16
Air mata ini (Bahagia) I won’t give up on us… Even if the skies get rough… I’m giving you all my love… I’m still looking up (ringtone handphone) (Disa) Assalamu’alaikum (Aidil) Wa’alaikumsalam, sedang apa Di…? (Disa) Sedang baca buku Mas.. Ada apa ya mas, nelpon malam – malam ? (Aidil) Hmm… hanya ingin mendengar suara seorang bidadari surga yang selalu mas impikan menjadi pendamping mas kelak.. (Disa) Hening… Maaf ya mas, sudah larut malam, Disa sudah ngantuk… Selamat malam mas, Assalamu’alaikum. Tuuut…tuut…. Tak banyak kata yang bisa ku keluarkan ketika pernyataan dari Mas Aidil tadi sering kali dikatakannya pada ku. Hmmm… Terasa sesak, karena tidak ada keberanian untuk ku menyambut pernyataan darinya. Bukan hanya alasan itu, aku belum siap untuk menikah muda sebab masih terlalu banyak tanggungjawab yang harus ku tunai kan sebagai anak perempuan paling besar dari 2 saudara perempuan ku yang lain. Tidak ingin membiarkan seorang pria baik, shaleh dan taat itu menunggu ku untuk hal yang belum bisa aku pastikan. Putri Disa Mulia, yah itu aku yang terlahir sebagai anak tertua dari 3 bersaudara. Ayah dan bunda bukan orang yang bergelimpangan materi, tapi mereka selalu memberikan saya gelimpangan Ilmu Agama yang kelak akan menjadi bekal ku paling kekal setelah berakhir di dunia ini. Ayah seorang guru Agama Islam di Sekolah Dasar Negeri dekat rumah ku, sementara bunda seorang ibu rumah tangga yang tidak pernah berkata dan bersikap kasar pada kami anak-anaknya maupun kepada suaminya, bunda adalah perempuan paling sempurna yang pernah ku jumpai seumur hidup ku. (Disa) Bunda…

Air Mata

Embed Size (px)

DESCRIPTION

kkkm kmkm

Citation preview

Page 1: Air Mata

Air mata ini   (Bahagia) I won’t give up on us… Even if the skies get rough… I’m giving you all my love…I’m still looking up (ringtone handphone)

(Disa) Assalamu’alaikum

(Aidil) Wa’alaikumsalam, sedang apa Di…?

(Disa) Sedang baca buku Mas.. Ada apa ya mas, nelpon malam – malam ?

(Aidil) Hmm… hanya ingin mendengar suara seorang bidadari surga yang selalu mas impikan menjadi pendamping mas kelak..

(Disa) Hening… Maaf ya mas, sudah larut malam, Disa sudah ngantuk… Selamat malam mas, Assalamu’alaikum.

Tuuut…tuut….

Tak banyak kata yang bisa ku keluarkan ketika pernyataan dari Mas Aidil tadi sering kali dikatakannya pada ku. Hmmm…  Terasa sesak, karena tidak ada keberanian untuk ku menyambut pernyataan darinya. Bukan hanya alasan itu, aku belum siap untuk menikah muda sebab masih terlalu banyak tanggungjawab yang harus ku tunai kan sebagai anak perempuan paling besar dari 2 saudara perempuan ku yang lain.

Tidak ingin membiarkan seorang pria baik, shaleh dan taat itu menunggu ku untuk hal yang belum bisa aku pastikan.

Putri Disa Mulia, yah itu aku yang terlahir sebagai anak tertua dari 3 bersaudara. Ayah dan bunda bukan orang yang bergelimpangan materi, tapi mereka selalu memberikan saya gelimpangan Ilmu Agama yang kelak akan menjadi bekal ku paling kekal setelah berakhir di dunia ini. Ayah seorang guru Agama Islam di Sekolah Dasar Negeri dekat rumah ku, sementara bunda seorang ibu rumah tangga yang tidak pernah berkata dan bersikap kasar pada kami anak-anaknya maupun kepada suaminya, bunda adalah perempuan paling sempurna yang pernah ku jumpai seumur hidup ku.

(Disa) Bunda…

(Bunda) Iya sayang… Ada apa..? Bunda selalu setia mendengar apapun yang akan ku ceritakan

(Disa) Disa jatuh cinta bun.. Mataku penuh dengan air yang hampir meluap

(Bunda) Hmmm… Senyum tipis mengembang di bibir bunda

(Bunda) Perasaan cinta itu anugrah sayang, anugrah paling indah yang di ciptakan Allah untuk kita tapi ya tetap saja anugrah yang indah itu juga tidak seterusnya indah sayang. Tergantung kita menjalaninya dan memaknai cinta itu, dan cuma satu pesan bunda jangan

Page 2: Air Mata

sampai cinta kamu kepada pria tampan dan shaleh lebih besar dari cinta kamu pada Allah. Terus kenapa Disa nangis..??

(Disa) Disa belum siap bun… Padahal pria yang Disa cintai juga mencintai Disa, walaupun dia belum tau perasaan Disa ke dia. Tapi dia sudah nyatakan perasaannya dan berniat menikah dengan Disa. Tatapan mata kosong dan berlinang air mata

(Bunda) Kenapa kamu belum siap sayang..?

