14
ANALISIS DIKSI DAN CITRAAN DALAM KUMPULAN PUISI ANAK MAJALAH BOBO TAHUN 2016 An Analysis on Dictions and Imageries in a Collection of Child Poems in Bobo Magazines in 2016 Fadhilatun Hayatunnufus Kantor Bahasa Provinsi Lampung Jalan Beringin II no. 40 Kompleks Gubernuran Telukbetung, Bandarlampung Telepon (0721) 486408, Faksimile (0721) 486407 Pos-el: [email protected] Diajukan: 12 Oktober 2017, direvisi: 28 Oktober 2017 Abstract This research entitled "An analysis on Dictions and Imageries in a Collection of Child Poems in Bobo Magazines in 2016." The formulation of the problem in this study is what types of imagery con- tained in the poetries of children published in Bobo magazine. The purpose of this study is to de- scribe any kinds of imagery contained in the poetry of children in Bobo magazine. The type of this research is a qualitative research. The technique used in data collection is a literary study from 15 poems. To analyse the data, the researcher used a descriptive analytic method which is done by describing facts and analyzing them. The results of this study indicate that the selection of word in this child’s poem uses denotative words and easy to understand by readers and there are only a few poems that use connotative words in Bobo magazine. Imageries contained in the poetries of children in Bobo magazine is visual imagery, kinestethic imagery, olfactory imagery, gustatory im- agery, and tactile imagery. The most dominant image used by children in making poetry in Bobo magazine is visual imagery. Keywords: child literature, diction, poetry, imagery Abstrak Penelitian ini berjudul “Analisis Diksi dan Citraan Puisi Anak dalam Majalah Bobo Tahun 2016”. Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah citraan apa saja yang terdapat dalam puisi anak yang dipublikasikan dalam majalah Bobo. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan citraan apa saja yang terdapat dalam puisi anak dalam majalah Bobo. Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah teknik studi pustaka. Pengolahan data penelitian dengan metode deskriptif analitik yang dilakukan dengan mendeskripsikan fakta-fakta dan menganalisisnya. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pemilihan kata dalam puisi anak ini menggunakan kata-kata denotatif dan mudah dimengerti oleh pembacanya serta hanya ada beberapa puisi yang menggunakan kata-kata bermakna konotatif dalam majalah Bobo. Citraan dalam puisi anak pada majalah Bobo terdiri dari citraan penglihatan, gerak, penciuman, pencecapan, dan perabaan. Citraan yang paling dominan digunakan oleh anak dalam membuat puisi pada majalah Bobo adalah citraan penglihatan. Kata kunci: Puisi Anak, diksi, citraan

ANALISIS DIKSI DAN CITRAAN DALAM KUMPULAN PUISI ANAK

  • Upload
    others

  • View
    13

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: ANALISIS DIKSI DAN CITRAAN DALAM KUMPULAN PUISI ANAK

ANALISIS DIKSI DAN CITRAAN DALAM KUMPULAN PUISI ANAK MAJALAH BOBO TAHUN 2016

An Analysis on Dictions and Imageries in a Collection of Child Poems

in Bobo Magazines in 2016

Fadhilatun Hayatunnufus

Kantor Bahasa Provinsi Lampung Jalan Beringin II no. 40 Kompleks Gubernuran Telukbetung, Bandarlampung

Telepon (0721) 486408, Faksimile (0721) 486407 Pos-el: [email protected]

Diajukan: 12 Oktober 2017, direvisi: 28 Oktober 2017

Abstract

This research entitled "An analysis on Dictions and Imageries in a Collection of Child Poems in Bobo Magazines in 2016." The formulation of the problem in this study is what types of imagery con-tained in the poetries of children published in Bobo magazine. The purpose of this study is to de-scribe any kinds of imagery contained in the poetry of children in Bobo magazine. The type of this research is a qualitative research. The technique used in data collection is a literary study from 15 poems. To analyse the data, the researcher used a descriptive analytic method which is done by describing facts and analyzing them. The results of this study indicate that the selection of word in this child’s poem uses denotative words and easy to understand by readers and there are only a few poems that use connotative words in Bobo magazine. Imageries contained in the poetries of children in Bobo magazine is visual imagery, kinestethic imagery, olfactory imagery, gustatory im-agery, and tactile imagery. The most dominant image used by children in making poetry in Bobo magazine is visual imagery. Keywords: child literature, diction, poetry, imagery

Abstrak

Penelitian ini berjudul “Analisis Diksi dan Citraan Puisi Anak dalam Majalah Bobo Tahun 2016”. Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah citraan apa saja yang terdapat dalam puisi anak yang dipublikasikan dalam majalah Bobo. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan citraan apa saja yang terdapat dalam puisi anak dalam majalah Bobo. Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah teknik studi pustaka. Pengolahan data penelitian dengan metode deskriptif analitik yang dilakukan dengan mendeskripsikan fakta-fakta dan menganalisisnya. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pemilihan kata dalam puisi anak ini menggunakan kata-kata denotatif dan mudah dimengerti oleh pembacanya serta hanya ada beberapa puisi yang menggunakan kata-kata bermakna konotatif dalam majalah Bobo. Citraan dalam puisi anak pada majalah Bobo terdiri dari citraan penglihatan, gerak, penciuman, pencecapan, dan perabaan. Citraan yang paling dominan digunakan oleh anak dalam membuat puisi pada majalah Bobo adalah citraan penglihatan. Kata kunci: Puisi Anak, diksi, citraan

