284

Ajaran Awal Buddhisme Ch'An

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Terjemahan dari "The Original Teaching of Ch'an Buddhism" tulisan Chang Chung Yuan.

Citation preview

Page 1: Ajaran Awal Buddhisme Ch'An
Page 2: Ajaran Awal Buddhisme Ch'An
Page 3: Ajaran Awal Buddhisme Ch'An

Chang ChungChang ChungChang ChungChang Chung----YuanYuanYuanYuan

The Original Teaching

of

Ch’an Buddhism

Penerbit Pundarika

Perpustakaan Vihara Borobudur Medan

2007

Untuk Kalangan Sendiri

dibagi cuma-cuma

Page 4: Ajaran Awal Buddhisme Ch'An

ii

Chang, Chung-Yuan, The Original Teaching of Ch’an Buddhism.

Buku ketujuh Pustaka Pundarika, Mei 2007 Alih bahasa : Drs. Suparjono, M.A, Ph.D Editor : UAP. Yogaputra, ST Setting : Mahamudra Research Team Layout & Cover : Pundarika IT Services

Page 5: Ajaran Awal Buddhisme Ch'An

iii

Daftar Isi

Daftar Isi _________________________________________ iii

PRAKATA __________________________________________ v

Bagian I ____________________________________________ 1 Pendekatan Metafisis dan Logis pada Awal Ajaran Ch'an ____________1

Niu-T'ou Fa-Yung _____________________________________ 15 Tanpa Pikiran Tak Berbeda Dari Pikiran ________________________15

Yung-Chia Hsuan-Chio ________________________________ 25 Dialektika Sebagai Gerakan Sadar Diri _________________________25

Bagian II __________________________________________ 33 Persatuan Universalitas dan Partikularitas _______________________35

Tung-Shan Liang-Chieh ________________________________ 47 "Dia Sama Dengan Saya, Tapi Saya Bukanlah Dia!" _______________47

Ts'ao-Shan Pen-Chi ___________________________________ 59 "Kemurnian ada dalam ketidakmurnian" ________________________59

Bagian III _________________________________________ 67 Bebas Dari Subyektifitas Dan Obyektifitas_______________________69

Huang-Po Hsi Yun ____________________________________ 83 Mengaum Seperti Harimau ___________________________________83

Mu-Chou Tao-Tsung __________________________________ 89 "Ketinggalan Keledai Mengejar Kuda"__________________________89

Lin-Chi I-Hsuan ______________________________________ 99 "Di Sini Saya Akan Menguburmu Hidup Hidup" __________________99

Bagian. IV ________________________________________ 107 "Pendekatan Ilogis dan Non-Konvensional Terhdadap Ch'an" _______109

Kiangsi Tao I ________________________________________ 125 "Pikiran Adalah Buddha" ___________________________________125

Nan-ch'üan P'u-Yuan Ch'an ___________________________ 131 "Menjadi Kerbau di kaki Bukit" ______________________________131

Page 6: Ajaran Awal Buddhisme Ch'An

iv

Chao-Chou Ts'ung Shen_______________________________ 143 "Anda Melihat Balok, Bukan Titi Chao Chou"___________________143

P’angP’angP’angP’ang---- Yün Yün Yün Yün ____________________________________________ 153 Keharmonisan Batiniah Dalam Kegiatan Sehari-Hari______________153

Bagian V _________________________________________ 157 "Pengalaman Batiniah Terlukis dalam Tiga Cara Pengaruh Timbal Balik"

________________________________________________________159

Kuei-shan Ling-Yu ___________________________________ 171 Tindakan Besar dan Kekuatan Besar___________________________171

Yang-shan Hui-chi ___________________________________ 179 "Pendekar Pedang Ulung" ___________________________________179

Hsiang-yen Chih-Hsien________________________________ 189 Cerah Dalam Satu Pukulan __________________________________189

Bagian VI ________________________________________ 195 Enam Gejala Dan Kesunyataan. ______________________________197

Fa-yen Wen-i ________________________________________ 205 Yang Satu Mendapatkan, Yang Lain Kehilangan” ________________205

Yung-Ming Yen-Shou _________________________________ 217 “Dari Rahim Lembu Lahir Seekor Gajah” ______________________217

Bagian VII________________________________________ 221 "Kecepatan dan Kecuraman" Cara Yang Berdaya Menuju Pencerahan.223

Hsueh Feng I-Tsun ___________________________________ 235 "Tak Membutakan Mata Siapapun" ___________________________235

Yun-Men Wen-Yen ___________________________________ 243 "Gunung Curam ; Awan - Awan Dangkal"______________________243

Tung-Shan Shou-Ch'u ________________________________ 254 "Bahasa Hidup dan Bahasa Mati" _____________________________254

Akhir Kata _______________________________________ 259

DAFTAR KEPUSTAKAAN ___________________________ 261

Page 7: Ajaran Awal Buddhisme Ch'An

PRAKATA

Ada suatu cerita tentang seorang pencinta seni dari Timur jauh yang mengunjungi suatu museum di kota New York untuk melihat lukisan Picasso yang terkenal, "Guernica," saat pertama kalinya karya itu di pagelarkan. Orang Timur yang bersemangat ini melangkah dengan berat di seluruh pojok museum menaiki dan menuruni anak-anak tangga, namun lukisan yang ingin di lihatnya itu tak dapat ditemukan. Dengan kecewa, dia memutuskan untuk pulang, namun dalam perjalanannya keluar, tepatnya di dekat pintu masuk yang dilaluinya saat ia tiba, lukisan yang dicari-carinya itu akhirnya ditemukan juga olehnya. Selanjutnya sebelum kekecewaannya lenyap ia terperanjat keheranan. Mungkinkah lukisan yang besar dan aneh ini diakui orang sebagai adikaryanya seorang pelukis kesohor? Berapa lama pun ia tatap, ia teliti dengan sehati-hatinya dan menimbangnya, masih terasa sulit baginya untuk memahami mengapa karya ini dinilai sedemikian tinggi oleh para ahli terke-muka dan orang-orang yang bercita rasa seni tapi berasal dari dunia Barat. Si pengagum seni ini yang serius tapi berasal dari suatu budaya asing sebenarnya ingin sekali terinisiasi ke dalam estetika terbaik dunia modern Barat, namun apa daya ketidaktahuannya akan filsafat Barat menghalangi jalannya. Secara fisik ia telah temukan bendanya, namun lukisan itu masih terlepas dari pemahamannya, karena ia tak mampu mengapresiasikan karya tersebut setulus apapun ia inginkan.

Bagi banyak orang Barat, memahami Buddhisme Ch'an (atau Buddhisme Zen, sebagaimana dinamakan di Jepang) akan menampilkan masalah yang sama. Pertama-tama, muncul masalah penemuannya, karena masih banyak literaturnya yang masih belum diterjemahkan, khususnya teks Cina kuno yang sebagiannya sedang kita sediakan dalam jilid ini. Namun masih ada halangan lainnya, seperti halnya masalah yang ditemukan oleh "orang luar" di atas dalam menghadapi karya seni Picasso. Buddhisme Ch'an, saat kita pertama kali mendekatinya, akan nampak aneh dan asing. Walaupun demikian, para karya Buddhis Ch'an adalah suatu tonggak sejarah dalam perkembangan pikiran dan kepribadian manusia, walaupun nilainya masih amat sedikit dihargai di dunia Barat hingga dewasa ini, saat beberapa literatur Ch'an yang terpendam digali dan diterjemahkan untuk para pengagum dan para siswa-siswanya. Karya ini merupakan suatu usaha untuk memperdalam pemahaman tersebut.

Di tahun 1934, Carl Gustav Jung, dalam kata sambutannya terhadap An Introduction to Zen Buddhism1 buah karya Daisetz T. Suzuki, menggambarkan Ch'an sebagai suatu proses untuk mentransformasi dari diri bentuk ego yang terbatas ke dalam diri berbentuk non ego yang tak terbatas. Saat seseorang

1 Daisetz T.Suzuki, An Introduction to Zen Buddhism, hal. 14.

Page 8: Ajaran Awal Buddhisme Ch'An

Ajaran Murni Ch'an Buddhis Ajaran Murni Ch'an Buddhis Ajaran Murni Ch'an Buddhis Ajaran Murni Ch'an Buddhis

vi

memiliki kesadaran akan diri atau ego, pembebasan dari konsepsi yang bersifat ilusi atas diri seseorang akan terjadi sehingga kesadaran total muncul dan baru ini berbeda dari kesadaran bentuk ego yang selalu sadar akan sesuatu, sedangkan kesadaran total pun akan muncul. Kesadaran total dan baru ini berbeda dari kesadaran bentuk ego yang selalu sadar akan sesuatu, sedangkan kesadaran total tak melekat pada objek apapun kecuali dirinya. Seolah-olah karakter subjek dari ego telah hilang, meninggalkan kesadaran total yang sadar akan dirinya. Ia bebas dari kemelekatan terhadap segala pun, makhluk dan keadaan apapun. Dengan beralih ke dalam dirinya, manusia akan melihat suatu pertunjukan penuh dari hakiki potensialnya. Kesadaran ini dapat digambarkan dalam kata-kata Hsuan-sha Shih-pei. Seorang siswa pernah bertanya padanya bagaimana ia mampu memasuki Ch'an. Diapun jawab ,"Apakah anda mendengar desiran sungai? "ya." "Kalau begitu anda boleh masuk."

Jung menjelaskan bahwa "pendengaran" ini jelas berbeda dari pendengaran biasa. William Barrett, yang menggunakan cerita yang sama dalam pendahuluannya atas Zen Buddhism karya Suzuki, menamakan kesadaran ini sebagai Intuisionisme Radikal (Radical Intuitionism).2 Intuisi adalah suatu aktifitas yang tanpa subyek maupun objek. Itu adalah keadaan sadar kita yang paling bersatu atau pengalaman murni kita . Saat kesadaran ini bertindak, para seniman memperoleh inspirasi, para ilmuwan melakukan terobosan dan penemuan baru serta para penganut agama memperoleh visi baru. Namun indera ini tak terbatas pada para jenius; indera ini terwujudkan dalam kegiatan anak yang tak berdosa sekalipun. Semua perkiraan itu sistematis namun pada dasar sistim apapun pasti terdapat suatu intuisi yang menyatukan. Intuisi ini berada di luar semua pikiran. Seperti yang dikatakan Kitaro Nishida, almarhum profesor dari universitas kyoto: "Didasar pikiran selalu tersembunyi suatu unsur mistik tertentu; bahkan aksioma geometris merupakan sejenis unsur ini. Biasanya kita katakan bahwa pikiran dapat menjelaskan namun intuisi tidak, namun penjelasan tak lain daripada kemampuan meredusir ke dalam suatu intuisi yang bahkan lebih mendasar lagi."3

Intuisi dasar bukanlah pengetahuan abstrak dan bukan pula emosi buta belaka. Itulah persatuan mendalam yang diidentifikasikan sebagai diri sejati. Jung menamakannya diri berbentuk non-ego yang tak terbatas. Buddhis Ch'an menamakannyapencerahan. Itulah sebabnya, sebagaimana William Barett katakan: "Zen [Ch'an] menyatakan dirinya seecara konkrit karena Zen di atas segala-galanya, tertarik pada fakta, bukan teori-teori, yaitu dalam realitas dan bukan perlawanan lemah terhadap realitas yang kita kenal sebagai konsep-konsep. Fakta boleh jadi menyarankan pada pikiran Barat sesuatu yang bersifat kuantitatif atau statistis semata yang oleh karenanya juga merupakan

2 Daisetz T.Suzuki, Zen Buddhism, ed. William Barrett, hal. XV. 3 Kitaro Nishida, A Study of Good, terjemahan V.H.Viglielmo, hal. 35.

Page 9: Ajaran Awal Buddhisme Ch'An

vii

sesuatu yang tak bernyawa dan abstrak. zen, sebaliknya, menginginkan fakta itu hidup dan konkrit. Dalam pengertian ini Zen dapat digambarkan sebagai Intuisionisme Radikal jika orang Barat menginginkan suatu pegangan untuk bersandar pada. Ini tak sama artinya dengan filsafat intuisinya Bergson, walaupun filsafat ini setuju dengan Bergson bahwa mengkonsepsualisasi intelek takkan dapat menggapai realitas, melainkan ia hanyalah merupakan intuisi radikal dalam tindakannya sendiri. Intuisi Radikal berarti pikiran dan perasaan hidup, bergerak dan memiliki keberadaannya dalam medium vital dari intuiti.4

Barrett selanjutnya membandingkan pikiran Plato dengan pikiran Buddha. Dalam filsafat Plato, yang membangun tradisi intelektual Barat, seseorang berkembang dari dunia inderawi rendah menuju ke dunia agung dan ide-ide yang tetap dan tak berubah. Sebaliknya filsafat Buddhis menuju keluar dunia intelek menuju ke suatu dunia sejati yang selalu berada di sana yang hidup dan jelas serta tak terabstraksi. Ch'an tumbuh dari tradisi ini, yang berbeda sedemikian tajamnya dari filsafat Barat.5 Namun Ch'an tidak puas dengan doktrin atau eksposisi semata. Ch'an harus dijalani, harus dialami secara konkrit dalam setiap saat dalam hidup sehari-hari.

Dalam meninjau perkembangan pikiran Buddhis Cina, kita melihat bahwa Intuisionisme Radikal Ch'an tidak terjadi begitu saja, melainkan setelah melalui berabad-abad penjelajahan logis, metafisis dan psikologis. Sebagai contoh, aliran San-lun terlihat jauh ke dalam eksposisi logis hubungan antara penegasan dan penyangkalan atau keberadaan dan tanpa keberadaan dan mengemukakan suatu sistim dialetis dengan mana seseorang diperkirakan mampu mencapai pencerahan. Aliran Hua-yen menggunakan suatu pendekatan metafisis dalam eksplorasinya atas persatuan partikularitas dan universalitas, atau yang satu dan yang banyak. Aliran Ideasi semata menggunakan pendekatan psikologis dan mengkategorisasikan berbaja keadaan mental yang menyimpang dalam usaha untuk mentransformasi kesadaran biasa menuju pada kesadaran murni. Aliran-aliran ini membuka jalan bagi perkembangan Ch'an. Pada abad ketujuh, para pemikir cina telah siap melampaui logika, metafisika dan psikologi untuk menghadapi realitas dengan lebih langsung. Di saat itulah Ch'an muncul dan berkembang di seluruh penjuru negeri Cina, hingga abad ke tigabelas dan di jepang, Ch'an terus berkembang hingga hari ini.

Bagi para Buddhis Ch'an, pemikiran merupakan halangan menuju pecapaian pencerahan. Pendekatan logis dan metafisis amat tergantung pada usaha intelektual, namun usaha-usaha ini selalu menghasilkan pengetahuan

4 Suzuki, Zen Buddhism, hal XV. 5 Namun, suatu ajaran yang sama sekali baru dalam dunia filsafat nampaknya cukup mungkin

muncul di barat. Ilmu pengetahuan, matematika dan seni kontemporer dewasa ini berada dalam masa transisi. Penemuan-penemuan membuktikan secara menyakinkan bahwa semua yang dinamakan "fakta" amat relatif dan bahwa hakiki mendasar dari ilmu pengetahuan itu sendiri bersifat paradoksikal

Page 10: Ajaran Awal Buddhisme Ch'An

Ajaran Murni Ch'an Buddhis Ajaran Murni Ch'an Buddhis Ajaran Murni Ch'an Buddhis Ajaran Murni Ch'an Buddhis

viii

semata tentang realitas sehingga gagal mengungkapkan realitas itu sendiri. Alam seperti yang mereka rasakan, bukanlah suatu gagasan luar ataupun suatu sistem mekanis, melainkan suatu ungkapan proses dinamis yang sama yang memanifestasikan dirinya dalam tingkat kesadaran total yang tertinggi. Kesadaran total merupakan aktivitas murni dan sumber potensi kreatif. Ia adalah diri universal yang tak terlihat namun merangkul segalanya dan menjangkau jauh yang dianggap Sumber Segala Hal atau seperti yang dinamakan para Buddhis Ch'an, "wajah asli sebelum seseorang dilahirkan."

Dalam pandangan seseorang Buddhis Ch'an, keberadaan dan bukan keberadaan, kehidupan dan kematian, benar dan salah saling teridentifikasi, semuanya ini muncul dari wajah asli ini. Manusia itu nyata sejauh dia berakar dalam dasar ini, dia tidaklah nyata sebagai seorang individu yang terpisah. Oleh karena tujuan manusia adalah untuk mencapai dasar kehidupan ini, di sinilah ia mencapai tingkat kesadaran yang tertinggi. Disinilah realitas absolut mengungkapkan dirinya sehingga muncul cahaya dari kegelapan, kebebasan terlepas dari ikatan dan keterbatasannya yang terakhir. Manusia yang telah mencapai tingkatan ini dinamakan Buddhis Ch'an sebagai Chu atau "Tuan Dirinya Sendiri." Saat seseorang merupakan tuan sejati bagi diri sendirinya, tindakan- tindakan bersifat spontan dan diapun mampu menggali bakat dan potensinya dengan bebas. Kehidupan dan tindakannya muncul secara langsung dari pusat keberadaannya.

Oleh karena itu, kesadaran diri merupakan prinsip esensial dalam mengajarkan Ch'an. Ta-chu Hui-hai, seorang Buddhis abad ke delapan, pernah suatu kali pergi mengunjungi Guru Besar Matsu (Kiangsi Tao-i). Sang Master bertanya padanya, "Mengapa anda datang kemari?" Ta-chu jawab, "Saya datang mencari pencerahan. "Master berkata, "Mengapa anda harus pergi bertualang dan meninggalkan rumahmu serta mengabaikan mustika pusaka dalam dirimu sendiri? Tak ada yang dapat saya berikan padamu. Mengapa pula anda cari pencerahan dari saya? "Si pengunjung mendesaknya terus, "Tapi apa itu mustika pusaka diriku? "Master jawab, "Dialah yang baru mengajukan pertanyaannya. Ia memiliki segalanya dan tak kurang apapun. Tak perlulah anda mencarinya di luar diri anda."6

Jenis percakapan yang digambarkan di atas, dialog antara guru dan murid, adalah kung-an atau koan dalam bahasa jepang. Suzuki menjelaskan metode kung-an sebagai berikut:

Metode latihan koan... bertujuan untuk menghapus bersih, dengan kekuatan keinginan penuh, segala bekas usaha pemakaian akal pikiran yang bersifat diskursif dengan mana para siswa Zen mempersiapkan kesadaran mereka sebagai dasar yang tepat untuk meletupkan pengetahuan intuitif. Mereka berbaris masuk ke dalam belantara ide-ide yang berdesak-desakan dengan padatnya dalam pikiran mereka; dan setelah keletihan dalam perjuangannya, mereka menyerah, sehingga tingkat kesadaran . . . . yang

6 Ching-tê Record of the Transmission of the Lamp, himpunan Tao-yüan, Chüan 6 (chüan berarti

“Jilid” dallam bahasa China).

Page 11: Ajaran Awal Buddhisme Ch'An

ix

mereka kejar sedemikian tekunnya seakan membabi-buta hingga akhirnya terbuka tanpa diduga-duga.

Penyerahan terakhir ini akan saya namakan tingkat ketidakperdulian dalam pengalaman religius kita. Tanpa penyerahan ini, baik secara intelektual, mental maupun emosional, ataupun dalam cara apapun yang dapat kita namakan sebagai proses psikologi, umumnya takkan muncul pengalaman akan suatu realitas final.7

Memahami Ch’an melalui latihan kuan-an ini bukanlah hal yang mudah. Ta-hui Tsung-kao (1089-1163), yang merupakan penganjur gigih kung-an, mengatakan bahwa saat ia menjadi siswa Master Yüan-wu K’ê-ch’in (1063-1135), ia diberikan kung-an berikut sebagai objek meditasi : ”Gunung timur berlayar di sungai.” Dia pun berusaha hingga empat puluh sembilan kali untuk mendapatkan jawaban yang banar, namun selalu saja ia gagal.

Kasusu lainnya, yang terjadi atas salah seorang siswwa Tung-shan Liang-chieh, dapat juga membantu kita sadar akanm betapa sukarnya memahami kedalaman teka-teki suatu kung-an. Pendeta tua ini telah mencoba sembilan puluh enam kali untuk memberikan jawaban yang tepat atas kung-an yang diberikan Tung-shan. Namun setiap kali ia gagal hingga usahanya yang ke sembilan puluh tujuh. Pengalamannya membuat salah seorang saudara seperguruannya ragu untuk mempelajari jawaban yang tepat darinya. Lelaki yang lebih muda ini melayani pendeta yang lebih senior selama tiga tahun dengan harapan untuk mendapatkan rahasia darinya, namun apapun tak diperolehnya dalam kurun waktu itu. Akhirnya si pendeta tua jatuh sakit. Kawannya ini berkata padanya, “Saya telah berada di sini bersamamu selama tiga tahun, berharap agar anda akan memberitahuakn saya jawaban yang anda berikan pada Master, tapi nyatanya anda tak pernah berbaik hati untuk membantuku. Nah, oleh karena saya telah gagal memperoleh secara jujur dari anda, saya akan mencobanya dengan cara terakhir! “Setelah itu ia pun menarik sebilah pedang dan mengacungkannya pada si pendeta: “Jika anda tak ingin memberitahukanku sekarang, saya akan menghabisi nyawamu! “Si pendeta tua jawab, “Tunggu! Saya akan memberitahukan anda! Inilah : Bahkan saya memberikannya kepadamu, anda tak memiliki tempat untuknya.“ Menyesal dengan seketika, si pendeta muda itu membungkuk dalam.

Dua contoh ekstrim tentang studi kung-an ini setidaknya memberitahukan kita betapa sukarnya meninggalkan kebiasaan pencarian intelektual dan membuka pikiran orang lain menuju kesadaran yang lebih mendalam.

Membuka pikiran orang lainnya melalui cahaya rohani dari seseorang dinamakan “tranmisi lampu,” lampu melambangkan sinar pikiran, pencerahan yang ditranmisikan oleh master pada siswaanya. Penerangan batin ini, yang ditranmisikan dari satu generasi ke generasi lainnya, adalah ciri utama ajaran ch’an.

7 Daisetz T.suzuki, Essays in Zen Buddhism, Seri II, hal 312.

Page 12: Ajaran Awal Buddhisme Ch'An

Ajaran Murni Ch'an Buddhis Ajaran Murni Ch'an Buddhis Ajaran Murni Ch'an Buddhis Ajaran Murni Ch'an Buddhis

x

The transmission of the Lamp (Tranmisi lampu), dari mana teks-teks dalam buku ini diterjemahkan, yang terdiri dari lebih seribu kung-an, ungkapan pengalaman batin dan pencerahan orang-orang yang “terang,” dari Sesepuh kuno dan Master-master hingga siswa-siswa Fa-yen Wên-i di abad ke sepuluh. Dihimpun oleh Tao-yüan di tahun 1004, kitab ini merupakan catatan historis Ch’an Buddhisme yang paling awal dan juga merupakan sumber pertama dan terbaik untuk studi Ch’an.8 Tiga puluh jilid kitab ini mencatat perkataan lebih dari enam ratus master dan seribu nama-nama lainnya. Karya dalam buku ini terdiri dari terjemahan berbagai jilid tentang sembilan Master,9 yang mewakili Lima Aliran Buddhisme Ch’an, termasuk juga ajaran Ch’an yang dikenal paling awal. Karena dialog-dialog, pertanyaan dan jawaban yang tak bersangkut paut ini boleh jadi kedengaran asing dan baru bagi pembaca, saya telah menuliskan suatu tafsiran pendahuluan atas dialog oelh setiap kelompok master.

Teks asli Cina yang saya gunakan untuk terjemahan saya, berasal dari cetakan ulang edisi Yüan, yang dicetak di Jepang pada tahun 1308. Edisi Yüan lainnya masih tersimpan baik di Kuil T’ien-ning di Ch’ang-chou, Cina yang dicetak ulang lagi di tahun 1919. Edisi Jepang tersebut diberikan padaku oleh Dr. Suzuki; edisi Chinanya milik saya sendiri. Dua edisi ini ternyata sama. Ada tiga edisi lainnya: yang satu dalam Szu-pu Chung-k’an (Bab 3, Bab 1), yang lainnya dalam Taisho shinshu daizokyo (Buddhist Canon Published in the Taisho Era/Kanon Buhis yang diterbitkan di Zaman Taisho: No. 2076, Jilid 51) dan yang ketiga terdapat dalam Chung-hua Ta-ts’ang Ching (Chinese Buddhist Canon/Kanon Buddhis China: jilid 33, bagian 9). Kitab-kitab ini lebih kurang sama, dengan hanya sedikit perbedaan dari kitab yang digunakan dalam terjemahan ini. Saya telah menulis suatu artikel dalam bahasa China yang membandingkan kitab-kitab ini. Artikel ini akan diterbitkan bersama teks aslinya oleh Ta Chio Szu (Temple of Great Enlightenment) di kota New York.

Sejak abad ke tiga belas,10 saat ajaran Ch’an menghilang dari daratan China, para Master dan sarjana Jepang telah meneruskan tradisinya dan beberapa teks Ch’an yang telah hilang di China bahkan terpelihara dengan baik dalam kuil-kuil di Kyoto dan di penjuru lainnya di Jepang. Sebagai siswa Ch’an China, saya ingin menyampaikan perasaan terima kasihku pada para

8 Lihat Suzuki, Essays in Zen Buddhism, seri I, hal166 dan seri II, hal.77. Lihat juga Bagan Master-

master Ch’an terkemuka, hal di ..................belakang : bagan ini mendaftarkan sembilan sumber bahan bacaan lainnya, yang semuanya dihimpun setelah The Lamp. Setelah mengkaji dengan hati-hati, saya temukan The Lamp sebagai yang terbaik di antara semua sumber yang ada. Ini disebabkan kualitas unggulnya sehingga Dr.Suzuki menyarankan pada Bolligen Foundation agar himpunan ini diterjemahkan.

9 Enam belas bab lainnya telah diterjemahkan penulis namun belum dimuat dalam buku ini 10 Sudah diketahui umum bahwa ajaran Ch’an tradisional menghilang dari China setelah abad ke

tiga belas. Fakta inni diakui oleh Hu Shih, Daisetz T.Suzuki dan sarjana-sarjana Zen lainnya. Di bab II dalam buku ini, daya mendiskusikan alasan hilangnya ini dengan merujuk pada penggabungan latihan Pure Land (Tanah Suci) dengan Zen oleh Yung-ming Yen-shou.

Page 13: Ajaran Awal Buddhisme Ch'An

xi

Master dan sarjana Jepang yang telah meneruskan ajaran Ch’an sehingga memungkinkan orang-orang di zaman ini untuk mempelajari tradisi ini.

Saya amat beruntung mendapat kesempatan belajar dari almarhum Dr. Daisetz T.Suzuki, saat beliau berada di Samerika dari 1951 hingga 1958. Saya juga meminta bimbingan beliau dalam terjemahan The Lamp ini. Saat saya berada di Jepang dari 1960 hingga 1963. Pada saat saya bekerja dalam proyek ini, saya ingat telah berkali-kali datang padanya dengan perihal tekstual dan tafsiran yang sukar sambil menunggu jawabanya yang sering kali sifatnya jenaka namun cemerlang. Saat saya berada di Kanakura di awal 1963, sebelum kembali ke Amerika, Dr. Suzuki memberikan saya persetujuannya yang terakhir atas bab-bab pilihan saya dalam The Lamp dan juga atas terjemahan saya.

Di musim semi 1962, saat saya berada di Kyoto, Tuan Richard De Martino menyelenggarakan suatu pertemuan jamuan makan malam antara saya dan Dr. Joseph Mitsuo Kitagawa dari Universitas Chicago. Dr. Kitagawa membawa pesan pada saya dari Dr. Hu-Shih di Taiwan, yang sedang sakit di kala itu dan tak mampu menulis sendiri pada saya. Pesan tersebut berisi bahwa Dr. Hu Shih telah membaca naskahku dan menyetujuinya serta beliau mendorongku untuk melanjutkan karya ini.

Ketika saya berada di Jepang, saya juga mengirimkan satu jilid tentang Niu-t’ou Fa-yung pada Dr. Derk Bodde dari Universitas Pennysylvania dan pada Tuan C.T. Shen dari China Institute, pendiri Temple of Great Enlightenment di New York. Bab ini meliputi filsafat Madhyamika yang pada awalnya ditulis dalam sajak berima dengan lima kata sebaris. Baik Dr. Bodde dan Tuan Shen cukup terkesan dengan terjemahanku. Tuan Shen telah membaca keseluruhan bab dalam naskahku dan memberikan dorongannya yang terus-menerus kepada saya serta membantu di bidang penerbitan.

Pada enam bulan pertama saat saya berada di Tokyo, saya selalu berkesempatan mendiskusikan masalah-masalah tekstual yang sukar dengan Roshi Asahina Sogen, Master terkemuka Rinzai Zen di Jepang. Dua tahun berikutnya saya menetap di Kyoto, di mana Roshi Yamada Mumon, rektor Universitas Hanazono dengan segala kebaikan hatinya mengizinkan saya menetap di kuilnya serta belajar dari beliau Almarhum Roshi Hashimoto dari Hokeiji dan Roshi Fujimoto Rindo dari Ssorinji, keduanya master terkemuka dari Soto Zen, menunjukkan antusiasme mereka terhadap terjemahanku serta memberikan saya pandangan-pandangan mereka yang bermanfaat atas pertanyaan-pertanyaanku. Surat-surat yang panjang serta komentar yang halus tentang kerjaku yang saya terima dari Roshi Hashimoto merupakan peninggalan berharga dari seorang sarjana yang mulia serta teman sejati.

Profesor Iriya Yoshitaka dari Research Institute for Humanistic Studies mengkaji beberapa bab yang telah saya pelajari dan memberikan bantuan khususnya atas kerumitan bahasa T’ang. Profesor Masao Abe dari Universitas Kyoto dan Yang Arya Kobor; Sohaku dari Daitokuji membaca beberapa bab dan memberikan komentar-komentar yang membantu. Profesor Pa Hu-t’ien dan Tuan Nan Huai-ching di Taiwan membaca beberapa bab serta

Page 14: Ajaran Awal Buddhisme Ch'An

Ajaran Murni Ch'an Buddhis Ajaran Murni Ch'an Buddhis Ajaran Murni Ch'an Buddhis Ajaran Murni Ch'an Buddhis

xii

memberikan koreksi yang amat berharga. Almarhum Nyonya Ruth F.Sasaki dari First Zen Institute of America di Kyoto dengan baik hatinya mengizinkan saya mempergunakan koleksi-koleksi lengkap dari perpustakaannya serta mendiskusikan masalah-masalah Ch’an yang sulit denganku. Tuan R.Akizuki, rekan penerjemah Dr.Suzuki atas dialog Chau-chou dari bahasa Cina ke dalam bahasa Jepang, Tuan Ryosho Tanaka dari Universitas Komazawa di Tokyo dan Nona Kaikiko Yokagawa dari Universitas Otani di Kyoto membantu saya dalam mengumpulkan buku-buku dan dokumen penting serta bertugas sebagai penberjemah saat saya mengadakan wawancara dengan para master Zen di kuil-kuil Jepang. Saya juga harus mengucapkan terima kasihku pada nona Cynthia Scheff atas bantuannya membaca dan merevisi naskah ini.

Terjemahan dari bagian yang cukup penting dalam The Transmission of the Lamp pada mulanya disarankan padaku oleh Profesor Herbert W.Schneider dan Bollingen Foundation di Amerika dengan persetujuan Profesor Daisetz T.Suzuki di Jepang. Karya ini dalam bahasa Inggrisnya disponsori oleh Bollingen Foundation di New York dan Blaisdell Institute di Claremont, California, yang atas bantuannya saya dapat menetap selama dua setengah tahun di Jepang, berkonsentrasi dalam studiku tentang Buddhisme Ch'an, serta mempersiapkan salinan pertama atas terjemahan ini. Salinanku yang telah direvisi serta bagian-bagian tafsirannya dimungkinkan penerbitannya oleh bantuan Institute of Asian Studies, Universitas St. John serta bantuan Temple of Great Enlightenment di New York.

Akhirnya, saya ingin mengungkapkan dan rasa terima kasihku pada individu-individu dan organisasi-organisasi yang telah mensponsori penelitian atas teks kuno Ch'an ini.

Page 15: Ajaran Awal Buddhisme Ch'An

Bagian IBagian IBagian IBagian I

Pendahuluan Pendekatan Metafisis dan Logis pada Awal Ajaran Ch'an NIU-T'OU FA-YUNG [594-627] Tanpa pikiran tak berbeda dari pikiran YUNG-CHIA HSÜAN-CHIO [665-713] Dialektika sebagai gerakan sadar diri

Page 16: Ajaran Awal Buddhisme Ch'An
Page 17: Ajaran Awal Buddhisme Ch'An

Pendekatan Metafisis dan Logis pada Awal Ajaran Ch'an

Pada awal sejarahnya, Buddhisme Ch'an Tiongkok berhubungan erat dengan Lankavatara Sutra1. Jika kita baca bab tentang Bodhidharma dalam Transmisi Lampu [The Transmission of The Lamp], kita akan temukan bahwa saat Sesepuh Pertama menerangkan Dharma pada muridnya Hui-k'e, beliau memberikan empat jilid Lankavatara, sembari memberitahukannya bahwa sutra ini merupakan kunci menuju Kebuddhaan serta dia harus mencerahkan generasi mendatang sesuai dengan apa yang tertulis di dalam kitab tersebut. Namun, di dalam proses transmisi, ajaran Ch'an secara perlahan terlepas dari sutra ini dan sebaliknya beralih pada Prajñãpãramitã Sutra2 sebagai dasar ajarannya.

Di dalam Sutra Panggung (Platform Sutra) oleh Hui-Neng, Sesepuh Keenam, ajaran-ajaran filsafat Prajñãpãramitã selalu disinggung dan didiskusikan. Sutra Intan (Diamond Sutra), yang beliau kuasai secara khusus, juga termasuk dalam kelompok Prajñãpãramitã. Menarik juga membandingkan kitab Hui-Neng dalam Lampu (The Lamp) dengan ajaran Master Fa-Yung dari pegunungan Niu-t'ou. Bahkan sebelum menjadi penganut Buddhisme Ch'an, Fa-yung telah membaca Mahaprajnaparamitra Sutra dan mendapatkan pengertian yang mendalam. Kemudian di saat beliau menjadi

1 Lankavatara Sutra dihubungkan dengan Sakyamuni, yang dikatakan telah menyampaikannya di

Gunung Lanka di Sri Langka. Sutra ini merupakan salah satu dari teks yang terpenting dalam Buddhisme Mahayana, yang mengandung doktrin pikiran saja, tathagatagarba, dan Alayavijnana ( kesadaran yang melestari semua ). Empat terjemahan berbahasa Cina telah dilakukan diantara 420 dan 704 sesudah masehi, tiga di antaranya masih terpelihara baik. Suatu terjemahan Inggris oleh Daisetz T.Suzuki diterbitkan di tahun 1932 oleh George Routledge and Sons, London..

2 Prajñâ adalah yang tertinggi di antara enam paramita, atau jalan " untuk mencapai pantai seberang ", yang mencakup derma, tingkah laku moral, kesabaran, pengabdian, perenungan, dan kebijaksanaan (prajñâ). Prajñâparamita, oleh karena itu, merupakan kebijaksanaan yang tertinggi untuk mencapai pantai seberang. Ia merevolusi Buddhisme dalam keseluruhan aspek filsafat dan agamanya dengan konsep dasar sunyata, atau kekosongan. Astasahasrika dipercayai sebagai kitab Prajñâparamita yang paling tua dan paling dasar; diterjemahkan ke dalam bahasa Cina sejak awal tahun 172 oleh Lokaraksha. Terjemahan Kumarajiva diselesaikan pada awal abad kelima. Pada pertengahan kedua abad ketujuh, Hsuan- tsang menyelesaikan karya terjemahan terhebatnya dari sutra Mahaprajñâparamita Sutra dalam enam ratus bab. Prajñâparamita hridaya Sutra adalah teks tentang Prajñâparamita yang sangat pendek, yanng terdiri dari 262 aksara Cina dalam terjemahan Hsuan-tsang. Teks yang pendek ini umumnya digunakan dalam pembacaan doa di kuil-kuil Buddhis.

Page 18: Ajaran Awal Buddhisme Ch'An

Ajaran Murni Ch'an Buddhis Ajaran Murni Ch'an Buddhis Ajaran Murni Ch'an Buddhis Ajaran Murni Ch'an Buddhis

2

rahib di Pegunungan Niu-t'ou, beliau diundang untuk mengkuliahkan sutra tersebut di Vihara Chien-ch'u di Tan-yang. Khotbah-khotbahnya tentang Ch'an yang terdapat dalam Lampu, adalah didasarkan pada filsafat Prajñãpãramitã.

Secara umum Prajñãpãramitã Sutra dianggap sebagai sajian sistematis dari doktrin Madhyamika3. T.R.V.Murti mengatakannya sebagai berikut:

Konsepsi Prajnaparamitra merupakan ciri khusus dari sistem Madyamika. Ia mendominasi setiap bagian dari filsafatnya, metafisikanya, etikanya dan agamanya. Prajna adalah pengetahuan yang tak mendua (Jnanam advayam)... Dielektika itu mencapai buahnya melalui tiga "saat", konflik antinomis (yang bersifat pertentangan) dari pandangan-pandangan yang berlawanan tentang yang nyata didahului oleh sistem-sistem spekulatif (drstivada); kritiknya, yang mengungkapkan kekosongan (sunyata), dan intuisi dari yang Nyata di dalam mana dualitas dari "adalah" dan "bukan" sama sekali diatasi (prajna). Ia adalah Kemutlakan di luar Akal. Tersirat dalam proses, Prajna mempedomani keseluruhan dari gerakan

dialetis.4

"Kemutlakan di luar Akal" ini merupakan Kenyataan Hakiki dari segala kejadian. Bagi umat Buddha, ini merupakan sifat Buddha yang berada di dalam semua makhluk hidup. Madyamika mengajarkan bahwa saat semua eksistensi khusus diredusir menjadi sunyata atau Kekosongan, dengan proses dialektika negasi atas negasi, Penerangan Sempurna akan terjadi dan Prajñãpãramitã atau "pengetahuan tak mendua" akan tercapai. Niu-t'ou Fa-yung menerapkan prinsip dasar Madhyamika ini dalam ajaran Ch'annya. Menurut tradisinya, Niu-t'ou Fa-yung tidak dianggap sebagai master Ch'an yang ortodoks, sebagaimana mereka yang termasuk dalam aliran Nan-Nan-Yo atau Ch'ing-Yuan, atau di kemudian harinya dalam ajaran Lin-Chi atau Ts'au-Tung. Meskipun demikian kitabnya tersulam baik dalam puisi Cina - kebanyakan lima kata per baris - menyajikan secara sistematis ajaran Ch'an awal. Ia memberikan kita latar belakang filosofis yang melahirkan ide-ide Buddhis pada abad selanjutnya. Apa yang tercatat dalam kitab Fa-Yung sebenarnya merupakan suatu bentuk yang padat-ringkas dari filsafat Prajnaparamitra yang beliau terapkan dalam ajaran-ajarannya. Prajna berarti intuisi tertinggi yang memandang segala hal dalam aspek sunyata-nya. Sunyata bukan merupakan relatifitas maupun kenihilan, melainkan Kenyataan Hakiki atau Kemutlakan. Saat Buddhisme Madyamika mengatakan bahwa segala sesuatunya adalah kosong, dia tidaklah mengungkapkan suatu pandangan yang nihilistik 3 Madhyamika adalah doktrin dari Jalan Tengah, dikenal sebagai San-lun di Cina dan Sanron di

Jepang. Di abad kelima, Madhyamika Sastranya Nagarjuna diterjemahkan dan dipaparkan oleh Kumarajiva ( meninggal tahun 409 ). San-lun berarti : Tiga Perbincangan "; yaitu: (1) Jalan Tengah, atau Madhyamika Sastra; (2) Dua Belas Gerbong, atau Dvadasanikaya Sastra; (3) seratus syair, atau Sata Sastra. Dua sastra pertama tersebut ditulis oleh Nagarjuna. Yang ketiga adalah oleh AryaDeva, seorang siswa Nagarjuna. Namun demikian, dalam awal kesusasteraan Buddhis Ch'an, teks dari Prajñâparamita Sastra oleh Nagarjuna, ditambahkan pada San- lun, membentuk Shih-lun, atau " Empat Perbincangan ".

4 T.R.V.Murti, Filsafat Sentral dari Buddhisme, hlm 226- 227.

Page 19: Ajaran Awal Buddhisme Ch'An

Pendekatan Metafisis dan Logis pada Awal Ajaran Ch'anPendekatan Metafisis dan Logis pada Awal Ajaran Ch'anPendekatan Metafisis dan Logis pada Awal Ajaran Ch'anPendekatan Metafisis dan Logis pada Awal Ajaran Ch'an

3

melainkan berbicara tentang suatu Kenyataan Hakiki yang tak tercakup dalam sistem logika modern apapun. Saat seorang Buddhis mengatakan bahwa Kekosongan itu berada dalam Panca-Skandha5, yang dia maksudkan adalah bahwa segala hal yang konkrit berada dalam kemutlakan, yang tak terbatas. Dengan demikian sunyata merupakan sesuatu yang alamiah dan kekal serta merupakan realitas universal dari segalanya. Untuk mencapai realitas universal ini, Buddhis Madyamika menganjurkan proses negasi. Ini merupakan tema utama dari filsafat Prajñãpãramitã dan tujuan dari para sesepuh terdahulu dan para master Ch'an, di mana Fa-Yung merupakan salah seorang di antaranya. Kata-kata Fa-Yung sendiri berbunyi sebagai berikut:

Semua pembicaraan tidak ada hubungannya dengan Sifat Asal (Original Nature) seseorang yang hanya dapat dicapai melalui sunyata. Tanpa pikiran merupakan Realitas Mutlak, dalam mana pikiran berhenti bertindak. Saat seseorang bebas dari pikiran, hakiki seseorang telah mencapai kemutlakan.

Esensi pokok (the ultimate essence) dari segala hal adalah yang terpenting, tetapi dalam ilusi ia menjadi berbeda dengan kenyataan yang ada. Hakiki dari Realitas adalah tak terlihat dan tak tercerap oleh pikiran sadar kita.

Apa yang dimaksudkan Master kita ini dengan "Sifat asal" dan "Esensi Pokok"? Semua ini menunjuk pada Sunyata. Dengan demikian, tujuan Buddhis Ch'an adalah sama dengan tujuan para filsuf Prajñãpãramitã. Menurut Prajñãpãramitã, sunyata dapat dicapai dengan suatu seri negasi yang membawa pada Penerangan Agung. Selama masih terdapat niat yang sadar untuk mencapai sesuatu, suatu halangan yang nyata akan merintang di jalan. Untuk mencapai Ch'an, seseorang haruslah menghapus semua rintangan tersebut sama sekali. Dalam Prajñãpãramitã-hridaya Sutra, kita ketahui bahwa Avalokiteshvara menerima nasehat Sang Buddha untuk menyangkal segala sesuatu yang bisa dicerap sebagai obyek pikiran. Ini juga merupakan pendekatan Ch'an yang diterima oleh para sesepuh dan master terdahulu. Sebenarnya itulah ajaran pertama dalam Ch'an yang diterima Fa-yung dari Tao-hsin, Sesepuh Keempat:

Semua halangan untuk mencapai bodhi [kebijaksanaan] yang timbul dari nafsu yang menghasilkan karma pada awalnya tidak bereksis. Setiap sebab akibat tak lain daripada impian. Tidak ada tiga dunia yang akan ditinggalkan dan tidak ada Bodhi yang akan dicapai. Realitas dalam dan penampilan luar seorang manusia dan sepuluh ribu hal adalah identik. Tao yang agung tak berbentuk dan tak terbatas. Ia bebas dari pikiran dan kekhawatiran.

Kebebasan dari pikiran dan kekhawatiran dengan indahnya dilukiskan oleh seorang master berikutnya: Ia bagaikan seember air yang dasarnya telah copot. Saat tidak ada yang menahan air dan semua air tersebut telah tumpah, negasi itulah yang sebenarnya sempurna. 5 Menurut Filsafat Buddhis, setiap keberadaan individu terdiri dari Panca Skandha ( Cina:Yin ),

atau Agregat: Rupa, atau unsur matera; Vedana atau perasaan; Samjna, atau perasaan; samjna,atau persepsi; Samskara, atau prinsip pembentukan; Vijnana,atau kesadaran.

Page 20: Ajaran Awal Buddhisme Ch'An

Ajaran Murni Ch'an Buddhis Ajaran Murni Ch'an Buddhis Ajaran Murni Ch'an Buddhis Ajaran Murni Ch'an Buddhis

4

Namun negasi tidak membawa pada kekosongan,tetapi menggapai sunyata. Saat dualitas yang mengetahui dan yang diketahui terjadi bersama, subyektifitas dan obyektivitas saling diidentifikasikan. Dalam Prajñãpãramitã Sutra, ini yang disebut sebagai non-dualitas dan non differensiasi, atau Prajñãpãramitã. Dengan demikian saat Fa-Yung ditanya bagaimana ia mengetahui penyebab terjadinya sikap mental apapun dan bagaimana ia menghentikannya, beliau jawab:

Di saat sikap mental dan dunia luar muncul, hakiki keduanya tidaklah bereksis. Pada mulanya tidak ada orang yang mengetahui sebab kemunculan, kapasitas pikiran dan yang dikenal adalah identik. Saat asal-muasalnya telah dicerahkan, semua yang berada dalam kemunculan tidak lagi muncul. Kemunculan itu sendiri berhenti... Di saat sikap mental dan dunia luar tak terciptakan, itulah Kekosongan....

Pengalaman batiniah dari Kehampaan merupakan dasar dari struktur Kerohanian Buddhis. Ia merupakan wawasan atas kedalaman pikiran, keajaiban Ch'an. Untuk mencapai keajaiban ini, kita bahkan harus berada di luar mengikuti proses negasi atas negasi jika kita ingin dibimbing ke sumber tersembunyi dari keberadaan kita. Dialektika Prajñãpãramitã berbeda dari dialektika pemikir India terdahulu dan dialektika filsuf dialektis Barat, karena bahkan saat tesis dan antitesis telah secara logis disintesa, di sana masih tersisa suatu konsep intelektual yang tidak dapat menjadi pengalaman batiniah seseorang. Oleh karena itu, di saat pertanyaan ini dikemukakan kepada para filsuf ilmiah modern: "Semua kembali kepada yang Satu. Kemana Yang Satu itu kembali?" mereka tidak dapat menjawab. Betapa baiknya Master Fa-Yung menguasai Dialektika Prajñãpãramitã ini cukup jelas dibuktikan dalam pernyataan-pernyataan mendalam berikut ini, yang dikatakannya dalam menjawab pertanyaan "Kemana Yang Satu kembali?"

Momen di saat pikiran itu berada dalam tindakan adalah momen pada saat tanpa pikiran bertindak. Membicarakan nama-nama dan manifestasinya adalah sama sekali tak berguna, tetapi suatu pendekatan dapat langsung dengan mudah dapat mencapainya. Tanpa pikiran adalah apa yang berada dalam tindakan, ia adalah tindakan konstan yang tidak bertindak. Tanpa pikiran yang saya katakan, tidaklah terpisah dari pikiran.

Demikianlah tanpa pikiran merupakan pikiran dan pikiran merupakan hampa pikiran. Atau kita dapat mengatakan bahwa tanpa pikiran dan pikiran adalah satu dan sama. Saat kita berhubungan dengan masalah duniawi kita tidak mengganggu dunia Realitas. Saat kita merenungkan dunia Realitas, kita tidak menghindari masalah-masalahmasalahmasalah duniawi.

Doktrin Madyamika dibawa ke Tiongkok pada akhir abad keempat oleh Kumarajiva dan dikenal di Tiongkok sebagai San-Lun atau "Tiga Perbincangan." Dalam idenya tentang "Kebenaran Ganda" (Double Truth), ia memberikan dasar pada aliran San-Lun, yang menekankan pada pencapaian sunyata melalui negasi. [ini akan didiskusikan secara mendetail saat kita berkenalan dengan ajaran Yung-chia Hsüan-chio]. Kita ketahui dari khotbah-

Page 21: Ajaran Awal Buddhisme Ch'An

Pendekatan Metafisis dan Logis pada Awal Ajaran Ch'anPendekatan Metafisis dan Logis pada Awal Ajaran Ch'anPendekatan Metafisis dan Logis pada Awal Ajaran Ch'anPendekatan Metafisis dan Logis pada Awal Ajaran Ch'an

5

khotbah dharmanya bahwa Fa-yung merupakan eksponen sejati dari filsafat Madyamika yang memainkan peranan yang sedemikian pentingnya dalam pengembangan Buddhisme Ch'an. Kita juga ketahui bahwa beliau merupakan seorang siswa dari Tai-ming, master terkemuka dari aliran T'ien-T'ai di Vihara Feng-Lu. Setelah kematian Tai-Ming, beliau pergi belajar di bawah bimbingan Yen-Kuan, yang mengenali Fa-Yung sebagai sarjana besar dari "negasi rangkap delapan" [eightfold negation] dengan mana dia maksudkan sebagai filsafat Madyamika.Ini menunjukkan bahwa Fa-Yung telah dikenal sebagai seorang eksponen Madyamika bahkan jauh sebelum konversinya ke dalam Ch'an. Pada saat itu beliau menyadari doktrin T'ien-t'ai dari Jalan Tengah, seperti yang dikemukakan oleh pendirinya. Dalam diskusinya dengan salah seorang siswanya, Fa-Yung menerangkannya sebagai berikut:

Jangan "terpaut" dalam keekstriman Kekosongan, tapi terangilah ketidakadaan dalam keberadaan. Kekosongan dan Keberadaan janganlah dimengerti sebagai dua [hal]. Inilah yang dinamakan Jalan Tengah.

Untuk memahami kedudukan Fa-Yung di dalam sejarah perkembangan Buddhisme, perlu kiranya kita memahami latar belakang dari konversinya ke dalam Ch'an. Seperti yang dipaparkan dalam Lampu, Fa- Yung sedang bermeditasi di dalam sebuah gudang bebatuan di pegunungan Niu-T'ou , saat dia didekati Tao-hsin, Sesepuh Keempat, yang melayangkan pertanyaan :" Siapakah dia yang merenung, apakah pikiran yang direnungkan itu?" Saat mendengarnya, Fa-Yung tiba- tiba tersentak dalam Pencerahan.

Di dalam kotbah para master Ch'an selanjutnya, terdapat banyak kiasan terhadap persembahan bunga yang dibawakan kepada Fa-Yung di Gunung sebelum pembicaraannya dengan Sesepuh. Nan-ch'uan Pu-yuan [748-834] dan Tung-shan Lian-chieh [807-869] mencoba menjelaskan mengapa persembahan ini berhenti setelah pembicaraan tersebut. Keduanya menyimpulkan bahwa sebelumnya apa yang dicapai Fa- yung belum sempurna. Namun setelah pencerahannya, sebagaimana dikatakan Tung-Shan ,"Keseluruhan keberadaannya telah pergi". Dengan kalimat ini, beliau maksudkan bahwa Fa-Yung, sebagai tuan rumah dari burung-burung tersebut, tidak lagi eksis untuk menerima persembahan. Dengan perkataan lain, saat subyek itu tidak ada lagi, obyek itu tidak akan muncul. Keajaiban penawaran bunga itu dengan sendirinya akan berhenti setelah Fa-yung memahami hakikat Ch'an secara mendalam.

Walaupun Fa-Yung telah mempelajari filsafat Madyamika sebelum konversinya, latihan meditasinya masih berpihak [one sided]. Sebagaimana beliau terangkan kemudian pada salah seorang siswanya:

Terdapat type manusia lain yang merenungkan kekosongan....Dia berniat mencari kekosongan dengan menetap dalam keheningan. Pengertiannya tepat hanyalah berlawanan dengan Kebenaran. Dia berpikir bahwa Kebenaran itu dicapai dengan pikiran yang penuh perhitungan. Akhirnya apa yang dipahaminya bukanlah Kebenaran Hakiki. Dia juga mengatakan bahwa penghentian aktivitas pikiran merupakan hasil pengetahuan intelektual. Ini terjadi karena ia tidak

Page 22: Ajaran Awal Buddhisme Ch'An

Ajaran Murni Ch'an Buddhis Ajaran Murni Ch'an Buddhis Ajaran Murni Ch'an Buddhis Ajaran Murni Ch'an Buddhis

6

mengerti hakiki asal mulanya ; pencahariannya akan kekosongan hanya akan membuatnya letih. Akibatnya dia akan terpaut selamanya dalam kegelapan pikiran tanpa menyadari bahwa apa yang dipahaminya hanyalah manifestasi-manifestasi.

Setelah Fa-Yung telah menjadi seorang master Ch'an, terdapat suatu perubahan besar dalam cara hidupnya. Dari pada duduk di dalam gua batu dan mengabaikan para pengunjungnya, beliau menuruni gunung, meminta sedekah serta membawa nasi untuk tiga ratus orang ke kuil. Perubahan menyeluruh ini dapat dirujuk pada pengertiannya terhadap doktrin Ch'an yang berbeda dari negasi murni Aliran San-Lun. Kedua pendekatan ini dapat ditelu-suri kembali pada Madyamika. Hanyalah pada penekanan keduanya berbeda.

Walau demikian, selalu terdapat kritik atas ajaran Fa-Yung. Huang-po Hsi-yun [ wafat 849 ], guru terkenal dari Lin-chi I-hsuan,pernah sekali mengomentari :" Guru besar Niu-t'ou Fa- yung, siswa Sesepuh Keempat, memaparkan Ch'an dalam segala cara, namun ia masih tidak mengetahui rahasia untuk melakukan loncatan lebih jauh menuju ke Yang Hakiki. " Apa yang dimaksudkan dengan loncatan lebih jauh ke Yang Hakiki ini seperti yang dikatakan Huang-po? " Inilah yang membedakan ajaran para sesepuh dan master Ch'an terdahulu dengan ajaran master Ch'an selanjutnya setelah Ma-tsu [Kiangsi Tao-i ]. Kita ketahui bahwa para master terdahulu, yang menolak negasi murni aliran San-Lun, amat menyandarkan diri mereka pada pengetahuan intelektual dan pemahaman filosofis. Namun, seseorang dapat saja mempelajari teori-teori suatu aliran filsafat besar tanpa seperlunya menja-di cerah. Betapapun hebatnya segala yang dicapai filsafat Prajñãpãramitã dan sistem Madhyamika, mereka memiliki keterbatasannya. Pikiran manusiapun tidak lagi dapat dibuka dengan spekulasi akal ataupun filosofis semata dari pada melalui pencaharian secara sadar akan sunyata. Sejak zaman Ma-Tsu, pendekatan langsung telah sangat direkomendasikan dan kung-an (koan dalam bahasa Jepang) dan Wen-ta (mon-do) sebagaimana juga Ho (kwatz) dan pukulan telah diterapkan. Semuanya ini membawa pada loncatan lebih lanjut ke Realitas Hakiki dan suatu lembaran baru dengan demikian telah bergerak masuk ke dalam sejarah Buddhisme Ch'an. Niu-t'ou Fa-yung hidup seratus tahun sebelum Ma-tsu, dan pada dalam zamannya ajaran Ch'an masih terbatas pada paparan filosofisa untuk mempelajari secara berhati-hati bab tentang Niu-t'ou Fa-yung ini karena di dalamnya pengaruh filsafat Jalan Tengah terhadap Buddhisme Ch'an disajikan secara sistematis.

Filsafat Jalan Tengah melibatkan prajna dan sunyata, yang tidak dapat dianggap terpisah satu sama laindarinya. Keduanya sebenarnya merupakan dwi aspek dari suatu realitas yang tak terpisahkan. Namun secara umum, suatu perbedaan yang dapat ditarik adalah bahwa sunyata dicapai dengan suatu proses negasi banyak rangkap sedangkan prajna direalisasi melalui identifikasi langsung dan intuitif. Hal ini terlihat nyata dalam ajaran-ajaran para pelopor Ch'an, seperti Niu-t'ou Fa-yung dan Yung-chia Hsüan-chio. Penekanan mereka berbeda dalam mana Niu-t'ou menekankan prajna sedangkan Yung-chia menekankan sunyata. Walaupun ajaran Yung - chia ditujukan pada pencapaian prajna, proses yang digunakannya adalah negasi dialektika

Page 23: Ajaran Awal Buddhisme Ch'An

Pendekatan Metafisis dan Logis pada Awal Ajaran Ch'anPendekatan Metafisis dan Logis pada Awal Ajaran Ch'anPendekatan Metafisis dan Logis pada Awal Ajaran Ch'anPendekatan Metafisis dan Logis pada Awal Ajaran Ch'an

7

menuju HakikiKehampaan Absolut. Secara epistemologis, prajna merupakan Realitas Hakiki, dimana tidak ada lagi yang dapat dikatakan atau dipredikatkan Realisasi dari realitas hakiki ini tersirat dalam kata-kata Yung-chia sendiri : " Betapa jelasnya penglihatan! Namun tak ada yang dilihat. Tidak seorang manusia atau seorang Buddha6pun .". Seseorang bisa jadi terheran, seperti yang dilakukan para master Ch'an selanjutnya, apa itu yang dilihatnya sedemikian jelas sedangkan tidak ada yang dilihat. Jawabannya disini adalah bahwa intuisi yang tertinggi diterangkan sebagai realisasi diri atau kesadaran tertinggi, yang sadar akan dirinya. Secara ontologis, Realitas Hakiki adalah sunyata, Kehampaan Absolut.

Oleh karena kesadaran batiniah yang terdalam adalah Kehampaan Absolut, ia akan tercapai melalui negasi atas segala hal, atas manusia, bahkan atas Buddha. Pendekatan Yung-chia terhadap Ch'an pada dasarnya mengikuti doktrin negasi rangkap banyak yang tersirat dalam metode ini. Ide penyangkalan tak henti-hentinya sebagaimana terkandung dalam negasi rangkap delapan dari aliran San-lun, bertindak sebagai prinsip dasar ajarannya. Meski demikian, di dalam aliran ini terdapat jalan lain menuju sunyata. Ini terjadi dengan membebaskan diri dari apa yang disebut sebagai empat pilihan:

(1) keberadaan, (2) ketidakberadaan, (3) baik keberadaan maupun ketidakberadaan, (4) bukan keberadaan atau ketidakberadaan. Kedua yang pertama merupakan pilihan utama, yang dua berikutnya jelas diturunkan dari pilihan tersebut.

Dalam kumpulan-kumpulan karyanya7, Yung-chia menjelaskan pentingnya pembebasan dari keempat pilihan tersebut : " Saat pikiran berada dalam keberadaan atau ketidakberadaan, ia jatuh ke dalam perangkap afirmasi (penegasan). Saat pikiran tidak berada atau tidak tidak berada, ia jatuh ke dalam perangkap negasi (penyangkalan) ". Baik negasi maupun afirmasi, dengan demikian, merupakan "perangkap" yang harus dibebaskan seseorang untuk mencapai sunyata.

Mendasarkan dirinya pada dialektika Jalan Tengah, Chi-tsang [ 549-623 ], filsuf besar aliran San-lun, telah mengembangkan suatu pendekatan yang bahkan lebih halus yang dinamakan Kebenaran Ganda pada Tiga Tingkat. Kebenaran Ganda terdiri dari suatu kebenaran umum dan suatu kebenaran yang lebih tinggi. Pada tingkat pertama, saat kebenaran umum disangkal, ia menjadi suatu kebenaran yang lebih tinggi. Chi-tsang mengatakan bahwa manusia umum melihat segala sesuatunya bereksis berada dan tidak menge-tahui apapun tentang ketidakberadaannya. Umat Buddhis mengatakan segala hal adalah tidak bereksis. Pada tingkat pertama, ketidakeksisan atau ketidakberadaan, yang merupakan suatu penyangkalan dari eksistensi atau

6 Yung-chia, Ode pada Pencerahan , dalam Taisho Shinshu Daizokyo, No.2014, jilid 48, hlm 396. 7 Kumpulan Karya Ch'an Master Yung-chia, Hsuan-chia, dalam Taisho shinshu daizokyo, No.2013,

Jilid 48, hlm 391.

Page 24: Ajaran Awal Buddhisme Ch'An

Ajaran Murni Ch'an Buddhis Ajaran Murni Ch'an Buddhis Ajaran Murni Ch'an Buddhis Ajaran Murni Ch'an Buddhis

8

keberadaan, adalah kebenaran yang lebih tinggi. Pada tingkat kedua, baik keberadaan atau ketidakberadaan adalah suatu kebenaran umum. Pada tingkat ketiga , menurut Chi-tsang, baik keberadaan maupun ketidakberadaan dan bukan keberadaan atau ketidakberadaan,adalah kebenaran umum. Kebenaran yang lebih tinggi dari tingkat ini adalah: baik ketidakberadaan dan bukan ketidakberadaan, dan bukan ketidakkeberadaan atau tidak 8bukan ketidakberadaan.

Saat Yung-chia mendefinisikan pikirannya, dia mengatakan : " Adalah bukan keberadaan atau ketidakberadaan dan pada saat yang sama, adalah bukan ketidakberadaan atau tidak bukan ketidakberadaan. " Ini berkorespondensi pada kebenaran yang lebih tinggi sebagaimana yang dikemukakan oleh Chi-tsang. Yung-chia mengaplikasikan tingkat ketiga dari dialektika ini sebagai jalan untuk mencapai Realitas Hakiki. Beliau jelaskan : " Seandainya anda melekat pada keberadaan dan ketidakberadaan, anda akan menjadi memihak, karena anda tidak akan memahami bahwa bentuk dari keberadaan bukanlah realitas dari keberadaan dan bentuk dari ketidakberadaaan bukanlah ketidakberadaan9 yang sejati." Disini dia mengemukakan bahwa penegasan dari kebenaran atau ketidakberadaan adalah tidak memadai; dan negasi dari ketidakberadaan dan bukan ketidak-beradaan juga salah. Seseorang tidak dapat mendekati Ch'an secara memihak karena Ch'an itu sendiri tidak berpihak. Sebaliknya, dialektika haruslah diaplikasikan hingga realitas absolut tingkat ketiga dicapai. Pada titik ini, sebagaimana Yung-chia ilustrasikan dari pengalamannya sendiri ," Tidak saja cara berekspresi itu dihancurkan, tetapi akar-akar dari aktivitas mental itu sendiri ditebas".10 Saat seseorang mencapai keadaan yang demikian, menurut Yung-chia, dia mencapai Ch'an.

Yung-chia tidak saja dipengaruhi oleh aliran San-lun ; ajarannya juga terlibat jauh dengan filsafat T'ien T'ai. Dia mempelajari Buddhisme dari Tso-ch'i Fa-lang [673-754], yang berada di bawah T'ien-kung Hui-Wei11, dan

8 Chi-tsang, Esei tentang kebenaran Ganda, dalam Taisho shinshu daizokyo, No.1854, jilid 45,

hlm.77-115. Skema kebenaran Ganda pada Tiga Tingkat dapat digambarkan sebagai berikut: Kebenaran Umum:

1. keberadaan 2. baik keberadaan dan ketidakberadaan 3. baik keberadaan dan ketidakberadaan dan bukan kebera- daan dan ketidakberadaan.

Kebenaran lebih tinggi: 1. ketidakberadaan 2. bukan keberadaan dan ketidakberadaan 3. baik bukan keberadaan dan tidak bukan keberadaan dan bukan keberadaan atau bukan

tidak bukan keberadaan. 9 Kumpulan Karya Ch'an Master Yung-chia, hlm 393. 10 Ibid 11 Menurut catatan umum dari Para Buddha dan sesepuh, Chuan 7, hlm 188, T'ien-kung Hui-wei

merupakan sesepuh ketujuh dari aliran T'ien-t'ai, dan Tso-ch'e Fa-lang sesepuh kedelapan.

Page 25: Ajaran Awal Buddhisme Ch'An

Pendekatan Metafisis dan Logis pada Awal Ajaran Ch'anPendekatan Metafisis dan Logis pada Awal Ajaran Ch'anPendekatan Metafisis dan Logis pada Awal Ajaran Ch'anPendekatan Metafisis dan Logis pada Awal Ajaran Ch'an

9

menjadi ahli dalam semua prinsip dasar aliran T'ien-T'ai. Salah satu kontribusi yang terpenting dari T'ien-t'ai terhadap Filsafat Buddhis adalah teori Kebenaran Rangkap Tiga yang didentifikasikan sebagai satu. Kebenaran rangkap tiga merangkul kenyataan, ketidaknyataan dan pertengahan. Yang nyata menunjuk kepada kehampaan, yang meniadakan semua unsur yang membedakan. Yang tidak nyata merujuk kepada kebenaran umum, dari mana semua unsur yang membedakan itu berasal. Yang tengah tidak menunjukkan suatu posisi di antara keduanya; tetapi ia melampaui baik kenyataan maupun ketidaknyataan dan pada saat yang sama merangkul keduanya.

Aliran T'ien-t'ai, sebagaimana kita lihat, mengemukakan kebenaran rangkap tiga yang diidentifikasikan sebagai satu, dan kemudian mengajarkan suatu perenungan rangkap tiga untuk mencapai pemahaman ini. Dari perenungan rangkap tiga seseorang mendapatkan tiga "mata" : mata dharma, mata bijak dan mata Buddha. Yung- chia mengomentarinya dengan demikian :"Semua ribuan manifestasi berbeda satu sama lain, dan kepada yang melihat perbedaan-perbedaan ini, nama mata dharma dikaruniai. Keheningan tidak pernah berbeda dan yang melihat ini dinamakan mata bijak. Saat seorang dibebaskan baik dari realitas yang tidak dibedakan maupun materialitas yang dibedakan, dia telah mencapai pandangan mata Buddha. Oleh karena itu ketiga kebenaran diidentifikasikan sebagai satu. Dengan demikian realitas hakiki dari segala hal adalah murni secara mutlak.12 Teori ini dengan jelas mengidentifikasikan penerapan struktur metafisis T'ien-t'ai oleh Yung-chia dalam pencariannya terhadap realitas hakiki Ch'an.

Walau Yung-chia mengadopsi filsafat T'ien-t'ai terhadap ajaran-ajarannya sendiri, dia sama sekali tak terbatasi oleh prinsip-prinsip ini. Secara pasti, dia menerima apa yang disebut T'ien-t'ai sebagai "Penyelesaian timbal balik secara sempurna di antara ketiga aspek kebenaran yang nyata, yang tak nyata dan yang tengah." Secara umum ini dinyatakan dengan rumus : " Tiga adalah satu ; satu adalah tiga " Namun Yung-chia berlanjut dengan menyangkal konsep ini. Beliau mengatakan :

Saat seseorang mencapai yang hakiki dengan segala kedalamannya, ia bukanlah tiga atau satu. Dengan demikian, tiga yang mana yang bukan tiga dinamakan tiga; satu yang mana yang bukan satu dinamakan satu. Saat tiga diderivasi dari satu, ia bukanlah tiga yang sebenarnya. Jadi bagaimana ia dapat dinamakan tiga? Saat satu diderivasi dari tiga ia bukanlah satu yang sebenarnya, jadi bagaimana ia dapat dinamakan satu? Saat satu bukanlah satu, ia tidaklah mesti tiga atau yang tiga yang bukan merupakan tiga tidaklah mesti berarti satu. Namun anda tidak dapat menyangkal eksistensi dari satu walaupun satu tidak dapat bereksis tanpa tiga; atau tiga tidak dapat juga disangkal walaupun tiga tidak dapat bereksis tanpa satu. Satu yang tidak dapat bereksis secara orisinal bukanlah satu. Baik satu atau tiga secara orisinalnya tidaklah bereksis, dan bahkan kekosongan ini

12 Kumpulan Karya Ch'an Master Yung-chia, hlm 391.

Page 26: Ajaran Awal Buddhisme Ch'An

Ajaran Murni Ch'an Buddhis Ajaran Murni Ch'an Buddhis Ajaran Murni Ch'an Buddhis Ajaran Murni Ch'an Buddhis

10

tidak bereksis. Ketidakeksistensian dari kekosongan adalah kekosongan utama,

dan demikian juga dengan hakiki itu dengan segala kedalamannya.13

Tujuan Yung-Chia di sini adalah untuk menegasikan, dalam segala cara, hubungan yang telah terbangun diantara yang tiga dan yang satu, dan terakhir eksistensi intinya. Haruslah dimengerti di sini bahwa beliau sama sekali tidak mengkritik doktrin T'ien-t'ai tetapi sebenarnya tengah membawanya pada ekstrim logisnya. Jika ia semata-mata menerimanya tanpa menyangkalnya, ini akan berarti memihak. Penerimaannya dan penyangkalannya atas prinsip ini pada saat yang sama adalah pendekatan Madyamika sejati, yang membawanya kepada apa yang dinamakan aliran T'ien-t'ai sebagai chen- k'ung miau-yu atau" kehampaan nyata dan realitas yang dalam."mendalam."

Menurut Yung-chia, saat kita mengatakan bahwa sesuatu adalah nyata, ia bukanlah suatu realitas relatif. Sebaliknya saat kita mengatakan bahwa itu adalah kehampaan, ia bukanlah suatu kehampaan relatif. Apa yang nyata adalah hampa, apa yang hampa adalah nyata. Identifikasi atas yang hampa dan yang nyata ini dicapai dengan pikiran absolut yang bebas dari segala dikotomi. Ia merupakan munculnya kesadaran konstan yang sadar akan dirinya. Namun ia tidaklah berbeda dari pikiran biasa. Master Ch'an Ta-ning Tao-kuan dari abad ke-11 mengatakannya demikian :" Tanpa pikiran adalah sumber. Tanpa keterkaitan adalah dasar. Realitas yang dalam adalah tindakan. Kehampaan yang nyata adalah substansi. Oleh karena itu kita dapat mengatakan bahwa dimanapun didunia ini keberadaan kehampaan adalah nyata. Semua hal yang ada di atas jagad ini adalah tindakan-tindakan dari realitas yang mendalam."

Ta-ning Tao-kuan lebih lanjut menjelaskan : " Siapa yang mampu menerima ini?" Empat musim mengikuti satu sama lain berturut-turut. Matahari dan bulan bersinar secara tetap. Kebenaran tidaklah mengalami perubahan yang mendasar dan Tao tidaklah terbatas pada satu tempat. Oleh karena itu, bebaskanlah diri anda untuk menerima apa pun yang terjadi padamu. Naik dan turunlah dengannya, di sini anda dapat menjadi seorang manusia biasa dan seorang Nabi pada saat yang sama."14

Saat kehampaan nyata merupakan substansi dan realitas yang mendalam berada dalam tindakan, seseorang akan melakukan aktivitasnya sehari-hari dan pada saat yang sama melampauinya. Dengan demikian orang tersebut merangkul kebebasan dan kebijaksanaan. Yung-chia mengatakan :

" Saat kebijaksanaan muncul, kebebasan tercapai. Namun dalam kebebasan ini tidak ada yang harus menjadi bebas. Saat kebebasan dicapai, kebijaksanaan dihasilkan. Namun di dalam menghasilkan kebijaksanaan ini,

13 Ibid. 14 Pelengkap terhadap Transmisi Lampu, dalam Taisho Shinshu daizokyo, No.2077, Jilid 51, hlm

508.

Page 27: Ajaran Awal Buddhisme Ch'An

Pendekatan Metafisis dan Logis pada Awal Ajaran Ch'anPendekatan Metafisis dan Logis pada Awal Ajaran Ch'anPendekatan Metafisis dan Logis pada Awal Ajaran Ch'anPendekatan Metafisis dan Logis pada Awal Ajaran Ch'an

11

tidak ada yang dihasilkan."15 Di sini kita melihat sintesa nyata dari T'ien-t'ai dan Ch'an dalam ajaran-ajaran Yung- chia.

Sebenarnya, ajaran-ajaran Hui-ssu (514-577) dan Chih-i (531- 597), dua pendiri aliran T'ien-t'ai, tercatat dalam Transmisi Lampu, Chuan (jilid) 27. Lampu merupakan kitab pegangan utama dari Ch'an dan kenyataan bahwa ajaran Hui-ssu dan Chi-i tercatat di sisi yang bersebelahan dengan ajaran-ajaran para master Ch'an lainnya menunjukkan betapa dekatnya hubungan antara filsafat awal T'ien-t'ai dengan Ch'an. Almarhum Daisetz T. Suzuki mengatakan : "Dalam pandangan saya Tendai [T'ien-t'ai] adalah suatu variasi dari Ch'an, dan pelopor-pelopor pertamanya dapat dengan tepatnya diklasifikasikan sebagai master-master Ch'an, walaupun mereka tidak satu garis keturunan [dharma] dengan Shih-t'ou, Yueh- shan, Ma-tsu, Lin-chi, dan lain-lainnya."16

Kita telah sajikan pendekatan-pendekatan Yung-chia untuk mewakili ajaran logis Ch'an. Yung-chia meninggal di tahun 713, tahun kematian yang sama dengan Hui-Neng, Sesepuh Keenam. Di kala itu, Ma-tsu pendiri ajaran Ch'an yang non-konvensional dan ilogis hanya berumur 40 tahun, kajian Ch'an pada waktu itu masih primitif dalam banyak hal. Banyak dari pemikir-pemikirnya masih amat terlibat dengan kerumitan pemaparan metafisis dan logis. Walaupun tujuan Yung-chia, dalam kata-katanya sendiri adalah "membinasakan cara-cara pengungkapan dan menebas akar aktivitas mental," beliau tetap sangat tergantung pada "cara-cara ekspresi" yang demikian dan aktivitas mentalnya tumbuh makin mendalam, dari jenisnya sendiri dan sama sekali tak tertebas. Master-master selanjutnya mampu secara langsung mengalami kebebasan absolut terutama karena mereka tidak menciptakan cara berekpresi untuk dimusnakan dan tidak memiliki akar aktivitas mental untuk ditebang. Yung-chiachia bergerak dalam suatu kerangka logika tetap yang dari mana beliau sendiri tidak mampu membebaskan sendiri. Dengan demikian dia terperangkap dengan membuat dikotomi konsep- konsep afirmasi dan negasi. Para master selanjutnya mengadopsi pendekatan yang sama sekali berbeda. Mereka menggunakan irasionalitas grafis yang menimbulkan kejutan daripada menciptakan formula-formula logis nan rumit dan menghancurkannya. Di dalam dialog-dialog mereka kekuatan paradoks membuka suatu jurang yang tak tertembuskan, pada mana seseorang harus melompat, di luar logika.

Pernah sekali Chao-chou, cucu murid dharma dari Ma-tsu, ditanya apa yang akan dia katakan pada seseorang yang tidak memiliki apapun. Chao-chou jawab, "Lemparkan!"17 jika seseorang tidak memiliki apapun, apa yang dapat dilemparkannya? Paradoks ini sama sekali mengacaukan pikiran intelektual kita.

15 Kumpulan Karya Ch'an Master Yung-chia, hlm 391. 16 Daisetz T. Suzuki, Esei dalam Zen Buddhisme; seri I, hlm 203. 17 Dialog dari Ch'an Master Chao-chou, hlm 646.

Page 28: Ajaran Awal Buddhisme Ch'An

Ajaran Murni Ch'an Buddhis Ajaran Murni Ch'an Buddhis Ajaran Murni Ch'an Buddhis Ajaran Murni Ch'an Buddhis

12

Lin-chi, seorang keturunan dharma Ma-tsu, pernah mengatakan hal berikut pada pendengarnya : "Seorang manusia berada di jalan raya, namun dia tak meninggalkan rumahnya. Manusia lain yang telah meninggalkan rumahnya, tidak berada di jalan raya. Yang mana dari keduanya ini yang harus dihormati?"18 Pertanyaan Lin-chi tidak dapat dijawab secara logis. Para muridnya dengan demikian didorong ke tepi jurang dan dipaksa untuk melompat. Dalam sejarah Ch'an kita temukan pertanyaan-pertanyaan populer yang telah berulang-ulang bertindak sebagai kenderaan untuk lompatan itu, seperti : "Anda tidak diijinkan untuk berpergian di malam hari, tapi anda harus tiba sebelum subuh." "Jembatan mengalir, air tidak ." "Biarkan kerbau petani miskin dibawa pergi dan makanan orang kelaparan dirampas darinya." Semua Kung-an ini digunakan dalam berbagai kesempatan untuk membuka bidang-bidang pandangan yang baru dan untuk melanjutkan ajaran intuisi primordial yang berawal dari Ma-tsu.

Dari semua master Ch'an yang tercatat dalam Transmisi Lampu, Yung-chia adalah satu-satunya yang mengungkapkan suatu proses logis untuk mencapai pencerahan. Sebagaimana telah kita lihat, beliau membawa analisa logis pada ujung tepian jurang, tetapi gagal melakukan lompatan terakhir. Barangkali bagi Yung-chia sendiri, metode ini cukup memadai, karena dia merupakan seorang jenius yang luar biasa intuitif dan dianugerahi dengan kapasitas lahiriah untuk mendapatkan pencerahan. Meskipun demikian, pendekatan-pendekatannya memiliki keterbatasan-keterbatasan. Pada dasarnya logika tidak dapat dibuat menjadi non-logika, dan beliaudia terlibat dalam terlibatusaha yang demikian. Ajarannya lebih mudah terperangkap dalam kompleksitas dan kekacauan intelektual, daripada mencapai pencerahan. Namun, pemaparan yang menyeluruh atas logika Jalan Tengah merintis jalan bagi perkembangan selanjutnya dari cara-cara non logis dalam ajaran Ch'an.

Sebelumnya saya telah menyinggung bahwa ajaranYung-chia menekankan sunyata, sedangkan Niu-t'ou Fa-yung menekankan prajna. Sekarang kita sadari bahwa dalam spekulasi filosofis Niu-t'ou dan analisa logis Yung-chia kedua-duanya memiliki keterbatasan masing-masing. Karena Yung-chia telah sama sekali membuat aus segala kemungkinan logis, pendekatan ilogis muncul dari master-master selanjutnya. Dari spekulasi filosofis Niu-t'ou tentang pencarian prajna kemudian tumbuh pendekatan langsung dan non- konvensional. Kita telah memberikan ilustrasi tentang keterbatasan logika Yung-chia. Di sini terdapat suatu ilustrasi tentang cara dengan caramana para master Ch'an mengajarkan prajna, suatu cara yang secara radikal berbeda dari ajaran Niu-t'ou :

Chau-chou Ts'ung-shen pergi mengunjungi T'ou-tzu Ta-t'ung dan bertanya ," Apakah substansi dari prajna?" T'ou-tzu mengulangi ,"Apakah substansi dari prajna?" Segera setelah mendengarnya Chau-chou tertawa terbahak-bahak dan pergi. Pagi berikutnya saat T'ou-tzu melihat Chau-chou sedang menyapu

18 Dialog Tercatat dari Ch'an Master Lin-chi, dalam Taisho shinshu daizokyo, No.1985, Jilid 48, hlm

495.

Page 29: Ajaran Awal Buddhisme Ch'An

Pendekatan Metafisis dan Logis pada Awal Ajaran Ch'anPendekatan Metafisis dan Logis pada Awal Ajaran Ch'anPendekatan Metafisis dan Logis pada Awal Ajaran Ch'anPendekatan Metafisis dan Logis pada Awal Ajaran Ch'an

13

pekarangan, dia melangkah maju dan bertanya ,"Apakah substansi prajna?" Begitu mendengarnya Chau-chou membuang sapunya dan tertawa terbahak- bahak lalu pergi.

Untuk memahami kepergian Chau-ch'ou perlulah kiranya kita mengakrabkan diri dengan ajaran Niu-t'ou tentang prajna karena di dalamnya terkandung esensi dalamyang melahirkan ajaran selanjutnya, seperti dalam contoh kutipan di atas.

Page 30: Ajaran Awal Buddhisme Ch'An
Page 31: Ajaran Awal Buddhisme Ch'An

NNNNIUIUIUIU----T'T'T'T'OU OU OU OU FFFFAAAA----YYYYUNGUNGUNGUNG (594-657)

Tanpa Pikiran Tak Berbeda Dari Pikiran (DARI TRANSMISI LAMPU, CHUAN 4)

Master Ch'an Fa-yung, pendiri aliran Pegunungan Niu-t'ou, merupakan penduduk asli Yen-ling di Jun-chou. 1 Nama keluarga asalnya adalah Wei. Saat berumur sembilan belas tahun, beliau telah sangat mendalami kitab-kitab klasik Konfusius dan tulisan-tulisan sejarah Tiongkok. Selanjutnya beliau membaca Mahaprajñãparamita Sutra,2 dan mendapatkan pemahaman yang mendalam tentang makna kekosongan sejati. Suatu hari sambil berdesah dengan rasa menyesal, beliau mengatakan Konfusianisme merupakan ajaran tentang masalah duniawi dan tidak melompat ke Realitas Hakiki, namun doktrin prajna dari Budhisme merupakan perahu yang dapat membawa kita ke pesisir yang lain, menjauh dari masalah duniawi. Dengan alasan ini, dia pun memutuskan untuk menjadi pemeluk Buddhisme. Setelah mencukur rambutnya, dia berangkat menuju ke gunung Mao.3 Kemudian dia menetap di suatu gua batu pada suatu karang terjal di sebelah utara kuil Yu-hsi di pegunungan Niu-t'ou dan di sinilah tempat berasalnya cerita sesajian bunga legendaris yang dibawa oleh ratusan burung kepada Fa-yung.

Di pertengahan periode Chen-Kuan [ 627-649 ] dari dinasti T'ang, Sesepuh Keempat, Tao-hsin,4 mengamati Pegunungan Niu-t'ou dari kejauhan dan memperkirakan bahwa seorang Buddhis terkemuka pasti telah menetap di sana. Oleh karena itu, beliau berangkat ke gunung tersebut untuk melakukan pencarian. Setibanya disana, dia bertanya kepada seorang biarawan kuil

1 Sekarang namanya Chen-chiang(Chinkiang), di sebelah Selatan Propinsi Kiangsu di tepi sungai

Yangtze 2 Mahâprajñâpâramitâ Sûtra, salah satu kitab suci Buddhis yang tertua, yang berisi 600 sutra-sutra.

Tujuan dasar yang ingin dicapainya adalah sûnyatâ melalui pelepasan ikatan dari segala jenis-jenis keberadaan. Dalam bahasa India, dan diterjemahkan ke dalam bahasa Mandarin oleh Kumârajiva, Hsüan-tsang, dan yang lainnya.

3 Gunung Mao terletak disebelah tenggara Chu-Yung di propinsi Kiangsu. Fa-Yung belajar di sini di bawah bim.lm 10 bingan Guru San-lun yang bernama Kuei. Kemudian dia menjadi siswa dari doktrin T'ien-t'ai di Feng-lu; kemudian dia pergi ke Vihara Yu-hsi di Gunung Niu-t'ou, sebelah selatan dari Nangking di propinsi Kiangsu.

4 580-651. Lihat lampu, Chuan 3.

Page 32: Ajaran Awal Buddhisme Ch'An

Ajaran Murni Ch'an Buddhis Ajaran Murni Ch'an Buddhis Ajaran Murni Ch'an Buddhis Ajaran Murni Ch'an Buddhis

16

tersebut jikalau ada seo rang Tao yang menetap di sana. Biarawan itu jawab bahwa mereka yang telah menjadi biarawan semuanya merupakan orang Tao. Sesepuh melanjutkan,"Tapi siapakah orang Tao?" Biarawan itu tidak-menjawab. Pada saat itu, seorang biarawan lain memberinya petunjuk :"Sepuluh li5 dari sini, jauh di dalam gunung, hidup seorang lelaki yang berjulukan Yung Malas. Dia tidak pernah berdiri dan bersoya untuk menyambut orang-orang yang mendekat. Bukankah ini orang Tao?" Setelah mengetahuinya, sesepuh itu segera pergi ke tempat yang ditunjukkan kepadanya.

Sesampai disana, beliau melihat Fayung sedang duduk, hening dan tenang, tidak memberikan perhatian sedikitpun pada pengunjungnya. Sese-puh bertanya padanya:

"Apa yang kamu lakukan di sini?" "Saya sedang merenungi Pikiran" "Siapa dia yang merenung dan apakah Pikiran yang direnunginya itu?" Fa-

yung tidak menjawab, tapi ia segera berdiri dan membungkuk. Kemudian ia bertanya pada tamunya:

"Dimana anda menetap sebelumnya?" "Saya tidak pernah menetap di tempat manapun, tapi berkelana di Timur

atau di Barat." "Kenalkah anda dengan Master Ch'an Tao-shin?" "Mengapa anda singgung namanya?" "Saya sangat mengaguminya dan berniat mengunjunginya untuk

memberikan penghormatan padanya." "Tao-hsin adalah nama kecilku." "Mengapa anda kemari?" "Mencari anda. Punya tempat menetap bagi saya?" Fa-yung membawa tamunya ke gubuk yang lain di belakang gua tersebut.

Dalam perjalanan mereka, Sesepuh melihat binatang buas, sesekor harimau dan seekor serigala, dan ia pun mengangkat tangannya seakan takut. Fa-Yung menanggapi :

"Masih adakah ketakutan dalam dirimu?" "Apa yang anda lihat?" Jawab pengunjung itu, Fa-yung tidak menjawab.

Sesaat kemudian Sesepuh itu melihat huruf fu atau Buddha, di batu di mana Fa-yung duduk. Saat Fa-yung melihat dirinya diperhatikan, dia merasa terkejut. Sesepuh berkata kepadanya :

"Masih adakah ini dalam dirimu?" Fa-yung gagal memahami arti dari pernyataan ini dan dengan tulus

memohon Sesepuh untuk menuntunnya ke dalam esensi hakiki dari Buddhisme. Sesepuh Keempat menjelaskannya sebagai berikut :

5 Satu li adalah kira-kira sepertiga dari satu mil menurut ukuran barat.

Page 33: Ajaran Awal Buddhisme Ch'An

niuniuniuniu----t'ou fat'ou fat'ou fat'ou fa----yungyungyungyung

17

"Semua sistem ajaran Buddhis6 berpusat dalam pikiran, di mana harta karun yang tak terhingga itu berasal. Semua kekuatan batin7 dan transformasinya yang terungkapkan dalam disiplin, meditasi dan kebijaksanaan terkandung dengan lengkap dalam pikiran seseorang dan mereka tak pernah berpisah darinya. Semua halangan untuk mencapai bodhi8 yang berasal dari nafsu yang menghasilkan karma9 pada mulanya tak bereksis. Setiap sebab akibat tak lain daripada impian belaka. Tidak ada Tiga Dunia10 yang ditinggalkan seseorang, dan tidak ada bodhi untuk dicapai. Realitas dalam dan penampilan luar manusia dan seribu macam hal adalah identik. Tao yang Agung tidak berbentuk dan tidak terbatas. Ia bebas dari pikiran dan kecemasan. Anda telah memahami ajaran Buddhis ini. Tidak ada yang kurang dalam dirimu dan Anda sendiri tidak berbeda dari Buddha. Tidak ada cara untuk mencapai Kebuddhaan selain membiarkan pikiran anda bebas untuk menjadi dirinya sendiri. Anda tidak harus merenungi atau mensucikan pikiran. Biarkanlah tidak ada keinginan dan kebencian dan tidak ada kecemasan atau ketakutan. Tak terbelenggu dan bebas dari segala kondisi. Bebaslah pergi ke segala arah yang anda sukai. Jangan bertindak untuk melakukan kebajikan atau mengejar kejahatan. Baik jika anda berjalan atau menetap, duduk atau berbaring dan apapun yang anda lihat terjadi padamu, semuanya merupakan aktivitas ajaib dari Yang Maha Cerah. Semuanya itu, merupakan kegembiraan, bebas dari kecemasan - itulah yang dinamakan Buddha."

Fa-yung bertanya,"Oleh karena Pikiran cukup memadai dan lengkap dalam dirinya, lantas apakah Buddha dan Pikiran itu?"

Sesepuh Keempat menjawab ," Untuk menyangkal pikiran ini, seseorang tidaklah perlu mencari Buddha, untuk mencari Buddha, seseorang tidaklah harus menyangkal pikiran ini."

Fa-yung melanjutkan, "Oleh karena Anda tidak mengizinkan perenungan, apa yang Anda lakukan saat sikap mental11 itu muncul?"

Sesepuh menjawab ,"Asal mula sikap mental tidaklah baik atau buruk; kemunculannya disebabkan oleh pikiran Anda sendiri. Jika pikiran Anda 6 Dharmaparyaya (Cina fa-men) berarti doktrin atau sistem dari ajaran yang diberikan oleh

Buddha. 7 Bala-abhijna (Cina shen-t'ung) berarti indera-indera keenam yang secara umum dipercayai

sebagai anugerah para Bodhisattva. 8 Bodhi berarti pikiran yang telah cerah dan terang. 9 Karma umumnya berarti suatu perbuatan atau tindakan yang menyebabkan akibat seperlunya.

Suatu pikiran atau emosi dianggap sebagai suatu karma. Terdapat dua jenis halangan dalam pencapaian Bodhi: halangan dari pengeta huan dan halangan dari perasaan.

10 Tailokya atau Triloka, dinamakan Tiga Dunia dalam bahasa Cina: kamadhatu adalah dunia dari napsu indera; rupadhatu adalah dunia dari bentuk; dan arupadhatu, dunia tak berbentuk dari jiwa murni.

11 Bahasa Cina ching mencakup suatu arti rangkap tiga: gocara,atau sikap mental terhadap dunia luar; artha, atau bidang indera; dan visaya, atau dunia luar.

Page 34: Ajaran Awal Buddhisme Ch'An

Ajaran Murni Ch'an Buddhis Ajaran Murni Ch'an Buddhis Ajaran Murni Ch'an Buddhis Ajaran Murni Ch'an Buddhis

18

bebas dari formulasi atau konsepsi, bagaimana ilusi dapat terjadi?" Saat ilusi tidak terjadi, pikiran sejati akan bebas untuk menjadi sadar atas segalanya. Anda hanya mengikuti pikiran sebagaimana adanya. Jangan cari jalan untuk menanganinya. Inilah yang disebut hakiki abadi dari segala hal [dharmakaya]. Jangan menyeleweng darinya! Saya telah mendapatkan ajaran pencerahan seketika dari Sesepuh Ketiga, Seng-ts'an, dan sekarang saya memberikannya padamu. Ingatlah apa yang telah saya katakan. Menetaplah di gunung ini dan selanjutnya akan ada lima orang bijak yang akan mengikuti anda sebagai guru-guru Ch'an." Setelah transmisi Ch'an ini kepada Fa-yung, Sesepuh Keempat kembali ke gunung Shuang-feng dan menetap di sana selama sisa hidupnya.

Setelah mendapatkan ajaran tersebut dari Sesepuh Keempat, Master Fa-yung mulai berkotbah dan ajarannya berkembang luas. Pada pertengahan periode Yung-hui [650-655] dari T'ang terdapat kekurangan makanan bagi para pengikutnya dan penghuni kuil tersebut. Setiap harinya Master itu pergi ke Tan-Yang,12 delapan puluh li dari gunungnya untuk meminta sedekah.13 Beliau meninggalkan kuil setiap paginya dan pulang menjelang setiap malam sambil memikul berkarung-karung beras yang beratnya melebihi seratusan kati. Dengan demikian ia menyediakan makanan dua kali sehari bagi tiga ratus bhikkhu di kuilnya. Dalam tahun ketiga periode Yung-hui, Hakim Hsiao Yüan-shan mengundangnya untuk mengkuliahkan MahaPrajñãpãramitã Sutra di Vihara Chien-ch'u. Serombongan besar orang-orang datang mendengar. Saat beliau membicarakan "Kepunahan dan Ketenangan," suatu gempa bumi pun terjadi. Setelah menyelesaikan khotbahnya, dia kembali ke Gunung Niu-t'ou.

Pangeran Po-ling bertanya kepada Master, "Saat sikap mental timbul karena dunia luar,14 Anda katakan timbulnya ini bukanlah disebabkan olehnya. Lantas bagaimana Anda mengetahui saat kemunculannya dan saat untuk menghentikannya?"

Master jawab ,"Saat suatu sikap mental dan dunia luar timbul, hakiki dari keduanya tidaklah timbul. Pada awalnya tidaklah ada yang mengetahui sebab dari kemunculan ini. Kapasitas dari pikiran15 dan yang diketahui adalah identik. Saat asal mulanya itu dicerahkan, semuanya yang berada dalam kemunculan tidak lagi muncul. Kemunculan itu sendiri berhenti. Saat tidak ada iluminasi, timbul pengetahuan tentang sebab (kausasi). Pikiran yang cerah tidaklah mengenal kausasi, ia hanyalah sebagaimana dirinya sebelum kemunculan tersebut. Saat suatu sikap mental dan dunia luar tidak diciptakan, ia adalah Kehampaan, yang pada dasarnya bebas dari pikiran. Melalui ide dan

12 Suatu kota terletak di sebelah selatan Chen-chiang di propinsi Kiangsu. 13 Meminta makanan merupakan salah satu dari dua belas dhûtas yang menerangkan hubungan

keluar dari anggota sangha 14 Rupa (Cina shih) berarti bentuk, penampilan luar; atau unsur materi. 15 Lankavatara Sutra: "Kapasitas pikiran dari tanpa pikiran oleh saya dinamakan hsin-liang, atau

kapasitas dari pikiran.

Page 35: Ajaran Awal Buddhisme Ch'An

niuniuniuniu----t'ou fat'ou fat'ou fat'ou fa----yungyungyungyung

19

sensasi,16 kata-kata dan pikiran dihasilkan. Ajaran tentang kebenaran bukanlah Kebenaran. Apa gunanya instruksi dari Buddhisme?"

Kemudian Pangeran bertanya, "Dunia luar tidaklah dapat dilihat saat mata tertutup. Namun pikiran dalam benak selanjutnya semakin berkembang. Oleh karena dunia luar tidak berhubungan dengan pikiran, bagaimana sikap mental ini bisa timbul?"

Master jawab, "Dunia luar tidaklah dapat dilihat saat mata tertutup. Tetapi saat benak berada dalam pikiran, pikiran- pikiran meningkat. Dengan demikian diciptakanlah kesadaran yang bersifat ilusi yang merupakan tindakan yang salah dari pikiran. Apa yang dihasilkan hanyalah konsep-konsep yang dapat dinamakan. Saat seseorang mengerti bahwa dunia luar tidak berhubungan dengan diri sejatinya dan jika seseorang bertindak sebagaimana lazimnya, maka ia akan kembali ke sifat asalnya. Persis seperti saat burung-burung beterbangan, langit sejati 'kan terungkapkan."

Pangeran berkata, "Anda katakan bahwa kondisi internal tidak dihasilkan dari manapun, dan bahwa melalui kesadaran seseorang, pengetahuan yang nyata timbul; namun saat kondisi internal pertama menjadi kabur, kesadarannya mentransformasikan dirinya ke kondisi yang kedua. Jika kita mengasumsikan bahwa suatu tahap pikiran membawa ke yang lain, ini berarti bahwa apa yang merupakan kesadaran pertama selanjutnya menjadi obyek dari kesadaran yang kedua. Jika seseorang menerima rangkain transformasi, ia tidak dapat menjadi tak terikat pada kelahiran dan kematian."

Master jawab, "Dunia luar dan pikiran sadar, yang mengikuti satu sama lain, tidak dapat benar-benar menghasilkan kondisi internal. Melalui 'Satu Pikiran'17 semuanya secara alamiah menghilang dalam kontemplasi. Siapa yang dapat mengatakan bahwa pikiran berada dalam tindakan atau tanpa tindakan? Dalam keadaan mengetahui ini, pada dasarnya tidak ada yang dapat diketahui. Pengetahuan dengan mana sesuatu dapat diketahui gagal dalam hal ini. Seseorang haruslah melihat ke dalam hakiki asalnya dan tidak mencari keluar. Dengan demikian tidak perlu lagi mengkaburkan keadaan pertama atau menghadirkan pikiran berangkai. Bagaimana seseorang dapat mencari bulan hanya dengan mengamati bayangannya? Bagaimana seseorang dapat menangkap burung hanyadengan menelusuri jejaknya? Demikianlah juga dengan pencarian atas hakiki asal pikiran. Apa yang dapat ditemukan bagaikan apa yang terlihat dalam impian. Ia bagaikan es yang takdapat bertahan di manapun pada musim panas. Jika anda lari dari kehampaan, anda tidak akan pernah bebas darinya. Jika akan mencari Kehampaan, anda tidak akan pernah mencapainya. Mari saya bertanya pada anda "Saat ada suatu kesan menempati cermin pikiran, dimana anda dapat temukan pikiran?"

16 Samjna (Cina hsiang) berarti persepsi atau ideasi; vedana (Cina shou) berarti sensasi. Keduanya

adalah unsur-unsur dari Lima Agregat, atau Skhanda. 17 "Satu Pikiran" selalu dianggap sebagai pikiran tak berpikir yang menunjukkan keadaan absolut

dari pikiran.

Page 36: Ajaran Awal Buddhisme Ch'An

Ajaran Murni Ch'an Buddhis Ajaran Murni Ch'an Buddhis Ajaran Murni Ch'an Buddhis Ajaran Murni Ch'an Buddhis

20

Pangeran bertanya, "Saat pikiran berada dalam tindakan, apakah lebih baik dibawa ke dalam keheningan?"

Master menjawab, "Saat pikiran berada dalam tindakan adalah saat dimana tanpa pikiran bertindak. Membicarakan nama-nama dan manifestasi-manifestasinya adalah tak berguna, tetapi suatu pendekatan langsung dengan mudah menggapainya. Tanpa pikiran adalah apa yang berada dalam tindakan : ia adalah tindakan konstan itu yang tak bertindak. Tanpa pikiran yang saya bicarakan adalah tak berbeda dari pikiran."

Pangeran berkata, "Manusia yang bijaksana menggunakan kata- kata yang halus untuk mengindentifikasikan pikiran. Namun kata- kata dan pikiran adalah berbeda. Mengatakan bahwa pikiran dan kata-kata adalah satu kesatuan sama sekali salah."

Master menjawab, "Kata-kata yang dalam digunakan sebagai alat menuju ke Kebenaran untuk mengoreksi kesalahpahaman, dengan demikian memenuhi ajaran Buddhisme Mahayana. Saat kata-kata seseorang tak berhubungan dengan hakiki asal, lebih baik baginya untuk ditransformasikan melalui sunyata. Tanpa pikiran adalah realitas absolut dimana pikiran berhenti bertindak. Saat seseorang bebas dari pikiran, sifatnya tidaklah berubah. Produksi dan ekstinksi (pemunahan) dengan demikian bukanlah tidak alami. Mereka terjadi seperti gaung dari lembah atau refleksi dari cermin.

Pangeran berkata, "Seorang pertapa Buddhis sadar akan eksistensi kondisi-kondisi internal, namun karena kebangkitan itu, kondisi internal menjadi tidak bereksis. Dengan demikian, pengetahuan terdahulu, kebangkitan selanjutnya serta kondisi-kondisi internal mewujudkan suatu pikiran rangkap tiga."

Master menjawab, "Kondisi internal dan aktivitas mental tidak dapat diidentifikasikan dengan kebangkitan. Setelah kebangkitan tidak ada tanpa pikiran. Karena kebangkitan ini, kondisi- kondisi internal menjadi hilang. Pada saat kebangkitan kondisi internal tidak timbul. Dengan demikian suatu pengetahuan terdahulu, suatu kebangkitan berikutnya dan kondisi internal hanya nama semata-mata, yang dibuat secara terlambat, untuk yang tak lagi bereksis."

Pangeran berkata, "Saat seorang dalam konsentrasi tanpa kemunduran ia dipahami sebagai telah mencapai samadhi, 18 yang tak tercemari oleh karma apapun. Namun ia dapat gagal menyadari bahwa ketidaktahuan dasar19 tersebut dapat masuk secara diam-diam sehingga samadhi hilang."

Master menjawab, "Saya juga telah mendengar bahwa terdapat mereka yang salah menganggap konsentrasi sebagai pencerahan20 dan gagal

18 Samâdhi menyatakan ide pencerahan seketika yang diajarkan oleh Avatamsaka Sutra. 19 "Ketidaktahuan dasar" dipahami sebagai sisa napsu-napsu tak terlihat yang muncul dan hilang

dunia ketenangann. 20 Kapasitas pikiran dari tanpa pikiran; lihat catatan 33 di atas.

Page 37: Ajaran Awal Buddhisme Ch'An

niuniuniuniu----t'ou fat'ou fat'ou fat'ou fa----yungyungyungyung

21

mengikuti" Perenungan Rangkap Tiga ".21 Bahkan tanpa kemunduran, kemajuan yang dibuat dalam konsentrasi masih merupakan suatu delusi, konsentrasi itu sendiri menjadi penghalang karma- karma baik. Jika terdapat noda kecil kekotoran dalam pikiran, ketidaksempurnaan ini dianggap sebagai ketidaktahuan. Dengan demikian ia berlanjut terus, serta indera pendengaran dan penglihatan secara perlahan dimanifestasikan. kemunculannya menyeru-pai gerakan riak saat dihembus angin, dan kembali ke keheningan saat hembusan tersebut berhenti. Deskripsi lebih lanjut manapun akan menakutkan dan mengejutkan pikiran yang lebih kecil. Saat pikiran bebas dari pandangan-pandangan, 'auman singa'22 tercapai; saat hakiki seseorang adalah kehampaan, embun dan hujan es tersingkirkan; saat bintang-bintang berserakan, rumput-rumputan liar terhapuskan; saat angkasa tak terbatas, burung-burung perantauan terbang jauh. Saat kelima gati23 berhenti berputar, empat setan24 akan takut menjadi aktif. Kekuatan Tanpa Pikiran adalah bagaikan api yang menyala atau sabetan kilat dari sebilah pedang tajam."

Pangeran berkata,"Melalui kebangkitan pikiran, eksistensi dari semua hal diketahui. Namun semuanya adalah apa adanya pada permulaannya. Jika eksisitensi dari semuanya adalah refleksi dari pikiran, maka hanya terdapat pikiran yang merefleksi, tapi bukanlah hal yang dicerminkan pikiran."

Master menjawab, "Melalui kebangkitan pikiran, eksistensi dari segalanya diketahui. Eksistensi segala hal itu tidaklah dapat dipertahankan. Jika eksistensi dari segalanya hanyalah cermin pikiran, maka tidak ada yang bereksis diluar pikiran."

Pangeran berkata, "Jika seseorang bertindak seadanya tanpa diskriminasi, pencerahan pikiran tidak akan tercapai. Lebih lanjut, seseorang takut pikirannya mungkin menjadi bodoh, dan berjuang untuk mengolahnya. Namun ia tidak dapat menyingkirkan halangan intelektual."25

Master menjawab, "Memiliki apa yang tak dapat dimiliki dan mencari apa yang tidak dapat dicari. Non-diskriminasi adalah diskriminasi sesungguhnya. Dari kedalaman kegelapan, pencerahan tersingkap, mereka yang memperhitungkan tidaklah tahu; mereka menggantungkan pada

21 "Perenungan Rangkap Tiga" berasal dari aliran T'ien-t'ai. Ia adalah perenungan dari yang nyata;

dari yang tidak nyata; dan dari pertengahan, yangmerupakan baik nyata dan tidak nyata, dan bukan nyata atau tidak bukan nyata.

22 Simhanada, atau "auman singa," mensimbolkan kekuatan dari pencapaian meditasi yang tertinggi. Auman singa membuat semua binatang bergemetaran dan bahkan menangkap burung-burung yang terbang dan ikan-ikan yang berenang.

23 Kelima gati: neraka, hantu-hantu lapar, binatang- binatang, manusia, deva-deva. 24 Skhanda mara adalah roh jahat yang bekerja dalam bentuk-bentuk fisik dan mental; klesa mara,

roh jahat napsu-napsu yang mengganggu pikiran dan badan; mrtyu mara, roh jahat kematian, devaputra mara, penguasa dari surga napsu keenam.

25 Jneyavarana, atau halangan intelektual, adalah satu dari dua halangan terhadap pencapaian bodhi. Yang lain adalah klesavarana, halangan konotif, atau halangan yang bersifat napsuwi.

