Upload
others
View
9
Download
1
Embed Size (px)
Citation preview
i
TUGAS AKHIR (614415A)
ANALISA KINERJA PROSES PRODUKSI DENGAN LEAN SIX SIGMA UNTUK MEMINIMALKAN WASTE DI PT. BERKAH ANEKA LAUT SURABAYA
Nuzulia Rachma
NRP. 1115040041
DOSEN PEMBIMBING :
Devina Puspita Sari, S.T., M.T
Renanda Nia Rachmadita, S.T., M.T
PROGRAM STUDI MANAJEMEN BISNIS
JURUSAN TEKNIK BANGUNAN KAPAL
POLITEKNIK PERKAPALAN NEGERI SURABAYA
SURABAYA
2019
ii
TUGAS AKHIR (614415A)
ANALISA KINERJA PROSES PRODUKSI DENGAN LEAN
SIX SIGMA UNTUK MEMINIMALKAN WASTE DI PT.
BERKAH ANEKA LAUT SURABAYA
Nuzulia Rachma NRP. 1115040041
DOSEN PEMBIMBING: Devina Puspita Sari, S.T., M.T. Renanda Nia Rachmadita, S.T., M.T.
PROGRAM STUDI MANAJEMEN BISNIS JURUSAN TEKNIK BANGUNAN KAPAL POLITEKNIK PERKAPALAN NEGERI SURABAYA SURABAYA 2019
iv
v
v
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT, yang telah melimpahkan berkah dan rahmat-
Nya sehingga penulis dapat menyusun dan menyelesaikan Tugas Akhir yang
berjudul “ANALISA KINERJA PROSES PRODUKSI DENGAN LEAN SIX
SIGMA UNTUK MEMINIMALKAN WASTE DI PT BERKAH ANEKA
LAUT SURABAYA” ini dengan baik.
Tugas Akhir ini disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam
memperoleh gelar Sarjana Terapan Teknik pada program studi Manajemen Bisnis
Maritim Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya. Pada kesempatan ini sebagai
bentuk rasa syukur penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang
sebanyak-banyaknya kepada pihak-pihak baik yang secara langsung maupun tidak
langsung turut dalam penyelesaian Tugas Akhir ini.
1. Allah SWT, yang hingga saat ini melimpahkan ilmu kepada penulis dan
membaginya untuk kepentingan umat manusia.
2. Eyang Duraibah selaku nenek dan Siti Zubaidah selaku ibunda tersayang
yang senantiasa memberikan doa kepada penulis.
3. Muhammad Syukri selaku paman tersayang yang tiada henti memberikan
doa, dukungan dan tak pernah lelah mendukung dan mendengarkan keluh
kesah penulis.
4. Ibu Devina Puspita Sari, S.T., M.T selaku Dosen Pembimbing I yang
senantiasa sabar membantu, membimbing, dan memberi motivasi penulis
untuk menyelesaikan Tugas Akhir.
5. Ibu Renanda Nia Rachmadita, S.T., M.T., selaku Dosen Pembimbing II
yang telah banyak memberikan bimbingan, nasehat dan masukan bagi
penulis untuk menyelesaikan Tugas Akhir.
6. Bapak Ir. Eko Julianto, M.Sc. MRINA selaku Direktur Politeknik
Perkapalan Negeri Surabaya.
7. Bapak Ruddianto, S.T., MRINA selaku Ketua Jurusan Teknik Bangunan
Kapal Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya
8. Ibu Yugowati Praharsi, S.Si., M.Sc., P.hd selaku Ketua Program Studi
Manajemen Bisnis Maritim.
xiii
9. Muhammad Arief Luqman Hakim yang selalu memberi semangat,
menemani dan membantu dalam proses pengerjaan Tugas Akhir.
10. Teman-teman seperjuangan Manajemen Bisnis 2015 yang saling
mendukung, memberi doa dan motivasi dalam kelancaran Tugas Akhir.
11. Segenap karyawan Departemen Operasional dan Produksi PT. Berkah
Aneka Laut.
12. Pihak-pihak lain yang tidak dapat disebutkan satu per satu oleh penulis
yang sangat membantu dalam penulisan Tugas Akhir.
Penulis menyadari adanya ketidaksempurnaan dalam penyusunan Tugas Akhir
ini, sehingga penulis mengharapkan saran yang membangun dari berbagai pihak.
Akhirnya penulis berharap semoga karya ini dapat memberikan manfaat bagi
pihak-pihak lain yang membutuhkan.
Surabaya, 5 Agustus 2019
Penulis
ANALISA KINERJA PROSES PRODUKSI DENGAN LEAN
SIX SIGMA UNTUK MEMINIMALKAN WASTE DI PT
BERKAH ANEKA LAUT SURABAYA
Nuzulia Rachma
ABSTRAK
PT. Berkah Aneka Laut merupakan salah satu supplier ikan beku dan ikan
kering yang ada di Indonesia. Produk yang dihasilkan oleh PT. Berkah Aneka
Laut diantaranya adalah ikan beku utuh, fillet daging ikan, gelembung ikan,
udang kupas dan produk olahan ikan lainnya. Dalam proses produksi tersebut,
terdapat beberapa kegiatan yang menyebabkan sistem produksi tersebut belum
optimal dan pengendalian kualitas yang masih belum diperhatikan. Metode yang
digunakan berdasarkan konsep lean six sigma dan menganalisa penyebab waste
dan memberi rekomendasi perbaikan dengan menggunakan fishbone diagram dan
tabel Failure Mode Effect Analysisis (FMEA).Hasil dari penelitian ini terdapat 8
karakteristik Critical to Quality yang diklasifikasikan dari 9 jenis ikan yang
diproduksi dengan nilai waste tertinggi pada kategori defect dan unapproriate
processing. Nilai DPMO 46.4099,674 dan nilai sigma yang dihasilkan pada tahun
2017 sebesar 1,602. Dari hasil FMEA didapatkan waste defect dan unapproriate
processing pada produk Fillet Ikan Tengiri yang menjadi prioritas untuk segera
diperbaiki. Rekomendasi perbaikan yang diusulkan untuk kedua waste tersebut
adalah pembuatan SOP baru, melakukan checklist, konsep 5R, melakukan
sosialisasi terkait dengan prosedur kerja, rencana pelatihan kerja, melakukan
monitoring pada setiap tahap pekerjaan. Setelah perbaikan dilakukan didapatkan
nilai DPMO sebesar 8.089,723 dan nilai sigma sebesar 3,9548.
Kata Kunci: Waste, Lean, Six Sigma, Fishbone Diagram, FMEA
xiv
ANALYSIS OF PRODUCTION PROCESS PERFORMANCE
USING LEAN SIX SIGMA TO MINIMIZE WASTE IN PT.
BERKAH ANEKA LAUT SURABAYA
Nuzulia Rachma
ABSTRACT
PT. Berkah Aneka Laut is one of the suppliers of frozen fish and dried
fish in Indonesia. Products produced by PT. Aneka Laut include whole frozen fish,
fish meat fillets, fish bubbles, peeled shrimp and other processed fish products. In
the production process, there are a number of activities that have caused the
production system to be not optimal and quality control that has not been
addressed. The author identifies waste based on lean concepts and analyzes the
causes of waste and recommends improvements using fishbone diagrams and
tables Failure Mode Effect Analysis (FMEA).The results of this study are 8
characteristics of Critical to Quality which are classified from 9 types of fish
produced with the highest waste value in the category of defect and unapproriate
processing. The DPMO value of 46,4099,674 and the sigma value produced in
2017 amounted to 1,602. From the results of FMEA, waste defect and
unapproriate processing in the Tengiri Fish Fillet products are a priority to be
corrected immediately. The improvement recommendations proposed for both
wastes are the creation of a new SOP, conducting a checklist, the 5R concept,
conducting socialization related to work procedures, work training plans,
monitoring at each stage of work. At the control stage, the DPMO value is
8089,723 and the sigma value is 3.9548.
Keywords : Waste, Lean, Six Sigma, Fishbone Diagram, FMEA
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................... vii
PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT ...................................................................... x
KATA PENGANTAR ........................................................................................... xii
ABSTRAK ........................................................................................................... xiv
ABSTRACT ......................................................................................................... xvi
DAFTAR ISI ...................................................................................................... xviii
DAFTAR TABEL ................................................................................................. xx
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... xxii
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang .......................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ..................................................................................... 3
1.3 Tujuan Penelitian ...................................................................................... 3
1.4 Manfaat Penelitian .................................................................................... 3
1.5 Batasan Masalah ....................................................................................... 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................. 5
2.1 Sejarah PT. Berkah Aneka Laut ............................................................... 5
2.1.1 Kegiatan Usaha PT. Berkah Aneka Laut ................................................... 8
2.1.2 Proses Produksi pada PT. Berkah Aneka Laut ....................................... 9
2.2 Kualitas ..................................................................................................... 9
2.3 Pengendalian Kualitas ............................................................................. 10
2.4 Pemborosan (Waste) ............................................................................... 10
2.5 Definisi Lean........................................................................................... 11
2.6 Six Sigma ................................................................................................ 12
2.6.1 Define .................................................................................................... 12
2.6.2 Measure ................................................................................................. 13
2.6.3 Analyze .................................................................................................. 15
2.6.4 Improve ................................................................................................. 20
2.6.5 Control .................................................................................................. 20
2.7 Penelitian Terdahulu ............................................................................... 21
BAB III METODOLOGI PENELITIAN .............................................................. 23
3.1 Jenis dan Sumber Data ........................................................................... 23
xviii
3.2 Kriteria Orang yang Mengisi Tabel FMEA dan Orang yang
Diwawancarai untuk Membuat Fishbone Diagram .......................................... 24
3.3 Tahapan Penelitian ...................................................................................... 24
3.4 Jadwal Penelitian ......................................................................................... 27
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................... 29
4.1 Pemborosan (Waste) ............................................................................... 29
4.2 Define ..................................................................................................... 31
4.2.1 SIPOC Diagram (Supplier Input Process Output Customer) ................ 31
4.2.2 Menentukan Critical to Quality ............................................................ 32
4.2.3 Penggambaran Pemetaan Proses (Process Map) .................................. 36
4.3 Measure .................................................................................................. 40
4.3.1 Mengukur Tingkat Defect yang Terjadi pada Kegiatan Proses Produksi
40
4.3.2 Mengukur Nilai DPMO dan Nilai Sigma ............................................. 43
4.4 Analyze ................................................................................................... 45
4.4.1 Diagram Fishbone (Diagram Sebab-Akibat) ........................................ 46
4.4.2 Metode FMEA (Failure Mode Effect Analysis) ................................... 54
4.5 Improve ................................................................................................... 56
4.6 Control .................................................................................................... 63
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................ 69
5.1 Kesimpulan .................................................................................................. 69
1.2 Saran ....................................................................................................... 70
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 71
LAMPIRAN .......................................................................................................... 73
DAFTAR TABEL
Tabel 2. 1 Hubungan Sigma dan DPMO ............................................................... 14
Tabel 2. 2 Evaluasi Penilaian Severity .................................................................. 17
Tabel 2. 3 Evaluasi Penilaian Occurance .............................................................. 18
Tabel 2. 4 Evaluasi Penilaian Detection ................................................................ 18
Tabel 2. 5 Penelitian Terdahulu ............................................................................. 21
Tabel 4. 1 Jumlah Kerugian Akibat Waste pada Kegiatan Produksi ..................... 30
Tabel 4. 2 CTQ Potensial pada Produk Gelembung Ikan ...................................... 33
Tabel 4. 3 CTQ Potensial pada Produk Fillet Ikan ................................................ 34
Tabel 4. 4 CTQ Potensial pada Produk Cumi dan Udang ..................................... 35
Tabel 4. 5 Total Produk Cacat Januari 2017-Desember 2017 ............................... 41
Tabel 4. 6 Perhitungan DPMO dan Nilai S Januari 2017-Desember 2017 ........... 44
Tabel 4. 7 Perhitungan FMEA dan Nilai RPN ...................................................... 54
Tabel 4. 8 Usulan Perbaikan dari Nilai RPN yang Didapat .................................. 57
Tabel 4. 9 Usulan Pengendalian pada Tahap Control ........................................... 64
Tabel 4. 10 Total Produksi dan Total Produk Cacat selama Tahap Control ......... 65
Tabel 4. 11 Tabel Perhitungan Nilai DPMO dan Nilai S selama Tahap Control.. 66
xx
(halaman ini sengaja dikosongkan)
xxi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. 1 Faktor yang Mempengaruhi Kegagalan Proses Produksi (Data
Internal PT. Berkah Aneka Laut yang Telah Diolah, 2017) .................................... 1
Gambar 1. 2 Data Jumlah Kecacatan Produk dalam 5 Tahun Terakhir (Data
Internal PT. Berkah Aneka Laut, 2017) .................................................................. 2
Gambar 2. 1 Produk Ikan Kering (PT Berkah Aneka Laut, 2017) .......................... 5
Gambar 2. 2 Produk Ikan Beku Unggulan (PT Berkah Aneka Laut, 2017) ............ 6
Gambar 2. 3 Produk Ikan Beku (PT. Berkah Aneka Laut, 2017) ............................ 7
Gambar 2. 4 Produk Ikan Beku (PT. Berkah Aneka Laut, 2017) ............................ 7
Gambar 2. 5 Produk Ikan Beku (PT. Berkah Aneka Laut, 2017) ............................ 8
Gambar 2. 6 Produk Ikan Beku (PT. Berkah Aneka Laut, 2017) ............................ 8
Gambar 2. 7 Tahapan Proses Produksi (PT. Berkah Aneka Laut, 2017) ................ 9
Gambar 2. 8 Diagram SIPOC (Gasperz & Vincent, 2002) .................................... 13
Gambar 3. 1 Flowchart Penelitian ......................................................................... 26
Gambar 4. 1 SIPOC Diagram pada Proses Produksi di PT. Berkah Aneka Laut
(Data Internal Perusahaan yang Telah Diolah) ...................................................... 31
Gambar 4. 2 Process Map Kegiatan Produksi PT Berkah Aneka Laut (PT Berkah
Aneka Laut, 2019) ................................................................................................. 39
Gambar 4. 3 Grafik Pencapaian Nilai Sigma (Data yang Telah Diolah) ............... 45
Gambar 4. 4 Fishbone Diagram untuk Waste Defect pada 8 Jenis Ikan (Hasil
Brainstorming, 2019) ............................................................................................. 52
Gambar 4. 5 Fishbone Diagram pada Waste Unapproriate Processing pada
produk Fillet Ikan Tengiri (Hasil Brainstorming, 2019) ....................................... 53
Gambar 4. 6 Flowchart untuk SOP Baru yang Akan Diterapkan (Data yang Telah
Diolah, 2019) ......................................................................................................... 58
Gambar 4. 7 Flowchart pada Masing-masing Kegiatan Produksi di PT Berkah
Aneka Laut (Data yang Telah Diolah, 2019) ......................................................... 59
Gambar 4. 8 Checksheet Personal In Charge yang Akan Diterapkan di PT Berkah
Aneka Laut (Data yang Telah Diolah, 2019) ......................................................... 60
Gambar 4. 9 Checksheet Personal In Charge yang Akan Diterapkan di PT. Berkah
Aneka Laut (Data yang Telah Diolah, 2019) ......................................................... 61
Gambar 4. 10 Checksheet Personal In Charge yang Akan Diterapkan di PT.
Berkah Aneka Laut (Data yang Telah Diolah, 2019) ............................................ 62
Gambar 4. 11 Checksheet Personal In Charge yang Akan Diterapkan di PT.
Berkah Aneka Laut (Data yang Telah Diolah, 2019) ............................................ 63
xxii
(halaman ini sengaja dikosongkan)
xxiii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam perekonomian global yang semakin kompetitif, setiap industri
ditantang untuk menghasilkan produk yang berkualitas baik. Selain itu
hanya produk yang berkualitas baik yang akan selalu diminati para
konsumen, karena kualitas merupakan pemenuhan pelayanan kepada
konsumen. Untuk mencapai tujuan tersebut maka perusahaan perlu
membuat proses produksi menjadi optimal. Sistem produksi adalah salah
satu pemegang peranan besar, terkait seberapa efisien sistem produksi yang
dijalankan sangat berpengaruh terhadap performansi perusahaan tersebut.
PT. Berkah Aneka Laut merupakan salah satu supplier ikan beku yang ada
di Indonesia. Produk yang dihasilkan oleh PT. Berkah Aneka Laut sendiri
diantaranya adalah ikan beku utuh, fillet daging ikan, sirip ikan,
gelembung ikan, telur ikan, udang kupas dan produk olahan ikan lainnya.
Pada proses produksi tersebut, terdapat beberapa kegiatan yang
menyebabkan sistem produksi tersebut belum optimal dan pengendalian
kualitas yang masih belum diperhatikan sehingga menimbulkan kegiatan
yang tidak memberi nilai tambah. Kegiatan yang tidak memberi nilai
tambah akan menimbulkan kerugian yang tidak disadari oleh perusahaan.
Gambar 1. 1 Faktor yang Mempengaruhi Kegagalan Proses Produksi (Data Internal PT. Berkah
Aneka Laut yang Telah Diolah, 2017)
1
Gambar 1.1 menunujukkan beberapa faktor-faktor kegiatan yang
tidak memberi nilai tambah tersebut disebabkan oleh beberapa hal diantaranya
adalah kurangnya pengawasan terhadap pengendalian kualitas dalam kegiatan
produksi, kurangnya pengetahuan dari para pekerja sehingga terdapat beberapa
proses yang tidak tepat, dan perawatan mesin penunjang produksi yang tidak
diperhatikan sehingga menyebabkan beberapa kecacatan pada produk yang
dihasilkan.
Gambar 1. 2 Data Jumlah Kecacatan Produk dalam 5 Tahun Terakhir (Data Internal
PT. Berkah Aneka Laut, 2017)
Berdasarkan dari data yang telah ditampilkan diatas, dapat kita ketahui
hal-hal tersebut merupakan suatu kegiatan yang tidak menghasilkan nilai
tambah baik bagi perusahaan maupun bagi para konsumen, sehingga porsi dari
produk gagal yang dihasilkan pun bertambah dari tahun ke tahun. Dengan
demikian, sistem kerja produksi yang belum optimal merupakan suatu
hambatan yang harus dihindari bagi keefektifan perusahaan. Untuk mencapai
kinerja produksi yang optimal serta keefektifan perusahaan tersebut, perlu
digunakan strategi yang tepat untuk perbaikan proses. Strategi tersebut seperti
simulasi diskrit, Total Quality Management, Lean, Six Sigma merupakan
beberapa tools sebagai pengendalian kualitas dan perbaikan sistem operasi
yang digunakan sebagai perbaikan proses.
Pada penelitian ini, metode yang dipilih yaitu pengaplikasian konsep
Lean dan konsep Six Sigma, karena Lean dan Six Sigma merupakan salah satu
2
tools yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi dan menghilangkan
pemborosan atau waste pada kegiatan yang tidak mempunyai nilai tambah (non
value added) bagi perusahaan. Lean Six Sigma mengadopsi siklus DMAIC
yang merupakan siklus perbaikan Six Sigma dengan diintegrasikan konsep
Lean pada setiap tahapan yang sesuai. Hasil dan kontribusi yang diharapkan
dalam penelitian ini adalah dapat memberikan usulan perbaikan untuk
meminimalisir waste pada sistem kerja proses produksi, sehingga sistem kerja
proses produksi yang belum optimal bisa diperbaiki. Apabila hal tersebut dapat
di implementasikan, maka kinerja perusahaan dapat lebih optimal.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian dari latar belakang masalah maka permasalahan
yang akan dihadapi dapat dirumuskan sebagai berikut :
1. Bagaimana cara mengidentifikasi waste pada kegiatan produksi di PT.
Berkah Aneka Laut ?
2. Bagaimana cara menganalisa penyebab waste dengan metode Lean Six
Sigma pada kegiatan produksi di PT. Berkah Aneka Laut ?
3. Bagaimana cara untuk memberi usulan perbaikan (improvement) pada
sistem produksi di PT. Berkah Aneka Laut ?
1.3 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan yang ingin dicapai dengan penyusunan tugas akhir ini
adalah :
1. Mengidentifikasi waste pada kegiatan produksi di PT. Berkah Aneka Laut
2. Menganalisa penyebab waste dengan metode Lean Six Sigma pada kegiatan
produksi di PT. Berkah Aneka Laut
3. Memberikan usulan usulan perbaikan (improvement) pada sistem produksi
di PT. Berkah Aneka Laut
1.4 Manfaat Penelitian
Manfaat yang didapat dengan diadakannya penelitian ini yaitu sebagai
berikut :
3
A. Untuk Perusahaan
1. Penelitian yang dilakukan dapat dijadikan informasi bagi perusahaan
tentang prosedur produksi yang dapat menimbulkan kecacatan produk
hingga ke tangan konsumen.
2. Sebagai bahan pertimbangan oleh perusahaan untuk melakukan perbaikan
prosedur produksi sebagai acuan untuk menentukan kegiatan yang tidak
menimbulkan waste.
