27
AKADEMI TEKNOLOGI KULIT YOGYAKARTA TBKKP.TPL.2008 | WWW.HIMABATPL08.WORDPRESS.COM 2010 ANALISA BARANG KARET

ANALISA BAHAN KARET

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: ANALISA BAHAN KARET

AKADEMI TEKNOLOGI KULIT YOGYAKARTA

TBKKP.TPL.2008 | WWW.HIMABATPL08.WORDPRESS.COM

2010 ANALISA BARANG KARET

Page 2: ANALISA BAHAN KARET

14

PRAKTIKUM

ANALISA BARANG KARET

A. TUJUAN

Tujuan dari dilaksanakannya praktikum ini adalah:

1. Agar mahasiswa mengetahui cara pengujian Sifat fisis pada sol sepatu

2. Agar mahasiswa mengetahui kekuatan sol sepatu yang diuji.

B. DASAR TEORI

Mutu barang-barang karet ditentukan oleh jenis, jumlah dan kualitas karet mentah serta

bahan-bahan kimia karet yang digunakan. Guna mendapatkan barang karet dengan mutu

yang tetpa perlu dilakukan analisa karet beserta bahan kimia karetnya, baik terhadap barang

karet yangbleum divulkanisasi (kompon) maupun yang sudah divulkanisasi (vulkanisat).

Analisa yang dilakukan terhadap barang karet berupa pengujian sifat fisika dan analisa

bahan kimia. Analisa bahan kimia yang dilakukan meliputi analisa jenis bahan dan anlisa

jumlah setiap bahan yang terdapat dalam bahan karet. Analisa jenis memberikan mengenai

jenis karet, bahan pelunak, bahan pengisi, bahan pencepat, antioksidan dan bahan kimia

karet lainnya. Sedangkan analisa jumlah memberikan informasi tetntang komposisi bahan

utama penyusun barang karet yaitu karet serta bahan pelunak, karbon black, abu dan ekstrak

aseton. Hasil analisa kimia juga dapat digunakan sebagai dasar perkiraan dalam pembuatan

barang karet sejenis atau yang lebih baik. Setiap karet mempunyai karakteristik tertentu dan

digunakan untuk membuat barang karet dengan spesifkasi tetentu. Jenis karet dapat

ditentukan dengan berbagai metode. Yang paling populer adalah penentuan jenis karet dari

hasil pirolisis barang karet menggunakan alat spektrometer inra merah (IR). Sama halnya

dengan pengujian pada kulit, pengujian karet terbagi menjadi pengujian fisis dan pengujian

kimiawi.

Pengujian yang dilakukan dalam praktikum ini merupakan pengujian fisis dari karet jadi

berupa sol sepatu. Dalam pengujian ini, akan diketahui bagaimana sifta-sifat fisis dari

barang jadi karet tersebut, yang akan menentukan bagaimana kualitas atau mutu karetnya.

Page 3: ANALISA BAHAN KARET

15

Untuk mendapatkan barang karet dengan mutu yang baik, perlu dilakukan analisis

karet beserta bahan kimia yang digunakan sebagai addiftiv dalam pembuatan kompon

karet, baik terhadap barang karet yang belum divulkanisasi maupun yang sudah

divulkanisasi. Analisis barang karet dapat dilakukan berupa pengujian sifat fisika dan

analisis kimia, analisis kimia yang dilkukan meliputi analisis jenis bahan dan analisis

jumlah setiap bahan yang terdapat dalam barang karet. Sedangkan analisis fisika

meliputi uji ketebalan, kuat tarik, kekerasan, perpanjangan putus, ketahanan sobek,

bobot jenis, ketahanan kikis, ketahanan retak lentur dan organoleptis. Analisis jenis

bahan yang digunakan bertujuan untuk memberikan informasi mengenai jenis karet,

bahan pelunak, bahan pengisi, bahan pencepat, antioksidan dan bahan kimia karet

lainnya.

Analisis jumlah memberikan informasi tentang komposisi bahan utama penyusun

barang karet yaitu karet, serta bahan pelunak, karbon black, abu dan ekstrak acetone.

Hasil analisis dapat digunakan sebagai dasar perkiraan dalam pembuatan barang karet

atau yang lebih baik.

