24
MAKALAH KEPERAWATAN GAWAT DARURAT “Airway Management” Di susun oleh: 1. EMILIA 2. RILDA RAHMAN 3. SYAHRIAN ANSARI 4. TINI HARTINI 5. ROBBY SATRIADI SEKOLAH TINGGI KESEHATAN (STIKES)

Airway Management (Kgd)

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Airway Management (Kgd)

MAKALAH

KEPERAWATAN GAWAT DARURAT

“Airway Management”

Di susun oleh:

1. EMILIA

2. RILDA RAHMAN

3. SYAHRIAN ANSARI

4. TINI HARTINI

5. ROBBY SATRIADI

SEKOLAH TINGGI KESEHATAN

(STIKES)

MATARAM

Page 2: Airway Management (Kgd)

2010

Page 3: Airway Management (Kgd)

AIRWAY MANAGEMENT

1. Pengertian

Airway Manajement ialah memastikan jalan napas terbuka. Menurut The

Commite on Trauma: American College of Surgeon (Yayasan Essentia Medica,

1983: 20; Hendrotomo, 1986: 497) tindakan paling penting untuk keberhasilan

resusitasi adalah segera melapangkang saluran pernapasan, yaitu dengan cara:

1) Tripel airway maneuver

2) Maneuver heimlich.

I. Triple Airway Manuever.

Pada Triple Airway Manuever terdapat tiga perlakuan yaitu:

Kepala ditengadahkan dengan satu tangan berada di bawah leher,

sedangkan tangan yang lain pada dahi. Leher diangkat dengan satu

tangan dan kepala ditengadahkan ke belakang oleh tangan yang lain

Menarik rahang bawah ke depan, atau keduanya, akan mencegah

obtruksi hipofarings oleh dasar lidah. Kedua gerakan ini meregangkan

jaringan antara larings dan rahang bawah.

Menarik / mengangkat dasar lidah dari dinding pharyinx posterior.

II. Manuever Heimlich

Manuever Heimlich (The Committee on Trauma: American College of

Surgeon (Yayasan Essentia Medica, 1983: 22) ini merupakan metode yang

paling efektif untuk mengatasi obstruksi saluran pernapasan atas akibat

makanan atau benda asing yang terperangkap dalam pharynx posterior

atau glottis.

Korban menjadi pucat yang diikuti dengan bertambahnya cyanosis, anoxia

dan kematian. Pada kondisi tersebut di atas, maneuver dapat dilaksanakan

dengan posisi penolong berdiri atau berbaring.

Page 4: Airway Management (Kgd)

a. Korban dalam keadaan sadar.

Penolong berdiri di belakang korban dan memeluk pinggang korban

dengan kedua belah tanggan, kepalan salah satu tangan digenggam

oleh tangan yang lain. Sisi ibu jari kepalan penolong menghadap

abdomen korban diantara umbilicus dan thoraks. Kepalan tersebut

ditekankan dengan sentakan ke atas yang cepat pada abdomen korban.

Penekanan tersebut tidak boleh memantul, dan pada waktu di puncak

tekanan perlu diberi waktu untuk menahan 0.5-1 detik dan setelah itu

tekanan dilepas, perbuatan ini harus diulang-ulang beberapa kali.

Naiknya diafragma secara mendadak menekan paru-paru yang dibatasi

oleh dinding rongga dada, meningkatkan tekanan intrathoracal dan

memaksa udara serta benda asing keluar dari dalam saluran

pernapasan.

b. Korban dalam keadaan tidak sadar.

Korban berbaring terlentang dan penolong berlutut melangkahi

panggul korban. Penolong menumpukan kedua belah tanggannya dan

meletakkan panggkal salah satu telapak tangan pada abdomen korban,

kemudian melaksanakan prosedur yang sama pada posisi berdiri.

Airway Management merupakan tahapan awal PPGD. Untuk menilai airway,

terdapat 3 tahapan, yaitu:

Look (lihat sumbatan pada jalan napas, daerah bibir, dan pengembangan

dada),

Listen (dengar suara napas),

Feel (rasakan hembusan napas).

