Upload
hendrahasbi
View
242
Download
3
Embed Size (px)
Citation preview
Kelompok IX
HANTARAN ALIRAN dan KAPASITAS
PENGANGKUTAN SEDIMEN DI SALURAN
BERTANAMAN
(Flow Conveyance and Sediment Transport Capacity in Vegetated Channels)
Weiming Wu1, Zhiguo He2, Sam S.Y. Wang3
ABSTRAK
Makalah ini membahas tentang pendekatan untuk memperkirakan kekasaran dari tanaman
fleksibel dan kaku dalam kondisi tenggelam dan terapung, dan kemudian menyajikan
model hidrolik untuk menghitung debit aliran di saluran bertanaman. Efek tahanan dari
tanaman dipertimbangkan dalam koefisien kekasaran dalam penentuan aliran didalam
saluran. Kapasitas pengangkutan sedimen dalam saluran bertanaman juga telah diteliti.
Sedimen dasar dihitung dengan menggunakan Rumus Wu et al, dimana beban tegangan
geser efektif dihitung dengan menggunakan τ b= γ Rs S dengan S menjadi kemiringan
saluran, γ berat jenis air, dan Rs jari-jari hidrolik jarak didefinisikan oleh Barfield et al.
Model yang dibentuk telah diuji terhadap data lapangan dan eksperimental. Perhitungan
Debit aliran dan sedimen mengendap rata-rata sesuai dengan data yang diukur.
1. PENDAHULUAN
Vegetasi adalah bagian penting dari berbagai sungai, menyediakan habitat bagi organisme
air lainnya dan meningkatkan nilai kemudahan bagi manusia (Jordanova dan James,
2003). Manajemen lingkungan sungai memerlukan pemahaman dan kemampuan prediksi
dari proses-proses, dan khususnya pengaruh tanaman terhadap pengangkutan sedimen.
Ada tiga hubungan timbal balik antara saluran hidrolik, pengangkutan sedimen dan
tanaman. Tanaman dan bentuk saluran dapat menentukan kondisi hidrolik menyebabkan
perlambatan aliran dan pembelokan serta endapan lokal (Kouwen et al., 1969; Li dan
Shen, 1973; Shields dan Gippel, 1995); tanaman dapat mempengaruhi morfologi sungai
(Thorne, 1990; Millar , 2002; Brooks dan Brierley, 2002; Bennett et al, 2002; Simon dan
collision, 2002; Montgometry et al., 2003); dan kondisi hidrolik dan tanaman menyediakan
Hidraulika Lanjutan 1
Kelompok IX
habitat air dengan mengurangi atau mempercepat kecepatan, pengendapan sedimen
halus (Wallace dan Benke, 1984; Shields dan Cooper, 2000).
Tahanan pada tanaman meningkatkan tahanan aliran secara keseluruhan dan mengurangi
tegangan geser yang diteruskan ke sedimen, sehingga mengurangi kapasitas untuk
pengangkutan sedimen mengendap dan meningkatkan kecenderungan untuk menangkap,
mengendap, dan stabilisasi sedimen. Penelitian eksperimental yang menjadikan efek dari
dalam saluran dan tanaman di tepi sungai pada tahanan aliran dan pengangkutan sedimen
telah dilakukan selama bertahun-tahun (misalnya Chow, 1959; Tollner, 1977; Barfield,
1979; Bache dan MacAskill, 1984; Tsujimoto dan Kitamura, 1995; Jordanova dan James,
2003). Dan juga, berbagai pendekatan yang telah diusulkan untuk model pengaruh
tanaman terhadap aliran saluran terbuka dan pengangkutan sedimen (misalnya Tsujimoto
et al 1993;. Schimizu dan Tsujimoto, 1994; Darby, 1999; Lopez dan Garcia, 2001; Wu
Wang, 2004; Wu et al, 2005.). Model empiris telah dibentuk dalam penelitian ini untuk
menghitung arus dan debit sedimen mengendap di saluran bertanaman.
2. HAMBATAN ALIRAN DI SALURAN BERTANAMAN
Tanaman di alam dapat berupa fleksibel (rumput) atau kaku (pohon), dan baik terapung
atau tenggelam dalam periode aliran rendah dan tinggi. Dampak dari jenis kekasaran
tanaman pada aliran perlu ditentukan dengan menggunakan metode yang berbeda, seperti
dijelaskan dibawah.
2.1 Kekasaran pada tanaman kaku
Karena bentuk vegetasi sangat tidak beraturan, membuat tantangan untuk menghadirkan
unsur tanaman dengan bentuk sederhana. Sebagai perkiraan, batang tanaman (seperti
batang pohon) sering diartikan sebagai suatu silinder dengan tinggi, hv, dan perwakilan
diameter, D. gaya tarikan yang bekerja pada elemen tanaman dinyatakan sebagai
Fd=12Cd ρ|U V|UV
……………………………………………………………… (1)
Hidraulika Lanjutan 2
Kelompok IX
Dimana Cd adalah koefisien tahanan, ρ adalah rapat massa air, UV adalah vektor
kecepatan aliran yang bekerja pada elemen tanaman, |U V| dan besar dari UV . Untuk
tanaman terapung, UV adalah kedalaman kecepatan rata-rata aliran U . Namun, untuk
tanaman terendam, UV adalah kecepatan rata-rata di atas lapisan vegetasi, seperti yang
ditunjukkan pada Gambar 1. UV dapat ditentukan dengan menggunakan Metode Stone
dan Shen’s (2002) sebagai berikut :
UV=ηvU ( hvh )1/2
………………………………………………………………….. (2)
di mana h adalah kedalaman aliran, dan adalah ηv koefisien dari sekitar 1,0.
