Upload
hoangkhuong
View
223
Download
3
Embed Size (px)
Citation preview
ANALISA STRATEGI BERSAING PT BAKRIE TELECOM SEBAGAI NEW ENTRANT DALAM BISNIS SLI
TESIS
OLEH :
AGUS PURNOMO NPM : 0606003096
PROGRAM STUDI TEKNIK ELEKTRO KEKHUSUSAN MANAJEMEN TELEKOMUNIKASI
PROGRAM PASCA SARJANA BIDANG ILMU TEKNIK UNIVERSITAS INDONESIA
GENAP 2007/2008
Analisa strategi..., Agus Purnomo, FT UI 2008
i i
PERNYATAAN KEASLIAN TESIS
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa tesis dengan judul : ANALISA STRATEGI BERSAING PT BAKRIE TELECOM SEBAGAI NEW
ENTRANT DALAM BISNIS SLI yang dibuat untuk melengkapi sebagian persyaratan menjadi Magister Teknik
pada Program Pascasarjana Bidang Ilmu Teknik, Program Studi Teknik Elektro,
Universitas Indonesia, sejauh yang saya ketahui bukan merupakan tiruan atau
duplikasi dari seminar yang sudah dipublikasikan dan atau pernah dipakai untuk
mendapat gelar Magister di lingkungan Universitas Indonesia maupun di
Perguruan Tinggi manapun, kecuali bagian dari sumber informasinya
dicantumkan sebagaimana mestinya.
Jakarta, Mei 2008
(Agus Purnomo) NPM. 0606003096
Analisa strategi..., Agus Purnomo, FT UI 2008
ii ii
LEMBAR PENGESAHAN
Tesis dengan judul: ANALISA STRATEGI BERSAING PT BAKRIE TELECOM SEBAGAI NEW
ENTRANT DALAM BISNIS SLI
dibuat untuk melengkapi sebagian persyaratan menjadi Magister Teknik pada
Kekhususan Manajemen Telekomunikasi Program Studi Teknik Elektro
Universitas Indonesia. Tesis ini telah diujikan pada sidang tesis, tanggal 6 Mei
2008 dan dinyatakan memenuhi syarat / sah sebagai tesis pada Departemen
Teknik Elektro Fakultas Teknik.
Jakarta, Mei 2008 Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II
Dr. Ir. Iwan Krisnadi, MBA Prof. Dr. Ir. Dadang Gunawan, M.Eng
Analisa strategi..., Agus Purnomo, FT UI 2008
iii iii
UCAPAN TERIMA KASIH
Puji syukur penulis sampaikan kepada Allah Swt. Atas segala rahmat dan
hidayahNya sehingga penulis bisa menyelesaikan tesis dengan judul :
ANALISA STRATEGI BERSAING PT BAKRIE TELECOM SEBAGAI NEW ENTRANT DALAM BISNIS SLI
Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih
sebesar-besarnya kepada : Bapak Dr. Ir. Iwan Krisnadi, MBA selaku Dosen
Pembimbing I dan Bapak Prof. Dr. Ir. Dadang Gunawan M.Eng selaku Dosen
Pembimbing II yang tidak kenal lelah dalam memberikan dukungan, masukan,
saran, kritik serta bimbingan dalam penyusunan tesis ini.
Penulis menyadari bahwa penulisan tesis ini masih memiliki banyak
kekurangan dan keterbatasan, baik dalam penyajian tulisan maupun proses
analisa yang dilakukan, untuk itu perbaikan dan saran dari berbagai pihak sangat
diperlukan untuk kesinambungan dan penyempurnaan tulisan ini.
Jakarta, Mei 2008
Penulis
Analisa strategi..., Agus Purnomo, FT UI 2008
iv iv
Agus Purnomo NPM 0606003096 Departemen Teknik Elektro
Dosen Pembimbing : Dr. Ir. Iwan Krisnadi, MBA Prof. Dr. Ir. Dadang Gunawan, M. Eng
ANALISA STRATEGI BERSAING PT BAKRIE TELECOM SEBAGAI NEW ENTRANT DALAM BISNIS SLI
ABSTRAK Pada tanggal 17 September 2007 PT. Bakrie Telecom menjadi operator telekomunikasi ketiga di Indonesia yang memperoleh lisensi Sambungan Langsung Internasional (SLI) dari pemerintah. Dengan adanya lisensi tersebut, perusahaan memerlukan strategi yang tepat untuk memasuki persaingan dengan para operator eksisting. Bisnis SLI selama ini dikuasai oleh PT. Indosat dan PT. Telkom. Trafik percakapan SLI kedua operator tersebut pada tahun 2006 mencapai lebih dari 2 milyar menit untuk panggilan incoming dan outgoing. Analisa strategi bersaing PT. Bakrie Telecom dalam bisnis SLI menggunakan teori manajemen strategi yang terdiri dari identifikasi faktor strategis internal dan eksternal yang kemudian dituangkan dalam Matriks Evaluasi Faktor Internal dan Matriks Evaluasi Faktor Eksternal yang digolongkan sebagai tahap pengumpulan data. Tahap selanjutnya tahap analisa (matching stage) dengan menggunakan Matriks Internal Ekternal, Matriks SWOT dan Matriks Grand Strategy. Tahap terakhir adalah pengambillan keputusan dengan Quantitative Strategic Planning Matrix (QSPM) untuk menentukan strategi yang akan dipilih. Dari analisa dengan menggunakan Matriks Internal Ekternal diperoleh hasil bahwa posisi PT. Bakri Telecom berada dalam sel II dan dalam Matriks Grand Strategy berada pada kuadran I. Perusahaan yang berada dalam kedua matriks tersebut mempunyai posisi yang baik dalam persaingan. Strategi yang bisa diterapkan oleh perusahaan adalah strategi intensif atau strategi integratif. Pada tahap pengambilan keputusan dengan QSPM untuk menentukan apakah strategi intensif atau integratif yang akan dipilih, diperoleh hasil nilai untuk strategi intensif lebih besar daripada strategi integratif. Oleh karena itu dalam menggelar layanan SLI, PT. Bakrie Telecom dapat menerapkan strategi intensif yang terdiri dari penetrasi pasar, pengembangan pasar dan pengembangan produk. Dalam menerapkan strategi intensif, PT. Bakrie Telecom perlu melakukan berbagai kajian dalam hal penetrasi pasar, pengembangan pasar dan pengembangan produk yang sejalan dengan visi dan misi perusahaan. Kata Kunci : Strategi Bersaing, Bisnis SLI
Analisa strategi..., Agus Purnomo, FT UI 2008
v v
Agus Purnomo NPM 0606003096 Electrical Engineering Department
Councellor 1. Dr. Ir. Iwan Krisnadi, MBA 2. Prof. Dr. Ir. Dadang Gunawan, M.Eng
ANALYSIS ON PT. BAKRIE TELECOM’S COMPETITIVE STRATEGY AS A NEW ENTRANT IN IDD SERVICE BUSINESS
ABSTRACT On September 17, 2007, PT. Bakrie Telecom got International Direct Dialing (IDD) license from the government. With the new license, the company needs to formulate a strategy to compete with the two existing operators to get the market share. Formerly, IDD service in Indonesia belongs to PT. Telkom and PT. Indosat. The IDD traffics of both operators in 2006 are exceeding 2 million minutes for incoming and outgoing call. Strategic Management Theory is applied in the analysis of the competitive strategy of PT. Bakrie Telecom in IDD business, The theory consists of internal and external factors identification of the company as an input for Internal Factor Evaluation (IFE) Matrix and External Factor Evaluation (EFE) Matrix. The stage is called data gathering stage. The next stage is analysis stage which consists of Internal External Matrix, SWOT Matrix and Grand Strategy Matrix. The final stage is decision making stage using Quantitative Strategic Planning Matrix (QSPM) to decide which strategy should be appointed. In the analysis using Internal External Matrix, PT. Bakrie Telecom lies in the cell II of the matrix. While in Grand Strategy Matrix, PT. Bakrie telecom lies in Quadrant I of the matrix. The company lies in both position of the matrix has a good position in the competition. The strategies that can be applied by the company are intensive strategy or integrative strategy. In the decision making stage with QSPM, the score of the intensive strategy is bigger than the integrative strategy. Therefore, in deploying the IDD business, PT. Bakrie Telecom can apply intensive strategy that consist of market penetration, market development and product development. In implementing the intensive strategy, PT. Bakrie Telecom needs to conduct studies on market penetration, market development and product development along with the company’s vision and mission. Keyword : Competitive Strategy, IDD Business
Analisa strategi..., Agus Purnomo, FT UI 2008
vi vi
DAFTAR ISI
PERNYATAAN KEASLIAN ……………………………………………….. i LEMBAR PENGESAHAN .………………………………………………… ii UCAPAN TERIMA KASIH …………………………………………………. iii ABSTRAK …………………………………………………………………… iv ABSTRACT …………………………………………………………………. v DAFTAR ISI …………………………………………………………………. vi DAFTAR GAMBAR ………………………………………………………… viii DAFTAR TABEL ……………………………………………………………. ix DAFTAR LAMPIRAN ………………………………………………………. x BAB I PENDAHULUAN …………………………………… 1
1.1 LATAR BELAKANG ………………............................ 1
1.2 MAKSUD DAN TUJUAN ……………………………… 3
1.3 IDENTIFIKASI PERMASALAHAN …………...……… 3
1.4 RUMUSAN MASALAH ……………………………….. 4
1.5 BATASAN MASALAH ………………………………… 4
1.6 METODE PENELITIAN ……………………………….. 4
BAB II LAYANAN SLI, STRATEGI BERSAING DAN TEORI STRATEGI BERSAING ……………………
6
2.1 LAYANAN SLI …………………………………………. 6
2.2 STRATEGI BERSAING ………………………………. 8
2.3 TEORI ANALISA STRATEGI BERSAING …………. 9
2.3.1 Analisa SWOT ………………………………… 9
2.3.2 Kerangka Pemikiran …..…………………….. 11
2.3.2.1 Matrik Faktor Strategi Eksternal………………………..…….
12
2.3.2.2 Matrik Faktor Strategi Internal……………………..………….
13
2.3.3.3 Matrik SWOT .………........................ 14
2.3.3.4 Matrik Internal Eksternal ………..... 15
2.3.3.5 Matrik Grand Strategy …………….. 16
2.3.3.6 Quantitative Strategic Planning Matrix (QSPM) ......................……....
16
BAB III IKLIM PERSAINGAN BISNIS SLI SAAT INI 18
3.1 PT. BAKRIE TELECOM ............................................ 18
3.2 BISNIS SLI PT. INDOSAT ......................................... 20
Analisa strategi..., Agus Purnomo, FT UI 2008
vii vii
3.3 BISNIS SLI PT. TELKOM .......................................... 22
3.4 REGULASI KOMPETISI ............................................ 25
BAB IV ANALISA STRATEGI BERSAING PT. BAKRIE TELECOM DALAM BISNIS SLI ...........................
29
4.1 TAHAP PENGUMPULAN DATA ............................. 29
4.1.1 Survei ........................................................... 29
4.1.2 Identifikasi Faktor Strategis Eksternal dan Internal ....................
31
4.1.2.1 Threats ............................................ 31
4.1.2.2 Opportunities ................................. 31
4.1.2.3 Weaknesses ................................... 32
4.1.2.4 Strengths ........................................ 32
4.1.3 Cara Penghitungan Matriks Evaluasi Faktor Internal dan Eksternal Berdasarkan Hasil Survei ..................................................
33 4.1.4 Matriks Evaluasi Faktor Eksternal .............. 35
4.1.5 Matriks Evaluasi Faktor Internal ................. 38
4.2 TAHAP ANALISA...................................................... 41
4.2.1 Matriks Internal Eksternal ............................ 41
4.2.2 Matriks SWOT ............................................... 43
4.2.3 Matriks Grand Strategy ................................ 47
4.3 TAHAP PENGAMBILAN KEPUTUSAN ................... 49
BAB V KESIMPULAN ....................................................... 56
DAFTAR REFERENSI ............................................................................. 57 LAMPIRAN ............……………………………………….........…………… 58
Analisa strategi..., Agus Purnomo, FT UI 2008
viii viii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1 Alur Penelitian ………………………………………………………. 5
Gambar 2.1 Proses Ruting SLI …………………………………………………... 7
Gambar 2.2 Analisa SWOT ............................................................................ 10
Gambar 2.3 Kerangka Pemikiran Analisis Strategi Bersaing .......................... 11
Gambar 2.4 Matriks Internal Eksternal ............................................................ 15
Gambar 3.1 3Q 2007 BTEL ............................................................................. 19
Gambar 3.2 3Q 2007 Telkom .......................................................................... 25
Gambar 4.1 Matriks Internal Eksternal ............................................................ 42
Gambar 4.2 Matriks Grand Strategy ................................................................ 48
Analisa strategi..., Agus Purnomo, FT UI 2008
ix ix
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Matrik SWOT ..................................................................................... 14
Tabel 3.1 Trafik SLI Indosat ………………………………………………………… 21
Tabel 3.2 Trafik SLI Telkom ............................................................................... 23
Tabel 3.3 Revenue SLI Telkom ......................................................................... 24
Tabel 4.1 Matriks Evaluasi Faktor Eksternal untuk Matriks Grand Strategy....... 36
Tabel 4.2 Matriks Evaluasi Faktor Eksternal untuk Matriks Internal Eksternal....37
Tabel 4.3 Matriks Evaluasi Faktor Internal untuk Matriks Grand Strategy...........39
Tabel 4.4 Matriks Evaluasi Faktor Internal untuk Matriks Internal Eksternal.......40
Tabel 4.5 Matriks SWOT .................................................................................... 44
Tabel 4.6 Matriks QSPM .................................................................................... 49
Analisa strategi..., Agus Purnomo, FT UI 2008
x x
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Lembar Survei ................................................................................. 59
Lampiran 2 Rincian Hasil Survei ........................................................................ 64
Analisa strategi..., Agus Purnomo, FT UI 2008
1 1
BAB I
PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG
Pada tanggal 17 September 2007 pemerintah c.q Ditjen Postel telah
menyelengarakan tender untuk penyelengaraan Sambungan Langsung
Internasional (SLI) yang diikuti oleh 3 (tiga) operator telekomunikasi [7]. Dalam
tender tersebut PT. Bakrie Telecom keluar sebagai pemenang tender untuk
penyelenggaraan layanan SLI. Dengan demikian, pada saat ini terdapat 3 (tiga)
operator telekomunikasi yang telah memiliki izin untuk menggelar layanan
tersebut.
Dua operator telekomunikasi yang sebelumnya telah menggelar layanan
SLI adalah PT. Telkom dan PT. Indosat Indosat dengan produknya SLI 001
adalah operator SLI yang pertama di Indonesia setelah mengakuisisi PT.
Satelindo dengan produknya SLI 008. Sedangkan PT. Telkom (dengan
produknya SLI 007) muncul sebagai pesaing PT. Indosat yang sebelumnya
melakukan monopoli layanan SLI setelah mendapatkan izin dari pemerintah
pada tanggal 13 Mei 2004 sebagai salah satu kompensasi atas terminasi dini
hak ekslusivitas PT. Telkom atas penyelenggaraan jasa telepon tetap yang
meliputi layanan telepon lokal dan Sambungan Langsung Jarak Jauh (SLJJ).
Hadirnya PT. Bakrie Telecom sebagai penyedia layanan baru SLI
tentunya akan membuat persaingan didalam industri telekomunikasi, khususnya
dibidang layanan SLI menjadi semakin ketat. Pemerintah mengharapkan dengan
semakin banyaknya penyelenggara dibidang SLI akan semakin mendorong
terciptanya iklim kompetisi yang sehat dalam industri telekomunikasi. Dengan
demikian diharapkan kualitas layanan dapat semakin ditingkatkan dan tarif
layanan bagi masyarakat dapat menjadi semakin murah. Disisi operator hal
tersebut menjadikan perebutan market share dalam bisnis SLI menjadi semakin
Analisa strategi..., Agus Purnomo, FT UI 2008
2 2
ketat sehingga mereka membutuhkan strategi bersaing yang tepat dalam
memperebutkan market share tersebut.
PT. Bakrie Telecom merupakan operator telekomunikasi yang
sebelumnya sudah menyelenggarakan layanan berbasis teknologi Code Division
Multiple Access (CDMA) untuk Fixed Wireless Access (FWA) dengan merek
produknya ESIA yang selama ini masih beroperasi didaerah Jabodetabek dan
Surabaya. Dengan diperolehnya izin untuk menyelenggarakan layanan SLI
tentunya akan menambah jenis layanan yang diberikan oleh PT. Bakrie Telecom.
