Upload
dwi-wahyu-arsita
View
57
Download
6
Embed Size (px)
DESCRIPTION
amalgam
Citation preview
KOMPOSISI LOGAM CAMPUR
American Dental Association (ADA) Spesification No. 1 mengharuskan agar
logam campur amalgam mempunyai kandungan utama dari perak dan timah. Unsur-
unsur lain seperti tembaga, seng, emas. Dan merkuri dalam jumah yang tidak
ditentukan, dibolehkan ada dalam konsentrasi kurang daripada konsentrasi perak atau
timah. Logam campur yang mengandung seng lebih dari 0,01% dari yang diperlukan
disebut mengandung seng. Logam campur yang mengandung seng 0,01% atau kurang
disebut non-seng. Tidak ada spesifikasi untuk logam campur rendah tembaga atau
tinggi tembaga (Anusavice, 2004).
Logam campur perak-tirmh dari G.V. Black (Ag-Sn) (logam campur rendah
tembaga) lebih jarang digunakan dalam membuat restorasi amalgam. Biar
bagaimanapun, logam campur Ag-Sn masih tetap merupakan logam campur yang
penting untuk amalgam, karena bubuk logam campur Ag-Sn membentuk sebagian
besar bubuk berbagai logam campur tinggi tembaga. Oleh karena itu, karakteristik
dari logam campur rendah tembaga maupun tinggi tembaga perlu diketahui
(Anusavice, 2004).
Sebelum logam campur ini dikombinasikan dengan merkuri, logam campur
dikenal sebagai logam campur amalgam gigi. Secara historis, logam campur amalgam
mengandung perak sekurangnya 65 %wt timah 29 %wt, dan tembaga kurang dari
6%wt, suatu kombinasi yang mendekati anjuran G.V. Black pada tahun 1896. Selama
1970-an, banyak dikembangkan logam campur amalgam yang mengandung tembaga
6-30 %wt Beberapa dari logam campur nnggi tembaga ini menghasilkan amalgam
(amalgam tinggi tembaga) yang lebih unggul dalam berbagai hal dibanding amalgam
rendah tembaga yang tradisional (Anusavice, 2004).
Untuk mendapatkan amalgam, merkuri dicampur dengan bubuk dari logam
campur amalgam. Bubuk diproduksi dengan menggiling atau memotong batangan cor
dari logam campur amalgam. Partikel-partikel dari bubuk lathe-cut ini mempunyai
bentuk tidak teratur, seperti dapat dilihat pada Gambar 17-1. Atau, bubuk dapat dibuat
melalui atomisasi logam campur cair, menghasilkan partikel yang pada dasarnya
berbentuk sferis. Seperti dapat dilihat pada Gambar 17-2, partikel ini tidak sungguh-
sungguh bulat, namun dapat berbentuk bujur, tergantung pada teknik atomisasi dan
pemadatan yang digunakan. Logam campur juga dipasok sebagai campuran dari
partikel lathe-cut dan sferis (Anusavice, 2004).
Gambar 17-1. Partikel-partikel dari logam campur amalgam tradisional yang berbentuk lathe-cut. Pembesaran l00x
Gambar 17-2. partikel-partikel logam
campur amalgam berbentuk sferis.
Pembesaran 500x
Bubuk juga dipasok dalam bentuk pelet atau pil. Pada keadaan ini, partikel yang
halus mendapat cukup tekanan sehingga membentuk 'kulit' di atas bagian luar pelet
dan sedikit koheren di bagian dalam. Meskipun demikian, kohesinya tidak terlalu
besar sehingga partikel-partikel tidak mudah terpisah jika diamalgamasi dengan benar
(Anusavice, 2004).
Logam campur amalgam dicampur dengan merkuri oleh dokter gigi atau asisten
dokter gigi. Pada kedokteran gigi, prosedur pencampuran secara teknis disebut
sebagai triturasi. Produk triturasi adalah massa plastis yang mirip dengan massa yang
terjadi pada pencairan logam campur pada temperatur antara temperatur cair dan
padat. Instrumen khusus digunakan untuk mendorong massa plastis ke dalam kavitas
yang sudah dibuat, melalui proses yang disebut sebagai kondensasi (Anusavice,
2004).
