148
AMPAS-AMPAS CERITA YANG MENYUSUN KISAHNYA SENDIRI

AMPAS-AMPAS CERITA YANG MENYUSUN …galeribukujakarta.com/wp-content/uploads/2020/03/Ampas...Daftar Isi Ampas-ampas Cerita yang Menyusun Kisahnya Sendiri —1 Hujan Tujuh Tahun —59

  • Upload
    others

  • View
    33

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: AMPAS-AMPAS CERITA YANG MENYUSUN …galeribukujakarta.com/wp-content/uploads/2020/03/Ampas...Daftar Isi Ampas-ampas Cerita yang Menyusun Kisahnya Sendiri —1 Hujan Tujuh Tahun —59

AMPAS-AMPASCERITA YANG

MENYUSUN KISAHNYA

SENDIRI

Page 2: AMPAS-AMPAS CERITA YANG MENYUSUN …galeribukujakarta.com/wp-content/uploads/2020/03/Ampas...Daftar Isi Ampas-ampas Cerita yang Menyusun Kisahnya Sendiri —1 Hujan Tujuh Tahun —59
Page 3: AMPAS-AMPAS CERITA YANG MENYUSUN …galeribukujakarta.com/wp-content/uploads/2020/03/Ampas...Daftar Isi Ampas-ampas Cerita yang Menyusun Kisahnya Sendiri —1 Hujan Tujuh Tahun —59

AMPAS-AMPASCERITA YANG

MENYUSUN KISAHNYA

SENDIRIK U M P U L A N C E R I T A

GEGER RIYANTO

Page 4: AMPAS-AMPAS CERITA YANG MENYUSUN …galeribukujakarta.com/wp-content/uploads/2020/03/Ampas...Daftar Isi Ampas-ampas Cerita yang Menyusun Kisahnya Sendiri —1 Hujan Tujuh Tahun —59
Page 5: AMPAS-AMPAS CERITA YANG MENYUSUN …galeribukujakarta.com/wp-content/uploads/2020/03/Ampas...Daftar Isi Ampas-ampas Cerita yang Menyusun Kisahnya Sendiri —1 Hujan Tujuh Tahun —59

Buat Justitia Avila VedaYang berulang tahunDi hari aku merampungkan buku iniKekuatankuKasih yang melimpahiku

Page 6: AMPAS-AMPAS CERITA YANG MENYUSUN …galeribukujakarta.com/wp-content/uploads/2020/03/Ampas...Daftar Isi Ampas-ampas Cerita yang Menyusun Kisahnya Sendiri —1 Hujan Tujuh Tahun —59
Page 7: AMPAS-AMPAS CERITA YANG MENYUSUN …galeribukujakarta.com/wp-content/uploads/2020/03/Ampas...Daftar Isi Ampas-ampas Cerita yang Menyusun Kisahnya Sendiri —1 Hujan Tujuh Tahun —59

Daftar Isi

Ampas-ampas Cerita yang Menyusun Kisahnya Sendiri —1

Hujan Tujuh Tahun —59

Asat dan Keraguan Terakhirnya —69

Subjek 7 —81

Dan Citra Mengakhiri Hidup untuk ke Ratusan Kalinya —95

Tentang Ia yang Memilih untuk Dilahirkan —109

Revolusi Belum Berakhir —127

Page 8: AMPAS-AMPAS CERITA YANG MENYUSUN …galeribukujakarta.com/wp-content/uploads/2020/03/Ampas...Daftar Isi Ampas-ampas Cerita yang Menyusun Kisahnya Sendiri —1 Hujan Tujuh Tahun —59
Page 9: AMPAS-AMPAS CERITA YANG MENYUSUN …galeribukujakarta.com/wp-content/uploads/2020/03/Ampas...Daftar Isi Ampas-ampas Cerita yang Menyusun Kisahnya Sendiri —1 Hujan Tujuh Tahun —59

1

Ampas-ampas Cerita yang Menyusun Kisahnya Sendiri

Sebulan? Dua bulan? Enam bulan? Setahun? Entahlah. Sulit baginya untuk menandai waktu yang telah dilaluinya ketika di sekelilingnya tak ada siapa pun. Tak ada apa pun. Tak ada anasir di luar apa yang melekat padanya dan menja-dikan dirinya. Sejauh matanya memandang, ia hanya mendapati kehampaan tak terpermanai. Jagad putih bersih, persis kertas polos, tanpa setitik pun keberadaan lain di luar dirinya.

Sewaktu pertama-tama tersadar dan men-jumpai dirinya tersekap dalam keadaan ini, ia terenyak. Tentu saja. Ia sudah hidup sepanjang 28 tahun. Sejanggal-janggalnya hari yang di-jumpainya, ia tetap akan terbangun untuk men-jumpai dirinya terbaring di atas tempat tidur. Ia akan bertemu dengan orang-orang lain—sa-

Page 10: AMPAS-AMPAS CERITA YANG MENYUSUN …galeribukujakarta.com/wp-content/uploads/2020/03/Ampas...Daftar Isi Ampas-ampas Cerita yang Menyusun Kisahnya Sendiri —1 Hujan Tujuh Tahun —59

2 AMPAS-AMPAS CERITA YANG MENYUSUN KISAHNYA SENDIRI

habat, keluarga, atau wajah-wajah pejalan kaki yang tak pernah ia pedulikan keberadaannya. Ia akan mendapati dirinya berada di sebuah dunia yang dihuni oleh insan manusia dan bertebar-an dengan benda-benda pada tempatnya. Aspal. Dinding. Gedung. Awan-awan. Langit.

Dan sekonyong-konyong saja, ia terempas ke sebentang kekosongan tak berbatas. Apa yang terjadi? Apakah ia sudah mati? Apakah ini alam baka? Ataukah ia koma dan terkung-kung jauh-jauh dalam ceruk kepalanya sendiri? Tetapi, beberapa waktu berselang, ia mendapati kebingungannya bukanlah perasaan terburuk yang bisa menggerayanginya. Apa yang lebih bu-ruk lagi adalah kehampaan ini tak kunjung usai. Ia pernah menghabiskan ratusan ribu langkah berjalan menuju satu arah. Namun, bukan ha-nya ia tak pernah menjumpai ujungnya. Ia bah-kan tak pernah merasa berpindah dari satu tempat ke tempat yang lain. Baik mengayunkan berlaksa langkah maupun tidak mengayunkan langkah sama sekali, apa yang terpampang di sekelilingnya tetaplah sama. Ia tetap berada di tengah-tengah ketiadaan.

Saat ia putus asa berjalan, ia berdiam diri dan menanti. Barangkali saja, sesuatu pada

Page 11: AMPAS-AMPAS CERITA YANG MENYUSUN …galeribukujakarta.com/wp-content/uploads/2020/03/Ampas...Daftar Isi Ampas-ampas Cerita yang Menyusun Kisahnya Sendiri —1 Hujan Tujuh Tahun —59

3GEGER RIYANTO

akhirnya akan terjadi. Barangkali matahari akan terbit. Barangkali angin, yang tak pernah dirasakannya menerpa kulitnya di tempat ini, akan bertiup. Barangkali, hujan akan mendera semesta ganjil ini dan mengguyurkan kepada-nya sensasi selain berada dalam kekosongan yang mencekik.

Ia tak pernah menunggu juru selamat. Te-tapi, dalam ketiadaan mengintimidasi tak kun-jung putus, bahkan hawa dingin sekelebat pun dapat memberi harapan.

Kini, ia tak tahu sudah berapa lama ia me-nunggu sesuatu yang akan mengoyak-ngoyak kesenyapan ini. Pasalnya, waktu berjalan di kesadaran manusia hanya melalui kebera-daan-keberadaan meruang lain di sekelilingnya. Benda-benda langit yang mengarungi malam menengarai musim yang pudar dan merekah. Manusia yang berduyun-duyun menuju dan pu-lang dari tempat kerjanya, menandai hari yang dimulai dan hari yang berakhir. Insan-insan terdekat kian dewasa maupun kian uzur, meng-isyaratkan hidup yang melungsur tanpa ampun menuju ke suatu akhir.

Ketika semua itu tidak ada, kesadaran wak-tu pun luruh. Bagaimana kita bisa mengatakan

Page 12: AMPAS-AMPAS CERITA YANG MENYUSUN …galeribukujakarta.com/wp-content/uploads/2020/03/Ampas...Daftar Isi Ampas-ampas Cerita yang Menyusun Kisahnya Sendiri —1 Hujan Tujuh Tahun —59

4 AMPAS-AMPAS CERITA YANG MENYUSUN KISAHNYA SENDIRI

waktu sudah berjalan sebulan? Dua bulan? Se-tahun?

Bagaimana kita bisa mengatakan hidup se-dang bergulir?

***

Nama wanita yang terkatung-katung dalam ketiadaan itu adalah Maria. Kehidupannya se-belumnya tak kurang gaibnya dari keadaannya saat ini. Apa yang terakhir diingat Maria sebe-lum ia terbangun di tempat ini adalah ia tengah menghabisi satu-persatu mantan anggota Pa-sukan Karangbesi.

Pasukan Karangbesi sendiri tak pernah di-terima lebih dari sebuah rekaan. Media-media arus utama tak pernah ada yang membicara-kannya. Satu media investigasi pernah hendak mengangkat liputan ihwal pasukan khusus ini. Tetapi, ketika edisi yang seharusnya menya-jikannya terbit, majalah bersangkutan malah mengangkat topik yang sama sekali lain. Konon, Pasukan Karangbesi adalah pasukan khusus yang diterjunkan Kepala Operasi Rahasia un-tuk mengatur huru-hara sewaktu gerakan unjuk

Page 13: AMPAS-AMPAS CERITA YANG MENYUSUN …galeribukujakarta.com/wp-content/uploads/2020/03/Ampas...Daftar Isi Ampas-ampas Cerita yang Menyusun Kisahnya Sendiri —1 Hujan Tujuh Tahun —59

5GEGER RIYANTO

rasa menentang rezim Bapak Hilmar mencapai puncaknya.

Dan apa yang paling mudah dilakukan untuk mengalihkan kemurkaan terhadap rezim men-jadi kemurkaan terhadap warga lain? Menyulap kebobrokan oligarki menjadi ketidakwarasan rakyat? Menciptakan kambing hitam.

Huru-hara pun terjadi. Maria, yang naas bermukim di area kerusuhan, yang kulit kuning langsatnya dan matanya yang tak berkelopak menjadikannya bagian dari satu etnis yang tak pernah ia pahami tradisi atau bahasanya, meng-alami perkosaan. Maria hancur. Ia sempat kehi-langan segenap kemampuannya untuk berfungsi sebagaimana manusia wajar sepanjang berbu-lan-bulan. Ia akan termangu sepanjang hari be-laka—memaksa kesadarannya menekan segala emosinya agar ingatan buruk tidak serta-merta longsor dan mengubur dirinya lagi.

Maria bukanlah seseorang yang terlatih de-ngan kepiawaian spionase. Ia tak pernah berga-bung dengan dinas apa pun, lebih-lebih mem-pelajari teknik-teknik membungkam ancaman dengan efisien. Tetapi, pada satu titik, Maria memperoleh kemampuan untuk mencabut nya-wa orang lain tanpa harus menyentuhnya. Ia

Page 14: AMPAS-AMPAS CERITA YANG MENYUSUN …galeribukujakarta.com/wp-content/uploads/2020/03/Ampas...Daftar Isi Ampas-ampas Cerita yang Menyusun Kisahnya Sendiri —1 Hujan Tujuh Tahun —59

6 AMPAS-AMPAS CERITA YANG MENYUSUN KISAHNYA SENDIRI

dapat menunjuk seseorang yang tak disukainya, dan nyawa kontan menguap keluar dari jasad mereka. Pijakan mereka sekonyong-konyong le-mas. Apa pun yang ada di genggaman mereka jatuh.

Dan berselang sejenak, mereka sudah akan tergeletak. Mata mereka terbelalak—kehidupan telah pergi dari dalam jasadnya.

Maria tak langsung menerima kemampu-annya, tentu. Pada awalnya, ia takut membu-nuh orang. Wajah orang yang dihabisinya akan menggentayanginya bermalam-malam. Namun, setelah kematian korban yang pertama diha-bisinya dengan sengaja membuat kehidupan orang-orang lain lebih baik, Maria insaf, tak se-mua orang sama di mata kematian.

Di dunia, banyak parasit. Ia percaya dirinya dapat menjadikan dunia tempat yang lebih baik.

Tetapi, apa gunanya kekuatan tersebut di tempat seperti ini?

Ia tak berkutik dengan ketidakberdayaannya dan, acap kali, kerinduannya dengan Gelora. Dalam kesunyian ini, ia acap kali merindukan tunangannya, yang tak sengaja terbunuh oleh-nya ketika ia pertama kali memperoleh kekuat-an gaibnya.

Page 15: AMPAS-AMPAS CERITA YANG MENYUSUN …galeribukujakarta.com/wp-content/uploads/2020/03/Ampas...Daftar Isi Ampas-ampas Cerita yang Menyusun Kisahnya Sendiri —1 Hujan Tujuh Tahun —59

7GEGER RIYANTO

Ada sesuatu yang menjadikannya tetap diri-nya dalam ketiadaan segala sesuatu yang bisa mendefinisikan dirinya. Sesuatu yang tak bisa ia tanggalkan.

***

Maria pernah berusaha menakar waktu dengan menghitung berapa kali ia sudah tidur di tem-pat ini. Upaya tersebut sia-sia belaka. Manusia menghitung karena dirinya memiliki orientasi. Para tahanan kerajaan menghitung waktu kare-na tahu setelah hari-hari dalam hitungan ter-tentu dilaluinya, ia akan menghirup lagi udara bebas. Para pelaut yang menjelajahi daerah baru menghitung waktu karena mereka tahu akan kembali ke negeri asalnya.

Dan Maria, yang tak tahu apa faedahnya menghitung waktu, akhirnya kehilangan hi-tungan.

Tetapi, waktu akhirnya kembali berarti. Sua-tu waktu—entah di hari ke berapa ia terperang-kap di semesta ini—sesuatu terjadi. Ada dua ti-tik kecil terkilas oleh pandangannya. Maria tak percaya dengan apa yang didapatinya. Ia mena-

Page 16: AMPAS-AMPAS CERITA YANG MENYUSUN …galeribukujakarta.com/wp-content/uploads/2020/03/Ampas...Daftar Isi Ampas-ampas Cerita yang Menyusun Kisahnya Sendiri —1 Hujan Tujuh Tahun —59

8 AMPAS-AMPAS CERITA YANG MENYUSUN KISAHNYA SENDIRI

jamkan penglihatannya. Matanya rupanya tak mengecohnya.

Maria pun, yang sebelumnya hanya terdu-duk, mengangkat tubuhnya dan bergegas menu-ju titik-titik tersebut. Dua titik kecil itu berang-sur-angsur membesar. Titik kecil itu pun men-dekat ke arahnya. Seiring mereka melangkah ke arahnya, menjadi jelas dua titik kecil tersebut adalah dua insan. Seorang wanita dan seorang lelaki. Maria semakin meluap-luap dengan an-tusiasme melihat. Ia memacu langkahnya lebih cepat.

Ketika sudah berhadapan-hadapan dengan keduanya, Maria tak bisa menahan dirinya.

“Syukurlah,” ujarnya. Syukurlah? Maria juga langsung sadar de-

ngan kedunguan ujarannya. Dua wajah di ha-dapannya nampak sama leganya. Mereka belum tentu punya ide untuk keluar dari tempat ini. Mereka, bahkan, belum tentu bukan ancaman.

Maria segera tahu, mereka bukan ancam-an—setidaknya untuk sekarang. Sang lelaki, Ananda, adalah mahasiswa fakultas sastra se-buah perguruan tinggi negeri. Sebelum jati di-rinya terungkap, kehidupannya tak lebih dari kehidupan mahasiswa kebanyakan. Ia berkuliah

Page 17: AMPAS-AMPAS CERITA YANG MENYUSUN …galeribukujakarta.com/wp-content/uploads/2020/03/Ampas...Daftar Isi Ampas-ampas Cerita yang Menyusun Kisahnya Sendiri —1 Hujan Tujuh Tahun —59

9GEGER RIYANTO

dan membolos di saat kelewat jemu. Tidur pagi untuk mengobrol, membaca, atau berinternet ria. Bersenang-senang dengan kawannya selagi mampu.

Hal terakhir yang diingatnya sebelum ia ter-bangun di tempat ini adalah ia tertikam pelu-ru bius. Ia hendak bunuh diri dengan melom-pat dari sebuah gedung, dan sekelompok orang mencegahnya. Dirinya terlalu berharga untuk mati hancur bak anggur terinjak, kata Anan-da. Ia ternyata adalah klon dari Jenderal Har. Organ tubuhnya adalah organ cadangan sang jenderal yang akan dipanen sewaktu-waktu ia membutuhkannya.

Ananda ingin membuktikan dirinya bukan sapi yang dibesarkan untuk dijagal jerohannya. Kalaupun kehidupannya bukan pilihannya, ia ingin memilih cara matinya sendiri.

Shinta, wanita yang bersamanya, bekerja di sebuah LSM lingkungan hidup. Ia tengah meng-ajukan proses cerai, dan masih berusaha meng-atasi perubahan-perubahan dramatis dalam ke-hidupannya. Sebelum terdampar di tempat ini, ia menginvestigasi dengan inisiatifnya sendiri sebuah kasus bunuh diri seorang korban perko-

Page 18: AMPAS-AMPAS CERITA YANG MENYUSUN …galeribukujakarta.com/wp-content/uploads/2020/03/Ampas...Daftar Isi Ampas-ampas Cerita yang Menyusun Kisahnya Sendiri —1 Hujan Tujuh Tahun —59

10 AMPAS-AMPAS CERITA YANG MENYUSUN KISAHNYA SENDIRI

saan massal. Ia memulai investigasinya setelah pada satu senja di atap Menara Agung.

Setiap hari Jumat, Citra, nama sang korban, kembali melompat dari atas gedung yang sama sejak tahun kejadian tersebut.

Berapa lama Ananda dan Shinta sudah ber-ada di sini?

Tidak ada satu pun di antara mereka ma-upun Maria yang bisa membuktikan mereka ada di sini lebih dulu dibandingkan yang lain. Ananda mengklaim ia sudah lebih dari setahun berada di tempat ini. Ia mengaku menghitung durasi keberadaannya di tempat ini berdasarkan berapa kali ia tidur panjang. Ia sudah tidur lebih dari 365 hari di sini. Saat ditanyakan di mana ia mencatatnya, Ananda hanya menjawab, dirinya ingat.

Ia bertemu dengan Shinta sekitar tiga bulan silam, klaimnya. Shinta sendiri tak bisa memas-tikan kapan dirinya berjumpa dengan Ananda. Tetapi, ia pun mengklaim dirinya sudah berada di tempat ini lebih dari setahun. Rambutnya, yang terakhir dicukurnya sepanjang leher, kini sudah mencapai punggungnya. Dan ia yakin, rambutnya hanya bisa sepanjang ini setelah se-tahun.

Page 19: AMPAS-AMPAS CERITA YANG MENYUSUN …galeribukujakarta.com/wp-content/uploads/2020/03/Ampas...Daftar Isi Ampas-ampas Cerita yang Menyusun Kisahnya Sendiri —1 Hujan Tujuh Tahun —59

11GEGER RIYANTO

Sepanjang beberapa waktu yang tak bisa mereka taksir, ketiganya bertukar cerita latar belakangnya masing-masing. Setiap dari anta-ra mereka memiliki latar belakang yang lebih aneh dibandingkan yang lain. Dan yang lebih menakjubkan mereka lagi, mereka tidak tahu dari jagad mana sebenarnya rekan baru mereka berasal. Ananda tak mengenali daerah-daerah dalam cerita latar belakang Maria. Pun Maria. Ia tak yakin pula bahwa di negara mana pun semesta yang ditinggalinya ada diktator yang menyandang panggilan sang jenderal besar dan mengemban segenap ciri yang disebutkan Anan-da.

Yang Maria tahu adalah sosok “Bapak Hil-mar.” Figur menjemukan yang menjadi presiden sepanjang 35 tahun. Ia tak kenal sang diktator yang panggilannya Jenderal Har.

Shinta dan Ananda sudah bertukar ce-rita-cerita spektakuler ini sejak mereka berte-mu.

Seandainya mereka masih tinggal di semes-ta asalnya, mereka bisa meragukan cerita-cerita yang mereka dengar. Namun, mereka tak bisa berpendirian demikian dengan situasi mereka sekarang. Mereka tak bisa membedakan omong-

Page 20: AMPAS-AMPAS CERITA YANG MENYUSUN …galeribukujakarta.com/wp-content/uploads/2020/03/Ampas...Daftar Isi Ampas-ampas Cerita yang Menyusun Kisahnya Sendiri —1 Hujan Tujuh Tahun —59

12 AMPAS-AMPAS CERITA YANG MENYUSUN KISAHNYA SENDIRI

an besar, delirium, dan kenyataan. Bahkan, apabila ada di antara mereka yang mengklaim mereka merupakan nabi umatnya, pemimpin besar negerinya, tak ada yang benar-benar bisa menampiknya.

“Seperti apa duniamu, Maria?”Seperti apa hal ini di dunia mereka? Perta-

nyaan ini terus-menerus berulang.

***

Untuk dua hari berturut-turut, Maria dan Shin-ta berbincang-bincang sampai larut. Maria dan Shinta dikuasai dahaga untuk menggali seba-nyak mungkin apa yang bisa mereka ketahui dari dunia yang lain. Ananda biasanya akan terlibat dalam obrolan mereka namun tertidur jauh lebih cepat ketimbang keduanya.

“Maria,” ujar Shinta satu waktu, “apakah orang-orang berpacaran di duniamu?

“Berpacaran? Apa itu nama gaya berpakai-an?”

Shinta tergelitik mendengar respons Maria. Shinta lantas berusaha menjelaskannya, dan ia tak bisa menghindar dari perasaan ganjil ketika melakukannya. Ia tak pernah menduga ia akan

Page 21: AMPAS-AMPAS CERITA YANG MENYUSUN …galeribukujakarta.com/wp-content/uploads/2020/03/Ampas...Daftar Isi Ampas-ampas Cerita yang Menyusun Kisahnya Sendiri —1 Hujan Tujuh Tahun —59

13GEGER RIYANTO

menjelaskan hubungan yang begitu mendasar ini kepada orang lain. Ia bahkan sempat kebi-ngungan mencari kata-kata dan contoh untuk menjelaskannya. Pun, ia terlihat kelabakan da-lam menjelaskan manfaatnya ketika Maria me-nanyakannya.

“Aku tahu apa itu pacaran,” Maria memotong sambil geli. “Tentu saja, itu ada di duniaku.”

“Sial.”Keduanya tertawa.“Mengapa kmau menanyakannya?” Maria

lantas bertanya sambil mengerutkan dahinya ke atas.

“Tidak apa-apa. Waktu yang kita miliki begi-tu berlimpah di tempat ini. Kalau sudah begitu, mengapa tidak sekalian mencari topik obrolan yang seru? Bukankah hubungan romantis ada-lah topik yang selalu seru diperbincangkan?”

Maria mendehem mengiyakan.“Kalau aku sudah jawab,” tambah Maria,

“apa selanjutnya kamu mau bertanya apa aku punya pacar atau tidak?”

“Ah, tidak,” ujar Shinta berusaha menampik. “Kita bisa simpan itu untuk lain waktu.”

Page 22: AMPAS-AMPAS CERITA YANG MENYUSUN …galeribukujakarta.com/wp-content/uploads/2020/03/Ampas...Daftar Isi Ampas-ampas Cerita yang Menyusun Kisahnya Sendiri —1 Hujan Tujuh Tahun —59

14 AMPAS-AMPAS CERITA YANG MENYUSUN KISAHNYA SENDIRI

Maria masih mengerutkan dahinya ke atas dan menatap tidak percaya secara main-main kepada Shinta.

“Dan sebelum kamu berpikiran ma-cam-macam, aku mau bilang, aku tertarik pada laki-laki,” Shinta menegaskan dengan sedikit panik.

“Berarti kamu tertarik pada dia?” Maria langsung menembak Shinta sambil merujuk ke-pada Ananda yang tertidur.

“Dia?” Shinta kontan tak bisa menahan raut kecutnya. “Aku rasa tidak.”

“Kamu yakin? Maksudku, untuk beberapa lama di jagat yang sebegini kosongnya, kalian hanya berdua. Laki-laki dan perempuan. Dan kamu bilang, kamu tertarik pada laki-laki.”

Shinta langsung menggeleng dengan wajah-nya yang masih masam. “Tidak. Karena kamu bilang begitu, sekarang aku malah sangat yakin aku tidak tertarik kepadanya. Aku tidak punya selera padanya. Dia seperti tukang obat. Dia—”

“Tukang obat?” tanya Maria mengernyit.“Oh iya, kamu belum tahu ini. Anak ini agak

gila berspekulasi. Dia bilang, dia punya teori tentang mengapa kita berada di sini...”

Page 23: AMPAS-AMPAS CERITA YANG MENYUSUN …galeribukujakarta.com/wp-content/uploads/2020/03/Ampas...Daftar Isi Ampas-ampas Cerita yang Menyusun Kisahnya Sendiri —1 Hujan Tujuh Tahun —59

15GEGER RIYANTO

“Begitukah? Sepertinya itu justru menarik untuk didengar.”

“Ya. Aku tak bilang itu tidak menarik. Tapi, kalau di duniamu ada yang namanya tukang obat, ia menjajakan ceritanya persis seperti itu. Ia memaksakannya. Ia terus-menerus bercerita. Ia bahkan tak bisa melihat kamu sedang tidak ingin mendengarnya.”

“Kalau kamu bilang begitu, aku malah pena-saran.”

Shinta mengela napas. “Maria,” imbuh Shinta, “percayalah, kamu

akan bosan mendengarnya. Pun, tak ada guna-nya mengetahui teorinya bila kamu tak tahu ba-gaimana itu bisa mengeluarkanmu dari tempat ini.”

