13
ANALISIS BIAYA PENGGUNAAN BERBAGAI ENERGI BIOMASSA UNTUK IKM (Studi Kasus di Kabupaten Wonosobo) ( ) Cost Comparation Analysis of Wood Waste Fuels for SMI (Case Study in Wonosobo District) Sylviani ¹, Hariyatno Dwiprabowo², Elvida Yosefi Suryandari ³ Puslitbang Perubahan Iklim dan Kebijakan, Jl. Gunung Batu No 5, Bogor 16118. Telp (0251) 8633944 Fax: (0251) 8634924 Email: [email protected], [email protected] iterima 19 Oktober 2011, disetujui 11 Februari 2013 Kelangkaan sumber energi yang tidak terbarukan mendorong industri menggunakan bahan bakar terbarukan. Salah satu sumber energi terbarukan adalah limbah kayu dari industri penggergajian seperti serbuk gergajian dan pelet kayu. Penelitian dilakukan di Kabupaten Wonosobo pada beberapa Industri Kecil Menengah (IKM) makanan dan minuman (mamin). Uji coba menggunakan pelet kayu dilakukan di Kabupaten Cianjur pada industri tahu dan tempe. Metode penelitian dilakukan dengan menggunakan analisis biaya untuk mengetahui perbandingan biaya penggunaan berbagai jenis bahan bakar. Hasil penelitian menunjukkan bahwa biaya bahan bakar menggunakan pelet kayu menunjukkan nilai yang terkecil (2,3%) dari biaya produksi dibandingkan dengan menggunakan bahan bakar lainnya, sedangkan biaya produksi tempe menggunakan pelet kayu menunjukkan nilai yang tinggi 5,5%. Pelet kayu merupakan bahan bakar yang memiliki kelebihan antara lain : hemat dalam penyimpanan, waktu memasak yang relatif singkat, dan rendah tingkat abu dan emisi. Kabupaten Wonosobo mempunyai potensi yang tinggi untuk pengembangan bahan bakar pelet kayu karena memiliki hutan negara dan hutan rakyat yang cukup luas. Pelet kayu merupakan bahan bakar yang cukup efisien untuk dikembangkan penggunaannya dalam industri. Namun demikian, perlu kerjasama dan koordinasi para pihak untuk mengembangkan pelet kayu agar dapat dimanfaatkan secara luas energi terbarukan, pelet kayu, dan koordinasi para pihak 1,2,3 D . Kata kunci: ABSTRACT Scarcity of non renewable energy sources drives the industry to use renewable fuels. One of renewable energy sources is waste product from the wood processing industry such as sawdust and wood pellets. The study was conducted in District of Wonosobo on some Small and Medium Scale Industry (SMI) of food and beverage. Tests of wood pellets are conducted at tofu and tempe industries in Cianjur District. The research method used was a cost analysis to compare the costs of different types of fuels. The results showed that the fuel cost using wood pellets was the smallest (2.3%) of the cost of production compared to using other fuels, while tempe production cost using wood pellets showed values 5.5%. Using wood pellets fuel have advantages such as: saving in storage, cooking time is relatively short, and low ash and emissions. Wonosobo District has high potential for the development of wood pellet, because it has state forests and forest communities are quite extensive. Wood pellets is efficient enough for use in processing industrial. However, it needs the cooperation and coordination of the stakeholders to develop the wood pellets that can be used widely renewable energy, wood pellets, and the coordination of the stakeholders . Keywords: ABSTRAK I. PENDAHULUAN Kebutuhan sumber energi yang tidak terbarukan (konvensional) dalam pembangunan, utamanya di dunia industri mengalami perkembangan yang sangat pesat, seperti minyak bumi, batu bara dan gas, dimana sumber energi tersebut terus mengalami kenaikkan harga. Indonesia mengalami defisit Bahan Bakar Minyak (BBM) dalam jumlah besar, dimana pada tahun 2004 sudah mencapai 17,8 juta kilo liter (kl). Defisit yang sangat besar ini dipenuhi melalui impor BBM yang mengurangi devisa negara dan pinjaman luar negeri untuk menutup subsidi BBM. Sejak tahun 2005 harga BBM termasuk minyak tanah mengalami kenaikan menjadi Rp 2.750/lt; dan pada tahun 2009 melonjak menjadi Rp 8500/lt (BPS Wonosobo, 2010). Dampak kenaikan harga minyak tanah dirasakan berat oleh Industri Kecil Menengah (IKM) yang produktivitasnya relatif rendah. 48 JURNAL Penelitian Sosial dan Ekonomi Kehutanan Vol. 10 No. 1 Maret 2013, Hal. 48 - 60

ANALISIS BIAYA PENGGUNAAN BERBAGAI ENERGI …_dkk.pdf · ANALISIS BIAYA PENGGUNAAN BERBAGAI ENERGI BIOMASSA UNTUK IKM (Studi Kasus di Kabupaten Wonosobo) Cost Comparation Analysis

Embed Size (px)

Citation preview

ANALISIS BIAYA PENGGUNAAN BERBAGAI ENERGI BIOMASSAUNTUK IKM (Studi Kasus di Kabupaten Wonosobo)

()

Cost Comparation Analysis of Wood Waste Fuels for SMI (CaseStudy in Wonosobo District)

Sylviani ¹, Hariyatno Dwiprabowo², Elvida Yosefi Suryandari ³Puslitbang Perubahan Iklim dan Kebijakan, Jl. Gunung Batu No 5,Bogor 16118.Telp (0251) 8633944

Fax: (0251) 8634924 Email: [email protected], [email protected]

iterima 19 Oktober 2011, disetujui 11 Februari 2013

Kelangkaan sumber energi yang tidak terbarukan mendorong industri menggunakan bahan bakar terbarukan.Salah satu sumber energi terbarukan adalah limbah kayu dari industri penggergajian seperti serbuk gergajian danpelet kayu. Penelitian dilakukan di Kabupaten Wonosobo pada beberapa Industri Kecil Menengah (IKM) makanandan minuman (mamin). Uji coba menggunakan pelet kayu dilakukan di Kabupaten Cianjur pada industri tahu dantempe. Metode penelitian dilakukan dengan menggunakan analisis biaya untuk mengetahui perbandingan biayapenggunaan berbagai jenis bahan bakar. Hasil penelitian menunjukkan bahwa biaya bahan bakar menggunakan peletkayu menunjukkan nilai yang terkecil (2,3%) dari biaya produksi dibandingkan dengan menggunakan bahan bakarlainnya, sedangkan biaya produksi tempe menggunakan pelet kayu menunjukkan nilai yang tinggi 5,5%. Pelet kayumerupakan bahan bakar yang memiliki kelebihan antara lain : hemat dalam penyimpanan, waktu memasak yangrelatif singkat, dan rendah tingkat abu dan emisi. Kabupaten Wonosobo mempunyai potensi yang tinggi untukpengembangan bahan bakar pelet kayu karena memiliki hutan negara dan hutan rakyat yang cukup luas. Pelet kayumerupakan bahan bakar yang cukup efisien untuk dikembangkan penggunaannya dalam industri. Namun demikian,perlu kerjasama dan koordinasi para pihak untuk mengembangkan pelet kayu agar dapat dimanfaatkan secara luas

energi terbarukan, pelet kayu, dan koordinasi para pihak

1,2,3

D

.

