20
99 GERAKAN DAKWAH SALAFIYAH (Konflik Ideologis dan Sosial di Lombok Barat) Muhammad Sa’i * Abstrak: Dalam bentangan sejarah panjang pergumulan pemikiran Islam, salafiyah lahir sebagai salah satu manhaj berfikir yang berusaha mengembalikan semangat keislaman pada khazanah intelektualitas Islam yang autentik berdasarkan kitab suci, kehidupan Nabi Muhammad Saw, dan generasi Salaf al-Shâlih. Lewat visi di atas, salafiyah kemudian merajut ideologi doktrin melalui sikap kritis dan korektif atas paham dan ideologi keagamaan yang mereka anggap tidak sejalan dengan alur yang dibangunnya. Setiap tindakan dakwah yang tidak bersumbu pada sumber autentik dan mengarah pada pelegitimasian unsur budaya lokal mereka cap sebagai bid’ah. Dalam konteks regional dan secara khusus wilayah Lombok Barat, propaganda dakwah tersebut memicu munculnya ketegangan dan konflik. Dampak dari ketegangan tersebut adalah reaksi kelompok lain dalam bentuk penyerangan, penyerbuan, pembakaran, pengrusakan, pengasingan, dan bahkan penutupan majelis-majelis pengajian jamaah salafiyah. Konflik sosial demikian cukup menegangkan dan terkadang membawa akibat jauh. Masyarakat muslim yang mengalami konflik itu sebenarnya memiliki dasar dan prinsip dakwah yang sama, hanya saja mereka berbeda pendapat dalam masalah khilâfiyah dalam dimensi ritual-sosiologis. Karena itu, konflik ideologis dan sosial seperti itu akan bisa diminimalisir manakala ada kesediaan semua kelompok untuk saling bisa bersikap arif dan toleran atas perbedaan keyakinan ideologis yang terjadi. Kata kunci: dakwah salafiyah, al- salaf al-shalih, konflik sosial, ideologis, bid’ah, toleran. * Penulis (email: [email protected]) adalah Dosen Fakultas Dakwah IAIN Mataram, Jl. Pendidikan No. 35 Mataram.

aliran salaf

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: aliran salaf

99

GERAKAN DAKWAH SALAFIYAH(Konflik Ideologis dan Sosial di Lombok Barat)

Muhammad Sa’i*

Abstrak: Dalam bentangan sejarah panjang pergumulanpemikiran Islam, salafiyah lahir sebagai salah satu manhajberfikir yang berusaha mengembalikan semangat keislamanpada khazanah intelektualitas Islam yang autentikberdasarkan kitab suci, kehidupan Nabi Muhammad Saw, dangenerasi Salaf al-Shâlih. Lewat visi di atas, salafiyah kemudianmerajut ideologi doktrin melalui sikap kritis dan korektif ataspaham dan ideologi keagamaan yang mereka anggap tidaksejalan dengan alur yang dibangunnya. Setiap tindakandakwah yang tidak bersumbu pada sumber autentik danmengarah pada pelegitimasian unsur budaya lokal mereka capsebagai bid’ah. Dalam konteks regional dan secara khususwilayah Lombok Barat, propaganda dakwah tersebut memicumunculnya ketegangan dan konflik. Dampak dari ketegangantersebut adalah reaksi kelompok lain dalam bentukpenyerangan, penyerbuan, pembakaran, pengrusakan,pengasingan, dan bahkan penutupan majelis-majelispengajian jamaah salafiyah. Konflik sosial demikian cukupmenegangkan dan terkadang membawa akibat jauh.Masyarakat muslim yang mengalami konflik itu sebenarnyamemiliki dasar dan prinsip dakwah yang sama, hanya sajamereka berbeda pendapat dalam masalah khilâfiyah dalamdimensi ritual-sosiologis. Karena itu, konflik ideologis dansosial seperti itu akan bisa diminimalisir manakala adakesediaan semua kelompok untuk saling bisa bersikap arif dantoleran atas perbedaan keyakinan ideologis yang terjadi.

Kata kunci: dakwah salafiyah, al- salaf al-shalih, konflik sosial,

ideologis, bid’ah, toleran.

*Penulis (email: [email protected]) adalah Dosen Fakultas Dakwah IAINMataram, Jl. Pendidikan No. 35 Mataram.

Page 2: aliran salaf

Jurnal Penelitian Keislaman, Vol. 4, No. 1, Desember 2007: 99-118

100

PENDAHULUANSejarah mencatat, setelah Nabi Saw wafat, ia meninggalkan

masyarakat yang sangat pluralistik, secara sosio-kultural, eko-nomis, geografis, bahkan rasial. Dengan meluasnya hunian kaumMuslimin dari semenanjung Arabia sampai Eropa dan Asia Timur,mereka berintraksi dengan budaya, agama dan kecendrunganfilsafat yang berbeda, antara lain kaum Yahudi, Kristen, Shabi’indan Zoroaster. Mereka juga dihadapkan dengan situasi dantantangan intelektual baru yang harus ditanggapi dengan jawabanyang mencerminkan ideal iman yang baru ini.

Pergumulan Islam dengan berbagai peradaban di satu sisidan realitas tekstual al-Quran di sisi lainnya membuka lebar ruangdiskusi dan dialog bagi semua umat. Dialektika pemikiran, per-bedaan interpretasi mengenai teks ayat-ayat al-Qur,an dan Hadis,kemudian memunculkan aliran-aliran yang berlainan.1 Dalam halini, penganjur masing-masing kelompok berusaha menjawabmasalah-masalah yang dihadapinya dengan memakai penafsiranal-Qur’an yang bersifat subjektif, lokalitas, menggunakan analogidan filsafat.

Secara umum dapat digarisbawahi, bahwa kemunculanberbagai aliran pemikiran atau idiologi dalam Islam dipicu olehsetidaknya dua factor utama, yaitu; internal, keinginan untukmemahami dan mengamalkan ajaran agama yang tersimpuldalam Kitab Suci dan Hadits Nabi secara rasional dan selarasdengan tuntutan kontemporer. Kedua, eksternal, pengaruh luarberupa realitas, sikap, cara fakir dari umat beragama dan bahkanjuga situasi social budaya, ekonomi dan politik. Wakil-wakil besarkecendrungan ini melahirkan pelembagaan pemikiran (firqah)yang mandiri seperti; Qadariyah, Jabbariyah, Mu’tazilah,Asy’ariah, Maturidiah, dan Salafiyah.

Secara etimologi kata salafiyah berasal dari akar kata bahasaArab yaitu sa-la-fa yang berarti generasi terdahulu atau nenekmoyang2. Sedangkan kata salafiyah dapat diartikan sebagaikhazanah ilmu yang bersumber dari pemahaman secara mendalamterhadap ajaran Salafu al-Shâlih3. Dengan demikian salafiyahmengacu pada metodologi berfikir dan atau mengungkapkan

1Harun Nasution,Teologi Islam Aliran-aliran Sejarah Analisa Perbandingan(Jakarta, UI Press, 1986), 150.

2Ibnu Manzur, Lisân al-Arab, juz 6 (Beirut: Dar Ihya al-Turats al-Araby, tt),330.

3Abu Abdirrahman al-Thalibi, Dakwah Salafiyah Dakwah Bijak MeluruskanSikap Keras Dai Salafi ( Jakarta: Hujjah Press, 2006), 9.