Standar Nasional Indonesia Mutu Sol Karet Cetak No. SNI 0788-1989-A NO

URAIAN SATUAN

PERSYARATAN KELAS A

KELAS B

KELAS C

FISIKA 1 Tegangan

putus

Kg/cm2

Min 150

Min 120

Min 50

2 Perpanjangan putus

% Min 250

Min 150

Min 100

3 Kekerasan Shore A

55-80

55-80

55-80

4 Ketahanan sobek

Kg/cm2

Min 60

Min 40

Min 25

5

Perpanjangan tetap 50%

% Mak 4

Mak 7

Mak 10

Page 4: ANALISA BAHAN KARET

16

6 Bobot jenis

g/cm3 Mak 1,0

Mak 1,5

Mak 2,5

7 Ketahanan

retak lentur 150 kes

Tidak

retak

Tidak

retak

Tidak

retak

8 Organoleptis (keadaan dan atau kenampak

an sol

Tidak cacat dan atau rusak yang serupa sobek, lubang, retak,goresan.

Pengujian Fisis

Sifat-sifat fisis yang diuji dalam praktikum ini meliputi; uji tarik, uji kemuluran, dan uji

ketahanan sobek.

Pengujian kuat tarik; pada vulkanisat sol luar sepatu adalah langkah pertama

menyiapkan vulkanisat sol luar sepatu dengan menipiskannya terlebih dahulu dengan

mesin grading setelah itu sol dipotong menurut mal uji kuat tarik yaitu seperti gambar

30 mm 10 mm 50 mm 30 mm

Gambar.1 Contoh uji kuat tarik pada pengujian sol karet cetak

Setelah contoh uji siap dilakukan pengukuran ketebalan contoh uji pada 3 titik yang

berbeda dan dirata-ratakan hasilnya sebagai tebal contoh uji kemudian diukur luasnya

dankemudian contoh uji dijepit pada mesin tes tensil streght setelah semua terjepit

atur satuan pada mesin tes tensil streght dalam satuan kg, kemudian dilakukan

penarikan dengan kecepatan 500 mm/menit sampai contoh uji terputus. Untuk

Page 5: ANALISA BAHAN KARET

17

menentukan jarak antara dua tanda dapatdiketahui dengan cara mengukur jarak

tersebut dengan penggaris. Kemudian dilakukanperhitungan dengan persamaan ;

Tensil Streght=Beban yang dicapai pada saat uji (Kg)Luas Penampang awal

contoh (cm2)

Uji ketahanan sobek; langkah pertama yaitu memotong karet vulkanisat sol luar sepatu

sesuai dengan mal contoh uji ketahanan sobek seperti gambar dibawah ini;

Gambar. 2 Contoh uji ketahanan sobek

Keterangan;

Panjang : 6 cm

Lebar : 1 cm

Tebal : ± 2 mm

Setelah siap contoh uji dibelah sampai garis tengah dan kemudian kedua belahan

dijepitkan pada pada mesin tes tensil streght dan dilakukan penarikan dengan

kecepatan 500 mm/menit sampai contoh uji terputus. Kemudian dilakukan

perhitungan dengan persamaan;

Ketahanan Sobek= tenaga untuk menyobek (kg)lebar contoh uji x tebal

contoh uji

Pengujian dengan TG/DTA

Deferensial thermonalyse ialah suatu metoda analisa yang menggunakan perubahan

suhu (panas) dari pada zat yang akan dianalisakan.

Kromatografi gas biasanya dipakai untuk analisa sampel yang berbentuk gas atau

cairan dan padatan yang mudah menguap, sampel atau campuran yang hendak

diperiksa disuntikan sedikit kedalam arus gas inert seperti N2, H2, He, Ar atau CO2

Page 6: ANALISA BAHAN KARET

18

yang mengalir melalui kolom yang berisi suatu medium. Sampel ini terbawa oleh gas

inert mengalir melalui medium tadi, yang mempunyai sifat dapat berinteraksi dengan

kompone-komponen dalam campuran, dan akan menghambat aliran masing-masing

komponen. Besarnya hambatan ini bagi masingmasing komponen berbeda-beda,

sehingga komponen-komponen keluar dari kolom tidak bersama-sama akan tetapi

satu persatu. Selanjutnya gas yang keluar dari kolom ini dilewetkan melalui suatu

detektor, hambatan tadi disebabkan karena adanya absorpsi atau partisi oleh medium

terhadap masing-masing komponen. Besarnya gaya adsorpsi atau partisi tersebut,

khas bagi masing-masing komponen. Perbedaan absorpsi atau partisi inilah yang

memungkinkan pemisahan dalam kolom tadi. TG/DTA adalah alat analisis yang

digunakan untuk menganlisis bahan yang berbentuk padatan dengan menggunakan

perubahan suhu untuk mengetahui jenis dan sifat-sifat bahan yang dianalisa.