Untuk sekelompok elemen tanaman kaku, total perlawanan, τ , terdiri dari tegangan geser
sedimen mengendap,τ b dan gaya tarik pada tanaman, NaFd :
(1-cv) τ = (1-cv) τ b+ NaFd ………………………………………………………… (3)
dimana Na adalah kepadatan tanaman, yang mengacu pada jumlah elemen tanaman per
satuan luas dasar, dan Cv konsentrasi volumetric tanaman, yang didefinisikan sebagai
Cv=NaπD2min( hv , h )
4h . Perhatikan bahwa faktor 1 – Cv yang muncul dalam persamaan 3
untuk menjelaskan daerah dasar yang ditempati oleh aliran. Jika vegetasi relatif jarang, 1 –
Cv adalah dekat dengan 1 dan dapat dihilangkan dari Persamaan 3.
Hidraulika Lanjutan 3
Kelompok IX
Gambar 1. Tanaman kaku di saluran terbuka (tampak samping)
Total perlawanan dan tegangan geser dasar ditentukan berdasarkan rumus :
……………………………………………………. (4)
di mana cf dan n adalah faktor gesekan dan koefisien Manning sesuai dengan total
kekasaran, cfb dan nb faktor gesekan dan Manning yang sesuai dengan koefisien
kekasaran dasar, dan Rs adalah jari-jari hidrolik dasar tanaman. Jari-jari hidrolik Rs telah
didefinisikan secara berbeda dalam literatur. Banyak model hanya menetapkan Rs sebagai
h kedalaman aliran, sementara Barfield et al. (1979) menganggap pengaruh tanaman
terhadap aliran " bilangan eddy" dan menggunakan persamaan berikut:
R s=hln2h+ln
……………………………………………………………………… (5)
dimana ln jarak lateral antar elemen tanaman. Dengan analogi, untuk vegetasi terendam,
yang dapat mendefinisikan Rs sebagai
R s=hv ln2hv+ ln
+h−hv
…………………………………………………………... (6)
Perhatikan bahwa ternyata terjadi adanya kebingungan dan ketidak tentuan dalam
penentuan Rs dan h dalam menggunakan Persamaan 5 dan 6. Ini tidaklah penting karena
koefisien kekasaran Manning dikalibrasi berdasarkan definisi yang dipilih dan memiliki nilai
Hidraulika Lanjutan 4
τ= ρ gn2U2
RS1/3
,τ= ρgn2U2
RS1/3
Kelompok IX
yang berbeda. Namun, kalibrasi koefisien kekasaran Manning pada tabel harus dilakukan
secara seksama.
Subsitusikan persamaan 1, 2, 4 ke dalam persamaan 3, maka dihasilkan
n2=nb+1
2g (1−cv 0 )CdN aAvηv2
hvhRs1/3
……………………………..……. (7)
Untuk saluran dengan tanaman yang berdistribusi rapat, tahanan dari tanaman menjadi
kontributor utama terhadap total perlawanan, dan dengan demikian jangka waktu dalam
Pers. 7 dapat dihilangkan.
Penentuan koefisien tahanan adalah aspek kunci untuk persamaan 7 untuk digunakan
dalam praktek. Koefisien tahanan untuk silinder tunggal adalah berkaitan dengan bilangan
Reynolds Re = Uv.D/ν (White, 1991). Li dan Shen (1973) meneliti koefisien tahanan bagi
sekelompok tanaman dengan berbagai susunan. Mereka mengidentifikasi empat faktor
yang perlu dipertimbangkan untuk menentukan koefisien hambatan: (1) turbulensi aliran;
(2) profil kecepatan tidak seragam; (3) permukaan bebas, dan (4) halangan. Lindner
(1982) menyimpulkan bahwa, dalam saluran bertanaman rapat, pertama dari dua faktor ini
penting kecil dan dapat diabaikan. Dia memperluas karya Li dan Shen (1973), sehingga
metode untuk koefisien tahanan, Cd, untuk kelompok tanaman tunggal. Berdasarkan
pendekatan Lindner dan eksperimen lebih lanjut, Pasche dan Rouve (1985) menyajikan
proses semi-empiris untuk menentukan Cd. Banyak peneliti lainnya, misalnya Klaassen
dan Zward (1974) dan Jarvela (2002), menyarankan koefisien hambatan memiliki nilai-nilai
dari sekitar 1,5 untuk kasus-kasus yang paling praktis.
