21
Bab I Kekuatan motivasi Manusia berbeda dengan binatang yang bisa dicambuk dan diperintah dengan paksaan.kita adalah makhluk yang bergerak atas motif-motif tertentu.motif-motif, yang kemudian dikenal sebagai motivasi, tersebut merupakan dorongan yang timbul dari dalam diri kita untuk melakukan sesuatu.bahkan, motif tersebut kerapkali menjadi penggerak awal setiap kali kita melakukan aktivitas. Konon, orang yang sedang termotivasi sangat mudah di gerakkan dan diarahkan. Sementara, tanpa motivasi, orang tidak akan bergerak melakukan sesuatu. Boleh dikata, motivasi memiliki peranan yang sangat vital dalam kehidupan karena merupakan penggerak awal dari setiap aktivitas seseorang dalam hidupnya. Menurut An-Nabhanny ada tiga hal yang menjadi pendorong manusia melakukan suatu aktivitas, yaitu: 1. Dorongan Materi (Al Quwwah Al Madiyyah) Dorongan materi merupakan motivasi yang paling rendah karena sifatnya yang sesaat dan bukan jangka panjang serta sangat lemah dan mudah dipatahkan. Dorongan ini memotivasi manusia dengan janji-janji yang bersifat materi seperti kenaikan gaji, peningkatan bonus, hadiah mobil, ataupun kesempatan melakukan perjalanan ke luar negeri, karenanya, jika motivasi ini melandasi perbuatan seseorang, pasti hal tersebut tidak akan berhasil, apalagi bertahan lama seringnya, dorongan ini malah membuat orang mudah drop dan loyo bila apa yang diinginkan tidak tercapai. Dengan kata lain, motivasi seperti ini tidak bisa dijadikan sebagai landasan unutk membangun perbuatan yang sahih dan mantap dalam iri seseorang. Seorang karyawan yang bekerja semata karena dorongan materi (Al Quwwah Al Madiyyah) cenderung memiliki motivasi yang naik-turun. Mengapa demikian? Hal tersebut terjadi

Al Quwwah Ar Ruhiyah

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Al Quwwah Ar Ruhiyah

Bab I

Kekuatan motivasi

Manusia berbeda dengan binatang yang bisa dicambuk dan diperintah dengan paksaan.kita adalah makhluk yang bergerak atas motif-motif tertentu.motif-motif, yang kemudian dikenal sebagai motivasi, tersebut merupakan dorongan yang timbul dari dalam diri kita untuk melakukan sesuatu.bahkan, motif tersebut kerapkali menjadi penggerak awal setiap kali kita melakukan aktivitas.

Konon, orang yang sedang termotivasi sangat mudah di gerakkan dan diarahkan. Sementara, tanpa motivasi, orang tidak akan bergerak melakukan sesuatu. Boleh dikata, motivasi memiliki peranan yang sangat vital dalam kehidupan karena merupakan penggerak awal dari setiap aktivitas seseorang dalam hidupnya.

Menurut An-Nabhanny ada tiga hal yang menjadi pendorong manusia melakukan suatu aktivitas, yaitu:

1. Dorongan Materi (Al Quwwah Al Madiyyah)

Dorongan materi merupakan motivasi yang paling rendah karena sifatnya yang sesaat dan bukan jangka panjang serta sangat lemah dan mudah dipatahkan.

Dorongan ini memotivasi manusia dengan janji-janji yang bersifat materi seperti kenaikan gaji, peningkatan bonus, hadiah mobil, ataupun kesempatan melakukan perjalanan ke luar negeri, karenanya, jika motivasi ini melandasi perbuatan seseorang, pasti hal tersebut tidak akan berhasil, apalagi bertahan lama seringnya, dorongan ini malah membuat orang mudah drop dan loyo bila apa yang diinginkan tidak tercapai. Dengan kata lain, motivasi seperti ini tidak bisa dijadikan sebagai landasan unutk membangun perbuatan yang sahih dan mantap dalam iri seseorang.

Seorang karyawan yang bekerja semata karena dorongan materi (Al Quwwah Al Madiyyah) cenderung memiliki motivasi yang naik-turun. Mengapa demikian? Hal tersebut terjadi karena semangat kerja yang ia miliki sangat bergantung pada seberapa besar gaji yang ia peroleh. Bila gajinya rendah, etos kerjanya pun juga akan rendah, begitu pula sebaliknya.

Lebih mudahnya, simak kisah-kisah berikut ini:

Kisah sang calon bupati

Seorang calon bupati di kabupaten ponorogo, jawa timur stress dan masuk rumah sakit jiwa. itu terjadi setelah ia dinyatakan kalah dalam pertarungan PILKADA di daerahnya pada 2008 lalu. Padahal, untuk bisa memenangkan persaingan tersebut ia telah menghabiskan dana tak kurang dari 9 miliar rupiah.

Kenapa hal tersebut bisa terjadi? Tentu saja karena ia melakukan sesuatu semata-mata atas dorongan materi. Tak heran bila ia akan mudah sekali putus asa jika apa yang diinginkannya tidak tercapai.

Page 2: Al Quwwah Ar Ruhiyah

Kisah sang Developer

Seorang bapak sudah puluhan tahun bekerja di sebuah perusahaan real estat. Suatu ketika, ia merasa penghargaan yang diberikan perusahaan kepadanya tidak sebanding dengan jerih payah dan pengabdiannya selama ini. Tak ayal,ia kemudian memutuskan untuk bekerja seenaknya. Pikirnya, toh rumah yang ia bangun bukan untuk dirinya.

Suatu ketika, ia dipanggil oleh direksi perusahaan. ia diminta mengerjakan sebuah proyek khusus dan istimewa. bahkan, direksi berpesan kepadanya agar proyek tersebut diselesaikan sebaik mungkin.

“Istimewa bagi perusahaan, untung bagi perusahaan, tapi tidak untung bagi saya,” gerutunya usaimenemui direksi.

Yang terjadi kemudian, bukannya mengerjakan proyek dengan sebaik-baiknya, ia malah mengerjakannya dengan separuh hati. Etos kerjanya begitu buruk karena kepalanya dipenuhi oleh pikiran-pikiran negatif.

Hanya perlu 3 bulan baginya untuk menyelesaikan rumah tersebut. Tak lama setelah itu, ia kembali diminta untuk menghadap direksi.

