13
ANALISA PENGARUH PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN TERHADAP KETERSEDIAAN DEBIT ALIRAN SUNGAI DI SUB DAS KALI BODO KABUPATEN MALANG DENGAN MODEL SMALL WATERSHED MONTHLY HYDROLOGIC MODELING SYSTEM (SWMHMS) Anissa Leonita Agung Rizkiana 1 , Donny Harisuseno 2 , Ussy Andawayanti 2 1 Mahasiswa Program Sarjana Teknik Jurusan Pengairan Universitas Brawijaya 2 Dosen Teknik Pengairan Fakultas Teknik Universitas Brawijaya 1 Email: [email protected] ABSTRAK Meningkatnya intensitas hujan serta perubahan penggunaan lahan ditengarai sebagai faktor utama penyebab banjir yang sering terjadi. Dalam upaya meminimalisir resiko banjir, perlu diadakan kajian atau analisa dampak yang ditimbulkan oleh suatu komponen ekosistem terhadap komponen ekosistem lainnya. Analisa pengaruh perubahan lahan terhadap ketersediaan debit aliran sungai serta penggunaan suatu model dapat digunakan bentuk perencanaan pengelolaan Sub DAS Kali Bodo sehingga didapatkan kondisi di kawasan Sub DAS Kali Bodo yang layak secara hidrologis. Penelitian ini menggunakan model Small Watershed Monthly Hydrologic Modeling System (SWMHMS) dengan menggunakan 6 parameter berupa AWC, CN, IRAC, PERCCOEF, SC, dan SYC yang dihasilkan dengan cara trial and error. Tingkat keakurasian pada perhitungan debit hasil pemodelan SWMHMS kondisi eksisting dihasilkan berdasarkan uji Nash Sutcliffe, uji F, dan uji determinasi. Berdasarkan hasil simulasi model menjadi 6 skenario penggunaan lahan, dapat disimpulkan bahwa kondisi Sub DAS Kali Bodo saat ini masih layak secara hidrologis berdasarkan nilai Koefisien Regim Sungai (KRS) yang merupakan perbandingan antara nilai debit maksimum terhadap debit minimum masih tergolong dalam kelas Baik. Kata kunci : Model SWMHMS, Perubahan Penggunaan Lahan, Debit Aliran Sungai ABSTRACT The increased of the intensity of rainfall and land use changes are the main factors caused frequent flooding. In an effort to minimize the risk of flooding, it is necessary to manage the impact caused by an ecosystem component to other ecosystem components. Analysis the effect of land changes towards the availability of river flow discharge and the use of a model can be used form of management planning of Sub Watershed Bodo to obtain conditions in the area of Sub Watershed Bodo is feasible hydrologically. This study uses the model of Small Watershed Monthly Hydrologic Modeling System (SWMHMS) using 6 parameters of AWC, CN, IRAC, PERCCOEF, SC, and SYC generated by trial and error. The level of accuracy in the SWMHMS modeling calculation results of existing conditions is generated based on Nash Sutcliffe test, F test, and test of determination. Based on the results of model simulation into 6 land use scenarios, it can be concluded that the condition of Kali Bodo Sub DAS is still feasible hydrologically based on River Regression Coefficient value (KRS) which is the ratio between the maximum discharge value to the minimum discharge is still classified in the Good class. Keywords: SWMHMS Model, Land Use Change, River Flow Discharge

ANALISA PENGARUH PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN …pengairan.ub.ac.id/s1/wp-content/uploads/sites/2/2017/01/Analisa...terdapat perubahan Regim Aliran Sungai yang terjadi di zona pesisir

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: ANALISA PENGARUH PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN …pengairan.ub.ac.id/s1/wp-content/uploads/sites/2/2017/01/Analisa...terdapat perubahan Regim Aliran Sungai yang terjadi di zona pesisir

ANALISA PENGARUH PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN TERHADAP

KETERSEDIAAN DEBIT ALIRAN SUNGAI DI SUB DAS KALI BODO

KABUPATEN MALANG DENGAN MODEL SMALL WATERSHED MONTHLY

HYDROLOGIC MODELING SYSTEM (SWMHMS)

Anissa Leonita Agung Rizkiana1, Donny Harisuseno

2, Ussy Andawayanti

2

1Mahasiswa Program Sarjana Teknik Jurusan Pengairan Universitas Brawijaya

2Dosen Teknik Pengairan Fakultas Teknik Universitas Brawijaya

1Email: [email protected]

ABSTRAK

Meningkatnya intensitas hujan serta perubahan penggunaan lahan ditengarai sebagai faktor

utama penyebab banjir yang sering terjadi. Dalam upaya meminimalisir resiko banjir, perlu

diadakan kajian atau analisa dampak yang ditimbulkan oleh suatu komponen ekosistem

terhadap komponen ekosistem lainnya. Analisa pengaruh perubahan lahan terhadap

ketersediaan debit aliran sungai serta penggunaan suatu model dapat digunakan bentuk

perencanaan pengelolaan Sub DAS Kali Bodo sehingga didapatkan kondisi di kawasan Sub

DAS Kali Bodo yang layak secara hidrologis. Penelitian ini menggunakan model Small

Watershed Monthly Hydrologic Modeling System (SWMHMS) dengan menggunakan 6

parameter berupa AWC, CN, IRAC, PERCCOEF, SC, dan SYC yang dihasilkan dengan cara

trial and error. Tingkat keakurasian pada perhitungan debit hasil pemodelan SWMHMS

kondisi eksisting dihasilkan berdasarkan uji Nash Sutcliffe, uji F, dan uji determinasi.

