4
Penatalaksanaan tetanus Terdiri atas : 1. Pemberian antitoksin tetanus 2. Penatalaksanaan luka 3. Pemberian antibiotika 4. Penanggulangan kejang 5. Perawatan penunjang 6. Pencegahan komplikasi Pemberian antitoksin tetanus. Pemberian serum dalam dosis terapetik untuk ATS bagi orang dewasa adalah sebesar 10.000 – 20.000 IU IM dan untuk anak – anak sebesar 10.000 IU IM, untuk hypertet bagi orang dewasa adalah sebesar 300 IU – 6000 IU IM dan bagi anak – anak sebesar 3000 IU IM. Pemberian antitoksin dosis terapetik selama 2 – 5 hari berturut – turut. Penatalaksanaan luka. Eksisi dan debridemen luka yang dicurigai harus segera dikerjakan 1 jam setelah terapi sera (pemberian antitoksin tetanus). Jika memungkinkan dicuci dengan perhydrol. Luka dibiarkan terbuka untuk mencegah keadaan anaerob. Bila perlu di sekitar luka dapat disuntikan ATS. Pemberian antibiotika. Obat pilihannya adalah Penisilin, dosis yang diberikan untuk orang dewasa adalah sebesar 1,2 juta IU/8 jam IM, selama 5 hari, sedang untuk anak – anak adalah sebesar 50.000 IU/kg BB/hari, dilanjutkan hingga 3 hari bebas panas. Bila penderita alergi terhadap penisilin, dapat diberikan tetrasiklin. Dosis pemberian tetrasiklin pada orang dewasa adalah 4 x 500 mg/hari, dibagi dalam 4 dosis.

ady.docx

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: ady.docx

Penatalaksanaan tetanus

Terdiri atas    :

1.         Pemberian antitoksin tetanus

2.         Penatalaksanaan luka

3.         Pemberian antibiotika

4.         Penanggulangan kejang

5.         Perawatan penunjang

6.         Pencegahan komplikasi

Pemberian antitoksin tetanus.  Pemberian serum dalam dosis terapetik untuk ATS bagi orang

dewasa adalah sebesar 10.000 – 20.000 IU IM dan untuk anak – anak sebesar 10.000 IU IM,

untuk hypertet bagi orang dewasa adalah sebesar 300 IU – 6000 IU IM dan bagi anak – anak

sebesar 3000 IU IM.  Pemberian antitoksin dosis terapetik selama 2 – 5 hari berturut – turut.

Penatalaksanaan luka.  Eksisi dan debridemen luka yang dicurigai harus segera dikerjakan 1

jam setelah terapi sera (pemberian antitoksin tetanus).  Jika memungkinkan dicuci dengan

perhydrol.  Luka dibiarkan terbuka untuk mencegah keadaan anaerob.  Bila perlu di sekitar luka

dapat disuntikan ATS.

Pemberian antibiotika. Obat pilihannya adalah Penisilin, dosis yang diberikan untuk orang

dewasa adalah sebesar 1,2 juta IU/8 jam IM, selama 5 hari, sedang untuk anak – anak adalah

sebesar 50.000 IU/kg BB/hari, dilanjutkan hingga 3 hari bebas panas.

Bila penderita alergi terhadap penisilin, dapat diberikan tetrasiklin.  Dosis pemberian tetrasiklin

pada orang dewasa adalah 4 x 500 mg/hari, dibagi dalam 4 dosis.

Pengobatan dengan antibiotika ditujukan untuk bentuk vegetatif clostridium tetani, jadi sebagai

pengobatan radikal, yaitu untuk membunuh kuman tetanus yang masih ada dalam tubuh,

sehingga tidak ada lagi sumber eksotoksin.

ATS atau HTIG ditujukan untuk mencegah eksotoksin berikatan dengan susunan saraf pusat

(eksotoksin yang berikatan dengan susunan saraf pusat akan menyebabkan kejang, dan sekali

melekat maka ATS / HTIG tak dapat menetralkannya.  Untuk mencegah terbentuknya eksotoksin

baru maka sumbernya yaitu kuman clostridium tetani harus dilumpuhkan, dengan antibiotik.

Penaggulangan Kejang.  Dahulu dilakukan isolasi karena suara dan cahaya dapat menimbulkan

serangan kejang.  Saat ini prinsip isolasi sudah ditinggalkan, karena dengan pemberian anti

kejang yang memadai maka kejang dapat dicegah.

Page 2: ady.docx

Bila kejang belum juga teratasi, dapat digunakan pelemas otot (muscle relaxant) ditambah alat

bantu pernapasan (ventilator).  Cara ini hanya dilakukan di ruang perawatan khusus (ICU

= Intesive Care Unit) dan di bawah pengawasan seorang ahli anestesi.

Perawatan penunjang.  Yaitu dengan tirah baring, diet per sonde, dengan asupan sebesar 200

kalori / hari untuk orang dewasa, dan sebesar 100 kalori/kg BB/hari untuk anak – anak,

bersihkan jalan nafas secara teratur, berikan cairan infus dan oksigen, awasi dengan seksama

tanda – tanda vital (seperti kesadaran, keadaan umum, tekanan darah, denyut nadi, kecepatan

pernapasan), trisnus (diukur dengan cm setiap hari), asupan / keluaran (pemasukan dan

pengeluaran cairan), temperatur, elektrolit (bila fasilitas pemeriksaan memungkinkan),

konsultasikan ke bagian lain bila perlu.

Pencegahan komplikasi.  Mencegah anoksia otak dengan (1) pemberian antikejang, sekaligus

mencegah laringospasme, (2) jalan napas yang memadai, bila perlu lakukan intubasi

(pemasangan tuba endotrakheal) atau lakukan trakheotomi berencana, (3) pemberian oksigen.

Page 3: ady.docx

Mencegah pneumonia dengan membersihkan jalan napas yang teratur, pengaturan posisi

penderita berbaring, pemberian antibiotika.  Mencegah fraktur vertebra dengan pemberian

antikejang  yang memadai.

Komplikasi

Komplikasi yang mungkin timbul adalah : pneumonia, terutama karena aspirasi : asfiksi,

terutama pada saat kejang, status konvulsivus, fraktur vertebra, akibat kejang.