(Disa) Dita dan Dira belum selesai sekolah dan mereka masih butuh biaya buat sekolah. Apalagi Dita tahun ini akan masuk perguruan tinggi, pasti akan banyak biaya kan Bun ? 

(Bunda) Terus apa hubungannya dengan kamu sayang, apa hubungannya dengan perasaan kamu yang lagi merah jambu? Bunda berusaha mencairkan suasana dengan meledek ku

(Disa) Bunda…. Suara ku memanja.

(Bunda) Hal itu tidak usah kamu pikirkan sayang, selagi Ayah dan Bunda masih sehat, Insya Allah ada rezeki untuk membiayai sekolah Dita dan Dira. Masalah pemberian bulanan kamu untuk biaya sekolah adik adik tidak usah dipikirkan kalau kamu sudah menikah, kamu adalah hak suami kamu. Mau kapan lagi kamu menikah, sekarang usia kamu sudah 25 tahun, sudah cukup dewasa untuk memilih jalan hidup kamu sayang. Dan kamu berhak bahagia hidup bersama pria yang kamu cintai dan mencintai kamu. Jangan terlalu memikirkan Ayah, Bunda dan Adik- adik kamu. Insya Allah akan ada rezeki buat kehidupan kedepan.

(Disa) Gak Bun, Disa gak mau. Disa akan menikah kalau Dita dan Dira sudah selesai kuliah. Disa masih mau menjadi anak yang Ayah dan Bunda bisa andalkan untuk semua hal. Walau nanti pada akhirnya Disa harus bahagia ketika melihat Mas Aidil menikah bukan dengan Disa karena dia tidak akan pernah tau bagaimana perasaan Disa. Air mata terus mengalir

(Bunda) Jangan begitu sayang, jujurlah dengan perasaan kamu. Jangan pikirkan Ayah, Bunda dan adik – adik kamu ya… Kamu akan menyesal ketika kamu mengabaikan perasaan kamu, apalagi cinta kamu tidak bertepuk sebelah tangan. 

(Disa) Hmmm, gak Bun. Disa dah janji sama diri Disa. Makasih ya Bun, mau dengar cerita Disa. Disa memeluk Bunda dan menangis dipelukan Bunda.

————————————————————— oo ———————————————

Hampir 3 tahun aku mengenal Mas Aidil, bukan waktu yang singkat untuk ku mengenal karakternya dan memahami bagaimana sifatnya. Aku paham betul dan dia juga sangat paham bagaimana aku. Aku kenal dengan Mas Aidil dari sebuah acara yang diselenggarakan oleh LSM tempat ku bernaung. Awal bertemu aku tidak pernah punya harapan apapun dengan Mas Aidil, bahkan sifat cuek ku yang luar biasa tetap saja berlaku untuk Mas Aidil. Hingga pada akhirnya komunikasi yang sering membuat kami semakin dekat hingga pada akhirnya Mas Aidil menyatakan perasaannya yang lain kepada ku bukan hanya menganggapku sebagai teman, adik atau sekedar kenalan, tapi dia sudah terlalu nyaman dengan ku sehingga dia berniat untuk menjadikan ku teman hidupnya.

Page 3: Air Mata

Mas Aidil seorang pria mapan yang terlahir sebagai anak tunggal dari orang tua yang juga mapan. Usaha propertynya yang sudah dirintisnya dari 10 tahun yang lalu saat dia memutuskan untuk tidak bergantung pada siapapun termasuk pada Abah dan Uminya. Aku tau betul karena dia yang menceritakannya padaku, tak bermaksud menebak tentang kehidupannya. Tapi tetap saja, dia terlalu baik untuk menjadi imam ku.

Rezeki ku tidak terlalu baik jika dibandingkan dengannya, aku hanya seorang Guru SMA Swasta yang harus membiayai pendidikan adik – adiknya karena kalau mengharap dari penghasilan Ayah pasti tidak akan mungkin. Beberapa kali mencoba CPNS dan beberapa perusahaan di dunia perbankan tidak kunjung ku dapati, hingga akhirnya aku memilih tetap menjadi guru. Mungkin saja ini sudah menjadi jalan hidup ku yang mewarisi profesi Ayah sebagai seorang Guru.

——————————————————— oo —————————————————

Setelah percakapn dingin ku dan Mas Aidil dua hari yang lalu, Mas Aidil tidak ada menghubungi  ku walau sekedar menanyakan kabar. Walau sekedar sapaan “Assalamu’alaikum, Selamat pagi” yang biasanya dikirimkannya melalui sms setiap pagi , sudah 2 hari tidak ku dapatkan lagi. Mungkin saja dia sedang sibuk dengan Bisnisnya, tidak mau mengganggu sehingga sekedar untuk mengirimkan sms sapaan pun aku tak mau.

