152
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user HUBUNGAN ANTARA PENERIMAAN DIRI DAN DUKUNGAN EMOSI DENGAN OPTIMISME PADA PENDERITA DIABETES MELLITUS ANGGOTA AKTIF PERSADIA (PERSATUAN DIABETES INDONESIA) CABANG SURAKARTA SKRIPSI Dalam rangka penyusunan skripsi sebagai salah satu syarat guna memperoleh gelar Sarjana Psikologi Program Pendidikan Strata I Psikologi Oleh : Ali Hasan G 0107019 Pembimbing: 1. Dra. Salmah Lilik, M.Si. 2. Rin Widya Agustin, S. Psi., M.Psi. PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2012

Ali Hasan G0107019 · Alat pengumpul data yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala optimisme, skala penerimaan diri, dan skala dukungan emosi. Teknik analisis data yang digunakan

  • Upload
    others

  • View
    7

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Ali Hasan G0107019 · Alat pengumpul data yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala optimisme, skala penerimaan diri, dan skala dukungan emosi. Teknik analisis data yang digunakan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

HUBUNGAN ANTARA PENERIMAAN DIRI DAN DUKUNGAN EMOSI

DENGAN OPTIMISME PADA PENDERITA DIABETES

MELLITUS ANGGOTA AKTIF PERSADIA

(PERSATUAN DIABETES INDONESIA)

CABANG SURAKARTA

SKRIPSI

Dalam rangka penyusunan skripsi sebagai salah satu syarat guna

memperoleh gelar Sarjana Psikologi Program Pendidikan Strata I Psikologi

Oleh :

Ali Hasan

G 0107019

Pembimbing:

1. Dra. Salmah Lilik, M.Si. 2. Rin Widya Agustin, S. Psi., M.Psi.

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

2012

Page 2: Ali Hasan G0107019 · Alat pengumpul data yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala optimisme, skala penerimaan diri, dan skala dukungan emosi. Teknik analisis data yang digunakan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user ii

Page 3: Ali Hasan G0107019 · Alat pengumpul data yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala optimisme, skala penerimaan diri, dan skala dukungan emosi. Teknik analisis data yang digunakan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user iii

Page 4: Ali Hasan G0107019 · Alat pengumpul data yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala optimisme, skala penerimaan diri, dan skala dukungan emosi. Teknik analisis data yang digunakan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user iv

Page 5: Ali Hasan G0107019 · Alat pengumpul data yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala optimisme, skala penerimaan diri, dan skala dukungan emosi. Teknik analisis data yang digunakan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user v

MOTTO

Rintangan tidak harus menghentikan Anda. Jika Anda menabrak tembok, jangan

berbalik dan menyerah. Carilah cara untuk mendekatinya, melaluinya, atau

memutarinya.

(Michael Jordan)

Orang yang kehilangan harapan, bisa kehilangan segala-galanya.

(Congreve)

Page 6: Ali Hasan G0107019 · Alat pengumpul data yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala optimisme, skala penerimaan diri, dan skala dukungan emosi. Teknik analisis data yang digunakan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user vi

PERSEMBAHAN

Orang-orang yang sangat aku cintai,

dengan doa, cinta, bimbingan, dan kesabarannya

dalam menuntunku mencapai cita-cita dan harapanku

Page 7: Ali Hasan G0107019 · Alat pengumpul data yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala optimisme, skala penerimaan diri, dan skala dukungan emosi. Teknik analisis data yang digunakan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user vii

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT atas segala rahmat

dan karunia yang diberikan sehingga penulis dapat menyusun dan menyelesaikan

karya ini. Satu hal yang penulis sadari, bahwa karya ini dapat terselesaikan

karena bantuan dari berbagai pihak. Rasa terima kasih sudah sepantasnya penulis

sampaikan dengan hati yang tulus kepada segenap pihak atas segala partisipasinya

dalam pelaksanaan dan penyelesaian karya ini. Untuk itu dengan kerendahan hati,

penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Zainal Arifin Adnan, dr., Sp. PD-KR-FINASIM selaku

Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta.

2. Bapak Drs. Hardjono, M.Si. selaku Ketua Program Studi Psikologi Fakultas

Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta.

3. Ibu Dra. Salmah Lilik, M.Si. selaku pembimbing utama atas segala

bimbingan, waktu, masukan, kesabaran dan bantuannya dalam penyusunan

skripsi ini.

4. Ibu Rin Widya Agustin, S.Psi., M.Psi. selaku pembimbing pendamping atas

segala bimbingan, bantuan, nasihat, dan kesabaran dalam mengarahkan dan

membimbing penulis dalam penyusunan karya ini.

5. Ibu Dra. Makmuroch, MS. Selaku penguji utama atas segala bantuan,

masukan, dan kesediaannya untuk menjadi penguji penulis.

Page 8: Ali Hasan G0107019 · Alat pengumpul data yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala optimisme, skala penerimaan diri, dan skala dukungan emosi. Teknik analisis data yang digunakan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user viii

6. Ibu Tri Rejeki Andayani, S.Psi., M.Si. selaku penguji pendamping atas segala

bantuan, masukan, dan kesediaannya untuk menjadi penguji penulis.

7. Seluruh staf pengajar, staf tata usaha, staf perpustakaan, dan segenap pegawai

di Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret

Surakarta atas segala ilmu yang sangat berharga selama penulis menempuh

studi serta dukungan dan bantuannya selama ini.

8. Prof. Dr. Djoko Hardiman, dr., SpPD, KEMD, FINASIM selaku Ketua

PERSADIA (Persatuan Diabetes Indonesia) Cabang Surakarta atas izin,

informasi, dan bantuan yang telah diberikan kepada penulis untuk

melaksanakan penelitian di PERSADIA.

9. Bapak H. Sutarto, BA selaku Ketua Unit Gemolong, dr. Sri Berlianti selaku

Ketua Unit RSI Klaten, Ibu Endang Rahayu selaku Ketua Unit Ngeringo

Indah, Ibu Hj. Suminarti Jaelani selaku Ketua Unit Perumnas Palur, Ibu Hj.

Ningsih Margito selaku Ketua Unit PMI Karanganyar, dan Drs. Ariyanto,

M.Pd. selaku Ketua Unit RSUD Dr. Moewardi Surakrta atas izin, informasi,

dan bantuan yang telah diberikan kepada penulis untuk melaksanakan

penelitian di Unit PERSADIA.

10. Bu Tuti, Pak Manto, Bu Kus, Mbak Fitri, Mbak Tety Selaku Pengurus dan

Instruktur PERSADIA Cabang Surakarta atas segala informasi, bantuan,

kesediaan, dan kerjasamanya untuk membantu penulis selama penelitian.

11. Bapak dan Ibuku, kakak dan adik-adikku, dan seluruh keluarga besar atas

segala cinta kasih, doa, dan dukungan yang tiada henti.

Page 9: Ali Hasan G0107019 · Alat pengumpul data yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala optimisme, skala penerimaan diri, dan skala dukungan emosi. Teknik analisis data yang digunakan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user ix

12. Untuk Aan dan Seluruh teman-teman angkatan 2007 yang tidak bisa saya

sebutkan satu persatu; terima kasih atas bantuan dan kebersamaannya selama

ini.

13. Seluruh teman-teman mahasiswa Program Studi Psikologi FK UNS atas

bantuan, semangat, dan dukungannya selama ini secara langsung maupun

tidak langsung.

Penulis berharap semoga segala kebaikan dan bantuan Bapak/Ibu/Saudara

dapat dibalas oleh Allah SWT. Akhir kata penulis berharap semoga karya ini

dapat bermanfaat bagi yang membacanya. Amin.

Surakarta, November 2012

Penulis

Page 10: Ali Hasan G0107019 · Alat pengumpul data yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala optimisme, skala penerimaan diri, dan skala dukungan emosi. Teknik analisis data yang digunakan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user x

ABSTRAK

HUBUNGAN ANTARA PENERIMAAN DIRI DAN DUKUNGAN EMOSI DENGAN OPTIMISME PADA PENDERITA DIABETES MELLITUS

ANGGOTA AKTIF PERSADIA (PERSATUAN DIABETES INDONESIA) CABANG SURAKARTA

Ali Hasan, G0107019

Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran

Universitas Sebelas Maret Surakarta Sikap optimis ditunjukkan dengan sikap tidak menyerah dalam

menghadapi permasalahan, memiliki ekspektasi yang baik pada masa depan dalam kehidupannya dan mempunyai cara berfikir yang positif dan realistis dalam memandang suatu masalah. Penyakit diabetes mellitus menyebabkan perubahan pola hidup bagi penderitanya. Penderita diabetes mellitus harus menjalani pengaturan pola makan yang ketat dan rutin menjalani pengobatan. Hal tersebut menimbulkan suatu reaksi emosi yang negatif dan tak jarang menyebabkan hilangnya semangat hidup penderita diabetes mellitus. Penderita diabetes mellitus diharapkan memiliki optimisme yang tinggi agar penderita diabetes mellitus berperilaku lebih sehat guna mempertahankan dan meningkatkan kesehatannya, serta memperkecil risiko komplikasi yang timbul akibat penyakit diabetes mellitus. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara penerimaan diri dan dukungan emosi dengan optimisme pada penderita diabetes mellitus anggota aktif PERSADIA cabang Surakarta.

Populasi dalam penelitian ini adalah penderita DM anggota aktif PERSADIA cabang Surakarta. Pengambilan sampel menggunakan teknik cluster random sampling. Alat pengumpul data yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala optimisme, skala penerimaan diri, dan skala dukungan emosi. Teknik analisis data yang digunakan untuk menguji hipotesis pertama adalah analisis regresi berganda, selanjutnya untuk menguji hipotesis kedua dan ketiga menggunakan analisis korelasi parsial.

Berdasarkan hasil analisis regresi linear berganda, diperoleh nilai koefisien korelasi (R) sebesar 0,780; p = 0,000 (p < 0,05) dan F hitung 65,354 > F tabel 3,10. Hasil tersebut menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara penerimaan diri dan dukungan emosi dengan optimisme pada penderita DM. Secara parsial menunjukkan terdapat hubungan yang signifikan antara penerimaan diri dengan optimisme penderita DM dengan koefisien korelasi (r) sebesar 0,630; serta terdapat hubungan yang signifikan antara dukungan emosi dengan optimisme penderita DM yang ditunjukkan oleh koefisien korelasi (r) sebesar 0,251. Nilai R2 dalam penelitian ini sebesar 0,609 atau 60,9%; terdiri atas kontribusi penerimaan diri terhadap optimisme sebesar 48,771% dan kontribusi dukungan emosi terhadap optimisme sebesar 12,106%. Ini berarti masih terdapat 39,1% faktor lain yang mempengaruhi optimisme. Kata kunci: penerimaan diri, dukungan emosi, optimisme, diabetes mellitus

Page 11: Ali Hasan G0107019 · Alat pengumpul data yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala optimisme, skala penerimaan diri, dan skala dukungan emosi. Teknik analisis data yang digunakan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user xi

ABSTRACT

THE CORRELATION BETWEEN SELF-ACCEPTANCE AND EMOTIONAL SUPPORT TOWARD OPTIMISM AMONG

PEOPLE WITH DIABETES MELLITUS ACTIVE MEMBER OF PERSADIA (PERSATUAN DIABETES

INDONESIA) BRANCH SURAKARTA

Ali Hasan, G0107019

Psychology Department, Medical Faculty Sebelas Maret University

Optimistic attitude is shown by demeanor of not giving up in facing problems, having good expectations of the future in life and having realistic positive way of thinking in looking into a problem. Diabetes mellitus causes changes of life style in people who suffer. People with diabetes mellitus have to undergo strict dietary system and continuous treatments. The condition affects negative emotion reaction and frequently loss of life spirit comes up in people who suffer. People with diabetes mellitus are supposed to be strongly optimistic in order to be well-behaved for the sake of getting their health well maintained and enhanced and diminish the risk of complication arising from diabetes mellitus. The purpose of this research was to find out the correlation between self-acceptance and emotional support toward optimism in people with diabetes mellitus active member of PERSADIA branch Surakarta.

The population in this research was people with diabetes mellitus active member of PERSADIA branch Surakarta. The sampling used in this research was cluster random sampling. Data collection instruments used in this research were optimism scale, self-acceptance scale, and emotional support scale. Data analysis technique used to examine the first hypothesis was multiple regressive analysis, then partial correlation analysis was used to examine the second and the third hypothesis.

Based on multiple linear regressive analysis, the value of correlation coefficient (R) 0,780; p = 0,000 (p < 0,05) and F count 65,354 > F table 3,10. The result indicated significant correlation between self-acceptance and emotional support toward optimism in people with diabetes mellitus. Partially it indicated significant correlation between self-acceptance toward optimism in people with diabetes mellitus with correlation coefficient (r) 0,630; and significant correlation between emotional support toward optimism in people with diabetes mellitus with correlation coefficient (r) 0,251. The value of R2 in this research was 0,609 or 60,9%; consisted of self-acceptance contribution toward optimism was 48,771% and emotional support contribution toward optimism was 12,106%. That meant there were 39,1% of other factors affecting optimism.

Keywords: self-acceptance, emotional support, optimism, diabetes mellitus

Page 12: Ali Hasan G0107019 · Alat pengumpul data yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala optimisme, skala penerimaan diri, dan skala dukungan emosi. Teknik analisis data yang digunakan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user xii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .................................................................................... i

HALAMAN PERNYATAAN ..................................................................... ii

HALAMAN PERSETUJUAN .................................................................... iii

HALAMAN PENGESAHAN ...................................................................... iv

HALAMAN MOTTO .................................................................................. v

HALAMAN PERSEMBAHAN .................................................................. vi

KATA PENGANTAR .................................................................................. vii

ABSTRAK .................................................................................................... x

ABSTRACT .................................................................................................. xi

DAFTAR ISI ................................................................................................. xii

DAFTAR TABEL ........................................................................................ xv

DAFTAR GAMBAR .................................................................................... xvii

DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................ xviii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................. 1

A. Latar Belakang Masalah ................................................................... 1

Page 13: Ali Hasan G0107019 · Alat pengumpul data yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala optimisme, skala penerimaan diri, dan skala dukungan emosi. Teknik analisis data yang digunakan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user xiii

B. Perumusan Masalah .......................................................................... 14

C. Tujuan Penelitian .............................................................................. 15

D. Manfaat Penelitian ............................................................................ 15

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ................................................................. 17

A. Optimisme Penderita Diabetes Mellitus .......................................... 17

1. Pengertian Optimisme Penderita Diabetes Mellitus ................... 17

2. Aspek dan Ciri-Ciri Optimisme ................................................. 36

3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Optimisme Penderita

Diabetes Mellitus ........................................................................ 39

B. Penerimaan Diri ............................................................................... 43

1. Pengertian Penerimaan Diri ........................................................ 43

2. Aspek dan Ciri-Ciri Individu yang Menerima Dirinya .............. 44

3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penerimaan Diri ................ 50

4. Dampak dari Adanya Penerimaan Diri ...................................... 51

C. Dukungan Emosi .............................................................................. 53

1. Pengertian Dukungan Emosi ...................................................... 53

2. Aspek Dukungan Emosi ............................................................. 54

Page 14: Ali Hasan G0107019 · Alat pengumpul data yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala optimisme, skala penerimaan diri, dan skala dukungan emosi. Teknik analisis data yang digunakan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user xiv

3. Faktor yang Mempengaruhi Dukungan Emosi .......................... 57

4. Fungsi dan Manfaat Dukungan Emosi ....................................... 59

D. Hubungan antara Penerimaan Diri dan Dukungan Emosi dengan

Optimisme pada Penderita Diabetes Mellitus .................................. 60

1. Hubungan antara Penerimaan Diri dengan Optimisme pada

Penderita Diabetes Mellitus ....................................................... 60

2. Hubungan antara Dukungan Emosi dengan Optimisme pada

Penderita Diabetes Mellitus ....................................................... 63

3. Hubungan antara Penerimaan Diri dan Dukungan Emosi

dengan Optimisme pada Penderita Diabetes Mellitus ................ 66

E. Kerangka Pemikiran ........................................................................ 70

F. Hipotesis .......................................................................................... 71

BAB III METODE PENELITIAN ............................................................. 72

A. Identifikasi Variabel Penelitian ....................................................... 72

B. Definisi Operasional Variabel Penelitian ........................................ 72

C. Populasi, Sampel, dan Sampling ...................................................... 75

D. Metode Pengumpulan Data .............................................................. 77

E. Validitas dan Reliabilitas ................................................................. 84

F. Metode Analisis Data ....................................................................... 86

Page 15: Ali Hasan G0107019 · Alat pengumpul data yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala optimisme, skala penerimaan diri, dan skala dukungan emosi. Teknik analisis data yang digunakan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user xv

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ........................... 87

A. Persiapan Penelitian ......................................................................... 87

B. Pelaksanaan Penelitian ..................................................................... 106

C. Hasil Analisis Data dan Interpretasi ................................................ 108

D. Pembahasan ..................................................................................... 123

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ....................................................... 130

A. Kesimpulan ...................................................................................... 130

B. Saran ................................................................................................ 131

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 134

LAMPIRAN .................................................................................................. 139

Page 16: Ali Hasan G0107019 · Alat pengumpul data yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala optimisme, skala penerimaan diri, dan skala dukungan emosi. Teknik analisis data yang digunakan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user xvi

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Tabel Data Populasi Penelitian .................................................... 76

Tabel 2. Tabel Sistem Penilaian Aitem Skala ........................................... 79

Tabel 3. Blue Print dan Sebaran Distribusi Aitem Skala Optimisme ........ 80

Tabel 4. Blue Print dan Sebaran Distribusi Aitem Skala Penerimaan Diri 82

Tabel 5. Blue Print dan Sebaran Distribusi Aitem Skala Dukungan

Emosi ........................................................................................... 84

Tabel 6. Daftar Unit Anggota PERSADIA Cabang Surakarta 91

Tabel 7. Distribusi Aitem Valid dan Gugur Skala Optimisme .................. 98

Tabel 8. Distribusi Aitem Valid dan Gugur Skala Penerimaan Diri ......... 100

Tabel 9. Distribusi Aitem Valid dan Gugur Skala Dukungan Emosi ........ 102

Tabel 10. Distribusi Aitem Skala Optimisme Untuk Penelitian .................. 103

Tabel 11. Distribusi Aitem Skala Penerimaan Diri Untuk Penelitian ......... 104

Tabel 12. Distribusi Aitem Skala Dukungan Emosi Untuk Penelitian ........ 105

Tabel 13. Tabel Jumlah Responden Untuk Penelitian ................................. 106

Tabel 14. Hasil Uji Normalitas .................................................................... 108

Page 17: Ali Hasan G0107019 · Alat pengumpul data yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala optimisme, skala penerimaan diri, dan skala dukungan emosi. Teknik analisis data yang digunakan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user xvii

Tabel 15. Hasil Uji Linearitas Antara Optimisme dengan Penerimaan Diri 109

Tabel 16. Hasil Uji Linearitas Antara Optimisme dengan Dukungan

Emosi ........................................................................................... 110

Tabel 17. Hasil Uji Multikolinearitas .......................................................... 111

Tabel 18. Hasil Uji Heteroskedastisitas antara Optimisme dengan Penerimaan

Diri ........................................................................................................ 112

Tabel 19. Hasil Uji Heteroskedastisitas antara Optimisme dengan Dukungan

Emosi ............................................................................................ 113

Tabel 20. Hasil Uji Autokorelasi ................................................................. 114

Tabel 21. Pedoman Interpretasi Koefisien Korelasi Ganda (R) .................. 116

Tabel 22. Hasil Uji-F ................................................................................... 117

Tabel 23. Hasil Analisis Regresi Linear Berganda ...................................... 117

Tabel 24. Pedoman Interpretasi Koefisien Korelasi r .................................. 118

Tabel 25. Hasil Korelasi Parsial Penerimaan Diri dengan Optimisme ....... 119

Tabel 26. Hasil korelasi Parsial Dukungan Emosi dengan Optimisme ....... 119

Tabel 27. Deskripsi Data Penelitian ............................................................ 121

Tabel 28. Kategorisasi Subjek Berdasar Skor Skala Penelitian .................. 122

Page 18: Ali Hasan G0107019 · Alat pengumpul data yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala optimisme, skala penerimaan diri, dan skala dukungan emosi. Teknik analisis data yang digunakan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user xviii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Kerangka Pemikiran .................................................................. 71

Page 19: Ali Hasan G0107019 · Alat pengumpul data yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala optimisme, skala penerimaan diri, dan skala dukungan emosi. Teknik analisis data yang digunakan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user xix

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran A Skala Uji Coba ...................................................................... 139

Lampiran B Distribusi Skor Uji Coba (Try Out) ...................................... 149

Lampiran C Uji Validitas dan Reliabilitas ................................................ 158

Lampiran D Skala Penelitian .................................................................... 165

Lampiran E Distribusi Skor Skala Penelitian ........................................... 174

Lampiran F Analisis Data Penelitian ....................................................... 189

Lampiran G Kelengkapan Administrasi ................................................... 203

Lampiran H Jadwal Penelitian .................................................................. 216

Lampiran I Dokumentasi ......................................................................... 219

Page 20: Ali Hasan G0107019 · Alat pengumpul data yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala optimisme, skala penerimaan diri, dan skala dukungan emosi. Teknik analisis data yang digunakan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Penyakit diabetes mellitus merupakan penyakit dimana tubuh penderitanya

tidak bisa mengendalikan kadar gula (glukosa) dalam darah (Sustrani, dkk, 2005).

Penyakit diabetes mellitus sudah merupakan salah satu ancaman utama bagi

kesehatan umat manusia pada abad 21. Laporan statistik dari Internasional

Diabetes Federation (IDF) tahun 2011 menyebutkan bahwa jumlah penderita DM

mencapai angka 366 juta. Angka ini diperkirakan akan terus meningkat setiap

tahunnya, dan jumlah penderita DM diperkirakan akan mencapai 552 juta pada

tahun 2030 (Brussels, 2011). Data kesehatan dunia (WHO) tahun 2003

menunjukkan hasil yang tidak jauh berbeda, jumlah penderita DM mencapai 194

juta jiwa dan diperkirakan meningkat menjadi 333 juta pada tahun 2025 dan

setengah dari angka tersebut terjadi dinegara berkembang, termasuk dinegara

Indonesia. Angka kematian akibat penyakit diabetes mellitus tergolong tinggi,

yaitu mencapai 4,6 juta per tahun (Anna, 2011).

Menurut survei yang dilakukan oleh organisasi kesehatan dunia (WHO),

jumlah penderita DM di Indonesia pada tahun 2000 sebanyak 8,4 juta orang,

jumlah tersebut menempati urutan ke-4 terbesar di dunia. Sedangkan dari hasil

survei International Diabetes Federation (IDF) pada tahun 2005, Indonesia

menduduki ranking ke-3 terbesar di dunia. Padahal pada tahun 2003 Indonesia

masih menduduki ranking ke-5 di bawah Amerika, tapi pada tahun 2005 ranking

Page 21: Ali Hasan G0107019 · Alat pengumpul data yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala optimisme, skala penerimaan diri, dan skala dukungan emosi. Teknik analisis data yang digunakan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

2

Indonesia naik menjadi ranking ke-3 dengan penderita DM terbesar, mengeser

Rusia yang pada tahun 2003 menduduki ranking ke-3 (www.indodiabetes.com).

Penderita DM di Indonesia setiap tahun jumlahnya terus bertambah, pada 2030

jumlahnya diperkirakan mencapai 21,3 juta orang. Demikian perkiraan yang

disampaikan pakar ilmu kesehatan dari Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Dr. Yunani (Rahmad, 2010).

Berdasarkan laporan Dinas Kesehatan Semarang tahun 2011 jumlah

penderita DM di Propinsi Jawa Tengah sebanyak 509.319 orang (Kristiana, 2011).

Salah satu kota di Provinsi jawa Tengah dengan jumlah kasus diabetes mellitus

terbanyak adalah kota Surakarta. Pada tahun 2008 Surakarta menempati peringkat

ketiga kota di provinsi Jawa Tengah dengan prevalensi penyakit diabetes mellitus

tertinggi ketiga setelah kota Cilacap dan Tegal (Nugrahini, 2010). Sedangkan di

tahun 2009 kota Surakarta menjadi kota dengan prevalensi penyakit diabetes

mellitus tipe II tertinggi di provinsi Jawa Tengah (Dinkesjateng, 2009). Menurut

laporan Dinas Kesehatan Kota Surakarta, pada tahun 2009 jumlah penderita DM

di puskesmas sebanyak 12.685 kasus dan di rumah sakit sebanyak 29.165 kasus

(Purnamatari, 2011).

Diabetes mellitus merupakan salah satu kelompok penyakit gangguan

metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi

insulin, kerja insulin atau keduanya. Diabetes mellitus adalah kondisi saat

produksi insulin sel beta pankreas terganggu atau respon target berkurang. Insulin

memungkinkan sel untuk menyerap glukosa dan mengubahnya menjadi energi.

Apabila kerja insulin terganggu atau jumlahnya tidak mencukupi akibatnya

Page 22: Ali Hasan G0107019 · Alat pengumpul data yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala optimisme, skala penerimaan diri, dan skala dukungan emosi. Teknik analisis data yang digunakan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

3

kemampuan tubuh melakukan metabolisme glukosa menurun dan akibatnya kadar

glukosa dalam darah meningkat. Apabila kondisi tersebut berlangsung dalam

jangka panjang akan dapat merusak berbagai organ tubuh. Penderita DM berisiko

tinggi terkena penyakit jantung karena diabetes mellitus mendorong

aterosklorosis atau terjadinya plak pada pembuluh darah. Sekitar 80% pasien

diabetes meninggal karena penyakit jantung. (Rachmawati, 2008)

Diabetes mellitus apabila tidak ditangani dengan baik akan mengakibatkan

timbulnya komplikasi. Salah satu komplikasi pada penderita DM adalah koma

hipoglikemia. Jika menderita komplikasi ini maka penderita akan mengalami

pusing, gemetar, pandangan mata berkunang-kunang, pandangan mata menjadi

gelap, keluar keringat dingin, detak jantung meningkat, sampai kehilangan

kesadaran. Apabila tidak segera tertolong dapat terjadi kerusakan otak dan

berakhir dengan kematian. (Kartika dan Hasanat, 2008).

Diabetes mellitus tergolong penyakit kronik yang tidak bisa sembuh

sempurna dan memerlukan perawatan (manajemen diabetes) seumur hidup.

Empat komponen dalam manajemen diabetes adalah pengobatan medis, diet, olah

raga dan monitoring kadar gula darah (Cox & Gordon-Frederick, dalam Hasanat,

2009). Tujuan pengelolaan penyakit diabetes mellitus adalah untuk

menghilangkan keluhan/gejala diabetes sehingga penderita dapat menikmati

kehidupan yang sehat dan nyaman serta mencegah timbulnya komplikasi

(Waspadji, dkk., 2007).

Manajemen penyakit yang harus dilakukan oleh seorang penderita DM

membuat penderita DM harus menjalani diet yang ketat dan rutin menjalani

Page 23: Ali Hasan G0107019 · Alat pengumpul data yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala optimisme, skala penerimaan diri, dan skala dukungan emosi. Teknik analisis data yang digunakan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

4

pengobatan. Hal tersebut dapat menimbulkan permasalahan pada diri penderita

seperti, penderita merasa lemah karena harus membatasi makanan terutama

makanan yang mengandung kalori dan gula yang tinggi. Padahal makanan

tersebut yang biasanya menjadi sumber tenaga utama bagi manusia. Tenaga yang

seharusnya digunakan untuk beraktifitas, seperti bekerja, belajar atau sekedar

melakukan rutinitas sehari-hari, akibat penyakitnya itu menjadi terhambat.

Seorang yang menderita penyakit diabetes mellitus pasti akan mengalami

perubahan dalam kehidupannya. Tidak semua penderita DM mampu dan mau

melakukan perubahan pada pola hidupnya. Bagi penderita DM melakukan

perubahan pola hidup seperti yang sudah di tetapkan sangatlah susah bahkan bisa

jadi hal itu menimbulkan keputusasaan. (Badaria dan Astuti, 2004).

Perubahan pola hidup yang dialami penderita DM menimbulkan suatu

reaksi emosi negatif serta konflik dari diri penderita. Emosi negatif yang muncul

dari penderita DM berupa marah, rasa bersalah, cemas dan sedih (Kirkley, dalam

Kartika & Hasanat, 2008). Cahyani (2010) menyebutkan seorang yang menderita

penyakit diabetes mellitus mengalami stres dan merasa putus asa dengan

keadaanya khususnya ketika di awal mengetahui bahwa dirinya menderita

penyakit diabetes mellitus. Perasaan tersebut membuat seorang penderita DM

merasa kehilangan semangat hidup. Beberapa gejala dari hilangnya semangat

hidup penderita DM diantaranya adalah penderita DM akan selalu selimuti dengan

sikap pesimis, penilaian negatif dan pasrah pada lingkungan, perasaan jenuh dan

sikap aphatis terhadap hidup (Frankl, dalam Cahyani, 2010)

Page 24: Ali Hasan G0107019 · Alat pengumpul data yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala optimisme, skala penerimaan diri, dan skala dukungan emosi. Teknik analisis data yang digunakan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

5

Penderita DM yang memandang dirinya secara negatif, akan merasa putus

asa dengan keadaannya. Hal tersebut dapat memperburuk kondisi kesehatanya

karena reaksi emosi yang muncul dalam diri penderita DM mempengaruhi

kepatuhan dalam menjalani diet (Miller & Schnoll, dalam Kartika dan Hasanat,

2008).

Di tengah kondisi yang dihadapi penderita DM, individu diharapkan

memiliki sikap positif dari dalam dirinya untuk mampu bertahan dengan tetap

memiliki harapan-harapan yang baik akan masa depan, bahkan dengan penyakit

yang dihadapinya. Bagi seorang penderita DM sikap optimis sangatlah dibutuhkan

berkaitan dengan penyesuaian diri dengan pola hidupnya. Seseorang yang

menderita penyakit diabetes mellitus akan terus menerus mengidap penyakit

tersebut seumur hidupnya, oleh karena itu dibutuhkan penyesuaian dengan pola

hidup yang berubah akibat penyakit diabetes mellitus. Penyesuaian pola hidup

tersebut mencakup perubahan pola makan, olah raga, dan minum obat atau terus

menyuntikkan insulin setiap harinya dan seumur hidupnya (Badaria dan Astuti,

2004).

Individu yang mempunyai sikap optimis adalah individu yang memiliki

pola pandang positif, memiliki harapan masa depan yang baik meskipun dengan

banyak tantangan dan kemalangan dikenal dengan individu yang memiliki

optimisme (Carver & Scheier, dalam Snyder & Lopez, 2002). Optimisme

merupakan sikap selalu memiliki harapan baik dalam segala hal serta

kecenderungan untuk mengharapkan hasil yang menyenangkan. Dengan kata lain

optimisme adalah cara berpikir atau paradigma berpikir positif (Carver, dkk.

