Upload
others
View
3
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
iv
RIWAYAT HIDUP PENULIS
Nama : Astriani Wulandari Iswahyudi
Ayah : Iswahyudi
Ibu : Sitti Hasnawati S.Pd., M.Pd
Tempat, Tanggal Lahir : Sungguminasa, 12 juni 1998
Agama : Islam
Alamat : Jl. Al Jibra
Nomor Telepon/HP : 081342463055
Email : [email protected]
RIWAYAT PENDIDIKAN
• SDN Sungguminasa 1 (2004-2010)
• MTs PP Sultan Hasanuddin (2010-2013)
• SMA Negeri 3 Sungguminasa (2013-2016)
• Universitas Muhammadiyah Makassar (2016-2020)
RIWAYAT ORGANISASI
• Anggota Bidang Sosial Pemberdayaan Masyarakat Pikom IMM FK Unismuh 2017-2018
• Anggota Keorganisasian Tim Bantuan Medis FK Unismuh 2017-2018
• Sekretaris Bidang Tabligh Pikom IMM FK Unismuh 2018-2019
• Sekretaris Bidang Pengembangan Ilmu Pengetahuan BEM FK Unismuh 2018-2019
vi
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
Skripsi, 05 Maret 2020
Astriani Wulandari Iswahyudi,1 Rahasiah Taufik
2 Darwis Muhdina
2
1Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Makassar angkatan
2016/ email [email protected] 2Pembimbing
”HUBUNGAN ANTARA KUALITAS TIDUR DAN HIPERTENSI PADA
STAF UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR 2019”
(xiii + 57 Halaman + 7 Tabel + 3 Lampiran)
ABSTRAK
Latar Belakang: Tidur merupakan kebutuhan dasar manusia agar memiliki fungsi
tubuh yang optimal. Kualitas tidur yang buruk dikatakan dapat mengaktivasi saraf
simpatis dan hormone kortisol sehingga menyebabkan terjadinya hipertensi.
Tujuan: Untuk mengetahui Mengetahui apakah terdapat hubungan antara kualitas tidur
dan hipertensi pada Staf Universitas Muhammadiyah Makassar tahun 2019.
Metode: Jenis desain penelitian yang penelitian Observasional analitik. Dengan
pendekatan cross sectional. Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini
adalah random sampling dengan sampel sebanyak 55 responden. Pengambilan data
yaitu dengan pengukuran tekanan darah dengan menggunakan tensimeter dan
kuesioner pittsburgh sleep quality index (PSQI) untuk mengetahui pola tidur. Teknik
analisis data dengan korelasi Chi Square.
Hasil: Dari 55 sampel, Presentasi Responden dengan kualitas tidur baik yang
mempunyai tekanan darah tidak hipertensi adalah sebanyak 23 orang (69.7%) Dan
presentasi Responden dengan kualitas baik yang mempunyai tekanan darah hipertensi
adalah sebanyak 10 orang (30.3 %). Sedangkan presentasi responden dengan kualitas
tidur buruk yang mempunyai tekanan darah tidak hipertensi adalah sebanyak 6 orang
(27.3%) Dan presentasi responden dengan kualitas tidur buruk yang mempunyai
tekanan darah hipertensi adalah sebanyak 16 orang (72.7 %). Hasil uji statistik
menunjukkan p value = 0.002.
Kesimpulan: Terdapat hubungan antara kualitas tidur dan hipertensi pada staf
Universitas Muhammadiyah Makassar
Kata Kunci : Kualitas Tidur, Hipertensi, Kebutuhan tidur.
vii
FACULTY OF MEDICAL
UNIVERSITY OF MUHAMMADIYAH MAKASSAR
Undergraduate Thesis, 05th
March 2020
Astriani Wulandari Iswahyudi,1 Rahasiah Taufik
2 Darwis Muhdina
2
1Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Makassar angkatan 2016/ email
[email protected] 2Pembimbing
”RELATIONSHIP BETWEEN SLEEP QUALITY AND HYPERTENSION IN THE
STAFF OF MUHAMMADIYAH MAKASSAR 2019”
(xiii + 57 Pages + 7 Tables + 3 Appendices)
ABSTRACT
Background: Sleep is a basic human need to have optimal body function. Poor sleep quality is
said to activate the sympathetic nerves and the hormone cortisol, causing hypertension.
Objective: To find out whether there is a relationship between sleep quality and hypertension at
the University of Muhammadiyah Makassar Staff in 2019.
Methods: The type of research design is analytic observational research. With cross sectional
approach. The sampling technique used in this study was random sampling with a sample of 54
respondents. Data collection is by measuring blood pressure using a tensimeter and the
pittsburgh sleep quality index (PSQI) questionnaire to determine sleep patterns. Data analysis
technique with Chi-Square correlation.
Results: Of the 55 samples, 23 people (69.7%) had good quality sleep who had no hypertension who
had poor blood pressure and 10 people (30.3%) had good quality sleep who had hypertension. While the
presentation of respondents with poor sleep quality who have no hypertension blood pressure is as many
as 6 people (27.3%) and the presentation of respondents with poor sleep quality who have hypertension
blood is as many as 16 people (72.7%). Statistical test results show that p value = 0,002.
Conclusion: There is a relationship between sleep quality and hypertension in the staff of the
University of Muhammadiyah Makassar.
Keywords : Sleep Quality, Hypertension, Sleep needs.
viii
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
segala rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal skripsi dengan judul
“Hubungan Antara Kualitas Tidur Dan Hipertensi Pada Staf Universitas Muhammadiyah
Makassar 2019” guna memenuhi sebagian persyaratan untuk melanjutkan proses penelitian
pada semester tujuh program studi Pendidikan Dokter pada Fakultas Kedokteran Universitas
Muhammadiyah Makassar.
Penulis menyadari kelemahan serta keterbatasan yang ada sehingga dalam menyelesaikan
proposal ini memperoleh bantuan dari berbagai pihak, dalam kesempatan ini penulis
menyampaikan ucapan terimakasih kepada :
1. Rasulullah SAW yang telah menunjukkan jalan kebenaran bagi umat Islam dan tak
pernah berhenti memikirkan ummatnya hingga diakhir hidupnya.
2. Kepada kedua orang tua saya, ayah Iswahyudi, dan ibu saya Sitti Hasnawati S.Pd.,
M.Pd yang telah memberikan doa, dukungan, dan semangatnya hingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini dengan tepat waktu.
3. dokter. Rahasiah Taufik Sp.M(K) selaku Pembimbing Skripsi yang telah meluangkan
banyak waktu dan wawasannya dalam membantu serta memberikan bimbingan dan
arahan demi tersusunnya skripsi ini.
4. Dr. H Darwis Muhdina, M.Ag selaku Pembimbing Skripsi AIK yang telah
meluangkan banyak waktu dan wawasannya dalam membantu serta memberikan
bimbingan dan arahan demi tersusunnya skripsi ini.
viii
5. dokter. Nur Muallima, Sp.PD selaku dosen Pembimbing Akademik yang telah
memberikan dorongan dalam penulisan skripsi ini.
6. Ibu Juliani Ibrahim, Ph.D selaku penguji dalam ujian proposal yang juga memberikan
masukan dan saran terhadap kelanjutan penelitian ini serta selaku Koordinator Skripsi
di FKIK Unismuh yang telah memberikan ijin dalam penyusunan skripsi ini.
7. Seluruh dosen dan staf di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas
Muhammadiyah Makassar.
8. Kepada semua pihak yang terlibat baik secara langsung maupun tidak langsung yang
telah memberikan semangat dan dukungan.
Penulis menyadari bahwa proposal ini masih banyak kekurangan baik isi maupun
susunannya. Semoga skripsi ini dapat menjadi bahan acuan demi kelanjutan proses penelitian
selanjutnya.
Makassar, 05 Maret 2020
Penulis
ix
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ...............................................................................................................
PANITIA SIDANG UJIAN ..................................................................................................... i
PERNYATAAN PENGESAHAN ........................................................................................... ii
PERNYATAAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ............................................................ iii
PERNYATAAN TIDAK PLAGIAT ...................................................................................... iv
RIWAYAT HIDUP ................................................................................................................. v
ABSTRAK ................................................................................................................................ vi
ABSTRACT ............................................................................................................................. vii
KATA PENGANTAR .............................................................................................................. viii
DAFTAR ISI............................................................................................................................. ix
DAFTAR TABEL ................................................................................................................... x
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................................... xi
BAB I PENDAHULUAN ..............................................................................................................
1.1 Latar Belakang ..................................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah .............................................................................................................4
1.3 Tujuan Penelitianp ............................................................................................................4
1.4 Manfaat Penelitian ............................................................................................................5
1.5 Ruang Lingkup Penelitian ................................................................................................5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ..................................................................................................
2.1 Tidur .................................................................................................................................
2.1.1 Definisi .......................................................................................................6
2.1.2 Tidur Fisiologi ............................................................................................7
2.1.3 Tahapan Tidur .............................................................................................8
2.1.4 Gangguan Tidur .........................................................................................10
2.2 Tekanan Darah ..................................................................................................................
2.2.1 Definisi ........................................................................................................14
2.2.2 Klasifikasi ..................................................................................................15
2.2.3 Etiologi ........................................................................................................16
ix
2.2.4 Patofisiologi ...............................................................................................17
2.2.5 Gambaran Klinik .........................................................................................18
2.2.6 Faktor Risiko ...............................................................................................19
2.2.7 Komplikasi Hipertensi ................................................................................23
2.2.8 Penanganan Hipetensi .................................................................................25
2.2.9 Pencegahan ................................................................................................28
2.2.10 Hubungan Kualitas Tidur Dengan Hipertensi.............................................29
2.3 Kajian Al Islam Kemuhammadiyaan................................................................................32
2.4 Kerangka Teori .................................................................................................................36
BAB III KERANGKA KONSEP ................................................................................................
3.1 Dasar Pemikiran Variabel Yang Akan Diteliti .................................................................37
3.2 Definisi Operasinal Dan Kriteria Objektif ........................................................................39
3.3 Hipotesis penelitian ..........................................................................................................40
BAB IV METODE PENELITIAN ..............................................................................................
4.1 Objek Penelitian ................................................................................................................41
4.2 Metode Penelitian .............................................................................................................41
4.3 Tehnik Pengmbilan Sampel ..............................................................................................41
4.4 Rumus dan Besar Sampel .................................................................................................42
4.5 Alur penelitian ..................................................................................................................43
4.6 Tehnik Pengumpulan Data ...............................................................................................43
4.7 Tehnik Anlisis Data ..........................................................................................................43
4.8 Aspek Etika Penelitian ......................................................................................................44
BAB V HASIL PENELITIAN .....................................................................................................
5.1 Gambaran umum populasi / sampel ...............................................................................46
5.2 Identitas responden ...........................................................................................................46
5.3 Analisis Univariat .............................................................................................................48
ix
BAB VI PEMBAHASAN .............................................................................................................
6.1 Pembahasan ....................................................................................................................49
6.2 Keterbatasan Peneliti ......................................................................................................52
BAB VII PENUTUPAN ................................................................................................................
7.1 Kesimpulan ......................................................................................................................53
7.2 Saran .................................................................................................................................53
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................................55
x
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1. Klasifikasi Tekanan Darah menurut JNC VII ................................. 15
Tabel 2.2 Klasifikasi Tekanan Darah menurut JNC VIII ................................ 15
Tabel 5.3 Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin .......................... 46
Tabel 5.4 Distribusi Responden Berdasarkan Usia ......................................... 47
Tabel 5.5 Distribusi Responden dengan Kualitas Tidur .................................. 48
Tabel 5.6 Distribusi Responden dengan Hipertensi ......................................... 48
Tabel 5.7 Hubungan Kualitas tidur dan hipertensi........................................... 49
xi
DAFTAR LAMPIRAN
1. Surat izin penelitian
2. Analisis Univariat
3. Analisis Bivariat
4. Kuesioner
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tidur merupakan karunia yang diberikan oleh Allah SWT yang
dibutuhkan oleh setiap manusia. Pada kondisi tidur, terjadi proses pemulihan
untuk mengembalikan stamina tubuh hingga berada dalam kondisi yang optimal.