Selama triturasi dari bubuk logam campur dengan merkuri, merkuri akan
melarutkan permukaan partikel-partikel logam campur dan akan terbentuk beberapa
fase yang baru. Fase yang baru ini mempunyai titik cair di atas temperatur yang
normalnya ada di dalam mulut. Perubahan campuran merkuri-bubuk menjadi massa
plastis yang menyatu diikuti dengan pengerasan dan menjadi kakunya amalgam
sewaktu cairan merkuri digunakan pada pembentukan fase padat yang baru
(Anusavice, 2004).
Kesuksesan klinis dari restorasi amalgam tergantung pada perhatian yang cermat
terhadap detail. Setiap tahap manipulasi dari sejak preparasi kavitas sampai restorasi
dipoles dapat berpengaruh pada sifat fisik dan kimia dari amalgam dan kesuksesan
atau kegagalan restorasi. Tidak diikutinya prinsip-prinsip preparasi kavitas dasar
sangat berperan pada terjadinya kegagalan. Hal ini akan dibicarakan pada buku teks
dentistri operatif. Pembahasan berikut ini berkaitan dengan kegagalan yang
berhubungan dengan logam campur itu sendiri dan cara manipulasinya (Anusavice,
2004).
Pada dasarnya, dokter gigi dan asisten dokter gigi adalah orang yang membuat
amalgam. Kedua komponen, logam campur dan merkuri dibeli jadi. Pada proses
memadukan keduanya dan membuat restorasi, amalgam terbentuk. Cara pembentukan
ini mengendalikan sifat dan kinerja dari amalgam (Anusavice, 2004).
Faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas restorasi amalgam gigi dapat dibagi
menjadi dua kelompok:
(1) yang dapat dikendalikan oleh dokter gigi, dan
(2) yang di bawah kendali pabrik.
Faktor-faktor yang dikendalikan dokter gigi mencakup
(1) pemilihan logam campur;
(2) rasio merkuri: logam campur;
(3) prosedur triturasi;
(4) teknik kondensasi;
(5) keutuhan bagian tepi;
(6) karakteristik anatomi;
(7) hasil akhir.
(Anusavice, 2004).
Karena banyak logam campur amalgam modern yang oleh pabrik pembuatnya
dipasok dalam kapsul yang mengandung baik logam campur maupun merkuri,
pemilihan logam campur pra-kapsul ini juga berarti memilih rasio merkuri logam
campur
Tabel 17-1. Simbol dan Stoichiometri dari Fase yang Terlibat dalam
Pengerasan Amalga, Gigi
Fase pada Logam Campur
Amalgam dan Amalgam
Gigi yang Sudah
Mengeras.
Rumus Stoichlometric
γ
γ1
γ2
ε
η
eutetik perak - tembaga
Asg3Sn
Sg2Hg3
Sn7-8Hg
CU3Sn
CU6Sn5
Ag-Cu
Huruf Yunani dinamai sebagai berikut : γ (gamma); ε (epsilon); dan η (eta)
(Anusavice, 2004).
Pabrik mengendalikan :
(1) komposisi logam campur;
(2) pemanasan logam campur;
(3) ukuran, bentuk, dan metode pembuatan partikel logam campur;
(4) manipulas; permukaan partikel; dan
(5) bentuk dipasoknya logam campur tersebut.
Fase Metalurgi pada Amalgam Gigi. Reaksi pengerasan dari logam campur
untuk amalgam gigi dengan merkuri biasanya dinyatakan oleh fase metalurgi yang
terlibat di sini. Fase ini diberi nama dengan huruf Yunani yang mempunyai hubungan
dengan simbol-simbol yang terdapat pada diagram fase untuk setiap sistem logam
campur. Untuk memudahkan membaca bagian berikut, huruf-huruf Yunani dan
informasi stoichiometric untuk fase ini diuraikan pada tabel 17-1 (Anusavice, 2004).