Koefisien tahanan Cd di persamaan 1 jelas didasarkan pada kecepatan. Stone dan Shen
(2002) menunjukkan bahwa koefisien tahanan Cdm berdasarkan kecepatan penampang
melintang Uvm yang ditunjukkan pada Gambar 2 adalah lebih tepat daripada Cd. Ini karena
Cdm lebih dekat dengan koefisien tahanan untuk silinder tunggal dan memiliki variasi yang
kurang untuk berbagai nilai untuk kerapatan tanaman, ukuran batang, dan bilangan
Reynolds silinder dibandingkan Cd . Hubungan antara Cd dan Cdm adalah :
Cd=Cdm
Uvm2
Uv2
………………………………….………………………..…….. (8)
Hidraulika Lanjutan 5
Kelompok IX
Jika elemen tanaman dengan diameter D terdistribusi secara merata dalam arah lateral
dengan jarak, ln , U v=U vm(1−D
ln )dan Persamaan 8 dapat ditulis sebagai
Cd=Cdm
(1−D /ln )2
………………………………..………………………..…….. (9)
Selain itu, jika batang tanaman diatur dalam pola tidak beraturan dengan jarak yang sama
dalam arah longitudinal dan transversal, U v=U vm (1−D√N a) dan Pers. 8 dapat ditulis
sebagai :
Cd=Cdm
(1−√ 4 cvh
πmin (hv , h ))2
…………………………………..………….…….. (10)
Gambar 2. Definisi dari Uv dan Uvm pada matriks dari elemen tanaman
Thompson dan Roberson (1976) membuat sebuah metode untuk menentukan kecepatan di saluran di belakang tanaman yang kaku :
Hidraulika Lanjutan 6
Kelompok IX
uwu
=¿ {0 ,48 (sv /dv )0,14 4≤Sv /dv≤20 ¿ ¿¿¿
……………….……… (11)
Dimana uv adalah kecepatan aliran di dalam saluran, u adalah pendekatan kecepatan, sv
adalah jarak antara elemen tanaman dan dv adalah diameter tanaman. Persamaan ini
didasarkan pada simulasi data yang diperoleh dari penerapan model matematik yang
dikembangkan oleh Li dan Shen (1973). Setelah memperoleh kecepatan di saluran
dikoreksi dengan menggunakan persamaan di atas, faktor gesekan Darcy-Weisbach
ditentukan dengan menggunakan rumus :
λ=8gRSuw2
………………………………………………………..…………....... (12)
Dimana S adalah kemiringan saluran, R adalah jari-jari hidrolik saluran dan g adalah
kecepatan gravitasi.
2.2 Kekasaran pada tanaman lentur
Beberapa peneliti (Kouwen et al., 1969; Pethick et al, 1990.) menunjukkan perlawanan
kecepatan disaluran dengan tanaman lentur dapat didasarkan pada pendekatan
kekasaran relatif mirip dengan hubungan perlawanan yang dikembangkan untuk
kekasaran kaku dalam pipa dan saluran. Kouwen dan Li (1980) menunjukkan bahwa faktor
gesekan Darcy-Weisbach λ, dapat diperoleh dengan menggunakan persamaan pelawanan
semi logaritmik (persamaan Colebrook-Putih) :
1
√ λ=a+b log( Rk )
……………………………………………..…………...... (13)
Dimana k adalah kekasaran dari tanaman, R adalah jari-jari hidrolik dari saluran dan a, b
adalah 2 (dua) parameter estimasi yang dihasilkan tergantung pada besar relatif dari
kecepatan geser U* dan nilai kritis U*Crit . Pada uji model numerik, Darby (1999)
Hidraulika Lanjutan 7
Kelompok IX
menggunakan persamaan Hei (1979) yaitu pendekatan umum untuk menentukan
kekasaran tanaman dan pergerakan sedimen :
1√ λ
=2 ,03 log( asRk )
……………………………………………..…………..... (14)
Dimana as adalah faktor koreksi bentuk berdimensi, yang ditentukan menggunakan
as=11 ,0( Rhmax )
−0,314
dengan hmax adalah kedalaman aliran maksimum di tampang
melintang.
Untuk tanaman fleksibel dan terendam, Kouwen dan Li (1980) menunjukkan variasi
kekasaran tertinggi adalah fungsi dari banyak tahanan kecepatan yang ditemukan dan
parameter MEI :
k=0 ,14hv[ (MEI /τ )0 ,25hv ]1,59
………………...…………………..…………...... (15)
Dimana τ adalah tegangan geser dasar dan MEI adalah kekakuan lentur. Berdasarkan
penelitian laboratorium, Kouwen (1988) dan Temple (1987) mendapatkan persamaan
empiris untuk menentukan MEI dengan ketinggian tanaman untuk variasi jenis rumput
yang tumbuh dan terbengkalai menggunakan :
MEI=¿ {319hv2,3 for green , growing grass ¿ ¿¿¿
…………….……… (16)
Persamaan 17 hanya digunakan untuk rerumputan. Pada pepohonan, metode yang
dihasilkan oleh Kouwen dan Fathi (2000) biasa digunakan untuk menentukan faktor
pergeseran (friction factor) :
λ=4 ,06( U√ξE/ ρ )
0,46 hhv
………………...…………………..…………........ (17)
Hidraulika Lanjutan 8
Kelompok IX
Dimana ξ adalah penjumlahan semua bagian perubahan bentuk dari tanaman yaitu hasil
dari peningkatan kecepatan aliran. Parameter ξE disebut “index tanaman”, yang diperoleh
dari frekwensi getaran, massa, dan panjangnya suatu pohon dan suatu model matematika
yang didasarkan pada penelitian Niklas dan Bulan ( 1988), Fahi dan Kouwen ( 1977), dan
Fathi ( 1996) yaitu ξE=
Nf12ms
H v
, dimana ms adalah massa total dan Nf1 adalah frekuensi
alam dari pohon. Fathi ( 1996) menyajikan rata-rata indeks tanaman ξE untuk empat jenis
pohon jarum.
