agrobiologi respirasi

Embed Size (px)

Citation preview

  • 5/26/2018 agrobiologi respirasi

    1/16

    UNIVERSITAS JEMBER

    FAKULTAS PERTANIAN

    JURUSAN BUDIDAYA PERTANIANLABORATORIUM FISIOLOGI TUMBUHAN DASAR

    LAPORAN PRAKTIKUM

    NAMA : EKO NUR SULISWANTO

    NIM : 121510501137

    GOL/KELOMPOK : D/I

    ANGGOTA : 1. BASKORO D. B. (091510501115)

    2. SUSESTI O. (121510501123)

    3. BAGUS ASHARI (121510501133)

    4. IMAM ROFIQ (121510501134)

    5. LUDFI TEGAR R. (121510501135)

    6. WAHYU HIDAYAT (121510501136)

    7. JULIANA EKA P. (121510501148)

    8. ERNI ROSITA (121510501153)

    9. SUWINDA F. (121510501167)

    JUDUL ACARA : RESPIRASI

    TANGGAL PRAKTIKUM : 21 MARET 2013

    TANGGAL PENYERAHAN : 23 MARET 2013

    ASISTEN : 1. MOH. AMINNUDDIN

    2. ASRI RINA H

    3. FAJAR FIRMANSYAH

    4. FAKHRUSY ZAKARIYYA

    5. KHUSNUL KHOTIMAH

    6. NORMA LAILATUN NIKMAHBAB

  • 5/26/2018 agrobiologi respirasi

    2/16

    BAB 1. PENDAHULUAN

    1.1Latar BelakangRespirasi merupakan suatu reaksi katabolisme yaitu proses-proses

    perombakan bahan makanan menjadi konstituen-konstituen yang lebih sederhana

    dengan disertai pembebasan energi (eksergonik). Respirasi terjadi pada makhluk

    hidup heterotrof seperti hewan, dan terdapat pada jaringan tumbuhan yang tidak

    berwarna hijau, bahkan pada jaringan tumbuhan yang berwarna hijau mempunyai

    kemampuan untuk berfotosintesis.

    Respirasi merupakan kebalikan dari proses fotosintesis, dimana

    penyimpanan makanan cadangan seperti lemak dan tepung sudah terbentuk di

    dalam proses fotosintesis. Pada proses fotosintesis membutuhkan energi untuk

    menghasilkan makanan, sedangkan pada proses respirasi menghasilkan energi

    yang berasal dari perombakan bahan makanan yang berasal dari fotosintesis, jadi

    fotosintesis dan respirasi merupakan proses yang saling berkesinambungan.

    Pada daun, respirasi berlangsung di bagian sel yaitu mitokondria dan

    sitoplasma berkesinambungan. Reaksi respirasi sangat efisien dalam hal pelepasan

    semua potensi eergi dari gula. Hasil respirasi berupa ATP dimanfaatkan untuk

    mengendalikan reaksi kimia, dengan kata lain ATP dipergunakan dalam proses

    fotosintesis untuk direduksi. Respirasi terdiri atas dua macam yaitu respirasi aerob

    dan respirasi anaero dimana respirasi aerob bergantung pada keberadaan oksigen.

    Sedangkan respirasi anaerob tidak bergantung pada keberadaan oksigen, respiarasi

    anaerob sering disebut dengan istilah fermentasi.

    Reaksi respirasi dapat dilihat sebagai berikut :

    C6H12O6+ O2 6CO2+ 6H2O + Energi

    Pada proses respirasi pelepasan energi terjadi secara terkontrol sedangkan

    pada proses pembakaran tidak terkontrol misalnya sampai fase mana molekul-

    molekul terpecah. Energi yang dihasilkan dalam proses tersebut tidak dikeluarkan

    secara langsung tetapi dalam bentuk ikatan ATP yang akan dipecah apabila

    dibutuhkan. Glukosa (gula) terdapat di dalam sel, sedangkan oksigen berasal dari

  • 5/26/2018 agrobiologi respirasi

    3/16

    udara bebas atau hasil samping dari proses fotosintesis. Di dalam sel hidup,

    oksigen digunakan langung untuk proses fotosintesis.