Page 3: aliran salaf

Gerakan Dakwah Salafiyah… (Muhammad Sa'i)

101

kembali doktrin Islam dalam bahasa dan pemahaman yang dapatditerima umat Islam kontemporer, khususnya kalangan terdidikdengan dengan kembali ke sumber pemikiran Islam yaitu KitabSuci, kehidupan Nabi Muhammad Saw, dan generasi awal umatIslam.

John L.Esposito mengketegorikan salafiyah menjadi tigakategori; pertama, Salafiyah Kalsik yang dipelopori oleh ImamAhmad Ibn Hanbal (780-855) yang secara subsatansial bertitiksumbu pada tiga prinsip. Pertama keutamaan teks wahyu di atasakal. Dan bahwa tidak ada kontradiksi antara akal dan kitabsuci.Kedua, penolakan kalam. Salafiyah menganggap persoalanyang diangkat oleh mazhab-mazhab teologi sebagai bid’ah danmeneguhkan pandangan ortodoks dalam hal ini. Ketiga, ketaatanketat pada al-Qur’an, sunnah dan consensus atau ijma’ paraleluhur yang shalih. Kategori kedua, Salafiyah Pramodern yangdikomandani oleh Muhammad Ibn Abdul Wahab (1703-1792).Sebuah gerakan pemikiran yang berkeinginan untuk memurnikansemenenjung Arab dan praktek non Islam dan membangunNegara Islam yang meneladani Negara yang didirikan oleh Nabi.Kategori ketiga Salafiyah Modern, yang dimotori oleh Jamal al-Din al-Afghani (1839-1897) dan Muhammad Abduh (1849-1905).Gerakan Salafiyah ini bertujuan untuk menyingkirkan dari umatIslam mentalitas taqlid atau imitasi buta dan jumud atau stagnasiyang telah berlansung berabad-abad, mengembalikan Islam padabentuk murninya dan mereformasi kondisi moral, budaya, danpolitik Muslim.4

Sementara itu, Syamsu Rizal Panggaben menyebutkansetidaknya dua factor utama yang mempengaruhi kemunculanSalafiyah yaitu, pertama, purifikasi pemikiran Islam yakni denganmengedepankan gagasan tentang perlunya umat Islam kembalipada priode generasi awal umat Islam dalam rangka menemukaninspirasi dan jalan keluar dari masalah yang dihadapi masyaraktIslam kontemporer di bidang keagmaan maupun keduniaan dan,kedua, membangkitkan kembali dunia Islam dan menagadakanpembaruan keagamaan dan reformasi moral5.

Dalam konteks masyarakt Islam Sasak (Lombok NusaTenggara Barat secara khusus, dan Indonesia secara umum),

4John L.Esposito, Ensiklopedi Oxford Dunia Islam Modern, Jilid 5, terj. Eva Y.Ndkk. (Bandung : Mizan, 2001), 105-106.

5Syamsu Rizal Panggaben, “Organisasi dan Gerakan Islam” dalamEnsiklopedi Tematis Dunia Islam Dinamika Masa Kini, jilid 6, ed.Taufiq Abdullah, (Jakarta: PT.Ichtiar Baru van Hoeve, tt), 84-85.

Page 4: aliran salaf

Jurnal Penelitian Keislaman, Vol. 4, No. 1, Desember 2007: 99-118

102

kehadiran kelompok ini, menjadi alternative metode berfikir dalammemahami dan membedah teks-teks primer Islam dalam hal inial-Qur’an dan al-Hadis maupun teks-teks sekunder hasil inter-pretasi kreatif para cendekiawan muslim (ulama) juga terhadapdialektika-kultural masyarakat. Bahkan kelompok ini telah mem-bangun jaringan inprastruktur pembinaan umat seperti pembangu-nan sarana-sarana ibadah, fasilitas belajar, pembangunanperpustakaan, pembangunan lembaga-lembaga dakwah, ilmiyahdan social serta bantuan-bantuan lainnya.

Sejalan dengan perkembangan masyarakat yang semakinmajmuk, kesenjangan social, dan pengaruh global yang intens,berimplikasi pada kompleksisitas masalah yang dihadapinya.Komplektisitas masalah ini berdampak pada melemahnya fungsi-fungsi pranata sosial bahkan aspek keberagamaan yang padagilirannya dapat memicu munculnya ketegangan dan konflik sosialyang merugikan kerukunan.6

6Konflik merupakan kenyataan hidup yang tidak terhindarkan dan seringbersifat kreatif. Konflik terjadi ketika tujuan masyarakat tidak sejalan. Atau dengankata lain, konflik terjadi karena ketidakseimbangan atau ksenjangan status sosial,kurang meratanya kemakmuran dan akses yang tidak seimbang terhadap sumberdaya serta sudut pandang terhadap suatu permasalahan. Dahrendrof mengajukantesis bahwa adanya konflik mempunya fungsi pokok, yakni dimungkinkantimbulnya perubahan struktur sosial, khususnya yang berhubungan denganstruktur otoritas. Dahrendorf membedakan tiga tipe perubahan struktural, yaitu;perubahan keseluruhan personel di dalam posisi dominasi, perubahan sebagianpersonel dalam posisi dominasi, dan digabungkannya kepentingan-kepentingankelas subordinat masuk kedalam kelas yang berkuasa (Dahrendorf Ralf KonflikDan Konflik Dalam Masyarakat Industri (Sebuah Analisa Kritik), terjemahan Ali Mandandari judul aslinya: Class and Class Conflict in Industrial Society”, (Jakarta: PenerbitCV. Rajawali, 1986 h.192). Sementara itu, Uday Pareek, mengindentifikasi tujuhsebab terjadinya konflikl, yaitu; pertama, konflik bisa terjadi jika perhatian utamaindividu atau kelompok diarahkan kepada diri sendiri. Perspektif mereka sempitdan orintasi mereka jangka pendek. Kedua, tujuan yang tidak sama ataubertentangan . Apalagi jika mempunyai orientasi individualis. Ketiga, konflikatau perselisihahn dalam kelompok bisa terjadi karena kesukaran membagi sumberdaya yang tersedia. Para anggota meraasakan keterbatasan sumber daya dancenderung untuk memperjuangkan siapa yang harus mendapatkan apa. Sebenarnyajika orang-orang itu sadar bahwa sumber daya dapat diperluas, setidaknya sumberdaya itu dapat dinikmati bersama. Keempat, kekuasan, yang ecara konsepsionalberhubungan erat dengan masalah pengaruh, persuasi, manipulasi, kekuatan danwewenang . Kekuasaan juga bisa diartikan sebagai kemauan seseorang ataukelompok untuk mempengaruhi tingkah laku orang lain tersebut sesuai dengankeinginan atau tujuan dari orang yang mempunyai kekuasan itu. Kelima, perbedanideologi dimana mereaka membuat streotipe dari mereka yang ideologinyaberbeda. Keenam, keinginan menseragamkan ide untuk mencapai norma-normaatau standar prilaku yang sama, dengan kata lain menolak bersikap toleranterhadap bermacam-macam norma yang ada. Ketujuh, adanya usaha menguasaikelompok (Uday Pareek, Prilaku Organisasi (Jakarta: Pustaka Binaman Pressinndo,

Page 5: aliran salaf

Gerakan Dakwah Salafiyah… (Muhammad Sa'i)

103

Dalam dialog antara Pemuka Agama Pusat dan Daerahyang diadakan pada tanggal 21 – 23 Juni 2004, di Hotel Jayakartadan Kantor Bupati Lombok Barat yang diikuti oleh tokoh-tokohagama, pemerintah dan organisasi-organisasi keagamaan ter-identifikasi bahwa salah satu potensi konflik yang muncul dalamkehidupan masyarakat NTB adalah, bahwa di lingkungan internalkelompok keagamaan terdapat perbedaan pendapat dan aspirasibaik yang terkait dengan ajaran agama maupun persoalan sosial.Di samping itu juga terkesan masih ada yang merasakan sebagianpenyiaran agama tidak sepenuhnya merupakan pembinaaninternal kelompok.7

Berdasarkan identifikasi awal di lapangan, kelompoksalafiyah ini mendapatkan perlawanan pada wilayah-wilayahdakwah mereka. Tercatat, bahwa selama ini setidaknya ada empatperistiwa penyerangan terhadap kelompok ini. Keempat peristiwatersebut telah terjadi di Dusun Beroro Dasa Jembatan Kembar keca-matan Lembar Lombok Barat, Desa Sekotong Kecamatan seko-tong Lombok Barat, Desa Gelogor Kecamatan Narmada LombokBarat dan Desa Sesela Kecamatan Gunungsari Lombok Barat.