Page 38: Ajaran Awal Buddhisme Ch'An

Ajaran Murni Ch'an Buddhis Ajaran Murni Ch'an Buddhis Ajaran Murni Ch'an Buddhis Ajaran Murni Ch'an Buddhis

22

pengolahannya sendiri. Kesulitan-kesulitan mereka tidaklah terbatas pada halangan intelektual. Masalahnya adalah pendekatan mereka terhadap Buddha."

Pangeran berkata, "Dalam proses fluktuasi dari Jalan Tengah26 selanjutnya, seseorang tidak dapat mempertahankan ketenangan. Kecuali dia berjuang untuk pengolahan, dia tidak akan menyadari kesulitan ini."

Master menjawab, "Dalam proses Jalan Tengah, seseorang mencari hakiki sejati. Tidaklah mudah atau sulit mencapainya. Ia pertama-tama harus merenungkan Pikiran dalam pikiran; kedua, dia haruslah mencari Kebijaksanaan yang tersembunyi dalam kebijaksanaan; ketiga, dia haruslah mencerahkan pencari itu sendiri; keempat, dia haruslah menembus ke dalam apa yang tidak baik atau jahat; kelima, ia haruslah bebas dari perbudakan segala nama; keenam, dia haruslah menyadari identitas dari yang nyata dan tidak nyata; ketujuh, dia harus sadar akan asal mula segala hal; kedelapan, dia haruslah mencapai cinta kasih tanpa usaha; kesembilan, dia harus menembus baik kehampaan maupun Lima Agregat;27 dan akhirnya dia haruslah membiarkan kebijaksanaan berubah bagaikan awan-awan menjadi hujan lebat, yang jatuh dimanapun."28

Saat kehampaan yang terdalam dicapai, pencerahan masih belum tercapai. Tetapi dalam ketidaktahuan, Kebijaksanaan Orisinal muncul.Manifestasi dari tiga karma, perbuatan, kata dan pikiran, hanyalah suatu bayangan cermin; dan mereka yang mengaku mentransformasikannya adalah illusionis. Jangan terpaut oleh keekstriman dari kehampaan, tetapi terangilah ketidakberadaan dalam keberadaan. Itu bukanlah di luar Kehampaan atau diluar Keberadaan. kehampaan dan keberadaan tidaklah dipahami sebagai dua hal. Inilah yang disebut Jalan Tengah. Jalan Tengah tidaklah dapat dinyatakan dengan kata-kata. Ia adalah ketenangan yang kekurangan tempat untuk menjadi tenang. Bagaimana kita dapat menentukannya dengan mengolah pikiran?"

Pangeran berkata, "Terdapat tipe manusia yang lain yang mengetahui hakiki Kehampaan. Dia mengemukakan konsentrasi dan kekacauan [pikiran] adalah satu, dan berpendapat bahwa ketidakberadaan berada dalam keberadaan. Ia mencoba membuktikan bahwa aktivitas adalah tenang dan ketenangan aktif. Pikirannya berada dalam tindakan untuk mencari Kebenaran, dan namun ia mengatakan bahwa tindakan berada dalam tanpa tindakan. Dia mengklaim bahwa pengetahuan penuh dengan cara menuju ke

26 Menurut ajaran dari Jalan Tengah, ekstrim dari keberadaan dan ketidakberadaan dihilangkan. Di

sana tidak ada suatu eksisten nyata atau tidak juga kehampaan nyata. Nyata dan tidak nyata adalah hasil dari hubungan kausal. Dengan demikian, eksistensi adalah pada waktu yang bersamaan bukan keberadaan; bukan keberadaan sebaliknya merupakan eksistensi. Oleh karena itu,"saat diskrimina si telah dihilangkan, Jalan Tengah, atau Sunyata, dicapai."

27 Lihat catatan 5 di atas. 28 Ini menyimbolkan ajaran Buddha, yang menembus semua makhluk hidup dan membangunkan

mereka, yang keajaibannya diturunkan dari Lotus Sutra.

Page 39: Ajaran Awal Buddhisme Ch'An

niuniuniuniu----t'ou fat'ou fat'ou fat'ou fa----yungyungyungyung

23

Kebenaran dan bahwa kata- katanya dan kebenaran adalah satu. Semua hal adalah apa adanya dan realitasnya diidentifikasi, dan ini tidaklah dapat dipahami oleh pikiran sadar. Walaupun ia mengetahui bahwa pencerahan tidak dapat dicapai melalui pikiran sadar, dia berpendapat pikiran setelah pikiran dihilangkan. Seseorang hampir tidak dapat mengerti pendekatan ini terhadap ajaran Buddhisme. Barangkali ia takkan pernah dipahami. Mereka yang pikirannya berfungsi dalam cara ini takkan pernah ditransformasikan ajaran Buddha."

Master menjawab, "Terdapat jenis manusia lainnya yang merenungkan kehampaan sebagaimana saya singgung sebelumnya. Dia dengan sengaja mencari Kehampaan dengan berpaut dalam keheningan. Pemahamannya adalah sama sekali berlawanan dengan kebenaran. Dia berpikir bahwa kebenaran dapat dicapai dengan pikiran yang penuh perhitungan. Akhirnya apa yang dia pahami bukanlah Kebenaran Akhir. Dia juga mengatakan berhentinya aktivitas pikiran diperoleh dengan pengetahuan intelektual. Ini karena dia tidak memahami hakiki asalnya; pencarian akan Kehampaan hanya akan melelahkan. Akibatnya ia selamanya akan berada dalam kegelapan pikiran tanpa menyadari bahwa apa yang dai pahami hanyalah manifestasi- manifestasi. Bahkan Buddha yang ajaranNYA membawa pencerahan yang membuat bumi berguncang29, tidak akan dapat berbuat apa-apa untuk orang ini."

Pangeran berkata, "Tipe manusia yang saya diskusikan mungkin merasa pikirannya seolah tertutup dengan suatu lapisan kabut."

Master menjawab, "Saat seorang merenung pikiran dengan indera yang tertutup kabut, itu hanyalah suatu pikiran khayalan yang tak pantas direnungkan. Lebih lanjut, dia yang merenung tidaklah bereksis. Bagaimana kita dapat mencapai kebenaran30 dengan kata-kata?"

Pangeran berkata, "Saya telah lama mendisiplinkan pikiran saya, dalam mengejar apa yang paling mendasar. Oleh karena pendekatan saya salah, saya telah menganggap pengalaman saya selanjutnya dari khayalan utama tersebut sebagai Realitas Hakiki. Kecuali saya memiliki guru besar yang bijak untuk membantuku, kebenaran ini tidak akan pernah jelas bagi pikiranku. Bolehkah saya memohon anda guru besar untuk membukakan gerbang esensial dari Kebenaran? Tolong bimbing saya, orang yang taat padamu sehingga saya takkan menyimpang dari jalan yang benar."

Master menjawab, "hakiki utama dari segalanya adalah hal yang paling mendasar.Tetapi dalam dunia ilusi ia menjadi berbeda dengan apa adanya. Hakikat dari Realitas tidak terlihat dan takkan dapat dimengerti oleh pikiran rasional kita. Hari ini saya bertemu dengan seseorang yang dibingungkan Tao,

29 Menurut tradisinya, saat Buddha memaparkan filsafat realitas hakiki dari semua hal dalam

Mahayana Sutra, penerangan terjadi, dan bumi bergetar. 30 Di dalam Doktrin Pertengahan, salah satu dari kitab klasik Confucius, ts'ung-yungg-chung-tao

berarti mencapai kebenaran secara alamiah dan mudah. Ts'ung-yung adalah suatu singkatan dari ungkapan ini.

Page 40: Ajaran Awal Buddhisme Ch'An

Ajaran Murni Ch'an Buddhis Ajaran Murni Ch'an Buddhis Ajaran Murni Ch'an Buddhis Ajaran Murni Ch'an Buddhis

24

namun simpatik terhadap semua orang. Oleh karena kebimbangan dalam pikirannya, dia mengajukan semua jenis pertanyaan. Genggamlah Kebenaran Hakiki dan Anda akan jelas diteranginya. Saat Anda memahami jalan halus dari kehidupan dan kematian secara menyeluruh ,Anda tidak akan takut fitnahan ataupun mencari pujian. Saya sebagai seorang pendeta tua, telah menjawab berbagai pertanyaan yang Anda ajukan. Biarlah ajaran-ajaranku tentang Kebenaran Hakiki dan Manifestasi- manifestasinya menjadi hadiahku padamu untuk kunjunganmu kemari. Untuk menemukan penyembuhan penyelamatan manusia, anda harus bertindak seseuai dengan hakiki segala sesuatunya,"

Dalam tahun pertama dari periode Hsien-ching [656-660], hakim Hsiao Yuan-shan mengundang Fa-yung untuk pindah dan menetap di Vihara Chien-ch'u, dan Master tidak menolaknya. Oleh karena itu beliau melimpahkan stempel dharma pada Bhikkhu kepalanya, Chih-yen, dan memerintahkannya untuk mewariskannya pada generasi mendatang. Saat beliau meninggalkan gunung tersebut, beliau memberitahukan bahwa dia takkan kembali. Burung-burung dan berbagai binatang menangis berbulan-bulan. Empat pohon paulownia besar yang terdapat di depan kuil tiba-tiba layu di pertengahan musim panas.

Master Fa-yung meninggal di Vihara Chien-ch'u pada hari ke- duapuluh tiga bukan pertama di tahun kedua Pemerintahan Hsien- ching [657]. Beliau pada saat itu berumur enam puluh empat tahun. Ini adalah empat puluh empat tahun setelah beliau ditabiskan menjadi bhikkhu. Empat tahun kemudian beliau dimakamkan di Pegunungan Chi-lung. Lebih dari sepuluh ribu orang mengambil bagian dalam upacara pemakaman. Tempat tinggalnya yang lama di Pegunungan Niu-t'ou, mata air Chin-Yuan, kolam Hu-pao dan Hsi- chang, Chin-kuei dan kolam-kolam lainnya, serta gua batu dimana beliau pernah bermeditasi masih terawat baik hingga dewasa ini.

Page 41: Ajaran Awal Buddhisme Ch'An

YYYYUNGUNGUNGUNG----CCCCHIA HIA HIA HIA HHHHSUANSUANSUANSUAN----CCCCHIOHIOHIOHIO (665-713)

Dialektika Sebagai Gerakan Sadar Diri ( DARI TRANSMISI LAMPU, CHÜAN 5 )

Master Chan Yung-chia Hsüan-Chio dari Wen-chou1 adalah penduduk asli Yung-chia. Nama keluarga asalnya adalah Tai. Selagi masih muda, beliau meninggalkan rumah untuk menjadi seorang pendeta Buddhis. Dia mempelajari semua sûtra, vinaya, dan sastra2 dan sangat menguasai ajaran yang mendalam dan halus tentang pemberhentian dan perenungan yang diajarkan aliran T'ien-t'ai. Bahkan dalam menjalankan empat tingkah laku berjalan, berdiri, duduk dan berbaring yang membangkitkan rasa hormat tersebut, dia berada dalam kontemplasi Ch'an. Suatu hari, setelah Didorong oleh Master Ch'an Hsüan-lang dari Tso-ch'i, dia pun memulai perjalanan dengan Master Ch'an Hsüan-ts'e dari Tung-yang untuk mengunjungi Sesepuh keenam di Ts'ao-ch'i.3

Sesaat tiba di sana, dia menggetarkan tongkatnya sembari memegang sebuah vas; dia berjalan mengitari Sang Sesepuh tiga kali dan kemudian berdiri tegak. Sang Sesepuh berkata kepadanya :

"Seorang pendeta Buddhis harus mengikuti tiga ribu peraturan dan melaksanakan delapan puluh ribu tugas-tugas yang mendetail4 . Dari mana anda datang, tuan? Mengapa anda memiliki kesombongan yang sebesar ini?"

" Kehidupan dan kematian adalah masalah yang serius," jawab Yung-Chia," dan kematian mengikuti kehidupan sedemikian cepatnya."

" Mengapa tidak anda capai ketidaklahiran dan bebaskan dirimu dari kecepatan ini?" tanya Sang Sesepuh.

1 Wenchow, sekarang Yung-chia (Yungkia) di propinsi Chekiang. 2 Sutra adalah kumpulan khotbah-khotbah, yang terutama diberikan oleh Sang Buddha. Sastra

adalah wacana filosofis Buddhis. Vinaya adalah karya-karya yang berhubungan dengan disiplin kuil.

3 T'sao-ch'i, di propinsi Kwantung sebelah utara, adalah tempat dimana Hui-neng, Sesepuh Ch'an keenam, mendiri kan sekolahnya.

4 Ketiga ribu peraturan mengatur cara yang tepat dari berjalan, berdiri, duduk, dan berbaring. Kedelapan ribu tugas yang mendetail adalah peraturan peraturan yang berhubungan dengan tingkah laku yang mengesankan dan banyak aspek lainnya dari kelakuan bhikkhu.

Page 42: Ajaran Awal Buddhisme Ch'An

Ajaran Murni Ch'an Buddhis Ajaran Murni Ch'an Buddhis Ajaran Murni Ch'an Buddhis Ajaran Murni Ch'an Buddhis

26

" Pencapaian tidaklah dilahirkan dan kebebasan dasar tidaklah pernah cepat," jawab Yung-chia.

"Begitulah! Begitulah!" sahut Sesepuh. Atas sahutan ini, semua yang berada dalam kumpulan pendeta itu menjadi

terkejut dan di saat itulah baru Yung-Chia menjalankan peraturan membungkukkan diri pada Sang Sesepuh.

Sejenak kemudian dia berpamit pada Sesepuh. "Tidakkah anda pergi terlalu cepat?" tanya Sesepuh. "Pada hakikinya, gerakan tidaklah bergerak. Bagaimana dapat anda

katakan saya pergi terlalu cepat? tantang Yung-Chia. "Siapa dia yang sadar akan tanpa gerakan?" tanya sesepuh. "Anda, Master, sedang membuat pembedaan ini," jawab Yung- Chia. "Anda telah memahami arti tanpa kelahiran dengan baik." "Jika ia tak berarti, siapa yang dapat membedakan- nya?" "Walau seseorang dapat membedakannya, ia masih tak berarti." Sesepuh

berseru," Bagus! Bagus! silahkan menginap di sini setidaknya semalam." Oleh karena itu, orang-orang di masa itu menamakan kunjungan Yung-Chia sebagai, " Pencerahan melalui Penginapan Satu Malam." Hari berikutnya Master Hsuan-tse tetap berada di Ts'ao-ch'i, tetapi Yung-Chia menuruni bukit dan balik ke Wen- Chou.

Siswa-siswa dari berbagai tempat berkumpul di sekitar Yung-Chia dan beliau dipanggil Master Besar Chen-Chio atau Pencerahan Sejati. Dia menulis Ode tentang Pencerahan, dan juga mengemukakan idenya tentang pendalaman Ch'an dalam suatu paparan yang bertahap. Wei-Ching, Gubernur Ching-Chou, mengumpulkan dan menyusun naskah-naskah ini dalam sepuluh bagian dengan suatu prakata dan memberikannya judul Kumpulan Karya Master Ch'an Yung-Chia. Buku ini dibaca secara luas di negeri Cina di kala itu.

Yang berikut ini adalah garis besar dari Kumpulan Karya Master Ch'an Yung-Chia :

Bagian I. Kerinduan akan Tao dan Tingkah Laku yang benar Dia yang ingin mengikuti Tao haruslah pertama-tama memutuskan untuk

mencapainya dan kemudian harus meneladani tingkah laku para gurunya. Tingkah laku menunjukkan apa yang ada dalam diri seseorang. Oleh karenanya untuk mencari Tao perlu pertama-tama kita mempelajari tingkah laku yang benar.

Bagian II. Mawas akan Kesombongan diri dan Segala yang berlebihan Seseorang dapat saja bertekad mencari Tao dan mempelajari tingkah laku;

namun jika tindakan, kata-kata dan pandangannya sombong dan berlebih-lebihan, pikirannya akan tergangggu dan tercemari. Dengan demikian, bagaimana ia dapat mencapai samâdhi? Demikianlah, bagian ini berhubungan dengan penghapusan kesom- bongan diri dan segala yang berlebihan.

Bagian III. Pensucian Tiga Karma—Pikiran, Perkataan dan Tindakan

Page 43: Ajaran Awal Buddhisme Ch'An

YungYungYungYung----chia hsuanchia hsuanchia hsuanchia hsuan----chiochiochiochio

27

Bagian sebelumnya telah mengemukakan instruksi dasar untuk pemahaman Tao. Bagian ketiga ini memberikan ilustrasi tentang cara untuk mempelajari tiga karma dengan disiplin yang benar. Bagian ini mengajarkan cara untuk menghindari gangguan fisik dan mental melalui pengamatan diri.

Bagian IV. Samatha atau Ketenangan Pikiran Setelah menguasai ajaran yang dianjurkan di bagian depan, langkah

berikutnya adalah latihan diri secara bertahap melalui disiplin "Lima Tahap dari Munculnya Pikiran"5 dan "Enam Prosedur untuk Mencapai Samatha."6 Dengan cara ini seseorang akan mencapai prajñâ, kebijaksanaan agung, melalui latihan meditasi. Bagian keempat ini mencakup suatu hymne yang mengenang pencapaian samatha.

Bagian V. Vipasyanâ atau Pandangan Sempurna Tanpa disiplin, tidak ada Ch'an. Dan tanpa Ch'an, takkan ada pencerahan.

Latihan samâdhi telah didiskusikan di bagian II. Saat samâdhi atau konsentrasi, telah mencapai kedalamannya yang terdalam, prajñâ, atau kebijaksanaan, akan muncul. Bagian kelima merupakan suatu hymne atas Vipasyanâ.

Bagian VI. Hymne atas Upeksâ atau Keseimbangan Batin Bila konsentrasi saja yang ditekankan, pikiran takkan maju. Bila

kebijaksanaan saja yang ditekankan, pikiran menjadi terlampau aktif. Oleh karena itu, bagian keenam adalah suatu hymne tentang

keseimbangan, yang menggambarkan identifikasi yang tepat dari Samâdhi dengan Prajñâ harus dicapai sehingga pikiran dapat bebas dari kedua ekstrim tersebut dari kelambanan dan kegiatan yang berlebihan.

5 Lima Tahap dari Munculnya Pikiran:

1. Napsu-napsu dari kehidupan duniawi. 2. Diskriminasi dari pertentangan-pertentangan yang berasal dari keadaan tak berpikir. 3. Pikiran-pikiran malas yang membawa pada lebih banyak dari yang sama. 4. Pikiran-pikiran malu pada saat menyadari bahwa pikiran-pikiran lampau seseorang

telah malas rupanya. 5. Ketenangan di mana seseorang bebas dari pikiran pikiran yang bernapsu,

berdiskriminasi, malas dan malu. 6 Enam Prosedur untuk Mencapai Samatha:

1. Menentukan dimana letak kesalahanmu: Dalam mendiskriminasikan antara baik dan jahat. Dalam kemelekatan pikiran pada kemurniannya sendiri. 2. Pemulihan dari kesalahan-kesalahan ini: Ketenangan adalah suatu pemulihan untuk kemurnian. 3. Aplikasi dari pemulihan ini terhadap kesalahan- kesalahan yang berhubungan. 4. Dari ketenangan yang berlebihan, kenaifan muncul. 5. Ketenangan tanpa kesadaran membawa pada diskriminasi. 6. Kesadaran dilengkapi oleh ketenangan membawa pada pencerahan, dalam mana

pikiran bebas dari diskriminasi dan kemelekatan.

Page 44: Ajaran Awal Buddhisme Ch'An

Ajaran Murni Ch'an Buddhis Ajaran Murni Ch'an Buddhis Ajaran Murni Ch'an Buddhis Ajaran Murni Ch'an Buddhis

28

Bagian VII. Pencapaian Bertahap atas Tiga Kendaraan Saat Samâdhi dan Prajñâ telah dikenali dalam ketenangan, pencerahan

secara langsung akan terjadi. Saat Perenungan Berangkap Tiga diidentifikasikan sebagai satu, kekacauan pikiran akan bertransformasi ke dalam pencerahan yang sempurna.

Walaupun seseorang telah mencapai kesadaran diri pada saat ini, perasaan belas kasihannya belum tentu akan bangkit, karena terdapat kedalaman pencerahan yang berbeda-beda. Bagian ketujuh ini berhubungan dengan pencapaian secara perlahan atas Tiga Kendaraan.7

Bagian VIII. Identifikasi melalui Kejadian dan Realitas Di dalam mencari Tiga Kendaraan, pada akhirnya seseorang dapat saja

mengalami Realitas Hakiki. Tidak ada realitas yang tidak dapat dikejar. Pengejaran terhadap Realitas Hakiki haruslah didasarkan pada kejadian yang khusus. Saat kejadian itu telah secara menyeluruh dimengerti, hakiki realitasnya telah didasari. Oleh karena itu bagian kedelapan ini mengajarkan bahwa kejadian dan realitas hakikinya adalah identik. Adalah melalui pemahaman yang menyeluruh atas kebenaran ini seseorang akan membebaskan dirinya dari pandangan yang salah.

Bagian IX. Sepucuk Surat pada seorang Teman Saat kejadian dan Hakiki Realitas bersatu, pikiran menjadi transparan.

Seorang akan bersimpati dengan kawannya, yang masih belum mencapai pencerahan tetapi menghamburkan waktunya dalam pencarian yang sia-sia. Olah karena itu, bagian kesembilan ini berisikan sepucuk surat yang mengandung nasehat.

Bagian X. Sumpah Untuk Menyelamatkan Semua Makhluk Menawarkan nasehat pada kawan-kawannya menunjukkan belas kasihan

pada yang lain, tetapi belas kasihan ini masih terbatas pada sejumlah kecil individu dan belum disebarkan secara luas. Dengan demikian bagian kesepuluh ini berhubungan dengan sumpah untuk menyelamatkan semua makhluk.

Yang berikut ini adalah sepuluh langkah dari kontemplasi : Yang pertama adalah mendiskusikan "yang demikian" (suchness); yang

kedua adalah memaparkan substansi dari perenungan; yang ketiga adalah membicarakan tentang identifikasi timbal balik; yang keempat adalah memperingatkan akan bahaya penipuan diri; yang kelima adalah melarang

7 Tiga Kendaraan mencakup:

1. Sravakayana, dalam mana seseorang memahami kebenaran melalui ajaran-ajaran Sang Buddha;

2. Pratyekabuddhayana, dalam mana seseorang mengerti kebenaran melalui kesadaran diri;

3. Bodhisattvayana, dalam mana seseorang memamhami tingkat bodhi tertinggi, atau kebijaksanaan.

Page 45: Ajaran Awal Buddhisme Ch'An

YungYungYungYung----chia hsuanchia hsuanchia hsuanchia hsuan----chiochiochiochio

29

kemalasan; yang keenam adalah sekali lagi mengemukakan substansi perenungan; yang ketujuh adalah menjelaskan hubungan antara penyangkalan dan penegasan; yang kedelapan adalah menjelaskan arti perenungan; yang kesembilan adalah memaparkan perenungan dalam apapun yang dikatakan seseorang; Yang kesepuluh adalah mengenali sumber mistis.

Langkah yang pertama adalah mendiskusikan "yang demikian" (suchness). Pikiran dan hakiki tanpa terlihat saling menembus satu sama lain. Sumber dari gerakan dan tanpa gerakan adalah sama. Bhûtatathatâ, atau realitas, adalah bebas dari pikiran, namun ia tak berbeda dari pikiran penuh timbangan. Pikiran-pikiran ilusi muncul dalam kekacauan; namun saat kita menelusurinya kembali ke sumbernya, pikiran-pikiran ilusi itu tidak lain daripada keheningan. Asal usul rohaninya adalah tak berbentuk, tapi perbedaan kita menyebabkan munculnya seribu pengejawantahan. Seribu manifestasi ini berbeda dari satu dengan yang lain, dan saat kita memahami perbedaannya, kita memiliki mata

dharma.8 Keheningan tidak pernah berbeda, dan saat kita melihat hal ini, kita memiliki mata kebijaksanaan.9 Saat kita membebaskan diri kita baik dari realitas yang tak berbeda dan materialitas yang berbeda, kita telah mencapai pandangan mata Buddha.10 Oleh karena itu, ketiga kebenaran11 diidentifikasikan sebagai satu; dengan demikian realitas hakiki dari keberadaan adalah mutlak murni. Tiga aspek dari kebijaksanaan adalah pencerahan satu pikiran yang terjadi secara bersamaan, cahaya prajñâ akan menerangi secara abadi. Pada saat itu kondisi obyektif dan kebijaksanaan subyektif diidentifikasikan alamiah, pembebasan akan terjadi dalam semua kondisi.12 Simbol yi tidaklah vertikal atau horizontal. Ia menunjukkan bahwa Tao yang sempurna hanyalah didapat mengerti melalui identifikasi alamiah. Oleh karena itu, hakiki dari tiga kebajikan13 secara nyata tidaklah dapat dibedakan. Suatu pikiran yang dalam dan tak terbatas tidaklah memiliki kebimbangan atau pendapat. Inilah inti dari Tao, namun ia bukanlah cara untuk mendekatinya. Melihat bahwa pikiran adalah Tao adalah untuk mengikuti arus dan mencapai sumber.

8 "Mata-dharma" adalah pandangan dari Bodhisattva, yang memahami penderitaan-penderitaan

dari makhluk hidup. Pandangan ini menembus kebenaran dari aktualitas, melalui diskriminasi. 9 "Mata-kebijaksanaan" merupakan pandangan dari Sravaka dan Pratyeka buddha, yang

memahami realitas rohani dari diri, yaitu kehampaan yang tak berbentuk, atau Sunyata. 10 "Mata-Buddha" adalah pandangan dari Buddha, yang melihat diferensiasi dari dunia luar dan

kehampaan yang tak membeda dari diri. Pandangan ini berlaku di mana-mana (Omniscient) karena ia mencakup semua jenis pandangan termasuk kedua pandangan di atas.

11 Ketiga kebenaran adalah kesadaran akan Sunyata, diskri minasi yang benar dari Bodhisattva, dan kebijaksanaan sempurna dari Buddha.

12 Simbol Yi, tidak vertikal dan juga tidak horizontal. 13 Ketiga kebajikan adalah dharmakaya prajñâ, dan moksa (emansipasi).

Page 46: Ajaran Awal Buddhisme Ch'An

Ajaran Murni Ch'an Buddhis Ajaran Murni Ch'an Buddhis Ajaran Murni Ch'an Buddhis Ajaran Murni Ch'an Buddhis

30

Langkah kedua mengungkapkan obyek perenungan, di mana seseorang menyadari bahwa Satu Pikiran adalah kosong dan tidak kosong, namun tidak kosong atau bukan tidak kosong.

Langkah ketiga membicarakan tentang identifikasi timbal balik. Saat pikiran dan kekosongan diidentifikasikan, di sana tidak terdapat lagi kekhawatiran dan tidak juga kesenangan, bahkan setelah seseorang dikritik atau dipuji. Saat jasmani dan kekosongan diidentifikasi, tidak terdapat lagi penderitaan dan kebahagiaan, baik jika seseorang diperlakukan dengan kekejaman atau kebajikan. Saat barang materi14 diidentifikasikan dengan kekosongan, di mana lagi akan terdapat rugi atau laba, yang dikarunia atau direnggut? Saat pikiran seseorang diidentifikasikan dengan kekosongan dan bukan kekosongan, seseorang bebas dari ikatan cinta yang berasal dari memikirkan orang lain. Dengan menunjukkan perasaan belas kasihan kepada semuanya, seseorang menyelamatkan yang lain dari penderitaan mereka. Saat jasmani diidentifikasikan dengan kekosongan dan bukan kekosongan, ketenangan batiniah adalah sama dengan ketenangannya kayu yang tak bernyawa, di samping penampilan luarnya akan mengesankan rasa hormat. Saat seseorang mengidentifikasikan barang-barang materi dengan keko-songan dan bukan kekosongan, seseorang selamanya terbebas dari keinginan, namun dia selalu cukup memiliki kemampuan untuk dapat membantu orang lain. Saat seseorang mengidentifikasi pikirannya dengan kekosongan atau bukan kekosongan dan baik bukan kekosongan maupun tidak bukan kekosongan, maka sesorang mulai memahami arti dari realitas dan mencapai pandangan yang sama seperti yang dimiliki Sang Buddha. Saat jasmani diidentifikasikan dengan kekosongan atau bukan kekosongan, dan baik bukan kekosongan dan tidak bukan kekosongan, maka pikirannya akan disucikan, dan ia akan memasuki samâdhi. Saat seseorang mengidentifikasikan barang-barang materi dengan kekosongan atau bukan kekosongan, dan baik bukan kekosongan dan tidak bukan kekosongan, maka Aula Buddha15 (The Hall of Buddha) menjadi Tanah Suci bagi transformasi para Buddha dan Bodhisattva.

Langkah keempat memperingatkan bahaya akan penipuan diri, yang jika tak teratasi akan membahayakan semua identifikasi.

Langkah kelima melarang kemalasan. Dalam menyeberangi lautan, seseorang tergantung sepenuhnya pada perahunya. Tanpa perahu, orang itu tak akan dapat menyeberanginya. Hal yang demikian juga terjadi pada pikiran. Pikiran tergantung sepenuhnya pada perenungan. Tanpa perenungan pikiran tidak akan mencapai pencerahan. Jika pikiran tidak dicerahkan, identifikasi timbal balik tidak dapat diharapkan akan terjadi. Seseorang haruslah secara hati-hati mempertimbangkan segala halangan yang ditimbulkan oleh pemuasan nafsu diri.

14 Yaitu, hal-hal material seperti negara, pakaian, makanan, dan sebagainya, pada apa eksistensi

pribadi bergantung. 15 Hsiang-t'ai, aula dimana Buddha berhuni.

Page 47: Ajaran Awal Buddhisme Ch'An

YungYungYungYung----chia hsuanchia hsuanchia hsuanchia hsuan----chiochiochiochio

31

Langkah keenam memaparkan lagi obyek perenungan. seseorang yang mengerti bahwa Satu Pikiran adalah kosong dan bukan kosong, bukan keberadaan dan tidak bukan keberadaan, tetapi masih belum menyadari bahwa kapan pun suatu pikiran terjadi ia segera merupakan kosong dan bukan kosong, tidak bukan keberadaan dan tidak bukan keberadaan.

Langkah ketujuh menjelaskan mengapa seseorang harus memahami hubungan antara afirmasi (penegasan) dan negasi (penyangkalan). Pikiran bukanlah keberadaan dan tidak bukan keberadaan, dan pada saat yang sama ia tidak bukan keberadaan atau bukan tidak tidak keberadaan. Saat pikiran adalah keberadaan atau bukan keberadaan, ia jatuh ke dalam perangkap afirmasi. Saat ia bukan keberadaan atau bukan tidak keberadaan, ia terperangkap dalam negasi. Dengan demikian, pikiran itu hanyalah menyatakan semata bahwa afirmasi dan negasi adalah salah, namun ia tidaklah menyatakan bahwa baik bukan afirmasi dan bukan negasi adalah benar. Nah, menggunakan kedua negasi (negasi dari afirmasi dan negasi dari negasi) untuk menyangkal kedua afirmasi (afirmasi dari negasi dan afirmasi dari afirmasi) adalah mengatakan bahwa saat afirmasi disangkal dan menjadi non-afirmasi, ia masih tetap merupakan negasi. Sebaliknya jika seseorang menggunakan kedua negasi yaitu, saat negasi disangkal dan menoleh pada negasi atas negasi hasilnya adalah afirmasi. Dengan demikian apa yang kita miliki adalah pengasan atas kebenaran bukan afirmasi dan bukan negasi; tetapi ia tidaklah bukan negasi atau bukanlah tidak bukan negasi, tidak juga bukan afirmasi atau bukan juga tidak bukan afirmasi.

Kedalaman dari hubungan negasi dan afirmasi adalah amat halus dan sulit dimengerti. Biarkanlah jiwa anda menjadi murni dan pikiran-pikiran menjadi tenang, dan carilah kedalaman ini secara hati-hati.

Langkah ke delapan adalah untuk memperjelas arti dari interpretasi. Kebenaran sempurna adalah tak ternyatakan, tetapi melalui kata-kata artinya terungkapkan. Bukan artinya atau sumbernya sama dengan perenungan. Namun, adalah melalui perenungan sumber itu disadari. Jika arti sejati tak terungkapkan, sebabnya adalah kata-kata tersebut terlalu jelek diinterpretasikan. Jika sumber tersebut masih belum disadari, maka kontemplasi tersebut belumlah cukup dalam. Melalui kontemplasi yang mendalam, sumber itu disadari; melaui interpretasi yang memadai, arti tersebut terungkapkan. Saat arti telah terpaparkan dan sumber telah tersadari, kata-kata dan perenungan tak seperlunya bersisa.

Langkah ke sembilan adalah untuk mentransmisi buah kontemplasi dalam apapun yang dikatakn sesorang, karena adalah melalui kata-kata obyek dari perenungan seseorang diungkapkan. Dengan demikian, sumber dan arti dilihat sebagai satu kesatuan. Saat kata-kata mengungkapkan perenungan, keduanya menjadi berbaur. Demikianlah, ucapan dan hakiki absolut adalah satu. Saat ucapan dan realitas adalah satu, keadaan dari perenungan dapat diungkapkan dalam kata-kata. Saat keadaan perenungan dinyatakan dalam kata-kata, itulah realitas absolut. Saat realitas absolut tidak berbeda dari ungkapan kata ini, itulah sumber. Esensi tersebut adalah satu dan sama; hanya

Page 48: Ajaran Awal Buddhisme Ch'An

Ajaran Murni Ch'an Buddhis Ajaran Murni Ch'an Buddhis Ajaran Murni Ch'an Buddhis Ajaran Murni Ch'an Buddhis

32

namanya yang berbeda. Menggunakan istilah " kata-kata " dan " perenungan " hanyalah suatu permainan semata.

Langkah kesepuluh adalah mengidentifikasikan dengan sumber mistis. Mereka yang pikirannya telah dibangunkan takkan pernah terjebak oleh perenungan dan gagal memahami makna kata-kata. Mereka yang terpelajar dalam doktrin Buddhisme takkan pernah terhalangi oleh kata-kata dan selanjutnya gagal memahami realitas. Saat realitas dimengerti, halangan dari kata-kata teratasi, apalagi yang dapat didiskusikan kata-kata? Saat arti tersebut diungkapkan, tindakan dari pikiran telah terhentikan, apalagi yang dapat dilakukan kontemplasi? Yang tak terenungkan dan ternyatakan oleh kata-kata sebenarnya adalah esensi dari Tao.

Pada hari ketujuhbelas bulan ke sepuluh dari tahun kedua masa pemerintahan Hsien-T'ien ( 713 ), Sang Master memasuki nirvana 16 dalam keadaan duduk yang tenang. Pada hari ketigabelas bulan kesebelas, jasadnya disemayamkan dalam pagoda di sebelah selatan Gunung Hsi. Nama pasca hidupnya yang dianugerahi kerajaan, adalah Guru Besar Tak Berbentuk. Pagodanya disebut Penerangan Murni. Di pertengahan masa pemerintahan Shun-Hua ( 990-994 ) dari Dinasti Sung, Kaisar T'ai-tsung17 mengeluarkan suatu mandat kerajaan pada Wen-Chou untuk memperbaiki tempat suci dan Pagoda tersebut

16 Pada mulanya, nirvana berarti pemusnahan yang tentram. Dalam hal ini, ia berarti pembebasan

dari eksistensi, atau kematian. Juga, kita miliki definisi: "Nirvana dalam makna hakikinya merupakan suatu penegasan suatu penegasan di luar pertentangan segala jenis-jenis"(Suzuki, Essays in Zen Buddhism, I, p.56)

17 Pemerintahan T'ai-tsung adalah berlangsung dari 976-997.

Page 49: Ajaran Awal Buddhisme Ch'An

33

Bagian IIBagian IIBagian IIBagian II

Pendahuluan Persatuan Universalitas dan Partikularitas TUNG-SHAN LIANG-CHIEH (807-869) "Dia Sama dengan Saya, Tapi Saya Bukanlah Dia" TS'AO-SHAN PEN-CHI (840-901) "Kemurnian Ada di dalam Ketidak- murnian"

Page 50: Ajaran Awal Buddhisme Ch'An
Page 51: Ajaran Awal Buddhisme Ch'An

35

Persatuan Universalitas dan Partikularitas

Di antara lima aliran Ch'an Buddhisme yang didirikan di Cina pada awal abad ke-9, dua yang masih aktif hingga dewasa ini terdapat di Jepang, walaupun di Cina kelima-limanya telah sama sekali kehilangan identitas aslinya. Kedua aliran ini adalah Ts'ao-tung Tsung dan Lin-chi Tsung ( Aliran Soto dan Aliran Rinzai di Jepang ). Aliran Ts’ao-tung didirikan oleh Tung-shan Liang-chieh dan muridnya Ts'ao-shan Pen-chi, sedangkan aliran Lin-chi oleh Lin-chi I-hsüan. Saat kita mempelajari ajaran-ajaran dasar yang dikembangkan oleh kedua aliran ini kita tidak dapat mengesampingkan spekulasi-spekulasi metafisik dari pemikir-pemikir besar Buddhis seperti Fa-tsang (643-720) dan Cheng-kuan (738-839), yang memaparkan filsafat Hua-yen. Sebagai contoh, ajaran tentang WuWei1 Pien Cheng, atau Lima Hubungan Antara Partikularitas dan Universalitas, yang ditegakkan oleh Tung-shan Liang-Chieh, dan tentang ssu liao chien, atau Empat Proses Pembebasan dari Subyektifitas dan Obyektifitas, oleh Lin-chi I-hsuan. Ajaran-ajaran ini berhubungan erat dengan doktrin-doktrin Identifikasi Realitas dan Penampilan, oleh Fa-tsang, dan Dharmadhatu Rangkap Empat, oleh Cheng-kuan. Barangkali penyesuaian-penyesuaian dari metafisika Hua-yen terhadap ajaran Ch'an dapat menjadi bukti dari "lompatan jauh setelah mendaki hingga ke puncak tiang seratuus kaki "yang demikian sering dianjurkan oleh para master Ch'an.

Di tahun 798, tahun keempatbelas masa Chen-yuan dari Dinasti T'ang, hanya sepuluh tahun mendahului kelahiran Tung-shan Liang-chieh, terjemahan terkenal ke dalam bahasa Cina dari Avatamsaka Sutra (Hua-Yen Ching) oleh prajñâ dirayakan penyelesaiannya di Vihara Chung-fu di ibukota kuno Tiongkok. Terjemahan ini dimulai di tahun 420; yang kemudian terdiri dari enam puluh bab, dan umumnya dikenal sebagai naskah Chin. Di tahun 699 versi kedua dari terjemahan tersebut, yang terdiri-dari delapan puluh bab, diselesaikan oleh Siksananda dengan bantuan Fa-tsang di bawah arahan istana Maharaja; terjemahan ini disebut teks T'ang. Teks yang ketiga Gandavyuha, yang merupakan bab terakhir dari bab-bab sebelumnya, ditranskripsi oleh Raja Uda di India dan dikirimkan kepada Kaisar T'ang di tahun 796. Teks ini diterjemahkan kedalam empat puluh bab dan berjudul Memasuki Dharmadhatu (Entering the Dharmadhatu). Dengan demikian di tahun 798 Avatamsaka Sutra," Raja dari Sutra Mahayana," telah selesai diterjemahkan ke dalam bahasa Tionghoa.

1 Kata wei dalam bahasa Cina pada mulanya berarti puisi atau ranking. Namun disini, wei berarti

situasi dimana universalitas dan partikularitas, olehkarenanya, hubungan diantara keduanya.

Page 52: Ajaran Awal Buddhisme Ch'An

Ajaran Murni Ch'an Buddhis Ajaran Murni Ch'an Buddhis Ajaran Murni Ch'an Buddhis Ajaran Murni Ch'an Buddhis

36

Dari sumber-sumber literatur Buddhis kita mengetahui bahwa Sang Buddha sedang berada dalam samâdhi, yang dikenal sebagai Sagaramudra, saat beliau menyampaikan Avatamsaka Sutra. Ide dasar dari sutra itu adalah penyelesaian timbal balik yang tak terhalangi dari semua partikularitas. Setiap partikularitas, disamping menjadi dirinya sendiri, menembus semua partikularitas lainnya dan sebaliknya juga dipenetrasi olehnya. Interaksi harmonis sebaliknya juga partikularitas dan juga diantara setiap partikularitas dan universalitas menciptakan suatu dunia yang terang. Dunia terang ini, yang secara mutlak bebas dari batasan ruang dan waktu namun tak lepas dari masalah duniawi sehari-hari, dinamakan dharmadhatu. Dalam dharmadhatu batas-batas dari setiap partikularitas menjadi lebur, dan realitas darinya secara tapa batas tersatukan denga setiap keberadaan lainnya. Spekulasi metafisik dari Avatamsaka lebih lanjut dipaparkan dan disistematikan oleh Buddhis Cina. Filsafat Dharmadhatu ini oleh mereka diklasifikasikan ke dalam alam yang berangkap empat:

1. Suatu alam shih, atau kejadian atau penampilan atau partikularitas. 2. Suatu alam li, atau realitas atau universalitas. 3. Suatu alam li dan shih, yang sama sekali telah bersatu dan diidentifikasikan. 4. Suatu alam solusi timbal balik sempurna yanng tak terhalangi di antara shih dan shih, atau diantara partikularitas dan partikularitas. Untuk memahami filsafat Hua-Yen kita haruslah akrab dengan ide

dasarnya, yakni li dan shih. Dalam teks Cina li secara literal berarti nadi dari suatu permata yang terasah. Secara kiasan, ia merujuk pada prinsip-prinsip dasar. Dengan demikian kata li berarti penalaran, atau akal surgawi, yang selalu disinggung oleh para Konfusianis dalam perbandingannya dengan napsu manusia. Kata shih secara harfiah berarti kejadian.

Saat Buddhis Tionghoa Hua-Yen menggunakan istilah li dan shih, mereka mengidentifikasikannya dengan sunyatadan rupa dalam bahasa sansekerta. Sunyata telah diterjemahkan ke dalam bahasa Cina sebagai k'ung, yang selalu digunakan untuk merujuk pada ruang yang tak ditempati yaitu, sesuatu yang berada di sana sebelumnya dan sekarang tidak. Namun arti yanng sebenarnya dari sunyata atau k'ung adalah bersifat antologis [ bersifat hakikat dari eksistensi ]. Ia merupakan realitas absolut, bebas pembedaan keberadaan dan bukan keberadaan, bentuk dan tanpa bentuk. Karena k'ung dalam bahasa Cina dapat dengan mudahnya bermakna relatif, ketidakhadiran segal hal, para sarjana Hua-yen memilih menggunakan pemakaian istilah li, yang menunjuk pada realitas absolut, untuk digunakan bersama-sama shih. Di mana tidak ada shih, maka disanapun tak ada li. Dengan demikian li, atau realitas, hanya hadir dalam shih atau perwujudan/penampilan.

Fa-tsang dilahirkan 150 tahun sebelum Tung shan Liang-chieh, dan Pembincangan Tentang Singa (Treatise on the Golden Lion)nya merupakan suatu sumbangan utama terhadap literatur Buddhis. Saat Fa-tsang memaparkann filsafat Hua-yen di Istana MahaRaja, beliau menggunakan singa emas di istana untuk menggambarkan penyelesaian timbal-balik yang terhalangi (unimpedid mutual solution) di antara li dan shih atau penampilan,

Page 53: Ajaran Awal Buddhisme Ch'An

Persatuan Universalitas danPersatuan Universalitas danPersatuan Universalitas danPersatuan Universalitas dan Partikularitas Partikularitas Partikularitas Partikularitas

37

yang takkan punya realitas tanpa emas. Di lain pihak emas akan kekurangan pengungkapannya yang berarti tanpa bentuk dari singa sebagai penampilannya. Masing-masing keberadaan saling tergantung satu sama lain. Namun emas dan singa nyatanya hadir dengan dirinya masing-masing. Dengan solusi timbal balik emas adalah singa dan singa adalah emas, perbedaan antara realitas dan penampilan menjadi hilang.

Pendekatan terhadap pencerahan ini adalah melalui pemahaman metafisis dan hanya sedkit orang yang dapat dengan sesungguhnya mencapai tingkat pemahaman intelektual ini. Inilah proses intelektual yang dinamakan para Buddhis Ch'an sebagai "tiang seratus kaki panjangnya." Bahkan jika si siswa telah mencapai puncak tiang tersebut, dia masih memerlukan "satu lompatan lebih lanjut." Inilah sebabnya mengapa siswa-siswa Ch'an yang telaten lebih memilih konsentrasi untuk membuka pikiran daripada mengejar kedalaman intelektual. Namun, master-master Ch'an Buddhisme yang terkemuka, seperti Tung-shan Liang-chieh dan Lin-chi I-hsuan, menguasai seluruh struktur metafisik Hua-yen dan mengembangkannya hingga ke "lompatan lebih lanjut" tersebut. Dalam khotbah dharma di bawah ini kita akan menemukan penerapan Tung-shan atas prinsip dasar solusi timbal balik yang tak terhalangi antara li dan shih-realitas dan penampilan. Pendekatannya berbeda dari Hua-yen dalam hal Tung-shan lebih menekanakan pengalaman konkrit daripada prinsip abstrak.

Sekali seorang pendeta bertanya pada Master Tung-shan, "Musim dingin datang dan musim panas datang. Bagaimana kita menghindarinya? Sang Master menjawab,"Mengapa tidak anda pergi ke daerah yang bukan musim panas maupun musim dingin?" Pendeta tersebut meneruskan: "Loh, bagaimana bisa tanpa musim panas atau musim dingin?" Sang master berrkata,"Anda merasa panas di musim panas dan dingin di musim dingin."

Apa yang dimaksudkan Tung-shan adalah tidak terdapatnya pembagian perasaan panas dan musim panas, antara perasaan dingin dan musim dingin. Saat "panas" diidentifikasikan dengan musim panas dan "dingin" dengan musim dingin, realitas berbaur dengan penampilan. Segera setelah sesorang memahami hal ini, dia akan memperoleh Ch'an. Dalam Hua-yen, sebaliknya, adalah dunia li dan shih dalam ajarannya. Hal ini dapat dilihat dari penafsirannya terhadap jawaban Hsiang-yen Chih-hsien atas pertanyaan siswanya,"Apakah Tao itu?" Jawaban Hsiang-yen adalah,"Dalam hutan kering seekor naga sedang berdendang." Saat si siswa gagal memahaminya, Sang Master kemudian berkata,"Mata berada dalam tengkorak." Seorang master Ch'an lainnya, shih-shuang hsing-k'ung saat dimintakan penafsirannya, mengatakan bahwa pernyataan pertama berarti," Masih terdapat keriangan di sana." dan yang kedua sebagai," Masih terdapat kesadaran di sana." Saat Ts'ao-shan mendengar hal ini, beliaupun menggubah puisi di bawah ini:

Dia yang berkata seekor naga lagi berdendang di hutan kerontong. Dialah yang sejati melihat Tao. Tengkorak tak berkesadaran, Namun mata bijak bangun memancar darinya. Jika riang dan sadar'kan disingkir,

Page 54: Ajaran Awal Buddhisme Ch'An

Ajaran Murni Ch'an Buddhis Ajaran Murni Ch'an Buddhis Ajaran Murni Ch'an Buddhis Ajaran Murni Ch'an Buddhis

38

Pasang surut dan hubungan'kan berakhir. Mereka yang menyangkalnya takkan mengerti Bahwa murni ada dalam tak murni.

Ts'ao-shan tidak menerima perkataan Shih-shuang bahwa nyanyian naga bermakna riang, atau bahwa mata dalam tengkorak berarti kesadaran. Ajaran Shis-shuang dikenal sebagai K'u-mu Ch'an,"Ch'an dalam hutan kering." Siswa-siswanya selalu tidak ditidur di ranjang, tetapi duduk dalam meditasi di siang dan malam. Tapi esensi dari Ch'an tidaklah semata-mata dalam tanpa tindakan, tetapi juga tindakan yang mengungkapkan tanpa tindakan. Dengan demikian tanpa tindakan dan tindakan berbaur dan diidentifikasikan. Jadi, dalam hutan kering naga berdendang, dalam tengkorak mata bersinar: sama halnya denngan mengatakan bahwa li diidentifikasikan dengan shih. Oleh karena itu Ts'ao-shan berpendapat kemurnian diungkapkan melalui ketidakmurnian. Dengan perkataan lain, nyanyian naga merupakan manifestasi dari hutan kering. Tanpa lagunya, takkan akan ada ungkapan hutan kering. Keduanya secara timbal balilk diidentifikasikan: nyanyian naga. Dalam bahasa Hua-yen, li adalah shih dan shih adalah li.

Dalam karya Tung-shan sendiri Prasasti tentang Ch'an (Inscription on Ch'an), kita dapat membaca:

Dalam tindakan takkan ada kerja, Dalam tanpa tindakan terdapat pencerahan, Demikianlah li dan shih dengan jelas dipahami, Dan substansi dengan tindakan berbaur tanpa terhalangi. Inilah esensi Ch'an!

Dari pernyataan ini kita dapat melihat bagaimana Tung-shan menerapkan prinsip dasar dari solusi timbal balik tak terhalangi yang sempurna antara realitas dan penampilan,yang telah diilustrasikan oleh Fa-tsang dengan cerita singa emas.

Dalam filsafat Hua-Yen kita menemukan suatu struktur yang bahkan lebih kompleks dari hubungan antara satu dan banyak atau universalitas dan partikularitas. Adalah berkat penemuan cemerlang Fa-tsanglah yang menggunakan refleksi timbal balik dari sepuluh cermin sebagai ilustrasi. Dia meletakkan sepuluh cermin di atas, di bawah dan di sekeliling, semuanya menghadap saatu sama lain. Di tengah berdiri suatu patung Buddha yang terang. Refleksi dari setiap bayangan dipantulkan ke setiap cermin lainnya. Setiap cermin merefleksi bayangan dari refleksi cermin yang lain akan menghasilkan pencerminan lainnya yang tak terhingga. Satu cermin menerima sembilan cerminan lainnya; semua sembilan cermin lainnya pada saat yang sama juga menerima yang satu. Dalam perkataan lain, satu dalam semua dan semua dalam satu. Dalam Komentar pada Perenungan dari Dharmadhatu Tsung mi, kita mendapatkan formula:

Saat satu diserap oleh semua, satu menembus ke dalam semua. Saat semua diserap oleh satu, semua menembus ke dalam satu. Saat satu diserap oleh satu, satu menembus ke dalam satu. Saat semua diserap oleh semua, semua menmbus ke dalam semua.

Page 55: Ajaran Awal Buddhisme Ch'An

Persatuan Universalitas danPersatuan Universalitas danPersatuan Universalitas danPersatuan Universalitas dan Partikularitas Partikularitas Partikularitas Partikularitas

39

Ide interfusi inilah yang dinamakan shih shih yuanyung wu ai, atau solusi timbal balik sempurna yang tak terhalangi di antara partikularitas dengan partikularitas. Ia merupakan suatu interaksi dari semua daya dan semua unit yang tak terbatas sebagaimana ditulis dalam formula di atas. Secara intelek, ini merupakan suatu sumbangan yang besar terhadap pemikiran manusia. Namun adalah tidak mungkin mencapai pencerahan melalui sistematisasi dari spekulasi ini. Oleh karena itu master Ch'an Tung-shan Liang-chieh melakukan selangkah lebih lanjut dengan mengembangkan apa yang dinamakan wu wei p'ieng cheng, atau Lima Hubungan Antara Partikularitas dan Universalitas. Formula yang diberikan oleh Tung-shan adalah sebagai berikut:

1. cheng chung p'ien, atau partikularitas dalam universalitas 2. p'ien chung cheng, atau universalitas dalam partikularitas 3. cheng chung lai, ataupencerahan yang muncul dari universalitas.

4. p'ien chung chih, atau pencerahan yang timbul dari partikularitas-partikularitas2 5. chien chung tao, atau pencerahan yang dicapai di antara universalitas dan partikularitas Saat seoranng pendeta bertanya kepada Ts'ao-shan tentang arti wu wei

p'ien cheng, Ts'ao-shan menjelaskan: Cheng berarti dunia dari kehampaan, dalam mana tidak ada sesuatu dari

awalnya. P'ien berarti dunia perwujudan, yanng terdiri dari sepuluh ribuan bentuk dan bayangan. Cheng chung p'ien menunjukkan partikularitas dalam universalitas. P'ien chung cheng menunjuk pada universalitas dalam partikularitas. Chien adalah yang menanggapi secara diam-diam terhadap semua kondisi, namun tak melekat kepada satupun di anataranya. Ia bebas dari ketidakmurniaan dan kemurnian, partikularitas dan universalitas. Dengan demikian ia adalah Jalan agung dari Ch'an, ajaran sejati dari ketidakmelekatan.

Jika cheng, atau universalitas, merujuk pada kekosongan danp'ien, atau partikularitas, kepada kejadian-kejadian, hubungan wei pertama, cheng chung p'ien, berarti bahwa kejadian-kejadian obyektif berada dalam kekosongan, yang bebas dari penyelewengan/distorsi subyektif. Saat Ts'ao-shan mengungkapkannya, ia adalah pengungkapan dari keseluruhan keberadaan yang obyektif, bebas dari noda subyektif apapun. Dalam pao-ching san-mei, atau Samâdhi sebagai refleksi dari cermin pusaka, yang diwariskan selama beberapa generasi dalam Ts'ao-tung Tsung, kita membaca:

Sebagaimana salju terisi dalam sebuah cawan perak, dan sebagaimana seekor bangau putih berondok di bawah terang purnama, saat anda mengklasifikasikan mereka sebagai berbeda satu sama lain, mereka adalah sama dalam Sumber jika anda menyatukannya.

Perumpamaan "salju" dan"bangau putih" adalah lambang partikularitas, kejadian-kejadian obyektif. Simbol-simbol seperti "cawan perak" dan "terang purnama" menunjuk pada kekosongan atau universalitas. Adalah dalam dunia 2 Ini tidaklah dapat diartikan sebagai chien chung chih (dalam bahasa jepang ken chu shi), karrena

ia lain dari chien chung tao. Penyimpangan ini semuanya dikarenakan penyisipan kata cina chien sebagai ganti p'ien. Saat Ts'ao-shan menginterpretasikan filsafat Master Tung-shan tentang Lima hubungan, kata tersebut adalah berkenaan pro dan kontra dalam masalah ini. Komentar yang diberikan dalam Lin chien Lu oleh hung Chueh-fan secara khusus kelihatannya mendukung pien cheng chih sebagai merujuk pada interfusi antara partikularitas dan universalitas.

Page 56: Ajaran Awal Buddhisme Ch'An

Ajaran Murni Ch'an Buddhis Ajaran Murni Ch'an Buddhis Ajaran Murni Ch'an Buddhis Ajaran Murni Ch'an Buddhis

40

universalitas inilah partikularitas bersatu dan masuk ke Sumber. Hung-chih cheng-chio (1083-1159) memberikan ide yang sama di dalam suatu gatha:3

Burung putih lenyap dalam uap Arus musim panas nyatu dengan surga.

Saat kejadian obyektif tidak dikotori oleh suatu noda subyektif, ia bersatu dengan dunia kehampaan. Burung putih dan arus musim panas keduanya melambangkan kejadian obyektif yang tak ternoda, serta langit, sumber atau universalitas. Saat kita membaca karya sastra para master Ts'ao-tung kita segera mengetaui bahwa mereka mengikuti wei yang pertama, cheng chung p'ien, atau partikularitas dalam universalitas.

Wei yanng kedua adalah p'ien chung cheng, atau universalitas dalam partikularitas, yang dapat diilustrasikan oleh suatu sajak William Blake [ penyair aliran Romantis dan pelukis Inggris ].

Melihat dunia dalam sebutiran pasir Dan surga dalam liar Menggenggam nan tanpa sekuntum mawar telapak tanganmu Dan nan abadi dalam sesaat

Ide universalita yang merembes ke dalam partikularitas dikembangkan bahkan lebih lanjut oleh para Buddhis Ch'an, yang selalu melukiskan kekuatan realitas atau universalitas dalam ungkapan logis dan simbolis. Dalam Pao-ching san-mei kita juga melihat ungkapan sebagai berikut:

Saat lelaki kayu sedang berdendang, Sang perawan batu mulai menari. Ini tercapai takkan oleh kesadaran kita. Bagaimana dapat anda memikirkannya?

Melalui kekuatan universalitas bahkan si lelaki kayu mampu menyanyi dan sang perawan batu mampu menari. Sebenarnya, saat kita tak diberi makan oleh dunia kita, kita sama matinya seperti lelaki kayu dan perawan batu. Inilah fungsi dari p'ien chung cheng, atau universalitas dalam partikularitas.

Wei yang ketiga adalah cheng chung lai, atau pencerahan yang muncul dari universalitas. Penjelasan Ts'ao-shan adalah: "Arti dalam suatu kata berada dalam tanpa kata." Seorang pendeta pernah bertanya pada Master Chao-chou Ts'ung-shen jika anjing memiliki sifat Buddha atau tidak. Jawaban Chao-chou adalah "WU". Arti mula-mula wu adalah "tak memiliki," atau "kosong", atau "tanpa keberadaan." Tetapi menurut pengertian Buddhis Ch'an, tak satupun dari arti ini menyampaikan apa yang ada dalam pikiran Chao-chou. Ia hanyalah wu absolut suatu suku kata tanpa arti. Kedengarannya main-main, namun suara wu yang tak berati ini sebenarnya penuh arti. Saat Ta-hui Tsung-kao (1089-1163) menulis pada siswa nya Liu Yen-chung yang merupakan umat awan, beliau menasehatkannya untuk bermeditasi pada "wu" sebagaimana diberikan oleh Chao-chou dalam kung-annya karena dari wu absolut, atau cheng, atau universalitas, pencerahan akan muncul.

Dalam Dialog Tertulis Ch'an Master Ta-hui, kita menemukan kalimat di bawah ini:

3 Suatu gatha adalah suatu himne atau nyanyian doa bermantra, biasanya empat baris

panjangnya.

Page 57: Ajaran Awal Buddhisme Ch'An

Persatuan Universalitas danPersatuan Universalitas danPersatuan Universalitas danPersatuan Universalitas dan Partikularitas Partikularitas Partikularitas Partikularitas

41

Saat kebiasaan bergelisah muncul, janganlah berusaha untuk melenyapkannya dengan tekanan; tetapi pada saat yanng paling awal dari munculnya, bermeditasilah pada kung-an. Apakah seekor anjing memiliki sifat Buddha atau tidak?

Jawaban wu menunjukkan saat absolut ini, sama seperti saatnya ketika serpihan salju jatuh pada tungku yang sedang membara. Tak seorangpun yang dapat menyelamatkan salju itu betapapun kerasnya dia mencoba. Jadi saat seorang mulai bermeditasi pada wu dia membaurkan diirinya dalam dunia absolut dari wu, atau kehampaan; dan pencerahan akan muncul seketika.

Saat Hung-chih Cheng-chio ditanya,"Bagaimana bisa substansi itu kekurangan dalam realitas kemurniaan dan kekosongan?" "Adalah waktu asal di mana kehalusan masih belum membuat jejak apapun, dan saat pesan apapun masih belum disampaikan." Saat seseorang menyatukan pikiran-pikirannya dalam hal wu, dia akan terbawa ke pencerahan seketika. Inilah yang dinamakan cheng chung lai, atau pencerahan yang berasal dari universalitas.

Wei yang keempat adalah p'ien chung chih atau pencerahan dari partikularitas. Dalam kitab Tung-shan terdapat cerita bahwa saat Master Tung-shan melewati sungai dan melihat bayangannya tercermin, dia menjadi sadar. Dalam suatu gatha yang ditulis tentang pengalaman ini, dia berkata:

Saya bertemu dengannya kemanapun saya pergi. Dia sama seperti saya, Namun saya bukan dia! Hanya dengan pemahaman ini 'Kan anda kenali apa adanya anda.

Suatu bayangan adalah suatu bentuk obyektif yang konkrit. Saat seorang memahami realitas melalui obyektifitas, dia menjadi cerah. Jadi adalah dengan Master Tung-shan: saat dia melihat bayangannya terefleksi di dalam air, pikiranya segera terbuka dan dia mencapai pencerahan. Chu-shih selalu mengangkat satu jari, saat seorang siswa mencari Ch'an darinya. Beliau mengartikan bahwa saat dia mengangkat sebuah jari, keseluruhan dunia datang bersamanya. Saat Yun-men Wen-yen membawa tongkatnya dan menggulingkannya di tanah, dia berkata kepada para hadirin "Semua Buddha, tak terhngga jumlahnya seperti butiran-butiran pasir, berada di sini terlibat dalam perdebatan yang tak ada akhirnya." Saat Chao-chou ditanya tentang arti kedatangan Bodhidharma dari barat(India), jawabannya adalah ,"Pohon-pohon siprus di halaman kebun." Jawaban Tung-shan shou-ch'u terhadap pertanyaan yang sama adalah,"Tiga chin4 rami." Jawaban-jawaban ini adalah obyek atau kejadian biasa yang tidak memerlukan analisa intelektual atau pemahaman logis. Namun, obyektifitas ini, yang nampaknya tak berarti, dapat dengan seketika menjebol dinding kesadaran seseorang dan menembus ke relung pikirannya yang lebih dalam. Obyektifitas ini semuanya bertindak sebagai suatu kunci untuk membuka pikiran para sisiwa Ch'an. Kunci inilah

4 Chin adalah suatu unit pengukuran cina setara dengan ukuran pon di Barat. Biasanya satu chin

sama dengan enam belas ons.

Page 58: Ajaran Awal Buddhisme Ch'An

Ajaran Murni Ch'an Buddhis Ajaran Murni Ch'an Buddhis Ajaran Murni Ch'an Buddhis Ajaran Murni Ch'an Buddhis

42

yang dinamakan Tung-shan sebagai p'ien chung chih, pencerahan melalui partikularitas.

Wei yang kelima adalah chien chung tao, atau pencerahan yang dicapai di antara universalitas dan partikularitas. Interpretasi Ts'ao-shan adalah," Ia bukanlah kata atau tanpa kata." Pokoknya ia bebas dari kedunya, namun ia secara langsung menghantam sasarannya. Ilustrasi Ts'ao-shan atas wei ini adalah jawaban yang diberikan Yueh-shan kepada Yun-yen, yang tertulis dalam suatu khotbah dharma oleh masternya:

Saat Yueh-shan menggembara di pegunungan dengan Yun-yen, pedang yang dibawa Yueh-shan menimbulkan suara kelengkengan. Yun-yen menanyakannya," Darimana asal suara ini? Yueh-shan segera menarik pedangnya dan menghunuskannya seolah dia akan membelah sesuatu.Master tung-shan mengutip cerita ini danberkata kepada para hadirin ," Lihat ini. Yueh-shan memaparkan Ch'an melalui tindakannya. Siswa-siswa zaman ini haruslah mengerti Realitas Hakiki dan mencoba mengalaminya melalui kesadaran diri."

Ini sebenarnya, sebagaimana Ts'ao-shan tunjukkan, adalah pendekatan langsung terhadap Ch'an, yang bebas dari ungkapan kata dan keheningan.

Di bawah ini terdapat suatu contoh penerapan chien chung tao, pendekatan wei kelima terhadap Ch'an oleh Tung-shan sendiri. Pernah sekali seorang bhikkhu bertanya pada sang master,"Saat seekor ular menelan katak, akankah kamu menolong hidup sang katak atau tidak?" Master menjawab,"Jika anda menyelamatkannya, hal itu berarti kedua matamu buta. Jika anda tak menolongnya, itu berarti badan atau bayanganmu tak nampak." Melalui kedalaman ungkapan yang aneh ini, pengalaman batiniah Tung-shan terpaparkan. Dia bebas dari menyelamatkan hidup katak dantidak menyelamatkannya. Jawabannya mengikuti pendekatan chien chung tao.

Di tahun 961, saat saya bermakan malam dengan Roshi Yamada Mumon dalam kuil Myoshinji, beberapa kepingan roti kering jatuh ke lantai, dan semut-semut segera bekerja sama mengangkut pergi makanan tersebut, namun tetap saja mereka bekerja. Jadi saya menanyakannya,"Semut-semut kita begitu getolnya mengumpilkan persediaan mereka. Berkeinginankah mereka atau tidak? Roshi tersenyum danmenjawab,"Tanyalah semut-semut itu!" Dia bebas dari penegasan dan sangkalan atas pertanyaan tersebut. Dengan demikian jawabannya sesuai dengan wei kelima Tung-shan.

Sebagai tambahan terhadap wu wei p'ien cheng, atau Lima Hubungan Antara Partikularitas dan Universalitas, Tung-shan Liang-chieh lebih lanjut mengembangkan wu wei kung hsun, atau Lima Tingkat pencapaian, yang erat hubungannya denganformula-formula terdahulu. Jadi ajaran Dharmadhatu ini adalah aplikasi lain dari Rangkap Empat yang dipaparkan aliran Hua-yen.

1. hsiang, atau subyektifitas 2. feng, atau obyektifitas 3. kung, atau tanpa tindakan (darimana tindakan muncul) 4. kong kung, atau gabungan antara tindakan dan tanpa tindakan 5. kung-kung, atau kebebasan absolut dari tindakan dan tanpa tindakan Kedua tingkat pertama termasuk dunia shih Hua-yen; dan komentar-

komentar Ch'an Buddhis mengidentifikasikan kedua tingkat ini sebagai

Page 59: Ajaran Awal Buddhisme Ch'An

Persatuan Universalitas danPersatuan Universalitas danPersatuan Universalitas danPersatuan Universalitas dan Partikularitas Partikularitas Partikularitas Partikularitas

43

universalitas dalam partikularitas dan partikularitas dalam universalitas. Tingkat yang ketiga, kung, dijelaskan oleh Tung-shan sendiri sebagai"Yang dilambangkan dengan melemparkan cangkulnya." Beliau selanjutnya mengatakan:"Dia berhenti bekerja untuk duduk dengan tenanng dan dia memiliki waktu senggangnya dikedalaman awan putih." ini secara nyata menunjukkan tanpa tindakan. tingkat yang keempat, kong-kung, ditafsirkan oleh Ta-hui Tsung-kao:"Tanpa tindakan beridentifikasikandengan tindakan; dan tindakan beridentifikasikan dengan dunia gabungan antara li dan shih. Tingkat kelima,kung-kung, menunjukkan kebebasan sempurna dari subyektifita, sebagaimana Master Chia-shan pernah berkata:"Dalam diriku tidak ada Chia-shan[subyektifitas]; didepan saya tak ada pendeta[obyektifitas];." Inilah dunia solusi timbal balik yang sempurna antara shih dan shih menurut Ta-hui Tsung-kao dan lainnya.

Kita telah mendiskusikan Empat Rangkap Dharmadhatu yang diajarkan para master Hua-yen didepan dan juga Lima Hubungan Anatara Universalitas dan Partikularitas juga Lima Tingkat Pencapaian yang diajarkan master-master Ts'ao-tung. Kita telah melihat ilustrasi dari setiap formula ini dan memperhatikan kemajuan yang dibawa Tung-shan. Barangkali bagan dihalaman di bawah dapat membantu kita memahami dengan lebih jelas hubungan esensial antara Ts'ao-tung dengan dan Hua-yen dan hubungan antara kedua formula Dharmadhatu Tung-shan serta Rangkap Empat Hua-yen, dan karenanya membantu suatu pemahaman yang lebih baik atas Ch'an

Menurut aliran Ts'ao-tung, cheng chung lai merujuk kepada "arti kata yang berada dalam tanpa kata." Ini berarti bahwa pikiran yanng cerah timbul dari kekosongan. Oleh karena itu tanpa tindakan sama dengan kekosongan sebagimana Lima Tingkat Pencapaian yang ditunjukkan dihalaman ....., maka dari tanpa tindakan muncul tindakan.

Teori pencerahan pikiran ini selalu dikritik oleh aliran Lin-chi, yang menentang ide meditasi semata. Sebagaimana ditunjukkan dalam gambar di bawah ini, sebagi contohnya, Wan-ju T'ung-che mengajarkan bahwa dia yang berada di puncak pegunungan yang terpencil masih harus diberikan tiga puluh pukulan. Namun para master Ts'ao-tung, seperti Hung-chih cheng-chio, master terkemuka dari aliran ini yang hidup di abad ke-12, mengajarkan bahwa meditasi adalah pendekatan dasar terhadap pencerahan, dan adalah Hung-chih-yang mendirikan aliran Pencerahan Hening (School Silent Ilumination). Pada saat yang sama, lawannya, Ta-hui Tsung-kao, lebih menyukai disiplin latihan kung-an dan menentang pendekatan-pendekatan pencerahan hening, walau bagaimanapun dia menasehatkan siswa-siswanya untuk bermeditasi terhadap wu absolut sebagi suatu cara menuju pencerahan, seperti yang telah disebutkan sebelumnya.

Marilah kita terlebih dahulu meninjau secara singkat tentang Pencerahan Hening. Di bawah ini terdapat kata-kata Cheng-chio sendiri, yang diterjemahkan dari Hung-chih Ch'an-shih K'uang-lu, atau Catatan Ekstensif dari Master Ch'an Hung-chih, bagian 6:

Page 60: Ajaran Awal Buddhisme Ch'An

Ajaran Murni Ch'an Buddhis Ajaran Murni Ch'an Buddhis Ajaran Murni Ch'an Buddhis Ajaran Murni Ch'an Buddhis

44

Dalam belajar menjadi seorang Buddha, dan dalam mencari esensi di dalam ajaran aliaran kita, manusia haruslah memurnikan pikirannya dan membiarkan semangatnya untuk menembus kedalaman. Dengan demikian dia'kan mampu mengembara secara hening dalam dirinya di saat perenungan, dan dia'kan melihat secara jelas asal usul dari segala hal, yang tak terhalangi oleh apapun, bahkan tidak oleh sekeping bijih mostar(mustard) atau seuntai rambutpun. Pikirannya tak terbatas dan tak berbentuk, persis seperti air murni yang mengandung esensi musim panas. Ia putih berkilauan dan terang benderang dalam cara yang sama dengan sinar bulan yang membalut kelap malam. Di saat absolut itulah disana terdapat iluminasi tanpa kegelapan; di sanalah transparansi yang bebas dari noda. Itulah apa adanya, yang secara absolut hening dan mencerahkan. Saat ia hening, ini bukanlah anihilasi penghapusan dari sebab dan akibat; saat ia mencerahkan, ini bukanlah pencerminan obyektif. Ia hanyalah cahaya murni dan ketenangan sempurna yang berlanjut hingga tanpa akhirnya. Menjadi tak bergerak namun bebas dari kekaburan; diam namun sadar diri. Saat sesorang dengan mantapnya memasuki kedalaman, vas kristal [pikiran] dengan bebasnya berputar dan berbalik. Melalui satu perubahan arah dari daya-daya gerak dia melibatkan dirinya dalam semua hubungan-hubungan duniawi.

Semua situasi dunia dan aneka ragam perwujudannya hanyalah diciptakan oleh diri seseorang. Saat saya dan keempat unsur dari semua hal adalah berasal dari sumber yang sama, disana takkan ada halangan apapun terhadap persatuan kita, dan dengan segera kita semua bebas menafsir, manusia dan segalanya adalah tak dibedakan. Diri dan lainnya tak dimengerti sebagai berbeda sebagaimana namanya. Ditengah dunia yang dapat dilihat dan didengar kita terpaut dalam setiap kejadian yang berangkai, tetapi kita metransendennya secara riang dan anggun. Oleh karena itu kita ytakkan disana takkan ada gunung penghalang dan sungai pemisah; cahaya terang menembus segenap penjuru dunia. Inilah apa yang harus kita sadari dan pahami.

Dalam catatan ini Hung-chih mengajarkan bahwa manusia yang cerah berhubungan dengan masalah-masalah duna dan setiap kejadian setiap harinya. Namun, ditengah-tengah hubungan duniawi, dia bebas dari keterikatan dan metransendensinya. Dengan demikian masalah-masalah duniawi bukanlah lagi halangan baginya. Untuk mencapai integritas mental yang demikian, manusia memulai dengan latihan iluminasi hening. Dengan perkataan lain, melalui meditasi dia mencapai pencerahan. Inilah titik esensial dalam ajaran aliran Ts'ao-tung. Apa yang dikatakan Hung-chih dalam khotbah darmanya adalah esensil dari ajaran ini. Untuk memahami khotbahnya, haruslah kita pertama-tama memahami ajarannya tentang meditasi. Terjemahan "Nasehat tentang Duduk Meditasi " dan "Prassati pada Ruang Bahagia dalam Kemurniaan" berikut ini dapat membuka jalan menuju pengertian iluminasi hening.

Nasehat tentang Duduk Meditasi

Inilah inti dari semua ajaran para Buddha, Dan inti dari semua yang diajarkan para sesepuh: Pemahaman haruyslah bebas dari yang nyata Pencerahan haruslah dicapai tanpa sebab. Yang dipahami, bebas dari yang nyata, adalah tak terlihat. Yang dicerahkan, tanpa sebab, menjadi keajaiban.

Page 61: Ajaran Awal Buddhisme Ch'An

Persatuan Universalitas danPersatuan Universalitas danPersatuan Universalitas danPersatuan Universalitas dan Partikularitas Partikularitas Partikularitas Partikularitas

45

Saat pemahaman tak terlihat, itulah kesadaran tanpa beda. Saat pencerahan menjadi keajaiban, itulah pencerahan seketika. Kesadaran tanpa beda adalah kewaspadaan Yang Maha Mutlak yang melampaui dwi ejawantah duniawi. Pencerahan seketika adalah sinar yang menerangi diri. Murni airnya dan jernih pula ianya, dimana ikan berdayung rambat, almban

di dalamnya. Tak bertepi langitnya dimana burung-burung beterbangan menghilang,

kabur dalam nan tak telihat. Disini Master Hung-chih memberikan suatu gambaran singkat tentang arti

pencerahan hening dan cara mencapainya. Hanya dalam selusinan baris beliau menyimpulkan filsafatnya tentang kesadaran rohaniah yang bebas dari obyektifitas dan pencerahan yang bebas sebab akibat, yang bertindak sebagai dasar dari pencerahan seketika. "Ikan" menunjukkan aliran cahaya, dan "burung" melambangkan pikiran-pikiran kosong yang dicerahkan pada akhirnya. Paragraf terdahulu pencerahan melalui meditasi, namun paragraf berikutnya memaparkan cara untuk mengalaminya sendiri.

Prasasti pada Ruang Bahagia dalam Kemurnian

Untuk mencari dengan mata atau telinga, Ini sebenarnya jalan yang salah untuk ditempuh. Sumber yang memndalam dari kebahagiaan rohani. Adalah kebahagiaan mutlak dari kemurniaannya. Saat murni adalah mutlak, Disanalah saya miliki kebahagiaan. Murni dan bahagia mendukung satu sama lain Sebagaimana minyak pertahankan nyalaan api. Kebahagiaan dari Diri adalah tak terbatas, Dan kemurniaan mutlak adalah tak bertepi. Itulah kejernihan tanpa bentuk, Dan kesadaran yang mencerahkan ruang hampa Ruang hampa adalah kekosongan. Bukan keberadaan atau tidak bukan keberadaan; Namun ia dengan perlahan menyenyuh potensi rohani Dan dengan lembut memutar pada sumbu mistis. Saat sumbu mistis diputar Sinar asli secara ajaib terpantul. Karena tak ada yang mengotori pikiran, Bagaimana dapat ia ditentukan dengan ungkapan kata? Siapa dia yang sadar akan ini? Jelasnya ialah kesadaran diri, Dengan sempurna dan luas itulah kesadaran dirinya, Yang lain dari penmikiran intelek Karena ia tak terpaut dengan akal. Ia hanyalah seperti salju yang bersinar pada kuntum putih dari daun ilalang Demikianlah ia menjadi pencerahan nyata Tanpa batas dan hampa, terang dan jernih.

Saat kita mengerti tentang proses dari iluminasi hening, kita dapat memahami khotbah Master Hung-chih:

Page 62: Ajaran Awal Buddhisme Ch'An

Ajaran Murni Ch'an Buddhis Ajaran Murni Ch'an Buddhis Ajaran Murni Ch'an Buddhis Ajaran Murni Ch'an Buddhis

46

Biarkanlah layar digantung pada kamar kuning; Dan siapa'kan membawa pesan kedalam dan keluar? Biarkanlah tirai dari sutera unggu digabung bersama, Dan semua mutiara berkilauaan akan terpencar dikedalaman Momen hakiki tak tercapai dengan penglihatan dan pendengaran; Atau terungkapkan dalam kata Bagaimanakah berita dapat dikirim ke sana? Saat kegelapan secara perlahan menuju ke cahaya subuh, Hembusan Anda kan muncul dari kilauannya musim semi Ini yang ingin kutunnjukkan padamu dengan sebuah senyum.

Dan khotbah yang lain, juga suatu pernyataan simbolis, sebagian berbunyi: Saat di sisi perahu tua Hembusan angin dan cahaya rembulan dingin dan murni, Kapal gelap melaju ke suatu dunia terang.

Kedua syair pilihan ini dapat dimengerti jika kikta menyadari bahwa keduanya adalah penjelasan tentang meditasi yang merubah kegelapan menjadi iluminasi. "Layar" diturunkan dan "tirai-tirai" ditarik bersama, yang berarti kegelapan; taburan "mutiara berkilauan" melambangkan pencerahan. Jadi benarlah bahwa "Kapal gelap melaju ke suatu dunia terang." Dunia terang ini tepatnya seperti yang diungkapkan Master Lin-chi dalam gatha terakhirnya:

Saat dibawa arus tak berakhir anda tanya mengapa Pencerahan nyata yang terbatas adalah jawabnya.

Dari kedua master terkemuka Ch'an Buddhisme, dari aliran Ts'ao-tung (Soto5) dan Lin-chi (Rinzai), telah mencapai tingkatan yang tertinggi, walaupun proses yang mereka gunakan berbeda. Saat saya sedang memusatkan diri dalam terjemahan riwayat hidup Master Hung-chih, saya bertanya pada Rinzai Zen Asahina Sogen, guru besar dari Engakuji di Kamakkura, apakah beliau berpendapat bahwa iluminasi hening yang diajarkan oleh aliran Soto adalah tingkatan pencerahan yang tertinggi. Jawabannya adalah,"Ya, itulah [yang tertinggi]" Tapi beliau menekankan bahwa pencerahan tersebut haruslah murni. Dengan demikian sebenarnya tujuan aliranTs'ao-tung adalah sama dengan tujuan aliran Lin-chi. Perbedaanya hanyalah terletak pada pendekatan mereka.

5 Di tahun 1224, Dogen datang dari Jepang ke vihara Ching-te di Gunung T'ien-tung untuk

mempelajari Ch'an di bawah bimbingan Ju-ching, siswa Hung chih Cheng-chio. Sekembali ke Jepang di tahun 1228, dia mendirikan aliran Soto Zen di sana. Sumbangannya terhadap filsafat Zen aggak berbeda dari ajaran Tung-shan dan Hung-chin.

Page 63: Ajaran Awal Buddhisme Ch'An

47

TTTTUNGUNGUNGUNG----SSSSHAN HAN HAN HAN LLLLIANGIANGIANGIANG----CCCCHIEH HIEH HIEH HIEH (807-869)

"Dia Sama Dengan Saya, Tapi Saya Bukanlah Dia!" ( DARI TRANSMISI LAMPU, CHUAN 15 )

Master Ch'an Tung-Shan Liang-Chieh dari Yun-Chou1 adalah penduduk asli Kuai-chi.2 Nama aslinya adalah Yu. Di masa kanak-kanaknya, saat mempelajari Prajñâ paramita-hridaya Sutra dengan gurunya, dia bertanya padanya tentang arti "guna yang tak berakar."3 Dengan terperanjat, gurunya berkata," Saya bukanlah gurumu yang tepat." Diapun menasehatkannya untuk pergi ke Gunung Wu-hsieh untuk diasuh master Ch'an Ling-mo. Pada umur dua puluh satu, Liang-chieh ditabhiskan di Gunung Sung. Setelah itu dia bertualang menjelajahi seluruh penjuru negeri Cina. Master pertama yang dikunjunginya adalah Nan-Chu'an, dan kebetulan di saat itu Sang master sedang mengadakan upacara tahunan untuk memperingati kematian Ma-tsu.4 Nan-ch'uan berkata,"Saat kita menyajikan makanan bagi master Ma-tsu besok, saya benar-benar kepingin tahu jika dia akan datang memakannya." Tak seorangpun dari pendeta-pendeta itu menjawab, namun Liang-chieh melangkah ke depan dan berkata," segera dia memiliki teman dia akan datang." Mendengar perkataannya, Nan-ch'uan memujinya: "Walau anak ini masih muda, dia pantas dilatih." Liang-chieh menjawabnya, Master, anda tidaklah haruslah memperbudak orang mulia."

Setelah mengunjungi Nan-ch'uan, Liang-chieh berangkat menemui master Kuei-shan dan berkata padanya," saya baru mendengar bahwa Dharma5

1 Sekarang kota Kao-an disebelah utara propinsi Kiangsi. 2 Dalam teks aslinya biasanya dilafal hui, yang berarti "bertemu," atau suatu masyarakat, tetapi

diucap kuai saat ia merujuk pada kota kuno Kuai-chi, sekarang ini shao-hing di sebelah timur laut prropinsi Chekiang.

3 Dalam bahasa Sanskrit guna berarti "suatu unsur kedua"; dalam bahasa Cina, artinya adalah "debu yang mengotori pikiran murni."

4 Adalah adat kebiasaan cina untuk melaksanakan suatu upacara peringatan kematian seseorang setiap tahunnya.

5 Dharma digunakan secara bervariasi untuk mengartikan kebenaran, doktrin, oyek, substansi, eksistensi dan sebagainya.

Page 64: Ajaran Awal Buddhisme Ch'An

Ajaran Murni Ch'an Buddhis Ajaran Murni Ch'an Buddhis Ajaran Murni Ch'an Buddhis Ajaran Murni Ch'an Buddhis

48

mungkin juga diajarkan pada benda-benda tak bernyawa dan ini yang dipraktekkan Guru Nasional Nan-Yang Hui-chung. Saya masih belum mengerti arti sebenarnya dari hal ini." Liang-chieh kemudian mendesak Kuei-shan menerangkannya. Kuei-shan berkata, "Mulutku, yang saya wariskan dari kedua orang tuaku, tak berani berujar sepatah katapun." Namun Liang-chieh mendesak terus: "Apakah ada orang lain selain anda yang juga mengabdikan dirinya terhadap ajaran ini?"

Kuei-shan menjawab, "Saat anda meninggalkan tempat ini dan menuju ke suatu daerah yang terdapat ruangan batu6 yang saling berhubungan, anda akan menemukan master Yun-Yrn di sana. Jika anda tidak keberatan atas segala kesulitan untuk mendaki ke tempatnya, dialah orangnya yang akan anda hormati."

Saat Liang-chieh datang menemui Yun-Yen, dia bertanya kepadanya, "Jenis manusia apa yang mampu mendengar ajaran Dharma melalui benda mati?" Yun-Yen menjawab, "Dharma yang diajarkan oleh benda mati akan didengarkan benda mati." Liang-chieh bertanya, "Dapatkah anda mendengarnya?" Master Yun-Yen berkata, "Jika saya mendengarnya, anda tidak, sekarang saya sedang mengajarkan Dharma itu." Liang-chieh membalas ucapannya, "Jikakalau demikian, berarti saya tidak mendengar anda mengajarkan Dharma tersebut." Master Yun-Yen menantangnya: "Saat saya mengajarkan Dharma, bahkan anda tidak mendengarnya. Bagaimana dapat anda harapkan untuk diajari benda mati?" Setelah saat itulah Liang-chieh menggubah sebuah gatha, dan mempersembahkannya pada Yun-Yen.

Aneh memang! Memang aneh! Dharma ajaran benda mati tak kepikirin, Dengar pakai telinga anda takkan ngerti; Tapi anda'kan paham berkat nguping pakai mata.

Sehabis mempersembahkan gathanya, Liang-chieh berpamitan pada Yun-Yen, yang bertanya padanya:

"Kemana'kah anda pergi?" "Walau saya tinggalkan anda, saya tak tahu di mana pemberhentian saya?"

jawabLiang-chieh. "Tidakkah anda menuju kearah selatan dari Danau?" tanya Yun-Yen. "Tidak!" kata Liang-chieh. "Akankah anda balik ke kampung halamanmu nantinya? tanyaYun-Yen. Jawaban Liang-chieh sekali lagi "Tidak". Kemudian Yun-Yen berlanjut,

"Kembalilah segera." "Saat anda menjadi kepala kuil,7 saya akan balik kembali padamu," jawab

Liang-chieh. "Setelah berpisah denganmu, akan sulit bagi kita untuk bertemu lagi."

6 Menurut Catatan Menunjuk Pada Bulan, ruangan-ruangan batu ini terdapat di Yuhsien dari Liling

di propinsi Hunan. 7 Chu, dalam literatur ch'an, berarti menjadi rahib dari suatu kuil.

Page 65: Ajaran Awal Buddhisme Ch'An

TUNGTUNGTUNGTUNG----SHAN LIANGSHAN LIANGSHAN LIANGSHAN LIANG----CHIEH CHIEH CHIEH CHIEH

49

"Akan sulit bagi kita untuk tidak bertemu lagi," jawab Liang-chieh. "Sehabis anda mati, bagaimana dapat saya menjawab orang jika dia inginkan saya jelaskan tentang anda?

"Katakanlah padanya,'Inilah!' " Yun-Yen jawab. Liang-chieh diam sejenak. Kemudian Yun-Yen berkata padanya, "Anda harus sangat berhati-hati karena anda sedang bawa persolan besar ini."

Liang-chieh masih bingung. Di kemudian hari, ketika dia sedang melewati sungai dan saat itu melihat bayangannya dipermukaan air, dia tiba-tiba saja mengerti ajaran Yun-Yen.

Demikianlah ceritanya samapai dia mengubah gatha berikut ini: Anda tidaklah harus mencari melalui yang lain, Kalau tak ingin kebenaran meleset lebih jauh darimu. Saat sendirian saya melanjut melalui diriku, Saya bersua dengannya ke manapun saya tapak. Dia sama saja dengan saya, Tapi saya bukanlah dia! Hanya dengan paham ini,

'Kan anda kenali tathata.8 Hari berikutnya, saat mempersembahkan makanan di depan gambar

Master Yun-Yen, seorang bhikkhu bertanya pada master Liang-chieh: "Tidaklah [gambar] ini yang dimaksudkan almarhum master kita saat

beliau berkata 'Inilah!' " "Ya, itulah!" Master Liang-chieh menjawab. "Apa artinya 'Inilah' saat master Yun-Yen mengatakannya "Saya hampir salah paham saat beliau mengujarnya," jawab Sang Master. "Saya ragu jika almarhum Master memahami kebenaran," lanjut si

bhikkhu. "Jika dia tidak tahu 'Inilah', bagaimana dapat ia katakan 'Inilah'? Jika dia

benar-benar tahu 'Inilah', bagaimana dapat ia katakan 'Inilah'? " kata Master Liang-chieh.

Di Le-t'an, Master Liang-chieh mengahdiri khotbah Yang Mulia Bhikkhu Ch'u. "Hebat memang!" Ch'u berkata pada para hadirin. Hebat memang! Betapa luasnya ajaran Agama buddha dan Tao!" Master Liang-chieh memberikan tanggapannya: "Soal Buddhisme dan Taoisme, marilah kita kesampingkan dulu sejenak. Dapatkah anda beritahukan saya jenis orang yang berbicara tentang Buddhisme dan Taoisme?

Tolong berikan saya jawaban yang sederhana. "Ch'u menjawab, "Jika anda ingin berdebat denganku, anda takkan mendapat pemahaman apapun." Terhadap jawaban ini Master Liang-chieh berkata: "Anda masih belum berujar sepatah katapun. Apa yang anda maksudkan dengan tidak ada apapun yang dapat diperoleh dari perdebatan?" Ch'u tidak menjawab. Master Liang-chieh melanjut, "Perbedaan Buddhisme dan Taoisme hanyalah dalam soal 8 Tathata berarti hal-hal sebagimana adanya dalam realitas absolut. Kata ini biasanya digunakan

untuk mengartikan "Yang demikian" (suchness) atau "Sedemikianlah" (thusness).

Page 66: Ajaran Awal Buddhisme Ch'An

Ajaran Murni Ch'an Buddhis Ajaran Murni Ch'an Buddhis Ajaran Murni Ch'an Buddhis Ajaran Murni Ch'an Buddhis

50

namanya. Tidak haruskah kita mengemukakan ajaran-ajarannya?" Ch'u jawab, "Ajaran apa yang ingin anda diskusikan?" Master Liang-chieh memberikan ilustrasinya melalui suatu kutipan: "Saat ide diperoleh, kata terlupakan."

Ch'u menantangnya sambil berkata, "Anda membiarkan ajaran itu menodai pikiranmu." Sang Master kemudian berkata,"Berapa banyak lagi'kan anda nodai pikiranmu dengan berkata tentang agama Buddha dan Tao!" Kono khabarnya Yang Mulia Bhikkhu Ch'u meninggal karena tantangan ini.

Pada akhir masa pemerintahan Ta-chung [847-859], Master Liang-chieh menerima siswa-siswanya dan mengajarkan mereka di Gunung Hsin-feng. Setelah itu ajaran-ajarannya tersebar luas di Tung-shan [Gunung Tung] di daerah Kao-an di Yu-chang.9 Suatu hari, saat Sang Master sedang mengadakan peringatan tahunan atas kematian Master Yun-Yen, seorang bhikkhu bertanya padanya:

"Bimbingan apa yang anda peroleh dari Master Yun-Yen?" "Walau saya berada disana bersamanya, dia tidak memberikan bimbingan

apapun pada saya," jawab Sang Master. "Kalau begitu, mengapa anda mengadakan upacara peringatan untuknya?"

masih desak si bhikkhu. "Walau demikian, bagaimana bisa saya tidak mematuhinya?" Sang Master

memberi alasan. "Anda menjadi terkenal setelah anda mengunjungi Nan-chuan. Mengapa

anda melaksanakan upacara kepada Yun-Yen? si bhikkhu ssemakin menekan. "Bukanlah untuk karakter moralnya atau ajaran Dharma hingga saya

menghormatinya. Apa yang saya anggap penting adalah dia tidak pernah memberitahukan segala sesuatunya kepada saya secara terbuka," kata Sang Master.

Sekali lagi upacara peringatan yang sama juga membuat bhikkhu lainnya bertanya:

"Master! Anda mengadakan peringatan kematian bagi almarhum Master Yun-Yen. Apakah anda setuju dengan apa yang dia katakan padamu?"

"Setengah setuju dan setengah tidak!" jawab Sang Master. "Kenapa tidak anda setuju sepenuhnya dengan beliau?" lanjut si bhikkhu. "Jika saya sepenuhnya setuju dengan beliau, saya tak tahu berterimakasih

dengan beliau," jawab Sang Master. Seorang bhikkhu bertanya, "Bagaimana saya dapat lihat guru anda yang

sebenarnya?" "Jika dua orang berumur sama, maka tak ada halangan di antaranya,"

jawab Sang Master. Bhikkhu yang kebingungan itu mencoba bertanya tentang hal ini. Sang

Master berkata padanya, "Jangan melacak langkah-langkah terdahulu, tapi ajukanlah pertanyaan yang lain." Bhikkhu tersebut tidak menjawab. Yun-ch'u [siswa lainnya] kemudian menjawab: "Menurut anda, saya tak dapat melihat guru anda yang sebenarnya." Sang Master kemudian melanjutkan: "Adakah 9 Suatu kota di belahan utara Propinsi Kiabgsi.

Page 67: Ajaran Awal Buddhisme Ch'An

TUNGTUNGTUNGTUNG----SHAN LIANGSHAN LIANGSHAN LIANGSHAN LIANG----CHIEH CHIEH CHIEH CHIEH

51

mereka yang tak tahu berterima kasih pada Empat Kebajikan10 dan Tiga Keberadaan?"11 Jika dia tidak mengerti artinya, bagaimana dapat dia bebas dari penderitaan awal dan akhir kehidupan? Setiap pikiran yang dia miliki dalam pikirannya harus bebas dari kemelekatan pada tempat tinggalnya. Saat dia terus menerus berada dddalam cara yang demikian tanpa interupsi, dia akan tertutup terhadap jawabannya."

Saat Sang Master menanyakan seorang pendeta darimana dia berasal, jawabannya adalah: "Saya datang setelah bertualang dari gunung ke gunung."

"Sudahkah anda mencapai puncaknya?" tanya Sang Master. "Ya, saya telah mencapainya," jawab si pendeta. "Adakah seseorang di sana?" berkata Sang Master. "Tidak, tak ada seorangpun di sana," jawab si pendeta. "Kalau begitu, berarti anda masih belum mencapai puncaknya," kata Sang

Master. "Jika saya belum mencapai puncaknya, bagaimana dapat saya tahu tidak

ada seorangpun disana?" bantah si pendeta. "Lantas, mengapa anda tidak menetap di sana?" kata Sang Master. "Saya tidak keberatan menetap di sana tapi ada seseorang di Langit Barat12

yang tak mengijinkan saya," jawab si pendeta. Master berkata pada biarawan T'ai, "Ada sesuatu yang ke atas mendukung

langit dan ke bawah menopang bumi. Ia secara terus-menerus berada dalam tindakan dan sehitam ter. Adakah yang salah dalam ini?"

"Kesalahannya ada dalam tindakannya," jawab si biarawan. "Pergi!" jerit Master. Ada orang yang bertanya pada Master tentang arti Bodhidharma datang

dari Barat. Master menjawab: "Ia sebesar badak yang culanya selalu menakutkan anak-anak ayam." Master bertanya pada Hsueh-feng dari mana [perguruan mana] dia datang.

Hsueh-feng menjawab, "Saya berasal dari Tien-t'ai." "Pernahkah anda melihat Master Chih-i?"13 lanjut Master. "I-ts'un [Hsueh-feng] pantas dihantam dengan batangan besi,"

jawabHsueh-feng. 10 "Empat Kebajikan": a. kebajikan dari orang tua; b. kebajikan dari semua makhluk hidup; c. kebajikan dari penguasa; d. kebajikan dari TRi Ratna (Buddha,Dharma, Sangha). 11 "Tiga Eksistensi": a. jasmani dan pikiran saat ini; b. keadaan masa mendatang; c. keadaan perantaraan diantara kematian dan reinkarnasi. 12 Ini menunjuk Buddha di India. 13 Chih-i (531-597) merupakan pendiri aliran T'ien-t'ai di Cina. Karena Hsueh-feng dilahirkan lebih

dua ratus tahun setelah Chih-i, dia tidaklah mungkin bertemu Chih-i saat dia mengunjungi T'ien-t'ai.

Page 68: Ajaran Awal Buddhisme Ch'An

Ajaran Murni Ch'an Buddhis Ajaran Murni Ch'an Buddhis Ajaran Murni Ch'an Buddhis Ajaran Murni Ch'an Buddhis

52

Seorang pendeta bertanya pada Master, "Saat seekor ular menelan seekor katak, haruuskah anda menyelamatkannyya atau tidak?"

Master menjawab, "Jika anda selamatkannya berarti kedua matamu buta. Jika anda tidak, berarti badan dan bayanganmu tak kelihatan."

Seorang pendeta maju mengajukan suatu pertanyaan, dan kemudian balik kekumpulan para hadirin. Oleh karena tak ada lampu yang dinyalakan malam itu, Master meminta yang salah seorang hadiran untuk menyalakannya dan kemudian memanggil salah seorang si penanya ke depan. Si pendeta melangkah maju kehadapannya. Master berkata, "Berikan orang ini tiga ons tepung." Si pendeta menyapu lengannya dan pergi. Sejak saat itu dia mencari cerah. Selanjutnya dia menjual semua miliknya dan menawarkan makanan untuk disumbangkan di kuil tersebut. Tiga tahun kemudian si pendeta berpamit pada master yang berkata padanya. "Hati-hatilah dengan apa yang kamu kerjakan!" Di saat wawancara tersebut Hsueh-feng berdiri di sisi Sang Master dan berkata, "Pendeyta ini meninggalkanmu. Kapan dia akan balik kemari?" Mastermenjawab, "Dia tahu cara untuk pergi, tapi dia tak tahu caranya untuk kembali." Sementara itu, sipendeta telah balik kembali ke aula, dan di sana, duduk di samping jubah dan mangkuknya, dan mati. Setelah itu Hsueh-feng melaporkan kejadian tentang si pendeta yang tekun itu pada Sang Master, yang menngomentarinya sebagai berikut:

"Walau dia telah menunjukkan pengabdian yang demikian kepada kita, itu masihlah sangat jauh dari pelajaran 'tiga kehidupan'14 yang saya ikuti untuk mencapai keBuddhaan."

Pernah sekali Hsueh-feng pergi mengunjungi Master, yang berkata padanya:

"Jika anda ingin masuk ke dalam anda harus katakan sesuatu. Anda tak dapat anggap anda telah masuk."

"I-ts'un tak bermulut," jawab Hsueh-feng. "Lupakan mulutmu, balikkan matamu oada saya, " sahut Master. Hsueh-

feng tak menjawab atas pernyataan. Master bertanya pada seorang pendeta darimana dia berasal. Si pendeta

menjawab dia datang dari Pagoda Sesepuh Ketiga. Master berkata: "Anda datang dari sesepuh. Untuk apa lagi anda ingin temuin saya?" "Untuk Sang Sesepuh, beliau hidup lain dari kita, tapi anda dan saya hidup

dalam dunia yang sama," jawab Si pendeta. "Mungkinkah bagi saya untuk melihat gurumu yang sebarnya? tanya

SiMaster. "Itu hanya mungkin jika Dirimu telah terungkapkan," jawab sipendeta. "Tepat sejenak yang lalu saya tidak dalam diriku untuk sebentar," kata

Master. Yun-chu bertanya arti kedatangan Bodhidharma ke Cina dari Barat. Master

menjawab:

14 Jalur "tiga kehidupan" berarti pencapaian kebuddhaan melalui tiga tahap kehidupan, dahulu,

sekarang dan masa depan.

Page 69: Ajaran Awal Buddhisme Ch'An

TUNGTUNGTUNGTUNG----SHAN LIANGSHAN LIANGSHAN LIANGSHAN LIANG----CHIEH CHIEH CHIEH CHIEH

53

"Suatu saat kemudian anda akan miliki seikatan lalang15 yang menutupi kepalamu. Kemudian jika seseorang bertanya padamu pertanyaan yang saya, denga paa yang akan nada katakan padanya?"

Seorang pejabata pemeirntah ingin tahu jika ada yang mendekati Ch'an dengan latihan. Master menjawab:

"Saat anda menjadi buruh, disanalah akan ada orang yang berlatih." Seorang pendeta bertanya, "Apa waktunya itu sebagaimana dinyatakan

dalam pepatah tua: Seseorang bertemu yang lain tanpa menunjukkan apa yang dia miliki, dan melalui sarannya yang lain mampu tahu apanya itu?"

Master kemudian merapatkan telapaknya bersama dan membungkuk. Master bertanya pada utusan Master Te-shan, "Darimana anda datang?"

"Dari Te-shan," jawabnya. "Untuk apa anda datng kemari?" lanjut si Master. "Untuk berbakti padamu," kata siutusan. "Apa yang paling berbakti di dunia?" pinta Sang Master. Si pengunjung tak memberi jawaban. Pernah sekali Master berkata: "Saat seseorang telah mengalami keBuddhaan akhir, dia akan

berkemampuan untuk menyatakannya." "Apa perkataannya itu?" seorang pendeta langsung bertanya. "Saat kata-kata ini disampaikan, anda tak mampu mendengarnya," Master

menjawab. "Mampukah anda mendengarnya?" tanya si pendeta. "Segera saya berhenti bicara, saya mendengarnya," jawab Sang Master. Seorang pendeta bertanya, "Apa pertanyaan dan jawaban yang benar?" "Itulah yang tidak dikatakan dari mulut," jawab Sang Master. "Kalau demikian, jika ada yang bertanya padamu, akankah anda

menjawabnya?" tanya si pendeta lebih lanjut. "Saya masih belum ditanya," jawab Master. Sebuah pertanyaan diajukan

pada Master: "Apanya itu yang tak berharga saat ia masuk melalui gerbang [masuk]?" "Hentikan! Hentikan!" jawab master. Master bertanya pada seorang bhikkhu yang mengkotbahkan Vimala kirti-

nirdesa Sutra.16 "Kata apa yang tak termengertikan oleh kepandaian atau dipahami

kesadaran?" "Ungkapan yang memuji dharmakaya,"17 jawab si bhikkhu.

15 Artinya, atap jerami dari sebuah kuil. Ini menunjukkan bahwa dia akan menjadi rahib kuil

tersebut. 16 Vimalakirti Nirdesa Sutra merupakan suatu catatan dari pencakapan antara Sakyamuni dengan

beberapa penghuni Vaisali diterjemahkan kedalam bahasa Cina oleh Kumarajiva sebagai wei-ma Chi Ching.

17 Dharmakaya berarti sifat hakiki dari pikiran Buddha.

Page 70: Ajaran Awal Buddhisme Ch'An

Ajaran Murni Ch'an Buddhis Ajaran Murni Ch'an Buddhis Ajaran Murni Ch'an Buddhis Ajaran Murni Ch'an Buddhis

54

"Dharmakaya itu sendiri adalah suatu pujian . Kalau demikian mengapa ia perlu dipuji sekali lagi?" jawab si Master. Suatu kali Master berkata pada para hadirin:

"Bahkan saat anda katakan secara jujur bahwa dari permulaan tidak ada yang hadir, anda masih tak pantas menerima tas mangkuk."18

"Kalau begitu siapa yang berhak?" tanya seorang bhikkhu. "Yang tidak masuk kedalam," jaweab Master. "Untuk orang yang tidak masuk ke dalam, akankah dia benar-benar siap

untuk menerima tas mangkuk?" desak si bhikkhu. "Walau dia di luar pntu, pilihannya tiada lain keculai memberikan

kepadanya," jawab si Master. Master mengulangi, "Bahkan saat anda katakan secara jujur bahwa dari

semula tak ada yang hadir, anda takkan menerima tas mangkuk. Dalam hubungan ini anda harus membuat suatu pernyataan yang membawa pada loncatan lebi lanjut. Pernyataan paa ini?"

Ada seorang bhikkhu yang lebih tua19 yang mencoba sembilan puluh enam kali untuk menyatakannya, namun toh gagal setiap kalinya. Akhirnya dalam percobaan ke sembilan puluh enam kalinya, Master setuju dengan jawabnya dan berteriak:

"Pak! Mengapa tidak anda mengatakannya lebih awal?" Terdapat bhikkhu lainnnya yang mendengar cerita ini dan ingin

menemukan jawaban akhir tersebut. Selama tiga tahun dia melayani si bhikkhu tua tersebut untuk mendapatkan rahasia tersebut darinya, tapi sayangnya si bhikkhu tak menyatakan apapun padanya. Kemudian si bhikkhu tua jatuh sakit, si pelajar yang tekun datang padanya, dan berkata:

"Saya telah bersama anda selama tiga tahun dan berharap anda akan memberitahukan jawaban yang anda berikan pada Master, tapi anda tidak pernah berbaik hati untuk mengabulkan permintaanku. Sekarang, oleh karena saya gagal memperolehnya darimu secara jujur saya akaan memperolehnya dengan jalan terakhir."

Sehabis itu dia mengunuskan sebilah pedang, dan mengacungkannya pada si bhikkhu sambil mengancam:

"Jika anda masih tak mahu meberikan jawabannnya sekarang, saya akan membunuhmu."

Terkejut, si bhikkhu tua berkata, "Tunggu! Saya akan memberitahumu." Kemudian dia melanjut, "Bahkan jika saya memberikannya padamu, anda tak memiliki tempat untuk meletakkannya."