Tidur merupakan hal yang penting yang berkontribusi terhadap status kesehatan
optimal dan terhadap tanda-tanda vital tubuh Kualitas tidur mengacu pada
keadaan dimana tidur yang dijalani seorang individu mencapai tahap tidur Rapid
Eye Movement (REM) dan NonRapid Eye Movement (NREM) sehingga
menghasilkan kesegaran dan kebugaran disaat terbangun.1
Kebutuhan tidur setiap individu berbeda-beda, tergantung usia setiap
individu tersebut, dan setiap individu harus memenuhi kebutuhan tidurnya agar
dapat menjalankan aktifitas dengan baik. Pola tidur yang buruk dapat berakibat
kepada gangguan keseimbangan fisiologi dan psikologi. Dampak fisiologi
meliputi penurunan aktifitas sehari-hari, rasa lelah, lemah, penurunan daya tahan
tubuh dan ketidakstabilan tanda-tanda vital. Faktor yang dapat mempengaruhi
kualitas tidur seseorang termasuk juga kelelahan. Berbanding terbalik dengan
kualitas tidur yang dialami seseorang. Semakin tinggi tingkat kelelahan
yangdialami seseorang, maka kualitas tidurnya pun semakin buruk. Aktivitas
padat dan kompleks menyebabkan seseorang rentan mengalami gejala gangguan
tidur salah satunya adalah insomnia. Insomnia merupakan suatu kesukaran dalam
memulai dan mempertahankan tidur sehingga seseorang tidak dapat memenuhi
2
kebutuhann tidur yang adekuat, baik secara kualitas maupun kuantitas. Kualitas
tidur merupakan kemampuan individu untuk tetap tidur dan mendapatkan
sejumlah tidur REM dan NREM. Kuantitas tidur merupakan total dari waktu tidur
individu.2
Agama islam sudah memberikan tuntutan pada setiap sisi kehidupan
pemeluknya mulai dari hal yang sederhana seperti tidur hingga hal yang lebih
kompleks, Sebagaimana dalam Firman Allah yang berbunyi:
وھ1 ا:Kي <=> :HI ا:6B6A: <FG وا:19م 6AB@6 و<=> ا:679ر 134ر
“Dialah yang menjadi kan untukmu malam (sebagai) pakaian, dan tidur
untuk istirahat, dan Dia menjadi kan siang untuk bangu berusaha.”(Q. S
Al-Furqan :47)
Ayat di atas menjelaskan bahwa, salah satu tanda kebesaran Allah swt pada
manusia adalah menjadikan malam sebagai penutup bagi kita dengan
kegelapannya, sebagaimana pakaian menutupi. Dan Dia menjadikan tidur sebagai
istirahat bagi tubuh sehingga tubuh menjadi tenang dan tentram dan menjadikan
siang untuk bertebaran di muka bumi dan mencari penghidupan.3
Adapun Tekanan darah adalah faktor yang penting dalam sistem sirkulasi.
Peningkatan ataupun penurunan dalam tekanan darah akan mempengaruhi
homeostasis di dalam tubuh. Dari hasil pengukuran tekanan darah ada dua angka
yaitu tekanan darah sistolik dan diastolik. Tekanan sistolik adalah tekanan pada
arteri ketika jantung memompa darah melalui pembuluh darah, sedangkan
3
diastolik adalah tekanan di arteri saat jantung berelaksasi diantara dua denyutan
atau kontraksi 4. Adapun nilai normal tekanan darah yaitu dengan mengukur
tinggi badan, berat badan, aktivitas kegiatan normal serta kesehatan secara umum
adalah 120/80 mmhg. apabila tekanan darah rendah dikatan hipotensi sedangkan
apabila tinggi dikatakan hipertensi.
Hipertensi dapat terjadi akibat beberapa faktor risiko yaitu riwayat keluarga,
kebiasan hidup yang kurang baik, pola diet yang kurang baik dan durasi atau
kualitas tidur yang kurang baik. Durasi dan kualitas tidur yang kurang baik akan
lebih banyak memicu aktivitas sistem saraf simpatik dan menimbulkan stressor
fisik dan psikologis.5
Menurut hasil Riskesdas 2018 prevalensi hipertensi berdasarkan hasil
pengukuran di Indonesia pada umur >18 tahun sebesar 34,1 persen. Prevalensi
hipertensi di Sulawesi Selatan yang didapat melalui kuisioner yang di diagnosis
tenaga kesehatan sebesar 10,3 persen, prevalensi hipertensi yang didiagnosis
dokter pada penduduk umur >18 tahun meningkat sesusai dengan bertambahnya
usia yaitu usia 25-34 tahun sebesar 20,1 persen, 35-44 tahun sebesar 31.6 persen,
usia 45-54 tahun sebesar 45,3 persen. Kemudian prevalensi hipertensi di
Indonesia paling banyak dari kalangan tidak atau belum pernah sekolah yaitu 51,6
persen.6
Terjadinya peningkatan tekanan darah disebabkan oleh kondisi kurang tidur
yang dapat memengaruhi keseimbangan hormon kortisol (hormon penanda stres).
Ketidakseimbangan hormon kortisol akan menyebabkan ketidakseimbangan
hormon yang dihasilkan oleh kelenjar adrenal salah satunya adalah katekolamin
4
yang terdiri dari epinefrin dan noreprinefrin yang bekerja pada saraf simpatis yang
menyebabkan vasokontriksi vaskuler.6
Dengan demikian Hipertensi dapat dicegah dengan mengendalikan faktor
risiko yang sebagian besar merupakan factor perilaku berupa kebiasaan hidup
salah satunya pola tidur. Apabila seseorang menerapkan pola hidup yang baik,
maka hipertensi bisa dihindari.7
1. Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut adapun rumusan masalah dari peneliti ini
adalah Apakah terdapat hubungan antara kualitas tidur dan hipertensi pada
Staf Universitas Muhammadiyah Makassar tahun 2019.
2. Tujuan Penelitian
a) Tujuan Umum
Mengetahui apakah terdapat hubungan antara kualitas tidur dan hipertensi
pada Staf Universitas Muhammadiyah Makassar tahun 2019.
b) Tujuan Khusus
1) Mengidentifikasi kualitas tidur pada Staf Universitas Muhammadiyah
Makassar tahun 2019.
2) Mengidentifikasi kejadian kualitas tidur baik dan kualitas tidur buruk
pada staf Universitas Muhammadiyah Makassar 2019.
3) Mengetahui ada tidaknya hubungan antara kualitas tidur dengan
hipertensi darah pada Staf Universitas Muhammadiyah Makassar
tahun 2019.
5
3. Manfaat Penelitian
a) Manfaat teoritik
1) Bagi peneliti hasil dari penelitian ini dapat dijadikan tambahan ilmu
pengetahun terkait dengan kualitas tidur terhadap tekanan darah.
2) Bagi peneliti dapat memberikan motivasi mengkaji ilmu pengetahuan
Al Qur’an dan hadist serta mengaplikasikan di kehidupan sehari –
hari.
b) Manfaat Aplikatif
1) Diharapkan dapat dilakukan pencegahan dan edukasi dini terkait
dengan kualitas tidur yang baik dan kejadian hipertensi.
2) Sebagai salah satu sumber informasi yang berhubungan dengan
penelitian sehingga dapat bermanfaat khusus nya bagi penulis untuk
menambah wawasan di bidang neurologi dan kardiologi.
4. Ruang lingkup penelitian
Ruang lingkup dari penelitian ini hanya terbatas pada Staf Universitas
Muhammadiyah Makassar tahun 2019.
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tidur
1. Definisi
Tidur adalah keadaan terjadinya perubahan kesadaran atau ketidaksadaran
parsial individu yang dapat dibangunkan. Tidur dapat diartikan sebagai periode
istirahat untuk tubuh dan pikiran, yang selama masa ini, kemauan dan kesadaran
ditangguhkan sebagian atau seluruhnya dimana fungsi-fungsi tubuh sebagian
dihentikan. Tidur telah dideskripsikan sebagai status tingkah laku yang ditandai
dengan posisi tak bergerak yang khas dan sensitivitas reversibel yang menurun,
tapi siaga terhadap rangsangan dari luar.8 Terdapat berbagai tahap dalam tidur,
dan tidur yang sangat ringan sampai tidur yang sangat dalam. Para peneliti tidur
juga membagi tidur menjadi dua tipe secara keseluruhan berbeda. Yang memiliki
kualitas yng berbeda pula.
Faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas tidur adalah antara lain
penyakit, latihan, dan kelelahan, stress psikologi, obat, nutrisi, lingkungan dan
motivasi. Aspek–aspek kualitas tidur diantaranya kualitas tidur subyektif, tidur
latensi, gangguan tidur, durasi tidur, efisiensi kebiasaan tidur, penggunaan obat
tidur dan penyalahgunaan waktu disiang hari, keduanya menjadi aspek
pengukuran dalam instrument Pittsburgh Sleep Indeks (PSQI).9
7
2. Tidur Fisiologi
Fisiologi tidur dimulai dari irama sirkadian yang merupakan irama yang
dialami individu yang terjadi selama 24 jam. Pola fungsi biologis dan perilaku
dipengaruhi oleh irama sirkadian. Pemeliharaan siklus sirkadian memengaruhi
sekresi hormon, temperatur tubuh, denyut nadi, ketajaman sensori, suasana hati,
dan tekanan darah. Irama sirkadian meliputi siklus harian bangun tidur yang
dipengaruhi oleh temperatur, sinar, dan faktor eksternal seperti aktivitas sosial dan
pekerjaan rutin.10
Dalam The World Book Encyclopedia dikatakan bahwa tidur dapat
memulihkan energi tubuh, khususnya pada otak dan sistem saraf. Gangguan
keseimbangan fisiologis dan psikologis dalam tubuh manusia terjadi karena tidur
yang tidak adekuat dan kualitas tidur yang buruk. Dalam hal fisiologis meliputi
penurunan aktivitas sehari-hari, mudah capek, lemah, daya tahan tubuh menurun
dan ketidakstabilan tanda-tanda vital. Sedangkan dampak psikologis meliputi
depresi, cemas, dan tidak konsentrasi.10
Seorang pakar wellness mengatakan bahwa waktu paling optimal untuk
mulai tidur di malamhari adalah jam 10 malam, selain ampuh untuk mengumpulkan
kembali energi dan tenaga, tidur mulai jam 10 malam juga sangat baik untuk
kecantikan kulit, vitalitas tubuh, dan meningkatkan mood positif di pagi hari.
Kebutuhan tidur seseorang berbeda-beda menurut kelompok umur, untuk umur 18–
40 tahun kebutuhan tidur adalah 8–9jam perhari, untuk umur 41–60 tahun
8
kebutuhan tidur adalah 7 jam perhari, dan untuk umur 60 tahun keatas kebutuhan
tidur adalah 6 jam perhari.10
3. Tahapan tidur
a) tidur gelombang lambat
kebanyakan dari kita dapat mengerti sifat-sifat tidur gelombang
lambat yang dalam dengan mengingat saat-saat terakhir kita tetap terjaga
selama lebih dari 24 jam, yang kemudian tidur nyenyak yang terjadi
dalam satu jam pertama setelah mulai tidur. Tahap tidur ini begitu tenang
dan dapat dihubungkan dengan penurunan tonus pembuluh darah perifer
dan fungsi-fungsi vegegtatif tubuh lain contohnya, tekanan darah,
frekuensi pernafasan dan laju metabolisme basal akan berkurang 10
sampai 30 persen.11
Walaupun tidur geombang lambat sering disebut “tidur tanpa
mimpi”, namun sebenarnya pada tahap tidur ini sering timbul mimpi dan
kadang-kadang bahkan mimpi buruk terjadi selama tidur gelombang
lambat. Perbedaan antara mimpi-mimpi yang timbul sewaktu tahap tidur
gelombang lambat dan mimpi pada tidur REM adalah bahwa mimpi yang
timbul pada tahap tidur REM lebih sering melibatkan aktivitas otot
tubuh, dan mimpi pada tahap tidur gelombang lambat biasanya tak dapat
diingat. Jadi, selama tidur gelombang lambat, tidak terjadi konsolidasi
mimpi dalam memori.11
b) Tidur REM (paradoksal, tidur desinkronisasi)
9
Sepanjang tidur malam yang normal, tidur REM yang
berlangsung 5-30 menit biasanya muncul rata-rata setiap 90 menit. Bila
seseorang sangat mengantuk, setiap tidur REM berlangsung singkat dan
bahkan mungkin tak ada. Sebaliknya, saat orang makin menjadi lebih
nyenyak sepanjang malamnya. Durasi tidur REM juga makin lama.