Page 2: ANALISIS DIKSI DAN CITRAAN DALAM KUMPULAN PUISI ANAK

Kelasa, Vol. 12, No. 2, Desember 2017: 213—226

214

1. Pendahuluan

Sastra anak adalah suatu karya sastra yang bahasa dan isinya sesuai dengan perkembangan usia, mencerminkan corak kehidupan, dan kepribadian anak, ditulis oleh anak, remaja, atau orang dewasa, baik lisan ataupun tertulis. Karya sastra tersebut berbentuk puisi, prosa, dan drama. Sastra anak memiliki kontribusi yang besar bagi perkembangan kepribadian anak dalam proses menuju kedewasaan. Melalui karya sastra penulis dapat mengungkapkan perasaan yang tersurat lewat pesan yang terkandung di dalamnya. Menurut Sarumpaet (2010:2) sastra anak adalah sastra terbaik yang mereka baca dengan karakteristik berbagai ragam, tema, dan format. Nurgiyantoro (2005:6) mengatakan bahwa sastra anak adalah sastra yang secara emosional psikologis dapat ditanggapi dan dipahami oleh anak dan pada umumnya berangkat dari fakta yang konkret dan mudah dipahami oleh anak-anak. Oleh karena itu, apa yang disebut dengan sastra anak tentu mengacu kepada kehidupan cerita yang berkolerasi dengan dunia anak-anak dan bahasa yang digunakan sesuai dengan perkembangan intelektual dan emosional anak. Saat ini puisi tidak hanya ditulis oleh kalangan dewasa, tetapi juga dari kalangan anak-anak. Puisi juga menjadi salah satu karya sastra yang diminati anak karena anak dapat menuangkan hasil pikiran dan perasaan yang sedang dirasakan dalam puisi tersebut. Puisi yang dibuat oleh anak-anak tentunya harus memperhatikan bunyi, pemilihan kata yang tepat, dan penggunaan citraan walaupun kemudian dimaklumi bahwa bentuk puisi anak biasanya sangat sederhana. Winarni (2014: 9) mengatakan bahwa

salah satu ciri puisi anak dibuat oleh anak-anak sesuai dengan kelompok usia anak, pada anak usia Sekolah Dasar menyukai puisi yang membicarakan kehidupan sehari-hari, petualangan, kehidupan keluarga yang nyata, dan kesesuaian dengan lingkungan sekitar tempat anak berada. Misalnya, anak yang yang berada di lingkungan sekitar pantai akan bersemangat jika puisi yang diberikan untuk dipelajari adalah puisi yang berbicara tentang pantai. Puisi anak-anak ataupun puisi dewasa memiliki struktur fisik puisi. Menurut Waluyo (1991: 27) struktur fisik puisi terdiri atas baris-baris puisi yang bersama-sama membangun bait-bait puisi. Adapun unsur-unsur yang ada dalam struktur fisik puisi yaitu diksi, pencitraan (imaji), kata konkret, bahasa figuratif (majas), verifikasi, dan tipografi puisi. Perhatian terhadap unsur-unsur tersebut bukan bermaksud mempersulit cara penulisan puisi pada anak-anak. Akan tetapi, dengan memperhatikan unsur-unsur tersebut justru akan membantu anak untuk menonjolkan ungkapan perasaannya melalui puisi.

Dalam penelitian ini penulis bermaksud untuk melakukan kajian terhadap unsur fisik puisi, yaitu diksi dan citraan. Kata (diksi) merupakan satuan bahasa yang dapat berdiri sendiri (Kridalaksana, 2011: 110). Pengalaman seseorang dapat digambarkan melalui kata-kata. Kata-kata tersebut kemudian dimanfaatkan dalam pembentukan karya sastra. Dalam hal ini, pengarang harus memiliki kemampuan untuk memilih kata demi kata secara tepat menurut tempatnya yang sesuai dalam suatu jalinan kata yang harmonis dan artistik sehingga sejalan dengan maksud puisinya, baik secara denotatif maupun konotatif. Unsure puisi berikutnya

Page 3: ANALISIS DIKSI DAN CITRAAN DALAM KUMPULAN PUISI ANAK

Analisis Diksi... (Fadhilatun Hayatunnufus)

215

adalah citraan. Citraan dapat juga dikatakan pengimajian. Citraan (imaji) adalah gambaran-gambaran angan dalam sebuah bahasa pada suatu karya. Waluyo (1991:78) mengatakan bahwa pengimajian adalah kata atau susunan kata yang dapat mengungkapkan pengalaman sensoris, seperti penglihatan, pendengaran, dan perasaan. Nurgiantoro (2005: 346) mengungkapkan bahwa penggunaan citraan dalam puisi dan teks kesusastraan secara umum berkaitan dengan tujuan memberikan gambaran secara konkret walaupun tetap hanya secara imajinatif kepada pembacanya. Berbicara mengenai imajeri sebuah puisi berarti kita berbicara mengenai imaji-imaji pancaindera langsung, seperti penglihatan, bunyi, sentuhan, bau, atau rasa (Tarigan, 2011: 136).

Pradopo (2008:81) menyebutkan jenis citraan terdiri dari, (1) Citraan penglihatan (visualImagery) adalah citraan yang memberi rangsangan kepada indera penglihatan, hingga sering hal-hal yang tak terlihat jadi seolah-olah terlihat. (2) Citraan pendengaran (Auditory Im-agery) adalah citraan yang ditimbulkan oleh indera pendengaran (telinga) sehingga pembaca seolah-olah mendengarkan suara seperti yang digambarkan oleh penyair. (3). Citraan perabaan (Taktil Imagery) adalah citraan yang melibatkan indera peraba (kulit). Citraan ini menguraikan kata atau ungkapan yang terdapat dalam puisi dan seolah-olah dapat dirasakan, disentuh, atau diraba. (4) Citraan penciuman (Smell Imagery) adalah citraan yang melukiskan atau menggambarkan lewat rangsangan yang seolah-olah dapat ditangkap oleh indera penciuman. (5) Citraan pengecapan adalah citraan yang melibatkan indera pengecapan (lidah). Melalui citraan ini seolah-olah