B. Untuk Mahasiswa
1. Mengetahui gambaran kondisi kegiatan produksi di PT Berkah Aneka Laut
2. Menerapkan ilmu yang telah dipelajari dibangku kuliah untuk memberikan
saran dan masukan untuk membangun bagi perusahaan sebagai bahan
pertimbangan perusahaan dalam perbaikan kegiatan produksi di PT Berkah
Aneka Laut
1.5 Batasan Masalah
Agar mempermudah dalam menganalisis masalah dan juga agar
masalah yang di bahas lebih terarah, maka diperlukan suatu ruang lingkup
dan asumsi dalam penelitian ini. Hal ini diperlukan agar masalah yang
dibahas tidak menyimpang dari pokok permasalahan yang telah ditetapkan.
Berdasarkan hal tersebut, maka dalam penelitian ini pembatasan masalah
ialah penelitian hanya dilakukan pada kegiatan produksi di PT Berkah
Aneka Laut yang belum optimal. Ruang lingkup yang digunakan dalam
penelitian ini yaitu :
1. Penelitian dilaksanakan di PT Berkah Aneka Laut
2. Penelitian hanya dilakukan pada kegiatan produksi di PT. Berkah Aneka
Laut
3. CTQ (Critical to Quality) pada kegiatan proses produksi diklasifikasikan
sesuai dengan jenis produk ikan
4. Data total produksi diambil hanya pada bulan Januari hingga Desember
2017
5. Pada proses pengolahan data yaitu menggunakan DMAIC (Define,
Measure, Analyze, Improve dan Control)
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Sejarah PT. Berkah Aneka Laut
PT. Berkah Aneka Laut berdiri pada tahun 2002, dimana sebelumnya bisnis
ini dimulai pada tahun 1997 dengan nama UD. Aneka Laut, yang saat itu
bergerak dibidang perdagangan ikan segar, lambung ikan dan lain-lain.Potesi
kelautan yang luas dengan Indonesia yang memiliki luas lebih kurang 5,8 juta
km2 dengan garis pantai sepanjang 81.000 km dengan potensi sumber daya
ikan yang diperkirakan sebesar 6,4 juta ton pertahun yang tersebar di perairan
Indonesia. Banyaknya industri ikan dan nelayan asing yang menangkap ikan di
Indonesia membuat owner PT. Berkah Aneka Laut tak tinggal diam. Berawal
dari perdagangan skala kecil sekarang pihak PT. Berkah Aneka Laut merambah
ke perdagangan nasional bergerak di pelabuhan kecil di kota Probolinggo,
Banyuwangi hingga Papua.
PT. Berkah Aneka Laut sendiri mempunyai beberapa produk yang mereka
tawarkan kepada konsumen, diantaranya yakni produk ikan kering yang dibagi
menjadi 3 jenis yaitu Sirip Hiu (Dried Shark Fin), Perut Ikan Kering (Dried
Fish Maw), dan Teripang (Dried Sea Cucumbers).
Gambar 2. 1 Produk Ikan Kering (PT Berkah Aneka Laut, 2017)
Pada gambar 2.1 dan gambar 2.2 adalah produk ikan beku unggulan yang
merupakan produk andalan dari PT. Berkah Aneka Laut, diantaranya yakni
Ikan Kakap Merah (Red Snapper), Ikan Suro (Threadfin), Ikan Tenggiri
(Spanish Mackarel), Ikan Bawal Jenggot (Silver Pompano), Ikan Kakap Putih
5
(Barramundi), Ikan Anggoli (Anggoli), Ikan Bawal Hitam (Black Pomfret),
Ikan Gulama (Croacker), dan Ikan Kerapu (Grouper).
Gambar 2. 2 Produk Ikan Beku Unggulan (PT Berkah Aneka Laut, 2017)
Terakhir adalah produk ikan beku jenis lain yang juga dijual di PT.
Berkah Aneka Laut seperti pada gambar 2.3 hingga 2.6 diantaranya adalah
Ikan Kerapu (Grouper), Ikan Kakap Merah (Red Snapper), Ikan Barracuda
(Baracuda), Ikan Tenggiri (King Mackarel), Ikan Kakap Putih
(Barramundi), Ikan Kembung (Mackarel), Ikan Tengiri (Spanish
Mackarel), Ikan Kakap Batu (Mangrove Snapper), Ikan Anggoli
(Anggoli), Ikan Banyar (Indian Mackarel), Ikan Bawal Hitam (Black
Pomfret), Ikan Bawal Jenggot (Silver Pompane), Ikan Bekutak (Cuttefish),
Ikan Bentang (Bigeye Scod), Ikan Bulan-Bulan (Broussonet Tarpan), Ikan
Gerut (Saddle Grunt), Ikan Jenaha (Scarlet Snapper), Ikan Talang
(Queensmith), Ikan Tongkol (Cob), Ikan Suro (Threadfin), Ikan Belanak
(Mullets), Ikan Senangin (Threadfin), Ikan Buntal (Putter), Ikan Kinci
(Bream), Ikan Krese (Doublewhip Threadfin Bream), Ikan Layaran (Indian
Mackarel), Ikan Lidah (Long Tongue Solie), Ikan Lonco (Carangidoe
Jacks), Ikan Mata Besar (Big Eye), Ikan Bentang (Bigeye Scod), Ikan Bulan-
Bulan (Broussoner Tarpon), Ikan Mubara (Giant Trevally).
6
Gambar 2. 3 Produk Ikan Beku (PT. Berkah Aneka Laut, 2017)
Gambar 2. 4 Produk Ikan Beku (PT. Berkah Aneka Laut, 2017)
7
Gambar 2. 5 Produk Ikan Beku (PT. Berkah Aneka Laut, 2017)
Gambar 2. 6 Produk Ikan Beku (PT. Berkah Aneka Laut, 2017)
2.1.1 Kegiatan Usaha PT. Berkah Aneka Laut
Perusahaan PT. Berkah Aneka Laut memiliki armada operasional untuk
mendukung hasil produksi yang optimal. PT. Berkah Aneka Laut memiliki
armada kapal tangkap ikan dan kapal tampung milik sendiri. PT. Berkah Aneka
Laut juga memiliki armada Thermoking untuk mengangkut hasil tangkapan
8
yang akan dibawa ke gudang pendingin (cold storage) yang mereka miliki.
Untuk menunjang aktifitas armada kapal, mereka juga memiliki tempat
perbaikan kapal milik pribadi lengkap dengan toko spare part di Probolinggo.
2.1.2 Proses Produksi pada PT. Berkah Aneka Laut
Dalam menjalankan kegiatan produksinya, terdapat beberapa tahapan
dan proses yang dilakukan untuk mengolah bahan baku hingga bahan setengah
jadi yang nantinya akan disalurkan ke tangan konsumen. Gambar 2.7
menunjukkan tahapan dalam proses produksi di PT. Berkah Aneka Laut, yakni :
Gambar 2. 7 Tahapan Proses Produksi (PT. Berkah Aneka Laut, 2017)
2.2 Kualitas
Kualitas suatu produk dapat memiliki peranan penting di dalam perusahaan,
karena dapat memiliki simbol kepercayaan yang bernilai di mata konsumen.
Usaha yang telah dilakukan perusahaan untuk mencapai nama baik perusahaan
itu sendiri tergantung dari kualitas itu sendiri. Kualitas didefinisikan sebagai
“kecocokan penggunaan” berarti bahwa produk atau jasa memenuhi kebutuhan
9
pelanggan, artinya bahwa produk itu cocok dengan pengguna pelanggan yang
berkaitan dengan nilai yang diterima pelanggan dan dengan kepuasan
konsumen. (Gaspersz, 2005)
2.3 Pengendalian Kualitas
Pengendalian kualitas adalah suatu aktivitas untuk menjaga dan
mengarahkan agar kualitas suatu produk atau jasa dapat dipertahankan
sebagaimana yang telah direncanakan. Selain itu, pengendalian kualitas
merupakan usaha preventif dan dilaksanakan sebelum kualitas produk
mengalami kecacatan (Ahyari, 1990). Maka dapat disimpulkan, pengendalian
kualitas yakni menentukan ukuran, cara dan persyaratan fungsional lain suatu
produk dan merupakan manajemen untuk memperbaiki kualitas produk,
mempertahankan kualitas yang sudah tinggi dan mengurangi jumlah bahan
yang rusak. Dengan adanya pengendalian kualitas maka perusahaan atau
produsen berusaha untuk selalu memperbaiki kualitas untuk mengurangi
kerugian akibat kerusakan atau kecacatan dalam kegiatan produksi barang atau
jasa.
2.4 Pemborosan (Waste)
Pemborosan (waste) dapat difenisikan sebagai segala aktivitas kerja yang
tidak memberikan nilai tambah dalam proses transformasi input menjadi output
sepanjang value stream (proses untuk membuat, memproduksi, dan
menyerahkan produk baik barang dan atau jasa ke pasar). Pengertian untuk tiap
waste itu sendiri memiliki arti yang berbeda-beda maka dari itu diambilah
beberapa sumber seperti berikut ini adalah tujuh jenis pemborosan yang tidak
menambah nilai (Hines, 2004) :
1. Defect
Dapat berupa ketidaksempurnaan produk, kurangnya tenaga kerja pada
saat proses pekerjaan, adanya proses pengerjaan ulang dan klaim dari
pelanggan
2. Waiting
Dapat berupa proses menunggu kedatangan material, informasi,
peralatan dan perlengkapan
10
3. Inventory
Dapat berupa penyimpanan inventory melebihi volume gudang yang
ditentukan, material yang rusak karena terlalu lama disimpan atau terlalu
cepat dikeluarkan dari tempat penyimpanan, material yang sudah
kadaluarsa
4. Unappropriate processing
Dapat berupa ketidaksesuaian proses atau metode operasi produksi yang
diakibatkan oleh penggunaan tool yang tidak sesuai dengan fungsinya
atau kesalahan prosedur
5. Motion
Dapat berupa gerakan atau perpindahan yang seharusnya bisa dihindari,
misalnya komponen dan kontrol yang jauh dari jangkauan, double
handling, dan layout yang tidak standart
6. Transportation
Dapat berupa pemborosan atau karena jarak gudang bahan baku ke
lokasi proses memerlukan jarak tempuh yang lama
7. Overproduction
Dapat berupa produksi barang yang berlebih yang tidak sesuai dengan
permintaan konsumen
2.5 Definisi Lean
Prinsip lean berasal dari industri manufaktur Jepang. Lean sering diartikan
adalah suatu alat yang dapat membantu mengurangi pemborosan produk,
pemborosan biaya, pemborosan waktu dan sebagainya. Lean menjelaskan
bahwa mengurangi pemborosan dapat menggunakan metode Value Stream
Mapping (VSM), 5S, Kanban sera Poka-yoke. Menurut Toyota bahwa lean
bukan hanya suatu peralatan tapi juga dapat mengurangi 3 jenis pemborosan
yang dikenal dengan istilah bahasa Jepang yang antara lain adalah Muda
(pekerjaan yang tidak memberi nilai tambah), Muri (pekerjaan yang berlebihan)
dan Mura (ketidakseimbangan) dengan menemukan masalah secara sistematik.
(Gasperz V. , Total Quality Management, 2007)
Lean adalah suatu upaya terus menerus (continous improvement efforts)
untuk menghilangkan pemborosan (waste) dan untuk meningkatkan nilai
11
tambah (value added) produk (barang atau jasa) agar memberikan hasil kepada
pelanggan (customer value) (Gasperz & Fontana, Lean Six Sigma for
Manufacturing and Service Industries, 2011).
Jadi dapat disimpulkan bahwa lean adalah sekumpulan metode untuk
mengeliminasi pemborosan seperti mengurangi waktu tunggu, produksi
berlebih, produk cacat dan sebagainya guna meningkatkan nilai tambah (value
added) suatu barang atau jasa agar memberikan hasil kepada pelanggan
(customer value).
2.6 Six Sigma
Six sigma merupakan pendekatan organisasi untuk menghilangkan
penyimpangan dan mengurangi pemborosan pada proses dengan menggunakan
pendekatan ilmu statistik, dengan mengedepankan konsep bahwa hanya akan
ada 3.4 produk cacat untuk setiap 1 (satu) juta produk yang diproduksi. Six
sigma didefinisikan sebagai strategi perbaikan bisnis untuk menghilangkan
pemborosan, mengurangi biaya karena kualitas yang buruk, dan memperbaiki
efektivitas semua kegiatan operasi, sehingga dapat memenuhi kebutuhan dan
harapan pelanggan. Untuk mewujudkannya, Six Sigma memerlukan sejumlah
tahap yang diangkat dengan DMAIC (Define, Measure, Analyze, Improve,
Control).
2.6.1 Define
Tahap Define merupakan tahap identifikasi awal. Tahap ini dimulai
dengan menentukan deskripsi dari CTQ (Critical To Quality) dan mengamati
alur produksi yang tengah digunakan saat ini melalui diagram SIPOC (Supplier-
Input-Process-Output-Customer) (Tannady, 2015).
a. Critical To Quality
CTQ merupakan batas, karakteristik dan standar kualitas atas
dimensi kualitas yang harus dijaga dari sebuah produk. Standar atas
dimensi ini bisa merupakan masukan yang datang dari
konsumen/pelanggan atau ditetapkan oleh produsen atau merupakan
kombinasi dari keduanya. CTQ juga memberikan analisa terhadap
12
hal-hal baik dalam dan luar perusahaan yang memiliki potensi
mempengaruhi dimensi kualitas dari produk.
b. Diagram SIPOC
Diagram SIPOC memberikan gambaran terhadap keseluruhan proses
kerja. Berikut adalah ilustrasi dari diagram SIPOC :
Gambar 2. 8 Diagram SIPOC (Gasperz & Vincent, 2002)
Keterangan dari diagram SIPOC adalah sebagai berikut :
a. Supplier (S) : adalah penyedia input atau bahan baku dari proses
produksi
b. Input (I) : adalah material atau sumber daya yang digunakan pada
proses produksi
c. Process (P) :adalah proses mengubah masukan menjadi keluaran
dengan menambah nilai pada produk yang dihasilkan
d. Output (O) : adalah hasil akhir dari proses, dimana produk sudah
siap digunakan oleh konsumen
e. Customer (C) :adalah pihak yang membeli atau menggunakan
produk. Customer bisa berarti tempat yang menerima hasil akhir
produksi
2.6.2 Measure
Pengukuran terhadap kualitas produk akhir dari existing process
merupakan parameter bagaimana menilai kapabilitas proses yang
berkalan saat ini. Tahap measure juga diikuti dengan menentukan level
sigma dari proses yang berjalan saat ini. Level sigma diukur berdasarkan
beberapa masukan awal dan parameter, seperti jumlah cacat produk
(defects), jumlah produksi (units), jumlah oportuniti (TOP/ Total
Opportunities), jumlah cacat dalam setiap produksi (Defect Per
Unit/DPU), jumlah cacat dalam setiap sejumlah oportuniti (Defect Per
13
Opportunities/DPO), dan jumlah cacat dalam setiap 1 juta produksi
(Defect per Million Opportunities/DPMO). (Nasution, 2010).
Untuk mengukur tingkat kecacactan (defect) dalam pengukuran
Six Sigma, dapat digunakan alat yaitu DPMO (Defect per Million
Opportunities). DPMO merupakan suatu alat yang digunakan untuk
mengukur tingkat kualitas produk atau proses, karena berhubungan
dengan cacat, waktu, dan biaya yang terbuang. Perhitungan DPMO
dapat digambarkan dengan persamaan sebagai berikut (Gasperz &
Vincent, 2002) :
DPMO = ( )x1000000 (2.1)
Tabel 2. 1 Hubungan Sigma dan DPMO
Sigma Parts per Million
6 Sigma 3,4 defects per Million
5 Sigma 233 defects per Million
4 Sigma 6.210 defects per Million
2 Sigma 66.807 defects per Million
3 Sigma 308.538 defects per Million
1 Sigma 690.000 defects per Million
Sumber: Gasperz & Vincent, 2002
Nilai 3,4 cacat per juta kesempatan DPMO untuk Six Sigma proses
diperoleh dengan asumsi bahwa batas spesifikasinya adalah 6 standar
penyimpangan dari nilai proses target dan bahwa proses bisa berubah
sebanyak 1.5 sigma.
Ukuran 6 sigma pada kurva normal mewakili tingkatan jumlah
produk, yaitu dengan kata lain arus dalam kondisi baik dengan
probabilitas 0,9999996660 yang artinya hanya diizinkan jumlah produk
yang cacat adalah 3,4 per 1 juta produk atau dengan kata lain 6 sigma
adalah tingkat yang setara dengan variasi proses sejumlah setengah
dimana memberi kesempatan agar rata-rata produksi bergeser sebanyak
1,5 deviasi standar dari target. Untuk perhitungan nilai sigma dapat
14
dilihat dalam tabel konversi 6 sigma Motorola. (Gasperz & Vincent,
2002)
Perhitungan sigma juga dapat dilakukan dengan menggunakan
rumus interpolasi. Interpolasi merupakan sebuah cara menentukan nilai
pada tabel yang tidak tertera secara tertulis dalam tabel yang
dimaksudkan. Pada hakekatnya interpolasi itu sendiri merupakan
pencarian sebuah titik diantara dua sumbu (minimal) dan maksimal
yang yang dalam sebuah data linier disebut dengan interpolasi linier
(Gujarati, 1995). Untuk melakukan iterpolasi tersebut, terdapat rumus
yang dijelaskan di bawah ini :
( ) (2.2)
Dimana :
= Nilai interpolasi yang dicari
= Derajat kebebasan dari
= Derajat kebebasan minimal (dibawah )
= Derajat kebebasan maksimal (diatas )
= Nilai t dari
= Nilai t dari
2.6.3 Analyze
Tahap Analyze dalam DMAIC berfungsi untuk memberikan
masukan atas prioritas dalam upaya penanggulangan penyebab masalah,
memperlihatkan dampak dari kegagalan proses dan produk akhir
terhadap konsumen, menguraikan penyebab kegagalan hingga sampai
akar penyebab permasalahan dan memberikan masukan bagi upaya
improvisasi. Beberapa tools yang digunakan pada tahap Analyze adalah :
15
a. Fishbone diagram
Fishbone diagram atau diagram sebab-akibat adalah suatu
pendekatan terstruktur yang memungkinkan dilakukan suatu analisis
lebih terperinci dalam menemukan penyebab-penyebab suatu
masalah, ketidaksesuaian, dan kesenjangan yang terjadi (Nasution,
2010)
b. Brainstorming
Brainstroming digunakan untuk mengetahui apa akar penyebab
terjadinya masalah. Brainstroming adalah cara untuk memacu
pemikiran kreatif guna mengumpulkan ide-ide dari suatu kelompok
dalam waktu relatif singkat
c. FMEA (Failure Mode Effect Analysis)
FMEA merupakan alat yang sering digunakan didalam metode
perbaikan kualitas. FMEA berbentuk tabel dan berfungsi untuk
mengidentifikasi dampak dari kegagalan proses atau desain,
memberikan analisa mengenai prioritas dari penanggulangan dengan
menggunakan parameter nilai resiko prioritas atau Risk Priority
Number (RPN), mengidentifikasi modus kegagalan potensial, serta
meminimumkan peluang kegagalan di kemudian hari. FMEA
berfungsi untuk mendefinisikan akibat-akibat kegagalan yang terkait
dengan kegagalan pada tahap proses, kemudian membuat prioritas
penanggulangannya, agar rancangan dari produk yang akan
diproduksi dapat memenuhi keinginan dari pelanggan, hal ini
biasanya dapat dideteksi pada saat proses tengah berlangsung,
terdeteksi pada pengecekan setiap pemberhentian lini produksi,
terdeteksi pada pemberhentian terakhir produksi, pada pengecekan
awal sebelum masuk dan akhir di gudang, serta masukan dan
komplain dari pelanggan (Tannady, 2015). Berikut adalah beberapa
komponen penting yang terdapat dalam bagian tubuh FMEA :
a. Lokasi
b. Proses Kerja/Jenis Kerja
c. Metode Kegagalan Potensial
16
d. Potensial akibat dari kegagalan
e. Severity Rating (Tingkat Keparahan)
f. Potensial penyebab kegagalan
g. Occurrence Rating (Tingkat Frekuensi Kejadian)
h. Sistem Pengendalian yang Berjalan Sekarang
i. Detection Rating (Tingkat Deteksi)
j. RPN (Risk Priority Number). Berisi perkalian antara Severity (S),
Occurrence (O), dan Detection (D)
Terdapat tiga komponen dalam mendefininisikan prioritas kegagalan
yaitu :
a. Severity adalah pengaruh buruk atau resiko yang akan ditanggung
oleh pelanggan atau perusahaan akibat dari kegagalan yang
ditimbulkan. Penilaian yang diberikan dari nilai terendah sampai
dengan nilai tertinggi, seperti pada tabel dibawah ini :
Tabel 2. 2 Evaluasi Penilaian Severity
Efek Rating
None 1
Very Minor 2
Minor 3
Very Low 4
Low 5
Moderate 6
High 7
Very High 8
Hazard with Warning 9
Hazard with No Warning 10
Sumber: Tannady, 2015
Penentuan rating severity yang sudah dilakukan berdasarkan
intensitas atau seberapa banyak kejadian yang mempengaruhi hasil
akhir dari suatu proses. Setelah pemberian rating severity,
selanjutnya harus menentukan rating untuk nilai occurance.
