25
1. DEFINISI AMENOREA Amenorea adalah keadaan tidak adanya menstruasi untuk sedikitnya 3 bulan berturut-turut. Amenorea terbagi menjadi amenorea fisiologik dan patologik. Amenorea fisiologik yaitu terdapat dalam masa sebelum pubertas, masa kehamilan, masa laktasi, dan sesudah menopause. Amenorea patologik yaitu amneorea yang terjadi karena sebab tertentu diluar amenorea fisiologik. Amenorea dapat dibagi menjadi amenorea primer dan amenorea sekunder. 1. Amenorea primer adalah apabila seorang wanita berumur 18 tahun ke atas tidak pernah mendapatkan menstruasi. Amenorea primer terjadi pada 0.1 – 2.5% wanita usia reproduksi. Amenorea primer umumnya mempunyai sebab-sebab yang lebih berat dan lebih sulit diketahui, seperti kelainan kongenital dan kelainan genetik. 2. Amenorea sekunder adalah penderita pernah mendapatkan menstruasi, tetapi kemudian tidak mendapatkan lagi atau 6 siklus setelah sebelumnya mendapatkan siklus menstruasi biasa. Angka kejadian berkisar antara 1 – 5%. Adanya amenorea sekunder lebih menunjuk kepada sebab-sebab yang timbul kemudian dalam kehidupan wanita, seperti gangguan gizi, gangguan metabolisme, tumor, penyakit infeksi dan lain- lain. 2. ETIOLOGI AMENOREA Penyebab amenorea sekunder:

amenore

Embed Size (px)

DESCRIPTION

LP Amenorrhea

Citation preview

Page 1: amenore

1. DEFINISI AMENOREA

Amenorea adalah keadaan tidak adanya menstruasi untuk sedikitnya 3 bulan berturut-

turut.

Amenorea terbagi menjadi amenorea fisiologik dan patologik. Amenorea fisiologik yaitu

terdapat dalam masa sebelum pubertas, masa kehamilan, masa laktasi, dan sesudah

menopause. Amenorea patologik yaitu amneorea yang terjadi karena sebab tertentu diluar

amenorea fisiologik.

Amenorea dapat dibagi menjadi amenorea primer dan amenorea sekunder.

1. Amenorea primer adalah apabila seorang wanita berumur 18 tahun ke atas

tidak pernah mendapatkan menstruasi. Amenorea primer terjadi pada 0.1 – 2.5% wanita usia

reproduksi. Amenorea primer umumnya mempunyai sebab-sebab yang lebih berat dan lebih

sulit diketahui, seperti kelainan kongenital dan kelainan genetik.

2. Amenorea sekunder adalah penderita pernah mendapatkan menstruasi, tetapi

kemudian tidak mendapatkan lagi atau 6 siklus setelah sebelumnya mendapatkan siklus

menstruasi biasa. Angka kejadian berkisar antara 1 – 5%. Adanya amenorea sekunder lebih

menunjuk kepada sebab-sebab yang timbul kemudian dalam kehidupan wanita, seperti

gangguan gizi, gangguan metabolisme, tumor, penyakit infeksi dan lain-lain.

2. ETIOLOGI AMENOREA

Penyebab amenorea sekunder:

a. Penurunan berat badan secara drastis (akibat kemiskinan, diet yang salah, anoreksia

nervosa, bulimia nervosa, aktivitas fisik yang sangat berat dan penyebab lainnya).

b. Obesitas yang ekstrem.

c. Penyakit kronis yang diderita dalam jangka waktu yang lama.

d. Abnormalitas organ genital wanita (tidak adanya uterus, vagina, septum vagina, stenosis

servikal, dan selaput dara yang terlalu tebal).

Page 2: amenore

e. Tubuh mengalami kelainan seperti hipoglikemia (kadar gula darah secara abnormal

rendah), hipotiroidisme (kelenjar tiroid kurang aktif), hipertiroidisme (kelenjar tiroid

bekerja secara berlebihan), cystic fibrosis (penyakit yang diturunkan atau diwariskan dari

kelenjar-kelenjar lendir dan keringat), atau cushing’s disease (kadar kortikosteroid

berlebihan).

f. Wanita yang pernah mengalami kelainan penyakit polikistik ovarium mempunyai risiko

tinggi terhadap penyakit Amenorrhea.

g. Adanya penyakit akibat kelainan kromosom seperti Sindrom Turner atau Sindrom

Sawyer.

h. Kadar hormone prolaktin di dalam tubuh cukup tinggi (hiperprolaktinemia).

i. Kehamilan.

j. Stres .

k. Ketidakseimbangan mekanisme sistem hormon reproduksi wanita.

