123
PROPOSAL SKRIPSI NILAI KARAKTER SOPAN SANTUN DALAM PEMBIASAAN BERBAHASA JAWA KRAMA ANAK USIA SEKOLAH DASAR DI LINGKUNGAN KELUARGA Oleh: SEPTIAJI EVI NATANTI 201633253 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR i

admin.ebimta.com · Web viewLatar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu keharusan bagi manusia karena pada hakikatnya manusia lahir dalam keadaan tidak berdaya dan tidak langsung

  • Upload
    others

  • View
    5

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: admin.ebimta.com · Web viewLatar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu keharusan bagi manusia karena pada hakikatnya manusia lahir dalam keadaan tidak berdaya dan tidak langsung

PROPOSAL SKRIPSI

NILAI KARAKTER SOPAN SANTUN DALAM PEMBIASAAN BERBAHASA JAWA KRAMA ANAK USIA SEKOLAH DASAR DI

LINGKUNGAN KELUARGA

Oleh:SEPTIAJI EVI NATANTI

201633253

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASARFAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MURIA KUDUS

2021

i

Page 2: admin.ebimta.com · Web viewLatar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu keharusan bagi manusia karena pada hakikatnya manusia lahir dalam keadaan tidak berdaya dan tidak langsung

DAFTAR ISI

PROPOSAL SKRIPSI..............................................................................................i

DAFTAR ISI............................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1

1.1 Latar Belakang Masalah...............................................................................1

1.2 Rumusan Masalah........................................................................................5

1.3 Tujuan Penelitian.........................................................................................6

1.4 Manfaat Penelitian.......................................................................................6

1.4.1 Manfaat Teoritis..................................................................................6

1.4.2 Manfaat Praktis...................................................................................6

1.5 Definisi Operasional.....................................................................................7

1.5.1 Nilai Karakter.....................................................................................7

1.5.2 Karakter Sopan Santun.......................................................................8

1.5.3 Bahasa Jawa Krama............................................................................8

1.5.4 Lingkungan Keluarga.........................................................................8

BAB II KAJIAN PUSTAKA.................................................................................10

2.1 Kajian Pustaka............................................................................................10

2.1.1 Nilai Karakter...................................................................................10

2.1.1.1 Pengertian Nilai Karakter..........................................................10

2.1.1.2 Pengertian Pembentukan Nilai Karakter...................................11

2.1.1.3 Tujuan Pembentukan Nilai Karakter.........................................12

2.1.2 Karakter Sopan Santun.....................................................................13

2.1.2.1 Pengertian Sopan Santun...........................................................13

2.1.2.2 Macam-Macam Sopan Santun...................................................15

2.1.2.3 Indikator Sopan Santun.............................................................17

2.1.3 Bahasa Jawa Krama..........................................................................17

2.1.3.1 Pengertian Bahasa Jawa.............................................................18

ii

Page 3: admin.ebimta.com · Web viewLatar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu keharusan bagi manusia karena pada hakikatnya manusia lahir dalam keadaan tidak berdaya dan tidak langsung

2.1.3.2 Tingkat Tutur Bahasa Jawa.......................................................19

2.1.3.3 Ragam Bahasa Jawa Krama......................................................20

2.1.3.4 Indikator Pembiasaan Bahasa Jawa Krama...............................22

2.1.4 Pembentukan Karakter Sopan Santun Melalui Penerapan Bahasa Jawa Krama......................................................................................24

2.1.5 Lingkungan Keluarga.......................................................................26

2.2 Penelitian Relevan......................................................................................27

2.3 Kerangka Teori...........................................................................................30

2.4 Kerangka Berpikir......................................................................................31

BAB III METODE PENELITIAN........................................................................34

3.1 Setting Penelitian........................................................................................34

3.1.1 Tempat Penelitian.............................................................................34

3.1.2 Waktu Penelitian...............................................................................34

3.2 Rancangan Penelitian.................................................................................34

3.3 Data dan Sumber Data...............................................................................36

3.3.1 Data...................................................................................................36

3.3.2 Sumber Data.....................................................................................37

3.4 Pengumpulan Data.....................................................................................38

3.4.1 Observasi..........................................................................................38

3.4.2 Wawancara.......................................................................................38

3.4.3 Dokumentasi.....................................................................................39

3.5 Uji Keabsahan Data....................................................................................39

3.6 Teknik Analisis Data..................................................................................46

iii

Page 4: admin.ebimta.com · Web viewLatar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu keharusan bagi manusia karena pada hakikatnya manusia lahir dalam keadaan tidak berdaya dan tidak langsung

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan suatu keharusan bagi manusia karena pada

hakikatnya manusia lahir dalam keadaan tidak berdaya dan tidak langsung dapat

berdiri sendiri, tidak dapat memelihara dirinya sendiri. Kalimayatullah (2018)

pendidikan merupakan modal pokok kemampuan yang permulaannya

memungkinkan manusia mempertahankan dan mengembangkan hidupnya. Sesuai

dengan hakekatnya manusia pada saat lahir sepenuhnya memerlukan bantuan

orangtuanya, karena itu pendidikan merupakan bimbingan orang dewasa yang

diperlukan oleh seorang anak di dalam keluarga. Keluarga merupakan sebuah

lingkungan pendidikan yang pertama dan utama bagi anak, karena disitulah anak

mulai mengenal segala sesuatu hingga anak mengerti dari yang semula tidak

mengerti. Keluarga juga dapat diartikan sebagai kelompok sosial pertama dalam

kehidupan manusia dimana manusia itu belajar menyatakan diri sebagai manusia

sosial dalam interaksi dengan kelompoknya.

Manusia adalah makhluk sosial yang memerlukan interaksi dengan

manusia lain. Pada saat berhubungan dengan orang lain, komunikasi merupakan

hal yang paling penting agar hubungan dapat berjalan dengan baik. Sistem

komunikasi yang efektif dan mudah dipahami adalah melalui sarana bahasa yang

digunakan oleh masing-masing komunikan. Melalui tatanan penempatan dan

penggunaan bahasa, karakter manusia dapat tercermin dari pesan yang terkandung

pada saat proses penyampaiannya. Yulianti, dkk (2018: 161) komunikasi yang

baik akan selalu menempatkan etika pada setiap bahasa yang digunakannya. Paa

hal ini, salah satu bahasa yang dapat menjadikan manusia memiliki etika dan

karakter yang diinginkan oleh sebagaimana makhluk sosial lain adalah bahasa

Jawa. Penggunaan bahasa Jawa yang baik, yakni bahasa Jawa krama dapat

membuat proses interaksi sosial lebih baik dan harmonis.

Kaidah dalam penggunaan bahasa Jawa haruslah ditaati. Etika Jawa pada

intinya mengacu kepada kebudayaan Jawa yang mempunyai nilai dan didasarkan

1

Page 5: admin.ebimta.com · Web viewLatar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu keharusan bagi manusia karena pada hakikatnya manusia lahir dalam keadaan tidak berdaya dan tidak langsung

pada pantas dan tidak pantas apabila diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

Apabila seseorang berbahasa Jawa dengan orang lain dengan tidak sesuai tatanan

yang digunakan, maka pergaulan dengan orang lain menjadi terganggu, tidak

serasi, dan mengakibatkan tidak harmonis. Tingkatan bahasa Jawa digunakan

sebagai tata pergaulan yaitu unggah-ungguh. Setyanto, dkk (2015: 125)

menjelaskan cara menghormati orang lain dalam berkomunikasi dengan bahasa

Jawa dikatakan dengan istilah unggah-ungguh disebut juga sebagai andhap asor

yaitu sikap rendah hati atau merendahkan diri dengan sopan dan merupakan sikap

yang benar yang harus ditunjukkan kepada setiap orang yang sederajat atau lebih

tinggi.

Sikap sopan santun adalah peraturan hidup yang timbul dari hasil

pergaulan sekelompok manusia di dalam masyarakat dan dianggap sebagai

tuntunan pergaulan sehari-hari masyarakat itu. Yulaila (2018) menjelaskan sopan

santun merupakan istilah bahasa Jawa yang diartikan sebagai perilaku seseorang

yang menjunjung tinggi nilai-nilai menghormati, menghargai, dan berakhlak

mulia. Sopan santun bisa dianggap sebagai norma tidak tertulis yang mengatur

bagaimana seharusnya kita bersikap atau berperilaku. Perilaku sopan santun

merupakan unsur penting dalam kehidupan bersosialisasi sehari-hari setiap orang,

karena dengan menunjukkan sikap sopan santunlah seseorang bisa dihargai dan

disenangi dengan keberadaannya sebagai makhluk sosial.

Eksistensi sopan santun dalam pembiasaan berbahasa Jawa krama saat ini

dirasakan semakin memudar. Semakin hari semakin sedikit masyarakat Jawa yang

mau menggunakan bahasa Jawa krama dalam pergaulan hidup sehari-hari,

terutama di lingkungan keluarga. Setyanto, dkk (2015) menunjukkan bahwa ada

kecenderungan kuat bahwa masyarakat Jawa sudah mulai meninggalkan

penggunaan bahasa Jawa sebagai bahasa percakapan sehari-hari. Hal ini bisa

dilihat dari masih banyak anak usia sekolah dasar yang belum membiasakan

menggunakan bahasa Jawa krama dilingkungan keluarga di Desa Wonosoco

Kecamatan Undaan Kabupaten Kudus. (Hal ini dapat dilihat pada lampiran 4)

Pergeseran bahasa terjadi akibat perpindahan penduduk, ekonomi, atau

sekolah. Akan tetapi, terdapat pula masyarakat yang tetap mempertahankan

2

Page 6: admin.ebimta.com · Web viewLatar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu keharusan bagi manusia karena pada hakikatnya manusia lahir dalam keadaan tidak berdaya dan tidak langsung

bahasa pertamanya dalam berinteraksi dengan sesama mereka meskipun mereka

adalah masyarakat minoritas. Yulianti (2013: 55) menjelaskan bahwa penguasaan

bahasa Jawa krama di kalangan anak-anak di Jawa Tengah khususnya di daerah

Solo desa masih lebih baik jika dibandingkan dengan penguasaan bahasa Jawa

krama di daerah Solo kota. Hal ini menunjukkan bahwa anak desa di wilayah Solo

lebih tinggi pada penguasaan bahasa Jawa krama. Faktor yang paling dominan

dari hal tersebut adalah kurangnya pendidikan berbahasa Jawa krama dengan baik

dilingkungan keluarga. Orang tua tidak memperhatikan bahwa kurangnya

pendidikan dalam keluarga mengakibatkan anak-anak tidak dapat menggunakan

bahasa Jawa krama dengan benar.

Fenomena disintegritas budaya dan karakter sudah menjadi pemandangan

yang umum di kalangan masyarakat zaman sekarang terutama dialami oleh

generasi muda. Nida (2020) dalam penelitiannya bahwa nilai unggah-ungguh

dalam pembiasaan berbahasa Jawa krama di Desa Getasrabi Kudus saat ini sudah

mengalami pergeseran makna dan penerapan. Hal tersebut terjadi ketika tidak ada

kerjasama yang baik antara orang tua dengan anak melalui pengajaran yang

sesuai. Berdasarkan observasi di Desa Wonosoco Kecamatan Undaan Kabupaten

Kudus sendiri masih banyak anak usia sekolah dasar yang masih menggunakan

bahasa Jawa ngoko daripada bahasa Jawa krama, padahal sudah diterapkan aturan

di sekolah maupun dirumah untuk melatih menggunakan bahasa Jawa krama

dikehidupan sehari-hari, hal ini disebabkan oleh menyempitnya pemahaman

terhadap kata bahasa Jawa krama. Anak-anak khususnya anak usia sekolah dasar

masih sering menggunakan bahasa Jawa ngoko di kehidupan sehari-hari daripada

bahasa Jawa krama dikarenakan bahasa Jawa krama lebih sulit dipahami. (Hal ini

dapat dilihat pada lampiran 4)

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan peneliti pada tanggal 2

Febuari 2021 dengan salah satu orangtua anak di Desa Wonosoco Kecamatan

Undaan Kabupaten Kudus, masih banyak anak yang belum terbiasa dengan

bahasa jawa krama. Anak sering bersikap sopan santun kepada orang tua, dilihat

dari dia selalu berpamitan kepada orang tuanya jika mau pergi tau berangkat

sekolah, tetapi kadang juga masih menyela omongan orangtuanya saat dinasehati.

3

Page 7: admin.ebimta.com · Web viewLatar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu keharusan bagi manusia karena pada hakikatnya manusia lahir dalam keadaan tidak berdaya dan tidak langsung

Penggunaan bahasa Jawa krama orang tua jarang memantau bahasa anaknya,

karena beliau harus bekerja. Orang tua juga sering menegur anaknya bila anaknya

menggunakan bahasa yang tidak sopan. Faktor yang menghambat kebiasaan anak

yag suka nonton TV/HP. (Hal ini dapat dilihat pada lampiran 5a).

Berdasarkan hasil wawancara dengan anak-anak yang berusia 10 tahun di

Desa Wonosoco Kecamatan Undaan Kabupaten Kudus mengatakan bahwa anak

sering berperilaku sopan santun kepada orangtua, kesulitan yang dialami anak saat

berbahasa krama terkadang anak tidak tahu artinya jadi lebih sering bahasa Jawa

ngoko kepada orangtua. Berdasarkan wawancara lainnya, anak tidak pernah

menyela omongan orangtua dan selalu mendengarkan nasehat dari orangtua.

Kesulitan yang di alami anak sering terpengaruh lingkungan jadi dalam

menggunakan bahasa krama masih kecampur-campur dengan bahasa Indonesia.

Hal tersebut mengakibatkan masih banyak anak yang mulai meninggalkan sopan

santun dan pembiasaan berbahasa jawa krama dilingkungan keluarga. (Hal ini

dapat dilihat pada lampiran 5b).

Seiring dengan perkembangan dan arus globalisasi, peran keluarga sebagai

pendidik yang pertama bagi anak-anaknya nampak mulai terabaikan di tengah-

tengah masyarakat. Pendidikan sopan santun dan budi pekerti bagi anak bukanlah

suatu hal yang mudah dilakukan, tentunya diperlukan suatu cara untuk mendidik

anak yang tepat dan harus dilakukan oleh orang tua. Saat anak berusia dini sampai

remaja disaat mereka masih benar-benar mencontoh tingkah laku dari orang-orang

di sekitarnya terutama tingkah laku orangtuanya adalah waktu yang tepat untuk

mendidik sopan santun dan budi pekerti. Arfah, dkk (2016: 92) menjelaskan

bahwa masa anak-kanak merupakan masa emas bagi pendidikan moral karena

pengembangan manusia akan lebih mudah dilakukan pada usia dini yang hanya

terjadi sekali selama kehidupan seseorang.

Salah satu upaya untuk menanamkan sopan santun dalam pembiasaan

berbahasa jawa krama dengan membiasakan melatih menggunakan bahasa jawa

krama minimal satu minggu sekali dan mengingatkan tentang pengucapan kata-

kata bahasa Jawa krama yang benar dan yang salah, sehingga akhirnya menjadi

suatu kebiasaan dalam kehidupan sehari-hari. Diharapkan anak akan terbiasa

4

Page 8: admin.ebimta.com · Web viewLatar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu keharusan bagi manusia karena pada hakikatnya manusia lahir dalam keadaan tidak berdaya dan tidak langsung

melakukan sopan santun di dalam rumah maupun di luar rumah. Upaya lain yang

sudah dilakukan pemerinatah provinsi Jawa Tengah melalui Peraturan Gubernur

Jawa Tengah Nomor 57 tahun 2013 yang berisi tentang bahasa, sastra, dan aksara

Jawa. Melalui peraturan tersebut pemerintah berupaya untuk berupaya untuk

mempertahankan bahasa Jawa bagi anak sekolah dasar. Hal tersebut dapat dilihat

dari pasal 5 yang berisi tentang pembinaan bahasa, sastra, dan aksara Jawa

dilaksanakan di satuan pendidikan formal baik di SD/ MI/ SDLB/ paket A,

SMP/M.Ts/ SMPLB/ paket B, SMA/ MA/ SMALB, SMK/ MAK/ paket C dan

sederajat. Desa Wonosoco sendiri memiliki tradisi dan kesenian yang masih

berkembang dengan mengadakan wayang klithik atau wayang yang terbuat dari

kayu dan didalangi oleh warga asli desa Wonosoco sendiri.

Kondisi ini relevan dengan penelitian yang dilakukan oleh Yulaila (2018)

dengan judul “Peran Keluarga dalam Pembentukan Karakter Sopan Santun Anak

Sekolah Dasar”. Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa: 1) kesantunan

merupakan peraturan hidup seseorang atau kelompok orang yang menjunjung

tinggi nilai-nilai menghormati, meghargai, tidak sombong, dan berakhlak mulia;

2) orang tua mempunyai peran yang sangat penting dalam pembentukan karakter

santun pada siswa SD karena orang tua adalah orang terdekat anak dan sosok

yang selalu ditiru oleh anak; 3) Orang tua menanamkan karakter santun kepada

siswa melalui pengenalan dan pemberian contoh kepada anak, orang tua bersikap,

bertutur kata, dan berpakaian sebagaimana yang diajarkan kepada anak-anaknya;

4) Orang tua memelihara karakter santun melalui kegiatan pembiasaan atau

melalui rutinitas sejak dini, agar anak tumbuh menjadi manusia yang beradab dan

taat aturan, serta menghargai budaya yang dimilikinya.

Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti akan meneliti nilai karakter

sopan santun anak usia sekolah dasar dalam pembiasaan berbahasa jawa krama.

Maka peneliti akan melakukan penelitian kualitatif dengan judul “Nilai Karakter

Sopan Santun Dalam Pembiasaan Berbahasa Jawa Krama Anak Usia Sekolah

Dasar Di Lingkungan Keluarga”

5

Page 9: admin.ebimta.com · Web viewLatar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu keharusan bagi manusia karena pada hakikatnya manusia lahir dalam keadaan tidak berdaya dan tidak langsung

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, dapat ditarik rumusann

masalah sebagai berikut.

1. Bagaimana cara membiasakan nilai karakter sopan santun berbahasa jawa

krama anak usia sekolah dasar di lingkungan keluarga?

2. Apa saja faktor penghambat pembiasaan nilai karakter sopan santun berbahasa

jawa krama anak usia sekolah dasar di lingkungan keluarga.

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas, tujuan penelitian ini sebagai berikut.

1. Untuk mendeskripsikan cara pembiasaan nilai karakter sopan santun

berbahasa jawa krama anak usia sekolah dasar di lingkungan keluarga.

2. Untuk mendeskripsikan faktor penghambat pembiasan nilai karakter sopan

santun berbahasa jawa krama anak usia sekolah dasar di lingkungan keluarga.

