Upload
musliminwalmuslimat
View
28
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
5/26/2018 agrobiologi respirasi
1/16
UNIVERSITAS JEMBER
FAKULTAS PERTANIAN
JURUSAN BUDIDAYA PERTANIANLABORATORIUM FISIOLOGI TUMBUHAN DASAR
LAPORAN PRAKTIKUM
NAMA : EKO NUR SULISWANTO
NIM : 121510501137
GOL/KELOMPOK : D/I
ANGGOTA : 1. BASKORO D. B. (091510501115)
2. SUSESTI O. (121510501123)
3. BAGUS ASHARI (121510501133)
4. IMAM ROFIQ (121510501134)
5. LUDFI TEGAR R. (121510501135)
6. WAHYU HIDAYAT (121510501136)
7. JULIANA EKA P. (121510501148)
8. ERNI ROSITA (121510501153)
9. SUWINDA F. (121510501167)
JUDUL ACARA : RESPIRASI
TANGGAL PRAKTIKUM : 21 MARET 2013
TANGGAL PENYERAHAN : 23 MARET 2013
ASISTEN : 1. MOH. AMINNUDDIN
2. ASRI RINA H
3. FAJAR FIRMANSYAH
4. FAKHRUSY ZAKARIYYA
5. KHUSNUL KHOTIMAH
6. NORMA LAILATUN NIKMAHBAB
5/26/2018 agrobiologi respirasi
2/16
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1Latar BelakangRespirasi merupakan suatu reaksi katabolisme yaitu proses-proses
perombakan bahan makanan menjadi konstituen-konstituen yang lebih sederhana
dengan disertai pembebasan energi (eksergonik). Respirasi terjadi pada makhluk
hidup heterotrof seperti hewan, dan terdapat pada jaringan tumbuhan yang tidak
berwarna hijau, bahkan pada jaringan tumbuhan yang berwarna hijau mempunyai
kemampuan untuk berfotosintesis.
Respirasi merupakan kebalikan dari proses fotosintesis, dimana
penyimpanan makanan cadangan seperti lemak dan tepung sudah terbentuk di
dalam proses fotosintesis. Pada proses fotosintesis membutuhkan energi untuk
menghasilkan makanan, sedangkan pada proses respirasi menghasilkan energi
yang berasal dari perombakan bahan makanan yang berasal dari fotosintesis, jadi
fotosintesis dan respirasi merupakan proses yang saling berkesinambungan.
Pada daun, respirasi berlangsung di bagian sel yaitu mitokondria dan
sitoplasma berkesinambungan. Reaksi respirasi sangat efisien dalam hal pelepasan
semua potensi eergi dari gula. Hasil respirasi berupa ATP dimanfaatkan untuk
mengendalikan reaksi kimia, dengan kata lain ATP dipergunakan dalam proses
fotosintesis untuk direduksi. Respirasi terdiri atas dua macam yaitu respirasi aerob
dan respirasi anaero dimana respirasi aerob bergantung pada keberadaan oksigen.
Sedangkan respirasi anaerob tidak bergantung pada keberadaan oksigen, respiarasi
anaerob sering disebut dengan istilah fermentasi.
Reaksi respirasi dapat dilihat sebagai berikut :
C6H12O6+ O2 6CO2+ 6H2O + Energi
Pada proses respirasi pelepasan energi terjadi secara terkontrol sedangkan
pada proses pembakaran tidak terkontrol misalnya sampai fase mana molekul-
molekul terpecah. Energi yang dihasilkan dalam proses tersebut tidak dikeluarkan
secara langsung tetapi dalam bentuk ikatan ATP yang akan dipecah apabila
dibutuhkan. Glukosa (gula) terdapat di dalam sel, sedangkan oksigen berasal dari
5/26/2018 agrobiologi respirasi
3/16
udara bebas atau hasil samping dari proses fotosintesis. Di dalam sel hidup,
oksigen digunakan langung untuk proses fotosintesis.