“Anda telah mengabdi begitu lama di perusahaan ini. Sebagai wujud apresiasi dan penghargaan terhadap loyalitas dan etos kerja anda, perusahaan menghadiahkan salah satu rumah dari proyek khusus tersebut untuk anda tempati. Rumah tersebut menjadi milik anda dan keluarga,” ujar sang direksi.

Coba anda bayangkan, betapa ruginya bapak itu karena terlanjur mengerjakan proyek perumahan tersebut tidak sepenuh hati, dengan kualitas yang rendah, serta hanya terlihat kokoh dan indah bila dilihat dari luar. Siapa sangka, rumah itu ternyata menjadi miliknya.

Begitulah, uang, mobil, rumah, atau barang-barang berharga lainnya kerap mendorong manusia untuk melakukan aktivitas tertentu. Tak jarang, karena iming-iming hadiah miliaran bahkan triliunan rupiah, mobil mewah, rumah megah, atau barang-barang berharga lainnya seseorang sering kali bersedia melakukan sesuatu yang bertentangan dengan nilai-nilai akidah, seperti mengucapkan sumpah palsu, membuat pengakuan bohong, dan sebagainya.

2. dorongan emosi (Al Quwwah Al Ma’nawiyah)

Berbeda dengan dorongan sebelumnya, motivasi ini jauh lebih kuat dan efektif. Itu karena motivasi ini bersumber dari dorongan emosi dan perasaan, dimana ada alasan emosional yang cukup kuat dan menyentuh perasaan mengapa seseorang harus berubah dan bertindak.

Berikut ada beberapa kisah nyata menarik terkait dengan motivasi bersumber emosi. Kisah-kisah berikut ini diambil dari Kick Andy.com:

Seorang jebolan kelas 5 SD di jember, jawa timur, merintis sebuah sekolah dasar. Kini, sekolah itu memiliki 450 murid yang tak harus membayar uang sekolah alias gratis! Adalah Jufri Umar yang tak bisa menyelesaikan sekolah dasarnya karena dua alasan. Pertama, karena ia harus membantu orang tuanya mencari nafkah. Kedua, karena di

Page 3: Al Quwwah Ar Ruhiyah

sekolahnya tak ada lagi murid yang mau belajar, sehingga sekolah itu terpaksa ditutup. “karena saya pernah merasakan begitu (tidak bisa sekolah karena terkendala biaya, red.), saya selalu berdoa agar kalau suatu hari saya kaya, saya dapat menyediakan sekolah gratis pada seluruh warga desa. Eh, belum kaya ternyata sudah dikabulkan,” kata jufri yang tak pernah memiliki sepatu itu.

Tentu saja ini bukan cerita sulap, karena untuk membangun sekolah gratis itu jufri harus berjuang selama puluhan tahun. Dia bahkan rela mengorbankan uang hasil kerja serabutannya agar bisa membesarkan sekolah tersebut.

Keterbatasan tidak menjadi hambatan bagi jufri untuk melihat harapannya, melihat generasi bangsa memperoleh hak pendidikan, terwujud.

Hal serupa juga dilakukan rudi MS, pria asal Cikoneng, Cisarua, Bogor. Pada 1982, saat lulusan SMEA ini sedang berjalan-jalan, ia melihat anak-anak pemetik teh tidak bersekolah karena ketiadaan guru. Serta-merta ia menawarkan diri untuk menjadi guru mereka.

Maka sejak saat itu, mulailah rudi dan anak-anak pemetik teh melakukan kegiatan belajar-mengajar hanya dengan beralas tikar di los penimbangan teh.

“Saya cuma berfikir, masa di zaman begini masih ada anak yang nggak bisa sekolah. Padahal tempatnya kan nggak jauh dari ibukota,” kata guru yang kaki kanannya lumpuh itu.

Untuk membeli kapur tulis, rudi kerap merelakan penghasilannya sebagai tukang parkir dan penjaga toilet di kawasan puncak. Berkat bantuan seorang dermawan, sekolah perintis itu kini telah memiliki gedung sendiri dengan murid mencapai 160 orang. Meski begitu, tak ada yang berubah dari kehidupan rudi, ia masih menjadi tukang parkir sekaligus guru honorer bergaji rendah.

Honor rendah sepertinya bukan halangan bagi rudi dan narasumber Kick Andy lainnya, yakni Ridwan Dalimunthe dan nurlela. Pasangan suami istri ini menjadi guru sejak 1987 di sbuah sekolah swadaya yang dibangun warga Dusun Aek Pastak, Barumun Tengah, Tapanuli. Sekolah, yang kondisinya tidak lebih baik dari SD Muhammadiyah dalam kisar laskar pelangi, ini awalnya hanya memiliki 10 murid. Namun kini, sekolah tersebut telah memiliki 60 murid.

Tak banyak guru yang mau bertahan untuk terus mengajar di sekolah yang berdiri sejak 1968 itu. Alasan utamanya karena honor yang sangat minim, malah kadang hanya dibayar dengan beberapa kaleng beras. “saya mau mengajar karena ini desa saya.kalau bukan kita siapa lagi?” terang ridwan, pria yang hanya lulusan SD dan sehari-harinya kerja sebagai petani tersebut.

Setiap hari, ridwan dan nurlela, harus mengajar masing-masing tiga kelas. “Ruang sekolah kami hanya ada satu ruang kelas. Sebelah untuk kelas I, II, III dan yang sebelah lagi untuk kelas IV, V, VI,” ujar nurlela.

Sementara dari Jakarta, Kick Andy menampilkan seorang guru yang memiliki keterbatasan dalam penglihatan alias tuna netra. Nie Ing Han yang buta sejak usia 41 tahun merupakan lulusan ITB. Kini, ia menjadi guru les fisika dan matematika. Tentu bukan hal yang mudah bagi seorang tuna netra ketika harus mengajarkan berbagai rumus.

“Saya bisa menulis di papan tulis seperti layaknya guru, tapi setelahnya, saya tak bisa melihat apa yang saya tulis,” ujar Ning In Han saat tampil di Kick Andy.

Page 4: Al Quwwah Ar Ruhiyah

Ning memang meliki cara untuk mengajar dan membuat murid-muridnya sangat kagum pada keahlian fisika dan matematikanya. Sebuah perjuangan tersendiri bagi seorang tunanetra yang masih mau berbagi ilmu.