Penyebab tersering dari amenorea primer adalah:

Pubertas terlambat

Kegagalan dari fungsi indung telur

Agenesis uterovaginal (tidak tumbuhnya organ rahim dan vagina)

Gangguan pada susunan saraf pusat

Himen imperforata yang menyebabkan sumbatan keluarnya darah menstruasi dapat

dipikirkan apabila wanita memiliki rahim dan vagina normal.

Page 3: amenore

Penyebab amenore sekunder:

1. Penurunan berat badan yang drastis

2. Olah raga yang berlebihan

3. Lemak tubuh kurang dari 15-17%extreme

4. Mengkonsumsi hormon tambahan

5. Obesitas

6. Stres emosional

7. Kelainan endokrin (misalnya sindroma Cushing yang menghasilkan sejumlah besar

hormon kortisol oleh kelenjar adrenal)

8. Obat-obatan (misalnya busulfan, klorambusil, siklofosfamid, pil KB, fenotiazid)

9. Prosedur dilatasi dan kuretase

10.Kelainan pada rahim, seperti mola hidatidosa (tumor plasenta) dan sindrom Asherman

(pembentukan jaringan parut pada lapisan rahim akibat infeksi atau pembedahan).

Page 4: amenore

3. TANDA DAN GEJALA AMENOREA

Tanda amenorea adalah tidak didapatkannya menstruasi pada usia 16 tahun, dengan

atau tanpa perkembangan seksual sekunder (perkembangan payudara, perkembangan rambut

pubis), atau kondisi dimana wanita tersebut tidak mendapatkan menstruasi padahal

sebelumnya sudah pernah mendapatkan menstruasi. Gejala lainnya tergantung dari apa yang

menyebabkan terjadinya amenorea.

Gejala lainnya yang mungkin ditemukan pada amenore:

Sakit kepala

Galaktore (pembentukan air susu pada wanita yang tidak hamil dan tidak sedang

menyusui)

Gangguan penglihatan (pada tumor hipofisa)

Penurunan atau penambahan berat badan yang berarti

Vagina yang kering

Hirsutisme (pertumbuhan rambut yang berlebihan, yang mengikuti pola pria), perubahan

suara dan perubahan ukuran payudara.

4. PATOFISIOLOGI AMENOREA

Menstruasi adalah siklus teratur peluruhan lapisan rahim akibat interaksi hormon yang

diproduksi oleh hipotalamus, hipofisis, dan ovarium. Hipotalamus, hipofisis, dan ovarium

Page 5: amenore

membentuk axis endokrin fungsional, yang dikenal sebagai axis HPO, dengan regulasi hormon

dan reaksi umpan balik, seperti yang ditunjukkan pada gambar di bawah. 

Siklus menstruasi yang teratur dapat diprediksi jika hormon estradiol dan progesteron

dikeluarkan ovarium secara teratur sesuai respon rangsangan dari hipotalamus dan

hipofisis. estradiol yang beredar merangsang pertumbuhan endometrium. Progesteron yang

diproduksi oleh korpus luteum setelah ovulasi merubah endometrium proliferasi menjadi

endometrium sekretori. Jika kehamilan tidak terjadi, endometrium sekretori ini luluh selama

periode menstruasi.

Hipotalamus, hipofisis, dan ovarium membentuk axis endokrin fungsional, yang dikenal

sebagai axis HPO, dengan regulasi hormonal dan reaksi umpan balik.

Hipotalamus, terletak di sistem saraf pusat, melepaskan gonadotropin-releasing

hormone (GnRH) terus menerus, yang diangkut ke hipofisis anterior, di mana ia mengikat

reseptor GnRH untuk menstimulasi gonadotropin. Sebagai respon terhadap rangsangan oleh

GnRH, sel-sel ini mengeluarkan gonadotropin follicle-stimulating hormone (FSH) dan luteinizing

hormone (LH). Selanjutnya, hormon ini merangsang ovarium untuk mensintesis dan

mengeluarkan hormon steroid. Pelepasan hormon melalui axis (HPO) hipotalamus-hipofisis-

ovarium diatur dengan umpan balik negatif hormon steroid pada gonadotropin di hipofisis

anterior dan inhibisi langsung pada tingkat hipotalamus. Stimulasi dan inhibisi negatif

Page 6: amenore

melengkapi jalur antara hipotalamus, hipofisis, dan ovarium. Setiap gangguan axis ini dapat

mengakibatkan amenorea. 