Pada umumnya, bahan hasil pertanian setelah dipanen masih melakukan
proses respirasi serta metabolisme lain sampai bahan tersebut menjadi rusak dan
proses kehidupan berhenti. Dalam proses respirasi beberapa senyawa penting
yang dapat digunakan untuk mengukur ATP, glukosa, CO2 dan O2 dengan
mengukur perubahan kandungan gula, jumlah ATP, jumlah CO2yang dihasilkan
dan jumlah CO2yang digunakan.
1.2Tujuan1. Membuktikan bahwa suhu berpengaruh pada proses respirasi.2. Menghitung volume O2dan CO2yang dihasilkan dari proses respirasi.
5/26/2018 agrobiologi respirasi
4/16
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
Respirasi merupakan suatu proses metabolisme biologis dengan
menggunakan oksigen dalam pembakaran senyawa makromolekul (seperti
protein, karbohidrat dan lemak) untuk menghasilkan CO2, air dan beberapa
jumlah besar elektron. Senyawa makromolekul dioksidasi untuk membentuk
NADH (Nicotinamida Adenin Dinucleotida) dan ion H+. Melalui flavoprotein dan
system cytochrom, elektron yang dihasilkan akan mereduksi oksigen untuk
memperoleh air. Dari reaksi yang panjang tersebut akan dihasilkan energi dalam
bentuk ATP (Adenosin Tri Phospat) sebesar 30 moL ATP/mol glukosa.
Apabila senyawa makromolekul tersebut adalah glukosa, maka reaksinya
sebagai berikut :
C6H12O6+ 6O2 6H2O + 6CO2+ Energi (38 ATP)
Pada umumnya, bahan hasil pertanian setelah dipanen masih melakukan
proses respirasi serta metabolisme lain sampai bahan tersebut menjadi rusak dan
proses kehidupan berhenti (Syarief dan Irawati, 1988).
Respirasi dalam sel tumbuhan dibedakan atas respirasi aerob dan anaerob.
Respirasi aerob yaitu respirasi yang membutuhkan oksigen dari udara bebas,
sedangkan pada reaksi anaerob tidak memerlukan oksigen dari udara bebas.
Respirasi anaerob memperoleh oksigen dalam jaringan tanaman, atau dari proses
metabolisme lainnya. Respirasi anaerob sering disebut dengan fermentasi,
meskipun tidak semua fermentasi dapat dikatakan anaerob (Jumin, 1988).
Jika kita ringkas reaksi-reaksi pembentukan ATP pada respirasi aerob,
maka akan didapati sebagai berikut :
1. Glikolisis : 2 ATP2. Oksidasi XH2, dari glikolisis : 6 ATP3. Siklus kreb, oksidasi XH2 : 30 ATP
Total pembentukan 38 molekul ATP dianggap merupakan didapatnya
kembali 40 persen atau lebih energi yang terdapat dalam molekul gula
(Djitrosomo dkk, 1987).
enzim
5/26/2018 agrobiologi respirasi
5/16
Menurut Tranggono et al (1992), umur simpan buah sangat dipengaruhi
oleh laju respirasi. Laju respirasi dapat dikendalikan antara lain dengan
memanipulasi kandungan gas CO2 atau O2 dalam kemasaman atau ruang
penyimpanan. Penurunan konsentrasi O2 atau peningkatan CO2 dapat
memperlambat laju respirasi sehingga umur simpan dapat diperpanjang.
Laju respirasi tanaman M. Arundinacea pada setiap perlakuan
kemungkinan dipengaruhi oleh faktor dari tanaman itu sendiri dan faktor
lingkungan. Faktor dari dalam berhubungan dengan umur tanaman yang
menyebabkan perbedaan struktur perkembangan dan kebutuhan energi. Faktor
lingkungan meliputi suhu, kadar CO2 dan O2, cahaya, perlakuan, dan pengaruh
mekanik. Respirasi tetap tinggi selama fase vegetatif dan mengalami penurunan
pada fase generatif. Cahaya meningkatkan fotosintesis sehingga dihasilkan
fotosintat yang banyak sebagai substrat respirasi. Cahaya juga mampu
meningkatkan suhu yang mampu mendukung respirasi, tetapi suhu yang terlalu
tinggi dapat menyebabkan inaktifnya enzim-enzim sehingga menghambat
respirasi (Lestari dkk, 2008).