Berdasarkan hasil simulasi model menjadi 6 skenario penggunaan lahan, dapat disimpulkan

bahwa kondisi Sub DAS Kali Bodo saat ini masih layak secara hidrologis berdasarkan

nilai Koefisien Regim Sungai (KRS) yang merupakan perbandingan antara nilai debit

maksimum terhadap debit minimum masih tergolong dalam kelas Baik.

Kata kunci: Model SWMHMS, Perubahan Penggunaan Lahan, Debit Aliran Sungai

ABSTRACT

The increased of the intensity of rainfall and land use changes are the main factors caused

frequent flooding. In an effort to minimize the risk of flooding, it is necessary to manage the

impact caused by an ecosystem component to other ecosystem components. Analysis the effect

of land changes towards the availability of river flow discharge and the use of a model can be

used form of management planning of Sub Watershed Bodo to obtain conditions in the area of

Sub Watershed Bodo is feasible hydrologically. This study uses the model of Small Watershed

Monthly Hydrologic Modeling System (SWMHMS) using 6 parameters of AWC, CN, IRAC,

PERCCOEF, SC, and SYC generated by trial and error. The level of accuracy in the

SWMHMS modeling calculation results of existing conditions is generated based on Nash

Sutcliffe test, F test, and test of determination. Based on the results of model simulation into 6

land use scenarios, it can be concluded that the condition of Kali Bodo Sub DAS is still

feasible hydrologically based on River Regression Coefficient value (KRS) which is the ratio

between the maximum discharge value to the minimum discharge is still classified in the Good

class.

Keywords: SWMHMS Model, Land Use Change, River Flow Discharge

Page 2: ANALISA PENGARUH PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN …pengairan.ub.ac.id/s1/wp-content/uploads/sites/2/2017/01/Analisa...terdapat perubahan Regim Aliran Sungai yang terjadi di zona pesisir

PENDAHULUAN

Indonesia memiliki kecenderungan

mengalami musim kemarau yang lebih

panjang dan musim hujan yang lebih

pendek dengan curah hujan yang berubah

secara drastis sehingga akan berdampak

pada kuantitas dan kualitas dari

ketersediaan sumber daya alam.

Meningkatnya intensitas hujan serta

perubahan penggunaan lahan ditengarai

sebagai faktor utama penyebab banjir.

Dalam upaya meminimalisir resiko banjir,

perlu diadakan pengelolaan DAS sebagai

bentuk solusi permasalahan maupun

sebagai antisipasi kejadian jangka

panjang, sehingga diperlukan analisa

mengenai dampak yang ditimbulkan oleh

suatu komponen ekosistem terhadap

komponen ekosistem lainnya, seperti

aktivitas manusia terhadap respon sungai.

Ambika Khadka (2012) melakukan

analisa dengan Model SWAT untuk

memprediksi dampak perubahan

penggunaan lahan pada limpasan

permukaan, infiltrasi, dan debit puncak di

sub DAS Xinjiang, China dengan 6

skenario penggunaan lahan. Hasil dari

penelitian tersebut adalah bahwa

keberadaan hutan pada suatu DAS sangat

mempengaruhi besar debit puncak pada

saat musim hujan.

Berdasarkan analisa yang dilakukan

oleh V. Bogdanets (2015) di Ukraina

menggunakan Analisa Spasial (GIS)

terdapat perubahan Regim Aliran Sungai

yang terjadi di zona pesisir dilihat dari

kondisi tutupan lahan pada daerah yang

dekat dengan garis pantai mengalami

fluktuasi ketersediaan air tanah yang lebih

tinggi.

G. S. Dwarakish (2015) melakukan

penelitian mengenai dampak hidrologi di

daerah tangkapan air dengan karakteristik

penggunaan lahan dan kondisi iklim yang

berbeda dengan menggunakan beberapa

skenario perubahan iklim.

Mao dan Cherkauer (2009) meneliti

dampak perubahan penggunaan lahan

terhadap respon hidrologi di cekungan

Great Lakes menggunakan Model

Kapasitas Variabel Infiltrasi (VIC).

Parameter yang digunakan pada penelitian

tersebut adalah perubahan rata-rata

Evapotranspirasi (ET), limpasan total,

kelembaban tanah dan air salju (SWE)

dalam kurun waktu 20 tahun.

