53
ANALISA KASUS TINDAK PIDANA KORUPSI DALAM PROYEK REBOISASI I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Latar belakang perkara tindak pidana korupsi dalam proyek reboisasi yang dilakukan oleh AT dapat diperoleh dari data-data yang ada di lapangan, sebagai berikut : a. AT selaku Kepala Resort Polisi Hutan Kecamatan Fatuleu Kupang diberi tugas sebagai staf pelaksana Tekhnis Proyek Reboisasi dengan SK PimPro Reboisasi dan Pengadaan bibit Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT).Selain tugas tersebut AT juga dengan dasar perintah lisan atasan Pelaksana Proyek Reboisasi JS ditugaskan membantu Bendaharawan pembantu membayar upah pekerja lapangan proyek. b. Selaku pembantu Bendaharawan AT membagi-bagikan upah pekerja yang besarnya sama rata tanpa kwitansi tanda terima dari masing-masing pekerja,mengingat

Analisa Kasus Korupsi Dalam Reboisasi

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Analisa Kasus Korupsi Dalam Proyek Reboisasi

Citation preview

Page 1: Analisa Kasus Korupsi Dalam Reboisasi

ANALISA KASUS

TINDAK PIDANA KORUPSI DALAM PROYEK REBOISASI

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Latar belakang perkara tindak pidana korupsi dalam proyek reboisasi

yang dilakukan oleh AT dapat diperoleh dari data-data yang ada di

lapangan, sebagai berikut :

a. AT selaku Kepala Resort Polisi Hutan Kecamatan Fatuleu Kupang

diberi tugas sebagai staf pelaksana Tekhnis Proyek Reboisasi dengan

SK PimPro Reboisasi dan Pengadaan bibit Provinsi Nusa Tenggara

Timur (NTT).Selain tugas tersebut AT juga dengan dasar perintah lisan

atasan Pelaksana Proyek Reboisasi JS ditugaskan membantu

Bendaharawan pembantu membayar upah pekerja lapangan proyek.

b. Selaku pembantu Bendaharawan AT membagi-bagikan upah

pekerja yang besarnya sama rata tanpa kwitansi tanda terima dari

masing-masing pekerja,mengingat pada waktu pembayaran AT tidak

diberi kwitansi dari Bendaharawan.Baru beberapa bulan kemudian AT

menerima kwitansi-kwitansi dari SM selaku Bendaharawan pembantu

untuk ditandatangani oleh pekerja-pekerja dibawah pengawasan

AT.Kwitansi-kwitansi tersebut didalamnya tercantum jumlah uang yang

diterima masing-masing pekerja.Jumlah uang yang tercantum dalam

kwitansi lebih besar dari jumlah uang yang nyata diterima oleh

Page 2: Analisa Kasus Korupsi Dalam Reboisasi

pekerja.Kwitansi-kwitansi yang diterima oleh AT ternyata tidak mungkin

lagi ditanda tangani oleh masing-masing pekerja.Karena itu AT

sendirilah yang menandatangani kwitansi-kwitansi tersebut.

c. Oleh karena ada selisih antara jumlah uang yang dibayarkan

kepada para pekerja dengan jumlah uang yang ia terima,maka AT

menitipkan sisa pembayaran upah tersebut kepada SM,akan tetapi AT

tidak pernah menerima bukti dari SM,AT akan meminta kembali uang

titipannya,jika ia akan membayar upah pekerjaPermintaan AT tersebut

oleh SM dibuatkan tanda bukti pembayaran panjar.

d. Selain itu juga ada pemotongan 10% atas penerimaan dana Proyek

setiap Triwulan tidak dicatat oleh SM.Namun dibukukan sedemikian rapi

sehingga laporan keuangan sesuai dengan keadaan di lapangan

e. Pelaksanaan Proyek Reboisasi seyogyanya dilaksanakan sendiri

oleh pihak pelaksana atau oleh Dinas Kehutanan dengan membayar

upah pekerja secara harian dengan perhitungan harian orang

kerja.Namun di lapangan pekerjaan proyek diborongkan kepada petani

sekitar lokasi Proyek dengan upah RP.5000,- sampai dengan

RP.20.000,- perorang selama 2 sampai 3 tahun dibeberapa lokasi

Proyek pekerja tidak dibayar dengan imbalan diizinkan untuk menanam

palawija diantara sela-sela tanaman Reboisasi tetapi diharuskan

menyediakan sendiri bibit Reboisasi.

f. Kenyataannya admiidtrasi keuangan pelaksanaan Proyek Reboisasi

dilakukan sesuai perintah/petunjuk Atasan Pelaksana Proyek dengan

persetujuan Pimpina Proyek Reboisasi.

g. Perhitungan terakhir penggunaan dana Proyek sesuai dengan

sasaran hanya sebesar Rp.11.632.500,- sedangkan dana yang

2

Page 3: Analisa Kasus Korupsi Dalam Reboisasi

disediakan Rp.244.721.229,- Dengan demikian dana Proyek yang

menguap sebesar Rp.213.103.779,-.

B. Permasalahan

Berdasarkan data-data yang ada di lapangan tersebut diatas, maka

dapat diketahui permasalahan pokok dalam perkara dimaksud adalah

tentang adanya dugaan keturutsertaan dalam penyalahgunaan wewenang

oleh AT selaku Kepala Resort Polisi Hutan Kecamatan Fatuleu Kupang

dengan LJL selaku Pemimpin Proyek Reboisasi di Kabupaten Kupang dan

SK selaku Bendahara Pembantu pada proyek dimaksud dalam kurun waktu

antara tahun anggaran 1977/1978 sampai dengan 1982/1983 di kantor

Resort Polisi Hutan Kecamatan Fatuleu Kupang, yang dilakukan dengan

cara tidak melaksanakan ketentuan-ketentuan dalam proyek tersebut,

sebagai berikut :

1. Tidak melaksanakan pengelolaan proyek secara swakelola, namun

justru diborongkan kepada para petani di sekitar lokasi proyek.

2. Mengijinkan para petani melakukan penanaman dengan sistem

tumpang sari di lahan pada lokasi proyek sebagai upah/imbalan dalam

bekerja pada proyek dimaksud, padahal ketentuannya tidak

memperbolehkan hal tersebut.

3. Dari keseluruhan dana proyek yang berjumlah Rp. 244.721.229,-

ternyata yang digunakan sebenarnya dalam proyek adalah hanya Rp.

11.632.500,- sehingga terdapat selisih Rp. 213.103.779,- yang

digunakan untuk kepentingan AT dan Atasan proyek tersebut, yaitu LJL.

Penyalahgunaan wewenang tersebut memenuhi unsur delik tindak pidana

korupsi sebagaimana dimaksud dalam UU No. 3 Tahun 1971 tentang

3

Page 4: Analisa Kasus Korupsi Dalam Reboisasi

Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi maupun delik pidana penggelapan

dalam jabatan sebagaimana dimaksud dalam pasal 374 dan 415 KUHP.

II. FAKTA-FAKTA

Berdasarkan pelaksanaan proses penyidikan, penuntutan dan pengadilan

perkara dimaksud, diperoleh fakta-fakta, sebagai berikut :

A. Fakta Hukum

1. KUHP dan KUHAP

a. KUHP

Berdasarkan ketentuan pidana yang terdapat dalam KUHP,

didapatkan fakta-fakta bahwa perbuatan AT memenuhi unsur delik

pidana, sebagai berikut :

1) Pasal 415 KUHP

Seorang pejabat atau orang lain yang ditugaskan menjalankan

suatu jabatan umum terus-menerus atau untuk sementara waktu,

yang dengan sengaja menggelapkan uang atau surat berharga

yang disimpan karena jabatannya, atau membiarkan uang atau

surat berharga itu diambil atau digelapkan oleh orang lain, atau

menolong sebagai pembantu dalam melakukan perbuatan

tersebut, diancam dengan pidana penjara paling lama tujuh

tahun.

2) Pasal 374 KUHP

Penggelapan yang dilakukan oleh orang yang penguasaannya

terhadap barang disebabkan karena ada hubungan kerja atau

karena pencarian atau karena mendapat upah untuk itu, diancam

dengan pidana penjara paling lama lima tahun.