Kata kunci:

ABSTRACT

Scarcity of non renewable energy sources drives the industry to use renewable fuels. One of renewable energy sources is wasteproduct from the wood processing industry such as sawdust and wood pellets. The study was conducted in District of Wonosobo on someSmall and Medium Scale Industry (SMI) of food and beverage. Tests of wood pellets are conducted at tofu and tempe industries inCianjur District. The research method used was a cost analysis to compare the costs of different types of fuels. The results showed that thefuel cost using wood pellets was the smallest (2.3%) of the cost of production compared to using other fuels, while tempe production costusing wood pellets showed values 5.5%. Using wood pellets fuel have advantages such as: saving in storage, cooking time is relatively short,and low ash and emissions. Wonosobo District has high potential for the development of wood pellet, because it has state forests and forestcommunities are quite extensive. Wood pellets is efficient enough for use in processing industrial. However, it needs the cooperation andcoordination of the stakeholders to develop the wood pellets that can be used widely

renewable energy, wood pellets, and the coordination of the stakeholders

.

Keywords:

ABSTRAK

I. PENDAHULUAN

Kebutuhan sumber energi yang tidak terbarukan(konvensional) dalam pembangunan, utamanya didunia industri mengalami perkembangan yangsangat pesat, seperti minyak bumi, batu bara dangas, dimana sumber energi tersebut terusmengalami kenaikkan harga. Indonesia mengalamidefisit Bahan Bakar Minyak (BBM) dalam jumlahbesar, dimana pada tahun 2004 sudah mencapai

17,8 juta kilo liter (kl). Defisit yang sangat besar inidipenuhi melalui impor BBM yang mengurangidevisa negara dan pinjaman luar negeri untukmenutup subsidi BBM. Sejak tahun 2005 hargaBBM termasuk minyak tanah mengalami kenaikanmenjadi Rp 2.750/lt; dan pada tahun 2009melonjak menjadi Rp 8500/lt (BPS Wonosobo,2010). Dampak kenaikan harga minyak tanahdirasakan berat oleh Industri Kecil Menengah(IKM) yang produktivitasnya relatif rendah.

48JURNAL Penelitian Sosial dan Ekonomi Kehutanan Vol. 10 No. 1 Maret 2013, Hal. 48 - 60

Di Kabupaten Wonosobo Jawa Tengah tercatatada 4.316 unit IKM makanan dan minuman(Mamin) yang menyerap tenaga kerja hingga 12.118orang karena merupakan industri padat karya(Dinas Perindustrian 2011). Sebelum tahun 2005banyak IKM Mamin yang menggunakan minyaktanah, namun dengan kelangkaan dan tingginyaharga minyak tanah mendorong IKM untukmenggunakan bahan bakar yang lebih murahseperti gas, kayu bakar hingga serbuk gergajian yangmerupakan energi terbarukan.

Menurut Sukanto Reksohadiprojo (1994) dalamHetty Herawati (Sumber Daya Energi, 2012),sumber daya energi yang dapat diperbaharui/nonkonvensional merupakan sumber daya energi yangdapat diperbaharui atau dapat diisi kembali atautidak terhabiskan ( ) adalah sumber dayaenergi yang bisa dihasilkan kembali baik secaraalamiah maupun dengan bantuan manusia. Salahsatu bentuk energi yang terbarukan dan mulaidikembangkan saat ini adalah pelet kayu. Bahanbaku pelet kayu berupa limbah eksploitasi sepertisisa penebangan, cabang dan ranting, limbahindustri perkayuan seperti sisa potongan, serbukgergaji dan kulit kayu hingga limbah pertanianseperti jerami dan sekam (Sanusi, 2010). Pelet kayumemiliki ukuran berdiameter 6-8 mm danberukuran panjang 10-30 mm, dan dalam kondisikering. Pelet menghasilkan panas kurang lebih4,9 kwh/kg karena memiliki kadar air yang rendah(8-10%), kadar abu (0,5-1%) dengan kerapatan650 kg/m³. Satu kilogram pelet kayu menghasilkanpanas setara dengan setengah liter minyak (Leaver,2008).

Sebagai upaya memilih bahan bakar yang efektifdan efisien untuk UKM Mamin, maka penelitiandilakukan di Kabupaten Wonosobo. Tujuanpenelitian antara lain : (1) Identifikasi jumlah IKMdi Kabupaten Wonosobo Jawa Tengah, yangmenggunakan berbagai energi terbarukan sebagaibahan bakar; (2) Perbandingan biaya penggunaanenergi yang tidak terbarukan dan yang terbarukanpada beberapa IKM di Kabupaten Wonosobo (3)Potensi penggunaan sumber energi pelet kayusebagai bahan bakar alternatif. IKM mamin yangmerupakan sampel yai tu industr i yangmemproduksi tempe dan tahu sekala rumah tanggayang menggunakan bahan bakar terbarukan dantidak terbarukan. Diharapkan hasil penelitian inidapat memberikan informasi kepada para IKM

renewable

terutama Mamin untuk menggunakan bahan bakaryang terbarukan sebagai subsitusi bahan bakaryang tidak terbarukan

Penelitian ini dilaksanakan di KabupatenWonosobo Provinsi Jawa Tengah, denganpertimbangan bahwa terdapat industri IKMmamin yang menggunakan bahan bakar yangterbarukan berupa serbuk gergajian. Selain ituterdapat juga pabrik yang memproduksi bahanbakar terbarukan berupa pelet kayu skala eksportdengan bahan baku jenis kayu campuran, namunjenis sengon lebih banyak penggunaannya.

Data dikumpulkan dengan metode wawancara,pencatatan dan pengamatan langsung di lapangandengan obyek penelitian beberapa para pihakterkait, lebih jelas metode penelitian dapat dilihatpada Tabel 1.

Dalam rangka menganalisis penggunaan bahanbakar, harga bahan bakar IKM mamin dilakukanmelalui proses tabulasi data dan pembahasansecara diskriftif kuantitatif dan kualitatifsedangkan untuk mengetahui perbandingan biayamenggunakan bahan bakar terbarukan dan bahanbakar yang tidak terbarukan dilakukan melaluiproses perhitungan selisih antara nilai jual persatuan produk dengan jumlah biaya produksi yangdikeluarkan.