17
b. Occurance merupakan frekuensi munculnya penyebab atau
terjadinya ketidaksesuaian atau cacat pada produk. Penilaian tersebut
dapat dilihat pada tabel dibawah ini :
Tabel 2. 3 Evaluasi Penilaian Occurance
Kriteria Rating
Remote 1
Low
2
3
Moderate
4
5
6
High
7
8
Very High
9
10
Sumber: Tannady, 2015
Jika penilaian occurance sudah diketahui, selanjutnya harus
dilakukan penilaian terhadap rating detection yang dilakukan oleh
perusahaan. Penilaian detection ini berguna untuk menilai seberapa
efektif proses kontrol yang dilakukan untuk mencegah terjadinya
kegagalan.
c. Detection merupakan kemampuan atau kontrol dalam mendeteksi
dalam mendeteksi penyebab atau terjadinya kecacatan. Penilaian
detection tersaji pada tabel dibawah ini :
Tabel 2. 4 Evaluasi Penilaian Detection
Karakteristik Rating
Very High 1
High 2
3
Moderate 5
6
Low 7
18
Lanjutan Tabel 2.4 Evaluasi Penilaian Detection
Karakteristik Rating
Moderate High 4
Very Low 8
Almost Imposibble 9
Imposibble 10
Sumber: Tannady, 2015
Hasil dari Risk Priority Number (RPN) akan diurutkan dari nilai
tertinggi sampai nilai terendah. Proses dari kegiatan produksi yang
memiliki nilai RPN tertinggi harus mendapatkan perhatian lebih lanjut.
Proses tersebut harus dilakukan perbaikan untuk mengurangi jumlah
kecacatan pada produk sehingga produk yang didapat kualitasnya tetap
terjaga (Tannady, 2015).
RPN adalah angka yang menggambarkan area mana yang perlu
menjadi prioritas perhatian dalam tindakan koreksi. RPN diukur
berdasarkan perkalian rating dari ketiga faktor diatas, yakni severity,
occurance dan detection.
RPN = S x O x D (2.3)
Dimana :
RPN : Risk Priority Number
S : Severity Risk
O : Occurance Risk
D : Detection Risk
Untuk membuat six sigma berjalan dengan lancar dan sesuai dengan
target yang dibutuhkan, dalam level organisasi terdapat beberapa
profesional yang memiliki peran masing-masing. Adapun kualitas yang
dibutuhkan dalam mengisi tabel FMEA dan membuat fishbone diagram
adalah sebagai berikut :
19
1. Kemampuan yang cakap. Artinya memiliki kemampuan untuk
mengumpulkan dan merubah data menjadi informasi yang bisa
dipahami oleh dirinya sendiri beserta tim, serta memiliki
kemampuan untuk menentukan strategi perbaikan yang akan dipilih.
2. Mampu menjabarkan visi perusahaan diturunkan dari visi ke
strategi sampai ke key performance indicator untuk memenuhi KPI
tersebut.
3. Orientasi pada hasil
4. Berpengalaman dalam menjalankan suatu proyek/pekerjaan.
5. Mempunyai kemampuan dalam memimpin sebuah tim
6. Mengerti bagaimana berkomunikasi dengan pelanggan dan
mendapatkan kebutuhan pelanggan yang paling kritikal
7. Kemampuan berkomunikasi
8. Passion untuk selalu menjadi lebih baik
2.6.4 Improve
Pada tahap ini proses yang dikerjakan adalah melakukan
berbagai upaya untuk mengeliminasi berbagai penyebab cacat
produk atau kegagalan proses (Tannady, 2015). Upaya perbaikan
yang digunakan pada tahap ini adalah menerapkan Lean
Production. Tahap improve dilakukan untuk menentukan waste
mana yang akan menjadi prioritas untuk diberikan rekomendasi
perbaikan. Usulan perbaikan untuk meminimalisasi waste yang
terjadi pada proses produksi dengan menggunakan FMEA. Dari
alternatif solusi yang diberikan, di estimasikan nilai RPN terbaru
berdasarkan analisis dan pembahasan yang dilakukan.
2.6.5 Control
Tahap control memiliki fungsi sebagai bentuk pengawasan dan
monitoring terhadap rencana perbaikan yang telah dirancang dan
dijadwalkan. Secara berkala, manajemen harus memantau proses
kegiatan yang sudah disempurnakan. Tools yang umum digunakan
20
pada tahap ini adalah lembar check sheet dan model 5W+1H (What,
Where, When, Who, Why, How).
2.7 Penelitian Terdahulu
Tabel 2. 5 Penelitian Terdahulu
No. Pengarang Judul Hasil Penelitian
1 Adan Valles et al. Implementation of Six Hasil dari metodologi
(2009) Sigma in a Manufacturing yang diterapkan adalah
Process: A Case Study penurunan kegagalan
sebanyak 50%, sehingga
memberi dampak positif
pada proses produksi.
2 Choiri. dkk. (2014) Implementasi Lean Six Rekomenadasi perbaikan
Sigma sebagai Upaya yang diusulkan dalam
Meminimasi Waste pada penelitian ini didasarkan
Pembuatan WEBB di PT. dari hasil identifikasi
Temprina Media Grafika Critical to Waste yang
Nganjuk telah dianalisis
menggunakan fishbone
diagram dan FMEA
untuk menentukan waste
mana yang menjadi
prioritas diberikan usulan
perbaikan.
3 Dewi W. R. dkk. Implementasi Metode Dari 7 waste yang
(2013) Lean Six Sigma Sebagai diidentifikasi, terdapat 3
Upaya Meminimalisir waste yang paling
Waste pada PT. Prime berpengaruh yaitu
Line International waiting dengan
presentase kejadian
95,81% dan nilai level
4 Nia, Renanda. dkk Analisa Pengendalian Hasil penelitian ini
(2018) Kualitas Proses Produksi menunjukkan faktor yang
Botol pada menyebabkan botol
Departemen Blow bocor dianalisis dengan
Molding di Industri FTA. Sedangkan upaya
Packaging yang harus dilakukan
mengubah katup
21
Lanjutan Tabel 2.5 Penelitian Terdahulu
No. Pengarang Judul Hasil Penelitian
Tekanan pusat
ditingkatkan menjadi 7,5-
8 bar, pengaturan pin ke
tengah,
mengubah baut saklar
batas, membuat aturan di
awal shift, membuat
pelatihan untuk teknisi,
dan membuat referensi
produk yang bocor.
5 Alvin, Novia. dkk
(2013)
Pendekatan lean six sigma
untuk Mengurangi Waste
Proses Produksi Brown
Paper (Studi Kasus: PT
Kertas Leces
Probolinggo)
Teridentifikasi 5 jenis
waste, defect, waitig,
inventory, transportation,
overprocessing.
Rekomendasi perbaikan
terhadap waste dengan
nilai RPN tertinggi sesuai
dengan pengolahan data
FMEA.
22
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Dalam penelitian ini diperlukan proses penelitian yang terstruktur, sehingga
diperlukan langkah-langkah yang sistematis dalam pelaksanaannya sehingga
nantinya dapat dipahami dengan mengacu kaidah-kaidah metode penelitian. Jenis
dari penelitian ini adalah penelitian terapan dengan mempertimbangkan hal
kepraktisan dan dapat dilakukan lebih efektif dan efisien. Tempat penelitian
dilakukan dilakukan di lapangan dan teknik penelitian adalah survey.
3.1 Jenis dan Sumber Data
Pada penelitian ini diperlukan data-data yang berhubungan dengan rumusan
masalah untuk pemecahan masalah data pada penelitian ini terdiri dari data
primer dan sekunder.
a. Data Primer
Diperoleh dengan cara pengamatan atau observasi terhadap objek
penelitian. Pengamatan dilakukan dengan dua cara yaitu pengamatan secara
langsung di area objek penelitian dan mengumpulkan informasi dengan
cara wawancara kepada karyawan yang terkait dengan permasalahan yang
terjadi
b. Data Sekunder
Mengacu pada informasi yang dilakukan oleh peneliti lain yang diterbitkan
dalam jurnal lainnya, serta berupa catatan perusahaan dan literatur yang
berhubungan dengan penelitian ini
Variabel penelitian ini meliputi variabel bebas yaitu jumlah output produk
cacat pada proses produksi selama tahun 2017, jumlah cacat dalam
kegiatan produksi selama proses berlangsung. Variabel terikat yakni nilai
DPMO yang dicapai dalam perhitungan cacat kemudian akan
dikonversikan dengan ukuran-ukuran six sigma dimana memiliki nilai yang
berbeda.
3.2 Waktu dan Tempat Penelitian
Kegiatan ini dilakukan pada bulan September 2018 hingga Mei 2019, pada
hari dan jam kerja karyawan. Kegiatan ini dilakukan di PT. Berkah Aneka
23
Laut Jalan Demak No. 293 Surabaya, dan di Warehouse PT. Berkah Aneka
Laut Jalan Ikan Belanak, Probolinggo.
3.3 Kriteria Orang yang Mengisi Tabel FMEA dan Orang yang
Diwawancarai untuk Membuat Fishbone Diagram
Berdasarkan beberapa kriteria yang telah di uraikan pada BAB II, maka
beberapa pihak yang layak untuk mengisi tabel FMEA dan melakukan
wawancara untuk membuat Fishbone Diagram adalah para ahli di bagian
operasional dan produksi yang menjabat sebagai Pengawas Produksi
sebanyak 3 orang, Manajer Produksi sebanyak 1 orang, dan Direktur
Operasional dan Produksi sebanyak 1 orang.
3.4 Tahapan Penelitian
Adapun tahapan penelitian yang dilakukan oleh peneliti adalah sebagai
berikut:
1. Start
Pada tahap ini dilakukan observasi di PT Berkah Aneka Laut Departemen
Operasional dan Produksi. Observasi ini dilakukan guna mendapat
gambaran jelas mengenai permasalahan di perusahaan
2. Melakukan Perumusan Masalah
Pada tahapan ini, penulis difokuskan untuk melakukan identifikasi tentang
cara mengurangi waste pada sistem kerja pada proses produksi dengan
menggunakan metode lean six sigma, karena pada proses tersebut seringkali
ditemukan sistem produksi yang belum optimal sehingga menyebabkan
defect
3. Menentukan Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah yang ada, penulis menjabarkan tujuan dan
manfaat baik bagi perusahaan, kalangan akademis, bagi penelitian
selanjutnya maupun bagi penulis sendiri
4. Melakukan Studi Literatur dan Observasi Lapangan
Studi literatur tentang konsep Lean Six Sigma dan teori pendukung lainnya
serta observasi lapangan untuk mengumpulkan data yang dibutuhkan baik
24
dengan melakukan observasi secara langsung atau dengan melakukan
wawancara dengan pihak terkait
5. Melakukan Analisis Data dengan Tahapan berikut :
a. Tahap Define
Dimulai dengan membuat Critical To Quality. Hal ini merupakan langkah
awal dalam peningkatan proses, karena CTQ sendiri merupakan kualitas
yang ditetapkan harus berhubungan langsung dengan kebutuhan spesifik
perusahaan atau pelanggan, yang diturunkan secara langsung dari
persyaratan-persyaratan output.
b. Tahap Measure
Melakukan pengukuran DPMO yang kemudian dikonversikan ke nilai
sigma
c. Tahap Analyze
Menganalisa penyebab defect dengan fishbone diagram dan pembuatan
FMEA
d. Tahap Improve
Setelah diketahui penyebab permasalahan melalui fishbone diagram dan
FMEA, maka dilakukan usulan perbaikan bagi perusahaan agar kinerja
produksi dapat optimal
e. Tahap Control
Dalam tahapan Control, maka akan diadakan pengawasan terhadap kegiatan
produksi yang telah dilakukan proses perbaikan. Dalam tahap ini jugaakan
dilakukan perhitungan kembali DPMO dan nilai Sigma yang didapat setelah
adanya perbaikan yang diterapkan ke dalam proses produksi
6. Memberikan kesimpulan dan saran penelitian
Setelah semua kegiatan dilakukan, maka akan diberikan hasil dan saran dari
kegiatan yang telah berlangsung. Hasil dan saran yang diberikan akan
memberi manfaat baik bagi peneliti maupun bagi perusahaan sebagai alat
untuk perbaikan pada kegiatan proses selanjutnya. Serta dapat menjadi saran
bagi peneliti untuk melakukan penelitian selanjutnya agar mendapatkan
hasil yang lebih baik. Gambar 3.1 menunjukkan Flowchart tahapan
penelitian :
25
Gambar 3. 1 Flowchart Penelitian
26
3.5 Jadwal Penelitian
No
Kegiatan
Bulan
Desember Januari Februari Maret April Mei Juni Juli
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Penyusunan Proposal TA
2 Pendaftaran Proposal TA
3 Sidang Proposal TA
4 Revisi Proposal TA
5 Pengumpulan Data
6 Pengolahan Data
7 Analisa Permasalahan
8 Pengumpulan Form Progress TA
9 Pengerjaan/Penyusunan Laporan TA
10 Sidang/Ujian TA
11 Laporan Akhir+Jurnal
27
(halaman ini sengaja dikosongkan)
28
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pada pembahasan ini peneliti menjelaskan hasil penelitian berdasarkan
hasil pengumpulan data, observasi, maupun wawancara kepada pihak terkait
dalam kegiatan proses produksi. Peneliti menggunakan prinsip lean six
sigma sebagai upaya meningkatkan kualitas dalam kegiatan proses
produksi. Dalam hal ini kinerja proses produksi di PT. Berkah Aneka Laut
tidak sesuai dengan standar yang ditentukan oleh perusahaan yang
kemudian di identifikasikan sebagai kecacatan atau defect. Sehingga perlu
peningkatan kualitas kegiatan proses produksi dengan pengurangan tingkat
kecacatan atau defect serta menghilangkan pemborosan (waste) atau
kegiatan-kegiatan yang tidak mempunyai nilai tambah pada kegiatan proses
produksi dengan metode lean six sigma. Prinsip lean six sigma sendiri
menerapkan metode perbaikan six sigma (DMAIC) yang di integrasikan
dengan teknik lean pada tiap tahapan DMAIC (Define, Measure, Analyze,
Improve, Control).
4.1 Pemborosan (Waste)
Dalam lean six sigma, terdapat 7 jenis pemborosan atau waste yang
harus diidentifikasi diantaranya adalah defect, overproduction,
unappropriate processing, transportation, waiting, inventory dan motion. Di
dalam kegiatan produksi PT Berkah Aneka Laut sendiri, terdapat 7
pemborosan atau waste yang menyebabkan kinerja proses produksi belum
optimal. Tabel 4.1 menyajikan data pengelompokan jenis pemborosan atau
waste pada kegiatan proses produksi di PT Berkah Aneka Laut pada bulan
Januari hingga Desember di tahun 2017 :
29
Tabel 4. 1 Jumlah Kerugian Akibat Waste pada Kegiatan Produksi
Total Kerugian (RP)
Jenis Waste Gel. Kakap
Putih
Gel. Kakap
Merah
Gel. Gulama
Korea
Fillet Ikan
Tengiri
Fillet Ikan
Tuna
Fillet Kakap
Putih
Fillet Kakap
Merah
Cumi Udang
Ronggeng
Defect 683.290.000 461.075.000 1.762.202.500 17.999.742,5 14.511.362,5 21.353.270 20.034.837,5 6.694.920 68.634.450
Overproduction 79.500.000 56.000.000 156.500.000 2.925.000 1.650.000 6.820.000 3.512.500 4.350.000 5.750.000
Unapproriate
Processing
294.000.000 217.855.000 737.312.500 18.205.845 6.602.750 9.169.087,5 6.379.027,5 2.020.000 30.387.500
Transportation 1.700.000 8.055.000 1.600.200 917.000 778.750 275.000 215.000 189.000 410.000
Waiting 1.125.000 1.175.000 2.178.125 666.400 162.000 427.800 781.075 288.300 980.000
Inventory 26.500.000 56.000.000 163.500.000 2.725.000 1.100.000 930.000 2.070.000 2.175.000 1.750.000
Motion 3.417.500 3.417.500 3.417.500 3.417.500 3.417.500 3.417.500 3.417.500 3.417.500 3.417.500
Total 1.089.532.500 803.577.500 2.826.710.825 46.856.487,5 28.222.362,5 42.392.657,5 36.409.940 19.134.720 111.329.450
Sumber: Data PT. Berkah Aneka Laut yang Telah Diolah
30
Berdasarkan rincian dari tabel 4.1, dapat kita lihat bahwa waste jenis defect
merupakan waste yang paling mempengaruhi dari 8 jenis produk di PT
Berkah Aneka Laut diantaranya adalah pada produk gelembung kakap
putih, gelembung kakap merah, gelembung gulama korea, fillet ikan tuna,
fillet kakap putih, fillet kakap merah, cumi dan udang ronggeng. Sedangkan
pada produk Fillet ikan tengiri, waste yang paling mempengaruhi dalam
kegiatan produksinya adalah pada jenis unapproriate processing
4.2 Define
Tahap pertama pada six sigma adalah tahap define. Pada tahap ini
dilakukan identifikasi untuk menggambarkan SIPOC Diagram dan
menentukan CTQ (Critical to Quality) pada kegiatan proses produksi di PT.
Berkah Aneka Laut.
4.2.1 SIPOC Diagram (Supplier Input Process Output
Customer)
Diagram SIPOC menggambarkan mengenai Supplier, Input,
Process, Output dan Customer yang terlibat dalam proses produksi.
Diagram SIPOC untuk proses produksi pengolahan ikan beku di PT.
Berkah Aneka Laut dapat dilihat pada gambar 4.1 :
Gambar 4. 1 SIPOC Diagram pada Proses Produksi di PT. Berkah Aneka Laut
(Data Internal Perusahaan yang Telah Diolah)
31
Berdasarkan penjelasan pada Gambar 4.1 elemen-elemen yang
digunakan dalam diagram ini yang telah ditunjukan adalah sebagai
berikut :
1. Supplier
Gudang Bahan Baku yang dimiliki oleh PT. Berkah Aneka Laut
sendiri
2. Input
Ikan beku yang siap diolah ke proses selanjutnya
3. Process
Beberapa proses yang terdapat pada kegiatan produksi PT.
Berkah Aneka Laut yang diantaranya adalah proses sorting,
weighing, washing, peeling, delice, darne dan proses packaging
4. Output
Beberapa jenis produk ikan beku yang telah dihasilkan dari
proses produksi
5. Customer
Customer dari PT. Berkah Aneka Laut sendiri diantaranya
adalah PT. Kelola Mina Laut, PT. Vanasus, PT. Agromina
Wicaksana, dan PT. Aneka Tuna Indonesia.
4.2.2 Menentukan Critical to Quality
Critical to Quality (CTQ) adalah suatu cara pengukuran
produk atau proses yang mana standar kinerja atau batas
spesifikasinya harus sesuai dengan kepuasan pelanggan. CTQ
mewakili karakteristik produk atau jasa yang didefinisikan oleh
pelanggan. CTQ ini mencakup batas spesifikasi atau faktor-faktor
lainnya yang berhubungan dengan produk atau jasa. Dalam
penelitian ini CTQ potensial pada proses produksi dapat
diidentifikasikan menjadi sebagai berikut :
1. CTQ potensial pada proses produksi Gelembung Ikan (Gelembung
Ikan Kakap Putih, Gelembung Ikan Kakap Merah, Gelembung
Gulama Korea) :
32
Tabel 4. 2 CTQ Potensial pada Produk Gelembung Ikan
No Kategori CTQ Detail
1. Sorting Preparation Perhitungan kapasitas
produksi yang tidak terencana
dengan matang, perhitungan
menggunakan data permintaan
di tahun 2016 (hanya time
series, tidak menggunakan
data cross section)
2. Internal Equipment Tidak ada persiapan khusus
dari segi SDM dari
perusahaan untuk kegiatan
produksi
3. Storage Unavailable Stock Persediaan bahan baku yang
tidak memenuhi dari
permintaan
4. NVABN Warehouse
Switching
Perpindahan pekerja dari
warehouse menuju station
produksi diluar kegiatan
produksi
5. Workplace
Switching
Perpindahan pekerja dari di
dalam station produksi diluar
kegiatan produksi
6.
NVA
In-Out Vehicle Perpindahan forklift dari
warehouse menuju workplace
atau sebaliknya
7. Rework (Washing
& Peeling)
Pengerjaan kembali
(pencucian gelembung dan
pengupasan lapisan kulit
gelembung) produk yang tidak
sesuai dengan standar yang
telah ditetapkan
8. Idle Time Waktu tunggu untuk masuk ke
proses produksi selanjutnya
Sumber: PT. Berkah Aneka Laut, 2017
Tabel 4.2 menyajikan data CTQ potensial yang didapatkan
pada kegiatan produksi gelembung ikan di PT. Berkah Aneka Laut.
Pada tahap ini dtemukan 8 kegiatan yang masuk ke dalam CTQ
33
potensial. Pada jenis produksi Gelembung Ikan, proses produksi
yang dilakukan sama dan tidak ada perbedaan dari jenis ikan yang
diolah. Karena peralatan penunjang dari kegiatan produksi tersebut
dan prosedur yang dijalankan tidak ditemui perbedaan. Berdasarkan
data di tabel 4.1, jenis waste yang paling mempengaruhi pada proses
produksi gelembung ikan adalah pada jenis waste defect.
