Analisi Pengaruh CRM Pada Pelanggan DKB

Embed Size (px)

Citation preview

PENGARUH

BERBASIS

CUSTOMER

RELATIONSHIP

MANAGEMENT TERHADAP LOYALITAS PELANGGAN (Studi Kasus PT. Dok dan Perkapalan Kodja Bahari)

I.

Pendahuluan

I.I Latar Belakang Industri galangan kapal di Indonesia memiliki peranan yang sangat strategis sebagai penjaga keseimbangan antara permintaan (demand) dengan penawaran (supply) kebutuhan armada kapal Nasional baik untuk kebutuhan komersial maupun non-komersial. Peranan ini akan semakin terlihat jelas dengan diberlakukannya Inpres Pemberdayaan Industri Pelayaran Nasional yang mengatur tentang pemberlakuan asas cabotage di Indonesia dimana untuk angkatan dalam negeri lebih diutamakan kapal-kapal berbendera Indonesia. Data menunjukkan bahwa saat ini dalam sektor transportasi laut baik untuk kegiatan domestik maupun internasional, peranan pelayaran asing masih sangat mendominasi dibandingkan pelayaran nasional. Hal ini dapat dilihat pada perkembangan angkatan laut ekspor dan impor antara tahun 1997 sampai 2001 yang menunjukkan bahwa kontribusi pelayaran nasional rata-rata adalah sebesar 4 % dibandingkan dengan pelayaran asing yang rata-rata sebesar 96% (BPS). Dengan kata lain kegiatan angkatan laut untuk ekspor dan impor sampai saat ini masih sangat tergantung pada industri pelayaran asing. Untuk kegiatan angkatan laut domestik, data menunjukkan bahwa peranan armada nasional hanyalah sebesar 60% dari total pasar angkatan laut. Kondisi ini diperparah dengan fakta bahwa armada nasional yang ada saat ini sebagian besar sudah berumur relatif tua, sehingga efisiensi armada kapal nasional rendah. Kebijakan pemerintah dengan memberlakukan asas cabotage yang bertujuan untuk memberdayakan peranan industri pelayaran nasional sehingga mampu menjadi tuan rumah di negeri sendiri, secara otomatis akan membawa dampak pada meningkatnya jumlah

permintaan akan armada kapal Nasional. Industri galangan kapal Nasional harus dapat mengantisipasi meningkatnya permintaan armada baru ini dengan jalan meningkatkan kualitas dan harga yang lebih kompetitif dibandingkan dengan industri sejenis di luar negeri. Jika tidak, maka meningkatnya kebutuhan armada kapal ini hanya akan menjadi lahan empuk bagi industri galangan kapal di luar negeri. Sampai dengan saat ini galangan kapal dengan fasilitas dok yang ada di Indonesia telah mampu dan dapat membuat berbagai jenis kapal dengan berbagai ukuran kapal antara lain 1. Kapal penumpang dengan kapasitas 500 penumpang 2. Kapal curah (Bulk Carrier) sampai ukuran 42.000 DWT 3. Tanker dengan ukuran 1.500 DWT, 3.500 DWT, 6.500 DWT, 17.000 4. Kapal LPG kapasitas 5.600 Cbm (Cubic Mete ) 5. Kapal Patrol Boat 57 meter (Fast Patrol Boat 57) 6. Pusher Tug/ Fire Fitting Tug Boat ukuran 4,200 HP 7. Kapal Ikan ukuran 300 GT 8. Kapal Keruk ukuran 12.000 Ton 9. Reparasi Floating Storage ukuran 150.000 DWT 10. Kapal Container (Container Carrie) 600 TEU & 1600 TEU 11. Floating Repair 150.000 DWT (Cinta Natomas) Potensi galangan kapal di Indonesia saat ini tercatat ada sekitar 240 galangan kapal, yang sebagian besar adalah galangan kapal dalam skala kecil dan 4 buah galangan kapal milik pemerintah yaitu : PT Dok dan Perkapalan Kodja Bahari, PT PAL Indonesia, PT Dok dan Perkapalan Surabaya dan PT Industri Kapal Indonesia. Dimana total investasi di sektor industri kapal ini sejumlah kurang lebih 1.426 juta US Dollar dengan menyerap tenaga kerja sebesar 35.000 tenaga kerja. Galangan kapal tersebut tersebar di Indonesia dengan 37% berada di pulau Jawa, 26% di Sumatra, 25% di Kalimantan dan 12% berada di kawasan timur Indonesia, dengan kapasitas pembangunan kapal terpasang sebesar 140.000 GT per tahun. Namun demikian rata-rata produksi kapal per tahun sebesar 85.000 GT sedangkan rata-rata reparasi kapal baru mencapai 65.000 GT per tahun. Padahal sebenarnya potensi pasar galangan kapal dalam negeri sangatlah besar. Hal ini salah satunya dapat dilihat dari tingginya kebutuhan angkutan perdagangan internasional dan antar pulau yang mencapai