Pengujian Kimia

Salah satu analisis dari barang karet adalah analisis jenis dan analisis jumlah. Sebelum

melakukan analisis jenis dan analisis jumlah terhadap contoh barang karet dilakukan

persiapan (sampling). Contoh dibersihkan dan jika mengandung bahan serat atu logam,

bagian karetnya dipisahkan dari bahan – bahan tersebut. Jika terdiri dari beberapa

lapisan karet yang jelas, karet tersebut dipisahkan dan bagian bertemunya lapisan

dibuang. Bagian yang akan diuji digunting menjadi potongan – potongan kecil dengan

ukuran sisi ± 2 mm.

Sistematika analisis jenis dan analisis jumlah di Balai Penelitian Teknologi Karet

Bogor, dimulai dengan melakukan uji pendahuluan terhadap contoh barang karet,

yaitu uji bakar dan uji Lassaigne. Dari uji tersebut akan diketahui jenis atau golongan

polimernya, sehingga dapat ditentukan pelarut yang sesuai untuk mengekstraksi

contoh. Aseton biasanya digunakan sebagai pelarut untuk mengeksraksi hampir semua

polimer kecuali beberapa polimer tertentu seperti karet kloropren, karet nitril dan

poliuretan manggunakan metanol sebagai pelarut.

Page 7: ANALISA BAHAN KARET

19

Dari ekstraksi didapatkan 2 bagian, yaitu bagian ekstrak yang biasanya disebut ekstrak

aseton dan bagian karet. Ekstrak aseton dipisahkan dengan kolom kromatografi

menjadi dua bagian, yaitu fraksi heksan yang mengandung bahan pelunak, serta fraksi

aseton yang mengandung bahan pencepat dan antioksidan. Jenis bahan pelunak

ditentukan dengan alat TLC. Biasanya cukup diketahui golongan bahan pencepat dan

antioksidan yang dapat diketahui dengan melakukan spot test.

Bagian karet setelah dipirolisis dipakai sebagai contoh uji analisis jenis polimer. Bagian

karet juga digunakan sebagai contoh uji analisis barang karet guna mengetahui

komposisi beberapa bahan dalam barang karet, yaitu polimer, carbon black, abu dan

bahan pelunak. Jenis polimer ditentukan dengan alat IR, sedangkan analisis jumlah

dilakukan dengan menggunakan alat TGA. Bagian karet yang dipirolisis akan

meninggalkan sisa berupa residu pirolisat. Residu ini diabukan dengan

memanaskannya lebih lanjut. Abu yang didapat ditentukan dengan alat IR. IR untuk

menentukan jenis bahan pengisinya.

Analisis kemurnian dilakukan untuk mengetahui apakah suatu bahan kimia karet

masih dalam bentuk aslinya, serta masih memenuhi syarat untuk digunakan sebagai

bahan pencampur pengolahan karet. Yang dimaksud dengan bahan kimia karet adalah

bahan pencepat, bahan pelunak, antioksidan, penyetabil dan bahan – bahan lain yang

diperlukan dalam jumlah sedikit sebagai bahan penbantu dalam pengolahan karet.

Analisis dilakukan dengan menggunakan TLC atau IR. Identifikasi blooming dilakukan

untuk mengetahui apakah noda yang timbul pada permukaan barang karet berasal dari

bahan kimia dari barang karet tersebut yang muncul ke permukaan dan mengetahui

jenis bahan penyebab blooming tersebut. Identifikasi staining dilakukan untuk

mengetahui apakah timbul perubahan warna pada permukaan karet apabila

bersentuhan dengan bahan – bahan tertentu, misalnya logam besi dan tembaga, serta

untuk mengetahui jenis bahan kimia penyebab staining tersebut. Analisis jenis bahan –

bahan tersebut dilakukan dengan alat TLC atau spot test.

Page 8: ANALISA BAHAN KARET

20

C. ALAT DAN BAHAN

Alat yang digunakan dalam praktikum ini

a. Rheo Meter

b. Jangka sorong

c. Ragum

d. Pisau/cuter

e. Thicknes tester

f. Gelas beker

g. Pinset

h. Neraca analitik

i. Densitimeter

j. Penggaris

k. Bor listrik

l. Mesin buffing

m. Meteran

n. Tensio Meter Zwick/ Shopper Kecil

o. Plat logam persegi panjang

p. Grasselli

q. Flexometer

Bahan yang digunakan Dalam Praktikum ini :

a. Sapel Sol

b. 2,2,4 Iso oktan

Page 9: ANALISA BAHAN KARET

21

D. LANGKAH KERJA

1. Uji Kemasakan Karet Menggunakan Reometer

Tujuan : untuk mengetahui titik kematangan karet

Prinsipnya : berapa tekanan, waktu dan suhu kompon untuk dicetak

Langkah kerja :

a. Memotong kompon dengan ukuran ± 3 x 3 cm2

b. Direkatkan sebanyak 4 buah dengan sisi yang ada plastiknya pada bagian luar

bagian plastik

Bagian plastik

c. Mesin (Reumeter) dipanaskan terlebih dahulu selama ± 10 menit sampai suhu

150oC

d. Meletakkan kompon di atas rotor, lalu diatur test time 12’, suhu upper 150

dan suhu lowest 150, pencet motor on dan put down sehingga kaca Reumeter

menutup

2. Uji Ketahanan Kikis Karet

Pengujian kikis dilakukan dengan cara Grasselli

Seselum dimulai , tentukan bobot jenis contoh ,(hasil pasal 5.1.5)