Page 25: Ali Hasan G0107019 · Alat pengumpul data yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala optimisme, skala penerimaan diri, dan skala dukungan emosi. Teknik analisis data yang digunakan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

6

1993). Orang yang optimis adalah orang yang memiliki ekspektasi yang baik pada

masa depan dalam kehidupannya. Masa depan mencakup tujuan dan harapan-

harapan yang baik dan positif mencakup seluruh aspek kehidupannya (Carver &

Scheier, dalam Snyder & Lopez, 2002).

Optimisme dapat mengarahkan seseorang untuk mengatasi tekanan dalam

dirinya lebih efektif dan menurunkan resiko jatuh sakit (Scheier, dkk, dalam

Taylor, 2009). Sikap optimis akan membuat individu untuk mengambil langkah

yang lebih efektif, aktif dan persisten yang mungkin dapat memperbaiki prospek

jangka panjang terhadap penyesuaian psikologis dan kesehatan (Segerstom, dkk,

dalam Taylor, 2009). Fournier, dkk, (2003) menyebutkan bahwa optimisme

membuat seorang penderita penyakit kronis, khususnya penyakit diabetes mellitus

yang membutuhkan manajemen yang ketat lebih mudah beradaptasi dengan

keadaanya dan lebih bisa mengontrol keadaanya. Selain itu Kavanagh, dkk,

(1993) juga menyebutkan bahwa optimisme adalah prediktor yang relevan dari

fungsi psikologis dan fisik pada pasien yang menderita penyakit diabetes mellitus.

Perawatan penyakit diabetes mellitus yang ketat membuat seseorang malas

untuk menjalaninya. Salah satu usaha untuk meningkatkan kesadaran penderita

DM untuk melakukan manajemen diabetes adalah klub diabetes. Tujuan dari klub

diabetes adalah untuk membantu para penderita DM dalam mengelola

penyakitnya. Kegiatan dalam klub diabetes tersebut antara lain senam diabetes,

konsultasi tentang pengobatan dan informasi penyakit diabetes mellitus dengan

dokter, pemeriksaan gula darah dan tekanan darah (www. ssdiacare.com).

Page 26: Ali Hasan G0107019 · Alat pengumpul data yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala optimisme, skala penerimaan diri, dan skala dukungan emosi. Teknik analisis data yang digunakan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

7

Di kota Surakarta terdapat beberapa klub diabetes, baik yang terdaftar

secara resmi maupun yang belum terdaftar secara resmi. Klub diabetes di kota

Surakarta antara lain PERSADIA (Persatuan Diabetes Indonesia), Prolanis

(Program Pengelolaan Penyakit Kronis) dan klub diabetes yang didirikan oleh

perorangan atau instansi. Dari beberapa klub diabetes yang ada di kota Surakarta,

PERSADIA termasuk klub diabetes yang mempunyai banyak anggota dan aktif

melakukan kegiatan manajemen penyakit diabetes mellitus. PERSADIA di kota

Surakarta merupakan salah satu cabang dari PERSADIA pusat. PERSADIA

cabang Surakarta mempunyai 16 unit yang tersebar di wilayah Surakarta dan

sekitarnya dengan jumlah anggota sebanyak 1356 yang terdiri dari penderita DM

dan non penderita (Supriyanto, 2012).

Penelitian mengenai optimisme ini akan dilaksanakan pada anggota

PERSADIA cabang Surakarta karena beberapa alasan, diantaranya adalah

berdasarkan interview yang telah dilakukan peneliti kepada beberapa pengurus

PERSADIA cabang Surakarta didapatkan informasi bahwa PERSADIA cabang

Surakarta belum pernah digunakan sebagai tempat penelitian mengenai optimisme

oleh peneliti sebelumnya. Selain itu, dapat diketahui pula bahwa beberapa anggota

PERSADIA cabang Surakarta diduga pesimis dengan keadaanya karena jarang

melakukan manajemen diabetes secara rutin. Berdasarkan beberapa alasan

tersebut, peneliti memutuskan PERSADIA cabang Surakarta sebagai lokasi

penelitian mengenai optimisme.

Sikap optimis tidak terlepas dari karakter kepribadian yang dimiliki

seseorang. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi cara berfikir optimis

Page 27: Ali Hasan G0107019 · Alat pengumpul data yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala optimisme, skala penerimaan diri, dan skala dukungan emosi. Teknik analisis data yang digunakan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

8

seseorang, baik faktor dari dalam diri sendiri maupun faktor yang berasal dari luar

dirinya (Nurtjahyati dan Ratnaningsih, 2011). Faktor dalam diri sendiri salah

satunya adalah cara individu tersebut dalam memandang dirinya. Sikap menerima

keadaan membuat seseorang lebih positif dalam memandang dirinya (Goodhart,

dalam Tentama, 2007).

Penerimaan penderita DM terhadap kondisinya membantu penderita DM

lebih positif dalam memandang dirinya. Penerimaan diri sebagai suatu keadaan

dimana seseorang memiliki sikap yang positif terhadap diri sendiri, mengakui dan

menerima berbagai aspek diri termasuk kualitas baik dan buruk yang ada pada diri

dan memandang positif terhadap kehidupan yang telah dijalani (Ryff, dalam

Rizkiana dan Retnaningsih, 2009). Hjelle, dkk, (1992) menyebutkan bahwa

penerimaan diri merupakan ciri kepribadian yang masak, sehingga individu yang

dapat menerima diri akan mempunyai pandangan yang positif terhadap apa yang

ada dalam dirinya.

Menurut Calhoun dan Acocella (1990), penerimaan diri merupakan aset

pribadi yang berharga karena mempunyai pengaruh terhadap penyesuaian diri

yang dilakukan oleh individu, sehingga sifat-sifat dalam dirinya seimbang dan

terintegrasi. Orang-orang yang penerimaan dirinya positif, berarti orang itu

mampu memahami dirinya dan menerima kenyataan bahwa dirinya berbeda

dengan orang lain. Menerima dirinya sendiri, berarti seseorang harus dapat

menyesuaikan diri dengan masyarakat dan kehidupanya.

Bagi beberapa orang, menerima kenyataan bahwa dirinya adalah penderita

DM merupakan hal yang menyakitkan dan berlarut-larut. Malangnya beberapa

Page 28: Ali Hasan G0107019 · Alat pengumpul data yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala optimisme, skala penerimaan diri, dan skala dukungan emosi. Teknik analisis data yang digunakan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

9

orang tak pernah mampu untuk menyesuaikan dirinya baik secara emosional

maupun fisik, bahkan ada beberapa orang yang menolak dan menyangkal

diagnosis dokter. Beberapa penderita yang menolak diagnosa dokter akan

menolak pula dalam menggunakan obat-obatan dan menyuntikan insulin serta

tidak mau merubah pola hidupnya seperti yang dianjurkan oleh dokter. Hal ini

mengindikasikan rendahnya penerimaan diri penderita DM (Badaria dan Astuti,

2004).

Penderita DM dapat membangkitkan semangat hidup yang lebih optimis

dalam menjalani hidup dengan berusaha ikhlas dalam menerima penyakit yang

diderita serta melakukan hal-hal yang bermanfaat didalam kehidupan sehari-hari

(Cahyani, 2010). Satyaningtyas dan Abdullah (2010) mengatakan bahwa terdapat

hubungan positif antara penerimaan diri dan kebermaknaan hidup pada

penyandang cacat fisik. Semakin positif penerimaan diri maka akan semakin

tinggi kebermaknaan hidup. Frankl (dalam Schultz, 1991) menyebutkan ciri

seseorang yang mempunyai kebermaknaan hidup ialah sikap optimis dalam diri

individu tersebut.

Selain faktor dari dalam individu, optimisme juga dipengaruhi faktor dari

luar. Salah satu faktor eksternal yang mempengaruhi optimisme adalah dukungan

dari orang-orang terdekat (Fayed, dkk, 2011). Individu yang mendapatkan

dukungan yang lebih dari keluarga dan teman-temanya memiliki kesehatan yang

lebih baik dan lebih cepat pulih dari masalah kesehatan dibandingkan dengan

orang yang kurang mendapat dukungan dari orang-orang terdekatnya. Keluarga

dapat memberikan pengaruh yang positif dalam membantu merencanakan apa

Page 29: Ali Hasan G0107019 · Alat pengumpul data yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala optimisme, skala penerimaan diri, dan skala dukungan emosi. Teknik analisis data yang digunakan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

10

yang harus ditempuh untuk mewujudkan harapannya. Harapan yang tinggi

(optimisme) terkait dengan perasaan yang kuat terhadap dukungan dari orang-

orang terdekat. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Karademas (2006), yang

menganggap dukungan sosial dapat menggambarkan pengetahuan tentang diri

(menjadi mampu) dan dunia (menjadi ramah) yang mana akan menghasilkan

penilaian mengenai masa depan yang mungkin lebih bermanfaat (optimisme) dan

menimbulkan status kesehatan yang lebih baik.

Dukungan sosial adalah bantuan, kenyamanan, kepedulian maupun

penghargaan dari individu atau kelompok individu lain (Sarafino, 1994). House &

Khan (1985) menyebutkan dukungan sosial terdiri dari empat bentuk yaitu,

dukungan emosi, dukungan penilaian atau penghargaan, dukungan informasi, dan

dukungan instrumental. Dukungan emosi, mencakup ungkapan empati,

kepedulian dan perhatian terhadap orang yang bersangkutan. Dukungan penilaian

atau penghargaan, meliputi ungkapan formal, dorongan untuk maju, serta

membantu seseorang untuk melihat segi-segi positif yang ada dalam dirinya

dibandingkan dengan keadaan orang lain yang berfungsi untuk menambah

penghargaan diri. Dukungan informatif, meliputi pemberian nasihat-nasihat,

petunjuk, saran-saran dan umpan balik. Dukungan instrumental, mencakup

bantuan langsung, sesuai dengan yang dibutuhkan orang lain.

Berdasarkan hasil wawancara dengan pengurus PERSADIA, penderita

DM anggota aktif PERSADIA memperoleh dukungan informatif, instrumental

dan penghargaan dari keikutsertaannya di klub. Dukungan informatif diperoleh

anggota dari penyuluhan yang diadakan setiap minggunya. Dukungan

Page 30: Ali Hasan G0107019 · Alat pengumpul data yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala optimisme, skala penerimaan diri, dan skala dukungan emosi. Teknik analisis data yang digunakan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

11

penghargaan yang diperoleh anggota klub lebih besar dibandingkan dengan

penderita yang tidak tergabung dalam klub. Sesama anggota merasa memiliki

masalah yang sama, sehingga sesama anggota klub saling menguatkan satu sama

lain. Berkaitan dengan dukungan instrumental, berdasarkan penuturan dari

pengurus klub penderita DM yang menjadi anggota aktif lebih disiplin dalam

melakukan pengobatan (Supriyanto, 2012). Penderita DM yang menjadi anggota

klub mendapatkan dukungan informatif, instrumental, dan penghargaan dari

keikutsertaanya dalam klub. Berbeda dengan ketiga dukungan diatas, dukungan

emosi yang diperoleh penderita DM anggota klub tidak sama. Hal tersebut

dikarenakan dukungan emosi lebih banyak diberikan oleh orang terdekat.

Dukungan emosi merupakan salah satu bentuk dukungan yang penting

bagi seorang penderita DM. Dukungan emosi merupakan dukungan yang

diberikan oleh orang lain yang berupa ungkapan emosi, kepedulian dan perhatian

terhadap orang yang bersangkutan (House & Khan, 1985). Stephens & Long

(dalam Urbayatun, 2008), menyebutkan sejumlah penelitian yang menemukan

bahwa emotional support, sebagai salah satu aspek dari social support yang paling

konsisten memprediksi perubahan positif dalam menghadapi krisis. Corneil

(1998) juga menyebutkan bahwa dukungan emosi sebagai bentuk yang paling

penting dari dukungan sosial karena merupakan dasar dari ketiga bentuk

dukungan yang lain. Hal ini didapatkan dari kenyataan bahwa aspek-aspek

dukungan emosi seperti perasaan empati, kepedulian, dan kemampuan untuk

mendengarkan merupakan dasar yang nantinya akan menggerakkan orang-orang

Page 31: Ali Hasan G0107019 · Alat pengumpul data yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala optimisme, skala penerimaan diri, dan skala dukungan emosi. Teknik analisis data yang digunakan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

12

di lingkungan seorang individu untuk memberikan aspek-aspek lain dalam

dukungan sosial kepada individu yang bersangkutan.

Adanya dukungan dari lingkungan sekitar seperti diperhatikan, dicintai

dan dihargai kepada individu saat sedang mengalami kesulitan dapat

meningkatkan kehidupan individu tersebut kearah yang lebih baik (Jhonson and

Jhonson, dalam Purba, 2006). Teman dan keluarga dapat memberikan dukungan

emosi dengan meyakinkan orang bahwa ia adalah individu yang berharga yang

dirawat. Kehangatan dan pengasuhan yang diberikan oleh orang lain dapat

memberikan keyakinan yang lebih besar pada seseorang yang sedang mengalami

masa sulit dalam kehidupanya (Taylor, 2009).

Dukungan dari orang-orang terdekat seperti keluarga, pasangan, teman-

teman, rekan kerja, dan dokter menimbulkan semangat hidup penderita DM.

Orang-orang terdekat memberikan kasih sayang, perhatian, dan memberikan

pengarahan dan semangat agar tetap sabar, ikhlas, tegar dan optimis dalam

menjalankan hidup. Perasaan penderita senang dan bahagia, karena dapat menjalin

hubungan yang akrab dengan orang-orang terdekat. Hidup penderita DM lebih

berharga dan bermakna, karena orang-orang terdekat tidak menganggap penderita

DM sebagai orang yang sakit dan mereka tetap memberikan dukungan perhatian,

dan kasih sayang, sehingga penderita DM menjadi lebih kuat dan bersemangat

(optimis) dalam menjalankan hidup (Cahyani, 2010).

Berdasarkan uraian di atas dapat dijelaskan bahwa secara bersama-sama

penerimaan diri dan dukungan emosi terkait dengan optimisme pada penderita

DM. Penderita DM dapat membangkitkan semangat hidup yang lebih optimis

Page 32: Ali Hasan G0107019 · Alat pengumpul data yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala optimisme, skala penerimaan diri, dan skala dukungan emosi. Teknik analisis data yang digunakan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

13

dalam menjalankan hidup dengan berusaha ikhlas dalam menerima penyakit yang

diderita. Penerimaan penderita DM terhadap kondisinya diharapkan lebih

membantu penderita DM lebih positif dalam memandang dirinya. Penerimaan diri

sebagai suatu keadaan dimana seseorang memiliki sikap yang positif terhadap diri

sendiri, mengakui dan menerima berbagai aspek diri termasuk kualitas baik dan

buruk yang ada pada diri dan memandang positif terhadap kehidupan yang telah

dijalani.

Ada kalanya penderita DM tidak mampu menerima penyakit yang

dideritanya. Ketidakmampuan menerima penyakit yang dideritanya ditandai

dengan ketidakmampuan penyesuaian diri penderita dengan kondisi yang sedang

dihadapinya. Banyak respon yang ditunjukkan penderita, diantaranya

menyangkal, depresi atau marah-marah, merasa jengkel, menarik diri dari

lingkunganya atau merasa putus asa (Jhonson dalam Badaria dan Astuti, 2004).

Respon yang seperti ini tidak akan berlangsung seterusnya, lama kelamaan

penderita harus menunjukkan bahwa masa penolakanya sudah berakhir dan

kenyataan yang ada pada dirinya harus benar-benar diterimanya. Kesadaran dan

penerimaan penderita terhadap penyakit diabetes mellitus tergantung penderita itu

sendiri dan dukungan dari orang-orang disekitarnya (Badaria dan Astuti, 2004).

Dukungan dari orang-orang terdekat seperti keluarga, pasangan, teman-

teman, rekan kerja subjek, dan dokter diharapkan dapat menimbulkan semangat

hidup penderita DM. Orang-orang terdekat memberikan dukungan emosi berupa

kasih sayang, perhatian, dan memberikan pengarahan dan semangat agar tetap

sabar, ikhlas, tegar dan optimis dalam menjalani hidup. Penderita DM akan lebih

Page 33: Ali Hasan G0107019 · Alat pengumpul data yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala optimisme, skala penerimaan diri, dan skala dukungan emosi. Teknik analisis data yang digunakan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

14

merasa senang dan bahagia apabila dapat menjalin hubungan yang akrab dengan

orang-orang terdekat. Hidup penderita DM akan lebih berharga dan bermakna

apabila orang-orang terdekat tidak menganggap penderita DM sebagai orang yang

sakit dan tetap memberikan dukungan perhatian, dan kasih sayang sehingga

penderita DM diharapkan menjadi lebih kuat dan optimis dalam menjalani hidup.

Optimisme pada penderita DM diharapkan dapat membuat seseorang berperilaku

lebih positif guna mempertahankan dan meningkatkan kesehatannya, serta

memperkecil risiko komplikasi yang timbul akibat penyakit diabetes mellitus.

Dari uraian diatas, penderita DM yang dapat menerima keadaan dirinya dan

mendapat dukungan emosi dari orang-orang terdekatnya akan membuat penderita

DM lebih optimis dalam menjalani kehidupanya.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas, maka rumusan

masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Apakah terdapat hubungan antara penerimaan diri dengan optimisme pada

penderita diabetes mellitus anggota aktif PERSADIA cabang Surakarta.

2. Apakah terdapat hubungan antara dukungan emosi dengan optimisme pada

penderita diabetes mellitus anggota aktif PERSADIA cabang Surakarta.

3. Apakah terdapat hubungan antara penerimaan diri dan dukungan emosi

dengan optimisme pada penderita diabetes mellitus anggota aktif PERSADIA

cabang Surakarta.

Page 34: Ali Hasan G0107019 · Alat pengumpul data yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala optimisme, skala penerimaan diri, dan skala dukungan emosi. Teknik analisis data yang digunakan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

15

C. Tujuan

1. Mengetahui hubungan antara penerimaan diri dengan optimisme pada

penderita diabetes mellitus anggota aktif PERSADIA cabang Surakarta.

2. Mengetahui hubungan antara dukungan emosi dengan optimisme pada

penderita diabetes mellitus anggota aktif PERSADIA cabang Surakarta.

3. Mengetahui hubungan antara penerimaan diri dan dukungan emosi dengan

optimisme pada penderita diabetes mellitus anggota aktif PERSADIA cabang

Surakarta.

D. Manfaat Penelitian

1. Teoretis

Memberikan sumbangan informasi dalam bidang ilmu psikologi terutama

psikologi klinis dan psikologi sosial, khususnya mengenai optimisme

penderita DM dalam kaitanya dengan penerimaan diri dan dukungan emosi.

2. Praktis

a. Bagi penderita DM, penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan

pertimbangan untuk dapat meningkatkan optimisme dalam menjalani

kehidupanya dengan lebih meningkatkan penerimaan diri dan dukungan

emosi.

b. Bagi pihak keluarga penderita DM, penelitian ini diharapkan dapat

menjadi bahan pertimbangan untuk membantu penderita DM untuk lebih

bisa menerima keadaanya dan menjadi lebih optimis dengan cara

memberikan dukungan emosi kepada penderita DM yang sedang

Page 35: Ali Hasan G0107019 · Alat pengumpul data yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala optimisme, skala penerimaan diri, dan skala dukungan emosi. Teknik analisis data yang digunakan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

16

menjalani perawatan agar penderita DM lebih bisa menjalani proses

perawatan kesehatannya dan menjalani kehidupan seperti semula.

c. Bagi peneliti selanjutnya, dapat digunakan sebagai bahan masukan untuk

melakukan penelitian selanjutnya, khususnya penelitian mengenai

hubungan antara penerimaan diri dan dukungan emosi dengan optimisme.

Page 36: Ali Hasan G0107019 · Alat pengumpul data yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala optimisme, skala penerimaan diri, dan skala dukungan emosi. Teknik analisis data yang digunakan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

17

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Optimisme Penderita Diabetes Mellitus

1. Pengertian Optimisme Penderita Diabetes Mellitus

a. Penderita Diabetes Mellitus (DM)

1) Diabetes Mellitus (DM)

a) Pengertian

Penyakit Diabetes Mellitus (DM) yang juga dikenal sebagai

penyakit kencing manis atau penyakit gula darah adalah golongan

penyakit kronis yang ditandai dengan peningkatan kadar gula dalam

darah sebagai akibat adanya gangguan sistem metabolisme dalam

tubuh. Penderita diabetes tidak bisa memproduksi hormon insulin

dalam jumlah yang cukup atau tubuh tidak mampu menggunakan

insulin secara efektif, sehingga terjadilah kelebihan gula dalam darah

(Sustrani, dkk, 2005).

Menurut American Diabetes Association, diabetes mellitus

merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik

hiperglikemia (meningkatanya kadar gula darah) yang terjadi karena

kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau keduanya (Kartika &

Hasanat, 2008).

Diabetes mellitus merupakan suatu penyakit menahun yang

ditandai dengan keadaan kadar glukosa yang melebihi normal.

Page 37: Ali Hasan G0107019 · Alat pengumpul data yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala optimisme, skala penerimaan diri, dan skala dukungan emosi. Teknik analisis data yang digunakan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

18

Penyakit diabetes mellitus apabila di biarkan tak terkendali maka akan

menimbulkan komplikasi-komplikasi yang dapat berakibat fatal

(Pranadji, dkk, 2000).

Berdasarkan uraian diatas, diabetes mellitus merupakan penyakit

gangguan metabolisme dimana keadaan kadar glukosa dalam darah

melebihi normal yang disebabkan kelainan sekresi insulin, kerja

insulin atau keduanya.

b) Karakteristik/Tanda & Gejala Penyakit Diabetes Mellitus

Gejala khas dari penyakit diabetes mellitus adalah poliura (banyak

mengeluarkan urin), polidipsia (banyak minum/cepat merasa haus),

lemas, berat badan turun (meskipun nafsu makan meningkat atau

polifagia), hipergliklemia, dan glukosaria. Gejala lain dari penyakit

diabetes mellitus adalah kesemutan, gatal, dan mata kabur. Jika ada

keluhan dan gejala khas serta ditemukanya hasil pemerikasaan glukosa

darah > 200 mg/dl, hal tersebut sudah cukup untuk menegakkan

diagnosis diabetes mellitus. (Pranadji, dkk, 2000).

c) Jenis Diabetes Mellitus

Penyakit diabetes mellitus secara garis besar dibedakan menjadi

dua tipe, yaitu:

(1) Diabetes mellitus tipe I

Diabetes mellitus tipe 1, insulin-dependent diabetes mellitus

(IDDM). Pasien penyakit diabetes tipe pertama ini menghasilkan

insulin dengan jumlah yang tidak mencukupi atau sama sekali

Page 38: Ali Hasan G0107019 · Alat pengumpul data yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala optimisme, skala penerimaan diri, dan skala dukungan emosi. Teknik analisis data yang digunakan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

19

tidak memproduksi insulin. Karena insulin diperlukan untuk

mengubah gula darah menjadi gula simpanan (glikogen), keadaan

kurang atau tanpa insulin tersebut menyebabkan gula darah yang

berlebihan tidak dapat disimpan. Dengan demikian kadar gula

akan naik hingga mencapai kadar yang sangat tinggi dan tidak

sebanding lagi dengan jumlah hidrat arang yang kita makan. Untuk

mengimbangi kekurangan produksi insulin, pasien harus

memperoleh suntikan insulin di bawah kulit sebelum makan. Depot

insulin ini nantinya dilepas secara perlahan bersamaan dengan

penyerapan gula dari makanan. Dengan cara ini diharapkan agar

kecepatan pelepasan insulin dapat mengimbangi kecepatan

penyerapan gula sehingga kadar gula 2 jam sesudah makan dapat

dipertahankan pada ketinggian yang semestinya, yaitu kurang lebih

180 mg%. Nilai ini merupakan kadar gula yang aman pada saat dua

jam sesudah makan bagi pasien penyakit gula. Dengan cara

demikian komplikasi penyakit gula yang sering berkaitan dengan

kadar gula darah yang lebih tinggi bisa dihindari. Pasien penyakit

gula tipe I ditemukan pada mereka yang berusia muda (juvenil-

onset), bersifat bawaan dan memperlihatkan gejala yang lebih berat

daripada tipe II sehingga memerlukan pengawasan medis yang

lebih ketat. Pasien jenis diabetes ini tidak dapat diatasi hanya

dengan obat-obat antidiabetes yang umum (Hartono, 1995).

Page 39: Ali Hasan G0107019 · Alat pengumpul data yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala optimisme, skala penerimaan diri, dan skala dukungan emosi. Teknik analisis data yang digunakan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

20

(2) Diabetes mellitus tipe II

Diabetes mellitus tipe II, Non-Insulin-Dependent Diabetes Mellitus

(NIDDM). Pasien penderita penyakit ini masih dapat memproduksi

insulin, namun sel-sel sasaran seperti sel-sel otot serta lemak yang

seharusnya mengambil gula dengan adanya insulin tidak

memberikan respon yang normal terhadap insulin. Sel-sel tersebut

menjadi bandel dan menolak mengambil gula dari dalam darah

dengan bantuan insulin. Mungkin peristiwa ini bisa diibaratkan

seperti gembok pintu sel yang tidak bisa dibuka sekalipun

kuncinya ada. Karena tidak bisa disimpan ditempat lain, gula yang

dimakan akan tetap berada dalam darah dan jumlahnya akan naik

sehingga jumlahnya akan naik sehingga tercapai kadar yang tinggi.

Kadar gula yang tinggi akan merangsang islet cells untuk

memproduksi lebih banyak insulin. Insulin ekstra ini memiliki

kemampuan guna mengatasi sebagian kebandelan sel untuk

sementara waktu sehingga kadar gula dapat menurun. Karena itu

pasien penyakit gula tipe II pada mulanya akan memperlihatkan

kadar gula yang normal dengan kadar insulin yang tinggi. Baru

setelah penyakit gula yang dideritanya semakin berlanjut, islet cells

menghasilkan sedikit insulin dalam keadaan kadar gula darah yang

tinggi. Pada stadium ini, pasien mulai memerlukan pemberian

obat-obat untuk menggalakkan kerja islet cells dalam

Page 40: Ali Hasan G0107019 · Alat pengumpul data yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala optimisme, skala penerimaan diri, dan skala dukungan emosi. Teknik analisis data yang digunakan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

21

memproduksi insulin atau bahkan membutuhkan insulin dari luar.

Pasien yang memerlukan insulin menunjukkan stadium lanjut

penyakit gula tipe II. Pasien penyakit gula tipe II umumnya

bertubuh gemuk dan proses terjadinya lebih dipengaruhi oleh

lingkungan seperti gaya hidup dan pola makan. Jenis diabetes ini

sering tanpa disertai keluhan dan kalaupun ada keluhan atau

gejalanya lebih ringan daripada tipe I. Karena itu, pasien penyakit

gula yang timbul pada usia dewasa (adult-onset) kerapkali bisa

ditanggulangi hanya dengan diet dan olahraga (Hartono, 1995).

d) Komplikasi Penyakit Diabetes Mellitus

Menurut Pranadji, dkk, (2000) komplikasi dari penyakit diabetes

mellitus dapat dibedakan menjadi komplikasi yang bersifat akut dan

menahun atau kronis.

(1) Komplikasi akut

Komplikasi akut meliputi ketoacidosis diabetika (DKA),

koma non-ketosis hiperosmolar (koma hiperglikemia), dan

higlemia. Meskipun pada DKA dan koma hiperosmolaritas

terdapat hiperglikemia, tetapi DKA dibedakan dengan

hiperglikemia (hiperosmolaritas). Pada DKA terdapat ketonemia

dan ketonuria. Pada keduanya terdapat kenaikan kadar gula darah

yang kadang-kadang dapat mencapai 400 mg/dl, dehidrasi dan

drowsiness sampai koma. Keduanya memerlukan terapi insulin

untuk menurunkan gula darah dengan cepat. Hipoglikemia adalah

Page 41: Ali Hasan G0107019 · Alat pengumpul data yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala optimisme, skala penerimaan diri, dan skala dukungan emosi. Teknik analisis data yang digunakan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

22

suatu keadaan dengan kadar gula darah yang menurun sampai

kurang dari 50 mg/dl. Keadaan ini pada penderita diabetes

biasanya timbul karena pemberian insulin yang berlebihan.

Ketoacidosis diabetika (DKA) sering terjadi pada penderita

diabetes tipe I (IDDM). Penyakit tersebut biasanya dipercepat oleh

suatu penyakit akut, misalnya penyakit infeksi, trauma, gangguan

kardiovaskuler, stress emosi, dan penghentian pemberian insulin.

Suatu penyakit infeksi dapat menyebabkan gula darah penderita

diabetes menjadi tidak terkontrol yang bila dibiarkan dapat

berakhir dengan DKA.

Sebelum menunjukkan tanda-tanda DKA, penderita sering

mengeluh poliuri dan polidipsi selama beberapa hari, yang disertai

dengan rasa mual, muntah, tidak nafsu makan, dan kadang-kadang

sakit perut. Pemeriksaan darah pada penderita DKA menunjukkan

hiperglikemia, gula darahnya berkisar 200-1000 mg/dl. Selain

terdapat peningkatan kadar keton plasma, reaksi darah juga

menunjukkan tanda-tanda asidosis, yaitu ph darah < 7,2 dan HCO3

15 mEq/L. Penderita DKA menunjukkan tanda-tanda dehidrasi,

takhipneu (nafas cepat), dan aseton halitos (nafas berbau seperti

aseton). Kesadaran penderita menurun, dan dapat sampai terjadi

koma.

Sindrom non-ketosis hiperosmolar, terutama terjadi pada

penderita diabetes tipe II. Gejalanya terjadi dehidrasi, hipovolemia,

Page 42: Ali Hasan G0107019 · Alat pengumpul data yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala optimisme, skala penerimaan diri, dan skala dukungan emosi. Teknik analisis data yang digunakan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

23

dan kesadaran menurun sampai koma. Gula darah meningkat dari

600 mg/dl sampai 1000 mg/dl, tetapi tidak disertai dengan ketosis.

Hal tersebut kemungkinan disebabkan masih terdapat sisa-sisa

insulin yang cukup untuk menekan terjadinya liposis. Pada

umumnya sindrom ini terjadi setelah diabetes penderita tidak

terkontrol, poliura, dan polidipsi.

Gejala akut timbul akibat kurangnya konsumsi cairan, yang

dapat dipercepat dengan adanya infeksi, stroke, infark jantung, atau

gangguan pencernaan. Dengan adanya kekurangan cairan akan

mengakibatkan gangguan kesadaran penderita.

Hipoglikemia, terutama ditemui pada penderita IDDM,

terjadi akibat pemberian insulin yang berlebihan. Gejala

hipoglikemia ringan sering terjadi pada penderita yang terlambat

makan atau penderita yang meningkatkan latihan (olah raga).