volume 400 juta ton per tahun. Sayangnya, hanya 18,08% yang menggunakan kapal berbendera Indonesia. Hal ini terjadi karena ketidakmampuan perusahaan pelayaran nasional untuk membeli armada kapal dari galangan kapal dalam negeri. Dengan lingkungan yang ketat persaingan ini, konsumen memiliki peluang yang sangat luas untuk mendapatkan produk yang sesuai dengan kebutuhannya sehingga konsenterasi pemasaran tidak lagi hanya bagaimana produk itu dapat sampai kepada konsumen tetapi lebih fokus kepada apakah produk itu telah dapat memenuhi permintaan yang sesuai dengan kebutuhan dan keinginan konsumen. Untuk memenuhi hal ini, sebuah perusahaan harus mampu menyediakan produk yang mutunya lebih baik (better in quality), harganya lebih murah (cheaper in price), informasi lebih cepat (faster delivery), dan pelayanan yang lebih baik (better in service) dibandingkan dengan pesaingnya. Kian berkembangnya e-business, memaksa perusahaan menggunakan solusi dan aplikasi yang tepat untuk dapat mempertahankan bisnisnya. Perusahaan tidak lagi hanya memikirkan keuntungan semata tetapi mulai memperhatikan sektor potensial lainnya yang dapat mempertahankan atau meningkatkan pendapatan sehingga kepentingan pelanggan pun menjadi perhatian utama. Karenanya berbagai upaya dilakukan agar hubungan pelanggan dengan perusahaan berjalan dengan baik. Perananan yang dapat dilakukan oleh industri galangan kapal dalam negeri adalah menyediakan kapal-kapal untuk memenuhi kebutuhan kapal dalam negeri secara kompetitif. Kebutuhan kapal dalam jumlah besar untuk mengekspliotasi potensi kelautan yang ada, kebutuhan armada kapal untuk menjadi transportasi barang dan penumpang penghubung antarpulau dan antarnegara, kebutuhan kapal untuk pengamanan laut dan pantai, dan kebutuhan kapal-kapal khusus lainnya merupakan suatu hal yang mendesak untuk dipenuhi. Termasuk juga dalam kaitan ini derivative demand dari kapal-kapal tersebut seperti perbaikan, penyediaan suku cadang dan peralatan, dan penyediaan sarana dan prasarana pendukung lainnya. (Aulia Wulandari,,Jurnal) PT. DKB sebagai salah satu Badan Usaha Milik Negara yang bergerak dalam bidang industri galangan kapal merupakan salah satu perusahaan yang mampu menjawab atntangan untuk

memajukan sarana transportasi laut Indonesia dalam perancangan, perbaikan dan perawatan kapal-kapal Indonesia maupun kapal-kapal asing. Teknologi Informasi DKB Adapun tujuan utama dari CRM adalah mempertahankan pelanggan dan menetapkan loyalitas pelanggan (Zikmund et.al., 2003:7). Karena keuntungan terbesar diperoleh perusahaan dari pelanggan setia dimana perusahaan dapat menjual lebih banyak barang atau jasa kepada mereka yang telah mencoba dan mengenal barang atau jasa perusahaan yang bersangkutan, perusahaan harus mampu mempertahankan pelanggan tersebut. Alasan-alasan tersebut dapat menjadi dasar jawaban mengapa CRM dapat membangun loyalitas pelanggan. Secara garis besarnya alasan mengapa CRM dapat membangun loyalitas pelanggan adalah pertana, adanya perubahan paradigma yakni product driven company menuju consumer-driven company. Kemudian kedua, pelanggan memiliki kebutuhan yang berbeda-beda sehingga perusahaan harus lebih peka terhadap segalakeluhan. Ketiga, pelanggan adalah segalanya karena bila tidak ada konsumen maka tidak ada bisnis. Keempat, biaya untuk mendapatkan pelanggan jauh lebih besar daripada biaya untuk mempertahankan pelanggan yang telah ada. Dan kelima, dalam CRM terdapat database yang menjadi senjata utama pelayanan dalam penyediaan informasi (Manajemen, 165,002:36). Pada kondisi saat ini, terdapat berbagai kelemahan dalam melakukan prosedur docking kapal di PT DKB, dimana galangan kapal seringkali mengalami kesulitan dalam mengestimasi item dan volume pekerjaan reparasi kapal disebabkan karena: a. Pekerjaan reparasi di bawah garis air seringkali tidak dapat diidentifikasi dan baru dapat diketahui apabila kapal sudah naik dok dan dilakukan pembongkaran. b. Baik galangan kapal maupun konsumen (pemilik kapal) biasanya tidak mempunyai data mengenai sejarah perbaikan kapal yang bersangkutan di masa lalu. Jika kelemahan tersebut tidak segera diatasi, maka hal tersebut dapat mengakibatkan: a. Estimasi item dan volume pekerjaan reparasi kapal menjadi tidak akurat dan seringkali terjadi penambahan (pengurangan) yang significant dalam item dan volume pekerjaan reparasi tersebut.

b. Sering terjadi keterlambatan dalam menyediakan material dan spare parts pengganti yang sebagian masih harus diimpor. c. Pekerjaan reparasi kapal menjadi terlambat, yang akan merugikan baik galangan maupun konsumen sendiri. d. Pembuatan tagihan pekerjaan (billing) menjadi terlambat. Keempat akibat tersebut sangat berpengaruh terhadap loyalitas pelanggan, seperti yang disebutkan oleh Griffin (2005:2002) salah satu cara agar pelanggan tidak meninggalkan perusahaan yaitu mengurangi kejengkelan atas reparasi, pembayaran kembali, dan pemberian jaminan.