Langkah kerjanya :

a. Membuat cuplikan dengan ukuran panjang 2 cm, lebar 2 cm, dan tebal 1 cm

(kiri dan kanan ditambahkan sedikit untuk kepitan)

b. Memasang cuplikan pada tempatnya. Satu kali pengujian dapat dilakukan dua

buah cuplikan.

Page 10: ANALISA BAHAN KARET

22

c. Menjalankan mesin selama 2 menit untuk meratakan cuplikan.

d. Mengeluarkan cuplikan , kemudian timbang dengan teliti, lalu pasang

kembali pada temaptnya semula.

e. Menjalankan mesin kembali selama 6 menit untuk mengikis cuplikan

f. Waktu mesin berjalan, atur neraca pegas, sehingga lengan neraca pegas

letaknya tetap seimbang benar-benar yanitu terletak diantara dua pena

(ditengah-tengah)

g. Pasang pompa angin untuk membersihkan kotoran-kotoran yang terjadi

akibat pengosokan tersebut.

h. Melakukan pembacaan timbangan neraca pegas setiap menit sampai 6 menit

dan tiap-tipa menitnya dicatat.

i. Setelah 6 menit keluarkan kedua cuplikan dan timbang lagi dengan teliti.

3. Uji Retak Lentur Karet

Alat yang digunakan : Flexometer

Lankah kerja :

a. Membuat cuplikan dengan ukuran : panjang 150 cm, lebar 20 cm, dan tebal

6 cm.

t = 6

l = 20

P = 150

b. Membuat suatu bulatan (lingkaran) dari kertas karton, yang berukuran 7 x

tebal cuplikan

c. Memasang cuplikan pada flexometer, cuplikan melingkari setengah lingkaran

dari kertas karton

d. Mengeluarkan kertas karton tersebut, kemudian lenturkan sampai 150.000

pelenturan

e. Mengamati ada tidaknya keretakan dan mencatat hasil pengamatan yang

diperoleh

Page 11: ANALISA BAHAN KARET

23

4. Uji Elongation at break Karet/ tegangan putus dan perpanjagan putus

Pengujian dilakukan dengan alat uji ketahanan tarik

Langkah kerja :

a. Memotong contoh uji dengan bentuk dayung (dumbbell /doumble blade)

memakai pisau pons D dengan bentuk dan ukuran sebagai berikut :

b. Member tanda dua garis sejajar pada cuplikan berjarak 25,4 mm simetris

ditengah-tengah dayung

c. Mengukur tebal dan tebal cuplikan ditempat a, b, dan c, kemudian pasang

pada alat sehingga jarak antara dua jepitan ± 50 mm

d. Penarikan dikerjakan dengan kecepatan 25 ± 1 cm/menit sampai cuplikan

putus

5. Uji Perpanjangan Tetap Karet

Pengujian dilakukan dengan suatu alat logam berbentuk persegi panjang berukuran :

panjang 45-50 cm, lebar 30-35 cm dengan bingkai memakai kiri dan kanan, tinggi 2

cm dan lebar 2 cm.

Ukuran cuplikan :

Panjang : 10 cm

Lebar : 4 mm

Tebal : 3 mm

Sampel : 3 mm

4 mm

10 cm

Lankah kerja :

a. Membuat garis sejajar pada cuplikan dengan jarak 5 cm

Page 12: ANALISA BAHAN KARET

24

b. Memasang cuplikan pada alat dengan menggunakan klem. Klem yang satu

dipindahkan dengan cara memutar baut, sehingga cuplikan ditarik sampai

perpanjangan 50 %.

c. Dalam keadaan tertarik biarkan selama 1 jam. sesudah itu biarkan dan

diamkan selama 1 jam , kemudian

d. Mengukur jarak antara kedua garis sejajar dan mencatat hasil yang diperoleh

6. Uji Ketahanan sobek

Pengujian dilakukan dengan alat Tensio meter Zwick / (shopper kecil)

Langkah kerja :

a. Membuat sampel cuplikan berbentuk empat persegipanjang dengan ukuran :

