12
TUGAS Analisis Proses Memasak Mie dipandang dari Biaya Kualitas Dosen Pengampu: Dr. Warsito Kawedar, S.E, M.Si, Akt Faisal, S.E, M.Si, Akt, Ph.D Kelas F Mata Kuliah Akuntansi Manajemen Disusun Oleh: Laksmita Zhafira Disa 12010114140175 E - 02

Analisis Biaya Kualitas (Studi Kasus Pada Proses Memasak Mie)

Embed Size (px)

DESCRIPTION

biaya kualitas

Citation preview

Page 1: Analisis Biaya Kualitas (Studi Kasus Pada Proses Memasak Mie)

TUGAS

Analisis Proses Memasak Mie dipandang dari Biaya Kualitas

Dosen Pengampu:

Dr. Warsito Kawedar, S.E, M.Si, Akt

Faisal, S.E, M.Si, Akt, Ph.D

Kelas F

Mata Kuliah Akuntansi Manajemen

Disusun Oleh:

Laksmita Zhafira Disa

12010114140175

E - 02

S-1 MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS

UNIVERSITAS DIPONEGORO

2015

Page 2: Analisis Biaya Kualitas (Studi Kasus Pada Proses Memasak Mie)

ANALISIS PROSES MEMASAK MIE

DIPANDANG DARI BIAYA KUALITAS

I. PENDAHULUANA. Pengertian Kualitas

Kualitas dapat didefinisikan dalam berbagai macam definisi. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1996), kualitas adalah ukuran baik buruknya sesuatu. Kualitas dapat pula didefinisikan sebagai tingkat keunggulan. Jadi kualitas adalah ukuran relatif kebaikan (Supriyono, 1994 : 377-378). Sedangkan menurut ISO 9000 adalah sebagai berikut: (Besterfield and Dale, 1994:3)

Quality is the totally of features and characteristics of a product or services that bear on its ability to satisfy customer’s stated or implied needs

Dalam bahasa Indonesia diartikan sebagai keseluruhan ciri-ciri dan karakteristik produk atau jasa yang menunjang kemampuannya untuk memuaskan kebutuhan pelanggan baik yang dinyatakan secara langsung maupun tidak langsung. Definisi kualitas menurut JM. Juran (1986:4) adalah:

Quality as “fitness for use”, meaning that users of a product or service should be able to count on it for what they needed or wanted to do with it

Dalam bahasa Indonesia dapat diartikan kualitas sebagai kecocokan untuk digunakan yang artinya pemakai produk atau jasa seharusnya dapat memperhitungkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan pada produk atau jasa tersebut. Hansen dan Mowen (2004:441), mendefinisikan kualitas sebagai berikut:

Quality is a relative measure of goodness

Definisi ini mengandung pengertian bahwa kualitas merupakan tingkat keunggulan (excellence) atau ukuran relatif dari kebaikan (goodness).

B. Dimensi KualitasBagian dari kualitas produk adalah perihal kualitas produk. Kualitas suatu

produk baik berupa barang maupun jasa perlu ditentukan melalui dimensi-dimensinya. Dalam hal ini, akan dibahas mengenai dimensi kualitas produk berupa barang.

Menurut David Garvin yang dikutip Vincent Gasperz, untuk menentukan dimensi kualitas barang, dapat melalui delapan dimensi seperti yang dipaparkan berikut ini:

a. Performance (Kinerja Produk)

Page 3: Analisis Biaya Kualitas (Studi Kasus Pada Proses Memasak Mie)

Hal ini berkaitan dengan aspek fungsional suatu barang dan merupakan karakteristik utama yang dipertimbangkan pelanggan dalam membeli barang tersebut.

b. Features (Ciri-ciri Produk)Yaitu aspek performansi yang berguna untuk menambah fungsi dasar, berkaitan dengan pilihan-pilihan produk dan pengembangannya.

c. Reability (Kehandalan)Hal yang berkaitan dengan probabilitas atau kemungkinan suatu barang berhasil menjalankan fungsinya setiap kali digunakan dalam periode waktu tertentu dan dalam kondisi tertentu pula.

d. Conformance (Kesesuaian Produk)Hal ini berkaitan dengan tingkat kesesuaian terhadap spesifikasi yang telah ditetapkan sebelumnya berdasarkan keinginan pelanggan. Konfirmasi merefleksikan derajat ketepatan antara karakteritik desain produk dengan karakteristik kualitas standar yang telah ditetapkan.

e. Durability (Daya Tahan Produk)Yaitu suatu refleksi umur ekonomis berupa ukuran daya tahan atau masa pakai barang.

f. Serviceability (Pelayanan Purna Jual)Yaitu karakteristik yang berkaitan dengan kecepatan, kompetensi, kemudahan, dan akurasi dalam memberikan layanan untuk perbaikan barang.

g. Aesthetics (Estetika)Merupakan karakteristik yang bersifat subyektif mengenai nilai-nilai estetika yang berkaitan dengan pertimbangan pribadidan refleksi dari preferensi individual.

h. Fit and finish (Kemantapan)Sifat subyektif, berkaitan dengan perasaan pelanggan mengenai keberadaan produk tersebut sebagai produk yang berkualitas.