pembaca dapat merasakan sesuatu yang pahit, asam, asin, manis dan lain-lain. (6) Citraan gerak (Kinaesthetic Imagery) adalah menggambarkan sesuatu yang sesungguhnya tidak bergerak, tetapi dilukiskan sebagai sesuatu yang dapat bergerak. Melalui citraan kita sebagai pembaca dapat memperoleh gambaran yang jelas mengenai pikiran dan perasaan yang diungkapkan oleh sang penyair. Diksi dan citraan yang akan dianalisis dalam penelitian ini adalah diksi dan citraan yang terdapat pada puisi anak dalam majalah Bobo tahun 2016. Penulis mengumpulkan data dengan mengikuti perkembangan terbaru dari majalah Bobo. Majalah Bobo merupakan majalah anak tertua yang terbit di Indonesia sejak tahun 1973 dan sampai sekarang masih diminati oleh berbagai pihak salah satunya anak-anak. Keragaman rubrik yang khusus diterbitkan untuk anak-anak menjadi salah satu alasan anak-anak tertarik membaca majalah tersebut. Salah satu rubriknya adalah puisi yang ditulis oleh anak-anak. Majalah Bobo memiliki Slogan “Teman Bermain dan Belajar” yang bertujuan untuk memberi pendidikan melalui bacaan yang seru untuk dibaca oleh anak-anak sembari diajak bermain. Hal tersebut menjadi alasan penulis dalam memilih majalah Bobo sebagai sumber data penelitian. Oleh sebab itu, peneliti tertarik untuk melakukan analisis terhadap puisi anak dalam majalah Bobo. Penelitian ini diberi judul “Analisis Diksi dan Citraan Puisi Anak dalam Majalah Bobo Tahun 2016”. Sebagai bahan rujukan, penulis menggunakan buku-buku yang relevan sebagai panduan, yaitu buku-buku tentang sastra anak, puisi anak, pengkajian puisi, dan sumber bacaan lainnya dari internet, jurnal, hasil penelitian, dan lain-lain yang relevan

Page 4: ANALISIS DIKSI DAN CITRAAN DALAM KUMPULAN PUISI ANAK

Kelasa, Vol. 12, No. 2, Desember 2017: 213—226

216

dengan masalah tentang citraan dalam puisi. Salah satu hasil penelitian yang penulis ambil sebagai bahan rujukan adalah hasil penelitian Iswani Husna tentang “Analisis Citraan Puisi Anak dalam Majalah Bobo”, sumber penelitian ini penulis dapat dari inter-net. 2. Metode Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analitik yang dilakukan dengan cara mendeskripsikan fakta-fakta kemudian disusul dengan analisis (Ratna, 2004: 53). Deskriptif analitik yakni suatu penelitian yang bertujuan untuk memberikan gambaran tentang realitas pada objek yang diteliti secara obyektif. Sumber data dalam penelitian ini adalah majalah Bobo terbitan tahun 2016. Setiap edisi diterbitkan tiga puisi anak. Peneliti mengambil lima edisi sebagai sumber penelitian dan lima belas puisi yang terdapat didalamnya sebagai data penelitian.

Adapun langkah-langkah yang ditempuh dalam penganalisisan data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Membaca keseluruhan puisi yang terdapat dalam majalah Bobo.

2. Mengidentifikasi baris puisi yang mengandung citraan dan mengidentifikasi penggunaan diksi pada puisi anak majalah Bobo

3. Mencatat setiap baris puisi yang mengandung konsep kajian.

4. Menentukan unsur citraan pada baris-baris puisi yang telah diidentifikasi dan menentukan penggunaan diksi pada puisi anak majalah Bobo.

5. Mengklasifikasi diksi dan citraan yang terdapat dalam puisi anak majalah Bobo.

6. Menganalisis diksi dan citraan yang terdapat dalam puisi anak majalah Bobo.

7. Membuat kesimpulan. 3. Hasil dan Pembahasan

Sebagaimana dikemukaan dalam pendahuluan, teks puisi yang diteliti berasal dari Majalah Bobo tahun 2016 yang berjumlah 15 puisi. Unsur puisi yang akan dianalisis adalah penggunaan diksi dan citraan puisi anak dalam Majalah Bobo. Citraan yang akan dikaji dalam penelitian ini meliputi citraan penglihatan, pendengaran, perabaan, penciuman, pengecapan, dan gerak. Adapun judul puisi anak tersebut yakni, Taman Bunga karya Fadilah Rahmayani, Melatiku karya Syarifah Mufidah Wafa, Burung Berbulu Putih karya Najla Desva, Bundaku karya Angela Eva Alvariani, Pelangi karya Regina Hanna Berliana, Tas Baru karya Almira Lintang Nugraheni, Bunga Mawar Merah karya Rayhan Nur Abian, Paru-paru Dunia karya Ayesha Zhafira, Balerina karya Sofyana, Indah Negeri Ini karya Iska Agni Nanda, Matahari karya Luma, Air karya Yasmin, Jam karya Zahra Anita, dan Ibu karya Ummu Salimah. Puisi-puisi tersebut dibuat oleh anak-anak usia Sekolah Dasar, mereka menulis puisi tersebut berdasarkan pengalaman atau apa yang mereka lihat. Pada usia anak-anak Sekolah Dasar, karya sastra yang paling menarik untuk mereka buat adalah puisi, mereka dapat memadukan kata-kata sehingga menimbulkan bunyi yang padu jika kita membacanya. Berikut ini adalah hasil analisis diksi dan citraan puisi anak dalam majalah Bobo:

Page 5: ANALISIS DIKSI DAN CITRAAN DALAM KUMPULAN PUISI ANAK

Analisis Diksi... (Fadhilatun Hayatunnufus)

