30
AKUNTANSI PARTAI POLITIK POSTED BY MILANOVIRA 05/04/2015 TINGGALKAN KOMENTAR BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengertian dari Akuntansi adalah pengukuran, penjabaran, atau pemberian kepastian mengenai informasi yang akan membantu manajer, investor, otoritas pajak dan pembuat keputusan lain untuk membuat alokasi sumberdaya keputusan di dalam perusahaan, organisasi, dan lembaga pemerintah. Akuntansi bertujuan untuk menyiapkan suatu laporan keuangan yang akurat agar dapat dimanfaatkan oleh para manajer, pengambil kebijakan, dan pihak berkepentingan lainnya, seperti pemegang saham, kreditur, ataupun pemilik. Pengertian dari Partai Politik adalah setiap organisasi yang dibentuk oleh warga negara Republik Indonesia secara sukarela atas dasar persamaan kehendak untuk memperjuangkan baik kepentingan anggotanya maupun bangsa dan negara melalui Pemilihan Umum. Tujuan umum partai politik adalah mewujudkan cita-cita nasional bangsa Indonesia sebagaimana dimaksud dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945, dan mengembangkan kehidupan demokrasi berdasarkan Pancasila dengan menjunjung tinggi kedaulatan rakyat dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia. Sedangkan tujuan khusus partai politik adalah memperjuangkan cita-cita para anggotanya dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Moralitas politik yang menyangkut keuangan dan kesejahteraan rakyat tidak pernah menjadi agenda kerja yang serius dalam proses reformasi. Akibatnya ketiadaan transparansi akan sumber keuangan partai merupakan bagian yang paling lemah dari kemungkinan untuk terjadi praktek-praktek korupsi untuk keuangan partai, seperti kasus yang paling mutakhir. Kasus perginya kader partai memberi kesan kepada rakyat bahwa partai membangun sandiwara murahan. Institusi hukum yang berselisih waktu dalam pencekalan perginya sang kader partai ke negeri yang tidak memiliki perjanjian extradisi, dan KPK yang juga dicitrakan terlambat dalam mencegah kepergian pelaku yang diduga terlibat dalam kasus penyuapan pembangunan wisma Atlit. Jika ini benar, maka kita dapat mengatakan bahwa partai tidak lagi memiliki moralitas politik. Lebih dari itu juga partai yang semestinya membela rakyatnya sebagai korban korupsi justru memberi kesan lebih membela kadernya yang telah merugikan rakyat. Ini adalah sebuah gambaran dari kehidupan politik tanpa moral. Partai dalam hal ini, tampak seperti tidak peduli dengan rakyatnya yang semestinya mereka sejahterakan, yaitu dengan menjalankan negara secara bersih dan bekeadilan. Negeri ini akan di bawa ke mana jika partai tidak memiliki moralitas dan pertanggungjawaban kepada rakyat sebagai konstituen politiknya.

AKUNTANSI PARTAI POLITIK - … · 7) Untuk mengetahui tentang Dana Kampanye Politik Dilaporkan. 8) Untuk mengetahui tentang Atas Laporan Keuangan Partai Politik. 9) Untuk mengetahui

Embed Size (px)

Citation preview

AKUNTANSI PARTAI POLITIK POSTED BY MILANOVIRA ⋅ 05/04/2015 ⋅ TINGGALKAN KOMENTAR

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pengertian dari Akuntansi adalah pengukuran, penjabaran, atau pemberian kepastian

mengenai informasi yang akan membantu manajer, investor, otoritas pajak dan pembuat

keputusan lain untuk membuat alokasi sumberdaya keputusan di dalam perusahaan,

organisasi, dan lembaga pemerintah. Akuntansi bertujuan untuk menyiapkan suatu laporan

keuangan yang akurat agar dapat dimanfaatkan oleh para manajer, pengambil kebijakan, dan

pihak berkepentingan lainnya, seperti pemegang saham, kreditur, ataupun pemilik.

Pengertian dari Partai Politik adalah setiap organisasi yang dibentuk oleh warga negara

Republik Indonesia secara sukarela atas dasar persamaan kehendak untuk memperjuangkan

baik kepentingan anggotanya maupun bangsa dan negara melalui Pemilihan Umum. Tujuan

umum partai politik adalah mewujudkan cita-cita nasional bangsa Indonesia sebagaimana

dimaksud dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945, dan mengembangkan kehidupan

demokrasi berdasarkan Pancasila dengan menjunjung tinggi kedaulatan rakyat dalam Negara

Kesatuan Republik Indonesia. Sedangkan tujuan khusus partai politik adalah

memperjuangkan cita-cita para anggotanya dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan

bernegara.

Moralitas politik yang menyangkut keuangan dan kesejahteraan rakyat tidak pernah menjadi

agenda kerja yang serius dalam proses reformasi. Akibatnya ketiadaan transparansi akan

sumber keuangan partai merupakan bagian yang paling lemah dari kemungkinan untuk

terjadi praktek-praktek korupsi untuk keuangan partai, seperti kasus yang paling mutakhir.

Kasus perginya kader partai memberi kesan kepada rakyat bahwa partai membangun

sandiwara murahan. Institusi hukum yang berselisih waktu dalam pencekalan perginya sang

kader partai ke negeri yang tidak memiliki perjanjian extradisi, dan KPK yang juga dicitrakan

terlambat dalam mencegah kepergian pelaku yang diduga terlibat dalam kasus penyuapan

pembangunan wisma Atlit. Jika ini benar, maka kita dapat mengatakan bahwa partai tidak

lagi memiliki moralitas politik.

Lebih dari itu juga partai yang semestinya membela rakyatnya sebagai korban korupsi justru

memberi kesan lebih membela kadernya yang telah merugikan rakyat. Ini adalah sebuah

gambaran dari kehidupan politik tanpa moral. Partai dalam hal ini, tampak seperti tidak

peduli dengan rakyatnya yang semestinya mereka sejahterakan, yaitu dengan menjalankan

negara secara bersih dan bekeadilan. Negeri ini akan di bawa ke mana jika partai tidak

memiliki moralitas dan pertanggungjawaban kepada rakyat sebagai konstituen politiknya.

Rakyat selama ini hanya dijadikan korban partai karena pada dasarnya partai-partai di

Indonesia bukan muncul karena kepentingan rakyat melalui gerakan sosialnya, namun lebih

merupakan kepentingan elit politik dan elit bisnis yang bergerak menggunakan kekuatan

social untuk memenuhi kepentingan elit itu sendiri. Akibatnya rakyat hanya merupakan

obyek politik yang sesungguhnya tidak aktif dalam mendorong terjadinya perubahan yang

mendasar yaitu kesejahteraan sosial. Ini artinya reformasi politik lebih lanjut perlu dipikirkan

agar lebih mendasar dan radikal.

Dalam hal ini rakyat perlu membentuk kekuatan alternatif berupa gerakan sosial yang

berfungsi sebagai pengendali moralitas politik menuju masyarakat yang sejahtera. Reformasi

social dengan menjadikan warganegara secara aktif membentuk gilda sosial yang berfungsi

untuk membuka ruang partisipasi aktif guna mencapai kesejahteraan social yang menyeluruh.

Ini merupakan suatu kebutuhan ketika partai tidak memiliki moralitas politik dan menjadikan

rakyat hanya sebagai obnyek kepentingan ekonomi politik semata.

Dan pada kesempatan ini, maka penulis akan lebih lagi membahas mengenai Akuntansi

Partai Politik itu sendiri yang sekiranya bermanfaat bagi pembaca.

1.2. Rumusan Masalah

1) Bagaimana Pengertian Partai Politik?

2) Bagaimana Fungsi Partai Politik?

3) Bagaimana Akuntansi Partai Politik?

4) Bagaimana Penyusunan Laporan Keuangan dalam Partai Politik?

5) Bagaimana Daftar Kode Akun Partai Politik?

6) Bagaimana Akuntabilitas Dana Kampanye?

7) Kemana Dana Kampanye Politik Dilaporkan?

8) Bagaimana Audit Atas Laporan Keuangan Partai Politik?

9) Bagaiamana Tinjauan PSAK dan Kebutuhan Standar Akuntansi untuk Partai Politik?

10) Darimanakah Sumber Dana Partai Politik?

11) Bagaimana Peran KPU dalam Keuangan Partai Politik?

12) Bagaimana contoh Kasusnya?

1.3. Tujuan

1) Untuk mengetahui tentang pengertian partai politik.

2) Untuk mengetahui tentang Fungsi Partai Politik.

3) Untuk mengetahui tentang Akuntansi Partai Politik.

4) Untuk mengetahui tentang Penyusunan Laporan Keuangan dalam Partai Politik.

5) Untuk mengetahui tentang Daftar Kode Akun Partai Politik.

6) Untuk mengetahui tentang Akuntabilitas Dana Kampanye.

7) Untuk mengetahui tentang Dana Kampanye Politik Dilaporkan.

8) Untuk mengetahui tentang Atas Laporan Keuangan Partai Politik.

9) Untuk mengetahui tentang Tinjauan PSAK dan Kebutuhan Standar Akuntansi untuk Partai

Politik.

10) Untuk mengetahui tentang Sumber Dana Partai Politik.

11) Untuk mengetahui tentang Peran KPU dalam Keuangan Partai Politik.

12) Untuk mengetahui tentang contoh Kasusnya.

BAB II PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Partai Politik

Pengertian partai politik disebutkan secara khusus dalam UU RI No 2 Tahun 2008 tentang

Partai Politik, partai politik adalah organisasi yang bersifat nasional dan dibentuk oleh

sekelompok warga negara Indonesia secara sukarela atas dasar kesamaan kehendak dan cita-

cita untuk memperjuangkan dan membela kepentingan politik anggota, masyarakat, bangsa,

dan negara serta memelihara keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI)

berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.

Pertanggungjawaban keuangan yang transparan oleh partai politik merupakan bentuk

kepatuhan terhadap undang-undang partai politik dan undang-undang pemilu. Partai politik

harus mampu dan melaksanakan pertanggungjawaban terhadar seluruh sumber daya

keuangan yang digunakan kepada para konstituennya. Bentuk pertanggungjawaban pengelola

keuangan partai politik serta pemilu adalah penyampaian Laporan Dana Kampanye (semua

peserta pemilu),serta Laporan Keuangan (khusus untuk partai politik), yang harus diaudit

oleh Kantor Akuntan Publik, ke KPU serta terbuka untuk diakses publik.

Akuntabilitas yang tinggi dapat menciptakan good political party governance sehingga dapat

meminimalisasi kecurangan penyalahgunaan dana dan mengantisipasi munculnya konflik.

Penerapan kewajiban tata administrasi keuangan dan system pelaporan dana kampanye secara

transparan, akuntabel, dan independen akan sangat menunjang perwujudan pelaksanaan

pemilu yang bersih dalam rangka membengun demokrasi yang berkredibilitas dan dapat

menciptakan kepercayaan publik kepada pemerintah dan pertanggungjawaban peserta pemilu

kepada publik.