C. Jenis-jenis Kualitas Terdapat dua jenis kualitas, yaitu : (Supriyono, 1994:377-378)

1. Kualitas rancangan (Quality of Design) adalah suatu fungsi berbagai spesifikasi produk. Kualitas rancangan merupakan nilai yang dirumuskan menurut tingkatannya. Kualitas yang lebih tinggi tidak selalu merupakan kualitas yang lebih baik. Kualitas rancangan yang lebih tinggi biasanya ditunjukkan oleh dua hal yaitu tingginya biaya pemanukfakturan dan tingginya harga jual.

2. Kualitas kesesuaian (Quality of Conformance) adalah suatu ukuran mengenai bagaimana suatu produk memenuhi berbagai persyaratan atau spesifikasi. Jika suatu produk memenuhi semua spesifikasi rancangan, produk tersebut cocok untuk digunakan. Sebuah produk yang dibuat tepat sebagaimana didesain sejak awal adalah produk yang baik, dan produk yang tidak memenuhi standar desainnya adalah cacat.

Page 4: Analisis Biaya Kualitas (Studi Kasus Pada Proses Memasak Mie)

Dari kedua jenis kualitas tersebut di atas, maka dapat disimpulkan bahwa mutu kesesuaian harus menerima tekanan yang lebih besar. Hal ini dikarenakan ketidaksesuaian untuk memenuhi persyaratan biasanya yang menimbulkan masalah besar bagi perusahaan. Ketidaksesuaian kualitas produk ini, harus ditemukan penyebabnya dalam proses produksi. Jika kualitas kesesuaiannya jelek karena suatu kegagalan yang melekat pada suatu standar kerja tertentu, maka harus ada penyelidikan mengapa standar kerja tidak diikuti dan harus diambil langkah-langkah untuk memastikan bahwa hal tersebut tidak akan terjadi lagi.

D. Biaya KualitasSemua kegiatan yang berhubungan dengan kualitas adalah kegiatan yang

dilakukan karena mungkin atau telah dihasilkan suatu barang yang memiliki kualitas yang kurang baik. Untuk melakukan segala aktivitas-aktivitas yang telah dilakukan oleh perusahaan sehubungan dengan pengembangan kualitas suatu barang yang dihasilkan, perusahaan harus mengeluarkan biaya-biaya untuk melakukan aktivitas-aktivitas kualitasnya, yang disebut biaya kualitas. Definisi biaya kualitas menurut Hansen dan Mowen (2004:443) bahwa biaya kualitas adalah biaya yang timbul karena mungkin atau telah terdapat produk yang buruk kualitasnya.

Biaya kualitas dapat diklasifikasikan menjadi biaya kualitas yang dapat diamati (Observable Quality Cost) dan biaya kualitas yang tersembunyi (Hidden Quality Cost). Biaya kualitas yang dapat diamati (Observable Quality Cost) adalah biaya-biaya yang dapat diperoleh atau tersedia dari catatan akuntansi perusahaan. Sedangkan, biaya kualitas yang tersembunyi (Hidden Quality Cost) adalah biaya kesempatan yang terjadi karena kualitas buruk.

E. Hubungan Kualitas dan BiayaBiaya kualitas merupakan biaya yang timbul dikarenakan terdapat produk

yang berkualitas buruk. Prinsip dasar memperbaiki kualitas akan menurunkan biaya kualitas. Sebagian besar biaya yang berkaitan dengan kualitas timbul karena adanya kualitas yang kurang baik. Mengukur dan melaporkan berbagai biaya kualitas memungkinkan para manajer mengidentifikasi berbagai area berpotensi untuk perbaikan dan untuk menilai berbagai hasil aktivitas perbaikan.