Ku kira loss contact ini hanya terjadi 2 hari, tapi ternyata tidak bahkan berlanjut hingga aku tak pernah tau lagi kabarnya hampir 1 bulan. Tak tau apa yang harus ku lakukan hanya untuk mengetahui bagaimana kabarnya, ego ku tetap saja berlanjut, merasa malu ketika seorang wanita memulai terlebih dahulu sebuah pembicaraan serius. Ternyata kondisi ini berlanjut sampai 2 bulan, tapi diakhir bulan ke 2 aku menerima pesan singkat darinya dan isinya

“Assalamu’alaikum. Mas selalu mendoakan semoga Disa selalu sehat dan tetap dalam lindungan Allah SWT. Semoga Disa selalu bisa bahagia dengan apapun pilihan Disa ya . Wassalamu’alaikum”. 

Pesan singkat yang aku tidak tau apa maksudnya setelah dia menghilang 2 bulan tanpa kabar. Aku tetap positif thingking terhadap isi pesan itu, dan aku hanya membalas dengan kata seadanya, tidak banyak bertanya

“Wa’alaikumsalam. Aamiin. Terima kasih Mas “

Seminggu setelah aku mendapati pesan singkat darinya, tiba – tiba Hp ku berbunyi. Telpon dari teman ku satu LSM, yang terpikir mungkin ada kegiatan yang akan diselenggarakan.

(Disa) Assalamu’alaikum Sil…

(Silvi) Wa’alaikumsalam Dis… Kamu lagi apa? 

(Disa) Baru pulang ngajar. Ada apa Sil kamu telpon? Ada kegiatan ya?

(Silvi) Haha, kamu ini Dis seperti tidak pernah aku hubungi saja. Enggak Dis, aku mau ajak kamu pergi bareng ke Resepsi Pernikahannya Mas Aidil. Kamu kenal kan..? Seminggu yang lalu dia mengantarkan undangannya ke Rumah Singgah, dan di situ tertulis untuk semua Relawan. Kamu ikut ya Dis..

Page 4: Air Mata

(Disa) Suasana hening setelah Silvi menjelaskan panjang lebar. Jantung ku kencang sekali berdebar, seakan kacau aliran darah ku. Mata mendadak penuh dengan air dan sesak dada ini terasa bagai ditekan berton ton besi.

(Silvi) Dis…. Dis… Disa… Kamu masih disana kan..?? Kenapa diam Dis..? Kamu jadi ikut gak..?

(Disa) Suara Silvi sontak membuatku terkejut. Ehhh… iya Dis, Insya Allah aku ikut. Mudah – mudahan Bunda gak ngajak aku kemana-mana.

(Silvi) oke Dis, aku tunggu kabar dari kamu ya… Assalamu’alaikum.

(Disa) Wa’alaikumsalam.. 

Tuut…tuut…..

Masih teringat kata – kata ku pada Bunda ”Gak Bun, Disa gak mau. Disa akan menikah kalau Dita dan Dira sudah selesai kuliah. Disa masih mau menjadi anak yang Ayah dan Bunda bisa andalkan untuk semua hal. Walau nanti pada akhirnya Disa harus bahagia ketika melihat Mas Aidil menikah bukan dengan Disa karena dia tidak akan pernah tau bagaimana perasaan Disa” dan masih teringat juga kata kata Bunda ketika menasehati ku “Jangan begitu sayang, jujurlah dengan perasaan kamu. Jangan pikirkan Ayah, Bunda dan adik – adik kamu ya… Kamu akan menyesal ketika kamu mengabaikan perasaan kamu, apalagi cinta kamu tidak bertepuk sebelah tangan“

Aku hanya bisa terdiam mengingat semuanya. Mendadak semua memori tentang Mas Aidil terputar kembali diingatan ku. Berusaha untuk aku menghentikan setiap ingatan tentang Mas Aidil, ingatan tentang dia menyatakan perasaannya kepada ku, tentang kebaikan – kebaikan yang dilakukannya pada ku dan keluarga ku, tentang dirinya yang selalu ada ketika aku sedih. Haaaaaaaaaaaah, Astaghfirullah semua ini aku rasa bagaikan mimpi. Mimpi terburuk yang pernah ku lewati selama 25 tahun hidup ku.

—————————————————- oo ————————————————-

Dan tak ada sedikitpun niat ku untuk bercerita kepada Bunda tentang hal ini. Karena aku tau, pasti Bunda akan ikut sedih ketika melihat ku menangis. Tapi, tidak mungkin jika tidak diceritakan. Sesulit apapun masalah yang aku alami, Bunda menjadi orang pertama yang tau dan setelahnya Mas Aidil. Ya, memang seharusnya Bunda tau.

(Disa) Bunda….

(Bunda) Ya sayang…

(Disa) Bunda lagi menjahit apa..?

(Bunda) Kancing baju Ayah terlepas sayang. Kamu sudah makan?

(Disa) Belum Bun… Disa gak selera makan.

(Bunda) Kenapa kamu sayang..? Ada masalah..? Cerita dong ke Bunda

Page 5: Air Mata

(Disa) Mendadak menangis terisak, karena sudah tidak lagi tertahan rasa kekecewaan dan menyesal

(Bunda) Cerita sayang.. Insya Allah ada jalan.