, s

.

II. METODE PENELITIAN

A. Lokasi Penelitian

B. Pengumpulan Data

C. Analisis Data

Biaya atau adalah pengorbanan yangdilakukan untuk memperoleh suatu barang ataupunjasa yang diukur dengan nilai uang, baik itupengeluaran berupa uang, melalui tukar menukarataupun melalui pemberian jasa edangkan ongkosatau adalah pengeluaran untuk memperolehpendapatan (Rony, 1990). Biaya produksidikategorikan menjadi tiga jenis biaya yakni (1) BiayaBahan Baku Langsung ( ) yaituapabila bahan tersebut merupakan bagian integraldari proses produksi. (2) Biaya Buruh Langsung(D ) yaitu biaya yang dikeluarkan untukpembayaran upah kepada buruh yang langsungterlibat dalam proses produksi. (3) Biaya Pabrik

cost

expense

Direct Material Cost

irect Labor Cost

49Analisis Biaya Penggunaan Berbagai Energi Biomassa untuk IKM ..... Sylviani , Hariyatno Dwiprabowo & Elvida Yosefi Suryandari( )

Table 1. Metode Pengumpulan DataTable 1. Collecting data method

Lainnya ( ) adalah semua biayapabrik yang bukan biaya bahan baku langsung danburuh langsung.

Factory Overhead Cost

Hasil pengumpulan data dan informasi tentangnilai dan volume selanjutnya dalam menganalisisnilai pembiayaan, penerimaan, keuntunganpengolahan tahu dan tempe maka diadakan analisissebagai berikut. Untuk mengetahui besarnyapembiayaan yaitu biaya produksi tahu dan tempedengan rumus sebagai berikut (Rahmawati, 2009).

TC = FC + VC

TC = Biaya Total / Total Cost (Rp)FC = Biaya Tetap / Fixed Cost (Rp)VC = Biaya Variabel / Variable Cost (Rp)

Besarnya penerimaan yang diperoleh olehpengerajin tahu dan tempe dapat dipengaruhi olehbesarnya produksi dan harga jual dari tahu yangdihas i lkan Untuk mengetahui besarnyapenerimaan, perhitungan dilakukan melalui

rumusan sebagai berikut :

TR = Y . P

dimana :TR = Penerimaan Total / Total Revenue (Rp)Y = Jumlah produksi tahu dan tempe (kg)Py = Harga rata-rata tahu dan tempe (Rp/kg)

Dari hasil perhitungan biaya produksi danpenerimaan, selanjutnya dapat diketahui besarnyakeuntungan yang diperoleh. Untuk mengetahuibesarnya keuntungan secara matematis dapatdituliskan sebagai berikut :

dimana := Keuntungan / laba (Rp)

TR = Penerimaan Total / Total Revenue (Rp)TC = Biaya Total / Total Cost (Rp)

Dengan diketahui besarnya biaya dan ke-untungan yang diperoleh selanjutnya dilalukan

Y

Π = TR TC

Π

50JURNAL Penelitian Sosial dan Ekonomi Kehutanan Vol. 10 No. 1 Maret 2013, Hal. 48 - 60

analisis perbandingan biaya dan keuntungan darimasing-masing produk yang menggunakan bahanbakar yang terbarukan dan tidak terbarukan dalamsuatu proses produksi .

Sebagai salah satu sektor andalan, perkembangansektor IKM cukup menentukan kondisi per-

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Potensi Industri Makanan dan Minuman(Mamin) di Kabupaten Wonosobo

ekonomian Kabupaten Wonosobo, demikian pulahalnya dengan sub sektor industri sedang, kecil danrumah tangga yang merupakan bagian takterpisahkan dari total keseluruhan sektor industri.Industri mamin tahu, tempe dan gula (GTT) diKabupaten Wonosobo kebanyakan berupaindustri rumah tangga. Sebanyak 6.893 unit usahaindustri minuman dan makanan berupa industripadat karya yang memproduksi makanan khastradisional (GTT). IKM merupakan BinaanIndustri Agro Dinas Perindustrian Kondisiindustri makanan dan minuman GTT diKabupaten Wonosobo disajikan pada Tabel 2.

Tabel 2. Industri Makanan dan Minuman di Kabupaten WonosoboTable 2. Food and Beverage Industry in Wonosobo District

No Produk(Product)

Unitusaha(Unit)

TenagaKerja

(Labor)

Nilai investasi(Invesment

Value)(Rp 000)

Kapasitasproduksi(Production

Capacity) (kg)

Nilai Produksi(Production

Value)(Rp.000)

Nilai BahanBaku/Bahan

Penolong ( RawMaterial Value

(Rp.000)1 Gula 5.409 10.329 1.737.152 4.741.101 23.133.274 12.929.083

2 Tempe 1.417 2.880 567.697 4.557.412 37.372.470 22.969.356

3 Tahu 67 242 747.900 6.044.646 13.600.455 10.021.387

Total 8.221 16.780 3.901.542 20.210.296 94.836.051 52.819.867

% GTT 84 80 78 76 78 87Sumber : Dinas Perindustrian Kabupaten Wonosobo 2010(source) (Industry Service of Wonosobo District)

Berdasarkan data tersebut diatas, industrimakanan dan minuman di kabupaten Wonosoboyang terbanyak adalah industri gula, tempe dan tahu(84%) dengan nilai produksi 78% dari semuaindustri mamin. Sementara industri lain dalamjumlah yang relatif kecil antara lain industri opak,rengginang, getuk dan kue kering. Berdasarkaninformasi dari Dinas Perindustrian Wonosobo,sebagian besar industri Gula, Tempe dan Tahu(GTT) menggunakan bahan bakar terbarukanberupa limbah kayu dan sebagian kecilmenggunakan bahan bakar tidak terbarukan yaituberupa minyak tanah.

Berdasarkan pemilihan industri mamin jenisrumah tangga, pabrik tahu dan tempe merupakanindustri yang banyak menggunakan bahan bakar

B. Perbandingan Biaya Penggunaan BahanBakar pada Industri Tempe dan Tahu

yang terbarukan yaitu serbuk gergaji dan kayubakar /sebetan. Disamping itu juga sebagai bahanperbandingan dipilih beberapa industri tempe dantahu yang menggunakan bahan bakar yang tidakterbarukan yaitu gas karena bahan bakar minyaktanah pabrik sudah tidak menggunakan lagi.Perhitungan perbandingan biaya pemakaian bahanbakar didasarkan atas struktur komponen biayayang digunakan dalam proses produksi tahu tempe.Selanjutnya dihitung keuntungan yang diperolehmasing-masing produk dengan menggunakanbahan bakar yang berbeda

Biaya proses produksi tahu dan tempe denganbahan bakar yang berbedaPabrik tahu ini adalah industri skala menengahyang menggunakan bahan bakar kayu bakar danserbuk gergaji. Kayu bakar digunakan untukmendidihkan air di boiler, kemudian uapnyadisalurkan melalui pipa-pipa untuk merebus

1.