TA Kimaro (2006) meneliti pengaruh

perubahan penggunaan lahan terhadap

karakteristik banjir di Jepang

menggunakan model hidrologi

terdistribusi. Data penggunaan lahan

Model hidrologi terdistribusi berdampak

pada proses infiltrasi. Pada model

infiltrasi dan proses routing dengan

berbasis DEM dan Model gelombang

kinematik, menunjukkan peningkatan

hidrograf banjir, debit puncak dan waktu

banjir yang akan berdampak pada

karakteristik banjir di wilayah tersebut.

Sedangkan pada penelitian ini

bertujuan untuk mengetahui hasil

perubahan penggunaan lahan di Sub DAS

Kali Bodo Kabupaten Malang terhadap

ketersediaan debit aliran sungai dengan

mensimulasikan perubahan tata guna

lahan pada wilayah tersebut.

METODE PENELITIAN

Lokasi Penelitian

Lokasi studi berada di Sub DAS Kali

Bodo Kabupaten Malang dengan letak

geografis 7o47’8,50" - 7

o55’13,39" LS dan

112o35’15,52" - 112

o39’45,23" BT dan

letak pos AWLR Kali Bodo di desa

Banjar Arum, kecamatan Singosari pada

07°54'34"LS - 112°39'36"BT. Sub DAS

Kali Bodo memiliki luas wilayah 67,68

km². Pada Gambar 1 menunjukkan peta

Sub DAS Kali Bodo.

Page 3: ANALISA PENGARUH PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN …pengairan.ub.ac.id/s1/wp-content/uploads/sites/2/2017/01/Analisa...terdapat perubahan Regim Aliran Sungai yang terjadi di zona pesisir

Gambar 1. Peta Sub DAS Kali Bodo

Data yang dibutuhkan

Data-data yang dibutuhkan dalam

analisa ini adalah :

1. Data hujan harian selama 10 tahun

(Tahun 2006-2015)

2. Data suhu udara selama 3 tahun

(Tahun 2013-2015)

3. Data debit AWLR selama 3 tahun

(Tahun 2013-2015)

4. Dokumen RTRW Kabupaten Malang

5. Peta administrasi Kabupaten Malang

6. Peta jenis tanah Sub DAS Kali Bodo

7. Peta penggunaan lahan Kabupaten

Malang

8. Peta RTRW Kabupaten Malang

9. Peta lokasi stasiun hujan dan

klimatologi Sub DAS Kali Bodo

10. Peta Batas Daerah Aliran Sungai

Tahapan Analisa

1. Menyiapkan data yang dibutuhkan

2. Analisa Hidrologi

a. Uji Konsistensi dengan Kurva

Massa Ganda

b. Analisa curah hujan rerata

menggunakan metode Poligon

Thiessen

3. Menentukan besar parameter Sub DAS

yang akan digunakan dalam pemodelan

SWMHMS

4. Kalibrasi Model SWMHMS

menggunakan data debit terukur

selama 3 tahun (Tahun 2013-2015)

5. Simulasi Model SWMHMS menjadi

beberapa skenario penggunaan lahan

AWLR

Page 4: ANALISA PENGARUH PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN …pengairan.ub.ac.id/s1/wp-content/uploads/sites/2/2017/01/Analisa...terdapat perubahan Regim Aliran Sungai yang terjadi di zona pesisir

Penentuan Besar Parameter Sub

DAS

Penentuan besar parameter

(Parameterisasi) Sub DAS Kali Bodo

dilakukan dengan cara coba-coba dengan

mempertimbangkan kondisi hidrologi Sub

DAS Kali Bodo hingga didapatkan besar

debit aliran sungai hasil Model SWMHMS

(Qmodel) mendekati besar debit aliran sungai

hasil pengamatan (Qobs).

Model SWMHMS

Besar parameter Sub DAS yang

dihasilkan dengan cara coba-coba

digunakan untuk menghitung besarnya

komponen – komponen Model SWMHMS,

diantaranya:

1. Limpasan Permukaan (RUNOFF)

Perhitungan besarnya limpasan

permukaan menggunakan metode Soil

Conservation Service (SCS), dengan rumus

– rumus sebagai berikut :

SMX = 10.............. ..... ..(1)

S = SMX × ... (2)

dengan :

CN = Bilangan kurva

SMX = Curah hujan (retensi) maksimum di

bawah kondisi kering (inchi)

TWC = Total kapasitas air (total water

capacity) pada tanah atau sama

dengan jumlah kapasitas air yang

tersedia (inchi)

AW = Jumlah air (available water) yang

terdapat didalam tanah (inchi)

S = Curah hujan yang bergantung pada

kondisi kelembaban tanah (retensi)

(inchi)

Dilanjutkan dengan menghitung besar

limpasan permukaan. Limpasan permukaan

tidak akan terjadi jika besarnya curah hujan

harian kurang dari jumlah nilai total

kapasitas intersepsi dan infiltrasi (IRA) .