(Disa) Masih menangis. Ternyata ada benarnya kalau Disa mendengarkan apa kata Bunda.

(Bunda) Kata Bunda yang mana sayang..?

(Disa) Kata Bunda yang menyarankan jujur dengan perasaan Disa… Menangis terisak. Disa mengabaikan cinta yang tulus dari seorang pria dewasa yang baik dan shaleh, Disa memendam rasa yang sama, dan sekarang Disa menyesal Bun… Dua hari lagi Mas Aidil akan menikah, menikah dengan wanita yang sangat beruntung karena menjadi cinta terkhir Mas Aidil. Masih menangis dan terisak.

(Bunda) Astaghfirullah, jadi Aidil akan menikah? Hmmm… Bunda tersenyum dan menarikku untuk kemudian dipeluknya erat – erat. Kadang kita harus mengalah dengan sesuatu yang mungkin akan membahagiakan kita, tidak selalu mengikuti keegoan kita. Adakalanya seorang wanita menjaga marwahnya, tidak mengumbar sebuah perasaannya kepada seorang pria. Tapi adakalanya juga wanita berhak atas cinta yang diharapkan dan mengharapkannya. Ini semua jadi pelajaran buat kamu sayang, tidak ada yang perlu Disa sesalkan. Ambil sebuah hikmah dari semua ini, mungkin saja Allah sedang mempersiapkan seorang Pria yang lebih dari apa yang ada pada diri Aidil. Seorang pria yang sesuai dengan apa yang Disa butuhkan untuk menjadi imam disisa kehidupan Disa, seorang pria yang akan mencintai Disa tanpa menggantikan Disa dengan wanita manapun jika Disa sudah tidak ada. Yakinlah sayang, tidak ada rencana yang lebih indah dari rencana Allah buat hamba-Nya. Kita sering meminta apa yang kita inginkan, tetapi baiknya Allah, Dia selalu memberikan apa yang kita Butuhkan. Jangan nangis lagi ya.. Oya, ngomong – ngomong kamu diundang gak..?

(Disa) Iya Bun, Disa gak tau mau ngomong apalagi. Makasih ya Bun. Disa diundang Bun, tapi tidak secara langsung. Mas Aidil mengundang semua Relawan di LSM tempat Disa. Jadi, tadi Silvi ngajak Disa pergi bareng ke Pernikahannya Mas Aidil, tapi Disa belum meng-Iya-kan ajakan Silvi, karena Disa takut tidak tahan menahan tangis Bun.

(Bunda) Loh, kenapa gitu sayang..? Hadirlah di Resepsi Pernikahannya. Mungkin saja itu menjadi pertemuan kalian terakhir setelah dia menikah. Kan Disa yang bilang sendiri akan bahagia walaupun Aidil akan menikah dengan wanita lain, Disa kan ya ngomong sayang. Bunda yakin Disa bisa melalui ini sayang. Yakin sama diri kamu dan Allah akan selalu membasuh air mata kamu dan menggantikannya dengan berlian kebahagiaan. Menangislah didepannya, tapi menangis bahagia, karena orang yang Disa cinta telah bahagia.

(Disa) Disa mau perginya sama Bunda… Biar ada tangan yang menggenggam tangan Disa ketika akan menangis. Bunda mau..?

(Bunda) Kalau kamu pergi sama Bunda, bagaimana dengan Silvi..? Bukannya dia mengajak kamu pergi sama..? Pergilah dengan Silvi sayang.

(Disa) Hmmm… Bunda gak mau..? Please Bun, kali ini Disa minta tolong. Jadi saksi tatapan cinta Disa ke Mas Aidil utnuk yang terakhir kalinya.

Page 6: Air Mata

(Bunda) Hmmmmmm…. Menghela nafas panjang dan menatap dalam mataku. Baiklah sayang, kita pergi bertiga ya dengan Silvi biar ada temannya juga.

(Disa) Iya Bun, makasih ya Bun… Menangis dalam pelukan Bunda

Jumat yang sangat melelahkan untuk perasaan ku yang rapuh. Bagaimana pun semuanya harus ku jalani, tidak seharusnya aku lari lagi dari apa yang seharusnya ku lewati. Biarkan ini menjadi pertemuan terakhir setelah Mas Aidil menikah, karena semuanya akan berakhir tanpa harus ada yang meminta.

—————————————————- oo ————————————————-

Minggu, 23 September 2012 – - – —  Pukul 08.45 WIB,

(Disa) Assalamu’alaikum Sil, hari ini kamu jadi ke Pernikahannya Mas Aidil..?

Sebuah pesan singkat dikirim

(Silvi) Wa’alaikumsalam, Insya Allah jadi Dis. Kamu jadi ikut kan..?

(Disa) Insya Allah ikut Sil. Tapi Bunda juga ikut, boleh kan…? Karena Bunda juga kenal dengan Mas Aidil.

