45
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Akne vulgaris merupakan suatu penyakit kulit akibat peradangan menahun dari unit pilosebasea, yang ditandai dengan gambaran lesi yang bervariasi, seperti: komedo, papul, pustul, nodul dan kista. Tempat predileksinya antara lain pada daerah wajah, dada bagian atas, dan punggung.Akne vulgaris merupakan suatu penyakit yang tidak hanya memberikan efek secara fisik bagi pasiennya, namun juga efek psikologis seperti rasa cemas dan depresi. Akne vulgaris yang berat dapat menyebabkan terbentuknya skar yang permanen. Diperkirakan sekitar 60-70% populasi di Amerika serikat pernah menderita akne vulgaris sepanjang hidupnya dan sebanyak 20% diantaranya menderita akne vulgaris berat. B. Rumusan Masalah Adapun rumusan masalah dalam makalah ini yaitu : 1. Bagaimana anatomi fisiologi dari kulit ? 2. Apa definisi dari akne vulgaris ? 3. Bagaimana epidemiologi dari akne vulgaris? 4. Bagaimana etiologi dari akne vulgaris ? 5. Bagaimana patofisiologi dari akne vulgaris ? 6. Apa tanda dan gejala dari akne vulgaris ? 7. Bagaimana pemeriksaan penunjang dari akne vulgaris ? 1

Akne Vulgaris

  • Upload
    yanni

  • View
    60

  • Download
    2

Embed Size (px)

DESCRIPTION

jerawat

Citation preview

Page 1: Akne Vulgaris

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Akne vulgaris merupakan suatu penyakit kulit akibat peradangan menahun

dari unit pilosebasea, yang ditandai dengan gambaran lesi yang bervariasi, seperti:

komedo, papul, pustul, nodul dan kista. Tempat predileksinya antara lain pada

daerah wajah, dada bagian atas, dan punggung.Akne vulgaris merupakan suatu

penyakit yang tidak hanya memberikan efek secara fisik bagi pasiennya, namun

juga efek psikologis seperti rasa cemas dan depresi. Akne vulgaris yang berat

dapat menyebabkan terbentuknya skar yang permanen. Diperkirakan sekitar 60-

70% populasi di Amerika serikat pernah menderita akne vulgaris sepanjang

hidupnya dan sebanyak 20% diantaranya menderita akne vulgaris berat.

B. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dalam makalah ini yaitu :

1. Bagaimana anatomi fisiologi dari kulit ?

2. Apa definisi dari akne vulgaris ?

3. Bagaimana epidemiologi dari akne vulgaris?

4. Bagaimana etiologi dari akne vulgaris ?

5. Bagaimana patofisiologi dari akne vulgaris ?

6. Apa tanda dan gejala dari akne vulgaris ?

7. Bagaimana pemeriksaan penunjang dari akne vulgaris ?

8. Bagaimana penatalaksanaan dari akne vulgaris ?

9. Bagaimana asuhan keperawatan dari akne vulgaris ?

C. Tujuan

Adapun tujuan dalam makalah ini, yaitu :

1. Mengetahui anatomi fisiologi dari kulit.

2. Mengetahui definisi dari akne vulgaris.

3. Mengetahui epidemiologi dari akne vulgaris.

4. Mengetahui etiologi dari akne vulgaris.

1

Page 2: Akne Vulgaris

5. Mengetahui patofisiologi dari akne vulgaris.

6. Mengetahui tanda dan gejala dari akne vulgaris.

7. Mengetahui pemeriksaan penunjang dari akne vulgaris.

8. Mengetahui penatalaksanaan dari akne vulgaris.

9. Mengetahui asuhan keperawatan dari akne vulgaris

2

Page 3: Akne Vulgaris

BAB 2

TINJAUAN TEORI

A. Anatomi Fisiologi Kulit

Kulit tersusun dari tiga lapisan yaitu epidermis, dermis, dan hipodermis atau

jaringan subkutan. Setiap lapisan akan semakinn berdiferensiasi (menjadi masak

dan memiliki fungsi yang lebih spesifik) ketika tumbuh dari lapisan stratum

germinativum basalis ke lapisan stratum korneum yang letaknya paling luar.

Fungsi kulit antara lain :

a. Perlindungan

Kulit yang menutupi sebagian besar tubuh memiliki ketebalan sekitar 1 atau 2

mm saja, padahal kulit memberikan perlindungan yang sangat efektif terhadap

invasi bakteri dan benda asing lainnya. Kulit tangan dan telapak kaki yang

menebal memberikan perlindungan yang sangat efektif terhadap pengaruh trauma

yang terus menerus yang terjadi pada daerah tersebut.

b. Sensibilitas

Ujung-ujung reseptor serabut saraf pada kulit memungkinkan tubuh untuk

memantau secara teru-menerus keadaan lingkungan di sekitarnya. Fungsi utama

reseptor pada kulit adalah untuk mengindera suhu, rasa nyeri, sentuhan ringan dan

tekanan (atau sentuhan yang berat). Berbagai ujung saraf bertanggung jawab

untuk bereaksi terhadap setiap stimuli yang berbeda. Meskipun tersebar ke seluruh

tubuh, ujung-ujung saraf lebih konsentrasi pada sebagian daerah dibandingkan

daerah lainnya. Contohnya yaitu ujung-ujung jari tangan jauh lebih terinervasi

ketimbang kulit pada bagian punggung tangan

c. Keseimbangan air

Stratum korneum memiliki kemampuan untuk menyerap air dan dengan

demikian akan mencegah kehilangan air serta elektrolit yang berlebihan dari

bagian internal tubuh dan mempertahankan kelembaban dalam jaringan subkutan.