51Analisis Biaya Penggunaan Berbagai Energi Biomassa untuk IKM ..... Sylviani , Hariyatno Dwiprabowo & Elvida Yosefi Suryandari( )

gilingan kedelai selama 0,5 jam, sedangkanserbuk gergajian digunakan dengan me-masukkan serbuk tersebut kedalam tungguuntuk merebus gilingan kedelai. Tungku serbukgergajian dirancang sedemikan rupa untuktempat memasukkan serbuk gergajian, lubangventilasi dan lubang untuk cerobong asap.Serbuk gergajian yang dijadikan bahan bakaradalah serbuk gergajian yang kering oven.Setelah gilingan kedelai direbus kemudiandisaring untuk diambil ampasnya sebagaimakanan ternak atau diproses lanjutan untukdijadikan produk oncom. Sementara itu pati darirebusan ini diberi cuka sedikit sebagai penetralrasa selanjutnya dicetak dalam cetakan kayu. Dibeberapa industri tahu di kabupaten Wonosobomemiliki kapasitas produksi yang bervariasi dari50 - 200 kg kedelai/hari.Perhitungan biaya didasarkan atas kapasitas

produksi 50 kg kedelai/tungku dengan hargakedelai Rp 7.000,-/kg. Proses perebusan gilingankedelai dengan menggunakan kayu bakar,sebetan/bebetan kayu untuk kapasitas tersebutsebanyak 12 kg dengan harga Rp 1.500/kg. Tenagakerja yang digunakan mendapat upah harian, untukproses produksi tahu ini mengeluarkan biayasebesar Rp 30.000/3 orang.

Dengan kapasitas yang sama namun perebusankedelai menggunakan bahan bakar serbukgergajian, dibutuhkan sebanyak 4 (empat) karungdengan harga Rp 6.000/karung dengan tenagakerja harian. Upah tenaga kerja sebesar Rp58.000/3 orang.

Sebagai bahan pembanding untuk pabrik tahuyang menggunakan bahan bakar yang tidak

terbarukan yaitu gas, sampel diambil pabrik tahu diKabupaten Cianjur Jawa Barat. Dimana bahanbakar gas yang digunakan untuk kapasitas yangsama sebanyak 5 (lima) tabung atau senilai Rp75.000, sementara biaya tenaga kerja sebesar Rp80.000/3 orang, biaya tenaga kerja tinggi karenamerupakan tenaga bulanan.

Dalam rangka memperkenalkan bahan bakaryang terbarukan berupa pelet kayu penelitiandilakukan dengan uji coba pada salah satu pabriktahu di Kabupaten Cianjur dengan menggunakantungku yang sama. Hasil uji coba menunjukkanbahwa dalam proses perebusan kedelai meng-gunakan bahan bakar pelet kayu membutuhkansebanyak 6 (enam) kg atau senilai Rp 12.000.

Bahan pembantu yang digunakan hanya garamdan kunyit untuk produk tahu kuning. Biaya inidimasukkan dalam komponen biaya lain termasukjuga biaya penyusutan dan pemeliharaan. Denganbahan baku kedelai 50 kg dapat menghasilkan 50kotak (isi 100 buah tahu) dengan harga per kotakbervariasi.

Pengamatan dan uji coba yang dilakukan padaIKM tahu adalah untuk proses perebusan gilingankedelai sebanyak 50 kg untuk masing-masing jenisbahan bakar dengan harga kedelai rata-rata Rp7.000/kg. Dari hasil proses perebusan tersebutproduk tahu yang dihasilkan sama sebanyak 50papan atau kotak, namun jumlah satuan dan hargaberbeda-beda. Nilai input dan output iniselanjutnya akan digunakan untuk menghitungbesarnya biaya proses produksi dan besarnyakeuntungan yang diperoleh. Lebih jelas jumlahbiaya proses produksi yang digunakan untukmembuat tahu dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 3. Input dan output produk tahu yang dihasilkan dengan empat jenis bahan bakarTable 3. Tofu input output with four kinds of energy

No Uraian (Discription)

Kayu bakar(Fire wood)

Gas(Gas)

Pelet kayu(Wood Pellet)

Serbuk gergaji(Sawdust)

Satuan(Unit)

Nilai(Value)

Rp

Satuan(Unit)

Nilai(Value)

Rp

Satuan(Unit)

Nilai(Value)

Rp

Satuan(Unit)

Nilai(Value)

Rp1 Input

Kedelai (kg)

Bahan bakar

5012 kg

70001500

505 tabung

700015000

506 kg

70002000

504 krng

70006000

2 Output

(tahu/kotak)

50 13660 50 16500 50 14000 50 13000

52JURNAL Penelitian Sosial dan Ekonomi Kehutanan Vol. 10 No. 1 Maret 2013, Hal. 48 - 60

Tabel 4. Jumlah biaya membuat tahu dengan beberapa jenis bahan bakarTable 4. Process production cost for tofu with kinds of energy

No Uraian(Discription)

Jenis Bahan Bakar (Kinds of Energy)

Kayu Bakar(Fire Wood)

Serbuk Gergaji(Sawdust)

Gas(Gas)

Pelet Kayu(Wood pellet)

1 Biaya tidak Tetap (Variable Cost)Bahan bakuBahan pembantuBahan Bakar

368.000350.000

-18.000

374.000350.000

-24.000

425.000350.000

-75.000

362.000350.000

-12.000

2 Biaya Tetap (Fixed Cost)Tenaga KerjaLainnya

38.10230.0008.102

74.50058.00016.500

85.78480.0005.784

47.02835.00012.028

3 Jumlah Biaya(Total Cost)

406.102 448.500 510.784 409.028

Lama memasak( jerangan/jam)

1 jam 1 jam 1 jam 25 menit

Keterangan ; Proses produksi untuk 50 kg kedelai/tungku(remarks) (Process production for 50 kg soyabeans/furnace)

Berdasarkan Tabel 4 dapat dilihat bahwaterdapat perbedaan jumlah biaya yang dikeluarkanuntuk membuat tahu dari berbagai jenis bahanbakar. Biaya bahan bakar yang terbesar adalahmenggunakan gas menyerap ± 17,6 % dari biayatidak tetap sedangkan biaya bahan bakar lainnyayaitu kayu bakar, serbuk gergaji dan pelet kayumasing-masing 4,8 %, 6,4 % dan 3,3 %. Sementaraitu untuk proses merebus gilingan kedelaimenggunakan masing-masing bahan bakarmenunjukkan bahwa bahan bakar pelet kayu lebihcepat yaitu hanya 25 menit sedangkan bahan bakaryang lain selama 1 (satu) jam. Hal ini menunjukkanbahwa penggunaan pelet kayu lebih efisien baik darisegi biaya maupun proses perebusan.