Realitas yang ada masih menunjukkan lemahnya kesadaran dan kepatuhan partai politik

untuk membuat laporan pertanggungjawaban atas penggunaan dananya. Faktanya pada

nopember 2010, masih ada 11 parpol kontestan pemilu 2009 yang belum menyerahkan

laporan pertanggungjawaban dana kampanyenya kepada KPU. Hal ini tentunya dapat

menghambat pembangunan demokrasi yang berkredibilitas. Di sisi lain, standar akuntansi

yang ada, yaitu PSAK 45, merupakan standar akuntansi keuangan yang dibuat IAI untuk

organisasi nirlaba yang juga digunakan untuk partai politik. PSAK 45 ini tidak cukup

mengakomodir karakteristik partai politik yang berbeda dengan organisasi nirlaba.

Oleh karena itu, perlu standar akuntansi keuangan khusus yang mengatur pelaporan keuangan

partai politik. Dengan demikian laporan keuangan partai politik dapat lebih mudah dipahami,

memiliki relevansi, dapat diandalkan, dan memiliki daya banding yang tinggi. Laporan yang

baik dapat digunakan semaksimal mungkin oleh para pengurus partai, anggota partai,

pemerintah, donator, kreditur, dan publik dalam membantu menilai, memonitor, dan

mengevaluasi kinerja partai, serta merencanakan gerak langkah partai selanjutnya. Secara

khusus, tujuan utama pembuatan laporan adalah menginformasikan posisi keuangan, kinerja,

serta perubahan posisi keuangan partai politik.

2.2. Fungsi Partai Politik

Dalam Negara demokrasi,Partai politik menyelenggarakan beberapa fungsi:

1. Partai Politik Sebagai Komunikasi Politik:Menyalurkan aneka ragam pendapat dan aspirasi

masyarakat serta mengaturnya sedemikian rupa sehingga kesimpangsiuran pendapat dalam

masyarakat masyakat menjadi berkurang.

2. Partai Politik sebagai Sarana Sosialisasi politik:diartikan sebagai proses sikap dan orientasi

seorang terhadap fenomena politik dalam mengikuti kecenderungan masyarakatnya.

3. Partai Politik Sebagai Sarana Rekrutmen Politik: Untuk mencari dan mengajak orang yang

terbakar untuk turut aktif dalam kegiatan politik,Rekruitmen anggota partai merupakan

uapaya regenerasi kepemimpinan.

4. Partai Politik Sebagai Sarana Pengatur Konflik: Persaingan dan perbedaan dalam

masyarakat merupakan hal yang wajar.Jika sampai terjadi konflik partai politik berusaha

untuk mengatasinya.

2.3. Memahami Akuntansi Partai Politik

Untuk mengatur pelaporan keuangan partai politik. Dengan adanya standar pelaporan

diharapkan laporan keuangan organisasi partai politik dapat lebih mudah dipahami, memiliki

relevensi, dapat diandalkan, dan memiliki daya banding yang tinggi.

Dalam rangka pesta demokasi di negara ini, tanda tanya besar perlu tidaknya suatu

pertanggungjawaban keuangan dialamatkan ke Parpol maupun peserta pemilu. Idealnya

mereka harus transparan karena sebagai suatu entitas yang menggunakan dana public yang

besar tanggung jawab keuangan merupakan hal yang tidak dapat ditawar-tawar lagi.

Mereka harus mempertangungjawabkan sumber daya keuangan yang digunakan kepada para

konstituennya dan juga sebagai bentuk kepatuhan kepada Undang-undang. Bentuk

pertanggungjawaban pengelolaan keuangan para peserta pemilu, adalah dengan

menyampaikan Laporan Dana kampanye (semua peserta pemilu) serta Laporan Keuangan

(khusus untuk Parpol), yang harus diaudit oleh akuntan Publik dan disampaikan ke KPU serta

terbuka untuk diakses publik.

2.4. Penyusunan Pelaporan Keuangan Dalam Partai Politik

Keuangan Partai Politik bersumber dari iuran anggota, sumbangan yang sah menurut hukum,

dan bantuan dari anggaran negara. Sumbangan yang sah menurut hukum dapat berupa uang,

barang, fasilitas, peralatan, dan/atau jasa. Bantuan dari anggaran negara (yang diatur dalam

peraturan pemerintah) diberikan secara proporsional kepada Partai Politik yang mendapat

kursi di lembaga perwakilan rakyat. Sumbangan dari anggota dan bukan anggota yang sah

menurut hukum paling banyak senilai Rp200.000.000 (dua ratus juta rupiah) dalam waktu 1

(satu) tahun. Dan sumbangan dari perusahaan dan/atau badan usaha yang sah menurut hukum

paling banyak senilai Rp800.000.000 (delapan ratus juta rupiah) dalam waktu 1 (satu) tahun.

Laporan keuangan yang dibuat oleh Partai Politik adalah laporan keuangan tahunan dan

laporan dana kampanye. Penyusunan Laporan Keuangan Tahunan Partai Politik mengacu

pada PSAK (Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan) No. 45 tentang akuntansi untuk

organisasi nirlaba, yang dikeluarkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia dan terdiri atas laporan

berikut ini:

• Laporan Posisi Keuangan.

• Laporan Aktivitas.

• Laporan Perubahan dalam Aktiva Neto/Ekuitas.

• Laporan Arus Kas.

• Catatan atas Laporan Keuangan.

Selain mengacu pada PSAK No. 45, penyusunan laporan keuangan Partai Politik juga terikat

pada ketentuan-ketentuan yang terdapat dalam perundang-undangan RI mengenai

Partai Politik dan Pemilu, seperti UU No. 31 tahun 2002 tentang Partai Politik dan UU No.

12 tahun 2003 tentang Pemilu. Ketentuan teknis tentang pedoman penyusunan laporan

keuangan untuk Partai Politik terdapat dalam SK KPU No. 676 tahun 2003 tentang Tata

Administrasi Keuangan dan Sistem Akuntansi Keuangan Partai Politik, serta Pelaporan Dana

Kampanye Peserta Pemilihan Umum.

2.5. Daftar Kode Akun Partai Politik

Kode Akun Dana Rutin

1. Penerimaan Dana Rutin

Kode Akun Keterangan Penjelasan

41.01.01 ABB – Iuran Anggota Dewan

41.01.02 ABB – iuran & infak anggota

41.02.01 ABB – Sumbangan perorangan

41.02.02 ABB – Sumbangan Badan

41.02.03 ABB – Bantuan pemerintah

41.02.04 ABB – Bantuan dari DPP/DPW

41.09.19 ABB – Penghasilan lainnya

41.10.01 ABB – Penghasilan nonkas

48.01.00 ABP – Sumbangan kegiatan sosial

2. Pengeluaran Dana Rutin

a. Beban manajemen dan umum

Kode Akun Pos Penjelasan

51.01.00

Beban pegawai Mencatat gaji, honor, tunjangan, lembur, bantuan kesehatan & biaya diklat,

serta biaya personal lainnya

51.02.00 Beban kesekretariatan dan rumah tangga Mencatat beban konsumsi, ATK, RTK &

bahan cetakan, ekspedisi benda pos, pengurusan dokumen, beban telepon, listrik, langganan

internet, dll

51.03.00 Beban publikasi & kehumasan Beban konferensi pers, atribut, media promosi cetak

dan elektronik, beban dokumentasi, langganan majalah dan koran dan penerbitan.

51.04.00 Beban sewa dan pemeliharaan Beban sewa kantor, kendaraan, pemeliharaan

gedung, inventaris, dll

51.05.00 Beban transportasi dan asuransi Beban BBM, tol, parkir, uang transport, asuransi

gedung dan kendaraan dinas, dll

51.07.00 Beban subsidi Beban subsidi dan struktur di atasnya seperti subsidi dari DPP, DPW,

dan DPD

51.09.00 Beban umum lainnya Beban administrasi bank dan beban umum serta administrasi

lainnya

b. Beban kegiatan dan program

Kode Akun Pos Penjelasan

52.01.03 Beban kegiatan DPW, DPD, DPC Mencatat kegiatan yang dilakukan oleh DPW,

DPD, DPC seperti acara rapat koordinasi/kerja, DPW/DPD, milad, tarhib ramadhan, dll

52.01.04 Beban kegiatan deputi bidang dan biro Mencatat kegiatan yang dilakukan oleh

deputi bidang atau biro di DPW/DPD/DPC, seperti acara kaderisasi, rakor kewanitaan,dll

52.01.06 Beban pendirian dan verifikasi Mencatat beban administrasi, pendirian, bahan,

transport, dan acara deklarasi, serta beban verifikasi, depkenham, dan KPU

52.01.07 Beban musyawarah wilayah/daerah Mencatat beban acara musyawarah, wilayah,

daerah

52.01.19 Beban kegiatan lainnya Mencatat beban kegiatan lainnya yang termasuk dalam

kelompok di atas

c. Pengeluaran lain-lain

Kode Akun Pos Penjelasan

52.01.91 Penyetoran iuran anggota ke DPW Mencatat penyetoran bagian, iuran/infak anggota

yang menjadi bagian/hak DPW

52.01.92 Penyetoran iuran anggota ke DPP Mencatat penyetoran bagian iuran/infak anggota

yang menjadi bagian/hak DPP

52.01.18 Transfer ke dana kampanye Mencatat transfer dana rutin yang diberikan/digunakan

untuk dana kampanye

d. Penerimaan dan pengeluaran unsur neraca

Kode Akun Pos Penjelasan

11.10.00 Uang muka kerja dan piutang Mencatat penerimaan dan pengeluaran untuk uang

muka kerja dan piutang

11.40.00 Beban dibayar di muka Mencatat pengeluaran biaya di bayar di muka, dan

pembebanan/amortisasinya menjadi biaya seperti sewa kantor yang dibayar sekaligus 3 tahun

12.11.00 Investasi, inventaris tanah dan bangunan Mencatat pengeluaran untuk invetasi,

pembelian inventaris tanah dan bangunan serta mencatat pelepasan/ penjualan/penghapusan,

dan mencatat perbaikan yang dikapitalisir (yang menambah umur aktiva)

12.80.00 Aktiva lain-lain Mencatat pembelian/perolehan serta

penghapusan/pelepasan/pengeluaran aktiva lain-lain seperti atribut, dll

21.01.00 Utang jangka pendek Mencatat penerimaan dan pengeluaran utang/kewajiban yang

akan diselesaikan/jatuh tempo dalam waktu 1 tahun

22.01.00 Utang jangka panjang Mencatat penerimaan dan pengeluaran utang/kewajiban yang

akan diselesaikan/jatuh tempo lebih dari 1 tahun

Bentuk Formulir Jurnal

Tanggal No. Akun Nama Akun Debet Kredit

2.6. Akuntabilitas Dana Kampanye

Kampanye partai politik untuk promosi dan pembentukan opini publik sudah pasti

memerlukan dana yang besar. Karena itu, segala sesuatu yang berkaitan dengan penggunaan

dana yang besar pasti akan menimbulkan kerawanan. Mulai dari rawan kolusi, korupsi,

konflik. Akuntabilitas yang tinggi dapat meminimalisir kecurigaan penyalahgunaan dana dan

mengantisipasi munculnya konflik. Kebutuhan untuk menciptakan good political party

governance dirasakan sangat mendesak, terutama bagi para partai politik peserta pemilu.