3) Pasal 55 ayat (1) KUHP

4

Page 5: Analisa Kasus Korupsi Dalam Reboisasi

Dipidana sebagai pelaku tindak pidana :

1. mereka yang melakukan, yang menyuruh melakukan, dan

yang turut serta melakukan perbuatan;

2. mereka yang dengan memberi atau menjanjikan sesuatu

dengan menyalahgunakan kekuasaan atau martabat, dengan

kekerasan, ancaman atau penyesatan, atau dengan memberi

kesempatan, sarana atau keterangan, sengaja menganjurkan

orang lain supaya melakukan perbuatan.

4) Pasal 64 ayat (1) KUHP

Jika antara beberapa perbuatan, meskipun masing-masing

merupakan kejahatan atau pelanggaran, ada hubungannya

sedemikian rupa sehingga harus dipandang sebagai satu

perbuatan berlanjut, maka hanya diterapkan satu aturan pidana;

jika berbeda-beda, yang diterapkan yang memuat ancaman

pidana pokok yang paling berat.

b. KUHAP

Berdasarkan ketentuan hukum acara pidana yang terdapat dalam

KUHAP, didapatkan fakta-fakta bahwa dalam persidangan perkara

tersebut, terjadinya permohonan kasasi oleh Penuntut Umum, dilatar

belakangi oleh pandangan Penuntut Umum bahwa Majelis Hakim

Pengadilan Negeri Kupang telah salah menerapkan suatu ketentuan

hukum atau tidak menerapkan sebagaimana mestinya. Pasal-pasal

KUHAP yang terkait maupun dijadikan dasar dalam pengajuan

kasasi oleh Penuntut Umum adalah sebagai berikut :

1) Pasal 248 ayat (1)

5

Page 6: Analisa Kasus Korupsi Dalam Reboisasi

Pemohon kasasi wajib mengajukan memori kasasi yang memuat

alasan permohonan kasasinya dan dalam waktu empat belas hari

setelah mengajukan permohonan tersebut, harus sudah

menyerahkannya kepada panitera yang untuk itu ia memberikan

surat tanda terima.

2) Pasal 248 ayat (3)

Alasan yang tersebut pada ayat (1) dan ayat (2) adalah

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 253 ayat (1) undang-

undang ini.

3) Pasal 253 ayat (1)

Pemeriksaan dalam tingkat kasasi dilakukan oleh Mahkamah

Agung atas permintaan para pihak sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 244 dan Pasal 248 guna menentukan :

a. apakah benar suatu peraturan hukum tidak diterapkan atau

diterapkan tidak sebagaimana mestinya;

b. apakah benar cara mengadili tidak dilaksanakan menurut

ketentuan undang-undang;

c. apakab benar pengadilan telah melampaui batas

wewenangnya.

4) Pasal 244

Terhadap putusan perkara pidana yang diberikan pada tingkat

terakhir oleh pengadilan lain selain daripada Mahkamah Agung,

terdakwa atau penuntut umum dapat mengajukan permintaan

pemeriksaan kasasi kepada Mahkamah Agung kecuali terhadap

putusan bebas.

2. UU No. 3 Tahun 1971 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi

6

Page 7: Analisa Kasus Korupsi Dalam Reboisasi

Berdasarkan ketentuan pidana yang terdapat dalam UU No. 3 Tahun

1971 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, didapatkan fakta-

fakta bahwa perbuatan AT memenuhi unsur delik pidana dalam undang-

undang tersebut, sebagai berikut :

a. Pasal 1 ayat (1) b

Dihukum karena tindak pidana korupsi ialah :

Barang siapa dengan tujuan menguntungkan diri sendiri atau orang

lain atau suatu Badan, menyalahgunakan kewenangan, kesempatan

atau sarana yang ada padanya karena jabatan atau kedudukan,

yang secara langsung atau tidak langsung dapat merugikan

keuangan negara atau perekonomian negara.

b. Pasal 28

Barangsiapa melakukan tindak pidana korupsi yang dimaksud Pasal

1 ayat (1) sub a, b, c, d, e dan ayat (2)Undang-undang ini, dihukum

dengan hukuman penjara seumur hidup atau penjaraselama-

lamanya 20 tahun dan/atau denda setinggi-tingginya 3 0 (tiga puluh)

juta rupiah. Selain dari pada itu dapat dijatuhkan juga hukuman

tambahan tersebut dapat Pasal 34 sub a, b, dan c undang-undang

ini.

B. Fakta Konkrit

1. Penyidikan

a. AT (tersangka) selaku Kepala Polisi Hutan Kecamatan Fatuleu dan

Staf Pelaksana Tekhnis Proyek Reboisasi dan Pengadaan Bibit

Reboisasi diangkat berdasarka SK PimPro Reboisasi dan

Pengadaan Bibit Reboisasi Provinsi Nusa Tenggara Timur dengan

tugas :

7

Page 8: Analisa Kasus Korupsi Dalam Reboisasi

a) Membantu Atasan Pelaksana Proyek untuk mengatur dan

mengawasi pelaksanaan Proyek termasuk

membina/membimbing secara tekhnis pelaksanaan Proyek.

b) Membantu Bendaharawan Pembantu melakukan

pembayaran upah kepada karyawan.

c) Membantu menyelesaikan Surat Pertanggung Jawab (SPJ)

Proyek Reboisasi berupa daftar pembayaran upah pekerja untuk

ditandatangani oleh Ketua Kelompok Kerja sesuai dengan upah

yang telah dibayarkan.

b. Pelaksanaan Proyek dimana AT selaku Staf Pelaksana Proyek telah

melakukan perbuatan dengan memperkerjakan petani disekitar

lokasi dengan upah secara borongan yang tidak sesuai dengan

rencana yaitu secara Swakelola dengan system upah harian

menurut perhitungan harian orang kerja sesuai dengan ketentuan

dalam buku biaya standart pekerjaan-pekerjaan pada kegiatan

Reboisasi dan Penghijauan Departemen Pertanian.

c. Di beberapa lokasi proyek AT telah memperkerjakan petani sekitar

dengan tanpa upah tetapi dengan imbalan diizinkan menanam

tanaman semusim disela-sela tanaman bibit Proyek Reboisasi atau

system tumpang sari.Bahkan kepada petani atau pekerja dibebani

untuk mengadakan bibit Reboisasi sendiri.

d. AT selama pelaksanaan tugasnya telah menerima dana sebesar

Rp.244.721.299,- selama 6 (enam) tahun anggaran (1977/1978 s.d

1982/1983). Dana mana digunakan hanya Rp.11.632.500,-

e. Saksi-saksi : FP,MN,Ny.JTM,LJL,dan SK.

f. Barang bukti :

8

Page 9: Analisa Kasus Korupsi Dalam Reboisasi

1) 1 (satu) bidang tanah 5000m2 di Desa Nun Kurus.

2) 1 (satu) bidang tanah sawah 5000m2 di Desa Nun Kurus.

3) 1 (satu) bidang tanah beserta bangunan di Kelurahan Oeba.

4) Uang tunai Rp.2.330.000,-

5) 5 (lima) bundel SPJ Proyek 1977/1978-1982/1983.

6) 1 (satu) bundle Kwitansi panjar.

7) 1 (satu) bundle Kwitansi panjar.

8) 1 (satu) bundle daftar pembayaran PHL.

9) 1 (satu) bundle surat pembayaran tanah di Kelurahan Oeba.

2. Dakwaan dan Penuntutan

Atas dasar BAP yang diajukan oleh Penyidik kemudian Penuntut

Umum menyusun Surat Dakwaan dengan uraian dakwaan

berlapis,sebagai berikut :

a. Primair

Bahwa Terdakwa baik bersama-sama dengan LJL Pemimpin

Pelaksana Proyek Reboisasi di Kabupaten Kupang dan SK

Bendahara Pembantu pada waktu-waktu yang hari dan tanggal

sudah tidak dapat ditentukan lagi dengan pasti diantara tahun 1977

sampai dengan tahun 1983,setidak-tidaknya dalam kurun waktu

tahun anggaran 1977/1978 sampai dengan tahun anggaran

1982/1983 dikantor Resort Polisi Hutan kecamatan

Fatuleu,Kabupaten Kupang setidak-tidaknya pada tempat lain dalam

wilayah hukum Pengadilan Negeri Kupang ,terdakwa dengan

maksud menguntungkan diri sendiri atau orang lain atau suatu

badan,telah menyalahgunakan kewenangan ,kesempatan atau

sarana yang ada padanya karena jabatan yang secara langsung

9

Page 10: Analisa Kasus Korupsi Dalam Reboisasi

atau tidak langsung dapat merugikan keuangan Negara, perbuatan

tersebut terdakwa lakukan cara sebagai berikut :

Terdakwa dalam jabatannya sebagai Kepala Resort Polisi Hutan

Kecamatan Fatuleu atau sebagai Staf Pelaksana Tekhnis Proyek

Reboisasi ataupun sebagai petugas Lapangan Reboisasi (PLR) di

Kecamatan Fatuleu yang diangkat berdasarkan Surat Keputusan

Pemimpin Proyek Reboisasi dan Pengadaan Bibit Reboisasi Provinsi

NTT No.4/Penunt/B.I/III/1978 tanggal 12 September

1978,No.1/Penunt/ B.I /I/III/79 dan No.2/Reb/Penunt/B.I/I/2/III/1980

tanggal 15 Oktober 1980,dalam jabatan tersebut terdakwa bertugas

dan berwenang dan berkewajiban antara lain :

1) Membantu Pimpina Pelaksana Proyek untuk mengatur dan

mengawasi pelaksanaan proyek termasuk

membina/membimbing secara tekhnis pelaksanaan proyek

2) Membantu Bendaharawan Pembantu melakukan

pembayaran upah kepada karyawan.