Namun demikian, sebagai pendatang baru dalam bisnis SLI, PT. Bakrie
Telecom harus menghadapi dua operator SLI incumbent yang sudah mapan
dalam hal penyediaan dan penggelaran jaringan untuk layanan SLI. Untuk itu
diperlukan persiapan dalam penggelaran jaringan yang tentunya membutuhkan
investasi yang relatif besar. Dalam penggelaran jaringan, pemerintah
menetapkan bahwa standar teknik jaringan tetap sambungan internasional yang
akan dibangun oleh PT. Bakrie Telecom seluruhnya harus mengacu kepada
Fundamental Technical Plan (FTP) Nasional dan standar teknik yang diakui
secara internasional.
Dalam memasuki pasar SLI yang merupakan bisnis baru bagi PT. Bakrie
Telecom sehingga perlu untuk melakukan identifikasi pesaing dan perumusan
strategi bersaing dalam penggelaran layanan yang sebelumnya sudah dikuasai
oleh kedua operator terbesar di Indonesia tersebut. Hal tersebut diperlukan
dalam pencapaian tujuan perusahaan dalam mendapatkan market share dari
layanan SLI mengingat persaingan antara dua operator incumbent sendiri sudah
demikian ketat. Tesis ini disusun untuk melakukan analisa strategi bersaing PT.
Bakrie Telecom sebagai pendatang baru dalam bisnis SLI sehingga dapat
dirumuskan strategi yang tepat dalam penggelaran layanan SLI.
Analisa strategi..., Agus Purnomo, FT UI 2008
3 3
1.2 MAKSUD DAN TUJUAN
Maksud dari penulisan seminar ini adalah untuk melakukan analisa
strategi bersaing PT. Bakrie Telecom sebagai pendatang baru dalam
menghadapi persaingan bisnis SLI dengan para operator yang sudah lebih
mapan dengan cara melakukan identifikasi baik faktor-faktor internal maupun
eksternal. Sedangkan tujuannya adalah untuk menentukan strategi bersaing
yang efektif bagi PT. Bakrie Telecom dalam menghadapi dua perusahaan
telekomunikasi terbesar yang sudah terlebih dahulu menguasai pasar SLI di
Indonesia.
1.3 IDENTIFIKASI PERMASALAHAN
PT. Bakrie Telecom merupakan operator yang sudah cukup berhasil
dalam penggelaran layanan telekomunikasi FWA. Bahkan produknya dengan
merek ESIA yang hadir dengan berbagai diferensiasi layanan dan advertising
yang memikat masyarakat seperti isu talk time telah berhasil meningkatkan
jumlah pelanggan yang cukup besar.
Namun demikian dalam bisnis SLI, dapat diidentifikasi permasalahan-
permasalahan sebagai berikut :
1. Dalam bisnis SLI, PT. Bakrie Telecom merupakan new entrant;
2. Sebagai new entrant diperlukan strategi bersaing dalam memperebutkan
pangsa pasar dengan para operator SLI incumbent;
3. Bisnis SLI selama ini dikuasai oleh dua operator terbesar di Indonesia
yang sudah mapan dalam segala hal termasuk jaringan, cakupan layanan
dan pemasaran.
Analisa strategi..., Agus Purnomo, FT UI 2008
4 4
1.4 PERUMUSAN MASALAH
Perumusan masalah yang akan dijadikan sebagai dasar untuk melakukan
penelitian selanjutnya adalah strategi bersaing seperti apa yang diperlukan oleh
PT. Bakrie Telecom sebagai new entrant dalam menghadapi persaingan dengan
para operator SLI incumbent.
1.5 BATASAN MASALAH
Pembahasan dalam seminar ini akan dibatasi pada :
1. Obyek penelitian adalah PT. Bakrie Telecom;
2. Bisnis layanan telekomunikasi yang akan dibahas adalah bisnis
layanan SLI;
3. Pembahasan strategi bersaing PT. Bakrie Telecom menggunakan
teori strategic management.
1.6 METODOLOGI PENELITIAN
Metode penelitian yang akan digunakan dalam analisa strategi bersaing
PT. Bakrie Telecom sebagai new entrant di bisnis SLI dalam menghadapi para
operator incumbent berdasarkan pada metode kuantitatif. Kajian yang akan
dilakukan adalah membahas konsep-konsep dan teori-teori strategi bersaing
yang didukung dengan data-data primer untuk penentuan faktor-faktor internal
dan eksternal perusahaan dan data sekunder yang berasal dari laporan tahunan
dan laporan keuangan PT. Bakrie Telecom, PT. Telkom dan PT. Indosat serta
studi pustaka sebagai bahan acuan.
Dengan dukungan data-data sekunder tersebut selanjutnya akan
diperoleh identifikasi persaingan di bisnis SLI pada saat ini dan kekuatan-
kekuatan internal PT. Bakrie Telecom dalam memasuki persaingan di bisnis SLI.
Berdasarkan hasil identifikasi tersebut selanjutnya akan dilakukan analisa
Analisa strategi..., Agus Purnomo, FT UI 2008
5 5
strategi bersaing PT. Bakrie Telecom dengan menggunakan alat-alat analisa
strategi bersaing yang tersedia. Alur penelitian secara umum dapat dilihat pada
gambar dibawah ini [10] :
Gambar 1.1 Alur Penelitian
Masalah Penelitian
Pengumpulan Data
Analisis Data
Teori
Penafsiran data
dengan teori
Generalisasi
Kesimpulan
Analisa strategi..., Agus Purnomo, FT UI 2008
6 6
BAB II
LAYANAN SLI, STRATEGI BERSAING DAN TEORI STRATEGI BERSAING
2.1 LAYANAN SLI
Sambungan langsung internasional (SLI) menurut Fundamental Technical
Plan (FTP) Nasional Tahun 2000 ialah penyelenggaraan hubungan telepon
antara seorang pelanggan di Indonesia dengan pelanggan di negara lain [1].
Jenis layanan SLI yang akan dibahas pada tesis ini khususnya adalah jenis
layanan SLI tradisional dengan menggunakan teknologi circuit switch (clear
channel). Pada saat ini layanan SLI yang menggunakan teknologi tersebut
antara lain adalah layanan SLI 001 dan SLI 008 milik PT. Indosat, SLI 007 milik
PT. Telkom dan layanan SLI yang akan digelar oleh PT. Bakrie Telecom
nantinya.
Dalam penggelaran SLI diperlukan suatu proses ruting, yaitu Proses
penentuan dan penggunaan rute, berdasarkan suatu aturan tertentu, untuk
menyalurkan pesan atau membangunan hubungan. Sesuai dengan FTP
Nasional tahun 2000, ruting SLI dalam jaringan nasional pada umumnya
dilakukan melalui rute jaringan lokal asal � jaringan SLJJ (Sambungan langsung
jarak jauh) � jaringan sambungan internasional untuk panggilan ke luar
(outgoing), dan jaringan sambungan internsional � jaringan SLJJ � jaringan
lokal tujuan untuk arah sebaliknya (incoming). Sedangkan ruting langsung
jaringan lokal asal � jaringan sambungan internasional, atau sebaliknya, dapat
dilakukan jika penyelenggara jaringan lokal dan penyelenggara jaringan
sambungan internasional telah sepakat untuk membuat interkoneksi langsung.
Sesuai kesepakatan antar-penyelenggara, trafik keluar (outgoing traffic)
yang seharusnya disalurkan melalui jaringan sambungan internasional yang
Analisa strategi..., Agus Purnomo, FT UI 2008
7 7
satu, karena keterbatasan tersedianya sarana dapat dilimpahkan ke jaringan
sambungan internasional lain.
Pelaksanaan ruting nasional untuk panggilan internasional (outgoing)
harus disesuaikan dengan kemauan pelanggan pemanggil, dalam kaitannya
dengan penggunaan Prefiks SLI. Gambar dibawah memperlihatkan
kemungkinan yang berlaku :
a. Panggilan tersebut harus disalurkan ke jaringan sambungan internasional
yang dipilih oleh pelanggan;
b. Dalam hal panggilan harus disalurkan melalui jaringan SLJJ, pemilihan
jaringan SLJJ dilakukan berdasarkan kesepakatan bisnis antara para
penyelenggara jaringan yang terlibat.
Gambar 2.1 : Proses Ruting SLI
JARINGAN
LOKAL ASAL
JARINGAN
SLJJ
PELANGGAN
PEMANGGIL JARINGAN SAMBUNGAN
INTERNASIONAL
*) Pemilihan atas dasar komersial dan/atau teknis (dalam kaitannya dengan mutu pelayanan dan keter-sediaan)
PELANGGAN MEMILIH SENDIRI - ( CALL BY CALL )
Prefiks SLI ‘00X’
Sesuai pilihan pelanggan
Berdasarkan kesepakatan antar penye- lenggara *)
Untuk panggilan internasional masuk (incoming), dalam hal panggilan
harus disalurkan melalui jaringan SLJJ, pemilihan jaringan SLJJ dilakukan
berdasarkan kesepakatan bisnis antara para penyelenggara jaringan yang
terlibat [1].
Analisa strategi..., Agus Purnomo, FT UI 2008
8 8
2.2 STRATEGI BERSAING
Beberapa definisi strategi antara lain adalah :
Chandler (1962) mendefinisikan strategi merupakan alat untuk mencapai
tujuan perusahaan dalam kaitannya dengan tujuan jangka panjang, program
tindak lanjut, serta priotitas alokasi sumber daya.
Robert Grant mendefinisikan keunggulan bersaing sebagai berikut :
“Ketika dua perusahaan bersaing (pada pasar dan pelanggan yang sama), satu
perusahaan memiliki keunggulan bersaing atas perusahaan lainnya terjadi ketika
perusahaan tersebut mendapatkan tingkat keuntungan, atau memiliki potensi
untuk mendapatkan laba lebih tinggi.”
Salah satu ukuran keberhasilan perusahaan adalah dominasi relatifnya di
pasar. Perusahaan menetapkan suatu sasaran yang menyangkut posisi
bersaingnya berdasarkan pada penjualan total (Pearce & Robinson , 1997 ;
281).
Porter (1985) mengemukakan bahwa strategi merupakan alat yang
sangat penting untuk mencapai keunggulan bersaing.
Pearce & Robinson (1994) mendefinisikan manajemen strategi sebagai
berikut :
“Strategic management is defined as the set of decisions and actions that result
in the formulation and implementation of plans designed to achieve a company’s
objectives”.
Sedangkan David Hunger dan Thomas. Wheelan (2000 : 3)
mendefinisikan strategic management sebagai berikut :
Analisa strategi..., Agus Purnomo, FT UI 2008
9 9
“Strategic Management is that set of managerial decisions and actions that
determines the long run performance of a corporations”[14].
Berdasarkan berbagai definisi strategi tersebut diatas, maka dapat
disimpulkan bahwa strategi bersaing adalah alat untuk mencapai tujuan
perusahaan dalam rangka pencapaian tujuan jangka panjang, program tindak
lanjut, serta prioritas alokasi sumber daya untuk meningkatkan keunggulan
bersaing, dalam arti penempatan posisi perusahaan dalam persaingan dalam
industri untuk memperoleh posisi yang diinginkan dalam memperebutkan market
share.
2.3 TEORI ANALISA STRATEGI BERSAING
2.3.1 Analisa SWOT
Analisis SWOT adalah identifikasi berbagai factor secara sistematis untuk
merumuskan strategi perusahaan. Analisis ini didasarkan pada logika yang dapat
memaksimalkan kekuatan (strengths) dan peluang (opportunities), namun secara
bersamaan dapat meminimalkan kelemahan (weaknesses) dan ancaman
(threats). Proses pengambilan keputusan strategis selalu berkaitan dengan
pengembangan misi, tujuan, strategi dan kebijakan perusahaan. Dengan
demikian perlu diadakan analisis faktor-faktor strategis perusahaan (kekuatan,
kelemahan, peluang dan ancaman ) dalam kondisi yang ada saat ini. Hal inilah
yang disebut dengan analisis situasi [12].
Analisa strategi..., Agus Purnomo, FT UI 2008
10 10
Gambar 2.2 Analisa SWOT
Kuadran 1 : Ini merupakan situasi yang sangat menguntungkan. Perusahaan
tersebut memiliki peluang dan kekuatan sehingga dapat
memanfaatkan peluang yang ada. Strategi yang harus
diterapkan dalam kondisi ini adalah mendukung kebijakan
pertumbuhan yang agresif (growth oriented strategy).
Kuadran 2 : Meskipun menghadapai berbagai ancaman, perusahaan ini
masih memiliki kekuatan dari segi internal. Strategi yang harus
diterapkan adalah menggunakan kekuatan untuk
memanfaatkan peluang jangka panjang dengan cara
diversifikasi (produk/pasar).
Kuaran 3 : Perusahaan menghadapi peluang pasar yang sangat besar,
tetapi dilain pihak, ia menghadapi beberapa kendala/kelemahan
internal. Fokus strategi perusahaan ini adalah meminimalkan
masalah-masalah internal perusahaan sehingga dapat merebut
peluang pasar yang lebih baik.
BERBAGAI
PELUANG
KELEMAHAN
INTERNAL
KEKUATAN
INTERNAL
BERBAGAI
ANCAMAN
1. Mendukung
strategi agresif
2. Mendukung
strategi
diversifikasi
3. Mendukung
strategi turn-
around
4. Mendukung
strategi
defensif
Analisa strategi..., Agus Purnomo, FT UI 2008
11 11
Kuadran 4 : Ini merupakan situasi yang sangat tidak menguntungkan,
perusahaan tersebut menghadapi berbagai ancaman dan
kelemahan internal.
Proses penyusunan analisa strategi bersaing PT. Bakrie Telecom dalam
bisnis SLI dilakukan melalui tiga tahap analisa, yaitu :
1. Tahap pengumpulan data yang terdiri dari Matriks Evaluasi Faktor Eksternal
dan Matriks Evaluasi Faktor Internal ;
2. Tahap analisa yang terdiri dari Matriks Internal Eksternal, Matriks SWOT dan
Matriks Grand Strategy;
3. Tahap pengambilan keputusan dengan menggunakan Matriks Perencanaan
Strategis Kuantitatif (Quantitative Strategic Planning Matrix/QSPM) .
2.3.2 Kerangka Pemikiran
Gambar 2.3 Kerangka Pemikiran Analisis Strategi Bersaing
FAKTOR
EKSTERNAL
FAKTOR
INTERNAL
Matriks Evaluasi
Faktor Eksternal
Matriks Evaluasi
Faktor Internal
- IE Matriks - Matriks SWOT - Matriks Grand Strategy
QSPM Matriks
Formulasi Strategi Bersaing
Analisa strategi..., Agus Purnomo, FT UI 2008
12 12
Untuk mengetahui strategi yang tepat untuk PT. Bakrie Telecom dalam
memasuki ajang persaingan dibidang bisnis SLI dengan dua perusahaan
telekomunikasi terbesar di Indonesia, maka digunakan beberapa alat analisis
strategi, antara lain : Matriks SWOT, Matriks Internal-Eksternal (IE Matriks),
Matriks Grand Strategy dan The Quantitive Strategic Planning Matrix (QSPM)
[12].
2.3.2.1 Matrik Faktor Strategi Eksternal
Sebelum membuat matrik faktor strategi eksternal, perlu diketahui terlebih
dahulu faktor strategi eksternal. Berikut adalah cara-cara penentuan Faktor
Strategi Eksternal :
1. Susun dalam kolom 1 (5 sampai dengan 10 peluang dan ancaman).
2. Beri bobot masing-masing faktor dalam kolom 2, mulai dari 1,0 (sangat
penting sampai dengan 0,0 (tidak penting).
3. Hitung rating (dalam kolom 3) untuk masing-masing faktor dengan
memberikan skala mulai dari 4 (outstanding) sampai dengan 1 (poor)
berdasarkan pengaruh faktor tersebut terhadap kondisi perusahaan yang
bersangkutan. Pemberian nilai rating untuk faktor peluang bersifat positif
(peluang yang semakin besar diberi rating +4, tapi jika peluangnya kecil,
diberi rating +1). Pemberian nilai rating ancaman adalah kebalikannya.
Misalnya jika nilai ancamannya sangat besar, ratingnya adalah 1.
Sebaliknya jika nilai ancamannya sedikit ratingnya 4.
4. Kalikan bobot pada kolom 2 dengan rating pada kolom 3, untuk
memperoleh faktor pembobotan dalam kolom 4. Hasilnya berupa skor
pembobotan untuk masing-masing faktoryang nilainya bervariasi mulai
dari 4,0 (outstanding) sampai dengan 1,0 (poor).