Sistem Perak-Timah. Gambar 17-3 adalah diagram keseimbangan fase dari
sistem logam campur Ag-Sn. Karena perak dan timah membentuk bagian terbesar dari
logam campur amalgam, hubungan fase yang diperlihatkan pada diagram ini dapat
ditemukan pada banyak logam campur amalgam.
Logam campur rendah tembaga mempunyai kisaran komposisi yang kecil yang
terletak antara daerah β + γ dan γ dari diagram pada Gambar 17-3. Daerah-daerah ini
dikelilingi dengan garis ABCDE. Pada titik C terdapat senyawa antar logam Ag3Sn,
fase γ, yang dibentuk melalui reaksi peritetik (lihat Bab 15) dari cairan ditambah
daerah β di atasnya. Fase β yang lebih banyak kandungan peraknya secara
kristalografi mirip dengan fase γ.
Pengaruh Fase Ag-Sn pada Sifat Amalgam. Pada komposisi berkisar di
sekitar fase γ, peningkatan atau penurunan jumlah perak dapat mempengaruhi jumlah
fase β dan γ serta sifatnya. Sebagian besar logam campur komersial terdapat dalam
kisaran komposisi B ke C yang terbatas dan tidak benar-benar pada komposisi
peritetik (titik C). Karena efek fase-fase ini relatif menonjol, fase ini perlu
dikendalikan agar diperoleh kualitas logam campur yang merata (Anusavice, 2004).
Gambar 17-3. diagram
keseimbangan fase dari system
perak-timah
Jika konsentrasi timah melebihi 26,8 %wt, akan terbentuk campuran fase γ dan
fase yang kaya timah. Adanya fase timah meningkatkan jumlah fase timah-merkuri
yang terbentuk jika logam campur diamalgamasi. Fase timah-merkuri kurang tahan
terhadap korosi dan merupakan komponen amalgam perak yang paling lemah.
Amalgam yang kaya timah mempunyai ekspansi lebih kecil daripada logam campur
yang kaya perak.
Logam campur Ag-Sn cukup rapuh dan sulit dimanipulasi merata kecuali bila
sejumlah kecil tembaga menggantikan perak. Penggantian atomik ini dibatasi sekitar
4 %wt sampai 5 %wt, karena bila melebihi batas tersebut akan terbentuk Cu3Sn.
Dalam kisaran kelarutan tembaga yang terbatas, kenaikan kandungan tembaga akan
mengeraskan dan memperkuat logam campur Ag-Sn (Anusavice, 2004).
Penggunaan seng dalam logam campur amalgam masih menjadi subjek yang
kontroversial. Seng jarang ada dalam logam campur dalam jumlah lebih dari 1 %wt.
Logam campur tanpa seng umumnya lebih rapuh, dan amalgam yang terbentuk dari
logam ini cenderung kurang plastis selama kondensasi dan pengukiran. Fungsi utama
dari seng dalam logam campur amalgam adalah sebagai deoksidasi. Seng berfungsi
sebagai pemakan selama pencairan, menggabungkan dengan oksigen untuk
meminimalkan pembentukan oksida lain. Seng mempunyai efek bermanfaat dalam
hubungannya dengan korosi tahap awal dan keutuhan tepi, seperti terlihat dalam
percobaan klinis. Seng, bahkan dalam jumlah kecil, menyebabkan ekspansi abnormal
dari amalgam jika amalgam tersebut dikondensasi dalam keadaan ada cairan (akan
dibicarakan nanti) (Anusavice, 2004).
Spesifikasi ADA untuk logam campur amalgam memperbolehkan adanya
merkuri dalam bubuk logam campur. Beberapa logam campur yarig belum
diamalgamasi dijual di Eropa, tetapi masih belum dijual secara luas di Amerika
Serikat. Unsur lain dapat diikutkan dalam logam campur amalgam jika data klinis dan
biologis menunjukkan bahwa logam campur ini aman bila digunakan di dalam mulut.
Sejumlah kecil indium atau palladium diikutkan pada beberapa sistem komersial.