(Silvi) Ow, boleh Dis. Malah seru jadi rame. Yaudah, kita berangkat ba’da dzuhur ya. Ntr aku jemput kamu dan Bunda.. Oke Dis, see u

(Disa) Oke sil, aku tunggu. Terima kasih ya

ALLAHU AKBAR, ALLAHU AKBAR,ASYHADU AN LAA ILAAHA ILLALLAAH…ASYHADU AN LAA ILAAHA ILLALLAAH…ASYHADU ANNA MUHAMMADAR RASUULULLAH…ASYHADU ANNA MUHAMMADAR RASUULULLAH…HAYYA ‘ALASH-SHALAAH… HAYYA ‘ALASH-SHALAAH…HAYYA ‘ALAL-FALAAH… HAYYA ‘ALAL-FALAAH…ALLAAHU AKBAR, ALLAHU AKBAR…LAA ILAAHA ILLALLAAH…  

Adzan dzuhur itu semakin membuat detak jantung ku menjadi. Ku basahi diri dengan wudhu semoga ketika shalat mendapatkan kekuatan ketika berhadapan dengan Mas Aidil dan Istrinya.

Ya Allah, jika memang semua yang terjadi dengan ku hari ini adalah takdir yang harus ku jalani, kuatkan aku Ya Allah.  Sanggupkan aku menatap mata yang selama ini mencintaiku, sanggupkan aku berjabatan tangan dengannya dan mengucapkan selamat padanya dan pada istrinya. Jadikan aku wanita mulia yang selalu berada dijalan Mu dan selalu berada dalam lindungan cinta Mu. Aamiin

Berharap doa ini diijabah Allah dan menjadi sumber kekuatan ku menyaksikan Mas Aidil bersanding dengan wanita lain. Bismillahi Rahmanir Rahim…

Page 7: Air Mata

(Silvi) Assalamu’alaikum, Disa….!!!

(Disa) Wa’alaikumsalam. Eh, Silvi kamu dah datang. Bentar ya, Bunda masih siap siap.

(Silvi) Iya Dis, heheh… Kamu cantik bener hari ini.

(Disa) Bisa aja kamu Sil, kamu juga cantik… Hehehe

(Bunda) Eh, maaf Sil kelamaan nunggu Bunda. Yok kita berangkat..

(Silvi) Gpp kok Bun, Bunda dah selesai..?

(Bunda) Udah Sil..

(Silvi) Ayok Bun, yok Dis kita berangkat ….

Mobil Silvi melaju meninggalkan rumah ku, melaju sama seperti aliran darah ku yang memanas karena tak tau apa yang akan terjadi pada ku ketika sampai di tempat Resepsi Pernikahan Mas Aidil. Ku coba membaca istighfar di dalam hati untuk menghilangkan kecemasan yang luar biasa. Mulut ku komat kamit membaca istighfar tak ku lihat lagi jalanan yang kami lewati selama menuju tempat itu. Sampai pada akhirnya….

(Silvi) Heh Dis, kamu ngapai sih… Dari tadi mulut kamu komat kamit udah kayak dukun lagi baca mantra…. Hahahha. Bunda dan Silvi menertawakan ku

(Disa) Astgahfirullahal’adzim.. Maaf Sil, aku gak kenapa – kenapa kok. Kita masih lama Sil..??

(Silvi) Masih lama apanya, ini kita sedang cari parkiran Disa sayang…. Haduuhhh.. kamu ada apa sih hari ini..??

(Silvi) Bun, kenapa Disa..? Seperti orang bingung yang pandangannya kosong.

(Bunda) Hmmm… Bunda tersenyum tipis. Biarkan saja Sil, mungkin Disa sudah lapar, ini kan waktunya makan siang makanya Disa terlihat seperti orang kebingungan… Haha. Bunda tertawa, mencoba meringankan suasana dan menuntuskan rasa penasaran Silvi atas sikap ku yang aneh.

(Silvi) Hahaha, Bunda lucu juga ya Dis. Yaudah, kita turun yok biar Disa bisa langsung makan dan gak bengong lagi… Iyakan Bun…. hehehe

(Disa) Aih Bunda ada ada aja, Silvi juga… Disa gak lapar, cuma kurang enak badan… Tersenyum tipis sambil membuka pintu mobil.

Tiba – tiba Bunda merangkul tanganku dengan lembut. Mengelus pundak ku seakan mengisyaratkan untuk tetap sabar dan tenang.

(Disa) Makasih Bun…

(Bunda) Tersenyum…

Page 8: Air Mata

Hal pertama yang ku cari ketika memasuki gedung adalah Mas Aidil. Tapi ntah kenapa tidak ku temui Mas Aidil.

(Silvi) Kamu kenapa lagi Dis..? Kok celingak celinguk seperti sedang mencari orang ?

(Disa) Astaghfirullah… Terkejut. Gpp Sil, kok pengantinnya gak ada ya..? 

(Silvi) Ow, kamu cari pengantinnya..?  Cari pengantin prianya ya..?? heheheh... Tertawa dan meledek

(Disa) Kamu ini bisa saja Sil.. 

(Silvi) Ini kan waktunya makan siang, setau ku sih dari pengalaman pernikahan sepupu ku yang lalu lalu, kalau jam segini pengantin ganti pakaian dan istirahat shalat. Sebentar lagi juga keluar Dis.