Industri mamin lain yang dapat memenuhikebutuhan pangan setiap hari adalah produsentempe. Sama halnya dengan tahu bahan utamatempe juga adalah kedelai, dimana walaupun harga

Gambar 1. Pembuatan tahu menggunakan serbuk gergaji dan pelet kayuFigure 1. Tofu processing used firewood and wood pellet

terus meningkat namun permintaan cukup tinggi.Di Kabupaten Wonosobo terdapat cukup banyakprodusen tempe dimana proses produksi masihtradisional dengan skala menengah dan kecil sertamerupakan industri rumah tangga. Industri dibawah binaan industri agro Dinas Perindustrian initersebar di beberapa kecamatan dan desa. DesaBumiroso merupakan sentra pembuatan tempeyang menggunakan bahan bakar kayu bakar/sebetan.

Proses pembuatan tempe diawali denganmembersihkan kedelai menggunakan air bersihkemudian direndam di dalam ember/tong selamasatu malam supaya kulitnya mudah lepas.Selanjutnya kedelai dikupas kulit arinya dengancara diinjak-injak di dalam karung goni ataumenggunakan mesin pengupas kedelai. Setelahdikupas dan dicuci bersih, kedelai dikukus dalamdandang selama 1 (satu) jam, kemudian angkat dan

53Analisis Biaya Penggunaan Berbagai Energi Biomassa untuk IKM ..... Sylviani , Hariyatno Dwiprabowo & Elvida Yosefi Suryandari( )

dinginkan dalam tampah besar. Setelah dingin di-campur dengan ragi secukupnya, kemudian masuk-kan dalam plastik-plastik atau dibungkus daunpisang, dibiarkan selama 2 (dua) hari hingga jamurmulai tumbuh, tempe siap dikonsumsi.

Kegiatan pengamatan dan uji coba yang samadilakukan dalam pembuatan tempe denganmenggunakan bahan bakar terbarukan berupa kayubakar/sebetan dan pelet kayu pada tungku serbaguna yang telah didesain sebelumnya, sedangkanbahan bakar yang tidak terbarukan yaitu gas. Ujicoba dilakukan untuk kedelai sebanyak 50 kgdengan harga pada saat itu Rp 8.000/kg. Jumlahproduk yang dapat dihasilkan seperti terlihat padaTabel 5.

Berdasarkan Tabel 5 terlihat bahwa jumlahoutput yang dapat dihasilkan industri yang

menggunakan kayu bakar dan pelet kayu besarnyasama yaitu 90 kg tempe atau 180% dari ,sedangkan industri yang menggunakan gasyang dihasilkan sebanyak 86 kg atau 172% denganberbagai macam ukuran dan dengan harga yangberbeda. Kayu bakar yang digunakan sebanyak28 kg seharga Rp 14.000 dan pelet kayu sebanyak20 kg senilai Rp 26.000, sedangkan jumlah tabunggas hanya membutuhkan satu tabung. Biaya lainyang dapat ditimbulkan untuk memproduksitempe ini adalah biaya bahan pembantu, tenagakerja dan lainnya (pemeliharaan, penyusutan danlainnya). Upah tenaga kerja untuk industri yangmenggunakan kayu bakar dan pelet kayu Rp30.000/orang/hari, jumlah tenaga kerja ada 3 (tiga)orang. Sementara untuk industri yang mengguna-kan gas upah tenaga kerja Rp 24.000/hari/orang

inputoutput

Tabel 5. Bahan baku dan produk tempe yang dihasilkan dengan tiga jenis bahan bakarTable 5. Input and output of tempe with three fuels

No Uraian (Discription)Kayu bakar (Fire wood) Gas (Gas) Pelet kayu (Wood Pellet)

Satuan(Unit)

Nilai (Value)Rp

Satuan(Unit)

Nilai (Value)Rp

Satuan(Unit)

Nilai (Value)Rp

1 Input

Kedelai

Ragi

Plastik

Daun

Bahan bakar

50 kg0,5 bngks

--

28 kg

8000150005000

-500

50 kg0,6 bngks

--

1 tbng

8000150005000450013125

50 kg0,5 bngks

--

13 kg

800015000300020002000

2 Output 90 7500 302432

300060008000

90 7500

Tabel 6. Jumlah biaya membuat tempe dengan beberapa jenis bahan bakarTable 6. Process production cost of tempe with various of fuels

No Uraian(Discription)

Jenis Bahan Bakar (Kinds of Fuels) (Rp)

Kayu Bakar (FireWood)

Gas(Gas)

Pelet Kayu(Wood pellet)

1 Biaya tidak Tetap (VariableCost)Bahan bakuBahan pembantuBahan Bakar

426.500

400.00012.50014.000

431.625

400.00018.50013.125

438.500

400.00012.50026.000

2 Biaya Tetap (Fixed Cost)Tenaga KerjaLainnya

33.14030.0003.140

24.87518.0006.875

33.14030.0003.140

3 Jumlah Biaya(Total Cost)

459.640 456.500 471.640

Lama memasak (1 jerangan) 1 jam 20 menit 1 jam 25 menit

Keterangan : Pembuatan tempe dengan bahan bakar gas adalah hasil pengamatan(Remarks) (Tempe processing with gas is observation)

54JURNAL Penelitian Sosial dan Ekonomi Kehutanan Vol. 10 No. 1 Maret 2013, Hal. 48 - 60

dengan jumlah tenaga kerja 3 (tiga) orang. Lebihjelas jumlah biaya memproduksi tempe denganbahan bakar yang berbeda seperti pada Tabel 6.

Berdasarkan Tabel 6 dapat diketahui bahwabiaya bahan bakar proses pembuatan tempe denganmenggunakan gas dan kayu bakar hampir sama,sementara menggunakan pelet kayu jauh lebihtinggi. Dari ketiga bahan bakar yang diujicobakan,pelet kayu memasak dengan waktu 25 menitmenghasilkan 90 unit tempe; paling cepat dibanding

bahan bakar lainnya. Proses perebusan kedelai jauhlebih cepat menggunakan pelet kayu, hal inimenunjukkan ada nilai positif yaitu penghantarpanas lebih tinggi selain itu tidak menimbulkanasap (ramah lingkungan). Dari segi penyimpanantidak membutuhkan tempat yang luas. Walaupundemikian jenis bahan bakar pelet kayu belumbanyak diketahui oleh para pemilik industri rumahtangga, sehingga masih diperlukan sosialisasi danpotensi penyediannya.