Itulah sepenggal episode khusus tentang kepedulian sejumlah orang terpilih di dunia pendidikan, bagaimana perjuangan mereka dalam melawan hambatan dan keterbatasan. Sebuah kisah penuh inspirasi yang mengundang rasa terima kasih pada kemauan dan pengorbanan mereka sebagai guru.

Sobat, kisah-kisah diatas merupakan contoh, gambaran motivasi psikologis atau emosional (Al Quwwah Al Ma’nawiyah) yang jauh lebih kuat pengaruhnya dibandingkan dengan motivasi materi atau kebendaan.

Sayangnya, sifat motivasi ini ternyata juga tidak konstan dan tahan lama. Sebab, motivasi ini tergantung kondisi kejiwaan. Ketika kondisi kejiwaan seseorang berubah, maka motivasi dalam dirinya juga akan mengalami perubahan. Disinilah pentingnya dorongan spiritual itu, yakni sebuah kesadaran bahwa apa yang kita lakukan semata-mata adalah untuk mencari ridho Allah S.W.T.

3. Dorongan Spiritual (Al Quwwah Ar ruhiyah)

Dibanding yang lain, motivasi ini adalah yang paling kuat, lebih tahan lama, dan bersifat jangka panjang. Itu karena motivasi ini datang dari keyakinan dan nilai-nilai yang dianut seseorang, yaitu motivasi yang dibangun berdasarkan prinsip perintah dan larangan Allah S.W.T. motivasi yang lahir dari kesadaran seorang muslim karena dirinya mempunyai hubungan dengan Allah, Dzat yang maha mendengar,Dzat yang maha melihat, dan Dzat yang maha tahu seluruh perbuatannya, baik yang terlihat maupun yang tidak, Dzat yang akan diminta pertanggung jawaban atas semua perbuatannya.

Kesadaran inilah yang mampu mendorong seorang muslim untuk melakukan perbuatan apa saja, meskipun untuk melakukannya dia harus mengorbankan jiwa, raga, atau harta-bendanya sekalipun.

Karenanya, sebagai seorang muslim, sudah pasti pedoman utama kita dalam mengarungi kehidupan adalah ayat-ayat Al-Qur’an dan Al Hadist,

“Al-Qur’an ini adalah pedoman bagi manusia, petunujuk dan rahmat bagi kaum yang meyakini.” (QS.Al Jatsiyah (45) : 20)

Berikut ini adalah contoh kejadian yang didasari oleh Al Quwwah Ar Ruhiyah:Anak kecil yang bertransaksi dengan Allah

Wahai orang yang memeluk dunia… dari panasnya api neraka.dunia ini tidak kekal, siang dan malam penuh dengan kepalsuan dan kesia-siaan. Hendaklah kamu meninggalkan dunia yang membelenggumu. Sehingga kamu bisa segera memeluk surga firdaus. Jika kamu mencari surga yang abadi untuk kamu jadikan tempat tinggal, maka hendaknya kamu jangan merasa aman dari panasnya api neraka.

Dikisahkan oleh Syeikh Abdul Wahid bin Zabad Rahimahullah, ”Suatu hari ketika kami berada di sebuah majelis, kami memutuskan agar mempersiapkan diri untuk berperang. Saat itu aku memeritahkan kepada teman-temanku untuk membaca Al-

Page 5: Al Quwwah Ar Ruhiyah

Qur’an. Kemudian dalam majelis itu ada seorang laki-laki yang membaca ayat yang berbunyi,

“sesungguhnya Allah telah membeli dari orang-orang mu’min, diri dan harta mereka dengan memberikan surga untuk mereka. Mereka berperang pada jalan Allah; lalu mereka membunuh atau terbunuh.” (QS. At Taubah : 111)

Setelah itu, ada seorang bocah remaja yang usianya sekitar 15 tahun berdiri dan menemuiku. Dia telah ditinggal mati ayahnya dan meninggalkan warisan untuknya dalam jumlah yang sangat banyak. Lalu dia berkata,

“Wahai Syeikh Abdul Wahid, sesungguhnya aku bersaksi dihadapanmu, aku berani menjual jiwa dan hartaku dengan surga.”

Dia berani mengeluarkan semua hartanya. Semua disedehkahkannya kecuali kuda, pedang dan bekalnya. Ketika keluar menuju medan perang, dia berada di garda paling depan. Jual beli kami untung karena kami telah bertransaksi dengan Allah, kemudian kami memulai perjalanan.

Dia berjalan bersama kami. Dan saya lihat, jika siang hari dia berpuasa dan malam harinya ia gunakan untuk bermunajat kepada Allah. Dia melayani kami dan memberi makan hewan-hewan kendaraan kami. Dia menjaga kami saat kami tidur, sampai akhirnya kami sapai di kawasan musuh. Pada saat itu, tiba-tiba dia bangun dan berteriak-teriak, “betapa aku ingin berjumpa dengan air mata keridhaan (al-‘aina al-mardhiyah).’

Mendengar teriakan itu kami menghampirinya. Akupun bertanya padanya,‘Wahai sayang, apa itu al-‘aina’ al-mardhiyyah?’Kemudian bocah itu menjawab,“saat kami berebahan, tiba-tiba aku melihat seakan-akan ada orang yang datang dan

menyuruhku agar aku pergi menemui al-‘aina’ al-mardhiyyah. Kemudian dia membimbingku ke sebuah danau tiba-tiba, aku benar-benar berada di sebuah danau yang tepinya dihiasi dengan aneka permata dan perhiasan. Keindahannya tidak bisa aku gambarkan. Disana terdapat banyak bidadari yang cantik-cantik. Dan ketika melihatku, mereka tersenyum sambil berkata,

‘ini adalah suami al-‘aina’ al-mardhiyyah,’ mereka menjawab ‘kami semua adalah para pelayan dan pembantunya. silakan tuan terus berjalan ke depan sana.’

Kemudian aku berjalan ke depan. Tanpa terasa, aku sampai di suatu danau dimana airnya berupa susu dan rasanya tidak pernah berubah. Danau tersebut berada di sebuah taman yang penuh dengan keindahan. Subhanallah, ada banyak bidadari yang kecantikannya membuat aku terpesona. Saat aku melihat mereka, mereka tersenyum kepadaku dan berkata, ‘sungguh ini adalah calon suami al-‘aina al-mardhiyyah.’

