI Jakarta”. Skripsi ini dibuat untuk

melihat faktor-faktor yang mempengaruhi kemiskinan di Provinsi DKI Jakarta dan

cara menanggulanginya.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak yang telah membantu

dalam penyelesaian skripsi ini terutama kepada:

1. Allah SWT yang selalu memberikan perlindungan dan rahmat-Nya

sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

2. Kedua orang tua, Akir Mallo dan Umi Rochaya, dan saudara tersayang,

yang selalu memberikan doa dan dorongan yang tiada hentinya.

3. Manuntun Parulian Hutagaol, Ph.D selaku dosen pembimbing yang telah

banyak memberi ide dan saran yang sangat membantu dalam penyelesaian skripsi

ini.

4. Muhammad Firdaus, Ph.D selaku dosen penguji utama yang telah

memberikan saran dan kritiknya demi penyempurnaan skripsi ini.

5. Sri Mulyatsih, M.Si selaku dosen penguji komisi pendidikan yang telah

memberikan masukan dalam perbaikan tata bahasa dan pedoman penulisan

skripsi.

6. Teman-teman seperjuangan satu pembimbing skripsi: Sari Rina, Ranti

Purnamasari, Risya

7. Teman-teman sekaligus keluarga IE 44 atas kebersamaan selama empat

tahun ini.

8. Seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah

membantu penulis hingga akhir penyelesaian.

Page 10: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI … · Fokus utama dari pembangunan ekonomi baik di tingkat global maupun di tingkat ... terutama bagi para penentu kebijakan yang akan melakukan

20

 

Segenap usaha maksimal telah penulis lakukan dalam menyelesaikan

skripsi ini. Namun demikian, penulis mengakui bahwa penulisan skripsi ini

belumlah sempurna, baik dalam segi materi maupun penyusunannya. Semoga

skripsi dapat bermanfat bagi kita semua.

Bogor, 2 Mei 2011

Bachtiar Mallo

H14070004

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 11: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI … · Fokus utama dari pembangunan ekonomi baik di tingkat global maupun di tingkat ... terutama bagi para penentu kebijakan yang akan melakukan

21

 

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI ................................................................................................ i

DAFTAR TABEL ...................................................................................... iii

DAFTAR GAMBAR ................................................................................... v

DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................... vi

I. PENDAHULUAN .................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang ............................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah .......................................................................... 6

1.3 Tujuan Penelitian ........................................................................... 9

1.4 Manfaat Penelitian ........................................................................ 9

II. TINJAUAN PUSTAKA .................................................................. ..... 11

2.1 Kemiskinan .............................................................................. ..... 11

2.2 Faktor Penyebab Kemiskinan .................................................. ..... 16

2.2.1 Pendidikan ....................................................................... ..... 16

2.2.2 Kependudukan dan Ketergantungan ............................... ..... 19

2.2.3 Perekonomian .................................................................. ..... 20

2.2.4 PDRB Sektoral ............................................................... ..... 21

2.3Program Penanggulangan Kemiskinan ............................... ..... 23

2.3.1 Perkembangan Program Kemiskinan di Indonesia ......... ..... 24

2.3.2 Perkembangan Program Kemiskinan di DKI Jakarta ..... ..... 30

2.4Kerangka Pemikiran ........................................................... ..... 36

2.5Hipotesis ............................................................................. ..... 41

III. METODE PENELITIAN ............................................................... ..... 43

3.1 Jenis dan Sumber Data ............................................................. ..... 43

3.2 Metode Analisis ....................................................................... ..... 43

3.2.1 Analisis Data Panel ........................................................ ..... 43

3.2.2 Pemilihan Model dalam Pengolahan Data ..................... ..... 50

3.2.3 Evaluasi Model ............................................................... ..... 53

3.3 Spesifikasi Model .................................................................... ..... 55

Page 12: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI … · Fokus utama dari pembangunan ekonomi baik di tingkat global maupun di tingkat ... terutama bagi para penentu kebijakan yang akan melakukan

22

 

IV. GAMBARAN UMUM ................................................................... ..... 56

4.1 Perkembangan Tingkat Kemiskinan Provinsi DKI Jakarta .... ..... 56

4.2 Perkembangan Pendidikan ...................................................... ..... 57

4.3 Perkembangan Kependudukan ................................................ ..... 58

4.4 Perkembangan Perekonomian ................................................. ..... 60

4.5 Perkembangan PDRB Sektoral ............................................... ..... 62

4.6 Perkembangan Tenaga Kerja Sektoral ..................................... ..... 64

V. HASIL DAN PEMBAHASAN ...................................................... ..... 67

5.1 Analisis Model Regresi Data Panel.......................................... ..... 67

5.2 Faktor yang Memengaruhi Kemiskinan ................................... ..... 69

5.2.1 Angka Melek Huruf ....................................................... ..... 70

5.2.2 Perekonomian .................................................................. ..... 71

5.2.3 PDRB Sektoral ................................................................ ..... 74

5.2.4 Tenaga Kerja Sektoral ..................................................... ..... 75

5.3 Formulasi Kebijakan Pengentasan Kemiskinan ...................... ..... 77

5.3.1 Program Pengentasan Buta Huruf ................................... ..... 77

5.3.2 Program Peningkatan Pertumbuhan Ekonomi ................ ..... 79

5.3.3 Program Pengembangan Sektor Industri ......................... ..... 82

VI. KESIMPULAN DAN SARAN ....................................................... ..... 86

6.1 Kesimpulan .............................................................................. ..... 86

6.2 Saran ......................................................................................... ..... 87

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................ ..... 88

LAMPIRAN ........................................................................................... ..... 91

Page 13: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI … · Fokus utama dari pembangunan ekonomi baik di tingkat global maupun di tingkat ... terutama bagi para penentu kebijakan yang akan melakukan

23

 

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1.1 Produk Domestik Regional Bruto Per Kapita DKI Jakarta,

2001 – 2008 ……………………………………..………………………...3

1.2 Tingkat Pengangguran Terbuka Menurut Jenis Kelamin DKI Jakarta,

Tahun 1999 – 2008 (dalam persen) ……………………………………….4

2.1 Program dan Alokasi Dana Penanggulangan Kemiskinan di DKI Jakarta

Tahun 2004 ……………………………………….……………………...33

3.1 Kerangka Identifikasi Autokorelasi ……………………………………..54

4.1 Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin di Provinsi DKI Jakarta

2002 – 2009 ………………………….…………………..…..………..…56

4.2 Angka Melek Huruf Provinsi DKI Jakarta Penduduk Usia 10 Tahun Ke

Atas Menurut Kabupaten/Kota,2002 - 2009 (Persen) ...............................58

4.3 Kepadatan Penduduk Provinsi DKI Jakarta Menurut Kabupaten /Kota,

2002-2009 (Jiwa/Km2) ………………………...…………….……..……59

4.4 Rasio Ketergantungan Penduduk DKI Jakarta Menurut Kabupaten /Kota

2002-2009 ……………………..…………….…………...……………...60

4.5 Laju pertumbuhan PDRB DKI Jakarta Atas Dasar Harga Konstan 2000

Menurut Kabupaten/Kota, 2002-2009 (Persen) ………………….……...61

4.6 Pendapatan Perkapita Provinsi DKI Jakarta Atas Dasar Harga Konstan

2000 Menurut Kabupaten/Kota, 2002-2009 (Juta Rupiah) ……………..62

4.7 PDRB Sektor Industri DKI Jakarta Atas Dasar Harga Konstan 2000

Menurut Kabupaten/Kota, 2002-2009 (Milyar Rupiah) …………….…..63

4.8 PDRB Sektor Jasa DKI Jakarta Atas Dasar Harga Konstan 2000

Menurut Kabupaten/Kota, 2002-2009 (Milyar Rupiah) ………………...64

4.9 Jumlah Tenaga Kerja Sektor Industri Provinsi DKI Jakarta Menurut

Kabupaten/Kota, 2002 – 2009 (Jiwa) …………………………...……….65

4.10 Jumlah Tenaga Kerja Sektor Jasa Provinsi DKI Jakarta Menurut

Kabupaten/Kota, 2002 – 2009 (Jiwa) ………………………...………….66

Page 14: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI … · Fokus utama dari pembangunan ekonomi baik di tingkat global maupun di tingkat ... terutama bagi para penentu kebijakan yang akan melakukan

24

 

5.1 Hasil Estimasi Koefisien Data Panel Metode Fixed Effect Model

(FEM)……………………………………………………………………………..67

5.2 Hasil Estimasi Koefisien Data Panel Metode Fixed Effect Model

(FEM) …………………………………….…………………..……….....69

5.3 Sektor Andalan (Leading Sectors) Provinsi DKI Jakarta Berdasarkan

Koefisien Penyebaran dan Kepekaan Penyebaran ………………………80

5.4 Pengganda Output, Pendapatan, dan Tenaga Kerja Sektor-Sektor

Perekonomian Provinsi DKI Jakarta ……………………………………82

Page 15: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI … · Fokus utama dari pembangunan ekonomi baik di tingkat global maupun di tingkat ... terutama bagi para penentu kebijakan yang akan melakukan

25

 

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

1.1 Perkembangan Penduduk Miskin DKI Jakarta (Persen) ……..…………..5

2.1 Kerangka Pemikiran ……………………………………..……..….…....40

5.1 Perbandingan Laju PDB Indonesia dan Laju PDRB DKI Jakarta ….….79

Page 16: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI … · Fokus utama dari pembangunan ekonomi baik di tingkat global maupun di tingkat ... terutama bagi para penentu kebijakan yang akan melakukan

26

 

DAFTAR LAMPIRAN

Hasil Estimasi Pool Least Square ………………………………………………92

Hasil Estimasi Fixed Effect Model …………………………………………….93

Uji Chow ……………………………………………………………………….94

Uji Kenormalan ………………………………………………………………...94

Uji Kehomogenan ……………………………………………………………...95

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 17: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI … · Fokus utama dari pembangunan ekonomi baik di tingkat global maupun di tingkat ... terutama bagi para penentu kebijakan yang akan melakukan

27

 

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Fokus utama dari pembangunan ekonomi baik di tingkat global maupun di

tingkat nasional telah menghadirkan isu penting tentang pertumbuhan ekonomi,

ketidakmerataan pendapatan, dan kemiskinan. Analisis tentang ketiga hal yang

saling berkaitan tersebut telah menjadi bahan perdebatan yang sangat menarik

terutama bagi para penentu kebijakan yang akan melakukan pemilihan strategi

kebijakan yang pantas untuk diterapkan. Pertama, apakah harus mendahulukan

pertumbuhan ekonomi yang dalam hal ini berfokus pada peningkatan pendapatan

perkapita dengan mengesampingkan masalah pembagian distribusi pendapatan

tersebut. Kedua, apakah harus mengutamakan distribusi pendapatan yang lebih

merata tanpa harus mengorbankan pertumbuhan ekonomi.

Pertumbuhan ekonomi yang tinggi bukan merupakan trade-off pemerataan

pendapatan dalam upaya mengurangi kemiskinan. Pertumbuhan ekonomi yang

tinggi dan pemerataan pendapatan harus dilakukan secara stimultan menjadi suatu

bagian yang terintegrasi, agar dapat mengurangi kemiskinan dalam jangka

panjang dan akan meningkatkan kesejahteraan yang berkelanjutan (Adam, 2004).

Pembangunan ekonomi dan distribusi pendapatan bukanlah dua hal yang saling

bertentangan. Pembangunan ekonomi yang mempunyai dampak negatif seperti

kemiskinan, ketidakmerataan pendapatan dan pegangguran harus diatasi dengan

skema pembangunan. Skema pembangunan yang terdiri dari rumusan-rumusan

kebijakan harus mencangkup semua elemen, termasuk penduduk miskin, untuk

Page 18: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI … · Fokus utama dari pembangunan ekonomi baik di tingkat global maupun di tingkat ... terutama bagi para penentu kebijakan yang akan melakukan

28

 

ikut serta berkontribusi dalam pertumbuhan ekonomi. Keikutsertaan penduduk

miskin bertujuan untuk memberdayakan dan meningkatkan kualitas sumberdaya,

antara lain melalui pendidikan, kesehatan, dan akses informasi.

Di sisi lain, adanya permasalahan kemiskinan dan ketidakmerataan

pendapatan juga akan menghambat laju pertumbuhan ekomoni itu sendiri.

Menurut Galor (2000), hal ini terjadi karena akumulasi kapital sebagai efek positif

ketidakmerataan pendapatan akan di offset oleh rendahnya akumulasi human

capital sebagai efek negatif adanya kemiskinan. Selain itu, kemiskinan dan

ketidakmerataan pendapatan juga akan memberikan dampak instabilitas sosial,

ketidakpastian, dan tragedi kemanusiaan seperti kelaparan, tingkat kesehatan yang

rendah dan gizi buruk. Bila keadaan tersebut terus berlanjut pada akhirnya akan

mengganggu stabilitas ekonomi makro dan kelangsungan pemerintahan yang ada.

Kemiskinan tidak hanya terjadi di daerah atau pedesaan, tetapi kemiskinan

juga banyak terdapat di perkotaan, bahkan kota-kota besar. Kota besar seperti

Jakarta mempunyai masalah tersendiri tentang kemiskinan dan pemerataan

distribusi yang sampai saat ini belum dapat terpecahkan. Jumlah penduduk di

Jakarta yang cenderung bertambah karena adanya arus migrasi masuk ke Jakarta

yang lebih besar daripada arus migrasi keluar Jakarta, merupakan salah satu dari

sumber masalah yang ada di Jakarta. Para urban yang datang ke Jakarta tidak

semuanya mempunyai keahlian dan keterampilan yang khusus dibidangnya yang

dapat dijadikan modal, sehingga mereka cenderung tidak mempunyai modal untuk

tetap dapat hidup layak.

Page 19: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI … · Fokus utama dari pembangunan ekonomi baik di tingkat global maupun di tingkat ... terutama bagi para penentu kebijakan yang akan melakukan

29

 

Tabel 1.1 menggambarkan jumlah PDRB perkapita penduduk DKI Jakarta

dari tahun 2001-2008. Secara umum terlihat bahwa PDRB perkapita DKI Jakarta

mengalami peningkatan secara signifikan setiap tahunnya. Tahun 2001, total

PDRB perkapita atas dasar harga berlaku adalah Rp 31.496.643 yang kemudian

terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun hingga pada tahun 2008, total

PDRB perkapita atas dasar harga berlaku adalah Rp 74.037.731.

Tabel 1.1 Produk Domestik Regional Bruto Per Kapita DKI Jakarta, 2001 – 2008

Tahun

PDRB Per Kapita Jumlah Penduduk

Pertengahan Tahun (Jiwa)

PDRB Per Kapita Atas Dasar Harga Berlaku (Rupiah)

PDRB Per Kapita Atas Dasar Harga

Konstan 2000 (Rupiah)

2001 31.496.634 28.506.249 8.372.064 2002 35.785.088 29.863.633 8.382.475 2003 38.694.928 30.511.415 8.640.184 2004 42.922.396 31.832.209 8.749.780 2005 48.966.320 33.324.813 8.860.381 2006 55.981.204 34.901.161 8.963.218 2007 62.490.337 36.733.180 9.064.591 2008 74.037.731 38.638.148 9.149.539

Sumber: BPS, 2010

Tabel 1.2 menunjukan persentase pengangguran terbuka menurut jenis

kelamin di DKI Jakarta periode 1999 – 2008. Terlihat bahwa terjadi fluktuasi pada

tingkat pengangguran di DKI Jakarta. Pada tahun 1999, pengangguran terbuka

mencapai 15,66 persen dan turun pada tahun berikutnya, tahun 2000, yaitu 12,50

persen. Tahun 2001, tingkat pengangguran terbuka turun kembali menjadi 11,76

persen, tetapi naik pada tahun berikutnya, tahun 2002, yaitu 15,52 persen.

Selanjutnya, tingkat pengangguran terbuka turun pada tahun-tahun berikutnya

hingga pada tahun 2008, tingkat pengangguran terbuka menjadi 10,97 persen.

Page 20: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI … · Fokus utama dari pembangunan ekonomi baik di tingkat global maupun di tingkat ... terutama bagi para penentu kebijakan yang akan melakukan

30

 

Tabel 1.2 Tingkat Pengangguran Terbuka Menurut Jenis Kelamin DKI Jakarta, Tahun 1999 – 2008 (dalam persen)

Jenis Kelamin 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008

Laki-laki 13,39 11,11 10,28 13,31 12,90 12,85 13,00 12,79 12,82 11,38 Perempuan 17,92 13,88 13,24 17,73 18,95 18,40 18,37 17,37 14,08 10,56 Jumlah 15,66 12,50 11,76 15,52 15,93 15,63 15,69 15,08 13,45 10,97

Sumber: BPS, 2010

Jika dibandingkan dengan PDRB perkapita yang mengalami peningkatan

yang signifikan, tingkat pengangguran pada tiga tahun terakhir penelitian

menunjukan penurunan. Jika dibandingkan dengan negara lain, seperti Jepang,

tingkat pengangguran di DKI Jakarta masih tergolong cukup tinggi untuk sebuah

kota yang berkembang sangat pesat. Tingkat pengangguran di Jepang pada bulan

Juni 2009 sebesar 5,4 persen (Portal HR, 2009).

Hal ini sangat memungkinkan terjadinya masalah ketimpangan yang

dikemukakan oleh teori pertumbuhan, dimana 90 persen dari pendapatan suatu

daerah dinikmati oleh 20 persen dari total penduduk, sedangkan sisanya yang 10

persen, dinikmati oleh 80 persen dari total penduduk satu daerah. Hal inilah yang

selanjutnya akan menjadi dasar dari konsep ketimpangan dan memunculkan

masalah baru, yaitu kemiskinan.

Gambar 1.1 menunjukan perkembangan penduduk miskin yang ada di

DKI Jakarta selama periode 2002-2009. Terlihat pada Gambar 1.1 bahwa keadaan

kemiskinan di Provinsi DKI Jakarta tidak mengalami penurunan yang signifikan,

melainkan terjadi fluktuasi. Pada awal tahun 2002, tingkat kemiskinan di Provinsi

DKI Jakarta sebesar 3,51 persen dan mengalami kenaikan menjadi 3,62 persen di

tahun 2003. Kenaikan yang tajam terlihat pada tahun 2006 karena akumulasi dati

Page 21: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI … · Fokus utama dari pembangunan ekonomi baik di tingkat global maupun di tingkat ... terutama bagi para penentu kebijakan yang akan melakukan

31

 

terjadinya krisis energi yang menyebabkan kenaikan harga bahan bakar minyak,

dimana tingkat kemiskinan mencapai angka 4,80 persen. Hingga tahun 2009, tren

kemiskinan mengalami penurunan walaupun tidak signifikan, yaitu menjadi 4,75

persen pada tahun 2007, 3,96 persen pada tahun 2008, dan pada tahun 2009

menjadi 3,88 persen.

Sumber: BPS, 2010 Gambar 1.1 Perkembangan Penduduk Miskin DKI Jakarta dalam Persen

Kemiskinan di DKI Jakarta memiliki suatu kehususan tersendiri, yaitu

urban poverty. Urban Poverty adalah kemiskinan yang terjadi akibat masuknya

penduduk yang bermigrasi masuk ke DKI Jakarta tanpa membawa keahlian

apapun, sehingga akan menjadi beban ketika mereka hidup di Jakarta. Para kaum

urban yang datang tanpa keahlian dan pelatihan serta dengan pendidikan yang

rendah, tidak mampu bersaing dalam mencai pekerjaan dengan penduduk lainnya.

Selanjutnya, yang terjadi adalah munculnya daerah yang menjadi kantong

kemiskinan, seperti banyak ditemukan di DKI Jakarta.

1.2. Rumusan Masalah

Page 22: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI … · Fokus utama dari pembangunan ekonomi baik di tingkat global maupun di tingkat ... terutama bagi para penentu kebijakan yang akan melakukan

32

 

Tiap warga negara Indonesia berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang

layak. Demikian diamanatkan oleh UUD 1945 pasal 27 ayat (2). Dalam hal ini,

berarti dengan dukungan sumber kekayaan yang melimpah, pemerintah

bertanggung jawab terhadap masalah kesejahteraan masyarakat, salah satunya

adalah masalah kemiskinan.

Upaya pengurangan kemiskinan dapat berjalan dengan maksimal dan lebih

cepat bila didukung dengan adanya pertumbuhan ekonomi yang cepat yang

dibarengi dengan pemerataan distribusi pendapatan (Bourguignon, 2004).

Pertumbuhan ekonomi tersebut memberikan manfaat yang lebih banyak kepada

penduduk miskin dan memberikan kesempatan yang lebih luas bagi mereka untuk

memperbaiki keadaan ekonominya atau bersifat pro poor growth.

Menurut Bellinger (2007), pengurangan kemiskinan juga dipengaruhi oleh

faktor ekonomi maupun non-ekonomi. Faktor ekonomi dapat berupa produktivitas

dari sektor penyokong pertumbuhan ekonomi, pertumbuhan ekonomi, dan

distribusi pendapatan. Besarnya peranan produktivitas sektor terhadap

pengurangan kemiskinan bergantung pada karakteristik perekonomian dan

ketenagakerjaan. Sedangkan faktor non-ekonomi dapat berupa akumulasi modal

manusia yang dapat tercermin dari tingkat pendidikan dan kependudukan.

Pemerintah telah melaksanakan berbagai program dan kebijakan dalam

upaya percepatan pengurangan kemiskinan. Upaya tersebut dilakukan melalui

percepatan pertumbuhan ekonomi dan implementasi berbagai program dan

kebijakan penanggulangan kemiskinan yang dilaksanakan secara terintegerasi,

terarah dan bersinergi antar program. Strategi pembangunan ekonomi bertumpu

Page 23: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI … · Fokus utama dari pembangunan ekonomi baik di tingkat global maupun di tingkat ... terutama bagi para penentu kebijakan yang akan melakukan

33

 

pada triple track strategy yaitu pro growth, pro job, dan pro poor secara nyata

telah diimplementasi sejak tahun 2005. Pemerintah juga terus meningkatkan

alokasi anggaran penanggulangan kemiskinan termasuk anggaran PNPM Mandiri

sebesar Rp. 23 trilyun (2005), Rp. 42 trilyun (2006), Rp. 51 trilyun (2007), dan

Rp. 62 trilyun (2008).

Percepatan pertumbuhan ekonomi (pro growth) terutama bertumpu pada

perbaikan kinerja investasi dan ekspor, dan ditopang oleh mantapnya

pertumbuhan konsumsi penduduk. Untuk perbaikan kinerja investasi dan

menjamin keberlangsungan pembangunan ekonomi, pemerintah meluncurkan

paket kebijakan secara terintegratif meliputi perbaikan iklim investasi,

pembenahan sektor jasa keuangan, percepatan pembangunan infrastruktur, dan

kebijakan pemberdayaan UMKM.