5. Jumlahkan skor pembobotan (pada kolom 4) untuk memperoleh total skor
pembobotan bagi perusahaan yang bersangkutan. Nilai total ini
menunjukkan bagaimana perusahaan tertentu bereaksi terhadap faktor-
faktor strategis eksternalnya. Total skor ini dapat digunakan untuk
Analisa strategi..., Agus Purnomo, FT UI 2008
13 13
membandingkan perusahaan tersebut dengan perusahaan lainnya dalam
industri yang sama.
2.3.2.2 Matrik Faktor Strategi Internal
Setelah faktor-faktor strategis internal suatu perusahaan diidentifikasi,
suatu tabel disusun untuk merumuskan faktor-faktor strategis internal
tersebut dalam kerangka Strength and Weakness perusahaan. Tahapnya
adalah :
1. Tentukan faktor-faktor yang menjadi kekuatan serta kelemahan
perusahaan dalam kolom 1.
2. Beri bobot masing-masing faktor tersebut dengan skala mulai dari 1,0
(paling penting) sampai 0,0 (tidak penting), berdasarkan pengaruh faktor-
faktor tersebut terhadap posisi strategis perusahaan. Semua bobot
tersebut jumlahnya tidak boleh melebihi total skor 1,0.
3. Hitung rating (dalam kolom 3) untuk masing-masing faktor dengan
memberi skala mulai dari 4 (outstanding) sampai dengan 1 (poor)
berdasarkan pengaruh faktor tersebut terhadap kondisi perusahaan yang
bersangkutan. Variabel yang bersifat positif (semua variabel yang masuk
kategori kekuatan) diberi nilai mulai dari +1 sampai dengan +4 (sangat
baik) dengan membandingkannya dengan rata-rata industri atau dengan
pesaing utama. Sedangkan variabel yang bersifat negatif kebalikannya.
4. Kalikan bobot pada kolom 2 dengan rating pada kolom 3, untuk
memperoleh faktor pembobotan dalam kolom 4. Hasilnya berupa skor
pembobotan untuk masing-masing faktor yang nilainya bervariasi mulai
dari 4,0 sampai dengan 1,0.
5. Jumlahkan skor pembobotan (pada kolom 4), untuk memperolah total
skor pembobotan bagi perusahaan yang bersangkutan. Nilai total ini
menunjukkan bagaimana perusahaan tertentu bereaksi terhadap faktor-
faktor strategis internalnya. Skor total ini dapat digunakan untuk
Analisa strategi..., Agus Purnomo, FT UI 2008
14 14
membandingkan perusahaan ini dengan perusahaan lainnya dalam
kelompok industri yang sama.
2.3.2.3 Matrik SWOT
Alat yang dipakai untuk menyusun faktor-faktor strategis perusahaan
adalah matrik SWOT. Matrik ini dapat menggambarkan secara jelas
bagaimana peluang dan ancaman eksternal yang dihadapai perusahaan
dapat disesuaikan dengan kekuatan dan kelemahan yang dimilikinya. Matrik
ini dapat menghasilkan empat set kemungkinan alternatif strategis.
Tabel 2.1 Matrik SWOT
IFAS
EFAS
STRENGTH (S)
- Tentukan 5-10 faktor-
faktor kekuatan internal
WEAKNESSES (W)
- Tentukan 5-10 faktor-
faktor kelemahan internal
OPPORTUNITIES (O)
- Tentukan 5-10 faktor
peluang eksternal
STRATEGI SO
Ciptakan strategi yang
menggunakan kekuatan
untuk memanfaatkan
peluang
STRATEGI WO
Ciptakan strategi yang
meminimalkan
kelemahan untuk
memanfaatkan peluang
THREAT (T)
- Tentukan 5-10 faktor
ancaman eksternal
STRATEGI ST
Ciptakan strategi yang
menggunakan kekuatan
untuk mengatasi
ancaman
STRATEGI WT
Ciptakan strategi yang
meminimalkan
kelemahan dan
menghindari ancaman
a. Strategi SO
Strategi ini dibuat berdasarkan jalan pikiran perusahaan, yaitu dengan
memanfaatkan seluruh kekuatan untuk merebut dan memanfaatkan
peluang sebesar-besarnya.
Analisa strategi..., Agus Purnomo, FT UI 2008
15 15
b. Strategi ST
Ini adalah strategi dalam menggunakan kekuatan yang dimiliki
perusahaan untuk mengatasi ancaman.
c. Strategi WO
Strategi ini diterapkan berdasarkan pemanfaatan peluang yang ada
dengan cara meminimalkan kelemahan yang ada.
d. Strategi WT
Strategi ini didasarkan pada kegiatan yang bersifat defensif dan berusaha
meminimalkan kelemahan yang ada serta menghindari ancaman.
2.3.2.4 Matrik Internal Eksternal
Parameter yang digunakan dalam Matrik Internal Eksternal (IE) meliputi
parameter kekuatan internal perusahaan dan pengaruh eksternal yang
dihadapi. Tujuan penggunaan model ini adalah untuk memperoleh strategi
bisnis yang lebih detail.
KEKUATAN INTERNAL BISNIS
Tinggi Rata-rata Lemah
1
GROWTH
Konsentrasi melalui
integrasi vertikal
2
GROWTH
Konsentrasi melalui
integrasi horizontal
3
RETRENCHMENT
Turn around
4
STABILITY
Hati-hati
5
GROWTH
Konsentrasi melalui
integrasi horizontal
STABILITY
Tak ada perubahan profit
strategi
6
RETRENCHMENT
Captive Company atau
Divestment
7
GROWTH
Diversifikasi konsentrik
8
GROWTH
Difersifikasi konglomerat
9
RETRENCHMENT
Bangkut atau likuidasi
Gambar 2.4 Matriks Internal Eksternal
Tinggi
Sedang
Rendah
DAYA TARIK INDUSTRI
Analisa strategi..., Agus Purnomo, FT UI 2008
16 16
Matrik tersebut dapat mengidentifikasikan 9 sel strategi perusahaan, tetapi
pada prinsipnya kesembilan sel itu dapat dikelompokkan menjadi tiga strategi
utama yaitu :
a. Growth Strategy yang merupakan pertumbuhan perusahaan itu sendiri
(sel 1,2 dan 5) atau upaya diversifikasi (sel 7 dan 8).
b. Stability Strategy adalah strategi yang diterapkan tanpa mengubah arah
strategi yang telah ditetapkan.
c. Retrenchment Strategy (sel 3,6 dan 9) adalah usaha memperkecil atau
mengurangi usaha yang dilakukan perusahaan.
2.3.2.5 Matriks Grand Strategy
Matriks Grand Strategy didasarkan atas dua dimensi penilaian yaitu posisi
persaingan dan pertumbuhan pasar. Strategi-strategi yang paling sesuai
untuk sebuah organisasi dituangkan dalam urutan daya tarik dimasing-
masing kuadran.
Perusahaan yang berada dalam Kuadran I berada dalam posisi strategis
yang baik sekali. Perusahaan yang berada dalam Kuadran II perlu menilai
pendekatan pasar yang digunakan saat ini dengan serius. Sedangkan
perusahaan yang berada dalam Kuadran III bersaing dalam industri yang
tumbuh lambat dan mempunyai posisi bersaing yang lemah. Sementara
perusahaan yang berada dalam Kuadran IV mempunyai posisi bersaing yang
kuat namun berada dalam industri yang tumbuh lambat.
2.3.2.6 Quantitative Strategic Planning Matrix (QSPM)
QSPM digunakan untuk segala jenis perusahaan dan terutama digunakan
dalam meningkatkan pilihan strategis dalam perusahaan, sebab akan banyak
ditemukan faktor kunci dan strategi yang akan diperhitungkan. Berikut ini
langkah- langkah pembuatan QSPM :
Analisa strategi..., Agus Purnomo, FT UI 2008
17 17
a. Susun daftar kunci eksternal (peluang dan ancaman) serta daftar kunci
internal (kekuatan dan kelemahan) perusahaan pada kolom kiri dari
QSPM. Informasi tersebut diperoleh dari IFE (Matriks Evaluasi Faktor
Internal) dan EFE (Matriks Evaluasi Faktor Eksternal) Matrix.
b. Berikan bobot untuk setiap faktor kritikal keberhasilan internal maupun
eksternal, nilai ini sama dengan bobot pada IFE dan EFE Matrix.
c. Tentukan dan identifikasi alternatif strategi yang dapat dilaksanakan,
tuliskan pada baris pertama dari QSPM.
d. Tentukan Attractiveness Scores (AS) sebagai nilai numerik yang
menunjukkan relative attractiveness terhadap setiap alternatif strategi. AS
ditetukan dengan menghitung tiap faktor kunci internal maupun eksternal
dalam satu waktu.
e. Hitung total AS (TAS) dengan mengalikan setiap bobot dengan AS
masing-masing. TAS menunjukkan relative attractiveness setiap alternatif
strategi.
f. Hitung rata-rata Total Attractiveness Scores, masukkan TAS pada setiap
kolom strategi. Nilai rata-rata TAS menunjukkan strategi yang paling
atraktif.
Alternatif strategi dengan jumlah nilai TAS tertinggi adalah alternatif
strategi terbaik, dimana peluang eksternal cukup besar untuk
dimanfaatkan dengan menggunakan kekuatan dan kelemahan
perusahaan saat ini.
Analisa strategi..., Agus Purnomo, FT UI 2008
18 18
BAB III
IKLIM PERSAINGAN BISNIS SLI SAAT INI
3.1 PT. BAKRIE TELECOM
PT. Bakrie Telecom adalah salah satu perusahaan telekomunikasi di
Indonesia yang berdiri pada tahun 1993 dengan nama PT Radio Telepon
Indonesia (Ratelindo). Visi perusahaan adalah menciptakan kehidupan yang
lebih baik bagi masyarakat Indonesia dengan cara menyediakan layanan
informasi, sedangkan misinya adalah menyediakan sambungan informasi yang
berkualitas tinggi dengan harga yang terjangkau [3].
Pada tahun 2003 PT Ratelindo berganti nama menjadi PT. Bakrie
Telecom. Pada bulan September 2003 PT. Bakrie Telecom meluncurkan produk
layanan telepon wireless yang merupakan Fixed Wireles Acces (FWA) berbasis
teknologi CDMA yang beroperasi pada pita frekuensi 800 MHz dengan nama
produk ESIA.
PT. Bakrie Telecom melakukan go public pada bulan Pebruari 2006 dan
sejak saat itu secara konsisten telah menunjukkan performa keuangan dan
finansial yang kuat. Pada akhir tahun 2006 PT. Bakrie Telecom telah
membukukan 1,5 juta pelanggan dengan dukungan 6 Mobile Switching Center
(MSC), 10 Base Station Controller (BSC) dan 408 Base Transciever Station
(BTS) dengan coverage area meliputi DKI Jakarta dan beberapa kota di Jawa
Barat dan Banten. Setelah mendapatkan lisensi FWA nasional pada bulan
Desember 2006, pada tahun 2007 PT. Bakrie Telecom melakukan perluasan
cakupan layanan di Surabaya, Malang, Yogyakarta, Semarang, Solo, Medan dan
Padang [3].
PT. Bakrie Telecom dikenal dengan produknya yaitu ESIA yang
merupakan produk yang cukup fenomenal dikarenakan tarif yang murah dan
Analisa strategi..., Agus Purnomo, FT UI 2008
19 19
advertising yang menarik seperti dihembuskannya isu talk time. Secara umum
isu talk time adalah, jika operator lain memperkenalkan pulsa murah, ESIA
menawarkan lama bicara dari penggunaan layanan telekomunikasi, lama bicara
produk ESIA hanya seharga Rp. 1.000,00 untuk satu jam percakapan. Selain itu
juga ditunjang dengan adanya produk bundling dengan vendor asal Cina, yaitu
Huawei yang menawarkan paket handset dan kartu ESIA seharga Rp.
199.000,00 yang tentunya terjangkau untuk banyak kalangan.
Pada triwulan ketiga tahun 2007 PT. Bakrie Telecom mencatat
pertumbuhan yang relatif tinggi baik dari segi pertumbuhan pelanggan maupun
pendapatan jika dibandingkan dengan triwulan yang sama pada tahun 2006.
Total pelanggan mengalami pertumbuhan sebesar 126,6% dari 1.301.986
pelanggan pada triwulan ketiga tahun 2006 menjadi 2.949.848 pelanggan pada
triwulan ketiga tahun 2007. Sedangkan laba bersih mengalami pertumbuhan
sebesar 118,7% menjadi Rp. 113,47 milyar pada triwulan ketiga tahun 2007
dibandingkan dengan triwulan ketiga tahun 2006 sebesar Rp. 51,88 milyar [7].
Gambar 3.1 3Q 2007 BTEL
Analisa strategi..., Agus Purnomo, FT UI 2008
20 20
Pada tanggal 17 September 2007 PT. Bakrie Telecom memenangkan
tender SLI yang diselenggarakan oleh pemerintah untuk berkompetisi dengan
Indosat dan Telkom yang sudah terlebih menggelar layanan tersebut [7].
Menurut laporan Dow Jones, pemerintah memberi waktu selama 5 (lima) tahun
kepada PT. Bakrie Telecom untuk membangun jaringannya yang pertama dan
international gateway yang menghubungkan Batam, Singapura dan Amerika
Serikat, sebagai tambahan, perusahaan telekomunikasi Amerika Serikat, Verizon
Communications akan membantu PT. Bakrie Telecom dalam pengembangan
gateway tersebut. PT. Bakrie Telecom diperkirakan membutuhkan dana sekitar
Rp. 223 milyar dalam pembangunan infrasruktur dalam periode lima tahun
tersebut. PT. Bakrie Telecom juga mendapatkan kewajiban untuk menggelar
jaringan yang akan menghubungkan Kupang, Nusa Tenggara Barat ke Darwin,
Australia pada periode lima tahun kedua.
3.2 BISNIS SLI PT. INDOSAT
PT. Indosat yang didirikan oleh Pemerintah Republik Indonesia pada
tanggal 10 Nopember 1967 merupakan operator telekomunikasi yang pertama
menggelar layanan SLI di Indonesia. Indosat pertama kali beroperasi pada bulan
September 1969 dengan membangun, melakukan transfer dan mengoperasikan
International Telecommunications Satellite organization (Intelsat) yang
merupakan stasiun bumi di Indonesia untuk mengakses satelit Intelsat pada
Region Samudera Hindia dalam jangka waktu selama 20 tahun. Intelsat
merupakan konsorsium internasional yang memiliki dan mengoperasikan
sejumlah satelit telekomunikasi.
Pada tahun 2001, sebagai akibat dari dikeluarkannya Undang-undang No.
36 tahun 1999 yang mendorong liberalisasi disektor telekomunikasi, PT. Indosat
telah melakukan sejumlah kesepakatan dengan Telkom sebagai bagian dari
restrukturisasi industri telekomunikasi. Kesepakatan-kesepakatan tersebut
adalah penghapusan kepemilikan silang anak perusahaan PT. Indosat dan PT.
Telkom. Kesepakatan-kesepakatan tersebut diantaranya adalah akuisisi PT.
Analisa strategi..., Agus Purnomo, FT UI 2008
21 21
Telkom terhadap 35% kepemilikan saham PT. Indosat di PT. Telkomsel dan
akuisisi PT. Indosat terhadap 22,5% kepemilikan saham PT. Telkom di PT.
Satelindo. Dengan diakuisisinya PT. Satelindo oleh PT. Indosat, maka PT.
Indosat yang sebelumnya merupakan operator SLI dengan produknya 001 juga
mendapatkan lisensi SLI PT. Satelindo yaitu 008. PT. Indosat kemudian
berusaha memasarkan kedua kode akses tersebut sebagai brand yang berbeda
dengan segmen pasar yang berbeda baik untuk pelanggan corporate maupun
individu [6].
Untuk mendukung layanan SLI, PT. Indosat mengoperasikan enam
internasional gateway yang terdiri dari tiga gateway di Jakarta dan masing-
masing satu gateway di Surabaya, Medan dan Batam dimana kesemuanya
menyediakan koneksi untuk layanan jaringan internasional jarak jauh. Perangkat
switching gateway PT. Indosat dibeli dari Lucent Technologis, Inc. dan Siemens.
