Upload
others
View
12
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
Jurnal Ekonomi dan Pembangunan IndonesiaVol. 13 No. 1, Juli 2012: 90-108
ISSN 1411-5212
Analisis Dampak Impor Cina terhadap Kebertahanan dan PertumbuhanIndustri Tekstil dan Produk Tekstil Indonesia
Analysis of Impact from Chinese Imports on Survival and Growth ofIndonesian Textile and Garment (T&G) Industry
Laela Dika Wulandaria,∗
aDepartemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi, Universitas Indonesia
Abstract
We try to analyze the impact of Chinese Textile and Garment (T&G) imports, and the internal and externalfactors to the firm survival and growth of T&G industry in Indonesia, for the period study of 2002 to 2007.Probit regression model is used to analyze the impact of Chinese imports to the survival of firm, while OLSregression model is used to analyze its growth. It shows that the ability of firms’ survival is influenced by theinternal and external factors. The Chinese imports give positive impact to the firms’ survival ability. On theother hand, firm’s growth is only affected by its internal characteristics, while the impact of Chinese importsis proven not significant. The Heckman test result stated that there are no correlation between firms’ abilityto survive and the firm growth behavior.Keywords: Growth, Survival, Chinese Imports, Textile, Indonesian Textile and Garment Industry
Abstrak
Studi ini menganalisis dampak dari penetrasi impor TPT Cina, faktor internal, serta faktor eksternalterhadap kebertahanan dan pertumbuhan perusahaan dalam industri TPT Indonesia periode tahun 2002–2007. Metode probit regression digunakan untuk mengetahui dampak impor Cina terhadap kebertahananperusahaan, sementara regresi linear sederhana (OLS) digunakan untuk menganalisis pertumbuhannya.Ditemukan bahwa kebertahanan perusahaan dipengaruhi oleh karakteristik internal dan eksternal, sertaimpor Cina yang memberikan dampak positif. Sementara pertumbuhan perusahaan hanya dipengaruhi olehfaktor internal, di mana impor Cina tidak memberikan dampak signifikan. Hasil pengujian Heckman me-nyatakan tidak ada indikasi hubungan antara kebertahanan perusahaan dengan perilaku pertumbuhannya.Kata kunci: Pertumbuhan, Kebertahanan, Impor Cina, Tekstil, Industri Tekstil dan Produk TekstilIndonesia
JEL classifications: D22, L25, L67
Pendahuluan
Tekstil merupakan salah satu kebutuhan pokokmanusia selain pangan dan papan. Kebutuhanatas tekstil terus berkembang seiring pertum-buhan populasi dunia. Hal ini menyebabkan in-
∗Alamat Korespodensi: Casa Goya ResidenceA11, Kebon Jeruk, Jakarta Barat 11530. Hp.+6285697937878. E-mail : [email protected]
dustri Tekstil dan Produk Tekstil (TPT) seringkali menjadi industri andalan dan berkembangsecara pesat di banyak negara di dunia, seper-ti Indonesia, Cina, India, Turki, Pakistan, danAmerika Serikat. Industri TPT Indonesia me-liputi sektor industri tekstil dan pakaian jadi.Menurut Klasifikasi Lapangan Usaha Indone-sia (KLUI) dan International Standard Indus-trial Classification (ISIC) Rev. 3 tahun 1997,
Laela D. W./Analisis Dampak Impor Cina... 91
industri TPT Indonesia termasuk dalam KLUI17 dan 18.
Di Indonesia, sektor industri TPT telahmenjadi komoditas ekspor non-migas andalandan menjadi sektor penyumbang devisa non-migas terbesar selama lebih dari 20 tahun ter-akhir (Hermawan, 2011). Pada tahun 2007,industri TPT mampu memberikan kontribu-si sebesar 24% terhadap surplus perdagang-an Indonesia1, yang merupakan kontribusi ter-besar dibandingkan dengan sektor industri la-innya, menempatkan Indonesia sebagai salahsatu produsen TPT terbesar di dunia, bersa-ma Cina, India, dan Amerika Serikat. Indus-tri TPT juga memberikan kontribusi terhadappertumbuhan ekonomi dan penyerapan tenagakerja domestik. Di Indonesia, industri manu-faktur memberikan kontribusi sebesar 27–28%terhadap PDB Nasional tahun 2000–2007, dimana industri TPT menempati posisi ketigakontributor terbesar dalam sektor manufaktur.Selain itu, berdasarkan data dari Kementeri-an Perindustrian dan BPS, pada periode ta-hun 2002–2007, industri TPT mampu menye-rap 24% dari total tenaga kerja pada indus-tri manufaktur, di mana industri manufakturmampu menyerap 12% dari total tenaga kerjaIndonesia pada periode waktu tersebut.
Dalam perkembangannya, industri TPT In-donesia mulai mengalami hambatan pasca-krisis 1998. Pertumbuhan ekspor industri ma-nufaktur yang mencapai 35,5% pada periode1980–1986 telah mengalami penurunan dras-tis pasca-krisis hingga hanya tumbuh sebesar5,9% pada periode 1996–2006 (Tempo Online,2009). Hambatan pada industri TPT Indone-sia berasal dari faktor internal maupun eks-ternal industri. Hambatan-hambatan ini telahbanyak pula dijadikan topik studi terdahulu,yaitu masalah ketergantungan terhadap bah-an baku impor yang dilakukan oleh Herma-wan (2011) dan kondisi mesin-mesin industriyang sudah sangat tua yang dilakukan oleh Mi-
1Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API), dikutip dariRahmitha (2009).
ranti (2007). Selain itu, ada pula studi meng-enai hambatan eksternal yang dilakukan olehIbrahim (2009) dengan topik liberalisasi per-dagangan, serta Miranti (2007) yang memba-has mengenai dampak impor Cina. Faktor li-beralisasi perdagangan ditambah dengan ada-nya penghapusan kuota impor oleh World Tra-de Organization (WTO) pada tahun 2005 telahmeningkatkan kompetisi antar-negara produ-sen tekstil dunia, yang diakui turut mencipta-kan hambatan bagi industri TPT Indonesia.Dalam persaingannya dengan Cina di pasarinternasional, nilai ekspor TPT Indonesia keCina cenderung stagnan, bahkan mengalamipenurunan pada tahun 2005, sementara ni-lai impor TPT dari Cina terus mengalamikenaikan. Pada tahun 2007, impor TPT da-ri Cina mencapai nilai US$348.852.858 juta,sementara ekspor TPT ke Cina hanya sebe-sar US$162.088.514 juta2, bahkan pertumbuh-an impor garmen Indonesia dari Cina mencapai380% dalam kurun waktu 5 tahun hingga ta-hun 2004 (AKATIGA, 2009). Hal ini membuk-tikan kurangnya daya saing industri TPT Indo-nesia dibandingkan Cina yang terkenal denganupah buruh murah serta kapasitas produksi-nya yang sangat besar. Fenomena ini selanjut-nya menimbulkan dugaan bahwa penetrasi im-por TPT Cina yang terus meningkat berpoten-si menimbulkan dampak terhadap kemampuanperusahaan untuk bertahan dan pertumbuhanindustri TPT Indonesia.
Beberapa studi terdahulu telah secara spe-sifik meneliti pengaruh impor Cina terhadapindustri lokal. Isgut (2009) melakukan studimengenai dampak impor manufaktur dari Cinaterhadap pasar tenaga kerja di Kanada, yangmenghasilkan kesimpulan bahwa terdapat hu-bungan negatif yang kuat pada level industriantara impor Cina dan pertumbuhan penye-rapan tenaga kerja pada sektor industri terse-but. Studi tersebut juga menyimpulkan bah-wa pertumbuhan impor Cina memiliki dam-
2UN Comtrade database (http://comtrade.un.org/)
Laela D. W./Analisis Dampak Impor Cina...92
pak positif terhadap pertumbuhan pendapat-an low-skilled workers. Studi lainnya dilakukanoleh Mion dan Zhu (2010), mengenai dampakkompetisi impor dari berbagai negara, khusus-nya Cina terhadap pertumbuhan penyerapantenaga kerja, probabilitas untuk keluar pasar,dan peningkatan keterampilan perusahaan pa-da industri manufaktur Belgia. Studi ini me-nyimpulkan bahwa kompetisi impor Cina padalevel industri tidak memberikan dampak signi-fikan terhadap kebertahanan perusahaan, na-mun kompetisi impor pada level perusahaanmemberikan dampak negatif pada pertumbuh-an penyerapan tenaga kerja dan memicu pe-ningkatan keterampilan (skill upgrading) tena-ga kerja.
Mengingat studi yang telah dilakukan sebe-lumnya serta fenomena yang ada, dalam studiini penulis akan memfokuskan studi pada dam-pak impor TPT Cina terhadap keberlangsung-an dan pertumbuhan industri TPT Indonesia,dibandingkan dengan faktor-faktor lainnya, ba-ik internal maupun eksternal. Melihat feno-mena deindustrialisasi pasca-krisis 1998, sertameningkatnya liberalisasi perdagangan melaluipenghapusan kuota impor pada tahun 2005,penulis akan memfokuskan studi pada periodetahun 2002–2007. Adapun tujuan yang ingindicapai dari studi ini adalah sumbangsih ba-ru dalam dunia ekonomi industri, khususnyamengenai faktor-faktor yang memengaruhi per-tumbuhan dan kebertahanan industri TPT In-donesia, serta signifikansi dampak impor TPTCina terhadap pertumbuhan dan kebertahan-an industri TPT Indonesia pada periode studi.
Tinjauan Referensi
Pertumbuhan dan kemampuan perusahaan un-tuk bertahan dalam suatu industri merupakantopik yang populer dan telah banyak dianali-sis sebagai ukuran kinerja perusahaan dalamstudi ekonomi. Pertumbuhan perusahaan dankemampuan perusahaan untuk bertahan meru-pakan dua hal yang saling terkait. Perusahaan
dengan tingkat pertumbuhan tinggi dan konti-nu akan memiliki probabilitas lebih besar un-tuk bertahan dalam pasar (Carrizosa, 2006).Hal ini sejalan dengan studi yang dilakukanGeroski (1995) bahwa perusahaan terlahir de-ngan ukuran lebih kecil dari pasar, dan peru-sahaan yang mampu beradaptasi dan bertahandi pasar akan mampu tumbuh untuk mengam-bil manfaat dari skala ekonomi dalam industri.