1.4 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat secara teoritis

maupun praktis. Kedua manfaat tersebut dapat diuraikan sebagai berikut

1.4.1 Manfaat Teoritis

Penelitian ini secara teoritis diharapkan dapat menambah dan memperkaya

ilmu pengetahuan bidang pendidikan dan memberikan sumbangan teori tentang

pendidikan karakter pada pembiasaan berbahasa jawa krama anak usia sekolah

dasar di lingkungan keluarga sehingga mampu meningkatkan kualitas pendidikan.

1.4.2 Manfaat Praktis

1. Bagi Peneliti

Memberikan pengalaman dan wawasan yang banyak dengan melakukan

penelitian secara langsung tentang implementasi pembiasaan berbahasa jawa

krama dalam membentuk karakter sopan santun anak susia sekolah dasar di

lingkungan keluarga.

6

Page 10: admin.ebimta.com · Web viewLatar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu keharusan bagi manusia karena pada hakikatnya manusia lahir dalam keadaan tidak berdaya dan tidak langsung

2. Bagi Orang Tua

Dengan diadakan penelitian ini diharapkan orang tua siswa dapat

meningkatkan kemampuan membimbing anaknya dalam pembiasaan berbahasa

jawa krama serta dapat membentuk karakter sopan santun dengan tutur

bahasanya.

3. Bagi Anak

Menambah wawasan dan pengetahuan bagi siswa tentang nilai-nilai karakter

terutama karakter sopan santun yang ditanamkan pada pembiasaan berbahasa jawa

krama agar dapat diamalkan ketika berbicara dengan orang lain dan orang yang

lebih tua.

1.5 Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Permasalahan dalam penelitian ini adalah nilai karakter sopan santun dalan pembiasaan berbahasa Jawa krama untuk anak usia sekolah dasar.

2. Penelitian kualitatif ini ditujukan kepada anak usia sekolah dasar dengan usia 10 tahun.

3. Penelitian kualitatif ini dilaksanakan di Desa Wonosoco Kecamatan Undaan Kabupaten Kudus.

4. Penelitian kualitatif ini dilakukan untuk mendeskripsikan cara membiasakan dan faktor penghambat nilai karakter sopan santun berbahasa Jawa krama.

1.6 Definisi Operasional

Definisi operasional pada penelitian ini meliputi nilai karakter, karakter

sopan santun, bahasa jawa krama, dan lingkungan keluarga.

1.6.1 Nilai Karakter

Pendidikan karakter adalah usaha yang dilakukan untuk menanamkan

nilai-nilai karakter. Nilai-nilai karakter tersebut meliputi pengetahuan, kesadaran,

dan tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai tersebut sehingg menjadi manusia

yang berakhlak mulia. Sembilan karakter dasar yang menjadi tujuan pendidikan

karakter, yakni: 1) Cinta kasih kepada Allah dan semesta beserta isinya, 2)

7

Page 11: admin.ebimta.com · Web viewLatar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu keharusan bagi manusia karena pada hakikatnya manusia lahir dalam keadaan tidak berdaya dan tidak langsung

Tanggung jawab, disiplin, dan mandiri, 3) Jujur, 4) Hormat dan santun, 5) Kasih

sayang, peduli, dan kerjasama, 6) Percaya diri, kreatif, kerja keras, dan pantang

menyerah, 7) Keadilan dan kepemimpinan, 8) Baik dan rendah hati, 9) Toleransi,

cinta damai, dan persatuan.

1.6.2 Karakter Sopan Santun

Sopan santun merupakan salah satu karakter yang terkait dengan sesama

manusia. Karakter sopan santun terdapat kemampun seseorang dalam berkata

maupun berperilaku santun. Karakter sopan santun dibagi menjadi 2 (dua) aspek

yaitu: 1) sopan santun dalam berbahasa, menunjukkan kesantunannya secara lisan

dengan lawan bicaranya, 2) sopan santun dalam berperilaku. Beberapa indikator

karakter sopan santun menghormati orang yang lebih tua, menerima sesuatu selalu

dengan tangan kanan, tidak berkata kotor dan kasar, sombong, dan tidak meludah

disembarang tempat.

1.6.3 Bahasa Jawa Krama

Bahasa Jawa merupakan bahasa seharihari yang digunakan oleh

masyarakat Jawa, khususnya Jawa Tengah dan Jawa Timur. Masyarakat Jawa

menggunakan bahasa Jawa untuk berkomunikasi. Masyarakat Jawa dituntut untuk

menggunakan bahasa Jawa secara tepat, sesuai dengan kedudukan seseorang,

status sosial, martabat, dan umur. Tingkatan bahasa Jawa dalam masyarakat Jawa

digunakan sebagai unggah-ungguh, yang berarti sopan santun. Pada kehidupan

bermasyarakat, penggunakan bahasa Jawa krama dapat dijadikan sebagai sarana

untuk menjaga keharmonisan dalam interaksi social. Para orang tua berpendapat

bahwa penggunaan bahasa Jawa krama dapat membuat anaknya menjadi lebih

sopan, menghormati orang lain, khususnya pada orang yang lebih tua.

1.6.4 Lingkungan Keluarga

Keluarga sebagai kelompok sosial yang terkecil terdiri dari sejumlah

individu, memiliki hubungan darah antar individu, terdapat ikatan, kewajiban,

tanggung jawab di antara individu tersebut. Keluarga adalah unit terkecil dari

masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga dan beberapa orang yang terkumpul

8

Page 12: admin.ebimta.com · Web viewLatar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu keharusan bagi manusia karena pada hakikatnya manusia lahir dalam keadaan tidak berdaya dan tidak langsung

dan tinggal di suatu tempat di bawah suatu atap dalam keadaan saling

ketergantungan.

9

Page 13: admin.ebimta.com · Web viewLatar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu keharusan bagi manusia karena pada hakikatnya manusia lahir dalam keadaan tidak berdaya dan tidak langsung

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Kajian Pustaka

Kajian pustaka pada penelitian ini, peneliti akan membahas tentang Nilai

Karakter, Karakter Sopan Santun, Bahasa Jawa Krama, dan lingkungan keluarga

Berikut penjelasan dari masing-masing teori.

2.1.1 Nilai Karakter

Pembahasan pada nilai karakter ini akan mengkaji tetang pengertian Nilai

Karakter, Pengertian Pembentukan Nilai Karakter, Tujuan Pembentukan Nilai

Karakter. Adapun penjelasan masing-masing teori adalah sebagai berikut.

2.1.1.1 Pengertian Nilai Karakter

Nilai-nilai karakter adalah sikap atau perilaku yang didasarkan pada norma

dan nilai yang ada pada masyarakat. Samrin (2016: 141) menjelasakan karakter

merupakan nilai-nilai perilaku manusia yang universal mencakup hubungan

manusia dengan Tuhan, alam, dan sesamanya. Karakter menggambarkan tentang

pola tingkah laku seseorang yang terbentuk dari sebuah sistem keyakinan dan juga

kebiasaan. Nilai karakter merupakan suatu sifat atau sesuatu hal yang dianggap

penting dan berguna dalam lehidupan manusia. Nilai karakter juga dapat dijadikan

sebagai petunjuk atau pedoman dalam berperilaku.

Karakter adalah cara berpikir dan berperilaku yang menjadi ciri khas tiap

individu untuk hidup dan bekerja sama, baik dalam lingkup keluarga, masyarakat,

bangsa dan negara. Hidayah (2015: 194) menjelaskan karakter merupakan sifat

alami seseorang dalam merespon situasi secara bermoral yang diwujudkan dalam

tindakan nyata melalui perilaku baik, jujur, bertanggung jawab, hormat terhadap

orang lain, dan nilai-nilai karakter mulia lainnya. Karakter dapat dibentuk dan

dikembangkan melalui pendidikan nilai. Nilai-nilai karakter yang dianut oleh

seseorang tidak terlepas dari faktor budaya, pendidikan dan agama, keluarga

maupun masyarakat juga dapat mempengaruhinya.

10

Page 14: admin.ebimta.com · Web viewLatar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu keharusan bagi manusia karena pada hakikatnya manusia lahir dalam keadaan tidak berdaya dan tidak langsung

Pendidikan karakter mempunyai tujuan penanaman nilai dalam diri peserta

didik dan pembaharuan dalam tata kehidupan bersama yang lebih menghargai

kebebasan individu. Hasil pendidikan yang diharapkan, yaitu pada pecapaian

pembentukan karakter dan akhlak mulia peserta secara utuh dan terpadu. Muslich

(2011: 84) menyatakan bahwa karakter merupakan nilai-nilai perilaku manusia

yang berhubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia,

lingkungan, dan perbuatan berdasarkan norma-norma agama, hukum, tata krama,

budaya, dan adat istiadat.

Berdasarkan pendapat beberapa ahli diatas peneliti menyimpulkan bahwa

nilai-nilai karakter yang didapat adalah hasil dari refleksi terhadap perjalanan

bangsa Indonesia dari waktu ke waktu. Untuk keberhasilan mengembangkan nilai-

nilai karakter pada peserta didik, keluarga, sekolah, maupun masyarakat perlu

mengembangkan dan membudayakannya dengan melibatkan komponen yang ada,

termasuk mengintegrasikan dalam setiap pelajaran.

2.1.1.2 Pengertian Pembentukan Nilai Karakter

Pembentukan berasal dari kata dasar “bentuk”, pembentukan berarti proses

atau cara. Pembentukan adalah proses melakukan perubahan bentuk pada sesuatu

yang difokuskan. Mustakim (2011: 29) menjelaskan bahwa karakter yaitu suatu

sifat khas dan hakiki pada diri seseorang yang membedakan dengan orang lain.

maka pembentukan karakter adalah proses perubahan bentuk kepribadian atau ciri

khas yang ada pada dalam diri seseorang.

Unsur terpenting dalam pembentukan karakter adalah pikiran. Narwanti

(2011: 1) pembentukan adalah usaha yang telah terwujud sebagai hasil suatu

tindakan. Karakter berasal dari bahasa Yunani yaitu “kharrasein” yang memahat

atau mengukir, sedangkan dalam bahasa Latin karakter bermakna membedakan

tanda, sifat kejiwaan, tabiat, dan watak. Pembentukan karakter sangat penting bagi

anak. Pembentukan karakter anak menurut Undang-Undang Perlindungan Anak,

No. 23 Th. 2002 merupakan salah satu wujud kepedulian terhadap kesejahteraan

anak di masa depan. Semua komponen bangsa mulai dari orang tua, keluarga,

11

Page 15: admin.ebimta.com · Web viewLatar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu keharusan bagi manusia karena pada hakikatnya manusia lahir dalam keadaan tidak berdaya dan tidak langsung

masyarakat, pemerintah, dan negara memiliki kewajiban dan tanggung jawab

terhadap perlindungan dan kesejahteraan anak.

Konsep pendidikan dalam rangka membentuk karakter peserta didik

sangat menekankan pentingnya kesatuan antara keyakinan, perkataan, dan

tindakan. Dengan demikian, pendidikan nilai karakter senantiasa mengarahkan

diri pada pembentukan individu bermoral , cakap dalam mengambil keputusan,

sekaligus mampu berperan aktif dalam membangun kehidupan bersama dalam

tantangan global. Pada hakikatnya sangat dekat dengan perannya untuk

membentuk manusia yang berkarakter baik

Berdasarkan beberapa pendapat para ahli diatas peneliti menyimpulkan

pembentukan nilai karakter merupakan suatu kebutuhan yang sangat utama bagi

manusia. Setiap manusia telah memiliki karakter tertentu dalam dirinya, hanya

saja karakter tersebut belum atau perlu disempurnakan. Untuk menyempurnakan

karakter yang ada pada diri setiap individu dapat dilakukan melalui proses

pendidikan karena pendidikan merupakan alat yang paling efektif untuk

menyadarkan individu dalam jati dirinya yang sering disebut dengan pendidikan

karakter yang dimana terjadi penyaluran nilai-nilai positif yang antinya dapat

berpengaruh pada karakter siswa.

2.1.1.3 Tujuan Pembentukan Nilai Karakter

Tujuan merupakan sesuatu yang hendak dicapai dengan suatu kegiatan

atau usaha. Suatu usaha akan berkahir apabila tujuan yang diharapkan telah

dicapai. Tujuan pembentukan nilai karakter menghendaki adanya perubahan

tingkah laku, sikap, dan kepribadian pada siswa tersebut. Putry (2018: 46)

menjelaskan tujuan pendidikan karakter dapat dirumuskan untuk merubah

manusia menjadi lebih baik, dalam pengetahuan, sikap, dan keterampilan.

Koesoma (2010: 135) menjelaskan bahwa dalam konteks yang lebih luas, tujuan

pendidikan karakter dapat menjadi tujuan jangka pendek dan jangka panjang.

Tujuan jangka pendek dari pendidikan karakter adalah penanaman nilai

dalam diri siswa dan tata kehidupan bersama yang lebih menghargai kebebasan

individu. Tujuan jangka panjangnya adalah mendasarkan diri pada tanggapan aktif

12

Page 16: admin.ebimta.com · Web viewLatar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu keharusan bagi manusia karena pada hakikatnya manusia lahir dalam keadaan tidak berdaya dan tidak langsung

kontekstual individu, yang pada gilirannya semakin mempertajam visi hidup yang

akan diraih lewat proses pembentukan diri secara terus menerus.

Pendidikan karakter juga bertujuan untuk meningkatkan mutu proses dan

hasil pendidikan yng mengarah pada pembentukan karakter dan akhlak mulia

peserta didik secra utuh, terpadu, dan seimbang. Mulyasa (2011: 9) menjelaskan

bahwa melalui pendidikan karakter peserta didik diharapkan mampu secara

mandiri meningkatkan dan menggunakan pengetahuannya, mengkaji dan

menginternalisasikan serta mempersonalisasikan nilai-nilai karakter dan akhlak

mulia sehingga terwujud dalam perilaku sehari-hari.

Pendidikan karakter pada tingkat satuan pendidikan mengarah pada

pembentukan budaya sekolah atau madrasah yaitu nilai-nilai ang melandasi

perilaku, tradisi, kebiasaan sehari-hari, serta sibol-simbol yang diprakterkkan oleh

semua warga sekolah atau madrasah dan masyarakat sekitar. Putry (2018: 47)

menjelaskan tujuan mendidikan karakter adalah sebagai berikut:

1. Menguatkan dan mengembangkan nilai-nilai kehidupan yang dianggap penting dan perlu sehingga menjadi kepribadian/ kepemilikan peserta didik yang khas sebagaimana nilai-nilai yang dikembangkan.

2. Mengoreksi perilaku peserta didik yang tidak bersesuaian dengan nilai-nilai yang dikembangkan oleh sekolah.

3. Membangun koneksi yang harmoni dengan keluarga dan masyarakat dalam memerankan taggung jawab pendidikan karakter secara bersama.

Berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa tujuan

pembentukan nilai karakater adalah untuk menanamkan dan mengembangkan

potensi pada diri individu yang tidak hanya memiliki kepandaian berifikir tetapi

juga respon terhadap lingkungan sekitarnya.

2.1.2 Karakter Sopan Santun

Pembahasan pada karakter sopan santun ini akan mengkaji tetang

Pengertian Sopan Santun, Macam-macam sopan santun. Adapun penjelasan

masing-masing teori adalah sebagai berikut.

2.1.2.1 Pengertian Sopan Santun

Kata sopan dapat dimaknai dengan beberapa arti seperti hormat, beradab

tentang tingkah laku, tutur kata, pakaian, dan sebagianya. Yulianti, dkk (2018:

13

Page 17: admin.ebimta.com · Web viewLatar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu keharusan bagi manusia karena pada hakikatnya manusia lahir dalam keadaan tidak berdaya dan tidak langsung

162) menjelaskan bahwa sopan santun adalah suatu aturan atau tata cara yang

berkembang secara turun temurun dalam suatu budya dimasyarakat yang bisa

bermanfaat dalam pergaulan antar sesama manusia sehingga terjalin suatu

hubungan yang akrab, saling pengertian serta saling menghormati.

Perilaku sopan santun merupakan cerminan dari nilai-nilai karakter yang

harus ada pada diri manusia. Abdul, dkk (2012: 42) menjelaskan bahwa ada

sembilan karakter dasar yang menjadi tujuan pendidikan karakter, yakni:

1. Cinta kasih kepada Allah dan semesta beserta isinya.2. Tanggung jawab, disiplin, dan mandiri.3. Jujur4. Hormat dan santun.5. Kasih sayang, peduli, dan kerjasama.6. Percaya diri, kreatif, kerja keras, dan pantang menyerah.7. Keadilan dan kepemipinan.8. Baik dan rendah hati.9. Toleransi, cita damai, dan persatuan.

Sembilan karakter tersebut karakter sopan santun berada diurutan keempat.

Hal ini berarti perlunya menanamkan dan pembentukan perilaku sopan santun

tertutama pada anak-anak.

Sopan santun ialah tingkah laku yang amat populer dan nilai yang natural.

Djuwita (2017: 28) menjelaskan bahwa sopan santun yang dimaksud adalah suatu

sikap atau tingkah laku individu yang menghormati serta ramah terhadap orang

yang sedang berinteraksi dengannya. Sopan santun sebagai perilaku individu yang

menjunjung tinggi nilai-nilai menghormati, menghargai, tidak sombong, dan

berakhlak mulia.

Berdasarkan beberapa pendapat diatas, peneliti menyimpulkan bahwa sopan

santun adalah perilaku yang menghormati orang lain melalui komunikasi yang

menggunakan bahasa yang baik dan tidak meremehkan atau merendahkan orang

lain. Sopan santun merupakan peraturan hidup yang timbul dari hasil pergaulan

dalam kelompok sosial.

14

Page 18: admin.ebimta.com · Web viewLatar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu keharusan bagi manusia karena pada hakikatnya manusia lahir dalam keadaan tidak berdaya dan tidak langsung

2.1.2.2 Macam-Macam Sopan Santun

Perilaku sopan santun adalah salah satu karakter yang terkait dengan

sesama manusia. Di dalam karakter sopan santun terdapat kemampuan seseorang

dalam berkata maupun berperilaku santun. Muhaimin (2011: 95) menjelaskan

bahwa orang yang terbiasa bersikap santun adalah orang yang halus dan baik budi

bahasa maupun tingkah lakunya. Perilaku sopan santun dibagi menjadi dua aspek,

yaitu:

1. Sopan santun dalam berbahasa, menunjukkan kesantunannya secara lisan

dengan lawan bicaranya. Dalam melakukan interaksi sosial, seseorang harus

menjaga sopan santun berbicaranya agar terjalin komunikasi dan interaksi

yang baik. Ukuran kesantunan dalam berbahasa dipengaruhi oleh beberapa

faktor, yaitu: 1) Intonasi, intonasi yaitu tinggi rendahnya nada pada suatu

kalimat pada kata-kata tertentu dalam sebuah kalimat. 2) Pemilihan kata

(diksi), dalam berbicara haruslah memperhatikan pemilihan kata yang

bertujuan untuk menghormati lawan bicara. 3) Struktur kalimat, dalam

berbicara harus memperhatikan struktur kalimat. Penyususnn kalimat akan

mempengaruhi penyampaiannya.