Penerapan kewajiban tata administrasi keuangan dan sistem pelaporan dana kampanye secara

transparan, akuntabel, dan independen akan sangat menunjang perwujudan pelaksanaan

pemilu yang bersih dalma rangka membangun kepercayaan publik kepada pemerintah dan

pertanggungjawaban peserta pemilu kepada publik.

Pelaporan dana kampanye Parpol

Tipe pelaporan dana kampanye partai politik:

1. Tentukan metode pencatatan yang digunakan (sistem pencatatn tunggal atau sistem

pencatatan berpasangan, basis kas atau akrual)

2. Pisahkan pencatatan pemasukan dan pengeluaran antara keuangan rutin parpol dengan

pendanaan kampanye

3. Semua transaksi yang dilakukan harus memiliki bukti tertulis seperti surat

perjanjian/kontrak tertulis, kwitansi, faktur

4. Semua kegiatan yang berkaitan dengan kampanye harus dilengkapi dengan dokumentasi

kegiatan seperti foto kegiatan atau rekaman video.

Metode pencatatan berpasangan (Double entry) basis kas

1. Tentukan kode akun dana kampanye

Berikut adalah contoh kode akun dana kampanye suatu parpol ABC.

Penerimaan dana kampanye

AB.01.01 Transfer dari danavrutin dan subsidi

AB.01.02 sumbangan perorangan-DK

AB.01.03 Sumbangan perusahaan/badan-DK

AB.01.04 Bantuan pemerintah-DK

AB.09.19 Penghasilan lainnya-DK

CD.01.01 Penerimaan pinjaman pihak ketiga-DK

Pengeluaran dana kampanye

GH.01.01 Beban gaji, honor, tunjangan-DK

GH.01.02 Beban perjalanan-DK

GH.01.03 Beban iklan media cetak dan elektronik-DK

GH.01.04 Beban atribut kampanye-DK

GH.01.05 Beban perlengkapan dan peralatan-DK

GH.01.06 Beban komunikasi

GH.01.07 Beban pengamanan-DK

GH.01.08 Beban subsidi-DK

GH.01.09 Beban operasional lainnya

EF.01.16 Pengadaan aktiva-DK

GH.01.19 Beban kerugian dan lainnya

CD.01.01 Pengembalian pinjaman pihak ketiga-DK

2. Format buku penerimaan dan pengeluaran kas/bank dana kampanye

Dewan Pimpinan Partai ABC

Provinsi

Kab/Kota/kec bulan/tahun

Tgl Nomor Bukti Uraian Kode Akun Debet Kredit Saldo

Sub jumlah

3. Format daftar sumbangan dana kampanye yang melebihi Rp 5.000.000

Dewan Pimpinan Partai ABC

Provinsi

Kab/Kota/kec bulan/tahun

No. Nama Peyumbang dan Identitas Alamat dan Nomor Telepon Klasifikasi Jumlah (Rp)

Bentuk Sumbangan Ket

1 2

3 4 5 6

4. Format rekapitulasi penerimaan dan pengeluaran kas dana kampanye

a. Penerimaan dana kampanye

ABT- Transfer dari dana rutin dan subsidi 43.01.01 Rp

ABT- Sumbangan perorangan 43.01.02 Rp

ABT- sumbangan perusahaan/badan 43.01.03 Rp

ABT- Bantuan pemerintah 43.01.04 Rp

ABT- Penghasilan lainnya 43.09.19 Rp

ABT- Penerimaan pinjaman pihak ketiga 21.01.01 Rp

Rp

b. Pengeluaran dana kampanye

ABT- Beban gaji dan honor 54.01.01 Rp

ABT- Beban perjalanan 54.01.02 Rp

ABT- Beban media cetak dan elektronik 54.01.03 Rp

ABT- Beban atribut kampanye 54.01.04 Rp

ABT- Beban perlengkapan dan peralatan 54.01.05 Rp

ABT- Beban Komunikasi 54.01.06 Rp

ABT- Beban pengamanan 54.01.07 Rp

ABT- Beban subsidi 54.01.08 Rp

ABT- Beban operasional lainnya 54.01.09 Rp

ABT- pengadaan aktiva-DK 54.01.16 Rp

ABT- Beban dan kerugian lainnya 54.01.19 Rp

ABT-Pengembalian pinjaman pihak ketiga 21.01.01 Rp

Rp

2.7. Kemana dan Kapan Dana Kampanye Organisasi Partai Politik itu dilaporkan

Dalam pasal 79 UU No. 12 tahun 2003 tentang Pemilu disebutkan bahwa seluruh laporan

dana kampanye peserta Pemilu, baik penerimaan maupun pengeluaran, wajib diserahkan ke

akuntan publik terdaftar selambat-lambatnya 60 hari sesudah hari pemungutan suara.

Sementara itu, akuntan publik wajib menyelesaikan audit selambat-lambatnya 30 hari

kemudian dan hasilnya dilaporkan ke KPU selambatnya tujuh hari sesudah diaudit.

Ketentuan tersebut dimaksudkan agar terwujud akuntabilitas mengenai Pengelolaan Dana

Kampanye Pemilu sehingga dapat menepis tuduhan akan adanya praktik-praktik politik uang

(money politics). Tapi pada kenyataannya, berdasarkan data dan catatan di KPU hingga batas

waktu yang ditetapkan 12 Juli 2004, baru tujuh Partai Politik yang menyerahkan hasil audit

dana kampanye Pemilu legistalif. Ini artinya masih ada tujuh belas Partai Politik yang belum

menyerahkan audit dana kampanyenya ke KPU. Akibatnya, Komisi Pemilihan Umum

memperpanjang batas waktu penyerahan hasil audit dana kampanye Partai Politik hingga

tanggal 27 Juli 2004. Untuk itu KPU mengirimkan surat peringatan lagi kepada Partai Politik

yang belum menyerahkan laporan.

Partai Politik enggan untuk menyerahkan laporan dana kampanye terutama Partai Politik

yang tidak memperoleh kursi legislatif. Di samping itu, keengganan Partai Politik

melaporkan audit dana kampanye adalah karena tidak adanya sanksi bagi legislatif. Meskipun

tidak ada sanksi hukum, sebenarnya Partai Politik yang tidak menyerahkan bisa dikenai

sanksi moral yang akan menurunkan kredibilitas Partai Politik kepada publik. KPU juga akan

memberikan rekomendasi kepada pemerintah, Partai Politik mana saja yang tidak memenuhi

ketentuan UU Pemilu dan UU Partai Politik.

2.8. Audit Atas Laporan Keuangan Partai

2.8.1. Aturan yang mengatur Audit Partai Politik

Peraturan mengenai partai politik telah diatur dengan Undang-Undang Nomor 2 tahun 2011,

sebagai pengganti dari Undang-Undang Nomor 2 tahun 2008 tentang Partai Politik.

Keuangan partai politik bersumber dari iuran anggota, sumbangan, maupun bantuan

keuangan dari APBN/APBD. Dalam pasal 34A ayat 1 menyebutkan bahwa partai politik

wajib menyampaikan laporan pertanggungjawaban penerimaan dan pengeluaran yang

bersumber dari dana bantuan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) dan

Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) kepada Badan Pemeriksa Keuangan

(BPK) secara berkala 1 (satu) tahun sekali untuk diaudit paling lambat 1 (satu) bulan setelah

tahun anggaran berakhir. Tujuan audit oleh BPK tersebut adalah untuk menilai kepatuhan

terhadap peraturan perundang-undangan terkait dengan bantuan pemerintah dan efektivitas

dan operasi penggunaan dana bantuan pemerintah. Audit dilaksanakan berdasarkan Standar

Pemeriksaan Keuangan Negara (SPKN).

Dalam pasal 38 UU No 2 th 2011 dijelaskan bahwa hasil pemeriksaan laporan

pertanggungjawaban penerimaan dan pengeluaran keuangan partai politik terbuka untuk

diketahui masyarakat. Hal ini mengindikasikan bahwa seharusnya masyarakat dapat

mengetahui dan mengakses atas pelaporan keuangan partai. Namun kenyataannya masih

sangat sulit untuk menerapkan transaparansi atas keuangan partai politik. Pasal 39 dari

undang-undang ini menyatakan bahwa:

1. Pengelolaan keuangan Partai Politik dilakukan secara transparan dan akuntabel

2. Pengelolaan keuangan Partai Politik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diaudit oleh

akuntan publik setiap 1 (satu) tahun dan diumumkan secara periodic

3. Partai Politik wajib membuat laporan keuangan untuk keperluan audit dana yang meliputi:

• laporan realisasi anggaran Partai Politik

• laporan neraca; dan

• laporan arus kas.

Dalam Undang-Undang No. 31 Tahun 2002 tentang partai politik, pasal 9 sebagai dasar

hukum penyelenggaraan akuntansi bagi partai politik yang menjelaskan bahwa:

• Partai politik diwajibkan untuk membuat pembukuan, memelihara daftar penyumbang dan

jumlah sumbangan yang diterima, serta terbuka untuk diketahui oleh masyarakat dan

pemerintah.

• Partai politik diwajibkan untuk menyampaikan laporan keuangan dan laporan dana

kampanye pemilihan umum kepada Komisi Pemilihan Umum.

• Partai politik diwajibkan membuat laporan keuangan secara berkala 1 (satu) tahun sekali

dan memiliki rekening khusus dana kampanye pemilihan umum serta menyerahkan laporan

keuangan yang diaudit oleh akuntan publik kepada Komisi pemilihan Umum paling lambat 6

(enam) bulan setelah hari pemungutan suara.

Keputusan KPU No. 30/2004 Mengatur Audit Keuangan dan Dana Kampanye Partai dan

Calon Presiden-Wapres :

Calon presiden dan calon wakil presiden bisa ditanya mengenai asal-usul dana kampanye

mereka apabila ditemukan ada penyumbang anonim atau penyumbang yang tidak masuk

daftar penyumbang. presiden dan wakil presiden bisa ditanya tentang identitas sebenarnya

dari penyumbang itu serta alasan tidak dimasukkannya nama donatur. Hal itu merupakan

salah satu butir dalam Keputusan Komisi Pemilihan Umum (KPU) No. 30 Tahun 2004

Tentang Panduan Audit Laporan Keuangan Partai Politik dan Audit Laporan Dana

Kampanye Peserta Pemilihan Umum yang diterbitkan oleh KPU 21 April lalu.