    Pada umumnya, bahan hasil pertanian setelah dipanen masih melakukan

    proses respirasi serta metabolisme lain sampai bahan tersebut menjadi rusak dan

    proses kehidupan berhenti. Dalam proses respirasi beberapa senyawa penting

    yang dapat digunakan untuk mengukur ATP, glukosa, CO2 dan O2 dengan

    mengukur perubahan kandungan gula, jumlah ATP, jumlah CO2yang dihasilkan

    dan jumlah CO2yang digunakan.

    1.2Tujuan1. Membuktikan bahwa suhu berpengaruh pada proses respirasi.2. Menghitung volume O2dan CO2yang dihasilkan dari proses respirasi.

  • 5/26/2018 agrobiologi respirasi

    4/16

    BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

    Respirasi merupakan suatu proses metabolisme biologis dengan

    menggunakan oksigen dalam pembakaran senyawa makromolekul (seperti

    protein, karbohidrat dan lemak) untuk menghasilkan CO2, air dan beberapa

    jumlah besar elektron. Senyawa makromolekul dioksidasi untuk membentuk

    NADH (Nicotinamida Adenin Dinucleotida) dan ion H+. Melalui flavoprotein dan

    system cytochrom, elektron yang dihasilkan akan mereduksi oksigen untuk

    memperoleh air. Dari reaksi yang panjang tersebut akan dihasilkan energi dalam

    bentuk ATP (Adenosin Tri Phospat) sebesar 30 moL ATP/mol glukosa.

    Apabila senyawa makromolekul tersebut adalah glukosa, maka reaksinya

    sebagai berikut :

    C6H12O6+ 6O2 6H2O + 6CO2+ Energi (38 ATP)

    Pada umumnya, bahan hasil pertanian setelah dipanen masih melakukan

    proses respirasi serta metabolisme lain sampai bahan tersebut menjadi rusak dan

    proses kehidupan berhenti (Syarief dan Irawati, 1988).

    Respirasi dalam sel tumbuhan dibedakan atas respirasi aerob dan anaerob.

    Respirasi aerob yaitu respirasi yang membutuhkan oksigen dari udara bebas,

    sedangkan pada reaksi anaerob tidak memerlukan oksigen dari udara bebas.

    Respirasi anaerob memperoleh oksigen dalam jaringan tanaman, atau dari proses

    metabolisme lainnya. Respirasi anaerob sering disebut dengan fermentasi,

    meskipun tidak semua fermentasi dapat dikatakan anaerob (Jumin, 1988).

    Jika kita ringkas reaksi-reaksi pembentukan ATP pada respirasi aerob,

    maka akan didapati sebagai berikut :

    1. Glikolisis : 2 ATP2. Oksidasi XH2, dari glikolisis : 6 ATP3. Siklus kreb, oksidasi XH2 : 30 ATP

    Total pembentukan 38 molekul ATP dianggap merupakan didapatnya

    kembali 40 persen atau lebih energi yang terdapat dalam molekul gula

    (Djitrosomo dkk, 1987).

    enzim

  • 5/26/2018 agrobiologi respirasi

    5/16

    Menurut Tranggono et al (1992), umur simpan buah sangat dipengaruhi

    oleh laju respirasi. Laju respirasi dapat dikendalikan antara lain dengan

    memanipulasi kandungan gas CO2 atau O2 dalam kemasaman atau ruang

    penyimpanan. Penurunan konsentrasi O2 atau peningkatan CO2 dapat

    memperlambat laju respirasi sehingga umur simpan dapat diperpanjang.

    Laju respirasi tanaman M. Arundinacea pada setiap perlakuan

    kemungkinan dipengaruhi oleh faktor dari tanaman itu sendiri dan faktor

    lingkungan. Faktor dari dalam berhubungan dengan umur tanaman yang

    menyebabkan perbedaan struktur perkembangan dan kebutuhan energi. Faktor

    lingkungan meliputi suhu, kadar CO2 dan O2, cahaya, perlakuan, dan pengaruh

    mekanik. Respirasi tetap tinggi selama fase vegetatif dan mengalami penurunan

    pada fase generatif. Cahaya meningkatkan fotosintesis sehingga dihasilkan

    fotosintat yang banyak sebagai substrat respirasi. Cahaya juga mampu

    meningkatkan suhu yang mampu mendukung respirasi, tetapi suhu yang terlalu

    tinggi dapat menyebabkan inaktifnya enzim-enzim sehingga menghambat

    respirasi (Lestari dkk, 2008).