Si pendeta yang mencoba untuk membunuh menyesalkan dan membungkuk dengan penuh dan dalam. Pendeta yang gagal memahami arti

18 Tas dan mangkuk adalah suatu lambang untuk transmisi kedalam Ch'an. Menurut trradisinya, ini

adalah tas dalam mana si bhishu membawa mangkuk makannya. 19 Kata Cina aslinya untuk yang lebih tua adalah shang tso, atau tempat duduk yang lebih tua

adalah pada seorang bhiksu yang telah melatih meditasi selama dua puluh hingga empat puluh sembilan tahun.

Page 71: Ajaran Awal Buddhisme Ch'An

TUNGTUNGTUNGTUNG----SHAN LIANGSHAN LIANGSHAN LIANGSHAN LIANG----CHIEH CHIEH CHIEH CHIEH

55

"jalan burung" , seorang pendeta bertanya mengapa si Master selalu memberitahukan siswa-siswanya untuk berjalan di jalur burung. Master menjawab:

"Inilah jalan dimana takkan menemukan orang lain." "Bagaimana anda dapat berjalan di sana?" pendeta tersebut bertanya lebih

lanjut. "Anda harus berjalan tanpa tali terikat pada kakimu," jawab Master. "Jika seseorang berjalan di jalur ini, apakah itu sama dengan melihat wajah

aslinya?" tanya si pendeta. "Mengapa anda membalaikkan masalah?" sahut Master. "Di mana saya membalikkan masalah?" tanya si pendeta. "Jika anda tidak membalikkan maslah, mengapa anda harus membawa

seorang pembantu untuk master?" Sang Master balik bertanya. "Kalau begitu, apa itu wajah asli?" desak si pendeta. "Itulah yang tak berjalan di jalur burung," kata Master. Master berkata para hadirin, "Saat anda sadar telah mnecapai Hakikat

KeBuddhaan, anda mampu mengungkapkannya." "Siapa manusia yang mencapai Hakikat KeBuddhaan itu?" seorang bhikkhu

segera bertanya. "Tak lazim," jawab si Master. Pernah sekali Master bertanya pada seorang bhikkhu dari mana ia berasal.

Si bhikkhu menjawab: "Dari mana saya membuat sepatuku." "Apakah anda mengerti dengan usaha sendiri, atau tergantung pada orang

lain?" "Saya tergantung pada orang lain?". "Apakah mereka mengajarimu?" "Setuju berarti tidak tak mematuhi." Seorang pendeta diutus dari Master Chu-yu dan melaporkann bahwa dia

telah bertanya padanya, "Apa tindakan seorang pendeta Buddhisme?" Master Chu-yuu menjawab, "Bertindak berarti tiada lagi tanpa tindakan; sadar akan tindakannya sendiri adalah salah."

Master mengirim kembali pendeta yangg sama pada Chu-yu, dengan pesan: "Saya tak mengerti tindakan-tindakan apa itu."

"Tindakan Buuddha! Tindakan Buddha!" jawab Chu-yu. Pendeta yang terheran-heran balik kepada si Master dan melaporkan jawabannya pada Master sehabis itu, Master berujar:

"Untuk Yu-chou itu benar; tapi untuk korea, sayang sekali!" Tapi pendeta itu mendesak Master untuk menjawab pertanyaannya tentang tindakan seorang pendeta. Master menjawab, "Kepala tiga kali panjangnya, leher dua inci." Saat si Master melihat si bhikkhu Yu-Yang lebih tua mendekat, dia segera bersembunyi di balik ranjangnya. Bhikkhu Yu berkata padanya:

"Mengapa anda mengghindar dariku?"

Page 72: Ajaran Awal Buddhisme Ch'An

Ajaran Murni Ch'an Buddhis Ajaran Murni Ch'an Buddhis Ajaran Murni Ch'an Buddhis Ajaran Murni Ch'an Buddhis

56

"Saya kira anda tak melihatku,"20 jawab si Master. Ada suatu pertanyaan yang berbunyi: "Apa misteri lebih lanjut dalam misteri?" Master menjawab, "Itu bagaikan lidah mayat." Saat sedang mencuci mangkuknya, Master memperhatikan dua gagak

sedang melawan seekor katak. Seorang pendeta mendekat dan bertanya: "Mengapa mereka harus demikian?" "Itu terjadi karena anda," jawab Master. Seorang pendeta bertanya, "Apakah guru Vairocana21 dan Master

dharmakaya?" "Sebatang padi dan setumpuk gandum," jawab si Master. "Dari Tiga Rangkap Badan [Buddha], yang mana tak menderita nasib

duniawi?" tanya seorang pendeta. "Saya selalu memikirkannya," jawab Si Master. Suatu kali, saat Master pergi

ke sawah, beliau berjumpa dengan pendeta Lang tua sedang menggiring seekor lembu. Master berkata padanya:

"Jaga kerbau ini dengan baik-baik, kalau tidak dia akan melahap tanaman beras."

"Jika dia seekor lembu yang baik, dia takkan melahap tanaman beras," Lang berkata.

Master bertanya pada seorang pendeta apa yang paling menyakitkan di dunia. Si pendeta tersebut menjawab, "Mereka yang paling menyakitkan." Master berkata padanya, "Bukan!" Pendeta itu mendesaknya untuk menyatakan pandangannya. Master pun menjawab:

"Memakai jubah bhikkhu dan tak menyadari pencerahan adalah paling menyakitkan."

Pernah sekali Master bertanya pada seorang bhikkhu apa namanya. Si bhikkhu menyatakan namanya. Master kemudian bertanya:

"Yang manakah diri anda yangg sejati?" "Yang tepatnya sedang menghadapi anda?" "Sayang sekali! Sayang sekali! Manusia zaman ini semuanya demikian.

Mereka menerima apa yang ada di depan keledai atau di belakang kuda dan menamakannya diri mereka. Jika nada tak mengenal diri sejati anda secara obyektif, bagaimana dapat anda lihaty diri sejati anda secara subyektif?"

"Bagaimana dapat andda melihat diri sejatimu secara subyekyif?" bhikkhu segera bertanya.

"Andalah yang harus memberitahukan saya." "Jika saya yang harus memberitahukanmu, itu hanya akan melihat diriku

secara obyekyif. Pribadi apa yang dikenal secara subyektif?"

20 Versi lainnya berbunyi: "akan mencariku," 21 Vairocanna adalah jasmani yang essensial dari kebenaran Buddha, yang terdapat dimanapun.

Page 73: Ajaran Awal Buddhisme Ch'An

TUNGTUNGTUNGTUNG----SHAN LIANGSHAN LIANGSHAN LIANGSHAN LIANG----CHIEH CHIEH CHIEH CHIEH

57

"Mengatakannya dengan cara yang demikian enak saja dilakukan, namun melanjutkan pembicaraan kita akan membuatanya tak mampu mencapai kebenaran."

Master mengumumkan keberangkatannya ke Nirvana dan mengirimkan seorang bhikkhu untuk memberitahukan Yun-cu. Dia memberitahukan si Bhikkhu bahwa andaikan Yun-chu bertanya tentang pesannya dia harus memberitahukannya kata-kata berikut: "Jalan menuju ke Yun-Yen akan terpotong." Master juga mengingatkan si pemesan bahwa saat mengatakan pergi ke Yun-chu dia haruslah berdiri jauh darinya, sehingga si Yun-chu takkan memukulnya. Namun, saat si bhikkhu membawa pesan pada Yun-chu, dia dipukul bahkan sebelum menyelesaikan kata-katanya. Si bhikkhu diam saja.

Saat akan meninggal dunia, Master memberitahukan para hadirin, "Saya telah membuat nama yang tak berguna di dunia ini. Siapa yang akan menghapuskannya bagiku?" Tak seorangpun dari siswanya yang menjawab, tapi seorang bhikkhu baru melangkah kedepan dan berkata, "Tolong beritahukan kami gelar Dharmamu." Master menjawab, "Gelarku telah kabur."

Seorang pendeta berkata pada Master, "Anda sakit Master, tapi adakah orang yang tidak sakit?"

"Ya, ada satu." "Apakah yang tidak sakit ini akan mengunjungimu?" "Saya wajib menjumpainya." "Bagaimana dapat anda menjumpainya?" "Saat saya menjumpainya, saya tak melihat yang sakit." Maste kemudian

berkata, "Setelah saya tinggalkan kerangka ini, kemanakah anda akan pergi menjumpaiku?" Semua siswanya diam.

Suatu hari, di bulan ketiga tahun ke sepuluh pemerintahan Hsien-t'ung [860-873], Master Tung-shan Liang-chieh dicukur dan setelah memakai jubahnya, meminta gong dipukul. Beliau akan meninggal dengan duduk secara tenang. Sementara itu, semua siswanya sangat tersentuh dan menangis. Setelah sejenak Master tiba-tiba saja membuka matanya dan berdiri dan berkata pada para hadirin:

"Mereka yang menamakan diri mereka Buddhis tidaklah harus terikat kepada dunia luar. Inilah olah diri sejati. Semasa hidup, mereka bekerja keras; saat mati mereka tenang. Mengapa perlu segala dukkha?"

Setelah itu, Master memerintahkan kepala biarawan untuk menyiapkan "sajian makanan bagi ketidaktahuan" untuk siapapun yang ada di kuil tersebut. Demikianlah pelajaran diberikan pada mereka yang terikat pada hawa napsu. Tujuh hari berlalu, dan pada hari terakhir saat makan malam disajikan, Master makan bersama dengan para siswanya. Setelah menyelesaikan santapannya, Master berkata pada mereka:

"Saat seorang Buddhis bertindak, dia tidaklah harus tanpa perhatian. Betapa banyak keributan dan gangguan yang kalian buat saat saya memulai kepergianku!" Pada hari ke delapan, setelah mandi, beliau duduk dengan hening dan meninggal dunia. Saat itu beliau berumur enam puluh tiga, empat puluh dua tahun setelah ditahbiskan. Gelar anunertanya dianugerahkan oleh

Page 74: Ajaran Awal Buddhisme Ch'An

Ajaran Murni Ch'an Buddhis Ajaran Murni Ch'an Buddhis Ajaran Murni Ch'an Buddhis Ajaran Murni Ch'an Buddhis

58

kerajaan sebagai Master Agung Wu-Pen, atau Kesadaran Asli dan pagodanya dinamakan Hui-Chueh, kebijaksaan dan Pencerahan.

Page 75: Ajaran Awal Buddhisme Ch'An

59

TTTTSSSS''''AOAOAOAO----SSSSHAN HAN HAN HAN PPPPENENENEN----CCCCHIHIHIHI ( 840-901)

"Kemurnian ada dalam ketidakmurnian" (DARI TRANSMISI LAMPU, CHUAN 17)

Master Ch'an Ts'ao-shan Pen-chi adalah seorang penduduk asli P'u-t'ien di Chuan-chou.1 Nama mayanya adalah Huang. Saat masih muda dia menjadi tertarik terhadap ajaran Konfusius. Pada umur sembilan belas dia meninggalkan rumah dan menjadi seorang pendeta buddhis, masuk ke kuil di gunung Ling-shih di Fu-t'ang, Fu-chou.2 Pada umur dua puluh lima dia ditabhiskan. Di awal masa pemerintahan Hsien-t'ung [860-873] Buddhisme Ch'an sedang berkembang. Pada saat ini master Ch'an Tung-shan Liang-chieh menjadi kepala kuil Ch'an3 dan Tsao-shan sering mengunjunginya untuk belajar darinya. Suatu kali Tung-shan bertanya padanya:

"Apa namamu?" "Namaku Pen-chi." "Katakanlah sesuatu tentang Realitas Hakiki." "Saya takkan mengatakan apa pun." "Mengapa anda tidak mengatakannya?" "Realitas hakiki tidaklah dinamakan Pen-chi." Demikianlah Tung-shan menganggap Ts'ao-shan sebagai seorang yang

memiliki kapasitas pengetahuan yang besar dalam Buddhisme. Setelah itu Tsao-shan menjadi siswa Tung-shan dan mendapatkan hak khusus untuk menerima bimbingan pribadi dan izin dari sang master. Setelah dia telah belajar beberapa tahun di bawah arahan Tung-shan, Ts'ao-shan datang untuk berpamitan padanya dan Tung-shan bertanya padanya:

"Kemana 'kan anda pergi?" "Saya pergi ke tempat yang tak berubah." "Bagaimana dapat anda pergi ke tempat yang tak berubah?"

1 Sekarang Chin-chiang (Tsing kiang), dibagian tenggara propinsi Fukien, di selat Formosa

(Taiwan). 2 Foochou, sekarang ibukota propinsi Fukien. 3 Master Tung-shan Liang-chieh di saat itu merupakan master Ch'an terkemuka di Gunung Tung di

Kao-an di propinsi Kiangsi.

Page 76: Ajaran Awal Buddhisme Ch'An

Ajaran Murni Ch'an Buddhis Ajaran Murni Ch'an Buddhis Ajaran Murni Ch'an Buddhis Ajaran Murni Ch'an Buddhis

60

"Kepergianku adalah tak berubah." Setelah itu Ts'ao-shan meninggalkan Tung-shan. Dia bertualang di segala

penjuru dan memaparkan ajaran Ch'an kapanpun jika terdapat kesempatan. Pada mulanya Master (Ts'ao-shan) diundang untuk menetap di Gunung

Ts'ao di Fu-chou. Kemudian beliau menetap di Gunung Ho-yu. Di kedua tempat siswa-siswi datang padanya dengan berombongan.

Seorang pendeta bertanya padanya,"siapa dia yang tidak ditemani oleh sepuluh ribu hal?"

Master menjawab, "Terdapat banyak orang di kota Hung-chou.4 Dapatkah anda ceritakan padaku di mana mereka hilang?" Pendeta : "Apakah mata dan alis mengenal satu sama lain?" Master : "Mereka tak saling kenal ." Pendeta : "Mengapa mereka tak saling kenal?" Master : "Karena mereka terletak di tempat yang sama." Pendeta : "Jikalau demikian, mengapa tak ada pembedaan di antara

mata dan alis?" Master : "Tidak demikian. Alis tentunya tak dapat menjadi mata." Pendeta : "Apa itu mata?" Master : "Lurus ke depan." Pendeta : "Apa itu alis?" Master : "Ts'ao-shan masih ragu tentang hal ini." Pendeta : "Mengapa anda, Master perlu ragu?" Master : "Jika saya tak ragu, alis akan lurus ke depan." Pendeta : "Dimana realitas ada wujud, disana kan ada realitas." Pendeta : "Bagaimana ia mengejawantahkan dirinya?" (Master mengangkat piringnya) Pendeta : "Di mana realitas dalam ilusi?" Master : "Ilusi pada dasarnya nyata." Pendeta : "Bagaimana realitas dapat mewujudkan dirinya dalam

ilusi?" Master : "Kapanpun ada ilusi di sanalah manifestasi dari realitas." Pendeta : "Jikalau ada ilusi di sanalah manifestasi dari realitas." Pendeta : "Jikalau demikian, realitas takkan pernah terpisahkan dari

ilusi." Master : "Di mana mungkin dapat anda temukan wujud dari ilusi?" Pendeta : "Siapa dia yang selalu hadir." Master : "Sudah waktunya Ts'ao-shan kebetulan berada di luar." Pendeta : "Siapa dia yang tidak pernah hadir?" Master : "Tak mungkin untuk mencapai."

Pendeta Ch'ing-jui datang menemui Master dan berkata, "Saya sangat miskin dan tak berayah. Tolong, Masterku, tolonglah daku!" Master : "Ch'ing-juu, datanglah kemari."

4 Sekarang Nanch'ang, ibukota propinsi Kiangsi.

Page 77: Ajaran Awal Buddhisme Ch'An

Ts'aoTs'aoTs'aoTs'ao----Shan PenShan PenShan PenShan Pen----chichichichi

61

Saat Ch'ing-ju menuju ke Master, Master berkata, "Anda telah minum tiga cangkir anggur dari rumah Pai dari Ch'uan-chou, namun anda masih mengaku tidak minum sesesapanpun."

Pendeta : "Tidaklah peniruan sama dengan identifikasi?" Master : "Sebenarnya bukan peniruan sama dengan identifikasi." Pendeta : "Apa perbedaan di antara keduanya?" Master : "Jangan mengabaikan rasa sakit dan gatal." Ching-ch'ing : "Bagaimana kekosongan murni tak memiliki bentuk?" Master : "Inilah caranya dengan realitas, tapi apa itu wujud?" Ching-ch'ing : "Oleh karena realitas adalah demikian, demikian jugalah

dengan wujud." Master : "Anda dapat dengan mudah menipu Ts'ao-shan sendirian.

Namun bagaimana dapat anda dapat terlepas dari penilaian semu orang bijak?"

Ching-ch'ing : "Jika tak ada terdapat orang bijak, siapa yang dapat menceritakan bukanlah ini caranya?"

Master : "Secara umum, seseorang tidaklah diizinkan melewatkan sebatang jarumpun, namun diam-diam sebuah kereta dan kuda dapat berlalu tanpa diperhatikan."

Yun-men : "Jika seseorang yang tak terubah pandangan hidupnya datang padamu, akankah anda menerimanya?"

Master : "Saya tak punya waktu untuk disiakan pada orang yang demikian."

Pendeta : "Sebagaimana orang-orang tua berkata, kita semuanya memiliki [sifat Buddha]. Tapi saya kebingungan: apakah saya masih memilikinya atau tidak?"

Master : "Tunjukkan tanganmu pada saya." Kemudian dia menunjuk pada jari-jarinya dan berkata: "satu, dua, tiga, empat, lima, cukup."

Pendeta : "Saat Master Lu-Tsu melihat seorang pendeta datang padanya, dia segera berbalik muka menghadap dinding.5 Apa yang ingin diungkapkannya?

Pendeta : "Sejak dahulu ada pepatah yang berbunyi: 'Tak seorangpun yang jatuh dapat bangkit tanpa dukungan tanah." "Apa itu kejatuhan?"

Master : "Menegaskan adalah berjatuhan." Pendeta : "Apa yang bangkit?" Master : "Anda sedang bangkit sekarang." Pendeta : "Dalam ajaran purba ada pepatah: 'sebuah mayat takkan

menetap di lautan besar? Apa itu laut?" Master : "Itulah yang mencakup segalanya." Pendeta : "Mengapa mayat tidak mampu berada di dalamnya?"

5 Cerita dari "Lu-tsu menghadap dinding" tercatat dalam kitab Master Ch'an Pai-Yun dari gunung

Lu-tsu di Ch'ih-chou. Lihat Lampu, chuan 7.

Page 78: Ajaran Awal Buddhisme Ch'An

Ajaran Murni Ch'an Buddhis Ajaran Murni Ch'an Buddhis Ajaran Murni Ch'an Buddhis Ajaran Murni Ch'an Buddhis

62

Master : "Itu bukanlah tempat dimana tanpa kehidupan akan mampu bertahan."

Pendeta : "Oleh karena ia mencakup semua hal, mengapa yang tak hidup tidak mampu bertahun?"

Master : "Mencakup semuanya hal bukanlah manfaatnya, mengeluarkan yang tak hidup adalah kebaikannya."

Pendeta : "Adakah kegiatan dengan mana seseorang dapat didekati Realitas hakiki?"

Master : "Anda dapat berbicara tentang melakukan dan tanpa melakukan sesukamu. Apa yang dapat anda lakukan dengan raja naga6 yang menghunuskan pedangnya padanya?"

Pendeta : "Jenis pemahaman apa yang harus dimiliki seseorang saat ia berdiri di depan sekelompok orang dengan ahlinya menjawab pertanyaan-pertanyaan mereka?"

Master : "Jangan katakan sepatah katapun." Pendeta : "Jika demikian, apa yang dapat di diskusikan?" Master : "Baik pedang maupun kapak takkan menembusnya." Pendeta : "Jika kita mampu mendiskusikan berbagai hal dalam

sesuatu cara, masihkah ada orang yang tak setuju dengan kita?"

Master : "Ya, ada." Pendeta : "Siapa dia?" Master : "Dialah Ts'a-shan [Master sendiri]." Pendeta : "Apa yang dapat anda ungkapkan jika anda tak bersuara?" Master : "Saya tak perlu ungkapkan apapun dalam cara itu." Pendeta : "Di mana anda mengungkapkannya?" Master : "Pada pertengahan malam kemarin saya kehilangan tiga

sen diranjangku. Pendeta : "Apanya disana sebelum matahari terbit?" Master : "Ts'ao-shan juga datang dengan cara itu." Pendeta : "Apanya disana setelah matahari terbit?" Master : "Dibandingkan dengna Ts'ao-shan, itu masih terlambat

setengah bulan perjalanan." Master : "Apa yang sedang dikerjakan seorang pendeta. Pendeta : "Menyapu lantai." Master : "Apakah anda menyapu di depan Buddha atau di belakang

buddha?" Pendeta : "Saya sekaligus menyapu kedua tempat." Master : "Bawakan sandalku kemari."

6 Menurut legenda cina, raja-raja adalah raja yang membunuh iblis-iblis. Membicarakan kerja atau

tidak kerja adalah suatu kejahatan (iblis), yang dapat dibunuh dengan pedang raja naga.

Page 79: Ajaran Awal Buddhisme Ch'An

Ts'aoTs'aoTs'aoTs'ao----Shan PenShan PenShan PenShan Pen----chichichichi

63

Master : "Dalam sutra apa kita temukan pernyataan." Saat Bodhisatva bersamâdhi, dia mendengar gajah wangi sedang menyebrangi sungai?"

Ch'iang-te : "Dalam Nirvana Sutra." Master : "Apakah Bodhisatva mendengarnya sebelum samâdhinya

atau setelahnya?" Ch'iang-te : "Master! Anda, mengalir dalam sungai." Master : "Dalam menceritakannya, bahkan jikalau anda mencoba

sebaik mungkin, anda hanya dapat mencapai setengah dari kebenaran terseebut."

Ch'iang-te : "Apa namamu, Master?" Master : "Terimalah di pesisir."

Seorang pendeta bertanya, "Bagaimana dapat saya pertahankan apa yang telah saya capai dalam meditasiku dalam dua belas waktu sehari?"7 Master : "Itu hanyalah seperti saat anda melewati suatu daerah yang

terjangkit penyakit. Janganlah sentuh bahkan setetes air pun."

Pendeta : "Siapa master dari esensi semua hal?" Master : "Mereka katakan tidak ada orang hebat di kerajaan Ch'in." Pendeta : "Tidaklah ini bukan yang demikian?" Master : "Putus!" Pendeta : "Dengan orang Tao yang bagaimanakah seseorang harus

berkawan, sehingga dia akan selalu mendengar apa yang belum pernah ia dengar?"

Master : "Yang berada dengan dirimu di bawah kain seprei yang sama."

Pendeta : "Ini masih berupa apa yang anda, Master, dapat dengar dengan dirimu sendiri. Apa yang akan selalu didengar seseoraang yang dia belum pernah dengar sebelumnya?" Master: "Itu tidaklah sama dengan kayu dan batu."

Pendeta : "Apa yang peertama dan apa yqang terakhir?" Master : "Tidaklah anda dengar apa yang selalu didengar seseorang

yang tidak pernah didengarnya?" Pendeta : "Siapanya dia di negara kita yang menggenggam sebilah

pedang?" Master : "Itulah Ts'ao-shan." Pendeta : "Siapa yang ingin anda bunuh?" Master : "Semuanya yang hidup akan mati." Pendeta : "Saat anda kebetulan bersua dengan orang tuamu, apa

yang akan anda kerjakan?" Pendeta : "Mengapa anda harus punya pikiran?" Pendeta : "Bagaimana dengan dirimu?"

7 Penangggalan Cina kuno dapat dibagi kedalam dua belas periode yang masing-masing terdiri-

dari dua jam.

Page 80: Ajaran Awal Buddhisme Ch'An

Ajaran Murni Ch'an Buddhis Ajaran Murni Ch'an Buddhis Ajaran Murni Ch'an Buddhis Ajaran Murni Ch'an Buddhis

64

Master : "Siap yang dapat melakukan apa untukmu?" Pendeta : "Mengapa tidak anda bunuh dirimu juga?" Master : "Apa artinya: saat seekor lembu minum air, lima ekor kuda

tidak meringkik?" Master : "Ts'ao-shan bebas makan apapun." Kemudian Master

menjawab lagi: "Ts'ao-shan bebas dari nampak sedih." Pendeta : "Siapa dia yang selalu terlempar ke lautan kehidupan dan

kematian?" Master : "Bayangan bulan."8 Pendeta : "Apakah ia ingin keluar dari laut?" Master : "Ya, dia ingin, tapi tak ada jalan keluar di sana." Pendeta : "Jika dia ingin keluar dari laut, siapa yang dapat

membantunya?" Master : "Lelaki yang membawa helm besi." Seorang pendeta menanyakan arti dari dialog di antara Yueh-shan dan

seorang pendeta yang berikut: Yueh-shan : "Berapa umurmu?" Pendeta : "Tujuh puluh dua." Yueh-shan : "Apakah umurmu tujuh puluh dua?" Pendeta : "Ya,itulah." Yueh-shan segera memukulnya. Master : "Panaha pertama kena semua, tetapi panah kedua

menembus dengan dalam." Pendeta : "Bagaimana suatu pukulan dapat dihindari?" Master : "Saat sebuah mandat kaisar diumumkan, semua pangeran

akan menghindarinya." Pendeta : "Apa ide umum dari Buddhisme?" Master : "Mengisi sebuah parit dan sebuah jurang." Pendeta : "Apa itu seekor singa?" Master : "Itulah yang tidak dapat di dekati binatang lainnya." Pendeta : "Apa itu anak saya?" Master : "Itulah yang melahap induyknya sendiri." Pendeta : "Oleh karena singa adalah binatang yang tak dapat didekati

binatang lainnya, bagaimana sampai dapat dilahap anaknya sendiri?"

Master : "Jika anak singa mengaum, induknya akan sepenuhnya dilahap."9

Penanya : "Untuk induk moyangnya, apakah ia juga melahap mereka?"

Master : "Ya, ia juga." 8 Buddhis menyebutnya "bulan kedua." Saat mata seseorang tertutup bulat/katarak ia tidaklah

dapat melihat bulan yang sebenarnya, melainkan hanya bayangannya. 9 Teks asli berbunyi "kakek nenek" sebagao mana juga "Orang tua," namun ini adalah kesalahan

cetak.

Page 81: Ajaran Awal Buddhisme Ch'An

Ts'aoTs'aoTs'aoTs'ao----Shan PenShan PenShan PenShan Pen----chichichichi

65

Penanya : "Apa yang akan terjadi padanya setelah semuanya terlahap?"

Master : "Badannya akan sama sekali terlarut ke dalam bapaknya." Pendeta : "Mengapa anda katakan bahwa anak singa juga melahap

induk moyangnya?" Master : "Belum pernahkah anda lihat seorang pangeran dapat

berhasil menjalankan pemerintahan dalam negara, dan lebih dari kayu kuncuyp-kuncuo mawar dapat dikumpulkan?"

Pendeta : "Mengapa segera terdapat afirmasi dan negasi, pikiran menjadi kalut dalam kebingungan?"

Master : "Putus! Putus!" Seorang pendeta berkata ada sesseorang yang bertanya pada Master

Hsiang-yen, "Apa itu Tao?" Master menjawab, "Dalam hutan kering seekor naga berdendang." Pendeta itu berkata bahwa dia tak mengerti. Hsiang-yen kemudian berkata, "Mata berada dalam tengkorak." Beberapa saat kemudian si oendeta bertanya pada Master Shih-shuang apa yang ia pikirkan tentang pernyataan: "Dalam hutan kerontang seekor naga sedang berdendang." Master Shih-shuang menjawab, "Masih ada kebahagiaan di sana." Pendeta itu bertanya lagi," Apa arti dari 'Ma berada dalam tengkorak'?" Shih-shuang menajwab, "Masih ada kesadaran di sana." Master Ts'ao-shan, mendengarnya, menggubah sebuah sajak yang berbunyi:

Dia yang katakan naga sedang berdendang di hutan kerontang. Adalah dia yang melihat Tao dengan benar. Tengkorak tak sadar, Tapi didalamnya mata bijak mulai bersinar. Jika ria dan sadar tersingkir, Maka fluktuasi dan komunikasi kan' berakhir. Mereka yang sangkal kebenaran ini takkan ngerti Bahwa murni ada dalam tak murni.

Setelah mendengarnya, sipendeta bertanya pada Master, "Apa yang dimaksudkan: 'Dalam hutan kering seekor naga bernyanyi'?" Master : "Pertalian darah takkan berhenti." Pendeta : "Bagaimana dengan mata berada dalam tengkorak?" Master : "Itu takkan pernah dikeringkan sama sekali." Pendeta : "Saya tak memahami jenis karangan apa lagu naga

tersebut." Master : "Saya pun tak tahu jenis karangan apa lagu naga itu. Tetapi

semua orang yang pernah mendengarnya terpana." Demikianlah, dengan tanpa menggunakan cara yang kaku, sang Master

mencerahkan siswa-siswanya dengan kemampuannya yang besar. Saat beliau menerima ajaran-ajaran besar seperti wu-wei dari Tung-shan, beliau menjadai seorang buddhis teladan. Berkali-kali ketua Chung di Hung-chou mengundangnya kesana, namun Master berulang kali menolak undangan-undangannya. Beliau hanya menyalin suatu sajak pujian (hymne) shan-chu yang dikarang Master Ta-Mei dan mengirimnya pada Chung. Suatu malam di

Page 82: Ajaran Awal Buddhisme Ch'An

Ajaran Murni Ch'an Buddhis Ajaran Murni Ch'an Buddhis Ajaran Murni Ch'an Buddhis Ajaran Murni Ch'an Buddhis

66

akhir musim panas di tahun pertama [Hsin-Yu] dimasa T'ien-fu [901-903], Master bertanya pada seorang pemimpin rahib di kuil tersebut, "Hari ini adalah hari kelimabelas dari bulan keenam." Master berkata, "Dalam hidupku, saat saya bertualang dengan kaki, kemanapun saya pergi saya hanya melewatkan waktu sembilan puluh hari." Pagi berikutnya di jam Cheng [7-9 pagi], Master memasuki Nirvana. Umurnya enam puluh dua dikala itu. Saat itu hanyalah tigspuluh tujuh tahun setelah ia ditabhiskan menjadi bhiksu. Pengikut-pengikutnya mendirikan sebuah pagoda dan tulang-tulangnya disemayamkan di sana. Kerajaan menganugerahkannya suatu gelar anumerta, Yuang-cheng, dan menamakan pagoda tersebut Fu-Yuan.

Page 83: Ajaran Awal Buddhisme Ch'An

67

Bagian IIIBagian IIIBagian IIIBagian III

PENDAHULUAN Bebas dari subjektifitas dan obyektivitas Huang - po Hsi- yün (?-849) Mengaum seperti Harimau Mu-chou Tao-tsung "Tertinggal Keledai Dan Mengejar Kuda" Lin-chi I-hsüan (?-866) "Di Sini Saya akan Menguburmu Hidup-Hidup"

Tahun Ketujuh Dari Zaman Hsien-T'ung, Saat Lin-Chi Memasuki Nirvana, Adalah 866,

Menurut Tung-Tso-Pin Dalam Tabel Kronologis Sejarah Cina, Jilid Ii Hal 109.

Page 84: Ajaran Awal Buddhisme Ch'An
Page 85: Ajaran Awal Buddhisme Ch'An

69

Bebas Dari Subyektifitas Dan Obyektifitas

Pendahuluan ini terutama akan memperkenalkan ajaran Lin-Chi I-Hsuan, pendiri aliran yang menyandang namanya. Namun master lainnya memainkan peranan yang amat penting dalam kehidupan Lin-Chi, oleh karenanya kita harus terlebih dahulu mengenal mereka secara ringkas. Keduanya adalah Huang-Po Hsi-Yun, master yang pertama kalinya membimbing Lin-Chi, dan Mu-Chou Tao-Tsung, bhikkhu kepala dalam kuil dimana Lin-Chi mencapai pencerahan serta merupakan tokoh yang banyak mempengaruhi hidup maupun karya-karyanya.

Sebagai tambahan terhadap cattan yang kita miliki atas diri Huang-Po sebagaimana kita temukan dalamlampu(the lamp), lita juga memiliki karyanya yang berjudul Hakekat dari Transmisi Pikiran (Essentials of the Transmission of the mind). Dan rincinya apa yang dimaksudkan "Transmisi pikiran ini"? Marilah kita renungkan dialog berikut ini. Pernah sekali Huang-Po ditanya, "Jika anda mengatakan bahwa pikiran cdapat ditransmisi, lantas bagaimana anda dapat mengatakannya sebagai kosong?" Beliau menjawab, "Untuk mencapai kekosongan adalah untuk mentransmisikan pikiran padamu." Penanya tersebut meneruskan, "Jika yang ada hanya kekosongan dan tanpa pikiran, bagaimana ia dapat ditransmisikan?" Huang-Po menjawab, "Anda telah mendengar ungkapan Transmisi pikiran'. Jadi anda berpikir harus sesuatu yang ditransmisikan. Anda salah. Demikianlah Bodhidharma berkata bahwa saat hakikat pikiran di sadari, tidaklah mungkin mengungkapkannnya dengan perkataan. Jelaslah, oleh karena itu, tidak ada yang didapatkan dalam transmisi pikiran, atau jika ada didapatkan, itu tentunya bukan pengetahuan."

Saat Lin-Chi mendekati masternya, Huang-Po, sebanyak tiga kali untuk menanyakan arti Buddhisme padanya, dia berharap-harap untuk dapat mempelajari sesuatu tentang kebenaran. Namun dalam stiap kesempatan, Huang-Po, daripada menjelaskan doktrin tersebut padanya, sebaliknya melancarkan pukulan-pukulan keras, isyarat tanpa kata yang khas ini dimaksudkan untuk mentransmisikan pikiran dari master kepada siswanya. Kita dapat mengatakan apa yang dicoba untuk ditransmisikan Huang-Po pada Lin-Chi adalah "Pikiran tanpa pikiran". Kemudian saat Lin-chi mencapai pencerahan, dia menyadari nbahwa Huang-Po tidaklah kasar melainkan lembut, sebebarnya hampir-hampir bersifat keibuan dalam pengabdian kerohaniaannya dan bahwa apa yang beliau ajarkan sebenarnya sangatlah sederhana an tidak berbelit-belit sebenarnya sedemikian mudahnya sehingga tak ada yang dapat dikatakan darinya. Lin-chi boleh dianggap sebagai penerus dharma Huang-Po. Dari lampu kita ketahui bahwa Lin-chi dicerahkan oleh

Page 86: Ajaran Awal Buddhisme Ch'An

Ajaran Murni Ch'an Buddhis Ajaran Murni Ch'an Buddhis Ajaran Murni Ch'an Buddhis Ajaran Murni Ch'an Buddhis

70

kesederhanaan tanpa kata yang demikian. Inilah contoh baik untuk apa yang dikatakan para Buuddhis Ch'an sebagai transmisi pikiran. Kuei-feng Tsung-mi (780-841) berkata dalam Prakata terhadap penjelasan lengkap dari sumber Ch'an (Preface to the complete Explanation of the source of Ch'an):

Saat Bodhidharma datang ke Cina, beliau melihat bahwa kebanyakan pelajar Cina tidaklah memahami kebenaran Buddhisme. Mereka hanyalah mencarinya melalui penafsiran peristilahan tekstual dan pikiran dari fenomena yang berubah disekeliling mereka sebagai tindakan nyata. Bodhidharma ingin membuat siswa-siswinya yang penuh semangat ini untuk melihat bahwa jari yang menunjuk ppada bulan bukanlah bulan itu sendiri. Kebenaran sejati tidak lain dari pikiran itu sendiri. Dengan demikian, beliau berpendapat bahwa ajaran sejati haruslah ditransmisikan secara langgsung dari satu pikiran ke pikiran lainnya, ttanpa menggunakan kata-kata.

Transmisi pikiran ini dalam suatu tindakan yang langsung dan non verbal menjadi tradisi Ch'an. Hui-Neng sesepuh keenam, dalam Sutra Panggung (Platform Sutra) berkata: "Di hari-hari awal, saat guru besar Bodhidharma pertama kalinya tiba di negara ini, beliau mentransmisikan kebijaksanaan sejati dengan menggunakan jubahnya sebagai suatu lambang. Tetapi untuk ajaran sejati tidak ada lambang yang diperlukan. [Kebenaran sejati] dipindahkan secara spontan dari pikiran ke pikiran.

Dengan demikiann adalah pikiran dari sang master, si pemberi dan pikiran ddari si siswa, si penerima, yang ada pada akhirnya beridentifikasikan satu sama lainnya. Melalui transmisi pikiran yang demikian, Ch'an diteruskan dari satu generasi ke generasi selanjutnya. Menurut Kuei-feng Tsung-mi, di masa permulaan pergembangan Ch'an, untuk menghindari kesalahan, transmisi pikiran hanya dilakukan pada penerus sang master dari generasi berikutnya. Namun, dalam dinasti-dinasti selanjutnya, saat ajaran Ch'an telah berakar baik, seorang master dapat saja mentransmisikan kepada sebanyak mungkin siswa yang berkemampuan untuk dicerahkan. Untuk memahami Ch'an, oleh karenanya, seseorang haruslah memiliki suatu pengertian akan hakekat dari "pikiran " yang ditransmisikan.

dalam bahasa cina, kata pikiran adalah hsin. Ini berarti secara lebih harfiah, inti atau esensi. Bagi para konfusius, hsin berarti kesadaran dari pikiran tanpa sadar atau jurang dari kekosonggan absolut. Pikiran, saat direnungkan dalam suatu keadaan yang hening, dapat diidentifikasikan dengan konnssep ketidakberdosaan (innocence) dalam ajarann Kristus yaitu pikiran persama manusia sebelum buah pohon penggetahuan ditelan. Para buddha adakalanyya merujuknya sebagai wajah manusia pertama sebelum ia dilahirkan." Dalam istilah-istilah dinamis, pikiran menghasilkan sepuluh ribu hal-hal dari dunia. Ia terlihat sebagai kreatifitas itu sendiri, yang sekaligus mengarahkan dan menembus keseluruhan semesta. Tapi haruslha disdarai bahwa pikiran yang direnung baik dalam keheningan maupun tindakan tidaklah dapat dihubungkan dengan standar yang lazim dari ruang dan waktu. Dalam esensi dari transmisi pikiran, Huang-Po berkata: "Manusia di dunia takkan dapat mengidentifikasikan pikiran mereka sendiri. Mereka percaya bahwa apa yang mereka lihat, rasakan, dengar atau tahu adalah pikiran.

Page 87: Ajaran Awal Buddhisme Ch'An

Bebas Dari Subyektifitas Dan ObyektifitasBebas Dari Subyektifitas Dan ObyektifitasBebas Dari Subyektifitas Dan ObyektifitasBebas Dari Subyektifitas Dan Obyektifitas

71

Mereka terhalangi oleh penglihatan, pendengaran, perasaan dan mental, sehingga mereka tak melihat jiwa cemerlang dari pikiran awal mereka."

Dia lebih lanjut mengatakan: "Pikiran ini cerah dan murni bagaikan kekosongan, tanpa bentuk. Pikiran apapun menyimpang dari sumber sejati." Pikiran murni dan cerah yang dimaksudkan Huang-Po tidaklah dapat dipahami dalam arti relatif apappun. Dia maksudkan kemurnian absolut, di luar terang atau gelap. Sebagaimana beliau mengatakannya, sang surya terbit dan menyinari seluruh penjuru dunia namun ia tidaklah menerangi kekosongan; saat sang surya terbenam, kegelapan menyelimuti dunia tapi kekosongan tak gelap. Terang dan gelap adalah gejala-gejala yang kondisional, berubah dan kontras satu sama lainnya. Kekosongan bebas dari pilihan-pilihan yang demikian. Jika seseorang menganggap Budddha sebagai citra kemurnian dan pembebasan dan semua makhluk hidup lainnya sebagai tampungan kekotoran dan ketidaktahuan, dia takka n pernah mencapai pencerahan, karena pikiran Buddha dan pikiran makhluk biasa adalah satu dan sama; dalam Buddha [pikiran itu] tak lebih dan manusia biasa [pikiran itu] tak lebih dan manusia biasa [pikiran itu] tak kurang. Aspek pikiran inilah yang sering didiskkusikan dalam tulisan Huang-Po.

Aspek pikiran lainnya, menurut Huang-Po, adalah bahwa semua hal gunung, sungai, mentari, bumi, bintang dan semua hal dan segalanya adalah produk dari pikiran. di luar pikiran, tiada lagi yang bereksisi. Dengan perkataan lainnya, pikiran mencakup segala hal dan mencerminkan segalanya. Beliau berkata: "Kata dan diam, tindakann dan tanpa tindakan, semua hal Buddha. Dan dimanakah anda temukan buddha? Andalah buddha!" Huang-po menggunakan air raksa sebagai suatu lambang untuk menggambrakan hubungan dari satu terhadap semuanya dan semua terhadap satu. Air raksa, saat diserpih, menjadi butiran-butiran kecil bagaikan mutiara, setiap butiran terpisah dan seluruh dalam dan dari dirinya sendiri. Namun saat air raksa dibiarkan berbaur, ia membentuk suatu totalitas dalam mana bagian-bagian yang terpisah tak terbedakan dari keseluruhan. Dalam kata-kata huang-Po, saat hal-hal tak terpisahkan, suatu gunung, sebagai contoh adalah suatu gunung, seorang rahib adalah seorang rahib, seorang awam adalah seorang awam, namun totalitas dari pikiran meliputi segalanya. Pandangan atau satu dan semua ini juga dipaparkan oleh Hua-Yen dan T'ien-t'ai namun huang-Po menerapkan ajaran aliran ini dalam Ch'an.

Apa yang telah kita diskusikan sejauh ini dapat disebut sebagai kerangkan kerja teoritis dari ajaran Huang-Po. Namun yang tertulis dalam lampu zadalah beberapa contoh praktis dari teori-teorinya. Huang Po menggunakan kung-an sebagai alat untuk transmisi dari pikirannya untuk siswa-siswanya. Pendekatannya dekat dengan pendekatan Matsu, kakek guru dharmanya. Pernah sekali dia ditanya Pei Hsiu," Kita melihat lukisan seorang pendeta, namun di mana pendeta sebenarnya?" Huang-Po berteriak, "Pei-Hsiu!" Pei-Hsiu segera menjawab, "Ya, Master?" dan Huang-Po berkata, "Dimana dia sekarang?" Pei-Hsiu dengan seketika menjadi cerah.

Page 88: Ajaran Awal Buddhisme Ch'An

Ajaran Murni Ch'an Buddhis Ajaran Murni Ch'an Buddhis Ajaran Murni Ch'an Buddhis Ajaran Murni Ch'an Buddhis

72

Panggilan tiba-tiba nama seorang siswa dan pertanyaan follow-up seperti dimana itu atau apanya itu? adalah suatu teknik yang dipekenalkan Matsu. Sebagaimana kita catat dalam tulisan lainnya, seorang rahib yang dikenal sebagai Liasng dari Sz4echwan datang mengunjungi Ma-Tsu. Saat pendeta tersebut berpamitan pada Ma-tsu, sang master tiba-tiba memanggil namanya. Si rahib berpaling pada dan Ma-tsu menyahut, "Apanya itu?" Liang seketika menjadi cerah. dia kemudian memberitahukan siswa-siswanya bahwa di saat itu semua keragu-raguannya melelh bagaikan es yang mencair dalam panas matahari. Teknik mencerahkan siswa ini adalah apa yang sering dipakai para master ch'an dalam konteks menghadapai "Kesadaran mula-mula," atau Yeh-shih. Istilah ini sering digunakan Nan-Chuan dan Yang-shan, seperti yang telah didiskusikan dalam bagian mereka masing-masing. di sini kita akan melihat bagaimana Huang-Po menerapkannya di dalam ajarannya.

Suatu teknik pencerahan umum lainnya, yaitu dengan memukul atau menghantam, suatu metode yang berawal dari Ma-tsu, sering digunakan secara berhasil oleh Huang-Po. suatu kali Huang-Po berkelana ke Hang-Chow untuk mengunjungi Yen-Kuan Ch'an. Di dalam kuil, dia bertemu dengan seorang bhikkhu muda. Tidak dikenal Huang-Po, anak muda ini kiranya tak lain tak bukan adalah Pangeran makhota, yang dikala itu menetap dalam pengasingan di dalam kuil tersebut karena terjadi pengkhianatan dalam kerajaan. Sang Pangeran pada akhirnya akan kembali menjadi Kaisar. Suatu hari Huang-Po sedang membungkuk di hadapan patung Sang Buddha saat si bhikkhu muda yang mengamatinya bertanya, "Oleh karena kita diajarkan untuk tidak mencari apapu dari buddha, Dharma dan Sangha, mengapa anda membungkuk dalam cara yang dihadapan Buddha rupang? Apa yang anda harapkan?" Huang-Po menjadi," saya tak mencari apapun dari Buddha,Dharma dan Sangha. Saya membungkuk pada Buddha rupang sebagai suatu isyarat penghormatan yang lazim. "bhikkhu muda terssebut bertanya, "Tapi apa arti dari isyarat? Mengapa nda harus ikuti madat kebiasaan ini?" Huang-Po segera menampar wajah si bhikkhu muda alias si pangeran. si bhikkhu muda berkata, "Betapa kasarnya tindakan ini!" Bagaimana anda dapat katakan kekasaran atau kehalusan di sini?" Dan segera dia tampar wajah anak muda itu sekali lagi.

Kejadian ini bukanlah satu-satunya penerapan "pukulan" Huang-Po yang tercatat dalam sejarah. Dalam suatu cerita yang muncul dalam kitab selanjutnya kita dapat mendapatkan bahwa huang-Po pernah sekali menampar wajah Po-chang Huai-hai (720-814), yang merupakan gurunya. dia melakukannya dalam suatu ungkapan jiwa bebasnya sendiri dan Po-chang sama sekali tidak tersinggung. Dia sebenarnya girang bahwa siswanya telah mencapai pembebasan yang sedemikian rupa. Selanjutnya, saat Lin-chi telah cerah dan mengunjungi Huang-Po, dia sebaliknya, ditengah suatu dialog, menampar wajah Huang-Po. Huang-Po, tak syak lagi menerima isyarat ini". Pada tingkat relatif dan dalam masalah sehari-hari, gerakan-gerakan tertentu dianggap sopan dan lainnya menghina. Namun bagi kaum Ch'an yang telah mencapai kebebasan yang absolut, setiap tindakannya adalah suatu ungkapan

Page 89: Ajaran Awal Buddhisme Ch'An

Bebas Dari Subyektifitas Dan ObyektifitasBebas Dari Subyektifitas Dan ObyektifitasBebas Dari Subyektifitas Dan ObyektifitasBebas Dari Subyektifitas Dan Obyektifitas

73

langsung dari semangat bebasnya, dia tidaklah terikat oleh standar-standar biasa dan dia tidaklah ternilai oleh standar-standar tersebut.

Dalam jilid pertama dari kitab selanjutnya terdapat suatu anekdot dimana Huang-Po ditanya master Po-chang jikalau dia btelah melihat seekor harimau atau tidak saat dia berada di luar memetik jamur dikaki gunung hari itu. Jawaban Huang-Po bebas dari jebakan penegasan atau negasi logis. Sebaliknya, dia segera mengaum seperti seekor harimau. Dalam cara ini dia mengungkapkan keseluruhan dan integritas sempurna dari keberadaannya. Tanggapan ini dapat dibandingkan dengan Yueh-shan, yang menarik pedangnya saat dia ditanya suara pedangnya yang berpelatuk saat dia berjalan: kedua (contoh) melukiskan kebebasan dari pilihan antara kata atau keheningan. Seperti yang saya tunjukkan sebelumnya, Tung-shan Liang-Chieh menganggap cara pengungkapan ini adalah salah satu prestasi yang tertinggi dalam Ch'an.

Sebagaimana kita ketahui, Huang-Po mengkritik Niu-t'ou Fa-yung karena berbicara tidak terlalu berlebihan tentang Ch'an namun tidak pernah mengetahui rahasia yang membawa pada pengalaman sejati dari ch'an. Berbagai teknik yang dia gunakan memukul, memanggil nama siswanya, gaumana singanya, keheninngannya semuanya dimaksudkan untuk memungkinkan siswa-siswanya untuk menempuh langkah akhir ke dalam dunia yang tak terbatas dari pencerahan ch'an. Namun saat Huang-Po mengkritik perkuliahan niu-t'ou Fa-Yung, dia sendiri menyampaikan perkuliahan tentang transmisi pikiran sebagaimana dicatat Pei-Hsiu. Pertanyaan tertentu mungkin muncul jika perkuliahannya ini bertentangan dengan prinsip-prinsipnya sendiri. Untuk menjawab pertanyaan ini, kita dapat merujuk pada episode di mana Pei Hsiu membawa tafsiran tertulisnya sendiri tentang Ch'an kepada Huang-Po untukm disimaknya. Huang-Po mengeyampingkannya tanpa membaca dan diam sesaat. akhirnya dia menyandar ke arah pei-hsiu dan bertanya, "Apakah anda mengerti?" Jika kita memahami makna dari keheningannya dalam hal ini, kita mungkin berada dalam perjalanan untuk melakukan lompatan lebih lanjut dalam pencerahan Ch'an.

Melanjutkan ajaran-ajaran Huang-Po, di samping Lin-chi, kita dapatkan Mu-chou Tao-tsung, yang juga disebut Chen Tsun-su atau Yang Mulia Master Tua Chen. Dalam kesusasteraan ch'an kita tidak ditemukan perkuliahan atau analisa teoritisnya yang tecatat sebagaimana kita dapatkan dari Huang-Po dan kemudian Lin--chi. Namun ajaran-ajaran Mu-chou, begitu kuat dan langsung sehingga dialah yang berjasa atas pencerahan dua tokoh yang paling terkemukan dalam sejarah ch'an, Lin-chi I-hsuan dan Yun-men Wen-Yen yang oleh karenanya merintis jalan bagi pengembangan dua aliran Ch'an?Buddhisme yang terkenal itu. untuk prestasi ini saja, mu-chou dianugerahi suatu posisi yang sangat berarti dalam perkembangan Ch'an.

Sebelum kita diskusikan apa yang kita ketahui akan ajaran mu-chou, barang kali akan cukup berharga untuk menceritakan sedikit tentang karakter dan kepribadiannya. mu-chou adalah seorang lelaki teramat miskin yang

Page 90: Ajaran Awal Buddhisme Ch'An

Ajaran Murni Ch'an Buddhis Ajaran Murni Ch'an Buddhis Ajaran Murni Ch'an Buddhis Ajaran Murni Ch'an Buddhis

74

hanya menghidupi dirinya dan ibunya yang tua renta dengan menagnyam sandal jerami. Sandal-sandal ini sering ditinggalkan di jalanan untuk diberikan pada kaum papah yang tak membelinya. mulanya tidak ada yang tahu siapa si pemberi misterius tanpa nama tersebut namun pembuat sandal-sandal tersebut akhirnya terlacaki pada diri Mu-chou. Beliau sangatlah dikagumi orang-orang dusunnya untuk kedermawan dan simpatinya dan secara luas dihormati atas kebijaksanaannya. Beliau juga mendapatkan nama yang memancarkan rasa sayang ini, sandal Chen. Suatu hari dusun ini diributkan orang akan diserang sekelompok bandit. Mendengar khabar ini, mu-chou menganyam suatu sandal besar dan menggantungkannya dari pintu gerbang disun. Saat bandit-bandit tersebut tiba, mereka melihat sandal tersebut karena rasa hormat pada si pembuat sandal. Nama besar Mu-chou konon telah menyebar ke seluruh daratan cina sebelum beliau meninggal di usia lanjutnya pada umur sembilan pulu delapan.

Baik dalam aliran T'ien-tai maupun Hua-yen, suatu interfusi antara penampilan dan realitas sangat dipertahankan. Namun interfusi dan identifikasi hadir secara bstrak, dalam hal prinsip-prinsip filosofis. Namun Ch'an mengajarkan bahwa prinsip-prinnsip ini takkan pernah terpahami hanya dengan intelek belaka tetapi haruslah secara pribadi di alami melalui usaha pribadi seseorang diri.

Suatu usaha pencarian intelektual semata atas kebenaran ini akan memecahkan kepribadian kita menjadi dua pihak yang terpisah dan berperang. Yang satu bersifat transendental, yang lainnya konkrit. Di dalam mencari transedansi , seseorang haruslah meninggalkan yang kongkrit, menetap dalam kekonkritan, ia tidaklah mampu mentransendensinya. Namun bagi para buddhis Ch'an tidak ada yang transedental di luar yang konkrit. Dengan perkataan lain, manusia Ch'an terlibat dalam kegiatan-kegiatan awam sehari-hari dan pada saat yang sama mentransedensinya, sehingga yang konkrit dan yang transedental dalam hiddupnya adalah satu dan sama. dia hidup sebagaimana semua orang lainnya, dalam ruang dan waktu, namun dia tidaklah dibatasi olehnya. Baginya yang terbatas dalam yang terbatas. Mereka secara total dan tak terpisahkan teridentifikasikan sebagai satu.

Mu-Chou Tao-tsung dianggap sebagai salah satu master besar yang sebenarnya mengalami identifikasi ini dan mampu mentransmisikan perjalanan ini kepada siswa-siswanya. Sebenarnya alasannya untuk tidak mengkuliahankan atau meelibatkan dirinya dalam formulasi prinsip-prinsip abstrak adalah karena beliau mengikuti dengan ketat ajaran Ch'an tradisional yang diwariskan Ma-tsu. Ajaran-ajaran ini berbeda dari aliran-aliran Buddhisme yang lain maupun dari pendahulu-pendahulunya dari India.

Suatu kali Mu-chou ditanya bagaimana ebliau dapat bebas dari tugas-tugas berpakaian dan makan sehari-hari yang mncapekkan itu. Beliau menjawab bahwa seseorang haruslah memakai baju dan makan setiap harinya. Saat si penanya mengatakan bahwa dia belum mengerti jawaban ini, Mu-chou menyatakan, "jika anda tidak ngerti, cobalah berpakaian dan makan setiap hari." Menurut Mu-chou pembebasan haruslah ditemukan dalam kegiatan

Page 91: Ajaran Awal Buddhisme Ch'An

Bebas Dari Subyektifitas Dan ObyektifitasBebas Dari Subyektifitas Dan ObyektifitasBebas Dari Subyektifitas Dan ObyektifitasBebas Dari Subyektifitas Dan Obyektifitas

75

konkrit. Pencerahan bukanlah sesuatu yang terada di atas atau di luar dasar hubungan-hubungan manusiawi yang lazim. Melainkan langsung dan telah menjadi sifatnya. suatu saat dikala Mu-chou dimintakan suatu pernyataann yang melampaui kebijaksanaan semua buddha dan sesepuh, dia mengangkat tongkatnya dan berkata, "saat sibhikkhu membisu, Mu-chou mengayunkan tongkatnya dan berkata, "Suatu pernyataan yang melampaui semua Buddha dn sesepuh, bukankah itu yang ada minta, o bhikkhu?" Gerakan konkrit yuang sederhana dengan mengayunkan tongkatnya melampaui pernyataan atas kebijaksanaan yang diformulasikan apapun yang mungkiin dibuat. Mu-chou membuat siswa-siswanya melihat bahwa hanya dalam ringkup pikiran, hakikat sejati pencerahan dapat ditemukan.

Namun, jika dalam isyarat umum pengungkapan kebijaksanaan tertinggi tersebut tidak tersirat, maka isyarat tersebut semata-mata hanyalah tiruan. Suatu kali Mu-chou bertanya pada seorang pendeta darimana ia berasal. Pendeta tersebut berteriak, "Ho!" Mu-Chou berkata, "Jadi sekarang anda berikan saya ,"Ho!" sekali lagi pendeta tersebut berkata, "Ho!" "Baik, " kata Mu-Chou, "setelah ,Ho!" yang ketiga atau keempat apa yang akan anda lakukan?" Saat si pendeta tak mampu menjawab, Mu-Chou memukulnya sambil berkata, "Anda adalah seorang penipu yang dangkal ilmu!"

Secara tradisinya umat Ch'an percaya bahwa sebelum seseorang cerah ia melihat gunung sebagai gunung dan sungai sebagai sungai; dalam proses mencapai pencerahan ( ia melihat), gunung bukan lagi sebagai gunung, sungai bukan lagi sungai,namun saat ia pada akhirnya telah mencapai pencerahan; gunung skali lagi gunung, sungai sekali lagi adalah sungai. Demikian juga dengan ajaran Mu-chou. Hanya setelah pencerahan agung yang demikian beliau mencapai tingkat kebijaksanaan yang demikian.

Lin-chi I-hsuan, sebagaimana telah disinggung sebelumnya adalah siswa Huang-Po dan cucu murid dharma Po-Chang. Beliau dianggap master yang paling berkuasa dalam keseluruhan sejarah Ch'an. Aliran yang beliau dirikan merupakan yang paling berpengaruh dari lima sekte Ch'an utama. Lin-chi meninggal pada pertengahan abad kesembilan namun hingga pertengahan abad kedua belas pengikuti-pengikukt langsungnya dari satu generasi ke generasi lainnya adalah master-master terkemuka . Adalah padda abad kedua belas ajarannya di bawa ke jepang, dimana ajaran tersebut berkembang hingga dewasa ini.

Metode Lin-chi mencakup ciri-ciri khusus yang mewakili suatu ortodoksi khas yang diturunkan oleh Ma-tsu. Beliau menggunakan pendekatan "Ho!" dan pukulan untuk mencurahkan siswa-siswanya dan seperti juga dengan Ma-tsu, sebenarnya cukup dikenal oleh "perlakuan kasar" yang ditunjukkannya sebagai hukuman. Kita dapat mengingat cerita Ma-tsu menampar Po-chang sedemikian kerasnya sehingga si Po-chang tuli selama tiga hari. Metode Lin-chi yang menerapkan "pukulan" sama dengan teknik Te-shan Hsuan-chien: dia menekankan yang langsung, spontan dan kebebasan absolut. Lin-chi pernah berkata:

Page 92: Ajaran Awal Buddhisme Ch'An

Ajaran Murni Ch'an Buddhis Ajaran Murni Ch'an Buddhis Ajaran Murni Ch'an Buddhis Ajaran Murni Ch'an Buddhis

76

Banyak siswa datang menemui saya dari segala jurusan. Banyak dari mereka tidaklah bebas dari keterikatan terhadap hal-hal obyektif. Saya menanganinya tepat di tempat. jika masalah itu disebabkan oleh tangan-tangan jahil, saya pukul tangannya. Jika masalah itu berasal dari mulut mereka, saya pukul mulut itu. Jika masalah itu tersembunyi dalam mata mereka, saya pukul mata itu. Sejauh ini saya belum temukan siapapun yang bebas oleh diri mereka sendiri . Ini dikarenakan mereka semuanya telah terikat dalam cara-cara kerja yang tak bergunan dari master-master lama mereka. Bagi saya, saya tidak punya metode tunggal apapun untuk diberikan, tapi apa yang dapat saya lakukan adalah meringankan masalah dan membebaskan manusia.

Namun perlu kiranya membebaskan diri seseorang sebelum ia dapat membebaskan yang lain. Lin-chi sekali berkata bahwa saat orang-orang datang padanya untuk menanyakan Buddha, jawabannya muncul dari alam kemurnian; saat mereka menanyakannya tentang Bodhisattva, jawabannya didapatkan dari alam kesunyataan; dan saat mereka menanyakannya tentang nirvana, dia menanggapinya dari alam keheningani. Saat dia memasuki semua alam yang berbeda ini, dia katakan dia tidaklah terikat dalam situasi apapun; tak satupun yang dapat memperbudaknya. Saat seorang lelaki datang padanya untuk meminta bantuan dia berada dalam suatu posisi yang mengamatinya, bebas dari keterikatan-keterikatan.

Lin-chi temukan bahwa olek karena beliau secara absolut bebas dari keterikatan, siswa-siswanya sering mendapatkan kesulitan untuk menyesalinya. Oleh karena itu, dia akan mengenakan berbagai pakaian untuk membantu mereka. Ada kalanya dia melepaskan bajunya dan memasuki alam kemurniaan, siswa-siswanya akan mengenalinya dan senang melihatnya. Tapi saat dia meninggalkan bahkan pakaian kemurniannya, mereka akan kebingungan dan melarikan diri sambil menjgeluh bahwa dia bukan lagi orang yang sama. Namun segera dia memberitahukan mereka dia adalah manusia sejati yang mengenakan pakaian, mereka tiba-tiba akan mengenalinya. Dengan demikian Lin-chi memperingatkan siswa-siswa Ch'an bahwa mereka tidaklah berusaha untuk mengenali manusia oleh apa yang dipakainya, karena apa yang dia pakai hanyalah suatu kemelakatan, suatu ketetapan. Terdapat banyak jenis ketetapan, seperti kemurnian, bodhi, nirvana, sesepuh dan bahkan Buddha. Jadi kapanpun kita menemukan suatu nama tenar atau suatu ungkapan bagus, kita harus mengawalinya sebagai keterikatan-keterikatan sederhana. Untuk menjadi master Ch'an yang besar seseorang haruslah bebas dari semua keterikatan-ketrikatan sderhana. Untuk menjadi master Ch'an yang besar seseorang haruslah bebas dari semua keterikatan ini dan untuk menjadi siswa yang benar, ia haruslah mampu melihat kebijaksanaan sang master. Saat mentari tidak dicadari awan, cahaya langit akan menyinari seluruh penjuru dunia. Hal juga harus benar terhadap sang master itu sendiri sebagaimana raja dengan siswa-siswanya.

Untuk membedakan diri seseorang dari keterikatan, Lin-chi mengembangkan pendekatannya terhadap pencerahan yang secara khas mendadak dan tidak konvensional. Pendekatan ini akan kita lihat dalam bab-bab tentang diri dan ajarannya.

Page 93: Ajaran Awal Buddhisme Ch'An

Bebas Dari Subyektifitas Dan ObyektifitasBebas Dari Subyektifitas Dan ObyektifitasBebas Dari Subyektifitas Dan ObyektifitasBebas Dari Subyektifitas Dan Obyektifitas

77

Dalam bacaan pertama atas Dialog-dialog Tercatat oleh Master Ch'an Lin-chi (Recordee Dialogues of ch'an Master Lin-chi), kitaa barangkali akan sama sekali menjadi bingung. Namun, saat kita menyimak ajaran Lin-chi, kita akan temukan bahwa ajaran-ajaran itu sebenarnya tak sesukar bagaimana ia kelihatan pada pandangan pertama. Beliau telah menformulasikan sejumlah prinsip-prinsip dasar yang dimaksudkan untuk membimbing kita menuju penncerahan. Prinsip ini mencakup issu pin chu atau empat rangkap antara penanya dan penjawab, dan ssu liao chien atau empat Proses P dari subyektifitas dan Obyektifitas. Kedua pendekatan ini membawa pada transformasi dari diri dalam bentuk ego yang terbatas pada diri universal yang tak terbatas secara singkat, kita dapat katakan transformasi dari ego ke dalam diri.

A. Ssu pin chu, Empat Rangkap Hubungan antara Penanya dan Penjawab. 1. Pin chien chu atau tamu menjumpai tuan rumah. Pin atau tamu berarti

diri dalam bentuk ego dan chu atau tuan rumah, berarti diri universal. Dengan demikian tamu menjumpai tuan rumah." Berarti si penanya berada dalam bentuk ego saat dia menjumpai si penjawab yang berada dalam bentuk diri.

2.Chu chien pin, atau tuan rumah menjumpai tamu. Ini berarti si penanya berada dalam bentuk diri, saat dia bertemu dengan si penjawab yang berada dalam bentuk ego.

3.Chu Chien chu, atau tuan rumah menjumpai tuan rumah. Ini berarti bahwa si penanya berada dalam bentuk diri, saat dia bertemu dengan si penjawab, yang juga berada dalam bentuk diri.

4. Pin chien pin , atau tamu menjumpai tamu. Ini berarti bahwa si penanya dan si penjawab keduannya berada dalam bentuk ego.

Dengan mengilustrasikan poin pertama, "tamu melihat tuan rumah" (atau si penanya dengan diri dalam bentuk egonya yang terbatas menanya si penjawab dengan diri universalnya yang tak terbatas), kita dapat melihat pada cerita pertama dalam kitab Lin-chi. Setelah tiga tahun belajar, Lin-chi bingung dalam pencariannya atas kebenaran hakiki dan menjumpai ke masternya Huang-Po, sebanyak tiga kali. Di saat itu Lin-chi nyatanya tidak lain daripada wakil diri dalam bentuk ego yang terbatas, penuh kegelisahan dan terkuras oleh pencarian intelektual. Sebaliknya Huang-Po, si penjawab yang diwawancara oleh sipenanya Lin-chi adalah master dirinya sendiri. Dalam batinnya tak ada pikiran yang dapat menganggunya; di luar dia tidaklah mencari keterangan. Pukulan-pukulan yang diberikannya pada Lin-chi adalah cerminan langsung dari pusat dirinya, penampung dari semua potensi. Oleh karena itu, pukulannya sama dengan gerakan cepat dari pedangg Vajra yang suci atau "kilatan petir." Dalam Hua-Yen kita pelajari bahwa suatu rambut tunggal dari seekor singa mengandung ppotensi-potensi dari semua rambut. Ini adalah suatu pendekatan metafisis darimana kita hanya dapat berharap untuk mencapai suatu pemahaman intelektual. Saat Huang-Po memukulnya, dia mewujudkan integritas pikirannya sendiri, jauh di luar ungkapan kata atau analisa intelektual apapun. Dengan demikian Master Ta-Yii menamakan

Page 94: Ajaran Awal Buddhisme Ch'An

Ajaran Murni Ch'an Buddhis Ajaran Murni Ch'an Buddhis Ajaran Murni Ch'an Buddhis Ajaran Murni Ch'an Buddhis

78

pukulan Huang-Po "sebagai kebaikan yang bersifat keibuan". Asalanya dari pikiran yang penuh dengan potensi-potensi namun tanpa diskriminasi intelektual atau perbedaa-perbedaan konsepsual. Jadi ia adalah diri universal, atau tuan rumah, tak terbatas dan tak terbias, yang mewawancara diri bentuk ego Lin-chi sebelum pencerahannya. Demikianlah kita lihat ilustrasi "tamu menjumpai tuan rumah."

Hubungan dalam kasusu "tuan rumah menjumpai tamu," atau diri yang tak terbatas mewawancarai ego yang terbatas, dapat diilustrasi dari dialog antara master Lin-chi dengan pimpinan Pagoda Kuping beruang. Saat Lin-chi berkata bahwa dia takkan mengunjungi dan menghormati rupang Buddha dan para sesepuh, dia maksudkan bahwa pikirannya adalah kekosongan absolut (absolut void), yang tidak saja bebas dari jebakan dualitas duniawi tetapi juga bebas dari kemelekatan terhadap patung-patung ilahi. Sebagaimana dia tunjukkan dalam dialognya:

"Saat anda jumpa seorang Buddha, bunuh buddha, saat anda jumpa seorang sesepuh, bunuh si sesepuh. Hanya dengan cara ini anda dapat mencapai pembebasan absolut dari kemelakatan apapun. Dengan demikian anda akan bebas dan dengan mudahnya mengungkapkan diri sejati anda" jawaban Lin-chi paa pimpinan pagoda tersebut adalah suatu perwujudan dari diri sejatinya, bentuk universal yang tak terbatas dari Lin-chi, "tuan rumah dalam diagram kita. Pimpinan pagoda yang tidak memahami arti pernyataan Lin-chi menjadi shock dan menyatakan bahwa Lin-chi telah menghina patung-patung suci. Buddha dan Para sesepuh, dia katakan tidak melakukan ketidakadilan apapun terhadap Lin-chi! Jelas pimpinan pagoda kuping beruang oleh suatu tingkat yang relatif; dia belum membebaaskan dirinya dari keterbatasan-keterbatasannya untuk memahami diri bentuk ego, si"tamu", yang mewawancarai diri, yaitu Lin-chi, si "tuan rumah".

Hubungan ketiga, "tamu menjumpai tamu," adalah hubungan yang paling memadai. Baik si penanya maupun si penjawab telah mencapai tingkat pencerahan dan telah menjadi pribadi-pribadi yang sama sekali berbeda. Hubungan ini dapat dilihat dari cerita tentang Lin-Chi saat dia berangkat mencari pencerahan dari Master Ta-yu. Pada saat ini Ta-Yu menyetujui instruksi yang diberikan Huang-Po, master Lin-chi yang sebenarnya dan memuji perlakuan kasar Huang-Po sebagai ajaran yang "bersifat keibuan". Pikirannya sejalan dengan pikiran Huang-Po. di sini Ta-yu adalah "tuan rumah" yang memiliki diri universal. Segera pikiran Lin-chi menjadi terbuka oleh pernyataan Ta-Yu yang mendalam tersebut dia seketika mendapatkan pencerahan. Komentar Ta-yu tentang ajaran Huang-Po adalah pencerminan spontan dari diri universalnya, yang telah bebas dari kebingungan terdahulu dan kekalutan oleh kecemasan. Lin-chi di kala itu tidak lagi terbatasi oleh diri benuk egonya, sebaliknya ia telah terbebaskan sebagai "tuan rumah" yang mewawancarai si "tuan rumah Ta-yu. Cerita dari wawancara ini berakhir dengan Ta-yu menguji keaslian kesadaran diri Lin-chi dengan menanyakannya, "Pokoknya apa yang telah anda lihat?" Lin-chi menanggapi dengan memukuli dadanya sebanyak tiga kali dan tak menyatakan apapun.

Page 95: Ajaran Awal Buddhisme Ch'An

Bebas Dari Subyektifitas Dan ObyektifitasBebas Dari Subyektifitas Dan ObyektifitasBebas Dari Subyektifitas Dan ObyektifitasBebas Dari Subyektifitas Dan Obyektifitas

79

"Pukulan" ini menunjukkan bahwa pesan itu dikirim dari pusat dirinya, Diri universal Lin-chi, si "tuan rumah." Wawancara dengan Ta-Yu ini adalah suatu contoh "tuan rumah menjumpai tuan rumah," tujuan dari buddhisme Ch'an.

Hubungan yang keempat, "Tamu menjumpai tamu," adalah suatu kasusu dimana baik si penanya dan penjawab keduanya terikat dalam diri bentuk egonya dan tidak mampu membebaskan diri mereka dari rintangan-rintangan mereka. Lebih-lebih keduanya saling melimpahkan pada yang lain beban dari kekalutan pikiran mereka sendiri. situasi itu bukanlah tidak umum, sebagimana master Lin-chi sendiri mengamatinya dalam Dialognya.

Terdapat beberapa siswa yang menjinjing papan garian [ seperti yang dikenakan oleh para narapidana] serta muncul di hadapan master ch'an. Master itu menimpakan bebannya. Namun siswa-siswa tersbut sangat girang karena sang master dan siswa keduanya gagal meenyadari apa yang terjadi. Inilah yang dinamakan "tamu mewawancarai tamu."

B. ssu liao chien, Empat Proses Pembebasan dari Subyektifitas dan Obyektifitas.

Tujuan dari metode "Ho" atau kung an adalah sudah pasti To, untuk membebaskan si siswa dari kekalutan pikirannya yang tak terlihat. Namun, prosedur untuk mencapai tujuan ini berbeda sesuai dengan keadaan dan individu yang terlibat. Menurut Lin-chi, master itu harus menentukan jenis manusia siswanya tersebut dan selanjutnya menerapkan teknik yang tepat untuk membuka pikirannya. Prosedur ini melibatkan empat langkah.

1. Tuo jen pu tuo ching. Suatu terjemahan harfiah dari proses pertama ini adalah sebagai "merenggut simanusia tapi bukan situasi obyektifnya." Terdapat banyak parafrase puitis dan simbolis oleh berbagai ilmuwan buddhis, termasuk oleh Lin-chi sendiri, sebagai contoh: "secara diam saya bermeditasi dalam kuil, awan-awan putih bangkit dari puncak gunung." Pernyataan bersifat sugesti, namun tidak memberitahukan kita apapun arti yang setetpatnya dari proses pembebasan ini. Setelah mempelajari banyak parafrase simbolis dan puitis dari ide ini dan mengkaji kasus-kasus pencerahan aktual melalui kung-an, "Ho", ataupun pukulan, saya sampai kepada kesimpulan bahwa artinya [pencerahan] itu adalah, membebaskan dari kemelekatan subyektifitas namun tetap membiarkan keberadaan obyektifitas tersebut. Prosedur ini disarankan dalam keberadaan baris-baris berikut oleh master Fen-Yang (947-1024) dari aliran Lin-chi:

Di bawah terang purnama terdapat menara dan ruang seribu rumah; Tergeletak dalam hawa musim panas terdapat danau dan sungai bermiriad

li. Kuntum-kuntum meniup dalam perindu, tak beda dalam warnanya. Seekor bangau menuruni pesisir pasir putih dari suatu arus sungai.

Dalam puisi ini tidak disinggung sama sekali tentang subyektifitasnya; apa yang kita dapatkan hanyalah situasi aktual, obyektifitas mutlak. Miripnya subyektifitas manusia bebas terlepas dari kemelekatannya; hanya obyektifitasnya yang tinggal. Demikianlah,"merenggut si manusia tapi bukan situasi obyektifnya."

2. Tuo ching pu tuo jen. Ini berarti situasi obyektif namun bukan si manusia. Secara kurang literal, ia dapat diterjemahkan sebagai "Bebas dari

Page 96: Ajaran Awal Buddhisme Ch'An

Ajaran Murni Ch'an Buddhis Ajaran Murni Ch'an Buddhis Ajaran Murni Ch'an Buddhis Ajaran Murni Ch'an Buddhis

80

keterikatan obyektifitas tetapi membiarkan keberadaan subyektifitas." Hal ini dapat diilustrasikan oleh salah satu khotbah Lin-chi:

Terdapat beberapa siswa buddhis yang telah meelakukan kesalahan dengan mencari Manjusri di gunung Wu-t'ai. Tidak ada Manjusri di Wu-t'ai. Anda inigin mengenal Manjusri? Ia adalah sesuatu yang di saat itu bekerja dalam dirimu, sesuatu yang tetap tak tergoyahkan dan tak membiarkan keraguan apapun. Inilah yang disebut Manjusri hidup.

Pernyataan Lin-chi tentang Manjusri menekankan fakta bahwa manusia harus menolak mencari di luar dirinya, bahkan menggali master-master terkemuka. Pendekatan tanpa kemelekatan menuju obyektifitas membebaskan diri seseorang dari ikatan terhadap dunia luar dan dengan demikian membawanya pada pencerahan. Ini adalah prinsip Lin-chi yang kedua," merenggut situasi obyektif namun bukkan manusianya."

3. Jen ching chu tuo. Ini dimaksudkan sebagai merenggut baik si manusia maupun situasi obyektifnya. Dengan perkataan lain, itu adalah pembebasan dari baik keterikatan subyektif dan obyektif. Kita dapat mengatakannya sebagai pembebasan dari subyektifitas dan obyektifitas. "Ho!" Lin-chi yang terkenal dan tongkat Yueh-shan selalu digunakan untuk tujuan ini. Marilah kita simak cerita berikut dalam iDialog Lin-chi:

Pendeta Ting datang pada master Lin-chi dan bertanya, "Apa esensi buddhisme?" Master turun dari kursi jeraminya, menampar wajah si pendeta dan mendorongnya pergi. Ting, sipenanya, berdiri tanpa bergerak. Seorang pendeta lainnya yang berdiri di sampingnya berkata padanya, "ting! mengapa anda tidak bersujud pada Master?" Saat pendeta Ting mulai bersujd, dia tiba-tiba mencapai pencerahan.

Tamparan dan dorongan yang demikian akan menghina dalam keadaan biasa, namun saat diterapkan dalam ajaran Ch'an tindakan tersebut menjadi suatu cara untuk membuka pikiran di luar rasio/inteleksi apapun serta bebas dari batasan subyektifitas dan obyektifitas. Pertanyaan yang diajukan pada Sang Master adalah tentang hakikat Buddhisme. Sang Master dari pada berusaha menjelaskannya secara intelektual, hanyalah melancarkan suatu tamparan. Tak ada yang rasional dalam tanggapan ting. dia tidak dapat menanggapi dengan pengakalan subyektif pun dia tidak temukan apapun dalam ajaran-ajaran tradisionil untuk menambah pemahamannya. dia menjadi bingung dalam suatu dunia di mana dia tidak dapat bersandar diri tertegun. Namun saat dia mulai bergerak, gerakannya menguncangkan benndungan dari waduk daya hidupnya dan menerobosnya. Pencerahannya adalah bagaikan terobosan air yang melewati bendungan roboh. Teknik menerobos melewati "bendungan mental" ini adalah apa yang dinamakan Lin-chi sebagai Jen ching chu tuo atau pembebasan dari kemelekatan terhadap subyektifitas dan obyektifitas.

Dalam biografi Lin-chi, kita menemukan cerita yang berhubungan dengan penanganan master terhadap seorang lelaki yang bersahaja namun jujur. Lelaki ini sering datang dan pergi. Pada saat dia akhirnya mendekati sang Master untuk mengajukan suatu pertanyaan, Lin-chi beranjak tempat duduknya, memegang si lelaki dan memintanya berbicara. Saat dia mulai

Page 97: Ajaran Awal Buddhisme Ch'An

Bebas Dari Subyektifitas Dan ObyektifitasBebas Dari Subyektifitas Dan ObyektifitasBebas Dari Subyektifitas Dan ObyektifitasBebas Dari Subyektifitas Dan Obyektifitas

81

bersuara Lin-chi mendorongnya. Perlakuan kasar ini diterapkan untuk tujuan yang sama seperti halnya dengan kasus pendeta Ting.

4. Jen ching chu pu tuo. Ini berarti tidak merenggut baik si manusia atau subyektifitasnya. atau membiarkan baik subyektifitas dan obyektifitas menjadi berupa apa adanya dan secara sempurna didentifikasikan satu sama lainnya. Kutipan berikut dari Lin-chi dapat menjelaskan kosep ini:

Kawan-kawan pelajar! Untuk mencari kebuddhaan, tak perlu pengolahan [diri] yang perlu hanyalah menjalankan tugas sehari-hari tanpa kemelekatan apapun. Beo, pipis, pakai bajumu, makan menumu. Cape, rebahlah. si bodoh'kan menertawaimu, tapi yang bijak'kan mengerti.

Inilah inti ajaran Ch'an. Realitas hakiki terletak tepat pada pusat keberadaan sehari-hari, jika seseorrang mengetahui cara memahami momentum absolut. Demikianlah kita katakan, "Menjinjing aair dan memotong kayu didalamnyalah terdapat keajaiban Tao. "Marilah kita tinjau bagaimana Lin-chi menerapkan point ini dalam ajaran jen ching chu pu tuo yang kesohor itu:

Saat chao-chou mencari pencerahannya dengan perjalanan kaki dan datang mengunjungi master Lin-chi, kebetulan di saat itu Lin-chi sedang mencuci kakinya. Chao-chou bertanya, "Apa arti Bodhidharma datang dari Barat?" Master Lin-chi menjawab, "Anda bertanya pada saat saya sedang mencuci kakiki!" Chao-chou mendekat dan membuat gerakan mendengar. Master Lin-chi berkata, "Ingin disiram gatyung air kotor kedua?" Habis itu Chao-chou berlalu.

Pernyataan Lin-chi adalah suatu pernyataan yang teramat tepat untuk situasi nyata yang demikian. Dia sedang mencuci kakinya dan dia mengatakan demikian pada tamunya. Subyektifitas, si pelaku, tepatnya diidentifikasikan dengan obyektifitas, hal yang sedang dilakukan. Ini seperti yang tersirat dalam pernyataan, "Bodhidharma datang dari barat." Melalui pengalaman batin atas identitas sempurna inilah Lin-chi menjawab pertanyaan chao-chou. Semua yang dapat disampingkannya ditunjukkan oleh kegiatannya, yang dengan sempurna mewakili dirinya. Ini bukanlah apa yang dapat dikatakan dalam kata-kata. Oleh karenanya, saat Chao-chou datang mendekat dan mencoba mendengar sesuatu lebih banyak dari sang Master, pelahjaran itu berupa apakah dia ingikan gayungan air kotor yang kedua? Identifikasikan diri ini dengan obyektifitas takkan tercapai oleh pencarian luar. Sebagaimana Lin-chi ajarkan dalam Dialognya: "Saat anda mencari di luar anda adalah seorang bodoh. Apa yang haru anda lakukan adalah menjadi master bagi dirimu sendiri dalam keadaan apapun. Situasi obyektif dalam mana anda berada di dalamnya sudah tertentu adalah yang nyata. Di saat itulah ketika segala keadaan buruk terjadi, anda tak bergeming.

Saat seseorang secara batiniah adalah tuan bagi dirinya sendiri dan secara jasmaniah dalam berbagai situasi benar terhadap dirinya, maka kita dapat katakan bahwa subyektifitas dan obyektifitas adalah teridentifikasi secara sempurna atau dalam kata-kata Lin-chi, jen ching chu pu tuo. Ini adalah prinsip dasar yang digunakan Lin-chi dalam kung an nya seperti yang dapat kita temukan terhimpun dalam lampu.

Page 98: Ajaran Awal Buddhisme Ch'An

Ajaran Murni Ch'an Buddhis Ajaran Murni Ch'an Buddhis Ajaran Murni Ch'an Buddhis Ajaran Murni Ch'an Buddhis

82

Saat kita pahhami prinsip-prinsip terdahulu, kita dapat mulai melihat bahwa "Ho!", pukulan dan gerakan khas lainnya serta pertanyaan-pertanyaan yang tak relevan dalam leteratur Ch'an, tidaklah lain daripada suatu cara untuk mencapai pengalaman batiniah pencerahan atay kesadaran. Ch'an sendiri tetap tak terungkapkan; ia takkan dapat tertuang dalam formula-formula apapun. Pemahaman intelektual malahan mungkin akan menjadi halangan daripada sebagai suatu bantuan untuk membuka pikiran. Namun , pengamatan-pengamatan "obyektif" ini atas ajaran Ch'an barangkala dapat membantu kita sebelum menjerumuskan diri kita ke dalam dunia aneh yang terdiri dari tanya jawab yang nyata-nyatanya tak berarti. Dasar-dasar ini, seperti yang dikemukan Lin-chi sendiri, dapat mebantu kita memahami arti dari ajaran-ajarannya yang menyemburkan keluar dari suatu konteks yang demikian berbeda dari sesuatu yang menyenangkan dan lazim yang kita semuanya telah pahami.

Page 99: Ajaran Awal Buddhisme Ch'An

83

HHHHUANGUANGUANGUANG----PPPPO O O O HHHHSI SI SI SI YYYYUNUNUNUN (? - 849)

Mengaum Seperti Harimau (DARI TRANSMISI LAMPU, CHÜAN 9)

Master ch'an Huang-Po Hsi Yun dari Hung-chou1 adalah penduduk asli

Min.2 Selagi muda beliau meninggalkan rumah dan menjadi seorang pendeta Buddhis di gunung Huang-Po3 di kampung halamannya. Di tengah-tengah jidatnya terdapat suatu tonjolan yang menyerupai mutiara. Suaranya jelas dan merdu pribadinya rendah hati dan jujur. Suatu ketika saat dia mengunjungi gunung T'ien-t'ai,4 dia bersama dengan seorang pendeta yang mengobrol dengannya seolah-olah dirinya adalah kawan lama si pendeta. Saat huang-Po menatapnya, mata si pendeta tersebut sangat kelihatan sangat terang dan tajam. Jadi Huang-Po pun memutuskan untuk bertualang dengannya. Kebetulan di saat itu sungaai suatu gunung membanjiri suatu lembah. Sipendeta melepaskan caping jeraminya, meletakkan tongkatnya dan menghentikan perjalanan mereka. Namun si pendeta mengingikan Huang-Po menyebrangi sungai bersama dirinya. Huang-Po berkata padanya, "Jika anda ingin berjalan menyebrangi sungaim, silahkan lanjtkan sendiri." si pendeta pun menyingsingkan kelima jubahnya dan berjalan di atas arus tersebut seakan berjalan di atas tanah. Dia memalingkan kepalanya dan memanggil Huang-Po, "Sebrang! sebrang!" Huang-Po berkata, "Oh! Kawan ini hanya ingin menyelamatkan dirinya. Jikalau saya tahu demikian sejak semula, saya akan potong kedua belah kakinya." Si pendeta berdesah dalam dan berkata, "Anda benar-benar telah diberkati kemampuan untuk menjadi Buddhis Mahayana yang tidak saya miliki." setelah perkataannya ini diapun menghilang.5

1 Sekarang Nan Ching ibukato Propinsi Kiangsi 2 Sekarang propinsi Fukien 3 Setelah barat distrik fu-ching di propinsi Fu-kien 4 Sebelah utaa distrik T'ien-t'ai di propinsi Chekiang . Di gunung inilah aliran T'ien t'ai didirikan. 5 Dalam Catatan Wan ling, ceritanya agak berbeda. Tulisan Wan ling telah diterjemahkan john

Blofeld dalam ajaran Zen Huang po (The Zen Teaching Of huang Po) (lihat hal.94). Cerita dalam lampu menyiratkan bahwa pendeta lainnya mengikuti tradisi Hianayana dengan mencukur rambutnya sendiri. Sedangkan Hianayana dengan mencukur rambutnya sendiri sedangkan

Page 100: Ajaran Awal Buddhisme Ch'An

Ajaran Murni Ch'an Buddhis Ajaran Murni Ch'an Buddhis Ajaran Murni Ch'an Buddhis Ajaran Murni Ch'an Buddhis

84

Selanjutnya Huang-Po menggembara ke ibukota. Dia dinasehatkan untuk mengunjungi Po-chang Huai-hai,6 jadi diapun berangkat ke tempatnya dan bertanya, "Bagaimana master-master Ch'an terdahulu membimbing pengikut-pengikutnya?" Po-chang mendiam. Huang-Po berkata, "Anda tak bisa biarkan ajran-ajaran ch'an orisinil hilang di tangan para pengikutnya kemudian. "Po-chang jawab, "Saya katakan andalah orangnya [yang menghilangkan Ch'an]." Setelah mengatakannya hal ini Po-chang menuju kebiliknya. Tapi Huang-Po mengikutnya dan masuk ke ruangan itu sambil berkata, "Saya datang kemari khususnya [untuk belajar padamu}". Pa-chang berkata, "Jikalau demikian, anda lebih baik jangan mengecewakan saya dimasa datang."

Suatu hari Po-channg bertanya pada Huang-Po, "Darimana saja anda?" Jawabannya berupa dia telah pergi ke kaki gunung Ta-hsiung untuk memetik jamur. Po-chang melanjutkan, "Apakah pernah berjumpa dengan harimau. Po-chang segera mengaum seperti seekor harimau. Po-chang meraih suatu kampak seolah-olah akan mencincang harimau. "Huang-Po tiba-tiba menampar wajah Po-chang. Po-chang ketawa terkekeh dan kemudian balik ke kuilnya dan berkata pada para hadirin, "Di kaki gunung Ta-hsiung ada seekor harimau. Kalian harus hati-hati. Saya tergigit olehnya hari ini."

Beberapa saat kemudian Huang-Po berada bersama Nan-ch'uan.* Semua pendeta di kuil Nan-ch'uan sedang berada di luar memanen sayur kol. Nan-ch'uanbertanya pada Huang-Po, "Kemana'kan kamu pergi?" Huang-Po jawab, "Saya akan pergi memetik kol." Nan-ch'uan melanjutkan, "Apa yang anda gunakan untuk petik kol?" Huang-Po mengangkat sabitnya. Nan-ch'uan berkata, "Anda mengambil posisi obyektif sebagai seroang tamu namun anda tak tahu bagaimana memimpin sebagai seorang tuan rumah dalam posisi subyektif." Huang-Po menjatuhkan diri tiga kali ketanaha dengan sabitnya.

Suatu hari Nan-ch'uan berkata pada Huang-Po, "Saya miliki suatu lagu

untuk menggembala lembu. Bisa anda buat lanjutannya?" Huang-Po berkata, "sa miliki guruku sendiri dalam hal ini."

Saat Huang-Po berpamitan pada Nan-ch'uan, yang mengantarnya sampai ke pitu, Nan-ch'uan menahan caping jerapi Huang-Po dan berkata, "Badanmu sangat besar. Tidakkah capingmu terlalu kecil?" Huang-Po berkata, "Walapun capingku kecil, seluruh dunia berada di dalamnya." Nan-ch'uan berkata, "Bagaimana dengan diriku, Guru Wang?"* Huang-Po hanya mengenakan caping jeraminya dan pergi meninggalkannya.

Huang po pembebasan diri saja bukanlah jawaban yang benar dari kebenaran. Oleh karena itulah dia berkata, "Saya akan menebas kakinya."

6 Menurut Catatan menunjuk pada bulan, chuan 10, huang po dinasehatkan untuk pergi ke nan ch'ang untuk mengunjungi ma-tsu tapi sesampainya di adisana, ma-tsu telah wafat. Jadi dia mengunjugi pagodanya po-chang telah membangung suatu gubuk di sisi makan ma-tsu; dengan demikian huang po pertama menjumpainya di sana dan belajar di bawah bimbingannya. menurut lampu, huangg po adalag siswa po-chang. tapi menurut pendahuluan pei-hsiu dalam hakikat transmisi pikiran (essentials of the transmission of teh mind) huang po adalah kemenakan dharma dari pochang, huai hai dan hsi t'ang chih tsang.

Page 101: Ajaran Awal Buddhisme Ch'An

HUANGHUANGHUANGHUANG----PO HSI YUNPO HSI YUNPO HSI YUNPO HSI YUN

85

Huang-Po kemudian menetap di kuil Ta-an di Hung-chou, di mana banyak pengikut berkumpul di dekatnya. Saat perdana menteri Pei-Hsiu7 ditempatkan di Wan-ling,8 dia membangun suatu kuil ch'an yang megah dan mengundang master Huang-Po untuk memberikan kuliah di sana. Oleh karena Master Huang-Po merasa senang dengan gunung tua dimana dia pernah tinggal sebelumnya, kuil baru tersebut mengikuti nama gunung tersebut. Perdana Menteri mengundang master ke kota dan menyampaikan tafsiran tertulis dirinya tentang Ch'an pada sang Master. Master menermanyya dan meletakkannya di meja. Dia tidak membacanya. Setelah sesaat heningg, dia pun bertanya pada perdana Menteri, "Mengertikah anda?" "Si menteri menjawab, "Saya tidak mengerti." Master menjawab, "Akan lebih baik jika anda dapat menjelaskannya segera melalui pengalaman batiniah. Jika ini

* Nan-ch'uan Pu Yuan (738-824), yang dialognya muncul di bab IV.

* Nan-ch'uan selalu menunjuk dirinya sendiri dengan panggilan ini. Wang adalah nama keluarganya.

diungkapkan dalam kata-kata, ia takkan menjadi ajaran kita." Setelah itu Perdana Menteri menggubah suatu puisi untuk dipersembahkan padanya:

Anda, Bodhisattva agung, tujuh kaki tinggimu Sehabis mutiara bersarang di jidatmu terima kuasa pikiran anda sebar

ch'an di daerah shu-shui9 Ini hari pengikutmu sebrangi sungai ch'ang10 datang padamu. Menjunjung dan mengikutimu ada seribu pendeta tulus. Dupa dan bunga dari jauh dibawa 'tuk maksud khusus. Semua ingin dilayani dirimu Tapi tak ada yang tahu pada siapa dharma'kan diturunkan. Setelah membaca puisi tersebut master tidak merasa senang. Namun,

sejak saat itu semangat ajaran aliran Huang-Po menjadi tersebar di sungai Yangtze.

Suatu hari master datang ke suatu pertemuan, dimana semua siswa-siswanya berkumpul. Sang Master berkata, "Anda semua! Apa yang kalian cari?" Sehabis itu dia meraih suatu tongkat dan mengelindingkannya. Kemudian dia berkata:

7 Menurut pendahuluan Pei Hsiu dalam Hakikat Transmisi Pikiran (Essential of the transmissiion

of the mind) dia pertama kalinya mengundang huang Po dalam perkuliahan di kuil Lung hsing di chung ling di tahun 842. Enam tahun kemudian saat Pei Hsiu berada di Wan ling, dia sekali lagi mengundang huang Po ke kuil K'ai Yan.

8 Sekarang kota Hsuan Cheng di sebebelah selatan propinsi Anhwei. 9 Sungai shu (juga dinamkan ho-Shu shui), mengalir di sebelah utara distrik sui Ch'uan di propinsi

Kiangsi. 10 Sungai Chang atau Chang chiang, mengaliri di sebelah selatan Propinsi fukien, sebelah selatan

gunung Huang Po, di mana master pertama kalinya ditabhiskan.

Page 102: Ajaran Awal Buddhisme Ch'An

Ajaran Murni Ch'an Buddhis Ajaran Murni Ch'an Buddhis Ajaran Murni Ch'an Buddhis Ajaran Murni Ch'an Buddhis

86

"Anda semuanya idiot. Mencari kebenaran dengan bertualang seperti yang kalian lakukan sekarang ini hanyalah membuat orang-orang lain menertawai kalian. Kalian mengikuti kelompok manusia kapanpun di sana terdapat beberapa ratus atauu demi kesenangan. Saat saya mengembara dengan berjalan kaki, jika saya kebetulan bertemu dengan seorang yang pada pandangan pertama, tahu dia telah menyadari sulitnya11 Chan, saya akan tawarkan nasiku padanya. Seandainya saya menganggap enteng segalanya seperti yang anda lakukan sekarang, maka tidak akan ajaran di sini hari ini. Oleh karena anda sedang mempelajari Ch'an melalui pertualangan diri kalian, anda haruslah mencurahkan seluruh usaha ke dalamnya. Tahukah kalian bahwa di dalam kerajaan T'ang besar tidak terdapat master ch'an sejati?" Di saat itu seorang pendeta maju kedepan dan bertanya, "Di seputar negeri ini kita dapat temukan banyak master tua yang mengumpulkan siswa-siswa mereka dan mengajarkan ch'an. Mengapa mesti anda katakan tak ada master ch'an?" Master menjawab, "Saya tidak bermaksud mengatakan tidak ada ch'an , apa yang saya maksudkan adalah tak tersedianya guru. Tahukah anda bahwa delapan puluh siswa Ma-tsu hebat itu mengajarkan ch'an, namun hanya dua atau tiga yang benar-benar menerima kebijaksanaan aslinya? Master besar Kuei-tsung12 adalah salah seorang diantaranya."

"Setiap Buddha haruslah memiliki kesadaran alamiah akan realitas hakiki. Sebagai contoh master agung Niu-t'ou Fa-Yung,* seorang siswa sesepuh keempat, memaparkan ajaran ch'an dalam setiap cara, tapi dia tidak memahami rahaasia dalam melakukan lloncatan lanjut menuju ke akhir. Dengan pandangan yang demikian yang memiliki ajaran yang benar. Lebih lanjut, jika dia tidak benar-benar memahami kebenaran ch'ann dari pengalamannya sendiri tapi hanya mempelajarinya secara verbal dan mengumpulkan kata-kata dan mengaku memahami ch'an, bagaimana ia dapat memcahkan teka-teki hidup dan mati? Mereka yang mmengabaikan ajaran master tuanya mererka akan segera tersesat jauh. Untuk orang-orang yang demikian, saya mengenalinya segera pada saat mereka melangkah ke pintu saya. Pahami apa yang saya maksdukan? Anda harus belajar keras dan tidak menganggap remeh. Jika anda hanya biarkan dirimu berpergiaan mensia-siakan waktu hidupmu, orang-orang bijak akan menertawaimu.

@ ajaran Niu t'ou Fa-Yung terdapat dalam bab I. Dan pada akhirnya anda akan mati sebagai seorang awam yang bebal.

Yakinlah untuk pahami bahwa tugas berarti ini punya diri anda sendiri. Jika anda ngerti, anda'kan segera memahaminya. Jika anda tidak, silahkan pergi."

Seorang pendeta bertanya, "Apa arti Bodhidharma datang dari Barat?" Sang Master segera memukulnya. Ajaran dari sang Master mewujudkan visi yang tertinggi jadi mereka yang cukup-cukupan akan gagal memahami beliau. 11 Dalam teks aslinya, arti literalnya adalah "Mengetahui sakit dan gatal." Ini berarti menyelami

kesukaran suatu tugas dalam hal ini ch'an. 12 Kuei-tsung merujuk pada master ch'an chih chang dari kuil Kuei tsyng di Lu-shan atau gunung

Lu. Bweliau adalah salah seorang siswa terbaik Ma-Tsu.

Page 103: Ajaran Awal Buddhisme Ch'An

HUANGHUANGHUANGHUANG----PO HSI YUNPO HSI YUNPO HSI YUNPO HSI YUN

87

Di Tahun Ketiga mas apemerintahan Ta-chung [847-859] dari Dinasti T'ang, sang master wafat di atas gunungnya.13 Kerajaan menganugerahkan beliau suatu gelar anumerita: Master Ch'an tuan-chi atau Bebas dari Keterbatasan. Pagodanya dinamakan Kuang-/Yeh atau Karya Agung.

13 Menurut Catatan Para Buddha dan Sesepuh dalam berbagai Dinasti, Chuan 16, Huang Po

meninggal dalam tahun ketiga periocde Ta-chung atau di tahun 849. Namun, menurut Catatan-catatan Umum Para buddha dan Sesepuh, Chuan 42, beliau meninggal dalam tahun ke sembilan periode Ta-Chung atau 855.

Page 104: Ajaran Awal Buddhisme Ch'An
Page 105: Ajaran Awal Buddhisme Ch'An

89

MMMMUUUU----CCCCHOU HOU HOU HOU TTTTAOAOAOAO----TTTTSUNGSUNGSUNGSUNG

"Ketinggalan Keledai Mengejar Kuda" (DARI TRANSMISI LAMPU, CHÜAN 12)

Yang Arya Master Tua ch'en menetap di Vihara Lung-hsin di Mu-Chou.1

Beliau menutupi ketenarannya di antara siswa-siswa ch'an dan sama sekali tidak membuat dirinya dikenal didunia luar. Dia biasanya menganyam sandal dan diam-diam meletakkannya di jalan. Setelah bertahun-tahun berselang, orang pada akhirnya menemukan siapa di balik semua ini. Akhirnya ia pun dinamakan "Sandal ch'en". Para sarjana biasanya datang padanya untuk bertanya yang akan ditanggapinya dengan sektika. Kata-katanya tajam dan menusuk, hal mana menunjukkan ajarannya adalah di luar cara pemikiran konvensional. Oleh karena itu, orang yang berpengetahuan dangkal selalu menertawainya. Namun para siswa Ch'an yang amat bakat akan sangat mengaguminya. Demikianlah banyak pemuja yang datang padanya dari segala jurusan dan memanggilnya Ch'en Tsun-su atau Yang Arya Master tua-chen.

suatu malam master berkata pada para hadirin: "Kalian semua! Yang masih belum memiliki pemahaman akan Ch'an harus

mencarinya; yang telah memilikinya. Tidakkah perlu berterimakasih padaku." Tepat di saat itu seorang pendeta melangkah keluar dari kelompoknya , membungkuk dan berkata, "Saya takkan pernah berterima kasih padamu, pak!" Master menghajarnya, "Kau tak berterima kasih padaku." Sang Master kemudian berkata, "Sejak saya memimpin di sini, saya tak melihat seorangpun yang bebas dari kemelekatan. Mengapa kalian tidak maju ke depan?" Seorang pendeta kemudian melangkah ke depan. Master berkata, "Penuntunku tak berada di sini, jadi anda lebih baik keluar dari gedung dan berikan dirimu dua puluh pukulan." Si pendeta protes: "Di mana kesalahanku?" Master nerkata, "Anda telah menambah satu gembok pada garian kurunganmu."2

1 Sekarang Chien-te (Kien-teh), terletak di sebelah barat Shun An di propinsi Chekiang. 2 Kerangkeng kayu adalah suatu kerangka kayu yang mengunci leher, dulunya digunakan sebagai

hukuman di Cina.

Page 106: Ajaran Awal Buddhisme Ch'An

Ajaran Murni Ch'an Buddhis Ajaran Murni Ch'an Buddhis Ajaran Murni Ch'an Buddhis Ajaran Murni Ch'an Buddhis

90

Sering saat master memperhatkan seorang pendeta ch;'an datang padanya, dia akan segera menutup pintunya. Adakalanya saat dia dikunjungi pendeta pengkhotbah, master akan memanggilnya, "Pak." Saat si pendeta menjawab panggilannya, Master akan berkata, "Wuh, pengangkut kayu!"3 Atau ada kalanya dia berkata, "Ini embernya; tolong bawakan air padaku."

Suatu hari saat Master sedang berdiri di tangga batu sesuai koridor, seorang pendeta-pendeta datang kepadanya dan bertanya, "Di mana kamar Yang Arya Master Tua-chen?" Sang master menanggalkan sandalnya dan memukulkannya ke kepala si pendeta. Saat di pendeta akan pergi, sang master memanggilnya, "Pak!" Si pendeta mengalihkan kepalanya dan menoleh kembali. Sang Master menunjuk padanya dan berkata, "Silahkan pergi dari jalan ini!"

Seorang pedeta mengetuk pintu. Sang Master bertanya, "Siapa dia?." Si pendeta menjawab, "Anu." Master berkata, "Satu bor yang dipakai untuk menuat roda di dinasti Ts'in [252-207 B.C.]"

suatu hari seorang utusan dikirim ini oleh kerajaan untuk menanyakan sang master, "Semua tiga pintu terbuka: melalui pintu yang mana harus saya masuk?" Master berkata padanya, "Yang Mulia!" Si pejabat menanggapi, "Ya, master!" Sang Master berkata, "Anda harus masuk melalui pintu keyakinan." Si pejabat melihat suatu lukisan dinding tergantung pada tembok dan bertanya, "Apa yang dikatakan oleh kedua Arya4 ini?" Master mengetuk pilar dan berkata, "Setiap tiga Jasmani5 dari buddha mengkhotbahkan buddhisme."

Sang master menanyakan seorang bhikkhu pengkhotbah, "Apa anda tidak mengkhotbahkan pikiran semata?"

Jawabannya adalah "Ya!" Sang Master berkata, "Anda tidak mengikuti kelima sepuluh perintah yang pertama."6

Sang Master menanyakan seorang pendeta "Saat seserorang memahami, setetes air pada ujung sehelai rambut mengandung samudera luas dan bumi luas terkandung dalam setitik debu. Apa yang perlu anda katakan tentang pernyataan ini?" Si pendeta menjawab, "Siapa yang anda tanyakan? Sang master menjawab, "Saya bertanya padamu." Si pendeta berkata, Mengapa tidak anda dengarkan saya?" Sang master berkata, "Apakah anda atau saya yang tidak mendengarkan perkataan masing-masing?"

3 Ini adalah suatu ungkapan pasaran di zaman T'ang yang menunjukkan bias: seorang kuli dapat

mengangkat kayu dengan sebelah bahuunya saja. 4 Seorang Arya adalah seseorang yang terhormat, seperti seorang arahat. 5 Tiga badan (Trikaya) dari buddha adalah Dharmakaya atau Badan Essensi; sambhogakaya atau

Badan Kebahagiaan; dan Nirmanakaya atau Badan Transformasi Magis. 6 Kelima perintah melarang pembunuhan, pencurian, perzinahan, berbohong dan minuman

keras.14. Bhikkhu Liang dari Szechwan, yang telah menerima pencerahannya di bawah bimbingan Ma-Tsu. Saat dia pergi dia berkata: "Semua yang telah saya pelajari sebelumnya telah melelh." Dia menetap beberapa saat di Pegunungan Huang chou barat dan tak pernah berkhotbah lagi.

Page 107: Ajaran Awal Buddhisme Ch'An

MuMuMuMu----Chou TaoChou TaoChou TaoChou Tao----TsungTsungTsungTsung

91

Master melihat seorang pendeta datang kepadanya dan berkata, "Menurut Kuang an yang terkenal anda akan diberikan tiga puluh pukulan." Si pendeta menjawab, "Saya adalah saya." Sang master berkata, "Mengapa patung vajra7 di gerbang kuil menaikkan tinjunya?" Si pendeta menjawab, "Vajra adalah apa adanya." Sang master menghajarnya."

