12
105 ANALISIS DETERMINAN KEMATIAN MATERNAL PADA MASA NIFAS DI KABUPATEN SIDOARJO TAHUN 2012 Analysis Determinants of Postpartum Maternal Mortality at Sidoarjo Regency in 2012 Puspita Rahmawati 1 , Santi Martini 2 , Chatarina Umbul Wahyuni 3 1 FKM Universitas Airlangga, [email protected] 2 Departemen Epidemiologi FKM Universitas Airlangga, [email protected] 3 Departemen Epidemiologi FKM Universitas Airlangga, [email protected] Alamat Korespondensi: Departemen Epidemiologi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga Surabaya, Jawa Timur, Indonesia ABSTRAK Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia cukup tinggi, yaitu 359 per 100.000 kelahiran hidup. AKI merupakan indikator kesehatan ibu, terutama risiko kematian bagi ibu saat hamil dan melahirkan. Sebagian besar kematian maternal terjadi pada dua hari pertama setelah melahirkan dan pelayanan pasca persalinan diperlukan untuk menangani komplikasi setelah persalinan. Kabupaten Sidoarjo memiliki kasus kematian maternal pada masa nifas masih tinggi, sehingga diperlukan studi untuk mengetahui determinan yang mempengaruhi kematian maternal pada masa nifas di Kabupaten Sidoarjo. Penelitian bertujuan untuk menganalisis determinan yang berpengaruh terhadap kematian maternal pada masa nifas. Penelitian ini merupakan penelitian observasional dengan studi kasus kontrol. Jumlah sampel 21 kasus dan 42 kontrol. Analisis data dilakukan secara univariat, bivariat dengan chi square test, dan multivariat dengan regresi logistik ganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa determinan yang mempengaruhi kematian maternal pada masa nifas berdasarkan analisis multivariat adalah pre-eklamsia/eklamsia (OR = 20,98; 95%CI=2,250 323,416; p = 0,008) dan komplikasi persalinan (OR = 5,47; 95%CI=1,356 22,022; p = 0,017). Probabilitas ibu untuk mengalami kematian maternal pada masa nifas dengan memiliki faktor risiko tersebut di atas adalah 92,9%. Penelitian ini merekomendasikan perlunya pengenalan dini tanda tanda komplikasi dalam kehamilan, persalinan, dan nifas, terutama tanda bahaya pre-eklamsia/eklamsia, persiapan rujukan, dan perencanaan kehamilan. Kata Kunci : kematian maternal pada masa nifas, determinan, pre-eklamsia/eklamsia, komplikasi persalinan. ABSTRACT The Maternal Mortality Ratio (MMR) in Indonesia remains high, i.e approximately 359 per 100.000 life birth (IDHS 2012). MMR is an indicator of mother’s health, especially the risk of being death for a mother while pregnant and delivery. Mostly the majority of MMR is occurring in the first two days after delivery and care after giving birth services required to manage complication. Sidoarjo regency has high postpartum maternal mortality case, so it is necessary to study determinants influencing postpartum maternal mortality in that regency. This research aimed to analyze the determinants that influence postpartum maternal mortality. This research was an observational research using case control study. Number of samples was 21 cases and 43 controls. Data were analyzed by univariate analysis, bivariate analysis with chi-square test, and multivariate analysis with multiple logistic regressions. The result showed that the determinants which influence postpartum maternal mortality according to multivariate analysis were pre-eclampsia / eclampsia (OR = 20,98; 95%CI : 2,250 323,416; p = 0,008) and delivery complication (OR = 5,47; 95%CI=1,356 22,022; p = 0,017). Probability of mother to have risk of postpartum maternal mortality with all those risk factors above was 92,9%. This research recommended are need to detect early sign of pregnancy, delivery, and post delivery complication, especially danger sign of pre-eclampsia/eclampsia, referral preparation, and pregnancy planning. Keywords: postpartum maternal mortality, determinants, pre-eclampsia/eclampsia, delivery complication

ANALISIS DETERMINAN KEMATIAN MATERNAL PADA MASA …

  • Upload
    others

  • View
    21

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: ANALISIS DETERMINAN KEMATIAN MATERNAL PADA MASA …

105

ANALISIS DETERMINAN KEMATIAN MATERNAL PADA MASA NIFAS DI

KABUPATEN SIDOARJO TAHUN 2012

Analysis Determinants of Postpartum Maternal Mortality at Sidoarjo Regency in 2012

Puspita Rahmawati1, Santi Martini

2, Chatarina Umbul Wahyuni

3

1FKM Universitas Airlangga, [email protected]

2Departemen Epidemiologi FKM Universitas Airlangga, [email protected]

3Departemen Epidemiologi FKM Universitas Airlangga, [email protected]

Alamat Korespondensi: Departemen Epidemiologi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga Surabaya, Jawa Timur, Indonesia

ABSTRAK Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia cukup tinggi, yaitu 359 per 100.000 kelahiran hidup. AKI merupakan

indikator kesehatan ibu, terutama risiko kematian bagi ibu saat hamil dan melahirkan. Sebagian besar

kematian maternal terjadi pada dua hari pertama setelah melahirkan dan pelayanan pasca persalinan

diperlukan untuk menangani komplikasi setelah persalinan. Kabupaten Sidoarjo memiliki kasus kematian

maternal pada masa nifas masih tinggi, sehingga diperlukan studi untuk mengetahui determinan yang

mempengaruhi kematian maternal pada masa nifas di Kabupaten Sidoarjo. Penelitian bertujuan untuk

menganalisis determinan yang berpengaruh terhadap kematian maternal pada masa nifas. Penelitian ini

merupakan penelitian observasional dengan studi kasus kontrol. Jumlah sampel 21 kasus dan 42 kontrol.

Analisis data dilakukan secara univariat, bivariat dengan chi square test, dan multivariat dengan regresi

logistik ganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa determinan yang mempengaruhi kematian maternal pada

masa nifas berdasarkan analisis multivariat adalah pre-eklamsia/eklamsia (OR = 20,98; 95%CI=2,250 –

323,416; p = 0,008) dan komplikasi persalinan (OR = 5,47; 95%CI=1,356 – 22,022; p = 0,017). Probabilitas

ibu untuk mengalami kematian maternal pada masa nifas dengan memiliki faktor risiko tersebut di atas adalah

92,9%. Penelitian ini merekomendasikan perlunya pengenalan dini tanda – tanda komplikasi dalam

kehamilan, persalinan, dan nifas, terutama tanda bahaya pre-eklamsia/eklamsia, persiapan rujukan, dan

perencanaan kehamilan.

Kata Kunci : kematian maternal pada masa nifas, determinan, pre-eklamsia/eklamsia, komplikasi persalinan.

ABSTRACT The Maternal Mortality Ratio (MMR) in Indonesia remains high, i.e approximately 359 per 100.000 life birth

(IDHS 2012). MMR is an indicator of mother’s health, especially the risk of being death for a mother while

pregnant and delivery. Mostly the majority of MMR is occurring in the first two days after delivery and care

after giving birth services required to manage complication. Sidoarjo regency has high postpartum maternal

mortality case, so it is necessary to study determinants influencing postpartum maternal mortality in that

regency. This research aimed to analyze the determinants that influence postpartum maternal mortality. This

research was an observational research using case control study. Number of samples was 21 cases and 43

controls. Data were analyzed by univariate analysis, bivariate analysis with chi-square test, and multivariate

analysis with multiple logistic regressions. The result showed that the determinants which influence

postpartum maternal mortality according to multivariate analysis were pre-eclampsia / eclampsia (OR =

20,98; 95%CI : 2,250 – 323,416; p = 0,008) and delivery complication (OR = 5,47; 95%CI=1,356 – 22,022;

p = 0,017). Probability of mother to have risk of postpartum maternal mortality with all those risk factors

above was 92,9%. This research recommended are need to detect early sign of pregnancy, delivery, and post

delivery complication, especially danger sign of pre-eclampsia/eclampsia, referral preparation, and

pregnancy planning.