Menetapkan adanya disfungsi primer sangat penting dalam menentukan patofisiologi

amenore.

Amenorrhea terjadi jika hipotalamus dan pituitari gagal dalam memberikan stimulasi

gonadotropin pada ovarium, sehingga produksi estradiol tidak memadai dan atau terjadi

kegagalan ovulasi dan kegagalan produksi progesteron. Amenorrhea juga dapat terjadi jika

ovarium gagal menghasilkan jumlah estradiol yang cukup meskipun stimulasi gonadotropin

normal oleh hipotalamus dan hipofisis. Dalam beberapa kasus, hipotalamus, hipofisis, dan

ovarium semua dapat berfungsi normal, namun amenore dapat terjadi karena kelainan uterus

seperti perlekatan dalam rongga endometrium, defek pada serviks, septum uteri, dan hymen

imperforata.

5. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK AMENOREA

Dari klasifikasi diatas dapat kita lihat bahwa gejala amenorea dijumpai pada penyakit-

penyakit atau gangguan-gangguan yang bermacam-macam. Sudah jelas bahwa untuk

menegakkan diagnosis yang tepat berdasarkan etiologi, tidak jarang diperlukan pemeriksaan-

pemeriksaan yang beraneka ragam, rumit dan mahal harganya.

Dalam kebanyakan kasus, variabel klinis saja tidak cukup untuk menentukan

mekanisme patofisiologis mengganggu siklus haid. Semua wanita yang hadir dengan 3 bulan

amenore sekunder harus memiliki penilaian diagnostik dimulai pada kunjungan pertama.

Anamnesis yang baik dan lengkap sangat penting.

1. apakah amenorea itu primer atau sekunder;

2. apakah ada hubungan antara amenorea dan faktor-faktor yang dapat

menimbulkan gangguan emosional;

3. apakah ada kemungkinan kehamilan;

4. riwayat menstruasi sebelumnya, usia saat pertama kali menstruasi, lama

menstruasi, banyaknya perdarahan, periode menstruasi terakhir;

5. apakah ada riwayat infeksi rongga panggul, riwayat trauma, operasi,

pengobatan;

6. apakah anggota keluarga lain (ibu atau saudara wanita) ada yang mendapatkan

menstruasi berselang 1 tahun;

7. apakah penderita menderita penyakit akut atau menahun;

Page 7: amenore

8. apakah ada gejala-gejala penyakit metabolik;

9. kebiasaan-kebiasaan dalam kehidupan seksual, olahraga, diet, situasi di rumah,

ada tidaknya kelainan psikis;

10. apakah terdapat gejala-gejala klinis seperti gejala vasomotor, panas badan,

galactorrhea, nyeri kepala, lemah badan, pendengaran berkurang, perubahan

pada penglihatan, dan lain-lain.

Mengambil sejarah pasien sangat penting untuk menguraikan etiologi potensial amenore

sekunder. Sering kali, keterbatasan waktu tidak mengizinkan praktisi untuk memperoleh riwayat

menyeluruh dan review gejala pada kunjungan pertama. Penjadwalan kunjungan ulang

terhadap evaluasi yang lebih menyeluruh mungkin diperlukan.

Sesudah anamnesis, perlu dilakukan pemeriksaan umum yang seksama.

1. keadaan umum :

a. BB/ TB (IMT)

b. Anoreksia-cacheksia

2. apakah ciri-ciri kelamin sekunder tumbuh dan berkembang dengan baik atau tidak

3. apakah ada tanda hirsutisme

pada pemeriksaan ginekologik umumnya dapat diketahui :

1. adanya aplasia vaginae,

2. keadaan klitoris,

3. aplasia uteri,

4. adanya tumor,

5. keadaan ovarium, dan sebagainya.

Dengan anamnesis, pemeriksaan umum dan pemeriksaan ginekologik, banyak kasus

amenorea dapat diketahui sebabnya.

Apabila pemeriksaan klinik tidak memberi gambaran yang jelas mengenai sebab amenorea,

maka dapat dilakukan pemeriksaan-pemeriksaan sebagai berikut :

1. Pemeriksaan foto roentgen dari thoraks terhadap tuberkulosis pulmonum, dan dari sella

tursika untuk mengetahui apakah ada perubahan pada sella tersebut. Dengan

Page 8: amenore

pemeriksaan foto roentgen dari sella tursika dapat ditentukan ada tidaknya tumor

hipofisis.

2. Pemeriksaan sitologi vagina untuk mengetahui adanya estrogen yang dapat dibuktikan

berkat pengaruhnya.