Sedangkan untuk percepatan pengurangan kemiskinan (pro poor)

dilakukan dengan meningkatkan sasaran dan alokasi dana penanggulangan

kemiskinan. Program tersebut diantaranya adalah program bantuan dan

perlindungan sosial, program berbasis pemberdayaan masyarakat, dan program

pemberdayaan usaha mikro dan kecil.

Namun, kondisi riil yang terjadi di DKI Jakarta pada tahun 2009, sangat

berbeda dengan hasil yang diharapkan dari penerapan kebijakan dan program-

program penanggulangan kemiskinan tersebut. Kebijakan yang ada selama ini

hanya mengatasi gejala yang diakibatkan dari kemiskinan, bukan upaya

pemberantasan dari sumber kemiskinan itu sendiri. Hal ini terlihat bahwa tren

tingkat kemiskinan belum menunjukan penurunan secara signifikan, yaitu masih

Page 24: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI … · Fokus utama dari pembangunan ekonomi baik di tingkat global maupun di tingkat ... terutama bagi para penentu kebijakan yang akan melakukan

34

 

adanya penduduk miskin di DKI Jakarta yang mencapai 3,88 persen atau sekitar

337200 jiwa. Maka, disimpulkan bahwa kebijakan yang diterapkan oleh

pemerintah belum cukup efektif untuk mengurangi kemiskinan di DKI Jakarta.

Program-program dan kebijakan penanggulangan kemiskinan tersebut masih

memiliki banyak kelemahan dan kendala dalam penerapannya.

Menurut Rancangan Peraturan Daerah DKI Jakarta Tentang Kesejahteraan

Daerah Bagian V Tentang Penanggulangan Kemiskinan, dikatakan bahwa

penanggulangan kemiskinan merupakan kebijakan, program, dan kegiatan yang

dilakukan terhadap orang, keluarga, kelompok dan/atau masyarakat yang tidak

mempunyai atau mempunyai sumber mata pencaharian dan tidak dapat memenuhi

kebutuhan yang layak bagi kemanusiaan. Pelaksanaan penanggulangan

kemiskinan menjadi tanggung jawab bersama pemerintah daerah dan masyarakat.

Penanggulangan kemiskinan ditujukan untuk:

a. meningkatkan kapasitas dan mengembangkan kemampuan dasar serta

kemampuan berusaha masyarakat miskin;

b. memperkuat peran masyarakat miskin dalam pengambilan keputusan

kebijakan publik yang menjamin penghargaan, perlindungan dan pemenuhan

hak – hak dasar.

c. mewujudkan kondisi dan lingkungan ekonomi, politik dan sosial yang

memungkinkan masyarakat miskin dapat memperoleh kesempatan seluas

luasnya dalam pemenuhan hak-hak dasar dan peningkatan taraf hidup secara

berkelanjutan ; dan

d. memberikan rasa aman bagi kelompok masyarakat miskin dan rentan.

Page 25: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI … · Fokus utama dari pembangunan ekonomi baik di tingkat global maupun di tingkat ... terutama bagi para penentu kebijakan yang akan melakukan

35

 

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka perlu dianalisis tentang

kemiskinan yang terjadi di DKI Jakarta, dengan perincian masalah sebagai

berikut:

1. Faktor-faktor apa saja yang berpengaruh terhadap kemiskinan di DKI Jakarta?

2. Program-program dan kebijakan apa yang dapat dilakukan untuk mengatasi

kemiskinan yang terjadi di DKI Jakarta?

1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah di atas, maka tujuan

penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat kemiskinan di DKI

Jakarta.

2. Memberikan masukan tentang program dan kebijakan yang dapat dilakukan

pemerintah dalam upaya penanggulangan kemiskinan.

1.4. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan memberikan manfaat sebagai berikut:

1. Bagi penulis, penelitian ini berguna untuk mengaplikasikan ilmu yang telah

diterima selama perkuliahan

2. Bagi pembaca, penelitian ini diharapkan dapat berguna sebagai sarana

pembelajaran dalam menambah wawasan dan sebagai salah satu sumber

informasi dan bahan untuk penelitian selanjutnya.

3. Bagi pembuat kebijakan yang terlibat dalam penanggulangan kemiskinan,

penelitian ini diharapkan berguna dalam memberikan informasi serta menjadi

Page 26: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI … · Fokus utama dari pembangunan ekonomi baik di tingkat global maupun di tingkat ... terutama bagi para penentu kebijakan yang akan melakukan

36

 

bahan masukan untuk merumuskan berbagai kebijakan di masa yang akan

datang.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Kemiskinan

Konsep kemiskinan menurut Bellinger (2007) melibatkan multidimensi,

multidefenisi, dan alternatif pengukuran. Kemiskinan merupakan satu dari

masalah yang sulit untuk didefinisikan dan dijelaskan. Secara umum, kemiskinan

dapat diukur dari dua dimensi yaitu dimensi income atau kekayaan tidak hanya

diukur dari rendahnya pendapatan yang diterima karena pendapatan rendah

biasanya sifatnya sementara, tetapi diukur juga dengan kepemilikan harta

kekayaan seperti lahan bagi petani kecil dan melalui akses jasa pelayanan publik.

Sedangkan dari dimensi non-faktor keuangan ditandai dengan adanya keputus-

asaan atau ketidakberdayaan yang juga dapat menimpa berbagai rumah tangga

berpenghasilan rendah.

Page 27: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI … · Fokus utama dari pembangunan ekonomi baik di tingkat global maupun di tingkat ... terutama bagi para penentu kebijakan yang akan melakukan

37

 

Dalam perkembangannya, kemiskinan dimensi income lebih sering

didiskusikan karena lebih mudah diukur. Kemiskinan dimensi income dapat

dibedakan menjadi kemiskinan absolute dan kemiskinan relatif. Kemiskinan

absolute mengacu pada ketidakcukupan pendapatan untuk memenuhi kebutuhan

dasarnya seperti makanan, rumah, pakaian, transportasi, dan kesehatan dasar.

Sedangkan kemiskinan relatif diukur dengan membandingakan pendapatan rumah

tangga dengan rata-rata pendapatan nasional.

Besarnya kemiskinan menurut Todaro dan Smith (2006) dapat diukur

dengan mengacu pada garis kemiskinan (poverty line). Konsep yang mengacu

pada garis kemiskinan disebut kemiskinan absolute, sedangkan bila pengukuran

tidak berdasarkan garis kemiskinan melainkan rata-rata pendapatan disebut

kemiskinan relatif. Kemiskinan absoute adalah derajat kemiskinan dibawah

kebutuhan minimum untuk bertahan hidup. Ukuran ini relatif tetap dalam bentuk

kebutuhan kalori minimum ditambah komponen bukan makanan yang juga sangat

dibutuhkan untuk tetap bertahan. Garis kemiskinan berbeda untuk tiap negara,

tetapi yang umum dijadikan standar Bank Dunia untuk membandingkan antar

negara adalah pendapatan perkapita sebesar US$ 1 atau US$ 2 per hari. US dolar

yang digunakan adalah US $ PPP (Purchasing Power Parity), bukan nilai tukar

resmi (exchange rate).

Sedangkan kemiskinan relatif adalah ukuran mengenai kesenjangan di

dalam distribusi pendapatan, biasanya berkaitan dengan ukuran dibawah tingkat

rata-rata distribusi pendapatan nasional. Negara kaya mempunyai garis

kemiskinan yang relatif tinggi dibanding negara miskin. Garis kemiskinan tiap

Page 28: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI … · Fokus utama dari pembangunan ekonomi baik di tingkat global maupun di tingkat ... terutama bagi para penentu kebijakan yang akan melakukan

38

 

negara biasanya dihitung sesuai dengan paritas daya beli penduduknya. Salah satu

strategi praktis untuk menentukan garis kemiskinan lokal adalah dengan

menetapkan sekelompok makanan yang biasa dibeli oleh rumah tangga yang

hampir tidak memenuhi persyaratan nutrisi minimum, ditambahkan pengeluaran

untuk memenuhi kebutuhan dasar yang lain, seperti pakaian tempat tinggal, dan

pelayanan kesehatan minimum.

BPS (2008) mendefinisikan kemiskinan sebagai kondisi seseorang yang

hanya dapat memenuhi makanannya kurang dari 2100 kalori perkapita per hari

yang setara dengan beras 320 kg perkapita per tahun di perkotaan. Kemiskinan

dipandang sebagai ketidakmampuan untuk memenuhi kebutuhan makanan

maupun yang bukan makanan yang bersifat mendasar seperti pakaian, perumahan,

pendidikan, kesehatan dan pendudukan dasar lainnya, BPS setiap tahun

menetapkan besarnya garis kemiskinan berdasarkan hasil Susenas modul

konsumsi. Garis kemiskinan berbeda-beda untuk tiap provinsi tergantung

besarnya biaya hidup minimum masing-masing provinsi. Garis kemskinan yang

ditetapkan BPS pada tahun 2008 sebedar Rp. 204,896 untuk daerah perkotaan

dan Rp. 161,831 untuk daerah pedesaan.

Selain menggunakan ukuran konsumsi kalori perkapita perhari dan garis

kemiskinan, BPS juga menjelaskan kemiskinan dengan 14 kriteria untuk

mengetahui keluarga/rumah tangga yang tergolong keluarga/rumah tangga miskin,

diantaranya:

1. Luas lantai bangunan tempat tinggal kurang dari 8 m2 per orang

2. Jenis lantai tempat tinggal terbuat dari tanah/ bambu / kayu murahan

Page 29: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI … · Fokus utama dari pembangunan ekonomi baik di tingkat global maupun di tingkat ... terutama bagi para penentu kebijakan yang akan melakukan

39

 

3. Jenis dinding tempat tinggal dari bambu / rumbia / kayu berkualitas rendah /

tembok tanpa diplester

4. Tidak memiliki fasilitas buang air besar / bersama-sama dengan rumah tangga

lain

5. Sumber penerangan rumah tangga tidak menggunakan listrik

6. Sumber air minum berasal dari sumur / mata air tidak terlindung / sungai /air

hujan

7. Bahan bakar untuk memasak sehari-hari adalah kayu bakar / arang / minyak

tanah

8. Hanya mengkonsumsi daging / susu / ayam satu kali dalam seminggu

9. Hanya membeli satu stel pakaian baru dalam setahun

10. Hanya sanggup makan sebanyak satu / dua kali dalam sehari

11. Tidak sanggup membayar biaya pengobatan di puskesmas / poliklinik

12. Sumber penghasilan kepala rumah tangga adalah : petani dengan luas lahan

500 m2, buruh tani, nelayan, buruh bangunan, buruh perkebunan dan atau

pekerjaan lainnya dengan pendapatan dibawah Rp. 600.000,- per bulan

13. Pendidikan tertinggi kepala rumah tangga : tidak sekolah / tidak tamat SD/

hanya SD

14. Tidak memiliki tabungan / barang yang mudah dijual dengan minimal Rp.

500.000,- seperti sepeda motor kredit / non kredit, emas, ternak, kapal motor,

atau barang modal lainnya.

Menurut Sumodiningrat (1999), klasifikasi kemiskinan ada lima kelas,

yaitu:

Page 30: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI … · Fokus utama dari pembangunan ekonomi baik di tingkat global maupun di tingkat ... terutama bagi para penentu kebijakan yang akan melakukan

40

 

1. Kemiskinan Absolut

Kemiskinan absolut selain dilihat dari pemenuhan kebutuhan dasar

minimum yang memungkinkan seseorang dapat hidup layak, juga ditentukan oleh

tingkat pendapatan untuk memenuhi kebutuhan. Dengan demikian, tingkat

pendapatan minimum merupakan pembatas antara keadaan yang disebut miskin

atau sering disebut dengan istilah garis kemiskinan. Seseorang termasuk golongan

miskin absolut apabila hasil pendapatannya berada dibawah garis kemiskinan,

tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup minimum, seperti pangan,

sandang, kesehatan, papan, dan pendidikan.

2. Kemiskinan Relatif

Sekelompok orang dalam masyarakat dikatakan mengalami kemiskinan

relatif apabila pendapatannya lebih rendah dibandingkan kelompok lain tanpa

memperhatikan apakah mereka masuk dalam kategori miskin absolut atau tidak.

Penekanan dalam kemiskinan relatif adalah adanya ketimpangan pendapatan

dalam masyarakat antara yang kaya dan yang miskin atau dikenal dengan isltilah

ketimpangan distribusi pendapatan. Ketimpangan relatif untuk menunjukan

ketimpangan pendapatan berguna untuk mengukur ketimpangan pada suatu

wilayah. Kemiskinan relatif juga dapat digunakan untuk mengukur ketimpangan

antar wilayah yang digunakan pada suatu wilayah tertentu. Pengukuran relatif

diukur berdasarkan tingkat pendapatan, ketimpangan sumberdaya alam serta

sumberdaya manusia berupa kualitas pendidikan, kesehatan, dan perumahan.

3. Kemiskinan Struktural

Page 31: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI … · Fokus utama dari pembangunan ekonomi baik di tingkat global maupun di tingkat ... terutama bagi para penentu kebijakan yang akan melakukan

41

 

Kemiskinan struktural mengacu pada sikap seseorang atau masyarakat

yang disebabkan oleh faktor budaya yang tidak mau berusaha untuk memperbaiki

tingkat kehidupan meskipun ada usaha dari pihak luar untuk membantunya.

Kemiskinan struktural merupakan kemiskinan yang diderita oleh suatu golongan

masyarakat karena struktur sosial masyarakat tidak dapat ikut menggunakan

sumber-sumber pendapatan yang sebenarnya tersedia bagi mereka. Kemiskinan

struktural meliputi kekurangan fasiltas pemukiman yang sehat, kekurangan

pendidikan, kekurangan komunikasi dengan dunia sekitarnya. Kemiskinan

struktural juga dapat dihitung dari kurangnya perlindungan dari hukum dan

pemerintah sebagai birokrasi atau peraturan resmi yang mencegah seseorang

memanfaatkan kesempatan yang ada.

4. Kemiskinan Kronis

Kemiskinan kronis disebabkan oleh beberapa hal, yaitu kondisi sosial

budaya yang mendorong sikap dan kebiasaan hidup masyarakat yang tidak

produktif, keterbatasan sumberdaya dan keterisoliran, rendahnya derajat

pendidikan dan perawatan kesehatan, terbatasnya lapangan kerja dan

ketidakberdayaan masyarakat dalam mengikuti ekonomi pasar.

5. Kemiskinan Sementara

Kemiskinan sementara terjadi akibat adanya: 1) perubahan siklus ekonomi

dari kondisi normal menjadi krisis ekonomi, 2) perubahan yang bersifat musiman,

dan 3) bencana alam atau dampak dari suatu yang menyebabkan menurunnya

tingkat kesejahteraan suatu masyarakat.

2.2. Faktor Penyebab Kemiskinan

Page 32: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI … · Fokus utama dari pembangunan ekonomi baik di tingkat global maupun di tingkat ... terutama bagi para penentu kebijakan yang akan melakukan

42

 

2.2.1. Pendidikan

Menurut teori pertumbuhan endogen yang dipelopori Lucas dan Romer,

pertumbuhan ekonomi tidak hanya dipengaruhi oleh besarnya modal dan tenaga

kerja tetapi juga dipengararuhi oleh akumulasi modal manusia melalui

pertumbuhan teknologi. Akumulasi modal manusia merupakan akumulasi dari

pendidikan dan pelatihan. Semakin tinggi tingkat pendidikan dan keterampilan

penduduk menunjukan semakin tinggi modal manusia. Secara umum, semakin

berpendidikan seseorang maka tingkat pendapatannya semakin baik. Hal ini

dimungkinkan karena orang yang berpendidikan lebih produktif bila dibandingkan

dengan yang tidak berpendidikan. Produktivitas yang lebih tinggi tersebut

dikarenakan memiliki keterampilan teknis yang diperoleh dari pendidikan. Jika

tingkat pendidikan lebih tinggi, maka akses ke dunia kerja menjadi lebih mudah

dan dapat memperoleh posisi yang lebih baik.

Sementara itu, unit usaha yang diisi oleh mereka yang memiliki

kemampuan lebih baik dalam menyerap teknologi akan menjadi lebih produktif.

Tingkat upah pekerja pun akan meningkat yang berarti kesejahteraan rumah

tangganya juga meningkat. Oleh karena itu, salah satu tujuan yang ingin dicapai

melalui pendidikan adalah mengembangkan keterampilan hidup. Inilah

sebenarnya arah kurikulum berbasis kompetensi, pendidikan life skill and broad

based education yang dikembangkan di Indonesia akhir-akhir ini (Nurkholis,

2004).

Menurut Bank Dunia (2006), tingkat pendidikan penduduk miskin yang

rendah akan menimbulkan lingkaran setan kemikinan pada generasi berikutnya.

Page 33: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI … · Fokus utama dari pembangunan ekonomi baik di tingkat global maupun di tingkat ... terutama bagi para penentu kebijakan yang akan melakukan

43

 

Penduduk miskin yang berpendidikan rendah akan menyebabkan produktivitasnya

rendah, produktivitas rendah akan membuat output dan pendapatan yang diterima

rendah, sehingga terjadi kemiskinan. Rumah tangga miskin akan kesulitan untuk

membiayai anak-anaknya sekolah sehingga melahirkan generasi selanjurnya yang

berpendidikan rendah dan menimbulkan kemiskinan baru. Sehingga salah satu

upaya untuk menurunkan tingkat kemiskinan sekaligus memotong lingkaran setan

kemiskinan adalah dengan meningkatkan pendidikan penduduk miskin.

Peran penting peningkatan sumberdaya manusia melalui pendidikan dalam

rangka pengentasan kemiskinan juga dikemukakan Bank Dunia maupun Asian

Development Bank (ADB). Bank Dunia (2006) dalam kerangka kerja untuk

memerangi kemiskinan menyebutkan salah satu pilar yang harus dilakukan adalah

peningkatan kesempatan penduduk miskin. Pilar ini dilaksanakan dengan

peningkatan akses penduduk miskin terhadap aset modal fisik dan modal manusia

(pendidikan dan kesehatan) serta peningkatan rate of return dari aset-aset tersebut.

Menurut ADB (1999), salah satu pilar dari strategi penurunan kemiskinan adalah

pengembangan sosial yang terdiri dari pengembangan modal manusia (pendidikan

dan kesehatan), modal sosial, perbaikan status perempuan, dan perlindungan

sosial.

Peran optimal pendidikan dalam pengurangan kemiskinan tergantung pada

akses bagi masyarakat miskin dalam menyelesaikan pendidikan yang lebih tinggi,

yang nantinya sangat menentukan kemampuan mereka dalam bersaing di pasar

kerja. Penduduk miskin sering kesulitan menjangkau fasilitas pendidikan dan

kesulitan keuangan untuk membiayai pendidikan anaknya. Motivasi penduduk

Page 34: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI … · Fokus utama dari pembangunan ekonomi baik di tingkat global maupun di tingkat ... terutama bagi para penentu kebijakan yang akan melakukan

44

 

miskin untuk membiayai sekolah anaknya di negara berkembang sering tidak

sejalan dengan ekspetasi manfaat yang diterima di kemudian hari. Biaya yang

dikeluarkan sering menjadi penghalang atau tidak sebesar manfaat relatif yang

akan diterima di masa depan (Tambunan, 2006).

Bila penduduk miskin tidak memperoleh akses yang lebih luas untuk

mendapatkan pendidikan yang lebih tinggi terutama di negara ketiga, justru akan

mempertahankan atau bahkan semakin memperlebar jurang kesenjangan

pendapatan, yang pada akhirnya akan menghambat upaya pengurangan

kemiskinan. Hal ini dikarenakan tingkat penghasilan yang diterima sangat

dipengaruhi oleh tingkat pendidikan. Pendapatan penduduk yang telah

menyelesaikan sekolah atau universitas 300 persen atau 800 persen lebih besar

dari penduduk yang hanya berpendidikan sekolah dasar atau kurang dari itu

(Todaro and Smith, 2006).

Menurut penelitian Wiraswara (2005), salah satu variabel yang

mempengaruhi kemiskinan adalah angka melek huruf. Angka melek huruf

memiliki hubungan yang negatif terhadap tingkat kemiskinan, dimana setiap

kenaikan pesentase pada angka melek huruf maka akan mengakibatkan penurunan

persentase tingkat kemiskinan.

2.2.2. Kependudukan dan Ketergantungan

Berdasarkan penelitian Nasir, et all (2006), faktor jumah anggota rumah

tangga merupakan faktor yang sangat berpengaruh terhadap kemiskinan. Jumlah

anggota keluarga yang lebih besar akan menjadi beban suatu rumah tangga dan

sangat mempengaruhi produktivitas kepala keluarga. Beban kepala rumah tangga

Page 35: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI … · Fokus utama dari pembangunan ekonomi baik di tingkat global maupun di tingkat ... terutama bagi para penentu kebijakan yang akan melakukan

45

 

juga akan berat jika semakin banyak anggota keluarga yang usianya belum/tidak

produktif. Dengan beban yang lebih banyak, maka kemungkinan menjadi miskin

akan lebih besar.

Beberapa penelitian di negara-negara yang sedang berkembang

menunjukan bahwa terdapat korelasi negatif yang kuat antara besaran rumah

tangga dengan konsumsi (pendapatan) per orang. Sering disimpulkan bahwa

penduduk yang hidup dengan keluarga besar lebih miskin daripada penduduk

yang hidup dengan keluarga yang kecil (Ravallion dan Lanjouw, 1994).

Di negara-negara dunia ketiga seringkali anak dijadikan sebagi investasi

karena tidak adanya sistem jaminan sosial dari negara. Bagi rumah tangga miskin,

keberadaan anak yang banyak diharapkan akan dapat menyokong ekonomi

keluarga terutama ketika para orang tua semakin lanjut usianya. Pola pikir masa

lalu yang sering diterapkan yaitu “banyak anak banyak rezeki”.

Rasio ketergantungan dihitung sebagai rasio jumlah anggota rumah tangga

yang tidak berada dalam angkatan kerja (baik tua maupun muda) terhadap mereka

yang berada pada angkatan kerja dalam rumah tangga tersebut. Hal ini

menunjukan bahwa, suatu rasio ketergantungan yang tinggi akan berkorelasi

positif terhadap tingkat kemiskinan rumah tangga. Semakin besar angka rasio

ketergantungan maka semakin besar pula kemungkinan untuk meningkatkan

kemiskinan (BPS, 2002a).

2.2.3. Perekonomian

Kondisi kemiskinan yang terjadi di Indonesia terutama di daerah-daerah

tertinggal adalah karena pengaruh dari kondisi perekonomian yang buruk. Kondisi

Page 36: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI … · Fokus utama dari pembangunan ekonomi baik di tingkat global maupun di tingkat ... terutama bagi para penentu kebijakan yang akan melakukan

46

 

perekonomian yang buruk tidak mempunyai kendali untuk mendorong

pembangunan di daerah tersebut, apalagi untuk daerah sekitarnya. Hal ini akan

menyebabkan masyarakat sekitarnya hidup dalam perekonomian yang buruk dan

berpotensi besar untuk menjadi penduduk miskin.