Gejalanaya seperti yang ditunjukkan pada orang yang menderita

kelaparan, misalnya keringat dingin, gemetar, berdebar-debar,

pusing atau sakit kepala ringan. Bila tidak cepat diatasi, penderita

akan merasa berputar-putar dan dapat pingsan. Pada kasus yang

berat dapat terjadi kekejangan. Hal yang serius dapat terjadi bila

kejadian ini timbul saat penderita sedang tidur dan tidak

mengetahui serangan sehingga keesokan harinya ia tidak bangun.

Sebagai pedoman, bila berkeringat di tengah malam, hal ini

merupakan tanda-tanda dari hipoglikemia.

Page 43: Ali Hasan G0107019 · Alat pengumpul data yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala optimisme, skala penerimaan diri, dan skala dukungan emosi. Teknik analisis data yang digunakan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

24

(2) Komplikasi kronis

Komplikasi kronis atau komplikasi yang bersifat menahun

pada umumnya terjadi pada penderita yang telah mengidap

penyakit diabetes mellitus selama 5-10 tahun. Komplikasi kronis

dapat dibedakan menjadi dua golongan, yaitu komplikasi

mikrovaskuler (microangiopathy) dan komplikasi makrovaskuler

yang merupakan komplikasi khas dari diabetes lebih disebabkan

hiperglikemia yang tidak terkontrol. Komplikasi makrovaskuler

lebih disebabkan karena kelainan kadar lipid darah. Komplikasi

makrovaskuler pada penderita diabetes yang tidak terkontrol

menyebabkan hipertrigliseridemia (kadar trigliserida darah yang

tinggi) dan perubahan kadar kolesterol darah secara kualitatif.

(a). Komplikasi mikrovaskuler

Komplikasi mikrovaskuler adalah komplikasi dimana

pembuluh-pembuluh rambut menjadi kaku/menyempit

sehingga organ yang didarahinya kekurangan suplai darah.

Organ-organ yang biasanya terkena yaitu mata, ginjal dan

syaraf-syaraf perifer. Pada mata akan terjadi renopati, pada

ginjal dikenal dengan nefropati, dan pada syaraf perifer dikenal

neuropati.

(i). Retinopati diabetika

Meskipun diabetes dapat menyebabkan beberapa bentuk

kerusakan pada mata, seperti katarak dan glukoma

Page 44: Ali Hasan G0107019 · Alat pengumpul data yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala optimisme, skala penerimaan diri, dan skala dukungan emosi. Teknik analisis data yang digunakan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

25

(meningkatnya tekanan pada bola mata), tetapi bentuk

kerusakan yang paling sering terjadi adalah bentuk

retinopati yang dapat menyebabkan kebutaan.

Kerusakan pada retina, terutama pada tempat-tempat

tertentu, dapat menyebabkan fungsi penglihatan menurun

secara drastis. Gangguan awal pada retina tidak

menimbulkan keluhan-keluhan pada penderita sehingga

tidak mengetahui permasalahan yang dihadapi sampai

diperiksakan oleh ahli mata dengan ophtalmoskop. Bila

gangguan ini dibiarkan, dan kerusakan menjadi sangat

progresif serta menyerang daerah penting (makula) maka

penderita dapat kehilangan penglihatan.

(ii). Nefropati diabetika

Nefropati diabetika adalah gangguan ginjal yang

diakibatkan karena penderita mengidap diabetes dalam

waktu yang cukup lama. Gangguan ini timbul setelah

penderita mengidap diabetes 10 tahun lebih. Gangguan ini

tidak selalu menyerang setiap penderita diabetes , tetapi

kurang lebih 50% penderita IDDM selama 15-20 tahun

menderita gangguan ini.

(iii). Neuropati diabetika

Gangguan ini merupakan akibat dari pengurangan suplai

darah ke jaringan-jaringan syaraf tersebut. Neuropati

Page 45: Ali Hasan G0107019 · Alat pengumpul data yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala optimisme, skala penerimaan diri, dan skala dukungan emosi. Teknik analisis data yang digunakan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

26

diabetika dibagi menjadi empat kelompok besar, yaitu

polineuropati simetris, neuropati autonomis, neuropati

asimetris, dan amiotropi. Yang paling sering ditemui

adalah polineuropati simetris yang menyerang kaki atau

tangan secara simetri. Indera perasa pada kaki atau tangan

penderita berkurang terutama sebatas daerah stocking

glove. Tanda atau gejala klinik yang ditimbulkan neuropati

automis tergantung dari organ yang diserang. Pada

umumnya penderita yang mengidap neuropati jenis ini juga

mengidap polineuropati simetris. Gejala yang dapat

ditimbulkan oleh penyakit ini antara lain impotensi,

gangguan pada kandung kencing, dan gangguan sistem

pencernaan. Neuropati asimetris atau disebut juga dengan

mononeuropati, dapat menyerang syaraf ke III, IV, atau VI

yang dapat menyebabkan kelumpuhan otot-otot penggerak

bola mata. Mononeuropati yang sering ditemui adalah

gangguan reflek pupil. Di samping itu, mononeuropati juga

dapat menyerang syaraf-syaraf perifer. Amiotropi diabetika

sering menyerang pria lanjut usia. Gejalanya terjadi

kelemahan dan atrofi (pengurusan) otot-otot paha yang

sering disertai dengan rasa sakit pada otot-otot yang

bersangkutan.

Page 46: Ali Hasan G0107019 · Alat pengumpul data yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala optimisme, skala penerimaan diri, dan skala dukungan emosi. Teknik analisis data yang digunakan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

27

(b). Komplikasi makrovaskuler

Komplikasi makrovaskuler adalah komplikasi yang mengenai

pembuluh darah arteri yang lebih besar sehingga menyebabkan

atherosklerosis. Walaupun atherosklerosis dapat terjadi pada

seseorang yang bukan pengidap diabetes, tetapi adanya

diabetes mempercepat terjadinya atherosklerosis. Akibat

atherosklerosis ini antara lain penyakit jantung koroner,

hipertensi, stroke, dan gangrene pada kaki.

Pengidap diabetes mudah mendapatkan gangrene pada kakinya

karena beberapa hal. Pertama, pengidap diabetes mudah

mendapatkan infeksi. Penyebabnya karena terjadi penurunan reaksi

sel-sel limfosit, kadar gula yang tinggi merupakan media yang baik

untuk berkembangbiaknya mikroorganisme dan gangguan pada

sistem vaskuler. Kedua, adanya atherosklerosis mengakibatkan

aliran darah terutama pada tempat-tempat yang jauh dari jantung,

misalnya ujung kaki menjadi terganggu. Ketiga, adanya neuropati

mengakibatkan fungsi sensorik (alat perasa/peraba) menjadi

menurun.

e) Faktor Resiko Diabetes Mellitus

Darmono (2002), menyebutkan faktor-faktor yang dapat memicu

terjadinya diabetes mellitus, antara lain :

(1) Kelompok usia dewasa tua (>40 tahun)

(2) Kegemukan

Page 47: Ali Hasan G0107019 · Alat pengumpul data yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala optimisme, skala penerimaan diri, dan skala dukungan emosi. Teknik analisis data yang digunakan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

28

(3) Tekanan darah tinggi

(4) Riwayat keluarga DM

(5) Riwayat kehamilan dengan BB lahir bayi > 4000 g

(6) Riwayat DM pada kehamilan

(7) Dislipidemia

f) Perawatan

Pengelolaan DM menurut Waspadji, dkk, (2007) tujuan jangka

pendeknya adalah menghilangkan keluhan atau gejala DM dan

mempertahankan rasa nyaman serta sehat. Sedangkan tujuan jangka

panjangnya yaitu mencegah terjadinya komplikasi, seperti

makroangiopati, mikroangiopati maupun neuropati, dengan tujuan

akhir menurunkan morbiditas dan mortalitas penderita DM.

Usaha untuk mencapai tujuan tersebut dilakukan dengan cara

memperbaiki kelainan pada darah yang terjadi pada pasien DM, seperti

kelainan kadar glukosa darah, lipid, pemantauan tekanan darah dan

pengaturan berat badan. Langkah utama yang harus dilakukan dalam

mengelola DM adalah pengelolaan secara non farmakologis yang

berupa perencanaan makan dan kegiatan fisik (Olahraga). Apabila

dengan langkah-langkah tersebut sasaran pengendalian diabetes yang

ditentukan belum tercapai, maka dilanjutkan dengan pengelolaan

secara farmakologis. Pada keadaan gawat darurat tertentu pengelolaan

farmakologis dapat langsung diberikan. Pengelolaan farmakologis

umumnya berupa pemberian suntikan insulin.

Page 48: Ali Hasan G0107019 · Alat pengumpul data yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala optimisme, skala penerimaan diri, dan skala dukungan emosi. Teknik analisis data yang digunakan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

29

Pengelolaan penyakit DM meliputi perencanaan makan, latihan

fisik atau olah raga dan perawatan dengan obat dan insulin.

a) Perencanaan makan

Tujuan penatalaksanaan diet atau perencanaan makanan pada

penderita DM adalah mencapai dan mempertahankan kadar

glukosa darah mendekati normal, mencapai dan mempertahankan

lipid mendekati normal, mencegah komplikasi akut dan kronik

serta meningkatkan kualitas hidup. Dalam membuat perencanaan

makanan yang cocok untuk pasien DM harus dilakukan secara

individu yang disesuaikan dengan cara hidupnya, pola jam kerja,

latar belakang kulturnya, tingkat pendidikan dan penghasilannya.

Standar yang dianjurkan adalah makanan dengan komposisi yang

seimbang dalam hal karbohidrat, protein, lemak, sesuai dengan

kecukupan gizi baik yaitu karbohidrat 60-70%, protein 10-15%,

lemak 20-25%.

b) Latiahan fisik atau olah raga

Manfaat olahraga bagi penderita DM yaitu penurunan kadar

glukosa darah, dan mencegah kegemukan yang ikut berperan

dalam mengatasi kemungkinan terjadinya komplikasi atero genik,

gangguan lipid darah, peningkatan tekanan darah, dan

hiperkoagulasi darah. Keadaan-keadaan ini mengurangi resiko

Penyakit Jantung Koroner (PJK) dan meningkatkan kualitas hidup

Page 49: Ali Hasan G0107019 · Alat pengumpul data yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala optimisme, skala penerimaan diri, dan skala dukungan emosi. Teknik analisis data yang digunakan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

30

diabetisi dengan meningkatnya kemampuan kerja dan juga

memberikan keuntungan secara psikologis.

Olahraga pada penderita DM dapat menyebabkan terjadinya

peningkatan pemakaian glukosa oleh otot yang aktif, sehingga

secara langsung olahraga dapat menyebabkan penurunan glukosa

darah. Demikian pula yang didapatkan dari hasil sebuah penelitian

bahwa olahraga aerobik yang teratur akan mengurangi kebutuhan

insulin sebesar 30-50% pada penderita DM tipe 1 yang terkontrol

dengan baik. Sedangkan penderita DM tipe 2 yang dikombinasikan

dengan penurunan berat badan akan mengurangi kebutuhan insulin

hingga 100%. Prinsip olah raga pada penderita DM sama saja

dengan prinsip olahraga secara umum yaitu memenuhi hal berikut

ini antara lain: frekuensi, intensitas, time (durasi) dan tipe (jenis).

Hal yang perlu diperhatikan setiap kali melakukan olahraga adalah

tahap-tahap (urutan kegiatan) yang meliputi pemanasan, latihan

inti, pendinginan, dan peregangan.

c) Obat anti diabetik

Jika pasien telah melaksanakan program makan dan latihan

jasmani teratur namun pengendalian kadar glukosa darah belum

tercapai, perlu ditambahkan obat anti diabetik

Menurut Tjokroprawiro (1999) di Indonesia ada 3 obat anti

diabetes yaitu:

Page 50: Ali Hasan G0107019 · Alat pengumpul data yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala optimisme, skala penerimaan diri, dan skala dukungan emosi. Teknik analisis data yang digunakan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

31

(1) Tipe 1 (Short Acting)

Jenis ini mempunyai paruh waktu sekitar 4 jam, daya kerjanya

cepat, diberikan 1-3 kali sehari (pagi-siang-sore) yang termasuk

kelompok ini adalah: rastinon, orinase, nadisan, dymelor,

tolenase, glimidin.

(2) Tipe 2 (intermediet acting)

Memiliki paruh waktu antara 5-8 jam, diberikan 1-2 kali sehari

(pagi dan siang jangan pagi dan sore) apabila diberikan cukup

sekali sehari, berikanlah pada pagi hari saja. Termasuk

golongan ini adalah glibenclamide (euglukon, daonil),

golongan gliclazide (diamicron), golongan gliquidone

(glurenorm) dan golongan glipizide (minidiab).

(3) Tipe 3 (Long Acting)

Mempunyai paruh waktu antara 24-36 jam, diberikan sekali

saja setiap pagi jangan diberikan dalam dosis terbagi.

2) Penderita Diabetes Mellitus

Penderita diabetes mellitus adalah seseorang yang sudah

dinyatakan mengidap penyakit diabetes mellitus. Seseorang yang

dinyatakan menderita diabetes mellitus apabila sudah dilakukan

pemeriksaan kadar glukosa darah dan dinyatakan positif mengidap

penyakit diabetes mellitus. Diagnosis DM harus didasarkan atas

pemeriksaan kadar glukosa darah. Saat ini banyak dipasarkan alat

pengukur kadar glukosa darah cara reagen kering yang umumnya

Page 51: Ali Hasan G0107019 · Alat pengumpul data yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala optimisme, skala penerimaan diri, dan skala dukungan emosi. Teknik analisis data yang digunakan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

32

sederhana dan mudah dipakai. Hasil pemeriksaan kadar glukosa darah

memakai alat-alat tersebut dapat dipercaya sejauh kalibrasi dilakukan

dengan baik dan cara pemeriksaan sesuai dengan cara standar yang

dianjurkan. Untuk lebih memastikan diagnosis penyakit diabetes

mellitus, pemeriksaan glukosa darah seyogyanya dilakukan

dilaboratorium klinik yang terpercaya. (Shahab, 2006)

Diabetes millitus penyakit kronik yang tidak bisa sembuh

sempurna dan membutuhkan perawatan seumur hidup. Perawatan

penderita DM yang meliputi pengaturan pola makan, aktifitas dan

menjalani terapi pengobatan. Perawatan tersebut bertujuan untuk

mengendalikan kadar gula darah tetap normal dan mencegah terjadinya

kosekuensi yang tidak diinginkan, selain itu pengendalian DM tersebut

dilakukan dalam jangka waktu yang cukup lama dan kompleks. Proses

perawatan ini memungkinkan penderita DM mengubah gaya hidupnya

sehari-hari sehingga dapat mempengaruhi pandangan pasien terhadap

dirinya. Bagi beberapa orang mengalami kesulitan untuk

menyesuaikan dengan perubahan pola hidup yang terjadi akibat

penyakitnya dan memilih tidak menjalankan pola hidup yang sudah

dianjurkan. Hal tersebut akan berakibat fatal karena dapat

memperburuk penyakitnya dan memperbesar resiko terjadinya

komplikasi dari penyakit diabetes mellitus.

Page 52: Ali Hasan G0107019 · Alat pengumpul data yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala optimisme, skala penerimaan diri, dan skala dukungan emosi. Teknik analisis data yang digunakan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

33

b. Optimisme

Sikap optimis disebut dengan optimisme. Optimisme adalah

kepercayaan bahwa kejadian di masa depan akan memiliki hasil yang

positif. Orang yang optimis adalah orang yang memiliki ekspektasi yang

baik pada masa depan dalam kehidupannya. Masa depan mencakup tujuan

dan harapan-harapan yang baik dan positif yang mencakup seluruh aspek

kehidupan. Individu yang optimis memiliki kecenderungan untuk selalu

mengharapkan hasil yang positif, sedangkan individu yang pesimis

umumnya mengharapkan hal-hal buruk untuk terjadi. (Carver & Scheier,

dalam Snyder & Lopez, 2002).

Optimisme adalah cara berfikir yang positif dan realistis dalam

memandang suatu masalah. Berfikir positif adalah berusaha mencari hal

terbaik keadaan terburuk. Optimisme dapat membantu meningkatkan

kesehatan secara psikologis, memiliki perasaan yang baik, melakukan

penyelesaian masalah dengan cara yang logis sehingga hal ini dapat

meningkatkan kekebalan tubuh (Segerstrom, 1998).

Seligman (2008) telah menguraikan optimisme sebagai gaya

penjelasan yang berakar dari teori atribusi. Menurut pendekatan ini, gaya

penjelasan optimis menghubungkan peristiwa yang baik yang terjadi pada

dirinya bersifat pribadi, permanen dan pervasive sedangkan kejadian

buruk yang terjadi pada dirinya bersifat eksternal (bersumber dari luar),

sementara dan spesifik. Sebaliknya, gaya penjelasan pesimis peristiwa

Page 53: Ali Hasan G0107019 · Alat pengumpul data yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala optimisme, skala penerimaan diri, dan skala dukungan emosi. Teknik analisis data yang digunakan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

34

yang baik terjadi karena faktor internal, bersifat sementara dan spesifik.

Sedangkan peristiwa buruk yang terjadi bersifat permanen dan pervasive.

Berdasarkan beberapa pengertian dari beberapa ahli yang telah

diuraikan diatas, maka didapatkan pengertian optimisme adalah

kepercayaan bahwa kejadian di masa depan akan memiliki hasil yang

positif, orang yang optimis memiliki ekspektasi yang baik pada masa

depan dalam kehidupannya dan mempunyai cara berfikir yang positif dan

realistis dalam memandang suatu masalah.

c. Optimisme Penderita Diabetes Mellitus

Diabetes milletus merupakan penyakit kronis yang tidak bisa

sembuh sempurna dan membutuhkan perawatan seumur hidup. Penyakit

diabetes mellitus apabila dibiarkan tak terkendali maka akan menimbulkan

komplikasi-komplikasi yang dapat berakibat fatal. Individu yang

menderita penyakit diabetes mellitus harus menjalani pola hidup yang

ketat yang mengharuskan penderita DM membatasi/ mengatur pola makan

dan aktifitasnya. Penderita DM juga harus menjalani terapi pengobatan.

Penderita DM harus mengkonsumsi obat-obatan dan menyuntikan

insulin/terapi insulin secara rutin. Pengelolaan penyakit diabetes mellitus

tujuan jangka pendeknya adalah menghilangkan keluhan atau gejala DM

dan mempertahankan rasa nyaman serta sehat. Sedangkan tujuan jangka

panjangnya yaitu mencegah terjadinya komplikasi yang dapat

menyebabkan kematian pada penderita DM (Waspadji, dkk, 2007).

Page 54: Ali Hasan G0107019 · Alat pengumpul data yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala optimisme, skala penerimaan diri, dan skala dukungan emosi. Teknik analisis data yang digunakan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

35

Di tengah kondisi yang dihadapi penderita DM, individu

diharapkan memiliki sikap positif dari dalam dirinya untuk mampu

bertahan dengan tetap memiliki harapan-harapan yang baik akan masa

depan, bahkan dengan penyakit yang dihadapinya. Individu yang memiliki

pola pandang positif, memiliki harapan masa depan yang baik meskipun

dengan banyak tantangan dan kemalangan dikenal dengan individu yang

memiliki optimisme (Carver & Scheier, dalam Snyder & Lopez, 2002).

Optimisme adalah kepercayaan bahwa kejadian di masa depan

akan memiliki hasil yang positif (Carver & Scheier, dalam Snyder &

Lopez, 2002). Segerstrom (1998), menjelaskan optimisme adalah cara

berfikir yang positif dan realistis dalam memandang suatu masalah.

Optimisme dapat membantu seorang penderita dalam menyikapi gangguan

yang dimilikinya. Optimisme membantu dalam melakukan pertolongan

sendiri ketika sedang menghadapi permasalahan, dan juga menjadi motif

tersendiri bagi seoarang penderita untuk terus berusaha mencapai kualitas

hidup yang lebih baik (Primardi & Hadjam, 2011).

Optimisme pada penderita DM adalah sikap optimis dari individu

yang menderita penyakit diabetes mellitus. Sikap optimis dari penderita

DM ditunjukkan dengan sikap tidak menyerah dengan keadaanya yang

diakibatkan oleh penyakit diabetes mellitus. Penderita DM tetap berusaha

untuk hidup normal meskipun harus menjalani hidupnya yang serba

dibatasi. Optimisme yang tinggi dari penderita DM membuat seseorang

berperilaku lebih sehat untuk mempertahankan dan meningkatkan

Page 55: Ali Hasan G0107019 · Alat pengumpul data yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala optimisme, skala penerimaan diri, dan skala dukungan emosi. Teknik analisis data yang digunakan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

36

kesehatannya, serta memperkecil risiko komplikasi yang timbul akibat

penyakit diabetes mellitus. Fournier, dkk, (2003) menyebutkan bahwa

optimisme membuat seorang penderita penyakit kronis, khususnya

penyakit diabetes mellitus yang membutuhkan manajemen yang ketat lebh

mudah beradaptasi dengan keadaanya dan lebih bisa mengontrol

keadaanya. Selain itu Kavanagh, dkk, (1993) juga menyebutkan bahwa

optimisme adalah prediktor yang relevan dari fungsi psikologis dan fisik

pada pasien yang menderita penyakit diabetes mellitus.

2. Aspek dan Ciri-ciri Optimisme

Berdasarkan explanatory style (gaya penjelasan) dari Seligman, individu

dalam menghadapi peristiwa dapat dibedakan antara individu yang optimis

dan individu yang pesimis. Seligman (2008), menjelaskan tiga aspek dalam

diri individu dalam menghadapi peristiwa yang dihadapinya sebagai berikut :

a. Permanence

Merupakan gaya penjelasan masalah yang berkaitan dengan waktu,

yaitu temporer dan permanen. Orang yang pesimis akan memandang

kegagalan/ kejadian yang menekan sebagai sesuatu yang permanen atau

menetap sedangkan untuk kejadian baik pada dirinya merupakan sesuatu

yang bersifat temporer. Sebaliknya orang optimis akan memandang

kejadian buruk yang menimpa dirinya sebagai sesuatu yang bersifat

temporer Sedangkan untuk kejadian-kejadian baik, orang optimis akan

Page 56: Ali Hasan G0107019 · Alat pengumpul data yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala optimisme, skala penerimaan diri, dan skala dukungan emosi. Teknik analisis data yang digunakan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

37

memandang kejadian baik yang terjadi pada mereka bersifat permanen

atau menetap.

b. Pervasiveness

Merupakan gaya penjelasan yang berkaitan dengan dimensi ruang

lingkup, dibedakan menjadi spesifik dan universal. Orang-orang yang

pesimis akan mengungkapkan pola fikir dalam peristiwa yang

tidak menyenangkan dengan cara universal, sedangkan orang yang optimis

dengan cara spesifik. Sebaliknya untuk peristiwa yang baik yang terjadi

pada mereka orang yang pesimis memandang kejadian itu secara spesifik,

sedangkan orang yang optimis memandang kejadian itu secara universal.

c. Personalization

Merupakan gaya penjelasan masalah yang berkaitan dengan sumber

penyebab, internal dan eksternal. Orang yang optimis memandang penyebab

masalah-masalah yang menekan dari sisi lingkungan (eksternal) sedangkan

orang yang pesimis akan melihat kegagalan dari sisi dirinya (internal). Hal

sebaliknya berlaku dalam memandang peristiwa yang menyenangkan. Orang

yang optimis menghargai kemampuan dirinya atas keberhasilan yang diraih,

sedangkan orang yang pesimis menganggap keberhasilan sebagai akibat dari

situasi di luar dirinya. Individu dalam melakukan personalization ini ada cara

lain yang dapat dilakukan yaitu general self-blame dan behavior self-blame.

General self-blame berarti menyalahkan diri sendiri secara permanen

(berlangsung lama) dan pervasive (semua aspek kehidupan), sedangkan

behavior self-blame berarti menyalahkan diri sendiri tetapi secara temporer

Page 57: Ali Hasan G0107019 · Alat pengumpul data yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala optimisme, skala penerimaan diri, dan skala dukungan emosi. Teknik analisis data yang digunakan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

38

(tidak lama) dan spesifik pada aspek kehidupan tertentu. Berdasarkan uraian

di atas, dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa ekspresi optimisme dan

pesimisme adalah permanence (penggunaan waktu), pervasiveness

(penggunaan dimensi ruang lingkup) dan personalization (sumber masalah).

Dalam melakukan personalization terdapat dua cara yaitu general self-blame

(menyalahkan diri sendiri terhadap apa yang terjadi dan sulit untuk

dimaafkan) sedangkan behavioral self-blame (menyalahkan diri sendiri

terhadap apa yang terjadi yang bersifat sementara dan pada hal hal yang

lebih jelas).

Menurut Carver & Scheier (dalam Snyder & Lopez, 2002)

mengungkapkan ciri-ciri orang yang optimis sebagai berikut:

a. Percaya diri

Merasa percaya diri dan yakin bahwa mampu mengendalikan atas masa

depannya. Individu merasa yakin bahwa dirinya mempunyai kekuasaan

yang besar sekali terhadap keadaan yang mengelilinginya. Keyakinan

bahwa individu menguasai keadaan ini membantu dirinya lebih percaya

diri dalam melakukan sesuatu karena merasa yakin semua yang dikerjakan

akan berjalan dengan baik.

b. Berharap sesuatu yang baik yang terjadi

Seorang yang optimis yakin bahwa sesuatu yang baik yang akan terjadi

pada dirnya. Meskipun sedang menghadapi situasi yang sulit, orang

optimis akan tetap yakin bahwa dapat menyelesaikanya dan pada akhirnya

akan mendapat sesuatu yang baik.

Page 58: Ali Hasan G0107019 · Alat pengumpul data yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala optimisme, skala penerimaan diri, dan skala dukungan emosi. Teknik analisis data yang digunakan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

39

c. Mempunyai gaya penjelasan yang fleksibel

Orang yang optimis mempunyai gaya penjelasan yang fleksibel dalam

memandang kejadian yang menimpa dirinya, sedangkan orang yang

pesimis mempunyai gaya penjelasan yang kaku.

d. Jarang terkena stres dalam menghadapi situasi yang sulit

Penelitian menunjukkan orang yang optimis cenderung lebih jarang

mengalami stres. Hal ini kemungkinan disebabkan karena orang yang

optimis akan selalu mempunyai pandangan yang positif terhadap situasi

buruk yang sedang dihadapi. Orang yang optimis biasanya akan mencari

jalan keluar yang lain apabila sedang mengalami kesusahan atau usahanya

gagal. Oleh karena itu orang yang optimis cenderung jarang terkena stres.

Berdasarkan uraian diatas, aspek yang akan digunakan dalam pembuatan

skala dalam penelitian ini adalah aspek optimisme milik Seligman (2008),

meliputi aspek permanence, aspek pervasiveness, dan aspek personalization.

Pertimbangan pemakaian aspek dari ahli diatas dikarenakan aspek dari ahli

tersebut lebih lengkap dan sesuai dengan penelitian yang akan dilaksanakan.

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Optimisme Penderita Diabetes

Mellitus

Nurtjahyati dan Ratnaningsih (2011), mengemukakan beberapa hal yang

mempengaruhi cara berfikir optimis dalam diri seseorang, baik dari dalam diri

individu maupun dari luar individu. Faktor dari dalam individu berupa faktor

egosentris, yaitu sifat-sifat yang dimiliki tiap individu yang didasarkan pada

Page 59: Ali Hasan G0107019 · Alat pengumpul data yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala optimisme, skala penerimaan diri, dan skala dukungan emosi. Teknik analisis data yang digunakan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

40

fakta bahwa tiap pribadi adalah unik dan berbeda dengan pribadi lain. Faktor

egosentris ini berupa aspek-aspek kepribadian yang memiliki keunikan sendiri

dan berbeda antara pribadi yang satu dengan yang lain, seperti minat, percaya

diri, harga diri dan motivasi Vinacle (dalam Nurtjahyati dan Ratnaningsih,

2011). Carver & Scheier (dalam Snyder & Lopez, 2002) menyebutkan bahwa

individu yang mempunyai rasa percaya diri yang tinggi merasa yakin dengan

apa yang dikerjakanya dan yakin bahwa yang dikerjakan akan berjalan dengan

baik. Motivasi mempengaruhi tingkat optimisme seseorang karena motivasi

berisi tentang motif seseorang dan bagaimana motif ini dikeluarkan dalam

kebiasaan orang tersebut. Motivasi yang tinggi seseorang akan mendorong

terciptanya keyakinan yang besar dari individu akan kemampuanya dalam

melakukan sesuatu. Minat mendorong seseorang lebih untuk lebih menyukai

sesuatu dan berusaha keras untuk mewujudkanya, minat terhadap sesuatu hal

akan merasa lebih yakin akan berhasil dalam melakukanya. Berdasarkan teori

explanatory style Seligman (2008), Ketika suatu hal yang buruk terjadi, maka

individu dapat menyalahkan dirinya sendiri (internal) atau dapat menyalahkan

orang lain dan lingkungan (eksternal). Orang yang mempunyai harga diri yang

positif akan cenderung mempunyai gaya penjelasan optimis, yaitu tidak

menyalahkan dirinya. Sedangkan orang yang mempunyai harga diri yang

negatif akan cenderung menyalahkan dirinya atas kejadian buruk yang terjadi

pada dirinya.

Faktor dari luar individu berupa faktor etnosentris, yaitu sifat-sifat yang

dimiliki oleh suatu kelompok atau orang lain yang menjadi ciri khas dari

Page 60: Ali Hasan G0107019 · Alat pengumpul data yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala optimisme, skala penerimaan diri, dan skala dukungan emosi. Teknik analisis data yang digunakan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

41

kelompok atau jenis lain. Faktor etnosentris ini berupa keluarga, status sosial,

jenis kelamin, agama dan kebudayaan (Vinacle dalam Nurtjahyati dan

Ratnaningsih, 2011). Keluarga meliputi keadaan ekonomi keluarga, jumlah

saudara kandung, anak ke berapa dan jumlah kakak yang sudah bekerja.

Artinya semakin baik keadaan ekonomi keluarga maka diharapkan orang akan

semakin memiliki orientasi yang kuat terhadap masa depan karena tidak

terganggu oleh adanya pemenuhan kebutuhan primer manusia. Jenis kelamin

mempengaruhi berpikir optimis karena perempuan secara kodrati lebih terikat

oleh norma norma sosial, kebudayaan maupun norma agama dibandingkan

laki-laki sehingga hal tersebut mampu menghambat kemajuan dan

perkembangan perempuan dalam meraih cita-cita atau keberhasilannya di

masa depan sedangkan laki-laki lebih memiliki kebebasan karena tidak terikat

oleh norma-norma sosial atau kebudayaan sehingga lebih mudah dalam

pencapaian tujuan di masa depan. Agama merupakan suatu bentuk keyakinan

yang dimiliki seseorang yang dapat diaplikasikan dalam bentuk doa. Dengan

kata lain orang yang rajin berdoa, berarti benar-benar memiliki tujuan hidup

yang jelas. Kebudayaan merupakan segala sesuatu yang dipelajari dari pola

perilaku normatif meliputi ciri-ciri, pola pikir, merasakan dan bertindak.