***

Beberapa waktu berselang, Maria, Shinta, Anan-da menyusuri jagat ketiadaan ke arah barat. Ma-ria datang dari utara. Shinta dan Ananda dari selatan. Mereka pikir, ada baiknya mereka kini berjalan ke arah yang belum dijamah sama se-kali. Mereka tak mendasarkan keputusan ini kepada pertimbangan rumit apa pun—hanya

Page 24: AMPAS-AMPAS CERITA YANG MENYUSUN …galeribukujakarta.com/wp-content/uploads/2020/03/Ampas...Daftar Isi Ampas-ampas Cerita yang Menyusun Kisahnya Sendiri —1 Hujan Tujuh Tahun —59

16 AMPAS-AMPAS CERITA YANG MENYUSUN KISAHNYA SENDIRI

penalaran yang, mereka sendiri tahu, silap, dan harapan di ujung sana mereka mungkin akan menjumpai cakrawala, melihat matahari terbit, atau menemukan teman seperjalanan lainnya.

Lagi pula, dihadapkan dengan hamparan semesta tanpa apa pun, apa yang dapat mereka jadikan dasar pertimbangan?

Ketiganya pun sebenarnya tidak tahu arah mata angin di tempat ini. Bagaimana menandai arah di jagat di mana tidak ada matahari, bin-tang, maupun penanda arah apa pun? Tetapi, mereka perlu menamai arah agar mereka tahu mesti berjalan ke mana. Arah, lagi pula, seba-gaimana kenyataan lainnya di kehidupan, tak lebih dari kesepakatan fana.

Dalam perjalanan itu, Maria, Shinta, Anan-da mengisi waktunya dengan mengobrol. Suatu hari, mereka mungkin akan mengembangkan permainan menyenangkan untuk mengham-burkan waktu mereka yang begitu berlimpah. Namun, untuk saat ini, hiburan mereka adalah bercerita atau mendengarkan cerita. Menggali kisah hidup atau digali kisah hidupnya. Bersen-da gurau atau menjadi bahan godaan rekannya.

“Maria,” ujar Ananda.

Page 25: AMPAS-AMPAS CERITA YANG MENYUSUN …galeribukujakarta.com/wp-content/uploads/2020/03/Ampas...Daftar Isi Ampas-ampas Cerita yang Menyusun Kisahnya Sendiri —1 Hujan Tujuh Tahun —59

17GEGER RIYANTO

Ketiganya sebelumnya sedang terlibat per-cakapan santai dan yang terakhir mereka per-cakapkan adalah ciri bintang film yang paling kondang di dunia masing-masing—di dunia Maria ia berparas oriental, di dunia Shinta ia berperawakan atlet, dan Ananda malas terce-bur dalam perbincangan ini. Namun, ketika me-manggil Maria, nada Ananda terdengar serius.

“Ya?”“Kita semua punya dunia yang berbeda satu

sama lain,” tambah Ananda dengan nada yang mulai terdengar mendekati seorang penampil—ia jelas menginginkan pendengarnya menyi-maknya.

Maria mengiyakan dengan hati-hati omong-an Ananda.

“Masing-masing dunia kita tak sama dengan yang lain. Punya sejarah sendiri.”

“Betul.”“Tetapi, apakah kau memperhatikan ma-

sing-masing dari kita merupakan individu yang istimewa terlepas dunia kita berbeda-beda?”

Shinta, yang berada di samping Maria, men-cubit teman perempuannya itu dari belakang. Isyarat Ananda mulai melakukan sesuatu yang sempat diberitahukannya.

Page 26: AMPAS-AMPAS CERITA YANG MENYUSUN …galeribukujakarta.com/wp-content/uploads/2020/03/Ampas...Daftar Isi Ampas-ampas Cerita yang Menyusun Kisahnya Sendiri —1 Hujan Tujuh Tahun —59

18 AMPAS-AMPAS CERITA YANG MENYUSUN KISAHNYA SENDIRI

“Ya. Aku menyadarinya,” jawab Maria.“Apakah dirimu orang yang wajar, sama de-

ngan rata-rata orang lain di duniamu?”Maria menggeleng. “Di antara aku dan Shinta, misalnya. Apa

yang paling kuat kami ingat sebelum kami ter-sekap di tempat ini adalah kami menjadi bagi-an dari sebuah drama yang terlalu ajaib untuk menjadi nyata. Aku adalah kloning seorang jen-deral. Shinta menjalani satu pengalaman gaib yang sulit dipercaya. Sebelum aku terbangun di sini, aku nyaris ‘dipanen.’ Dan Shinta baru saja memutuskan tak memedulikan lagi arwah penasaran yang menghantuinya. Kamu sudah mendengar ini.”

Maria mengangguk dengan hati-hati lagi.“Dan ceritamu, yang tak kalah spektakuler-

nya dengan cerita kami, semakin mengonfirma-si keyakinanku.”

“Bahwa?”“Bahwa kita kemungkinan adalah tokoh ce-

rita.”Shinta, mendapati kini Ananda berusaha me-

yakinkan Maria dengan teori yang terus-mene-rus diulangnya, tersenyum-senyum sendiri di samping Maria. Maria, sementara itu, kontan

Page 27: AMPAS-AMPAS CERITA YANG MENYUSUN …galeribukujakarta.com/wp-content/uploads/2020/03/Ampas...Daftar Isi Ampas-ampas Cerita yang Menyusun Kisahnya Sendiri —1 Hujan Tujuh Tahun —59

19GEGER RIYANTO

mengernyit. Ia sudah mendengar dari Shinta apa yang akan diceritakan Ananda. Tetapi, ia tetap saja tercengang mendengarnya dari teli-nganya sendiri.

“Tokoh cerita?” tanya Maria. Suaranya tak kencang tapi ia terdengar jelas tak bisa menu-tupi ketakjubannya.

“Ya,” Ananda mengangguk. “Tokoh cerita yang tak diinginkan.”

Maria tak bisa lagi menahan rautnya untuk memaparkan ketakjuban. Ia tercenung—kehi-langan kata-kata. Tokoh cerita yang tak diingin-kan? Maria tahu, kehidupannya kini jungkir balik tak karuan. Bila suatu waktu nanti ia bisa kembali ke kehidupan wajarnya, ia tidak yakin dapat meyakinkan siapa pun dengan pengalam-an yang saat ini dialaminya. Tetapi, apa yang di-sampaikan Ananda benar-benar di luar semua hal yang bisa dipikirkannya.

“Maria, kau pasti pernah membaca novel, bukan? Di duniamu ada novel, bukan? Cerita fiksi setidaknya. Pasti ada.”

Maria mengangguk dan langsung menimpal-inya. “Ya. Aku tahu novel. Tapi apa hubungan-nya antara pengalaman kita dengan novel? Apa kesamaannya?”

Page 28: AMPAS-AMPAS CERITA YANG MENYUSUN …galeribukujakarta.com/wp-content/uploads/2020/03/Ampas...Daftar Isi Ampas-ampas Cerita yang Menyusun Kisahnya Sendiri —1 Hujan Tujuh Tahun —59

20 AMPAS-AMPAS CERITA YANG MENYUSUN KISAHNYA SENDIRI

“Kamu tak bisa melihatnya? Cerita kita mi-rip novel, Maria. Novel realisme magis tepatnya. Kamu tahu realisme magis?”

Maria menggeleng. Wajahnya masih tertekuk kecut.

“Dalam cerita realisme magis, para tokohnya menjalani kehidupan sehari-hari yang lumrah dijalani orang lain. Ia hanyalah insan awam. Sama seperti kita—kebanyakan pembacanya. Dan tiba-tiba saja, ia terpelanting dari kehi-dupan normalnya oleh sebuah peristiwa gaib. Hidupnya menyeleweng jauh dari relnya dan ia harus meniti satu rel kehidupan baru yang hukum-hukumnya mengkhianati hukum alam yang diketahuinya,” jelas Ananda.

“Kamu tahu Murakami?” Ananda menyusul-kan pertanyaan.

Maria kembali menggeleng. Masih dengan raut yang ibarat menahan kecut.

“Ia pengarang tersohor di duniaku,” Ananda menjelaskan. “Ceritanya selalu berkisar pada tokoh yang terseret tanpa disadarinya ke jagat gaib yang menggegarkan akal sehat. Cerita ber-judul 1Q84, misalkan. Tokoh utamanya terjebak kemacetan, dan berusaha mencapai tempat ra-pat melalui jalur darurat. Tiba-tiba saja, sete-

Page 29: AMPAS-AMPAS CERITA YANG MENYUSUN …galeribukujakarta.com/wp-content/uploads/2020/03/Ampas...Daftar Isi Ampas-ampas Cerita yang Menyusun Kisahnya Sendiri —1 Hujan Tujuh Tahun —59

21GEGER RIYANTO

lah melewati jalur darurat, ia masuk ke jagat di mana terdapat dua bulan di langit. Sejarah Jepang, yang didapatinya di tempat itu, berjalan lain dari yang diketahuinya. Polisi membawa se-napan di mana-mana. Sekte-sekte bermunculan dan menjadi organisasi yang mengendalikan Je-pang dari balik layar.”

Ananda mengambil jeda sejenak untuk me-nelan ludah. Ia sadar dengan wajah Maria yang tak bisa menahan rasa tidak percaya yang me-luap-luap. Tapi, ia tak terganggu dengannya sama sekali.

“Itu cerita yang akan kamu dapati di fiksi-fiksi realisme magis,” Ananda kembali ber-ujar. “Rasanya tidak asing? Ya. Buatku, setidak-nya, tak asing. Itu hampir persis dengan yang kualami. Dan mendengar cerita kalian, itu ham-pir persis dengan yang kalian alami. Kita sedang menjalani hidup yang tenang dan tiba-tiba saja semua jungkir-balik tak karuan.”

Ananda mengambil jeda. Ia memberikan ke-sempatan kepada Maria untuk menimpalinya. Maria sempat melirik sejenak ke arah Shinta untuk mencari isyarat bagaimana ia perlu me-nanggapinya. Akan tetapi, Shinta hanya mema-parkan wajah “apa kataku” yang tak membantu.

Page 30: AMPAS-AMPAS CERITA YANG MENYUSUN …galeribukujakarta.com/wp-content/uploads/2020/03/Ampas...Daftar Isi Ampas-ampas Cerita yang Menyusun Kisahnya Sendiri —1 Hujan Tujuh Tahun —59

22 AMPAS-AMPAS CERITA YANG MENYUSUN KISAHNYA SENDIRI

“Baik kalau itu keyakinanmu,” cetus Maria. “Tapi, itu bukan alasan untuk percaya bahwa kita adalah tokoh rekaan.”

Ananda menanggapinya tanpa jeda. “Ada satu hal yang bisa membantu meyakinkanmu kalau kau merasa belum terlalu yakin,” ujarnya. “Mengapa kita terperangkap di sini tepat selepas kita menghadapi satu drama besar? Mengapa aku terjebak di sini bukannya di tengah-tengah minggu kuliahku? Mengapa kamu terjebak bu-kan di hari-harimu yang membosankan tapi setelah kamu menggunakan kekuatanmu mem-berantas apa yang kau anggap kejahatan di du-niamu? Apa yang terjadi ini seakan menyirat-kan kita ada di sini setelah cerita kita berakhir. Artinya? Setelah kita tidak dibutuhkan lagi oleh pengarang kita.”

Maria kontan berpikir keras. Ia yakin ada yang silap dengan argumentasi Ananda. Ia be-lum tahu di mana letak kesalahan logikanya tapi ia merasa ada yang gila dari apa yang baru saja didengarnya itu.

“Kedua,” Ananda menambahkan sebelum Maria, yang terlihat jelas menggebu-gebu me-nimpalinya, sempat membalas. “Sebaik apa ingatanmu tentang kehidupanmu?”

Page 31: AMPAS-AMPAS CERITA YANG MENYUSUN …galeribukujakarta.com/wp-content/uploads/2020/03/Ampas...Daftar Isi Ampas-ampas Cerita yang Menyusun Kisahnya Sendiri —1 Hujan Tujuh Tahun —59

23GEGER RIYANTO

Maria terkesiap.“Ya, Maria,” imbuh Ananda dengan mimik

yang kian serius. “Apa yang kamu ingat ten-tang dirimu sendiri? Apakah kamu ingat kapan kamu lahir? Apakah kamu ingat kapan kamu lu-lus dari SD? Apakah kamu ingat nama panjang orang tuamu? Semua hal ini penting untukmu bukan? Untuk kita? Tetapi, aku tidak ingat satu pun tentang semua itu. Kalau teoriku benar, maka kamu tidak akan mengingat semua itu.”

***

Maria tidak bisa menjawab pertanyaan-perta-nyaan Ananda yang seharusnya dengan mudah dijawabnya. Sebuah isyarat bahwa keberadaan-nya adalah paradoks.

Menurut Ananda, bila mereka adalah ma-nusia senyatanya manusia, mereka akan ingat dengan baik semua momen mereka bertumbuh besar sejak lahir dan puluhan tahun kehidupan yang ditempuhnya. Mungkin, mereka tidak akan ingat semuanya secara terperinci. Tetapi, kecu-ali mereka mempunyai gangguan ingatan akut, ingatan mereka seharusnya tidak berlubang se-parah ini. Maria tidak bisa menjawab pertanya-

Page 32: AMPAS-AMPAS CERITA YANG MENYUSUN …galeribukujakarta.com/wp-content/uploads/2020/03/Ampas...Daftar Isi Ampas-ampas Cerita yang Menyusun Kisahnya Sendiri —1 Hujan Tujuh Tahun —59

24 AMPAS-AMPAS CERITA YANG MENYUSUN KISAHNYA SENDIRI

an kapan tanggal lahirnya. Ia tahu usianya seka-rang namun tidak pernah mengetahui tanggal, bulan, dan tahun berapa tepatnya ia dilahirkan.

Detail-detail diri yang diketahuinya—umur-nya, contohnya—menurut Ananda, adalah la-tar belakang yang sengaja diberikan oleh sang pengarang sekadar untuk menjadikan Maria tokoh yang meyakinkan sekaligus memikat. Bumbu cerita, tak lebih. Sang pengarang butuh menampilkan Maria sebagai wanita berusia 28 tahun agar para pembaca tidak bertanya-tanya mengapa ia tinggal berdua bersama kekasihnya dan mengapa ia memiliki pekerjaan yang cukup penting sebelum tragedi menimpanya.

“Detail yang kamu ingat lebih banyak dariku, Maria,” ujar Ananda. “Mungkin kamu adalah to-koh dari sebuah novel yang tidak memenangkan sayembara apa pun. Sementara, aku dan Shinta tak bisa mengingat terlalu banyak hal. Mungkin cerita kami lebih pendek. Mungkin kami tokoh sebuah cerita pendek yang tak pernah berhasil tayang di koran, internet, atau media apa pun.”

Maria tak punya jawaban untuk imajina-si tingkat tinggi Ananda. Ia tak bisa mengurai keganjilan terkait keberadaan dirinya, Ananda,

Page 33: AMPAS-AMPAS CERITA YANG MENYUSUN …galeribukujakarta.com/wp-content/uploads/2020/03/Ampas...Daftar Isi Ampas-ampas Cerita yang Menyusun Kisahnya Sendiri —1 Hujan Tujuh Tahun —59

25GEGER RIYANTO

Shinta. Namun, tetap saja, ia merasa tak punya alasan untuk mempercayainya.

Untuk beberapa lama selepas perbincangan itu, Maria terperangkap pikiran-pikiran. Per-cakapan-percakapan lain terasa hambar. Ba-gaimana menanggapi Ananda? Bagaimana me-nanggapi fakta-fakta keras yang menjadi pijakan teorinya? Apa penjelasan yang lebih baik untuk kehidupan mereka yang mengkhianati kewa-jaran. Sesudah teman-temannya tertidur, mata Maria pun masih terbelalak lebar. Pikirannya dibebani paradoks-paradoks yang tak menawar-kan apa-apa selain jalan buntu.

“Hush,” Shinta, yang dikiranya sudah terti-dur, tiba-tiba menegurnya. “Sudahlah. Kamu akan pusing sewaktu mendengarnya per-tama-tama memang.”

Maria membenarkannya.“Menurutmu bagaimana?” tanya Maria. “Menurutku apa?”“Teori Ananda itu? Kalian sudah bersama

cukup lama, dan dia pastinya sudah mengu-lang-ulangnya kepadamu bukan?”

“Ya. Dia mengulang-ulangnya sampai aku penat mendengarnya.”

“Dan tanggapanmu?”

Page 34: AMPAS-AMPAS CERITA YANG MENYUSUN …galeribukujakarta.com/wp-content/uploads/2020/03/Ampas...Daftar Isi Ampas-ampas Cerita yang Menyusun Kisahnya Sendiri —1 Hujan Tujuh Tahun —59

26 AMPAS-AMPAS CERITA YANG MENYUSUN KISAHNYA SENDIRI

“Itu tanggapanku. Penat mendengarnya.”“Maksudku, tanggapan logis. Bukankah

kamu seharusnya dapat menunjukkan kecacat-an logika dari teori-teorinya?”

“Maria,” Shinta mengela napas, “jujur saja, aku belum menemukan keanehannya. Tapi, bu-kankah teori-teori konspirasi yang mengatakan segenap hidupmu diatur oleh satu-dua kelompok juga sama logisnya?”

“Teori konspirasi?”“Ya. Semoga itu ada di duniamu. Teori,

misalnya, Tarekat Mason menguasai dunia diam-diam, memilih setiap pemimpin kita, bahkan memata-matai hingga ke kamar-kamar kita.”

“Aku tak tahu rujukanmu. Tapi, kupikir itu berbeda dengan teori Ananda.”

“Yang pasti, aku capek mendengarnya, Ma-ria. Ia seperti orang-orang yang kelewat para-noid dan tak bisa menikmati hidup karenanya.”

Maria bisa membayangkan apa yang dirasa-kan oleh Shinta. Mungkin, bila ia harus berbu-lan-bulan bersama dengan Ananda, ia juga akan tiba di titik nadir kejengahan yang sama. Tetapi, saat ini ia membutuhkan jawaban. Bila benar ia adalah tokoh fiksi, untuk apa ia hidup?

Page 35: AMPAS-AMPAS CERITA YANG MENYUSUN …galeribukujakarta.com/wp-content/uploads/2020/03/Ampas...Daftar Isi Ampas-ampas Cerita yang Menyusun Kisahnya Sendiri —1 Hujan Tujuh Tahun —59

27GEGER RIYANTO

***

“Ananda.”“Ya?”Ananda menoleh ke Maria yang melangkah

bersamanya. Malam sudah berlalu. Mereka kini tengah mencoba berjalan ke satu arah dengan harapan mereka akan menemukan sesuatu di ujungnya. Mungkin, cakrawala akan mengung-kap sesuatu yang saat ini tak terlihat kepada mereka. Mungkin, kehidupan, aktivitas, darat-an, atau apa pun. Bahkan, bilapun mereka tak menemukan apa-apa, mereka merasa perlu me-lakukannya. Berdiam bukan hal yang baik un-tuk kewarasan mereka.

“Kamu punya penjelasan lain?” tanya Maria.“Tentang?”“Tentang keberadaan kita di sini. Mungkin,

ternyata kita semua ternyata diculik makhluk asing lalu kesadaran kita diunduh ke dunia si-mulasi? Dan simulasi kita bocor?”

“Seperti film Matrix?” Ananda bertanya ba-lik.

“Film apa itu?”“Film yang keluar tahun 1998 di bioskop.

Kamu tak tahu?”

Page 36: AMPAS-AMPAS CERITA YANG MENYUSUN …galeribukujakarta.com/wp-content/uploads/2020/03/Ampas...Daftar Isi Ampas-ampas Cerita yang Menyusun Kisahnya Sendiri —1 Hujan Tujuh Tahun —59

28 AMPAS-AMPAS CERITA YANG MENYUSUN KISAHNYA SENDIRI

“Aku tak merasa di duniaku ada film seperti itu.”

“Baik. Sudahlah. Lanjutkan penjelasanmu.”“Kemungkinan lain itu selalu ada,” jelas

Maria. “Dengan absurditas seperti ini, semua kemungkinan berlaku sama benarnya, bukan? Kamu berbicara tentang kemungkinan yang be-sar dan tidak masuk akal. Kita diculik makhluk asing, ditidurkan, dan kesadaran kita bertemu satu sama lain di dunia mimpi yang mereka cip-takan—kemungkinan ini juga sama besar dan tidak masuk akalnya.”

Maria memberi jeda. Ananda tak langsung menimpalinya. Ia memandangi Maria sambil berpikir.

“Atau, aku sedang koma dan semua ini ada-lah produk koma panjangku. Aku dengar orang koma pikirannya tetap berfungsi dengan normal meski ia tidak siuman bertahun-tahun.”

Ananda mengangguk. “Aku tak akan me-ngatakan kamu salah. Tapi, penjelasanku tetap lebih banyak mengisi lubang ketimbang penje-lasanmu. Bagaimana dengan peristiwa-peristi-wa penting kehidupan yang tak pernah ada di dalam ingatan kita? Bagaimana dengan kenya-taan kita semua secara terlalu kebetulan insan

Page 37: AMPAS-AMPAS CERITA YANG MENYUSUN …galeribukujakarta.com/wp-content/uploads/2020/03/Ampas...Daftar Isi Ampas-ampas Cerita yang Menyusun Kisahnya Sendiri —1 Hujan Tujuh Tahun —59

29GEGER RIYANTO

istimewa yang mengalami peristiwa atau punya kekuatan gaib?”

Maria kini berpikir.“Lho,” Maria membalas, “bisa jadi kemam-

puan kita pemberian dari makhluk asing itu dan mereka ingin melihat bagaimana kita seka-rang…”

Apa yang mereka lakukan sepanjang hari se-lanjutnya ialah berdebat. Shinta hanya melihat mereka sambil, pada kebanyakan waktu, lelah mendengarkannya. Baginya, mereka

membicarakan bagaimana caranya mengu-pas buah yang tak pernah ada di sana. Buah tersebut bahkan bisa jadi tak pernah ada.

Malam hari datang. Seperti malam-malam sebelumnya, Ananda tertidur lebih dulu. Shinta melihat kesempatan untuk mengajak Maria me-ngeluarkan uneg-unegnya. Wajah Maria terlihat menahan banyak pikiran sejak beberapa waktu.

“Ruwet kan?”Maria hanya membalas dengan tatapan yang

ditangkap Shinta membenarkannya.“Itu yang kamu dapatkan kalau mengajak dia

berbicara,” imbuh Shinta.

Page 38: AMPAS-AMPAS CERITA YANG MENYUSUN …galeribukujakarta.com/wp-content/uploads/2020/03/Ampas...Daftar Isi Ampas-ampas Cerita yang Menyusun Kisahnya Sendiri —1 Hujan Tujuh Tahun —59

30 AMPAS-AMPAS CERITA YANG MENYUSUN KISAHNYA SENDIRI

“Tapi, mau bagaimana lagi? Masak kamu mau membiarkan dia berbicara sesukanya ten-tang siapa diri kita?”

“Memang, siapa juga yang mau mendengar-kan dia? Di sini cuma ada kita berdua sebagai pendengarnya. Ide-idenya tidak akan mengubah apa pun.”

“Justru itu. Justru karena di dunia ini yang ada hanya kita, dia tak berhak untuk bicara se-sukanya. Cuma ada kita yang bisa menentukan dia benar atau salah.”

Shinta merasa membentur sesuatu yang tak diharapkannya. Ia pikir, meyakinkan Maria ia-lah hal yang mudah. Tampaknya, hal itu tidak semudah yang diduganya. Mungkin, ia sudah terlalu lama mendengar cuap-cuap Ananda. Ma-ria belum mendengar Ananda selama dirinya.

“Terserah kamu, Maria,” ujarnya.Saat Shinta hendak meninggalkan Maria

kembali ke permenungannya, ia terpikir sesua-tu. “Atau ada satu penjelasan lain bila kau mau.”

“Apa itu?” mimik Maria tak bisa menutupi ketertarikannya.

“Kamu tahu, Ananda lebih muda dibanding-kan kita. Kadang, aku menganggapnya anak muda yang terlalu bersemangat saja.”

Page 39: AMPAS-AMPAS CERITA YANG MENYUSUN …galeribukujakarta.com/wp-content/uploads/2020/03/Ampas...Daftar Isi Ampas-ampas Cerita yang Menyusun Kisahnya Sendiri —1 Hujan Tujuh Tahun —59

31GEGER RIYANTO

“Maksudmu, kita tak perlu menerima apa yang dikatakannya dengan serius?”

Shinta mengangguk. “Pemuda seusianya terlalu menggebu-gebu.”“Aku pikir kamu mau bilang apa. Itu bukan

penjelasan.”“Ya, memang bukan,” balas Shinta. “Kupikir,

pada usia kita, kita tak punya tenaga lagi untuk memikirkan apa yang dipikirkannya. Tak akan diseriusi oleh orang-orang. Banyak waktu yang akan terbuang untuknya.”

“Tapi sekarang kita punya semua waktu di dunia ini, Shinta. Dan orang—cuma kita secara harfiah orang yang ada di dunia ini.”

Shinta semakin merasa terantuk tembok.“Penjelasan lainnya,” ujar Shinta yang su-

dah agak pasrah. Shinta mengambil jeda. Maria tampak jelas menanti apa yang hendak disam-paikannya selanjutnya.

“Mungkin kamu cocok dengan dia,” ujar Shinta. “Dengan Ananda.”

“Itu juga bukan penjelasan.”“Memang, bukan, Maria.” Shinta tersenyum

kecil.Di antara permenungan panjangnya malam

itu, Maria sejenak tercetus, mungkin apa yang

Page 40: AMPAS-AMPAS CERITA YANG MENYUSUN …galeribukujakarta.com/wp-content/uploads/2020/03/Ampas...Daftar Isi Ampas-ampas Cerita yang Menyusun Kisahnya Sendiri —1 Hujan Tujuh Tahun —59

32 AMPAS-AMPAS CERITA YANG MENYUSUN KISAHNYA SENDIRI

dikatakan Ananda tidaklah seburuk itu. Bila de-mikian halnya, bukan tidak mungkin keesokan hari ia sudah ada di kehidupannya yang semula. Tanpa penjelasan. Tanpa alasan selain keajaiban itu memang ingin dihadirkan sang pengarang dan akan mencengangkan pembacanya.

Maria tiba-tiba membayangkan pula, bukan tidak mungkin di keesokan hari ia akan kemba-li bersama dengan Gelora. Mereka berdua akan kembali dalam kehidupan dan cinta yang men-jemukan dan melarutkan. Ia merindukan kese-harian yang berulang-ulang dan membosankan itu. Mendengar selagi setengah tertidur Ara, panggilan Gelora, hendak berangkat kerja dan mengecup dahinya sebelum pergi. Kegembiraan meluap-luap yang cuma diluapkannya dengan kecupan singkat ketika ia menjumpai Ara men-jemputnya. Sejauh apa pun keseharian itu kini tertinggal di masa silamnya, apa pun dapat ter-jadi kalau di atas sana ada sang pengarang yang bisa memanipulasi jagat sesukanya.