Dalam proses pembangunan ekonomi, perubahan ketidakmerataan

pendapatan senantiasa menyertai pertumbuhan ekonomi. Perubahan

ketidakmerataan pendapatan dapat digambarkan dengan perubahan angka Gini

ratio. Ketidakmerataan dapat dikelompokan menjadi tiga berdasarkan angka rasio

Gini, yaitu:

1. Ketidakmerataan rendah apabila angka rasio Gini lebih kecil dari 0,3

2. Ketidakmerataan sedang apabila angka rasio Gini terletak antara 0,3-0,4

3. Ketidakmerataan tinggi apabila angka rasio Gini lebih besar dari 0,4

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Suparno (2010), angka rasio Gini

selama periode 2002-2008 menunjukan tingkat ketidakmeratan di Indonesia

tergolong sedang karena masih berada pada kisaran 0,3-0,4 walaupun dengan

angka yang berfluktuasi. Pada tahun 2002, angka rasio gini tercatat sebesar 0,34

kemudian meningkat menjadi 0,40 pada 2005 dan sedikit menurun pada tahun

2008 menjadi sebesar 0,37. Angka rasio Gini tersebut sedikit berbeda dengan

angka yang dipublikasikan BPS, karena data yang dianalisis pada penelitiannya

tidak mencangkup provinsi NAD, Maluku, Maluku Utara, Papua dan Papua Barat.

Pengukuran ketidakmerataan pendapatan dengan menggunakan data

pengeluaran perkapita sebagai proxy data pendapatan perkapita memberikan hasil

yang bias. Ketidakmerataan yang diperoleh akan lebih rendah dari yang

Page 37: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI … · Fokus utama dari pembangunan ekonomi baik di tingkat global maupun di tingkat ... terutama bagi para penentu kebijakan yang akan melakukan

47

 

seharusnya. Hal ini dikarenakan pendapatan pengeluaran perkapita hanya relevan

untuk menggambarkan pendapatan kelompok penduduk dengan yang

berpenghasilan rendah. Dalam jangka panjang pengeluaran perkapita penduduk

berpenghasilan rendah akan mendekati pendapatan perkapitanya. Sedangkan

pendapatan perkapita kelompok penduduk berpenghasilan menengah ke atas pada

umumnya lebih tinggi daripada pengeluaran perkapitanya. Dengan demikian,

ketidakmerataan pendapatan yang terjadi di Indonesia akan lebih tinggi bila

dihitung berdasarkan pendapatan perkapitanya.

2.2.4. PDRB Sektoral

Peubah PDRB sektoral menggambarkan jumlah output agregat sektor yang

dihasilkan suatu daerah. Peningkatan nilai PDRB sektoral menurut harga konstan

menunjukan adanya pertumbuhan ekonomi sektoral. Pertumbuhan ekonomi

menurut teori ekonomi mengindikasikan semakin banyaknya kesempatan kerja

yang tercipta dan semakin banyak orang yang bekerja, sehingga akan mengurangi

pengangguran dan kemiskinan. PDRB sektoral per tenaga kerja menurut harga

konstan merupakan nilai PDRB sektoral menurut harga konstan tahun 2000 dibagi

dengan jumlah tenaga kerja di sektor tersebut. PDRB sektor pertanian, industri

dan jasa per tenaga kerja juga digunakan untuk mengetahui secara langsung

kesempatan kerja yang terjadi juga menyebar di sektor dimana penduduk miskin

berada melalui peningkatan produktivitas. Selain itu, secara tidak langsung

digunakan untuk mengetahui efektivitas kebijakan pemerintah dalam proses

redistribusi manfaat pertumbuhan yang diperoleh dari sektor pertanian maupun

Page 38: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI … · Fokus utama dari pembangunan ekonomi baik di tingkat global maupun di tingkat ... terutama bagi para penentu kebijakan yang akan melakukan

48

 

industri dan sektor jasa yang ditengarai memberikan kontribusi terhadap

pengurangan jumlah penduduk miskin (Siregar dan Wahyuniarti, 2007)

Pengaruh kegiatan ekonomi menurut sektoral terhadap pengurangan

kemiskinan juga dikemukakan oleh Montalvo dan Ravallion (2009) dengan

menguji hipotesa pola pertumbuhan sektoral. Kegiatan ekonomi menurut sektor

memiliki dampak pengurangan kemiskinan secara keseluruhan yang independen

terhadap pertumbuhan ekonomi agregat. Hipotesis tersebut berdasarkan dua

alasan. Pertama, kerelevanan ketidakmerataan antar sektor yang cukup besar

menyebabkan pola pertumbuhan antar sektor secara sistematis akan merubah

distribusi pendapatan dan lebih luas lagi pada tingkat kemiskinan dengan tingkat

rata-rata pendapatan tertentu. Secara instuisi, jika pertumbuhan ekonomi sangat

intens dalam sektor-sektor tersebut dan tidak memberikan manfaat kepada

penduduk miskin maka akan meningkatkan ketidakmerataan, dampaknya akan

mengurangi manfaat pertumbuhan secara keseluruhan bagi penduduk miskin.

Kedua, komposisi kegiatan ekonomi menurut sektor merupakan salah satu

faktor yang mempengaruhi tingkat ketidakmerataan awal. Hal ini akan tetap

berlangsung apabila proses pertumbuhan selanjutnya bersifat netral atau semua

pendapatan tumbuh dengan sifat yang sama. Secara instuisi, ketika penduduk

miskin memiliki share pendapatan yang rendah terhadap total pendapatan, mereka

cenderung akan memiliki share manfaat agregat pendapatan yang lebih rendah

selama proses pertumbuhan ekonomi. Secara empiris, distribusi pendapatan awal

yang telah diketahui mempunyai peran yang sangat penting bagi dampak

berikutnya dari pertumbuhan ekonomi terhadap kemiskinan.

Page 39: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI … · Fokus utama dari pembangunan ekonomi baik di tingkat global maupun di tingkat ... terutama bagi para penentu kebijakan yang akan melakukan

49

 

2.3. Program Penanggulangan Kemiskinan

Kemiskinan adalah permasalahan global bukan hanya permasalahan

negara-negara sedang berkembang. Masalah ini mendapat perhatian global

termasuk Perserikatan Bangsa Bangsa dimana pada tahun 2000 seluruh anggota

PBB membuat Deklarasi Milenium PBB (United Nation Millennium Declaration)

yang salah satu isinya adalah menghilangkan kemiskinan. Deklarasi ini kemudian

dijabarkan dalam Millennium Development Goals (MDGs) yang berisi delapan

tujuan yang harus dicapai pada tahun 2015. Tujuan pertama dari MDGS adalah

menghilangkan kemiskinan dan kelaparan yang ekstrim. Target yang ingin dicapai

adalah mengurangi setengah dari proporsi penduduk yang hidup dengan

pendapatan kurang dari satu dolar perhari dan mengurangi setengah proporsi

penduduk yang menderita kelaparan.

Millennium Development Goals yang merupakan kesepakatan global

dilaksanakan pula oleh Indonesia. Untuk mencapai tujuan tersebut, perlu

ditingkatkan pemahaman mengenai penyebab kemiskinan. Secara makro,

penyebab kemiskinan adalah kesempatan kerja yang terbatas, akses yang terbatas

pada sumber-sumber finansial dan non-perbankan, dan banyaknya migran dengan

keterampilan rendah. Kesempatan kerja yang terbatas sangat erat kaitannya

dengan kondisi perekonomian. Laju pertumbuhan ekonomi yang tinggi

diharapkan mampu mendorong terciptanya kesempatan kerja. Namun sering

dicurigai bahwa pertumbuhan ekonomi yang cepat berakibat buruk pada kaum

miskin karena mereka akan tergilas dan terpinggirkan oleh karena adanya

perubahan struktural perekonomian modern (Todaro dan Smith, 2006). Laporan

Page 40: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI … · Fokus utama dari pembangunan ekonomi baik di tingkat global maupun di tingkat ... terutama bagi para penentu kebijakan yang akan melakukan

50

 

Bank Dunia tahun 1990 yang mengatakan bahwa diskusi mengenai kebijakan

yang berkenaan dengan golongan miskin biasanya berfokus kepada trade-off

antara pertumbuhan dan kemiskinan. Namun telaah terhadap pengalaman berbagai

negara menyimpulkan bahwa kedua hal tersebut bukanlah suatu trade-off yang

tidak bisa diatasi. Dengan kebijakan yang tepat, golongan miskin dapat

berpatisipasi dan berkontribusi terhadap pertumbuhan, dan jika mereka dapat

melaksanakan hal tersebut, bukan tidak mungkin penurunan tingkat kemiskinan

akan terjadi begitu cepat dan konsisten dengan pertumbuhan ekonomi yang

berkelanjutan.

2.3.1. Perkembangan Program Kemiskinan di Indonesia

Program penanggulangan kemiskinan mulai dilaksanakan pemerintah

sejak Pelita III. Berbagai program sektoral yang bertujuan untuk mengurangi

kemiskinan mewarnai program pembangunan di Indonesia. Di bidang pertanian,

pemerintah mengenalkan program BIMAS dan INMAS untuk penyuluhan pada

petani, perluasan lahan pertanian dan transmigrasi. Kemudian BULOG didirikan

untuk menjaga stabilitas harga beras, gula, dan barang kebutuhan pokok lainnya.

Di sektor keuangan, pemerintah mulai memperhatikan sektor usaha kecil dan

menengah dengan mengenalkan berbagai macam program kredit untuk pengusaha

kecil. Program tersebut antara lain berupa Kredit Investasi Kecil (KIK), Kredit

Usaha Kecil (KUK), Kredit Candak Kulak (KCK), dan Kredit Modal Kerja

Permanen (KMKP). Pemerintah juga menciptakan berbagai macam program

INPRES. Kebijakan itu semua dilakukan dalam rangka memberikan peluang

kepada rakyat kecil untuk memulai usaha.

Page 41: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI … · Fokus utama dari pembangunan ekonomi baik di tingkat global maupun di tingkat ... terutama bagi para penentu kebijakan yang akan melakukan

51

 

Program khusus pengurangan kemiskinan mulai dilaksanakan pemerintah

sejak 1988 dengan adanya program Pengembangan Kawasan terpadu (PKT) yang

berupa transfer langsung kepada masyarakat. Dalam progam ini pemerintah

memberikan bibit pertanian dan peternakan kepada masyarakat miskin di

pedesaan. Pada tahun 1993, PKT berkembang dari sekedar pemenuhan kebutuhan

akan bibit menjadi pemenuhan akan sarana dan prasarana dasar, seperti jalan,

jembatan, saluran irigasi dan sebagainya, terutama bagi daerah tertinggal.

Kegiatan tersebut berkembang menjadi program INPRES Desa Tertinggal (IDT).

Tahun 1993-1996, program IDT menarik minat berbagai lembaga keuangan

internasional untuk ikut membiayai dan berkembang menjadi Program

Pengembangan Prasarana Desa Tertinggal (P3DT) yang pembiayaannya diperoleh

dari Bank Dunia dan JBIC. Di samping itu, pemerintah melalui Departemen

Sosial, meluncurkan Kredit Usaha Bersama (KUBE) yang diberikan kepada

kelompok usaha di desa.

Memasuki masa krisis multidimensi pada tahun 1997-1998, pemerintah

dalam menjalankan program penanggulangan kemiskinan mulai memperkenalkan

Padat Karya I (Oktober-Desember 1997) yang disertai dengan Padat Karya II

(Desember 1997-Februari 1998). Akan tetapi, program tersebut belum

sepenuhnya berjalan secara efetif dan mulai dirubah dengan program yang

menganut pendekatan pelibatan dan pemberdayaan masyarakat. Oleh karena itu

sejak tahun 1998-1999 program penanggulangan kemiskinan berbasis masyarakat

mulai diperkenalkan ke berbagai daerah di Indonesia. Diantaranya Program

Pengembangan Kecamatan (PPK) di daerah pedesaan dan Program

Page 42: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI … · Fokus utama dari pembangunan ekonomi baik di tingkat global maupun di tingkat ... terutama bagi para penentu kebijakan yang akan melakukan

52

 

Penanggulangan Kemiskinan Perkotaan (P2KP) serta Program Pendukung

Masyarakat dan Pemerintah Daerah (P2MPD) (Komite, 2009).

Di era otonomi daerah, pemerintah mempunyai komitmen untuk

mempercepat pemecahan masalah kemiskinann dengan membentuk Komite

Penanggulangan Kemiskinan pada tahun 2001. Pada akhir tahun 2003, Komite

Penanggulangan Kemiskinan mengeluarkan dan mengesahkan dokumen I-PRSP

(Interim Poverty Reduction Strategy Paper) sebagai panduan bagi penyusunan

dokumen Strategi Nasional Penanggulangan Kemikinan (SNPK). Pada tahun

2004, pemerintah telah menyusun Strategi Nasional Penanggulangan Kemiskinan.

SNPK merupakan strategi dan rencana aksi untuk mempercepat tujuan dan

sasaran penanggulangan kemiskinan. SNPK dituangkan dalam RPJM tahun 2004-

2009 yang memuat kebijakan pembangunan dan rencana kerja pemerintah selama

lima tahun. Dengan mengacu RPJM, pemerintah setiap tahun akan menyusun

Rencana Kerja Pemerintah (RKP) sebagai penjabaran dan operasionalisasi RPJM.

Pada tingkat provinsi dan kabupaten/kota, pemerintah daerah membentuk Strategi

Penanggulangan Kemiskinan Daerah (SPKD) dengan mengacu pada SNPK dan

menjadi bagian integral dari rencana pembangunan di tingkat pemerintah provinsi

dan kabupaten/kota.

Pada tahun 2005, pemerintah membentuk Tim Koordinasi

Penanggulangan Kemiskinan yang beranggotakan lintas departemen dan diketuai

oleh Menteri Koordinator Kesejahteraan Rakyat. Tim tersebut dibentuk dengan

tujuan untuk mengintegrasikan dan sinkronasi berbagai program kemiskinan di

setiap departemen agar program penanggulangan kemiskinan dapat berjalan lebih

Page 43: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI … · Fokus utama dari pembangunan ekonomi baik di tingkat global maupun di tingkat ... terutama bagi para penentu kebijakan yang akan melakukan

53

 

terarah, bersinergi satu sama lain dan tidak tumpang tindih. TKPK menetapkan

upaya penanggulangan kemiskinan dengan paradigma pola penanganan yang

bersifat multisektoral. Sedangkan ditingkat daerah, pemerintah membentuk Tim

Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan Daerah (TKPKD) guna mengefektifkan

program penanggulangan kemiskinan di tingkat daerah. TKPK mengelompokan

program penanggulangan kemiskinan berdasarkan segmentsi masyarakat

penerima program sebagai berikut:

1. Program berbasis bantuan dan perlindungan sosial yang terdiri atas program

yang bertujuan untuk pemenuhan hak dasar, pengurangan beban hidup, serta

peningkatan kualitas hidup masyarakat miskin. Program ini berbentuk bantuan

raskin, jamkesmas, bantuan fakir miskin, bantuan korban bencana, bantuan

langsung tunai, PKH, beasiswa siswa miskin, serta peningkatan kapasitas

kelembagaan pengarusutamaan gender (PUG) dan pengarusutamaan anak

(PUA).

2. Program berbasis pemberdayaan masyarakat melalui PNPM mandiri. Program

ini dilakukan dengan pendekatan partisipatif berdasarkan kebutuhan

masyarakat, berupaya menguatkan kapasitas kelembagaan masyarakat, dan

kegiatannya dilaksanakan oleh masyarakat secara swakelola dan berkelompok.

3. Program berbasis pemberdayaan usaha kecil dan mikro terdiri atas program-

program yang bertujuan untuk memberikan akses dan penguatan ekonomi bagi

pelaku usaha berskala mikro dan kecil, dalam bentuk bantuan modal,

peningkatan kapasitas, dan pemberian kredit usaha rakyat (TKPK, 2009)

Page 44: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI … · Fokus utama dari pembangunan ekonomi baik di tingkat global maupun di tingkat ... terutama bagi para penentu kebijakan yang akan melakukan

54

 

Program PNPM mandiri diluncurkan oleh presiden pada 30 April 2007.

PNPM Mandiri merupakan harmonisasi dan sinkronasi kebijakan dari program-

program pemberdayaan masyarakat dalam hal pemilihan sasaran, prinsip dasar,

strategi, pendekatan, mekanisme, dan prosedur yang diperlukan untuk

mempercepat penanggulangan kemiskinan dan mempercepat penciptaan lapangan

kerja. Secara bertahap dikonsolidasikan untuk digabung dengan berbagai

program-program pemberdayaan masyarakat untuk penanggulangan kemiskinan

yang tersebar di kementrian/lembaga seperti PPK, P2KP, Proyek Peningkatan

Pendapatan Petani dan Nelayan Kecil (P4K), Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat

Pesisir (PEMP), dan lain sebagainya.

PNPM Mandiri dikategorikan menjadi dua jenis, yakni PNPM Inti dan

PNPM Penguatan. PNPM Inti terdiri dari program berbasis kewilayahan seperti

PNPM Pedesaan (PPK), PNPM Perkotaan (P2KP), PNPM Daerah Tertinggal

(P2DTK), PNPM Infrastruktur Pedesaan (PPIP) dan PNPM Infrastruktur Sosial

Ekonomi Wilayah (PISEW). Sedangkan dengan kategori PNPM Penguatan yang

terdiri dari program pemberdayaan masyarakat berbasiskan sektoral, kewilayahan

serta khusus mendukung penanggulangan kemiskinan seperti Program Usaha

Agribisnis Pedesaan (PUAP), BLM untuk Keringanan Investasi Pertanian (BLM

KIP), PNPM Mandiri Kelautan dan Perikanan, PNPM Mandiri Pariwisata, PNPM

Mandiri Perumahan dan Pemukiman serta PNPM Mandiri Generasi (TP PNPM,

2007)

Pada November 2007, pemerintah meluncurkan Kredit Usaha Rakyat

(KUR). KUR adalah skema kredit yang bertujuan untuk memperkuat pemodalan

Page 45: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI … · Fokus utama dari pembangunan ekonomi baik di tingkat global maupun di tingkat ... terutama bagi para penentu kebijakan yang akan melakukan

55

 

UMKM dalam rangka penanggulangan kemiskinan, KUR khusus diperuntukan

bagi UMKM dan Koperasi yang usahanya layak namun tidak mempunyai agunan

yang cukup sesuai persyaratan yang ditetapkan perbankan. Selain itu, KUR

memberikan akses kredit kepada kelompok masyarakat yang telah dilatih dan

ditingkatan keberdayaan serta kemandiriannya pada program berbasis

pemberdayaan masyarakat PNPM Mandiri, sehingga mampu untuk memanfaatkan

skema pendanaan yang berasal dari lembaga keuangan formal seperti Bank,

Koperasi, BPR, dan sebagainya. UMKM dapat langsung mengakses KUR di Bank

Pelaksana yaitu Bank BRI, Bank Mandri, Bank BNI, Bank BTN, Bank Bukopin,

dan Bank Syariah Mandiri atau melalui lembaga keuangan mikro serta melalui

kegiatan linkage program lainnya yang bekerja sama dengan bank pelaksana.

Sejak bulan Februari 2008, diluncurkan KUR mikro dengan plafon maksimum

lima juta rupiah per nasabah usaha mikro yang disalurkan melalui bank pelaksana

KUR (TKPK, 2009).

2.3.2. Perkembangan Program Kemiskinan di DKI Jakarta

Dalam menanggulangi kemiskinan, berbagai kebijakan telah dilakukan

oleh pemerintah provinsi DKI Jakarta. Batasan kemiskinan mengacu kepada hasil

Konferensi Dunia untuk Pembangunan Sosial (World Summit for Social

Development) tahun 1995 dikatakan sebagai wujud yang majemuk, termasuk

rendahnya tingkat pendidikan, dan sumberdaya yang produktif yang menjamin

kehidupan kesinambungan; kelaparan dan kekurangan gizi; rendahnya tingkat

kesehatan; keterbatasan akses kepada pendidikan; dan layanan-layanan pokok

lainnya; kondisi tidak wajar dan kematian akibat penyakit yang terus meningkat;

Page 46: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI … · Fokus utama dari pembangunan ekonomi baik di tingkat global maupun di tingkat ... terutama bagi para penentu kebijakan yang akan melakukan

56

 

kehidupan gelandangan dan tempat tinggal yang tidak memadai; lingkungan yang

tidak aman dan diskriminatif serta keterasingan sosial. Dari batasan tersebut dapat

dilihat bahwa masalah kemiskinan bukan merupakan masalah satu sektor saja

melainkan multi dimensional/multi sektor, sehingga dalam penanggulangannya

perlu dikoordinasikan dari berbagai sektor.

Menindaklanjuti Keputusan Presiden Nomor 124 Tahun 2001 Tentang

Komite Penanggulangan Kemiskinan, maka Pemerintah Provinsi DKI Jakarta

membentuk Komite Penanggulangan Kemiskinan melalui Keputusan Gubernur

Nomor 1582/2002. Komite yang terdiri dari berbagai instansi terkait ini

mempunyai tugas pokok yang salah satunya adalah meningkatkan keberhasilan

penanggulangan kemiskinan di Provinsi DKI Jakarta yang diantara dengan

melakukan langkah-langkah nyata untuk mempercepat pengurangan jumlah

penduduk miskin. Upaya penanggulangan kemiskinan ini diperkuat pula dengan

Keputusan Gubernur Nomor 1791/2004 tentang Strategi Penanggulangan

Kemiskinan di Provindi DKI Jakarta.

Strategi induk penanggulangan masalah kemiskinan Provinsi DKI Jakarta

adalah mendorong terciptanya lembaga keuangan mikro professional berbasis

non-kolateral di tingkat kelurahan sebagai intitusi yang diharapkan dapat

mendorong peningkatan kemampuan dasar masyarakat miskin dalam

meningkatkan pendapatan sekaligus akses terhadap sumberdaya ekonomi. Strategi

ini dilakukan melalui dua pendekatan yaitu (a) community empowerment dan

capacity building dan (b) social protection.

Page 47: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI … · Fokus utama dari pembangunan ekonomi baik di tingkat global maupun di tingkat ... terutama bagi para penentu kebijakan yang akan melakukan

57

 

Community empowerment dan capacity building adalah upaya

meningkatkan pendapatan melalui produktivitas dengan penguatan kemampuan

masyarakat miskin dalam pengelolaan, memperoleh peluang dan perlindungan

untuk membentuk hasil yang lebih baik dalam berbagai kegiatan ekonomi, politik,

sosial dan budaya. Seangkan social protection adalah upaya untuk mengurangi

pengeluaran masyarakat melalui pemberian subsidi dan bantuan untuk

mengurangi pengurangan beban kebutuhan dasar seperti akses teradap pendidikan,

kesehatan, dan infrastruktur yang mempermudah mendukung kegiatan sosial

ekonomi.