Berangkat dari landasan pemikiran di atas, tulisan mencobamenemukan jawaban terhadap persoalan tersebut, denganmengemukakan pertanyaan masalah; a). Bagaimana dakwahsalafiyah di wilayah yang mengalami konflik?, b). Apa sajakah

1996, h. 56). Senada dengan pendapat di atas, Simon Fisher dkk, menyebutkanbeberapa teori yang tentang terjadinya konflik: Pertama, Teori hubunganmasyarakat. Teori menyatakan bahwa konflik terjadi disebabkan oleh polariasiyang terus terjadi, ketidak percayaan dan permusuhan di antara kelompok yangberbeda dalam masyarakat. Kedua, teori negosiasi konflik. Menganggap bahwakonflik terjadi oleh posisi-posisi yang tidak selaras dan perbedaan pandangantentang konflik oleh pihak-pihak yang mengalami konflik. Ketiga, teori keutuhanmanusia. Teori menganggap bahwa konflik disebakan oleh kebutuhan dasarmanusia-fisik, mental dan sosial-yang tidak terpenuhi atau terhalangi. Keamanan,identitas, pengakuan, partisipasi dan otonomi sering merupakan inti pembicaran.Keempat, teori identitas. Teori ini berasumsi bahwa konflik disebabkan oleh karenaidentitas yang terancam, yang sering berakar pada hilangnya sesuatu ataupenderitaan di masa lalu yang tidak diselesaikan. Kelima, teori kesalahpahamanantarbudaya.Teori berasumsi bahwa konflik disebekan oleh ketidakcocokan dalamcara-cara komunikasi di antara berbagai budaya yang berbeda. Dan keenam, teoritransformasi konflik. Bahwa konflik disebabkan oleh ketidaksetaraan danketidakadilan yang muncul sebagai masalah-masalah sosial, budaya dan ekonomi(Simon Fisher dkk, Mengelola Konflik Ketrampilan dan Strategi Untuk Bertindak, alihBahasa S.N. Karikasari dkk. (Jakarta : The British Council Responding to Conflict,tth. h. 4).

7Ridwan Lubis, ed. Menelusuri Kearrifan Lokal di Bumi Nusantara (Jakarta:Puslitbang Kehidupan Beragama, 2005), 357.

Page 6: aliran salaf

Jurnal Penelitian Keislaman, Vol. 4, No. 1, Desember 2007: 99-118

104

gejolak pemahaman keagaman jamaah salafiyah , yang memicuatau memprovokasi terjadinya konflik?, c). Bagaimana jalan keluar,menyelesaikan dampak dari krisis sosial yang ditimbulkan olehadanya konflik pemahaman?

METODE PENELITIAN

Penelitian ini merupakan penalitian studi kasus yang ber-kenaan dengan fenomena sosial keagamaan di lingkungan masya-rakat yang heterogen. Dengan ketegori studi kasus ini, maka pene-litian ini menggunakan pendekatan kualitatif yang memusatkanperhatian pada prinsip-prinsip umum yang mendasari perwuju-dan satuan-satuan gejala yang ada dalam kehidupan manusia.Dengan demikian dalam penggalian data digunakan pendekatansosiologis8 karena peneliti berusaha menyelidiki bagaimana tatacara masyarakat, kebudayaan dan pribadi-pribadi mempengaruhiprilaku beragama. Lewat pendekatan ini dapat dilihat konsep-konsep holistik dengan tujuan mempertahankan keutuhan atauwholeness dari objek.

Berangkat dari pendekatan data yang digunakan dalampenelitian ini, maka metode pengumpulan data penelitian iniadalah; (1) wawancara mendalam (in-depth intervew), (2) observasidan (3) dokumentasi serta (4) focus group discussion (FGD).

Teknik in-depth intervew dimaksudkan untuk mendapatkaninformasi tentang keadaan, kegiatan, perasaan dan tuntutan sertakepedulian dari informan. Untuk menemukan data yang lebihkomprehensip tentang hubungan atau intraksi informan denganinforman lainnya dalam prilaku sosial maka dilakukan pencatanterhadap prilaku yang ditampilkan. Selain kepada para tokohagama baik dari kalangan jamaah salafiyah maupun tokohpenentangnya, wawancara diajukan kepada dan masyarakatindependen.

Tahap selajutnya untuk kerja lapangan kegiatan utamanyaadalah observasi untuk mendapatkan gambaran tentang kondisimasyarakat yang berada pada lokasi dakwah jamaah salafiyahtermasuk di dalamnya konflik horizontal yang terjadi.

Data dokumen yang dimaksudkan meliputi dakumen,arsip, dan lainnya yang terkait dengan dinamika dakwah dan social

8Pendekatan sosiologis adalah pendekatan memfokuskan pada kelompokdan lembaga-lembaga keagamaan (pembentukan, kegiatan, kelangsungan hidup,pemeliharaan dan pembubaran), prilaku hidup individu dan kelompok dankonflik antar kelompok

Page 7: aliran salaf

Gerakan Dakwah Salafiyah… (Muhammad Sa'i)

105

jamaah salafiyah. Dokumentasi dalam penelitian ini terkait dengandokumen-dokumen tertulis tentang gerakan dan reaksi masyarakatsekitar wilayah konflik.

Diskusi kelompok terarah (focus group discussion) dilakukandengan berbagai kalangan yaitu; tokoh agama dan masyarakatserta kalangan akademisi. Pada kesempatan ini peneliti berperansebagai moderator yang dilakukan untuk menggali data daninformasi sebanyak mungkin yang tidak terungkap melalui teknikwawancara di atas. Kegiatan pencatan informasi dilakukandengan menggunakan catatan lapangan (field notes)

Setelah data lapangan terkumpul, kemudian dilakukananalisis terhadap seluruh data dengan membangun pemahamanyang lebih komprehensip dan rinci khususnya mengenai latarbelakang pemikiran dan metode dakwah islamiyah jamaahsalafiyah dan konflik social yang ditimbulkan.