Panjang : 6 cm

Lebar : 1 cm

Tebal : ± 2 mm

b. Membuat tanda arah sejajar dengan panjang cuplikan

c. Membuat keretan ditengah-tengah cuplikan, tegak lurus pada sumbu panjang

selebar 5 mm

d. Mengukur tebal cuplikan pada bagian yang terdapat keretan

e. Memasang kedua ujung-ujung cuplikan pada penjepit-penjepit mesin Zwick

atau shoper kecil, dan selanjutnya kerjakan sama sepert pada uji tegangan

putus

f. Menarik cuplikan sampai putus dan catat beban yang diperlukan,

g. Mengukur lebaran cuplikan yang tersobekan menggunakan micrometer

mikroskop

7. Uji Ketahanan Karet Terhadap Minyak

Pengujian dilakukan dengan alat Jangka sorong, Densimeter dengan ketelitian 0,01

g, pisau cuter.

Page 13: ANALISA BAHAN KARET

25

a. Memotong cuplikan dari bagian sol luar dengan ukuran diameter 16 mm ± 1

mm, dan tebal 4 mm ± 0,5 mm. untuk sol dua lapis (two layer) potong

cuplikan termasuk lapisan kedua yang tidak terpisahkan.

(1) (2) (3)

b. Timbang diudara berat cuplikan mula-mula (m1), timbang pula didalam air

cuplikan mula-mula (m2), dengan menggunakan alat densimeter dengan

ketelitian 0,01 g

c. Merendam cuplikan dalam minyak pelumas ( Benzol ) pada suhu 23 0C ± 2

0C selama 1 jam ± 25 menit. Lihat perubahan yang mungkin terjadi per 30

menit.

d. Mengambil cuplikan pada akhir pengujian dan dikeringkan menggunakan

kertas saring

e. Menimbang diudara berat cuplikan setelah perendaman (m3), lalu timbag

didalam air berat cuplikan setelah perendaman (m4)

f. Mengukur perubahan volume yang terjadi setelah perendaman.

g. Mencatat hasil dan pengamatan yang diperoleh

E. HASIL DAN PENGAMATAN

1. Ketahanan sobek

Bentuk cuplikan :

Dilubangi ditengahnya

Sampel Lebar

(mm)

Tebal

(mm)

Beban

(kg)

1.1 10,37 2,85 4,85

1.2 10,12 2,89 4,40

Page 14: ANALISA BAHAN KARET

26

1.3 11,19 3,33 7,15

1.4 11,21 3,15 6,40

Ketahanan sobek =

10 - 5

Sampel 1.1

Ketahanan sobek =

=

=

=

=

Sampel 1.2

Ketahanan sobek =

=

Page 15: ANALISA BAHAN KARET

27

=

=

=

Sampel 1.3

Ketahanan sobek =

=

=

=

=

Sampel 1.4

Ketahanan sobek =

=

=

=

=

2. Ketahanan Retak Lentur

Page 16: ANALISA BAHAN KARET

28

Setelah diuji dengan Flexometer, contoh uji tidak mengalami keretakan

3. Perpanjangan Tetap/Permanent Set

No Kode Sebelum (mm) Sesudah (mm)

1 1.1 50 51,65

2 1.2 50 51,70

3 1.3 50 51,95

Kode 1.1

Perpanjangan Tetap = x 100%

= x 100%

= 3,3%

Kode 1.2

Perpanjangan Tetap = x 100%

= x 100%

= 3,4%

Kode 1.3

Perpanjangan Tetap = x 100%

= x 100%

= 3,9%

Dimana :

t1 = panjang antara dua garis sejajar pengujian

t2 = panjnag antara dua garis sejajar semula

hasil uji adalah rata-rata tiga kali pengujian

Hasil uji =

= 3,53 %

Page 17: ANALISA BAHAN KARET

29

Kamis, 15 April 2010

4. Kemuluran

N

o

K

o

d

e

Tebal

(mm)

Lebar

(mm)

Area

(mm2)

B

e

b

a

n

(k

gf

)

Ha

sil

Uji

(kg

/cm

2)

1 1

.

1

4,04

3,86

4,005

Ratax

x=3,9

6

3,60

3,65

3,8

Ratax

x=3,6

8

Rataxx

=14,57

5,

8

5

0,4

015

2 1

.

2

3,61

3,39

3,7

Ratax

x=3,5

7

4,2

3,35

4,35

Ratax

x=3,9

7

Rataxx

=14,17

5,

5

5

0,3

917

3 1

.

3

4,18

4,15

4,46

Ratax

x=4,2

3,7

3

3,3

Ratax

x=3,3

Rataxx

=14,18

7,

1

5

0,5

042

Page 18: ANALISA BAHAN KARET

30

6 3

4 1

.