3) Membantu menyelesaikan Surat Pertanggung Jawab (SPJ)

Proyek Reboisasi berupa daftar pembayaran upah pekerja

untuk ditanda tangani oleh Ketua Kelompok Kerja sesuai

dengan biaya yang telah dibayarkan.

Namun pelaksanaannya, karena hendak menguntungkan diri

sendiri atau orang lain atau suatu badan, terdakwa telah melakukan

perbuatan-perbuatan yang bertentangan dengan kewenangan dan

kewajibannya, seperti yang telah ditentukan dalam rencana

operasional bahwa pekerja Proyek Reboisasi di NTT termasuk RPH

Fateleu. Dilaksanakan secara Swakelola dengan menggunakan

10

Page 11: Analisa Kasus Korupsi Dalam Reboisasi

system bayar harian yang maksudnya pekerja proyek / Dinas

Kehutanan dengan cara mengupah pekerja dengan upah harian

yang menurut perhitungan Hari Orang Kerja sesuai dengan standar

biaya yang ditentukan dalam Buku Biaya Standar Pekerjaan pada

Kegiatan. Reboisasi dan Penghijauan Departemen Pertanian, dan di

dalam buku rencana operasional, pada system tersebut ditentukan

pula bahwa para pekerja yang menerima upah harian tersebut tidak

diperkenankan untuk menanam tanaman sela berupa tanaman

palawija atau tanaman semusim di lokasi proyek atau diantara

tanaman pokok karena pemilihan system tanaman dengan cara

bayar harian dilakukan karena lokasi proyek untuk berwilayah tandus

yang miskin unsur haranya, tetapi dalam pelaksanaannya terdakwa

telah mengizinkan para pekerja proyek yang umumnya para petani

di sekitar lokasi proyek untuk menanam tanaman semusim seperti

jagung, padi dan kacang-kacangan di dalam lokasi proyek serta

hasilnya boleh dinikmati sendiri oleh yang menanam seperti

layaknya pada system tumpang sari dimana pada system demikian

Negara / Proyek tidak membayar biaya kerja karena telah diimbangi

dengan boleh menikmatinya tanaman tumpang sari yang ditanam di

lokasi proyek / tanah milik Negara, demikian pula kepada para

pekerja di lokasi yang tanamannya ditentukan untuk ditanami

dengan pohon rimba campuran (johar) dengan selingan tanaman

lamtoro, terdakwa menyuruh supaya bijinya diusahakan sendiri oleh

para pekerja sedang untuk pembuatan tanaman sejenisnya

penanamannya harus melalui persemaian dananya disiapkan sendiri

oleh proyek yaitu untuk wilayah RPH Fatuleu dalam tahun anggaran

11

Page 12: Analisa Kasus Korupsi Dalam Reboisasi

1977 / 1978 sampai dengan 1980 / 1981 disediakan dana sebesar

Rp. 17.423.429,- berdasarkan cara-cara kerja yang dilakukan

terdakwa seperti tersebut diatas terdakwa dapat memanfaatkan

tenaga para petani yang bekerja di proyek Reboisasi dengan biaya

yang sangat minim karena para pekerja tersebut hanya dibayar

perorangan sebesar Rp. 500,- sampai Rp. 20.000,- untuk pekerjaan

pembuatan tanaman dan pemeliharaan tanaman di suatu tempat /

lokasi selama dua atau tiga tahun bahkan terdapat beberapa tempat

sperti di Tasel, Naibliu, Sillu dan sebagainyaupah kerjanya tidak

dibayar sama sekali oleh terdakwa, sehingga dari sejumlah dana

proyek Reboisasi untuk keperluan pekerjaan pengadaan benih,

pembuatan persemaian, pemeliharaan tanaman ke I dan ke II yang

terdakwa terima dari Bendaharawan Pembantu sebanyak sekitar Rp.

244.721.229,- selama 6 (enam) tahun anggaran (dari tahun

anggaran 1977 / 1978 sampai dengan 1982 / 1983) yang digunakan

sesuai dengan tujuannya hanya sekitar Rp. 11.632.500,- setidak-

tidaknya sekitar jumlah tersebut, sedangkan selebihnya yaitu sekitar

Rp.213.103.779,- yang seharusnya terdakwa setor kembali kepada

Negara melalui Bendaharawan Pembantu sebagai dananya tidak

digunakan telah terdakwa gunakan untuk kepentingan pribadi

terdakwa atau orang lain atau suatu badan antara lain digunakan

untuk :

1) Membeli sebuah kendaraan Truck Merk Colt diesel

Mitsubishi;

2) Membeli sebidang sawah luas 1 (satu) ha Di Desa Nun

Kurus;

12

Page 13: Analisa Kasus Korupsi Dalam Reboisasi

3) Membeli sebidang tanah dikelurahan Oeba Kupang

Sedangkan selebihnya lagi digunakan untuk kepentingan-

kepentingan lainnya yang tidak ada hubungannya dengan pekerjaan

proyek Reboisasi di RPH Fatuleu, yang mana akibat dari perbuatan

terdakwa tersebut secara langsung atau tidak langsung dapat

merugikan keuangan Negara atau perekonomian negara sebesar

Rp.213.103.779,- setidak-tidaknya dalam jumlah lain selain jumlah

tersebut.

Perbuatan terdakwa diatur dan diancam dengan pidana

dalam Pasal 1 ayat (1) b jo Pasal 28 Undang-undang No.3 tahun

1971 Pasal 64 ayat (1) jo Pasal 65 Pasal 55 ayat (1) KUHP.

b. Subsidair

Bahwa ia terdakwa pada waktu-waktu dan tempat tersebut pada

dakwaan Primair, secara berturut-turut dan berulangkali sebagai

suatu perbuatan berlanjut, baik bersama-sama dengan

LJL/pemimpin pelaksanaan proyek Reboisasi Kupang dan

SK/Bendaharawan Pembantu Proyek Reboisasi Kabupaten Kupang

yang perkaranya diajukan tersendiri ataupun masing-masing secara

sendiri-sendiri, sebagai pegawai negeri atau orang lain yang

secara tetap ataupun untuk sementara waktu ditugaskan untuk

menjalankan sesuatu pekerjaan yang bersifat umum, yang

dengan sengaja menggelapkan atau membiarkan uang atau

surat-surat berharga yang berada di bawah kekuasaannya

karena jabatannya digelapkan atau diambil oelh orang lain

ataupun memberikan bantuaanya kepada orang lain tersebut,

perbuatan mana dilakukan dengan cara sebagai berikut :

13

Page 14: Analisa Kasus Korupsi Dalam Reboisasi

Terdakwa seorang Pegawai Negeri pada Kantor Cabang Dinas

Kehutanan Provinsi NTT di Kupang dengan jabatan Kepala Resort

Polisi Hutan (KRPH) Kecamatan Fatuleu yang berdasarkan jabatan

itu ia diangkat pula sebagai Staf Pelaksana Tehknis Proyek

Reboisasi dan pengadaan Bibit Reboisasi ataupun sebagai Petugas

Lapangan Reboisasi (PLR) di Fatuleu yang diangkat berdasarkan

Surat Keputusan Pemimpin Proyek Reboisasi Provinsi NTT Nomor :

4/Penunt/B.I./III/1978 tanggal 12 September 1978, Nomor :