2. Sopan santun dalam berperilaku, perilaku sopan santun diimplementasikan

kepada suatu tingkah laku yang positif, melipui cara berbicara, cara

memperlakukan orang lain, cara mengekspresikan diri dimanapun dan

kapanpun. Faktor penentu kesantunan dalam perilaku atau bahasa non-verbal

dapat dilihat dari beberapa hal, yaitu:

a. Gerak-gerik tubuhnya

Bahasa non-verbal yang santun dapat ditunjukkan dengan gerakan tubuh

mengikuti kesantunan bahasa yang digunakannya seperti menunjuk dengan

menggunakan ibu jari lebih sopan daripada menggunakan telunjuk,

menmbungkukkan badan ketika lewat didepan orangtua menunjukkan

kesopanan, bersalaman atau mencium tangan, sikap duduk dan lain

sebagainya.

b. Ekspresi wajah

15

Page 19: admin.ebimta.com · Web viewLatar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu keharusan bagi manusia karena pada hakikatnya manusia lahir dalam keadaan tidak berdaya dan tidak langsung

Ekspresi wajah juga termasuk dalam komunikasi non-verbal yang mengikuti

kesantunan berbahasa, seperti ekspresi wajah tersenyum. Pembelajaran sopan

santun yang dapat dilakukan anak saat di sekolah, di rumah, maupun di

masyarakat antara lain:

1. Memberi salam atau menyapa guru, orang yang lebih tua, tetangga dan

lainnya.

2. Mencium tangan atau berpamitan kepada orangtua saat akan keluar rumah.

3. Tidak memotong pembicaraan orangtua

4. Berbicara dengan ramah dan santun kepada orang yang lebih tua.

Pranowo (2012: 76) menyatakan bahwa bahasa menentukan perilaku

manusia. Orang ketika berbicara dengan baik dan santun menandakan bahwa

kepribadian atau perilaku orang tersebut memang baik dan santun. Kesantunan

dalam berbahasa dapat menunjukkan sikap santun dalam perilaku pemakainya.

Semakin santun bahsa seseorang maka akan semakin halus watak dan kepribadian

orang tersebut.

Yulianti, dkk (2018: 162) menjelaskan bahwa terdapat dua jenis sopan

santun, yaitu sopan santun dalam berbahasa dan sopan santun dalam berperilaku.

Santun bahasa menunjukkan bagaimana seseorang melakukan interaksi sosial

dalam kehidupannya secara lisan. Setiap orang harus menjaga santun bahasa agar

komunikasi dan interaksi dapat berjalan baik. Bahasa yang pergunakan dalam

sebuah komunikasi sangat menentukan keberhasilan pembicaraan, sedangkan

santun dalam berperilaku dapat diimplementasikan dengan cara berbicara dan cara

memperlakukan orang lain.

Berdasarkan beberapa pendapat para ahli di atas, peneliti menyimpulkan

bahwa macam-macam sopan santun dibagi menjadi dua yaitu sopan santun dalam

berbahasa dan sopan santun dalam perilaku. Sopan santun dalam berbahasa

dengan cara menunjukkan kesantunannya secara lisan dengan lawan bicaranya.

Santun dalam berperilaku dapat diimplementasikan kepada suatu tingkah laku

yang positif dengan cara memperlakukan orang lain dengan baik.

2.1.2.3 Indikator Sopan Santun

16

Page 20: admin.ebimta.com · Web viewLatar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu keharusan bagi manusia karena pada hakikatnya manusia lahir dalam keadaan tidak berdaya dan tidak langsung

Sopan santun adalah sikap dan perilaku yang tertib sesuai dengan adat

istiadat atau norma-norma yang berlaku di dalam masyarakat. Zuriah (2007: 84)

menjelaskan norma sopan santun adalah peraturan hidup yang timbul dari hasil

pergaulan kelompok. Norma kesopanan bersifat relatif artinya apa yang dianggap

sebagai norma kesopanan berbeda-beda di berbagai tempat, lingkungan, atau

waktu. Contoh norma kesopanan adalah 1) menghormati orang yang lebih tua, 2)

menerima sesuatu selalu dengan tangan kanan, 3) tidak berkata kotor, kasar, dan

sombong, dan 4) tidak meludah disembarang tempat. Pembentukan karakter tidak

bisa terbentuk dalam waktu yang singkat. Mulyasa (2011: 147) berpendapat

bahwa perilaku karakter sopan santun yaitu menerima nasihat guru, menghindari

permusuhan dengan teman, menjaga perasaan orang lain, menjaga ketertiban, dan

berbicara dengan tenang.

Kurniasih (2014: 72) menjelaskan bahwa ada beberapa contoh indikator

sopan santun adalah sebagai berikut.

1. Menghormati orang yang lebih tua2. Tidak berkata-kata kasar, kotor, dan takabur3. Tidak meludah sembarangan ditempat4. Tidak menyela pembicaraan pada waktu yang tidak tepat5. Mengucapkan terimakasih setelah menerima bantuan orang lain6. Bersikap 3S (salam, senyum, sapa)7. Meminta izin ketika memasuki ruangan orang lain atau menggunakan barang

orang lain8. Memperlakukan orang lain sebagaimana diri sendiri ingin diperlakukan.

Berdasarkan beberapa pendapat diatas, peneliti menyimpulkan bahwa

indikator sopan santun adalah 1) Menghormati orang yang lebih tua, 2) Menerima

sesuatu selalu dengan tangan kanan, 3) Tidak berkata kotor, kasar, dan sombong,

4) Tidak meludah disembarang tempat, 5) Mengucapkan terimakasih setelah

menerima bantuan orang lain, dan 6) Meminta izin ketika memasuki rungan orang

lain.

2.1.3 Bahasa Jawa Krama

Pembahasan pada bahasa jawa krama ini akan mengkaji tetang pengertian

Bahasa Jawa, Tingkat Tutur Bahasa Jawa, Ragam Bahasa Jawa Krama. Adapun

penjelasan masing-masing teori adalah sebagai berikut.

17

Page 21: admin.ebimta.com · Web viewLatar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu keharusan bagi manusia karena pada hakikatnya manusia lahir dalam keadaan tidak berdaya dan tidak langsung

2.1.3.1 Pengertian Bahasa Jawa

Bahasa jawa merupakan salah satu bahasa daerah di Indonesia yang

apabila dilihat dari jumlah pemakainya lebih banyak dibanding dengan bahasa

daerah lain. Yulianti, dkk (2018:163) Menjelaskan bahwa bahasa Jawa merupakan

salah satu bahasa daerah yang digunakan sebagai sarana komunikasi dalam

kehidupan masyarakat Jawa terutama di daerah Jawa Tengah, Daerah Istimewa

Yogjakarta, dan Jawa Timur. Bahasa Jawa merupakan bagian integral dari

kebudayaan Indonesia. Bahasa Jawa berkembang sebagai identitas diri dengan

cara mempertahankan nilai-nilai luhur yang ada didalamnya. Sejalan dengan itu

bahasa Jawa tidak bisa lepas dari kebudayaan Jawa. Bahasa Jawa bukan sekedar

artefak budaya Jawa, akan tetapi merupakan bahasa kebudayaaan Jawa.

Bahasa Jawa merupakan bagian dari kebudayaan Jawa yang dapat dijadikn

sarana untuk meningkatkan keterampilan dan pengetauan dalam rangka

pelestarian budaya Jawa. Poedjasoedarma (2008: 2) menjelaskan bahwa ada

beberapa faktor yang menyebabkan masih tetap terpeliharanya bahasa Jawa.

Faktor-faktor tersebut adalah sebagai berikut.

1. Tradisi kesusastraan Jawa yang sudah berakar.2. Pecinta bahsa Jawa yang masih cukup banyak dan masih mengusahakan

agar bahasa jawa tetap terpelihara.3. Bahasa Jawa sebagai bahasa ibu yang berjumlah sangat besar.

Bahasa Jawa juga memiliki tingkat tutur (unggah-ungguh). Tingkat tutur

ialah variasi-variasi bahasa yang perbedaan antara satu dengan lainnya yang

ditentukan oleh perbedaan sikap santun yang ada pada diri pembicara terhadap

lawan bicara. Orang akan mendapat gambaran bagaimana suatu bahasa dapat

mencerminkan nilai-nilai kebudayaan tertentu masyarakat pemakainya dan

perhatian yang sangat besar masyarakat Jawa terhadap sopan santun. Bahasa Jawa

merupakan bagian integral dari kebudayaan Indonesia. Mulyana (2008: 234)

menjelaskan bahwa bahasa Jawa merupakan salh satu daerah yang digunakan

sebagai sarana komunikasi dalam kehidupan sehari-hari antara seseorang sengan

orang lain oleh masyarakat Jawa.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan, bahwa bahasa

Jawa merupakan bagian dari kebudayaan Jawa yang dapat dijadikan sebagai

18

Page 22: admin.ebimta.com · Web viewLatar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu keharusan bagi manusia karena pada hakikatnya manusia lahir dalam keadaan tidak berdaya dan tidak langsung

sarana untuk meningkatkan keterampilan dan pengetahuan dalam rangka

pelestarian budaya Jawa.

2.1.3.2 Tingkat Tutur Bahasa Jawa

Tingkat tutur bahasa Jawa merupakan tingkat yang memancarkan arti

penuh sopan santun. Tingkat ini menandakan adanya perasaan segan (pakewuh)

oleh pembicara terhadap lawan bicara, karena lawan bicara adalah orang yang

belum dikenal, atau berpangkat, berwibawa, atau bisa jadi lebih tua dari

pembicara. Murid memakai krama kepada gurunya, anak memakai krama kepada

orang tuanya, pegawai memakai krama kepada atasannya.

Tingkat tutur krama ini terdiri atas beberapa tingkatan pula. Tingkatan ini

berupa suatu kontinum, yang artinya ada krama yang rendah dan ada pula krama

yang tinggi. Krama yang tinggi atau yang halus mengandung banyak krama

inggil dan krama andap, sedangkan krama yang rendah tidak mengandung

krama inggil dan krama andap. Sasongko (2011: 128) menjelaskan ada 4 (empat)

tingkatan dalam bahasa krama yaitu.

1. Ngoko LuguNgoko Lugu merupakan bentuk unggah-ungguh bahasa jawa yang semua bentuk kosa katanya ngoko atau netral tanpa terselip krama, krama inggil, atau krama andhap. Afiks yang digunakan dalam ragam ini adalah afiks di-, -e, dan –ake bukan afiks dipun-, -ipun, dan –aken.

2. Ngoko Alus Ngoko alus yaitu bentuk unggah-ungguh yang terdapat bukan hanya terdiri dari leksikon ngoko dan netral saja, tetappi juga terdiri dari leksikon krama inggil, krama andhap, dan krama. Afiks yang dipakai dalam ngoko alus ini yaitu di-, -e, dan –ne.

3. Krama LuguKrama lugu adalah suatu bentuk ragam krama yang tingkat kehalusannya rendah dibandingkan bentuk ngoko alus, ragam krama lugu masih tetap menunjukkan kadar kehalusannya. Masyarakat yang masih belum mengetahui akan hal ini masih menyebut dengan sebutan krama madya. Ragam krama lugu sering muncul afiks ngoko di-, -e, dan –ake daripada afiks dipun-, -ipun, dan –aken.

4. Krama AlusKrama alus adalah bentuk unggah-ungguh bahasa Jawa yang terdiri dri semua kosakatanya bentuk leksikon krama dan dapat ditambah dengan leksikon krama inggil atau krama andhap. Inti dari leksikon dalam ragam ini hanyalah leksikon yang berbentuk krama. Tingkatan ini leksikon madya dan leksikon ngoko tidak pernah muncul. Penggunaan dari leksikon krama inggil dan

19

Page 23: admin.ebimta.com · Web viewLatar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu keharusan bagi manusia karena pada hakikatnya manusia lahir dalam keadaan tidak berdaya dan tidak langsung

andhap yaitu untuk penghormatan terhadap lawan bicara. Afiks dari tingkat tutur ini dipun-, -ipun, dan –aken cenderung lebih sering muncul daripada afiks di-, -e, dan –ake.

Berdasarkan uraian di atas, kita tahu bahwa bahasa krama memang

memancarakan arti dari kesopanan atau sopan santun yang tinggi. Krama itu

sendiri menimbulkan rasa berjarak antara pembicara dengan lawan bicara.

Artinya, pembicara harus menghormati lawan bicara ia tidak boleh berbuat

seenaknya sendiri terhadap lawan bicara. Poedjasoedarma (2008: 10) menjelaskan

ada tiga tigkatan dalam bahasa Jawa, yaitu 1) Muda Krama, kramanya orang

muda terhadap orang tua, 2) Kramantara, kramanya orang-orang yang dianggap

sederajat, 3) Wreda Krama, kramanya orang tua terhadap orang muda.Tingkat

tutur bahasa Jawa menurut Indrayanto (2015) terbagi menjadi dua yakni tingkat

ngoko dan tingkat krama, apabila terdapat bentuk lain maka itu hanya variasi dari

ragam ngoko maupun ragam krama.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas, peneliti menyimpulkan bahwa

tingkat tutur bahasa Jawa ada 4 macam yaitu 1) ngoko lugu, bentuk unggah-

ungguh bahasa jawa yang semua bentuk kosa katanya ngoko atau netral tanpa

terselip krama, krama inggil, atau krama andhap. 2) ngoko alus, bentuk unggah-

ungguh yang terdapat bukan hanya terdiri dari leksikon ngoko dan netral saja,

tetappi juga terdiri dari leksikon krama inggil, krama andhap, dan krama. 3)

krama lugu, bentuk ragam krama yang tingkat kehalusannya rendah dibandingkan

bentuk ngoko alus, ragam krama lugu masih tetap menunjukkan kadar

kehalusannya. dan 4) krama alus, bentuk unggah-ungguh bahasa Jawa yang

terdiri dri semua kosakatanya bentuk leksikon krama dan dapat ditambah dengan

leksikon krama inggil atau krama andhap.

2.1.3.3 Ragam Bahasa Jawa Krama

Kosakata terpenting sesudah ngoko ialah krama dan jumlahnya sedikit

lebih banyak,tergantung cara menghitungnya. Menurut bentuk fonetiknya kata-kat

krama dapat digolongkan ke dalam dua kelompok. Pertama adalah kata krama

yang bentuknya sama sekali lain dengan padanan ngokonya. Kata-kata itu

misalnya.

20

Page 24: admin.ebimta.com · Web viewLatar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu keharusan bagi manusia karena pada hakikatnya manusia lahir dalam keadaan tidak berdaya dan tidak langsung

Tabel 2.1 Contoh Bahasa Jawa Krama dan Bahasa Jawa Ngoko

Kedua ialah kata-kata krama yang bentuknya agak menyerupai bentuk

ngokonya. Sering kali dapat ditemukan cara membentuk krama itu asal kita

bertolak dari padanan ngokonya. ini biasanya menyebabkan kita berkesimpulan

bahwa ngoko adalah dasar dari sistem tingkat tutur ini. Poedjasoedarma (2008:

25) menjelaskan bahwa kata-kata krama ada dua macam, standar dan substandar.

Keluarga priyayi dan orang-orang terdidik diharapkan memakai bentuk kata-kata

krama yang standar, tetapi orang-orang biasanya memakai bentuk kata-kata

krama yang dianggap kurang standar. Semakin banyak kata substandar yang

dipakai seseorang, makin “desa” lah orang itu. Kata-kata krama substandar ini

disebut dengan krama desa.

Ragam krama merupakan bentuk yang digunakan sebagai bentuk hormat

dalam berkomunikasi menggunakan bahasa Jawa. Sasongko (2011: 128)

Menjelaskan bahwa ragam krama dibagi menjadi 2 (dua) yaitu 1) Krama lugu

adalah suatu bentuk ragam krama yang tingkat kehalusannya rendah

dibandingkan bentuk ngoko alus, ragam krama lugu masih tetap menunjukkan

kadar kehalusannya. Masyarakat yang masih belum mengetahui akan hal ini

masih menyebut dengan sebutan krama madya. Ragam krama lugu sering muncul

afiks ngoko di-, -e, dan –ake daripada afiks dipun-, -ipun, dan –aken. 2) Krama

alus adalah bentuk unggah-ungguh bahasa Jawa yang terdiri dri semua

kosakatanya bentuk leksikon krama dan dapat ditambah dengan leksikon krama

inggil atau krama andhap. Inti dari leksikon dalam ragam ini hanyalah leksikon

21

Ngoko

AkuTeko

Omah

Krama

KulaRawuhGriya

Page 25: admin.ebimta.com · Web viewLatar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu keharusan bagi manusia karena pada hakikatnya manusia lahir dalam keadaan tidak berdaya dan tidak langsung

yang berbentuk krama. Tingkatan ini leksikon madya dan leksikon ngoko tidak

pernah muncul. Penggunaan dari leksikon krama inggil dan andhap yaitu untuk

penghormatan terhadap lawan bicara. Afiks dari tingkat tutur ini dipun-, -ipun,

dan –aken cenderung lebih sering muncul daripada afiks di-, -e, dan –ake.

Soepomo (2010: 14) menjelaskan bahwa ada 3 (tiga) tingkat tutur krama

yaitu. 1) Mudha Krama, tingkat yang paling sopan dan hormat. 2) kramantara,

tingkat yang mengandung kata-kata krama. 3) wredha krama, tingkat yang tidak

mengandung krama inggil atau krama andhap. Berdasarkan beberapa pendapat

diatas dapat disimpulkan bahwa ragam bahasa jawa krama dibagi menjadi 2 yaitu

krama lugu dankrama alus.

2.1.3.4 Indikator Pembiasaan Bahasa Jawa Krama

Indikator pembiasaan baahasa Jawa krama dibagi menjadi 2 (dua) yaitu

Indikator atau kriteria ragam krama lugu dan indikator ragam krama alus.

1. Indikator atau Kriteria Ragam Krama Lugu

Sasangka (2007: 113) istilah lugu pada krama lugu tidak didefinisikan

seperti lugu pada ngoko lugu. Makna lugu pada krama lugu mengisyaratkan

makna bahwa bentuk leksikon yang terdapat di dalm unggah-ungguh tersebut

semuanya berupa ngoko. Lugu dalam krama lugu tidak diartikan sebagai suatu

ragam yang semua kosakatanya terdiri atas leksikon krama, tetapi digunakan

untuk menandai suatu ragam yang kosa katanya terdiri atas leksikon krama,

madya, dan ngoko serta dapat ditambah leksikon krama inggil atau krama

andhap.

Leksikon inti dalam ragam krama lugu adalah leksikon krama, madya, dan

netral, sedangkan leksikon krama inggil atau krama andhap yang ada di dalam

ragam ini hanya digunakan untuk megormati lawan bicara. Ragam krama lugu

dapat didefinisikan sebagai bentuk ragam krama yang kadar kehalusannya rendah.