Tidur REM mempunyai karakteristik penting sebagai berikut:
1) Tidur REM merupakan bentuk tidur aktif yang biasanya disertai
mimpi dan pergerakan otot tubuh yang aktif.
2) Seseorang lebih sukar dibangunkan oleh rangsangan sensorik
selama tidur gelombang lambat. Namun orang-orang terbangun
secara spontan dipagi hari saat episode tidur REM.
3) Tonus otot diseluruh tubuh berkurang, dan ini menunjukkan adanya
hambatan yang kuat pada area pengendalian otot di spinal.
4) Frekuensi denyut jantung dan pernafasan biasanya tidak teratur,
dan ini merupakan sifat dari keadaan tidur dan mimpi.
5) Walaupun ada hambatan yang sangat kuat pada otot perifer, masih
timbul gerakan otot yang tidak teratur. Keadaan ini khususnya
mencakup gerakan mata yang cepat.
6) Pada tidur REM, otak menjadi sangat aktif, dan metabolism
diseluruh otak meningkat sebanyak 20%. Pada elektroensefalogram
(EEG) terlihat pola gelombang otak yang serupa dengan yang
terjadi selama keadaan siaga. Tidur ini disebut juga tidur
paradoksal. Karena hal ini bersifat paraadoks, yaitu seseorang
10
dapat tertidur walaupun aktivitas otaknya meningkat. Ringkasnya,
tidur REM merupakan tipe tidur saat otak benar-benar dalam
keadaan aktif. Namun, aktivitas otak tidak disalurkan kearah yang
sesuai agar orang itu siaga penuh terhadap keadaan sekelilingnya
sehingga, orang tersebut benar-benar tertidur.11
4. Gangguan Tidur
Gangguan tidur merupakan salah satu gejala dari gangguan lainnya, baik
mental atau fisik. Walaupun gangguan tidur yang spesifik terlihat secara
klinis berdiri sendiri sejumlah faktor psikiatrik dan atau fisik yang terkait
memberikan kontribusi pada kejadiannya. Secara umum adalah lebih baik
membuat diagnosis lain yang relevan untuk menjelaskan secara adekuat
psikopatologi dan atau patofisiologi. Adapun kelompok gangguan tidur yang
non-organic yaitu
a) Dyssomnia = kondisi psikogenik primer dimana gangguan utamanya
adalah jumlah, kualitas atau waktu tidur yang disebabkan oleh hal –
hal emosional, misalnya: insomnia, hypersomnia, gangguan jadwal
tidur-jaga
b) Parasomnia =peristiwa episodic abnormal yang terjadi selama tidur,
(pada kanak–kanak hal ini terkait terutama dengan perkembangan
anak, sedangkan pada dewasa terutama pengaruh psikogenik).
Misalnya: somnabulisme, terror tidur dan mimpi buruk
1) Insomnia
11
i. Keluhan adanya kesulitan masuk tidur atau
mempertahankan tidur, atau kualitas tidur yang buruk.
ii. Gangguan terjadi minimal 3 kali seminngu selama minimal
satu bulan.
iii. Adanya preokupasi dengan tidak bisa tidur (sleeplessness)
dan peduli yang berlebihan terhadap akibatnya pada malam
hari dan sepanjang siang hari.
iv. Ketidakpuasan terhadap kuantitas dan atau kualitas tidur
menyebabkan penderitaan yang cukup berat dan
mempengaruhi fungsi dalam sosial dan pekerjaan.
2) Hypersomnia
i. Rasa kantuk pada siang hari yang berlebihan atau adanya
serangan tidur “sleep attack” (tidak disebabkan oleh jumlah
tidur yang kurang) dan atau transisi yang memanjang dari
saat mulai bangun tidur sampai sadar sepenuhnya (sleep
drunkenness).
ii. Gangguan tidur terjadi setip hari selama lebih dari 1 bulan
atau berulang dengan kurun waktu yang lebih pendek,
menyebabkan penderitaan yang cukup berat dan
mempengaruhi fungsi dalam sosial dan pekerjaan.
iii. Tidak ada gejala tambahan “narcolepsy” (cataplexy, sleep
paralysis, hypnagogic hallucination) atau bukti klinis untuk
12
“sleep apnoe” (nocturnal breath cessation, tyical
intermittent snoring sounds, etc).
iv. Tidak ada kondisi neurologis atau medis yang menunjukkan
gejala rasa kantuk pada siang hari.
3) Gangguan Jadwal Tidur- Jaga
i. Pola tidur - jaga dari individu tidak seirama yang normal
bagi masyarakat setempat.
ii. Insomnia pada waktu orang tidur dan hypersomnia pada
waktu orang jaga yang dialami hampir setiap hari untuk
sedikitnya satu bulan atau berulang dalam kurung waktu
singkat.
iii. Ketidak-puasan dalam kuantitas, kualitas dalam waktu tidur
menyebabkan penderitaan yang cukup berat dan
mempengaruhi fungsi dalam sosial dan pekerjaan.
4) Somnabulisme (Sleep Walking)
i. Satu atau lebih episode bangun dan tempat tidur, biasanya
pada spertiga awal tidur malam, dan terus berjalan jalan
(kesadaran berubah).
ii. Selama satu episode, individu menunjukkan wajah bengong
(blank, staring face), relative tak memberi respons terhadap
upaya orang lain untuk mempengaruhi keadaan atau untuk
berkomunikasi dengan penderita dan hanya dapat
disadarkan/ dibangunkan dari tidurnya dengan susah payah.
13
iii. Pada waktu sadar/ bangun (setelah satu episode atau besok
paginya) individu tidak ingat apa yang terjadi.
iv. Dalam kurun waktu beberapa menit setelah bangun dari
episode tersebut, tidak ada gangguan aktivitas mental,
walaupun dapat dimulai dengan sedikit, bingung dan
disorientasi dalam waktu singkat.
v. Tidak ada bukti gangguan mental organic.
5) Terror Night
i. Gejala utama adalah satu atau lebih episode bangun dari
tidur, mulai dengan berteriak kaen panik, disertai anxietas
yang hebat, seluruh tubuh bergetar, dan hiperaktivitas
otonomik seperti jantung berdebar, nafas cepat, pupil
melebar dan berkeringat.
ii. Episode ini dapat berulang, setiap episode lamanya berkisr
1-10 menit, dan biasanya terjadi pada sepertiga awal tidur
malam.
iii. Secara realtif tidak Bereaksi terhadap berbagai upaya orang
lain untuk mempengaruhi keadaan terror tidurnya dan
kemudian dalam beberapa menit setelah bangun biasanya
terjadi disorientasi dan gerakan gerakan berulang.
iv. Ingatan terhadap kejadian, kalaupun ada, sangat minimal
(biasanya terbatas pada satu atau dua bayangan bayangan
yang terpilah pilah).
14
6) Mimpi Buruk (Nightmares)
i. Terbangun dari tidur malam atau tidur siang berkaitan
dengan mimpi yang menakutan yang dapat diingat kembali
dengan rinci dan jelas, biasanya perihal ancaman
kelangsungan hidup, keamanan, atau harga diri, tetapi yang
khas adalah pada paruh kedua masa tidur.
ii. Setelah terbangun dari mimpi yang menakutkan, individu
segera sadar penuh dan mampu mengenali lingkungannya.
iii. Pengalaman mimpi itu, dan akibat dari tidur yang
terganggu, menyebabkan penderitaan cukup berat bagi
individu.12
B. Hipertensi
1. Definisi
Tekanan darah berarti daya yang dihasilkan oleh darah terhadap setiap
satuan luas dinding pembuluh darah yang hampir selalu dinyatakan dalam
milimeter air raksa. Tekanan darah merupakan faktor yang sangat penting pada
sistem sirkulasi. Peningkatan atau penurunan tekanan darah akan mempengaruhi
homeostasis di dalam tubuh. Tekanan darah diatur melalui beberapa mekanisme
fisiologis untuk menjamin aliran darah ke jaringan yang memadai. Tekanan darah
ditentukan oleh curah jantung (cardiac output, CO) dan resistensi pembuluh darah
15
terhadap darah. Curah jantung adalah volume darah yang dipompa melalui
jantung per menit, yaitu isi sekuncup (stroke volume, SV) x laju denyut jantung
(heart rate, HR).13Resistensi diproduksi terutama di arteriol dan dikenal sebagai
resistensi vaskular sistemik. Resistensi merupakan hambatan aliran darah dalam
pembuluh, tetapi tidak dapat diukur secara langsung dengan cara apapun.
Resistensi bergantung pada tiga faktor, yaitu viskositas (kekentalan) darah dan
jari-jari pembuluh.14
2. Klasifikasi
Menurut The Seventh Report of The Joint National Committee on
Prevention, Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure (JNC
VII), klasifikasi hipertensi pada orang dewasa dapat dibagi menjadi kelompok
normal, prehipertensi, hipertensi derajat I dan derajat II.
Tabel 2.I. Klasifikasi tekanan darah menurut JNC VII 15
Klasifikasi Tekanan
Darah
Tekanan Darah
Sistolik (mmHg)
Tekanan Darah
Diastolik (mmHg)
Normal Prehipertensi Hipertensi derajat I Hipertensi derajat II
< 120 120 – 139 140 – 159 ≥ 160
< 80 80 – 89 90 - 99 ≥100
Tabel 2.2. Klasifikasi tekanan darah menurut JNC VIII 17
Klasifikasi Tekanan
Darah
Tekanan darah
(mmHg)
Pengobatan
Umur ≥ 60 tahun
`
<150/90
Thiazide type
diuretic, ACEI,
16
Umur ≤60 tahun
Diabetes
CKD
<140/ 90
<140/90
<140/90
ARB, black: thiazide
type diuretic atau
CCB
Diuretic/CCB
Tiazid tipe
diuretic,ACEI, ARB,
atau CCB
ACEI atau ARB
5. Etiologi
Hipertensi disebut primer bila penyebabnya tidak diketahui (90%), bila
ditemukan sebabnya disebut sekunder (10%). Penyebab lainnya ntara lain :
a) Penyakit : penyakit ginjal kronik, sindoma cushing, koarktasi aorta,
obstuctiv sleep apnea, penyakit paratiroid, feokromasitoma,
aldosteronism primer, penyakit renovaskular,penyakit tiroid.
b) Obat-obatan :
1) growth factor agents
2) Estrogen: biasanya kontrasepsi oral.
3) Calcineuri inhibitors: siklosporin, tacrolimus
4) Dekongestan: phenylpropanolamine& analog
5) Erythropoiesis stimulating agents: erythropoietin, darbepoietin
6) NSAIDS, COX-2 inhibitors, venlafaxine, bupropion,
bromokriptin, buspirone, carbamazepine, clozapine, ketamine,
metoklopramid
7) Makanan: sodium, etanol, licorice.
17
8) Obat jalanan yang mengandung bahan-bahan sebagai berikut:
caine withdrawal, ephedra alkaloids (e.g., ma-huqng), “herbal
ecstasy” phenylpropanolamine analogs, nicotin withdrawal,
anabolic steroids, narcotic withdrawal, methylphenidate,
phencyclidine, ketamine, ergot-containing herbal products.16
6. Patofisiologi
Tekanan darah dipengaruhi curah jantung dan resistensi perifer total.