Keywords: postpartum maternal mortality, determinants, pre-eclampsia/eclampsia, delivery complication

Page 2: ANALISIS DETERMINAN KEMATIAN MATERNAL PADA MASA …

106 Jurnal Berkala Epidemiologi, Volume 2 Nomor 1, Januari 2014, hlm. 105-117

PENDAHULUANAngka kematian ibu dan angka kematian bayi

merupakan ukuran bagi kemajuan kesehatan suatunegara, khususnya yang berkaitan dengan masalahkesehatan ibu dan anak. Angka kematian ibumerupakan indikator yang mencerminkan statuskesehatan ibu, terutama risiko kematian bagi ibupada waktu hamil dan melahirkan (Saifudin, dkk,2005).

Berdasarkan hasil estimasi kematian ibu dariWHO (2010), setiap tahun diperkirakan 287.000wanita di dunia meninggal sebagai akibatkomplikasi yang timbul dari kehamilan danpersalinan, sehingga diperkirakan terdapat angkakematian ibu sebesar 210 per 100.000 kelahiranhidup (KH). Hal ini memiliki arti bahwa satuorang wanita di belahan dunia akan meninggalsetiap menitnya. Kematian ibu 99% terjadi dinegara berkembang dan sebenarnya sebagian besarkematian ini dapat dicegah. Angka kematian ibu dinegara – negara maju berkisar antara 16 per100.000 KH, sedangkan di negara – negaraberkembang angka ini hampir 15 kali lebih tinggiyaitu berkisar antara 240 per 100.000 KH (WHO,2012).

Wilayah Asia Tenggara menunjukkanperbedaan penurunan angka kematian ibu dibeberapa negara. India, Bangladesh, Indonesia,Nepal dan Myanmar berkontribusi hampir 98%kematian maternal di wilayah ini. Angka kematianmaternal di Timor-Leste dan Myanmar masihtinggi yaitu 380 per 100.000 kelahiran hidup,sedangkan Maldives mengalami penurunan angkakematian maternal yang cukup berarti dalambeberapa tahun kebelakang, serta Maldivesmenunjukkan performa terbaik dalam wilayahAsia Tenggara (Sharma, 2012).

Indonesia sebagai negara berkembang, masihmemiliki angka kematian ibu yang cukup tinggi.Hasil data BPS (2003, 2008, dan 2013) dalamSurvei Demografi dan Kesehatan Indonesia(SDKI), menunjukkan bahwa pada tahun2002/2003 angka kematian ibu menjadi sebesar307 per 100.000 KH, SDKI tahun 2007 angkakematian ibu menurun menjadi 228 per100.000KH, dan meningkat kembali berdasarkanSDKI 2012 menjadi 359 per 100.000 KH. Hal inimenunjukkan bahwa angka kematian ibu diIndonesia cenderung stagnan.

Hampir dua pertiga kematian ibu disebabkanoleh penyebab langsung yaitu perdarahan (25%),infeksi atau sepsis (15%), eklamsia (12%), abortusyang tidak aman (13%), partus macet (8%), danpenyebab langsung lain seperti kehamilan ektopik,embolisme, dan hal – hal yang berkaitan dengan

masalah anestesi (8%). Sedangkan sepertigalainnya disebabkan oleh penyebab tidak langsungyaitu keadaan yang disebabkan oleh penyakit ataukomplikasi lain yang sudah ada sebelumkehamilan atau persalinan dan memberat denganadanya kehamilan atau persalinan, sepertiterdapatnya penyakit jantung, hipertensi, diabetes,hepatitis, anemia, malaria atau AIDS (19%) (WHOdan UNICEF, 2007).

Kondisi kesehatan ibu di Jawa Timur dapatdikatakan baik karena angka kematian ibu beradadibawah angka kematian ibu secara nasional, yaitumasing – masing 97,43 per 100.000 kelahiranhidup di Jawa Timur dan 359 per 100.000kelahiran hidup di Indonesia (Dinkes Jatim, 2013).Angka kematian ibu di Provinsi Jawa Timurmenurut hasil Laporan Kematian Ibu (LKI)Kabupaten/Kota se-Jawa Timur, tahun 2006menunjukkan angka sebesar 72 per 100.000 KH,sedangkan pada tahun 2012 sebesar 97,43 per100.000 KH, maka hal ini menunjukkan adanyakecenderungan peningkatan angka kematian ibu.Jumlah kematian ibu pada tahun 2011 adalah 627kasus, dengan masa kematian terbesar pada masanifas (48,17%), diikuti masa hamil dan masapersalinan masing – masing 22,49% dan 29,35%.Pada tahun 2012 jumlah kematian ibu sebanyak582 kasus, dan masa kematian terbesar masih tetapyaitu pada masa nifas (54,81%), diikuti masapersalinan (25,43%) dan masa hamil (19,76%)(Dinkesprov Jatim, 2013).

Berdasarkan data profil kesehatan ProvinsiJawa Timur tahun 2012, menunjukkan bahwaKabupaten Sidoarjo memiliki jumlah kasuskematian maternal yang cukup tinggi. Pada tahun2008 jumlah kematian maternal di KabupatenSidoarjo sejumlah 33 kasus, dengan masakematian maternal terbanyak pada masa nifas yaitu24 kasus. Tahun 2009 sampai dengan 2011 jumlahkasus kematian maternal terus menurun, namunpada tahun 2012 jumlah kasus kematian maternalkembali naik yaitu menjadi 29 kasus, dengan masakematian terbanyak pada saat nifas yaitu 21 kasus(Dinkesprov Jatim, 2013).

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisisdeterminan yang berpengaruh terhadap kematianmaternal pada masa nifas di Kabupaten Sidoarjo.

METODEJenis penelitian ini merupakan penelitian

observasional, dengan rancangan studi kasuskontrol (case control) yaitu mempelajari hubunganantara paparan (faktor penelitian) dan hipertensi,dengan cara membandingkan kelompok kasus dankontrol berdasarkan status paparannya.

Page 3: ANALISIS DETERMINAN KEMATIAN MATERNAL PADA MASA …

Puspita Rahmawati dkk., Analisis Determinan Kematian... 107

Populasi penelitian terdiri dari populasi kasusdan populasi kontrol. Populasi kasus adalah semuaibu yang mengalami kematian maternal diKabupaten Sidoarjo selama tahun 2012. Populasikontrol adalah semua ibu pasca persalinan yangtidak mengalami kematian maternal di KabupatenSidoarjo selama tahun 2012.

Sampel penelitian ini adalah diambil sebagiandari populasi kasus dan kontrol. Sampel kasusadalah seluruh data kematian ibu yang mengalamikematian maternal pada masa nifas selama tahun2012 di wilayah kerja Dinas Kesehatan KabupatenSidoarjo, serta memenuhi kriteria inklusi kasus.Sampel kontrol ibu pasca persalinan yang tidakmengalami kematian maternal pada tahun 2012 diwilayah kerja Dinas kesehatan KabupatenSidoarjo, serta memenuhi kriteria inklusi daneksklusi kontrol. Besar sampel yang diperolehyaitu 21 kasus dan 42 kontrol.

Variabel pada penelitian ini adalah antenatalcare (kualitas dan frekuensi antenatal care), carapersalinan, komplikasi persalinan, perawatan masanifas (perawatan masa nifas, frekuensi kunjunganmasa nifas, dan rujukan), perdarahan, pre-eklamsia/eklamsia, dan infeksi, tiga terlambat danempat terlalu, karakteristik ibu (umur, pendidikan,paritas, jarak kehamilan, dan pendapatankeluarga), dan kematian maternal pada masa nifas.