4

2,80

2,65

2,81

Ratax

x=2,7

5

4,3

3,45

3,75

Ratax

x=3,8

3

Rataxx

=10,53

5,

5

4

0,5

261

Keterangan

Area = Tebal x Lebar

Hasil Uji =

N

o

Kod

e

Lo

(mm)

Lt (mm) Jara

k

Jepit

(mm

)

Has

il

Uji

(%)

1 1.1 50 200

2 1.2 50 320

3 1.3 50 300

4 1.4 50 320

Kemuluran = Lt – Lo

Hasil uji

Page 19: ANALISA BAHAN KARET

31

Kode 1.1

Kemuluran = Lt - Lo

= x 100%

= 200%

Kode 1.2

Kemuluran = Lt- Lo

= x 100%

= 320%

Kode 1.3

Kemuluran = Lt - Lo

= x 100%

= 300%

Kode 1.4

Kemuluran = Lt - Lo

= x 100%

= 320%

5. Perubahan Volume Terhadap Minyak Pelumas (Iso

Oktan)

Jenis Minyak : Benzol

No Kode Berat sebelum (gr) Berat sesudah (gr) Hasil uji (%)

Di udara Di air Di udara Di air

1 1.1 1,01 0,04

2 1.2 1,1 0,02

3 1.3 0,86 0,04

4 1.4 1,17 0,05

Page 20: ANALISA BAHAN KARET

32

Setelah itu karet sampel karet direndam di dalam larutan benzol selama 1 jam, dan

ternyata karet melarut sehingga tidak perlu dilakukan penimbangan berat sesudah

direndam dan tidak perlu dilakukan penghitungan hasil uji.

Bj =

Berat jenis sol sebelum direndam di dalam Benzol

Kode 1.1

Bj =

=

= 1,04

Kode 1.2

Bj =

=

= 0,935

Kode 1.3

Bj =

=

= 1,132

Kode 1.4

Bj =

=

= 1,045

Page 21: ANALISA BAHAN KARET

33

Kamis, 22 April 2010

6. Ketahanan Kikis

Sampel 1 2 3 4

Kode 1.1 1.2 1.3 1.4

Berat sebelum (gr) 6,7507 7,8557

Berat sesudah (gr) 6,0929 7,8557

berat terkikis(gr) 0,678 0,8419

Pegas

Beban 200 g , 0,2 gr

Energi (Joule) 22,251

Berat Jenis 0,9 0,9 0,93 0,92

Hasil uji/ketahanan

kikis 5,475

Sampel 1

Ketahanan Terkikis = x 1000

E = 37 x 2π (ap + bQ)

= 37 x 2 x 3,14 {(0,255 x 0,0775) + (0,38 x 0,2)}

= 37 x 2 x 3,14 x 0,0957625

= 22,2513745 kgm

Ketahanan kikis = x 1000

= 5,47448495 mm2kgm

Sampel 2

Ketahanan Terkikis = x 1000

E = 37 x 2π (ap + bQ)

= 37 x 2 x 3,14 {(0,255 m x 0,235 kg ) + (0,38 m x 0,2 kg)}

= 37 x 2 x 3,14 x 0,135925 kgm

= 31,583533 kgm

Ketahanan kikis = x 1000

= 3,207737168 mm2kgm

Page 22: ANALISA BAHAN KARET

34

F. PEMBAHASAN

Sol sepatu merupakan bahan tumpuan pijakan untuk kaki pada saat berjalan atau

berlari. Pada proses tersebut terjadi gesekan, kelekukan, kemuluran dan lain-lain yang

dapat mempengaruhi ketahanan dari sol tersebut sehingga diperlukan pengujian

ketahanan sobek, ketahanan retak lentur, perpanjangan tetap/permanent set, kemuluran,

perubahan volume terhadap minyak pelumas (Iso Oktan) dan ketahanan kikis.

Pengujian tersebut dapat dikelompokkan menjadi dua macam, yaitu pengujian fisika

dan pengujian kimia. Pengujian fisika digunakan untuk mengetahui sifat-sifat fisika yang

ada pada sol sepatu yang akan diuji dan perubahannya terhadap pengaruh alam.

Contohnya ketahanan sobek, ketahanan retak lentur, perpanjangan tetap/permanent set,

kemuluran dan ketahanan kikis. Pengujian kimia digunakan untuk mengetahui sifat-sifat

fisika yang ada pada sol sepatu yang akan diuji dan perubahannya terhadap pengaruh

alam dan bahan kimia. Contohnya perubahan volume terhadap minyak pelumas (Iso

Oktan)

Pengujian-pengujian tersebut juga dapat dipergunakan sebagai titik ukur suatu

perusahaan untuk menentukan standar berapa lama maksimal sepatu tersebut dapat

bertahan sehingga produk di dalam perusahaan dapat terus berjalan.