Dalam rangka untuk mengetahui bagaimana pengaruh biaya kualitas pada suatu produk maka saya melakukan eksperimen pada proses memasak mie rebus, dimana eksperimen tersebut akan dibandingkan bagaimana kualitasnya. Eksperimen yang akan dilakukan adalah :

1) Eksperimen I : proses memasak mie melalui 1 kali proses sesuai yang tercantum pada prosedur cara penyajian yang ada pada kemasan.

2) Eksperimen II : proses memasak mie bertahap melalui 2 tahapan

Page 5: Analisis Biaya Kualitas (Studi Kasus Pada Proses Memasak Mie)

II. Analisis Dimensi Kualitas terhadap MieA. Proses Pembuatan

Alat dan Bahan :1. 2 bungkus mie instan2. Air secukupnya3. 1 buah kompor4. 1 buah panci5. 1 buah sendok sayur6. 2 buah mangkok7. Sendok dan garpu

Eksperimen I (Sesuai Prosedur Cara Penyajian pada Kemasan)1. Siapkan alat dan bahan.2. Rebus mie dalam 400 cc air mendidih selama 3 menit sambil diaduk.3. Sementara mie direbus, campurkan bumbu, minyak bumbu, dan bubuk cabe ke

dalam mangkok.4. Tuangkan mie dan kuahnya ke dalam mangkok, aduk dengan bumbu hingga

merata.5. Mie lezat siap disajikan.

Eksperimen II (Direbus Bertahap Melalui Dua Tahapan)

1. Siapkan alat dan bahan.2. Rebus mie dalam 200 cc (setengah dari prosedur dalam kemasan) selama 3

menit sambil diaduk, lalu tiriskan dan tunggu sampai dingin.3. Setelah mie tersebut dingin, rebus kembali dalam 200 cc (setengah dari

prosedur dalam kemasan) selama 3 menit sambil diaduk.4. Sementara mie direbus, campurkan bumbu, minyak bumbu, dan bubuk cabe

ke dalam mangkok.5. Tuangkan mie dan kuahnya ke dalam mangkok, aduk dengan bumbu hingga

merata.6. Mie lezat siap di sajikan.

B. Hasil Analisis

Secara umum, kita dapat menilai mie instan berkualitas baik dari beberapa kriteria, yaitu mie bersifat kenyal dan tidak mudah putus, daya serap airnya rendah, memiliki daya simpan lama, serta selalu menggunakan bahan baku yang alami dengan mutu terbaik.

Dari eksperimen yang telah dilakukan, maka dapat diketahui bahwa pada eksperimen I yang dimasak sesuai dengan prosedur cara penyajian pada kemasan menghasilkan mie yang teksturnya normal (tidak terlalu keras dan tidak terlalu lunak), sedangkan pada eksperimen II yang direbus bertahap melalui 2 tahapan menghasilkan mie yang cenderung terlalu lunak.

Page 6: Analisis Biaya Kualitas (Studi Kasus Pada Proses Memasak Mie)

Dilihat dari waktu proses pembuatannya, dapat diketahui bahwa pada eksperimen II dibutuhkan waktu yang lebih lama karena dimasak bertahap. Jika dikaitkan dengan filosofi manufakturing Just In Time (JIT), waktu menunggu pada eksperimen II terlalu panjang sehingga dapat diklasifikasikan sebagai sumber pembuangan atau pemborosan karena merupakan suatu aktivitas yang tidak bernilai tambah dan proses lainnya harus menunggu satu proses diselesaikan sebelum proses yang selesai dipindah ke proses selanjutnya. Jika dikaitkan dengan salah satu dimensi kualitas (telah dibahas pada bab I) yaitu conformance, yaitu Perusahaan Indomie telah membuat suatu desain produk dan standart kerja berdasarkan uji yang telah dilakukan dalam proses pembuatan mie dengan ukuran mie yang pasti sudah dibuat standart kekenyalannya sehingga sudah semestinya proses memasaknya pun mengikuti dengan apa yang sudah tertera pada kemasan sehingga saat dihidangkan sama dengan desain produknya. Dan jika dikaitkan dengan jenis kualitas (telah dibahas pada bab I), dalam hal ini adalah Kualitas kesesuaian (Quality of Conformance) bahwa sebuah produk yang dibuat tepat sebagaimana didesain sejak awal adalah produk yang baik, dan produk yang tidak memenuhi standar desainnya adalah cacat.

Kemudian jika dilihat dari biaya variabel, dalam hal ini yaitu penggunaan input, yaitu gas. Dapat diketahui bahwa pada eksperimen II dibutuhkan lebih banyak biaya variabel, karena lebih gas lebih banyak digunakan dibandingkan dengan eksperimen I yang memasak mie melalui satu tahapan saja.