2. CTQ potensial pada proses produksi Fillet Ikan (Fillet Ikan Kakap
Putih, Fillet Ikan Kakap Merah, Fillet Ikan Tuna, Fillet Ikan
Tengiri) :
Tabel 4. 3 CTQ Potensial pada Produk Fillet Ikan
No. Kategori CTQ Detail
1. Sorting Preparation Kesalahan pada perhitungan
kapasitas produksi
2. Internal Equipment Beberapa mesin penunjang
produksi ditemukan tidak
berfungsi dengan baik karena
penjadwalan maintenace yang
dilakukan engineer tidak
sesuai keadaan mesin
3. Storage Unavailable Stock Persediaan bahan baku yang
kurang dari permintaan
4. NVABN Warehouse Switching Perpindahan pekerja didalam
warehouse menuju station
produksi diluar kegiatan
produksi
5. Workplace Switching Perpindahan pekerja dari di
dalam station produksi yang
dilakukan secara berulang
karena terdapat beberapa
station yang mesinnya tidak
berfungsi
6. In-Out Vehicle Perpindahan forklift didalam
station produksi
34
Lanjutan Tabel 4.3 CTQ Potensial pada Produk Fillet Ikan
No. Kategori CTQ Detail
7. NVA Rework (Delice &
Packaging )
Pengerjaan kembali pada
proses pemotongan daging
dan pada proses pengemasan
8. Idle Time Waktu tunggu yang terbuang
pada proses produksi akibat
beberapa mesin yang tidak
berfungsi
Sumber: PT. Berkah Aneka Laut, 2017
Tabel 4.3 menyajikan data CTQ potensial yang didapatkan pada
kegiatan produksi Fillet Ikan di PT. Berkah Aneka Laut. Pada tahap ini
dtemukan 8 kegiatan yang masuk ke dalam CTQ potensial. Proses
produksi yang dilakukan pada produk Fillet Ikan juga sama dan tidak
ada perbedaan dari jenis ikan yang diolah. Karena peralatan dan
prosedur yang dijalankan tidak ditemui perbedaan. Maka dari itu CTQ
pada masing-masing produk fillet ikan yang didapatkan tidak
ditemukan perbedaan. Berdasarkan data dari tabel 4.1, pada produk
fillet ikan terdapat 2 jenis waste yang mempunyai nilai kerugian
tertinggi. Pada produk fillet ikan tengiri, jenis waste yang
mempengaruhi ada pada jenis unapproriate processing, sedangkan
untuk produk fillet ikan lainnya, jenis waste yang mempengaruhi ada
pada jenis waste defect.
3. CTQ potensial pada proses produksi Cumi dan Udang :
Tabel 4. 4 CTQ Potensial pada Produk Cumi dan Udang
No. Kategori CTQ Detail
1. Sorting Preparation Kesalahan pada pnentuan jenis
produk yang akan diproduksi
2. Internal Equipment Kurangnya sumber daya manusia
dalam penunjang kegiatan
produksi
3. Storage Unavailable Stock Terdapat beberapa persediaan
bahan baku yang tidak memenuhi
kapasitas produksi
35
Lanjutan Tabel 4.4 CTQ Potensial pada Produk Cumi dan Udang
No. Kategori CTQ Detail
4. NVABN Warehouse Switching Kegiatan didalam warehouse
yang seharusnya butuh 1 kali
proses dilakukan berulang
kali oleh para pekerja
5. Workplace Switching Perpindahan pekerja dari di
dalam station
produksi diluar kegiatan
produksi
6. NVA In-Out Vehicle Ditemukan beberapa forklift
yang mengangkut selain
produk cumi dan udang
didalam station produksi
cumi dan udang
7. Rework (Darne & Pengerjaan kembali pada
Packaging ) proses pemotongan daging
ikan dan pada proses
pengemasan produk yang
tidak sesuai dengan standar
yang telah ditetapkan
8. Idle Time Waktu tunggu untuk masuk
ke proses produksi
selanjutnya
Sumber: PT. Berkah Aneka Laut, 2017
Tabel 4.4 menyajikan data CTQ potensial yang didapatkan pada
kegiatan produksi Pada jenis produksi Cumi Kupas dan Udang ronggeng.
Sama seperti produk gelembung ikan dan fillet ikan, produk cumi dan udang
mempunyai 8 karakteristik CTQ potensial dari 7 waste yang ditemukan.
Berdasarkan data dari tabel 4.1, waste yang mempunyai nilai kerugian
tertinggi pada produk cumi dan udang ronggeng terdapat pada jenis waste
defect.
4.2.3 Penggambaran Pemetaan Proses (Process Map)
Penggambaran pemetaan proses atau process map adalah
untuk menggambarkan keseluruhan proses. Tahapan kegiatan
produksi telah disajikan pada gambar 2.7 dan digambarkan secara
36
detail setiap tahap kegiatan produksi pada process map di bawah ini.
Dengan adanya process map diharapkan dapat membantu dalam
mengidentifikasi masalah yang ditemui, sehingga dapat menjadi
langkah awal dalam usaha perbaikan. Detail dari process map pada
kegiatan produksi di PT Berkah Aneka Laut adalah sebagai berikut :
1. Start
Pada tahap ini dilakukan beberapa kegiatan persiapan sebelum
melakukan proses produksi.
2. Sorting
Tahapan sorting dilakukan guna mengatahui jumlah jenis ikan yang
akan masuk dalam tahap produksi. Pada tahap ini dilakukan
preparation atau persiapan, untuk menghitung kapasitas produksi
yang akan dilakukan. Selanjutnya adalah internal equipment dimana
untuk merencanakan peralatan dan sumber daya penunjang sesuai
dengan kapasitas dan jenis produksi yang akan dilakukan. Tahapan
terakhir pada kegiatan sorting adalah storage, kegiatan ini bertujuan
untuk mengetahui apakah persediaan yang dimiliki dapat memenuhi
kapasitas produksi, sesuai dengan dokumen yang dikeluarkan oleh
pihak inventory.
3. Weighing
Selanjutnya yakni dilakukan pengukuran timbangan. Kegiatan ini
dilakukan setelah diketahui jumlah produksi dan jenis produksi yang
akan dilakukan. Dalam kegiatan ini dilakukan wasrehouse switch
yakni perpindahan dari gudang bahan baku menuju ke station
produksi untuk masuk ke tahapan produksi selanjutnya.
4. Washing
Setelah dilakukan pengukuran timbangan, tahapan selanjutnya yang
akan dilakukan adalah washing atau pembersihan atau pencucian
bahan baku. Proses ini dilakukan agar mutu bahan baku sesuai
standar yang diinginkan perusahaan dan diharapkan konsumen, pada
37
tahap ini terdapat kegiatan workplace switch atau perpindahan
station kerja sebelum memasuki tahapan inti produksi.
5. Process
Setelah bahan baku siap masuk dalam proses produksi, maka akan diproses
sesuai jenis ikan dan kebutuhan konsumen. Apabila dalam kegiatan ini
produk yang dihasilkan tidak terdapat kegagalan proses, maka akan
dilanjutkan ke tahap packaging sebaliknya apabila ditemukan kegagalan
proses maka produk tersebut akan dilakukan rework atau pengerjaan
kembali pada produk yang mengalami kegagalan proses agar sesuai dengan
kebutuhan.
6. Packaging
Tahap packaging ini adalah tahap akhir dalam proses produksi, didalam
tahap packaging terdapat kegiatan in out vehicle atau perpindahan
transportasi dari tahapan produksi menuju tahapan akhir. Pengerjaan tahap
packaging juga dilakukan sesuai dengan standar perusahaan guna
memberikan kualitas produk terbaik ke tangan konsumen.
7. End
Kegiatan produksi berakhir. Setelah semua kegiatan produksi selesai semua
pihak yang terkait dalam kegiatan produksi melakukan koordinasi
Gambar 4.2 menggambarkan process map alur kegiatan produksi di PT
Berkah Aneka Laut :
38
Gambar 4. 2 Process Map Kegiatan Produksi PT Berkah Aneka Laut (PT Berkah Aneka Laut, 2019)
39
Process map ini dibuat oleh PT Berkah Aneka Laut untuk menggambarkan
proses produksi secara rinci, sehingga dapat kita lihat kegiatan-kegiatan dan
dokumen yang dibutuhkan di dalam setiap tahapan produksi. Selain bertujuan untuk
mengidentifikasi masalah, dengan adanya process map juga dapat menunjukkan
kegiatan-kegiatan yang dianggap menjadi hambatan pada proses selanjutnya.
Penggambaran dari process map ini juga berhubungan dengan pengelompokan
critical to quality, setelah perusahaan melakukan voice of customer maka
didapatkan beberapa kegiatan-kegiatan yang dianggap menimbulkan waste dan
tidak memberi nilai tambah bagi perusahaan. Fokus dari penelitian ini adalah untuk
meminimalkan waste pada proses produksi di PT Berkah Aneka Laut, sehingga
pada tahapan selanjutnya dapat diklasifikasikan waste dari critical to quality yang
akan diidentifikasi sesuai dengan tahapan-tahapan produksi yang ada di dalam PT
Berkah Aneka Laut. Penggambaran SIPOC Diagram, menentukan critical to
quality dan penggambaran process map merupakan beberapa tools yang dilakukan
pada tahap define. Setelah tahap define selesai, selanjutnya adalah melakukan tahap
measure atau pengukuran tingkat kecacatan yang ditemukan dalam kegiatan
produksi PT Berkah Aneka Laut.
4.3 Measure
Tahap measure merupakan langkah kedua dalam penerapan lean six
sigma dengan konsep DMAIC. Pada tahap ini dilakukan pengukuran
tingkat kecacatan atau defect yang terjadi pada kegiatan proses produksi
selama tahun 2017 yang dinyatakan dalam DPMO dan dikonfersikan
dalam ukuran sigma.
4.3.1 Mengukur Tingkat Defect yang Terjadi pada Kegiatan
Proses Produksi
Tabel 4.5 menyajikan data jumlah defect yang terjadi pada
proses produksi yang diambil dari data internal perusahaan selama
tahun 2017 :
40
Tabel 4. 5 Total Produk Cacat Januari 2017-Desember 2017
Bulan Jenis Produk Total Produksi (KG) Total Produk Cacat
(KG)
Januari
Fillet Tengiri 1.190 33,45
Fillet Tuna 1.220 31,75
Fillet Kakap Merah 800 65,2
Gelembung Kakap Putih 650 31,85
Februari
Cumi 250 31,2
Fillet Kakap Putih 465 25,9
Gelembung Kakap Putih 825 15,75
Gelembung Gulama
Korea
235 18,85
Fillet Tengiri 288 36,7
Fillet Tuna 1.025 17,8
Maret
Gelembung Gulama
Korea
260 17,15
Fillet Tengiri 1.050 98,8
Fillet Tuna 985 51,8
Fillet Kakap Putih 850 30,85
Fillet Kakap Merah 850 46,75
April
Fillet Kakap Merah 995 52,45
Ronggeng Kupas 350 20,1
Gelembung Kakap
Merah
330 24,56
Cumi 545 29,1
Mei
Gelembung Kakap Putih 270 32
Gelembung Gulama
Korea
245 15,15
Gelembung Kakap
Merah
275 20,1
Ronggeng Kupas 284 19,65
Fillet Tuna 1.850 28,55
Fillet Tengiri 1.850 35,75
Juni Gelembung Kakap
Merah
250 19,95
Gelembung Kakap Putih 230 20,85
41
Lanjutan Tabel 4.5 Total Produk Cacat Januari 2017-Desember 2017
Bulan Jenis Produk Total Produksi (KG) Total Produk Cacat
(KG)
Gelembung Gulama
Korea
240 22,9
Fillet Kakap Putih 690 51
Juli
Ronggeng Kupas 350 29,85
Cumi 450 38,95
Fillet Tengiri 1.500 37,8
Fillet Tuna 1.870 25,65
Fillet Kakap Merah 650 41,35
Agustus
Fillet Kakap Putih 700 32,75
Ronggeng Kupas 250 20,25
Gelembung Gulama
Korea
250 13,55
September
Ronggeng Kupas 200 12,85
Fillet Kakap Merah 675 39,8
Fillet Tengiri 1.765 26,1
Cumi 500 31,45
Oktober
Fillet Kakap Putih 920 32,85
Fillet Kakap Merah 890 40,7
Ronggeng Kupas 200 8,8
Fillet Tengiri 1.565 46,8
November Fillet Kakap Merah 950 34,9
Fillet Kakap Putih 869 35,2
Fillet Tengiri 1.165 26,1
Gelembung Kakap Putih 300 20,85
Fillet Tuna 1.080 31,2
Ronggeng Kupas 260 8,8
Gelembung Gulama
Korea
250 22,9
Gelembung Kakap
Merah
320 19,95
42
Lanjutan Tabel 4.5 Total Produk Cacat Januari 2017-Desember 2017
Bulan Jenis Produk Total Produksi (KG) Total Produk Cacat
(KG)
Desember
Gelembung Kakap Putih 180 20,85
Gelembung Gulama
Korea
200 17,15
Fillet Tengiri 1.050 98,8
Fillet Tuna 900 51,8
Fillet Kakap Putih 930 30,85
Cumi 500 31,75
Total 44.142 1.966,26
Rata-rata 711,968 31,714
Sumber: PT. Berkah Aneka Laut, 2017
Tabel 4.5 menunjukkan angka produk cacat pada proses produksi
selama Januari hingga Desember 2017. Seperti yang dapat kita lihat, pada
setiap kegiatan produksi ditemukan adanya produk cacat yang jumlahnya
juga tidak sedikit. Seperti contohnya pada bulan Januari, setidaknya terdapat
produk cacat sejumlah 33,45 Kg dari total produksi 1190 Kg Fillet Ikan
Tengiri.
4.3.2 Mengukur Nilai DPMO dan Nilai Sigma
Dari data jumlah defect pada kegiatan proses produksi di PT. Berkah
Aneka Laut pada tabel 4.5 perlu diperhitungkan untuk menentukan nilai
DPMO dan nilai sigma. Sebagai contoh berikut adalah langkah perhitungan
nilai DPMO dan sigma menggunakan interpolasi pada produk Gelembung
Kakap Merah yang dihitung menggunakan persamaan 2.2 dan persamaan
2.3 :
DPMO = ( ) x 1000000 =
Nilai 84,310 adalah jumlah produk cacat dari produk Gelembung Kakap
Merah pada tahun 2017, sedangkan nilai 1.175 adalah total produksi dari
produk Gelembung Kakap Merah dan nilai 8 adalah nilai CTQ dari proses
produksi Gelembung Kakap Merah. Sementara, untuk perhitungan sigma
sebagai berikut :
43
( )
( )( )
( )
Berikut adalah perhitungan nilai DPMO dan Sigma secara
keseluruhan yang disajikan pada tabel 4.6 :
Tabel 4. 6 Perhitungan DPMO dan Nilai S Januari 2017-Desember 2017
Perhitungan DPMO dan Nilai S (Periode Januari 2017-Desember 2017)
No
Jenis Produksi
Total Produksi
(KG)
Total Produk
Cacat (KG)
CTQ
DPMO
Sigma
1 Fillet Ikan Tuna 10.035 269,75 8 3.369,1146 4,2095
2 Fillet Ikan
Tengiri
12.160 440,400 8 4.527,1381 4,1099
3 Fillet Ikan Kakap
Merah
6.510 287,800 8 5.985,8569 4,0130
4 Fillet Ikan Kakap
Putih
7.560 395,500 8 6.539,3518 3,9816
5 Gelembung
Gulama Korea
1.733 127,650 8 9.207,2994 3,8571
6 Gelembung
Kakap Putih
1.465 108,100 8 9.223,5494 3,8565
7 Gelembung
Kakap Merah
1.175 84,310 8 8.969,1489 3,8669
8 Udang Ronggeng 1.294 90,300 8 8.722,9521 3,8772
9 Cumi Kupas 2.210 162,450 8 9.188,3484 3,8579
Jumlah 44.141 1.966,260 72 65.732,7596 35,6296
Rata-rata 4.904,667 218,473 8 7.303,5844 3,9588
Sumber: Data Perusahaan yang telah diolah
44
4,3
4,2
4,1
4
3,9
3,8
3,7
Dari tabel 4.6 dapat disimpulkan bahwa rata-rata nilai DPMO
sebesar 7.303,5844 per bulan, yang berarti bahwa dalam satu juta
kesempatan akan terdapat 7.303,5844 kemungkinan proses tersebut
menghasilkan cacat, dan nilai sigma yang didapat sebesar 3,9588.
3,6
Fillet
Ikan
Tuna
Fillet
Ikan
Tengiri
Fillet
Kakap
Merah
Fillet
Kakap
Putih
Gelem
bung
Gulama
Korea
Gelem
bung
Kakap
Putih
Gelem
bung
Kakap
Merah
Rongge
ng
Kupas
Cumi
Kupas
Sigma 4,2095 4,1099 4,013 3,9816 3,8571 3,8565 3,8669 3,8772 3,8579
Gambar 4. 3 Grafik Pencapaian Nilai Sigma (Data yang Telah Diolah)
Gambar 4.3 menunjukkan tingkat pencapaian sigma pada tiap jenis
produksi. Hal ini juga sekaligus menunjukkan, bahwa semakin tinggi DPMO yang
didapat maka semakin rendah nilai sigma tersebut. Sehingga untuk menurunkan
nilai DPMO dan menaikkan nilai sigma perlu dilakukan perbaikan agar menuju
kegagalan nol (zero defect). Pada jenis produksi Gelembung Kakap Putih
didapatkan level sigma yang paling rendah dibanding dengan produk lainnya yakni
sebesar 3,856. Dalam hal ini dapat diketahui bahwa dalam proses produksi
Gelembung Gulama Korea masih banyak produk cacat.
4.4 Analyze
Setelah dilakukan perhitungan terhadap defect pada tahap measure,
tahapan selanjutnya melakukan analisa terhadap penyebab waste yang
mengakibatkan kecacatan produk dalam kegiatan proses produksi di PT.
Berkah Aneka Laut. Berdasarkan data yang disajikan pada tabel 4.1, dapat
diketahui bahwa waste yang mempengaruhi ada pada jenis waste Defect
pada kategori CTQ Internal Equipment pada produk dengan kerugian yang
didapat sejumlah 1.726.202.500 dan pada jenis waste Unappropriate
Processing di kegiatan Rework pada kategori CTQ Delice dan packaging
45
Axis
Tit
le
pada produk Fillet Ikan Tengiri dengan kerugian yang didapat sejumlah
18.205.845. Penyebab timbulnya waste tersebut karena adanya beberapa
kesalahan internal pada kegiatan produksi dan buruknya kualitas bahan
baku sehingga terjadilah penurunan kualitas produk yang dihasilkan. Maka
dari itu, dilakukan perbaikan pada proses produksi dengan menghilangkan
waste tersebut dengan melakukan prioritas perbaikan pada jenis waste
tertinggi yang ditemukan.
4.4.1 Diagram Fishbone (Diagram Sebab-Akibat)
Agar analisa perbaikan dapat segera dilakukan, maka analisa
dari seven waste yang menyebabkan rendahnya kualitas produk ikan
dilakukan dengan Fishbone Diagram atau diagram sebab-akibat.
Sesuai dengan hasil disuksi dengan pihak PT. Berkah Aneka Laut,
maka dibuat dua fishbone diagram untuk dua jenis waste yang
berbeda yakni fishbone diagram untuk waste defect pada 8 jenis
produk yang mempunyai defect sebagai waste tertingginya, dan
fishbone diagram untuk waste uanpproriate processing pada jenis
produk Fillet ikan tengiri yang mempunyai waste unapproriate
processing sebagai waste tertingginya. Pembuatan dua fishbone
diagram dilakukan karena sesuai dengan keterangan perusahaan,
akar penyebab masalah pada waste defect sama dari semua jenis
produk ikan yang memiliki defect sebagai waste tertingginya. Hal ini
juga sesuai dengan hasil FGD peneliti dengan pihak PT. Berkah
Aneka Laut. Berikut adalah rincian dari fishbone diagram pada
gambar 4.4, yang mempengaruhi banyaknya produk ikan cacat,
pertama adalah Fishbone Diagram pada jenis Waste Defect, waste
jenis defect ditemukan pada beberapa produk ikan diantaranya
produk Gelembung Kakap Merah, Gelembung Kakap Putih,
Gelembung Gulama Korea, Fillet Ikan Tuna, Fillet Kakap Merah,
Fillet Kakap Putih, Cumi dan Udang Ronggeng Kupas :
46
1. Man
a. Tidak ada training bagi pekerja baru
Di PT. Berkah Aneka Laut sendiri, proses perekrutan pegawai dalam
pabrik masih menggunakan sistem borongan. Yang mana apabila
terdapat pegawai yang baru masuk, tidak mendapat pembekalan
yang cukup untuk melakukan pekerjaannya. Pembekalan awal yang
didapat juga hanya sekedar instruksi untuk mengoperasikan mesin,
sehingga untuk pekerjaan lain pegawai baru biasanya melakukan
sharing knowledge dengan pegawai yang sudah bekerja lebih lama
di PT. Berkah Aneka Laut sendiri
b. Attitude pegawai yang kurang baik
Para pegawai masih belum mempunyai kesadaran untuk menerapkan
5R (Ringkas, Rapi, Resik, Rajin) dalam pekerjaannya. Kedisiplinan
pegawai juga masih sangat kurang, sehingga para pegawai dalam
menyelesaikan pekerjaannya masih belum maksimal.