Suatu pertanyaan diajukan: "Apa itu jalan ke atas?"8 Sang master menjawab, "Tak sulit mengatakannya. Jika saya mau." Si pendeta berkata, "Tolong beritahukan saya." Sang master berkata, "Hari ketiga, kesebelas, kesembilan dan ketujuh belas."

Pertanyaan: Saya takkan menanyakanmu bagaimana menegasi tingkatan yang satu melalui tingkatan yang lain?" Tapi bagaimana anda menegasi satu tingkat, jika bukan melalui yang lain?"

Jawab: "Kemarin saya tanam terang, hari ini melon." Pertanyaan: "Apa arti sebenarnya dari ajaran sesepuh keenam?" Jawab:

"Saya senang marah tapi tak senang girang!" Penanya meneruskan: "Mengapa anda harus demikian?"

Jawab: "Saat anda bertemu dengan seorang pendekar pedang di jalan, anda harus tunjukkan kepadanya pedangmu; saat anda bertemu seseorang yang bukan penyair, janganlah anda bicarakan puisi."

Seorang pendeta mengunjugni master dan menanyakan , "Dari mana anda berasal?" Si pendeta menjawab, "Liu-Yang." Master bertanya, "Apa yang dikatakan master ch'an di Liu-Yang9 tentang arti ch'an?"

Si pendeta menjawab, "Anda dapat pergi kemanapun; tapi anda takkan dapat tentukan jalan." Master bertanya, "Apakah itu benar-benar apa yang dikatakan si master tua?" Si pendeta menjawab, "Ya, benar." Master meraih tongkatnya dan menghajarkannya pada si penderita sambil beerkata pula, "Kawan ini hanya mengingat kata-kata."

Master berkata padanya, "Tolong jangan ganggu sya dengan gunting kukumu."10

Seorang pendeta mengunjungi sang master dan sambil menanyakan, "Bukankah anda salah seorang pendeta,"Ya." Master itu kemudian bertanya padanya, si pendeta menjawab, "Mengapa saya harus membungkuk pada sebongkah tanah liat?" Sang Master menyahut, "Pergilah dan hajarlah diri anda!"

7 Vajra adalah dewa pengawal dari peraturan buddhis, yang memegang suatu halilintar besar

dengan sebelah tangannya. 8 Master ch'an Pan-San pernah berkata: "Untuk jalan ke atas, seribu orang suci takkan dapat

memberikannya padamu. Para siswa bekerja keras untuk mencarinya. Akibatnya sama dengan saat monyet men coba mengejar bulan." Dengan perkataan lain, "Jalan ke atas" adalah ungkapan ch'an tentang jalan menuju pencerahan akhir.

9 Suatu kotaa di sebelah timur ch'angn sha di propinsi Hunan. 10 Ini adalah ungkapan yang dipergunakan para Buddhis Ch'an untuk menunjukkan bahwqa

argumentasinya intelektual, kita menjurus ke argumentasi lainnnya, bagaikan tanaman anggur yang menjalar tanpa akhir.

Page 108: Ajaran Awal Buddhisme Ch'An

Ajaran Murni Ch'an Buddhis Ajaran Murni Ch'an Buddhis Ajaran Murni Ch'an Buddhis Ajaran Murni Ch'an Buddhis

92

Seorang pendeta bertanya, "Saya memberikan khotbah juga bertualang denggan berjalan kaki. Bagaimana saya bisa tak memahami ajaran Buddha?" Master berkata, "Jika kata-katamu benar, anda harus menyesalinya." Si pendeta bertanya, "Tolong beritahukan saya bagaimana melakukannya." Master berkata, "Jika anda tidak ngerti, saya akan tutup mulutku tanpa sepatah katapun." Si pendeta mendesak, "Tolong beritahukan saya." Master berkata, "Jika anda tak tahu berterima kasih, anda akan malu."

Pertanyaan: "Apanya itu yang dapat diungkapkan dalam sepatah kata?" Jawaban: "Artinya hilang."

Penanya meneruskan: "di mana arti yang hilang tersebut?" Jawab: "Siapa pantas mendapatkan tiga puluh pukulan?" Penanya: "Apakah ajaran buddha dan ajaran sesepuh [Bodhidharma]

sama?" Jawab: "Suatu gunung hijau adalah gunung hijau dan awan putih adalah

awan putih." Pendeta meneruskan: "Apa itu suatu gunung hijau?" Master: "Balikkan setets hujan apdaku." Pendeta: "Saya tak dapat mengatakannya. Tolong anda katakan sendiri." Master: "Tentara-tentaa yang berada di depan Puncak bunga Dharma akan

diingat setelah kata nirvana di umumkan." Master bertanya pada seorang pendeta, "Di mana anda berada musim

panas ini?" Si pendeta menjawab, "Saya akan memberitahukan anda saat anda miliki

tempat menetap." Master: "Rybah tidaklah sama dengan singa dan terang lampu tak

terbandingkan dengan terang matahari dan bulan." Master menanyakan seorang pendeta yang bari tiba darimana dia berasal.

Si pendeta menantapnya. Sang master berkata, "Anda lah kawan yang ketinggala keledai dan mengejar kuda." Si pendeta berkata, "Silahkan pandangi saya." Master berkata, "Anda, kawan, yang ketinggalan keledai dan mengjear kuda, katakan sesuatu padaku." Si pendeta tak memberi jawaban.

Saat master sedang membaca sutra, Menteri Tsao11 menanyakannya, "Master! Sutra apa yang sedang anda baca?" Master berkata, "sutra Intan!"12 Menteri berkata, "Sutra Intan diterjemahkan dalam enam Dinasti;13 edisi mana yang anda gunakan?" Master mengangkat buku dan berkata, "SEmua hal yang dihasilkan oleh sebab hanyalah mimpi belaka yang bersifat ilusih dan bayangan darri suatu gelembung.

11 Chen Tsao adalah gubernur Mu-chou di saat itu. Beliau adalah seorang negerawan dan sarjana

Buddhis, sebagaimana Pei-Hsiu. Lihat Lampu , chuan 12. 12 Sutra Intan mengemukakan doktrin Sunyata, kekososngan dan Prajñâ, kebijaksanaan. 13 Keenam Dinasti adalah Wu, Chin Timur, Sung, Ch'i, Liang dan ch'en. dinasti-dinasti ini

beribukotakan chien Kang, sekarang Nanking.

Page 109: Ajaran Awal Buddhisme Ch'An

MuMuMuMu----Chou TaoChou TaoChou TaoChou Tao----TsungTsungTsungTsung

93

Saat master sedang membaca Nirvana Sutra,14 seorang pendeta menanyakannya sutra apa yang sedang ia baca. Master mengangkat bukunya dan berkata, "Ini yang terakhir untuk dikremasi."

Master menanyakan seorang pendeta yanng baru tiba," Kemana anda pergi untuk Hsi musim panas ini?"

Pendeta: "Ke ching-shan."15

Master: "Berapa banyak siswa di sana?" Pendeta: "Empat ratus." Master: "Kawan ini makan di malam hari."16 Master mengangkat tongkatnya dan mengusir si pendeta." Master Mu-chou mendengar seorang master Ch'an tua yang sama sekali

tak dapat didekati. Beliau pergi mengunjunginya. Saat Ch'an tua melihat Mu-chou memasuki biliknya, diapun segera berujar, "Ho!" Mu-chou menamparnya dengan tanganya dan berkata, "Tiruan ini." Master tua berkata, "Dimana salahku?" Mu-chou memarahinya, "Kau! Siluman rubah!" Setelah mengatakannya, Master segera pulang rumah.

Master menanyakan seorang pendeta kemana saja ia akhir-akhir ini. Pendeta: "Kiangsi."17 Master: "Berapa banyak pasang sandal yang telah aus dipakainya?"

Si pendeta menjawab. Master berkongsi teh dengan seorang pendeta pengkhotbah berkata, "Saya

tak dapat menyelamatkan anda." Pendeta: "Saya tak ngerti. tolong jelaskan, Master." Master mengambil

sepotong kue krim, menunjukkannya pada si pendeta dan menayakannya, "Apa ini?"

Pendeta berkata: "Obyek bermateri." Master berkata, "Kaulah jenis orang yang mendiih dalam air panas." Seorang pendeta berpangkat tinggi, yang telah diangerahkan suatu jubah

sembahyang. Oleh kerajaan, datang menjumpai master dan menghormatinya. Master memegang pita topi si pendeta , menunjukkan pada dia dan bertanya, "Ini dinamakan apa?"

Pendeta: "Topi kerajaan." Master: "Jikalau demikian saya takkan menanggalkannya." Master bertanya padanya apa yang sedang dipelajarinya.

14 Maha Parinibbana sutra, pertama kalinya diterjemahkan ke dalam bahasa Cina oleh

Dharmakaya adalah abadi dan semua makhluk hidup memiliki sifat Buddha. 15 Ching-shan Hung Yen menjadi bhikkhu kepala di gunung ching ditahun 865. Gunung Chin

terletak di Hang Chow. 16 Menurut peraturan kuil ch'an, para bhikkhu hanya makan dua kali sehari, sarapan dan makan

siang. Mereka tak makan untuk ketiga kalinya walaupun di sore harinya mereka makan sedikit roti kering. Yang makan malam dianggap tak bermoral.

17 Dalam dinasti T'ang, Kiangsi adalah pusat pengkajian ch'an, dimana master-master besar seperti Ma-Tsu memimpin.

Page 110: Ajaran Awal Buddhisme Ch'An

Ajaran Murni Ch'an Buddhis Ajaran Murni Ch'an Buddhis Ajaran Murni Ch'an Buddhis Ajaran Murni Ch'an Buddhis

94

Si pendeta menjawab, "Ajaran Pikiran semata."18 Master: "Apa itu?" Pendeta: "Tiga dunia tidak lain daripada pikiran dan segalanya tidak lain

dari kesadaran." Master menunjuk pada pintu dan bertanya, "Apa ini?" Pendeta: "Ini adalah suatu obyek bermateri." Master: "Di istana, jubah klembahyung dinugerahkan padamu; pada kaisar

anda telah memberitahukan sutra. Mengapa anda tidak mematuhi lima perintah?"19

Si pendeta tidak menjawab. Seorang pendeta bertanya, "Saya baru masuk dalam persaudaraan sangha.

Tolong berikan saya bimbingan!" Master: "Anda tak tahu bagaimana menanyakan suatu pertanyaan." Pendeta: "Bagaimana anda'kan menayakannya?" Master: "Saya akan bebaskan dirimu dari tiga puluh pukulan. Berikan

pukulan tiu pada dirimu dan pergi dari sini." Seorang pendeta meinta, "Tolong jelaskan prisip-prisip dasar dari ajaran

Sang Buddha." Master berkata, "Anda dapat menanyakannya padaku dan saya akan

memberitahukanmu." Pendeta: "Tolong, master, katakanlah." Master: "Bakar dupa dalam Aula buddha dan gabungkan tangan-tangamu

di luar gedung kuil."20 suatu pertanyaan diajukan: "Apa yang dilukiskan kata?" Master: "Untuk menilai bakat seseorang, berikanlah dia jabatan yang

pantas. Pendeta itu melanjutkan: "Bagaimana ia dapat bebas dari jebakan

gambaran kata?" Master berkata, "Bolehkah saya memohonmu untuk menerima tawaran

ini?"21 Master memanggil ch'ai-shan datang padanya dan juga memanggil seorang anak lelaki untuk membawa suatu kampak.

18 Doktrin Vijnaptimatra atau Pikiran semata (wei-shih dalam bahasa Cina), berasal usul di India

sebagai aliran Yogacara. 19 Lihat catatan 19 di atas. di antara lima perintah adalah "Jangan berbohonh."14. Bhikkhu Liang

dari Szechwan, yang telah menerima pencerahannya di bawah bimbingan Ma-Tsu. Saat dia pergi dia berkata: "Semua yang telah saya pelajari sebelumnya telah melelh." Dia menetap beberapa saat di Pegunungan Huang chou barat dan tak pernah berkhotbah lagi.

20 Suatu praktek berarti mengungkapkan bhakti dan pengabdian. Ia juga merupakan syarat penghormatan.

21 Teks asli, fu wei shang hsiang adalah ungkapan yang digunakan sebagai kalimat terakhir dan setiap pujian. Karena yang ini hanyalah suatu ungkapan umum, ia tak memiliki arti khusus sebagaimana digunakan Mu-chou.

Page 111: Ajaran Awal Buddhisme Ch'An

MuMuMuMu----Chou TaoChou TaoChou TaoChou Tao----TsungTsungTsungTsung

95

Anak lelaki tersebut membawakannya kampak dan berkata: "Tak ada yang perlu diukur, jadi anda hanya perlu membebas secara kasar."

Master berteriak, "Ho!" dan menyuruh si anak pergi sambil berkata, "Apa kampakmu?"

si anak memegang kampak tersebut dia akan menebas sesuatu dengannya.

suatu pertanyaan diajukan: "Apa jalan l;angsung menuju kebenaran?" Master berkata, "Untuk menilai bakat seseorang dan berikan dia jabatan

yang tepat." Pertanyaan disusun kembali: "APa yang bukan jalan langsung menuju

kebenaran?" Master: "Boleh saya memohonmu untuk terima tawaran ini?" Seorang pendeta yang baru tiba mengunjungi master yang menayanya,

"Apakah anda baru tiba?" Jawaban, "Ya, master!" Master berkata, "Buang penjepit kakimu."22 Dapatkah anda ngerti [hal]

ini?" Pendeta berkata, "saya tak ngerti." Master berkata, "Bawalah papan kerangkang kemukakan pernyataan

tentang kejahatanmu dan pergilahdari sini." Saat si pendeta akan pergi, master berkata padanya, "Kembalilah, kembalilah. Saya benar0benar ingin menanyamu darimana anda berasal."

Si pendeta menjawab bahwa ia berasal dari Kiangsi. Master berkata, "Master Pe-T'an23 punggungmu dan dia takut anda

mungkin mengatakan sesuatu yang salah. Pernahkah anda melihatnya?":Sipendeta menjawab.

Seseorang bertanya, "Saat patung roh pengawal [vajra] di pintu kuil memegang halilintar, dia miliki semu kekuatan surga dan dunia. Saat dia tidak memegangnya takada yang terjadi. Apa artinya ini?" Master menjerti, "Hum! Hum!24 saya tak pernah dengar pertanyaan yang demikianm sebelumnya." Kemudian berlanjtu: ""Pertama-tama melompat tiga ribu kali ke depan dan kemudian mundur belakang delapan ratus langkah: apa artinya ini?" Si pendeta berkata, "Ya!" Master berkata, "Pertama-tama saya akan memarahi kejahatanmu dengan suatu pernyataan tertulis dan kemudian saya akan menghajarmu." Si pendeta kembali: "Datang kemari!" Saya akan memanggilnya kembali: "dilog kemari! saya akan berkongsi dengan penjepitmu. Saat kita memegang sambaran petir kita miliki semua kekuatan

22 Lihat catatan 23 diatas. 23 Menurut Lampu, chuan 6, Fa huei dan Wei-chien keduanya adalah bhikhu Pe-t'an di hung chou

dan keduannya adalah siswa mu-chou. Oleh karena itu baik Fa-Huei atau Wei-chien dapat disebut sebagai master Pe-t'an. Kita tak tahu kepada siapa Mu-chou merujuknya dalam konteks ini.

24 Hum adalah suku kata terakhir dalam Om mani padme hum, yang merupakan Permata dalam lotus, suatu mantra Buddhisme Tantra. Kata ini dapat ditafsirkan sebagai bodhi dari semua buddha, yang berkekuatan magis saat diucapkan.

Page 112: Ajaran Awal Buddhisme Ch'An

Ajaran Murni Ch'an Buddhis Ajaran Murni Ch'an Buddhis Ajaran Murni Ch'an Buddhis Ajaran Murni Ch'an Buddhis

96

surga dan dunia. Dapatkah anda ceritakan padaku berupa dalamnya air di danau tung-tung?"25 Si pendeta menjawab, "Itu ada hanya pada saat ini." Master berkata, "Bahkan penjepit sederhana tak anda pahami." Dia hajar si pendeta .

Suatu pertanyaan diajukan: "Kata apa yang sama sekali bebas dari kemelakatan?"

Master berkata, "Saya takkan mengatakannya dalam cara ini." Si pendeta mendesak, "Kalau demikian bagaimana anda akan

mengatakannya?" Master menjawab, "Suatu panah pernah dilepaskan ari India sepanjang

seratus mil, tapi anda menunggunya di kerajaan besar." Seorang pendeta mengetuk pintu Master. Master bertanya, "apa itu?" Si

pendeta menjawab, "saya masih belum memahami masalah hidup dan matiku sendiri. Tolong, Master, bimbinglah saya." Master menjawab, "Apa yang saya punya untukmu di sini hanyalah satu tongkat." Kemudian dia membuka pintu. si pendeta menantangnya. Master segera menampar mulutnya.

Suatu pertanyaan diajukan: "Aksara apa yang tidak melengkapi i atau menyerupai pa?"26 Master membunyikan jari-jarinya segera dan bertanya, "apa dia tidak emahaminya. Master berkata, "untuk naik ke surga dan mempersembahkan suatu kenangan pada tahta penyebab tak terbanding dan terbatas, seekor katak melompat ke surga Brahman dan seekor cacing mengarungi Laut Timur."

Bhikkhu Hsi-feng datang mengungjungi Master. Master mempersalahkannya ke suatu tempat duduk dan menawarkan pengaran sambil bertanya, "dimanakah anda mengajarkan ch'an musim panas ini?" si bhikkhu menjawab, "Lan-chi." Master melanjutkan: "Berapa banyak orang di sana?" Bhikkhu kira-kira tujuh puluh. "Apa yang anda ajarkan pada muridmu?" Si bhikkhu meraih sebijih jeruk dan memberikannya pada master sambil berkata, "Telah dikerjakan." Master memarahinya: "Mengapa anda begitu terburu-buru?"

Seorang pendeta yang baru tiba datang mengunjugi master. Saat dia membungkuk, master menjerit, "Mengapa anda mencuri makan buah abadi?"27 Si pendeta berkata: "Saya baru tiba di sini. Mengapa anda, Master emncuri buah?" Master berkata, "Barang yang tercuri ada di sini."

Master bertanya pada seorang pendeta , "Dari mana saja anda?" Si pendeta berkata, "Dari Gunung Yang." Master melanjutkan: "Mengapa tidak anda ikuti lima perintah?" si pendeta menjawab, "Dalam hal apa saya berbohong padamu?" Master berkata, "Tempat ini tidak mengotori orang baru." 25 Salah satu danau besar dari lembah sungai Yangtze di pusat Cina di sebelah Utara propinsi

Hunan. 26 Huruf kanji i memiliki lima goresan dan untuk huruf pa dua sapaan. Namun terdapat suatu

persamaan diantara kedua huruf. 27 Ini menunjukkan hasil pengolahan kebuddhaan: dengan perkataan lain, pencerahan dapat

dirujuk sebagai bodhi, tathata, Nirvana, dan lain-lain.

Page 113: Ajaran Awal Buddhisme Ch'An

MuMuMuMu----Chou TaoChou TaoChou TaoChou Tao----TsungTsungTsungTsung

97

[Master measuki nirvana dalam usia sembilan puluh delapan. Lihat Analgamasi dari sumber-sumber lima lampu (Amalgamation Of the Sources of the five Lamps), chuan 4.]

Page 114: Ajaran Awal Buddhisme Ch'An
Page 115: Ajaran Awal Buddhisme Ch'An

99

LLLLININININ----CCCCHI HI HI HI IIII----HHHHSUANSUANSUANSUAN (? - 866)

"Di Sini Saya Akan Menguburmu Hidup Hidup" ( DARI TRANSMISI LAMPU, CHUAN 11)

Master ch'an Lin-chi I Hsuan dari chen chou 1 adalah penduduk asli Nan-

hua di t'sao-chou.2 Nama aslinya adalah hsing. Di awal masa remajanya dia memutuskan untuk menjadi seorang buddhis. Segera kepalanya dicukur dan ditabhiskannya dia, dia berlatih di bawah bimbingan master huang Po Hsi Yun, dengan mengikuti kelompok pendeta yang mengunjungi sang master dan mendengarkan khotbahnya. Suatu hari bhikkhu kepala3 kelompok tersebut menyarankan Lin chi untuk pergi menemui master Huang po dan bertanya padanya. Jadi Lin chi pun pergi menemui huang po dan bertanya paanya, "Apa arti sebenarnya kedatangan bodhidharma dari barat?" Tanpa perlu memboros waktu, Huang Po segera menghajarnya. Lin chi tetap teguh dan mengunjungi masternya hingga tiga kali dan pada setiap kalinya dia menerima pukulan. setelah itulah dia pergi menemui sang bhikkhu kepala dan minta izin untukm meninggalkan kuil tersebut: "Anda sebelumnya mendorong saya untuk bertanya pada master namun semua yang saya terima hanylah pukulan belaka. Oleh karena saya miliki pikiran bodoh yang sesali ini, lebih baik saya pergi dan mencari pencerahan di tempat manapun lagi." Lin-chi, walaupun melaporkan pada Huang-Po bahwa lin-chi walaupun muda usia, adalah orang yang memilki kualitas luar biasa dan meminta sang master mebantunya lagi jika datang berpamitan. Hari berikutnya, saat Lin-chi berpamit pada huang po, sang master pun menasehatkannya untuk pergi menemui master Ta-yu.4 Demikianlah Lin-chi menuju ke tempat master Ta-yu yang menanyakannya:

"Dari mana anda?"

1 Sekarang chen-hsien sebelah barat laut peking di propinsi Hopeh. 2 Sekarang Tsou-hsien, sebelah barat laut chi-ning di propinsi shantung. 3 Mu-chou Tao-tsung atau Chen Tsung su yanng kemudian menjadi seorang master dan

mencerahkan Yun-Men Wen Yen. 4 Kao-an Ta-yu, seroang siswa Kuei tsung chih chang dari gunung Lu.

Page 116: Ajaran Awal Buddhisme Ch'An

Ajaran Murni Ch’an Buddhis Ajaran Murni Ch’an Buddhis Ajaran Murni Ch’an Buddhis Ajaran Murni Ch’an Buddhis

100

"Dari Huang Po." "Pengerahan apa yang diberikan Huang Po padamu?" "Saat saya menanyakannya beliau tentang hakikat buddhisme, dia segera

menghajarku. Tiga kali saya temukan pertanyaan ini apdanya dan tiga kali saya terima hajaran. Saya tak tahu dimana salahku."

Mendegar jawaban master Ta-yu berujar: Mastermu memperlakukanmu dengan kebaikan ibu namun anda masih katakan anda tak tahu kesalahanmu."

Begitu mendengar hal ini, Lin-chi dalam sekejap menjadi cerah dan berkata, "Pokoknya, tidak banyak dalam ajaran buddha huang Po!"

Master Ta-yu menangkapnya dan berujar, "Kau setan kecil!" Sesaat sebelumnya kau mengeluh bahwa kau tak ngerti ajaran mastermu, sekarang kau katakan pula tak banyak yang ada dalam ajaran Buddha Huang po!" Apa sih yang anda lihat? Katakan!Katakan!

Tiga kali lin -chi meninju tuylang Tga Ta-Yu. Ta-Yu mendorongnya dan berkata, "Gurumu adalah Huang Po. Di sini tak ada bersangkut paut denganku."

Setelah itu lin-chi meninggalkan Ta-yu dan balik pada Huang Po, yang bertanya padanya, "Tidaklah anda kembali terlalu cepat?'"

"Tidak karena anda padaku bagaikan seorang ibu." Kemudian dia menghormati master huang po dan berdiri disisnya. huang po bertanya tentang pengarahan yang telah diterimanya dari master Ta-yu. Lin-chi memberitahukannya semua kejadian diatas. Master Huang po berujar:

"Lain kali kalau saya berjumpa dengan si tua Ta-yu, saya akan memberikannya pukulan keras."

"Kenapa anda harus berbicara tentang tungga? Nih, saya berikan padamu sekarang." Sehabis mengatakannya, Lin-chi menampar masternya huang ponya yang berteriak"

"Betapa gilanya! dia datang kemari untuk mencabuti kumis harimau!" Linchi pun segera berteriak, "Ho!"

Huang Po memanggil pembatunya: "Biarkan orang gila ini pergi ke aula pertemuan!"

Suatu hari master Lin-chi pergi dengan Huang po untuk bekerja dimana semua pendeta berpartisipasi. Lin-chi mengikuti masternya dari belakang saat Sang master memalingkan kepalanya, dia melihat Lin-chi tak membawa peralatan apapun.

"Di mana cangkolmu?" "Seorang membawanya." "Datanglah kemari: Mari kita diskusikan sesuatu, " perintah Huang po. Saat

Lin chi mendekat , dia menanamkan cangkolnya ke tanah dan berlanjut, "Tak ada seorangpun di dunia yang tak dapat memanggul cangkulku."

Namun Lin chi meraih peralatan itu, mengangkatnya dan berujar, "Kalau begitu, bagaimana ia dapat berada dalam tanganku?"

"Hari ini kita punya tangan yang lain bersama kita; tidak perlu lagi bagi saya untuk bergabung." Dan Huang Po balik ke kuil.

Page 117: Ajaran Awal Buddhisme Ch'An

LINLINLINLIN----CHI ICHI ICHI ICHI I----HSUANHSUANHSUANHSUAN

101

Suatu hari huang po memrintahkan semua bhikkhu kuil tersebut untuk bekerja di ladang teh. dia sendiri datang terakhir. Lin chi menyambutnya tapi berdiri di sana dengan tangannya bersandar pada sebuah cangkul.

"Kau capek?" tanya huang Po "Saya baru saja mulai bekerja; bagaimana anda dapat katakan saya capek!" Huang po segera mengangkat tongkatnya dan menghajar Linchi, yang

selanjutnya merebut tongkat tersebut dan dengan suatu dorongan membuat masternya terjatuh ke tanah. huang po memanggil seorang mandor untuk membangunkannya. Setelah membantunya, si mandor bertanya, "Master, bagaimana dapat anda biarkan orang gila ini menghinamu seperti ini?" Huang Po memanggut tongkatnya dan memukulkannya pada si mandor. Lin-chi sambil menggali tanah sendirian, berkata: "Biarlah semua tempat lainnya menggunakan kremasi; di sini saya akan menguburmu hidup-hidup."

suatu hari Lin-chi sedang tertidur di ruangan istirahat para bhikkhu. Huang po masuk dan menepuk sisi ranjangnya tiga kali. Lin chi mengangkat kepalanya dan melihat si gurunya tapi kemudian melanjutkan tidurnya. Melihat tingkatnya ini, Huang po menepuk tikarnya tiga kali dan kemudian pergi ke ruangan dalam di mana ddia lihat si bhikkhu kepala sedang bermeditasi. Master Huang Po berkata padanya, "di ruangan luar seorang anak muda sedang duduk bermeditasi jadi apa yang sedang kamu pikirkan dengan begitu malasnya?" Bhikkhu kepala menjadi, "Orang tua ini pasti telah menjadi gila." stelah tiu huang po memukul papanya dan pergi.

Lin chi sedang menanam pohon cenara dengan Huang po. Sang master bertanya padanya:

"Mengapa kita harus tanam begitu banyak pohon di gunung-gunung ini?" Lin chi jawab, "Pertama-tama, untuk generasi penerus; pohon-pohon ini

dapat dipakai buat catatan hari tua, kedua, pohon-pohon ini memperindah pemandangan kuil."

HAbit mengutarakanya, dia meraih cangkulnya dan memukulkannya ke tanah sebanyakn tiga kali. Huang po berkata:

"Walapun sekarang anda menjawab demikian, sebelumnya anda pantas dipukul. Setelah ituy lin chi memukulkan cangkulnya ke tanah tiga kali dan mendengus, "Hsu! Hsu!" huang po kkemudian berkata:

"Saat ajaran aliran kita ditransmisikan kepadamu, ramalan tentang kejayaan kita akan terpenuhi."

suatu hari setelah pertengahan musim pana s berlalu, linchi pergi mengunjungi master Huang Po nya di atas gunung. di sana Lin chi mendapatkan gurunya sedang membaca sebuah sutra. linchi berkata padanya:

"Saya kira anda manusia sempurna tapi rupanya anda pendeta tua yang benar-benar bodoh, menelan kacang hitam [aksara kanji]."

Lin chi menetap hanya bebrapa hari dan selanjutnya berpamit pada Huang po yang berkata padanya. "Anda datang kemari setelah musim panas di mulai dan sekarang pergi sebelum musim panas berlalu."

"Saya datang kemari hanyalah untuk mengunjungimu, master!"

Page 118: Ajaran Awal Buddhisme Ch'An

Ajaran Murni Ch’an Buddhis Ajaran Murni Ch’an Buddhis Ajaran Murni Ch’an Buddhis Ajaran Murni Ch’an Buddhis

102

Tak ayal lagi Huang Po menghnatam dan menbgejarnya. setelah berjalan beberapa li, Lin chi mulai meragukan pencerahannya dalam ch'an. JAdi diapun kembali ke huang po untuk menghabiskan musim panas bersamanya.

suatu hari saat Lin/chi datang berpamit Huang Po bertanya poadanya kemana dia akan pergi. Lin chi berkata: "Jika bukan ke sebelah selatan sungai, pastilah ke sebelah utaranya."

Huang Po dengan cepat meraih tingkat dan memukulnya. Linchi menggenggam tongkat tersebut dan berkata: "Kawan tua ini tak harus meggunakan tongkatnya dengan buta. suatu hari, dia mungkin salah memukul seseorang."

Huang Po memanggil pembantunya, memintanya untuyk membawakan suatu meja kecil dan papan sandaran. Lin chi berkata paanya, "Bawalah api dengan dirimu."

Huang Po menjerit: "Tidak, jangan! Kau boleh pergi sekarang. Tapi di amsa depan kau akan mematahkan lidah-lidah orang di bawah langit."5

Setelah tiu Linchi meninggalkan master Huang Po dan tiba di pagioda Kuping beruang.6 Pimpinan pagoda tersebut bertanya p[adanya kepada siapa dia pertama-tama membungkuk, ssesepuhkah atau buddha?

"Saya takkan membungkuk kepada keduanya," jawab linchi. "Permusuhan apa yang terjadi di anatara buddha dan sesepuh dengan

anda, O, pak sehingga anda tak mau membungkuk pada salah seorang darinya pun?

Dengan melambaikan lengan bajunya,7 Lin chi meninggalkan pagoda itu. Kemudian Lin chi kembali ke utara dngan diundang penduduk chao-chou

untuk menetap di kuil Linchi, dimana para siswa dan umat terpelajar berkumpul dari seluruh penjuru negeri Cina.

suatu hari, master Lin chi menyampaikan suatuuu khotbah pada para hadirin, sambil berkata:

"Dalam tubuhmu yang terbuatm dari daging merah terdapat seorang manusia sejati tanpa status yang selalu masuk dan pergi melalui wajah seseorang melihatnya, lihat, lihat!"

Mendengar hal ini seorang pendeta menanggapinya dan bertanya, "Siapa oraang sejati tanpa status ini?" Master Lin chi meluncur dari tempat duduknya, memegangnya mdan memberikan perintah:

"Ngomong! Ngomong!" Tapi saat si pendeta baru akan membuka mulut, master mendorongnya

sambil berujar: "Murahan manusia tanpa status ini!" Dia pun kemudian balik ke kamarnya.

5 Dengan ini dia mengartikan bahwa dia akan menarik semua orang untuk menjadi tenang dan

mendengarnya. 6 Disinilah Bodhidharma dimakamkan. 7 Suatu tanda ketidak setujuan.

Page 119: Ajaran Awal Buddhisme Ch'An

LINLINLINLIN----CHI ICHI ICHI ICHI I----HSUANHSUANHSUANHSUAN

103

Master Lin chi bertanya pada Lo p'u,8 "Sejak hari-hari awal dan seterusnya, beberapa master mengajarkan dengan tongkat; yang lainnya dengan "Ho!" yang mana diri kedua cara ini yang lebi anda sukai?"

"Saya tak suka keduanya." "Apa yang salah dengan lebih menyukai?" bantah master. Lo-p'u segera mengujar "Ho!" dan master Lin chi memukulnya. Master Lin chi bertanya pada Mu Kou,9 "Apa itu seekor sapi putih di

lapangan terbuka?"10 Mu kou jawab, "Moo!" Master menanggapinya, "Diam!" Mu kou bertanya, "Bagaimana dengan anda?" Master berkata, "Binatang!" Ta-chio11 datang mengunjungi master Lin chi. Lin chi mengangkat fu

tzu12nya. Ta Chio membentang kan kainm duduknya. 13 Kenudian master Lin chi melemparkan fu-tzu nya, pada mana Ta-chio membungkus kain duduknya dan pergi ke aula pertemuan. Para pendeta di aula tersebut membisikkan bahwa Ta0chio pasti seorang sanak dekat master; sehingga dia tak perlu membungkus atau terima pukulann. Saat master mendengar khabar buyrung ini, memanggil pendeta Ta-chio yang baru tiba untuk keluar dari kumpulan.

Master Lin chi mengumumkan, semua pendeta di sini mengatakan kau belum membungkuk pada bhikkhu!"

TA-chio memberi penghormatan padanya dn kembali ke kumpulan. MaYu datang mengunjungi master. dia membentangkan duduknya dan

bertanya: "Terdapat dua belas wajah dewi belas kasihan [Bodhisattva

Avalokistesvara]. Yang mana wajahdepannya?" Master Lin chi turun dari tempat duduknya, memungut kain duduk dengan

sebelah tangan dan memegang Ma-yu dengan tangan lainnya serta bertanya: "Nah, dimana kedua belas wajah dewi?" MA-yu berpaling dan akan mendudukkan dirinya di krusi jerami. Master Lin

chi meraih tongkatnya dan menghantam Ma Yu yang kemudian memegang 8 Lo-p'u yuan-an dari Li-chou, seorang siswa chia-shan shan hui. Lihat Lampu chuan 6. 9 Nama Mu-Kou adalah Hsing shan chien kung. Lihat Lampu, chuan 15. 10 "Lapangan terbuka" menunjukkan pikiran murni yang bebas dari pemikiran dan kekcauan.

"Lembu putih" menunjukkan realitas absolut, bebas dari kekotoran yang dicapai melalui perenungan murni.

11 Wei-fu Ta-chio, seorang siswa master Lin-chi. Lihat Lampu, chuan 12. 12 Fu-tzu (Bahasa jepang hossu) adalah penunjuk yanng digunakan master-master terdahulu saat

mereka memberikan khotbah atau membimbing diskusi. Ini adalah tongkat kayu yang pendek, lembu atau batu jade dengan suatu helaian bulu panjang diujung. Benda ini pertama-tama dinamakan chu-kuei setelah rusa besar darimana ekornya didapatkan bulu untuk goresan itu; fu tzu menunjuk pada bulu kuda dari mana goresan tersebut dibuat kemudian.

13 Pendeta buddhis membentangkan kain duduknya sebagai tanda penghormatan pada masternya.

Page 120: Ajaran Awal Buddhisme Ch'An

Ajaran Murni Ch’an Buddhis Ajaran Murni Ch’an Buddhis Ajaran Murni Ch’an Buddhis Ajaran Murni Ch’an Buddhis

104

tongkat tersebut. Dengan demkian, jkeduanya sambil memegang tongkat, pergi ke kamar master.

suatu kali master bertanya pada para hadirin: C"Dengan, kalian semua! dia yang ingin memperlajari dharma jangan

pernah takut kehilangannya nyawanya. Saat saya bersama master Huang Po saya menanyakannya arti sebenarnya dari ajaran Sang Buddha hingga tiga kali dan tiga kali pula saya dihajar seoalh-olah pohonn-pohon tinggi mencambukku di udara. Saya ingin pukulanm itu lagi tapi siapa yang dapat memberikannya padaku sekarang?"

Seorangpendeta keluar dari kelompoknya dan menawab: "Saya dapat memberikannya padamu!" Master Lin chi meraih tongkatnya

dan menyerahkannya pada si pendeta. Si pendeta mencoba memegangnya, master sebaliknya memukulkan

tongkat itu padanya. Seorang pendeta bertanya, "Apa kata pertama itu?" Master jawab, "Sekali tiga hakikat ditegaskan,m ketiganya berbeda

bagaikan tanpa merrah dari suatu cap. Dengan demikian subyektifitas dan boyektifitas telah terbedakan bahkan sebelum anda katakan apapun."

"Apa kata kedua?" pendeta tersebut melanjut. "Bagaimana kesadaran halus dapat dicapai dengan pertanyaan intelektual

Wu-chu?14 Bagaimana sembarang jalan dapat memisahkan arus yang mengalir dengan abadi?"

Si pendeta mendesak terus menerus untuk kata ketiga dan master jawab: "Lihat wayang-wayang di panggung! Pertunjukkan mereka sebenarnya

diarahkan orang dibelakang layar." Master Linchi berkata lebih berlanjut, "Setiap kata yang kita katakan

memiliki tiga pintu masuk mistik dan setiap pintu mistik harus memiliki tiga hakikat yang berwujud dalam penampilan dan tindakan temporer. apa yang anda pahami tyentang ini?"

Pada hari kesepuluh bulan keempat dari tahun ketujuh periode Hsien-t'ung [860-873] dari T'ang, Lin chi ,mengumunkan kepergiannya ke nirvana. Beliau kemudian muncul ditengah para siswanya, berkata, "Setelah kematianku, harta pemahaman benarku tentang dharma janganlah harus hilang!" San-

14 Dalam teks, wu-chu, nama seorang buddhis selalu dighunakan untuk dua orang yang berbeda

dan menyebabkan kekacauan/kebingungan. Salah satunya adalah terjemahan cina untuk Asanga (310-390), cabang dari Vasubandhu di India. Yang lainnya adalah master Ch'an cina, Wu-chu wen hsi (820-899) yang terkenal di sebelah selatan Cina padda jaman Lin-chi. Karena Asanga adalah pendiri aliran Yogacara, ajarannya berpusat pada vijna atau kesadaran yang memerlukan perbedaan. Pemahaman mendalam takkan dapat dimengerti dengan perbedaan ini menurut ch'an. Oleh karena itu nama mu-chou dapat merujuk pada Asanga. Namun, terdapat suatu cerita yang kenal yang mengenai /wu-chu Wen-hsi, master ch'an cina di selatan. Saat beban mengunjungi gunung wu-t'ai, dia menanyakan banyak pertanyaan dan oleh jawaban-jawaban ch'an yang mendalam. Dalam kasusu ini, mungkin Lin-chi merujuk pada cerita populer ini.

Page 121: Ajaran Awal Buddhisme Ch'An

LINLINLINLIN----CHI ICHI ICHI ICHI I----HSUANHSUANHSUANHSUAN

105

shen15 maju ke depan dan berkata, "Bagaimana kita berana membiarkan ajaranmu hilang?" Master berkata, "Setelah tiu, jika ada yangn bertanya paamu tentang hal itu, apa yang akan katakan?" San Sheng mengujar satu "Ho!" Master kemudian berkata, "Siapa dapat percaya bahwa harta ajaranku akan ditransmisikan pada keledai buta in?" Setelah tiu dia menggubah suatu gatha, sebagai berikut:

Terbawa arus pacuan yang tak berakhir, engkau tanya apa yang harus kulakukan, capai pencerahan tanpa batas sejati adalah jawabku.

Namun, tuk bebas lepas dari rupa dan nama bukanlah manusia. Punpedang tertajam 16 harus berlanjut terus diasah. setelah membacakan gatha ini, beliau meniggal dunia. Kerajaan

menanugerahkan gelar anumerta hui-chao atau pencerahan bijak paa sang master dan pagodanya dinamakan ch'eng-ling atau jiwa murni.

15 Kuil San sheng di channg chou, dimana master ch'an hui-Jan menetap. Saat dia menjadi

terkenal, dia disebut san -sheng dengan mengambil nama kuil tersebut. Dia adalah siswa Lin-chi. 16 Menutur Catatan Karang Biru, ch'ui mao adalah suatu pedang tajam yang mampu membelah

sepotong rambut saat rambut tersebut dihembuskan kemata pedang.

Page 122: Ajaran Awal Buddhisme Ch'An
Page 123: Ajaran Awal Buddhisme Ch'An

107

BagBagBagBagian. IVian. IVian. IVian. IV

Pendekatan Ilogis dan Non-konvensional terhadap Ch'an.

Kiangsi Tao-I (709-788) "Pikiran adalah Buddha"

Nan-ch'üan P'u-Yuan (748-834) "Menjadi kerbau di kaki bukit"

Chao-Chou Ts'ung-Shen (778-897) "Anda melihat balok. Tapi Bukan jembatan Chao-Chou"

P’ang-Yün (?-811) "Keharmonisan Lahiriah dalam Kegiatan sehari-hari"

Page 124: Ajaran Awal Buddhisme Ch'An
Page 125: Ajaran Awal Buddhisme Ch'An

109

"Pendekatan Ilogis dan Non-Konvensional Terhdadap Ch'an"

Ajaran Ch'an seperti yang diwariskan pada kita oleh Hui-Neng (638-713),

sesepuh Keenam, adalah berhubungan dengan chien hsin, yang terjemahannya lebih kurang berarti adalah "melihat hakikat sejati diri seseorang." Pendekatan terhadap masalah yang berhubungan dengan pemahaman ini dapatlah dinamakan pendekatan intuitif dan dalam hal ini pada dasarnya berbeda dari pendekatan para pendahulunya. Hui-neng pernah berkata pada pendeta Ming, "Tunjukkan padaku wajah aslimu, sebagaimana sebelum anda dilahirkan." Pendekatan ini, seperti yang akan kita lihat nanti, bukanlah suatu pendekatan intelektual; kita tidaklah mengungkapkan "wajah asli" kita melalui proses pemikiran atau analisa dan sebenarnya sama sekali tanpa konsep intelektual. Sebaliknya, hakikat ini terpahami melalui intuisi langsung, suatu proses yang terjadi secara langsung dan atas kekuatannya sendiri. Kita dapat mengatakannya sebagai "kesadaran yang sadar akan dirinya sendiri " dan yang terpahami dalam suatu realisasi sesaat." Ini cukup berbeda dari proses pemahaman dengan akal Sifat pribadi kita hanyalah dapat terpahami dalam kegiatan kita sehari-hari. Ch'an bukanlah akhir dari kegiatan melainkan penetrasi secara langsung ke dalam kegiatan: dengan demikianlah kita akan memenuhi proses kesadaran diri. Tindakan kesadaran seketika innilah yang menyingkirkan semua kekacauan pikiran dalam satu saat; memungkinkan kita kembali ke sifat hakiki diri, mencapai kebuddhaan. Teori yang nyata-nyatanya ilogis dan sama sekali non-konvensional ini kita temukan dalam ajaran Hui-neng. Walaupun demikian pendekatan ini tidak berkembang hingga jamannya Kiang si Tao-i, yang dikenal sebagai Ma-tsu, cucu dharma Hui-neng.

Menurut ajaran para teorisi Jalan Tengah, pencerahan dicapai baik dengan "mentransendensi empat pilihan"1 atau dengan metode "negasi

1 Keempat alternatif adalah: keberadaan(sanskrit sat," adalah"); bukan keberadaan(asat,

"bukan"); baik keberadaan dan bukan keberadaan(sat a sat, "adalah dan bukan"); bukan keberadaan atau tidak bukan keberadaan (na sat naiv a sat), bukan adalah atau tidak bukan". Semuanya ini telah didiskusikan secara penuh dalam pendahuluan bab I, hal......

Page 126: Ajaran Awal Buddhisme Ch'An

Ajaran Murni Ch’an Buddhis Ajaran Murni Ch’an Buddhis Ajaran Murni Ch’an Buddhis Ajaran Murni Ch’an Buddhis

110

rangkap seratus."2 Namun pendekatan ini adalah pendekatan negasi yang tak berakhir (incessant negation) yang pada dasarnya bersifat logis dalam metodenya dan jarang dapat membawa kita menuju pencerahan sejati. Aliran Pikiran Semata (Mere-Ideation School) mengkritik metode transendensi empat pilihan sebagai berikut: Menegakkan keberadaan adalah tambahan yang salah; menyangkal keberadaan adalah pengurangan yang salah; menegaskan keberadaan dan bukan keberadaan adalah pertentangan yang salah; dan terakhir, menyangkal baik keberadaan dan bukan keberadaan adalah lelucon.

Negasi logis takkan dapat membawa kita menuju pencerahan, demikianlah aliran Pikiran Semata bependapat, namun kritik terhadap negasi juga takkan dapat mencapainya. Kesadaran seketika yang dicari-cari itu hanyalah dapat digapai melalui pencapaian pien ch'ang hsin atau pikiran sehari-hari yang bebas dari noda penegasan atau penyangkalan, kemurnian atau ketidakmurnian, kelahiran atau kematian. Ia adalah identifikasi timbal balik antara realitas dan penampilan , yang ada kalanya dinamakan tathatâ atau "yang demikian" (suchness). Ia hanya dapat di alami tanpa pengolahan [diri]. Dalam Dialognya , Ma-tsu berkata:

"Pengolahan [diri] tidaklah berguna untuk mencapai Tao. Satu-satunya hal yang dapat dilakukan seseorang adalah dengan membebaskan diri dari kekotoran. Saat pikiran ternoda oleh pikiran hidup dan mati atau pikiran sengaja, itulah kekotoran. Pemahaman Kebenaran adalah fungsi pikiran sehari-hari. Pikiran sehari-hari bebas dari tindakan yang disengaja, bebas dari konsep benar dan salah, menerima dan memberi, terbatas atau tak terbatas.... Semua kegiatan sehari-hari kita-berjalan, berdiri, duduk, berbaring-semua tanggapan terhadap berbagai situasi, penanganan kita terhadap berbagai keadaan yang muncul: semuanya in adalah Tao.

Dengan paragraf di atas Ma-tsu berusaha membimbing siswa-siswanya ke luar pemahaman intelektual, ke luar batas konsentrasi dan kontemplasi.

Saat menetap di gunung Heng, Ma-tsu duduk bermeditasi dari hari ke hari. Master Huai-jang (677-744) datang melihatnya dan menanyakannya apa yang dia cari melalui meditasi. Ma-tsu jawab bahwa dia ingin mencapai kebuddhaan, setelah itu Huai-jang pun mengambil sepotong bata dan mulai mengasahnya dengan sepotong batu. Saat Ma-tsu bertanya mengapa dia menggerindah bata itu sedemikian rupa, Huai-Jang jawab bahwa dia sedang berencana untuk membuatnya menjadi sekeping cermin. Ma-tsu, yang terkejut, segera bertanya, "Bagaimana bisa anda buat sekeping bata menjadi sebuah cermin dengan menggosoknya?" Huai-jang sebaliknya bertanya, "Bagaimana bisa anda capai kebuddhaan dengan bermeditasi?"

Apa yang dimaksudkan Huai-jang adalah Tao takkan tercapai dengan pengolahan diri. Latihan buatan manusia hanyalah mengotori pikiran daripada

2 Dalam Upanishads, teori neti terkenal Yajnavalkya, neti (bukan!bukan!) adalah penyangkalan

rangkap dua; jalan tengah melampaui negasi ini hingga menuju negasi seratus kali.

Page 127: Ajaran Awal Buddhisme Ch'An

,Pendekatan Ilogis dan Non,Pendekatan Ilogis dan Non,Pendekatan Ilogis dan Non,Pendekatan Ilogis dan Non----KonvensKonvensKonvensKonvensional Terhdadap Ch'an,ional Terhdadap Ch'an,ional Terhdadap Ch'an,ional Terhdadap Ch'an,

111

mensucikannya. Ma-tsu mempelajari hal ini dari Huai-jang dan memberi contoh dengan pengalamannya sendiri, mengembangkan berbagai metode selain meditasi untuk mengajarkan Ch'an.

Master-master Ch'an, melampaui semuanya dalam sejarah pengajaran filsafat Cina, sangatlah terkenal dengan penggunaan metode-metode non-konvensional. Salah satu metode ini adalah melalui pemakaian kata "Ho!" Suatu jeritan yang digunakan untuk membangunkan siswa-siswa yang tekun. Lin-chi Ihsuan dikenal secara khusus dalam pengembangan metode "Ho!" menjadi alat yang efektif dan sistematis walaupun kita dapat katakan bahwa metode ini adalah temuan Ma-tsu. Sebagai contoh, suatu kali saat siswanya, Po-chang Huai-hai mendekatinya, Ma-tsu memunggut fu tsu yang terletak di samping tempat duduknya dan mengangkatnya. Po-chang bertanya, "Pada saat anda melakukan tindakan ini, tidakkah anda bebas darinya?" Ma-tsu meletakkan fu-tsunya kembali ke tempat semula. Po-chang diam sejenak. "Anda boleh buka mulutmu dan lanjutkanlah percakapanmu," kata Ma-tsu, "tapi apa yang bisa membuatmu menjadi orang yang cerah?" Po-chang membawa fu-tsu tersebut dan mengangkatnya Ma-tsu bertanya padanya, "Pada saat anda melakukan tindakan ini, apakah anda bebas darinya?" Saat Po-chang mengmebalikan fu-tsu tersebut, Ma-tsu tiba-tiba saja meneriakkan "Ho!" yang sedemikian kerasnya hingga Po-chang pun menjadi tuli selama tiga hari berturut-turut.

Jeritan laksana gemuruh menghasilkan suatu akibat yang bertolakbelakang dari apa yang dicapai melalui perdebatan intelektual. Pendekatan yang penuh kekuatan ini sering digunakan untuk membangunkan siswa yang telah siap untuk pencerahan. Setelah Ma-tsu, pengikut-pengikutnya seperti Huang-po Hsi-yün, Mu-chou Tao-tsung, Lin-chi I-hsüan dan banyak lainnnya menerapkan "Ho!" untuk tujuan membuka pikiran. Lin-chi dengan cerdiknya memperhalus metode "Ho!" ke dalam empat jenis pemakaian. Adakalanya ia bagaikan tusukan pedang tajam menusuk Di lain saat ia bagaikan singa yang meringkuk di depanmu. Adakalanya juga ia siap digunakan sebagai tongkat pengukur gema untuk menguji kedalaman pemahaman seorang pelajar. Atau terkadang ia dipakai tidak utnuk tujuan khusus apa pun. "Ho!" adalah manifestasi dari apa yang ada dalam pikiran. Baik tajam bagaikan pedang, kuat bagaikan singa atau berguna seperti tongkat pengukur, dalam setiap kausunya ia merupakan ungkapan keadaan bathiniah seseorang. Dalam abad berikutnya Lin-chi, Yün-mên Wên-yen menggantikan "Ho!" dengan "Kwan!" sebagi ungkapan seruan dalam instruksi Ch'an.

Dalam pengajarannya, Ma-tsu menggunakan segala cara yang ada untuk membuka pikiran siswa-siswanya. Suatu hari saat dia sedang berjalan dengan Po-chang, sekelompok angsa liar terbang di atas. Ma-tsu bertanya pada Po-chang, "Apa itu?" "Angsa liar, Master." "Di mana mereka sekarang?" Mereka telah terbang pergi." Ma-tsu menjewer hidung Po-chang ; Po-chang pun menjerit kesakitan. Master berkata, "Bagaimana dapat anda katakan angsa liar telah terbang pergi? Mereka telah berada di sini sejak semula. "Mendengar perkataan ini, Po-chang menjadi sadar akan Kebenaran.

Page 128: Ajaran Awal Buddhisme Ch'An

Ajaran Murni Ch’an Buddhis Ajaran Murni Ch’an Buddhis Ajaran Murni Ch’an Buddhis Ajaran Murni Ch’an Buddhis

112

Pencerahan Po-chang terjadi setelah tiga tahun dia mempelajari Ch'an di bawah bimbingan Master Ma-tsu. Kesiapannya menuju pencerahan sangat dipahami Ma-tsu. Dalam percakapan biasa, jika angsa terbang pergi dan seseorang mengatakannya sedemikian memang tidaklah salah . Namun bagi pikiran cerah, kenyataan bahwa angsa-angsa itu telah terbang pergi tidaklah penting, karena angsa-angsa tersebut telah berada di sana sejak semula. Mengatakan angsa tersebut telah terbang sama saja dengan berpikir pada tahap inteletual, menerapkan logika sederhana. Namun penggunaan logika intelektual ini tak dikenal oleh para buddhis, mengandalkan metode pemahaman ini hanyalah akan menghalangi sinar kerohaniaan seseorang.

Jawaban-jawaban intelektual dan logis disebut Tung-shan shou-ch'u sebagai "bahasa mati"; jawaban logis dan tak relevant, sebaliknya adalah "bahasa hidup." Saat Tung-shan pertama kalinya datang mengunjungi Master Yün-mên Wên-yen, sang Master menanyakannya darimana ia berasal dan jawabannya adalah "Dari Ch'a-tu, pak!" Saat Master bertanya padanya di mana ia berada pada musim panas, dia pun jawab, "Saya berada di Kuil Pao-tzu di Hunan." Master bertanya kapan dia meninggalkan tempat tersebut. Dia jawab, "Di bulan ke delapan tahun lalu." Semua jawaban ini langsung dan logis ,namun Master Yun-men berkata pada Tung-shan, "Saya membebaskanmu dari tiga puluh pukulan." Ini karena jawabmu tak mencermminkan Ch'an; kata-katamu adalah "kata mati."

Namun, setelah Tung-shan menjadi pendeta di Hsing-chou , seorang pendeta bertanya padanya, "Apa tugas pendeta Ch'an?" Jawabannya adalah, "Saat awan menutupi puncak Gunung Ch'u, pasti ada badai hujan yang deras." Jawaban ini cukup berbeda dari yang diberikan Tung-shan pada masternya, Yün-mên, saat dia pertama kalinya tiba. Tugas Ch'an tak ada hubungannya dengan awan yang menutupi Gunung Ch'u juga tak ada hubungannya dengan badai hujan. Namun inilah "kata-kata hidup" dalam ajaran Ch'an. Jawaban logis yang diberikan Po-chang pada Master Ma-tsu membuktikan bahwa dia masih terkubur dalam dunia "kata-kata mati." Master menjewer hidungnya untuk membuatnya sadar akan kelemahannya.

Ma-tsu tidak saja mengajar dengan metode "Ho!" atau dengan memelintir hidung tapi juga menciptakan metode pukulan, yang sering diterapkan Te-shan Hsuna-chien dan master-master lainnya. Saat seorang pendeta bertanya pada Master Ma-tsu, "Apa makna kedatangan Bodhidharma dari Barat?" Master menghantamnya sambil berkata, "Jika saya tak memukulmu, orang-orang di seluruh negeri ini akan menertawaiku." Pengajaran ch'an dengan "pukulan" menjadi praktek yang sangat populer di antar master-master selanjutnya. Ahli yang paling terkemuka dalam pengajaran pukulan ini adalah Tê-shan Hsüan-chien. Pernah sekalil dia muncul di aula pertemuan dan berkata, "Jika kalian katakan sebilah pedang, kalianakan mendapatkan tiga puluh pukulan. Jika kalian tak katakan pedang, kepala kalian akan saya pukul tiga puluh kali." Metode ini mirip dengan pencerahan pikirannya Lin-chi I-hsüan, yang pergi tiga kali untuk menanyakan arti Buddhisme dari masternya Huang-Po Hsi-yüan dan pada setiap kalinya menerima pukulan sebagai jawabannya. Akhirnya

Page 129: Ajaran Awal Buddhisme Ch'An

,Pendekatan Ilogis dan Non,Pendekatan Ilogis dan Non,Pendekatan Ilogis dan Non,Pendekatan Ilogis dan Non----KonvensKonvensKonvensKonvensional Terhdadap Ch'an,ional Terhdadap Ch'an,ional Terhdadap Ch'an,ional Terhdadap Ch'an,

113

dengan bantuan Ta-yü, dia menyadari arti pukulan ini. Mencari arti Buddhisme di luar, mencari ketidakkemelakatan terhadap dunia luar adalah pendekatan yang sama sekali salah. Sifat Buddha terdapat di dalam. Seseorang hanyalah perlu menyadari bahwa kenyataan ini adalah sedemikian halnya. Tidak ada sesuatu pun yang lebih kurang terlibat dalam proses kesadaran diri. Mereka semua yang menanyakan arti Buddhisme harus menerima tiga puluh pukulan.

Ajaran Ch'an Ma-tsu, di samping aspek-aspek di atas, juga mengambil berbagai bentuk lainnya. Saat Shui-liao bertanya padanya tentang arti kedatangan Bodhidharma ke Cina, Master menendang dadanya, memukulnya jatuh ke tanah. Respon-respon yang mengejutkan ini tiba-tiba saja membuat Shui-liao menyadari Kebenaran. Dia bangkit dari tanah, ketawa dan sambil menepuk tangannya, menjerit, "Aneh benar! Aneh benar!. Berbagai samâdhi dan semua kebenaran mendalam menjadi terungkapkan di ujung sehelai rambut begitulah saya tiba-tiba menyadari Sumber!" Dia membungkuk dalam dan pergi. Kemudian seorang pendeta membuat suatu puisi tentang kejadian ini:

"Menerima transmisi dari Ma-tsu, Shui-liao paham ajarannya dengan menyeluruh.

Hanya dengan satu tendangan , Sang guru membimbingnya ke sumber. Menguncang kekosongan semata yang dulunya hanya tanah tak berguna Perahu besi berlayar langsung ke Samudera tak terbatas." Apa yang dipahami Shui-liao adalah kapasitas untuk menembus dalam ke

relung keberadaannya. Pandangan cerahnya membawa dia ke dalam Kebenaran, seolah-olah satu "perahu besi" sedang berlayar ke dunia tak terbatas. Demikianlah tendangan Ma-tsu sebagai ungkapan tindakan besarnya.

Kita juga temukan inovasi lainnya dalam ajaran Ma-tsu yang kerap kali digunakan master-master dari generasi selanjutnya. Seorang pendeta pengkhotbah yang bernama Liang dari Szechwan datang mengunjungi Ma-tsu. Dalam wawancara mereka Ma-tsu memberitahukannya bahwa perkuliahan-perkuliahannya tentang berbagai sutra takkan membawanya pada pencerahan. Mendengar ini, si tamu meninggalkan Ma-tsu dan saat baru akan menuruni beberapa langkah. Ma-tsu memanggil namanya, Si pendeta memalingkan kepalanya. Ma-tsu bertanya, "Apa itu?" Di saat itu Liang tiba-tiba saja menjadi cerah. Setelah kembali ke kuilnya sendiri, dia berkata : "Saya kira semua khotbah-khotbahku tentang sutra adalah prestasi agung yang tak tertandingi, namun dengan pertanyaan Ma-tsu semua yang telah saya capai seumur hidup meleleh saja bagaikan es."

Memanggil nama seseorang di saat dia akan pergi dapat membangkitkan kesadaran awalnya yang disebut yeh shih. Dari kesadaran awal inilah, seseorang terbuka pada pencerahan. Nan-ch'üan P'u-yüan, Chao-chou Ts'ung-shen, Kuei-shan Ling-yu dan banyak lainnya sering menggunakan metode ini untuk membuka pikiran para pencari kebenaran yang tekun. Namun, Ma-tsu adalah master yang paling awal dalam literatur Ch'an yang menggunakan cara non konvensional ini untuk menecerahkan orang-orang. Beliau juga dengan

Page 130: Ajaran Awal Buddhisme Ch'An

Ajaran Murni Ch’an Buddhis Ajaran Murni Ch’an Buddhis Ajaran Murni Ch’an Buddhis Ajaran Murni Ch’an Buddhis

114

bebasnya menggunakan teknik tanggapan tak relevan terhadap berbagai pertanyaan. Semua metodenya ini dikembangkan lebih lanjut oleh pengikut-pengikutnya kemudian.

Dari lebih dari 130 siswa yang mengembangkan ajaran Ch'an di seluruh Cina, Nan-ch'üan P'u-yüan (748-834) adalah salah seorang yang terbaik dan terkenal. Pernah sekali Nan-ch'üan, Hsi-t'ang (Chih-tsang) dan Po-chang (Huai-hai) menemami Master Ma-tsu dalam suatu jalan-jalan santai di bawah terang purnama. Tiba-tiba Master berkata, " Di saat ini, apa yang kalian kira harus kalian kerjakan?" Chih-tsang memberikan jawaban pertama sambil berkata, "Pada saat ini, seseorang haruslah mengambil kesempatan untuk mempelajari sutra. "Huai-hai berkata, "Saya akan katakan inilah adalah saat yang terbaik untuk bermeditasi." Mendengar jawaban ini, Nan-ch'üan membalikan badannya dan meninggalkan mereka berdua. Kemudian Master berkata, "Untuk sutra , saya akan meninggalkannya untuk Ch'ih-tsang. Untuk meditasi, Huai-hai dapat melakukannya dengan baik. Namun P'u-yüan mentransendasi semua bentuk luar ini. "Ajaran Ch'an Nan-ch'üan kemudian terbukti sebagai yang terbaik.

Di bawah bimbingan Nan-ch'üan P'u-yüan, Chao-chou Ts'ung shen dan Ch'ang-sha Ching-ch'en menjadi master-master terkemuka dalam sejarah Ch'an. Na-ch'üan juga mengajar Lu Hsüan, seorang siswa awam yang merupakan Gubernur Hsüan-chou. Pernah sekali Lu-Hsuan merasa bahwa dia tidak memahami apa yang dimaksudkan Sêng-chao (394-414) saat beliau katakan bahwa segala sesuatunya memiliki akar yang sama dan akibatnya benar atau salah adalah satu dan sama. Nan-ch'üan menunjuk pada kembang peony yang tumbuh di pekarangan dan berkata, "Gubernur, saat manusia zaman ini melihat kembang ini, mereka seolah-olah melihatnya dalam mimpi." Suatu komentar dalam Catatan Karang Biru (Blue Cliff Records) mengatakan bahwa jenis ajaran hidup ini bagaikan mendorong seseorang dari karang yang berketinggian sepuluh ribu kaki dan ia segera kehilangan hidupnya. Namun "kehilangan hidup" di sini berarti membuang beban ketidaktahuan dan memasuki dunia pemahaman yang baru yaitu Ch'an. Kung-an ini didiskusikan dalam Catatan Karang Biru, tapi tak terpahami secara mendalam oleh siswa-siswa Ch'an selanjutnya. Pernah sekali saat Fa-ch'ang I-yü dan bhikkhu kepalanya sedang memperbaiki suatu dudukan pot bunga di taman, mereka berbincang sebagai berikut:

Master Fa-ch'ang: "Bagaimana anda menafsirkan perkataan Nan-ch'üan bahwa orang-orang dewasa ini melihat kembang peony seolah-olah dalam mimpi?"

Bhikkhu kepala: "Nan-ch'üan hanya berbicara tentang ketidakberadaan bunga-bunga."

Fa-chang: "Jawabanmu menunjukkan bahwa anda masih merupakan tawanan Nan-ch'üan."

Bhikkhu kepala: "Kalau begitu apa yang benar-benar dimaksudkan Nan-ch'üan?"

Fa-chang: "Berikan saya sepotong bata."

Page 131: Ajaran Awal Buddhisme Ch'An

,Pendekatan Ilogis dan Non,Pendekatan Ilogis dan Non,Pendekatan Ilogis dan Non,Pendekatan Ilogis dan Non----KonvensKonvensKonvensKonvensional Terhdadap Ch'an,ional Terhdadap Ch'an,ional Terhdadap Ch'an,ional Terhdadap Ch'an,

115

Bhikkhu kepala itu benar-benar mengantarkan sepotong bata pada Master namun dia masih tak ngerti bahwa inilah jawaban Master dan mengulangi pertanyaannya lagi.

Fa-ch'ang mendesah: "Buddha tua [Nan-ch'üan] telah lama wafat." Apa yang dimaksudkan Master Fa-ch'ang di sini adalah bahwa jawaban itu

haruslah dicari si bhikkhu kepala dalam pengalaman bathinnya sendiri dan pengalaman ini bukanlah sesuatu yang mungkin dapat diungkapkan dalam kata-kata. Sebenarnya, jawaban Fa-ch'ang sama juga halnya dengan jawaban Nan-ch'üan, dimaksudkan untuk mendorong pendengarnya dari "karang setinggi sepuluh ribu kali."

Terdapat "kung-an lainnya dengan mana Lu Hsüan akhirnya dicerahkan Nan-chuan. Suatu hari Lu Hsüan berkata pada Master Nan-chuan, "Seorang lelaki memelihara seekor angsa dalam suatu botol. Setelah angsa itu menjadi makin besar, orang itu sadar bahwa dia takkan mungkin lagi dapat mengeluarkan angsanya dari botol itu tanpa membunuhnya. Dia tak ingin memecahkan botol atau membunuh angsa tersebut. Apa yang akan anda lakukan, Master?" Nan-ch'üan segera menjerit, "Oh! Gubernur!" "Ya, Master?" Kemudian Nan-ch'üan berkata, "Ia keluar!" Pada saat ini Gubernur itu menjadi cerah. Cha'n takkan dapat dicapai dengan pikiran yang penuh perhitungan, bukanlah angsanya yang perlu keluar dari botol melainkan orang itu sendiri. Saat Lu Hsüan menyadari bahwa dilema itu berasal dari pikirannya sendiri, dilema tersebut menghilang dan dia keluar dari botol kekacauan pikirannya sendiri.

Barangkali satu kung-an lainnya dari Nan-ch'üan dapat membantu kita untuk memahami ajaran Ch'an dengan lebih baik serta pentingnya pembebasan dari pemikiran intelektual. Saat Tao-wu mengunjungi Nan-ch'üan, Master bertanya padanya, "Apa namamu?" Tao-wu jawab, "Namaku Tsung-chih." ( Tsung berarti pengabdian dan chih berarti kebijaksanaan. Tsunng-chih ,oleh karenanya berarti pengabdian pada kebijaksanaan). Nan-ch'üan melanjutkan, "Saat kebijaksanaan tidak mencapainya, apa yang akan anda kerjakan?" Tao-wu berkata, "Kita tak perlu menyatakannya." Nan-ch'üan berujar, "Nyatanya, anda sedang berbicara dan tanduk akan tumbuh di kepalamu." Tiga hari berikutnya, saat Tao-wu dan Yün-yen sedang menambal pakaian mereka, Nan-ch'üan muncul dan bertanya, "Kemarin saya berkata apa yang tak tercapai oleh kebijaksanaan tidaklah perlu diceritakan. Kalau begitu, apa yang akan anda lakukan?" Begitu Tao-wu mendengar ini dia meninggalkan mereka dan pergi ke aula. Setelah Nan-ch'üan pergi, Yün-yen menyusul Tao-wo dan bertanya, "Mengapa tadi anda tidak menjawab pertanyaan Master?" Tao-wu jawab, "Betapa cerdiknya anda!" Yün-yen tak juga memahami jawaban ini dan pergi menemui Nan ch'üan untuk menanyakannya. "Mengapa saudara sedharmaku tak menjawabmu tadi?" Nan-ch'üan berkata, "Sebab itulah jalan yang ditelusuri makhluk [tak hidup] lainnya." Yün-yen bertanya, "Apa jalan bagi makhluk lainnya?" Nan-ch'üan jawab, "Apakah anda sadari bahwa yang tak terciptakan oleh kebijaksanaan tak perlu dikatakan?

Page 132: Ajaran Awal Buddhisme Ch'An

Ajaran Murni Ch’an Buddhis Ajaran Murni Ch’an Buddhis Ajaran Murni Ch’an Buddhis Ajaran Murni Ch’an Buddhis

116

"Jika ia mengatakannya, tanduk akan tumbuh di kepalanya. Apa yang benar-benar harus dikerjakan seseorang adalah berjalan di jalur makhluk lainnya." Mendengar ini, Yün-yen menjadi bingung dan tak memahami apa yang dimaksudkan sang master.

Tao-wou yang melihat Yün-yen begitu kesulitan untuk memahaminya, menasehati Yün-yen untuk kembali menemui masternya sendiri, Yüeh-shan. Segera dia berjumpa dengan Yüeh-shan, Yün-yen bertanya padanya, "Apa maksudnya berjalan di jalur makhluk lainnya?" Master Yüeh-shan jawab, "Saya capek hari ini. Datang lagi lain kali." Mendengar ini Yüeh-yen bekata, "Tapi saya datang dari Nan-ch'üen khusus untuk menemui anda, Master!" Namun, Yüeh-shan mengusirnya pergi. Tao-wou, yang menunggu Master di luar, bertanya pada Yün-yen, "Bagaimana Master itu menjawabmu?" Yün-yen jawab, "Dia enggan memberitahukannya padaku."

Kemudian, saat kedua pendeta itu kembali pada Master Yüh-shan, Master itu mengulangi kata-kata Nan-ch'üan, "Yang tak tercapaikan oleh kebijaksanaan tak perlu dikatakan. Jika seseorang mengatakannyya, tanduk akan tumbuh di kepalanya." Saat Tao-wou mendengarnya, dia membungkuk dan meninggalkan Master Yün-yen bertanya pada Master, "Mengapa saudara Tao-wu tak menjawabmu, pak?" Yüeh-shan berkata, "Punggungku sakit hari ini. Tao-wou ngerti. Pergi dan tanyalah dia." Tapi saat Yün-yen kembali pada Tao-wu, Tao-wu berkata, "Saya sakit kepala hari ini. Anda lebih baik kembali pada Master."

Yün-yen sendiri kemudian menjadi seorang Master Ch'an yang terkemuka. Namun sebelum dia dicerahkan dia mondar-mandir di antara master dan saudara sedharmanya dalam mencari Kebenaran. Masing-masing ingin membantunya, namun tak satu pun yang dapat memberikan jawaban kepadanya dalam jalur yang dicarinya. Sebenarnya tidak memberitahukannya adalah membantunya. Tentang dengan hal ini, Hsiang-yen Chih-hsien, seorang siswa Kuei-shan berkata dalam suatu upacara peringatan untuk masternya, "Saya memujinya bukan karena tindakan moralnya tapi karena dia tidak memberitahukan apa pun pada saya." Ch'an hanya dapat tersadari melalui pengalaman batiniah seseorang. Bahkan seorang master atau kawan akrab takkan dapat membantu banyak.

Pendekatan dengan membola-bolakan seorang pencari Ch'an di antara master dan saudara-saudaranya yang telah cerah pada mulanya diterapkan oleh Ma-tsu. Tujannyan juga untuk membantu si siswa untuk menjadi cerah melalui kesadaran diri. Apa yang dialami Yün-yen telah berakar dalam ajaran Ma-tsu. Kung-an berikut cukup terkenal. Suatu hari seorang pendeta bertanya pada Master Ma-tsu atas makna kedatangan Bodhidharma dari Barat. Master memberitahukannya bahwa dia letih dan meminta orang ini untuk pergi menemui dan bertanya pada saudara sedharmanya, Chih-tsang. Saat si pendeta mendatangi Chih-tsang, dia disuruh pergi untuk menjumpai saudaranya yang lain, Huai-hai, karena Chih-tsang sakit kepala. Namun Huai-hai menasehatinya untuk kembali pada sang Master untuk menemukan jawabannya. Master akhirnya berkata padanya, "Rambut Chih-tsang putih dan

Page 133: Ajaran Awal Buddhisme Ch'An

,Pendekatan Ilogis dan Non,Pendekatan Ilogis dan Non,Pendekatan Ilogis dan Non,Pendekatan Ilogis dan Non----KonvensKonvensKonvensKonvensional Terhdadap Ch'an,ional Terhdadap Ch'an,ional Terhdadap Ch'an,ional Terhdadap Ch'an,

117

rambutnya Huai-hai hitam." Warna rambut saudara sedharma seseorang tidaklah ada hubungannya dengan pencerahannya. Apa yang penting adalah kesadarannya bahwa pencerahan berasal dari pikirannya sendiri dan dengan demikianlah pikirannya akan terbuka. Tak ada yang dapat dicarinya dari luar.

Salah satu metode yang digunakan Nan-ch'üan yang tak ditemukan dalam catatan tentang ajaran Ma-tsu adalah dengan meninggalkan si penanya sendirian tanpa berkata apapun. Ini terjadi, sebagai contoh, saat Nan-ch'üan sedang menemani Master Ma-tsu bersama dengan Huai-hai dan Chih-tsang dalam kejadian yang disebut di atas. Setelah masing-masing Huai-hai dan chih-tsang memberikan pendapat mereka, Nan-ch'üan meninggalkan mereka tanpa berkata apa pun.

Di lain kesempatan, Chao-chou bertanya pada Nan-ch'üan, "Tolong beritahukan saya apa yang berada di luar empat pilihan dan seratus sangkalan ." Nan-ch'üan tak menjawab , sebaliknya ia masuk ke ruangannya. Metode "menjawab tanpa kata" ini juga diterapkan Chao-chou sendiri yang pernah menjawab suatu pertanyaan Nan-ch'üan dengan membungkuk dan meninggalkan masternya, menunjukkkannya dengan tindakan ini, bahwa dia memahami ide Nan-ch'üan. Secara subyektif, pikiran Chao-chou penuh dengan Kebenaran, dan secara obyektif, bersatu dengan pikiran lainnya yang memiliki pengalaman yang sama ini.

Chao-chou Ts'ung shen, salah seorang siswa Nan-ch'üan yang terbaik , dikenal sebagai salah seorang Master Ch'an yang paling handal. Beliau hidup hingga umur yang cukup tua, yakni hingga umur 120 tahun. Dia tidak mendirikan suatu aliran yang berbeda, namun ajarannya cukup unik sebagaimana gaya pribadinya sendiri. Dia tidak menggunakan tongkat untuk memukul penanyanya tiga puluh kali juga dia tidak mencerahkan mereka dengan menggunakan seruan "Ho!" Kata-katanya selalu datar dan awam, yaitu kata-kata yang digunakan orang-orang biasa dalam kegiatan sehari-hari mereka. Dalam dialognya kita jarang temukan perdebatan yang tajam seperti yang terjadi dalam dialog Yun-mên Wên yen, atau makian yang sedemikian keras seperti yang diucapkan Lin-chi I-hsüan. Melalui pembicaraan yang sangat sederhana, tanpa usaha dan tanpa hiasan, dia mengungkapkan pemahaman batinnya serta mentransmisikannya pada siswanya. Banyak perkataannya menjadi ungkapan klasik dan dipergunakan guru-guru Ch'an di kemudian hari.

Metode Chao Chou banyak dipengaruhi oleh Ma -tsu dan Nan-ch'üan P'u-yüan. Suatu kali saat Chao chou masih menjadi siswa Nan ch'üan, dia bertanya tentang makna sebenarnya dari Ch'an. Master memberitahukannya bahwa pikiran sehari-hari adalah Ch'an. Chao-chou kemudian bertanya jika pikiran ini mungkin dicapai. Nan Ch'üan jawab, "Jika anda mendekatinya, anda akan kehilangan ia, namun jika anda benar-benar mencapainya tanpa niat, seseorang itu seolah-olah berada dalam kehampaan besar, bebas dari segala halangan dan keterbatasan."

Pedekatan tanpa niat ini, bebas dari pernyataan dan sangkalan, diterapkan kemudian oleh Chao-chou pada siswa-siswanya sendiri. Suatu kali seorang

Page 134: Ajaran Awal Buddhisme Ch'An

Ajaran Murni Ch’an Buddhis Ajaran Murni Ch’an Buddhis Ajaran Murni Ch’an Buddhis Ajaran Murni Ch’an Buddhis

118

pendeta menanyakan Chao-chou tentang Ch'an dan Chao-chou mencerahkannya dalam cara berikut. "Sudah kamu selesaikan nasi buburmu?" Chao Chou bertanya. "Ya, saya telah menyelesaikannya." jawab si pendeta. "Kalau begitu pergi dan bersihkanlah mangkukmu," kata Chao-chou.

Kegiatan sederhana si pendeta Ch'an ini, membersihkan piring sehabis makan nasi, adalah hal yang paling biasa, jenis kegiatan yang sama sekali spontan dan tak diperlukan usaha mental apa pun. Saat seseorang terlibat di dalamnya, ia bebas dari penegasan dan sangkalan. Saat ia mencapai keadaan pikiran ini, kekuatan dalamnya tak menemui halangan dan keterbatasan dengan demikianlah pikiran siswa Chao-chou menjadi cerah.

Di lain saat Chao Chou ditanya, "Oleh karena segalanya kemballi ke Yang Esa, ke mana Yang Esa ini balik kembali?" Jawabannya adalah, "Ketika saya berada di Tsing-chou saya dibuatkan suatu jubah yang beratnya tujuh chin." Kung-an ini menjadi terkenal dan digunakan berkali-kali oleh para master selanjutnya dalam usaha mereka menjawab pertanyaan, "Ke mana Yang Esa kembali?" Banyak siswa yang mempelajari kung-an ini mencoba memikirkan jawaban sehubungan dengan berat jubah tersebut dan hubungan antara Chao-chou dengan kota Tsing-chou. Namun justru penafsiran intelektual inilah yang paling ingin dihindari Chao-chou. Untuk mencapai Ch'an seseorang haruslah secara mutlak bebas dari pemikiran dan hanya menanggapi pertanyaan tanpa kesengajaan apa pun. Jawaban Chao-chou hanya mencerminkan apa yang ada dalam pikirannya di saat itu yang sebenarnya merupakan jawaban tanpa usaha, tanpa artifisialitas atau keahlian yang disengaja.

Pernah lagi suatu kali, saat ditanya apa itu jembatan batu Chao-chou yang kesohor itu, beliau menjawab, "Kuda melewatinya, keledai melewatinya." Sekali lagi saat seorang siswa akan pergi menemui Hsüeh-fêng I-ts'un dan bertanya padanya apa yang akan dia katakan, Chao-chou memberitahunya, "Di musim dingin, katakanlah dingin, di musim panas, katakanlah panas." Hewan-hewan melewati jembatan, orang-orang membicarakan cuaca, inilah pernyataan sehari-hari. Pao Tzu Wen Ch'i, seorang Master dari jaman berikutnya, mengomentari ajaran pikiran sehari-hari yang berasal dari Ma-tsu dan diwariskan dari Nan-ch'üan pada Chao-chou, sebagai berikut

Minum teh, makan nasi, Saya lewatkan waktu seperti datangnya ia; Lihat pada sungai di bawah, Lihat pada gunung di atas, Betapa tenang dan leganya saya rasakan! Minum teh, makan nasi, melihat sungai dan gunung: semuanya sewajar

jubah yang beratnya tujuh chin ole Chao-chou, jembatan batu, cuci piring, musim dingin dan panas serta banyak jawaban lainnya yang sejenis seperti yang tercatat dalam bab ini. Semuanya sangat sederhana, bebas dan spontan.

Suatu kali Chao-chou bertanya pada masternya Nan-Ch'üan, "Ke mana seseorang harus beristirahat setelah ia mencapai Tao (Ch'an )?" Dia harus menjadi kerbau di kaki bukit," demikianlah jawaban Nan-Ch'üan. Chao-chou

Page 135: Ajaran Awal Buddhisme Ch'An

,Pendekatan Ilogis dan Non,Pendekatan Ilogis dan Non,Pendekatan Ilogis dan Non,Pendekatan Ilogis dan Non----KonvensKonvensKonvensKonvensional Terhdadap Ch'an,ional Terhdadap Ch'an,ional Terhdadap Ch'an,ional Terhdadap Ch'an,

119

membungkuk dalam. Setelah itu Nan Ch'üan berujar, "Di pertengahan malam kemarin, sinar rembulan menyinari jendela." Dalam Ch'an-lin Lei-chu atau Kumpulan dan Klasifikasi Bahan-Bahan Ch'an (Collection and Classification of Ch'an Materials), kita dapatkan puisi berikut:

Apa yang dilihat mata adalah "biasa." Itu tak menakutkan orang, Tapi selalu ia Bagaikan cahaya rembulan pada jendela dingin; Bahkan di tengah malam sekalipun ia sinari gubuk rumbia. Kita haruslah jangan sampai terjebak ke dalam pemikiran bahwa rujukan

tentang kerbau di kaki bukit atau sinar rembulan di jendela membatasi diri kita pada apa yang sederhana dan biasa. Tapi, melalui tanggapan langsung dan spontanitas inilah, "fungsi besar," yang sering ditekankan para Buddhis Ch'an akan terjadi. Saat kita melihat lukisan enam buah bijih kesemak terkenal karya Mu-ch'i yang disimpan sekarang di Kuil Daitokuji di Kyoto dewasa ini, kita akan terpesona oleh betapa jelasnya visi para maestro Cina abad ketiga belas tersebut. Keenam kontur ini, naif dan sama sekali tak rumit, mengungkapkan kebijaksanaan sang seniman. Apa yang benar tentang karya Mu-ch'i sama benarnya dengan jawaban Chao-chou." Jubah tujuh chin," "pohon cemara di halaman," "patung liat di ruangan" semua ini mewujudkan potensi besar Chao-chou. Jika kita merasa riang saat kita melihat karya seorang master seni Cina, kita tentunya dapat memperoleh kesenangan yang sama halnya dengan mengkonsentrasikan diri pada suatu kung- an Chao-chou. Barangkali penyataan dirinya sendiri sehubungan dengan penerapan kata-kata sederhana dalam kung-an dapat memberikan kita suatu pemahaman yang lebih jelas:

Bagaikan suatu kristal transparan yang digenggam dalam tangan seseorang. Saat seorang asing mendekatinya, kristal itu mencerminkannya sebagaimana adanya; saat seorang Cina pribumi mendekatinya , kristal itu mencerminkannya sebagimana adanya. Saya meraih sebatang rumput dan membiarkannya bertindak bagaikan sebongkah emas, enam belas kaki tingginya dan saya mengambil sebongkah emas, enam belas kaki tingginya dan membiarkannya bertindak seperti sebatang rumput.

Dengan demikian jubah tujuh chin, pohon cemara dan yang lainnya , bagi para Buddhis Ch'an, bertindak sebagaimana batangan rumput yang sama dengan patung Buddha setinggi enam belas kaki.

Dalam bab tentang Choa-chou kita juga melihat beliau menuju ke tingkat pencapaian yang semakin tinggi melalui studi Ch'an. Saat dia diwawancarai untuk pertama kalinya oleh Master Nan ch'üan, dia ditanya, "Apakah anda merupakan mastermu sendiri?" Chao-chou jawab, "Di tengah musim dingin hawa menjadi sangat dingin. Saya doakan semua berkah padamu, Pak!" Dengan pernyataanya ini Chao-chou secara tidak langsung mengungkapkan pada Nan-ch'üan dalamnya realitas batiniah dirinya dan kapasitasnya sebagai seorang siswa Ch'an. Beberapa tahun kemudian, Keui-shan Ling-yu mengajukan pertanyaan yang sama pada siswanya yang baru tiba, Yang-shan

Page 136: Ajaran Awal Buddhisme Ch'An

Ajaran Murni Ch’an Buddhis Ajaran Murni Ch’an Buddhis Ajaran Murni Ch’an Buddhis Ajaran Murni Ch’an Buddhis

120

Hui-chi, yang menjawabnya dengan berlari dari sisa barat ruangan ke sisi timurnya dan kemudian berdiri membisu di sana. Mendiamnya, dia seperti juga sambutan Chao-chou, memaparkan pemahamannya atas Ch'an.

Namun jawaban ini hanyalah melukiskan tahap permulaan dan latihan dari pemahaman . Pengolahan batin Chao-chou bukanlah yang hal statis melainkan suatu gerakan konstan, yang secara perlahan berlanjut ke tingkat yang semakin tinggi. Marilah kita lihat pada tahap lebih lanjut kemajuannya. Saat Chao-chou pergi mengunjungi Master Huang-po, master yang melihatnya datang segara menutup pintunya. Setelah itu Chao-chou menyalakan suatu obor di ruangan dan meminta bantuan. Huang-po membuka pintu dan memegangnya sambil berkata, "Katakan! Katakan! Apa itu?" Chao-chou jawab, " Anda menarik busurmu, setelah pencurinya!" Huang-po menutup pintunya untuk menunjukkan pada Chao-chou bahwa kebenaran Buddhisme adalah tak terkatakan. Tak ada yang dapat dengan menguntungkan didiskusikan bersama pengunjungnya. Namun, Chao Chou memahaminya. Dia sebaliknya ingin membuat Huang-po tahu bahwa seseorang jangan terpaut pada kekosongan, melainkan ia harus kembali darinya, jadi ia menyalakan lampu untuk membuat Huang-po membuka pintunya. Huang-po memahami tindakan ini tapi beliau ingin membuat Chao-chou berbicara untuk mengetahui jika dia memahaminya secara benar. Namun pemahaman Chao-chou ternyata lebih jauh dari ini, tuntutan untuk menjelaskan datangnya terlalu terlambat: "Anda tarik busurmu setelah pencurinya pergi!" Percakapan antara Huang-po dan Chao-chou adalah suatu contoh baik atas kerjanya intuisi langsung; akibat yang sama takkan didapatkan dengan pemikiran diskursif. Tanggapan mereka terhadap satu sama lainnya cepat bagaikan gemuruh dan kilat."

Kung-an ini menunjukkan bahwa melalui pengalaman batinnya, Chao-chou telah mencapai suatu tahap pemahaman Ch'a yang lebih tinggi.

Dalam bab tentang Nan-ch'üan di dalam Lampu, kita temukan ilustrasi yang menarik sebagai berikut. Suatu kali Master Nan Ch'üan berkata, "Semalam saya berikan dua puluh pukulan pada masing-masing Mañjušrî dan Samantabhadra dan mengusir mereka dari kuilku." Chao- chou bertanya padanya , "Pada siapa yang telah Anda berikan dua puluh pukulan?" Nan ch'üan jawab, "Dapatkah anda beritahukan pada saya di mana ketakkesalahanku?" Chao-chou membungkuk dan meniggalkannnya. Nan Ch'üan telah membuat siswanya sadar bahwa untuk mencapai kebenaran, dia tidaklah harus membiarkan dirinya menjadi terikat, sekalipun pada agama Buddha itu sendiri. Ini persisnya seperti apa yang selalu diungkapkan oleh para master Ch'an dalam cara berikut:

"Saat anda bertemu Buddha, bunuh Buddha; saat anda bertemu Sesepuh, bunuh Sesepuh." Saat anda telah memasuki dunia kebenaran absolut, kita harus keluar darinya lagi. Namun, bahkan dalam pikiran masuk dan keluar masih terdapat noda kemelekatan. Kita haruslah bebas dari keduanya dan dengan demikianlah Chao-chou membungkuk dan meninggalkan masternya. Di saat itu, dia mencapai suatu tahap yang jauh berada di luar pencapaian

Page 137: Ajaran Awal Buddhisme Ch'An

,Pendekatan Ilogis dan Non,Pendekatan Ilogis dan Non,Pendekatan Ilogis dan Non,Pendekatan Ilogis dan Non----KonvensKonvensKonvensKonvensional Terhdadap Ch'an,ional Terhdadap Ch'an,ional Terhdadap Ch'an,ional Terhdadap Ch'an,

121

dengan masuk dan keluar; dia telah mencapai tahap, yang hingga saat itu masih menjadi permasalahan master-nya.

Mereka yang pandai menikmati rasa anggur murni sering menyimpannya bertahun-tahun. Semakin lama anggur itu disimpan, semakin nikmat rasanya. Anggur itu segera menjadi lebih lembut dan lebih bermutu. Demikian juga halnya dengan ajaran Chao-chou. Kata-katanya selalu kelihatan sederhana dan tentu tidak kuat dalam nilai rasa, namun dalam kenyataannya, itulah kata-kata yang paling bermutu. Semakin banyak kita meminumnya, semakin besar pula kenikmatan kita.

Dalam sejarah Ch'an Cina, terdapat sejumlah nama umat Buddhis awam yang mencapai tenar dan kata-katanya pantas disimak. Dua tokoh dari awal Dinasti T'ang khususnya pantas dipelajari: Wang Wei (699-759) dan P'ang Yün (wafat 811).

Wang Wei sejaman dengan Nan-yang Hui-chung, Shih-t'ou Hsi-ch'ien dan Ma-tsu Tao-i. Dari nama penuhnya kita tahu bahwa dia amat mengabdi pada Buddhisme: pada nama resminya, Wei, dia tambahkan nama panggilan Mu-chi; yang secara bersama membentuk terjemahan Cina untuk nama Sanskrit Vimalakirti, nama seorang Budhis biasa dan kawan Šãkyamuni. Tapi, prestasi Wang Wei yang paling nyata terdapat dalam puisi dan lukisan. Kita temukan bahwa karya-karya merupakan pencerminan yang menakjubkan dari olah batinnya. Sebenarnya, dia lebih dikenal oleh puisi liris-nya yang indah daripada prestasinya dalam Ch'an namun pemahamannya atas Ch'an juga amat mengagumkan . I nskripsi awalnya atas catatan biografis Sesepuh Keenam menunjukkan dalamnya pemahaman dia atas ajaran Ch'an warisan Hui neng:

Saat tak ada yang perlu dilepaskan. Dia sesungguhnya telah capai Sumber. Saat tak ada kekosongan yang perlu dicapai. Dia sesungghnya sedang alami Kekosongan. Lampaui keheningan adalah tanpa tindakan. Sebaliknya ia hanyalah Ciptaan, yang selalu bertindak. Kita juga temukan penerapan teori kung-an dalam puisi Wang Wei. Ada

suatu contoh dalam dua baris terakhir sajaknya yang bejudul: "Jawaban pada Pengawal Kerajaan Chang":

Anda minta saya jelaskan alasan kegagalan atau keberhasilan. Nyanyian nelayan menyelam jauh ke dalam sungai. Dalam kenyataannya, ini boleh jadi merupakan contoh pemakaian teknik

kung an Ch'an dalam puisi Cina. P'ang Yün hidup beberapa dekade setelah Wang Wei. Dia belajar dharma

di bawah bimbingan Shih-t'ou Hsi-ch'ien dan Ma-tsu, di samping itu ia juga merupakan kawan karib Tan-hsia T'ien-jan. P'ang Yün mengikuti pikiran sehari-hariping ch'ang hsindan merupakan pengikut ajaran Ma-tsu. Pernyataannya bahwa "Dalam membawa air dan memotong kayu terdapat Tao," selalu dirujuk dalam literatur Ch'an. Namun kebenaran Tao atau Ch'an pada dasarnya tak terucapkan . Oleh karena itu saat Shih-t'ou Hsi-ch'ien bertanya padanya, "Apa itu kegiatan sehari-hari?" P'ang Yün menjawabnya,

Page 138: Ajaran Awal Buddhisme Ch'An

Ajaran Murni Ch’an Buddhis Ajaran Murni Ch’an Buddhis Ajaran Murni Ch’an Buddhis Ajaran Murni Ch’an Buddhis

122

"Jika anda tanya saya tentang kegiatan sehari-hari saya, saya bahkan tak mampu membuka mulutku." Kegiatan sehari-hari adalah ping Ch'ang hsin, yang tak terucapkan.

Dalam Dialog P'ang Yün (Dialogue of P'ang Yün) dan Catatan Menunjuk pada Bulan (Records of Pointing at the Moon) kita ketahui bahwa P'ang Yün dan istrinya memiliki sepasang anak . Dan seluruh anggota keluarganya mempelajari Ch'an. Suatu hari , dikala ia sedang duduk dengan tenang di kuil-nya, P'ang Yün berujar:

"Betapa sukarnya!" "Betapa sukarnya!" Belajarku bagaikan mengeringkan serabut seribu pon serabut batang rami di

bawah terik mentari dengan menggantungkannya di pohon!" Namun istrinya menanggapi: "Caraku mudah benar! Saya temukan ajaran para Sesepuh tepat di atas tanaman berbunga!" Saat anak perempuan mereka mendengar percakapan ini, dia pun

bernyanyi: Belajarku tak sulit, juga tak mudah. Di kala saya lapar, saya makan, Di kala saya letih, saya lelap."

Dalam diskusi di atas, seorang anggota keluarganya mengambil posisi penegasan, yang lainnya penyangkalan dan yang ketiga adalah posisi Jalan Tengah. Walaupun pendekatan mereka berbeda, semua mencerminkan tanpa kelahiran, yang sama dengan wu atau kehampaan. Ini mewakili penerapan ajaran Mâdhyamika, Jalan Tengah.

Dialog antara P'ang Yün dan anak perempuannya, Ling-chao, tercatat dalam Catatan Menunjuk pada Bulan.

Kita temukan di sini suatu kung an khusus yang bercirikan ajaran Ch'an: P'ang Yün: "Apa yang anda katakan pada pernyataan tua bahwa ajaran

para Sesepuh terdapat tepat di atas tanaman bunga?" Ling chao: "Betapa bagusnya anda ucapkan kata-kata ini!" (bernada sinis) P'ang Yun: "Apa yang harus kukatakan?" Ling chao: "Ajaran Sesepuh tepat di atas tanaman bunga." Saat sang ayah mendengarnya dia merasa sangat senang. Jenis kung-an,

yang mengulangi kata-kata si penanya setelah pertama-tama menolaknya, digunakan para master Ch'an selanjutnya. Sebagaimana kita lihat, suatu percakapan yang demikian tidak mengandung alasan intelektual apa pun melainkan hanya memaparkan suatu nilai pengalaman batiniah. Penolakan suatu pernyataan tidaklah menyiratkan bahwa pernyataan itu tak benar dalam arti intelektual apa pun. Sebaliknya saat tujuannya adalah untuk mengungkapkan pengalaman batiniah, seseorang haruslah membebaskan dirinya dari keterbatasan logika dan pemikiran diskursif (argumentatif).

Suatu kali Tan-hsia T'ien-jan, kawan akrab P'ang Yün, pergi mengunjunginya dan menemukan Ling-chao berada di luar rumah. Tan-hsia

Page 139: Ajaran Awal Buddhisme Ch'An

,Pendekatan Ilogis dan Non,Pendekatan Ilogis dan Non,Pendekatan Ilogis dan Non,Pendekatan Ilogis dan Non----KonvensKonvensKonvensKonvensional Terhdadap Ch'an,ional Terhdadap Ch'an,ional Terhdadap Ch'an,ional Terhdadap Ch'an,

123

bertanya, "Apakah ayahmu ada di rumah?" Ling-chao menurunkan keranjangnya dan berlipat tangan. Tan Hsia bertanya lagi, "Apakah ayahmu ada di rumah." Lin Chao memungut keranjangnya dan segera pergi meninggalkannya.

Di sini jawaban sesungguhnya tidaklah berada dalam kata-kata namun dalam bahasa isyarat yang pada kenyataannya tak berkaitan. Mereka yang mengerti pengalamannya yang tak terungkapkan itu akan memahami jenis komunikasi yang tersirat ini.

Suatu kali P'ang Yün menjumpai Chê-chuan sedang memetik daun teh: P'ang Yun: "Tak seorangpun dapat terkandung dalam dunia Dharma.

Apakah anda masih melihatku?" Chê-chuan: "Saya bukan gurumu. Mengapa saya harus menjawabmu?" P'ang yün mengajukan pertanyaannya beberapa kali tapi Chê-ch'uan tetap

diam. Akhirnya saat P'ang yun tetap mendesak , Chê-chuan menurunkan keranjangnya dan pergi menuju keruangannya.

Kita haruslah memahami bahwa Che Chuan tidaklah kasar; dia hanyalah mengungkapkan pengalaman batinnya. Dia memberikan suatu jawaban yang benar atas pertanyaan P'ang Yün melalui tindakannya. Sebagaimana kita lihat, Nan Ch'üan dan Chao-chou juga sering memberikan jenis tanggapan ini pada penanya-penanya mereka.

Suatu kali Shih-lin sambil mengangkat fu-tzu berkata, "Ucapkanlah sepatah kata, namun jangan terperangkap dalam cara Tan-hsia!" P'ang Yun meraih fu-tzu dari tangan Shih-lin.

Shih-lin: "Ini cara Tan Hsia." P'ang Yün: "Kalau begitu katakan sesuatu yang bukan merupakan cara Tan

Hsia." Shi-lin: "Tan-hsia bisu dan P'ang Yün tuli." P'ang Yun: "Tepat! Tepat!" Shih-lin mendiam. P'ang Yun: "Apa yang anda katakan rupanya benar." Shih lin tetap saja mendiam." Saat seorang Buddhis Ch'an berada dalam keheningan, sifat lahiriahnya

akan harmonis dengan Realitas Akhir. Keheningannya mengungkapkan kekuatan kekosongan hidup. Keheningan dalam perkataan biasa adalah keheningan dalam arti relatif; keheningan yang demikian adalah keheningan yang mati, yang sangat berlawanan dengan keheningan Ch'an. Jika diamnya seseorang tak melampaui kata dan keheningan, jawabannya sama sekali tidak benar. Semua master Ch'an terkemuka yang menjawab pertanyaan dengan keheningan akan memiliki tingkat kesadaran batiniah yang tertinggi ini. Oleh karena Kekosongan Absolut atau sunyata tak dapat dipahami sebagai kekosongan mati, arti sejati dari keheningan itu sendiri sama sekali tidak hening. Saat kita memahami kebenaran ini, kita akan dapat mengerti ajaran Ch'an seperti yang tertulis dalam bab-bab berikut ini.

Page 140: Ajaran Awal Buddhisme Ch'An
Page 141: Ajaran Awal Buddhisme Ch'An

125

KKKKIANGSI IANGSI IANGSI IANGSI TTTTAO AO AO AO IIII ( 709 - 788)

"Pikiran Adalah Buddha" (DARI TRANSMISI LAMPU, CHUAN 6)

Master Ch'an Tao-i1 dari Kiangsi adalah penduduk asli Shih-fang di distrik

Han-chou.2 Nama keluarga asalnya adalah Ma. Dalam penampilan dan tingkahnya dia dikenal amat nyentrik. Dia menatap bagaikan harimau dan meringkuk bagaikan sapi. Dia dapat pula menyentuh hidung dengan lidahnya sendiri dan pada tapak kakinya terdapat tanda-tanda yang berbentuk roda.3 Di masa anak-anak dia pergi ke Tzu chou dan kepalanya dicukur oleh Master T'ang. Selanjutnya dia ditabhiskan oleh Vinaya master Yüan-of Yü-chou.4

Pada periode K'ai yüan [713-741] dia mempelajari dhyâna di Kuil Ch'uan fa di Gunung Heng.5 Di sanalah dia belajar di bawah asuhan Master Huai-jang, yang di kala itu memiliki sembilan siswa ini. Dari kesembilan siswa hanya Tao-i yang menerima stempel pikiran suci.6

Kemudian dia berpindah dari Fu-chi-ling di Chien-yang7 ke Lin-ch'uan8 dan kemudian ke Gunung Kung-kung di Nan k'ang.9 Di pertengahan periode Ta-li

1 Secara populer dikenal dalam literatur Timur dan barat sebagai Ma-tsu yang berarti Sesepuh Ma. 2 Sekarang Kung Han, barat laut Ch'en tu dipropinsi Szechwan.

3 Lidah panjang dan bentuk-bentuk rode adalah beberapa ciri khas diantara tiga puluh Buddha ciri

khas yang seorang Buddha.

4 Sekarang kota Pahsien di Szechwan.

5 Salah satu dari lima gunung Buddhis yang suci di Cina, terletak disebelah utara Hengyang Propinsi Hunan.

6 Kebenaran Buddha, bertransmisi dari master pada muridnya yang cerah dikatakan secara simbolis oleh kaum Ch'an sebagai cap pikiran.

7 di sebelah barat laut ch'ien ou (Kie now) di propinsi Fukien.

Page 142: Ajaran Awal Buddhisme Ch'An

Ajaran Murni Ch’an Buddhis Ajaran Murni Ch’an Buddhis Ajaran Murni Ch’an Buddhis Ajaran Murni Ch’an Buddhis

126

[776-779], saat dia berada Kuil K'ai yüan, Gubernur Lu Szu-kung mendengar namanya dan mengagumi semangatnya serta ajarannya yang sedemikian dalam.

Dia pun datang untuk menerima dharma secara pribadi darinya. Sejak saat itu siswa-siswa Master berdatangan dari berbagai penjuru untuk belajar darinya.

Suatu hari Master berkata pada para hadirin sebagai berikut: "Kalian semua haruslah sadar bahwa pikiran kalian adalah Buddha, yaitu pikiran ini adalah Pikiran Buddha. Mahaguru Bodhidharma datang dari India ke Cina untuk mentransmisikan doktrin Buddhis Mahayana , Pikiran Tunggal, untuk mencerahkan kita semua. Beliau gunakan kitab Lañkâvatâra Sûtra untuk membuktikan kehadiran Pikiran dalam semua makhluk. Beliau berpikir orang-orang barangkali akan menjadi bingung dan berhenti mempercayai bahwa di dalam masing-masing diri mereka, pikiran ini telah ada secara lahiriah. Oleh karena itu, beliau mengutip Lañkâvatâra Sûtra: Buddha mengajarkan bahwa Pikiran adalah sumber dari semua kehidupan dan bahwa metode Dharma adalah tanpa metode."

Master berlanjut : "Mereka yang mencari kebenaran haruslah menyadari bahwa tidak ada yang perlu dicari. Tidak ada Buddha melainkan hanya Pikiran, tidak ada Pikiran melainkan Buddha. Jangan pilih di antara yang baik dan yang jahat, melainkan bebaslah diri kalian dari kemurnian dan kekotoran. Saat itulah baru akan anda sadari dosa kekosongan . Pikiran secara terus menerus berubah dan takkan terpahami karena pikiran itu tak memiliki sifat diri. Tiga Dunia itu tidaklah lain daripada pikiran seseorang. Alam semesta yang maha luas ini tak lain daripada bukti adanya eka Dharma. Apa yang terlihat sebagai bentuk adalah cerminan pikiran. Pikiran tidak muncul sendiri, keberadaannya terwujudkan dalam bentuk. Kapan pun anda berbicara tentang Pikiran anda haruslah sadari bahwa penampilan dan realitas terbaur sama sekali tanpa halangan apa pun. Inilah apa adanya dengan pencapaian bodhi. Apa yang dihasilkan oleh Pikiran dinamakan bentuk. Saat anda memahami bahwa segala bentuk itu tak bereksis, maka apa yang merupakan kelahiran juga merupakan tanpa kelahiran. Jika anda sadar akan pikiran ini, anda akan berpakaian, makan dan bertindaknya kegiatan ini secara spontan dalam hidup sebagaimana terjadi, dengan demikian anda telah mengolah sifat rohanimu. Tak ada lagi yang dapat kuajarkan padamu. Silahkan dengar gâthâku:

Setiap kali anda ingin katakan tentang Pikiran,katakanlah! Dalam cara ini, bodhi adalah hening! Saat penampilan dan kenyataan terbaur sempurna tanpa halangan, Kelahiran dalam saat yang sama adalah tanpa lahir.

8 Di sebelah barat daya Nan-ch'ang di propinsi Kiangsi.

9 Di sebelah barat daya Kanchow di propinsi Kiangsi.

Page 143: Ajaran Awal Buddhisme Ch'An

Kiangsi Tao IKiangsi Tao IKiangsi Tao IKiangsi Tao I

127

Seorang pendeta bertanya mengapa Master mengajarkan, "Pikiran adalah Buddha." Master jawab," Karena saya ingin menghentikan tangisan seorang bayi." Pendeta tersebut mendesak, "Saat tangisan telah berhenti, apa yang terdengar kemudian?" "Bukan Pikiran, bukan Buddha," jawabnya." Bagaimana anda ajarkan pada seseorang yang tak mempercayai salah satunya?" Master berkata," Saya akan memberitahukannya, 'Bukan materi'." Pendeta tersebut menanyakannya sekali lagi," jika anda bertemu dengan seseorang yang bebas dari kemelekatan terhadap segalanya, apa yang akan anda katakan padanya?" Master jawab,"Saya akan membiarkannya untuk mengalami Tao Agung."

Di saat lainnya seorang pendeta bertanya," Apa arti kedatangan

Bodhidharma dari Barat?" "Apa arti [nya anda bertanya] di saat ini?" jawab Master.

Seorang siswa awam, P'ang Yün bertanya, "Bagaimana mungkin air yang tanpa otot atau tulang mampu menahan kapal yang beratnya sepuluh ribu ton?" Master jawab, "Tak ada air maupun kapal. Mengapa anda membicarakan otot dan tulang?"