3. Tes toleransi glukosa untuk mengetahui adanya diabetes mellitus.

4. Pemeriksaan mata untuk mengetahui keadaan retina, dan luasnya lapangan visus jika

ada kemungkinan tumor hipofisis.

5. Kerokan uterus untuk mengetahui keadaan endometrium, dan untuk mengetahui adanya

endometritis tuberkulosa.

6. Pemeriksaan metabolisme basal atau jika ada fasilitasnya, pemeriksaan T3, dan T4

untuk mengetahui fungsi glandula tiroidea.

Pemeriksaan yang biasa dilakukan adalah:

1. Biopsi endometrium

2. Progestin withdrawal

3. Kadar prolaktin

Kadar prolaktin lebih dari 200 ng / mL tidak diamati, kecuali dalam kasus adenoma

hipofisis prolaktin-mensekresi (prolaktinoma). Secara umum, kadar prolaktin serum

berkorelasi dengan ukuran tumor.

4. Kadar hormon (misalnya testosteron)

Testosteron dan dehydroepiandrosterone sulfat: Mendapatkan tes-tes ini tidak

diperlukan pada wanita dengan tidak ada bukti kelebihan androgen.

5. Tes fungsi tiroid

6. Tes kehamilan

7. Kadar FSH (follicle stimulating hormone) < LH (luteinizing hormone), TSH (thyroid

stimulating hormone)

Tingkat FSH dalam kisaran menopause merupakan indikasi dari ketidakcukupan

ovarium primer atau kegagalan ovarium prematur. Periksa rentang referensi untuk

laboratorium dimana tes dilakukan.

Kemungkinan kecil, kadar FSH yang sangat tinggi adalah karena adenoma, hipofisis

fungsional FSH-mensekresi.Jika hal ini terjadi, kadar estradiol serum akan ditinggikan

(bukan menurun, seperti yang terlihat pada insufisiensi ovarium primer atau kegagalan

ovarium prematur) dan hiperstimulasi ovarium dengan pembesaran, ovarium kistik

mungkin ada.

Page 9: amenore

LH meningkat pada defisiensi 17-20-lyase, defisiensi 17-hydroxylase, dan kegagalan

ovarium premature.

8. Kariotipe untuk mengetahui adanya kelainan kromosom

9. CT scan kepala (jika diduga ada tumor hipofisa).

 

Pemeriksaan-pemeriksaan yang memerlukan fasilitas khusus :

1. Laparoskopi : dengan laparoskopi dapat diketahui adanya hipoplasia uteri yang berat,

aplasia uteri, disgenesis ovarium, tumor ovarium, ovarium polikistik (sindrom Stein-

Leventhal) dan sebagainya.

2. Pemeriksaan kromatin seks untuk mengetahui apakah penderita secara genetik seorang

wanita. Akan tetapi, kromatin seks positif belum berarti bahwa penderita yang

bersangkutan seorang wanita yang genetik normal oleh karena kromatin seks positif

dijumpai pula pada gambaran kromosom 44 XXY, 44 XXX, atau gambaran mosaik

seperti XX/XO, XXXY atau XXYY.

3. Pembuatan kariogram dengan pembiakan sel-sel guna mempelajari hal-ihwal

kromosom, antara lain apabila fenotipe tidak sesuai dengan genotipe.

4. Pemeriksaan kadar hormon.

Di atas sudah disebut pemeriksaan T3 dan T4 untuk mengetahui fungsi glandula tiroidea.

Selain itu, pemeriksaan-pemeriksaan kadar FSH, LH, estrogen, prolaktin, dan 17-ketosteroid

mempunyai arti yang penting. Pada defisiensi fungsi hipofisis misalnya kadar FSH rendah,

sedang pada defisiensi ovarium umumnya kadar FSH tinggi dan kadar estrogen rendah. Pada

hiperfungsi glandula suprarenalis kadar 17-kelosteroid meningkat.

Pemeriksaan Penunjang

Pada amenorea primer, apabila didapatkan adanya perkembangan seksual sekunder

maka diperlukan pemeriksaan organ dalam reproduksi (ovarium, uterus, perlekatan dalam

rahim) melalui pemeriksaan USG, histerosalpingografi, histeroskopi, dan Magnetic Resonance

Imaging (MRI).