2. Method
a. Tidak ada SOP yang tersusun dengan baik
SOP yang diberikan kepada para pegawai masih belum efektif,
bahkan terdapat beberapa kegiatan yang SOP nya disampaikan
dengan lisan oleh pengawas produksi.
b. Koordinasi antar pegawai yang kurang baik
Karena adanya SOP dan prosedur pekerjaan yang kurang tersusun
dengan baik, banyak terjadi miss communication antar pegawai
bahkan dengan pengawas produksi sendiri. terdapat juga pegawai
yang cenderung apatis dan tidak memberi arahan kepada pegawai
lainnya.
3. Machine
a. Mesin yang tidak bekerja dengan baik
Beberapa mesin ditemukan tidak bekerja dengan baik, misalnya
mesin tersebut sudah terlalu tua sehingga mengerjakan suatu
pekerjaan sangat lama dan menghasilkan produk yang tidak sesuai
dengan standar perusahaan.
47
b. Kurangnya pemeliharaan mesin
Penjadwalan pemeliharaan mesin yang tidak teratur menyebabkan
beberapa mesin tidak mendapatkan pemeliharaan yang cukup,
sehingga mesin tersebut sudah tidak layak pakai sebelum waktunya.
4. Measure
a. Peramalan yang kurang tepat dengan lapangan
Target yang ingin dicapai perusahaan tidak jarang tidak sesuai
dengan lapangan. Peramalan tersebut dilakukan tanpa melihat
kondisi lapangan, sehingga terdapat beberapa produk yang
dihasilkan namun tidak sesuai dengan keinginan perusahaan.
b. Spesifikasi yang kurang tepat
Spesifikasi yang diharapkan perusahaan tidak sesuai dengan produk
yang dihasilkan perusahaan
5. Material
a. Beberapa material tidak tersedia
Ketersediaan material sangat berpengaruh terhadap kualitas ikan
yang akan diproduksi. Apabila beberapa material tidak tersedia,
tentu saja sangat mempengaruhi kualitas ikan yang akan diproduksi.
Ikan yang dihasilkan tidak sesuai dengan standar perusahaan dan
tidak sesuai dengan keinginan konsumen
b. Mutu bahan baku yang tidak sesuai standar
Bahan baku yang didapatkan sudah tidak sesuai standar maka proses
produksi selanjutnya tidak dapat dilakukan. Karena pada proses
produksi semua bahan baku harus mempunyai kualitas yang baik
untuk bisa dilanjutkan ke tahapan selanjutnya.
6. Environment
a. Pengawasan yang kurang diperhatikan
Kurangnya pengawasan terhadap pegawai dalam kegiatan produksi
menyebabkan masih banyaknya produk cacat yang ditemui. Apabila
pengawasan diperketat, maka jumlah produk ikan cacat tentu bisa
diminimalisir.
b. Sebuah kesalahan yang dilakukan dianggap lumrah
48
Apabila terdapat kesalahan pada beberapa kegiatan produksi, hal itu
masih dianggap lumrah oleh perusahaan karena pihak perusahaan
masih beranggapan setiap kesalahan masih bisa diperbaiki.
Setelah ditemukan akar penyebab masalah dari waste defec pada 8 jenis
produk ikan yang dihasilkan PT. Berkah Aneka Laut, tahapan selanjutnya yang
dilakukan adalah mencari akar penyebab masalah selanjutnya dengan
pembuatan Fishbone Diagram pada jenis Waste Unappropriate Processing.
Jenis waste unappropriate processing ditemukan pada kegiatan produksi dari
produk Fillet Ikan Tengiri, berikut adalah penjelasan secara detail dari fishbone
diagram pada gambar 4.5 dari akar penyebab masalah dari waste unappropriate
processing :
1. Man
a. Tidak ada pengalaman kerja
Terdapat beberapa pegawai yang tidak memiliki pengalaman bekerja
dalam proses produksi ikan beku, sehingga pengetahuan dan pengalam
yang dimiliki tidak cukup mumpuni untuk dapat menguasai pekerjaan
meraka.
b. Motivasi kerja rendah
Para pegawai tidak memiliki semangat dan motivasi yang tinggi dalam
menyelesaikan pekerjaannya, sehingga mereka hanya mementingkan
kuantitas pekerjaan daripada kualitas pekerjaan yang dihasilkan.
c. Pekerja tidak tahu prosedur yang benar
Karena belum ada prosedur pekerjaan yang disusun dengan benar,
sebagian besar pegawai tidak tahu bagaimana prosedur pekerjaan yang
sesuai standar atau prosedur pekerjaan yang baik.
d. Rendahnya skill tenaga kerja
Kurangnya pengalama kerja serta pelatihan kerja bagi pegawai
menyebabkan skill dari pegawai tersebut masih sangat rendah sehingga
kesalahan pekerjaan seringkali terjadi ditemui dalam proses produksi
yang berlangsung.
2. Method
a. Prosedur membingungkan pegawai
49
Prosedur yang tersusun dengan buruk menyebabkan sebagian besar
pegawai mengalami kebingungan untuk memahami dan
mempresentasikan dalam pekerjaan yang dilakukan
b. Prosedur terlalu manual
SOP dan prosedur yang dibuat perusahaan masih sangat tradisional dan
hanya menggunakan prosedur yang berbentuk narasi sehingga membuat
pegawai malas untuk membacanya hingga akhir
c. Ditemukan beberapa step pekerjaan yang tidak dilakukan dengan benar
Beberapa pegawai tidak melakukan semua langkah pekerjaan dengan
benar bahkan terdapat langkah pekerjaan yang seharusnya dilakukan
namun tidak dilakukan oleh pegawai tersebut
d. Prosedur salah atau tidak di update
Didalam kegiatan produksi masih ditemukan beberapa prosedur
pekerjaan yang sudah tidak berlaku dan belum dipindahkan oleh pihak
departemen produksi, sehingga menyebabkan kesalah pahaman bagi
pegawai yang melakukan pekerjaan
3. Machine
a. Beberapa bagian mesin telah usang
Kurangnya perhatian terhadap maintenance mesin sehingga ditemukan
beberapa bagian mesin yang telah usang dan sudah tidak layak
dioperasikan. Hal ini juga disebabkan oleh penjadwalan maintenance
oleh pihak engineer yang kurang diperhatikan dengan baik sehingga
ditemukan beberapa bagian mesin yang telah usang didalam proses
produksi di PT. Berkah Aneka Laut
b. Tidak ada tanda mesin bekerja dengan buruk
Terdapat beberapa mesin yang secara fisik tampilannya terlihat masih
sangat bagus dan baru namun tanpa disadari mesin tersebut tidak bisa
dioperasikan dengan baik. Sehingga ketika kegiatan produksi
berlangsung, sering ditemui gangguan dan kerusakan yang terjadi secara
tiba-tiba
c. Kondisi mesin tidak stabil
50
Mesin yang digunakan dalam kegiatan produksi memiliki kondisi yang
tidak stabil seperti gampang trouble, belum masuk waktu perbaikan
namun mesin sudah butuh waktu perbaikan, dan beberapa kendala
lainnya
4. Material
a. Kualitas material rendah
Kualitas material yang didapat sebelum masuk proses produksi sudah
buruk sehingga mempengaruhi proses selanjutnya yang mempengaruhi
kualitas produk yang dihasilkan
b. Tidak sesuai spesifikasi
Material yang didapatkan tidak sesuai spesifikasi namun masih tetap
digunakan dan masuk ke tahap selanjutnya. Hal ini tetap dilakukan oleh
pihak PT. Berkah Aneka Laut guna meminimalisir terjadinya kerugian,
namun demikian, produk yang dihasilkan oleh PT. Berkah Aneka Laut
tetap memiliki kualitas yang kurang baik
c. Pemeriksaan yang kurang ketat
Pemeriksaan terhadap kualitas yang masih kurang diperhatikan sehingga
ditemui banyak kualitas material yang rendah dan menyebabkan produk
yang dihasilkan juga memiliki kualitas yang rendah dan tidak sesuai
standar yang ditetapkan oleh PT. Berkah Aneka Laut
5. Measure
a. Cara bekerja yang tidak berstandar
Budaya bekerja pegawai di bagian produksi PT. Berkah Aneka Laut
masih belum sesuai standar, yang juga disebabkan buruknya prosedur
yang dibuat dan kurangnya pengawasan terhadap pekerja
6. Environment
a. Kondisi di pabrik yang belum ergonomis
Ruang kerja di bagian produksi masih kurang nyaman bagi pegawai,
beberapa saluran udara ditemukan tidak berfungsi sehingga bau dari
ikan masih terkumpul didalam pabrik serta space bekerja yang terlalu
luas sehingga jarak mesin ke mesin lain terlalu jauh
51
Gambar 4. 4 Fishbone Diagram untuk Waste Defect pada 8 Jenis Ikan (Hasil Brainstorming, 2019)
52
Gambar 4. 5 Fishbone Diagram pada Waste Unapproriate Processing pada produk Fillet Ikan Tengiri (Hasil Brainstorming, 2019)
53
4.4.2 Metode FMEA (Failure Mode Effect Analysis)
Data penyebab defect yang diperoleh dari diagram fishbone,
kemudian diolah dengan menggunakan perhitungan Failure Mode
Effect Analysis (FMEA). FMEA digunakan untuk mengidentifikasi
penyebab kegagalan dengan memfokuskan kontrol pada penyebab
kegagalan. Untuk menentukan nilai tingkat keparahan dari dampak
yang diterima (Severity), tingkat probabilitas dari terjadinya suatu
kegagalan (Occurance), dan pengukuran terhadap pengontrolan
yang mendeteksi terjadinya kegagalan (Detection) (SOD) dan
diidentifikasi dari hasil brainstorming dengan pihak perusahaan
yang tertera pada lampiran . Setelah diperoleh nilai SOD selanjutnya
dilakukan tahap perhitungan nilai Risk Priority Number (RPN),
kemudian nilai RPN yang tertinggi akan dijadikan acuan prioritas
perbaikan yang dilakukan. Berikut ini adalah contoh perhitungan
nilai RPN pada jenis kegagalan potensial kualitas mesin yang kurang
baik sesuai dengan persamaan 2.3, dimana :
Nilai Severtiy = 2
Nilai Occurance = 4
Nilai Detection = 4
RPN = (2)(4)(2)
= 32
Tabel 4. 7 Perhitungan FMEA dan Nilai RPN
Jenis Kegagalan
Potensial
Penyebab SEV OCU DET RPN
(SxOxD)
Ranking
Kualitas mesin yang
kurang baik
2 4 4 32 16
Tidak ada SOP yang
tersusun dengan baik
8 7 6 336 1
Koordinasi antar
pegawai yang kurang
baik
8 3 5 120 7
54
Lanjutan Tabel 4.7 Perhitungan FMEA dan Nilai RPN
Jenis Kegagalan
Potensial
Penyebab SEV OCU DET RPN
(SxOxD)
Ranking
Defect Product
(Internal Equipment)
Pengawasan yang kurang
diperhatikan
8 8 3 192 3
Attitude pegawai yang tidak
baik
7 6 3 126 5
Mutu bahan baku tidak
sesuai standar
4 4 2 32 15
Peramalan yang tidak sesuai
dengan kondisi lapangan
3 3 2 18 23
Beberapa material tidak
tersedia
3 2 4 24 17
Unapproriate
Processing (Rework
on Delice)
Perawatan mesin yang tidak
terjadwal dengan baik
4 4 3 48 14
Rendahnya skill tenaga kerja 4 6 3 72 10
Spesifikasi yang kurang
tepat
3 4 2 24 22
Motivasi kerja rendah 8 7 3 168 4
Tidak ada pengalaman kerja 5 6 3 90 8
Kondisi mesin tidak stabil 3 4 2 24 18
Tidak ada tanda mesin
bekerja dengan buruk
3 4 2 24 19
Beberapa bagian mesin telah
usang
3 2 4 24 20
Kondisi didalam pabrik yang
belum ergonomis
4 5 4 80 9
Cara bekerja yang tidak
terstandar
4 4 4 64 11
Kualitas material rendah 3 4 2 24 21
Material tidak sesuai
spesifikasi
3 4 2 24 22
Pemeriksaan material yang
kurang ketat
2 4 3 24 23
Prosedur sulit dimengerti
pegawai
8 7 6 336 2
Prosedur terlalu manual 4 5 3 60 12
55
Lanjutan Tabel 4.7 Perhitungan FMEA dan Nilai RPN
Jenis Kegagalan
Potensial
Penyebab SEV OCU DET RPN
(SxOxD)
Ranking
Ditemukan beberapa step yang
tidak dikerjakan dengan benar
7 6 3 126 6
Prosedur salah / tidak diupdate 4 5 3 60 13
Sumber: Hasil Pengisian Tabel FMEA oleh Perusahaan
Dari analisa FMEA di tabel 4.7, diketahui nilai RPN yang digunakan
sebagai batasan penelitian adalah 3 penyebab dengan nilai RPN tertinggi
untuk waste defect adalah: Pertama, tidak ada SOP yang tersusun dengan
baik (336). Kedua, pengawasan kerja yang kurang diperhatikan (192).
Ketiga, attitude pekerja yang tidak baik (126). Sedangkan nilai RPN
tertinggi untuk waste unnaproriate processing adalah: Pertama, prosedur
membingungkan pegawai (336). Kedua, motivasi kerja rendah (168).
Ketiga, ditemukan beberapa step yang tidak dikerjakan dengan benar (126).
Dengan adanya batasan nilai RPN yang digunakan, maka peneliti dapat
memberikan rekomendasi perbaikan dari faktor penyebab kegagalan yang
diprioritaskan.
4.5 Improve
Setelah memperoleh akar penyebab dari tahapan analyze, selanjutnya
pada tahapan improve dilakukan tindakan perbaikan yang nantinya akan
diterapkan ke perusahaan. Dengan dilakukannya tindakan perbaikan,
diharapkan dapat meminimalisir kecacatan yang terjadi akibat beberapa akar
penyebab tersebut. Tindakan perbaikan tentunya harus mendapat
persetujuan dan perizinan dari pihak perusahaan dan dari beberapa
departemen yang bersangkutan. Dengan adanya kerjasama tersebut, maka
tindakan perbaikan akan terlaksana dengan baik. Selain itu, perlu
pengawasan yang lebih baik untuk pertama kali dilakukan penerapan
tindakan perbaikan ini.
Dengan metode FMEA yang telah dilakukan pada tahap analyze, maka
peneliti dapat memberikan usulan perbaikan pada perusahaan. Penetapan
tingkat nilai keseriusan akibat kesalahan terhadap proses dan konsumen
(severity), frekuensi terjadinya kesalahan (occurance), dan keseriusan akibat
56
kesalahan terhadap alat control akibat potensial cause (detection) dengan
jalan wawancara dengan pihak terkait. Adapun rekomendasi perbaikan yang
dapat diberikan untuk kategori nilai RPN tertinggi adalah sebagai berikut :
Tabel 4. 8 Usulan Perbaikan dari Nilai RPN yang Didapat
Nilai RPN Penyebab Rekomendasi Perbaikan
336
Tidak ada SOP yang
tersusun dengan baik
(P1)
Melakukan revisi SOP yang ada dengan
menampung masukan dari para pegawai
pabrik (R1)
336
Prosedur sulit dimengerti
pegawai (P2)
Membuat prosedur dalam bentuk flowchart
terkait prosedur kerja yang mudah dipahami
seluruh pekerja (R2)
192
Pengawasan yang kurang
diperhatikan (P3)
Melakukan monitoring dengan pengisian
checklist personal in charge (R3)
Sumber: Data yang Telah Diolah
Berdasarkan rekomendasi perbaikan yang telah diberikan pada tabel 4.8,
maka dapat dilakukan beberapa perbaikan. Berikut adalah rincian dari perbaikan
yang direkomendasikan untuk PT Berkah Aneka Laut :
1. Melakukan revisi SOP
Perbaikan pertama yang dilakukan adalah perbaikan pada jenis waste defect
yaitu melakukan revisi dari SOP yang sudah ada dengan SOP baru yang
telah dikembangkan secara detail yang digambarkan pada gambar 4.6.
Berikut adalah gambar dari SOP yang telah dilakukan perbaikan :
57
Gambar 4. 6 Flowchart untuk SOP Baru yang Akan Diterapkan (Data yang Telah Diolah, 2019)
58
2. Sosialisasi terkait prosedur kerja
Kegiatan pada tahap ini adalah melakukan sosialisasi terhadap seluruh
pekerja tentang prosedur kerja. Pada tahap ini, para pekerja mendapatkan
sosialisasi tentang detail masing-masing pekerjaan mereka, yang
digambarkan pada diagram alur dibawah ini :
Gambar 4. 7 Flowchart pada Masing-masing Kegiatan Produksi di PT Berkah Aneka Laut (Data
yang Telah Diolah, 2019)
Berdasarkan gambar 4.7, dengan adanya pembuatan flowchart perihal tahapan
produksi dari masing-masing kegiatan, diharapkan para pekerja dapat lebih
memahami detail dari setiap kegiatan yang akan dilakukan. Sehingga,
kemungkinan terjadinya kesalahan manusia (human error) dalam kegiatan
produksi juga dapat diminimalisir. Kegiatan sosialisasi terkait dengan tahapan
kegiatan produksi dapat dilakukan pada saat persiapan kerja, sehingga para
pekerja diharapkan lebih siap dalam melakukan kegiatan pekerjaan.
3. Pengisian checklist personal in charge
Tahap perbaikan selanjutnya adalah melakukan pengawasan lebih dengan
pengisian checklist personal in charge. Terdapat beberapa form dalam
pengisian checklist in charge, diantaranya adalah form evaluasi yang diisi
oleh worker pada kegiatan produksi dan diperiksa oleh pengawas produksi
dan diisi pada akhir kegiatan produksi. Berikut adalah detail dari form
59
evaluasi departemen produksi yang diisi dalam kegiatan checklist personal
in charge :
Gambar 4. 8 Checksheet Personal In Charge yang Akan Diterapkan di PT Berkah Aneka Laut (Data
yang Telah Diolah, 2019)
Form selanjutnya yang diisi adalah checksheet persiapan pelaksanaan
kegiatan produksi. Form ini diisi oleh pengawas produksi pada saat sebelum
kegiatan dimulai. Pengisian form ini bertujuan untuk memastikan peralatan
yang akan digunakan pekerja sudah sesuai dengan peraturan perusahaan.
Gambar 4.9 menunjukkan detail dari form persiapan kegiatan produksi :
60
Gambar 4. 9 Checksheet Personal In Charge yang Akan Diterapkan di PT. Berkah Aneka Laut
(Data yang Telah Diolah, 2019)
Selanjutnya adalah form checksheet pelaksanaan produksi. Pengisian form
ini dilakukan oleh pengawas produksi pada saat kegiatan produksi
berlangsung. Form ini berisi tentang kondisi aktual area pada kegiatan
produksi. Gambar 4.10 menunjukkan detail dari form :
61
Gambar 4. 10 Checksheet Personal In Charge yang Akan Diterapkan di PT. Berkah Aneka Laut
(Data yang Telah Diolah, 2019)
Form selanjutnya yang diisi adalah pengisian checksheet saat kegiatan
produksi telah berakhir. Pengisian form ini bertujuan untuk mengetahui
kondisi aktual area produksi ketika kegiatan produksi telah berakhir.
Pengisian form dilakukan oleh pengawas produksi pada tiap station dan
diisi ketika kegiatan produksi telah berakhir. Gambar 4.11 menunjukkan
detail dari form tersebut :
62
Gambar 4. 11 Checksheet Personal In Charge yang Akan Diterapkan di PT. Berkah Aneka Laut
(Data yang Telah Diolah, 2019)
4.6 Control
Tujuan dari tahap control adalah untuk melengkapi semua kerja proyek
dan menyampaikan hasil proses perbaikan kepada pihak perusahaan. Tahap
control ini merupakan tahap yang terpenting karena pada tahap ini
dilakukan pengawasan terhadap seluruh proses sehingga tidak ditemukan
kegiatan yang tidak diinginkan serta mendapatkan keuntungan dari
perbaikan yang berkelanjutan harus didapatkan. Fase pada tahap control
merupakan fase untuk memantau agar usulan perbaikan yang terpilih dapat
63
diterapkan dengan benar. Berikut merupakan beberapa usulan pengendalian
perbaikan :
Tabel 4. 9 Usulan Pengendalian pada Tahap Control
Penyebab Usulan Pengendalian
Tidak ada SOP yang
tersusun dengan baik (P1)
Melakukan revisi pada SOP yang sudah ada, serta diberikan
prosedur kerja di dalam SOP yang meliputi kegiatan-kegiatan
yang mencakup seluruh proses produksi, serta mencantumkan
pihak-pihak yang akan berkoordinasi dengan pegawai selama
proses produksi berlangsung
Prosedur sulit dimengerti
pegawai (P2)
Melakukan penyusunan prosedur pada tiap-tiap tahapan
kegiatan produksi secara detail yang dijelaskan dengan
menggunakan diagram alur serta penggunaan tata bahasa yang
di pahami oleh semua kalangan pekerja
Pengawasan yang kurang
diperhatikan (P3)
Melakukan inspeksi kerja secara rutin, dari yang mulanya
hanya pada akhir kegiatan saja namun ditambah pengawasan
setelah jeda jam istirahat sehingga pengawas dapat
mengetahui kegiatan apa saja yang telah dilaksanakan oleh
pegawai dan menilai hasil pekerjaan mereka. Selain inspeksi
terhadap pekerja, inspeksi juga dilakukan dengan melakukan
pemeriksaan terhadap kondisi room dan mesin penunjang
kegiatan produksi
Sumber: Data yang Telah Diolah
Tabel 4.9 merupakan usulan pengendalian dari rekomendasi perbaikan yang
akan diimplementasikan oleh Departemen Produksi PT Berkah Aneka Laut. Setelah
tahap perbaikan tersebut diimplementasikan, maka didapatkan hasil dari tahap
control yang dilakukan di Departemen Produksi PT Berkah Aneka Laut.