Layanan 008 dan 001 Indosat dihubungkan melalui salah satu dari keenam
gateway tersebut. Tabel dibawah menunjukkkan data operasional Indosat untuk
layanan SLI [6]:
Tabel 3.1 Trafik SLI Indosat
2004 2005 2006
Minutes (in
thousand)
%
change
Minutes (in
thousand)
%
change
Minutes (in
thousand)
%
change
Incoming Paid Minutes 670,818 7.8% 808,048 20.5% 980,471 21.3%
Outgoing Paid Minutes 188,710 (19.1%) 156,633 (17.0%) 153,824 (1.8%)
Incoming and Outgoing
Paid Minutes
859,528 0.5% 964,681 12.2% 1,134,294 17.6%
Ratio of Incoming to
Outgoing Traffic
3.55 - 5.16 - 6.37 -
Tabel diatas menggambarkan dua tren yang signifikan untuk panggilan
outgoing dan incoming internasional. Selama tahun 2005 dan tahun 2006,
panggilan outgoing internasional Indosat yang diukur berdasarkan jumlah menit
Analisa strategi..., Agus Purnomo, FT UI 2008
22 22
yang dibayar mengalami penurunan sebesar 17,0% dan 1,8% jika dibandingkan
dengan tahun sebelumnya. Sedangkan panggilan incoming internasional
mengalami kenaikan sebesar 20,5% dan 21,3% pada periode yang sama.
Kombinasi antara panggilan incoming dan outgoing meningkat 12,2% dan 17,6%
selama tahun 2005 dan 2006. Pertumbuhan yang demikian besar pada tahun
2006 antara lain didorong oleh implementasi penetapan harga dan komitmen
volume dengan beberapa operator telekomunikasi asing serta kontribusi dari
FlatCall 01016 yang merupakan layanan VoIP.
Bisnis SLI PT. Indosat sangat dipengaruhi oleh tingkat bisnis dan
pariwisata internasional, international accounting rates, tarif SLI, fluktuasi nilai
tukar rupiah terhadap dolar, dan kompensasi dari telecommunications carriers
dan service provider. Situasi ekonomi dan politik di Indonesia yang tidak stabil,
termasuk Pemilu tahun 2009 akan mempengaruhi investasi asing dan aktivitas
bisnis internasional di Indonesia. Sebagai akibatnya akan ada penurunan
permintaan dari pelanggan SLI.
Diberikannya lisensi SLI kepada PT. Telkom pada tanggal 13 Mei 2004
ternyata memberikan ancaman kompetitif yang signifikan bagi PT. Indosat.
Sebagai akibat masuknya PT. Telkom dibisnis SLI, PT. Indosat telah kehilangan
sebagian market share dan pengaruh yang kurang baik pada bisnis layanan
telekomunikasi tetap. Sampai dengan akhir tahun 2006, PT. Telkom secara
substansial telah merebut market share yang lebih besar daripada PT. Indosat
untuk layanan SLI [6].
3.3 BISNIS SLI PT. TELKOM
Pada tanggal 13 Mei 2004 PT. Telkom memperoleh lisensi dari
pemerintah untuk penggelaran layanan SLI dan mulai memberikan layanan
tersebut kepada masyarakat pada tanggal 7 Juni 2004. Namun kompetisi
Analisa strategi..., Agus Purnomo, FT UI 2008
23 23
diantara penyedia layanan SLI membatasi kemampuan PT. Telkom untuk
meningkatkan revenue dari bisnis SLI [4].
PT. Telkom menawarkan layanan SLI dengan brand name “Telkom
International Call 007”. PT. Telkom melaporkan bahwa revenue dari SLI masih
dibawah revenue interkoneksi internasional dikarenakan layanan SLI
membutuhkan interkoneksi antara PT. Telkom dengan operator jaringan di
Negara lain.
Pada tangggal 7 Juni 2004 PT. Telkom mulai menawarkan layanan SLI
(TIC 007). Revenue SLI dilaporkan sebagai international interconnection
revenue. Dalam memfasilitasi interkoneksi untuk panggilan internasional, PT.
Telkom telah melakukan perjanjian layanan telekomunikasi internasional dengan
para operator telekomunikasi dibeberapa negara. Namun demikian, dikarenakan
PT. Telkom tidak mempunyai perjanjian dengan setiap tujuan panggilan SLI, PT.
Telkom telah melakukan perjanjian dengan major carrier seperti Singapore
Telecommunications Limited (Singtel), Telekom Malaysia Berhad (Telekom
Malaysia), MCI Inc. dan operator lain yang berfungsi sebagai hub untuk
menghubungkan panggilan internasional ke tujuan [4].
Tabel 3.2 Trafik SLI PT. Telkom
(dalam juta menit)
Interkoneksi
Internasional
2002 2003 2004 2005 2006
Incoming Paid
Minutes
303,3 444,1 427,6 596,4 861,9
Outgoing Paid
Minutes
200,3 149,7 158,1 185,5 177,6
(sumber, laporan tahunan PT. Telkom 2006)
Analisa strategi..., Agus Purnomo, FT UI 2008
24 24
Menurut sebuah studi internal di PT. Telkom, market share SLI PT.
Telkom dalam hal volume panggilan (incoming dan outgoing), pada tahun 2006
adalah sebesar 50,8% yang berarti mengalami peningkatan sebesar 5,1% dari
tahun 2005 sebesar 47,7%. Dalam hal volume panggilan SLI outgoing, market
share PT. Telkom adalah sebesar 53,9% pada tahun 2006, atau mengalami
peningkatan sebesar 1.5% dari tahun 2005 sebesar 52,4%. Untuk menyalurkan
outgoing SLI dan incoming panggilan internasional, PT. Telkom mempunyai 3
(tiga) internasional gateway yang terletak di Batam, Surabaya dan Jakarta. Pada
saat ini PT. Telkom belum mempunyai rencana untuk menambah gateway,
dikarenakan menurut studi internal pada bulan September 2005 ketiga gateway
tersebut sudah cukup untuk mengakomodasi volume panggilan internasional PT.
Telkom. Namun PT. Telkom berencana untuk menampah kapasitas masing-
masing gateway dan bandwidth dari international links [2].
Revenue internasional PT. Telkom bisa dilihat pada tabel dibawah ini [4].
Tabel 3.3 Revenue SLI PT. Telkom
Kondisi keuangan PT. Telkom secara umum sampai dengan triwulan
ketiga tahun 2007 dapat kita lihat pada gambar berikut ini [2]:
Analisa strategi..., Agus Purnomo, FT UI 2008
25 25
Gambar 3.2 3Q 2007 Telkom
Sampai dengan tanggal 30 September 2007 SLI PT. Telkom telah
menyumbangkan gross revenue sebesar 1.074 milyar yang berasal dari layanan
TIC 007 dan TG 017 yang terdiri dari panggilan outgoing revenue serta revenue
interkoneksi untuk outgoing dan incoming. PT. Telkom juga mencatatkan hasil
trafik SLI outgoing sebesar 115 juta menit dan incoming sebesar 766 juta menit
[2].
3.4 REGULASI KOMPETISI
Regulasi mengenai kompetisi dibidang industri secara umum diatur dalam
Undang-undang No.5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan
Persaingan Usaha Tidak Sehat. Undang-undang tersebut mengamanahkan
dibentuknya Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) untuk mengawasi
jalannya persaingan usaha secara umum. Tugas KPPU diantaranya adalah
memberikan penilaian terhadap perjanjian, kegiatan usaha, dan penyalahgunaan
posisi dominan serta pengambilan tindakan sebagai pelaksanaan
Analisa strategi..., Agus Purnomo, FT UI 2008
26 26
kewenangannya. Sedangkan untuk sektor telekomunikasi sendiri, pelaksanaan
pengawasan persaingan usaha dilakukan oleh BRTI (Badan Regulasi
Telekomunikasi Indonesia) dengan berkoordinasi dengan KPPU.
Selain itu Undang-undang Nomor 36 Tahun 1999 tentang Telekomunikasi
pada pasal 10 menyebutkan bahwa penyelenggara telekomunikasi dilarang
melakukan praktek monopoli dan persaingan uasaha tidak sehat. Hal tersebut
secara lebih terperinci kemudian dituangkan pada Keputusan Menteri
Perhubungan Nomor : KM. 33 Tahun 2004 tentang Pengawasan Kompetisi yang
Sehat dalam Penyelenggaraan Jaringan Tetap dan Penyelenggaraan Jasa
Teleponi Dasar. Dalam Pasal 2 Kepmen tersebut menyatakan bahwa
penyelenggara jaringan tetap dan penyelenggara jasa teleponi dasar wajib
melayani pelanggan atau pengguna dengan baik sesuai dengan standar kinerja
pelayanan. Dengan demikian, dengan adanya kompetisi pemerintah
mengharapkan kualitas layanan telekomunikasi dapat ditingkatkan dan paling
tidak dapat memenuhi standar kinerja pelayanan.
Pada Pasal 4 disebutkan bahwa penyelenggara jaringan tetap dan
penyelenggara jasa teleponi dasar dominan (bila kegiatan usaha, luas layanan
dan pendapatannya menguasai mayoritas pasar) maupun yang tidak dominan
dilarang untuk :
1. Menyalahgunakan (abuse) posisi dominannya untuk melakukan praktek
monopoli atau persaingan usaha tidak sehat;
2. Melakukan dumping atau menjual atau menyelenggarakan usahanya
dengan tarif yang lebih rendah dari biaya (cost) dan atau
menyelenggarakan atau menjual jasanya dengan harga diatas tarif yang
telah ditetapkan melalui formula tarif sesuai ketentuan yang berlaku;
3. Menggunakan pendapatannya (revenue) untuk melakukan subsidi biaya
terhadap penyelenggaraan jaringan tetap dan penyelenggaraan jasa
telekomunikasi dasar lain yang kompetitif dan tidak memiliki posisi
dominan yang juga diselenggarakannya;
Analisa strategi..., Agus Purnomo, FT UI 2008
27 27
4. Mensyaratkan atau memaksa secara langsung pengguna atau
pelanggannya untuk hanya menggunakan jaringan dan jasa teleponi
dasar (SLJJ dan SLI) yang diselenggarakannya;
5. Tidak memberikan pelayanan interkoneksi atau melakukan tindakan
diskriminatif kepada penyelenggara jaringan tetap dan penyelenggara
jasa teleponi dasar lain yang mengajukan interkoneksi.
Dalam Pasal 6 disebutkan pula bahwa penyelenggara jaringan tetap
dalam melakukan kegiatannya dilarang untuk melakukan penutupan (blocking)
terhadap kode akses tertentu, dan setiap penyelenggara jaringan dan jasa
teleponi dasar wajib menjamin bahwa semua Kode Akses Jasa Teleponi Dasar
SLJJ dan SLI dapat diakses dari setiap terminal pelanggannya secara otomatis
(Normally Opened).
Dengan adanya berbagai ketentuan seperti tersebut diatas, hal ini
tentunya merupakan hal yang positif bagi PT. Bakrie Telecom untuk memasuki
persaingan bisnis SLI dengan para operator incumbent. Regulasi yang telah
dikeluarkan oleh pemerintah tersebut melindungi PT. Bakrie Telecom BTEL
sebagai pendatang baru dibisnis SLI sehingga PT. Bakrie Telecom lebih dapat
memfokuskan diri pada kegiatan penggelaran jaringan, pemasaran serta
peningkatan kualitas layanan kepada masyarakat.
Pemerintah juga menjamin tersedianya interkoneksi jaringan PT. Bakrie
Telecom dengan jaringan eksisting sehingga PT. Bakrie Telecom dapat
menawarkan layanan SLInya kepada masyarakat dengan menggunakan jaringan
eksisting. Dengan demikian pelanggan SLI PT. Bakrie Telecom nantinya tetap
dapat berkomunikasi dengan pelanggan operator lainnya dan mengakses
layanan SLI PT. Bakrie Telecom melalui jaringan penyelenggara SLI incumbent.
Selain itu dengan adanya ketentuan bahwa penyelenggara jasa teleponi
dasar dilarang untuk memaksa atau mensyaratkan pelanggannya untuk hanya
menggunakan jasa yang hanya diselenggarakannya, pelanggan SLI PT. Bakrie
Analisa strategi..., Agus Purnomo, FT UI 2008
28 28
Telecom nantinya juga dijamin kebebasannya untuk menggunakan layanan SLI
PT. Bakrie Telecom dengan jaringan penyelenggara incumbent.
Dengan adanya regulasi yang mendukung iklim kompetisi disektor
telekomunikasi yang kondusif tersebut merupakan suatu keuntungan bagi PT.
Bakrie Telecom sebagai pendatang baru dibisnis SLI. Dengan demikian BTEL
dapat menyusun strategi penggelaran jaringan dan persaingan dibisnis SLI
dengan lebih baik.
Analisa strategi..., Agus Purnomo, FT UI 2008
29 29
BAB IV
ANALISA STRATEGI BERSAING PT. BAKRIE TELECOM
DALAM BISNIS SLI
Sebagaimana telah diuraikan dalam Bab II, proses penyusunan analisa
strategi bersaing PT. Bakrie Telecom dalam bisnis SLI akan dibagi menjadi 3
(tiga) tahapan, yaitu :
1. Tahap pengumpulan data yang terdiri dari Matriks Evaluasi Faktor Eksternal
dan Matriks Evaluasi Faktor Internal;
2. Tahap analisa yang terdiri dari Matriks SWOT, Matriks Internal Eksternal dan
Matriks Grand Strategy;
3. Tahap pengambilan keputusan yang mengacu kepada Quantitative Strategic
Planning Matrix (QSPM).
4.1 TAHAP PENGUMPULAN DATA
Sebagai langkah awal tahap pengumpulan data dilakukan survei untuk
mendapatkan nilai pembobotan dan rating (peringkat). Hasil survei tersebut
selanjutnya digunakan sebagai input (masukan) dalam tahapan selanjutnya.
Tahap pengumpulan data pada dasarnya tidak hanya sekedar kegiatan
pengumpulan data, tetapi juga merupakan sutau kegiatan pengklasifikasian dan
pra-analisa [12].
4.1.1 Survei
Penyebaran angket survei dilakukan pada tanggal 22 s.d. 27 Pebruari
2008 kepada 30 (tiga puluh) responden yang merupakan stakeholder dibidang
pertelekomunikasian baik regulator, operator, vendor maupun pengguna layanan
telekomunikasi. Kualifikasi umum dari para responden tersebut adalah
pendidikan minimal setara dengan S1 (strata satu). Asumsi dari pemilihan
Analisa strategi..., Agus Purnomo, FT UI 2008
30 30
responden tersebut adalah pendidikan mereka memadai untuk melakukan
kegiatan yang bersifat analitis dan sehari-hari mereka berkecimpung dalam
dunia pertelekomunikasian sehingga mereka memahami perkembangan yang
terjadi dalam dunia telekomunikasi.
Dari hasil survei diperoleh pengelompokan responden berdasarkan :
1. Bidang pekerjaan responden :
a. 28 orang dibidang pertelekomunikasian;
b. 2 orang dibidang non pertelekomunikasian.
2. Hubungan stakeholder responden dibidang telekomunikasi :
a. 6 orang regulator;
b. 17 orang operator;
c. 5 orang vendor;
d. 2 orang pengguna.
3. Instansi tempat responden bekerja :
a. 6 orang pegawai Ditjen Postel;
b. 5 orang karyawan PT. Telkom;
c. 5 orang karyawan PT. Indosat;
d. 7 orang karyawan PT. Bakrie Telecom;
e. 5 orang karyawan PT. Ericsson Indonesia;
f. 2 orang karyawan bank.
Hasil survei yang telah dilakukan selanjutnya dapat dilihat pada lampiran
tesis ini dan digunakan sebagai bahan masukan (input) untuk Matriks Evaluasi
Faktor Eksternal, Matriks Evaluasi Faktor Internal, Matriks Internal Eksternal dan
Matriks Grand Strategy.
Analisa strategi..., Agus Purnomo, FT UI 2008
31 31
4.1.2 Identifikasi Faktor Strategis Eksternal dan Internal
4.1.2.1 Threat
1. Reaksi para operator incumbent yang mungkin menghambat PT. Bakrie
Telecom dalam hal operasional dan pemasaran SLI.
2. Situasi ekonomi dan politik menjelang pemilu 2009 (kemungkinan
instabilitas politik).
3. Persaingan antara Telkom dan Indosat dalam perebutan pangsa pasar
yang sudah demikian ketat.
4. Kebijakan pemerintah yang mungkin menambah jumlah pesaing dalam
bisnis SLI.
5. Banyaknya operator VoIP yang menawarkan tarif SLI murah.
6. Rencana perusahaan untuk melakukan ekspansi dipengaruhi oleh
depresiasi nilai rupiah terhadap dolar sehubungan dengan hutang
perusahaan sebesar US$ 145 juta dari Credit Suisse, Singapore Branch
untuk belanja modal pada tahun 2007 dan 2008 serta vendor financing
sebesar US$ 124.917.548,43 dari PT. Huawei Tech Investment.
7. Kebijakan pemerintah dalam hal tarif dan interkoneksi yang
mempengaruhi iklim bisnis telekomunikasi.