Kemudian aku berkata, ‘Waalaika as-salam, wahai kekasih Allah. Kami bukan al-‘aina al-mardhiyyah. Kami adalah pelayan dan pembantunya. Berjalanlah tuan ke depan.’

Kemudian aku berkata, assalamualaikunna, adakah di antara kalian termasuk al-‘aina al-mardhiyyah?’ kemudian aku melangkahkan kakiku lagi hingga sampailah aku di suatu danau dimana airnya adalah khamer, bukan seperti di dunia yang memabukkan, tapi ia memiliki rasa yang sangat lezat. Subhanallah.

Di tepi danau itu juga ada sederet bidadari yang menyambutku dan menyapa dengan tersenyum. Aku ucapkan salam kepadanya dan menanyakan apakah diantara mereka ada al-‘aina al-mardhiyyah. Mereka menjawab dengan jawaban yang sam seperti yang sebelumnya.

Page 6: Al Quwwah Ar Ruhiyah

‘berjalanlah tuan terus kedepan.’Kemudian aku meneruskan perjalanan dan sampailah aku disuatu tempat yang amat

indah, dimana aku dapati sebuah danau yang airnya berupa madu murni. Bidadari-bidadari yang ada di tempat itu memiliki wajah yang sangat cantik dan bercahaya. Wajahnya tidak akan bisa saya lupakan. Akupun menyapanya dengan salam dan bertanya tentang al-‘aina al-mardhiyyah seperti sebelumnya.

Mereka menjawab, ‘wahai kekasih Allah, kami hanyalah pelayan dan pembantunya. Berjalanlah wahai tuanku ke depan.’

Akhirnya untuk kesekian kalinya aku berjalan menuju suatu tempat yang mereka tunjukkan. Sampai akhirnya, aku tiba di suatu tempat dimana ada sebuah rumah mungil yang bangunannya terbuat dari mutiara putih nan indah. Di depan pintunya ada seorang bidadari yang amat cantik memakai perhiasan, kecantikannya tidak bisa aku bayangkan.

Dia tersenyum menatapku, lalu memanggil penghuni rumah mungil tersebut, ‘Wahai al-‘aina al-mardhiyyah, ini suamimu sudah datang,’ ujarnya, ‘masuklah wahai tuan, engkau telah dinanti oleh al-‘aina al-mardhiyyah.’

Setelah masuk kedalam rumah mungil yang indah itu, aku melihat seorang bidadari yang amat sangat cantik dan begitu anggun sedang duduk di atas ranjang yang berhiaskan dan berukiran emas. Dia mengenakan mahkota yang berhiaskan intan dan yaqut. Aku sangat terpesona saat menatapnya.

Dia berkata, ‘selamat datang, wahai kekasih Allah, Dzat yang maha pengasih. Sungguh sebentar lagi kamu akan mendatangi kami.’

Lalu aku menghampiri dia dan bermaksud memeluknya. Tapi kemudian dia berkata, ‘Tunggu sebentar. Kamu tidak akan bisa memelukku, karena kamu masih memiliki ruh kehidupan.’

Saat itu aku tersentak kaget. Aku tidak sabar ingin bertemu dengannya sampai aku engkau bangunkan wahai Abdul Wahid.”

Syeikh Abdul Wahid melanjutkan ceritanya, “percakapan kami belum sempat tuntas, tiba-tiba datang segerombolan prajurit musuh yang menyerang kami. Anak muda tersebut segera menyambut kedatangan mereka dengan gagah berani. Ia begitu lincah menyabetkan pedangnya kesana kemari sampai akhirnya sembilan orang musuh terbunuh di tangannya. Kami berhasil mengalahkan dan mengusir mereka. Tiba-tiba kami mendengar teriakan lirih tapi sangat jelas di telinga kami al-‘aina’ al-mardhiyyah.’

Aku mendekati dan menuju arah suara itu ternyata, saya dapati anak muda tersebut bersimbah darah.

Dia tersenyum lebar sambil berkata. ‘Wahai Abdul Wahid, al-‘aina al-mardhiyyah telah benar-benar menjemputku. Subhanallah.’

Akhirnya dia pun meninggal dunia sebagai syuhada Allah. Dia benar-benar telah bertransaksi dengan Allah. Semoga Allah meridhainya.”

Semoga kita bisa mengambil hikmah dan pelajaran dari kisah ini serta menjadi orang-

orang yang benar-benar bertransaksi dengan Allah, dengan perniagaan yang tidak akan pernah rugi dan benar-benar meraih keuntungan dengan surga-Nya. Amin.

Contoh lainnya, bisa kita lihat pada motivasi para sahabat ketika mereka berjihad bersama Rasulullah Saw.di perang badar. Jumlah kaum muslimin waktu itu hanya 300 lebih beberapa puluh orang saja, sedangkan jumlah kaum kafir Quraisy lebih dari 1.000

Page 7: Al Quwwah Ar Ruhiyah

orang. Kalau bukan karena dorongan iman dan kecintaan kepada Allah dan Rasul-Nya pasti akan lari tunggang-langgang.

Demikian pula dengan yang terjadi di Indonesia dalam kisah berikut ini.

Seorang ibu rumah tangga yang alumni IPB, Ir. Tri Mumpuni Wiyanto, bersama suaminya telah berkeliling nusantara melalui program Pembangkit listrik Tenaga Mikrohydro (PLTMH). Hanya satu visi dan misi yang ia bawa, “Hidup ini untuk ibadah dan memajukan serta memberdayakan umat.”

Dia telah menerangi desa dalam arti sebenarnya. Melalui kegigihannya, PLTMH tersebut kini sudah dapat dinikmati lebih dari 100 desa miskin di Indonesia. Program listrik bertenaga air itu benar-benar ramah lingkungan.

Targetnya, dalam sepuluh tahun ke depan, minimal separuh desa di Indonesia akan mengalami kemajuan dan bisa memanfaatkan program yang lebih bersifat jangka panjang. Tidak hanya PLTMH saja, tetapi berlanjut dengan pemberdayaan masyarakat desa.