    Laju respirasi dipengaruhi oleh faktor lingkungan, antara lain ketersediaan

    substrat (gula), ketersediaan oksigen sebagai bahan utama, jenis dan umur

    tumbuhan, dan yang terpenting adalah suhu. Laju respirasi sangat dipengaruhi

    oleh suhu, dimana pada 0C respirasi sangat rendah sedangkan pada suhu 30C-

    40C berjalan sangat cepat. Respirasi sangat sukar untuk diamati prosesnya ketika

    berada pada suhu di bawah 0C. Hanya pada tumbuhan tertentu yang bisa diamati

    proses respirasinya sampai suhu -20C (Dwidjoseputro, 1985).

    Berdasarkan suatu penilitian, buah mangga gedong gincu yang

    dimemarkan dengan tingkat tekanan sebesar 50% mempunyai kecenderungan laju

    respirasinya lebih rendah dibandingkan dengan mangga gedong gincu yang tidak

    dimemarkan (kontrol). Sedangkan mangga gedong gincu yang disimpan dalam

    suhu 10C, mempunyai laju respirasi yang paling rendah dibandingkan dengan

    mangga gedong gincu yang disimpan pada suhu 20C dan 25C. Hal ini

    menunjukkan bahwa laju respirasi ditentukan oleh banyak faktor baik internal

    maupun eksternal. Faktor eksternal seperti suhu, komposisi gas, kerusakan produk

  • 5/26/2018 agrobiologi respirasi

    6/16

    berpengaruh nyata terhadap laju respirasi dan reaksi biologis lainnya (Paramita,

    2010).

    Suhu rendah akan mereduksi laju respirasi dan transpirasi, serta

    menghambat reaksi enzimatis, menekan laju pertumbuhan mikroorganisme dan

    memperlambat laju produksi etilen, serta laju kemunduran mutu produk. Suhu

    dingin (chilling) dapat menyebabkan terjadinya perubahan yang sangat jelas pada

    kecepatan glikolisis dan respirasi mitokondria, yang mengakibatkan laju respirasi

    menjadi lambat dibandingkan dengan suhu tinggi (Kader, 1987).

    Peranan cahaya sangat penting dalam proses fisiologis tanaman, terutama

    respirasi, fotosintesis, dan transpirasi. Tumbuhan membutuhkan cahaya dengan

    intensitas yang cukup beragam, ada tanaman yang yang membutuhkan cahaya

    matahari penuh dan ada tanaman yang tidak tahan terhadap cahaya yang berlebih

    (Anggarwulan dkk, 2008).

    Berdasarkan hasil pengamatan, pada saat kloaka kendur, karena tekanan

    hidrostatik pada caelom maka katup kanal dan pohon respirasi terbuka. Pohon

    respirasi berkontraksi dan air keluar dari tabung pohon respirasi. Pengambilan

    oksigen melalui pohon respirasi berkisar 50-60% dibanding melalui organ lain

    (Nugroho dkk, 2012).

    Tumbuhan H. Corymbosa pada intensitas cahaya 100% memiliki titik

    kompensasi tinggi dan dapat menggunakan cahaya lebih efisien sehingga

    memungkinkan fotosintesis melebihi respirasi. Pada kondisi inilah tumbuhan

    dapat meningkatkan kapasitas fotosintesisnya sehingga proses pertumbuhan juga

    meningkat. Adanya fotosintat yang banyak salah satunya digunakan untuk

    meningkatkan aktifitas meristematis pada pembentukan primordia daun

    (Istiqomah dkk, 2010).

    Tahap pertama suatu perkecambahan benih (imbibisi) dimulai dengan

    proses penyerapan air, kulit benih yang terlunak dan hidrasi dari protoplasma.