3. ALIRAN DI SALURAN BERTANAMAN
Berdasarkan aliran seragam di saluran bertanaman dihasilkan :
Q=K √ So
………………...…………………………………....…………......... (18)
Dimana Q adalah debit aliran, So kemiringan saluran memanjang dan K adalah hantaran di
saluran. Jika seluruh tampang melintang terdiri dari tanaman yang tersebar tidak merata,
maka K dapat dihitung menggunakan :
K= A5/3
nP2/ 3
………………...…………………………………....…………......... (19)
Dimana A adalah luas aliran dan P adalah keliling basah di tampang melintang. Geseran di
dasar saluran dan tahanan tanaman telah dimasukkan kedalam angka Manning n, yang
dijelaskan pada persamaan 7, 12, 14 dan 17 tergantung pada jenis tanaman.
Jika di tampang melintang saluran, sebagian di lapisi oleh tanaman atau kepadatan
tanaman yang bervariasi, kecepatan aliran akan bervariasi di daerah bertanaman dan tidak
bertanaman atau di daerah tanaman yang berbeda. Dapat dilakukan pembagi penampang
Hidraulika Lanjutan 9
Kelompok IX
menjadi beberapa subbagian yang sesuai, baik tumbuhan atau non-tumbuhan, seperti
yang ditunjukkan pada Gambar 3. hantaran disetiap bagian dapat ditentukan dengan :
K i=Ai5/3
niPi2/3
…………………………………………………....…………......... (20)
Dimana Ki, Ai, Pi dan ni adalah hantaran, luas aliran, keliling basah dan koefien kekasaran
Manning pada bagian i. Total hantaran K dapat diperoleh dari pejumlahan hantaran pada
setiap bagian yaitu :
K=∑i
K i
………………………………………………..…....…………......... (21)
Tahanan pada tanaman berkaitan dengan kecepatan aliran, dimana masing-masing
bagian ditentukan berdasarkan persamaan Manning yaitu :
U i=K i√SoAi
………………………………………….……....…………......... (22)
Persamaan 18 dan 20 sampai 22 selalu memiliki keterkaitan dengan koefisien kekasaran
Manning, sedangkan Persamaan 7,12,14 atau 17 tergantung pada jenis tanaman.
Gambar 3. Skesa tampang aliran
4. KAPASITAS PENGANGKUTAN SEDIMEN AKIBAT EFEK DARI TANAMAN
Hidraulika Lanjutan 10
Kelompok IX
Banyak rumus yang telah diusulkan untuk menentukan total dan sebagian debit dari
sedimen dengan ukuran seragam dan tak beraturan di dalam saluran yang tak
bertanaman. Pengenalan awal untuk masalah ini ditemukan oleh Simons dan Sentruks
(1992) dan Yang (1995). Pengangkutan sedimen di saluran bertanaman berbeda dari
saluran biasa. Okabe et al. (1997), Jordanova dan James (2003), dan Wu et al. (2005)
menemukan bahwa pengangkutan sedimen dasar terutama terkait dengan beban geser
daripada gaya tahanan yang bekerja pada elemen tanaman. Jika digunakan tegangan
geser efektif, ada beberapa rumus empiris yang dikembangkan untuk pengangkutan
sedimen mengendap di saluran umum dapat diperluas untuk saluran tumbuhan.
Jordanova dan James (2003) melakukan percobaan untuk menyelidiki pengangkutan
sedimen mengendap di dalam saluran tertutup dengan tanaman yang tersebar merata.
Mereka menggunakan metode Li dan Shen (1973) untuk menentukan tegangan geser
efektif pada dasar, dan mengusulkan formula empiris sederhana. Okabe et al. (1997)
menggunakan model turbulensi k-ε untuk menghitung tegangan geser efektif pada dasar,
dan menemukan bahwa Rumus Ashida-Michiue (1972) dapat digunakan untuk
menentukan pengangkutan sedimen mengendap di saluran bertanaman. Wu et al. (2005)
menggunakan pendekatan Barfield et al. (1979) untuk menentukan tegangan geser efektif
pada dasar :
τ b=γRs S
………………………………………….……....………….............. (23)
Dan mengaplikasikan rumus Wu et al. (2000) untuk menentukan sedimen mengendap di
daerah bertanaman :
φbi=0 ,0053[( nb 'nb )3 /2 τbτ ci
−1]2,2
…………………………………….............. (24)
Hidraulika Lanjutan 11
Kelompok IX
Dimana φb adalah non dimensional pengangkutan sedimen mengendap rata-rata
φbi=qbi
[ pbi√( γsγ−1 ) gd i3 ] , qbi adalah pengangkutan rata-rata pada ukuran kelas i dari
sedimen mengendap per satuan unit lebar saluran.τ b adalah tegangan geser dasar yang
dihitung menggunakan persamaan 23, τ ci adalah tegangan geser kritis, nb’ adalah
koefisien Manning sesuai dengan kekasaran butir dengan nb'=d501/6
20 ,dan nb adalah
koefisien Manning dari dasar saluran.