IRA = 0,2 × S (3)

Jika curah hujan harian lebih besar dari

IRA maka besar limpasan permukaan dapat

dihitung dengan persamaan sebagai berikut:

RUNOFF = (4)

RUNOFF = Besarnya limpasan permukaan

harian (inchi)

RAINFALL=Besarnya presipitasi (curah

hujan) harian (inchi)

2. Intersepsi Tanaman (INTCP)

merupakan bagian dari presipitasi (curah

hujan) yang tertahan oleh permukaan

vegetasi. Pendekatan yang digunakan

dalam Model SWMHMS untuk

menghitung kehilangan intersepsi yaitu:

Jika RAINFALL > IRA, maka:

INTCP = (1-IRAC) x IRA .... (5)

Jika RAINFALL IRA, maka: INTCP = (1-IRAC) x RAINFALL (6)

Dengan IRAC merupakan koefisien

IRA yang membagi curah hujan menjadi

intersepsi tanaman /permukaan dan

infiltrasi.

3. 3. Infiltrasi (INFIL)

Jumlah curah hujan yang tidak dibagi

menjadi limpasan permukaan ataupun

intersepsi akan meresap kedalam tanah.

Besarnya infiltrasi harian dapat ditentukan

dengan cara di bawah ini:

Jika RAINFALL > IRA, maka:

INFIL=(RAINFALL–RUNOFF)–INTCP (7)

Jika RAINFALL IRA, maka:

INFIL=IRAC × RAINFALL (8)

4. 4. Evapotranspirasi Aktual (AET)

Perhitungan evapotranspirasi aktual

harian dapat diselesaikan dengan rumus

sebagai berikut :

jika > 1 maka:

AWP = × 100 atau AWP = 100, (10)

F = (11)

Page 5: ANALISA PENGARUH PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN …pengairan.ub.ac.id/s1/wp-content/uploads/sites/2/2017/01/Analisa...terdapat perubahan Regim Aliran Sungai yang terjadi di zona pesisir

F = Koefisien evapotranspirasi

AWP = Presentase air yang terdapat di

dalam tanah (%)

AET = F × (DPET I,K – INTCP) (12)

5. Perkolasi (PERC)

Perkolasi dari zona tampungan lengas

tanah ke tampungan airtanah hanya terjadi

dalam keadaan kelembaban tanah, dimana

TWC AW AWC, sehingga perkolasi

dapat dihitung dengan persamaan sebagai

berikut :

PERC = PERCCOEF × (AW –AWC) (13)

PERC = Perkolasi (inchi)

PERCCOEF = Koefisien perkolasi

AW = Jumlah air yang terdapat di

dalam tanah (inchi)

6. Neraca Air (Water Balance)

Jumlah air yang disimpan pada zona

tampungan tanah ditingkatkan melalui

infiltrasi dan diturunkan melalui

evapotraspirasi dan perkolasi. Maka, pada

tahap ini perhitungan neraca air

menggunakan persamaan sebagai berikut :

AWJ =AWJ-1 + INFIL - AET - PERC (14)

AWJ-1 = Jumlah air tanah yang tersedia pada

hari sebelumya

J = Jumlah hari

7. Aliran Dasar (BSFL)

Pada dasarnya, Model SWMHMS

tidak membedakan antara aliran antara dan

tampungan airtanah yang bergerak menjadi

aliran dasar. Perhitungan aliran dasar harian

dapat dihitung dengan persamaan sebagai

berikut :

BSFL = SC × IGS (15)

BSFL = Besaranya aliran dasar (inchi)

SC = Koefisien aliran dasar yang

mengatur pergerakan air dari

tampungan air tanah

8. Tampungan Air Tanah/Aliran Antara

(IGS)

Jumlah air yang disimpan pada

tampungan ini ditingkatkan oleh perkolasi

dan diturunkan oleh aliran dasar. Sehingga

pada tahap ini neraca air pada tampungan

airtanah menggunakan persamaan sebagai

berikut :

IGSJ = IGSJ-I + PERC – BSFL (16)

IGSJ-I = Jumlah air yang disimpan pada hari

sebelumnya (inchi)

9. Total Limpasan (TRUNOFF)

Pada akhirnya, jumlah limpasan

permukaan dan aliran dasar digunakan

untuk menentukan harga harian dari total

limpasan pada DAS :

TRUNOFF = RUNOFF + BSFL (17)

TRUNOFF = Total limpasan pada DAS

(inchi)

Kalibrasi Model

Kalibrasi Model SWMHMS dilakukan

untuk menetapkan nilai parameter ataupun

koefisien Model SWMHMS yang paling

cocok digunakan di lokasi studi dengan

data masukan pada tahun tertentu.

Kalibrasi Model dilakukan dengan

menghitung besar debit aliran sungai Bodo

selama 3 tahun (2012-2015) kemudian

membandingkan hasil tersebut dengan data

debit terukur yang didapatkan dari

pencatatan AWLR sungai Bodo pada tahun

2012-2015.