Salah satu studi yang paling berpengaruhtentang pertumbuhan perusahaan adalah stu-di yang dilakukan oleh Robert Gibrat, yangmenghasilkan ”Law of Proportionate Effects”3
atau disebut pula sebagai Gibrat’s Law. Teoriini menyebutkan bahwa tingkat pertumbuhanperusahaan akan proporsional dengan ukuran(size) dari perusahaan tersebut atau dengankata lain, tidak ada korelasi antara ukuran per-usahaan dengan tingkat pertumbuhan perusa-haan tersebut. Setiap perusahaan memiliki pe-luang yang sama untuk tumbuh tanpa dipe-ngaruhi oleh ukuran perusahaan tersebut. Stu-di lanjutan mengenai pengujian Gibrat’s Lawtelah banyak dilakukan, dan studi-studi terse-but memberikan hasil yang berbeda-beda, baikpenolakan maupun pendukung teori tersebut.Studi yang dilakukan oleh Simon dan Boni-ni (1958), Mansfield (1962), dan Hart (1962)memberikan hasil yang mendukung Gibrat’sLaw, sedangkan studi yang dilakukan oleh Jo-vanovic (1982), Evans (1987), serta Dunne danHughes (1994) memberikan hasil yang mem-buktikan penolakan terhadap Gibrat’s Law.
Studi-studi yang telah dijelaskan di atas me-miliki fokus utama pada pengaruh ukuran danumur perusahaan terhadap pertumbuhan peru-sahaan. Namun, pertumbuhan perusahaan da-pat dipengaruhi oleh lebih banyak faktor se-jak perusahaan memasuki pasar. Storey (1994)dalam studinya menjelaskan variabel-variabelyang dapat memengaruhi tingkat pertumbuh-an perusahaan, yang diklasifikasikan dalam ti-ga kelompok, yaitu faktor yang berkaitan de-
3Artikel asli adalah Gibrat R. (1931). ”Les Inegaliteseconomiques”. Paris, France.
Laela D. W./Analisis Dampak Impor Cina... 93
Tabel 1: Faktor-faktor yang Memengaruhi Pertumbuhan Perusahaan Kecil
The Entrepreneur’s resources The Firm Strategy
Motivation Age Workforce TrainingUnemployment Sector Management TrainingEducation Legal Form External EquityManagement Experiences Location Technological sophisticationNumber of Founders Size Market PositioningPrior self-employment Ownership Market AdjustmentsFamily History PlanningSocial Marginality New ProductsFunctional Skills Management RecruitmentTraining State SupportAge Customer ConcentrationPrior Business Failure CompetitionPrior Sector Experience Information AdvicePrior firm size experience ExportingGender
Sumber: Storey (1994) dikutip dari Carrizosa (2006)
ngan entrepreneur (karakteristik penemu per-usahaan), faktor yang berkaitan dengan karak-teristik perusahaan, dan faktor yang berkait-an dengan strategi yang diterapkan pada peru-sahaan. Berkaitan dengan teori tersebut, da-lam studi ini penulis menggunakan variabel-variabel bebas yang mewakili dua kategori fak-tor tersebut, dalam analisis pertumbuhan per-usahaan TPT Indonesia tahun 2002–2007.
Teori kebertahanan perusahaan dapat dije-laskan dengan teori short-run shut down deci-sion dan long-run exit decision. Dalam situ-asi tertentu, suatu perusahaan dapat memu-tuskan untuk melakukan shut down dan tidakmemproduksi barang/jasa dalam jangka wak-tu tertentu. Keputusan melakukan shut downadalah keputusan jangka pendek untuk tidakberproduksi dalam jangka waktu tertentu yangdiambil perusahaan dalam situasi pasar terten-tu. Pengertian ini menjadi penting untuk dibe-dakan dengan keputusan jangka panjang per-usahaan untuk tidak berproduksi secara per-manen, atau dapat pula dikatakan keputusanperusahaan untuk keluar dari pasar (exit). Per-bedaan mendasar dari kedua keputusan jangkapendek dan jangka panjang ini adalah adanyafixed cost yang tetap harus ditanggung perusa-haan saat ia memutuskan untuk shut down se-
mentara. Fixed cost tersebut kemudian menja-di sunk cost, yaitu biaya yang dikeluarkan dantidak mungkin ditarik kembali, walaupun per-usahaan tidak memproduksi barang/jasa. Da-lam keputusan jangka panjang untuk exit da-ri pasar, perusahaan dapat menjual fixed assetyang dimiliki, sehingga tidak perlu mengelu-arkan fixed cost dan variable cost saat tidakberproduksi.
Dalam studi ini, perilaku kebertahanan per-usahaan dianalisis menggunakan teori short-run shut down decision. Teori ini digunakankarena analisis dalam studi ini merupakan ana-lisis jangka pendek, dan dalam jangka pan-jang, perusahaan yang tidak bertahan padaakhir periode studi akan mungkin untuk mun-cul kembali/memutuskan untuk kembali ber-produksi di pasar.
Doms et al. (1995) melakukan studi denganfokus pada hubungan antara capital intensi-ty, penggunaan teknologi dalam produksi, ting-kat pertumbuhan, dan kemampuan perusaha-an untuk bertahan dengan lingkup 6.090 peru-sahaan manufaktur pada periode tahun 1987–1991. Kesimpulan dari studi ini adalah bahwaumur, ukuran, dan produktivitas perusahaanmemengaruhi kemampuan perusahaan untukbertahan dan tingkat pertumbuhan perusaha-
Laela D. W./Analisis Dampak Impor Cina...94
an. Perusahaan dengan umur lebih tua, ukur-an lebih besar, dan produktivitas tinggi akanmampu bertahan lebih lama di pasar. Teknolo-gi dan capital intensity perusahaan juga mem-berikan dampak positif signifikan pada kemam-puan perusahaan untuk bertahan. Studi ini ju-ga menyimpulkan bahwa ukuran dan umur per-usahaan berhubungan negatif dengan tingkatpertumbuhan perusahaan tersebut. Produkti-vitas, penggunaan teknologi, dan capital inten-sity memiliki hubungan positif terhadap per-tumbuhan perusahaan. Studi lainnya yang di-lakukan oleh Mion dan Zhu (2010) mengguna-kan data level perusahaan pada industri ma-nufaktur Belgia tahun 1996–2007 untuk meng-analisis dampak kompetisi impor dari berbagainegara, khususnya Cina terhadap pertumbuh-an penyerapan tenaga kerja, probabilitas un-tuk keluar pasar, dan peningkatan keterampil-an perusahaan. Hasil dari studi ini adalah kom-petisi impor Cina pada level perusahaan me-nurunkan tingkat pertumbuhan penyerapan te-naga kerja dan memicu peningkatan keteram-pilan (skill upgrading). Sebaliknya, kompetisiimpor Cina pada level industri tidak menim-bulkan dampak signifikan pada kebertahananindustri manufaktur di Belgia, bahkan outsour-cing barang jadi dari Cina pada level perusaha-an mampu meningkatkan kemampuan perusa-haan untuk bertahan dalam pasar dalam studiini.
Analisis ekonometrika yang dilakukan padastudi ini menghasilkan keputusan adanya hu-bungan negatif antara tingkat kompetisi imporCina dengan pertumbuhan penyerapan tena-ga kerja. Kompetisi impor Cina memicu re-alokasi sumber daya antar-industri di Belgia,yang menyebabkan perubahan pada capital in-tensity masing-masing perusahaan. Penurun-an penyerapan tenaga kerja akibat kompeti-si impor Cina dirasakan secara signifikan olehlow-tech firms. Keputusan lain yang dihasilkandari studi ini adalah bahwa kompetisi imporCina tidak meningkatkan probabilitas perusa-haan untuk keluar dari pasar. Sementara itu,
studi yang dilakukan oleh Bloom et al. (2011)menganalisis dampak dari kompetisi impor Ci-na terhadap penciptaan paten (inovasi), pe-ningkatan teknologi, dan produktivitas padalebih dari setengah juta perusahaan di Eropaperiode tahun 1996–2007. Kompetisi impor da-ri Cina menyebabkan adanya peningkatan tek-nologi dalam perusahaan dan realokasi tena-ga kerja antar-perusahaan ke arah technologi-cally advanced firms. Hasil analisis model ter-sebut adalah bahwa kompetisi impor Cina me-nyebabkan efek negatif yang kuat pada penye-rapan tenaga kerja industri dengan teknologirendah. Efek ini cenderung lebih rendah pa-da industri dengan teknologi tinggi. Studi inijuga menemukan adanya hubungan negatif an-tara kebertahanan perusahaan dan kompetisiimpor Cina. Hubungan negatif ini juga cen-derung terjadi pada industri dengan teknologirendah, sehingga dapat disimpulkan bahwa in-dustri dengan teknologi dan inovasi tinggi cen-derung untuk ”terlindung”dari efek kompetisiimpor Cina. Rangkuman studi komparatif inijuga disajikan dalam Tabel 2.
Metode
Studi menggunakan data sampel dari selu-ruh perusahaan dalam industri TPT Indone-sia periode tahun 2002–2007. Data dalam stu-di ini mencakup 3.920 perusahaan dalam in-dustri TPT Indonesia (KLUI 17-18) bersum-ber dari Statistik Industri Menengah dan Be-sar Indonesia, Biro Pusat Statistik (BPS). Se-lain itu, studi ini juga menggunakan data-datasekunder yang didapatkan dari UN Comtra-de, Kementerian Perindustrian RI, Kementeri-an Perdagangan RI, serta sumber-sumber lite-ratur lainnya baik media cetak maupun inter-net. Data dalam studi ini diolah dalam bentukcross-section, menggunakan model kebertahan-an perusahaan (firm survival model) dan modelpertumbuhan perusahaan (firm growth model),untuk menganalisis perilaku kebertahanan danpertumbuhan perusahaan industri TPT Indo-
Laela D. W./Analisis Dampak Impor Cina... 95
Tabel 2: Rangkuman Studi Komparatif
Penulis Topik Variabel Terikat Variabel Bebas Arah Hubungan
Doms et al. (1995) Hubungan antaracapital intensity,penggunaan teknologidalam produksi,tingkat pertumbuhan,dan kemampuanperusahaan untukbertahan denganlingkup 6.090perusahaanmanufaktur padaperiode tahun1987–1991
Kemampuan perusa-haan untuk bertahan
Umur Perusahaan +
Ukuran Perusahaan +Produktivitas Perusa-haan
+
Teknologi, capital in-tensity
+
Pertumbuhan Perusa-haan
Umur Perusahaan -
Ukuran Perusahaan -Produktivitas Perusa-haan
+
Teknologi, capital in-tensity
+
Mion dan Zhu (2010) Dampak kompetisiimpor Cina terhadappertumbuhanpenyerapan tenagakerja, probabilitauntuk keluar pasar,dan peningkatanketerampilanperusahaan padaindustri manufakturBelgia tahun1996–2007
Pertumbuhan penye-rapan tenaga kerja
Kompetisi impor Cina - (level perusahaan)
Probabilita untuk ke-luar pasar
Kompetisi impor Cina Tidak berdampak sig-nifikan pada level in-dustri
Peningkatan keteram-pilan perusahaan
Kompetisi impor Cina + (level perusahaan)
Bloom et al. (2011) Dampak darikompetisi impor Cinaterhadap penciptaanpaten (inovasi),peningkatan teknologi,dan produktivitaspada perusahaan diEropa periode tahun1996–2007
Penyerapan tenagakerja
Kompetisi impor Cina - (low-tech firms)
Peningkatan teknologiperusahaan
Kompetisi impor Cina +
Kebertahanan peru-sahaan
Kompetisi impor Cina - (low-tech firms)
Sumber: Hasil Pengolahan Penulis
nesia. Periode waktu dalam studi ini dibatasidalam tahun 2002–2007.