    Selain reaktivitas makromolekul dan penyerapan air secara cepat, imbibisi sebagai

    langkah awal awakening juga berhubungan dengan respirasi yang menghasilkan

    ATP untuk suplai energi. Disamping perlakuan tersebut memudahkan terjadinya

  • 5/26/2018 agrobiologi respirasi

    7/16

    imbibisi juga kemungkinan mampu meningkatkan permeabilitas kulit benih

    terhadap masuknya oksigen (Mustika dkk, 2010).

  • 5/26/2018 agrobiologi respirasi

    8/16

    BAB 3. METODOLOGI

    3.1 Waktu dan Tempat

    Praktikum acara III dengan judul Respirasi dilaksanakan pada hari Kamis

    tanggal 21 Maret 2013 pukul 12.00-12.30 WIB di Laboratorium Fisiologi

    Tumbuhan Fakultas Pertanian, Universitas Jember.

    3.2 Alat dan Bahan

    3.2.1 Alat

    Adapun alat yang dipergunakan dalam pelaksanaan praktikum kali ini,

    sebagai berikut :

    1.Neraca2. Kertas saring3. Respirometer4. Beaker glass5. Botol semprot6. Erlenmeyer 250 cc7. Biuret

    3.2.2 Bahan

    Adapun bahan yang dipergunakan dalam pelaksanaan praktikum kali ini,

    sebagai berikut :

    1. Kecambah kedelai dan benih kedelai imbibisi2. Larutan CaCl20,2 N3. Indikator pp4. Larutan NaOH 0,2 N5. Larutan HCl 0,05 N6. Aquadest7. Tinta cina

  • 5/26/2018 agrobiologi respirasi

    9/16

    3.3 Cara Kerja

    1. Memasukkan sedikit NaOH (1 atau 2 gram) ke dalam dasar respirometer danmemasukkan pula kassa logam ke dalam tabung objek. Kemudian menutup

    tabung objek dengan tabung pengumpul.

    2. Memasukkan kecambah kedelai atau benih kedelai imbibisi ke dalam tabungobjek.

    3. Mengisi alat suntik dengan sedikit tinta cina dengan menyedotnya.4. Menyuntik air satu tetes kecil ke ujung atas pipa ukur dan tabung pengumpul

    (sebaiknya tetes tinta cina tersebut berada pada angka yang mudah terbaca).

    5. Dalam waktu beberapa lama akan terlihat perubahan tetes tinta cina (menurun)dalam pipa ukur. Setelah selang waktu tertentu dapat mengetahui volume

    oksigen yang terpakai oleh kecambah tersebut.

    6. Menghitung volume oksigen yang terpakai dengan rumus :V = 3,14 x 0,75 x 0,75 x (perubahan posisi tetes air )mm3

    Catatan= diameter pipa 1,5 mm

    Dari hasil ini, kita dapat mengetahui hubungan antara berat sample, waktu, dan

    oksigen yang terpakai.

    Pengamatan

    a. Melakukan pengamatan setelah 24 jam.b. Mengambil NaOH dan respirometer.c. Memasukkan larutan tersebut ke dalam beaker glass dan menambahkan 2,5 cc

    CaCl2 (endapan putih yang terjadi adalah CaCO3 yang menunjukkan adanya

    CO2).

    d. Menyaring larutan tersebut dengan kertas filter, mencuci endapan yang terjadiatau melekat pada kertas filter dengan aquadest dan menampung sampai

    volume 300 cc kemudian menambahkan beberapa indikatorpp sampai

    warnanya menjadi pink atau merah.

    e. Menitrasikan dengan HCl 0,1 M sampai warna merah hilang dan mencatatvolume HCl yang digunakan.