Analisa Tingkat Keakurasian data

pada Pemodelan SWMHMS

Analisa tingkat keakurasian dilakukan

dengan tujuan menentukan keakurasian

data debit yang dihasilkan dari pemodelan

SWMHMS. Analisa dilakukan dengan 3

tahapan sebagai berikut:

1. Uji F

Perhitungan uji F dengan klasifikasi

satu arah digunakan untuk menguji derajat

perbedaan nyata antara Qmod dengan Qobs,

dengan persamaan sebagai berikut:

.... (18)

dengan:

S1 = deviasi standar sampel ke-1

S2 = deviadi standar sampel ke-2

n1 = jumlah sampel kelompok ke-1

n2 = jumlah sampel kelompok ke-2

Hipotesis nol diterima pada derajat

kepercayaan a % dan variabel hidrologi

Page 6: ANALISA PENGARUH PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN …pengairan.ub.ac.id/s1/wp-content/uploads/sites/2/2017/01/Analisa...terdapat perubahan Regim Aliran Sungai yang terjadi di zona pesisir

yang diuji mempunyai nilai rata-rata yang

sama. Hipotesis nol ditolak jika nilai F >

Fc.

2. Uji Nash Sutcliffe

Uji Nash Sutcliffe dilakukan

berdasarkan persamaan sebagai berikut:

(19)

dimana:

ENs = koefisien Nash-Sutcliffe

Qmod = Debil hasil pemodelan (m3/dtk)

Qpengamatan = Debit pengamatan (m3/dtk)

= Rata-rata debit pengamatan

Kategori berdasarkan nilai ENS adalah

sebagai berikut :

Layak jika ENS > 0,75

Memuaskan jika 0,75 > ENS > 0,36

Kurang memuaskan jika ENS < 0,36 3. Uji Determinasi

Uji determinasi dilakukan untuk

mengetahui besar koefisien determinasi

atau koefisien penentu yang dapat

menunjukkan perbedaan varian dari data

pengamatan dengan data hasil pendugaan.

Besar koefisien determinasi ditentukan

dengan rumus sebagai berikut:

(20)

dengan:

R2 = koefisien determinasi

Xi = debit pemodelan (m3/dtk)

Yi = debit terukur (m3/dtk)

X = debit rata- rata pemodelan (m3/dtk)

Y = debit rata-rata terukur (m3/dtk)

Simulasi Model

Simulasi model dilakukan untuk

mengetahui besar pengaruh yang perubahan

tata guna lahan terhadap ketersediaan debit

aliran sungai. Smilusi dilakukan dengan

merubah pola tata guna lahan menjadi 6

skenario sebagai berikut:

1. Skenario 1

Simulasi berdasarkan Rencana Tata

Ruang Wilayah Kabupaten Malang Tahun

2010-2030.

2. Skenario 2

Simulasi berdasarkan UU No. 41 Tahun

1999 tentang kehutanan yaitu luas area

kehutanan yang harus dijaga sebesar 30%.

3. Skenario 3

Simulasi dilakukan dengan merubah area

tegalan menjadi luas lahan hutan di kawasan

Sub DAS Kali Bodo sebesar 25% dari total

luas Sub DAS.

4. Skenario 4

Simulasi dilakukan dengan merubah luas

lahan hutan di kawasan Sub DAS Kali Bodo

menjadi 20% dari total luas Sub DAS.

Simulasi dilakukan dengan memanfaatkan

area tegalan.

5. Skenario 5

Simulasi dilakukan dengan merubah luas

lahan hutan di kawasan Sub DAS Kali Bodo

menjadi 15% dari total luas Sub DAS.

Simulasi dilakukan dengan memanfaatkan

area tegalan.

6. Skenario 6

Simulasi dilakukan dengan merubah luas

lahan sawah di kawasan Sub DAS Kali Bodo

menjadi 50% dari total luas Sub DAS.

Simulasi dilakukan dengan memanfaatkan

area tegalan.

Perhitungan Nilai Koefisien Regim

Sungai (KRS)

Perhitungan koefisien regim sungai

(KRS) dilakukan untuk mengetahui kondisi

Sub DAS Kali Bodo secara hidrologis.

Perhitungan dilakukan dengan menentukan

perbandingan besar debit maksimum

terhadap debit minimum, sehingga

didapatkan besar KRS. Klasifikasi nilai

KRS sesuai dengan Peraturan Dirjen

Rehabilitasi Lahan dan Perhutanan Sosial: KRS = (21)

Tabel 1. Tabel Nilai KRS

No. Nilai KRS Kelas Skor

1. < 50 Baik 1

2. 50 – 120 Sedang 3

3. > 120 Jelek 5

Sumber : Peraturan Dirjen Rehabilitasi Lahan

dan Perhutanan Sosial Nomor : P.04/V-

SET/2009

Page 7: ANALISA PENGARUH PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN …pengairan.ub.ac.id/s1/wp-content/uploads/sites/2/2017/01/Analisa...terdapat perubahan Regim Aliran Sungai yang terjadi di zona pesisir

HASIL DAN PEMBAHASAN

Analisa Hidrologi

1. Uji Konsistensi

Uji konsistensi dilakukan untuk menguji

kebenaran data lapangan. Data yang

digunakan dalam studi ini adalah curah hujan

tahunan dari 4 stasiun hujan berpengaruh

terhadap kawasan Sub DAS Kali Bodo sesuai

Peta Polygon Thiessen Sub DAS Kali Bodo,

yaitu Stasiun Hujan Karangploso, Stasiun

Hujan Singosari, Stasiun Hujan Temas dan

Stasiun Hujan Ngujung. Data yang

digunakan adalah data tahun 2006 – 2015.