Dibandingkan dengan ngoko alus, ragam krama lugu tetap meunjukkan kadar

kehalusannya. Ragam krama lugu sering muncul afiks ngoko di-, -e, dan –ake

daripada afiks dipun-, -ipun, dan –aken. Beberapa contoh krama lugu sebagai

berikut.

a. Sing dipilih Sigit niku jurusan PGSD utawi Pendidikan.

22

Page 26: admin.ebimta.com · Web viewLatar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu keharusan bagi manusia karena pada hakikatnya manusia lahir dalam keadaan tidak berdaya dan tidak langsung

(Yang dipilih Sigit itu jurusan PGSD atau Pendidikan)

b. Sakniki nek boten main plesetan, tiyang sami males nonton kethoprak.

(Sekarang jika tanpa plesetan, orang males nonton kethoprak)

c. Bank mriki boten sagrd ngijoli dhuwit dholar.

(Bank di sini tidak bisa meukar uang dolar).

Butir “utawi” (atau), “boten” (tidak), “tiyang” (orang), “sami”

(pada/sama), “mriki” (di sini), dan “saged” (dapat/ bisa). Kata- kata di atas

merupakan leksikon krama. Leksikon lain seperti PGSD, Pendidikan, main

plesetan, kethoprak, bank, dan dholar semuanya merupakan leksikon netral karena

bentuk-bentuk itu tidak mempunyai padanan bentuk krama, krama inggil, atau

madya.

2. Indikator atau Kriteria Ragam Krama Alus

Priyatiningsih (2019: 57) menjelaskan bahwa krama alus adalah bentuk

unggah-ungguh bahasa Jawa yang semua kosa katanya terdiri atas leksikon

krama dan dapat ditambah dengan leksikon krama inggil atau krama andhap.

Meskipun begitu, yang menjadi leksikon inti dalam ragam ini hanyalah leksikon

yang berbentuk krama. Leksikon madya dan leksikon ngoko tidak pernah muncul

di dalam tingkat tutur ini. Leksikon krama inggil atau krama andhap secara

konsisten selalu digunakan untuk penghormatan terhadap mitra wicara.

Secara sistematis ragam krama alus dapat di definisikan sebagai suatu

betuk ragam krama yang kadar kehalusannya tinggi. Afiks dari tingkat tutur ini

dipun-, -ipun, dan –aken cenderung lebih sering muncul daripada afiks di-, -e, dan

–ake. Beberapa contoh krama alusi sebgi berikut.

a. Aksara Jawi punika menawi kapangku dados pejah

(Aksara Jawa kalau di pangku malah mati).

b. Ingkang sinuhun tansah angengetaken bilih luhur nisthaning asma gumanting

wijining pangandikan

(Sang raja selalu megingatkan bahwa baik buruknya nama seseorang bergantung

pada apa yang diucapkan).

c. Para miyarsa, wonten ing giyaran punika kula badhe ngaturaken rembag bab

kasusastran Jawi

23

Page 27: admin.ebimta.com · Web viewLatar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu keharusan bagi manusia karena pada hakikatnya manusia lahir dalam keadaan tidak berdaya dan tidak langsung

(Para pendengar, dalam kesempatan ini saya akan berbicara tentang kesastraan

Jawa).

Butir “Jawi” (Jawa), “Punika” (itu/ini), “mwnawi” (jika), “dados”

(Jadi), “Pejah” (Mati), “ingkang” (yang), “angengetaken (mengingatkan),

“wonten” (ada), “giyaran” (siaran), “kula (saya), “badhe” (akan), dan

“rembag” (Pembicaraan)merupakan leksikon krama. Butir “asma” (nama), dan

“pangandikan” (perkataan) merupakan leksikon krama inggil. Dalam tingkat

tutur ini afiks dipun-, -ipun dan –aken cenderung lebih sering muncul dari pada

afiks di-,-e dan –ak.

Berdasarkan uraian diatas indikator berbahasa Jawa Krama lugu yaitu 1)

menggunakan afiks di-, -e, dan –ak, 2) digunakan untuk meghormati lawan bicara,

3) digunakan kepada orang yang berstatus sosial lebih tinggi. Bahasa Jawa krama

alus tidak jauh berbeda degan krama lugu. Krama alus kadar kehalusannya lebih

tinggi daripada krama lugu tetapi ditujukannya sama. Beberapa indikator

berbahasa Jawa Krama alus yaitu 1) meggunakan afiks dipun-, -ipun, dan –aken,

dan 2) ditujukan untuk menghormati orang lain yang lebih tua.

2.1.4 Pembentukan Karakter Sopan Santun Melalui Penerapan Bahasa Jawa KramaBahasa Jawa merupakan salah satu bahasa yang memiliki kearifan lokal.

Bahasa Jawa itu sendiri terdapat unggah-ungguh. Unggah-ungguh itu

sendiriberarti sopan santun. Hal tersebut tercermin dari adanya tata aturan dalam

penggunaan bahasa Jawa misalnya aturan menggunakan bahasa Jawa krama

kepada orang yang lebih tua. Aturan tersebut mengajarkan kita untuk

menghormati orang yang lebih tua. Budiyono (2017: 101) menjelaskan bahwa

untuk menanamkan karakter pada anak terdapat tiga tahap, pertama kognitif,

mengisis otak, mengajarinya dari tidak tahu menjadi tahu, dan pada tahap-tahap

berikutnya dapat membudayakan akal pikiran.

Siswa memperoleh pengetahuan terkait unggah-ungguh penggunaan

bahasa Jawa krama serta manfaatnya melalui kebiasaan menggunakan bahasa

Jawa di lingkungan keluarga yang diajarkan oleh orang tuanya maupun oleh guru

di sekolah. Melalui pembelajaran dirumah maupun di sekolah anak dapat

24

Page 28: admin.ebimta.com · Web viewLatar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu keharusan bagi manusia karena pada hakikatnya manusia lahir dalam keadaan tidak berdaya dan tidak langsung

mempelajari konsep dan praktik dari karakter sopan santun. Anak yang belum

mahir atau bahkan tidak mengetahui sama sekali penggunaan bahasa Jawa dapat

lebih mengenal dan dapat siswa masukkan ke dalam memori pikirannya yang

kemudian dapat di praktikkan di dalam lingkungan keluarga serta lingkungan

masyarakat sekitar.

Penanaman karakter pada tahap kedua adalah efektif. Berkenaan dengan

perasaan, emosional, pembentukan sikap di dalam diri pribadi seseorang dengan

terbentuknya sikap, simpati, mencintai, membenci dan lainnya. Sikap ini dapat

digolongkan sebagai kecerdasan emosiona setelah anak memperoleh pelajaran di

kelas, anak akan memberikan reaksi yang berupa perasaan yang dimilikinya.

Anak akan merasa lebih menyayangi bahasa Jawa krama karena mereka telah

mengenalnya dan mendalaminya. Pikiran yang positif tentang bahasa Jawa krama

akan membentuk sikap dalm diri anak untuk lebih mencintai dan nantinya akan

mendorong anak untuk lebih memperdalam penggunaan bahasa Jawa krama yang

sesuai dalam kehidupannya.

Tahap ketiga adalah psikomotorik yaitu berkenaan dengan aksi, perbuatan,

pelaku dan seterusnya. Perasaan yang positif diharapkan akan muncul dalam diri

anak untuk bertindak dengan di dukung oleh orang tua yang memberi nasehat

untuk selalu berbahasa Jawa krama, dan peraturan untuk berbahasa Jawa krama

seminggu sekali di sekolah. Perilaku sopan santun pada anak pun akan tercermin

seiring berjalannya waktu mereka menggunakan bahasa Jawa krama. Apabila

unggah-ungguh diperhatikan, kesungguhan untuk menggunakan ditingkatkan

maka siswa secara otomatis kerakter sopan santun akan dimiliki oleh anak.

Hubungan bahasa dengan perilaku dalam pembentukan sopan santun

Pranowo (2012: 2) menyatakan bahwa bahasa menentukan perilaku manusia.

Orang yang ketika berbicara secara baik dan santun enandakan bahwa kepribadian

atau perilaku orang tersebut memang baik dan santun. Kesantunan dalam

berbahasa dapat menunjukkan sikap santun dalam perilaku pemakainya. Semakin

santun bahasa seseorang maka akan semakin halus watak dan kepribadian orang

tersebut. Bahasa Jawa krama merupakan bahasa yang dikategorikan kedalam

bahasa yang santun, karena dalam bahasa Jawa krama terdapat nilai-nilai

25

Page 29: admin.ebimta.com · Web viewLatar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu keharusan bagi manusia karena pada hakikatnya manusia lahir dalam keadaan tidak berdaya dan tidak langsung

penghormatan kepada orang lain. Adisumarto (2001: 69) menyatakan bahwa -

unggah-ungguh bahasa Jawa adalah adat sopan santun, etika, tata susila, dan tata

krama berbahasa Jawa.

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa pembentukan

karakter sopan santu pada siswa dapat dilakukan menggunakan bahsa Jawa

krama. Pengajaran bahasa Jawa krama tersebut dapat diberikan melalui mata

pelajaran bahasa Jawa di sekolah maupun praktik secara langsung dirumah. Tidak

lupa dukungan dari orang tua sangat diperlukan dalam pembiasaan bahasa Jawa

krama tersebut. Anak diberikan pemahaman dan pengarahan untuk menyayani

dan meghormati sesama terutama orang yang lebih tua selanjutnya, anak

dibiasakan untuk menggunakan bahasa Jawa krama ketika berbicara dengan orang

yang lebih tua.

Pembiasaan penggunaan bahasa Jawa pada hari tertentu setiap minggunya

dan di lingkungan keluarga maupun di lingkungan masyarakat. Diharapkan para

siswa memiliki karakter yang tercermin dalam kaidah bahasa Jawa krama tersebut

dengan berkomunikasi menggunakan bahasa Jawa krama di sekolah, di

lingkungan keluarga, maupun di lingkungan masyarakat sekitar. Anak dapat

mengambil nilai-nilai unggah-ungguh yang terdapat di dalamnya sehingga

terbentuklah karakter sopan santun. Penggunaan bahasa Jawa krama akan leih

mudah dilakukan oleh Anak apabila lingkungan disekitar juga mendukungnya.

2.1.5 Lingkungan Keluarga

Lingkungan keluarga merupakan sekumpulan orang yang memiliki

hubungan darah, perkawinan atau adopsi. Keluarga merupakan kebutuhan

manusia yang universal dan menjadi pusat terpenting dari kegiatan dalam

kehidupan individu. Narwoko (2004: 13) mengatakan bahwa keluarga adalah

lembaga sosial dasar dari mana semua lembaga atau pranata sosial lainnya

berkembang di masyarakat mana pun di dunia. Keluarga merupakan kebutuhan

manusia yang universal dan menjadi pusat terpenting dari kegiatan dalam

kehidupan individu.

26

Page 30: admin.ebimta.com · Web viewLatar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu keharusan bagi manusia karena pada hakikatnya manusia lahir dalam keadaan tidak berdaya dan tidak langsung

Keluarga juga dapat dibedakan menjadi dua, yaitu keluarga inti (conjugal

family) dan keluarga kerabat (consanguine family). Conjugal Family atau keluarga

inti didasarkan atas ikatan perkawinan dan terdiri dari suami, istri, dan anak-anak

mereka yang belum kawin, sedangkan Consanguine family atau keluarga kerabat

tidak didasarkan pada pertalian suami istri, melainkan pada pertalian darah atau

ikatan keturunan dari sejumlah orang kerabat. Narwoko (2004: 14) menjelaskan

bahwa keluarga kerabat terdiri dari hubungan darah dari beberapa generasi yang

mungkin berdiam dalam satu rumah atau pada tempat lain yang berjauhan.

Kesatuan keluarga kerabat ini disebut juga sebagai keluarga luas.

Lingkungan keluarga merupakan lingkungan pendidikan yang pertama dan

utama bagi anak yang memberikan tuntunan dan contoh bagi anak. Gunarsa

(2009:5) menjelaskan bahwa lingkungan keluarga merupakan lingkungan pertama

yang mula-mula memberikan pengaruh yang baik bagi anak dari anggota

keluarganya anak memperoleh segala kemampuan dasar, baik intelektual maupun

sosial. Setiap sikap, pandangan, dan pendapat orang tua akan dijadikan contoh

oleh anak dalam berperilaku.

Berdasarkan beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa lingkungan

keluarga merupakan lingkungan pertama dan utama yang mempengaruhi

perkembangan dan tingkah laku anak, dilingkungan keluarga anak mendapatkan

perhatian, kasih sayang, dorongan, bimbingan, keteladanan, dan pemenuhan

kebutuhan ekonomi dari orang tua sehingga anak dapat mengembangkan segala

potensi yang dimilikinya demi perkembangannya di masa mendatang.

2.2 Penelitian Relevan

Hasil peneltiaan terdahulu yang mengkaji tentang nilai karakter sopan

santun dalam pembiasaan bahasa Jawa krama telah dilakukan oleh beberapa

peneliti. Penelitian yang relevan bertujuan untuk membandingkan antara peneliti

yang terdahulu dengan penelitian yang akan dilakukan serta dapat memberikan

penguatan. Berdasarkan hasil penelusuran yang peneliti lakukan, penelitian atau

kajian ilmiah yang mengangkat tema tentang nilai karakter sopan santun dengan

pembiasaan bahasa Jawa krama antara lain sebagai berikut.

27

Page 31: admin.ebimta.com · Web viewLatar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu keharusan bagi manusia karena pada hakikatnya manusia lahir dalam keadaan tidak berdaya dan tidak langsung

Penelitian yang dilakukan Fardani, dan Wiranti (2019) didalam penelitian

ini peneliti membahas tentang peran orang tua dalam pengembangan bahasa Jawa

pada anak usia dini yang meliputi parenting (mengasuh), communicating

(berkomunikasi), volunteering (sukarela), learning at home (belajar di rumah),

making decision (mengambil keputusan), dan collaborating with the community

(berkolaborasi dengan keluarga/ masyarakat). Peneliti juga membahas tentang

tugas orang tua dalam mengembangkan kemampuan bahasa Jawa krama anak usia

dini yakni dengan mengajarkan tiga kata sakti bahasa Jawa yang mampu

membangun karakter anak. Tiga kata sakti tersebut adalah nuwun, apura, dan

tulung. (Prosiding seminar Nasional “Penguatan Muatan Lokal Bahasa dan Sastra

Daerah Sebagai Fondasi Pendidikan Karakter Generasi Milenial”)

Penelitian yang dilakukan oleh Wijayanti (2018) tujuan penulisan artikel

ini adalah menyajikan kajian tentang pentingnya unggah-ungguh Bahasa Jawa

dalam penguatan karakter siswa. Metode yang digunakan oleh penulis dalam

menyusun artikel ini adalah dengan telaah pustaka. Selain itu, penulis juga

melakukan observasi terhadap kemampuan siswa dalam menggunakan unggah-

ungguh Bahasa Jawa utamanya pada siswa kelas IV, V, dan VI, serta berdiskusi

dengan guru kelas untuk menemukan solusi yang tepat dalam upaya menggiatkan

kembali penggunaan unggah-ungguh Bahasa Jawa. Hasil kajian dalam artikel ini

menemukan solusi bahwa penanaman unggah ungguh Bahasa Jawa dapat

dilakukan melalui keteladanan dan pembiasaan. Keteladanan dalam menggunakan

unggah-ungguh Bahasa Jawa dapat diterapkan dalam percakapan antarguru di

lingkungan sekolah dan antara guru dengan siswa. Pembiasaan penggunaan

unggah-ungguh Bahasa Jawa di sekolah dapat dilakukan pada saat pembelajaran

Bahasa Jawa, pada situasi informal di luar kelas, maupun di sela-sela kegiatan

pembelajaran. (Jurnal Kebudayaan, Volume 13, Nomor 1, 2018)

Penelitian yang dilakukan Yulianti, dkk (2018) penelitian ini

mengimplementasikan satu hari dalam satu minggu menggunakan bahasa Jawa

krama serta menggunakan media sederhana seperi poster dan bel bel pergantian

jam yang kontennya menggunakan bahasa Jawa krama. Penelitian ini bertujuan

untuk menggunakan bahasa Jawa krama yang dapat diharapkan menjadi salah

28

Page 32: admin.ebimta.com · Web viewLatar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu keharusan bagi manusia karena pada hakikatnya manusia lahir dalam keadaan tidak berdaya dan tidak langsung

satu cara yang efektif untuk membentuk karakter sopan santun di sekolah dasar.

Di era globalisasi eksistensi penggunaan bahasa Jawa krama saat ini dirasakan

semakin memudar, tidak hanya dalam pergaulan sehari-hari namun juga

merambah ke instansi pendidikan salah satunya di sekolah dasar. (Prosiding

Seminar Nasional “Penguatan Pendidikan Karaker Pada Siswa Dalam

Menghadapi Tantangan Global”)

Penelitian yang dilakukan Misbahuddin (2018) penelitian ini ditujukan

untuk mendeskripsikan dan meganalisi literatur-literatur tentang pendidikan

karakter dan pendidikan bahasa Jawa (Krama inggil). Penelitian ini mengambil

data dari sumber-sumber yang memuat topik pembahasan tersebut serta didasari

dengan pandangan Islam megenai topik tersebut. Hasil dari penelitian ini dapat

diketahui bahwa pendidikan karakter (akhlak dan kepribadian) sangat penting dan

sangat ditekankan dalam pendidikan Islam. Pembiasaan dan pembelajaran bahasa

Jawa khususnya krama inggil bagi anak mempunyai tiga fungsi atau keuntungan

sekaligus, yakni: 1) pelestarian nilai-nilai dan kearifan lokal, 2) pembentukan

karakter, dan 3) penanaman nilai-nilai agama dalam kehidupan sosial anak.

(Rahmatan Lil Alamin Journal of Peace Education and Islamic, Volume 1,

Nomor 1, 2018)

Tabel 2.2 Persamaan dan Perbedaan Penelitian Relevan dengan Penelitian yang dilakukan peneliti.

No. Nama Peneliti Judul Penelitian Perbedaan Persamaan1. Much. Arsyad

Fardani, dan Dwiana Asih Wiranti (2019)Indah

Peran Orangtua Dalam Pengembangan Bahasa Jawa Krama Anak Usia Dini.

Penelitian ini dibedakan dengan subjek anak usia dini.

Penelitian sama-sama tentang pengembangan bahasa Jawa krama.

2. Ari Wijaya (2018) Penguatan Karakter Siswa Melalui Penggunaan Unggah-Ungguh Bahasa Jawa

Penelitian dibedakan di penguatan karakter dan di lingkungan sekolah

Penelitian sama-sama tentang bahasa Jawa.

29

Page 33: admin.ebimta.com · Web viewLatar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu keharusan bagi manusia karena pada hakikatnya manusia lahir dalam keadaan tidak berdaya dan tidak langsung

3. Yulianti, Ani Isnani, Ayu Lailatuz Zakkiyyah, dan Jelita Hakim (2018).

Penerapan Bahasa Jawa Krama Untuk Membentuk Karakter Sopan Santun di Sekolah Dasar.