5. EVALUASI MODEL
5.1 Kekasaran dari tanaman terapung yang kaku di percobaan laboratorium
Penelitian Aliran dalam saluran terbuka sebagian ditutupi oleh tanaman oleh Tsujimoto dan
Kitamura (1995). Kumpulan silinder dengan diameter yang konstan di letakan di dasar
dengan jarak yang sama sepanjang sisi dinding saluran tersebut. Aliran seragam Quasi
dengan kedalaman lebih kecil dari ketinggian tanaman yang dipelajari. Percobaan
dilakukan dalam dua flumes. Salah satunya memiliki panjang 12 m dan lebar 0,4 m (flume
a), dan satu lagi panjang 12 m dan lebar 0,5 m (flume b). Kondisi percobaan diringkas
pada Tabel 1, di mana B = lebar zona bertanaman, ib kemiringan longitudinal dasar, h0 =
kedalaman air, Uave = kecepatan curah, Uk = kecepatan permukaan antara daerah
bertanaman dan zona tidak bertanaman (kedalaman -rata-rata), C f = koefisien perlawanan
bagian utama, dan Ω=
CDDh0(2 s2 ) . Sifat-sifat tanaman model diperlihatkan pada Tabel 2.
Tiga metode yang digunakan untuk menghitung kekasaran tanaman kaku muncul di sini.
Metode pertama menentukan koefisien kekasaran Manning menggunakan persamaan 7
dengan nilai-nilai koefiesien tahanan Cd yang diusulkan oleh Tsujimoto dan Kitamura
(1995): Cd=
2gs2
(Ks2D )
. Metode kedua menentukan koefisien kekasaran Manning
menggunakan eq 7 dan. koefisien tahanan Cd menggunakan Metode Stone dan Shen
Hidraulika Lanjutan 12
Kelompok IX
(2002), Pers. 8. Metode ketiga adalah Metode Thompson dan Roberson (1976), digunakan
untuk menghitung kecepatan di saluran menggunakan Persamaan 11 dan untuk
menentukan faktor gesekan digunakan persaman 12. Ketiga metode tersebut disimbulkan
sebagai TK, SS, dan TR untuk kenyamanan penelitian. Gambar 4 menunjukkan
perbandingan debit aliran diukur dan dihitung. Semua metode memberikan kesepakatan
yang baik antara prediksi dan pengukuran. Kesalahan rata-rata relatif adalah 5.3, 4.6, dan
5,1% untuk tiga metode, masing-masing.
Tabel 1. Kondisi Penelitian
Run FlumeBs
(cm)
ib
(x10-3)
H0
(cm)
Uave
(cm/s)
Uk
(cm/s)
Cf
(x10-3)Ω
A1 a 12 1,7 4,57 32,0 20,1 3,8 0,05
B1 a 12 1,7 4,28 27,6 16,3 4,0 0,12
B2 a 12 1,7 3,22 23,7 14,1 4,5 0,09
B3 a 12 2,7 4,15 35,1 18,5 3,6 0,11
B4 a 6 1,6 4,23 33,9 14,4 3,5 0,11
C1 a 12 1,7 4,38 22,0 10,5 5,2 0,30
D1 b 25 1,5 3,65 20,3 13,5 3,1 0,18
D2 b 25 2,5 3,82 24,2 16,1 4,2 0,19
D3 b 25 3,9 3,87 27,8 16,8 3,4 0,19
Tabel 2 Kapasitas model tanaman
Model
SeriesMaterial Tanaman
Diameter
(D) cm
Tinggi
(cm)
Jarak
s (cm)
No
Selinder
Ks
(cm/s)
A Bambu 0,15 4,6 2,8 1 295
B Bambu 0,15 4,6 2,0 1 234
C Klorida Vinyl 0,2 5,0 1,0 4 120
D Nilon 6-6 0,10 4,1 1,0 1 137
E Bambu 0,25 10,0 2,0 1 172
Hidraulika Lanjutan 13
Kelompok IX
Gambar 4 Perbandingan pengukuran dan perhitungan debit aliran (m3/s)
5.2 Kekasaran dari tanaman lentur di sungai alam
Data lapangan yang diukur di Sungai Severn di Montford, Inggris dan Sungai Era di
Capannoli, Italia digunakan untuk mengevaluasi model dari kekasaran tanaman fleksibel.
Akurasi tampang melintang dan menyalurkan data gradien diperoleh di setiap situasi
menggunakan teknik survei standar. Data sedimen diperoleh dengan sampling langsung
dari tempat material sedimen. Karakteristik vegetasi di tepi sungai juga dicatat selama
survei di tempat. Karakteristik dari kedua tampang melintang dirangkum dalam Tabel 3.