I.II Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka permasalaha dalam penelitian ini diidentifikasikan pada hal sebagai berikut: 1. Bagaimana pelaksanaan CRM yang dilakukan oleh PT. Dok dan Perkapalan Kodja Bahari 2. Bagaimana tanggapan responden terhadap pelaksanaan CRM di PT Dok dan Perkapalan Kodja Bahari 3. Bagaimana tanggapan responden terhadap loyalitas pelanggan di PT Dok dan Perkapalan Kodja Bahari 4. Bagaimana pengaruh CRM dalam membangun loyalitas pelanggan pada PT Dok dan Perkapalan Kodja Bahari

I.III Maksud dan Tujuan Penelitian yang dilakukan oleh penulis, dimaksudkan utnuk memperoleh data yang relevan terhadap masalah yang diidentifikasikan yang dapat dianalisis dan ditarik kesimpulan guna penyusunan thesis. Sedangkan tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui pelaksanaan CRM yang dilakukan oleh pada PT Dok dan Perkapalan Kodja Bahari

2. Untuk mengetahui tanggapan responden terhadap pelaksanaan CRM di pada PT Dok dan Perkapalan Kodja Bahari 3. Untuk mengetahui tanggapan responden terhadap loyalitas pelanggan di PT Dok dan Perkapalan Kodja Bahari 4. Untuk mengetahui pengaruh CRM dalam membangun loyalitas pelanggan pada PT Dok dan Perkapalan Kodja Bahari

I.IV Manfaat Penelitian 1. Kegunaan Teoritis Diharapkan penelitian ini dpat dijadikan salah satu upaya pengembangan ilmu manajemen dalam situasi dan kondisi kenyataan sehari-hari 2. Kegunaan Praktis a) Masyarakat 1. Meningkatkan pengetahuan mengenai pelaksanaan CRM yang dapat

memudahkan masyarakt mendapatkan informasi 2. Bagi pihak lain, hasil penelitian ini dapat dijadika dasar sebagi sumbangan pemikiran dalam mengembangkan ilmju pengetahuan khususnya dalam bidang manajemen pemasaran b) Pelaku usaha 1. Menciptakan iklim persaingan usaha yang modern dan dinamis 2. Menumbuhkan kesadaran bagi pelaku usaha untuk melakukan persaingan usaha yang memiliki keunggulan bersaing (competitive advantage).

I.V Ruang Lingkup Studi Lingkup pelaksanaan penelitian yang akan dilakukan ini dibatasi hanya pada PT Dok dan Perkapalan Kodja Bahari.

Tinjauan Pustaka 2.1 Pengertian Manajemen

Manajemen berasal dari kata Manajer yang artinya mengatur, beberapa ahli mendefinisikan manajemen sebagai berikut : Menurut Manullang (2004:5), yaitu : Manajemen adalah seni ilmu perencanaan, pengorganisasian, penyusunan, pengarahan, dan pengawasan untuk mencapai tujuan yang sudah ditetapkan Sedangkan menurut Hasibuan (2004:2), yaitu : Manajemen adalah limu dan seni mengatur proses pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber-sumber lainnya secara efektif dan efisien untuk mencapai suatu tujuan tertentu Berdasarkan definisi diatas, dapat dikatakan bahwa Manajemen pada intinya adalah suatu kegiatan atau aktifitas perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengendalian terhadap sumber daya yang dimiliki untuk mencapai tujuan. 2.2 Relationship Marketing Saat ini dunia pemasaran sedang mengalami pergeseran pole marketing dari pola transactional marketing menjadi relationship marketing. Transactional marketing adalah pola marketing yang berfokus kepada transaksi-transaksi sebagai imbas dari program-program pemasaran yang dijalankan organisasi. Setelah transaksi terjadi maka putuslah hubungan antara organisasi penghasil produk atau jasa dengan konsumennya. Relationship marketing adalah suatu kiat untuk membangun hubungan jangka panjang yang memuaskan dengan semua pihak terkait yaitu konsumen, supplier dan pemasuk. Kiat ini ditempuh untuk menumbuhkan companyconsumer royalty dan meninggikan switching barrier (batasan untuk konsumen dengan mudah berubah ke poruk lain) (GroEnroos,2000)

Relationship marketing (RM) didefinisikan sebagai proses identifikasi dan penetapan, pemeliharaan, peningkatan dan apabila diperlukan dapat dilakukan pemutusan hubungan dengan konsumen atau stakeholder lainnya (GroEnroos, 2000). Sedangkan Chan (2003) menulis bahwa Relationship Marketing (RM) didefinisikan sebagai pengenalan kepada setiap konsumen secara lebih dekat dengan menciptakan komunikasi dua arah dan hubungan yang saling menguntungkan antara konsumen dan perushaan. Tujuan utama dari RM adalah untuk menemukan lifetime value (LTV) dari konsumen. Manfaat positif yang dapt diperoleh dengan penerapan RM bagi perusahaan hanya dapat disadari jika konsumen memiliki keinginan untuk berhubungan dalam jangka waktu lama (GroEnroos, 2000). RM menawarkan kepada konsumen pelayanan individual, barang-barang special dan manfaat hubungan lainnya yang dipercaay akan dapat meningkatkan kepuasan, kepercayaan dan komitmen (Berryet al. 1999 dalam GroEnroos, 2000). Terminologi RM pertama kali dikemukakan oleh Barry (1983) dan dimodifikasi oleh Gummeson (1994) menyatakan bahwa RM adalah suatu proses atau suatu rantai aktivitas yang dapat mewakili keseluruhan perilaku pemasaran dan mencerminkan pergeseran dari aspek transactional dalam melakukan bisnis menjadi aspek relasional dalam mebina hubungan dengan konsumen. Untuk membina relationship yang sukses perusahaan harus mengorganisir diri dengan suatu cara efisien sehingga kebutuhan konsumen dan keinginan dapat dicukupi dengan efektif dari waktu ke waktu. Setidaknya ada tiga faktor utama yang penting mengapa relationship marketing ini harus dibangun dan diwujudkan suatu organisasi, yaitu: 1. Dengan adanya relationship marketng, konsumen akan mendapatkan edukasi yang cukup terhadap barang atau jasa yang ditawarkan di tengah derasnya kompetisi dan kompleksitas produk jasa di pasar 2. Dengan adanya relationship marketng, pembeli dan penjual akan dapat saling bertukar informasi mengenai suatu produk atau jasa yang ditawarkan atau yang akan dibangun. Sehingga produk atau jasa yang dijual akan mudah beradaptasi dengan konsumen yang lain