Pengumpulan data sampel kasus kematianmaternal pada masa nifas diperoleh dari datakematian maternal di Dinas Kesehatan KabupatenSidoarjo, sedangkan data sampel kontrol daripuskesmas yang di wilayah kerjanya terdapatkasus kematian maternal pada masa nifas. Dataprimer diperoleh melalui wawancara dengankuesioner, sedangkan data sekunder dari dokumenriwayat kesehatan ibu seperti register kohort ibuhamil, buku KIA, catatan medik persalinan, dancatatan kematian maternal. Setelah pengumpulandata dilakukan editing, coding, data entry,cleaning dan kemudian di analisis.

Analisis univariat dilakukan untukmenggambarkan karakteristik masing – masing

variabel yang diteliti. Analisis bivariat digunakanuntuk mengetahui adanya hubungan antaravariabel bebas dengan variabel terikat secarasendiri – sendiri, uji statistik yang digunakan yaituuji chi-square, kemudian melihat besar risikodengan menghitung odds ratio (OR) dan 95%confident interval (CI). Analisis multivariatdigunakan untuk mengetahui pengaruh paparansecara bersama – sama dari beberapa faktor yangberhubungan dengan kematian maternal pada masanifas. Uji yang digunakan adalah regresi logistik.Apabila masing – masing variabel bebasmenunjukkan nilai p < 0,25, maka variabeltersebut dapat dilanjutkan ke dalam modelmultivariat. Analisis multivariat dilakukan untukmendapatkan model yang terbaik. Seluruh variabelkandidat dimasukkan bersama – sama untukdipertimbangkan menjadi model dengan hasil nilaip < 0,05. Variabel yang terpilih dimasukkan kedalam model dan nilai p yang tidak signifikandikeluarkan dari model, berurutan dari nilai ptertinggi.

HASILAnalisis Univariat

Responden dalam penelitian ini dikategorikanmenjadi 3 kelompok umur, yaitu umur <20 tahun,20 – 35 tahun, dan >35 tahun. Distribusi respondenberdasarkan umur tersaji pada Tabel.1. Sebagianbesar responden pada kelompok kasus adalahumur 20 – 35 tahun (76,2%), demikian juga padakelompok kontrol (95,2%).

Tabel.1 menunjukkan bahwa sebagian besarresponden, baik pada kelompok kasus maupunkelompok kontrol berpendidikan SMA, yaitupada kelompok kasus sebesar 47,6% dankelompok kontrol 57,1%.

Pendapatan keluarga pada kelompok kasussebagian besar berpendapatan rendah yaitu 61,9%,sedangkan kelompok kontrol sebagian besarberpendapatan tinggi yaitu 52,4%.

Page 4: ANALISIS DETERMINAN KEMATIAN MATERNAL PADA MASA …

108 Jurnal Berkala Epidemiologi, Volume 2 Nomor 1, Januari 2014, hlm. 105-117

Tabel 1. Distribusi Responden Berdasarkan Karakteristik, Paritas, dan Jarak Kehamilan Responden diKabupaten Sidoarjo Tahun 2012

VariabelKasus Kontrol

n % n %Karakteristik responden berdasarkan umur :

< 20 tahun20 – 35 tahun> 35 tahun

1164

4,876,219

2400

4,895,2

0Karakteristik responden berdasarkan pendidikan :

SDSMPSMADiploma/PT

06105

028,647,623,8

18249

2,419

57,121,4

Karakteristik responden berdasarkan pendapatan keluarga :Rendah (< Rp.1.720.000.,)Tinggi (> Rp.1.720.000.,)

138

61,938,1

2022

47,652,4

Paritas :Risiko (1 atau ≥4)Tidak berisiko (2 – 3)

912

42,951,1

2715

64,335,7

Jarak Kehamilan :Risiko (<2 atau ≥10 tahun)Tidak berisiko (2 – 9 tahun)

813

38,169,1

2814

66,733,3

Paritas responden pada kelompok kasustermasuk dalam paritas tidak berisiko (2 – 4) yaitu57,1%, sedangkan kelompok kontrol sebagianbesar masuk dalam paritas berisiko (1 atau ≥ 4)yaitu 64,3%.

Jarak kehamilan pada responden kelompokkasus sebagian besar termasuk jarak kehamilantidak berisiko (2 – 9 tahun) yaitu 69,1%,sedangkan kelompok kontrol sebagian besarmasuk dalam jarak kehamilan berisiko (< 2 atau ≥10 tahun) yaitu 66,7%, seperti yang tersaji padaTabel.1 diatas.

Analisis BivariatKegiatan antenatal care (ANC) yang paling

sering diterima pada kelompok kasus adalahmenimbang berat badan dan mengukur tekanandarah, yaitu masing – masing sebesar 71,4%,sedangkan kegiatan yang tidak banyak diterimaadalah mengimunisasi Tetanus Toxoid (TT) yaitu85,7%. Pada kelompok kontrol, kegiatan ANCyang paling sering diterima adalah mengukurtekanan darah yaitu 85,7%.

Berdasarkan hasil kegiatan ANC yang telahberjalan, dapat diketahui bahwa sebagian besarresponden baik pada keompok kasus maupunkelompok kontrol sama – sama mendapatkanpelayanan ANC yang tidak baik, yaitu 76,2%untuk kelompok kasus dan 62,3% kelompokkontrol (Tabel.2).

Menurut hasil analisis bivariat dengan melihatbesar risiko, didapatkan bahwa ibu yang tidakmendapatkan pelayanan ANC yang tidak baikmemiliki risiko kematian maternal pada masa nifassebesar 1,78 kali, jika dibandingkan dengan ibu

yang mendapatkan pelayanan ANC baik (OR =1,78; 95%CI : 0,54 – 5,82). Namun jika melihathubungan antara antenatal care dengan kematianmaternal pada masa nifas didapatkan hasil tidakada hubungan yang signifikan secara statistik (p =0,503) (Tabel.2).

Sebagian besar responden pada kelompokkasus mengalami persalinan dengantindakan/operasi sesar yaitu 61,9%, sedangkanpada keompok kontrol sebagian besar mengalamipersalinan normal, yaitu 78,6% (Tabel.2). Hasilanalisis bivariat menunjukkan ada hubungan antaracara persalinan dengan kematian maternal padamasa nifas (p= 0,004). Ibu yang mengalamipersalinan dengan tindakan atau operasi sesarberisiko untuk mengalami kematian maternal padamasa nifas 5,96 kali daripada ibu yang mengalamipersalinan normal (OR=5,96; 95%CI : 1,89 –18,79), seperti tersaji pada Tabel.2.

Berdasarkan hasil pengumpulan data, proporsikelompok kasus yang mengalami komplikasisebesar 81%, sedangkan pada kelompok kontrolsebagian besar tidak mengalami komplikasi saatpersalinan, yaitu 69% (Tabel.2).

Pada variabel komplikasi persalinandikategorikan ada dan tidak ada komplikasi selamaproses persalinan. Jenis komplikasi persalinanyang dialami oleh kelompok kasus adalahperdarahan 8 orang (47,05%) : perdarahan akibatatonia uteri 4 orang (23,53%), perdarahan akibatplasenta previa 2 orang (11,76%), dan perdarahanakibat retensio plasenta 2 orang (11,76%); pre-eklamsia atau eklamsia 5 orang (29,42%), distosia3 orang (17,65%), dan persalinan lama 1 orang(5,88%), sedangkan pada kelompok kontrol, jenis

Page 5: ANALISIS DETERMINAN KEMATIAN MATERNAL PADA MASA …

Puspita Rahmawati dkk., Analisis Determinan Kematian... 109

komplikasi persalinan yang dialami adalahperdarahan 6 orang : perdarahan akibat atonia uteri3 orang (23,08%) dan perdarahan akibat retensioplasenta 3 orang (23,08%); distosia 4 orang(30,76%), dan persalinan lama 3 orang (28,08%).