d. Pengaturan suhu

Tubuh secara terus menerus akan menghasilkan panas sebagai hasil

metabolism makanan yang memproduksi energi. Panas ini akan hilang terutama

lewat kulit. Tiga proses fisik yang terlibat yaituradiasi (pemindahan panas ke

3

Page 4: Akne Vulgaris

benda lain yang suhunya lebih rendah dan berada pada suatu jarak

tertentu), konduksi (pemindahan panas ke benda lain yang lebih dingin yang

bersentuhan dengan tubuh), dankonveksi  yang terdiri atas pergerakan massa

molekul udara hangat yang meninggalkan tubuh. Evaporasi dari kulit akan

membantu kehilangan panas lewat konduksi. Panas dihatarkan lewat kulit ke

dalam molekul-molekul air pada permukaan sehingga air tersebut mengisat. Air

dari permukaan kulit dapat berasal dari perspirasi yang tidak terasa, keringat

ataupun lingkungan. Pengeluaran keringat merupakan suatu proses yang

digunakan kulit untuk mengatur laju kehilangan panas

e. Produksi vitamin

Kulit yang terpajan sinar ultraviolet dapat mengubah substansi yang

diperlukanuntuk mensintesis vitamin D (kolekalsiferol). Vitamin D merupakan

unsure esensial untuk mencegah penyakitriketsia, suatu keadaan yang terjadi

akibat defisiensi vitamin D, kalsium serta fosfor dan menyebabkan deformitas

tulang (Morton, 1993).

f. Fungsi respon imun

Hasil penelitian terakhir (Nickoloff, 1993) menunjukkan bahwa beberapa sel

dermal (sel-sel Langerhans, interleukin-1 yang memproduksi keratinosit, dan

subkelompok limfosit-T) merupakan komponen penting dalam sistem imun.

Sedangkan lapisan kulit tersusun atas:

1. Dermis

Dermis membentuk bagian terbesar kulit dengan memberikan kekuatan dan

struktur pada kulit (Eckert, 1992). Dermis atau Korium (Kulit Jangat) adalah

lapisan jaringan ikat bagian bawah. Pada permukaan dermis tersusun papil-papil

kecil yang berisi ranting-ranting pembuluh/kapiler darah, kandung rambut, serta

ujung-ujung saraf dari alat indera. Dermis dipisahkan dari lapisan epidermis

dengan adanya membrane dasar atau lamina. Membran ini terusun dari dua

lapisan jaringan ikat yaitu lapisan papilarisdan lapisan retikularis.

Lapisan ini mengikat epidermis dengan struktur yang ada di bawahnya.

Lapisan papilaris dermis berada langsung di bawah epidermis dan tersusun dari

sel-sel fibroblast yang dapat menghasilkan salah satu bentuk kolagen yaitu suatu

4

Page 5: Akne Vulgaris

komponen dari jaringan ikat. Lapisan retikularis terletak di bawah lapisan

papilaris dan juga memproduksi kolagen  serta berkas-berkas serabut elastik.

a. Serabut saraf

Pada lapisan dermis kulit terdapat puting peraba yang merupakan ujung akhir

saraf sensoris. Ujung-ujung saraf tersebut merupakan indera perasa panas, dingin,

nyeri, dan sebagaiannya Oleh karena itu kulit merupakan organ terluas dimana

pada organ ini terdapat reseptor panas (ruffini), tekanan (paccini), dingin (krause),

rasa nyeri atau sakit (ujung saraf bebas), serta reseptor sentuhan (meissner).

Permukaan kulit mengandung saraf-saraf yang memiliki bentuk dan fungsi yang

berbeda-beda.

b. Pembuluh darah

Pembuluh darah dalam papilla dermal juga dikenalkan oleh sistem saraf. Jika

pembuluh darah berdilatasi, aliran darah ke permukaan kulit meningkat, sehingga

konduksi pans apada bagian eksterior dapat terjadi. Pembuluh darah berkonstriksi

untuk menurunkan aliran darah ke permukaan kulit dalam upaya mempertahankan

panas tubuh sentral.

c. Kelenjar keringat

Kelenjar keringat ditemukan pada kulit sebagian besar permukaan tubuh.

Kelenjar ini terutama terdapat pada telapak tangan dan kaki. Hanya glans penis,

bagian tepi bibir (margo labium oris), telinga luar dan dasar kuku yang tidak

mengandung keringat. Kelenjar keringat (sudoriferus) menghasilkan keringat.

kelenjar keringat yang berbentuk tabung  berbelit-belit dan yang  banyak

jumlahnya, terletak di sebelah dalam kulit jangat, bermuara di atas pemukaan kulit

di dalam lekukan halus yang disebut pori.

d. Kelenjar sebasea

Kelenjar sebasea adalah kelenjar holokrin (sel-sel sekretori menghilang

selama sekresi sebum). Kelenjar sebasea adalah kelenjar kantong di dalam kulit.

Bentuknya seperti botol dan bermuara di dalam folikel rambut. Kelenjar ini

banyak terdapat di atas kepala dan muka, sekitar hidung, mulut, telinga, tetapi

sama sekai tidak terdapat dalam kulit tapak tangan dan telapak kaki. Kelenjarnya

dan saluranya dilapisi epitel. Kelenjar sebasea mengeluarkan sebum yang

biasanya dialirkan ke folikel rambut. Kelenjar sebasea, rambut dan kelenjar

5

Page 6: Akne Vulgaris

keringat apokrin membentuk unit pilosebasea, tetapi hanya terbentuk pada rambut

di area genitalia, bibir, puting susu, dan areola payudara.

e. Folikel rambut

Rambut pada beberapa bagian tubuh memiliki fungsi yang bermacam-macam.

Rambut merupakan suatu pertumbuhan keluar dari kulit, rambut atau pili terdapat

pada hampir seluruh bagian tubuh, kecuali pada telapak tangan dan kaki, tetapi

sebagian besar berupa rambut vellus yang kecil dan tidak berwarna atau tersamar.

Rambut terminal  biasanya kasar dan dapat dilihat. Rambut ini tertanam di kulit

kepala, alis dan bulu mata, ketika masa pubertas rambut ini akan menggantikan

posisi rambut vellus di area ketiak dan pubis (dan di wajah laki-laki) sebagai

bagian dari karakteristik seksual sekunder.

2. Epidermis (Kulit Ari Atau Kutikula)

Epidermis adalah bagian terluar kulit. Epidermis membentuk lapisan paling

luar dengan ketebalan sekitar 0,1 mm pada kelopak mata hingga sekitar 1 mm

pada telapak tangan dan kaki (Morton, 1993). Epidermis tersusun dari jaringan

epitel skuamosa bertingkat yang mengalami keratinisasi, jaringan ini tidak

memiliki pembuluh darah dan sel-selnya sangat rapat.