Proses analisa data dilakukan dengan melakukan kritikterhadap data, yakni meneliti tentang keasliannya melalui kritikintern dan ekstern. Data yang diperoleh melalui teknis doku-mentasi, observasi, wawancara dan focus group discussion di atassegera dibuat pemetan berdasarkan pokok masalah yang adadengan analisis reflektif. Khusus untuk data literer dianalisis denganmetode content analysis, yakni menjelajahai makna-makna ter-dalam dari ungkapan teks. Berikutnya dilakukan analisis atas data-data hasil observasi dan wawancara, dengan metode induktif dankomparatif. Untuk memperoleh keabsahan data ini ada delapanlangkah alternative, seperti yang ditawarkan Noeng Muhadjir:memperpanjang observasi, pengamatan terus menerus, trianggu-lasi, diskusi, analisa kasus, pengamatan referensi dan pengecekan.9

HASIL DAN PEMBAHASAN

Gambaran Umum Lokasi

Kabupaten Lombok Barat merupakan salah satu daridelapan Kabupaten/Kota di wilayah Propinsi Nusa TenggaraBarat dengan luas wilayah 1.672 km persegi atau 34,80 % dariluas pulau Lombok. Kabupaten Lombok Barat terbagi menjadi 15(lima belas) wilayah kecamatan, 113 desa dan 572 dusun. Dalamrangka optimalisasi dan pemerataan pembangunan, jumlahkecamatan tersebut dibagi menjadi tiga wilayah pembangunan,yakni; lima kecamatan di wilayah bagian utara, tujuh kecamatan

9Noeng Muhadjir, Metodologi Penelitian Kualitatif (Yogyakarta: Rake Sarasain,1996 ), 15.

Page 8: aliran salaf

Jurnal Penelitian Keislaman, Vol. 4, No. 1, Desember 2007: 99-118

106

di bagian tengah dan tiga kecamatan di bagian selatan10. Jumlahpenduduk Kabupaten Lombok Barat sebanyak 677.947 jiwa,dengan laju pertumbuhan penduduk 1,37 % per tahun.

Dari aspek pendidikan agama, di Lombok Barat mengalamiperkembangan yang cukup signifikan. Mulai dari tingkat prasekolah (TK-RA), tingkat dasar (SD-MI), tingkat menengah (SMP-MTs), tingkat tinggi (SMU-MA) dan bahkan di tingkat PerguruanTinggi. Lembaga-lembaga tersebut sebagian besar dikelola olehmasyarakat ( tokoh masyarakat). Dari rekapitulasi data lembagaagama pada Kanwil Departemen Agama Nusa Tenggara Barattahun 2004, untuk tingkat pra sekolah (TK-RA) di Lombok Baratberjumlah 88 buah, tingkat dasar (MI) sebanyak 103 buah; 2 diantaranya dikelola oleh pemerintah (MIN) dan 101 oleh masyarakat(MIS), tingkat menengah (MTs) sebanyak 75 buah; 2 di antaranyadikelola oleh pemerintah (MTsN) dan 73 oleh masyarakat,sedangkan untuk tingkat atas (MA) sebanyak 53 semuanya dikelolaoleh masyarakat. Sedangkan jumlah pondok pesantren di LombokBarat sebanyak 85 buah dengan rincian 2 pesantren di KecamatanSekotong, 4 pesantren di kecamatan Lembar, 14 pesantren diKecamatan Gerung, 9 Pesantren di Kecamatan Labuapi, 12 Pesan-tren di Kecamatan Kediri, 3 Pesantren di Kecamatan Kuripan, 8Pesantren di Kecamatan Narmada, 3 pesantren di KecamatanLingsar, 7 Pesantren di Kecamatan Gunung Sari, 5 Pesantren diKecamatan Batulayar, 4 Psantren di Kecamatan Pemenang, 4pasantren di Kecamatan Tanjung, 2 pesantten di KecamatanGangga, 4 Psantren di Kecamtan Kayangan, dan 5 Pesantren diKecamatan Bayan. 11

Masyarakat Kabupaten Lombok Barat, mayoritas beragamaIslam. Mereka termasuk golongan yang fanatik menganut agamadalam arti kenyakinan. Sikap dan pandangan mereka terhadappraktek kepercayaan sangat melekat.

Secara sosial kelembagaan (kelompok pemikiran keagama-an) masyarakat Lombok Barat berafiliasi ke beberapa lembagakeagamaan seperti Nahdatul Ulama (NU), Muhammadiyah,Nahdatul Wathan (NW), Masyumi, Syarikat Islam (SI)12 dan

10Sumber data BAPPEDA Lombok Barat, 2002. dan IPM Kabupaten LombokBarat 2001.

11Sumber: Data Pondok Pesantren 2007, Departemen Agama KabupatenLombok Barat.

12Dua organisasi keagamaan yang disebutkan terakhir sekalipun jama-ahnya tidak sebanyak organisasi lainnya namun mereka masih mempertahankanidelaisme mereka.

Page 9: aliran salaf

Gerakan Dakwah Salafiyah… (Muhammad Sa'i)

107

organisasi-orgnisasi keagamaan lainnya. Salain itu keberadaanpesantren (lembaga-lembaga pendidikan di dalamya) denganpimpinan-pimpinan kharismatisnya (Tuan Guru) yang tersebardi setiap desa dan kecamatan13 membentuk sikap dan pandanganmereka. Sikap dan pendangan dimaksud adalah persepsi merekaterkait dengan nilai dan moralitas agama juga prektek ibadahnyabaik langsung-idividual maupun tidak langsung-sosial kolektif(mahdhah maupun ghair mahdhah).14

Dimensi lain dari sikap keberagamaan masyarakat LombokBarat adalah keberadan kelompok penganut ajaran tarekat.Beberapa aliran tarekat yang berkembang di Lombok Barat ataralain Tarekat Samaniyah, Tarekat Naqsyabandiyah, TarekatQadirun Yahya, dan Tarekat Qadiriyah wa Naqsyabandiyah.15

Selain berafiliasi pada organisasi keagamaan dan ataupengamalan ajaran tarekat secara ketat di masyarakat sasakLombok Barat mereka juga bergabung pada berbagai kegiatan danatau kelompok non-formal lembaga-lembaga sosial keagamaanlainnya. Lembaga-lembaga sosial keagamaan masyarakatdimaksudkan antara lain: kelompok yasinan, kelompok serakalan(pembacaan qasidah yang berisikan pujian, sejarah dan riwayathidup Nabi Saw.), majlis-majlis ta’lim, dan kelompok-kelompoklainnya.

Kelompok-kelompok sosial-keagamaan yang terbentuk danberkembang di masyarakat merupakan sarana interaksi sosialuntuk memperkuat hubungan kekeluargaan dan silaturahmiantara masyarakat. Terbentuknya lembaga-lembaga sosialkeagamaan tersebut sangat kuat dipengaruhi oleh meningkatnyakegiatan-kegiatan dakwah Islam yang dilakukan oleh TuangGuru/ustaz/kyai.16 Selain itu masyarakat Lombok Barat sangatketat dalam mempertahan tradisi mereka seperti, tradisi Begaweatau gawe,17 selamaten atau nyelametan18 dan lain-lain.

13Lihat data pada deskripsi tentang Pondok Pesantren Kabupeten LombokBarat

14Ibadah didefinisikan sebagai segala sesuatu yang dicintai Allah dandiridai-Nya. Ibadah mahdhah adalah ibadah yang rukun dan syaratnya sudah diaturdan atau ditentukan. Sedangkan ibadah ghair mahdahah adalah ibadah yang tidakada aturan yang mengikatnya

15Lihat, Sohimun Faisol dan Muhammad Sa’i, Laporan Penelitian Peranantarekat Qadiriyah Naqsabadiyah Dalam Dakwah Islamiyah di Lombok Pasca Kemerdekaan,Lemlit IAIN Mataram, 2004.

