3
Analisa Penyebab Masalah Kemiskinan Di Kabupaten Tapanuli Utara Toga P. Sihotang Program Pasca Sarjana Program Studi Perencanaan Pembangunan Wilayah Dan Pedesaan Universitas Sumatera Utara Abstrak Ada empat macam masalah yang menjadi latar belakang penelitian ini. Pertama pertanyaan yang harus dijawab oleh Perencana Pembangunan Wilayah dan Pedesaan yaitu Apa yang telah terjadi dengan masalah kemiskinan di Pedesaan? Kedua gagasan atau ide tentang pengentasan kemiskinan pada umumnya bersumber dari orang luar, bagimana jika ide dan analisa pengentasan kemiskinan datangnya dari orang-orang dalam atau orang miskin itu sendiri? Ketiga, Kabupaten Tapanuli Utara merupakan salah satu Kabupaten termiskin di Sumatera Utara disamping 4 (empat) Kabupaten lainnya yaitu Nias, Dairi, Tapanuli Tengah, dan Kabupaten Karo. Keempat 94,5% Kabupaten Tapanuli Utara didominasi oleh lahan kering (up land) dengan kondisi marginal. Dalam penelitian ini yang menjadi pokok permasalahan kemiskinan di adalah faktor apa yang menimbulkan Tapanuli Utara? Sementara pemanfaatan lahan kering dalam penanggulangan kemiskinan yang berwawasan lingkungan dan berkesinambungan merupakan investasi sosial jangka panjang. Dengan demikian suatu keharusan untuk mencari sistem pertanian yang dapat memberikan peningkatan pendapatan petani dan juga usaha lain diluar usaha tani yang mendukung. Penelitian ini bertujuan untuk menelaah berbagai aspek yang diduga menjadi penyebab kemiskinan di Kabupaten Tapanuli utara yaitu dengan mencari bentuk farming sistem. Hal ini dilaksanakan dengan : 1. Mengetahui faktor sumber daya manusia, potensi wilayah, sarana dan prasarana. 2. Mengetahui sistem produksi tanaman pangan secara khusus dan sistem pertanian secara umum 3. Menelaah persoalan keamanan pangan (Kriteri Sayogyo). 4. Mengetahui peranan pranata sosial yang ada. 5. Mempelajari mekanisme pemasaran yang ada. Kegunaan penelitian ini adalah sebagai bahan informasi bagi pengambil kebijaksanaan (decision maker) dalam rangka penanggulangan kemiskinan di Kabupaten Tapanuli utara khususnya. Daerah yang dipilih berdasarkan kepada tingkat pendapatan perkapita pertahun pada tahun terakhir, sementara pemilihan desa sampel di dasarkan atas desa paling miskin di dalam Kecamatan bersangkutan yang sebelumnya telah dikonfirmasikan dengan pemerintah setempat. Pengambilan petani sampel dilakukan secara acak (random) atas dasar bahwa pada pengamatan pra survey menunjukkan populasi masyarakat petani masing-masing desa bersifat homogen dan sampel yang diambil berjumlah 15 orang untuk setiap desa. Sedangkan desa yang diambil menjadi wilayah sampel adalah desa Tapian Nauli dan desa e-USU Repository © 2004 Universitas Sumatera Utara 1

Analisa Penyebab Masalah Kemiskinan Di Kabupaten …library.usu.ac.id/download/ft/tesis-toga.pdf · darat, kopi dan tanaman semusim lainnya meskipun skala usaha yang relatif kecil

Embed Size (px)