Hasil analisis bivariat menunjukkan adahubungan antara komplikasi persalinan dengankematian maternal pada masa nifas (p= 0,001). Ibuyang mengalami komplikasi persalinanmempunyai risiko mengalami kematian maternalpada masa nifas 9,48 kali lebih besar daripada ibuyang tidak mengalami komplikasi persalinan (OR= 9,48;95%CI : 2,66 – 33,78), seperti tersaji padaTabel.2.

Proporsi kelompok kasus maupun kontrolsebagian besar mendapatkan perawatan masa nifasbaik, yaitu masing – masing 61,9% dan 71,4%,seperti tersaji pada Tabel.2 di bawah.

Menurut hasil analisis bivariat menunjukkanbahwa ibu yang mendapat perawatan masa nifastidak baik mengalami kematian maternal padamasa nifas 1,538 kali lebih besar biladibandingkan dengan ibu yang mendapatperawatan masa nifas baik (OR = 1,538; 95%CI :0,509 – 4,651), tetapi secara statistik menunjukkanhubungan yang tidak signifikan anatara perawatanmasa nifas dengan kematian maternal pada masanifas (p=0,632).

Berdasarkan hasil pengumpulan data, proporsikasus yang mengalami perdarahan sebesar 28,6%,lebih besar dari kelompok kontrol yaitu 19%(Tabel.2). Hasil analisis bivariat menunjukkan, ibuyang mengalami perdarahan memiliki risiko 1,70kali lebih besar untuk mengalami kematianmaternal pada masa nifas dibandingkan ibu yangtidak mengalami perdarahan (OR = 1,70; 95%CI :0,50 – 5,76), akan tetapi secara statistikmenunjukkan hubungan yang tidak signifikanantara perdarahan dengan kematian maternalpada masa nifas (p = 0,592) seperti tersaji padaTabel.2.

Berdasarkan gambaran pada Tabel.2 di bawah,responden pada kelompok kasus yang mengalamipre-eklamsia/eklamsia, yaitu 47,6%, lebih besarjika dibandingkan kelompok kontrol, yaitu 2,4%.Hasil analisis bivariat menunjukkan ada hubungan

antara pre-eklamsia atau eklamsia dengankematian maternal pada masa nifas (p = 0,0001).Ibu yang mengalami pre-eklamsia atau eklamsiamempunyai risiko mengalami kematian maternalpada masa nifas 37,27 kali lebih besar daripada ibutidak mengalami pre-eklamsia atau eklamsia (OR= 37,27; 95%CI : 4,29 – 323,42).

Tabel.2 menunjukkan bahwa responden padakelompok kasus yang mengalami infeksi sebesar14,3%, lebih besar dari kelompok kontrol yaitu4,8%. Menurut hasil uji bivariat (Tabel.2), ibuyang mengalami infeksi memiliki risiko 3,33 kalilebih besar untuk mengalami kematian maternalpada masa nifas dibandingkan ibu yang tidakmengalami infeksi (OR = 3,33; 95%CI : 0,51 –21,71), akan tetapi secara statistik menunjukkanhubungan yang tidak signifikan antara infeksidengan kematian maternal pada masa nifas(p=0,323).

Responden pada kelompok kasus yangmengalami tiga terlambat sebesar 19%, lebih besardari kelompok kontrol, yaitu 11,9% (Tabel.2).Hasil analisis bivariat menunjukkan besar risikokematian maternal pada masa nifas pada ibu yangmengalami tiga terlambat sebesar 1,74 kali, jikadibandingkan dengan ibu yang tidak mengalamitiga terlambat (OR= 1,74; 95%CI : 0,41 – 7,31),akan tetapi secara statistik menunjukkan hubunganyang tidak signifikan antara tiga terlambatdengan kematian maternal pada masa nifas(p=0,466).

Berdasarkan gambaran pada Tabel.2,menunjukkan bahwa responden pada kelompokkasus yang memiliki risiko tinggi empat terlalulebih besar jika dibandingkan dengan kelompokkontrol yaitu 28,6%, sedangkan kelompok kontrolsebagian besar memiliki risiko rendah empatterlalu yaitu 95,2%. Hasil analisis bivariatmenunjukkan ada hubungan antara empat terlaludengan kematian maternal pada masa nifas (p=0,013). Ibu yang memiliki risiko tinggi empatterlalu berisiko untuk mengalami kematianmaternal pada masa nifas 8,00 kali daripada ibuyang memiliki risiko rendah empat terlalu (OR =8,00; 95%CI : 1,45 – 44,09).

Page 6: ANALISIS DETERMINAN KEMATIAN MATERNAL PADA MASA …

110 Jurnal Berkala Epidemiologi, Volume 2 Nomor 1, Januari 2014, hlm. 105-117

Tabel.2 Hasil Perhitungan Uji Chi-Square, OR, dan CI Data Penelitian Analisis Determinan KematianMaternal Pada Masa Nifas di Kabupaten Sidoarjo Tahun 2012.

VariabelKasus Kontrol

OR 95%CI pn % N %

Antenatal care:Tidak baikBaik

165

76,223,8

2715

64,335,7

1,78 0,54 – 5,82 0,503

Cara persalinan :Persalinan tindakan/ SCNormal

138

61,913,7

933

21,478,6

5,96 1,89 – 18,79 0,004

Komplikasi persalinan :Ada komplikasi persalinanTidak ada komplikasi

persalinan

174

8119

1329

3169

9,48 2,66 – 33,78 0,004

Perawatan masa nifas :Tidak baikBaik

813

38,161,9

1230

28,671,4

1,538 0,509 – 4,651 0,632

Perdarahan :PerdarahanTidak perdarahan

615

28,671,4

834

1981

1,70 0,50 – 5,76 0,592

Pre-eklamsia/Eklamsia :Pre-eklamsia/eklamsiaTidak pre-eklamsia /eklamsia

1011

47,652,4

141

2,497,6

37,27 4,29 – 323,42 0,0001

Infeksi :InfeksiTidak infeksi

318

14,385,7

240

4,895,2

3,33 0,51 – 21,71 0,323

Tiga terlambat :TerlambatTidak terlambat

417

1981

537

11,988,1

1,74 0,41 – 7,31 0,466

Empat terlalu :Risiko tinggi (mengalami 1

atau lebih 4T)Risiko rendah (tidak

mengalami 1 kondisi 4T)

6

15

28,6

71,4

2

40

4,8

95,2

8,00 1,45 – 44,09 0,013

Analisis Multivariat

Variabel yang masuk dalam analisismultivariat adalah variabel yang dalam analisisbivariat mempunyai nilai signifikansi p < 0,25 atausecara substansi dianggap sangat mempengaruhikematian maternal pada masa nifas. Terdapat 4variabel yang masuk dalam analisis multivariat,yaitu variabel cara persalinan, komplikasipersalinan, pre-eklamsia atau eklamsia, dan empatterlalu. Hasil analisis multivariat dari 4 variabeltersebut, menunjukkan terdapat 2 variabelindependen yang berhubungan dengan kematianmaternal pada masa nifas, sehingga keduanyamasuk dalam model. Model akhir analisismultivariat dapat dilihat pada Tabel.3 berikut :

Tabel.3 Model Akhir Analisis MultivariatVariabel B OR 95%CI p

Pre-eklamsia

3,044 20,98 2,250 – 195,722 0,008

Komplikasipersalinan

1,698 5,47 1,356 – 22,022 0,017

Hasil analisis multivariat menghasilkan modelpersamaan regresi logistik sebagai berikut :Y = 1

1 + e-(β0 + ∑βnXn)

Y = 0,929 (92,9%)

Hal ini berarti bahwa jika ibu mengalami pre-eklamsia atau eklamsia dan komplikasi persalinan

Page 7: ANALISIS DETERMINAN KEMATIAN MATERNAL PADA MASA …

Puspita Rahmawati dkk., Analisis Determinan Kematian... 111

akan memiliki probabilitas atau risiko kematianmaternal pada masa nifas sebesar 92,9%.