Epidermis yang bersambung dengan membran mukosa dan dinding saluran

telinga terdiri atas sel-sel hidup yang selalu membelah dan pada permukaannya

ditutupi oleh sel-sel mati yang asalnya lebih dalam pada dermis tetapi kemudian

terdorong ke atas oleh sel-sel yang baru tumbuh dan lebih berdiferensiasi yang

berada di bawahnya.

Lapisan eksternal ini hampir selurunya akan diganti setiap 3 hingga 4 minggu

sekali. Sel-sel mati mengandung sejumlah besarkeratin yaitu protein fibrous

insoluble yang membentuk barrierpaling luar kulit dan memiliki kemampuan

untuk mengusir mikroorganisme patogen serta mencegah kehilangan cairan yang

berlebih dari tubuh (Holbrook, 1991). Keratin merupakan unsure utama yang

mengeraskan rambut dan kuku.

Pada permukaan kulit terdapat pori-pori yang merupakan tempat bermuaranya

kelenjar keringat. Kulit ari tidak berisi pembuluh darah. Saluran kelenjar keringat

menembus kulit ari dan mendampingi rambut. Sel epidermis membatasi folikel

6

Page 7: Akne Vulgaris

rambut. Di atas permukaan epidermis terdapat garis lekukan yang berjalan sesuai

dengan papil dermis di bawahnya.

Garis-garis ini berbeda, pada ujung jari berbentuk ukiran yang jelas yang  pada

setiap orang tidak sama. Atas hal inilah studi kasus sidik jari dalam kriminologi

dilakukan. Epidermis mengalami modifikasi pada berbagai daerah tubuh yang

berbeda. Ketebalan epidermis dapat meningkat jika bagian tersebut banyak

digunakan dan bisa mengakibatkan pembentukan kalus pada telapak tangan atau

klavus (corns) pada kaki.

a. Stratum korneum

Stratum korneum adalah lapisan yang tipis, datar seperti sisik yang terus

dilepaskan dan merupakan lapisan terluar epidermis. Stratum korneum terdiri dari

sel mati yang pipih dan mengalami keratinisasi. Jumlah sel matinya sebanyak 25

sampai 30 lapisan dan semakin gepeng saat mendekati permukaan kulit. Sel-sel

tersebut berasal dari lapisan epidermis yaitu stratum basalis. Sel pada stratum

basalis akan membelah, berproliferasi dan pindah ke permukaan epidermis.

Setelah mencapai stratum korneum, sel berubah menjadi pipih dan mati.

Pergerakan yang konstan ini menjamin adanya pergantian sel di semua permukaan

kulit selama deskuamasi normal. Stratum korneum yang tipis melindungi sel dan

jaringan di bawahnya dari dehidrasi dan mencegah masuknya zat kimia tertentu.

Stratum korneum juga memungkinkan terjadinya evaporasi air dari kulit dan

absorpsi obat-obatan topical tertentu. Stratum korneum Epidermis tipis yang

melapisi seluruh tubuh, kecuali pada telapak tangan dan telapak kaki, tersusun

hanya dari lapisan basalis dan korneum.

b. Melanosit

Melanosit merupakan sel-sel khusus epidermis yang terutama terlibat pada

produksi pigmen melanin yang mewarnai kulit dan rambut. Melanosit terletak

pada stratum basalis. Semakin banyak melanin, semakin gelap warnanya.

Sebagian besar orang yang berkulit gelap dan bagian-bagian kulit yang berwarna

gelap pada orang yang berkulit cerah mengandung pigmen ini dalam julah lebih

banyak. Warna kulit yang normal bergantung pada ras dan bervariasi dari merah

muda cerah hingga coklat.

7

Page 8: Akne Vulgaris

3. Hipodermis

Hipodermis atau jaringan subkutan merupakan lapisan kulit yang paling

dalam. Lapisan ini terutama berupa jaringan adipose yang memberikan bantalan

antar lapisan kulit dan struktur internal seperti otot dan tulang. Jaringan ini

memungkinkan mobilitas kulit, perubahan kontur tubuh dan penyekatan panas

tubuh (Halbrook, 1991). Lemah atau gajih akan bertumpuk dan tersebar menurut

jenis kelamin seseorang dan secara parsial menyebabkan perbedaan bentuk tubuh

laki-laki dengan perempuan. Makanan yang berlebihan akan menyebabkan

penimbunan lemak di bawah kulit. Jaringan subkutan dan jumlah lemak yang

tertimbun merupakan faktor dalam pengaturan suhu tubuh.

B. Definisi Akne Vulgaris

Akne vulgaris merupakan gangguan dari unit pilosebasea yang sering

dijumpai, dikarateristikkan dengan adanya papul folikular non inflamasi (komedo)

dan adanya papul `inflamasi, pustul, nodul dan kista pada bentuk yang berat.

Akne vulgaris mengenai daerah kulit dengan populasi kelenjar sebasea yang

paling padat; antara lain pada daerah wajah, dada bagian atas, dan punggung.

Akne vulgaris yang berat dapat memberikan dampak psikologis dan fisik berupa

stres emosional, depresi dan skar yang permanen.

Akne vulgaris adalah penyakit peradangan menahun folikel pilosebasea

yang umumnya terjadi pada masa remaja dan dapat sembuh sendiri

(Wasitaatmadja, 2007). Defenisi lain akne vulgaris atau disebut juga common

acne adalah penyakit radang menahun dari apparatus pilosebasea, lesi paling

sering di jumpai pada wajah, dada dan punggung. Kelenjar yang meradang dapat

membentuk papul kecil berwarna merah muda, yang kadang kala mengelilingi

komedo sehingga tampak hitam pada bagian tengahnya, atau membentuk pustul

atau kista; penyebab tak diketahui, tetapi telah dikemukakan banyak faktor,

termasuk stress, faktor herediter, hormon, obat dan bakteri, khususnya

Propionibacterium acnes, Staphylococcus albus, dan Malassezia furfur, berperan

dalam etiologi (Dorland, 2002).