(Disa) oww… Iya deh.. 

(Silvi) Yok kita makan…

(Disa) Aku ntr aja Sil, aku ambil Es buah aja. Ntr lagi makannya..

(Silvi) Oww, yaudah deh… Aku sama Bunda aja makan. Selesai ambil minum kamu tunggu kita di tempat duduk ya. Carikan aku tempat duduk yang disebelahnya Pria yang sedang mencari istri… Hahahaha…. Kembali meledek

(Disa) Haha, kamu ada ada aja Sil. Gimana caranya juga aku bisa tau pria yang lagi duduk sedang mencari istri atau gak. Yaang ada nanti mereka kira aku wanita aneh.. Ada ada aja kamu Sil… Yaudah deh, aku tunggu kamu dan Bunda disana ya…

(Silvi) hehehhe, oke Dis…

(Bunda) Iya sayang… tersenyum

Aku secepat kilat menghilang dibalik kerumunan tamu lain yang hilir mudik bergantian antara yang baru saja datang, mau mengambil makanan atau sekedar menyapa rekanan yang mungkin saja dikenal. Tak banyak yang ku kenal disini, cuma sesama Relawan di tempat ku belajar tentang menghargai kekurangan.

Pada akhirnya aku mendapatkan segelas Es Buah dan duduk di tengah tamu lainnya dengan 2 buah kursi kosong yang sengaja ku ambil untuk Bunda dan Silvi. Tak lama aku duduk, Bunda dan Silvi datang dan duduk di tempat kosong yang sudah ku sediakan. Bunda tepat berada disampingku dan Silvi berada di samping lain sisi Bunda.

(Bunda) Kamu gak makan sayang..? Suara lembut Bunda bertanya padaku

(Disa) Gak Bun, Disa gak makan. Tadi sebelum pergi Disa sempat makan Bubur Sum Sum yang tadi Bunda buat untuk sarapan… Mata Disa sambil menjajah ke arah pelaminan yang belum juga diduduki oleh kedua mempelai.

Page 9: Air Mata

(Bunda) Hmm… Bunda kembali tersenyum

Tiba – tiba sepasang Pria dan Wanita —- sang pria tinggi dan tampan sementara sang wanita putih dan cantik tapi tak begitu tinggi keluar dan berjalan menuju pelaminan. Tak terlihat oleh ku, Silvi yang pertama kali melihat mereka keluar dari ruangan ganti pakaian pengantin. Hingga pada akhirya…

(Silvi) Disss… !!! Nyaris teriak, mengagetkan dan memukul tangan ku yang terhalang tangan Bunda

(Disa) Astaghfirullah… Apa apaan sih kamu Sil, teriak di pesta orang. Hampir minumanku terjatuh… Hmmmmm….. Nada kaget dan kesal

(Silvi) Itu … Itu, kamu lihat itu yang kamu cari – cari dari tadi… Menjelaskan dengan heboh

(Disa) Bengong, terdiam melihat ke arah pelaminan tapi hanya ke arah Mas Aidil yang ternyata pas melihat kehadiran Disa.

(Silvi) Kok kamu malah bengong Dis..??

(Disa) Astaghfirullah… Terkejut, seakan merasa berdosa karena telah melihat mata seorang pria yang telah memiliki istri. Tatapan yang penuh makna bukan sekedar tatapan tak sengaja, tapi tatapan yang sengaja dan sudah direncanakan akan menjadi akhir dari semua yang tak pernah dimulai. Air mata seakan beku, paham bukan saatnya lagi menangis untuk kelalaian ku.

(Bunda) Sabar ya sayang… Berbisik dan mengelus bahu ku

(Silvi) Kok malah Istighfar…? 

(Disa) Gpp Sil… Menunduk.

(Silvi) Bunda udah selesai makan…? Kita pamit sekalian salam dengan pengantinnya yok Bun..

(Bunda) Sudah Sil, ayok...

(Bunda) Ayok sayang… Mengajak ku mendatangi pengantin

(Disa) iya Bun…. pandangan tak lagi berani menatap apa yang ada di depan, tak tau betapa bodohnya sampai aku mengabaikan pria shaleh yang berada di hadapan ku sekarang

Langkah kaki kami sudah menaiki pelaminan yang lebih tinggi dari tempat tetamu duduk. Aku mengambil posisi paling belakang, tepat setelah Bunda.

(Silvi) Selamat ya mas, semoga menjadi keluarga Sakinah, Mawaddah, Wa Rahmah.. Cepat dapat momongan ya Mas… Bersalaman sambil tersenyum

(Aidil) Makasih ya Sil, Mas kira kalian gak akan datang… 

Page 10: Air Mata

(Bunda) Selamat ya Nak Aidil, pasti wanita yang berada disamping kamu sangat beruntung.. Semoga menjadi keluarga yang utuh sampai tua ya Nak.. Berjabat tangan sambil tersenyum

(Aidil) Makasih ya Bunda, maaf Aidil gak sempat ngantar undangan ke rumah. Tapi Alhamdulillah Bunda datang… Mencium tangan Bunda dan tersenyum

Haaah, ini saat yang dari tadi aku nanti tapi ingin aku hindari. Berhadapan dengan Mas Aidil, berbicara dengannya dan kembali menatap matanya. Sudah 2 bulan lebih aku tidak pernah tau apapun tentang dia, hingga dia akan menikah aku harus tau semuanya dari orang lain.