1/Penunt/B.I./III/79 dan Nomor: 2/Reb/Penunt/ B.I./2/III/1980 tanggal

15 Oktober 1980 ; dalam jabatan tersebut terdakwa diberi tugas dan

kewenangan untuk mengatur, mengawasi, dan memberi bimbingan

tekhnis dalam pelaksanaan kegiatan proyek Reboisasi di Kecamatan

Fatuleu, disamping itu pula oleh Pemimpin Pelaksana terdakwa

ditugaskan untuk membantu Bendaharawan Pembantu Proyek

Reboisasi dalam melakukan pembayaran biaya kerja bagi para

pekerja proyek reboisasi di wilayah kerjanya Fatuleu kemudian

mempertanggungjawabkan keuangan proyek berupa mengirim

kepada Pemimpin Pelaksana/Bendaharawan pembantu Daftar

Pembayaran Upah Kerja yang telah ditanda tangani oleh para

pekerja yang menerima pembayaran beserta kwitansi pembayaran

jenis kegiatan yang ditanda tangani oleh Ketua Kelompok Kerja, atas

dasar tugas dan tanggung jawab yang ada pada terdakwa tersebut

maka dalam waktu 6 (enam) tahun anggaran yaitu pada tahun

anggaran 1977/1978 sampai 1982/1983 ia telah menyerahkan uang

Proyek Reboisasi untuk pembayaran biaya pekerjaan pengadaan

benih, persemaian benih, pembuatan tanaman, pemeliharaan

14

Page 15: Analisa Kasus Korupsi Dalam Reboisasi

tanaman dan pengadaan sarana reboisasi seluruhnya sebanyak Rp.

224.721.299,- setidak-tidaknya sekitar jumlah tersebut, dari jumlah

tersebut yang terdakwa gunakan untuk membayar upah kerja

kepada para pekerja yang mengerjakan pekerjaan proyek Reboisasi

hanya sebanyak sekitar Rp. 11.632.500,- sisa yaitu sekitar

Rp.213.103.779,- seharusnya terdakwa setoReboisasi untuk

pembayaran biaya pekerjaan pengadaan benih, persemaian benih,

pembuatan tanaman, pemeliharaan tanaman dan pengadaan sarana

reboisasi seluruhnya sebanyak Rp. 224.721.299,- setidak-tidaknya

sekitar jumlah tersebut, dari jumlah tersebut yang terdakwa gunakan

untuk membayar upah kerja kepada para pekerja yang mengerjakan

pekerjaan proyek Reboisasi hanya sebanyak sekitar Rp.

11.632.500,- sisa yaitu sekitar Rp.213.103.779,- seharusnya

terdakwa setor kembali kepada Negara melalui Bendaharawan

Pembantu Proyek Reboisasi namun hal itu tidak dilakukan tetapi

tanpa hak telah terdakwa gunakan di luar tujuannya setidak-tidaknya

secara melawan hukum terdakwa miliki untuk antara lain :

1) Membeli sebuah kendaraan Truck Merk Colt Diesel

Mitsubishi;

2) Membeli sebidang sawah luas 1 (satu) ha di Desa Nun kurus;

3) Membeli sebidang tanah di Kelurahan Oeba Kupang.

Sedangkan selebihnya telah digunakan untuk kepentingan

lainnya, yang tidak ada hubungannya dengan pekerjaan Proyek

Reboisasi.

15

Page 16: Analisa Kasus Korupsi Dalam Reboisasi

Perbuatan terdakwa diatur dan diancam dengan pidana dalam

Pasal 55 ayat (1) jo Pasal 64 ayat (1) jo Pasal 415 KUHP jo Pasal

1 ayat (1) c Undang-undang No. 3 tahun 1971.

c. Lebih Subsidair

Bahwa ia terdakwa pada waktu-waktu dan tempat yang sama

seperti tersebut pada dakwaan primair, secara berturut-turut dan

berulangkali sebagai suatu perbuatan berlanjut, baik bersama-sama

dengan LJL/Pemimpin Pelaksana dan SK/Bendaharawan Pembantu

Proyek Reboisasi di Kabupaten Kupang yang perkaranya diajukan

tersendiri ataupun masing-masing bertindak sendiri-sendiri.

Terdakwa telah dengan sengaja dan melawan hukum memiliki

atau menguasai uang proyek reboisasi yang seharusnya

digunakan untuk membayar biaya pekerja proyek reboisasi di

Resort Polisi Hutan Kecamatan Fatuleu berupa mambayar upah

kerja kepada para pekerja yang mengerjakan pekerjaan

pengadaan benih, persemaian benih, pembuatan tanaman,

pemeliharaan tanaman dan pengadaan sarana reboisasi

sebanyak Rp.213.103.779,- setidak-tidaknya dalam jumlah lain

selain jumlah tersebut, yang mana uang sejumlah itu berada

dalam kekuasaannya bukan karena jabatan melainkan

keberadaannya karena ada kaitannya dengan pekerjaan

terdakwa atau karena pencahariannya atau karena mendapat

upah untuk itu, dalam hal ini dalam kedudukannya sebagai

Kepala Resort Polisi Hutan (KRPH) maupun sebagai Petugas

Lapangan Reboisasi (PLR) di Kecamatan Fatuleu, perbuatan

16

Page 17: Analisa Kasus Korupsi Dalam Reboisasi

tersebut terdakwa lakukan dengan cara-cara yang sama seperti

yang disebutkan pada dakwaan Subsidair di atas.

Perbuatan terdakwa diatur dan diancam dengan pidana dalam

pasal 374 jo Pasal 55 (1) jo Pasal 64 (1) KUHP.

Selanjutnya setelah mengikuti persidangan dengan mendengar

keterangan saksi-saksi, barang-barang bukti dan keterangan

terdakwa sendiri, akhirnya Penuntut Umum menyimpulkan bahwa

terdakwa AT terbukti bersalah secara sah dan menyakinkan

melakukan tindak pidana secara bersama-sama. Namun demikian

Penuntut Umum tidak secara tegas dakwaan mana yang dapat

dibuktikan dalam persidangan dari dakwaan-dakwaan yang

disusunnya.

Dalam tuntutannya Penuntut Umum memenuhi kepada Majelis

Hakim agar :

1) Menyatakan terdakwa AT terbukti secara sah dan meyakinkan

telah melakukan tindak pidana “korupsi yang dilakukan secara

bersama-sama dan berulangkali sebagai perbuatan berlanjut”

2) Memidana oleh karena itu dengan pidana selama 4 (empat)

tahun dan denda sebesar Rp. 10.000.000,- Subsidair 6 (enam)

bulan kurungan, serta membayar ganti kerugian kepada Negara

sebesar Rp.20.00,-

3) Memidana pula untuk membayar biaya perkara Rp.5.000,-

4) Barang bukti berupa :

a) 1 (satu) bidang tanah 50 x 100m2 di Desa Nun Kurus

dengan batas sebelah utara Bernabas Skau, barat Samuel

Tsy, selatan Simon Benyamin, utara saluran air;

17

Page 18: Analisa Kasus Korupsi Dalam Reboisasi

b) 1 (satu) bidang tanah sawah 50 x 100 m2 di Desa Nun

Kurus dengan batas sebelah timur dengan Oranis Tanone,

barat Saul Benyamin, selatan Simon Benyamin dan utara

Tosoa Beyamin;

c) 1 (satu) bidang tanah berikut bangunan rumah yang

terletak di Kelurahan Oeba dengan batas-batas sebelah

utara dengan J. Hanu, Timur E. Pattipollohy, selatan J.

Hanu dan barat L. S Wariyaka, dirampas untuk negara;

d) Uang tunai Rp.2.330.000,- (dua juta tiga ratus tiga puluh

ribu rupiah);

e) 5 (lima) bundel SPJ Proyek reboisasi tahun anggaran

1977/1978 – 1981/1982;

f) 4 (empat) buah bundel rencana Operasional proyek

reboisasi tahun anggaran 1978/1979 sampai 1982/1983 :

(1) 1 (satu) bundel Kwitansi panjar;

(2) 1 (satu) bundel Kwitansi panjar;

(3) 1 (satu) bundel daftar pembayaran Pegawai Harian

Lepas;

(4) 1 (satu) bundel surat pembelian tanah di kelurahan

Oeba dilampirkan dalam berkas perkara.

3. Pembelaan

Dalam uraian perkara tindak pidana kasus korupsi dalam proyek

reboisasi oleh AT yang ada dalam buku Prof. Dr. H. R. Abdussalam,

SIK, SH, MH dan Zen Zanibar MZ, SH, MH tidak terdapat materi

pembelaan terhadap AT, sehingga tidak dicantumkan dalam uraian

analisis ini.