  • 5/26/2018 agrobiologi respirasi

    10/16

  • 5/26/2018 agrobiologi respirasi

    11/16

    BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN

    4.1 Hasil

    Dari praktikum yang telah dilakukan,diperoleh hasil pengamatan sebagai

    berikut :

    Perlakuan V O2(mm3/detik) V CO2(mL)

    Benih Kedelai Imbibisi 0,182 165

    Kecambah Kedelai 0,324 182,82

    H = H0H1

    V O2imbibisi = 3,14 x 0,75 x 0,75 x

    = 3,14 x 0,75 x 0,75 x

    = 0,182 mm3/s

    V O2kecambah = 3,14 x 0,75 x 0,75 x

    = 3,14 x 0,75 x 0,75 x

    = 0,324 mm3/s

    V CO2imbibisi = x V HCl x M HCl x Mr CO2

    = x 75 x 0,1 x 44

    = 165 ml

    V CO2kecambah = x V HCl x M HCl x Mr CO2

    = x 83,1 x 0,1 x 44

    = 182,2 ml

    4.2 Pembahasan

    Respirasi merupakan suatu proses metabolisme biologis dengan

    menggunakan oksigen dalam pembakaran senyawa makromolekul (seperti

    protein, karbohidrat dan lemak) untuk menghasilkan CO2, air dan beberapa

    jumlah besar elektron. Dari reaksi yang panjang tersebut akan dihasilkan energi

    dalam bentuk ATP (Adenosin Tri Phospat) sebesar 30 mol ATP/mol glukosa.

  • 5/26/2018 agrobiologi respirasi

    12/16

    Apabila senyawa makromolekul tersebut adalah glukosa, maka reaksinya

    sebagai berikut :

    C6H12O6+ 6O2 6H2O + 6CO2+ Energi (38 ATP)

    Faktor-faktor yang mempengaruhi respirasi adalah bahan utama yang

    meliputi oksigen dan glukosa (gula), jenis dan umur tumbuhan, cahaya dan yang

    terpenting adalah suhu. Hal ini didukung oleh Dwidjoseputro (1985), bahwa laju

    respirasi sangat dipengaruhi oleh suhu, dimana pada 0C respirasi sangat rendah

    sedangkan pada suhu 30C-40C berjalan sangat cepat. Respirasi sangat sukar

    untuk diamati prosesnya ketika berada pada suhu di bawah 0C. Hanya pada

    tumbuhan tertentu yang bisa diamati proses respirasinya sampai suhu -20C.

    Lestari mengatakan bahwa laju respirasi tanaman pada setiap perlakuan

    kemungkinan dipengaruhi oleh faktor dari tanaman itu sendiri dan faktor

    lingkungan. Faktor dari dalam berhubungan dengan umur tanaman yang

    menyebabkan perbedaan struktur perkembangan dan kebutuhan energi. Faktor

    lingkungan meliputi suhu, kadar CO2 dan O2, cahaya, perlakuan, dan pengaruh

    mekanik. Respirasi tetap tinggi selama fase vegetatif dan mengalami penurunan

    pada fase generatif. Cahaya juga mampu meningkatkan suhu yang mampu

    mendukung respirasi, tetapi suhu yang terlalu tinggi dapat menyebabkan

    inaktifnya enzim-enzim sehingga menghambat respirasi.

    Substrat utama dalam proses respirasi adalah karbohidrat, karbohidrat

    merupakan bahan utama dalam proses respirasi yang akan diubah menjadi CO2

    bersama O2. Gula merupakan substrat yang terdapat dalam sel dan oksigen

    merupakan hasil samping dari reaksi fotosintesis. Oksigen masuk melalui stomata

    lentisel pada tumbuhan yang berasal dari udara bebas. Dalam respirasi, oksigen

    oksigen mengalir ke dalam tubuh melalui jaringan sklerenklim misalnya padi.

    Tahap-tahap respirasi meliputi tahap oksidasi, perombakan molekul dan

    transfer energi. Pada tahap oksidasi, terjadi proses dehidrogenesis dimana

    senyawa hidrogen terlepas dari gula heksosa. Kemudian pada tahap perombakan

    molekul, dari tahap oksidassi antara ikatan karbon dengan karbon dalam molekul

    gula akan terus menerus dirombak menjadi kecil hingga akhirnya menjadi

    enzim

  • 5/26/2018 agrobiologi respirasi

    13/16

    karbondioksida. Pada tahap transfer energi, energi ditangkap oleh suatu molekul

    ADP yang kemudian menjadi ATP yang kaya akan anergi. Phosporilisasi

    merupakan tahap penambahan phospor, energi ditampung dalam bentuk yang

    mudah melalui proses pembakaran di dalam tubuh tumbuhan.