(Aidil) Disa…? Alhamdulillah kamu datang, kemarin mas mau antar undangan ke rumah tapi ada aja kendala.

(Disa) Gpp Mas… Oya, selamat ya Mas… Akhirnya Bidadari Surga yang selama ini Mas impikan menjadi pendamping hidup Mas akhirnya kamu temukan. Aku memandang dalam matanya sebagai akhir dari semuanya.

(Aidil) Makasih ya Dis… semoga kamu juga cepat menyusul, heheh… Tersenyum tipis dan kembali membalas tatapan ku.

Masih ku rasakan tatapan hangat dari matanya, tatapan penuh cinta dan tatapan yang penuh harap kenapa bukan aku yang menjadi istrinya.

(Aidil) Kita foto bareng dulu ya Dis… Aidil menahan Disa langsung pulang.

Aku, Silvi dan Bunda Foto bersama dengan Mas Aidil dan Istrinya. Tak banyak yang ingin ku katakan, tapi sebenarnya aku hanya ingin tau mengapa dia menghilang lantas memutuskan untuk menikah secepat itu.

(Disa) sekali lagi selamat ya Mas… Tiba – tiba air mata menetes tanpa disadari

(Aidil) Makasih ya Dis.. Tak disangka air matanya juga tertumpah.

Jika ingin teriak, ingin sekali aku teriak mengatakan pada diri sendiri “BODOH SEKALI KAMU DISA….!!!!” Hmmmm….. Astaghfirullah, sepertinya bukan waktunya lagi aku menyesalinya. STOP DISA, JANGAN PIKIRKAN APA YANG BUKAN HAK MU. BIARKAN DIA BAHAGIA DISA, BIARKAN AIR MATAMU (BAHAGIA) MELIHATNYA.

Ketika akan sampai pintu gedung, ada seorang wanita yang menghampiriku. Mungkin usianya sama seperti ku, tapi dia memanggilku dengan tutur kakak…

(Rahmi) Kak, kakak yang namanya kak Disa ya..?? Maaf ya kak…

(Disa) Eh, iya… Kamu siapa ya..? Heran, karena memang tidak pernah kenal sebelumnya

(Rahmi) Aku Rahmi kak, Adik sepupunya Mas Aidil. Tadi Mas Aidil menitipkan amplop ini untuk kakak. Terima ya kak…  Menyerahkan sebuah amplop berwarna putih berpita merah

(Disa) Amplop apa ya Rahmi..?  Berusaha menolak pemberian Rahmi

Page 11: Air Mata

(Rahmi) Tolong diterima ya Kak, ini amanah dari Mas Aidil. Katanya dia mau kakak tau apa yang sebenarnya terjadi… Mas Aidil banyak cerita tentang Kakak sama Rahmi… Memaksaku menerima amplop itu

(Disa) Baiklah, sampaikan terima kasih untuk Mas Aidil ya Rahmi…. Kakak boleh minta nomor Rahmi..??

(Rahmi) Makasih ya kak… Ini nomor Rahmi kak… Menuliskan nomor diamplop tersebut

(Disa) Makasih ya Mi… Pergi meninggalkan gedung resepsi

—————————————————- oo ————————————————-

23 September 2012 menjadi hari yang paling memiliki makna dalam hidup ku. Hari dimana aku harus mengikhlaskan orang yang ku sayang, hari dimana pada akhirnya aku harus melupakan semua tentangnya menutup apa yang pernah menjadi mimpiku.

Sebuah amplop putih tertempel sebuah pita berwarna merah dan bertuliskan nomor handphone Rahmi sepupunya Mas Aidil. Dari awal aku dipaksa menerima amplop itu, aku tak ingin itu ada di tanganku. Tak ingin membaca apapun alasan yang ada didalam amlpop itu mengapa dia menghilang dan akhirnya menikah dengan wanita lain..

Tapi ya tetap saja, aku memang belum tenang hingga akhirnya aku meyakinkan diri untuk berani membukanya.

Assalamu’alaikum Wr.Wb

Hai, apakabar Disa ? Apakabar bidadari surga yang selalu ku impikan jadi pendamping hidup ku? Mungkin ini untuk terakhir kalinya Mas berani menyampaikan harapan menyunting Disa di dalam surat ini sampai akhirnya pada saat Disa membaca surat ini Mas sudah memiliki seorang Istri, Bidadari yang nyata Mas miliki bukan hanya Mas Impikan seperti kamu.

Mas sadar apa salah Mas ke Disa. Dua bulan Mas menghilang tanpa ada kabar apapun, tidak seperti waktu – waktu lalu. Mas ada alasan melakukan itu semua, dan ketika Mas akan melakukan itu Mas sudah berpikir seriubu kali bahkan shalat istikharah agar pada akhirnya Mas tidak salah langkah.