Untuk mendapatkan sol sepatu karet dengan mutu yang baik, juga perlu dilakukan

analisis karet beserta bahan kimia yang digunakan sebagai additif dalam pembuatan

kompon karet, baik terhadap barang karet yang belum divulkanisasi maupun yang sudah

divulkanisasi.

1. Ketahanan Sobek

Dilubangi ditengahnya

Pengujian ketahanan sobek merupakan salah satu pengujian fisika dalam praktikum

ini. Dalam uji ketahanan sobek, sampel dilubangi tengahnya untuk memudahkan

penyobekan. Bila kita didiskripsikan dalam kehidupan sehari-hari, bila sepatu kita

tersobek sedikit, maka berapa lama waktu karet tersebut dapat rusak, dapat diperkirakan

Page 23: ANALISA BAHAN KARET

35

dari percobaan ini. Sampel 1.1 memiliki ketahanan sobek = =

, Sampel 1.2 memiliki ketahanan sobek = = ,

sampel 1.3 memiliki ketahanan sobek = = dan sampel 1.4

memiliki ketahanan sobek = = . Menurut SNI 0778-1989-A,

standar minimum kelas A adalah 60 kg/cm2, kelas B 40 kg/cm

2 dan kelas C 25 kg/cm

2.

Jadi sol yang kita uji merupakan sol dengan kualitas C mendekati B, tetapi cenderung

kualitas C.

2. Ketahanan Retak Lentur

Pengujian ketahanan retak lentur merupakan salah satu pengujian fisika dalam

praktikum ini. Dalam uji ketahanan retak lentur, sampel dibekuk-bekuk berulang-ulang.

Bila kita didiskripsikan dalam kehidupan sehari-hari, bila sepatu kita dipergunakan untuk

berjalan dan berlari, maka berapa jarak sol tersebut dapat bertahan, dapat diperkirakan

dari percobaan ini.

Setelah diuji dengan Flexometer, contoh uji tidak mengalami keretakan. Hal tersebut

menunjukkan bahwa kualitas sepatu tersebut bagus. Semakin lama pengujian dan hasil

sampel tidak mengalami keretakan maka semakin bagus kualitas sol tersebut.

3. Perpanjangan Tetap/Permanent Set

Pengujian perpanjangan tetap/permanent set merupakan salah satu pengujian fisika

dalam praktikum ini. Dalam uji perpanjangan tetap/permanent set, sampel ditarik dan

dibiarkan beberapa hari, kemudian dilihat perubahannya. Bila kita didiskripsikan dalam

kehidupan sehari-hari, bila sepatu kita dipergunakan untuk dipakai dalam kehidupan

sehari-hari, maka sol akan mengalami perpanjangan, perpanjangan tersebut dapat

diperkirakan dari percobaan ini.

Hasil praktikum Perpanjangan Tetap untuk sampel 1.1 = 3,3% , sampel 1.2 = 3,4%

dan sampel 1.3 = 3,9%. Dari hasil tersebut dapat dirata-rata sehingga hasilnya = 3,53 %.

Page 24: ANALISA BAHAN KARET

36

Menurut SNI 0778-1989-A, standar maksimum perpanjangan tetap untuk kelas A = 4,

kelas B = 7 dan kelas C = 10. Dari pengujian yang kita lakukan, rata-rata hasilnya

mendekati kelas A.

4. Kemuluran

Pengujian kemuluran merupakan salah satu pengujian fisika dalam praktikum ini.

Dalam uji kemuluran, sampel ditarik hingga putus. Percobaan ini dalam kehidupan

sehari-hari dapat dijadikan patokan sebagai nilai ambang batas sol tersebut dapat tertarik.

Kode 1.1 Kemuluran = 200%, Kode 1.2 Kemuluran = 320%, Kode 1.3 Kemuluran =

300% dan Kode 1.4 Kemuluran = 320%. Menurut SNI 0778-1989-A, standar minimum

perpanjangan tetap untuk kelas A = 250%, kelas B = 150% dan kelas C = 100%. Dari

pengujian yang kita lakukan, rata-rata hasilnya melebihi standar kelas A sehingga

kualitas untuk kemuluran sangat baik.