Suatu hari Master hadir di tengah pertemuan dan berdiam beberapa saat.10 Po-chang membentangkan tikarnya di depannya. Setalah itu Master meninggalkan ruangan pertemuan.

Po-chang segera bertanya, "Apa arti ajaran Sang Buddha?" Master jawab," Itulah pada apa hidup anda bergantung ." Saat Po-chang ditanya oleh Master bagaimana dia akan mengajarkan Ch'an, dia mengangkat fu-tzu-nya. Master bertanya lebih lanjut." Itukah semuanya? Ada yang lebih jauh?" Setelah itu Po-chang meletakkan fu-tzu-nya kembali.

Pada kesempatan lainnya seorang pendeta bertanya, "Apa yang dapat saya lakukan agar sejalan dengan Tao?" Master jawab, "Saya belum sejalan dengan Tao."

Seorang pendeta bertanya, "Apa arti kedatangan Bodhidharma dari Barat?" Master menghajarnya sambil berkata, "Jika saya tak menghajarmu, orang-orang di seluruh penjuru negeri ini akan menertawaiku."

Setelah bertualang jauh, seorang siswa kembali pada Master dan menggambarkan suatu lingkaran di atas tanah di depannya. Kemudian dia melangkah ke dalam lingkaran tersebut, membungkuk dan berdiri diam. Master bertanya padanya, "Apakah anda berniat jadi Buddha?" "Saya tak tahu bagaimana menekan mataku."11 Master jawab," Saya tak sebaik anda." Siswa itu tak berkata apa pun lagi.

Têng Yin-fêng, seorang siswa lainnya, datang berpamitan pada Master. Master menanyakannya ke mana ia akan pergi. Dia berkata bahwa dia akan pergi melihat Shih-t'ou [Master Hsi-ch'ien; shih-t'ou berarti "batu"].

10 Liang chiu secara umum berarti "sebentar", namun sesuai dengan tradisi kuil istilah ini berarti

menjaga ketenangan untuk waktu yang agak lama. 11 "Menekan mata" berarti menciptakan ilusi.

Page 144: Ajaran Awal Buddhisme Ch'An

Ajaran Murni Ch’an Buddhis Ajaran Murni Ch’an Buddhis Ajaran Murni Ch’an Buddhis Ajaran Murni Ch’an Buddhis

128

Ma-tsu berkata, "Shih-t'ou itu licik." Têng Yin-fêng jawab, "Saya sudah siap dengan alat sulap12yang dapat saya mainkan setiap saat." Sesampainya ia di tujuan, dia segera berjalan mengelilingi tempat duduk Master Shih-t'ou, menggetarkan tongkatnya dan bertanya, "Apa artinya ini?" Shih-t'ou menjerit , "Ya, Tuhan! Ya, Tuhan!" Têng Yin-fêng tak berkata apa pun lagi dan balik ke rumah serta melaporkannya pada Master Ma-tsu. Master memesankannya untuk kembali pada Shih t'ou dan jika ia mengatakan "Ya, Tuhan!" lagi, Têng Yin-fêng harus menggembungkan pipinya dan berbisik dua kali. Têng Yin-fêng kembali pada Shih t'ou. Dia mengulangi apa yang telah dia lakukan sebelumnya dan bertanya lagi, "Apa artinya ini?" Pada saat itu Shih t'ou menggelembungkan pipinya dan berbisik dua kali. Têng Yin-fêng sekali lagi pergi tanpa sepatah kata pun. Dia melaporkan kejadian tersebut pada Ma-tsu, yang mengatakan bahwa dia telah mengingatkannya akan kelicikan Shih -t'ou.

Suatu kali seorang pendeta menggambarkan empat garis di hadapan Ma-tsu. Garis yang di atas panjang dan tiga lainnya pendek. Dia kemudian bertanya pada master, "Di samping mengatakan satu garis panjang dan yang lainnya pendek, apa lagi yang akan anda katakan?" Setelah itu Ma-tsu menggambarkan satu garis di atas tanah dan berkata, "Ini bisa disebut panjang atau pendek. Itulah jawabanku."

Seorang pendeta pengkhotbah13 datang menghadap Master dan bertanya, "Ajaran apa yang dikemukakan para master Ch'an?" Ma-tsu balik bertanya: "Ajaran apa yang anda dukung?" Pendeta tersebut menjawab bahwa dia telah mengkuliahkan lebih dari dua puluh sûtra dan šâstra. Master menyahut, "Bukankah anda seekor singa?"14 Pendeta itu berkata, "Saya takkan lancang mengatakannya." Master menghembus dua kali dan pendeta tersebut berkomentar, "Ini caranya mengajarkan Ch'an." Ma-tsu membalas, "Cara apa yang anda maksudkan?" dan pendeta tersebut berkata, "Cara singa meninggalkan sarangnya." Master menjadi diam. Segera si pendeta berkata, "Ini juga caranya mengajarkan Ch'an." Pada perkataan ini juga, ,Master bertanya lagi, "Cara apa yang anda maksudkan?" "Singa menghuni dalam sarangnya." "Saat tak keluar atau tak tinggal di dalamnya, apa yang akan anda katakan?" Pendeta itu tak menjawab melainkan berpamitan pada Master. Saat dia mencapai pintu Master memanggilnya dan dia pun segera membalikkan kepalanya. Master berkata padanya, "Kalau begitu apa itu?" Pendeta itu lagi-lagi tak menjawab." Betapa bodohnya guru ini!" Master menjerit.

12 Arti semula dari kan-mu adalah tiang-tiang bambu dan tongkat-tongkat kayu. Dalam hal ini ia

berarti alat yang digunakan pemain sulap. 13 Bhikkhu Liang dari Szechwan, yang telah menerima pencerahannya di bawah bimbingan Ma-

Tsu. Saat dia pergi dia berkata: "Semua yang telah saya pelajari sebelumnya telah melelh." Dia menetap beberapa saat di Pegunungan Huang chou barat dan tak pernah berkhotbah lagi

14 Singa sebagai raja hutan yang bebas dari rasa takut apapun, selalu dijadikan sombol Budddha.

Page 145: Ajaran Awal Buddhisme Ch'An

Kiangsi Tao IKiangsi Tao IKiangsi Tao IKiangsi Tao I

129

Gubenur Hung-chou bertanya , "Master , bolehkah saya makan daging dan minum anggur tidak?" Master jawab, "Makan dan minum adalah berkahmu. Tak melakukannya jugalah berkah."

Terdapat seratus tiga puluh sembilan siswa yang menerima dharma dari sang Master dan masing-masingnya menjadi pemimpin Ch'an di distrik tempat mereka mengajar. Ajaran mereka ditransmisikan dari satu generasi ke generasi lainnya. Di pertengahan bulan pertama tahun ke empat periode Chên yüan [788] Master mendaki gunung Gerbang Batu di Chien-ch'ang dan saat dia melewati hutan, dia melihat tanah datar tertentu di suatu lembah. Beliau memberitahukan pengikut-pengikutnya bahwa jasadnya nanti akan dikebumikan di tanah tersebut bulan berikutnya. Pada hari ke empat bulan berikutnya, dia jatuh sakit. Setelah mandi dan duduk bersila dengan hening, beliau pun wafat. Di pertengahan periode Yüan-ho [806-820] dia dianugerahkan gelar anumerta Master Ch'an Keheningan Besar. Pagodanya dinamakan Pagoda Penghormatan Nan Takjub (Pagoda of Splendid Reverence).

Page 146: Ajaran Awal Buddhisme Ch'An
Page 147: Ajaran Awal Buddhisme Ch'An

131

NNNNANANANAN----CHCHCHCH''''�AN �AN �AN �AN P'P'P'P'UUUU----YYYYUAN UAN UAN UAN CCCCHHHH''''ANANANAN (748-834)

"Menjadi Kerbau di kaki Bukit" (DARI TRANSMISI LAMPU, CHUAN 8)

Master Ch'an Nan-ch'üan P'u-yüan dari Ch'ih-chou1 adalah seorang penduduk asli Hsin-cheng di Cheng-chou.2 Nama keluarga asalnya adalah Wang. Di tahun kedua periode Chih-tê [756-757] dari Dinasti T'ang dia berangkat menuntut ilmu pada master Ch'an Ta-Hui dari Gunung Ta-Wei. Saat dia beumur tiga puluh dia menuju ke Gunung Sung3 untuk ditabhiskan. Di sana dia mulai mempelajari kitab tua Empat Pembagian Vinaya (Four Division Vinaya) dan mengkhususkan dirinya pada perbaikan peraturan-peraturan disiplin.4 Kemudian dia mengunjungi berbagai pusat [studi] dan

1 Sekarang Kuei Ch'ih (Kwei chih) sebeleah timur laut anking , disebeelah sisi kanan sunggai Yang

Tze di propinsi Anghwei. 2 Cheng Chow, sebelah barat K'ai Feng di propinsi Hunan.

3 Suatu gunug suci lainnya dari lima gunung suci Buddhis, terletak di barat laut di propinsi Hunan,

dekat Loyang; berketinggian lebih dari 7600 kaki.

4 Menurut biografiu P'u Yuan dalam Biografi Pendeta-Pendeta Buddhis Terkemuka, Himpunan sung, chuan 11, Master Nan ch'uan menuju ke gunung Sung di tahun 77 untuk belajar bersama master vinaya Hao dari kuil shan Hui dan selanjutnya ditabhiskan di sana. Dia mempelajari teks Empat Pembagian Vinaya, yang merupakan versi Dharmagupta dalam enam puluh chuan yang diterjemahkan buddhayasas ke dalam bahasa Cina dengan suatu komentar oleh Fa li (589-635) dari kuil Jih K'ung di Hsiang chou. Ini biasanya dinamakan "Teks Tua Hsiang Pu." Nan-ch'uan mengabdikan dirinya pada studi detail-detail dan pembaharuan-pembaharuan peraturan displiner untuk pendeta Buddhis, seperti lima p'ien dan tujuh chu, P'ien dan chu adalah berbagai pelanggaran atau dosa yangg akan dikenakan berbagai hukuman semisal pengusiran dari sangha, pengakuan dan pengampunan dosa oleh majelis sangha, dan sebagainya. Vinaya dari kata vi-ni berarti, "melatih" atau "berdisiplin," menjadi nama suatu aliran Buddhisme yang didirkkan di Cina oleh Tao Hsuan (596-667) di masa Dinasti T'ang. Penekanan aliaran ini adalah peraturan-peraturan displin vihara.

Page 148: Ajaran Awal Buddhisme Ch'An

Ajaran Murni Ch’an Buddhis Ajaran Murni Ch’an Buddhis Ajaran Murni Ch’an Buddhis Ajaran Murni Ch’an Buddhis

132

mendengar perkuliahan tentang Lañkâvataâra dan Avatamsaka Sûtra5. Dia juga mempelajari doktrin Jalan Tengah yang tertulis dalam Mâdhyamika Šâstra, Šata Šâstra dan Dvâdašanikâya Šâstra.6 Dengan demikian dia memperoleh pengetahuan yang menyeluruh dalam filsafat Buddhis. Akhirnya dia datang pada Ma-tsu dan belajar Ch'an di bawah bimbingannya serta mencapai pencerahan seketika. Dia segera membebaskan dirinya dari apa yang dipelajari sbelumnya7 dan mencapai kebahagiaan dalam samâdhi

Suatu hari saat Nan-Ch'üan sedang menyajikan air bubur pada kawan-kawan bhikkhunya, masternya, Ma-tsu, bertanya padanya, "Apa yang terdapat di dalam ember kayu itu?"

"Kawan tua ini harus menutup mulutnya dan tak mengatakan kata-kata yang demikian," ujar Nan-ch'üan.8 Pendeta lainnya yang belajar bersama dengannya tak berani mengajukan pertanyaan apa pun tentang percakapan di atas.

Di tahun ke sebelas [795] periode Chên-yüan, Master Nan-ch'üan berpindah ke Ch'ih-yang dan membangun suatu kuil kecil di puncak Gunung Nan-ch'üan. Dia menetap di sana selama tiga puluh tahun dan tak pernah turun gunung sekali pun. Pada permulaan periode Ta-ho [827-835], Lu-Hsüan, seorang gubernur provinsi di Hsüan ch'êng,9 mengagumi semangat ajaran-ajaran Master Ch'an ini. Dia dan atasannya dari istana maharaja mengundang

5 Avatamsaka Sutra (Hua Yen Ching), yang menjadi dasar-dasar aliran Hua Yen, pada dasarnya

menekankan doktrin-doktrin identitas dan penafsiran. Tiga dari sutra ini telah diterjemahkan ke dalam bahasa Cina. Terjemahan pertama yang dinamakan chin ching oleh Buddhabhadra, di tahun 418-420. Terjemahan kedua oleh siksananda di tahun 695-699 dinamakan T'ang ching. Sedangkan yang ketiga oleh Prajna di tahun 796-797, meruapakan bab terakhir dari dua kitab sebelumnya. ALairan Hua Yen didirikan di Cina oleh Tung shun yang meninggal di tahun 640, dan lebih lanjut dipaparkan oleh Fa Tsang, yang meninggal di tahun 712.

6 Ketiga satra ini adalah kitab-kitab dasar dari aliran Madyamikia yang didirikan di India oleh Nagarjuna pada abad kedua. Semua kitab ini diterjemahkan oleh Kumarajiva. Madhyamika Sastra yang berhubungann dengan Jalan Tengah di tahun 409 , Sata Sastra (seratus syair) di tahun 404, dan Dvadasanikaya Sastra memfokuskan pada Dua belas Gerbang di tahun 408. Chi tsang (549-623) mendirikan aliran San Lun saat dia berada di kuil Chia hsiang. Ajaran aliaran ini berkisar pada doktrin peredusiran realitas menjadi sunyata dengan proses negasi atas negasi.

7 Wang chuan berarti merupakan jaring saat ikan telah tertangkap ungkapan ini berasal dari chuang tzu oleh filsuf Cina dari abad ke empat SM, seorang pengikut Lao-tzu. Dalam konteks ini istilah ini menyiratkan bahwa Nan Chuan memelupakan semua pengetahuannya tentang Ch'an dalam mencapai samadhi, yang merupakan kebahagiaan timbul dari kesadaran supernya pikiran.

8 Jelas bagi sipapun juga isi keranjang tersebut adalah nasi bubur. Nan Chuan melihat bahwa Master mencoba menyiratnya untuk menjawab dalam suatu tingkat relatif dan menjawab sebaliknya dari apa yang kita lihat. Ini pun bukan kekasaran dari Nan Chuan tapi semata-mata hanyalah bahwa kenyataan absolut tak terungkapkan oleh kata-kata.

9 Sebelah barat daya wuho, Propinsi An Hwei.

Page 149: Ajaran Awal Buddhisme Ch'An

NANNANNANNAN----CH'UAN P'UCH'UAN P'UCH'UAN P'UCH'UAN P'U----YUAN CH'ANYUAN CH'ANYUAN CH'ANYUAN CH'AN

133

sang master untuk datang ke kota dan memperkenalkan ajaran Ch'an. Kedua pejabat tinggi ini belajar sebagai siswa Sang Master. Setelah memenuhi permintaan itu, beberapa ratus siswa berkumpul untuk mendengarkannya dan ajarannya pun tersebar luas. Master Nan-ch'üan disanjung tinggi sebagai guru Ch'an.

Suatu hari Master Nan-ch'üan menyampaikan suatu kuliah sambil berkata, "Segera anda berkata tentang 'yang demikian' (suchness), ia telah berubah. Master dan pendeta buddhis dewasa ini haruslah mengikuti jalur yang dijalani makhluk lainnya."

Kuei tsung berkata, "Bahkan jika manusia mengikuti jalur bintang , dia takkan menerima balas jasa binatang." Master jawab, "Saudara ke delapan Meng10 yang kasar itu berulang-ulang bertindak seperti itu."

Suatu kali Master Nan-ch'üan berkata, "Di tengah malam kemarin saya berikan dua puluh hajaran pada masing-masing Mansjuri dan Samantabhadra11 dan mengusir mereka dari kuilku." Chau-chou menantangnya: "Pada sipa anda berikan pukulanmu?" Master jawab, "Dapatkah anda katakan padaku di mana kesalahan Guru Wang12?" Chao-chou membungkuk dan pergi.

Kali lainnya Master merencanakan untuk pergi mengunjungi suatu desa pada hari berikutnya. Pada malam tersebut dewa tanah13 memberitahukan kepala desa tersebut atas kedatangan Master, yang selanjutnya menyiapkan segalanya untuk menyambut kedatangannya. Saat Sang Master tiba, dia terkejut dan bertanya, "Anda telah menyiapkan segalanya. Bagaimana anda tahu kedatanganku?" Kepala desa menjawab bahwa dewa tanah yang memberitahukannya. Setelah itu Master Nan-ch'üan berujar, "Ilmu Guru Wang masih belum cukup tinggi; pikirannya masih teramati oleh para siluman dan dewa." Seorang pendeta segera bertanya padanya, "Master, sebagai seorang manusia yang berkebajikan besar , mengapa anda harus diperhatikan oleh para siluman dan dewa?" Nan-ch'üan menjawab, " Sajikan makanan di kuil dewa tanah."

Pada suatu kesempatan Master berkata, "Ma-tzu dari Kaingsi mengajarkan bahwa Pikiran adalah Buddha. Namun Guru Wang takkan memgatakannya 10 Menurut tradinya seseorang yang kasar bangga atas tindakannya kasar dan atas kelancangannya

melawan orang lainnya. 11 Konon Manjusri adalah pengawal kebijaksanaan dan Samantabhadra adalah pengawal hukum.

Manjusri selalu ditempatkan di sebelah kiri Sakyamuni dan Samantabhadra di sebelah kanannya, masing-masing melambangkan prajna dan samadhi.

12 Nan Chuan selalu menyebut dirinya sebagai guru Wang dari nama keluarganya. 13 Dalam kesusasteraan dan tradisi Cina, roh dan dewa selalu muncul dalam impian untuk

menyampaikan pesan, seperti yang terlihat dalam kasusnya si pemimpin desa. Tingkat pencapaian tertinggi dalam Ch'an haruslah bebas dari hal ini. Karena kunjungannya teramalkan oleh Dewa Tanah, Nan Chuan berkata bahwa pemahamannya terhadap Ch'an masih belum cukup mendalam. Saat si pendeta bertanya padanya mengapa dia diamati Dewa Tanah, Nan Ch'uan ingin memutuskan pertanyaan intelektual siswanya itu. Maka iapn memberikan jawaban yang tak rerlevan tersebut.

Page 150: Ajaran Awal Buddhisme Ch'An

Ajaran Murni Ch’an Buddhis Ajaran Murni Ch’an Buddhis Ajaran Murni Ch’an Buddhis Ajaran Murni Ch’an Buddhis

134

dalam cara ini. Dia ajarkan "bukan pikiran, bukan buddha, bukan segalanya.' Adakah kesalahan saat saya mengatakannya dengan demikian?" Setelah mendengar pertanyaan ini, Chao-chou membungkuk dan pergi. Setelah itu seorang pendeta mengikutinya dan bertanya "Apa yang anda maksudkan baru saja ini, saat anda membungkuk dan meninggalkan Master?" Chao-chou jawab, "Pak, anda Master dan berkata, "Mengapa Ts'ung-shen [Chao-chou] bertindak seperti itu beberapa saat yang lalu?" Dia pahami maksudku!" Nan-ch'üan jawab.

Suatu hari Master muncul ditengah para hadirin sambil membawa suatu mangkuk yang dipegang dengan kedua tangannya. Huang-po,14 si bhikkhu kepala, melihatnya datang tapi tak berdiri menyambutnya. Master Nan-chuan berkata padanya,"Bhikkhu kepala! Kapan anda mulai mengajar C'han?" Huang-po jawab," Sejak jaman Dharmagahanabyudgataraja.15 Master jawab," Kalau begitu anda masih cucunya Guru Wang! Pergi!"

Suatu hari Master Nan-chuan berkata pada Huang-po dengan demikian: "Terdapat suatu kerajaan kuning emas dan rumah-rumah yang terbuat dari perak putih . Siapa anda kira tinggal di sana?

"Itu tempat tinggal orang-orang suci," jawab Huang-po. "Ada orang lainnya lagi.16 Tahukah anda di negera apa ia tinggal?" tanya

sang aster. Huang-po melipat tangannya dan berdiri diam."Anda tak mampu

menjawab. Mengapa tidak anda tanyakan pada Guru Wang?" tanya sang Master.

Huang-po, sebaliknya mengulangi pertanyaan Master: "Ada orang lainnya. Tahukan anda di negara apa ia tinggal?"

"Oh, betapa kasihannya!" kata Nan-ch'üan.17 Suatu kali lainnya saat Master menanyakan Huang-po tentang arti

dhyâna18 dan prajñâ. Huang-po jawab , "Dalam dua belas 'jam' sehari saya tak melekatkan diri pada apa pun."

"Tidakkah ini idemu sendiri?" tanya Master. "Saya takkan lancang mengatakannya demikian," jawab Huang-po.

14 Huang Po Hsi Yun (meninggal di tahun 850). Lihat Lampu, chuan9. 15 Merujuk pada salah satu Buddha dari suatu kalpa atau ribuan tahun sebelumnya. 16 Yaitu diri sejati 17 Saat Huang Po mengikuti anjuran Master dengan mengulangi pertanyaannnya, dia menunjukkan

bahwa dirinya belum memahami bahwa "orang lainnya" adalah diri sejati. Dia terperangkap dalam pertimbangan-pertimbangan intelektual.

18 Arti semula dari bahasa Sanskrit untuk kata dhyana adalah meditasi atau konsentarsi atau ketangan. Dhyana berasal dari India dan berawal di jaman veda dan diterima umat Buddhis di seluruh Asia. dhyana adakalanya dipergunakan secara bersamaan dengan kata samadhi atau penyerapan (sammai dalam bahasa jepang, san mei dalam bahasa Cina). Dhyana merupakan salah satu pendekatan mendasar dari zen; sebagaigama ia dilatih di Cina dan jepang, bangkitnya Prajna menjadi tujuannya.

Page 151: Ajaran Awal Buddhisme Ch'An

NANNANNANNAN----CH'UAN P'UCH'UAN P'UCH'UAN P'UCH'UAN P'U----YUAN CH'ANYUAN CH'ANYUAN CH'ANYUAN CH'AN

135

"Anda boleh menangguhkan pembayaran susu kacang soya, tapi siapa yang akan membayar biaya sandal si pembawanya? tanya Master.

Suatu kali Master melihat seorang pendeta sedang membelah kayu. Dia pun kemudian mengetukkan sepotong kayu tiga kali. Pendeta tersebut meletakkan kampaknya dan balik ke ruangan khotbah. Sesaat kemudian Master pergi ke ruangan para bhikkhu dan melihat si pendeta sedang duduk dengan mangkuk dan jubahnya. Master berujar, "Betapa palsunya!"

Pendeta itu membalas, "Kembalilah kau ke ruanganmu. Apa yang anda maksdukan dengan kalimat itu?"

Master jawab, "Di tengah malam kemarin seekor lembu hilang dan menjelang subuh terjadi kebakaran."

Suatu kali para pendeta dari kedua bagian kuil tersebut sedang memperebutkan seekor kucing saat Sang Master muncul di sana. Beliau memegang binatang tersebut dan berkata pada para pendeta yang sedang berdebat itu.

"Jika ada di antara kalian yang dapat mengatakan sesuatu yang tepat, dia akan menyelamatkan nyawa kucing ini; jika tidak ia akan dibunuh." Sayangnya tak ada yang dapat, jadi kucing itu pun dibunuh. Kemudian, saat Chao-chou datang kembali, Master Nan-ch'üan memberitahukannya tentang masalah yang telah terjadi pada waktu kepergiannya. Segera Chao-chou melepaskan sandalnya dan meletakannya di atas kepalanya dan kemudian ia berlalu pergi.

Master berkata, "Jika saja anda berada di sini beberapa saat yang lalu, anda telah dapat menyelamatkan nyawa binatang itu."

Suatu hari Master Nan-ch'üan sedang duduk dengan Shan-shan di tepi tungku pemanasan di dalam kamarnya. Kata Sang master, "Jangan tunjuk ke timur dan ke barat, tapi jalan terus ke yang mendasar."

Meletakkan penjepit bara, Shan-shan melipat tangannya dan berdiri diam. Master berkata, "Walau anda telah mencapai jawaban yang demikian, masih ada perbedaan dari Tao yang diajarkan Guru Wang."

Ada pendeta lainnya yang menyambut sang Master dengan melipat tanganya dan berdiri diam. Master berkata padanya, "Tata-cara umum apa ini!" Mendengarnya, si pendeta segera melepaskan tangannya yang melipat dan menyatukan kedua telapaknya." Master pun berkata padanya, "Ini sebenarnya terlalu mirip [sikap] pendeta. "Si pendeta tak menjawab.

Saat seorang pendeta sedang membersihkan mangkuknya., Master Nan-ch'üan merengut mangkuk tersebut darinya. Si pendeta berdiri dengan tangan kosong. Ma-tsu berkata, "Mangkuk itu ada di tanganku sekarang. Apa gunanya mengatakannya?" Si pendeta tak menjawab.

Suatu ketika saat Master Nan-ch'üan pergi ke kebun sayur , dia melihat seorang pendeta di sana dan melemparkan sepotong bata kepadanya. Saat si pendeta menoleh kepalanya untuk melihat, sang Master mengangkat salah satu kakinya. Si pendeta mendiam tapi saat Master balik ke ruangannya.

Si pendeta mengikutinya dan bertanya, "Sesaat yang lalu anda melemparkan sepotong batu padaku. Tidakkah anda ingin memberikan

Page 152: Ajaran Awal Buddhisme Ch'An

Ajaran Murni Ch’an Buddhis Ajaran Murni Ch’an Buddhis Ajaran Murni Ch’an Buddhis Ajaran Murni Ch’an Buddhis

136

peringatan padaku?" Master berkata, "Kalau demikian mengapa saya mengangkat kakiku?" Si pendeta tak menjawab.

Suatu kali master Nan-chuan berkata pada para hadirin: "Guru Wang ingin menjual badanya. Siapa yang ingin membelinya?" Seorang pendeta melangkah ke depan dan berkata, "Saya ingin membelinya."

"Dia tak meminta harga yang tinggi atau harga yang rendah. Apa yang dapat anda lakukan? tanya master. Si pendeta mendiam.

Suatu kali Master Nan-ch'üan memberitahukan Kuei-tsung dan Ma-yü bahwa dia akan membawa mereka bersamanya untuk mengunjungi Nan-yang Hui-chung, sang Guru Negara. Sebelum memulai perjalanan mereka, Nan-ch'üan menggambarkan suatu lingkaran di atas jalan dan bertanya, "Segera anda memberikan jawaban yang benar, kita akan memulai perjalanan kita." Setelah itu Kuei-tsung duduk di dalam lingkaran tersebut dan Ma-yu membungkuk dengan gaya wanita. Master berkata pada mereka, "Menilai dari jawaban ini, tak perlu lagi kita pergi." Kuei-tsung mengeluh, "Jenis pikiran apa ini?" Tapi Master Nan-ch'üan memanggil keduanya kembali dan mereka tak jadi mengunjungi Nan Yang.

Master Nan-ch'üan menanyakan Shen shan apa yang sedang dia kerjakan. Shen shan jawab, "Saya sedang memukul gong."

"Apakah anda memukulnya dengan tanganmu atau dengan kakimu?" desak sang Master.

"Master! mohon, jawablah anda!" kata Shen Shan. "Ingat betul, pertanyaan ini diajukan pada seorang ahli," jawab Nan-chuan. Seorang bhikkhu kepala datang berpamitan pada Master. Master pun

bertanya padanya, "Ke mana akan anda pergi?" "Saya akan menuruni gunung, " jawabnya. "Setelah anda pergi dari sini, hal pertama yang harus anda ingat adalah

jangan memfitnah Guru Wang," kata Master. "Bagaimana berani saya memfitnahmu?" kata si pendeta. Master bersih dan berkata, "Berapa banyak?" Si pendeta segera pergi

meninggalkannya. Suatu hari Master Nan-ch'üan menghamburkan abu-abu di luar pintu

masuknya dan kemudian menutup pintunya . Setelah itu ia mengumumkan bahwa jika anda yang dapat berkomentar dengan benar, pintu tersebut akan dibuka. Sejumlah jawaban diberikan tapi tak ada satu pun yang memuaskan sang Master. Setelah itu, Chao-chou berteriak, "Ya, Tuhan!" dan segera pintu tersebut dibuka oleh Master.

Suatu malam saat Master Nan-ch'üan sedang menikmati cahaya rembulan, seorang pendeta bertanya padanya kapan seseorang mampu mensejajarkan dirinya dengan cahaya rembulan. Master berkata, "Dua puluh tahun yang lalu saya mencapai tingkat itu." Si pendeta berlanjut, "Bagaimana sekarang?" Sang Master segera balik ke kamarnya.

Gubernur Lu Hsüan bertanya pada Master, "Saya baru saja tiba dari Lu-ho. Adakah diri saya yang lain di sana?" Master jawab, "Ingat betul; pertanyaan itu diajukan pada seorang ahli." Lu bertanya lagi padanya, "Master! ajaran Ch'an

Page 153: Ajaran Awal Buddhisme Ch'An

NANNANNANNAN----CH'UAN P'UCH'UAN P'UCH'UAN P'UCH'UAN P'U----YUAN CH'ANYUAN CH'ANYUAN CH'ANYUAN CH'AN

137

anda di luar pikiran. Di segala tempat anda berada di atas dunia." Master jawab, "Apa yang kita katakan sesaat yang lalu semuanya adalah permasalahan Gubernur."

Hari berikutnya Lu berkata pada master, "Saya juga memahami sedikit ajaran Sang Buddha." Master bertanya, "Gubernur! Apa yang anda kerjakan dalam dua belas 'jam' sehari?" Lu jawab, "Tak ada seinci benang pun yang menutupiku."

Master berkata, "Anda masih berada di dasar ambang pintu."19 Kemudian dia berlanjut, "Tidakkah anda lihat raja bijak tidak merekrut orang-orang pandai sebagai pejabatnya?"

Suatu hari saat Master datang hadir di aula pertemuan. Gubernur berkata padanya, "Master mohon tolong ajarkan dharma pada kita semua!"

"Apa yang anda ingin katakan?" tanya Master. "Tidakkah anda memiliki kebijaksanaan untuk mencapai pencerahan?" Lu

melanjutkan. "Apa pula yang anda ingin saya katakan?" tanya Master. "Mengapa kita harus miliki empat gejala kelahiran dan enam tingkat

kelahiran kembali?"20 tanya Gubernur. "Ini bukan apa yang saya ajarkan," jawab Master. Suatu kali Gubernur Lu bersama dengan Master Nan-ch'üan melihat

seseorang sedang bermain dadu. Lu memungut dadu tersebut dan bertanya, "Bagaimana bisa seseorang membiarkan nasibnya yang memutuskan bahwa jalan hidupnya harus begini atau begitu?'

"Ini sebenarnya beberapa potongan tulang kotor!"21 kata Master. Si Gubernur kemudian berkata, "Ada sepotong batu di rumahku.

Terkadang berdiri dan terkadang ia berbaring. Nah , dapatkah ia diukir menjadi patung Buddha?"

"Ya, mungkin saja," jawab Master. "Tapi bukankah tidak mungkin melakukannya?" sanggah si Gubernur. "Tidak mungkin! Tidak mungkin!" sahut si Master. Chao-chou bertanya, " Tao tidaklah di luar segalanya; yang diluar segalanya

bukanlah Tao. Kalau demikian apakah Tao yang di luar segalanya?" Master memukulnya. Setelah itu Chao-chou memegang tongkat tesebut dan berkata, "Mulai sekarang, jangan salah pukul!" Master berkata, "Kita dapat dengan mudah membedakan seekor naga dengan seekor ular tapi tak seorang pun dapat membodoh-bodohi seorang pendeta Ch'an."

19 Ini bermakna bahwa pemahaman Lu masih belum cukup tinggi untuk mampu menjawab

secara benar. Dia masih belum tiba diambang pintu. 20 Empat bentuk kelahiran adalah: dari rahim, dari telur, dari uap dan melalui transformasi bentuk.

Kenema tingkat reinkarnasi adalah kelahiran kembali sebagai roh di neraka, sebagai hantu yang tak berwujud, dalam tubuh binatang, sebagai roh jahat, dfalam wujud manusia dan sebagai deva pada tingkatan kehidupan yang lebih tinggi.

21 Yaitu dadu yang terbuat dari tulang hewan.

Page 154: Ajaran Awal Buddhisme Ch'An

Ajaran Murni Ch’an Buddhis Ajaran Murni Ch’an Buddhis Ajaran Murni Ch’an Buddhis Ajaran Murni Ch’an Buddhis

138

Master Nan-ch'üan berkata pada pemimpin kuil sebagai berikut: "Saat sang Buddha menetap di Trayastrimšâh selama sembilan puluh hari untuk mengkhotbahkan dharma pada almarhumah ibunya, Udayana [Raja Kaušâmbî] merindukan Sang Buddha. Dia meminta Maudgalyâyana22 sampaI tiga kali untuk mempergunakan kekuatan batinnya agar menjemputkan seorang seniman ke tempat Sang Buddha sehingga ia dapat memahat bentuk Sang Buddha. Konon si seniman hanya mampu memahatkan tiga puluh satu ciri Sang Buddha.23 Mengapa sisanya yang satu lagi, suara Brahma, tak terpahatkan?" Kepala kuil itu bertanya, "Apa itu bentuk suara Brahma?"

Master berkata, "Betapa memilukan tipuannya!" Master menanyakan seseorang,24 "Apa tujuan kita bekerja sama hari ini?"

Jawabannya adalah, "Memutar batu gerindah." Master berujar, "Saya akan membiarkanmu memutar batu gerindah. Tapi untuk roda asnya, yakinkanlah diri anda untuk tidak memindahkannya." Si pengawal tak mengucapkan sepatah katapun.

Suatu hari seorang pendeta yang lebih tua bertanya pada Master, Saat kita katakan, 'Pikiran adalah Buddha', kita salah. Namun saat kita katakan, 'Bukan Pikiran, bukan Buddha", kita juga sama salahnya. Apa pendapatmu tentang hal ini?" Master Nan-ch'üan jawab, "Anda harus percaya Pikiran adalah Buddha dan biarkanlah ia demikian. Mengapa anda harus mengatakannya benar atau salah? Hal itu sama saja dengan datang memakan. Apakah anda pilih datang mengambil makananmu melalui jalan sebelah barat atau jalan lain? Anda tak dapat menanyakan orang lainnya yang mana salah."

Saat sang Master sedang menghuni di suatu kuil kecil, seorang pendeta datang mengunjunginya. Master Nan-ch'üan memberitahu si pendeta itu bahwa dia akan pergi ke puncak bukit dan meminta si pendeta untuk makan pada jam makan siang serta tak lupa mengantarkan satu porsi lainnya pada Master di atas bukit. Namun si pendeta , setelah menghabiskan makan siangnya, melanggar kebiasaannya dan sebaliknya pergi tidur. Master menunggunya di atas bukit tapi si pendeta tak muncul-muncul juga. Akhirnya dia kembali ke kuil dan menemukan si pendeta lagi tertidur pulas. Master berbaring dan tidur di sisi ranjang di sebelahnya. Itu si pendeta bangun dan pergi. Beberapa tahun kemudian sang Master ingat akan kejadian ini dan berkata," Di dalam kuil di mana saya tinggal dulunya, ada seorang pendeta berbakat yang datang mengunjungiku. Sejak itu saya tak pernah melihatnya lagi."

Master pernah sekali memunggut sebuah bola dan bertanya pada seorang pendeta, "Bagaimana anda bandingkan yang itu dengan yang ini?" 22 Salah satu dari sepuluh siswa utama Sakyamuni yang sangat terkenal karena kekuatan batinnya. 23 Menurut tradisi, India terdapat tiga puluh ciri-ciri jasmani semua nabi besar amat istimewa,

termasuk Buddha. Ciri-ciri antara lain berupa jari-jari yang kurus, bahu lebar suara indah dan lain sebagainya.

24 Wei na merupakan terjemahan bahasa Cinna untuk kata karmadana, penyalur kewajiban, yang kedua berwenang dalam suatu kuil.

Page 155: Ajaran Awal Buddhisme Ch'An

NANNANNANNAN----CH'UAN P'UCH'UAN P'UCH'UAN P'UCH'UAN P'U----YUAN CH'ANYUAN CH'ANYUAN CH'ANYUAN CH'AN

139

Jawabannya adalah, Tak terbandingkan." Master melanjutkan, "Apa perbedaan yang anda lihat sehingga membuatmu berkata 'yang itu yang terbandingkan dengan yang ini?' "Jika anda ingin saya memberitahumu perbedaan yang saya lihat, anda harus meletakkan bola tersebut," jawab si pendeta. Master berujar, "Saya harus akui anda memiliki satu mata yang terbuka untuk melihat kebijaksanaan."

Gubernur Lu Hsüan berbicara pada sang Master sambil berkata, "Sêng-chao25 sebenarnya sangat aneh. Dia mengajarkan bahwa segalanya memiliki akar yang sama dan bahwa yang benar dan yang salah saling keduanya adalah sama." Master menunjuk pada kuntum-kuntum peony di pekarangan sambil berkata, "Gubernur! Saat orang-orang zaman ini melihat bunga ini, mereka seolah-olah melihatnya dalam impian. "Si Gubernur tak pahami apa yang ia katakan.

Lu Hsüan bertanya, "Di mana tepatnya kediaman Mahârâja-deva?" Master jawab, "Jika ia seorang deva, ia pasti tak terbatasi oleh kediaman duniawi."26 Lu hsüan melanjutkan, "saya telah mendengar bahwa Mahârâja-dewa berhuni di pramudita, tahap pertama."27 Master jawab, "Saat seseorang telah ditransformasikan melalui Diri deva, ia mengungkapkan keberadaan Diri dewa , dengan demikian ia akan mampu menyampaikan pembicaraan tentang Kebenaran Absolut."

Saat Gubernur Lu akan kembali ke kantornya di Hsüan chêng, dia datang berpamitan pada Master. Master pun bertanya padanya, "Gubernur! Anda akan kembali ke ibukota. Bagaimana akan anda memerintah rakyatmu?" Gubernur pun menjawab, "Saya akan memerintah mereka dengan kebijaksanaan." Master berujar, "Jika ini benar, rakyat akan menderita karenanya."

Suatu kali Master Nan-ch'üan pergi ke Hsüan-chêng. Gubernur Lu datang menyambutnya di gerbang kota dan menunjuk ke gerbang sambil berkata, "Setiap orang di sini menamakannya Yung mên atau Gerbang Kendi. Anda akan menamakannya apa?" Sang Master berkata padanya, "Jika saya mengatakan apa yang akan saya namakan, ia akan menodai pemerintahanmu."

Lu Hsüan bertanya lebih lanjut, "Jika para bandit tiba-tiba saja datang ke kota ini, apa yang harus kita lakukan?" Master jawab, "Itu adalah Kesalahan Guru Wang." Lu Hsüan bertanya sekali lagi, "Apa tujuan dari banyaknya tangan dan mata Bodhisattva Belas Kasihan Kuan Yin?' Master jawab, "Sama saja dengan bangsa kita yang mempekerjakan anda."

Master Nan-ch'üan mempersipakan suatu kelompok bhikkhu pembaca mantra dan menyajikan makanan bagi almarhum masternya, Ma-tsu. Dia pun 25 Seng chao (384-414), salah satu siswa terbaik Kumarajiva. 26 Teks Cina merujuk "tempat tinggal" sebagai ti-wei, yang berarti kedudukan dunia. Dan "deva"

dirujuk sebagai "Raja langit." Terjemahan harfiahnya berarti : jika dia merupakan Raja langit, jelaslah bahwa dia merupakan Raja langit, jelaslah bahwa dia tak terikat oleh kedudukan dunia.

27 Pramudita, tahap pertama dari perkembangan Bodhisattva Mahayana berarti kebahagiaan mengatasi kesulitan-kesulitan sebelumnya dan memasuki jalan kebuddhaan.

Page 156: Ajaran Awal Buddhisme Ch'An

Ajaran Murni Ch’an Buddhis Ajaran Murni Ch’an Buddhis Ajaran Murni Ch’an Buddhis Ajaran Murni Ch’an Buddhis

140

bertanya pada para hadirin jika Ma-tsu akan menghadirinya. Tak seorang pun dari pendeta yang hadir berani menjawabnya hingga Tung -shan28 berkata, "Begitu dia punya kawan yang menemaninya, dia akan datang." Master berkata "Walau anda masih sangat muda, anda sangat pantas diajarin." Tung shan jawab, " Master , janganlah anda paksakan seseorang yang terhormat menjadi budak."

Saat Master sedang membersihkan pakaiannya, seorang pendeta berkata, "Master! Anda masih belum bebas dari 'ini'?" Master Nan-ch'üan jawab sambil mengangkat bajunya, "Apa yang dapat anda lakukan terhadap 'ini'?"

Master bertanya pada pendeta Liang-hsin , apakah ada Buddha yang berada dalam kalpa kekosongan.29 Si pendeta menjawab," Ada" Master bertanya, "Siapa?" Itulah Liang-hsin!" si pendeta menjawab. "Di negara apa anda tinggal?" tanya Master. Si pendeta tak menjawab.

Seorang pendeta bertanya, "Dari satu sesepuh ke sesepuh yang lainnya terdapat suatu transmisi. Apanya yang ditransmisikan mereka kepada yang lain?" Master berkata, "Satu, dua, tiga, empat, lima!"

Si pendeta bertanya, "Apa yang dapat dimiliki oleh orang-orang dahulu?" Master berkata, "Saat ia dapat dimiliki, saya akan memberitahumu. Si pendeta berkata dengan ragu-ragu," Master mengapa anda berbohong?' Master jawab, "Saya tak berbohong. Lu Hsing chê 30 yang berbohong."

Seorang pendeta bertanya, "Dalam dua belas periode waktu sehari, bagaimana keadaan pikiranmu?' Master jawab, "Mengapa tidak anda tanyakan pada Guru Wang?" Si pendeta menjawab, "Saya telah bertanya padanya." Master berkata, "Apakah ia telah memberikanmu sesuatu untuk menjadi keadaan pikiranmu?'

Seorang pendeta lainnya bertanya, "Kapan waktunya bunga lotus hijau tak terpencar dan dimusnahkan angin dan api?" Master berkata, "Apa yang bebas dari permusnahan saat tak ada angin atau api?" Si pendeta tak menjawab. Master meyatakan "Jangan berpikir tentang baik dan jahat. Sebaliknya , marilah kita milki keadaan itu saat pikiran kita bebas dari pemikiran dan dengan demikian kembali ke diri semula kita." Si pendeta berkomentar, "Tak ada penampilan yang dapat diungkapkan."

Master Nan-ch'üan bertanya pada seorang pendeta Vinaya, "Tolong jelaskan sûtra padaku, maukah anda?" Si pendeta menjawab, "Jika saya jelaskan sûtra padamu , anda beritahukan saya Ch'an. Dengan demikian, barulah anda memperoleh penjelasanku." Master berkata, "Bagaimana bisa sebuah bola emas ditukarkan dengan bola perak?' Pendeta Vinaya berkata, "Saya tak ngerti." Master berkata, "Seandainya ada awan di langit. Apa awan 28 Master Ch'an Tang shan Liang chieh. Lhat Lampu, chuan 15. 29 Kalpa berarti ribuan tahun. Secara lebih spesifik kata ini menunjuk pada peiode waktu diantara

penciptaan dan penciptaan ulang dari alam semesta ini. Kalpa besar terbagi dalam empat kalpa yang lebhi kecil: pembentukan, keberadaan, pemusnahan dan kehampaan. Kallpa kehampaan adalah tahap terakhir dsari siklus ini.

30 Hui neng, sesepuh keenam.

Page 157: Ajaran Awal Buddhisme Ch'An

NANNANNANNAN----CH'UAN P'UCH'UAN P'UCH'UAN P'UCH'UAN P'U----YUAN CH'ANYUAN CH'ANYUAN CH'ANYUAN CH'AN

141

tersebut harus ditahan dengan paku dorong atau diikat dengan jalar anggur?' Si pendeta bertanya ,"Jika ada awan di langit, bagaimana Anda akan mengambilnya?" Master berkata, "Tebas pohon bambu tersebut dan buatkan sebuah gayung darinya dan kita akan memakainya untuk meraup mutiara tersebut dari langit." Si pendeta menantangnya, "Bagaimana mungkin anda dapat menggunakan gayung di langit?' Master jawab, "Apa yang anda saranakan untuk mengambil mutiara itu dari langit?' Si pendeta berpamitan padanya sambil berkata, "Saya telah bertualang jauh. Jika ada yang bertanya apa yang anda kerjakan dewasa ini, saya takkan tahu bagaimana menjawabnya." Master jawab, "Beritahukan mereka bahwa akhir-akhir ini saya telah memahami bagaimana menyerang orang lain. Si pendeta berkata, " Bagaimana, sih?" Master jawab, "Dengan satu serangan, kedua belah pihak akan terbinasakan."

Seorang pendeta bertanya, "Di mana lubang hidung seseorang sebelum ia dilahirkan?' Master jawab, "Di mana lubang hidung seseorang setelah ia dilahirkan?'

Sebelum master wafat, bhikkhu pemimpin bertanya padanya," Ke mana Anda akan pergi setelah kematianmu? Master jawab, "Saya akan menuruni bukit untuk menjadi kerbau." Pendeta tersebut melanjutkan , "Mungkinkah saya mengikutimu ke sana?' Master berkata, "Jika anda ingin mengikutiku, datanglah dengan sebatang jerami yang tergantung dari moncongmu."

Setelah itu Master Nan-ch'üan dikatakan jatuh sakit . Pada hari ke dua puluh lima bulan ke dua belas tahun ke delapan periode Ta-ho, di pagi subuh, beliau memberitahukan siswa-siswanya, " Sudah lama bintang-bintang meredup dan cahaya lampu tampak suram.; jangan katakan bahwa saya sendirian yang harus datang dan pergi." Setelah mengucapkan kalimat ini, beliau pun meninggal dunia. Di kala itu ia berumur delapan puluh tujuh tahun dan dalam tahun ke lima puluh delapan setelah pentabhisannya. Setelah ia wafat, jasadnya diabadikan dalam suatu pagoda.

Page 158: Ajaran Awal Buddhisme Ch'An
Page 159: Ajaran Awal Buddhisme Ch'An

143

CCCCHAOHAOHAOHAO----CCCCHOU HOU HOU HOU TTTTSSSS''''UNG UNG UNG UNG SSSSHENHENHENHEN (778-897)

"Anda Melihat Balok, Bukan Titi Chao Chou" (DARI TRANSMISI LAMPU, CHUAN 10)

Master Ch'an Ts'ung-shen dari Kuil Kuan Yin di Chao chou1 adalah penduduk asli Ho-hsiang di Ts'ao-chou.2 Nama keluarga asalnya adalah Ho. Semasa anak-anak dia telah menjadi samanera di Kuil Hu t'ung di kota kelahirannya. Sebelum ia dithabiskan dia mengunjungi Master Nan-ch'üan di Ch'ih yang.3 Dia tiba di saat Nan-ch'üan sedang beristirahat. Nan-ch'üan bertanya padanya:

"Dari mana saja anda?" "Saya baru saja tinggalkan Shui hsiang."4 "Sudahkah anda lihat patung Buddha yang berdiri?" "Apa yang saya lihat bukanlah patung Buddha yang berdiri tapi Manusia

Cerah yang sedang berbaring!" "Apakah anda tuan dirimu sendiri atau bukan?" "Ya, saya adalah tuan diri ku." "Di mana tuan dirimu ini?" "Di tengah musim dingin cuaca menjadi teramat dingin. Saya doakan

semua berkah ada padamu, pak!" Atas jawabannya ini, Nan-ch'üan berpendapat bahwa pengunjungnya itu cukup berbakat dan selanjut ia mengijinkannya menjadi siswanya.

Beberapa hari kemudian Chao-chou bertanya pada tuannya, "Apa itu Tao?" Nan-ch'üan jawab, "Pikiran sehari-hari adalah Tao."

"Mungkinkah mendekatinya?"

1 Di sebelah barat daya propinsi Hopeh, dekat shih chia chuang; sejak 1913 dinamakan ch'ao

hsien. 2 Sekrang Ho tse, sebelah timur dari Hsin hsiang dibagian selatan propinsi Ping Yuan. 3 Sekarang Kuei-ch'ih (lihat catatan 16 diatas). 4 Shui hsiang, nama kuil berarti patung Buddha. Secara tradisional dikatakan patung Buddha yang

pertama terbuat dari kayu cendana oleh Udayana, Raja Kausambi.

Page 160: Ajaran Awal Buddhisme Ch'An

Ajaran Murni Ch’an Buddhis Ajaran Murni Ch’an Buddhis Ajaran Murni Ch’an Buddhis Ajaran Murni Ch’an Buddhis

144

"Jika anda mendekatinya secara sengaja, bagaimana dapat anda mengetahuinya?"

Master Nan-ch'üan kemudian menjelaskan padanya, "Tao bukanlah masalah tahu atau tidak tahu. Mengetahui adalah ilusi; tak mengetahui adalah ketidakacuhan.5 Saat seseorang telah benar-benar mencapai Tao dengan tanpa niat,6 seseorang itu seolah-olah kehampaan besar, bebas dari halangan dan keterbatasan. Bagaimana penegasan atau penyangkalan dapat dilakukan?"

Mendengar ini, Chao-chou terbangun. Setelah itu dia pun pergi ke altar Liu Li di Gunung Sung, tempat dia dithabiskan. Kemudian dia kembali pada Nan-ch'üan.

Suatu hari Chao-chou bertanya pada Nan-ch'üan, "Di mana seseorang harus beristirahat setelah mencapai Tao?"

"Dia harus menjadi kerbau di kaki bukit." "Terima kasih atas bimbanganmu," kata Chao-chou. Setelah itu Nan-ch'üan

berujar, "Di tengah malam kemarin cahaya bulan bersinar di jendela." Suatu hari saat Chao-chou sedang menjabat sebagai pekerja dapur, dia

menutup pintu dan membiarkan dapur tersebut dipenuhi asap. Kemudian dia meminta bantuan untuk memadamkan api. Setalah para pendeta berdatangan, dia berujar, "Jika ada yang mengucapkan kata yang benar, saya akan membuka pintu!" Tak seorang pun dari para pendeta tersebut berujar sepatah kata pun. Namun, Nan-ch'üan memberikan kuncinya pada Chao-chou melalui jendela dan dia pun segera membuka pintu.

Kali lainnya Chao-chou pergi mengunjungi Master Huang-po (Huang-po Hsi-yün) yang menutup pintu kamarnya saat beliau melihatnya datang. Sementara itu Chao Chou pun menyalakan suatu obor dalam ruangan Dharma dan berteriak meminta bantuan. Huang po pun segera membuka pintu dan memegangnya sambil memintanya, "Katakan! Katakan!" Chao-chou jawab, "Anda tarik busurmu setelah pencurinya pergi!"

Chao-chou pergi ke Kuil master Pao-shou.7 Saat Pao-shou melihatnya datang, dia berpaling di tempat duduknya. Chao-chou membentangkan kain duduknya dan membungkuk hormat. Pao-shou turun dari tempat duduknya dan Chao-chou segera meninggalkannya.

5 Yaitu tak terbedakan sebagai baik atau buruk, wu-chi dalam bahasa Cina, aryakrita dalam

sanskrit. 6 Menurut Dialognya Chao chou, teks cina tersebut adalah pu nien atau "tanpa niat." Ini sesuai

dengan pernyataan atau "tanpa keraguan." yang juga dapat diterima untuk komentarnya terdahulu.

7 Master Ch'an Pao Shou Chao dari chen Chou, seorang siswa dari Lin Chi I Hsuan.

Page 161: Ajaran Awal Buddhisme Ch'An

ChaoChaoChaoChao----Chou Ts'ung ShenChou Ts'ung ShenChou Ts'ung ShenChou Ts'ung Shen

145

Chao-chou mengunjungi Yen-kuan8 dan berkata padanya, "Lihat anak panah!" Yen-kuan jawab, "Anak panahnya telah melejit!" Ia menancap pada sasarannya, "kata Chao-chou.

Chao-chou tiba di kuil Chia-shan9 dan menuju ke ruangan Dharma dengan membawa sebuah tongkat . Chia Shan bertanya padanya, "Apa gunanya tongkat itu?" "Mengukur kedalaman air." jawabnya Chai Shan berkata, "Tak ada setetes pun air di sini. Apa yang dapat anda ukur?" Chao-chou menyandarkan tongkatnya dan pergi.

Saat Master Chao-chou merencanakan untuk pergi ke Gunung Wu-t'ai10, seorang pendeta dari aliran lainnya menulis sebuah gâthâ:

Di mana saja terdapat gunung tertutupi rimba hijau, Di sana 'kan terdapat tempat menuntut Tao. Mengapa perlu melanglang jauh dengan tongkat kita ke

Gunung Chin-liang?11 Bahkan jika singa emas [Buddha] muncul dari awan, Melihatnya dengan berlawanan takkan membawa rezeki.

Chao-chou bertanya, "Apa artinya 'melihat dengan berlawanan'?" Pendeta tersebut tak menjawab.

Setelah Master Chao-chou mengunjungi Gunuung Wu-t'ai, ajarannya menyebar secara luas di Cina utara. Saat dia diundang menetap dalam Kuil Kuan Yin di kota asalnya di Chao-chou, dia datang ke ruangan pertemuan dan berkata:

Seolah-olah suatu kristaal transparan digenggam di tangan. Saat seorang asing mendekatinya, kristal tersebut mencerminkannya sedemikian rupa; saat seseorang Cina asli mendekatinya, ia juga mencerminkannya sedemikian rupa. Saya mengambil setangkai rumput dan membiarkanya berfungsi sebagai rumput berlapis emas, setinggi enam belas kaki panjangnya saya mengambil setangkai rumput, enam belas kaki panjangnya dan membiarkannya berfungsi sebagai setangkai rumput. Kebuddhaan adalah napsu [klesa] dan napsu adalah kebuddhaan." Dalam suatu khotbahnya, seorang pedenta bertanya padanya, "Dalam diri siapa Buddha menyebabkannya napsu?"

"Buddha menyebabkan napsu dalam diri kita semua." "Bagaimana kita menyingkirkannya?" "Mengapa harus kita singkirkan ia?" tanya Chao chou. Saat Master Chao-chou sedang menyapu lantai, seorang pengunjung

bertanya padanya, "Bagaimana bisa jadi seorang bijak besar seperti anda belum terbebas dari debu?"

"Debu datang dari luar," jawab sang Master.

8 Master Ch'an Yen Kuan Ch'ian dari Hang Chou, seorang siswa Ma Tzu Tao-i. Lihat lampu, chuan

7. 9 Master Ch'an dan Chia shan shan Hui dari Li-chou. Lihat Lampu, chuan 15. 10 Suatu gunung suci Buddhis lainnya , dekat barat laut perbatasan propinsi shansi; berketinggian

9.974 kaki. Manjusri adalah orang suci pelindungnya. Gunung ini banyak dikunjungi peziarah. 11 Chin liang adalah nama lain Gunung Wu-t'ai, dizaman Dinasti T'ang.

Page 162: Ajaran Awal Buddhisme Ch'An

Ajaran Murni Ch’an Buddhis Ajaran Murni Ch’an Buddhis Ajaran Murni Ch’an Buddhis Ajaran Murni Ch’an Buddhis

146

Dalam kesempatan lainnya seorang pendeta bertanya padanya, "Bagaimana dapat anda temukan setitik debu dalam suatu kuil yang sedemikian suci bersih?"

"Lihat, disini ada satu," jawab Master Seseorang sedang berjalan di taman dengan Master dan melihat seekor

kelinci berlari pergi dalam ketakutan. Diapun bertanya, "Bagaimana bisa seekor seekor kelinci takut dan lari darimu sedangkan anda adalah seorang Buddhis yang hebat?" Mendengar ini Master jawab, "Karena saya suka membunuh."

Seorang pendeta bertanya, "Bagaimana dapat anda kenali apa yang benar sebelum pencerahan bermekaran?"

"Ia sedang mekar sekarang, " jawab Master. "Apakah itu aktual atau benar?" tanya sipendeta. "Apa yang aktual benar dan apa yang benar aktual," ujar sang master. "Siapa yang memahami hal ini?" "Untuk dipahami saja dan juga bagi anda." "Bagaimana jika saya tak terima suapmu?" Master berpura-pura tak mendengarnya dan si pendeta tak mengucapkan

apa pun lagi. Master berkata padanya, "Pergi!" Suatu kali di dalam Kuil Kuan Yin, suatu batu simbolik dharma12

terhembus angin dan jatuh pecah. Seorang pendeta datang pada Chao-chou dan bertanya , "Apakah batu ajaib ini akan menjadi sesuatu yang bersifat ilahi atau duniawi?" Master jawab, "Bukan duniawi juga bukan ilahi." Pendeta tersebut berkata lebih lanjut," Akhirnya ia akan menjadi apa?" Master, "Baiklah, ia baru saja jatuh ke tanah."

Suatu kali Master bertanya pada seorang bhiksu, sutra apa yang sedang dijelaskannya. Si bhiksu jawab bahwa ia sedang mengkhotbahkan Nirvana Sutra (The Sutra of Nirvana)13. Kemudian Master berkata padanya, "Bolehkah saya bertanya padamu arti dari satu bagian sutra ini?" Mendengar ini si bhiksu setuju. Setelah itu Master mengangkat sebelah kakinya, dan menendang di udara serta meniup sekali melalui mulutnya yang menggembung. Dia pun bertanya pada si pendeta, "Apa artinya ini?"

Si pendeta jawab, "Tak ada arti seperti ini dalam sutra." "Artinya lima ratus orang kuat sedang mengangkat sebongkah batu tapi

anda katakan tak ada artinya!" Saat para hadirin sedang mendengarkan khotbah malam, Master Chao-

chou umumkan, "Malam ini saya akan jawab pertanyaan-pertanyaan kalian. Jika anda tahu cara bertanya, silahkan maju." Setelah itu seorang pedenta maju dari kelompoknya dan membungkuk pada Master yang kemudian berkata, "Akhir-akhir ini kita bicarakan tentang masalah melempar bata dan 12 Dhvaya, suatu batu simbol Buddhis yang menunjukkan kekuatan Bodhisattva menghalau setan. 13 Terdapat dua versi dari sutra ini, Hinayan dan Mahayana, keduanya telah diterjemahkan ke

dalam bahasa Cina pada berbagai kesempatan. Banyak risalat juga telah dituliskan tentangnya. Judulnya Sutra Nirvana biasanya menunjuk pada versi Mahayana.

Page 163: Ajaran Awal Buddhisme Ch'An

ChaoChaoChaoChao----Chou Ts'ung ShenChou Ts'ung ShenChou Ts'ung ShenChou Ts'ung Shen

147

sebagai gantinya kita dapatkan batu jade, tapi sekarang saya dapatkan bata yang tak dibakar."

Seorang pendeta yang dalam perjalanannya mengunjungi Gunung Wu T'ai bertemu dengan seorang wanita tua yang ditanyanya, "Jalan mana menuju ke Gunung Wu t'ai?"

"Lurus ke depan, "jawab sang nenek. Pendeta itu pun mengikuti arahan sang nenek dan menuju ke arah yang ditunjuk. Setelah itu si nenek berkata, "Dia pun pergi melalui arah itu."

Pendeta tersebut kemudian melaporkan kejadian ini pada master Chao-chou, yang berkata padanya , "Saya akan menguji wanita tua ini." Hari berikutnya Master pun pergi keluar dan menanyakan jalan ke Gunung Wu-T'ai . Si Wanita tua berkata, "Dia pun pergi melalui arah itu." Saat Master kembali ke kuil, dia memberitahu si pendeta," Saya telah menguji wanita tua ini untukmu."

Seorang pendeta bertanya, "Jika ada seseorang datang melalui jalan ini, apakah anda akan menyambutnya?"

"Ya, saya akan." "Jika dia tidak datang melalui jalan ini, apakah anda masih akan

menerimanya?" "Ya, saya akan." "Jika seseorang datang melalui jalan ini, anda dapat menyambutnya tapi

jika dia tidak, bagaimana mungkin anda dapat menyambutnya?" tantang si pendeta.

"Berhenti! Berhenti! Hal ini jangan lagi disinggung . Ajaran itu ada di dalam dan di luar pikiran," jelas sang Master.

Master, keluar dari kuil, bertemu dengan seorang wanita yang bertanya padanya dimana ia tinggal. Master jawab, "Dalam hsi di kuil Timur (Kuil Kuan Yin) di Chao-chou." Si wanita pergi tanpa sepatah kata pun lagi.

Saat Master tiba kembali di kuilnya dia menanyakan siswa-siswanya huruf apa yang cocok untuk kata hsi. Beberapa mengatakan kata itu seharusnya untuk huruf "barat", tapi yang lainnya berkeras bahwa huruf yang cocok adalah huruf "menetap." Master berujar, "Kalian semua berbakat jadi hakim-hakim kejam di pengadilan." Setelah itu siswa-siswanya mengeluh, "Mengapa harus anda katakan hal yang demikian?" Master jawab, "Karena kalian semua mengenal huruf."

Seorang pendeta bertanya, "Barang berharga apa yang ada di dalam tas?" Master jawab, "Tutup mulutmu!" Seorang pendeta yang baru saja tiba di kuil memberitahu Master bahwa oleh karena dia telah meninggalkan Chang-an dengan sebuah menimba sebuah tongkat tertimba di bahunya,dia tak memukul siapa pun. " Itu membuktikan bahwa tongkat yang anda bawa terlalu pendek." Si pendeta tak menjawab.

Seorang pendeta melukiskan suatu potret diri Master dan mempersembahkannya pada dia. Master berkata, "Katakan padaku jika lukisan ini mirip saya atau tidak. Jika mirip. Bunuhlah saya dengan satu

Page 164: Ajaran Awal Buddhisme Ch'An

Ajaran Murni Ch’an Buddhis Ajaran Murni Ch’an Buddhis Ajaran Murni Ch’an Buddhis Ajaran Murni Ch’an Buddhis

148

pukulan. Jika tidak, saya akan segera membakarnya!" Pendeta itu tak menjawab.

Master sedang menyalakan lampu dengan batu. Dia bertanya pada seorang pendeta, "Saya namakan ini lampu. Anda menyebutnya apa?" Pendeta itu tak menjawab satu patah kata pun. Setelah itu Master berkata, "Jika anda tak memahami makna Ch'an, tak ada gunanya berdiam diri."

Seorang pendeta yang baru tiba ditanya Master,"Darimana anda berasal?" Dari selatan." "Buddhisme secara lengkap ada di selatan. Mengapa anda harus datang kemari?"

"Bagaimana Buddhisme bisa terbagi menjadi utara dan selatan?" "Walau anda datang dari Hsüeh-fêng14 dan Yün -chü15, anda masih

seorang membawa balok yang tak seimbang beratnya." Master Chao Chou ditanya seorang pendeta, "Siapa Buddha?" "Yang ada dalam kuil ," jawabnya. "Bukankah itu patung tanah liat yang ada dalam kuil?" lanjut si pendeta. "Ya, benar." "Kalau demikian siapa Buddha?" ulang si pendeta. "Yang ada dalam kuil," jawab Master. Seorang pendeta bertanya, "Di

mana diriku?" "Sudahkah anda menghabiskan buburmu?" tanya Master. "Ya, sudah," jawab si pendeta. "Kalau begitu pergi dan cucilah piringmu." kata Master. Saat si pendeta mendengarnya, tiba-tiba saja ia menjadi cerah. Master muncul di balai pertemuan dan berkata," Segera anda

membedakan besar dan salah, anda akan bingung dan kehilangan pikiranmu.16 Adalah di antara kalian yang ingin mengomentarinya?" Lo-p'u, salah seorang pendeta menggertakkan giginya dan Yün-chü berkata, "Tak perlu." Master berkomentar , "Hari ini seseorang telah menemukan dirinya."17

Seorang pendeta meminta satu pertanyaan dari sang Master dan ia hanya mengulangi apa yang dikatakan sebelumnya. Si pendeta kemudian menunjuk pada pendeta lainnya yang sedang berdiri di samping serta berujar, "Lihat! Pendeta ini katakan demikian," Master diam-diam menerima tantangan itu."

Suatu kali seorang pendeta datang dan bertanya pada master," Sudah lama saya ingin sekali melihat jembatan Chao-chou tapi begitu saya tiba di sini yang saya lihat tidak lain daripada beberapa balok tua." Mendengar ini Chao-chou jawab, "Anda baru melihat baloknya; anda tak berhasil melihat jembatan 14 Master Ch'an Hsueh Feng I-Ts'un. Lihat lampu, chuan 16. 15 Master Ch'an Yun Chu Tao Ying (wafat 902), seorang siswa tung Shan Liang Chieh. 16 Kutipan ini berasal dari "Goresan dari Pikiran yang Percaya" oleh Seng Tsan, sesepuh ketiga

(meninggal tahun 606 masehi). 17 Teks ini berbunyi sang shen shih ming, suatu ungkapan pasaran dikala itu yang secara harfiah

berarti kehilangan tubuh dan nyawa seseorang, tapi ungkapan ini dipergunakan para buddhis ch'an untuk menyiratkan kehilangan pikiran penuh hitungan seseorang untuk selanjutnya menemukan diri yang sejati.

Page 165: Ajaran Awal Buddhisme Ch'An

ChaoChaoChaoChao----Chou Ts'ung ShenChou Ts'ung ShenChou Ts'ung ShenChou Ts'ung Shen

149

Chao-chou." Apa itu jembatan Chao-chou?" tanya si pendeta. Master berkata, " Sebrang! Sebrang!" Pendeta lain yang menanyakan yang sama menerima jawaban yang sama pula. Mendesak terus ia bertanya lagi, "Apa itu jembatan Chao-chou?" Master berkata " Kuda-kuda melewatinya, keledai-keledai melewatinya." Si pendeta bertanya, "Apa balok-balok ini?" jawab Master, "Masing-masing membawa lintas seseorang."

Mendengar bahwa seorang pendeta yang dithabiskan mencari seorang hadirin, Master memberitahukan pembantunya, "Bawa pergi orang ini!" Si pembantu pun melakukan apa yang diminta dan si pendeta membungkuk serta pergi. Setelah itu Master berkata, "Si pendeta masuk melalui pintu, tapi pembantu itu masih di luar."

Master bertanya pada seorang pendeta yang datang mengunjunginya darimana ia berasal. Si pendeta jawab bahwa ia berasal dari Selatan. Master bertanya padanya, "Apakah orang-orang di selatan tahu bahwa terdapat suatu Gerbang Chao-chou di sini?" Si pendeta berkata padanya, "Anda pasti tahu ada seorang yang selalutak masuk melalui gerbang." "Penyeludup garam,"18 kata Master.

Seorang pendeta bertanya, "Apa arti kedatangan Bodhidharma dari Barat?" Master turun dari tempat duduknya dan berdiri di sampingnya. Si pendeta bertanya, "Inikah jawabanmu?" Master berkata, "Saya belum berujar sepatah kata pun."

Suatu kali Master Chao-chou menanyakan kokinya jika mereka akan makan sayur kol matang atau mentah pada hari itu. Si koki memungut sepotong kol dan menunjukkan padanya. Master berkomentar, "Mereka yang memahami kebaikan hanyalah sedikit tapi yang tak tahu berterima kasih banyak."19

Seorang pendeta bertanya, "Adakah orang yang mengolah dirinya dalam kalpa kekosongan?"20 Master bertanya, "Apa itu yang anda namakan kalpa kekosongan?' Pendeta itu menjelaskan , "Itulah yang dalam mana terdapat kekosongan." Master jawab, "Inilah yang dinamakan pengolahan. Apa yang anda namakan kalpa kosong?" Pendeta itu tak menjawab.

Seorang pendeta bertanya, "Apa itu misteri dalam kedalaman?" Master berkata, "Sudah berapa lama anda bingung?" Pendeta itu jawab, "Sudah lama. Master berkata, "Jika anda belum bertemu saya, anda sudah terbunuh oleh misteri."

Seorang pendeta bertanya, "Oleh karena semua hal kembali ke yang satu, ke mana yang satu ini kembali?"

18 Ini menunjuk pada seorang penjajahan yangm menghindari pembayaran pajak dengan tidak

melewati gerbang kota. 19 Dalam teks ungkapan asli, chao chouu menekankan "pemahaman" disini daripada "rasa terima

kasih." 20 Lihat catatan 44 diatas.

Page 166: Ajaran Awal Buddhisme Ch'An

Ajaran Murni Ch’an Buddhis Ajaran Murni Ch’an Buddhis Ajaran Murni Ch’an Buddhis Ajaran Murni Ch’an Buddhis

150

"Saat saya berada di Tsing-chou,21saya minta dibuatkan jubah yang beratnya tujuh chin,"22 jawab Master.

Seorang pendeta bertanya, "Di malam hari seseorang menetap di Surga Tusita23 dan di siangnya dia turun ke benua Jambûdvîpa.24 Mengapa dia harus mengungkapkan dirinya seperti permata mani25 di antara kedua saat?" Pendeta tersebut mengulangi pertanyaannya. Master nyatakan, "Sejak Vipašyin26 memberikan perhatiannya pada hal ini, keajaiban masih belum tercapai."

Suatu kali Master menanyakan administratur utama dari kuil," Dari mana saja anda?" Jawabannya adalah bahwa dia telah melepaskan burung-burung. Master bertanya lagi, "Mengapa burung-burung gagak itu terbang pergi?" Jawabnya, " Karena burung-burung itu takut padaku." Apa maksud jawabanmu?" tantang Master. Administratur utama itu kemudian bertanya, "Mengapa burung-burung gagak itu terbang pergi?" "Karena seseorang berpikiran pembunuh,"Master memberitahukannya.

Dengan membawa sebuah mangkuk , Master berkata,"Jika Anda melihat saya tiga puluh tahun kemudian, gunakan mangkuk ini untuk sesajianmu. Jika anda tak melihatku, mangkuk ini akan dihancurkan." Seorang pendeta maju dari kelompoknya dan berkata , "Siapa yang berani mengatakan dia akan melihatmu tiga puluh tahun kemudian?" Setelah itu master memecahkan mangkuk tersebut.

Seorang pendeta datang berpamitan pada Master dan ditanya ke mana ia akan pergi. Pendeta tersebut jawab bahwa dia akan pergi mengunjungi Master Hsüeh-fêng. Master berkata, "Jika Hsüeh-fêng bertanya padamu tentang beberapa pernyataan yang saya katakan akhir-akhir ini, apa yang akan anda ceritakan padanya?" Pendeta tersebut tak mampu menjawab dan minta bantuan Master. Selanjutnya, Chao-chou berkata padanya, " Di musim dingin katakanlah dingin; di musim panas, katakanlah panas." Master kemudian bertanya pada si pendeta jika Hsüeh-fêng bertanya padanya apa Hakekat itu apa yang akan dikatakannya. Si pendeta gagal menjawabnya. Master memberitahukannya, "Anda hanya perlu katakan bahwa anda berasal dari Chao-chou dan bukan pembawa pesan." Saat si pendeta mendatangi Hsüeh-fêng, dia mengulangi apa yang telah dikatakan kepadanya. Hsueh feng berkata, "Semua yang anda katakan hanya mungkin berasal dari Chao-chou."

21 Sekrang Chinan (Tsinan), ibukota propinsi shantung di timur laut Cina. 22 Unit ukuran cina, biasanya seberat enam belas ons. 23 Surga Tusita adalah nama dari devaloko kempat dalam dunia napsuwi diantara sorga Yama dan

Nirmanarati. Bagian dalamnya adalah Tanah Suci Maitreya, yang dilahirkan di sana sebelum turun ke bumi sebagai Buddha masa depan.

24 Jambudvipa adalah salah satu dari tujuh benua yang mengelilingi gunung Meru. 25 Permata mana adalah intan cerah yang berkilauan, suatu simbol Buddha dan ajarannya. 26 Vipasyin adalah yang pertama dari tjuh Buddha di jaman dulu.

Page 167: Ajaran Awal Buddhisme Ch'An

ChaoChaoChaoChao----Chou Ts'ung ShenChou Ts'ung ShenChou Ts'ung ShenChou Ts'ung Shen

151

Master Hsüan sha27 mendengarnya dan berkomentar," Bahkan Master besar Chao-chou dikalahkan tanpa dia mengetahuinya."

Ada seorang pendeta yang bertanya, "Apa satu kata Chao-chou itu?" Master jawab, "Saya bahkan tak memiliki setengah patah kata." Master berujar," Master! Tidakkah anda hidup?" Master membalas, "Saya sendiri bukanlah suatu kata."

Seorang pendeta bertanya, "Bagaimana seseorang dapat menjadi seorang Buddhis sejati tanpa rumah?' Master jawab, "Hidup tanpa nama; tak cari laba."

Seorang pendeta bertanya, "Bagaimana kemurnian sempurna dapat dicapai tanpa ada setitik kekototran?" Master jawab, "Si petualang tak dapat menetap di sini."

Seorang pendeta bertanya, "Apa arti kedatangan sesepuh (Bodhidharma) dari barat?" Master memukul kaki kursinya ini?" Master berkata, "Jika ini anda bawawalah pergi."

Seorang pendeta bertanya, "Apa simbol sempurna dari vairocanna?" Master jawab, "Sejak saya meninggalkan rumah pada usia muda untuk menjadi seorang Buddhis, saya telah terganggu oleh mata kabur." Si pendeta berkeras hati, "Kalau demikian mengapa tidak anda bantu orang-orang untuk melihat." Master jawab: "Saya ingin anda melihat vairocanna bagi dirimu sendiri."

Terdapat suatu pertanyaan: "Akankah anda, Master, juga masuk neraka?" Master jawab, "Sayalah yang pertama pergi ke nereka."28 Si pendeta bertanya, "Mengapa pula seorang bijak agung seperti Anda, harus masuk neraka?" Master jawab, "Jika saya tak ke sana, siapa yang akan berada di sana untuk mengajarimu?"

Suatu kali Pangeran Jenderal Chen-ting datang bersama beberapa anak lelakinya ke kuil untuk mengunjungi Master. Walau ia menyambut tamu-tamu terkemuka, Master tak bangkit dari tempat duduknya dan malah bertanya pada sang pangeran, "Apakah Yang Mulia memahami ini?" Si pangeran mengatakan tidak dan Master pun menyanyikan gâthânya:

"Sejak muda usia Saya telah bebas dari makan daging Sekarang badanku makin tua Kapanku saya terima tamuku. Saya tak kuat turun dari kursi Buddha."

Setelah mendengar gatha ini pangeran menjadi makin menghormati Chao-chou. Hari berikutnya dia mengutus jenderalnya dengan sebuah pesan untuk sang Master. Chao-chou turun dari kursi untuk menyambutnya. 27 Hsuan Sha shih pei (935-908), seorang siswa Hsueh Feng I Tsun. Ajaran-ajarannya muncul dalam

lampu, chuan 18. 28 Mu shang berarti "yang terakhirnya masuk," dalam istilah modern namun dalam dialek T'ang ia

berarti "yang pertama masuk." Di dalam kitab Fa Yen Wen I dalam lampu, arti T'ang untuk mu shang digunakan untuk menunjukkan pernyataan pertama dari "Perenungan pada identifikasi dan unifikasi (Pernyatuan.")

Page 168: Ajaran Awal Buddhisme Ch'An

Ajaran Murni Ch’an Buddhis Ajaran Murni Ch’an Buddhis Ajaran Murni Ch’an Buddhis Ajaran Murni Ch’an Buddhis

152

Selanjutnya pengawalnya bertanya pada Master:, " Kemarin saat anda menjumpai Pangeran, anda tak bergerak dari kursimu; mengapa anda bangkit dari kursimu saat anda menerima jenderalnya?" Master jelaskan, "Ini di luar pemahamanmu. Untuk menerima pengunjung kelas satu, seseorang harus bangkit; sedangkan untuk pengunjung kelas tiga, di haruslah di sambut di luar gerbang kuil."

Master mengirimkan satu fu -tzu pada sang pangeran dan memberitahukan pemesannya bahwa jika si pangeran bertanya padanya tentang hal itu, dia haruslah jawab, "Inilah yang telah saya gunakan sepanjang hidupku dan saya takkan membuatnya aus."

Ajaran Ch'an Master ini menyebar di seluruh negeri. Orang-orang di masa itu menamakannya semangat Chao-chou. Setiap orang menghormati dan mengagungkannya.

Di hari kedua bulan kesebelas tahun keempat periode Ch'ien-ning [894-897] dari Dinasti T'ang, Master Chao-chou berbaring di sebelah sisi kanannya dan wafat. Di kala itu dia berumur seratus dua puluh tahun. Nama pasca hidupnya adalah Master Besar Kebenaran Hakiki.

Page 169: Ajaran Awal Buddhisme Ch'An

153

PPPP’’’’ANGANGANGANG---- YYYYÜNÜNÜNÜN (?-811)

Keharmonisan Batiniah Dalam Kegiatan Sehari-Hari (DARI TRANSMISI LAMPU, CHUAN 8)

Umat Buddhis awam P'ang Yün dari Hsiang-chou1 adalah seorang

penduduk asli Heng-yang2 di Heng-chou. Nama kesopanannya (panggilan)3 adalah Tao-hsüan. Beberapa generasi keluarganya adalah penganut Konfusianisme yang saleh. Ketika masih muda dia telah sadar akan keterikatan terhadap napsu-napsu duniawi dan memulai petualangannya mencari kebenaran. Di awal periode Chen-yüan [785-894] dari Dinasti T'ang dia pergi mengunjungi Shih t'ou Hsi-ch'ien.4 Dari beliau dia pun mulai memahami Ch'an dengan tanpa kata. Dia juga merupakan seorang kawan karib Tan-hsia T'ien-jan.5

Suatu hari Master Shih-t'ou bertanya padanya, "Apa yang telah anda lakukan untuk mengisi waktumu sejak kedatanganmmu kemari?" P'ang Yün jawab, "Jika anda tanyakan kegiatan sehari-hariku, tidak ada yang dapat kukatakan." Dia mempersembahkannya sebuah gâthâ yang berbunyi:

Kegiatan sehari tak lain daripada keseimbangan batiniah. Jika setiap hal yang saya lakukan adalah dengan tanpa menerima atau

menolak,

1 Sekrang Hsiang Yang (siang yang) di sebelah Utara Propinsi Hupeh pada sungai Han. 2 Suatu kota di sebelah timur Heng shan di pusat Propinsi Hunan. 3 Nama 'kesopanan' digunakan sebagai suatu bentuk pangggilan hanya oleh kawan-kawan

seseorangg. Surat-surat dan dokumen-dokumen mengharuskan seseorang untuk mencantumkan nama formalnya.

4 Shih t'ou Hsi Ch'ien adalah master terkemuka di pusat Ch'an di Hunan (sebelah selatan danau), sedangkan MaTsu Tao I adalah pemimpin di Kiangsi ( sebelah barat sungai). Lihat lampu, chuan 14.

5 Seorang siswa shih t'ou Hsi Ch'ie. Lihat lampu, chuan 14.

Page 170: Ajaran Awal Buddhisme Ch'An

Ajaran Murni Ch’an Buddhis Ajaran Murni Ch’an Buddhis Ajaran Murni Ch’an Buddhis Ajaran Murni Ch’an Buddhis

154

Takkan ada pertentangan di mana pun. Untuk siapa jubah agung berwarna merah dan ungu? Puncak batiniah

takkan terkotori debu dunia. Kekuatan alam nan dasyat dan pergerakan nan takjub terdapat. Dalam kegiatan membawa air dan membelah kayu.

Shih-t'ou Hsi-ch'ien menerima gâthâ ini dan berkata, "Mana yang anda pilih, menjadi pendeta atau umat biasa?" P'ang Yün jawab, "Saya ingin jadi apa yang paling saya kagumi." Oleh karena ia memilih kebebasan dia pun tidak dicukurkan kepalanya dan tak memakai jubah rahib.

Kemudian P'ang Yün pergi ke Chiang-hsi untuk mengunjungi Ma-tsu. Sesampainya di sana dia bertanya, "Jenis orang apa yang tak miliki teman di antara semua makhluk?"

Ma-tsu jawab, "Saat anda telan semua air dalam Sungai Barat dalam satu tegukan, 'kan kuceritakan padamu."

Begitu P'ang Yün mendengarnya, dia pun tiba-tiba sadar akan hakikat Ch'an. Dia menetap bersama Ma-tsu dan belajar di bawah bimbingannya selama dua tahun. Dia menulis gatha berikut:

Saya miliki seorang anak lelaki yang tak pernah nikah: demikian juga anak gadisku. Kita semuanya datang berkumpul dan membicarakan tanpa lahir.* Sejak saat itu, saat P'ang Yun memaparkan Ch'an, dia terlihat amat fasih

dan tangkas dalam tanggapan-tanggapannya. Orang-orang dari seluruh penjuru negeri Cina mengaguminya.

Suatu kali P'ang Yun pergi mendengarkan khotbah tentang Sutra Intan. Saat dia mendengar si pengkhotbah menyatakan, "Tak ada diri dan tak ada lainnya," dia pun berujar:

"Bhante! Jika anda katakan tak ada diri atau yang lainnya, jadi siapa yang sedang memberikan khotbah dan siapa pula mereka yang sedang mendengar?" Si pendeta tak menjawab. P'ang Yün berkata padanya, "Walaupun saya hanyalah seorang umat biasa, saya tahu bagaimana mempercayakan diriku pada agama Buddha." Si pendeta pun berkata padanya, "Kalau demikian apa penafsiranmu?* Selanjutnya P'ang Yun menggubah sebuah gatha:

* Untuk penjelasan terhadap baris terakhir, lihat episode yang dijelaskan pada bagian pendahuluan pada halaman 145.

Oleh karena tak ada diri dan lainnya. Bagaimana bisa terdapat tingkat-tingkat keintiman? Janganlah anda

mengkhotbah dari satu aula ke aula lainnya, Karena kata-kata tak membawa langsung pada Kebenaran. Prajñâ yang diumpamakan dengan batu berlian. Haruslah bebas dari bahkan senoda debu pun.

Seluruh sûtra dari awal hingga akhir6

6 Kata pendahuluan dari sutra ini adalah "demikianlah telah saya dengar", kata penutupnya

berbunyi, "Dalam keyakinan terima dan patuh."

Page 171: Ajaran Awal Buddhisme Ch'An

P’angP’angP’angP’ang----YünYünYünYün

155

Tiada lain daripada kata-kata tipuan. Saat si pendeta mendengarnya, dia dipenuhi kekaguman dan kegirangan.

Ke mana pun P'ang Yun pergi, kebanyakan Buddhis senior dan sarjana datang kepadanya untuk berdiskusi. Diapun menanggapi mereka secara langsung dan secara spontan, bahkan bagaikan gaung, jawaban-jawabannya tak terukurkan dan tak terumuskan.

Suatu kali di pertengahan periode Yüan-ho (806-820) dia berangkat ke utara menuju Hsiang Chou dan Han-chou. Dia menetap sesukanya. Adakalanya dia beristirahat di gunung-gunung dengan ditemani burung-burung dan rusa. Di lain waktu dia melewatkan malam di kota, ditemani suara bising dari keramaian pasar atau dalam suatu pemondokan yang tenang. Suatu kali dia tinggal di Tung-yen. Kemudian dia berpindah ke suatu rumah kecil di sebelah barat kota ini dan selalu ditemani anak gadisnya, Ling chao. Dia mendapatkan penghasilan dari anyaman bambu yang kemudian dijual oleh anak gadisnya di pasar. Dalam gatha berikut, dia menuliskan jalan hidupnya secara singkat:

Biarkan pikiran dan dunia luar seperti apa adanya. Tak ada kenyataan atau kekosongan. Jika terdapat kenyataan, saya tak memperdulikannya. Walau ada

kekosongan, saya tak terikat olehnya. Saya bukanlah orang bijak atau orang yang berjasa, Saya ini adalah hanyalah

manusia biasa yang memenuhi tugas kesehariannya. Betapa sederhananya ajaran Buddhis! Dalam Panca Skhandha terletak kebijaksanaan sejati. Semua hal

teridentifikasikan dengan Prinsip Pertama. Hakikat yang tak berbentuk dari segalanya adalah tak mendua.

Jika anda ingin bebas dari derita dan memasuki bodhi, Saya takkan dapat memberitahukanmu di mana tanah Buddha.

Saat telah tiba waktunya bagi P'ang Yün untuk masuk ke nirvana, dia memerintahkan anak gadisnya untuk memperhatikan gerakan sang surya dan melapor padanya jika sudah tepat siang hari. Ling-chou pergi keluar untuk melihat namun kembali dengan seketika sambil melaporkan bahwa hari sudah siang namun terjadi gerhana matahari. Selanjutnya P'ang Yün pergi melihatnya. Ling-chao segera duduk di kursi ayahnya dengan kedua tangannya terlipat dan meninggal. P'an- Yün tersenyum dan berkata, "Anakku! Jalanmu memang cepat!" Dia hidup tujuh hari lagi. Yü Ti, Gubernur Hsiang-chou datang menjenguknya setelah mengetahui dia sakit.

P'ang Yün berkata padanya, "Saya memohon anda untuk mempercayai bahwa apa yang dipikirkan sebagai kenyataan adalah kosong dan agar anda takkan pernah menerima apa yang kosong sebagai kenyataan. Selamat tinggal! Dunia hanya bayangan, suatu gaung." Setelah dia menghabiskan kata-kata ini, dia menyandarkan kepalanya di kaki gubernur dan meninggal. Dia sebelumnya telah meninggalkan instruksi agar jasadnya dikremasi dan abunya ditaburkan di danau-danau disekitarnya. Baik Buddhis maupun orang-orang awam menangisi kematiannya. Sudah menjadi persetujuan umum bahwa

Page 172: Ajaran Awal Buddhisme Ch'An

Ajaran Murni Ch’an Buddhis Ajaran Murni Ch’an Buddhis Ajaran Murni Ch’an Buddhis Ajaran Murni Ch’an Buddhis

156

P'ang Yun adalah Vimalakirti di Cina. Dia mewariskan lebih kurang tiga ratus puisi dan gâthâ untuk dunia kita.

Page 173: Ajaran Awal Buddhisme Ch'An

157

Bagian VBagian VBagian VBagian V

Pendahuluan Pengalaman Batiniah terlukis dalam Tiga Cara Pengaruh Timbal Balik KUEI-SHAN LING-YU (771-853) Tindakan Besar dan Kekuatan Besar

YANG-SHAN HUI-CHI (814-890) "Pendekar Pedang Ulung"

HSIANG-YEN CHIH-HSIEN Cerah dalam satu Pukulan

Page 174: Ajaran Awal Buddhisme Ch'An
Page 175: Ajaran Awal Buddhisme Ch'An

159

"Pengalaman Batiniah Terlukis dalam Tiga Cara Pengaruh Timbal Balik"

Aliran Kuei-yang, salah satu dari lima sekte Ch'an Buddhisme yang kesohor di Cina, didirikan oleh Kuei-shan Ling-yu dan pengikutnya Yang-shan Hui-chi. Hsiang-yen Chih-hsien, seorang siswa terkemuka Master Kuei-shan dan saudara seperguruan Yang-shan, juga merupakan seorang tokoh penting dalam sejarah awal aliran ini. Dalam literatur Ch'an, dialog-dialog di antara Kuei-shan dan Yang-shan dianggap sebagai metode instruksi tanya-jawab yang cukup khas, dengan pertanyaan dan jawaban mengikuti satu sama lain bagaikan gaung menanggapi suara dalam suatu lembah. Percakapan antara Kuei-shan dan Yang-shan amat terkenal tapi dialog tiga arah di antara mereka berdua dengan Hsiang-yen tak sedemikian halnya walaupun mereka bertiga dengan cekatannya melukiskan tingkat pengaruh timbal balik yang tertinggi di antara realitas batiniah mereka masing-masing dalam kebebasan mutlak yang bebas dari kemelekatan.

Marilah kita terlebih dahulu meninjau suatu dialog di antara Master Kuei-shan dan siswanya Yang-shan. Suatu kali Kuei-shan bertanya pada Yang-shan, "Dari mana saja anda? "Yang-shan jawab, "Saya baru saja datang dari ladang. "Kuei-shan melanjutkan, "Berapa orang berada di sana? "Yang-shan melemparkan cangkulnya ke tanah dan berdiri diam di sana. Kata Kuei-shan, "Hari ini di Gunung Selatan, seorang lelaki berpanen ilalang, "Setelah itu Yang-shan pun memungut cangkulnya dan berjalan pergi.

Saat kita pertama kalinya mempelajari ajaran Kuei-shan, kita akan perhatikan bahwa beliau sering mendiskusikan doktrin Ta-chi atau "Potensi besar "dan Ta-yung atau "Tindakan besar". Kedua doktrin ini tergambar dalam kung-an di atas. Saat Yang-shan menancapkan cangkulnya ke tanah, kita perhatikan, dia berdiri diam di sana. Dia tidak menjawab Masternya dalam kata-kata namun pemahaman batiniahnya tercerminkan dalam tindakan tanpa kata ini. Itulah sebabnya Master Kuei-shan, dalam pernyataan tentang petani yang sedang berpanen, memujinya karena telah mencapai tahap yang sedemikian maju dalam latihan Ch'annya. Tapi kata-kata pujian ini tak sedikit pun mempengaruhi Yang-shan; ketenangan batiniahnya, bagaikan cermin suatu danau yang berbayang dengan terang, tetap tak terganggu bahkan setelah sebutir batu dilemparkan ke dalamnya. Saat Kuei-shan berkomentar, Yang-shan memungut cangkulnya dan berjalan pergi. Menurut pengertian yang lazim, tindakan sedemikian barangkali akan dianggap kasar, namun konsep hubungan pribadi seorang siswa Ch'an amatlah berbeda. Dia telah diajarkan untuk membebaskan dirinya dari semua keterikatan dengan orang

Page 176: Ajaran Awal Buddhisme Ch'An

Ajaran Murni Ch’an Buddhis Ajaran Murni Ch’an Buddhis Ajaran Murni Ch’an Buddhis Ajaran Murni Ch’an Buddhis

160

dan benda. Tujuan akhirnya adalah pembebasan menyeluruh dari diri pribadinya, pembebasan dari segala jenis belenggu keadaan. Yang-shan menunjukkan kapasitas ini dengan memunggut cangkulnya dan berjalan meninggalkan Masternya, tak acuh sedikit pun pada pujianya, suatu diri batiniah yang tak terguncangkan oleh pujian maupun makian. Inilah jenis tindakan yang kuat.

Pada kesempatan lainnya, Yang-shan berkata pada Keui-shan bahwa Po-chang telah mencapai potensi besar dan Huang-po telah mencapai tindakan besar. Namun, kita akan temukan bahwa saat potensi dan tindakan mencapai puncaknya, keduanya hadir secara bersamaan menyatu dan membaur. Keduanya dibedakan di sini semata-mata untuk kemudahan diskusi, yang sebenarnya tak ada dalam realitas. Saat Huang-po merenungkan ajaran Ma-tsu, dia mengenali sintesa ini dan menamakannya ta-chi chih yung atau "potensi dalam tindakan. "Hal ini akan dipahami dengan lebih baik jika kita melihat kung-an yang digunakan dalam proses memilih kepala pendeta untuk suatu kuil di atas Gunung Kuei.

Hua-lin, bhikkhu kepala kuil, dengan marahnya pergi menemui Master Po-chang saat dia mendengar bahwa Kuei-shan akan ditunjuk menjadi pemimpin kuil di Gunung Kuei. Bagaimana hal ini dapat terjadi? dia pun bertanya. Sementara itu Po Ch'ang berkata padanya, "Jika anda dapat dengan benar menjawab pertanyaanku di depan para hadirin, anda akan dipilih menjadi bhikkhu pemimpin. "Po-chang kemudian menunjuk pada suatu kendi dan berkata, "Jangan sebut ini kendi. Apa, sebaliknya, akan anda sebut ia? "Hua-lin jawab,"Ia tidak dapat disebut alas pemotong kayu. "Master Po-chang menggelengkan kepalanya dan berpaling pada Ling-yu untuk meminta jawabannya. Ling-yu menendang jatuh kendi tersebut. Master Po-chang ketawa dan berkata ,"Bhikkhu kepala kita telah kalah atas tawaran Gunung Kuei. "Demikianlah Ling-yu dipilih menjadi pemimpin dalam kuil baru tersebut.

Dari kung-an ini cukup jelas bahwa jawaban Hua-lin hanyalah pada tingkat intelektual. Dia hanyalah mendebatkan nama sesuatu obyek, yang tak mencerminkan kedalaman olah batin. Kuei-shan Ling-yu, sebaliknya, tak memberikan jawabannya dari tingkat relatif. Dia tidak menyatakan bahwa kendi itu harus dinamakan ini atau itu. Sebaliknya, dengan menendang jatuh kendi tersebut, dia mengungkapkan pencerahan jiwanya.

Ilustrasi lainnya tentang potensi besar dan tindakan besar yang terjadi secara bersamaan dapat ditemukan dalam kitab tentang Po-chang. Suatu hari semua pendeta kuil tersebut sedang bekerja di ladang. Saat drum tanda makan malam dibunyikan, salah seorang pendeta melemparkan cangkulnya dan tertawa terbahak-bahak, sambil balik ke kuil. Master Po-chang berujar, "Betapa bagusnya kerja ini! Inilah jalan dengan mana Dewi Bebas Kasihan memasuki Realitas Hakiki."

Demikianlah Pendeta yang tertawa dan melemparkan cangkulnya menunjukkan kesadarannya atas kebenaran Ch'an. Dari kedalaman ketidaksadarannya, potensinya tiba-tiba terwujudkan dalam tindakan spontan,

Page 177: Ajaran Awal Buddhisme Ch'An

,Pengalaman Batiniah Terlukis dalam Tiga Cara Pengaruh Timbal Balik,,Pengalaman Batiniah Terlukis dalam Tiga Cara Pengaruh Timbal Balik,,Pengalaman Batiniah Terlukis dalam Tiga Cara Pengaruh Timbal Balik,,Pengalaman Batiniah Terlukis dalam Tiga Cara Pengaruh Timbal Balik,

161

tepat seperti cara Kuei-shan mengungkapkan potensinya dalam tindakan, yang dengan tanpa sungkan sedikitpun menendang jatuh kendi tersebut. Tanggapan-tanggapan sedemikian tak ditujukan untuk mempertontonkan keunggulan intelektual tapi sebaliknya untuk mengungkapkan pencerahan spontan.

Kadang-kadang Kuei-shan akan menganggap potensi sebagai bagian yang terpisah dari tindakan, namun apa dia tekankan terutama adalah potensi dalam tindakan, ta-chi chih yung. Suatu kali saat dia mengeluh bahwa siswa-siswanya belum mencapai tindakan besar, salah seorang siswanya, Chiu-fêng Tzu-hui, melangkah ke depan dan berjalan pergi. Saat Kuei-shan memanggilnya, dia terus saja berlalu bahkan tanpa memalingkan kepalanya. Kuei-shan berujar, "Orang ini pasti berkualifikasi untuk menjadi manusia Ch'an. "Kepergiannya dengan diam-diam dari tempat tersebut adalah jawabannyasuatu isyarat tanpa tindakan. Namun bagi Kuei-shan isyarat itu benar, suatu tindakan yang penuh kekuatan. Sebenarnya itulah potensi dalam tindakan. Realitas dapat terungkapkan melalui tindakan atau keheningan: dengan demikian keduanya menjadi potensi besar dan tindakan besar.

Dari pernyataan-pernyatan tentang potensi besar dan tindakan besar ini, baangkali kita dapat memahami apa yang dimaksudkan Kuei-shan dengan ti, substansi, dan yung, fungsi Kung-an berikut, yang amat terkenal dalam literatur Ch'an, muncul dalam bab tentang Kuei-shan. Suatu hari saat Master dan Yang-shan sedang memetik daun teh, Master berkata, "Sepanjang hari saya mendengar suaramu saat kita memetik daun teh, tapi saya tidak melihat dirimu. Tunjukkan padaku diri sejatimu. "Yang-shan mengguncang-guncangkan pohon teh. Master berkomentar, "Anda telah mencapai fungsi tapi belum menemukan substansi. "Saat Yang-shan menanyakan Masternya apa yang telah dicapainya sendiri, Master mendiam. Setelah itu Yang-shan berkomentar, "Anda, Master, telah mencapai substansi tapi belum menemukan fungsi."

Apa yang dimaksudkan Kuei-shan dan Yang-shan adalah bahwa ti, substansi, adalah tak berbentuk dan tak berpikiran, namun melaluinyalah realitas akan terungkapkan. Yung, fungsi, adalah tindakan yang langsung dan bebas yang mewujudkan realitas absolut. Dengan kata lain, ti adalah realitas yang tercermin dalam tanpa tindakan dan yung adalah realitas yang bermanifestasi dalam tindakan. Jika pengguncangan pohon memanifestasikan realitas maka ia merupakan suatu contoh tindakan besar atau ta-yung; Jika keheningan mencerminkan realitas, maka ia adalah contoh potensi besar atau ta-chi. Esensi Ch'an dapat dialami baik dalam keheningan maupun dalam tindakan.

Kita harus perhatikan bahwa ti dan yung yang didiskusikan Kuei-shan tidaklah sama dengan "tiga besar "yang dipaparkan oleh Ašvaghosa, filsuf Mahayana India terkemuka di dalam "Kebangkitan Keyakinan (The Awakening of Faith). "Ketiga besar "ini adalah ti, substansi; hsiang,penampilan; dan yung, fungsi. Namun substansi di sini menyiratkan penampilan atau bentuk dan fungsi menyiratkan kegiatan. Jika kita secara salah memahami bahwa "tiga

Page 178: Ajaran Awal Buddhisme Ch'An

Ajaran Murni Ch’an Buddhis Ajaran Murni Ch’an Buddhis Ajaran Murni Ch’an Buddhis Ajaran Murni Ch’an Buddhis

162

besar "ini semata-mata hanyalah konsep-konsep yang dapat dipahami secara intelektual, Ch'an akan menyelip pergi dari kita. Kecuali kita mengalami apa yang pernah dialami Kuei-shan dan Yang-shan, kita takkan pernah mampu menembus ke dalam kebenaran dasar tersebut.

Mengalami Ch'an dalam keheningan dan dalam tindakan adalah membuat kemajuan dalam realisasi diri. Berbagai tahap prestasi seorang siswa dapat dikenal melalui isyarat dan kata-katanya, betapapun tak relevan atau tak rasionalnya isyarat dan kata tersebut bagi orang-orang yang telah terbiasa pada komunikasi yang lebih konvensional. Saat kita bandingkan tiga gãthã Hsiang-yen yang terkenal tersebut, kita akan temukan bahwa ketiganya mengungkapkan tiga tahap yang berurutan dalam pencerahan jiwanya yang bergerak maju. Dalam Catatan Dialog Master Ch'an Kuei-shan Ling-yu dari Tân-chou (Recorded Dialogues of Ch'an Master Kuei-shan Ling-yu of Tan-chou), kita ketahui bahwa setelah Hsiang-yen mendapatkan pencerahan dengan seketika berkat suara batu yang memukul suatu pohon bambu, saudara dharmanya Yang-shan, dari gunung Kuei, segera pergi mengujinya. Saat Yang-shan tiba, Hsiang-yen membacakan gãthã yang telah dikarangnya setelah pencerahannya:

Dengan satu pukulan, semua pengetahuan lama terlupakan. Tak diperlukan olah batin untuk ini. Kejadian ini memaparkan jalan tua. Dan bebas dari jalur ketenangan. Tak ada jejak tertinggal di mana pun. Apa pun yang saya dengar dan lihat tak mengikuti aturan. Semua yang cerah Menyatakannya sebagai tindakan terbesar.

Yang-shan tak menerima gãthã ini sambil membantahnya, "Di sini anda ikuti perkataan Master-Master tua. Jika Anda telah benar-benar cerah, katakanlah dari pengalamanmu sendiri. "Kemudian Hsiang-yen pun mengarang gãthã kedua:

Miskinku tahun lalu bukan miskin sungguhan. Tahun ini daku sungguh serba kurang. Dalam miskinku tahun lalu, gerek penusuk masih berlaku. Dalam miskinku tahun ini, gerek pun hilang tak menentu.

Yang-shan memberikan komentarnya yang terkenal atas gãthã ini: "Anda, boleh jadi sudah miliki Ch'an Tathâgata,1 tapi untuk Ch'an para sesepuh, anda bahkan belum pernah memimpikannya. "Mendengar ini, Hsiang-yen segera mengucap- kan gãthãnya yang ketiga:

Saya punya rahasiaku sendiri. Saya tatapi anda dengan mata kedap-kedip. Jikalau anda tak pahami apa artinya ini.

1 Tathãgata, dalam hal ini, berarti "sedemikian datang" dan "sedemikian pergi," yatu ke dalam

nirvana atau Kehampaan.

Page 179: Ajaran Awal Buddhisme Ch'An

,Pengalaman Batiniah Terlukis dalam Tiga Cara Pengaruh Timbal Balik,,Pengalaman Batiniah Terlukis dalam Tiga Cara Pengaruh Timbal Balik,,Pengalaman Batiniah Terlukis dalam Tiga Cara Pengaruh Timbal Balik,,Pengalaman Batiniah Terlukis dalam Tiga Cara Pengaruh Timbal Balik,

163

Janganlah sebut dirimu bhikkhu.

Yang-shan sangat senang dengan gãthã ketiga dan kembali melaporkannya pada Master Kuei-shan, "Saya gembira saudara Hsiang-yen telah memahami Ch'an Sesepuh."

Ketiga gãthã ini mengungkapkan pengalaman batiniah Hsiang-yen pada berbagai tingkatan. Yang pertama adalah deskripsi intelektual atas kebangkitannya. Walau dia benar-benar telah cerah, gãthã ini hanyalah suatu hasil konsepsional semata dari pencerahan seketikanya, bukan suatu pemaparan langsung dari kedalaman ketidaksadarannya. Dalam gãthã ke- dua, Hsiang-yen merujuk pada kekosongan absolut atau "kemiskinan, "sebagai mana dikatakannya, menggunakan istilah ini sebagai kiasan terhadap kekosongan yang lazimnya dicapai melalui meditasi. Oleh karena itu, Yang-shan menamakannya Ch'an Tathâgata. Namun gãthã ke tiga berbeda dari pendekatan intelektual atas pencerahannya ataupun bukan pembicaraan tentang pencapaian kekosongan. Dengan perkataan lain, ia bebas dari determinasi kata-kata dan kekosongan. Dalam "mata berkedap-kedip " kita dapatkan tindakan besar yang mengungkapkan potensi besar atas kedalaman pengalaman sejati. Hanya mereka yang telah mencapai tahap yang sama baru akan mampu memahami apa yang dimaksudkan Hsiang-yen. Yang-shan menerima gãthã ini dengan sepenuh hati.

Beberapa tahun kemudian, saat Hsiang-yen sedang menjabat sebagai bhikkhu pemimpin di Têng chou, seorang pendeta datang dari Gunung Kuei untuk mengunjunginya. Dia bertanya pada si pengunjung tentang ajaran Kuei-shan yang terbaru. Si pendeta tersebut menjawab bahwa dalam suatu kesempatan baru-baru ini telah dipertanyakan arti kedatangan Bodhidharma dari Barat, suatu pertanyaan yang ditanggapi Kuei-shan dengan mengangkat fu-tzû-nya. Hsiang-yen bertanya, "Bagaimana kawan-kawan pendeta menganggapinya?' Pengunjungnya mengutip: "Pikiran tercerahkan dalam materi dan realitas terungkapkan dalam pelbagai hal. "Hsiang-yen tidak menyetujui penafsiran ini karena sifatnya yang semata-mata sebagai tanggapan intelektual, bukan sebagai pemaparan pengalaman batiniah yang dicapai melalui Ch'an. Saat si pengunjung meminta jawaban Hsiang-yen, Master Hsiang-yen bahkan mengangkat fu-tzû-nya sebagaimana yang telah dilakukan Master Kuei-shan. Dari kung-an ini, jelaslah tidak sia-sia bahwa dulunya Yang-shan menuntut Hsiang-yen untuk memberikan gãthã-nya yang ke tiga.