Semakin baik kebudayaan yang dimiliki seseorang dalam lingkungan

hidupnya maka akan semakin optimis orang tersebut (Shofia, 2009).

Berdasarkan uraian diatas, maka faktor yang mempengaruhi optimisme

antara lain faktor dari luar individu yaitu faktor etnosentris yang berupa

keluarga, status sosial, jenis kelamin, agama dan kebudayaan, faktor dari

Page 61: Ali Hasan G0107019 · Alat pengumpul data yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala optimisme, skala penerimaan diri, dan skala dukungan emosi. Teknik analisis data yang digunakan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

42

dalam individu yaitu faktor egosentris yang berupa seperti minat, percaya diri,

harga diri dan motivasi. Bagi penderita DM sikap optimis dipengaruhi oleh

beberapa faktor, baik dari dalam individu itu sendiri maupun bantuan dari

orang-orang disekitarnya. Sikap optimis pada penderita DM ditunjukkan

dengan sikap tidak menyerah dengan keadaanya yang diakibatkan oleh

penyakit diabetes mellitus. Penderita DM tetap berusaha untuk hidup normal

meskipun harus menjalani hidupnya yang serba dibatasi. Individu dapat

memandang positif keadaan yang dialaminya apabila penderita DM sudah

dapat menerima keadaan dirinya yang serba sulit yang diakibatkan oleh

penyakit diabetes mellitus. Harga diri yang tinggi merupakan ciri dari

seseorang memiliki sikap optimis. Ciri individu yang mempunyai harga diri

tinggi adalah orang yang menghormati diri sendiri, superior, rasa kebanggaan,

penerimaan diri dan menyukai diri sendiri. Harga diri yang tinggi dari

penderita DM membuat seorang penderita DM lebih mudah menerima

keadaanya. Penderita DM yang sudah mampu menerima kondisi dirinya lebih

dimungkinkan memiliki sikap optimis dalam memandang kehidupanya, selain

itu faktor dari luar yang mempengaruhi optimisme dalah satunya yaitu

dukungan dari orang-orang terdekat. Dukungan dari orang terdekat lebih

mempercapat penderita dalam menerima keadaanya dan membuat penderita

lebih positif dalam memandang keadaanya dan tidak menyerah dalam

menjalani kehidupan dengan segala kesulitan yang dihadapi akibat penyakit

diabetes mellitus.

Page 62: Ali Hasan G0107019 · Alat pengumpul data yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala optimisme, skala penerimaan diri, dan skala dukungan emosi. Teknik analisis data yang digunakan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

43

B. Penerimaan Diri

1. Pengertian Penerimaan Diri

Menurut Shereer (dalam Cronbach, 1954) penerimaan diri adalah sikap

individu untuk menerima kenyataan pada dirinya berupa kekurangan dan

kelebihanya, serta mampu mengaktualisasikan kehidupanya di masyarakat dan

berusaha untuk melakukan hal-hal yang terbaik untuk dirinya. Supratiknya

(1995) menjelaskan bahwa penerimaan diri adalah penghargaan yang tinggi

terhadap diri sendiri atau lawanya dan tidak bersikap sinis terhadap dirinya.

Allport (dalam Hjelle, dkk., 1992), penerimaan diri adalah toleransi individu

atas peristiwa-peristiwa yang membuat frustrasi atau menyakitkan sejalan

dengan menyadari kekuatan-kekuatan pribadinya. Sedangkan menurut

Maslow (dalam Hjelle, dkk., 1992) penerimaan diri adalah sikap menerima

dirinya dengan keterbatasan, kelemahan, kerapuhannya individu ini bebas dari

rasa bersalah, malu, dan rendah diri, juga dari kecemasan akan penilaian orang

lain terhadap dirinya.

Jersild (dalam Hurlock, 1974) menjelaskan bahwa seseorang yang

menerima dirinya adalah seseorang yang memiliki penilaian yang realistis

terhadap kemampuannya yang berkesinambungan dengan penghargaan

terhadap keberhargaan dirinya, jaminan dari dirinya tentang kestandaran

pendiriannya tanpa merasa terendahkan oleh opini orang lain dan penilaian

realistis dari keterbatasan dirinya tanpa menyalahkan dirinya secara tidak

rasional. Orang yang menerima dirinya mengenali kemampuan dirinya dan

dengan bebas mereka dapat menggunakan kemampuan dirinya walaupun tidak

Page 63: Ali Hasan G0107019 · Alat pengumpul data yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala optimisme, skala penerimaan diri, dan skala dukungan emosi. Teknik analisis data yang digunakan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

44

semua dari kemampuannya tersebut diinginkan. Mereka juga mengenali

kelemahan dirinya tanpa perlu menyalahkan dirinya.

Calhoun dan Acocella (1990) menjelaskan bahwa penerimaan diri

berkaitan dengan konsep diri yang positif. Konsep diri yang positif dapat

membantu memahami dan menerima fakta-fakta yang begitu berbeda dengan

dirinya, sehingga sifat-sifat dalam dirinya seimbang dan terintegrasi.

Penerimaan diri berarti kemampuan memahami dirinya dan menerima

kenyataan bahwa dirinya berbeda dengan orang lain. Dalam menerima dirinya

sendiri, seseorang harus dapat menyesuaikan diri dengan masyarakat dan

kehidupanya.

Berdasarkan pengertian dari beberapa ahli yang diuraikan diatas, maka

didapat pengertian penerimaan diri sebagai suatu keadaan dimana seorang

individu memiliki penilaian positif terhadap dirinya, serta mengakui segala

kelebihan maupun kekurangan yang ada di dalam dirinya tanpa malu atau

perasaan bersalah dan dapat menyusuaikan diri dengan masyarakat dan

kehidupanya.

2. Aspek dan Ciri-Ciri Individu yang Menerima Dirinya Sendiri

Supratiknya (1995) menjelaskan aspek-aspek penerimaan diri, antara

lain: pembukaan diri, penerimaan terhadap orang lain dan kesehatan

psikologis. Penjelasan lebih rinci mengenai aspek-aspek tersebut diuraikan

sebagai berikut:

Page 64: Ali Hasan G0107019 · Alat pengumpul data yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala optimisme, skala penerimaan diri, dan skala dukungan emosi. Teknik analisis data yang digunakan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

45

a. Pembukaan diri

Penerimaan diri seseorang dapat terlihat dari pembukaan dirinya terhadap

orang lain. Seseorang yang memiliki pembukaan diri membiarkan orang

lain tahu tentang dirinya, termasuk apa yang dirasakan dan dipikirkanya.

Pembukaan diri ditandai dengan kemampuan mengungkapkan pikiran,

perasaan, dan reaksi kepada orang lain, serta merasa tertarik dengan

kegiatan yang bersifat pengungkapan diri.

b. Penerimaan terhadap orang lain

Seseorang yang menerima dirinya memiliki penerimaan terhadap orang

lain. Apabila kita berfikiran positif tentang diri kita, maka kita pun akan

berfikir tentang orang lain. Sebaliknya apabila kita menolak diri kita maka

kita pun akan menolak orang lain. Penerimaan terhadap orang lain ditandai

dengan kepekaan terhadap kebutuhan orang lain dan bersedia menerima

bantuan atau peran dari orang lain.

c. Kesehatan psikologis

Kesehatan psikologis merupakan kualitas perasaan yang dimiliki

seseorang terhadap dirinya sendiri. seseorang yang sehat secara psikologis

memandang dirinya sebagai individu yang disenangi, memiliki

kemampuan, yakin bahwa dirinya merupakan individu yang berguna atau

pantas, serta adanya keyakinan untuk dapat diterima orang lain.

Jersild (1978) mengemukakan beberapa ciri-ciri penerimaan diri sebagai

berikut :

Page 65: Ali Hasan G0107019 · Alat pengumpul data yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala optimisme, skala penerimaan diri, dan skala dukungan emosi. Teknik analisis data yang digunakan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

46

a. Persepsi mengenai diri dan sikap terhadap penampilan

Individu yang memiliki penerimaan diri berfikir lebih realistik tentang

penampilan dan bagaimana dirinya terlihat dalam pandangan orang lain.

Individu tersebut dapat melakukan sesuatu dan berbicara dengan baik

mengenai dirinya yang sebenarnya.

b. Sikap terhadap kelemahan dan kekuatan diri sendiri dan orang lain

Individu yang memiliki penerimaan diri memandang kelemahan dan

kekuatan dalam dirinya lebih baik daripada individu yang tidak memiliki

penerimaan diri.

c. Perasaan inferioritas sebagai gejala penolakan diri

Seorang individu yang terkadang merasakan infeoritas/disebut dengan

infeority complex adalah seorang individu yang tidak memiliki sikap

penerimaan diri dan hal tersebut akan mengganggu penilaian yang realistik

atas dirinya.

d. Respon atas penolakan dan kritikan

Individu yang memiliki penerimaan diri tidak menyukai kritikan, namun

demikian individu mempunyai kemampuan untuk menerima kritikan

bahkan dapat mengambil hikmah dari kritikan tersebut.

e. real self ideal self

Individu yang memiliki penerimaan diri adalah individu yang

mempertahankan harapan dan tuntutan dari dalam dirinya dengan baik

dalam batas-batas memungkinkan individu ini mungkin memiliki ambisi

yang besar, namun tidak mungkin untuk mencapainya walaupun dalam

Page 66: Ali Hasan G0107019 · Alat pengumpul data yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala optimisme, skala penerimaan diri, dan skala dukungan emosi. Teknik analisis data yang digunakan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

47

jangka waktu yang lama dan menghabiskan energinya. Oleh karena itu,

dalam mencapai tujuannya individu mempersiapkan dalam konteks yang

mungkin dicapai, untuk memastikan dirinya tidak akan kecewa saat

nantinya.

f. Penerimaan diri dan penerimaan orang lain

Hal ini berarti apabila seorang individu menyayangi dirinya, maka akan

lebih memungkinkan baginya untuk menyayangi orang lain.

g. Penerimaan diri, menuruti kehendak, dan menonjolkan diri

Menerima diri dan menuruti diri merupakan dua hal yang berbeda.

Apabila seorang individu menerima dirinya, hal tersebut bukan berarti

individu memanjakan dirinya. Individu yang menerima dirinya akan

menerima dan bahkan menuntut pembagian yang layak akan sesuatu yang

baik dalam hidup dan tidak mengambil kesempatan yang tidak pantas

untuk memiliki posisi yang baik atau menikmati sesuatu yang bagus.

Semakin individu menerima dirinya dan diterima orang lain, semakin

individu mampu untuk berbaik hati.

h. Penerimaan diri, spontanitas, menikmati hidup

Individu dengan penerimaan diri mempunyai lebih bayak keleluasaan

untuk menikmati hal-hal dalam hidupnya. Individu tersebut tidak hanya

leluasa menikmati sesuatu yang dilakukannya. Akan tetapi, juga leluasa

untuk menolak atau menghindari sesuatu yang tidak ingin dilakukannya.

Page 67: Ali Hasan G0107019 · Alat pengumpul data yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala optimisme, skala penerimaan diri, dan skala dukungan emosi. Teknik analisis data yang digunakan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

48

i. Aspek moral penerimaan diri

Individu dengan penerimaan diri bukanlah individu yang berbudi baik dan

bukan pula individu yang tidak mengenal moral, tetapi memiliki

fleksibilitas dalam pengaturan hidupnya. Individu memiliki kejujuran

untuk menerima dirinya sebagai apa dan untuk apa nantinya, dan tidak

menyukai kepura-puraan.

j. Sikap terhadap penerimaan diri

Menerima diri merupakan hal penting dalam kehidupan seseorang.

Individu yang dapat menerima beberapa aspek hidupnya, mungkin dalam

keraguan dan kesulitan dalam menghormati orang lain.

Sheerer (Cronbach,1954) menjelaskan lebih lanjut mengenai karakteristik

individu yang dapat menerima dirinya, yaitu:

a. Individu mempunyai keyakinan akan kemampuannya untuk menghadapi

persoalan. Individu yang menerima dirinya dengan positif mempunyai

keyakinan bahwa ia akan dapat menghadapi persoalan-persoalan yang

dihadapinya.

b. Individu menganggap dirinya berharga sebagai seorang manusia dan

sederajat dengan orang lain. Individu ini mempunyai keyakinan bahwa ia

dapat berarti atau berguna bagi orang lain dan tidak memiliki rasa rendah

diri karena merasa sama dengan orang lain yang masing-masing memiliki

kelebihan dan kekurangan.

c. Individu tidak menganggap dirinya aneh atau abnormal dan tidak ada

harapan ditolak orang lain. Ini berarti individu tersebut tidak merasa

Page 68: Ali Hasan G0107019 · Alat pengumpul data yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala optimisme, skala penerimaan diri, dan skala dukungan emosi. Teknik analisis data yang digunakan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

49

sebagai orang yang menyimpang dan berbeda dengan orang lain, sehingga

mampu menyesuikan dirinya dengan baik dan tidak merasa bahwa ia akan

ditolak oleh orang lain.

d. Individu tidak malu atau hanya memperhatikan dirinya sendiri. Artinya,

individu ini lebih mempunyai orientasi keluar dirinya sehingga mampu

menuntun langkahnya untuk dapat bersosialisasi dan menolong sesamanya

tanpa melihat atau mengutamakan dirinya sendiri.

e. Individu berani memikul tanggung jawab terhadap perilakunya. Berarti

individu memiliki keberanian untuk menghadapi dan menyelesaikan

segala resiko yang timbul akibat perilakunya.

f. Individu dapat menerima pujian atau celaan secara objektif. Sifat ini

tampak dari perilaku individu yang mau menerima pujian, saran dan

kritikan dari orang lain untuk pengembangan kepribadiannya lebih lanjut.

g. Individu tidak menyalahkan diri atas keterbatasan yang dimilikinya

ataupun mengingkari kelebihannya.

Berdasarkan uraian diatas, aspek yang akan digunakan dalam penelitian ini

adalah aspek penerimaan diri milik Supratiknya (1995), meliputi aspek

pembukaan diri, aspek penerimaan terhadap orang lain dan kesehatan

psikologis yang dikolaborasikan dengan ciri-ciri penerimaan diri Jersild

(1978), meliputi persepsi mengenai diri dan sikap terhadap penampilan, sikap

terhadap kelemahan dan kekuatan diri sendiri dan orang lain, perasaan

inferioritas sebagai gejala penolakan diri, respon atas penolakan dan kritikan,

keseimbangan antara dan , penerimaan diri dan

Page 69: Ali Hasan G0107019 · Alat pengumpul data yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala optimisme, skala penerimaan diri, dan skala dukungan emosi. Teknik analisis data yang digunakan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

50

penerimaan orang lain, menuruti kehendak dan menonjolkan diri, spontanitas

dan menikmati hidup, aspek moral penerimaan diri dan sikap terhadap

penerimaan diri. Ciri-ciri tersebut kemudian didistribusikan ke dalam aspek-

aspek yang dikemukakan Supratiknya. Pertimbangan penulis dalam

mengkolaborasikan aspek dan ciri-ciri dari ahli diatas karena penulis menilai

ciri-ciri dari ahli tersebut susuai dengan aspek yang penulis pakai, selain itu

aspek dan ciri-ciri dari ahli tersebut sesuai dengan penelitian yang penulis

lakukan.

3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penerimaan Diri

Hurlock (1974), menyatakan penerimaan diri dipengaruhi oleh sejumlah

faktor, diantaranya adalah :

a. Aspirasi yang realistis

Individu yang mampu menerima dirinya harus realistis tentang dirinya dan

tidak mempunyai ambisi yang tidak mungkin tercapai.

b. Keberhasilan

Agar individu menerima dirinya, individu harus mampu mengembangkan

faktor peningkat keberhasilan sehingga potensinya berkembang secara

maksimal.

c. Wawasan diri

Kemampuan dan kemauan menilai diri secara realistis serta menerima

kelemahan serta kekuatan yang dimiliki akan meningkatkan penerimaan

diri.

Page 70: Ali Hasan G0107019 · Alat pengumpul data yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala optimisme, skala penerimaan diri, dan skala dukungan emosi. Teknik analisis data yang digunakan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

51

d. Wawasan sosial.

Kemampuan melihat diri pada individu seperti pandangan orang lain

tentang diri individu tersebut menjadi suatu pedoman untuk

memungkinkan berperilaku sesuai harapan individu.

e. Konsep diri yang stabil.

Bila individu melihat dirinya dengan satu cara pada suatu saat dan cara

lain pada saat lain, yang kadang menguntungkan dan kadang tidak, akan

menyebabkan ambivalensi pada dirinya. Agar tercapainya kestabilan dan

terbentuknya konsep diri positif, significant others memposisikan diri

individu secara menguntungkan.

Berdasarkan uraian diatas, maka dapat diperoleh faktor yang

mempengaruhi penerimaan diri adalah adanya aspirasi yang realistik,

keberhasilan, wawasan diri, wawasan sosial, dan konsep diri yang stabil.

4. Dampak dari Adanya Penerimaan Diri

Menurut Hurlock (1974), individu yang semakin baik dalam menerima

dirinya, maka akan semakin baik pula penyesuaian diri dan sosialnya.

Kemudian Hurlock membagi dampak dari penerimaan diri dalam dua kategori

yaitu:

a. Penyesuaian diri.

Salah satu karakteristik dari orang yang memiliki penyesuaian diri

yang baik adalah lebih mengenali kelebihan dan kekurangannya, biasanya

memiliki keyakinan diri (self confidence) dan harga diri (self esteem).

Page 71: Ali Hasan G0107019 · Alat pengumpul data yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala optimisme, skala penerimaan diri, dan skala dukungan emosi. Teknik analisis data yang digunakan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

52

Selain itu orang dengan penerimaan diri yang baik juga lebih dapat

menerima kritik, dibandingkan dengan orang yang kurang dapat menerima

dirinya. Dengan demikian orang yang memiliki penerimaan diri dapat

mengevaluasi dirinya secara realistik, sehingga dapat menggunakan semua

potensinya secara efektif. Hal tersebut dikarenakan memiliki anggapan

yang realistik terhadap dirinya maka akan bersikap jujur dan tidak

berpura-pura.

b. Penyesuaian sosial.

Orang yang memiliki penerimaan diri akan merasa aman untuk

memberikan perhatiannya pada orang lain, seperti menunjukkan rasa

empati. Dengan demikian orang yang memiliki penerimaan diri dapat

mengadakan penyesuaian sosial yang lebih baik dibandingkan dengan

orang yang merasa rendah diri atau merasa tidak adekuat sehingga mereka

itu cenderung untuk bersikap berorientasi pada dirinya sendiri.

Ryff (1996) menjelaskan bahwa penerimaan diri penting bagi terwujudnya

kondisi sehat secara mental. Individu yang memiliki penerimaan diri yang

rendah, apabila merasa tidak puas dengan dirinya, merasa kecewa dengan

kehidupan yang telah dijalaniya, mengalami kesulitan dengan sejumlah

kualitas pribadinya dan ingin menjadi individu yang berbeda dengan dirinya

saat ini. Oleh karena itu wujud dari penerimaan diri dalam kehidupan sehari-

hari adalah dengan bersikap positif terhadap dirinya sendiri.

Anderson (1959) menuturkan bahwa penerimaan diri penting untuk

mengintegrasikan tubuh, pikiran dan jiwa kita. Selain itu penerimaan diri

Page 72: Ali Hasan G0107019 · Alat pengumpul data yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala optimisme, skala penerimaan diri, dan skala dukungan emosi. Teknik analisis data yang digunakan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

53

adalah faktor utama yang membentuk kepribadian yang sehat (Hurlock, 1974).

Secara umum penerimaan diri dapat membuat seseorang bersikap lebih positif

terhadap penyakitnya.

Berdasarkan uraian diatas, maka didapatkan bahwa penerimaan diri

memiliki dampak bagi penyesuaian diri individu dan penyesuaian individu

secara sosial, dan kondisi sehat secara mental. Selain itu individu yang

menerima dirnya dapat membuat pribadi individu tersebut sehat, membuat

seseorang bersikap lebih positif terhadap penyakitya.

C. Dukungan Emosi

1. Pengertian Dukungan Emosi

Dukungan emosi merupakan salah satu aspek dari dukungan sosial.

Dukungan sosial adalah bantuan, kenyamanan, kepedulian maupun

penghargaan dari individu atau kelompok individu lain (Sarafino, 1994).

Dukungan sosial menurut House & Khan (1985) adalah suatu bentuk

hubungan sosial yang bersifat menolong. Dukungan sosial meliputi empat

aspek yaitu, dukungan emosi, dukungan penilaian atau penghargaan,

dukungan informasi, dan dukungan instrumental. Corneil (1998) menyebutkan

bahwa aspek yang memiliki peran terpenting diantara keempat aspek

dukungan sosial tersebut adalah dukungan emosi. Hal ini dikarenakan

dukungan emosi adalah dasar bagi ketiga aspek yang lain yaitu, dukungan

penghargaan atau penilaian, dukungan informasi, dan dukungan instrumental.

Page 73: Ali Hasan G0107019 · Alat pengumpul data yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala optimisme, skala penerimaan diri, dan skala dukungan emosi. Teknik analisis data yang digunakan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

54

Dukungan emosi merupakan dukungan yang diberikan oleh orang lain

yang berupa ungkapan empati, kepedulian dan perhatian terhadap orang yang

bersangkutan (House & Khan, 1985). Corsini (1999) menyatakan bahwa

dukungan emosi adalah penentraman hati, dorongan dan persetujuan yang

diterima dari seorang individu atau kelompok. Dukungan emosi menjadi

faktor utama dalam mempertahankan semangat.

Sarafino (1994), menjelaskan dukungan emosi merupakan dukungan

yang diberikan kepada individu dari individu lain yang mencakup ungkapan

empati, kepedulian dan perhatian. Dukungan emosional merupakan ekspresi

dari afeksi, kepercayaan, perhatian, dan perasaan didengarkan. Kesediaan

untuk mendengarkan keluhan seseorang akan memberikan dampak positif

sebagai sarana pelepasan emosi, mengurangi kecemasan, membuat individu

merasa nyaman, tenteram, diperhatikan, serta dicintai saat menghadapi

berbagai tekanan dalam hidup mereka.

Berdasarkan beberapa definisi yang diuraikan diatas, maka dukungan

emosi adalah dukungan yang diberikan oleh orang lain yang berupa ungkapan

empati, kepedulian, kehangatan personal, cinta dan perhatian yang

memberikan dampak positif sebagai sarana pelepasan emosi, mengurangi

kecemasan saat menghadapi berbagai tekanan dalam hidup mereka.

2. Aspek Dukungan Emosi

Menurut House dan Khan (1985) dukungan emosi mencakup hal-hal

sebagai berikut:

Page 74: Ali Hasan G0107019 · Alat pengumpul data yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala optimisme, skala penerimaan diri, dan skala dukungan emosi. Teknik analisis data yang digunakan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

55

a) Perhatian

Pehatian atau attention berupa kemauan untuk mendengarkan dan

kesediaan untuk didengar. Berusaha agar individu tidak merasa sendiri

disaat ia paling membutuhkan orang disekitarnya.

b) Kepercayaan

Kepercayanaan yang diberikan membuat seseorang lebih bisa menghadapi

krisis karena ia lebih yakin bahwa ia mampu menangani permasalahan

yang sedang ia hadapi.

c) Penghargaan

Penghargaan yang diberikan dapat berupa penghargaan secara verbal

maupun non verbal. Penghargaan dari orang-orang terdekat individu yang

dalam suasana tertekan merasa dihargai sehingga individu tersebut lebih

mudah keluar dari suasana tertekan yang sedang dialaminya.

d) Kasih sayang

Kasih sayang atau afeksi yaitu semacam status kejiwaan yang disebabkan

oleh pengaruh dari eksternal. Pemberian kasih sayang berupa kata-kata

misalnya: sayangku, cintaku, manisku dan sebagainya atau dengan

perbuatan misalnya: menepuk bahu, menggandeng, mencium, memeluk

dan sebagainya.

e) Empati

Empati yang dimaksud berupa kemampuan untuk merasakan keadaan

emosional orang lain, merasa simpatik, dan mencoba membantu

menyelesaikan masalah dan mengambil perspektif orang lain.

Page 75: Ali Hasan G0107019 · Alat pengumpul data yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala optimisme, skala penerimaan diri, dan skala dukungan emosi. Teknik analisis data yang digunakan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

56

f) Kepedulian

Kepedulian yang dimaksud dapat berupa ikut merasakan penderitaan yang

sedang dialami orang lain dan bisa diajak berbagi. Kepedulian membuat

sesorang merasa bahwa ia tidak sendiri.

Sarafino (1994) menyebutkan bahwa dukungan emosi mencakup beberapa

hal sebagai berikut :

a) Ungkapan empati

Ikut merasakan apa yang orang lain rasakan sehingga dapat dengan mudah

mengerti keadaan seseorang. Hal ini penting karena disaat seseorang

sedang mengalami keadaan yang buruk yang menimpa dirinya, disaat

itulah mereka sangat membutuhkan orang lain.

b) Kepedulian

Kepedulian lebih dari empati, kepedulian membuat seseorang ingin

membantu menyelesaikan permasalahan atau kesusahan yang sedang

dialami orang lain.

c) Perhatian

Perhatian yang diberikan kepada seseorang menjadi sangat berharga

apabila seseorang yang sedang dalam kesusahan menjadi sangat berarti

baginya.

d) Kasih sayang

Kasih sayang atau afeksi dapat membuat seseorang yang sedang

mengalami kesusahan merasa lebih ringan dalam menghadapinya.

Page 76: Ali Hasan G0107019 · Alat pengumpul data yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala optimisme, skala penerimaan diri, dan skala dukungan emosi. Teknik analisis data yang digunakan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

57

e) Kepercayaan

Kepercayaan atau trust membuat seseoarang lebih bisa mengatasi

permasalanya dan menjadi tidak mudah menyerah dengan keadaanya yang

sedang dalam kesusahan.

f) Perasaan didengar

Individu yang sedang dalam kesusahan akan lebih bisa mengatasi

keadaanya apabila ada orang lain yang bisa diajak berbagi, mau

mendengarkan keluh kesahnya dan memberikan masukan-masukan yang

sangat dibutuhkan seseorang yang sedang dalam kesusahan.

Berdasarkan uraian diatas, aspek-aspek yang akan digunakan dalam

penelitian ini adalah aspek dukungan emosi milik Sarafino (1994), meliputi

aspek ungkapan empati, aspek kepedulian, aspek perhatian, aspek kasih

sayang, aspek kepercayaan, dan aspek perasaan ingin didengar. Pertimbangan

pemakaian aspek dari ahli tersebut dikarenakan kedua aspek dari ahli diatas

mempunyai kesamaan sehingga peneliti memilih salah satu ahli dari kedua

ahli untuk digunakan dalam penelitian ini.

3. Faktor yang Mempengaruhi Dukungan Emosi

Sarafino (1994), menjelaskan setidaknya ada 3 faktor yang menyebabkan

seseorang menerima dukungan :

a. Potensi Penerima Dukungan

Tidak mungkin seseorang memperoleh dukungan emosi seperti yang

diharapkannya jika dia tidak bersosialisasi, tidak pernah menolong orang

Page 77: Ali Hasan G0107019 · Alat pengumpul data yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala optimisme, skala penerimaan diri, dan skala dukungan emosi. Teknik analisis data yang digunakan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

58

lain, dan tidak membiarkan orang lain mengetahui bahwa dia sebenarnya

memerlukan pertolongan. Beberapa orang tidak perlu assertive untuk

meminta bantuan orang lain, atau merasa bahwa mereka seharusnya tidak

tergantung dan menyusahkan orang lain.

b. Potensi Penyedia Dukungan

Seseorang yang seharusnya menjadi penyedia dukungan bisa saja tidak

mempunyai sesuatu yang dibutuhkan orang lain, atau mungkin mengalami

stress sehingga tidak memikirkan orang lain, atau bisa saja tidak sadar

akan kebutuhan orang lain.

c. Komposisi dan Struktur Jaringan Sosial

Maksud dari jaringan sosial adalah hubungan yang dimiliki individu

dengan orang-orang dalam keluarga dan lingkungannya. Hubungan ini

dapat bervariasi dalam ukuran (jumlah orang yang sering berhubungan

dengan individu), frekuensi hubungan (seberapa sering individu bertemu

dengan orang-orang tersebut), komposisi (apakah orang-orang tersebut

keluarga, teman, rekan kerja, dan sebagainya), dan kedekatan hubungan.

Berdasarkan uraian diatas, maka faktor-faktor yang mempengaruhi

dukungan emosi adalah adanya potensi penerima dukungan, potensi penyedia

dukungan dan komposisi dan struktur jaringan sosial.

Page 78: Ali Hasan G0107019 · Alat pengumpul data yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala optimisme, skala penerimaan diri, dan skala dukungan emosi. Teknik analisis data yang digunakan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

59

4. Fungsi dan Manfaat Dukungan Emosi

Emmons & Colby (1995) mengatakan bahwa dukungan emosi membuat

seseorang merasa bahwa ia dirawat dan dihargai, selain itu dukungan emosi

berhubungan dengan pengurangan tekanan psikologis yang dialami seseorang.

Sarason (1999) menjelaskan bahwa individu dengan dukungan emosi yang

tinggi memiliki pengalaman hidup yang lebih baik, harga diri yang lebih

tinggi, serta memiliki pandangan yang lebih positif terhadap kehidupan

dibandingkan individu dengan dukungan emosi yang rendah. Sebaliknya,

dukungan emosi yang rendah berhubungan dengan locus of control yang

eksternal, ketidakpuasan hidup dan adanya hambatan-hambatan dalam

melakukan tugas-tugas dan pekerjaan sehari-hari.

Menurut Sundberg, dkk, (2007) terdapat beberapa manfaat dukungan

emosi pada kesehatan antara lain:

a. Mengurangi kemungkinan jatuh sakit

b. Mempercepat kesembuhan

c. Mengurangi kematian akibat penyakit serius

d. Mengurangi komplikasi selama hamil dan melahirkan

e. Mengurangi frekuensi wabah herpes

f. Memperbaiki penyesuaian terhadap penyakit arteri koroner

g. Memperbaiki dan mempercepat penyembuhan dari penyakit ginjal,

leukimia pada masa kanak-kanak, dan stroke

h. Memperbaiki kontrol terhadap diabetes

i. Mengurangi penderitaan akibat arthritis

Page 79: Ali Hasan G0107019 · Alat pengumpul data yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala optimisme, skala penerimaan diri, dan skala dukungan emosi. Teknik analisis data yang digunakan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

60

j. Meningkatkan kepatuhan terhadap aturan pemakaian obat

Berdasarkan uraian diatas, maka didapatkan fungsi dari dukungan emosi

adalah dapat membuat seseorang merasa bahwa ia dirawat dan dihargai, dapat

mengurangi tekanan psikologis yang dialami seseorang, memberikan

pengalaman hidup yang lebih baik, dapat membuat seseorang memiliki harga

diri yang lebih tinggi, serta memiliki pandangan yang lebih positif terhadap

kehidupan, meningkatkan dan memelihara kesehatan fisik, mempercepat

kesembuhan, mengurangi kematian akibat penyakit serius, memperbaiki

kontrol terhadap diabetes, meningkatkan kepatuhan terhadap aturan

pemakaian obat.