16Wawancara dengan Iswadi Idris, S.Sos.I. (Tokoh pemuda desa GelogorKediri Lombok Barat), tanggal 11 Sepember 2007.

17Masyarakat sasak mengadakan begawe terkait dengan situs kehidupanyang disebut Gawe Urip atau Begawe Urip seperti perkawinan, dan khitanan (sasak

Page 10: aliran salaf

Jurnal Penelitian Keislaman, Vol. 4, No. 1, Desember 2007: 99-118

108

Dakwah Salafiyah di Lombok Barat

Secara sederhana dapat dipahami, dakwah pada hakekat-nya merupakan ajakan atau seruan kepada orang untukmelakukan perbuatan al-khair (kebenaran yang universal), dan al-ma’ruf (kebenaran kondisional-sosilogis).

Dalam perspektif salafi, idiologi dakwah ke-kebenar-andibangun atas pijakan pada keteladanan tiga generasi awal; a)generasi al-Shahâbah, yang berakhir dengan Anas ibn Malik (w.91 H/710 M), b) generasi al-Thâbi’-n(180 H/796 M) dan, c) generasiThâbi’ al-Thâbi’-n, yang berakhir dengan Ahmad ibn Hanbal (241H/ 855 M).19 Mereka dianggap sebagai generasi keemasan karenamereka memiliki kedekatan emosional dengan nabi, juga pema-haman ataupun praktik Islam mereka yang murni. Sehingga dak-wah yang tidak mengacu pada apa yang contohkan tiga generasitersebut dianggap sebagai bid’ah,20 tidak berlandaskan ittiba’(meneladani) cara Nabi Saw. dan salaf al-shalih . Maka dakwahberarti mengajak manusia kepada Rukun Islam, Rukun Iman danmelaksanakan syariat Islam, taat kepada Allah dan Rasul-Nya,mengajak manusia untuk membersihkan Tauhid/aqidah kepadaAllah dari unsur-unsur bid’ah, takhyyul dan khurafat, melarang

nyunatan) Acara ini merupakan media interaksi sosial antara masyarakat.dimanfaatkan oleh pemiliki hajat atau acara untuk menghimpun keluarga, sahabat,waris yang berada di tempat-tempat yang agak jauh untuk hadir dalam kegiatangawe. Tujuannya adalah untuk menjaga ikatan kekeluargaan, kekerabatan danpertemanan tetap terjaga. Dan gawe yang terkait dengan situs kematian yangdisebut Gawe Mate’ atau Begawe Mate’, yaitu acara-acara zikir dan do’a untuk anggotakeluarga yang meninggal. Ada beberapa tahapan acara yang dilakukan terkaitdengan gawe mate ini yaitu a). selamet gumi yaitu acara rowah/ zikir sesaat setelahseseorang yang meninggal dunia dimakamkan. b) Nelung adalah peringatan 3hari setelah meninggalnya sesorang, c). Mithu’ adalah peringatan 7 hari setelahmeninggal setelah meninggalnya sesorang, d). Nyiwa’ acara perintana 9 harimeninggal, e). Metangdase yaitu acara peringatan 40 hari meninggal, g). Nyatusyaitu acara peringatan 100 hari meninggal.

18Selametan atau nyelametan biasanya dilakukan untuk mengungkapan rasasyukur terhadap hasil pertanian atau memasuki pergantian musim yang biasanyapada saat akan turun sawah (Sasak: ngaro) dan bentuk-bentuk nikmat lainnya.

19Referansi kaum Salafi terhadap tiga generasi awal ini disarikan daristatemen Nabi “kharul quruni qarni, tsumma al-lazîna yalûnahum, tsumma al-lazînayalûnahum (generasi terbaik adalah generasiku (masa kenabian), kemudian sesudahmereka, dan sesudah mereka ).Lihat, Ibn Hajar al-Asqalany, Fath al-Barî bi SyarhShahîh al-Bukhari, juz 3 hadis no. 6428 (Riyadh: Bait al- Afkar al-Dauliyah, tth), 2816.

20Terma bid’ah direduksi dari hadis Nabi Saw. “Iyyâkum muhdatsâ al-umurfa inna kulla muhdtsatin bid’ah wa kullu bid’ah dhalâlah (waspadailah perkara-perkarabaru, sebab setiap perkara baru adalah bid’h dan setiap bid’ah itu sesat). Lihat, Ibnual-Arabi al- Maliki, Sunan al-Tirmizi, Syarh ’Aridah al-Ahazi, bab Ilm, 10/104 (Beirut:Dar al-Kutub al-Ilmiyah, tth), 2676.

Page 11: aliran salaf

Gerakan Dakwah Salafiyah… (Muhammad Sa'i)

109

berbuat syirik dengan cara ittiba’ (meneladani) cara Nabi Saw. dansalaf al-shalih agar selamat di dunia dan akhirat.21

Berdasarkan temuan lapangan melalui wawancaramendalam dan focus group discussion (FGD), dakwah jamaahsalafiyah berorientasi dua aspek;

1. Aspek goal (al-ghardl)

Aspek goal adalah aspek idealistik berupa ajakan ataudakwah berdasarkan apa yang diyakini, dipahami dan di-ideal-kan dari sumber/teks dakwah (dalam hal ini al-Qur’an dan al-Hadits).

Dakwah salafiyah dalam hal ini dibangun pada beberapaprinsip fundamental , yaitu; a). Mengembalikan berbagai persoalanpada Kitabullah dan Sunnah rasulullah, dan menolak persoalan-persoalan aqidah yng tidak memilki sandaran nash yang jelas, b).Keharusan membersihkan pemahaman aqidah dengan mengacupada praktek salaf al-shaleh, c). Memusatkan diri pada pemaknaantauhid al-ibadah (peng-esa-an) pada Allah, d). Menghilangkanpraktek bid’ah dan khurafat yang ditimbulkan oleh kebodohandan keterbelakangan .22

Terkait dengan prinsip-prinsip dakwah, maka kriteriamateri yang didakwahkan disampaikan dengan skala prioritasyaitu; pertama, masalah Tauhid. Ajakan tauhid tau mengesakansebagai prioritas utama dalam arti mengajak untuk mengikhlaskanibadah kepada Allah dan melarang perbuatan syirik. Setelah itubarulah ajakan untuk mendirikan shalat dan kewajiban-kewajibanIslam yng lainnya, serta meninggalkan alarangan-larangannya.Intinya utamakan yang paling penting, kemudian yang penting,dan seterusnya. kedua; menjauhi bid’ah. Artinya bahwa dakwahharus mengacu pada sunnah (tradisi nabi) dan para sahabat, jikahal itu ditinggal maka dakwah tersebut berarti dakwah ahl-al-bid’addan ahl- al-ahwa,

Dakwah secara totalitas dan menyeluruh berdasarkansebagai ajakan ke-kebenaran dan mengeluarkan manusia darikeglapan syirik kepada cahaya tauhid, dan mengelurakan darisyubhat dan kebid’ahan kepada kstuan sunnah dan kesatuanakidah.23

21Muhammad al-Sabi’i, Tabshir al-Azhân bi ba’di al-mazâhib wa al-Adyân,(Riyadh: Mamlakah al-Arabiyah al-Su’udiyah, 1416 H ), 45.

22Wawancara dengan Ust.H.Humaidi tanggal, 21 September 2007.23Wawancara dengan Ust.H. Mukti Ali, tanggal 25 September 2007.