4.1.2.2 Opportunities
1. Kebijakan pemerintah yang mendukung iklim kompetisi.
2. Bisnis SLI saat ini baru dikuasai oleh 3 operator pemegang lisensi SLI.
3. Trafik SLI yang besar (pada tahun 2006 trafik outgoing dan incoming
Indosat mencapai 1.134.294.000 menit, sedangkan Telkom sekitar
1.039.500.00 menit).
4. Perluasan cakupan layanan pada tahun 2007 ke Surabaya, Malang,
Semarang, Yogyakarta, Solo, Padang dan Medan hingga BTEL saat ini
telah melayani 40% daerah layanan telepon nirkabel.
Analisa strategi..., Agus Purnomo, FT UI 2008
32 32
5. Tren pertumbuhan pelanggan pada triwulan ketiga tahun 2007 mengalami
peningkatan sebesar 126%
6. Kondisi ekonomi makro yang membaik (pencapaian target pertumbuhan
ekonomi Indonesia pada tahun 2006 sebesar 5,5% (yoy) dan selama
triwulan pertama tahun 2007 mencapai 6%. Inflasi pada tahun 2006 juga
dapat ditekan hingga 6,6%).
7. Kesetiaan pelanggan (pada tahun 2006 tingkat churn Esia sebesar 4%,
lebih rendah dari total churn dalam industri telekomunikasi sebesar 8%).
4.1.2.3 Weaknesses
1. Posisi sebagai new entrant yang harus bekerja keras dalam
memperkenalkan produk SLI nya kepada pelanggan.
2. Para operator incumbent sudah lebih mapan dalam hal penggelaran
jaringan dan kegiatan pemasaran.
3. Para operator incumbent sudah mapan dalam hal segmentasi pasar dan
identifikasi peluang pasar.
4. Investasi awal yang relatif besar untuk penggelaran awal jaringan SLI
yang diperkirakan sebesar Rp. 223 milyar dalam jangka waktu 5 tahun.
5. Cakupan layanan yang masih terbatas jika dibandingkan dengan Telkom
dan Indosat.
6. Kesiapan infrastruktur yang masih rendah jika dibanding dengan para
operator incumbent.
4.1.2.4 Strengths
1. Dukungan keuangan yang kuat sebagai anak perusahaan PT. Bakrie
Brothers Tbk.
2. Mempunyai brand image yang kuat sebagai operator telekomunikasi
dengan tarif murah.
Analisa strategi..., Agus Purnomo, FT UI 2008
33 33
3. Model bisnis sebagai ”budget operator” yang mempunyai target
pelanggan menengah kebawah yang sensitif terhadap tarif.
4. Dukungan pemasaran yang kuat dengan ”disruptive innovation”.
5. Manajemen yang kuat dan profesional.
6. Pencapaian pertumbuhan laba bersih pada triwulan ketiga tahun 2007
yang mencapai 118,7%.
7. Lisensi sebagai penyelenggara FWA nasional pada akhir Desember 2006.
4.1.3 Cara Penghitungan Matriks Evaluasi Faktor Internal dan Eksternal
Berdasarkan Hasil Survei
1. Pada bagian faktor internal terdapat dua aspek yang ditinjau yaitu
kekuatan dan kelemahan, sedangkan pada faktor eksternal terdapat dua
aspek yang ditinjau yaitu peluang dan ancaman.
2. Masing-masing aspek terdiri dari lima sampai sepuluh poin yang harus
dinilai oleh responden.
3. Setiap poin diberikan pilihan penilaian dari angka 1 sampai 4 (berdasar
pada keterangan nilai survei), yang harus dipilih responden berdasarkan
pendapatnya masing-masing.
4. Misal pada aspek kekuatan poin pertama ” Dukungan keuangan yang kuat
sebagai anak perusahaan PT. Bakrie Brothers Tbk.” didapat jumlah yang
memilih angka 4 ada 24 orang, angka 3 ada 6 orang dan tidak ada pemilih
angka 2 dan1 sehingga hasilnya adalah : (4x24) + (3x6) + (2x0) + (1x0) =
114 yang merupakan angka indeks. Rumus ini berlaku juga untuk aspek
peluang.
5. Pada aspek kelemahan dan ancaman terdapat sedikit perbedaan untuk
menentukan nilai indeks yatu dengan membalik pilihan penilaian untuk
penghitungannya. Misal pada aspek kelemahan poin pertama ” Posisi
sebagai new entrant yang harus bekerja keras dalam memperkenalkan
produk SLI nya kepada pelanggan” didapat jumlah yang memilih angka 4
ada 14 orang, angka 3 ada 8 orang, angka 2 ada 8 orang dan angka 1
Analisa strategi..., Agus Purnomo, FT UI 2008
34 34
tidak ada yang memilih sehingga hasilnya adalah : (4x0) + (3x8) + (2x8) +
(1x14) = 54
6. Pada faktor internal seluruh nilai indeks dari aspek kekuatan dan
kelemahan dijumlah sehingga didapat total nilai indeks yaitu 1.033. Begitu
pula pada faktor eksternal seluruh nilai indeks dari aspek peluang dan
ancaman dijumlah sehingga didapat total nilai indeks sebesar 1.104.
7. Cara penentuan bobot faktor internal dan ekternal yaitu dengan membagi
nilai indeks dengan total nilai indeks, misal pada aspek kekuatan poin
pertama didapat nilai indeks 114 maka bobotnya adalah 114 / 1.033 =
0,110. Begitu seterusnya hingga poin yang terakhir. Total bobot pada
faktor internal harus berjumlah 1. Hal ini berlaku juga pada cara
penentuan bobot eksternal.
8. Cara penentuan rating untuk aspek kekuatan dan peluang adalah dengan
memilih nilai yang terbanyak dipilih oleh responden, misal aspek kekuatan
poin pertama yang paling banyak dipilih oleh responden adalah nilai 4
maka ratingnya adalah 4. Hal ini berlaku juga pada cara penentuan bobot
eksternal.
9. Maka nilai bobot x rating untuk aspek kekuatan poin pertama adalah
0,110 x 4 = 0,440.
10. Cara penentuan rating untuk aspek kelemahan dan ancaman yang
dijadikan untuk acuan matriks grand strategy penilaiannya dibalik dan
diberi tanda minus, misal yang terbanyak dipilih adalah 3 maka nilai
ratingnya -2.
11. Maka nilai bobot x rating untuk aspek kelemahan (dan ancaman) untuk
aspek kelemahan poin pertama adalah 0,052 x -1 = -0,052. Nilai bobot x
rating dijumlahkan seluruhnya (baik internal dan eksternal), nilai inilah
yang digunakan sebagai acuan pada matriks grand strategy.
12. Cara penghitungan hasil survei untuk aspek kekuatan dan aspek peluang
yang digunakan sebagai acuan dalam matriks internal eksternal adalah
sama dengan yang berlaku pada cara penghitungan hasil survei untuk
matriks grand strategy.
Analisa strategi..., Agus Purnomo, FT UI 2008
35 35
13. Perbedaannya terletak pada penentuan rating untuk aspek kelemahan
dan ancaman. Dimana rating aspek kelemahan dan ancaman yang
dijadikan untuk acuan matriks internal eksternal penilaiannya juga
dibalik tetapi tidak menggunakan tanda minus. Misal yang terbanyak
dipilih adalah 3 maka nilai ratingnya adalah 2.
14. Maka nilai bobot x rating untuk aspek kelemahan (dan ancaman) untuk
aspek kelemahan poin pertama sebagai acuan dalam matriks internal
eksternal adalah 0,052 x 1 = 0,052. Nilai bobot x rating dijumlahkan
seluruhnya (baik internal dan eksternal), nilai inilah yang digunakan
sebagai acuan pada matriks internal eksternal.
4.1.4 Matriks Evaluasi Faktor Eksternal
Untuk mengetahui posisi eksternal perusahaan, semua data faktor
strategis eksternal dituangkan dalam Matriks Evaluasi Faktor Eksternal.
Berdasarkan hasil survei yang telah dilakukan diperoleh bobot, rating dan skor
pada Matriks Evaluasi Faktor Eksternal yang akan digunakan sebagai acuan
untuk matriks internal eksternal dan matriks grand strategy, masing-masing
sebagai berikut :
Analisa strategi..., Agus Purnomo, FT UI 2008
36 36
Tabel 4.1 Matriks Evaluasi Faktor Eksternal untuk Matriks Grand Strategy
MATRIKS EVALUASI FAKTOR EKSTERNAL (MATRIKS GRAND STRATEGY)Jumlah Responden yang Menilai
4 3 2 1
A Peluang1 Kebijakan pemerintah yang mendukung iklim kompetisi. 25 3 1 1 30 112 0,101449 4 0,405797
2Bisnis SLI saat ini baru dikuasai oleh 3 operator pemeganglisensi SLI. 14 9 4 3 30 94 0,085145 4 0,34058
3Trafik SLI yang besar (pada tahun 2006 trafik outgoing danincoming Indosat mencapai 1.134.294.000 menit,sedangkan Telkom sekitar 1.039.500.000 menit). 11 13 4 2 30 93 0,084239 3 0,252717
4
Perluasan cakupan layanan pada tahun 2007 ke Surabaya,Malang, Semarang, Yogyakarta, Solo, Padang dan Medanhingga BTEL saat ini telah melayani 40% daerah layanantelepon nirkabel. 17 9 4 0 30 103 0,093297 4 0,373188
5Tren pertumbuhan pelanggan pada triwulan ketiga tahun2007 mengalami peningkatan sebesar 126%. 16 10 4 0 30 102 0,092391 4 0,369565
6
Kondisi ekonomi macro yang membaik (pencapaian target pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2006 sebesar 5,5% (yoy) dan selama triwulan pertama tahun 2007 mencapai 6%. Inflasi pada tahun 2006 juga dapat ditekan hingga 6,6%). 13 10 6 1 30 95 0,086051 4 0,344203
7Kesetiaan pelanggan (pada tahun 2006 tingkat churn Esiasebesar 4%, lebih rendah dari total churn dalam industritelekomunikasi sebesar 8%). 16 7 6 1 30 98 0,088768 4 0,355072
B Ancaman
1Reaksi para operator incumbent yang mungkinmenghambat PT. Bakrie Telecom dalam hal operasional danpemasaran SLI. 11 9 7 3 30 62 0,056159 -1 -0,056159
2Situasi ekonomi dan politik menjelang pemilu 2009(kemungkinan instabilitas politik). 5 13 7 5 30 72 0,056159 -2 -0,112319
3Persaingan antara Telkom dan Indosat dalam perebutanpangsa pasar yang sudah demikian ketat. 10 12 6 2 30 60 0,054348 -2 -0,108696
4Kebijakan pemerintah yang mungkin menambah jumlah pesaing dalam bisnis SLI 12 10 7 1 30 57 0,05163 -1 -0,05163
5Banyaknya operator VoIP yang menawarkan tarif SLI murah. 17 11 2 0 30 45 0,040761 -1 -0,040761
6
Rencana perusahaan untuk melakukan ekspansidipengaruhi oleh depresiasi nilai rupiah terhadap dolarsehubungan dengan hutang perusahaan sebesar US$ 145juta dari Credit Suisse dan Singapore Branch untuk belanjamodal pada tahun 2008 dan 2008 serta vendor 7 15 7 1 30 62 0,056159 -2 -0,112319
7Kebijakan pemerintah dalam hal tarif dan interkoneksi yang mempengaruhi iklim bisnis telekomunikasi. 16 9 5 0 30 49 0,044384 -1 -0,044384
Total 1104 1 1,914855
RatingBobot x Rating
No Indikator/faktorJumlah Total Responden
Nilai Indek Bobot
Analisa strategi..., Agus Purnomo, FT UI 2008
37 37
Tabel 4.2 Matriks Evaluasi Faktor Eksternal untuk Matriks Internal Eksternal
MATRIKS EVALUASI FAKTOR EKSTERNAL (IE MATRIX)Jumlah Responden yang Menilai
4 3 2 1
A Peluang1 Kebijakan pemerintah yang mendukung iklim kompetisi. 25 3 1 1 30 112 0,101449 4 0,405797
2Bisnis SLI saat ini baru dikuasai oleh 3 operator pemeganglisensi SLI. 14 9 4 3 30 94 0,085145 4 0,34058
3Trafik SLI yang besar (pada tahun 2006 trafik outgoing danincoming Indosat mencapai 1.134.294.000 menit,sedangkan Telkom sekitar 1.039.500.000 menit). 11 13 4 2 30 93 0,084239 3 0,252717
4
Perluasan cakupan layanan pada tahun 2007 ke Surabaya,Malang, Semarang, Yogyakarta, Solo, Padang dan Medanhingga BTEL saat ini telah melayani 40% daerah layanantelepon nirkabel. 17 9 4 0 30 103 0,093297 4 0,373188
5Tren pertumbuhan pelanggan pada triwulan ketiga tahun2007 mengalami peningkatan sebesar 126%. 16 10 4 0 30 102 0,092391 4 0,369565
6
Kondisi ekonomi macro yang membaik (pencapaian target pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2006 sebesar 5,5% (yoy) dan selama triwulan pertama tahun 2007 mencapai 6%. Inflasi pada tahun 2006 juga dapat ditekan hingga 6,6%). 13 10 6 1 30 95 0,086051 4 0,344203
7Kesetiaan pelanggan (pada tahun 2006 tingkat churn Esiasebesar 4%, lebih rendah dari total churn dalam industritelekomunikasi sebesar 8%). 16 7 6 1 30 98 0,088768 4 0,355072
B Ancaman
1Reaksi para operator incumbent yang mungkinmenghambat PT. Bakrie Telecom dalam hal operasional danpemasaran SLI. 11 9 7 3 30 62 0,056159 1 0,056159
2Situasi ekonomi dan politik menjelang pemilu 2009(kemungkinan instabilitas politik). 5 13 7 5 30 72 0,056159 2 0,112319
3Persaingan antara Telkom dan Indosat dalam perebutanpangsa pasar yang sudah demikian ketat. 10 12 6 2 30 60 0,054348 2 0,108696
4Kebijakan pemerintah yang mungkin menambah jumlah pesaing dalam bisnis SLI 12 10 7 1 30 57 0,05163 2 0,103261
5Banyaknya operator VoIP yang menawarkan tarif SLI murah. 17 11 2 0 30 45 0,040761 2 0,081522
6
Rencana perusahaan untuk melakukan ekspansidipengaruhi oleh depresiasi nilai rupiah terhadap dolarsehubungan dengan hutang perusahaan sebesar US$ 145juta dari Credit Suisse dan Singapore Branch untuk belanjamodal pada tahun 2008 dan 2008 serta vendor 7 15 7 1 30 62 0,056159 2 0,112319
7Kebijakan pemerintah dalam hal tarif dan interkoneksi yang mempengaruhi iklim bisnis telekomunikasi. 16 9 5 0 30 49 0,044384 1 0,044384
Total 1104 1 3,059783
Indikator/faktorNoJumlah Total Responden
Bobot x Rating
Nilai Indek Bobot Rating
Analisa strategi..., Agus Purnomo, FT UI 2008
38 38
Dari hasil matriks evaluasi faktor eksternal diatas diperoleh total skor
masing-masing sebesar 1,91 yang digunakan sebagai acuan dalam matriks
grand strategy dan 3,06 yang digunakan sebagai acuan dalam matriks internal
eksternal. Total skor tersebut merupakan hasil penjumlahan keseluruhan skor
yang merupakan hasil perkalian dari nilai pembobotan dan rating. Hasil total skor
tersebut selanjutnya digunakan sebagai acuan dalam pembuatan matriks grand
strategy dan matriks internal eksternal. Berdasarkan total skor tersebut dapat
diketahui bahwa PT. Bakrie Telecom mempunyai kekuatan untuk mengatasi
pengaruh eksternal yang cukup tinggi.