Secara keseluruhan isi keputusan ini mencakup Juklak untuk audit laporan dana kampanye

Parpol dan calon anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD) dan audit laporan dand

kampanye pasangan calon presiden dan wakil presiden. Semua ketentuan mengenai hal-hal

ini diatur dalam Pasal 2, 3, dan 4 keputusan ini, yang kemudian dirinci di dalam lampirannya.

Rincian di dalam lampiran itu mencakup 3 pokok bahasan besar, yaitu penerapan prosedur

yang disepakati atas laporan dana kampanye Pemilu; prosedur pemeriksaan atas dana

kampanye calon anggota DPD; penerapan prosedur yang disepakati atas laporan dana

kampanye pasangan calon presiden dan wakil presiden. Ketiga pokok bahasan itu masing-

masing dirinci dengan jelas dan detail mengenai bagaimana prosedur pemeriksaan atas saldo

awal, sumbangan nonkas dari partai dan para calon, dan seterusnya. Pendek kata, ketentuan

mengenai mekanisme audit di keputusan ini sudah jelas dan rinci.

Audit yang dimaksud dalam keputusan KPU ini adalah audit umum untuk menyatakan

pendapat (opini) akuntan atas kewajaran penyajian laporan keuangan tahunan partai politik.

Sedangkan audit atas laporan dana kampanye peserta Pemilu adalah audit sesuai prosedur

yang disepakati (agreed upon procedures). Sedangkan laporan keuangan parpol adalah

laporan yang mencakup periode 1 Januari hingga 31 Desember. Selambat-lambatnya 3 bulan

setelah akhir tahun buku yang bersangkutan, parpol menyerahkan laporan keuangan tahunan

kepada kantor akuntan publik.

2.8.2. Persiapan menghadapai proses Audit

Dalam setiap proses audit yang dilaksanakan baik oleh KAP maupun oleh BPK maka

beberapa hal yang perlu disiapkan adalah:

• Kelengkapan laporan keuangan

Laporan keuangan atau laporan lainnya harus sudah tersedia dan disiapkan sendiri oleh partai

politik. KAP tidak bertugas untuk menyiapkan laporan keuangan atau jenis laporan lainnya,

karena laporan keuangan adalah tanggung jawab partai politik. Tanggung jawab KAP atau

BPK adalah melakukan audit berdasarkan standar auditnya masing-masing. Kelemahan

utama partai politik adalah laporan keuangan belumsiap pada saat diaudit akibat dari

pengendalian internal yang tidak baik.

• Tersedianya tenaga pendamping

Perlu tenaga pendamping bagi audit oleh KAP atau BPK. Tenaga pendamping tersebut

bertugas membantu proses pemeriksaan dan sebagai jembatan komunikasi antara partai

dengan auditor. Tenaga pendamping dapat merupakan personel yang berbeda dari staf

akuntansi.

• Tersedianya ruangan/tempat bagi staf auditor

Karena auditor memerlukan pemeriksaan dokumen maka sebaiknya partai menyediakan

suatu ruangan khusus bagi auditor sehingga dokumen tidak dibawa keluar kantor partai.

• Tersedianya surat penugasan dari KAP atau BPK

Dalam setiap penugasan staf auditor harus di lengkapi dengan surat tugas dari kantor masing-

masing KAP atau BPK untuk memasti kan bahwa personel yang ditugaskan adalah benar.

Penugasan dipimpin oleh partner akuntan publik dari KAP atau pejabat tertentu dari BPK.

Partner akuntan publik dari KAP merupakan personel yang memegang ijin Akuntan Publik

dari Pemerintah. Memberikan penjelasan/ keterangan yang relevan dalam setiap pertanyaan

yang diajukan auditor.

• Memfasilitasi kebutuhan konfirmasi kepada pihak ketiga sesuai kebutuhan dari auditor.

• Menyediakan dokumen-dokumen yang relevan dengan partai politik dan dokumen

keuangan seperti catatan akuntansi, bukti transaksi, kontrak-kontrak, dokumen

ketenagakerjaan, rekening Koran, akta pendirian partai dan pengesahan oleh pemerintah serta

dokumen relevan lainnya.

• Memastikan keamanan dan kerahasiaan dokumen pada saat proses audit yaitu dengan

meminta KAP atau BPK menandatangani formulir kesepakatan kerahasiaan. Meskipun kode

etik KAP dan BPK rnengatur mengenai kerahasiaan namun lebih baik jika partai membuat

kesepakatan ini.

2.8.3. Audit atas Laporan Keuangan Tahunan

Audit atas laporan keuangan tahunan partai politik dilakukan oleh auditor independen yaitu

Kantor Akuntan Publik (KAP). Dalam hal ini partai politik melakukan seleksi dan penetapan

KAP sesuai dengan prosedur internal Partai. Dalam menentukan KAP, partai politik harus

memperhatikan validitas KAP mengingat banyak terjadi praktik pemalsuan terhadap KAP.

Karena itu sebelum menunjuk KAP, partai dapat melakukan konsultasi kepada asosiasi

profesi akuntan publik yaitu Institut Akuntan Publik Indonesia (IAPI) mengenai tata cara dan

validitas KAP. Dalam setiap audit, KAP harus melakukan audit berdasarkan standar auditing

yang ditetapkan lAPI. Dalam setiap audit KAP dengan partai politik harus dilengkapi dengan

perikatan/kontrak yang mengatur tentang audit tersebut. KAP akan menyediakan proposal

perikatan sekaligus dapat digunakan sebagai perikatan/kontrak.

Dalam melaksanakan audit KAP akan menjalankan serangkaian prosedur yang diperlukan

seperti melakukan wawancara, inspeksi dokumen dan catatan, pengujian fisik, dan konfirmasi

kepada pihak ketiga serta surat representasi dari partai politik. Pekerjaan KAP dituangkan

dalam kertas pemeriksaan dimana kertas kerja tersebut akan disimpan KAP. Produk dari

audit oleh KAP adalah laporan auditor independen yang memuat pendapat auditor atas

laporan keuangan yang disajikan oleh partai politik. Partai politik dapat meminta KAP untuk

melakukan jenis audit lain yang relevan yang diperlukan oleh partai politik terkait dengan

pelaporan keuangan.

2.8.4. Audit atas laporan pertanggungjawaban dana bantuan keuangan partai politik dari

pemerintah

Audit atas laporan pertanggungjawaban bantuan keuangan pemerintah dilakukan oleh Badan

Pemeriksa Keuangan (BPK) sehubungan dengan bantuan yang diterima merupakan lingkup

keuangan Negara. Tujuan audit tersebut adalah untuk menilai kepatuhan terhadap peraturan

perundang-undangan terkait dengan bantuan pemerintah dan efektivitas dan operasi

penggunaan dana bantuan. Audit oleh BPK dilaksanakan berdasarkan Standar Pemeriksaan

Keuangan Negara (SPKN) yaitu suatu standar pemeriksaan yang diterbitkan oleh BPK yang

harus dijalankan dan ditaati oleh setiap pemeriksa keuangan Negara. Karena itu termasuk

audit laporan ini, BPK harus menjalankan audit berdasarkan SPKN.

Dua hal utama yang selalu menjadi temuan BPK atas audit laporan pertanggungjawaban dana

bantuan partai politik adalah penggunaan dana bantuan yang tidak sesuai ketentuan dan tidak

adanya bukti-bukti transaksi yang lengkap dan sah

Beberapa contoh temuan BPK atas penggunaan dana bantuan partai politik yang tidak sesuai

ketentuan adalah sebagai berikut:

• Pembayaran honorarium (berdasarkan peraturan terbaru yaitu Permendagri no. 24 tahun

2009 sudah tidak ada lagi alokasi biaya untuk honorarium/gajistaf)

• Pembebanan biaya kunjungan musibah anggota partai politik yang sakit pada biaya

perjalanan dinas

• Pembebanan biaya sewa gedung pada biaya pemeliharaan

• Pembebanan biaya sewa hotel dalam rangka musyawarah cabang luar biasa pada biaya

administrasi umum

• Pembebanan biaya angsuran kendaraan bermotor

2.8.5. Audit Dana Kampanye Partai Politik

a. Program Audit Dana Kampanye Partai Politik

Sebagaimana diatur dalam Pasal 9 huruf (j) UU No. 31 tahun 2002, setiap Partai Politik wajib

memiliki rekening khusus dana kampanye, yang secara khusus menampung dana kampanye

Pemilu yang dipisahkan dari rekening untuk keperluan lain. Menurut SK KPU No. 676 tahun

2003, setiap Partai Politik peserta pemilu wajib melaporkan rekening khsus, seperti nomor

rekening khusus dana kampanye Pemilu, nama, serta alamat bank. Kemudian laporan

besarnya saldo awal serta sumber penerimaan saldo awal tersebut yang berasal dari partai,

sumbangan perorangan, dan swasta dan masih banyak lagi. Untuk donasi, wajib disebutkan

bentuknya, identitas donatur, maupun penerimanya.

Dalam pasal 78 ayat (4) UU No. 12 tahun 2003 dijelaskan bahwa jumlah sumbangan lebih

dari Rp 5 juta wajib dilaporkan kepada KPU, termasuk identitas lengkap pemberi sumbangan

juga pada penjabaran pasal 9 UU No.31 tahun 2002, bahwa semua Partai Politik wajib

menyampaikan laporan keuangan tahun anggaran per 31 Desember 2003 kepada Kantor

Akuntan Publik paling lambat 31 Maret 2003. Setelah itu, akuntan publik memiliki waktu

dua bulan untuk mengaudit laporan partai dan menyerahkan ke KPU paling lambat awal Juli

2004.

b. Prosedur Audit

Prosedur audit adalah sebagai berikut:

1. Penerapan Prosedur atas pembukaan Rekening khusus Dana Kampanye.

o Dapatkan laporan pembukuan rekening khusus dana kampanye yang disampaikan peserta

pemilu kepada KPU.

o Minta reprentasi tertulis apakah laporan tersebut sudah disampaikan sesuai dengan

ketentuan yang telah ditetapkan oleh KPU.

o Minta reprensentasi tertulis apakah laporan pembukaan rekening khusus dana kampanye

telah dijelaskan sumber perolehan saldo awal serta rincian penerimaan dan pengeluaran dana

kampanye yang dikeluarkan sebelum pembukaan rekening khusus dana kampanye.