Apabila terjadi peningkatan salah satu dari variabel tersebut yang tidak
terkompensasi maka dapat menyebabkan timbulnya hipertensi. Tubuh
memiliki sistem yang berfungsi mencegah perubahan tekanan darah secara
akut yang disebabkan oleh gangguan sirkulasi dan mempertahankan
stabilitas tekanan darah dalam jangka panjang. Sistem pengendalian tekanan
darah sangat kompleks. Pengendalian dimulai dari sistem control jangka
pendek yang dilakukan dengan mengubah curah jantung dan resistensi
perifer total, yang perantarai oleh system saraf otonom pada jantung, vena,
dan arteriol. Sedangkan sistem control jangka Panjang dicapai dengan
menyesuaikan volume darah total dengan memulihkan keseimbangan garam
dan air melalui mekanisme mekanisme yang mengatur pengeluaran urin dan
rasa haus. Besar kecilnya volume darah total nantinya berdampak besar
pada curah jantung dan tekanan arteri rerata.
Mekanisme terjadinya hipertensi adalah melalui terbentuknya
angiotensin II dari angiotensin I oleh angiotensin I converting enzyme
(ACE). ACE memegang peran fisiologis penting dalam mengatur tekanan
18
darah. Darah mengandung angiotensinogen yang diproduksi di hati.
Selanjutnya oleh hormon, renin (diproduksi oleh ginjal) akan diubah
menjadi angiotensin I. Oleh ACE yang terdapat di paru-paru, angiotensin I
diubah menjadi angiotensin II Angiotensin II inilah yang memiliki peranan
kunci dalam menaikkan tekanan darah melalui dua aksi utama. Aksi
pertama adalah meningkatkan sekresi hormon antidiuretik (ADH) dan rasa
haus. ADH diproduksi di hipotalamus (kelenjar pituitari) dan bekerja pada
ginjal untuk mengatur osmolalitas dan volume urin. Dengan meningkatnya
ADH, sangat sedikit urin yang diekskresikan ke luar tubuh (antidiuresis),
sehingga menjadi pekat dan tinggi osmolalitasnya. Untuk
mengencerkannya, volume cairan ekstraseluler akan ditingkatkan dengan
cara menarik cairan dari bagian intraseluler. Akibatnya, volume darah
meningkat yang pada akhirnya akan meningkatkan tekanan darah. Aksi
kedua adalah menstimulasi sekresi aldosteron dari korteks adrenal.
Aldosteron merupakan hormon steroid yang memiliki peranan penting pada
ginjal. Untuk mengatur volume cairan ekstraseluler, aldosteron akan
mengurangi ekskresi NaCl (garam) dengan cara mereabsorpsinya dari
tubulus ginjal. Naiknya konsentrasi NaCl akan diencerkan kembali dengan
cara meningkatkan volume cairan ekstraseluler yang pada gilirannya akan
meningkatkan volume dan tekanan darah.18
7. Gambaran Klinik
19
Manifestasi klinis yang dapat muncul akibat hipertensi menurut
Elizabeth J. Corwin ialah bahwa sebagian besar gejala klinis timbul setelah
mengalami hipertensi bertahun-tahun. Manifestasi klinis yang timbul dapat
berupa nyeri kepala saat terjaga yang kadang-kadang disertai mual dan
muntah akibat peningkatan tekanan darah intrakranium, penglihatan kabur
akibat kerusakan retina, ayunan langkah tidak mantap karena kerusakan
susunan saraf, nokturia (peningkatan urinasi pada malam hari) karena
peningkatan aliran darah ginjal dan filtrasi glomerolus, edema dependen
akibat peningkatan tekanan kapiler. Keterlibatan pembuluh darah otak dapat
menimbulkan stroke atau serangan iskemik transien yang bermanifestasi
sebagai paralisis sementara pada satu sisi atau hemiplegia atau gangguan
tajam penglihatan. Gejala lain yang sering ditemukan adalah epistaksis,
mudah marah, telinga berdengung, rasa berat di tengkuk, sukar tidur, dan
mata berkunang-kunang.18
Pada semua bentuk hipertensi apapun sebabnya, keadaan ini dapat
mendadak mengalami perburukan dan masuk kefase maligna. Pada
hipertensi maligna, terjadi nekrosis fibrinoid luas ditunika media disertai
fibrosis tunika intima diarteriol sehingga terjadi penyempitan dan retinopati
berat progresif, gagal jantung kongesti, dan gagal ginjal. Jika tidak diatasi,
hipertensi maligna biasanya menyebabkan kematian dalam satu tahun.18
8. Faktor Risiko Hipertensi
Pada umumnya hipertensi tidak mempunyai penyebab yang spesifik.
Hipertensi terjadi sebagai respon peningkatan cardiac output atau
20
peningkatan tekanan perifer total. Namun ada beberapa faktor yang
mempengaruhi terjadinya hipertensi antara lain:
a) Genetik
adanya faktor genetik pada keluarga tertentu akan menyebabkan
keluarga itu mempunyai risiko menderita hipertensi. Hal ini
berhubungan dengan peningkatan kadar sodium intraseluler dan
rendahnya rasio antara potasium terhadap sodium Individu dengan
orang tua dengan hipertensi mempunyai risiko dua kali lebih besar
untuk menderita hipertensi dari pada orang yang tidak mempunyai
keluarga dengan riwayat hipertensi. Selain itu didapatkan 70-80%
kasus hipertensi esensial dengan riwayat hipertensi dalam keluarga.
b) Obesitas
Berat badan merupakan faktor determinan pada tekanan darah pada
kebanyakan kelompok etnik di semua umur. Menurut National
Institutes for Health USA (NIH,1998), prevalensi tekanan darah tinggi
pada orang dengan Indeks Massa Tubuh (IMT) >30 (obesitas) adalah
38% untuk pria dan 32% untuk wanita, dibandingkan dengan
prevalensi 18% untuk pria dan 17% untuk wanita bagi yang memiliki
IMT <25 (status gizi normal menurut standar internasional).
21
Menurut Hall (1994) perubahan fisiologis dapat menjelaskan
hubungan antara kelebihan berat badan dengan tekanan darah, yaitu
terjadinya resistensi insulin dan hiperinsulinemia, aktivasi saraf
simpatis dan sistem renin-angiotensin, dan perubahan fisik pada
ginjal.
c) Jenis kelamin
Prevalensi terjadinya hipertensi pada pria sama dengan wanita.
Namun wanita terlindung dari penyakit kardiovaskuler sebelum
menopause salah satunya adalah penyakit jantung koroner. Wanita
yang belum mengalami menopause dilindungi oleh hormon estrogen
yang berperan dalam meningkatkan kadarHigh Density Lipoprotein
(HDL). Kadar kolesterol HDL yang tinggi merupakan faktor
pelindung dalam mencegah terjadinya proses aterosklerosis. Efek
perlindungan estrogen dianggap sebagai penjelasan adanya imunitas
wanita pada usia premenopause. Pada premenopause wanita mulai
kehilangan sedikit demi sedikit hormon estrogen yang selama ini
melindungi pembuluh darah dari kerusakan. Proses ini terus berlanjut
dimana hormon estrogen tersebut berubah kuantitasnya sesuai dengan
umur wanita secara alami, yang umumnya mulai terjadi pada wanita
umur 45-55 tahun.
d) Stres
22
Stres dapat meningkatkan tekanah darah sewaktu. Hormon adrenalin
akan meningkat sewaktu kita stres, dan itu bisa mengakibatkan
jantung memompa darah lebih cepat sehingga tekanan darah pun
meningkat.
e) Kurang Olahraga
Olahraga banyak dihubungkan dengan pengelolaan penyakit tidak
menular, karena olahraga isotonik dan teratur dapat menurunkan
tahanan perifer yang akan menurunkan tekanan darah (untuk
hipertensi) dan melatih otot jantung sehingga menjadi terbiasa apabila
jantung harus melakukan pekerjaan yang lebih berat karena adanya
kondisi tertentu. Kurangnya aktivitas fisik menaikan risiko tekanan
darah tinggi karena bertambahnya risiko untuk menjadi gemuk.
Orang-orang yang tidak aktif cenderung mempunyai detak jantung
lebih cepat dan otot jantung mereka harus bekerja lebih keras pada
setiap kontraksi, semakin keras dan sering jantung harus memompa
semakin besar pula kekuaan yang mendesak arteri.
f) Pola asupan garam dalam diet
Badan kesehatan dunia yaitu World Health Organization (WHO)
merekomendasikan pola konsumsi garam yang dapat mengurangi
risiko terjadinya hipertensi. Kadar sodium yang direkomendasikan
adalah tidak lebih dari 100 mmol (sekitar 2,4gram sodium atau 6gram
garam) perhari. Konsumsi natrium yang berlebih menyebabkan
konsentrasi natrium di dalam cairan ekstraseluler meningkat. Untuk
23
menormalkannya cairan intraseluler ditarik ke luar, sehingga volume
cairan ekstraseluler meningkat. Meningkatnya volume cairan
ekstraseluler tersebut menyebabkan meningkatnya volume darah,
sehingga berdampak kepada timbulnya hipertensi.
g) Kebiasaan Merokok:
Merokok menyebabkan peninggian tekanan darah. Perokok berat
dapat dihubungkan dengan peningkatan insiden hipertensi maligna
dan risiko terjadinya stenosis arteri renal yang mengalami
ateriosklerosis.14 Dalam penelitian kohort prospektif oleh dr. Thomas
S Bowman dari Brigmans and Women’s Hospital, Massachussetts
terhadap 28.236 subyek yang awalnya tidak ada riwayat hipertensi,
51% subyek tidak merokok, 36% merupakan perokok pemula, 5%
subyek merokok 1-14 batang rokok perhari dan 8% subyek yang
merokok lebih dari 15 batang perhari. Subyek terus diteliti dan dalam
median waktu 9,8 tahun. Kesimpulan dalam penelitian ini yaitu
kejadian hipertensi terbanyak pada kelompok subyek dengan
kebiasaan merokok lebih dari 15 batang perhari.16
9. Komplikasi Hipertensi
Hipertensi dapat menimbulkan kerusakan organ tubuh, baik secara
langsung maupun tidak langsung. Beberapa penelitian menemukan bahwa
penyebab kerusakan organ-organ tersebut dapat melalui akibat langsung dari
kenaikan tekanan darah pada organ, atau karena efek tidak langsung, antara
24
lain adanya autoantibodi terhadap reseptor angiotensin II, stress oksidatif.
Penelitian lain juga membuktikan bahwa diet tinggi garam dan sensitivitas
terhadap garam berperan besar dalam timbulnya kerusakan organ target,
misalnya kerusakan pembuluh darah akibat meningkatnya ekspresi
transforming growth factor-β (TGF-β).
a) Otak
Stroke merupakan kerusakan target organ pada otak yang diakibatkan
oleh hipertensi. Stroke timbul karena perdarahan, tekanan intra kranial
yang meninggi, atau akibat embolus yang terlepas dari pembuluh non
otak yang terpajan tekanan tinggi. Stroke dapat terjadi pada hipertensi
kronik apabila arteri-arteri yang mendarahi otak mengalami hipertropi
atau penebalan, sehingga aliran darah ke daerah-daerah yang
diperdarahinya akan berkurang. Arteri-arteri di otak yang mengalami
arterosklerosis melemah sehingga meningkatkan kemungkinan
terbentuknya aneurisma.
b) Kardiovaskular
Infark miokard dapat terjadi apabila arteri koroner mengalami
arterosklerosis atau apabila terbentuk trombus yang menghambat
aliran darah yang melalui pembuluh darah tersebut, sehingga
miokardium tidak mendapatkan suplai oksigen yang cukup.