Sebagai langkah awal, masyarakat di ajari mengelola listrik desa, termasuk bagaimana merawat fasilitas tersebut. Selain itu, mereka juga diajari cara mengelola hasil iuran warga. Tak cuma itu, kemandirian ekonomi juga diajarkan pada mereka. Kewirausahaan ditumbuhkan sesuai dengan potensi masing-masing desa, sehingga listrik swakelola desa ini berdampak ganda. Tidak hanya desa menjadi terang, tetapi kesehjahteraan masyarakat desa juga meningkat.

Ketika ditanya, “ Apa tidak banyak hambatannya?”“Pasti, segala sesuatu itu ada hambatannya. Tapi yakinlah, suatu niat baik,semata-

mata hanya berharap kepada-Nya, pastilah Allah akan menolong kita. Kita harus pandai bersyukur saya adalah dengan berbagi bersama orang lain yang tidak punya. Ada tiga poin yang saya pegang dalam hidup ini. Pertama, orang yang berbagi rezeki itu pasti tambah kaya. Kedua, orang yang berbagi ilmu itu pasti tambah pintar. Ketiga, orang yang berbagi senyum itu pasti akan bertambah kebahagiaannya. Kita harus senantiasa istiqomah dan ikhlas dalam melakukannya. Apa yang saya kerjakan dalam program ini sangat kompleks permasalahannya, tapi saya jalani dengan penuh kenikmatan. Apa pun yang menghadang di depan akan saya hadapi. Sebagai umat islam kerja keras adalah sunnatullah yang harus kita kerjakan. Sekali lagi kerja keras, kerja cerdas, dan kerja ikhlas. Jangan pernah meragukan pertolongan Allah. Binatang saja rezekinya dijamin oleh Allah, itu kan termaktub dalam Al-Qur’an, “pesan bu Mumpuni dengan begitu semngat.

Ada lagi contoh dan teladan akan kekuatan motivasispiritual, di antaranya adalah

kisah Ustad Fadlan.

Ustad Fadlan ini, dengan semangat dakwah yang luar biasa, berdakwah dipedalaman Irian jaya atau Papua. Bila di jawa para da’I “dilempari” amplop, di papua, ia dilempari dengan ratusan anak panah. Bahkan, salah satu anggota tubuhnya ada yang terkena tusukan anak panah beracun. Meski begitu, ia tetap berjuang dengan istiqomah. Kini, dengan bantuan para aghniyah’ di Jakarta dan kota –kota besar lainnya di jawa melalui gerakan badan wakaf Al-Qur’an, telah banyak suku-suku pedalaman di Papua yang masuk islam. Bahkan, sudah ada lebih dari 500 masjid yang dibangun. Subhanallah.

Page 8: Al Quwwah Ar Ruhiyah

Itulah motivasi yang dapat mengalahkan segala-galanya. Motivasi yang mampu mendorong manusia melakukan apa saja. Bahkan, perbuatan berat seberat apapun mampu dilakukannya. Karena motivasi seperti inilah, maka seseorang tidak akan pernah merasakan putus asa atau menyesal ketika gagal atau telah mengorbankan semua yang dimilikinya. Motivasi ini jauh lebih kuat pengaruhnya dibandingkan dengan motivasi-motivasi sebelumnya Karena bersifat permanen tidak temporal, dan lebih konstan.

Bab II

Spiritual MotivasionMelejitkan potensi diri dan lompatan spirit

Di bab sebelumnya, kita telah mengenal tiga jenis motivasi. Pertanyannya kini, apakah yang seharusnya dijadikan ‘pendorong’ bagi umat islam agar berhasil? Apakah yang bersifat materi? Ataukah sebaliknya menuruti dorongan emosional semata?

Jawabannya sigkat, yaitu kecintaan kepada Allah. Sobat,Bagi umat islam, Allah adalah segala-galanya. Bukankah kalimat yang sering kita

lafalkan ketika shalat adalah kalimat yang tertuang dalam surat Al An’am ayat 162

“Katakanlah: sesungguhnya sembahyangku, ibadatku, hidupku, dan matiku hanyalah untuk Allah, tuhan semesta alam.” (QS. Al An’am : 162)

Allah adalah segala-galanya, karena semua ada, termasuk alam semesta ini, datang dari-Nya. Karenanya, kekuatan yang seharusnya diutamakan dan dimiliki oleh umat islam adalah iman dan taqwa,bukannya sains dan teknologi. Kenapa demikian? Karena iman dan taqwa mengajarkan pada kita tentang Allah, termasuk bagaimana tunduk kepada-Nya. Sehingga, apabila iman dan taqwa tumbuh subur dan terus mekar di dalam hati kita, maka secara otomatis akan lahir sikap dan cara berfikir yang benar.

Bukankah telah terbukti? Dengan berbekal aqidah, umat islam berhasil memerintah dunia dan menyelamatkannya sekaligus melejitkan ilmu sains.

Sobat, anda mungkin bertanya-tanya, bagaimana mungkin ledakan hasil penelitian sains itu bisa terjadi?

Tentu karena adanya anggapan yang kuat dalam benak umat islam bahwa ilmu-ilmu tersebut merupakan jembatan untuk mengenal keagungan Allah.Tak mengherankan bila akhirnya umat islam mampu meraih kejayaan. Bukankah itu janji Allah? Perhatikan saja firman Allah S.W.T. berikut ini:

“Dan sesungguhnya telah kami tulis di dalam zabur[*] sesudah (kami tulis dalam) laul mahfuzh, bahwasannya bumi ini di pusakai hamba-hambakuyang saleh.” (QS. Al Anbiya’ :105)

Sobat, jiwa yang mencintai Allah dan kesadaran akan hubungan dengan Allah inilah yang akan menjadikan seseorang mempunyai motivasi yang tinggi. Kalau tidak percaya, lihatlah apa yang terjadi pada tukang-tukang sihir fir’aun. Setelahmelihat mu’jizat nabi musa, mereka langsung menyatakan beriman kepada ajaran beliau.

Page 9: Al Quwwah Ar Ruhiyah

Hasilnya? fir’aun pun murka. Dan dalam kemarahannya, fir’aun berkata, “ aku akan memotong tangan dan kaki kalian secara silang, dan aku akan menyalib kalian pada bagian atas pohon kurma.”