Ibu sakit parah, dan hampir 3 bulan sakit. Ibu pengen sebelum dia meninggal bisa melihat anak satu-satunya ini sudah menggandeng seorang wanita yang tak lain ya Istri Mas. Sudah beberapa kali Mas mencoba menyampaikan niat baik Mas ke Disa, tapi Mas tidak pernah mendapatkan jawaban apapun. Bahkan yang terakhir, Disa malah menolak untuk bicara dengan Mas mengenai hal ini. Padahal pada saat itu Mas berniat akan meminta Disa dengan serius untuk menjadi Istri Mas, bukan hanya teman sebagaimana kita selama ini.

Mas sudah terlalu nyaman dengan Disa, Mas tidak perlu menjadi orang lain ketika bersama Disa. Disa selalu bisa menanggapi positif sikap-sikap Mas yang aneh. Yah, mungkin salah juga terlalu berharap ke Disa. Tapi jujur, sampai sekarang Mas gak pernah tau kenapa Disa tidak pernah menjawab bahkan sampai mengabaikan semua pembicaraan serius Mas tentang pernikahan.

Page 12: Air Mata

Yah, setelah Mas tidak berhasil mendapatkan jawaban dari Disa akhirnya Mas memilih untuk menyerah berharap. Menyerah bukan karena Mas tidak mencintai Disa lagi, tapi menyerah karena melihat kondisi ibu dan merasa terbebani dengan permintaan ibu. Sampai pada akhirnya Mas cerita semua tentang Disa ke Rahmi. Tapi, tetap saja Rahmi tidak bisa memberikan banyak masukan buat Mas tetap memperjuangkan cinta Mas untuk Disa.

Hingga akhirnya, Ayah Rahmi mencarikan Mas jodoh untuk dinikahi mengingat Mas tidak pernah sama sekali membawa wanita yang diperkenalkan sebagai calon istri Mas. Ya, Mas di kenalkan dengan Nisa. Anak dari teman Om -nya Mas. Awalnya Mas menentang perjodohan ini, tapi banyak hal yang harus dipertimbangkan, mengingat Mas anak tunggal, usia Mas sudah 32 tahun, Bapak dan Ibu yang sudah tua dan Mas ingin menjalankan Sunah Rasul untuk menikah sebagai penyempurna ibadah Mas selama ini.

Mas coba menjalani selama beberapa minggu dengan Nisa, hingga akhirnya Mas shalat istikharah untuk lebih dimantapkan dalam memilih. Apakah akan tetap berjuang buat kamu atau memang harus mengakhiri cinta Mas pada Nisa. Tetapi Allah memberikan petunjuk untuk Mas melabuhkan cinta kepada Nisa. Ya, tidak berpikir panjang Mas langsung memberikan keputusan akan segera menikahi Nisa kepada Bapak, Ibu dan Om Mas serta Nisa.

Berat Disa, keputusan yang berat. Bukan hal mudah untuk melupakan orang yang sangat Mas sayangi. Mas sangat mencintai Disa.

Maaf kalau cara Mas salah, tapi ini semua bukan cuma untuk Mas, tapi untuk Ibu. Sekali lagi Mas minta maaf, dan sampai surat ini sampai dihadapan Disa, cinta Mas tidak pernah berubah.

Semoga Allah mempertemukan Disa dengan orang yang benar-benar mencintai dan Disa cintai. Terima kasih untuk semuanya ya Disa.

Tapi, masih ada harapan Mas untuk tau bagaimana sebenarnya perasaan Disa ke Mas.

Semoga kamu selalu bahagia dalam lindungan Allah SWT, jaga jilbab kamu, jaga ibadah kamu, tetap jadi wanita yang tangguh dan selalu membahagiakan setiap orang yang ada di dekat kamu. Biarkan perasaan ini hanya Mas, Kamu dan Allah yang tau.

Wassalamu’alaikum Wr.Wb

Yang selalu mencintai Kamu

Muhammad Aidil Yusuf

Cuma bisa menangis ketika membaca surat ini, surat cinta pertama dari orang yang mencintaiku dan ku cintai. Tak banyak yang bisa ku ucapkan, hanya bisa mengeluarkan Air Mata, air mata yang tak tau aku maksudnya terjatuh untuk apa. Tapi yang ku tau Air Mata ini Bahagia….

Tak berani menghubunginya karena dia sudah memiliki Istri, bukan hak ku dan bukan waktunya menyatakan Cinta. Tapi hanya ada satu orang yang bisa membantuku menenagkan perasaan yang selama ini tertanam, ya Rahmi orangnya.

Page 13: Air Mata

(Disa) Assalamu’alaikum. Maaf Rahmi, ini kak Disa. Tolong sampaikan ke Mas Aidil, kalau kakak juga Mencintainya.. Wassalamu’alaikum

Pesan terkirim dan setelah pesan itu sampai kepada Rahmi, akan menjadi pembuka pintu baru ku memulai sebuah cinta yang tak mau ku abaikan untuk kedua kalinya. Dan semoga saja air mata nantinya yang aku keluarkan adalah Air Mata Bahagia yang sesungguhnya.