217

Fadilah Rahmayani Taman Bunga Bila kutatap engkau Hatiku sangat senang Rupamu cantik Warnamu menarik Oh taman bungaku Bersemilah sepanjang waktu Jangan pernah layu Jangan lupa berkembang Oh angin Jangan kau sapu taman bungaku Biarkan ia mekar Menebar harum

Dalam puisi tersebut penyair ingin mengungkapkan perasaannya tentang keindahan sebuah taman bunga. Citraan yang terlihat dalam puisi ‘Taman Bunga” adalah citraan penglihatan, gerak, dan penciuman. Pada kalimat Bila kutatap engkau memberikan kesan kepada pembaca untuk ikut melihat sebuah taman bunga. Citraan gerak dapat tergambar pada baris Oh angin/ Jangan kau sapu taman bungaku. Kesan yang didapat oleh pembaca dalam baris tersebut adalah si pengarang tidak ingin taman bunganya gugur karena tertiup angin kencang. Gambaran tentang bunga-bunga yang menebar harum merupakan unsur citraan penciuman yang terdapat dalam baris terakhir puisi tersebut yang berbunyi Biarkan ia mekar/ menebar harum.

Berkaitan dengan kata (diksi), puisi di atas dibangun oleh kata-kata yang yang bersifat denotatif. Denotasi berarti makna kata atau kelompok kata yang didasarkan atas penunjukan yang lugas (KBBI, 2008: 313). Hal ini terkait dengan penguasaan bahasa pada anak-anak yang memang masih terbatas.

Mereka belum begitu mengerti tentang kata-kata kiasan atau konotasi sehingga mereka lebih banyak menggunakan kata-kata yang sifatnya lugas. Namun, Fadilah sebagai penyair juga mulai belajar menggunakan kata kiasan serta memilih kata yang tepat untuk memperdalam makna puisi. Misalnya, pada bait ketiga puisi tersebut berbunyi oh angin/jangan kau sapu taman bungaku/biarkan ia mekar/menebar harum. Kata sapu pada penggalan puisi tersebut bermaksud untuk memberi makna kias atau konotatif. Penyair menyatakan seolah-olah melarang angin agar tidak membersihkan taman bunga milik penyair. Puisi anak karya Syarifah Mufidah berikut ini juga bercerita tentang indahnya sebuah bunga, penyair ingin sekali merawatnya agar selalu cantik dan harum. Syarifah Mufidah Wafa Melatiku Melatiku Setiap hari kau kusiram pagi dan sore Supaya kau selalu sehat Dan aku ingin kau merekah indah Melatiku Aku menyayangi dan merawatmu selalu Supaya kau tidak layu Walau kupu-kupu menghisap madumu Walau ulat memakan daunmu Kau tetap cantik dan harum

Citraan yang terdapat dalam puisi “Melatiku” sangat mendukung arti atau kesan yang ingin disampaikan oleh penyair kepada pembacanya. Puisi tersebut memiliki citraan gerak, pengecapan dan penciuman. Citraan gerak terlihat pada bait pertama puisi yang berbunyi /Setiap hari kau ku

Page 6: ANALISIS DIKSI DAN CITRAAN DALAM KUMPULAN PUISI ANAK

Kelasa, Vol. 12, No. 2, Desember 2017: 213—226

218

siram pagi dan sore. Pembaca dapat membayangkan bahwa setiap sore penyair bergerak untuk menyiram bunganya. Citraan pengecapan terlihat jelas pada kata menghisap dan memakan pada bait terakhir puisi yang berbunyi /walau kupu-kupu menghisap madumu/ walau ulat memakan daunmu. Citraan penciuman telihat pada baris puisi yang berbunyi /Kau tetap cantik dan harum. Puisi di atas menggunakan kata sehat untuk menggambarkan keinginan penyair agar bunga melati miliknya tetap mekar dan harum. Pemilihan kata yang tampak pada puisi tersebut menggunakan kata-kata yang lugas dan mudah dimengerti oleh pembaca. Puisi berikutnya adalah puisi karya Rayhan Nur Abian, puisi ini juga bercerita tentang bunga. Rayhan Nur Abian Bunga Mawar Merah Bunga mawar kau ditanam Setiap hari kusiram Agar subur dan berbunga Bungamu silih berganti Menghiasi tamanku Bunga mawar kau indah Warnamu merah merekah Walau kau berduri tajam tapi kau harum sepanjang hari

Puisi karangan Rayhan Nur Abian ini mengisahkan tentang keindahan bunga mawar merah yang selalu dirawatnya. Untuk memberikan kesan pada puisi yang ditulisnya, penyair menggunakan citraan penglihatan dan penciuman. Citraan penglihatan digunakan agar pembaca seolah-olah ikut melihat keindahan bunga mawar. Hal ini tampak pada bait

puisi yang berbunyi Bungamu silih berganti/ menghiasi tamanku/ bunga mawar kau indah. Kata-kata tersebut digunakan penyair untuk menggambarkan seolah-olah pembaca melihat indahnya bunga mawah merah. Melalui kata harum dapat dirasakan bahwa citraan penciuman muncul pada puisi tersebut. Kata harum berarti wangi (baunya) (KBBI, 2008: 486). Kata harum dipilih penyair untuk menggambarkan bau bunga mawar merah. Hal ini terdapat dalam baris puisi yang berbunyi walau kau berduri tajam/ tapi kau harum sepanjang hari, dengan adanya citraan penciuman, penyair mengajak seolah-olah pembaca ikut mencium harum bunga mawar merah. Secara keseluruhan, pemilihan kata-kata yang tampak pada puisi tersebut adalah ka-ta-kata yang lugas dan mudah dimengerti oleh pembaca. Pemilihan kata yang lugas dan mudah dimengerti oleh pembaca juga tampak pada puisi karya Ayesha yang berjudul “Paru-paru Dunia” berikut ini. Ayesha Zhafira Maulana Paru-Paru Dunia Batangmu tinggi menjulang Kayumu bisa dijadikan perabot rumah tangga Meja, kursi, kusen, dan semuanya berasal darimu Daunmu bisa menyaring udara Terbayang jika dirimu tiada Wahai pohon Sekarang banyak penebangan liar Dan pembakaran hutan Pohon Kaulah paru-paru dunia Sebab jika dirimu tiada Kami mungkin tak bisa bernafas dengan nyaman