Dalam hubungannya dengan berbagai tingkat kesadaran yang tersirat dalam penulisan gãthã, Hsiang-yen, kita dapat mengkajinya dari cerita tentang pencerahan seketikanya. Suatu hari saat Hsiang-yen masih merupakan siswa Kuei-shan, Master berkata padanya, "Saya tak ingin tanyakan pada anda apa yang telah anda belajar dari studimu atau apa telah anda ingat dari sûtra dan šãstra. Cukup katakanlah padaku dalam sepatah kata apa keberadaan mula-mula anda sebelum orang tuamu melahirkan dirimu dan sebelum anda dapat membedakan pelbagai hal. "Hsiang-yen tak dapat menjawab dan akhirnya

Page 180: Ajaran Awal Buddhisme Ch'An

Ajaran Murni Ch’an Buddhis Ajaran Murni Ch’an Buddhis Ajaran Murni Ch’an Buddhis Ajaran Murni Ch’an Buddhis

164

mencari bantuan dari catatan-catatannya. Namun bahkan dari sekian banyak kata-kata para Master terkenal, dia tak mampu mendapatkan jawabannya. Setelah itu dia putuskan membakar semua catatannya dan pergi meninggalkan Masternya.

Dalam kehidupan kesendiriannya, terjadilah suatu hari ketika dia sedang mencabuti rumput di pekarangan, sepotong batu yang terlempar olehnya menghantam sebatang pohon bambu. Suara yang terdengar ini membuatnya tertawa terbahak-bahak dan tanpa diharap-harapkan membukanya pada tingkat pencerahan.

Dalam kasus Hsiang-yen, kita dapatkan suatu pencerahan yang tercapai secara paradoks yakni dengan meninggalkan pencarian terhadap Ch'anhasil pengolahan dari tanpa pengolahan. Namun, pemakaian konsep-konsep intelektual yang konvensional untuk melukiskan kesadaran batiniah agaknya tak terhindarkan. Walaupun Hsiang-yen menjadi cerah, tidaklah hingga suatu saat kemudian baru ia mampu mengungkapkan potensi yang tak nampak tersebut secara langsung dari kedalaman alam tak sadarnya melalui gãthã-nya yang ke tiga.

Cerita pencerahan Hsiang-yen dan ketiga gãthã-nya dapat membantu kita untuk memahami bagaimana Ch'an dapat dicapai. Kemajuan Yang-shan dalam studi Ch'an juga merupakan ilustrasi yang baik bagi mereka yang berjuang untuk mencapai pencerahan pikiran. Pencapaian Yang-shan atas Ch'an cukuptenar dan dia juga dikenal sebagai pembantu pendiri aliran Kuei-yang. Namun pemahamannya atas kebenaran tidaklah sesederhana dan semudah nampaknya. Untuk memahami suatu kung-an tentang makna kedatangan Bodhidharma dari Barat, dia perlu menemui satu per satu dari ke tiga masternya sebelum dia menjadi cerah pada akhirnya.

Saat melayani Shih-shuang Hsing-k'ung di masa mudanya di T'an-chou, Yang-shan pernah mendengar seorang pendeta menanyakan arti kedatangan Bodhidharma dari Barat dan mendengar jawaban Master Shih-shuang sebagai berikut: "Pertanyaan ini akan dijawab oleh seseorang yang mampu memanjat keluar dari sumur berkedalaman seribu kaki tanpa bantuan seinci tali pun. "Yang-shan sama sekali tak mengerti maksud jawaban ini. Beberapa waktu kemudian, dia pergi belajar bersama Tan-yüan Chen-ying dan mengajukan pertanyaan orang yang mencoba keluar dari sumur tanpa seutas tali pun. Master Tan-yüan menjawab,"Oh, betapa bodohnya! Siapa yang berada di dalam sumur? "Namun Yang-shan masih tak paham, tak mendapatkan pemahaman apa pun tentang kebenaran. Akhirnya ia tiba di Gunung Kuei dan menjadi siswa Kuei-shan Ling-yu. Suatu hari ia mengajukan pertanyaan yang sama ini pada Master Kuei-shan. Kuei-shan menjerit,"Oh! Hui-chi [Yang-shan]! "Yang-shan menjawab,"Ya, Master! ""Di sini! Dia keluar! "jawab Kuei-shan. Oleh karena itu, Yang-shan memberitahukan kawan-kawannya, "Dengan Tan-yüan saya mendapatkan pemahaman nama namun dengan Kuei-shan saya memperoleh pemahaman tentang substansi. "Menurut penafsiran Dr. Suzuki, pemahaman terdahulu bersifat filosofis, sedangkan pemahaman selanjutnya adalah kesadaran batin.

Page 181: Ajaran Awal Buddhisme Ch'An

,Pengalaman Batiniah Terlukis dalam Tiga Cara Pengaruh Timbal Balik,,Pengalaman Batiniah Terlukis dalam Tiga Cara Pengaruh Timbal Balik,,Pengalaman Batiniah Terlukis dalam Tiga Cara Pengaruh Timbal Balik,,Pengalaman Batiniah Terlukis dalam Tiga Cara Pengaruh Timbal Balik,

165

Dalam cerita kesadaran Yang-shan melalui penggunaan suatu kuang-an, kita melihat bahwa untuk membuat pikiran terbuka dan melihat kebenaran memerlukan kesabaran dan usaha di samping kapasitas lahiriah seseorang. Dengan jawaban Master pertama yang tak relevan tersebut, pikiran Yang-shan tergerak, namun dia masih gagal melihat maknanya. Tan-yüan, Master kedua, mencoba menghapuskan kebingungannya dan mengalihkan pusat keberadaannya, namun ia masih terperangkap dalam sumur intelektualnya dan tak mampu muncul. Akhirnya Master Kuei-shan mencerahkannya dengan langsung memanggil namanya, dengan demikian menggerakkan kesadaran inisialnya atau yeh shih, untuk menembus ke kedalaman pikirannya. Melalui pencerahan seketika atas kesadaran mula-mulanya, kulit ketidaksadaran dia menjadi pecah dan pikirannya menjadi terbuka.

Dalam Lampu kita temukan master-master seperti Ma-tsu, Po-chang, Nan-ch'uan, Mu-chou, Yün-mên dan lainnya sering menggunakan pendekatan yang sama untuk membuka pikiran siswa-siswanya melalui kesadaran semula. Sebagai contoh, saat si siswa membungkuk dan mulai beranjak pergi, sang Master akan tiba-tiba memanggil namanya. Begitu siswa tersebut memalingkan kepalanya, sang Master akan menanyakannya "Apa itu? "Setelah itu si siswa sering akan menjadi cerah.

Setelah Yang-shan menjadi bhikkhu pemimpin dia, kembali mengunjungi Master Kuei-shan. Dalam suatu kesempatan , dia ingin menunjuk pada sang Master apa yang dia pahami tentang kesadaran mula-mula. Saat dia melihat seorang pendeta berlalu dia dengan tiba-tiba memanggil namanya dan si pendeta segera memalingkan kepalanya. Yang-shan berkata pada Master, "Di sini kita miliki bukti bahwa kesadaran mula-mula tidaklah nampak dan bahwa tak ada yang dapat ditentukan darinya. "Menurut Kebangkitan Keyakinan, pikiran itu dibuka dengan kesadaran mula-mula yang menandai permulaan munculnya pikiran tanpa beda (non-differentiated mind).

Yang-shan dan Hsang-yen, sebagaimana telah kita lihat menjadi kecapean dalam petualangan intelektual mereka sebelum bergerak ke tingkat tempat Masternya berada. Ch'an harus dialami; ia tak dapat dirasiokan. Dan tidak sampai kita sendiri menembus kedalaman tak sadar, baru akan kita hargai usaha Yang-shan dan Hsiang-yen dalam pencarian mereka atas Ch'an. Kita pun amati kemajuan mereka hingga keduanya meninggalkan pencarian intelektual dan kesadaran dasar menjadi terbuka bagi mereka.

Dalam sejarah Ch'an, kita selalu perhatikan bahwa pertanyaan yang diajukan berulang-ulang berkisar pada makna kedatangan Bodhidharma dari Barat. Dalam Ch'an-lin Lei-chu atau Kumpulan dan Klasifikasi Bahan-Bahan Ch'an, kita dapatkan bebrapa contoh pemakaian pertanyaan yang relevan ini. Contoh-contoh ini juga sering muncul dalam literatur Ch'an lainnya. Jawaban atas kung an ini berbeda secara luas. Jawaban Chao-chou, "Pohon cemara dipekarangan. "Jawaban Feng-yang Shan-chao adalah, "Kipas sutera biru membawa hembusan sejuk. "Ling-shu Jü-min mendiam saat ia didekati dengan pertanyaan ini. Ma-tsu menendang dan menjatuhkan penanyanya. Saat Hsüeh-fêng dan Hsüan-sha sedang memperbaiki pagar, Hsüan-sha

Page 182: Ajaran Awal Buddhisme Ch'An

Ajaran Murni Ch’an Buddhis Ajaran Murni Ch’an Buddhis Ajaran Murni Ch’an Buddhis Ajaran Murni Ch’an Buddhis

166

menanyakan pertanyaan yang sama. Hsü-teng hanya mengguncangkan pagar. Saat Yang-shan menanyakan Kuei-shan pertanyaan tersebut, jawaban Kuei-shan adalah, "Sebuah lampion yang besar dan indah. "Jawaban ini, di luar semua perbedaannya yang nyata, serelevan dengan rujukan pada kipas sutera biru atau yang lainnya karena ia menunjuk pada kebenaran Ch'an yang hakiki. Kipas, lampion, pohon cemara hendaknya jangan diberikan penafsiran simbolis karena seandainya ini dilakukan kita akan kehilangan maksudnya. Mengomentari jawaban Kuei-shan sehubungan dengan lampion, Dr. Suzuki berkata:

Sang Master saat ditanya barangkali kebetulan sedang bekerja atau melihat ke luar jendela atau duduk tenang dalam meditasi dan dengan demikian tanggapannya boleh jadi mengandung beberapa rujukan pada obyek-obyek yang berhubungan dengannya di kala itu. Oleh karena itu, apa pun yang dikatakannya pada saat itu bukanlah pernyataan abstraksi atau pernyataan yang sengaja dipilih sebagai gambaran maksudnya.

Wei-shan [Kuei-shan], sebagai contohnya, saat ditanya Yang-shan, menjawab, "Betapa bagusnya lampion ini! "Barangkali dia sedang melihat pada lentera tersebut di kala itu atau lentera tersebut berada di dekatnya dan paling mudah

digunakan sang master untuk tujuan langsungnya.2

Setelah Kuei-shan memberikan jawabannya dalam kaitannya dengan lentera tersebut, Yang-shan mencoba membuat masternya setuju dengan menunjukkan pemahamannya sendiri pada tingkat intelektual. Dia pun bertanya, "Tidakkah itu 'ini'? "('Ini' menunjuk pada Ch'an) Kuei-shan segera memotong arus pikirannya dengan bertanya padanya, "Apa 'ini'? "Yang-shan jawab, "Suatu lentera yang besar dan indah. "Master Kuei-shan berkata, "Anda sungguh tidak paham."

Apakah kita harus asumsikan kemudian bahwa Yang-shan sungguh tidak tahu di balik kemajuannya? Saat saya berada di Kyoto, saya mendiskusikan masalah ini dengan Roshi Yamada Mumon, seorang sarjana Zen terkemuka dan rektor Universitas Hanazono. Jawaban beliau adalah bahwa master-master Ch'an selalu menggunakan taktik penyimpanan rahasia dan penyangkalan untuk menguji siswa-siswanya. Dia yakin Yang-shan sesungguhnya paham. Kemudian saat berada di Kamakura, saya bertanya pada Dr. Suzuki tentang hal yang sama. Jawabannya: "Inilah rahasia yang selalu dipergunakan para master Zen. Yang-shan sesungguhnya paham." Sebagai bukti lebih lanjut atas penafsiran ini baiklah kita lihat beberapa percakapan antara Kuei-shan, Yang-shan dan Hsiang-yen. Suatu kali saat Yang-shan dan Hsang-yen, sedang mengunjungi Master Kuei-shan, sang Master berujar, "Semua Buddha di masa lalu, sekarang dan masa depan akan berjalan di jalur yang sama. Dari jalur ini setiap orang akan menemukan jalannya menuju pembebasan. Apa jalan yang membawa setiap orang menuju pembebasan ini? " Kuei-shan beralih pada Hsiang-yen sembari

2 Suzuki, Essays in Zen Buddhism, Seri II, hal.215.

Page 183: Ajaran Awal Buddhisme Ch'An

,Pengalaman Batiniah Terlukis dalam Tiga Cara Pengaruh Timbal Balik,,Pengalaman Batiniah Terlukis dalam Tiga Cara Pengaruh Timbal Balik,,Pengalaman Batiniah Terlukis dalam Tiga Cara Pengaruh Timbal Balik,,Pengalaman Batiniah Terlukis dalam Tiga Cara Pengaruh Timbal Balik,

167

berkata, "Hui-chi (Yang-shan) sedang bertanya padamu. Mengapa anda tidak menjawabnya? Hsiang-yen berkata, "Jika kita membicarakan masa lalu, sekarang dan masa depan saya tak punya jawaban. "Kuei shan menuntut, "Sini! Anda harus jawab! "Setelah itu Hsiang-yen membungkuk dan pergi. Master Kuei-shan beralih pada Yang-shan dan berkata, "Hsiang-yen telah menjawab. Anda setuju dengannya? "Yang-shan pun jawab,"Saya tak setuju dengannya? "Kuei-shan bertanya, "Kalau demikian apa jawabanmu? "Yang-shan juga membungkuk dan pergi. Melihat ini, Master Kuei-shan ketawa terbahak-bahak dan berkomentar, "Mereka bagaikan susu dicampur air."

Yang-shan menjawab dalam cara Hsiang-yen. Namun, saat Master Kuei-shan bertanya padanya apakah ia setuju dengan jawaban yang diberikan Hsiang-yen, Yang-shan mengatakan tidak. Sebenarnya jawaban Hsiang-yen sudah tepat dan Yang-shan mengetahuinya. Sama halnya, saat Kuei-shan mendengar jawaban Yang-shan sehubungan dengan lampion, dia nampaknya tidak menerima kata-kata siswanya, tapi sebenarnya dia tahu bahwa Yang-shan benar-benar telah paham. Saat kita baca bab tentang Fa-yen Wên-i di bagian VI, kita akan dapatkan bahwa Master ini selalu nampaknya tak setuju dengan jawaban para siswanya sekalipun jawaban mereka itu benar. Ketika ditanyakan oleh seorang siswa jawaban apa yang akan diberikan sendiri, sang Master mengulangi setiap kata yang ditanyakan padanya dan jelas-jelas ditolak olehnya. Oleh karena itu dapatlah kita simpulkan bahwa penyangkalan semata-mata oleh seorang Master tak seperlunya berarti menolak jawaban tersebut. Sangkalan demikian boleh jadi merupakan pengakuan tak langsung atau pengakuan tersembunyi atas pikiran cerah siswanya, pikiran yang jauh di luar mereka yang dilatih dalam dialetika dualistik.

Barangkali dengan satu ilustrasi lagi tentang penyangkalan Kuei-shan akan membuat kedalaman pendekatannya lebih jelas bagi kita. Suatu hari Master Kuei-shan berkata pada Yang-shan dan Hsiang-yen, "Di tengah malam musim dingin, cuaca dingin menusuk. Namun, hal ini terjadi setiap tahun. Dapatkah anda beritahukan pada saya siapa penggeraknya? "Saat Yang-shan mendengarnya dia pun menyatukan kedua tangannya di depan dadanya, berjalan beberapa langkah dan kemudian berdiri diam Master berujar, "Saya tahu anda tak mampu menjawab pertanyaanku. "Kemudian Hsiang-yen maju ke depan dan berkata, "Saya dapat menjawabnya." Master Kuei-shan berkata, "Apa jawabanmu? "Hsiang-yen berjalan beberapa langkah dengan telapaknya bersatu di depan dada dan kemudian berdiri diam. Kemudian Master Kuei-shan mengumumkan, "Sayang sekali bahwa Hui-chi [Yang-shan] tak memahami pertanyaanku. "Tapi penyangkalan kata-kata ini jelasnya bukan untuk melecehkan jawaban Yang-shan.

Sering juga kita temukan bahwa Yang-shan menggunakan keheningan sebagai jawabannya. Kadang-kadang dia berdiri diam, terkadang pula dia meninggalkan penanyanya tanpa sepatah kata pun. Sering pula dia menggunakan isyarat-isyarat penuh arti. Menurut Kuei-sshan, jawaban diam demikian bisa jadi sedasyat sebilah pedang sakti nan tajam, seperti yang digambarkan dalam cerita berikut.

Page 184: Ajaran Awal Buddhisme Ch'An

Ajaran Murni Ch’an Buddhis Ajaran Murni Ch’an Buddhis Ajaran Murni Ch’an Buddhis Ajaran Murni Ch’an Buddhis

168

Seorang pendeta bertanya pada Master Yang-shan, "Apakah dharmakãya juga tahu cara memaparkan ajaran sang Buddha?' Master jawab, "Saya tak dapat memberitahukannya padamu tapi ada seseorang yang dapat. "Pendeta tersebut bertanya, "Siapa orangnya? "Master Yang-shan diam-diam mendorong ke depan suatu batu. Komentar Kuei-shan atas jawaban ini sebagai, "Hui Chi sedang terlibat dalam permainan pedang."

Permainan pedang Yang-shan tidak saja diterapkan dalam menjawab siswa-siswanya; dia telah lama melatihnya di dalam menjawab pertanyaan kawan-kawan pendetanya saat dia masih menjadi siswa Kuei-shan. Salah satu contoh dapat dilihat dari tanggapannya terhadap pernyataan bhikkhu pemimpin di Gunung Kuei: "Di ujung seratus juta helai rambut, seratus juta ekor singa menwujudkan dirinya. "Yang-shan bertanya apakah singa-singa tersebut mewujudkan dirinya di ujung rambut atau di akar rambutnya. Si Bhikkhu kepala menjawab, "Saat siapa itu mewujudkan dirinya, kita tidak katakan di ujung atau di akar." "Yang-shan tak menanggapinya dengan sepatah kata pun, yang ditanggapi Master Kuei-shan, "Nah, singa itu sekarang dibacok tepat di tengah!"

Kepergian Yang-shan dengan diam-diam adalah suatu bentuk "permainan pedang" yang menebas bhikkhu kepala tepat di tengahnya. Karena adalah sang bhikkhu kepala yang duluan menyebut singa, Master Kuei-shan menyindirnya sebagai "singa." Sebenarnya, jenis pengaruh timbal balik demikian sering muncul dalam aliran Kuei-shan. Dalam Gabungan Esensi Lampu (Amalgamation of the Essentials of the Lamps) , Chüan 5, kita mendapatkan suatu ilustrasi yang jelas permaian pedang antara Master Kuei-shan dan Yang-shan yang demikian.

Yang bertanya pada Kuei-shan, "Saat tindakan besar sedang terjadi, bagaimana anda menentukannya? "Master Keui- shan segera turun dari kursinya dan pergi ke kamarnya. Yang-shan mengikutinya dan memasuki ruangan. Kuei-shan berkata padanya, "Apa yang anda ingin tanyakan padaku? "Yang-shan mengulangi pertanyaannya Kuei-shan bertanya, "Tidakkah anda ingat jawabanku? "Yang-shan berkata, "Ya, saya mengingatnya. "Kuei-shan kemudian mendesaknya lebih lanjut: "Coba katakan padaku. "Yang-shan segera meninggalkan ruangan tersebut. Kepergiannya dengan meninggalkan sipenanya, seperti yang dilakukan Kuei-shan dan Yang-shan, merupakan pengungkapan potensi besar. Realitas batiniah terungkapkan dalam keheningan. Keheningan yang demikian boleh jadi sesakti "permainan pedang."

Ajaran Kuei-shan tidak saja menekankan latihan kung-an untuk mencapai pencerahan pikiran tetapi juga menekankan meditasi sebagai jalan menuju pencerahan. Dalam Ts'ung-yung lu atau Catatan Ketenangan (Records of Serenity), Kung-an 32, Hung-chih Cheng-chio menceritakan bahwa di tengah malam Yang-shan mencapai samãdhi dalam meditasi. Dengan seketika dia merasakan bahwa gunung, sungai, pekarangan, kuil-kuil, semua orang, segalanya, bahkan dirinya sendiri, tidak ada. Seolah-olah pikirannya berada dalam suatu dunia kekosongan yang transparan. Pagi berikutnya dia

Page 185: Ajaran Awal Buddhisme Ch'An

,Pengalaman Batiniah Terlukis dalam Tiga Cara Pengaruh Timbal Balik,,Pengalaman Batiniah Terlukis dalam Tiga Cara Pengaruh Timbal Balik,,Pengalaman Batiniah Terlukis dalam Tiga Cara Pengaruh Timbal Balik,,Pengalaman Batiniah Terlukis dalam Tiga Cara Pengaruh Timbal Balik,

169

melaporkan hal ini pada Master Kuei-shan, yang memberitahukannya bahwa saat dia belajar bersama Master Po-chang Huai-hai, dia juga miliki pengalaman pencerahan yang sama. Namun, Kuei-shan memperingatkan mereka yang berlatih meditasi bahwa walaupun mereka mungkin mencapai tingkat pencapaian rohani yang tinggi, masih saja akan terdapat kekacauan pikiran yang mendasar yang takkan terhapuskan sama sekali.3 Hal ini juga disinggung dalam bab mengenai Kuei-fêng Tsung-mi, dimana dia berkata:

Saya menuju ke gunung untuk melatih samãdhi yang beridentik dengan prajñã. Dalam dua kali menetap di sana saya menghabiskan keseluruhan sepuluh tahun, mempertahankan diriku dalam keadaan pikiran yang berhenti (the state of cessation of thought); sisa napsu yang terhindarkan berlanjutan muncul dan hilang dalam dunia kebijaksanaan yang tenang.

Membebaskan diri dari sisa kekacauan pikiran merupakan hal yang amat diperhatikan para Buddhis. Metode Kuei-shan untuk mendapatkan pembebasan sempurna melebihi meditasi semata. Dalam karyanya kita dapatkan paragraf berikut ini:

Jika pendekatan terhadap pencerahan adalah bagaikan hunusan kilat pedang ke pusat segalanya, maka baik yang duniawi maupun yang suci sama sekali akan tersingkirkan dan realitas absolut akan terungkapkan. Dengan demikian yang satu dan yang banyak teridentifikasikan. Inilah tathatã dari Buddha.

"Hunusan kilat pedang ke pusat segalnya." Oleh Kuei-shan diilustrasikan dengan jawabannya atas pertanyaan Po-chang saat Masternya ini memilih calon bhikkhu kepala untuk Gunung Kuei. "Tindakan besar "dengan menendang kendi menunjukkkan keheningan batiniah Kuei-shan, yang bebas dari penegasan dan penyangkalan, duniawi dan kesucian. Demikianlah apa yang diungkapkan olehnya adalah "Yang Demikian dari Buddha, " yang sama sekali bebas dari kekacauan pikiran.

Dalam bab tentang Yang-shan, kita temukan bahwa dia mempertahankan sikap yang sama atas praktek meditasi dan pembebasan darinya seperti juga halnya dengan Masternya, Kuei-shan. Dia menasehati siswa-siswa Ch'an pemula bahwa walaupun seseorang yang berkapasitas besar dan berintuisi mungkin akan menjadi cerah dalam seketika, mereka yang kurang berbakat haruslah puas dengan meditasinya dan suci dalam pikiran, yang kalau tidak pencarian atas pencerahan seketika akan membuat mereka sama sekali tersesat. Pada saat yang sama, dia juga memperingatkan mereka bahwa menetap dalam kekosongan juga merupakan tindakan yang jauh dari kebenaran. Dia khususnya menunjuk pada perbedaan hsin wei, "tingkat konsentrasi pada kehampaan," dengan jen wei, "tingkat kebebasan absolut." Pada tingkat konsentrasi pada kehampaan, seseorang masih terikat padanya dan takkan dapat membebaskan dirinya. Tapi saat seseorang telah mencapai tingkat kebebasan absolut, seseorang bebas dari kehampaan dan tanpa

3 Lihat catatan 12 di bawah.

Page 186: Ajaran Awal Buddhisme Ch'An

Ajaran Murni Ch’an Buddhis Ajaran Murni Ch’an Buddhis Ajaran Murni Ch’an Buddhis Ajaran Murni Ch’an Buddhis

170

kehampaan. Dalam Catatan Ketenangan (Records of Serenity), Kung-an 32, kedua tingkat ini dikomentari sebagai tahap-tahap pengolahan batiniah. Kita memilki suatu ilustrasi dalam Diagram Dua Belas Tahap Penggembalaan Kerbau (Diagrams of the Twelve Stages of Cow Herding) oleh Ch'ing- chü Hao-sheng.4 Pada diagram tahap ke enam, si pengarang berujar:

Saat tingkat konsentrasi pada kehampaan telah tercapai secara bertahap, seseorang akan merasakan dirinya bebas dari kekacauan pikiran. Walaupun membuat dirinya murni dan menolak ketidakmurnian, pikirannya sama sekali belum murni bagaikan sebilah pedang telah menebas lumpur dan tetap tak dapat dibersihkan.

Dalam diagram ini, kerbau tersebut terlihat masih ditarik oleh tali gembala. Pada tahap ini seseorang masih belum yakin atas pencapaianya: dengan demikian, kerbau tersebut digambarkan setengah putih dan setengah hitam. Dalam diagram tahap ke dua belas kita dapati komentar berikut:

Saat seseorang telah mencapai jen wei atau tingkat kebebasan abslout, dia sama sekali bebas. Pikirannya tak terikat dengan apa pun. Sama sekali tak ada laba atau rugi. Misteri ini merupakan jalan tanpa diferensiasi. Jika seseorang mencoba mengatakan bahkan satu patah kata pun, tentang pencapaiannya, dia akan salah tanggap.

Saat kita memahami dengan jelas perbedaan pencapaian dalam tingkat konsentrasi pada kehampaan dengan tingkat kebebasan absolut, kita dapat pahami bahwa "permainan pedang" sedemikian ditekankan dalam karya-karya para Master aliran Kuei-yang. Saat kita baca berbagai kung-an tentang permainan pedang dalam Kuei-shan, Yang-shan dan Hsiang-yen, kita akan dapat melihat potensi besar dalam tindakan. Inilah perwujudan tingkat kebebasan absolut sebagaimana terlihat nyata dalam bab-bab berikut.

4 Menurut Amalgamasi Sumber-Sumber Lima Lampu, Chüan 20, Master Ch'an K'uo-an Shih-yuan

dari Liang-shan menciptakan Empat Lukisan Penggembalaan Kerbau serta melampirkan komentar-komentarnya. Catatan Ssumber Cermin, kung-an 32 menyatakan bahwa Master Ch'an Ch'ing-chü Hao-sheng menggubah Diagram-Diagram Dua Belas Tahap Penggembalaan Kerbau dengan komentar terlampir atau "himne."

Page 187: Ajaran Awal Buddhisme Ch'An

171

KKKKUEIUEIUEIUEI----SHAN SHAN SHAN SHAN LLLLINGINGINGING----YYYYUUUU (771-853)

Tindakan Besar dan Kekuatan Besar (DARI TRANSMISI LAMPU, CHÜAN 9)

M aster Ch'an Kuei1-shan Ling-yu dari T'an-chou2 adalah penduduk asli

Ch'ang-ch'i di Fu-chou.3 Nama aslinya adalah Chao. Saat dia berumur lima belas tahun, dia meninggalkan orang tuanya dan menjadi pendeta. Di kuil Chien-shan di kota asalnya, dia menuntut ilmu dari master Vinaya Fa-Ch'ang setelah kepalanya dicukur. Kemudian dia ditasbihkan di Kuil Lung-hsing di Hang-chou4, di mana dia mengabdikan dirinya pada studi sûtra dan vinaya dari Mahayana dan Hinayãna. Pada umur dua puluh tiga dia bertualang ke Kiangsi untuk mengunjungi Master Po-chang Huai-hai. Begitu Sang Master melihat pengunjungnya ini beliau memberikannya izin untuk belajar di kuil tersebut dan setelah itu Kuei-shan menjadi siswa Po-chang yang terkemuka.

Suatu hari Kuei-shan sedang mengunjungi Master Po-chang yang bertanya padanya:

"Siapa anda?" "Saya Ling-yu." "Tolonglah congkel belanga apinya dan lihat apakah masih ada arang

bakar di dalamnya? "kata Po-chang.

1 Huruf Cina Kuei adalah bentuk singkatan fonetis dari ku dan wei, menurut kamus Cina yang

terbaru dan diedit dengan paling baik . Kamus ini diterbitkan perusahaan buku Chung Hua di Sanghai di tahun 1947. Kuei ditunjukkan sebagai singkatan yang sama dari kata-kata asli Cina tersebut oleh R.H. Matthews dalam kamus Cina-Inggrisnya, yang terkenal. Namun, baik dalam Kamus K'ang-hsi dan Kamus Chung Hua, yang digunakan secara luas oleh orang-orang Cina di zaman ini, pelafalan yang diberikan adalah chui, yang menyarankan singkatan fonetis dari chu dan wei. Kamus-kamus kuno, seperti Kuang yün oleh Lu Fa-yen (diselesaikan di tahun 601) dan Chi-yun oleh T'in Tu (diselesaikan di tahun 1039), mencatat pelafalan tersebut sebagai chu yang pastinya merupakan pelafalan umum sebelum Dinasti Sung.

2 Sekarang Chang sha, ibukota Propinsi Hunan. 3 Fuchou, sekarang ibukota Propinsi Fukien. 4 Hangchou, sekarang ibukota Propinsi Chekiang, di sebelah Danau Barat dan dekat Sungai Chien-

t'ang.

Page 188: Ajaran Awal Buddhisme Ch'An

Ajaran Murni Ch’an Buddhis Ajaran Murni Ch’an Buddhis Ajaran Murni Ch’an Buddhis Ajaran Murni Ch’an Buddhis

172

Kuei-shan menuruti perkataannya dan kemudian berkata, "Tak ada lagi arang bakarnya. "Master Po-chang bangkit dari tempat duduknya. Dengan mencongkel dalam ke belanga api, dia menarik keluar sepotong arang yang menyala yang ditunjukannya pada Kuei-shan sambil berkata, "Tidakkah ini arang yang membara? "

Mendengar ini, Kuei-shan menjadi cerah. Setelah itu dia membungkuk dalam dan memberitahukan Po-chang apa yang terjadi. Namun, Po-chang menjelaskan:

"Metode yang baru saya gunakan hanya untuk keadaan ini. Itu bukan pendekatan biasa. Sûtra berbunyi, "Untuk melihat sifat Buddha seseorang haruslah menunggu situasi dan kondisi yang tepat. Saat waktunya tiba, dia akan terbangun bagaikan dari impian. Seolah-olah mengingat kembali sesuatu yang telah lama dilupakan. Dia sadari bahwa apa yang dicapainya adalah miliknya. Dahulu seorang sesepuh pernah berkata, "Setelah pencerahan seseorang masih menjadi dirinya yang semula. Tak ada pikiran dan tak ada Dharma."5 Dia hanya bebas dari ketidaknyataan dan kekacauan pikiran. Pikiran manusia biasa adalah sama dengan pikiran para nabi karena Pikiran Asli itu sendiri sempurna dan lengkap. Saat anda telah mencapai pemahaman ini bertahanlah pada apa yang telah anda capai."

Pada saat itu, Dhûta6 Ssu-ma datang dari Hunan untuk mengunjungi Master Po-chang. Master bertanya jika memungkinkan baginya untuk pergi ke Gunung Kuei. Dhûta tersebut berkata bahwa Gunung Kuei terlalu curam, walau demikian seribu lima ratus siswa setia dapat berkumpul di sana. Tapi, Dhûta itu berkata lagi bahwa tempat itu tidak cocok dipakai berkhotbah oleh Master Po-chang. Master bertanya mengapa ia berkata demikian. Dhûta itu menjelaskan bahwa Master Po-chang adalah seorang kurus ceking yang berkebiasaan bertapa, sedangkan Kuei adalah gunung yang penuh dengan daging, kehangatan dan kenapsuan, dan lagi pula jika dia pergi ke sana, dia haruslah bersiap-siap untuk menerima lebih sedikit dari seribu siswa. Po-chang bertanya padanya jika dia pernah berpikir bahwa di antara siswanya ada yang cocok sebagai bhikkhu pemimpin di gunung tersebut. Dhûta Ssu-ma memberitahukan- nya bahwa dia ingin melihat siswanya satu per satu. Kemudian Po-chang mendatangkan bhikkhu kepala. Sang Dhûta memintanya terbatuk dalam sekali dan berjalan beberapa langkah dan setelah itu ia umumkan bahwa pendeta ini tidak cocok untuk jabatan tersebut. Po-chang minta didatangkan Ling-yu, yang menjabat pengawas usaha di kuil tersebut. Begitu dia melihatnya dia berujar, "Ini dia, kita dapatkan orang yang tepat untuk menjadi Master Gunung Kuei!"

Malam itu Po-chang memanggil Ling-Yu ke kamarnya sembari berkata padanya, "Gunung Kuei adalah tempat yang menakjubkan untuk 5 Dalam kesusasteraan Ch'an yang ada kita dapatkan baris-baris ini sebagai bagian dari gãthã oleh

Sesepuh Ke lima di India. Lihat Lampu, Chüan 1. 6 Seorang dhûta adalah seorang pendeta Buddhis petualang yang mengemis makanannya sebagai

bagian dari pemurnian napsu-napsu duniawinya.

Page 189: Ajaran Awal Buddhisme Ch'An

KueiKueiKueiKuei----Shan LingShan LingShan LingShan Ling----YuYuYuYu

173

mempraktekkan ajaran aliran kita serta mewariskan pencerahan pada generasi penerus kita."

Saat bhikkhu kepala, Hua-lin, mendengar keputusan ini dia mengeluh pada Po-chang, menunjuk dirinya sebagai bhikkhu kepala yang pantas untuk jabatan tersebut. Bagaimana bisa pula Ling-yu berhak ditunjuk sebagai bhikkhu pemimpin di Gunung Kuei? Po-chang berkata padanya:

"Jika anda dapat memberikan suatu tanggapan luar biasa di depan para hadirin, anda akan terima jabatan ini. "Po-chang kemudian menunjuk pada sebuah kendi dan berkata padanya, "Jangan sebut ini kendi. Apa sebaliknya, akan anda sebut?" Hua- lin jawab, "Itu tak dapat dinamakan alas pemotong kayu. "Master Po-chang tak menerima jawabannnya dan beralih pada Ling-yu untuk meminta jawabannya. Ling-yu menendang dan menjatuhkan kendi tersebut. Master Po-chang ketawa dan berkata, "Bhikkhu pemimpin kita telah kehilangan taruhan untuk Gunung Kuei. "Ling-yu selanjutnya diutus untuk menjabat kepala kuil Gunung Kuei.

Gunung Kuei dulunya adalah daerah yang tak terjelajahi. Karang-karangnya curam dan tajam dan tak seorang pun tinggal di sana. Hanya monyet-monyet yang dapat ditemukan di sini dan hanya kacang berangan pula yang dapat dimakan. Saat orang-orang di kaki gunung tersebut mendengar bahwa Master Ling-yu menetap di sana mereka pun bergotong-royong membangun suatu kuil untuknya. Melalui rekomendasi Gubenur LiChing-jang, kerajaan memberikan nama Tung-ching untuk kuil tersebut. Perdana Menteri Pei Hsiu sering datang mengunjungi Master untuk menanyakan arti Ch'an dan sejak saat itulah para pencari kebenaran dari segala penjuru mendatangi Gunung Kuei.

Suatu hari Master Kuei-shan Ling-yu muncul di hadapan para siswanya dan berkata:

"Pikiran seseorang yang telah memahami Ch'an adalah sederhana dan lurus tanpa bertele-tele. Ia tak di depan atau di belakang dan tanpa tipuan atau kekacauan. Setiap jam setiap harinya, apa yang dia dengar dan lihat hanyalah hal-hal dan tindakan biasa. Tak ada yang diputarbalikkan olehnya. Dia tak perlu menutup mata dan telinganya agar tak melekat pada duniawi. Di zaman dahulu banyak nabi menekankan kebodohan dan bahaya ketidaksucian. Saat kekacauan pikiran, pandangan-pandangan salah dan kebiasaan-kebiasaan pikiran buruk lainnya telah dihilangkan, pikiran akan sejelas dan setenang sungai musim gugur. Ia murni dan hening, tenang dan bebas dari kemelekatan. Oleh karena itu, dia yang menunjukkan pikiran yang demikian disebut penganut Ch'an, manusia yang bebas dari kemelekatan terhadap segala hal.

Pada suatu pertemuan, seorang pendeta bertanya apakah seseorang yang telah mencapai penerangan seketika masih memerlukan pengolahan diri. Master jawab, "Jika dia ingin menjadi benar-benar cerah, mencapai sifat aslinya dan menyadari dirinya, maka pertanyaan tentang pengolahan diri atau

Page 190: Ajaran Awal Buddhisme Ch'An

Ajaran Murni Ch’an Buddhis Ajaran Murni Ch’an Buddhis Ajaran Murni Ch’an Buddhis Ajaran Murni Ch’an Buddhis

174

tanpa pengolahan haruslah dikesampingkan. Melalui konsentrasi 7seorang siswa dapat mencapai pikiran tanpa pikir. Demikianlah dia tiba-tiba menjadi cerah dan menyadari sifat asasinya. Namun di dalamnya masih terdapat kekacauan pikiran yang mendasar,8 tanpa awal dan akhir, yang tak tersingkirkan sama sekali. Oleh karena itu, haruslah diajarkan penghapusan wujud karma, yang menyebabkan sisa-sisa kekacauan pikiran muncul ke permukaan. Inilah pengolahan. Tak ada lagi jalan lain menuju pengolahan diri. Saat seseorang mendengar Kebenaran, dia segera menembus ke dalam Realitas Akhir, kesadaran atas sesuatu yang mendalam dan ajaib. Sebaliknya, dalam dunia dewasa ini terdapat sejumlah teori yang memaparkan Buddhisme. Teori-teori ini dikemukana oleh mereka yang ingin memperoleh suatu kedudukan dalam kuil dan memakai jubah bhikkhu untuk membenarkan maksudnya. Namun realitas itu sendiri tak dapat dinodai oleh bahkan sebintik debu pun dan tak ada satu pun tindakan yang dapat menyelewengkan kebenaran. Jika pendekatan terhadap pencerahan bagaikan hunusan kilat pedang sakti ke pusat segala hal, maka baik keduniawian dan kesucian sama sekali akan tersingkirkan dan Realitas Absolut akan terungkapkan. Dengan demikian, Yang satu dan Yang banyak teridentifikasikan. Inilah Yang Demikian (suchness) dari Buddha."

Yang-shan bertanya, "Apa makna kedatangan Bodhidharma dari Barat?" Master jawab, "Sebuah lentera yang bagus dan besar." "Bukankah ia 'ini'?" "Suatu lentera yang bagus dan benar, "Yang-shan berkata. "Anda tidak benar-benar tahu." Suatu hari Master berkata pada para hadirin, "Terdapat banyak orang yang

mengalami saat yang menakjubkan ini, namun hanya sedikit yang dapat melakukan fungsi besar. "Yang-shan membawa pernyataan ini pada bhikkhu kepala di sebuah kuil di kaki gunung untuk menanyakan artinya. Bhikkhu kepala itu berkata, "Coba ulangi pertanyaanmu. "Saat Yang-shan mulai melakukannya, si bhikkhu kepala menendang dan menjatuhkannya. Saat Yang-shan kembali dan menceritakan hal ini pada sang Master, Kuei-shan tertawa terbahak-bahak.

7 Dalam Ta-chih-tu Lun kita dapati: "Pemula berkonsentrasai pada yuan chung (pusat-pusat

konsentrasi), seperti titik di antara kedua alis, titik pusat jidat ataupun ujung hidung." Kata yuan di sini berarti konsentrasi. Dalam penggunaan umum, kata ini bermakna penghentian. Ta-chih tu-Lun (Mahãprajñâpãramitopadeša) adalah suatu komentar seratus bab tentang Mahãprajñâpãramitã Sûtra, yang diperkirakan ditulis oleh Nagarjuna dan diterjemahkan oleh Kumãrajîva.

8 Vãsanã atau dorongan kebiasaan, dalam doktrin Ãlayavijñãna. Dalam Buddhisme Mahayana, kekacauan pikiran tersebut terbagi atas tiga: (1). aktif di masa ini, (2). lahiriah, (3). melalui dorongan kebiasaan. Seseorang dapat menghilangkan yang pertama dan kedua namun yang ketiga cenderung tetap ada. Mereka yang telah mencapai Srãvaka sajayaitu hanya sebagai pendengar takkan dapat melepaskan diri mereka darinya. Mereka yang telah mencapai Pratyaksa-Buddha atau penyampaian menengah, dapat melepaskan sebagian darinya. Namun hanyalah Buddha yang mampu melepaskannya sama sekali.

Page 191: Ajaran Awal Buddhisme Ch'An

KueiKueiKueiKuei----Shan LingShan LingShan LingShan Ling----YuYuYuYu

175

Master sedang duduk di ruangan Dharma saat bhikkhu bendahara kuil memukul "ikan kayu "("Wooden fish")9nya dan si tukang masak melemparkan jepitan api, bertepuk dan ketawa dengan keras. Master berkata, "Di kuil kita ini juga terdapat orang-orang seperti ini. Panggilkan mereka kemari biar saya tanyakan apa yang mereka kerjakan. "Si tukang masak menjelaskann, "Saya tidak makan bubur dan lapar. Jadi saya sangat gembira. "Master mengangguk-nganggukkan kepalanya.

Suatu kali saat semua pendeta sedang memetik daun teh, Master berkata pada Yang-shan, "Sepanjang hari saat kita sedang memetik daun teh saya mendengar suaramu, tapi saya tak melihat dirimu. Tunjukkan diri aslimu. "Setelah itu Yang-shan mengguncang-guncangkan sebuah pohon teh.

Master berkata, "Anda hanya telah mencapai fungsi, bukan substansi. "Yang-shan berujar, "Saya tak tahu bagaimana anda sendiri akan menjawab pertanyaan tersebut. "Master mendiam sejenak. Yang-shan berkomentar, "Anda, Master, hanya mencapai substansi, bukan fungsi." Master Kuei-shan menanggapinya," Saya bebaskan dirimu dari dua puluh pukulan!"

Saat Master menghadiri pertemuan, seorang pendeta melangkah ke depan dan berkata padanya, "Tolong Master, berikan kita Dharma. ""Tidakkah saya telah mengajarimu secara mendalam? " tanya sang Master dan si pendeta membungkuk.

Master memberitahukan Yang-shan, "Anda harus segera berbicara. Jangan memasuki alam ilusi."

Yang-shan jawab, "Keyakinanku dalam realitas bahkan belum kokoh." Master berkata, "Apakah anda telah miliki keyakinan dan belum mampu

membangunnya atau karena anda tak pernah berkeyakinan bahwa anda tak dapat membangunnya?"

Yang-shan berkata, "Apa yang saya percaya adalah Hui-chi. Mengapa perlu saya miliki kepercayaan terhadap orang lainnya lagi?"

Master jawab, "Jika demikian, anda setelah mencapai tingkat Arahat."10 Yang-shan menjawab, "Saya bahkan belum melihat sang Buddha." Master bertanya pada Yang-shan, "Dalam empat puluh jilid Nirvãna Sûtra,

berapa banyak kata yang diucapkan sang Buddha dan berapa banyak pula oleh setan-setan?"

Yang-shan jawab, "Itu semuanya kata-kata setan." Master Kuei-shan berkata, "Mulai sekarang, tak ada seorang pun yang

dapat melakukan apa pun padamu." Yang-shan berkata, "Saya Hui-chi, hanyalah melihat kebenaran dalam saat

ini. Bagaimana harus saya menerapkannya dalam tingkah laku sehari-hari?

9 Suatu balok kayu dengan isinya yang telah dikosongkan. Potongan kayu ini dipuukul dengan

suatu tongkat untuk mengumumukan waktu makan ataupun untuk mengikuti pembacaan sutra. Konon ia membuat pikiran para pendeta tetap terbangun bagaikan ikan dalam air yang selalu terjaga.

10 Seorang arahat adalah seorang manusia suci yang telah cerah, tipe orang suci yang tertinggi dalam Hinayana, seperti Bodhisatva dalam Mahãyãna.

Page 192: Ajaran Awal Buddhisme Ch'An

Ajaran Murni Ch’an Buddhis Ajaran Murni Ch’an Buddhis Ajaran Murni Ch’an Buddhis Ajaran Murni Ch’an Buddhis

176

"Master jawab, "Penting bagimu untuk melihat segalanya dengan benar. Saya tak membicarakan kelakuanmu sehari-hari."

Suatu kali Yang-shan, sedang mencuci bajunya. Saat ia mengangkatnya, ia bertanya pada Master, "Di saat ini, apa yang anda lakukan? "Master jawab, "Di saat ini, saya tak melakukan apa pun. "Yang-shan berkata, "Master! Anda miliki substansi tapi tak miliki fungsi. "Master diam sesaat, kemudian memunggut bajunya dan bertanya pada Yang-shan, "Di saat ini, apa yang sedang anda lakukan? "Yang-shan jawab, "Di saat ini, Master, apakah anda masih miliki 'ini'? "Master berkata, "Anda miliki fungsi, tapi tak miliki substansi."

Suatu hari Master tiba-tiba saja berkata pada Yang-shan, "Musim semi yang lalu, anda membuat pernyataan yang tak lengkap. Dapatkah anda melengkapinya sekarang? "Yang-shan jawab, "Di saat ini? Janganlah anda membuat patung tanah liat dengan seketika. "Master berkata, "Seorang tahanan meningkat dalam penilaian."

Suatu hari Master meminta didatangkan pengurus kuil. Setelah dia tiba, Master berkata, "Saya memanggil pengurus kuil. Mengapa pula anda yang datang? "Pengurus itu tak menjawab. Setelah itu Master mengutus seorang pesuruh untuk memanggil bhikkhu kepala. Saat si bhikkhu kepala muncul, Master berkata, "Saya memanggil bhikkhu kepala, mengapa pula anda yang datang? "Bhikkhu kepala itu juga tak menjawab.

Master menanyakan nama seorang pendeta yang baru tiba. Pendeta itu berkata, "Yüeh-lun (Bulan Purnama). "Master kemudian melukiskan suatu lingkaran di udara dengan tangannya. "Bagaimana anda dibandingkan dengan ini?” Dia bertanya. Pendeta itu jawab, "Master, jika anda bertanya padaku sedemikian rupa, banyak orang yang takkan setuju denganmu." Kemudian Master berkata, ”Bagi saya, inilah caraku. Apa caramu?” Si pendeta berkata, ”Anda boleh saja mengatakannya dengan caramu, tapi banyak orang yang takkan setuju denganmu.”

Master bertanya pada Yün-yen, "Saya telah mendengar bahwa anda telah lama bersama Master Yüeh-shan. Benarkah saya?” Yün-yen mengatakan ia benar dan Master melanjutkan, "Apa aspek yang paling menyolok dalam karakter Yüeh-shan? "Yun-yen jawab, "Nirvãna datang kemudian. "Master mendesak, "Apa yang anda maksudkan dengan Nirvãna datang kemudian?” Yün-yen jawab, "Percikan air menetes takkan dapat mencapainya. "Sebaliknya Yün-yen bertanya pada Master, "Apa ciri yang paling menyolok dalam karakter Po-chang? "Master jawab, "Beliau agung dan bermartabat, berseri-seri dan terang. Karakternya adalah yang tak bersuara sebelum suara dan tak berwarna setelah zat warnanya mengabur. Dia bagaikan seekor banteng besi. Nyamuk yang mendarat di kulitnya tak menemukan tempat duduk untuk menyengat."

Master akan menyerahkan kendi pada Yang-shan, yang mengulurkan tangannya untuk menerima. Namun tiba-tiba saja dia menarik kembali kendi tersebut sambil berkata, "Apa kendi ini? "Yang-shan jawab, "Apa yang telah anda temukan darinya, Master? "Master berkata, "Jika anda menantangku dengan cara ini, mengapa anda belajar bersamaku?” Yang-shan menjelaskan,

Page 193: Ajaran Awal Buddhisme Ch'An

KueiKueiKueiKuei----Shan LingShan LingShan LingShan Ling----YuYuYuYu

177

"Bahkan jika saya menantangmu, masih tugasku untuk membawakan sekendi air untukmu. "Maaster kemudian menyerahkan kendi itu padanya.

Pada suatu jalan-jalan sore bersama Yang-shan, Master menunjuk pada suatu pohon pinus dan bertanya, "Apa yang berada di depanmu? "Yang-shan jawab, "Tentang ini, itu hanyalah sebatang pohon pinus. "Master kemudian menunjuk pada seorang petani tua dan berkata, "Orang tua ini suatu hari nanti akan memiliki lima ratus siswa."

Master berkata pada Yang-shan, "Dari mana saja anda? "Yang-shan jawab, "Dari sawah. "Master berkata, "Apakah padi-padian itu sudah siap dipanen? "Yang-shan jawab, "Siap." Master bertanya, "Apa padi itu tampak hijau atau kuning atau tak hijau ataupun tak kuning? "Yang-shan jawab, "Master, apa yang berada di belakangmu? "Master berkata "Anda melihatnya?" Yang-shan memungut sebutir biji-bijian dan berkata, "Tidakkah Anda menanyakan ini? "Master jawab, "Ini mengikuti cara Raja Angsa memilih susu."11

Pada suatu musim dingin Master bertanya pada Yang-shan jika cuacanya yang dingin atau manusia yang merasakannya dingin. Yang-shan jawab, "Kita semuanya di sini!" "Mengapa tidak anda jawab langsung?” tanya Master. Kemudian Yang-shan berkata, ”jawabanku baru saja ini tak dapat dianggap tak langsung”. “Bagaimana dengan anda?" Master berkata, "Jika langsung, ia akan mengalir bersama arus."

Seorang pendeta datang membungkuk di depan Master yang membuat gerakan bangkit. Pendeta tersebut berkata, "Mohon, Master, jangan bangkit! "Master berkata, "Saya masih belum duduk." "Saya belum membungkuk, "balas si pendeta. Master jawab, "Mengapa anda bersikap lancang?" Pendeta itu tak menjawab.

Dua pengikut Ch'an datang dari perhimpunan Master Shih- shuang untuk mengunjungi Master Kuei-shan. Mereka mengeluh bahwa tak seorang pun di sini yang memahami Ch'an. Kemudian setiap orang di kuil itu diperintahkan untuk membawakan kayu bakar. Yang-shan bertemu dengan dua pengunjung saat mereka beristirahat. Dia memunggut sepotong kayu api dan bertanya, "Dapatkah anda memberikan pernyataan yang benar tentang ini." Keduanya tak menjawab. Yang-shan berkata, "Kalau begitu sebaiknya jangan anda katakan tak seorang pun disini yang memahami Ch'an. "Setelah balik kembali kedalam kuil, Yang-shan melaporkannya pada Master Kuei-shan, "Saya amati kedua pengikut Ch'an dari Shih-shuang di sini. “Master bertanya, "Di mana anda bertemu dengan mereka? "Yang-shan melaporkan pertemuan tersebut, setelah itu Master pun berkata, "Hui-chi sekarang diamati saya."

Saat Master berada di ranjang, Yang-shan datang berbicara padanya, tapi Master segera membalikkan wajahnya ke dinding. Yang-shan berkata, "Bagaimana bisa anda lakukan hal ini? "Master bangkit dan berkata, "Sesaat yang lalu saya bermimpi. Tidakkah ingin anda coba menafsirkannya untukku? "Setelah itu Yang-shan membawakan sebaskom air bagi Master untuk

11 Raja Angsa melambangkan Bodhisattva, yang meminum susu tetapi meninggalkan airnya dalam

bejana yang sama. Lihat Kamus Buddhisme Cina, hal. 460

Page 194: Ajaran Awal Buddhisme Ch'An

Ajaran Murni Ch’an Buddhis Ajaran Murni Ch’an Buddhis Ajaran Murni Ch’an Buddhis Ajaran Murni Ch’an Buddhis

178

menbasuh wajahnya. Sejenak kemudian Hsiang-yen juga muncul untuk berbicara dengan Master. Master ulangi, "Saya baru bermimpi. Yang-shan menafsirkannya. Sekarang giliranmu. "Hsiang-yen kemudian membawakan secangkir teh. Master berkata, "Pemahaman kalian berdua melebihi kemampuan Šãriputta."12

Suatu kali seorang pendeta berkata, "Jika seseorang tak dapat menjadi topi jerami di puncak Gunung Kuei, bagaimana dapat ia capai dusun yang bebas dari kerja paksa? Apa itu topi jerami Gunung Kuei? "Sehabis itu Master menginjak kakinya.

Master muncul di balai pertemuan dan berkata, "Setelah saya meninggal saya akan menjadi kerbau di kaki gunung. Disebelah sisi kiri dada kerbau tersebut akan tertulis lima huruf, Kuei-shan-Pendeta-Ling-yu. Di saat itu, anda dapat memanggilku pendeta Kuei-shan, tapi di saat yang sama saya akan menjadi kerbau. Saat anda memanggilku kerbau, saya juga adalah pendeta Kuei-shan. Apa namaku yang benar?"

Master menyiarkan ajaran Ch'an selama lebih dari empat puluh tahun. Banyak pengikutnya mencapai kesadaran diri dan empat puluh satu siswanya menembus kedalaman akhir dari ajarannya. Pada hari ke sembilan bulan pertama tahun ke tujuh [853] di masa pemerintahan Ta-chung dari dinasti T'ang, Master mencuci wajahnya dan berkumur. Setelah itu ia duduk dan meninggal sambil tersenyum. Kematiannya bertepatan pada tahun ke enam puluh empat pentabhisannya. Di saat itu, dia berumur delapan puluh tiga. Jenazahnya dimakamkan di Gunung Kuei, tempat ia mengajar. Gelar anumertanya, yang dianugerahkan Kerajaan, adalah Kesempurnaan Agung. Pagodanya dinamakan Kesucian dan Ketenangan.

12 Salah satu dari siswa Sang Buddha yang terbaik, yang dianggap paling bijak.

Page 195: Ajaran Awal Buddhisme Ch'An

179

YYYYANGANGANGANG----SHAN SHAN SHAN SHAN HHHHUIUIUIUI----CHICHICHICHI ( 814-890)

"Pendekar Pedang Ulung" ( DARI TRANSMISI LAMPU, CHÜAN 11)

Master Ch'an Yang-shan Hui-chi dari Yüan-chou1 adalah penduduk asli Huai-hua di Shao-chou.2 Nama keluarga asalnya adalah Yeh. Saat ia berumur lima belas dia ingin meninggalkan rumahnya untuk menjadi pendeta Buddhis, namun orang tuanya tak mengijinkannya. Dua tahun kemudian dia pun memotong dua jarinya, berlutut serta mempersembahkannya di hadapan kedua orang tuanya, untuk memohon izin mereka. Dia pun bersumpah untuk mencari Dharma yang benar sebagai ungkapan terima kasihnya pada kedua orang tuanya yang telah membesarkannya. Setelah itu dia pergi mengunjungi Master C'han T'ung dari kuil Nan-hua untuk dicukurkan kepalanya. Sebelum ia ditabhiskan, dia pun telah menjelajahi seluruh pelosok negerinya.

Pertama-tama ia kunjungi Tan-yüan, yang mana berkat bimbangannya, dia menjadi cerah dan memahami esensi C'han. Kemudian, saat dia datang mengunjungi Kuei-shan Ling-yu, pemahamannya menjadi dalam. Pada kedatangannya, Master Kuei-shan bertanya padanya:

"Apakah anda merupakan Mastermu sendiri atau bukan?" "Ya, saya adalah Master diriku sendiri." "Di mana Master anda?" Setelah itu Yang-shan berjalan pergi dari arah barat ruangan menuju ke

arah timur dan berdiri di sana. Kuei-shan segera mengenali bahwa dia adalah seorang manusia yang luar biasa dan segera memutuskan untuk mengajarinya. Saat Yang-shan bertanya, "Di mana tempat tinggal Buddha sejati? "Kuei-shan jawab:

"Bayangkan keajaiban tanpa pikiran dan telusuri kembali ketidakterbatasan cahaya jiwa. Saat pikiran telah kecapean dan kembali ke sumbernya, hakikat dan penampilan akan selalu menetap. Kenyataan dan kejadian tidak lagi terbedakan. Di dalamnya telah terdapat Buddha Tathatã yang sejati."

Mendengarnya Yang-shan tiba-tiba menjadi cerah dan setelah itu dia pun melayani Master Kuei-shan.

1 Sekarang I-ch'un, di sebelah barat Propinsi Kiangsi. Gunung Yang atau Yang- shan terletak di

sebelah selatan kota ini. 2 Sekarang Chü-chiang (Kükong), di sebelah utara Propinsi Kwangtung.

Page 196: Ajaran Awal Buddhisme Ch'An

Ajaran Murni Ch’an Buddhis Ajaran Murni Ch’an Buddhis Ajaran Murni Ch’an Buddhis Ajaran Murni Ch’an Buddhis

180

Kemudian Yang-shan pergi ke Chiang-ling3 dan ditabhiskan di sana. Dia pun berperan serta dalam ruangan pertemuan musim panas dan mengabdikan dirinya pada studi Vinaya-Pitaka.4 Setelah itu dia mengunjungi Yen-t'ou.5

Dalam wawancaranya dengan Yang-shan, Yen-t'ou mengangkat fu-tzûnya, yang ditanggapi Yang-shan dengan membentangkan kain duduknya. Kemudian Yen-t'ou mengangkat fu-tzû-nyalagi dan meletakkannya di balik punggungnya. Yang-shan melipat kain duduknya dan melemparkan ke pundaknya. Setelah itu, ia berlalu. Kemudian Yen-t'ou berkata padanya, "Saya tak setuju dengan gerakan meletakkan kain dudukmu tetapi saya benar-benar setuju jika anda membawanya pergi."6

Yang-shan bertanya pada Shih-shih,7 "Apa perbedaan antara Buddha dan Tao? "Shih-shih jawab, "Tao bagaikan tangan terbuka, Buddha bagaikan kepalan tergenggam. "Saat Yang-shan pergi, Shih-shih mengantarnya ke luar pintu dan memanggilnya, "Jangan pergi selamanya; saya mendoakan agar anda akan kembali lagi."

Wei-chou pergi ke Kuei-shan untuk memintakan padanya suatu gãthã. Dia diberitahukan, "Menyerahkan ajaran-ajaran ini padamu secara pribadi akan menandakan aku ini orang bodoh. Bagaimana dapat saya mengajarmu melalui tulisan? "Setelah itu Wei-chou pergi ke Yang-shan dan memintakan gãthã darinya. Yang-shan melukiskan suatu lingkaran pada secarik kertas sambil berujar, "Pengetahuan melalui pemikiran adalah pengetahuan jenis kedua; pengetahuan melalui tanpa pikiran adalah jenis ketiga."

Suatu hari Yang-shan pergi bersama Kuei-shan ke sawah untuk membantu pendeta-pendeta lainnya yang sedang mencangkul. Yang-shan bertanya, "Mengapa sisi ini demikian rendah sedangkan sisi lainnya begitu tinggi?"

Kuei-shan jawab, "Air dapat menaikkan segalanya; biarlah air menjadi pendereknya."

Yang-shan berkata, "Air tak dapat diandalkan, Master. Itu hanyalah tempat tinggi letaknya tinggi dan tempat rendah letaknya rendah.

Kuei-shan setuju. Seorang dermawan mengirimkan kain sutera pada Master Kuei-shan.

Yang-shan bertanya padanya, "Master, anda telah menerima hadiah besar. Apa 3 Suatu kota di sebelah utara Sungai Yang-tze di Propinsi Hupeh. 4 Vinaya-Pitaka adalah salah satu dari tiga divisi kitab suci Buddhis atau Tri Pitsaka. Kitab ini

mencakup displin Buddhis dan peraturan-peraturan kuil. 5 Yen-t'ou Ch'uan-huo(828-887). Lihat Lampu, Chüan 16. 6 Saat Yang shan meletakkan kain duduknya dan membentangkannya sebagai petanda hormat

pada Yen-t'ou, tindakannya menunjukkan bahwa ia masih belum bebas dari masternya. Membawa pergi kainnya, sebaliknya, mengungkapkan penyangkalan keterikatannya pada Master. Dalam isyarat pertama dia masih belum menjadi masternya sendiri, sehingga Yen-t'ou tak setuju. Dalam isyarat kedua Yen-t’ou menyetujui karena Yang-shan menunjukan bahwa ia telah menjadi masternya sendiri.

7 Shih-shih Shan-tao. Lihat Lampu, Chüan 14.

Page 197: Ajaran Awal Buddhisme Ch'An

YANGYANGYANGYANG----SHAN HUISHAN HUISHAN HUISHAN HUI----CHICHICHICHI

181

yang akan anda lakukan untuk mengembalikan kebaikannya? "Kuei-shan menunjuk padanya dengan memukul tempat duduknya.8 Yang-shan mengomentari, "Master! Bagaimana dapat gunakan barang-barang milik semua orang untuk dirimu?"

Kuei-shan tiba-tiba saja bertanya pada Yang-shan, "Darimana saja anda?' Yang-shan berkata, "Saya baru saja kembali dari sawah. "Kuei-shan melanjutkan, "Berapa banyak orang berada di sana? "Yang -Shan menancapkan cangkulnya ke tanah dan berdiri di sana. Kuei-shan berkata, "Hari ini di gunung selatan ada seseorang yang menuai lalang. "Yang-shan memunggut cangkulnya dan pergi.

Saat Yang-shan sedang menggembala lembu di Gunung Kuei, kepala biarawan berkata, "Di ujung seratus juta rambut, seratus singa mewujudkan dirinya. "Yang-shan tidak mengomentari pernyataan ini. Kemudian saat dia bersama Kuei-shan, kepala biarawan tersebut mendekati dan menyambut mereka. Yang-shan menunjuk pada pernyataannya yang semula. "Bukankah sesaat lalu anda yang mengatakan bahwa di ujung seratus juta rambut, seratus juta singa mewujudkan dirinya?” Kepala biarawan tersebut mengakuinya. Yang-shan berkata, "Saat singa-singa mewujudkan dirinya, apakah mereka berada di ujung rambut atau diakarnya?” Kepala biarawan tersebut menjawab, "Saat singa-singa mewujudkan dirinya, kita tak dapat mengatakan di ujung atau di akar. "Mendengar ini Yang-shan segera pergi. Kuei-shan berujar, "Sekarang singanya terbacok di tengah."

Kepala biarawan di kuil Kuei-shan mengangkat fu-tzû-nyadan berkata, "Jika ada seorang di antara kalian yang menjawab secara benar akan saya berikan ini padanya. "Yang-shan berkata, "Jika saya menjawab benar, akankah anda memberikannya padaku?” Kepala biarawan tersebut menjawab, "Apa yang anda perlukan adalah jawaban benar, nanti anda akan mendapatkannya. "Setelah itu Yang-shan meraih fu-tzû-nyatersebut dari tangan kepala biarawan dan pergi.

Suatu hari ketika hujan turun dengan derasnya, bhikkhu kepala berkata pada Yang-shan, "Itu hujan bagus, Guru Chi!"

Yang-shan menjawabnya, "Apanya yang bagus?" Bhikkhu kepala tersebut tak mampu menjawab. Yang-shan menawarkan jawabannya sendiri, "Saya mampu menjawab." Bhikkhu kepala tersebut mengajukan pertanyaan tersebut padanya dan

Yang-shan menunjuk pada hujan. Suatu kali saat Kuei-shan dan Yang-shan sedang berjalan bersama, seekor

gagak menjatuhkan sebijih buah ke semak merah di depan mereka. Setelah meraih dan membersihkannya, Yang-shan memberikannya pada Kuei-shan. Kuei-shanbertanya padanya, ”Darimana anda dapatkan buah ini?” Yang-shan menjawab, "Ini dianugerahkan padamu untuk inspirasi kebajikanmu. Kui-

8 Memukul tempat duduk dan tetap diam melambangkan pencerahan batiniah sang master. Jika

si penyokong telah siap menerimanya, itu akan merupakan hadiah balasan dari sang Master.

Page 198: Ajaran Awal Buddhisme Ch'An

Ajaran Murni Ch’an Buddhis Ajaran Murni Ch’an Buddhis Ajaran Murni Ch’an Buddhis Ajaran Murni Ch’an Buddhis

182

Shan berkata, "Usaha-usaha anda juga seharusnya tak sia-sia” dan dia memberikan separuh buah tersebut padanya.

Saat Yang-shan sedang mencuci bajunya, Master Tan-yüan datang padanya dan bertanya, "Apa yang sedang anda kerjakan saat ini?"

Yang-shan jawab, "Di mana dapat seseorang lihat di saat ini?" Yang-shan menetap di Gunung Kuei selama lebih kurang lima belas tahun.

Kata-katanya disanjung dan para siswa amat menghormatinya. Setelah ia menerima cap pikiran dari Master Kuei-shan, dia memimpin sekelompok siswa ke Gunung Wang-Ma. Kondisi-kondisi di sana ternyata tak sesuai dan kelompok tersebut kemudian berpindah ke Gunung Yang [Yang-shan]. Banyak pengikutnya berkumpul di dekatnya.

Master Yang-shan hadir di balai pertemuan dan memberitahukan para pendengar:

"Masing-masing kalian seharusnya mengalihkan cahaya lahiriah ke dalam dan melihat pada Diri. Jangan coba mengingat kata-kataku. Sejak masa lalu yang tak berawal, kalian telah berjalan dari cahaya diri kalian dan masuk ke dalam kegelapan. Terbukti bahwa pikiran salah telah mengakar dalam berakar dalam diri kalian dan sangat sulit menggalinya. Banyak cara telah digunakan untuk membuang diri kalian dari bayangan kasar, namun semua usaha ini bagaikan membujuk seorang anak dengan daun kering untuk menghentikan tangisannya. Apa gunanya? Tapi ajaranku bagaikan toko yang menawarkan segala jenis barang dagangan di samping emas dan batu giok. Barang dagangan itu dijual sesuai dengan permintaan. Saya ingin mengatakan bahwa Shih-t'ou memiliki toko yang hanya menjual emas murni. Dalam tokoku saya menjual segala jenis barang; Jika seseorang datang padaku untuk meminta kototran tikus, dia akan mendapatkannya, saat dia menginginkan emas murni, saya akan menyerahkan padanya."

Saat Master berhenti, berbicara seorang pendeta melangkah ke depan dan berkata, "Kalau kotoran tikus sih, saya tak mau. Mohon, Master, biarkanlah saya miliki emas murni."

Master berkata, "Seseorang yang menggigit ujung panah dan kemudian mencoba membuka mulutnya takkan pernah mengerti. "Pendeta itu diam.

Master tersebut melanjutkan, "Saat seorang lelaki berteriak "Obral! Obral! dia akan berbisnis, tapi jika dia tak mengobralkan barangnya, dia tak akan melakukan transaksi apa pun. Jika saya memaparkan Ch'an hanya dalam bentuk aslinya, tak seorang pun akan mampu berjalan bersamaku, apalagi kelompok yang beranggotakan lima atau tujuh ratus orang. Tapi jika saya berbicara tentang Ch'an dalam cara ini dan itu, orang-orang akan berjuang untuk mendapatkannya dan mengumpulkan kata-kata apa pun yang telah saya tinggalkan. Ini hanyalah bagaikan membodohi seorang anak dengan tangan kosong karena tak ada satu pun hal yang nyata di dalamnya. Walaupun saya beritahukan kalian di mana pencerahan itu berada, janganlah coba melokasikannya dengan pikiran sadarmu, tapi olahlah secara tulus ke dalam hakikat aslimu. Wawasan ke dalam kondisi kematian masa lalu, masa sekarang dan masa mendatang dan keajaiban yang mengikutinya tidaklah

Page 199: Ajaran Awal Buddhisme Ch'An

YANGYANGYANGYANG----SHAN HUISHAN HUISHAN HUISHAN HUI----CHICHICHICHI

183

perlu sama sekali karena ini hanyalah produk tambahan dari realitas. Apa yang diperlukan sekarang adalah menyadari pikiran dan mencapai sumber segalanya. Jangan perdulikan apa pun lagi. Berusahalah hanya menuju ke sumber. Nanti kalian akan menyadari kebenaran itu sendiri. Jika kalian belum mencapai Sumber, walaupun kalian paksakan diri untuk mempelajarinya, kalian takkan pernah mencapainya. Sudahkah kalian dengar apa yang dikatakan Master Kuei-shan?" “Saat keduniawian dan kesucian terhapuskan, Realitas Absolut akan terungkapkan. Dengan demikian Yang Tunggal dan Yang Jamak adalah sama. Inilah tathatã Sang Buddha."

Seorang pendeta bertanya, "Apa tanda yang menonjol dari seseorang sesepuh? "Master menggunakan tangannya untuk melukiskan suatu lingkaran di udara dan kemudian menulis huruf fu (Buddha) di dalamnya. Pendeta itu tak berkomentar.

Master tersebut bertanya pada kepala pendeta, "Apa saatnya ketika seseorang tak berpikir baik atau buruk? "Pendeta itu menjawab, "Hidupku bergantung pada saat itulah "Master melanjutkan, "Mengapa anda tak jawab pertanyaanku? "Kepala pendeta tersebut jawab, "Di saat itu, kita takkan melihatmu, Master! "Master berkata, "Anda takkan mampu berhasil memajukan ajaran C'han saya."9

Master Yang-shan kembali ke Kuei-shan untuk mengunjunginya, yang bertanya padanya, "Anda sekarang disebut orang bijak. Bagaimana anda membedakan di antara siswa-siswa yang datang padamu dari jauh? Bagaimana dapat anda beritahukan jika mereka telah mempelajari ajaran guru mereka dan apakah mereka adalah orang C'han atau dari aliran lainnya? Dapatkah anda beritahukan saya hal ini?” Master jawab, "Hui-chi (yaitu dirinya) memiliki cara-cara mengujinya. Saat saya mewawancarai para pengikut yang datang padaku dari berbagai bagian dunia, saya mengangkat fu-tzûku dan bertanya pada mereka, “Di dalam kuilku apakah anda berbicara tentang "ini "(yaitu Ch'an)?" Sebagai tambahan, saya bertanya, "Untuk "ini", apa yang akan dikatakan Master-Master tuamu? "Kuei-shan menyahut, "Anda memiliki ‘gigi dan cakar' yang digunakan Master-Master Ch'an awal! "Dia kemudian bertanya lebih lanjut, "Terhadap semua makhluk hidup di jagad raya ini, kesadaran semula tak nampak dan tak terpahami . Bagaimana dapat anda tahu bahwa hal yang demikian ada? "Master jawab, "Hui-chi memiliki suatu cara untuk menunjukkannya. "Kepada sesorang pendeta yang kebetulan berlalu di saat mereka berbincang-bincang, sang Master menyahut, "Pak! "Pendeta tersebut menanggapinya dengan memalingkan kepalanya. Dan Yang-shan berkata pada Kuei-shan, "Inilah kesadaran semula yang tak

9 Jawaban Bhikkhu pemimpin tersebut masih berada dalam tingkat intelektual. Dia mencoba dua

kali untuk menjelaskan secara lisan apa yang diketahuinya tentang Ch'an daripada mengungkapkan pengalaman batiniahnya secara langsung. Ini mnunjukkan bahwa ia masih belum memahami ajaran Master Yang-shan.

Page 200: Ajaran Awal Buddhisme Ch'An

Ajaran Murni Ch’an Buddhis Ajaran Murni Ch’an Buddhis Ajaran Murni Ch’an Buddhis Ajaran Murni Ch’an Buddhis

184

nampak dan tak terpahami. "Kuei-shan memujinya: "Ini bagaikan setetes susu singa menghambur dan meninggalkan susu keledai!"10

Perdana Menteri Cheng Yü bertanya, "Bagaimana jadinya saat seseorang memasuki Nirvãna tanpa meninggalkan napsunya? "Master mengangkat fu-tzûnya. Perdana Menteri berkata, "Tak perlu menggunakan kata ‘masuk’.” Master berkata, “Kata 'masuk' bukan untuk Yang Mulia."

Master bertanya pada seorang pendeta dari mana ia berasal. Pendeta itu jawab, "Dari Yu-chou."11

Master berkata, "Saya hanya mengharapkan kabar dari Yu-chou. Berapa harga beras di sana?' Pendeta menjawab, "Saat saya datang dari sana, tak terduga-duga lewati pusat perbelanjaannya. Saya melangkah ke jembatan dan merusaknya. "Master diam-diam setuju.

Melihat seorang pendeta datang padanya, Master mengangkat fu-tzû-nya. Pendeta berkata "Ho! "Master berkata, "Mengatakan "Ho" bukanlah kekosongan. Beritahukan saya di mana letak kesalahanku. "Pendeta berkata, "Master, janganlah anda tergantung pada cara obyektif untuk mengemukakan kebenaran pada orang-orang. "Master segera memukulnya.

Master bertanya pada Hsiang-yen,12 "Apa yang telah anda lihat akhir-akhir ini, saudara pendeta?"

Hsiang-Yen jawab, "Saya tak dapat memberitahukan anda" Tapi dia menggubah suatu gãthã:

Miskinku tahun lalu bukan miskin sungguhan. Tahun ini daku sungguh serba kurang. Dalam miskinku tahun lalu, gerek penusuk masih berlaku. Dalam miskinku tahun ini gerek pun hilang tak menentu.

Master berkata, "Anda miliki Ch'an Tathagãthã, tapi anda tak miliki Ch'an para Sesepuh."

Kuei-shan membungkus sepotong cermin dan mengirimnya pada Yang-shan yang menerimanya dengan mengangkat cermin tersebut di depan para hadirin dan berkata:

"Marilah kita berkata tentang ini! Apakah ini cermin Kuei-shan atau cermin Yang-shan? Jika ada di antara kalian yang dapat memberikan jawaban yang tepat, cermin ini takkan kupecahkan. "Tak seorang pun mampu menjawab sehingga cermin itu dipecahkan.

Master bertanya pada saudara pendetanya Shuang-fêng apa yang telah dipelajarinya akhir-akhir ini. Shuang-fêng jawab, "Menurut apa yang telah kupahami, takkan ada kebenaran tunggal yang dapat dianggap memadai.

10 Susu singa melambangkan pikiran bodhi yang sedemikian kuat sehingga ia dapat terbebas dari

kekacauan pikiran dan napsu. Pujian Kuei-shan menunjukkan bahwa Yang-shan telah memiliki pikiran bodhi.

11 Sekarang Cho-hsien, di pusat Propinsi Hopeh. 12 Hsiang-yen Chih-hsien, yang terjemahan ajarannya datang menyusul setelah bab ini. Hsiang-yen

dan Yang-shan merupakan dua siswa terkemuka dari Kuei- shan Ling-yu.

Page 201: Ajaran Awal Buddhisme Ch'An

YANGYANGYANGYANG----SHAN HUISHAN HUISHAN HUISHAN HUI----CHICHICHICHI

185

"Master jawab, "Pemahaman anda masih terbatas pada kondisi obyektif. "Shuang-fêng melanjutkan: "Bagi saya, itu hanyalah apa adanya saya. Bagaimana dengan anda? "Master berkata, "Bagaimana bisa anda tak tahu bahwa tak ada kebenaran tunggal yang memadai? "Saat Kuei-shan mendengarkannya, dia berkomentar, "Sepatah kata Hui-chi membuat orang-orang di dunia menjadi ragu."

Seorang pendeta bertanya, "Apakah dharmakãya (esensi dari segala makhluk) juga tahu cara memaparkan ajaran Buddha? "Master jawab, "Saya tak dapat menjawabmu tapi ada seseorang lagi yang mampu. "Master bertanya: "Di mana orang yang mampu menjawab ini? "Master mendorong bantalnya ke depan. Saat Kuei-shan mendengarnya, ia berujar, "Hui-chi sedang bermain pedang."

Saat Master sedang duduk dengan matanya tertutup, seorang pendeta datang kepadanya dan diam-diam berdiri di dekatnya. Setelah membuka matanya, Master melukiskan suatu lingkaran dan kemudian menulis kata "air "di dalamnya. Dia melihat pada sipendeta dan tak berujar sepatah kata pun.

Saat Sang Master sedang berjalan-jalan dengan membawa tongkat seorang pendeta datang kepadanya dan bertanya "Darimana anda dapatkan ini? "Master memutar tongkatnya dan menyembunyikannya di balik punggungnya. Pendeta tersebut diam seribu bahasa.

Suatu kali Master tersebut bertanya pada seorang pendeta apa yang dia ketahui di samping agama Buddha. Pendeta tersebut mengatakan bahwa dia memahami teknik-teknik ramalan dari The Book of Ch'anges (I-ching). Master tersebut mengangkat fu-tzû-nya dan bertanya, "Yang mana di antara ke enam puluh heksagram13 adalah yang ini? "Pendeta tersebut tak mampu menjawab. Master menjawab untuknya., "Adalah Lei-t'ien Ta-chung (potensi besar guntur dan kilat) dan sekarang ia berubah ke dalam Ti-ho Ming-i (pemusnahan api bumi).”

Master menanyakan nama seorang pendeta. Pendeta tersebut jawab, "Ling t'ung (penembusan jiwa). "Master berkata, "Sekarang silahkan masuk ke lampion. "Pendeta tersebut jawab, "Saya telah memasukinya."

Seorang pendeta membicarakan hal berikut pada Master: "Orang-orang tua selalu berkata bahwa saat seseorang melihat bentuk ia menemukan pikiran dan bahwa tempat duduk meditasi adalah suatu bentuk obyekif. Tolong tunjukkan padaku pikiran yang di luar bentuk. "Master berkata, "Di mana tempat duduk meditasi? "Tolong tunjukkan padaku. "Pendeta tersebut tak menjawab.

13 I Ching atau Buku Perubahan (Book of Changes) adalah suatu primbon ramalan yang terkenal.

Masing-masing enam puluh empat heksagram dijelaskan dengan kombinasi dua trigram. Karya ini diterjemahkan ke dalam bahasa Jerman oleh Richard Wilhelm dan kemudian ke dalam bahasa Inggris oleh Cary F.Baynes, dengan prakarta oleh Carl G. Jung, untuk penerbitan tahun 1950 oleh Bollingen Foundation.

Page 202: Ajaran Awal Buddhisme Ch'An

Ajaran Murni Ch’an Buddhis Ajaran Murni Ch’an Buddhis Ajaran Murni Ch’an Buddhis Ajaran Murni Ch’an Buddhis

186

Seorang pendeta bertanya, "Siapakah guru vairocanna (hakiki ilahi)? "Master berteriak, "Ho! "Pendeta tersebut bertanya, "Siapakah gurumu? "Master menjawab, "Janganlah bertindak kasar."

Saat Master sedang berbicara pada seorang pendet,a ada pihak ketiga yang berkata, "Dia yang berbicara adalah Mañsjusri, dia yang diam adalah Vimalakirti. "Master berkata, "Apakah anda orang yang tak diam atau pun yang tak berbicara? "Pendeta tersebut mendiam. Master berkata, "Mengapa tidak anda tunjukkan padaku kekuatan batin anda? "Pendeta tersebut jawab, "Jika saya tunjukkan kekuatanku, saya takut anda akan menggolongkan diriku dalam suatu aliran yang lain dari Ch'an. "Master berkata, "Dari apa yang saya lihat atas latar belakangmu, anda tak memilliki pemahaman tentang Ch'an."

Suatu pertanyaan diajukan: "Berapa besarnya jarak antara surga dan neraka?” Master menggunakan tongkatnya untuk melukis suatu garis di atas tanah.

Ketika Master sedang menetap di Kuil Kuan Yin, dia menggantungkan suatu pemberitahuan bahwa saat dia sedang membaca sûtra, tak seorang pun boleh bertanya padanya. Selanjutnya datang seorang pendeta mengunjungi sang Master dan melihat beliau lagi membaca sûtra. Jadi dia pun berdiri di sisi Master untuk menunggunya. Master meletakkan sûtranya dan bertanya padanya, "Apakah anda ngerti? "Pendeta tersebut berkata, "Saya tak baca sûtra. Bagaimana bisa saya ngerti? "Master jawab, "Nanti juga kan anda paham."

Seorang pendeta bertanya, "Aliran Ch'an mengajarkan teori pencerahan seketika. Bagaimana seseorang mencapai pencerahan seketika?"

Master jawab, "Untuk mencapai pencerahan seketika amatlah susah. Jika seorang siswa Ch'an yang berkemampuan besar dan amat intuitif, dia akan mampu memahami seribu hal dalam sekejap dan menjadi cerah secara sempurna. Namun, manusia dengan kapasitas demikian jaranglah dapat ditemukan. Oleh karena itu, orang-orang bijak dahulu berkata bahwa mereka yang kurang berbakat haruslah puas dengan meditasi dan menyucikan pikiran mereka, karena jika mereka berusaha mencapai pencerahan seketika, mereka akan tersesat sama sekali.

Pendeta tersebut melanjutkan: "Di samping ini, apakah ada cara lainnya dengan mana anda dapat membantuku untuk menjadi cerah?"

Master berujar, "Menanyakan ada atau tidak ada jalan lainnya untuk mencapai pencerahan akan menganggu pikiranmu. Boleh saya tanya dari mana anda berasal?'

Pendeta itu berkata, "Yu-chou." Master bertanya, "Apakah anda masih memikirkan tempat tersebut?" Pendeta itu jawab, "Ya, selalu." Master bertanya, "Di tempat itu terdapat banyak orang dan kuda baik di

gedung-gedung maupun di taman-taman. Saat anda mengingatnya, apakah anda masih mengingat berapa banyaknya?"

Pendeta tersebut jawab, "Saat saya mengingatnya, saya tak melihat apa pun."

Page 203: Ajaran Awal Buddhisme Ch'An

YANGYANGYANGYANG----SHAN HUISHAN HUISHAN HUISHAN HUI----CHICHICHICHI

187

Master jawab, "Apa yang anda pahami masih dibatasi oleh kondisi-kondisi obyektif. Jika anda ingin mencapai tingkat konsentrasi pada kekosongan saja, inilah jawabannya. Namun jika anda inginkan pembebasan absolut, ini bukanlah jawaban yang tepat.14 Pemahaman anda atas pengalaman masih berada dalam tahap permulaan Ch'an. Nanti anda akan mendapatkan suatu tempat di kuil ini dan memakai jubah. Dan perhatikanlah apa yang akan datang padamu."

Pendeta tersebut membungkuk dalam dan pergi. Master pertama-tama menetap di Gunung Yang dan kemudian berpindah

ke Kuil Kuan-Yin. Di dalam hubungannya dengan dunia luar dan pengajarannya, dia pun menetapkan model aliran Ch'an bagi siswa-siswanya. Beberapa tahun sebelum ia wafat, ia meramalkan kematiannya dalam gãthã berikut:

Umurku, genap tujuh puluh tujuh. Bahkan sekarang saya sedang melayu Bangkit dan turun Biarlah alam menelusuri jalannya. Di dalam kedua lenganku saya memegang lututku yang berlipat.

Master memasuki Nirvãna di Gunung Tung-ping di Shao- chou. Beliau berumur tujuh puluh tujuh, dan sebagaimana ia katakan dalam gãthãnya dan ia pun meninggal dunia dengan memeluk kedua lututnya yang berlipat. Kerajaan menganugerahkannya gelar anumerta Master Agung Penetrasi Kebijaksanaan dan pagodanya dinamakan ‘Cahaya Mendalam’. Kemudian pagodaanya dipindahkan ke Gunung Yang.

14 Lihat pendahuluan bagian II, "Persatuan Universalitas dan Partikularitas, "

Page 204: Ajaran Awal Buddhisme Ch'An
Page 205: Ajaran Awal Buddhisme Ch'An

189

HHHHSIANGSIANGSIANGSIANG----YEN YEN YEN YEN CCCCHIHHIHHIHHIH----HHHHSIENSIENSIENSIEN

Cerah Dalam Satu Pukulan (DARI TRANSMISI LAMPU, CHÜAN 11)

Master Ch'an Hsiang-yen Chih-hsien1 dari Têng-chou2 adalah penduduk asli Tsing-chou.3 Setelah merasa bosan dengan kehidupan biasa dengan keluarganya, dia pun meninggalkan rumah orang tuanya dan mengunjungi pusat-pusat studi Buddhis untuk mempelajari Ch'an. Dia kemudian menetap di kuil Ch'an di Gunung Kuei. Master Kuei-shan Ling-yu mengenali kemampuannya untuk menjadi seorang tokoh Buddhis terkemuka dan berusaha mencerahkannya.

Suatu hari Kuei-shan berkata pada Hsiang-yen, "Saya tidak ingin bertanya apa yang telah anda pahami dari studi anda atau apa yang anda ingat dari sûtra dan šãstra. Cukup beritahukan saya dalam sepatah kata apa keberadaan aslimu sebelum anda dilahirkan orang tuamu dan sebelum anda mampu membedakan segalanya. Saya ingin mendaftarkan anda sebagai siswaku. "Hsiang-yen tak tahu bagaimana harus menjawabnya. Setelah ia berpikir sejenak, ia pun mengucapkan beberapa kata dalam usahanya mengungkapkan idenya, namun semua yang dikatakannya ditolak Kuei-shan. Hsiang-yen kemudian memohon Kuei-shan untuk memberitahukannya jawaban yang benar. Master Kuei-shan jawab, "Apa pun yang saya katakan sesuai dengan apa yang saya lihat. Ia takkan bermanfaat bagi pemahamanmu."

Hsiang-yen kecewa dan balik ke ruangan pendeta di mana ia mengulangi semua catatannya tapi ia tak menemukan apa pun sebagai jawaban yang tepat. Akhirnya dia pun menyahut, "Tak ada kelaparan yang dapat dipuaskan dengan gambar makanan yang dilukiskan di atas kertas! "Setelah itu dia membakar semua catatannya dan berkata pada dirinya, "Dalam hidup ini saya takkan lagi mempelajari Buddhisme. Saya akan jadi pendeta tunswisma sederhana yang akan bertualang di jalan. Saya tak akan menyiksa pikiranku

1 Tanggal kelahiran dan kematian Hsiang-yen tak diketahui. Namun periode hidupnya kira-kira

dapat diperoleh dari fakta tentang dirinya sebagai siswa Kuei-shan (771-853) dan adik dharma dari Yang-shan (814-890). Dengan demikian dia pasti hidup di abad ke sembilan. Sebelum 847 Pangeran Kuang belajar di bawah asuhannya.

2 Sekarang Tenghsien, dekat perbatasan selatan Propinsi Honan. 3 Sekarang Lin-tzu, di pusat Propinsi Shantung.

Page 206: Ajaran Awal Buddhisme Ch'An

Ajaran Murni Ch’an Buddhis Ajaran Murni Ch’an Buddhis Ajaran Murni Ch’an Buddhis Ajaran Murni Ch’an Buddhis

190

lagi dengan studi-studi ini." Kemudian ia menangis dan berpamitan pada Master Kuei-shan.

Saat dia tiba di kuburan Guru Negara Nan-Yang Hui-chung,4 dia membangun suatu gubuk di sekitarnya dan menetap di sana. Suatu hari saat dia sedang mencabuti rumput, sepotong batu terlempar olehnya. Batu ini memukul sebatang pohon bambu. Suara yang dihasilkannya membuat ia tiba-tiba meledak ketawa dan tanpa diharapkan sama sekali membuka pikirannya pada tingkat pencerahan. Dia balik ke gubuknya, membersihkan diri serta meletakkan kembali perkakasnya ke tempat semula. Kemudian ia pun membungkuk ke arah tempat tinggal Kuei-shan dan berseru, "Master! Kebaikan anda bahkan melebihi kebaikan yang ditunjukkan kedua orang tuaku. Jika pada hari itu anda berterus terang padaku, bagaimana ini mungkin bisa terjadi? "Kemudian ia pun menggubah satu gãthã:

Dengan satu pukulan, semua pengetahuan lama terlupakan. Tak diperlukan olah batin untuk ini. Kejadian ini mengungkapkan jalan tua Dan bebas dari jalur ketenangan Tak ada jejak tertinggal di mana pun. Apa pun yang saya dengar dan lihat tidaklah mengikuti aturan. Semua yang cerah. Menyatakannya sebagai tindakan terbesar.

Master Hsiang-yen muncul di tengah para hadirin dan berkata, "Tao dicapai dengan kebangkitan rohani seseorang; ia tidaklah tergantung pada kata. Lihatlah pada yang tak terlihat dan tak terbatas. Di mana lagi 'kan kalian temukan perhentian? Bagaimana dapat kalian mencapainya dengan usaha pemikiran? Ia hanyalah cerminan penerangan dan itulah keseluruhan tugas kalian sehari-hari. Hanya mereka yang tak tahu akan pergi ke arah yang berlawanan."

Seorang pendeta bertanya, "Apa itu dunia pikiran Hsiang-yen?" Master jawab, "Tumbuh-tumbuhan dan pohon-pohon tidaklah banyak." Pendeta tersebut kemudian bertanya, "Apa itu saindhava?"5 Master mengetuk tempat duduknya sendiri dan berkata, "Datanglah ke sisi

ini!" Pendeta tersebut bertanya lagi, "Apa yang sedang belajar di saat ini?" Master membalikkan kipasnya dan menunjukkannya pada ia sambil

berkata, "Apakah anda melihat ini? "Pendeta tersebut tak menjawab. Seorang pendeta bertanya, "Apa itu ‘santapan kehidupan yang benar’?"6

4 Nan-yang Hui-chung (677-744) adalah salah seorang siswa terkemuka dari Sesepuh Ke enam,

Hui Nêng. Dia menetap di Lembah Tang-tzu dari Gunung P'o-yai di Nan-yang selama lebih dari empat puluh tahun dan juga dimakamkan di sana setelah ia wafat.

5 Saindhava berarti empat keperluan seorang bhikkhu petualang: garam, cangkir, air, kuda.

Page 207: Ajaran Awal Buddhisme Ch'An

HSIANG YEN CHIH HSIENHSIANG YEN CHIH HSIENHSIANG YEN CHIH HSIENHSIANG YEN CHIH HSIEN

191

Master bertindak seolah-olah sedang memungut makanan dengan jarinya. Ditanya, "Apa itu kekuatan dalam yang tak berwujud yang diterima dengan

perintah pada saat pentabhisan?"7 Master jawab, "Saya akan memberitahukanmu saat anda kembali menjadi

umat biasa." Seorang pendeta bertanya, "Apa itu tunggal yang dapat membawa kita

bersama ke dunia di luar indriya?" Master jawab, "Itu seperti diriku sebelum saya menjadi bhikkhu Hsiang-

yen. Dapatkah anda katakan di mana saya di saat itu?" Pendeta berkata, "Saya tak berani mengatakan di mana anda saat itu." Master jawab, "Pikiran anda persis seperti pikiran seorang ilusionis, penuh

dengan napsu." Seorang pendeta bertanya, "apa yang terjadi saat para nabi tak lagi

dikagumi dan jiwa seseorang tidak lagi dianggap penting?" Master jawab, "Semua fungsi berhenti dan tak seorang pun yang cerah

dihargai. "Di saat itu Shu-shan8 yang tengah berada di sana, mengeluh, ”Ucapan apa ini?" Master bertanya siapa yang baru saja berbicara dan jawaban yang datang dari para hadirin adalah, "Shu-shan. "Master berkata padanya, "Anda tak setuju dengan apa yang saya katakan beberapa saat yang lalu?"

"Itu benar, pak!" "Dapatkah anda mengatakan sesuatu yang lebih berhubungan dengan

kebenaran?" "Ya, dapat." "Cobalah sekarang." "Jika anda ingin saya memberitahukanmu, anda haruslah membungkuk

padaku seperti halnya kepada seorang guru. "Master segera bangkit dari tempat duduknya dan membungkuk pada Shu-shan. Dia ulangi pertanyaannya dan Shu-shan menjawab, "Mengapa tidak anda katakan bahwa anda tak dapat menghargai para sesepuh dan juga menghormati jiwamu sendiri?'

Master jawab, "Walaupun anda memiliki pemahaman tertentu, anda akan sakit dan menderita selama tiga puluh tahun.

Saat anda tinggal di hutan di pegunungan, anda akan kekurangan kayu bakar. Saat anda tinggal di tepi sungai anda akan kekurangan air minum. Ingat ini!"

Kemudian saat Shu-shan menjalani kehidupan kuil, segalanya tepat seperti apa yang telah diramalkan Master. Dia sembuh dari penyakitnya, setelah menderita dua puluh tujuh tahun. dia berkata pada dirinya, "Apa yang diramalkan Hsiang-yen tentang tiga puluh tahun penderitaanku memang

6 Mendapatkan uang untuk mempertahankan hidup seseorang tidaklah dianggap keadaan yang

bebas dari keinginan; mengemis makanan menunjukkan kemurnian pikiran.. Inilah ‘santapan untuk hidup yang tepat’ menurut Buddhisme.

7 Avjñapti aila dalam Sanskrit. 8 Shu-shan K'uang-jen. Lihat Lampu, Chüan 17.

Page 208: Ajaran Awal Buddhisme Ch'An

Ajaran Murni Ch’an Buddhis Ajaran Murni Ch’an Buddhis Ajaran Murni Ch’an Buddhis Ajaran Murni Ch’an Buddhis

192

benar. Saya hanya mampu menghindar tiga tahun saja. "Kemudian kapan pun dia makan, dia akan menyisihkan beberapa biji beras dari mangkuknya untuk mengingatkan dirinya apa yang telah dikatakan Hsiang-yen.

Seorang pendeta bertanya, "Apa itu sepatah kata sebelum terucapkan?" Master jawab, "Itu sama dengan saat anda mengajukan pertanyaan

tersebut." Seorang pendeta berkata, "Apa itu pendekatan langsung menuju ke

Sumber dengan mana Sang Buddha akan memberikan stempel persetujuannya?"

Mendengar ini, Master melemparkan tongkatnya dan berjalan keluar dengan tangan kosong.

Seorang pendeta bertanya, "Apa ajaran umum agama Buddha?" Master jawab, "Kabut datang di awal tahun ini, jadi kita tak mendapatkan

panen gandum yang baik." Seorang pendeta bertanya, "Apa arti kedatangan Bodhidharma dari Barat?' Master memasukkan tangannya ke dalam jubahnya, menariknya keluar

lagi dalam bentuk tinju, yang dibukanya bagaikan menunjukkan sesuatu pada si penanya. Pendeta tersebut berlutut dan menjulurkan kedua tangannya seolah-olah menerima sesuatu. Master bertanya padanya, "Apa ini? "Si pendeta tak menjawab.

Seorang pendeta bertanya, "Apa itu Tao?" Master menjawab, "Seekor naga sedang berdendang di hutan kering." Pendeta melanjutkan, "Saya tak memahami kalimat ini." Master berkata, "Mata di dalam tengkorak." Seorang pendeta memohon, "Tolong katakan sesuatu di luar empat pilihan

dan seratus sangkalan." Master jawab, "Janganlah berbicara pada pemburu ahli tentang apa yang

dilarang oleh Buddha." Suatu hari Master berkata pada para hadirin sebagai berikut: “Bayangkan

seorang lelaki sedang menggantung dirinya dari ketinggian seribu kaki. Di sana ia bertahan pada akar cabang suatu pohon dengan giginya. Kedua tangan atau kakinya tak mendukungnya. Sekarang marilah kita bayangkan seseorang datang padanya dan bertanya, "Apa arti kedatangan Sesepuh Pertama dari Barat? "Jika orang ini coba menjawab, ia pasti akan jatuh dan membunuh dirinya, tapi jika dia tak menjawab, akan dikatakan dia mengabaikan penanyanya.”

“Apa yang harus ia lakukan?" Pendeta Chao melangkah maju dari para hadirin dan berkata, "Janganlah

kita diskusikan lelaki yang tergantung dari pohon, tetapi tepatnya saat sebelum ia tergantung di sana." Master tersenyum namun tak menjawab.

Master menanyakan asal seorang pendeta . Jawabannya adalah Kuei-shan. Master tanyakan pernyataan apa yang dibuat Kuei-shan baru-baru ini. Pendeta itu jawab bahwa seorang pendeta lainnya telah bertanya pada Masternya tentang arti kedatangan Sesepuh Pertama dari Barat dan Master Kuei-shan mengangkat fu-tzû-nya sebagai tenggapan beliau. Saat Master Hsiang-yen

Page 209: Ajaran Awal Buddhisme Ch'An

HSIANG YEN CHIH HSIENHSIANG YEN CHIH HSIENHSIANG YEN CHIH HSIENHSIANG YEN CHIH HSIEN

193

mendengarnya, dia bertanya apa yang dipahami siswa Kuei-shan atas isyaratnya itu. Saudara-saudara sedharmanya setuju, kata sipendeta, bahwa maksudnya pikiran yang cerah melalui materi dan realitas terungkapkan dalam segala hal. Master berkata, "Pemahaman mereka cukup benar sejauh itu. Namun apa baiknya mereka begitu berhasrat untuk berkutak-katik dengan segala teori? "Pendeta itu menanyakannya bagaimana ia akan menjelaskan isyarat tersebut. Master mengangkat fu-tzû-nyalagi.

Di saat apa pun Master mengajari siswa-siswanya, kata-katanya tak berbelit dan sederhana. Dia tinggalkan lebih dari dua ratus gãthã dan himne, karangan yang merupakan pencerminan spontan atas situasi yang terjadi, dengan tanpa irama dan rima. Kesemuanya amat dikagumi di seluruh penjuru negeri China. Setelah wafat,ia dianugerahkan gelar anumerta Master Agung Sinar Kelanjutan.

Page 210: Ajaran Awal Buddhisme Ch'An
Page 211: Ajaran Awal Buddhisme Ch'An

195

Bagian VIBagian VIBagian VIBagian VI

Pendahuluan Enam Gejala dan Kesunyataan FA-YEN WÊN-I (885-958) “Yang satu mendapatkannya, Yang lain kehilangan” YUNG-MING YEN-SHOU (904-975) “Dari Rahim Lembu Lahir Seekor Gajah”

Page 212: Ajaran Awal Buddhisme Ch'An
Page 213: Ajaran Awal Buddhisme Ch'An

197

Enam Gejala Dan Kesunyataan.

Salah satu dari kelima aliran Buddhisme Ch’an di Cina adalah aliran Fa-yen, yang mengikuti gelar anumerta Master Wên-i dari Kuil Ch’ing-liang di Chin-ling. Aliran ini didirikan pada abad kesepuluh dan merupakan yang terakhir dari kelima aliran tersebut. Chin-ling di saat itu merupakan ibukota Nan t’ang, yang mana raja ketiganya bergelar Chiang-nan Kuo-chu atau Penguasa Kerajaan Yangtze selatan. Chin-ling sekarang dinamakan Nanking dan merupakan pusat kebudayaan dan politik terpenting di Cina barat dan Tenggara. Master Fa-yen memiliki sejumlah siswa, di mana khotbah empat puluh tiga di antaranya tercatat dalam Lampu. Salah seorang siswanya yang terkemuka, T’ien-t’ai Te-chao, merupakan penasehat negara dari kerajaan Wu-yüeh dan seorang siswanya yang bukan orang Cina, Tao-fen Hui-chu, merupakan Penasehat Negara Sila, bagian dari negara Korea di zaman ini.

Siswa Master Fa-yen paling terkenal, tiga generasi setelah beliau, adalah Yung-ming Yen-shou, sarjana Buddhisme terkemuka yang menyusun Ts’’ung-ching Lu atau Catatan Cermin Sumber. Saat kita pelajari sejarah aliran Fa-yen, akan nampak bagi kita bahwa setelah Yung-ming Yen-shou, transmisi lambat laun menjadi tak jelas. Namun bukan sama sekali tak berdasar untuk mengasumsikan bahwa penggunaan latihan aliran Tanah Murni (Pure Land) oleh para Buddhis Ch’an telah menjadi sumber kepunahan aliran Fa-yen sendiri atau bahkan Buddhisme Ch’an di Cina. Untuk menelusuri kecenderungan pengkaburan perlahan ini, kita telah terjemahkan tulisan Yung-ming Yen-shou di sini.

Dalam aliran Lin-chi kita temukan prinsip-prinsip filsafat dasar ssu liao chien atau Empat Proses Pembebasan dari subyektifitas dan obyektifitas dan dalam aliran Ts’ao-tung kita juga temukan prinsip dasar wu wei p’ien cheng, Lima Hubungan Antara Partikularitas dan Universalitas yang diajarkan oleh Tung-shan Liang-chieh. Dalam puisi berikut Fa-yen memaparkan “arti enam gejala menurut aliran Hua-yen”:1

Diajarkan Hua-yen makna enam gejala sebagai berikut:

Dalam identitas masih terdapat perbedaan. Menerima perbedaan tersebut akan berbeda dari identitas: Itu berarti memahami secara keliru makna semua Buddha. Semua Buddha lebih jauh mengajarkan universalitas dan partikularitas.

1 Lihat Catatan Dialog Master Ch'an Wên-i dari Kuil Ch'ing-liang dalam Taishò shinshù daizòkyò,

Jilid 47, hal. 591.

Page 214: Ajaran Awal Buddhisme Ch'An

Ajaran Murni Ch’an Buddhis Ajaran Murni Ch’an Buddhis Ajaran Murni Ch’an Buddhis Ajaran Murni Ch’an Buddhis

198

Adalah tanpa identitas atau perbedaan. Saat seseorang memasuki dunia universalitas. Yang berlawanan terabaikan. Mengabaikan pertentangan berarti menghilangkan nama. Demikianlah cukup jelas bahwa semua bentuk bebas dari realitas dan penampilan.

Dalam diskusinya, tidak terlihat bahwa Fa-yen memiliki minat khusus dalam struktur metafisik aliran Hua-yen namun beliau sangatlah tertarik menggali kembali doktrin hubungan dasar antara realitas dan penampilan atau satu dan banyak. Pemahaman ini akan membawa kebebasan dari dikotomi yang demikian.

Saat Yung-ming Tao-chien mengunjungi Master Fa-yen, Master bertanya padanya, “Di samping meditasi, sutra apa yang anda pelajari?” Tao-chien jawab, “Saya baca sutra Hua-yen.” Setelah diskusi singkat Tao-chien tidaklah tahu apa yang harus dijawab. Setelah itu Master berkata bahwa Tao-chien dapat mengajukan pertanyaan yang sama dan dia akan menjawabnya. Tao-chien bertanya , “Apakah Kesunyataan mengandung enam gejala?” Master segera menanggapi, “Sunyata.” Tao-chien menjadi cerah dan melompat kegirangan. Setelah dia membungkuk untuk menyatakan rasa terima kasihnya yang terdalam, Master bertanya padanya, “Bagaimana anda menjadi cerah?” Tao-chien ulangi, “Sunyata.”

Jawaban Master, “Sunyata”, walaupun hanya mengulangi kata yang digunakan Tao-chien mampu menembus secara langsung ke pusat keberadaan siswanya. Tak memungkinkan lagi pencarian intelektual yang lebih lanjut; sebaliknya vitalitas kerohaninya memecahkan kerangka kesadarannya dan dia pun menjadi cerah. Banyak contoh sejenis lainnya dapat ditemukan dalam ajaran Fa-yen. Sebagai contoh dia pernah meminta Hsiu- shan Chu, untuk menafsirkan pepatah tua, “pemisahan jauh sebesar bumi dan langit.” Hsiu-shan Chu jawab, “Perbedaan kecil, akan membuat pemisahan yang jauh sebesar bumi dan langit.” Master Fa-yen berkomentar , “Jika ini merupakan pemahaman anda, bagaimana anda dapat memahaminya?” Hsiu-shan Chu memintanya untuk memberikan penafsirannya sendiri. Master Fa-yen segera ulangi, “ Perbedaan kecil akan membuat pemisahan sebesar langit dan bumi.” Perulangan Master sama sekali tidak mengandung arti intelektual; itu semata-mata hanya berfungsi sebagai kunci pembuka gembok. Perulangan Hsiu-shan Chu yang pertama atas pernyataan Master jugalah penting. Jawaban ini menghentikan kegiatan pencarian intelektual, yang membangkitkan vitalitas rohani dari si siswa tulus tersebut. Perulangan sang Master mendobrak dinding kesadaran dan dengan demikian membuka pikiran si siswa.