Akne vulgaris (jerawat) merupakan penyakit kulit akibat perdangan kronik

folikel pilosebasea yang umunya terjadi pada masa remaja dengan gambaran

8

Page 9: Akne Vulgaris

klinis berupa komedo, papula, pustul, nodus, dan kista pada tempat predileksinya

(Arif Mansjoer, dkk. 2000).

Akne vulgaris (jerawat) merupakan kelainan folikel umum yang mengenai

pilosebasea (polikel rambut) yang rentan dan paling sering ditemukan di daerah

muka, leher, serta bagian atas. Akne ditandai dengan komedo tertutup ( white

head ), komedo terbuka (black head), papula, pustul, nodus, dan kista ( Brunner &

Suddarth, 2001 )

C. Klasifikasi Akne Vulgaris

1. Jerawat Superficial/jerawat permukaan

Jerawat superficial/jerawat permukaan yaitu bila kulit terdapat komedo dan

pustula (lepuhan berisi nanah) tanpa disertai abses, jerawat superficial biasanya

bila sembuh tidak meninggalkan jaringan parut.

2. Jerawat Dalam

Jerawat dalam yaitu jika perawat yang meradang menyusup kedalam jaringan

kulit dibawahnya, timbul kista berisi nanah yang bisa pecah dan selanjutnya akan

berkembang menjadi abses yang lebih besar. Pada jerawat dalam infeksi bisa

menyebar dan menyebabkan terbentuknya daerah peradangan yang lebih luas dan

menonjol, kista yang berisi nanah dan abses yang kesemuanya bisapecah

meninggalkan jaringan parut.

D. Epidemiologi

Akne vulgaris diperkirakan mengenai 79-95% pada usia remaja.13 Pada pria

dan wanita yang berusia lebih dari 45 tahun, 40-45% diantaranya memiliki akne

vulgaris pada wajah, dimana pada 12% wanita dan 3% pria menetap hingga usia

pertengahan.14 Meskipun demikian, hanya ada beberapa penelitian mengenai

prevalensi akne vulgaris pada remaja di Asia. Dalam suatu penelitian yang

dilakukan terhadap 1.045 remaja usia 13-19 tahun di Singapura, hasilnya

memperlihatkan bahwa 88% diantaranya ternyata memiliki akne vulgaris. Dari

jumlah tersebut, 51,4 % diklasifikasikan sebagai akne vulgaris ringan, 40 %

akne vulgaris sedang dan 8,6 % akne vulgaris berat.Saat memasuki usia dewasa,

9

Page 10: Akne Vulgaris

prevalensi akne vulgaris akan menurun. Namun demikian pada wanita kejadian

akne vulgaris dapat terus berlanjut hingga usia dekade ketiga atau lebih lama lagi.

Pada pria umumnya akne vulgaris lebih cepat berkurang, namun pada penelitian

diketahui bahwa justru gejala akne vulgaris berat terjadi pada pria.1 Akne vulgaris

nodulokistik dilaporkan lebih sering terjadi pada pria kulit putih dibandingkan

kulit hitam, dan satu penelitian menemukan bahwa akne vulgaris lebih berat pada

pasien-pasien dengan genotip XYY.

E. Etiologi

Akne vulgaris adalah penyakit yang disebabkan multifaktor, menurut Pindha

(dalam Tumbuh Kembang Remaja dan Permasalahannya 2004) faktor- faktor

yang mempengaruhi terjadinya akne adalah:

1. Faktor genetik. Faktor genetik memegang peranan penting terhadap

kemungkinan seseorang menderita akne. Penelitian di Jerman

menunjukkan bahwa akne terdapat pada 45% remaja yang salah satu atau

kedua orang tuanya menderita akne, dan hanya 8% bila ke dua orang

tuanya tidak menderita akne.

2. Faktor ras. Warga Amerika berkulit putih lebih banyak menderita akne

dibandingkan dengan yang berkulit hitam dan akne yang diderita lebih

berat dibandingkan dengan orang Jepang.

3. Hormonal. Hormonal dan kelebihan keringat semua pengaruh

perkembangan dan atau keparahan dari jerawat (Ayer J dan Burrows N,

2006). Beberapa faktor fisiologis seperti menstruasi dapat mempengaruhi

akne. Pada wanita, 60- 70% akne yang diderita menjadi lebih parah

beberapa hari sebelum menstruasi dan menetap sampai seminggu setelah

menstruasi.

4. Diet. Tidak ditemukan adanya hubungan antara akne dengan asupan total

kalori dan jenis makanan, walapun beberapa penderita menyatakan akne

bertambah parah setelah mengkonsumsi beberapa makanan tertentu seperti

coklat dan makanan berlemak.

10

Page 11: Akne Vulgaris

5. Iklim. Cuaca yang panas dan lembab memperburuk akne. Hidrasi pada

stratum koreneum epidermis dapat merangsang terjadinya akne. Pajanan

sinar matahari yang berlebihan dapat memperburuk akne.

6. Lingkungan. Akne lebih sering ditemukan dan gejalanya lebih berat di

daerah industri dan pertambangan dibandingkan dengan di pedesaan.

7. Stres. Akne dapat kambuh atau bertambah buruk pada penderita stres

emosional. Mekanisme yang tepat dari proses jerawat tidak sepenuhnya

dipahami, namun diketahui dicirikan oleh sebum berlebih,

hiperkeratinisasi folikel, stres oksidatif dan peradangan. Androgen,

mikroba dan pengaruh pathogenetic juga bekerja dalam proses terjadinya

jerawat (Thiboutot, 2008).

Perubahan patogenik pertama dalam akne adalah 1) Keratinisasi yang

abnormal pada epitel folikel, mengakibatkan pengaruh pada sel berkeratin di

dalam lumen. 2) Peningkatan sekresi sebum oleh kelenjar sebasea. Penderita

dengan akne vulgaris memiliki produksi sebum yang lebih dari rata-rata dan

biasanya keparahan akne sebanding dengan produksi sebum (Pindha dalam

Tumbuh Kembang Remaja dan Permasalahanya 2004). 3) Proliferasi

proprionebacterium akne dalam folikel. 4) Radang (Darmstadt dan Al Lane dalam

Nelson 2000).