Dalam menganalisis kemampuan perusaha-an untuk bertahan, data yang digunakan ada-lah seluruh data perusahaan yang ada padaawal periode studi (2002), yang selanjutnya di-analisis, perusahaan mana yang masih ada pa-da akhir periode studi (perusahaan bertahan,kode survival 1) dan mana perusahaan yangtidak lagi eksis pada akhir periode studi (per-usahaan mati, kode survival 0). Adapun peru-sahaan baru yang muncul di akhir periode stu-di (2007) tidak dimasukkan dalam analisis. Se-
dangkan untuk menganalisis pola pertumbuh-an perusahaan, data yang digunakan adalahdata sampel yang tersensor (censored sample),di mana data yang digunakan hanyalah per-usahaan yang hidup pada awal periode studi(2002) dan tetap ada di akhir periode studi(2007). Perusahaan yang mati dan perusaha-an yang baru muncul pada tahun 2007 tidakdiikutsertakan dalam analisis perilaku pertum-buhan perusahaan.
Variabel bebas yang digunakan pada keduamodel merupakan data variabel pada tahun da-sar studi (2002). Hal ini dilakukan mengingat
Laela D. W./Analisis Dampak Impor Cina...96
analisis dalam studi ini, yang merupakan point-to-point analysis, yaitu analisis kebertahanandan pertumbuhan perusahaan yang ada di ta-hun 2002 pada tahun 2007, dengan demikiankarakteristik variabel bebas yang tepat untukdigunakan adalah data variabel tahun dasar(2002). Selain itu, studi ini merupakan ana-lisis jangka pendek menggunakan teori short-run shut down, di mana perusahaan yang tidakbertahan dapat kembali berproduksi di pasar,sehingga analisis yang tepat digunakan adalahpoint-to-point analysis daripada ongoing pro-cess analysis.
Studi ini menggunakan model dasar dari stu-di yang telah dilakukan oleh Evans (1987) danDoms et al. (1995) yang selanjutnya dikem-bangkan dan dimodifikasi untuk kepentinganstudi ini. Dalam melakukan analisis terhadapkemampuan perusahaan untuk bertahan, pe-nulis menggunakan model firm survival, padaPersamaan (1) sebagai berikut:
Prob(surv) = f(tki, dasingi, pbbimpi,
kwhi, profiti, PDRBj ,
impork) + µi (1)
Di mana variabel terikatnya adalah pro-babilitas perusahaan untuk bertahan selama20022007 yang berbentuk binary. Perusahaanyang ada di awal periode studi (2002) dan te-tap ada di akhir periode studi (2007) dikatego-rikan sebagai perusahaan bertahan, dengan ko-de 1. Sementara perusahaan yang ada di awalperiode studi namun tidak lagi ada di akhirperiode studi dikategorikan sebagai perusaha-an mati, dan diberi kode 0. Perusahaan yangbaru muncul pada akhir periode studi (2007)tidak dimasukkan dalam analisis. Kemudianuntuk variabel bebas terdiri atas: (1) jumlahtenaga kerja sebagai proxy ukuran perusahaan(tk), (2) persentase bahan baku impor dari to-tal bahan baku perusahaan (pbbimp), (3) per-sentase modal asing dari total modal perusa-haan (dasing), (4) penggunaan listrik sebagaiproxy kapital dan teknologi perusahaan (kwh),(5) nilai price-cost margin sebagai proxy profi-
tabilitas perusahaan (profit), (6) nilai PDRBprovinsi tempat perusahaan tersebut berada(PDRB), dan (7) nilai impor barang sejenisdari Cina sebagai faktor kompetisi impor yangdihadapi industri TPT Indonesia (impor).
Model firm survival diolah dengan meto-de cross-section Probit Regression, dengan duametode; metode (1) bentuk logaritma akan di-aplikasikan pada variabel bebas ukuran peru-sahaan (tk), penggunaan listrik (kwh), profita-bilitas, PDRB dan impor Cina; kemudian me-tode (2), seluruh variabel bebas yang diapli-kasikan tidak menggunakan bentuk logaritma.Perbedaan spesifikasi model ini dilakukan un-tuk melihat konsistensi dampak dari setiap va-riabel bebas terhadap kemampuan perusahaanuntuk bertahan. Untuk model probit, arah danbesar pengaruh variabel bebas terhadap vari-abel terikat dapat diketahui dengan mengana-lisis nilai marginal probitnya. Adapun definisi,cara penghitungan, dan hipotesis dari masing-masing variabel disajikan dalam Tabel 3.
Untuk menganalisis perilaku pertumbuhanperusahaan dalam industri TPT Indonesia per-iode tahun 2002–2007, digunakan model firmgrowth yang ditunjukkan Persamaan (2) seba-gai berikut:
LaborGrowth = f(tki, dasingi, prodtki,
kwhi, profiti, PDRBj ,
impork) + µi (2)
Di mana variabel terikatnya adalah laborgrowth yaitu pertumbuhan perusahaan denganpendekatan pertumbuhan tenaga kerja perusa-haan dari awal periode studi hingga akhir peri-ode studi (2002–2007), yang dihitung menggu-nakan Persamaan (3). Sedangkan variabel be-basnya terdiri atas jumlah tenaga kerja peru-sahaan (tk), proporsi modal asing dalam per-usahaan (dasing), penggunaan listrik sebagaiproxy kapital dan teknologi (kwh), nilai price-cost margin sebagai proxy profitabilitas peru-sahaan, nilai PDRB provinsi tempat perusaha-an tersebut berada (PDRB), nilai impor ba-rang sejenis dari Cina (impor), dan produkti-
Laela D. W./Analisis Dampak Impor Cina... 97T
ab
el
3:
Defi
nis
id
an
Hip
ote
sis
Vari
ab
el-V
ari
ab
eld
ala
mF
irm
Su
rviv
al
Mod
el
Vari
ab
el
Defi
nis
iH
ipote
sis
Ara
hH
ubungan
Prob(surv)
Vari
ab
el
teri
kat
pada
firm
-su
rviv
al
model
yang
menunju
kkan
pro
babilit
as
peru
sahaan
untu
kb
ert
ahan,
din
yata
kan
sebagai:
1=
peru
sahan
yang
mam
pu
bert
ahan
0=
peru
sahaan
yang
tidak
mam
pu
bert
ahan/m
ati
Tk
Jum
lah
tenaga
kerj
adala
mp
eru
sahaan
sebagai
pro
xy
dari
start-
up
size
peru
sahaan,
din
yata
kan
dala
mb
entu
klo
gari
tma
pada
model
(1)
dan
din
yata
kan
dala
mri
buan
ora
ng
tenaga
kerj
apada
model
(2)
+
Sem
akin
besa
rst
art-
up
size
yang
dim
ilki
peru
sahaan,
sem
akin
mudah
bagi
peru
sahaan
ters
ebut
untu
ktu
mbuh
dan
mencapai
Min
imu
mE
fficie
nt
Sca
le,
dan
akan
menin
gkatk
an
kem
am
puan
peru
sahaan
untu
kb
ert
ahan
(Audre
tsch,
1995).
Dasing
Pers
enta
sem
odal
asi
ng
dari
tota
lm
odal
peru
sahaan,
din
yata
kan
dala
mb
entu
kp
ers
en
(%)
+M
enin
gkatn
ya
pers
enta
sem
odal
asi
ng,
baik
modal
finansi
al
maupun
fisi
kdala
mp
eru
sahaan
dapat
menin
gkatk
an
transf
er
teknolo
gi
dan
penin
g-
kata
npro
dukti
vit
as,
sehin
gga
dapat
menin
gkatk
an
kem
am
puan
peru
sahaan
untu
kb
ert
ahan.
Menuru
tShif
era
w(2
006),
dari
theo
ry
of
indu
stria
levolu
tion,
FD
Idapat
mem
beri
kan
lebih
banyak
kapit
al
per
tenaga
kerj
a,
yang
akan
menin
gkatk
an
pro
dukti
vit
as
dan
mengura
ngi
haza
rdto
fail
ure
peru
sahaan
pbbimp
Pro
pors
ip
enggunaan
bahan
baku
imp
or
dari
tota
lbahan
baku
peru
sahaan,
din
yata
kan
dala
mb
entu
kp
ers
en
(%)
-K
ete
rgantu
ngan
terh
adap
bahan
baku
imp
or,
yang
harg
anya
terg
antu
ng
fluktu
asi
nilai
tukar,
dapat
mem
bebani
stru
ktu
rbia
ya
peru
sahaan
dan
berd
am
pak
negati
fte
rhadap
keb
ert
ahanan
peru
sahaan.
Di
negara
dengan
cadangan
devis
are
ndah,
kete
rgantu
ngan
terh
adap
bahan
baku
imp
or
dapat
menja
di
sum
ber
keti
dakpast
ian
dan
penin
gkata
nris
kto
fail
ure
peru
sahaan,
nam
un
bahan
baku
imp
or
juga
dapat
menin
gkatk
an
pro
dukti
vit
as
bila
did
ukung
dengan
teknolo
gi
tinggi
(Shif
era
w,
2006)
Kwh
Penggunaan
list
rik
dala
mp
eru
sahaan
sebagai
pro
xy
dari
tingkat
kapit
al
dan
teknolo
gi
dala
mp
eru
sahaan,
din
yata
kan
dala
mb
entu
klo
gari
tma
pada
model
(1)
dan
din
yata
kan
dala
mju
taan
kw
hpada
model
(2)
+
Penggunaan
vari
ab
el
list
rik
sebagai
pro
xy
kapit
al
juga
dig
unakan
dala
mst
udi
Burn
side
et
al.
(1995)
Penin
gkata
nkapit
aldan
teknolo
giyang
dim
ilik
iole
hp
eru
sahaan,dapat
menin
gkatk
an
pro
dukti
vit
as
tenaga
kerj
a,dan
menin
gkatk
an
keb
ert
ahanan
peru
sahaan.