Maria sontak meremas imajinasinya terse-but. Bayangan tersebut terlalu indah. Terlalu indah dan menyakitkan bila tak terjadi.

Page 41: AMPAS-AMPAS CERITA YANG MENYUSUN …galeribukujakarta.com/wp-content/uploads/2020/03/Ampas...Daftar Isi Ampas-ampas Cerita yang Menyusun Kisahnya Sendiri —1 Hujan Tujuh Tahun —59

33GEGER RIYANTO

***

Di hari-hari mereka selanjutnya, mereka me-nyusur terus-menerus ke satu arah. Mereka pu-nya harapan akan menemukan sesuatu darinya tapi harapan tersebut nyaris buta seperti iman. Harapan yang sama butanya saat ini adalah yang dimiliki Maria. Ia berharap di suatu hari ia bangun dan mendapati, semua baik-baik saja. Semua ada pada tempatnya. Gelora ada pada tempatnya. Dan betapapun ia tahu harapannya bisa membunuhnya, ia tak bisa pula mengusir-nya.

“Ananda,” panggil Maria.Ananda menoleh ke arahnya. Maria nampak

tertahan untuk mengutarakan sesuatu.“Aku tahu kita berdebat tak henti-henti,

Ananda,” ujar Maria. “Tapi, seandainya apa yang kamu sampaikan benar, mungkinkah kita semua kembali ke kehidupan kita semula? Maksudku, kita punya pengarang bukan? Kalau dia maha-kuasa, bukankah dia juga mampu mengembali-kan hidup kita ke relnya masing-masing?”

Ananda terperangah. Sepanjang ber-hari-hari, Maria tak pernah henti memperta-nyakan skenario yang disampaikannya. Ia pun

Page 42: AMPAS-AMPAS CERITA YANG MENYUSUN …galeribukujakarta.com/wp-content/uploads/2020/03/Ampas...Daftar Isi Ampas-ampas Cerita yang Menyusun Kisahnya Sendiri —1 Hujan Tujuh Tahun —59

34 AMPAS-AMPAS CERITA YANG MENYUSUN KISAHNYA SENDIRI

tahu, Maria tak pernah meyakini skenario-ske-nario lain. Tempo hari Maria menyampaikan, bagaimana kalau mereka saat ini sebenarnya tengah menjadi eksperimen seorang ahli syaraf edan. Buat Maria, penjelasan semacam tidak se-gaib penjelasan Ananda. Ananda sadar, gagasan ini tak dipercaya Maria. Maria hanya memerlu-kannya sebagai kuda troya untuk melucuti pi-kiran Ananda.

“Tentu saja dia mampu,” jawab Ananda. “Pertanyaannya, apakah dia mau?”

“Mau?”“Kalau tuhan kita adalah pengarang, ia tentu

menempatkan kita pada posisi kita untuk me-nuntaskan misi tertentu. Misi menjadi bidak ceritanya.”

“Masalahnya,” Ananda mengela napas, “apa-kah akhir indah di mana kita kembali ke ke-hidupan kita masing-masing tanpa penjelasan adalah yang hendak ditulisnya? Aku ragu… Aku lebih percaya ia ingin nasib kita berakhir dengan naas. Aku lebih percaya, akhir yang naas lebih menghibur buat pembacanya maupun dirinya.”

Maria kecewa tak mendapatkan afirmasi yang diharapkannya. Namun, ia sudah meng-antisipasinya.

Page 43: AMPAS-AMPAS CERITA YANG MENYUSUN …galeribukujakarta.com/wp-content/uploads/2020/03/Ampas...Daftar Isi Ampas-ampas Cerita yang Menyusun Kisahnya Sendiri —1 Hujan Tujuh Tahun —59

35GEGER RIYANTO

“Kalau menurutmu nasib kita akan berakhir naas,” tambah Maria, “naas seperti apa? Kita tak bisa mengalami nasib yang lebih buruk seperti ini bukan?”

“Aku tahu sebuah film di mana puluhan orang disekap di sebuah tempat asing dan di-minta untuk saling bunuh satu sama lain. Satu orang yang tersisa akan diselamatkan. Ya, aku mau bilang saja, kemungkinan seperti ini ada.”

Shinta tahu ada yang berbeda dengan Maria dari percakapan barusan. Maria terdengar lebih pasrah dan lemah—dua wajah yang tak pernah ditampakkannya dalam waktu singkat kebersa-maan mereka.

“Diminta saling bunuh,” Shinta tergelitik. “Itu lebih konyol lagi dari apa yang sudah-sudah disampaikannya.”

Hari sudah kembali malam. Ananda sudah tertidur. Seperti biasanya, yang masih terjaga adalah Shinta dan Maria. Shinta geleng-geleng mengomentari apa yang disampaikan Ananda di siang hari sambil memandangi pemuda yang kini tergolek tak jauh darinya itu.

“Kamu tak memikirkannya kan?” Shinta tiba-tiba menegur Maria.

Page 44: AMPAS-AMPAS CERITA YANG MENYUSUN …galeribukujakarta.com/wp-content/uploads/2020/03/Ampas...Daftar Isi Ampas-ampas Cerita yang Menyusun Kisahnya Sendiri —1 Hujan Tujuh Tahun —59

36 AMPAS-AMPAS CERITA YANG MENYUSUN KISAHNYA SENDIRI

“Eh... tidak,” jawab Maria. Maria nampak sedikit gelagapan dan tak siap menjawabnya. Ia tengah tercenung sebelum Shinta menegurnya.

“Lalu, mengapa?”“Mengapa apa?”“Kamu agak berbeda hari ini. Ada yang sa-

lah?”“Tidak.”Shinta menatap Maria dengan simpatik.“Ayolah.”“Aku tak bisa cerita.”“Seperti katamu sendiri,” Shinta meyakinkan

lagi dengan lembut. “Kamu mau cerita ke siapa lagi?”

Maria mengelas napas.“Aku kehilangan dia…”

***

Berhari-hari kemudian, Maria, Shinta, Ananda masih berada di jagat kosong yang menyekap-nya. Namun mereka kini lebih sadar, mereka perlu saling menjaga. Maria tidak sepenuhnya mempercayai kemungkinan yang sempat disam-paikan oleh Ananda bahwa suatu hari mereka akan saling membunuh. Tetap saja, ia juga tak

Page 45: AMPAS-AMPAS CERITA YANG MENYUSUN …galeribukujakarta.com/wp-content/uploads/2020/03/Ampas...Daftar Isi Ampas-ampas Cerita yang Menyusun Kisahnya Sendiri —1 Hujan Tujuh Tahun —59

37GEGER RIYANTO

bisa menghilangkannya dari pikirannya. Shin-ta tak percaya dengan skenario Ananda sama sekali. Tapi, ia kini tahu, Maria tak setegar apa yang ditampilkannya. Ia ingin ada di saat Maria membutuhkan seseorang yang bisa mendengar-nya.

Lagi pula, mereka hanya punya satu sama lain sekarang.

“Jadi, menurutmu, kita sekarang ada di mana?” Maria bertanya kepada Ananda.

“Hanya tuhan yang tahu. Tuhan, tentu saja, maksudku adalah pengarang kita. Mungkin kita ada di dalam harddisk komputernya? Dan kalau menimbang sekeliling kita seperti ini, mungkin saja kita ada di recycle bin?”

“Kamu ini selalu ada-ada saja,” ujarnya sam-bil geleng-geleng dan geli.

“Atau penjelasan lain...”“Penjelasan apa lagi?” tanya Maria dengan

nada mengintimidasi.Ananda agak kecut dengan intimidasi Ma-

ria tersebut. Ia tak bisa mengatur wajahnya dan ragu mengaturkan kata-kata. Maria kontan ter-hibur.

Page 46: AMPAS-AMPAS CERITA YANG MENYUSUN …galeribukujakarta.com/wp-content/uploads/2020/03/Ampas...Daftar Isi Ampas-ampas Cerita yang Menyusun Kisahnya Sendiri —1 Hujan Tujuh Tahun —59

38 AMPAS-AMPAS CERITA YANG MENYUSUN KISAHNYA SENDIRI

“Ya sudah, cerita saja,” ujarnya kepada Anan-da. “Mukamu lucu kalau lagi salah tingkah se-perti itu.”

“Aku memang mau cerita. Aku baru saja mau melakukannya,” ujar Ananda sambil berusaha mengatur wajahnya.

Shinta biasanya hanya akan mengamati, me-nimpali serba sepintas, dan mengomentari per-bincangan mereka selepas Ananda tertidur. Di saat Ananda sudah terlelap, Maria dan Shinta akan duduk atau berbaring bersebelahan. Me-reka akan bercakap-cakap panjang, terkadang sambil menengadahkan pandangan seakan bin-tang-bintang masih bertaburan di atas sana.

“Anak itu memang…” Shinta mulai berko-mentar.

“Memang… memang apa?”“Memang keras kepala dengan pikirannya.”“Biarlah,” Maria menukas santai. “Apa lagi

yang bisa dia kerjakan di sini selain bermain dengan pikirannya?”

“Ya, toh, itu yang juga kamu lakukan bukan?”“Tidak sebenarnya,” jawab Maria singkat.“Aku sebenarnya tidak ingin percaya apa

pun,” Maria menambahkan. “Aku hanya ingin kehidupanku yang lama. Aku selalu spontan

Page 47: AMPAS-AMPAS CERITA YANG MENYUSUN …galeribukujakarta.com/wp-content/uploads/2020/03/Ampas...Daftar Isi Ampas-ampas Cerita yang Menyusun Kisahnya Sendiri —1 Hujan Tujuh Tahun —59

39GEGER RIYANTO

terdorong melawan apa pun yang nampaknya dapat menjauhkanku dari kehidupanku yang lama itu.”

Shinta memegangi tangan Maria. Ia men-dengar suara Maria lambat laun menjadi lirih. Maria pun sejenak diam.

“Aku… aku tak apa-apa,” ujar Maria.“Tentu,” balas Shinta. “Omong-omong, bagaimana denganmu?”

Maria menegakkan dirinya. “Apa yang kamu percaya?”

“Ya, mungkin pertama-tama… aku tak ingin percaya kita ada di sini.”

“Tapi kita ada di sini.”“Ya…” timpal Shinta singkat.“Mungkin karena aku tak ingin percaya kita

ada di sini,” tambah Shinta, “aku berusaha un-tuk menampik percakapan-percakapan kalian. Aku bilang Ananda anak muda yang terlalu menggebu-gebu. Aku bilang, kamu merepotkan dirimu sendiri karena terlalu rajin menanggap-inya. Apa yang kubilang itu jelas cara berpikir dunia lama kita. Di tempat ini, Ananda bukan pemuda naif. Apa yang dibilangnya masuk akal belaka karena kenyataan kita saat ini kelewat tidak masuk akal. Untuk alasan yang sama,

Page 48: AMPAS-AMPAS CERITA YANG MENYUSUN …galeribukujakarta.com/wp-content/uploads/2020/03/Ampas...Daftar Isi Ampas-ampas Cerita yang Menyusun Kisahnya Sendiri —1 Hujan Tujuh Tahun —59

40 AMPAS-AMPAS CERITA YANG MENYUSUN KISAHNYA SENDIRI

kegetolanmu menanggapinya juga masuk akal. Mungkin anggapanku bahwa kalian melakukan hal yang sia-sia dikarenakan aku menginginkan dunia ini tak berbeda dengan dunia lama kita.”

Maria menatap serius Shinta yang menjelas-kan sambil menatap ke langit-langit. Ia mena-tapnya dengan serius dan iba.

“Lalu,” sela Maria, “apa kamu tidak ingin me-mikirkan penjelasan mengapa kita ada di sini?”

“Hmmm… pertanyaan itu juga terbatin berkali-kali pada diriku. Aku juga membatin berkali-kali menanggapinya, untuk apa? Mak-sudku, kalaupun nanti kita mendapatkan pen-jelasan yang setidaknya 98 persen presisi, apa itu berarti kita bisa keluar dari tempat ini? Dari teori Ananda saja—apa yang bisa kita lakukan seandainya ia benar.”

Maria memikirkan kata-kata Shinta.“Kamu masuk akal,” timpal Maria mengang-

guk-angguk.“Lalu apa?” Shinta tersenyum. “Kita adalah

komunitas yang masuk akal? Komunitas akal sehat?”

Mereka berdua pun geli. Shinta, lantas, kem-bali menengadahkan kepalanya ke atas dan membaringkan badannya. Maria mengikuti-

Page 49: AMPAS-AMPAS CERITA YANG MENYUSUN …galeribukujakarta.com/wp-content/uploads/2020/03/Ampas...Daftar Isi Ampas-ampas Cerita yang Menyusun Kisahnya Sendiri —1 Hujan Tujuh Tahun —59

41GEGER RIYANTO

nya—membaringkan badan dan melemparkan pandangannya ke langit yang kosong.

“Apa yang paling kamu inginkan sekarang?” tanya Maria.

“Aku ingin, aku tak menginginkan apa-apa. Keinginan akan membunuh kita saat ini.”

“Aku mengerti.”“Tapi,” sela Shinta.Hening sejenak. Shinta terdiam.“Aku ingin berkonsentrasi kepada apa yang

kita punya saja.”

***

Mereka terus menyusur menuju ke satu arah dan tidak pernah ada yang berubah. Tidak ada tanda apa pun yang, bahkan, memastikan, me-reka sedang bergerak maju. Apa dunia ini sebu-ah treadmill raksasa? Perasaan semacam, ter-kadang, berkelebat. Apa mereka sebenarnya tak pernah beranjak ke mana-mana dan melakukan pekerjaan sia-sia?

Tapi, mereka tahu, mereka tak punya pilihan lain. Mereka harus percaya setidaknya bahwa kaki mereka sudah melangkah. Bahwa mereka

Page 50: AMPAS-AMPAS CERITA YANG MENYUSUN …galeribukujakarta.com/wp-content/uploads/2020/03/Ampas...Daftar Isi Ampas-ampas Cerita yang Menyusun Kisahnya Sendiri —1 Hujan Tujuh Tahun —59

42 AMPAS-AMPAS CERITA YANG MENYUSUN KISAHNYA SENDIRI

tengah berada dalam perjalanan dan perjalanan bersangkutan memiliki akhir.

“Ananda.” Maria memanggil Ananda.“Ya?”“Apa hal yang paling kamu takutkan, Anan-

da?” Semalam sebelumnya, Maria dan Shinta

memperbincangkan Ananda. Percakapan ini muncul di tengah-tengah obrolan “sampah” me-reka tentang sosok-sosok yang mereka suka di masa lalu.

“Bagaimana menurutmu dengan Ananda?” Shinta bertanya.

Raut Maria kontan mengernyit dan tak per-caya. Kata tidak bahkan dihaturkan wajah-nya sebelum ia mengucapkan apa pun. “Anak itu terlalu berlebihan,” ujar Maria. “Mungkin cita-citanya mau menjadi penampil. Tapi, tetap saja, berlebihan. Ia tak henti-henti berusaha un-tuk membuat kita terkesan dengan pikirannya.”

“Mungkin tepatnya,” Shinta menukas, “mem-buatmu terkesan. Ia lebih bersemangat dan te-atrikal ketika yang dihadapinya adalah dirimu.”

Maria berpikir sejenak.

Page 51: AMPAS-AMPAS CERITA YANG MENYUSUN …galeribukujakarta.com/wp-content/uploads/2020/03/Ampas...Daftar Isi Ampas-ampas Cerita yang Menyusun Kisahnya Sendiri —1 Hujan Tujuh Tahun —59

43GEGER RIYANTO

“Ah, tak mungkin,” timpal Maria sambil menggeleng. “Lalu, bagaimana denganmu? Me-nurutmu dia menarik?”

“Aku tak tertarik. Sama denganmu. Buatku dia terlalu berlebihan.”

Maria mengangguk-angguk. “Aku penasaran saja,” Maria meneruskan,

“apa anak itu tidak punya perasaan lain? Takut, kehilangan, lelah, jemu. Ia terus-menerus me-nampilkan dirinya kepada kita sebagai seseo-rang yang sok tahu semua yang terjadi dengan kita.”

“Maria,” jawab Shinta cepat, “kamu tahu, dia punya perasaan. Semua insan punya perasaan. Insan tak punya perasaan? Yang ada hanyalah mereka yang sok menyembunyikannya.”

Pertanyaan itu pun kini diajukannya. Apa yang ditakutkan Ananda? Namun, niat Maria lebih jauh dari sekadar menanyakan apa keta-kutan si pemuda. Mereka tengah berada dalam situasi yang tidak wajar. Terlalu tidak wajar. Ti-dak mungkin Ananda tak pernah berkecamuk. Maria yakin, pembawaan serba menguasai ke-adaan yang ditampilkan Ananda tidak sehat. Ia tak bisa terus-menerus menutup-nutupi emosi

Page 52: AMPAS-AMPAS CERITA YANG MENYUSUN …galeribukujakarta.com/wp-content/uploads/2020/03/Ampas...Daftar Isi Ampas-ampas Cerita yang Menyusun Kisahnya Sendiri —1 Hujan Tujuh Tahun —59

44 AMPAS-AMPAS CERITA YANG MENYUSUN KISAHNYA SENDIRI

sesungguhnya ketika Maria dan Shintalah dua orang yang tersisa dimilikinya.

“Jadi, apa ketakutanmu?” tanya Maria.“Taksiranku benar.”Maria mengernyit. Apa maksud Ananda?“Kalau taksiranku benar, kita pada akhirnya

akan bernasib tragis. Kalau kita ialah tokoh se-buah cerita, tak mungkin semua akan berakhir tanpa ujung dan datar seperti ini.”

***

“Jadi, bagaimana menurutmu?” Malamnya, sesegera Ananda terlelap, Shinta

tak menunda-nunda menanyakan perihal obro-lan Maria dengan Ananda di siangnya.

“Aku tak tahu. Aku tak bisa membacanya de-ngan jelas,” jawab Maria.

“Dari yang aku lihat, dia tadi tetap tak bisa menanggalkan pembawaannya yang serba me-nguasai keadaan, sok tahu, dan teatrikal.”

“Ya…” Shinta langsung menambahkan lagi, “setidaknya kamu sudah mencoba. Kalau kamu masih ingin menggalinya, kamu bisa mencoba lagi esok”

“Kalian pikir aku tidur?”

Page 53: AMPAS-AMPAS CERITA YANG MENYUSUN …galeribukujakarta.com/wp-content/uploads/2020/03/Ampas...Daftar Isi Ampas-ampas Cerita yang Menyusun Kisahnya Sendiri —1 Hujan Tujuh Tahun —59

45GEGER RIYANTO

Shinta dan Maria terkejut. Ujaran itu berasal dari arah Ananda yang tergolek dan mereka kira tertidur.

“Aku sering sebenarnya masih bangun pada waktu-waktu ini,” imbuh Ananda. “Aku tak ber-niat mencuri dengar sebenarnya tapi apa boleh buat kan...”

Shinta dan Maria kontan merasa malu. Shin-ta, khususnya, langsung menjadi merah wajah-nya dan menutupi kepalanya.”

“Tapi aku serius dengan kata-kataku tadi si-ang,” Ananda berujar lagi. “Kalian mungkin me-rasa aku membuat-buat ketakutanku. Tapi aku serius, aku takut kita akan dipaksa oleh penga-rang kita untuk mengalami akhir yang naas. Ia sudah membuat kehidupan awal kita bak roller coaster gaib yang jahat. Ia sudah membuat kita berada di sini.”

Ananda menarik napas. “Aku tidak membuat-buatnya, Maria, Shin-

ta,” tandasnya. “Aku tidak membuat-buat keta-kutanku.”

Hening merajalela di antara mereka. Ananda tidak berkata apa-apa lagi. Maria maupun Shinta tak tahu apakah Ananda sekadar bungkam atau sudah tidur lagi. Perasaan malu mencengkeram

Page 54: AMPAS-AMPAS CERITA YANG MENYUSUN …galeribukujakarta.com/wp-content/uploads/2020/03/Ampas...Daftar Isi Ampas-ampas Cerita yang Menyusun Kisahnya Sendiri —1 Hujan Tujuh Tahun —59

46 AMPAS-AMPAS CERITA YANG MENYUSUN KISAHNYA SENDIRI

keduanya. Pada diri Maria, tepatnya, perasaan tercekam juga lambat laun menguasainya.

“Aku akan mencoba tidur juga,” ujar Maria ke Shinta beberapa saat kemudian.

Shinta tak menjawab apa-apa. Ia melihat ke Maria sejenak sesudah Maria mengambil posisi tidur. Sesuatu nampak mengganjal dalam di-rinya tapi ia akhirnya tak menyampaikan satu hal pun kepada Maria. Dalam posisi tidurnya, pikiran Maria campur aduk dan tak henti bergu-lir. Mungkinkah Ananda benar? Apakah mereka akan selamanya berada dalam bentangan keko-songan ini? Apakah perjalanan yang ditempuh-nya sejauh ini lelaku yang benar?

Kecamuk pikirannya mendadak saja terhenti ketika satu sosok terbayang di pikirannya: Ge-lora. Pergumulannya beriak-riaknya reda. Ia di-gantikan dengan kesenduan.

Apa yang akan kamu lakukan dalam keada-an seperti ini, Ara?

***

Maria membuka mata. Ia mendapati dirinya terbujur di atas sebuah trotoar. Ia berusaha menggerakkan tangannya. Ia tak bisa. Sekujur

Page 55: AMPAS-AMPAS CERITA YANG MENYUSUN …galeribukujakarta.com/wp-content/uploads/2020/03/Ampas...Daftar Isi Ampas-ampas Cerita yang Menyusun Kisahnya Sendiri —1 Hujan Tujuh Tahun —59

47GEGER RIYANTO

tubuhnya lumpuh. Jari-jarinya seakan meleleh ke atas aspal.

Ia tak dapat melongok ke mana pun. Namun, ia mendengar keriuhan dari kejauhan. Ia ingat dengan keriuhan tersebut. Keriuhan tersebut, bahkan, terpatri nan dalam, nan menyayat di ingatannya. Maria tahu keinginannya sepanjang berada di jagat kekosongan. Ia ingin bangun ke satu tempat dari mana ia berasal: kenyataan asalnya. Tapi, ini satu-satunya kenyataan asal-nya di mana ia tak ingin terbangun kepadanya.

Suara keriuhan tersebut mendekatinya. Ia tak bisa melihatnya. Tapi, ia tahu, massa yang berbahaya itu mendekatinya. Ia berusaha me-ronta-ronta. Tetapi, tidak ada satu pun bagian tubuhnya yang dikuasainya. Persis pada hari itu. Tangan-tangan besar dan bejat menggera-yangi dirinya, memaksa membuka kedua kaki-nya dengan tenaga yang seakan bisa menyobek-nya. Lantas, semua panas. Semua menyakitkan.

Keriuhan semakin mendekat. Maria tak tahu apa yang bisa dilakukannya. Ia bahkan tidak bisa berteriak, mengernyit, atau meluapkan ke-tidakberdayaannya dengan menangis. Dirinya memerintahkan tubuhnya sekeras-kerasnya un-

Page 56: AMPAS-AMPAS CERITA YANG MENYUSUN …galeribukujakarta.com/wp-content/uploads/2020/03/Ampas...Daftar Isi Ampas-ampas Cerita yang Menyusun Kisahnya Sendiri —1 Hujan Tujuh Tahun —59

48 AMPAS-AMPAS CERITA YANG MENYUSUN KISAHNYA SENDIRI

tuk beranjak. Tetapi, semua instruksi terhenti di pikirannya.

Satu tangan dari kerumunan menjulur—menjamah Maria. Tangan tersebut dingin. Genggamannya menjijikan.

“HENTIKAN!!!”Emosi Maria meledak. Ia berhasil meng-

angkat badannya. Namun, seketika ia berhasil membangunkan diri, di hadapan Maria ialah wajah yang dikenalnya—Shinta. Shinta berusa-ha membangunkannya dari mimpi buruknya. Maria sudah kembali ke jagat kekosongan dari mimpinya yang mengerikan.

Tetapi, untuk beberapa saat, Shinta ber-geming dalam posisinya—dengan matanya yang terpana kosong ke arah Maria.

“Shinta?” Ada sesuatu yang salah. Shinta masih menatapnya sambil terdiam

dan tidak wajar. Maria pun tak asing dengan si-tuasi ini. Ia merasa tahu apa yang tengah terjadi. Ia berkali-kali membatin, jangan, jangan lagi. Tak lama, lutut Shinta, yang sudah kehilangan tenaganya, tak bisa lagi menopang tubuhnya. Tubuh Shinta rubuh, tergeletak.

Page 57: AMPAS-AMPAS CERITA YANG MENYUSUN …galeribukujakarta.com/wp-content/uploads/2020/03/Ampas...Daftar Isi Ampas-ampas Cerita yang Menyusun Kisahnya Sendiri —1 Hujan Tujuh Tahun —59

49GEGER RIYANTO

Maria ingin berteriak. Tidak ada suara yang bisa keluar dari dirinya. Hanya rautnya, mu-lutnya yang terlihat terbelalak dan memekik. Ananda, tak jauh dari mereka, melihat semu-anya. Ia tak bisa lagi menutupi kegentarannya. Maria menoleh kepadanya dan berusaha me-minta pertolongannya. Tapi, refleks pertama Ananda adalah berusaha menjauh. Maria men-coba mendekatinya. Ananda lanjut mengambil langkah mundur.

Maria, yang terpukul dengan reaksi Anan-da, berpaling kembali ke arah Shinta. Ia masih tergeletak tanpa tanda-tanda kehidupan. Maria berharap, satu bagian saja dari tubuhnya akan bergerak. Jarinya. Badannya. Tetapi, tidak. Ti-dak ada yang bergerak sedikit pun. Tidak ada tanda-tanda kehidupan.

Maria tak bisa menahan lagi kegetirannya dalam dirinya sendiri. Ia meraung kencang—sa-ngat kencang.

Ananda tak pernah mendengar raungan yang sama pilunya dengan yang saat ini ia dengarkan. Ia melihat Maria dari kejauhan sambil dikuasai kebingungan. Ia meremas-remas tangan dan jari-jemarinya sendiri gelisah, tak henti-henti.