Kebutuhan oksigen miokardium yang tidak terpenuhi menyebabkan
terjadinya iskemia jantung, yang pada akhirnya dapat menjadi infark.
c) Ginjal
25
Penyakit ginjal kronik dapat terjadi karena kerusakan progresif akibat
tekanan tinggi pada kapiler-kepiler ginjal dan glomerolus. Kerusakan
glomerulus akan mengakibatkan darah mengalir ke unit-unit
fungsional ginjal, sehingga nefron akan terganggu dan berlanjut
menjadi hipoksia dan kematian ginjal. Kerusakan membran
glomerulus juga akan menyebabkan protein keluar melalui urin
sehingga sering dijumpai edema sebagai akibat dari tekanan osmotik
koloid plasma yang berkurang. Hal tersebut terutama terjadi pada
hipertensi kronik.
d) Retinopati
Tekanan darah yang tinggi dapat menyebabkan kerusakan pembuluh
darah pada retina. Makin tinggi tekanan darah dan makin lama
hipertensi tersebut berlangsung, maka makin berat pula kerusakan
yang dapat ditimbulkan. Kelainan lain pada retina yang terjadi akibat
tekanan darah yang tinggi adalah iskemik optik neuropati atau
kerusakan pada saraf mata akibat aliran darah yang buruk, oklusi arteri
dan vena retina akibat penyumbatan aliran darah pada arteri dan vena
retina.
10. Penanganan Hipertensi
Dalam penanganan hipertensi, para ahli umumnya mengacu kepada
guideline-guideline yang ada. Salah satu guideline yang terbaru yang dapat
26
dijadikan acuan dalam penanganan hipertensi di Indonesia adalah Guideline
Joint National Committee (JNC) 8 yang dipublikasikan pada tahun 2014.
Guideline JNC 8 mencantumkan 9 rekomendasi penanganan
hipertensi (berdasarkan refleksi tiga pertanyaan diatas)
a) Pada populasi umum berusia >60 tahun, terapi farmakologis untuk
menurunkan tekanan darah dimulai jika tekanan darah sistolik >150
mmHg atau tekanan darah diastolik >90 mmHg dengan target
diastolik <150 mmHg dan target diastolik <90 mmHg. (Strong
Recommendation - Grade A). Pada populasi umum berusia >60 tahun,
jika terapi farmakologis hiperntensi menghasilkan tekanan darah
sistolik lebih rendah (misalnya <140 mmHg) dan toleransi baik tanpa
efek samping kesehatan dan kualitas hidup, dosis tidak perlu
disesuaikan. (Expert Opinion – Grade E).
b) Pada populasi umum <60 tahun, terapi farmakologis untuk
menurunkan tekanan darah dimulai jika tekanan darah diastolik >90
mmHg dengan target tekanan darah diastolik <90 mmHg (untuk usia
30-59 tahun Strong Recommendation – Grade A; untuk usia 18-29
tahun Expert Opinion – Grade E).
c) Pada populasi umum <60 tahun, terapi farmakologis untuk
menurunkan tekanan daarah dimulai jika tekanan darah sistolik >140
mmHg dengan target tekanan darah sistolik <140 mmHg (Expert
Opinion – Grade E).
27
d) Pada populasi berusia >18 tahun dengan penyakit ginjal kronik, terapi
farmakologis untuk menurunkan tekanan darah dimulai. Jika tekanan
darah sistolik >140 mmHg atau tekanan darah diastolik >90 mmHg
dengan target tekanan darah sistolik <140 mmHg dan target tekanan
darah diastolik <90 mmHg (Expert Opinion – Grade E).
e) Pada populasi berusia >18 tahun dengan diabetes, terapi farmakologis
untuk menurunkan tekanan darah dimulai jika tekanan darah sistolik
>140 mmHg atau tekanan darah diastolik >90 mmHg dengan target
tekanan darah sistolik <140 mmHg dan target tekanan darah diastolik
<90 mmHg (Expert Opinion – Grade E).
f) Pada populasi non-kulit hitam umum, termasuk mereka dengan
diabetes, terapi antihipertensi awal sebaiknya mencakup diuretik tipe
thiazide, Calcium Channel Blocker, Angiotensin-Converting Enzyme
Inhibitor (ACEI), atau Angitensin Receptor Blocker (ARB).
(Moderate Recommendation – Grade B).
g) Pada populasi kulit hitam umum, termasuk mereka dengan diabetes,
terapi antihipertensi awal sebaiknya mencakup diuretik tipe thiazide
atau CCB. (Untuk populasi kulit hitam: Moderate Recommendation –
Grade B; untuk kulit hitam dengan diabetes: Weak Recommendation
– Grade C).
h) Pada populasi berusia >18 tahun dengan penyakit ginjal kronik, terapi
antihipertensi awal (atau tambahan) sebaiknya mencakup ACEI atau
ARB untuk meningkatkan outcome ginjal. Hal ini berlaku untuk
28
semua pasien penyakit ginjal kronik dengan hipertensi terlepas dari
ras atau status diabetes. (Moderate Recommendation – Grade B).
i) Tujuan utama terapi hipertensi adalah mencapai dan mepertahankan
target tekanan darah. Jika target tekanan darah tidak tercapai dalam 1
bulan perawatan, tingkatkan dosis obat awal atau tambahkan obat
kedua dari salah satu kelas yang direkomendasikan dalam
rekomendasi nomor 6 (thiazide-type diuretic, CCB, ACEI atau ARB).
Dokter harus terus menilai tekanan darah dan menyesuaikan regimen
perawatan sampai target tekanan darah dicapai. Jika target tekanan darah
tidak dapat dicapai dengan 2 obat, tambahkan dan titrasi obat ketiga dari
daftar yang bersedia. Jangan gunakan ACEI dan ARB bersama-sama pada
satu pasien. Jika target tekanan darah tidak dapat dicapai menggunakan obat
di dalam rekomendasi 6 karena kontraindikasi atau perlu menggunakan lebih
dari 3 obat, obat antihipertensi kelas lain dapat digunakan. Rujukan ke
spesialis hipertensi mungkin diindikasikan jika target tekanan darah tidak
dapat tercapai dengan strategi di atas atau untuk penanganan pasien
komplikasi yang membutuhkan konsultasi klinis tambahan. (Expert Opinion
– Grade E). Kesembilan rekomendasi ini diringkas menjadi 1 algoritma
penanganan hipertensi.17
11. Pencegahan Hipertensi
Pengobatan hipertensi memang penting tetapi tidak lengkap jika tanpa
dilakukan tindakan pencegahan untuk menurunkan faktor resiko penyakit
kardiovaskuler akibat hipertensi. Menurut Bustan MN (1995) dan Budistio
29
(2001), upaya pencegahan dan penanggulangan hipertensi didasarkan pada
perubahan pola makan dan gaya hidup. Upaya pencegahan yang dapat
dilakukan meliputi:
a) Perubahan pola makan
b) Pembatasan penggunaan garam hingga 4-6gr per hari, makanan yang
mengandung soda kue, bumbu penyedap dan pengawet makanan.
c) Mengurangi makanan yang mengandung kolesterol tinggi (jeroan,
kuning telur, cumi-cumi, kerang, kepiting, coklat, mentega, dan
margarin).
d) Menghentikan kebiasaan merokok, minum alkohol
e) Olah raga teratur
f) Hindari stres .10
12. Pengaruh Kualitas Tidur Terhadap Hipertensi
Menurut Gangwisch, selama terjadi ketidakseimbangan pada
homeostasis tubuh, system saraf simpatik mengaktifkan dua system utama
dalam system endokrin, yaitu :
a) System medula adrenal- simpatik (sympatic adrena medullary system)/
sympathetic activation.
Penjalaran sinyal otonomik eferen ke berbagai organ di seluruh tubuh
dapat dibagi dalam dua subdivisi utama yang disebut system saraf
simpatis dan system saraf parasimpatis. Serabut saraf simpatis dan
30
parasimpatis terutama menyekresikan salah satu dari kedua bahan
transmitter sinaps ini, asetikholin atau norepinefrin.
Serabut - serabut yang menyekresikan asetilkolin disebut serabut
kolinergik. Sedangkan serabut saraf yang menyekresikan
neurotransmitter norepinefrin disebut serabut adrenergic, suatu istilah
yang berasal dari kata adrenalin, dan merupakan nama lain dari
epinefrin. Asetilkholin disebut neurotransmitter parasimpatis, dan
norepinefrin disebut juga simpatis. Norepinefrin dan epinefrin
disekresikan ke dalam darah oleh medulla adrenal dan efek dari
perangsangannya pada organ spesifik seperti pembuluh darah dan
jantung adalah terjadinya vasokontriksi dari pembuluh darah perifer
yang nantinya akan meningkatkan tahanan perifer. Dengan
meningkatnya tahanan pembuluh darah perifer maka meningkatkan
juga tekanan darah di dalam tubuh dikarenakan darah di pengaruhi oleh
dua faktor utama yaitu cardiac output ( curah jantung) dan total
pheripheral system ( tahanan perifer pembuluh darah).11
b) System HPA (hypothalamic – pituitary adrenocortical / hypothalamic
adrenocortical activation)
Dirangsang oleh stressor lingkungan neuron di hipotalamus mensekresi
corticotropin releasing hormone dan arginine vasopressin (AVP).
Corticotropin releasing hormone (CRH), polipeptida pendek, diangkut
ke hipofisis anterior, dimana merangsang sekresi kortikotropin.
akibatnya, terjadi peningkatan produksi kortikosteroid termasuk
31
kortisol. Vasopessin meningkatkan rebsorbsi air oleh ginjal dan
menginduksi vasokontriksi kontraksi pembuluh darah, sehingga
meningkatkan tekanan darah. Secara bersamaan, CRH dan vasopressin
mengaktifkan Hipotalamus – Hipofisis – Adrenal (HPA) axis. HPA axis
terdiri dari system interaksi umpan balik antara hipotalamus, kelenjar
pituitary, dan kelenjar adrenal.11
Hipotalamus melepaskan CRH dan vasopressin, yang
mengaktifkan sumbu HPA.CRH merangsang hipofisis anterior untuk
melepaskan corticotropin, yang bergerak melalui aliran darah ke
korteks adrenal, dimana corticotropin kemudian meregulasi produksi
kortisol. Vasopressin, hormone lainnya yang dikeluarkan oleh
hipotalamus, merangsang saluran kortikal dari ginjal untuk
meningkatkan reuptake air, sehingga volume yang lebih kecil dari urin
yang terbentuk. Pengaruh utama kortisol adalah pada metabolisme
glukosa di dalam tubuh yaitu berfungsi untuk meningkatkan kadar
glukosa dalam tubuh dengan membantu mobilisasi glucagon dari
pancreas, serta meningkatkan metabolisme pembentukan glukosa dari
bahan non karbohidrat (lemak dan protein).11
Pada kondisi gangguan tidur, tubuh cenderung memiliki laju
metabolism yang tinggi oleh karena itu dibutuhkan banyak glukosa
sebagai bahan bakar pembentuk energi. Kortisol membantu penyediaan
akan kebutuhan glukosa yang meningkat. Kortisol akan merangsang sel
sel otot yang akan memicu perombakan protein otot. Hasil perombakan
32
ini dibawa menuju hati dn ginjal untuk dibentuk glukosa oleh glucagon
lalu dibebaskan ke darah. Kortisol dapat menghabiskan gula cadangan
dari dalam sel otot termsuk senyawa non karbohidrat untu diubah
menjadi glukosa, namun demikina kadar glukosa darah meningkat.