Citation preview

Analisa Penyebab Masalah Kemiskinan Di Kabupaten Tapanuli Utara

Toga P. Sihotang

Program Pasca Sarjana Program Studi Perencanaan Pembangunan Wilayah Dan Pedesaan

Universitas Sumatera Utara

Abstrak Ada empat macam masalah yang menjadi latar belakang penelitian ini. Pertama

pertanyaan yang harus dijawab oleh Perencana Pembangunan Wilayah dan Pedesaan yaitu Apa yang telah terjadi dengan masalah kemiskinan di Pedesaan? Kedua gagasan atau ide tentang pengentasan kemiskinan pada umumnya bersumber dari orang luar, bagimana jika ide dan analisa pengentasan kemiskinan datangnya dari orang-orang dalam atau orang miskin itu sendiri? Ketiga, Kabupaten Tapanuli Utara merupakan salah satu Kabupaten termiskin di Sumatera Utara disamping 4 (empat) Kabupaten lainnya yaitu Nias, Dairi, Tapanuli Tengah, dan Kabupaten Karo. Keempat 94,5% Kabupaten Tapanuli Utara didominasi oleh lahan kering (up land) dengan kondisi marginal.

Dalam penelitian ini yang menjadi pokok permasalahan kemiskinan di adalah faktor apa yang menimbulkan Tapanuli Utara? Sementara pemanfaatan lahan kering dalam penanggulangan kemiskinan yang berwawasan lingkungan dan berkesinambungan merupakan investasi sosial jangka panjang. Dengan demikian suatu keharusan untuk mencari sistem pertanian yang dapat memberikan peningkatan pendapatan petani dan juga usaha lain diluar usaha tani yang mendukung.

Penelitian ini bertujuan untuk menelaah berbagai aspek yang diduga menjadi penyebab kemiskinan di Kabupaten Tapanuli utara yaitu dengan mencari bentuk farming sistem. Hal ini dilaksanakan dengan : 1. Mengetahui faktor sumber daya manusia, potensi wilayah, sarana dan prasarana. 2. Mengetahui sistem produksi tanaman pangan secara khusus dan sistem pertanian

secara umum 3. Menelaah persoalan keamanan pangan (Kriteri Sayogyo). 4. Mengetahui peranan pranata sosial yang ada. 5. Mempelajari mekanisme pemasaran yang ada.

Kegunaan penelitian ini adalah sebagai bahan informasi bagi pengambil kebijaksanaan (decision maker) dalam rangka penanggulangan kemiskinan di Kabupaten Tapanuli utara khususnya.

Daerah yang dipilih berdasarkan kepada tingkat pendapatan perkapita pertahun pada tahun terakhir, sementara pemilihan desa sampel di dasarkan atas desa paling miskin di dalam Kecamatan bersangkutan yang sebelumnya telah dikonfirmasikan dengan pemerintah setempat.

Pengambilan petani sampel dilakukan secara acak (random) atas dasar bahwa pada pengamatan pra survey menunjukkan populasi masyarakat petani masing-masing desa bersifat homogen dan sampel yang diambil berjumlah 15 orang untuk setiap desa. Sedangkan desa yang diambil menjadi wilayah sampel adalah desa Tapian Nauli dan desa

e-USU Repository © 2004 Universitas Sumatera Utara

1

Hutaraja Hasundutan (Kecamatan Sipoholon serta desa Sihujur dan desa Sitampurung (Kecamatan Tarutung).

Sementara analisis data yang digunakan adalah rumus Sayogyo untuk mengetahui keamanan pangan sepanjang tahun atau luasan lahan minimun untuk dapat hidup layak. Sementara tingkat produktivitas tenaga kerja didekati dengan Nilai Produk Marginal Tenaga Kerja. Dan untuk mengetahui apakah populasi keempat desa sampel memiliki sebaran teoritik tertentu dalam pemilikan luas lahan untuk dapat hidup layak digunakan uji Kebaikan Suai.