Dari hasil analisa kurva massa ganda di

semua stasiun hujan yang digunakan tidak

ditemukan terjadinya penyimpangan data

sehingga tidak diperlukan faktor koreksi data.

Hal ini berarti data hujan yang digunakan

adalah konsisten dan dapat digunakan untuk

analisa selanjutnya.

2. Analisa Curah Hujan Rerata

Data yang digunakan dalam studi ini

adalah curah hujan harian dari 4 stasiun hujan

yaitu: Stasiun Hujan Karangploso, Stasiun

Hujan Singosari, Stasiun Hujan Temas dan

Stasiun Hujan Ngujung. Data yang

digunakan adalah data tahun 2006 – 2015.

Nilai curah hujan digunakan untuk

menghitung besar debit sungai Kali Bodo yang akan pada proses pemodelan

SWMHMS.

Penentuan Parameter Sub DAS Kali

Bodo dengan model SWMHMS Berdasarkan hasil penentuan parameter

Sub DAS Kali Bodo dengan cara coba-coba

didapatkan hasil AWC = 0,370 ; CN =

77,658 ; IRAC = 0,597 ; PERCCOEF =

0,545 ; SC = 0,0055 dan SYC = 31,496.

Hasil parameterisasi tersebut dianggap

mampu menghasilkan debit yang paling

mendekati dengan hasil debit terukur.

Kalibrasi Model Kalibrasi Model dilakukan dengan

menghitung besar debit aliran sungai Bodo

selama 3 tahun (2012-2015) dan

membandingkan data tersebut dengan data

debit terukur yang didapatkan dari pencatatan

AWLR sungai Bodo pada tahun 2012-2015).

Hasil kalibrasi model ditunjukkan pada

gambar 2.

Gambar 2. Hasil Kalibrasi Model SWMHMS Terhadap debit Pengukuran Hasil Pencatatan

AWLR

Berdasarkan gambar tersebut dapat

diketahui jika pada tahap kalibrasi model

didapatkan hasil pola debit aliran sungai

Sub DAS Kali Bodo hasil pengamatan

identik dengan hasil perhitungan dengan

model SWMHMS.

200

160

120

80

40

0

Page 8: ANALISA PENGARUH PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN …pengairan.ub.ac.id/s1/wp-content/uploads/sites/2/2017/01/Analisa...terdapat perubahan Regim Aliran Sungai yang terjadi di zona pesisir

Analisa Tingkat Keakurasian data

pada Pemodelan SWMHMS

1. Uji F Berdasarkan hasil uji F diperoleh Fc

= 1,765 dan karena F = 0,0395 (F<Fc)

maka H0 (hipotesis nol) diterima. Dengan

kata lain dapat dinyatakan bahwa debit

hasil pemodelan identik dengan debit

hasil pengamatan. 2. Menghitung Uji Nash Sutcliffe

Berdasarkan hasil perhitungan

didapatkan nilai koefisien Nash Sutcliffe

sebesar 0,602, maka dapat dikatakan jika

debit hasil pendugaan dengan model

SWMHMS identik dengan debit

pengamatan dengan kategori memuaskan.

3. Menghitung Koefisien Determinasi

Dari uji determinasi didapatkan nilai

R2 = 0,889 atau sebesar 88,9%. Hal

tersebut menunjukkan bahwa bertambah

besar atau menurunnya debit pengamatan

dapat dijelaskan oleh hubungan linier

antara debit hasil pemodelan SWMHMS

dengan debit pengamatan, sedangkan

11,1% nya disebabkan oleh faktor lain yang

tidak dijelaskan oleh uji determinasi

tersebut.

Simulasi Model

Berdasarkan hasil simulasi model

SWMHMS menjadi 6 skenario perubahan

penggunaan lahan didapatkan hasil sebagai

berikut:

Gambar 3. Grafik rekapituasi hasil simulasi debit aliran sungai Bodo dengan model

SWMHMS

Berdasarkan grafik tersebut terjadi

perubahan debit aliran sungai yang tidak

terlalu signifikan. Perubahan tata guna

lahan dengan kondisi berdasarkan UU No.

41 Tahun 1999 dianggap sebagai skenario

terbaik, yaitu dengan merubah luas tata

guna luhan area hutan menjadi 30%.