Page 58: AMPAS-AMPAS CERITA YANG MENYUSUN …galeribukujakarta.com/wp-content/uploads/2020/03/Ampas...Daftar Isi Ampas-ampas Cerita yang Menyusun Kisahnya Sendiri —1 Hujan Tujuh Tahun —59

50 AMPAS-AMPAS CERITA YANG MENYUSUN KISAHNYA SENDIRI

Setelah beberapa lama menangis menya-yat-nyayat, Maria kembali melihat Shinta. Ia masih tergolek senyap. Tentu saja, pikir Maria. Apa yang mau dia harapkan?

Kini, terpikir pada diri Maria betapa benar-nya taksiran Ananda sebelumnya. Betapa ama-rah, keputusasaannya tentu tengah menjadi hi-buran untuk pembacanya. Terbayang, para pem-baca ini sudah menanti-nanti perasaan paling kelam terdedah, cerita menikung tak terduga dan akhirnya mereka mendapatkannya. Mereka mungkin kini tengah puas, pikir Maria. Puas de-ngan perasaan cabul kegemaran pembaca sastra mendapati tragedi mengobrak-abrik kehidupan tokoh-tokoh cerita.

“Jadi, sekarang kalian puas?” Maria seko-nyong-konyong berbicara sendiri.

Maria menatap ke atas dan mengulang kata-katanya tersebut—kini dengan lantang dan tak tanggung-tanggung.

“KALIAN PUAS? KALIAN PUAS???”Ananda yang mengamatinya dari jauh masih

tak bisa berbuat apa-apa selain tenggelam dalam kegusarannya. Ia tahu apa yang dilakukan Ma-ria. Ia tahu, Maria tengah lantang menyerukan

Page 59: AMPAS-AMPAS CERITA YANG MENYUSUN …galeribukujakarta.com/wp-content/uploads/2020/03/Ampas...Daftar Isi Ampas-ampas Cerita yang Menyusun Kisahnya Sendiri —1 Hujan Tujuh Tahun —59

51GEGER RIYANTO

kemarahannya kepada siapa. Ia tak bisa mela-kukan apa-apa.

Beberapa saat berlalu, Maria mengarahkan lagi pandangannya ke Shinta. Matanya kini ber-kaca-kaca. Maria tak meraung-raung lagi tapi ia tak sanggup menahan isak tangisnya.

“Kembali,” Maria berdesis lirih dan pelan.“Kembali,” Maria berujar lagi.Maria lantas berteriak “kembali” beru-

lang-ulang—tak bisa menahan lagi kegetirannya yang kembali menjadi-jadi. Teriakan-teriakan-nya diiringi dengan sesenggukan. Ananda, di kejauhan, pun tak bisa menahan kesedihannya.

Dan setelah berteriak-teriak seperti tanpa akhir, Maria tertidur di atas jasad Shinta. Sete-tes, dua tetes air mata tertumpah ke lantai ke-kosongan.

***

Sejam? Dua jam? Enam jam? Seharian? Maria terbangun setelah tertidur entah berapa lama. Ia tak bermimpi apa-apa. Tetapi, ia terbangun dengan kesesakan. Dan di hadapannya, tubuh Shinta yang masih tergeletak, yang mengingat-

Page 60: AMPAS-AMPAS CERITA YANG MENYUSUN …galeribukujakarta.com/wp-content/uploads/2020/03/Ampas...Daftar Isi Ampas-ampas Cerita yang Menyusun Kisahnya Sendiri —1 Hujan Tujuh Tahun —59

52 AMPAS-AMPAS CERITA YANG MENYUSUN KISAHNYA SENDIRI

kannya dengan fakta yang kejam: apa yang ter-jadi bukan sebuah mimpi.

Ananda masih menatap mereka sembari du-duk dari jauh.

Maria meringis. Ia ingin menitikkan air mata lagi namun tidak bisa. Mungkin, air matanya su-dah kering. Mungkin juga, ia sudah kehabisan tenaga. Kesedihan masih menguasai dirinya tapi kini ia bahkan sudah tak bisa mencurahkannya.

Ia pun merebahkan dirinya lagi. Ia tak punya pikiran apa-apa lagi. Tak bisa merasakan apa pun lagi. Apa yang ingin dilakukannya hanya-lah bergeming. Dan mungkin, ia akan mengha-biskan hidupnya di sini. Apa artinya berjalan di kekosongan ini dan kalaupun bertemu dengan orang lain ia akan menghabisinya? Dan bila ki-sahnya adalah rekaan sang pengarang di atas sana, biar saja cerita berakhir di sini. Sang pe-ngarang sudah berhasil menunaikan misinya. Cerita seharusnya berakhir sebentar lagi.

Maria menaruh kepalanya lagi ke atas tu-buh Shinta. Ia tahu, ia tidak akan mendapati apa-apa. Namun, ia tak mempunyai apa pun lagi—bahkan hal remeh-temeh sekalipun—un-tuk dilakukan.

Dan sepatah suara terdengar.

Page 61: AMPAS-AMPAS CERITA YANG MENYUSUN …galeribukujakarta.com/wp-content/uploads/2020/03/Ampas...Daftar Isi Ampas-ampas Cerita yang Menyusun Kisahnya Sendiri —1 Hujan Tujuh Tahun —59

53GEGER RIYANTO

“Ma... Maria?”Maria kontan menoleh. Shinta membuka ma-

tanya.Maria memeluknya. Ia tak memikirkan apa

pun lagi. Hanya memeluk apa yang kembali ke-padanya agar tidak pergi lagi.

***

Shinta tertidur lebih cepat dari Ananda dan Ma-ria. Wajahnya lelap. Mungkin, ia masih merasa-kan sakit dan linu karena apa yang dialaminya. Namun, saat ini setidaknya, ia tampak damai.

Maria dan Ananda yang masih terjaga kini duduk bersamping-sampingan. Maria dengan wajah merenung yang tak bisa diterka ke mana perginya pikirannya. Ananda dengan raut yang jelas ingin menyampaikan sesuatu ke Maria.

“Aku mau minta maaf,” ujar Ananda.Maria melihat ke arah Ananda dengan raut

bertanya-tanya namun juga tak bertenaga. “Aku tidak melakukan apa pun. Aku penge-

cut,” tambah Ananda.Maria tak menimpalinya. Ia kembali ke per-

menungannya. Keduanya kemudian kembali hening.

Page 62: AMPAS-AMPAS CERITA YANG MENYUSUN …galeribukujakarta.com/wp-content/uploads/2020/03/Ampas...Daftar Isi Ampas-ampas Cerita yang Menyusun Kisahnya Sendiri —1 Hujan Tujuh Tahun —59

54 AMPAS-AMPAS CERITA YANG MENYUSUN KISAHNYA SENDIRI

“Tidak,” Maria tiba-tiba berujar. “Kamu bu-kan pengecut.”

Ananda tak menimpali balik.“Ananda,” sapa Maria lagi, “menurutmu, ini

akhir cerita yang diinginkan pengarang atau ti-dak?”

“Akhir cerita?” Ananda berpikir sejenak. Lantas, ia bertanya

pelan-pelan, “dari mana kamu tahu kita sedang ada di akhir cerita?”

“Aku menerima teorimu kalau kita tokoh fiktif. Tapi, aku juga berharap ini adalah akhir dari cerita. Aku tak ingin ada drama yang le-bih gila lagi dari apa yang baru terjadi. Aku tak ingin membahayakan siapa pun lagi—lebih-lebih orang terdekatku. Aku ingin cerita ditutup se-bentar lagi.”

Ananda terkesiap.“Jadi menurutmu, Ananda,” tanya Maria, “ini

akhir yang diinginkan sang pengarang atau ti-dak?”

“Semoga. Kalau kamu berharap begitu,” ja-wabnya.

“Ananda, aku butuh jawaban dari dirimu. Bukan kamu mengulang pikiranku sendiri,” ba-las Maria dengan intonasi bercanda. “Aku bu-

Page 63: AMPAS-AMPAS CERITA YANG MENYUSUN …galeribukujakarta.com/wp-content/uploads/2020/03/Ampas...Daftar Isi Ampas-ampas Cerita yang Menyusun Kisahnya Sendiri —1 Hujan Tujuh Tahun —59

55GEGER RIYANTO

tuh jawaban dari spekulasi-spekulasimu yang cerdas itu.”

Ananda terperangah, geli, dan lega. Suasana nampaknya sudah lebih cair. Namun, sebelum ia sempat menjawab, Maria menyandarkan kepala-nya ke bahu Ananda. Maria kelelahan. Teman-nya di sampingnya ini sudah terlalu letih, pikir Ananda. Maria tak berbicara apa-apa. Ananda pun tak ingin berbicara apa-apa. Untuk bebera-pa waktu, ia hanya berusaha mempertahankan pose yang paling nyaman untuk disandari oleh Maria.

Ananda lantas merasakan sosok di samping-nya itu berguncang. Maria tak bisa menahan tangisnya lagi. Ananda kini merasa bodoh ia tak pernah menyimak cerita-cerita tentang ke-hilangan yang dialami Maria, yang biasa ditu-turkan Maria kepada Shinta selepas ia tidur. Ia ingin bisa memahami apa yang dirasakan Maria saat ini. Ia kini hanya bisa semakin mengokoh-kan badannya agar dapat menjadi tempat berse-dih Maria yang setidaknya nyaman.

Beberapa saat berselang, Maria menenang. “Maaf ya,” ujar Maria.“Tidak apa-apa. Sama sekali tidak apa-apa.”

Ananda agak canggung menimpalinya.

Page 64: AMPAS-AMPAS CERITA YANG MENYUSUN …galeribukujakarta.com/wp-content/uploads/2020/03/Ampas...Daftar Isi Ampas-ampas Cerita yang Menyusun Kisahnya Sendiri —1 Hujan Tujuh Tahun —59

56 AMPAS-AMPAS CERITA YANG MENYUSUN KISAHNYA SENDIRI

Keduanya kembali berdiam.“Jadi, Ananda, menurutmu, ini akhir cerita

yang diinginkan atau tidak?”Ananda kini siap menjawabnya.“Aku tidak tahu, Maria. Aku, jujur, tidak

tahu.”Maria mengela napas dan diam sejenak. Ia,

lantas, memeluk Ananda yang awalnya me-nyambutnya dengan kikuk. Ananda tak tahu perasaan apa yang persisnya ingin disampaikan oleh Maria. Tapi, ia tahu, ia juga ingin memeluk-nya. Ia ingin Maria tahu, Maria tidak sendiri. Ia mendekapnya dengan erat.

Maria bangkit. Ia berjalan ke arah Shin-ta dan merebahkan diri di dekatnya. Dengan hati-hati, ia melingkarkan tangannya ke tubuh Shinta agar tak membangunkannya. Perlahan, ia mendekatkan wajahnya dengan wajah Shinta. Maria memeluk Shinta. Ia memeluknya untuk beberapa saat sebelum akhirnya melepaskannya juga dengan pelan-pelan.

Berbaring di sampingnya, Maria menatap Shinta dan wajahnya yang terlelap. Ia menatap-nya sampai dengan ia menutup matanya sen-diri—mencoba untuk larut dalam keletihannya dan tidur.

Page 65: AMPAS-AMPAS CERITA YANG MENYUSUN …galeribukujakarta.com/wp-content/uploads/2020/03/Ampas...Daftar Isi Ampas-ampas Cerita yang Menyusun Kisahnya Sendiri —1 Hujan Tujuh Tahun —59

57GEGER RIYANTO

Malam itu, Maria bermimpi tentang Gelora.Dan mungkin, itu bukan mimpi.

Page 66: AMPAS-AMPAS CERITA YANG MENYUSUN …galeribukujakarta.com/wp-content/uploads/2020/03/Ampas...Daftar Isi Ampas-ampas Cerita yang Menyusun Kisahnya Sendiri —1 Hujan Tujuh Tahun —59
Page 67: AMPAS-AMPAS CERITA YANG MENYUSUN …galeribukujakarta.com/wp-content/uploads/2020/03/Ampas...Daftar Isi Ampas-ampas Cerita yang Menyusun Kisahnya Sendiri —1 Hujan Tujuh Tahun —59

Hujan Tujuh Tahun

Hari ini hujan. Syukurlah. Tak akan ada yang bisa melihat air mata menyelisik keluk pipiku. Titik-titik air dari ketinggian awan berdecur keras ke atas tanah. Cukup untuk menyembu-nyikan isakku, bahkan dari pendengaranku sendiri. Di bibir lubang, si kecil terlihat begitu tegar. Dalam pelukan aman ayahnya, ia hanya memandangi petimu turun perlahan seakan itu sebuah ember dikerek memasuki sumur. Seakan ia tak tahu lubang itu tidak akan pernah dibuka lagi.

Syukurlah langit memberikanku, yang bukan siapa-siapa, hak untuk menangis.

Dan hak menikmati hari itu, sekali lagi. (Atau siksaan? Entahlah.) Pakaian basah yang melengketi permukaan tubuh. Bebauan rum-put dan pohon terbilas hujan. Rasa dingin yang

Page 68: AMPAS-AMPAS CERITA YANG MENYUSUN …galeribukujakarta.com/wp-content/uploads/2020/03/Ampas...Daftar Isi Ampas-ampas Cerita yang Menyusun Kisahnya Sendiri —1 Hujan Tujuh Tahun —59

60 AMPAS-AMPAS CERITA YANG MENYUSUN KISAHNYA SENDIRI

memeluk sempurna. Tetapi lebih sempurna lagi sebilah kehangatan yang juga mendekapku. Kau mendekapku erat, dari belakang.

Kita tak pernah berpelukan sebelumnya. Kita bahkan tak pernah mengobrol lebih dari lima menit. Padahal aku mencandui legitnya suara-mu, sedari pertama mendengarnya. Begitu juga rambut panjang yang membingkai wajah molek itu, dan di tengah-tengahnya tatapan hitam pe-kat yang merembes ke dalam mimpi-mimpiku.

Di beberapa detik itu, kau tergelincir lum-pur licin yang seharusnya bisa dengan mudah kau hindari. Kakimu terkilir. Di beberapa detik itu pula pengapnya hutan dan hujan membuat-ku tak bisa berpikir. Seharusnya aku bisa me-mapahmu, tetapi aku malah menggendongmu kembali ke mobil tim kita yang jauh. Tak ada maksud tersembunyi. Hanya kebodohan. Tetapi setelahnya, aku tak pernah mau berpikir akan seperti apa hidupku tanpa kebodohan itu.

Kita bungkam. Aku menebak-nebak dengan perasaan seperti mau mati apakah engkau me-meluk kencang karena kesakitan, kedinginan, takut terjatuh, ataukah... yang lain. Aku tak per-nah tahu jawabannya. Yang pasti, setelah hari itu aku kerap mendapati tatapan yang kudamba-

Page 69: AMPAS-AMPAS CERITA YANG MENYUSUN …galeribukujakarta.com/wp-content/uploads/2020/03/Ampas...Daftar Isi Ampas-ampas Cerita yang Menyusun Kisahnya Sendiri —1 Hujan Tujuh Tahun —59

61GEGER RIYANTO

kan tertuju pada yang mendambakannya. Pan-dangan kita bertabrakan, lalu kita melemparnya jauh-jauh seakan kita sibuk dengan pekerjaan masing-masing dan tak pernah saling melihat. Dan setelah itu, biasanya, aku akan menjalani sisa hari dengan keriangan berbiak-biak.

Aku bisa merasakan bibirku mengembang, tersenyum. Dan kantung-kantung mataku tak tertahankan perih—petimu sudah berada di da-sar lubang.

Pendeta, di bawah payung besar hitam, membacakan Alkitab. Jangan khawatir, kata-nya kepada kami. Suara serak lantang itu me-nyampaikan, engkau sedang menuju kehidupan yang kekal. Sebuah tangisan yang lebih lantang mendadak mengganggunya. Si kecil—ia akhir-nya menangis, memilukan.

Hai! Siapa ini?Aku Vivi, Om. Ayo, kenalan dong sama Om.Halo, Vivi. Apa kabar? Lho... lho... kok na-

ngis?Sekurangnya seminggu sekali setelah kau

tak bekerja lagi karena hamil, kita bertemu di rumahmu. Untunglah kau tinggal di sebuah apartemen. Aku tak perlu berbingung-bingung menyembunyikan kendaraanku. Kau tak perlu

Page 70: AMPAS-AMPAS CERITA YANG MENYUSUN …galeribukujakarta.com/wp-content/uploads/2020/03/Ampas...Daftar Isi Ampas-ampas Cerita yang Menyusun Kisahnya Sendiri —1 Hujan Tujuh Tahun —59

62 AMPAS-AMPAS CERITA YANG MENYUSUN KISAHNYA SENDIRI

mereka-reka alasan ajaib kepada para tetang-ga. Lagi pula, kita tak melakukan apa-apa. Kita hanya mengobrol lama, seperti yang biasa kita lakukan di saat bersama. Kini bertiga, kau, aku, si kecil.

Aku tak pernah bisa menentukan lebih me-nyenangkan yang mana, mendengarmu atau didengar olehmu. Satu hal, aku amat bahagia kau ingin tersesat bersamaku di tengah lautan obrolan tanpa juntrungan. Kita mengayuh dan terus mengayuh pembicaraan, dengan apa pun yang bisa kita raup dari benak kita. Soto kege-maranku yang ternyata kau idamkan sewak-tu hamil. Pesawat mana yang pendaratannya paling semena-mena. Penulis best-seller yang sama-sama kita benci karena kepongahannya. Percomblangan gagal abangku yang belum juga menikah sampai usianya berkepala empat.

Semua itu baru tempo hari, bukan?Syukurlah hujan menyela dengan semakin

menderas. Seperti banyak orang yang tengah merubungimu untuk terakhir kalinya, aku membuka payung. Kupegang ia rendah-rendah, menutupi romanku yang kutahu amat memalu-kan. Kepedihan menjelejeh keluar seenaknya,

Page 71: AMPAS-AMPAS CERITA YANG MENYUSUN …galeribukujakarta.com/wp-content/uploads/2020/03/Ampas...Daftar Isi Ampas-ampas Cerita yang Menyusun Kisahnya Sendiri —1 Hujan Tujuh Tahun —59

63GEGER RIYANTO

menerabas temali otot mukaku yang sudah mati-matian menahannya.

Seiring hujan menaburkan cucurannya, orang-orang mulai menaburkan bunga basah mereka ke liang lahatmu. Martin... ia pun kini kehilangan ketegarannya. Kasihan lelaki baik berwajah poligon yang kutakuti dan nyaris se-lalu pulang jam tujuh itu. Ia memang keras dan kaku, katamu, tetapi ia penyayang tulus yang sangat peduli dengan keluarganya.

Kalau saja nasib menempatkan kita di roda yang berbeda, mungkin aku bisa bersahabat de-ngan Martin. Tetapi aku menjumpainya perta-ma kali sebagai tatapan tak ramah dalam foto yang mengamati kita di saat kita berdua. Aku selalu membalik atau menangkup bingkai berisi fotonya bila berada di kamarmu. Kau pun tak pernah bertanya mengapa. Hanya sesekali ter-senyum kecut ketika parasku seperti meminta tanggapanmu. Menahan miris, aku tahu.

Para penggali kubur mulai menyeroki tanah ke atas lubang peristirahatanmu. Maaf, tak ada bunga untukmu, meski aku tak akan pernah memiliki kesempatan lagi untuk memberikan-nya. Aku tak sanggup beranjak dari tempatku,

Page 72: AMPAS-AMPAS CERITA YANG MENYUSUN …galeribukujakarta.com/wp-content/uploads/2020/03/Ampas...Daftar Isi Ampas-ampas Cerita yang Menyusun Kisahnya Sendiri —1 Hujan Tujuh Tahun —59

64 AMPAS-AMPAS CERITA YANG MENYUSUN KISAHNYA SENDIRI

walau hanya satu langkah, bila harus mendekati Martin dan si kecil.

Mungkin kita memang berdosa. Setiap kali Yahoo Messenger Martin mati, kau menanyakan kepadanya, “Kamu di mana?” Sebuah pertanya-an yang membuat seorang pasangan merasa di-rinya dikhawatirkan, dirinya berharga. Padahal kita takut ia pulang lebih cepat, dan akan salah sangka bila mendapati kita berdua. Kita kan ti-dak melakukan apa-apa.

Tapi, ya, aku mengaku. Aku memang ingin sesekali mendaratkan kecupan ke pipi licinmu. Atau, sesekali di antara sesekali, ke bibir yang manisnya tak pernah bosan meremas ingatan-ku.

Tapi tampaknya aku bohong. Betul, bohong. Mungkin buncahan hasrat itu tidak sesekali, namun setiap saat. Setidaknya peristiwa itu be-nar-benar hanya terjadi sekali. Sekali bukan? Hanya sekali. Tidak lebih. Dan bukan salahku. Kau direnggut dariku oleh hidup yang zalim. Untuk alasan yang sama dengan mengapa le-luhurmu menyembah bebatuan, hubungan kita tak pernah direstui.

Lalu aku membayangkan di atas kasur di mana kita menonton TV dalam apartemen mu-

Page 73: AMPAS-AMPAS CERITA YANG MENYUSUN …galeribukujakarta.com/wp-content/uploads/2020/03/Ampas...Daftar Isi Ampas-ampas Cerita yang Menyusun Kisahnya Sendiri —1 Hujan Tujuh Tahun —59

65GEGER RIYANTO

ngilmu, selukan-selukan tubuhmu dicecap oleh lelaki lain. Aku marah, seperti yang pasti akan dirasakan siapa pun. Jauh sebelumnya, aku tak pernah diperbolehkan menikmatimu. Engkau tak pernah diperbolehkan menikmatiku. Lalu tiba-tiba saja seseorang datang dan ia dibebas-kan menikmatimu kapan pun ia mau.

Aku tak melakukan apa-apa. Hanya meng-klaim apa yang memang hakku untuk bahagia. Kau pun menyambutku. Dekapan buah dadamu yang liat mempersilakanku masuk, menjadi ke-cil dan menari-nari gembira di atas hamparan dirimu. Dan mungkin aku bohong lagi. Mungkin peristiwa itu tidak hanya sekali. Tapi apa yang bisa dilakukan oleh seseorang yang begitu me-nyayangimu, lebih dulu menyayangimu, selain terus menyayangimu?

Tapi, sudahlah, aku sedang membela apa? Semua sudah terkubur. Para penggali telah me-nyelesaikan tugasnya. Mulai sekarang hanya akan ada tanah berselimut nisan. Nisan, yang meski bertuliskan namamu, tak akan memiliki antusiasmemu mendengar cerocos-cerocos se-peleku. Tidak ada lagi tempat untuk menerus-kan kisah yang seharusnya sudah berakhir be-berapa tahun lalu.

Page 74: AMPAS-AMPAS CERITA YANG MENYUSUN …galeribukujakarta.com/wp-content/uploads/2020/03/Ampas...Daftar Isi Ampas-ampas Cerita yang Menyusun Kisahnya Sendiri —1 Hujan Tujuh Tahun —59

66 AMPAS-AMPAS CERITA YANG MENYUSUN KISAHNYA SENDIRI

Waktu bergulir, cepat dan tak kusadari se-perti biasanya. Seperti kepergianmu. Para pe-layat, saat aku menyadarinya, sudah bubar. Se-bagian kerumunan menghampiri keluarga yang kau tinggalkan. Tetapi aku adalah kerumunan kebanyakan, aku sudah pergi sebagaimana seharusnya. Kulakukan apa yang mesti kula-kukan, mengambil jalan yang dapat memung-gungi mereka dan menghilang dari pandangan selekasnya.

Saat aku menyadarinya, aku sudah di mo-bilku, kedinginan, meski telah melepas jaket-ku yang lembab, mematikan AC. Kedinginan agaknya bukan kata yang tepat. Aku menggigil seperti bocah kecil, dengan lelehan tangis yang membakar matanya, dengan kepala yang mau pecah memikirkan kau sudah tidak akan ada lagi bahkan untuk hanya kupanggil atau ku-genggam. Belum satu kilo aku mengemudi, aku tak kuat dan menepi ke sisi jalan. Menghela da-lam-dalam—mungkin akan sedikit melegakan dadaku yang tersiksa.

Sebuah panggilan telepon masuk.“Kamu di mana, Sayang? Aku kira kamu

cuma cuci mobil.”

Page 75: AMPAS-AMPAS CERITA YANG MENYUSUN …galeribukujakarta.com/wp-content/uploads/2020/03/Ampas...Daftar Isi Ampas-ampas Cerita yang Menyusun Kisahnya Sendiri —1 Hujan Tujuh Tahun —59

67GEGER RIYANTO

“Pemakaman... Kawan lama. Maaf lupa me-ninggalkan pesan.”

“Oh.”“Aku sudah di perjalanan pulang. Kamu mau

oleh-oleh apa?”“Ayam bakar boleh. Hati-hati ya, Sayang.”Sebelas panggilan tak terjawab. Dari “Ru-

mah”. Aku jadi ingat. Hari itu kau mengatakan, ini waktunya kita menempuh jalan kita ma-sing-masing. Tidak perlu ada yang sakit lagi ka-rena kebersamaan kita. Tahu apa? Kata-katamu, ternyata, terlalu cepat tujuh tahun.

Hujan ini begitu panjang. Tapi akan berakhir juga hari ini.

Page 76: AMPAS-AMPAS CERITA YANG MENYUSUN …galeribukujakarta.com/wp-content/uploads/2020/03/Ampas...Daftar Isi Ampas-ampas Cerita yang Menyusun Kisahnya Sendiri —1 Hujan Tujuh Tahun —59
Page 77: AMPAS-AMPAS CERITA YANG MENYUSUN …galeribukujakarta.com/wp-content/uploads/2020/03/Ampas...Daftar Isi Ampas-ampas Cerita yang Menyusun Kisahnya Sendiri —1 Hujan Tujuh Tahun —59

69

Asat dan Keraguan Terakhirnya

Revolver itu telah dingin menanti di sarung-nya. Menanti lama, untuk saat ini. Detik-detik ini. Tangan sang pemuda tak siap. Pikirannya, lebih-lebih, tak pernah siap. Tetapi ia harus siap. Ia telah bersumpah kepada semua yang memberikannya kesempatan ini dirinya akan membunuh pria yang tengah berjalan tepat di depannya. Darah sang pria yang najis harus tertumpah di tangannya dan hanya di tangan-nya. Dan kalau bisa, sang pria tak boleh mati sebelum semua perasaan sakit di dunia ini me-nyelusupinya. Betapa manis, pastinya, raungan kesengsaraannya. Sayang, sang pemuda tak bisa terlalu muluk-muluk. Misi utamanya hanya satu, memutus nyawa sang pria. Tak ada kata gagal.