Untuk mencapai strategi induk diperlukan strategi penunjang yaitu:

1. Pengembangan basis data dan penetapan indikator penduduk miskin sesuai

dengan kondisi faktual DKI Jakarta sehingga diperoleh pemetaan dan

identifikasi masalah kemiskinan yang komperhensif sebagai dasar berbagai

program intervensi penanggulangan kemiskinan.

2. Pengembangan multi process card penduduk miskin sebagai mekanisme

wujud perlindungan sosial yang menjamin ketetapan pemberian subsidi dan

bantuan dalam upaya peningkatan akses penduduk miskin kepada layanan

kebutuhan dasar yang bersifat langsung seperti pendidikan, kesehatan serta

layanan dasar lainnya.

3. Pembentukan jejaring kerja antara pemerintah, legislatif, dunia usaha dan

berbagai stakeholder lainnya guna mendukung keterpaduan program

penanggulangan kemiskinan.

Page 48: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI … · Fokus utama dari pembangunan ekonomi baik di tingkat global maupun di tingkat ... terutama bagi para penentu kebijakan yang akan melakukan

58

 

Pelaksanaan program penanggulangan kemiskinan dilaksanakan secara

terpadu dan terkoordinasi yang meliputi aspek-aspek pendidikan, kesehatan,

ekonomi, subsidi, fisik lingkungan, tenaga kerja, pemberdayaan masyarakat dan

perlindungan sosial. Berbagai program aksi telah dilaksanakan untuk aspek-aspek

tersebut. Khusus untuk aspek subsidi, beberapa program yang telah dilaksanakan

adalah beras miskin, bantuan beasiswa siswa/mahasiswa kurang mampu, dan

bantuan air bersih.

Dalam rangka penaggulangan kemiskinan, pemerintah Provinsi DKI

Jakarta pada tahun 2004 telah mengalokasikan 884 milyar rupiah. Alokasi

tertinggi adalah untuk pemberdayaan masyarakat yang di dalamnya termasuk

Program Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan (PPMK). Selain pemberdayaan

masyarakat, sektor yang menjadi fokus penanggulangan kemiskinan adalah

bidang pendidikan dan kesehatan. Salah satu cara untuk memutuskan rantai

kemiskinan rumah tangga adalah dengan meningkatkan pendidikan anggota

rumah tangga sehingga mereka berpeluang untuk mendapatkan pekerjaan yang

lebih baik.

Tabel. 2.1 Program dan Alokasi Dana Penanggulangan Kemiskinan di DKI Jakarta Tahun 2004

Bidang yang di berikan Bantuan Besarnya Bantuan (Rp) Usaha Kecil Menengah dan Koperasi 26.002.000.000Permukiman 4.045.665.000Perindustrian 310.000.000Pariwisata 50.000.000Peternakan dan Perikanan 1.184.000.000Pendidikan 267.987.835.000Pemberdayaan Masyarakat 359.550.000.000Peran Serta dan Rehabilitasi Sosial 3.309.484.000Ketenagakerjaan 1.337.500.000

Page 49: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI … · Fokus utama dari pembangunan ekonomi baik di tingkat global maupun di tingkat ... terutama bagi para penentu kebijakan yang akan melakukan

59

 

Pemerintahan 3.809.663.000Kependudukan dan Keluarga Berencana 8.141.939.088Pemakaman 752.400.000Kesehatan 207.632.069.100Total 884.112.555.188

Sumber: Bapeda Pemprov DKI Jakarta, 2005

Program Pemberdayaan Mayarakat Kelurahan (PPMK) adalah program

yang digulirkan oleh Pemerintah Provinsi DKI Jakarta untuk memberdayakan

masyarakat yang mencangkup seluruh aspek kehidupan dan penghidupan

masyarakat baik fisik maupun non-fisik melalui lembaga kemasyarakatan yang

ada di kelurahan, dengan mengadakan bantuan langsung kepada masyarakat.

Pelaksanaan PPMK mengacu pada Pelaksanaan P2KP. Bantuan langsung

diberikan dengan pendekatan Tribina, yaitu bina ekonomi adalah sebesar 60

persen berupa dana bergulir, untuk bina fisik dan sosial masing-masing 20 persen.

Di samping itu prinsip-prinsip dari pelaksanaan PPMK ini mengacu pula pada

prinsip P2KP seperti demokrasi, transparansi, partisipatif, dan akuntabilitas.

Program ini digulirkan pada tahun 2001 dengan pemberian dana sebesar

dua milyar rupiah pada beberapa kelurahan. Sejak tahun 2002, seluruh kelurahan

mendapatkan dana PPMK sebesar 250 juta rupiah. Nilai dana PPMK terus

mengalami peningkatan, pada tahun 2003 naik menjadi 500 juta rupiah per

kelurahan dan pada tahun 2004 menjadi 700 juta rupiah. Pada tahun 2005 setiap

kelurahan memperoleh dana PPMK sebesar satu milyar rupiah.

Pemerintah DKI Jakarta sangat memperhatikan masalah pendidikan karena

pendidikan berpengaruh sangat nyata kepada kemiskinan. Pendidikan tinggi

memberikan peluang untuk mendapatkan kerja yang lebih baik sehingga mereka

Page 50: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI … · Fokus utama dari pembangunan ekonomi baik di tingkat global maupun di tingkat ... terutama bagi para penentu kebijakan yang akan melakukan

60

 

dapat terus berada di luar lingkaran kemiskinan. Program penanggulangan

kemiskinan yang berkaitan dengan masalah pendidikan telah dilakukan baik untuk

pendidikan dasar (SD dan SMP) maupun tingkat pendidikan menengah (SMU/K

dan PT). Dana yang disalurkan untuk pendidikan hingga tahun 2004 adalah

sebesar 268 milyar rupiah. Dana tersebut dialokasikan untuk berbagai kegiatan

diantaranya:

a. Bantuan biaya pendidikan

b. Penyelenggaraan SD Wajar

c. Penyelenggaraan program Paket A dan Paket B

d. Penyelenggaraan guru kunjung

e. Program pemberian makanan tambahan anak murid SD

f. Pembinaan keterampilan menjahit anak putus sekolah

g. Pembinaan keterampilan tata boga anak putus sekolah

Di samping pendidikan, bidang kesehatan menjadi prioritas utama dalam

penanggulangan kemiskinan. PRSP Sourcebook Bank Dunia menjelaskan bahwa

dampak kondisi kesehatan yang buruk berpengaruh terhadap kemiskinan, yang

meliputi dimensi sebagai berikut:

1. Ketidakmampuan untuk mempertahankan pekerjaan

2. Ketidakmampuan untuk memperoleh pendapatan yang memadai

3. Menurunnya kemampan belajar dan berfikir

4. Risiko cidera dan kecelakaan

5. Hasil capaian pendidikan yang buruk

Page 51: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI … · Fokus utama dari pembangunan ekonomi baik di tingkat global maupun di tingkat ... terutama bagi para penentu kebijakan yang akan melakukan

61

 

Pemerintah Provinsi DKI Jakarta pada tahun 2004 mengalokasikan dana

sebesar 207,6 milyar rupiah bagi penanggulangan kemiskinan di bidang

kesehatan, diantaranya adalah untuk:

a. Pelayanan keluarga miskin

b. Imunisasi posyandu

c. Intervensi balita gizi buruk

d. Pemberian makanan tambahan untuk balita kurang gizi

e. Pemberian makanan tambahan untuk ibu hamil

Kegiatan-kegiatan ini sebagian besar dilakukan di puskesmas, karena

puskesmas adalah tempat pelayanan kesehatan yang paling banyak dikunjungi

oleh rumah tangga miskin. Harga yang relatif terjangkau dan lokasi yang relatif

dekat dengan tempat tinggal menjadi faktor utama pemilihan puskesmas sebagai

tempat berobat rumah tangga miskin.

Faktor utama yang menyebabkan rumah tangga terjerat dalam kemiskinan

adalah tingkat pendapatan yang rendah. Pemerintah Provinsi DKI Jakarta

mengalokasikan dana sebesar 26 milyar rupiah untuk membantu usaha kecil dan

menengah agar mereka mampu untuk meningkatkan pendapatan mereka.

Beberapa kegiatan yang dilakukan diantaranya adalah:

1. Bimbingan teknis usaha kecil dan menengah

2. Bimbingan konsultasi usaha kecil dan menengah

3. Pembuatan depo/warung usaha kecil dan menengah

4. Pembuatan desain dan pengadaan produk tanda mata khas DKI Jakarta

untuk usaha kecil dan menengah

Page 52: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI … · Fokus utama dari pembangunan ekonomi baik di tingkat global maupun di tingkat ... terutama bagi para penentu kebijakan yang akan melakukan

62

 

5. Diklat kewirausahaan dan manajemen bagi kelompok usaha kecil dan

menengah

6. Pembinaan teknis usaha skala mikro

7. Pasar rakyat

8. Pembentukan usaha kecil dan sejenisnya

Bidang kependudukan menjadi perhatian dalam program penanggulangan

kemiskinan. Pada tahun 2004, dana yang dialokasikan untuk bidang

kependudukan dan keluarga berencana sekitar delapan milyar rupiah. Kegiatan

keluarga berencana ditekankan pada pengadaan alat kontrasepsi dan pelayanan

KB bagi akseptor KB yang berasal dari keluarga miskin.

2.4. Kerangka Pemikiran

Dalam analisis ekonomi regional, secara implisit seringkali diasumsikan

bahwa daerah atau region yang dianalisis adalah homogen. Padahal secara faktual

terdapat perbedaan yang menciptakan suatu hubungan unik antara suatu bagian

dengan bagian lainnya dalam wilayah tersebut. Dalam suatu wilayah, ada

penduduk atau kegiatan yang terkonsentrasi pada suatu tempat, yang disebut

dengan berbagai istilah seperti: kota, pusat perdagangan, pusat industri, pusat

pertumbuhan, simpul distribusi, pusat permukiman, atau darah modal. Sebaliknya,

daerah di luar pusat konsentrasi dinamakan: daerah pedalaman, wilayah belakang

(hinterland), daerah pertanian atau daerah pedesaan (Tarigan, 2004).

Proses aglomerasi pada pusat pertumbuhan di Jakarta, menjadikan Jakarta

sebagai kota Metropolitan. Namun di lain pihak, pemusatan aktivitas tersebut

mendorong peningkatan migrasi ke Jakarta yang ditandai dengan pertumbuhan

Page 53: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI … · Fokus utama dari pembangunan ekonomi baik di tingkat global maupun di tingkat ... terutama bagi para penentu kebijakan yang akan melakukan

63

 

penduduk yang senantiasa meningkat. Pertumbuhan penduduk yang pesat akan

menimbukan berbagai masalah, antara lain masalah penyediaan lapangan kerja,

perumahan, infrastruktur, kriminalitas, kependudukan dan lingkungan.

Ketika lapangan kerja formal yang tersedia tidak dapat menyerap seluruh

angkatan kerja, maka mereka yang tidak terserap akan masuk ke sektor kerja yang

informal dan sebagian dari mereka akan menjadi pengangguran. Pendapatan yang

diterima di sektor informal jauh lebih rendah dibandingkan yang diperoleh di

sektor formal. Dengan pendapatan rendah tersebut, maka mereka sulit untuk

mengakses pelayanan dasar seperti pendidikan, kesehatan, air bersih, dan tempat

tinggal yang layak.

Kebijakan-kebijakan pembangunan yang diterapkan oleh pemerintah DKI

Jakarta sering kali berdampak pada timbulnya kemiskinan. Iklim usaha yang tidak

baik dapat berdampak pula pada kemiskinan. Penerapan Upah Minimum Provinsi

(UMP) yang dirasakan cukup berat dapat menyebabkan mengurangi jumlah

pegawainya. Kebijakan ekonomi dimasa lalu telah menyebabkan krisis ekonomi

yang cukup parah di Indonesia. Roda perekonomian yang lumpuh telah

menyebabkan banyak perusahaan harus melakukan pemutusan hubungan kerja

(PHK) besar-besaran. Hal ini berdampak pada peningkatan jumlah penduduk

miskin. Di samping itu, kebijakan dalam bidang tenaga kerja yang ada belum

dapat mengatasi masalah pengangguran, dampaknya adalah jumlah pengangguran

yang tinggi.

Program-program yang ada sekarang ini, belum secara efektif dapat

mengurangi angka kemiskinan. Program-progam terlalu bersifat umum tanpa

Page 54: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI … · Fokus utama dari pembangunan ekonomi baik di tingkat global maupun di tingkat ... terutama bagi para penentu kebijakan yang akan melakukan

64

 

membedakan karakteristik penyebab kemiskinan pada penduduk miskin itu

sendiri. Sehingga, faktor-faktor yang ada tidak terbentuk menjadi integerasi yang

utuh dan sulit untuk dikaji untuk membuat kebijakan yang lebih efektif.

Program yang bersifat bantuan langsung seperti raskin, BLT, PKH,

jamkesmas, dan beasiswa miskin mempunyai kelemahan terutama dalam

penetapan sasaran. Penyaluran bantuan tidak tepat sasaran baik karena data yang

tidak valid maupun minimnya penerapan prinsip good governance di lembaga

penyaluran bantuan.

Program-program pemberdayaan masyarakat seperti PPK, P2KP, P4K

yang saat ini masih terintegerasi dengan PNPM Mandiri masih menggunakan

logika proyek, belum optimal melibatkan penduduk miskin dalam menentukan

jenis maupun sosialisasi kegiatan sehingga manfaat yang diperoleh tidak sesuai

dengan kebutuhan penduduk miskin. Program PNPM Mandiri juga belum

terlaksana di seluruh daerah karena keterbatasan anggaran (Ardaninggar, 2009).

Kendala eksternal yang terjadi seperti krisis energi pada tahun 2005 dan krisis

global yang mulai terasa dampaknya pada tahun 2008 membawa pengaruh

terhadap seluruh sendi perekonomian. Guncangan ini mengakibatkan peningkatan

inflasi dan penurunan permintaan dan penawaran agregat sehingga banyak

penduduk miskin semakin terpuruk.

Penelitian ini akan menduga dari sisi sosial-ekonomi, bahwa pendidikan,

kependudukan, perekonomian, pendapatan perkapita, tingkat ketergantungan, dan

kesempatan kerja akan memengaruhi tingkat kemiskinan.

Page 55: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI … · Fokus utama dari pembangunan ekonomi baik di tingkat global maupun di tingkat ... terutama bagi para penentu kebijakan yang akan melakukan

65

 

./

Analisis Pemerintah

Analisis Penelitian

Program-program dan Kebijakan Pengurangan Kemiskinan Pemerintah DKI Jakarta

Tingginya Angka Kemiskinan

Provinsi DKI Jakarta

Penurunan Angka Kemiskinan

Provinsi DKI Jakarta

-AMH -Kepadatan Penduduk -Rasio Ketergantungan -Pendapatan Perkapita

-Laju Pertumbuhan PDRB -PDRB Industri

-PDBR Jasa -Tk. Sektor Industri

-Tk. Sektor Jasa

Faktor-faktor Penyebab Kemiskinan dan Keadaan Riil DKI Jakarta

Program-program dan Kebijakan Efektif

Pengurangan Kemiskinan

-P2KP -SNPK -PUAD

-PNPM Mandiri -PPMK -KUR -BOS

-Keluarga Berencana - UMR / UMP

Identifikasi Faktor-faktor

Penyebab Kemiskinan

Gambar 2.1 Keragka Pemikiran

Page 56: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI … · Fokus utama dari pembangunan ekonomi baik di tingkat global maupun di tingkat ... terutama bagi para penentu kebijakan yang akan melakukan

2.5. Hipotesis

Berdasarkan latar belakang, permasalahan dan tinjauan pustaka tersebut di

atas, maka hipotesis dari penelitian ini adalah:

1. Terdapat faktor yang menyebabkan kemiskinan, diantaranya:

a. Angka melek huruf mempengaruhi kemiskinan. Penurunan angka

melek huruf akan memperbanyak jumlah penduduk miskin dan

sebaliknya.

b. Kepadatan penduduk mempengaruhi kemiskinan. Penurunan

kepadatan penduduk akan menurunkan jumlah penuduk miskin dan

sebaliknya

c. Tingkat ketergantungan mempengaruhi penduduk miskin. Semakin

kecil tingkat ketergantungan maka jumlah penduduk miskin akan

semakin berkurang dan sebaliknya.

d. Laju pertumbuhan ekonomi DKI Jakarta mempengaruhi kemiskinan.

Peningkatan perekonomian DKI Jakarta akan menurunkan jumlah

penduduk miskin dan sebaliknya

e. Pendapatan perkapita mempengaruhi kemiskinan. Peningkatan

pendapatan perkapita akan mengurangi tingkat kemiskinan dan

sebaliknya

f. PDRB sektor industri mempengaruhi kemiskinan. Semakin besar

PDRB sektor industri maka penduduk miskin akan semakin berkurang.

g. PDRB sektor jasa mempengaruhi kemiskinan. Semakin besar PDRB

sektor jasa maka penduduk miskin akan semakin berkurang.

Page 57: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI … · Fokus utama dari pembangunan ekonomi baik di tingkat global maupun di tingkat ... terutama bagi para penentu kebijakan yang akan melakukan

57

 

h. Tenaga kerja sektor industri mempengaruhi kemiskinan. Semakin

banyak tenaga sektor industri maka penduduk miskin akan semakin

berkurang.

i. Tenaga kerja sektor jasa mempengaruhi kemiskinan. Semakin banyak

tenaga sektor jasa maka penduduk miskin akan semakin berkurang

2. Terdapat program-program yang telah dilakukan oleh pemerintah DKI

Jakarta maupun pemerintah nasional untuk mengatasi masalah

kemiskinan. Namun program-program tersebut belum dapat bekerja secara

efektif dalam mengurangi angka kemiskinan secara signifikan. Maka,

berdasarkan hasil analisis, akan diperoleh program-program dan kebijakan

yang lebih efektif untuk mengurangi kemiskinan

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 58: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI … · Fokus utama dari pembangunan ekonomi baik di tingkat global maupun di tingkat ... terutama bagi para penentu kebijakan yang akan melakukan

58

 

III. METODE PENELITIAN

3.1. Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data

yang diperlukan meliputi: angka meleh huruf, kepadatan penduduk, tingkat

ketergantungan, pendapatan perkapita, laju pertumbuhan ekonomi DKI Jakarta,

PDRB sektor industri, PDRB sektor jasa, tenaga kerja sektor industri, enaga kerja

sektor jasa.

Sumber data diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS) dan publikasi dari

beberapa penelitian terdahulu. Periode analisis pada penelitian ini adalah tahun

2002 sampai dengan tahun 2009.

3.2. Metode Analisis

Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis

deskriptif dan analisis panel data. Analisis deskriptif digunakan untuk

memberikan gambaran umum tentang keadaan kemiskinan di DKI Jakarta.

Sedangkan analisis panel data digunakan untuk menganalisis faktor-faktor yang

mempengaruhi kemiskinan di DKI Jakarta. Pengolahan data dilakukan dengan

bantuan perangkat lunak Microsoft Excel dan E-Views 6.

3.2.1. Analisis Panel Data

Data panel adalah data yang memiliki dimensi ruang (individu) dan waktu.

Dalam data panel, jika setiap unit cross section memiliki jumlah observasi time

series yang sama, maka disebut sebagai balanced panel. Sebaliknya, jika

observasi berbeda untuk setiap unit cross section maka disebut unbalanced panel.

Page 59: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI … · Fokus utama dari pembangunan ekonomi baik di tingkat global maupun di tingkat ... terutama bagi para penentu kebijakan yang akan melakukan

59

 

Penggabungan data cross section dan time series dalam studi data panel

digunakan untuk mengatasi kelemahan dan menjawab pertanyaan yang tidak bisa

dijawab oleh model cross section dan time series murni.

Secara umum, keunggulan dari penggunaan data panel dalam analisis

ekonometrik antara lain:

1. Mampu mengontrol heterogenitas individu

2. Memeberikan informasi yang lebih banyak dan beragam, meminimalkan

masalah kolinearitas, meningkatkan jumlah derajat bebas dan lebih efisien.

3. Data panel umumnya lebih baik jika digunakan dalam studi dynamics of

adjustment.

4. Data panel lebih baik dalam mengukur dan mengidentifikasi efek yang

tidak dapat dideteksi apabila menggunakan data cross section dan time

series murni.

5. Data panel dapat digunakan untuk mengkonstruksi dan menguji model

perilaku yang lebih kompleks dibandingkan data cros section atau time

series murni

Kendati demikian, analisis panel data juga memiliki beberapa kelemahan

dan keterbatasan dalam penggunaannya khususnya apabila data panel

dikumpulkan atau diperoleh dengan metode survei. Permasalahan tersebut antara

lain:

1. Relatif besarnya data panel karena melibatkan komponen cross section

dan time series menimbulkan masalah desain survei panel, pengumpulan

dan manajemen data (masalah yang umumnya dihadapi diantaranya:

Page 60: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI … · Fokus utama dari pembangunan ekonomi baik di tingkat global maupun di tingkat ... terutama bagi para penentu kebijakan yang akan melakukan

60

 

coverage, nonresponse, kemampuan daya ingat responden, frekuensi dan

waktu wawancara)

2. Distorsi kesalahan pengamatan (measurement error) yang umumnya

terjadi karena kegagalan respon (contoh: pertanyaan yang tidak jelas dan

ketidaktepatan informasi)

3. Masalah selektivitas, yakni: selfselectivity, nonrespond, attrition (jumlah

responden yang terus berkurang pada survey lanjutan)

4. Cross section dependence (contoh: apabila macro panel data dengan unit

analisis negara atau wilayah dengan deret waktu yang panjang

mengabaikan cross-country dependence maka dapat mengakibatkan

kesimpuln yang tidak tepat)

Model umum regresi panel data dapat diformulasikan sebagai berikut:

yit = α + βit + uit……………………………………………….(3.1)

dimana uit ~ HD(0,σ2) dan i = 1, 2, 3, …, N adalah jumlah observasi antar individu

sementara t = 1, 2, 3, …, T adalah observasi runtut waktu. Dalam persamaan

tersebut, intersep (α) dan slope (β) diasumsikan homogenus antara seluruh N

individu dan T runtut waktu. Namun kondisi ini tidak selamanya sesuai dengan

kerangka ekonomi yang dianalisis. Ketidaksesuaian ini dimungkinkan atas dua

kemungkinan, yaitu:

1. Suatu kondisi dimana intersep dalam model bersifat heterogen (αi≠αj)

sementara slopenya homogen (βi=βj)

2. Suatu kondisi dimana intersep dalam model bersifat heterogen (αi≠αj)

demikian pula dengan slopenya (βi≠βj)

Page 61: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI … · Fokus utama dari pembangunan ekonomi baik di tingkat global maupun di tingkat ... terutama bagi para penentu kebijakan yang akan melakukan

61

 

Dari kedua hal tersebut diatas, model estimasi data panel dapat

diekspresikan dalam sejumlah bentuk. Jadi terdapat empat macam model estimasi

data panel yang dapat digunakan:

1. Apabila diasumsikan bahwa intersep bervariasi antar individu sementara

slope bersifat konstan, maka persamaan akan menjadi:

yit = αi + βXit + uit……..………………………………(3.2)

2. Apabila diasumsikan bahwa intersep bervariasi antar individu dan antar

waktu sementara slope bersifat konstan, maka persamaan akan menjadi:

yit = αit + βXit + uit……….……………………………(3.3)

3. Apabila diasumsikan bahwa intersep dan slope bervariasi antar individu

tetapi konstan antar waktu, maka persamaan akan menjadi:

yit = αi + βiXit + uit……..………………………………(3.4)

4. Apabila diasumsikan bahwa intersep dan slope bervariasi antar individu

dan antar waktu, maka persamaan akan menjadi:

yit = αit + βitXit + uit……………………………...……(3.5)

Berdasarkan keempat model tersebut, koefisien α dan β diasumsikan

tertentu. Klasifikasi lainnya adalah ketika diasumsikan bahwa parameter-

parameter ini random generating dan disebut sebagai random coefficient models.