Lesi akne vulgaris tumbuh dalam folikel sebasea besar dan multilobus

yang mengeluarkan produknya ke dalam saluran folikel. Lesi permukaan akne

adalah komedo, yang merupakan kantong folikel yang berdilatasi berisi materi

keratinosa berlapis, lipid dan bakteri. Komedo sendiri terdiri atas dua jenis yaitu:

1. Komedo terbuka, dikenal sebagai kepala hitam, memiliki orifisium

pilosebasea patulosa yang member gambaran sumbatan. Komedo terbuka

lebih jarang mengalami radang.

2. Komedo tertutup atau kepala putih. Papula radang atau nodula tumbuh

dari komedo yang telah rupture dan mengeluarkan isi folikel ke dermis

bawahnya, menginduksi radang neutrofilik. Jika reaksi radang mendekati

permukaan, timbul papula dan pustule, jika infiltrat radang terjadi pada

dermis lebih dalam, terbentuk nodula. Supurasi dan reaksi sel raksasa

11

Page 12: Akne Vulgaris

yang kadang-kadang terjadi pada keratin dan rambut di sebabkan oleh lesi

nodulokistik. Nodulokistik bukan merupakan kista yang sesungguhnya

tetapi massa puing-puing radang yang mencair

F. Patofisiologi

Perubahan pola keratinisasi dalam folikel, keratinisasi dalam folikel yang

biasanya berlangsung longgar berubah menjadi padat sehingga sukar untuk lepas

dari saluran folikel tersebut. Produksi sebum meningkat oleh kelenjar sebasea

yang menyebabkan meningkatnya unsur komedogenik dan inflamatogenik

penyebab meningkatnya lesi akne. Terbentuknya fraksi asam lemak bebas

penyebab terjadinya proses inflamasi folikel dalam sebum dan  kekentalan sebum

yang penting pada proses patogenesis penyakit. Peningkatan jumlah flora folikel

yang berperan dalam proses kemotaktik inflamasi serta pembentukan ensim

lipolitik pengubah fraksi lipit sebum. Terjadi respon hospes berupa pembentukan

circulating antibodies yang memperberat akne. Peningkatan hormon

androgen ,anabolic, kortiikosteroid, serta ACTH yang mungkin menjadi faktor

penting pada peningkatan kelenjar sebasea. Terjadi stres yang dapat memicu

peningkatan kelenjar sebasea baik secara langsung atau melalui ranggsangan

terhadap kelenjar  hipofisis. Faktor lain : usia, ras, cuaca/iklim, familial, makanan

yang secara tidak langsung dapat memicu peningkatan proses patogenesis

tersebut.

Selama usia kanak-kanak,kelenjar sebasea berukuran kecil dan pada dasarnya

tidak berfungsi. Kelenjar ini berada dibawah kendali endokrin khususnya hormon-

hormon androgen. Dalam usia pubertas hormon androgen menstimulasi kelenjar

sebasea dan menyebabkan kelenjar tersebut membesar serta mensekresi suatu

minyak alami yaitu sebum yang merembes naik hingga puncak filokel rambut dan

mengalir keluar dari  permukaan kulit. Pada remaja yang berjerawat, stimulasi

androgenic akan meningkatkan daya responsive kelenjar sebasea hingga akne

terjadi ketika duktus polisebasea tersumbat oleh tumpukan sebum. Bahan yang

terbentuk ini akan membentuk komedo.

12

Page 13: Akne Vulgaris

G. WOC

13

Page 14: Akne Vulgaris

H. Tanda dan Gejala

Manifestasi klinik dari akne fulgaris ditandai dengan empat tipe dasar

lesi : Komedo terbuka dan tertutup, papula, pustule dan lesi nodulo kistik. Tempat

predileksi akne vulgaris yaitu pada muka, bahu, dada bagian atas, punggung

bagian atas, leher, lengan atas dan glutea, kadang terkena erupsi kulit

polimorfi.akne vulgaris dapat disertai gatal dan nyeri.

Komedo merupakan gejala patognomonik bagi akne berupa papul miliar

yang ditengahnya mengandung sumbatan sebum, bila berwarna hitam

mengandung unsur melanin sehingga disebut komedo hitam,sedang bila berwarna

putih karena letaknya lebih dalam sehingga tidak mengadung unsur melanin

disebut sebagai komedo putih atau komedo tertutup.

I. Pemeriksaan Penunjang

Diagnosa ditegakkan berdasarkan gejala-gejala dari hasil pemeriksaan fisik.

Contohnya ditemukannya komedo pada permukaan kulit wajah atau bahu.

J. Penatalaksanaan Medis

Kompres air hangat bisa melunakkan komedo sehingga lebih mudah

diangkat, komedo bisa diangkat oleh penderita sendiri sebanyak 1-2kali/minggu

dengan menggunakan jerum steril atau ekstraktor schamberg.

1. Jerawat superfisial

Untuk menghilangkan jerawat, bisa dioleskan antibiotik clidamycin atau

erythromycin dengan atau tanpa zat iritasi (misalnya tretionin). Antibiotik peroral

(melalui mulut yaitu tetracycline, eritromycin, minocycline atau doxicycline, bisa

mengurangi atau mencegah jerawat permukaan. Sinar matahari bisa membantu

mengeringkan kulit dan membantu pembentukan sisik yang sifatnya ringan

sehingga mempercepat penyembuhan.

Tetapi pada penderita yang menggunakan tretionin, sinar matahari dapat

menyebabkan iritasi yang hebat. Tretionin tersedia dalam bentuk krim cair dan gel

yang bisa mengeringkan kulit tetapi pemakaiannya harus hati-hati. Jika terjadi

14

Page 15: Akne Vulgaris

irirtasi tretionin hanya boleh digunakan pada malam hari. Selain tretionin

dioleskan tipis-tipis, tidak boleh mengenai mata sudut bibir dan lipatan kulit

disekitar hidung. Selama beberapa hari pertama pemakaian tretionin, mungkin

jerawat akan terlihat semakin memburuk dan perbaikan baru terlihat dalam waktu

kurang lebih 3-4 minggu.