3. Dengan adanya relationship marketng, mempertahankan konsumen bukan hal yang sulit lagi karena disini telah tercipta hubungan yang dekat dan saling menguntungkan. Organisasi akan lebih mengerti budaya konsumen dan keinginan-keinginan yang dipunyai oleh konsumen terhadap produk atau jasa yang dijual, dengan demikian pasar pun akan lebih terproteksi. 2.3 Customer Relatiosnhip Management Dalam melakukan strategi pemasaran, perusahaan melakukan berbagai macam cara untuk dapat memuaskan pelanggannya. Salah satu cara yang dilakukan adalah dengan melakukan strategi manajemen hubungan pelanggan atau yang biasa disebut CRM (Konsumen Relationship Management). Menurut Kotler & Amstrong (2006:13) manajemen hubungan pelanggan (CRM) adalah suatu proses keseluruhan untuk membangun dan memlihara hubungan dengan konsumen dengan cara menyampaikan nilai superior dan kepuasan konsumen, Sementara Zinkmund, McLeod, & Gilbert (2002 : 3) mengemukakan suatu manajemen hubungan pelanggan merupakan proses pengumpulan informasi untuk meningkatkan pemahaman tentang bagaimana mengelola hubngan organisasi dengan konsumennya. Lain hal dengan yang dikemukakan Gordon (2002:25) manajemen hubungan pelanggan merupakan kegiatan pengelolaan hubungan dengan pelanggan yang lebih memperhatikan pada mnilai baru dan inovasi dan menjalin hubungan konsumen dibandingkan dengan pihak lain seperti perantara, karyawan dan pemasok. Kemudian Laudon & Laudon (2006:393) mengemukakan bahwa manajemen hubungan pelanggan ditujukan untuk memaksimalkan manfaat dari pelanggannya. Manajemen hubungan pelanggan merupakan suatu bisnis dan kegiatan menggunakan teknologi untuk mengelola hubungan dengan pelanggan agar dapat memaksimalkan pendapatan, laba, kepuasan konsumen, dan retensi konsumen.(dari jurnal concept). Ditinjau dari segi konsep manajemen hubungan pelanggan (CRM), menurut Storbacka dan Lehtinen (2001:5) terdapat tiga konsep utama dari CRM. Konsep inti pertama dari CRM adalah membentuk nilai pelanggan. Tujuannya bukan untuk memaksimalkan keuntungan dari satu transaksi tetapi lebih pada membangun hubungan jangka panjang dengan pelanggan. Pembentukan hubungan pelanggan menuntut proses pembiasaan yang menyeluruh dengan proses dimana pelanggan menciptakan nilai untuk diri mereka sendiri. Menurut pendekatan ini, keunggulan bersaing tidak didasarkan secara khusus pada harga, tetapi pada kemampuan

penyedia jasa untuk membantu pelanggan menciptakan nilai untuk diri mereka sendiri. Konsep kedua, CRM memandang produk sebagai proses, dimana pembedaan tradisional antara barang dan jasa tidak berarti. Produk dilihat sebagai entitas yang meliputi pertukaran antara penyedia jasa dan proses pelanggan. Melalui pertukaran ini, kompetensi penyedia jasa sebagian berubah menjadi pembentukan nilai pelanggan. Dimana diferensiasi produk menjadi suatu proses diferensiasi dan membuka peluang yang luas dalam memberntuk hubungan yang berbeda-beda. Mengelola proses-proses yang memiliki hubungan dapat menjadi kompetensi inti perusahaan. Konsep ketiga, CRM berhubungan dengan tanggung jawab penyedia jasa, dimana tidak cukup bagi perusahaan untuk hanya memuaskan kebutuhan pelanggan dan kepuasan mereka. Perusahaan dapat membangun hubungan yang lebih kuat hanya apabila ia memiliki tanggung jawab untuk menciptakan nilai bagi diri mereka sendiri. . Dalam melakukan dimensi hubungan diperlukan kepercayaan, dapat dipercaya, memiliki

rasa peka terhadap masyarakt, kebersamaan, rasa hormat, saling ketegantungan, komunikasi 2 arah, pengetahuan tentang hubungan tersebut. Barners (2000). Bagian dari CRM masih menrut Barnes (2000) adalah fungsi sales dengan mengembangkan profil konsumen dan histori, dukungan layanan pada konsumen dengan memberikan garansi, melacak, resolusi masalah, penjualan silang dan upselling produk yang bermargin tinggi, atau servis berdasarkan segmentasi konsumen dll. CRM telah menjadi the newest phrases in information technology untuk mengimbangi konsumen masa kini yang cerdas, berpotensi, dan pintar. CRM saat ini melahirkan kompetisi yang ketat dan mengglobal yang dijembatani oleh teknologi informasi. Perubahan fokus bisnis dari product centric menjadi costumer centric .CRM adalah sebuah relasi kompleks yang saling mempengaruhi antara strategi, taktik, proses, skill sets, dan teknologi. CRM merupakan strategi memperoleh, mengkonsolidasi dan menganalisis data konsumen dan kemudian untuk berinteraksi dengan konsumen. Customer Relationship Management (CRM) bisa didefinisikan sebagai istilah dalam teknologi informasi untuk metodologi, strategi, perangkat lunak atau aplikasi berbasis web lainnya yang dapat mendukung proses kerja dan membantu perusahaan dalam mengelola hubungan perusahaan dengan konsumen. CRM dalam perusahaan berkonsentrasi menjaga konsumen agar tidak berpindah dalam menggunakan produk ke competitor atau follower lainnya. CRM juga berkonsentrasi dengan membuat basis data yang akan digunakan sebagai

penyimpanan data-data yang didapat dari hasil telepon, faksmili ataupun sumber lain. Data-data tersebut digunakan dalam berinteraksi dengan konsumen.