Penelitian yang dilakukan peneliti akan dilakukan di sekolah dasar.

Penelitian sama-sama tentang penerapan bahasa Jawa krama dan sopan santun

4. Muhammad Misbahuddin (2018).

Pembiasaan Berbahasa Krama Inggil Sejak Dini, Menguatkan Kembali Peran Kearifan Lokal Untuk Pembentukan Karakter Anak.

Penelitian dibedakan dengan peran kearifan lokal serta didasari dengan pandangan Islam.

Penelitian sama-sama tentang pembiasaan berbahasa krama.

Beberapa penelitian sejenis yang membahas mengenai perilaku sopan

santun dan pembiasaan bahasa Jawa krama yang telah dipaparkan di atas. Adapun

menjadi fokus penelitian dalam skripsi ini adalah pada bagaimana penerapannya

dan apa saja problematika pembiasaan berbahas Jawa krama. Dengan demikian,

seberapa besar pembiasaan berbahasa Jawa krama terhadap nilai karakter sopan

santun di lingkungan keluarga.

2.3 Kerangka Teori

Nilai karakter meggunakan teori dari Hidayah (2015) yang menjelaskan

karakter merupakan sifat alami seseorang dalam merespon situasi secara bermoral

yang diwujudkan dalam tindakan nyata melalui perilaku baik, jujur, bertanggung

jawab, hormat terhadap orang lain, dan nilai-nilai karakter lainnya. Karakter sopan

santun merupakan salah satu yang terdapat di dalam nilai karakter. Sopan santun

peneliti meggunakan teori dari Yulianti (2018) mengemukakan bahwa sopan

santun adalah suatu aturan atau tata cara yang berkembang secara turun temurun

dalam suatu hubungan yang akrab, saling megerti serta saling meghormati.

Perilaku sopan santun merupakan cerminan dari nilai-nilai karakter yang harus

ada pada diri manusia. Teori bahasa Jawa krama peneliti meggunakan teori dari

30

Page 34: admin.ebimta.com · Web viewLatar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu keharusan bagi manusia karena pada hakikatnya manusia lahir dalam keadaan tidak berdaya dan tidak langsung

Sasongko (2011) menjelaskan bahwa ragam krama dibagi menjadi 4 (empat) yaitu

1. Ngoko Lugu, 2. Ngoko Alus, 3. Krama Lugu, dan 4. Krama Alus. Teori dalam

lingkungan keluarga peneliti menggunakan Gunarsa (2009) mengatakan bahwa

lingkungan keluarga merupakan lingkungan pertama yang mula-mula

memberikan pengaruh yang baik bagi anak. Anak memperoleh segala kemampuan

dasar baik intelektual maupun sosial.

Bagan 2.1 Kerangka Teori

2.4 Kerangka Berpikir

Pada kehidupan bermasyarakat, penggunaan bahasa Jawa krama dapat

dijadikan sebagai sarana untuk menjaga keharmonisan dalam ineraksi sosial. Para

orang tua berpendapat bahwa penggunaan bahasa Jawa krama dapat membuat

anaknya menjadi lebih sopan, menghormati orang lain, khususnya pada orang

yang lebih tua. Berdasarkan pernyataan tersebut, dapat diketahui bahwa dengan

membiasakan anak untuk menggunakan bahasa Jawa dapat membuat anak

memiliki sikap sopan santun yang lebih baik. Sopan santun serupa dengan akhlak,

tetapi yang hasilnya dinilai baik karena sopan santun hanya merujuk yang baik

sesuai dengan norma-norma yang berlaku di masyarakat, dengan demiian akhlak

melahirkan sopan santun.

31

Teori Lingkungan Keluarga Gunarsa (2009)

Teori Bahasa Jawa Krama Sasongko (2011)

Teori Sopan Santun Yulianti (2018)

Bahasa Jawa kramaMidle TheorySopan Santun

Nilai Karakter Grand Theory

Teori Nilai Karakter Hidayah (2015)

Page 35: admin.ebimta.com · Web viewLatar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu keharusan bagi manusia karena pada hakikatnya manusia lahir dalam keadaan tidak berdaya dan tidak langsung

Bahasa Jawa krama juga terdapat nilai-nilai akhlak yaitu nilai kerukunan

yang dapat menciptakan suasana damai dan harmonis, selain itu bahasa Jawa juga

dikategorikan sebagai bahasa santun karena di dalam bahasa Jawa krama terdapat

ilai-nilai penghormatan, yaitu sikap hormat terhadap orang lain sesuai drajat dan

kedudukannya. Bahasa Jawa krama dapat menjadikan anak usia sekolah dasar

menjadi santun dalam berbicara maupun bersikap, menghargai dan menghormati

orang yang lebih tua, memberi salam, senyum, sapa ketika bertemu orang lain.

Kerangka berpikir adalah kajian utama, gambaran pola hubungan antara

variabel atau kerangka konseptual yang digunakan untuk memecahkan masalah

yang di teliti dan disusun berdasarkan kajian teoritis yang telah dilakukan.

Penelitian ini dimaksudkan untuk meneliti pembentukan nilai karakter sopan

santun melalui pembiasaan berbahasa Jawa krama di lingkungan keluarga.

Termasuk di dalamnya meliputi bagaimana penerapan dan apa saja problematika

pembiasaan berbahasa Jawa krama terhadap nilai karakter sopan santun di

lingkungan keluarga. Penelitian ini diharapkan dapat memberi sumbangan serta

solusi jawaban kepada permasalahan peradapan moral, perilaku serta mampu

menjadikan generasi-generasi penerus bangsa yang berakhlak mulia, mampu

menerapkan nilai-nilai karakter bangsa untuk dapat meneruskan pendidikan dan

budaya yang telah dirintis oleh para pendahulu.

Berdasarkan paparan di atas, kerangka berpikir dalam penelitian di

gambarkan sebagai berikut.

32

Page 36: admin.ebimta.com · Web viewLatar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu keharusan bagi manusia karena pada hakikatnya manusia lahir dalam keadaan tidak berdaya dan tidak langsung

Bagan 2.2 Kerangka Berpikir Penelitian

33

Upaya orang tua untuk mengajarkan anak bersikap sopan santun:

1. Memberikan contoh dengan bertutur kata baik2. Menegur anak jika menggunakan kata yang tidak

sopan3. Mengajarkan pembiasaan berbahasa Jawa krama

sejak dini4. Mengajarkan tata krama dalam berbahasa jawa5. Mengingatkan untuk berterima kasih setelah

menerima bantuan orang lain.6. Menegur anak ketika mamasuki ruangan tanpa

meminta izin terlebih dahulu.

1. Berbicara kepada orang tua dengan tutur kata baik.2. Menghormati orang tua atau orang yang lebih tua.3. Membiasakan berbahasa Jawa krama4. Menjadi lebih lancar dan mengerti bahasa Jawa krama5. Terbiasa berterimakasih kepada orang lain setelah menerima

bantuan.6. Selalu meminta izin terlebih dahulu ketika akan memasuki

ruangan.

Pembiasaan Berbahasa Jawa Krama

1. Anak tidak menghormati orang yang lebih tua2. Anak sering berkata-kata kasar, kotor, dan

takabur3. Menyela pembicaraan pada waktu yang tidak

tepat4. Anggapan bahwa berkomunikasi dengan bahasa

Jawa krama lebih sulit5. Penggunaan bahasa Jawa semakin berkurang6. Anak tidak terbiasa berterima kasih setelah

menerima bantuan7. Anak memasuki ruangan orang lain tanpa

meminta izin terlebih dahulu.

Nilai Karakter Sopan Santun

Page 37: admin.ebimta.com · Web viewLatar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu keharusan bagi manusia karena pada hakikatnya manusia lahir dalam keadaan tidak berdaya dan tidak langsung

34

Page 38: admin.ebimta.com · Web viewLatar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu keharusan bagi manusia karena pada hakikatnya manusia lahir dalam keadaan tidak berdaya dan tidak langsung

BAB III

METODE PENELITIAN

3

3.1 Setting Penelitian

Setting penelitian ini akan membahas mengenai tempat penelitian dan waktu

penelitian, adapun penjelasannya sebagai berikut.

3.1.1 Tempat Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan di desa Wonosoco Kecamatan Undaan Kabupaten Kudus. Penelitian ini akan memperdalam nilai karakter sopan santun dalam pembiasaan berbahas Jawa krama anak usia sekolah dasar yang berusia 10 tahun di Desa Wonosoco. Alasan peneliti melakukan penelitian di daerah tersebut yaitu karena masih sedikit anak yang menggunakan bahasa Jawa krama untuk membentuk nilai karakter sopan santun, khususnya anak usia 10 tahun.

3.1.2 Waktu Penelitian

Penelitian ini meliputi tahap perencanaan, pelaksanaan, pelaporan, adapun waktu yang digunakan untuk merencanakan penelitian selama satu bulan pada tanggal 1 Maret 2021 sampai 31 Maret 2021. Penelitian ini diharapkan dapat selesai tepat waktu sehingga peneliti dalam memperoleh hasil penelitian sesuai dengan apa yang sudah direncanakan.

3.2 Rancangan Penelitian

Bentuk penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif yang artinya

dilakukan tidak mengutamakan pada angka-angka, tetapi mengutamakan

kedalaman penghayatan terhadap interaksi antar konsep yang sedang di kaji

secara empiris. Penelitian kualitatif ini dilakukan dengan mengumpulkan data

yang pada umumnya seorag peneliti bisa menemukan data penelitian dalam

bentuk kata-kata maupun gambar. Data tersebut dapat berupa wawancara, catatan

data lapangan, dokumen pribadi, foto-foto, dan lain sebagainya. Ciri utama pada

penelitian kualitatif ini terletak pada fokus penelitian, yaitu kajian secara intensif

tentang keadaan tertentu.

35

Page 39: admin.ebimta.com · Web viewLatar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu keharusan bagi manusia karena pada hakikatnya manusia lahir dalam keadaan tidak berdaya dan tidak langsung

Sugiyono (2016: 15) metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian

yang berlandaskan pada filsafat post positivisme yang digunakan untuk meneliti

kondisi obyek yang alamiah, dimana peneliti sebagai instrumen kunci dan

hasilnya lebih menekankan makna daripada generalisasi.

Jenis penelitian ini adalah penelitian deskripsif yaitu penelitian yang

menggambarkan atau mendeskripsikan fenomena yang diobservasi, baik

fenomena alam maupun fenomena buatan secara deskriptif. Penelitian ini

mengkaji dan mendeskripsikan tentang pembentukan nilai karakter sopan santun

dalam pembiasaan berbahasa Jawa krama di lingkungan keluarga yang meliputi

penerapan berbahasa Jawa krama dan problematika dalam berbahasa Jawa krama

dalam membentuk nilai karakter sopan santun. Penelitian kualitatif tidak semata-

mata mendeskripsikan tetapi yang lebih penting adalah menemukan makna yang

terkandung di dalamnya. Metode kualitatif menekankan pada kontruksi sosial,

hubungan yang intens antara peneliti dengan subjek.

Tujuan penelitian deskriptif ini menurut Emzir (2011: 174) untuk

membantu pembaca mengetahui apa yang terjadi di lingkungan di bawah

pengamatan, seperti apa pandangan partisipan yang berada di latar pendidikan,

dan seperti apa peristiwa dan aktivitas yang terjadi di latr pendidikan. Menurut

Tujuan utama dalam penelitian kualitaitif ini adalah untuk pemahami fenomena

atau gejala sosial dengan lebih menitik beratkan pada gambaran yang lengkap

tentang fenomena yang dikaji daripada merincinya menjadi variabel-variabel yang

saling terkait, dengan harapan dapat diperoleh pemahaman yang mendalam

tentang fenomena untuk selanjutnya dihaislkan sebuah teori.

Penelitian ini cenderung terjun langsing ke lapangan dan peneliti secara

langsung mendata, memprose dan menganalisinya, dapat dikatakan bahwa peneliti

adalah kunci utama dalam penelitian sehingga peneliti harus meneliti agar bisa

tercapai penelitian yang akurat dan smepurna dan data yang diperoleh sesuai fakta

yang ada di lapangan. Adapun rancangan penelitian ini sebagai berikut.

1. Menentukan permasalahan dan tempat yang digunakan untuk melakukan

penelitian, peneliti melakukan studi pendahuluan ke rumah anak usia

36

Page 40: admin.ebimta.com · Web viewLatar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu keharusan bagi manusia karena pada hakikatnya manusia lahir dalam keadaan tidak berdaya dan tidak langsung

sekolah dasar yang beralamat di Desa Wonosoco Kecamatan Undaan

Kabupaten Kudus.

2. Peneliti menentukan informasi-dan metode-metode yang digunakan untuk

menggali data yang diperlukan diantaranya menggunakan metode

observasi, wawancara, dan dokumentasi.

3. Seluruh data terkumpul, diidentifikasi dan menyajikan data dari hasil

penelitian.

3.3 Peranan Penelitian

Kunci utama dalam peneliian kualitatif adalah peneliti. Peraan peneliti

sangat penting dan dibutuhkan dalam penelitian. Penelitian dapat mencapai hasil

yang diharapkan maka peneliti harus bertanggung jawab sepeniuhnya terhadap

penelitian yang dilakukan. Peneliti sebagai objek yang akan diteliti dan sebagai

individu yang murni megumpulkan data.

Peneliti megumpulkan data sebanyak-banyaknya mengenai nilai karakter

sopan santun dalam pembiasaan berbahasa Jawa krama. Peneliti pengumpulkan

data sebanyak mungkin untuk meginformasikan kaitannya dengan nilai karakter

sopan santun dala pembiasaan berbahasa Jawa krama. Peneliti juga berupaya

untuk memberikan solusi degan permasalahan dengan penelitian sehingga hasil

penelitian dapat bermanfaat untuk kepentingan pendidikan.

3.4 Data dan Sumber Data

3.4.1 Data

Data atau informasi penting yang diumpulkan dan dikaji dalam peelitian

ini berupa data kualitatif. Data yang ada lebih banyak berupa kata-kata. Arikunto

(2010: 161) data adalah hasil pencatatan peneliti baik berupa fakta maupun angka

yang dapat dijadikan bahan untuk menyusun ssuatu informasi, sedangkan

informasi adalah hasil pengolahan data yang dipakai untuk suatu keperluan.

Data dalam penelitian ini diperoleh melalui informasi lisan maupun

tertulis. Data lisan sebagai data utama dari hasil wawancara dengan narasumber.

Sedangkan data tertulis sebagai data sekunder yang dianalisis dari buku-buku

37

Page 41: admin.ebimta.com · Web viewLatar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu keharusan bagi manusia karena pada hakikatnya manusia lahir dalam keadaan tidak berdaya dan tidak langsung

yang memuat tentang nilai karakter sopan santun maupun pembiasaan berbahasa

Jawa krama yang ditranskripsikan kedalam cerita secara tertulis.

3.4.2 Sumber Data

Sumber data adalah subyek dari mana dapat diperoleh. Sumber data pada

penleitian ini adalaah orang yang dapat memberikan informasi secara lengkap dan

akurat berkaitan dengan data penelitian. Sugiyono (2016: 308) suber data

dibedakan menjadi dua yaitu data primer dan data sekumder. Adapun sumber data

yang digunakan dalam penelitin ini yaitu.

1. Data primer

Sumber data primer yaitu data yang langsung dikumpulkan oleh peneliti

dari sumber pertamanya. Data primer adalah pengambilan data dengan

instrumen pengamatan, wawancara, catatan lapangan dan penggunaan

dokumen. Sugiyono (2016) sumber data primer merupakan data yang

diperoleh langsung dengan tekik wawancara informan atau secara langsung.

Sumber primer adalah sumber data yang langsung memberikan data kepada

pengumpul data.

Penelitian ini sumber data utama yang berkaitan dengan orang adalah yang

pertama orangtua anak usia sekolah dasar dengan jumlah 14 orangtua atau

wali anak. Data yang dicari berkaitan dengan nilai karakter sopan santun

melalui pembiasaan berbahasa Jawa krama, yang kedua adalah anak usia 10

tahun dengan jumlah 14 anak yaitu 6 laki-laki dan 8 perempuan untuk mencari

informasi tentang pembiasaan berahasa Jawa krama di lingkungan keluarga.

2. Data sekunder

Sumber data sekunder adalah data yang digunakan untuk mendukung data

primer yaitu melalui studi kepustaakaan, dokumentasi, buku, majalah, koran,

arsip tertulis yang berhubungan dengan obyek yang akan diteliti. Menurut

Sugiyono (2016) Sumber data sekunder merupakan sumber data yang tidak

langsung memberikan data kepada pengumpul data. Biasanya telah tersusun

dalam bentuk dokumen-dokumen. Data sekunder biasanya berwujud data

dokumentasi atau data laporan yang telah teredia. Dalam penelitian ini data

38

Page 42: admin.ebimta.com · Web viewLatar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu keharusan bagi manusia karena pada hakikatnya manusia lahir dalam keadaan tidak berdaya dan tidak langsung

sekunder yang berkaitan dengan dokumentasi yaitu buku-buku atau jurnal

yang relevan dengan penelitian dan foto-foto wawancara atau tindakan sopan

santun.

3.5 Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data adalah langkah yang paling umum dalam

penelitian ]karena tujuan utama teknik pengumpulan data adalah mendapatkan

data. Dalam penleitian kualitatif teknik pengumpulan data yang digunakan antara

lain.

3.5.1 Observasi

Observasi merupakan teknik yang paling banyak diklakukan dalam

penelitian. Menurut Rubiyanto (2011: 85) observasi merupakan cara

mengumpulkan data dengan jalan mengamati langsung terhadap objek yang

diteliti. Observasi menampilkan data dalam bentuk perilaku. Alat pengumpulan

datanya adalah panduan observasi, sedangkan sumber data biasanya bisa berupa

benda tertentu, atau situasi tertentu, proses tertentu atau perilaku orang tertentu.

Observasi yang dilakukan peneliti dalam penelitian ini adalah observasi

partisipan. Peneliti melakukan observasi langsung mengenai penerapan dan

problematika pembiasan berbahasa Jawa krama melalui pengamatan langsung

maka diharapkan peneliti akan memperoleh data yang tepat dan akurat yang

dibutuhkan dalam menunjang hasil penelitian.

3.5.2 Wawancara

Wawancara adalah metode pengumpulan data dengan cara mengajukan

pertanyaan secara lisan kepada narasumber. Menurut Rubiyanto (2011: 83)

wawancara yaitu cara pengumpulan data dengan tanya jawab secara langsung

berhadapan muka, peneliti bertanya secara lisan responden menjawab secara lisan

pula. Peneliti memperoleh jawaban dari responden relatif tinggi.