Menghadapi ancaman yang tidak berkeperimanusiaan ini, bagaiman reaksi mereka? Para tukang sihir itu berkata kepada fir’aun, “kami tidak lagi mengutamakan kamu setelah datang bukti-bukti yang nyata dari tuhan pecipta kami, maka lakukanlah apa yang hendak kamu lakukan. Kamu hanya mampu menghukum kami di dunia ini saja.”

Yang dimaksud dengan Zabur disini ialah seluruh kitab yang diturunkan Allah kepada nabi-nabi-Nya. Sebagian ahli tafsir mengartikan dengan kitabyang diturunkan kepada nabi Daud As., dengan demikian Adz Dzikr artinya kitab taurat.

Sebagaimana firman Allah S.W.T.

Berkata fir’aun: “Apakah kamu telah beriman kepadanya (musa) sebelum aku memberi izin kepadamu sekalian? Sesungguhnya ia adalah pemimpinmu yang mengajarkan sihir kepadamu sekalian, maka sesungguhnya aku akan memotong tangan dan kaki kalian dengan bersilang secara bertimbal balik. Dan sesungguhnya, aku akan menyalib kamu sekalian pada pangkal pohon kurma. Dan sesungguhnya, kamu akan mengetahui siapa diantara kalian yang lebih pedih dan lebih kekal siksaannya.”Mereka berkata: “Kami sekali-kali tidak akan mengutamakan kamu dari pada bukti-bukti yang nyata (mukjizat), yang telah datang kepada kami dan dari pada tuhan yang telah menciptakan kami;maka putuskanlah apa yang hendak kamu putuskan. Sesungguhnya kamu hanya akan dapat memutuskan pada kehidupan di dunia ini saja. (QS. Thaha : 71-72)

Sobat, kita mungkin bertanya-tanya, daya tarik apa yang mampu melahirkan motivasi sedahsyat itu sehingga mereka sanggup meninggalkan kesenangan dan kemewahan hidup? Jawabannya adalah semata karena cinta Allah dan surga-Nya.

Tahukah anda, sobat? Para sahabat Nabi pernah menghadapi ancaman keselamatan serta pemboikotan ekonomi dari golongan Quraisy selama tiga tahun di Makkah. Meski begitu, mereka tetap mengutamakan iman dan islam daripada yang lainnya.

Ibnu Ishak meriwayatkan, umat islam terpaksa memakan dedaunan dan pucuk-pucuk kayu sebagai makanan saat itu. Pun, mereka tetap istiqomah di atas landasan islam karena yakin akan pertolongan Allah. Bukankah Allah berjanji dalam surat Al Hajj ayat 40?

“(yaitu) orang-orang yang telah diusir dari kampung halaman mereka tanpa alasan yang benar, kecuali karena mereka berkata: ‘Tuhan kami hanyalah Allah.’ Dan sekiranya Allah tiada menolak (keganasan) sebagian manusia dengan sebagian yang lain, tentulah telah dirobohkan biara-biara Nasrani, gereja-gereja, rumah-rumah ibadah orang yahudi, dan masjid-masjid yang di dalamnya banyak disebut nama Allah. Sesungguhnya. Allah pasti menolong orang yang menolong (Agama)-Nya. Sesungguhnya, Allah benar-benar maha kuat lagi maha perkasa,” (QS. Al Hajj : 40)

Sobat,Janji Allah untuk menolong hamba-hamba-Nya yang berjuang demi membangun

peradaban islam, tak dipungkiri mampu melahirkan kemampuan yang hebat dalam diri umat islam pada masa itu. Mereka tidak bimbang atas ujian dan cobaan. Sebaliknya,

Page 10: Al Quwwah Ar Ruhiyah

mereka justru berani menghadapi berbagai resiko, bahkan maut sekalipun. Sikap yang seperti inilah yang membuat mereka sukses. Subhanallah.

Hal tersebut sejalan dengan apa yang disampaikan oleh seorang profesor Ilmu Psikologi dan Psikiatri di Universitas Wiasconsin Madison. Dr. Richard J. Davison, sang profesor, menyatakan bahwa golongan yang memiliki keyakinan kuat biasanya lebih sehat dibandingkan dengan yang tidak. Hal itu disebabkan karena hormon kortisol dalam darah mereka rendah, sehingga meningkatkan sistem pertahanan tubuh. Hormon kortisol merupakan hormon yang keluar ketika seseorang berada dalam tekanan atau ketika stress menyerang. Jika kadarnya rendah, seseorang dapat menjadi lebih tenang saat menghadapi masalah.

Sementara itu, menurut hasil penelitian yang dilakukan Winslow Research Institute, California, Amerika Serikat diketahui bahwa mereka yang berhasil adalah mereka yang memiliki sifat:

1. keyakinan diri2. kekuatan mental 3. kekuatan pikiran konseptual4. semangat membarasemuanya dimiliki oleh para sahabat Rasul. Mereka yakin dengan ajaran islam yang

mereka anut, termasuk meyakini bahwa perjuangan mereka pasti berhasil karena hal tersebut telah dijanjikan Allah dalam banyak fiman-Nya. Pun, mereka memiliki kekuatan mental yang mengagumkan dalam menghadapi berbagai ujian dan cobaan.

Tanpa kekuatan mental dan konseptual yang kokoh itu, para sahabat tentu tidak akan mampu melakukan hijrah melewati padang pasir yang tandus tanpa perbekalan yang memadai dari Makkah ke Madinah. Mereka juga pasti akan mampu berperang dengan musuh yang jumlahnya enam kali lipat dari mereka tanpa adanya kekuatan tersebut. Mengapa itu bisa terjadi? Karena mereka mengetahui dengan jelas tujuan hidupnya di muka bumi ini, juga kenyataan bahwa dalam hidup yang sementara ini setiap orang harus memiliki visi dan misi. Bukan itu saja, para sahabat juga dibekali kemampuan untuk menilai setiap isu dengan menggunakan syariat islam, yang rahmatan lil alamin, sebagai acuan atau parameter, sebagaimana yang terdapat dalam Al-Qur’an dan As Sunnah.

Kalau semangat, jangan ditanya lagi! Semangat mereka bukan lagi sekadar membara tetapi sudahmembakar! Karena tanpa semangat dan motivasi tersebut, mereka tidak akan mungkin mampu membangun khilafah dan peradaban Islam yang gemilang dan dikagumi sampai sekarang.