Gambar.2. Pembuatan tempe menggunakan kayu bakar, gas dan pelet kayuFigure 2. Tempe processing with fire wood, gas and wood pelet

2. Keuntungan yang diperoleh produsen tahutempe dengan bahan bakar yang berbedaPenilaian tingkat keberhasilan suatu unit usaha

dapat diukur dari besar kecilnya keuntungan yangdapat diperoleh. Sebagai dasar perhitungannyaadalah dengan mengetahui besarnya biaya yangdikeluarkan dan penerimaan yang diperoleh.Berdasarkan hasil perhitungan biaya produksi yangdikeluarkan oleh IKM tahu tempe pada babsebelumnya, selanjutnya dilakukan perhitunganbesarnya keuntungan yang diperoleh untuk masing-masing produk. Lebih rinci besarnya keuntunganyang diperoleh untuk pembuatan tahu denganmenggunakan bahan bakar kayu bakar, gas danpelet kayu seperti Tabel 7.

Dalam proses pembuatan tahu terutama dalampemotongan tidak ada standarnya akan dijadikan

Tabel 7. Keuntungan produksi tahu dengan berbagai jenis bahan bakarTable 7. Profit of tofu production with kinds of Fuels

No Uraian (Discription)Jenis Bahan Bakar (Kinds of Fuels)

Kayu Bakar(Wood energy

Serbuk Gergaji(Sawdust)

Gas(Gas)

Pelet Kayu(Wood pellet)

1 Nilai Penjualan (Sales) 683.000 650.000 825.000 700.000

2 Biaya Produksi (Production Cost) 406.102 448.500 510.784 409.028

3 Keuntungan (Profit) 276.898 201.500 314.216 290.972

berapa buah untuk siap dikonsumsi, namun rata-rata dijadikan 100 hingga 110 potong /papan ataukotak dengan harga yang berbeda pula. Dari 50 kgkedelai dapat dijadikan tahu sebanyak 50 papan.Untuk industri yang menggunakan kayu bakar nilaijualnya adalah Rp 13.660/papan, industri yangmenggunakan serbuk gergaji seharga Rp 13.000/papan, sementara untuk industri yang mengguna-kan bahan bakar gas seharga Rp 16.500/papan,karena tahu berwarna kuning ini dilakukanperebusan ulang setelah dipotong-potong,sedangkan yang menggunakan bahan bakar peletkayu harga jualnya Rp 14.000/papan.

Berdasarkan Tabel 7 terlihat bahwa besarnyakeuntungan yang diperoleh masing-masingindustri dengan bahan bakar yang berbedamenunjukkan nilai yang berbeda hal ini disebabkan

55Analisis Biaya Penggunaan Berbagai Energi Biomassa untuk IKM ..... Sylviani , Hariyatno Dwiprabowo & Elvida Yosefi Suryandari( )

karena harga jual dan jumlah produk yangdihasilkan berbeda walaupun jumlah bahan bakuyang dibuat volumenya sama. Industri yangmenggunakan bahan bakar serbuk gergajimenunjukkan nilai keuntungan yang terkecil, hal inidisebabkan karena biaya produksi yang tinggiterutama biaya tenaga kerja dibandingkan denganindustri yang menggunakan bahan bakar lainnya.

Sama halnya dengan pembuatan tahu, uji cobapembuatan tempe juga dilakukan di Desa MukaKabupaten Cianjur Provinsi Jawa Barat.Pengamatan dan uji coba dilakukan pada industrirumah tangga dengan menggunakan bahan bakarkayu bakar, gas dan pelet kayu. Dengan volumebahan baku kedelai sebanyak 50 kg uji cobadilakukan pada tiga tempat yang berbeda denganbahan bakar yang berbeda. Pengamatan untukbahan bakar kayu dan pelet dilakukan pada hariyang berbeda. Dari hasil pengamatan danperhitungan biaya, maka dapat diketahui jumlah

Tabel 8. Keuntungan produksi tempe dengan berbagai jenis bahan bakarTable 8. Profit of tempe production with kinds of fuels

NoUraian(Discription)

Jenis Bahan Bakar (Kinds of Fuels)

Kayu Bakar(Wood energy

Gas(Gas)

Pelet Kayu(Wood pellet)

1 Nilai Penjualan (Sales) 675.000 860.000 675.000

2 Biaya Produksi (Production Cost) 459.640 456.500 471.640

3 Keuntungan(Profit)

215.360 403.500 203.360

Tabel 9. Perbandingan biaya dan nilai output untuk tahu dan tempe berdasarkan beberapa jenis penggunaan bahanbakar

.Table 9. Comparation of cost and output value for tofu and tempe according to kinds of different fuels

No Uraian(Discription)

Jenis Bahan Bakar (Kinds of Fuels) (Rp)

Kayu Bakar(Wood energy

Serbuk Gergaji(Sawdust)

Gas(Gas)

Pelet Kayu(Wood pellet)

1 Produk tahuNilai PenjualanBiaya ProduksiKeuntungan (%)

683.000406.102

276.898 (40,5)

650.000448.500

201.500 (31,0)

825.000510.784314.216

(38,0)

700.000409.028

290.972 (41,5)

2 Produk tempeNilai PenjualanBiaya ProduksiKeuntungan

675.000459.640

215.360 (31,9)

---

860.000456.500403.500(46,9)

675.000471.640

203.360 (30,1)

produk yang dihasilkan serta harga jual masing-masing industri. seperti terlihat pada Tabel 8.

Berdasarkan Tabel 8 terlihat bahwa nilai jualproduk tempe masing-masing industri berbeda,dimana tempe yang menggunakan bahan bakar gaslebih tinggi dibanding yang lainnya. Hal inidisebabkan karena dalam proses perebusan gasdapat menghantarkan panas lebh tinggidibandingkan dengan yang lain, sehingga kedelaiakan mengembang lebih besar dan banyak.

Berdasarkan hasil perhitungan komponen biayaproses produksi dan nilai output yang diperolehmasin-masing produk, selanjutnya dapat dilihatpada Tabel 9 perbandingan keduanya denganmenggunakan bahan bakar yang berbeda.