Selain itu, dari keempat model diatas, jika asumsi homogenitas baik pada

intersep maupun pada slope ditolak, maka heterogenitas antar individu akan

tercermin pada salah satu atau lebih persamaan. Tujuan dari penentuan model

yang sesuai adalah untuk menghilangkan bias dari variabel-variabel yang

digunakan dalam model. Bias yang diakibatkan pengabaian heterogenitas dari

Page 62: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI … · Fokus utama dari pembangunan ekonomi baik di tingkat global maupun di tingkat ... terutama bagi para penentu kebijakan yang akan melakukan

62

 

koefisien-koefisien estimasi disebut juga sebagai heterogenity bias. Mengabaikan

heterogenitas baik intersep maupun slope dapat mengakibatkan hasil estimasi

yang tidak konsisten dan meaningless.

Penentuan model analisis data panel dalam rangka menghilangkan

heterogenity bias dapat dilakukan dengan plotting variabel dependen terhadap

variabel independen. Analisis plotting ini berfungsi sebagai mekanisme

identifikasi model yang sesuai dalam analisis data panel. Sementara itu untuk

menguji terjadi atau tidaknya heterogenity bias dapat dilakukan uji hipotesis

heterogenitas. Uji dilakukan dengan mengestimasi persamaan (3.4) dimana

diasumsikan slope bersifat homogen antar individu. Kemudian uji hipotesis

dilakukan terhadap:

H0 : β1 = β2 = ... = βN = β

Ha : βi ≠ βj untuk i ≠ j

dimana : i = 1, ..., N

j = 1, ..., N

Uji hipotesis di atas dapat dilakukan dengan mekanisme Wald-test. Jika

pengujian tidak menolak hipotesis nol, maka koefisien individual bersifat random

dan identik dengan rata-ratanya. Dalam hal ini, estimasi dilakukan pada model

yang mengasumsikan slope bersifat homogen seperti pada persamaan (3.1) sampai

(3.2).

Terdapat beberapa asumsi dasar yang melandasi penentuan model data

panel. Asumsi dasar ini ditentukan oleh conditionality dari variabel bebas (xi,t)

Page 63: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI … · Fokus utama dari pembangunan ekonomi baik di tingkat global maupun di tingkat ... terutama bagi para penentu kebijakan yang akan melakukan

63

 

yang digunakan dalam model data panel itu sendiri. Asumsi dasar dimaksud

adalah sebagai berikut:

1. Individual-varying time-invariant, dimana nilai variabel (baik kuantitatif

maupun kualitatif) yang sama untuk sebuah unit kerat lintang sepanjang waktu

namun berbeda antar unit kerat lintang. Contohnya adalah jenis kelamin, latar

belakang sosial-ekonomi dan sebagainya.

2. Period-varying individual-invariant, dimana nilai variabel (baik kuantitatif

maupun kualitatif) sama unutk semua unit kerat lintang namun berubah

menurut runtun waktu. Contohnya adalah tingkat bunga.

3. Individual time-varying variables, dimana nilai variabel (baik kuantitatif

maupun kualitatif) bervariasi antar unit kerat lintang dan waktu. Contohnya

adalah keuntungan perusahaan, tingkat penjualan.

Berdasarkan pemilihan model tersebut di atas kemudian akan menentukan

metode estimasi dari model panel-panel yang dipilih. Terdapat tiga metode dalam

mengestimasi data panel, yaitu:

1. Pooled Least Square (PLS)

Dalam metode ini terdapat (K) regressor dalam (xit), kecuali konstanta.

Metode ini juga dikenal sebagai Common Effect Model (CEM). Jika efek

individual (αi) konstan sepanjang waktu (t) dan spesifik terhadap setiap unit (i)

maka modelnya akan sama dengan model regresi biasa. Jika nilai (αi) sama untuk

setiap unitnya, maka OLS akan menghasilkan estimasi yang konsisten dan efisien

untuk (α) dan (β). Oleh karena itu, metode ini dapat digunakan dalam

mengestimasi persamaan (3.2). Metode ini sederhana namun hasilnya tidak

Page 64: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI … · Fokus utama dari pembangunan ekonomi baik di tingkat global maupun di tingkat ... terutama bagi para penentu kebijakan yang akan melakukan

64

 

memadai karena setiap observasi diperlakukan seperti observasi yang berdiri

sendiri.

2. Fixed Effect Model (FEM)

Model ini menggunakan semacam peubah boneka untuk menungkinkan

perubahan-perubahan dalam intersep-intersep kerat lintang dan runtut waktu

akibat adanya peubah-peubah yang dihilangkan. Intersep hanya bervariasi

terhadap individu namun konstan terhdap waktu sedangkan slopenya konstan baik

terhadap individu maupu waktu. Jadi αi adalah sebuah grup dari spesifik nilai

konstan pada model regresi. Fornulasi umum model ini mengasumsikan bahwa

perbedaan antar unit dapat diketahui dari perbedaan nilai konstantanya.

Kelemahan model efek tetap adalah penggunaan jumlah derajat kebebasan yang

banyak serta penggunaan peubah boneka tidak secara langsung

mengidentifikasikan apa yang menyebabkan garis regresi bergeser lintas waktu

dan lintas individu. Modelnya ditulis sebagai yi = αi + βxi + εi.

3. Random Effects Models (REM)

Intersepnya bervariasi terhadap individu dan waktu namun slopenya

konstan terhadap individu maupun waktu. Jadi (αi) adalah sebuah grup dari

gangguan khusus, mirip seperti (εit) kebuali untuk setiap grup ada nilai khusus

yang masuk dalam regresi secara identik untuk setiap periode. Nilai (αi)

terdistribusi secara acak pada unit-unit kerat lintang. Metode ini juga dikenal

sebagai variance components estimation. Model ini meningkatkan efisiensi proses

pendugaan kuadrat terkecil dengan memperhitungkan pengganggu-penggangu

kerat lintang dan deret waktu. Model estimasinya yang digunakan adalah yit = αi +

Page 65: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI … · Fokus utama dari pembangunan ekonomi baik di tingkat global maupun di tingkat ... terutama bagi para penentu kebijakan yang akan melakukan

65

 

β’xit + μ + εit dengan (μi) adalah nilai gangguan acak pada observasi (i) dan

konstan sepanjang waktu.

Berdasarkan penjabaran metode estimasi di atas dapat dikatakan bahwa

FEM digunakan atas asumsi bahwa dampak dari gangguan mempunyai pengaruh

yang tetap (dianggap sebagai bagian dari intersep). Sedangkan REM digunakan

atas asumsi bahwa gangguan diasumsikan bersifat acak. Penentuan model atas

pertimbangan perilaku dari gangguan yang bersifat tetap atau acak pada individu

(i) akan berpengaruh terhadap bias dan hasil estimasi. Bias yang terjadi akibat

kesalahan menetukan model berdasarkan perilaku gangguannya disebut dengan

selectivity bias.

3.2.2. Pemilihan Model dalam Pengolahan Data

Pemilihan model yang digunakan dalam sebuah penelitian perlu dilakukan

berdasarkan pertimbangan statistik. Hal ini ditujukan untuk memperoleh dugaan

yang efrisien.

Chow Test

Chow Test (uji F-statistik) adalah pengujian untuk memilih apakah model

yang digunakan Pooled Least Square atau Fixed Effect. Sebagaimana yang

diketahui bahwa terkadang asumsi bahwa setiap unit cross section memiliki

perilaku yang sama cenderung tidak realistis mengingat dimungkinkan setiap unit

cross section memiliki perilaku yang berbeda. Dalam pengujian ini dilakukan

dengan hipotesa sebagai berikut:

H0 : Model Pooled Least Square

H1 : Model Fixed Effect

Page 66: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI … · Fokus utama dari pembangunan ekonomi baik di tingkat global maupun di tingkat ... terutama bagi para penentu kebijakan yang akan melakukan

66

 

Dasar penolakan terhadap Hipotesa Nol (H0) adalah dengan menggunakan

F-statistik seperti yang dirumuskan oleh Chow:

(ESS1 – ESS2) (N – 1) CHOW = ..............................................(3.6) (ESS2) (NT – N – K)

Dimana:

ESS1 = Residual Sum Square hasil pendugaan model pooled least square

ESS2 = Residual Sum Square hasil pendugaan model fixed effect

N = Jumlah data cross section

T = Jumlah data time series

K = Jumlah variabel penjelas

Statistik Chow Test mengikuti distribusi F-statistik dengan derajat bebas

(N – 1,NT – N – K) jika nilai CHOW statistics (F-stat) hasil pengujian lebih besar

dari F-Tabel, maka cukup bukti untuk melakukan penerimaan terhadap Hipotesa

Nol sehingga model yang digunakan adalah model fixed effect, dan begitu juga

sebaliknya. Pengujian ini disebut sebagai Chow Test karena kemiripannya dengan

Chow Test yang digunakan untuk menguji stabilitas parameter (stability test).

Hausman Test

Hausman Test adalah pengujian statistik sebagai dasar pertimbangan kita

dalam memilih apakah menggunakan model fixed effect atau model random effect.

Seperti yang kita ketahui bahwa penggunaan model fixed effect mengandung suatu

unsur trade-off yaitu hilangnya derajat bebas dengan memasukkan variabel

dummy. Namun, penggunaan metode random effect juga harus memperhatikan

ketiadaan pelanggaran asumsi dari setiap komponen galat.

Page 67: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI … · Fokus utama dari pembangunan ekonomi baik di tingkat global maupun di tingkat ... terutama bagi para penentu kebijakan yang akan melakukan

67

 

Hausman Test dilakukan dengan hipotesa sebagai berikut:

H0 : Model Fixed Effect

H1 : Model Random Effect

Sebagai dasar penolakan Hipotesa Nol maka digunakan Statistik Hausman dan

membandingkannya dengan Chi-Square. Statistik Hausman dirumuskan dengan:

m = (β – b)(M0 – M1)-1(β - b) ~ χ 2 (K) ……...............…………(3.7)

Dimana β adalah vektor untuk statistik variabel fixed effect, b adalah vektor

statistik variabel random effect, M0 adalah matriks kovarians untuk dugaan fixed

effect model dam M1 adalah matriks kovarians untuk dugaan random effect model.

Jika nilai m hasil pengujian lebih besar dari χ2 – Tabel, atau nilai hausman test

lebih besar dari taraf nyata maka cukup bukti untuk melakukan penerimaan

terhadap hipotesa nol sehingga model yang digunakan adalah model fixed effect,

dan begitu pula sebaliknya.

LM Test

LM Test atau lengkapnya The Breusch-Pagan LM Test digunkan sebagai

pertimbangan statistik dalam memilih model Random Effect atau Pooled Least

Square. LM Test dilakukan dengan hipotesa sebagai berikut:

H0 : Model Pooled Least Square

H1: Model Random Effect

Dasar penolakan terhadap H0 adalah dengan menggunakan statistik LM yang

mengikuti distribusi dari Chi-Square. Statistik LM dihitung dengan menggunakan

residual OLS yang diperoleh dari hasil estimasi model Pooled, dimana:

Page 68: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI … · Fokus utama dari pembangunan ekonomi baik di tingkat global maupun di tingkat ... terutama bagi para penentu kebijakan yang akan melakukan

68

 

NT T 2 Σ εi2 2

LM = -1 ~ χ2 ……………………..(3.8) 2(T – 1) Σ Σ εit

2 Jika nilai LM hasil perhitungan lebih besar dari χ2 – Tabel, maka cukup

bukti untuk melakukan penolakan terhadap hipotesa nol, sehingga model yang

digunakan adalah model random effect, dan begitu pula sebaliknya.

3.2.3. Evaluasi Model

Multikolinearitas

Indikasi multikolinearitas tercermin dengan melihat hasil t dan F-statistik

hasil regresi. Jika banyak koefisien parameter dari t-statistik diduga tidak

signifikan sementara dari hasil F-hitung signifikan, maka patut diduga adanya

multikolinearitas. Multikolinearitas dapat diatasi dengan menghilangkan variabel

yang tidak signifikan.

Autokorelasi

Autokorelasi dapat mempengaruhi efisiensi dari estimatornya. Untuk

mendeteksi adanya korelasi serial adalah dengan melihat nilai Durbin-Watson

(DW) dalam Eviews. Unutk mengetahui ada atau tidaknya autokorelasi, maka

dilakukan dengan membanndingkan DW-statistik dengan DW-tabel. Adapun

kerangka identifikasi autokorelasi terangkum dalam Tabel 3.1.

Korelasi serial ditemukan jika error dari periode waktu yang berbeda,

saling berkorelasi. Hal ini bisa dideteksi dengan melihat pola random error dari

hasil regresi. Pada analisis seperti yang dilakukan dalam model, jika ditemukan

korelasi serial, maka model menjadi tidak efisien meskipun tidak bias dan

konsisten. Perlakuan untuk pelanggaran ini adalah dengan menambahkan AR (1)

Page 69: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI … · Fokus utama dari pembangunan ekonomi baik di tingkat global maupun di tingkat ... terutama bagi para penentu kebijakan yang akan melakukan

69

 

atau AR (2) dan seterusnya, tergantung dari banyaknya autokorelasi pada model

regresi yang digunakan.

Tabel 3.1. Kerangka Identifikasi Autokorelasi Nilai DW Hasil DW < dl Tolak H0, korelasi serial positif

dl < DW < du Hasil tidak dapat ditentukan du < DW < 4-du Terima H0, tidak ada korelasi positif atau negatif

4-du < DW < 4-dl Hasil tidak dapat ditentukan DW < 4-dl Tolak H0, korelasi serial negatif

Sumber : Nachrowi (2006)

Heteroskedastisitas

Dalam regresi linear ganda, salah satu asumsi yang harus dipenuhi agar

taksiran parameter dalam model tersebut BLUE adalah Var (ui) = σ 2 (konstan),

semua varian mempunyai variasi yang sama. Pada umunya, heteroskedastisitas

diperoleh pada data cross section. Jika pada model dijumpai heteroskedastisitas,

maka model menjadi tidak efisien meskipun tidak bias dan konsisten. Dengan kata

lain, jika regresi tetap dilakukan meskipun ada masalah heteroskedastisitas maka

pada hasil regresi akan terjadi ”misleading” (Gujarati, 1995).

Untuk menguji adanya pelanggaran asumsi Heteroskedastisitas, digunakan

uji White-heteroskedasticity yang diperoleh dalam program Eviews. Dengan uji

white, membandingkan Obs* R-Squared dengan χ2 (Chi-Squared) tabel, jika nilai

Obs* R-Squared lebih kecil daripada χ2-tabel maka tidak ada heteroskedastisitas

pada model. Dalam pengolahan data poanel dalam Eviews 6 yang menggunakan

metode General Least Square (Cross Section Weights), maka untuk mendeteksi

adanya heteroskedastisitas adalah dengan membandingkan Sum Square Resid

pada Weighted Statistics dengan Sum Squared Resid Unweighted Statistics. Jika

Page 70: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI … · Fokus utama dari pembangunan ekonomi baik di tingkat global maupun di tingkat ... terutama bagi para penentu kebijakan yang akan melakukan

70

 

Sum Square Resid pada Weighted Statistics < Sum Squared Resid Unweighted

Statistics, maka terjadi heteroskedastisitas. Perlakuan untuk pelanggaran tersebut

adalah dengan mengestimasi GLS dengan White Heteroscedasticity.

3.3. Spesifikasi Model

Model yang digunakan untuk mengetahui faktor-faktor yang

mempengaruhi tingkat kemiskinan adalah:

MISKINit = (β0 + αi + µt) + β1 AMHit + β2 PDDKit + β3 PDRBit + β4 KTGit + β5 PPKPTit + β6 PINDit + β7 PJASAit + β8 TKINDit + β9

TKJASAit + uit

dimana:

MISKINit : Jumlah penduduk miskin di kota ke-i pada tahun ke-t

AMHit :Angka melek huruf berdasarkan usia di atas 10 tahun pada kota ke-i pada tahun ke-t

KTGit : Tingkat ketergantungan penduduk kota ke-i pada tahun

ke-t PDDKit : Kepadatan penduduk penduduk kota ke-i pada tahun ke-t

PPKPTit : Pendapatan perkapita kota ke-i pada tahun ke-t

LAJUit : Laju pertumbuhan kota ke-i pada tahun ke-t

PINDit : PDRB Sektor Industri kota ke-i pada tahun ke-t

PJASAit : PDRB Sektor Jasa kota ke-i pada tahun ke-t

TKINDit : Pekerja sektor industri kota ke-i pada tahun ke-t

TKJASAit : Pekerja sektor jasa kota ke-i pada tahun ke-t

βj : Parameter yang diestimasi, j = 0, 1, 2, 3, 4, 5, 6.

αi : Efek individual kota ke-i

µt : Efek waktu pada tahun ke-t

uit : Komponen error

Page 71: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI … · Fokus utama dari pembangunan ekonomi baik di tingkat global maupun di tingkat ... terutama bagi para penentu kebijakan yang akan melakukan

71

 

IV. GAMBARAN UMUM

4.1. Perkembangan Tingkat Kemiskinan Provinsi DKI Jakarta

Perkembangan tingkat kemiskinan di Provinsi DKI Jakarta pada periode

2002 – 2009 mengalami fluktuasi. Pada tahun 2002, penduduk miskin di DKI

Jakarta tercatat sebesar 3,51 persen atau sekitar 286800 jiwa dan mengalami

peningkatan menjadi 3,62 persen atau menjadi sekitar 291000 jiwa pada tahun

2003. Pada tahun 2004, terjadi penurunan tingkat kemiskinan yaitu sebesar 3,37

persen atau sekitar 274100 jiwa. Pada dua tahun berikutnya, tingkat kemiskinan

mengalami kenaikan yang cukup banyak, pada tahun 2005 naik menjadi 3,74 atau

sekitar 312800 jiwa, dan pada tahun 2006 semakin parah menjadi 4,80 persen atau

sekitar 403900 jiwa.

Tabel 4.1. Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin di Provinsi DKI Jakarta Periode Tahun 2002 – 2009

Tahun Jumlah Penduduk Miskin Persentase Penduduk Miskin 2002 286.800 3,512003 291.000 3,622004 274.100 3,372005 312.800 3,742006 403.900 4,802007 402.800 4,752008 340.000 3,962009 337.200 3,88

Sumber: BPS, 2011 (diolah)

Pada tiga tahun selanjutnya, tingkat kemiskinan di DKI Jakarta mengalami

penurunan walaupun tidak signifikan. Pada tahun 2007, tingkat kemiskinan turun

menjadi 4,75 persen atau sekitar 402.800 jiwa, tahun 2008 turun kembali menjadi

Page 72: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI … · Fokus utama dari pembangunan ekonomi baik di tingkat global maupun di tingkat ... terutama bagi para penentu kebijakan yang akan melakukan

72

 

3,96 persen atau sektitar 340.000 jiwa, dan pada tahun 2009 kembali turun

menjadi 3,88 persen atau sekitar 337.200 jiwa.

4.2. Perkembangan Pendidikan

Pendidikan merupakan salah satu kebutuhan dasar yang harus dipenuhi

oleh setiap rumah tangga dan setiap penduduk. Pendidikan yang tinggi akan

meningkatkan produktivitas masyarakat, selanjutnya akan meningkatkan

pendapatan dan output total, sehingga sekaligus akan menurunkan tingkat

kemiskinan dan meningkatkan laju pertumbuhan ekonomi. Sehingga, penting agar

setiap masyarakat dapat mendapatkan pendidikan yang layak.

Pada penelitian ini, faktor pendidikan direpresentasikan oleh angka melek

huruf. Angka melek huruf di tiap wilayah DKI Jakarta menunjukan nilai yang

cukup besar. Nilai yang besar ini diharapkan dapat menggambarkan kehidupan

masyarakat yang lebih baik terutama dalam bidang pendidikan dan berpengaruh

pula terhadap penurunan tingkat kemiskinan.

Pada tahun 2002, angka melek huruf secara agregat Provinsi DKI Jakarta

adalah 98,35 persen dan mengalami peningkatan menjadi 98,51 persen pada tahun

2003. Walaupun pada tahun berikutnya mengalami penurunan, tahun 2004

menjadi 98,46 persen, tetapi setelahnya pada tahun-tahun berikutnya terus

mengalami peningkatan, yaitu pada tahun 2005 menjadi 98,51 persen, 98,58

persen pada tahun 2006, dan 98,86 pada tahun 2007. Sempat mengalami

penurunan kembali pada tahun 2008 menjadi 97,94 persen, tetapi mengalami

perbaikan pada tahun 2009 menjadi 99,03 persen.

Page 73: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI … · Fokus utama dari pembangunan ekonomi baik di tingkat global maupun di tingkat ... terutama bagi para penentu kebijakan yang akan melakukan

73

 

Tabel 4.2. Angka Melek Huruf DKI Jakarta Penduduk Usia 10 Tahun Ke Atas Menurut Kabupaten/Kota, 2002 - 2009 (Persen)

KOTA 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009

Jakarta Selatan 98,42 98,58 98,01 98,78 99,67 98,99 98,32 99,12

Jakarta Timur 98,66 98,52 98,90 98,24 98,17 98,98 98,11 98,98

Jakarta Pusat 98,23 98,47 98,81 98,69 98,76 99,27 98,14 99,36

Jakarta Barat 98,11 98,75 98,17 98,42 98,12 98,59 97,75 98,84

Jakarta Utara 98,31 98,25 98,41 98,41 98,18 98,48 97,36 98,86

DKI JAKARTA 98,35 98,51 98,46 98,51 98,58 98,86 97,94 99,03

Sumber: BPS, 2011 (diolah)

4.3. Perkembangan Kependudukan

Keadaan penduduk di Provinsi DKI Jakarta pada penelitian ini

direpresentasikan dengan kepadatan penduduk dan rasio ketergantungan. Pada

dasarnya kedua hal tersebut adalah hal yang berbeda, dimana kepadatan penduduk

menggambarkan tentang banyaknya penduduk yang tinggal dalam satu lingkup

wilayah tertentu, sedangkan rasio ketergantungan menggambarkan banyaknya

seseorang yang bukan merupakan angkatan kerja yang harus ditanggung oleh

mereka yang merupakan angkatan kerja.