Tabel 3. Karakteristik situasi di lapangan
Parameter Sungai Severn Sungai Era
Debit banjir 50 tahunan (m3/s) 392 475
Debit banjir 5 tahunan (m3/s) 243 193
Debit tampungan (m3/s) 165 60
Lebar bantaran sebelah kiri (m) 68 3
Hidraulika Lanjutan 14
Kelompok IX
Lebar bantaran sebelah kanan (m) 27 5
Lebar saluran tampungan utama (m) 34 29
Kedalaman saluran tampungan utama (m) 6 3,9
Ratio lebar dan kedalaman pada saluran
utama 5,7 7,4
Ratio bantaran dan lebar saluran utama 2,8 0,3
Kemiringan saluran 1,94 x 10-4 1,12 x 10-3
Ukuran partikel material dasar (mm) 88 47
Karakteristik tanaman
Rumput hijau dengan
ketinggian 5 cm di
daerah bantaran
Kira-kira 2/3 dari bantaran
sungai ditutupi pepohonan
dan 1,5 m rerumputan dan
alang-alang
Gambar 5. Perbandingan antara debit aliran yang diperkirakan dan diukur dengan
pengangkutan rata-rata sedimen mengendap
Dari kedua kasus, rerumputan dan alang-alang adalah tanaman yang fleksibel, dimana
perhitungan kekasaran menggunakan persamaan 14 sampai 16. Untuk pepohonan
termasuk kedalam tanaman kaku, kekesarannya dihitung menggunakan persamaan 7.
Kekasaran sedimen mengendap ditentukan menggunakan metode van Rijn (1984) yang
diubah oleh Darby (1999). Gambar 5 menunjukkan Perbandingan antara debit aliran yang
diperkirakan dan diukur pada dua situasi lapangan. Untuk Sungai Severn di Montford,
debit perkiraan lebih besar daripada yang diukur untuk tahap air < 4,0 m, yang jauh di
Hidraulika Lanjutan 15
Kelompok IX
bawah tahap penampungan, sedangkan debit perkiraan sesuai dengan data pengukuran
di atas elevasi ini. Untuk Sungai Era di Capannoli, model memprediksi debit umumnya
baik. Kesalahan relatif rata-rata antara debit aliran diperhitungkan dan diukur adalah
20,1% untuk kasus Sungai Severn dan 12,8% untuk kasus Sungai Era. Kesalahan besar
berasal dari tahap debit rendah.
5.3 Pengangkutan sedimen di saluran bertanaman
Kapasitas pengangkutan sedimen dengan efek tanaman dievaluasi berdasarkan dua
macam percobaan, pada jenis tanaman kaku yang dipertimbangkan. Kekasaran tanaman
dihitung menggunakan persamaan 7, dan pada kapasiitas pengangkutan sedimen
mengendap dihitung menggunakan persamaan 24. Tegangan geser dasar rata-rata τ b
dihitung menggunakan persamaan 23. Awalnya, debit aliran dan pengangkutan sedimen di
saluran bertanaman dihitung menggunakan pendekatan perbandingkan antara data
pengukuran dengan perhitungan yang ditemukan oleh Jordanova dan James (2003).
Dalam percobaan, tanaman terapung disimulasikan dengan silinder besi yang diatur dalam
pola tidak beraturan, dan ukuran rata-rata butir sedimen adalah 0,45 mm. Gambar 6
menunjukkan kecocokan yang sangat baik antara debit aliran dan pengangkutan sedimen
mengendap yang diamati dan diperkirakan. Kesalahan relatif rata-rata antara perkiraan
dan pengukuran adalah 6,6% untuk debitaliran dan 13,6% untuk pengangkutan sedimen.
Hidraulika Lanjutan 16
Kelompok IX
Gambar 6. Perbandingan antara debit aliran dan pengangkutan sedimen yang diperkirakan
dan diukur
Penelitian lain yang memilih uji kapasitas pengangkutan sedimen yaitu penelitian jenis A
dari perkiraan sedimen mengendap pada dasar yang bergerak ditutupi tanaman oleh
Okabe et al. (1997) pada saluran memanjang dengan lebar 0,4 m dan panjang 12 m.
tanaman model berbentuk selinder dan melengkung yang terbuat dari pipa silikon dengan
diameter eksternal 1 mm dan ukuran butir adalah 0.6 mm. Gambar 7menunjukkan
perbandingan sedimen mengendap yang diperkirakan dan diukur. Kesalahan relatif rata-
rata antar perkiraan dan pengukuran adalah 50.9%.
6 Kesimpulan
Pada penelitian ini, awalnya melihat pendekatan untuk menghitung kekasaran tanaman
fleksibel dan kaku pda kondisi tengelam dan terapung dan membuat model hidrolik untuk
menghitung debit aliran pada saluran bertanaman. Efek tahanan tanaman
dipertimbangkan pada koefisien kekasaran Manning dalam penentuan hantaran saluran.
Model ini telah diuji terhadap percobaan Tsujimoto dan Kitamura (1995) dan dua bentuk
data sungai alam. Debit aliran dihitung dan kurva aliran banjir sesuai dengan data yang
diukur.