Berdasarkan Tabel 9 dapat dilihat bahwaperbedaan nilai jual, biaya produksi dankeuntungan diantar kedua produk tersebutmenunjukkan perbedaan terutama nilaikeuntungan yang diperoleh dari nilai jual. Produk

56JURNAL Penelitian Sosial dan Ekonomi Kehutanan Vol. 10 No. 1 Maret 2013, Hal. 48 - 60

tahu keuntungan yang terkecil diperoleh denganmenggunakan bahan bakar serbuk gergaji dan yangterbesar menggunakan bahan bakar pelet kayu,sedangkan untuk tempe persentase keuntunganyang terbesar adalah dengan menggunakan bahanbakar gas dan yang terkecil dengan menggunakanbahan bakar pelet. Dapat dikatakan bahwawalaupun bahan bakar yang tidak terbarukanmenunjukkan nilai yang tinggi untuk tempe, namunprospek kedepan untuk bahan bakar ini belumdapat dijamin keberlangsungan keberadaannya.Sementara untuk bahan bakar yang terbarukanbesarnya potensi ketersediaan bahan baku dapatdiatasi dengan ketersediaan lahan untuk penanamanjenis kayu kehutanan. Bahan bakar yangterbarukan berupa pelet kayu perlu diper-kenalkan sebagai bahan bakar alternatif danketersediaannya dilakukan dengan mendirikanpabrik skala kecil dan menengah terintegrasidengan industri gergajian atau industri perkayuanlainnya.

Bahan bakar yang biasa digunakan di industriantara lain solar, batubara dan gas. Kadar kaloribahan bakar batubara berkisar antara 4.500 - 6.000kcal, sedangkan gas alam 9.350 kcal (UNEP, 2005).Perubahan paradigma untuk menggunakan bahanbakar yang ramah lingkungan menjadi peluanguntuk pengembangan energi biomasa seperti pelet

C. Potensi Penggunaan Pelet Kayu sebagaiBahan Bakar Alternatif

Tabel 10. Tipe pelet biomasa berdasarkan bahan bakuTable 10. Biomassa of pellet type according to raw material

kayu. Peningkatan permintaan untuk pelet diEropa dan penurunan biaya pengangkutan lauttelah menciptakan peluang-peluang baru bagipengembangan pelet kayu (Poyry, 2010).

1. Bahan bakar pelet kayuPelet biomassa umumnya merupakan bahan

bakar unggul bila dibandingkan untuk bahan bakumentahnya (misalnya serbuk gergajian). Pelet lebihpadat dan memiliki energi yang besar, mudah untukmenangani, tidak perlu ruang penyimpanan yangbesar, memiliki sifat yang ramah lingkungan,sehingga membuatnya sangat menarik untukdigunakan (Ciolkosz, 2009). Pelet yang berkualitastinggi adalah : kering, keras, dan tahan lama, denganjumlah abu yang tersisa setelah pembakaranrendah. Menurut Pelet Fuels Institute, pelet yang"premium" pelet harus memiliki kandungan abukurang dari 1 %, sedangkan "standar" memilikisebanyak 2 %.

Berdasarkan Table 10 diatas, terlihat bahwaserbuk gergajian merupakan bahan baku yang baikuntuk pelet biomasa dengan kadar abu kurang dari1 %. Pelet kayu adalah salah satu tipe bahan bakarkayu, bahan bakar yang bebas dari unsur karbon,dibuat dari pengepresan serbuk gergaji. Bahanbaku pelet kayu terdiri dari bebetan (limbah daripabrik ), sebetan (limbah pabrik gergajian),serbuk gergajian (limbah pabrik gergajian) danbacore dengan diameter kurang dari 10 cm (limbah

). Rendemen pelet dari serbuk gergajian 80%,sedang dari atau bebetan dari 1 m bahan baku

veneer

veneer

chip3

Sumber : Ciolkosz (2009). Penn State Biomass Energy Center and Department ofAgricultural and Biological Engineering. The Pennsylvania State University.

(source)

57Analisis Biaya Penggunaan Berbagai Energi Biomassa untuk IKM ..... Sylviani , Hariyatno Dwiprabowo & Elvida Yosefi Suryandari( )

FeedstockBulk density

(kg/m )3

Energy content(MJ kg )

-1

Ash content(%)

Sawdust

Bark

Logging leftovers

Switchgrass

Wheat straw

Barley straw

Corn stover

606

676

552

445

475

430

550

20.1

20.1

20.8

19.2

16

17.6

17.8

0.45

3.7

2.6

4.5

6.7

4.9

3.7

Gambar 3. Pelet kayu dari jenis (Sengon) dan KaliandraAlbasiaFigure 1. Wood pellet of Albasia and Kaliandra

bisa menjadi 1,5 m serbuk gergajian dengan kadarair maksimal 10%. Pelet kayu sangat padat dandiproduksi dengan kadar kelembaban rendah(dibawah 10%) yang dapat dibakar dengan efisiensipembakaran yang tinggi. Bahan baku pelet kayuberasal dari serbuk gergaji kayu, contohnya peletkayu (sengon). Dalam 1 kg pelet kayumemiliki kalori sebesar 4.500- 4.800 kcal. Saat ini dikabupaten Wonosobo terdapat pabrik pelet kayudengan kapasitas 300.000 ton/tahun, dengantujuan ekspor ke Korea sebagai bahan bakar tungkuuntuk penghangat ruangan.

2. Proses produksiIndustri pelet yang terdapat di Kabupaten

Wonosobo adalah industri PMA dibawakepemilikan Korea yang menggunakan bahan bakuserbuk gergajian, sebetan dan bebetan kayu sengon.

3

Albasia falcata

Pabrik ini memiliki 3 (tiga) mesin pelet dan 1 (satu)mesin rotary. Bahan baku pelet kayu terdiri daribebetan (limbah dari pabrik ), sebetan (limbah

), serbuk gergajian (limbah ) danbacore dengan diameter kurang dari 10 cm (limbah

). Rendemen pelet dari serbuk gergajian 80%,sedang dari atau bebetan dari 1 m bahan bakubisa menjadi 1,5 m serbuk gergajian dengan kadarair maksimal 10%. Limbah bebetan berasal dari CVMekar Abadi yang terletak di depan lokasi pabrikpelet Solar Park, sedangkan sebetan dan serbukgergajian berasal dari pabrik penggergajian darikecamatan Sukoharjo, Leksono dan daerah laindengan jarak hingga 30 km dari lokasi pabrikpelet. Bahan baku berupa bacore berasal dariParakan dan Magelang. Ongkos pengangkutanbahan baku tersebut Rp 200.000/truk dengan

veneersawmill sawmill

veneer

chip3

3

Gambar 4. Proses Produksi pelet kayu (Sumber PT Solar Park)Figure 4. Wood pellet process production

58JURNAL Penelitian Sosial dan Ekonomi Kehutanan Vol. 10 No. 1 Maret 2013, Hal. 48 - 60

kapasitas 18 m /truk. Produksi perbulan berkisardari 20 - 30 kontainer @18 ton/kontainer dengantujuan ekspor Korea. Pelet kayu dijual dengankemasan 20 kg hingga 900 kg, sedang penggunaandi Korea untuk PLTU dan kerjasama denganperusahaan Samsung dan LG.