Kepadatan penduduk di Provinsi DKI Jakarta secara agregat mengalami

kenaikan yang berarti bahwa pada luas lahan yang sama setiap tahunnya, jumlah

penduduk yang tinggal di dalamnya menjadi semakin banyak. Semakin padatnya

penduduk di Provinsi DKI Jakarta disebabkan pertimbuhan penduduk yang pesat,

baik dari tingginya angka kelahiran maupun tingginya migrasi masuk ke Provinsi

DKI Jakarta. Pada tahun 2002, kepadatan penduduk DKI Jakarta adalah 12.539

Page 74: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI … · Fokus utama dari pembangunan ekonomi baik di tingkat global maupun di tingkat ... terutama bagi para penentu kebijakan yang akan melakukan

74

 

jiwa/km2. Pada tahun 2003, kepadatan penduduk DKI Jakarta adalah 12.454

jiwa/km2. Pada tahun 2004, kepadatan penduduk berkurang menjadi 12.439

jiwa/km2. Kepadatan penduduk menunjukan adanya kecenderungan peningkatan,

sehingga pada tahun 2009, kepadatan penduduk di DKI Jakarta mencapai 14.849

jiwa/km2. Sedangkan wilayah yang memiliki kepadatan paling tinggi adalah

wilayah Kota Jakarta Pusat. Wilayah yang mengalami peningkatan kepadatan tiap

tahunnya adalah Kota Jakarta Barat, hal ini bisa disebabkan karena wilayah

tersebut merupakan wilayah yang berbatasan langsung dengan daerah lain,

sehingga memungkinkan untuk terjadinya pertumbuhan penduduk yang cukup

pesat, baik dari migrasi atau non-migrasi.

Tabel 4.3. Kepadatan Penduduk Provinsi DKI Jakarta menurut Kabupaten/Kota, 2002-2009 (Jiwa/Km2)

KOTA 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009

Jakarta Selatan 11.634 11.676 11.714 13.691 14.092 14.872 15.161 15.287

Jakarta Timur 11.095 11.157 11.204 12.750 12.858 12.878 12.914 13.032

Jakarta Pusat 19.253 18.746 18.531 17.874 18.618 18.485 18.590 18.745

Jakarta Barat 12.426 12.426 12.411 18.408 16.890 16.774 17.004 17.147

Jakarta Utara 8.285 8.267 8.336 10.197 10.213 9.908 9.951 10.035

DKI JAKARTA 12.539 12.454 12.439 14.584 14.534 14.583 14.724 14.849

Sumber: BPS, 2011 (diolah)

Selain dari kepadatan penduduk, variabel selanjutnya adalah tingkat

ketergantungan. Tingginya tingkat ketergantungan menunjukan bahwa semakin

banyak penduduk yang bukan angkatan kerja yang harus ditanggung oleh

penduduk yang termasuk angkatan kerja. Begitu pula sebaliknya, ketika tingkat

Page 75: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI … · Fokus utama dari pembangunan ekonomi baik di tingkat global maupun di tingkat ... terutama bagi para penentu kebijakan yang akan melakukan

75

 

ketergatungan semakin kecil berarti jumlah penduduk bukan angkatan kerja yang

harus ditanggung oleh penduduk yang termasuk angkatan kerja adalah sedikit.

Secara agregat, rasio ketergantungan penduduk DKI Jakarta tergolong

cukup baik karena nilain yang kurang dari 40 persen. Hal ini menunjukan bahwa

jumlah penduduk yang bukan angkatan kerja yang harus ditanggung adalah lebih

sedikit. Rasio ketergantungan pada periode penelitian tidak menunjukan nilai

perubahan yang cukup berarti. Nilai rasio kertergantungan pada tahun 2002 –

2004 berkisar di angka 35 persen dan naik pada tahun 2005 menjadi 39 persen.

Kemudian pada tahun-tahun selanjutnya mengalami penurunan hingga tahun 2009

mencapai angka 37,27 persen.

Tabel 4.4. Rasio Ketergantungan Penduduk DKI Jakarta Menurut Kabupaten/Kota Periode 2002-2009 (Persen)

KOTA 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009

Jakarta Selatan 35,01 35,32 35,60 39,29 38,76 38,20 37,78 37,28

Jakarta Timur 36,80 36,87 36,93 39,29 38,78 38,18 37,75 37,26

Jakarta Pusat 33,35 33,84 34,30 39,29 38,74 38,21 37,78 37,29

Jakarta Barat 36,25 36,43 36,59 39,29 38,76 38,17 37,74 37,25

Jakarta Utara 34,94 35,24 35,65 39,29 38,76 38,17 37,74 37,25

DKI JAKARTA 35,27 35,54 35,81 39,29 38,76 38,19 37,76 37,27

Sumber: BPS, 2011 (diolah)

4.4. Perkembangan Perekonomian

Perekonomian secara umum dapat dilihat dari PDRB Provinsi DKI

Jakarta. Dalam penelitian ini, perkembangan ekonomi dilihat dari sisi laju

pertumbuhan ekonomi dan pendapatan perkapita. Laju pertumbuhan ekonomi

Page 76: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI … · Fokus utama dari pembangunan ekonomi baik di tingkat global maupun di tingkat ... terutama bagi para penentu kebijakan yang akan melakukan

76

 

digunakan untuk melihat perkembangan PDRB DKI Jakarta dari tahun ke tahun,

sedangkan pendapatan perkapita digunakan untuk melihat gambaran

kesejahteraan yang diukur dari pendapatan seseorang.

Dari sisi laju pertumbuhan ekonomi, laju pertumbuhan ekonomi pada

tahun 2002 hingga tahun 2007 selalu mengalami peningkatan. Pada tahun 2002,

laju pertumbuhan ekonomi DKI Jakarta adalah 4,76 persen dan naik menjadi 5,29

persen pada tahun 2003. Pada tahun-tahun berikutnya kembali terjadi penaikan

menjadi 5,73 persen pada tahun 2004, 5,98 persen pada tahun 2005, 6,03 persen

pada tahun 2006, dan 6,40 persen pada tahun 2007. Pada tahun 2008 terjadi

penurunan laju pertumbuhan menjadi 6,05 persen dan pada tahun 2009 turun

kembali menjadi 4,88 persen.

Tabel 4.5. Laju pertumbuhan PDRB DKI Jakarta Atas Dasar Harga Konstan 2000 Menurut Kabupaten/Kota, 2002-2009 (Persen)

KOTA 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009

Jakarta Selatan 4,61 5,58 5,59 5,67 6,27 6,41 6,21 5,34

Jakarta Timur 4,89 5,26 5,75 6,04 5,93 6,35 5,69 4,60

Jakarta Pusat 4,74 5,18 6,00 6,08 6,03 6,50 6,35 5,43

Jakarta Barat 4,87 5,26 5,48 6,03 5,95 6,33 5,97 4,98

Jakarta Utara 4,75 5,23 5,75 6,02 5,90 6,36 5,81 4,03

DKI JAKARTA 4,76 5,29 5,73 5,98 6,03 6,40 6,05 4,88

Sumber: BPS, 2011 (diolah)

Dilihat dari pendapatan perkapita, perekonomian DKI Jakarta mengalami

peningkatan walaupun belum terlalu banyak. Pada tahun 2002, pendapatan

perkapita penduduk DKI Jakarta adalah 33,27 juta rupiah lalu mengalami

Page 77: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI … · Fokus utama dari pembangunan ekonomi baik di tingkat global maupun di tingkat ... terutama bagi para penentu kebijakan yang akan melakukan

77

 

penurunan menjadi 29,96 juta rupiah pada tahun 2003. Pada tahun-tahun

berikutnya hingga tahun 2009, pendapatan perkapita DKI Jakarta secara perlahan

mengalami peningkatan. Pada tahun 2004, pendapatan perkapita DKI Jakarta

adalah 31,38 juta rupiah, mengalami peningkatan pada tahun 2005 menjadi 32,93

juta rupiah. Hingga tahun 2009, pendapatan perkapita penduduk DKI Jakarta

mengalami peningkatan yaitu mencapai 39,86 juta rupiah pada tahun 2009.

Tabel 4.6. Pendapatan Perkapita Provinsi DKI Jakarta Atas Dasar Harga Konstan 2000 Menurut Kabupaten/Kota, 2002-2009 (Juta Rupiah)

KOTA 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009

Jakarta Selatan 32,98 30,53 31,54 32,65 33,97 35,41 36,88 38,53

Jakarta Timur 20,54 18,75 19,78 20,93 22,12 23,48 24,76 25,69

Jakarta Pusat 69,65 75,82 80,29 85,10 90,15 95,95 10,96 10,61

Jakarta Barat 23,94 19,44 20,16 21,03 21,91 22,93 23,94 24,92

Jakarta Utara 40,13 34,37 36,29 38,42 40,62 43,16 45,59 47,03

DKI 33,27 29,96 31,38 32,93 34,58 36,45 38,31 39,86 JAKARTA Sumber: BPS, 2011(diolah)

4.5. Perkembangan PDRB Sektoral

PDRB sektoral menggambarkan kinerja dari sektor ekonomi yang ada di

DKI Jakarta. Sektor yang dipilih untuk merepresentasikan DKI Jakarta adalah

sektor industri dan sektor jasa. Hal ini dilakukan karena sektor industri dan jasa

merupakan dua sektor yang mempunyai pengaruh/share yang besar dalam

perekonomian.

Secara keseluruhan, pada sektor industri, PDRB mengalami peningkatan.

Pada tahun 2002, PDRB sektor industri mencapai 44 trilyun rupiah dan naik

Page 78: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI … · Fokus utama dari pembangunan ekonomi baik di tingkat global maupun di tingkat ... terutama bagi para penentu kebijakan yang akan melakukan

78

 

menjadi 46 trilyun rupiah pada tahun 2003. Pada tahun 2004 PDRB sektor

industri mencapai 48,6 trilyun rupiah dan mengalami peningkatan menjadi 51

trilyun rupiah pada tahun 2005. PDRB sektor industri terus mengalami

peningkatan hingga pada tahun 2009 mencapai 57,7 trilyun rupiah.

Tabel 4.7. PDRB Sektor Industri DKI Jakarta Atas Dasar Harga Konstan 2000 Menurut Kabupaten/Kota, 2002-2009 (Milyar Rupiah)

Sumber: BPS, 2011 (diolah)

KOTA 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 Jakarta Selatan 973 1.094 1.125 1.182 1.251 1.337 1.416 1.486

Jakarta Timur 16.028 16.646 17.563 18.441 19.186 20.017 20.543 20.587

Jakarta Pusat 976 1.087 1.160 1.181 1.200 1.229 1.259 1.303

Jakarta Barat 3.602 3.754 3.943 4.122 4.278 4.481 4.647 4.683

Jakarta Utara 22.505 23.601 24.803 26.045 27.309 28.598 29.781 29.705

DKI JAKARTA 44.084 46.182 48.594 50.972 53.224 55.664 57.647 57.766

Hal yang sama ditunjukan oleh sektor jasa. PDRB sektor jasa mengalami

peningkatan dari tahun ke tahun sejak tahun 2002 hingga tahun 2009. Pada tahun

2002, PDRB sektor jasa DKI Jakarta adalah 29,4 trilyun rupiah dan meningkat

menjadi 30,6 trilyun rupiah pada tahun 2003. Pada tahun 2004, PDRB sektor jasa

kembali mengalami peningkatan menjadi 31,9 trilyun rupiah dan pada tahun 2005

menjadi 33,4 trilyun rupiah. Lalu, pada tahun-tahun berikutnya PDRB sektor jasa

DKI Jakarta terus mengalami peningkatan hingga pada tahun 2009 mencapai nilai

sebesar 41 trilyun rupiah.

Page 79: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI … · Fokus utama dari pembangunan ekonomi baik di tingkat global maupun di tingkat ... terutama bagi para penentu kebijakan yang akan melakukan

79

 

Tabel 4.8. PDRB Sektor Jasa DKI Jakarta Atas Dasar Harga Konstan 2000 Menurut Kabupaten/Kota, 2002-2009 (Milyar Rupiah)

KOTA 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009

Jakarta Selatan 6.904 7.202 7.503 7.892 8.308 8.830 9.375 9.895

Jakarta Timur 4.856 4.923 5.036 5.216 5.496 5.739 6.048 6.392

Jakarta Pusat 9.211 9.785 10.204 10.706 11.168 11.851 12.581 13.284

Jakarta Barat 4.843 4.971 5.248 5.506 5.773 6.022 6.311 6.291

Jakarta Utara 3.591 3.741 3.907 4.089 4.305 4.545 4.828 5.149

DKI JAKARTA 29.405 30.622 31.898 33.409 35.050 36.987 39.143 41.011

Sumber: BPS, 2011 (diolah) 4.6. Perkembangan Tenaga Kerja Sektoral

Keadaan tenaga kerja sektoral akan menggambarkan bagaimana

penyeberan tenaga kerja yang bekerja pada sektor perekonomian. Dalam

penelitian ini dipilih sektor industri dan sektor jasa karena kedua sektor tersebut

merupakan sektor yang memiliki pengaruh/share yang cukup besar terhadap

PDRB, sehingga diharapkan hal tersebut sejalan dengan banyaknya tenaga kerja

yang terserap dalam sektor tersebut.

Pada sektor industri, penyerapan tenaga kerja cukup banyak. Penyerapan

tenaga kerja pada sektor ini dari tahun ke tahunnya mengalami fluktuasi yang

tidak dapat ditentukan. Pada tahun 2002, sektor ini menyerap 643565 pekerja dan

mengalami peningkatan pada tahun 2003 menjadi 661728. Lalu kembali

mengalami peningkatan yaitu menyerap 730025 pekerja pada tahun 2004 yang

kemudian turun menjadi 705873 pekerja pada tahun 2005. Pada tahun 2006 terjadi

Page 80: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI … · Fokus utama dari pembangunan ekonomi baik di tingkat global maupun di tingkat ... terutama bagi para penentu kebijakan yang akan melakukan

80

 

penurunan yang cukup pesat yaitu menjadi 556086 pekerja, tetapi naik kembali

pada tahun berikutnya pada tahun berikutnya menjadi 708434. Hingga tahun

2009, penyerapan pekerja pada sektor industry mengalami penurunan, yaitu

672652 pekerja pada tahun 2008 kemudian 667589 pada tahun 2009.

Tabel 4.9. Jumlah Tenaga Kerja Sektor Industri Provinsi DKI Jakarta Menurut Kabupaten/Kota, 2002 – 2009 (Jiwa)

KOTA 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009

Jakarta Selatan 72.980 80.884 73.572 68.294 63.451 74.745 74.256 80.815

Jakarta Timur 214.896 208.744 202.735 211.142 159.432 178.681 185.740 166.344

Jakarta Pusat 40.656 40.832 41.343 39.325 37.352 32.697 40.686 39.428

Jakarta Barat 161.824 185.000 230.024 249.040 158.603 255.968 226.482 234.987

Jakarta Utara 153.209 146.268 182.351 138.072 137.248 166.343 145.488 146.015

DKI JAKARTA 643.565 661.728 730.025 705.873 556.086 708.434 672.652 667.589

Sumber: BPS, 2011 (diolah)

Pada sektor jasa, penyerapan tenaga kerja yang terjadi cenderung lebih

banyak daripada penyerapan pada sektor industri. Pada sektor jasa, secara umum

dapat dikatakan mengalami peningkatan dalam penyerapannya. Pada tahun 2002,

sektor ini menyerap sekitar 770 ribu tenaga kerja. Walaupun menurun pada tahun

berikutnya menjadi 760 ribu tenaga kerja, tetapi pada tahun 2004 mengalami

peningkatan menjadi 800 ribu tenaga kerja dan berlanjut hingga tahun 2005

menjadi 840 ribu tenaga kerja. Walaupun pada dua tahun setelahnya mengalami

penurunan, namun penurunan yang terjadi tidak terlalu drastis. Pada tahun 2008

kembali mengalami peningkatan dan pada tahun 2009 penyerapan tenaga kerja

menjadi satu juta tenaga kerja.

Page 81: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI … · Fokus utama dari pembangunan ekonomi baik di tingkat global maupun di tingkat ... terutama bagi para penentu kebijakan yang akan melakukan

81

 

Table 4.10. Jumlah Tenaga Kerja Sektor Jasa Provinsi DKI Jakarta Menurut Kabupaten/Kota, 2002 – 2009 (Jiwa)

KOTA 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009

Jakarta Selatan 195.444 194.472 219.929 251.248 229.030 232.086 271.853 275.409

Jakarta Timur 222.640 232.800 238.877 220.240 269.019 243.159 281.576 269.682

Jakarta Pusat 92.400 95.480 85.235 80.017 94.638 79.727 102.642 100.249

Jakarta Barat 148.598 142.800 152.858 171.436 112.160 173.576 228.637 213.687

Jakarta Utara 114.380 102.000 108.479 123.752 129.647 104.897 131.359 149.397

DKI JAKARTA 773.462 767.552 805.378 846.693 834.494 833.445 1.016.067 1.008.424

Sumber: BPS, 2011 (diolah)

Page 82: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI … · Fokus utama dari pembangunan ekonomi baik di tingkat global maupun di tingkat ... terutama bagi para penentu kebijakan yang akan melakukan

82

 

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1. Analisis Model Regresi Data Panel

Pada penelitian ini, dalam pengolahan data tentang kategori penduduk

miskin definisi yang digunakan adalah definisi menurut BPS dengan perhitungan

menggunakan garis kemiskinan. Penggunaan definisi ini dilakukan untuk

memudahkan dalam mengkategorikan penduduk miskin dan memperoleh data

penduduk miskin itu sendiri.

Tabel 5.1. Hasil Estimasi Koefisien Data Panel Metode Fixed Effect Model (FEM) Variabel Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C -38.838290 14.324190 -2.711378 0.0117 AMH -0.395983 0.153703 2.576286 0.0160

PDDK 0.054507 0.081780 0.666503 0.5110 KTG 0.026701 0.070208 0.380313 0.7068

PPKPT -0.021133 0.033267 -0.635252 0.5308 PDRB -0.360355 0.164858 2.185852 0.0380 PIND -0.124330 0.060861 2.042846 0.0513

PJASA 0.117441 0.236696 0.496167 0.6239 TKIND -1.005960 0.388419 -2.589885 0.0155

TKJASA 0.067521 0.371022 0.181988 0.8570 Weighted Statistics

R-squared 0.8359580 Mean dependent var 8.309058 Adjusted R-squared 0.7539380 S.D. dependent var 3.286603 S.E. of regression 1.1510610 Sum squared resid 34.44848 F-statistic 10.1920300 Durbin-Watson stat 2.235633 Prob(F-statistic) 0.0000000

Unweighted Statistics

R-squared 0.859576 Mean dependent var 3.95325 Sum squared resid 9.142328 Durbin-Watson stat 1.888106

Persamaan regresi data panel digunakan untuk mengetahui faktor-faktor

yang memengaruhi tingkat kemiskinan. Data yang digunakan dalam persamaan

regresi adalah data panel yang berasal dari data sekunder BPS yang merupakan

data Provinsi DKI Jakarta menurut kabupaten/kota selama periode 2002-2009,

Page 83: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI … · Fokus utama dari pembangunan ekonomi baik di tingkat global maupun di tingkat ... terutama bagi para penentu kebijakan yang akan melakukan

83

 

tidak termasuk dengan Kabupaten Kepulauan Seribu. Tabel 5.1 menyajikan hasil

estimasi koefisien regresi dari model data panel pada persamaan spesifikasi

model.

Dalam model data panel dengan dua metode estimasi tersebut, terlihat

bahwa FEM lebih baik daripada PLS. Hal ini tercermin dari nilai statistik uji

Chow (10,94) yang signifikan pada taraf uji 10 persen dengan p-value 0,000,

artinya cukup bukti untuk menolak hipotesis Ho yang berarti model yang terbaik

digunakan adalah FEM. Uji model FEM secara keseluruhan valid dalam taraf

signifikan 10 persen yang ditunjukan dengan nilai statisti uji F (10,19) dan p-

value sebesar 0,0000. Model dalam persamaan tersebut dapat digunakan untuk

mengalalisis faktor-faktor yang memengaruhi tingkat kemiskinan. Nilai koefisien

determinasi (R2) sebesar 0,8596 berarti keragaman tingkat kemiskinan yang dapat

dijelaskan oleh variabel dalam model sebesar 85,96 persen, sedangkan sisanya

(14,04 persen) dipengaruhi oleh faktor lain. Dalam pengolahan data panel,

pengujian Hausman test tidak dilakukan, hal ini dikarenakan data cross section

yang digunakan dalam paenelitian ini lebih sedikit daripada variabel, sehingga

tidak dihasilkan output dari hasil estimasi Random Effect Model (REM).

Model FEM dengan mengakomodasi perbedaan karakteristik individu

(kabupaten/kota) dan waktu (tahun) menjadi bagian dari intersep. Efek individu

dalam model menunjukan adanya perbedaan karakteristik tingkat kemiskinan tiap

kabupaten/kota dalam model dan dimasukan sebagai bagian dari intersep dalam

menginterpretasikan model untuk tiap kabupaten/kota. Sedangkan efek waktu

menunjukan adanya perbedaan karakteristik tingkat kemiskinan tiap tahun dan

Page 84: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI … · Fokus utama dari pembangunan ekonomi baik di tingkat global maupun di tingkat ... terutama bagi para penentu kebijakan yang akan melakukan

84

 

dimasukan sebagai bagian dari intersep. Namun kedua efek tersebut tidak

memberikan pengaruh pada nilai koefisien parameter.

5.2. Faktor yang Memengaruhi Kemiskinan

Berdasarkan hasil estimasi regresi data panel, maka variabel yang

memengaruhi tingkat kemiskinan di Provinsi DKI Jakarta adalah angka melek

huruf, laju pertumbuhan ekonomi, PDRB sektor industri, dan tenaga kerja sektor

industri yang secara umum digambarkan pada Tabel 5.2.

Tabel 5.2. Hasil Estimasi Koefisien Data Panel Metode Fixed Effect Model (FEM) Variabel Koefisien Std. Error Prob. Keterangan

AMH -0.395983 0.153703 0.0160 Signifikan* PDDK 0.054507 0.081780 0.5110 Tidak Signifikan KTG 0.026701 0.070208 0.7068 Tidak Signifikan

PPKPT -0.021133 0.033267 0.5308 Tidak Signifikan LAJU -0.360355 0.164858 0.0380 Signifikan* PIND -0.124330 0.060861 0.0513 Signifikan**

PJASA 0.117441 0.236696 0.6239 Tidak Signifikan TKIND -1.005960 0.388419 0.0155 Signifikan*

TKJASA 0.067521 0.371022 0.8570 Tidak Signifikan *Signifikan pada taraf nyata 5% **Signifikan pada taraf nyata 10%

Variabel yang bersifat demografi seperti kepadatan penduduk dan tingkat

ketergantungan tidak signifikan memengaruhi tingkat kemiskinan di DKI Jakarta.