PEMBAHASANPre-eklamsia atau Eklamsia

Hasil penelitian ini dengan uji multivariatmenunjukkan bahwa ibu yang mengalami pre-eklamsi atau eklamsi memiliki risiko untukmengalami kematian maternal pada masa nifas20,98 kali lebih besar bila dibandingkan denganibu yang tidak mengalami pre-eklamsia ataueklamsia (p = 0,008), dengan proporsi kejadianpre-eklamsia atau eklamsia banyak terjadi padakelompok kasus daripada kelompok kontrol, yaitu47,6%. Hal ini sejalan dengan temuan Thornton, etal (2013), yang menyatakan bahwa risiko wanitadengan pre-eklamsi atau eklamsia akan mengalamikematian pada dua belas bulan pertama setelahkelahiran sebesar 5,1 kali lebih besar biladibandingkan wanita dengan tekanan darahnormal.

Menurut Rochjati (2007), Wibowo danRachimhadhi (2012), bahwa hipertensi dalamkehamilan, yang sering dijumpai yaitu pre-eklamsia dan eklamsia. Pre-eklamsia berat terjadibila ibu dengan pre-eklamsia ringan tidak dirawat,ditangani, dan diobati dengan benar. Pre-eklamsiaberat bila tidak ditangani dengan benar akan terjadikejang dan menjadi eklamsia. Apabila hal – haltersebut tidak ditangani akan mengakibatkan ibukehilangan kesadaran (koma) yang berlanjut padakegagalan pada jantung, gagal ginjal, atauperdarahan otak yang mengakibatkan kematianmaternal, sedangkan bahaya yang dapat terjadipada janin dapat yaitu gangguan pertumbuhan ataubayi lahir kecil atau janin mati dalam kandungan.

Deteksi dini hipertensi pada kehamilan dapatdiukur dengan pengukuran tekanan darah,walaupun tidak semua ibu dengan hipertensi iniakan berkembang menjadi pre-eklamsia daneklamsia. Edema atau bengkak seluruh tubuhadalah salah satu tanda pre-eklamsia, namunharus diperkuat dengan pemeriksaan tekanan darahdan proteinuria (dengan pemeriksaanlaboratorium) (Carroli, et at, 2001).

Komplikasi persalinanHasil analisis multivariat menunjukkan bahwa

ibu yang mengalami komplikasipersalinan memiliki risiko untuk mengalamikematian maternal pada masa nifas 5,47 kali lebihbesar bila dibandingkan dengan ibu yang tidakmengalami komplikasi persalinan (p=0,017).

Menurut Kjærgaard (2009) bahwa insidenkumulatif penyulit persalinan adalah 37% dan 61%

penyulit persalinan terjadi pada kala duapersalinan. Hal ini sejalan dengan hasil penelitianini, yaitu sebagian besar kelompok kasusmengalami komplikasi persalinan yaitu 81%, lebihbesar bila dibandingkan kelompok kontrol. Jeniskomplikasi persalinan yang paling banyak dialamioleh ibu di kelompok kasus maupun kontrol adalahperdarahan, pre-eklamsia atau eklamsia, persalinanlama, dan distosia.

Adanya komplikasi persalinan, terutamaperdarahan postpartum, memberikan kontribusi25% untuk terjadinya kematian maternal.Perdarahan ini akan mengakibatkan ibu kehilanganbanyak darah, dan akan mengakibatkan kematianmaternal dalam waktu singkat. Perdarahan inidapat dicegah dengan manajemen aktif kala III dansuntikan oksitosin (WHO, 2010).

Risiko perdarahan dapat dicegah dimulai sejakibu hamil dengan melakukan antenatal care yangbaik. Menangani anemia dalam kehamilan adalahpenting, dengan pemberian suplementasi Feselama hamil minimal 90 tablet, dan pemeriksaanHb saat trimester awal dan pengulanganpemeriksaan pada minggu ke-30 kehamilan. Ibuhamil yang memiliki riwayat perdarahanpostpartum sangat dianjurkan untuk bersalin dirumah sakit (Mochtar, 2008).

Menurut Djaja dan Suwandono (2006),prevalensi persalinan lama cukup tinggi yaitu dari6,2% sampai 17,2%. Persalinan lama ataupersalinan tidak maju, adalah persalinan yangberlangsung lebih dari 18 jam sejak inpartu.Penyebab persalinan lama ini karena panggulsempit sehingga terdapat disproporsi kepala-panggul. Risiko persalinan lama dapat dideteksisalah satunya dengan pengukuran tinggi badan,dimana tinggi badan kurang dari150 cm dianggap sebagai nilai tengah untukmemprediksi kehamilan risiko tinggi. Selain itu.pemeriksaan perut dengan pengukuran tinggifundus uteri pada kehamilan lanjut dapatmenunjukkan kemungkinan kelainan presentasiatau posisi janin (Manuaba, 2010).

Antenatal careHasil analisis bivariat menunjukkan bahwa

antenatal care bukan merupakan faktor yangberhubungan dengan kematian maternal pada masanifas (OR = 1,78; 95%CI : 0,54 – 5,82; p = 0,503).Hasil penelitian ini serupa dengan hasil penelitianFibriana (2007) yang menyebutkan bahwaperawatan antenatal yang buruk bukan merupakanfaktor risiko yang berpengaruh terhadap kematianmaternal. Pada penelitian ini terdapat kesetaraanproporsi antara kelompok kasus (76,2%) dan

Page 8: ANALISIS DETERMINAN KEMATIAN MATERNAL PADA MASA …

112 Jurnal Berkala Epidemiologi, Volume 2 Nomor 1, Januari 2014, hlm. 105-117

kontrol (64,3%), sehingga hasil analisismenunjukkan bahwa antenatal care yang tidakbaik bukan merupakan faktor yang berhubungandengan kematian maternal pada masa nifas.

Jenis kegiatan antenatal care yang palingbanyak diterima adalah penimbangan berat badan,baik pada kelompok kasus maupun kontrol, yaitumasing – masing sebesar 71,4% dan 85,7%. Selainitu jumlah kunjungan antenatal care pada keduakelompok dilakukan sebanyak lebih dari empatkali kunjungan, yaitu sebesar 61,9% padakelompok kasus maupun kontrol. Jenis kegiatanantenatal care yang tidak pernah didapat padakelompok kasus yaitu pengukuran lingkar lenganatas (85,7%) dan imunisasi TT (85,7%), sedangkanpada kelompok kontrol yaitu pemeriksaanlaboratorium (59,3%). Berdasarkan hasil penelitiandapat diartikan bahwa kualitas antenatal care yangtelah dijalan oleh tenaga selama ini tidak baik. Halini terlihat dengan tidak semua komponenpemeriksaan antenatal 10T diterima oleh ibuhamil, yang seharusnya ibu hamil berhakmendapatkan pemeriksaan antenatal 10T, sesuaidengan standar pelayanan minimal antenatal caredari Departemen Kesehatan Republik Indonesia.

Pemeriksaan yang dilakukan secara rutin jugamerupakan upaya untuk melakukan deteksi dinikehamilan berisiko sehingga dapat dengan segeradilakukan tindakan yang tepat untuk mengatasidan merencanakan serta memperbaiki kehamilantersebut. Kelengkapan antenatal care terdiri darijumlah kunjungan antenatal dan kualitaspelayanan antenatal (Fibriana, 2007).