D. Hubungan antara Penerimaan Diri dan Dukungan Emosi dengan

Optimisme pada Penderita Diabetes Mellitus

1. Hubungan antara Penerimaan Diri dengan Optimisme pada

Penderita Diabetes Mellitus

Penderita DM diharapkan memiliki sikap positif dari dalam dirinya

untuk mampu bertahan dengan tetap memiliki harapan-harapan yang baik

akan masa depan, bahkan dengan penyakit yang dihadapinya. Individu

yang memiliki pola pandang positif, memiliki harapan masa depan yang

baik meskipun dengan banyak tantangan dan kemalangan dikenal dengan

individu yang memiliki optimisme. Optimisme pada penderita diabetes

mellitus membuat penderita lebih semangat dalam menjalani kehidupanya

Page 80: Ali Hasan G0107019 · Alat pengumpul data yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala optimisme, skala penerimaan diri, dan skala dukungan emosi. Teknik analisis data yang digunakan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

61

walaupun kehidupanya menjadi lebih berat akibat penyakit diabetes

mellitus.

Sikap optimis dipengaruhi beberapa faktor, salah satu faktor yang

mempengaruhi optimisme adalah cara individu tersebut memandang

dirinya. Sikap menerima keadaan membuat seseorang lebih positif dalam

memandang dirinya (Goodhart, dalam Tentama, 2007).

Ryff (dalam Angraeni dan Cahyanti, 2012) mengungkapkan bahwa

individu yang memiliki penerimaan diri yang baik menunjukkan

karakteristik: memiliki sikap positif terhadap dirinya, mengakui dan

menerima berbagai aspek yang ada dalam dirinya, baik yang bersifat baik

maupun buruk, serta merasa positif dengan kehidupan.

Sedangkan individu dengan taraf penerimaan diri yang rendah

(buruk), cenderung sulit untuk memahami karakteristik dirinya sendiri.

Individu cenderung memiliki pandangan yang negatif terhadap

kemampuan atau potensi dirinya, menolak atau mengingkari keadaan dan

kondisi yang dialaminya. Individu tersebut kurang memiliki motivasi

untuk mencapai suatu hal yang positif dalam kehidupanya, tidak puas

terhadap dirinya, serta selalu bersikap pesimis (Jersild, 1978).

Penerimaan penderita DM terhadap kondisinya membantu

penderita DM lebih positif dalam memandang dirinya. Penerimaan diri

sebagai suatu keadaan dimana seseorang memiliki sikap yang positif

terhadap diri sendiri, mengakui dan menerima berbagai aspek diri

termasuk kualitas baik dan buruk yang ada pada diri dan memandang

Page 81: Ali Hasan G0107019 · Alat pengumpul data yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala optimisme, skala penerimaan diri, dan skala dukungan emosi. Teknik analisis data yang digunakan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

62

positif terhadap kehidupan yang telah dijalani (Ryff, dalam Rizkiana dan

Retnaningsih, 2009). Hjelle, dkk, (1992) menyebutkan bahwa penerimaan

diri merupakan ciri kepribadian yang masak, sehingga individu yang dapat

menerima diri akan mempunyai pandangan yang positif terhadap apa yang

ada dalam dirinya.

Satyaningtyas dan Abdullah (2010) mengungkapkan semakin

positif penerimaan diri maka akan semakin tinggi kebermaknaan hidup.

Frankl (dalam Schultz, 1991) menyebutkan ciri seseorang yang

mempunyai kebermaknaan hidup ialah sikap optimis dalam diri individu

tersebut. Hal tersebut menunjukkan bahwa seorang penderita DM bisa

lebih optimis dalam menjalani kehidupanya apabila ia sudah dapat

menerima keadaan dirinya dengan segala perubahan yang dialami dalam

kehidupanya yang disebabkan penyakit diabetes mellitus. Pernyataan

tersebut didukung dengan hasil penelitian yang dilakukan Chang (2008)

yang menunjukkan adanya hubungan positif antara penerimaan diri

dengan optimisme.

Berdasarkan uraian di atas dapat dijelaskan bahwa penderita DM

yang memiliki penerimaan terhadap dirinya yang positif memiliki

penilaian yang tinggi mengenai dirinya, sehingga individu merasa mampu

menghadapi kesulitan yang ditimbulkan akibat penyakit yang dideritanya.

Dengan demikian dimungkinkan penderita DM tersebut memiliki sikap

optimis dalam menjalani kehidupanya. Sedangkan penderita DM dengan

Page 82: Ali Hasan G0107019 · Alat pengumpul data yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala optimisme, skala penerimaan diri, dan skala dukungan emosi. Teknik analisis data yang digunakan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

63

penerimaan diri yang rendah cenderung memandang dirinya secara negatif

sehingga individu cenderung pesimis dalam menghadapi kehidupanya.

2. Hubungan antara Dukungan Emosi dengan Optimisme pada

Penderita Diabetes Melllitus

Perubahan pola hidup yang dialami penderita DM menimbulkan

suatu reaksi emosi negatif serta konflik dari diri penderita. Emosi negatif

yang muncul dari penderita DM berupa marah, rasa bersalah, cemas dan

sedih (Kirkley, dalam Kartika & Hasanat, 2008). Cahyani (2010)

menyebutkan seorang yang menderita penyakit diabetes mellitus

mengalami stres dan merasa putus asa dengan keadaanya khususnya ketika

di awal mengetahui bahwa mereka menderita penyakit diabetes mellitus.

Perasaan tersebut membuat seorang penderita DM merasa kehilangan

semangat hidup.

Dukungan dari orang-orang terdekat seperti keluarga, suami,

teman-teman, rekan kerja subjek, dan dokter menimbulkan semangat

hidup penderita DM. Mereka semua memberikan kasih sayang, perhatian,

dan memberikan pengarahan dan semangat agar tetap sabar, ikhlas, tegar

dan optimis dalam menjalankan hidup. Perasaan subjek senang dan

bahagia, karena dapat menjalin hubungan yang akrab dengan orang-orang

terdekat. Hidup penderita DM lebih berharga dan bermakna, karena orang-

orang terdekat subjek tidak menganggap subjek sebagai orang yang sakit

dan mereka tetap memberikan dukungan perhatian, dan kasih sayang,

Page 83: Ali Hasan G0107019 · Alat pengumpul data yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala optimisme, skala penerimaan diri, dan skala dukungan emosi. Teknik analisis data yang digunakan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

64

sehingga subjek menjadi lebih kuat dan bersemangat dalam menjalankan

hidup (Cahyani, 2010).

Hal tersebut didukung dengan pendapat Astuti dan Budiyani,

(2010) yang mengatakan bahwa ketika individu menerima dukungan

emosional berupa kehangatan, kepedulian dan empati maka individu akan

merasa diperhatikan. Pengalaman tersebut membuat individu merasa

bahwa dirinya dicintai, diperhatikan, dan disayangi. Pengalaman tersebut

akan dapat menuntun pada suatu keyakinan bahwa dirinya masih berarti

bagi orang-orang terdekatnya.

Dukungan akan dirasakan sangat berharga ketika seseorang berada

dalam kondisi yang tidak menyenangkan. Seseorang yang mendapat

dukungan sosial akan merasa diperhatikan, dihargai, dan dicintai yang

selanjutnya akan merasakan kepuasan dalam hidup dan dapat menghadapi

tantangan dan masalah-masalahnya dengan lebih efektif. Sebaliknya,

seorang yang tidak atau kurang mendapatkan dukungan emosi, apalagi

dalam situasi yang banyak konflik, akan merasa diasingkan, mengalami

kesunyian dan kehampaan hidup (Astuti dan Budiyani, 2010).

Berkaitan dengan dukungan emosi, Bastaman (1996) menjelaskan

bahwa dukungan dari orang lain pada saat seseorang mengalami

kekecewaan atau tekanan akan memperkaya pengalaman batin,

memberikan keyakinan diri, mengubah cara pandang negatif, dan

membantu memberikan pemahaman terhadap nilai-nilai yang dapat

membentuk makna hidup seseorang.

Page 84: Ali Hasan G0107019 · Alat pengumpul data yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala optimisme, skala penerimaan diri, dan skala dukungan emosi. Teknik analisis data yang digunakan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

65

Sarafino (1994) mengatakan bahwa dukungan emosi dapat

berfungsi sebagai pelindung dari perasaan tertekan dan dapat mengubah

pandangan negatif individu terhadap situasi yang penuh stres. Dukungan

emosi yang diberikan agar dapat meyakinkan bahwa setiap masalah ada

jalan keluarnya, atau menghibur hati seseorang ketika seseorang merasa

hidupnya tidak berarti lagi. Hal-hal ini akan dapat membantu seseorang

mendapatkan pengharapan.

Bastaman (dalam Astuti dan Budiyani, 2010) mengemukakan

bahwa harapan mengandung nilai-nilai yang memungkinkan seseorang

menemukan makna hidup didalamnya. Pengharapan mengandung makna

hidup karena adanya keyakinan akan terjadinya perubahan yang lebih

baik, ketabahan menghadapi keadaan yang lebih baik, ketabahan

menghadapi keadaan buruk dan sikap optimis menyongsong masa

depannya.

Berdasarkan uraian di atas dapat dijelaskan bahwa penderita DM

yang mendapatkan dukungan dari orang-orang terdekat khususnya

dukungan emosi akan mengurangi perasaan negatif yang dalam dirinya,

sehingga individu merasa mampu menghadapi kesulitan yang ditimbulkan

akibat penyakit yang dideritanya. Dengan demikian dimungkinkan

penderita DM tersebut memiliki sikap optimis dalam menjalani

kehidupanya. Sedangkan penderita DM dengan yang kurang mendapatkan

dukungan emosi akan cenderung sulit lepas dari emosi negatif sehingga

individu cenderung pesimis dalam menghadapi kehidupanya.

Page 85: Ali Hasan G0107019 · Alat pengumpul data yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala optimisme, skala penerimaan diri, dan skala dukungan emosi. Teknik analisis data yang digunakan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

66

3. Hubungan antara Penerimaan Diri dan Dukungan Emosi dengan

Optimisme pada Penderita Diabetes Mellitus

Perubahan pola hidup yang dialami penderita DM menimbulkan

suatu reaksi emosi negatif serta konflik dari diri penderita. Emosi negatif

yang muncul dari penderita DM berupa marah, rasa bersalah, cemas dan

sedih (Kirkley, dalam Kartika & Hasanat, 2008). Penderita DM yang

memandang dirinya secara negatif, akan merasa putus asa dan menjadi

sulit untuk dapat menerima keadaannya. Hal tersebut dapat memperburuk

kondisi kesehatanya karena reaksi emosi yang muncul dalam diri penderita

DM mempengaruhi kepatuhan dalam menjalani diet (Miller & Schnoll,

dalam Kartika dan Hasanat, 2008).

Di tengah kondisi yang dihadapi penderita DM, individu

diharapkan memiliki sikap positif dari dalam dirinya untuk mampu

bertahan dengan tetap memiliki harapan-harapan yang baik akan masa

depan, bahkan dengan penyakit yang dihadapinya. Bagi seorang penderita

DM sikap optimis sangatlah dibutuhkan berkaitan dengan penyesuaian diri

dengan pola hidupnya. Seseorang yang menderita penyakit diabetes

mellitus akan terus menerus mengidap penyakit tersebut seumur hidupnya,

oleh karena itu dibutuhkan penyesuaian dengan pola hidup yang berubah

akibat penyakit diabetes mellitus. Penyesuaian pola hidup tersebut

mencakup perubahan pola makan, olah raga, dan minum obat atau terus

menyuntikkan insulin setiap harinya dan seumur hidupnya (Badaria dan

Astuti, 2004).

Page 86: Ali Hasan G0107019 · Alat pengumpul data yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala optimisme, skala penerimaan diri, dan skala dukungan emosi. Teknik analisis data yang digunakan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

67

Sikap optimis penderita DM dalam menjalani kehidupanya tidak

lepas dari karakter kepribadian yang dimiliki seseorang. Ada beberapa

faktor yang mempengaruhi cara berfikir seseorang, baik faktor dari dalam

diri sendiri maupun faktor yang berasal dari luar dirinya. Faktor dalam diri

sendiri contohnya adalah cara individu tersebut memandang dirinya. Sikap

menerima keadaan membuat seseorang lebih positif dalam memandang

dirinya (Goodhart, dalam Tentama, 2007).

Penerimaan penderita DM terhadap kondisinya membantu

penderita DM lebih positif dalam memandang dirinya. Penerimaan diri

sebagai suatu keadaan dimana seseorang memiliki sikap yang positif

terhadap diri sendiri, mengakui dan menerima berbagai aspek diri

termasuk kualitas baik dan buruk yang ada pada diri dan memandang

positif terhadap kehidupan yang telah dijalani (Ryff, dalam Rizkiana dan

Retnaningsih, 2009). Berdasarkan hasil penelitian (Satyaningtyas dan

Abdullah, 2010) terdapat hubungan positif antara penerimaan diri dan

kebermaknaan hidup pada penyandang cacat fisik. Semakin positif

penerimaan diri maka akan semakin tinggi kebermaknaan hidup. Frankl

(dalam Schultz, 1991) menyebutkan ciri seseorang yang mempunyai

kebermaknaan hidup ialah sikap optimis dalam diri individu tersebut.

Selain faktor dari dalam individu, optimisme juga dipengaruhi

faktor dari luar. Salah satu faktor eksternal yang mempengaruhi optimisme

adalah dukungan dari orang-orang terdekat (Fayed, dkk, 2011). Individu

yang mendapatkan dukungan yang lebih dari keluarga dan teman-temanya

Page 87: Ali Hasan G0107019 · Alat pengumpul data yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala optimisme, skala penerimaan diri, dan skala dukungan emosi. Teknik analisis data yang digunakan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

68

memiliki kesehatan yang lebih baik dan lebih cepat pulih dari masalah

kesehatan dibandingkan dengan orang yang kurang mendapat dukungan

dari orang-orang terdekatnya. Keluarga dapat memberikan pengaruh yang

positif dalam membantu merencanakan apa yang harus ditempuh untuk

mewujudkan harapannya. Harapan yang tinggi (optimisme) terkait dengan

perasaan yang kuat terhadap dukungan dari orang-orang terdekat. Hal

tersebut sesuai dengan pendapat Karademas (2006), yang menganggap

dukungan sosial dapat menggambarkan pengetahuan tentang diri (menjadi

mampu) dan dunia (menjadi ramah) yang mana akan menghasilkan

penilaian mengenai masa depan yang mungkin lebih bermanfaat

(optimisme) dan menimbulkan status kesehatan yang lebih baik.

Dukungan dari orang-orang terdekat seperti keluarga, suami,

teman-teman, rekan kerja subjek, dan dokter menimbulkan semangat

hidup penderita DM. Mereka semua memberikan kasih sayang, perhatian,

dan memberikan pengarahan dan semangat agar tetap sabar, ikhlas, tegar

dan optimis dalam menjalankan hidup. Perasaan penderita senang dan

bahagia, karena dapat menjalin hubungan yang akrab dengan orang-orang

terdekat. Hidup penderita DM lebih berharga dan bermakna, karena orang-

orang terdekat tidak menganggap penderita DM sebagai orang yang sakit

dan orang-orang terdekat tetap memberikan dukungan perhatian, dan kasih

sayang, sehingga penderita DM menjadi lebih kuat dan bersemangat dalam

menjalankan hidup (Cahyani, 2010).

Page 88: Ali Hasan G0107019 · Alat pengumpul data yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala optimisme, skala penerimaan diri, dan skala dukungan emosi. Teknik analisis data yang digunakan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

69

Hal tersebut didukung dengan pendapat Astuti dan Budiyani,

(2010) yang mengatakan bahwa ketika individu menerima dukungan

emosional berupa kehangatan, kepedulian dan empati maka individu akan

merasa diperhatikan. Pengalaman tersebut membuat individu merasa

bahwa dirinya dicintai, diperhatikan, dan disayangi. Pengalaman tersebut

akan dapat menuntun pada suatu keyakinan bahwa dirinya masih berarti

bagi orang-orang terdekatnya

Berkaitan dengan dukungan emosi, Bastaman (1996) menjelaskan

bahwa dukungan dari orang lain pada saat seseorang mengalami

kekecewaan atau tekanan akan memperkaya pengalaman batin,

memberikan keyakinan diri, mengubah cara pandang negatif, dan

membantu memberikan pemahaman terhadap nilai-nilai yang dapat

membentuk makna hidup seseorang.

Sarafino (1994) mengatakan bahwa dukungan emosi dapat

berfungsi sebagai pelindung dari perasaan tertekan dan dapat mengubah

pandangan negatif individu terhadap situasi yang penuh stres. Dukungan

emosi yang diberikan agar dapat meyakinkan bahwa setiap masalah ada

jalan keluarnya, atau menghibur hati seseorang ketika seseorang merasa

hidupnya tidak berarti lagi. Hal-hal ini akan dapat membantu seseorang

mendapatkan pengharapan.

Bastaman (dalam Astuti dan Budiyani, 2010) mengemukakan

bahwa harapan mengandung nilai-nilai yang memungkinkan seseorang

menemukan makna hidup didalamnya. Pengharapan mengandung makna

Page 89: Ali Hasan G0107019 · Alat pengumpul data yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala optimisme, skala penerimaan diri, dan skala dukungan emosi. Teknik analisis data yang digunakan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

70

hidup karena adanya keyakinan akan terjadinya perubahan yang lebih

baik, ketabahan menghadapi keadaan yang lebih baik, ketabahan

menghadapi keadaan buruk dan sikap optimis menyongsong masa

depannya.

Berdasarkan uraian di atas dapat dijelaskan bahwa individu dengan

penerimaan diri yang positif disertai dengan dukungan emosi yang tinggi,

akan menjadi lebih mudah terbebas dari emosi negatif, lebih semangat

menjalani pengobatan, dan optimis dapat menjalani kehidupan dengan

normal.

E. Kerangka Pemikiran

Penderita penyakit diabetes mellitus pertama kali didiagnosis menderita

diabetes dan harus menjalani hidup dengan diabetes biasanya mengalami

reaksi emosi yang negatif berupa penolakan, marah, sedih sampai kehilangan

semangat hidup. Selain itu penderita DM harus menjalani pola hidup yang

ketat, seperti pengaturan makan, aktifitas dan harus mengkonsumsi obat-

obatan agar dapat mengurangi resiko terjadinya komplikasi. Sikap optimis

diperlukan bagi para penderita diabetes mellitus agar dapat menjalani

kehidupan dengan lebih baik dan mengurangi resiko terjadinya komplikasi-

komplikasi dari penyakit ini. Dukungan emosi dan penerimaan diri

memungkinkan penderita untuk lebih bisa menerima keadaanya dan tetap

optimis dalam menjalani kehidupan sehari-hari.

Page 90: Ali Hasan G0107019 · Alat pengumpul data yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala optimisme, skala penerimaan diri, dan skala dukungan emosi. Teknik analisis data yang digunakan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

71

Kerangka pemikiran dalam penelitian ini dapat dilihat pada gambar

berikut :

Gambar 1. Kerangka Pemikiran

F. Hipotesis

Hipotesis dalam penelitian ini antara lain sebagai berikut :

1. Terdapat hubungan antara penerimaan diri dengan optimisme pada penderita

diabetes meliitus

2. Terdapat hubungan antara dukungan emosi dengan optimisme pada penderita

diabetes mellitus

3. Terdapat hubungan antara penerimaan diri dan dukungan emosi dengan

optimisme pada penderita diabetes mellitus

(3)

(2)

(1)

Optimisme

Penerimaan Diri

Penderita DM Penderita DM

Dukungan Emosi

Page 91: Ali Hasan G0107019 · Alat pengumpul data yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala optimisme, skala penerimaan diri, dan skala dukungan emosi. Teknik analisis data yang digunakan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

72

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Identifikasi Variabel Penelitian

Penelitian ini menggunakan tiga variabel yang terdiri atas satu variabel

kriterium dan dua variabel prediktor. Variabel-variabel dalam penelitian ini

antara lain :

Variabel Kriterium : Optimisme

Variabel Prediktor I : Penerimaan Diri

Variabel Prediktor II : Dukungan Emosi

B. Definisi Operasional Variabel Penelitian

Definisi operasional adalah definisi yang didasarkan atas sifat-sifat hal

yang didefinisikan yang dapat diamati (diobservasi). Penyusunan definisi

operasional variabel penelitian ini perlu, karena definisi operasional variabel

penelitian akan menunjuk alat pengambil data mana yang cocok untuk

digunakan. Definisi operasional variabel penelitian dalam penelitian ini ialah :

1. Optimisme

Optimisme merupakan suatu gaya penjelasan dari seseorang dalam

menghadapi suatu kejadian yang menghubungkan peristiwa yang baik

yang terjadi pada dirinya bersifat pribadi, permanen dan pervasive

sedangkan untuk kejadian buruk yang terjadi pada dirinya bersifat

eksternal (bersumber dari luar), sementara dan spesifik.

Page 92: Ali Hasan G0107019 · Alat pengumpul data yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala optimisme, skala penerimaan diri, dan skala dukungan emosi. Teknik analisis data yang digunakan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

73

Pengukuran optimisme dalam penelitian ini menggunakan Skala

Optimisme. Skala Optimisme yang akan digunakan merupakan modifikasi

model Skala Likert dengan skala yang dibuat sendiri oleh peneliti

berdasarkan teori optimisme Seligman (2008), meliputi aspek

permanence, aspek pervasiveness, dan aspek personalization. Skor pada

skala semakin tinggi menunjukkan semakin tinggi optimismenya,

Sebaliknya skor skala semakin rendah menunjukkan semakin rendah

optimismenya (pesimis).

2. Penerimaan Diri

Penerimaan diri diartikan sebagai suatu keadaan dimana seorang

individu mempunyai pembukaan diri dan penerimaan terhadap orang lain

serta mempunyai kesehatan psikologis yang lebih baik.

Pengukuran penerimaan diri dalam penelitian ini akan

menggunakan Skala Penerimaan Diri. Skala Penerimaan Diri yang akan

digunakan merupakan modifikasi model Skala Likert dengan skala yang

dibuat sendiri oleh peneliti berdasarkan kolaborasi dari teori penerimaan

diri Supratiknya (1995) dan Jersild (1978), yaitu aspek dari Supratiknya

(1995), meliputi aspek pembukaan diri, aspek penerimaan terhadap orang

lain dan kesehatan psikologis dan ciri - ciri penerimaan diri Jersild (1978),

meliputi persepsi mengenai diri dan sikap terhadap penampilan, sikap

terhadap kelemahan dan kekuatan diri sendiri dan orang lain, perasaan

inferioritas sebagai gejala penolakan diri, respon atas penolakan dan

kritikan, keseimbangan antara dan , penerimaan

Page 93: Ali Hasan G0107019 · Alat pengumpul data yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala optimisme, skala penerimaan diri, dan skala dukungan emosi. Teknik analisis data yang digunakan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

74

diri dan penerimaan orang lain, menuruti kehendak dan menonjolkan diri,

spontanitas dan menikmati hidup, aspek moral penerimaan diri dan sikap

terhadap penerimaan diri. Ciri-ciri tersebut kemudian didistribusikan ke

dalam aspek-aspek penerimaan diri Supratiknya. Skor pada skala semakin

tinggi menunjukkan semakin tinggi penerimaan dirinya, Sebaliknya skor

skala semakin rendah menunjukkan semakin rendah penerimaan dirinya.

3. Dukungan Emosi

Dukungan emosi dalam penelitian ini diartikan sebagai frekuensi

ungkapan empati, kepedulian, perhatian, kasih sayang, dan kepercayaan,

dan kebutuhan akan perasaan ingin didengar yang diberikan oleh orang

disekitar seperti keluarga, rekan, tenaga medis maupun terapis yang

memberikan dampak positif sebagai sarana pelepasan emosi, mengurangi

kecemasan saat menghadapi berbagai tekanan hidup atau situasi yang

tidak menyenangkan.

Pengukuran dukungan emosi dalam penelitian ini akan

menggunakan Skala Dukungan Emosi. Skala Dukungan Emosi yang akan

digunakan merupakan modifikasi model Skala Likert dengan skala yang

dibuat sendiri oleh peneliti berdasarkan teori dukungan emosi Sarafino

(1994), meliputi aspek ungkapan empati, aspek kepedulian, aspek

perhatian, aspek kasih sayang, aspek kepercayaan, dan aspek perasaan

ingin didengar. Skor pada skala semakin tinggi menunjukkan semakin

tinggi dukungan emosi yang diterimanya, Sebaliknya skor skala semakin

Page 94: Ali Hasan G0107019 · Alat pengumpul data yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala optimisme, skala penerimaan diri, dan skala dukungan emosi. Teknik analisis data yang digunakan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

75

rendah menunjukkan semakin rendah tingkat dukungan emosi yang

diterimanya.

C. Populasi, Sampel, dan Sampling

1. Populasi

Populasi merupakan keseluruhan dari objek penelitian yang dapat

berupa manusia, hewan, gejala, nilai peristiwa, sikap hidup, dan

sebagainya sehingga objek-objek ini dapat menjadi sumber data penelitian

(Bungin, 2006). Populasi dalam penelitian ini adalah penderita DM yang

tergabung dalam PERSADIA (Persatuan Diabetes Indonesia) cabang

Surakarta dan aktif mengikuti kegiatan rutin PERSADIA yang diadakan

setiap seminggu sekali yang terdiri atas 307 anggota, yang terbagi dalam

16 unit. Kriteria aktif dalam penelitian ini adalah apabila anggota aktif

mengikuti kegiatan rutin sekurang-kurangnya satu kali dalam satu minggu

selama dua bulan terakhir. Jumlah populasi dalam penelitian ini adalah 16

unit anggota PERSADIA cabang Surakarta dengan jumlah penderita DM

yang termasuk anggota aktif adalah 307 anggota, dengan rincian data

populasi dapat dilihat pada tabel 1:

Page 95: Ali Hasan G0107019 · Alat pengumpul data yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala optimisme, skala penerimaan diri, dan skala dukungan emosi. Teknik analisis data yang digunakan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

76

Tabel 1. Tabel Data Populasi Penelitian

No Unit Jumlah Responden 1 Rumah Sakit Dr. Oen Surakarta 35 2 RSUD Dr. Moewardi Surakarta 32 3 Perumnas Palur 18 4 Popongan 5 5 Gemolong 22 6 RSI Klaten 28 7 Rumah Sakit Dr. Oen Solo Baru 45 8 Gunung Sari 5 9 Rumah Sakit Kasih Ibu 30 10 GKJ 10 11 Rumah Sakit Dr. Oen Sawit 25 12 Kusma Hati 10 13 Kebak Keramat 12 14 PMI Karanganyar 19 15 Puskesmas Jaten II 2 16 Ngeringo Indah 9

Jumlah 307

2. Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki

oleh populasi. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah cluster

sampel yaitu sampel yang sudah dikelompokkan, yang dimaksud sebagai

kelompok dalam penelitian ini adalah unit PERSADIA yang tergabung

dalam PERSADIA cabang Surakarta. Arikunto (2006) menyebutkan

apabila jumlah responden dalam penelitian besar, lebih dari 100, maka

dapat diambil antara 10-15% atau 20-25%. Berdasarkan hal tersebut maka

dari keseluruhan populasi yaitu 16 unit, penulis memilih 25% untuk

sampel penelitian yaitu minimal 4 unit. Oleh karena itu, penelitian ini

menggunakan dua unit untuk pelaksanaan uji coba dan empat unit

digunakan untuk pelaksanaan penelitian.

3. Sampling

Sampling merupakan metodologi untuk memilih dan mengambil

individu-individu masuk kedalam sampel yang representatif. Teknik

Page 96: Ali Hasan G0107019 · Alat pengumpul data yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala optimisme, skala penerimaan diri, dan skala dukungan emosi. Teknik analisis data yang digunakan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

77

pengambilan sampel merupakan cara untuk memperkecil kekeliruan

generalisasi dari sampel ke populasi (Suryabrata, 2006). Teknik

pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan

teknik cluster random sampling, yaitu pengambilan sampel secara acak

untuk memberikan kesempatan yang sama kepada masing-masing unit

untuk dijadikan sampel penelitian, dengan terlebih dahulu

mengidentifikasikan semua unit yang tergabung dalam PERSADIA

cabang Surakarta tersebut untuk didaftar sebagai anggota populasi

kemudian mengundinya. Berdasarkan hasil pengundian, dari 16 unit

anggota populasi diperoleh 2 unit yaitu unit gemolong dan unit PMI

Karanganyar digunakan untuk pelaksanaan uji coba. Sedangkan 4 unit

yaitu unit RSUD Dr. Moewardi, unit RSI Klaten, unit Perumnas Palur, dan

unit Ngringo Indah digunakan untuk penelitian.

D. Metode Pengumpulan Data

1. Sumber Data

Sumber data adalah sesuatu yang menjadi sumber untuk

memperoleh sebuah data. Data penelitian ini diperoleh langsung dari

responden yang merupakan penderita DM yang tergabung dalam

PERSADIA cabang Surakarta. Data tersebut berupa respons atau

tanggapan atas pernyataan yang diajukan peneliti dalam skala penelitian,

baik Skala Optimisme, Skala Penerimaan Diri, dan Skala Dukungan

Emosi.

Page 97: Ali Hasan G0107019 · Alat pengumpul data yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala optimisme, skala penerimaan diri, dan skala dukungan emosi. Teknik analisis data yang digunakan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

78

Peneliti juga menggunakan data pendukung yang diperoleh dari

tempat penelitian yaitu bagian administrasi kantor PERSADIA cabang

Surakarta dan Unit PERSADIA anggota PERSADIA cabang Surakarta

yang berupa informasi tentang jumlah dan kondisi anggota yang terdaftar

dalam PERSADIA cabang Surakarta.

2. Teknik Pengumpulan Data

Penelitian ini menggunakan tiga alat ukur berupa skala yang

digunakan sebagai alat pengumpul data, yaitu: Skala Optimisme, Skala

Penerimaan Diri, dan Skala Dukungan Emosi. Semua skala yang

digunakan dalam penelitian ini menggunakan model skala Likert yang

telah dimodifikasi, yaitu dengan menghilangkan pilihan ragu-ragu atau

netral, sehingga hanya akan digunakan empat pilihan jawaban. Skala

dibuat sebagai pernyataan favorable dan pernyataan unfavorable dengan

empat alternatif jawaban yang telah disediakan, yaitu sangat sesuai (SS),

sesuai (S), tidak sesuai (TS), dan sangat tidak sesuai (STS). Skala dengan

empat alternatif pilihan jawaban lebih disarankan karena apabila ada lima

alternatif jawaban, responden cenderung memilih alternatif yang ada di

tengah, yang dirasa aman dan hampir tidak berpikir (Arikunto, 2006).