Sela
init
u,
penggunaan
teknolo
gi
dapat
mencerm
inkan
un
obse
rved
man
ageria
labil
ity.
Kualita
sm
anaje
men
peru
sahaan
yang
tinggi
akan
mengadopsi
teknolo
gi
yang
canggih
,m
enin
gkatk
an
efi
siensi
,p
ert
um
buhan,
dan
sela
nju
tnya
keb
ert
ahanan
peru
sahaan
(Dom
set
al.,
1995)
Profit
Tin
gkat
pro
fita
bilit
as
peru
sahaan
yang
dih
itung
dengan
pric
e-c
ost
marg
in,
din
yata
kan
dala
munit
(in
com
e–
expen
dit
ure
)/expen
dit
ure
+Sesu
ai
dengan
teori
lon
g-r
un
exit
dec
isio
n,
peru
sahaan
akan
kelu
ar
pasa
rsa
at
P<
AT
C,
ata
usa
at
pro
fitn
ya
negati
f.K
are
na
itu,
penin
gkata
npro
fit
akan
mam
pu
menin
gkatk
an
keb
ert
ahanan
peru
sahaan
dala
mpasa
r.H
ipote
sis
inise
jala
ndengan
kesi
mpula
nyang
did
apatk
an
dari
studiA
udre
tsch
et
al.
(2000)
dim
ana
supern
orm
al
pro
fit
akan
menin
gkatk
an
keb
ert
ahanan
peru
sahaan.
PDRB
Pendapata
nD
aera
hse
bagai
pro
xy
daya
beli
masy
ara
kat
regio
nal
dan
iklim
makro
ekonom
i,din
yata
kan
dala
mb
entu
klo
gari
tma
pada
model
(1)
dan
din
yata
kan
dala
mb
entu
ktr
iliu
nR
upia
hpada
model
(2)
+
Nilai
PD
RB
pro
vin
sidapat
menunju
kkan
iklim
usa
ha
yang
kondusi
fdan
daya
beli
masy
ara
kat
regio
nal
yang
tinggi,
sehin
gga
dapat
menin
gkatk
an
keb
ert
ahanan
peru
sahaan
Vari
ab
el
makro
ekonom
iju
ga
dig
unakan
dala
mst
udi
Audre
tsch
dan
Mahm
ood
(1995),
yang
menyim
pulk
an
bahw
akeadaan
ekonom
iyang
stabil
dapat
menuru
nkan
haza
rdto
exit
dari
peru
sahaan
dala
mpasa
r
Imp
or
Cin
aN
ilaiim
por
bara
ng
seje
nis
(per
ISIC
4dig
it)
indust
riT
PT
Indonesi
adari
Cin
a,dir
iilk
an
dengan
indeks
harg
ap
erd
agangan
besa
rim
por,
din
yata
kan
dala
mb
entu
klo
gari
tma
pada
model
(1)
dan
din
yata
kan
dala
mb
entu
ktr
iliu
nR
upia
hpada
model
(2)
-
Kom
peti
siim
por
bara
ng
seje
nis
dari
Cin
ab
erp
ote
nsi
menuru
nkan
market
share
dom
est
ikin
dust
riT
PT
lokal,
yang
sela
nju
tnya
akan
menuru
nkan
keb
ert
ahanan
peru
sahaan.Stu
diyang
dilakukan
Alv
are
zdan
Cla
ro(2
008)
menyim
pulk
an
bahw
akom
peti
siim
por
Cin
am
enuru
nkan
keb
ert
ahanan
peru
sahaan
di
Chili,
teru
tam
apada
peru
sahaan
dengan
pro
dukti
vit
as
rendah.
µi
Erro
ryang
terd
apat
dala
mm
odel
H0
βi
=0
saat
p-v
alu
e>
0,
Vari
ab
el
bebas
tidak
mem
engaru
hi
vari
ab
el
teri
kat.
H1
βi6=
0sa
at
p-v
alu
e<
0,
tola
kH
0→
Vari
ab
el
bebas
mem
engaru
hi
vari
ab
el
teri
kat
secara
signifi
kan
Su
mb
er:
Has
ilP
engo
lah
anP
enu
lis
Laela D. W./Analisis Dampak Impor Cina...98
vitas tenaga kerja (prodtk), yang dihitung da-ri rasio nilai value-added per tenaga kerja da-lam perusahaan. Variabel jumlah tenaga kerja(tk), penggunaan listrik (kwh), profitabilitas,PDRB, nilai impor Cina, dan produktivitas te-naga kerja (prodtk) dinyatakan dalam bentuklogaritma. Definisi dan hipotesis arah hubung-an masing-masing variabel disajikan dalam Ta-bel 4. Model firm growth menggunakan meto-de cross-section OLS Regression. Dalam ana-lisis model firm growth, data yang digunakandalam sampel hanyalah data perusahaan yangdiberi nilai 1 pada model survival, sehingga da-ta yang digunakan pada regresi model pertum-buhan perusahaan adalah data yang tersensor(censored sample).
LG(growthtk) =tkn+1 − tkn
tkn
=tk2007 − tk2002
tk2002(3)
dengan:LG = Labor Growth;tk = jumlah tenaga kerja perusahaan padatahun tertentu.
Mekanisme robustness check terhadap mo-del firm survival dan firm growth dilakukan de-ngan mengikutsertakan unsur penetrasi imporTPT dari seluruh dunia. Penetrasi total im-por TPT dunia digunakan dalam bentuk rasioimpor TPT Cina terhadap total impor TPTIndonesia dari seluruh dunia. Selanjutnya, va-riabel rasio impor Cina ini digunakan untukmenggantikan variabel nilai impor Cina dalampengolahan model firm survival dan firm grow-th.
Pengujian Heckman dilakukan untuk menga-nalisis ada atau tidaknya hubungan antara ke-mampuan perusahaan untuk bertahan dan per-ilaku pertumbuhan perusahaan. Pengujian di-lakukan terhadap model firm growth dan firmsurvival karena keterkaitan sampel yang digu-nakan dalam keduanya. Penggunaan censoredsample akan menimbulkan masalah sample se-lection problem saat pola kebertahanan peru-
sahaan berhubungan dengan perilaku pertum-buhannya. Lebih lanjut, hal ini dapat menye-babkan bias pada hasil regresi, didapatkan darikarakteristik yang tidak terobservasi (unobse-rved features) dari perusahaan yang sudah hi-lang pada akhir periode studi (kode survival =0).
Dari hasil pengujian Heckman akan dida-patkan nilai koefisen dan p-value dari MillsLambda. Jika p-value dari variabel Mills Lamb-da < α yang digunakan, keputusan yang di-ambil adalah tolak H0, sehingga dapat disim-pulkan bahwa dalam model firm growth, sam-pel tidak terseleksi secara acak, dan terdapatindikasi adanya hubungan antara kemampuanperusahaan untuk bertahan dan perilaku per-tumbuhan perusahaan.
Sebaliknya, jika dari hasil pengujian Heckm-an didapatkan nilai p-value Mills Lambda yang> α, dapat dikatakan bahwa sampel dalam mo-del firm growth sudah terseleksi secara acak,dan tidak terdapat indikasi adanya hubunganantara kemampuan perusahaan untuk berta-han dan perilaku pertumbuhan perusahaan.Hal ini juga menunjukkan bahwa tidak ada biasyang ditimbulkan oleh unobserved features ter-hadap hasil regresi, sehingga regresi OLS padapengolahan model firm growth dapat dilakukandengan data sampel tersensor (censored sam-ple).
Hasil dan Analisis
Hasil pengolahan marginal probit model firmsurvival (1) disajikan dalam Tabel 5. ImporCina secara positif memengaruhi kemampuanperusahaan untuk bertahan secara signifikanpada tingkat kepercayaan 5%. Impor barangsejenis dari Cina yang diprediksi akan mema-tikan perusahaan tidak terbukti pada studi ini.Hal ini sejalan dengan studi Mion dan Zhu(2010) serta hasil studi lembaga AKATIGA(2007). AKATIGA (2007) menyatakan bahwapasca-implementasi penghapusan kuota imporoleh WTO, praktik transshipment marak dila-
Laela D. W./Analisis Dampak Impor Cina... 99T
ab
el
4:
Defi
nis
id
an
Hip
ote
sis
Vari
ab
el-V
ari
ab
eld
ala
mF
irm
Gro
wth
Mod
el
Vari
ab
elD
efin
isi
Hip
ote
sis
Ara
hH
ub
un
gan
growthtk
Vari
ab
elte
rikat
pad
afi
rmgr
ow
thm
odel
yan
gm
enu
nju
kkan
per
tum
bu
han
per
usa
haan
,d
ihit
un
gd
engan
pen
dek
ata
np
er-
tum
bu
han
ten
aga
ker
jap
eru
sah
aan
dari
tahu
n2002–2007
Tk
Ju
mla
hte
naga
ker
jad
ala
mp
eru
sah
aan
seb
agai
pro
xyd
ari
sta
rt-u
psi
zep
eru
sah
aan
,d
inyata
kan
dala
mb
entu
klo
gari
tma.
-P
eru
sah
aan
baru
den
gan
sta
rt-u
psi
zeyan
gle
bih
kec
ild
ari
Min
imu
mE
ffici
ent
Sca
le(M
ES
)h
aru
stu
mb
uh
leb
ihce
pat
untu
km
enca
pai
ME
Sin
du
stri
dan
ber
op
erasi
dala
msk
ala
pro
du
ksi
op
tim
al
(Au
dre
tsch
dan
Mah
mood
,1995)
dasing
Per
senta
sem
od
al
asi
ng
dari
tota
lm
od
al
per
usa
haan
(%)
+P
enin
gkata
np
rop
ors
im
od
al
asi
ng
dala
mp
eru
sah
aan
baik
fin
an
sial
mau
pu
nfi
sik,
sert
ate
kn
olo
gi
dap
at
men
ingkatk
an
pro
-d
ukti
vit
as,
dan
sela
nju
tnya
per
tum
bu
han
per
usa
haan
.S
hif
eraw
(2006)
men
yim
pu
lkan
bahw
am
od
al
asi
ng
bes
erta
tran
sfer
tekn
olo
gi
yan
gm
enyer
tain
ya
mam
pu
men
ingkatk
an
per
tum
bu
han
per
usa
haan
,te
ruta
ma
pad
ap
eru
sah
aan
bes
ar
Prodtk
Pro
du
kti
vit
as
ten
aga
ker
jayan
gd
ihit
un
gd
engan
nilai
valu
e-a
dd
edp
erte
naga
ker
ja,
din
yata
kan
dala
mb
entu
klo
gari
tma
+P
enin
gkata
np
rod
ukti
vit
as
akan
mem
icu
pen
ingkata
np
ertu
mb
uh
an
per
usa
haan
.H
ipote
sis
ini
seja
lan
den
gan
hasi
lst
ud
id
ari
Dom
set
al.