Laju respirasi dipengaruhi oleh faktor lingkungan, antara lain ketersediaan
substrat (gula), ketersediaan oksigen sebagai bahan utama, jenis dan umur
tumbuhan, dan yang terpenting adalah suhu. Laju respirasi sangat dipengaruhi
oleh suhu, dimana pada 0C respirasi sangat rendah sedangkan pada suhu 30C-
40C berjalan sangat cepat. Respirasi sangat sukar untuk diamati prosesnya ketika
berada pada suhu di bawah 0C. Hanya pada tumbuhan tertentu yang bisa diamati
proses respirasinya sampai suhu -20C (Dwidjoseputro, 1985).
Berdasarkan suatu penilitian, buah mangga gedong gincu yang
dimemarkan dengan tingkat tekanan sebesar 50% mempunyai kecenderungan laju
respirasinya lebih rendah dibandingkan dengan mangga gedong gincu yang tidak
dimemarkan (kontrol). Sedangkan mangga gedong gincu yang disimpan dalam
suhu 10C, mempunyai laju respirasi yang paling rendah dibandingkan dengan
mangga gedong gincu yang disimpan pada suhu 20C dan 25C. Hal ini
menunjukkan bahwa laju respirasi ditentukan oleh banyak faktor baik internal
maupun eksternal. Faktor eksternal seperti suhu, komposisi gas, kerusakan produk
5/26/2018 agrobiologi respirasi
6/16
berpengaruh nyata terhadap laju respirasi dan reaksi biologis lainnya (Paramita,
2010).
Suhu rendah akan mereduksi laju respirasi dan transpirasi, serta
menghambat reaksi enzimatis, menekan laju pertumbuhan mikroorganisme dan
memperlambat laju produksi etilen, serta laju kemunduran mutu produk. Suhu
dingin (chilling) dapat menyebabkan terjadinya perubahan yang sangat jelas pada
kecepatan glikolisis dan respirasi mitokondria, yang mengakibatkan laju respirasi
menjadi lambat dibandingkan dengan suhu tinggi (Kader, 1987).
Peranan cahaya sangat penting dalam proses fisiologis tanaman, terutama
respirasi, fotosintesis, dan transpirasi. Tumbuhan membutuhkan cahaya dengan
intensitas yang cukup beragam, ada tanaman yang yang membutuhkan cahaya
matahari penuh dan ada tanaman yang tidak tahan terhadap cahaya yang berlebih
(Anggarwulan dkk, 2008).
Berdasarkan hasil pengamatan, pada saat kloaka kendur, karena tekanan
hidrostatik pada caelom maka katup kanal dan pohon respirasi terbuka. Pohon
respirasi berkontraksi dan air keluar dari tabung pohon respirasi. Pengambilan
oksigen melalui pohon respirasi berkisar 50-60% dibanding melalui organ lain
(Nugroho dkk, 2012).
Tumbuhan H. Corymbosa pada intensitas cahaya 100% memiliki titik
kompensasi tinggi dan dapat menggunakan cahaya lebih efisien sehingga
memungkinkan fotosintesis melebihi respirasi. Pada kondisi inilah tumbuhan
dapat meningkatkan kapasitas fotosintesisnya sehingga proses pertumbuhan juga
meningkat. Adanya fotosintat yang banyak salah satunya digunakan untuk
meningkatkan aktifitas meristematis pada pembentukan primordia daun
(Istiqomah dkk, 2010).
Tahap pertama suatu perkecambahan benih (imbibisi) dimulai dengan
proses penyerapan air, kulit benih yang terlunak dan hidrasi dari protoplasma.