2. Penerapan Prosedur atas saldo awal penerimaan Kas.

o Saldo awal ini merupakan juamlah penerimaan kas dana kampanye yang masuk kedalam

pembukuan pasangan calon presiden dan wakil presiden sebelum ditetapkan sebagai peserta

pemilu. Jumlah saldo awal ini diperoleh dengan menjumlahkan seluruh kas dana kampanye

yang berada disisi debet setiap kali penjurnalan terhadap transaksi kas dilakukan.

o Dapatkan bukti setoran awal dari sisa penerimaan dana yang disetorkan kerekening khusus

dana kampanye.

o Bandingkan bukti setoran dan rekening koran dengan saldo awal yang dilaporkan ke KPU .

o Cek akurasi bukti-bukti untuk mengetahui asal sumber dana tersebut sesuai dengan SK

KPU No.676 th 2003 pasal 10 ayat 1 tentang pembukaan rekening khusus Dana Kampanye.

o Hitung kembali penerimaan dan pengeluaran saldo awal yang berasal dari sisa penerimaan

dan pengeluaran dana kampanye yang diperoleh sebelum periode pembukuan rekening

khusus dana kampanye.

3. Penerapan Prosedur atas Sumbang dari dana pasangan Calon Presiden dan Wakil presiden.

o Bandingkan sumbangan dari pasangan calon presiden dan wakil calon presiden yang

tercantum dlam catata dengan bukti sebanyak 30 sampel secara acak.

o Bandingkan jumlah sumbangan pasangan calon presiden dan wakil calon presiden menurut

daftar sumbangan dengan penerimaan menurut rekening koran dana kampanye.

o Lakukan konfirmasi secara tertulis dari pasangan calon presiden dan wakil calon presiden

mengenai besarnya sumbangan dana kampanye.

4. Penerapan Prosedur atas penerimaan sumbangan partai politik dan Gabungan Partai

politik.

o Bandingkan sumbangan dari partai politik yang tercantum dalam catatan dengan bukti

penerimaan dana.

o Bandingan Jumlah sumbangan menurut daftar sumbangan partai politik dengan penerimaan

menurut rekening khusus dana kampanye.

o Minta reprensentasi tertulis dari partai politik mengenai besarnya sumbangan untuk dana

kampanye.

5. Penerapan Prosedur atas penerimaan sumbangan Perorangan.

o Bandingkan nama dan alamat penyumbang yang tercantum dalam daftar penyumbangan

dengan bukti identitas penyumbang tersebut dalam cacatan sebanyak 30 sampel secara acak.

o Jumlahkan besar sumbangan per nama penyumbang perorangan untuk menilai apakah

secara akumulasi jumlah tidak melampaui ketentuan dalam peraturan perundangan yang

berlaku (maksimum Rp 100.000.000 per penyumbang berupa kas dan non kos)

o Jika ada penyumbang anonim ,tanyakan apakah sudah masuk ke daftar sumbangan tidak

beridentitas.

o Lakukan observasi apakah jumlah sumabangan dari penyumbang tersebut di atas

melampaui ketentuan jumlah menurut peraturan perundang-undangan.

o Lakukan konfirmasi kepada penyumbang perorangan secara tertulis tentang jumlah

sumbangan sebanyak 30 sampel secara acak.

o Tanyakan apakah terdapat sumbangan yang mengikat partai.

6. Penerapan Prosedur atas penerimaan sumbangan Perusahaan/badan usaha.

o Bandingkan nama dan alamat perusahaan yang tercantum dalam daftar sumbangan dengan

bukti identitas penyumbang tersebut dalam cacatan sebanyak 30 sampel secara acak.

o Jumlahkan besar sumbangan per perusahaan penyumbangan untuk menilai apakah secara

akumulasi jumlahnya tidak terlampaui ketentuan dalam peraturan perundangan yang berlaku

(maksimum Rp.750.000.000 per perusahaan,berupa kas dan non kas)

o Jika ada penyumbang anonim tanyakan apakah sudah masuk kedaftar sumbangan tidak

beridentitas.

o Lakukan observasi apakah jumlah sumbangan dari penyumbang tersebut di atas melampaui

ketentuan jumlah menurut peraturan perundangan.

o Lakukan konfirmasi kepada penyumbang perusahaan secara tertulis tentang jumlah

sumbangan sebanyak 30 sampel secara acak.

o Tanyakan apakah pasangan calon presiden dan wakil persiden menerima sumbangan dana

kampanye dari perusahaan/badan usaha asing.

o Dapatkan reprensentasi tertulis dari team kampanye pasangan calon presiden dan wakil

persiden.

7. Penerapan Prosedur atas Penghasilan lain-lain.

o Dapatkan rincian penghasilan lain-lain misalnya dari penjualan atribut pasangan calon

presiden dan wakil persiden penjualan aktiva tetap dan penghasilan selain dari sumbangan.

o Cek akurasi perhitungan penghasilan lain-lain.

o Bandingkan dengan bukti-bukti transaksi.

8. Penerapan prosedur atas penerimaan Nonkas Saldo awal.

o Saldo awal ini merupakan jumlah penerimaan nonkas dana kampanye yang masuk ke

dalam pembukuan Penerapan prosedur atas penerimaan Nonkas sebelum ditetapkan sebagai

peserta pemilu,baik yang berasal sumbangan pasangan calon presiden dan wakil

persiden,sumbangan perorangan,sumbangan badan usaha maupun yg lainnya.Jumlah saldo

awal ini diperoleh dengan menjumlahkan seluruh nonkas dana kampanye yang berada disisi

debet setiap kali perjurnalan terhadap transaksi nonkas tersebut dilakukan.

o Cek akurasi bukti-bukti untuk mengetahui asal sumber penerimaan nonkas tersebut.

o Hitung kembali penerimaan dan pengeluaran saldo awal non kas berasal dari penerimaan

dan pengeluaran dana kampanye yang diperoleh seblum periode kampanye.

9. Penerapan prosedur atas penerimaan Nonkas dari pasangan calon presiden dan wakil

presiden.

o Bandingkan sumbangan dari pasangan calon presiden dan wakil persiden yang tercantum

dalam catatan dengan bukti penerimaan nonkas (kartu penyumbang) sebanyak 30 sampel

secara acak.

o Lakukan konfirmasi secara tertulis dari pasangan calon presiden dan wakil persiden

mengenai besarnya sumbangan nonkas untuk kampanye.

o Hitung kembali apakah nilai dari sumbangan nonkas tersebut telah dicatat sesuai dengan

penilaian yang ditetapkan oleh KPU,yaitu : Nilai Jual Obyek pajak untuk tanah dan

bangunan,Nilai taksiran perusahaan asuransi untuk kendaraan bermotor,Bukti pembelian

faktur kwintansi yang masih menggambarkan harga pasar wajar saat diterimanya

sumbangan,Tarif sewa fasilitas yang berlaku pada saat diterimanya sumbangan Harga yang

ditetapkan oleh penaksir ahli yang independen.

10. Penerapan Prosedur atas penerimaan sumbangan partai politik dan Gabungan partai

politik.

o Bandingkan sumbangan dari partai politik yang tercantum dalam catatan dengan bukti

penerimaan nonkas.

o Lakukan konfirmasi secara tertulis dari partai politik mengenai besarnya sumbangan

nonkas untuk kampanye.

o Hitung kembali apakah nilai dari sumbangan nonkas tersebut telah dicatat sesuai dengan

penilaian yang ditetapkan oleh KPU: Nilai Jual Obyek pajak untuk tanah dan bangunan,Nilai

taksiran perusahaan asuransi untuk kendaraan bermotor,Bukti pembelian faktur kwintansi

yang masih menggambarkan harga pasar wajar saat diterimanya sumbangan,Tarif sewa

fasilitas yang berlaku pada saat diterimanya sumbangan Harga yang ditetapkan oleh penaksir

ahli yang independen.

11. Penerapan Prosedur atas penerimaan sumbangan non kas dari perorangan.

o Bandingkan nama dan alamat penyumbang yang tercatum dalam daftar penyumbang

dengan bukti identitas penyumbang tersebut dalam catatan data penerimaan nonkas sebanyak

30 sampel secara acak.

o Jumlahkan besar sumbangan per perusahaan penyumbangan untuk menilai apakah secara

akumulasi jumlahnya tidak terlampaui ketentuan dalam peraturan perundangan yang

berlaku(max. Rp 100.000.000 per penyumbang berupa kas dan non kas.

o Lakukan observasi apakah jumlah sumabangan dari penyumbang tersebut di atas

melampaui ketentuan jumlah menurut peraturan perundang-undangan.

o Dapatkan reprensentasi tertulis dari team kampanye pasangan calon presiden dan wakil

persiden.

o Hitung kembali apakah nilai dari sumbangan nonkas tersebut telah dicatat sesuai dengan

penilaian yang ditetapkan oleh KPU: Nilai Jual Obyek pajak untuk tanah dan bangunan,Nilai

taksiran perusahaan asuransi untuk kendaraan bermotor,Bukti pembelian faktur kwintansi

yang masih menggambarkan harga pasar wajar saat diterimanya sumbangan,Tarif sewa

fasilitas yang berlaku pada saat diterimanya sumbangan Harga yang ditetapkan oleh penaksir

ahli yang independen.

12. Penerapan Prosedur atas sumbangan non kas dari perusahaan/badan usaha.

o Bandingkan nama dan alamat penyumbang yang tercatum dalam daftar penyumbang

dengan bukti identitas penyumbang tersebut dalam catatan data penerimaan nonkas sebanyak

30 sampel secara acak.

o Jumlahkan besar sumbangan per perusahaan penyumbangan untuk menilai apakah secara

akumulasi jumlahnya tidak terlampaui ketentuan dalam peraturan perundangan yang berlaku

(maksimum Rp.750.000.000 per perusahaan,berupa kas dan non kas)

o Jika ada penyumbang anonim ,tanyakan apakah sudah masuk ke daftar sumbangan tidak

beridentitas.

o Lakukan observasi apakah jumlah sumbangan dari penyumbang tersebut di atas melampaui

ketentuan jumlah menurut peraturan perundangan.

o Lakukan konfirmasi kepada penyumbang perusahaan secara tertulis tentang jumlah

sumbangan sebanyak 30 sampel secara acak.

o Hitung kembali apakah nilai dari sumbangan nonkas tersebut telah dicatat sesuai dengan

penilaian yang ditetapkan oleh KPU: Nilai Jual Obyek pajak untuk tanah dan bangunan,Nilai

taksiran perusahaan asuransi untuk kendaraan bermotor,Bukti pembelian faktur kwintansi

yang masih menggambarkan harga pasar wajar saat diterimanya sumbangan,Tarif sewa

fasilitas yang berlaku pada saat diterimanya sumbangan Harga yang ditetapkan oleh penaksir

ahli yang independen.

o Tanyakan apakah pasangan calon presiden dan wakil persiden menerima sumbangan dana

kampanye dari perusahaan/badan usaha asing.

o Dapatkan reprensentasi tertulis dari team kampanye pasangan calon presiden dan wakil

persiden.

13. Penerapan Prosedur atas penerimaan Nonkas dari penghasilan lain-lain.

o Dapatkan rincian penghasilan lain-lain misalkan Dari Hibah.

o Cek akurasi perhitungan penghasilan lain-lain.

o Bandingkan dengan bukti transaksi.