5. Perubahan Volume Terhadap Minyak Pelumas (Iso Oktan)

Pengujian perubahan volume terhadap minyak pelumas (Iso Oktan) merupakan salah

satu pengujian kimia dalam praktikum ini. Dalam perubahan volume terhadap minyak

pelumas (Iso Oktan), sampel ditarik dan dibiarkan beberapa hari, kemudian dilihat

perubahannya. Percobaan tersebut berhubungan dengan perlakuan sol baik dalam proses

pembuatan sepatu maupun dalam kehidupan sehari-hari. Dalam proses pembuatan sepatu,

sol diberi adhesive yang solven maupun diluentnya adalah pelarut organik yang dapat

mempengaruhi kestabilan dari kompon tersebut. Begitu pula dalam kehidupan sehari-

hari, yang kemungkinan sepatu juga bisa terkena pelarut organik, khususnya sepatu yang

digunakan dalam industri.

Berat jenis sol sebelum direndam di dalam Benzol adalah Kode 1.1 Bj = 1,04; Kode

1.2 Bj = 0,935; Kode 1.3 Bj = 1,132 dan Kode 1.4 Bj = 1,045. Hasil tersebut

menunjukkan bahwa kompon tersebut tenggelam di dalam air karena Bj sol lebih besar

dari pada Bj air.

Setelah itu karet sampel karet direndam di dalam larutan benzol selama 1 jam, dan

ternyata karet melarut sehingga tidak perlu dilakukan penimbangan berat sesudah

Page 25: ANALISA BAHAN KARET

37

direndam dan tidak perlu dilakukan penghitungan hasil uji. Melarutnya sol tersebut

menunjukkan bahwa karakter sol tersebut tidak tahan terhadap pelarut organik sehingga

dalam proses pembuatan dan pemakaian dalam kehidupan sehari-hari perlu dihindarkan

dari pelarut organik yang sangat mempengaruhi stabilitas bentuk sol tersebut.

6. Ketahanan Kikis

Pengujian ketahanan kikis pada sol sepatu karet digunakan untuk menentukan

seberapa kuat sol sepatu terhadap daya pengikisan , dalam praktikum ini kita

menentukan berat jenis terlebih dahulu dari sampel yang kita gunkana karena

berat jenis sangant menentukan dalam ketahanan kikis. Selain berat jenis kita juga

harus mengetahui berat serta waktu pengikisan , dalam pengukuran berat jenis

kita menimbang cuplikan terlebih dahulu karena berat jenis yang kita hitung ada

dua yaitu berat jenis di dalam air dan berat jenis udara , berat disini sangat

berpengaruh dimana semakin besar berat kikisan maka pengikisan yang terjadi itu

besar belum tentu drengan ketahanan kikisnya . dapat kita lihat dari hasil

praktikum untuk sampel satu dengan berat terkikis 0,678 gram didapatakan

ketahanan kikis 5,47448495 mm2kgm dan sampel yang memiliki berat terkikis

0,8419 gram memiliki ketahanan kikis 3,207737168 mm2kgm hal ini mennjukan

besarnya berat terkikis mempengaruhi ketahanan kikis dari sol karet. Semakin

besar berat terkikis semakin kecil ketahan kikis dari sol karet karena itu maka

terjadi banyak pengikisan yang dapat mengurangi berat sampel sol sepatu. Dalam

SNI dapat kita lihat untuk ketahan kikis nilai untuk kelas A maksimal ketahan kikis

1 mm2kgm dan untuk kelas C adalah 2,5 mm2kgm dari hasil praktikum ini dapat kita

simpulkan bahwa sol karet tersebut memiliki ketahan kikis yang terlalu besar hal ini

menunjukan tidak sesuai dengan standar

7. ODR RheoGraph

Analisa ini bertujuan untuk menentukan dimana titik matang dari sutu kompon karet

dari analisa yang dilkakan dar 2 sampel kematangan maksimal dengan menggunakan

suhu 120 0 C dengan tekanan 15 lb/inc dalam pengujian didapatkan waktu maksimal

Page 26: ANALISA BAHAN KARET

38

11 : 57 menit dalam pengujian ini Temperatur dan tekanan sangat mempengaruhi dari

waktu maksimal bahan .

G. KESIMPULAN

Dari Praktikum ini dapat dismpulkan

Page 27: ANALISA BAHAN KARET

39

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. Analisa Karet dan Bahan Karet. Balai Penelitian Teknologi Karet: Bogor.

Anonimous, ”Mengenal Lebih Jauh Teknologi Pembuatan Barang Jadi Karet”(accessed;

www.google.com/ Mengenal – Lebih – Jauh – Teknologi – Pembuatan – Barang – Jadi

- Karet.pdf.)Balai Penelitian Teknologi Karet: Bogor

Anonimous,2007. ”Prospek dan Arah Pengembangan Agribisnis Karet Edisi Kedua”

Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Pertanian

Setyowati Penny,2004, ”Petunjuk Praktikum Teknologi Pembuatan Barang Karet dan

Plastik”,Balai Besar Kulit Karet dan Plastik: Yogyakarta