Pelaksanaan tahap control dilakukan selama jam operasional bagian produksi
dimulai dari tanggal 20 Mei 2019 hingga 31 Mei 2019, dilanjutkan pada tanggal 10
Juni 2019 hingga 15 Juni 2019. Beberapa hasil dari tahap control yang didapatkan
diantaranya adalah :
1. Perhitungan jumlah produk ikan cacat yang dihasilkan :
64
Tabel 4. 10 Total Produksi dan Total Produk Cacat selama Tahap Control
Minggu ke- Jenis Produk Total Produksi (Kg) Total Produk Cacat
(Kg)
1 Fillet Tuna 1.155,7 0,85
Ronggeng Kupas 290,65 0,9
Cumi 299 0,3
Gelembung Gulama
Korea
225 0,17
2
Fillet Tuna 1.230 1,05
Fillet Kakap Putih 1.025,8 0,9
Fillet Kakap Merah 1.290 0,7
Fillet Tengiri 1250 1,05
3
Fillet Kakap Putih 1.060 0,3
Fillet Kakap Merah 790,75 0,6
Gelembung Kakap
Putih
225 0,15
Gelembung Kakap
Merah
229 0,17
Total 9.070,9 7,14
Rata-rata 1.077,8 0,79
Sumber: Data Perusahaan yang Telah Diolah, 2019
Tabel 4.10 menyajikan data dari hasil perhitungan total produksi dan total
produk cacat yang ditemukan dalam fase tahap control. Berdasarkan data yang
disajikan pada tabel 4.5, sebelum adanya penerapan lean six sigma didalam
kegiatan produksi total produk cacat yang ditemukan sebanyak 1.966,26 Kg dari
total produksi sebanyak 44.142 Kg, sedangkan total produk cacat yang ditemukan
mengalami penurunan setelah adanya penerapan lean six sigma pada kegiatan
produksi seperti yang disajikan pada tabel 4.10 total produk cacat yang ditemukan
sebanyak 7,14 Kg dengan total produksi sebanyak 9.070,9 Kg.
Dapat kita lihat perubahan jumlah produk cacat yang ditemukan mengalami
penurunan yang cukup signifikan setelah dilakukan penerapan lean six sigma, hal
ini menunjukkan bahwa dengan adanya penerapan lean six sigma dapat
mempengaruhi kinerja proses produksi dengan mengurangi produk cacat yang
dihasilkan di dalam proses produksi itu sendiri. Setelah melakukan perhitungan
65
terhadap total produksi dan total produk cacat yang dihasilkan, tahap selanjutnya
yakni melakukan perhitungan DPMO dan nilai Sigma setelah adanya penerapan
lean six sigma.
2. Perhitungan DPMO dari jumlah cacat yang dihasilkan :
Tabel 4. 11 Tabel Perhitungan Nilai DPMO dan Nilai S selama Tahap Control
Perhitungan DPMO dan Nilai S
No Jenis Produk Total
Produksi (Kg)
Total
Produk Cacat (Kg)
CTQ DPMO S
1 Fillet Kakap
Merah
2.080,75 1,3 8 78,0968 5,2797
2 Fillet Kakap
Putih
2.085,8 1,2 8 71,9148 5,3004
3 Fillet Tuna 2.385,7 1,9 8 99,5515 5,2211
4 Ronggeng
Kupas
290,65 0,9 8 387,0635 4,8621
5 Fillet Tengiri 1250 1,05 8 105 5,2075
6 Cumi 299 0,3 8 543,4783 4,7671
7 Gelembung
Gulama Korea
225 0,17 8 94,4444 5,2338
8 Gelembung
Kakap Putih
225 0,15 8 83,3333 5,2655
9 Gelembung
Kakap Merah
229 0,17 8 92,7947 5,2380
Total 9.070,9 7,14 32 1555,6773 46,3752
Rata-rata 1.077,8 0,79 8 172,8530 5,1528
Sumber: Data Perusahaan yang Telah Diolah, 2019
Berdasarkan perhitungan DPMO dan Nilai Sigma pada tabel 4.11 yang
ditemukan dalam fase tahap control. Berdasarkan perhitungan DPMO dan nilai
sigma yang telah dilakukan pada tahap control pada tanggal 20 Mei 2019 hingga 31
Mei 2019 dan dilanjutkan pada tanggal 10 Juni 2019 hingga 15 Juni 2019, dapat
kita lihat perubahan dari perhitungan DPMO dan nilai sigma sebelum adanya
penerapan lean six sigma pada kegiatan produksi di PT Berkah Aneka Laut. Pada
tahapan control, rekomendasi perbaikan yang diterapkan diantaranya adalah pada
kegiatan pembuatan SOP baru (melakukan revisi dari SOP lama), pengisian
66
checksheet personal in charge dan kontrol dalam setiap kegiatan dengan pengisian
laporan inspeksi. Apabila semua rekomendasi perbaikan yang diberikan oleh
peneliti dapat diimplementasikan pada kegiatan produksi di PT. Berkah Aneka
Laut, diharapkan jumlah produk cacat yang ditemukan pada kegiatan produksi di
PT. Berkah Aneka Laut mengalami penurunan dari sebelumnya. Selain itu, apabila
rekomendasi perbaikan yang diimplementasikan dapat dilakukan dalam jangka
waktu yang lebih lama, diharapkan juga dapat berdampak pada jumlah produk cacat
yang dihasilkan oleh PT. Berkah Aneka Laut sehingga peningkatan kualitas yang
diharapkan oleh pihak PT. Berkah Aneka Laut dapat tercapai.
Dari tabel 4.6, dapat kita ketahui nilai sigma yang didapatkan pada kegiatan
produksi di tahun 2017 menunjukkan angka 3,9588 sedangkan pada tahap control
yang dilakukan pada tanggal 20 Mei 2019 hingga 31 Mei 2019 dan dilanjutkan
pada tanggal 10 Juni 2019 hingga 15 Juni 2019, seperti pada data yang disajikan
pada tabel 4.11 level sigma mengalami peningkatan di angka 5,1528. Dengan
adanya penerapan lean six sigma, dapat kita lihat peningkatan nilai sigma meskipun
belum mencapai nilai yang signifikan, apabila penerapan lean six sigma dapat
dilakukan dalam jangka panjang dan secara terus menerus, maka akan didapatkan
nilai sigma yang lebih tinggi, sehingga diharapkan dapat meminimasi produk cacat
serta pemborosan-pemborosan atau waste yang tidak diharapkan pada seluruh
kegiatan produksi di PT Berkah Aneka Laut.
67
(halaman ini sengaja dikosongkan)
68
5.1 Kesimpulan
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan hasil pengolahan dan analisis data dengan menggunakan lean
six sigma pada kinerja produksi sebagai upaya meminimalkan waste di PT
Berkah Aneka Laut yang dilakukan oleh peneliti, maka dapat diambil
kesimpulan sebagai berikut :
1. Proses produksi di PT Berkah Aneka Laut terbagi menjadi 9 jenis
kegiatan produksi. Pada tahap identifikasi waste, dilakukan pembuatan
SIPOC Diagram, Process Map , dan selanjutnya CTQ diklasifikasikan
sesuai dengan jenis produk yang dihasilkan pada kegiatan produksi,
sehingga dapat diidentifikasikan waste yang menghambat proses
produksi di dalam PT Berkah Aneka Laut.
2. Pada tahap analisa penyebab waste dilakukan analisa penyebab akar
masalah dilakukan dengan menggunakan Fishbone Diagram atau
Diagram Sebab Akibat dan FMEA (Failure Mode and Effect Analysis)
untuk mencari RPN (Risk Priority Number). Berdasarkan analisa yang
didapatkan, maka peneliti dengan pihak Departemen Produksi
memperoleh 3 penyebab dengan nilai RPN tertinggi yang didapat dari
dua waste yaitu pada waste defect dan waste unapproriate processing.
3. Usulan perbaikan yang disarankan yaitu yang pertama adalah dengan
pembuatan SOP yang baru melalui masukan dari pihak pekerja di bagian
produksi PT Berkah Aneka Laut, usulan perbaikan selanjutnya adalah
dengan pembuatan checksheet personal in charge, dan melakukan
penerapan sikap sadar 5R bagi para pekerja, melakukan sosialisasi
tentang prosedur kerja, selanjutnya yaitu membuat rencana pelatihan
kerja bagi para pekerja dan usulan perbaikan yang terakhir adalah
melakukan inspeksi pada setiap kegiatan agar tidak terjadi kesalahan
kerja yang tidak diharapkan. Setelah melakukan tahap control,
didapatkan perubahan nilai DPMO sebesar 172,8530 dan Sigma sebesar
5,1528.
69
1.2 Saran
Berdasarkan hasil penelitian dan penarikan kesimpulan yang telah
dijelaskan diatas, sebagai upaya mendukung keberhasilan kegiatan
peningkatan kualitas maka penulis memberikan saran dan masukan
kepada perusahaan dan peneliti lain di bidang yang sama diantaranya
adalah sebagai berikut :
1. Pihak PT Berkah Aneka Laut dapat menerapkan lean six sigma
sebagai upaya untuk meningkatkan kualitas, sehingga
perusahaan dapat mengetahui penyebab kegagalan dalam proses
produksi secara detail, sebagai dasar perbaikan yang
berkelanjutan untuk mengurangi kegagalan proses atau
ketidaksesuaian serta meminimalkan pemborosan pada setiap
kegiatan produksi.
2. Bagi penelitian selanjutnya, baiknya dilakukan lean assesment
terhadap perusahaan terkait peningkatan kriteria perbaikan, serta
dapat dilakukan tahap control dengan jangka waktu yang lebih
lama sehingga dapat dilakukan perhitungan nilai waste setelah
adanya penerapan lean six sigma pada tahap control.
70
DAFTAR PUSTAKA
Ahyari, A. (1990). Pengendalian Produksi, Buku 2. Yogyakarta: BPFE.
Alvin, N., Sugiono, & Farela, C. (2013). Pendekatan Lean Six Sigma untuk
Mengurangi Waste Proses Produksi Brown Paper (Studi Kasus: PT Kertas
Leces Probolinggo). Jurnal Teknik Industri Fakultas Teknik
Universitas Brawijaya, 406-417.
Choiri, M., Farela, C., & Halim, A. (2014). Implementasi Lean Six Sigma sebagai
Upaya Meminimasi Waste pada Pembuatan WEBB di PT. Temprina Media
Grafika Nganjuk. Jurnal Rekayasa Teknik Universitas Brawijaya, 974-
984.
Dewi, W. R., Setyanto, N. W., & Mada, C. F. (2013). Implementasi Metode Lean
Six Sigma Sebagai Upaya Meminimalisir Waste pada PT. Prime Line
International. Jurnal OPSI (Optimasi Sistem Industri), 23-30.
Gaspersz, V. (2005). Sistem Manajemen Kinerja Terintegrasi Balance
Scorecard dengan Six Sigma untuk Organisasi Bisnis dan Pemerintah.
Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Gasperz, & Vincent. (2002). Pedoman Implementasi Program Six Sigma
Terintegrasi dengan ISO 9000:2000, MBMNQA dan HACCP. Jakarta:
PT. Gramedia Pustaka Utama.
Gasperz, V. (2007). Total Quality Management. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka.
Gasperz, V., & Fontana, A. (2011). Lean Six Sigma for Manufacturing and
Service Industries. Bogor: Vinchristo Publication.
Gujarati, D. (1995). Ekonometrika Dasar. Jakarta: Erlangga.
Hines, T. (2004). Supply Chain Strategies: Customer-driven and Customer-
focused. Oxford: Butterworth-Heinemann.
Kusumawati, A., & Fitriyeni, L. (2017). Pengendalian Kualitas Proses
Pengemasan Gula dengan Pendekatan Six Sigma. Jurnal Sistem dan
Manajemen Industri Vol 1 No 1, 43-48.
Nasution, M. N. (2010). Manajemen Mutu Terpadu. Surabaya: Ghalia Indonesia.
Nia, R., & Rachman, F. (2018). Analisa Pengendalian Kualitas Proses Produksi
Botol pada Departemen Blowmolding di Industri Packaging. Proceedings
Conference on Design Manufacture Engineering and its Application,
139-144.
Tannady, H. (2015). Pengendalian Kualitas. Sleman: Graha Ilmu.
71
Valles, A., Sanchez, J., & Noriega, S. (2009). Implementation of Six Sigma in a
Manufacturing Process: A Case Study. International Journal of
Industrial Engineering, 171-181.
72
LAMPIRAN
73
74
LAMPIRAN 1
HASIL WAWANCARA DENGAN DIREKTUR OPERASIONAL
TERKAIT 7 WASTE PADA PROSES PRODUKSI
75
76
LAMPIRAN 2
HASIL WAWANCARA DENGAN PIHAK DEPARTEMEN
PRODUKSI TERKAIT PEMBUATAN FISHBONE DIAGRAM
77
78
79
80
81
82
83
84
85
86
87
88
89
90
91
92
93
(halaman ini sengaja dikosongkan)
94
LAMPIRAN 3
TABEL RISK PRIORITY NUMBER (RPN)
95
96
97
98
99
100
10
102
10
(halaman ini sengaja dikosongkan)
104
LAMPIRAN 4
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) LAMA
PT BERKAH ANEKA LAUT
105
106
LAMPIRAN 5
HASIL WAWANCARA TERKAIT PEMBUATAN SOP DARI HASIL FEEDBACK PADA DEPARTEMEN
PRODUKSI PT BERKAH ANEKA LAUT
No. Daftar Pertanyaan Ringkasan Jawaban
1 Peralatan apa saja yang harus anda bawa dan anda gunakan dalam kegiatan
produksi ?
- APD
- HT
2 Siapa saja pihak yang anda ajak berkoordinasi sebelum kegiatan dimulai ? - HSE
- Pengawas Produksi
- Operator
3 Apa saja yang harus di cek pada tahap persiapan produksi ? a. Power checking, apakah sudah menyala
atau belum
b. Thermostart checking, suhu ruangan harus
berada pada titik -3 Celcius-0 Celcius
c. Workplace checking, apakah sudah
disiapkan dengan rapi atau belum
d. Machine checking, apakah mesin sudah
dikalibrasi atau belum
e. Vehicle checking, apakah semua vehicle
107
No. Daftar Pertanyaan Ringkasan Jawaban
yang digunakan sudah siap atau belum
4 Apa saja kegiatan yang anda lakukan pada kegiatan produksi ? a. Mengambil bahan baku di rail yang sudah
disediakan
b. Mengikuti alur sesuai panduan kerja
masing-masing
c. Koordinasi pada pengawas selama kegiatan
berlangsung
5 Peralatan apa saja yang anda gunakan untuk berkooridnasi dengan pengawas
produksi atau dengan sesama pekerja ?