Page 5: Airway Management (Kgd)

2. Pengelolaan Jalan Napas (Airway Management) Tanpa Alat

Pengertian: tindakan yang dilakukan untuk membebaskan jalan napas

dengan tetap memperhatikan kontrol servikal

Tujuan: membebaskan jalan napas untuk menjamin jalan masuknya udara

ke paru secara normal sehingga menjamin kecukupan oksigenase tubuh

Pengkajian Jalan Napas :

L = Look/Lihat gerakan nafas atau pengembangan dada, adanya retraksi sela

iga, warna mukosa/kulit dan kesadaran

L = Listen/Dengar aliran udara pernafasan

F = Feel/Rasakan adanya aliran udara pernafasan dengan menggunakan pipi

penolong

Gambar: Cara pemeriksaan Look-Listen-Feel (LLF) dilakukan secara

simultan. Cara ini dilakukan untuk memeriksa jalan nafas dan

pernafasan.

Tindakan

1. Membuka jalan nafas dengan proteksi cervical

a. Chin Lift maneuver (tindakan mengangkat dagu)

b. Jaw thrust maneuver (tindakan mengangkat sudut rahang bawah)

Page 6: Airway Management (Kgd)

c. Head Tilt maneuver (tindakan menekan dahi)

Ingat! Pada pasien dengan dugaan cedera leher dan kepala, hanya dilakukan

maneuver jaw thrust dengan hati-hati dan mencegah gerakan leher.

Untuk memeriksa jalan nafas terutama di daerah mulut, dapat dilakukan

teknik Cross Finger yaitu dengan menggunakan ibu jari dan jari telunjuk

yang disilangkan dan menekan gigi atas dan bawah.

Bila jalan nafas tersumbat karena adanya benda asing dalam rongga

mulut dilakukan pembersihan manual dengan sapuan jari.

Kegagalan membuka nafas dengan cara ini perlu dipikirkan hal lain yaitu

adanya sumbatan jalan nafas di daerah faring atau adanya henti nafas

(apnea)

Bila hal ini terjadi pada penderita tidak sadar, lakukan peniupan udara

melalui mulut, bila dada tidak mengembang, maka kemungkinan ada

sumbatan pada jalan nafas dan dilakukanmaneuver Heimlich.

Page 7: Airway Management (Kgd)

Gambar: Pemeriksaan sumbatan jalan nafas di daerah mulut dengan

menggunakan teknik cross finger

Page 8: Airway Management (Kgd)

Tanda-tanda adanya sumbatan (ditandai adanya suara nafas tambahan):

Mendengkur(snoring), berasal dari sumbatan pangkal lidah. Cara

mengatasi: chin lift, jaw thrust, pemasangan pipa

orofaring/nasofaring, pemasangan pipa endotrakeal.

Berkumur (gargling), penyebab: ada cairan di daerah hipofaring.

Cara mengatasi: finger sweep, pengisapan/suction.

Stridor (crowing), sumbatan di plika vokalis. Cara

mengatasi :cricotirotomi, trakeostomi.

2. Membersihkan jalan nafas

Sapuan jari (finger sweep)

Dilakukan bila jalan nafas tersumbat karena adanya benda asing pada

rongga mulut belakang atau hipofaring seperti gumpalan darah,

muntahan, benda asing lainnya sehingga hembusan nafas hilang.

Cara melakukannya :

Miringkan kepala pasien (kecuali pada dugaan fraktur tulang leher)

kemudian buka mulut dengan jaw thrust dan tekan dagu ke bawah

bila otot rahang lemas (maneuver emaresi)

Gunakan 2 jari (jari telunjuk dan jari tengah) yang bersih atau

dibungkus dengan sarung tangan/kassa/kain untuk membersihkan

rongga mulut dengan gerakan menyapu.