Melalui pelayanan antenatal yang berkualitassebenarnya perkembangan kesehatan ibu hamilsetiap saat bisa dipantau dan secara dini dapatdilakukan tindakan atau intervensi dalam rangkamengeliminir berbagi faktor risiko kejadiankematian maternal. Pemantauan pelayananantenatal dilakukan pada pelayanan K1 sebagaiaksesibilitas ibu hamil terhadap pelayanankesehatan dan K4 yang dianggap sebagai mututerhadap pelayanan kesehatan ibu hamil. Ibu hamildengan status K4 sedikitnya telah mendapatkanpelayanan 10T (pemeriksaan tinggi fundus uteri,timbang berat badan, pengukuran tekanan darah,pengukuran lingkar lengan atas, pemeriksaanpresentasi dan denyut jantung janin, pemberianimunisasi Tetanus Toxoid, pemberian tablet besiminimal 90 tablet, tes laboratorium, temuwicaradalam rangka persiapan rujukan, dan tatalaksanaatau penanganan kasus) selama minimal 4 kalikunjungan. Dengan demikian faktor risiko terkaitdengan anemia, perdarahan, eklamsia, infeksi ataubeberapa faktor risiko tidak langsung lainnya dapat

dicegah termasuk dengan melakukan rujukan ketingkat pelayanan yang lebih lengkap (Depkes,2012).

Cara persalinanAnalisis bivariat menunjukkan bahwa cara

persalinan dengan tindakan atau operasi sesarmemiliki risiko 5,96 kali lebih besar untukmengalami kematian maternal pada masa nifasdaripada persalinan secara normal (OR = 5,96;95%CI :1,89 – 18,79; p= 0,004). Akan tetapi padaanalisis multivariat variabel cara persalinan bukanmerupakan faktor yang berpengaruh terhadapkematian maternal pada masa nifas, karenavariabel – variabel tersebut dianalisis secarabersamaan, sehingga pengaruhnya akan dikontrololeh variabel yang lebih besar pengaruhnya.

Menurut WHO (2010), 15% persalinan dinegara berkembang merupakan persalinan dengantindakan, dan hal ini memberikan risiko baikterhadap ibu maupun bayi. Sebagian besar risikoyang timbul akibat sifat dari tindakan yangdilakukan, sebagian karena prosedur lain yangmenyertai, seperti anestesi dan transfusi darah,serta sebagian lagi akibat komplikasi kehamilanyang ada, yang memaksa untuk dilakukannyatindakan. Sementara itu hasil penelitian yangdilakukan di RS dr.Moewardi Surakarta, didapatikematian ibu dengan latar belakang karenapersalinan tindakan operasi sebanyak 34%, denganpenyebab pre-eklamsia berat sebanyak 54% danperdarahan 20% (Tjiptosiswono dkk, 2004).

Perawatan masa nifasHasil penelitian menunjukkan bahwa

perawatan masa nifas bukan merupakan faktoryang berhubungan dengan kematian maternal padamasa nifas (p = 0,632), dan terdapat kesetaraanproporsi perawatan masa nifas yang tidak baikantara kelompok kasus dan kontrol, yaitu masing –masing sebesar 38,1% dan 28,6%.

Menurut Dhaher, et al (2008), UNICEF(2012), dan Dinkesprov Jatim (2013), perawatanmasa nifas yang baik dan tepat waktu sangatpenting untuk diberikan kepada ibu pasca bersalinuntuk mengidentifikasi adanya kesakitan dalamjangka pendek, panjang, maupun penyakit kronislain yang menyertai. Pedoman WHO tentangperawatan masa nifas (postnatal care),merekomendasikan kunjungan masa nifasdilakukan dalam waktu enam sampai dua belasjam setelah kelahiran, tiga sampai enam hari, enamminggu, dan enam bulan. Kebijakan KementrianKesehatan Indonesia membagi dalam tiga waktukunjungan nifas, yaitu enam jam sampai tiga hari

Page 9: ANALISIS DETERMINAN KEMATIAN MATERNAL PADA MASA …

Puspita Rahmawati dkk., Analisis Determinan Kematian... 113

setelah kelahiran, empat sampai dua puluh delapanhari, dan dua puluh Sembilan sampai empat puluhdua hari. Dimana sebagian besar kematianmaternal terjadi pada jam – jam pertama setelahmelahirkan, sehingga pemeriksaan pascapersalinan harus dilakukan sedini mungkin,terutama pada 24 jam pertama kemudian diantaradua atau tiga hari setelah persalinan (Sines et al,2007).

PerdarahanHasil penelitian menunjukkan bahwa

perdarahan bukan merupakan faktor yangberhubungan dengan kematian maternal pada masanifas (p = 0,592). Hal ini terjadi karena terdapatkesetaraan proporsi kejadian adanya perdarahanantara kelompok kasus dan kontrol, yaitu masing –masing sebesar 28,6% dan 19%.

Menurut Fibriana (2007) dan Armagustini(2010), perdarahan merupakan penyebab kematianibu yang paling sering, terutama perdarahan pascapersalinan. Perdarahan ini akan mengakibatkan ibukehilangan banyak darah, dan dapat dengan cepatmenimbulkan kematian dalam waktu singkat bilapertolongan tepat tidak segera diberikan.Perdarahan postpartum memberikan kontribusi25% untuk terjadinya kematian maternal.Penyebab perdarahan postpartum adalah traumajalan lahir, retensio plasenta, atonia uteri, dangangguan pembekuan darah, sedangkanperdarahan postpartum lanjut biasanya disebabkantrauma jalan lahir dan sisa plasenta (Manuaba,2010).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagianbesar baik kelompok kasus maupun kontrol tidakmengalami perdarahan (71,4% dan 81%). Hal inidapat terjadi karena sebagian besar dari merekatelah mendapatkan perawatan masa nifas yangtepat waktu, sehingga kejadian perdarahan dapatdiminimalisir.

InfeksiHasil penelitian menunjukkan bahwa infeksi

bukan merupakan faktor yang berhubungandengan kematian maternal pada masa nifas (p =0,323). Hal ini dikarenakan adanya kesetaraanproporsi tidak adanya kejadian infeksi antarakelompok kasus dan kontrol, yaitu masing –masing sebesar 85,7% dan 95,2%.

Infeksi dapat terjadi pada saat ibu bersalinyang pertolongan persalinannya tidak bersih.Infeksi pada masa nifas dapat menyebabkankematian maternal akibat menyebarnya kuman kedalam aliran darah (septicemia), yang dapatmenimbulkan abses pada organ – organ tubuh,

seperti otak dan ginjal. Kuman penyebab infeksidapat masuk juga ke dalam saluran genital denganberbagai cara, misalnya penolong persalinan yangtangannya tidak bersih atau menggunakaninsrumen yang kotor. Selain itu infeksi juga dapatberasal dari udara, atau oleh ibu sendiri yang dapatmemindahkan organisme penyebab infeksi dariberbagai tempat, khususnya anus. Deteksi diniterhadap infeksi selama kehamilan, persalinanyang besih, dan perawatan semasa nifas yangbenar dapat menanggulangi masalah ini(Armagustini, 2010).

Berdasarkan hasil penelitian ini, menunjukkanbahwa lebih dari 80% ibu tidak mengalami infeksi,hal ini dapat terjadi karena hampir keseluruhanpara ibu melakukan persalinan di fasilitaskesehatan yang memadai dan ditolong oleh tenagakesehatan, selain itu sebagian besar ibumendapatkan perawatan masa nifas yang baik dantepat waktu, sehingga kejadian infeksi dapatditekan.

Tiga terlambatHasil penelitian menunjukkan bahwa tiga

terlambat bukan merupakan faktor yangberhubungan dengan kematian maternal pada masanifas (p = 0,466), dan terdapat kesetaraan proporsiadanya keterlambatan antara kelompok kasus dankontrol, yaitu masing – masing sebesar 19% dan11,9%.

Risiko terjadinya tiga terlambat dapatdiminimalisir dengan pelaksanaan antenatal careyang baik dan berkualitas, salah satu kegiatanantenatal care yang penting adalah temu wicara.Dimana dengan dilakukannya temu wicaradiharapkan tenaga kesehatan dapat memberikanKIE (komunikasi, informasi, dan edukasi) pada ibuhamil dan keluarga tentang persiapan persalinan,dimana akan melahirkan, transportasi ke tempatpersalinan, siapa yang akan menolong persalinan,dan biaya untuk persalinan, serta persiapan untukrujukan bila terdapat komplikasi kehamilan danpersalinan (Armagustini, 2010). Dengan persiapanini diharapkan keadaan tiga terlambat yangseringkali terjadi sudah didiskusikan sejakkehamilan, sehingga tidak terjadi keterlambatanpada saat komplikasi obstetri yang memerlukanrujukan benar – benar terjadi.