(1995)
yan
gm
enyim
pu
lkan
bahw
ap
rod
ukti
vit
as
per
usa
haan
ber
hu
bu
ngan
posi
tif
den
gan
per
tum
bu
han
nya.
kwh
Pen
ggu
naan
list
rik
dala
mp
eru
sah
aan
seb
agai
pro
xyd
ari
tin
gkat
kap
itald
an
tekn
olo
gid
ala
mp
erusa
haan
,d
inyata
kan
dala
mb
entu
klo
gari
tma
+
Pen
ingkata
nkap
ital
dan
tekn
olo
gi
dala
mp
eru
sah
aan
akan
men
ingkatk
an
pro
du
kti
vit
as
ten
aga
ker
jad
an
per
tum
bu
han
per
usa
haan
.D
ala
mst
ud
inya,
Dom
set
al.
(1995)
men
yim
pu
lkan
bahw
aca
pit
al
inte
nsi
tysu
atu
per
usa
haan
akan
mem
ilik
ihu
bu
ngan
posi
tif
den
gan
per
tum
bu
han
nya
Profit
Tin
gkat
pro
fita
bilit
as
per
usa
haan
yan
gd
ihit
un
gd
engan
pri
ce-c
ost
ma
rgin
,d
inyata
kan
dala
mu
nit
(in
com
e–
expe
nd
itu
-re
)/ex
pen
dit
ure
+
Per
usa
haan
yan
gb
erp
rod
uksi
leb
ihefi
sien
akan
mam
pu
men
dap
atk
an
pro
fit
yan
gle
bih
bes
ar.
Pro
fit
yan
gle
bih
bes
ar
mem
bu
at
per
usa
haan
mam
pu
untu
km
elaku
kan
eksp
an
si,
baik
dala
mm
od
al
fisi
km
au
pu
nfin
an
sial,
seh
ingga
akan
mem
icu
per
tum
bu
han
per
usa
haan
yan
gm
enin
gkat
pu
la
PDRB
Pen
dap
ata
nD
aer
ah
seb
agai
pro
xyd
aya
bel
im
asy
ara
kat
regio
nal
dan
iklim
makro
ekon
om
i,d
inyata
kan
dala
mb
entu
klo
ga-
ritm
a+
NilaiP
DR
Bp
rovin
sid
ap
at
men
un
jukkan
iklim
usa
ha
yan
gkon
du
sif
dan
daya
bel
im
asy
ara
kat
regio
nalyan
gti
nggi,
seh
ingga
dap
at
men
ingkatk
an
per
tum
bu
han
per
usa
haan
Imp
or
Nilai
imp
or
bara
ng
seje
nis
(per
ISIC
4d
igit
)in
du
stri
TP
TIn
don
esia
dari
Cin
a,
dir
iilk
an
den
gan
ind
eks
harg
ap
erd
agan
gan
bes
ar
imp
or,
dan
din
yata
kan
dala
mb
entu
klo
gari
tma.
-
Kom
pet
isi
imp
or
Cin
ad
ap
at
mem
icu
per
ub
ah
an
pola
pro
du
ksi
dari
labo
r-in
ten
sive
ke
skil
l-in
ten
sive
,se
hin
gga
per
min
taan
terh
ad
ap
skil
led
wo
rker
sm
enin
gkat
dan
terj
ad
ip
enu
run
an
pen
yer
ap
an
ten
aga
ker
ja.
Efe
kin
ih
anya
ber
laku
pad
alo
w-t
ech
firm
s(M
ion
dan
Zhu
,2010).
Kom
pet
isiim
por
Cin
aju
ga
dap
at
mem
icu
per
usa
haan
ber
eaksi
den
gan
men
gu
ran
gip
enyer
ap
an
ten
aga
ker
jad
an
men
ingkatk
an
inovasi
dala
mte
kn
olo
gise
rta
pro
du
kR
&D
,yan
gce
nd
eru
ng
terj
ad
ip
ad
ap
eru
sah
aan
den
gan
tekn
olo
gi
ren
dah
(Blo
om
eta
l.,
2011)
H0
βi
=0
saat
p-v
alu
e>
0,
Vari
ab
elb
ebas
tid
ak
mem
engaru
hi
vari
ab
elte
rikat
H1
βi6=
0sa
at
p-v
alu
e<
0,
tola
kH
0→
Vari
ab
elb
ebas
mem
engaru
hi
vari
ab
elte
rikat
seca
rasi
gn
ifikan
Su
mb
er:
Has
ilP
engo
lah
anP
enu
lis
Laela D. W./Analisis Dampak Impor Cina...100
kukan oleh pelaku industri TPT Indonesia.
Berdasarkan studi tersebut praktik trans-shipment terjadi ketika produk impor masukke Indonesia untuk kemudian diekspor kemba-li sebagai produk Indonesia, sehingga mening-katkan nilai ekspor Indonesia. Praktik ini ter-utama semakin marak terjadi setelah diberla-kukannya kuota untuk produk Cina ke Ame-rika Serikat dan Uni Eropa pada tahun 2005.Selain itu, perusahaan-perusahaan yang tidakmampu bersaing dengan produk impor ilegalCina yang sangat murah, memilih beralih darimemproduksi garmen menjadi pedagang gar-men Cina dengan merek lokal. Sehingga da-pat disimpulkan, untuk industri TPT Indone-sia periode 2002–2007, kompetisi impor Cinajustru mampu meningkatkan probabilitas per-usahaan untuk bertahan melalui peningkataninovasi, praktik transshipment, dan peralihandari produsen menjadi pedagang tekstil Cina.Jika dijelaskan dengan teori short-run shut do-wn, praktik transshipment yang dilakukan pe-laku industri TPT Indonesia akan meningkat-kan Total Revenue (TR) yang diterima, yangpada akhirnya akan meningkatkan kemampuanperusahaan untuk bertahan dalam pasar. Halini menunjukkan bahwa impor Cina memberi-kan dampak positif yang signifikan terhadapkebertahanan perusahaan menengah dan be-sar, sementara efeknya pada perusahaan ke-cil tidak tercakup pada studi ini. Sementaraitu, studi-studi sebelumnya yang menyimpulk-an adanya efek negatif dari impor Cina ter-hadap kebertahanan perusahaan, kebanyakanmemiliki fokus studi pada industri kecil danmenengah. Dengan demikian, tidaklah meng-herankan jika hasil dari studi ini berbeda darikebanyakan studi yang telah dilakukan sebe-lumnya.
Variabel persentase modal asing tidak me-miliki dampak signifikan terhadap kemampu-an perusahaan untuk bertahan. Hal ini dapatdisebabkan oleh masih rendahnya jumlah per-usahaan dalam industri TPT Indonesia yangmemiliki komponen modal asing dalam struk-
tur permodalannya. Tabel 6 memperlihatkanproporsi perusahaan dengan modal asing di in-dustri TPT Indonesia. Perusahaan yang memi-liki komponen modal asing dalam struktur fi-nansialnya hanya sebesar 6,66% dari total per-usahaan di industri TPT Indonesia tahun 2002,sementara 93,34% sisanya tidak memiliki kom-ponen modal asing dalam struktur modal per-usahaannya. Hal inilah yang dapat menjadi pe-nyebab variabel persentase modal asing tidakmemberikan dampak signifikan terhadap ke-mampuan perusahaan untuk bertahan di in-dustri TPT Indonesia. Hal ini juga membuk-tikan masih sangat kurangnya tingkat investa-si non-pemerintah, seperti investasi asing danperbankan di bidang industri TPT, yang ju-ga dikeluhkan oleh para pelaku usaha sebagaisalah satu faktor penghambat utama pertum-buhan industri TPT Indonesia. Kurangnya in-vestasi pada industri menyebabkan proses re-vitalisasi mesin produksi terhambat.
Variabel PDRB secara signifikan mampumemengaruhi kemampuan perusahaan untukbertahan pada tingkat signifikansi 5%. PDRBmencerminkan tingkat pertumbuhan ekonomidalam suatu daerah, yang juga mencermin-kan daya beli dari masyarakat daerah tersebut.PDRB yang meningkat menandakan kondisiekonomi yang semakin baik, serta peningkatandaya beli masyarakat regional. Walaupun in-dustri TPT Indonesia merupakan industri yangberorientasi ekspor, PDRB terbukti mampumemengaruhi kebertahanan perusahaan secarasignifikan. Hal ini dapat disebabkan oleh ter-ciptanya lingkungan usaha yang kondusif olehpeningkatan PDRB regional. Kesimpulan inisejalan dengan studi yang dilakukan Audre-tsch dan Mahmood (1995) yang menyimpulkanbahwa keadaan makroekonomi yang stabil da-pat meningkatkan kemampuan perusahaan un-tuk bertahan dalam industri. Selain itu, pasarlokal dapat menjadi alternatif pemasaran ha-sil produksi saat pasar ekspor melemah. Keti-ka keadaan ekonomi global menurun dan pasarekspor ikut melemah, perusahaan pada indus-
Laela D. W./Analisis Dampak Impor Cina... 101
Tabel 5: Analisis Arah dan Signifikansi Variabel pada Firm Survival Model (1)
Variabel P-Value Estimasi Arah Arah Hasil Regresi Nilai dF/dx
Impor Cina 0,021** - + 0,0175941Persentase Modal Asing 0,791 + - -0,0001197PDRB 0,011** + + 0,0294125Pengggunaan Listrik (kwh) 0,072* + + 0,0099615Persentase bahan baku impor 0,000** - - -0,0013945Profitabilitas Perusahaan 0,675 + - -0,0047529
Prob > chi2 0,000Pseudo R2 0,0444 = 4,44%
Keterangan: * signifikan pada taraf 10%Keterangan: ** signifikan pada taraf 5%
Tabel 6: Persentase Kepemilikan Modal Asing dalam Perusahaan
Karateristik Pemilikan Modal Asing Jumlah Perusahaan Persentase (%)
0% 3.659 93,34184Tidak 0% 261 6,658163
Total Perusahaan 3.920 100
Sumber: Hasil Pengolahan Penulis
tri TPT Indonesia dapat mengalihkan pasar-nya kepada pasar lokal, sehingga daya beli ma-syarakat regional akan mampu meningkatkankemampuan perusahaan untuk bertahan.