    Reaksi kimia proses respirasi pada bahan glukosa terjadi menjadi tiga

    tahap yaitu :

    1. Glikolisisglikolisis merupakan tahap dimana perombakan gula (C6) menjadi asam

    piruvat (C3) yang membutuhkan oksigen (aerob). Pada keadaan anaerob

    biasanya disebut dengan istilah fermentasi.

    2. Siklus Kreb atau Siklus Asam Trikarbosilat (TCA)Tahap ini merupakan merupakan perombakan asam piruvat menjadi

    karbondioksida.

    3. Transfer energiTahap ini biasa disebut dengan istilah phoporilisasi oksidatif. Transfer energi

    hidrogen dan elektron yang membentuk air terjadi dalam tahap ini.

    Jika kita ringkas reaksi-reaksi pembentukan ATP pada respirasi aerob,

    maka akan didapati sebagai berikut :

    1. Glikolisis : 2 ATP2. Oksidasi XH2, dari glikolisis : 6 ATP3. Siklus kreb, oksidasi XH2 : 30 ATP

    Total pembentukan 38 molekul ATP dianggap merupakan didapatnya

    kembali 40 persen atau lebih energi yang terdapat dalam molekul gula.

    Pada hasil pengamatan, diketahui bahwa perubahan tetes tinta cina (H)

    sepanjang 31 mm yang pada akhinya melalui proses perhitungan diperoleh nilai

    volume oksigen setiap detik pada imbibisi kedelai mencapai 0,182 mm3,

    sedangkan pada kecambah kedelai mencapai 0,324 mm3 setiap detik. Hal ini

    membuktikan bahwa volume O2 yang dihasilkan oleh kecambah kedelai lebih

    tinggi dari pada imbibisi kedelai.

    Pada pengamatan V CO2, NaOH digunakan untuk mengikat CO2 hasil

    respirasi dari kedelai imbibisi maupun kecambahnya. Kemudian NaOH dilarutkan

  • 5/26/2018 agrobiologi respirasi

    14/16

    dengan menggunakan CaCl2agar mengindikasikan adanya endapan putih CaCO3

    yang menujukkan adanya CO2. Menyaring larutan tersebut dengan kertas filter,

    mencuci endapan yang terjadi atau melekat pada kertas filter dengan aquadest dan

    menampung sampai volume 300 cc kemudian menambahkan beberapa indikator

    pp sampai warnanya menjadi pink atau merah. Dengan menggunakan

    respirometer, larutan tersebut dinitrasikan dengan HCl 0.1 M sampai warna merah

    hilang dan mencatat volume HCl yang digunakan. Dari cara tersebut, volume HCl

    yang digunakan pada imbibisi dan kecambah kedelai masing-masing sebanyak 75

    mL dan 83,1 mL. Setelah melalui proses perhitungan diperoleh V CO 2 imbibisi

    kedelai sebanyak 165 mL dan V CO2kecambah kedelai sebanyak 182,82 mL.

    Setelah diketahui V CO2dan V O2pada masing-masing bahan perlakuan,

    diperoleh V CO2imbibisi kedelai sebanyak 165 mL dan V CO2kecambah kedelai

    sebanyak 182,82 mL. Dan diperoleh VO2 setiap detik pada imbibisi kedelai

    mencapai 0,182 mm3, sedangkan pada kecambah kedelai mencapai 0,324 mm3

    setiap detik. Hal tersebut diakibatkan suhu pada imbibisi kedelai lebih rendah

    daripada kecambah kedelai, sehngga dapat disimpulkan bahwa suhu yang semakin

    rendah mengkibatkan laju respirasi menjadi lambat.

  • 5/26/2018 agrobiologi respirasi

    15/16

    BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN

    5.1 Kesimpulan

    Respirasi merupakan suatu proses metabolisme biologis dengan

    menggunakan oksigen dalam pembakaran senyawa makromolekul (seperti

    protein, karbohidrat dan lemak) untuk menghasilkan CO2, air dan beberapa

    jumlah besar elektro. Energi yang dikeluarkan dalam proses reaksi kimia ini

    berbetuk ATP. Faktor-faktor yang mempengaruhi respirasi adalah bahan utama

    yang meliputi oksigen dan glukosa (gula), jenis dan umur tumbuhan, cahaya dan

    yang terpenting adalah suhu. Dan substrat utama dalam proses respirasi adalah

    karbohidrat.