Teknik yang dilakukan peneliti yaitu teknik wawancara tak struktur yaitu

wawancara yang digunakan untuk menemukan informasi bukan baku atau

39

Page 43: admin.ebimta.com · Web viewLatar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu keharusan bagi manusia karena pada hakikatnya manusia lahir dalam keadaan tidak berdaya dan tidak langsung

informais tunggal dan jawaban pertanyaan dari renponden lebih bebas. Adapun

sumber-sumber yang diwawancarai adalah.

1. Orang tua siswa, untuk memperoleh data tentang upaya yang dilakukan

dalam pembentukan karakter sopan santun melalui pembiasaan berbahasa

Jawa krama dan problematika pembiasaan berbahasa Jawa krama di rumah

atau lingkungan keluarga.

2. Peserta didik, untuk memperoleh data mengenai hal-hal yang bersangkutan

dengan pembiasaan berbahasa Jawa krama di rumah atau lingkungan

kelurarga

3.5.3 Dokumentasi

Dokumentasi adalah cara atau teknik yang dilakukan dengan

mengumpulkan data menganalisis sejumlah dokumen yang terkait dengan

masalah penelitian. Arikunto (2010: 274) menjelaskan bahwa metode

dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa

catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, lengger,

agenda, dan sebagainya. Pada desain penelitian peneliti harus menjelaskan

dokumen apa yang dikupulkan dan bagaimana cara mengumpulkan dokumen

tersebut. Pengumpulan data melalui dokumen bisa menggunakan alat kamera

(foto atau video).

Hal ini peneliti menggunakan tektik dokumentasi untuk mengumpulkan

data-data yang dibutuhkan misalnya dokumen foto, serta sumber data yang

berkaitan dengan pembentukan nilai karakter melalui pembiasaan berbahasa Jawa

krama di lingkungan keluarga.

3.5.4 Pencatatan

Pencatatan adalah aktivitas yang dilakukan oleh peneliti untuk mencatat hal-

hal-hal yang penting atau dibutuhkan untuk megumpulkan yang berkaitan dengan

proses penelitian. Peneliti akan mencatat hal-hal penting dengan menggunakan

buku tulis atau kertas, gadged, dan pedoman observasi. Peneliti akan meggunakan

alat tulis atau lembar catatan yang sesuai dengan lembar pedoman observasi serta

40

Page 44: admin.ebimta.com · Web viewLatar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu keharusan bagi manusia karena pada hakikatnya manusia lahir dalam keadaan tidak berdaya dan tidak langsung

wawancara saat peneltian. Hasil pencatatan akan disimpan dengan baik yang

kemudian akan dilanjutkan untuk nalisi data.

3.6 Uji Keabsahan Data

Pada teknik uji keabsahan data ini peneliti menggunakan teknik triangulasi

data. Moloeng (2011: 330) triangulasi data adalah teknik pemeriksaan keabsaan

data yang memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data iu untuk keperluan

pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu. Teriangulasi dalm

penelitian ini, peneliti menggunakan triangulasi sumber sebagai pemeriksaan

melalui sumber lainnya. Triangulasi dalam sumber berarti membandingkan dan

mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasiyang diperoleh melalui waktu

dan alat yang berbeda dalam penelitian kualitatif.

Dalam pelaksanaannya peneliti melakukan pengecekan data yang berasal

dari wawancara dengan orang tua dan anak usia sekolah dasar. Lebih jauh lagi

hasil wawancara peneliti cek dengan hasil pengamatan yang peneliti lakukan

selama masa penelitian. Teknik ini peneliti gunakan untuk mengeksplorasi kata-

kat secara faktul tentang pembiasan berbahas Jawa krama dengan mengacu kepad

teori-teori yang relevan. Peneliti akan berusaha memberikan analisis secara

cermat dan tepat terhadap objek permasalahan secara sistematis. Teknik yang

digunakan dalam memberikan data yang diperoleh berupa metode deskriptif

kualitatif yang berupa pendeskripsian terhadap penerapan dan problematika

pembiasaan berbahasa Jawa krama anak usia sekolah dasar di lingkungan

keluarga.

3.6.1 Instrumen Pengumpulan Data

Instrumen pengumpulan data dibagi menjadi 2 (dua) yaitu 1. Lembar

observasi, dan 2. Lembar wawancara.

1. Lembar Observasi

Lembar observasi adalah pedoman terperinci yang berisi tentang

langkah-langkah melakukan observasi mulai dengan rumusan masalah,

kerangka teori untuk menjabarkan tingkah laku yang akan diobservasi,

prosedur, kriteria analisis, dan interpretasi. Cara membuat lembar

41

Page 45: admin.ebimta.com · Web viewLatar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu keharusan bagi manusia karena pada hakikatnya manusia lahir dalam keadaan tidak berdaya dan tidak langsung

observasi yaitu membuat pedoman observasi yang akan diamati sesuai

dengan indikator kemudian membuat lembar observasi untuk mencatat

data yang diamati ketika melakukan observasi. Objek yang diamati adalah

anak usia sekolah dasar yang berusia 10 tahun di desa Wonosoco

Kecamatan Undaan Kabupaten Kudus.

Penelitian ini menggunakan instrumen daftar check (check list).

Daftar check adalah daftar yang dibuat untuk mencatat perilaku anak yang

tampak pada saat peneliti melakukan pengamatan, degan memberikan

tanda check (silang atau lingkatan dan sebagainya). Penelitian ini

menggunakan objek anak usia sekolah dasar dengan usia 10 tahun

(terlampir dalam lampiran 4).

Tabel 3.1 Kisi-Kisi Lembar Observasi Nilai Karakter Sopan Santun

Dalam Pembiasaan Berbahasa Jawa Krama.

No. Indikator Aspek yang diamati No

Urut

1.Berbicara sopan santun dalam berbahasa kepada orang tua atau keluarga

Tidak berkata kotor kepada orang tua atau keluarga

1

Tidak menyela pembicaraan orang tua ketika di nasehati

2

Mengucapkan maaf jika melakukan kesalahan

3

Mengucapkan terimakasih jika mendapatkan bantuan

4

2.Berbicara sopan santun dalam berbahasa kepada

orang lain

Tidak berkata sombong kepada orang lain

5

Tidak menyinggung orang lain 6

Tidak meninggikan suara ketika berbicara kepada orang lain

7

3.Berperilaku sopan santun

kepada orang tua atau keluarga

Mencium tangan atau berpamitan saat keluar rumah

8

Tidak menghiraukan saat dinasehati orang tua

9

Bersikap 3S (Salam, senyum, sapa)

10

42

Page 46: admin.ebimta.com · Web viewLatar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu keharusan bagi manusia karena pada hakikatnya manusia lahir dalam keadaan tidak berdaya dan tidak langsung

4.

Berperilaku sopan santun kepada orang lain

Meghormati orang yang lebih tua 11

Membungkukkan badan ketika lewat didepan orang yang lebih tua

12

Menyapa guru, tetangga, atau orang yang dikenal ketika bertemu di jalan

13

5.

Sopan santun dalam pembiasaan berbahasa

Jawa krama kepada orang tua atau keluarga

Menggunakan bahasa Jawa krama lugu dengan kakak atau adik

14

Membiasakan berbahasa Jawa krama alus dengan orang tua

15

Membiasakan bahasa Jawa krama di dalam kehidupan sehari-hari

16

6.

Sopan santun dalam pembiasaan berbahasa

Jawa krama kepada orang lain.

Meggunakan bahasa Jawa krama lugu dengan teman sebaya

17

Membiasakan berbahasa Jawa krama alus dengan orang yang lebih tua

18

7.Faktor penghambat

pembiasaan berbahasa Jawa krama

Kesulitan yang dialami anak dalam pembiasaan berbahasa Jawa krama

19

Upaya mengatasi kesulitan anak 20

Tabel 3.2 Pedoman Observasi

No. Indikator Aspek yang diamati No

Urut

1.Berbicara sopan santun dalam berbahasa kepada orang tua atau keluarga

Berkata baik dan sopan kepada orang tua atau keluarga

1

Mendengarkan pembicaraan orang tua ketika di nasehati

2

Mengucapkan maaf jika melakukan kesalahan

3

Mengucapkan terimakasih jika mendapatkan bantuan

4

2. Berbicara sopan santun dalam berbahasa kepada

Tidak berkata sombong kepada orang lain

5

Tidak menyinggung orang lain 6

43

Page 47: admin.ebimta.com · Web viewLatar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu keharusan bagi manusia karena pada hakikatnya manusia lahir dalam keadaan tidak berdaya dan tidak langsung

orang lain

Tidak meninggikan suara ketika berbicara kepada orang lain

7

3.Berperilaku sopan santun

kepada orang tua atau keluarga

Mencium tangan atau berpamitan saat keluar rumah

8

Mendengarkan nasehat dari orang tua

9

Melaksanakan nasehat yang diberikan orang tua

10

4.

Berperilaku sopan santun kepada orang lain

Meghormati orang yang lebih tua 11

Membungkukkan badan ketika lewat didepan orang yang lebih tua

12

Menyapa guru, tetangga, atau orang yang dikenal ketika bertemu di jalan

13

5.

Sopan santun dalam pembiasaan berbahasa

Jawa krama kepada orang tua atau keluarga

Menggunakan bahasa Jawa krama lugu dengan kakak atau adik

14

Membiasakan anak berbahasa Jawa krama alus dengan orang tua

15

Membiasakan bahasa Jawa krama di dalam kehidupan sehari-hari

16

6.

Sopan santun dalam pembiasaan berbahasa

Jawa krama kepada orang lain.

Menggunakan bahasa Jawa krama lugu dengan teman sebaya

17

Membiasakan anak berbahasa Jawa krama alus dengan orang yang lebih tua

18

7.

Faktor penghambat pembiasaan berbahasa

Jawa krama

Kesulitan yang dialami anak dalam pembiasaan berbahasa Jawa krama

19

Upaya mengatasi kesulitan anak 20

2. Lembar Wawancara

Pedoman wawancara merupakan kunci untuk peneliti membuat

pertanyaan sesuai dengan indikator dan sesuai hasil yang ingin

44

Page 48: admin.ebimta.com · Web viewLatar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu keharusan bagi manusia karena pada hakikatnya manusia lahir dalam keadaan tidak berdaya dan tidak langsung

didapatkan oleh peneliti. Tujuannya adalah supaya peneliti terfokus pada

indikator dan variabel yang akan di teliti. Instrumen yang digunakan

dalam penelitian ini yaitu menggunakan instrumen wawancara

terstruktur. Alasan meggunakan instrumen wawancara terstruktur

supaya informasi yang didapatkan terfokus pada variabel penelitian

yaitu terkait dengan pembiasaan bahasa Jawa krama dan karakter sopan

santun. Objek yang diwawancarai adalah orangtua dan anak pada usia

sekolah dasar dengan usia 10 tahun dan berjumlah 14 orangtua dan anak

sebagai informan (terlampir pada lampiran 5).

Tabel 3.3 Kisi-kisi Pedoman Wawancara Orang tua

No. Indikator Aspek yang diamati

1.Berbicara sopan santun dalam berbahasa kepada orang tua atau keluarga

1. Mengajarkan anak perkataan yang baik.

2. Memberikan arahan kepada anak jika anak melakukan kesalahan

3. Membiasakan anak untuk mengucapkan maaf jika melakukan kesalahan

4. Mengajarkan anak mengucapkan terimakasih jika mendapatkan bantuan

2.Berbicara sopan santun dalam berbahasa kepada

orang lain

5. Mengarahkan anak agar tidak berkata atau bersikap sombong kepada orang lain

6. Memberitahu anak agar tidak menyinggung orang lain

7. Memberitahu anak agar tidak meninggikan suara ketika berbicara kepada orang lain

45

Page 49: admin.ebimta.com · Web viewLatar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu keharusan bagi manusia karena pada hakikatnya manusia lahir dalam keadaan tidak berdaya dan tidak langsung

3.Berperilaku sopan santun

kepada orang tua atau keluarga

8. Memberitahu anak untu mencium tangan atau berpamitan saat keluar rumah

9. Memberi hukuman kepada anak jika tidak mendengarkan nasehat orang tua

10. Membiasakan anak untuk bersikap 3S (Salam, senyum, sapa)

4.

Berperilaku sopan santun kepada orang lain

11. Megajarkan anak menghormati orang yang lebih tua

12. Membiasaan anank agar membungkukkan badan ketika lewat didepan orang yang lebih tua

13. Mengajarkan ank untuk menyapa guru, tetangga, atau orang yang dikenal ketika bertemu di jalan

5.

Sopan santun dalam pembiasaan berbahasa

Jawa krama kepada orang tua atau keluarga

14. Mengajarkan anak menggunakan bahasa Jawa krama lugu dengan kakak atau adik

15. Membiasakan anak untuk berbahasa Jawa krama alus dengan orang tua

16. Membiasakan anak untukbahasa Jawa krama di dalam kehidupan sehari-hari

6.

Sopan santun dalam pembiasaan berbahasa

Jawa krama kepada orang lain.

17. Mengajarkan anak menggunakan bahasa Jawa krama lugu dengan teman sebaya

18. Membiasakan anak berbahasa Jawa krama alus dengan orang yang lebih tua

7. Faktor penghambat pembiasaan berbahasa

Jawa krama

19. Kesulitan yang dialami anak dalam pembiasaan berbahasa Jawa krama

20. Upaya oarng tua mengatasi

46

Page 50: admin.ebimta.com · Web viewLatar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu keharusan bagi manusia karena pada hakikatnya manusia lahir dalam keadaan tidak berdaya dan tidak langsung

kesulitan anakdalam pembiasaan berbaasa Jawa krama

Tabel 3.4 Kisi-Kisi Wawancara Anak

No. Indikator Aspek yang diamati

1.Berbicara sopan santun dalam berbahasa kepada orang tua atau keluarga

1. Tidak berkata kotor kepada orang tua atau keluarga

2. Tidak menyela pembicaraan orang tua ketika di nasehati

3. Mengucapkan maaf jika melakukan kesalahan

4. Mengucapkan terimakasih jika mendapatkan bantuan

2.Berbicara sopan santun dalam berbahasa kepada

orang lain

5. Tidak berkata sombong kepada orang lain

6. Tidak menyinggung orang lain7. Tidak meninggikan suara

ketika berbicara kepada orang lain

3.Berperilaku sopan santun

kepada orang tua atau keluarga

8. Mencium tangan atau berpamitan saat keluar rumah

9. Tidak menghiraukan saat dinasehati orang tua

10. Bersikap 3S (Salam, senyum, sapa)

4.

Berperilaku sopan santun kepada orang lain

11. Meghormati orang yang lebih tua

12. Membungkukkan badan ketika lewat didepan orang yang lebih tua

13. Menyapa guru, tetangga, atau orang yang dikenal ketika bertemu di jalan

5. Sopan santun dalam pembiasaan berbahasa

Jawa krama kepada orang

14. Menggunakan bahasa Jawa krama lugu dengan kakak atau adik

15. Membiasakan berbahasa Jawa

47

Page 51: admin.ebimta.com · Web viewLatar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu keharusan bagi manusia karena pada hakikatnya manusia lahir dalam keadaan tidak berdaya dan tidak langsung

tua atau keluarga

krama alus dengan orang tua16. Membiasakan bahasa Jawa

krama di dalam kehidupan sehari-hari

6.

Sopan santun dalam pembiasaan berbahasa

Jawa krama kepada orang lain.

17. Meggunakan bahasa Jawa krama lugu dengan teman sebaya

18. Membiasakan berbahasa Jawa krama alus dengan orang yang lebih tua

7.Faktor penghambat

pembiasaan berbahasa Jawa krama

19. Kesulitan yang dialami dalam pembiasaan berbahasa Jawa krama

20. Upaya mengatasi kesulitan anak

3.7 Teknik Analisis Data

Analisi data dalam penelitian kualitatif merupakn upaya yang dilakukan

dengan jaln bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilah-milahnya

dengan menjadikannya satuan yang dapat dikelola, mencari dan apa yang

dipelajari dan memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain.

Sugiyono (2016: 335) analisis data yaitu proses mencari dan menyusun secara

sistematis data yng diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan

dokumentasi dengan cara mengorganisasikan data ke dalam kategori,

menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola,

memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan

yang mudah dipahami oleh diri sendiri dan orang lain.

Pada penelitian ini peneliti menggunakan teknik analisis data deskriptif

analisis yaitu pengumpulan data yang kemudian disusun sesuai dengan temanya.

Teknik ini menekankan pada pemberian sebuah gambarn baru terhadap data yang

telah terkumpul dengan tujuan untuk menggambarkan secara obyektif bagaimana

pembentukan nilai karakter sopan santun melalui pembiasaan berbahasa Jawa

krama anak usia sekolah dasar di lingkungan keluarga. Analisis penelitian

48

Page 52: admin.ebimta.com · Web viewLatar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu keharusan bagi manusia karena pada hakikatnya manusia lahir dalam keadaan tidak berdaya dan tidak langsung

menggunakan tekinik deskriptif analisis tersebut dapat mempermudah dalam

menjawab permasalahan-permasalahan yang muncul dalam penelitian. Analisis

deskriptif yang digujnakan dalam penelitian ini terdiri dari beberapa tahapn

diantaranya.

1. Reduksi Data (Data Reduction)

Reduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal pokok, memfokuskan pada

hal-hal penting, kemudian dicari tema dan polanya, sehingga dapat

memberikan gambaran secara jelas dan dapat mempermudah peneliti untuk

mengumpulkan data berikutnya, yaitu mengeni pembentukan nilai karakter

sopan santun melalui pembiasan berbahasa Jawa krama anak usia sekolah

dasar di lingkungan keluarga yang dikumpulkan dengan observasi, wawancar

dan dokumentasi untuk kemudian dijadikan rangkuman.

2. Penyajian Data (Data Display)

Penyajian data merupakan sekumpulan informasi tersusun yang memberikan

kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan,

dengan melihat penyajian-penyajian peneliti maupun pembaca akan dapat

memahami apa yang sedang terjadi dan apa yang harus dilakukan berdasarkan

atas pemahaman yang didapat dari penyajian-penyajian tersebut. Data yang

akan peneliti sajikan di sini data yang diperoleh berdasarkan teknik

pengumpulan data yaitu melalui observasi, wawancara, dan dokumentasi,

kemudian dari hasil data tersebut dipilih sesuai dengan permasalahan peneliti,

selanjutnya data tersebut disajikan. Penelitian data tersebut, peneliti dapat

menyajikan data misalnya proses penerapan pembiasaan berbahasa jawa

karma untuk membentuk nilai karakter sopan santun anak usia sekolah dasar

di lingkungan keluarga.

3. Penarikan Kesimpulan dan Verifikasi

Langkah ketiga yaitu penarikan kesimpulan dan verifikasi, kesimpulan itu

akan diikuti dengan bukti-bukti yang diperoleh ketika penelitian dilakukan di

lapangan yang dimaksudkan untuk penentuan data akhir dari semua proses

49

Page 53: admin.ebimta.com · Web viewLatar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu keharusan bagi manusia karena pada hakikatnya manusia lahir dalam keadaan tidak berdaya dan tidak langsung

tahapan analisis, sehingga keseluruhan permasalahan bisa dijawab sesuai

dengan data aslinya dan sesuai dengan permasalahannya. Penarikan

kesimpulan dari hasil penelitian ini menjawab semua rumusan masalah yang

telah ditetapkan oleh peneliti.