Page 7: ANALISIS DIKSI DAN CITRAAN DALAM KUMPULAN PUISI ANAK

Analisis Diksi... (Fadhilatun Hayatunnufus)

219

Puisi “Paru-paru Dunia” karya Ayesha, mengisahkan tentang manfaat sebuah pohon dan kerugiannya jika tidak ada pohon. Unsur citraan yang digunakan penyair dalam puisinya ini adalah citraan penglihatan dan gerak. Citraan penglihatan tampak pada tiap baris puisinya yang berbunyi Batangmu tinggi menjulang/ Kayumu bisa dijadikan perabot rumah tangga/ Meja, kursi, kusen, dan semuanya berasal darimu,… Pohon /Kaulah paru-paru dunia. Melalui kata-kata tersebut, pembaca seolah-olah melihat sebuah pohon yang tinggi, kemudian kayunya bisa dijadikan perabot rumah tangga. Pembaca juga seolah-olah melihat kursi, meja dan kusen yang dihasilkan dari sebuah pohon. Kata menyaring pada baris yang berbunyi Daunmu bisa menyaring udara termasuk kelas kata kerja, pros-es melakukan sebuah pekerjaan. Oleh karena itu, kata menyaring dalam baris tersebut termasuk citraan gerak. Penyair menumpahkan perasaannya tentang kegunaan sebuah pohon melalui sebuah puisi dan berhasil menyusun baris-baris puisinya dengan menggunakan kata-kata yang mudah dipahami bagi anak-anak seusianya. Puisi yang berceritan tentang sesuatu yang bermanfaat juga diciptakan oleh Luma’a Khoirunnisa yang berjudul “Matahari”. Luma’a Khoirunnisa Matahari Matahari Sinarmu menyinari di pagi hari Panasmu menghangatkan tubuh ini Kau menerangi bumi Matahari Bersama air kau menciptakan pelangi Kau selalu dikelilingi bumi

Sinarmu dibutuhkan semua makhluk hidup

Luma’a Khoirunnisa dalam puisinya yang berjudul “Matahari” menceritakan tentang matahari yang bersinar cerah menyinari alam ini, semua makhluk hidup membutuhkan matahari. Penyair dalam puisi tersebut menggunakan citraan penglihatan dan perabaan untuk membuat puisinya lebih bermakna. Kata Matahari digunakan penyair untuk menunjukkan seolah pembaca melihat matahari, matahari yang menyinari bumi. Citraan perabaan tampak pada baris puisi yang berbunyi Panasmu menghangatkan tubuh ini. Pembaca puisi “Matahari” seolah merasakan kehangatan dari sinar yang dipancarkan oleh matahari. Secara keseluruhan, pemilihan kata yang digunakan oleh penyair dalam membuat puisinya menggunakan kata yang lugas dan mudah dipahami oleh pembaca. Puisi selanjutnya adalah puisi Cindy Caludya Riani yang berjudul “Rumahku”. Cindy Caludya Riani Rumahku Rumahku Betapa indahnya dirimu Jika hujan turun Engkau melindungiku Jika matahari panas Kau juga melindungiku Terima kasih rumah Engkau yang menyelamatkanku Aku bisa tinggal bersamamu Sampai kapan pun

Penyair dalam puisi tersebut ingin mengungkapkan perasaannya tentang rumahnya yang indah. Gambaran tentang rumahnya pun tampak dalam puisi tersebut melalui

Page 8: ANALISIS DIKSI DAN CITRAAN DALAM KUMPULAN PUISI ANAK

Kelasa, Vol. 12, No. 2, Desember 2017: 213—226

220

kata-kata yang lugas yang digunakan penyair. Citraan yang terdapat dalam puisi “Rumahku” adalah citraan penglihatan, dan perabaan. Citraan penglihatan terdapat pada baris puisi yang berbunyi Rumahku/ betapa indahnya dirimu/ jika hujan turun. Citraan perabaan tergambar pada kalimat Jika hujan turun/ engkau melindungiku/ jika matahari panas/ engkau juga melindungiku. Kata melindungi dipilih penyair untuk menyatakan bahwa rumah sebagai tempat berteduh. Penggunaan kata-kata dalam penggalan puisi tersebut menggambarkan bahwa pembaca ikut merasa dilindungi dari dinginnya udara karena turun hujan dan dari panasnya matahari. Puisi “Rumahku” ini meliputi segala perasaan dan segala pengalaman anak-anak. Setiap kata dibangun untuk menyampaikan pesan puisi yang bersangkutan dengan menggunakan kata yang bermakna lugas/denotatif dan mudah dipahami oleh pembacanya. Puisi selanjutnya adalah puisi karya Yasmin Muthia yang berjudul “Air”. Yasmin Muthia Air Air Kau telah membebaskanku dari kehausan Air Kau membersihkanku dari kotoran Air Bila datang dalam hujan deras Kau bisa jadi banjir Air Kau bisa menjadi sahabat Juga bisa menakutkan

Puisi karya Yasmin Muthia yang berjudul “Air” menceritakan tentang pentingnya air dalam kehidupan. Air memiliki fungsi penting dalam kehidupan ini, tetapi dia juga bisa merugikan apabila air menjadi banjir. Citraan yang digunakan oleh penyair untuk menimbulkan kesan pada puisi yang ditulisnya adalah citraan penglihatan dan pengecapan. Citraan penglihatan tampak jelas pada baris puisi yang berbunyi Air bila datang dalam hujan deras/ kau bisa jadi banjir. Citraan pengecapan tampak jelas pada kata kehausan pada baris puisi yang berbunyi Air kau telah membebaskanku dari kehausan. Kata kehausan digunakan penyair untuk memberikan kesan bahwa pembaca ikut merasakan haus.