    Tahap-tahap respirasi meliputi tahap oksidasi, perombakan molekul dan

    transfer energi (fosforilisasi oksidatif). Reaksi kimia proses respirasi pada bahan

    glukosa terjadi menjadi tiga tahap yaitu glikolisis, siklus krab, dan transfer energi.

    Reaksi-reaksi pembentukan ATP pada respirasi aerob pada tahap glikolisis

    menghasilkan 2 ATP, oksidasi XH2dari glikolisis menghasilkan 6 ATP dan

    pada siklus kreb menghasilkan 30 ATP. Total pembentukan 38 molekul ATP

    dianggap merupakan didapatnya kembali 40 persen atau lebih energi yang

    terdapat dalam molekul gula.

    Laju repirasi pada kedelai imbibisi yang lebih lambat daripada kedelai

    kecambah, suhu pada saat imbibisi lebih rendah pada saat berkecambah. Sehingga

    semakin tinggi suhu mengakibatkan laju respirasi semakin cepat dan sebaliknya.

    5.2 Saran

    Dalam praktikum kali ini, diharapkan dalam penerapan di luar kegiatan

    praktikum untuk menjelaskan bagaimana jalannya respirasi terhadap pertumbuhan

    tanaman. Dan mengetahui sifat sifat daun, diharapkan praktikan bisa mengetahui

    mekanisme reaksi-reaksi kimia dalam tumbuhan termasuk respirasi.

  • 5/26/2018 agrobiologi respirasi

    16/16

    DAFTAR PUSTAKA

    Anggarwulan E., dkk. 2008. Karakter Fisiologi Kimpul (Xanthosoma

    sagittifolium (L.) Schott) pada Variasi Naungan dan Ketersediaan Air.

    Biodiversitas, 9(4): 264-268.

    Djitrosomo S.H., dkk. 1987.Botani Umum 2. Bandung: Offset Angkasa.

    Dwidjoseputro, D. 1992. Pengantar Fisiologi Tumbuhan. Jakarta: Gramedia

    Pustaka Utama.

    Istiqomah A.H., dkk. 2010. Pertumbuhan dan Struktur Anatomi Rumput Mutiara

    (Hedyotis corymbosa [L.] Lamk.) Pada Ketersediaan Air dan IntensitasCahaya Berbeda.Ekosains, 2(1): 55-64.

    Jumin, H.B.. 1988.Dasar-Dasar Agronomi. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

    Kader, A. 1987.Respiration and Gas Exchange of Vegetables.New York: Mercel

    Dekker.

    Lestari G.W., dkk. 2008. Pertumbuhan, Kandungan Klorofil, dan laju Respirasi

    Tanaman Garut (Maranta arundinacea L.) setelah Pemberian Asam

    Giberelat (GA3).Bioteknologi, 5(1): 1-9.

    Mustika S., dkk. 2010. Perkecambahan Benih Pinang Pada Berbagai Cara

    Penanganan Benih dan Cahaya.Agroland, 17(2): 108-114.

    Nugroho G.B., dkk. 2012. Histokomparatif Organ Integumen, Intestinum, Pohon

    Respirasi Pada Beberapa Jenis Teripang Dari Perairan Karimunjawa.

    Marine Research, 1(1): 67-74.

    Paramita, Octavianti. 2010. Pengaruh Memar terhadap Perubahan Pola Respirasi,

    Produksi Etilen dan Jaringan Buah Mangga (Magnifera indica L) var

    Gedong Gincu pada Berbagai Suhu Penyimpanan. Kompetensi Teknik,2(1): 29-38.

    Syarief R. Dan Irawati A.. 1988. Pengetahuan Bahan Untuk Industri Pertanian.

    Jakarta: Mediyatama Sarana Perkasa.

    Tranggono, dkk. 1992. Petunjuk Laborotarium Praktikum Fisiologi dan

    Teknologi Pasca Panen. Yogyakarta: PAU Pangan dan Gizi UGM.