Kapasitas pengangkutan sedimen di saluran bertanaman juga diteliti pada penelitian ini.
Debit aliran sedimen mengendap dihitung menggunakan rumus Wu et al. (2000), dimana
tegangan geser dasar dihitung menggunakan τ b= γ Rs S dengan S menjadi kemiringan
saluran, γ berat jenis air, dan Rs jari-jari hidrolik jarak didefinisikan oleh Barfield et al.
Metode ini telah dibuktikan dengan menggunakan data pengukuran dari Jordanova dan
James (2003) dan Okabe et al. (1997). Prediksi dan pengukuran secara umum memiliki
kecocokan yang baik.
Hidraulika Lanjutan 17
Kelompok IX
Gambar 7. Perbandingan antara pengangkutan sedimen mengendap yang diperkirakan
dan diukur
PENGAKUAN
Penelitian ini adalah bagian dari proyek penelitian yang didukung oleh USDA ARS
Persetujuan Penelitian Khusus No. 58-6408-2-0062 dan Universitas Mississipi. Drs.
Stephen E. Darby, Takeshi Okabe dan Tadanori Kitamura adalah penyetujuan data
pengukuran dilapangan.
TINJAUAN PUSTAKA
Ashida, K. and Michiue, M (1972) “Study on Hidraulic Resistance and Bedload Transport
Rate in Alluvial Stream, “Proc. Of JSCE. 201,pp. 56-69.
Barfield, BJ., Tollner, E.W., and Haynes, J.C. (1979)”Filtration of Sediment by Simulated
Vegetation I. Steady-state Flow with Homogeneous Sediment,” Trans. ASCE, 22(3), pp.
540-548.
Bache, D.H., and MacAskill, I.A. (1984). Vegetation in Civil and Landscape Engineering,
Granada, New York.
Hidraulika Lanjutan 18
Kelompok IX
Bennett, SJ., Pirim, T., and Brierley, G.J. (2002) “Mediated Equilibrium : The Influence of
Riparian Vegetation and Wood on the Long-term Evolution and Behaviour of a Near-
pristine River,” Earth Surface Processes Landform, 27, pp. 343-367.
Chow, V.T. (1959). Open-channel Hydraulics. McGraw-Hill, New York.
Darby, S. E. (1999). “Effect of Riparian Vegetation on Flow Resistance and Flood
Potential,” J. Hydraulic Eng. 125(5), pp. 443-454.
Fahi-Maghadam, M. (1996). Momentum Absorption in Non-rigid, Nonsubmerged, Tall
Vegetation along Rivers, PhD. Dissertation, University of Waterloo, Canada.
Hey, R.D. (1979). “Flow Resistance in Gravel-bed Rivers,” J. Hydr. Div., ASCE, 105(4),
pp. 365-379.
Jarvela, J. (2002). “Determination of Flow Resistance Caused by Non-submerged
Woody Vegetation,” River Flow 2002, D.Bousmar and Y. Zech (eds.), Swet & Zeitlinger,
Lisse, pp. 311-3 18
Jordanova, A.A., and James, C.S. (2003). “Experimental Study of Bed Load Transport
through Emergent Vegetation,” J. Hydraul. Eng., 129(6), pp. 474-478.
Klaassen, G.J., and Zwaard, J.J. (1974) “Roughness Coefficients of Vegetated
Floodplains,” J. Hydr. Res., 12(1), pp. 43-63.
Kouwen, N., and Li, R.M., (1980). “Biomechanics of Vegetative Channel Linings,” J. Hydr.
Div., ASCE, 106(HY6), pp. 1085-1103.
Kouwen, N., Unney, T.E. and Hill, A.M. (1969). “Flow Retardance in Vegetated Channels,”
J. Irrig. Drain. Div. Am. Soc. Civ. Eng., 95, pp. 329-342.
Kouwen, N. (1988). “Field Estimation of the Biomechanical Properties of Grass,” J.
Hydr. Res., IAHR, 26(5), pp. 559-568.
Kouwen, N., and Fathi-Moghadam, M. (2000). “Friction Factors for Coniferous
Trees along Rivers,” J. Hydraul. Eng. ASCE, 126(10), pp. 730-740.
Li, R.M. and Shen, H.W. (1973). “Effect of Tall Vegetation on Flow and Sediment,” J.
Hydraul. Div. Am. Soc. Civ. Eng., 99(HY5), pp. 793-814.
Linder, K. (1982). “Der Stroemungswiderstand Von Pflanzenbestaenden,”
Mitteilungen 75, Leichtweiss-Institut fuer Wasserbau, TU Braunschweig.
Lopez, F., and Garcia, M. (2001). “Mean Flow and Turbulence Structure of Open
Channel Flow through Non-emergent Vegetation,” J. Hydraul. Eng. 127(5), pp. 3 92-402.
Millar, R.G. (2002). “Influence of Bank Vegetation on Channel Patterns,” Water Resource
Research, 36, pp. 1109-1118.