Obat lainnya yang bisa digunakan adalah benzoil peroksida dan obat ang

mengandung sulfur resordinol. Obat tersebut biasanya dioleskan 2kali/hari, yaitu

pada malam dan pagi hari.

2. Jerawat dalam

Diberikan antibiotik peroral (tetracycline, minocycle atau eritromycin) selama

beberapa minggu. Pada remaja putri, pemakaian antibiotik bisa menyebabkan

infeksi jamur dalam vagina. Jika pemberian antibiotik tidak berhasil, berikan

isotretinoin per oral. Obat ini sangat efektif tetapi bisa menyebabkan cacat bawaan

pada janin. Karena ini wanita yang sedang hamil tidak dianjurkan untuk

menggunakan obat ini pemeriksaan sel darah juga harus dilakukan untuk

meyakinkan bahwa obat yang tidak mempengaruhi sel darah, hati dan kadar

lemak.

Dermobrasi adalah suatu prosedur dimana permukaan kulit digosokkan

dengan suatu alat pengasah yang terbuat dari logam untuk membuang lapisan

paling atas. Tindakan ini dilakukan untuk mengangkat jaringan parut yang kecil.

Terapi sinar X tidak dianjurkan untuk mengatasi jerawat begitu pula salep

kortikosteroid yang bisa memperburuk jerawat. Untuk wanita yang memiliki

jerawat hebat selama siklus menstruasinya bisa diberikan pil KB, tetapi hasilnya

baru diperoleh setelah pemakaian pil KB selama 4-6 bulan.

K. Asuhan Keperawatan

A.      Pengkajian

1. Aktivitas istirahat. Tanda: perasaan klien gelisah akan keadaan kulitnya

15

Page 16: Akne Vulgaris

2. Integritas ego. Gejala: ansietas, emosi, kesal. Tanda: menolak perhatian

terhadap sekitarnya, Depresi karena memikirkan akan proses

penyembuhan

3. Neurosensori. Gejala: dapat meningkatkan emosional seperti rasa tidak

nyaman ,dan gatal. Tanda: perubahan diri, orientasi dan prilaku.

4. Nyeri. gejala : klien mengeluh nyeri pada akne. Tanda: adanya lesi pada

kulit, kemerahan dan edema

5. Interaksi social. Gejala: hubungan dengan orang lain kurang terbina

B.       Diagnosa Keperawatan

1. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan lesi dan reaksi inflamasi

2. Nyeri berhubungan dengan proses peradangan dan adanya lesi pada kulit.

3. Gangguan citra diri  berhubungan dengan rasa malu dan frustrasi terhadap

tampilan diri.

4. Kurang pengetahuan tentang proses penyakit berhubungan dengan kurang

terpapar terhadap informasi.

C.      Intervensi

1. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan lesi dan reaksi inflamasi

Tujuan ; tidak terjadi gangguan integritas kulit.

Intervensi :

a. Observasi atau catat ukuran, warna dan keadaan kulit di area sekitar

luka. Rasional : Mengetahui perkembangan luka pasien dan kulit di

sekitarnya.

b. Beri perawatan kulit sering agar tidak kering. Rasional : Terjadi kering

dapat merusak kulit dan mempercepat kerusakan.

c. Anjurkan pasien untuk menggunakan kosmetik atau preparat tabir

surya. Rasional : Banyak masalah kosmetika pada hakekatnya semua

kelainan malignitas kulit dapat dikaitkan dengan kerusakan kulit

kronik.

2. Nyeri berhubungan dengan proses peradangan dan adanya lesi pada kulit

Tujuan : nyeri hilang/terkontrol

16

Page 17: Akne Vulgaris

Intervensi :

a. Observasi tingkat nyeri pasien. Rasional : Mengindikasikan kebutuhan

untuk intervensi dan juga tanda-tanda perkembangan/ resolusi

komplikasi.

b. Ajarkan pasien tehnik distraksi dan relaksasi. Rasional : Distraksi

relaksasi dapat membantu meringankan nyeri.

c. Beri posisi yang nyaman. Rasional : Memberikan kenyamanan pada

pasien sehingga dapat mengurangi nyeri yang dirasakan.

d. Kolaborasi pemberian analgetik. Rasional : Pemberian analgetik dapat

membantu meringankan derajat nyeri pasien.

3. Gangguan citra diri  berhubungan dengan rasa malu dan frustrasi terhadap

tampilan diri.

Tujuan ; Klien akan mempertahankan konsep diri yang positif selama dalam

perawatan.

Intervensi :

a. Kaji persepsi pasien dan pandangannya terhadap akne. Rasional :

Pasien yang memandang akne sebagai cacat kulit biasanya tidak

toleransi terhadap tampilan diri, sedangkan pasien yang memandang

akne sebagai penyakit yang normal dan fisiologis dapat menerima

konsep diri dan tidak beresiko terganggu konsep diri

b. Perhatikan perilaku menarik diri, membicarakan diri tertang hal negatif.

Rasional : Mengidentifikasi kebutuhan untuk intervensi

c. Dorong pengungkapan perasaan. Rasional : Orang terdekat memulai

penerimaan perubahan dan mengurangi ansietas mengenai perubahan

citra diri.

d. Perhatikan perilaku menarik diri dan penggunaan penyangkalan.

Rasional : Penyangkalan mungkin lama dan mungkin maladaptif karena

pasien tidak siap mengatasi masalah pribadi.

e. Rujuk keterapi fisik dan konsul psikiatrik. Contoh klinik spesialis

perawat psikiatrik, pelayanan social, psikologis sesuai kebutuhan.

Rasional : Membantu dalam identifikasi cara atau alat untuk

meningkatkan atau mempertahankan kemandirian.

17

Page 18: Akne Vulgaris

4. Kurang pengetahuan tentang proses penyakit berhubungan dengan kurang

terpapar terhadap informasi

Tujuan ; Klien akan meningkatkan pengetahuan selama dalam  perawatan.

Intervensi :

a. Kaji tingkat pengetahuan pasien. Rasional : untuk mengetahu sejauh

mana pengetahuan pasien tentang penyakitnya.

b. Jelaskan pada pasien tentang penyebab, perlawanan penyakit ,

pengobatan dan lamanya pengobatan serta pencegahan akne vulgaris.