Page 78: AMPAS-AMPAS CERITA YANG MENYUSUN …galeribukujakarta.com/wp-content/uploads/2020/03/Ampas...Daftar Isi Ampas-ampas Cerita yang Menyusun Kisahnya Sendiri —1 Hujan Tujuh Tahun —59

70 AMPAS-AMPAS CERITA YANG MENYUSUN KISAHNYA SENDIRI

Asat melepas genggamannya dari gagang pistol—lagi. Tangannya keluar dari jasnya ham-pa, entah sudah untuk ke berapa kalinya. Asat tak ragu menghabisi Talal, pria yang sedang menyusuri trotoar Berlin bersama istrinya itu. Tidak ada dosa, ia yakin sekeras-kerasnya, un-tuk menghabisi pria ini. Hanya satu hal yang menyebabkan Asat ragu: kerisauan gagal mem-bunuhnya. Dan satu hal ini saat ini tengah me-nguasainya, tengah menjadi sekujur diri sang pemuda sendiri.

Dor.Perhatian setiap pejalan kaki kontan ter-

panggil bunyi pistol yang meletus itu. Selang sesaat, dua bunyi tembakan menyusul. Asat tak mau berpikir apa-apa lagi. Ia menarik pelatuk. Langkah Talal, sang pria terkutuk, terhenti. Te-tapi aneh. Dalam sedetik yang panjang itu, sang pria tak tersungkur. Ia malah berbalik ke bela-kang, menatap sang pemuda. Asat, yang sudah membuang jauh-jauh perasaannya, tercengang. Tembakannya tak mungkin meleset, pikirnya. Meski bukan penembak terlatih, Asat melesat-kan timah panas dari jarak yang tak lebih dari selangkah.

Page 79: AMPAS-AMPAS CERITA YANG MENYUSUN …galeribukujakarta.com/wp-content/uploads/2020/03/Ampas...Daftar Isi Ampas-ampas Cerita yang Menyusun Kisahnya Sendiri —1 Hujan Tujuh Tahun —59

71GEGER RIYANTO

Asat melepas dua tembakan lagi, kali ini ke dada Talal. Asat berada pada jarak di mana ia bisa memperhatikan secara detail tekstur jas pria di hadapannya dan, ia tak percaya, tak ada lubang. Asat tak peduli apa-apa lagi. Ia me-nerjang Talal, menempelkan pistol di dadanya. Yakin mulut senjata sudah tak berjarak lagi de-ngan tubuh orang yang sangat dibencinya itu, ia melesatkan amunisi terakhirnya.

***

Asat terbangun di kamar apartemennya. Keri-ngat dingin sudah menggerayanginya. Hari ma-sih gelap dan hanya ada jalanan yang dingin di luar jendelanya. Mimpi ini lagi, batin Asat se-iring mengatur kembali irama napasnya. Dini hari ini, Asat telah lebih dari sebulan berada di Charlottenburg. Ia seharusnya berada di tem-pat ini tak lebih dari dua minggu. Tetapi, kata atasannya, lakukan apa pun untuk memastikan Talal Pasha mati. Dan Asat melakukannya: ia mengambil waktu sebanyak yang ia bisa untuk memastikan tak ada yang mengacaukan rencana besarnya.

Page 80: AMPAS-AMPAS CERITA YANG MENYUSUN …galeribukujakarta.com/wp-content/uploads/2020/03/Ampas...Daftar Isi Ampas-ampas Cerita yang Menyusun Kisahnya Sendiri —1 Hujan Tujuh Tahun —59

72 AMPAS-AMPAS CERITA YANG MENYUSUN KISAHNYA SENDIRI

Asat menyewa kamar di seberang kediaman Talal. Bekas menteri utama sebuah rezim korup, Talal kini hanya hidup seadanya dari tunjangan pemerintah negara yang didiaminya. Ia pun tak dikenal lagi dengan nama Talal dan tak pernah menetap lama di satu kediaman. Tak ada yang lebih sadar dirinya sedang diburu selain dirinya sendiri.

Talal nyaris tak pernah keluar dari kediam-annya, demikian juga istrinya. Asat mencatat terperinci setiap aktivitas Talal yang bisa dia-matinya. Kebutuhan memasak harian mereka diantar ke kediaman setiap hari, oleh juru antar yang sama—tak heran. Jendela kamar mereka hanya pernah dua kali dibuka tirainya sepan-jang pengawasan Asat, dan itu pun tak lebih dari beberapa menit. Mereka tak mau membu-ka pintu untuk orang yang tak dikenalnya. Per-nah pada satu waktu, bahan makanan mereka diantar oleh orang yang berbeda dan pintu tak dibuka padahal mereka ada di rumah.

Talal, kendati demikian, sesekali berpergian keluar. Ia pernah keluar rumah tiga kali dalam sebulan terakhir dan tak pernah tidak didam-pingi istrinya. Istrinya, sementara itu, lebih sering berpergian. Termasuk bersama Talal,

Page 81: AMPAS-AMPAS CERITA YANG MENYUSUN …galeribukujakarta.com/wp-content/uploads/2020/03/Ampas...Daftar Isi Ampas-ampas Cerita yang Menyusun Kisahnya Sendiri —1 Hujan Tujuh Tahun —59

73GEGER RIYANTO

dalam catatan Asat ia lima kali keluar rumah. Tiap kali berpergian, mereka selalu mencari tempat yang ramai. Mereka tak pernah keluar untuk makan, dan bahkan berdiam lama di satu tempat. Ketika jalan-jalan, mereka nyaris secara harfiah tak pernah berhenti berjalan.

Tetapi sedetail-detailnya Asat mencatat, ia tak pernah merasa cukup aman melangsungkan rencananya. Asat bisa menghampiri Talal di ja-lan dan langsung menembakkan senjatanya. Ia tak takut ditangkap. Semua hidupnya, sele-pas kehilangan yang dialaminya, adalah untuk menghabisi Talal. Asat dapat merangsak masuk ketika pintu dibuka untuk menerima bahan makanan. Lalu, tanpa ragu, menghabiskan pe-lurunya menembak Talal—sebuah skenario yang meyakinkan, kelihatannya. Namun, bagaimana jika tembakannya meleset dari daerah vital Ta-lal? Bagaimana jika Asat dilumpuhkan polisi sebelum sempat membunuhnya?

Bagaimana jika revolvernya tak menembak di detik-detik menentukan itu? Sebulan tera-khir, Asat giat mempelajari senjata yang dibe-rikan dinas intelijen kepadanya. Ia mengoleksi berbagai buku tentang senjata. Revolver adalah mekanisme yang ringkih, rupanya. Silinder ha-

Page 82: AMPAS-AMPAS CERITA YANG MENYUSUN …galeribukujakarta.com/wp-content/uploads/2020/03/Ampas...Daftar Isi Ampas-ampas Cerita yang Menyusun Kisahnya Sendiri —1 Hujan Tujuh Tahun —59

74 AMPAS-AMPAS CERITA YANG MENYUSUN KISAHNYA SENDIRI

rus berhenti berputar tepat di lubang peluru se-lanjutnya dan, tepat pada saat yang sama, pemu-kul mesti menghantam proyektil yang berdiam di dalamnya. Tak ada toleransi, bahkan seperse-kian detik pun. Sebelum keluar kamarnya maka Asat tak akan lupa bersimulasi menembakkan pistolnya tanpa peluru—memastikan semua masih ada di tempatnya sekaligus dirinya bisa menembak cukup cepat sebelum siapa pun me-nyadarinya. Tetapi pemeriksaan ini, tak jarang, malah menghinggapkan kerisauan baru di pikir-annya. Bagaimana jika senjatanya keburu rusak karena sering ditembak-tembakkannya seperti ini?

***

Pagi harinya, Asat duduk di tepi jendela seiring memainkan mandolinnya. Pikirannya, seperti biasa, jauh dari jemarinya yang cergas mengga-mit senar-senarnya. Ia punya dendam. Dendam yang sangat besar. Tetapi yang menjadi pergu-mulannya saat ini, dendam itu terasa jauh. Tak sedekat ketakutan-ketakutan tak berdasarnya.

Pintu kamar Asat mendadak diketuk. “Nak? Ada telegram untukmu.”

Page 83: AMPAS-AMPAS CERITA YANG MENYUSUN …galeribukujakarta.com/wp-content/uploads/2020/03/Ampas...Daftar Isi Ampas-ampas Cerita yang Menyusun Kisahnya Sendiri —1 Hujan Tujuh Tahun —59

75GEGER RIYANTO

Asat menghampiri panggilan ibu pemilik apartemen tersebut, membuka pintu, dan meng-ambil telegram yang ditujukan kepadanya. Me-ngilas pengirimnya, Asat terkesiap.

“Terima kasih, Frau.” Nada sang pemuda hambar. Perhatiannya, amat jelas, kini terisap ke secarik kertas yang sudah di tangannya ter-sebut.

“Kamu bermain... apa itu nama alat musik-mu?”

“Oh,” Asat tak siap dengan pertanyaan men-dadak sang ibu. Ia sempat menengok kembali ke mandolinnya, salah tingkah. “Mandolin, Frau. Ada apa? Apakah saya mengganggu penghuni lainnya?”

“Tidak. Sama sekali tidak. Aku yakin, suara-nya tak terdengar di kamar lain. Tapi kalaupun terdengar, kukira tak masalah. Merdu.”

“Oh. Terima kasih.”Asat membalas sang ibu dengan senyuman

yang ia sendiri ragu terlihat tulus. Tetapi, apa boleh buat, ia tak bisa menutupi kegugupannya. Lagi pula Frau Nadja—sang ibu pemilik aparte-men—tak akan terlalu mempermasalahkannya. Asat tahu, Frau Nadja peduli padanya. Asat tak pernah banyak bercerita latar belakangnya. Na-

Page 84: AMPAS-AMPAS CERITA YANG MENYUSUN …galeribukujakarta.com/wp-content/uploads/2020/03/Ampas...Daftar Isi Ampas-ampas Cerita yang Menyusun Kisahnya Sendiri —1 Hujan Tujuh Tahun —59

76 AMPAS-AMPAS CERITA YANG MENYUSUN KISAHNYA SENDIRI

mun, penasaran dengan wajah Asat yang jelas bukan dari negara ini, Frau Nadja kerap mengo-rek-ngorek dan kini ia tahu sang pemuda punya masa lalu yang menyakitkan.

“Frau, saya boleh tanya sesuatu?” Asat se-belumnya sudah ingin menutup pintu. Tetapi, tiba-tiba saja sesuatu terlintas.

“Tentu saja, anakku. Apa pun yang bisa ku-bantu.”

“Kalau ada satu mimpi yang begitu Anda kejar-kejar tapi kegagalan mencapainya akan membuat hidup Anda berantakan, apakah Anda akan tetap mengejarnya?”

“Kamu sedang mengejar seorang wanita?”Asat tertegun dengan pertanyaan balik spon-

tan tersebut. “Ahh... ya. Kamu sedang mengejar wanita.”

Frau Nadja semringah. Asat, tak bisa berekspre-si lain, hanya tersenyum.

“Ayolah, nak. Lakukan saja. Tak usah ba-nyak berpikir. Kamu sendiri pasti sadar bukan penyesalanmu bila tidak melakukannya? Sakit-nya ditolak hanya sebentar. Tapi penyesalan tak melakukannya akan kamu bawa seumur hidup.”

Page 85: AMPAS-AMPAS CERITA YANG MENYUSUN …galeribukujakarta.com/wp-content/uploads/2020/03/Ampas...Daftar Isi Ampas-ampas Cerita yang Menyusun Kisahnya Sendiri —1 Hujan Tujuh Tahun —59

77GEGER RIYANTO

***

Asat membulatkan tekadnya. Dinas rahasia tak kunjung mendengar kabar kematian Talal dan mulai kehilangan kesabaran. Talal keluar rumah hari ini bersama istrinya, dan Asat akan mem-buntutinya—sekali lagi sebelum menghabisinya di perjalanan selanjutnya. Beberapa kali Asat menguntitnya, Talal selalu berjalan melewati rute yang sama. Asat merasa perlu tahu di mana tempat yang paling tepat untuk mengeksekusi sang pria pada perjalanan selanjutnya. Di ma-nakah tempat Asat tak akan dihalau siapa pun, apa pun untuk menyarangkan proyektil-proyek-til fatal ke tubuh Talal?

Sayangnya, ini hari yang sial bagi Asat. Berselang dua puluh menit sejak Asat meng-

ikutinya, istri Talal menyadari pria mencuriga-kan terus membuntuti mereka. Mereka mem-percepat langkahnya, nyaris berlari. Hidup Asat rasanya berakhir di detik itu. Mimpi buruk? Tidak. Jauh lebih buruk dari itu: ini kenyataan. Asat tak akan terbangun dari situasi keruh ini untuk mendapati keadaan baik-baik saja. Talal akan memanggil polisi atau siapa pun yang ia bisa untuk mengamankan nyawanya. Keesokan-

Page 86: AMPAS-AMPAS CERITA YANG MENYUSUN …galeribukujakarta.com/wp-content/uploads/2020/03/Ampas...Daftar Isi Ampas-ampas Cerita yang Menyusun Kisahnya Sendiri —1 Hujan Tujuh Tahun —59

78 AMPAS-AMPAS CERITA YANG MENYUSUN KISAHNYA SENDIRI

nya, ia akan pindah. Entah ke mana, tak akan terlacak. Hemat kata, semua hancur.

Asat memacu langkahnya. Kesadarannya ko-song dan hanya tersisa satu niat: ia harus mem-bunuhnya sekarang, seketika sasarannya berada di jarak tembak. Talal dan istrinya kini berla-ri dan mulai menarik perhatian banyak orang. Asat, mempertaruhkan segalanya, tak punya pilihan selain berlari sekencangnya. Sayangnya, ini hari yang sangat sial bagi Asat—hari yang tak akan bisa lebih buruk lagi. Setelah beberapa be-lokan, Talal menemukan polisi dan berlindung ke belakangnya. Asat, tak bisa berpikir apa-apa, berbuat satu kesilapan terakhir. Ia menodong-kan senjata dan, dengan sendirinya, mengun-dang sang polisi menodongkan senjata balik.

“Turunkan senjatamu!”Sepanjang hidupnya, Asat acap menyesali si-

fatnya yang peragu. Ia insaf, dirinya tak pernah benar-benar menyusun rencana-rencana cerdas. Dirinya hanya membutuhkan dalih untuk ragu. Betapa bangganya dirinya, Asat ingat, ketika ia spontan dapat merelakan diri, tanpa ragu, un-tuk misi yang akan membalaskan dendam bang-sanya.

“Saya bilang, turunkan senjatamu!”

Page 87: AMPAS-AMPAS CERITA YANG MENYUSUN …galeribukujakarta.com/wp-content/uploads/2020/03/Ampas...Daftar Isi Ampas-ampas Cerita yang Menyusun Kisahnya Sendiri —1 Hujan Tujuh Tahun —59

79GEGER RIYANTO

Asat ingin sekali berpikir, pasti ada jalan yang lebih baik dari ini. Bagaimana kalau tem-bakannya tak mengenai Talal? Bagaimana bila berikutnya sang polisi menembaknya? Tetapi ia kini tengah membayar mahal atas keraguannya dan, yang disadarinya sepenuhnya, Asat tak bisa membayarnya dengan keraguan lagi.

“Peringatan terakhir.”Asat menghela napas.Dor.

Page 88: AMPAS-AMPAS CERITA YANG MENYUSUN …galeribukujakarta.com/wp-content/uploads/2020/03/Ampas...Daftar Isi Ampas-ampas Cerita yang Menyusun Kisahnya Sendiri —1 Hujan Tujuh Tahun —59
Page 89: AMPAS-AMPAS CERITA YANG MENYUSUN …galeribukujakarta.com/wp-content/uploads/2020/03/Ampas...Daftar Isi Ampas-ampas Cerita yang Menyusun Kisahnya Sendiri —1 Hujan Tujuh Tahun —59

81

Subjek 7

Aspal itu, 35 lantai di bawahku, sudah memang-gil-manggil. Datanglah, katanya. Aku dengar itu. Angin malam berhembus kuat, mendo-rong-dorong dan menyayat-nyayat punggung-ku dengan uap-uap dinginnya, seperti sedang memotivasiku untuk lekas terjun. Pergilah, katanya. Aku dengar itu. Bual-bual darahku, debam-debam dadaku, kesenyapan gedung tua yang kuinjak, aku dengar semuanya sedang me-mintaku melakukannya.

Jangan ragu. Tak akan sakit, pikirku. Atau, kalaupun ya, tak akan sampai sedetik dan sete-lah itu: samudra kekosongan. Seketika kepalaku menumbuk permukaan keras itu dengan kece-patan peluru, hanya dalam beberapa milidetik semua hal yang menyusun perasaanku sudah terburai. Cukup beberapa milidetik, yang tak

Page 90: AMPAS-AMPAS CERITA YANG MENYUSUN …galeribukujakarta.com/wp-content/uploads/2020/03/Ampas...Daftar Isi Ampas-ampas Cerita yang Menyusun Kisahnya Sendiri —1 Hujan Tujuh Tahun —59

82 AMPAS-AMPAS CERITA YANG MENYUSUN KISAHNYA SENDIRI

akan sempat kucecap sakitnya itu, dan tak ada lagi yang mereka sebut-sebut sebagai subjek 7. Tak perlu lagi aku disiksa tanpa belas kasihan oleh tiap-tiap detik yang menandai semakin de-katnya hari pemanenan yang melangkah dengan pasti ke arahku.

Dan, kuyakinkan lagi diriku, tak ada yang kutinggalkan selain 25 tahun kehidupan palsu yang tak lebih dari rumah kaca agar isi-isi tu-buhku tumbuh dewasa dengan sehat. Ayah-ibu-ku—atau dua orang yang pernah kusebut ayah-ibu dan sekarang sebutan itu terdengar sangat menjijikkan—adalah peternak wadah pe-nyimpan organ segar ini: diriku. Semua kasih sayang mereka hanyalah kerja para pemelihara binatang untuk memastikan organ-organ yang akan dituai untuk memperpanjang hidup seo-rang jenderal senantiasa dalam kondisi prima.

Kawan-kawanku, sekolahku, kampusku, tempat kerjaku, aku tak tahu pasti apakah me-reka dipekerjakan lembaga ini atau tidak, teta-pi apalah arti semua itu dalam kehidupan yang dibuat semata untuk dijagal? Semua itu, paling baik, hanyalah padang rumput yang tak disedia-kan oleh sang peternak namun menjadi kawasan alami dilepasnya ternak-ternak agar dapat me-

Page 91: AMPAS-AMPAS CERITA YANG MENYUSUN …galeribukujakarta.com/wp-content/uploads/2020/03/Ampas...Daftar Isi Ampas-ampas Cerita yang Menyusun Kisahnya Sendiri —1 Hujan Tujuh Tahun —59

83GEGER RIYANTO

rumput dan berkembang menjadi daging-daging yang empuk serta lezat untuk disantap.

Jadi, di sinilah aku sekarang. Berha-dap-hadapan dengan maut yang sedang mem-buka lebar-lebar pelukannya kepadaku. Kalau-pun semua kehidupanku ini hanyalah buatan, setidaknya, dengan begini, kematianku adalah buatanku; kematian yang sama sekali tak diha-rap-harapkan oleh orang-orang berengsek yang bermain-main dengan kehidupan itu. Gravitasi dan aspal itu akan melumat semua yang mereka inginkan dari diriku.

Jadi, melompatlah. Kakiku, bawalah tubuh-ku.

***

Sudah berapa menitkah ini? Lima menit? Sepuluh menit? Astaga. Apa yang menahanku? Akhir yang baik itu tinggal satu langkah. Lantas mengapa aku merasa terantuk tembok seperti ini dan memberikan waktu kepada para penge-jarku? Kakiku, ayolah melangkah. Grrrrh. Ayo-lah bawa sekujur kehidupan bohong ini menuju akhir elegan yang kutentukan dengan kuasa dan

Page 92: AMPAS-AMPAS CERITA YANG MENYUSUN …galeribukujakarta.com/wp-content/uploads/2020/03/Ampas...Daftar Isi Ampas-ampas Cerita yang Menyusun Kisahnya Sendiri —1 Hujan Tujuh Tahun —59

84 AMPAS-AMPAS CERITA YANG MENYUSUN KISAHNYA SENDIRI

kesadaranku sendiri. Ayolah tubuhku, lawanlah apa yang memakumu ke atas pijakanmu ini.

Sekonyong-konyong, terdengar suara pintu di belakangku dibuka dengan tergopoh-gopoh. Cih. Aku terlalu lambat. Mereka datang. Tapi... baguslah, mungkin ini bisa semakin memacu adrenalin yang kubutuhkan. Dan, betul. Mera-sakan ada yang mendekat dari belakang, detak jantungku semakin memburu. Nafasku semakin panas. Tenaga mengalir deras ke kakiku, meng-hidupkannya kembali setelah bermenit-menit kaku di atas tapakannya. Baiklah. Aku pun me-mejamkan mata dan—

“Ananda!”Siapa itu? Siapa yang memanggilku dengan

nama itu? Aku menoleh. Ternyata yang kupikir satu gembong hanya satu orang. Dan satu orang itu adalah pria berjas dokter itu. Pria yang pa-ling sering menatapiku dari luar sel kedap sua-raku.

“Ananda, tolonglah,” ujarnya sambil tere-ngah-engah. “Jangan lakukan ini.”

Apa? Apa aku tak salah dengar?“Lalu aku harus melakukan apa, Pak Dokter

yang baik? Menanti diriku dijagal?”“Ananda, dengar—”

Page 93: AMPAS-AMPAS CERITA YANG MENYUSUN …galeribukujakarta.com/wp-content/uploads/2020/03/Ampas...Daftar Isi Ampas-ampas Cerita yang Menyusun Kisahnya Sendiri —1 Hujan Tujuh Tahun —59

85GEGER RIYANTO

“Kau mau menawarkan aku apa?” aku me-motongnya tanpa ampun. Aku bisa merasa-kan darahku mendidih seiring mengalirnya kata-kataku. “Kalau aku adalah organ cadangan Jenderal biadab itu, jelas kau tak mungkin me-nawarkanku kebebasan. Aku tak akan tertipu.”

“Ananda—”“Bayangkanlah menjadi diriku! Menjadi se-

seorang yang murka dengan segala perlakuan kalian yang bermain-main sebagai Tuhan ini! Inilah satu-satunya yang bisa kulakukan,” aku menepuk tubuhku keras-keras. “Ini! Menghan-curkan apa yang kalian inginkan ini!”

Untuk beberapa detik, ia hanya bungkam. Tetapi bukan itu yang paling menggangguku, melainkan roman mengasihaniku seakan ia tak tertindik oleh tatapan nanarku tepat ke te-ngah-tengah biji matanya.

“Ananda, keluarkanlah apa yang mau kau keluarkan dulu. Aku akan menunggumu sampai tenang. Aku tak akan mencegahmu melompat. Tetapi sebelum itu, dengarlah ceritaku.”

Entahlah apa yang mau diceritakannya. Tapi tak mungkin ada yang bisa membuatku membi-arkan isi diriku dipreteli.

Page 94: AMPAS-AMPAS CERITA YANG MENYUSUN …galeribukujakarta.com/wp-content/uploads/2020/03/Ampas...Daftar Isi Ampas-ampas Cerita yang Menyusun Kisahnya Sendiri —1 Hujan Tujuh Tahun —59

86 AMPAS-AMPAS CERITA YANG MENYUSUN KISAHNYA SENDIRI

“Sekarang saja. Ceritakan. Tapi aku tetap di sini. Di tepi gedung ini. Kau tak akan membuat-ku lengah sehingga aku bisa diringkus.”

“Tak masalah,” ujarnya dan ia menarik nafas dalam-dalam. “Ananda, aku adalah kawan dekat Karim, ayah asuhmu, sejak kuliah.”

“Lalu dengan itu kau mau apa?” aku, yang kembali terbakar, memotongnya lagi. “Kau kira kau jadi punya sesuatu untuk meyakinkanku agar mau membaringkan diri di meja jagal?”

“Dengarkan aku dulu, Ananda—”“Cih! Menyebut orang itu ayah asuhku pun

masih terlalu baik! Ia sama saja dengan kalian, bedebah-bedebah yang mengira berhak mener-nakkan manusia!”

“Ananda!” intonasinya meninggi. “Karim dan Yasmin sedang ditahan—”

“APA PEDULIKU?” aku meneriakinya de-ngan tatapan yang semakin nyalang. “Mere-ka bukan siapa-siapaku! Jangan menyebut nama-nama memuakkan itu lagi kepadaku!”

“ANANDA!” pria itu berusaha mengalahkan teriakanku. “Mereka ditahan karena tak mau menyerahkanmu! Kau tak ingat itu, Bocah Man-ja? Kau ingat bukan hal terakhir yang terjadi kepada Karim sebelum dipisahkan dengannya?

Page 95: AMPAS-AMPAS CERITA YANG MENYUSUN …galeribukujakarta.com/wp-content/uploads/2020/03/Ampas...Daftar Isi Ampas-ampas Cerita yang Menyusun Kisahnya Sendiri —1 Hujan Tujuh Tahun —59

87GEGER RIYANTO

Kau ingat bukan pelipisnya yang dihajar popor senapan?”

Hening. Kami sama-sama terengah-engah tanpa mengendurkan pandangan tajam kami kepada lawan bicara kami. Kesunyian beku yang membilasku selama beberapa saat akhir-nya mulai meredakan luapan emosi yang men-capai ubun-ubunku. Aku bisa merasakan pi-kiranku mulai kembali berjalan. Kata-katanya, memang, benar, tetapi masih jauh dari menje-laskan apa-apa.

“Hei, Bung, siapa yang bisa menjamin kalau adegan itu bukan sandiwara seperti semua hal yang terjadi dalam hidupku?”

Pria itu menghela.“Aku mengerti kalau saat ini kau hancur.

Aku pun tak bisa membayangkan mengalami apa yang kau alami. Tapi cobalah jadi seseorang yang lebih tangguh dariku. Dengarlah dulu ce-ritaku dengan kepala yang dingin.”

Sekarang aku yang menghela. Benar, berpi-kir dingin tak akan merugikanku. Malah kalau emosiku terpancing, aku tak akan bisa melihat niatan-niatan tersembunyi pria ini.