Apabila tidak didapatkan tanda-tanda perkembangan seksualitas sekunder maka

diperlukan pemeriksaan kadar hormon FSH dan LH. Setelah kemungkinan kehamilan

disingkirkan pada amenorea sekunder, maka dapat dilakukan pemeriksaan Thyroid Stimulating

Hormone (TSH) karena kadar hormon tiroid dapat mempengaruhi kadar hormon prolaktin dalam

tubuh. Selain itu kadar hormon prolaktin dalam tubuh juga perlu diperiksa. Dilakukan pula tes

progesteron (pemberian obat hormon progesteron), bila hasil positif pada kadar prolaktin dan

Page 10: amenore

tiroid yang normal maka amenore yang terjadi disebabkan karena siklus anovulasi. Bila kadar

prolaktin tinggi diagnosisnya hiperprolaktinemia, bila TSH tinggi maka diagnosisnya adalah

hipotiroidisme. Bila hasil tes progesterone negatif dan diagnosis belum jelas dilakukan tes

estrogen dan progesterone (yaitu minum obat hormone estrogen selama 21 hari) dan hormone

progesterone 10 hari terakhir ) bila setelah obat habis timbul haid lanjutkan pemeriksaan

hormone FSH. Jika FSH tinggi dan pasien berusia lebih 30 tahun, indikasi untuk pemeriksaan

kromosom. Jika didapati mosaik dengan kromosom Y, peluang 25% tumor ganas ovarium. Jika

FSH normal atau rendah lakukan CT-Scan kepala adalah tumor hipofisis. Bila tidak timbul haid,

permasalahan pada rahim. Sindrom asherman adalah yang paling mungkin. Apabila kadar

hormon TSH dan prolaktin normal, maka Estrogen atau Progestogen Challenge Test adalah

pilihan untuk melihat kerja hormon estrogen terhadap lapisan endometrium dalam rahim.

Selanjutnya dapat dievaluasi dengan MRI.

6.PENATALAKSANAAN AMENOREA

Pengobatan yang dilakukan sesuai dengan penyebab dari amenorea yang dialami,

apabila penyebabnya adalah obesitas, maka diet dan olahraga adalah terapinya. Belajar untuk

mengatasi stress dan menurunkan aktivitas fisik yang berlebih juga dapat membantu. Terapi

amenorea diklasifikasikan berdasarkan penyebab saluran reproduksi, penyebab ovarium, dan

penyebab susunan saraf pusat.

A. Saluran reproduksi

1. Aglutinasi labia (penggumpalan bibir labia) yang dapat diterapi dengan krim estrogen

2. Kelainan bawaan dari vagina, hymen imperforata (selaput dara tidak memiliki lubang), septa

vagina (vagina memiliki pembatas diantaranya). Diterapi dengan insisi atau eksisi (operasi kecil)

3. Sindrom Mayer-Rokitansky-Kuster-Hauser. Sindrom ini terjadi pada wanita yang memiliki

ovarium normal namun tidak memiliki rahim dan vagina atau memiliki keduanya namun kecil

atau mengerut. Pemeriksaan dengan MRI atau ultrasonografi (USG) dapat membantu melihat

kelainan ini. Terapi yang dilakukan berupa terapi non-bedah berupa dilatasi (pelebaran) dari

tonjolan di tempat seharusnya vagina berada atau terapi bedah dengan membuat vagina baru

menggunakan skin graft

Page 11: amenore

4. Sindrom feminisasi testis. Terjadi pada pasien dengan kromosom 46, XY kariotipe, dan

memiliki dominan X-linked sehingga menyebabkan gangguan dari hormon testosteron. Pasien

ini memiliki testis dengan fungsi normal tanpa organ dalam reproduksi wanita (indung telur,

rahim). Secara fisik bervariasi dari wanita tanpa pertumbuhan rambut ketiak dan pubis sampai

penampakan seperti layaknya pria namun infertil (tidak dapat memiliki anak)

5. Parut pada rahim. Parut pada endometrium (lapisan rahim) atau perlekatan intrauterine

(dalam rahim) yang disebut sebagai sindrom Asherman dapat terjadi karena tindakan kuret,

operasi sesar, miomektomi (operasi pengambilan mioma rahim), atau tuberkulosis. Kelainan ini

dapat dilihat dengan histerosalpingografi (melihat rahim dengan menggunakan foto roentgen

dengan kontras). Terapi yang dilakukan mencakup operasi pengambilan jaringan parut.