14. Penerapan prosedur atas pengeluaran kas saldo awal.

o Saldo awal ini merupakan jumlah pengeluran kas dana kampanye pasangan calon presiden

dan calon wakil persiden sebelum ditetapkan sebagai peserta pemilu.Pengeluaran kas dana

kampanye pasangan calon presiden dan calon wakil presiden ditunjukan oleh buku pembantu

“kas dan setara kas bank dana kampanye”

o Lakukan perbandingan antara kelengkapan bukti pengeluaran kas setara keterjadian

transaksi pengeluaran kas sebanyak 30 sampel secara acak.

o Lakukan observasi apakah tidak ada pengeluaran yang berkaitan dengan transaksi yang

dilarang oleh peraturan perundangan yang berlaku.

15. Penerapan Prosedur atas pengeluran kas operasi.

o Bandingkan pengeluaran dengan bukti-bukti pengeluaran sebanyak 30 sampel transaksi per

hari kampanye.

o Lakukan observasi apakah tidak ada pengeluaran yang berkaitan dengan transaksi yang

dilarang oleh peraturan perundangan yang berlaku.

o Hitung kembali apakah pembelian dilakukan dengan harga pasar wajar,jika terdapat diskon

pembelian yang melebihi batas kewajaran,perlakuan diskon tersebut sebagai penerimaan

sumbangan yang batasanya sesuai dengan ketentuan.

o Lakukan observasi atas pembayaran honorarium tim kampanye kampanye pasangan calon

presiden dan calon wakil presiden dalam memenuhi kewajiban pajak penghasilan atas

honorarium.

o Lakukan observasi apakah pengeluaran kas sesuai dengan tujua kegiatan dan bandingkan

dengan anggaran / rencana (jika ada)

o Lakukan konfirmasi ke bank tentang saldo kas dibank yang ada pada akhir periode yang

diperiksa.

16. Penerapan Prosedur atas pengeluaran Kas-Modal (aktiva tetap)

o Bandingkan pengeluaran untuk aktiva tetap dengan bukti-bukti pengeluaran kas.

o Hitung kembali apakah pembelian dilakukan dengan harga pasar wajar,jika terdapat diskon

pembelian yang melebihi batas kewajaran,perlakuan diskon tersebut sebagai penerimaan

sumbangan yang batasanya sesuai dengan ketentuan.

o Lakukan inspeksi fisik atas aktiva tetap tersebut .

o Lakukan observasi mengenai bukti kepemilikan aktiva tetap tersebut.

17. Penerapan Prosedur atas pengeluaran kas lain-lain

o Dapatkan rincian pengeluaran kas selain untuk pengeluaran operasional dan pengeluaran

modal.

o Cek akurasi perhitungan pengeluran lain-lain.

o Bandingkan dengan bukti-bukti transaksi.

18. Penerapan prosedur atas pengeluaran nonkas – saldo awal.

o Saldo awal merupakan jumlah non kas dana kampanye pasangan calon presiden dan calon

wakil presiden sebelum ditetapkan menjadi peserta pemilu berupa pengeluaran

operasi,pengeluran modal,maupun pengeluaran lainya yang berasal dari penerimaan non kas.

o Lakukan perbandingan antara kelengkapan bukti pengeluaran non kas serta keterjadian

transaksi pengeluaran non kas sebanyak 30 sampel secara acak.

19. Penerapan Prosedur atas saldo dana kampanye.

o Dapatkan berita acara penyerahan saldo dana kampanye kas dan non kas diakhir periode

kampanye kepada pasangan calon presiden dan calon wakil presiden.

o Lakukan rekonsiliasi saldo kas dan setara kas untuk memastikan kesesuaian antara saldo

menurut catatan pasangan calon presiden dan calon wakil presiden.

o Lakukan konfirmasi ke Bank tentang saldo direkening khusus dana kampanye pada akhir

periode yang diperiksa.

o Lakukan inpeksi terhadap aktiva tetap dan nonkas lainya ,serta cocokan dengan catatan

yang diselenggarakan oleh pasangan calon presiden dan calon wakil presiden.

2.9. Tinjauan Terhadap Psak 45 dan Kebutuhan Standar Akuntansi Untuk Partai Politik

Dengan adanya standar pelaporan diharapkan laporan keuangan organisasi Partai Politik

dapat lebih mudah dipahami, memiliki relevensi, dapat diandalkan, dan memiliki daya

banding yang tinggi. Pertanyaan utamanya adalah: Apakah PSAK 45 dapat dipakai sebagai

standar pelaporan keuangan partai politik? Untuk menjawabnya, harus dibedakan dahulu apa

itu PSAK 45 dan kemudian dikonfrontasikan dengan karakter Partai Politik. PSAK adalah

Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 45 yang dikeluarkan oleh IAI untuk organisasi

nirlaba. Dalam audit yang dikoordinir oleh IAI untuk dana kampanye pada tahun 1999 dan

laporan keuangan, maka PSAK 45 ini yang sekiranya sesuai untuk digunakan.

Ada tiga pendapat dalam hal ini untuk pemakaian PSAK, yaitu:

1. Pendapat pertama mengatakan PSAK 45 masih bisa dipakai sebagai standar akuntansi

keuangan Partai Politik, karena karakter Partai Politik mirip dengan karakter organisasi

nirlaba. Yang perlu dibuat adalah pedoman pembuatan laporan keungan/pedoman audit

keuangan Partai Politik untuk melengkapi PSAK 45 tersebut.

2. Pendapat kedua menyatakan bahwa tidak perlu membuat standar akuntansi keuangan

khusus Partai Politik tetapi memodifikasi PSAK 45 sehingga memenuhi kebutuhan

transparansi dana akuntabilitas keuangan Partai Politik. Modifikasi lalu dilengkapi dengan

pedoman pembuatan dan pencatatan laporan keuangan.

3. Pendapat ketiga menyatakan perlu dibuat suatu standar laporan keuangan khusus untuk

Partai Politik. Karena karakter Partai Politik tidak sama dengan karakter organsiasi nirlaba.

Beberapa karakteristik khusus Partai Politik tersebut antara lain:

1. Jika pada organisasi nirlaba pada umumnya terdapat kejelasan jenis barang dan/atau jasa

yang dihasilkannya, maka tujuan utama Partai Politik adalah dalam rangka meraih kekuasaan

politik

2. Perjuangan utama Partai Politik dilakukan melalui Pemilihan Umum

3. Kepentingan publik yang lebih besar

4. Dan adanya kegiatan besar lima tahunan yaitu kegiatan kampanye.

5. Di samping itu, beberapa peraturan yang secara khusus mengatur Partai Politik sehingga

menyebabkan kekhususan pada keuangan Partai Politik.

Undang-undang ini berbeda dengan undang-undang yang mengatur Partai Politik. Karena

faktor kekuasaan yang dimiliki Partai Politik, maka aturan- aturan keuangan Partai Politik

harus lebih ketat untuk mencegah korupsi politik dan dominasi kelompok-kelompok

kepentingan. Dari hasil penelitian ini, kami cenderung pada posisi mendukung pendapat

ketiga, yaitu bahwa Partai Politik memerlukan suatu Standar Akuntansi Khusus Partai Politik.

Perbedaan karakteristik ini mengakibatkan perbedaan transaksi keuangan, bentuk laporan

keuangan dan pengukuran-pengukuran tertentu terhadap pos-pos dalam laporan keuangan.

Ada pun alasan-alasannya dijelaskan di bawah ini.

Table 1. Perbedaan Karakter Antara Organisasi Nirlaba dan Partai Politik

Organisasi Nirlaba Partai Politik

UU Yayasan UU Partai Politik dan UU Pemilu

Tidak ada batasan penyumbang Ada batasan penyumbang

Tidak ada batasan maksimum jumlah penyumbang Ada batasan maksimum jumlah

sumbangan.

Tidak ada kewajiban melaporkan Daftar penyumbang (terutama individu). Daftar

penyumbang wajib dilaporkan.

Hasil kegiatan berupa jasa pelayanan untuk kepentingan umum. Hasil kegiatan berupa

Kekuasaan politik.

Akuntabilitas berupa kegiatan sesuai dengan tujuan organisasi dan manajemen yang baik

Akuntabilitas berupa Bersih dari politik uang,kepatuhan pada hukum dan posisi politik sesuai

dengan janji kepada rakyat

Kinerjanya dinilai dari rasio biaya terhadap kualitas jasa dan/ produk sosial yang dihasilkan.

Kinerjanya dinilai dari rasio biaya dan jumlah suara yang didapatkannya dalam Pemilu.

Kecuali untu kormas, pada umumnya organisasi nirlaba bukan merupakan organisasi publik

sehingga kebutuhan publik untuk menilai kinerjanya lebih kecil dibanding Partai Politik

Merupakan organisasi publik sehingga kebutuhan publik untuk menilai kinerja Partai Politik

lebih besar dibanding organisasi nirlaba lainnya

Dari tabel diatas jelaslah bahwa karakter organisasi nirlaba tidak sama dengan karakter Partai

Politik, sehingga dengan demikian Standar Laporan Keuangannya pun tidak bisa sama.

Laporan PSAK 45 menyajikan laporan kepada pengurus organisasi, donatur, kelompok

dampingan dan publik mengenai kinerja organisasi yang berkenaan dengan jumlah dana yang

dia terima dan jenis kegiatan yang dilakukannya. Akuntabilitas di sini lebih banyak diarahkan

kepada apakah organisasi tersebut telah menjalanka nmanajemen organisasi yang baik, dalam

hal ini keuangan, dan melakukan kegiatan sesuai dengan tujuan dari organisasi tersebut.

Tujuan yang lain adalah apakah kegiatan yang dilakukan memberikan dampak yang

seimbang dengan dana yang dikeluarkan.

Sedangkan akuntabilitas dari Partai Politik diukur dari kepatuhannya pada undang-undang

dan peraturan yang mengaturnya, serta apakah ada konflik kepentingan di dalam manajemen

dan keuangan Partai Politik yang bersangkutan. Kegiatan Partai Politik berhubungan dengan

menarik minat Warga Negara sebanyak-banyaknya untuk memilih dia (dalam kampanye)

atau melakukan pendidikan politik bagi Warga Negara anggotanya serta lobby dan akitivitas

politik lainnya (di luar kampanye). Sehingga kegiatan yang dia laporkan adalah bagaimana

partai politik tersebut telah menjalankan amanat rakyat yang memilih dia. Laporan keuangan

kemudian memberikan informasi kepada publik bagaimana Partai Politik itu dijalankan, dan

apakah ada dominasi kelompok tertentu pada partai tersebut yang diakibatkan oleh dominasi

keuangan kelompok tersebut di dalam partai atau tidak. Partai Politik harus menunjukkan

kepada publik bahwa dia bebas dari politik uang, korupsi, kolusi dan nepotisme.