4.1.5 Matriks Evaluasi Faktor Internal
Sedangkan hasil survei untuk penentuan bobot, rating dan skor pada
faktor strategis internal yang digunakan sebagai acuan dalam matriks grand
strategy dan matriks internal eksternal adalah sebagai berikut :
Analisa strategi..., Agus Purnomo, FT UI 2008
39 39
Tabel 4.3 Matriks Evaluasi Faktor Internal untuk Matriks Grand Strategy
MATRIKS EVALUASI FAKTOR INTERNAL (MATRIKS GRAND STRATEGY)
4 3 2 1
A Kekuatan
1 Dukungan keuangan yang kuat sebagaianak perusahaan PT. Bakrie Brothers Tbk. 24 6 0 0 30 114 0,110358 4 0,441433
2 Mempunyai brand image yang kuat sebagai operator telekomunikasi dengan tarif murah. 20 8 2 0 30 108 0,10455 4 0,418199
3
Model bisnis sebagai ”budget operator ”yang mempunyai target pelangganmenengah kebawah yang sensitif terhadaptarif. 11 12 6 1 30 93 0,090029 3 0,270087
4Dukungan pemasaran yang kuat dengan”disruptive innovation ”. 13 12 5 0 30 98 0,094869 4 0,379477
5 Manajemen yang kuat dan profesional. 20 9 1 0 30 109 0,105518 4 0,422072
6Pencapaian pertumbuhan laba bersih padatriwulan ketiga tahun 2007 yang mencapai118,7%. 10 16 4 0 30 96 0,092933 3 0,2788
7Lisensi sebagai penyelenggara FWAnasional pada akhir Desember 2006. 13 13 3 1 30 98 0,094869 3 0,284608
B Kelemahan
1Posisi sebagai new entrant yang harusbekerja keras dalam memperkenalkanproduk SLI nya kepada pelanggan. 14 8 8 0 30 54 0,052275 -1 -0,052275
2Para operator incumbent sudah lebihmapan dalam hal penggelaran jaringan. 12 11 6 1 30 56 0,054211 -1 -0,054211
3Para operator incumbent sudah mapandalam hal segmentasi pasar dan telahmemasuki celah pasar. 11 11 6 2 30 59 0,057115 -2 -0,11423
4
Investasi awal yang relatif besar untukpenggelaran awal jaringan SLI yangdiperkirakan sebesar Rp. 223 milyar dalamjangka waktu 5 tahun. 11 12 6 1 30 57 0,055179 -2 -0,110358
5 Cakupan layanan yang masih terbatas jikadibandingkan dengan Telkom dan Indosat. 18 8 2 2 30 48 0,046467 -1 -0,046467
6Kesiapan infrastruktur yang masih rendahjika dibanding dengan para operatorincumbent . 21 5 4 0 30 43 0,041626 -1 -0,041626
Total 1033 1 2,075508
Bobot RatingBobot x Rating
No Indikator/faktorJumlah Total Responden
Nilai IndekJumlah Responden yang Menilai
Analisa strategi..., Agus Purnomo, FT UI 2008
40 40
Tabel 4.4 Matriks Evaluasi Faktor Internal untuk Matriks Internal Eksternal
4.1.1 MATRIKS EVALUASI FAKTOR INTERNAL (IE MATRIX)
4 3 2 1
A Kekuatan
1 Dukungan keuangan yang kuat sebagaianak perusahaan PT. Bakrie Brothers Tbk. 24 6 0 0 30 114 0.110358 4 0.441433
2 Mempunyai brand image yang kuat sebagai operator telekomunikasi dengan tarif murah. 20 8 2 0 30 108 0.10455 4 0.418199
3Model bisnis sebagai ”budget operator ” yangmempunyai target pelanggan menengahkebawah yang sensitif terhadap tarif. 11 12 6 1 30 93 0.090029 3 0.270087
4Dukungan pemasaran yang kuat dengan”disruptive innovation ”. 13 12 5 0 30 98 0.094869 4 0.379477
5 Manajemen yang kuat dan profesional. 20 9 1 0 30 109 0.105518 4 0.422072
6Pencapaian pertumbuhan laba bersih padatriwulan ketiga tahun 2007 yang mencapai118,7%. 10 16 4 0 30 96 0.092933 3 0.2788
7Lisensi sebagai penyelenggara FWAnasional pada akhir Desember 2006. 13 13 3 1 30 98 0.094869 3 0.284608
B Kelemahan
1Posisi sebagai new entrant yang harusbekerja keras dalam memperkenalkanproduk SLI nya kepada pelanggan. 14 8 8 0 30 54 0.052275 1 0.052275
2Para operator incumbent sudah lebih mapandalam hal penggelaran jaringan. 12 11 6 1 30 56 0.054211 1 0.054211
3Para operator incumbent sudah mapandalam hal segmentasi pasar dan telahmemasuki celah pasar. 11 11 6 2 30 59 0.057115 2 0.11423
4
Investasi awal yang relatif besar untukpenggelaran awal jaringan SLI yangdiperkirakan sebesar Rp. 223 milyar dalamjangka waktu 5 tahun. 11 12 6 1 30 57 0.055179 2 0.110358
5 Cakupan layanan yang masih terbatas jikadibandingkan dengan Telkom dan Indosat. 18 8 2 2 30 48 0.046467 1 0.046467
6Kesiapan infrastruktur yang masih rendahjika dibanding dengan para operatorincumbent . 21 5 4 0 30 43 0.041626 1 0.041626
Total 1033 1 2.913843
Bobot x Rating
No Indikator/faktorJumlah Responden yang Menilai Jumlah Total
RespondenNilai Indek Bobot Rating
Analisa strategi..., Agus Purnomo, FT UI 2008
41 41
Hasil total skor faktor strategis internal untuk matriks grand strategy yang
merupakan penjumlahan dari keseluruhan hasil perkalian antara nilai bobot dan
rating PT. Bakrie Telecom adalah sebesar 2,07. Hal tersebut menunjukkan
bahwa nilai yang diperoleh adalah positif yang berarti faktor-faktor kekuatan PT.
Bakrie Telecom cukup kuat untuk mengatasi faktor kelemahan internalnya.
Sedangkan hasil total skor yang digunakan sebagai acuan dalam matriks internal
eksternal adalah sebesar 2,91 yang berarti bahwa kekuatan PT. Bakrie Telecom
adalah rata-rata dalam mengatasi kelemahan internalnya.
4.2 TAHAP ANALISA
Setelah tahap pengumpulan data yang dituangkan dalam matriks evaluasi
faktor eksternal dan internal, tahap berikutnya adalah tahap analisa berdasarkan
data yang dihasilkan dalam tahapan sebelumnya. Tahap analisa strategi
bersaing bisnis SLI PT. Bakrie Telecom terdiri dari matriks SWOT, matriks
internal eksternal dan matriks grand strategy.
4.2.1 Matriks Internal Eksternal
Tahap analisa berikutnya adalah dengan menggunakan Matriks Internal
Eksternal (IE Matrix) yang bertujuan untuk memperoleh strategi bisnis PT. Bakrie
Telecom dalam bisnis SLI secara lebih mendetail. Posisi PT. Bakrie Telecom
dalam IE Matrix berdasarkan data yang diperoleh dari matriks evaluasi faktor
eksternal dan internal adalah sebagai berikut :
Analisa strategi..., Agus Purnomo, FT UI 2008
42 42
KEKUATAN INTERNAL BISNIS
Tinggi Rata-rata Lemah
4.0 3.0 2.0 1.0
I
II III
∗∗∗∗
IV
V
VI
VII
VIII
IX
Gambar 4.1 Matriks Internal Eksternal
Dengan memanfaatkan skor total yang diperoleh dari matriks evaluasi
faktor eksternal dan internal selanjutnya dapat ditentukan strategi apa yang
dapat dipilih oleh perusahaan. Nilai matriks evaluasi faktor eksternal PT. Bakrie
Telecom adalah sebesar 3,06 yang berarti bahwa posisi eksternal perusahaan
adalah kuat. Sedangkan nilai matriks evaluasi faktor internal adalah sebesar 2,91
yang menunjukkan bahwa posisi internal perusahaan berada dalam kondisi
sedang (rata-rata).
Fred R. David mengutarakan bahwa perusahaan yang berada dalam sel
I,II dan IV dapat disebut tumbuh dan membangun. Strategi intensif (penetrasi
pasar, pengembangan pasar atau pengembangan produk) atau integratif
(integrasi kebelakang, integrasi kedepan dan integrasi horizontal) adalah yang
tepat untuk perusahaan tersebut [8].
Strategi penetrasi pasar berusaha meningkatkan pangsa pasar untuk
produk atau jasa yang sudah ada dipasar melalui usaha pemasaran yang
Tinggi
Sedang
Rendah
DAYA TARIK INDUSTRI/ EKSTERNAL
1.0
2.0
3.0
Analisa strategi..., Agus Purnomo, FT UI 2008
43 43
gencar. Sedangkan pengembangan pasar terdiri dari upaya memperkenalkan
produk atau jasa yang ada ke wilayah geografis baru. Pengembangan produk
adalah strategi yang berupaya menigkatkan penjualan dengan memperbaiki atau
memodifikasi produk atau jasa yang sudah ada. Pengembangan produk
biasanya membutuhkan biaya yang besar untuk penelitian dan pengembangan.
Integrasi kedepan adalah upaya memiliki atau meningkatkan kendali atas
distributor atau pengecer. Sedangkan integrasi kebelakang adalah strategi untuk
mencoba memiliki atau meningkatkan kontrol terhadap perusahaan pemasok.
Strategi ini sangat tepat digunakan ketika perusahaan pemasok tidak dapat
diandalkan, terlalu mahal atau tidak dapat memenuhi kebutuhan perusahaan.
Integrasi horisontal adalah strategi mencoba memiliki atau meningkatkan kendali
perusahaan pesaing (merger, akuisisi dan pengambil alihan untuk mendongkrak
skala ekonomis dan meningkatkan alih sumber daya serta kompetensi).
Berdasarkan hasil matriks evaluasi eksternal dan internal tersebut maka
posisi PT. Bakrie Telecom berada dalam sel II dari Matriks Internal Eksternal.
Dengan demikian dalam bisnis SLI PT. Bakrie Telecom dapat menerapkan
strategi intensif dalam bentuk penetrasi pasar, pengembangan pasar atau
pengembangan produk atau strategi integratif yang berupa integrasi kebelakang,
integrasi kedepan dan integrasi horizontal.
4.2.2 Matriks SWOT
Matriks SWOT merupakan alat yang dipakai untuk menyusun faktor-faktor
strategis perusahaan. Matriks ini dapat menggambarkan bagaimana peluang dan
ancaman eksternal yang dihadapi perusahaan dapat disesuaikan dengan
kekuatan dan kelemahan yang dimilikinya. Berikut matriks SWOT PT. Bakrie
Telecom untuk penyusunan strategi bisnis dibidang SLI :
Analisa strategi..., Agus Purnomo, FT UI 2008
44 44
Tabel 4.5 Matriks SWOT
Faktor-faktor Internal
Faktor-faktor
Eksternal
STRENGTHS (S) :
1. Dukungan keuangan yang
kuat sebagai anak
perusahaan PT. Bakrie
Brothers Tbk.
2. Mempunyai brand image
yang kuat sebagai operator
telekomunikasi dengan tarif
murah.
3. Model bisnis sebagai ”budget
operator” yang mempunyai
target pelanggan menengah
kebawah yang sensitif
terhadap tarif.
4. Dukungan pemasaran yang
kuat dengan ”disruptive
innovation”.
5. Manajemen yang kuat dan
profesional.
6. Pencapaian pertumbuhan
laba bersih pada triwulan
ketiga tahun 2007 yang
mencapai 118,7%.
7. Lisensi sebagai
penyelenggara FWA nasional
pada akhir Desember 2006.
WEAKNESSES(W):
1. Posisi sebagai new
entrant yang harus
bekerja keras dalam
memperkenalkan produk
SLI nya kepada
pelanggan.
2. Para operator incumbent
sudah lebih mapan
dalam hal penggelaran
jaringan dan kegiatan
pemasaran.
3. Para operator incumbent
sudah mapan dalam hal
segmentasi pasar dan
identifikasi peluang
pasar.
4. Investasi awal yang
relatif besar untuk
penggelaran awal
jaringan SLI yang
diperkirakan sebesar Rp.
223 milyar dalam jangka
waktu 5 tahun.
5. Cakupan layanan yang
masih terbatas jika
dibandingkan dengan
Telkom dan Indosat.
6. Kesiapan infrastruktur
yang masih rendah jika
dibanding dengan para
operator incumbent.
OPPORTUNITIES (O) :
1. Kebijakan pemerintah
yang mendukung iklim
STRATEGI SO :
1. Menawarkan tarif SLI yang
lebih kompetitif dari pada
STRATEGI WO :
1. Mengiklankan produk SLI
melalui media massa
Analisa strategi..., Agus Purnomo, FT UI 2008
45 45
kompetisi.
2. Bisnis SLI saat ini baru
dikuasai oleh 3 operator
pemegang lisensi SLI.
3. Trafik SLI yang besar
(pada tahun 2006 trafik
outgoing dan incoming
Indosat mencapai
1.134.294.000 menit,
sedangkan Telkom sekitar
1.039.500.00 menit).
4. Perluasan cakupan
layanan pada tahun 2007
ke Surabaya, Malang,
Semarang, Yogyakarta,
Solo, Padang dan Medan
hingga BTEL saat ini telah
melayani 40% daerah
layanan telepon nirkabel.
5. Tren pertumbuhan
pelanggan pada triwulan
ketiga tahun 2007
mengalami peningkatan
sebesar 126%
6. Kondisi ekonomi macro
yang membaik
(pencapaian target
pertumbuhan ekonomi
Indonesia pada tahun
2006 sebesar 5,5% (yoy)
dan selama triwulan
pertama tahun 2007
mencapai 6%. Inflasi pada
tahun 2006 juga dapat
ditekan hingga 6,6%.
7. Kesetiaan pelanggan
(pada tahun 2006 tingkat
pesaing (S2,O1, O2,O3)
2. Memperluas cakupan
layanan ke kota-kota besar
dan daerah-daerah basis TKI
(S1, S7, O4)
3. Menerapkan inovasi
pemasaran produk Esia (isu
talktime) untuk bisnis SLI (S4,
O5, O6)
4. Memberikan diskon/bonus
kepada pelanggan Esia yang
melakukan panggilan SLI
melalui jaringan PT. Bakrie
Telecom (S4, S5, O4,O5,O7)
5. Memperluas cakupan
layanan Esia sehingga akan
semakin banyak pelanggan
yang setia menggunakan
produk BTEL termasuk
SLInya ((S1, S5, S6, O4, O5
O7)
6. Memberikan tarif dan kualitas
layanan yang kompetitif untuk
segmen korporat (S5,O5,O6)
nasional dengan materi
iklan yang menarik (W1,
W2, O1, O4,O5)
2. Menggarap segmen
pasar (baik dari segi
operasional maupun
pemasaran) kalangan
menengah kebawah
(kalangan TKI) yang
membutuhkan tarif murah
secara lebih intensif
dibandingkan para
pesaing (W2, W3, O5)
3. Membangun infrastruktur
SLI sebagaimana
diamanatkan oleh
pemerintah agar layanan
SLI dapat segera digelar
(W5, W6, O1, O5, O7)
4. Memberikan tarif dan
kualitas layanan yang
kompetitif serta
kemudahan akses SLI
bagi para jemaah haji
(W2,W3,O6)
Analisa strategi..., Agus Purnomo, FT UI 2008
46 46
churn Esia sebesar 4%,
lebih rendah dari total
churn dalam industri
telekomunikasi sebesar
8%).
THREATS (T) :
1. Reaksi para operator
incumbent yang mungkin
menghambat PT. Bakrie
Telecom dalam hal
operasional dan
pemasaran SLI.
2. Situasi ekonomi dan
politik menjelang pemilu
2009 (kemungkinan
instabilitas politik).
3. Persaingan antara Telkom
dan Indosat dalam
perebutan pangsa pasar
yang sudah demikian
ketat.
4. Kebijakan pemerintah
yang mungkin menambah
jumlah pesaing dalam
bisnis SLI.
5. Banyaknya operator VoIP
yang menawarkan tarif
SLI murah.
6. Rencana perusahaan
untuk melakukan ekspansi
dipengaruhi oleh
depresiasi nilai rupiah
terhadap dolar
sehubungan dengan
hutang perusahaan
sebesar US$ 145 juta dari
Credit Suisse, Singapore
STRATEGI ST :
1. Menawarkan layanan SLI
dengan kualitas yang dapat
diandalkan (S1, S5, T3, T5)
2. Menetapkan margin laba
yang tidak terlalu besar
sehingga tarif bisa menjadi
lebih murah sehingga
menarik banyak pelanggan
dengan demikian akumulasi
laba menjadi besar juga
(S2,S5,T3,T7)
3. Melanjutkan tradisi
pemasaran yang berbeda
dan menarik bagi pelanggan
(S2,S4,T1)
STRATEGI WT :
1. Mencari ceruk pasar SLI
yang belum tergarap oleh
para operator incumbent
(W2,W3, T1,T3)
2. Segera menggelar
layanan SLI agar dapat
meraih posisi tertentu
dalam persaingan
(W1,W2,W4, T1, T3, T4)
3. Memberikan diskon untuk
panggilan outgoing,
terutama untuk daerah-
daerah wisata
(W1,W2,T2,T4)
Analisa strategi..., Agus Purnomo, FT UI 2008
47 47
Branch untuk belanja
modal pada tahun 2007
dan 2008 serta vendor
financing sebesar US$
124.917.548,43 dari PT.