“Baiklah, ceritakanlah.”

Page 96: AMPAS-AMPAS CERITA YANG MENYUSUN …galeribukujakarta.com/wp-content/uploads/2020/03/Ampas...Daftar Isi Ampas-ampas Cerita yang Menyusun Kisahnya Sendiri —1 Hujan Tujuh Tahun —59

88 AMPAS-AMPAS CERITA YANG MENYUSUN KISAHNYA SENDIRI

“Ananda... mempertahankanmu hanya seba-gian kesalahan Karim yang membuatnya dita-han. Tuduhannya semakin berat lantaran meng-ubah kodemu menjadi subjek 7.”

“Memangnya, ini angka apa?”“Angka ini adalah urutan prioritas siapa yang

akan dipergunakan terlebih dahulu di antara tu-juh subjek kloning yang berhasil kami buat. Ha-sil kloning yang dianggap lebih sempurna ber-ada di urutan yang lebih atas karena semakin kecil pula risiko penolakan organ dalam proses transplantasi.”

“Untuk apa ia mengubah nomornya?”“Jangan pura-pura bodoh. Ia begitu menya-

yangimu.”Tak mungkin. Orang ini bohong.“Jadi, seharusnya aku nomor berapa?”“Kau adalah subjek 1. Ciptaan Karim yang

paling sempurna.”Orang ini jelas-jelas omong kosong. Mungkin

berusaha mengaduk-ngaduk perasaanku supaya aku lengah.

“Kau tahu semua ini dari mana? Informasi ini, kalau benar, sangat membahayakan Karim. Mengapa ia membocorkannya kepadamu?”

Page 97: AMPAS-AMPAS CERITA YANG MENYUSUN …galeribukujakarta.com/wp-content/uploads/2020/03/Ampas...Daftar Isi Ampas-ampas Cerita yang Menyusun Kisahnya Sendiri —1 Hujan Tujuh Tahun —59

89GEGER RIYANTO

“Ananda, akulah yang mengingatkan Karim agar jangan punya keterlibatan emosionil de-ngan proyek ini. Sebab aku tahu betul, ia mau memanfaatkan ini untuk dirinya dan Yasmin, yang waktu itu sudah lama menikah dan tak kunjung memiliki anak. Ia pun mendaftarkan Yasmin untuk menjadi ibu kandungan dari telur pertama yang berhasil dikloningnya. Lihatlah data keluargamu, kata-kataku ini akan terbuk-ti. Kau lahir pada tahun kesepuluh pernikahan mereka dan kau anak tunggal. Kau punya tahi lalat di wilayah tulang rusuk kiri paling bawah dan masalah pencernaan.”

Aku kontan mengangkat bajuku. Tak mung-kin. Kata-katanya benar. Ada tahi lalat di tempat yang bahkan tak pernah kusadari.

“Ini... bisa saja kau menyelidikiku saat aku disekap.”

“Belum percaya? Luka gores di betis kirimu, kau terbaret beling saat berusia empat tahun. Bekas jahitan di ubun-ubun kirimu, kau ter-timpuk oleh anak-anak kampung saat delapan tahun.”

Tak mungkin. Dari mana ia tahu semua ini?“Kau tak merasa aneh mengapa orang luar

sepertiku tahu semua ini? Hubungan kerja aku

Page 98: AMPAS-AMPAS CERITA YANG MENYUSUN …galeribukujakarta.com/wp-content/uploads/2020/03/Ampas...Daftar Isi Ampas-ampas Cerita yang Menyusun Kisahnya Sendiri —1 Hujan Tujuh Tahun —59

90 AMPAS-AMPAS CERITA YANG MENYUSUN KISAHNYA SENDIRI

dan Karim mengharuskan kami mengkomuni-kasikan semua perkembangan yang terjadi.”

“Bohong!” emosiku kembali berbuih. “Lalu untuk apa Karim merawat anak yang nantinya pasti akan disembelih?”

“Itulah mengapa aku mengingatkan Karim, jangan melibatkan perasaan! Irasionalitasnya ini... aku juga tak memahaminya! Mungkin ka-rena kau hasil karyanya? Mungkin ia merasa, entah bagaimana, ia adalah ayahmu? Aku tak tahu! Yang pasti sekarang ini juga membahaya-kanku!”

Nada bicara pria itu terdengar seperti kerbau yang mendengus berang. Kami berdiam-diaman kembali untuk beberapa saat. Wajah yang seper-ti kertas renyuk itu, apakah ia benar-benar emo-si? Tak berakting?

“Apa tujuanmu menceritakan semua ini?”Ia menghela, kali ini lebih dalam dari sebe-

lumnya. Aku merasakannya: sesuatu yang tak menyenangkan akan menghampiriku.

“Kau, Ananda, menentukan nasib Karim dan Yasmin, yang begitu mencintaimu itu, dan ten-tu saja diriku sendiri. Satu-satunya yang dapat menyelamatkan kami adalah jika hatimu dapat memulihkan Jenderal.”

Page 99: AMPAS-AMPAS CERITA YANG MENYUSUN …galeribukujakarta.com/wp-content/uploads/2020/03/Ampas...Daftar Isi Ampas-ampas Cerita yang Menyusun Kisahnya Sendiri —1 Hujan Tujuh Tahun —59

91GEGER RIYANTO

Betul dugaanku.“Aku sudah duga. Ujung-ujungnya kau se-

dang berusaha menggiringku ke tempat pemo-tongan.”

Dan aku memalingkan tatapanku ke tepi gedung. Pembicaraan kita selesai. Ucapkan se-lamat tinggal kepada organ-organ segar yang jenderal sialan itu kira miliknya.

“ANANDA! DENGAR!” Maaf, percuma saja.“MENJADI DONOR HATI TAK AK AN

MEMBUNUHMU!”Kakiku, mendadak, lumpuh. Apa? Apa aku

tak salah dengar? Aku masih bisa... hidup? Tapi. Tapi—

“Tapi bagaimana jika Jenderal sialan itu sa-kit lagi? Bisa jadi itulah akhir hayatku! Aku tak bisa hidup seperti itu! Tak bisa!” ujarku lantang. “Aku akan melompat!”

“Terserah! Lompatlah! Dan dalam perjalan-an menuju ke bawah sana, jangan lupa mengi-ngat ayah-ibumu! Meski bukan orang tua bio-logismu, mereka adalah ayah-ibu terbaik yang bisa didapatkan seorang anak! Dan ingatlah baik-baik, kau membunuh mereka!”

Page 100: AMPAS-AMPAS CERITA YANG MENYUSUN …galeribukujakarta.com/wp-content/uploads/2020/03/Ampas...Daftar Isi Ampas-ampas Cerita yang Menyusun Kisahnya Sendiri —1 Hujan Tujuh Tahun —59

92 AMPAS-AMPAS CERITA YANG MENYUSUN KISAHNYA SENDIRI

***

Lima menit. Sepuluh menit. Pria itu, di bela-kang, menantiku tanpa suara. Mengesalkan membayangkan ia mungkin sudah merasa me-nang.

Mataku, yang sebelumnya terpancang man-tap ke jalan raya di bawah sana, kini berku-nang-kunang melihatnya. Mau muntah. Tak bisa bernafas. Dan perasaan yang meremas-remas isi perutku ini; apakah takut? Mengapa? Mengapa pemandangan tengkorakku yang pecah, wa-jahku yang hancur, isinya yang berceceran ke mana-mana tak karuan kini menggentayangiku dengan sebegini merajam? Mengapa bayangan kehampaan tanpa akhir, kediamanku setelah ini, kini menyesakiku tanpa iba?

Apakah hidup, sepahit apa pun, ternyata ma-sih lebih manis dibandingkan kematian?

“Baiklah,” ujarku sambil menghela. “Kau me-nang.”

Aku mundur dari tepi gedung. Menoleh. Mendapati pria itu menatapku tanpa ekspresi.

“Tapi, syaratnya, aku mau—”Ah, apa ini? Sesuatu menusuk leherku. Sakit.

Sakit sekali. Pandanganku, berputar-putar, lalu

Page 101: AMPAS-AMPAS CERITA YANG MENYUSUN …galeribukujakarta.com/wp-content/uploads/2020/03/Ampas...Daftar Isi Ampas-ampas Cerita yang Menyusun Kisahnya Sendiri —1 Hujan Tujuh Tahun —59

93GEGER RIYANTO

mengabur. Kakiku, kehilangan kekuatannya. Tubuhku, langsung ambruk seperti karung. Ta-nganku, bahkan tak berkutik untuk mencegah-nya. Peluru anestesi? Sial. Badanku melekat ke atas lantai. Tak bisa kuangkat. Seperti tersemen ke atasnya. Kesadaranku menipis. Menipis. Dan menipis. Dan aku melihat beberapa kaki berse-patu bot. Menghampiriku. Mengangkutku. Sial. Kesalahan besar. Siaaal. Lalu sebuah suara. Me-nyelamati pria itu sepertinya.

“Pekerjaan yang baik, Prof.”Siaaal... Ya Tuhaan... Siaaal... Aku tak mau.

Tak mau. Tak mau mati. “Ananda. Maaf, maksudku subjek 7. Maafkan

aku.”Siaaa...

Page 102: AMPAS-AMPAS CERITA YANG MENYUSUN …galeribukujakarta.com/wp-content/uploads/2020/03/Ampas...Daftar Isi Ampas-ampas Cerita yang Menyusun Kisahnya Sendiri —1 Hujan Tujuh Tahun —59

94 AMPAS-AMPAS CERITA YANG MENYUSUN KISAHNYA SENDIRI

Page 103: AMPAS-AMPAS CERITA YANG MENYUSUN …galeribukujakarta.com/wp-content/uploads/2020/03/Ampas...Daftar Isi Ampas-ampas Cerita yang Menyusun Kisahnya Sendiri —1 Hujan Tujuh Tahun —59

95

Dan Citra Mengakhiri Hidup untuk ke Ratusan Kalinya

Kota ini tercermin di matanya seperti hamparan bulir-bulir padi. Berdiri menantang cakrawala di atap perkantoran yang dingin, tak ada yang membatasi Shinta dengan bentangan aspal 28 lantai di bawahnya, yang akan menghancurkan-nya semudah telur, selain satu langkah ringan. Hanya selangkah. Selangkah dan ia, kepiluan, akan pergi dari dirinya.

Waktu telah berlalu sejak saat itu. Lama, pikir Shinta. Ia tak bisa mengingat lagi nama atasan mantan suaminya, yang pernah nyaris setiap hari didengarnya dalam keluhan-keluhan letih. Goresan pisau di telapak tangannya, untuk menunjukkan keperihannya kepada mantan su-aminya waktu itu, telah mengering. Namun ke-piluan tak kunjung mengendurkan remasannya.

Page 104: AMPAS-AMPAS CERITA YANG MENYUSUN …galeribukujakarta.com/wp-content/uploads/2020/03/Ampas...Daftar Isi Ampas-ampas Cerita yang Menyusun Kisahnya Sendiri —1 Hujan Tujuh Tahun —59

96 AMPAS-AMPAS CERITA YANG MENYUSUN KISAHNYA SENDIRI

Mungkin ini caranya.Tetapi tidak. Tidak, pikirnya. Ia menurun-

kan kakinya dari pembatas. Shinta tak pernah berniat untuk mengakhiri hidupnya. Ketakutan-nya akan kematian masih bisa menjinakkan do-rongan liar untuk segera melumat kepiluannya. Shinta hanya ingin sedikit mencicipi apa yang dirasakan orang-orang yang menjemput maut di detik-detik akhirnya. Tak ada tujuan selain iseng. Ya, iseng seseorang yang masih merasa-kan perihnya perceraian.

Di saat itulah, Shinta melihatnya. Di sebe-lahnya sekonyong-konyong saja seorang wanita berdiri di pembatas, sebagaimana yang dilaku-kannya barusan, dan tanpa ragu, tanpa Shinta sempat berkata apa-apa, ia melompat.

Pemandangan di atap itu sendiri seharusnya sudah membuat Shinta tak bisa tidur. Tapi yang lebih lagi menghenyakkannya adalah fakta bah-wa tak pernah terjadi apa-apa di hari itu. Tan-pa pikir, Shinta langsung turun ke lantai dasar setelah wanita itu terjun hanya untuk menemu-kan di trotoar, di mana seharusnya si wanita terkapar, tak bernyawa, dan berantakan, hanya ada lalu lalang pejalan kaki yang baru pulang kantor.

Page 105: AMPAS-AMPAS CERITA YANG MENYUSUN …galeribukujakarta.com/wp-content/uploads/2020/03/Ampas...Daftar Isi Ampas-ampas Cerita yang Menyusun Kisahnya Sendiri —1 Hujan Tujuh Tahun —59

97GEGER RIYANTO

Apa yang dilihatnya itu? Tiga hari Shinta kehilangan nafsu makannya. Kepiluan, yang belum lama masih menghuninya, setelahnya adalah hal yang sama sekali jauh.

Namun ketakutan adalah hal yang aneh. Ia menghantam korbannya tanpa ampun dengan palu gadanya, dan ajaibnya, kerap, sang kor-ban menghampirinya lagi. Petang itu, di jam yang sama dengan tiga hari sebelumnya, jam pulang kantornya, Shinta mendatangi atap itu lagi. Shinta tak tahu apa motivasinya. Yang di-ketahuinya, datang ke tempat tersebut untuk memastikan apa yang ada di sana—apa pun itu, entah penglihatannya yang salah atau... yang lainnya—rasanya seperti menggaruk gatal yang sangat mengganggu.

Dibukanya pintu besi lantai teratas itu. Shin-ta melangkah, perlahan. Menggerakkan kakinya yang kaku seperti terbenam dalam pasir dengan segenap keberaniannya. Suara dentam tiba-tiba menyambarnya dari belakang, mencacak Shinta kaku di atas kakinya. Ternyata hanya suara pin-tu besi menutup. Shinta pun menghela napasnya dan mulai melangkah lagi, menghampiri ping-giran gedung. Perlahan. Perlahan.

Page 106: AMPAS-AMPAS CERITA YANG MENYUSUN …galeribukujakarta.com/wp-content/uploads/2020/03/Ampas...Daftar Isi Ampas-ampas Cerita yang Menyusun Kisahnya Sendiri —1 Hujan Tujuh Tahun —59

98 AMPAS-AMPAS CERITA YANG MENYUSUN KISAHNYA SENDIRI

Ini dia tempatnya, pikir Shinta. Ia berdiri di sini. Lalu... wanita itu di... Shinta pelan-pelan menggerakkan lehernya ke samping.

Petang itu, Shinta tak melihat apa-apa. Hari itu yang dialaminya hanyalah ditegur satpam. Namun Shinta menyempatkan diri berta-nya-tanya kepada si satpam. Ia tak tahu apa-apa. Ia menyuruh Shinta bertanya ke pengurus ge-dung yang sudah lama bekerja di sini.

Dari pengurus gedung, Shinta memperoleh fakta yang tak ingin dipercayanya. Beberapa tahun yang lalu, memang, pernah ada seorang wanita yang terjun dari atap gedung ini. Juli 1998, tepatnya. Peristiwa ini pernah diliput oleh sebuah koran nasional. Kebetulan Shinta pene-liti di sebuah lembaga riset media. Tanpa me-nunda-nunda, ia pun mengontak redaktur koran termaksud, yang juga kawannya, untuk menca-rikan berita seorang wanita bunuh diri dengan melompat dari atap Menara Niskala pada Juli 1998.

Keesokan hari, Shinta menerima sebuah surel, pindaian berita yang dicarinya. Roman Shinta mendadak pucat. Angin dingin menya-yat-nyayat tengkuknya. Foto di berita itu sama dengan wanita yang dilihatnya kemarin. Untuk

Page 107: AMPAS-AMPAS CERITA YANG MENYUSUN …galeribukujakarta.com/wp-content/uploads/2020/03/Ampas...Daftar Isi Ampas-ampas Cerita yang Menyusun Kisahnya Sendiri —1 Hujan Tujuh Tahun —59

99GEGER RIYANTO

beberapa menit, Shinta hanya bisa menggigil dan tak sanggup melakukan apa-apa.

Shinta, setelah berhasil menyatukan dirinya kembali, membaca beritanya. Nama wanita itu Citra Cahyadi. Tindakannya diduga dikarena-kan depresi, sebuah gejala yang sangat wajar pada saat itu. Namun selain keterangan-kete-rangan umum peristiwa, tak ada yang bisa di-ketahuinya dari sang wanita. Entah apa yang kemudian merasukinya, ia mencari wartawan yang menulis artikel tersebut. Shinta merasa harus tahu meski apa yang mendorongnya ia tak tahu.

Beberapa hari kemudian, Shinta pun berha-sil menemui sang wartawan yang sudah menja-di redaktur pelaksana di sebuah majalah lain. “Saya ingat sekali ini,” ujar sang wartawan. “Ta-dinya ini untuk halaman depan, Bu. Tapi terla-lu banyak informasi sensitif yang bos kami tak ingin tampilkan.”

“Misalnya?”“Citra, wanita ini... korban perkosaan Mei

98.”Shinta merasakan lidahnya mengering.

Kata-kata hilang dari bibirnya.

Page 108: AMPAS-AMPAS CERITA YANG MENYUSUN …galeribukujakarta.com/wp-content/uploads/2020/03/Ampas...Daftar Isi Ampas-ampas Cerita yang Menyusun Kisahnya Sendiri —1 Hujan Tujuh Tahun —59

100 AMPAS-AMPAS CERITA YANG MENYUSUN KISAHNYA SENDIRI

“Dia juga meninggalkan surat, untuk keka-sihnya. Yang, menurutnya, bertanggung jawab untuk ketidakmampuannya melanjutkan hidup.”

“Kekasihnya?”“Ia meninggalkannya.”

***

Hari Jumat, petang. Shinta kembali ke atap Me-nara Niskala. Ia menaiki tangga ke atap sambil terburu-buru dan memerhatikan jam tangannya dengan seksama. Dibukanya pintu besi lantai atap. Warna langit sama dengan yang diingatnya pada hari itu, Shinta yang nyaris redup diseli-muti maghrib yang sejenak lagi datang. Ia tepat waktu, pikirnya sambil mengatur napasnya yang terengah-engah karena lari.

“Citra, hentikan.”Di samping Shinta, sudah berdiri sesosok

wanita yang menatap ke jalanan jauh di bawah dengan raut hampa.

“Citra,” nada Shinta dibasahi emosi, “jangan lakukan ini terhadap dirimu lagi.”

Entah tak mendengarnya, entah tak meme-dulikannya, wanita itu memanjat ke pembatas. “Citra, ja—” dan wanita itu melompat. Seperti

Page 109: AMPAS-AMPAS CERITA YANG MENYUSUN …galeribukujakarta.com/wp-content/uploads/2020/03/Ampas...Daftar Isi Ampas-ampas Cerita yang Menyusun Kisahnya Sendiri —1 Hujan Tujuh Tahun —59

101GEGER RIYANTO

yang dilakukannya setiap Jumat, hari di mana ia berjumpa kekasihnya, dan hari di mana ia membunuh dirinya, selama empat belas tahun. Shinta, yang tak sanggup mencegahnya, mem-benamkan wajahnya ke telapak tangannya. Sa-mar-samar, perlahan, terdengar isak. Perasaan Shinta hancur.

***

Apakah sebuah permintaan maaf atau penyesal-an cukup? Setelah menelusurinya, Shinta mene-mukan alamat lelaki itu. Dan Shinta, saat ini, sedang berdiri di depan pagar rumah lelaki itu, memadatkan perasaan sebelum dapat memen-cet bel di hadapannya.

Lelaki itu, dari penyelidikan Shinta, tam-paknya menjalani hidup yang tenang. Entah bagaimana perasaannya saat membaca surat Citra yang dikirimkan sang wartawan kepada-nya empat belas tahun silam, tapi Shinta hanya bisa membayangkan lelaki itu tak ambil peduli sama sekali. Shinta hanya bisa membayangkan-nya tersenyum menyeringai najis, seperti pada fotonya di Facebook. Dan setiap itu terbayang, Shinta geram, ingin menyobek mulut tersebut.

Page 110: AMPAS-AMPAS CERITA YANG MENYUSUN …galeribukujakarta.com/wp-content/uploads/2020/03/Ampas...Daftar Isi Ampas-ampas Cerita yang Menyusun Kisahnya Sendiri —1 Hujan Tujuh Tahun —59

102 AMPAS-AMPAS CERITA YANG MENYUSUN KISAHNYA SENDIRI

Pada status hubungan lelaki itu disebutkan ia sudah menikah, meski tak terpampang satu pun di antara banyak fotonya potret lelaki itu ber-sama keluarganya. Ia menjabat sebagai kepala bagian perusahaan distributor obat terkemuka. Kata-kata emasnya adalah kutipan dari Stephen Covey, “Terdapat tiga hal yang tak berubah da-lam hidup… perubahan, pilihan, dan prinsip.”

Shinta menekan bel. Seorang pembantu me-nengoknya, dan Shinta mengaku dirinya rekan-an kantor lelaki itu. Ia pun dipersilakan masuk. Tak lama, lelaki itu mendatanginya di ruang tamu dan langsung menampakkan mimik me-ngernyit, tak mengenalnya.

“Maaf, Pak, saya membohongi pembantu Anda. Tapi saya mesti berbicara dengan Bapak. Ini soal empat belas tahun yang lalu. Soal Citra.”

“Apa yang Anda mau?” romannya langsung pahit. “Anda mau memeras saya?”

“Tidak. Tapi permohonan maaf.”Shinta menceritakan apa yang dialaminya

kepadanya, serta perasaannya sendiri yang me-maksanya menapakkan kaki ke rumah lelaki itu dan memintanya melakukan apa yang mesti dilakukan si lelaki. Namun betapapun Shinta menceritakan seluk-beluk fakta tentang Citra

Page 111: AMPAS-AMPAS CERITA YANG MENYUSUN …galeribukujakarta.com/wp-content/uploads/2020/03/Ampas...Daftar Isi Ampas-ampas Cerita yang Menyusun Kisahnya Sendiri —1 Hujan Tujuh Tahun —59

103GEGER RIYANTO

yang tak mungkin diketahui oleh siapa pun—baju di hari bunuh dirinya, potongan rambut-nya, jam akurat peristiwanya—lelaki itu tetap tak mempercayainya. Setelah puluhan menit berusaha diyakinkan Shinta, ia tetap menyang-ka wanita di hadapannya seorang penipu.

“Datanglah ke atap Menara Niskala, Jumat ini. Bapak akan lihat sendiri,” ujar Shinta yang tak bisa menutupi kelelahannya berusaha meya-kinkan lelaki ini.

“Bagaimana saya bisa tahu kalau Anda dan rombongan Anda tidak akan menyergap saya di sana?”

“Ya ampun…” Shinta jengkel, “kalau Bapak masih tidak percaya saya, bawa sajalah rom-bongan polisi sekalian ke atap itu.”

Mengapa begini? pikir Shinta. Lelaki inilah biang keladi semuanya. Mengapa dirinya yang diperlakukan sebagai penjahat seperti ini?

Sekonyong-konyong saja anak perempuan le-laki itu, yang kelihatannya belum berusia lima tahun, berjalan ke tengah-tengah situasi kalut itu, menghampiri papanya. “Sayang, jangan se-karang. Papa sedang ada tamu.”

“Kok Papa pergi sih? Tadi kan kita mau main kuda-kudaan.”

Page 112: AMPAS-AMPAS CERITA YANG MENYUSUN …galeribukujakarta.com/wp-content/uploads/2020/03/Ampas...Daftar Isi Ampas-ampas Cerita yang Menyusun Kisahnya Sendiri —1 Hujan Tujuh Tahun —59

104 AMPAS-AMPAS CERITA YANG MENYUSUN KISAHNYA SENDIRI

“Sayang… main sama Mama dulu ya? Papa sebentar juga kelar dan pasti akan jadi kuda poni kamu. Sabar ya, Sayang? Sabar ya?”

Lelaki itu pun menggendong anaknya ke se-buah kamar. Mata Shinta terus melekatinya. Ce-ruk kepala Shinta sama sekali senyap saat ini. Ia tak tahu mesti merasa apa. Tak sampai semenit, lelaki itu kembali. Ia duduk dan melihat Shinta. Beberapa detik, hanya menatapnya. Shinta pun hanya membalas tatapannya. Masing-masing tahu, kata-kata telah lari dari mulut lawan bi-caranya.

Akhirnya, mengikuti puluhan detik kehe-ningan yang janggal, lelaki itu memecah suasa-na terlebih dahulu. “Baiklah,” ujarnya dengan intonasi yang jauh lebih terbuka, “besok Jumat kita ke sana.”

***

Pukul setengah enam. Beberapa menit lagi, Citra akan muncul. Sebagaimana minggu lalu, minggu-minggu lalu. Sebagaimana empat belas tahun lalu. Shinta dan lelaki itu menunggunya di atap Menara Niskala. Detak jantung Shinta tak menentu. Sementara lelaki itu bersandar

Page 113: AMPAS-AMPAS CERITA YANG MENYUSUN …galeribukujakarta.com/wp-content/uploads/2020/03/Ampas...Daftar Isi Ampas-ampas Cerita yang Menyusun Kisahnya Sendiri —1 Hujan Tujuh Tahun —59

105GEGER RIYANTO

ke pintu besi tak jauh darinya sambil merokok. Ekspresinya datar. Entah apa yang tengah dipi-kirkannya. Beberapa saat berlalu seperti ini dan hanya didampingi riuh lalu lintas dari kejauhan.

Shinta tiba-tiba saja memandang nanar lela-ki itu. “Citra! Berhenti!”

Betul, Citra. Ia datang dari arah pintu. Ia menembus lelaki itu seperti asap yang menem-bus ventilasi dan melangkah ke arah pembatas gedung. Lelaki itu termangu.

“Citra! Lihat!” sergah Shinta sambil menun-juk ke lelaki itu. “Ia ada di sini untuk menyata-kan penyesalannya!”

Namun Citra bergeming. Shinta terus-mene-rus berusaha mencegahnya melanjutkan lang-kahnya. Dan percuma. Seruan Shinta tak ada yang mencapainya. Adegan-adegan yang telah berulang selama ratusan kali itu bergulir kem-bali tanpa mengindahkan keberadaan Shinta maupun lelaki itu. Citra menancapkan tatapan kosongnya ke jalanan bertaburan pejalan kaki yang terlihat seperti semut, menaiki pembatas tanpa memperlihatkan kebimbangan sedikit pun.