18

Page 19: Analisa Kasus Korupsi Dalam Reboisasi

4. Putusan Pengadilan

Dalam persidangan perkara dimaksud, AT diputus bebas oleh

Majelis Hakim Pengadilan Negeri Kupang, selanjutnya Penuntut Umum

mengajukan Kasasi ke Mahkamah Agung dan AT dinyatakan bersalah

namun dilepaskan dari segala tuntutan karena adanya alasan pemaaf

yang menghapuskan pidananya. Selengkapnya, putusan Majelis Hakim

Pengadilan Negeri Kupang dan Mahkamah Agung adalah sebagai

berikut :

a. Putusan Pengadilan Negeri Kupang tanggal 12 September 1989

No.33/Pid/B/1989/PN.Kpg

Majelis Hakim Pengadilan Negeri Kupang memperhatikan hasil

pemeiksaan dalam persidangan dengan mendengar keterangan

saksi –saksi,barang-barang bukti,keterangan Terdakwa AT dan

tuntutan Penuntut Umum pada akhirnya menyimpulkan dan

memutuskan :

1) Menyatakan AT : Umur 44 tahun,lahir di Barat Rote,jenis

kelamin laki-laki,kebangsaan Indonesia,Agama Kristen

Protestan,pekerjaan Pegawai Dinas Kehutanan Provinsi Nusa

Tenggara Timur (NTT) di Kupang alamat Desa Camplong

I,Kecamatan Fatuleu,Kabupaten Kupang tidak terbukti secara

sah dan meyakinkan telah bersalah melakukan tidak pidana

korupsi sebagaimana yang didakwakan oleh Jaksa Penuntut

Umum.

2) Membebaskan terdakwa oleh karena itu dari segala tuntutan.

3) Memulihkan hak terdakwa dalam kemampuan,kedudukan

dan harkat serta martabatnya.

19

Page 20: Analisa Kasus Korupsi Dalam Reboisasi

4) Menetapkan Barang bukti berupa :

a) 1 (satu) bidang tanah 50 x 100m2 di Desa Nun Kurus

dengan batas sebelah utara Bernabas Skau, barat Samuel

Tsy, selatan Simon Benyamin, utara saluran air;

b) 1 (satu) bidang tanah sawah 50 x 100 m2 di Desa Nun

Kurus dengan batas sebelah timur dengan Oranis Tanone,

barat Saul Benyamin, selatan Simon Benyamin dan utara

Tosoa Beyamin;

c) 1 (satu) bidang tanah berikut bangunan rumah yang

terletak di Kelurahan Oeba dengan batas-batas sebelah

utara dengan J. Hanu, Timur E. Pattipollohy, selatan J.

Hanu dan barat L. S Wariyaka, dirampas untuk negara;

d) Uang tunai Rp.2.330.000,- (dua juta tiga ratus tiga puluh

ribu rupiah);

e) 5 (lima) bundel SPJ Proyek reboisasi tahun anggaran

1977/1978 – 1981/1982;

f) 4 (empat) buah bundel rencana Operasional proyek

reboisasi tahun anggaran 1978/1979 sampai 1982/1983 ;

(1) 1 (satu) bundel Kwitansi panjar;

(2) 1 (satu) bundel Kwitansi panjar;

(3) 1 (satu) bundel daftar pembayaran Pegawai Harian

Lepas;

(4) 1 (satu) bundel surat pembelian tanah di kelurahan

Oeba; Semuanya dikembalikan kepada yang berhak.

(5) Menetapkan ongkos perkara dibebankan kepada negara

20

Page 21: Analisa Kasus Korupsi Dalam Reboisasi

b. Putusan Mahkamah Agung tanggal 22 April 1993 Reg.No.2425

K/Pid/1989

Oleh karena putusan Majelis hakim Pengadilan Negeri Kupang

seperti amarnya telah dikutip diatas menyatakan terdakwa AT

dibebaskan dari segala dakwaan.Maka Penuntut Umum menyatakan

kasasi ke Mahkamah Agung melalui kepaniteraan Pengadilan Negeri

Kupang.Adapun alasan atau keberatan Penuntut Umum terhadap

putusan Pengadilan Negeri Kupang tersebut sebagai berikut :

1) Perbuatan terdakwa yang menyimpang dinilai sebagai

melaksanakan perintah atasan, juga secara administrasi

terdakwa menilai tidak bertanggung jawab atas administrasi

yang dibuat oleh Bendaharawan Pembantu proyek dan Atasan

Pelaksana Proyek,hal ini alasan penghapus pidana yang

merupakan alasan pemaaf atau pembenar pada diri terdakwa.

Dengan pertimbangan ini seharusnya putusan Pengadilan

Negeri Kupang bebunyi “dilepas dari segala tuntutan

hukum”,bukannya “dibebaskan dari segala dakwaan

dengan kata lain terdakwa harus diputus sebagai

pembebasan tidak murni” karenanya dapat dimintakan

kasasi.

2) Dalam pertimbangannya hakim Pengadilan Negeri Kupang

telah salah menerapkan suatu ketentuan hukum atau

menerapkan tidak sebagaiman mestinya.

a) Salah satu pertimbangan hakim Pengadilan Negeri Kupang

yang menjadikan hapusnya tanggung jawab pidana adalah

perintah atasan terdakwa yaitu PINLAK Proyek

21

Page 22: Analisa Kasus Korupsi Dalam Reboisasi

LJL.Sebagai atasan Proyek ia terikat rencana operasional

yang merupakan satu-saunya Pedoman Pelaksanaan

Proyek Reboisasi,dengan demikian saksi LJL tidak dapat

mengubah atau membuat kebijaksanaan yang

menyimpang dari Rencana Operasional tanpa ada

persetujuan dari Menteri Kehutanan.Juga PINLAK tidak

dapat mengubah cara pembayaran keuangan proyek yang

dilaksanakan sendiri oleh Bendaharawan yang

bersangkutan.

Perintah atasan yang tidak ada kewenangannya adalah

perintah yang bersifat melawan hukum bila perintah

demikian dilaksanakan bawahannya berarti melaksanakan

perintah yang bersifat melawan hukum dan tetap

bertanggung jawab atas akibat yang timbul.

b) Apa yang dikemukakan diatas jika dikaitkan dengan

pertimbangan hakim Pengadilan Negeri Kupang nyatalah

terdakwa bukan termasuk pelaku yang secara sah

menjalankan perintah atasan,karena perintah atasan

tersebut bukan termasuk wewenang atasannya,dalam hal

ini saksi LJL selaku Atasan Pelaksana Proyek Reboisasi

dan Pengadaan Bibit Reboisasi.Dengan demikian

pertimbangan itu merupakan kesalahan dalam

menerapkan hukum pembuktian.

c) Dalam pertimbangan lain terdakwa dinyatakan tidak terbukti

sengaja menciptakan suasana administrasi keuangan

proyek yang menyimpang dari petunjuk administrasi

22

Page 23: Analisa Kasus Korupsi Dalam Reboisasi

proyek reboisasi maupun rencana operasional.Tanggung

jawab keuangan proyek Reboisasi benar merupakan

tanggung jawab Bendahara Pembantu serta Atasan

Pelaksana Proyek,namun hal itu pertanggungjawaban

administrasi/formal belaka,sedang materialnya siapapun

pejabat yang terkait dengan surat pertanggungjawaban

kebenaran keuangan proyek.Secara material terdakwa

tidak terlepas dari tanggung jawab keuangan Proyek

Reboisasi,karena langsung menerima uang proyek dari

Bendaharawan Pembantu.Dan selayaknya terdakwa

mengetahui maksud perbuatan kwitansi-kwitansi

penerimaan uang proyek itu dibuat dan dimintakan tanda

tangan kepada nama-nama sesuai dengan yang

disebutkan terdakwa kepada Bendaharawan Pembantu.

3) Dalam putusannya hakim Pengadilan Negeri Kupang tidak

mempertimbangkan :

a) Bahwa terdakwa telah menerima uang sejumlah

Rp.109.561.685,- masing-masing sebesar Rp.43.000.000,-

dari saksi SK dan sebesar Rp.66.561.685,- dari saksi

Ny.JTM.

b) Keterangan saksi-saksi dibawah sumpah dimana mereka

umumnya tidak pernah menerima uang Proyek Reboisasi

dari terdakwa.

c) Adanya fakta selama menjabat Kepala Resort Polisi Hutan

terdakwa hanya mempergunakan uang sebesar

Rp.15.949.500,-

23

Page 24: Analisa Kasus Korupsi Dalam Reboisasi

d) Siapa yang bertanggungjawab atas keuangan Proyek

Reboisasi lebih kurang Rp.93.512.185,- yang berada

dalam kekuasaan terdakwa.