2.3.1 Tujuan dan Manfaat Customer Relationship Management (CRM) Tujuan CRM menurut Cathy Osborne (2002:8) adalah untuk membangun hubungan dengan pelanggan dimana mereka akan melihatnya sebagai manfaat yang saling menguntungkan dan nilai yang akan terus berlanjut dengan perusahaan dan juga mereka mereka melihat bahwa pindah ke perusahaan lain sebagai suatu ketidaknyamanan bagi mereka. Prinsip CRM membolehkan perushaan besar maupun perusahaan kecil utnuk meningkatkan bottom line dan kepuasan pelanggan. Hal ini mengenai bagaimana perusahaan memandang pelanggannya mengubah bagaimana yang tadinya fokus ke internal menjadi lebih fokus ke luar, lebih ke pendekatan customer-centric dalam menjalankan bisnisnya. Menurut Kotler (2005:86) tujuan CRM adalah menghasilkan ekuitas pelanggan yang tinggi. Dimana ekuitas pelanggan adalah total nilai seumur hidup semua pelanggan perusahaan yang didiskontokan. Yang jelas semakin setia pelanggan, semakin tinggi pula ekuitas pelanggan. Menurut Rust Zeithmal dan Lemon membedakan tiga faktor yang mempengaruhi ekuitas pelanggan (Kotler, 2005:86) yaitu: 1. Ekuitas Nilai, yaitu penilaian objektif pelanggan atas kegunaan tawaran berdasarkan pemikirannya tentang manfaat yang kemudian dengan biayanya. Sub-pendorong ekuitas nilai adlah mutu, harga, dan kenyamanan. 2. Ekuitas Merek, yaitu penilaian subektif dan tak berwujud pelanggan terhadap merek, yang di luar dan melampaui nilai yang dipikirkan secara objektif. Sub-pendorong ekuitas merek adlah kesadaran merek pelanggan, sikpa pelanggan terhadap merek, dan pemikiran pelanggan mengenai etika merek. 3. Ekuitas Rasional, yaitu kecenderungan pelanggan untuk setia kepada merek yang di luar dan melampui penelitian objektif dan subjektif atas nilainya. Sub-pendorong ekuitas rasional mencakup program kesertiaan, program pemahaman dan perlakuan khusus, program pembentukan komunitas, dan program pembentukan pengetahuan

Adapun manfaat yang didapat dari pelaksanaan CRM yang didapat oleh perusahaan menurut Wagner dan Zubbey (2007:7) antara lain: 1. Optimizing the cost of sales. 2. Identifying and targeting customer better. 3. Decreasing the cost of marketing campaigns. 4. Increasing customer loyalty. 5. Increasing customer retention 6. Identfying customer trends and patterns of consumption. 7. Helping infomration flow to wherever its needed throughout the organization

Manfaat secara umum yang dapat terlihat dalam upaya mengembangkan CRM dalam perusahaan menurut Barnes (2000) adalah : a. Menjaga konsumen yang ada b. Menarik konsumen baru c. Cross Selling (menjual produk lain yang mungkin dibutuhkan konsumen berdasarkan pembelinya) d. Upgrading (menawarkan status konsumen lebih tinggi) e. Identifikasi kebiasaan konsumen untuk menghindari penipuan f. Mengurangi resiko operasional karena data konsumen tersimpan dalam satu kesatuan sistem dalam satu basis data g. Respon yang lebih cepat ke konsumen h. Meningkatkan efisiensi karena otomasi proses i. Meningkatkan kemampuan melihat dan mendapatkan peluang Keuntungan lain yang dapat diberikan dalam CRM adalah sentuhan pribadi dapat dilakukan dan ini dapat memberikan efek yang membahagiakan bagi konsumen. Informasi tersebut digunakan oleh perusahaan dalam membangun relasi, tidak hanya relasi antara perusahaan dengan konsumen, tetapi juga bisa memperkuat relasi itu dengan membangun realasi antara konsumen dengan konsumen lainnya, yang mengarah pada kenaikan nilai jual perusahaan.

2.3.2

Perencanaan Customer Relationship Management (CRM)

Pada mulanya, perusahaan mengembangkan rencana CRM dalam hubungan kemampuan strategis daripada strategi di dalam perusahaan. Hal ini membantu utnuk memastikan bahwa perusahaan dapat menyesuaikan variasi yang lebih luas dari perusahaan pasar dan industri tanpa merusak tujuan utama dari rencana tersebut. Perusahaan yang menerapkan CRM bukan dilihat hanya pada teknologi saja tetapi juga pada pengembangan dan fokus terhadap kemampuan organisasi dalam areal lain seperti proses CRM, manusia, dan pengetahuan/wawasan. Tentu saja perusahaan yang menerapkan CRM didak mengadopsi solusi teknologi CRM terlebih dahulu dan kemudian membangun CRM di sekitar mereka. Melainkan, mereka mengembangkan suatu pendekatan yang lebih seimbang untuk memahami dan menerapkan kemampuan sttrategis CRM. Ada empat kemampuan utama strategis dalam CRM (Ian Gordon, 2002:2) antara lain: 1. Techonolgy: the technology that supports CRM. 2. People: the skills, abilities and attitudes of the people who manage CRM. 3. Process: the processes companies use to access and interact with their customers in the pursuit of new value and mutual satisfaction. 4. Knowledge and insight: the approaches the company uses ti add value to customer data so that they acquire the knowledge and insight needed to deepen the relationships that matter. Skala dan bidang tentang kemampuan ini dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti pelanggan inti dimana perusahaan telah memilih untuk berkonsentrasi, kepemimpinan dan budaya organisasi, saluran perusahaan yang digunakan untuk komunikasi stakeholder, transaksi dan logistik dan model bisnis perusahaan, strategi dan struktur. (Gambar 2.1).