HT
6 Problem apa saja yang biasa anda temui pada saat kegiatan produksi ? - Mesin overheat
- Vibrasi mesin yang tidak stabil
7 Bagaimana cara anda mendeteksi problem tersebut ketika akan muncul ? - Power led mesin menyala
- Terdapat suara getaran mesin yang berbeda
(lebih kencang), jika di stop mesin akan
berasap
8 Bagaimana cara anda mendeteksi problem tersebut ketika akan muncul ? - Ikan rusak, dilihat dari temperatur mesin
- Dilihat dari flow rate mesin
9 Siapa saja pihak yang anda ajak koordinasi awal ketika terjadi problem ? Operator
108
No. Daftar Pertanyaan Ringkasan Jawaban
10 Siapa saja pihak yang dilapori agar problem tersebut teratasi ? Seksi maintenance
11 Apa yang anda lakukan ketika kegiatan produksi telah berakhir atau selesai ? - Stop semua kegiatan
- Kontak pengawas dan menunggu informasi
dari pengawas
12 Siapa saja pihak yang anda ajak koordinasi ketika kegiatan telah selesai ? Pengawas produksi
13 Peralatan apa saja yang digunakan untuk berkoordinasi ? HT
14 Apa evaluasi yang anda dapatkan setelah melakukan kegiatan ini ? Evaluasi kecepatan kerja dan ketepatan kerja
personal
109
(halaman ini sengaja dikosongkan
110
LAMPIRAN 6
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) BARU PT BERKAH ANEKA LAUT
111
112
113
114
115
116
LAMPIRAN 7
TABEL KONVERSI SIGMA BERDASARKAN MOTOROLA 6’S
SIGMA
Nilai
Sigma
DPMO Nilai
Sigma
DPMO Nilai
Sigma
DPMO Nilai
Sigma
DPMO
0,00 933.193 0,51 838.913 1,02 684.386 1,53 488.033
0,01 931.888 0,52 836.457 1,03 680.822 1,54 484.047
0,02 930.563 0,53 833.977 1,04 677.242 1,55 480.061
0,03 929.219 0,54 831.472 1,05 673.645 1,56 476.078
0,04 927.855 0,55 828.944 1,06 670.031 1,57 472.097
0,05 926.471 0,56 826.391 1,07 666.402 1,58 468.119
0,06 925.066 0,57 823.814 1,08 662.757 1,59 464.144
0,07 923.641 0,58 821.214 1,09 659.097 1,60 460.172
0,08 922.196 0,59 818.589 1,10 655.422 1,61 456.205
0,09 920.730 0,60 815.940 1,11 651.732 1,62 452.242
0,10 919.243 0,61 813.267 1,12 648.027 1,63 448.283
0,11 917.736 0,62 810.570 1,13 644.309 1,64 444.330
0,12 916.207 0,63 807.850 1,14 640.576 1,65 440.382
0,13 914.656 0,64 805.106 1,15 636.831 1,66 436.441
0,14 913.085 0,65 802.338 1,16 633.072 1,67 432.505
0,15 911.492 0,66 799.546 1,17 629.300 1,68 428.576
0,16 909.877 0,67 796.731 1,18 625.516 1,69 424.655
0,17 908.241 0,68 793.892 1,19 621.719 1,70 420.740
0,18 906.582 0,69 791.030 1,20 617.911 1,71 416.834
0,19 904.902 0,70 788.145 1,21 614.092 1,72 412.936
0,20 903.199 0,71 785.236 1,22 610.261 1,73 409.046
0,21 901.475 0,72 782.305 1,23 606.420 1,74 405.165
0,22 899.727 0,73 779.350 1,24 602.568 1,75 401.294
0,23 897.958 0,74 776.373 1,25 598.706 1,76 397.432
0,24 896.165 0,75 773.373 1,26 594.835 1,77 393.580
0,25 894.350 0,76 770.350 1,27 590.954 1,78 389.739
117
0,26 892.512 0,77 767.305 1,28 587.064 1,79 385.908
0,27 890.651 0,78 764.238 1,29 583.166 1,80 382.089
0,28 888.767 0,79 761.148 1,30 579.260 1,81 378.281
Nilai
Sigma
DPMO Nilai
Sigma
DPMO Nilai
Sigma
DPMO Nilai
Sigma
DPMO
0,29 886.860 0,80 758.036 1,31 575.345 1,82 374.484
0,30 884.930 0,81 754.903 1,32 571.424 1,83 370.700
0,31 882.977 0,82 751.748 1,33 567.495 1,84 366.928
0,32 881.000 0,83 748.571 1,34 563.559 1,85 363.169
0,33 878.999 0,84 745.373 1,35 559.618 1,86 359.424
0,34 876.976 0,85 742.154 1,36 555.670 1,87 355.691
0,35 874.928 0,86 738.914 1,37 551.717 1,88 351.973
0,36 872.857 0,87 735.653 1,38 547.758 1,89 348.268
0,37 870.762 0,88 732.371 1,39 543.795 1,90 344.578
0,38 868.643 0,89 729.069 1,40 539.828 1,91 340.903
0,39 866.500 0,90 725.747 1,41 535.856 1,92 337.243
0,40 864.334 0,91 722.405 1,42 531.881 1,93 333.598
0,41 862.143 0,92 719.043 1,43 527.903 1,94 329.969
0,42 859.929 0,93 715.661 1,44 523.922 1,95 326.355
0,43 857.690 0,94 712.260 1,45 519.939 1,96 322.758
0,44 855.428 0,95 708.840 1,46 515.953 1,97 319.178
0,45 853.141 0,96 705.402 1,47 511.967 1,98 315.614
0,46 850.830 0,97 701.944 1,48 507.978 1,99 312.067
0,47 848.495 0,98 698.468 1,49 503.989 2,00 308.538
0,48 846.136 0,99 694.974 1,50 500.000 2,01 305.026
0,49 843.752 1,00 691.462 1,51 496.011 2,02 301.532
0,50 841.345 1,01 687.933 1,52 492.022 2,03 298.056
118
Nilai
Sigma
DPMO Nilai
Sigma
DPMO Nilai
Sigma
DPMO Nilai
Sigma
DPMO
2,04 294.598 2,55 146.859 3,06 59.380 3,57 19.226
2,05 291.160 2,56 144.572 3,07 58.208 3,58 18.763
2,06 287.740 2,57 142.310 3,08 57.053 3,59 18.309
2,07 284.339 2,58 140.071 3,09 55.917 3,60 17.864
2,08 280.957 2,59 137.857 3,10 54.799 3,61 17.429
2,09 277.595 2,60 135.666 3,11 53.699 3,62 17.003
2,10 274.253 2,61 133.500 3,12 52.616 3,63 16.586
2,11 270.931 2,62 131.357 3,13 51.551 3,64 16.177
2,12 267.629 2,63 129.238 3,14 50.503 3,65 15.778
2,13 264.347 2,64 127.143 3,15 49.471 3,66 15.386
2,14 261.086 2,65 125.072 3,16 48.457 3,67 15.003
2,15 257.846 2,66 123.024 3,17 47.460 3,68 14.629
2,16 254.627 2,67 121.001 3,18 46.479 3,69 16.262
2,17 251.429 2,68 119.000 3,19 45.514 3,70 13.903
2,18 248.252 2,69 117.023 3,20 44.565 3,71 13.553
2,19 245.097 2,70 115.070 3,21 43.633 3,72 13.209
2,20 241.964 2,71 113.140 3,22 42.716 3,73 12.874
2,21 238.852 2,72 111.233 3,23 41.815 3,74 12.545
2,22 235.762 2,73 109.349 3,24 40.929 3,75 12.224
2,23 232.695 2,74 107.488 3,25 40.059 3,76 11.911
2,24 229.650 2,75 105.650 3,26 39.204 3,77 11.604
2,25 226.627 2,76 103.835 3,27 38.364 3,78 11.304
2,26 223.627 2,77 102.042 3,28 37.538 3,79 11.011
2,27 220.650 2,78 100.273 3,29 36.727 3,80 10.724
2,28 217.695 2,79 98.525 3,30 35.930 3,81 10.444
2,29 214.764 2,80 96.801 3,31 35.148 3,82 10.170
2,30 211.855 2,81 95.098 3,32 34.379 3,83 9.903
2,31 208.970 2,82 93.418 3,33 33.625 3,84 9.642
2,32 206.108 2,83 91.759 3,34 32.884 3,85 9.387
2,33 203.269 2,84 90.123 3,35 32.157 3,86 9.137
119
Nilai
Sigma
DPMO Nilai
Sigma
DPMO Nilai
Sigma
DPMO Nilai
Sigma
DPMO
2,34 200.454 2,85 88.508 3,36 31.443 3,87 8.894
2,35 197.662 2,86 86.915 3,37 30.742 3,88 8.656
2,36 194.894 2,87 85.344 3,38 30.054 3,89 8.424
2,37 192.150 2,88 83.793 3,39 29.379 3,90 8.198
2,38 189.430 2,89 82.264 3,40 28.716 3,91 7.976
2,39 186.733 2,90 80.757 3,41 28.067 3,92 7.760
2,40 184.060 2,91 79.270 3,42 27.429 3,93 7.549
2,41 181.411 2,92 77.804 3,43 26.803 3,94 7.344
2,42 178.786 2,93 76.359 3,44 26.190 3,95 7.143
2,43 176.186 2,94 74.934 3,45 25.588 3,96 6.947
2,44 173.609 2,95 73.529 3,46 24.998 3,97 6.756
2,45 171.056 2,96 72.145 3,47 24.419 3,98 6.569
2,46 168.528 2,97 70.781 3,48 23.852 3,99 6.387
2,47 166.023 2,98 69.437 3,49 23.295 4,00 6.210
2,48 163.543 2,99 68.112 3,50 22.750 4,01 6.037
2,49 161.087 3,00 66.807 3,51 22.215 4,02 5.868
2,50 158.655 3,01 65.522 3,52 21.692 4,03 5.703
2,51 156.248 3,02 64.256 3,53 21.178 4,04 5.543
2,52 153.864 3,03 63.008 3,54 20.675 4,05 5.386
2,53 151.505 3,04 61.780 3,55 20.182 4,06 5.234
2,54 149.170 3,05 60.571 3,56 19.699 4,07 5.085
120
Nilai
Sigma
DPMO Nilai
Sigma
DPMO Nilai
Sigma
DPMO Nilai
Sigma
DPMO
4,08 4.940 4,59 1.001 5,10 159 5,61 20
4,09 4.799 4,60 968 5,11 153 5,62 19
4,10 4.661 4,61 936 5,12 147 5,63 18
4,11 4.527 4,62 904 5,13 142 5,64 17
4,12 4.397 4,63 874 5,14 136 5,65 17
4,13 4.269 4,64 845 5,15 131 5,66 16
4,14 4.145 4,65 816 5,16 126 5,67 15
4,15 4.025 4,66 789 5,17 121 5,68 15
4,16 3.907 4,67 762 5,18 117 5,69 14
4,17 3.793 4,68 736 5,19 112 5,70 13
4,18 3.681 4,69 711 5,20 108 5,71 13
4,19 3.573 4,70 687 5,21 104 5,72 12
4,20 3.467 4,71 664 5,22 100 5,73 12
4,21 3.364 4,72 641 5,23 96 5,74 11
4,22 3.264 4,73 619 5,24 92 5,75 11
4,23 3.167 4,74 598 5,25 88 5,76 10
4,24 3.072 4,75 577 5,26 85 5,77 10
4,25 2.980 4,76 557 5,27 82 5,78 9
4,26 2.890 4,77 538 5,28 78 5,79 9
4,27 2.803 4,78 519 5,29 75 5,80 9
4,28 2.718 4,79 501 5,30 72 5,81 8
4,29 2.635 4,80 483 5,31 70 5,82 8
4,30 2.555 4,81 467 5,32 67 5,83 7
4,31 2.477 4,82 450 5,33 64 5,84 7
4,32 2.401 4,83 434 5,34 62 5,85 7
4,33 2.327 4,84 419 5,35 59 5,86 7
4,34 2.256 4,85 404 5,36 57 5,87 6
4,35 2.186 4,86 390 5,37 54 5,88 6
4,36 2.118 4,87 376 5,38 52 5,89 6
4,37 2.052 4,88 362 5,39 50 5,90 5
121
Nilai
Sigma
DPMO Nilai
Sigma
DPMO Nilai
Sigma
DPMO Nilai
Sigma
DPMO
4,38 1.988 4,89 350 5,40 48 5,91 5
4,39 1.926 4,90 337 5,41 46 5,92 5
4,40 1.866 4,91 325 5,42 44 5,93 5
4,41 1.807 4,92 313 5,43 42 5,94 5
4,42 1.750 4,93 302 5,44 41 5,95 4
4,43 1.695 4,94 291 5,45 39 5,96 4
4,44 1.641 4,95 280 5,46 37 5,97 4
4,45 1.589 4,96 270 5,47 36 5,98 4
4,46 1.538 4,97 260 5,48 34 5,99 4
4,47 1.489 4,98 251 5,49 33 6,00 3
4,48 1.441 4,99 242 5,50 32 Catatan: Tabel
konversi ini 4,49 1.395 5,00 233 5,51 30
4,50 1.350 5,01 224 5,52 29 Mencakup pengeseran
1,5-
4,51 1.306 5,02 216 5,53 28 sigma untuk semua
nilai Z
4,52 1.264 5,03 208 5,54 27
4,53 1.223 5,04 200 5,55 26
4,54 1.183 5,05 193 5,56 25
4,55 1.144 5,06 185 5,57 24
4,56 1.107 5,07 179 5,58 23
4,57 1.070 5,08 172 5,59 22
4,58 1.035 5,09 165 5,60 21
(Sumber : (Gasperz & Vincent, 2002)
122
LAMPIRAN 8
DATA TOTAL WASTE YANG TELAH DIOLAH
123
Data Waste Defect (Januari 2017-Desember 2017)
Bulan Jenis Produk Total Produksi (KG) Total Produk Cacat (KG) Rate/KG
Januari
Fillet Tengiri 1190 33,45 40.350
Fillet Tuna 1220 31,75 55.000
Fillet Kakap Putih 800 65,2 60.500
Fillet Kakap Merah 650 31,85 70.250
Gelembung Kakap Putih 250 18,65 5.250.000
Februari
Cumi 465 31,2 40.000
Fillet Kakap Putih 825 25,9 60.500
Gelembung Kakap Putih 235 15,75 5.350.000
Gelembung Gulama Korea 288 18,85 11.750.000
Fillet Tengiri 1025 36,7 40.000
Fillet Tuna 1150 17,8 55.000
Maret
Gelembung Gulama Korea 260 17,15 11.800.000
Fillet Tengiri 1050 98,8 40.200
Fillet Tuna 985 51,8 53.500
Fillet Kakap Putih 850 30,85 62.000
Fillet Kakap Merah 850 46,75 75.000
April
Fillet Kakap Putih 985 39,9 62.000
Fillet Kakap Merah 995 52,45 75.000
Ronggeng Kupas 350 20,1 550.000
Gelembung Kakap Merah 330 24,56 5.500.000
Cumi 545 29,1 41.000
Mei
Gelembung Kakap Putih 270 32 5.300.000
Gelembung Gulama Korea 245 15,15 13.000.000
Gelembung Kakap Merah 275 20,1 5.400.000
Ronggeng Kupas 284 19,65 600.000
Fillet Tuna 1850 28,55 55.000
Fillet Tengiri 1850 35,75 40.000
Juni
Gelembung Kakap Merah 250 19,95 5.300.000
Gelembung Kakap Putih 230 20,85 5.100.000
Gelembung Gulama Korea 240 22,9 12.950.000
Fillet Kakap Putih 690 51 62.000
Juli
Ronggeng Kupas 350 29,85 578.000
Cumi 450 38,95 40.850
Fillet Tengiri 1500 37,8 38.500
Fillet Tuna 1870 25,65 51.250
Fillet Kakap Merah 650 41,35 63.000
Agustus
Fillet Kakap Putih 700 32,75 60.000
Ronggeng Kupas 250 20,25 545.000
Gelembung Gulama Korea 250 13,55 12.550.000
September
Ronggeng Kupas 200 12,85 550.000
Fillet Kakap Merah 675 39,8 70.000
Fillet Tengiri 1765 26,1 40.000
Cumi 500 31,45 40.750
Oktober
Fillet Tuna 980 31,2 51.500
Fillet Kakap Putih 920 32,85 61.500
Fillet Kakap Merah 890 40,7 66.500
Ronggeng Kupas 200 8,8 610.500
Fillet Tengiri 1565 46,8 39.850
November
Fillet Kakap Merah 950 34,9 64.750
Fillet Kakap Putih 860 35,2 62.350
Fillet Tengiri 1165 26,1 40.950
Gelembung Kakap Putih 300 20,85 5.300.000
Fillet Tuna 1080 31,2 52.000
Ronggeng Kupas 260 8,8 575.000
Gelembung Gulama Korea 250 22,9 15.650.000
Gelembung Kakap Merah 320 19,95 5.600.000
Desember
Gelembung Kakap Putih 180 20,85 5.500.000
Gelembung Gulama Korea 200 17,15 16.350.000
Fillet Tengiri 1050 98,8 44.000
Fillet Tuna 900 51,8 56.000
Fillet Kakap Putih 930 30,85 68.500
Cumi 500 31,75 43.500
TOTAL 44142 1966,26 153.701.550
RATA-RATA 711,9677419 31,71387097 2.479.057
124
Data Waste Overproduction (Januari 2017-Desember 2017)
Jenis Produk Total Produksi (KG) Rate/KG Target Produksi (KG) Total Kerugian
Fillet Tengiri 1190 40.350 1190
Fillet Tuna 1250 55.000 1220 1650000
Fillet Kakap Putih 800 60.500 800
Fillet Kakap Merah 650 70.250 700 3512500
Gelembung Kakap Putih 250 5.250.000 250
Cumi 465 40.000 465
Fillet Kakap Putih 825 60.500 825
Gelembung Kakap Putih 235 5.350.000 235
Gelembung Gulama Korea 288 11.750.000 288
Fillet Tengiri 1025 40.000 1050 1000000
Fillet Tuna 1150 55.000 1150
Gelembung Gulama Korea 260 11.800.000 260
Fillet Tengiri 1050 40.200 1050
Fillet Tuna 985 53.500 985
Fillet Kakap Putih 850 62.000 850
Fillet Kakap Merah 850 75.000 850
Fillet Kakap Putih 985 62.000 985
Fillet Kakap Merah 995 75.000 995
Ronggeng Kupas 350 550.000 350
Gelembung Kakap Merah 330 5.500.000 330
Cumi 545 41.000 545
Gelembung Kakap Putih 285 5.300.000 270 79500000
Gelembung Gulama Korea 245 13.000.000 245
Gelembung Kakap Merah 275 5.400.000 275
Ronggeng Kupas 284 600.000 284
Fillet Tuna 1850 55.000 1850
Fillet Tengiri 1850 40.000 1850
Gelembung Kakap Merah 250 5.300.000 250
Gelembung Kakap Putih 230 5.100.000 230
Gelembung Gulama Korea 240 12.950.000 240
Fillet Kakap Putih 800 62.000 690 6820000
Ronggeng Kupas 350 578.000 350
Cumi 450 40.850 450
Fillet Tengiri 1550 38.500 1500 1925000
Fillet Tuna 1870 51.250 1870
Fillet Kakap Merah 650 63.000 650
Fillet Kakap Putih 700 60.000 700
Ronggeng Kupas 250 545.000 250
Gelembung Gulama Korea 250 12.550.000 250
Ronggeng Kupas 200 550.000 200
Fillet Kakap Merah 675 70.000 675
Fillet Tengiri 1765 40.000 1765
Cumi 500 40.750 500
Fillet Tuna 980 51.500 980
Fillet Kakap Putih 920 61.500 900
Fillet Kakap Merah 890 66.500 890
Ronggeng Kupas 200 610.500 200
Fillet Tengiri 1565 39.850 1565
Fillet Kakap Merah 950 64.750 950
Fillet Kakap Putih 860 62.350 860
Fillet Tengiri 1165 40.950 1165
Gelembung Kakap Putih 300 5.300.000 325
Fillet Tuna 1080 52.000 1100
Ronggeng Kupas 270 575.000 260 5750000
Gelembung Gulama Korea 250 15.650.000 260 156500000
Gelembung Kakap Merah 330 5.600.000 320 56000000
Gelembung Kakap Putih 180 5.500.000 180
Gelembung Gulama Korea 220 16.350.000 200 327000000
Fillet Tengiri 1050 44.000 1050
Fillet Tuna 900 56.000 900
Fillet Kakap Putih 930 68.500 930
Cumi 600 43.500 500 4350000
TOTAL 44487 153.701.550 35002
RATA-RATA 717,5322581 2.479.057 5708,125
125
Data Waste Inventory (Januari 2017-Desember 2017)
Bulan Jenis Produk Total Produksi (KG) Rate/KG Stok (KG) Target Produksi (KG) Total Kerugian
Januari
Fillet Tengiri 1190 40.350 1.200 1190
Fillet Tuna 1250 55.000 1.240 1220 550000
Fillet Kakap Putih 800 60.500 900 800
Fillet Kakap Merah 650 70.250 630 650 1405000
Gelembung Kakap Putih 250 5.250.000 300 250
Februari
Cumi 465 40.000 500 465
Fillet Kakap Putih 825 60.500 850 825
Gelembung Kakap Putih 235 5.350.000 250 235
Gelembung Gulama Korea 288 11.750.000 300 288
Fillet Tengiri 1050 40.000 1.030 1025 800000
Fillet Tuna 1150 55.000 1.140 1150 550000
Maret
Gelembung Gulama Korea 260 11.800.000 320 260
Fillet Tengiri 1050 40.200 1.200 1050
Fillet Tuna 985 53.500 1.000 985
Fillet Kakap Putih 850 62.000 1.000 850
Fillet Kakap Merah 850 75.000 1.000 850
April
Fillet Kakap Putih 985 62.000 980 985 310000
Fillet Kakap Merah 995 75.000 1.000 995
Ronggeng Kupas 350 550.000 370 350
Gelembung Kakap Merah 330 5.500.000 380 330
Cumi 545 41.000 600 545
Mei
Gelembung Kakap Putih 285 5.300.000 280 270 26500000
Gelembung Gulama Korea 245 13.000.000 250 245
Gelembung Kakap Merah 275 5.400.000 300 275
Ronggeng Kupas 284 600.000 320 284
Fillet Tuna 1850 55.000 2.100 1850
Fillet Tengiri 1850 40.000 2.200 1850
Juni
Gelembung Kakap Merah 250 5.300.000 275 250
Gelembung Kakap Putih 230 5.100.000 290 230
Gelembung Gulama Korea 240 12.950.000 250 240
Fillet Kakap Putih 800 62.000 790 690 620000
Juli
Ronggeng Kupas 350 578.000 400 350
Cumi 450 40.850 485 450
Fillet Tengiri 1550 38.500 1.530 1500 1925000
Fillet Tuna 1870 51.250 2.200 1870
Fillet Kakap Merah 650 63.000 900 650
Agustus
Fillet Kakap Putih 700 60.000 970 700
Ronggeng Kupas 250 545.000 300 250
Gelembung Gulama Korea 250 12.550.000 290 250
September
Ronggeng Kupas 200 550.000 220 200
Fillet Kakap Merah 675 70.000 800 675
Fillet Tengiri 1765 40.000 1.900 1765
Cumi 500 40.750 800 500
Oktober
Fillet Tuna 980 51.500 1.100 980
Fillet Kakap Putih 920 61.500 1.200 900
Fillet Kakap Merah 890 66.500 880 890 665000
Ronggeng Kupas 200 610.500 340 200
Fillet Tengiri 1565 39.850 1.750 1565
November
Fillet Kakap Merah 950 64.750 1.200 950
Fillet Kakap Putih 860 62.350 1.100 860
Fillet Tengiri 1165 40.950 1.550 1165
Gelembung Kakap Putih 300 5.300.000 325 325
Fillet Tuna 1080 52.000 1.100 1100
Ronggeng Kupas 270 575.000 260 260 5750000
Gelembung Gulama Korea 250 15.650.000 270 250
Gelembung Kakap Merah 330 5.600.000 320 320 56000000
Desember
Gelembung Kakap Putih 180 5.500.000 200 180
Gelembung Gulama Korea 220 16.350.000 210 200 163500000
Fillet Tengiri 1050 44.000 1.100 1050
Fillet Tuna 900 56.000 1.200 900
Fillet Kakap Putih 930 68.500 1.175 930
Cumi 600 43.500 550 500 2175000
TOTAL 44512 153.701.550 34967
RATA-RATA 717,9354839 2.479.057 5708,125
126
Data Waste Waiting (Januari 2017-Desember 2017)
Bulan Jenis Produk Total Produksi (KG) Durasi (Hr) Rate/Hr/KG (RP) Total Kerugian (RP)
Januari
Fillet Tengiri 1190 0,8 700 666400
Fillet Tuna 1220 0,1 700 -
Fillet Kakap Putih 800 0,25 775 -
Fillet Kakap Merah 650 0,2 785 -
Gelembung Kakap Putih 250 1 4500 1125000
Februari
Cumi 465 0,8 775 288300
Fillet Kakap Putih 825 0,25 775 -
Gelembung Kakap Putih 235 0,2 4500 -