C. Kajian Al-Islam Kemuhammadiyahan (AIK)
Tidur sangat penting bagi seseorang karena dengan tidur tubuh kita dapat
beristrahat dari semua aktivitas yang telah dilakukan. Allah swt menjadikan
malam agar kita dapat beristrahat atau tidur, sebagaimana dalam surah Ar Rum
ayat 23 yang berbunyi:
rsو t@6uءا HIs69s <FG:6w وا:679ر Hxؤz{|wوا r s tG~� 6ت ذ:� �� إنu� 1ن :1�م=��u
33
Terjemahannya: “Dan diantara tanda-tanda kekuasaanNya adalah
tidurmu diwaktu malam dan siang hari serta usahamu mencari sebagian dari
karuniaNya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat
tanda-tanda bagi kaum yang mendengarkan”. [Q.S Ar Rum: 23]
Dari ayat diatas Allah swt menunjukkan sebagian tanda kekuasaan-Nya
yaitu Allah swt menidurkan kita pada malam hari dan siang agar kita istrahat
dan sedikit bergerak sehingga hilang rasa jenuh dan capek. Setidaknya tidur
memiliki dua manfaat penting, sebagaimana yang di tuturkan ibnul qayyim
rahimahullah dalam zaidul maad.
a) Untuk menenangkan dan mengistrahatkan tubuh setelah beraktivitas
sebagaimana firman Allah:
69G=>و HIs14 6@6AB
Terjemahannya: “Dan Kami jadikan tidurmu untuk istirahat”
b) Untuk menyempurnakan proses pencernaan makanan yang telah masuk
kedalam tubuh. Karena pada waktu tidur, panas alami badan meresap
kedalam tubuh sehingga membantu mempercepat proses pencernaan.
Untuk mendapatkan tidur yang sehat dan nyaman, maka dianjurkan untuk
meneladani bagaimana cara tidur Nabi Muhammad SAW. Tidur yang sangat baik
bagi kesehatan. Waktu tidur Rasulallah SAW biasa tidur pada awal malam dan
bangun pada akhir malam, tapi terkadang juga tidak tidur pada awal malam karena
melayani kemaslahatan orang-orang muslim. Mata beliau tidur tapi hati beliau
34
tidak tidur. Imam al-Ghazali berkata: “Ketahuilah bahwa waktu malam dan siang
berjumlah dua puluh empat jam. Janganlah tidurmu melebih delapan jam, hal itu
sudah cukup. Sekirannya anda hidup enam puluh tahun, maka dua puluh tahun
atau sepertiga dari usiamu telah anda hilangkan.”12.
Menurut Dr. Tauhid Nur Azhar dalam bukunya, “Jangan ke Dokter Lagi!”
menyatakan bahwa, tidur adalah perkara penting dalam keseharian kita. Jika
mengacu pada sistem kerja organ vital tubuh maka tidur yang baik adalah pada
awal-awal malam, sekitar jam 8 malam. Sebab empedu aktif bekerja antara jam 11
malam hingga jam 1 dini hari. Sementara hati, mulai aktif bekerja mulai jam 1
malam.
Apabila pada jam-jam tersebut kita masih belum tidur, apalagi masih asyik
makan-makan maka sebenarnya kita telah merusak alur tubuh kita sendiri. Jadi
upayakan untuk tidak tidur larut malam. Selain akan mengurangi kualtias tidur
juga berpotensi merusak sistem kerja tubuh kita sendiri.
Fakta ini berkorelasi positif dengan hadis nabi yang memerintahkan umat Islam
untuk bersegera tidur setelah sholat Isya.
Selain itu, Sebelum tidur Rasulullah SAW pertama-tama menutup pintu,
memadamkan lampu sebelum tidur. Sebagaimana sabda Rasulullah Shalallahu
‘Alaihi Wa Salam :
طـ�1�ا ا:FG:6w �Fw6��> إذا ر�ـ�@H وأ�ـ1�Gا ا1w�اب أ
"Padamkanlah lampu-lampu pada waktu malam apabila kalian hendak akan tidur
dan tutuplah pintu-pintu…" (HR. Al-Bukahri no: 6296, Muslim no: 2012)
35
Alasan dipadamkannya api dan dimatikannya lampu adalah apa yang disabdakan oleh Nabi:
�FA:أھ> ا ������ �GF|�:ت ا �> 6�w(ا:��رة) ر ���u1�:ن ا¡�
"Karena sesungguhnya hewan kecil yang nakal (tikus) mungkin menarik sumbu
lampu hingga membinasakan penghuni rumah" (Fatul Bari 11/89)
Kemudian hendaknya tidur dalam keadaan sudah berwudhu terlebih dahulu
sebagaimana hadits:
� s~¢=� أ@�F إذا ¥ة : وض1ءك �|1ض �G
Terjemahannya: “Apabila engkau hendak mendatangi pembaringan
(tidur), maka hendaklah berwudhu’ terlebih dahulu sebagaimana wudhu’mu
untuk melakukan shalat.” [HR. Al-Bukhari no. 247 dan Muslim no. 2710],
Adapun petunjuk Nabi adalah menggerak-gerakkan alas tidur sebelum tidur
sebagaimana dalam riwayat Muslim disebutkan "Maka hendaklah dia mengambil
kainnya dan hendaklah dia membersihkan tempat tidurnya dengannya dan
hendaklah dia menyebut nama Allah sebab dia tidak mengetahui apa yang ada di
belakang kasurnya". Dan orang yang berdiri meninggalkan alas tidurnya lalu
kembali datang maka dianjurkan menggerakkannya kembali. Kemudian Berbaring
di atas bagian tubuh yang sebelah kanan, dan meletakkan pipi di atas tangan yang
sebelah kanan. Berdasarkan hadits riwayat Al-Barro' bin Azib RA berkata:
Rasulullah SAW bersabda:
36
r�u�ا ��§ G© ª¢«اض H¬ ة¥ �G: وض1ءك � ...إذا أ@s �F~¢=� �|1ض
Terjemahannya: "Apabila engkau mendatangi tempat tidurmu maka
hendaklah berwudhu' seperti wudhu'mu untuk shalat lalu berbaringlah di atas
baigan tubuhmu yang sebelah kanan". (HR. Bukhari no: 6320, Muslim no: 2714.)
kemudian membaca wirid-wirid yang sudah diajarkan oleh Rasulullah SAW,
seperti: ayat kursi, surat Al-Ikhlash, dan AlMu'awwidzataini (Al-Falaq dan Al-
Nas) lalu meniup padanya, membaca surat Al-Kafirun, lalu membaca sebagian
do'a dan zikir. Sebagaimana dikatakan "Tidaklah seorang muslim tidur malam
dengan berzikir dan bersuci lalu bangun pada waktu malamnya, kemudian
meminta kepada Allah kebaikan dunia dan akhirat kecuali Allah akan
mengabulkan permohonannya" (HR. Abu Dawud dan dishahihkan oleh Albani
dalam kitab Al-Misykat no: 1215 dan Shahih Abu Dawud no: 4216.)23
D. Kerangka Teori
Homeostasis
terganggu
Kualitas tidur
buruk
Tidur Kualitas tidur
baik
Hypothalamic pituitary
adrenal – axis teraktivasi
Homeostasis
terjaga
37
BAB III
KERANGKA KONSEP
A. Dasar Pemikiran Variabel Yang Akan Diteliti
Berdasarkan tinjauan pustaka yang telah diuraikan pada bab sebelumnya
yang merupakan landasan teoritik yang mendasari penyusunan kerangka konsep
maka variabel diidentifikasi dan dianggap berhubungan baik secara langsung
Sympatho medullary
system teraktivasi
Corticotroping
releasing hormon
Peningkatan
kortisol
vasopressin
katekolamin
Tekanan darah
meningkat
Epinefrin
meningkat
Norephinefri
n eningkat
38
maupun tidak langsung dengan hipertensi. Variabel yang terlihat dalam model
hubungan secara sistematis diuraikan secara berikut:
1. Kualitas tidur
Kualitas tidur dikatakan baik jika tidak menunjukkan tanda tanda
kekurangan tidur dan tidak mengalami masalah dalam tidur. Kondisi kurang
tidur banyak ditemui dikalangan dewasa nantinya bisa menimbulkan banyak
efek, seperti berkurangnya konsentrasi dan gangguan kesehatan16
2. Hipertensi
Hipertensi merupakan suatu keadaan meningkatnya tekanan darah sistolik
lebih dari sama dengan 140 mmHg dan diastolik lebih dari sama dengan 90
mmHg setelah dua kali pengukuran terpisah.
Adapun kerangka konsep sebagai berikut:
• Asupan garam
dalam diet.
• Merokok
• Stress
• Obesitas
• Konsumsi alcohol
• Genetik
• Jenis kelamin
• Umur
Kualitas tidur Hipertensi
39
Keterangan:
: variabel Dependent
: variabel Independent
: variabel Perancu
B. Definisi Operasinal Dan Kriteria Objektif
No Variabel Definisi Alat Ukur Cara Ukur Hasil Skala
1. Kualitas
tidur
Pola tidur yang
mencaku Kualitas
Tidur yang dapat
dinilai secara
subjektif, efisiensi
tidur sehari hari,
PSQI
kuisoner
Wawancara
menggunakan
kuisioner secara
langsung
kepada pasien
sesuai dengan
Kualitas
tidur baik
(<5) dan
kualitas
tidur
buruk (6-
Ordinal
40
latensi tidur,
kebiasaan tidur,
gangguan tidur,
penggunaan obat tidur
(yang berlebihan),
disfungsi siang hari
selama satu bulan
terakhir.
kriteria inklusi
lalu dilakukan
pengukuran
dengan system
scoring
21)
2. Tekanan
darah
Tekanan yang
dihasilkan oleh
pembuluh darah
arteri yang dipompa
oleh jantung
Sphygmom
a
nometer
dan
tensiometer
Pengukuran
menggunakan
alat dengan
posisi duduk
atau baring
Tidak
Hipertensi
yaitu jika
tekanan
darah
<120/80
Gipertensi
yaitu jika
tekanan
darah
>140/90
nominal
C. Hipotesis Penelitian
1. Hipotesis 0 (H0)
tidak terdapat hubungan antara kualitas tidur dan hipertensi pada staf
Universitas Muhammadiyah Makassar 2019.
2. Hipotesis alternative (HA)
terdapat hubungan antara kualitas tidur dan hipertensi pada staf
Universitas Muhammadiyah Makassar 2019.
41
BAB IV
METODE PENELITIAN
A. Obyek Penelitian
Penelitian ini dilakukan di kampus universitas muhammadiyah makassar,
yang akan dilaksanakan mulai bulan September sampai bulan November
2019. adapun penelitian ini dilakukan pada staf universitas muhammadiyah
Makassar.
B. Metode penelitian
42
Jenis penelitian yang akan digunakan adalah penelitian Observasional
analitik. Dengan pendekatan cross sectional.
C. Teknik pengambilan sampel
1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah pria dan wanita yang menjadi staf
di kampus universitas muhhamadiyah Makassar yaitu sebanyak 55
orang.
2. Sampel
Sampel dalam penelitian ini diambil dengan teknik yakni random
sampling.
Adapun kriteria inklusi dan ekslusi, yaitu:
a. Kriteria inklusi
Staf universitas muhammadiyah Makassar yang bersedia ikut serta
dalam penelitian.
b. Kriteria ekskusi
1.) Staf yang mempunyai penyakit penyerta metabolism
2.) Staf yang tidak meyelesaikan daftar tilik atau quisoner
D. Rumus sampel dan besar sampel.
Keterangan:
n = sampel
Z� = deviat baku alfa 1,96
Z� = deviat baku beta 0,84
P1 = proporsi pada kelompok yang merupakan
Judgment peneliti 0,2
P2 = proporsi yang telah diketahui hasilnya 0,34
1 = n2 = (�����)�
(� –�)
= ( ,����,��)�,��
(�, ��,��)
= 3,136
0,057
= 55
43
Berdasarkan rumus tersebut, didapat jumlah sampel sebanyak 55 orang.
E. Alur Penelitian
Sampel
Data
Pembagian Kuisoner Gangguan Tidur
(PSQI)
Analisis
Pengukuran tekana darah
44
F. Teknik pengumpulan data
Pada penelitian ini data yang diperoleh dari hasil pengisian kuisioner PSQI
responden dengan secara langsung. Sedangkan penilaian tekanan darah dilakukan
pengukuran secara langsung dengan menggunakan alat sphygmomanometer dan
stetoskop.