50

Page 54: admin.ebimta.com · Web viewLatar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu keharusan bagi manusia karena pada hakikatnya manusia lahir dalam keadaan tidak berdaya dan tidak langsung

DAFTAR PUSTAKA

Abdul, Majid dan Dian Andayani. 2012. Pendidikan Karakter Perspektif Islam.

Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Adisumarto. 2001. Pembiasaan Berbahasa Jawa Krama dalam Keluarga Sebagai

Sarana Pendidikan Sopan Santun. Yogyakarta: Konggres Bahasa Jawa

III.

Arfah, Muhammad. Faisal dan Alimuddin. 2016. Fungsi Keluarga dalam

Meingkatkan Sumber Daya Manusia Daerah Sulaawesi Selatan.

Yogyakarta: Gajahmada University Press. 91- 101.

Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.

Yogyakarta: PT Rineka Cipta.

Budiyono, Feriandi, dkk. 2017. Menggali Nilai-Nilai Kearifan Lokal Budaya

Jawa Sebagai Sumber Pendidikan Karakter. Prosiding SNBK (Seminar

Nasional Bimbingan dan Konseling). 1, (1), 92-103.

Djibran, Fahd. 2008. Writing is Amazing. Yogyakarta: Juxtapose.

Djuwita, Puspa. 2017. Pembinaan Etika Sopan Santun Peserta Didik Kelas V

Melalui Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan Di Sekolah

Dasar Nomor 45 Kota Bengkulu. Jurnal PGSD: Jurnal Ilmiah

Pendidikan Guru Sekolah Dasar, 10 (1), 27-36.

Emzir. 2011. Metodologi Penelitian Pendidikan Kuantitatif & Kualitatif. Jakarta:

Raja Grafindo.

Fardani, Much. Arsyad, dkk. 2019. Peran Orang Tua Dalam Pengembangan

Bahasa Jawa Krama Anak Usia Dini. Prosiding Seminar Nasional

“Penguatan Muatan Lokal Bahasa dan Sastra Daerah Sebagai Fondasi

Pendidikan Karakter Generasi Milenial”.

Gunarsa D, Singgih. 2009. Dasar dan Teori Perkembangan Anak. Jakarta: BPK

Gunung Mulia.

Hidayah, Nurul. 2015. Penanaman Nilai-Nilai Karakter Dalam Pembelajaran

Bahasa Indonesia Di Sekolah Dasar. Jurnal Pendidikan dan

Pembelajaran Dasar, 2 (2), 190-204.

51

Page 55: admin.ebimta.com · Web viewLatar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu keharusan bagi manusia karena pada hakikatnya manusia lahir dalam keadaan tidak berdaya dan tidak langsung

Kalimayatullah, Rifansyah. Yona Wahyuningsih. 2018. Pendidikan Kesantunan

di Lungkungan Keluarga. Jurnal Kampus UPI.

Koesoema, Doni A. 2010. Pendidikan Karakter: Strategi Mendidik Anak di

Zaman Global. Jakarta: Grasindo.

Kurniasih Imas dan Sani Berlin. 2014. Implementasi Kurikulum 2013 Konsep dan

Penerapan. Surabaya: Kata Pena.

Mansur, Muslich. 2011. Pendidikan karakter: Menjawab Tantangan Krisia

Multidimensional. Jakarta: Bumi Aksara.

Misbahuddin, Muhammad. 2018. Pembiasaan Berbahasa Krama Inggil Sejak

Dini, Menguatkan Kembali Peran Kearifan Lokal Untuk Pembentukan

Karakter Anak. Rahmatan Lil Alamin Journal of Peace Education and

Islamic, 1. (1), 21-28.

Moloeng, Lexy J. 2011. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja

Rodakarya.

Muhaimin, dan Abdul Mujib. 2011. Pemikiran Pendidikan Islam. Bandung: Al-

Ma’arif.

Mulyana. 2008. Pembelajaran Bahasa dan Sastra Daerah Dalam Kerangka

Budaya. Jogjakarta: Tiara Wacana.

Mulyasa, E. 2011. Manajemen Pendidikan Karakter. Jakarta: Bumi Aksara.

Mustakim, Bagus. 2011. Pendidikan Karakter Membangun Delapan Karakter

Emas Menuju Indonesia Bermartabat, Yogyakarta: Samudra Biru.

Narwanti, Sri. 2011. Pendidikan Karakter. Yogyakarta: Familia.

Narwoko, J. D dan Bagong Suyanto. 2004. Sosiologi Teks Pengantar dan

Terapan. Jakarta: Prenanda Media Group.

Nida, Khoirin. 2020. Pergeseran Nilai Unggah- Ungguh oleh generasi muda

dalam masyarakat Jawa (studi kasus masyarakat desa Getasrabi

Kecamatan Gebog Kabupaten Kudus). Jurnal Sosial Budaya, 17 (1), 46-

55.

Poedjasoedarma, Soepomo. 2008. Morfologi Bahasa Jawa. Jakarta: Pusat

Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Depdikbud.

Pranowo. 2012. Berbahasa Secara Santun. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

52

Page 56: admin.ebimta.com · Web viewLatar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu keharusan bagi manusia karena pada hakikatnya manusia lahir dalam keadaan tidak berdaya dan tidak langsung

Putry, Raihan. 2018. Nilai Pendidikan Karakter Anak di Sekolah Perspektif

Kemendiknas. Internasional Journal of Child and Gender Studies, 4 (1),

39-54.

Rubiyanto, Rubino. 2011. Metode Penelitian Pendidikan. Solobaru: Qinant.

Sarmin. 2016. Pendidikan Karakter (Sebuah Pendekatan Nilai). Jurnal Al-Ta’dib,

9, (1), 120-143.

Sasongko, Sry Satriya Tjatur Wisnu. 2011. Unggah-Ungguh Bahasa Jawa.

Jakarta: Yayasan Paramalingua.

Setyanto, A.E., dkk. 2015. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Memudarnya Etika

Komunikasi Masyarakat Jawa di Kota Surakarta. Jurnal Komunikasi

Massa, 8 (2), 121-134.

Soepomo, Poedjosoedarmo. 2010. Tingkat Tutur Bahasa Jawa. Jakarta: Pusat

Pendidikan dan Pengembngan Bahasa.

Sugiyono. 2016. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatak Kuantitatif,

Kualitatif, dan R & D. Bandung: Alfabeta.

Tarigan, Djago, dkk. 2008. Pengembangan Keterampilan Berbicara. Jakarta:

Depdikbud.

Wijayanti, Ari. 2018. Penguatan Karakter Siswa Melalui Penggunaan Unggah-

Ungguh Bahasa Jawa. Jurnal Kebudayaan. 13, (1), 45-58.

Yulaila, Novi. 2018. Peran Keluarga dalam Pembentukan Karakter Sopan Santun

Anak Sekolah Dasar. Jurnal Universitas Jambi.

Yulianti, Indah, dkk. 2018. Penerapan Bahasa Jawa Krama untuk Membentuk

Karakter Sopan Santun di Sekolah Dasar. Prosiding Seminar Nasional

“Peguatan Pendidikan Karakter Pada Siswa Dalam Menghadapi

Tantangan Global”, 160-165.

Yulianti, Wiwik. 2013. Pemertahanan Bahasa Jawa di Wilayah Solo-Yogya

(Javanese Language Retention in Solo and Yogya). Jurnal Kandai, 9

(1), 49-58.

Zuriah, Nurul. 2007. Pendidikan Moral dan Budi Pekerti dalam Perspektif

Perubahan. Jakarta: PT Bumi Aksara.

53

Page 57: admin.ebimta.com · Web viewLatar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu keharusan bagi manusia karena pada hakikatnya manusia lahir dalam keadaan tidak berdaya dan tidak langsung

LAMPIRAN

54

Page 58: admin.ebimta.com · Web viewLatar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu keharusan bagi manusia karena pada hakikatnya manusia lahir dalam keadaan tidak berdaya dan tidak langsung

Lampiran 1. Jadwal Pelaksanaan

No. Jadwal kegiatan BulanJuli 20 Agus 20 Sep 20 Okt 20 Nov 20 Des 20 Jan 21 Feb 21 Mar 21 Apr 21

A. Persiapan

1. Observasi

2. Pengajuan judul

3. Penyusunan skripsi

4. Penyusunan instrumen

5. Seminar proposal

6. Mengurus perizinan

B. Pelakasanaan

1. Wawancara dengan

orangtua

2. Wawancara dengan siswa

C. Laporan

1. Penyusunan laporan

2. Penyusunan hasil

55

Page 59: admin.ebimta.com · Web viewLatar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu keharusan bagi manusia karena pada hakikatnya manusia lahir dalam keadaan tidak berdaya dan tidak langsung

penelitian

56

Page 60: admin.ebimta.com · Web viewLatar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu keharusan bagi manusia karena pada hakikatnya manusia lahir dalam keadaan tidak berdaya dan tidak langsung

Lampiran 2. Daftar Nama Anak dan Orang tua

DATA NAMA ANAK DAN ORANG TUA ANAK USIA SEKOLAH DASAR DI DESA WONOSOCO KECAMATAN UNDAAN

KABUPATEN KUDUS

No. Nama AnakNama Orang Tua

Alamat Rumah

Nama Ayah Nama Ibu1. ALC DK ZD Ds. Wonosoco RT 02/012. CRS YK UM Ds. Wonosoco RT 01/013. EAA WS JM Ds. Wonosoco RT 02/014. I DT PJ Ds. Wonosoco RT 04/015. MM NT SB Ds. Wonosoco RT 03/016. MNMS RK TN Ds. Wonosoco RT 01/017. MBN JD WT Ds. Wonosoco RT 04/018. MR GD RY Ds. Wonosoco RT 04/019. MMW SW SR Ds. Wonosoco RT 04/0110. NAA LL WD Ds. Wonosoco RT 02/0111. PDF AL BN Ds. Wonosoco RT 04/0112. RAP YT SY Ds. Wonosoco RT 01/0113. SS SG ST Ds. Wonosoco RT 01/0114. YSP DW SP Ds. Wonosoco RT 02/01

57

Page 61: admin.ebimta.com · Web viewLatar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu keharusan bagi manusia karena pada hakikatnya manusia lahir dalam keadaan tidak berdaya dan tidak langsung

Lampiran 3 Pedoman Observasi Siswa (Pra Penelitian)

KISI-KISI LEMBAR OBSERVASI

No. Indikator Aspek yang diamati No. Urut

1. Berbicara sopan santun kepada orang tua

Anak berkata baik kepada orang tua

3, 7, 8

2. Bersikap sopan santun kepada orang tua

Anak berpamitan kepada orang tua etika keluar rumah

1

3. Berbicara sopan santun kepada orang lain

Anak tidak berkata sombong kepada orang lain

5

4. Bersikap sopan santun kepada orang lain

Anak menghargai orang lain 6

5. Pembiasaan berbahasa Jawa krama dengan orang tua

Anak meggunakan bahasa Jawa krama dirumah

2, 9

6. Pembiasaan berbahasa Jawa krama dengan orang lain

Anak menggunakan bahasa Jawa krama di lingkungan masyarakat/ di luar rumah

10

7. Hambatan yang dialami anak dalam pembiasaan berbahasa Jawa krama

Adanya hambatan saat melaksanakan pembiasaan berbahasa Jawa krama

4

58

Page 62: admin.ebimta.com · Web viewLatar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu keharusan bagi manusia karena pada hakikatnya manusia lahir dalam keadaan tidak berdaya dan tidak langsung

Lampiran 4 Pedoman Observasi (Pra Penelitian)

PEDOMAN OBSERVASI

Lokasi Observasi : Lingkungan Desa Wonosoco

Hari/ tanggal :

No. Aspek yang diamatiNampak

KeteranganIya Tidak

1. Selalu berpamitan ketika keluar rumah√

Anak selalu berpamitan kepada orang tua

2. Terbiasa meggunakan bahasa Jawa krama dengan orang tua ketika berbicara

√Masih belum terbiasa meggunakan bahasa Jawa krama

3. Berkata baik kepada orang tua√

Anak tidak berkata kotor kepada orang tua

4. Adanya kesulitan meggunakan bahasa Jawa krama √

Adanya kesulitan dalam menggunakan bahasa Jawa krama atau belum terbiasa

5. Sering mempraktikkan 3S (salam, senyum, sapa) √

Cenderung cuek dan malu jika meyapa orang lain

6. Menghargai orang lain√

Kurangnya sikap meghargai orang lain

7. Mengucapakan maaf jika melakukan salah kepada orang tua √

Selalu mengucapkan maaf jika berbuat kesalahan

8. Megucapkan terimakasih ketika mendapat bantuan dari orang lain √

Berterimakasih jika mendapat bantuan atau hadiah

9. Membiasaakan menggunakan krama alus kepada orang tua √

Masih mengalami kesulitan dalam berbahasa Krama alus

10. Menggunakan bahasa Jawa krama di luar rumah √

Lebih sering meggunakan bahasa Indonesia

59

Page 63: admin.ebimta.com · Web viewLatar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu keharusan bagi manusia karena pada hakikatnya manusia lahir dalam keadaan tidak berdaya dan tidak langsung

Kesimpulan:

Anak masih belum terbiasa meggunakan bahasa Jawa krama dan masih sering mengalami kesulitan dalam memahami bahasa krama. Anak lebih sering meggunakan bahasa Indonesia atau ngoko lugu. Anak mulai terbiasa dengan bersikap sopan santun mulai dengan etika berpamitan ketika keluar rumah, tidak berkata kotor, tetapi anak masih malu akan menyapa guru atau orang lain ketika di luar rumah.

Kudus, 2 Februari 2021

Praktikan

SEPTIAJI EVI NATANTI

NIM. 201633253

60

Page 64: admin.ebimta.com · Web viewLatar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu keharusan bagi manusia karena pada hakikatnya manusia lahir dalam keadaan tidak berdaya dan tidak langsung

Lampiran 5aPEDOMAN WAWANCARA ORANG TUA (PRA PENELITIAN)

Hari/ Tanggal : Selasa, 2 Februari 2021Responden : Orang Tua MMNama Guru : Ibu Sumber

No. Pertanyaan Jawaban1. Apakah anak anda setiap

berangkat sekolah selalu berpamitan?

Iya, kalau saya dirumah selalu berpamitan.

2. Apakah anak anda selalu mendengarkan nasehat anda?

Terkadang suka menyela omongan, kalau benar-benar salah biasanya diam dan jarang mengulangi kesalahan yang sama

3. Apakah dirumah biasanya anak anda memakai bahasa krama?

Jarang memakai, biasanya memakai bahasa krama kalau kata-katanya singkat seperti “nggih bu” “mboten” dan sebagainya.

4. Mengapa tidak di biasakan bahasa krama sejak kecil?

Tidak ada waktu untuk memantau bahasanya, karena saya dan bapaknya sibuk kerja jadi pasrah sama guru yang ada di sekolahan.

5. Bagaimana penerapan pembiasaan berbahasa jawa krama dirumah?

Sering diingatkan, bila anak memakai kata-kata yang tidak sopan dan seenaknya sendiri (sakarepe dewe).

6. Apa saja faktor pendukung dan penghambat anak berperilaku sopan santun dan berbahas krama?

Faktor pendukung biasanya kalau anak ada kemauan dadi dalam diri sendiri. Sedangkan untuk faktor penghambatnya biasanya kalau sedang nonton TV sering memakai kata-kata di TV/ HP apalahi sekarang belajar online, jadi sering memakai HP sendiri, dan faktor lingkungan dari teman-temannya.

Kesimpulan:Anak sering bersikap sopan santun kepada orang tua, dilihat dari dia selalu berpamitan kepada orang tuanya jika mau pergi tau berangkat sekolah. Tetapi,

61

Page 65: admin.ebimta.com · Web viewLatar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu keharusan bagi manusia karena pada hakikatnya manusia lahir dalam keadaan tidak berdaya dan tidak langsung

kadang juga masih menyela omongan orangtuanya saat dinasehati. Dalam bahasa jawa krama orangtua jarang memantau bahasa anaknya, karena beliau harus kerja. Orangtua juga sering menegur anaknya bila anaknya menggunakan bahasa yang tidak sopan. Faktor yang menghambat kebiasaan anak yang suka nonton TV/HP.

MengetahuiOrangtua MM

SUMBER

Kudus, 2 Februari 2021Pewawancara

SEPTIAJI EVI NATANTINIM. 201633253

62

Page 66: admin.ebimta.com · Web viewLatar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu keharusan bagi manusia karena pada hakikatnya manusia lahir dalam keadaan tidak berdaya dan tidak langsung

Lampiran 5bPEDOMAN WAWANCARA ANAK (PRA PENELITIAN)

Hari/ Tanggal : Selasa, 2 Februari 2021Responden : Anak usia 10 tahumNama Siswa : MM

No.

Pertanyaan Jawaban

1. Apakah yang adik ketahui tentang sopan santun?

Sopan santun itu menghormati orang yang lebih tua.

2. Apa saja perilaku sopan santun yang sudah adik lakukan di rumah?

Menghormati orangtua, ketika berbicara dengan orangtua menggunakan bahasa yang sopan.

3. Apakah adik sering menggunakan bahasa krama kepada orang tua?

Iya tapi kadang-kadang, karena saya sering lupa dan tidak tahu artinya.

4. Bagaimana orangtua adik dalam mengajarkan sopan santun kepada adik?

Biasanya saat dirumah berbicara dengan lembut.

5. Bagaimana perasaan adik saat berbicara menggunakan bahasa krama dengan orangtua?

Rasanya lebih sopan jika berbicara dengan orangtua.

6. Apa kesulitan adik dalam menggunakan bahasa jawa krama?

Sulit, karena kadang tidak tau artinya. Jadi kalau tidak tahu artinya sering menggunakan bahasa ngoko.

Kesimpulan:Siswa sering berperilaku sopan santun kepada orangtua, kesulitan yang dialami siswa saat berbahasa krama terkadang siswa tidak tahu artinya jadi lebih sering bahasa jawa ngoko kepada orangtua.