Gambar: Tehnik finger sweep

Page 9: Airway Management (Kgd)

3. Mengatasi sumbatan nafas parsial

Dapat digunakan teknik manual thrust:

Abdominal thrust

Chest thrust

Back blow

Page 10: Airway Management (Kgd)

Jika sumbatan tidak teratasi, maka penderita akan :

Gelisah oleh karena hipoksia

Gerak otot nafas tambahan (retraksi sela iga, tracheal tug)

Gerak dada dan perut paradoksal

Sianosis

Kelelahan dan meninggal

Prioritas utama dalam manajemen jalan nafas adalah JALAN NAFAS

BEBAS!

Pasien sadar, ajak bicara. Bicara jelas dan lancar berarti jalan nafas

bebas

Beri oksigen bila ada 6 liter/menit

Jaga tulang leher : baringkan penderita di tempat datar, wajah ke

depan, posisi leher netral

Nilai apakah ada suara nafas tambahan.

Gambar: Pasien tidak sadar dengan posisi terlentang, perhatikan jalan

nafasnya! Pangkal lidah tampak menutupi jalan nafas

Page 11: Airway Management (Kgd)

Lakukan teknik chin lift atau jaw thrust untuk membuka jalan nafas. Ingat

tempatkan korban pada tempat yang datar! Kepala dan leher korban jangan

terganjal!

Chin Lift

Dilakukan dengan maksud mengangkat otot pangkal lidah ke depan

Caranya : gunakan jari tengah dan telunjuk untuk memegang tulang dagu

pasien kemudian angkat.

Head Tilt

Dlilakukan bila jalan nafas tertutup oleh lidah pasien, Ingat! Tidak boleh

dilakukan pada pasien dugaan fraktur servikal.

Caranya : letakkan satu telapak tangan di dahi pasien dan tekan ke bawah

sehingga kepala menjadi tengadah dan penyangga leher tegang dan

lidahpun terangkat ke depan.

Gambar: Tangan kanan melakukan Chin lift ( dagu diangkat). dan

tangan kiri melakukan head tilt. Pangkal lidah tidak lagi

menutupi jalan nafas.

Page 13: Airway Management (Kgd)

Abdominal Thrust (Manuver Heimlich)

Dapat dilakukan dalam posisi berdiri dan terlentang.

Caranya berikan hentakan mendadak pada ulu hati (daerah subdiafragma –

abdomen).

Abdominal Thrust (Manuver Heimlich) pada posisi berdiri atau duduk

Caranya : penolong harus berdiri di belakang korban, lingkari pinggang

korban dengan kedua lengan penolong, kemudian kepalkan satu tangan dan

letakkan sisi jempol tangan kepalan pada perut korban, sedikit di atas pusar

dan di bawah ujung tulang sternum. Pegang erat kepalan tangan dengan

tangan lainnya. Tekan kepalan tangan ke perut dengan hentakan yang cepat

ke atas. Setiap hentakan harus terpisah dan gerakan yang jelas.

Abdominal Thrust (Manuver Heimlich) pada posisi tergeletak (tidak sadar)

Caranya : korban harus diletakkan pada posisi terlentang dengan muka ke

atas. Penolong berlutut di sisi paha korban. Letakkan salah satu tangan pada

perut korban di garis tengah sedikit di atas pusar dan jauh di bawah ujung

tulang sternum, tangan kedua diletakkan di atas tangan pertama. Penolong

menekan ke arah perut dengan hentakan yang cepat ke arah atas.

Berdasarkan ILCOR yang terbaru, cara abdominal thrust pada posisi

terbaring tidak dianjurkan, yang dianjurkan adalah langsung melakukan

Resusitasi Jantung Paru (RJP).

Abdominal Thrust (Manuver Heimlich) pada yang dilakukan sendiri

Pertolongan terhadap diri sendiri jika mengalami obstruksi jalan napas.