Sistem rujukan khususnya dalam pelayanankegawatan-daruratan kebidanan harus dilakukansecara tepat dan harus menghindari tiga terlambat,yaitu keterlambatan dalam pengambilankeputusan, keterlambatan dalam mencapai tempatrujukan, dan keterlambatan dalam memperolehpelayanan di tempat rujukan. Hasil penelitian

Page 10: ANALISIS DETERMINAN KEMATIAN MATERNAL PADA MASA …

114 Jurnal Berkala Epidemiologi, Volume 2 Nomor 1, Januari 2014, hlm. 105-117

menunjukkan bahwa lebih 90% ibu yangmengalami komplikasi telah dilakukan rujukansaat terjadi komplikasi pada kelompok kasus,sedangkan pada kelompok kontrol hanya 21,4%ibu yang dirujuk saat terjadi komplikasi. Hal inidikarenakan semakin berkompetensinya tenagakesehatan, serta berfungsi puskesmas PONEDyang mampu menangani kasus kegawat-daruratankebidanan, sebelum dirujuk ke RS/RS PONEKbila tidak mampu menangani.

Empat terlaluAnalisis bivariat menunjukkan bahwa ibu yang

memiliki satu atau lebih faktor empat terlalumemiliki risiko 8,00 kali lebih besar untukmengalami kematian maternal pada masa nifasdaripada ibu yang tidak memiliki keempat faktorterlalu (OR = 8,00; 95%CI :1,45 – 44,09; p=0,013). Akan tetapi pada analisis multivariat,variabel empat terlalu bukan merupakan faktoryang berpengaruh terhadap kematian maternalpada masa nifas, karena variabel – variabeltersebut dianalisis secara bersamaan, sehinggapengaruhnya akan dikontrol oleh variabel yanglebih besar pengaruhnya.

Keempat faktor terlalu terdiri atas, terlalumuda untuk hamil (hamil di bawah usia 20 tahun),terlalu tua untuk hamil (hamil di atas usia 35tahun), terlalu banyak (jumlah anak lebih dari 4orang), dan terlalu dekat (jarak antar kelahirankurang dari 2 tahun). Hasil penelitian ini sesuaidengan hasil penelitian Fibriana (2007) yangmenyatakan bahwa umur, paritas, dan jarakkehamilan bukan merupakan faktor yangberpengaruh terhadap kematian maternal.

Umur paling aman bagi seorang wanita untukhamil dan melahirkan adalah usia antara 20 – 35tahun, karena mereka berada dalam masareproduksi sehat. Kematian maternal pada usia <20tahun dan >35 tahun akan meningkat secarabermakna, karena mereka terpapar padakomplikasi baik medis maupun obstetrik yangdapat membahayakan jiwa ibu (Fibriana, 2007).Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa lebih dari75% ibu berada pada kelompok umur 20 – 35tahun, baik pada kelompok kasus maupun kontrol.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwasebagian besar kelompok kasus termasuk padakelompok paritas tidak berisiko (2 – 3) yaitu57,1%, sedangkan kelompok kontrol sebagianbesar masuk dalam paritas berisiko (1 atau ≥4)yaitu 64,3%. Paritas 2 – 3 merupakan paritaspaling aman ditinjau dari sudut kematian maternal.Paritas pertama dan paritas lebih dari empat,meningkatkan risiko terjadinya kematian maternal.

Angka kematian biasanya meningkat mulai padapersalinan keempat, dan akan meningkat secaradramatis pada persalinan kelima dan setiap anakberikutnya (Saifuddin, dkk, 2005). Ibu yang barupertama kali hamil dan melahirkan akan berisikokarena ibu belum siap secara medis maupun secaramental, sedangkan paritas lebih dari empat, ibumengalami kemunduran dari segi fisik untukmenjalani kehamilannya (Manuaba, 2010).

Jarak kehamilan yang disarankan agarkehamilan berlangsung aman paling sedikit adalah2 tahun, untuk memungkinkan tubuh ibu dapatpulih dari kebutuhan ekstra pada kehamilan danlaktasi. Jarak kehamilan yang terlalu dekatmenyebabkan ibu memiliki risiko tinggi untukmengalami perdarahan postpartum dan kematianibu (Saifuddin, dkk, 2005). Jarak kehamilan yangterlalu panjang (≥5 tahun) akan meningkatkanrisiko untuk terjadinya pre-eklamsia atau eklamsia,diabetes gestasional, perdarahan pada trimesterketiga dan juga meningkatkan risiko untukterjadinya kematian maternal, sehingga ibu denganjarak kehamilan panjang ini memerlukan perhatiankhusus selama pemeriksaan antenatal (Fibriana,2007). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwasebagian besar kelompok kasus termasuk jarakkehamilan tidak berisiko (2 – 9 tahun) yaitu69,1%, sedangkan kelompok kontrol sebagianbesar masuk dalam jarak kehamilan berisiko (<2atau ≥10 tahun) yaitu 66,7%.

Pendeteksian adanya risiko empat terlalu padaibu hamil, dapat dilakukan sejak ibu didiagnosasedang hamil. Pendeteksian dilakukan dengan carapendekatan risiko pada ibu hamil menggunakankartu skor Pudji Rochjati (KSPR), dengandiketahuinya golongan risiko yang dimililki olehibu hamil tentunya dapat membantu tenagakesehatan untuk merencanakan danmempersiapkan persalinan, rujukan, tindakan ataskondisi – kondisi tertentu yang mungkin terjadi,yang diakibatkan oleh faktor risiko yang ibu hamilmiliki.

KESIMPULAN DAN SARANKesimpulan

Sebagian besar umur responden 20 – 35 tahun,berpendidikan setingkat SMA, dan berpenghasilanrendah. Sebagian besar responden merupakanparitas berisiko dan jarak kehamilan berisiko.

Tidak ada hubungan yang bermakna secarastatistik antara antenatal care, perawatan masanifas, perdarahan, infeksi, dan tiga terlambatdengan kematian maternal pada masa nifas.

Page 11: ANALISIS DETERMINAN KEMATIAN MATERNAL PADA MASA …

Puspita Rahmawati dkk., Analisis Determinan Kematian... 115

Ada hubungan yang bermakna secara statistikantara cara persalinan, komplikasi persalinan, pre-eklamsia atau eklamsia, dan empat terlalu dengankematian maternal pada masa nifas.

Determinan kematian maternal pada masanifas adalah pre-eklamsia atau eklamsia dankomplikasi persalinan, berupa perdarahan,persalinan lama, dan distosia.

SaranPeningkatan kualitas pelayanan antenatal care

(ANC) dalam pendeteksian dini risiko tinggi dankomplikasi pada ibu hamil oleh tenaga kesehatan,terutama tanda bahaya pre-eklamsia atau eklamsia.Selain itu diperlukan peningkatan kualitasantenatal care (ANC) dengan melaksanakanperawatan ibu hamil sesuai dengan standar yangtelah ditetapkan oleh Departemen KesehatanRepublik Indonesia, yaitu minimal pelayanan 10T.

Peningkatan pemanfaatan kartu skor PudjiRochjati (KSPR) oleh tenaga kesehatan,khususnya Bidan dalam deteksi dini ibu hamil,dengan cara pengisian atau pencatatan registerkohort ibu hamil yang lengkap dan detail sesuaidengan kondisi ibu hamil.