Tahukah anda, sobat? Sifat-sifat dan karakter-karakter tersebut dapat menjadi penghias diri mereka karena

para sahabat senantiasa berpegang teguh pada syariat islam.Anda tentu sepakat bahwa kita, umat islam, adalah umat yang istimewa. Namun,

keistimewaan ini hanya akan terungkap setelah kita memahami dan menghayati ajaran islam dengan utuh. Hanya dengan cara itulah ‘Karbon’ yang ada dalam diri kaum muslim dapat berubah menjadi berlian. Berlian yang berhasil menyinari seluruh alam.

Itu terbukti pada masa Rasulullah Saw. Dan para sahabatnya, juga generasi salafush-shalih setelahnya. Mereka meraih kemenangan demi kemenangan atas musuh-musuh islam karena senantiasa berpegang teguh pada ajaran islam.

Page 11: Al Quwwah Ar Ruhiyah

Di dalam banyak kitab Sirah diriwayatkan bahwa musuh manapun tidak akan sanggup bertahan lama menghadapi para sahabat Rasulullah Saw., bahkan kerajaan romawi sekalipun, yang saat itu merupakan sebuah ‘Negara adidaya’.

Saat berada di antakiah, pasukan romawi pulang dalam keadaan kalah usai menghadapi kaum muslim.

Heraklius, sang penguasa, berkata kepada pasukan, “Celaka kalian! Jelaskan kepadaku tentang orang-orang yang berperang melawan kalian?

Bukankah mereka juga manusia seperti kalian?!”“Benar,” jawab pasukan romawi.“Siapa yang lebih banyak pasukannya, kalian atau mereka?”“Kami lebih banyak pasukannya beberapa kali lipat di semua tempat!”“Lalu mengapa kalian bisa dikalahkan?” Tanya heraklius lagi.Salah seorang tokoh romawi berkata, “Karena mereka biasa melakukan shalat malam,

berpuasa pada siang hari, menepati janji, melakukan amar makruf nahi munkar, dan berlaku adil kepada sesame mereka. Sebaliknya, kita biasa minum minuman keras, berzina, melakukan keharaman, ingkar janji, merampok, menzalimi orang, memerintahkan hal-hal haram, melarang hal-hal yang di ridhai tuhan, serta membuat kerusakan di muka bumi.”

Kepada tokoh itu, heraklius berkata, kamu benar!”

(Diriwayatkan oleh ahmad bin marwan al-malik, dalam kitab Al-Bidayah (VII/15); juga oleh Ibnu Asakir). Bahkan, demi mengetahui rahasia kemenangan kaum muslim seorang intel Romawi

dikirim untuk menyelidikinya. Usai menjalankan tugasnya, intel itu menjelaskan kondisi kaum muslim, “Mereka adalah ‘Para biarawan’ (para ahli ibadah, red.)pada malam hari dan para pendekar ulung pada siang hari. Jika anak penguasa mereka mencuri, mereka memotong tangannya. Dan jika ia berzina, mereka merajamnya untuk menegakkan kebenaran di tengah-tengah mereka.”

Mendengar itu, atasan sang intel berkata, “jika laporanmu ini benar, perut bumi (kematian, red.) lebih baik bagiku dari pada berhadapan dengan mereka di atas permukaan bumi. Aku berharap tuhan tidak mempertemukan aku dengan mereka. “(Diriwayatkan Al-Baihaqi, dalam As-Sunan al-Kubra, VIII/175).

Dari kisah di atas, jelas bahwa kemenangan generasi muslim terdahulu dapat terjadi karena keteguhan mereka terhadap ajaran Islam. Sebaliknya, kekalahan yang mereka alami adalah karena kebalikannya.

Contoh yang paling nyata dapat kita temukan dari kisah perang Uhud. Bila kita menelaahnya, kita akan menemukan bahwa penyebab kekalahan kaum Muslim dalam perang tersebut terjadi karena perilaku sebagian kecil dari mereka yang tidak menaati perintah Rasulullah Saw. Sebagian pasukan pemanah, yang jumlahnya tidak mencapai 4% dari jumlah total pasukan kaum muslim ketika itu, melakukan tindakan indisipliner. Mereka bermaksiat terhadap perintah Rasulullah Saw. Akibatnya, 70 orang sahabat terbunuh; perut mereka dibelah, hidung dan telinga mereka dimutilasi, Rasulullah Saw. Juga terluka; wajah beliau tergores, gigi antara gigi seri dan gigi taring beliau rontok.

Page 12: Al Quwwah Ar Ruhiyah

Jadi mengapa nashrullah (pertolongan Allah, red.) tak kunjung turun pada kita? Pun, kenapa kemenangan tak kunjung datang dan khilafah tak kunjung tegak? Boleh jadi, semua itu karena kemaksiatan kita, bukan karena ketidak sahihan konsep dan metode dakwah kita. Mungkin, selama ini kita bermaksiat kepada Allah S.W.T. dan Rasul-Nya. Mungkin, selama ini kita belum bisa menjaga kejernihan akal pikiran kita, belum bisa memelihara kebersihan hati kita dari penyakit riya’, ujub, sombong, ambisi jabatan,dll., belum mampu melindungi pandangan kita dari yang haram, belum mampu melindungi pandangan kita dari yang haram, belum sanggup menjaga lisan kita dari ucapan-ucapan yang tidak berguna, serta belum mengendalikan anggota tubuh kita dari perilaku maksiat. Mungkin selama ini kita juga sering melalaikan akad (Janji, red.),menghianati amanah (terutama amanah dakwah), serta melanggar janji dan sumpah (terutama untuk taat dan patuh pada pimpinan atas nama Allah).

Jika semua itu yang menjadi faktor, tidak ada cara lain selain harus segera bertobat dengan taubatan nashuha, kembali kepada Allah Azza wajalla dengan segala kesucian jiwa-raga, serta mengembalikan motivasi kita kepada motivasi yang benar.

Sobat, inilah yang disebut Spiritual Motivation, suatu motivasi yang datang dari keyakinan dan nilai-nilai yang dianut oleh seseorang. Bagi kaum muslim, sudah pasti ayat-ayat Al-Qur’an atau As-Sunnah menjadi motivator utama dalam kehdupan.