Selain reaktivitas makromolekul dan penyerapan air secara cepat, imbibisi sebagai
langkah awal awakening juga berhubungan dengan respirasi yang menghasilkan
ATP untuk suplai energi. Disamping perlakuan tersebut memudahkan terjadinya
5/26/2018 agrobiologi respirasi
7/16
imbibisi juga kemungkinan mampu meningkatkan permeabilitas kulit benih
terhadap masuknya oksigen (Mustika dkk, 2010).
5/26/2018 agrobiologi respirasi
8/16
BAB 3. METODOLOGI
3.1 Waktu dan Tempat
Praktikum acara III dengan judul Respirasi dilaksanakan pada hari Kamis
tanggal 21 Maret 2013 pukul 12.00-12.30 WIB di Laboratorium Fisiologi
Tumbuhan Fakultas Pertanian, Universitas Jember.
3.2 Alat dan Bahan
3.2.1 Alat
Adapun alat yang dipergunakan dalam pelaksanaan praktikum kali ini,
sebagai berikut :
1.Neraca2. Kertas saring3. Respirometer4. Beaker glass5. Botol semprot6. Erlenmeyer 250 cc7. Biuret
3.2.2 Bahan
Adapun bahan yang dipergunakan dalam pelaksanaan praktikum kali ini,
sebagai berikut :
1. Kecambah kedelai dan benih kedelai imbibisi2. Larutan CaCl20,2 N3. Indikator pp4. Larutan NaOH 0,2 N5. Larutan HCl 0,05 N6. Aquadest7. Tinta cina
5/26/2018 agrobiologi respirasi
9/16
3.3 Cara Kerja
1. Memasukkan sedikit NaOH (1 atau 2 gram) ke dalam dasar respirometer danmemasukkan pula kassa logam ke dalam tabung objek. Kemudian menutup
tabung objek dengan tabung pengumpul.
2. Memasukkan kecambah kedelai atau benih kedelai imbibisi ke dalam tabungobjek.
3. Mengisi alat suntik dengan sedikit tinta cina dengan menyedotnya.4. Menyuntik air satu tetes kecil ke ujung atas pipa ukur dan tabung pengumpul
(sebaiknya tetes tinta cina tersebut berada pada angka yang mudah terbaca).
5. Dalam waktu beberapa lama akan terlihat perubahan tetes tinta cina (menurun)dalam pipa ukur. Setelah selang waktu tertentu dapat mengetahui volume
oksigen yang terpakai oleh kecambah tersebut.
6. Menghitung volume oksigen yang terpakai dengan rumus :V = 3,14 x 0,75 x 0,75 x (perubahan posisi tetes air )mm3
Catatan= diameter pipa 1,5 mm
Dari hasil ini, kita dapat mengetahui hubungan antara berat sample, waktu, dan
oksigen yang terpakai.
Pengamatan
a. Melakukan pengamatan setelah 24 jam.b. Mengambil NaOH dan respirometer.c. Memasukkan larutan tersebut ke dalam beaker glass dan menambahkan 2,5 cc
CaCl2 (endapan putih yang terjadi adalah CaCO3 yang menunjukkan adanya
CO2).
d. Menyaring larutan tersebut dengan kertas filter, mencuci endapan yang terjadiatau melekat pada kertas filter dengan aquadest dan menampung sampai
volume 300 cc kemudian menambahkan beberapa indikatorpp sampai
warnanya menjadi pink atau merah.
e. Menitrasikan dengan HCl 0,1 M sampai warna merah hilang dan mencatatvolume HCl yang digunakan.