Karena hakim Pengadilan Negeri Kupang tidak

mempertimbangkan fakta-fakta diatas,berarti hukum

pembuktian tidak diterapkan sebagaiman mestinya,akibatnya

pembuktian secara materil tidak dapat dicapai dalam putusan

Pengadilan Negeri Kupang.

4) Cara mengadili tidak menurut ketentuan Undang-undang.

Surat dakwaan yang ditujukan kepada terdakwa disusun secara

primair,subsidair.Dalam pembuktian salah tidaknya seseorang

lebih dulu dibuktikan apakah perbuatan terdakwa telah

memenuhi unsure dari pasal yang didakwakan.Tetapi hakim

Pengadilan Negeri Kupang dalam putusannya tidak membahas

unsur-unsur dari dakwaan primair sampai lebih subsidair,serta

membuktikan unsur-unsur dakwaan yang bersangkutan tidak

terbukti,sehingga yang diambil lebih banyak ditentukan

keyakinan semata-mata bukan berdasarkan alat bukti yang sah

menurut Undang-undang.

Bahwa putusan Pengadilan Negeri mengandung cacat hukum

maksud pembuatan kwitansi-kwitansi penerimaan karena tidak

jelas amar putusan barang bukti berupa uang sebesar

Rp.2.230.000,- dimana dalam amar putusannya dinyatakan

dikembalikan kepada berhak tanpa menegaskan siapa yang

berhak.Apabila dikembalikan kepada saksi FP dan MN sebagai

pekerja proyek kiranya tidak tepat,karena sudah dapat imbalan

24

Page 25: Analisa Kasus Korupsi Dalam Reboisasi

palawija dan tanaman semusim lainnya yang mereka tanam

tumpang sari di lokasi proyek.Bila dikembalikan kepada

terdakwa menimbulkan kekeliruan yang fatal karena uang itu

adalah uang negara.

Majelis hakim Mahkamah Agung yang diketuai oleh Bismar

Siregar dengan hakim anggota H.Syafar Luthan,SH dan Bambang

Soemedhy,SH memeriksa berkas-berkas permohonan kasasi

Penuntut Umum.

Dalam pertimbangan-pertimbangan majelis hakim

memperhatikan Pasal 67 jo Pasal 244 KUHAP,yaitu bahwa putusan

yang tidak dapat diajukan permohonan Banding dapat dimintakan

kasasi.Disamping itu majelis juga berpendapat bahwa permohonan

kasasi Penuntut Umum meskipun tanpa dasar kuasa dari Jaksa

Agung untuk mengajukan permohonan kasasi,dianggap

sebagai permohonan kasasi pihak (Partij Cassatie).

Berikutnya majelis menimbang keberatan-keberatan Penuntut

Umum.Atas keberatan-keberatan Penuntut Umum,majelis

berpendapat bahwa keberatan yang diuraikan dalam huruf 1 dapat

dibenarkan karena menurut pendapat majelis,Pengadilan Negeri

telah salah menerapkan hukum.Adapun alasan majelis hukum

Mahkamah Agung didasarkan pada pertimbangan bahwa perbuatan

terdakwa dilakukan bukan atas kemauan sendiri melainkan ksrena

perintah atasan atau menjalankan tugas dari atasannya,yaitu Atasan

Pelaksana Proyek.Dengan demikian yang bertanggung jawab

adalah atasan terdakwa.Oleh karena itu majelis berpendapat

25

Page 26: Analisa Kasus Korupsi Dalam Reboisasi

putusan Pengadilan Negeri Kupang harus dibatalkan.Selanjutnya

mengadili sendiri perkara ini dengan keputusan sebagai berikut :

1) Mengabulkan permohonan kasasi dari

pemohon kasasi : Jaksa Penuntut Umum pada Kejaksaan

Negeri Kupang tersebut;

2) Membatalkan putusan Pengadilan Negeri

Kupang tanggal 5 September 1989 No.33/Pib/B/1989/PN.Kpg;

3) Menyatakan terdakwa AT terbukti melakukan

perbuatan yang didakwakan kepadanya, tetapi perbuatan

tersebut dilakukan atas perintah atasan;

4) Menyatakan AT dilepaskan dari segala

tuntutan hukum;

5) Memulihkan hak terdakwa dalam

kemampuan,kedudukan dan harkat serta martabatnya;

6) Menetapkan Barang-barang bukti berupa :

(seperti dalam putusan Pengadilan Negeri Kupang), semuanya

dikembalikan kepada yang berhak;

7) Menetapkan ongkos perkara dibebankan

kepada Negara.

III. PEMBAHASAN

Berdasarkan analisis yang dilakukan oleh Prof. Dr. H. R. Abdussalam,

SIK, SH, MH dan Zen Zanibar MZ, SH, MH terhadap perkara dimaksud

didapatkan kesimpulan bahwa alasan Penuntut Umum dalam pengajuan

kasasi perkara dimaksud cenderung mendasarkan pada yurisprudensi yang

ada bahwa putusan bebas didasarkan atau sebenarnya merupakan

putusan lepas dari segala tuntutan, yang dalam perkara ini dikarenakan

26

Page 27: Analisa Kasus Korupsi Dalam Reboisasi

adanya alasan pemaaf bagi AT, namun dikarenakan Majelis Hakim Pengadilan

Negeri Kupang memutuskan AT tidak terbukti bersalah dan dibebaskan dari

segala dakwaan sehingga menyebabkan Penuntut Umum mengajukan kasasi.

Selanjutnya setelah permohonan kasasi Penuntut Umum diperiksa oleh Majelis

Hakim Mahkamah Agung, diputuskan bahwa AT dinyatakan bersalah namun

dibebaskan dari segala tuntutan karena adanya alasan pemaaf, dalam hal ini

Mejelis Hakim Mahkamah Agung mengacu kepada ketentuan Pasal 253 ayat

(1) huruf a KUHAP.

Selanjutnya, kami akan melakukan analisis dari sisi lain, sebagaimana yang

telah ditentukan oleh Prof. Dr. H. R. Abdussalam, SIK, SH, MH, melalui

pembahasan sebagai berikut :

A. Pembahasan Fakta Hukum dan Penyidikan

Bedasarkan fakta hukum yang dipersangkakan pada tahap penyidikan

terhadap AT, menurut kami dapat dianalisa sebagai berikut :

1. Berdasarkan hasil penyidikan tidak dapat mengungkap lebih dalam

tentang unsur ”kesengajaan” dari AT dalam melakukan tindak pidana

dimaksud. Unsur tersebut penting untuk diungkap dari tersangka AT

oleh penyidik karena untuk menentukan apakah AT benar-benar

melakukan tindak pidana tersebut di bawah kekuasaan LJL/Atasan

Proyek ataukah memang AT murni bekerja sama dengan LJL

dikarenakan AT pun mendapatkan keuntungan pribadi dari korupsi dana

proyek reboisasi tersebut. Hal ini penting untuk membuktikan unsur

subyektif dari pasal-pasal yang dipersangkakan penyidik kepada

AT.

2. Berdasarkan hasil penyidikan pula, tidak didapatkan fakta tentang

bagaimana reaksi AT ketika menerima perintah dari LJL untuk

27

Page 28: Analisa Kasus Korupsi Dalam Reboisasi

menyalahgunakan wewenangnya serta sampai seberapa jauh perintah

LJL tersebut kepada AT, apakah disertai oleh ancaman tertentu dari LJL

kepada AT, misalnya AT akan dipindahtugaskan apabila tidak mengikuti

perintah LJL atau ancaman lainnya yang menjadikan AT tidak kuasa

menolak perintah LJL. Hal ini penting dikarenakan apabila misalnya LJL

tidak memberikan perintah yang menggunakan ancaman dan AT

langsung setuju melakukan perintah tersebut tanpa melakukan upaya

penolakan sedikit pun, maka tidak dapat dikatakan AT memiliki alasan

pemaaf karena melakukan tindap pidana dimaksud. Demikian

sebaliknya, jika AT sudah berusaha menolak perintah LJL namun

ancaman LJL menjadikan AT tidak kuasa menolaknya, maka At dapat

dianggap memiliki alasan pemaaf walaupun melakukan tindak pidana

tersebut. Hal ini penting terkait dengan penggunaan alasan pemaaf

untuk menghapuskan pidana seorang tersangka, dalam hal ini AT.

