ANALISA PRINSIP

Embed Size (px)

Citation preview

ANALISA PRINSIP-PRINSIP ETIK KEPERAWATAN PADA KASUS KEPERAWATAN ANAK

A. Kasus Seorang bayi berumur 15 hari meninggal dunia dalam perawatan medis di Balai Layanan Umum Rumah Sakit Umum Daerah (BLU-RSUD) dr Fauziah Bireuen, Jumat (5/9) pagi. Kasus itu diduga akibat kelalaian perawat yang sebelumnya sempat diminta melanjutkan arahan dokter dari UGD untuk segera dikonsultasikan ke dokter spesialis anak. Informasi yang diperoleh Analisa di rumah sakit itu menyebutkan, bayi berusia 15 hari yang diberi nama Fadila Albayhaki merupakan bayi pasangan warga Gampong Raya Tambo, Peusangan, diterima petugas UGD pada Kamis (4/9) malam pukul 20.10 WIB dengan keluhan sesak nafas. Sang bayi selanjutnya ditangani dr M Adi yang kala itu bertugas sebagai dokter piket UGD. Penanganan pun dilaporkan sesuai prosedur perawatan yang telah ditetapkan, selanjutnya pasien mungil itu dirujuk ke ruang Perinatologi dan ICU untuk ditangani lebih intensif. Bayi itu diberikan oksigen, suntikan dan dimasukkan ke dalam inkubator. Pada berkas rujukan telah saya tulis kalau pasien harus segera dikonsultasi dengan dokter spesialis anak, tetapi saya tak paham mengapa tidak dilaporkan kepada dokter ahli. Kepala Ruang Perinatologi dan ICU, Nurhayati mengatakan, dokter spesialis anak tidak ada yang bertugas pada malam hari, tetapi jika ada keperluan mendesak maka para dokter ahli anak mana pun bisa dihubungi melalui telepon. Sedangkan kala itu seluruh ruangan di bawah pengawasan dokter piket UGD. B. Analisa prinsip etik keperawatan 1. Otonomi Prinsip otonomi didasarkan pada keyakinan bahwa individu mampu berpikir logis dan memutuskan. Orang dewasa dianggap kompeten dan memiliki kekuatan membuat keputusan sendiri, memilih dan memiliki berbagai keputusan atau pilihan yang dihargai. Prinsip otonomi ini adalah bentuk respek terhadap seseorang, juga dipandang sebagai persetujuan tidak memaksa dan bertindak secara rasional.

Otonomi merupakan hak kemandirian dan kebebasan individu yang menuntut pembedaan diri. Praktek profesional merefleksikan otonomi saat perawat menghargai hak-hak pasien dalam membuat keputusan tentang perawatan dirinya. Kasus di atas merupakan kasus yang terjadi pada seorang bayi sehingga prinsip otonomi tidak dapat digunakan karena bayi belum mampu berpikir logis dan mengambil keputusan, namun dalam hal ini seharusnya orangtua dilibatkan dalam hal pengambilan keputusan untuk mendapatkan tindakan perawatan yang tepat, oleh karena itu perawat harus tetap menghargai hak-hak serta keputusan pasien. 2. Asas manfaat (Beneficence) Beneficence berarti hanya mengerjakan sesuatu yang baik. Kebaikan juga memerlukan pencegahan dari kesalahan atau kejahatan, penghapusan kesalahan atau kejahatan dan peningkatan kebaikan oleh diri dan orang lain. Kadangkadang dalam situasi pelayanan kesehatan kebaikan menjadi konflik dengan otonomi. Pada kasus di atas perawat tidak menerapkan prinsip benefisiensi karena mengabaikan instruksi dari dokter untuk menghubungi dokter spesialis anak agar segera mendapatkan perawatan intensif sehingga menyebabkan terjadinya hal buruk dan hilangnya nyawa anak tersebut. 3. Keadilan (Justice) Prinsip keadilan dibutuhkan untuk terapi yang sama dan adil terhadap orang lain yang menjunjung prinsip-prinsip moral, legal dan kemanusiaan . Nilai ini direfleksikan dalam praktek profesional ketika perawat bekerja untuk terapi yang benar sesuai hukum, standar praktek dan keyakinan yang benar untuk memperoleh kualitas pelayanan kesehatan . 4. Asas tidak merugikan (Non-maleficence) Prinsip ini berarti segala tindakan yang dilakukan pada klien tidak menimbulkan bahaya / cedera secara fisik dan psikologik. Dalam kasus ini perawat tidak hanya menyebabkan terjadinya cacat fisik pada pasien namun lebih dari itu perawat telah melakukan kecerobohan karena

tidak melakukan tindakan penyelamatan yang tepat bagi anak sehingga menyebabkan hilangnya nyawa anak tersebut, sebagai seorang perawat yang memiliki kompetensi di bidangnya seharusnya perawat mampu mengambil keputusan yang tepat untuk menyelamatkan nyawa anak dengan mengikuti instruksi dari dokter. 5. Veracity (kejujuran) Prinsip veracity berarti penuh dengan kebenaran. Nilai ini diperlukan oleh pemberi layanan kesehatan untuk menyampaikan kebenaran pada setiap pasien dan untuk meyakinkan bahwa pasien sangat mengerti. Prinsip veracity berhubungan dengan kemampuan seseorang untuk mengatakan kebenaran. 6. Fidelity Prinsip fidelity dibutuhkan individu untuk menghargai janji dan komitmennya terhadap orang lain. Perawat setia pada komitmennya dan menepati janji serta menyimpan rahasia pasien. Ketaatan, kesetiaan adalah kewajiban seseorang untuk mempertahankan komitmen yang dibuatnya. Kesetiaan itu menggambarkan kepatuhan perawat terhadap kode etik yang menyatakan bahwa tanggung jawab dasar dari perawat adalah untuk meningkatkan kesehatan, mencegah penyakit, memulihkan kesehatan dan meminimalkan penderitaan. 7. Kerahasiaan (confidentiality) Aturan dalam prinsip kerahasiaan ini adalah bahwa informasi tentang klien harus dijaga privasi-nya. Apa yang terdapat dalam dokumen catatan kesehatan klien hanya boleh dibaca dalam rangka pengobatan klien. Tak ada satu orangpun dapat memperoleh informasi tersebut kecuali jika diijin kan oleh klien dengan bukti persetujuannya. Diskusi tentang klien diluar area pelayanan, menyampaikannya pada teman atau keluarga tentang klien dengan tenaga kesehatan lain harus dicegah. 8. Akuntabilitas (accountability) Prinsip ini berhubungan erat dengan fidelity yang berarti bahwa tanggung jawab pasti pada setiap tindakan dan dapat digunakan untuk menilai orang lain.

Akuntabilitas merupakan standar

pasti yang mana tindakan seorang

professional dapat dinilai dalam situasi yang tidak jelas atau tanpa terkecuali. Dalam kasus di atas kita dapat melihat rasa tanggung jawab perawat, hal tersebut dapat dilihat ketika perawat mendapatkan pasien, pasien tersebut merupakan tanggung jawabnya dan perawat berkewajiban memberikan perawatan yang sesuai berdasarkan instruksi dari dokter untuk melaporkan keadaan anak pada dokter spesialis anak, namun hal tersebut tidak dilakukan oleh perawat dengan alasan yang tidak jelas. Hal tersebut menunjukan kurangnya rasa tanggung jawab dari perawat.