G. Teknik Analisis Data
1. Metode Analisis Data
Dalam penelitian ini, metode analisis data dilakukan dalam 2 tahap,
yaitu:
A. Analisis Univariat
Analisa univariat digunakan untuk mendeskripsikan karakteristik
dari variabel independen dan dependen. Keseluruhan data yang ada
dalam kuesioner diolah dan disajikan dalam bentuk tabel distribusi
frekuensi.
B. Analisis Bivariat
Analisis bivariat digunakan untuk melihat kemungkinan hubungan
antara variabel independen dan variabel dependen dengan
menggunakan analisis uji chi squre. Melalui uji statistic chi squre
akan diperoleh nilai p, dimana dalam penelitian ini digunakan
tingkat kemaknaan sebesar 0,05. Penelitian dikatakan bermakna
jika mempunyai nilai p ≤ 0,05 yang berarti Ho ditolak dan Ha
45
diterima dan dikatakan tidak bermakna jika mempunyai nilai p
>0,05 yang berarti Ho diterima dan Ha ditolak.
H. Aspek Etika Penelitian
Dalam melaksanakan penelitian, peneliti mengajukan permohonan izin
untuk mendapatkan persetujuan. Kemudian dilakukan penelitian dengan
subjek yang diteliti dengan menekankan pada masalah etika yang meliputi:
1. Infomed consent.
Tujuannya adalah subjek mengetahui maksud dan tujuan penelitian serta
dampak yang diteliti selama pengumpulan data. Jika subjek bersedia
diteliti maka akan dilanjutkan penelitian. Jika subjek menolak untuk
diteliti maka peneliti tidak akan memaksa dan tetap menghormati
haknya.
2. Anonymity (tanpa nama)
Merupakan masalah etika dalam penelitian untuk menjaga kerahasiaan
indentitas subjek, peneliti tidak akan mencantumkan nama subjek pada
lembar pengumpulan data yang diisi oleh objek. Lembar tersebut
hanya diberi inisial atau nomor kode tertentu.
3. Confidentialy
Informasi yang diberikan respoden akan terjamin kerahasiannya karena
peneliti menggunakan data untuk kebutuhan dalam penelitian.
46
BAB V
HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum Populasi / Sampel
Penelitian ini dilakukan di kampus Universitas Muhammadiyah
Makassar yang dilakukan pada bulan Oktober sampai bulan November
tentang Hubungan antara Kualitas Tidur dan Peningkatan Hipertensi pada
Staf Universitas Muhammadiyah Makassar 2019.
Subjek penelitian atau sampel yang dibutuhkan yakni staf yang
berada di Universitas Muhammdiyah Makassar, banyaknya sampel yang
dibutuhkan pada penelitian ini yaitu 55 orang. Besar sampel yang
didapatkan dari perhitungan dengan menggunakan rumus besar sampel.
47
Perhatian ini menggunakan alat ukur yaitu kuesioner PSQI
(Pittsburgh Sleep Indeks) untuk menilai gangguan tidur, sedangkan untuk
tekanan darah dilakukan pengukuran dengan tensimeter dan stetoskop.
B. Identitas Responden
1. Distribusi responden berdasarkan jenis kelamin
Tabel 5.3 Distribusi sampel berdasarkan jenis kelamin
Sumber: Data Primer 2019
Berdasarkan table 5.3 distribusi responden berdasarkan jenis
kelamin. Presentasi responden dengan jenis kelamin laki-laki sebanyak
25 orang (45,5 %) dan presentasi responden dengan jenis kelamin
perempu
an
sebanyak
30 orang
( 54,5%).
Variabel Jenis
Kelamin
Jumlah (n) Persentase (%)
Laki-Laki 25 45.5 Perempuan 30 54.5
Total 55 100.0
48
2. Distribusi responden berdasarkan usia
Tabel 5.4 Distribusi responden berdasarkan usia
Sumber: Data Primer 2019
Berdasarkan table 5.4 distribusi responden berdasarkan usia.
Presentasi responden dengan usia 24-39 tahun sebanyak 33 orang (60.0
%) dan presentasi responden dengan usia 40-55 tahun sebanyak 22
orang (40.0 %).
C. Analisis Univariat
1. Distribusi responden dengan kualitas tidur
Tabel 5.5 Distribusi responden dengan kualitas tidur
Variabel Umur Jumlah (n) Persentase (%)
24- 39 33 60.0 40-55 22 40.0 Total 55 100.0
49
Kualitas Tidur Frekuensi Persentase (%)
Baik 26 52.7 Buruk 29 47.3
Total 55 100.0
Sumber: Data Primer 2019
Berdasarkan table 5.5 distribusi responden dengan kualitas tidur.
Presentasi responden dengan kualitas tidur baik adalah sebanyak 26
orang (52.7 %) dan presentasi responden dengan kualitas tidur buruk
adalah 29 orang (47.3%).
2. Distribusi responden dengan tekanan darah
Tabel 5.6 Distribusi responden berdasarkan tekanan darah
Tekanan Darah Frekuensi Persentase (%)
Hipertensi 26 48.1 Tidak Hipertensi 29 51.9
Total 55 100.0
Sumber: Data Primer 2019
Berdasarkan table 5.6 distribusi responden berdasarkan tekanan
darah. Presentasi responden dengan hipertensi sebanyak 26 orang
(48.1%) dan presentasi responden dengan tidak hipertensi sebanyak 29
orang (51.9 %).
3. Distribusi Responden Hubungan Kualitas Tidur terhadap Peningkatan
Tekanan Darah
Tabel 5.7 Distribusi Responden Hubungan Antara Kualitas Tidur
dan Peningkatan Tekanan Darah
Kualitas Tidur Tekanan Darah
Total P Hipertensi Tidak
50
Hipertensi
N % N % N %
Buruk 16 72.7 6 27.3 22 100.0 0.002 Baik 10 30.3 23 69.7 33 100.0
Total 26 48.1 29 52.7 55 Sumber: Data Primer 2019
Berdasarkan table 5.7 Distribusi Responden Hubungan antara
Kualitas Tidur dan Peningkatan Tekanan Darah. Presentasi Responden
dengan kualitas tidur baik yang mempunyai tekanan darah tidak
hipertensi adalah sebanyak 23 orang (69.7%) Dan presentasi Responden
dengan kualitas baik yang mempunyai tekanan darah hipertensi adalah
sebanyak 10 orang (30.3%). Sedangkan presentasi responden dengan
kualitas tidur buruk yang mempunyai tekanan darah tidak hipertensi
adalah sebanyak 6 orang (27.3%) Dan presentasi responden dengan
kualitas tidur buruk yang mempunyai tekanan darah hipertensi adalah
sebanyak 16 orang (72.7 %).
Dengan menggunakan olah data spss berdasarkan rumus Chi-
square diperoleh nilai p= 0,002. Hal ini berarti nilai p < a (0,05). Karena
nilai p < 0,05 maka H0 ditolak. Hal ini berarti ada hubungan antara
kulitas tidur buruk dan hipertensi pada staf Universitas Muhammadiyah
Makassar.
BAB VI
PEMBAHASAN
1. Pembahasan
51
Berdasarkan hasil pengumpulan data dan pengolahan data yang telah
dilakukan pada staf Universitas Muhammadiyah Makassar, maka berikut
merupakan pembahasan tentang hasil penelitian yang didapatkan.
Kualitas tidur merupakan variabel independen dalam penelitian ini,
penilaian kualitas tidur responden menggunakan kuesioner Pittsburgh sleep
quality index (PSQI). Pada staf Universitas Muhammadiyah Makassar. Dimana
dari 55 sampel Presentasi Responden diperoleh sebesar 26 orang (52.7%)
responden yang memiliki kualitas tidur baik dan 29 orang (47.3%) responden
yang memiliki kualitas tidur buruk. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian
yang dilakukan Rifianda (2013) yang meneliti tentang hubungan kualitas tidur
dengan tekanan darah pada mahasiswa PSPD FKK UMJ tahun 2013 didapatkan
83,7% dari 92 orang responden memiliki kualitas tidur yang buruk, sedangkan
16,3% dari 92 orang responden memiliki kualitas tidur yang baik. Agar kualitas
tidur menjadi baik, sebaiknya kita selalu memperhatikan pola tidur, waktu tidur,
dan lingkungan tempat kita tidur karena hal-hal seperti itulah yang dapat
mempengaruhi kualitas tidur seseorang. Jika kualitas tidur baik, maka tubuh akan
selalu sehat dan bugar serta bersemangat untuk beraktivitas di siang hari. Adapun
responden berdasarkan tekanan darah. Presentasi responden dengan hipertensi
sebanyak 26 orang (48.1%) dan presentasi responden dengan tidak hipertensi
sebanyak 29 orang (51.9 %).
Pada staf Universitas Muhammadiyah Makassar. Dimana dari 55 sampel
Presentasi Responden dengan kualitas tidur baik yang mempunyai tekanan darah
52
tidak hipertensi adalah sebanyak 23 orang (71%) Dan presentasi Responden
dengan kualitas buruk yang mempunyai tekanan darah hipertensi adalah sebanyak
9 orang (28.1 %). Sedangkan presentasi responden dengan kualitas tidur buruk
yang mempunyai tekanan darah tidak hipertensi adalah sebanyak 5 orang (22.7%)
Dan presentasi responden dengan kualitas tidur buruk yang mempunyai tekanan
darah hipertensi adalah sebanyak 17 orang (77.3 %). Hasil penelitian ini sesuai
dengan Penelitian Lu et.al (2014) menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara
kualitas tidur dengan hipertensi, dimana seseorang yang memiliki waktu tidur
yang kurang (< 6 jam) akan menjadikan kualitas tidur menjadi buruk. Kekurangan
waktu tidur dapat menyebabkan peningkatan tekanan darah secara tiba-tiba dan
mengaktivasi sistem saraf simpatis yang apabila terjadi dalam jangka waktu lama
dapat memicu terjadinya hipertensi. Durasi tidur yang pendek juga menimbulkan
perubahan emosi seperti mudah marah, pesimis, tidak sabar, lelah dan stres yang
menyebabkan seseorang lebih sulit mempertahankan gaya hidup yang sehat
sehingga meningkatkan risiko hipertensi (Gangwisch et.al., 2006).
Tidur adalah karunia yang diberikan oleh Allah SWT yang dibutuhkan
oleh setiap manusia. Allah SWT sudah memberikan tuntutan melalui Al Qur’an
kepada setiap umat islam mulai dari hal yang sederhana seperti tidur hingga hal
yang lebih kompleks, Sebagaimana yg telah dijelaskan dalam Alqur’an Surah Al.
Furqan: 47. Ayat tersebut menjelaskan bahwa Dia telah menjadikan tidur sebagai
istirahat bagi tubuh sehingga tubuh menjadi tenang dan tentram dan menjadikan
siang untuk bertebaran di muka bumi dan mencari penghidupan.3
53
Adapun keterbatasan penulis yaitu data responden yang diperoleh tidak
lengkap mengenai faktor-faktor perancu yang dapat berperan dalam hipertensi
BAB VIII
PENUTUP
54
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan penelitian dan pembahasan yang telah dijelaskan dan
dijabarkan pada bab-bab sebelumnya, kesimpulan yang dapat ditarik dalam
penelitian ini yaitu Terdapat hubungan antara kualitas tidur dan hipertensi pada
staf Universitas Muhammadiyah Makassar yang dimana kualitas tidur buruk
dapat meningkatkan kejadian hipertensi.
B. Saran
Berdasarkan penelitian yang dilakukan dapat diberikan beberapa saran
kepada pihak yang terkait:
1. Masyarakat
a. Sebagai preventif untuk meningkatan kewaspadaan terhadap
hipertensi dengan meningkatkan kepatuhan untuk menjauhi segala
factor resiko terjadinya hipertensi salah satunya menjaga kualitas
tidur.
b. Menjadikan Al-Quran dan hadis menjadi pedoman hidup karena
Allah SWT yang menciptakan manusia maka Dialah yang lebih
mengetahui tentang sistem hidup yang sesuai bagi kehidupan
manusia.