5/26/2018 agrobiologi respirasi
10/16
5/26/2018 agrobiologi respirasi
11/16
BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Dari praktikum yang telah dilakukan,diperoleh hasil pengamatan sebagai
berikut :
Perlakuan V O2(mm3/detik) V CO2(mL)
Benih Kedelai Imbibisi 0,182 165
Kecambah Kedelai 0,324 182,82
H = H0H1
V O2imbibisi = 3,14 x 0,75 x 0,75 x
= 3,14 x 0,75 x 0,75 x
= 0,182 mm3/s
V O2kecambah = 3,14 x 0,75 x 0,75 x
= 3,14 x 0,75 x 0,75 x
= 0,324 mm3/s
V CO2imbibisi = x V HCl x M HCl x Mr CO2
= x 75 x 0,1 x 44
= 165 ml
V CO2kecambah = x V HCl x M HCl x Mr CO2
= x 83,1 x 0,1 x 44
= 182,2 ml
4.2 Pembahasan
Respirasi merupakan suatu proses metabolisme biologis dengan
menggunakan oksigen dalam pembakaran senyawa makromolekul (seperti
protein, karbohidrat dan lemak) untuk menghasilkan CO2, air dan beberapa
jumlah besar elektron. Dari reaksi yang panjang tersebut akan dihasilkan energi
dalam bentuk ATP (Adenosin Tri Phospat) sebesar 30 mol ATP/mol glukosa.
5/26/2018 agrobiologi respirasi
12/16
Apabila senyawa makromolekul tersebut adalah glukosa, maka reaksinya
sebagai berikut :
C6H12O6+ 6O2 6H2O + 6CO2+ Energi (38 ATP)
Faktor-faktor yang mempengaruhi respirasi adalah bahan utama yang
meliputi oksigen dan glukosa (gula), jenis dan umur tumbuhan, cahaya dan yang
terpenting adalah suhu. Hal ini didukung oleh Dwidjoseputro (1985), bahwa laju
respirasi sangat dipengaruhi oleh suhu, dimana pada 0C respirasi sangat rendah
sedangkan pada suhu 30C-40C berjalan sangat cepat. Respirasi sangat sukar
untuk diamati prosesnya ketika berada pada suhu di bawah 0C. Hanya pada
tumbuhan tertentu yang bisa diamati proses respirasinya sampai suhu -20C.
Lestari mengatakan bahwa laju respirasi tanaman pada setiap perlakuan
kemungkinan dipengaruhi oleh faktor dari tanaman itu sendiri dan faktor
lingkungan. Faktor dari dalam berhubungan dengan umur tanaman yang
menyebabkan perbedaan struktur perkembangan dan kebutuhan energi. Faktor
lingkungan meliputi suhu, kadar CO2 dan O2, cahaya, perlakuan, dan pengaruh
mekanik. Respirasi tetap tinggi selama fase vegetatif dan mengalami penurunan
pada fase generatif. Cahaya juga mampu meningkatkan suhu yang mampu
mendukung respirasi, tetapi suhu yang terlalu tinggi dapat menyebabkan
inaktifnya enzim-enzim sehingga menghambat respirasi.
Substrat utama dalam proses respirasi adalah karbohidrat, karbohidrat
merupakan bahan utama dalam proses respirasi yang akan diubah menjadi CO2
bersama O2. Gula merupakan substrat yang terdapat dalam sel dan oksigen
merupakan hasil samping dari reaksi fotosintesis. Oksigen masuk melalui stomata
lentisel pada tumbuhan yang berasal dari udara bebas. Dalam respirasi, oksigen
oksigen mengalir ke dalam tubuh melalui jaringan sklerenklim misalnya padi.
Tahap-tahap respirasi meliputi tahap oksidasi, perombakan molekul dan
transfer energi. Pada tahap oksidasi, terjadi proses dehidrogenesis dimana
senyawa hidrogen terlepas dari gula heksosa. Kemudian pada tahap perombakan
molekul, dari tahap oksidassi antara ikatan karbon dengan karbon dalam molekul
gula akan terus menerus dirombak menjadi kecil hingga akhirnya menjadi
enzim
5/26/2018 agrobiologi respirasi
13/16
karbondioksida. Pada tahap transfer energi, energi ditangkap oleh suatu molekul
ADP yang kemudian menjadi ATP yang kaya akan anergi. Phosporilisasi
merupakan tahap penambahan phospor, energi ditampung dalam bentuk yang
mudah melalui proses pembakaran di dalam tubuh tumbuhan.