Penilaian item favorable bergerak dari skor 4 (sangat sesuai), skor 3

(sesuai), skor 2 (tidak sesuai), dan skor 1 (sangat tidak sesuai). Sedangkan

penilaian item unfavorable bergerak dari skor 1 (sangat sesuai), skor 2

(sesuai), skor 3 (tidak sesuai), dan skor 4 (sangat tidak sesuai).

Page 98: Ali Hasan G0107019 · Alat pengumpul data yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala optimisme, skala penerimaan diri, dan skala dukungan emosi. Teknik analisis data yang digunakan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

79

Tabel 2. Tabel Sistem Penilaian Aitem Skala

Aitem Favorable Skor Aitem Unfavorable Skor Sangat Sesuai (SS) 4 Sangat Sesuai (SS) 1 Sesuai (S) 3 Sesuai (S) 2 Tidak Sesuai (TS) 2 Tidak Sesuai (TS) 3 Sangat Tidak Sesuai (STS) 1 Sangat Tidak Sesuai (STS) 4

Sesuai dengan permasalahan dalam penelitian, maka pada penelitian

ini akan digunakan tiga macam skala, yaitu:

a. Skala Optimisme

Skala Optimisme dalam penelitian ini berdasarkan pada teori

optimisme milik Seligman (2008), meliputi aspek permanence, aspek

pervasiveness, dan aspek personalization.

Skala Optimisme ini terdiri dari 36 aitem, yaitu 18 aitem

favourable dan 18 aitem unfavourable. Oleh karena itu, skor tiap aitem

favourable bergerak dari empat sampai satu, dan unfavourable bergerak

dari satu sampai empat. Penentuan tingkat optimis yang dimiliki oleh

responden dapat dilihat dari jumlah skor Skala. Semakin tinggi jumlah

skor yang diperoleh, maka semakin menunjukkan optimisme yang tinggi

terhadap dirinya. Begitu pula sebaliknya, semakin rendah jumlah skor

yang diperoleh berarti semakin menunjukkan optimisme yang rendah

terhadap dirinya.

Blue print Skala Optimisme yang berdasarkan pada teori

optimisme Seligman (2008) dapat dilihat pada tabel 3:

Page 99: Ali Hasan G0107019 · Alat pengumpul data yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala optimisme, skala penerimaan diri, dan skala dukungan emosi. Teknik analisis data yang digunakan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

80

Tabel 3. Blue Print dan Sebaran Distribusi Aitem Skala Optimisme

( Sebelum Uji Coba)

No. Aspek Indikator Nomor Aitem

Jumlah Favourable Unfavourable

1. Permanence a. Memandang kejadian baik sebagai suatu yang permanen (menetap)

1, 13, 25 10, 22, 34 6

b. Memandang kejadian buruk sebagai suatu yang temporer (sementara)

7, 19, 31 4, 16, 28 6

2. Pervasiveness a. Memandang kejadian baik sebagai suatu yang universal (terjadi di semua bidang)

11, 23, 35 2, 14, 26 6

b. Memandang kejadian buruk sebagai suatu yang spesifik (terjadi pada hanya satu bidang )

5, 17, 29 8, 20, 32 6

3. Personalization a. Memandang kejadian baik terjadi akibat usahanya (faktor internal)

3, 15, 27 12, 24, 36 6

b. Memandang kejadian buruk bersumber dari luar dirinya (eksternal)

9, 21, 33 6, 18, 30 6

Jumlah 18 18 36 Prosentase 50% 50% 100%

b. Skala Penerimaan Diri

Skala Penerimaan Diri dalam penelitian ini berdasarkan pada

kolaborasi teori penerimaan diri dari Supratiknya (1995) dan Jersild

(1978), yaitu aspek penerimaan diri Supratiknya (1995), meliputi aspek

pembukaan diri, aspek penerimaan terhadap orang lain dan aspek

kesehatan psikologis dan ciri - ciri penerimaan diri Jersild (1978), meliputi

persepsi mengenai diri dan sikap terhadap penampilan, sikap terhadap

kelemahan dan kekuatan diri sendiri dan orang lain, perasaan inferioritas

sebagai gejala penolakan diri, respon atas penolakan dan kritikan,

keseimbangan antara dan , penerimaan diri dan

Page 100: Ali Hasan G0107019 · Alat pengumpul data yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala optimisme, skala penerimaan diri, dan skala dukungan emosi. Teknik analisis data yang digunakan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

81

penerimaan orang lain, menuruti kehendak dan menonjolkan diri,

spontanitas dan menikmati hidup, aspek moral penerimaan diri dan sikap

terhadap penerimaan diri. Ciri-ciri tersebut kemudian didistribusikan ke

dalam aspek-aspek yang penerimaan diri Supratiknya.

Skala Penerimaan Diri ini terdiri dari 36 aitem, yaitu 18 aitem

favourable dan 18 aitem unfavourable. Oleh karena itu, skor tiap aitem

favourable bergerak dari empat sampai satu, dan unfavourable bergerak

dari satu sampai empat. Penentuan tingkat penerimaan diri yang dimiliki

oleh responden dapat dilihat dari jumlah skor Skala. Semakin tinggi

jumlah skor yang diperoleh, maka semakin menunjukkan penerimaan yang

tinggi terhadap dirinya. Begitu pula sebaliknya, semakin rendah jumlah

skor yang diperoleh berarti semakin menunjukkan penerimaan yang

rendah terhadap dirinya.

Blue print Skala Penerimaan Diri yang berdasarkan pada teori

penerimaan diri Supratiknya (1995) dan Jersild (1978) dapat dilihat pada

tabel 4:

Page 101: Ali Hasan G0107019 · Alat pengumpul data yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala optimisme, skala penerimaan diri, dan skala dukungan emosi. Teknik analisis data yang digunakan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

82

Tabel 4. Blue Print dan Sebaran Distribusi Aitem Skala Penerimaan Diri

( Sebelum Uji Coba)

No. Aspek Indikator Nomor Aitem

Jumlah Favourable Unfavourable

1. Pembukaan diri a. Persepsi mengenai diri dan sikap terhadap penampilan

16, 32 7, 26 4

b. Kemampuan pengungkapan pikiran dan perasaan

1, 20 13, 30 4

c. Tidak menutup diri dari orang lain

10, 24 4, 28 4

2. Penerimaan terhadap orang lain

a. Sikap terhadap kelemahan dan kekuatan diri sendiri dan orang lain

18, 33 27 3

b. Perasaan inferioritas sebagai gejala penolakan diri

8 22, 35 3

c. Penerimaan diri dan penerimaan orang lain

14 2, 25 3

d. Sikap terhadap penerimaan diri

5, 21 11 3

3. Kesehatan psikologis

a. Respon atas penolakan dan kritikan

3 19, 34 3

b. Keseimbangan antara real-self dan ideal-self

17, 29 23 3

c. Penerimaan diri, menuruti kehendak dan menonjolkan diri

36 9 2

d. Penerimaan diri, spontanitas, menikmati hidup

31 15 2

e. Aspek moral penerimaan diri

12 6 2

Jumlah 18 18 36 Prosentase 50% 50% 100%

c. Skala Dukungan Emosi

Skala Dukungan Emosi dalam penelitian ini berdasarkan pada teori

dukungan emosi Sarafino (1994), meliputi aspek ungkapan empati, aspek

Page 102: Ali Hasan G0107019 · Alat pengumpul data yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala optimisme, skala penerimaan diri, dan skala dukungan emosi. Teknik analisis data yang digunakan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

83

kepedulian, aspek perhatian, aspek kasih sayang, aspek kepercayaan, dan

aspek perasaan ingin didengar.

Skala Dukungan Emosi ini terdiri dari 48 aitem, yaitu 24 aitem

favourable dan 24 aitem unfavourable. Oleh karena itu, skor tiap aitem

favourable bergerak dari empat sampai satu, dan unfavourable bergerak

dari satu sampai empat. Penentuan tingkat dukungan emosi yang diterima

oleh responden dapat dilihat dari jumlah skor Skala. Semakin tinggi

jumlah skor yang diperoleh, maka semakin menunjukkan tingginya

dukungan emosi yang diterima. Begitu pula sebaliknya, semakin rendah

jumlah skor yang diperoleh berarti semakin menunjukkan rendahnya

dukungan emosi yang diterima.

Blue print Skala Dukungan Emosi yang berdasarkan pada teori

dukungan emosi Sarafino (1994) dapat dilihat pada tabel 5:

Page 103: Ali Hasan G0107019 · Alat pengumpul data yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala optimisme, skala penerimaan diri, dan skala dukungan emosi. Teknik analisis data yang digunakan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

84

Tabel 5. Blue Print dan Sebaran Distribusi Aitem Skala Dukungan Emosi

( Sebelum Uji Coba)

No. Aspek Indikator Nomor Aitem

Jumlah Favourable Unfavourable

1. Ungkapan empati

a. Memahami keadaan orang lain

1,31 13,43 4

b. Mengalami hal yang sama

19,37 7,25 4

2. Kepedulian a. Perasaan ingin membantu meringankan beban permasalahan

14,44 2,32 4

b. Membantu mengatasi kesusahan

8,26 20,38 4

3. Perhatian a. Menanyakan kondisi yang sedang dialami

3,33 15,45 4

b. Memperhatikan kegiatan yang dilakukan

21,39 9,27 4

4. Kasih sayang a. Kehangatan dan keakraban

16,46 4,34 4

b. Melayani dengan tulus 10,28 22,40 4

5. Kepercayaan a. Kepercayaan untuk dapat mengatasi permasalahan

5,35 17,47 4

b. Motivasi untuk dapat menghadapi masalah

23,41 11,29 4

6. Perasaan ingin di dengar

a. Kebutuhan akan kehadiran orang lain

18,48 6,36 4

b. Kebutuhan akan teman berbagi

12,30 24,42 4

Jumlah 24 24 48 Prosentase 50% 50% 100%

E. Validitas dan Reliabilitas

1. Validitas Alat Ukur

Validitas alat ukur adalah sejauh mana alat ukur itu mengukur apa

yang dimaksudkan untuk diukur. Validitas alat ukur menunjuk pada

derajat fungsi mengukur suatu tes atau derajat kecermatan ukur suatu tes

(Suryabrata, 2006). Analisis validitas alat ukur dalam penelitian ini

didasarkan pada validitas isi, yakni telaah dan revisi butir pernyataan

Page 104: Ali Hasan G0107019 · Alat pengumpul data yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala optimisme, skala penerimaan diri, dan skala dukungan emosi. Teknik analisis data yang digunakan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

85

berdasarkan pendapat profesional (professional judgement), yaitu dosen

pembimbing. Langkah selanjutnya adalah mencari korelasi antara tiap-tiap

skor aitem dengan skor total aitemnya yang disebut dengan model uji

validitas internal. Uji validitas internal dalam penelitian ini menggunakan

teknik bivariate Pearson atau sering disebut sebagai korelasi product

moment Pearson, yaitu dengan cara mengkorelasikan tiap-tiap skor aitem

dengan skor total (Priyatno, 2008). Guna mempermudah perhitungan,

penelitian ini menggunakan bantuan program Statistical Product and

Service Solution (SPSS) versi 16.00 for windows.

2. Reliabilitas Alat Ukur

Reliabilitas mengacu kepada konsistensi atau keterpercayaan hasil

ukur, yang mengandung makna kecermatan pengukuran. Reliabilitas

dinyatakan oleh koefisien reliabilitas yang angkanya berada pada rentang

0 sampai dengan 1,00. Semakin tinggi koefisien reliabilitas mendekati

angka 1,00 berarti semakin tinggi reliabilitas, sebaliknya koefisien

reliabilitas yang semakin rendah mendekati 0 berarti semakin rendah

reliabilitas (Azwar, 2010).

Uji reliabilitas dalam penelitian ini menggunakan formula Alpha

Cronbach. Guna mempermudah perhitungan, digunakan program

Statistical Product and Service Solution (SPSS) versi 16. 00 for windows.

Page 105: Ali Hasan G0107019 · Alat pengumpul data yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala optimisme, skala penerimaan diri, dan skala dukungan emosi. Teknik analisis data yang digunakan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

86

F. Metode Analisis Data

Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

analisis regresi berganda untuk melakukan pengujian dan pembuktikan secara

statistik hubungan antara penerimaan diri dan dukungan emosi secara

bersama-sama dengan optimisme, serta menggunakan uji korelasi parsial

untuk mengetahui hubungan tiap-tiap variabel independen (penerimaan diri

dan dukungan emosi) dengan optimisme. Guna mempermudah perhitungan,

maka digunakan program Statistical Product and Service Solution (SPSS)

versi 16.0.

Page 106: Ali Hasan G0107019 · Alat pengumpul data yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala optimisme, skala penerimaan diri, dan skala dukungan emosi. Teknik analisis data yang digunakan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

87

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Persiapan Penelitian

1. Orientasi Kancah Penelitian

Pemahaman terhadap tempat penelitian dan persiapan mengenai segala

sesuatu yang berkaitan dengan jalannya penelitian merupakan tahap awal yang

dilakukan peneliti sebelum melaksanakan penelitian. Penentuan tempat penelitian

ini disesuaikan dengan populasi yang sebelumnya telah ditetapkan oleh peneliti

sehingga penelitian mengena

Emosi dengan Opttimisme pada Penderita Diabetes Mellitus Anggota Aktif

yang merupakan anggota PERSADIA cabang Surakarta.

Persatuan Diabetes Indonesia (PERSADIA) merupakan suatu organisasi

sosial yang beranggotakan para diabetesi, dokter, petugas kesehatan yang lain dan

para simpatisan yang bertujuan untuk berpartisipasi dalam peningkatan kesehatan

masyarakat pada umumnya, dan para diabetesi pada khususnya. PERSADIA

adalah organisasi yang bersifat bebas, berorientasi kepada kepentingan

masyarakat, dan tidak mencari keuntungan materi maupun keuntungan yang lain.

Tujuan PERSADIA ialah untuk meningkatkan kesehatan masyarakat Indonesia

khususnya para diabetisi melalui kegiatan promotif, preventif, dan kuratif serta

kemandirian para diabetisi agar hidup sehat bersama diabetes

Page 107: Ali Hasan G0107019 · Alat pengumpul data yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala optimisme, skala penerimaan diri, dan skala dukungan emosi. Teknik analisis data yang digunakan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

88

PERSADIA dibentuk berdasarkan kesadaran bahwa menghadapi diabetisi

tidak dapat melakukannya manajemen diabetes sendiri sepenuhnya, maka perlu

bantuan dari tenaga professional, keluarga, masyarakat sekitarnya dan pemerintah,

maka sejak tahun 1972 terbentuk perkumpulan-perkumpulan diabetes dibeberapa

kota besar di Indonesia. Perkumpulan tersebut terdiri dari dokter, tenaga

professional lain (perawat, ahli gizi), diabetisi, keluarga diabetesi serta mereka

yang berminat. Dengan tujuan yang sama perkumpulan tersebut melaksanakan

kegiatannya masing-masing secara mandiri.

Namun dengan kesadaran akan tanggung jawab serta kehendak luhur untuk

mendayagunakan serta meningkatkan kesejahteraan diabetisi (penyandang

diabetes), maka timbul keinginan untuk membentuk suatu wadah yang bersifat

nasional. Himbauan untuk itu telah beberapa kali diajukan sejak tahun 1983 antara

lain pada suatu symposium yang diadakan oleh PDB (Perkumpulan Diabetes

Bandung) tahun 1983. Pada suatu forum antar perkumpulan Diabetes di Surakarta

tanggal 22 Maret 1986 yang dihadiri oleh 11 perkumpulan dirintis untuk

pelaksanaan pembentukan suatu Perkumpulan Diabetes Nasional lengkap dengan

AD dan ART. Untuk sementara persatuan itu disebut Federasi Diabetes Indonesia.

Secara resmi federasi ini bertemu di Bandung pada tanggal 12 Juli 1986 untuk

melakukan kongres untuk mengesahkan organisasi dan pengesahan AD & ART.

Pada pertemuan tersebut akhirnya semua bersepakat dan bertekad untuk

membentuk perkumpulan diabetes nasional dengan nama, seperti yang diusulkan

oleh Prof. dr. Utoyo Soekaton, Persatuan Diabetes Indonesia (PERSADIA) yang

tata cara kerjanya diatur dalam AD & ART yang telah disahkan.

Page 108: Ali Hasan G0107019 · Alat pengumpul data yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala optimisme, skala penerimaan diri, dan skala dukungan emosi. Teknik analisis data yang digunakan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

89

Dengan demikian PERSADIA berdiri pada 12 Juli 1986, sebagai assosiasi

perkumpulan-perkumpulan diabetes yang sebelumnya telah berdiri di 11 kota

besar di Indonesia. Perkumpulan anggota Persadia tersebut pada mulanya disebut

sebagai Perkumpulan Anggota namun pada Kongres Nasional Persadi II, Juli

1992, diadakan perubahan-perubahan dan Perkumpulan Anggota tersebut diubah

menjadi Cabang. Kedudukan Pengurus Besar adalah disalah satu ibu kota

Provinsi.

Maksud dan tujuan Persadia :

a. Menghimpun para diabetisi, simpatisan dan dokter-dokter yang berkecimpung

dalam hal kesehatan diabetisi Indonesia.

b. Memupuk persatuan serta kesadaran guna mengembangkan, memajukan dan

memelihara pengetahuan mengenai diabetisi mellitus untuk diamalkan bagi

kepentingan kesejahteraan para diabetisi Indonesia pada khususnya dan

kemanusiaan pada umumnya.

c. Ikut berperan aktif dalam pelaksanaan program pemerintah dibidang

kesehatan khususnya dalam hal mengatasi masalah diabetes di Indonesia.

d. Mengadakan dan memelihara hubungan dengan persatuan-persatuan sejenis di

dalam dan Luar Negeri.

Usaha-usaha untuk realisasi tujuan organisasi antara lain adalah :

a. Mendirikan suatu badan antara lain berbentuk yayasan sosial untuk

menghimpun dana guna menunjang kegiatan-kegiatan sosial bagi kepentingan

para diabetisi.

Page 109: Ali Hasan G0107019 · Alat pengumpul data yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala optimisme, skala penerimaan diri, dan skala dukungan emosi. Teknik analisis data yang digunakan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

90

b. Menyelenggarakan kegiatan-kegiatan sosial terjadwal, khusus bagi

kepentingan para diabetisi antara lain, penyuluhan, pelatihan, temu wicara,

baik langsung maupun melalui berbagai media yang dapat disebar luaskan

kepada para diabetisi.

c. Menyediakan media-media informasi dan memberikan motivasi kepada para

profesional terkait diabetes, untuk menyumbangkan pendapat, saran, tulisan

ilmiah, tulisan ilmiah populer, yang dapat disebar luaskan kepada para

diabetisi.

d. Memberikan motivasi kepada para profesional terkait diabetes untuk

meningkatkan dan menyumbangkan ilmu yang dimiliki, yang bermanfaat bagi

para diabetisi.

e. Menyelenggarakan pertemuan-pertemuan periodik guna memelihara serta

meningkatkan eksistensi organisasi dalam aspek-aspek struktur organisasi,

semangat kebersamaan seluruh pengurus dan anggota organisasi, kegiatan-

kegiatan sosial, peningkatan dan penerapan ilmu, penyebaran informasi, yang

semuanya ditujukan untuk kepentingan para diabetisi.

PERSADIA cabang Surakarta merupakan bagian dari PERSADIA.

Anggota yang terdaftar di PERSADIA cabang Surakarta berjumlah 1356 yang

berada di 16 unit yang tersebar di wilayah Surakarta dan sekitarnya. Unit

PERSADIA yang merupakan anggota dari PERSADIA cabang Surakarta yaitu:

Page 110: Ali Hasan G0107019 · Alat pengumpul data yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala optimisme, skala penerimaan diri, dan skala dukungan emosi. Teknik analisis data yang digunakan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

91

Tabel 6. Daftar Unit PERSADIA Cabang Surakarta

a. Unit RSUD Dr. Moewardi Surakarta i. Unit Kebak Keramat b. Unit RSI Klaten j. Unit Popongan c. Unit Rumah Sakit Dr. Oen Surakarta k. Unit Ngeringo Indah d. Unit Rumah Sakit Dr. Oen Solo Baru l. Unit GKJ e. Unit Rumah Sakit Dr. Oen Sawit m. Unit Kusma Hati f. Unit PMI Karanganyar n. Unit Puskesmas Jaten II g. Unit Perumnas Palur o. Unit Gunung Sari h. Unit Gemolong p. Unit Rumah Sakit Kasih Ibu

Kegiatan dalam PERSADIA cabang Surakarta antara lain senam diabetes

yang dilaksanakan minimal sekali dalam seminggu, cek gula darah, penyuluhan,

dan seminar. Kegiatan senam diabetes dilaksanakan di semua unit tetapi untuk

penyuluhan dan cek gula darah hanya dilakukan oleh unit yang berada di bawah

rumah sakit. Sedangkan seminar biasanya diadakan oleh PERSADIA cabang

Surakarta dengan mengundang seluruh anggota.

PERSADIA cabang Surakarta dipilih sebagai lokasi penelitian dengan

pertimbangan sebagai berikut :

a. antara Penerimaan Diri dan Dukungan Emosi

dengan Optimisme tempat tersebut.

b. Berdasarkan hasil interview dengan salah seorang pengurus PERSADIA

cabang Surakarta didapatkan informasi bahwa beberapa anggota PERSADIA

cabang Surakarta diduga mengalami masalah dengan manajemen diabetes.

Beberapa anggota tidak mengikuti kegiatan dan jarang melakukan kontrol

terhadap penyakitnya.

c. Adanya ijin yang diperoleh untuk mengadakan penelitian di tempat tersebut.

Page 111: Ali Hasan G0107019 · Alat pengumpul data yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala optimisme, skala penerimaan diri, dan skala dukungan emosi. Teknik analisis data yang digunakan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

92

Dari gambaran di atas, dapat diketahui bahwa PERSADIA cabang

Surakarta merupakan suatu wadah bagi para penderita DM untuk mempermudah

dalam pengelolaan penyakit diabetes mellitus. Pada kenyataanya banyak penderita

DM anggota PERSADIA yang jarang mengikuti kegiatan yang dilaksanakan di

PERSADIA, hal tersebut kemungkinan disebabkan kurangnya sikap optimis dari

anggota sehingga banyak anggota yang tidak yakin usahanya dalam mengelola

penyakit diabetes mellitus akan berdampak positif bagi kesehatanya.

2. Persiapan Penelitian

Persiapan penelitian perlu dilakukan agar penelitian berjalan lancar dan

terarah. Hal-hal yang dipersiapkan adalah berkaitan dengan perijinan dan

penyusunan alat ukur yang akan digunakan dalam penelitian.

a. Persiapan Administrasi

Persiapan administrasi penelitian meliputi segala urusan perijinan

yang diajukan pada pihak yang terkait dengan pelaksanaan penelitian.

Peneliti meminta surat pengantar dari Program Studi Psikologi Fakultas

Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta yang ditujukan kepada

Kepala Unit PERSADIA yang tergabung dalam PERSADIA cabang

Surakarta dengan nomor 1055/UN27.06.7.1/TU/2012. Setelah peneliti

memperoleh ijin dan berkoordinasi dengan pihak pengurus PERSADIA

di masing-masing unit, peneliti dapat melaksanakan penelitian sesuai

dengan jadwal yang telah ditentukan.

Page 112: Ali Hasan G0107019 · Alat pengumpul data yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala optimisme, skala penerimaan diri, dan skala dukungan emosi. Teknik analisis data yang digunakan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

93

b. Persiapan Alat Ukur

Penelitian ini menggunakan tiga skala psikologi, yaitu Skala

Optimisme, Skala Penerimaan Diri, dan Skala Dukungan Emosi.

1) Skala Optimisme

Optimisme dalam penelitian ini diungkap dengan

menggunakan Skala Optimisme berdasarkan pada aspek-aspek yang

diungkapkan oleh Seligman (2008), meliputi aspek permanence,

aspek pervasiveness, dan aspek personalization. Skala disusun

sendiri oleh peneliti yang terdiri dari 18 aitem favourable dan 18

aitem unfavourable.

Skala Optimisme ini merupakan skala model Likert, terdiri

atas pernyataan-pernyataan dengan menggunakan empat pilihan

jawaban, yaitu sangat sesuai (SS), sesuai (S), tidak sesuai (TS), dan

sangat tidak sesuai (STS). Penilaian aitem favourable bergerak dari

skor 4 (sangat sesuai), 3 (sesuai), 2 (tidak sesuai), 1 (sangat tidak

sesuai), sedangkan penilaian aitem unfavourable bergerak dari skor 1

(sangat sesuai), 2 (sesuai), 3 (tidak sesuai), 4 (sangat tidak sesuai).

Semakin tinggi skor skala optimisme yang diperoleh subjek

menunjukkan semakin tinggi optimisme subjek, dan sebaliknya

semakin rendah skor yang diperoleh subjek menunjukkan semakin

rendah optimisme dari subjek tersebut. Distribusi aitem Skala

Optimisme dapat dilihat pada tabel 3.

Page 113: Ali Hasan G0107019 · Alat pengumpul data yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala optimisme, skala penerimaan diri, dan skala dukungan emosi. Teknik analisis data yang digunakan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

94

2) Skala Penerimaan Diri

Penerimaan diri dalam penelitian ini diungkap dengan

menggunakan Skala Penerimaan Diri berdasarkan aspek-aspek

penerimaan diri yang dikemukakan oleh Supratiknya (1995) yang

dikolaborasikan dengan ciri - ciri penerimaan diri yang dikemukakan

oleh Jersild (1978). Aspek penerimaan diri Supratiknya (1995),

meliputi aspek pembukaan diri, aspek penerimaan terhadap orang

lain dan aspek kesehatan psikologis dan ciri - ciri penerimaan diri

Jersild (1978), meliputi persepsi mengenai diri dan sikap terhadap

penampilan, sikap terhadap kelemahan dan kekuatan diri sendiri dan

orang lain, perasaan inferioritas sebagai gejala penolakan diri, respon

atas penolakan dan kritikan, keseimbangan antara dan

, penerimaan diri dan penerimaan orang lain, menuruti

kehendak dan menonjolkan diri, spontanitas dan menikmati hidup,

aspek moral penerimaan diri dan sikap terhadap penerimaan diri.

Skala disusun sendiri oleh peneliti yang terdiri dari 18 aitem

favourable dan 18 aitem unfavourable.

Skala Penerimaan Diri ini merupakan skala model Likert,

terdiri atas pernyataan-pernyataan dengan menggunakan empat

pilihan jawaban, yaitu sangat sesuai (SS), sesuai (S), tidak sesuai

(TS), dan sangat tidak sesuai (STS). Penilaian aitem favourable

bergerak dari skor 4 (sangat sesuai), 3 (sesuai), 2 (tidak sesuai), 1

(sangat tidak sesuai), sedangkan penilaian aitem unfavourable

Page 114: Ali Hasan G0107019 · Alat pengumpul data yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala optimisme, skala penerimaan diri, dan skala dukungan emosi. Teknik analisis data yang digunakan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

95

bergerak dari skor 1 (sangat sesuai), 2 (sesuai), 3 (tidak sesuai), 4

(sangat tidak sesuai). Semakin tinggi skor Skala Penerimaan Diri

yang diperoleh subjek menunjukkan semakin tinggi penerimaan diri

subjek, dan sebaliknya semakin rendah skor yang diperoleh subjek

menunjukkan semakin rendah penerimaan diri dari subjek tersebut.

Distribusi aitem Skala Penerimaan Diri dapat dilihat pada tabel 4.

3) Skala Dukungan Emosi

Dukungan emosi dalam penelitian ini diungkap

menggunakan Skala Dukungan Emosi berdasarkan aspek-aspek

dukungan emosi yang dikemukakan oleh Sarafino (1994), meliputi

aspek ungkapan empati, aspek kepedulian, aspek perhatian, aspek

kasih sayang, aspek kepercayaan, dan aspek perasaan ingin didengar.

Skala disusun sendiri oleh peneliti yang terdiri dari 24 aitem

favourable dan 24 aitem unfavourable.

Skala Dukungan Emosi ini merupakan skala model Likert,

terdiri atas pernyataan-pernyataan dengan menggunakan empat

pilihan jawaban, yaitu sangat sesuai (SS), sesuai (S), tidak sesuai

(TS), dan sangat tidak sesuai (STS). Penilaian aitem favourable

bergerak dari skor 4 (sangat sesuai), 3 (sesuai), 2 (tidak sesuai), 1

(sangat tidak sesuai), sedangkan penilaian aitem unfavourable

bergerak dari skor 1 (sangat sesuai), 2 (sesuai), 3 (tidak sesuai), 4

(sangat tidak sesuai). Semakin tinggi skor skala dukungan emosi

yang diperoleh subjek menunjukkan semakin tinggi dukungan emosi

Page 115: Ali Hasan G0107019 · Alat pengumpul data yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala optimisme, skala penerimaan diri, dan skala dukungan emosi. Teknik analisis data yang digunakan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

96

yang diterima subjek, dan sebaliknya semakin rendah skor yang

diperoleh subjek menunjukkan semakin rendah dukungan emosi

yang diterima subjek tersebut. Distribusi aitem Skala Dukungan

Emosi dapat dilihat pada tabel 5.

3. Pelaksanaan Uji Coba

Sebelum skala penelitian digunakan, terlebih dahulu dilakukan uji

coba untuk mengetahui indeks daya beda aitem-aitem dari tiap-tiap skala dan

reliabilitas skala tersebut. Uji coba dilaksanakan pada hari Jumat tanggal 21

September 2012 di Unit Gemolong dengan jumlah responden 22 dan hari

Jumat tanggal 28 September 2012 di unit PMI Karanganyar dengan jumlah

responden 19. Jumlah anggota PERSADIA dari kedua unit tersebut adalah

41. Dari 41 eksemplar yang dibagikan, semua terkumpul dan memenuhi

syarat untuk dilakukan skoring serta dianalisis validitas dan reliabilitasnya.

4. Analisis Validitas Aitem dan Reliabilitas Skala

Setelah dilakukan pemberian skor pada hasil pengisian skala,

selanjutnya dilakukan seleksi aitem skala psikologi untuk mendapatkan aitem

valid dari masing-masing skala yang akan dipergunakan dalam proses analisis

data. Data yang diperoleh kemudian ditabulasikan dan dianalisis untuk

mengetahui indeks daya beda aitem dan reliabilitas alat ukur.

Uji validitas internal dalam penelitian ini menggunakan teknik

Bivariate Pearson atau sering disebut sebagai korelasi Product Moment

Page 116: Ali Hasan G0107019 · Alat pengumpul data yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala optimisme, skala penerimaan diri, dan skala dukungan emosi. Teknik analisis data yang digunakan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

97

Pearson, yaitu dengan cara mengkorelasikan masing-masing skor aitem

dengan skor total. Pengujian validitas internal menggunakan uji dua ekor

dengan taraf signifikansi 0,05. Kriteria pengujian adalah sebagai berikut:

a. Jika r hitung r tabel (uji 2 ekor dengan signifikansi 0,05) maka aitem

tersebut berkorelasi signifikan terhadap skor total (dinyatakan valid).

b. Jika r hitung r tabel (uji 2 ekor dengan signifikansi 0,05) maka aitem

tersebut tidak berkorelasi signifikan terhadap skor total (dinyatakan tidak

valid).