Pemberian dosis estrogen setelah operasi terkadang diberikan untuk optimalisasi

penyembuhan lapisan dalam rahim

B. Gangguan Ovarium

1. Disgenesis gonadal. Disgenesis gonadal adalah tidak terdapatnya sel telur dengan indung

telur yang digantikan oleh jaringan parut. Terapi yang dilakukan dengan terapi penggantian

hormon pertumbuhan dan hormon seksual

2. Kegagalan Ovari Prematur. Kelaianan ini merupakan kegagalan dari fungsi indung telur

sebelum usia 40 tahun. Penyebabnya diperkirakan kerusakan sel telur akibat infeksi atau

proses autoimun

3. Tumor ovarium. Tumor indung telur dapat mengganggu fungsi sel telur normal

C. Gangguan Susunan Saraf Pusat

1. Gangguan hipofisis. Tumor atau peradangan pada hipofisis dapat mengakibatkan amenorea.

Hiperprolaktinemia (hormone prolaktin berlebih) akibat tumor, obat, atau kelainan lain dapat

mengakibatkan gangguan pengeluaran hormon gonadotropin. Terapi dengan menggunakan

agonis dopamin dapat menormalkan kadar prolaktin dalam tubuh. Sindrom Sheehan adalan

tidak efisiennya fungsi hipofisis. Pengobatan berupa penggantian hormon agonis dopamin atau

terapi bedah berupa pengangkatan tumor.

Page 12: amenore

2. Gangguan hipotalamus. Sindrom polikistik ovari, gangguan fungsi tiroid, dan Sindrom

Cushing merupakan kelainan yang menyebabkan gangguan hipotalamus. Pengobatan sesuai

dengan penyebabnya.

3. Hipogonadotropik, hipogonadism. Penyebabnya adalah kelainan organik dan kelainan

fungsional (anoreksia nervosa atau bulimia). Pengobatan untuk kelainan fungsional

membutuhkan bantuan psikiater.

Farmakologis

Agonis Dopamin merupakan satunya terapi medis khusus disetujui untuk membalikkan

sebuah patologi yang mendasari yang mengarah ke amenore. Dalam kebanyakan kasus,

agonis dopamin efektif mengurangi hiperprolaktinemia.

Terapi gonadotropin atau terapi GnRH pulsatile ditujukan pada wanita yang

menginginkan kesuburan namun tetap anovulasi karena gangguan hipotalamus atau hipofisis.

Setelah diagnosis ditegakkan, untuk beberapa wanita dengan oligomenore atau

amenore yang tidak ingin menjadi hamil, oral kontrasepsi dapat menjadi pilihan yang baik untuk

memulihkan siklus menstruasi dan diberikan penggantian estrogen. Tidak adanya kehamilan

harus didokumentasikan sebelum kontrasepsi oral terapi dimulai.

Pada pasien dengan amenore atau oligomenorrhea withdrawal bleeding harus diinduksi

dengan suntikan progesteron atau mg 5-10 medroksiprogesteron selama 10 hari.

Terapi penggantian hormon, yang terdiri dari estrogen dan progestin, diperlukan untuk

perempuan dengan defisiensi estrogen tetap karena fungsi ovarium tidak dapat

dipulihkan. Peran pengganti androgen saat ini tidak jelas dan merupakan subjek investigasi

yang sedang berlangsung.

PENGKAJIAN

1. Data subyektif

a. Biodata

Umur :

Page 13: amenore

- Usia reproduktif 20-35 tahun, wanita yang pernah mendapat haid, tapi kemudian tidak

dapat haid selama 3 bulan (Manuaba, 1998 : 399).

- Pubertas, ibu hamil, ibu meneteki, menopause (Sulaiman Sastrawinata, 1981 : 31)

Pekerjaan :

- Beresiko terhadap wanita-wanita yang bekerja sering terpapar radiasi (radiologi) (Sulaiman

Sastrawinata, 1981 : 31)

Pergantian lingkungan dapat menimbulkan amnore karena stress (Sulaiman Sastrawinata,

1981 : 29)

b. Keluhan utama

Tidak adanya haid selama 3x siklus berturut-turut atau lebih (Pusdiknakes, 1992 : 2).

c. Riwayat kesehatan

- Adanya gangguan pankreas (DM), adanya tumor, radang, distruksi, hipotyroidea, kretinisme

(Sarwono, 2006 : 206-208).

- Adanya kelainan gizi, gangguan pada hepar dan ginjal (Sulaiman Sastrawinata, 1981 : 32)

d. Riwayat kebidanan

1) Haid

- Pola haid sebelumnya teratur, kemudian tidak datang haid selama 3 bulan/lebih (Sarwono,

2006 : 202).