Page 12: aliran salaf

Jurnal Penelitian Keislaman, Vol. 4, No. 1, Desember 2007: 99-118

110

2. Aspek Realistik

Aspek realistik adalah realiats masyarakat atau kontekstempat berlangsungnya interaksi penyeru (da’i) dan yang diseru(mad’du) untuk menerima materi dakwah dalah aspek realitasmasyarakat atau konteks tempat berlangsungnya interaksi penyeru(da’i) dan yang diseru (mad’du) untuk menerima materi dakwah.

Dalam hal ini dakwah salafiyah mengarah pada kritisasiberbagai konstruksi keagamaan yang sinkretis dan dianggap tidakberdasarkan idealitas dakwah yang valid dan shahih antara lain;

1) Konstruksi Gawe Mate’ atau Begawe Mate’.Gawe Mate’ atau Begawe Mate’ (proses terkait dengan kemati-an) seperti; selamet gumi (acara rowah/ zikir setelah seseorangyang meninggal dunia dimakamkan). b) Nelung adalah peri-ngatan 3 hari setelah meninggalnya sesorang, c). Mithu’ adalahperingatan 7 hari setelah meninggal setelah meninggalnyasesorang, d). Nyiwa’ acara perintana 9 hari meninggal, e).Metangdase yaitu acara peringatan 40 hari meninggal, g).Nyatus yaitu acara peringatan 100 hari meninggal. Bagi jamaahsalafiyah praktek-praktek ini merupakan konstruksi budayayang lebih bersifat lokal-sinkritis sehingga tidak mengacu padasubstratum praktik nabi dan salaf al-shalih .

Konstruksi praktek keagamaan yang lokal-sinkritis menurutH.Mukti Ali tidak mengikuti orang terdahulu dalam halpemahaman dan pengamalan agama. Dan karena kaonstruksisemacam itu merupakan praktek yang tidak berdasarkan caraal-salaf al-shalih ( sahabat, tabi’in, dan tabi’ittabiin ) maka harusdicegah.24

2) Formulasi zikir jahr (keras)Pelembagaan paraktek zikir jahr (keras) secara berkelompok(jamaah) di masjid-masjid atau tempat lainnya denganmenggunakan pengeras suara. Bagi jama’ah salafiyah zikir(menyebut nama Allah) adalah perbuatan yang mulia yangdiajarkan al-Qur’an maupun hadits Nabi dan wasilah (media)pembinaan spritual. Akan tetapi bagi jamaah ini pelembagaanzikir dengan keras (jahr) dan pelafalan kata yang tidak jelas,seperti formula yang dilakukan oleh jamaah tarekat, hal itudapat menghilangkan makna substansialnnya.

3. Ziarah dan zikir kolektif di atas kuburZiarah kubur atau secara lughawi berarti mengunjungikuburan. Nabi Saw. mengatakan “aku (Nabi) telah melarang

24Wawancara dengan Ust.H. Mukti Ali, LC, tokoh salafi yang tinggal diDesa Kediri, tanggal 5 September 2007.

Page 13: aliran salaf

Gerakan Dakwah Salafiyah… (Muhammad Sa'i)

111

mu ziarah kubur, dan sekarang ziarahilah” (kuntu nahaitu kum‘an ziarah al-qubr, wa al-ana fazuruha)25 dan sabdanya “ziarahilahkubur, karena ziara tersebut mengingatkan mati “(Zuuru al-qubur fa innaha tuzakkiru al-maut”). 26Ibnu Hajar al-Asqalanydalam kitab Fath al-Bari menyebutkan bahwa terjadi perbedaanpendapat dalam memahami hadits tersebut yaitu seputarlarangan tersebut.27 Apakah larangan itu untuk semua (mutlak)laki dan perempuan tua muda atau terbatas untuk perempuan.

Propaganda jamaah salafiyah dengan jargon pemurnianIslam atau puritanisasi menolak pengalaman Islam yang berbaulokal-mistis atau menolak formalisasi ajaran Islam dalambudaya seperti di atas. Demikian juga dengan prinsip kembalipada apa yang dipraktekkan al-salaf al-shalih, salafiyahmemberantas unsur-unsur bid’ah, mengharamkan zikir danziarah qubur dan lain-lain yang tidak bersadarkan pada dalilyang shahih. Dalam hal ini, Humaidi menganggap bahwa zikirkolektif yang dilaksanakan di atas kuburan pasca pemakamanpada awalanya merupakan upaya dan bentuk politisasi massayang dilakukan oleh tokoh-tokoh NU versus Masyumi yangsekitar tahun 50-an mengalami persetruan politik yang sangatkeras.

4. Konstruksi budaya terkait dengan syi’ar IslamIslam mengajarkan umatnya untuk hub al-rasul dan ittab’ al-rasul ajarannya, yaitu mencintai dan mengikuti ajaran rasul.Karena dengan mencintai dan mengikuti rasul kita akan meraihketenangan dan kenyamanan hidup Usaha mencintai danmengikuti ajaran rasul dilakukan dengan menjalankan danatau mempraktekkan sunnahnya dalam kehidupan sehari-hari.Maka bebagai serimonial keagamaan yang dilaksanakanmasyarakat seperti peringatan maulid Nabi (hari kelahiran),Isra dan mi’raj Nabi, Nuzul al-Qur’an dan lain-lainnya tidakmerupakan wujud mencintai Nabi sebab sering kehilanganmakna substansialnya. Peringatan-peringatan tersebutseringkali menjadi bentuk penghaburan harta (tabzir) dan tidakbersumber dari tradisi Nabi. Demikian halnya denganpembacan serarakalan (syair barzanji), membaca al-Qur’andengan memilih surat-surat tertentu seperti Surat yasin, al-

25Al-Imam Muslin, Shahih Muslim, jilid 2 (Mesir: Dar Ihya al-Kutub al-Arabiyah, tth), 389.

26Ibid., 390.27Ibu Hajar al-Asqalani, Fath al-Bâri bi Syarh Shahih al-Bukhâri, Jilid 1 (Riyadh:

Bait al-Afkar al-Dauliyah, tth), 815.

Page 14: aliran salaf

Jurnal Penelitian Keislaman, Vol. 4, No. 1, Desember 2007: 99-118

112

waqi’ah dan lainnya secara khusus sehingga seakan-akanQur’an kita hanya surat itu). H. Humaidi menegaskan:“Perayaan maulid Nabi yang berlebihan (tabzir) mereka beraniberhutang hanya untuk kegitaan tersebut akan tetapi untukmasalah pendidikan dan kesehatan mereka abaikan”.

Dakwah Salafiyah; Pemetaan Akar dan Efek Konflik

Mengacu pada teori umum, konflik terjadi karenahubungan antara dua pihak atau lebih (idividu dan kelompok)yang memiliki atau merasa memiliki sasaran yang tidak sejalan.Teori ini menjadi pisau analisis mencermati konflik salafiyahdengan bertumpu pada pandangan, persepsi individu ataukelompok yang mengalamai konflik tersebut.

Rumusan pertanyaan pertama yang diajukan kepadasemua unsur sebagai berikut: “Setidaknya pada empat tempat diLombok Barat, Salafi selalu mendapatkan penolakan, penyerbuan,bagaimana sesungguhnya menurut pandangan bapak/saudara terkaitpraktek beragama Islam ?”