Dari hasil analisis data pendapatan per kapita rata-rata per tahun untuk keempat desa penelitian Rp.174.314,- juga dibandingkan dengan batas garis kemiskinan yang ditetapkan oleh Biro pusat statistik (BPS,1992) yaitu Rp. 255.500 per kapita per tahun dan standard Sayogyo (320 Kg beras per tahun/Rp.256.000) maupun dengan batas garis kemiskinan yang ditetapkan oleh Bank Dunia (Rp.730.000 per kapita per tahun) dapat disimpulkan bahwa kemiskinan absolut masih dijumpai pada daerah penelitian ini.

Kemiskinan relatif dapat diketahui dari besarnya tingkat persentase pendapatan yang dikeluarkan oleh petani responden untuk kebutuhan pangan dan non pangan sepanjang tahun, sehingga dengan mengkonversi terhadap besarnya persentase harga pasar yang berlaku pada penelitian diperoleh bahwa pengeluaran untuk kebutuhan tersebut lebih kecil pendapatan terhadap pangan sebesar 66,35%. Persentase dari tingkat pengeluaran untuk Rata-rata kebutuhan pangan Sumatera utara (71,71%).

Rata- rata umur responden berkisar antara 44,97 tahun dengan tingkat pendidikan formal tidak tamat SD = 21,63%, dan tamat SLTP = 11,62% Pendidikan non formal yang rendah ditunjukan oleh besarnya persentase petani responden tidak pernah mengikutinya.

Rata-rata jumlah anggota keluarga adalah 6,23 jiwa dan hal ini akan memperkecil pendapatan perkapita, selain itu juga akan memberikan ketersediaan tenaga kerja dalam keluarga. Tenaga kerja yang ada bila dimanfaatkan secara optimal akan memberikan masukan yang cukup besar bagi keluarga. Jumlah ketersediaan tenaga kerja pertahun pada keempat desa penelitian adalah 1.768,66 – 1.989,72 HOK, sementara yang hanya digunakan adalah sebesar 43,92 – 52,38 HOK pertahun.

Sarana yang tersedia pada keempat desa penelitian masih belum mendukung untuk kemajuan suatu perekonomian masyarakat. Hal sarana perekonomian pendidikan, sarana ini minimnya terlihat karena masih seperti transportasi, pasar dan sarana pendidikan dan belum tersedianya lembaga perkreditan.

Umumnya pekerjaan masyarakat di desa penelitian adalah dari usaha tani padi darat, kopi dan tanaman semusim lainnya meskipun skala usaha yang relatif kecil dan pengelolaannya juga belum begitu intensif. Sehingga produksi yang dihasilkan oleh masing-masing usaha juga rendah.

Melihat skala usaha yang masih rendah, petani maka menurut kriteria Sayogyo agar keluarga dapat hidup layak sesuai dengan jumlah anggota keluarga, maka luas lahan minimum yang diusahakan petani adalah antara 0,51 - 2,28 Ha. Dengan menggunakan uji Kebaikan Suai maka diperoleh nilai δ2 di desa penelitian adalah 4,387 untuk nilai δ2 = 7,815, dan dapat disimpulkan bahwa nilai δ2 desa penelitian lebih kecil dari nilai kritik.

Dengan melihat luasan lahan dan jumlah tenaga kerja yang tersedia dalam keluarga petani di desa penelitian, dapat disimpulkan bahwa potensi sumber daya fisik khususnya lahan dan tenaga kerja manusia merupakan potensi yang besar untuk

e-USU Repository © 2004 Universitas Sumatera Utara

2

dimanfaatkan dalam rangka penanggulangan kemiskinan. Namun karena terbatasnya modal, pengetahuan serta ketrampilan petani maka potensi yang tersedia itu tidak dimanfaatkan secara optimal.

Kegiatan pemasaran dilakukan oleh pedagang-pedagang pengumpul, Kebupaten pedagang pengumpul Kecamatan, sehingga rantai tata niaga cukup panjang. Sebagai konsekwensinya bahwa mata rantai yang terlalu panjang akan mempengaruhi penerimaan petani.

e-USU Repository © 2004 Universitas Sumatera Utara

3