2) Kehamilan dan persalinan

- Pernah mengalami histerektomi (sarwono, 2006 : 208)

- Pada wanita yang tidak hamil, tapi ingin sekali hamil (Sarwono, 2006 : 212).

- Dapat untuk membantu menentukan amenore primer atau sekunder (Sarwono, 1999 : 208)

e. Riwayat penyakit yang pernah diderita

Kelainan organik pada serebrum berupa radang (encephalitis), tumor, trauma dan

sebagainya dapat disertai amenore, tetapi peranan gejala ini kecil. Penting untuk diagnosis

ialah anamnesis dan gambaran klinik yang bersangkutan dengan kelainan-kelainan itu

(Sarwono, 2006 : 211).

f. Pola kebiasaan sehari-hari

Nutrisi : Amenore bisa terjadi pada anoreksia nervosa, tidak ada nafsu makan, gangguan gizi

berat, tetapi tanpa letargi dan rasa nyeri diepigastrium (Sarwono, 2006 : 211).

Aktifitas : Pada amenore yang disebabkan anoreksia nervosa penderita masih tetap aktif

(Sarwono, 2006 : 212).

Istirahat : Pada wanita dengan stressor yang tinggi dapat mengganggu pola istirahat/tidur

(Sarwono, 2006 : 213)

Page 14: amenore

Seksual : Pada amenore karena insufisiensi hipotesis biasanya disertai adanya penurunan

libido (Sarwono, 2006 : 214)

g. Riwayat ketergantungan

Pada sindrom amenore galaktore ditemukan pada kasus-kasus wanita yang memakai alat

penenang (Phonothiazine) dalam jangka lama (Sarwono, 2006 : 213).

h. Riwayat psikososial

Keadaan kejiwaan dengan syock emosional karena trauma atau kejadian yang menyedihkan

serta pergantian lingkungan dapat menimbulkan amenore. Psikosis yang paling sering

ditemukan bersama amenore adalah penyakit yang disertai depresi (Sarwono, 2006 : 211).

i. Riwayat KB

Pada wanita dengan sindrom amenore galakfore dapat pola ditemukan pada wanita-wanita

yang telah menghentikan minum pil kontrasepsi (Sarwono, 2006 : 213).

2. Data obyektif

a. Keadaan umum : baik

b. Tanda-tanda vital

Pada amenore karena anoreksia nervosa dapat terjadi bradikardi dan suhu yang lebih

rendah dari normal (Sarwono : 211).

c. Berat badan

Amenore sering memyertai pada wanita yang mengalami obesitas (kelebihan berat badan)

(Sarwono, 2006 : 208).

d. Tinggi badan

Pada sindrom turner dapat dijumpai tubuh yang pendek tidak lebih dari 150 cm (Sarwono,

2006 : 218).

e. Pemeriksaan fisik

Menurut Sarwono P, 2006 : 211-218

Mata : Mengetahui keadaan retina, luas lapang panjang, virus, jika ada kemungkinan tumor

hipofisis yang dapat menyebabkan amenore.

Thorax : - Amenore pada sindrom turner disertai adanya dada berbentuk perisai dengan

puting susu jauh ke lateral, payudara tidak berkembang, rambut ketiak sedikit/tidak

ada.

- Terjadi pula pada sindrom feminisasi, yaitu hipoplasia puting susu, rambut ketiak

sedikit/tidak ada.

Page 15: amenore

- Mammae mengeluarkan cairan seperti air susu pada kasus sindrom amenore

galakkore

Abdomen : Pada amenore karena cushing sindrom didapatkan adanya striae terutama pada

dinding perut.

Genetalia : - Rambut pubis bisa normal/sedikit/tidak ada

- Alat-alat genetalia mengalami antrifi pada anoreksia nervosa, sindrom amenore

galaktore dan insufisiensi hipofisis.

- Amenore pada sindrom feminisasi testikuler vagina tidak ada dan pendek atau

buntu, serviks dan uterus tidak ada.

- Amenore pada tumor ovarium dan sindrom adreno genital didapatkan

pembekuan klitoris

Ekstremitas : Pada amenore karena sindrom turner disertai tanda ruas tulang tangan dan

kaki pendek, osteoporosis.

f. Pemeriksaan penunjang

1) Apabila pemeriksaan klinik tidak dapat memberi gambaran yang jelas mengenai sebab

amenore, maka dapat dilakukan pemeriksaan, sebagai berikut :

- Foto rontgen thorax : apakah ada TBC pulmonum, apakah ada perubahan pada sella

tursika.

- Pemeriksaan sitologi vagina : untuk mengetahui adanya estrogen yang dapat dibuktikan

berkat pengaruhnya.