Berkaitan dengan kata yang digunakan oleh Yasmin adalah kata yang bermakna denotatif dan konotatif. Kata sahabat pada baris yang berbunyi air/kau bisa menjadi sahabat digunakan untuk menggantikan kata manfaat/bermanfaat. Air itu sangat bermanfaat tetapi bisa juga menakutkan. Kata menakutkan digunakan penyair untuk menggantikan kata banjir. Kata membebaskan pada bait yang berbunyi air/ kau telah membebaskanku/ dari kehausan digunakan penyair untuk menyatakan bahwa rasa hausnya hilang setelah minum air. Puisi anak biasanya bercerita tentang keinginan ataupun hal-hal yang ditemui atau dialami oleh penyairnya, begitu pula puisi “Burung Berbulu Putih” karya Najla Desvaa berikut ini”. Najla Desvaa Burung Berbulu Putih Bertengger di atas pohon

Page 9: ANALISIS DIKSI DAN CITRAAN DALAM KUMPULAN PUISI ANAK

Analisis Diksi... (Fadhilatun Hayatunnufus)

221

Bulu putih berparuh dan berkaki merah Tatapan matanya begitu menggemaskan Membuatku ingin menatapnya Sayangnya, Itu hanya angan-angan Kau hanyalah lukisan Yang ada dihadapanku Tertipu semua orang melihatmu Dan mulai berangan Bahwa kau benar-benar ada Tepat dihadapan mereka

Puisi di atas bercerita tentang penyair yang ingin mengungkapkan apa yang di rasakan dan dilihatnya. Penyair melihat lukisan burung berbulu putih, kemudian ia membuat puisi. Penyair menggunakan kata menatap (tatapan) untuk memunculkan sebuah citraan. Melalui kata menatap (tatapan) dapat dirasakan bahwa citraan yang terdapat dalam puisi tersebut adalah citraan penglihatan. Pembaca seolah-olah ikut melihat apa yang dilihat oleh pengarang. Hal tersebut tampak pada bait-bait puisi “Burung Berbulu Putih”. Bait pertama sampai terakhir pada puisi tersebut hanya terdapat citraan penglihatan. Hal tersebut disebabkan oleh penguasaan kosakata pada anak-anak yang memang masih terbatas. Mereka belum begitu mengerti tentang kata-kata kiasan atau konotasi sehingga mereka lebih banyak menggunakan kata-kata yang sifatnya lugas. Seperti puisi di atas yang bahasanya menggunakan kata-kata lugas yang mudah dipahami oleh pembacanya. Puisi selanjutnya adalah puisi “Pelangi” karya Regina yang terdiri dari dua bait.

Regina Hanna Berliana Pelangi Pelangi ada di langit Indah sekali Pelangi warna-warni Sesudah hujan pelangi muncul Pelanginya indah sekali Banyak warnanya Tuhan menciptakan pelangi Terima kasih Tuhan

Dalam puisi tersebut pengarang ingin menyampaikan tentang keindahan pelangi ciptaan Tuhan. Hanya terdapat citraan penglihatan dalam puisi tersebut. Bait pertama dan kedua puisi “Pelangi” tampak jelas digambarkan dengan menggunakan citraan penglihatan, seperti pada baris puisi yang berbunyi Pelangi ada di langit/ indah sekali/ pelangi warna warni/ sesudah hujan pelangi muncul. Citraan penglihatan adalah citraan yang memberikan rangsangan kepada indera penglihatan, sehingga sering hal-hal yang tak terlihat jadi seolah-olah terlihat. Dari baris puisi tersebut, pembaca seolah-olah melihat pelangi yang berwarna-warni muncul setelah hujan. Penyair menggunakan kata-kata yang memiliki makna denotatif. Denotasi berarti makna kata atau kelompok kata yang didasarkan atas penunjukan yang lugas (KBBI, 2008: 313). Angela Eva Alvariani Bundaku Kau adalah wanita mulia Orang yang pantang menyerah Kau telah melahirkan kami Bertaruh nyawa untuk kami Kau selalu bercahaya di mata kami

Page 10: ANALISIS DIKSI DAN CITRAAN DALAM KUMPULAN PUISI ANAK

Kelasa, Vol. 12, No. 2, Desember 2017: 213—226

222

Seperti bintang di malam hari Seperti matahari di pagi hari Seperti pelangi warna-warni Kau begitu mulia Surga pun ada di bawah kakimu Terima kasih bunda

Dalam puisi “Bundaku” penyair bermaksud untuk menyampaikan perasaannya kepada orang tua yang telah melahirkan dan merawatnya. Unsur citraan yang didapat oleh pembaca adalah citraan penglihatan. Kata bercahaya dipilih penyair untuk memberikan gambaran tentang kebahagian yang penyair peroleh apabila melihat tokoh bunda dalam puisi tersebut. Pembaca juga dipancing untuk memberi rangsangan kepada indera penglihatannya untuk membayangkan tokoh bunda yang seolah-olah dapat dilihat Hal tersebut tampak pada baris puisi yang berbunyi Kau selalu bercahaya di mata kami/ Seperti bintang di malam hari/ Seperti matahari di pagi hari/ Seperti pelangi warna-warni. Melalui kata pantang menyerah penyair ingin menyampaikan bahwa seorang ibu dapat melakukan apa saja untuk anak-anaknya. Kata-kata pada bait ke dua berbunyi Kau begitu mulia/ Surga pun ada di bawah kakimu/ Terima kasih bunda. Kata-kata tersebut dipilih penyair untuk mengungkapkan bahwa ibu adalah seorang yang sangat berjasa dan kita harus berterima kasih pada ibu dan menghormatinya karena surga ada di bawah kaki ibu. Penguasaan kosakata pada anak masih terbatas, sehingga dalam membuat sebuah puisi anak banyak menggunakan makna denotasi daripada konotasi. Namun demikian, Angela sebagai penyair pemula sudah berhasil membangun kata-kata menjadi sebuah puisi yang indah dan