63

Page 67: admin.ebimta.com · Web viewLatar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu keharusan bagi manusia karena pada hakikatnya manusia lahir dalam keadaan tidak berdaya dan tidak langsung

MengetahuiNarasumber

MM

Kudus, 2 Februari 2021Praktikan

SEPTIAJI EVI NATANTINIM. 201633253

64

Page 68: admin.ebimta.com · Web viewLatar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu keharusan bagi manusia karena pada hakikatnya manusia lahir dalam keadaan tidak berdaya dan tidak langsung

Lampiran 6 Kisi-Kisi Pedoman Observasi

Kisi-Kisi Pedoman Observasi

No. Indikator Aspek yang diamati No

Urut

1.Berbicara sopan santun dalam berbahasa kepada orang tua atau keluarga

Tidak berkata kotor kepada orang tua atau keluarga

1

Tidak meyela pembicaraan orang tua ketika di nasehati

2

Mengucapkan maaf jika melakukan kesalahan

3

Mengucapkan terimakasih jika mendapatkan bantuan

4

2.Berbicara sopan santun dalam berbahasa kepada

orang lain

Tidak berkata sombong kepada orang lain

5

Tidak menyinggung orang lain 6

Tidak meninggikan suara ketika berbicara kepada orang lain

7

3.Berperilaku sopan santun

kepada orang tua atau keluarga

Mencium tangan atau berpamitan saat keluar rumah

8

Tidak menghiraukan saat dinasehati orang tua

9

Bersikap 3S (Salam, senyum, sapa)

10

4.

Berperilaku sopan santun kepada orang lain

Meghormati orang yang lebih tua 11

Membungkukkan badan ketika lewat didepan orang yang lebih tua

12

Menyapa guru, tetangga, atau orang yang dikenal ketika bertemu di jalan

13

5.

Sopan santun dalam pembiasaan berbahasa

Jawa krama kepada orang tua atau keluarga

Menggunakan bahasa Jawa krama lugu dengan kakak atau adik

14

Membiasakan berbahasa Jawa krama alus dengan orang tua

15

Membiasakan bahasa Jawa krama di dalam kehidupan sehari-hari

16

65

Page 69: admin.ebimta.com · Web viewLatar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu keharusan bagi manusia karena pada hakikatnya manusia lahir dalam keadaan tidak berdaya dan tidak langsung

6.

Sopan santun dalam pembiasaan berbahasa

Jawa krama kepada orang lain.

Meggunakan bahasa Jawa krama lugu dengan teman sebaya

17

Membiasakan berbahasa Jawa krama alus dengan orang yang lebih tua

18

7.Faktor penghambat

pembiasaan berbahasa Jawa krama

Kesulitan yang dialami anak dalam pembiasaan berbahasa Jawa krama

19

Upaya mengatasi kesulitan anak 20

66

Page 70: admin.ebimta.com · Web viewLatar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu keharusan bagi manusia karena pada hakikatnya manusia lahir dalam keadaan tidak berdaya dan tidak langsung

Lampiran 7 Pedoman Observasi Orang tua

Pedoman Observasi Orang tua

Nama :

Alamat:

Hari/tgl:

No. Indikator Aspek yang diamatiNampak

KeteranganIya Tidak

1.

Berbicara sopan santun

dalam berbahasa

kepada orang tua atau keluarga

1. Mengajarkan anak perkataan yang baik.

2. Memberikan arahan kepada anak jika anak melakukan kesalahan

3. Membiasakan anak untuk mengucapkan maaf jika melakukan kesalahan

4. Mengajarkan anak mengucapkan terimakasih jika mendapatkan bantuan

2. Berbicara sopan santun

dalam berbahasa

kepada orang lain

5. Mengarahkan anak agar tidak berkata atau bersikap sombong kepada orang lain

6. Memberitahu anak agar tidak menyinggung orang lain

7. Memberitahu anak agar tidak meninggikan suara ketika berbicara

67

Page 71: admin.ebimta.com · Web viewLatar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu keharusan bagi manusia karena pada hakikatnya manusia lahir dalam keadaan tidak berdaya dan tidak langsung

kepada orang lain

3.

Berperilaku sopan santun kepada orang

tua atau keluarga

8. Memberitahu anak untu mencium tangan atau berpamitan saat keluar rumah

9. Memberi hukuman kepada anak jika tidak mendengarkan nasehat orang tua

10. Membiasakan anak untuk bersikap 3S (Salam, senyum, sapa)

4.

Berperilaku sopan santun kepada orang

lain

11. Megajarkan anak menghormati orang yang lebih tua

12. Membiasaan anank agar membungkukkan badan ketika lewat didepan orang yang lebih tua

13. Mengajarkan ank untuk menyapa guru, tetangga, atau orang yang dikenal ketika bertemu di jalan

5. Sopan santun dalam

pembiasaan berbahasa Jawa krama kepada orang tua atau

keluarga

14. Mengajarkan anak menggunakan bahasa Jawa krama lugu dengan kakak atau adik

15. Membiasakan anak untuk berbahasa Jawa krama alus dengan orang tua

16. Membiasakan anak untukbahasa Jawa

68

Page 72: admin.ebimta.com · Web viewLatar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu keharusan bagi manusia karena pada hakikatnya manusia lahir dalam keadaan tidak berdaya dan tidak langsung

krama di dalam kehidupan sehari-hari

6.

Sopan santun dalam

pembiasaan berbahasa Jawa krama kepada

orang lain.

17. Mengajarkan anak menggunakan bahasa Jawa krama lugu dengan teman sebaya

18. Membiasakan anak berbahasa Jawa krama alus dengan orang yang lebih tua

7.

Faktor penghambat pembiasaan

berbahasa Jawa krama

19. Kesulitan yang dialami anak dalam pembiasaan berbahasa Jawa krama

20. Upaya oarng tua mengatasi kesulitan anakdalam pembiasaan berbaasa Jawa krama

Kesimpulan

MengetahuiNarasumber

(_________________________)

Kudus, 2021Peneliti

SEPTIAJI EVI NATANTINIM. 201633253

69

Page 73: admin.ebimta.com · Web viewLatar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu keharusan bagi manusia karena pada hakikatnya manusia lahir dalam keadaan tidak berdaya dan tidak langsung

Lampiran 8 Pedoman observasi Anak

Pedoman Observasi Anak

Nama :

Alamat:

Hari/tgl:

No. Indikator Aspek yang diamatiNampak

KeteranganIya Tidak

1.

Berbicara sopan santun

dalam berbahasa

kepada orang tua atau keluarga

1. Tidak berkata kotor kepada orang tua atau keluarga

2. Tidak meyela pembicaraan orang tua ketika di nasehati

3. Mengucapkan maaf jika melakukan kesalahan

4. Mengucapkan terimakasih jika mendapatkan bantuan

2.

Berbicara sopan santun

dalam berbahasa

kepada orang lain

5. Tidak berkata sombong kepada orang lain

6. Tidak menyinggung orang lain

7. Tidak meninggikan suara ketika berbicara kepada orang lain

3. Berperilaku sopan santun kepada orang

tua atau keluarga

8. Mencium tangan atau berpamitan saat keluar rumah

9. Tidak menghiraukan saat dinasehati orang tua

10. Bersikap 3S (Salam,

70

Page 74: admin.ebimta.com · Web viewLatar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu keharusan bagi manusia karena pada hakikatnya manusia lahir dalam keadaan tidak berdaya dan tidak langsung

senyum, sapa)4.

Berperilaku sopan santun kepada orang

lain

11. Meghormati orang yang lebih tua

12. Membungkukkan badan ketika lewat didepan orang yang lebih tua

13. Menyapa guru, tetangga, atau orang yang dikenal ketika bertemu di jalan

5.

Sopan santun dalam

pembiasaan berbahasa Jawa krama kepada orang tua atau

keluarga

14. Menggunakan bahasa Jawa krama lugu dengan kakak atau adik

15. Membiasakan berbahasa Jawa krama alus dengan orang tua

16. Membiasakan bahasa Jawa krama di dalam kehidupan sehari-hari

6.

Sopan santun dalam

pembiasaan berbahasa Jawa krama kepada

orang lain.

17. Meggunakan bahasa Jawa krama lugu dengan teman sebaya

18. Membiasakan berbahasa Jawa krama alus dengan orang yang lebih tua

7.

Faktor penghambat pembiasaan

berbahasa Jawa krama

19. Kesulitan yang dialami dalam pembiasaan berbahasa Jawa krama

20. Upaya mengatasi kesulitan anak

Kesimpulan

71

Page 75: admin.ebimta.com · Web viewLatar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu keharusan bagi manusia karena pada hakikatnya manusia lahir dalam keadaan tidak berdaya dan tidak langsung

MengetahuiNarasumber

(_________________________)

Kudus, 2021Peneliti

SEPTIAJI EVI NATANTINIM. 201633253

72

Page 76: admin.ebimta.com · Web viewLatar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu keharusan bagi manusia karena pada hakikatnya manusia lahir dalam keadaan tidak berdaya dan tidak langsung

Lampiran 9 Kisi-kisi Pedoman Wawancar Orang tua

Kisi-Kisi Pedoman Wawancara Orang tua

No. Indikator Deskriptif No. Butir

1.

Berbicara sopan santun dalam

berbahasa kepada orang tua atau

keluarga

Mengajarkan anak perkataan yang baik.

1

Memberikan arahan kepada anak jika anak melakukan kesalahan

2

Membiasakan anak untuk mengucapkan maaf jika melakukan kesalahan

3

Mengajarkan anak mengucapkan terimakasih jika mendapatkan bantuan

4

2.

Berbicara sopan santun dalam

berbahasa kepada orang lain

Mengarahkan anak agar tidak berkata atau bersikap sombong kepada orang lain

5

Memberitahu anak agar tidak menyinggung orang lain

6

Memberitahu anak agar tidak meninggikan suara ketika berbicara kepada orang lain

7

3.Berperilaku sopan

santun kepada orang tua atau keluarga

Memberitahu anak untu mencium tangan atau berpamitan saat keluar rumah

8

Memberi hukuman kepada anak jika tidak mendengarkan nasehat orang tua

9

Membiasakan anak untuk bersikap 3S (Salam, senyum, sapa)

10

73

Page 77: admin.ebimta.com · Web viewLatar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu keharusan bagi manusia karena pada hakikatnya manusia lahir dalam keadaan tidak berdaya dan tidak langsung

4.

Berperilaku sopan santun kepada orang

lain

Mengajarkan anak menghormati orang yang lebih tua

11

Membiasaan anank agar membungkukkan badan ketika lewat didepan orang yang lebih tua

12

Mengajarkan ank untuk menyapa guru, tetangga, atau orang yang dikenal ketika bertemu di jalan

13

5.

Sopan santun dalam pembiasaan

berbahasa Jawa krama kepada orang

tua atau keluarga

Mengajarkan anak menggunakan bahasa Jawa krama lugu dengan kakak atau adik

14

Membiasakan anak untuk berbahasa Jawa krama alus dengan orang tua

15

Membiasakan anak untukbahasa Jawa krama di dalam kehidupan sehari-hari

16

6.

Sopan santun dalam pembiasaan

berbahasa Jawa krama kepada orang

lain.

Mengajarkan anak menggunakan bahasa Jawa krama lugu dengan teman sebaya

17

Membiasakan anak berbahasa Jawa krama alus dengan orang yang lebih tua

18

7.

Faktor penghambat pembiasaan

berbahasa Jawa krama

Kesulitan yang dialami anak dalam pembiasaan berbahasa Jawa krama

19

Upaya orang tua mengatasi kesulitan anakdalam pembiasaan berbaasa Jawa krama

20

74

Page 78: admin.ebimta.com · Web viewLatar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu keharusan bagi manusia karena pada hakikatnya manusia lahir dalam keadaan tidak berdaya dan tidak langsung

Lampiran 10 Kisi-kisi Pedoman Wawancara Anak

Kisi-Kisi Pedoman Wawancara Anak

No. Indikator Deskriptif No. Butir

1.

Berbicara sopan santun dalam

berbahasa kepada orang tua atau

keluarga

Tidak berkata kotor kepada orang tua atau keluarga

1

Tidak meyela pembicaraan orang tua ketika di nasehati

2

Mengucapkan maaf jika melakukan kesalahan

3

Mengucapkan terimakasih jika mendapatkan bantuan

4

2.

Berbicara sopan santun dalam

berbahasa kepada orang lain

Tidak berkata sombong kepada orang lain

5

Tidak menyinggung orang lain

6

Tidak meninggikan suara ketika berbicara kepada orang lain

7

3.Berperilaku sopan

santun kepada orang tua atau keluarga

Mencium tangan atau berpamitan saat keluar rumah

8

Tidak menghiraukan saat dinasehati orang tua

9

Bersikap 3S (Salam, senyum, sapa)

10

4.

Berperilaku sopan santun kepada orang

lain

Menghormati orang yang lebih tua

11

Membungkukkan badan ketika lewat didepan orang yang lebih tua

12

Menyapa guru, tetangga, atau orang yang dikenal ketika bertemu di jalan

13

5. Sopan santun dalam pembiasaan

berbahasa Jawa

Menggunakan bahasa Jawa krama lugu dengan kakak atau adik

14

75

Page 79: admin.ebimta.com · Web viewLatar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu keharusan bagi manusia karena pada hakikatnya manusia lahir dalam keadaan tidak berdaya dan tidak langsung

krama kepada orang tua atau keluarga

Membiasakan berbahasa Jawa krama alus dengan orang tua

15

Membiasakan bahasa Jawa krama di dalam kehidupan sehari-hari

16

6.

Sopan santun dalam pembiasaan

berbahasa Jawa krama kepada orang

lain.

Meggunakan bahasa Jawa krama lugu dengan teman sebaya

17

Membiasakan berbahasa Jawa krama alus dengan orang yang lebih tua

18

7.

Faktor penghambat pembiasaan

berbahasa Jawa krama

Kesulitan yang dialami dalam pembiasaan berbahasa Jawa krama

19

Upaya mengatasi kesulitan anak

20

76

Page 80: admin.ebimta.com · Web viewLatar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu keharusan bagi manusia karena pada hakikatnya manusia lahir dalam keadaan tidak berdaya dan tidak langsung

Lampiran 11 Pedoman Wawancara Orang Tua

Pedoman Wawancara Orang Tua

Nama :

Alamat:

Hari/tgl:

No. Pertanyaan Jawaban

1. Apakah bapak/ibu mengajarkan anak untuk berkata baik sejak dini?

2. Bagaimana bapak/ ibu memberikan arahan kepada anak jika anak melakukan kesalahan?

3. Apakah bapak/ ibu membiasakan anak untuk mengucapkan kata maaf jika anak melakukan kesalahan?

4. Apakah bapak/ibu mengajarkan anak sejak dini untuk berkata terimakasih jika mendapatkan bantuan?

5. Bagaimana cara agar anak tidak bersikap sombong kepada orang lain?

6. Apakah bapak/ibu sering menegur anak jika menyinggung orang lain?

7. Apakah bapak/ibu menegur anak jika anak meninggikan suara ketika berbicara kepada orang lain?

8. Bagaimana cara membiasakan akan untuk berpamitan saat keluar rumah?

9. Apakah bapak/ibu memberikan sanksi kepada anak kika tidak mendengarkan nasehat orang tua?

10. Bagaimana agar anak bisa terbiasa degan 3S (salam, senyum,sapa)?

11. Apakah bapak/ ibu mengajarkan anak menghormati orang yang lebih tua?

12. Bagaimana agar anak terbiasa dengan sopan santun dengan

77

Page 81: admin.ebimta.com · Web viewLatar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu keharusan bagi manusia karena pada hakikatnya manusia lahir dalam keadaan tidak berdaya dan tidak langsung

membungkukkan badan saat berjalan di depan orang yang lebih tua?

13. Apakah bapak/ibu megajarkan anak agar menyapa guru atau orang yang dikenal jika bertemu di luar rumah?

14. Apakah bapak/ibu mengajarkan anak menggunakan bahasa Jawa krama lugu ketika berbicara dengan kakak atau adik?

15. Apakah bapak/ ibu mengajarkan anak menggunakan bahasa Jawa krama alus ketika berbicara dengan anda?

16. Bagaimana peran orang tua dalam membiasakan anak untu berbahasa Jawa krama di rumah?

17. Apakah anda sering melihat atau mendegarkan anak berbicara bahasa Jawa krama lugu dengan teman sebaya?

18. Bagaimana cara membiasakan anak untuk berbahasa Jawa krama alus?

19. Kesulitan apa yang bapak/ibu alami dalam membiasakan ank berbahasa Jawa krama?

20. Upaya apa yang dilakukan orang tua saat anak mengalami kesulitan dalam pembiasaan berbahasa Jawa krama?

Kesimpulan

78

Page 82: admin.ebimta.com · Web viewLatar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu keharusan bagi manusia karena pada hakikatnya manusia lahir dalam keadaan tidak berdaya dan tidak langsung

MengetahuiNarasumber

(_________________________)

Kudus, 2021Peneliti

SEPTIAJI EVI NATANTINIM. 201633253

79

Page 83: admin.ebimta.com · Web viewLatar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu keharusan bagi manusia karena pada hakikatnya manusia lahir dalam keadaan tidak berdaya dan tidak langsung

Lampiran 12 Pedoman Wawancara Anak

Pedoman Wawancara Anak

Nama :

Alamat:

Hari/tgl:

No. Pertanyaan Jawaban

1. Apakah adik tidak pernah berkata kotor kepada orang tua?

2. Apakah adik tidak pernah meyela pembicaraan orang tua ketika dinasehati?

3. Apakah adik sering mengucapkan maaf jika membuat kesalahan?

4. Apakah adik selalu mengucapkan terimakasih jika mendapat bantuan?

5. Apakah adik diajarkan orang tuan untuk tidak bersikap sombong?

6. Apakah adik sering menyinggung orang lain?

7. Pernahkah adik meninggukan suara jika berbicara kepada orang lain?

8. Apakah adik terbiasa berpamitan kepada orang tua saat keluar rumah?

9. Apa yang adik lakukan saat dinesehati orang tua?

10. Apakah adik sering bersikap 3S (salam, senyum, sapa) kepada orang lain?

11. Bagaimana cara adik dalam menghormati orang yang lebih tua?

12. Apakah adik membungkukkan badan saat lewat di depan orang

80

Page 84: admin.ebimta.com · Web viewLatar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu keharusan bagi manusia karena pada hakikatnya manusia lahir dalam keadaan tidak berdaya dan tidak langsung

tua?

13. Apakah adik pernah menyapa guru, atau orang yang adik kenal ketika di luar rumah?

14. Apakah adik terbiasa menggunakan bahasa Jawa krama lugu ketika berbicara degan kakak atau adik anda?

15. Apakah adik membiasakan berbahasa Jawa krama alus saat berbicara degan orang tua?

16. Bagaimana adik membiasakan berbahasa Jawa krama dikehidupan sehari-hari?

17. Apakah adik ketika berbicara dengan teman sebaya meggunakan bahasa krama lugu?

18. Apakah adik meggunakan bahasa krama alus ketika berbicara dengan orang yang lebih tua?

19. Apa kesulitan yang adik alami adam pembiasaan berbahasa Jawa krama?

20. Bagaimana upaya adik agar terbiasa meggunakan bahasa Jawa krama?

Kesimpulan

81

Page 85: admin.ebimta.com · Web viewLatar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu keharusan bagi manusia karena pada hakikatnya manusia lahir dalam keadaan tidak berdaya dan tidak langsung

MengetahuiNarasumber

(_________________________)

Kudus, 2021Peneliti

SEPTIAJI EVI NATANTINIM. 201633253

82