Rasional : untuk Meningkatkan pengetahuan pasien.

c. Dorong dan berikan kesempatan untuk bertanya. Rasional :

meningkatkan proses belajar, meningkatkan pengambilan keputusan

dan menurunkan ansietas sehubungan dengan ketidaktahuan.

18

Page 19: Akne Vulgaris

BAB 3

APLIKASI TEORI

A. Kasus

Ny. Y datang ke klinik Tanggal 1 Oktober 2015 dengan keluhan utama

banyaknya jerawat pada kulit mukanya. Tampak kemerahan pada kulit yang

berjerawat dan terasa nyeri saat disentuh. Klien mengaku dia sering tidak

membersihkan wajahnya sebelum tidur dan klien tidak tahu mengenai tindakan

apa yang harus dilakukan untuk mengobati jerawatnya. Klien juga merasa

khawatir wajahnya tidak bisa kembali bersih. Klien juga merasa malu terhadap

jerawat di wajahnya.

B. Data Klinis

Nama : Ny. Y

Umur : 27 tahun

Jenis kelamin : Perempuan

Pekerjaan : Karyawan swasta

Alamat : Rahasia

Status perkawinan : Menikah

Agama : Islam

TB : 181 cm

BB : 50 Kg

1.1 Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian Keperawatan

a. Riwayat kesehatan

Riwayat kesehatan sekarang

19

Page 20: Akne Vulgaris

Ny. Y datang ke klinik dengan keluhan utama banyaknya jerawat pada

kulit mukanya. Tampak kemerahan pada kulit yang berjerawat dan terasa nyeri

saat disentuh.

Riwayat kesehatan dahulu

Sebelumnya, Ny. Y sering berjerawat setelah mengalami menstruasi

pertama.

Riwayat kesehatan keluarga

Dari riwayat kesehatan sebelumnya, Keluarga Ny. Y tidak ada yang

menderita penyakit yang sama dengan klien.

b. Pemeriksaan Fisik

Vital sign

TB : 181 cm

BB : 50 kg

RR : 24x/menit

TD : 90/60 mmHg

Nadi : 70 x/menit

Suhu : 370 C

Pemeriksaan kepala

Inspeksi :

Bentuk : simetris

Rambut: warna rambut hitam, tidak ada ketombe

Palpasi: tidak terdapat benjolan, dan nyeri tekan

Pemeriksaan mata

Inspeksi

Konjungtiva : tidak anemis

Sclera : tidak ikterus

Pemeriksaan hidung

20

Page 21: Akne Vulgaris

Inskpeksi: bentuk hidung simetris, tidak ada polip maupun peradangan,

tidak ada sekret.

Palpasi :tidak terdapat nyeri tekan.

Pemeriksaan mulut

Inspeksi : bibir pucat, sudut bibir pecah-pecah, gusi berdarah.

Pemeriksaan wajah

Inspeksi : terlihat kemerahan pada bagian yang berjerawat.

Palpasi : Adanya nyeri pada bagian yang berjerawat

Pemeriksaan telinga

Inspeksi : simetris kiri dan kanan

Palpasi : tidak ada nyeri tekan. Fungsi pendengaran normal.

Pemeriksaan leher

Inspeksi : tidak ada pembesaran getah bening

Palpasi : tidak ada pembesaran getah bening kelenjer tiroid

Pemeriksaan thorak

Jantung

Inspeksi : iktus terlihat

Palpasi : iktus teraba.

Perkusi : redup

Auskultasi : terdengar bunyi jantung 1 dan 2 normal.

Paru- paru

Inspeksi : simetris kiri dan kanan saat inspirasi dan ekspirasi

Palpasi : vokal femoris teraba, simetris kiri dan kanan.

Perkusi : sonor

Auskultasi : bunyi nafas vesikuler.

Pemeriksaan abdomen

Inspeksi : tidak terdapat lesi, tidak ada luka bekas operasi.

21

Page 22: Akne Vulgaris

Auskultasi : bising usus normal 15 x / menit.

Palpasi : Terdapat nyeri tekan

Perkusi : bunyi tympani untuk semua daerah abdomen

Pemeriksaan Ekstremitas

Ekstremitas atas: tangan kanan terpasang infus, pergerakan lemah.

Terdapat memar dan bercak-bercak hitam di tangan kiri.

Ekstremitas bawah : pergerakan lemah

Nyeri di persendian dan tulang.

2. Analisis Data

No

.

Data Diagnosa Keperawatan

1. DS :

1. Klien mengatakan kulitnya

berjerawat sejak pertama

menstruasi

2. Klien mengatakan kulitnya kasar

pada bekas jerawat

   DO

        RR : 26 x / menit

         TD : 90/60 mmHg

         Suhu : 37 0C

      Wajah klien terdapat banyak jerawat

Wajah klien terdapat kemerahan pada

jerawat

Gangguan integritas kulit

berhubungan dengan lesi dan

reaksi inflamasi

2. DS :

1. Klien mengatakan nyeri pada

Nyeri berhubungan dengan

proses peradangan dan adanya

22

Page 23: Akne Vulgaris

bagian yang berjerawat

DO :

Adanya nyeri tekan pada kulit yang

berjerawat

lesi pada kulit.

3. DS:

1. Klien mengatakan khawatir

wajahnya tidak dapat kembali

bersih dan cantik lagi.

2. Klien merasa malu terhadap

diwajahnya

DO :

         TD : 90/60 mmHg

         Nadi : 100x/menit

         Suhu : 37 0C

         RR : 26 x / menit

         BB : 45 Kg

         TB : 160 cm

       Klien terlihat sering menutupi

wajahnya yang berjerawat

Gangguan citra diri

berhubungan dengan rasa

malu dan frustrasi terhadap

tampilan diri.

Prioritas Diagnosa:

1. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan lesi dan reaksi inflamasi

2. Nyeri berhubungan dengan proses peradangan dan adanya lesi pada kulit.

3. Gangguan citra diri  berhubungan dengan rasa malu dan frustrasi terhadap

tampilan diri.