3. Biaya produksi pelet kayuBahan baku pelet kayu antara lain sebetan,

bebetan, serbuk gergajian dan bacore denganukuran 10 cm. Harga berbagai bahan baku sertabiaya produksi pembuatan pelet kayu disajikan pada

3 Tabel 11.Berdasarkan Tabel 11 terlihat bahwa biaya

produksi yang dihitung merupakan biayalangsung ( ) yang terdiri dari bahan baku,biaya tenaga kerja dan biaya angkut. Biayabahan baku yang digunakan untuk mem-produksi pelet kayu dari berbagai jenis sebanyak142 m /hari dengan total biaya Rp 3.156.556,sedangkan biaya tenaga kerja sebesar Rp1.440.000/hari. Produksi yang dapat dihasilkansebesar 9.000 kg/hari untuk 3 (tiga) buah mesin,harga produk Rp 1.300/kg.

direct cost

3

Tabel 11. Harga Bahan Baku dan Pelet Kayu AlbasiaTable 11. Raw material and Albasian wood pellet price

No Jenis/TypeHarga/Price

Rp /m3Jumlah/hariTotal/day(m3)

Total/Total (Rp)

Keterangan/Information

1

Bahan baku

Sebetan 22.222 36 800.000Bebetan 22.222 18 400.000

Serbuk gergajian 22.222 70 1.555.556

Bacore (diameter 10 cm) 22.222 18 400.000

Biaya angkut 8 1.577.778

Biaya TK 1.440.000 Gaji / hari

Biaya produksi 6.173.334

2 Produksi Rp/kg Kg

Produksi pelet 1350 9000 12.150.000 3 mesin/hr :

FOB Semarang 167,5 US$/ton

IV. KESIMPULAN DAN SARAN

KESIMPULANA.

1.

2.

IKM di Wonosobo khusus untuk tahu dantempe menggunakan bahan bakar yangterbarukan seperti kayu bakar, serbuk gergajiandan diperkenalkan jenis pelet kayu. Sementarahasil pengamatan di Kabupaten Cianjur adapabrik tahu yang menggunakan bahan bakartidak terbarukan yaitu gas.Biaya bahan bakar yang dikeluarkan untukmemproduksi tahu menunjukkan nilai yangberbeda, dimana bahan bakar pelet kayumenyerap biaya yang terkecil yaitu 2,3% daribiaya produksi, sedangkan yang lainnya masing-masing untuk kayu bakar, serbuk gergaji dan gas

Sumber : PT Solar Park Wonosobo(source) (Solar Park Manufacture Wonosobo)

adalah 4,4 %, 5,3 % dan 14,7 %. Sementarauntuk tempe biaya bahan bakar yang terkeciladalah menggunakan bahan bakar gas yaitu 2,9%, sedangkan yang lain yaitu kayu bakar danpelet kayu masing-masing 3,0% dan 5,5%.Proses pengolahan baik tempe maupun tahumenggunakan bahan bakar terbarukan berupapelet kayu membutuhkan waktu yang lebihsedikit yaitu 25 menit dibandingkan denganmenggunakan bahan bakar lainnya yaitu 1 (satu)sampai 1,5 jam.Keuntungan yang didapat untuk memproduksitahu yang terbesar adalah dengan menggunkanbahan bakar pelet 41,5 % dari nilai jual,sedangkan menggunakan bahan bakar lainnyamasing-masing kayu bakar 40,5%, serbuk

3.

4.

59Analisis Biaya Penggunaan Berbagai Energi Biomassa untuk IKM ..... Sylviani , Hariyatno Dwiprabowo & Elvida Yosefi Suryandari( )

gergaji 31 % dan gas 38 %, sedangkan ke-untungan yang terbesar untuk memproduksitempe adalah menggunakan bahan bakar gasyaitu 46,9 %, kayu bakar 31,9 % dan pelet kayu30,1 %Pemanfaatan limbah kayu dari industripengolahan kayu saat ini sebagai bahan bakupelet kayu dikategorikan sebagai bahan bakaryang ramah lingkungan karena rendahemisi/karbon netral. Penggunaan pelet kayumemil ik i res iko yang keci l terhadapketersediaannya, karena bahan bakunya terdiridari limbah kayu gergajian maupun limbahkayu.

Dari segi harga dan efisiensi penyimpanan, peletkayu dapat bersaing dengan bahan bakar lain, olehkarena itu penting untuk dikembangkan di IKMmamin . Upaya yang diperlukan adalah kerjasamadan koordinasi antar pihak di daerah untukmengembangkan pelet kayu.

BPS Wonosobo. 2011. Wonosobo dalam Angka.Kabupaten Wonosobo.

Ciolkosz, D. 2009. Manufacturing Fuel Pelletsfrom Biomass, Penn State Biomass EnergyCenter and Department of Agricultural and

5.

veneer

B. SARAN

DAFTAR PUSTAKA

Biological Engineering. Penn StateRenewable and Alternative Energy Program:energy.extension.psu.edu. The PennsylvaniaState University 2009.

Dinas Perindustrian dan Perdagangan JawaTengah. 2011. Industri Besar, Menengah danKecil Jateng. Semarang.

Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kab.Wonosobo. 2010. Industri Besar, Menengahdan Kecil Kab. Wonosobo.

Leaver, R. H., 2008. Fuel Pellet Kayu dan PasarResidential, (12 Desember 2011).

PT Solar Park. 2012. Proses Pembuatan Pelet KayuSengo. Wonosobo.

Poyri. 2010. Biomass Pellet Trade Asia. Jakarta.www.futureenergyevents.com

Rony, H. 1990. Akuntansi Biaya : Pengantar untukPerencanaan dan Pengendalian BiayaProduksi. Lembaga Penerbit Fakultas UI.Jakarta.

Rahmawati, E. 2009. Kajian Nilai Tambah ProdukAgribisnis Kedelai Pada Usaha Aneka TahuMaju Lestari Di Kecamatan Landasan UlinKota Banjarbaru. Universitas LambungMangkurat

Sanusi, 2010. Karakteristik Pelet Kayu Sengon.Universitas Hasanuddin. Makassar.

60JURNAL Penelitian Sosial dan Ekonomi Kehutanan Vol. 10 No. 1 Maret 2013, Hal. 48 - 60