Hidraulika Lanjutan 19
Kelompok IX
Montgometry, D.R., and Piegay, H. (2003). “Wood in Rivers: Interactions with
Channel Morphology and Processes,” Geomorphology, 51, pp. 1-5.
Niklas, K.J., and Moon, F.C. (1988). “Flexural Stiffness and Modulus of Elasticity of Flower
Stalks from Allium Sativum as Measured by Multiple Resonance Frequency Spectra, Am.
J. Botany, 75(10), pp. 1517-1525.
Okabe, T., Yuuki, T., and Kojima, M. (1997). “Bed-load Rate on Movable Beds
Covered by Vegetation,” Environmental and Coastal Hydraulics: Protecting the Aquatic
Habitat, pp. 1396- 1401.
Pasche, E., and Rouve, G. (1985). “Overbank Flow with Vegetatively Roughened
Floodplains,” J. Hydraulic Eng., ASCE 111(9), pp. 1262-1278.
Pethick, J., Leggett, D., and Husain, L. (1990). “Boundary Layer under Salt Marsh
Vegetation Developed in Tidal Currents,” Vegetation and Erosion, J.B. Thornes (ed.),
Wiley, Chichester, England, pp. 113-124.
Schimizu Y., and Tsujimoto, T. (1994). “Numerical Analysis of Turbulent Open Channel
Flow over a Vegetation Layer Using a k- å Turbulence Model,” J. Hydroscience
and Hydraulic Engineering, 11(2), pp. 57-67.
Shields, F.D.Jr., and Gippel, C.J. (1995). “Prediction of Effects of Woody Debris Removal on
Flow Resistance,” J. Hydraul. Eng., 121(4), pp. 341-354.
Shields F.D.Jr., and Cooper, C.M. (2000). “Woody Vegetation and Debris for In-channel
Sediment Control,” Int. J. Sediment Research, 15, pp. 83-92.
Simon, A., and Collison, A.J. (2002). “Quantifying the Mechanical and Hydrologic
Effects of Riparian Vegetation on Streambank Stability,” Earth Surface Processes
Landforms, 27, pp. 527-546.
Simons, D.B., and Senturk, F. (1992). Sediment Transport Technology Water and
Sediment Dynamics, Water Resources Publications.
Stone, B.M and Shen, H.T. (2002) “Hydraulic Resistance of Flow in Channels with
Cylindrical Roughness,” J. Hydraulic Eng., ASCE, 128(5), pp. 500-506.
Temple, D.M. ( 1987). “Closure of Velocity Distribution Coefficients for Grass-lined
Channels,” J. Hydraul. Eng., ASCE, 113(9), pp. 1224-1226.
Thorne, C.R. (1990). “Effects of Vegetation on Riverbank Erosion and Stability, in
Vegetation and Erosion, edited by J.B. Thornes, pp. 125-143, John Wiley, Hoboken, N.J.
Thompson, G.T., and Roberson, J.A. (1976). “A Theory of Flow Resistance for
Vegetated Channel,” Trans. ASCE, 19(2), pp. 288-293.
Hidraulika Lanjutan 20
Kelompok IX
Tollner, E.W., Barfield, B.J., Vachirakornwatana, C., and Haan, C.T. (1977). “Sediment
Deposition Patterns in Simulated Grass Filters,” Trans. ASCE, 20(5), pp. 940-944.
Tsujimoto, T. and Kitamura, T. (1995). “Lateral Bed-load Transport and Sand-rigde
Formation near Vegetation Zone in an Open Channel,” J. Hydroscience and Hydraulic
Engineering, Vol.13, pp. 35-45.
Tsujimoto, T., Okada, T., and Kontani, K. (1993). “Turbulent Structure of Open Channel
Flow over Flexible Vegetation,” Kanazwa Hydr. Lab. Communication, 4, pp. 37-46.
Van, Rijn, L.C. (1984). “Sediment transport. III: Bed Forms and Alluvial Roughness,” J.
Hydr. Eng., ASCE, 110(12), pp. 1733-1754.
Wallace, J.B., an d Benke, A.C. (1984). “Quantification of Wood Habitat in Subtropical
Coastal Plain Streams,” Can. J. Fish. Aquat. Sci., 41, pp. 1643-1652.
White, F.M. (1991). Viscous Fluid Flow, McGraw-Hill, New York.
Wu, W. and Wang, S.S.Y. (2004). “Depth-averaged 2-D Numerical Modeling of Unsteady
Flow and Nonuniform Sediment Transport in Open Channels,” J. Hydraul. Eng. 130(10), pp.
1013-1024.
Wu, W., Shields, F.D.Jr., Bennett, S.J. and Wang, S.S.Y. (2005). “A Depth-
averaged Two- dimensional Model for Flow, Sediment Transport, and Bed Topography
in Curved Channels with Riparian Vegetation,” Water Resources Research, Vol. 41, pp. 1-
15.
Wu, W., Wang, S.S.Y., and Jia, Y. (2000). “Nonuniform Sediment Transport in Alluvial
Rivers,” J. Hydr. Res., IAHR, Vol. 3 8(6), pp. 427-434.
Yang, C.T. (1995). Sediment Transport: Theory and Practice, McGraw-Hill Co., Inc.
Hidraulika Lanjutan 21