Variabel penggunaan listrik (kwh) merupa-kan proxy bagi pemilikan kapital dan tingkatteknologi dalam suatu perusahaan. Variabel inidapat secara signifikan memengaruhi kemam-puan perusahaan untuk bertahan, dalam ting-kat signifikansi 10%. Hasil ini sesuai denganstudi yang dilakukan Doms et al. (1995) yangmenyatakan bahwa tingkat kapital dan tekno-logi perusahaan akan memengaruhi performaperusahaan dalam pasar secara positif, yangselanjutnya meningkatkan kemampuan perusa-haan untuk bertahan. Dengan pendekatan la-in, perusahaan dengan tingkat kapital yang le-bih tinggi akan mampu memproduksi produkTPT dengan kualitas lebih tinggi, dengan de-mikian akan lebih mampu bertahan dalam in-dustri. Selain itu, pada perusahaan yang cende-rung capital intensive, perkembangannya tidakterpengaruh oleh fluktuasi keadaan di dalampasar tenaga kerja (peraturan upah minimum,PHK tenaga kerja, dan sebagainya), mencip-takan siklus produksi yang lebih stabil, sehing-ga akan lebih mampu bertahan dalam pasar.
Variabel persentase bahan baku impor seca-ra signifikan mampu memengaruhi kemampu-an perusahaan untuk bertahan dengan tingkatsignifikansi 5%. Penggunaan bahan baku im-por dapat membebani struktur biaya perusa-haan. Harga bahan baku impor yang berubah-ubah sesuai fluktuasi nilai tukar akan membe-bani struktur biaya perusahaan yang selanjut-nya mengurangi kemampuan perusahaan un-tuk bertahan dalam industri. Hasil ini sesuaidengan studi yang dilakukan Jovanovic (1982)di mana kemampuan perusahaan untuk ber-tahan ditentukan oleh true cost atau rata-ratabiayanya, yang terdiri dari entry cost dan biayaproduksi perusahaan tersebut.
Jumlah tenaga kerja, sebagai proxy dariukuran perusahaan, mampu secara signifikanmemengaruhi kemampuan perusahaan untukbertahan dalam industri, dengan tingkat sig-nifikansi 5%. Hasil regresi ini sejalan denganstudi yang dilakukan Audretsch (1995) danEvans (1987) bahwa start-up size suatu peru-sahaan akanmemengaruhi kemampuan perusa-haan tersebut untuk bertahan dalam industridengan arah hubungan yang positif. Audretsch(1995) mengatakan bahwa semakin besar start-up size suatu perusahaan, semakin mudah bagi
Laela D. W./Analisis Dampak Impor Cina...102
perusahaan untuk tumbuh/semakin kecil ting-kat pertumbuhan yang dibutuhkan untuk men-capai Minimum Efficient Scale (MES) indus-tri, sehingga akan mampu bertahan dalam pa-sar. Setelah mencapai MES industri, perusaha-an akan mampu berproduksi pada skala opti-malnya.
Profitabilitas perusahaan diukur denganprofit to expenditure ratio, tidak memiliki pe-ngaruh signifikan terhadap kemampuan peru-sahaan untuk bertahan dalam industri TPTIndonesia periode tahun 2002–2007. Berbagaihambatan internal (kenaikan tarif dasar lis-trik, bunga bank, dan upah minimum peker-ja), yang terjadi bersamaan dengan penurun-an harga TPT dunia (AKATIGA, 2007) dankompetisi impor Cina, baik legal maupun ile-gal, tingkat profit yang didapatkan oleh per-usahaan dalam industri TPT Indonesia padatahun 2002 menjadi tidak cukup signifikan un-tuk memengaruhi kemampuannya untuk ber-tahan pada periode tahun 2002–2007. Dengankata lain, hasil ini menunjukkan bahwa peru-sahaan tidak perlu menghasilkan keuntunganbesar untuk dapat bertahan di pasar. Walau-pun keuntungan yang dihasilkan perusahaan dipasar kecil atau bahkan nol, perusahaan akantetap bertahan selama ia mampu mencukupiAverage Variable Cost-nya (short-run shut do-wn decision). Saat permintaan pasar menurun,perusahaan dapat memutuskan untuk menjualproduknya dengan harga lebih murah, dengandemikian profit yang didapatkan akan menu-run, namun perusahaan dapat tetap bertahandi pasar.
Tabel 7 menyajikan hasil dari pengolahanfirm survival model (2). Variabel penggunaanlistrik (kwh) tidak signifikan memengaruhi ke-mampuan perusahaan untuk bertahan. Hasilyang berbeda antara firm survival model (1)dan firm survival model (2) menunjukkan ada-nya potensi hubungan yang tidak signifikan an-tara tingkat kapital yang dimiliki perusahaandengan kemampuannya untuk bertahan dalamindustri. Hal ini dapat disebabkan oleh kondisi
mesin-mesin produksi dalam industri TPT In-donesia yang telah berumur lebih dari 20 ta-hun, dan menurunkan produktivitas produk-si, sehingga tidak mampu memberikan dam-pak signifikan terhadap kemampuan perusaha-an untuk bertahan dalam industri TPT Indo-nesia periode tahun 2002–2007.
Selanjutnya, dalam studi ini juga dilakukanmekanisme robustness check, dengan menam-bahkan unsur impor total TPT dari dunia kedalam variabel analisis. Dengan demikian, a-kan dapat terlihat efek dari impor Cina yangdikontrol dengan jumlah total impor TPT dariseluruh dunia. Hasil pengolahan model untukrobustness check, yang ditunjukkan pada Ta-bel 8, konsisten dengan hasil yang ditunjukkanoleh pengolahan model firm survival (1) pada6 variabel, sementara variabel rasio impor me-nunjukkan hasil analisis hubungan yang ber-beda dengan nilai impor Cina itu sendiri. Ra-sio impor Cina terhadap total impor dunia ti-dak memberikan dampak signifikan terhadapkebertahanan perusahaan. Hal ini menunjuk-kan bahwa saat unsur total impor TPT In-donesia dari seluruh dunia dimasukkan dalamanalisis, nilai impor Cina menjadi tidak signifi-kan dalam memengaruhi kebertahanan perusa-haan. Dengan kata lain, dampak yang dialamioleh industri TPT Indonesia bukan hanya ber-asal dari penetrasi impor Cina, melainkan jugadari keseluruhan penetrasi impor TPT dunia.
Tabel 9 memperlihatkan hasil pengolahanmodel pertumbuhan perusahaan menggunakanpendekatan pertumbuhan tenaga kerja. Terli-hat bahwa hanya dua variabel yang mampumemengaruhi pertumbuhan perusahaan seca-ra signifikan, yaitu variabel start-up size danproduktivitas tenaga kerja perusahaan.
Variabel impor Cina tidak signifikan meme-ngaruhi pertumbuhan tenaga kerja perusaha-an. Kesimpulan ini bertentangan dengan stu-di Mion dan Zhu (2010), Alvarez dan Claro(2008), dan Bloom et al. (2011). Hal ini dapatterjadi karena studi ini tidak mengikutsertakandata perusahaan kecil, sehingga hasil yang di-
Laela D. W./Analisis Dampak Impor Cina... 103
Tabel 7: Analisis Arah dan Signifikansi Variabel pada Firm Survival Model (2)
Variabel P-Value Estimasi Arah Arah Hasil Regresi Nilai dF/dx
Impor Cina 0,000** - + 0,0418178Persentase Modal Asing 0,614 + - -0,0002028PDRB 0,001** + + 0,000365Pengggunaan Listrik (kwh) 0,139 + + 0,0021764Persentase bahan baku impor 0,082* - - -0,0005306Jumlah Tenaga Kerja 0,000** + + 0,1411162Profitabilitas Perusahaan 0,856 + + 0,0010358
Prob > chi2 0,000Pseudo R2 0,0255 = 2,55%
Keterangan: * signifikan pada taraf 10%Keterangan: ** signifikan pada taraf 5%
Tabel 8: Analisis Arah dan Signifikansi Variabel pada Robustness Check
Variabel P-Value Estimasi Arah Arah Hasil Regresi Nilai dF/dx
Rasio Impor 0,449 - + 0,0670716Persentase Modal Asing 0,547 + - -0,0002724PDRB 0,014** + + 0,0281951Pengggunaan Listrik (kwh) 0,008** + + 0,0142654Persentase bahan baku impor 0,000** - - -0,0014712Jumlah Tenaga Kerja 0,000** + + 0,0642243Profitabilitas Perusahaan 0,693 + + -0,0045307
Prob > chi2 0,000Pseudo R2 0,0436 = 4,36%
Keterangan: * signifikan pada taraf 10%Keterangan: ** signifikan pada taraf 5%
tunjukkan juga tidak dapat sepenuhnya meng-gambarkan dampak impor Cina terhadap peri-laku pertumbuhan perusahaan. Pengaruh kom-petisi impor Cina yang tidak signifikan ter-hadap pertumbuhan perusahaan menunjukkanadanya indikasi persaingan dalam pasar yangberbeda antara produk impor Cina dan indus-tri TPT Indonesia yang memiliki orientasi pa-sar ekspor untuk pemasaran produksinya. Darihasil pengolahan model firm survival dan firmgrowth dapat disimpulkan bahwa impor Cinahanya dapat menolong perusahaan untuk ber-tahan dalam industri melalui mekanisme trans-shipment dan perdagangan barang impor, na-mun impor Cina tidak menyelesaikan akar ma-salah produksi industri TPT Indonesia, sehing-ga tidak dapat membantu perusahaan untuktumbuh.
Variabel persentase modal asing dalamstruktur modal perusahaan tidak memengaru-
hi pertumbuhan tenaga kerja perusahaan seca-ra signifikan. Seperti yang terjadi pada modelfirm survival, variabel modal asing tidak dapatmemengaruhi pertumbuhan perusahaan secarasignifikan karena masih sedikitnya perusahaandalam industri TPT Indonesia yang memilikikomponen asing dalam struktur modalnya.