3. Berdasarkan hasil penyidikan, tidak dijelaskan secara detail tentang

penggunaan uang yang diduga telah dikorupsi oleh LJL dan AT, yang

berjumlah Rp. 213.103.779,- maupun darimana atau milik siapa barang

bukti yang disita dalam perkara tersebut, sehingga tidak diketahui

hubungan antara penggunaan uang hasil korupsi dengan berbagai

barang buktinya terutama aset-aset yang diduga hasil pembelian

dengan uang hasil korupsdi proyek tersebut. Hal ini penting untuk

mendukung pembuktian terhadap unsur obyektif dalam pasal-

pasal yang dipersangkakan oleh penyidik kepada AT.

4. Berdasarkan hasil penyidikan, tidak didapatkan fakta tentang seberapa

jauh ”keturutsertaan” AT dalam tindak pidana tersebut terhadap LJL,

apakah mulai dari perencanaan sampai penggunaan uang hasil korupsi

28

Page 29: Analisa Kasus Korupsi Dalam Reboisasi

ataukah sebatas menerima perintah sebagaimana yang terungkap di

dalam penyidikan, penuntutan dan persidangan perkara tersebut. Hal

ini terkait dengan pembuktian pasal 55 ayat (1) KUHP yang

dipersangkakan penyidik kepada AT.

B. Pembahasan Fakta Hukum dan Dakwaan serta Penuntutan

Berdasarkan fakta hukum yang ada dalam perkara tersebut dikaitkan

dengan materi dakwaan dan penuntutan yang dilakukan oleh Penuntut

Umum atas perkara tindak pidana kasus korupsi dalam proyek reboisasi

oleh AT, dapat dianalisa sebagai berikut :

1. Dalam dakwaannya, Penuntut Umum tidak dapat menjelaskan tentang

sebab AT menyalahgunakan wewenang, apakah murni atas

perintah/petunjuk LJL ataukah atas inisiatif AT sendiri, khususnya

mengenai penggunaan sistem borongan dan mengijinkan petani

melakukan sistem penanaman secara tumpang sari.

2. Dalam dakwaan juga tidak dijelaskan secara detail tentang penggunaan

uang hasil korupsi. Penjelasan hanya dilakukan secara global, dengan

mengaitkan penggunaan uang hasil korupsi secara keseluruhan dengan

pembelian : (1) membeli sebuah kendaraan Truck Merk Colt diesel

Mitsubishi; (2) membeli sebidang sawah luas 1 (satu) ha Di Desa Nun

Kurus; dan (3) membeli sebidang tanah dikelurahan Oeba Kupang;

serta (4) sedangkan selebihnya lagi digunakan untuk kepentingan-

kepentingan lainnya yang tidak ada hubungannya dengan pekerjaan

proyek Reboisasi di RPH Fatuleu. Dalam hal ini tidak jelas aset itu dibeli

oleh siapa dan diperuntukkan atau dimiliki oleh siapa, bahkan pada poin

ke-4 tidak dijelaskan secara detail tentang ”berapa jumlah yang

29

Page 30: Analisa Kasus Korupsi Dalam Reboisasi

digunakan untuk kepentingan-kepentingan lainnya tersebut ?” atau

”untuk kepentingan-kepentingan apa saja uang tersebut digunakan ?”.

3. Demikian juga terkait dengan pasal utama yang didakwakan oleh

Penuntut Umum pada dakwaan subsidair dan lebih subsidair masih

menggunakan pasal 415 KUHP dan pasal 374 KUHP, padahal pada

dakwaan primair sudah menggunakan pasal-pasal dalam UU No. 3

Tahun 1971 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi yang

notabene merupakan lex specialis jika dibandingkan dengan KUHP

yang merupakan lex generalis. Sehingga menurut pendapat kami,

dakwaan subsidair dan lebih subsidair tidak perlu dilakukan oleh

Penuntut Umum, namun cukup dakwaan primair saja karena mengingat

azas lex specialis derogat lex generalis. Disamping itu, pada

dasarnya, esensi pasal 415 KUHP dan 374 KUHP tersebut sama

dengan pasal 1 ayat (1) b jo pasal 28 UU No. 3 Tahun 1971, sehingga

cukup pasal dalam UU No. 3 Tahun 1971 tersebut saja yang dibuktikan

secara maksimal oleh Penuntut Umum sebagaimana upaya pembuktian

yang dilakukan penyidik yaitu mengacu ke pasal 1 ayat (1) b jo pasal 28

UU No. 3 Tahun 1971 dikaitkan dengan keturutsertaan (vide pasal 55

KUHP) ; perbuatan yang berlanjut / voortgezette handelling (vide

pasal 64 KUHP) ; dan perbarengan tindak pidananya / concursus

realis / meedaadse samenloop (vide pasal 65 KUHP).

C. Pembahasan Fakta Hukum dan Pembelaan

Dalam uraian perkara tindak pidana kasus korupsi dalam proyek

reboisasi oleh AT yang ada dalam buku Prof. Dr. H. R. Abdussalam, SIK,

SH, MH dan Zen Zanibar MZ, SH, MH tidak terdapat materi pembelaan

30

Page 31: Analisa Kasus Korupsi Dalam Reboisasi

terhadap AT, sehingga tidak dilakukan analisis atas fakta hukum yang

didapat dikaitkan dengan pembelaannya.

D. Pembahasan Fakta Hukum dan Putusan Pengadilan

Berdasarkan fakta hukum yang ada dalam perkara tersebut dikaitkan

dengan materi putusan pengadilan atas perkara tindak pidana kasus

korupsi dalam proyek reboisasi oleh AT, dapat dianalisa sebagai berikut :

1. Menurut kami, putusan Majelis Hakim Pengadilan Negeri Kupang tidak

tepat dengan membebaskan AT dari segala tuntutan karena

berdasarkan hasil penyidikan didapatkan fakta bahwa AT turut

menikmati keuntungan hasil korupsi dana proyek tersebut, yang antara

lain digunakan untuk : (1) membeli sebuah kendaraan Truck Merk Colt

diesel Mitsubishi; (2) membeli sebidang sawah luas 1 (satu) ha Di Desa

Nun Kurus; dan (3) membeli sebidang tanah dikelurahan Oeba Kupang;

serta (4) sedangkan selebihnya lagi digunakan untuk kepentingan-

kepentingan lainnya yang tidak ada hubungannya dengan pekerjaan

proyek Reboisasi di RPH Fatuleu.

2. Menurut kami, alasan pemaaf bagi AT dikarenakan AT melakukan

tindak pidana dimaksud atas perintah atasan yang dijadikan oleh Majelis

Hakim Pengadilan Negeri Kupang untuk menyatakan bahwa AT terbukti

tidak bersalah dan membebaskan AT dari segala dakwaan adalah tidak

tepat, karena walaupun AT melakukan tindak pidana tersebut atas

perintah LJL, namun AT juga menikmati hasil korupsi tersebut, sehingga

AT selayaknya dinyatakan bersalah.

3. Menurut kami, putusan hasil pemeriksaan kasasi perkara tersebut oleh

Majelis Hakim Mahkamah Agung yang menyatakan bahwa AT bersalah

sudah tepat, namun tentang putusan membebaskan AT dari segala

31

Page 32: Analisa Kasus Korupsi Dalam Reboisasi

tuntutan tidak tepat karena walaupun AT melakukan tindak pidana

tersebut atas perintah LJL namun secara obyektif terdapat fakta bahwa

AT juga menikmati hasil korupsi tersebut.

4. Menurut kami, seharusnya sebagian barang bukti dalam perkara

dimaksud yang diduga merupakan hasil tindak pidana tersebut, terkait

dengan tindak pidana tersebut atau sebagai sarana dalam melakukan

tindak pidana tersebut tidak dikembalikan oleh Majelis Mahkamah

Agung kepada yang berhak, karena barang bukti tersebut dibeli dengan

uang hasil korupsi sehingga selayaknya dirampas oleh negara.