Reaksi kimia proses respirasi pada bahan glukosa terjadi menjadi tiga
tahap yaitu :
1. Glikolisisglikolisis merupakan tahap dimana perombakan gula (C6) menjadi asam
piruvat (C3) yang membutuhkan oksigen (aerob). Pada keadaan anaerob
biasanya disebut dengan istilah fermentasi.
2. Siklus Kreb atau Siklus Asam Trikarbosilat (TCA)Tahap ini merupakan merupakan perombakan asam piruvat menjadi
karbondioksida.
3. Transfer energiTahap ini biasa disebut dengan istilah phoporilisasi oksidatif. Transfer energi
hidrogen dan elektron yang membentuk air terjadi dalam tahap ini.
Jika kita ringkas reaksi-reaksi pembentukan ATP pada respirasi aerob,
maka akan didapati sebagai berikut :
1. Glikolisis : 2 ATP2. Oksidasi XH2, dari glikolisis : 6 ATP3. Siklus kreb, oksidasi XH2 : 30 ATP
Total pembentukan 38 molekul ATP dianggap merupakan didapatnya
kembali 40 persen atau lebih energi yang terdapat dalam molekul gula.
Pada hasil pengamatan, diketahui bahwa perubahan tetes tinta cina (H)
sepanjang 31 mm yang pada akhinya melalui proses perhitungan diperoleh nilai
volume oksigen setiap detik pada imbibisi kedelai mencapai 0,182 mm3,
sedangkan pada kecambah kedelai mencapai 0,324 mm3 setiap detik. Hal ini
membuktikan bahwa volume O2 yang dihasilkan oleh kecambah kedelai lebih
tinggi dari pada imbibisi kedelai.
Pada pengamatan V CO2, NaOH digunakan untuk mengikat CO2 hasil
respirasi dari kedelai imbibisi maupun kecambahnya. Kemudian NaOH dilarutkan
5/26/2018 agrobiologi respirasi
14/16
dengan menggunakan CaCl2agar mengindikasikan adanya endapan putih CaCO3
yang menujukkan adanya CO2. Menyaring larutan tersebut dengan kertas filter,
mencuci endapan yang terjadi atau melekat pada kertas filter dengan aquadest dan
menampung sampai volume 300 cc kemudian menambahkan beberapa indikator
pp sampai warnanya menjadi pink atau merah. Dengan menggunakan
respirometer, larutan tersebut dinitrasikan dengan HCl 0.1 M sampai warna merah
hilang dan mencatat volume HCl yang digunakan. Dari cara tersebut, volume HCl
yang digunakan pada imbibisi dan kecambah kedelai masing-masing sebanyak 75
mL dan 83,1 mL. Setelah melalui proses perhitungan diperoleh V CO 2 imbibisi
kedelai sebanyak 165 mL dan V CO2kecambah kedelai sebanyak 182,82 mL.
Setelah diketahui V CO2dan V O2pada masing-masing bahan perlakuan,
diperoleh V CO2imbibisi kedelai sebanyak 165 mL dan V CO2kecambah kedelai
sebanyak 182,82 mL. Dan diperoleh VO2 setiap detik pada imbibisi kedelai
mencapai 0,182 mm3, sedangkan pada kecambah kedelai mencapai 0,324 mm3
setiap detik. Hal tersebut diakibatkan suhu pada imbibisi kedelai lebih rendah
daripada kecambah kedelai, sehngga dapat disimpulkan bahwa suhu yang semakin
rendah mengkibatkan laju respirasi menjadi lambat.
5/26/2018 agrobiologi respirasi
15/16
BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Respirasi merupakan suatu proses metabolisme biologis dengan
menggunakan oksigen dalam pembakaran senyawa makromolekul (seperti
protein, karbohidrat dan lemak) untuk menghasilkan CO2, air dan beberapa
jumlah besar elektro. Energi yang dikeluarkan dalam proses reaksi kimia ini
berbetuk ATP. Faktor-faktor yang mempengaruhi respirasi adalah bahan utama
yang meliputi oksigen dan glukosa (gula), jenis dan umur tumbuhan, cahaya dan
yang terpenting adalah suhu. Dan substrat utama dalam proses respirasi adalah
karbohidrat.