“Citra, apa yang mau kau tunjukkan dengan ini?” seru Shinta yang tak bisa menahan lagi ke-

Page 114: AMPAS-AMPAS CERITA YANG MENYUSUN …galeribukujakarta.com/wp-content/uploads/2020/03/Ampas...Daftar Isi Ampas-ampas Cerita yang Menyusun Kisahnya Sendiri —1 Hujan Tujuh Tahun —59

106 AMPAS-AMPAS CERITA YANG MENYUSUN KISAHNYA SENDIRI

pedihannya. “Kesakitanmu? Sudah. Ini sudah lebih dari yang bisa diterima siapa pun.”

Tetapi, bahkan tanpa sekelebat pun meno-leh kepada Shinta, Citra membuang tubuhnya. Entah, ini untuk yang ke berapa kalinya. Shinta meneriakkan namanya sekeras-kerasnya, sea-kan hendak meraih Citra dengan suaranya, dan ambruk ke lututnya. Shinta tak kuasa memben-dung air matanya lagi. Beberapa langkah dari-nya, lelaki itu sepanjang waktu hanya berdiri di tempatnya dan memaparkan wajah yang terce-nung.

Beberapa saat, tangisan Shinta mulai surut. Lelaki itu pun mulai bergerak, mendatanginya. “Maaf,” katanya. “Saya hanya melihat Anda menjerit-jerit histeris sendiri tadi. Saya tak tahu apa maksud Anda melakukan ini semua. Namun saya juga tak butuh tahu. Saya minta, jangan mengganggu saya dan keluarga saya lagi.”

***

Sangat banyak pertanyaan yang tak pernah ter-jawab dalam hidupnya. Mengapa ayah-ibunya berpisah untuk urusan yang sama sekali sepe-le? Mengapa ia kemudian juga mengikuti jejak

Page 115: AMPAS-AMPAS CERITA YANG MENYUSUN …galeribukujakarta.com/wp-content/uploads/2020/03/Ampas...Daftar Isi Ampas-ampas Cerita yang Menyusun Kisahnya Sendiri —1 Hujan Tujuh Tahun —59

107GEGER RIYANTO

mereka? Mengapa ia tak memaafkan suaminya meski ia bisa melakukannya? Mengapa ia memi-lih yang paling menyakitkan baginya, bagi anak-nya, bagi lelaki yang pernah sangat dikasihinya?

Mungkin, pikir Shinta, ia harus merela-kan yang satu ini tak terjawab juga. Berma-lam-malam ia bergumam mengapa Citra—entah benar itu dia, entah itu delirium Shinta belaka—melintasi hidupnya, dan ia sendiri sebenarnya tahu, tak akan ada jawabannya. Siapa yang da-pat menjawabnya pun ia tak tahu, apalagi berha-rap jawaban itu disediakan benaknya.

Tapi, batin Shinta yang tengah menatap Me-nara Niskala dari bawah dalam perjalanannya pulang, ia semakin yakin pada satu hal. Pen-deritaan bukanlah jalan keluar persoalan yang lebih baik dari ketidakpedulian. Mungkin, seha-rusnya, dari awal ia memilih untuk tidak peduli. Mungkin hidupnya akan jauh lebih baik dengan itu.

Nyaris pukul enam. Bilasan matahari yang sayup-sayup ini. Ya, ini waktunya. Shinta me-nengadah. Tak lama, terlihat, sesosok wanita melesat dari atas. Citra, terjun ke bawah seba-gaimana yang biasa dilakukannya. Beberapa detik, tubuh Citra menumbuk keras trotoar di

Page 116: AMPAS-AMPAS CERITA YANG MENYUSUN …galeribukujakarta.com/wp-content/uploads/2020/03/Ampas...Daftar Isi Ampas-ampas Cerita yang Menyusun Kisahnya Sendiri —1 Hujan Tujuh Tahun —59

108 AMPAS-AMPAS CERITA YANG MENYUSUN KISAHNYA SENDIRI

hadapan Shinta. Dan, seketika itu juga, lenyap. Shinta terdiam, sejenak. Lalu melakukan apa yang seharusnya dilakukannya… sejak berta-hun-tahun lalu.

Shinta melanjutkan langkahnya. Melanjut-kan perjalanannya pulang. Melanjutkan kese-hariannya, tanpa perlu memikirkan apa yang dialaminya.

Page 117: AMPAS-AMPAS CERITA YANG MENYUSUN …galeribukujakarta.com/wp-content/uploads/2020/03/Ampas...Daftar Isi Ampas-ampas Cerita yang Menyusun Kisahnya Sendiri —1 Hujan Tujuh Tahun —59

109

Tentang Ia yang Memilih untuk Dilahirkan

Melayang-layang. Tertiup. Tak berarah. Mengambang di udara dan memandangi ja-lanan-jalanan retak yang nyaris kabur dengan terik matahari pagi. Memandangi deretan ba-ngunan yang tak ada bedanya dengan meja makan sehabis pesta, berceceran dengan piring berlepotan remah yang menusuk-nusuk mata. Hari semakin menguning. Matahari di pung-gungnya semakin tajam. Mobil, motor, dan pe-jalan kaki, ratusan meter di bawahnya, menga-nyam barisan rapat seperti jalinan renda, me-nyelimuti jalanan.

Hhhhh... keluhnya. Baginya, hanya sebuah hari biasa di antara hari-hari semacam yang tak bisa dihitungnya lagi sudah berlangsung se-jak kapan. Terombang-ambing di tengah-tengah

Page 118: AMPAS-AMPAS CERITA YANG MENYUSUN …galeribukujakarta.com/wp-content/uploads/2020/03/Ampas...Daftar Isi Ampas-ampas Cerita yang Menyusun Kisahnya Sendiri —1 Hujan Tujuh Tahun —59

110 AMPAS-AMPAS CERITA YANG MENYUSUN KISAHNYA SENDIRI

udara. Terbawa, entah oleh kekuatan apa, me-ngitari kota dari ketinggian gedung-gedung pen-cakar langit. Seperti asap. Seperti juga awan. Te-tapi ia bukan asap ataupun awan.

Ia? Siapa? Pertanyaan yang bagus. Tapi, maaf, klise.

Ia pun selalu menanyakannya. Dan tebak saja sudah sejak kapan ia mengulang-ngulang per-tanyaan ini. Dan, tentu saja, tak ada jawaban. Hanya deru angin serta, samar-samar, klakson, knalpot, terkadang sirene dari bawah sana yang bertumpuk-tumpuk tak beraturan. Yang ia tahu, sejak penglihatannya terbuka, ia sudah ada di sana, menatap kehidupan dari ketinggian yang menjadikan manusia-manusia seperti debu yang disapu, perlahan, oleh hembusan lembut.

Tiupan-tiupan angin setiap saat menembus-nya. Tak dirasakannya hembusan itu menyisir permukaan dirinya—tak ada pada dirinya se-rat-serat kulit untuk diseka. Tak dirasakannya terpaan bayu yang selama ini selalu membisingi pendengarannya—tak ada pada dirinya lipa-tan-lipatan daging yang dapat mencerap sen-tuhan-sentuhan luar. Manakala dilemparnya penglihatannya ke apa yang seharusnya adalah

Page 119: AMPAS-AMPAS CERITA YANG MENYUSUN …galeribukujakarta.com/wp-content/uploads/2020/03/Ampas...Daftar Isi Ampas-ampas Cerita yang Menyusun Kisahnya Sendiri —1 Hujan Tujuh Tahun —59

111GEGER RIYANTO

badannya kalau ia manusia, yang didapatinya hanyalah biru, langit. Kosong.

Senja datang. Sebagaimana senja-senja se-belumnya, ia larut dalam nyala perapiannya. Ia bahkan bukan sejumput titik di antara langit membara yang membilas mata para pekerja yang melangkah ke rumahnya. Ia hanya bagian dari warna oranye yang membasahi semua yang dapat kita lihat ketika senja tiba. Menengadah-lah ketika ia berada di atasmu, dan engkau pun melihatnya—sekaligus tidak melihatnya.

Dan hari semakin meredup. Tak ada wujud yang dimilikinya untuk melawan kegelapan. Tak ada sesuatu pada dirinya yang bisa memantul-kan pendar lampu-lampu kota yang memanjat ke langit atau bintang-bintang. Tak ada aliran darah yang menyediakan kehangatan di te-ngah-tengah cabikan udara dingin yang sadis. Kegelapan mendekap kencang-kencang sekujur keberadaannya, memagutnya ke dalam lubuk terdalam malam. Dan ia menjadi kegelapan itu sendiri.

Ia suka mengenali dirinya sebagai kekosong-an yang sekonyong-konyong kesurupan dengan kesadaran. Atau, hayat yang tercebur ke atas kolam kehampaan. Atau, penghuni kekosong-

Page 120: AMPAS-AMPAS CERITA YANG MENYUSUN …galeribukujakarta.com/wp-content/uploads/2020/03/Ampas...Daftar Isi Ampas-ampas Cerita yang Menyusun Kisahnya Sendiri —1 Hujan Tujuh Tahun —59

112 AMPAS-AMPAS CERITA YANG MENYUSUN KISAHNYA SENDIRI

an. Atau... ah, terlalu banyak sebenarnya sebut-an lain yang ia buat untuk mengisi waktunya yang selalu kosong. Aku sendiri lebih senang memanggilnya: Kekosongan. Lebih gampang diingat.

Hhhhh... desis Kekosongan.Ia selalu mengeluh. Jelas saja. Terselip, tak

berkutik, di retakan tembok ketiadaan. Ia dapat meronta-ronta dan merintih seperti binatang yang terluka, dan tak akan ada yang berhenti, bahkan untuk sejenak. Semua tetap berjalan. Tak pernah terjadi apa-apa. Ia bisa memekik sekencang-kencangnya. Ia bisa menjerit selama berjam-jam dengan suara yang menyayat-nya-yat. Tetapi ia hanyalah kekosongan—kepedih-annya yang paling hebat pun tak akan menjadi tepukan ringan di atas aliran kehidupan.

Hhhhh...Dus, ia memilih untuk mengeluh saja. Sepan-

jang waktu.

***

Penglihatan Kekosongan terpagut ke seorang wanita yang terlentang, dan mengejan, me-lengking. Mata wanita itu melotot. Memejam.

Page 121: AMPAS-AMPAS CERITA YANG MENYUSUN …galeribukujakarta.com/wp-content/uploads/2020/03/Ampas...Daftar Isi Ampas-ampas Cerita yang Menyusun Kisahnya Sendiri —1 Hujan Tujuh Tahun —59

113GEGER RIYANTO

Banjir keringat. Lalu mukanya seperti kertas yang diremas sekeras-kerasnya. Wajahnya yang renyuk sempat mengendur dan wanita itu ter-engah-engah. Lalu ia memejamkan mata dan mengernyitkan wajahnya lagi. Mengerang lagi. Berjam-jam adegan itu memenuhi penglihatan Kekosongan.

Entah oleh kekuatan apa, terkadang, seperti saat ini, Kekosongan terlempar ke dunia bawah, dan mengalami kehidupan berjalan di dekat-nya. Menatap kehidupan bukan lagi sebagai remah-remah yang saling berdesakan, berpa-pasan, atau berjalan beriringan, tetapi sebagai wajah-wajah yang silih berganti. Suatu waktu, ia jatuh begitu saja dari atas ke tengah jalan raya. Seperti batu yang terlempar ke tengah-tengah sungai, kendaraan-kendaraan membentuk alir-an deras yang menembusnya dengan kecepatan tinggi. Pendengarannya disesaki dengan bising yang bahkan menutupi gumamannya sendiri. Kekosongan bergeming.

Beberapa lama, ia terembus ke pinggir jalan. Dari hadapannya lelaki lusuh dengan jas motor berlari menembusnya. Dari belakangnya, se-rombongan anak sekolah. Lagi, dari belakang-nya, wanita SPG. Sosok-sosok terus-menerus

Page 122: AMPAS-AMPAS CERITA YANG MENYUSUN …galeribukujakarta.com/wp-content/uploads/2020/03/Ampas...Daftar Isi Ampas-ampas Cerita yang Menyusun Kisahnya Sendiri —1 Hujan Tujuh Tahun —59

114 AMPAS-AMPAS CERITA YANG MENYUSUN KISAHNYA SENDIRI

bergantian menembusnya, dan Kekosongan hanya tegak, memandangi mereka, dan menjadi tembok udara yang tenang di antara hamburan para pejalan kaki.

Namun kali ini, ganjil.Akhirnya, rintihan yang berlarut-larut itu se-

lesai. Terdengarlah suara tangisan. Sosok yang mendampingi wanita itu sedari awal mengelu-arkan bayi dari bagian bawah si wanita. Ah, Ke-kosongan terperanjat. Sesosok wujud. Sesosok wujud dilahirkan. Sosok mungil itu menangis. Penglihatan Kekosongan terpaku ke si anak, tetapi hampa. Pikirannya terngiang-ngiang de-ngan jeritan nyaring dari sosok yang tak sebe-rapa besar itu, seakan tubuh tersebut adalah gumpalan tangisan yang dibungkus oleh kulit.

Malam itu, seraya mengambang di ketinggi-an awan-awan, Kekosongan tercenung. Berde-nging di pikirannya, itukah kelahiran? Itukah momen-momen di mana kesadaran yang sebe-lumnya melayang-layang memperoleh wujud? Berdarah-darah. Perih. Apakah harus sebegitu menyakitkannya bila satu hayat hendak mening-galkan tabir kekosongan? Apakah memasuki ada ibarat melewati lorong yang diliputi pisau

Page 123: AMPAS-AMPAS CERITA YANG MENYUSUN …galeribukujakarta.com/wp-content/uploads/2020/03/Ampas...Daftar Isi Ampas-ampas Cerita yang Menyusun Kisahnya Sendiri —1 Hujan Tujuh Tahun —59

115GEGER RIYANTO

terhunus atau menerabas dinding-dinding api? Apakah... Apakah...

Ah...Terpikir, apa perlu Kekosongan mencemas-

kan ini. Ia tak bisa menghitung sejak kapan ia menjalani keberadaannya. Terpilin erat dalam serabut-serabut kehampaan. Terombang-ambing ke sana-kemari, tak berkuasa, seperti boneka benang. Hanya saja, tanpa tujuan. Tanpa keje-lasan. Kekosongan pun menegur dirinya untuk berhenti memikirkannya. Tetapi, berselang be-berapa saat, sisa-sisa kecemasan yang diputus-nya barusan malah menjalar ke mana-mana. Bukankah keberadaan seperti ini tak lebih baik? Bukankah... Bukankah...

Malam itu, ada batin tak bertubuh yang ber-kecamuk di atas sana. Tetapi kita tak bisa meli-hatnya dan hanya akan menemukan kegelapan.

***

Ia merasa wanita ini sedang menatapnya. Ha, pi-kiran bodoh yang tak dapat dijelaskan, gumam Kekosongan kepada dirinya. Sudah! Sudah! Te-tapi tak lama, penglihatan Kekosongan tereng-gut lagi oleh mata wanita yang bundar dan ga-

Page 124: AMPAS-AMPAS CERITA YANG MENYUSUN …galeribukujakarta.com/wp-content/uploads/2020/03/Ampas...Daftar Isi Ampas-ampas Cerita yang Menyusun Kisahnya Sendiri —1 Hujan Tujuh Tahun —59

116 AMPAS-AMPAS CERITA YANG MENYUSUN KISAHNYA SENDIRI

dang ini. Bulatan hitam kentalnya tiba-tiba saja terasa besar dan menjeratnya. Ia benar-benar tak mengerti. Kekosongan, sekali lagi, melongok ke belakang. Hanya tembok putih tinggi yang sudut-sudutnya kecoklatan, dilumuri lumut, ja-mur, dan retak. Untuk apa wanita ini menoleh dan menaruh pandangannya ke tembok yang tak ada apa-apanya? tanya Kekosongan kepada dirinya lagi. Untuk apa?

Di sisi-sisi wanita itu, para pejalan kaki ber-seliweran. Semua berjalan dengan tatapan yang lurus. Sesekali ada yang menoleh, namun tak lebih dari sedetik. Siang berjalan seperti biasa. Dan lagi, matahari amat terik dan tajam. Namun si wanita terus bergeming. Kekosongan semakin pening—ia merasa tatapan itu mendirikan ru-ang hening di antara dirinya dengan si wanita, di mana kegaduhan, debu, dan wajah-wajah tak sanggup menyusupinya. Apa ini? batin Keko-songan nyaring. Semua berhenti. Sepi.

Di langit, Kekosongan mengulang-ngulang nama yang tersemat pada papan nama kemeja tadi. Sri. Sri. Sri. Kalau ia mengosongkan peng-lihatannya, segera, tatapan Sri menggenggam-nya. Bahkan dari dalam ingatannya, dua bola mata bulat di antara wajah kecoklatan itu tak

Page 125: AMPAS-AMPAS CERITA YANG MENYUSUN …galeribukujakarta.com/wp-content/uploads/2020/03/Ampas...Daftar Isi Ampas-ampas Cerita yang Menyusun Kisahnya Sendiri —1 Hujan Tujuh Tahun —59

117GEGER RIYANTO

henti-hentinya menikam dirinya. Ia, yang tak memiliki tubuh, kali ini mendapati bagaimana ngilunya ditembus; bagaimana rasanya menda-pati suatu keberadaan dari luar tiba-tiba saja sudah ada di dalam—dan sekonyong-konyong telah mengambil alih kesadarannya.

Dan Kekosongan mengingat-ingat, tadi, su-atu perasaan yang amat sinting menguasainya: dunia berhenti berputar, untuknya. Selama hayatnya, ia tak pernah mengenal sensasi ini. Waktu menjadi kesunyian yang tak lagi berde-tik. Tanah dalam sekejap menghilang, tinggal tersisa pijakan di atas dirinya dan di atas Sri. Dan gelap—semua cahaya berkumpul di balik sang wanita. Gila! batin Kekosongan. Sri tak melakukan apa-apa selain menaruh mata ke-padanya. Dan Kekosongan sadar, itu bisa jadi kebetulan belaka.

Setelah beberapa hari yang tidak tentram, Kekosongan tertiup ke dalam sebuah gedung yang tak dikenalnya. Ia menemukan sang wani-ta dalam bilik kecil, dibalut blazer, dan tengah mengetik. Kekosongan merasakan kecamuk itu kembali datang, tetapi tak menyangka, kini jauh lebih hebat. Memandang lekuk tengkuk Sri saja sudah membuat semua di sekelilingnya redup.

Page 126: AMPAS-AMPAS CERITA YANG MENYUSUN …galeribukujakarta.com/wp-content/uploads/2020/03/Ampas...Daftar Isi Ampas-ampas Cerita yang Menyusun Kisahnya Sendiri —1 Hujan Tujuh Tahun —59

118 AMPAS-AMPAS CERITA YANG MENYUSUN KISAHNYA SENDIRI

Kekosongan tak berani membayangkan apa yang akan terjadi apabila Sri sampai menoleh. Ia tak sanggup memikirkan untuk bertatapan dengan mata itu. Kecemasan mencengkeram-nya. Ia akan tergerus, pikirnya. Tergerus hingga benar-benar lenyap.

Tiba-tiba wanita itu melemparkan pandang-annya ke belakang. Tepat ke tengah penglihatan Kekosongan. Kekosongan tertegun. Terasa se-potong tiang gempal terpancang pada dirinya, dan keberadaannya berat seperti batu, terta-rik, tertekan ke bawah. Hanya sebuah tatapan; mengapa bisa memeluk sebegini erat? Menusuk sedemikian tajam? Tak ada apa-apa di balik Ke-kosongan. Hanya langit-langit kantor dengan bercak-bercak jamur. Tak mungkin. Tak mung-kin, batin Kekosongan sambil memegangi diri-nya kencang-kencang. Tapi... dapatkah mata itu memang untuknya? Dapatkah tatapan yang me-lunturkan warna semua yang mengelilinginya itu memang ditujukan kepada keberadaannya?

***

Sri terdiam. Tatapan yang pekat itu kini meng-uncup. Kekosongan tak mengerti apa yang ter-

Page 127: AMPAS-AMPAS CERITA YANG MENYUSUN …galeribukujakarta.com/wp-content/uploads/2020/03/Ampas...Daftar Isi Ampas-ampas Cerita yang Menyusun Kisahnya Sendiri —1 Hujan Tujuh Tahun —59

119GEGER RIYANTO

jadi. Di ruangan itu, Sri seperti dihisap daya hi-dupnya oleh wanita yang memajang mata nyaris terbelalak di hadapannya. Nafas Sri terdengar berat. Tubuhnya tegak dan kaku. Matanya me-ngejang kecil, ditahannya, lalu mengejang kecil lagi. Ada sesuatu yang bergulung-gulung di da-lam Sri. Diselimutinya kecamuk itu rapat-rapat oleh sang wanita, namun ia tetap berusaha me-nyobek-nyobek keluar tubuh yang kurus berle-kuk itu.

Saat Sri membelakangi wanita itu, wajahnya tak bisa lagi menahannya. Seraya melangkah keluar, matanya mencair, dan jatuh menyusuri pipinya yang coklat. Pundaknya yang lebar dan lancip gemetar. Gemetar hebat. Kekosongan be-nar-benar tak mengerti. Tapi dari dalam dirinya bergetar dorongan hebat untuk meraih Sri dan mengatakan, semua akan baik-baik saja; men-dekat dan memegangi sang wanita agar tidak pecah. Tetapi, betapapun perasaan Kekosongan meraung-raung akan Sri, semua yang dilaku-kannya akan berakhir menabrak tembok tinggi kenyataan bahwa ia hanyalah kekosongan.

Sri, kini di rumahnya yang sederhana, duduk di samping seorang wanita tua yang terbaring di atas kasur. Ia memandangi matanya yang terka-

Page 128: AMPAS-AMPAS CERITA YANG MENYUSUN …galeribukujakarta.com/wp-content/uploads/2020/03/Ampas...Daftar Isi Ampas-ampas Cerita yang Menyusun Kisahnya Sendiri —1 Hujan Tujuh Tahun —59

120 AMPAS-AMPAS CERITA YANG MENYUSUN KISAHNYA SENDIRI

tup, memperhatikan nafasnya yang tenang, dan berdiam untuk beberapa saat. Sri menghembus-kan nafas yang berat, seperti terbuat dari logam, lalu mengangkat dirinya keluar dari kamar ter-sebut.

Dan sekali lagi, Sri menghunjamkan mata-nya ke tengah-tengah Kekosongan yang saat itu masih terus berada di belakangnya. Kekosongan terkesiap, tetapi kali ini ia bisa membalas tatap-annya. Ia mengamati mata itu dan mendapati kulit di seputarannya seperti kertas lecek serta lebam. Beberapa waktu, keduanya saling bersi-tatap. Tak ada pertanyaan di batin Kekosong-an. Tak ada kecemasan. Hanya perasaan tera-duk-aduk yang mengatakan kepada Kekosongan, raihlah wanita itu. Raihlah pipinya yang berte-baran dengan jejak-jejak air mata.

Di langit, Kekosongan merasa bodoh. Ia tak bisa memahami apa yang dilakukannya tadi: berbicara dengan bahasa mata kepada seorang ada. Tak mungkin. Hanya perasaannya, pasti. Dan ia merasa semakin terbenam dalam ketolol-an karena membiarkan perasaan tak beralasan itu menguasai dirinya.

Namun, esok-esok, ia kerap kembali mela-yang di dunia bawah. Dan setiap kali itu terjadi,

Page 129: AMPAS-AMPAS CERITA YANG MENYUSUN …galeribukujakarta.com/wp-content/uploads/2020/03/Ampas...Daftar Isi Ampas-ampas Cerita yang Menyusun Kisahnya Sendiri —1 Hujan Tujuh Tahun —59

121GEGER RIYANTO

yang pertama kali terpikir: Sri. Di mana Sri? Di mana? Terkadang ia menemukannya. Dan terka-dang, ketika itu tak terjadi, ia kecewa. Saat ber-ada di dekat Sri, tatapan itu sewaktu-waktu bisa melayang kepadanya. Itulah yang didambakan Kekosongan. Ia ingin mata itu memandangnya, tertancap dalam-dalam ke ulu keberadaannya. Lagi. Dan lagi. Kekosongan tak mau mengaku-inya—ini tak benar, batinnya—namun tak bisa menolak bahwa kini ia tergila-gila dengan sen-sasi tertohok bola mata yang legit itu.

Dan akhirnya, Kekosongan berhadapan de-ngan sebuah fakta yang sangat keras. Selama ini, ia berpikir dirinya membayangi Sri karena dihanyutkan oleh sebuah kekuatan tak tersen-tuh. Jadi, apa boleh buat. Kalau dirinya remuk dalam puting beliung kenikmatan yang tak be-nar ini, bukan salahnya. Tiba-tiba Kekosongan menyadari, ia bisa mengendalikan geraknya. Awalnya, ia hanya membatin, aku tak mau ter-tiup kembali ke langit. Tidak sebelum Sri tiba di rumah. Dan terjadi. Kekosongan tetap bertahan di dunia bawah.

Dikuasai rasa ganjil, Kekosongan pun mela-kukan percobaan. Ia perintahkan dirinya mela-yang ke atas air mancur kota di dekatnya. Dan

Page 130: AMPAS-AMPAS CERITA YANG MENYUSUN …galeribukujakarta.com/wp-content/uploads/2020/03/Ampas...Daftar Isi Ampas-ampas Cerita yang Menyusun Kisahnya Sendiri —1 Hujan Tujuh Tahun —59

122 AMPAS-AMPAS CERITA YANG MENYUSUN KISAHNYA SENDIRI

benar, kehendaknya terjadi. Masih tak percaya, ia menginstruksikan dirinya dengan berbagai perintah. Terbang ke lantai sepuluh. Terjun be-bas. Seberangi jalan raya. Semua berhasil dila-kukannya.

Dulu Kekosongan memimpi-mimpikan da-tangnya hari seperti ini. Tetapi ini bukanlah mimpinya untuk hari ini. Ia pikir, selama ini dirinya digelandang paksa untuk berdekatan dengan Sri. Ternyata tidak. Ia pun tak memper-cayai perbuatannya sendiri. Baiklah, gumamnya kepada dirinya sendiri, hentikan semua kesin-tingan ini! Berhenti ikuti Sri! Namun bebera-pa saat, Kekosongan tak beranjak dari depan rumah Sri. Ia mencobanya. Tak bisa. Mata itu. Tatapan itu. Apa lagi, selain tatapan itu, yang mengakui bahwa ia ada?