dapat dipahami oleh pembacanya. Puisi yang berisi ungkapan penyair tentang sosok seorang ibu ditulis juga oleh Ummu Salimah dengan judul “Ibu”. Ummu Salimah Ibu Ibu Terima kasih Engkau telah melahirkan dan mendidik aku Dan mengasuh aku dari kecil hingga besar Aku takkan bisa membalas jasamu yang sangat besar engkau begitu mulia dan berarti di dunia ini tanpamu ibu, aku tak ada di dunia ini jasamu sungguh sangat berarti dan tak tergantikan terima kasih ibu

Citraan yang terdapat dalam puisi “Ibu” karya Ummu Salimah adalah citraan penglihatan. Dalam puisi tersebut, pengarang ingin menyampaikan rasa terima kasih kepada ibunya yang telah melahirkannya ke dunia ini. Citraan penglihatan digunakan oleh penyair agar pembaca seolah-olah membayangkan sosok seorang ibu yang sangat berarti. Hal tersebut tampak dalam bait /tanpamu ibu/ aku tak ada di dunia ini/ jasamu/ sungguh sangat berarti/dan tak tergantikan/terima kasih ibu. Pemakaian kata-kata bersifat denotatif digunakan oleh penyair dalam menyusun puisinya. Hal ini tampak jelas pada setiap baris puisi yang ditulisnya. Pembaca yang sebagian besar adalah anak-anak dapat memahami isi puisi tersebut.

Page 11: ANALISIS DIKSI DAN CITRAAN DALAM KUMPULAN PUISI ANAK

Analisis Diksi... (Fadhilatun Hayatunnufus)

223

Puisi yang bercerita tentang hal yang dialami si penyair diungkapkan oleh Almira L.N. dalam puisi “Tas Baru” berikut ini. Almira Lintang Nugraheni Tas Baru Senangnya hatiku Di hari Minggu Ayah membelikan tas baru Tas roda warna biru Gambar frozen kesukaanku Sekarang aku tidak berat lagi Membawa buku sesuka hati Aku akan rawat tas ini Terima kasih ayah

Puisi di atas bercerita tentang perasaan senang penyair karena dibelikan tas yang ia sukai. Citraan yang terdapat dalam puisi tersebut adalah citraan penglihatan. Citraan penglihatan digunakan oleh penyair untuk memberikan kesan pada puisi yang ditulisnya kemudian dapat dibayangkan oleh pembaca. Hal tersebut tampak pada bait pertama yang berbunyi Ayah membelikan tas baru/ tas roda warna biru/ gambar frozen kesukaanku. Kalimat tersebut membuat pembaca berandai-andai ikut melihat sebuah tas baru bergambar frozen.

Pemilihan kata sesuka hati dalam baris yang berbunyi membawa buku sesuka hati memiliki makna bahwa si penyair ingin melakukan sesuatu sekehendak maunya atau semau-maunya dia. Secara keseluruhan, penggunaan kata-kata dalam puisi tersebut menggunakan ka-ta-kata yang lugas dan mudah dipahami oleh pembacanya. Selain puisi “Tas Baru”, puisi “Balerina” karya

Sofyana juga menggunakan kata-kata yang lugas. Sofyana Il-Liyin Balerina Berputar mengitari panggung Bagai burung merak Meliukkan tubuh dengan indah Bagai sang lumba-lumba beraksi Meloncat ke sana ke mari Bergerak dengan serasi Dengan senyum tetap tersungging Membuat betah penonton Oh balerina-balerina sejati Menari balet dengan lincah Pasti sangat tekun berlatih Mengasah diri menjadi terampil

Penyair puisi “Balerina” berusaha menyampaikan sosok balerina yang menari dengan lincah. Penyair menggunakan citraan gerak dan penglihatan untuk memberikan kesan pada puisi yang ia buat. Citraan penglihatan digunakan oleh pengarang untuk memberikan kesan seolah-olah pembaca ikut menyaksikan pertunjukan balerina, hal ini tampak pada bait ketiga puisi tersebut yang berbunyi Oh balerina-balerina sejati/ Menari balet dengan lincah/ Pasti sangat tekun berlatih/ Mengasah diri menjadi terampil/. Citraan gerak pada puisi “Balerina” tampak pada baris puisi yang berbunyi Berputar mengitari panggung/ Meliukkan tubuh dengan indah. Pada bait kedua, baris pertama dan kedua yang berbunyi Meloncat ke sana ke mari/ bergerak dengan serasi merupakan citraan gerak yang terdapat dalam puisi tersebut.