Huawei Tech Investment.
7. Kebijakan pemerintah
dalam hal tarif dan
interkoneksi yang
mempengaruhi iklim bisnis
telekomunikasi.
4.2.3 Matriks Grand Strategy
Tahapan analisa berikutnya adalah Matriks Grand Strategy yang
didasarkan atas dua dimensi penilaian yaitu posisi persaingan dan pertumbuhan
pasar. Dasar dari penempatan posisi perusahaan dalam Matriks Grand Strategy
adalah hasil survey yang telah dituangkan ke dalam suatu matriks evaluasi faktor
eksternal dan internal yang dasar penghitungannya sedikit berbeda dengan
matriks eksternal dan internal yang digunakan sebagai masukan (input) dalam
Matriks Internal Eksternal (IE Matrix).
Skor total faktor eksternal yang digunakan sebagai input dalam Matriks
Grand Strategy PT. Bakrie Telecom adalah sebesar 1,91 sedangkan skor total
untuk faktor internal adalah sebesar 2,07. Sumbu X merupakan skor total untuk
faktor internal, sedangkan sumbu Y merupakan skor total faktor eksternal. Dengan
demikian PT. Bakrie Telecom terletak pada Kuadran I dari Matriks Grand Strategy.
Berikut posisi PT. Bakrie Telecom dalam Matriks Grand Strategy :
Analisa strategi..., Agus Purnomo, FT UI 2008
48 48
PERTUMBUHAN PASAR YANG CEPAT
POSISI BERSAING LEMAH
POSISI
BERSAING KUAT
PERTUMBUHAN PASAR YANG LAMBAT
Gambar 4.2 Matriks Grand Strategy
Perusahaan yang berada dalam Kuadran I Matriks Grand Strategy berada
dalam posisi strategis yang baik sekali. Untuk itu konsentrasi terus menerus pada
pasar saat ini (penetrasi pasar dan pengembangan pasar) dan juga produk
(pengembangan produk) merupakan strategi yang tepat. Tidak bijaksana untuk
perusahaan di Kuadran I bergeser dari keunggulan kompetitif yang telah terbentuk.
Jika perusahaan dikuadran I mempunyai sumber daya yang berlebihan, maka
integrasi kedepan, integrasi kebelakang atau integrasi horisontal merupakan
strategi yang efektif. Jika perusahaan di Kuadran I terlalu berkomitmen terhadap
produk tunggal, maka diversifikasi konsentris dapat mengurangi resiko yang
1,91
KUADRAN III
2,07
KUADRAN II KUADRAN I
KUADRAN IV
Analisa strategi..., Agus Purnomo, FT UI 2008
49 49
berkaitan dengan lini produk yang sempit. Perusahaan di Kuadran I dapat
memanfaatkan peluang-peluang eksternal dibeberapa bidang, dimana mereka
bisa mengambil resiko dengan agresif jika perlu [8].
4.3 TAHAP PENGAMBILAN KEPUTUSAN
Alat analisa terakhir yang digunakan untuk merumuskan strategi bersaing
PT. Bakrie Telecom dalam bisnis SLI adalah Matriks Perencanaan Strategi
Kuantitatif (Quantitative Strategic Planning Matrix/QSPM). Berikut QSPM untuk
bisnis SLI PT. Bakrie Telecom :
Tabel 4.6 Matriks QSPM
Alternative Strategy
Strategi Intensif
Strategi Integratif
STRENGTHS BOBOT AS TAS AS TAS
Dukungan keuangan yang kuat sebagai anak perusahaan PT. Bakrie Brothers Tbk.
0,11036 4 0,4414 3 0,3311
Mempunyai brand image yang kuat sebagai operator telekomunikasi dengan tarif murah.
0,10455 4 0,4182 2 0,2091
Model bisnis sebagai ”budget operator” yang mempunyai target pelanggan menengah kebawah yang sensitif terhadap tarif.
0,09003 3 0,2701 2 0,1801
Dukungan pemasaran yang kuat dengan ”disruptive innovation”.
0,09487 4 0,3795 2 0,1897
Manajemen yang kuat dan profesional. 0,10552 4 0,4221 3 0,3166
Pencapaian pertumbuhan laba bersih pada triwulan ketiga tahun 2007 yang mencapai 118,7%.
0,09293 4 0,3717 2 0,1859
Lisensi sebagai penyelenggara FWA nasional pada akhir Desember 2006.
0,09487 4 0,3795 3 0,2846
WEAKNESSES
Posisi sebagai new entrant yang harus bekerja keras dalam memperkenalkan produk SLI nya kepada pelanggan.
0,05227 3 0,1568 2 0,1045
Analisa strategi..., Agus Purnomo, FT UI 2008
50 50
Para operator incumbent sudah lebih mapan dalam hal penggelaran jaringan.
0,05421 3 0,1626 1 0,0542
Para operator incumbent sudah mapan dalam hal segmentasi pasar dan telah memasuki celah pasar.
0,05712 3 0,1713 2 0,1142
Investasi awal yang relatif besar untuk penggelaran awal jaringan SLI yang diperkirakan sebesar Rp. 223 milyar dalam jangka waktu 5 tahun.
0,05518 1 0,0552 2 0,1104
Cakupan layanan yang masih terbatas jika dibandingkan dengan Telkom dan Indosat.
0,04647 2 0,0929 1 0,0465
Kesiapan infrastruktur yang masih rendah jika dibanding dengan para operator incumbent.
0,04163 2 0,0833 1 0,0416
Jumlah 1 OPPORTUNITIES RATING AS TAS AS TAS
Kebijakan pemerintah yang mendukung iklim kompetisi.
0,10145 4 0,4058 2 0,2029
Bisnis SLI saat ini baru dikuasai oleh 3 operator pemegang lisensi SLI.
0,08514 3 0,2554 2 0,1703
Trafik SLI yang besar (pada tahun 2006 trafik outgoing dan incoming Indosat mencapai 1.134.294.000 menit, sedangkan Telkom sekitar 1.039.500.000 menit).
0,08424 4 0,337 3 0,2527
Perluasan cakupan layanan pada tahun 2007 ke Surabaya, Malang, Semarang, Yogyakarta, Solo, Padang dan Medan hingga BTEL saat ini telah melayani 40% daerah layanan telepon nirkabel.
0,0933 3 0,2799 2 0,1866
Tren pertumbuhan pelanggan pada triwulan ketiga tahun 2007 mengalami peningkatan sebesar 126%.
0,09239 4 0,3696 3 0,2772
Kondisi ekonomi macro yang membaik (pencapaian target pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2006 sebesar 5,5% (yoy) dan selama triwulan pertama tahun 2007 mencapai 6%. Inflasi pada tahun 2006 juga dapat ditekan hingga 6,6%).
0,08605 3 0,2582 2 0,1721
Kesetiaan pelanggan (pada tahun 2006 tingkat churn Esia sebesar 4%, lebih rendah dari total churn dalam industri telekomunikasi sebesar 8%).
0,08877 3 0,2663 2 0,1775
Analisa strategi..., Agus Purnomo, FT UI 2008
51 51
THREATS
Reaksi para operator incumbent yang mungkin menghambat PT. Bakrie Telecom dalam hal operasional dan pemasaran SLI.
0,05616 2 0,1123 3 0,1685
Situasi ekonomi dan politik menjelang pemilu 2009 (kemungkinan instabilitas politik).
0,05616 1 0,0562 2 0,1123
Persaingan antara Telkom dan Indosat dalam perebutan pangsa pasar yang sudah demikian ketat.
0,05435 2 0,1087 1 0,0543
Kebijakan pemerintah yang mungkin menambah jumlah pesaing dalam bisnis SLI
0,05163 2 0,1033 1 0,0516
Banyaknya operator VoIP yang menawarkan tarif SLI murah.
0,04076 3 0,1223 2 0,0815
Rencana perusahaan untuk melakukan ekspansi dipengaruhi oleh depresiasi nilai rupiah terhadap dolar sehubungan dengan hutang perusahaan sebesar US$ 145 juta dari Credit Suisse dan Singapore Branch untuk belanja modal pada tahun 2008 dan 2008 serta vendor financing sebesar US$ 124.917.548,43 dari PT. Huawei Tech Investment.
0,05616 1 0,0562 2 0,1123
Kebijakan pemerintah dalam hal tarif dan interkoneksi yang mempengaruhi iklim bisnis telekomunikasi.
0,04438 1 0,0444 2 0,0888
Jumlah 1
TOTAL 6,18 4,2771
Keterangan :
AS = Attractiveness Score (nilai kemenarikan)
TAS = Total Attractiveness Score (total nilai kemenarikan)
Cakupan nilai kemenarikan :
1 = tidak menarik
2 = agak menarik
3 = menarik
4 = sangat menarik
Nilai kemenarikan (AS) didefinisikan sebagai angka yang menunjukkan
daya tarik relatif masing-masing strategi pada suatu rangkaian alternatif tertentu.
QSPM menentukan daya tarik relatif dari berbagai strategi yang didasarkan
Analisa strategi..., Agus Purnomo, FT UI 2008
52 52
sampai seberapa jauh faktor-faktor keberhasilan kritis eksternal dan internal
kunci dimanfaatkan atau ditingkatkan. Daya tarik relatif dari masing-masing
strategi dihitung dengan menentukan dampak kumulatif dari dari masing-masing
faktor keberhasilan kritis eksternal dan internal [8].
Dari pilihan strategi yang terdapat dalam QSPM yaitu strategi intensif dan
strategi integratif diperoleh nilai untuk strategi intensif sebesar 6,18 dan strategi
integratif sebesar 4,28. Berdasarkan hasil nilai tersebut maka PT. Bakrie
Telecom dalam menggelar bisnis SLI dapat menerapkan strategi intensif yang
berupa penetrasi pasar, pengembangan pasar dan pengembangan produk.
Visi PT. Bakrie Telecom adalah menciptakan kehidupan yang lebih baik
bagi masyarakat Indonesia dengan cara menyediakan layanan informasi,
sedangkan misinya adalah menyediakan sambungan informasi yang berkualitas
tinggi dengan harga yang terjangkau. Sejalan dengan visi dan misi perusahaan
tersebut maka dapat diambil langkah-langkah penerapan strategi intensif dalam
bisnis SLI sebagai berikut :
1. Melakukan penetrasi pasar, yaitu berusaha meraih pangsa pasar untuk
produk SLI melalui usaha pemasaran yang gencar. Penetrasi pasar dapat
terdiri dari upaya menambah belanja iklan, melakukan promosi penjualan
ekstensif, atau meningkatkan upaya publisitas.
Sebagai pendatang baru dalam bisnis SLI PT. Bakrie Telecom perlu untuk
memperkenalkan produk terbarunya kepada masyarakat melalui kegiatan
promosi keunggulan produk SLI yang akan digelar. Selain itu juga perlu
dialokasikan sejumlah dana untuk kegiatan periklanan melalui berbagai
media periklanan baik media elektronik dan media cetak nasional ataupun
poster, pamflet, baliho,dll. Dengan demikian masyarakat dapat mengenal
produk SLI baru yang ditawarkan tersebut sehingga pengguna layanan SLI
tertarik untuk mengenal produk SLInya dan berusaha untuk mengetahui
keunggulan yang ditawarkan oleh produk baru tersebut.
Analisa strategi..., Agus Purnomo, FT UI 2008
53 53
Penetrasi pasar tentunya akan menambah belanja marketing dan sales PT.
Bakrie Telecom dimana pada triwulan ketiga tahun 2007 pada saat
perusahaan belum menggelar layanan SLI adalah sebesar 13,1% dari
revenue. Namun penetrasi pasar tersebut mutlak diperlukan agar produk baru
tersebut dapat dikenal masyarakat berikut dengan berbagai keunggulan yang
dimiliki sehingga masyarakat pengguna tergugah untuk menggunakan
layanan tersebut.
Penetrasi pasar dapat dilakukan didaerah-daerah yang merupakan basis
pengguna layanan SLI seperti di kota-kota besar dan daerah industri,
terutama untuk segmen korporasi maupun pengguna personal. Selain itu,
daerah wisata yang kerap dikunjungi oleh wisatawan asing juga harus
dipetakan dan dilakukan promosi secara lebih gencar.
2. Pengembangan pasar yang terdiri dari upaya memperkenalkan produk SLI ke
wilayah geografis baru. Setelah mendapatkan lisensi sebagai penyelenggara
FWA secara nasional pada akhir Desember 2006, pada tahun 2007 PT
Bakrie Telecom telah memperluas cakupan layanan untuk telekomunikasi
berbasis teknologi FWA ke kota-kota besar di Indonesia seperti Surabaya,
Malang, Semarang, Yogyakarta, Solo, Padang dan Medan. Dengan
diperolehnya lisensi sebagai penyelenggara FWA secara nasional, PT. Bakrie
Telecom secara berangsur-angsur dapat melayani daerah yang lebih luas lagi
di Indonesia. Dengan demikian, SLI yang merupakan produk baru dapat
sekaligus diperkenalkan kepada masyarakat.
Pengembangan pasar dapat dilakukan didaerah suburban maupun rural yang
menjadi basis Tenaga Kerja Indonesia (TKI) dengan cara melakukan
pemetaan dan survey terhadap potensi pengguna SLI dan selanjutnya
dilakukan promosi secara lebih ekstensif mengingat potensi panggilan
outcoming maupun outgoing untuk daerah tersebut tentunya relatif lebih
besar daripada daerah suburban dan rural yang lain. Sesuai dengan misinya
yaitu menyediakan sambungan informasi yang berkualitas tinggi dengan
Analisa strategi..., Agus Purnomo, FT UI 2008
54 54
harga yang terjangkau, didaerah basis TKI tersebut dapat diberikan diskon
atau insentif ataupun bonus kepada pengguna layanan SLI.
Jamaah haji maupun umroh ke Arab Saudi yang setiap tahunnya mencapai
jutaan orang juga merupakan pasar potensial untuk layanan SLI. Untuk itu,
perlu dilakukan promosi yang menarik dengan menawarkan layanan SLI
dengan tarif yang bersaing. Selain itu juga dengan memberikan kemudahan
bagi mereka untuk mendapatkan akses SLI dengan cara bekerja sama
dengan operator dominan di Arab Saudi yang mempunyai jaringan yang luas
ataupun dengan cara memberikan fasilitas lainnya.
3. Pengembangan produk, yaitu strategi yang berupaya meningkatkan
penjualan dengan memperbaiki atau memodifikasi produk. Untuk melakukan
pengembangan produk diperlukan biaya penelitian dan pengembangan yang
cukup besar. Pengembangan produk dapat dilakukan dengan melakukan
berbagai inovasi yang memungkinkan produk SLI mempunyai kualitas yang
baik dan tarifnya lebih kompetitif dari pada produk SLI pesaing yang sudah
menggelar layanan SLI terlebih dahulu. Dalam hal ini PT. Bakrie Telecom
dapat menentukan margin laba yang tidak terlalu besar atau lebih sedikit dari
pesaing sehingga tarif layanan SLInya dapat lebih rendah daripada pesaing.
Dengan tarif yang lebih murah, pelanggan telekomunikasi di Indonesia yang
pada umumnya sensitif terhadap tarif akan lebih banyak yang menggunakan
produk SLInya. Dengan demikian trafik SLI PT. Bakie Telecom akan menjadi
besar dan pada gilirannya laba yang akan didapat menjadi besar seiring
dengan besarnya kuantitas trafik.
Langkah pengembangan produk lain yang dapat meningkatkan penjualan
adalah dengan melakukan penelitian dan kajian mengenai kemungkinan
diterapkannya iklan yang ditumpangkan dalam setiap panggilan SLI. Tarif SLI
pada saat ini masih dirasakan mahal oleh sebagian besar masyarakat
Indonesia. Sejalan dengan misi perusahaan dalam menyediakan sambungan
informasi yang berkualitas tinggi dengan harga yang terjangkau, maka
perusahaan dapat menggandeng perusahaan periklanan untuk memasang
Analisa strategi..., Agus Purnomo, FT UI 2008
55 55
iklan dalam setiap panggilan SLI oleh pelanggan. Perusahaan periklanan
dapat memasang iklan dalam bentuk suara yang harus didengarkan oleh
pelanggan SLI yang akan melakukan panggilan outgoing selama jangka
waktu tertentu. Dengan demikian tarif SLI yang dikenakan kepada pelanggan
dapat menjadi lebih murah dikarenakan adanya pendapatan perusahaan dari
perusahaan periklanan yang harus membayar setiap iklan yang didengarkan
oleh pelanggan SLI pada saat mereka melakukan panggilan. Pendapatan
dari iklan tersebut nantinya dapat digunakan untuk mensubsidi tarif panggilan
SLI sehingga tarif SLI dapat menjadi lebih murah. Dengan adanya tarif yang
murah diharapkan trafik percakapan SLI akan menjadi semakin meningkat.