Sri datang. Ia melangkah ke pintu rumah-nya. Tertunduk. Cahaya-cahaya lampu jalan-an menyibak bibirnya yang renyuk, matanya yang bengkak, dan romannya yang hampa. Sri menapak dan ditembusnya Kekosongan seraya mencari-cari kunci rumahnya di tas. Setelah Sri masuk, Kekosongan masih terdiam tanpa menoleh ke belakang. Mata yang lebam itu... se-tiap kali itu terjadi, Kekosongan tak pernah bisa

Page 131: AMPAS-AMPAS CERITA YANG MENYUSUN …galeribukujakarta.com/wp-content/uploads/2020/03/Ampas...Daftar Isi Ampas-ampas Cerita yang Menyusun Kisahnya Sendiri —1 Hujan Tujuh Tahun —59

123GEGER RIYANTO

melakukan apa-apa. Tak ada tangan yang bisa ia julurkan kepada sang wanita untuk menyeka-kan kehangatan dan kelembutan pada dua mata yang kisut itu.

Tercetus kembali pikiran menyayat yang te-lah lama menggentayanginya: Kekosongan tak pernah benar-benar tahu apakah Sri masih akan membalas tatapannya esok; atau, apakah semua ini hanya serangkaian kebetulan belaka, yang menggodanya dengan cara yang begitu ke-jam, menawarkan Kekosongan pengakuan seba-gai ada. Hanya satu hal yang selama ini menjadi kepastian dalam hayatnya, kesendirian. Terpen-cil di lipatan kenyataan tanpa penghuni lain se-jak ia menyadari kehadiran dirinya di dunia. Ke-kosongan pun akhirnya kembali ke atas setelah membatin keras,

Semua... harus... dihentikan...

***

Ketika akhirnya, Sri tidak menggubrisnya lagi; ketika akhirnya mata itu tidak pernah lagi tertuju kepadanya, suatu malam, jauh dari mana-mana, ia memilih.

Page 132: AMPAS-AMPAS CERITA YANG MENYUSUN …galeribukujakarta.com/wp-content/uploads/2020/03/Ampas...Daftar Isi Ampas-ampas Cerita yang Menyusun Kisahnya Sendiri —1 Hujan Tujuh Tahun —59

124 AMPAS-AMPAS CERITA YANG MENYUSUN KISAHNYA SENDIRI

Uap-uap merah beriak-riak di udara. Per-lahan, membentuk wujud yang jelas, gum-palan-gumpalan merah. Wujud itu semakin waktu semakin jelas, darah. Butiran-butiran darah itu menyatu dalam formasi seperti su-ngai. Lambat-laun, aliran-aliran merah yang mengambang di udara itu terbungkus oleh se-suatu seperti selang. Selang itu memanjang, dan sisi-sisinya menumbuhkan selang-selang lain. Dalam beberapa jam, jadilah rimbunan selang yang tersambung satu sama lain, membentuk aliran tanpa henti. Di tengah-tengahnya, ke-mudian, udara menuju ke satu titik. Perlahan—sangat lambat—mulai terlihat bongkahan yang berdenyut dengan sangat kencang. Uap-uap dari sekeliling lantas berkumpul dan memadat lagi, membentuk bongkahan-bongkahan di berbagai titik lain sulur-sulur itu.

Sekonyong-konyong saja entitas yang sudah membentuk rangkaian lebat di tengah-tengah udara itu pecah. Seperti petasan. Ia menghen-tikan semua itu. Ia telah mengantisipasi kesa-kitan-kesakitan yang mungkin dirasakannya, namun ternyata proses itu sangat menyakitkan. Ia tak pernah membayangkan ada perasaan berkecamuk luar biasa yang, rasanya, meletak-

Page 133: AMPAS-AMPAS CERITA YANG MENYUSUN …galeribukujakarta.com/wp-content/uploads/2020/03/Ampas...Daftar Isi Ampas-ampas Cerita yang Menyusun Kisahnya Sendiri —1 Hujan Tujuh Tahun —59

125GEGER RIYANTO

kannya begitu dekat dengan tubir kemusnahan. Dan selain proses itu sendiri, wujud padat yang mulai diperolehnya tadi membuatnya merasa-kan udara, yang selama ini membalut lembut keberadaannya, begitu merajam. Itukah rasanya hidup dengan darah dan daging? Sakit? Dan sa-kit? Dan hanya sakit?

Malam kembali mengalir. Dan di antara ke-gelapan itu, ada pikiran yang berkecamuk pan-jang. Gumamnya:

Tetapi...

***

“Kita tak pernah memilih untuk terjatuh seperti ini, sebagaimana kita tak pernah memilih untuk dilahirkan.”

***

“Selamat siang.”“Ya? “Sri?”“Dari mana Anda tahu nama saya?”

Page 134: AMPAS-AMPAS CERITA YANG MENYUSUN …galeribukujakarta.com/wp-content/uploads/2020/03/Ampas...Daftar Isi Ampas-ampas Cerita yang Menyusun Kisahnya Sendiri —1 Hujan Tujuh Tahun —59
Page 135: AMPAS-AMPAS CERITA YANG MENYUSUN …galeribukujakarta.com/wp-content/uploads/2020/03/Ampas...Daftar Isi Ampas-ampas Cerita yang Menyusun Kisahnya Sendiri —1 Hujan Tujuh Tahun —59

127

Revolusi Belum Berakhir

Bar itu jauh dari keramaian. Jauh dari lalu la-lang manusia yang bermandi peluh demi se-bongkah roti, jauh dari jalan utama yang meru-pakan ban berjalan bagi mereka —para sekrup kecil ekonomi negara tersebut. Di ujung dalam, tampaklah seorang pria paro baya mengenakan kacamata hitam, masker, dan jaket. Ia sedang berbicara dengan pria lain dengan topi bermon-cong panjang yang nyaris menutupi matanya, dan kemeja lengan panjang bergaris-garis yang dilipat hingga siku.

Belum lima menit wiski dalam gelas kristal berdiri di atas meja mereka, batu esnya yang se-mula seukuran bola ping-pong tinggal seukuran anggur seakan menjadi saksi pembicaraan pa-nas yang sedang berlangsung.

Page 136: AMPAS-AMPAS CERITA YANG MENYUSUN …galeribukujakarta.com/wp-content/uploads/2020/03/Ampas...Daftar Isi Ampas-ampas Cerita yang Menyusun Kisahnya Sendiri —1 Hujan Tujuh Tahun —59

128 AMPAS-AMPAS CERITA YANG MENYUSUN KISAHNYA SENDIRI

“Apa yang salah denganmu?! Jumlah turis kita menurun pesat!” ujar pria berkacamata hi-tam itu.

“Kau mau tahu mengapa? Karena kau tak bisa mencegah tetangga-tetangga kita membuka atraksi yang sama!”

Semua dimulai di suatu pagi, beberapa bu-lan yang lalu. Pagi itu, seorang Jenderal Revo-lusi dan pasukan gerilyanya yang bersemayam di hutan tiba-tiba kedatangan tamu tak diduga. Semua panik dan menyiapkan senjata. Satu... dua... tiga orang asing turun dari sebuah bus militer yang sekonyong-konyong berhenti di perkemahan mereka. Orang-orang itu berwajah kaukasian, mengenakan celana jins dan kemeja kasual, dan menggendong tas ransel.

Sang Jenderal Revolusi menarik nafas lega karena langsung menduga mereka utusan PBB, atau pihak-pihak lainnya yang berdalih keda-maian internasional. Mungkin mau memberi bantuan obat-obatan atau persediaan logistik. Hanya saja ia masih bertanya-tanya, bagaimana orang-orang ini dapat mengetahui lokasi mar-kasnya yang menancap di jantung hutan? Ia pun melemparkan tanda agar anak buahnya tak me-nurunkan penjagaan dan senjata mereka.

Page 137: AMPAS-AMPAS CERITA YANG MENYUSUN …galeribukujakarta.com/wp-content/uploads/2020/03/Ampas...Daftar Isi Ampas-ampas Cerita yang Menyusun Kisahnya Sendiri —1 Hujan Tujuh Tahun —59

129GEGER RIYANTO

Semakin banyak yang turun dari bus, sang Jenderal kian kehilangan akal untuk mengenali mereka. Betapa tidak? Sebagian di antara mere-ka masih anak-anak, sebagian sudah lanjut usia. Sebagian membawa minuman dan makanan dari restoran siap saji. Tapi sekumpulan orang itu tak kunjung menunjukkan tindak-tanduk yang mengancam.

“Ada apa ini? Kalian mau liburan di sini?!” sergah sang Jenderal.

Lalu seseorang yang tampak sebagai pemim-pin rombongan itu menunjukkan diri dan meng-hampiri sang Jenderal.

“Perkenalkan, nama saya Michael.”Sang Jenderal tak menggubris sodoran ta-

ngannya. Ia kian bingung, orang-orang asing di sekelilingnya menatapnya ganjil dan menun-juk-nunjuk kepadanya sambil membuka selem-bar kertas yang telah dilipat empat dari kiri ke kanan. Sang Jenderal geram dan merebut kertas itu dari seorang pria gundul yang sampai melo-tot memperhatikannya.

Di kertas itu terpampang potret dirinya de-ngan keterangan “Jenderal Besar Pasukan Revo-lusi, Immanuel Sanchez”. Sebelum sang Jenderal sempat menggaruk-garuk kepalanya, ia menya-

Page 138: AMPAS-AMPAS CERITA YANG MENYUSUN …galeribukujakarta.com/wp-content/uploads/2020/03/Ampas...Daftar Isi Ampas-ampas Cerita yang Menyusun Kisahnya Sendiri —1 Hujan Tujuh Tahun —59

130 AMPAS-AMPAS CERITA YANG MENYUSUN KISAHNYA SENDIRI

pa sepotong tulisan yang terpampang di sebelah atas kertas: “Panduan Wisata Revolusi Latino-amerikano”. Dan sang Jenderal naik pitam tak terkira. Turis-turis yang mengelilinginya segera mengambil kamera untuk memotret harimau yang mengaum-aum itu.

Saat sejenak tersadar, sang Jenderal segera merogoh pistol di kantungnya untuk melampi-askan amarahnya melalui desing-desing peluru yang mengoyak daging dan tulang. Namun seo-rang anak buahnya menahan tangannya sebe-lum ia mengangkat senjata.

“Dinginkanlah kepalamu, Jenderal!”“Kau ini bodoh atau apa?! Kau lihat bukan,

bagaimana mereka memperlakukan kita bagai binatang dalam kotak pajangan?!”

“Lihat Jenderal, Michael memberiku ini...”Ajudannya itu memperlihatkan berhe-

lai-helai uang seratus Euro di genggamannya. Sang Jenderal terkesiap sejenak. Hanya sejenak. Kemudian ia berusaha merogoh senjatanya kem-bali. Ajudannya kembali menahan tangannya.

“Coba Jenderal pikirkan. Corrales pasti yang merancang ini. Setiap malam kita berpindah, tapi keberadaan kita dapat ditemukan seperti ini. Bukankah itu berarti dia sudah mengeta-

Page 139: AMPAS-AMPAS CERITA YANG MENYUSUN …galeribukujakarta.com/wp-content/uploads/2020/03/Ampas...Daftar Isi Ampas-ampas Cerita yang Menyusun Kisahnya Sendiri —1 Hujan Tujuh Tahun —59

131GEGER RIYANTO

hui pola perpindahan dan pengambilan logistik kita? Bukankah mereka sebenarnya bisa meng-gempur kita setiap saat? Dan bayangkan, Jen-deral sudah menjanjikan kepada kami semua kemenangan, kesejahteraan, dan kedudukan sejak sepuluh tahun lalu. Tidakkah Jenderal me-lihat, kami semua sudah lelah dengan janji-janji Anda?”

Muntahan nekat sang anak buah mengun-dang senjata sang Jenderal tertodong ke kepa-lanya. Turis-turis di sekelilingnya pun riuh, se-perti sekumpulan anak kecil yang menemukan mainan baru.

“Silakan saja Jenderal tembak saya. Tapi saya katakan, kami semua sudah lelah dengan kehi-dupan seperti ini. Setelah Jenderal menembak saya, yang lain dapat saja meledak dan menye-rahkan kepala Anda ke Corrales.”

Sepi merebak tanpa kecuali. Meninggalkan pistol sang Jenderal Revolusi, Immanuel Sanc-hez, menuding kepala ajudannya. Sang ajudan sudah menarik urat nyalinya hingga ke ambang batas. Sedikit sisanya ia gunakan untuk memat-ri tubuhnya agar tak bergidik, dan membalas ta-tapan tajam sang Jenderal.

“Sudahlah! Terserah kalian...”

Page 140: AMPAS-AMPAS CERITA YANG MENYUSUN …galeribukujakarta.com/wp-content/uploads/2020/03/Ampas...Daftar Isi Ampas-ampas Cerita yang Menyusun Kisahnya Sendiri —1 Hujan Tujuh Tahun —59

132 AMPAS-AMPAS CERITA YANG MENYUSUN KISAHNYA SENDIRI

Itu adalah pertama kalinya kata “terserah” menyeruak dari mulut sang Jenderal. Sesudah itu, ia melangkah kembali ke kediamannya. Langkah-langkahnya terlihat payah, tanpa daya.

Semenjak itu, nyaris setiap harinya kamp para gerilyawan yang berpindah-pindah itu di-banjiri oleh rombongan turis asal Eropa Barat, Amerika Utara, maupun Asia. Bagi para turis, menemukan kamp yang setiap hari berpindah di sekitar jantung hutan Mestizo adalah sebuah hiburan yang menantang —lebih dari mendaki gunung atau berselancar. Para turis harus me-naklukkan rimba liar dengan gagah berani, di-bantu truk militer yang disediakan di kota.

Dari latihan fisik sehari-hari hingga kegi-atan makan para gerilyawan menjadi atraksi yang menawan. Para gerilyawan pun menjual makanan dan minuman siap saji yang dikotaki seolah ransum prajurit, dan berbagai oleh-oleh, seperti selongsong peluru —katanya dari peluru yang membunuh komandan musuh— atau helm gerilyawan, yang katanya gugur melindungi re-kan-rekannya dari ledakan granat dengan tu-buhnya sendiri.

Sang Jenderal yang tak kunjung mau keluar dan menampakkan wajahnya menjadi mitos ter-

Page 141: AMPAS-AMPAS CERITA YANG MENYUSUN …galeribukujakarta.com/wp-content/uploads/2020/03/Ampas...Daftar Isi Ampas-ampas Cerita yang Menyusun Kisahnya Sendiri —1 Hujan Tujuh Tahun —59

133GEGER RIYANTO

sendiri. Foto dan sketsa dirinya terjual dengan harga selangit. Para turis bersedia membayar berapa pun demi mendengarkan cerita kegagah-annya memimpin pertempuran-pertempuran revolusi yang selama ini menenggak kegagalan pahit, hingga kabar mengenai pernikahannya yang berakhir tragis karena keyakinan sang Jenderal pada revolusi.

Para gerilyawan hari ini tak lagi hidup di hutan belantara yang kejam. Mereka kembali ke hutan hanya saat pagi menjelang, ketika tu-ris-turis mulai berdatangan. Malam hari me-reka habiskan di belantara ibu kota, di bar-bar mewah yang dipenuhi musik latin dan wa-nita-wanita hispanik, dan beberapa wanita ke-turunan Eropa yang lebih mahal harga pelayan-annya. Beberapa gerilyawan yang lebih sukses memiliki villa di daerah eksotis.

Tampaknya di atas sana Corrales dan peme-rintahannya hanya tersenyum dengan devisa yang berhasil dikeruknya.

***

Di bar itu, Jenderal Corrales yang mengenakan masker dan kacamata hitam masih terus ber-

Page 142: AMPAS-AMPAS CERITA YANG MENYUSUN …galeribukujakarta.com/wp-content/uploads/2020/03/Ampas...Daftar Isi Ampas-ampas Cerita yang Menyusun Kisahnya Sendiri —1 Hujan Tujuh Tahun —59

134 AMPAS-AMPAS CERITA YANG MENYUSUN KISAHNYA SENDIRI

debat dengan Sanchez. Wisata revolusi tak lagi eksklusif milik negeri mereka. Dua mulut itu te-rus beradu pedang, tak kunjung berhenti men-cari kambing hitam.

Sempat sebuah gagasan menyeruak, bagai-mana bila wisata revolusi ini dipatenkan? Tapi mereka segera menyadari, negara-negara te-tangganya tak akan mengindahkan hak paten itu. Mereka juga hafal, tanpa kepentingan ne-gara-negara maju konsep hak paten tak akan sanggup menjangkau anak bayi sekalipun. Fajar sebentar lagi menjelang. Mata kedua sosok itu pun sudah cekung karena lelah.

“Aku tahu,” ujar Corrales tiba-tiba, “kita buat atraksi revolusi!”

“Maksudmu?”“Kita buat sebuah pertempuran, seolah kau

hendak menggulingkan pemerintahanku. Kau sebarkan kabar ke para turis bahwa kau beren-cana menyerang ibu kota. Lalu mereka yang mau menonton langsung bisa meneropong aman dari bukit. Dan pertempuran ini juga kita doku-mentasikan, lantas kita angkat sebagai sebuah film layar lebar.”

Page 143: AMPAS-AMPAS CERITA YANG MENYUSUN …galeribukujakarta.com/wp-content/uploads/2020/03/Ampas...Daftar Isi Ampas-ampas Cerita yang Menyusun Kisahnya Sendiri —1 Hujan Tujuh Tahun —59

135GEGER RIYANTO

“Tunggu dulu! Lalu bagaimana dengan dam-paknya? Kerugiannya, serta korban yang akan berjatuhan?”

“Kau ini,” tukasnya sambil menepuk-nepuk pipi Sanchez, “bukankah Hollywood selalu pu-nya trik sulap untuk hal-hal semacam ini?”

Rencana besar itu pun berlangsung tiga bu-lan kemudian. Benar, jumlah turis kembali me-roket setelah kabar-kabar diembuskan dari per-kemahan Pasukan Revolusi. Tiket penerbangan ke negara itu habis sebulan sebelum pertunjuk-an besar itu. Para pembuat film dokumenter yang berbondong-bondong datang tidak diper-kenankan membawa alat perekamnya masuk.

Pada hari-H, pagi-pagi buta sekitar lima ra-tus pasukan gerilya menyelinap melalui pinggir-an ibu kota. Mereka mengendap-endap, meng-hindari penjagaan, dan menyelinap dari gedung ke gedung. Dari bukit-bukit kejauhan, jutaan turis memperhatikan seksama. Bagi yang tidak membawa teropong, di lokasi dijual teropong dengan harga yang selangit. Dan bagi yang la-par atau haus, ada yang menjual makanan dan minuman dengan harga yang juga selangit.

Setelah membungkam sejumlah tentara pe-merintah tanpa mengganggu keheningan pagi,

Page 144: AMPAS-AMPAS CERITA YANG MENYUSUN …galeribukujakarta.com/wp-content/uploads/2020/03/Ampas...Daftar Isi Ampas-ampas Cerita yang Menyusun Kisahnya Sendiri —1 Hujan Tujuh Tahun —59

136 AMPAS-AMPAS CERITA YANG MENYUSUN KISAHNYA SENDIRI

pasukan prajurit gerilya tiba di pos-pos strate-gis di sekeliling Istana Kepresidenan. Sebuah sinyal untuk menyerang dilemparkan Jenderal Sanchez. Hari itu para turis untuk kali pertama melihat wajah sang Jenderal Revolusi. Banyak wanita jatuh lemas melihat betapa tampan dan berkharismanya Jenderal berusia 40-an itu di mata mereka. Ia tampan layaknya Ricky Martin. Ia adalah cetak biru seorang lelaki latin puja-an dengan dagu dan hidung tajam yang diliputi brewok. Banyak turis berdecak kagum karena sosoknya sesuai dengan bayangan mereka ten-tang seorang pemimpin yang menghabiskan hi-dupnya bersama darah dan peluru.

Peluru-peluru berdesing. Deru-deru senapan memenuhi langit yang hari ini berwarna biru. Korban pun berjatuhan dari kedua belah pihak, tergeletak bergelimang cat merah. Tak satu ade-gan pun terlewatkan oleh kamera-kamera ter-sembunyi dalam gedung-gedung yang terbelalak menatap pertempuran di hadapannya.

Sekelompok kecil pasukan yang dipimpin Jenderal Sanchez berhasil menerabas masuk ke jantung kekuasaan. Skenarionya, mereka akan berhadapan langsung dengan pasukan eli-te Jenderal Corrales di atap Istana Kepreside-

Page 145: AMPAS-AMPAS CERITA YANG MENYUSUN …galeribukujakarta.com/wp-content/uploads/2020/03/Ampas...Daftar Isi Ampas-ampas Cerita yang Menyusun Kisahnya Sendiri —1 Hujan Tujuh Tahun —59

137GEGER RIYANTO

nan —agar pertarungan terlihat jelas dari bukit. Dan ketika mereka nyaris mendapatkan kepala Jenderal Corrales, pasukan gerilya akan dipukul mundur oleh tentara bala bantuan yang datang untuk menyelamatkan sang penguasa.

Tapi pertempuran yang seharusnya berjalan seimbang berkembang ke arah yang tak terduga. Pasukan Sanchez mendesak pasukan elite ista-na. Pasukan istana tak bisa berkutik. Siapa pun yang tertembak peluru cat merah tak boleh ber-diri, atau mereka akan menimbulkan keganjilan di depan mata jutaan penyaksi. Setelah sebagian besar pasukan elite istana dirubuhkan, Sanchez berhasil mencapai Jenderal Corrales. Lantas, ia menodongkan senapannya di hadapan kepala Corrales. Bukit-bukit riuh bergemuruh. Juta-an turis menepukkan tangannya, menunjukan rasa salut dan simpati terhadap perjuangan sang Jenderal Revolusi hingga tiba di titik ini.

“Kau melakukan improvisasi ya? Bagus! Bagus!” bisik Corrales senang. “Sekarang kita tunggu sebentar sampai pasukan bala bantuan-ku datang.”

Tanpa diketahui Corrales, Sanchez menye-lipkan peluru asli di senapannya. Dalam hening itu, teringat di benak sang Jenderal Revolusi

Page 146: AMPAS-AMPAS CERITA YANG MENYUSUN …galeribukujakarta.com/wp-content/uploads/2020/03/Ampas...Daftar Isi Ampas-ampas Cerita yang Menyusun Kisahnya Sendiri —1 Hujan Tujuh Tahun —59

138 AMPAS-AMPAS CERITA YANG MENYUSUN KISAHNYA SENDIRI

betapa menyebalkannya kemarin malam saat ia didandani agar tampak lebih gagah dan kha-rismatik. Mengapa ia tak pernah menampak-kan diri terang-terangan, bukan karena ia tak tergiur uang, atau reputasi dan ketenaran, atau minuman keras, atau wanita. Atau gaya hidup kebanyakan anak buahnya sebagai orang kaya baru. Tapi setiap kali menyapa kerumunan orang, ia segera merasa berada dalam kotak etalase, bagaikan barang, atau binatang, atau barangnya binatang. Darah malunya tersirap menembus ubun-ubun setiap kali itu terbayang.

Lalu ia membayangkan, bagaimana bila ia memimpin negeri ini? Baru sesaat ia melayang karena aroma nikmat kekuasaan, kenikmatan itu terpotong oleh bayangan kelam negerinya sendiri. Dikelilingi perbukitan yang sukar di-lintasi, yang tanahnya menolak benih-benih makanan pokok warganya sendiri, serta tak mengandung sebongkah pun mineral berharga.

Bagaimana bila Jenderal Revolusi tak ada lagi, dan tinggal Jenderal Penguasa?

Segenap renungan Sanchez buyar oleh derap tentara bala bantuan pemerintah yang mende-kat. Perhatian Sanchez terbelah. Sekelebat, Cor-rales merogoh pistol di kantungnya. Setengah

Page 147: AMPAS-AMPAS CERITA YANG MENYUSUN …galeribukujakarta.com/wp-content/uploads/2020/03/Ampas...Daftar Isi Ampas-ampas Cerita yang Menyusun Kisahnya Sendiri —1 Hujan Tujuh Tahun —59

139GEGER RIYANTO

detik kemudian, terdengar dua suara tembakan. Sanchez melepaskan tembakan, dan peluru-nya bersarang di pundak kanan Corrales. Tapi Sanchez pun sangat terhenyak, setitik daging di lengannya terkoyak oleh peluru lawan mainnya.

Semua kembali ke skenario awal. Sanchez dan pasukannya melarikan diri dari tempat itu. Jutaan penyaksi sungguh menyayangkan kega-galan sang Jenderal Revolusi, padahal semua tinggal selangkah lagi. Sanchez tak merasakan perih dari tangannya yang terkoyak. Pupil ma-tanya hampa. Ketegangan dan kebingungan ber-campur dan berkecamuk dalam dirinya.

Sanchez! Sanchez! Sanchez! Barisan bukit yang mengelilingi negeri itu bersorak-sorai. Negeri tersebut saat ini bagaikan stadion sepak bola raksasa. Sanchez berlari, membawa lengan-nya yang terluka, melintasi tanah yang berge-muruh dengan namanya sendiri. Ia mulai me-nyadari tembakan Corrales yang dilepas hanya dalam jarak puluhan senti itu meleset bukan karena kesilapannya. Begitu juga dengan Sanc-hez sendiri, yang dengan sengaja menyarangkan pelurunya di bagian yang tidak fatal.

Corrales pun sempat berencana mengakhiri revolusi pada hari itu. Mengkhianati revolusi.

Page 148: AMPAS-AMPAS CERITA YANG MENYUSUN …galeribukujakarta.com/wp-content/uploads/2020/03/Ampas...Daftar Isi Ampas-ampas Cerita yang Menyusun Kisahnya Sendiri —1 Hujan Tujuh Tahun —59

140 AMPAS-AMPAS CERITA YANG MENYUSUN KISAHNYA SENDIRI

Namun, keduanya menyadari bahwa revolusi belum sepatutnya berakhir. Sejenak kemudian, akhirnya seorang Sanchez tersenyum. Ia telah yakin bahwa dirinya seutuhnya seorang Jende-ral Revolusi. Walau pada keesokan hari ia harus tampil di saluran FOX mengenakan kacamata hitam, dan jas, serta sepatu necis buatan Italia, revolusi belum berakhir.