Motivasi tersebut merupakan satu-satunya yang sahih dan kuat dalam mendorong manusia beraktivitas hingga berhasil merealisasikan apa yang menjadi tujuannya. Dengan motivasi spiritual itu seseorang tidak akan mengenal kata lelah dan putus asa dalam kamus hidupnya. Sebaliknya, ia akan terus menerus berusaha hingga akhirnya dengan izin Allah S.W.T. berhasil merealisasikan apa yang menjadi cta-citanya.

Karena itu, motivasi inilah yang harus dipahami dan dimiliki kaum muslimin saat ini. Meski secara materi kita kalah karena tertinggal di bidang sains dan teknologi, namun dengan motivasi spiritual ini kita akan dapat bangkit dan berusaha sekuat tenaga, dengan mengorbankan apa pun yang kita miliki, demi mengembalikan kejayaan islam, hingga islam menjadi rahmat bagi seluruh alam semesta.

BAb III

Membangun Motivasi Diri untuk Berjuang di Jalan Islam

“Siapakah yang menjamin anda hidup sampai dzuhur, jika Allah menghadirkanmu mati sekarang?” (Abdul Malik ibnu Umar ibnu Abdul Azis)

Sobat, sebagaiman dijelaskan di bab sebelumnya, spiritual motivation (Al-Quwwah Al-Ruhiyah) merupakan motivasi diri yang dahsyat dan luar biasa, yang mampu menjadikan orang mukmin menikmati dan menyukai jalan kebenaran, kendati jalan itu sulit dan berat, serta sarat dengan onak dan duri.

Bahkan nikmatnya jalan kebenaran tersebut konon mampu meringankan seseorang dari segala kesulitan, memudahkan dari segala kesusahan, membuat rintangan menjadi

Page 13: Al Quwwah Ar Ruhiyah

mudah untuk dilalui, serta menjadikan seseorang ridha terhadap segala ketentuan Allah S.W.T. kendati ia menjalani masa paling sulit sekalipun.

Tidakkah anda pernah mendengar kata-kata Khalid bin Walid berikut ini?“Aku lebih menyukai malam yang sangat dingin dan bersalju atau ditengah-tengah

pasukan yang akan menyerang musuh di pagi hari, dari pada malam disaat aku mendapat pengantin yang aku cintai atau saat aku diberi kabar kelahiran anak laki-laki.” (HR Ibn Al Mubarak dan Abu Nu’aim)

Hal serupa juga dilakukan oleh Shalahuddin Al-Ayyubi yang karena begitu cintanya berjuang di jalan Allah dan karena keinginan yang begitu kuat untuk merasakan nikmatnya kematian dan kelelahan di jalan Allah lebih menyukai hidup sederhana di sebuah kemah di tengah padang pasir, ketimbang kehidupan istana yang serba kemewah-mewahan dan bermegah-megahan.

Sobat,Motivasi diri menolong agama Allah menjamin keberhasilan dan kemenangan diri

kita. Sejarah membuktikan pada masa Khalifah Umar bin Abdul Azis. Beliau terkenal sebagai pemimpin yang bertaqwa dan adil. Meski hanya menjadi Khalifah selama 30 bulan, namun selama masa kepemimpinannya kemiskinan berhasil diberantas dan rakyat hidup dalam kesejahteraan yang luar biasa.

Sehubungan dengan hal tersebut, Yahya bin Said meriwayatkan,“Khalifah Umar bin Abdul Azis mengutus aku untuk memungut zakat di afrika, aku

pun melaksanakan tugas ini dan kemudian aku mencari golongan fakir miskin untuk diberi zakat.namun golongan fakir miskin tidak aku temui. Sesungguhnya Amirul mu’minin Umar bin Abdul Azis telah menjadikan kami manusia yang kaya raya lagi sejahtera.”

Sobat,Bukankah Allah memberikan garansi dan janji kepada kita sebagaimana yang

disebutkan dalam Al-Qur’an:

“Hai orang-orang mu’min, jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu.” (QS. Muhammad (47) : 7)

Menolong agama Allah itu artinya melakukan amar ma’ruf nahi munkar, menjalankan segala perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya. Inilah yang menjadi syarat datangnya pertolongan Allah dan Allah akan meneguhkan kedudukan kita.

Motivasi menolong agama Allah ini tiada lain adalah hakikat taqwa. Taqwa adalah menjalankan segla perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya.

Tahukah Anda, Sobat?Taqwa menjamin kecemerlangan umat. Hal tersebut sebagaimana firman Allah dalam

surat Al-Anfal ayat 29.“Whai mereka yang beriman, jika kamu bertaqwa kepada Allah, dia akan

memberikan kepadamu furqan yang menghapuskan segala kesalahanmu serta mengampuni dosa-dosamu.”

Sebagaimana yang telah disinggung pada bab II, bahwasannya orang yang bertaqwa serta berpegang teguh pada agama ternyata lebih hebat dari orang lain. Pendapat tersebut diperkuat oleh penelitian yang dilakukan Dr. Harold G. Koenig, Direktur Centre for the study of religion/Spirituality and healt, Duke University.

Page 14: Al Quwwah Ar Ruhiyah

Penelitian tersebut menemukan bahwa orang yang berpegang teguh pada agama akan memiliki hormon interleukin-6 yang tinggi dalam darahnya. Hormon tersebut berfungsi meningkatkan daya tahan tubuh seseorang,. Hasilnya, bila seseorang memiliki hormon tersebut dalam kadar tinggi ia akan lebih tenang dalam mengatasi masalah, seberat apapun itu.

Sobat,Disinilah letak perbedaannya. Ketika kita termotivasi hanya sebatas pada diri kita saja

entah untuk pemenuhan kebutuhan fisik maupun psikis maka pada batas tertentu, daya tahan tubuh akan melemah saat kita dihadapkan pada masalah. Akan tetapi, bila motivasi itu semata untuk membesarkan Islam dan memajukan Umat, maka motivasi tersebut akan dapat menembus melampaui batas normal manusia.

Maka, rugilah orang yang tidak meningkatkan taqwa dan hanya bergelimang dengan maksiat.

Hal tersebut sebagaimana firman Allah surat Ath Thala ayat 2-3 yang artinya,