Terdapat ilustrasi terkenal lainnya tentang pemakaian perulangan Fa-yen untuk mencerahkan siswanya. Hsuan-tsê memberitahu Master Fa-yen bahwa saat ia bersama gurunya yang pertama, dia mempelajari bahwa untuk mencapai kebuddhaan seakan-akan seperti Ping-ting T’ung-tzu meminta api. Dia jelaskan bahwa Ping-ting T’ung-tzu adalah dewa api; permintaan api oleh dewa ini bagaikan diri seseorang yang telah menjadi Buddha masih mencari

Page 215: Ajaran Awal Buddhisme Ch'An

Enam Gejala Dan KesunyaEnam Gejala Dan KesunyaEnam Gejala Dan KesunyaEnam Gejala Dan Kesunyataan.taan.taan.taan.

199

KeBuddhaan. Fa-yen berujar bahwa pemahamannya sama sekali salah. Hsuan-tse sangat tersinggung dan meninggalkan kuil. Namun saat ia kembali pada sang Master dan meminta pernyataan lainnya, ia amat terkejut oleh tanggapan sang Master Ping-ting T’ung-tzu meminta api.” Pernyataan ini segera membuat Hsuan-tse menjadi cerah.

Metode perulangan selalu dipergunakan master-master Ch’an di kemudian hari. Dalam Catatan Menunjuk Pada Bulan (Records of the pointing at the Moon), Chüan 25, dijelaskan tentang pencerahan Ts’ui-yen K’e-chên, yang merupakan siswa master besar abad ke sebelas Tz’u-ming. Ts’ui-yen amat membanggakannya. Suatu kali saat dia sedang melewatkan musim panas, dia merasa ingin mendiskusikan Ch’an dengan seorang kawan, yang menyadari bahwa pemahaman Ts’ui-yen belum mendalam. Oleh karena itu sang kawan tersebut memunggut sepotong genteng pecah dan meletakkannya di atas sepotong batu sambil berkata, “Jika anda dapat menyatakan sepatah kata tentang hal ini yang dapat menuju Ch’an, anda akan benar-benar menjadi siswa Tz’u-ming.” Ts’ui-yen mengamati genteng dan batu tersebut dari berbagai sisi untuk mencari jawabannya. Kawannya memaki dia dengan kasar,” Hentikanlah kesengajaan! Anda kehabisan waktu untuk memberikan jawaban yang benar. Ini membuktikan bahwa anda masih terbenam dalam ilusi dan bahkan belum pernah bermimpi tentang apa itu Ch’an.” Ts’ui-yen merasa malu dan segera kembali pada Master Tz’u-ming, yang memarahinya dengan keras sembari berkata bahwa di dalam mempelajari Ch’an seorang siswa tidaklah boleh pergi ke tengah-tengah musim panas. Ts’ui-yen memberitahu sang Master mengapa dia datang kembali padanya. Ts’u ming segera bertanya padanya, “Apa makna yang terpenting dari Buddhisme?” Terhadap pertanyaan ini Ts’ui-yen jawab, “Tak ada awan meliputi puncak gunung, namun bulan melemparkan dirinya di antara ombak-ombak.” Ts’ui ming menatapnya dengan marah dan berteriak, “Tak dapat saya bayangkan seorang yang berpengalaman seperti anda memiliki pandangan yang demikian! Kapan anda berharap memahami makna Ch’an? Ts’ui-ming amat terkejut dan memohon master untuk memberitahukannya. Ts’ui-ming berkata padanya, “Ajukanlah pertanyaanmu!” Setelah itu Ts’ui-yen mengulangi pertanyaannya. Master Tz’u-ming berkata dengan suara membahana, “Tak ada awam meliputi puncak gunung, namun bulan melemparkan dirinya di antara awan-awan.” Mendengar ini, Ts’ui-yen seketika menjadi cerah. Pencerahannya terjadi melalui perulangan oleh masternya atas jawaban yang telah diberikannya sendiri.

Di antara kung-an Fa-yen yang terkenal, yang di bawah ini boleh dikatakan mengungkapkan esensi Buddhisme Ch’an. Suatu kali sebelum makan, saat semua pendeta berkumpul mendengarkan instruksi, Master menunjuk pada tirai bambu dan dua pendeta pun pergi menariknya ke atas. Master berujar, “Yang satu mendapatkannya, yang lain kehilangan.” Komentator Tung- ch’an Ch’i mengatakannya sebagai berikut:

Beberapa orang akan mengatakan bahwa tak satu pun pendeta ini memahami apa yang dimaksudkan sang Master, namun mereka hanya pergi

Page 216: Ajaran Awal Buddhisme Ch'An

Ajaran Murni Ch’an Buddhis Ajaran Murni Ch’an Buddhis Ajaran Murni Ch’an Buddhis Ajaran Murni Ch’an Buddhis

200

menaikkan tirai. Yang lain akan berkata bahwa yang satu mendapatkan ide master—dia mengerti maksudnya sedangkan yang satunya lagi tidak —ia tak paham. Apakah anda kira penafsiran ini benar? Anda tahu bahwa kita tak mungkin dapat menafsirkan kung-an dengan cara itu. Jika demikian apakah anda memahami kung-an tersebut?

Dalam Catatan Keheningan T’ien-lung Chen-chie menulis:

Pohon pinus lurus selalu; Semak berduri selalu berbengkok. Kaki bangau cukup panjang; Kaki bebek pendek adanya. Jadi benarlah para bijak dulu: Mereka tak perduli dengan keberhasilan atau kegagalan.

Wang-sung mengomentari bahwa dalam puisi ini T’ien- tung telah menujuk pada kita bahwa secara alamiah kaki bangau dianggap sebagai sesuatu yang berlebihan dan kaki bebek pendek. “Panjang” tak dapat dianggap berlebihan ataupun “pendek” kekurangan sesuatu. Oleh karena itu untuk memperpanjang yang pendek atau memperpendek yang panjang hanyalah akan menyebabkan kegalauan hati. Ini sama benarnya dengan kegiatan manusia. Yang bertentangan atau gejala alamiah. Berhasil dan gagal, putih dan hitam, kehidupan dan kematian adalah produk alami dari kegiatan manusia dan kita haruslah menerima apa adanya. Saat kita pahami hal ini, kita melampaui dikotomi dan bebas darinya. Sepanjang kita terperagngkap dalam suatu dikotomi, kita takkan menjadi cerah. Oleh karena itu penting kiranya bagi kita untuk berhati-hati agar tak terperangkap sehingga kehilangan tujuan diri sejati kita. Demikianlah Master Fa-yen mengingatkan siswa-siswanya.” Anda harus memahami saat absolut dan perhatikan apa yang datang padamu. Kehilangan momentum dan kesempatan adalah penghamburan waktu dalam menganggap secara salah apa yang berwujud sebagai yang tak berwujud.

Untuk membuka pikiran siswanya, Fa-yen selalu menggunakan negasi seketika yang mencabut akar intelektual dari suatu pertanyaan dan membuangnya. Sebagai contoh, saat Fa-yen ditanya, “Apa prinsip pertama?” dia jawab, “Jika saya memberitahukanmu, ia akan menjadi prinsip kedua.” Pada kesempatan lainnya, dia ditanya, “Apa kata yang tak mendua itu? Jawabannya adalah, “Bagaimana mungkin anda menambahkannya lagi?” Karena begitu seseorang mengatakannya, ia telah mendua. Mencabuti akal intelektual akan membawa kita pada jawaban yang benar dan membuka pikiran.

Fa-yen juga menggunakan pendekatan berlawanan seperti yang diajarkan oleh Sesepuh Keenam, Hui-nêng. Sebagai contoh, saat “keberadaan” dipertanyakan, jawabannya harus bukan keberadaan atau sebaliknya. Ini membawa pada pencerahan melalui Jalan Tengah. Suatu kali saat Fa-yen ditanya, “Apa itu bulan?” Jawabannya adalah, “Jari.” Saat ia ditanya, “Apa itu jari?” Jawabannya, “Bulan.” Saat pertanyaannya berhubungan dengan dharmakàya, jawabannya adalah nirmanakàya. Namun, ini bukanlah

Page 217: Ajaran Awal Buddhisme Ch'An

Enam Gejala Dan KesunyaEnam Gejala Dan KesunyaEnam Gejala Dan KesunyaEnam Gejala Dan Kesunyataan.taan.taan.taan.

201

permainan intelektual, melainkan digunakan sebagai bendungan untuk menghentikan arus kehidupan, memaksanya kembali mencari tahap-tahap yang lebih dalam dalam dirinya. Bagi seorang siswa tekun yang mencari kebenaran siang dan malam, bendungan yang sedemikian dapat menjadi faktor yang menentukan dalam membelokkan gelombang pencariannya hingga menuju kedalaman keberadaannya yang paling jauh, dan selanjutnya membawanya menuju pencerahan.

Yung-min Yen-shou adalah penerus generasi ketiga dari aliran Fa-yen. Kita temukan beberapa ajaran Ch’an-nya tercatat dalam Lampu yang mirip dengan ajaran Fa-yen Wên-i, pendiri aliran ini. Saat kita menyimak aliran Fa-yen, kita temukan bahwa dia akan mencabut segala akal intelektual sipenanya melalui pertentangan, negasi dan perlawanan. Saat kita baca bab tentang Yung-ming, kita sadari bahwa beliau juga menerapkan pendekatan ini. Seorang pendeta pernah datang pada Master Yung-ming dan bertanya mengapa dia masih belum memahami inti ajaran Yung-ming sementara ia telah sekian lama tinggal di dalam kuil.”

“Anda harus pahami apa yang tak harus dipahami,” jawab Master. “Bagaimana dapat saya pahami apa yang tak harus dipahami?” desak si

pendeta. “Dari rahim lembu, lahir seekor gajah; di tengah laut biru, debu merah

terhembus naik,” jawab Master. Dalam ilustrasi dibawah ini terdapat suatu pernyataan Yung-ming yang

amat mendekati apa yang dikatakan oleh Fa-yen mengenai dua pendeta yang menaikkan tirai. Dalam Catatan Menunjuk pada Bulan, Chüan 25, dikatakan: “Dua pendeta datang mengunjungi Master [Yung ming]. Master bertanya pada si pengunjung pertama, “Pernahkah anda datang kemari sebelumnya?” Jawabnya, “Ya, saya pernah.” Kemudian Master bertanya pada si pendeta kedua apakah dia pernah datang sebelumnya. Si pendeta menjawab tidak pernah. Kemudian Master berujar: “Seseorang mendapatkannya, yang lain kehilangan”. Dalam kegiatan manusia, baik menaikan tirai atau mencari kebenaran dari seorang master, semua nilai adalah relatif. Apa yang diajarkan Fa-yen dan Yung-ming adalah suatu pemahaman akan kedalaman pertentangan-pertentangan. Melalui pemahaman ini seseorang akan melampaui dikotomi dan selanjutnya bebas dari keterikatan terhadap segala hal.

Saat kita mempelajari ajaran Yün-mên Wên-yen kita akan mempelajari bahwa cepat dan mendadak adalah dua sifat yang menandai gayanya. Dia tak memberikan kesempatan bagi si penanyanya untuk berpikir dan segera memotong kekacauan dan kebingungannya. Kasus berikut menunjukkan di dalam perbandingannya dengan metode Fa-yen, gaya Yün-mên lebih efektif.

Dalam bab tentang Master Ch’an Fêng-hsien Shen dari Chin-ling di dalam Catatan Menunjuk pada Bulan, Chüan 21, dikatakan bahwa suatu hari, Fêng-hsien pergi dengan pendeta lainnya, Ming, untuk mengunjungi Master Fa-yen. Pengunjung-pengunjung ini adalah siswa Yün-mên. Mereka maju dan bertanya:

Page 218: Ajaran Awal Buddhisme Ch'An

Ajaran Murni Ch’an Buddhis Ajaran Murni Ch’an Buddhis Ajaran Murni Ch’an Buddhis Ajaran Murni Ch’an Buddhis

202

“Kita telah mendengar bahwa anda, Master pernah berkata, terdapat tiga pembagian eksistensi materi (rupa). Apakah ini benar atau tidak?”

“Ya, benar, “jawab Master Fa-yen. “Burung elang terbang melintasi Sila,” sahut para pengunjung dan setelah

berkata mereka pun segera balik kembali pada kelompoknya. Sang Raja, yang kebetulan juga hadir di saat itu, tidaklah menyetujui

pernyatan yang dibuat kedua pengunjung Yün-mên itu. Oleh karena itu, dia pun mengundang mereka berdebat Ch’an dengan Master Fa-yen dalam kesempatan lainnya. Pada hari berikutnya, suatu jamuan teh dipersiapkan. Setelah teh panas disuguhkan, suatu kotak yang penuh dengan sutera dan sebilah pedang dibawa keluar. Raja umumkan seandainya para pengunjung menyanyakan jawaban yang tepat tentang Ch’an, mereka akan dapatkan sutera sebagai hadiahnya. Jika tidak, mereka hanya akan dapatkan pedang. Saat Fa-yen turun dari kursi dharmanya, Fêng-hsien maju ke depan dan berkata:

“Hari ini sang Raja memberikan kita kesempatan untuk menanyakan anda suatu pertanyaan. Setujukah anda, pak?” “Ya, saya setuju,” jawab Fa-yen.

“Burung elang terbang melintasi Sila,” ujar pengunjung dari Yün-mên. Begitu dia membuat pernyataan ini, dia pun membawa kotak sutera

tersebut dan kembali ke kelompok para pendeta. Saat kelompok pendeta tersebut mulai berpencar, Fa-têng (selanjutnya menjadi penerus Fa-yen di Kuil Ch’ing-liang), pendeta yang bertugas pada hari itu, memukul lonceng dan memanggil kembali kedua pengunjung tersebut. Dia bertanya pada mereka:

“Saya dengar bawah kalian berdua datang dari Master Yun-Mên. Dapatkah anda berikan kita kung-an khusus untuk didiskusikan?” Fêng-hsien berkata, “Orang-orang tua dahulu berkata, ‘Anak elang putih meluncur ke sawah sawah tepat seperti seribu serpihan salju. Burung kepodang emas hinggap di atas pohon tepat seperti ranting penuh kuntum.’ Bagaimana anda tafsirkan ini?” Sebelum Fa-têng sempat berkomentar, si pengunjung memukul kursi dharma sekali dan kembali bergabung dengan kelompok tersebut.

Cerita ini melukiskan perbedaan metode pengajaran Master Ch’an Fa-yen dan Yun-Mên. Kita dapat mengingat dialog dimana saat Tung-shan Shou-ch’u pertama kalinya mengunjungi Master Yun-Mên. Apa yang dikatakan Tung-shan adalah fakta-fakta yang benar adanya namun semuanya itu ada dalam tingkat relatif dan bukan “kata-kata hidup,” sebagaimana dikatakan Tung-shan pada dirinya sendiri di kemudian hari. Di sini, jawaban Fa-yen dan usaha Fa-teng untuk mengomentari bukanlah prinsip ajaran Yun-Mên; oleh karena itu pengunjung dari Yun-Mên tersebut tidak menerimanya.

Marilah kita melihat kembali diskusi kita tentang Yung-ming. Dari bab Yung-ming dalam Lampu kita ketahui bahwa Master membaca Sutra Teratai (Lotus Sùtra) ribuan kali banyaknya. dia mencari pencerahan terutama melalui nien-fu atau membaca nama Buddha, suatu praktek aliran Tanah Murni (Pure Land School). Yung-ming berkata, “Mereka, sembilan dari sepuluh orang, yang mengabdikan diri mereka pada Ch’an dan mengabaikan

Page 219: Ajaran Awal Buddhisme Ch'An

Enam Gejala Dan KesunyaEnam Gejala Dan KesunyaEnam Gejala Dan KesunyaEnam Gejala Dan Kesunyataan.taan.taan.taan.

203

Tanah Murni akan gagal mencapai pencerahan; namun mereka yang mengabdikan diri pada praktek Tanah Murni, tanpa ada kecualinya, akan mendapatkan pencerahan. Mereka yang melatih Ch’an dan Tanah Murni pada saat yang sama adalah yang terbaik; mereka bagaikan harimau bertanduk.” Setelah Yung-ming, banyak master-master Ch’an lainnya yang mengikuti ide bahwa para siswa harus melatih Tanah Murni untuk menumbuhkan “tanduk.” Ini menyebabkan ketidaksinambungan aliran Fa-yen dan akhirnya kelenyapan Ch’an Buddhisme di Cina. Nien-fu dalam Tanah Murni dan kung- an dalam Ch’an, masing-masing memberikan sumbangannya untuk mencapai pencerahan, namun saat keduanya dipraktekkan sekaligus, hasilnya agak mengecewakan, seperti yang ditunjukkan oleh siswa Yung-min. Seperti yang tercatat dalam Lampu Yung-ming hanya menelurkan dua siswa, yang sama sekali tidak menyumbang khobtah apa pun. Setelah itu, tak seorang pun disinggung sebagai penerus Master Besar Yung-ming Yen-shou, yang ajarannya sedemikian luas dikenal orang. Barangkali ribuan orang akan mendapatkan manfaat dengan membaca nama Buddha, namun tak ada seorang pun meninggalkan sepatah kata untuk memperkaya ajaran Ch’an. Tanduk-tanduk telah membinasakan si harimau! Tentu ini bukanlah apa yang dimaksudkan oleh Master Yung-ming.

Page 220: Ajaran Awal Buddhisme Ch'An
Page 221: Ajaran Awal Buddhisme Ch'An

205

FFFFAAAA----YEN YEN YEN YEN WWWWEEEENNNN----IIII (885-958)

Yang Satu Mendapatkan, Yang Lain Kehilangan” (DARI TRANSMISI LAMPU, CHÜAN 24)

Master Ch’an Wên-i dari Kuil Ch’ing-liang di Sheng-chou1 adalah seorang penduduk asli Yu-hang.2 Dia berasal dari keluarga yang bermarga Lu. Saat ia berumur tujuh tahun, rambutnya dicukur dan dengan resmi ia menjadi siswa Master Ch’an Ch’üan-wêi, dari Kuil Chih-t’ung di Hsin-ting. Pada umur dua puluh, dia ditahsbihkan di Kuil K’ai-yuan di Yüeh-chou.3 Pada saat itu master Vinaya Hsi-chio sedang memaparkan ajaran sang Buddha di Kuil Yü-wang di Mei-shan Ming-chou.4 Wen-i pergi ke sana untuk mendengarkan ceramahnya dan menyelidiki kedalaman makna ajaran Sang Buddha. Pada saat yang sama, dia juga mempelajari kitab-kitab klasik Konfusius dan berteman dengan para sarjana dan sastrawan. Master Hsi-chio menghargai Wen-i sebagaimana Kong Hu Cu menghargai Tzu-yu dan Tzu-hsia.5

Namun, saat tiba-tiba timbul dorongan dalam dirinya untuk mencari kebenaran Ch’an, Wen-i segera meninggalkan segala pencariannya dan sebaliknya membawa tongkatnya untuk berkelana ke selatan. Saat dia tiba di Fu-chou,6 dia bergabung dengan kelompok Ch’ang-ch’ing Hui-leng.7 Walau pikirannya belum terbebas dari pencarian, banyak orang menghormatinya.

1 Sekarang kota Nanking di Propinsi Kiangsu, dulunya dinamakan Chin-ling. (Ching-ling digunakan

dalam Jilid ini.) 2 Suatu kota dekat Hangchow di sebelah utara Propinsi Chekiang. 3 Sekarang Shao-hsing di sebelah utara Propinsi Chekiang. 4 Suatu kota di sebelah timur Yin-hsien, (dulunya dinamakan Ning-po), di sebelah barat laut

Propinsi Chekiang. 5 Tzu-hsia adalah nama “halus” dari Pu-shang dan Tzu-yu nama “halus” Yen-yen. Keduanya

adalah siswa Kong Hu Chu yang amat terpelajar dalam kesusasteraan. 6 Fu chou, ibukota Propinsi Fukien. 7 Ch'ang-ch'ing Hui-leng (854-932) adalah seorang siswa Hsüeh-fêng I-ts'un. Lihat Lampu, Chüan

18.

Page 222: Ajaran Awal Buddhisme Ch'An

Ajaran Murni Ch’an Buddhis Ajaran Murni Ch’an Buddhis Ajaran Murni Ch’an Buddhis Ajaran Murni Ch’an Buddhis

206

Tidak lama setelah itu Wen-i memutuskan untuk memulai perjalanan dengan rekan-rekannya menyebrangi Danau.8 Namun saat mereka baru saja akan menapak perjalanan mereka, datanglah badai hujan. Sungai-sungai meluap dan membanjiri daratan. Saat itulah Wen-i dan sobatnya menetap di Kuil Ti-ts’ang di bagian barat kota Fu-cchou. Saat dia berada di sana, Wen-i mendapatkan kesempatan untuk mengunjungi Lo-han Kuei-ch’en,9 yang bertanya padanya:

“Ke mana akan anda pergi, pak?” “Saya akan melanjutkan perjalanan kaki sepanjang jalan.” “Apa itu yang dinamakan perjalanan kaki?” “Saya tak tahu.” “Ketidaktahuan palinglah mendekati kebenaran.” Wen-i dengan seketika menjadi cerah. Demikianlah dia dan kawan-

kawannya, Ch’ing-ch’i Hung-chin dan lainnya, semuanya berempat, memutuskan untuk menjadi siswa Lo-han Kuei-ch’en dan mereka bebas berkonsultasi dengannya untuk menghilangkan keraguan mereka. Mereka semuanya kemudian mencapai pemahaman Ch’an yang mendalam dan satu per satu melewati upacara shou chi.10 Selanjutnya keempat-empatnya menjadi master terkemuka di daerah tempat mereka masing-masing menetap.

Saat mereka telah siap untuk pergi, Wen-i memutuskan untuk tetap tinggal dan membangun suatu gubuk untuk dirinya di Kan-che Chou, namun Ch’ing-ch’i dan kawan-kawannya yang lain membujuknya untuk pergi bersama mereka guna mengunjung kuil-kuil lainnya di sebelah selatan sungai Yang-lze. Saat mereka tiba di Lin-chuan,11 gubernur setempat mengundang Wen-i untuk menjadi bhikkhu kepala di Kuil Ch’ung-shou. Pada hari pembukaan, sebelum upacara minum teh selesai, para pendengar telah siap berkumpul di sisi tempat duduknya yang masih kosong. Pemimpin para bhikkhu12 datang padanya dan berkata, “Semua pendengar telah berkumpul di samping tempat duduk anda.” Master Wen-i menjawab, “Mereka benar-benar ingin melihat orang yang sungguh bijak.” Sesaat kemudian Master berjalan menuju ke tempat duduknya dan para pendengar pun membungkuk dalam. Kemudian Master berkata, “Oleh karena kalian semua telah berada disini, tidaklah mungkin saya tak memberikan perkataan apa pun. Bolehkah saya menunjukkan pada kalian suatu jalan menuju kebenaran yang diberikan para

8 Danau Pan-yang, salah satu dari lima danau besar di Cina. Sungai Yang-tze mengalir ke danau ini

dibarat laut Propinsi Kiangsi. Di sebelah barat daya danau ini terdapat kuil-kuil Buddhis Ch'an. 9 Lo-han Kuei-ch'en (867-928) adalah seorang siswa Hsüan-sha Shih-pei. Lihat Lampu, Chüan 21. 10 Dalam bahasa Sanskrit, upacara ini dinamakan vyàkarana, yang berarti telah dikatakan bahwa

seseorang akan menjadi Buddha. 11 Suatu kota di sebelah utara Propinsi Kiang si. 12 Seorang pendeta yang ditunjuk oleh pemerintah sebagai pelaksana urusan-urusan kuil dan

bertindak sebagai pengawas atas semua pendeta di daerahnya.

Page 223: Ajaran Awal Buddhisme Ch'An

FaFaFaFa----yen Wênyen Wênyen Wênyen Wên----iiii

207

leluhur kita? Waspadalah!” Setelah mengatakannya, dia pun segera meninggalkan tempat duduknya.

Pada saat itu seorang pendeta maju ke depan dan membungkuk pada Master. Master berkata, “Anda boleh bertanya padaku satu pertanyaan!” Tetapi begitu pendeta itu akan bertanya, Master berkata, “Bhikkhu kepala masih belum memulai perkuliahannya, jadi tak ada pertanyaan yang akan dijawab.”

Saat pendeta Tzü-fang datang dari Kuil Ch’ang-ch’ing. Master membacakannya gàthà yang ditulis oleh Master Hui-leng dari kuil tersebut dan kemudian berkata, “Apa itu di antara semua manifestasi dengan mana yang Tersendiri itu terungkapkan?” Tzü-fang mengangkat fu-tzùnya. Master berujar, “Bagaimana dapat anda pahami Ch’an dengan cara ini? Tzu-fang berkata, “Para leluhur tidak pernah mencoba untuk abaikan semua manifestasi”. Master jawab, “Di antara semua manifestasi Yang Tersendiri terungkapkan. Mengapa harus anda katakan abaikan atau tak mengabaikannnya?” Tzü-fang tiba-tiba menjadi cerah dan menulis suatu gàthà tentang penerimaan ajaran dari sang master.

Sejak saat itu, semua anggota kumpulan lainnya yang telah mendapatkan pemahaman tertentu akan Ch’an datang padanya. Saat mereka pertama kali tiba, mereka berani dan yakin diri, namun begitu mereka dicerahkan oleh kata-kata Master, mereka akan mulai menghormati dan mempercayainya. Pengunjung-pengunjungnya selalu berjumlah lebih dari seribu.

Suatu kali saat master muncul di depan para jemaah, dia membiarkan siswa-siswanya berdiri lama dan akhirnya berkata,

“Jika perkumpulan anda dibubarkan (tanpa sepatah kata pun), apa pendapatmu tentang ajaran Buddha, apakah ia masih tersirat atau tidak? Coba beritahukan saya! Jika ajaran Buddha tak tersirat, mengapa anda kemari? Bahkan jika ada ketersiratan ajaran Buddha, masih banyak pertemuan di kota, mengapa anda harus datang kemari?

“Masing-masing kalian mungkin sudah membaca Perenungan tentang Kembalinya ke Sumber, Penjelasan Seratus Sifat Mental, Ulasan tentang Sùtra Avatamsaka, Nirvana Sùtra dan banyak lainnya. Dapatkah anda beritahukan saya dalam ajaran yang manakah anda temukan momen absolut? Jika ada momen yang demikian, tolong tunjukkan padaku. Tidakkah ada kata-kata dalam sutra ini yang menunjukkan saat absolut ini? (Jika ada kata-kata yang demikian,) apa pula hubungannya dengan saat absolut? Demikianlah saat kata-kata mendalam dipertahankan dalam pikiran, mereka akan menyebabkan kegelisaha~; saat Realitas Hakiki muncul di depan mata, ia bermanifestasi dalam kondisi obyektif nama dan bentuk. Bagaimana manifestasi ini dapat terjadi? Jika Realitas Hakikat tremanifestasi dalam kondisi obyektif, bagaimana pula kondisi-kondisi ini kemudian dapat ditelusuri kembali ke Realitas Hakiki? Anda paham? Apa gunanya jika anda hanya membaca sutra tanpa pengertian ini?”

Seorang pendeta bertanya, “Bagaimana dapat anda nyatakan dan tak mengidentifikasikan (diri anda) dengan Tao?”

Page 224: Ajaran Awal Buddhisme Ch'An

Ajaran Murni Ch’an Buddhis Ajaran Murni Ch’an Buddhis Ajaran Murni Ch’an Buddhis Ajaran Murni Ch’an Buddhis

208

Master jawab, “Kapan anda menyatakan diri anda dan tidak beridentifikasikan dengan Tao?”

Tanya: “Apa itu tanpa perasaan dari enam indera?” Master jawab: “Kelompok keluargamu.” Master kemudian berkata, “Apa pemahamanmu? Jangan katakan bahwa

anda belum, saat anda menanyakan apa arti pertanyaan ini. Beritahu saya tanpa perasaan dari enam indera. Apakah mata dan telinga tak berperasaan? Jika yang mendengar ada dalam dirimu, bagimana dapat anda katakan bahwa anda belum mencapainya? Orang-orang tua berkata bahwa saat anda ingin menghindar dari apa yang anda dengar dan lihat, anda melekatkan diri anda pada apa yang anda dengar dan lihat; saat anda ingin melepaskan diri dari nama, anda melekan dirimu pada nama. Bahkan saat seseorang telah mencapai tahap empat dari keempat dhyana13 setelah waktu yang tak terhingga lamanya, sekali dia meninggalkan latihan ini, semua yang telah dicapainya akan menghilang. Ini disebabkan ketidaktahuan atas realitas mendasar. Melalui latihan bertahap, diperlukan setidaknya tiga punarbhava dan sebanyak-banyaknya enam puluh kalpa [untuk menjadi seorang Sravaka].14 Juga diperlukan setidaknya empat punarbhava dan sebanyak-banyaknya seratus kalpa [untuk menjadi seorang Pratyeka].15 Latihan ini berlanjut dalam tiga periode tak terhingga untuk mencapai kebuddhaan. Menurut para sesepuh, latihan ini masih tak sebaik ‘Satu Pikiran’,16 yang muncul dari tanpa kelahiran dan masih jauh di luar prestasi yang diperoleh dengan mempelajari Tiga Kendaraan [Sravakayana, Pratyekayana, Bodhisattayana]. Para sesepuh juga menunjukkan bahwa dalam saat absolut gerakan satu jari menyempurnakan apa yang dapat dicapai delapan ribu cara atau menghilangkan tiga masa yang tak berujung akhir. Semua ini haruslah

13 Asañjñisattvah, yang terakhir dari empat dhyana. Dhyana pertama adalah latihan pikiran untuk

berkonsentarsi pada satu subyek tunggal hingga semua unsur perasaan yang kasar menghilang dari kesadaran kecuali perasaan yang tenang akan kebahagiaan dan kedamaian. Namun akal pikiran masih aktif; pertimbangan dan pengamatan bergerak pada obyek perenungan. Saat kegiatan intelektual ini juga telah ditenangkan dan pikiran hanya berkonsentrasi pada satu titik, dikatakan bahwa kita telah mencapai dhyana yang kedua, namun perasaan bahagia dan damai masih melekat. Dalam tahap dhyana ketiga, keheningan sempurna didapatkan saat konsentrasi makin mendalam, namun aktivitas mental yang terdapat tidak menghilang dan pada saat yang sama perasaan girang masih bersisa. Saat tahap keempat dan terakhir telah dicapai, perasaan nikmat diri ini pun bahkan menghilang dan yang tinggal dalam kesadaran sekarang adalah keheningan perenungan yang sempurna." (Lihat Suzuki, Essays in Zen Buddhism, Seri I, hal.81-82)

14 Seorang Sràvaka adalah seseorang yang mencapai pencerahan dengan mendengarkan ajaran-ajaran Sang Buddha.

15 Seorang Pratyeka adalah Buddha yang mencapai pencerahannya sendiri. 16 "Satu Pikiran" adalah suatu keadaan pikiran absolut dalam mana tidak terdapat diskriminasi.

Memandang segalanya dalam Satu Pikiran adalah melampaui kesadaran empirik yang relatif dan memotong segala keterikatan untuk mencapai persatuan absolut antara si pengenal dengan yang dikenal melalui pencerahan seketika.

Page 225: Ajaran Awal Buddhisme Ch'An

FaFaFaFa----yen Wênyen Wênyen Wênyen Wên----iiii

209

diamati dengan seksama. Jika seseorang mengikuti cara ini, betapa banya{nya usaha yang harus dilakukannya!”

Seorang pendeta bertanya, “Saya takkan bertanya padamu tentang jari. Tapi apa itu bulan?”17

Master berkata, “Di mana jari yang tak anda tanyakan?” Jadi si pendeta bertanya, “Saya takkan bertanya padamu tentang bulan. Tapi apa itu jari?”

Master berkata, “Bulan!” Pendeta itu menantangnya, “Saya bertanya tentang jari; mengapa anda

jawab, ‘bulan’?” Master jawab, “Karena anda bertanya tentang jari.” Pangeran Nan-t’ang18 mengagumi ajaran para Master dan mengundangnya

untuk menetap di kuil Ch’an di Pao-en dan menganugerahkannya gelar Master Ch’an Ching-hui. Master muncul di tengah para hadirin dan berkata, “Orang-orang tua dahulu berkata, ‘Saya akan berdiri di sini sampai anda melihatnya’. Sekarang saya akan duduk di sini sampai anda melihatnya. Apakah anda berpikir ini juga merupakan Kebenaran? Mana di antara pernyatan ini yang paling mendekati Kebenaran? Coba berikan penilaianmu.” Pendeta : “Lonceng baru saja berdentang dan pendengarmu telah

berkumpul, Master! Tolonglah jadi ‘ini’!” Master : “Bagaimana bisa para pendengar menyesuaikan diri

dengan pemahamanmu?” Tanya : “Apa ajaran para Buddha terdahulu?” Master : “Di mana belum lihat dengan cukup?” Tanya : “Dalam dua belas jam sehari, apa yang harus dilakukan

seseorang, sehingga dia akan segera menyatukan dirinya dengan Tao?”

Master : “Pikiran diskriminasi menciptakan kepalsuan dan kesalaha~.”

Tanya : “Menurut tradisi para sesepuh mentransmisikan jubah mereka pada para penerusnya. Jenis manusia apa yang dianggap sebagai penerus?”

Master : “Di mana anda lihat bahwa para sesepuh mentransimikan jubah mereka?”

Tanya : “Orang yang pantas dan bijak dari sepuluh penjuru semuanya telah memasuki Sumber. Apa itu Sumber?”

Master : “Itulah tempatnya di mana orang-orang yang pantas dan bijak telah masuk.”

Tanya : “Manusia apa yang telah mendekati Realitas Hakiki seperti Buddha?”

Master : “Untuk mudahnya kita sebut dia Buddha.” 17 Ini menunjuk pada suatu pernyataan terkenal: "Jari adalah apa yang menunjuk pada bulan,

namun ia bukanlah bulan." 18 Pangeran Li-yü, penguasa terakhir (937-975) dari Nan-t'ang, kerajaan di sebelah selatan sungai

Yangtze.

Page 226: Ajaran Awal Buddhisme Ch'An

Ajaran Murni Ch’an Buddhis Ajaran Murni Ch’an Buddhis Ajaran Murni Ch’an Buddhis Ajaran Murni Ch’an Buddhis

210

Tanya : “Apa dia yang telah bebas dari apa yang dia dengar dan lihat?”

Master : “Kalian semua! Pendeta-pendeta! Tolong beritahukan saya jika pendeta ini masih bisa bebas dari apa yang ia dengar dan lihat? Mereka yang memahami apa yang akan dimaksudkan pertanyaan ini takkan memiliki kesulitan untuk bebas dari apa yang didengarnya dan dilihatnya.”

Tanya : “Apa jalan langsung untuk mencapai kebijaksanaan Buddha?”

Master : “Tak ada yang lebih langsung dari pertanyaan ini.” Tanya : “Apa itu, seperti tanaman petanda baik,19 yang tak pernah

layu?” Master : “Kata-kata yang menipu.” Pendeta : “Kita semuaya berkumpul bersama di sini. Tolong jelaskan

kebimbangan kita segera.” Master : “Diskusikanlah ia di asrama; dis{usikanlah ia dalam

ruangan minum teh.” Tanya : “Apa itu saat awan-awan berpencar dan mentari terlihat?’ Master : “Ini benar-benar perkataan penipu.” Tanya : “Apa yang harus dijunjung para pendeta?” Master : “Jika ada yang disanjung seorang pendeta, dia tidaklah

harus disebut pendeta Buddhis.” Tanya : “Di antara beraneka ragam bentuk perwujudan, apa itu

esensi murni dari segala hal?’ Master : “Kita semua.” Tanya : “Saat segala manifestasi datang seketika, apa yang anda

pikirkan tentang ia?” Master : “Apakah itu mata atau tidak?” Pendeta : “Keseluruhan keberadaan{u penuh dilengkapi dengan

integritas; tolong libatkan saya dalam peperangan yang pasti.”

Master : “Integritasmu telah dikalahkan dirimu.” Tanya : “Apa itu pikiran para Buddha terdahulu.” Master : “Itulah darimana mengalir cinta kasih, belas kasihan,

kegembiraan serta pengetahuan yang tak terbatas. Pendeta : “Dikatakan bahwa suatu kamar yang telah menjadi gelap

selama seratus tahun dapat diterangi oleh suatu lampu. Apa itu lampu satu-satunya ini?’

Master : “Apa yang akan anda katakan tentang seratus tahu~?” Pendeta : “Apa itu Tao sejati?” Master : “Sumpah pertama adalah bertindak. Sumpah kedua adalah

juga bertindak.”

19 Suatu legenda Cina mengatakan bahwa terdapat jenis tanaman langka tertentu di pedalaman

gunung-gunung yang hidup hingga ribuan tahun dan membawa keberuntungan.

Page 227: Ajaran Awal Buddhisme Ch'An

FaFaFaFa----yen Wênyen Wênyen Wênyen Wên----iiii

211

Pendeta : “Apa itu dasar Kebenaran Absolut?’ Master : “Jika harus ada dasar, itu bukanlah Kebenaran Absolut.” Pendeta : “Bagaimana Kebenaran dapat ditegakkan?” Master : “Ini masih tak berhubungan dengannya.” Pendeta : “Siapa itu Buddha terdahulu?” Master : “Bahkan hingga sekarang tak ada hal yang tak disukai.” Pendeta : “Apa yang harus dilakukan seseorang dalam dua belas jam

sehari?’ Master : “Menapak setiap langkah dengan kokoh.” Pendeta : “Bagaimana bisa jadi cermin tua mengungkapkan dirinya

sebelum ia ditemukan?’ Master : “Mengapa anda harus mengungkapkannya lagy?” Pendeta : “Apa itu arti yang mendalam dari semua Buddha?’ Master : “Itulah apa yang anda miliki juga.” Tanya : “Ajaran tua me~yatakan bahwa dari asal usul tanpa ikatan,

semua hal diciptakan. Darimana tanpa ikatan ini berasal?” Master : “Bentuk-bentuk berasal dari yang tak bersubstansi; nama-

nama berawal dari yang tak bernama.”20 Pendeta : “Jubah yang ditinggalkan seorang almarhum pendeta

dilelang oleh pendeta lainnya. Siapa yang akan melelang jubah seseora~g sesepuh?’

Master : “Jenis jubah almarhum pendeta yang bagaimana yang akan anda lelang?’

Pendeta : “Apa yang terjadi saat seorang petualang kembali ke kampung halamannya?’

Master : “Apa yang dapat ditawarkannya?” Pendeta : “Tak ada.” Master : “Bagaimana dengan kebutuhan sehari-harinya?”

Master kemudian menetap di Kuil Ch’ing-Liang. Dia muncul di depan para hadirin dan berkata:

“Kita para Buddhis haruslah bebas menanggapi apapun yang akan datang pada kita menurut saat dan sebab. Saat dingin, kita tak menanggapi apapun kecuali dingin. Saat panas, kita tak menanggapi apapun kecuali panas. Jika kita ingin tahu arti sifat Buddha, kita harus memperhatikan saat dan sebab absolut. Di masa lalu dan sekarang banyak cara yang telah ditemukan untuk memcapai pencerahan.

Tidak pernahkah anda baca bahwa saat Shih t’ao memahami apa yang ada dalam Khotbah S’êng-chao: ‘Menyatukan sepuluh ribu hal ke dalam diri seseorang , sebenarnya adalah menjadi seorang bijak,’ “dia segera berkata bahwa seorang bijak tak memiliki diri namun tak ada yang bukan dirinya. Dalam karyanya Renungan tantang Indentifikasi dan Unifikasi [Ts’an Tung

20Kutipan dari Pao-tsang Lun atau Perbincangan Harta Pusaka, oleh Sêng-chao (384-414).

Page 228: Ajaran Awal Buddhisme Ch'An

Ajaran Murni Ch’an Buddhis Ajaran Murni Ch’an Buddhis Ajaran Murni Ch’an Buddhis Ajaran Murni Ch’an Buddhis

212

Ch’i], dia pertama-tama21 menunjukkan bahwa pikiran Buddha di India tidak dapat melampaui ini. Di dalam pembahasan ini dia memaparkan ide ini lebih lanjut. Kalian, pendeta-pendeta, perlu sadar bahwa segala yang terindentifikasikan dengan dirimu. Mengapa? Karena di dunia ini tak ada satu pun hal terpisah yang dapat dilihat!”

Master juga berkata pada para hadirin, “Janganlah kalian menyia-yiakan waktu. Sesaat yang lalu saya memberitahukan kalian bahwa kalian harus memahami saat absolut dan memperhatikan apa yang datang padamu. Jika anda kehilangan saat dan kesempatan tersebut, anda hanya akan menghambur-hamburkan waktumu dan salah memahami secara salah apa yang tak berbentuk sebagai bentuk.

“Oh bhikkhu-bhikkhu menganggap tanpa bentuk sebagai bentuk berarti kehilangan saat absolut dan kehilangan kesempatan. Coba beritahukan saya jika apakah menerima bentuk sebagai tanpa bentuk merupakan sikap yang benar. Oh bhikkhu-bhikkhu, jika anda coba memahami Ch’an dalam cara ini, usaha-usaha kalian akan sia-sia saja, karena kalian dengan membabi butanya mengejar dua ekstrim. Apa gunanya ini? Kalian hanyalah perlu melanjutkan kewajiban untuk menjalani apa yang datang, jaga diri kalian baik-baik dan waspadalah.” Tanya : “Apa itu ajaran Kuil Ch’ing-liang?” Master : “Saat anda pergi ke tempat lain, cukup katakan anda dalam

perjalanan ke Ch’ing-liang.” Tanya : “Bagaimana anda dapat bebas dari segala hal?” Master : “Apa yang menghalangimu?” Tanya : “Apa yang kita lakukan dengan siang dan malam?” Master : “Perkataan bodoh.” Tanya : “Bagaiman jadinya saat seseorang melihat badannya

sebagai ilusi? Bagaimana jadinya saat seseora~g melihat pikirannya juga sebagai ilusi?”

Master : “Perlukah berada dalam kondisi sedemikian?” Tanya : “Untuk mengindentifikasikan diri seseorang dengan realitas

dalam sekejap, gunakanlah kata-kata yang tak mengandung dualitas. Apa kata-kata tanpa dualitas ini?”

Master : “Bagaimana anda menambahkannya lagi?” Tanya : “ Apa itu ese~si segala hal [dhammakaya]?” Master : “Itulah badan tranformasi [nirmanakaya].” Tanya : “Apakah itu prinsip pertama?” Master : “Jika saya beritahukan anda, itu akan menjadi prinsip

kedua.”

21 Dalam dialek T'ang mu-shang berarti "Yaang pertama," sebagaimana digunakan di sini yang

berarti pendahuluan perbincangan. Namun dalam bahasa kontemporer, ia berarti "yang terakhir."

Page 229: Ajaran Awal Buddhisme Ch'An

FaFaFaFa----yen Wênyen Wênyen Wênyen Wên----iiii

213

Master bertanya pada Hsiu-Shan Chu,”22 Ada suatu pepatah:’Jika terdapat sedikit perbedaan, itu akan membuat

pemisahan besar seperti langit dengan bumi’ .”Bagaimana pemahaman anda atas ini?”

Hsiu_shan Chu berkata,”Jika terdapat sedikit perbedaan, itu akan membuat pemisihan besar sejauh langit dan bumi.”

Master :”Jika pemahaman anda seperti ini, bagaimana anda bisa mendapatkan maknanya?”

Hsiu-Shan Chu:”Kalau begitu apa pengertian~ya?” Master:”Jika terdapat sedikit perbedaan, itu akan membuat pemisahan

sebesar sejauh langit dan bumi.” Hsiu-shan Chu segera membungkuk dalam. Sang Master dan Master Ch’an Wu-k’ung sedang duduk di samping bara

api. Master memungut suatu ‘sendok dupa’ dan bertanya,”Jika anda tidak menyebut ini sendok dupa,” Apa akan anda namakan ia?”

Wu-k’ung jawab,”Sendok dupa!” Master tidak setuu dengan jawabannya. Namun, lebih kurang dua puluh

hari kemudian Wu-k’ung sadar apa yang benar-benar dimaksud sang Master. Suatu kali sebelum makan, para pendeta datang mengunjungi Master.

Master menunjuk pada tirai bambu. Dua pendeta pergi menaikkan tirai tersebut. Master berkata,”Yang

satu mendapatkannya, yang lain kehilangan.” Suatu ketika, saat Yün-mêm bertanya pada seorang pendeta darimana dia

datang, si pendeta jawab bahwa dia berasal dari Kiang si. Yün-mên berkata,” Sudahkah para Master tua di Kiangsi berhenti mengingau?” Si pendeta tak menjawab. Kemudian seorang pendeta (siswa Fa-yen) menunjuk pada cerita ini dan bertanya pada sang Master,”Apa sih artinya?” Master berkata,”Master sehebat Yün-Mên diuji pendeta ini.”

Master bertanya pada pendeta lainnya dari mana ia berasal. Si pendeta jawab,” Dari kuil (di mana Ch’an sedang diajarkan pada saat ini).” Master bertanya,”Apakah anda mengenal secara sadar atau tanpa sadar?” Pendeta tersebut tak menjawab.

Master memerintahkan seorang pendeta untuk mengambil segumpal tanah untuk mengisi pot bunga teratai. Saat si pendeta melakukannya, Master bertanya padanya,”Darimana anda mendapatkan tanah, dari sisi timur jembatan atau sisi barat?” Si pendeta jawab,”Saya mengambil tanah dari sisi timur jembatan.” Master kemudian bertanya padanya,”Ini benar atau salah?”

Master menanyakan seorang pendeta dari mana ia berasal. Si pendeta jawab bahwa ia berasal dari Kuil Pao-en. Master kemudian bertanya padanya,”Apakah semua pendeta di sana baik-baik?” Si pendeta jawab,”Ya, mereka semuanya baik-baik.” Master berkata,”Pergilah ke sana dan minumlah secangkir teh.”

22 Master Ch'an Shao-hsiu dari Gunung Lung-shi di Fu-Chou (Foochow), Propinsi Kiangsi. Lihat

Lampu, Chüan 24.

Page 230: Ajaran Awal Buddhisme Ch'An

Ajaran Murni Ch’an Buddhis Ajaran Murni Ch’an Buddhis Ajaran Murni Ch’an Buddhis Ajaran Murni Ch’an Buddhis

214

Suatu waktu lainnya Master bertanya pada seorang pendeta darimana ia berasal. Jawabnya adalah ia berasal dari Szu-chou, di mana ia telah mengunjungi patung suci Ta-sheng. Master bertanya,”Akankah patung Ta-Sheng diarak keluar dari pagoda tahun ini?” Pendeta tersebut jawab,”Ya akan,” Master kemudian berkata pada pendeta lainnya yang berdiri di samping nya,”Dapatkah anda beritahu saya apakah dia kan pergi ke Szu-Chou atau tidak?”

Suatu kali Master bertanya pada Bhikkhu peminpin Pao-Tzu,” Para leluhur berkata bahwa baik gunung ataupun sungai dapat menjadi penghalang karena sinar menembus ke mana pun.

Sinar apa ini yang menembus kemanapun?” Bhikkhu pemimpin berkata,”Suara pukulan gong dari sisi timur.” Master menunjuk pada pohon bambu dan bertanya pada seorang

pendeta,”Anda melihatnya?” “Ya, saya lihat.” “Apakah pohon bambu datang ke matamu atau agaknya matamu yang

melihatnya?” Pendeta jawab,”Bukan keduanya.” Ada seorang sarjana yang memberikan suatu gulungna lukisan pada

Master. Master melihatnya dan berkata, “Apakah tanganmu yang terampil atau agaknya pikiranmu yang ahli?” Sarjana tersebut jawab,”Pikiranku yang ahli.” Master berkata,”Apa itu pikiranmu?” Sarjana itu tak menjawab. Seorang pendeta bertany6a,”Di mana bayangan bulan?” Master jawab,”Dengan anggunnya menampilkan dirinya itulah sepuluh

ribu hal.” Pendeta bertanya,”Apa itu cahaya sejati?” Master jawab,”Sepuluh ribu hal menampilkan dirinya dengan anggun.” Master mengkonversi mereka yang datang kepadanya karena pengaruhnya

di Chin-ling dan mengetuai tiga kali pusat Buddhis di sana. Dia mengajar Ch’an siang dan malam. Di saat itu kuil-kuil besar di tempat lainnya mengikuti ajaran �Master dan para pengagumnya di negara lain datang dari pel sok jauh untuk mengunjunginya. Dengan demikian melalui dia ajaran Master Hsüan-sha23 berkembang di sebelah selatan sungai Yang-tze. Dia menyesuaikan dirinya pada “fungsi besar” dengan mengikuti hakiki segala hal. Dia menyingkirkan halangan-halangan dalam pikiran para siswa dan menerangi kegelapan. Pengunjung-pengunjung yang terkesan olehnya datang dari segala penjuru untuk mengemukakan apa yang mereka pahami, sementara yang lainnya membungkuk padanya untuk memohon pencerahan Semua ‘penyembuhan’ Master mendapatkan sambutan yang baik. Mereka yang mengikuti arahan Master dan tak terhingga jumlahnya mereka yang dicerahkan beliau.

23 Huaan-sha shih-pei (835-908). Lihat Lampu, chuan 18.

Page 231: Ajaran Awal Buddhisme Ch'An

FaFaFaFa----yen Wênyen Wênyen Wênyen Wên----iiii

215

Pada tanggal tujuh belas bulan ketujuh di tahun kelima zaman Hsien-tê (951-959) dari Dinasti Chou, Master menyatakan dirinya sakit. Pangeran dari Istana Raja datang menjenguknya. Pada hari kelima bulan berikutnya Master meminta dicukurkan rambutnya dan kemudian ia bermandian. Setelah itu dia mengucapkan selamat tinggal pada siswa-siswanya dan duduk bersila. Dia meninggal dunia dengan roman wajahnya yang masih hidup. Umurnya tujuh puluh empat di saat yang merupakan tahun kelima puluh empat setelah ia ditabhiskan. Pada upacara pemakamannya semua kuil-kuil di daerah tingkat dua di Ching-ling menawarkan sesajian. Para pejabat tinggi dari Li Chieh-hsün ke bawah, semuanya memakai tanda berkabung dan berprosesi ke pagodanya di Tan-yang, Kiang-ning.24 Gelar anumertanya adalah Master Besar Ch’an Mata Dharma dan pagodanya dinamakan Di Luar Bentuk. Siswa utamanya, Tê-chao di T’ien-t’ai, Wen-sui, Hui-chü dan yang lainnya, semuanya berjumlah empat belas, amat disanjung kaisar dan para pangeran. Siswa-siswanya yang terakhir, yang berzumlah empat puluh sembilan keseluruhannya, seperti Lung-kuang dan T’ai-ch’in, memaparkan Ch’an dan mengajar di tempat tinggal masing-masing. Kisah mereka juga, ditemukan dalam Lampu. Karena karya dan ajaran siswa-siswanya, Master dinamakan Master Utama Pencerahan Mendalam. Juga dia dianugerahi gelar anumerta Master Besar Utama Kebijaksanaan Tersimpan. Khotbah dharmanya, yang diberikan di tiga pusat, gàthà, himne, pujian, tulisan, komentar dan lain-lainnya berjumlah beberapa ratus ribu kata. Siswa-siswa Ch’an menyalinnya dan kemudian menyebarluaskannya di seluruh penjuru negiri Cina.

24 Suatu kota di sebelah tenggara kota Nanking di Propinsi Kiangsi.

Page 232: Ajaran Awal Buddhisme Ch'An
Page 233: Ajaran Awal Buddhisme Ch'An

217

YYYYUNGUNGUNGUNG----MMMMING ING ING ING YYYYENENENEN----SSSSHOUHOUHOUHOU ( 904-975)

“Dari Rahim Lembu Lahir Seekor Gajah” (DARI TRANSMISI LAMPU, CHÜAN 26)

Master Ch’an Chih-Chio dari Kuil Yung-ming di Gunung Hui-jih di Hang-Chou1 adalah seorang penduduk asli Yü-hang.2 Namanya adalah Yen-shou dan ia bermarga Wang. Sejak awal masa kanak-kanaknya dia telah menyakini ajaran-ajaran Sang Buddha. Saat dia mencapai umur dua puluh dia mulai berpantang daging dan hanya makan sekali sehari. Dia mampu membaca Sutra Teratai3 dengan kecepatan yang amat mencengangkan, seolah-olah menatap tujuh kolom sekali baca dan dalam enam puluh hari dia mampu menceritakan kembali seluruh isi kitab tersebut. Konon sekumpulan domba bahkan tertarik oleh bacaannya dan berlutut untuk mendengarnya. Saat dia berumur dua puluh delapan dia bertugas sebagai pejabat di bawah Jenderal yang mengawal Hua-t’ing.4 Kemudian Master Ts’ui-yen5menetap di Kuil Lung-ts’ê untuk menyebarkan luaskan ajaran-ajaran Ch’an. Raja Wen-mo dari Wu-yüeh6 menyadari ketulusan Yung-ming di dalam mempelajari Ch’an dan bersimpati dengannya atas keyakinannya yang kuat terhadap agama Buddha. Hal inilah yang menyebabkan Sang Raja membebaska~nya dari tugas pemerintahan dan membiarkannya menjadi seorang pendeta Buddhis. Kemudian Yung-ming pergi ke tempat Ts’ui-yen dan menjadi siswanya. Di dalam kuil ia bekerja sebagai buruh dan melayani para pendeta lainnya sehingga sama sekali melupakan dirinya. Sejak itu, tak pernah lagi ia memakai

1 Hang Chow, sekarang ibukota Propinsi Chekiang. 2 Suatu kota di sebelah utara Propinsi Chekiang di sebelah barat HangChou. 3 Juga dinamakan Miao-fa Lien-hua Ching atau The Lotus of the Wonderful Law (Hukum Ajaib

Sùtra Lotus) oleh W.E. Soothill. 4 Sekarang Sung-chiang (Sungkiang), suatu kota di sebelah selatan Propinsi Kiangsi dekat

perbatasan Propinsi Chekiang. 5 Ts'ui-yen Ling-ts'an dari Ming-chou. Lihat Lampu, Chüan 18. 6 Satu di antara sepuluh kerajaan pada masa Wu-Tai atau Zaman Lima Dinasti (The Epoch of the

Five Dynasties) (895-978), Wu-yüeh meliputi propinsi Chekiang, Kiangsu selatan dan Fukien utara.

Page 234: Ajaran Awal Buddhisme Ch'An

Ajaran Murni Ch’an Buddhis Ajaran Murni Ch’an Buddhis Ajaran Murni Ch’an Buddhis Ajaran Murni Ch’an Buddhis

218

jubah sutera dan saat makan tak pernah pula ia mengambil dua piring. Sebagai menu sehari-harinya, dia hanyalah mengkonsumsi sayur-sayuran dan untuk menutupi tubuhnya, dia hanya mengenakan jubah yang terbuat dari bahan kasar. Demikianlah dia melewati siang dan malam.

Kemudian dia menuju ke Gunung T’ien-t’ai7 dan bermeditasi di puncak T’ien-chu selama empat puluh sembilan hari. Burung-burung kecil membuat sarang mereka di lipatan jubahnya. Kemudian ia pun pergi mengunjungi Guru Negara Te-chao,8 yang amat me~ghargainya dan mentransmisikan esensi Ch’an kepadanya secara pribadi. Guru Negara berkata padanya bahwa karena ia memiliki hubungan kerohanian dengan sang kaisar, ia akan berusaha mengembangkan karya-karya Buddhisme. Dia diam-diam diramalkanlah9 bahwa Yung-ming akan mencapai kebuddhaan di masa mendatang.

Master Yung-ming pertama-tama menetap di Gunung Hsüeh-t’ou di Ming-chou.10 Banyak siswa datang mendengarkannya. Suatu hari Master berkata para hadirin:

“Di gunung Hsüeh-t’ou ini Satu air terjun menerjang turunseribu kaki. Tak ada yang tetap di sini, Tidak juga bijih berangan terkecil-pun. Suatu karang besar ke atas menjulangseribu kaki. Tanpa ruang berdiri bagimu. Siswaku, izinkanlah daku bertanya: Kemana engkau menuju?” Seorang pendeta bertanya, “Suatu jalan terletak di gunung Hsüeh-t’ou.

Bagaimana anda menelusurinya?” Master jawab:

“Langkah demi langkah kuntum musim dingin bermekaran; Setiap kata sejelas es kristal.”

Dalam tahun pertama masa Chien-lung [A.D 960] Kaisar Chung-i mengundangnya untuk menjadi bhikkhu pemimpin pertama di suatu kuil baru di Gunung Ling-yu.11 � Tahun berikutnya ia juga dipr mosikan sebagai bhikkhu pemimpin menggantikan bhikkhu pemimpin Ts’ui-yen di Kuil Yung-ming yang ternama itu. Pengikut-pengikutnya berjumlah lebih dari dua ribu.

Seorang pendeta bertanya, “Apa itu esensi mendalam dari ajaran Kuil Yung-ming?”

7 Gunung T'ien-t'ai berada sebelah utara Propinsi Chekiang. 8 T'ien-t'ai Tê-chao (901-972), master terkemuka dari generasi kedua aliran Fa-yen. Lihat Lampu,

Chüan 25. 9 Shou chì; lihat catatan 11 di atas. 10 Sekarang kota Ning-po di timur laut Propinsi Chekiang. 11 Dekat Hangchou di danau Barat Propinsi Chekiang. Di kaki gunung ini, Kuil Ling-yin pertama kali

dibangun pada masa Hsien-ho (326-334).

Page 235: Ajaran Awal Buddhisme Ch'An

YUNGYUNGYUNGYUNG----MING YENMING YENMING YENMING YEN----SHOUSHOUSHOUSHOU

219

Master jawab, “Tambahkan lebih banyak dupa dalam pembakar.”Penanya berkata, “Terima kasih atas penwungkapannya kepada saya.”

Master berkata, “Untung saja saya tak berhubungan dengan masalahnya.” Master menggubah gàthà berikut: Agar kenal dengan inti ajaran di Kuil Yung-ming ini. Bayangkanlah suatu

danau terbentang di depan gerbang.Saat mentari menyinarinya, cahaya terang terpantulkan.Saat angin menghembusnya, riak-riak bermunculan.

Penanya berkata, “Saya telah berada di Kuil Yung-ming sedemikian lama. Mengapa saya masih belum memahami inti ajarannya?”

Master jawab, “Anda harus mencari pemahaman dari apa yang tak anda pahami.”

Penanya melanjutkan, “Bagaimana dapat saya mendapatkan perngertian dari apa yang tak saya pahami?”

Master jawab, “Dari rahim lembu lahir seekor gajah; di tengah laut biru terhembus debu merah.”

Penanya berkata, “Tak ada apa pun yang dapat dicapai seseorang walaupun dia belajar menjadi seorang Buddha atau sesepuh; juga tak ada sesuatu pun yang dapat dicapai bahkan dengan melampaui Karma Enam Alam.12 Apa itu yang tak tercapaika~?”

Master berkata, “Tak ada yang dapat keluar dari apa yang anda tanyakan.” Penanya, “Saya dengar dari anda bahwa semua Buddha dan ajaran-

ajara~nya bersumber dari sùtra ini. Sùtra apa ini?” Master jawab, “Merubah secara abadi tanpa henti, ia bukan arti atau

suara.” Penanya berkata, “Bagaimana saya menerima dan

mempertahankannnya?” Master jawab, “Jika anda ingin menerima dan mempertahankan~ya, anda

harus mendengarnya dengan matamu.” Penanya, “Apa itu cermin agung sempurna?” Master berkata, “Pot tanah liat yang pecah.” Master menetap selama lima belas tahun di Kuil Yung-ming, yang

merupakan pusat latihan Ch’an di mana ia membimbing siswa-siswanya yang berjumlah lebih kurang seribu tujuh ratus orang. Dalam tahun ketujuh masa K’ai pao [A.D. 974] dia pergi ke Gunung T’ien-t’ai dan memerintahkan agar perintah Bodhisattva diberikan pada masyrakat umum. Dia pun memberikan sesajian makanan di malam hari pada para dewa dan hantu. Pagi harinya, dia melepaskan banyak burung dan ikan. Dia jadi menaburkan bunga-bunga tiga kali disiang hari dan tiga kali dimalam hari.

Sebagai tambahan atas semua kegiatan ini, dia membaca Sùtra Teratai tiga belas ribu kali, menulis seratus jilid buku Catatan Sumber Cermin serta menulis puisi, gàthà dan lagu-lagu, yang lebih kura~g berjumlah sepuluh ribu kata keseluruhannya. Tulisan-tulisan ini menyebar luas bahkan di luar negeri.

12 Karma Enam Alam adalah : narka-gati (neraka), peeta-gati(hantu kelaparan), tiryagyonti-gati

(hewan), asura-gati (roh), manusya-gati(kehidupan manusia), deva-gati(kehidupan dewa).

Page 236: Ajaran Awal Buddhisme Ch'An

Ajaran Murni Ch’an Buddhis Ajaran Murni Ch’an Buddhis Ajaran Murni Ch’an Buddhis Ajaran Murni Ch’an Buddhis

220

Setelah membaca tulisan sang Master, Raja Korea mengirmkan utusan khususnya untuk menyampaikan suatu surat dalam mana kaisar ini dengan rendah hatinya mengambil kedudukan sebagai siswa Master. Utusan kaisar ini juga membawakannya suatu jubah yang ditenum dari benang emas, tasbih penghitung yang terbuat dari kristal ungu, pot emas; dan lain-lainnya. Tiga puluh enam pendeta dari Korea ditabhiskan oleh Master. Kemudian mereka kembali ke negara asalnya untuk memberikan khotbah, mereka ini juga menjadi pimpinan atas distrik masing-masing.

Pada bulan kedua belas tahun kedelapan dari masa K’ai-pao [975], Master menyatakan dirinya sakit. Suatu pagi di hari keduapuluh enam ditahun yang sama, dia membakar dupa dan mengucapkan selamat tinggal pada pengikut-pengikutnya. Kemudian ia duduk bersila dan meninggal. Pada hari keenam dari tahun pertama tahun berikutnya jasadnya dikebumikan di Gunung T’ai-tzu. Dia berumur tujuh puluh dua di kala itu, yakni tahun keempat puluh dua setelah ia ditabhiskan. Kaisar T’ai-tsung dari Sung mengabdikan nama Vihara Ch’an Ketena~gan Abadi pada kuilnya.

Page 237: Ajaran Awal Buddhisme Ch'An

221

Bagian VIIBagian VIIBagian VIIBagian VII

Pendahuluan "Kecepatan dan Kecuraman" suatu cara menuju Pencerahan Yang Penuh Kekuatan." Hsueh Feng I Ts'un (822-908) "Tak membutakan mata siapapun" Yun Men Wen Yen (?-949) "Gunung curam; Awan-awan Rendah" Tung Shan Shou CH'u (?-990) "Bahasa Hidup dan Bahasa Mati"

Page 238: Ajaran Awal Buddhisme Ch'An
Page 239: Ajaran Awal Buddhisme Ch'An

223

"Kecepatan dan Kecuraman" Cara Yang Berdaya Menuju Pencerahan.

Hsueh Feng terkenal akan ketaatan dan kerajinannya dalam mempelajari ch'an. Dia mencari kebenaran bertahun-thun sebagai bhikkhu petualang.1 Dia mengunjungi Master Tung-shan Liang Chieh Di gunung Tung hingga sembilan kali dan Master T'ou Chih Ta T'ung di gunung T'ou chih tiga kali. Dalam perjalanan sucinya selalu ia bawa serta suatu gayuh dengannya dan bertindak sebagai juru masak di tempat dimana ia menghuni. Melalui disiplin bertahun-tahun, saat mana ia melaksanakan kerja yang paling hina dssan sulit, diapun akhirnya menembus secara mendalam ke inti ch'an, jauh diluar pencapaian sebatas intelektual apapun. Pengekangan diri dan kesabara~nya jarang terimbangi dalam semua kesusasteraan ch'an manapun.

Atas saran Tung Shan Liang Chieh dia pun pergi belajar bersama Te-shan Hsuan Chieh, "Master Tiga Puluh Pukulan" yang kesohor itu. Di saat itu ia bertemu dengan Yen t'ou ch'uan huo dan ching shan wen Ch'u dan ketiganya menjadi kawan dekat. Kemudian diantara siswa-siiswanya terdapat Yun Men, Wen Yen, Hsuan Sha Shih Pei, Ts'ui Yen Yung ming dan ch'ang-ch'ing Hui Leng, semuanya master-master terkemuka dalam sejarah ch'an yang ajarannya tercatat dalam lampu.

Penekanan utama dri ajaran Hsueh Feng adalah untuk mengungkapkan apa yang dinamakan Ma-Tsu sebagai "pikiran biasa" atau pikiran sehari-hari. Dalam catatan-catatannya kita tidak temukan Hsueh Feng menggunakan ungkapkan ini, yang cukup populer melalui ajaran Ma-tsu, Nan Ch'uan dan chao chou, tetapi dalam ajarannya dan kung-annya dia selalu menekankan ajaran dasar ch'an ini.

Suatu kali Hsueh Feng muncul dihadapan para hadirin dan berkata, "Di suatu gunung diselatan terdapat seekor ulaar berhidung penyu. Pendeta-pendeta kalian haruslah perhatikan makhluk ini dengan baik-baik." Ch'ang Ch'ing, Yun Men dan Hsuan Sha berada dalam kumpulan pendengarnya

1 Berjalan kaki merupakan suatu jalan tradisional untuk mempelajari ch'an. Biasanya seorang

pendeta yang tak membuat kemajuan menuju pencerahan di kuilnya sendiri kan meninggalkan masternya, berharap dalam petualangannya sendiri akan menemukan master lainnya ataupun suatu kejadian kebetulan belaka yang akan membawanya menuju pencerahan.

Page 240: Ajaran Awal Buddhisme Ch'An

Ajaran Murni Ch’an Buddhis Ajaran Murni Ch’an Buddhis Ajaran Murni Ch’an Buddhis Ajaran Murni Ch’an Buddhis

224

tersebut. Ch'ang ch'ing pun mazu ke depan dan berkata, "Dalam aula ini, seseorang akan kehilangan badannya dalam hidupnya (akan ditemukan diri sejati) padaz hari ini." Yun men melemparkan tongkatnya seakan takut menemukan sang ular. Hsuan sha berkata, "Jawaban saudara Ch'ang Ch'ing memiliki makna tertentu didalamnya. Namun saya tidak memiliki makna tertentu didalamnya. Namun saya tidak akan mengatakannya demikian melainkan saya akan bertanya mengapa kita harus merujuk ke gunung di selatan."

Kung an ini adalah satunya yang paling aneh dan bermakna ambigu. Sukar memang menafsirkannya. Kunci untuk memahami~ya adalah untuk memahami ular hanyalah sebagai ular, tiada hal lainnya lagi, tepatnya bagaikan diri sejati dalam diri kita yang hanyalah diri sejati dan bukan sesuatu yang neh atau esoteris. Jika kita kaji ular apapun, kita akan perhatikan bahwa kepalanya akan mirip kepala penyu. Sebenarnya hanya pernyataan eksplisit membawa efek hingga membuat makhluk ini kedengaran aneh. Dengan demikian, sekali lagi, harusllah kita sadari bahwa "diri sejati" hanyalah pikiran sehari-hari dan bukan sessuatu yang aneh sama sekali.

Supplement to the Transmission of the lamp (keterangan Tambahan atas Transmisi lampu), chuan 28, mencatat suatu percakapan antara master Hui Yuan (wafat 1176) dari kuil Ling Yin dengan kaisar Hsiao Tsung dari Dinasti Sung tentang kung an ular berhidung penyu sebagai berikut:

Hui Yuan: "Seorang siswa terkenal dari Master Kuei Shan pernah sekali menggubah suatu gatha:

"Ada seekor ular berkepala penyu dikolam Kuil Fang Shui. Dekati ia dengan maksud, anda akan diketawai. Siapa yang mampu tarik keluar kepala ular ini?" Kaisar: "Anda telah membaca tiga bariss gatha iny. APa baris keempatnya?" Hui Yuan: "Maksud sipenggubah syair adalah untuk menantikan seseorang

menyempurnakannya." Sebenarnya, setelah dua ratus tahun berlalu, gatha tersebut masih belum

terselesaikan hingga Yuan Ching (wafat 1135), pendeta tua dari Kuil Ta Sui, melengkapinya dengan baris berikut: "Setelah kepala ular tertarik dari kolam, masih saja ada seekor ular berkepapa penyu yang sama di sana!"

Ular melambangkan diri sejati atau pikiran sehari- �hari. Chao Ch u, setahu kita, pernah bertanya pada Master Nan Ch'uan jika pikiran sehari-hari ini dapat didekati. Nan Ch'uan jawab, "Jika anda mendekatinya dengan niat, anda akan kehilangan ia." Adalah saat seseorang mencapai pikiran tanpa niatlah saat seseorang mencapai pikiran tanpa niat barulah ia akan terbebas dari segala perbatasan dan halangan. Saat pikirannya terbebas, ia mampu merenungkan dengan seketika segala yang terjadi padanya. Yuan Wu Ke Chin, sebagai contohnya, meneyelesaikan gatha yang tak lengkap tersebut dengan cara lain pula: "Kue Yun Men dan teh Chao Chou." Jawabannya tidak terbatasi oleh istilah-istilah yang ada dalam pertanyaan~ya namun tergantung pada apa

Page 241: Ajaran Awal Buddhisme Ch'An

,Kecepatan dan Kecuraman, Cara Yang Berdaya Menuju Pencerahan.,Kecepatan dan Kecuraman, Cara Yang Berdaya Menuju Pencerahan.,Kecepatan dan Kecuraman, Cara Yang Berdaya Menuju Pencerahan.,Kecepatan dan Kecuraman, Cara Yang Berdaya Menuju Pencerahan.

225

ya~g ada di dalam, pikiran sehari-hari yang tak ternoda, yang tak menyimpa~g oleh pemikiran intelektual ataupun analisa logis.

Saat seorang pendeta memberitahu Master Hsueh Feng bahwa dia datang dari Kuil Sinar Rohani, Master berkata, "Di siang hari kita katakan sinar mentari, di malam hari kita katakan sinar lampu. Apa itu sinar rohani?" Pendeta itu tersebut tak mampu menjawab, jadi sang Msaster membantunya menjawab: "sinar mentari, sinar lampu." Orang yang telah cerah akan melihat sinat mentari dan sinar lampu bersifat rohani juga. Sebagai mana dikatakan orang-orang yang menekuni ch'an, saat seseorang belum ccerah ia melihat suatu gunung sebagai gunung dan sungai sebagai sungai. Apa yang telah berubah bukanlah hal yang eksternal; melaynkan diri seseorang dan cara seseorang menghadapi realitas. Dengan demikian pikiran biasa adalah pikiran rohani.

Cerita berikut melukiskan hal ini dengan baik. Suatu kali seorang wanita tua dari Gunung Ching mengundang tiga Master Ch'an untuk minum teh. Dia menyajikan tiga cangkir dan satu teko dalam suatu baki, dihadapan mereka dan berkata, "Dia yang memiliki kekuatan rohani dan menunjukkannya sehubungan dengan teh ini boleh meminumnya." Tamu-tamunya mendiam oleh tantangan sang wanita, tak mampu menanggapinya. Si wanita segera mengisi cangkir-cangkir dengan teh dan pergi tanpa sepatah katapun.

Menuang teh adalah tindakan biasa, tanpa sesuatu kecualian ataupun keanehan didalamnya. Namun tindakan inilah tanpa dirusak oleh campur tangan artifisial pikiran, yang akan mengungkapkan potnsi kerohaniian. Itulah tindakan sehari-hari ini yang bagaikan sungai mengalir deras dari suatu air �terjun. Sp ntanitas, keterus terangan dan ketulusan mengalir tanpa menyimpang dan takkan disalahka n pahami sebagai apapun lagi. Inii hanyalah dapat disadari oleh mereka yang telah mencapai kedalaman terhalus dari kebenaran.

Dalam pengalamam Hsueh Feng sendiri, kita dapati suatu ilustrasi atas jenis pencapaian tahap ini. Suatu kali sebelum dia sama sekali menjadi cerah, dai memberitahukan saudara pendetanya Yen t'zu bahwa dia telah mendapatkan pemahaman tertentu akan ajaran materi dan kehampaan, atau rupa dan sunyata, dari Master Yen Kuan. Yen t'ou menolak untuk menerima jenis pemahaman intelektual ini. Hsueh Feng melanjutkan penjelasannya bahwa dia telah cerah setelah membaca gatha Tung Shan Liang Chieh tentang penyebrangan sungai. Gatha tersebut mengidentifikasikan diri sejati sebagai berikut:

Dia sama seperti saya. Nama saya bukanlah dia! Namun, Yen T'ou menyangkal keabsahan penngalaman Hsueh Feng yang

mencapai kesadaran diri melalui gatha ini. Hsueh Feng menceritakan lagi kejadian lainnya yang berhubungan dengan

pencerahannya: "Saat saya bertanya poada Master Te Shan jika saya boleh mendapatkan

pengalaman yang diketahui para master terdahulu, dia memukulku, dan

Page 242: Ajaran Awal Buddhisme Ch'An

Ajaran Murni Ch’an Buddhis Ajaran Murni Ch’an Buddhis Ajaran Murni Ch’an Buddhis Ajaran Murni Ch’an Buddhis

226

hanyalah seperti ember yang dasarnya telah bolong." Yen t'ou mengucapkan suatu pernyataan "Ho!" dan bertanya, "tidakkah anda tahu bawah apa yang datang dari kekosongan tidak sebaik apa yang dihasilkan dari yang ada? Jika anda mengungkapkan pengalaman ch'an anda, apapun yang anda katakan atau kerjakan akan mengalir secara langsung dari pusat keberadaan terdalam anda, yang selanjutnya akan meliputi dan menembus keseluruhan alam semesta." Mendengar ini, Hsueh Feng seketika menjadi cerah dan membungkuk dalam pada Yen T'ou. Kejadian ini kemudian dikenal sebagai "Pencapaian Pencerahan dalam A-shan," yang merupakan desa dimana percakapan itu terjadi. Ajaran Hsueh Feng selanjutnya berakar dalam pe~galaman ini.

Hsueh feng menjadi master terkemuka di Cina Tenggara. Suatu kali seorang bertanya padanya, "Bagaimana menjadi diam dan bebas dari ketergantungan?" Hsueh Feng jawab, "Masih Terganggu." Master melanjutkan, "Bagaimana jadinya saat ia tak terganggu." Master terjawab, "Seorang tukang perahu dengan cepat meninggalkan YAng Chou." Nama kota pelabuhan Yang Chou kebetulan teringat oleh Master dan yang terpenting adalah dia mengatakannya dengan spantanitas dan tanpa maksud apapun.

Dalam ajara~nya Hsueh Feng juga menggunakan pukulan fisik, seperti halnya banyak master ch'an lainnya. Sebagai contoh, suatu seorang pendeta meninggalkan Hsueh Feng dan pergi mengunjungi Master Ling Yen. Diapun bertanya pada Master Ling Yen, "Sebelum Buddha dilahirkan siapa dia?" Master Ling Yen mengangkat fu-tzunya." Sekali lagi sipendeta berta~ya, "Setelah Sang Buddha dilahirkan, siapa dia?" Master juga mengangkat fu-tzunya. Si pendeta bingung olehnya dan kembali pada Hsueh Feng dan menceritakan kejadian dalam wawancara di atas. Hsueh Fengpun berkata, "Ulangi pertanyaan-pertanyaanmu padaku sekarang dan saya akan menjawabnya untukmu." Si pendeta mengulangi pertanyaannya yang pertama. Hsueh Feng mengangkat fu-tzunya. Kemudian si pendeta mengulangi pertanyaannya yang kedua. Master meletakkan fu-tzunya. Si pendeta mebungkuk dan disaat itulah Hsueh Feng memukulnya dengan keras.

Kemudian Hsuan sha, mengomentari episod ini, berkata, "Saya akan memberitahu kalian suatu cerita. Masalah pendeta ini juga sama dengan masalahnya seorang pemilik tanah yyang menjual semua tanahnya, tetapi tetap bertahan pada suatu pohon ditengah-tengah pohonnya." Dengan perkataan lain, sipendeta masih belum bebas penuh. Jadi Master Hsueh Feng memukulnya, membuatnya bebas dari keterikatan terakhir.

Pukulan digunakan untuk banyak tujuan. Kadang-kadang sifatnya menghukum dan adakalanya bukan. Bagi yang paham keduanya sama saja, namun yang cerah mengenal perbedaannya. Suatu kali Hsueh Feng mengangkat fu-tzunya dan berkata, "Ini adalah bagi mereka yang massih di kelas rendah." Seorang pendeta bertanya , "Apa yang akan anda lakukan bagi mereka dikelas berat?" Master masih mengangkat fu-tzunya. Si pendeta keberatan, "Tetapi itukan untuk mereka dikelas bawah!" Masterpun

Page 243: Ajaran Awal Buddhisme Ch'An

,Kecepatan dan Kecuraman, Cara Yang Berdaya Menuju Pencerahan.,Kecepatan dan Kecuraman, Cara Yang Berdaya Menuju Pencerahan.,Kecepatan dan Kecuraman, Cara Yang Berdaya Menuju Pencerahan.,Kecepatan dan Kecuraman, Cara Yang Berdaya Menuju Pencerahan.

227

memukulnya. Tindakan Hsueh Feng nampaknya sama setiap kali ia mengangkat fu-tzunya, sama sebenarnya itu cukup berbeda. Pertama kalinya ia mengangkatnya, tindaka~nya adalah untuk mengancam mereka-mereka yang tak memiliki pemahaman apapun dan pantas menerima satu pukulan sebagai hukuman. Kedua kalinya, isyaratnya bersifat simbolis atass tindakan besar spontan, bebas, tanpa arti, tanpa niat, tanpa subyek ataupun obyek. Tindakan besar ini, berasal dari pusat keberadaan Hsueh Feng yang terdalam, yang lazimnya merupakan jawaban yang diberikan para master ch'an.

Ada suatu cerita bahwa Chao Chou mengirim suatu fu-tzu sebagai hadiah pada seorang pangeran pelindung, sambil mengatakan dia telah menggunakannya sepanjang hidupnya tanpa melelahkannya. Pemakaian yang dirujuknya adalah kehidupannya sebagai lambang sesuatu yang diluar ruang dan waktu. Sebagaimana Niu T'ou Fa suatu kali berkata, "Saat pikiran berada dalam tindakan adalah sama dengan saat tanpa pikiran bertinddak." Dari tanpa pikiran muncul tindakan besar, dalam kebebasan totalnya dari obyektifitas dan subyektifitas, seperti didemonstrasikan sedemikian jelasnya oleh Hsueh Feng disini.

Tindakan besar takkan dapat dengan le~gkap didefiniikan ataupun dijelaskan, seperti yang telah kita dalam dis{usi kita te~tang bab Kuei Shan Lin Yu. Yang terdefiniskan dan terjelaskan jatuh ke dalam dunia pengetahuan. Walaupun kata-kata kita berhubu~gan dengan ch'an, penjelasan kita adalah sesuatu tentang ch'an dan tak mencapai inti masalahnya. Master-master mengajar langsung , tidak melalui penjelasan prinsip-prinsip melainkan melalui potensi besar. Ini khususnya benar dalam ajaran Hsueh Feng. Dia sama sekali menentang pendekatan intelektual dengan perkiraan kata-kata. Pernah dia mengutip pernyataan terkenal atau penyelsaian teoritas oleh Hui Neng, sesepuh keenaam, sehubungan dengan suatu masalah yang timbul.

Dua pendeta bertengkar apakah angin yang menggerakkan bendera atau sebaliknya. Pernyataan Hui Neng tentang hal ini telah menjadi suatu sastra ch'an yang klasik: "Bukan angin ataupun bendera yang bergerak. Pikiran andalah yang bergera{." Sebenarnya melalui dengan pernyataan ini Hui Neng dikenali sebagai sesepuh keenam sehingga kehidupannya dalam pertapaan berakhir; karena ia telah dikenal oleh dunia luar.2 Namun, sejak sesepuh keenam hingga Hsueh Feng telah berjalan dua abad dan telah banyak kemajuan dalam perkembangan dan ajaran ch'an. Tentang pernyataan klsik sesepuh keenma Hsueh Feng menyatakannya sebagai berikut: "Begitu hebatnya seorang sesepuh! Dia berkepala naga tapi berekor ular. Dia harus terima dua puluh pu{ulan!" Perkataan bukanlah suatu kelancangan melainkan

2 Hui Neng adalah penganak nasi di kuil Hung Jen, sesepuh kelima, Digunung Yellow Plum. Hung

Jen menemukan gatha yang dikarang Hui Neng dan memberikannya jubah dan mangkuk yang menandakan bahwa Hui Neng akan menjadi sesepuh keenam. Hui neng kemudian melarikan diri dari kuil tersebut dan menjalani hidup terpencil selama enam belas tahun hingga kejadian yang dijelaskan di atas tersebut terjadi dan diapun akhirnya diakui.

Page 244: Ajaran Awal Buddhisme Ch'An

Ajaran Murni Ch’an Buddhis Ajaran Murni Ch’an Buddhis Ajaran Murni Ch’an Buddhis Ajaran Murni Ch’an Buddhis

228

suatu cara untuk mengatakan bawah pencerahan pikiran haruslah tergantung pada kesadaran diri, bukan pada sekedar teori-teori mutakhir."

Namun, Hsueh Feng belumlah sama sekali bebas dari kekurangan untuk kritiknya terhadap sesepuh Keenam, ssebagaimana kita baca dalam cerita dalam bab tentang Hsuan Sha Shih pei dalam lampu: Hsueh Feng berkata pada Hsuan Sha, "jika lua sdunia hanya satu kaki, maka cermmin tua (Sunyata atau kehampaan atau Realitas absolut ) juga akan seluas satu kaki." Hsuan sha menunjuk pada kompor dan bertanya, "Berapa luas {ompor ini?" Hsueh Feng jawab, "Itu seluas cermin tua." Hsuan sha dengan amat kecewa~ya berkata, "Kaki Master tua kita belum menyentuh tanah." Dengan perkataan lain, jawaban Master Hsueh Feng bersifat intelektual dan superfisial, ya~g tidak timbul dari sumber keberadaannya. Identifikasi atas realitas dan penampilan atas prinsip dasar Buddhisme yang diturunkan dari jaman yang sangat tua. Hsueh Feng merujuk pada prinsip daszr ini dengan analogi. Cermin dalam analoginya melambangkan realitas, dunia sebagai penampilan. Dimana terdapat penampilan di situ terdapat realitas, oleh karena itu analogi Hsueh Feng masih berakar dalam akal. Hsuan sha dengan ahlinya mmengujinya dengan bertanya padanya luas kompor. amat disayangkan Hsueh Feng tidak mengetahui perangkap tersebut menjawabnya secara intelektual dan inilah sebabnya mengapa Hsuan sha mengkritiknya.

Dalam kesempatan lainnya Master Hsueh Feng berkata pada para hadirin: "Jika kalian ingin memahami pengalaman (ch'an) ini, pikiran kalian haruslah �seperti cermin tua. Saat orang n n-cina berdiri di depan~ya, non-cina tercermin didalamnya; saat cina berdiri didepannya, cina tercermin didalamnya. "Ide Hsueh Feng disini adalah bahwa idea pikiran siswa-siswa ch'an haruslah bebas dari segala distorsi dengan melihat segala hal tepat seperti apa adanya. Namun ini jugalah suatu analogi intelektual, yang jauh dari kebebasan tanpa pikiran. Sekali lagi Hsueh Feng menantangnya, "Andaikan cermin itu pecah, apa jadinyq?" Hsueh Fe~g jawab, "Maka baik non cina atau cina akan menghilang." Lagi -lagi Hsuan Sha telah memrangkapnya dalam jawaban logis dan menunjukkannya sebagai seorang master" yang kakinya belum mencapai tanah."

Namun, Hsueh Feng benar-benar menggunakan sejumlah pendekatan dengan berhasilnya untuk mencerahkan pikiran-pikiran siswanya tanpa diskusi intelektual. Seperti yang telah diilustrasikan sebelumnya, dia menggunakan pukulan dalam cara seperti Lin Chi, Te Shan dan lainnya. Dia juga menggunakan metode nama sipenanya untuk menggerakkan kesadaran asalnya atau Yeh Shi, dalam cara seperti Nan Ch'uan dan Yang Shan. Saat seorang pendeta yang bernama Ch'uan T'an bertanya, "Dalam satu lapangan rumput pendek terdapat sekumpulan rusa. Bagaimana anda dapat menebak pemimpin rombongannya?" Master segera memanggil nama Ch'uan T'an. "Ya, Master!" Dia ta~ggapi Hsueh Feng kemudian berkata padanya, "Pergilah minum teh ke sana!" SApa yang ingin diketahui pendeta Ch'uan T'an adalah mene}ukan diri sejatinya diantara gerombolan dirinya yang berganda. �Pembicaraan tentang rusa dan pemimpin rombongannya bersifat simb lis dan

Page 245: Ajaran Awal Buddhisme Ch'An

,Kecepatan dan Kecuraman, Cara Yang Berdaya Menuju Pencerahan.,Kecepatan dan Kecuraman, Cara Yang Berdaya Menuju Pencerahan.,Kecepatan dan Kecuraman, Cara Yang Berdaya Menuju Pencerahan.,Kecepatan dan Kecuraman, Cara Yang Berdaya Menuju Pencerahan.

229

secara dasar bersifat konseptual dalam pendekatannya. Namun pencarian konsepsual mencapai diri sejati, karena kesadaran diri bukanlah suatu proses ~on konseptual. Memanggil nama seseorang, sebaliknya , menggerakkan kesadaran asal dengan sekatika serta membukakan pikirannya. Kita telah melihat pendekatan ini sebelu}nya dalam dialog Kuei Shan dan Yang Shan. Hsueh Feng menrapkan metode yang terkenal ini dengan amat efektif.

Dalam suatu dialog yang ideal antara master Ch'an dan siswa-siswanya, akan terdapat kebebasan absolut. Adakalanya jawaban Sang Master menyangkal dan diwaktu lainnya menegaskan, namun pada umumnya jawabnya diluar menyangkal ataupun menjelaska. Sebagai contoh, saat seorang pendeta bertanya, "Adakah perbedaan antara ajaran para sesepuh dan ajaran para Buddha?" Master Wu-Tsu Fa Yen jawab, "Saat anda menampun air -air dalam tanganmu, ia akan mencerminkan bulan; saat anda mengumpulkan bunga-bunga, jubahmu menghisap keharumannya." Jawaban yang sedemikian tidak menyangkal atau menegaskan. Saat pertanyaazn yang sama diajukan pada Master Hsueh Feng, iap[un menjawabnya dengan sama. Jawabannya adalah, "Guntur menggeletar menguncang tanah namun tak ada yang terdengar dalam kamar." Inilah yang kemudian secara khas disebut Tung Shan sebagai bahasa hidup."

Master Ch'an Yun Men Wen Yen adalah seorang siswa Hsueh Feng dan pendiri aliran yang membawa namanya. Yun Men adalah nama kuil dimana ia memaparkan ajarannya dan seiring dengan berjalannya waktu dan merabknya nama harumnya, rekan-rekan dan para pengikutnyapun menyebbutnya sebagai Yun Men. Dalam Lampu,tak kurang dari lima puluh satu bab diabdikan pada khotbah-khotbah oleh siswa-siswanya. Di antara pengikutnya yang paling terkemuka adalah Tung Shan Shou Ch'u, Te Shan Yuan mi, Hsiang Lin Ch'eng Yuan dan Chih Men Kuang Tsu. Tung Shan Shou Ch'u secara umum dianggap sebagai yang terbaik diantara siswa-siswanya.

Dalam Catatan Karang Biru (Blua Cliff Records), terdapat seratus kung an yang dipilih dari catatan poara master Ch'an. Empat belasnya berasal dari Master Yun Men. Dan dalam Catatan Keheningan (Records of Serenity), terdapat delapan Kung an yang dipilih dari Karya Yun Men. Kumpulan pertama digunakan oleh aliran Lin Chi sebagai teks untuk studi Ch'an sedangkan yang kedua merupakan kitab dasar bagi aliran Ts'ao Tung.

Menurut Liao Yuan fu Yin, yang merupakan seorang sehabat Su T'ung P'o, penyair besar abad ke dua belas, Yun Men merupakan seorang pemberi kuliah yang fasih, khotbah-khotbah mengalir dengan penuh daya dan fasih, " bagian siraman hujan." Dia tak pernah mengijinkan pendengarnya mencatat. "Apa baiknya mencatat kata-kataku dan mengikat lidahmu?" demikianlah katanya saat dia memarahi mereka yang ingin mengingat perkataanya. Sesungguhnya, dialog-dialog Master ini sampai kepada kita karena dicatat oleh pelayannya Hsiang Lin Ch'eng Yuan, yang memakai baju kertas agar ia dapat mencatat perkataan Sang Master dengan diam-diam.

Dalam baris-baris syair berikut Master memberi petunjuk tentang semangat ajarannya:

Page 246: Ajaran Awal Buddhisme Ch'An

Ajaran Murni Ch’an Buddhis Ajaran Murni Ch’an Buddhis Ajaran Murni Ch’an Buddhis Ajaran Murni Ch’an Buddhis

230

Betapa curamnya gunung Yun Men! Betapa rendahnya awan putih menggantung! Sungai gunung mengalir dengan derasnya Hingga ikanpun takkan berani menetap. Tinggi dan curamnya gunung Yun Men memberikan kita suatu perasaan

kesendirian dan kebebasan. Gerakkan cepat sungai membuatnya tetap suci bersih. Kecepatan dan kecuraman adalah ciri gaya yun Men dan merupakan sifatnya yang penuh daya untuk mencerahkan siswa-siswanya. Saat seorang pendeta bertanya padanya, "Siapa itu Buddha?" Jawabannya adalah, "Najis!"3 Di sini Yun Men tidaklah membuat ajaran yang menista pimpinan besar keagamaan kita ini. Melainkan, dia hanyalah melakukan suatu usaha dramatis untuk menyangkal semua dogma agama, yang hanyalah merupakan halangan menuju kesadaran total atas sifat Buddha seseorang. Maksud ini dapat dilihat dengan lebih jelas lagi dalam pernyataan lainnya sehubungan dengan Buddha. Dikatakan tentang Sakyamuni bahwa saat ia dilahirkan ia berujar, "Di atas langit dazn dibawah langit, sayalah sendirilah Yang Dihormati!" Komentar Yun Men tentang pernyataan ini adalah jika ia berada di sana saat Sakyamuni membuat pernyataan ini, dia akan membunuhnya langsung ditempat dan lemparkan jasadnya pada anjing. Usaha-usahanya yang tak konvensional dan blak-blakan untuk membebaskan air-air yang menerjang deras dan gunung-gunung kokoh.

Suatu kali saat Master Yun Men ditanya apa itu mata Dharma yang benar, dia berkata, "P'u!" P'u secara harfiah berarti, "dimanapun." Dalam Kumpulan dan Klasifikasi Bahan-Bahan Ch'an (Collection and Classification of Ch'an Materials) Chuan 10, terdapat suatu gatha yang ditulis Tung Shan Hsiao ts'ung dijaman Dinasti Sung :

Apa kata P'u lazimnya berarti? Seseorang haruslah melihat kilatannya! Jika anda mencoba memahaminya dengan akal, Ah, anda hanyalah

menempeli borok dengan sepotong daging! Rupanya, seseorang haruslah dihantam kilatan cepat p'u dan menjadi

cerah daripada menganalisa artinya terpisah dari diri kita. Hanya saat itulah ia akan benar-benar mengalami kekuatan kata-kata.

Yuin Men diocerahkan oleh Master Mu Chou (Chen Tsun Su) dan kemudian dikirim pada Hsueh Feng I-ts'un, yang dilayaninya sesaat sebagai bhikkhu kepala. Saat dia pertama kalinya datang pada Mu Chou untuk mencari kebenaran, dia berulang kali ditolak. Dia pun berturut-berturut tiga kali pergi menemui Sang Master dan setiap kalinya diusir dengan kasar. Hari ketiganya, dia berhasil menyusp kedalam namun tertangkap oleh Mu Chou, yang mendesaknya, "Ngomong! Ngomong!" Saat Yun Men baru akan megatakan sesuatu, Master mendorongnya keluar dan membanting pintu

3 Kan shih chueh. Ungkapan ini dfapat diterjemahkan dalam dua cara: sepotong najis kering atau

suatu tongkat bumbu yang digunakan untuk membersihkan seperti halnya kertas toilet zaman ini.

Page 247: Ajaran Awal Buddhisme Ch'An

,Kecepatan dan Kecuraman, Cara Yang Berdaya Menuju Pencerahan.,Kecepatan dan Kecuraman, Cara Yang Berdaya Menuju Pencerahan.,Kecepatan dan Kecuraman, Cara Yang Berdaya Menuju Pencerahan.,Kecepatan dan Kecuraman, Cara Yang Berdaya Menuju Pencerahan.

231

padanya serta mematahkan sebelah kakinya. Nyatanya sakitnya yang menyengat ini membuatnya cerah dengan seketika. Tentu saja akan merupakan usaha sia-sia untuk mendapatkan penjelasan rasional terhadap siswanya yang penuh tekad ini.

Mu Chou sebagaimana kita kenal adalah bhikkhu pemimpin di kuil Huang Po sat dia menyarankan pada Lin Chi untuk bertanya pada Master Huang Po Lin Chi pergi mengunjungi Huang Po hingga tiga kali dan setiap kalinya menerima pukulan. Di sini kita temukan metode yang sama 6yang digunakan Mu chou untuk mencerahkan Yun Men saat ia mmencari kebenaran darinya. Tidaklah hingga kali ketiga saat pintu ditutup dan menindihnya, yang membuatnya merasa sakit luar biasa, Yun Men menjadi cerah. Sama halnya, Lin Chi juga tidak mencari cerah hingga ia meninggalkan kuil dalam kekecewaannya, berjalan kaki menuju ke tempat Master Ta Yu untuk meminta bantuannya. Kemudian, saat master Yun Men telah menjadi penemu "Kwan!" yang penuh dengan kekuatan juga teringat akan sahutan "Ho!"nya Lin Chi yang digunakan dengan otoritas yang sama. Perbandingan-perbandingan ini menyarankan bahwa semakin baik kita memahami salah satu master, semakin baik kita akan pahami yang lainnya.

Para Buddha Ch'an mengatakan, "Saya mengangkat sebuah jari dan seluruh dunia bergerak dengannya." Jika seseorang memahami perkataan ini secara intuitif , seseorang akan menjadi cerah akan kebenaran sebagaimana Chu Shih oleh master T'ien Lung." Jari-jari ini merupakan suatu simbol kesendirian absolut. Saat sipelajar yang serius menembus kedalam kesendirian absolut, ia dengan seketika terbawa epada kedalaman rohani. Untuk tujuan yang sama Yun Men mengangkat tongkatnya sambil berkata, "Saya telah memberitahukanmu bahwa Buddha yang tak terhingga, masa lalu, masa sekarang dan mendatang, kedua puluh delapan sesepuh di India dan sesepuh Keeenam di Cina semuanya mendebatkan kebenaran ajaran Buddha di ujung sebuah tongkat." Seorang komentar kemudian berujar , "Segera seseorang memahami tongkat tersebut, dia telah menyelesaikan studi Ch'an." Sama halnya begitu seseorang memahami jari tersebut, dia memasuki kedalaman absolut dan menjadi cerah. Namun, untuk pemahaman yang lebih baik atas teknik-teknik ini, kitaz harus melakukannya dengan baik untuk mengingatkan diri kita akan prinsip filosofis yang mendasar akan "Universalitas dalam Partikularitas" (p'ien chung cheng), yang dikemukakan oleh Tung Shan Liang Chieh sebagai salah satu dari lima hubungan antara dua polaritas. Aliran Hua Yen mengungkapkan prinsip ini sebagai "satu dalam banyak." Dengan hal ini dalam pikiran sebagai contohnya,m arti tulisan berikut dalam bab tentang Yun Men menjadi jelas:

Diantara master0master tua terdapat cukup sedikit yang mentransmisikan pada kita ajarannya untuk membantu. Sebagai contoh, Master Hsueh Feng berkata, "Seluruh semesta ini tidak lain daripada dirimu sendiri." Master Chia Shan berkata, "Temukan dirimu di puncak seratus bantang rumput dan mengenali raja dipasar yang ramai." Master Lo-p'u berkata, "Saat anda memegang sepenggal debu, anda pegang semesta luas ini dalam tanganmu.

Page 248: Ajaran Awal Buddhisme Ch'An

Ajaran Murni Ch’an Buddhis Ajaran Murni Ch’an Buddhis Ajaran Murni Ch’an Buddhis Ajaran Murni Ch’an Buddhis

232

Seekor singa berbulu, seluruhnya adalah anda." Terimalah perkataan ini dan renungkanlah berulang-ulang. Setelah berhari-hari, bertahun-tahun, anda akan temukan pintu masukmu."

Saat kita baca kitab tentang Yun Men kita mungkin terheran tahu mengapa Sang Master ini sebaliknnya berulang-ulang memperingati siswa-siswanya untuk tidak memncari kata-kata dari master-master tua, karena itu hanyalah bahan tertawaan dan mengapa sebaliknya dia sendiri berbicara sedemikian luas tentang Ch'an dan sebenarnya sering dirujuk pada perkataan master-master besar pendahulunya. Namun, pertentangan nyata yang demikian akan terpecahkan jika kita telag memperhatikan kata-katanya dengan teliti: "Dia mungkin saja bicara sepanjang namun tidak membawa sepatah katapun dalam mulutnya. Dia makan dan berpakaian setiap hari, namun dia seolah-olah tak meraskan sebutir nasipun maupun menutupi dirinya dengan sehelai benangpun."

Yun Men juga mengajarkan bahwa jika anda berbicara tentang Ch'an dan menemukan caramu menuju kebebasan dalam berbicara, maka apa yang anda katakan adalah Ch'an. Dengan demikian dia terus berbicara walaupun, seperti selalu ditunjukkannya, pencapaian Ch'an yang sejati tergantung pada kesadaran rohaninya.

Sekarang marilah kita tinjau secara singkat ajaran Tungshan Shou Ch'u, siswaz terbaik Master Yun Men. Seperti yang kita lihat, Yun Men sangat menatangg mereka yang tergantung pada khotbah-khotbah para master, namun dia mengajarkan bahwa terdapat kata-kata berada diluar kata-kata. Ini katanya , speerti makan nasi setiap hari tanpa kemelekatan terhadap sebutir nsasipun. Hal ini juga sama dengan Master Tung Shan. Dia mendefiniskan dua jenis kata: "Jika terdapat maksud rasional tersirat dalam kata, maka itu adalah kata mati; jika tidak terdapat maksud rasional dalam kata, maka itulah kata-kata hidup."

Saat Tung Shan pergi mengunjungi Master Yun Men, jawabannya tak diterima Master karena kata-katanya adalah kata-kata hidup seperti yang telah kita perhatikan. Mari kita lihat dialog ini antara Yun Men dan Tung Shan:

"Darimana anda datang baru-baru ini?" "Dari Ch'a-tu." "Di mana anda di musim panas?" "Saya berada di kuil Pao Tzu di Hunan." "Kapan and apergi ke sana?" "Di bulan delapan tahun lalu." "Saya bebaskan anda dari tiga puluh pukulan!" HAri berikutnya Tung Shan pergi bertanya pada Yun Men yang berkata,

"Kemarin anda berkenan membeaskan diriku dari tiga puluh pukulan namun saya tak tahu apa salahku."

"Oh, kau gentong nasi! Inilah caramu bertualang dari seberang barat sungai ke sebelah selatan Danau!

Page 249: Ajaran Awal Buddhisme Ch'An

,Kecepatan dan Kecuraman, Cara Yang Berdaya Menuju Pencerahan.,Kecepatan dan Kecuraman, Cara Yang Berdaya Menuju Pencerahan.,Kecepatan dan Kecuraman, Cara Yang Berdaya Menuju Pencerahan.,Kecepatan dan Kecuraman, Cara Yang Berdaya Menuju Pencerahan.

233

Apa yang diberikan Tung Shan sebagai jawabanya pada pertanyaan Yun Men adalah jawaban logis dan bukan kata-kata hidup. Setelah ia menjadi cerah dan menjadi master , kata-kata cukup berbeda, seperti yang dapat kita lihat dalam percakapan berikut:

Seorang pendeta bertanya padanya, "Sebelum terdapat pikiran, dimana segala sesuatunya?"

Tung shan jawab, "Daun-daun teratai bergerak tanpa hembusan, jadi pasti ada ikan sedang berenang lewat.

Seorang pendeta lainnya bertanya padanya, "Apa tugas wajib seorang pendeta Ch'an?"

Tung shan jawab, "Sat awan-awan menyelimuti puncak gunung Ch'u, akan terdapat badai hujan yang lebat."

Renang ikan dan gerakan daun teratai tak ada hubungannya dengan pertannyaan sehubungan dengan eksistensi segala sesuatu dan badai hujan dan Gunung Ch'u bukanlah jawaban atas pertanyaan yang bertalian dengan tugas pendeta, namun semuanya ini dinilai oleh master-master Ch'an sebagai jawaban terbaik yang dicatat dari perkataan Master Tung Shan. Inilah jawaban dalam kata-kata hidup. Dalam dialog Yun Men kita juga dapati jawaban-jawaban seperti ini:

Pendeta: "APa ide meendasar dari ajaran Sang Buddha?" Yun Men: "Saat musim semi datang, rumput menjadi hijau dengan

sendirinya." Pendeta: "Apa ituy Niu T'ou Fa yung sebelum ia bertemu dengan sesepuh

Keempat?" Yun Men: "Dewi welas asih disembah oleh setipa keluarga." Pendeta: "Nyengat dalam bara api menelan si harimau." Jawaban-jawaban YunMen ini jelasnya tidak berhubungan secara logis

dengan pertanyaan yang diajukan padanya. Jawaban ini tak menyiratkan niat rasional melainkan cahaya rohani berpancar darinya.

Dalam ajaran Tung Shan terdapat suatu kung an terkenal yang banyak dikomentari oleh master-master selanjutnya. Seorang pendeta bertanya pada Tung Shan, "Apa itu Buddha?" Tung shan jawab, "Tiga chin rami." Jawaban inni juga mengingatkan pada jawaban Yun Men sat dia ditanya, "APa zajaran diluar para Buddha dan sesepuh?" Dia berkata, "Kue serabi!" Jelaslah Tung shan dan Yun Men berjalan dijalur yang sama, namun jenis jawaban ini telah sering digunakan master-master Ch'an terdahulu. Jauh sebelum Yun Men, Chao Chou ditanya, "Apa makna kedatangan Bodhidharma dari barat?" Dia jawab, "Pohopn cemara dihalaman." Beberapa saat setelah Tung shan mengumumkan kung an "toga chin rami"nya yang terkenal itu, seorang pendeta pergi ke Chih men Kuang Tsu dan menanyakan apa arti jawaban ini. Dia beritahu, "Bunga-bunga bersinar terang." Karena si pendeta masih belum memahaminya, Chih Men menambahkan lagi, "Bambu-bambu di selatan dan pohon-pohon di utara." Jawaban terkenal ini kemudian tercatat dalam Catatan Karang Biru (Blue Cliff Records).