23

Page 24: Akne Vulgaris

c. Intervensi

No.

Dx

NOC (Tujuan) NIC (Rencana

Keperawatan)

Rasional

1 Setelah dilakukan

tidakan

keperawatan selama

1x24 jam

Kriteria Hasil :

1. Observasi atau catat

ukuran, warna dan

keadaan kulit di area

sekitar luka.

2. Beri perawatan kulit

sering agar tidak kering

3. Anjurkan pasien untuk

menggunakan kosmetik

atau preparat tabir surya

1. Mengetahui

perkembangan luka

pasien dan kulit di

sekitarnya.

2. Terjadi kering

dapat merusak kulit

dan mempercepat

kerusakan.

3.3 3. Banyak masalah

kosmetika pada

hakekatnya semua

kelainan malignitas

kulit dapat dikaitkan

dengan kerusakan

kulit kronik.

2 Setelah dilakukan

tindakan

keperawatan selama

1x24 jam

Kriteria Hasil :

1. Observasi tingkat nyeri

pasien.

2. Ajarkan pasien tehnik

distraksi dan relaksasi.

3. Beri posisi yang

1. Mengindikasikan

kebutuhan untuk

intervensi dan juga

tanda-tanda

perkembangan/

resolusi komplikasi.

2. 2. Distraksi relaksasi

dapat membantu

meringankan nyeri.

24

Page 25: Akne Vulgaris

nyaman.

4. Kolaborasi pemberian

analgetik.

3.Memberikan

kenyamanan pada

pasien sehingga

dapat mengurangi

nyeri yang

dirasakan.

4.Pemberian

analgetik dapat

membantu

meringankan derajat

nyeri pasien.

3 Setelah dilakukan

tindakan

keperawatan selama

1x24 jam Kriteria

Hasil:

1. Kaji persepsi pasien dan

pandangannya terhadap

akne.

2. Perhatikan perilaku

1.Pasien yang

memandang akne

sebagai cacat kulit

biasanya tidak

toleransi terhadap

tampilan diri,

sedangkan pasien

yang memandang

akne sebagai

penyakit yang

normal dan

fisiologis dapat

menerima konsep

diri dan tidak

beresiko terganggu

konsep diri

25

Page 26: Akne Vulgaris

menarik diri,

membicarakan diri tertang

hal negatif

3. Dorong pengungkapan

perasaan

4. Perhatikan perilaku

menarik diri dan

penggunaan

penyangkalan.

2. Mengidentifikasi

kebutuhan untuk

intervensi

3. Orang terdekat

memulai

penerimaan

perubahan dan

mengurangi ansietas

mengenai perubahan

citra diri.

4.Penyangkalan

mungkin lama dan

mungkin maladaptif

karena pasien tidak

siap mengatasi

masalah pribadi.

4. Implementasi

No.

Dx

Tanggal dan

Jam

Pelaksanaan Evaluasi

Tindakan/respon

Klien

Nama

dan

Paraf

Petugas

1 2 Oktober 2015

Pukul 08.00

1. Observasi atau catat

ukuran, warna dan

keadaan kulit di area

sekitar luka.

1.kulit berwarna

kemerahan pada

area yang

berjerawat

26

Page 27: Akne Vulgaris

2. Beri perawatan kulit

sering agar tidak kering

3. Anjurkan pasien untuk

menggunakan kosmetik

atau preparat tabir surya

2. Kulit mulai

lembab saat

dilakukan

perawatan

3. Klien merasa

lebih nyaman dan

kulitnya tidak

kasar

2 2 Oktober 2015

Pukul 08.30

1. Observasi tingkat nyeri

pasien.

2. Ajarkan pasien tehnik

distraksi dan relaksasi.

3. Beri posisi yang

nyaman.

4. Kolaborasi pemberian

analgetik.

1. Nyeri hanya

berada pada area

yang berjerawat

2. Paien terlihat

nyaman dan tidak

nyeri

3. pasien terlihat

nyaman

4. nyeri

menghilang

3 2 Oktober 2015

Pukul 09.00

1. Kaji persepsi pasien

dan pandangannya

terhadap akne.

2. Perhatikan perilaku

menarik diri,

membicarakan diri tertang

hal negatif

3. Dorong pengungkapan

1. Pasien merasa

malu dengan

jerawat diwajahnya

2.Klien tetap

merasa minder

terhadap

jerawatnya

3. Klien

27

Page 28: Akne Vulgaris

perasaan

4. Perhatikan perilaku

menarik diri dan

penggunaan

penyangkalan.

mengatakan

jerawatnya merasa

dirinya tidak cantik

sehingga klien

malu untuk

menunjukkan

dirinya

4.klien terlihat

malu dengan

jerawatnya

5. Evaluasi

No.

DxTanggal Catatan Perkembangan

Nama

& paraf

1 5 Oktober 2015 S: Tn W mengatakan kulitnya tidak kasar

lagi

O: pada saat palpasi kulit sudah tidak

kasar

A:Masalah Teratasi

P:Lanjutkan pemberian HE

2 5 Oktober 2015 S: Ibu mengatakan tidak merasa terganggu

dalam beraktifitas

O: Pasien terlihat dapat melakukan

mobilitas fisik

A:Masalah Teratasi

P:Pasien diberikan HE

3 5 Oktober 2015 S: Ny. W mengatakan sudah mengetahui

28

Page 29: Akne Vulgaris

informasi mengenai tindakan perawatan

pascahospitalisasi

O: Pasien terlihat tenang

A:Masalah Teratasi

P:Pasien diberikan HE

BAB 4

29

Page 30: Akne Vulgaris

PENUTUP

A. Kesimpulan

B. Saran

DAFTAR PUSTAKA

Suzzane C. Smeltzer, Brenda G. Bare. 2002. Keperawatan Medikal Bedah Vol.1. Jakarta : EGC.

Soepaman, Sarwono Waspadji. 2001. Ilmu Penyakit dalam Jilid II Edisi 3. Jakarta : Balai Penerbit FKUI.

Taylor, Cynthia. 2013. Diagnosis Keperawatan Dengan Rencana Asuhan. Jakarta : EGC.

30

Page 31: Akne Vulgaris

31