Perhitungan Nilai KRS Berdasarkan hasil analisa perubahan

penggunaan lahan didapatkan nilai KRS yang

terkecil adalah kondisi perubahan tata guna

lahan berdasarkan UU No. 41 Th. 1999

dengan nilai KRS 4,357 dengan nilai debit

maksimum 144,055 m3/dtk dan debit minimum 33,059 m3/dtk. Nilai KRS tersebut

ditabulasikan pada tabel 2.

200

150

100

50

0

Page 9: ANALISA PENGARUH PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN …pengairan.ub.ac.id/s1/wp-content/uploads/sites/2/2017/01/Analisa...terdapat perubahan Regim Aliran Sungai yang terjadi di zona pesisir

Tabel 2. Hasil perhitungan nilai Koefisien Regim Sungai (KRS)

No Skenario CN Debit Maksimum Debit Minimum

KRS (m

3/dtk) (m

3/dtk)

1 Kondisi Eksisting 77,658 145,095 31,125 4,662

2 Kondisi RTRW 77,659 146,087 31,674 4,612

3 Kondisi UU No. 41 Th. 1999 76,784 144,055 33,059 4,357

4 Kondisi Skenario 3 76,833 143,690 32,711 4,393

5 Kondisi Skenario 4 77,483 145,729 31,911 4,567

6 Kondisi Skenario 5 77,383 144,715 31,684 4,567

7 Kondisi Skenario 6 80,587 157,499 28,726 5,483

Nilai KRS yang rendah pada kondisi

UU No. 41 Th. 1999 tersebut dipengaruhi

oleh jenis tata guna lahan berupa Hutan

30% yang berdampak pada daya resap air

ke dalam tanah yang semakin besar pula,

sehingga pada saat musim penghujan besar

limpasan yang terjadi akan semakin kecil.

Pada skenario 3 dengan perubahan tata

guna lahan pada area hutan sebesar 25%

dilakukan dengan mengurangi luas area

tegalan sehingga luas area tegalan menjadi

seluas 31,849%. Perubahan dengan

skenario 4 dan 5 dilakukan dengan

merubah luasan hutan menjadi 20% dan

15% dengan mengurangi luas area tegalan.

Pada skenario 4 dan 5 terjadi kenaikan

Nilai KRS sebesar 0,174. Sedangkan untuk

perubahan tata guna lahan dengan nilai

KRS terbesar yaitu 5,483 adalah pada

skenario 6 yaitu dengan merubah luas area

sawah menjadi 50% dengan memanfaatkan

area tegalan.

Selanjutnya adalah menentukan

klasifikasi nilai KRS berdasarkan Peraturan

Dirjen Rehabilitasi Lahan dan Perhutanan

Sosial. Berdasarkan hasil klasifikasi

tersebut kondisi eksisting Sub DAS Kali

Bodo termasuk kedalam kelas Baik dengan

nilai KRS 4,662 atau kurang dari 50.

KESIMPULAN

Berdasarkan seluruh tahapan pada

penyusunan tugas akhir ini, dapat

diberikan kesimpulan sebagai berikut :

1. Model SWMHMS mengandung

parameter-parameter AWC, CN, IRAC,

PERCCOEF, SC dan SYC. Berdasarkan

hasil pendugaan parameter dengan cara

coba-coba sesuai dengan kondisi eksisting,

nilai parameter Model SWMHMS untuk

Sub DAS Kali Bodo adalah AWC =

0,370 ; CN = 77,658 ; IRAC = 0,597 ;

PERCCOEF = 0,545 ; SC = 0,0055 dan

SYC = 31,496.

2. Tingkat keakurasian pada perhitungan

debit hasil pemodelan SWMHMS kondisi

eksisting ditunjukkan dengan besar nilai

yang dihasilkan dari uji Nash Sutcliffe

adalah 0,602 ; Uji F < Fc yaitu 0,0395 <

1,765 dan nilai yang dihasilkan dari uji

determinasi sebesar 88,9 %.

3. Komponen neraca air yang dihasilkan

Model SWMHMS terdiri dari P (Hujan),

AET (Evapotranspirasi Aktual), RUNOFF

(Limpasan), BSFL (Aliran dasar), dan Q

(Debit aliran sungai). Pada kondisi

eksisting didapatkan besar komponen

neraca air Model SWMHMS secara

komulatif yaitu : P = 216,131 inchi ;

AET = 31,777 inchi ; RUNOFF =

35,542 inchi ; BSFL = 89,358 inchi ; Q

= 2485,058 m3/detik.