Peningkatan kewaspadaan pada tenagakesehatan terhadap komplikasi yang akan terjadipada ibu hamil, terutama komplikasi saatpersalinan, dengan memperhatikan riwayatkesehatan dan risiko yang dimiliki oleh ibu hamildengan melihat catatan kesehatan ibu selamahamil, atau menggunakan kartu skor PudjiRochjati (KSPR), dan saat persalinan melakukanpemantauan kemajuan persalinan dan kondisi fisikibu bersalin dengan menggunakan partograf,sesuai dengan standart WHO agar komplikasipersalinan cepat terdeteksi dan dapat dilakukanpenanganan yang cepat, tepat.

Ibu hamil, keluarga, dan masyarakat perlumengenali tanda bahaya dini terjadinya komplikasiselama hamil, persalinan, maupun

nifas, terutama tanda bahaya pre-eklamsia ataueklamsia, yaitu terjadi pembengkakan pada kakiterutama tungkai, telapak tangan, atau muka,pusing atau nyeri kepala yang tidak hilang meskitelah beristirahat, nyeri ulu hati, dan kejang.

Ibu hamil perlu memeriksakan kehamilannyaminimal 4 kali selama masa kehamilan, yaitu padaTM1 minimal 1 kali, TM2 minimal 1 kali, danTM3 minimal 2 kali, di tenaga kesehatan yangkompeten (bidanatau dokter spesialis kebidanan dan kandungan),dan memperoleh pemeriksaan antenatal care(ANC) minimal 10T oleh tenaga kesehatan.

Anggota keluarga dan masyarakat perlumelakukan persiapan secara dini terhadapkemungkinan dilakukannya rujukan pada saat ibumengalami komplikasi kehamilan, persalinan, dannifas, seperti persiapan biaya, sarana transportasi,sehingga dapat mencegah terjadinya keterlambatanrujukan.

Melakukan perencanaan kehamilan bagi ibuyang memiliki risiko tinggi untuk hamil, sepertipengaturan jarak kehamilan pertama denganberikutnya tidak kurang dari 2 tahun atau lebihdari 10 tahun, serta merencanakan jumlah anakyang akan dimiliki oleh ibu (jumlah anak tidaklebih dari 4 orang).

REFERENSIArmagustini, Yetti. 2010. Determinan Kejadian

Komplikasi Persalinan di Indonesia (AnalisisData Sekunder Survei Demografi danKesehatan Indonesia Tahun 2007). Tesis.Fakultas Kesehatan Masyarakat UniversitasIndonesia.

BPS dan Macro International. 2003. SurveiDemografi dan Kesehatan Indonesia Tahun2002/2003. Badan Pusat Statistik dan MacroInternational, Calverton, Maryland, USA.

BPS dan Macro International. 2008. IndonesiaDemographic and Health Survey (SurveiDemografi dan Kesehatan Indonesia) 2007.http://dhsprogram.com/pubs/pdf/FR218/FR218%5B27August2010%5D.pdf (sitasi 28Januari 2013).

BPS dan Macro International. 2013. IndonesiaDemographic and Health Survey (SurveiDemografi dan Kesehatan Indonesia) 2012.http://dhsprogram.com/pubs/pdf/FR275/FR275.pdf (sitasi 10 Maret 2014).

Carroli, Gueillermo., Rooney, Cleone., dan Villar,Jose. 2001. How Effective is Antenatal Care inPreventing Maternal Mortality and SeriousMorbidity? An Overview of The Evidence.Pediatric and Perinatal Epidemiology 15(Suppl.1) p. 1 – 42.Blackwell Science, Ltd.

Dhaher, Enas, Rafael T Mikolajczyk, Annette EMaxwell, dan Alexander Krämer. 2008.Factors associated with lack of postnatal careamong Palestinian women : A Cross-sectionalStudy of Three Clinics in The West Bank.BMC Pregnancy and Childbirth 2008, 8 : 26.http://www.biomedcentral.com/1471-2393/8/26 (sitasi 3 April 2013).

Depkes RI. 2012. Pedoman pelayanan antenatalterpadu, edisi kedua. Ditjen Bina Gizi danKesehatan Ibu dan Anak. Jakarta.

Page 12: ANALISIS DETERMINAN KEMATIAN MATERNAL PADA MASA …

116 Jurnal Berkala Epidemiologi, Volume 2 Nomor 1, Januari 2014, hlm. 105-117

Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur, 2013.Profil Kesehatan Provinsi Jawa Timur Tahun2012.http://www.depkes.go.id/downloads/PROFIL_KES_PROVINSI_2012/15_Profil_Kes.Prov.JawaTimur_2012.pdf (sitasi 10 Februari 2014).

Djaja, Sarimawar dan Suwandono, Agus. 2006.The Determinants of Maternal Morbidity inIndonesia. Regional Health Forum WHOSouth-East Asia Region Volume 4. WHO.

Fibriana, Arulita Ika. 2007. Faktor – Faktor Risikoyang Mempengaruhi Kematian Maternal(Studi Kasus di Kabupaten Cilacap). Tesis.Program Pasca Sarjana UniversitasDiponegoro.http://eprints.undip.ac.id/16634/ARULITA_IKA_FIBRIANA.pdf (sitasi 2Februari 2013).

Kjærgaard, Hanne. 2009. Incidence and Outcomeof Dystocia in The Active Phase of Labor inTerm Nulliparous Women with SpontaneousLabor Onset. Acta Obstetrica et GynecologicaScandinavia. 88(4) : 402–407.

Manuaba, Ida Bagus Gde. 2010. Ilmu Kebidanan,Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencanauntuk Pendidikan Bidan. Jakarta : EGC

Mochtar, Roestam. 2008. Sinopsis Obstetri(Obstetri Operatif dan Sosial) Jilid II. Jakarta :ECG.

Rochjati, Pudji. 2007. Skrining Antenatal Pada IbuHamil (Pengenalan Faktor Risiko) Edisi 2.Surabaya : Airlangga University Press.

Saifuddin, Abdul Bari., DjamhoerMartaadisoebrata, dan R. SulaimanSastrawinata. 2005. Bunga Rampai Obstetridan Ginekologi Sosial. Jakarta; YBP-SP.

Sharma, Gaurav. 2012. Maternal, Perinatal, andNeonatal Mortality in South-East Asia Region.Asian Journal of Epidemiology 5 (1) : 1 – 14.

Sines E, Uzma Syed, Steve Wall, dan Heidi

Worley. 2007. Postnatal Care : A CriticalOpportunity to Save Mothers and Newborns.Population Reference Bureau PolicyPerspective on Newborn Health January 2007.

Thornton C, Dahlen H, Korda A, dan Hennessy A.2013. The Incidence of Preeclampsia andEclampsia and Associated Maternal Mortalityin Australia from Population-linked Datasets :2000 – 2008. American Journal ObstetryGynecology 2013 Jun.208(6): 476.e1-5.http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/23467048 (sitasi 14 Januari 2014).

Tjiptosiswono D, Budiningtyas, Widyaningsih W.2004. Kematian Maternal di RSUD dr.Moewardi Surakarta Tahun 1998 – 2002.Kumpulan Makalah Ilmiah PIT XIV POGI11 – 15 Juli 2004. Bandung.

UNICEF. 2012. Ringkasan Kajian Kesehatan Ibudan Anak (UNICEF Indonesia).http://www.unicef.or.id (sitasi 6 Februari2013).

WHO dan UNICEF. 2007. Maternal and PerinatalDeath Inquiry and Response. Department ofReproductive Health and Research WHO.Geneva.

WHO. 2010. Reduction of maternal mortality. Ajoint WHO/ UNFPA/ UNICEF/World Bankstatement. Geneva.

WHO. 2012. Trends in Maternal Mortality : 1990to 2010 WHO, UNICEF, UNFPA, and TheWorld Bank Estimates.https://www.unfpa.org/webdav/site/global/shared/documents/publications/2012/Trends_in_maternal_mortality_A4-1.pdf (sitasi 27 Maret2013).

Wibowo B, Rachimhadhi T. 2012. Preeklamsiadan Eklamsia. Ilmu Kebidanan, edisikesepuluh. Jakarta : YBP-SP.