Gambar 2.1. Keseimbangan dalam Kemampuan Strategis CRM

2.3.3. Strategi Customer Relationship Management (CRM) Tujuan dari strategi CRM adalah untuk membentuk interaksi antara perusahaan dan pelanggannya dengan cara yang memaksimalkan nilai hidup pelanggan untuk perusahaan. Hal ini juga mencerminkan filosofi bahwa tidak semua pelanggan diciptakan sama. Perusahaan mengenali bahwa pelanggan dibedakan oleh nilai ekonomi mereka kepada perusahaan dan dalam harapan mereka ke arah perusahaan (dalam hal kesediaan untuk terlibat dalam suatu hubungan jangka panjang). Membentuk interaksi pelanggan-perusahaan melalui daya tarik dan

retention dari sasaran kelompok pelanggan menuju struktur operasional dan straegis dari pengguna CRM. Hasilnya, perencanaan CRM yang sukses merupakan suatu satuan aktivitas kompleks yang bersama-sama membentuk dasar untuk sesuatu yang bisa mendukung keunggulan kompetitif yang sulit ditiru. Menurut Kumar dan Reinartz (2006:33-37) strategi CRM membutuhkan empat komponen (Gambar 2.2.), antara lain: Gambar 2.2. Komponen Strategi CRM1) Customer-management orientation

4) CRM strategy implementation

3) Integration and alignment of organizational processes

2) Information capture and alignment of technology

Sumber: Kumar and Reinartz (2006:34) 1. Customer Management Orientation Customer-management orientation is defined as the set of organizational values, beliefs, and strategic actions that enable the implementation of customer management principles 2. Integration and Alignment of Organiszation Process

Integration nad alignment of organizational processes is characterized by understanding the value provided to the target customers should be what drives all processes. These outcomes should be used to define and design the organizations processes 3. Information Capture and Alignment of Technology Information capture and alignment of technology is characterized by the capability of leveraging data into actionable information 4. CRM Implementation The implementationof CRM pertains to the processes and activities required for a successful CRM strategy

2.3.4. Langkah-langkah Management (CRM)

dalam

Pelaksanaan

Customer

Relationship

Pada dasarnya, CRM merupakan strategi yang dilaksanakan untuk meningkatkan profitabilitas pelanggan dengan mengidentifikasi segmentasi pelanggan secara mendetail, menetapkan straegi komunikasi pemasaran, dan membuat keputusan yang tepat untuk meningkatkan kepuasa pelanggan yang diharapkan meningkatkan profit perusahaan. Untuk melaksanakan strategi ini, diperlukan langkah-langkah yang tepatuntuk menciptakan strategi ini. Duane E. Sharp (2003:9) memberikan langkah-langkah dalam menjalankan strategi CRM, yaitu sebagai berikut : 1. Interacting A dialog between a customer and an organization consist of a series of transaction represents an opportunity and may take several forms. Each transaction or interaction represent an opportunity to build and develop relationship with a customer 2. Analyzing Analyzing customer behavior means applying insight to create relevan interactions that build realtionship 3. Learning In this stage, ongoing procedures for maintaining customer contact are established through correspondence, phone calls, or personal meetings

4. planning a fourth important stage in the CRM process is planning the market strategies that evolve from knowing customers, their purchasnig patterns, their product preferences, and their lifestyles Berdasarkan langkah-langkah tersebut, pelaksanaan CRM dimulai dengan melakukan interaksi antar perusahaan dengan konsumen yang menggunakan produk atau jasa yang ditawaran perusahaannya, kemudian perusahaan menganalisis konsumen mana yang akanmenjadi pasar sasarannya. Setelah itu, perusahaan mempelajari bagaimana karakter pasar sasaran tersebut mulai dari apa yang dibutuhkannya samapai dengan perilaku pembeliannya dan langkah terakhirnya adalah merencanakan strategi apa yang akan digunakan untuk mengembangkan hubungan dengan pelanggan tersebut dengan tetap memperhatikan pola pembelian mereka dan produk yang diinginkannya. 2.3.5 Framework Customer Relationship Management (CRM) Merupakan langkah yang penting untuk memahami kerangka atau framework dari CRM sebelum melaksanakannya sebagai strategi pemasaran yang akan dijalankan

perusahan. Perusahaan yang berhasil membuat hubungan dengan pelanggan degan memberdayakan nilai yang dimiliki pelanggan merupakan perusahaan yang memahami strategi CRM dengan memperhatikan framework dari CRM itu sendiri. Duane E. Sharp (2003:37) memberikan model framework yang dapat digunakan untu menerapkan strategi CRM yang dapat dilihat pada Gambar 2.3. Gambar 2.3. Framework CRM