Gelembung Gulama Korea 288 0,3 10250 -
Fillet Tengiri 1025 0,1 700 -
Fillet Tuna 1150 0,1 700 -
Maret
Gelembung Gulama Korea 260 0,3 10250 -
Fillet Tengiri 1050 0,1 700 -
Fillet Tuna 985 0,1 700 -
Fillet Kakap Putih 850 0,25 775 -
Fillet Kakap Merah 850 0,2 785 -
April
Fillet Kakap Putih 985 0,25 775 -
Fillet Kakap Merah 995 1 785 781075
Ronggeng Kupas 350 0,8 3500 980000
Gelembung Kakap Merah 330 0,2 4700 -
Cumi 545 0,2 775 -
Mei
Gelembung Kakap Putih 270 0,2 4500 -
Gelembung Gulama Korea 245 0,3 10250 -
Gelembung Kakap Merah 275 0,2 4700 -
Ronggeng Kupas 284 0,3 3500 -
Fillet Tuna 1850 0,1 700 -
Fillet Tengiri 1850 0,1 700 -
Juni
Gelembung Kakap Merah 250 1 4700 1175000
Gelembung Kakap Putih 230 0,2 4500 -
Gelembung Gulama Korea 240 0,3 10250 -
Fillet Kakap Putih 690 0,8 775 427800
Juli
Ronggeng Kupas 350 0,3 3500 -
Cumi 450 0,1 775 0
Fillet Tengiri 1500 0,1 700 -
Fillet Tuna 1870 0,1 700 -
Fillet Kakap Merah 650 0,2 775 -
Agustus
Fillet Kakap Putih 700 0,2 785
Ronggeng Kupas 250 0,35 3500 -
Gelembung Gulama Korea 250 0,85 10250 2178125
September
Ronggeng Kupas 200 0,3 3500 -
Fillet Kakap Merah 675 0,2 785 -
Fillet Tengiri 1765 0,1 700 -
Cumi 500 0,2 775 -
Oktober
Fillet Tuna 980 0,1 700 -
Fillet Kakap Putih 920 0,25 775 -
Fillet Kakap Merah 890 0,2 785 -
Ronggeng Kupas 200 0,3 3500 -
Fillet Tengiri 1565 0,1 700 -
November
Fillet Kakap Merah 950 0,2 785 -
Fillet Kakap Putih 860 0,25 775 -
Fillet Tengiri 1165 0,1 700 -
Gelembung Kakap Putih 300 0,1 1500 -
Fillet Tuna 1080 1 150 162000
Ronggeng Kupas 260 0,4 450 -
Gelembung Gulama Korea 250 0,4 2250 -
Gelembung Kakap Merah 320 0,4 1700 -
Desember
Gelembung Kakap Putih 180 0,35 1500 -
Gelembung Gulama Korea 200 0,45 2250 -
Fillet Tengiri 1050 0,1 150 -
Fillet Tuna 900 0,1 150 -
Fillet Kakap Putih 930 0,3 175 -
Cumi 500 0,3 175 -
TOTAL 44142 19,4 139395 1447125
127
Bulan Jenis Produk Kegiatan Produksi Jumlah Kesalahan Potensial (KG) Rate/KG Total Kerugian (RP)
Januari
Fillet Tengiri Delice 29,45
40350 1613925 Packaging 10,4
Fillet Tuna Delice 11,25
55.000 866250 Packaging 4,5
Fillet Kakap Putih Delice 14
60.500 1225125 Packaging 6,25
Fillet Kakap Merah Delice 10,1
70.250 1260987,5 Packaging 7,85
Gelembung Kakap Putih Peeling 7,65 5250000 97912500
Februari
Cumi Darne 12
40000 580000 Packaging 2,5
Fillet Kakap Putih Delice 10
60500 786500 Packaging 3
Gelembung Kakap Putih Peeling 10,75 5250000 56437500
Gelembung Gulama Korea Peeling 8,85 11750000 103987500
Fillet Tengiri Delice 20
40350 1049100 Packaging 6
Fillet Tuna Delice 5,8
55000 484000 Packaging 3
Maret
Gelembung Gulama Korea Peeling 7,15 11750000 84012500
Fillet Tengiri Delice 13
40350 766650 Packaging 6
Fillet Tuna Delice 10,5
55000 1009250 Packaging 7,85
Fillet Kakap Putih Delice 8
60500 980100 Packaging 8,2
Fillet Kakap Merah Delice 11,35
70250 1201275 Packaging 5,75
April
Fillet Kakap Putih Delice 17
60500 1312850 Packaging 4,7
Fillet Kakap Merah Delice 8,45
75000 1158750 Packaging 7
Ronggeng Kupas Darne 8,1
550000 6105000 Packaging 3
Gelembung Kakap Merah Peeling 10,56 5500000 58080000
Cumi Darne 9
40000 472000 Packaging 2,8
Mei
Gelembung Kakap Putih Peeling 6,9 5250000 36225000
Gelembung Gulama Korea Washing 3,15
11750000 119262500 Peeling 7
Gelembung Kakap Merah Peeling 10,1 5500000 55550000
Ronggeng Kupas Darne 8,45
550000 5857500 Packaging 2,2
Fillet Tuna Delice 7
55000 566500 Packaging 3,3
Fillet Tengiri Delice 11,4
40350 710160 Packaging 6,2
Juni
Gelembung Kakap Merah Peeling 9 5500000 49500000
Gelembung Kakap Putih Peeling 10 5250000 52500000
Gelembung Gulama Korea Washing 4
11750000 141000000 Peeling 8
Fillet Kakap Putih Delice 13
60500 1089000 Packaging 5
Juli
Fillet Tengiri Delice 10,3
40350 718230 Packaging 7,5
Fillet Tuna Delice 9,45
55000 695750 Packaging 3,2
Fillet Kakap Merah Delice 8,25
70250 937837,5 Packaging 5,1
Agustus
Fillet Kakap Putih Delice 10,75
40350 756562,5 Packaging 8
Ronggeng Kupas Darne 5,25
550000 3987500 Packaging 2
Gelembung Gulama Korea Peeling 3,55 11750000 41712500
September
Ronggeng Kupas Darne 7,55
550000 5417500 Packaging 2,3
Fillet Kakap Merah Delice 9,4
70250 1102925 Packaging 6,3
Fillet Tengiri Delice 9,1
40350 653670 Packaging 7,1
Cumi Darne 7,25
40000 458000 Packaging 4,2
Data Waste Unapproriate Processing (Januari 2017-Desember 2017)
128
Oktober
Fillet Tuna Delice 15,2
55000 1111000 Packaging 5
Fillet Kakap Putih Delice 10,3
60500 1079925 Packaging 7,55
Fillet Kakap Merah Delice 10,5
70250 1032675 Packaging 4,2
Ronggeng Kupas Darne 5,3
550000 4180000 Packaging 2,3
Fillet Tengiri Delice 27,5
40350 1484880 Packaging 9,3
November
Fillet Kakap Merah Delice 7,1
70250 765725 Packaging 3,8
Fillet Kakap Putih Delice 10,2
60500 919600 Packaging 5
Fillet Tengiri Delice 77,8
40350 5673210 Packaging 62,8
Gelembung Kakap Putih Peeling 8,85 5250000 46462500
Fillet Tuna Delice 9,1
55000 671000 Packaging 3,1
Ronggeng Kupas Darne 5,8
550000 4840000 Packaging 3
Gelembung Gulama Korea Washing 2,9
11750000 163325000 Peeling 11
Gelembung Kakap Merah Peeling 9,95 5500000 54725000
Desember
Gelembung Kakap Putih Peeling 9,85 5250000 51712500
Gelembung Gulama Korea Washing 1
11750000 84012500 Peeling 6,15
Fillet Tengiri Delice 55,4
40350 4107630 Packaging 46,4
Fillet Tuna Delice 12,8
55000 1199000 Packaging 9
Fillet Kakap Putih Delice 9,45
60500 1019425 Packaging 7,4
Cumi Darne 9,5
40000 510000 Packaging 3,25
Total 160,35 141034000 1368834468
Rata-Rata 16,035 2350566,667 22813907,79
129
Data Waste Motion (Januari 2017-Desember 2017)
Bulan Jenis Kegiatan Durasi (Jam) Biaya/Jam (RP) Kerugian (RP)
Januari
Workspace Motion
Worker Movement 20,5 4000 82000
Machine Movement 15 6000 90000
Part Movement (Manual) 22 3000 66000
Warehouse Motion Part Transferring (Forklift) 12 12700 152400
Worker Movement 15 4000 60000
Februari
Workspace Motion
Worker Movement 20 4000 80000
Machine Movement 13,5 6000 81000
Part Movement (Manual) 20 3000 60000
Warehouse Motion Part Transferring (Forklift) 10 12700 127000
Worker Movement 15,5 4000 62000
Maret
Workspace Motion
Worker Movement 22 4000 88000
Machine Movement 16 6000 96000
Part Movement (Manual) 26 3000 78000
Warehouse Motion Part Transferring (Forklift) 9 12700 114300
Worker Movement 14 4000 56000
April
Workspace Motion
Worker Movement 21,5 4000 86000
Machine Movement 13,25 6000 79500
Part Movement (Manual) 25 3000 75000
Warehouse Motion Part Transferring (Forklift) 10 12700 127000
Worker Movement 13,5 4000 54000
Mei
Workspace Motion
Worker Movement 20 4000 80000
Machine Movement 12,75 6000 76500
Part Movement (Manual) 23 3000 69000
Warehouse Motion Part Transferring (Forklift) 10 12700 127000
Worker Movement 14 4000 56000
Juni
Workspace Motion
Worker Movement 26,5 4000 106000
Machine Movement 14 6000 84000
Part Movement (Manual) 28 3000 84000
Warehouse Motion Part Transferring (Forklift) 10,5 12700 133350
Worker Movement 12 4000 48000
Juli
Workspace Motion
Worker Movement 20,5 4000 82000
Machine Movement 15 6000 90000
Part Movement (Manual) 25 3000 75000
Warehouse Motion Part Transferring (Forklift) 9,5 12700 120650
Worker Movement 12,5 4000 50000
Agustus
Workspace Motion
Worker Movement 22 4000 88000
Machine Movement 16 6000 96000
Part Movement (Manual) 26 3000 78000
Warehouse Motion Part Transferring (Forklift) 9 12700 114300
Worker Movement 14 4000 56000
September
Workspace Motion
Worker Movement 23 4000 92000
Machine Movement 15 6000 90000
Part Movement (Manual) 25,5 3000 76500
Warehouse Motion Part Transferring (Forklift) 10 12700 127000
Worker Movement 16 4000 64000
Oktober
Workspace Motion
Worker Movement 20,5 4000 82000
Machine Movement 15 6000 90000
Part Movement (Manual) 22 3000 66000
Warehouse Motion Part Transferring (Forklift) 12 12700 152400
Worker Movement 15 4000 60000
November
Workspace Motion
Worker Movement 22 4000 88000
Machine Movement 16 6000 96000
Part Movement (Manual) 26,5 3000 79500
Warehouse Motion Part Transferring (Forklift) 12 12700 152400
Worker Movement 16 4000 64000
Desember
Workspace Motion
Worker Movement 20,5 4000 82000
Machine Movement 15 6000 90000
Part Movement (Manual) 22 3000 66000
Warehouse Motion Part Transferring (Forklift) 12 12700 152400
Worker Movement 15 4000 60000
Total 1025 356400 5258200
130
Data Waste Transportation (Januari 2017-Desember 2017)
Bulan Jenis Produk Total Produk (KG) Durasi (Hr) Rate/Hr/KG (RP) Total Kerugian (RP)
Januari
Tengiri 1770 0,5 350 -
Tuna 1710 0,4 350 -
Gelembung Kakap Putih 200 1 8500 1700000
Kakap Putih 1085 0,5 500 -
Februari
Kakap Merah 1123 0,4 500 -
Cumi 432 0,4 500 -
Kakap Putih 1097 0,5 500 -
Gulama Korea 465 0,4 9000 -
Tengiri 1200 0,4 350 -
Maret
Tuna 1010 0,4 350 -
Gulama Korea 402 0,4 9000 -
Tengiri 1195 0,5 350 -
Tuna 780 0,4 350 -
Kakap Putih 503 0,4 500 -
April
Kakap Merah 527 0,5 500 -
Kakap Putih 1150 0,4 500 -
Gelembung Kakap Merah 895 1 9000 8055000
Ronggeng Kupas 205 1 2000 410000
Mei
Cumi 245 0,5 500 -
Kakap Putih 298 0,6 500 -
Gulama Korea 360 0,6 9000 -
Kakap Merah 300 0,6 500 -
Ronggeng Kupas 275 0,5 2000 -
Tuna 980 1 350 343000
Juni
Tengiri 935 1 350 327250
Kakap Merah 300 0,5 500 -
Kakap Putih 330 0,5 500 -
Juli
Gulama Korea 235 0,5 9000 -
Ronggeng Kupas 240 0,3 2000 -
Cumi 420 0,9 500 189000
Tengiri 970 0,5 350 -
Tuna 890 0,5 350 -
Agustus
Kakap Merah 765 0,5 500 -
Kakap Putih 630 0,9 500 283500
Ronggeng Kupas 225 0,6 2000 -
September
Gulama Korea 186 0,6 9000 -
Ronggeng Kupas 215 0,6 2000 -
Kakap Merah 690 0,6 500 -
Tengiri 765 0,6 350 -
Oktober
Cumi 515 0,6 500 -
Tuna 580 1 350 203000
Kakap Putih 390 0,4 500 -
Kakap Merah 430 1 500 215000
Ronggeng Kupas 185 0,5 2000 -
November
Tengiri 785 1 350 274750
Kakap Merah 1170 0,5 500 -
Tengiri 815 0,5 350 -
Kakap Putih 550 1 500 275000
Tuna 665 0,5 350 -
Ronggeng Kupas 240 0,4 2000 -
Desember
Gulama Korea 200 0,4 9000 -
Kakap Putih 430 0,4 500 -
Gelembung Gulama Korea 200 0,4 9000 -
Tengiri 900 1 350 315000
Tuna 665 1 350 232750
Cumi 400 0,4 500 -
TOTAL 35123 33,4 111950 2853250
131
(halaman ini sengaja dikosongkan)
132
1. Produk Gelembung Kakap Putih
Bulan
Waste
Defect Overproduction Unapproriate processing
Transportation Waiting Inventory motion
Januari 97.912.500 - 97.912.500 1.700.000 1.125.000 - 252.400
Februari 84.262.500 - 56.437.500 - - - 170.300
Maret - - - - - - 197.300
April - - - - - - 321.500
Mei 169.600.000 79.500.000 36.225.000 - - 26.500.000 308.500
Juni 106.335.000 - - - - - 205.350
Juli - - - - - - 417.650
Agustus - - - - - - 322.300
September - - - - - - 400.500
Oktober - - - - - - 350.400
November 110.505.000 - 46.462.500 - - - 400.900
Desember 114.675.000 - 5.712.500 - - - 250.400
Total 683.290.000 79.500.000 294.000.000 1.700.000 1.125.000 26.500.000 3.597.500
2. Produk Gelembung Kakap Merah
Bulan
Waste
Defect Overproduction Unapproriate processing
Transportation Waiting Inventory motion
Januari - - - 1.700.000 1.125.000 - 252.400
Februari - - - - - - 170.300
Maret - - - - - - 197.300
April 135.080.000 - 58.080.000 - - - 321.500
Mei 108.540.000 - 55.550.000 - - 26.500.000 308.500
Juni 105.735.000 - 49.500.000 - 1.175.000 - 205.350
Juli - - - - - - 417.650
Agustus - - - - - - 322.300
133
Bulan
Waste
Defect Overproduction Unapproriate processing
Transportation Waiting Inventory motion
September - - - - - - 400.500
Oktober - - - - - - 350.400
November 111.720.000 - 54.725.000 - - 56.000.000 400.900
Desember - 56.000.000 - - - - 250.400
Total 461.075.000 56.000.000 217.855.000 8.055.000 1.175.000 56.000.000 3.597.500
3. Produk Gelembung Gulama Korea
Bulan
Waste
Defect Overproduction Unapproriate processing
Transportation Waiting Inventory motion
Januari - - - 1.600.200 1.125.000 - 252.400
Februari 221.487.500 - 103.987.500 - - - 170.300
Maret - - 84.012.500 - - - 197.300
April - - - - - - 321.500
Mei 196.950.000 - 119.262.500 - - 26.500.000 308.500
Juni 296.555.000 - 141.000.000 - - - 205.350
Juli - - - - - - 417.650
Agustus - - 41.712.500 - - - 322.300
September - - - - - - 400.500
Oktober - - - - - - 350.400
November 358.385.000 156.500.000 163.325.000 - - - 400.900
Desember 280.402.500 - 84.012.500 - - - 250.400
Total 1.726.202.500 156.500.000 737.312.500 1.600.200 2.178.125 163.500.000 3.597.500
134
4. Produk Fillet Ikan Tengiri
Bulan
Waste
Defect Overproduction Unapproriate processing
Transportation Waiting Inventory motion
Januari 1.349.707,5 - 1.613.925 - 666.400 - 252.400
Februari 1.468.000 - 1.049.100 - - 800.000 170.300
Maret 3.971.760 1000.000 766.650 - - - 197.300
April - - - - - - 321.500
Mei 1.430.000 - 710.160 - - - 308.500
Juni - - - - - - 205.350
Juli 2.455.300 1.925.000 718.230 327.250 - 1.925.000 417.650
Agustus - - - - - - 322.300
September 1.044.000 - 653.670 - - - 400.500
Oktober 1.864.980 - 1.484.880 - - - 350.400
November 2.068.795 - 5.673.210 274.750 - - 400.900
Desember 4.347.200 - 4.107.630 315.000 - - 250.400
Total 17.999.742,5 2.925.000 18.205.845 917.000 666.400 2.725.000 3.597.500
5. Produk Fillet Ikan Tuna
Bulan
Waste
Defect Overproduction Unapproriate processing
Transportation Waiting Inventory motion
Januari 1.746.250 1.650.000 866.250 - 1.125.000 550.000 252.400
Februari 979.000 - 484.000 - - 550.000 170.300
Maret 2.771.300 - 1.009.250 - - - 197.300
April - - - - - - 321.500
Mei 1.570.250 79.500.000 566.500 342.000 - - 308.500
Juni - - - - - - 205.350
Juli 1.314.562,5 - 695.750 - - - 417.650
Agustus - - - - - - 322.300
135
Bulan
Waste
Defect Overproduction Unapproriate processing
Transportation Waiting Inventory motion
September - - - - - - 400.500
Oktober 1.606.800 - 1.111.000 203.000 - - 350.400
November 1.622.400 - 671.000 - 162.000 - 400.900
Desember 2.900.800 - 1.199.000 232.750 - - 250.400
Total 14.511.362,5 1.650.000 6.602.750 778.750 162.000 1.100.000 3.597.500
6. Produk Fillet Kakap Putih
Bulan
Waste
Defect Overproduction Unapproriate processing
Transportation Waiting Inventory motion
Januari 4.944.600 - 1.225.125 - 1.125.000 - 252.400
Februari 4.566.950 - 786.500 - - - 170.300
Maret - - 980.100 - - - 197.300
April - - 1.312.850 - - - 321.500
Mei - - - - - 26.500.000 308.500
Juni 3.162.000 6.820.000 1.089.000 - - - 205.350
Juli - - - - - - 417.650
Agustus - - 756.562,5 - - - 322.300
September - - - - - - 400.500
Oktober 3.020.275 - 1.079.925 - - - 350.400
November 3.194.720 - 919.600 275.000 - - 400.900
Desember 3.113.225 - 1.019.425 - - - 250.400
Total 21.353.270 6.820.000 9.169.087,5 275.000 427.800 930.000 3.597.500
136
7. Produk Fillet Kakap Merah
Bulan
Waste
Defect Overproduction Unapproriate processing
Transportation Waiting Inventory motion
Januari 2.237.462,5 3.512.500 1.260.987,5 - - 1.405.000 252.400
Februari - - - - - - 170.300
Maret 3.506.250 - 1.201.275 - - - 197.300
April 3.933.750 - 1.158.750 - 781.075 - 321.500
Mei - - - - - - 308.500
Juni - - - - - - 205.350
Juli 2.605.050 - 937.837,5 - - - 417.650
Agustus - - - - - - 322.300
September 2.786.000 - 1.102.925 - - - 400.500
Oktober - - - 215.000 - 665.000 350.400
November 2.259.775 - 765.725 - - - 400.900
Desember - - - - - - 250.400
Total 20.034.837,5 3.512.500 6.379.027,5 215.000 781.075 2.070.000 3.597.500
8. Produk Cumi
Bulan
Waste
Defect Overproduction Unapproriate processing
Transportation Waiting Inventory motion
Januari - - - 1.700.000 - - 252.400
Februari 1.248.000 - 580.000 - 288.300 - 170.300
Maret - - - - - - 197.300
April 1.193.100 - 472.000 - - - 321.500
Mei - - - - - - 308.500
Juni - - - - - - 205.350
Juli 1.591.107 - - 189.000 - - 417.650
Agustus - - - - - - 322.300
137
Bulan
Waste
Defect Overproduction Unapproriate processing
Transportation Waiting Inventory motion
September 1.281.587 - 458.000 - - - 400.500
Oktober - - - - - - 350.400
November - - 510.000 - - - 400.900
Desember 1.381.125 4.350.000 2.020.000 - - - 250.400
Total 6.694.920 4.350.000 294.000.000 189.000 288.300 2.175.000 3.597.500
9. Produk Udang Ronggeng Kupas
Bulan
Waste
Defect Overproduction Unapproriate processing
Transportation Waiting Inventory motion
Januari - - - - - - 252.400
Februari - - - - - - 170.300
Maret - - - - - - 197.300
April 12.355.400 - 6.902.500 410.000 980.000 - 321.500
Mei 11.790.000 - 6.657.500 - - - 308.500
Juni - - - - - - 205.350
Juli - - - - - - 417.650
Agustus 12.056.250 - 4.987.500 - - - 322.300
September - - - - - - 400.500
Oktober 15.372.400 - 5.900.000 - - - 350.400
November 15.060.400 5.750.000 5.940.000 - - 5.750.000 400.900
Desember - - - - - - 250.400
Total 68.634.450 5.750.000 30.387.500 410.000 980.000 5.750.000 3.597.500
138
LAMPIRAN 10
DOKUMENTASI PADA KEGIATAN CONTROL
Pengawas produksi sedang melakukan pengisian checksheet kondisi aktual pada
saat pemindahan bahan baku dari gudang ke tempat produksi.
Pengawas produksi melakukan monitoring pada proses penimbangan bahan baku
yang siap dilakukan proses produksi.
139
Monitoring pada kegiatan sorting
Monitoring pada thermostart dan power supply pada station produksi agar sesuai
dengan standar.
140
Monitoring pada blower di station produksi yang hasilnya akan dimasukkan pada
laporan inspeksi.
141