Oleh karena itu maka aturan-aturan Partai Politik membatasi jumlah sumbangan dan sumber

sumbangan dan mewajibkan melaporkan seluruh penyumbang kepada publik. Hal-hal seperti

ini tidak diatur dalam undang-undang yang mengatur organisasi nirlaba (misalnya UU

Yayasan). Selain informasi mengenai kemungkinan konflik kepentingan dan politik uang,

laporan keuangan Partai Politik juga menunjukkan apakah partai tersebut merupakan partai

yang patuh dan hormat pada aturan-aturan hukum yang mengaturnya. Kepatuhan ini penting,

karena bagaimana mungkin sebuah Partai Politik dapat menjalankan kekuasaan Negara

apabila dia sendiri tidak mematuhi dan menjalankan undang-undang yang mengaturnya.

Sehingga kepatuhan ini merupakan sebuah laporan tersendiri yang harus dikemukakan oleh

auditor dalam laporan keuangan Partai Politik. Mengenai konflik kepentingan dan kepatuhan

ini, tidak diatur dalam PSAK 45.

Oleh karena itu, PSAK 45 tidak bisa dipakai sebagai Standar Akuntansi Keuangan Partai

Politik. Perlu ada Standar Akuntansi Keuangan Khusus Partai Politik. Sudah tentu pihak yang

berwenang membuat Standar Akuntansi Keuangan adalah Ikatan Akuntan Indonesia (IAI).

Namun demikian, mandat pembuatan standar ini haruslah diberikan oleh UU Partai Politik.

Oleh karena itu, kami mengusulkan IAI untuk membuat PSAK khusus untuk Partai Politik

dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut:

a) Merupakan organisasi nirlaba yaitu organisasi yang tidak mencari keuntungan finansial.

b) Entitas demokrasi yang memperjuangkan kepentingannya melalui Pemilihan Umum.

c) Sumber daya utama entitas berasal dari iuran anggota, dan para penyumbang yang tidak

mengharapkan pembayaran kembali atau manfaat ekonomi yang sebanding dengan jumlah

sumber daya yang diberikan.

d) Entitas yang tidak dapat mendirikan badan usaha dan/atau memiliki saham suatu badan

usaha.

e) Tidak ada kepemilikan seperti lazimnya pada organisasi bisnis, dalam arti kepemilikan

dalam Partai Politik tidak dapat dijual, dialihkan, atau ditebus kembali, atau kepemilikan

tersebut tidak mencerminkan proporsi pembagian sumber daya entitas pada saat likuidasi atau

pembubaran entitas.

f) Terikat dengan peraturan dan perundang-undangan khusus yang mempunyai implikasi

terhadap perlakuan akuntansinya.

g) Hidup dari sumbangan masyarakat luas, oleh karena itu laporan keuangannya harus

memuat dengan jelas daftar penyumbang lengkap dengan identitas.

h) Entitas yang harus bebas dari konflik kepentingan politik uang dan patuh pada aturan-

aturan yang mengaturnya.

i) Kinerjanya dilihat dari jumlah suara yang didapatkannya dalam Pemilihan Umum.

j) Struktur pengorganisasian Partai Politik tersebar di berbagai tingkat daerah (perlunya

entitas pelaporan dan pelaporan konsolidasi).

k) Partai Politik merupakan organisasi publik sehingga akuntabilitas publik sangat besar.

2.10. Sumber Dana Partai Politik

PP No. 5 Tahun 2009 tentang Bantuan Keuangan kepada Parpol. Juga dijelaskan

Permendagri No. 24 Tahun 2009 tentang Pedoman Tata Cara Penghitungan, Penganggaran

dalam APBD, Pengajuan dan Laporan Pertanggungjawaban Penggunaan Bantuan Keuangan

Parpol.

Perhitungan harusnya sesuai dengan Permendagri . Untuk nilai bantuan persuara, digunakan

perhitungan, jumlah anggota DPR dikali bantuan keuangan, kemudian dibagi jumlah

perolehan suara pemilu. Lalu untuk jumlah bantuan keuangan, dihitung dengan mengalikan

antara jumlah perolehan suara parpol danan nilai bantuan persuara.

Secara rinci perbandingan mengenai aturan-aturan keuangan partai politik dapat dilihat di

bawah ini:

a. Iuran Anggota

Hampir semua negara menekankan bahwa sumber utama keuangan partai adalah iuran

anggota. TI menyebutkan nama ini sebagai “Uang Jujur”, karena anggota menyumbang

bukan untuk mendapatkan imbalan keuntungan atau fasilitas, tetapi karena ingin agar

idealismenya dan aspirasinya dibawakan oleh partai tempat dia menjadi anggota.

b. Sumbangan Perusahaan

Negara-negara mempunyai posisi yang berbeda-beda tentang sumbangan dari perusahaan ini.

Negara yang melarang sumbangan dari perusahaan adalah Amerika Serikat dan Filipina,

sedangkan Inggris dan Jerman tidak jelas. Thailand hanya melarang sumbangan dari

perusahaan negara. Yang mengizinkan sumbangan dari perusahaan terjadi di banyak Negara

seperti Argentina, Portugal, Ceko kecuali dari bank dan asuransi, Italia. Sumbangan

perusahaan ini ada yang dibatasi, tetapi ada pula yang tidak dibatasi. Yang membatasi

misalnya Portugal dan Ceko. Yang tidak membatasi adalah Argentina, Afrika Selatan, Italia,

Inggris, Jerman, dan Thailand.

c. Subsidi Dana Publik

Hampir semua negara memberikan subsidi kepada partai politik. Misalnya Jerman, Amerika

Serikat, Portugal, Ceko, Inggris, Afrika Selatan, dan Filipina. Di Thailand, pengesahan

undang-undang mengenai subsidi dari pemerintah baru berlaku tahun 1997 setelah

sebelumnya usulan undang-undang selalu ditolak.

d. Fasilitas Publik

Sebagian besar negara yang dipelajari melarang penggunaan fasilitas publik atau negara

dalam kegiatan partai politik. Negara-negara yang jelas-jelas melarang antara lain Amerika

Serikat, Inggris, Jerman, Portugal, Filipina, Kanada dan Afrika Selatan. Sedangkan negara

yang tidak mengatur secara jelas adalah Argentina, Italia dan Thailand.

e. Sumbangan Individual

Kebanyakan negara-negara demokrasi membatasi jumlah sumbangan individual, misalnya

Amerika Serikat, Inggris, Ceko, Jerman, dan Portugal. Namun ada juga yang tidak membatasi

jumlah sumbangan individual, yang termasuk dalam kategori ini misalnya negara-negara

Kanada, Argentina, Afrika Selatan, Italia dan Thailand. Selain itu ada negara yang membatasi

jumlah sumbangan tunai. Di atas jumlah tersebut, sumbangan harus diberikan dalam bentuk

cek. Yang membatasi ini misalnya Kanada dan Filipina. Selain itu, identitas individu yang

menyumbang diatur dalam undang-undang. Sebagian besar negara mengizinkan sumbangan

anonim, tetapi dalam jumlah tertentu. Negara yang mengizinkan sumbangan anonim tetapi

dengan batasan besar sumbangan ini misalnya Portugal dan Kanada. Argentina mengizinkan

sumbangan anonim tanpa batas besarnya sumbangan. Negara-negara yang melarang

sumbangan anonym adalah Ceko, Amerika Serikat, Inggris, Kanada, Jerman, Filipina dan

Thailand. Argentina dan Afrika Selatan tidak membatasi sumbangn anonim ini.

f. Sumbangan Organisasi Buruh dan Sejenis

Banyak negara yang melarang sumbangan organisasi buruh, organisasi non-profit dan

organisasi massa lainnya untuk partai politik. Negara-negara yang melarang misalnya

Amerika Serikat, Kanada, Portugal (?), dan Filipina. Sedangkan yang tidak melarang adalah

Argentina, Italia, Inggris, Jerman, Ceko dan Afrika Selatan.

g. Sumbangan dari Pihak Asing

Hampir semua negara melarang, kecuali Ceko yang mengizinkan apabila dana berasal dari

organsiasi nirlaba asing; Afrika Selatan, dari pemerintah, swasta maupun dari organisasi

nirlaba dan Italia yang mengizinkan sumbangan dari organisasi buruh di luar negeri.

2.11. Peran KPU Dalam Keuangan Partai Politik

Sebagai imbas Reformasi 1998, kebebasan bersuara dan berpendapat menjadi suatu

fenomena yang tidak asing ditemui di Indonesia, bahkan bermunculan beraneka ragam

PARPOL dan LSM seperti PSASP (Pusat Studi Akuntansi Sektor Publik) yang berfokus pada

program perbaikan sistem manajemen administrasi publik untuk institusi publik.

Komisi Pemilihan Umum (KPU) harus bisa membuat regulasi mengenai laporan keuangan

konsolidasi partai politik saat melakukan kampanye pemilihan umum.

Laporan keuangan ini bukan hanya menyangkut penerimaan dan pengeluaran dana kampanye

parpol, melainkan dana yang dikelola pengurus parpol dan calon legislatif.

Jika tidak diatur, publik tidak pernah tahu dari mana parpol maupun mendapatkan dana

kampanye. Regulasi ini sekaligus bisa mengurangi peran uang berbicara dalam Pemilu.

Sistem proporsional yang tercantum dalam UU Pemilu, pertarungan saat kampanye tidak

hanya melibatkan caleg antar parpol. Sesama caleg di dalam parpol pun juga harus bertarung

untuk meraih suara maupun nomor urut. “Dan kecenderungannya, dalam hal ini uang lah

yang berbicara. Ini sudah terbukti di Pemilu 2009.regulasi mengenai pembatasan maupun

laporan keuangan konsolidasi dana kampanye belum diatur dalam UU. Akibatnya pengurus

parpol dan caleg bisa seenaknya menggelontorkan dana besar tak terbatas untuk kepentingan

kampanye, baik dirinya maupun parpolnya

Terkait dengan sanksi bagi pelaku politik uang dalam kampanye pemilu ini, sebenarnya UU

Pemilu sudah menyatakan dengan tegas apabila yang dikenai hukuman bukan hanya pemberi

dana kampanye, melainkan juga penerimanya. “Namun yang dibatasi di sini dana

perseorangan nonanggota dan noncaleg serta badan usaha.

Laporan keuangan parpol sesuai Undang-undang (UU) Parpol No. 2/2008, bahwa parpol

wajib membuat laporan keuangan untuk diserahkan ke Negara.

Sebagaimana dijelaskan, setiap partai politik wajib membuat pembukuan, memelihara daftar

penyumbang dan jumlah sumbangan yang diterima, serta terbuka untuk diketahui oleh

masyarakat dan pemerintah. Disamping itu partai politik harus membuat laporan keuangan

secara berkala satu tahun sekali kepada KPU setelah diaudit oleh akuntan public. Dalam hal

dana kampanye, maka setiap partai politik harus memiliki rekening khusus dana kampanye

pemilihan umum dan menyerahkan laporan neraca keuangan hasil audit akuntan publik

kepada Komisi Pemilihan Umum paling lambat 6 (enam) bulan setelah hari pemungutan

suara.