Uji reliabilitas digunakan untuk mengetahui konsistensi alat ukur.

Reliabilitas dinyatakan oleh koefisien reliabilitas yang angkanya berada

dalam rentang dari 0 sampai dengan 1,00. Semakin tinggi koefisien

reliabilitas mendekati angka 1,00 berarti semakin tinggi reliabilitas.

Sebaliknya koefisien yang semakin rendah mendekati angka 0, berarti

semakin rendah reliabilitasnya (Azwar, 2010). Menurut Ghozali (2009), suatu

variabel dinyatakan reliabel jika mempunyai nilai Cronbach 0,60.

a. Skala Optimisme

Berdasarkan hasil analisis didapatkan nilai korelasi antara skor

aitem dengan skor total. Nilai ini kemudian dibandingkan dengan nilai r

tabel. Pada taraf signifikansi 0,05 dan N = 41 diperoleh nilai r tabel

sebesar 0,308. Hasil uji validitas Skala Optimisme dapat diketahui bahwa

dari 36 aitem, terdapat 5 aitem yang dinyatakan gugur, yaitu aitem 1, 9, 11,

17 dan 34. Adapun aitem yang dinyatakan valid sebanyak 31 aitem dengan

indeks daya beda berkisar antara 0,317 sampai dengan 0,820 yaitu aitem 2,

Page 117: Ali Hasan G0107019 · Alat pengumpul data yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala optimisme, skala penerimaan diri, dan skala dukungan emosi. Teknik analisis data yang digunakan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

98

3, 4, 5, 6, 7, 8, 10, 12, 13, 14, 15, 16, 18, 19, 20, 21, 22, 23, 24, 25, 26, 27,

28, 29, 30, 31, 32, 33, 35, dan 36. Rincian distribusi aitem valid dan gugur

Skala Optimisme dapat dilihat pada tabel 7. Indeks daya beda masing-

masing aitem Skala Optimisme terlampir.

Tabel 7. Distribusi Aitem Valid dan Gugur Skala Optimisme

No Aspek Indikator Nomor Aitem Jumlah Favourable unfavourable

valid gugur valid gugur valid gugur 1. Permanence a. Memandang

kejadian baik sebagai suatu yang permanen (menetap)

13, 25 1 10, 22 34 4 2

b. Memandang kejadian buruk sebagai suatu yang temporer (sementara)

7, 19, 31

- 4, 16, 28 - 6 -

2. Pervasiveness a. Memandang kejadian baik sebagai suatu yang universal (terjadi di semua bidang)

23, 35 11 2, 14, 26 - 5 1

b. Memandang kejadian buruk sebagai suatu yang spesifik (terjadi pada hanya satu bidang )

5, 29 17 8, 20, 32 - 5 1

3. Personalization a. Memandang kejadian baik terjadi akibat usahanya (faktor internal)

3, 15, 27

- 12, 24, 36

- 6 -

b. Memandang kejadian buruk bersumber dari luar dirinya (eksternal)

21, 33 9 6, 18, 30 - 5 1

Jumlah 14 4 17 1 31 5 Prosentase 38,89% 11,11% 47,22% 2,78% 86,11% 13,89%

Hasil uji reliabilitas Skala Optimisme menunjukkan koefisien

reliabilitas sebesar 0,910. Hal ini berarti bahwa koefisien reliabilitas Skala

Page 118: Ali Hasan G0107019 · Alat pengumpul data yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala optimisme, skala penerimaan diri, dan skala dukungan emosi. Teknik analisis data yang digunakan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

99

Optimisme termasuk dalam kategori tinggi, sehingga Skala Optimisme

dianggap cukup handal untuk digunakan sebagai alat ukur suatu penelitian.

Penghitungan dan perincian selengkapnya dapat dilihat pada lampiran.

b. Skala Penerimaan Diri

Berdasarkan hasil analisis didapatkan nilai korelasi antara skor

aitem dengan skor total. Nilai ini kemudian dibandingkan dengan nilai r

tabel. Pada taraf signifikansi 0,05 dan N = 41 diperoleh nilai r tabel

sebesar 0,308. Hasil uji validitas Skala Penerimaan Diri dapat diketahui

bahwa dari 36 aitem, terdapat 7 aitem yang dinyatakan gugur, yaitu aitem

9, 11, 12, 17, 20, 21, dan 24. Adapun aitem yang dinyatakan valid

sebanyak 29 aitem dengan indeks daya beda berkisar antara 0,320 sampai

dengan 0,700 yaitu aitem 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 10, 13, 14, 15, 16, 18, 19, 22,

23, 25, 26, 27, 28, 29, 30, 31, 32, 33, 34, 35, dan 36. Rincian distribusi

aitem valid dan gugur Skala Penerimaan Diri dapat dilihat pada tabel 8.

Indeks daya beda masing-masing aitem Skala Penerimaan Diri terlampir.

Page 119: Ali Hasan G0107019 · Alat pengumpul data yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala optimisme, skala penerimaan diri, dan skala dukungan emosi. Teknik analisis data yang digunakan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

100

Tabel 8. Distribusi Aitem Valid dan Gugur Skala Penerimaan Diri

No Aspek Indikator Nomor Aitem Jumlah

Favourable unfavourable Valid gugur valid gugur valid gugur

1. Pembukaan diri

a. Persepsi mengenai diri dan sikap terhadap penampilan

16, 32 - 7, 26 - 4 -

b. Kemampuan pengungkapan pikiran dan perasaan

1 20 13, 30 - 3 1

c. Tidak menutup diri dari orang lain

10 24 4, 28 - 3 1

2. Penerimaan terhadap orang lain

a. Sikap terhadap kelemahan dan kekuatan diri sendiri dan orang lain

18, 33 - 27 - 3 -

b. Perasaan inferioritas sebagai gejala penolakan diri

8 - 22, 35 - 3 -

c. Penerimaan diri dan penerimaan orang lain

14 - 2, 25 - 3 -

d. Sikap terhadap penerimaan diri

5 21 - 11 1 2

3. Kesehatan psikologis

a. Respon atas penolakan dan kritikan

3 - 19, 34 - 3 -

b. Keseimbangan antara real-self dan ideal-self

29 17 23 - 2 1

c. Penerimaan diri, menuruti kehendak dan menonjolkan diri

36 - - 9 1 1

d. Penerimaan diri, spontanitas, menikmati hidup

31 - 15 - 2 -

e. Aspek moral penerimaan diri

- 12 6 - 1 1

Jumlah 13 5 16 2 29 7 prosentase 36,11% 13,89% 44,44% 5,56% 80,56% 19,44%

Hasil uji reliabilitas Skala Penerimaan Diri menunjukkan koefisien

reliabilitas sebesar 0,864. Hal ini berarti bahwa koefisien reliabilitas Skala

Page 120: Ali Hasan G0107019 · Alat pengumpul data yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala optimisme, skala penerimaan diri, dan skala dukungan emosi. Teknik analisis data yang digunakan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

101

Penerimaan Diri termasuk dalam kategori tinggi, sehingga Skala

Penerimaan Diri dianggap cukup handal untuk digunakan sebagai alat ukur

suatu penelitian. Penghitungan dan perincian selengkapnya dapat dilihat

pada lampiran.

c. Skala Dukungan Emosi

Berdasarkan hasil analisis didapatkan nilai korelasi antara skor

aitem dengan skor total. Nilai ini kemudian dibandingkan dengan nilai r

tabel. Pada taraf signifikansi 0,05 dan N = 41 diperoleh nilai r tabel

sebesar 0,308. Hasil uji validitas Skala Dukungan Emosi dapat diketahui

bahwa dari 48 aitem, terdapat 5 aitem yang dinyatakan gugur, yaitu aitem

2, 6, 24, 39, dan 43 . Adapun aitem yang dinyatakan valid sebanyak 43

aitem dengan indeks daya beda berkisar antara 0,352 sampai dengan 0,841

yaitu aitem 1, 3, 4, 5, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 16, 17, 18, 19,20, 21,

22, 23, 25, 26, 27, 28, 29, 30, 31, 32, 33, 34, 35, 36, 37, 38, 40, 41, 42, 44,

45, 46, 47, dan 48. Rincian distribusi aitem valid dan gugur Skala

Dukungan Emosi dapat dilihat pada tabel 9. Indeks daya beda masing-

masing aitem Skala Dukungan Emosi terlampir.

Page 121: Ali Hasan G0107019 · Alat pengumpul data yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala optimisme, skala penerimaan diri, dan skala dukungan emosi. Teknik analisis data yang digunakan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

102

Tabel 9. Distribusi Aitem Valid dan Gugur Skala Dukungan Emosi

No Aspek Indikator Nomor Aitem Jumlah Favourable Unfavourable

Valid Gugur valid Gugur valid gugur 1. Ungkapan

empati a. Memahami keadaan

orang lain 1,31 - 13 43 3 1

b. Mengalami hal yang sama

19,37 - 7,25 - 4 -

2. Kepedulian a. Perasaan ingin membantu meringankan beban permasalahan

14,44 - 32 2 3 1

b. Membantu mengatasi kesusahan

8,26 - 20,38 - 4 -

3. Perhatian a. Menanyakan kondisi yang sedang dialami

3,33 - 15,45 - 4 -

b. Memperhatikan kegiatan yang dilakukan

21 39 9,27 - 3 1

4. Kasih sayang a. Kehangatan dan keakraban

16,46 - 4,34 - 4 -

b. Melayani dengan tulus

10,28 - 22,40 - 4 -

5. Kepercayaan a. Kepercayaan untuk dapat mengatasi permasalahan

5,35 - 17,47 - 4 -

b. Motivasi untuk dapat menghadapi masalah

23,41 - 11,29 - 4 -

6. Perasaan ingin di dengar

a. Kebutuhan akan kehadiran orang lain

18,48 - 36 6 3 1

b. Kebutuhan akan teman berbagi

12,30 - 42 24 3 1

Jumlah 23 1 20 4 43 5 Prosentase 47,92% 2,08% 41,67% 8,33% 89,58% 10,42%

Hasil uji reliabilitas Skala Dukungan Emosi menunjukkan

koefisien reliabilitas sebesar 0,955. Hal ini berarti bahwa koefisien

reliabilitas Skala Dukungan Emosi termasuk dalam kategori tinggi,

sehingga Skala Dukungan Emosi dianggap cukup handal untuk digunakan

sebagai alat ukur suatu penelitian. Penghitungan dan perincian

selengkapnya dapat dilihat pada lampiran.

Page 122: Ali Hasan G0107019 · Alat pengumpul data yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala optimisme, skala penerimaan diri, dan skala dukungan emosi. Teknik analisis data yang digunakan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

103

5. Penyusunan Alat Ukur untuk Penelitian

Setelah melakukan uji validitas dan reliabilitas, langkah selanjutnya

butir-butir aitem yang valid dipergunakan untuk mengambil data yang

sesungguhnya, sedangkan butir-butir yang gugur tidak diikutsertakan dalam

pengambilan data yang sesungguhnya.

Tabel 10. Distribusi Aitem Skala Optimisme untuk Penelitian

No. Aspek Indikator Nomor Aitem

Jumlah Favourable Unfavourable

1. Permanence c. Memandang kejadian baik sebagai suatu yang permanen (menetap)

13, 25 (1) 10, 22 4

d. Memandang kejadian buruk sebagai suatu yang temporer (sementara)

7, 19, 31 (25) 4, 16, 28 (29) 6

2. Pervasiveness c. Memandang kejadian baik sebagai suatu yang universal (terjadi di semua bidang)

23, 35 (11) 2, 14, 26 5

d. Memandang kejadian buruk sebagai suatu yang spesifik (terjadi pada hanya satu bidang )

5, 29 (17) 8, 20, 32 (30) 5

3. Personalization c. Memandang kejadian baik terjadi akibat usahanya (faktor internal)

3, 15, 27 12, 24, 36 (31) 6

d. Memandang kejadian buruk bersumber dari luar dirinya (eksternal)

21, 33 (9) 6, 18, 30 (28) 5

Jumlah 14 17 31 Prosentase 45,16% 54,84% 100%

Keterangan:

Nomor aitem dalam tanda kurung (...) dan dicetak tebal adalah nomor baru untuk

aitem valid Skala Optimisme.

Page 123: Ali Hasan G0107019 · Alat pengumpul data yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala optimisme, skala penerimaan diri, dan skala dukungan emosi. Teknik analisis data yang digunakan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

104

Tabel 11. Distribusi Aitem Skala Penerimaan Diri untuk Penelitian

No. Aspek Indikator Nomor Aitem

Jumlah Favourable Unfavourable

1. Pembukaan diri d. Persepsi mengenai diri dan sikap terhadap penampilan

16 (8), 32 (22)

7 (1), 26 (27) 4

e. Kemampuan pengungkapan pikiran dan perasaan

1 (16) 13 (9), 30 (23) 3

f. Tidak menutup diri dari orang lain

10 (2) 4 (17), 28 3

2. Penerimaan terhadap orang lain

e. Sikap terhadap kelemahan dan kekuatan diri sendiri dan orang lain

18 (10), 33 (24)

27 (3) 3

f. Perasaan inferioritas sebagai gejala penolakan diri

8 (18) 22 (11), 35 (25) 3

g. Penerimaan diri dan penerimaan orang lain

14 (4) 2 (19), 25 (29) 3

h. Sikap terhadap penerimaan diri

5 (12) - 1

3. Kesehatan psikologis

f. Respon atas penolakan dan kritikan

3 (20) 19 (5), 34 (13) 3

g. Keseimbangan antara real-self dan ideal-self

29 (26) 23 (21) 2

h. Penerimaan diri, menuruti kehendak dan menonjolkan diri

36 (6) - 1

i. Penerimaan diri, spontanitas, menikmati hidup

31 (14) 15 (7) 2

j. Aspek moral penerimaan diri

- 6 (15) 1

Jumlah 13 16 29 Prosentase 44,83% 55,17% 100%

Keterangan:

Nomor aitem dalam tanda kurung (...) dan dicetak tebal adalah nomor baru untuk

aitem valid Skala Penerimaan Diri.

Page 124: Ali Hasan G0107019 · Alat pengumpul data yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala optimisme, skala penerimaan diri, dan skala dukungan emosi. Teknik analisis data yang digunakan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

105

Tabel 12. Distribusi Aitem Skala Dukungan Emosi untuk Penelitian

No. Aspek Indikator Nomor Aitem

Jumlah Favourable Unfavourable

1. Ungkapan empati

c. Memahami keadaan orang lain

1,31 13 3

d. Mengalami hal yang sama

19,37 (38) 7,25 4

2. Kepedulian c. Perasaan ingin membantu meringankan beban permasalahan

14,44 (41) 32 (2) 3

d. Membantu mengatasi kesusahan

8,26 20,38 (32) 4

3. Perhatian c. Menanyakan kondisi yang sedang dialami

3,33 (43) 15,45 (36) 4

d. Memperhatikan kegiatan yang dilakukan

21 9,27 3

4. Kasih sayang c. Kehangatan dan keakraban

16,46 (33) 4,34 (39) 4

d. Melayani dengan tulus 10,28 22,40 (42) 4

5. Kepercayaan c. Kepercayaan untuk dapat mengatasi permasalahan

5,35 (37) 17,47 (34) 4

d. Motivasi untuk dapat menghadapi masalah

23,41 (40) 11,29 4

6. Perasaan ingin di dengar

c. Kebutuhan akan kehadiran orang lain

18,48 (35) 36 (6) 3

d. Kebutuhan akan teman berbagi

12,30 42 (24) 3

Jumlah 23 20 43 Prosentase 50% 50% 100%

Keterangan:

Nomor aitem dalam tanda kurung (...) dan dicetak tebal adalah nomor baru untuk

aitem valid Skala Dukungan Emosi.

Page 125: Ali Hasan G0107019 · Alat pengumpul data yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala optimisme, skala penerimaan diri, dan skala dukungan emosi. Teknik analisis data yang digunakan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

106

B. Pelaksanaan Penelitian

1. Penentuan Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah penderita diabetes mellitus anggota

aktif PERSADIA cabang surakarta sebanyak 4 unit, yaitu unit RSUD Dr.

Moewardi Surakarta, unit RSI Klaten, unit Perumnas Palur dan unit Ngeringo

Indah. Teknik pengambilan sampel penelitian dilakukan secara random

dengan teknik cluster random sampling, yaitu dengan melakukan randomisasi

terhadap unit, bukan terhadap subjek secara individual, kemudian cara

pemilihannya dengan menggunakan undian.

Jumlah anggota dari keempat unit tersebut adalah 87 anggota sedangkan

jumlah anggota yang hadir untuk mengikuti penelitian adalah 87 anggota,

dengan perincian sebagai berikut:

Tabel 13. Tabel Jumlah Responden untuk Penelitian

Unit Jumlah Responden RSUD Dr. Moewardi Surakarta 32 RSI Klaten 28 Perumnas Palur 18 Ngeringo Indah 9 Jumlah 87

2. Pengumpulan Data

Pengumpulan data penelitian dilakukan pada tanggal 9 Oktober 2012 di Unit

Perumnas Palur, 13 Oktober 2012 di Unit RSI Klaten, 14 Oktober 2012 di

Unit RSUD Dr. Moewardi Surakarta, dan 18 Oktober 2012 di Unit Ngeringo

Indah dengan menggunakan alat ukur berupa Skala Optimisme yang terdiri

dari 31 aitem, Skala Penerimaan Diri yang terdiri dari 29 aitem dan Skala

Page 126: Ali Hasan G0107019 · Alat pengumpul data yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala optimisme, skala penerimaan diri, dan skala dukungan emosi. Teknik analisis data yang digunakan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

107

Dukungan Emosi yang terdiri dari 43 aitem. Pembagian dan pengisian skala

dilakukan secara klasikal setelah para anggota selesai melakukan kegiatan

senam dan penyuluhan.

Dari 87 eksemplar skala yang disebar terkumpul 87 eksemplar skala,

selanjutnya dilakukan pemeriksaan kelengkapan data terhadap masing-masing

87 eksemplar skala tersebut. Dari pemeriksaan tersebut didapatkan semua

skala yang berjumlah 87 eksemplar yang layak untuk dilakukan skoring.

3. Pelaksanaan skoring

Setelah data terkumpul, maka langkah selanjutnya adalah memberikan

skor untuk keperluan analisis data. Skor Skala Optimisme, Skala Penerimaan

Diri, dan Skala Dukungan Emosi bergerak dari 1-4 dengan memperhatikan

sifat aitem favourable dan unfavourable. Skor dari aitem favourable adalah 4

untuk pilihan jawaban sangat sesuai (SS), 3 untuk pilihan jawaban sesuai (S),

2 untuk tidak sesuai (TS), dan 1 untuk sangat tidak sesuai (STS). Sedangkan

skor aitem unfavourable adalah 1 untuk pilihan jawaban sangat sesuai (SS), 2

untuk sesuai (S), 3 untuk jawaban tidak sesuai (TS), dan 4 untuk jawaban

sangat tidak sesuai (STS). Kemudian skor yang diperoleh dari subjek

penelitian dijumlahkan untuk masing-masing skala. Total skor skala yang

diperoleh dari subjek penelitian ini dipakai dalam analisis data.

Page 127: Ali Hasan G0107019 · Alat pengumpul data yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala optimisme, skala penerimaan diri, dan skala dukungan emosi. Teknik analisis data yang digunakan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

108

C. Hasil Analisis Data dan Interpretasi

Penghitungan analisis data dilakukan setelah uji asumsi dasar, yang

meliputi uji normalitas dan uji linearitas, serta uji asumsi klasik, yang meliputi uji

multikolinearitas, uji heteroskedastisitas, dan uji autokorelasi. Penghitungan

analisis data dalam penelitian ini dilakukan dengan bantuan komputer program

Statistical Product and Service Solution (SPSS) versi 16.00 for windows.

1. Uji Asumsi Dasar

a. Uji Normalitas

Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah populasi data

berdistribusi normal atau tidak. Jika analisis menggunakan metode

parametrik, maka persyaratan normalitas harus terpenuhi, yaitu data

berasal dari distribusi yang normal (Priyatno, 2008). Uji normalitas dalam

penelitian ini menggunakan uji One Sample Kolmogorov-Smirnov dengan

taraf signifikansi 0,05. Data dinyatakan berdistribusi normal jika nilai

signifikansi lebih besar 5% atau 0,05.

Tabel 14. Hasil Uji Normalitas

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic Df Sig. Statistic df Sig.

Optimisme .079 87 .200* .981 87 .218

Penerimaan Diri .085 87 .170 .982 87 .280

Dukungan Emosi .091 87 .073 .973 87 .066

a. Lilliefors Significance Correction *. This is a lower bound of the true significance.

Berdasarkan hasil di atas, dapat dilihat pada kolom Kolmogorov-

Smirnov dan dapat diketahui bahwa nilai signifikansi optimisme sebesar

Page 128: Ali Hasan G0107019 · Alat pengumpul data yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala optimisme, skala penerimaan diri, dan skala dukungan emosi. Teknik analisis data yang digunakan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

109

0,200 0,05 ; nilai signifikansi penerimaan diri sebesar 0,170 0,05 ;

serta nilai signifikansi dukungan emosi sebesar 0,073 0,05. Karena nilai

signifikansi untuk seluruh variabel lebih besar dari 0,05 maka dapat

disimpulkan bahwa data pada variabel optimisme, penerimaan diri, dan

dukungan emosi berdistribusi normal.

b. Uji Linearitas

Uji linearitas bertujuan untuk mengetahui apakah dua variabel

mempunyai hubungan yang linear atau tidak secara signifikan. Pengujian

ini perlu dilakukan agar hasil analisis yang diperoleh dapat

dipertanggungjawabkan dalam pengambilan beberapa kesimpulan

penelitian yang diperlukan (Sudarmanto, 2005). Pengujian pada program

Statistical Product and Service Solution (SPSS) versi 16 menggunakan

Test for Linearity dengan taraf signifikansi 0,05. Dua variabel dikatakan

mempunyai hubungan yang linear bila nilai signifikansi (Linearity) kurang

dari 0,05 (Priyatno, 2008).

Tabel 15. Hasil Uji Linearitas antara Optimisme dengan Penerimaan Diri

ANOVA Table

Sum of Squares Df

Mean Square F Sig.

Optimisme * Penerimaan Diri

Between Groups

(Combined) 4310.895 34 126.791 5.031 .000

Linearity 3274.149 1 3274.149 129.916 .000

Deviation from Linearity

1036.746 33 31.417 1.247 .234

Within Groups 1310.507 52 25.202

Total 5621.402 86

Page 129: Ali Hasan G0107019 · Alat pengumpul data yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala optimisme, skala penerimaan diri, dan skala dukungan emosi. Teknik analisis data yang digunakan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

110

Tabel 16. Hasil Uji Linearitas antara Optimisme dengan Dukungan Emosi

ANOVA Table

Sum of Squares Df

Mean Square F Sig.

Optimisme * Dukungan Emosi

Between Groups

(Combined) 3242.719 34 95.374 2.085 .008

Linearity 1974.004 1 1974.004 43.153 .000

Deviation from Linearity

1268.715 33 38.446 .840 .699

Within Groups 2378.683 52 45.744

Total 5621.402 86

Tabel tersebut menunjukkan bahwa hubungan antara penerimaan

diri dengan optimisme menghasilkan nilai signifikansi pada Linearity

sebesar 0,000. Karena nilai signifikansi yang dihasilkan kurang dari 0,05

maka dapat disimpulkan bahwa antara variabel penerimaan diri dengan

optimisme terdapat hubungan yang linear. Selain itu, diantara dukungan

emosi dengan optimisme juga menghasilkan nilai signifikansi pada

Linearity sebesar 0,008. Karena nilai signifikansi yang dihasilkan kurang

dari 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa antara dukungan emosi dengan

optimisme terdapat hubungan yang linear.

2. Uji Asumsi Klasik

a. Uji Multikolinearitas

Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji ada tidaknya korelasi

antar variabel bebas (independen). Prasyarat yang harus terpenuhi dalam

model regresi adalah tidak adanya multikolinearitas. Pada pembahasan ini

uji multikolinearitas dilakukan dengan melihat nilai Variance inflation

Page 130: Ali Hasan G0107019 · Alat pengumpul data yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala optimisme, skala penerimaan diri, dan skala dukungan emosi. Teknik analisis data yang digunakan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

111

factor (VIF) pada model regresi. Pada umumnya, apabila nilai VIF lebih

besar dari 5, maka suatu variabel bebas mempunyai persoalan

multikolinearitas dengan variabel bebas yang lain (Priyatno, 2008).

Tabel 17. Hasil Uji Multikolinearitas

Coefficientsa

Model Unstandardized

Coefficients Standardized Coefficients t Sig.

Collinearity Statistics

B Std. Error Beta Tolerance VIF

1 (Constant) 34.096 5.906 5.773 .000

Penerimaan Diri

.456 .061 .639 7.437 .000 .631 1.585

Dukungan Emosi .143 .060 .204 2.378 .020 .631 1.585

Dependent Variable: Optimisme

Berdasarkan hasil penghitungan di atas, dapat diketahui bahwa

nilai variance inflation factor (VIF) kedua variabel bebas, yaitu variabel

penerimaan diri dan dukungan emosi adalah 1,585. Hal tersebut

menunjukkan bahwa antarvariabel independen tidak terdapat persoalan

multikolinearitas, karena nilai VIF yang didapat kurang dari 5.

b. Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam

model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu

pengamatan ke pengamatan lain. Prasyarat yang harus terpenuhi dalam

model regresi adalah tidak adanya gejala heteroskedastisitas. Metode

pengujian untuk uji heteroskedastisitas pada penelitian ini menggunakan

uji Park dan melihat titik-titik pada pola scatterplots. Priyatno (2008)

menjelaskan bahwa Uji Park yaitu meregresikan nilai residual (Lnei2)

Page 131: Ali Hasan G0107019 · Alat pengumpul data yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala optimisme, skala penerimaan diri, dan skala dukungan emosi. Teknik analisis data yang digunakan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

112

dengan masing-masing variabel independen (LnX1 dan LnX2). Kriteria

pengujian adalah sebagai berikut:

1. Ho : tidak ada gejala heteroskedastisitas

2. Ha : ada gejala heteroskedastisitas

3. Ho diterima apabila t tabel t hitung t tabel yang berarti tidak

terdapat heteroskedastisitas dan Ho ditolak apabila t hitung t tabel

atau t hitung < t tabel, yang berarti terdapat heteroskedastisitas.

Metode pengambilan keputusan pada uji heterokedastisitas dengan

melihat scatterplots yaitu jika titik-titik menyebar dengan pola yang tidak

jelas di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y maka dapat disimpulkan

bahwa tidak terjadi masalah heterokedastisitas pada model regresi

(Priyatno, 2010).

Tabel 18.

Hasil Uji Heteroskedastisitas antara Optimisme dengan Penerimaan Diri Coefficientsa

Model Unstandardized

Coefficients Standardized Coefficients t Sig.

B Std. Error Beta

1 (Constant) .403 9.020 .045 .964

lnx1 .265 2.058 .014 .129 .898

a. Dependent Variable: lnei2

Page 132: Ali Hasan G0107019 · Alat pengumpul data yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala optimisme, skala penerimaan diri, dan skala dukungan emosi. Teknik analisis data yang digunakan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

113

Tabel 19. Hasil Uji Heteroskedastisitas antara Optimisme dengan Dukungan Emosi

Coefficientsa

Model Unstandardized

Coefficients Standardized Coefficients t Sig.

B Std. Error Beta

1 (Constant) 12.565 14.812 .848 .399

lnx2 -2.288 3.080 -.080 -.743 .460

a. Dependent Variable: lnei2

Hasil penghitungan di atas menunjukkan bahwa nilai t hitung

adalah 0,129 dan -0,743. Nilai t tabel dapat dicari dengan df = n 2 atau df

= 87 2 = 85 pada pengujian dua ekor (signifikansi 0,025), didapat nilai

tabel sebesar 1,98827. Karena t hitung (0,129 dan -0,743) berada pada t

tabel t hitung t tabel, sehingga -1,98827 0,129 dan -0,743

1,98827 maka Ho diterima, artinya pengujian antara Lnei2 dengan LnX1

dan Lnei2 dengan LnX2 tidak ada gejala heteroskedastisitas. Perhitungan

Page 133: Ali Hasan G0107019 · Alat pengumpul data yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala optimisme, skala penerimaan diri, dan skala dukungan emosi. Teknik analisis data yang digunakan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

114

ini didukung dengan hasil uji heterokedastisitas dengan menggunakan

scatterplot yang menunjukkan bahwa titik-titik menyebar tidak jelas.

c. Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya

penyimpangan asumsi klasik autokorelasi, yaitu korelasi yang terjadi

antara residual pada satu pengamatan dengan pengamatan lain pada model

regresi. Prasyarat yang harus terpenuhi adalah tidak adanya autokorelasi

dalam model regresi (Priyatno, 2008). Pengujian autokorelasi dalam

penelitian ini menggunakan uji DW (Durbin-Watson). Secara umum,

panduan mengenai angka Durbin-Watson (D-W) untuk mendeteksi

autokorelasi dapat diambil patokan sebagai berikut (Santoso, 2000).

1) Angka D-W di bawah -2 berarti terdapat autokorelasi positif

2) Angka D-W di antara -2 sampai +2 berarti tidak terdapat autokorelasi

3) Angka D-W di atas +2 berarti terdapat autokorelasi negatif.

Tabel 20.

Hasil Uji Autokorelasi Model Summaryb

Model R R Square Adjusted R

Square Std. Error of the Estimate Durbin-Watson

1 .780a .609 .599 5.117 1.962 a. Predictors: (Constant), Dukungan Emosi, Penerimaan Diri b. Dependent Variable: Optimisme

Page 134: Ali Hasan G0107019 · Alat pengumpul data yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala optimisme, skala penerimaan diri, dan skala dukungan emosi. Teknik analisis data yang digunakan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

115

Gambar 2. Pengujian Autokorelasi

Hasil penghitungan menunjukkan bahwa nilai DW sebesar 1,962.

Hasil tersebut menjelaskan bahwa tidak terdapat masalah autokorelasi

dalam penelitian ini, karena nilai D-W sebesar 1,962 berada di antara -2

sampai +2. Berdasarkan penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa

tidak ditemukan masalah autokorelasi pada model regresi dalam penelitian

ini.