2.4 2.4.1

Loyalitas Pelanggan Definisis Loyalitas Pelanggan Perilaku setelah pembelian suatu produk ditentukan oleh kepuasan atau

ketidakpuasan akan suatu produk sebagai akhir dari proses penjualan. Bagaimana

perilaku pelanggan dalam melakukan pembelian kembali, bagamana sikap pelanggan dalam mengekspresikan produk yang diapakainya dan perilaku lain yang

menggambarkan reaksi pelanggan atas produk yang telah dirasakannya. Setiap perusahaan pasti menginginkan konsumen yang loyal karena konsumen yang loyal akan memberikan keuntungan jangka panjang bagi perusahan. Selain itu, konsumen yang loyal merupakan tujuan akhir dari setiap perusahaan. Pengertian loyalitas pelanggan yang didefinisikan oleh Griffin (2005:5) yaitu: Perilaku pembelian yang didefinisikan sebagai pembelian nonrandom yang diungkapkan dari waktu ke waktu oleh beberapa unit pengambilan keputusan Sedangkan menurut Manish yang dikutip oleh Bagdonien dan Jakstait (2006:6) Customer loyalty means the trust that enterprise gains making and developing mutual useful relationship with customer. Menurut Hermawan Kertajaya (2003:126) loyalitas adalah : Manifestasi dari kebutuhan fundamental manusia untuk memiliki, men-support, mendapatkan rasa aman dan membangun keterikatan serta menciptakan emotional attachment Artinya, loyalitas menggambarkan keinginan konsumen untuk terus berlangganan dalam jangka waktu yang panjang , melakukan pembelian dan menggunakan varang dan jasa secara berulang dan merekomendasikan produk perusahan kepada teman atau koleganya. Dari definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa loyalitas merupakan suatu sikap positif konsumen terhadap suatu produk atau jasa yang disertai dengan perilaku pembelian secara berulang dan bersikap konsisten, yang selanjutnya konsumen merekomendasikan produk atau jasa perusahaan tersebut kepada orang lain. 2.4.2 Faktor-Faktor Untuk Mengembangkan Loyalitas

Menurut Griffin (2005:20) terdapat dua faktor penting untuk mengembangkan loyalitas : 1. Keterikatan (attachment) yang tinggi terhadap produk atau jasa tertentu dibanding terhadap produk atau jasa pesaing potensial, keterikatan yang dirasakan pelanggan terhadap produk atau jasa diberntuk oleh dua dimensi yaitu: Tingkat preferensi yaitu seberapa besar keyakinan pelanggan terhadap produk atau jasa tertentu Tingkat differensiasi produk yang dipersepsikan yaitu seberapa signifikan pelanggan membedakan produk atau jasa tertentu dari alternatif-alternatif lain. 2. Pembelian berulang yang tinggi terhadap produk atau jasa tertentu dibanding dengan produk lain dari pesaing 2.4.3 Faktor Pengukuran Loyalitas

1. Basis klien Merupakan seluruh jumlah pelanggan dan klien yang aktif. Jumlah ini dapat dihitung dengan menjumlahkan pelanggan pertama kali, pelanggan berulang dan klien 2. Tingkat retensi pelanggan Menunjukkan persentase pelanggan pertama kali yang kembali melakukan pembelian kedua dalam periode waktu tertentu. Periode waktu diatur oleh siklus pembelian berulang pelanggan perusahaan yang biasa 3. Tingkat retensi klien Merupakan persentase pelanggan yang telah memenuhi sejumlah khusus pembelian berulang selama periode waktu tertentu 4. Pangsa pelanggan Merupakan persentase jumlah pembelian pelanggan atas kategori produk dan jasa tertentu yang dibelanjakan 5. Jumlah rata-rata pelanggan baru perbulan Rata-rata jumlah pelanggan pertama kali yang membeli dari perusahaan setiap bulannya 6. Frekuensi pembelian Merupakan frekuensi rata-rata bseorang pelanggan atau klien membeli dari perusahaan per tahunnya

7. Tingkat peralihan Merupakan persentase tahunan rata-rata pelanggan yang hilang atau menjadi tidak aktif karena suatu alasan, termasuk ketidakpuasan dan pindah lokasi 2.4.4. Tahap Pembentukan Loyalitas Konsumen Kotler (2006:148) mengemukakan bahwa ada sembilan tahap perumbuhan atau mebentukan seserang menjadi pelangggan yang loyal yaitu: 1. Suspect Setiap orang yang mempunyai kemungkinan untuk membeli produk atau jasa yang kita hasilkan. Di sebut suspect karena dipercaya mereka ada kemungkinan utnuk membeli tetapi belum dapat diketahui secara pasti 2. Prospect Merupakan seseorang yang telah memiliki kebutuhan akan produk kita den mempunyai kemampuan untuk membelinya walaupun seorang prospect belum tentu membeli dari kita, tetapi telah ada seseorang yang telah merekomendasikan tentang kita, prospect mungkin tahu siapa kita dan apa yang kita jual, tetapi belum mau membeli dari kita. 3. Disqualified Prospect Adalah Prospect yang cukup kita pelajari dan mereka tidak membutuhkan atau tidak mempunyai kemampuan utnuk membeli produk kita 4. First Time Customer Adalah mereka yang baru pertama kali membeli dari kita, mereka ini mungkin termasuk pelanggan kita tetapi masih menjadi pelanggan pesaing 5. Repeat Customer\ Adalah mereka yang telah melakukan pembelian dua kali atau lebih. Mereka ini sudah dapat diklasifikasikan sebagai pelanggan 6. Client Seorang klien membeli semua produk yang kita tawarkan yang mungkin dapat dipergunakan atau sesuai kebutuhan mereka. Mereka membeli secara reguler, sehingga kita dituntut untuk terus berusaha menciptakan hubungan yang baik agar mereka tidak tertarik kepada pesaing