Variabel PDRB juga tidak memengaruhipertumbuhan tenaga kerja dalam perusahaansecara signifikan. Variabel PDRB yang meru-pakan ukuran dari pertumbuhan ekonomi pro-vinsi dan mencerminkan daya beli masyara-kat regional, berdasarkan hasil analisis modelfirm survival mampu memengaruhi keberta-hanan perusahaan secara signifikan. Perusaha-an dalam industri TPT Indonesia lebih banyakmengalokasikan produknya untuk pasar ekspordaripada pasar nasional, menunjukkan karak-teristik industri TPT Indonesia yang berorien-
Laela D. W./Analisis Dampak Impor Cina...104
Tabel 9: Analisis Arah dan Signifikansi Variabel pada Labor Growth Model
Variabel P-Value Estimasi Arah Arah Hasil Regresi Nilai dF/dx
Impor Cina 0,789 - - -0,005363Persentase Modal Asing 0,106 + + 0,0011256PDRB 0,194 + - -0,0403674Pengggunaan Listrik (kwh) 0,256 + + 0,0160708Produktivitas Tenaga kerja 0,021** + + 0,0615568Jumlah Tenaga Kerja 0,000** - - -0,0907274Profitabilitas Perusahaan 0,968 + - -0,000269
Prob > F 0,0000R-squared 0,0113 = 1,13%
Keterangan: * signifikan pada taraf 10%Keterangan: ** signifikan pada taraf 5%
tasi ekspor4. Akibatnya, daya beli masyarakatregional yang dicerminkan oleh tingkat PDRBprovinsi tidak mampu secara signifikan meme-ngaruhi pertumbuhan tenaga kerja perusaha-an. Jika dibandingkan dengan analisis modelfirm survival, dapat terlihat bahwa PDRB pro-vinsi lebih mampu memengaruhi kebertahananperusahaan dibandingkan dengan pertumbuh-an perusahaan. PDRB provinsi yang mencer-minkan daya beli masyarakat regional mam-pu memberikan dampak positif signifikan ter-hadap kebertahanan perusahaan, terutama sa-at terjadinya pelemahan pasar ekspor. Peru-sahaan akan mengalihkan produksinya ke pa-sar lokal sebagai strategi alternatif untuk te-tap bertahan di pasar. Namun, strategi ini bu-kanlah strategi permanen yang diterapkan se-bagai pendorong pertumbuhan perusahaan, se-hingga tidaklah mengherankan jika PDRB ti-dak dapat memengaruhi pertumbuhan perusa-haan secara signifikan. Pertumbuhan perusa-haan dihasilkan dari pertumbuhan permintaanekspor, sehingga strategi pendorong pertum-buhan perusahaan akan berfokus pada peme-nuhan pasar ekspor.
Variabel penggunaaan tenaga listrik (kwh),sebagai proxy dari tingkat pemilikan kapitaldan tingkat teknologi, tidak memengaruhi per-tumbuhan tenaga kerja secara signifikan. Da-
4Presentasi Departemen Perindustrian, ”Road MapIndustri Tekstil dan Produk Tekstil”, Juni 2007, dikutipdari Ibrahim (2009).
ri hasil analisis ini dapat disimpulkan bahwapertumbuhan perusahaan pada industri TPTIndonesia lebih dipengaruhi oleh jumlah tena-ga kerja/ukuran perusahaan daripada jumlahkapital yang dimilikinya. Dengan kata lain, pe-ningkatan permintaan, yang akan memicu per-tumbuhan, diatasi dengan penambahan jumlahtenaga kerja, bukan penambahan kapital me-sin. Hasil pengolahan model firm survival (1)dan (2) menyimpulkan bahwa tingkat kapitalsuatu perusahaan memberikan dampak positifterhadap kemampuan perusahaan untuk ber-tahan, namun dampak positifnya juga berpo-tensi menjadi tidak signifikan, yang disebab-kan oleh kondisi mesin-mesin produksi dalamindustri TPT Indonesia yang telah berumur sa-ngat tua. Sejalan dengan hasil tersebut, penga-ruh yang tidak signifikan dari tingkat kapitaldalam hasil pengolahan model firm growth da-pat disebabkan oleh umur mesin pada indus-tri TPT Indonesia yang sudah sangat tua, ki-nerja mesin industri yang sudah tidak optimal,sehingga tidak mampu memengaruhi pertum-buhan perusahaan secara signifikan. Selain itu,hasil ini menunjukkan bahwa peningkatan ka-pital bukan merupakan indikator pertumbuhanperusahaan. Perusahaan tidak harus terus me-ningkatkan jumlah kapitalnya untuk tumbuh,Pertumbuhan dihasilkan dari peningkatan per-mintaan, yang dapat dipenuhi dengan pening-katan efisiensi produksi, misalnya melalui pe-latihan tenaga kerja atau peningkatan jumlahtenaga kerja.
Laela D. W./Analisis Dampak Impor Cina... 105
Variabel produktivitas tenaga kerja, yangdihitung dengan angka value-added per tena-ga kerja, terbukti memberikan dampak secarasignifikan terhadap pertumbuhan tenaga kerjaindustri TPT Indonesia periode tahun 2002–2007. Hasil ini membuktikan pentingnya perandari produktivitas tenaga kerja terhadap per-tumbuhan perusahaan. Kesimpulan ini juga se-suai dengan studi yang telah dilakukan olehDoms et al. (1995), di mana dinyatakan bah-wa perusahaan dengan produktivitas yang le-bih tinggi akan memiliki tingkat pertumbuhanyang lebih tinggi pula. Perusahaan yang me-miliki produktivitas tenaga kerja yang tinggiakan mampu berproduksi dengan lebih efisien,memicu peningkatan kapasitas produksi, danpada akhirnya akan meningkatkan pertumbuh-an perusahaan.
Jumlah tenaga kerja, sebagai proxy daristart-up size perusahaan, memiliki dampak sig-nifikan terhadap pertumbuhan tenaga kerja,pada tingkat signifikansi 5%. Kesimpulan inijuga sesuai dengan studi empiris terdahuluyang dilakukan Evans (1987), Dunne dan Hu-ghes (1994), dan Doms et al. (1995) yang me-nyatakan bahwa semakin besar ukuran perusa-haan, semakin kecil tingkat pertumbuhan tena-ga kerja perusahaan tersebut. Kesimpulan inimenolak Gibrat’s Law yang menyatakan bah-wa tingkat pertumbuhan perusahaan adalahproporsional dengan ukuran perusahaan terse-but. Menurut Audretsch dan Mahmood (1995),hubungan negatif antara kedua variabel ter-sebut dapat dijelaskan sebagai berikut. Peru-sahaan dengan start-up size yang kecil harustumbuh lebih cepat dari perusahaan besar un-tuk mencapai Minimum Efficient Scale (MES).Pertumbuhan ini diperlukan untuk menghapuscost disadvantages yang dimilikinya berkaitandengan skala ekonomi industri (MES). Costdisadvantages muncul karena perusahaan ba-ru (new entrants) beroperasi pada sub-optimalscale of output. Semakin besar jarak antarastart-up size perusahaan dengan MES, sema-kin cepat perusahaan tersebut harus tumbuh
untuk bertahan dalam pasar.
Profitabilitas perusahaan, yang dihitung de-ngan profit-to-expenditure ratio, tidak mampumemengaruhi pertumbuhan tenaga kerja da-lam perusahaan secara signifikan. Sejalan de-ngan analisis model kebertahanan perusahaan,tingkat profitabilitas perusahaan pada tahun2002 juga tidak mampu memberikan dampaksignifikan terhadap pertumbuhan perusahaan.Hal ini dapat disebabkan oleh rendahnya ting-kat profit yang didapatkan perusahaan padaindustri TPT Indonesia pada tahun 2002. Da-ri hasil pengolahan model firm survival danfirm growth dapat disimpulkan bahwa berba-gai hambatan yang dihadapi industri TPT In-donesia pada tahun 2002 membuat profit yangdihasilkan menjadi tidak cukup signifikan un-tuk memengaruhi kemampuan perusahaan un-tuk bertahan maupun untuk tumbuh.
Mekanisme robustness check juga diguna-kan dalam analisis model firm growth. Varia-bel impor Cina yang digunakan dalam modelfirm growth diganti dengan variabel rasio im-por Cina terhadap total impor TPT dari selu-ruh dunia. Adapun hasil dari robustness checkpada model firm growth disajikan dalam Ta-bel 10. Mekanisme robustness check yang di-lakukan pada model firm growth memberikanhasil yang konsisten dengan hasil analisis mo-del firm growth sebelumnya, di mana hanyaada dua variabel yang memengaruhi perilakupertumbuhan perusahaan dalam industri TPTIndonesia, yaitu start-up size dan produktivi-tas tenaga kerja perusahaan. Dari hasil terse-but dapat disimpulkan bahwa penetrasi imporCina dibandingkan dengan impor TPT duniatidak memberikan dampak signifikan terhadapperilaku pertumbuhan perusahaan. Hal ini da-pat disebabkan oleh indikasi persaingan dalampasar yang berbeda, mengingat data yang di-gunakan dalam studi ini hanya data perusaha-an skala menengah dan besar, sementara dataperusahaan kecil tidak diikutsertakan. Dengankata lain, pertumbuhan perusahaan dalam in-dustri TPT Indonesia dapat pula dipengaruhi
Laela D. W./Analisis Dampak Impor Cina...106
Tabel 10: Analisis Arah dan Signifikansi Variabel pada Robustness Check
Variabel P-Value Estimasi Arah Arah Hasil Regresi Nilai dF/dx
Rasio Impor Cina 0,356 - - 0,1612632Persentase Modal Asing 0,106 + + 0,0011506PDRB 0,172 + - -0,0427463Pengggunaan Listrik (kwh) 0,308 + + 0,0167137Produktivitas Tenaga kerja 0,022** + + 0,0609776Jumlah Tenaga Kerja 0,000** - - -0,0935389Profitabilitas Perusahaan 0,986 + - -0,0001137
Prob > F 0,0000R-squared 0,0118 = 1,18%
Keterangan: * signifikan pada taraf 10%Keterangan: ** signifikan pada taraf 5%
oleh penetrasi impor TPT dunia, yang tidakdianalisis dalam studi ini.
Hasil pengujian Heckman menunjukkan ko-efisien mills lambda sebesar yang tidak signi-fikan dalam tingkat signifikansi 95%. Sehinggadapat disimpulkan bahwa sampel dalam modelfirm growth sudah terseleksi secara acak dan ti-dak ditemukan adanya indikasi hubungan anta-ra karakteristik model firm growth dan firm su-rvival. Dengan kata lain, koefisien mills lambdayang tidak signifikan menunjukkan bahwa ti-dak ada masalah yang ditimbulkan oleh unob-served selection effect, sehingga regresi OLS pa-da pengolahan model firm growth dapat dila-kukan dengan data sampel tersensor (censoredsample). Lebih lanjut dapat disimpulkan bah-wa perilaku pertumbuhan perusahaan pada in-dustri TPT Indonesia periode tahun 2002–2007dapat dianalisis dengan menggunakan metodedata tersensor.
Simpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari pengolah-an model firm survival ini adalah bahwa keber-tahanan perusahaan dalam industri TPT In-donesia periode tahun 2002–2007 dipengaruhioleh karakteristik internal perusahaan itu sen-diri, yaitu start-up size, jumlah kapital, danproporsi bahan baku impor dalam perusaha-an tersebut, sementara variabel eksternal yangmemengaruhi adalah kompetisi impor barang
sejenis dari Cina dan nilai PDRB provinsitempat perusahaan tersebut berdiri. Nilai im-por Cina memberikan dampak positif signifikanterhadap kebertahanan perusahaan dalam in-dustri TPT Indonesia melalui peningkatan ino-vasi, praktik transshipment, dan peralihan dariprodusen menjadi pedagang tekstil impor Ci-na dengan merek lokal. Berdasarkan robustnesscheck terhadap model firm survival, total im-por TPT dunia juga berpotensi memberikandampak pada kebertahanan perusahaan dalamindustri TPT Indonesia periode 2002–2007.
Analisis terhadap perilaku pertumbuhanperusahaan dalam industri TPT Indonesia pe-riode tahun 2002–2007 menyimpulkan bahwapertumbuhan perusahaan hanya dipengaruhioleh start-up size yang diukur dengan jumlahtenaga kerja dalam perusahaan, serta tingkatproduktivitas tenaga kerja perusahaan terse-but. Kesimpulan lain yang dapat diambil daripengolahan model firm growth adalah bahwapenetrasi impor Cina tidak memengaruhi per-tumbuhan perusahaan secara signifikan. Per-tumbuhan perusahaan dalam industri TPT In-donesia periode 2002–2007 lebih dipengaruhioleh faktor internal, yaitu karakteristik peru-sahaan yang dapat dikontrol oleh perusahaanitu sendiri, sementara variabel eksternal yangdigunakan dalam studi ini tidak memengaru-hi pertumbuhan perusahaan secara signifikan.Berdasarkan robustness check terhadap modelfirm growth dapat disimpulkan bahwa nilai im-por Cina yang dibandingkan dengan total im-
Laela D. W./Analisis Dampak Impor Cina... 107
por TPT dunia tidak memberikan dampak sig-nifikan. Dengan kata lain, pertumbuhan peru-sahaan dalam industri TPT Indonesia dapatpula dipengaruhi oleh penetrasi impor TPTdunia, yang tidak dianalisis dalam studi ini.
Studi ini memiliki beberapa keterbatasan,sehingga penulis memberikan saran untuk stu-di selanjutnya, yaitu mengikutsertakan bebe-rapa variabel yang tidak dipertimbangkan da-lam studi ini, seperti variabel umur perusahaandan data dari perusahaan kecil. Dengan mem-pertimbangkan perusahaan kecil, dapat dilaku-kan analisis yang lebih menyeluruh mengenaikebertahanan dan pertumbuhan industri TPTIndonesia. Selain itu studi ini hanya mengana-lisis dampak impor TPT dari Cina, sementaraefek total dari penetrasi impor TPT dari se-luruh dunia diabaikan. Sehingga efek dari to-tal impor TPT dunia terhadap kinerja indus-tri TPT Indonesia, dapat dilihat untuk men-dapatkan hasil analisis yang lebih komprehen-sif mengenai dampak penetrasi impor barangsejenis terhadap kinerja perusahaan dalam in-dustri TPT Indonesia.
Daftar Pustaka
[1] AKATIGA. (2007). Industri Tekstil dan GarmenIndonesia Pasca ATC: Dimana Kita Berada.
[2] AKATIGA. (2009, Januari 11). Saat-nya Pemerintah Buat Kebijakan Melindu-ngi Industri TPT. http://www.akatiga.
org/index.php/publikasi/artikel/item/
350-saatnya-pemerintah-buat-kebijakan-
melindungi-industri-tpt. (Accessed October25, 2011).
[3] Alvarez, R. & Claro, S. (2008). DavidVersus Goliath: The Impact of Chine-se Competition on Developing Countries.Central Bank of Chile Working Papers,478. http://www.bcentral.cl/estudios/
documentos-trabajo/pdf/dtbc478.pdf. (Acces-sed November 8, 2011).
[4] Audretsch, D. B. (1995). Innovation, Growth, andSurvival. International Journal of Industrial Orga-nization, 13 (4), 441–457.
[5] Audretsch, D. B. & Mahmood, T. (1995). NewFirm Survival: New Results Using a Hazard Fun-ction. The Review of Economics and Statistics,
77 (1), 97–103. http://www.jstor.org/stable/
2109995. (Accessed October 25, 2011).[6] Audretsch, D. B., Houweling, P. & Thurik, A. R.
(2000). Firm Survival in the Netherlands. Reviewof Industrial Organization, 16 (1), 1–11.
[7] Badan Pusat Statistik. www.bps.go.id.[8] Bank Indonesia. (2008). Organisasi Industri dan
Pembentukan Harga di Tingkat Produsen. OutlookEkonomi Indonesia 2008–2013, Edisi Juli 2008.
[9] Bloom, N., Draca, M. & Van Reenen, J. (2011).Trade Induced Technical Change? The Impact ofChinese Imports on Innovation, IT, and Producti-vity. NBER Working Paper, 16717. http://www.nber.org/papers/w16717.pdf?new_window=1.(Accessed November 8, 2011).
[10] Burnside, C., Eichenbaum, M. & Rebelo, S. (1995).Capital Utilization and Returns to Scale. NBERMacroeconomics Annual, 10, 67–110. http://www.nber.org/chapters/c11017.pdf. (Accessed No-vember 8, 2011).
[11] Carrizosa, M. T. (2006). Firm Growth, Persistence,and Multiplicity of Equilibria: An Analysis of Spa-nish Manufacturing and Service Industries. PhDDisertassion. Spanyol: Department of EconomicsUniversity Rovira i Virgili.
[12] Doms, M., Dunne, T. & Roberts, M. J. (1995). TheRole Of Technology Use In The Survival and Grow-th of Manufacturing Plants. International Journalof Industrial Organization, 13 (4), 523–542.
[13] Dunne, P. & Hughes, A. (1994). Age, Size, Grow-th and Survival: UK Companies in the Late 1980s.Journal of Industrial Economics, 42 (2), 115–140.http://www.jstor.org/stable/2950485. (Acces-sed October 25, 2011).
[14] Evans, D. S. (1987). The Relationship Betwe-en Firm Growth, Size, and Age: Estimates for100 Manufacturing Industries. Journal of Indus-trial Economics, 35 (4), 567–581. http://www.
jstor.org/stable/2098588. (Accessed November8, 2011).
[15] Geroski, P. A. (1995). What Do We Know AboutEntry? International Journal of Industrial Organi-zation, 13 (4), 421-440.
[16] Greene, W. H. (2003). Econometric Analysis, 5thEdition. Prentice Hall International.
[17] Gujarati, D. N. & Porter, D. C. (2009). Basic Eco-nometrics, International Edition, 5th Edition. Si-ngapore: McGraw-Hill.
[18] Hart, P. E. (1962). The Size and Growth ofFirms. Economica, 29 (113), 2939. http://www.
jstor.org/stable/2601518. (Accessed November8, 2011).
[19] Hermawan, Iwan. (2011). Analisis Dampak Kebi-jakan Makroekonomi Terhadap Perkembangan In-dustri Tekstil dan Produk Tekstil Indonesia. Bule-tin Ekonomi Moneter dan Perbankan, 374–408.
Laela D. W./Analisis Dampak Impor Cina...108
Tabel 11: Hasil Pengujian Heckman
Analisa Hubungan P-value dari Koefisien Mills Lambda Keterangan
Model Firm Survival dan Labor Growth 0,078 Tidak Signifikan
Desain Hipotesis
H0 Data dalam sampel terseleksi secara acak. Ti-dak ada hubungan antara model firm growth danfirm survival
Gagal Menolak H0
H1 Data dalam sampel tidak terseleksi secara acak.Ada hubungan antara model firm growth danfirm survival
[20] Ibrahim, P. W. D. (2009). Pengaruh LiberalisasiPerdagangan Terhadap Produktivitas Tenaga Ker-ja Industri Tekstil dan Produk Tekstil di Indonesia:1991–2005. Skripsi. Depok: Departemen Ilmu Eko-nomi, Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.
[21] Isgut, A. (2009). The Effect of Imports from Chi-na on Canada’s Labour Markets: Your Wages AreNot Set in Beijing. Proceedings of the conferen-ce, ”Offshore Outsourcing: Capitalizing on LessonsLearned”, Rotman School of Management, Toron-to, 26–27 Oktober 2006. Diedit oleh Daniel Trefler.www.rotman.utoronto.ca/index.html. (AccessedNovember 8, 2011).
[22] Jovanovic, B. (1982). Selection and the Evolu-tion of Industry. Econometrica, 50 (3), 649–670.http://www.jstor.org/stable/1912606. (Acces-sed November 8, 2011).
[23] Mankiw, N. Gregory. (2004). Principles of Econo-mics, 3rd Edition. Ohio : Thomson South-Western.
[24] Mansfield, E. (1962). Entry, Gibrat’s Law, In-novation and the Growth of Firms. AmericanEconomic Review, 52 (5), 1023–1051. http://
www.jstor.org/stable/1812180. (Accessed Octo-ber 25, 2011).
[25] Mion, G. & Zhu, L. (2010). Import Competitionfrom and Outsourcing to China: A Curse or Bles-sing for Firms? Centre for Economic Performance(CEP) Discussion Paper, 1038.
[26] Miranti, E. (2007). Mencermati Kinerja Tekstil In-donesia: Antara Potensi dan Peluang. EconomicReview, 209, 1–10.
[27] Publikasi Statistik Kementerian Perindustrian.www.kemenperin.go.id.
[28] Publikasi Statistik Kementerian Perdagangan.www.kemendag.go.id.
[29] Pusat Data United Nations, UN Comtrade. www.comtrade.un.org.
[30] Rahmitha. (2009). Pengaruh Posisi PersainganDomestik terhadap Kemampuan Ekspor IndustriTekstil dan Produk Tekstil (TPT) Indonesia. Sk-
ripsi. Depok: Departemen Ilmu Ekonomi, FakultasEkonomi Universitas Indonesia.
[31] Shiferaw, A. (2006). Entry, Survival, and Growthof Manufacturing Firms in Ethiopia. Working Pa-per Series Institute of National Studies, 425.
[32] Simon, H. A. & Bonini, C. P. (1958). The Si-ze Distribution of Business Firms. The Americ-an Economic Review, 48 (4), 607–617. http://
www.jstor.org/stable/1808270. (Accessed Octo-ber 25, 2011).
[33] Storey, D. J. (1994). Understanding the Small Bu-siness Sector. London: Routledge.
[34] Tempo Online. (2009, November 30). HalangRintang Ekonomi Kita. Tempo Online. http://
majalah.tempointeraktif.com/id/arsip/2009/
11/30/LK/mbm.20091130.LK132090.id.html.(Accessed November 8, 2011).
[35] Wooldridge, J. M. (2005). Introductory Econome-trics: A Modern Approach, 3rd Edition. ThomsonSouth-Western.