Ust. H. Ahmad Humaidi, memberikan jawaban apologisbahwa dakwah salafi berikhtiar mengikuti praktek salaf al-shalihyaitu dengan mengamalkan apa yang termaktub dalam al-Qur’andan hadits Nabi (perkataan, perbuatan dan keputusan Nabi).Persoalannya yang muncul dari pernyataan ini ada praktek-praktek beragama di masyarakat yang tidak bersumber darikeduanya harus dirubah.28

Sementara itu, ketika pertanyaan yang sama dikemukakankepada Ust. Saiful Muslim dari kelompok non-salafi menyatakan,kelompok salafi ini adalah tekstualis yang menolak kultur dantradisi ulama-ulama besar. Selain itu mereka cenderung tertutup(tidak mau berinteraksi), eksklusif, mengedepankan pahamnya dantidak mau mengikuti ritual yang ada. 29

Drs. H.Muksin mantan Kasi Mependa Depag Lombok Barat,yang ikut menyelesaikan konflik Salafi di Sekotong mengatakanbahwa penyerangan yang terjadi di Sekotong sesungguhnyadipicu oleh masalah kecil yaitu tentang zikir jahr ba’da magrib dimasjid setempat yang tidak dihadiri oleh Ust.Supnil penggeraksalafi. Kejadian tersebut lalu dijadikan alasan bahwa salafiyahmengaharamkan zikir dan menentang pendapat Tuan Guru.30

28Wawancara, tanggal 21 Sepetember 2007.29Wawancara, tanggal 25 September 2007.30Wawancara, tanggal, 28 Agustus 2007.

Page 15: aliran salaf

Gerakan Dakwah Salafiyah… (Muhammad Sa'i)

113

Sementara itu, Samsul Hadi Idris Kepala Desa Gelogor me-ngomentari konflik salafi yang terjadi di wilayahnya mengatakanbahwa konflik yang tejadi di sini (Gelogor) karena shock (kegunda-han) masyarakat akibat kritikan kelompok salafi terhadap kulturmasyarakat. Salafi menawarkan hal-hal yang dianggap baru danberlawanan dengan apa yang mereka pahami dan lakukan. “Disamping itu kami tidak menafikan peran besar yang dimainkan olehmedia cetak. Ada kecenderungan media membesar-besarkan masalah”.31

Ustaz Musdah Mahmud berpendapat bahwa dakwah salafiitu baik. Indikasinya terlihat pada 1). Mereka selalu mengajakkepada cara beragama yaitu berkenyakinan dan atau beraqidahyang benar (al-aqidah al-shahihah). 2). Mereka berusaha merubahkemungkaran dan menggantikannya dengan kebaikan (al-nahyuan al-mungkar dan al-amru bi al-makruf) dan 3) perbaikan dalamibadah (ishlah al-ibadah) terutama meningkatkan kesadaran shalatberjamaah.32

Dari berbagai komentar di atas dan dukungan data-dataobservasi pada wilayah-wilayah serta diskusi intensif terhadapberbagai pihak yang mengalami konflik maka dapat dirinci secaradetail, penyebab konflik, inti permasalahan, jenis tindakan danefek konflik salafi versus non-salafi selengkapnya adalah sepertitable berikut;

Tabel

Pemetaan penyebab, pokok masalah, tindakan dan efek konflik

Penyebab Konflik Inti masalah Tindakan Efek /Reaksi

• Ritual-ritual

kematian hari I,III,VII,IX, dst.

• Makan minum di rumah orang yang mendaptkan musibah

• Doa setelah shalat jenazah di masjid

• Zikir keras atau jahr melalui pengeras suara

• Peringatan Maulid, Isra'

• Pem-

bid'ah-an, dan penolakan setiap kegiatan yang tidak

bersumber dari dalil yang jelas.

• Sikap Ekslusif berlebihan dari

• Menututup diri,

tidak mau terlibat setiap kegiatan sosial-keagamaan, budaya yang dipandang tidak

bersumber dari dalil yang valid dan autentik serta bertentangan dengan prinsip al-safaf al-shalih

• Meninggalkan

• Penyerangan

• Penyerbuan

• Pembakaran

• Pengerusakan

• Pengasingan

• Penutupan pengajian

31Wawancara, tanggal 21 September 2007.32Wawancara, tanggal 29 September 2007

Page 16: aliran salaf

Jurnal Penelitian Keislaman, Vol. 4, No. 1, Desember 2007: 99-118

114

Peringatan Maulid, Isra' Mi'raj, Nuzul al-Qur'an

• Ziarah dan berzikir di atas kubur atau makam-makam yang dikeramatkan

• Talqin mayit

dan ta'ziah dikuburan

• Penggunaan Azimat

n dari jamaah salafi terhadap ide dan paham keagamaan mereka.

• Meninggalkan kegiatan, acara dan tempat kegiatan keagamaan

(masjid/ jamaah)

Dari tabel di atas, tergambar bahwa hampir semuapermasalahan konflik yang terjadi di beberapa wilayah konflikbermuara pada segi doktriner atau aspek ideologis, yang disebabkanoleh dua faktor pokok; 1) kesalahpahaman menafsir budaya(khilafiyah) yaitu adanya ketidakcocokan cara dan metodemengkomunikasikan berbagai budaya yang berkembang dimasyarakat 2). Traumatis yaitu halangan kreativitas berfikir untukmenjalin hubungan dan bertindak. 3) polarisasi sistem dan praktekberagama, ketidakpercayaan dan permusuhan antar kelompok.Di samping itu terdapat faktor-faktor skunder seperti sikap tokohyang secara prontal meninggalkan setiap aktivitas yang dianggapbertentangan dan prastise tokoh, keterlibatan dan keberpihakanpemerintah serta pemberitan media massa.

Konflik-konflik tersebut bergeser san berubah menjadi reaksikeras yang berdampak pada konflik sosial dkarenakan beberapasebab. Pertama, tidak memadainya saluran dialog dan wadahuntuk mengungkapkan perbedaan pendapat. Kedua, suara-suaraketidaksepahaman dan berbagai keluhan yang terpendam tidakdidengar dan diatasi oleh pemerintah atau para tokoh. Dan ketiga,adanya ketidakstabilan dan ketakutan dalam masyarakat sehinggamemunculkan tindakan reaktif.

Page 17: aliran salaf

Gerakan Dakwah Salafiyah… (Muhammad Sa'i)

115

SIMPULAN

Dakwah salafiyah di Lombok Barat, sebagaimana dipahamipara penganutnya, mencacu pada dua aspek utama yaitu, pertama;aspek idealitik atau sumber dakwah, yaitu bahwa dakwahislamiyah mengacu dan berlandaskan sumber yang valid danshahih. Sumber yang valid dan shahih dimaksud adalahberlandaskan ittiba’ (meneladani) cara Nabi Saw dan salaf al-shalih.Kedua, aspak realistik yaitu aspek terapan dan konsekwensi dariaspek pertama. Pada aspek ini dakwah salafiyah melakukankonstruksi kritis terhadap berbagai praktek keagamaan yangmereka pandang bertentangan dengan idealitas dakwah islamiyahseperti budaya terkait dengan kematian, zikir jahr (keras), ziarahkubur, dan juga peringatan-peringatan hari besar Islam yangdilaksanakan secara berlebihan.

Masyarakat yang mendapat kritikan pedas dari dakwahjamaah salafi kemudian beraksi keras. Dari berbagai kasus konflikdan dampak yang ditimbulkan seperti penyerbuan, pembakaran,pengerusakan pengasingan, penutupan pengajian ternyatabukanlah disebabkan oleh faktor sumber dakwah. Konflik danberbagai dampaknya terjadi disebabkan oleh realitas terapan yaitu;kesalahpahaman menafsir budaya, adanya trauma dan halangankreativitas berfikir untuk menjalin hubungan dan bertindak, danpolarisasi sistem dan praktek beragama, serta masalahketidakpercayaan dan permusuhan antar kelompok.