7. Members Biasanya dimulai dengan adanya penawaran program penawaran keanggotaan, dimana dengan menjadi anggota akan lebih mudah memperoleh seluruh keuntungan atau manfaat yang akan didapat dibanding bila tidak menjadi anggota 8. Advocate Seorang advokat memiliki semua produk atau jasa dan membelinya secara reguler. Seorang advokat akan selalu berusaha menarik orang lain untuk membeli dari kita dan juga akan melakukan pemasaran untuk kita dan akan membawa pelanggan baru kepada kita 9. Partners Suatu tahapan terakhir dimana perusahaan bersama pelanggan secara aktif melakukan kerjasama yang saling menguntungkan

Sebagai gambaran maka dapat dilihat gambar tahap-tahap loyalitas pada gambar 2.4. Gambar 2.4. Tahap Pembentukan Loyalitas

Menurut Griffin (2005:31), loyalitas pelanggan dalam kaitannya dengan perilaku pembelian ditandai dengan adanya: 1. Melakukan pembelian ulang secara teratur (repeat buyer) Pelanggan membeli kembali produk yang sama yang ditawarkan oleh perusahaan 2. Melakukan pembelian antarlini produk dan jasa (purchases across product and services lines) Pelanggan melakukan pembelian antarlini porduk/jasa yang ditawarkan oleh perusahaan 3. Mereferensikan kepada orang lain (refers other) Pelanggan melakukan komunikasi dari mulut kemulut berkenaan dengan produk tersebut kepada orang lain 4. Menunjukkan kekebalan terhadap tarikan pesaing (demonstrates immunity to the full of competitions) Pelanggan tidak akan tertarik terhadap tawaran produk sejenis yang dihasilkan oleh pesaing

2.4.6

Jenis Loyalitas Menurut Griffin (2005:22) terdapat emapt jenis loyalitas seperti

ditunjukkan pada Gambar 2.5., yaitu : Gambar 2.5. Jenis Loyalitas

Pembelian berulang

Tinggi Keterikatan Relatif Tinggi Rendah Loyalitas premium Loyalitas yang lemah

Rendah Loyalitas tersembunyi Tanpa loyalitas

Sumber : Griffin (2005:22)

1. Tanpa loyalitas Untuk berbagai alasan, beberapa pelanggan tidak mengembangkan loyalitas terhadap produk atau jasa tertentu. Secara umum perusahaan harus menghindari membidik para pembeli jenis ini karena mereka tidak akan pernah menjadi pelanggan yang loyal 2. Loyalitas yang lemah Keterikatan yang rendah digabung dengan pembelian berulang yang tinggi menghasilkan loyalitas yang lemah (inertia loyalty) 3. Loyalitas tersembunyi Tingkat prefensi yang relatif tinggi digabung dengan tingkat pembelian berulang yang rendah menunjukkan loyalitas tersembunyi (latent loyalty), pengaruh situasi dan bukan pengaruh sikap yang menentukan pembelian berulang 4. Loyalitas premium Loyalitas premium, jenis loyalitas yang paling dapat ditingkatkan terjadi bila ada tingkat keterikatan yang tingii dan tingkat pembelian berulang yang juga tinggi. 2.4.7. Strategi Mempertahankan Pelanggan

Menurut Griffin (2005:22) ada empat cara agar pelanggan tidak meninggalkan perusahaan, yaitu : 1. Mempermudah pelanggan untuk memberi umpan balik kepada perusahaan Salah satu kegiatan yang paling menguntungkan bagi perusahaan adalah mencari keluhan pelanggan, memudahkan pelanggan untuk memberi umpan balik dengan cara bertanya kepada pelanggan secara teratur mengenai pembelian terakhir mereka seperti: apakah pembelian itu memenuhi kebutuhan mereka, apakah itu yang mereka harapkan serta bagaimana cara meningkatkannya. 2. Bila pelanggan membutuhkan bantuan, berikanlah dengan segera Setelah perusahaan memperoleh umpan balik dari pelanggan, perusahaan harus bertindak dengan cepat. Bila pelanggan menghubungi untuk menyampaikan keluhan, perusahaan harus memberi respon dengan segera, sebaiknya dengan menyelesaikan masalah tetapi setidaknya dengan menegaskan maksud perusahaan untuk menyelesaikan masalah secepat mungkin. 3. Mengurangi kejengkelan atas reparasi, pembayaran kembali dan pemberian jaminan Reparasi, pembayaran kembali dan pemberian jaminan sering menjadi sumber kekcewaan para pelanggan 4. Mempelajari cara menghibur pelanggan yang marah Dengan sistem umpan balik dan keluhan pelanggan yang meningkat mutunya, terjadi interaksi dengan pelanggan. Bila perusahaan berhadapan degnan pelanggan yang marah, perlakukan pelanggan tersebut dengan penuh perhatian.

2.4.8.

Keuntungan Loyalitas Pelanggan Menurut Grifin (2005:11) ada beberapa keuntungan apabila perusahaan

memiliki pelanggan yang loyal, yaitu: 1. Biaya pemasaran menjadi berkurang (biaya pengambilan pelanggan lebih tinggi daripada biaya mempertahankan pelanggan) 2. Biaya transaksi menjadi lebih rendah 3. Biaya perputaran pelanggan (customer turnover) menjadi berkurang (lebih sedikit pelanggan hilang yang harus digantikan).

2.5

Hubungan Antara Customer Relationship Management (CRM) dengan Loyalitas Pelanggan Dalam rangka mempertahankan pelanggan, banyak perusahaan memusatkan perhatian dengan meningkatkan tingkat kepuasan pelanggan. Tingkat kepuasan pelanggan tentu saja merupakan suatu ukuran kunci. Tetapi, kepuasan pelanggan memimpin ke arah loyalitas dan profitabilitas merupakan suatu persoalan pentng untuk diuji. Secara tradisional, kepuasan pelanggan diharapkan mendorong ke arah loyalitas atau ingatan yang lebih besar, dimana nantinya, memimpin