Dari hasil tersebut menunjukan bahwa semakin padatnya penduduk di DKI

Jakarta tidak akan menambah angka kemiskinan. Hal ini dapat dijelaskan bahwa

ketika kepadatan semakin tinggi tidak selalu disebabkan karena angka kelahiran

yang tinggi, tetapi dapat disebabkan karena arus migrasi masuk ke DKI Jakarta

yang semakin tinggi. Para urban yang masuk ke Jakarta akan menjadi sumberdaya

manusia yang baru bagi Jakarta itu sendiri, sehingga memungkinkan terjadinya

Page 85: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI … · Fokus utama dari pembangunan ekonomi baik di tingkat global maupun di tingkat ... terutama bagi para penentu kebijakan yang akan melakukan

85

 

banyak penyerapan tenaga kerja. Hal ini dapat terlihat pada Tabel 4.9 dan Tabel

4.10 pada Bab Gambaran Umum yang memperlihatkan bahwa terjadi penyerapan

tenaga kerja pada setiap tahunnya pada sektor industri dan sektor jasa.

5.2.1. Angka Melek Huruf

Pendidikan merupakan salah satu faktor yang memengaruhi tingkat

kemiskinan. Dalam model ini ditunjukan oleh angka melek huruf. Berdasarkan

tabel estimasi, angka melek huruf mempunyai pengaruh terhadap pengurangan

kemiskinan, dengan koefisien -0,396. Hal ini berarti setiap kenaikan satu persen

angka melek huruf akan mengurangi kemiskinan sebesar 0,396 persen, dengan

asumsi cateris paribus.

Hasil estimasi tersebut menunjukan pentingnya peran pendidikan sebagai

investasi modal manusia (human capital) dalam upaya pengurangan kemiskinan.

Rendahnya tingkat pendidikan penduduk suatu daerah masih menjadi salah satu

faktor yang menyebabkan tingginya jumlah penduduk miskin daerah tersebut dan

dapat menjadi salah satu penyebab timbulnya lingkaran setan kemiskinan.

Menurut Bank Dunia (2006), rendahnya tingkat pendidikan penduduk miskin

akan menyebabkan produktivitas rendah, produktivitas yang rendah akan

membuat output dan pendapatan rendah, sehingga terjadi kemiskinan. Rumah

tangga miskin akan kesulitan untuk membiayai anak-anaknya sekolah sehingga

akan melahirkan generasi selanjutnya yang berpendidikan rendah dan

menimbulkan kemiskinan baru. Dengan demikian, salah satu upaya untuk

menurunkan tingkat kemiskinan sekaligus memotong rantai kemiskinan adalah

dengan meningkatkan pendidikan penduduk miskin.

Page 86: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI … · Fokus utama dari pembangunan ekonomi baik di tingkat global maupun di tingkat ... terutama bagi para penentu kebijakan yang akan melakukan

86

 

Pengentasan kemiskinan dalam bidang pendidikan pernah dilakukan

pemerintah DKI Jakarta dengan memberikan program Bantuan Operasional

Sekolah. Tetapi pada kenyataannya, program BOS yang telah dijalankan tidak

efektif untuk mengurangi angka kemiskinan, karena program BOS sangat berlaku

secara umum. Dana bantuan yang diberikan adalah untuk siswa yang telah ada di

bangku sekolah untuk dapat melanjutkan sekolahnya dan mengurangi angka putus

sekolah guna keberhasilan program yang lainnya, yaitu program wajib belajar 9

tahun. Namun pada kenyataannya, dana bos yang diberikan, salah satunya dalam

bentuk beasiswa, kebanyakan bukan untuk orang miskin dan sering terjadi

penyelewengan dalam penggunaan dana BOS.

5.2.2. Perekonomian

Faktor lainnya yang memengaruhi tingkat kemiskinan di Provinsi DKI

Jakarta adalah dilihat dari sisi perekonomian yang tercerminkan pada laju

pertumbuhan ekonomi. Diharapkan sekali bahwa di Provinsi DKI Jakarta terjadi

laju pertumbuhan ekonomi dan pendapatan ekonomi yang besar yang sejalan

dengan distribusi pendapatan pada setiap warganya yang merata.

Dari hasil analisis pengolahan data panel, terlihat bahwa koefisien laju

pertumbuhan ekonomi adalah -0,36. Hal ini berarti bahwa setiap terjadi kenaikan

laju pertumbuhan ekonomi sebesar satu persen, maka akan menurunkan tingkat

kemiskinan di Provinsi DKI Jakarta sebanyak 0,36 persen, dengan asumsi cateris

paribus. Hasil yang cukup untuk menjelaskan betapa pentingnya peningkatan laju

pertumbuhan ekonomi dalam upaya pengurangan kemiskinan di Provinsi DKI

Jakarta.

Page 87: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI … · Fokus utama dari pembangunan ekonomi baik di tingkat global maupun di tingkat ... terutama bagi para penentu kebijakan yang akan melakukan

87

 

Hal ini berarti bahwa peningkatan laju pertumbuhan ekonomi adalah

penting untuk membantu usaha pemerintah dalam mengurangi jumlah penduduk

miskin. Peningkatan laju pertumbuhan ini diharapkan sejalan dengan pemerataan

distribusi pendapatan sehingga penduduk dapat memperoleh pelayanan publik

yang meliputi pelayanan akan kebutuhan dasar seperti kesehatan, pendidikan, dan

kebutuhan pangan menjadi lebih mudah karena memiliki akses, dalam hal ini

pendapatan, untuk menjangkaunya. Laju pertumbuhan ekonomi yang tinggi yang

sejalan dengan peningkatan distribusi pendapatan akan mendorong pemerintah

untuk dapat menyediakan pelayanan kebutuhan dasar yang lebih baik kepada

masyarakat, sehingga dapat meningkatkan kualitas dan produktivitas masyarakat,

yang pada akhirnya akan tercapai peningkatan investasi sumberdaya manusia

yang lebih baik lagi.

Pada kenyataan beberapa tahun terakhir, fokus pemerintah DKI Jakarta

hanyalah pada peningkatan pertumbuhan ekonomi tanpa melihat adanya

peningkatan kesejahteraan sosial. Pertumbuhan ekonomi dipandang sebagai

tujuan bukan dipandang sebagai alat, sehingga yang terjadi adalah program-

program yang dijalankan pemerintah hanya memengaruhi perbaikan kondisi

makroekonomi tanpa memperhatikan keadaan mikro dan keadaan riil yang terjadi

di masyarakat. Contohnya adalah program Bantuan Langsung Tunai (BLT). Salah

satu manfaat positif yang diberikan dari adanya bantuan ini adalah peningkatan

pertumbuhan ekonomi. Hal ini terjadi karena BLT yang diberikan adalah untuk

meningkatkan daya beli masyarakat yang secara agregat akan meningkatkan

Page 88: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI … · Fokus utama dari pembangunan ekonomi baik di tingkat global maupun di tingkat ... terutama bagi para penentu kebijakan yang akan melakukan

88

 

output dan pendapatan nasional dalah jangka pendek tetapi tidak dapat

mempertahankan kestabilan pertumbuhan dalam jangka panjang.

Kebijakan Bantuan Langsung Tunai (BLT) yang dilakukan pemerintah

kurang efektif untuk mengurangi kemiskinan. Penyaluran bantuan tidak tepat

sasaran baik karena data yang tidak valid maupun kurangnya penerapan prinsip

good governance di lembaga penyaluran bantuan. Data BPS (2002-2009)

menunjukan bahwa penyaluran BLT ternyata masih diterima oleh penduduk yang

memiliki pendapatan di atas pendapatan rata-rata walaupun angkanya masih

dibawah 10 persen. Selain itu, dari sisi psikologi, pemberian bantuan langsung ini

cenderung menjadikan masyarakat miskin menjadi semakin malas untuk bekerja

karena sudah terbiasa menerima bantuan. Lalu, bantuan yang diberikan seringkali

tidak digunakan untuk hal investasi dalam melanjutkan kehidupan, tetapi

digunakan untuk kebutuhan konsumsi yang akan habis dalam sekali

penggunaannya tanpa memberikan hasil apapun dikemudian hari.

Pemerintah juga menyadari bahwa laju pertumbuhan ekonomi yang tinggi

tidak akan mampu meningkatkan kesejahteraan penduduk dan mengurangi

kemiskinan, jika masih terjadi banyak ketimpangan terutapa pada pendistribusian

pendapatan. Sering kali yang terjadi adalah 90 persen dari pendapatan dinikmati

oleh 20 persen dari total penduduk, sedangkan sisanya yang 10 persen, dinikmati

oleh 80 persen dari total penduduk satu daerah. Oleh karena itu, pemerintah

mengeluarkan kebijakan berupa penerapan pajak progresif untuk mengatasinya.

Tetapi pada kenyataannya, penerapan pajak progresif juga belum efektif

untuk mengurangi ketimpangan pendapatan. Penetapan pajak progresif yang

Page 89: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI … · Fokus utama dari pembangunan ekonomi baik di tingkat global maupun di tingkat ... terutama bagi para penentu kebijakan yang akan melakukan

89

 

dilakukan baru menyentuh pada pajak progresif kendaraan, rumah, dan barang

mewah lainnya. Penetapan pajak progresif belum dilakukan pada pendapatan.

Lalu, penerapan pajak progresif juga menyebabkan trade-off kebijakan yang

merugikan bagi pengusaha. Hal ini disebabkan, apabila pajak progresif diterapkan

pada pendapatan, maka akan menimbulkan pembengkakkan biaya produksi,

karena akan lebih banyak lagi biaya yang dikeluarkan untuk membayar pegawai.

Pembengkakan biaya produksi akan membuat pengusaha untuk lebih melakukan

penekanan pada inputnya, salah satunya adalah dengan mengurangi tenaga kerja.

5.2.3. PDRB Sektoral

Besarnya pengaruh peningkatan PDRB sektoral dapat dilihat dari besarnya

nilai koefisien parameter yang juga menunjukan nilai estimasinya. Berdasarkan

Tabel 5.3, PDRB sektoral pada sektor industri mempunyai pengaruh yang nyata

terhadap pengurangan kemiskinan, dengan pengaruh sebesar -0,124. Hal ini

berarti bahwa setiap terjadi kenaikan PDRB sektor industri sebesar 1 trilyun

rupiah, maka akan mengurangi 0,124 persen tingkat kemiskinan, dengan asumsi

cateris paribus.

Peningkatan produktivitas seluruh sektor mempunyai peran yang sangat

penting dalam upaya pengurangan kemiskinan di DKI Jakarta, terutama sektor

jasa dan industri. Hal ini sejalan dengan penelitian yang telah dilakukan oleh

Suparno (2010) bahwa salah satu yang mempunyai andil besar dalam upaya

menurunkan kemiskinan adalah peningkatan di sektor jasa dan sektor industri.

Hasil ini sejalan pula dengan temuan Suryahadi (2006) yang menyatakan bahwa

Page 90: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI … · Fokus utama dari pembangunan ekonomi baik di tingkat global maupun di tingkat ... terutama bagi para penentu kebijakan yang akan melakukan

90

 

pertumbuhan pada sektor jasa di perkotaan memberikan nilai elastisitas

kemiskinan yang tinggi di semua sektor.

Hal ini terjadi karena di DKI Jakarta sektor yang menjadi sektor unggulan

adalah industri sehingga memberikan share yang cukup banyak di seluruh

perekonomian di DKI Jakarta. Hasilnya akan menyebar ke seluruh bidang

kehidupan termasuk pada penguragan tingkat kemiskinan. Perlu adanya

penekanan kembali pada kebijakan pemerintah DKI Jakarta dalam upaya

mengurangi kemiskinan yang kaitannya dalam produktivitas sektor ekonomi.

Dalam sektor industri, pemerintah berfokus pada perindungan pengusaha

dalam negeri. Pemerintah menerapkan kebijakan yang menghalangi masuknya

investor dari luar luar. Dalam satu sisi, kebijakan berupa hambatan-hambatan

dengan subsidi ekspor dan subtitusi impor dapat melindungi pengusaha dalam

negeri, tetapi juga akan menghambat adanya investor yang masuk, yang pada

akhirnya berdampak pada kondisi persaingan di pasar. Persaingan yang terjadi

tidak membuat pengusaha lokal bergairah untuk lebih melakukan efisiensi pada

peningkatan kualitas dan nilai tambah, melainkan persaingan yang terjadi adalah

persaingan pada tingkat harga. Kebijakan tersebut merupakan kebijakan yang

terlalu memanjakan pengusaha dan jika berlangsung secara berkelanjutan, maka

peningkatan pertumbuhan pada sektor industri tidak akan terjadi dan tidak akan

memacu pada pengurangan tingkat penduduk miskin.

5.2.4. Tenaga Kerja Sektoral

Tenaga kerja sektoral khususnya sektor industri memengaruhi tingkat

kemiskinan di DKI Jakarta. Sektor industri menjadi pilihan masyarakat DKI

Page 91: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI … · Fokus utama dari pembangunan ekonomi baik di tingkat global maupun di tingkat ... terutama bagi para penentu kebijakan yang akan melakukan

91

 

Jakarta karena adanya peralihan pembangunan ekonomi yang sudah lama terjadi

di DKI Jakarta dari sektor pertanian yang sudah lama ditinggalkan ke arah

industri. Pengaruh penyerapan tenaga kerja sector industri dapat dilihat dari

koefisien tenaga kerja sektor industri yaitu -1,005 yang berarti bahwa setiap

terjadi penambahan 100000 tenga kerja akan menurunkan tingkat kemiskinan

sebesar 1,005 persen.

Hubungan negatif antara tenaga kerja sektoral khususnya industri dengan

tingkat kemiskinan, seharusnya dapat dijadikan suatu tolak ukur dan

pertimbangan pemerintah untuk membuat dan menerapkan kebijakan di DKI

Jakarta. Hal ini dikarenakan keterlibatan tenaga kerja pada sektor yang pas dengan

sendirinya akan meningkatkan kesejahteraan keluarga para pekerja. Mereka akan

lebih mampu untuk mengakses kebutuhan dasar untuk memenuhi kebutuhan

hidupnya sehari-hari. Penyediaan lapangan kerja pada sektor industri akan

memberikan kesempatan pada masyarakat merupakan salah satu upaya yang dapat

dilakukan pemerintah DKI Jakarta untuk menanggulangi kemiskinan.

Kebijakan pemerintah dengan mengeluarkan Upah Minimum

Provinsi/Regional (UMP) tidak efektif dalam menurunkan angka kemiskinan.

Sebaliknya, penerapan UMP tersebut cenderung akan membuat pengusaha untuk

lebih mengurangi inputnya, salah satunya adalah tenaga kerja, untuk mengurangi

biaya produksinya yang dialokasikan pada peningkatan upah pekerja.

Tujuan awal pemerintah menerapkan UMP adalah untuk meningkatkan

kesejahteraan para pekerja. Ketika kesejahteraan meningkat, para pekerja mampu

membiayai hidupnya dan hidup keluarganya sehingga dapat memperoleh

Page 92: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI … · Fokus utama dari pembangunan ekonomi baik di tingkat global maupun di tingkat ... terutama bagi para penentu kebijakan yang akan melakukan

92

 

kehidupan yang lebih layak. Kualitas hidup yang lebih baik tersebut diharapkan

akan mampu membuat pekerja dan keluarganya mengakses kebutuhan dasar

seperti pendidikan, kesehatan, pangan dan perumahan. Tetapi pemerintah

melupakan satu hal, yaitu ketika upah pekerja dinaikan, dampak bagi pengusaha

adalah meningkatkan biaya input, maka pengusaha akan mengurangi

pembengkakan pembiayaan jika upah dinaikan, yaitu salah satunya adalah dengan

mengurangi tenaga kerja. Selanjutnya yang terjadi adalah peningkatan

pengangguran dan memperbesar angka kemiskinan.

5.3. Formulasi Kebijakan Pengentasan Kemiskinan

5.3.1. Program Pengantasan Buta Huruf

Pendidikan menjadi salah satu faktor yang penting bagi pemerintah DKI

Jakarta dalam upaya menanggulangi kemiskinan. Dalam penelitian ini, tercermin

oleh variabel angka melek huruf. Pemerintah DKI Jakarta harus dapat lebih

mengembangkan lagi program-program serta kebijakan untuk memberantas buta

huruf. Di DKI Jakarta sendiri, pada tahun 2008 masih terdapat penduduk DKI

Jakarta yang buta huruf sebesar 0,82 persen atau sekitar 72.553 penduduk.

Salah satu program yang dapat dilakukan adalah dengan lebih

menjalankan program Keaksaraan Fungsional. Tujuan utama yang ingin dicapai

dari program ini adalah mengurangi jumlah penduduk yang buta huruf. Setelah

penduduk mengikuti program Keaksaraan Fungsional, maka selanjutnya akan

diberikan Surat Keterangan Melek Aksara (SUKMA) yang nantinya dapat

digunakan untung melanjutkan ke program Kejar Paket A, B dan C. Program-

program tersebut diperuntukan untuk membantu penduduk miskin mendapatkan

Page 93: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI … · Fokus utama dari pembangunan ekonomi baik di tingkat global maupun di tingkat ... terutama bagi para penentu kebijakan yang akan melakukan

93

 

pendidikan dasar. Selain untuk memperoleh sertifikat dan ijazah kesetaraan

dengan ijazah SD, SMP, dan SMA, program tersebut juga diharapkan dapat

menambah keterampilan yang dapat dijadikan sebagai modal dasar untuk

memperbaiki kehidupannya. Hal ini berkaitan dengan peningkatan dan investasi

sumberdaya dalam upaya memperoleh sumber daya yang berkualitas dan

memiliki produktivitas yang baik.

Untuk menjalankan program-program tersebut, yang perlu dilakukan

pemerintah adalah perbaikan dalam metode pengumpulan data rumah tangga

miskin. Pengumpulan metode tersebut perlu dilakukan dengan melibatkan seluruh

pihak yang terkait baik di tingkat pusat maupun tingkat daerah. Penentuan rumah

tangga miskin perlu dirumuskan lebih komprehensif agar dapat menggambarkan

sepenuhnya keadaan riilnya. Setelah itu, pemerintah perlu melakukan sosialisasi

kepada penduduk miskin, salah satunya adalah dengan terjun langsung, untuk

memberitahukan akan pentingnya pendidikan khususnya keaksaraan bagi setiap

orang sehingga dapat memperbaiki kualitas hidupnya.

Dalam tatanan implementasi perlu didukung dengan tata kelola yang baik

dan dilakukan pendampingan baik dalam penyaluran maupun pemanfaatan

bantuan sehingga lebih tepat sasaran. Pemerintah harus mampu menyediakan tim

pelaksana program pemberantasan buta aksara. Hal ini dapat dilakukan dengan

melibatkan lembaga swadaya masyarakat (LSM). Banyak LSM yang konsen

terhadap masalah pendidikan penduduk miskin akan menolong upaya pemerintah

tersebut. Maka, kerjasama antara pemerintah dengan masyarakat sangatlah

penting untuk membantu pemberantasan buta aksara.

Page 94: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI … · Fokus utama dari pembangunan ekonomi baik di tingkat global maupun di tingkat ... terutama bagi para penentu kebijakan yang akan melakukan

94

 

5.3.2. Program Peningkatan Pertumbuhan Ekonomi

Pengentasan kemiskinan akan mudah dilakukan bila dibarengi dengan

peningkatan laju pertumbuhan. Laju pertumbuahan DKI Jakarta pada lima tahun

terakhir jika dibandingkan dengan laju pertumbuhan Indonesia tidak mengalami

perbedaan yang cukup besar. Pada beberapa tahun seperti pada tahun 2005, 2007

dan 2008, pertumbuhan ekonomi DKI Jakarta lebih baik dari pada pertumbuhan

ekonomi Indonesia. Hal ini menunjukan bahwa keadaan perekonomian DKI

Jakarta sudah cukup baik. Maka dengan perbaikan laju pertumbuhan ekonomi,

diharapakan akan sejalan dengan adanya pengurangan angka kemiskinan di DKI

Jakarta.

Sumber: BPS, 2010 Gambar. 5.1. Perbandingan Laju PDB Indonesia dan Laju PDRB DKI Jakarta

Perbaikan laju pertumbuhan ekonomi di DKI Jakarta akan lebih efektif

jika kita mengetahui hal apa saja yang dapat membuat pertumbuhan ekonomi

menjadi lebih baik. Salah satu caranya adalah dengan melihat nilai PDRB pada

sembilan sektor ekonomi yang ada di DKI Jakarta. Berdasarkan tabel Input-

Page 95: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI … · Fokus utama dari pembangunan ekonomi baik di tingkat global maupun di tingkat ... terutama bagi para penentu kebijakan yang akan melakukan

95

 

Output tahun 2006, tiga sektor teratas yang dapat dikatakan sebagai sektor kunci

adalah sektor industri pengolahan; sektor listrik, gas, dan air; dan sektor

keuangan, asuransi, usaha persewaan bangunan, tanah, dan jasa perusahaan.

Penerapan kebijakan yang tepat pada ketiga sektor tersebut, tidak hanya akan

berdampak pada sektor tersebut saja, tetapi juga akan berdampak pada sektor

lainnya. Hal ini karena adanya keterkaitan ke depan dan keterkaitan ke belakang

yang disebabkan oleh ketiga sektor tersebut yang mampu mendorong

pertumbuhan pada sektor-sektor lainnya.

Tabel 5.3. Sektor Andalan (Leading Sectors) Provinsi DKI Jakarta Berdasarkan Koefisien Penyebaran dan Kepekaan Penyebaran

Sumber: Tabel Input-Output Provinsi DKI Jakarta Tahun 2006, Klasifikasi 9 sektor (diolah)

Sektor Koefisien Penyebaran

Kepekaan Penyebaran

Pertanian 0,412545 0,641871Pertambangan dan Penggalian 0,345008 0,713544Industri Pengolahan 1,799486 1,383143Listrik, Gas dan Air Bersih 1,484788 2,431810Bangunan 0,991675 0,585315Perdagangan 0,607689 1,239952Pariwisata 0,949318 0,654630Keuangan, Perbankan dan Jasa Perusahaan 1,014974 1,020320Jasa-jasa 1,394514 0,329412

Pengoptimalan sektor listrik, gas, dan air bersih di DKI Jakarta dapat

dilakukan dengan meningkatkan efisiensi produksi dan kualitas pada sektor

tersebut. Pemilihan input dan sumber daya yang tepat dengan sendirinya akan

menekan biaya produksi. Selanjutnya, pelayanan dan perbaikan kualitas harus

ditingkatkan, contohnya adalah membuat sektor tersebut dapat menjangkau

daerah-daerah yang memiliki sumber ekonomi yang tinggi sehingga dapat

mendorong masuknya investasi.