Solusi masalah untuk menuntaskan konflik ideologis dansosial antara masyarakat muslim pada umumnya dengankelompok salafiyah ini adalah dengan meningkatkan keefektifitankomunikasi antarbudaya, meningkatkan sikap toleran agarmasyarakat yang mengalami konflik lebih bisa saling menerimakeragaman yang ada, dan perlunya semua pihak menambahpengetahuan mengenai hubungan antara idealitas ajaran Islamdengan budaya masyarakat.

Page 18: aliran salaf

Jurnal Penelitian Keislaman, Vol. 4, No. 1, Desember 2007: 99-118

116

DAFTAR PUSTAKA

Al-Halabi, Syaikh Ali bin Hasan bin Ali bin Abdul Hamid, al-Tashfiyah wa Tarbiyah wa Atsaruhuma fi Isti’nafi al-Hayât al-Islamiyâh (Riyadh: Al-Mamlakah al-Arabiyah, tth).

Al-Imam Muslim, Shahih Muslim (Kairo: Dar Ihya al-Kutub al-Arabiyah, tth).

Al-Thalibi, Abu Abdirrahman, Dakwah Salafiyah dakwah BijakMeluruskan Sikap Keras Dai Salafi, ( Jakarta : Hujjah Press,2006)

Abdullah, Irwan, Konstruksi dan Reproduksi Kebudayaan(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2006).

Azra, Azyumardi, Jaringan Ulama Timur tengah dan KepulauanNusantara Abad XVII & XVIII Akar Pembaruan IslamIndonesia, (Jakarta : Prenada Media, 2004).

Baadais, Syakih abdul Hamid, Al-Durar al-Ghaliyah fi Adabi al-dakwah wa al-Daiyah, ta’liq Ali Hasan ali Abdil Hamid(Damaskus: Dar al-Manar, tth).

BAPPEDA Lombok Barat, IPM Kabupaten Lombok Barat 2001.

Basyir,Abu Umar, Ada Apa Denga Salafi Jawaban atas tuduhan danKoreksi Terhadap Istilah Salaf, salafi dan Salafiyah (Solo:Rumah Dzikir, tth).

David E. Apter, Politik Modernisasi (Jakarta: Gramedia, 1987).

Departemen Agama Kabupaten Lombok Barat, Data PondokPesantren 2007.

Fawaz Bin Hulail bin Rabbah As-Suhaimi, Pokok-pokok dakwahManhaj Salaf, tarjm. Abu Zuhair dkk. ( Bogor : Griya Ilmu,2003).

Esposito, John L., Ensiklopedi Oxford Dunia Islam Modern, Jilid 5,terj.Eva Y.N dkk. ( Bandung : Mizan, 2001).

Fely, Greg dan Greg Barton, (ed), Tradisionalisme Radikal;Persinggungan nahdlatul Ulama-Negara, (Yogyakarta: LKiS,1997).

Fisher, Fisher dkk, Mengelola Konflik Ketrampilan dan Strategi UntukBertindak, alih Bahasa S.N. Karikasari dkk. (Jakarta: TheBritish Council Responding To Conflict, tth).

Geertz, Clifford, Kebudayaan dan Agama, (Yogyakarta: Kanisius,1992).

Ibu Hajar al-Asqalani, Fath al-Bari bi Syarh Shahih al-Bucharij,(Riyadh: Bait al-Afkar al-Dauliyah, tth).

Page 19: aliran salaf

Gerakan Dakwah Salafiyah… (Muhammad Sa'i)

117

Ibn Taimiyah, Syaikh Islam Ahmad bin Taimiyah, Majmu’ Fatwa,Jilid XVII (Majlis Islam al-Asiyun : Lajnah Dakwah wa al-Ta’lim, 1997).

Kuntowijoyo, “Nilai-nilai Idiologi Pancasila”, dalam DemokrasiIndonesia Kontemporer, ed. Riza Noer Arfani (Jakarta :Rajawali Pers, 1996).

Lubis, Ridwan,ed. Menelusuri Kearrifan Lokal di Bumi Nusantara,(Jakarta : Puslitbang Kehidupan Beragama, 2005).

Loekman, Sotrisno, Konflik Sosial Studi Kasus di Indonesia(Yogyakarta: Tajidu Press, 2003).

Mahfuz, KH.MA Sahal, Nuansa Fiqih Sosial, ( Yogyakarta : LKiS,!994)

Manzur, Ibn: Lisan al-Arab,juz 6, ( Beirut :Dar Ihya al-Turats al-Araby,tth)

Mas’ud, Masdar F, “Telaah Kritis atas Teologi mu’tazilah” dalamBudhy Munawar-Rachman (ed), Kontestualissi Doktrin IslamDalam Sejarah ( Jakarta: Yayasan Paramadina, 1994).

Nasution, Harun, Teologi Islam Aliran-aliran Sejarah AnalisaPerbandingan, ( Jakarta, UI Press, 1986).

Nuswantoro, Matinya Ideologi (Magelang: Indenesiatera, 2001).

Panggabean, Syamsu Rizal” Organisasi dan Gerakan Islam” dalamEnsiklopedi Tematis Dunia Islam Dinamika Masa Kini, jilid 6,ed.Taufiq Abdullah, ( Jakarta : PT.Ichtiar Baru van Hoeve,tth)

Ralf, Dahrendorf, Konflik Dan Konflik Dalam Masyarakat Industri(Sebuah Analisa Kritik), terjemahan Ali Mandan (Jakarta:Penerbit CV. Rajawali, 1986).

Riberu dkk., Menguak Mitos-mitos Pembangunan : Telaah Etis danKritis (Jakarta : Gramedia, 1986).

Roy, Oliver, Geneologi Islam Radikal, (Yogyakarta : Genta Press,2005).

Said Abdul Azim, Ibnu Taimiyah Pembaharuan Salafi dan DakwahReformasi, tarj. Faisal Saleh, LC. M.Si dan Khoerul AmruHarahap, LC.M.Hi (Jakarta : Pustaka al-Kautsar, 2005).

Siba’i, Muhammad, Tabshir al-Azhân bi ba’di al-Mazâhib wa al-Adyân, (Riyadh: Al-Mamlakah al-Arabiyah al-Su’udiyah,1416 H).

Soekanto, Soejono, Sosiologi Suatu Pengantar (Jakarta:PT.RajaGrafindo Persada, 1997).

Page 20: aliran salaf

Jurnal Penelitian Keislaman, Vol. 4, No. 1, Desember 2007: 99-118

118

Syamsul Arifin, Ideologi dan Praksis Gerakan Sosial KaumFundamentalis Pengalaman Hizb al-Tahrir Indonesia (Malang:UMM Press, 2005).

Thompson, John B., Kritik Idiologi Global: Teori Sosial Kritis tentangRelasi Idiologi dan Komunikasi Massa (Yogyakarta: Ircisod,2004)

Tim penyusun kamus Pusat Pembinan dan Pengembangan Bahasa,Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta : Balai Pustaka, 1999).

Uday Pareek, Prilaku Organisasi (Jakarta: Pustaka BinamanPressinndo, 1996).

Wallace, Ruth dan Alison Wolf, Contemprory Sosilogical Theory(New Jersey: Prentice –Hall Inc, 1999).