Page 250: Ajaran Awal Buddhisme Ch'An

Ajaran Murni Ch’an Buddhis Ajaran Murni Ch’an Buddhis Ajaran Murni Ch’an Buddhis Ajaran Murni Ch’an Buddhis

234

Semua jawaban ini, dari Tung shan, Chih Men, Yun Men, Chao Chou dan lain-lainnya tak bermakna simbolis. Ini hanyalah ungkapan-ungkapan sederhana dan merupakan fakta, yang berasal dari kesadaran yang paling dalam seperti air mengalir dari air terjun atau kuncup bersemi dibawah terik mentari. Namun masing-masing ucapan ini mengandung kekuatan yang tak terhingga, diluar pikiran dan memutuskan semua lintasan intelek.

Dalam Catatan Karang Biru kita dapati komentar Yuan Wu K'e Ch'in atas kung an Tung Shan, yang diterjenahkan oleh Dr Suzuki ke dalam bahasa Inggris:

Dewasa ini terdapat orang-orang yang sama sekali tak memahami koan(kung an) ini; Hal ini disebabkna tidak terdapatnya celah didalamnya untuk menyisipkan "gigi" intelektual mereka. Maksud saya koan ini terlalu sederhana dan tak berbumbu. Berbagai master terhadap pertanyaan, "Apa itu Buddha?" Yang stu mengatakan, "Dia duduk di Aula Buddha." Yang lainnya berkata, "Dia yang dikaruniai tiga puluh dua tanda keunggulan." Yang lainnya lagi: "Cambuk akar bambu." Namun, tak satupun menandingi "Tiga chin rami," karena ketidakrasionalitasnya memutuskan segala jalan spekulasi beberapa sikap berkomentar bahwa Tung Shan sedang menimbang rami di saat itu, sehingga demikianlah jawabnya. Yang lainnya mengatakan bahwa hanyalah suatu muslihat Tung Shan untuk berdalih; dan yang lainnya lagi berpikir karena sipenanya tidak sadar akan kenyataan dirinya merupakan Buddha, Tung Shan menjawabnya dalam cara tidak langsung ini.

Komentar-komentar ini semuanya bagaikan mayat karena mereka sama sekali tak mampu memahami kebenaran hidup. Namun, masih terdapat yang lainnya yang menafsirkan "tiga chin rami" sebagai Buddha (dengan demikian memberikannya suatu penafsiran panteistik). Betapa liar dan fantastisnya ucapan mereka! Sepanjang mereka dibodohi kata-kata, mereka takkan dapat berharap untuk menembus ke dalam hati Tung Shan bahwa jika mereka hidup di jaman Buddha Maitreya. Mengapa? Karena kata-kata hanyalah alat untuk menunjuk kebenaran. Tanpa memahami makna master tua, mereka hanyalah berusaha mencarinya dalam kata-katanya saja. Namun mereka hanya berusah mencarinya dalam kata-katanya saja. Namun mereka tak temukan apapun di sana untuk menopang tangannya mereka. Kebenaran itu sendiri diluar semua deskripsi, sebagaimana telah ditegaskan seorang bijak zaman kuno, namun melalui kata-katalah kebenaran itu diwujudkan.4

Jenis kata inilah yang dinamakan Tung shan sebagai bahasa hidup dan bahasa inilah yang akan ditemukan dalam khotbah-khotbah yang diberikan para master berikut ini.

4 Suzuki, Essays in zen Buddhism, series II, h.89-90.

Page 251: Ajaran Awal Buddhisme Ch'An

235

HHHHSUEH SUEH SUEH SUEH FFFFENG ENG ENG ENG IIII----TTTTSUNSUNSUNSUN ( 822-908)

"Tak Membutakan Mata Siapapun" (DARI TRANSMISI LAMPU, CHUAN 16)

Master ch'an Hsueh-Feng I-Tsun dari Fu-Chou1 adalah seorang penduduk

asli Nan-an dari ch'uan-chou.2 Nama keluarga asalnya adalah Tsang. Keluarganya telah beragama Buddha selama beberapa generasi. Sejak masa kecilnya dia telah tidak menyukai daging. Bahkan sejak bayi dia telah menunjukkan minat dan rasa ingin tahu terhadap suara-suara dari kuil dan panji-panji Buddha. Pada umur dua belas dia pergi bersama ayahnya ke kuil Yu chien di P'u t'ien dimana dia bertemu dengan master Vinaya Ch'ing hsuan. Hsueh Feng segera menghormatinya dan berkata, "Anda adalah guruku." Dengan demikian diapun tinggal di kuil dan menjadi seorang pelayan hingga ia berumur tujuh belas tahun, saat rambutnya dicukur. Diapun kemudian pergi mengunjungi master chang chao dari Gunung Fu-Yung. Master ini menyukainya dan meramalkan ia akan menjadi seorang tokoh buddhis. Kemudian diapun berangkat ke vihara Pao-ch'a di Yu-Chou,3 dimana ia ditasbihkan. Hsueh Feng telah menghadiri banyak persamuan ch'an, namun ia hanya berjodoh dan mendapatkan pemahaman dari master Te-Shan Hsuan Chien.4

Di tengah periode Hsien-t'ung (860-873) dia kembali ke Fukien dan mendirikan suatu kuil di Puncak salju (Hsueh-Feng) di Gunung Hsiang-Ku. Siswa-siswa dan pengikut-pengikutnya segera bergabung dengannya. Kaisar I-Tsung menganugerahkannya gelar Master Agung Chen-Chio dan memberikannya suatu jubah kehormatan yang berwarna jingga.

Seorang pendeta bertanya, "Asdakah perbedaan atau persamaan di antara ajaran-ajaran sesepuh Ch'an dan ajaran aliran Buddhisme lainnya?" yang 1 Foo-chow, sekarang ibukota prpopinsi fukien. 2 Sekarang chin chiang (Tsin kiang), disebelah tenggara popinsi Fukien di selat formosa. 3 Sekarang Cho hsien, barat daya peking di propinsi Hopeh. 4 780-865. Lihat The lamp, chuan 15.

Page 252: Ajaran Awal Buddhisme Ch'An

Ajaran Murni Ch’an Buddhis Ajaran Murni Ch’an Buddhis Ajaran Murni Ch’an Buddhis Ajaran Murni Ch’an Buddhis

236

dijawab Master, "Gemuruh menggelatar mengguncang tanah namun tak terdengar apapun didalam kamar." Dia tambahkan, "Apa tujuan petualangan kakimu?"5

Pertanyaan: "Bagaimana mataku pada mulanya berfokus dengan benar, tetapi sekarang, karena ajaran Master, pandanganku diterdistorsi?"

Master: "Di tengah kebingungan seseorang melihat BOdhidharma." Si penanya berlanjut, "Di mana mataku?" Master: "Anda belum menerima ini dari gurumu." Pertanyaan: "Jika seseorang telah mencukur rambutnya, memakai jubah

pendeta, dan menerima perlindungan Buddha, mengapa ia masih belum dikenali sebagai orang sadar akan Buddha?"

Master: "Itu tak sebaik memilliki sesuatu daripada tak memiliki apapun." Suatu kali Master berkata pada seorang bhikkhu kepala, "Kata dengan

demikian' selalu digunakan sebagai pembagian antara teks dan sutra. Apa teks utama dari sutra?" Si bhikkhu kepala tak menjawab.

Pertanyaan: "Seseorang bertanya, "Di antara Tiga Badan,6 badan yang manakah tak menderita nasib duniawi?" Master terdahulu mengatakan bahwa ia selalu berkonsentrasi padaz ini. Apa artinya?"

Master: "Saya telah memanjat Gunung Tung"7 sembilan kali." Si pendeta ingin bertanya lebih lanjut, tapi Sang Master menyahut, "Bawa

pendeta ini keluar!" Pendeta lainnya bertanya, "Apa artinya bertemu empat mata?" Mssaster: "Seribu mil bukanlah jalan yang panjang." Pertanyaan: "Apa sepertinya seorang maaster besar?" Master: "Anda punya hak melihat padanya." Pertanyaan: "Apa yang didiskusikan Manjusri dengan Vimalakirti?"8 Master: Maknanya telah hilang." Seorang pendeta bertanya, "Bagaimana jadinya berada dalam keheningan

dan bebas dari ketergantungan?" Msaster: "Masih terganggu." Pendeta itu menirukan, "Apa jadinya saat ia tak terganggu?" Msaster: "Seorang tukang perahu dengan cepat meninggalkan Yang

Chou."9

5 Lihat catatan di atas. 6 Tiga badan adalah dharmakaya, sambhogakaya dan nirmanakaya, yang dapat diterjemahkan

sebagai realitas abslout, kebijaksanaan dan pembebasan. 7 Di gunung Tung terdapat kuil dimana master Tung shan Liang Chieh mengajar. Konon Hsueh

Feng I-Tsung pergi ke sana hingga sembilan kali untuk memperoleh bimbingannya. 8 Mansjusri adalah seorang Bodhisattva yang selalu ditempatkan di sisi kiri Sakyamuni sdebagai

pengawal kebijaksanaan. Vimalakirti adalah sejaman dengan sakyamuni. 9 Yang chow, sebelah utara sungai Yang tze di propinsi Kiangsu. Terusan utama berrtemu di sini

yang mebuatnya sebagai pusat lalu lintas.

Page 253: Ajaran Awal Buddhisme Ch'An

HSUEH FENG IHSUEH FENG IHSUEH FENG IHSUEH FENG I----TSUNTSUNTSUNTSUN

237

Seorang pendeta memulai, "Di zaman dulu ada suatu perkataan..." Master segera merebah. Setelah sesaat iapun berdiri dan berkata, "Apa yang anda tanyakan?" Saat si pendeta mengulangi pertanyaan Sang Master berkkomentar, "Ksawan ini mensia-siakan waktunya dan akan mati dalam sia-sia!"

Pendeta lainnya bertanya, "Apa maksudnya saat anak panah akan meniggalkan busur?"

Msaster: "Jika si pemanah adalah jagoan ia akan takan mencoba membidik sasarannya."

Pendeta: "Jika mata setiap orang tak membidik pada sasaran apa yang akan terjadi?"

Master: "Jadilah jagoan sesuai dengan bakatmu." Pertanyaan: "Seorang master tua pernah mengatakan bahwa saat

seseorang bertemu dengan seorang lelaki yang memahami Tao, dia hazruslah menjawabnya baik tanpa kata maupun bukan keheningan. Bagaimana dia harus menjawabnya?"

Msaster: "Pergi minumlah secangkir teh." Master bertanya pada seorang pendeta dari mana ia berasak. Jawabannya

adalah "Dari kuil Sinar Rohani." Master mengomentarinya, "Di siang hari kita dapat sinar mentari; di malam kita dapati sinar lampu. Apa itu sinar rohani?" Pendeta itu tak menjawab. Master kemudian membantunya menjawab: "Sinar mentazri, sinar lampu."

Pendeta Hsi10 bertanya, "Orang pintar dahulu berkata bahwa dia yang memahami kebenaran tertinggi yang diajarkan Sang Buddha berkualifikasi untuk mengatakannya. Apa yang akan dikatakannya?" Mastere menangkapnya dan memberikan perintah, "Katakan! Katakan!" Kemudian Master memukulnya jatuh. Saat Hsi bangkit dengan keringat yang mengucur.

Master bertanya pada seorang pendeta dari mana dia datang. Si pendeta jawab bahwa dia baru saja meninggalkan ibukotsaz Chekiang. Master bertanya lebih lanjut, "apakah anda datang melalui jalan sungai atau darat?" Pendeta tersebut menjawab, "Tak satupun rute ada hubungannya." Master mendesaknya, "Bagaimana anda sampai di sana?" Pendeta itu jawab, "Adakah sesuatu yang menghalangi jalanku?" Master segera memukulnya.

Pertanyaan: "apa yang dimaksudkan Master tua saat dia berkata, "Tampilkan dirimu berhadapan denganku?"

Masssster berkata, "Ya!" Si penanya melanjutkan, "apa itu menampilkan diri seseorang berhadapan

dengan master?" Master menyahut, "Ya, tuhan! Ya, tuhan!" Master bertanya pada seorang pendeta, "Berapa tua kerbau ini?" Dia tak

menerima jawaban dan menjawab sendiri, "Umurnya tujuh puluh tujuh." Seorang pendeta bertanya padanya, "Mengapa anda, Master harus menjadi

10 Hsi bertanggung jawab atas persediaan makanan di kuil.

Page 254: Ajaran Awal Buddhisme Ch'An

Ajaran Murni Ch’an Buddhis Ajaran Murni Ch’an Buddhis Ajaran Murni Ch’an Buddhis Ajaran Murni Ch’an Buddhis

238

seekor kerbau?"11 Master berkata, "apa salahnya?" Saat si pendeta pergi, Master bertanya padanya kemana ia akan pergi." Pergi mengunjungi Ching-shan,"12 jawabnya. Master berkata, "Jika Ching Shan bertanya padamu tentang ajaran agama Buddhanya saya, apa yang akan anda katakan?" Si pendeta jawab, "Saya akan menjawabnya saat ia bertanya padaku." Master memukulnya.

Kemudian Master bertanya pada Tao-Fu,13 "atas kesalahan apa saya pukul si pendeta itu?" Tao-Fu jawab, "Tanya Ching Shan; nantinya pasti akan jelas." Master berkata, "ching Shan berada di chekiang. Bagaimana bisa saya bertanya padanya untuk memperjelas hal ini?" Tao-fu membantahnya, "Belum pernahkah anda dengar jika anda bertanya pada mereka yang jauh anda akan mendapatkan jawabannya dari mereka yang dekat padamu?" Master tetap diam.

Suatu hari Master berkata pada Hui-leng,14 "saya pernah dengar bahwa kuei shan bertanya pada Yang Shan kemana perginya para orang bijak dulu. Yang shan jawab bahwa mereka mungkin berada di langit atau di bumi. Apa anda kira maksud Yang Shan?" Hui leng berkata, " Ini bukanlah jawaban yang benar atas pertanyaan kemana orang -orang bijak dulu pergi dan dari mana mereka berasal." Master berkata, "anda sama sekali tidak setuju dengan Yang shan?" jika seseorang bertanya padamu, apa yang akan anda katakan?" Hui-lenbg jawab, "szya hanya akan mengatakan dia salah?" Hui leng berkata, "jawabanku tak ada bedanya dari kesalahan."

Master bertanya pada seorang pendeta, "Dari mana anda berasal?" Jawab: "Dari Kiangsi." Msaster: "Berapa jauhnya Kiangsi dari sini?" Jawab: "Tak jauh." Master mengangkat fu-tzunya dan berkata, " Adakah ruangan untuk ini?" Jawab: "Jika terdapat cukup ruangan untuk itu, maka Kiangsi akan jauh

letaknya." Master memukul si pendeta. Seorang pendeta bertanya, "saya bsaru datang ke kuil ini. Saya mohon

padamu untuk menunjukkan jalan menuju kebenaran." Master berkata, "Lebih baik saya diayak jadi abu. Saya tak berani membuat

buta mata pendeta yang manapun." Seorang pendeta bertanya, "Atas apa yang terjadi setelah empat puluh

sembilan tahun mengajar ajaran Sang Buddha, saya takkan bertanya padamu. Namun apa yang terjadi sebelum empat puluh sembilan tahun tersebut?"

Master memukulkan fu-tzunya kemulut si pendeta.

11 Master berumur tujuh puluh tujuh di saat itu, demikianlah tanggapan si pendeta. 12 Ching shan Hung Yin (wafat 901). Lihat the lamp, chuan 11. 13 Ching ch'ing shun te (864-937). Lihat the lamp, chuan 18. 14 h'ang ch'ing Hui-leng (854-932). Lihat the lamp, chuan 18.

Page 255: Ajaran Awal Buddhisme Ch'An

HSUEH FENG IHSUEH FENG IHSUEH FENG IHSUEH FENG I----TSUNTSUNTSUNTSUN

239

Ada seorang pendeta yang meninggalkan Master untuk mengunjungi Ling Yun,15 yang ditanyannya, "sebelum dilahirkan, Buddha itu apa?" Ling Yun mengangkat fu-tzunya. Pendeta itu bertanya lagi, "apa kah dia setelah dilahirkan?" Ling Yun mengangkat lagi fu-tzunya. Si pendeta yang gagal memahaminya, kembali lagi pada master. Master bertanya padanya, "anda baru saja pergi dan sekaran balik lagi, tidakkah itu terlalu cepat?" Si pendeta tersebut jawab, "saat ssaya bertanya pada Ling Yun tentang ajaran Sang Buddha, jawabannya tidak meuaskan saya, jadi saya kembali lagi kemari." Master bertanya, "apa yang adan tanyakan?" Si pendeta kemudian menceritakan pengalamannya dengan Ling Yun. Mendengar duduk perkaranya, Master berkata, "Tolong ajukan lagi pertanyaannya padaku dan saya akan menjawabmu." Si pendeta kemudian bertanya, "Sebelum dilahirkan, apa itu Buddha?" Master mengangkat fu-tzunya. Si pendeta itu bertanya lagi, " Apalah dia setelah dilahirkan?" Msaster meletakkan fu-tzunya. Si pendeta membungkuk dalam dan Master memukulnya.

Master mengutip ucapan sesepuh keenam: "bukan angin ataupun bendera yang bergerak. Pikiran andalah yang bergerak." Dia mengomentarinya, "Betapa hebatnya sang sesepuh! Dia memiliki kepala naga yang berekor ular."16 Saya akan memberikannya dua puluh hajaran." Pendeta Fu17 dari T'ai Yuan, yang berdiri di sisi master, menggerutuknya giginya saat ia mendengar ucapan ini. Master mengkau, seteleha apa yang diucapkan sesaat lalu, saya juga hrus diberikan dua puluh pukulan.

Master bertanya poada Hui-ch'uan, "Bagaimazna anda masuki ch'an?" Hui-ch'uan jawab, "saya telah mendiskusikannya denganmu, Master!" Master berkata, "Kapan kita mendiskusikannya?" Hui-Ch'uan jawab, "Bagaimana anda bisa sampai lupa?" Master berkata, "Bagaimana anda masuki ch'an?" Hui ch'uan tak menjawab dssan dipukul Sang Master.

Ch'uan-t'an bertanya, "Di lapangan rumput terdapat sekumpulan rusa. Bagimana anda menembak pemimpin rombongan tersebut?" Msaster memanggil nama ch'uan t'an, yang ditanggapi ch'uan t'an. Master berkata padanya, "Pergilah kesana minum secangkir teh!"

Master bertanya pada seorang pendeta, "Dari mana saja anda?" Si pendeta jawab, "Saya meninggalkan Kuei shan setelah memintanya menjelaskan ide kadatangan Bodhidharma dari Barat. Dia hanya menjawab dengan duduk diam dalam silanya." Msaster bertanya pzadanya, "Anda setuju dengan sikapnya itu?" "," jawabnya. Master melanjutkan: "Kuei-shan adalah seorang Buddha tua. Anda harus segera pulang dan membungkuk padanya, akuilah kesalahanmu." Saat Hsuan Sha Shih Pei18 mendengar hal ini, dia pun berkata,

15 Ling Yun Chih Ch'in. Lihat the lamp chua 11. 16 Suatu ungkapan umum yang berarti menyusut hingga menjadi kosong setelah

mempertunjukkan kebesaran pada mulanya. 17 Lihat the lamp, chuan 19. 18 835-908. Lihat the lamp, chuan 18.

Page 256: Ajaran Awal Buddhisme Ch'An

Ajaran Murni Ch’an Buddhis Ajaran Murni Ch’an Buddhis Ajaran Murni Ch’an Buddhis Ajaran Murni Ch’an Buddhis

240

"Kawan tua di puncak Gunung (Hsueh Feng) tak memahami ajaran Keui Shan."

Seorang pendeta memohon, "Master! Tolong ungkapkan apa yang tak dapat saya ungkapkan sendiri." Master jawab, "Demi Dharma saya harus menyelamatkanmu!" Setelah itu diapun mengangkat fu-tzunya dan mengibaskannya didepan si pendeta. Pendeta itupun terburu-buru pergi.

Master bertanya pada Hui Leng, Apa yang dimaksudkan master terdahulu saat dia berkata, "Didepan, ketiga dan tiga; dibelakang, tiga dan tiga?"19 Hui leng segera pergi.

Master bertanya pada seorang pendeta, "Darimana anda berasal?" Si pendeta jawab, "Dari Lan T'ien (sawah Biru)." Master bertanya, "Mengapa anda tidak menggali di rumput?"

Seorang pendeta bertanya, "Apa usaha yang paling besar?" Master menangkap tangannya dan berkata, "tentang siapa anda menanyakan hal ini?"

Seorang pendeta membungkuk pada Master, yang diterima Sang Master dengan lima pukulaan. Master memukulnya lagi lima kali dan mengusirnya pergi.

Master bertanya pada seorang pendeta, "Darimana anda datang?" Jawab: "Dari seberang pegunungan."20 Master: "Sudahkah anda menemui Bodhidharma?" Jawab: "Biru langit mentari terang." Master: "Bagaimana tentang dirmu sendiri?" Jawab: "Apa lagi yang ada inginkan?" Master menghajarnya. Kemudian Master Hsueh Feng mengantar pergi pendeta ini. Saat dia telah

berjalan beberapa langkah, Master memanggilnya. Saat si pendeta memalingkan kepalanya, Master berkata, "Lakuakanalah yang terbaik saat anda bertualang."

Seorang pendeta bertanya, "Bagaimana pendapatmu bahwa memunggut martir atau mengangkat fu-tzunya. Si pendeta yang telah mengajukan pertanyaan tersebut menundukkan kepalanya dan pergi. Karena Hsueh Feng mengabaikannya.

Seorang pendetaz bertanya, "Apakah ajaran-ajaran dalam Tiga kendaraan dan Dua Belas Pembagian21 dipaparkan pada orang awam atau tidak?" Master jawab, "Tak ada gunanyaz menyanyikan lagu pohon willow."22

19 Ini untuk menjawab pertanyaan, "Berapa banyak pendeta dalam kuil anda?" 20 Suatu rangkaian pegunungan yang terdapa diantara propinsi utara dan Fukien. si pendeta

barangkali berasal dari Kiangsi atau Chekiang. 21 Tiga kenderaan adalah tiga pembagian ajaran Sang Buddh. Dalam Buddhisme mahayana,

pembagian ini mencakup Sravakayana, Pratyeka Buddhayana dan Bodhisattvayana. (Untuk penjelasan detail, lihat catatan 55).Dua belas pembagian adalah kedua belas jenis tulisan suci Mahayana:

(1) sutra, wacana prosa Sang Buddha; (2) geya, sajak-sajak yang mengulangi substansi sutra;

Page 257: Ajaran Awal Buddhisme Ch'An

HSUEH FENG IHSUEH FENG IHSUEH FENG IHSUEH FENG I----TSUNTSUNTSUNTSUN

241

Master memberitahu Ching Ch'ing, "Dulu ada seorang master tua membawa seorang pejabat bersamanya untuk meninjau aula pertemuan dan memberitahukannya, sama sekali ini adalah pendeta yang menuntut pelajaran agama Buddha. Si pejabat mengomentarinya, bagaimana jadinya bahwa walaupun emas itu bernilai, ia sampai jadi menimbulkan penyakit katarak jika kepingan-kepingannya masuk mata?"23 Master Tua itu tak menjawabnya." Ching- ch'ing menjawabnya: "Baru-baru ini saya memberikan sepotong batu bata dan menerima kembali sepotong batu giok."24

Master datang ke pertemuan, mengangkat fu-tzunya dan berkata, "Ini untuk mereka yang rendah ilmu." Seorang pendeta bertanya, "Apa yang akan anda kerjakan untuk mereka yang tinggi ilmunya?" Master mengangkat fu-tzunya. Si pendeta menyanggah, "Itu sih untuk mereka yang rendah." Master pun memukulnya.

Seorang pendeta bertanya, "Apa maksudnya saat Guru Negara Nan- YAng Hui-Chung memanggil pengawalnya hingga tiga kali?" Master segera berdiri dan menuju ke kamarnya.

Master bertanya padz seorang pendeta, "Di mana anda berada musim panas ini?" Si pendeta jawab, "Di Yung Ch'uan (Sumber air mata bergelumbung)." Master meneruskan, "Apakah Sumber air mata tersebut bergelembung sepanjang waktu atau hanya ada kalanya saja?" Si pendetza jawab, "Itulah yang tak bisa saya tanyakan." Master menyanggahnya, "Itu yang tak bisa saya tanyakan?" Si pendeta berkata, "Ya, Master memukulnya."

Master dan siswa-siswanya pergi ke suatu perkampungan untuk kerja bakti; dalam perjalanannya mereka bertemu dengan sekelompok monyet di jalan. Master berkata, "Masing-masing binatang ini membaca suatu cermin tua,25 namun mereka datang menghancurkan tanaman padaku yang terbaik." Seorang pendeta menanggapinya, "Sejak dulu-dulunya, ia telah ytak bernama. Mengapa berkata, "Sekarang ia ada cacatnya." Pendeta itu meneruskan,

(3) gatha, sajak-sajak yang mengandung ide yang tak terkandung dalam sutra; (4) nidana, cerita-cerita bersejarah; (5) Itivrittaka, kehidupan lalu dari siswa-siswwa Sang Buddha; (6) Jataka, kehidupan masa lalu Sang Buddha; (7) Adhutadharma, cerita keajaiban yang dipertunjukkan Sang Buddha; (8) avadana, cerita kiasan yang mengandung moralitas; (9) Upatesa, diskusi atas doktrin, sering dalam bentuk pertanyaan dan jawaban; (10) Udana, pernyataan-pernyatan oleh Sang Buddha yang bukan merupakan jawaban atas

pertanyaan siswa-siswanya; (11) Vaipulya, sutra yang berhubungan dengan topik-topik yang luas; dan (12) Vyakarana, ramalan dari Buddha sehubungan dengan pencerahan siswa-siswanya.

22 Ini adalah lagu populer tentang perpisahan antara sahabat. 23 Ini merujuk pada suatu ungkapan umum Buddhis yang bermakna bahwa mempalajari ajaran

Sang Buddha dengan tidak tepat bagaikan terdapat serpihan emas dalam mata. 24 suatu ungkapan umum lainnya, yang tentunya bermaksud implisit, bahwa apa yang diterima

seseorang lebih berharga dari yang diberikannya. 25 "Cermin Tua" melambangkan pikiran yang beas dari waktu dan ruang atau pikiran asli.

Page 258: Ajaran Awal Buddhisme Ch'An

Ajaran Murni Ch’an Buddhis Ajaran Murni Ch’an Buddhis Ajaran Murni Ch’an Buddhis Ajaran Murni Ch’an Buddhis

242

"Mengapa anda begitu tak sabaran? Anda tidak memahaminya apa yang sedang anda katakan." Master jawab, "Saya salah."

Jenderal dari Fukien menyumbangkan suatu kursi perak pada Master. Seorang pendeta bertanya pada Master, "Anda telah menerima suatu hadiah yang indah dari jenderal. Anda membalasnya dengan memberikannya apa?" Master meletakkan kedua tangannya di tanah dan berkata, "Tolonglah pukul saya dengan ringan."

Pertanyaan: "Apa maksudnya saat seseorang menyedot Vairocana?" Master: "sudahkah Fu-T'ang sembuh sejak dia kembali?" Master berbicara pada para hadirin, "Jika saya berbicara tentang ini dan itu,

anda akan mencari makna dalam kata-kataku. Jika saya bebas dari jejak apapun dan tak meninggalkan bekas apapun seperti seekor kambing tergantung oleh tanduknya dari sebatang pohon, bagaimana anda akan menemukan saya?"

Master menetap di Fukien selama lebih dari ermpat puluh tahun. Setiap musim dingin dan panas, tak kurang dari seribu lima ratus orang datang belajar padanya. Di bulan ketiga tahun kedua K'ai p-'ing(908) di Dinasti Liang, Master mengatakan dirinya sakit. Jenderal dari Fukien mengutus seorang tab untuk memeriksa penyakitnya. Master berkata, "Sakitmu bukan sakit." Dia menolsak untuk makan segala macam obat, melainkan hanya mencurahkan perhatiannya untuk menuliskan suatu gatha demi transmisikan Dharma.

Pada hari kedua bulan kelima dia mengunjungi Lan-t'ien di pagi hari. Saat dia kembali di malam harinya diapun mandi dan ditengah malamnya, dia memasuki nirvana. Di saat itu dia berumur delapan puluh tujuh dan merupakan tahun kelima puluh sembilan sejak dia ditabhiskan.

Page 259: Ajaran Awal Buddhisme Ch'An

243

YYYYUNUNUNUN----MMMMEN EN EN EN WWWWENENENEN----YYYYEN EN EN EN (?- 949)

"Gunung Curam ; Awan - Awan Dangkal" (DARI TRANSMISI LAMPU,CHUAN 19)

Master Ch'an Wen-yen dari Gunung Yun-men di Shao-chou1 adalah penduduk asli Chia-hsing di Su-chou.2 Nama keluarga aslinya adalah Chang. Dia pertama kalinya belajar bersama Chen Tsun-su dari Mu-chou.3 Setelah mendapatkan sedikit pemahaman tentang Ch'an, diapun berangkat untuk berguru pada Master Hsueh-feng, yang membuatnya mampu menembus Ch'an lebih dengan mendalam serta memahami esensinya. Dalam usahanya untuk menutupi kemampuannya, diapun tak membedakan dirinya dengan orang lainnya. Dengan demikian, diapun segera menempati kursi utama di antara pendeta- pendeta di Kuil Ling-shu di Shao-chou yang diketuai Master Ch'an Ju-min.4 Saat master ini akan meninggal dunia, beliaupun memperke-nalkan Wen-yen pada Pangeran dari Kwang-chou untuk meneruskan kursi bhikkhu pemimpin di kuil tersebut. Walau demikian, Wen-yen tak melupakan gurunya yang terdahulu, Hsueh-feng, dan masih menjunjung beliau sebagai masternya.

Saat dia berbicara di depan para hadirin untuk pertama kalinya, Pangeran Kwang-chou turut hadir dan meminta nasehatnya. Master Wen-yen jawab,"Tak ada jalan yang menyimpang di hadapanmu."5

1 Sekarang chu-ciang (kukong) suatu kota di sebelah utara propinsi Kwantung; hingga 1912 ia

dinamakan shao chou. Gunung Yun Men berada di sebelah barat Ch'u chiang dan sebelah utara Yu-Yuan; Kuil YunMen yang terkenal berada di puncaknya.

2 Soochow, sekrang Wuhsien, suatu kota di sebelah selatan propinsi Kiangsu, sebelah Barat Sanghai di terusan Besar.

3 Sekarang ch'ien te (Kienteh), disebelah baray propinsi chekiang, sebelah selatan Hangchow dan sebelah barat Shun an.

4 Ling shu Ju min. Lihat the lamp, chuaan 11. 5 Di saat Pangeran dari Kwang Chou berusaha memulai suatu pemberontakan menentang

pemerintah pusat. Jawab Master yang bersifat ambigu hanyalah merupakan nasihat untuk membuang niatnya tersebut.

Page 260: Ajaran Awal Buddhisme Ch'An

Ajaran Murni Ch’an Buddhis Ajaran Murni Ch’an Buddhis Ajaran Murni Ch’an Buddhis Ajaran Murni Ch’an Buddhis

244

13 Master Wen-yen berkata pada para hadirin : "Tolonglah jangan berpikir saya coba menipumu dengan kata-kata pada

hari ini. Saya hampir tak mampu berbicara yaitu mengacaukannya. Jika ada seseorang yang berpandangan cerah melihatku melakukannya, saya akan jadi buah lelucon. Bagaimana dapat saya hindari lelucon ini sekarang? Biarkanlah saya bertanya pada kalian semua, Apa yang kurang sejak semula dalam diri anda? Bahkan jika saya beritahukan anda bahwa tidak ada yang kurang dalam diri kalian, ini juga teramat bohong. Kecuali pemahaman kalian telah mencapai tahap ini, kalian masih belum berada di jalur yang benar. Janganlah bertanya dengan ceroboh dan tergesa-gesa saat pikiran kalian masih gelap sama sekali. Besok dan hari-hari selanjutnya, anda akan miliki kerja yang paling penting untuk dilakukan untuk mencapai pencerahan. Mereka yang pemahamannya lemah dan meraba-raba haruslah pergi ke sekolah-sekolah ternama yang lama berdiri dan mencari Kebenaran di segala sisi. Jika anda mencapai kesadaran rohani, semua ini disebabkan apa yang ada dalam dirimu. Saat anda melanglang buana dalam kalpa yang berakhir, pikiranmu penuh dengan ilusi. Saat anda mendengar orang lainnya berbicara tentang Tao, anda akan segera ingin tahu apa itu dan mulai bertanya tentang Buddha dan para Sesepuh. Dengan demikian anda akan mencari tinggi dan rendahnya pengetahuan, namun dengan melakukan hal ini anda akan bahkan lebih jauh dari Ch'an karena pikiran yang mencari-cari adalah suatu penyelewengan dan membicarakannya adalah bahkan lebih buruk lagi. Tidakkah benar ,dengan demikian, tak mencarinya adalah jalan yang benar? Baiklah, pilihan apa lagi yang ada, disamping kedua pilihan ini? Baik-baiklah jaga hidup dirimu!" p83

Master kembali lagi pada para hadirin dan berkata: "Kerjaku di sini adalah apa yang tak dapat kubantu. Saat saya meminta

kalian untuk menyelami secara langsung ke dalam segala hal dan tak terikat olehnya, saya telah menyembunyikan apa yang ada dalam diri kalian. Namun, kalian semua terus mencari Ch'an di antara kata-kataku dengan tujuan untuk mencapai pencerahan. Dengan penyimpangan dan kepalsuan yang tak terhitungkan, kalian mengajukan pertanyaan dan argumentasi yang tak berakhir ujungnya. Dengan demikian kalian hanyalah akan mendapatkan kepuasan semata dari kontes pidato, berulang-ulang terlibat dalam pertengkaran dengan kata dan akibatnya menyimpang bahkan lebih jauh dari Ch'an. Kapan kalian akan mencapainya dan beristirahat?"

"Jika Kebenaran dapat dinyatakan dalam kata-kata. ajaran tradisional dari Tiga Kendaraan dan Dua belas Divisi tak akan diperkirakan kurang. Mengapa harus pula kita cari transmisi rahasia yang diwariskan di luar ajaran tradisional? Untuk mengejar Kebenaran melalui penjelasan intelektual dan kebijaksanaan tradisional, sebagaimana halnya dalam doktrin yang diberikan oleh para nabi dari dasabhumi,6 walaupun sekuat hujan deras dari awan-

6 Dasabhumi adalah tahap kesepuluh dalam lima puluh dua langkah dalam

perkembanganseorang Bodhisattva menjadi Buddha.

Page 261: Ajaran Awal Buddhisme Ch'An

YUNYUNYUNYUN----MEN WENMEN WENMEN WENMEN WEN----YEN YEN YEN YEN

245

awan bergemuruh, usaha tersebut takkan direstui Sang Buddha karena terdapat suatu halangan yang sehalus jubah sutera, yang mencegah dibukanya hakikat sejati seseorang. Demikianlah kita ketahui bahwa di dalam pemikiran berniat (intentional thinking) terdapat suatu pemisahan dari Ch'an yang bagaikan langit dan bumi. Namun, saat seseorang yang telah mencapai Ch'an berkata. seolah-olah ia berdiri tanpa terbakar di tengah-tengah kobaran api. Dia dapat saja berbicara sepanjang hari namun tak menyatakan p84 sepatah katapun dari bibirnya. Dia makan dan berpakaian setiap harinya, namun is bagaikan tak mencicipi sebutir nasipun ataupun menutupi dirinya dengan sehelai benangpun. Tapi, bagaimanapun ucapannya masih bercirikan aliran Ch'an. Jika kita, para pendeta Ch'an, mencoba mengungkapkan proses pencerahan pikiran melalui permainan kata-kata, itu tidaklah lain daripada pengakalan intelektual. Sebenarnya, bahkan setelah seseorang mencapai sesuatu secara langsung melalui satu kata, dia masih saja tertidur."

Master berlanjut: "Ajaran dari Tiga Kendaraan dan Dua belas Divisi yang terdapat dalam peraturan sebenarnya memaparkan ajaran Sang Buddha dalam cara ini dan itu. Master-master tua dunia zaman ini mengkhotbahkan Ch'an dimana-mana. Dibandingkan dengan pendekatanku, yang mengkonsentrasikan pada lubang jarum, metode mereka adalah bagaikan obat yang diberikan oleh dokter-dokter hewan yang canggung, yang sering membunuh binatang. Namun, hanya ada sedikit yang mampu mencapai Ch'an melalui metode yang sedemikian. Bagaimana dapat anda harapkan gemuruh yang membahana dalam ucapan dan ketajaman pedang dalam kata? Saat angin berhenti, ombak-ombak menjadi tenang. Saya mohon kalian untuk terima tawaranku! Hati- hatilah!"

Di saat lainnya, Master datang muncul di tengah pertemuan sambil berkata, "Saudara-saudara! Anda telah mengunjungi banyak master di berbagai tempat untuk mencoba memecahkan masalah hidup dan mati. Di manapun kalian pergi kalian mendengar perkataan para master tua yang tenar, yang dapat membawamu menuju pencerahan. Apakah kalian memiliki kesulitan untuk memahami mereka? Jika demikian halnya, izinkanlah saya tahu. Biarlah saya diskusikan p84 masalah ini dengan kalian." Di saat itu, seorang pendeta maju ke depan dan membungkuk. Saat dia baru akan menyatakan isi hatinya, Master menghentikannya dan menyahutinya, "Pergi, Pergi! Surga Barat sepuluh ribu mil jauhnya dari anda!"

Suatu pertanyaan diajukan: "Apa yang didiskusikan para siswa yang berkumpul di sini?" Master menjawab, "Kalian semua berdiri terlalu lama di sini."

Master berkata, "Jika saya memberikan anda suatu pernyataan yang mengajarimu bagaimana mencapai Ch'an secara langsung, kotoran sudah menghinggap di atas kepalamu. Bahkan dengan mencabuti sehelai rambut akan membuatmu memahami segalanya di dunia ini dalam seketika namun ia masih bagaikan memotong daging seseorang untuk menambali suatu borok. Untuk memahami Ch'an, anda haruslah mengalaminya. Jika anda belum mengalaminya, janganlah berpura-pura tahu. Anda haruslah menarik

Page 262: Ajaran Awal Buddhisme Ch'An

Ajaran Murni Ch’an Buddhis Ajaran Murni Ch’an Buddhis Ajaran Murni Ch’an Buddhis Ajaran Murni Ch’an Buddhis

246

ke dalam diri anda dan mencari dasar di mana anda akan berdiri ; setelah itulah akan anda temukan apa itu Kebenaran. Di luar bahkan tak sedikitpun penjelasan yang dapat digunakan untuk memaparkan kesadaran rohani anda. Kalian masing-masing haruslah mengabdikan diri kalian pada tugas kesadaran diri. Saat Fungsi Besar telah terjadi, anda tak memerlukan usaha apapun. Segera anda menjadi tak terbedakan dengan Para Sesepuh dan Buddha.

"Karena akar dari keyakinan anda sedemikian dangkal dan karma jahat7 anda sedemikian berat, tiba-tiba saja akan muncul dalam pikiranmu suatu keinginan kuat, yang akan membuatmu menerima mangkuk dan karungmu8 dan mulai bertualang ke seribu tempat p84 jauh. Biar saya tanya padamu: Apa yang kurang dalam dirimu? Semua manusia memiliki sifat Buddhanya sendiri. Namun jika ia berada di depan matamu, anda melewatinya.

"Janganlah biarkan orang lain menipumu dan mengaturmu. Begitu master tua membuka mulut, anda menelan apa yang dikatakannya - bagaikan lalat-lalat berjuang melahap kotoran. Anda berkumpul tiga atau lima orang untuk berdiskusi dengan tanpa ujung. Kasihan sekali, saudara-saudaraku! Master-master tua kita tak mampu tahan untuk memberikan anda kata-kata untuk membantumu mendapatkan pemahaman atas Ch'an. Kata-kata yang demikian haruslah dikesampingkan. Anda haruslah menjadi bebas darinya dan meluruskan tulang punggungmu sendiri. Tidakkah ini caranya menuju ke Kebenaran? Ayo! Bergegaslah! Waktu tak menunggumu. Saat anda mengeluarkan nafas tak ada jaminan anda akan menariknya lagi. Bagaimana anda bisa membuang waktumu untuk hal-hal yang tak berguna? Anda harus perhatikan dan berhati-hatilah! Jagalah diri anda baik-baik!"

Master muncul di tengah para hadirin dan berkata : "Biarlah saya letakkan keseluruhan langit dan bumi segera di ujung bulu

mata kalian. Saat kalian mendengar ini, jangan menjadi tak sabaran tapi dengan perlahan dan hati-hati, carilah jika ada kebenaran dalam apa yang saya katakan dan apa kebenaran ini. Walaupun anda telah mendapatkan pandangan dari pernyataan ini, di saat anda pergi pintu master Ch'an dia masih saja akan mematahkan kakimu.9 Jika kalian percaya bahwa seorang master besar akan datang ke dunia ini untuk mengajari kalian, anda boleh meludahi wajahku. Selama kalian masih belum menjadi master diri kalian, anda masih berpikir untuk mendapatkan sesuatu dari apa yang anda dengar. Tapi sesuatu itu milik orang lain dan bukan milikmu.

"Lihatlah Master Te-shan. Pada saat ia melihat seorang pendeta datang padanya, dia mengusirnya dengan tongkatnya. Ketika Master Mu-chou melihat seorang pendeta hadir di ambang pintunya, diapun segera besrkata padanya,`Menurut kung-an yang lazim, saya

7 Karma jahat melambangkan beban pikiran, perkataan dan perbuatan jahat. 8 Kantung dan mangkuk digunakan oleh pendeta petualang untuk meminta makanan. 9 Ini sebenarnya juga terjadi pada Yun Men

Page 263: Ajaran Awal Buddhisme Ch'An

YUNYUNYUNYUN----MEN WENMEN WENMEN WENMEN WEN----YEN YEN YEN YEN

247

akan membebaskanmu dari tiga puluh pukulan!'Lihatlah contoh- contoh ini! Apa yang dapat dilakukan master-master lainnya? Jika mereka hanya berpura-pura tahu dan mengulangi apa yang dikatakan yang lainnya, itu hanyalah bagaikan menumpuk sampah. Dimanapun mereka pergi mereka berbicara banyak dan menyombongkan keahlian mereka menanyakan pertanyaan-pertanyaan mendalam ; diskusi mereka berlanjut dari pagi hingga malam. Apa yang mereka ingin capai? Dan apa yang pula sumbangan mereka bagi Ch'an? Saat orang-orang sedemikian ditraktir makan, mereka mengaku bahwa mereka telah mendapatkan dukungan. Tetapi apa pula nilai ajaran mereka? Ketika kematian datang dan mereka menghadap Raja Neraka, dia takkan terima apa yang mereka katakan. Saudara-saudaraku, mereka yang benar-benar memilikinya hidup bagaikan manusia biasa.

Mereka yang tak memilikinya janganlah biarkan waktu berlalu demikian mudahnya. Sungguh berhati-hatilah!

"Di antara master-master tua terdapat sedikit saja yang menurunkan ajarannya pada kita untuk membantu. Sebagai contoh, Master Hsueh-feng berkata, ~Seluruh bumi ini tidak lain daripada p84 dirimu sendiri.' Master Chia-shan berkata, ~Carilah saya di puncak batangan rumput dan kenalilah raja di pusat keramaian pasar.' Master Lo-p'u berkata,`Saat anda memegang sepenggal debu, anda pegang alam luas ini di tanganmu. Seekor singa berbulu, segala darinya, adalah dirimu.' Terimalah ajaran-ajaran ini dan renungkanlah berulang-ulang. Setelah berhari-hari, bertahun- tahun, anda akan temukan pintu masukmu. Namun, tak seorangpun yang dapat melakukannya untukmu melainkan dirimu. Masing-masing kalian haruslah berusaha mencapai kesadaran diri. Master tua, walupun telah cukup terkenal, hanyalah dapat bertindak sebagai saksi anda. Jika anda telah dapatkan sesuatu di dalam, dia takkan dapat menutupinya darimu ; jika anda belum dapatkan apapun, dia tak dapat mencarinya untukmu.

"Saudara-saudaraku, saat anda betualang dengan berjalan kaki, meninggalkan orang tua dan guru-gurumu, hal yang mendasar untuk dilakukan anda adalah mendapatkan esensi Ch'an. Dengan demikian petualanganmu takkan sia-sia. Jika anda temukan suatu cara untuk menuntun pemahaman anda di bawah seorang guru yang keras, anda janganlah sedikitpun memperhatikan hidupmu, tapi berjuanglah dengannya melampaui segala kesulitan. Jika ada kesempatan menuju pencerahan, bangunlah, gantungkanlah mangkuk dan kantongmu serta patahkan tongkatmu. Habiskan sepuluh atau dua puluh tahun untuk studimu di bawah bimbingannya hingga anda benr-benar cerah. Janganlah khawatir anda takkan dapat mencapainya. Bahkan jika anda sepenuhnya cerah dalam kehidupan ini, anda masih menjadi manusia lagi di dalam kehidupan berikutnya untuk melanjutkan usaha anda. Dengan demikian anda telah mampu menghabiskan hidupmu dengan baik dan usaha anda tak sia-sia. Anda takkan mengagalkan master-mastermu, orang tuamu atau pun pelindungmu.

"Anda harus berhati-hati! Janganlah membuang waktumu bertualang seribu li, melalui kota ini dan itu, dengan tongkat di pundak, bermusim dingin

Page 264: Ajaran Awal Buddhisme Ch'An

Ajaran Murni Ch’an Buddhis Ajaran Murni Ch’an Buddhis Ajaran Murni Ch’an Buddhis Ajaran Murni Ch’an Buddhis

248

di satu tempat lainnya. Janganlah cari gunung-gunung dan sungai-sungai indah untuk direnungkan ataupun melewatkan waktumu dengan berhitung. Sementara mengorbankannya mungkin lebih baik. Alangkah sayangnya jika seseorang mendambakan hal-hal kecil dan kehilangan hal yang penting! Pencarian ch'an yang demikianadalah tak berguna! Anda tak pantas menerima pemberian pelindung-pelindungmu. Waktu tidak menunggumu. Seandainya jatuh sakit dengan seketika, apa yang akan anda lakukan? Tidakkah anda akan seperti seekor kepiting yang jatuh ke dalam air panas, dengan kaki-kakinya menyepak dalam berontak kebingungan? Di saat itu anda takkan mampu berpura-pura; anda tak punya apapun lagi untuk dibual. Jangalah bermalas-malasan dan menghamburkan waktumu. Janganlah kehilangan apa yang ditawarkan hidup ini, karena anda takkan pernah miliki kesempatan lainnya. Ini bukanlah masalah kecil. Janganlah anggap apa yang anda lihat itu nyata, Bahkan manusia duniawipun berkata, "Mempelajari Tao dii pagi hari dan mati di malamnya disinilah letak kepuasanku." Kita umat Buddhis haruslah mengusahakan ini! Kita haruslah bekerja keras.

Berhati-hatilah!" Master berkata pada hadirin: "Jangalah kalian bertanya, "Apa itu yang berada perktaan Buddha dan

sesepuh?" Saat anda mendengar ajaran mereka. Tahukah anda siapa itu Buddha dan siapa itu para sesepuh? Beritahukan saya apa yang membuat mereka berbicssara seperti itu? Saat anda bertanya, "Bagaimana saya dapat bebas dari Tiga Dunia? Anda haruslah pertama-tama memahami apa itu Tiga Dunia. Apakah Indra anda menghalangi jalan kalian? Pendengaran anda, penglihatan anda? Di mana dunia nyata diferensiasi dan diskriminasi? Para sesepuh tua tak dapat menahan penderitaan kalian dan melemparkan seluruh keberadaan mereka di depanmu sambil berteriak, "Seluruh keberadaan adalah kebenaran dan setiap pengajaran obyektif atas kebenaran ini akan gagal. Biarlah saya beritahukan anda apapun yang dapat anda tunjuk secara langsung takkan membawamu ke jalur yang benar. Benar, anda sampai sekarang masih belum menemukan jalan masuk ke Ch'an. Anda lebih baik belajar dan menemukannya untuk diri anda. Di samping berpakaian, makan, buang isi perutmu, pipis, apa lagi yang dapat anda lakukan? Tak ada alasan bagimu untuk mencciptakan begitu banyak ilusi. Apa gunanya?

"Lebih lanjut terdapat bebrapa pendeta, yang malas dan tak sungguh-sungguh dalam menuntut ilmu, berkumpul bersama untuk mencoba mempelajari perkataan tua dan berusaha mengungkapkan hakiki mereka dengan mengingat, berimajinasi dan meramal. Orang-orang ini selalu mengklaim bahwa mereka memahami apa itu Dharma. Namun apa yang mereka lakukan sebenarnya tak lain daripada berbicara dalam belitan kalimat yang tak ada akhirnya serta menggunakan meditasi untuk menghabiskan waktu mereka. Setelah sesaat, mereka tak puas dengan diri mereka, jadi mereka meninggalkan orang tua, guru, saudara pendeta mereka dan melanglang buana fdari tempat ke tempat hingga sepuluh ribu li jauhnya.

Page 265: Ajaran Awal Buddhisme Ch'An

YUNYUNYUNYUN----MEN WENMEN WENMEN WENMEN WEN----YEN YEN YEN YEN

249

Bertualang seperti ini tidaklah berbeda dengan memukul tunggul tua. Apa baiknya tergesa-gesa memulai perjalanan seperti ini?"

Master berkata pada para hadirin: "Kita semuanya tahu bahwa hidup zaman sekarang telah didemoralisasi

karena kita telah mendekati akhir masa ajaran Buddha. Sekarang ini para master dan pendeta pergi ke utara untuk mengunjungi Mansjuri dan ke selatan ke Gunung Heng. Para pejalan kaki ini yang hanya mendengar nama bhiksu hanyalah menghamburkan pemberian-pemberian mereka yang setia. Sungguh disayangkan! Sungguh disayangkan! Saat mereka mengajukan pertanyaan, pikiran mereka sehitam tinta. Mereka melatih meditasi untuk menghabiskan waktu. Ada pula beberapa di antara mereka ini yang mengejar pelajaran yang tak berguna, mengingat perkataan master tua dan bertualang mencari persetujuan dari berbagai master; mereka telah mengabaikan pendekatam sejati ke atas menuju nirvana dan memmbuat karmsa jahat. Suatu hari jika Raja Neraka menghakimi perbuatan mereka, mereka takkan mampu mengeluh bahwa tak seorangpun yang memperingatkan mereka! Untuk siswa-siswa pemula, mereka harus menjaga semangat mereka dan tak perlu menghamburkan waktunya mengingat perkataan orang lain. Banyak kata-kata kososng tak lebih baik daripada langsung memahami realitas, jika tidak anda pada akhirnya mencapai apapun kecuali penipuan diri.

Memasuki aula pertemuan dengan diikuti semua pengikutnya yang berkumpul bersama, Master mengangkat tongkatnya, menunjuk ke depan dan berkata:

"Semua Buddha di dunia, tak terhingga jumlahnya bagaikan butiran pasir, berada dujung tongkatku. Mereka mendebatkan ajaran Buddha dan masing-masing mencoba memenangkan argumentasinya. Adakah orang yang memberikan kesaksian? Jika tidak, saya sendirilah yang akan berikan kesaksiannya." Di saat itu seorang pendeta keluar dari kelompoknya dan berkata, "Tolonglah segera melakukannya."

Master itu berujar, "Kau rubah!" Master berkata pada para hadirin: "Kalian semua berjalan kaki, ada yang dari seberang sungai di selatan, ada

jga dari seberang laut di utara. Kemanapun kalian pergi, kalian akan temukan tempat asal kalian sendiri, sesuai dengan karma kalian. Sadarkah anda akan hal ini? Kalau demikian majulah dan beritahukanlah saya. Ssaya akan menjadi saksimu. Jika anda tak memilikinya, katakanlah! Jika anda tak mengerti, anda akan tertipu olehku. Inginkah kalian tahu? Jika tempat asal kalian diutara, Master Chao-Chou dan Manjsuri di gunung Wu-t'ai ada disana. Semuanya menetap dalam Yang Demikian (Suchness). Jika tempat asal kalian ada di selatan, Hsueh Feng, an-lung, Hsi t'ang dan Ku-shan berada di sini. Semuanya menetap dan Yang Demikian (Suchness). Jika znda tak paham, janglah berpura-pura! Pahamkah anda? Pahamkah anda? Perhatikan saya mempertahankan Aula Buddha! Hati-hatilah!"

Master muncul di antara para hadirin dan berkata:

Page 266: Ajaran Awal Buddhisme Ch'An

Ajaran Murni Ch’an Buddhis Ajaran Murni Ch’an Buddhis Ajaran Murni Ch’an Buddhis Ajaran Murni Ch’an Buddhis

250

"Bodhisatva Vasubandhu10 tanpa sengaja merubah dirinya menjadi tongkat kayu berangan." Master menggenggam tongkatnya, membuat tanda di tanah sekali dan melanjutkan, "Semua Buddha, tak terhingga jumlahnya dibagaikan pasir, berada di sini terlihat dalam perdebatan yang tak ada akhirnya." Setelah pernyataannya ini dia meninggalkan pertemuan tersebut.

Suatu kali Master berkata, "Saya lihat kalian ini tak bisa dicerahkan bahwa saat anda telah diberikan dua atau tiga kesempatan. Mengapa anda harus memakai jubah pendeta? Mengertikah anda? Biarlah saya jelaskan padamu. Nanti, Saat anda pergi ke berbagai tempat dan bertemu dengan seorang master tua yang mengangkat satu jzarinya atau fu-tzunya dan menamakannya ch'an atau Tao, anda haruslah berikan ia satu pukulan tongkat di kepalanya dan kemudian pergi. Jika anda tak mengikuti instruksi ini, anda semuanya bersekongkol dengan dewa mara11 dan akan menghnacurkan ajaran-ajaran ch'ankuk. Jika kalian tak memahamiku, perhatikanlah mereka yang dengan sia-sianya melibatkan diri dalam perdebatan yang tak ada akhirnya. Saya selalu menyinggung bahwa Buddha , masa lalu, sekarang dan masa mendatang yang tak terhingga jumlahnya, kedua puluh delapan sesepuh di India dan keenam sesepuh di Cina semuanya sedang berdebat diujung tongkatmu. Semangat mereka terwujud dalam segala bentuk dan suara mereka yang tak tertirukan bergema dari segla penjuru, bergerak bebas tak terhalangi. Pahamkah anda? Jika tidak tolonglah jangan berpura-pura. Dan bahkan jika anda telah memahaminysa, apakah pemahaman anda benar? Bahkan jika anda telah mencapai tahap ini, anda takkan pernah bermimpi apa itu sebenarnya pendeta ch'an. Mencari pendeta ch'an sejati seperti ini adalah bagaikan pergi ke suatu desa terpencil dengan sedikit rumah dan tak seorangpun disana." Setelah itu Master tiba-tiba saja bangkit , membawwa tongkatnya dan menggmabrkan suatu lingkaran sambil berkata, "Semuanya di sini." Kemudian dia mengulangi gerakan tersebut dan berkata, "Semuanya pergi dari sini.. Jagalah diri kalian baik-baik!"

Master hadir ditengah pertemuan dan berkata, "Kawan-kawan pendetaku! Untuk menjadi seorang Buddhis ch'an seseorang haruslah memperoleh suatu hidung buddhis ch'an. Biar saya bertanya padamu, apa itu hidung seorang Buddhis ch'an?" Tak seorangpun menjawabnya! Master berkata, "Mahaprajñâparamita."12 Hari ini kita semua bekerja bersama. Pertemuan ini ditangguhkan."

Master muncul dalam suatu pertemuan dan berkata:

10 Vasubandhu adalah adik Asanga dari aliran Yogacara. Dia sudah akan meotong lidahnya karena

penghujatannya terhadap Hinayana, namun kemudian m,engikuti nasehat saudaranya untuk sebaliknya menggunakan lidahnya tersebut untuk memperbaiki kesalahan-kesalahannya. Dia banyak menulis karya-karya mengenai Buddhisme Mahayana.

11 Salah satu dari kempat mara, yssang menetap di langit keenam dan senantiasa menghalangi kebenaran Buddha.

12 Mahaprajñâ paramita adalah puncak kebijaksanaan yang memungkinkan seseorang seseorang mencapai pantai seberang.

Page 267: Ajaran Awal Buddhisme Ch'An

YUNYUNYUNYUN----MEN WENMEN WENMEN WENMEN WEN----YEN YEN YEN YEN

251

"Kalian semua, tak menjadi malah apapun yang anda katakan atau anda capai, hanyalah membangun kepala lainnya di atas kepala anda sendiri atau hanya menumpuk embus beku di atas salju. Kalian membuat mayat membelalak dalam petinya atau membakar daun moxa di atas luka bakar. Kekacauan yang diakibatkannya bukanlah hal yang kecil. APa yang seharusnya anda kerjakan? Masing-masing kalian haruslah mencari tempat kookoh untuk berdiri. Janganlah bertualang tanpa tujuan, terlibat dalam kata-kata tolol, menunggu master-master ch'an untuk membuka mulut mereka sehingga anda dapat bertanya tentang ch'an dan Tao atau ini atau itu, menuliskan pernyataan mereka untuk diiingat dan direnungkan. Dan kemudian di saat tiga atau lima di antara kalian berkumpul dekat perapian, kalian akan mendiskusikan pernyataan ini serta berdebat yang mana yang terbaik serta paling tak berbias, yang diungkapkan melalui akal, yang hanya menjelaskan kejadian dan yang mengungkapkan realitas melalui rezlitas! Oh, bapak-bapak dan ibu-ibu! Kalian hanya membuat diri anda gemuk dan mengingau dan kemudian anda mengaku diri aznda telah memahami ajaran Sang Buddha! Tahukah anda bahwa berapapun tahun anda mencari ch'an melalui pertualangan, anda takkan mencapainya? Lebih lanjut, terdapat beberapa Buddhis yang , begitu mendengar seseorang berbicara tentang pencerahan, akan memutuskan untuk duduk di neraka dengan mata tertutup, tinggal di lubang tikus, menetap di bawah suatu gunung gelap atau senang ditemani hantu-hantu namun mereka mengaku telah menemukan jalan masuk ke pencerahan! Mimpikah mereka? Bahkan jika kita menghukum sepuluh ribu orang-orang yang demikian, kita tak melakukan kejahatan. Mereka yang kita hukum bukanlah Buddhis, melainkan pembohong-pembohong!

"Jika anda benar-benar mendapatkan sesuatu, tolong tunjukkanlah padaku. Saya akan mendiskusikannya denganmu. Janganlah abaikan nasihat yang baik dan janganlah berkumpul dalam kelompok, untuk melibatkan diri dalam diskusi yang sia-sia dan tak berakhir. Hati-hatilah kalau tidak saya akan menemukan anda, menangkapmu dan mematahkan kakimu. Jangan katakan saya tak memberitahukanmu bahwa anda masih memiliki darah mengalir dalam nadimu dan bahwa anda akan menderita kemanapun anda pergi. Makhluk apa kalian ini? Kalian hanyalah segerombolan rubah! Untuk apa anda berada di sini?" Saat Master menyelesaikan pembicaraannya, dia melemparkan tongkatnya.

Ada suatu pertanyaan diajukan padanya: "Apa ide mendasar Buddhisme?" Master jawab, "Saat musim semi tiba, rumput-rumput dengan sendirinya berubah menjadi hijau."

Master bertanya pada seorang pendeta dari sila, "Apa yang anda gunakan untuk menyeberangi laut?" Pendeta itu jawab, "Bajak laut dipukul." Kemudian Master meraih tangannya dan berkata, "Mengapa anda harus berada dalam tanganku?" Jawabnya, "Itu tepatnya apa adanya." Master berujar, "Lompatan tak berguna lainnya!"

Page 268: Ajaran Awal Buddhisme Ch'An

Ajaran Murni Ch’an Buddhis Ajaran Murni Ch’an Buddhis Ajaran Murni Ch’an Buddhis Ajaran Murni Ch’an Buddhis

252

Suatu pertanyaan diajukan, "Apa itu Niu-t'ou Fa Yung sebelum dia melihat sesepuh ke empat?"

"Dewi Belas Kasihan disembahyangi dalam setiap keluarga," demikianlah jawabnya.

"Apalah dia setelah melihat sesepuh Ke empat?" "Nyengat dalam nyala api menelan harimau." Terdapat suatu pertanyaan, "Apa itu lagu Yun-Men?" Master jawab, "HAri kedua puluh lima bulan dua belas." Pendeta: "Apa itu auman kerbau tanah liat di puncak gunung salju?" Master: "Langit dan tanah menghitam merah." Pendeta: "Apa itu ringkikan kuda kayu dari Yun-Men?" Master: "Gunung-gunung dan sungaai mengalir." "Pendeta: "Tolong berikan kita satu prinsip dasar dari pengejaran kita atas

yang hakiki." Master: "Lihat ke tenggara di pagi hari dan ke barat laut di malam hari."

Pendeta: "Akan nampak seperti apa jika seseorang mencapai pemahaman seuai dengan pernyataanmu?"

Master: "Nyalakan lampu dirmuah sebelah timur dan duduk di kegelapan rumah sebelah barat."

Pendeta: "Bagaimana seorang dapat melewatkan masa dua belas jam sehari tanpa menghamburkan waktunya?"

Master: "Kemana pertanyan anda diarahkan?" Pendeta: "Saya tak ngerti, tolong jelaskan! Master meminta agar diantarkan kuas dan sepiring tinta. Setelah itu Master

menuliskan suatu gatha: Saya coba mencerahkan anda, tapi gagal merenung. Ketidaksesuaian apa ini! Jika anda muali memikirkannya, kapan pula anda akan pernah mencapai

pencerahan? Pendeta: "Apa diriku yang sejati?" Master: "Bertualang menjelajahi gunung dan sungai." Pendeta: "Apa dirimu yang sejati, Master?" Master: "Untung saja pelayanku tak berada di sini?" Pendeta: "Seperti apa itu menelannya dalam sekali teguk?" Master: "Saya akan berada dalam perutmu." Pendeta: "Mengapa anda, Master, berada dalam perutku?" Master: "Balikkan kembali kata-kataku!" Pendeta: "APa itu Tao?" Master: "Pergi!" Pendeta: "Saya tak ngerti. Beritahu saya!" Master: "Penilaian anda sangat jelas. Mengapa harus saya berikan penilaian

yang lain lagi?" Pendeta: "Bagaimana anda dapat bebas dari kesukaran saat kelahiran dan

kematian terjadi?"

Page 269: Ajaran Awal Buddhisme Ch'An

YUNYUNYUNYUN----MEN WENMEN WENMEN WENMEN WEN----YEN YEN YEN YEN

253

Master membuka tangannya dan menjulurkan lengannya dan berkata, "Berikan kembali kematian dan kelahiranku."

Pendeta: "Mengapa seseorang tak dapat menjadi pendeta jika orang tuanya tak setuju?"

Master: "Dangkal." Pendeta: "Saya tak ngerti." Master: "Dalam." Pendeta: "Apa itu diriku yang sejati?" Master: "Anda takut saya tak tahu?" Pendeta: "Apalah itu saat semua kemungkinan telah menghilang?"

Master: "Pungutlah Aula Buddha bagiku dan kemudian saya akan mendiskusikannya denganmu."

Pendeta: "Apa hubungannya ini dengan Aula Buddha?" Master berteriak, "Anda pembohong!" Pendeta: "Apa itu transmisi Buddha di luar tradisi?" Master: "Ajukan pertanyaannya di depan pertemuan!" Pendeta: "Jika bertanya pada mereka, apa yang akan mereka jawab?" Master: "Atas dasar apa pencerahan di tetapkan?" Pendeta: "Kata apa yang menembus esensi keberadaan?" Master: "Sembunyikan mayatm,u dalam Bintang Biduk." Pendeta: "Apa arti kedatangan Bodhidharma dari barat?" Master: "Sudah hujan sedemikian lama tanpa cuaca cerah." Kemudian dia tambahkan, "Uap panas dari ketan nasi." Pendeta: "Para orang tua mencoba menjelaskannya dalam ccara ini dan

itu tapi tak pernah memahami rahasia membuat loncatan lebih lanjut menuju Yang hakiki. Apa rahasianya ini?"

Master: "Punggung bukit timur dari gunung barat sedang menghijau." Sekalli lagi ditanya: "Apa arti kedatangan Bodhidharma dari barat?" Master berkata, "Carilah koin di sungai dimana anda kehilangannya." Suatu kali Master duduk diam dengan lama. Seorang pendeta bertanya

padanya bagaimana dia membandingkan keheningannya sendiri dengan keheningan Sang Buddha. Master berkata, "Kalian semua terlalu lama berdiri di sini. Hayo, bungkuklah tiga kali!"

Suatu kali Master membuat gatha berikut: Betapa dalamnya gunung Yun-Men! Betapa rendahnya awan-awan putih bergantungan! Sungai gunung mengalir sedemikian cepat Hingga ikan-ikan tak dapat menetap. Kedatangan seseorang dimengerti dengan baik. Dari saat sesseorang melangkah ke pintu. Mengapa harus saya katakan tentang debu Di jalur yang dilalui roda?

Page 270: Ajaran Awal Buddhisme Ch'An

254

TTTTUNGUNGUNGUNG----SSSSHAN HAN HAN HAN SSSSHOUHOUHOUHOU----CCCCHHHH''''UUUU (?-990)

"Bahasa Hidup dan Bahasa Mati" (DARI TRANSMISI LAMPU, CHUAN 23)

Master Ch'an Shou-ch'u Tsung-hui dari Tung-shan di Hsiang- chou1 mengunjungi Yu-men, yang bertanya padanya:

"Dari mana saja anda akhir-akhir ini?" "Dari Ch'a-tu." "Apa yang anda kerjakan di musim panas?" "Saya berada di Kuil Pao-tzu di

Hunan." "Kapan anda pergi dari sana?" "Di bulan delapan tahun lalu." "Saya bebaskan anda dari tiga puluh pukulan!" Hari berikutnya Tung-shan pergi mengunjungi pada Master Yun-men, dan

bertanya padanya, "Kemarin anda berkenan hati membebaskan diriku dari pukulanmu tapi saya tak tahu apa salahku."

"Oh, kau gentong nasi! Inikah caramu bertualang dari seberang Sungai ke sebelah selatan Danau!"2

Saat Tung-shan mendengar pernyataan ini, diapun tiba-tiba menjadi cerah.

Setelah Tung-shan menjadi rahib, seorang pendeta datang bertanya padanya,"Jalur apa yang paling jauh?" Dia jawab:

"Orang tak ingin keluar di hari baik, tapi menundanya hingga hujan turun lebat."

Pendeta: "Siapa semua orang bijak itu?" Master: "Mereka yang masuk ke dalam lumpur dan air." Pendeta: "Sebelum pikiran ada, di mana segalanya?" Master: "Daun teratai bergerak tanpa hembusan angin, jadi pasti ada ikan

yang berenang di awahnya."

1 Sekarang Hsiang Yang, suatu kota di sungai Han di barat laut Propinsi Hupeh. 2 Sungai Yang tze dan sungai Pan Yang.

Page 271: Ajaran Awal Buddhisme Ch'An

TungTungTungTung----Shan ShouShan ShouShan ShouShan Shou----Ch'uCh'uCh'uCh'u

255

Pendeta: "Master! Saat anda turuni tahta singa,3 tolong nyanyikan lagu Tao!"

Master:"Di musim kemarau selokan-selokan irigasi berlumpur. Di masa ini tak diperlukan lagi waduk air karena tak ada bahaya banjir."

Pendeta: "Jika demikian halnya, bolehkah saya haturkan ucapan terima kasihku padamu?"

Master: "Wanita tua penjual sepatu berjalan cepat." Pendeta: "Apa itu Tiga Mustika?"4 Master: "Itu di luar diskusi." Pendeta: "Apa itu pagoda tak bertepi?" Master: "Singa batu di persimpangan jalan." Pendeta: "Apa itu dharma yang bebas dari kelahiran dan kematian?"

Master: "Itulah yang anda lihat tapi tak anda terima, walaupun anda telah

merindukannya tiga tahun berturut-turut." Pendeta: "Bebaskan dirimu segala kegiatan mental dan pengertian

selanjutnya katakanlah sepatah kata." Master: "Pendeta Tao berjubah kuning sedang duduk di dalam kendi

tembikar." Pendeta: 'Saya kebetulan baru kembali megunjungimu. Tolong p73

katakan sepatah kata." Master: "Bagaimana bisa saya katakan lagi jika ia telah di sana?" Pendeta: "Tolong katakan apa yang terungkapkan dalam meditasi." Master: "Saya akan bebaska anda dari tiga puluh pukulan." Pendeta: "Di mana salahku?" Master: "Suatu kejahatan takkan dihukum dua kali." Pendeta: "Apa itu kuntum teratai sebelum ia muncul dari dalam air?"

Master: "Puncak Gunung Ch'u5 saat ia terbalik." Pendeta: "Apanya itu setelah keluar dari air?" Master: "Sungai Han6 mengikuti arusnya dan mengalir ke timur." Pendeta: "Pedang apa yang paling tajam, yang memotong rambut yang

ditiupkan angin padanya?" Master: "Pengunjung dari Chin-chou."7

3 Tradisi dipercayai Buddha adalah secara singa diantara manusia. Tempat duduknya dinamakan

simhasana atau kursi singa. 4 Tri Ratna: Buddha, Dharma , Sangha(para bhiksu). 5 Suatu gunung di sebelah utara Propinsi hupeh. 6 sungai Han bersumber di sebelah selatan propinsi shensi, kemudian mengalir kesebelah selatan

propinsi shensi, kemudian mengalir kesebelah selatan dan bersatu dengan Yang Tze di propinsi Hupeh.

7 Sekarang An-K'ang, suatu kota di sungai Han di sebelah selatan propinsi Shensi.

Page 272: Ajaran Awal Buddhisme Ch'An

Ajaran Murni Ch’an Buddhis Ajaran Murni Ch’an Buddhis Ajaran Murni Ch’an Buddhis Ajaran Murni Ch’an Buddhis

256

Seorang bhiksuni bertanya,"Bagaimana jadinya saat kereta berhenti tapi lembunya tidak?"

Master: "Apa gunanya seorang sais?" Pendeta: "Apa kewajiban yang diperlukan seorang pendeta Ch'an?" Master: "Saat awan menyelimuti puncak Gunung Ch'u, terjadi badai

berhujan lebat." Pendeta: "Bagaimana jadinya saat semua air di laut telah mengering,dan

semua manusia di dunia meninggal?" Master: "Susah sekali seperti itu." Pendeta: "Bagaimana tepatnya seperti cara itu?" Master:"Awan-awan ada dilangit, dan air ada di dalam vas."8 Pendeta: "Apa jadinya saat keberadaan dan bukan keberadaan sama-sama

menghilang dan baik yang duniawi dan yang nyata terlupakan?" Master: "Saat puncak Gunung Ch'u terbalik." Pendeta: "Mungkinkah saya memahaminya?" Master: "Ada satu cara" Pendeta: "Tolong beritahukan saya." Master: "Itulah seribu mil dan sepuluh ribu mil." Pendeta: "Bagaimana keadaan Niu-t'ou sebelum ia melihat Sesepuh

Keempat?"9 Master: "Tongkat kayu berangan." Pendeta: "Bagaimana jadinya ia setelah wawancara?" Master: "Pakaian katun Tou-pa."10 Pendeta: "Apa itu Buddha?" Master: "Jelasnya, benar." Pendeta: "Bagaimana keadaan dalam mana semua sebab-musebab telah

berhenti sama sekali?" Master: "Manusia batu di dalam kendi tanah menjual manisan kurma."

Pendeta: "Apa itu pedang Tung-shan?" Master: "Mengapa?" Pendeta mendesak terus: "Saya ingin tahu." Master: "Menghujat!" Pendeta: "Tak memberikan perhatian pada lagit dan bumi dan tak prihatin

atas dunia - inilah sikap saya. Bagaimana denganmu?" Master: "Di sekeliling paviliun Hsien-shan11 kabut pada mene- bal ; pesisir sedemikian curam sehingga sampan-sampan tak dapat ber lamban-lamban."

8 Ini merupakan pernyataan yang dibuat Yo-shan Wei Yen(751-834) saat dia mewancarai Li Ao,

seorang neo konfusianis yang hebsat dan juga merupakan Gubernur Lang Chou. 9 Tao Hsin (580-651) 10 "Tou Pa" adalah suatu panggilan untuk orang udik. 11 Gunung Hsien, disebelah selatan Hsiang Yang, propinsi hupeh.

Page 273: Ajaran Awal Buddhisme Ch'An

TungTungTungTung----Shan ShouShan ShouShan ShouShan Shou----Ch'uCh'uCh'uCh'u

257

Pendeta: "Nah, sekarang semua pendengar telah berkumpul di- sini. Tolong tunjukkan esensi Ch'an, ceritakan pada kita prinsip-prinsip utamanya."

Master: "Buih-buih di permukaan air mencerminkan semua jenis warna; katak-katak dari dalam kolam berkuak-kuak di bawah terang purnama."

Pendeta: "Saat ini, di mana Manjusri dan Samantabhadra berada?" Master: "Yang lebih tua umurnya delapan puluh satu. Pohon yang demikian

tua takkan lagi ditumbuhi jamur." Pendeta: "Apa artinya ini?" Master: "Pertama-tama,itu tidaklah mungkin; kedua, itu tidaklah benar." [Di bulan ketujuh tahun pertama Shun-hua (990), Master -- tanpa sakit

apapun -- meninggal dalam duduk silanya.12]

12 Records of pointing at the Moon, chuan 21.

Page 274: Ajaran Awal Buddhisme Ch'An
Page 275: Ajaran Awal Buddhisme Ch'An

259

Akhir Kata

Setelah kita membaca buku ini, dengan segala keanekaragaman yang radikal--dari kedalaman metafisik hingga ketidakrasionalitas yang paling aneh, dari logika rumit hingga ketidaklogisan murni, dari perenungan dan penghentian hingga perlakuan fisik yang mengejutkan barangkali kita dapat merasakan bahwa Ch'an dengan semua ciri ini berniat mengajarkan kepada kita sesuatu yang baru. Namun ini bukanlah tujuannya. Usaha-usaha semua Master Ch'an terkemuka ini ditujukan untuk membuka tabir apa yang dalam diri kita pada mulanya dan masih tetap berada di sana, bahkan disaat ini sekalipun.

Ch'an tak akan terpahami oleh akal ataupun pelambangan pemikiran. Ia bukanlah proses belajar, melainkan proses untuk tidak belajar, suatu perjalanan kembali ke sumber semula dari segala keberadaan. Inilah yang disebut sebagai Yang Demikian (Suchness) atau Tathata. Kebijaksanaan yang terkandung dalam 19 bab di depan, sekali terpahami secara penuh, bukan lagi merupakan sesuatu yang bersifat mistis atau esoteris. Su T'ung-p'o dari abad ke dua belas menggubah bait berikut :

Kabut-kabut gunung Lü, pecah ombak sungai Chê Menyebabkan seribu rindu saat anda tak di sana; Sekali terlihat, mereka hanyalah apa adanya: Kabut-kabut Gunung Lü, pecah ombak sungai Chê. Ch'an tidaklah berusaha mentransformasi kita menjadi sesuatu yang

berbeda dari apa adanya kita sekarang melainkan membiarkan kita tepat seperti adanya diri kita, bagaikan "Kabut-kabut Gunung Lü, pecah ombak sungai Chê. Dalam Eastern Buddhist Journal terbitan September 1965, Dr. Suzuki berkata: "Cukuplah kita katakan di sini bahwa Zen tak membicarakan tentang ataupun mengandung sesuatu yang bersifat mistik. Ia paling sederhana, seterang siang hari, semuanya terbuka tanpa ada yang tersembunyi, gelap, kabur, rahasia ataupun yang membingungkan di dalamnya.

Suatu kali Chang Shang-yin, seorang umat Buddhis awam dan negarawan (meninggal 1122), bertanya pada master Ch'an P'ao-an dari Ta-hung Shan, "Apa itu cara yang tepat untuk mencapai kebenaran?" P'ao-an jawab bahwa cara yang tak tepat cukup banyak, yang dapat disimpulkan sebanyak empat : Penegasan, Penyangkalan, Penegasan dan Penyangkalan serta baik bukan Penegasan maupun bukan Penyangkalan. Jalan-jalan ini tidak seketika mengindentifikasikan pikiran dengan kebenaran. Dengan kata lain kita menyimpang dari kebenaran melalui akal pemikiran. Saat pikiran tak

Page 276: Ajaran Awal Buddhisme Ch'An

Ajaran Murni Ch’an Buddhis Ajaran Murni Ch’an Buddhis Ajaran Murni Ch’an Buddhis Ajaran Murni Ch’an Buddhis

260

diidentifikasikan dengan kebenaran dan kebenaran berubah menurut situasi obyektif, ini bukan jalan yang tak benar. Saat penegasan tak dipertahankan, ia secara alamaih akan diikuti penyangkalan. Saat penyangkalan dipertahankan ia secara alamiah akan diikuti penegasan. Kelanjutan yang tak berakhir ini tetap berlaku atas penegasan dan penyangkalan dan baik bukan penegasan maupun bukan penyangkalan. Hasilnya adalah seseorang tak akan terbebas dari semua kondisi ini dan oleh karena itu pikiran aslinya takkan terungkapkan. Saat Pikiran Asal tak terungkapkan, kesadaran rohani Ch'an takkan muncul. Dengan demikian, kebenaran yang diungkapkan kata-kata hanyalah diferensiasi palsu dari pemakaian akal yang lebih kecil. Bagaimana pula seseorang dapat sadar akan Ch'an melalui cara ini?

Esensi takkan pernah terungkapkan dalam kata. Namun, kita memiliki banyak kata! Ini mengingatkan kita akan cerita tentang Yang-shan. Untuk setiap kata dikatakan Masternya, Yang-shan konon mengomentarinya dalam sepuluh kata. Akhirnya Masternya berkata kepadanya, "Suatu hari anda akan bertemu dengan seseorang yang akan mengoreksimu!" Bertahun-tahun kemudian Yang-shan pergi meminta bimbingan Master Kuei-shan, yang berkata kepadanya, "Saya dengar bahwa saat anda berguru pada Mastermu yang pertama, anda mengucapkan sepuluh kata untuk menanggapi setiap katanya. Apakah itu benar?" Yang-shan jawab, "Itulah yang dikatakan orang." Kuei-shan bertanya padanya, "Apa yang dapat anda katakan tentang arti Buddhisme yang sebenarnya?" Saat Yang-shan menarik nafas dalam untuk menjawab, Kuei-shan segera meneriakkan 'Ho!' untuk mendiamkannya. Tiga kali Kuei-shan bertanya, tiga kali pula Yang-shan mencoba menjawab dan ketiga usahanya itu didiamkan oleh 'Ho!' yang sama. Akhirnya, dengan airmata berderai dari mata, Yang-shan mengangkat kepalanya: "Almarhum Masterku telah meramalkan bahwa saya akan belajar lebih baik lagi dengan orang lain dan hari ini saya telah menemukannya! "

Dalam karya ini saya telah menggunakan banyak kata. Jika Kuei-shan hadir sekarang, beliau akan berteriak 'Ho!' untuk mendiamkan saya.

Page 277: Ajaran Awal Buddhisme Ch'An

261

DAFTAR KEPUSTAKAAN

Daftar kepustakaan berikut hanya mencakup karya-karya yang dirujuk dalam teks.

Amalgamasi Esensi Lampu (Lien-teng Hui-yao),30 chuan, dihimpun oleh Wu-ming, pertama kali diterbitkan pada tahun 1183. Dalam Dainihon zokuzokyo, Bab 2, Bagian 2, Kasus 9.

Amalgamasi sumber-sumber Lima Lampu (Wu-teng Hui-yuan), 20 chuan, dihimpun oleh Hui-ming, pertama kali diterbitkan pada tahun 1253. Tulisan terbaru merupakan cetakan ulang 1906 oleh Liu-shih Heng.

Aryadeva, Sata Sastra (Po Lun, or Perbincangan Seratus Syair),diterjemahkan ke dalam bahasa cina oleh Kumarajiva, pendahuluan oleh Seng-chao. Dalam Taisho shinshu daizokyo, No.1569, jilid 30.

Avatamsaka Sutra (Hua-yen Ching), diterjemahkan ke dalam bahasa cina oleh :

1. Buddhabhadra pada 418-420 Masehi dinamakan kitab Chin (Chin Ching).

2. Siksananda pada 695-699 dinamakan T'ang Ching.

3. Prajna pada 796-797.

Biografi Para Pendeta Buddhis Terkemuka, Himpunan Sung (Sung Kao Seng Ch'uan), dihimpun pada tahun 1495 oleh Tsan-ning. Dalam Taisho shin-shu daizokyo, No.2061, jilid 50.

Chao-chou Ts'ung-shen, Dialog-Dialog dan Biografi Master Ch'an Chao-chou Chen-chi (Chao-chou Chen-chi Ch'an-shih Yu-lu Hsing-chuang). Dalam kata-kata Mutiara Kuno Tercatat, Chuan 13, 14 (Dainihon zokuzokyo, Bab 2, Kasus 23).

Ch'eng-kuan, Cermin Misterius dari Avatamsaka Dharmadhatu (Hua-yen Fa-chieh Hsuan-ching).Dalam Taisho shinshu daizokyo, No.1883, jilid 45.

Catatan Komprehensif Transmisi Lampu Chia-t'ai (Chia-t'ai P'u-teng Lu), 30 chuan dengan tambahan tiga chuan pendahuluan, dihimpun oleh Lei-an Cheng-shou (1146-1208) pada tahun keempat masa chia-t'ai (1204).

Kanon Buddhis Cina (Chung-hua Ta-ts'ang Ching). Diterbitkan oleh Masyarakat untuk Penghimpunan Kanon Buddhis Taipei. Kumpulan Pertama 40 jilid diterbitkan pada 1962-1966, Kumpulan kedua 12, jilid diterbitkan pada 1968.

Page 278: Ajaran Awal Buddhisme Ch'An

Ajaran Murni Ch’an Buddhis Ajaran Murni Ch’an Buddhis Ajaran Murni Ch’an Buddhis Ajaran Murni Ch’an Buddhis

262

Kamus Buddhisme Cina (Fu Hsueh Tzu Tien). Taipei, Chung-hua Book Company, 1950.

Catatan Tranmisi Lampu Ching-te (Ching-te Ch'uan-teng Lu), 30 chuan dihimpun oleh Tao-yuan ditahun 1004, di edit oleh Yang-i (968-1024).

Lima edisi yang dikoleksi oleh pengarang :

1. Kitab yang dicetakkan dalam Karya-karya Yang Dikumpulkan dari Empat Kategori: Klasik, Sejarah, Filsafat dan Kesusasteraan (Szu-pu Cung-k'an), Bab 3, Bagian 1, oleh the Commercial Press Shanghai, 1935, didasarkan pada edisi Sung dari koleksi keluarga Hsu di Ch'ang-shu, Kiangsu. Mengandung banyak kesalahan cetak dan perubahan.

2. Kitab dicetak ulang di Jepang dalam Taisho shinshu daizokyo, No.2076, jilid 51, didasarkan pada edisi Yuan dicetak ulang pada tahun 1317, yang didasarakan pada edisi Sung yang dikoleksi oleh Wen-an dari Lu-shan, Kiangsi. Menurut pendahuluan Liu-fei, edisi ini dicetak ulang sebelumnya ditahun 1134 oleh pendeta Szu- chien. Juga mengandung banyak kesalahan cetak dan perubahan.

3. Kitab yang baru-baru dicetak ulang oleh Ki-chu Do di Kyoto, didasarkan pada edisi 1348 yang dicetak oleh pendeta Jepang Kampo Shidon (1285-1361), yang didasarkan pada edisi tahun 1317. Direkomendasi oleh Suzuki.

4. Kitab dicetak ulang ditahun 1919 oleh Kuil T'ien-ning di Ch'ang-chou, Kiangsu. Kitab ini identik dengan edisi Ki-chu Do di atas.

5. Kitab yang dikumpulkan dalam Kanon Buddhis Cina, Koleksi Pertama Bagian 9, jilid 33, diterbitkan di tahun 1965. Identik dengan T'ien-ning dan edisi Ki-chu Do.

Ch'i-sung, Catatan Transmisi Teratur Dharma (Ch'uan-fa Cheng-tsung Chi), 2 chuan. Dalam Taisho shinshu daizokyo, No.2080, jilid 51.

Chi-tsang, Komentar tentang Madhyamika Sastra (Chung-kuan Lun). Dalam Taisho shinshu daizokyo, No.1824, jilid 42.

Komentar tentang Sala Sastra (Pai-lun Su). Dalam Taisho shinshu daizokyo, No.1854, jilid 45.

Edisi tentang Kebenaran Ganda (Erh-ti Ch'ang). Dalam Taisho shinshu daizokyo, No. 1827, jilid 42.

Kumpulan Komentar tentang Nirvana Sutra (Nieh-pan Ching Chi- chieh) dihimpun oleh Pao-liang. Dalam Dainihon zokuzokyo, Bab 1, Bagian 1, Kasus 4, jilid 2-4.

Esensi yang dikumpulkan dari Aliran Ch'an (Tsung-men T'ung- yao), 22 chuan, dihimpun oleh Tsung-yung dalam tahun ketiga periode Shao-hsing (1130). Dalam Kanon Buddhis Cina, Koleksi Kedua, jilid 2.

Page 279: Ajaran Awal Buddhisme Ch'An

263

Koleksi dan Klasifikasi Bahan-bahan Ch'an (Ch'an-lin Lie- chu), dihimpun pada tahun 1307 oleh Tao-t'ai. Dalam Dainihon Zokuzokyo, Bab2, Kasus 22, Jilid 1.

Koleksi dari Aula Para Sesepuh (Chodang Chip), 20 chuan, dihimpun di tahun 952 oleh pendeta Ching dan Yun, diterbitkan di Korea 1245.

Dainihon zokuzokyo (Pelengkap Edisi Jepang dari Kanon Buddhis). Kyoto, Zokyo shoin, 1905-1912. 150 kasus, 750 bahagian.

Fa-tsang, Perbincangan tentang Singa Emas (Chin Shih-tzu Ch'ang). Dalam Taisho shinshu daizokyo, No.1880, jilid 45.

Seratus Teori dalam Lautan Ide saka Sutra (Hua-yen Ching Yi-hai P'o-men). Dalam Taisho shinshu daizokyo, NO.1875, jilid 45

Fa-yen Wen-i, Dialog Tercatat dari Master Ch'an Wen-i dari Kui Ch'ing-liang di Chin-ling (Chin-ling Ch'ing-liang Wen-i Ch'an-shih Yu-lu) dihimpun oleh Yuan-hsin (1571-1646), dan Kuo Ning-chih dikenal diantara 1621-1627, dalam Taisho shinshu daizokyo, No. 1991, jilid 47.

Fang-kang (Singkatan judul Cina untuk Pancavimsatisahasrika Prajñãpãramitã Sutra), diterjemahkan oleh Hsuan-tsang. Dalam Taisho shinshu daizokyo, No.221, jilid 8.

Empat Divisi Vinaya (Teks Tua dari Hsiang-pu), versi dari Dharmagupta, diterjemahkan ke dalam bahasa cina oleh Buddhayasas, dikomentari oleh Fa-li (589-635), dari kuil Jih-kung di Hsiang- chou.

Catatan umum dari Buddha dan sesepuh (Fu-tsu Tung-chi), 54 chuan, dihimpun oleh Chih-pan, diterbitkan pada tahun 1269. Dalam Taisho shinshu daizokyo, No.2035, jilid 49. Huang-po Hsi-yun, Dialaog-dialog dari Master Ch'an Tuan-chi kumpulan Yun-chou (Yun-chao Huang-po Tuan-chi Ch'an-shih Yu-lu). Dalam Catatan Kata-kata Mutiara Kuno, Chuan 2, (Dainihon zokuzokyo, Bab 2, Kasus 3).

Huang-po Hsi-yun, Esensi dari Transmisi Pikiran (Ch'uan-hsin Fa-yao), dicatat oleh Pei Hsiu (797-870). Dicetak ulang pada tahun 1884 oleh Printing House of Buddhist Canon di Nanking, juga dalam Taisho shinshu daizokyo, No.2012B, jilid 48.

The Zen Teaching of Huang-po on the Transmission of the Mind, diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris oleh John Blofeld. New York, Grove Press, 1959.

Hui-k'ai, Gerbang Tanpa Pintu (Wu-men-kuan), ditulis di tahun 1228. Dalam Taisho shinshu daizokyo, No.2005, jilid 48.

Page 280: Ajaran Awal Buddhisme Ch'An

Ajaran Murni Ch’an Buddhis Ajaran Murni Ch’an Buddhis Ajaran Murni Ch’an Buddhis Ajaran Murni Ch’an Buddhis

264

Hui-neng, Sutra Panggung dari Sesepuh Keenam dengan Penjelasan (Liu-tsu T'an-ching Chien-chu) diedit oleh Ting Fu-pao, pada mulanya dihimpun oleh Fa-hai. Dicetak ulang oleh kuil Ku-lin, Shanghai 1993.

Hung-chiih Cheng-chio, Catatan Ekstensif dari Master Hung- chih (Hung-chih Ch'an-shih K'uang-lu), dihimpun oleh Chi-ch'eng di tahun 1132. Dalam Taisho shinshu daizokyo, No.2001, jilid 48, juga dalam Esensi Yang Dikumpulkan dari Aliran Chan, Chuan 22 (Kanon Buddhis Cina Kumpulan Kedua, jilid 2.)

I Ching, atau Book of Changes, terjemahan Richard Wilhelm ditulis ke dalam bahasa Inggris oleh Cary F.Baynes, Pengantar oleh C.G.Jung, Seri Bollingen XIX, New York, Pantheon Book, 1950, 2 jilid.

Kiangsi Tao-i, Dialog-dialog tercatat dari Master Kiangsi Tao-i (Kiangsi Tao-i Ch'an-shih Yu-lu), dalam Catatan-Catatan Empat Master (Szu-chia Lu), dihimpun oleh Cheng-chuan, pertama kali diterbitkan di tahun 1085, dicetak ulang pada tahun 1607.

Kuei-feng Tsung-mi, Pengantar atas Penjelasan Lengkap dari Sumber Ch'an (Ch'an-yuan Chu-ch'an Chi-hsu), pendahuluan oleh Pei Hsiu. Dalam Taisho shinshu daizokyo, No.2015, jilid 48.

Kuei-shan Ling-yu, Dialog-dialog Tercatat dari Master Ch'an Kuei-shan Ling-yu dari T'an-chou (T'an-chou Kuei-shan Ling-yu Ch'an-shih Yu-lu), dihimpun oleh Yuan-hsin dan Kuo Ning-chih. Dalam Taisho shinshu daizokyo, No.1989, jilid 47.

Lankavatara Sutra (Leng-chia Ching): secara harfiah berarti "Memasuki Lanka" untuk mengajar, terjemahan Cina oleh (1) Dommusen (385-433), (2) Gunabharda (tiba di Cina pada tahun 435), (3) Bodhiruchu (tiba di Cina pada tahun 508), dan (4) Siksananda (652-710), diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris oleh T.Suzuki (London, Routledge & Kegan Paul, 1956).

Liang-su, Peraturan-peraturan Umum untuk Pemberhentian dan Perenungan (Chih-kuan T'ung-li). Dalam Taisho shinshu daizokyo, No.1915, jilid 40.

Lin-chi I-hsuan, Dialog-dialog Tercatat dari Master Ch'an Lin-chi Hui-chao of Chen-chou (Chen-chou Lin-chi Hui-chao Ch'an- shih Yu-lu). Dalam Kumpulan Kata-Kata Mutiara Tua, Chuan 4,5 (Dainihon zohuzokyo, Bab 2, Kasus 23), juga dalam Taisho shinshu daizokyo, No.1985, jilid 47, dihimpun oleh San-sheng Hui-jan.

Kitab Teratai Hukum Ajaib (Miao-fa Lien Ching).Lotus Sutra, di terjemahkan oleh W.E.Soothill. Oxford, Clarendon Press, 1930 .

Page 281: Ajaran Awal Buddhisme Ch'An

265

Metode Mahayana dari pemberhentian dan Kontemplasi (Ta- ch'eng Chih-kuan Fa-men) konon ditulis oleh Hui-ssu (514-577). Dalam taisho shinshu daizokyo, No.1924 jilid 46

Matthews, Robert Henry, Kamus cina-Inggris, edisi revisi Cambridge, Mass, Harvard University Press,1963.

Mu-chou Tao-tsung Dialog-Dialog Pendeta Mu-chou (Mu-chou Ho- shang Yu-lu). Dalam Kumpulan Kata-Kata Mutiara Tua, Chuan 6 (Dainihon zokuzokyo, Bab 2, Kasus 23).

Murti, T.R.V Filsafat Sentral Buddhisme : Suatu Study dari Sistem Madhyamika. New York, The Macmiillan Company, 1955.

Nagarjuna (Lung-shu), Madhyamika Sastra (Chung Lun), diterjemahkan ke dalam bahasa Cina oleh Kumarajiva, pendahuluan oleh Seng-jui. Dalam Taisho shinshu daizokyo, No. 1564, jilid 30.

Dvadasanikaya Sastra (Shih-erh-men Lun, atau Perbincangan Dua Belas Gerbang), diterjemahkan ke dalam bahasa Cina oleh Kumarjiva, pendahuluan oleh Seng-jui. Dalam Taisho shinshu daizokyo, No. 1568, jilid 30.

Mahaprajnaparamitopadesa (Ta-chih-tu Lun, atau Perbincangn tentang Kebijaksanaan Agung) diterjemahkan ke dalam bahasa Cina oleh Kumarajiva. Dalam Kanon Buddhis Cina, Koleksi Pertama, jilid 14.

Nan-ch'uan P'u-yuan, Catatan Ekstensif dari Master Ch'an Nan-ch'uan Pu-yuan of Ch'ih-chou (Ch'ih-chou Nan-ch'uan Pu-yuan Ch'an-shih Kuang-lu). Dalam Kumpulan Kata-kata Mutiara Tua, Chuan 12 (Dainihon zokuzokyo, Bab 2, Kasus 23).

Nishida, Kitaro, Suatu Study Kebaikan diterjemahkan oleh V.H. Viglielmo. Tokyo, Japanese Government Printing Office, 1960.

Kumpulan Kata-kata Mutiara Tua (Ku-tsun-hsu Yu-lu), 48 chuan. Dalam Dainihon zokuzokyo, Bab 2, Kasus 23.

Catatan para Buddha dan Sesepuh dalam Berbagai Dinasti (Li- tai Fu-tsu T'ung-tsai), 22 chuan dihimpun oleh Nien-ch'ang, diterbitkan pada tahun 1344. Dalam Taisho shinshu daizokyo, No.2036, jilid 49.

Catatan Lampu Pikiran (Hsin-teng Lu), dihimpun pada tahun 1715 oleh Chang-yu Lao-jen. Dicetak ulang pada tahun 1907 oleh East Asia Printing House, Taipei.

Catatan Menunjuk pada Bulan (Chih-yueh Lu), 32 chuan dihimpun oleh Hsu Ju-chi di tahun 1602. Dicetak ulang di tahun 1959 di Taipei.

Catatan Keheningan (Ts'ung-yung Lu), 6 chuan, dihimpun oleh Hung-chih Cheng-chio, komentar oleh Wan-sung Hsing-hsiu, ditebitkan pada tahun

Page 282: Ajaran Awal Buddhisme Ch'An

Ajaran Murni Ch’an Buddhis Ajaran Murni Ch’an Buddhis Ajaran Murni Ch’an Buddhis Ajaran Murni Ch’an Buddhis

266

1224. Dalam Taisho shinshu daizokyo, No. 2004, jilid 48 (berjudul Wan-sung Lao-jen P'ing-ch'ang T'ien-tung Chio Ho-shang Sung-ku Ts'ung-yung-an).

Catatan Sumber Cermin (Ts'ung-ching Lu), 100 chuan, dihimpun oleh Yung-ming Yen-shou (904-975). Dalam Taisho shinshu daizokyo, No.2016, jilid 48.

Perkataan para Master Ch'an yang dipilih oleh Kaisar (Yu- hsuan Yu-lu), 19 chuan, dihimpun oleh Kaisar Yung-cheng dari Dinasti Tsing ditahun 1733. Dicetak ulang di tahun 1878 oleh Printing House of Buddhist Canons, Nanking.

Seng-chao, Perbincangan dari Seng-chou (Chao Lun), diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris oleh Walter Liebenthal. Hong Kong, University Press,1968.

Seng-ts'an, Inskripsi tentang Mempercayai Pikiran (Hsin-hsin Ming). Dalam Taisho shinshu daizokyo, No.2010, jilid 48.

Pelengkap atas Transmisi Lampu (Hsu Ch'uan-teng Lu), 36 chuan, dihimpun oleh Yuan-chi Chu-ting (wafat 1404). Dalam Taisho shinshu daizokyo, No.2077, jilid 51.

Suzuki, Daisetz T.An Introduction to Zen Buddhism. New York Harper & Row, 1949.

Essays in Zen Buddhism. First Series: New York, Harper & Row,1949, Second Series: Boston, Beacon Press, 1952.

Zen Buddhism, ed. William Barrett. Garden City, N.Y. Doubleday & Company, 1956.

Ta-hui Tsung-kao, Catatan Dialog-Dialog Master Ch'an P'u- chio (Ta-hui P'u-chio Ch'an-shih Yu-lu), dihimpun oleh Yun-wen di tahun 1171. Dalam Taisho shinshu daizokyo, No.1998A,jilid 47.

Taisho Shinshu daizokyo (Kanon Buddhis yang Diterbitkan dalam Taisho Era). Tokyo, Taisho issaikyo kankokai,1924-1934. 100 jilid.

Catatan Ektensif Lampu T'ien-sheng (T'ien-sheng Kuang-teng Lu), 30 chuan, dihimpun oleh Li Tsun-hsu (wafat 1038), diterbitkan pada tahun 1036.

Ts'ao-shan Pen-chi, Dialog-Dialog Tercatat Master Ch'an Ts'ao-shan Pen-chi dari Fu-chou (Fu-chou Ts'ao-shan Pen-chi Ch'an-shih Yu-lu), dihimpun oleh Kuo Ning-chih. Dalam Taisho shinshu daizokyo, No.1987B, jilid 47.

Dialog-Dialog Tercatat Master Ch'an Ts'ao-shan Yuan-cheng dari Fu-chou (Fu-chou Ts'ao-shan Pen-chi Ch'an-shih Yu-lu), dihimpun oleh Kuo Ning-chih. Dalam Taisho shinshu daizokyo, No.1987A, jilid 47.

Tung-shan Liang-chieh, Dialog-Dialog Tercatat Master Ch'an Tung-shan Liang-chieh of Shui-chou (Shui-chou Tung-shan Liang- chieh Ch'ang-shih Yu-

Page 283: Ajaran Awal Buddhisme Ch'An

267

lu), dihimpun oleh Yuan-hsin (1571-1646) dan lainnya. Dalam Taisho shinshu daizokyo, No.1986B, jilid 47.

Dialog-Dialog Tercatat Master Ch'an Tung-shan Wu-pen of Yun- chou (Yun-chou Tung-shan Wu-pen Ch'an-shih Yu-lu), dihimpun oleh Hui-ying. Dalam Taisho shinshu daizokyo, No.1986A, jilid 47.

Tung Tso-pin, Tabel Kronologis dari Sejarah Cina (Chung-kuo Nien-li Tsung-p'u), Hong Kong, Hong Kong University Press, 1960. Jilid 2.

Tzu-ssu, Doktrin Tengah (Chung-yung), diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris oleh James Legge dalam The Four Books, didistribusikan oleh Ione Perkins, California.

Vimalakirti Sutra (Wu-mo-chieh So-shuo Ching, or Sutra of the Discourse of Vimalakirti), 3 chuan, diterjemahkan ke dalam bahasa Cina oleh Kumarajiva, komentar oleh Seng-chao. Dalam Taisho shinshu daizokyo, No.537, jilid 14, baru-baru juga dicetak oleh the Buddhist Association of the United States, New York, 1965.

Yang-shan Hui-chi, Dialog-Dialog Tercatat oleh Master Ch'an Hui-chi of Yuan-chou (Yuan-chou Yang-shan Hui-chi Ch'an-shih Yu- lu), dihimpun oleh Yuan-hsin dan Kuo Ning-chih. Dalam Taisho shinshu daizokyo, No.1990, jilid 47.

Yuan-wu Fu-kuo, Catatan Karang Biru (Fu-kuo Yuan-wu Ch'an- shih Pi-yen Lu), 10 chuan, 100 kung-an, dihimpun oleh Yuan-wu K'e-ch'in, dikomentari oleh Hsueh-t'ou Ch'ung-hsien, diterbitkan oleh 1128. Dalam Taisho shinshu daizokyo, No.2003, jilid 48.

Dialog-Dialog Tercatat Master Ch'an Yuan-wu Fu-kuo (Yuan-wu Fu-kuo Ch'an-shih Yu-lu), dihimpun oleh Shao-lung dan lainnya di tahun 1134. Dalam Taisho shinshu daizokyo, No.1997, jilid 47,juga dalam Dainihon zokuzokyo, Bab 2, Kasus 24.

Yun-men Wen-yen, Perkataan Esensi dari Master Ch'an K'uang- chen of Yun-men (Yun-men K'uang-chen Ch'an-shih Kuang-lu). Dalam Himpunan Kata-Kata Mutiara Tua Chuan 15, 16, 17, (Dainihon zokuzokyo, Bab 2, Kasus 23), juga dalam Taisho shinshu daizokyo, No.1988, jilid 47, dihimpun oleh Shou-chien.

Yung-chia Hsuan-chio, Himpunan Karya-Karya dari Master Ch'an Hsuan-chio. Dalam Taisho shinshu daizokyo, No.2013, jilid 48, juga dalam Kumpulan Esensial dari Aliran Ch'an, Chuan 3 (Kanon Buddhis Cina, Koleksi Kedua, jilid 2).

Ode-Ode tentang Pencerahan (Cheng-tao Ko). Dalam Taisho shinshu daizokyo, No.2014, jilid 48.

Page 284: Ajaran Awal Buddhisme Ch'An

Ajaran Murni Ch’an Buddhis Ajaran Murni Ch’an Buddhis Ajaran Murni Ch’an Buddhis Ajaran Murni Ch’an Buddhis

268

Ajaran Orisinal Buddhisme Ch'an (Diedit dalam bahasa Inggris oleh Chang Chung-Yuan).

Kumpulan karya yang unik ini merupakan kitab yang amat penting bagi mereka yang tertarik dengan ajaran otentik Buddhisme Ch'an, suatu bentuk olah bathin yang muncul di Cina pada abad ke tujuh dan berkembang hingga abad ke tiga belas. Dikenal sebagai "Zen" di negara Barat, ajaran ini masih dilatih secara luas di Jepang dewasa ini. Buku ini mencakup ajaran para Master Ch'an terkemuka, yang dipilih dari kitab Ch'an yang paling tua, Trans-misi Lampu dan juga penafsiran-penafsiran pribadi pengarang yang diperoleh dari studi dan pengalaman dalam Ch'an selama dua puluh tahun, terutama dari Dr.D.T.Suzuki dan master Zen Jepang terkemkuka lainnya. Ajaran-ajaran ini terdiri dari kung-an (koan dalam bahasa Jepang), yang merupakan ungkapan pengalaman batin dan penerangan manusia cerah, yaitu suatu pengalaman batin yang diwariskan dari suatu genersi ke generasi lainnya dan mewakili karakteristik yang mendasar dari ajaran Ch'an.

Sebagai periset dalam Taoisme dan Buddhisme Ch'an selama sepuluh tahun bersama Bollingen Foundation di New York, Chang Chung-Yuan, Ph.D., menghabiskan waktu tiga tahun di Jepang untuk mengadakan riset dan menerjemahkan karya-karya Ch'an. Dia pernah menjabat sebagai Profesor Filsafat di University of Hawaii.