4. Berdasarkan hasil analisa perubahan

tata guna lahan di kawasan sub DAS Kali

Bodo dapat dilihat bahwa besarnya

perubahan debit aliran sungai yang terjadi

tidak terlalu signifikan, hal ini dapat dilihat

dari nilai KRS tiap skenario yang tidak

berbeda jauh. Perubahan tata guna lahan

dengan kondisi berdasarkan UU No. 41

Tahun 1999 dianggap sebagai skenario

terbaik, yaitu dengan merubah luas tata

guna luhan area hutan menjadi 30% dengan

memanfaatkan area tegalan dan

Page 10: ANALISA PENGARUH PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN …pengairan.ub.ac.id/s1/wp-content/uploads/sites/2/2017/01/Analisa...terdapat perubahan Regim Aliran Sungai yang terjadi di zona pesisir

menghasilkan nilai KRS 4,357. Pada

kondisi eksisting Sub DAS Kali Bodo saat

ini masih tergolong layak secara hidrologis

berdasarkan hasil klasifikasi nilai KRS

sebesar 4,662 yang termasuk kedalam kelas

Baik.

DAFTAR PUSTAKA

Khadka, Ambika. 2012. Analysis of land

use changes using SWAT. USA: Yale

Tropical Resources Institute.

https://environment.yale.edu/tri/fellow/

1607/

Dwarakish, G.S. 2015. Impact of land use

change on hydrological systems: A

review of current modeling

approaches.India.http://www.tandfonli

ne.com/doi/full/10.1080/23312041.201

5.1115691

Allred, B. & Haan, C.T. 1996. SWMHMS –

Small Watershed Monthly Hydrologic

Modelling System. USA: American

Water Resources Association.

http://www.researchgate.net/publicatio

n/227587484

Departemen Kehutanan. 2009. Peraturan

Direktur Jenderal Rehabilitasi Lahan

dan Perhutanan Sosial tentang

Pedoman Monitoring dan Evaluasi

Daerah Aliran Sungai. Jakarta. Jurnal

Departemen Kehutanan

Mao & Cherkauer. 2009. Evaluating the

impacts of land use changes on

hydrologic responses in the

agricultural regions of Michigan and

Wisconsin. USA:Department of

Biosystems & Agricultural

Engineering, Michigan State

University, East Lansing, USA.

http://www.hydrol-earth-syst-sci-

discuss.net/hessd-8-C1692-2011

TA Kimaro. 2006. Distributed hydrologic

simulations to analyze the impacts of land use changes on flood

characteristics in the Yasu River basin

in Japan. Jepang: Water Resources

Engineering Department, Faculty of

Civil Engineering and the Built

Environment.http://www.jsnds.org/jnd

s/27_2_6.pdf

Page 11: ANALISA PENGARUH PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN …pengairan.ub.ac.id/s1/wp-content/uploads/sites/2/2017/01/Analisa...terdapat perubahan Regim Aliran Sungai yang terjadi di zona pesisir

ANALISA PENGARUH PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN

TERHADAP KETERSEDIAAN DEBIT ALIRAN SUNGAI DI SUB DAS

KALI BODO KABUPATEN MALANG DENGAN MODEL SMALL

WATERSHED MONTHLY HYDROLOGIC MODELING SYSTEM

(SWMHMS)

JURNAL TEKNIK PENGAIRAN KONSENTRASI

PEMANFAATAN DAN PENDAYAGUNAAN

SUMBER DAYA AIR

Ditujukan untuk memenuhi persyaratan

memperoleh gelar Sarjana Teknik

ANISSA LEONITA AGUNG RIZKIANA

NIM. 125060401111019

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

FAKULTAS TEKNIK

MALANG

Page 12: ANALISA PENGARUH PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN …pengairan.ub.ac.id/s1/wp-content/uploads/sites/2/2017/01/Analisa...terdapat perubahan Regim Aliran Sungai yang terjadi di zona pesisir

2017

Page 13: ANALISA PENGARUH PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN …pengairan.ub.ac.id/s1/wp-content/uploads/sites/2/2017/01/Analisa...terdapat perubahan Regim Aliran Sungai yang terjadi di zona pesisir

LEMBAR PENGESAHAN

ANALISA PENGARUH PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN

TERHADAP KETERSEDIAAN DEBIT ALIRAN SUNGAI DI SUB DAS

KALI BODO KABUPATEN MALANG DENGAN MODEL SMALL

WATERSHED MONTHLY HYDROLOGIC MODELING SYSTEM

(SWMHMS)

JURNAL TEKNIK PENGAIRAN KONSENTRASI

PEMANFAATAN DAN PENDAYAGUNAAN

SUMBER DAYA AIR

Ditujukan untuk memenuhi persyaratan

memperoleh gelar Sarjana Teknik

Disusun Oleh:

ANISSA LEONITA AGUNG RIZKIANA

NIM. 125060401111019

Jurnal ini telah direvisi dan disetujui oleh dosen pembimbing

pada tanggal 08 Juni 2017

Dosen Pembimbing I

Dr. Eng. Donny Harisuseno, ST., MT.

NIP. 19750227 199903 1 001

Dosen Pembimbing II

Dr. Ir. Ussy Andawayanti, MS.

NIP. 19610131 198609 2 001

Mengetahui,

Ketua Jurusan Teknik Pengairan

Ir. Moch. Sholichin, MT., Ph.D.

NIP. 19670602 199802 1 001