Penyair pandai menyusun kata-kata dengan indah. Dalam puisinya, penyair berbicara mengenai suatu

Page 12: ANALISIS DIKSI DAN CITRAAN DALAM KUMPULAN PUISI ANAK

Kelasa, Vol. 12, No. 2, Desember 2017: 213—226

224

objek atau ide yang seolah-olah merupakan objek atau ide yang lain. Hal tersebut tampak pada bait pertama yang berbunyi Berputar mengitari panggung/ bagai burung merak/ meliukkan tubuh dengan indah/ bagai sang lumba-lumba beraksi. Kata bagai digunakan penyair untuk membuat perumpamaan antara si ballerina dengan seekor burung dan lumba-lumba. Iska Agui Nanda Nur Awaliah Indah Negeri Ini Kicauan burung terdengar merdu Menandakan adanya hari baru Indahnya negeri ini Membuatku terpaku Kupejamkan mataku sejenak Kurentangkan tanganku sejenak Sejuk, tenang, senang, kurasakan Keindahan alam terasa sempurna Membuat semua orang terpana Tetapi, kita harus menjaganya Agar keindahannya Takkan pernah sirna

Dalam puisi “Indah Negeri Ini” penyair ingin menyampaikan kepada pembaca bahwa negeri tempat tinggalnya adalah tempat yang indah, setiap hari ia mendengarkan kincauan burung, udara terasa sejuk dan tenang, dan penyairpun berharap keindahan negeri tidak akan sirna. Citraan pendengaran tampak pada puisi tersebut. Hal ini terlihat pada baris yang berbunyi Kicauan burung terdengar merd dengan citraan pendengaran tersebut, penyair mengajak pembaca seolah-olah mendengarkan suara burung berkicau. Citraan perabaan yang terdapat dalam puisi “Indah Negeri Ini” terlihat pada bait kedua puisi yang berbunyi

Kupejamkan mataku sejenak/ Kurentangkan tanganku sejenak/ Sejuk, tenang, senang, kurasakan. Pada kalimat tersebut kata sejuk dipilih penyair untuk menyatakan rasa yang nyaman yang penyair rasakan ketika menikmati indahnya negeri ini. Kata tenang digunakan penyair untuk menyatakan kedamaian di negeri ini dan kata senang dipilih untuk mengungkapkan kebahagian si penyair. Pada baris puisi yang berbunyi Keindahan alam terasa sempurna/ Membuat semua orang terpana termasuk dalam citraan penglihatan. Pengarang menggunakan kata terpana untuk memberikan kesan seolah-olah pembaca juga melihat keindahan negeri ini. Pemanfaatan citraan-citraan tersebut dapat mendukung pengungkapan perasaan dan makna dalam puisi yang ingin disampaikan oleh pengarang. Zahra Anita Jam Beraneka rupanya Ada bundar, kotak, Jajaran genjang dan segitiga Beraneka tempatnya Di dinding dan di tangan Semua ada, semua bisa Menunjukkan waktu Sesuai tugasnya

Penyair puisi “Jam” ingin menceritakan pada pembaca bahwa jam ada beraneka ragam. Citraan yang digunakan penyair untuk memberikan kesan pada puisi yang ditulisnya adalah citraan penglihatan. Citraan penglihatan tampak pada baris puisi yang berbunyi Beraneka rupanya/ ada bundar, kotak/ jajaran genjang dan

Page 13: ANALISIS DIKSI DAN CITRAAN DALAM KUMPULAN PUISI ANAK

Analisis Diksi... (Fadhilatun Hayatunnufus)

225

segitiga. Zahra Anita hanya menggunakan citraan penglihatan dalam puisinya.

4. Simpulan

Penyair puisi menggunakan citraan untuk membangun gambaran angan atau pikiran pembacanya. Gambaran-gambaran tersebut membuat pembaca dapat membayangkan atau merasakan hal yang diungkapkan pengarang dalam puisi anak tersebut. Citraan dapat merangsang dan mengasah daya imajinasi anak. Imajinasi tersebut kemudian dapat membuat anak lebih kreatif dalam berkarya.

Berdasarkan analisis citraan terhadap puisi anak dalam majalah Bobo yang dijadikan data penelitian, peneliti memperoleh penglihatan adalah citraan yang paling dominan digunakan oleh anak dalam membuat puisi yang ada pada majalah Bobo. Citraan yang muncul berikutnya adalah citraan gerak, kemudian citraan penciuman, citraan pencecapan, dan citraan perabaan.

Penggunaan citraan-citraan pada puisi anak dalam majalah Bobo ini sangatlah bermanfaat untuk memberikan makna dan kesan pada isi puisi yang dibuat oleh anak-anak dalam majalah Bobo tersebut. Pengalaman seseorang dapat digambarkan melalui kata-kata. Kata-kata tersebut kemudian dimanfaatkan dalam pembentukan karya sastra. Dalam hal ini, pengarang harus memperhatikan diksi (pemilihan kata). Kata harus dipilih dengan setepat-tepatnya agar pengalaman seseorang dapat terungkap. Pemilihan kata dalam puisi anak ini menggunakan kata-kata yang lugas (denotatif) dan mudah dimengerti oleh pembacanya serta hanya ada beberapa puisi yang

menggunakan kata-kata bermakna konotatif dalam majalah Bobo. Daftar Acuan Husna, Iswani. 2017. Analisis Citraan Puisi

Anak Majalah Bobo: Fakultas FKIP Universitas. Etd. Unsiyah.ac.id. 28 Juli 2017.

Nurgiantoro, Burhan. 2005. Sastra Anak. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Pradopo, Rachmat Djoko. 2010. Pengkajian Puisi. Yogyakarta: Gadjah Mada Uni-versity Press.

Ratna, Nyoman Kutha. 2004. Teori, Metode, dan Teknik Penelitian Sastra.Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Sarumpaet. Riris K. Toha. 2010. Pedoman Penelitian Sastra Anak. Jakarta: Pusat Bahasa Kementerian Pendidikan Nasional.

Tarigan, Henry Guntur. 2011. Dasar-dasar Psikosastra. Bandung: Angkasa. Tim Penyusun Kamus. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Waluyo, Herman J. 1991. Teori dan Apresiasi Puisi. Jakarta: Erlangga.

Winarni, Retno. 2014. Kajian Sastra Anak Edisi 2. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Page 14: ANALISIS DIKSI DAN CITRAAN DALAM KUMPULAN PUISI ANAK

Kelasa, Vol. 12, No. 2, Desember 2017: 213—226

226