IV. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisa terhadap fakta hukum dan fakta konkrit atas

perkara tindak pidana korupsi dalam proyek reboisasi yang dilakukan AT

tersebut diatas, maka dapat disimpulkan hasil analisa tersebut sebagai

berikut :

1. Hasil penyidikan terhadap perkara AT tersebut belum optimal,

dikarenakan belum didapatkan fakta lebih lanjut dan detail mengenai

unsur ”kesengajaan” AT, seberapa jauh ”keturutsertaan” AT, pakah ada

upaya penolakan perintah LJL oleh AT, dll.

2. Dalam pelaksanaan penuntutan terhadap AT oleh Penuntut Umum

seharusnya tidak dilakukan dakwaan dengan dakwaan subsidair dan

lebih subsidair karena unsur-unsur pidana yang digunakan dalam

dakwaan subsidair maupun lebih subsidair memiliki esensi yang sama

dengan unsur-unsur pidana yang digunakan dalam dakwaan primair

yang merupakan ketentuan lex specialis jika dibandingkan dengan

32

Page 33: Analisa Kasus Korupsi Dalam Reboisasi

unsur-unsur pidana dalam dakwaan subsidair dan lebih subsidair yang

merupakan ketentuan lex generalis.

3. Putusan Majelis Hakim Pengadilan Negeri Kupang tidak tepat dengan

menyatakan AT terbukti tidak bersalah dan dibebaskan dari segala

dakwaan karena sebenarnya terdapat fakta yang memberatkan AT yaitu

AT turut menikmati hasil tindak pidana tersebut untuk kepentingan

pribadinya.

4. Putusan Majelis Hakim Mahkamah Agung sudah tepat dengan

menyatakan bahwa AT terbukti bersalah, namun tidak tepat jika

membebaskan AT dari segala tuntutan dengan mendasarkan pada

adanya alasan pemaaf berupa fakta bahwa AT melakukan tindak pidana

tersebut atas perintah atasannya LJL.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan hasil analisa perkara tindak pidana korupsi

dalam reboisasi yang dilakukan AT, maka saran yang kami ajukan dalam

penanganan perkara dimaksud adalah sebagai berikut (dengan asumsi

bahwa saran ini dilakukan pada saat penanganan perkara tersebut,

bukan saat ini) :

1. Penyidik seharusnya melakukan upaya pembuktian lebih berfokus

terhadap unsur-unsur obyektif atas unsur-unsur pidana pasal-pasal

yang dipersangkakan kepada AT sehingga walaupun AT memberikan

alasan bahwa AT melakukan tindak pidana tersebut atas perintah

atasannya LJL, namun alasan itu dapat dibantah dengan adanya unsur

”kesengajaan” AT yang turut menikmati uang hasil korupsi proyek

tersebut.

33

Page 34: Analisa Kasus Korupsi Dalam Reboisasi

2. Penuntut Umum seharusnya tidak berhenti melakukan upaya hukum

terhadap AT yang dinyatakan terbukti bersalah namun dibebaskan dari

segala tuntutan oleh Majelis Hakim Mahkamah Agung. Penuntut Umum

dapat melakukan upaya hukum luar biasa berupa peninjauan kembali

walaupun dalam perkara tersebut AT diputuskan bebas dari segala

tuntutan oleh Majelis Hakim Mahkamah Agung, yang mana seharusnya

tidak dapat diajukan peninjauan kembali jika mengacu pada ketentuan

pasal 263 ayat (1) KUHAP. Namun peninjauan kembali tersebut

mungkin dilakukan dalam perkara AT, seperti halnya yang terjadi dalam

kasus pembunuhan Munir, dimana pihak Penuntut Umum mengajukan

upaya peninjauan kembali terhadap terdakwa Pollycarpus dalam

perkara pembunuhan berencana terhadap Munir sebagaimana

dimaksud dalam pasal 340 KUHP walaupun Pollycarpus dibebaskan

oleh Majelis Hakim Mahkamah Agung pada tahap kasasi atas dakwaan

tersebut.

Pertimbangan yang dapat digunakan oleh Penuntut Umum dalam

mengajukan peninjauan kembali (PK) dapat kami analogikan dengan

dasar hukum yang digunakan pada peninjauan kembali dalam kasus

Munir (sumber : buku ”Risalah Kasus Munir : Kumpulan Catatan dan

Dokumen Hukum”, Penerbit : KASUM (Komite Aksi Solidaritas untuk

Munir), Tahun 2007, halaman 283-285), sebagai berikut :

a. Dasar Formil Pengajuan PK oleh Jaksa Penuntut Umum

1) Dalam KUHAP tidak ada larangan bagi Jaksa Penuntut Umum

(JPU) untuk mengajukan PK.

2) Terdapat yurisprudensi tentang permohonan PK oleh JPU

kepada MA yaitu dalam perkara atas nama terdakwa Muchtar

34

Page 35: Analisa Kasus Korupsi Dalam Reboisasi

Pakpahan (Putusan Mahkamah Agung (MA) No.

55/PK/Pid/1996, tanggal 25 Oktober 1996) terhadap permintaan

peninjauan kembali jaksa atas putusan kasasi MA No.

395/K/Pid/1996 dan perkara atas nama terdakwa Ram Gulumal

alias V Ram (Putusan MA No. 3PK/Pid/2001, tanggal 2 Agustus

2001) serta perkara atas nama terdakwa Soetiyawati alias Ahua

binti Kartaningsih (Putusan MA No. 15PK/Pid/2006, tanggal 19

Juni 2006), dimana MA menerima permohonan PK dari JPU

tersebut walaupun dalam perkara pokoknya, terdakwa diputus

bebas dari segala tuntutan dalam tahap kasasi.

3) Pasal 21 UU No. 14 tahun 1970 tentang kekuasaan kehakiman

mengatur bahwa terhadap putusan yang telah memperoleh

kekuatan hukum tetap, dapat dimintakan PK ke MA dalam

perkara perdata dan pidana oleh ”yang berkepentingan”.

Istilah ”yang berkepentingan” ini dapat ditafsirkan oleh Jaksa

bahwa disamping terdakwa maupun ahli warisnya, juga

termasuk pihak Kejaksaan. (Catatan : saat ini JPU dapat

menggunakan UU No. 4 Tahun 2004 sebagai dasar PK

sebagaimana dalam kasus Munir, khususnya berdasarkan

ketentuan pasal 23 ayat (1) yang menyatakan bahwa pihak-

pihak yang bersangkutan dapat mengajukan PK kepada MA).

4) Ketentuan diatas sejalan dengan pasal 263 ayat (3) KUHAP

yang mengatur bahwa PK dapat diajukan bila dakwaan telah

dinyatakan terbukti tetapi tidak diikuti oleh suatu pemidanaan,

dalam hal ini AT terbukti bersalah tetapi tidak dipidana karena

adanya alasan pemaaf.

35

Page 36: Analisa Kasus Korupsi Dalam Reboisasi

b. Dasar Materil Pengajuan PK oleh Jaksa Penuntut Umum

Putusan Majelis Hakim MA dalam perkara AT yaitu : (1)

mengabulkan permohonan kasasi dari pemohon kasasi : Jaksa

Penuntut Umum pada Kejaksaan Negeri Kupang tersebut; (2)

membatalkan putusan Pengadilan Negeri Kupang tanggal 5

September 1989 No.33/Pib/B/1989/PN.Kpg; (3) menyatakan

terdakwa AT terbukti melakukan perbuatan yang didakwakan

kepadanya,tetapi perbuatan tersebut dilakukan atas perintah atasan.

Berdasarkan putusan tersebut Majelis Hakim MA sependapat

dengan JPU bahwa AT bersalah, namun tetap dibebaskan dari

segala tuntutan karena adanya alasan pemaaf berupa fakta bahwa

AT melakukan tindak pidana tersebut karena perintah atasan.

Melalui PK ini, seharusnya JPU dapat membuktikan bahwa alasan

pemaaf tersebut dapat terhapuskan karena AT pun turut menikmati

uang hasil korupsi proyek tersebut untuk kepentingan pribadi AT.

3. Majelis Hakim PN Kupang maupun MA seharusnya mempertimbangkan

adanya fakta bahwa AT turut menikmati uang hasil korupsi proyek

tersebut, sehingga terhadap AT terdapat unsur ”kesengajaan” dalam

”keturutsertaannya” melakukan tindak pidana tersebut bersama-sama

atasannya LJL, bukan sekedar atas perintah atasannya LJL yang

bersifat memaksa sehingga AT dapat dinyatakan bersalah dalam

perkara tersebut.

4. Dalam pengajuan permohonan PK hendaknya JPU Kejaksaan Negeri

Kupang mendapat kuasa dari Jaksa Agung.

36