Page 96: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI … · Fokus utama dari pembangunan ekonomi baik di tingkat global maupun di tingkat ... terutama bagi para penentu kebijakan yang akan melakukan

96

 

Pada sektor keuangan, perbankan, dan jasa perusahaan perlu adanya

peningkatan dalam penyediaan output sektor ini. Output dari sektor ini tidak lain

adalah jasa dan pelayanan, sehingga kunci utama untuk membangun pesatnya

sektor ini adalah kepercayaan dan kepuasan. Maka perlu adanya sumber daya

yang terampil dan terlatih untuk bekerja pada sektor ini. Penciptaan sumber daya

yang terampil dan terlatih untuk bekerja pada sektor tersebut dapat dilakukan

dengan mengembangkan lebih lanjut sekolah-sekolah kejuruan (SMK) dan

program keahlian dan profesi (Diploma). SMK dan Diploma dinilai mampu

menghasilkan sumber daya yang terampil dan terlatih yang sesuai dibidangnya.

Adanya pengembangan program kejuruan dan program keahlian dan

profesi tidak hanya menguntungkan bagi pengusaha tetapi juga menguntungkan

bagi pencari kerja. Pengusaha tidak perlu lagi mengeluarkan biaya untuk pelatihan

bagi calon pekerjanya, karena apa yang telah didapat sewaktu di SMK atau di

Diploma cukup untuk bekerja. Bagi pekerja, khususnya bagi mereka yang kurang

mampu untuk melanjutkan sekolah ke jenjang yang lebih tinggi, dengan program

keahliannya mampu untuk bersaing dalam mencari kerja khususnya persaingan

dalam bidangnya. Tujuan lain adalah lulusan SMK dan Diploma, dengan

keahliannya mampu menjadi entrepreneur dan menciptakan lapangan kerja baru.

Peningkatan pertumbuhan ekonomi akan efisien menanggulangi

kemiskinan apabila sejalan dengan pemerataan distribusi pendapatan. Kebijakan

yang tepat dalam upaya pemerataan distribusi pendapatan adalah melakukan

optimalisasi terhadap mekanisme pemungutan pajak. Hal tersebut dilakukan untuk

benar-benar dapat mengumpulkan pajak dari para wajib pajak. Demi kelancaran

Page 97: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI … · Fokus utama dari pembangunan ekonomi baik di tingkat global maupun di tingkat ... terutama bagi para penentu kebijakan yang akan melakukan

97

 

keberlangsungan penarikan pajak, penegakan hukum tentang masalah perpajakan

perlu dilakukan agar para wajib pajak patuh dalam menjalankan kewajibannya

membayar pajak.

Hasil dari pengumpulan pajak ini nantinya digunakan untuk disalurkan

pada pelayanan-pelayanan publik, khususnya diperuntukan bagi penduduk miskin.

Pelayanan-pelayanan publik antara lain adalah akses terhadap kesehatan,

pendidikan, pangan, dan perumahan. Dengan pelayanan publik tersebut

diharapkan dapat meningkatkan kualitas hidup para penduduk menjadi lebih baik.

5.3.3. Program Pengembangan Sektor Industri

PDRB dan tenaga kerja sektor industri yang signifikan memengaruhi

kemiskinan dapat dijadikan arah bagi pemerintah dalam membuat dan

menjalankan program-program serta kebijakan dalam upaya penanggulangan

kemiskinan yang lebih efisien. Maka, diperlukan adanya suatu iklim investasi

yang lebih baik untuk lebih dapat mengembangkan sektor industri yang ada di

DKI Jakarta.

Tabel 5.4. Pengganda Output, Pendapatan, dan Tenaga Kerja Sektor-Sektor Perekonomian Provinsi DKI Jakarta

NO SEKTOR OUTPUT PENDAPATAN TENAGA KERJA

1 Pertanian 1,128589 1,1244886 1,0293249

2 Pertambangan dan Penggalian 1,099663 1,1498176 1,1429873

3 Industri Pengolahan 1,591497 1,7598706 1,9069743 4 Listrik, Gas dan Air Bersih 1,464596 1,8363422 2,2500729 5 Bangunan 1,311587 1,3095314 1,7940794 6 Perdagangan 1,180853 1,1357401 1,0424447 7 Pariwisata 1,289354 1,2704961 1,2238581

8 Keuangan, Perbankan dan Jasa Perusahaan 1,301216 1,3121272 1,6115280

9 Jasa-jasa 1,429034 1,2489757 1,2848118 Sumber: Tabel Input-Output Provinsi DKI Jakarta Tahun 2006, Klasifikasi 9 sektor

(diolah)

Page 98: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI … · Fokus utama dari pembangunan ekonomi baik di tingkat global maupun di tingkat ... terutama bagi para penentu kebijakan yang akan melakukan

98

 

Pada tabel Input Output, sektor industri di DKI Jakarta, sektor industri

menunjukan efek pengganda yang paling besar dibandingkan dengan sektor

lainnya. Hal ini berarti bahwa bila terjadi peningkatan akhir pada sektor industri,

akan menghasilkan efek pengganda pada output, pendapatan dan tenaga kerja

yang lebih besar jika dibandingkan apabila terjadi kenaikan permintaan akhir pada

sektor lainnya. Maka, penting bagi pembuat kebijakan untuk lebih berkonsentrasi

pada kebijakan yang mendorong perkembangan sektor industri.

Untuk lebih meningkatkan pertumbuhan pada sektor industri, pemerintah

harus mampu menciptakan iklim investasi yang baik. Iklim investasi yang baik

akan menarik para investor untuk mau berinvestasi di DKI Jakarta. Perbaikan

iklim investasi dapat dilakukan diantaranya: memperbaiki dan menyediakan

infrastruktur yang lengkap dan menunjang bagi pengusaha; tersedianya input yang

berkualitas yang mampu menunjang industri yang akan ditumbuhkan oleh

investor; adanya penerapan pajak yang sesuai, yaitu tingkat pajak yang tidak

terlalu membaratkan pihak investor; adanya high return expextation yang mampu

diberikan oleh DKI Jakarta; managemen dan pelayanan birokrasi yang tidak

menghambat investor dan cepat; serta terciptanya stabilitas ekonomi, politik dan

keamanan di DKI Jakarta.

Ketika iklim investasi di DKI Jakarta telah tercipta, maka akan menarik

para investor untuk mau berinvestasi di DKI Jakarta. Bukan hanya investor baru,

tetapi juga akan menggairahkan kembali investor yang telah ada, sehingga akan

lebih mau melakukan produksi dan meningkatkan produktifitasnya, karena adanya

Page 99: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI … · Fokus utama dari pembangunan ekonomi baik di tingkat global maupun di tingkat ... terutama bagi para penentu kebijakan yang akan melakukan

99

 

kondisi persaingan pasar yang baru yang terjadi akibat adanya investor baru yang

masuk. Investor-investor yang masuk dan investor lama yang semakin

berkembang akan berinvestasi di DKI Jakarta dengan modal yang besar. Modal

besar ini berarti akan menggunakan input yang besar pula yang nantinya akan

menghasilkan output yang besar. Output yang besar akan mendorong

pertumbuhan pada sektor industri serta akan mendorong pertumbuhan pada sektor

lainnya.

Manfaat lain yang terjadi ketika investor-investor adalah penyerapan

tenaga kerja. Ketika investor-investor baru masuk, maka akan membuka

kesempatan-kesempatan kerja yang baru dan lebih banyak. Selanjutnya yang

terjadi adalah penyerapan tenaga kerja dan mengurangi pengangguran. Dalam

menyaingi investor-investor yang masuk, investor lama mau tidak mau harus

mampu meningkatkan produktifitasnya, salah satunya adalah dengan penambahan

tenaga kerja untuk mendorong hasil output sesuai dengan permintaan pasar.

Kedua hal tersebut menggambarkan adanya penyerapan tenaga kerja akibat

adanya perbaikan dalam iklim investasi.

Manfaat lain adalah adanya transfer teknologi yang terjadi akibat adanya

investor-investor baru yang masuk. Transfer teknologi perlu untuk

mengembangkan cara produksi menuju kearah efisiensi. Tetapi, dalam

penyerapan transfer teknologi yang harus diperhatikan adalah pemilihan teknologi

yang akan diterapkan. Terdapat tiga macam jenis teknologi yang mungkin dapat

dipelajari untuk efisiensi produksi. Teknologi bersifat netral, teknologi yang

bersifat meningkatkan modal, dan teknologi yang meningkatkan tenaga kerja.

Page 100: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI … · Fokus utama dari pembangunan ekonomi baik di tingkat global maupun di tingkat ... terutama bagi para penentu kebijakan yang akan melakukan

100

 

Maka, sebagai daerah yang kaya akan sumberdaya manusia, penyerapan teknologi

harus berdasarkan penyerapan teknologi yang bersifat meningkatkan tenaga kerja.

Peningkatan pertumbuhan sektor industri dan penyerapan tenaga kerja,

sesuai penelitian merupakan hal yang dapat mengurangi kemiskinan di DKI

Jakarta. Maka konsentrasi pemerintah dalam mengoptimalkan kedua hal tersebut

akan mampu memberikan hasil yang nyata terhadap pengurangan tingkat

kemiskinan di DKI Jakarta. Kebijakan dan program yang sesuai yang langsung

tertuju pada akar masalah akan mempercepat pembangunan ekonomi dan

pengurangan kemiskinan.

Page 101: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI … · Fokus utama dari pembangunan ekonomi baik di tingkat global maupun di tingkat ... terutama bagi para penentu kebijakan yang akan melakukan

101

 

VI. KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan yang dipaparkan sebelumnya, maka dapat

diambil kesimpulan bahwa faktor yang mempengaruhi kemiskinan di DKI Jakarta

antara lain adalah:

1. Angka melek huruf mempengaruhi kemiskinan. Semakin tinggi angka melek

huruf penduduk DKI Jakarta, maka akan menurunkan angka kemiskinan.

2. Laju pertumbuhan ekonomi mempengaruhi kemiskinan. Semakin tinggi laju

pertumbuhan ekonomi DKI Jakarta, maka akan menurunkan angka

kemiskinan.

3. PDRB sektor industri mempengaruhi kemiskinan. Semakin besar PDRB

sektor industri DKI Jakarta, maka akan menurunkan angka kemiskinan.

4. Tenaga kerja sektor industri mempengaruhi kemiskinan. Semakin besar

penyerapan tenaga kerja pada sektor industri di DKI Jakarta, maka akan

menurunkan angka kemiskinan.

Pemerintah telah menjalankan banyak kebijakan dan program-program

dalam upaya penanggulangan kemiskinan. Tetapi, program-program tersebut

belum efektif untuk mengurangi kemiskinan secara signifikan. Program-program

yang dijalankan masih berlaku secara umum dan belum mengena langsung pada

sumber penyebab kemiskinan. Hasil yang terjadi adalah masih tingginya angka

kemiskinan di DKI Jakarta.

Page 102: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI … · Fokus utama dari pembangunan ekonomi baik di tingkat global maupun di tingkat ... terutama bagi para penentu kebijakan yang akan melakukan

102

 

5.2. Saran

1. Pemerintah perlu menerapkan program-program yang langsung mengena pada

sasaran kemiskinan. Program-program tersebut antara lain:

(i) pemberantasan buta huruf, dapat dilakukan dengan program Keaksaraan

Fungsional yang dilanjutkan dengan Program Kejar Paket A B C

(ii) peningkatan pertumbuhan ekonomi, dapat dilakukan dengan fokus

pembangunan pada sektor kunci (leading sector) yang ada di DKI Jakarta

yang dilanjutkan dengan pemerataan distribusi pendapatan dengan

pengoptimalan pemungutan pajak dan penegakan hukum

(iii) penciptaan iklim investasi, dengan memperbaiki sistem birokrasi,

managemen, infrastruktur, pajak serta menciptakan input/sumber daya

yang mendukung, high return expectation, dan stabilitas ekonomi politik

dalam negeri.

2. Analisis yang dilakukan sifatnya masih belum terperinci pada analisis makro

atau analisis mikro, melainkan masih mencampurkan variabel makro dan

variable mikro. Perlu dikembangkan lebih lanjut penelitian yang lebih

menganalisis pengaruh mikro atau makro dengan menggunakan variabel yang

dapat mewakilinya. Hal ini terkait dengan kewenangan pemerintah daerah dan

pemerintah pusat dalam membuat kebijakan penanggulangan kemiskinan.

Page 103: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI … · Fokus utama dari pembangunan ekonomi baik di tingkat global maupun di tingkat ... terutama bagi para penentu kebijakan yang akan melakukan

103

 

DAFTAR PUSTAKA

Adam Jr. dan Richard H. 2004. “Economic Growth, Inequality and Poverty: Estimating The Growth Elasticity of Poverty.” World Development, 32 (12), hal 1989-2014

ADB. 1999. Fighting Poverty in Asia and the Pasific: The Poverty Reduction

Strategy of the Asian Development Bank. Manila. Ardaninggar. 2009. Evaluasi Implementasi Program-program Penanggulangan

Kemiskinan dan Pemberdayaan Masyarakat di Era Otonomi Daerah. http://ardaninggar.wordpress.com/2011/01/20/evaluasi-implementasi-program-program-penanggulangan-kemiskinan-dan-pemberdayaan-masyarakat-di-era-otonomi-daerah.

Bappenas. 2010. Rencana Kerja Pemerintah Tahun 2009. RKP 2009. Bappenas.

Jakarta. Bappenas. 2009. Penyempurnaan Rancangan Perda Kesejahteraan Sosial. Dinas

Sosial Provinsi DKI Jakarta. Bank Dunia. 2006. The Quality of Growth. Oxford University. New York. Bank Dunia. 2006. Poverty. www.worldbank.org./depweb/beyond/beyondbw/beg

bw_06.pdf. Bellinger, W. K. 2007. The Ecconomic Analysis of Public Policy. Routledge.

Oxon. Bourguignon, F. 2004. The Poverty-Growth-Inequality Triangle. World Bank.

Washington, DC. BPS. 2010. Perkembangan Beberapa Indikator Utama Sosial-Ekonomi Provinsi

DKI Jakarta. BPS. Jakarta. BPS. 2002-2009a. Data Dan Informasi Kemiskinan. BPS. Jakarta BPS. 2002-2009b. Jakarta Dalam Angka. BPS. Jakarta BPS. 2002-2009c. Keadaan Angkatan Kerja dan Penduduk DKI Jakarta. BPS.

Jakarta. BPS. 2008. Perkembangan Kesejahteraan dan Keadaan Penduduk Miskin DKI

Jakarta. BPS. Jakarta.

Page 104: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI … · Fokus utama dari pembangunan ekonomi baik di tingkat global maupun di tingkat ... terutama bagi para penentu kebijakan yang akan melakukan

104

 

Galor, O. 2000. Income Distribution and the Process of Development. Europan

Economic Review, Vol. 44. pp 706-712 Hasibuan, T.G. 2006. Variabel Utama yang Mempengaruhi Kemiskinan di

Provinsi Sumatra Utara. [Tesis]. UI. Jakarta. Hermanto S., dan Dwi W., 2006. Dampak Pertumbuhan Ekonomi terhadap

Penurunan Penduduk Miskin di Indonesia: Proses Pemerataan dan Pemiskinan. Direktur Kajian Ekonomi. IPB. Bogor.

Hudayana, D. 2009. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kemiskinan di Indonesia.

[Skripsi]. IPB. Bogor. Indra. 2009. Analisis Hubungan Intensitas Energi dan Pendapatan Perkapita:

Studi Komparatif di Sepuluh Negara Asia Pasific. [Tesis]. IPB. Bogor. Komite. 2009. Percepatan Target Penurunan Angka Kemiskinan. Majalah Komite

Agustus 2009. http://catatan-sr.blogspot.com/2009/08/percepatan-target-penurunan-angka_03.html

Monvalto, J.G and M. Ravallion. 2009. The Pattern of Growth and Poverty

Reduction in China. Working Paper. World bank. Washington, DC. Nasir, M, M. Saichudin dan Maulizar. 2006. Analisis Faktor-faktor yang

Memengaruhi Kemiskinan Rumah Tangga di Kabupaten Purworejo. Eksekutif. Purworejo.

Nurhayati, M. 2004. Analisis faktor-faktor yang Mempengaruhi Kemiskinan di

Jawa Barat. [Skripsi]. IPB. Bogor. Nurkholis. 2004. Pendidikan sebagai Innvestasi Jangka Panjang.

http://www.perpus.upstegal.ac.id.id/home/easylib/?pilih=news&mod=yes&aksi=lihat&id=22

Priyarsono, D.S. H. Reinhart dan Widyastutik. 2008. Ekonomi Publik: 1-9.

Universitas Terbuka. Jakarta. Ravallion, M and Lanjouw. 1994. How Important to India’s Poor is the Sectoral

Composition of Growth?, World Bank Economic Review, p. 10. Sekretariat Negara. 2007. UU. No. 17 Tahun 2007. Rencana Pembangunan

Jangka Panjang Nasional Tahun 2005-2025. Jakarta. Siregar, H dan D. Wahyuniarti. 2007. Dampak Pertumbuhan Ekonomi Terhadap

Penurunan Jumlah Penduduk Miskin. MB-IPB. Bogor.

Page 105: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI … · Fokus utama dari pembangunan ekonomi baik di tingkat global maupun di tingkat ... terutama bagi para penentu kebijakan yang akan melakukan

105

 

Sumodiningrat, G. 1999. Kemiskinan: Teori, Fakta dan Kebijakan. IMPAC.

Jakarta Suparno. 2010. Analisis Pertumbuhan Ekonomi dan Penanggulangan

Kemiskinan: Studi Pro Poor Growth Policy di Indonesia. [Tesis]. IPB. Bogor.

Suryahadi, A, D. Suryadarma dan S. Sumatra. 2006. Economic Growth and

Poverty Reduction in Indonesia: The Effect of Location and Sectoral Components of Growth. SMERU Research Institute. Jakarta.

Tambunan, T. 2006. Perekonomian Indonesia sejak Orde Lama hingga Pasca

Krisis. Pustaka Quantum. Jakarta. TKPK. 2009. Capaian Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan 2005-2009. Tim

Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan. Menko Kesra. Jakarta. Todaro, M. P dan S. C. Smith. 2006. Pembangunan Ekonomi. Jilid 1. Edisi 9. Alih

Bahasa. Erlangga. Jakarta. TP PNPM. 2007. Pedoman Umum Program PNPM Mandiri. Menko Kesra.

Jakarta. Wiraswara, A. 2005. Pertumbuhan Ekonomi dan Pengurangan Angka kemiskinan

di Indonesia. [Skripsi]. IPB. Bogor.

Page 106: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI … · Fokus utama dari pembangunan ekonomi baik di tingkat global maupun di tingkat ... terutama bagi para penentu kebijakan yang akan melakukan

106

 

Page 107: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI … · Fokus utama dari pembangunan ekonomi baik di tingkat global maupun di tingkat ... terutama bagi para penentu kebijakan yang akan melakukan

107

 

PLS Dependent Variable: MISKIN01 Method: Panel EGLS (Period weights) Date: 04/17/11 Time: 19:00 Sample: 2002 2009 Periods included: 8 Cross-sections included: 5 Total panel (balanced) observations: 40 Linear estimation after one-step weighting matrix

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C 4.753982 27.24933 0.174462 0.8627 AMH -0.082529 0.276680 -0.298284 0.7675

PDDK 0.141180 0.071029 1.987636 0.0560 KTG 0.236745 0.100640 2.352391 0.0254

PPKPT -0.011845 0.033098 -0.357881 0.7229 PDRB 0.173846 0.261038 0.665977 0.5105 PIND 0.085246 0.035174 2.423577 0.0216

PJASA -0.216045 0.370766 -0.582699 0.5645 TKIND -1.088131 0.353634 -3.076996 0.0044

TKJASA -1.070849 0.609944 -1.755652 0.0894

Weighted Statistics

R-squared 0.773551 Mean dependent var 4.442007 Adjusted R-squared 0.705617 S.D. dependent var 1.683565 S.E. of regression 0.746304 Sum squared resid 16.70910 F-statistic 11.38671 Durbin-Watson stat 1.161842 Prob(F-statistic) 0.000000

Unweighted Statistics

R-squared 0.700185 Mean dependent var 3.953250 Sum squared resid 19.51952 Durbin-Watson stat 1.295447

  

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 108: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI … · Fokus utama dari pembangunan ekonomi baik di tingkat global maupun di tingkat ... terutama bagi para penentu kebijakan yang akan melakukan

108

 

FIXED 

Dependent Variable: MISKIN01 Method: Panel EGLS (Cross-section SUR) Date: 04/17/11 Time: 19:20 Sample: 2002 2009 Periods included: 8 Cross-sections included: 5 Total panel (balanced) observations: 40 Linear estimation after one-step weighting matrix

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C -38.83829 14.32419 -2.711378 0.0117 AMH -0.395983 0.153703 2.576286 0.0160

PDDK 0.054507 0.081780 0.666503 0.5110 KTG 0.026701 0.070208 0.380313 0.7068

PPKPT -0.021133 0.033267 -0.635252 0.5308 PDRB -0.360355 0.164858 2.185852 0.0380 PIND -0.124330 0.060861 2.042846 0.0513

PJASA 0.117441 0.236696 0.496167 0.6239 TKIND -1.005960 0.388419 -2.589885 0.0155

TKJASA 0.067521 0.371022 0.181988 0.8570

Effects Specification

Cross-section fixed (dummy variables)

Weighted Statistics

R-squared 0.835958 Mean dependent var 8.309058 Adjusted R-squared 0.753938 S.D. dependent var 3.286603 S.E. of regression 1.151061 Sum squared resid 34.44848 F-statistic 10.19203 Durbin-Watson stat 2.235633 Prob(F-statistic) 0.000000

Unweighted Statistics

R-squared 0.859576 Mean dependent var 3.953250 Sum squared resid 9.142328 Durbin-Watson stat 1.888106

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 109: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI … · Fokus utama dari pembangunan ekonomi baik di tingkat global maupun di tingkat ... terutama bagi para penentu kebijakan yang akan melakukan

109

 

UJI CHOW 

H0: PLS 

H1: FIXED 

Redundant Fixed Effects Tests Equation: Untitled Test cross-section fixed effects

Effects Test Statistic d.f. Prob.

Cross-section F 10.939918 (4,26) 0.0000

 

 

UJI KENORMALAN 

H0: Sisaan menyebar normal 

H1: Sisaan tidak menyebar normal 

0

1

2

3

4

5

6

-1 0 1 2

Series: Standardized ResidualsSample 2002 2009Observations 40

Mean 1.11e-17Median -0.021022Maximum 2.221805Minimum -1.648919Std. Dev. 0.939837Skewness 0.264946Kurtosis 2.496182

Jarque-Bera 0.891030Probability 0.640494

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 110: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI … · Fokus utama dari pembangunan ekonomi baik di tingkat global maupun di tingkat ... terutama bagi para penentu kebijakan yang akan melakukan

110

 

UJI KEHOMOGENAN 

-2

-1

0

1

2

3

5 10 15 20 25 30 35 40

Standardized Residuals