- Pemeriksaan sitologi vagina : untuk mengetahui adanya DM.

- Kerokan uterus : untuk mengetahui keadaan endometrium adanya endometritis

tuberkulosa.

- Pemeriksaan metabolik basal : jika perlu pemeriksaan T3 dan T4 untuk mengetahui

fungsi glandola tiroidea

- Pemeriksaan mata : keadaan retina dan lapang panjang, virus jika ada kemungkinan

tumor hipofisis (Hanifa W, 2006 : 209).

2) Uji laboratorium pertama adalah terhadap peta HCG

- Jika positif, maka wanita hamil

- Jika negatif, dapatkan nilainya TSH, prolaktin dan uji tantangan progesteron (provera 5-10

mg per os tiap hari selama 5-10 hari)

- Kadar TSH dan prolaktin normal yang bergabung dengan darah yang diambil dari uji

tantangan progesteron anovulasi (Varney, 2002 : 55).

Page 16: amenore

DIAGNOSA KEPERAWATAN

a.       Ansietas berhubungan dengan perubahan dalam status kesehatan

b.      Gangguan citra tubuh berhubungan dengan biofisik, tahap perkembangan, perseptual,

dan penyakit

c.       Harga diri rendah situasional berhubungkan dengan gangguan fungsional (amenorrhea

primer)

d.      Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi yang didapat tentang

penyakitnya (amenorrhea)

INTERVENSI KEPERAWATAN

No.

Diagnosa

Tujuan dan KH Intervensi

1 Setelah dilakukan asuhan

keperawatan selama .. x 24 jam

cemas pasien dapat teratasi

dengan kriteria hasil :

·  Cemas berkurang

·  Tidak menunjukan perilaku

agresif

1. Kaji tingkat kecemasan : ringan, sedang,

berat, panic

2. Berikan kenyamanan dan ketentraman hati

3. Beri dorongan pada pasien untuk

mengungkapkan pikiran dan perasaan

untuk mengeksternalisasikan kecemasan

4. Anjurkan distraksi seperti nonton tv,

dengarkan radio, permainan untuk

mengurangi kecemasan.

5. Singkirkan stimulasi yang berlebihan

2 Setelah diberikan asuhan

keperawatan selama .. x 24 jam

pasien diharapkan tidak

mengalami gangguan citra tubuh

dengan kriteria hasil :

Mengidentifikasi dan

mengungkapkan gejala

cemas

1. Gunakan pendekatan yang menenangkan

2. Berikan informasi factual mengenai

diagnosis, tindakan prognosis

3. Dengarkan dengan penuh perhatin

4. Identifikasi tingkat kecemasan

Page 17: amenore

Mengungkapkan tehnik

mengontrol cemas

3 Setelah diberikan asuhan

keperawatan selama .. x 24 jam

pasien diharapkan tidak

mengalami harga diri rendah

dengan kriteria hasil :

·  Mengungkapkan penerimaan

diri secara verbal

1. Tetapkan hubungan saling percaya

perawat dan pasien

2. Ciptakan batasan terhadap

pengungkapan negative

3. Bantu untuk mengidentifikasi respon

positif terhadap orang lain

4. Bantu penyusunan tujuan yang realitas

untuk mencapai harga diri rendah yang

tinggi

5. Berikan penghargaan dan pujian terhadap

pengembangan pasien dalam pencapaian

tujuan

4 Setelah dilakukan asuhan

keperawatan selama .. x 24 jam

pasien mampu menjelaskan

penyakit dan mampu mengenal

penyakitnya dengan kriteria hasil:

·  pasien mengetahui tentang

penyakitnya

1. Mengkaji tingkat pengetahuan pasien

tentang penyakit yang dideritanya

2. Memberikan pengajaran sesuai dengan

tingkat pemahaman pasien

3. Memberikan informasi dari sumber-

sumber yang akurat dan dapat

dipertanggungjawabkan

Page 18: amenore

DAFTAR PUSTAKA

Bagian Obstetri & Ginekologi FK. Unpad. 1993. Ginekologi. Elstar. Bandung

Carpenito, Lynda Juall. 2000. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Jakarta : EGC

Difa Danis. Kamus Kedokteran. Gitamedia Press.

Galle, Danielle. Charette, Jane.2000. Rencana Asuhan Keperawatan Onkologi.

Jakarta : EGC

Saifidin, Abdul Bari,dkk. 2001. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan

Maternal dan Neonatal. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo & JNKKR-POGI.

Jakarta

Page 20: amenore