2.12. Contoh Kasus

Masalah Akuntabilitas Keuangan Partai Politik yang Ditemukan:

Sumber : Transparency International Indonesia : 2008

Masalah terbesar dari partai-partai politik di Indonesia pada Pemilu 1999, terutama partai-

partai baru, adalah masalah pembiayaan kegiatan kampanye Pemilu, termasuk biaya untuk

calon anggota legislatif (caleg). Karena kesulitan ini maka banyak sekali caleg dari berbagai

partai politik yang membiayai sendiri kampanyenya. Selain itu, ada beberapa partai yang

mensyaratkan anggotanya yang ingin menjadi caleg untuk mengumpulkan uang dengan

jumlah minimum agar dimasukkan sebagai caleg. Dana-dana ini tidak dilaporkan kepada

bendahara partai sehingga tidak tercatat dalam catatan penerimaan dana.

Masalah lain yang kami temukan adalah bahwa laporan keuangan yang dilaporkan kepada

KPU tidak cukup terbuka (tidak full disclosure) dan tidak cukup mewakili kegiatan partai

tersebut secara nasional. Yang diaudit oleh auditor public adalah hanya DPPnya saja,

sedangkan cabang dan ranting tidak diaudit. Padahal ada banyak dana yang beredar di

cabang, di ranting ataupun di caleg yang tidak dikelola oleh bendahara DPP, yang berarti

dana-dana tersebut tidak tercatat sebagai pemasukan oleh DPP, sehingga tidak diaudit dan

tidak dilaporkan ke publik. Lubang ini dipakai oleh partai untuk mengatasi batasan jumlah

dana yang dapat diberikan oleh individu dan perusahaan.

Persoalan lain adalah bahwa ada banyak sumbangan yang diberikan secara spontan oleh para

pendukung partai politik baik dalam bentuk natura ataupun tunai. Sumbangan ini ada yang

diberikan dalam bentuk menyediakan berbagai fasilitas, dukungan kampanye, atau

pengeluaran uang tunai yang dikelola sendiri, dan sebagainya. Fasilitas yang disediakan

misalnya transportasi, untuk mengangkut masa pada saat rapat akbar atau untuk calon

legislatif dan presiden. Laporan sumbangan natura ini dilaporkan dengan sangat tidak

memadai bahkan ada yang tidak melaporkan sama sekali.

Beberapa contoh misalnya soal transportasi calon presiden. Hampir semua kandidat presiden

partai-partai besar melakukan perjalanan kampanyenya dengan memakai helikopter.

Kemudian dalam kendaraan sehari-hari memakai mobil mewah, yang tiba-tiba saja muncul

dan dipakai oleh si kandidat padahal publik tahu bahwa mobil itu bukanlah kepunyaan sang

kandidat. Tetapi dalam laporan keuangan, publik tidak dapat melihat secara jelas pos

pengeluaran untuk membayar helicopter dan mobil mewah ini, padahal biayanya pasti sangat

besar. Golkar misalnya hanya melaporkan biaya perjalanan kampanye hanya sebesar Rp

461.933.120. Angka ini tentu tidak mewakili perjalanan petinggi-petinggi dan caleg-caleg

serta calon presiden Golkar yang sangat ekstensif pada waktu itu.

Sumbangan natura lain yang tidak muncul di dalam laporan keuangan adalah biaya-biaya

rapat raksasa. Biaya-biaya ini antara lain biaya pengerahan massa dalam bentuk

pengangkutan (bus atau truk), membayar artis (penyanyi, pelawak, band, dan sebagainya),

panggung, dan sebagainya. Selain itu, dana pembuatan bendera, poster, spanduk, dan iklan,

hanya sedikit yang dilaporkan dalam laporan keuangan. Kalau dilihat dari intensifnya dan

ekstensifnya penyebaran informasi dari partai-partai besar, maka dana tersebut secara logika

awam pasti jauh lebih besar dari yang dilaporkan, tetapi yang muncul dalam laporan

keuangan kampanye jauh lebih sedikit.

Untuk partai yang berkuasa, dalam hal ini Golkar, sangat sulit untuk menemukan dan

membedakan mana biaya yang ditanggung rakyat yang dipakai pejabat pemerintah untuk

kampanye Golkar. Biaya perjalanan presiden, menteri, dan pejabat di bawahnya walaupun

secara teori mereka sudah tidak boleh lagi berkampanye, namun tetap dapat melakukan

pertemuan untuk kepentingan Golkar dalam perjalanan dinasnya. Selain itu, juga sangat sulit

untuk mencegah dipakainya dana publik untuk kegiatan-kegiatan yang bersifat karitatif.

Kasus dana JPS yang disalurkan lewat partai politik yang berkuasa pada saat itu, yakni

Golkar, jelas-jelas telah melanggar etika dan aturan main kampanye, tetapi sangat sulit untuk

dideteksi.

Banyak penyumbang tidak melaporkan nama dan alamatnya secara jelas. Bahkan menurut

para auditor, banyak sumbangan yang hanya menerakan kata-kata “Hamba Allah” dalam

kolom nama dan alamat penyumbang. Hal ini bisa dijadikan peluang untuk memberikan

sumbangan melewati batas maksimum yang diizinkan undang-undang dengan memberikan

sumbangan lebih dari satu kali dengan nama “Hamba Allah” tersebut. Tentu petinggi partai

tahu siapa yang memberikan sumbangan ini.

Ada pinjaman dari pribadi yang melebihi batas maksimum sumbangan individu, namun

pinjaman ini tidak dengan akta perjanjian kapan dibayar dan untuk berapa lama. Dugaan

kami ini hanya digunakan sebagai taktik untuk menghindari batas maksimum sumbangan

individu.

Tidak ada partai yang melaporkan dana kampanyenya lebih dari batas maksimum dana

kampanye yang ditetapkan KPU, yaitu sebesar Rp 110 milyar. Partai-partai kecil pada

umumnya hanya melaporkan penggunaan keuangan dari jumlah dana kampanye yang

diterima dari pemerintah yaitu sebesar Rp 150 juta saja atau yang Rp 1 milyar saja. Mungkin

mereka tidak berhasil menggalang dana dari publik, namun ada juga yang bersikeras

menyatakan bahwa kewajiban mereka membuat audit hanyalah sebatas audit untuk dana yang

mereka terima dari pemerintah saja.

Hampir semua auditor yang mengaudit dana kampanye Pemilu 1999 tidak dapat

mengeluarkan opini mengenai pengelolaan keuangan partai politik peserta kampanye Pemilu.

Hal ini disebabkan karena partai-partai tidak mempunyai catatan keuangan yang memadai

dan memenuhi standar akuntansi yang dipakai umum, terutama di kantor-kantor cabang dan

ranting. Pencatatan yang baik hanya ada di bendahara DPP. Ini merupakan kelemahan tetapi

dapat pula dipakai sebagai taktik untuk menghindar dari batasan-batasan yang disebutkan di

atas.

Partai politik tidak menyampaikan laporan keuangan yang standar, sebagaimana yang

disampaikan ke MA dan KPU, karena:

• Didalam UU Partai Politik tidak ada kewajiban partai politik menyampaikan laporan

keuangan (dengan kata lain didalam UU Partai Politik tidak ada kewajiban partai politik

menyampaikan laporan keuangan sesuai standar).

• Standar akuntansi yang ada tidak cukup menjadi pedoman bagi partai politik.

BAB III PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Partai politik adalah politik institusi politik yang berupa organisasi nonpemerintahan yang

didirikan untuk memperjuangkan hak dan kewajiban warga negara dalam rangka mencapai

kesejahteraan serta kedaulatan rakyat.Perbedaan partai politik dari lembaga sosial

kemasyarakatan lainya adalah bahwa partai politik dapat berperan dalam penentuan kebijakan

publik dimana kebijakan tersebut bisa membawa dampak kemaslahatan yang lebih luas bagi

masyarakat dan mengakibatkan resiko pertanggungjawaban publik menjadi lebih luas. Dalam

Negara demokrasi,Partai politik menyelenggarakan beberapa fungsi: Partai Politik Sebagai

Komunikasi Politik yaitu Menyalurkan aneka ragam pendapat dan aspirasi masyarakat serta

mengaturnya sedemikian rupa sehingga kesimpangsiuran pendapat dalam masyarakat

masyakat menjadi berkurang; Partai Politik sebagai Sarana Sosialisasi politik diartikan

sebagai proses sikap dan orientasi seorang terhadap fenomena politik dalam mengikuti

kecenderungan masyarakatnya; Partai Politik Sebagai Sarana Rekrutmen Politik yaitu Untuk

mencari dan mengajak orang yang terbakar untuk turut aktif dalam kegiatan politik.

Rekruitmen anggota partai merupakan upaya regenerasi kepemimpinan; Partai Politik

Sebagai Sarana Pengatur Konflik yaitu Persaingan dan perbedaan dalam masyarakat

merupakan hal yang wajar. Jika sampai terjadi konflik partai politik berusaha untuk

mengatasinya. Keuangan partai politik bersumber dari: Iuran anggota, Sumbangan yang sah

menurut hukum dan bantuan dari anggaran negara, Sumbangan yang sah menurut hukum

dapat berupa uang, barang, fasilitas, peralatan atau jasa, Bantuan dari anggaran negara (yang

diatur dalam pemerintahan ) diberikan secara operasional kepada partai politik yang

mendapat kursi dilembaga perwakilan rakyat.

Penyusunan Laporan keuangan tahunan Partai politik mengacu pada PSAK no.45 tentang

akuntansi untuk organisasi nirlaba yang dikeluarkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia dan

terdiri atas laporan berikut ini: Laporan Posisi Keuangan, Laporan Aktivitas, Laporan

Perubahan dalam aktiva Neto/Ekuitas, Laporan arus kas, Cacatan atas laporan keuangan.

Selain mengacu pada PSAK No.45,Penyusunan Laporan keuangan Partai politik juga terikat

pada ketentuan yang terdapat dalam perundang-undangan RI mengenai Partai politik dan

pemilu seperti UU No.31 Th.2002 tentang partai politik dan UU No.12 th 2003 tentang

pemilu.

DAFTAR PUSTAKA

Standar Akuntansi Keuangan Khusus Partai Politik

http://id.wikipedia.org/wiki/Partai_politik

http://www.referensimakalah.com/2012/12/pengertian-partai-politik.html

http://hitamandbiru.blogspot.com/2012/07/pengertian-tujuan-dan-fungsi-partai.html

http://politik.kompasiana.com

http://books.google.co.id/

http://keuanganlsm.com/akuntabilitas-partai-politik/

(https://milamashuri.wordpress.com/2015/04/05/akuntansi-partai-politik/ }