3. Uji Hipotesis

a. Uji Simultan F

Pengujian hipotesis dengan F test bertujuan untuk mengetahui

hubungan antara variabel independen terhadap variabel dependen secara

simultan (bersama-sama). Hasil F-test menunjukkan variabel independen

secara bersama-sama berpengaruh secara signifikan terhadap variabel

dependen jika nilai p-value (pada kolom Sig.) lebih kecil dari level of

significant yang ditentukan, yaitu taraf signifikansi 0,05 atau nilai F hitung

(pada kolom F) lebih besar dari nilai F tabel. Signifikan berarti hubungan

1,962 (Hasil Uji D-W)

Positive autocorrelation

No autocorrelation Negative autocorrelation

-2 -1 0 +1 +2

Page 135: Ali Hasan G0107019 · Alat pengumpul data yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala optimisme, skala penerimaan diri, dan skala dukungan emosi. Teknik analisis data yang digunakan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

116

yang terjadi dapat berlaku untuk populasi, atau dengan kata lain dapat

digeneralisasikan (Priyatno, 2008). Hasil F-test dari output program

Statistical Product and Service Solution (SPSS) versi 16 dapat dilihat pada

tabel Anova.

Nilai koefisien korelasi ganda (R) pada Model Summary digunakan

untuk mengetahui hubungan antara dua variabel independen terhadap

variabel dependen secara serentak. Koefisien ini menunjukkan seberapa

besar hubungan yang terjadi antara variabel independen (X1 dan X2)

secara serentak terhadap variabel dependen (Y). Nilai R berkisar antara 0

sampai dengan 1. Apabila nilai R semakin mendekati 1 berarti hubungan

yang terjadi semakin kuat, sebaliknya apabila nilai r semakin mendekati 0

maka hubungan yang terjadi semakin lemah (Priyatno, 2008).

Pedoman untuk memberikan interpretasi koefisien korelasi ganda,

adalah sebagai berikut:

Tabel 21. Pedoman Interpretasi Koefisien Korelasi Ganda (R) No. Interval Nilai R Interpretasi 1. 0,000 0,199 Sangat Rendah 2. 0,200 0,399 Rendah 3. 0,400 0,599 Sedang 4. 0,600 0,799 Kuat 5. 0,800 1,000 Sangat Kuat

Pada Model Summary juga ditunjukkan nilai koefisien determinasi

(R2) untuk mengetahui persentase sumbangan pengaruh variabel

independen (X1 dan X2) secara serentak terhadap variabel dependen (Y).

Apabila nilai R2 sama dengan 0, maka tidak ada sedikitpun persentase

sumbangan pengaruh yang diberikan variabel independen terhadap

Page 136: Ali Hasan G0107019 · Alat pengumpul data yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala optimisme, skala penerimaan diri, dan skala dukungan emosi. Teknik analisis data yang digunakan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

117

variabel dependen, sebaliknya apabila nilai R2 sama dengan 1, maka

persentase sumbangan pengaruh yang diberikan variabel independen

terhadap variabel dependen adalah sempurna.

Tabel 22. Hasil Uji-F

ANOVAb

Model Sum of Squares

Df Mean Square F Sig.

1 Regression 3422.144 2 1711.072 65.354 .000a

Residual 2199.259 84 26.182

Total 5621.402 86

a. Predictors: (Constant), Dukungan Emosi, Penerimaan Diri b. Dependent Variable: Optimisme

Tabel 23.

Hasil Analisis Regresi Linear Berganda Model Summaryb

Model R R Square Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

1 .780a .609 .599 5.117

a. Predictors: (Constant), Dukungan Emosi, Penerimaan Diri b. Dependent Variable: Optimisme

Berdasarkan hasil penghitungan di atas, didapatkan nilai p-value

(pada kolom Sig.) sebesar 0,000 dari nilai taraf signifikansi 0,05

sedangkan nilai F hitung sebesar 65.354 dari nilai F tabel sebesar 3,10.

Hal ini berarti bahwa hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini dapat

diterima, yaitu terdapat hubungan yang signifikan antara penerimaan diri

dan dukungan emosi dengan optimisme.

Nilai koefisien korelasi ganda (R) yang dihasilkan sebesar 0,780

menunjukkan bahwa terjadi hubungan yang kuat antara penerimaan diri

dan dukungan emosi dengan optimisme. Hasil penghitungan tersebut juga

Page 137: Ali Hasan G0107019 · Alat pengumpul data yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala optimisme, skala penerimaan diri, dan skala dukungan emosi. Teknik analisis data yang digunakan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

118

menunjukkan nilai koefisien determinasi (R2). Nilai ini digunakan untuk

mengetahui persentase sumbangan pengaruh variabel independen (X1 dan

X2) secara serentak terhadap variabel dependen (Y). Nilai R2 (R Square)

sebesar 0,609 atau 60,9%, yang berarti bahwa persentase sumbangan

pengaruh variabel independen yakni penerimaan diri dan dukungan emosi

terhadap variabel dependen yakni optimisme sebesar 60,9%. Sisanya

sebesar 39,1% dipengaruhi atau dijelaskan oleh variabel lain yang tidak

termasuk dalam penelitian ini.

b. Uji Korelasi Parsial

Uji korelasi parsial dilakukan untuk mengetahui hubungan antara

dua variabel di mana variabel lain yang dianggap berpengaruh

dikendalikan atau dibuat tetap (Priyatno, 2008). Nilai korelasi (r) berkisar

antara 1 sampai -1, nilai semakin mendekati 1 atau -1 berarti hubungan

antara dua variabel semakin kuat. Sebaliknya nilai mendekati 0 berarti

hubungan antara dua variabel semakin lemah.

Pedoman untuk memberikan interpretasi koefisien korelasi, adalah

sebagai berikut:

Tabel 24. Pedoman Interpretasi Koefisien Korelasi (r)

No. Interval Koefisien Korelasi (r)

Interpretasi

1. 0,000 0,199 Sangat Rendah 2. 0,200 0,399 Rendah 3. 0,400 0,599 Sedang 4. 0,600 0,799 Kuat 5. 0,800 1,000 Sangat Kuat

Page 138: Ali Hasan G0107019 · Alat pengumpul data yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala optimisme, skala penerimaan diri, dan skala dukungan emosi. Teknik analisis data yang digunakan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

119

Tabel 25. Korelasi Parsial Penerimaan Diri dengan Optimisme

Correlations

Control Variables Optimisme Penerimaan Diri

Dukungan Emosi

Optimisme Correlation 1.000 .630

Significance (2-tailed) . .000

df 0 84

Penerimaan Diri Correlation 630 1.000

Significance (2-tailed) .000 .

df 84 0

Tabel 26.

Korelasi Parsial Dukungan Emosi dengan Optimisme Correlations

Control Variables Optimisme Dukungan Emosi

Penerimaan Diri

Optimisme Correlation 1.000 .251

Significance (2-tailed) . .020

df 0 84

Dukungan Emosi Correlation .251 1.000

Significance (2-tailed) .020 .

df 84 0

Berdasarkan penghitungan didapatkan hasil sebagai berikut:

a. Nilai korelasi parsial antara penerimaan diri dengan optimisme (rx1y)

dimana variabel dukungan emosi dikendalikan adalah sebesar 0,630

menunjukkan hubungan yang kuat antara antara penerimaan diri dengan

optimisme. Arah hubungan yang terjadi adalah positif, karena nilai r

positif, artinya semakin tinggi penerimaan diri maka akan semakin

tinggi optimisme.

b. Nilai korelasi parsial antara dukungan emosi dengan optimisme (rx2y)

dimana variabel penerimaan diri dikendalikan adalah sebesar 0,251

Page 139: Ali Hasan G0107019 · Alat pengumpul data yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala optimisme, skala penerimaan diri, dan skala dukungan emosi. Teknik analisis data yang digunakan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

120

menunjukkan hubungan yang rendah antara dukungan emosi dengan

optimisme. Arah hubungan yang terjadi adalah positif, karena nilai r

positif, artinya semakin tinggi dukungan emosi maka akan semakin

tinggi optimisme.

4. Sumbangan Relatif dan Sumbangan Efektif

Sumbangan relatif dan sumbangan efektif memberikan informasi

tentang besarnya sumbangan pengaruh masing-masing variabel independen

atau prediktor terhadap variabel dependen dalam model regresi. Perbedaan

antara sumbangan relatif dengan sumbangan efektif yaitu sumbangan relatif

menunjukkan ukuran besarnya sumbangan suatu variabel independen

terhadap jumlah kuadrat regresi, sedangkan sumbangan efektif menunjukkan

besarnya sumbangan suatu variabel independen terhadap keseluruhan

efektifitas garis regresi yang digunakan sebagai dasar prediksi. Hasil

penghitungan menunjukkan:

a. Sumbangan relatif penerimaan diri terhadap optimisme sebesar 80,114%

dan sumbangan relatif dukungan emosi terhadap optimisme sebesar

19,886%.

b. Sumbangan efektif penerimaan diri terhadap optimisme sebesar 48,771%

dan sumbangan efektif dukungan emosi terhadap optimisme sebesar

12,106%. Total sumbangan efektif penerimaan diri dan dukungan emosi

terhadap optimisme ditunjukkan oleh nilai koefisien determinasi (R2)

sebesar 0,609 atau 60,9%.

Page 140: Ali Hasan G0107019 · Alat pengumpul data yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala optimisme, skala penerimaan diri, dan skala dukungan emosi. Teknik analisis data yang digunakan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

121

Penghitungan dan perincian selengkapnya dapat dilihat pada lampiran.

5. Analisis Deskriptif

Analisis deskriptif dimaksudkan untuk memberikan gambaran umum

mengenai kondisi penerimaan diri, dukungan emosi, dan optimisme pada

subjek yang diteliti.

Tabel 27. Deskripsi Data Penelitian

Skala Jml Sbjk

Data Hipotetik

M SD

Data Empirik

M SD Skor Min

Skor Maks

Skor Min

Skor Maks

Op 87 31 124 77,5 15,5 69 112 88.44 8.085

P D 87 29 116 72,5 14,5 57 108 88.70 11.332

D E 87 43 172 107,5 21,5 98 165 123.01 11.578

Keterangan: Jml Sbjk : Jumlah Subjek Min : Minimal Maks : Maksimal M : Rerata SD : Standar Deviasi

Berdasarkan tabel statistik, kemudian dilakukan kategorisasi subjek

secara normatif guna memberikan intepretasi terhadap skor skala.

Kategorisasi yang digunakan adalah kategorisasi jenjang berdasarkan pada

model distribusi normal. Tujuan dari kategorisasi ini adalah menempatkan

subjek ke dalam kelompok-kelompok yang terpisah secara berjenjang

menurut suatu kontinum berdasarkan atribut yang diukur (Azwar, 2010).

Kontinum jenjang ini akan dibagi menjadi tiga kategori yaitu rendah, sedang,

dan tinggi.

Page 141: Ali Hasan G0107019 · Alat pengumpul data yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala optimisme, skala penerimaan diri, dan skala dukungan emosi. Teknik analisis data yang digunakan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

122

Apabila subjek digolongkan dalam tiga kategori, maka akan didapat

kategorisasi serta distribusi skor sebagai berikut:

Tabel 28. Kategorisasi Subjek Berdasar Skor Skala Penelitian

Variabel

Kategorisasi Subjek Rerata Empirik

Kategori Skor Jumlah Persentase

Optimisme Rendah X < 62 - -

Sedang 61 70,11% 88,44 Tinggi 26 29,89%

Penerimaan Diri

Rendah X < 58 1 1,15% Sedang 57 65,52% 88.70 Tinggi 29 33,33%

Dukungan Emosi

Rendah X < 86 - - Sedang 62 71,26% 123.01 Tinggi 25 28,74%

a. Optimisme

Hasil perhitungan menunjukkan bahwa dari 87 subjek penelitian, 61

anggota atau sekitar 70,11% anggota memiliki tingkat optimisme yang

sedang, 26 anggota atau sekitar 29,89% anggota memiliki tingkat

optimisme tinggi dan tidak ada yang memiliki tingkat optimisme yang

rendah. Berdasarkan data tersebut, maka dapat diketahui bahwa subjek

secara umum memiliki tingkat optimisme yang sedang.

b. Penerimaan Diri

Hasil perhitungan menunjukkan bahwa dari 87 subjek penelitian, 1

anggota atau sekitar 1,15% anggota memiliki tingkat penerimaan diri

rendah, 57 anggota atau sekitar 65,52% anggota memiliki tingkat

penerimaan diri yang sedang, dan 29 anggota atau sekitar 33,33% anggota

memiliki tingkat penerimaan diri tinggi. Berdasarkan data tersebut, maka

Page 142: Ali Hasan G0107019 · Alat pengumpul data yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala optimisme, skala penerimaan diri, dan skala dukungan emosi. Teknik analisis data yang digunakan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

123

dapat diketahui bahwa subjek secara umum memiliki tingkat penerimaan

diri yang sedang.

c. Dukungan Emosi

Hasil perhitungan menunjukkan bahwa dari 87 subjek penelitian, 62

anggota atau sekitar 71,26% anggota memiliki tingkat penerimaan

dukungan emosi yang sedang, 25 anggota atau sekitar 28,74% anggota

memiliki tingkat penerimaan dukungan emosi tinggi dan tidak ada yang

memiliki tingkat penerimaan dukungan emosi yang rendah. Berdasarkan

data tersebut, maka dapat diketahui bahwa subjek secara umum memiliki

tingkat penerimaan dukungan emosi yang sedang.

D. Pembahasan

Hasil uji hipotesis menunjukkan bahwa hipotesis pertama yang diajukan

dalam penelitian ini dapat diterima, yaitu terdapat hubungan yang signifikan

antara penerimaan diri dan dukungan emosi dengan optimisme pada penderita

diabetes mellitus anggota aktif PERSADIA cabang Surakarta. Hal tersebut

didasarkan atas hasil output program Statistical Product and Service Solution

(SPSS) versi 16.00 for windows dengan menggunakan penghitungan analisis

regresi linier berganda, yakni nilai p-value sebesar 0,000 nilai taraf signifikansi

0,05 sedangkan nilai F hitung sebesar 65.354 F tabel sebesar 3,10 serta nilai

koefisien korelasi ganda (R) yang dihasilkan sebesar 0,780 menunjukkan bahwa

terjadi hubungan signifikan yang kuat antara penerimaan diri dan dukungan emosi

dengan optimisme.

Page 143: Ali Hasan G0107019 · Alat pengumpul data yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala optimisme, skala penerimaan diri, dan skala dukungan emosi. Teknik analisis data yang digunakan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

124

Penerimaan diri dan dukungan emosi secara bersama-sama mempunyai

hubungan yang signifikan dengan optimisme. Individu dengan penerimaan diri

yang tinggi disertai dengan dukungan emosi yang tinggi pula dari orang-orang

terdekat akan memiliki pandangan yang lebih positif mengenai keadaan dirinya

sehingga ia akan merasa lebih optimis dalam menjalani kehidupanya meskipun

individu tersebut mengalami kondisi yang sulit akibat penyakit diabetes mellitus.

Hal ini sejalan dengan pendapat Ryff (dalam Angraeni dan Cahyanti,

2012) mengungkapkan bahwa individu yang memiliki penerimaan diri yang baik

menunjukkan karakteristik: memiliki sikap positif terhadap dirinya, mengakui dan

menerima berbagai aspek yang ada dalam dirinya, baik yang bersifat baik maupun

buruk, serta merasa positif dengan kehidupan. Menurut Jersild (1978) individu

dengan taraf penerimaan diri yang rendah (buruk), cenderung sulit untuk

memahami karakteristik dirinya sendiri. Individu tersebut memiliki pandangan

yang negatif terhadap kemampuan atau potensi dirinya, menolak atau

mengingkari keadaan dan kondisi yang dialaminya. Selain itu individu tersebut

kurang memiliki motivasi untuk mencapai suatu hal yang positif dalam

kehidupanya, tidak puas terhadap dirinya, serta selalu bersikap pesimis.

Selain menerima keadaan dirinya keberadaan orang-orang terdekat

mempunyai peran penting dalam meningkatkan optimisme. Bastaman (1996)

menjelaskan bahwa dukungan dari orang lain pada saat seseorang mengalami

kekecewaan atau tekanan akan memperkaya pengalaman batin, memberikan

keyakinan diri, mengubah cara pandang negatif, dan membantu memberikan

pemahaman terhadap nilai-nilai yang dapat membentuk makna hidup seseorang.

Page 144: Ali Hasan G0107019 · Alat pengumpul data yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala optimisme, skala penerimaan diri, dan skala dukungan emosi. Teknik analisis data yang digunakan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

125

Hal tersebut sesuai dengan pendapat Karademas (2006), yang menganggap

dukungan sosial dapat menggambarkan pengetahuan tentang diri (menjadi

mampu) dan dunia (menjadi ramah) yang mana akan menghasilkan penilaian

mengenai masa depan yang mungkin lebih bermanfaat (optimisme) dan

menimbulkan status kesehatan yang lebih baik. Salah satu bentuk dukungan sosial

yang paling dibutuhkan oleh penderita DM ialah dukungan emosi. Corneil (1998)

menyebutkan bahwa dukungan emosi adalah dasar bagi ketiga dukungan yang

lain. Selain itu Corsini (1999) menyatakan bahwa dukungan emosi menjadi faktor

utama dalam mempertahankan semangat. Dukungan dari orang-orang terdekat

seperti keluarga, suami, teman-teman, rekan kerja subjek, dan dokter

menimbulkan semangat hidup penderita DM. Mereka semua memberikan kasih

sayang, perhatian, dan memberikan pengarahan dan semangat agar tetap sabar,

ikhlas, tegar dan optimis dalam menjalankan hidup (Cahyani, 2010).

Skor tertinggi pada Skala Penerimaan Diri terletak pada aspek kesehatan

psikologis, dengan skor rata-rata sebesar 2,84. Seseorang sehat secara psikologis

memandang dirinya sebagai individu yang disenangi, memiliki kemampuan, yakin

bahwa dirinya merupakan individu yang berguna atau pantas, serta adanya

keyakinan untuk dapat diterima orang lain. Keyakinan akan memiliki kemampuan

dan pandangan bahwa dirinya merupakan individu yang berguna menjadikan

seseorang lebih optimis dalam menjalani kehidupanya. Hal tersebut dikarenakan

individu merasa mampu menghadapi semua masalah dalam kehidupanya.

Sama halnya dengan Skala Penerimaan Diri, pada Skala Dukungan Emosi

juga terdapat aspek dengan skor paling tinggi di antara skor pada aspek lainnya,

Page 145: Ali Hasan G0107019 · Alat pengumpul data yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala optimisme, skala penerimaan diri, dan skala dukungan emosi. Teknik analisis data yang digunakan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

126

yaitu aspek kepercayaan dengan skor rata-rata sebesar 3,36. Kepercayaan yang

diberikan orang lain membuat seseorang lebih bisa mengatasi permasalahanya dan

menjadi tidak mudah menyerah dengan keadaanya yang sedang dalam kesulitan.

sikap tidak mudah menyerah merupakan salah satu ciri individu yang mempunyai

sikap optimis. Tanpa adanya kepercayaan dari orang lain, seseorang cenderung

akan merasa bahwa dirinya tidak mampu menghadapi masalah dan pesimis dapat

menyelesaikan permasalahan yang sedang individu hadapi.

Nilai korelasi parsial antara penerimaan diri dengan optimisme (rx1y)

adalah sebesar 0,630 dengan p-value < 0,05 menunjukkan hubungan signifikan

yang kuat antara penerimaan diri dengan optimisme. Arah hubungan yang terjadi

adalah positif, karena nilai r positif, artinya semakin tinggi penerimaan diri maka

akan semakin tinggi optimisme. Sebaliknya semakin rendah penerimaan diri maka

semakin rendah optimisme. Nilai korelasi parsial antara dukungan emosi dengan

optimisme (rx2y) sebesar 0,251 dengan p-value < 0,05. Nilai tersebut menunjukan

adanya hubungan positif signifikan yang rendah antara dukungan emosi dengan

optimisme.

Dari hasil uji korelasi parsial di atas dapat dilihat bahwa dibandingkan

dengan dukungan emosi, penerimaan diri memiliki korelasi yang lebih tinggi

dengan optimisme. Hal ini dapat dijelaskan bahwa penerimaan terhadap kondisi

yang sedang dialami merupakan hal yang utama bagi seorang penderita DM.

Tanpa adanya penerimaan terhadap kondisi dirinya, individu akan selalu

berfikiran negatif. Sehingga dukungan dari orang lain menjadi kurang

berpengaruh. Hal tersebut yang menyebabkan seorang menjadi pesimis dalam

Page 146: Ali Hasan G0107019 · Alat pengumpul data yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala optimisme, skala penerimaan diri, dan skala dukungan emosi. Teknik analisis data yang digunakan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

127

menjalani kehidupanya. Hjelle, dkk, (1992) menjelaskan bahwa seorang individu

yang dapat menerima diri akan mempunyai pandangan yang positif terhadap apa

yang ada dalam dirinya. Ryff (dalam Rizkiana dan Retnaningsih, 2009)

menyebutkan bahwa penerimaan diri sebagai suatu keadaan dimana seseorang

memiliki sikap mengakui dan menerima berbagai aspek diri termasuk kualitas

baik dan buruk yang ada pada diri dan memandang positif terhadap kehidupan

yang telah dijalani.

Terkait dengan dukungan emosi, dapat dijelaskan bahwa penderita DM

membutuhkan dukungan emosional berupa kehangatan, kepedulian dan empati

maka individu akan merasa diperhatikan. Sarafino (1994) mengatakan bahwa

dukungan emosi dapat berfungsi sebagai pelindung dari perasaan tertekan dan

dapat mengubah pandangan negatif individu terhadap situasi yang penuh stres.

Dukungan emosi yang diberikan agar dapat meyakinkan bahwa setiap masalah

ada jalan keluarnya, atau menghibur hati seseorang ketika seseorang merasa

hidupnya tidak berarti lagi. Hal-hal ini akan dapat membantu seseorang

mendapatkan pengharapan. Bastaman (dalam Astuti dan Budiyani, 2010)

mengemukakan bahwa harapan mengandung nilai-nilai yang memungkinkan

seseorang menemukan makna hidup didalamnya. Pengharapan mengandung

makna hidup karena adanya keyakinan akan terjadinya perubahan yang lebih baik,

ketabahan menghadapi keadaan yang lebih baik, ketabahan menghadapi keadaan

buruk dan sikap optimis menyongsong masa depannya.

Nilai R Square sebesar 0,609 menunjukkan bahwa sumbangan dari

penerimaan diri dan dukungan emosi secara bersama-sama terhadap optimisme

Page 147: Ali Hasan G0107019 · Alat pengumpul data yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala optimisme, skala penerimaan diri, dan skala dukungan emosi. Teknik analisis data yang digunakan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

128

pada anggota aktif PERSADIA cabang Surakarta yaitu sebesar 60,9%. Sedangkan

sisanya sebesar 39,1% dipengaruhi atau dijelaskan oleh variabel lain yang tidak

termasuk dalam penelitian ini seperti minat, kreativitas, percaya diri, harga diri

dan motivasi. Nilai R Square yang didapat juga merupakan hasil penjumlahan dari

sumbangan efektif kedua variabel bebas. Sumbangan efektif dari penerimaan diri

terhadap optimisme sebesar 48,771% sedangkan sumbangan efektif dari

dukungan emosi terhadap optimisme sebesar 12,106%. Terlihat bahwa

penerimaan diri memberikan pengaruh yang lebih besar daripada pengaruh yang

diberikan dukungan emosi terhadap optimisme.

Berdasarkan hasil kategorisasi Skala Optimisme, diketahui bahwa skor

optimisme subjek penelitian berada pada kategori sedang dengan persentase

70,11%, yaitu sebanyak 61 anggota. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa

tingkat optimisme anggota PERSADIA cabang Surakarta berada pada kategori

sedang. Adapun berdasarkan hasil kategorisasi Skala Penerimaan Diri, secara

umum penerimaan diri subjek berada pada kategori sedang. Hal ini bisa dilihat

dari skor penerimaan diri dalam penelitian ini bahwa sekitar 65,52% yaitu

sebanyak 57 anggota memiliki tingkat penerimaan diri yang sedang. Hal ini

disebabkan karena subjek mengalami kesulitan-kesulitan dalam menjalani

manajemen diabetes atau penderita DM mengalami komplikasi yang membuat

seorang penderita DM menjadi sulit menerima dirinya. Hasil kategorisasi tingkat

penerimaan dukungan emosi, diketahui bahwa subjek penelitian memiliki tingkat

penerimaan dukungan emosi pada kategori sedang dengan persentase sebesar

71,26%, yaitu sebanyak 62 anggota. Hal ini karena kurangnya pengertian dari

Page 148: Ali Hasan G0107019 · Alat pengumpul data yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala optimisme, skala penerimaan diri, dan skala dukungan emosi. Teknik analisis data yang digunakan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

129

anggota keluarga maupun orang-orang terdekat penderita DM bahwa memberikan

dukungan emosi berupa ungkapan empati, kepedulian dan perhatian penting bagi

penderita DM.

Secara umum, hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan signifikan

yang kuat antara penerimaan diri dan dukungan emosi dengan optimisme pada

penderita diabetes mellitus anggota aktif PERSADIA cabang Surakarta. Penelitian

ini memiliki beberapa kelebihan diantaranya adalah hipotesis dalam penelitian ini

terbukti serta reliabilitas skala yang digunakan dalam penelitian ini termasuk

dalam kategori baik sehingga dianggap cukup handal untuk digunakan sebagai

alat ukur suatu penelitian. Meskipun penelitian ini memiliki beberapa kelebihan,

namun peneliti menyadari bahwa penelitian ini masih memiliki kelemahan dan

keterbatasan yang harus diperbaiki dalam penelitian pada masa yang akan datang,

diantaranya jumlah responden masih berada dalam lingkup yang kecil, perlu

dilakukan penelitian lebih lanjut dengan jumlah responden yang lebih banyak dan

ruang lingkup yang lebih luas, juga dapat dilakukan dengan menggunakan

variabel-variabel lain yang belum disertakan dalam penelitian ini.

Page 149: Ali Hasan G0107019 · Alat pengumpul data yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala optimisme, skala penerimaan diri, dan skala dukungan emosi. Teknik analisis data yang digunakan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

130

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, maka dapat diambil

kesimpulan sebagai berikut:

1. Terdapat hubungan signifikan yang kuat antara penerimaan diri dan dukungan

emosi dengan optimisme pada penderita diabetes mellitus anggota aktif

PERSADIA cabang Surakarta.

2. Secara parsial terdapat hubungan positif signifikan yang kuat antara

penerimaan diri dengan optimisme. Artinya semakin tinggi penerimaan diri

maka semakin tinggi optimisme. Sebaliknya semakin rendah penerimaan diri

maka semakin rendah optimisme.

3. Secara parsial terdapat hubungan positif signifikan yang rendah antara

dukungan emosi dengan optimisme. Artinya semakin tinggi dukungan emosi

yang diterima maka semakin tinggi optimisme. Sebaliknya semakin rendah

dukungan emosi yang diterima maka semakin rendah optimisme.

4. Sumbangan relatif penerimaan diri terhadap optimisme sebesar 80,114% dan

sumbangan relatif dukungan emosi terhadap optimisme sebesar 19,886%.

Sumbangan efektif penerimaan diri terhadap optimisme sebesar 48,771% dan

sumbangan efektif dukungan emosi terhadap optimisme sebesar 12,106%.

Sehingga total sumbangan efektif penerimaan diri dan dukungan emosi

terhadap optimisme adalah 60,9%.

Page 150: Ali Hasan G0107019 · Alat pengumpul data yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala optimisme, skala penerimaan diri, dan skala dukungan emosi. Teknik analisis data yang digunakan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

131

5. Tingkat optimisme, penerimaan diri, dan dukungan emosi pada subjek

penelitian termasuk dalam kategori sedang.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, maka dapat dikemukakan

saran sebagai berikut:

1. Bagi penderita DM

Bagi penderita DM dengan penerimaan diri dan dukungan emosi dalam

tingkat sedang diharapkan dapat mengembangkan penerimaan diri dan

membuka diri untuk menerima dukungan emosi dari orang terdekat dalam

rangka meningkatkan optimisme. Hal tersebut dapat dilakukan dengan cara

berusaha memandang penyakitnya bukan sebagai sesuatu yang sangat

mengerikan dan mulai menerima kondisinya dan berusaha untuk menyesuaikan

dengan keadaan diri yang menderita penyakit diabetes mellitus. Sedangkan

bagi penderita DM dengan penerimaan diri dan dukungan emosi yang tinggi

diharapkan dapat mempertahankannya. Bagi penderita DM secara umum

diharapkan lebih mengembangkan penerimaan diri agar lebih positif dalam

memandang keadaanya dan lebih membuka diri menerima dukungan emosi

dari orang terdekat, sehingga penderita DM lebih optimis dalam menjalani

kehidupanya meskipun menderita penyakit diabetes mellitus.

2. Bagi orang terdekat penderita

Orang-orang terdekat diharapkan dapat memberikan dukungan emosi

kepada penderita DM berupa ungkapan empati, kepedulian dan perhatian

Page 151: Ali Hasan G0107019 · Alat pengumpul data yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala optimisme, skala penerimaan diri, dan skala dukungan emosi. Teknik analisis data yang digunakan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

132

terhadap orang yang bersangkutan. Dukungan dari orang-orang terdekat

mempermudah seorang penderitra DM untuk menerima kondisinya dan

membantu penderita DM keluar dari situasi sulit yang diakibatkan penyakit

diabetes mellitus, selain itu dukungan dari orang terdekat dapat meningkatkan

semangat hidup penderita DM. Memberikan dukungan emosi dapat dilakukan

dengan cara memberikan perhatian, menghibur dan memberikan semangat

kepada penderita DM.

3. Bagi pengurus PERSADIA dan pihak-pihak terkait yang turut bertanggung

jawab terhadap permasalahan penyakit diabetes mellitus

Bagi pengurus serta pihak-pihak terkait yang turut bertanggung jawab

terhadap permasalahan penyakit diabetes diharapkan dapat membantu

penderita DM mengembangkan penerimaan diri dan dukungan emosi serta

memberikan perlakuan-perlakuan yang sesuai sebagai upaya meningkatkan

sikap optimis dari penderita DM, yaitu dengan cara memberikan motivasi

kepada penderita DM agar tidak putus asa dalam menghadapi kondisi yang

diakibatkan penyakit daibetes mellitus.

4. Bagi peneliti lain

Bagi peneliti selanjutnya yang tertarik untuk mengadakan penelitian

dengan tema yang sama, diharapkan untuk lebih memperluas ruang lingkup,

misalnya dengan memperluas populasi atau menambah variabel-variabel lain,

seperti percaya diri, harga diri, status sosial, motivasi ataupun kebudayaan.

Dengan demikian, hasil yang didapat lebih bervariasi sehingga kesimpulan

yang diperoleh lebih komprehensif. Selain itu, pelatihan pengembangan

Page 152: Ali Hasan G0107019 · Alat pengumpul data yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala optimisme, skala penerimaan diri, dan skala dukungan emosi. Teknik analisis data yang digunakan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

133

penerimaan diri sangat dibutuhkan bagi penderita DM, karena hal tersebut

dapat meningkatkan optimisme penderita DM.