Tahap-tahap respirasi meliputi tahap oksidasi, perombakan molekul dan
transfer energi (fosforilisasi oksidatif). Reaksi kimia proses respirasi pada bahan
glukosa terjadi menjadi tiga tahap yaitu glikolisis, siklus krab, dan transfer energi.
Reaksi-reaksi pembentukan ATP pada respirasi aerob pada tahap glikolisis
menghasilkan 2 ATP, oksidasi XH2dari glikolisis menghasilkan 6 ATP dan
pada siklus kreb menghasilkan 30 ATP. Total pembentukan 38 molekul ATP
dianggap merupakan didapatnya kembali 40 persen atau lebih energi yang
terdapat dalam molekul gula.
Laju repirasi pada kedelai imbibisi yang lebih lambat daripada kedelai
kecambah, suhu pada saat imbibisi lebih rendah pada saat berkecambah. Sehingga
semakin tinggi suhu mengakibatkan laju respirasi semakin cepat dan sebaliknya.
5.2 Saran
Dalam praktikum kali ini, diharapkan dalam penerapan di luar kegiatan
praktikum untuk menjelaskan bagaimana jalannya respirasi terhadap pertumbuhan
tanaman. Dan mengetahui sifat sifat daun, diharapkan praktikan bisa mengetahui
mekanisme reaksi-reaksi kimia dalam tumbuhan termasuk respirasi.
5/26/2018 agrobiologi respirasi
16/16
DAFTAR PUSTAKA
Anggarwulan E., dkk. 2008. Karakter Fisiologi Kimpul (Xanthosoma
sagittifolium (L.) Schott) pada Variasi Naungan dan Ketersediaan Air.
Biodiversitas, 9(4): 264-268.
Djitrosomo S.H., dkk. 1987.Botani Umum 2. Bandung: Offset Angkasa.
Dwidjoseputro, D. 1992. Pengantar Fisiologi Tumbuhan. Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama.
Istiqomah A.H., dkk. 2010. Pertumbuhan dan Struktur Anatomi Rumput Mutiara
(Hedyotis corymbosa [L.] Lamk.) Pada Ketersediaan Air dan IntensitasCahaya Berbeda.Ekosains, 2(1): 55-64.
Jumin, H.B.. 1988.Dasar-Dasar Agronomi. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Kader, A. 1987.Respiration and Gas Exchange of Vegetables.New York: Mercel
Dekker.
Lestari G.W., dkk. 2008. Pertumbuhan, Kandungan Klorofil, dan laju Respirasi
Tanaman Garut (Maranta arundinacea L.) setelah Pemberian Asam
Giberelat (GA3).Bioteknologi, 5(1): 1-9.
Mustika S., dkk. 2010. Perkecambahan Benih Pinang Pada Berbagai Cara
Penanganan Benih dan Cahaya.Agroland, 17(2): 108-114.
Nugroho G.B., dkk. 2012. Histokomparatif Organ Integumen, Intestinum, Pohon
Respirasi Pada Beberapa Jenis Teripang Dari Perairan Karimunjawa.
Marine Research, 1(1): 67-74.
Paramita, Octavianti. 2010. Pengaruh Memar terhadap Perubahan Pola Respirasi,
Produksi Etilen dan Jaringan Buah Mangga (Magnifera indica L) var
Gedong Gincu pada Berbagai Suhu Penyimpanan. Kompetensi Teknik,2(1): 29-38.
Syarief R. Dan Irawati A.. 1988. Pengetahuan Bahan Untuk Industri Pertanian.
Jakarta: Mediyatama Sarana Perkasa.
Tranggono, dkk. 1992. Petunjuk Laborotarium Praktikum Fisiologi dan
Teknologi Pasca Panen. Yogyakarta: PAU Pangan dan Gizi UGM.