Caranya : kepalkan sebuah tangan, letakkan sisi ibu jari pada perut di atas

pusar dan di bawah ujung tulang sternum, genggam kepala itu dengan kuat,

beri tekanan ke atas kea rah diafragma dengan gerakan yang cepat, jika tidk

Page 14: Airway Management (Kgd)

berhasil dapat dilakukan tindakan dengan menekan perut pada tepi meja

atau belakang kursi

Gambar: Abdominal Thrust dalam posisi berdiri

Back Blow (untuk bayi)

Bila penderita sadar dapat batuk keras, observasi ketat. Bila nafas tidak

efektif atau berhenti, lakukan back blow 5 kali (hentakan keras pada

punggung korban di titik silang garis antar belikat dengan tulang

punggung/vertebrae)

Gambar: Back blow pada bayi

Chest Thrust (untuk bayi, anak yang gemuk dan wanita hamil)

Page 15: Airway Management (Kgd)

Bila penderita sadar, lakukan chest thrust 5 kali (tekan tulang dada dengan

jari telunjuk atau jari tengah kira-kira satu jari di bawah garis imajinasi

antara kedua putting susu pasien). Bila penderita sadar, tidurkan terlentang,

lakukanchest thrust, tarik lidah apakah ada benda asing, beri nafas buatan.

Page 16: Airway Management (Kgd)

3. Pengelolaan Jalan Napas (Airway Management) dengan Alat

Cara ini dilakukan bila pengelolaan jalan nafas tanpa alat tidak berhasil

dengan sempurna dan fasilitas tersedia.

Peralatan dapat berupa :

a. Pemasangan Pipa (tube)

Dipasang jalan nafas buatan dengan pipa, bisa berupa pipa orofaring

(mayo), pipa nasofaring atau pipa endotrakea tergantung kondisi

korban.

Penggunaan pipa orofaring dapat digunakan untuk mempertahankan

jalan nafas tetap terbuka dan menahan pangkal lidah agar tidak jatuh ke

belakang yang dapat menutup jalan nafas terutama bagi penderita tidak

sadar

Pemasangan pipa endotrakea akan menjamin jalan nafas tetap terbuka,

menghindari aspirasi dan memudahkan tindakan bantuan pernafasan

b. Pengisapan benda cair (suctioning)

Bila terdapat sumbatan jalan nafas oleh benda cair. Pengisapan

dilakukan dengan alat bantu pengisap (pengisap manual atau dengan

mesin)

Page 17: Airway Management (Kgd)

Pada penderita trauma basis cranii maka digunakan suction yang keras

untuk mencegah suction masuk ke dasar tengkorak

Gambar : Suctioning

c. Membersihkan benda asing padat dalam jalan nafas

Bila pasien tidak sadar terdapat sumbatan benda padat di daerah

hipofaring maka tidak mungkin dilakukan sapuan jari, maka digunakan

alat Bantu berupa : laringoskop, alat pengisap, alat penjepit.

d. Membuka jalan nafas

Dapat dilakukan krikotirotomi atau trakeostomi

Cara ini dipilih bila pada kasus yang mana pemasangan pipa endotrakeal

tidak mungkin dilakukan, dipilih tindakan krikotirotomi dengan jarum.

Untuk petugas medis yang terlatih, dapat melakukan krikotirotomi

dengan pisau atau trakeostomi.

e. Proteksi servikal

Dalam mengelola jalan nafas, jangan sampai melupakan control servikal

terutama pada multiple trauma atau tersangka cedera tulang leher.

Page 18: Airway Management (Kgd)

Dipasang dari tempat kejadian. Usahakan leher jangan banyak bergerak.

Posisi kepala harus “in line” (segaris dengan sumbu vertikal tubuh).

DAFTAR PUSTAKA

http://tyoteye. multiply.com/Airway Management.html. Diakses pada tanggal 1

November 2010.

http://dokter-medis.com/Pengelolaan Jalan Napas (airway Management).html. Diakses

pada tanggal 1 November 2010.

http://abhique.blogspot.com /konsep-keperawatan-gawat-darurat.html. Diakses pada

tanggal 1 November 2010.