Layanan SLI ini adalah layanan alternatif bagi pelanggan yang membutuhkan
tarif SLI yang murah namun mereka harus rela menyisihkan waktu
mendengarkan untuk mendengarkan iklan sebelum panggilan SLInya
tersambung. Sedangkan bagi pelanggan yang tidak terlalu sensitif terhadap
tarif dan tidak bersedia untuk mendengarkan iklan dikenakan tarif normal. Di
Indonesia pada saat ini belum ada operator telekomunikasi baik telepon
tetap, bergerak ataupun FWA yang memberikan layanan alternatif tersebut
sehingga jika layanan tersebut layak untuk digelar di Indonesia akan
memberikan diferensiasi bagi produk SLI PT. Bakrie Telecom. Hal tersebut
akan dapat menciptakan keunggulan bersaing produk SLInya terhadap para
pesaing maupun terhadap para operator VoIP yang menawarkan tarif murah
dengan kualitas yang tidak sebaik SLI yang berbasis teknologi clear channel.
Analisa strategi..., Agus Purnomo, FT UI 2008
56 56
BAB V
KESIMPULAN
PT. Bakrie Telecom adalah operator telekomunikasi ketiga yang
memperoleh lisensi untuk penyelenggaraan SLI di Indonesia setelah PT. Indosat
dan PT. Telkom. Sebagai operator yang akan menyelenggarakan layanan baru
bagi perusahaan tersebut, PT. Bakrie Telecom membutuhkan strategi dalam
memperebutkan pangsa pasar yang selama ini sudah dikuasai oleh kedua
operator existing.
Berdasarkan hasil analisa yang telah dilakukan dengan
mempertimbangkan berbagai faktor eksternal dan internal yang berpengaruh
dalam perumusan strategi bersaing dalam bisnis SLI, diperoleh hasil bahwa
faktor internal perusahaan cukup baik untuk dapat mengatasi dan memanfaatkan
faktor eksternal.
Pada Matriks Internal Eksternal PT. Bakrie Telecom berada dalam sel II,
sedangkan pada Matriks Grand Strategy berada dalam kuadran I dimana
perusahaan yang berada dalam posisi pada kedua matriks tersebut berada
dalam posisi persaingan yang baik. Perusahaan dalam posisi tersebut dapat
menerapkan strategi intensif atau strategi integratif.
Pada tahap pengambilan keputusan dengan menggunakan Quantitative
Strategic Planning Matrix (QSPM), dimana terdapat dua alternatif strategi yang
dapat dipilih oleh perusahaan yaitu strategi intensif dan strategi integratif
diperoleh hasil total nilai kemenarikan strategi intensif lebih tinggi dari pada
strategi integratif. Dengan demikian PT. Bakrie Telecom dalam menggelar
layanan SLI dapat menerapkan strategi intensif yang terdiri dari penetrasi pasar,
pengembangan pasar dan pengembangan produk.
Analisa strategi..., Agus Purnomo, FT UI 2008
57 57
DAFTAR REFERENSI
[1] “_____”, “Fundamental Technical Plan Nasional”, Direktorat Jenderal Pos dan Telekomunikasi, 2000
[2] “_____”, “The Third Quarter of 2007 Results (unaudited), Info Memo”, PT.
Telkom, 2007. [3] “_____”, “Laporan Tahunan PT. Bakrie Telecom : Spreading Our Wings
for Further Success”, PT Bakrie Telecom, 2006. [4] “_____”, “Laporan Tahunan PT. Telkom ”Menjadi Model Korporasi
Terbaik di Indonesia”, PT. Telkom, 2006. [5] “_____”, “Prospektus PT. Bakrie Telecom Bulan September 2007”, PT.
Bakrie Telecom, 2007. [6] “_____”, “PT. Indosat 20F”. PT Indosat, 2006. [7] “_____”, “Third Quarter (Nine Months) Results 2007”. PT. Bakrie Telecom,
2007. [8] David, Fred R., ”Manajemen Strategis : Konsep-konsep (Edisi Bahasa
Indonesia”, PT. Indeks Kelompok Gramedia, 2004. [9] Kartajaya, Hermawan, ”Marketing Plus 2000 Siasat Memenangkan
Persaingan Global”, Gramedia Pustaka Utama, 2003. [10] Nazir, Moh., “Metodologi Penelitian”, Penerbit Ghalia Indonesia, 2003. [11] Porter, Michael E., ”Strategi Bersaing, Teknik Menganalisis Industri dan
Pesaing”, KARISMA Publishing Group, 2007. [12] Rangkuti, Freddy, ”Analisis SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis”,
Gramedia Pustaka Utama, 2006. [13] Sri Hayati, Agus Suroso, Budi Juwono, “Analisis Strategi Bersaing pada
PD BPR BKK Mandiraja Kabupaten Banjarnegara”, Jurnal SMART, 2004 [14] Tedjo Tripomo, Udan, ”Manajemen Strategi”, Rekayasa Sains Bandung,
2005.
Analisa strategi..., Agus Purnomo, FT UI 2008
58 58
LAMPIRAN
Analisa strategi..., Agus Purnomo, FT UI 2008
59 59
Lampiran 1 Lembar Survei
SURVEI STRATEGI BISNIS SLI PT. BAKRIE TELECOM
Bapak/Ibu yang terhormat, Undang-undang No. 36 Tahun 1999 tentang Telekomunikasi telah membuka iklim persaingan dibidang industri telekomunikasi di Indonesia. Dengan adanya persaingan diantara para operator telekomunikasi, diharapkan industri telekomunikasi berkembang dengan lebih pesat dan sehat sehingga semakin banyak lapisan masyarakat yang dapat menikmati layanan telekomunikasi. Selain itu juga diharapkan kualitas layanan telekomunikasi semakin meningkat dan harga layanan menjadi semakin terjangkau oleh banyak kalangan masyarakat. Sebagai bagian dari upaya pemerintah untuk mendorong persaingan dalam industri telekomunikasi, pada tanggal 17 September 2007 melalui sebuah mekanisme tender pemerintah telah menetapkan PT. Bakrie Telecom sebagai operator SLI ketiga setelah PT. Indosat dan PT. Telkom. Sebagai pemain baru dalam bisnis SLI, PT. Bakrie Telecom memerlukan strategi bersaing yang tepat dalam memperebutkan pangsa pasar dengan para operator SLI incumbent. Saya, Agus Purnomo adalah mahasiswa Pasca Sarjana Teknik Elektro, Program Manajemen Telekomunikasi, Universitas Indonesia, yang sedang melakukan penelitian dalam rangka penyelesaian tesis. Tesis ini bertema analisa strategi bersaing PT. Bakrie Telecom dalam bisnis SLI. Oleh karena itu, saya sangat mengharapkan dari Bapak/Ibu sekalian untuk mengisi kuesioner ini sesuai dengan pendapat Bapak/Ibu sekalian. Atas bantuan dan kerjasamanya saya ucapkan banyak terima kasih. Petunjuk pengisian : Pada bagian ini Bapak/Ibu diminta untuk menentukan tingkat kepentingan factor-faktor strength, weakness, opportunity dan threat PT. Bakrie Telecom yang berpengaruh dalam penentuan strategi bersaing dalam bisnis SLI.
KETERANGAN
RATING TINGKAT KEPENTINGAN
4 Sangat Penting 3 Penting 2 Agak Penting 1 Kurang Penting
CONTOH PENGISIAN
No KEKUATAN RATING
4 3 2 1
1. Dukungan keuangan perusahaan yang kuat √ 2. SDM yang profesional √
Analisa strategi..., Agus Purnomo, FT UI 2008
60 60
SURVEI STRATEGI BISNIS SLI PT. BAKRIE TELECOM DARI FAKTOR STRENGTH, WEAKNESS, OPPORTUNITY DAN THREAT 1. STRENGTH (KEKUATAN)
No KEKUATAN RATING
4 3 2 1
1. Dukungan keuangan yang kuat sebagai anak perusahaan PT. Bakrie Brothers Tbk.
2. Mempunyai brand image yang kuat sebagai operator telekomunikasi dengan tarif murah.
3. Model bisnis sebagai ”budget operator” yang mempunyai target pelanggan menengah kebawah yang sensitif terhadap tarif.
4. Dukungan pemasaran yang kuat dengan ”disruptive innovation”.
5. Manajemen yang kuat dan profesional.
6. Pencapaian pertumbuhan laba bersih pada triwulan ketiga tahun 2007 yang mencapai 118,7%.
7. Lisensi sebagai penyelenggara FWA nasional pada akhir Desember 2006.
2. WEAKNESS (KELEMAHAN)
No KELEMAHAN RATING
4 3 2 1
1. Posisi sebagai new entrant yang harus bekerja keras dalam memperkenalkan produk SLI nya kepada pelanggan.
2. Para operator incumbent sudah lebih mapan dalam hal penggelaran jaringan.
3. Para operator incumbent sudah mapan dalam hal segmentasi pasar dan telah memasuki celah pasar.
4. Investasi awal yang relatif besar untuk penggelaran awal jaringan SLI yang diperkirakan sebesar Rp. 223 milyar
Analisa strategi..., Agus Purnomo, FT UI 2008
61 61
dalam jangka waktu 5 tahun.
5. Cakupan layanan yang masih terbatas jika dibandingkan dengan Telkom dan Indosat.
6. Kesiapan infrastruktur yang masih rendah jika dibanding dengan para operator incumbent.
3. OPPORTUNITY (PELUANG)
No PELUANG RATING
4 3 2 1
1. Kebijakan pemerintah yang mendukung iklim kompetisi.
2. Bisnis SLI saat ini baru dikuasai oleh 3 operator pemegang lisensi SLI.
3. Trafik SLI yang besar (pada tahun 2006 trafik outgoing dan incoming Indosat mencapai 1.134.294.000 menit, sedangkan Telkom sekitar 1.039.500.000 menit). .
4. Perluasan cakupan layanan pada tahun 2007 ke Surabaya, Malang, Semarang, Yogyakarta, Solo, Padang dan Medan hingga BTEL saat ini telah melayani 40% daerah layanan telepon nirkabel.
5. Tren pertumbuhan pelanggan pada triwulan ketiga tahun 2007 mengalami peningkatan sebesar 126%.
8. Kondisi ekonomi macro yang membaik (pencapaian target pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2006 sebesar 5,5% (yoy) dan selama triwulan pertama tahun 2007 mencapai 6%. Inflasi pada tahun 2006 juga dapat ditekan hingga 6,6%).
9. Kesetiaan pelanggan (pada tahun 2006 tingkat churn Esia sebesar 4%, lebih rendah dari total churn dalam industri telekomunikasi sebesar 8%).
4. THREAT (ANCAMAN)
No ANCAMAN RATING
4 3 2 1
1. Reaksi para operator incumbent yang mungkin
Analisa strategi..., Agus Purnomo, FT UI 2008
62 62
menghambat PT. Bakrie Telecom dalam hal operasional dan pemasaran SLI.
2. Situasi ekonomi dan politik menjelang pemilu 2009 (kemungkinan instabilitas politik).
3. Persaingan antara Telkom dan Indosat dalam perebutan pangsa pasar yang sudah demikian ketat.
4. Kebijakan pemerintah yang mungkin menambah jumlah pesaing dalam bisnis SLI.
5. Banyaknya operator VoIP yang menawarkan tarif SLI murah.
6. Rencana perusahaan untuk melakukan ekspansi dipengaruhi oleh depresiasi nilai rupiah terhadap dolar sehubungan dengan hutang perusahaan sebesar US$ 145 juta dari Credit Suisse dan Singapore Branch untuk belanja modal pada tahun 2008 dan 2008 serta vendor financing sebesar US$ 124.917.548,43 dari PT. Huawei Tech Investment.
7. Kebijakan pemerintah dalam hal tarif dan interkoneksi yang mempengaruhi iklim bisnis telekomunikasi.
Informasi Responden Berilah tanda ”√” pada pilihan Bapak/Ibu 1. Usia Responden :
21 – 30 tahun 31 – 40 tahun 41 – 50 tahun Diatas 50 tahun
2. Pekerjaan Responden :
Pegawai Negeri Sipil BUMN Swasta Lainnya
Analisa strategi..., Agus Purnomo, FT UI 2008
63 63
3. Bidang Pekerjaan :
Pertelekomunikasian Non Pertelekomunikasian
4. Jenis Stake Holder Dibidang Telekomunikasi :
Regulator Operator Vendor Pengguna
5. Pendidikan :
DII/DIII S1 S2 S3 Lainnya
Saya mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya atas perhatian dan kesediaan Bapak/Ibu dalam meluangkan waktu untuk mengisi kuesioner ini. Hormat Saya, Agus Purnomo
Analisa strategi..., Agus Purnomo, FT UI 2008
64 64
Lampiran 2 Rincian Hasil Survei
Rincian Hasil Survei
S 1 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 3 3 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 3 42 4 2 4 3 3 4 3 4 4 3 4 3 2 3 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 43 4 2 2 2 3 4 2 4 3 1 4 2 3 3 3 3 4 4 2 4 4 4 3 4 3 4 3 3 3 34 4 2 4 3 3 4 4 3 3 4 4 3 2 2 3 4 3 4 2 3 4 4 3 3 3 4 3 2 4 45 4 4 4 4 4 4 4 3 2 4 3 3 4 3 3 4 3 4 4 4 4 3 4 3 3 4 4 4 4 46 4 3 3 2 3 3 2 3 4 3 3 4 4 3 3 3 3 4 2 4 4 4 3 2 3 3 3 4 4 37 3 4 4 3 4 3 2 3 4 3 4 3 3 2 4 4 3 4 1 4 4 4 3 2 3 4 3 3 4 3
W 1 4 2 4 3 3 4 3 3 4 2 3 4 4 4 2 2 2 4 4 3 3 3 2 4 4 2 4 2 4 42 4 3 3 4 3 4 2 3 4 3 4 3 2 4 4 2 2 4 3 4 4 4 2 3 3 2 3 3 4 13 2 2 4 3 4 4 2 3 4 3 3 3 4 4 4 2 3 4 1 3 4 4 2 3 3 2 3 3 4 14 2 2 2 3 3 3 2 3 4 1 4 2 4 3 3 3 4 4 2 4 3 3 4 3 4 4 3 3 4 45 4 4 4 3 3 3 3 4 4 4 4 4 4 4 3 3 1 4 1 3 4 4 2 3 4 2 4 4 4 46 4 4 4 4 3 4 2 4 4 4 3 2 4 4 2 4 2 4 4 3 4 4 4 3 4 3 4 4 4 4
O 1 4 2 4 3 4 4 4 4 1 3 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 42 4 2 4 3 4 3 1 3 1 3 4 2 3 4 4 4 2 3 2 3 3 4 4 4 4 4 4 3 4 13 4 2 4 3 3 4 2 4 4 3 3 1 2 4 3 3 3 3 4 4 3 4 2 3 3 4 3 3 4 14 3 3 4 3 2 3 2 4 4 2 3 3 4 3 4 4 3 4 2 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 45 3 4 4 2 3 3 2 3 4 2 4 3 4 3 4 3 4 4 2 4 4 4 3 4 3 4 4 3 4 46 4 2 4 3 2 4 2 3 3 1 4 3 4 3 2 3 4 4 2 4 4 4 3 3 3 4 4 2 4 37 4 3 4 2 3 3 2 4 1 2 4 3 4 4 3 4 2 4 2 3 4 4 4 3 4 4 4 2 4 4
T 1 3 1 4 3 3 4 1 2 1 2 3 2 2 2 3 4 3 4 3 4 4 4 4 4 3 4 3 2 2 42 3 1 4 3 3 3 1 2 1 1 3 3 2 2 4 3 1 3 2 2 3 4 3 3 3 4 3 2 2 43 3 3 2 3 4 3 2 2 4 2 3 4 2 4 4 3 1 4 3 3 3 4 3 3 4 4 3 4 2 14 4 4 1 4 4 3 2 2 4 3 4 3 2 3 4 3 4 3 3 2 3 4 2 2 4 4 4 3 2 35 4 3 4 3 4 4 2 3 4 3 4 3 4 4 4 4 4 3 4 3 3 4 3 3 4 4 4 4 2 36 3 2 2 3 3 3 2 3 4 1 2 3 2 3 3 3 2 4 4 4 3 4 3 3 3 4 3 3 2 47 4 4 4 3 3 4 2 4 4 3 4 2 4 3 3 4 4 3 4 4 4 4 2 2 4 4 3 3 2 3
Responden
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 29 3025 26 27 28
Analisa strategi..., Agus Purnomo, FT UI 2008