Terkait dengan biaya pengendalian, yaitu kegiatan yang dilakukan oleh suatu perusahaan untuk mencegah atau mendeteksi kualitas yang buruk. Jika biaya kualitas menurun, maka biaya pengendalian akan meningkat. Hal ini dapat dilihat pada eksperimen II, kualitasnya yang menurun seiring dengan biaya-biaya yang bertambah karena proses memasaknya melalui dua tahapan. Sementara jika biaya kualitas tinggi maka biaya pengendalian akan turun, seperti pada eksperimen I yaitu biaya pengendaliannya relatif sedikit karena dimasak melalui satu tahapan saja.

Analisis Biaya Kualitas Terhadap MieProses pembuatan mie instan memerlukan biaya pengendalian kualitas atau biaya

pengendalian kualitas. Hal ini dimaksudkan agar mie memiliki mutu dan kualitas yang baik. Biaya yang dikeluarkan atau disebut dengan biaya pengendalian kualitas, antara lain:

1. Biaya pencegahanPerencanaan kualitas : syarat tempat bersih, bahan-bahan yang digunakan semua dalam kondisi baik dan berkualitas (tidak kadaluwarsa), fasilitas (alat dan bahan) memadai, selalu ada inovasi dalam produk (misalnya ditambah dengan topping atau pelengkap telur, sayur, dan sebagainya).

2. Biaya penilaian Pemeriksaan bahan : mie dimasak dengan tepat melalui serangkaian

proses dan aturan yang berlaku.

Page 7: Analisis Biaya Kualitas (Studi Kasus Pada Proses Memasak Mie)

Pemeriksaan proses : proses pembuatan mi harus terus diawasi karena dari mulai suhu, kebersihan, takaran air dan bumbu harus benar-benar sesuai jika ingin menghasilkan produk yang baik.

Pemeriksaan barang jadi : karena menggunakan panci dalam memasak maka pemeriksaan dilakukan dengan kontrol atau pengamatan produk yang ada dalam panci untuk memperkecil cacat produk.

III. Kesimpulan

Dilihat dari hasil analisis memasak mie dapat disimpulkan bahwa eksperimen I menghasilkan mie yang berkualitas baik, sedangkan eksperimen II menghasilkan mie yang terlalu lunak. Sehingga dapat dikatakan bahwa proses memasak mie berkualitas baik adalah yang sesuai prosedur cara penyajian karena Perusahaan Indomie mencantumkan hal tersebut pasti telah melalui berbagai uji standart, tidak sembarang asal tulis.

Menurut sumber yang saya baca yang dapat memperkuat argumen diatas adalah bahwa pembuatan Indomie dilakukan secara higienis dan tidak menggunakan bahan pengawet apa pun. Jadi, saat memasak mie kita tidak perlu membuang air rebusan pertama mie karena mengandung pati dan minyak, yang membuat Indomie terasa lezat. Mie instan mengandung minyak karena proses pembuatannya digoreng dalam suhu tertentu dengan menggunakan minyak sayur yang bersuhu tinggi, sehingga menyebabkan produk memiliki kadar air yang rendah yang kemudian akan membuat produk mampu bertahan lama tanpa memerlukan bahan pengawet.. Dengan demikian, isu mie instan mengandung lilin tidak benar. Selain memperhatikan kandungan gizi, Indomie juga memperhatikan tingkat keamanan konsumsi. Indomie telah dinilai aman dan memenuhi persyaratan yang dibutuhkan bagi keamanan pangan.

Proses pengolahan mie telah sesuai dengan teori pengendalian biaya kualitas. Komponen biaya kualitas terdiri dari dua macam biaya yaitu biaya pencegahan dan biaya penaksiran. Biaya pencegahan terdiri dari perencanaan mutu dan proyek penyempurnaan. Sedangkan biaya pencegahan terdiri dari pemeriksaan bahan, pemeriksaan proses, pemeriksaan barang jadi, dan tempat untuk memasak. Konsep – konsep tersebut sedikit telah diterapkan dalam proses memasak mie.

Page 8: Analisis Biaya Kualitas (Studi Kasus Pada Proses Memasak Mie)

IV. Lampiran

Perbandingan Hasil Proses Memasak Mie dengan Eksperimen 1 (kanan) dan Eksperimen 2 (kiri)

Hasil Proses Memasak Mie dengan Eksperimen 1

(Sesuai dengan Prosedur Cara Penyajian)

Hasil Proses Memasak Mie dengan Eksperimen 2

(Bertahap)