2. Peneliti
55
a. bagi peneliti lain yang ingin mengembangkan penelitian mengenai
hal yang sama dengan penelitian ini, disarankan melakukan
pemberitahuan kepada responden 1 bulan atau lebih sebelum
penelitian dilakukan agar dicatat jam-jam tidurnya.
b. Bagi peneliti selanjutnya yang tertarik untuk meneliti tentang
kualitas tidur, sebaiknya lebih memperhatikan faktor-faktor
perancu.
56
DAFTAR PUSTAKA
1. Jaka safriyanda, Darwin Karim, Ari. Hubungan antara kualitas tidur dengan kuantitas tidur dengan prestasi belajar mahasiswa. Universitas Riau. Vol 2. 2 oktober 2015.
2. Berman, A & Snyder, S, J (2012). Fundamentals of nursing: concepts, process and practice (9th.ed). Boston: pearson
3. Aqila Selma Amalia, Tips Hidup Sehat dan Berkah Ala Rasulullah (Cet. I; Yogyakarta: Abata Press, 2015), h. 25.
4. Fitri, Annisa Aulia. 2013. Hubungan Kualitas Tidur terhadao Kejadian
Hipertensi. Jakarta: Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, Universitas.
5. Aru W sudoyo, bambang, siti sadati. Buku ajar ilmu penyakit dalam edisi 2.
Perhimpunan dokter spesialis penyakit dalam dalam Indonesia. Mei 2007
6. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Laporan Riskesdas. 2018
7. Shofa Roshifanni. Resiko hipertensi pada orang dengan kualitas tidur yang
buruk. Departemen epidemiologi Fakultas kesehatan masyarakat Universitas Airlangga. Surabaya, Jawa timur. 21 januari 2017
8. Dorland W A, Newman. 2010 Kamus Kedokteran Dorland Edisi 31. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC p. 702.1003
9. Elizabeth ariyani, puji setyowati, istar, Nugraha. Hubungan antara kualitas
tidur dan kestabilan emosi dengan prestasi akademik mahasiswa aktif
paduan suara voca uridita UNS. Fakultas kedokteran universitas sebelas
maret.
10. Berman, A & Snyder, S, J (2013). Fundamentals of nursing: concepts,
process and practice (9th.ed). Boston: pearson
11. Arthur C. Guyton, John E hall. Buku ajar Fisiologi kedokteran guyton and
hall edisi 11. Buk u kedokteran EGC. 2012 (hal 779,2287,2269)
12. Departemen Kesehatan RI. Diagnosis Gangguan Jiwa Rujukan Ringkas
PPDGJ III. Yankes Depkes RI. Jakarta.
13. Guyton, Hall. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 12. Singapura:
Elsevier; 2014.
57
14. Sherwood, L. Fisiologi manusia: dari sel ke sistem. Edisi 8. Jakarta: EGC;
2014.
15. JNC VII. The seventh report of the Joint National Committee on prevention,
detection, evaluation, and treatment of high blood pressure. Hypertension.
2003;42: 1206-52.
16. Bianti Nuraini, risk factors of hypertension. Fakultas Kedokteran
Universitas Lampung. Volume 4, nomor 5. Lampung. Februari 2015
17. Muhadi. JNC :8 Evidence-based guideline penanganan pasien hipertensi
dewasa. Devisi kardiologi, departemen ilmu penyakit dalam. Fakultas
kedokteran universitas Indonesia.vol 43 no.1. jakarta, Indonesia. 2016
18. Stephen J. McPhee, William F. Ganong. patofisologi penyakit. Pengantar
menuju kedokteraan klinis. Penerbit buku kedokteran EGC. 2012
19. Hanafi Nilifda, Nadjmir, Hardisman Hubungan Kualitas Tidur dengan Prestasi
Akademik Mahasiswa Program Studi Pendidikan Dokter Angkatan 2010 FK
Universitas Andalas.Jurnal Kesehatan Andalas, 2016
20. Buysse, Daniel J, Reynlods, Charles F, Biksu timothy H, Berman, Susah R, Kupfer
David (1989). “indeks kualitas tidur Pittsburgh. Instrument baru untuk praktik dan
penelitian kejiwaan”. Penelitian psikiatri
21. Edward O Bixler et. Al. Women sleep objectively better than men and the
sleep of young woman is more resilient to external stressor effect of age and
menopause
22. Lela L, Lukmawati L “KETENANGAN” MAKNA DAMAWUL WUDHU (studi Fenomelogi Pada Mahasiswa UIN Raden Fatah Palembang). Psikis J psikol Islam. 2015; 1(2); 55-66
23. Al-Usyan M bin S. adab Tidur dan Bermimpi. 2009
LAMPIRAN
A. Analisis Univariat
Frequencies
1. Kualitas Tidur
Statistics
ket_tidur
N Valid 55
Missing 0
Frequencies
Statistics
ket_tidur
Frequency Percent
Valid
Percent
Cumulative
Percent
Valid tdk 29 52.7 52.7 52.7
ya 26 47.3 47.3 100.0
Total 55 100.0 100.0
2. Hipertensi
Statistics
Ket_TD
N Valid 55
Missing 0
Ket_TD
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid ya 26 47,3 47,3 47,3
tidak 29 52,7 52,7 100,0
Total 55 100,0 100,0
3. Umur
Statistics
umur
N Valid 55
Missing 0
Mean 36.89
Median 38.00
Minimum 24
Maximum 55
Percentiles 25 29.00
50 38.00
75 42.00
umur
Frequency Percent
Valid
Percent
Cumulative
Percent
Valid 24 1 1.8 1.8 1.8
25 2 3.6 3.6 5.5
26 2 3.6 3.6 9.1
27 2 3.6 3.6 12.7
28 3 5.5 5.5 18.2
29 7 12.7 12.7 30.9
30 3 5.5 5.5 36.4
32 2 3.6 3.6 40.0
33 4 7.3 7.3 47.3
38 5 9.1 9.1 56.4
39 2 3.6 3.6 60.0
40 4 7.3 7.3 67.3
42 6 10.9 10.9 78.2
45 2 3.6 3.6 81.8
46 1 1.8 1.8 83.6
47 1 1.8 1.8 85.5
48 2 3.6 3.6 89.1
49 1 1.8 1.8 90.9
52 1 1.8 1.8 92.7
53 2 3.6 3.6 96.4
55 2 3.6 3.6 100.0
Total 55 100.0 100.0
4. Jenis Kelamin
Statistics
jk
N Valid 55
Missing 0
jk
Frequency Percent
Valid
Percent
Cumulative
Percent
Valid lk 25 45.5 45.5 45.5
pr 30 54.5 54.5 100.0
Total 55 100.0 100.0
B. Analisis Bivariat
Crosstabs
Ket_Ti * Ket_TD Crosstabulation
Ket_TD
Total ya tidak
Ket_Ti baik Count 10 23 33
% within Ket_Ti 30.3% 69.7% 100.0%
buruk Count 16 6 22
% within Ket_Ti 72.7% 27.3% 100.0%
Total Count 26 29 55
% within Ket_Ti 47.3% 52.7% 100.0%
Chi-Square Tests
Value df
Asymptotic
Significanc
e (2-sided)
Exact Sig.
(2-sided)
Exact Sig.
(1-sided)
Pearson Chi-Square 9.531a 1 .002
Continuity
Correctionb
7.905 1 .005
Likelihood Ratio 9.815 1 .002
Fisher's Exact Test .003 .002
Linear-by-Linear
Association 9.358 1 .002
N of Valid Cases 55
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is
10,40.
b. Computed only for a 2x2 table
Symmetric Measures
Value
Asymptotic
Standardize
d Errora
Approximat
e Tb
Approximat
e
Significanc
e
Nominal by Nominal Contingency
Coefficient .384 .002
Interval by Interval Pearson's R -.416 .122 -3.333 .002c
Ordinal by Ordinal Spearman
Correlation -.416 .122 -3.333 .002
c
N of Valid Cases 55
a. Not assuming the null hypothesis.
b. Using the asymptotic standard error assuming the null hypothesis.
c. Based on normal approximation.
Risk Estimate
Value
95% Confidence Interval
Lower Upper
Odds Ratio for
Ket_Ti (baik / buruk) .163 .049 .539
For cohort Ket_TD =
ya .417 .234 .742
For cohort Ket_TD =
tidak 2.556 1.246 5.242
N of Valid Cases 55
LAMPIRAN
Nama :
Umur :
Hari/ tggal :
INSTRUKSI
Pertanyaan pertanyaan dibawah ini adalah yang berhubungan dengan kebiasaan tidur
anda selama sebulan terakhir. Jawaban yang anda berikan adalah jawaban yang
mayoritas anda alami dan lakukan selama satu bulan terakhir.
1. Selama sebulan terakhir, jam berapa anda biasanya mulai tidur di malam hari
…………………………………………………………………………………
2. Selama sebulan terakhir, berapa lama (dalam menit) biasanya waktu yang Anda
perlukan untuk dapat jatuh tertidur setiap malam ?
o < 15 menit
o 16 – 30 menit
o 31 - 60 menit
o > 60menit
3. Selama sebulan terakhir, jam berapa anda biasanya mulai bangun di pagi hari
…………………………………………………………………………………
4. Selama sebulan terakhir, berapa jam Anda benar benar tidur di malam
hari?”
o Durasi tidur >7 jam
o Durasi tidur 6-7 jam
o Durasi tidur 5-6 jam
o Durasi tidur <5 jam
5. Seberapa sering masalah-masalah
dibawah ini mengganggu tidur anda?
Tidak pernah
dalam sebulan
terakhir (0)
1x
seminggu
(1)
2x
seminggu
(2)
≥ 3x
seminggu
(3)
a. Tidak mampu tertidur selama 30 menit
Jumlah skor :
Kesimpulan :
Tekanan darah : mmHg
sejak berbaring
b. Terbangun ditengah malam atau dini
hari
c. Terbangun untuk ke kamar mandi
d. Sulit bernafas dengan baik
e. Batuk atau mengorok
f. Kedinginan dimalam hari
g. Kepanasan dimalam hari
h. Mimpi buruk
i. Terasa nyeri ( memiliki luka)
j. Alasan lain.......
6 Selama sebulan terakhir, seberapa sering
anda menggunakan obat tidur
7 Selama sebulan terakhir,seberapa sering
anda mengantuk ketika melakukan
aktivitas disiang hari
8. Selama satu bulan terakhir, berapa
banyak masalah yang anda dapatkan
dan anda selesaikan permasalahan
tersebut?
Sangat Baik
(0)
Cukup
Baik (1)
Cukup
buruk
(2)
Sangat
Buruk
(3)
9. Selama bulan terakhir, bagaimana anda
menilai kepuasan tidur anda?
KOMPONEN
Keterangan Skor
Komponen 1 Skor pertanyaan #9
Komponen 2 Skor pertanyaan #2 + #5a
Skor pertanyaan #2 ( <15 menit=0), (16-30
menit=1), (31-60 menit=2), ( >60 menit=3) +
skor pertanyaan #5a, jika jumlah skor dari
kedua pertanyaan tersebut jumlahnya 0
maka skornya = 0, jika jumlahnya 1-2=1 ; 3-
4=2 ; 5-6=3
Komponen 3 Skor pertanyaan #4 ( >7=0 ; 6-7=1 ; 5-6=2 ;
<5=3 )
Komponen 4 Jumlah jam tidur pulas ( #4 ) / Jumlah jam
ditempat tidur ( kalkulasi #1 & #3 ) x 100%, (
>85%=0 ; 75-84%=1 ; 65-74%=2 ; <65%=3 )
Komponen 5 Jumlah skor 5b hingga 5j ( bila jumlahnya 0
maka skornya =0, jika jumlahnya 1-9=1 ; 10-
18=2 ; 18-27=3
Komponen 6 Skor pertanyaan #6
Komponen 7 Skor pertanyaan #7 + #8, jika jumlahnya 0
maka skornya =0, jika jumlahnya 1-2=1 ; 3-
4=2 ; 5-6=3
Total skor Jumlah skor komponen 1-7 ( ≤5: Baik, >5-21:
Buruk